Pendahuluan METABOLIK
-
Upload
rugas-pribawa -
Category
Documents
-
view
26 -
download
1
description
Transcript of Pendahuluan METABOLIK
A. Pendahuluan
Glukosa adalah gula. Glukosa diuraikan dalam sel untuk menghasilkan tenaga. Gula
darah meningkat setelah kita makan atau minum sesuatu yang bukan air putih biasa. Kadar
glukosa yang tinggi, yang disebut hiperglisemia, merupakan tanda penyakit diabetes melitus.
Gula darah yang tinggi lambat laun dapat merusak mata, saraf, ginjal atau jantung.Gula darah
yang rendah, yang disebut hipoglisemia, dapat menyebabkan kelelahan. hal ini hanya salah satu
penyebab kelelahan. Pada orang sehat, gula darah dikendalikan oleh insulin. Insulin adalah
hormone yang dibuat oleh pankreas. Insulin membantu glukosa dari darah masuk ke sel untuk
menghasilkan tenaga. Gula darah yang tinggi dapat berarti bahwa pankreas kita tidak membuat
cukup insulin. Atau, jumlah insulinnya cukup namun tubuhnya tidak bereaksi secara normal. Ini
disebut ‘resistansi insulin’. Apa pun penyebabnya, sel-sel tidak memperoleh glukosa secukupnya
untuk dijadikan tenaga, dan glukosa menumpuk dalam darah.
Diabetes melitus adalah suatu penyakit gangguan kesehatan di mana kadar gula dalam
darah seseorang menjadi tinggi karena gula dalam darah tidak dapat digunakan oleh tubuh.
Diabetes Mellitus / DM dikenal juga dengan sebutan penyakit gula darah atau kencing manis
yang mempunyai jumlah penderita yang cukup banyak di Indonesia juga di seluruh dunia. Jadi
sangat penting sekali kita mengetahui kadar darah yang ada di dalam tubuh kita
B. Tujuan
1. Memahami istilah insulin, diabetes melitus tipe 1, diabetes melitus tipe 2 dan
kurva standar glukosa
2. Memahami bagaimana kadar glukosa darah pada keadaan fasting state yang
digunakan untuk diagnosis diabetes melitus
3. Memahami cara yang digunakan untuk mengukur glukosa darah
C. Alat dan bahan
1. Laptop
2. Akses internet
D. Cara Kerja
1. Hubungkan laptop dengan koneksi internet ke dalam laboratorium fisiologi
2. Buka browser ke www.physioex.com
3. Pilih PhysioEx 9.1 Laboratory Simulation in Physiology
4. Ketik “physiologyui” pada kolom login name
5. Tanyakan pada tutor untuk mengisi password
E. Tinjauan pustaka
1. Glukosa Darah
Glukosa darah adalah gula yang terdapat dalam darah yang terbentuk dari karbohidrat
dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen di hati dan otot rangka. Energi untuk sebagian
besar fungsi sel dan jaringan berasal dari glukosa. Pembentukan energi alternatif juga dapat
berasal dari metabolisme asam lemak, tetapi jalur ini kurang efisien dibandingkan dengan
pembakaran langsung glukosa, dan proses ini juga menghasilkan metabolit-metabolit asam yang
berbahaya apabila dibiarkan menumpuk, sehingga kadar glukosa di dalam darah dikendalikan
oleh beberapa mekanisme homeostatik yang dalam keadaan sehat dapat mempertahankan kadar
dalam rentang 70 sampai 110 mg/dl dalam keadaan puasa.Setelah pencernaan makanan yang
mengandung banyak glukosa, secara normal kadar glukosa darah akan meningkat, namun tidak
melebihi 170 mg/dl. Banyak hormon ikut serta dalam mempertahankan kadar glukosa darah
yang adekuat baik dalam keadaan normal maupun sebagai respon terhadap stres. Pengukuran
glukosa darah sering dilakukan untuk memantau keberhasilan mekanisme regulatorik ini.
Penyimpangan yang berlebihan dari normal, baik terlalu tinggi atau terlalu rendah, menandakan
terjadinya 4 gangguan homeostatis dan sudah semestinya mendorong tenaga analis kesehatan
melakukan pemeriksaan untuk mencari etiologinya.
2. Insulin
Insulin adalah hormon utama yang mengendalikan glukosa dari darah ke dalam sebagian
besar sel (terutama sel otot dan lemak, tetapi tidak pada sel sistem saraf pusat). Oleh karena itu,
kekurangan insulin atau kekurang pekaan reseptor-reseptor memainkan peran sentral dalam
segala bentuk diabetes mellitus.
Sebagian besar karbohidrat dalam makanan akan diubah dalam waktu beberapa jam ke
dalam bentuk gula monosakarida yang merupakan karbohidrat utama yang ditemukan dalam
darah dan digunakan oleh tubuh sebagai bahan bakar. Insulin dilepaskan ke dalam darah oleh sel
beta (β-sel) yang berada di pankreas, sebagai respons atas kenaikan tingkat gula darah, biasanya
setelah makan. Insulin digunakan oleh sekitar dua pertiga dari sel-sel tubuh yang menyerap
glukosa dari darah untuk digunakan sel-sel sebagai bahan bakar, untuk konversi ke molekul lain
yang diperlukan, atau untuk penyimpanan. Insulin juga merupakan sinyal kontrol utama untuk
konversi dari glukosa ke glycogen untuk penyimpanan internal dalam hati dan sel otot.
Tingkatan insulin yang lebih tinggi menaikkan anabolic (rangkaian jalur metabolisme
untuk membangun molekul dari unit yang lebih kecil), seperti proses pertumbuhan sel dan
duplikasi, sintesa protein, lemak dan penyimpanan. Insulin adalah sinyal utama dalam
mengkonversi banyak bidirectional proses metabolisme dari catabolic (rangkaian jalur
metabolisme untuk membongkar molekul-molekul ke dalam bentuk unit yang lebih kecil dan
melepaskan energi) ke anabolic, dan sebaliknya. Secara khusus, tingkatan insulin yang lebih
rendah berguna sebagai pemicu masuk keluarnya ketosis (fase metabolik pembakaran lemak).
Jika jumlah insulin yang tersedia tidak cukup, jika sel buruk untuk merespon efek dari
insulin (kekurangpekaan atau perlawanan terhadap insulin), atau jika insulin cacat/defective,
maka gula tidak akan diserap dengan baik oleh orang-orang sel-sel tubuh yang memerlukannya
dan tidak akan disimpan dengan baik di hati dan otot. Efek selanjutnya adalah tingkat gula darah
yang tetap tinggi , miskin sintesis protein, dan lainnya kekacauan metabolisme lainnya, seperti
acidosis yaitu meningkatnya keasaman (konsentrasi ion hidrogen) dalam darah.
Mekanisme kerja
Tempat kerja insulin ialah pd permukaan luar membran sel. Beberapa peneliti
mendapatkan bahwa adenilsiklase dihambat, sedangkan enzim fosfodiesterase
dirangsang.Sintesis glikogen dan glikogenolisis tergantung dari rangkaian reaksi fostorilasi
protein. Siklik AMP mengaktivasi proteinkinase dengan perangsangan glikogenolisis dan
hambatan glukoneogenesis. Insulin bekerja sebaliknya yaitu ke arah sintesis glikogen. Insulin
mendefosforilasi enzim tertentu dengan akibat terjadinya penghambatan glikogenolisis dan
lipolisis. Insulin meningkatkan ambilan K+ ke dalam sel, efek serupa terjadi pd Mg++ dan
diduga ion tersebut bertindak sebagai second messenger yg memperantarai kerja insulin.
3. Diabetes melitus
Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetik dan klinis termasuk
heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat. Menurut American
Diabetes Association (ADA) 2005, Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit
metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin atau kedua-duanya. Sedangkan menurut WHO 1980 dikatakan bahwa diabetes melitus
merupakan sesuatu yang tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban yang jelas dan singkat tapi
secara umum dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan problema anatomik dan kimiawi yang
merupakan akibat dari sejumlah faktor di mana didapat defisiensi insulin absolut atau relatif dan
gangguan fungsi insulin.
Klasifikasi diabetes ADA (American Diabetes Association)1 dan intoleransi glukosa
abnormal.
1. Diabetes melitus
a. Tipe 1 (autoimun, idiopatik)
b. Tipe 2
2. Diabetes melitus gestasional (GDM)
3. Tipe spesifik lain
a. Cacat genetik fungsi sel beta = MODY
b. Cacat genetik kerja insulin =sindrom resistensi insulin berat
c. Endokrinopati = sindrom cushing, akromegali
d. Penyakit endokrin pankreas
e. Obat/ diinduksi secara kimia
f. Infeksi
4. Gangguan toleransi glukosa (IGT/ impairment glucose tolerance)
5. Gangguan glukosa puasa (IFG/ impairment fasting glucose)
Klasifikasi diabetes melitus berdasarkan The National Diabetes Data Group.
1. Primer
a. Diabetes melitus tergantung insulin (IDDM, tipe 1)
b. Diabetes melitus tidak tergantung insulin (NIDDM, tipe 2)
1) NIDDM non obes (IDDM, tipe 1 dalam evolusi)
2) NIDDM obes
3) Diabetes juvenile awitan (MODY, maturity onset diabetes of the young)
2. Sekunder
a. Penyakit pankreatik
b. Kelainan hormonal
c. Induksi obat atau zat kimia
d. Kelainan reseptor insulin
e. Sindrom genetik
F. HASIL DAN PEMBAHASAN
ACTIVITY 2: PLASMA GLUKOSE, INSULIN AND DIABETES MELITUS
Hasil:
Tube Optical Density Glucose (mg/dl)
Part 1 1 0.30 30
2 0.50 60
3 0.60 90
4 0.80 120
5 1.00 150
Part 2 1 0.73 104
2 0.79 115
3 0.89 132
4 0.83 123
5 0.96 144
Pembahasan:
Pada table terlihat bahwa pada part satu kenaikan pada glukosa naik secara teratur
tergantung kadar glukosa yang diberikan pada setiap tabung hal ini disebabkan oleh kerja dari
insulin dari tubuh untuk mengatur plasma glukosa agar tidak terjadi kenaikan secara signifikan
sedangkan pada part 2 terlihat dari tabung 1- 5 kenaikan kadar glukosa yang tidak beraturan
akibat dari hormon insulin yang mengatur kerja dari plasma glukosa agar plasma glukosa tidak
naik secara signifikan hal ini lah yang terjadi pada orang yang terkena diabetes mellitus dimana
terjadi kerusakan pada organ pancreas pada sel β yang mensekresikan hormone insulin dimana
insulin adalah hormon yang disekresikan kedalam darah sesuai kebutuhan tubuh untuk keperluan
regulasi glukosa darah. Secara fisiologis, regulasi glukosa darah yang baik diatur bersama
dengan hormone glukagon yang disekresikan oleh sel alfa kelenjar pancreas, Hormon ini sangat
krusial perannya dalam proses utilisasi glukosa oleh hampir seluruh jaringan tubuh, terutama
pada otot, lemak, dan hepar.
Gangguan, baik dari produksi maupun aksi insulin, menyebabkan gangguan pada
metabolisme glukosa, dengan berbagai dampak yang ditimbulkannya. Pada dasarnya ini bermula
dari hambatan dalam utilisasi glukosa yang kemudian diikuti oleh peningkatan kadar glukosa
darah. Secara klinis, gangguan tersebut dikenal sebagai gejala diabetes melitus.
Pada diabetes melitus tipe 2 (DMT2), yakni jenis diabetes yang paling sering ditemukan,
gangguan metabolisme glukosa disebabkan oleh dua faktor utama yakni tidak adekuatnya sekresi
insulin (defisiensi insulin) dan kurang sensitifnya jaringan tubuh terhadap insulin (resistensi
insulin), disertai oleh faktor lingkungan ( environment ). Sedangkan pada diabetes tipe 1
(DMT1), gangguan tersebut murni disebabkan defisiensi insulin secara absolut, Defisiensi
insulin ini secara langsung menimbulkan dampak buruk terhadap homeostasis glukosa darah.
Yang pertama terjadi adalah hiperglikemia akut pascaprandial (HAP) yakni peningkatan kadar
glukosa darah sehingga menimbulkan hiperglikemia, Keadaan hiperglikemia yang terjadi, baik
secara kronis pada tahap diabetes, atau hiperglikemia akut postprandial yang terjadi ber-
ulangkali setiap hari sejak tahap TGT, memberi dampak buruk terhadap jaringan yang secara
jangka panjang menimbulkan komplikasi kronis dari diabetes.Tingginya kadar glukosa darah
(glucotoxicity) yang diikuti pula oleh dislipidemia (lipotoxicity) bertanggung jawab terhadap
kerusakan jaringan baik secara langsung melalui stres oksidatif, dan proses glikosilasi yang
meluas
DAFTAR PUSTAKA
1. Schteingart DE. Pankreas: Metabolisme Glukosa dan Diabetes Melitus. Dalam: Price SA,
Wilson LM, Editor. Patofisiologi: Konsep klinis Proses-Proses Penyakit, volume 2. Edisi
6. Jakarta: EGC, 2005; 1260-1270.
2. PERKENI. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia
2006. Jakarta: PB.PERKENI. 2006.
3. Foster DW. Diabetes mellitus. Dalam: Harrison. Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam,
Volume 5. Edisi 13. Jakarta:EGC. 2000; 2196-2217( Ronald A. Sacher, Richard A.
McPherson, 2004 )
4. Joyce LeeFever, 2007
5. Ronald A. Sacher, Richard A. McPherson, 2004
6. Price, A. S dan Wilson, M. L. 1995. Patofisiologi Konsep Klinik Proses-proses Penyakit
Edisi IV. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
7. Girard J, 1995. NIDDM and glucose transport in cells. In ( Assan, R, ed ) NIDDM and
glucose transport in cells. Molecular Endocrinology and Development CNRS Meudon,
France: 6 – 16.
8. Gerich JE, 1998. The genetic basis of type 2 diabetes mellitus: impaired insulin secretion
versus impaired insulin sensitivity. Endocrine Reviews 19: 491-503.
9. Nielsen MF, Nyholm B, Caumo A, Chandramouli V, Schumann WC, Cobelli C, et al,
2000. Prandial glucose effectiveness and fasting gluconeogenesis in insulin-resistant first-
degree relatives of patients with type 2 diabetes. Diabetes 49: 2135-41.