PENDAHULUAN - Web viewleasing), kredit pemilikan barang ... sesuai dengan porsi yang telah...
Transcript of PENDAHULUAN - Web viewleasing), kredit pemilikan barang ... sesuai dengan porsi yang telah...
SISTEM BAGI HASIL SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI BUNGA
UNTUK TERWUJUDNYA STABILITAS EKONOMI
Disusun Guna Memenuhi Tugas Akhir Semester
Mata Kuliah: Sistem Operasional Bank Syariah
Dosen Pengampu : Slamet Akhmadi, M. Si.
Oleh :
Nama : Khamim Imama
Nim : 082323024
Semester : IV
Jurusan / Prodi : Syariah / Ekonomi Islam
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PURWOKERTO
2010
PENDAHULUAN
1. LATAR BALAKANG MASALAH
Pada zaman pra islam, sebenarnya telah ada bentuk-bentuk perdagangan yang
sekarang berkembang di dunia bisnis modern. Bentuk-bentuk itu misalnya Al-
Musyarakah (joint venture), Al Ba’iu Takjiri (venture capital), Al ijarah (leasing),
kredit pemilikan barang (Al murabahah) pinjam dengan tambahan sistem bunga
(riba).
Bentuk-bentuk perdagangan tersebut telah berkembang di Jazirah Arab,
karena letaknya yang cukup strategis bagi perdagangan waktu itu, khususnya berpusat
di kota Makkah, Jeddah, dan Madinah. Jazirah Arab yang berada diantara jalur
peardagangan Asia Afrika-Eropa sebagian besar dipengaruhi oleh bentuk-bentuk
ekonomi mesir purba, romawi kuno sekitar 2500 sebelum masehi.
Dengan demikian, jika islam melarang pratek riba maka larangan itu tidak
hanya ditujukan kepada perorangan, melainkan pada lembaganya. Larangan
membungakan uang ini tidak hanya terdapat dalm ajaran islam. Agama samawi
lainnya seperti Kristen dan yahudi juga melarangnya. Misalnya dalam pasal 22 ayat
25 menyatakan “jika engkau meminjamkan uang kepada salah seorang maka
janganlah engkau berlaku sebagai penagih utang terhadap dia, janganlah kamu
bebankan bunga uang kepadanya”.
Sikap umat terhadap larangan riba pada waktu itu sangat patuh. Ternyata
kepatuhan umat terhadap larangan riba ini diarahkan kepada kegiatan-kegiatan
ekonomi yang tidak terlarang. Oleh karenanya, mereka merintis adanya sistem
ekonimi tanpa riba yakni sistem ekonomi islam.
2. RUMUSAN MASALAH
a) Apakah pengertian dan mengapa harus sistem bagi hasil bukan sistem bunga?
b) Akankah sistem bagi hasil memberikan jaminan terhadap stabilitas ekonomi ?
c) Sebagai sistem alternatif pengganti bunga, adakah problem, kelemahan dan
tantangan di dunia perbankan ?
SISTEM BAGI HASIL SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI BUNGA
UNTUK TERWUJUDNYA STABILITAS EKONOMI
A. PENGERTIAN, TEORI, DAN DASAR PEMIKIRAN TERBENTUKNYA
SISTEM BAGI HASIL
PENGERTIAN BAGI HASIL
Bagi hasil menurut terminologi asing (inggris) dikenal dengan profit sharing.
profit sharing dalam kamus ekonomi diartikan sabagai pembagian laba. Sedangkan
secara definitive profit sharing diartikan “distribusi beberapa bagian dari laba pada
para pegawai dari suatu perusahaan”. Lebih lanjut dikatakan, bahwa hal itu dapat
berbentuk suatu bonus uang tahunan yang yang di dasarkan pada laba yang diperoleh
pada tahin-tahun sebelumnya, atau dapat berbentuk pembayaran mingguan atau
bulanan.1
TEORI BAGI HASIL
Bentuk-bentuk pembagian laba yang tidak langsung mencakup alokasi saham-
saham (penyertaan) perusahaan pada para pegawai, dibayar melalui laba perusahaan
dan memberikan para pegawai opsi untuk membeli saham-saham sampai pada waktu
tertentu di masa yang akan datang pada tingkat harga yang sekarang, sehingga ada
kemungkinan para pegawai memperoleh keuntungan baik dari pembagian deviden
ataupun pertumbuhan dalam nilai-nilai saham yang ndihasilkan dari peningkatan
dalam kemampuan memperoleh laba.
Pada mekanisme lembaga keuangan syariah atau bagi hasil, pendapatan bagi
hasil ini berlaku untuk produk-produk penyertaan, baik penyertaan menyeluruh
maupun sebagian ataupun korporasi (kerjasama). Pihak-pihak yang terlibat dalam
dalam kepentingan bisnis yang disebutkan tadi, harus melakukan tranparansi dan
1 Muhammad, kebijakan fiscal dan moneter dalam ekonomi islam, ( Jakarta; PT Salemba Emban Patria, 2002 ), hlm 69.
kemitraan secara baik dan ideal. Sebab semua pengeluaran dan pemasukan rutin yang
berkaitan dengan bisnis penyertaan, bukanlah untuk kepentingan pribadi yang
menjalankan proyek.
Keuntungan yang dibagihasilkan harus dibagi secara proporsional antara
shahibul maal dengan mudharib. Dengan demikian semua pengeluaran rutin yang
berkaitan dengan bisnis mudharabah, bukan untuk kepentingan pribadi mudharib,
dapat dimasukkan ke dalam biaya operasional. Keuntungan bersih harus dibagi antara
shahibul maal dan mudharib sesuai dengan porsi yang telah disepakati bersama
sebelumnya dan secara eksplisit disebutkan dalam perjanjian awal. Tidak ada
pembagian laba sampai semua kerugian telah ditutup dan ekuiti shahibul maal telah
dibayar kembali. Jika ada pembagian keuntungan sebelum habisnya masa perjanjian
akan dianggap sebagai pembagian keuntunga di muka.2
DASAR-DASAR TERBENTUKNYA SISTEM BAGI HASIL
Pembentukan bank islam dengan sistem bagi hasilnya semula memang banyak
diragukan. Pertama, banyak orang beranggapan bahwa system perbankan bebas
bunga (interest free) adalah sesuatu yang tak mungkin dan tak lazim. Kedua, adanya
pertanyaan adanya bagaimana bank akan membiayai operasionalnya.
Sebenarnya pada tahun 1940-an telah muncul konsep teoritis tentang bank
islam, namun belum direalisasikan karena selain kondisi pada waktu itu belum
memungkinkan, juga belum adanya pemikiran tentang bank islam yang meyakinkan.
Salah satu Dasar pemikiran terbentuknya bank islam dengan bagi hasilnya
bersumber adanya larangan riba di dalam al-Quran “ Alloh (telah) menghapus
(barokat) riba dan Ia menyuburkan sedekah. (Qs. al –Baqarah: 276).3
Selain mendasarkan pada ketentuan al-Quran bank islam juga didasari oleh
kenyataan-kenyataan sebagai berikut :
1) Praktek-praktek sistem bunga dan akibatnya
2 Muhammad, Tehnik Perhitungan Bagi Hasil di Bank Syariah, ( Yogyakarta, UII Press, 2001 ), hlm 23.3 Warkum Sumitro, Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga Terkait, ( Jakarta, PT Grafindo Persada, 1997 ) hlm 8.
Sistem bunga yang dimaksud adalah tambahan pembayaran atas uang pokok
pinjaman.
Dengan kata lain bunga adalah biaya yang dikenakan kepada peminjam uang
atas imbalan yang diberikan kepada penyimpanan uang yang besarnya telah
ditetapkan di muka, biasanya ditentukan dalm bentuk presentase (%) dan terus
dikenakan selama nasih ada sisa simpanan atau pinjaman sehingga tidak
hanya terbatas pada jangka waktu kontrak.
Di dalam kenyataannya, penerapan sistem bunga membawa akibat-akibat
negatif sebagai berikut :
a) Masyarakat sebagai nasabah menghadapi suatu ketidakpastian, bahwa hasil
perusahaan dari kredit yang diambilnya tidak dapat diramalkan secara pasti.
Sementara itu dia masih tetap wajib membayar presentase berupa
pengambilan uang tertentu yang tetap berada di atas jumlah pokok
pinjaman. Selain itu hal ini akan semakin memberatkan nasabah karena
dengan presentase jumlah bunga akan menjadi kelipatan perseratus dari sisa
pinjaman dikalikan jangka waktu pinjaman. Sehingga dalam jangka waktu
tertentu bisa terjadi suatu saat jumlah yang harus dikembalikan nasabah
berlipat ganda dari pokok pinjaman. Keadaan tersebut akan lebih parah lagi,
apabila nasabah tidak dapat mengembalikan tepat pada jatuh temponya,
karena kewajiban membayar bunga akan tetap terus berlangsung secara
otomatis terhadap sisa utang dan bunganya. Sehingga semakin tidak mampu
nasabah untuk membayar, semakin terbebani bunga yang semakin berat.
b) Penerapan sistem bunga mengakibatkan eksploitasi (pemerasan) oleh orang
kaya terhadap orang miskin. Uang atau modal besar dikuasai oleh orang
kaya tidak disalurkan ke dalam usaha-usaha yang produktif yang dapat
menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat, tetapi modal besar itu justru
untuk kredit berbunga yang tidak produktif. Selain itu, penerapan sistem
bunga akan mengakibatkan kebangkrutan usaha, dan pada gilirannya bisa
mengakibatkan keretakan kehidupan rumah tangga, jika peminjam tidak
mampu mengembalikan pinjaman dan bunganya.4
2) Sistem perbankan yang ada sekarang memiliki kecenderungan terjadinya
konsentrasi kekuatan ekonomi di tangan kelompok elite, para bankir dan
pemilik modal. Alokasi kekayaan yang tidak seimbang ini bisa menimbulkan
kecemburuan sosial yang pada akhirnya dikhawatirkan akan mengakibatkan
kerawanan berupa benturan-benturan bahkan konflik-konflik antar sosial.
3) Sistem perbankan yang menerapkan bunga menimbulkan laju inflasi semaki n
tinggi, karena ada kecenderungan bank-bank untuk memberikan kredit secara
berlebih-lebiihan.
4) Sistem perbankan yang menerapkan bunga sekarang dirasakan kurang
berhasil dalam membantu memerangi kemiskinan dan meratakan pendapatan
baik di tingkat internasional maupun di tingkat nasional. Di katakana kurang
berhasil dalm mengentaskan kemiskinan, karena bank dengan perangkat
bunganya kurang memberi peluang kepada kelompok masyarakat miskin
untuk mengembangkan usahanya yang lebih mandiri di bidang ekonomi.
Bank-bank yang ada sekarang dikatakan tidak berhasil di dalam upaya
pemerataan pendapatan, karena pranata pembayaran bunga tetap menjamin
arus sumber dari debitur secara terus-menerus ke
arah kreditur. Jumlah debitur semakin lebih banyak dari pada jumlah
kreditur. Pinjaman yang diperoleh pada umumnya tidak mampu menjadi
nilai tambah bagi debitur untuk membayar bunga kepada kreditur,
terutama untuk jenis pinjaman yang bersifat konsumtif. Dan hasil bank
dengan pranata bunga menciptakan suatu keadaan yang kaya semakin
kaya, dan yang miskin semakin miskin. 5
B. PERAN BAGI HASIL BAGI STABILITAS EKONOMI
4 Ibid, hlm 12.5 Ibid, hlm 14 – 15.
Dengan lahirnya bank islam yang beroperasi berdasarkan sistem bagi hasil
sebagai alternatif pengganti bunga pada bank-bank konvensional, merupakan peluang
bagi umat islam memanfaatkan jasa bank seoptimal mungkin. Merupakan peluang,
karena umat islam akan berhubungan dengan perbankan dengan tenang, tanpa
keraguan dan didasari oleh motivasi keagamaan yang kuat didalam mobilisasi dana
masyarakat untuk pembiayaan pembangunan ekonomi umat.
Bank islam dengan sistem bagi hasilnya sebagai alternatif pengganti dari
penerapan sistem bunga ternyata dinilai telah berhasil menghindarkan dampak negatif
dari penerapan sistem bunga seperti :
1) Pembebanan pada nasabah berlebih lebihan dengan beban bunga berbunga
(compound interest). Bagi nasabah yang tidak mampu membayar pada saat
jatuh temponya.
2) Timbul pemerasan (eksploitasi) yang kuat terhadap yang lemah.
3) Terjadinya konsentrasi kekuatan ekonomi di tangan kelompok elite, para
bank dan pemilik modal.
4) Kurangnya peluang bagi kekuatan ekonomi lemah untuk mengembangkan
potensi usahanya.
Selain mampu menghindarkan dari dampak negatif penerapan sistem bunga,
bank islam dengan sistem bagi hasilnya dinilai mampu mengalokasikan sumber daya
dan sumber dana secara efisien. Kemampuan inilah merupakan modal utama untuk
menghadapi persaingan pasar dan perolehan laba.6
Dalam sistem ekonomi islam, tingkat bunga yang dibayarkan bank kepada
nasabah (deposan)nya digantikan dengan presentase ataiu porsi bagi hasil, dan
tingkat bunga yang diterima oleh bank (dari debitur) akan digantikan dengan
presentase bagi hasil. Dua bentuk rasio keuntungan dijadikan instrumen untuk
memobilisasi tabungan dan disalurkan pada aktivitas-aktivitas. Walaupun rasio bagi
hasil ditetapkan lebih dahulu, namun ketika tingkat keuntungan berfluktuasi maka
6 Warkum Sumitro, Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga Terkait, ( Jakarta, PT Grafindo Persada, 1997 ) hlm 49.
tingkat pendapatannya pun akan berfluktuasi. Dengan kata lain, pendapatan akan
berfluktuasi dan tidak menentu. Walaupun para ahli ekonomi muslim menekankan
bahwa ada kekuatan built-in dalam sistem ekonomi islam dalam menjamin stabilitas.
Oleh karena itu, mereka berpandangan bahwa dalam mekanisme bagi hasil tidak akan
ada factor yang menyababkan terjadinya ketidakstabilan ekonomi. Pernyataan
tersebut menetapkan bahwa sistem ekonomi berdasarkan bagi hasil akan juga
menjamin alokasi sumber ekonomi yang lebih baik dan terjadinya distribusi
pendapatan yang lebih sesuai.7
Dalam ekonomi modern, pengalokasian sumber sektoral dalam ekonomi yang
bersifat persaingan ini sepenuhnya dapat dijelaskan, dengan berdasarkan pada tingkat
keuntungan yang diharapkan. Pengenalan tentang sistem bagi hasil tidak akan
mengacaukan mekanisme ini. Pembagian diantara para pengusaha secara
proporsional oleh pemilik modal tidak mempengaruhi peranan ekonomi dari tingkat
keuntunga yang diharapkan. Alasan pengusaha untuk memaksimalkan laba dan
kecenderungan berkompetisi akan menjamin keseimbangan dalam tingkat
keuntungan pada berbagai sektor. Hal ini tidak di pengaruhi oleh penyusunan
kelembagaan, sehingga pengusaha harus menggantungkan pada presentase bagian
keuntungan bagi pemilik modal. Tidak adanya tingkat bunga dalam mechanisme bagi
hasil tidak akan menjadikan situasi ekonomi labil. Peranan bunga dalam keputusan
investasi saat ini secara nyata tergantung pada realitas kelembagaan dari pada
kebutuhan ekonomi.
Tidak adanya tingkat suku bunga, masih dapat ditemikan alat-alat kebijakan
moneter. Tingkat bagi hasil dapat membantu sebagai alat kebijakan moneter.
Walaupun ada pandangan yang menjadi jiwa dari sistem bagi hasil, yaitu didasarkan
pada konsep iquitable distribution keuntungan dank arena itu, alat-alat tersebut tidak
dapat digunakan untuk tujuan pengalokasian.
Efisiensi sistem bagi hasil bagaimanapun lebih dapat dipercaya dibandingkan
dengan efisiensi dalam sistem bunga, dengan alasan sebagai berikut :7 Muhamad, Tehnik Perhitunga Bagi Hasi di Bank Syariah…hlm 26
a) Menurut Siddiqi, bahwa keuntungan yang diharapkan akan membantu
menunjukan situasi pasar yang lebih sempurna untuk pengalokasian sumber
dana dan tidak adanya bunga tidak akan menimbulkan banyak masalah
dikemudian hari.
b) Pengalokasian sumber dana melalui mekanisme penentuan rasio / tingkat bagi
hasil bagi penabung, pemilik bank dan pengusaha akan lebih rasional dan
efisien dari pada yang dilakukan oleh lembaga yang menggunakan sistem
bunga.8
C. KEISTIMEWAAN SISTEM BAGI HASIL9
Bank islam dengan sitem bagi hasilnya sebagai alternatif sebagai pengganti
bank-bank konvensional dengan sistem bunganya yang dianggap kurang berhasil di
dalam mengembangkan misi utamanya, memiliki keistimewaan-keistimewaan yang
juga merupakan perbedaan jika dibandingkan dengan bunga pada bank konvensional.
Keistimewaan tersebut antara lain :
a) Adanya kesamaan ikatan emosional yang kuat antara pemegang saham,
pengelola dana, dan nasabahnya.kuatnya ikatan ini dapat menimbulkan adanya
kebersamaan dalam menghadapi risiko usaha dan membagi keuntungan secara
jujur dan adil.
b) Sistem bagi hasil sebagai alternatif bunga akan menimbulkan akibat-akibat
yang positif yaitu :
1) Cost Push Inflation, yaitu akibat penerapan sistem bunga pada bank
konvensional dapat dihilangkan
2) Memungkinkan persaingan antar bank islam berjalan secara wajar, karena
keberhasilan bank islam ditentukan oleh fungsi edukatif bank didalam
membina nasabah dengan kejujuran, keuletan, dan profesionalisme.
8 Ibid, hlm 319 Warkum Sumitro, Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga Terkait…hlm 22-23
3) Dengan penerapan bagi hasil, berarti tidak membebani biaya diluar
kemampuan nasabah dan akan terjamin adanya “keterbukaan”. Dikatakan
tidak membebani diluar kemampuan nasabahnya karena bank syariah tidak
menetapkan beban biaya di muka.
4) Sistem bagi hasil menawarkan alternatif terhadap kehidupan ekonomi yang
berkeadilan karena adanya kenyataan bahwa dalam kehidupan ekonomi
masyarakat modern cenderumg menimbulkan pengeksploitasian kelompok
kuat terhadap kelompok lemah.10
D. KELEMAHAN DAN PERMASALAHAN YANG AKAN DIHADAPI
DALAM PENERAPAN SISTEM BAGI HASIL
Sistem bagi hasil dalam perbankan islam sebagai sistem yang baru muncul
belakangan dari pada bank konvensional akan menghadapi permasalahan-
permasalahan yang merupakan tantangan tersendiri bagi bank islam.
Kelemahan dan tantangan yang akan dihadapi dalam operasionalisasi bank
islam dengan sistem bagi hasilnya adalah :
1) Kepercayaan antara pihak-pihak yang bekerja sama dan sama-sama beriktikad
baik dan jujur sangatlah diperlukan. Bagi pengelola bank syariah, apabila
kredibilitas moralnya tidak baik, meskipun penyimpangan yang dilakukan
menimbulkan kerugian bagi nasabah tetapi tindakan pengelola masih bisa
dikenakan sanksi yuridis maupun sanksi administratif menurut undang-
undang yang berlaku. Namun, apabila nasabah yang “nakal” selain
merugikan, bank islam akan kesulitan untuk memberikan sanksi, karena di
dalam bank islam tidak mengenal adanya bunga, denda keterlambatan,
commitmen fee, dan sebagainya.
2) Sistem bagi hasil yang adil, menuntut tingkat profesional yang tinggi bagi
pengelola bank untuk membuat perhitungan-perhitungan yang cermat dan
terus menerus, karena perolehan dari bagi hasil tersebut tergantung pada
tingkat keberhasilan usaha nasabah. Padahal pengelola yang profesional 10 Ibid, hlm 24
merupakan persoalan yang belum terpecahkan dalam perbankan konvensional
yang kelahirannya lebih lama.
3) Apabila sistem bagi hasil yang diterapkan oleh bank islam sebagai komitmen
dalam upaya mensukseskan tugas mulianya untuk mengentaskan kemiskinan
ini diperlukan proyeksi yang tepat serta peta-peta potensi ekonomi umat yang
akurat. Untuk memiliki peta potensi yang demikian, tidaklah mudah. Karena
selalu memerlukan penelitian yang komprehensif juga memerlukan
keterlibatan banyak pihak di dalamnya.11
Berdasarkan apa yang telah di jelaskan sebelumnya, bahwa selain berfungsi
menjembatani antara pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan
dana, bank islam dengan bagi hasilnya juga secara khusus mempunyai fungsi
amanah.
Untuk menjaga fungsi amana tersebut, perlu adanya pengawasan yang melekat
pada setiap orang yang terlibat di dalam aktivitas perbankan berupa motivasi
keagamaan maupum pengawasan melalui kelembagaan.
Di dalam menjalankan fungsi kelembagaan agar operasionalnya tidak
menyimpang dari tuntutan syariah islam, maka diadakan “Dewan Pengawas Syariah”
yang tidak terdapat dalam bank-bank konvensional. Dewan Pengawas Syariah adalah
suatu dewan yang dibentuk untuk mengawasi jalannya bank islam agar di dalm
operasionalnya tidak menyimpang dari syariat islam. Dewan Pengawas Syaria ini
berfungsi untuk mendiskusikan masalah-masalah dan transaksi bisnis yang yang
diajukan kepada dewan sehingga dapat ditentukan tentang sesuai atau tidaknya
masalah-masalah tersebut dengan keteneuan-ketentuan syariat islam.12
PENUTUP
11 Ibid, hlm 27 - 28.12 ibid, hlm 45.
KESIMPULAN
Berdasarkan apa yang telah di jelaskan di atas, dapat di ketahui bahwa dengan
lahirnya perbankan islam dengan sistem bagi hasilnya merupakan peluang yang besar
bagi semua umat islam untuk melakukan kegiatan transaksi dengan pihak lembaga
keuangan secara tenang dan aman yang berlandaskan prinsip-prinsip islam. Peluang
tersebut juga dirasakan oleh umat non islam, yaitu dengan adanya jalan transaksi
tanpa sistem bunga yang selama ini di nilai kurang mampu dalam upaya pemerataan
pendapatan dan mengentaskan kemiskinan.
Sebagai sistem yang baru muncul belakangan dari pada sistem bunga dalam
perbankan konvensional, tentulah merupakan tantangan tersendiri bagi bank islam
dalam upaya mencapai tujuan mulianya yaitu mengentaskan kemiskinan dan
pemerataan keadilan. Karena, dalam mencapai tujuan tersebut bank islam harus
mempunyai proyeksi yang tepat dan peta-peta potensi ekonomi umat yang akurat.
Dan peta ekonomi tersebut juga tidaklah mudah karena selalu membutuhkan
penelitian yang komprehensif juga memerlukan keterlibatan banyak pihak di
dalamnya.
Dengan demikian, untuk mencapai tugas dan tujuan tersebut diperlikuan adanya
pengawasan yang melekat di setiap orang yang terlibat di dalam aktivitas perbankan
berupa motivasi keagamaam maupun pengawasa melalui kelembagaan agar dalam
operasionalnya tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip islam.
DAFTAR PUSTAKA
Muhamad, kebijakan fiscal dan moneter dalam ekonomi islam, Jakarta : PT Salemba
Emban Patria, 2002.
Muhamad, Tehnik Perhitungan Bagi Hasil di Bnk Syariah, Yogyakarta : UII Press,
2001
Warkum Sumitro, Asa-Asas Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga Terkait,
Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1997.