pendidikan zaman kerajaan.doc

34
I. PERKEMBANGAN PENDIDIKAN PADA ZAMAN HINDU-BUDHA DI INDONESIA A. LATAR BELAKANG Deskripsi tentang artikel disini membahas tentang pendidikan pada zaman Hindu dan Budha, dimana waktu zaman Hindu dan Budha tersebut perkembangan pendidikannya melalui penyebaran agama. Sebelum penjajahan Belanda, bumi Nusantara telah dikenal di dunia sebagai pusat pendidikan, pengajaran, dan pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya pada masa kerajaan Hindu dan Budha yang dalam perkembangan selanjutnya pendidikan dipengaruhi oleh ajaran agama Islam. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan sebagai sarana sosialisasi merupakan kegiatan manusia yang melekat dalam kehidupan masyarakat. Dengan demikian usia pendidikan hampir dipastikan sama tuanya dengan manusia itu sendiri. Perjalanan perkembangan pendidikan sangat panjang dari mulai sebelum kemerdekaan dapat ditelusuri sejak zaman Hindu dan Budha pada abad ke-5. Pada masa pertumbuhan dan perkembangan kerajaan-kerajaan Hindu dan Budha, pendidikan dipengaruhi oleh ajaran kedua agama tersebut sesuai dengan kondisi

description

pendidikan zaman kerajaan

Transcript of pendidikan zaman kerajaan.doc

Page 1: pendidikan zaman kerajaan.doc

I. PERKEMBANGAN PENDIDIKAN PADA ZAMAN HINDU-BUDHA DI INDONESIA

A.    LATAR BELAKANG

Deskripsi tentang artikel disini membahas tentang pendidikan pada

zaman Hindu dan Budha, dimana waktu zaman Hindu dan Budha

tersebut perkembangan pendidikannya melalui penyebaran agama.

Sebelum penjajahan Belanda, bumi Nusantara telah dikenal di dunia

sebagai pusat pendidikan, pengajaran, dan pengembangan ilmu

pengetahuan, khususnya pada masa kerajaan Hindu dan Budha yang

dalam perkembangan selanjutnya pendidikan dipengaruhi oleh ajaran

agama Islam. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya

dan masyarakat. Pendidikan sebagai sarana sosialisasi merupakan

kegiatan manusia yang melekat dalam kehidupan masyarakat. Dengan

demikian usia pendidikan hampir dipastikan sama tuanya dengan

manusia itu sendiri. Perjalanan perkembangan pendidikan sangat

panjang dari mulai sebelum kemerdekaan dapat ditelusuri sejak zaman

Hindu dan Budha pada abad ke-5. Pada masa pertumbuhan dan

perkembangan kerajaan-kerajaan Hindu dan Budha, pendidikan

dipengaruhi oleh ajaran kedua agama tersebut sesuai dengan kondisi

sosial budaya masyarakat pada saat itu. Pendidikan dari zaman ke

zaman senantiasa sudah memperlihatkan terjadinya pergeseran

pandangan masyarakat terhadap pendidikan pada zamannya masing-

masing.

B. PEMBAHASAN

Page 2: pendidikan zaman kerajaan.doc

Perkembangan Pendidikan pada Zaman Hindu dan Budha

Menurut teori Van Leur, yang oleh banyak ahli dapat diterima,

ditegaskan bahwa pada abad-abad permulaan terjadilah hubungan

perdagangan antara orang-orang Hindu dengan orang-orang

Indonesia. Faktor-faktor yang memungkinkan berkembangnya

Peradaban Hindu Budha diantaranya sebagai berikut :

1.      Faktor Politik

Terjadi peperangan antara kerajaan India bagian Utara dengan

kerajaan India bagian Selatan. Bangsa Aria dari Utara mendesak

kerajaan dan penduduk Selatan, sehingga penduduk di Selatan lari

mencari tempat-tempat baru, dan ada sampai ke Indonesia. Oleh

karena itu peradaban yang masuk ke Indonesia Nusantara dipengaruhi

oleh bangsa India dari bagian Selatan.

2.      Faktor Ekonomis atau Geografis

Indonesia terletak antara India dan dataran Tiongkok, dimana pada

waktu itu telah terjadi perdagangan antar India dan Tiongkok melalui

jalur laut. Akibatnya banyak orang India dan Tiongkok bergaul dengan

bangsa Indonesia, dari mulai perdagangan atau perniagaan sampai

terjadi koloni yang berdatangan dari India dan Tiongkok.

3.      Faktor Kultural

Tingkat peradaban bangsa India lebih tinggi dibandingkan dengan

penduduk asli di Nusantara. Mereka sudah mengenal sistem

pemerintahan yang teratur dalam bentuk kerajaan, mereka juga telah

mengenal tulisan dan karya sastra yang tinggi. Fakta sejarah

membuktikan dengan ditemukannya prasasti batu bertulis dengan

huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta yang menjelaskan tentang

adanya kerajaan tertua. Di Kalimantan yaitu di Kutai abad ke-5 Masehi

dan Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat.

Perkembangan pendidikan pada zaman ini, sudah mulai

menampakkan suatu gerakan pendidikan dengan misi penyebaran

ajaran agama dan cara hidup yang lebih universal (keseluruhan)

Page 3: pendidikan zaman kerajaan.doc

dibandingkan dengan pendidikan sebelumnya. Pendidikan masa Hindu-

Budha di Indonesia dimulai sejak pengaruh Hindu-Budha datang ke

Indonesia. Perkembangan agama Hindu Budha di Indonesia membawa

perubahan besar bagi kehidupan masyarakat Indonesia. Sebenarnya

masyarakat indonesia telah memiliki kemampuan dasar yang patut

dibanggakan sebelum masuknya Hindu dan Budha. Setelah Hindu dan

Budha berkembang di Indonesia kemampuan masyarakat Indonesia

makin berkembang karena berakulturasi dan berinteraksi dengan

tradisi Hindu dan Budha.

Di daerah Kalimantan (Kutai) dan Jawa Barat (Tarumanegara)

ditemukan prasasti adanya kebudayaan dan peradaban Hindu tertua

pada abad ke-5. Para cendekiawan, ulama-biarawan, musafir dan

peziarah Budha dalam perjalanannya ke India, singgah di Indonesia

untuk mengadakan studi pendahuluan dan persiapan lainnya. Negara

India merupakan tanah suci dan merupakan sumber inspirasi spiritual,

ilmu pengetahuan dan kesenian bagi pemeluk agama Budha. Agama

Hindu di India terbagi dua golongan besar yaitu Brahmanisme dan

Syiwaisme. Hinduisme yang datang ke Indonesia adalah Syiwaisme,

yang pertama kali dibawa oleh seorang Brahmana yang bernama

Agastya. Syiwaisme berpandangan bahwa :

Syiwa adalah dewa yang paling berkuasa.

Syiwa adalah penncipta dan perusak alam, segala sesuatu

bersumber pada Syiwa dan kembali kepada Syiwa.

Manusia hidup dalam rangkaian reinkarnasi dan merupakan suatu

samsara (penderitaan), yang ditentukan oleh perbuatan manusia

sebelumnya, jadi berlaku hukum “karma”.

Tujuan hidup manusia ialah mencapai “moksa”, suatu keadaan

dimana manusia terlepas dari samsara, manusia hidup dalam

keabadian yang menyatu dengan Syiwa.

Agama Budha merupakan agama yang disebarkan oleh Sidharta

Gautama di India yang kemudian terpecah menjadi dua aliran yaitu

Page 4: pendidikan zaman kerajaan.doc

Mahayana dan Hinayana. Yang berkembang di Indonesia ialah bangsa

Hinayana. Agama ini berkembang pada masa kerajaan Sriwijaya di

Sumatera dan pada zaman Wangsa Syailendra di Pulau Jawa.

Menurut ajaran agama Budha manusia hidup dalam penderitaan

karena nafsu duniawi. Manusia dalam hidup ini berusaha untuk

mengusir penderitaan, mencari kebahagiaan yang abadi yaitu untuk

mencapai nirwana. Adapaun langkah-langkah untuk mencapai

nirwana, manusia harus berperilaku benar diantaranya sebagai berikut

:

  Berpandanagan yang benar.

  Mengambil keputusan yang benar.

  Berkata yang benar.

  Berkehidupan yang benar.

  Berdayaupaya yang benar.

  Melakukan meditasi yang benar.

  Konsentrasi kepada hak-hak yang benar.

Meskipun Hinduisme dan Budhisme merupakan agama yang

berbeda, namun di Indonesia tampak terdapat kecenderungan

sinkretisme yaitu keyakinan untuk mempersatukan figur Syiwa dan

Budha sebagai satu sumber dari Ynag Maha Tinggi. Seperti semboyan

Bhinneka Tunggal Ika yang berarti berbeda-beda tapi satu jua adalah

perwujudan dari keyakinan tersebut. dalam hal ini, Budha dan Syiwa

adalah dewa yang dapat diperbedakan (bhinna) tetapi dewa itu (ika)

hanya satu (tungal). Kalimat yang tadi adalah salah satu bait dari syair

Sutasoma karya Empu Tantular pada zaman Majapahit. Sehingga

kebudayaan Hindu telah membaur dengan unsur-unsur Indonesia asli

dan memberikan ciri serta coraknya yang khas, sampai jatuhnya

kerajaan Hindu terakhir di Indonesia yaitu Majapahit akan masih

berkembang dalam hal pendidikan ilmu pengetahuan, khususnya

dibidang sastra, bahasa, ilmu pemerintahan, tata Negara dan hukum.

Kerajaan-kerajaan seperti Kalingga, Mataram, Kediri, Singasari, dan

Page 5: pendidikan zaman kerajaan.doc

Majapahit akan melahirkan para Empu, Pujangga yang menghasilkan

karya-karya seni yang bermutu tinggi. Selain karya seni pahat dan seni

bangunan dalam arsitekstur yang bernilai tinggi juga ditemukan

beberapa karya ilmiah dalam bidang filsafat, sastra dan bahasa.

C.    Pendidikan Hindu Budha

Syiwaisme yang berkembang di Indonesia berbeda dengan India

yanga sangat bertentangan dan hidup bermusuhan dengan Budhisme.

Di Indonesia Syiwaisme dan Budhisme hidup dan tumbuh

berdampingan, walaupun terjadi penumpasan Wangsa Syailendra yang

beragama Budha oleh Wangsa Sanjaya yang beragaman Hindu, namun

dimasyarakat biasa tidak nampak pertentangan tersebut, bahkan

mungkin dapat dikatakan telah terjadi sinkretisme antara Hinduisme,

Budhisme dan kepercayaan animism dan dinamisme, suatu keyakinan

untuk menyatukan Syiwa, Budha, dan arwah-arwah nenek moyang

sebagai suatu sumber dan amaha tinggi. Pendidikan formal ini

diselenggarakan oleh kerajaan-kerajaan Indonesia pada saat itu.

Pendidikan pada zaman Hindu masih terbatas kepada golongan

minoritas (kasta Brahmana, Ksatria), belum menjangkau golongan

mayoritas kasta Waisya dan Sudra apalagi kasta Paria. Namun perlu

diketahui bahwa penggolongan kata di Indonesia tidak begitu ketat

seperti halnya dengan di India yang menjadi asalnya agama Hindu.

Pendidikan zaman ini lebih tepat dikatakan sebagai

“perguruan”dimana para murid berguru kepada para cerdik cendekia.

Kemudian lembaga pendidikan dikenal dengan nama pesantren, jadi

berbeda sekali dengan sekolah yang kita kenal sekarang ini.

Sistem perguruan yang dikenal dengan pesantren itu berkembang

terus sampai pada pengaruh Budha, zaman Islam sampai sekarang

(pesantren tradisional). Pada zaman Budha pendidikan berkembang

pada kerajaan Sriwijaya yang berpusat di Palembang sudah terdapat

perguruan tinggi Budha. Dimana para murid-muridnya banyak berasal

dari Indocina, Jepang dan Tiongkok. Guru yang terkenal pada saat itu

Page 6: pendidikan zaman kerajaan.doc

ialah Dharmapala. Perguruan-perguruan Budha tersebut mungkin

menyebar keseluruh kekuasaan Sriwijaya. Mungkin saja candi-candi

Borobudur, Menndut, dana Kalasan merupakan pusat pendidikan

agama Budha.

Kalau kita memperjhatikan peninggalan-peninggalan sejarah

seperti candi-candi, patung-patung maka sudah pasti para santri atau

murid belajar tentang ilmu membangun dan seni pahat. Karena

pembuatan candi memerlukan kemampuan teknik dan seni yang

tinggi. Dmeikian juga dengan memahat relief-relief candi dibimbing

oleh suatu alur cerita yang menceritakan kehidupan sang Budha atau

para dewa, bisa juga cerita tentang Ramayana. Karya hasil sastra yang

ditulis para pujangga banyak yang bermutu tinggi antara lain :

Pararaton, Negara Kertagama, arjuna Wiwaha, dan Brata Yudha. Para

pujangga yang terkenal diantaranya sebagai berikut : Mpu Kawa, Mpu

Sedah, Mpu Panuluh, Mpu Prapanca.

Dalam perkembangan kerajaan-kerajaan Hindu sperti Singasari,

Majapahit dan kerajaan Budha Sriwijaya, tidak terdapat uraian yang

jelas mengenai pendidikan. Namun sudah apsti bahwa pada zaman

tersebut sudah berkembang pendidikan dengan lembaga-lembaga

yang dengan sengaja dibuat secara formal. Lembaga-lembaga

pendidikan tersebut berbentuk perguruan yang lebih dikenal dnegan

sebutan pesantren. Pada saat itu mutu pendidikan cukup memuaskan

berbagai pihak yang bersangkutan.

a.      Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan identik dengan tujuan hidup yaitu manusia hidup

untuk mencapai moksa bagi agama Hindu, dan manusia mencapai

nirwana bagi agama Budha. Karena itu secara umum tujuan akhir

adalah mencapai moksa atau nirwana. Secara khusus mungkin dapat

dibedakan sebagai berikut :

Page 7: pendidikan zaman kerajaan.doc

1.      Bagi kaum Brahmana (kasta tertinggi), pendidikan bertujuan untuk

menguasai kitab suci ( Weda untuk Hindu dan Tripitaka untuk Budha)

sebagai sumber kebenaran dan pengetahuan yang universal.

2.      Bagi golongan Ksatria sebagai raja yang berkuasa, pendidikan

bertujuan untuk memiliki pengetahuan teoritis yang berkaitan tentang

pengaturan pemerintahan (kerajaan).

3.      Bagi rakyat biasa, pendidikan bertujuan agar warga masyarakat

memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk hidup, sesuai dengan

pekerjaan yang secara turun temurun. Misalnya keterampilan bercocok

tanam, pelayaran, perdagangan, seni pahat dan sebagainya.

b.      Sifat Pendidikan

Beberapa sifat dan ciri pendidikan yang menonjol pada waktu itu

adalah :

1.      Informal, karena pendidikan masih bersatu dengan proses kehidupan.

2.     Berpusat pada religi, karena kehidupan atas dasar kepercayaan dan

keagamaan menguasai segala-galanya.

3.     Penghormatan yang tinggi terhadap guru, karena gurunya adalah

kaum Brahmana ( kasta tertinggi dalam masyarakat Hindu) dan tidak

memperoleh imbalan gaji. Mereka menjadi guru semata-mata karena

kewajiban sebagai Pandita atau Brahmana yang didasarkan pada

perasaan tulus, mengabdi tanpa pamrih ( tanpa memikirkan imbalan

dunia ).

4.      Aristokratis artinya pendidikan hanya diikuti oleh segolongan

masyarakat saja yaitu golongan Brahmana, pendeta dan golongan

Ksatria dan golongan keturunan raja-raja. Dalam agama kita kenal

penggolongan berdasarkan kasta, namun di Indonesia perbedaan tidak

begitu tajam dan menonjol. Yang menonjol adalah antara golongan

raja-raja dan rakyat jelata.

c.       Jenis-jenis Pendidikan

Beberapa jenis pendidikan pada zaman Hindu Budha dapat dibedakan

menjadi beberapa golongan diantaranya sebagai berikut :

Page 8: pendidikan zaman kerajaan.doc

1.      Pendidikan Intelektual

Kegiatan pendidikan ini dikhususkan untuk menguasai kitab-kitab suci.

Veda dipelajari oleh kaum Brahmana, dan kitab Tripitaka dipelajari

oleh penganut Budha. Pada waktu itu hanya golongan Brahmanalah

yang berhak mempelajari kitab suci Veda. Pendidikan intelektual juga

berkaitan dengan penguasaan doa dan mantera, yang berkaitan

dengan penguasaan alam semesta, pengabdian kepada Syiwa dan

Budha Gautama.

2.      Pendidikan Kesatriaan

Kegiatan pendidikan ini dilakukan untuk mendidik kaum bangsawan

keluarga istana kerajaan, untuk memiliki pengetahuan dan

kemampuan yang berkaitan dengan mengatur pemerintahan

(kerajaan), mengatur Negara, dan belajar untuk berperang.

3.      Pendidikan Keterampilan

Pendidikan keterampilan dan pendidikan kesatriaan merupakan

pendidikan kegiatan yang deprogram secara tertib(dalam arti

pendidikan bagi kaum Brahmana dan bangsawan (keluarga raja))

sudah berjalan dengan teratur. Sedangkan pendidikan keterampilan

yang diajukan bagi masyarakat jelata berlangsung secara informal

yang berlangsung dalam keluarga sesuai dengan keterampilan yang

dimiliki orang tuanya. Seorang pemahat akan diwariskan

keterampilannya kepada anak-anaknya begitu pula dengan para

petani, nelayan dan sebagainya.

d.      Lembaga Pendidikan

Pendidikan pada waktu itu masih bersifat informal, belum ada

pendidikan formal dalam bentuk sekolah seperti yang kita kenal

sekarang ini. Namun dengan demikian ada beberapa tempat yang

biasa dijadikan sebagai lembaga pendidikan.

1.      Padepokan atau Pecatrikan

Merupakan tempat berkumpulnya para catrik, yaitu murid-murid yang

belajar kepada guru disuatu tempat, sehingga disebut pecatrikan dan

Page 9: pendidikan zaman kerajaan.doc

dengan nama lain biasa juga disebut padepokan. Dari kata-kata catrik

dan pecatrikan itulah muncul kata santri dan pesantren. Jadi lembaga

pesantren sudah dikenal keberadaannya sejak zaman Hindu Budha.

Dipesantren dan atau padepokan itulah berkumpul para murid,

khususnya keturunan Brahmana utnuk mempelajari segala macam

pengetahuan yang bersumber dari kitab suci ( Veda dan Upanishad

bagi Hindu serta Tripitaka bagi Budha). Dicandi Borobudur terlihat

suatu lukisan yang menggambarkan suatu proses pendidikan seperti

yang berlaku sekarang ini. Ditengah-tengah pendopo besar seorang

Brahmana atau pendeta duduk dilingkari oleh murid-muridnya,

semuanya membawa buku, dan mereka belajar membaca dan

menulis. Guru tidak menerima gaji namun dijamin oleh murid-

muridnya untuk hidup. Yang menjadi dasar pendidikan adalah agama

Budha dan Hindu, seperti dapat kita lihat relief-relief yang tertulis

dicandi Borobudur ( Budha) dan candi Prambanan (Hindu).

2.      Pura

Merupakan tempat yang berada di istana. Tempat ini diperuntukkan

bagi putra-putri raja belajar. Mereka diberi pelajaran yang berkaitan

dengan hidup sopan santun sebagai keturunan raja yang berbeda

dengan masyarakat biasa. Mereka belajar tentang mengatur Negara,

ilmu bela diri baik secara fisik maupun secara batiniah.

3.      Pertapaan

Karena orang yang bertapa dianggap telah memiliki pengetahuan

kebatinan yang sangat tinggi. Oleh karenaitu para pertapa menjadi

tempat bertanya tentang segala hal terutama berkaitan dengan hal-hal

yang gaib.

4.      Keluarga

Pada waktu itu pendidikan keluarga juga ada sampai sekarang juga

tapi hanya pendidikan sebagai informal. Dalam keluargalah akan

terjadi partisipasi dalam menyelesaikan pekerjaan orang tua yang

dilakukan anak-anak dan anggota keluarga lainnya.

Page 10: pendidikan zaman kerajaan.doc

e.       Ilmu Pengetahuan dan Karya Sastra

Pada masa kejayaan kerajaan Hindu dan Budha di Indonesia ini

telah terjadi perkembangan ilmu pengetahuan dan karya seni yang

sangat tinggi. Seperti telah dikemukakan pada kerajaan Sriwijaya

sebagai salah satu kerajaan Budha yang terbesar di Indonesia, pada

saat iru telah berdiri lembaga pendidikan setaraf “perguruan tinggi”.

Perguruan tinggi tersebut dapat menampung berates-ratus mahasiswa

biarawan Budha dan adapat belajar dengan tenang, mereka tinggal di

asrama-asrama khusus.

Sistem dan metode sesuai yang ada di India, sehingga biarawan

Cina dapat belajar di sriwijaya sebelum melanjutkan belajar di India. Di

Sriwijaya terkenal mahaguru yang berasal dari India yaitu Dharmapala

dan mengajarkan agama Budha Mahayana. Dipulau Jawa pada waktu

Mataram diperintah oleh seorang ratu terdapat sekolah agama Budha

yang dipimpin oleh orang Jawa yaitu Janadabra.

Pada sekitar abad ke-14 sampai kira-kira abad ke-16 menjelang

jatuhnya kerajaan Hindu di Indonesia, kegiatan pendidikan tidak lagi

dilakukan secara meluas seperti sebelumnya tetapi dilakukan oleh

para guru kepada siswanya yang jumlahnya terbatas dalam suatu

padepokan. Pendidikan pada zaman tersebut, mulai dari pendidikan

dasar sampai dengan pendidikan tinggi pada umumnya dikendalikan

oleh para pemuka agama. Namun demikian pendidikan dan

pengajaran tidak dilaksanakan secara formal, sehingga seorang siswa

yang belum puas akan ilmu yang diperolehnya dapat mencari dan

pindah dari guru yang satu ke guru yang lainnya. Kelompok

bangsawan, ksatria dan kelompok elit lainnya mengirimkan anak-

anaknya kepada guru untuk dididik atau guru diundang untuk datang

mengajar anak-anak mereka.

Page 11: pendidikan zaman kerajaan.doc

II. SISTEM PENDIDIDIKAN PADA MASA KERAJAAN ISLAM di INDONESIA 

A.LATAR BELAKANG

Masa kerajaan islam, merupakan salah satu dari periodesasi perjalanan Sejarah Pendididkan Islam di Indonesia, sebab sebagaimana lahirnya kerajaan Islam yang disertai dengan berbagai kebijakan dari penguasanya saat itu, sangat mewarnai Sejarah Islam di Indonesia, terlebih-lebih agama Islam juga pernah dijadikan sebagai agama resmi negara/kerajaan pada saat itu.Karena itulah, bila kita berbicara tentang perjalanan sejarah pendidikan Islam di Indonesia, tentu saja kita tidak bisa mengenyampingkan bagaimana keadaan Islam itu sendiri pada masa kerajaan Islam.Berikut ini akan dikemukakan beberapa kerajaan Islam di Indonesia, serta bagaimana peranya dalam pendidikan Islam dan dakwah islamiyah tentunya.

B. PEMBAHASAN

A.  Sistem Pendidikan Pada Masa Kerajaan Islam di Aceh

1.   Kerajaan Samudra Pasai

Para ahli sependapat bahwa agama islam sudah masuk ke Indonesia (khususnya sumatra) sejak abad ke-7 atau 8 M, meskipun ketentuan tentang tahunya secara pasti terdapat sedikit perbedaan.

Page 12: pendidikan zaman kerajaan.doc

Meskipun Islam sudah masuk abad ke-7 atau 8 M tersebut, ternyata dalam perkembanganya mengalami proses yang cukup lama, baru bisa mendirikan sebuah kerajaan Islam. Hal ini disebabkan, bahwa Islam itu masuk ke Indonesia dibawa oleh para pedagang dan dengan cara damai, ditambah lagi bahwa masyarakat Islam tidak begitu berambisi untuk merebut kekuasaan politik, yang menyebabkan Islam berjalan dengan damai dan wajar.

Dari beberapa catatan sejarah, bahwa kerajaan Islam pertama di Indonesia adalah kerajaan Samudra Pasai yang didirikan pada abad ke-10 M dengan raja pertamanya Al-Malik Ibrahim bin Mahdum. Tapi catatan lain ada yang menyatakan bahwa kerajaan Islam pertama di Indonesia adalah Kerajaan Perlak. Hal ini dikuatkan oleh Yusuf Abdullah Puar, dengan mengutip pendapat seorang pakar sejarah Dr. NA. Baloch dalam bukunya “Advend of Islam in Indonesia”. Tapi sayang sekali bukti-bukti kuat yang mendukung fakta sejarah ini tidak banyak ditemukan, terutama menyangkut referensi yang mengarah ke arah itu.

Seorang pengembara dari maroko yang bernama Ibnu Batutah pada tahun 1345 M sempat singah di kerajaan Pasai pada zaman pemerintahan Malik Az Zahir, saat perjalananya ke Cina. Ibnu Batutah menuturkan bahwa ia sangat mengagumi akan keadaan kerajaan Pasai, dimana rajanya sangat alim dan begitu pula dalam ilmu agamanya, dengan menganut paham Mazhab Syafi’I, dan serta mempraktekkan pola hidup yang sangat sederhana.

Menurut apa yang dikemukakan Ibnu Batutah tersebut, dapat ditarik kepada sistem pendidikan yang berlaku di zaman kerajaan Pasai, yaitu:

a)      Materi pendidikan dan pengajaran agama bidang syari’at ialah fiqh mazhab Syafi’i.

b)      Sistem pendidikannya secara informal berupa majelis ta’lim dan halaqah.

c)      Tokoh  pemerintahan merangkap sebagai tokoh agama.

d)      Biaya pendidikan agama bersumber dari negara.

Pada zaman kerajaan Pasai ini, sudah terjadi hubungan antara Malaka dengan Pasai, bahkan Islam berkembang di Malaka lewat Pasai. Raja Malaka memeluk Islam karena menikah dengan putri dari kerajaan Pasai.

Page 13: pendidikan zaman kerajaan.doc

2.    Kerajaan Perlak

Di atas sudah dikemukakan bahwa kerajaan Perlak merupakan salah satu Kerajaan Islam tertua di Indonesia, bahkan ada yang menyatakan lebih dahulu dari Kerajaan Samudra Pasai. Alasannya, seorang putrid dari Sultan Perlak Muhammad Amin Syah (1225-1263) yang bernama Putri Ganggang Sari telah menikah dengan  Merah Selu (Malik As Shaleh) yang diketahui adalah Raja Pasai pertama. Namun sebagaimana dikemukakan terdahulu, bahwa tidak banyak bahan kepustakaan yang menjurus ke arah itu untuk menguatkan pendapat tersebut.

  Yang jelas Perlak merupakan daerah yang terletak sangat strategis di Pantai Selat Malaka, dan bebas dari pengaruh Hindu. Berdasarkan factor demikian maka Islam dengan mudah sekali bertapak di Perlak tanpa kegoncangan social dengan penduduk pribumi.

Berita perjalanan Marco Polo seorang kebangsaan Italia pengeliling dunia, pernah singgah di Perlak pada tahun 1292 M. Dia menerangkan bahwa Ibukota Perlak ramai dikunjungi pedagang Islam dari Timur Tengah, Parsi dan India, yang sekaligus melakukan tugas-tugas dakwah.

Menurut riwayatnya, Sultan Mahmudin Alauddin Muhammad Amin yang memerintah antara tahun 1243-1267 M tercatat sebagai sultan yang keenam, terkenal sebagai seorang sultan yang arif bijaksana lagi alim sekaligus seorang ulama. Dan sultan inilah yang mendirikan semacam perguruan tinggi Islam pada saat itu.

Begitu pula di Perlak ini terdapat suatu lembaga pendidikan lainya berupa majelis ta’lim tinggi, yang dihadiri khusus oleh para murid yang sudah alim dan mendalam ilmunya. Pada majelis ta’lim ini diajarkan kitab-kitab agama yang punya bobot dan pengetahuan tinggi, seperti kitab Al Um karangan Imam Syafi’i dan sebagainya.

Dengan demikian pada kerajaan Perlak ini proses pendidikan Islam telah berjalan dengan baik.

3.   Kerajaan aceh Darussalam (1511-1874)

Ketika kerajaan Islam Pasai mengalami kemunduran, di Malaka berdiri sebuah Kerajaan yang diperintah oleh Sultan Muhammad Syah. Namun kerajaan ini pun tidak bisa bertahan lama, setelah mengalami masa keemasan yaitu ketika Sultan Muszaffar Syah (1450) memerintah. Sesudah itu terus mengalami kemunduran. Ia tidak mampu menguasai

Page 14: pendidikan zaman kerajaan.doc

pengaruh dari luar terutama yang berada di Aceh. Maka sejak itulah Kesultanan di Aceh mulai berkembang.

Kerajaan Aceh Darussalam yang diproklamasikan pada tanggal 12 zulkaijah 916 H (1511 M) menyatakan perang terhadap buta huruf dan buta ilmu. Hal ini merupakan tempaan sejak berabad-abad yang lalu, yang berlandaskan Pendidikan Islam dan ilmu pengetahuan.

Proklamasi kerajaan Aceh Darussalam –tersebut adalah hasil peleburan Kerajaan Islam Aceh di belahan barat dan Kerajaan Islam Samudra Pasai di belahan timur. Putra Sultan Abiddin Syamsu Syah diangkat menjadi raja dengan gelar Sultan Alauddin Ali Mughayat Syah (1507-1522)

Aceh pada saat itu merupakan sumber ilmu pengetahuan dengan sarjana-sarjananya yang terkenal di dalam dan di luar negeri, sehingga banyaklah orang luar yang datang ke Aceh untuk menuntut ilmu. Bahkan Ibukota kerajaan Aceh Darussalam terus berkembang menjadi Internasional dan menjadi pusat   perkembangan  ilmu pengetahuan dan kebudayaan.

Karena itulah beberapa kalangan ada yang menyatakan , bahwa pada saat-saat kekuatan imperialis barat telah mematahkan sebagian besar negara-negara Islam, pada waktu itulah yaitu sekitar permulaan abad 16 M lahir Lima Besar Islam yang terikat dalam suatu kerjasama ekonomi, poitik, militer, dan kebudayaan, meliputi:

1. Kerajaan Turki Usmani di Istambul2. Kerajaan Islam Maroko di Afrika Utara3. Kerajaan Islam Isfahan di Timur Tengah4. Kerajaan Islam Akra di India5. Kerajaan Islam Aceh Darussalam di Asia tenggara

Dalam bidang pendidikan di Kerajaan Aceh Darussalam adalah benar-benar mendapat perhatian. Pada saat itu terdapat lembaga-lembaga negara yang bertugas dalam bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan, diantaranya:

Balai Seutia Hukama;

Merupakan lembaga ilmu pengetahuan, tempat berkumpulnya para ulama’, ahli pikir dan cendikiawan untuk membahas dan mengembangkan ilmu pengetahuan.

Balai Seutia Ulama’;

Page 15: pendidikan zaman kerajaan.doc

Merupakan jawatan pendidikan yang bertugas mengurus masalah-masalah pendidikan dan pengajaran.

Balai Jama’ah Himpunan Ulama’;

Merupakan kelompok studi tempat para ulama’ dan sarjana berkumpul untuk bertukar pikiran membahas persoalan-persoalan pendidikan dan ilmu pendidikan.

Adapun jenjang pendidikan yang ada adalah sebagai berikut:

Meunasah (madrasah);

Terdapat disetiap kampung, berfungsi sebagai sekolah dasar,materi yang diajarkan yaitu; menulis dan membaca huruf arab, ilmu agama, bahasa Jawi/Melayu, akhlak dan sejarah Islam.

Rangkang;

Diselengarakan disetiap mukim, merupakan masjid sebagai tempat berbagai aktifitas ummat termasuk pendidikan. Rangkang adalah setingkat Madrasah Tsanawiyah. Materi yang diajarkan; bahasa arab, ilmu bumi, sejarah, berhitung, (hisab), akhlak, fiqh, dan lain-lain.

Dayah;

Terdapat disetiap daerah ulebalang dan terkadang berpusat di masjid, dapat disamakan dengan Madrasah Aliyah sekarang, Materi yang diajarkan; fiqh (hukum islam), bahasa arab, tauhid, tasawuf/akhlak, ilmu bumi, sejarah/tata negara, ilmu pasti dan faraid.

Dayah Teuku Cik;

Dapat disamakan dengan perguruan tinggi atau akademi, diajarkan fiqh, tafsir, hadits, tauhid (ilmu kalam), akhlak/tasawuf, ilmu bumi, ilmu bahasa dan sastra arab, sejarah dan tata negara, mantiq, ilmu falaq dan filsafat.

Dengan demikian, jelas sekali bahwa di Kerajaan Aceh Darussalam ilmu pengetahuan benar-benar berkembang dengan pesat dan mampu melahirkan para ulama’ dan ahli ilmu pengetahuan, seperti: Hamzah Fansuri, Syekh Syamsudin Sumatrani, Syekh Nuruddin Ar Raniry dan Syekh Abdur Rauf Tengku Syiah Kuala, yang merupakan nama-nama yang tidak asing lagi sampai sekarang ini. Bahkan diantaranya ada yang diabadikan menjadi nama perguruan tinggi terkenal di Aceh yaitu IAIN Ar Raniry dan Universitas Syiah Kuala.

Page 16: pendidikan zaman kerajaan.doc

B.  Sistem Pendidikan Pada Masa Kerajaan Islam di Demak

Salah seorang raja Majapahit bernama Sri Kertabumi mempunyai istri yang beragama Islam yang bernama Putri Cempa. Kejadian tersebut tampaknya sangat besar pengaruhnya terutama dalam rangka dakwah Islam. dari Putri Cempa inilah lahir seorang putra yang bernama Raden Fatah, yang kemudian kita ketahui menjadi Raja Islam pertama di jawa (Demak).

Tentang berdirinya kerajaan demak, para ahli sejarah tampaknya berbeda pendapat. Sebagian ahli berpendapat bahwa kerajaan Demak berdiri pada tahun 1478 M, pendapat ini berdasarkan atas jatuhnya kerajaan Majapahit. Adapula yang berpendapat, bahwa kerajaan Demak berdiri pada tahun 1518 M. Hal ini berdasarkan, bahwa pada tahun tersebut merupakan tahun berakhirnya masa pemerintahan Prabu Udara Brawijaya VII yang mendapat serbuan tentara Raden Fatah dari Demak.

Kendatipun demikian, kehadiran kerajaan Demak bukan penyebab runtuhnya Majapahit. Keruntuhanya lebih banyak disebabkan kelemahan dan kehancuran Majapahit dari dalam sendiri, setelah wafatnya Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada. Kerajaan majapahit didahului oleh kelemahan pemerintah pusatnya yang disusul oleh perang saudara. Misalnya perang antara Bre Wirabumi dengan putri mahkota Kusumawardani, perang saudara di Majapahit ini berkepanjangan dengan memakan waktu kurang lebih 30 tahun, yang melibatkan 6 orang ahli waris dari Hayam Wuruk. Dengan demikian keruntuhan tersebut jelas bukan disebabkan oleh agama Islam.

Kehadiran kerajaan Islam Demak dipandang oleh rakyat Majapahit sebagai cahaya baru yang membawa harapan. Kerajaan Islam itu diharapkan sebagai kekuatan baru yang akan menghalau segala bentuk penderitaan lahir dan mendatangkan kesejahteraan. Raja Majapahit sudah kenal Islam jauh sebelum kerajaan Demak berdiri. Bahkan keluarga Raja Brawijaya sendiri kenal agama Islam melalui putri Cempa yang selalu bersikap ramah dan damai.

Tentang sikap Raden Fatah tatkala terjadi penyerbuan terrhadap istana Majapahit olleh Ranawijaya Girindrawardhana yang menyebabkan tewasnya ayah handanya Raja kertabumi didalam keratin adalah sekedar bertahan dan membela hak waris atas Majapahit. Sebab kalau memang yang melakukan penyerbuan kudeta di Majapahit pada saat itu ialah Raden Fatah, mengapa pada saat tersebut dia tidak memproklamasikan dirinya sebagai pengganti sekaligus. Semua itu sebenarnya otomatis di anggap sah, dan haknya sebagai putra mahkota.

Page 17: pendidikan zaman kerajaan.doc

Tapi nyatanya Demak sendiri baru dinyatakan berdiri sekitar tahun 1518 M. Dalam tahun ini terjadi pertempuran antara penerus kekuasaan Majapahit Patih Udara dengan Adipati Yunus yang berkuasa di Demak. Setelah terjadinya pertempuran tersebut, kekuasaan Majapahit praktis berakhir.

Dengan berdirinya agama Islam Demak yang merupakan kerajaan Islam pertama di jawa tersebut, maka penyiaran agama Islam makin meluas, pendidikan dan pengajaran Islam pun bertambah maju.

Pelaksanaan Pendidikan Islam di Kerajaan Demak

Tentang sistem pelaksanaan pendidikan dan pengajaran agama Islam di Demak punya kemiripan dengan yang dilaksanakan di Aceh, yaitu dengan mendirikan masjid di tempat-tempat yang menjadi sentral di suatu daerah, disana diajarkan pendidikan agama dibawah pimpinan seorang Badal untuk menjadi seorang guru, yang menjadi pusat pendidikan dan pengajaran serta sumber agama Islam.

Wali suatu daerah diberri gelaran resmi, yaitu gelar  sunan dengan ditambah nama daerahnya, sehingga tersebutlah nama-nama seperti: Sunan Gunung Jati, Sunan Geseng, Kiai Ageng Tarub, Kiai Ageng Sela dan lain-lain.

Memang antara Kerajaan Deamak dengan wali-wali yang Sembilan atau Walisonggo terjalin hubungan yang bersifat khusus, yang boleh dikatakan semacam hubungan timbal-balik, dimana sangatlah besar peranan para walisonggo di bidang dakwah Islam, dan juga Raden Fatah sendiri menjadi raja adalah atas rasa keputusan para wali dan dalam hal ini para wali tersebut juga sebagai penasehat dan pembantu raja.

Dengan kondisi yang demikian, maka yang menjadi sasaran pendidikan dan dakwah Islam meliputi kalangan pemerintah dan rakyat umum.

Adanya kebijaksanaan wali-wali menyiarkan agama dan memasukkan anasir-anasir pendidikan dan pengajaran Islam dalam segala cabang kebudayaan nasional Indonesia, sangat mengembirakan, sehingga agama Islam dapat tersebar di seluruh kepulauan Indonesia.

 C.  Sistem Pendidikan Pada Masa Kerajaan Islam Mataram

Kerajaan Demak ternyata tidak bertahan lama, pada tahun 1568 M terjadi perpindahan kekuasaan dari Demak ke Pajang. Namun adanya perpindahan ini tidak menyebabkan terjadinya perubahan yang berarti

Page 18: pendidikan zaman kerajaan.doc

terhadap sistem pendidikan dan pengajaran Islam yyang sudah berjalan.

Baru setelah pusat kerajaan Islam berpindah dari Pajang ke Mataram (1586), terutama di saat Sultan Agung (1613) berkuasa, terjadi beberapa macam perubahan. Sultan Agung setelah mempersatukan Jawa Timur dengan Mataram serta daerrah-daerah yang lain, sejak tahun 1630 M mencurahkan perhatianya untuk membangun negara, seperti menggalakkan pertanian, perdagangan dengan luar negeri dan sebagainya,bahkan pada zaman Sultan Agung juga kebudayaan, kesenian dan kesusastraan sangat maju.

Atas usaha dan kebijaksanaan dari Sultan Agung lah kebudayaan lama yang berdsarkan Indonesia asli dan Hindu dapat diadaptasikan dengan agama dan kebudayan Islam, seperti:

1. Grebek disesuaikan denga hari raya Idul Fitri dan Maulid Nabi. Sejak saat itu terkenal dengan Grebek Poso (Puasa) dan Grebek Mulud.

2. Gamelan sekaten yang hanya dibunyikan pada Grebek mulud, atas kehendak Sultan Agung dipukul dihalaman masjid besar.

3. Karena hitungan tahun Saka (Hindu) yang dipakai di Indonesia (Jawa) berdasarkan hitungan perjalanan matahari, berbeda dengan tahun Hijriah yang berdasarkan perjalanan bulan, maka pada tahun 1633 M atas perintahan Sultan Agung, tahun yang saka yang telah berangka 1555 saka, tidak lagi ditambah dengan hitungan matahari, melainkan dengan hitungan perjalanan bulan, sesuai dengan tahun Hijriah. Tahun yang baru disusun disebut tahun jawa, dan sampai sekarang tetap jugadipergunakan.

Pelaksanaan Pendidikan dan Pengajaran Agama Islam

Pada zaman kerajaan Mataram, pendidikan sudah mendapat perhatian sedemikian rupa, seolah-olah tertanam semacam kesadaran akan pendidikan pada masyarakat kala itu. Meskipun tidak ada semacam undang-undang wajib belajar, tapi anak-anak usia sekolah tampaknya harus belajar pada tempat-tempat pengajian di desanya atas kehendak orang tuanya sendiri.

Ketika itu hampir disetiap desa diadakan tempat pengajian alquran, yang diajarkan huruf hijaiyah, membaca alquran, barzanji,, pokok dan dasar-dasar ilmu agama Islam dan sebagainya. Adapun cara mengajarkannya adalah dengan cara hafalan semata-mata. Di setiap tempat pengajian dipimpin oleh guru yang bergelar modin.

Selain pelajaran alquran, juga ada tempat pengajian kitab, bagi murid-murid yyang  telah khatam mengaji alquran. Tempat pengajianya

Page 19: pendidikan zaman kerajaan.doc

disebut pesantren. Para santri harus tinggal di asrama yang  dinamai pondok, di dekat pesantren tersebut.

Adapun cara yang dipergunakan untuk mengajar kitab ialah dengan sistem sorogan, seorang demi seorang bagi murid-murid permulaan, dan dengancara bendungan (halaqah) bagi pelajar-pelajar yang sudah lamadan mendalam keilmuanya.

Sementara itu pada beberapa daerah Kabupaten diadakan pesantren besar, yang dilengkapi dengan pondoknya, untuk kelanjutan bagi santri yang telah menyelesaikan pendidikan di pesantren-pesantren desa. Pesantren ini adalah sebagai lembaga pendidikan tingkat tinggi.

Kitab-kitab yang diajarkan pada pesantren besar itu ialah kitab-kitab besar dalam bahasa Arab, lalu diterjemahkan kata demi kata kedalam bahasa daerah dan dilakukan secara halaqah. Bermacam-macam ilmu agama telah diajarkan disini, seperti: fiqh, tafsir, hadits, ilmu kalam, tasawuf dan sebagainya. Selain pesantren besar, juga diselenggarakan semacam pesantren takhassus, yang mengajarkan satu cabang ilmu agama dengan cara mendalam atau spesialisasi.

4. Sistem Pendidikan Pada Masa Kerajaan Islam di Banjarmasin

Kerajaan Demak memainkan peranan penting dalam memasukkan Islam ke Kalimantan, dan perkembanganya mulai mantap setelah berdirinya Kerajaan Islam Banjarmasin dibawah pimpinan Sultan Suriansyah.

Tentang awal berdirinya Kerajaan Islam Banjar ini, menurut Drs. Idwar Saleh. Ketua MSI (Masyarakat Sejarawan Indonesia) cabang Banjarmasin, ialah pada hari Rabu Wage, 24 September 1526 M, dua hari sebelum hari raya Idul Fitri, sesudah Pangeran Samudra yang kemudian berganti nama dengan Sultan Syuriansyah menang perang dengan Pangeran Tumenggung di Negara Daha.

Sesudah kerajaan Islam Banjar berdiri dibawah pimpinan Sultan Syuriansyah, sebagai kerajaan Islam yang pertama, maka perkembangan Islam makin maju, masjid-masjid dibangun hampir di setiap desa.

Perkembangan yang sangat mengembirakan, pada tahun 1710 M (tepatnya syafar 1122 H) di zaman Kerajaan Islam Banjar ke- 7 dibawah pemerintahan Sultan Tahmilillah (1700-1748) telah lahir seorang ulama’ terkenal kemudiannya yaitu Syekh Muhammad Arsyad al Banjary di desa Kalampayan Martapura.

Page 20: pendidikan zaman kerajaan.doc

Syekh Muhammad Arsyad yang sejak kecil di asuh oleh Sultan Tahmilillah ini cukup lama berstudi di Mekah yaitu sekitar 30 tahun, sehingga pada giliranya beliau terkenal keulamaanya dan kedalaman ilmunya, tidak saja terkenal di Kalimantan dan Indonesia, tapi sampai keluar negeri, khususnya di kawasan Asia Tenggara.

Syekh Muhammad Arsyad banyak mengarang kitab-kitab agama, di antaranya yang paling terkenal sampai sekarang  adalah Kitab Sabilul Muhtadin. Sultan Tahmilillah mengangkatnya sebagai mufti besar Kerajaan Banjar. Syekh Muhammad Arsyad juga berjasa besar dalam mendirikan pondok pesantren di kampung Dalam Pagar, yang sampai sekarang masih terkenal dengan sebutan pesantren Darussalamnya.

 Sistem pengajian kitab di pesantren Banjarmasin, tidak berbeda dengan sistem pengajian kitab di pondok pesantren Jawa ataupun Sumatra, yaitu dengan mempergunakan sistem halaqah, menerjemahkan kitab-kitab yang dipakai ke dalam bahasa daerah (Banjar), sedang para santrinya menyimaknya.

Sebelum tampilnya Syekh Muhammad Arsyad, di Banjarmasin juga sudah terdapat seorang ulama’ besar, yaitu Syekh Muhammad Nafis bin Idris Al Banjary, yang mengarang sebuah kitab tasawuf “Addarunnafis”. Bagaimana tingginya iman dan ketebalan tauhid ummat Islam di zaman itu, dapatlah terbaca pada karya Syekh Nafis Al Banjary ini, sehingga bagi yang iman tauhidnya belum mencukupi, niscaya kitab ini akan membahayakan kepada iman dan tauhid seseorang.

Ketika pemerintah kolonial Belanda, menancapkan kekuasaanya di daerah Banjar, atas pimpinan seorang ulama besar Pangeran Antasari, meletuskan perang Banjar yang terkenal, sejat tanggal 28 April 1859. Perang tersebut berlangsung lebih dari 40 tahun lamanya, dan baru mereda perlawanan orang-orang Banjar tersebut setelah wafatnya Pangeran Antasari.

Demikianlah bagaimana keadaan pendidikan Islam pada masa kerajaan Islam, yang jelas pada saat ini Islam telah berkembang sedemikian rupa. Meskipun hanya beberapa kerajaan Islam yang penulis kemukakan di dalam tulisan ini, bukan berarti mengecilkan arti pentingnya kerajaan-kerajaan Islam yang lain, bahkan yang tak kalah pentingnya seperti Kerajaan Islam di Sulawesi, Kerajaan Islam di Maluku dan sebagainya, yang sangat besar perananya baik dalam pelaksanaan pendidikan Islam maupuin dakwah Islamiyah tentunya.

C. KESIMPULAN

Page 21: pendidikan zaman kerajaan.doc

Pendidikan zaman Hindu - Budha

Pendidikan pada zaman Hindu dan Budha ini melalui penyebaran

agama yang pada waktu dulu belum ada sekolah-sekolah yang kita

lihat sekarang ini. Pendidikan dulu dengan sekarang sangatlah

berbeda sekali. Dulu para biarawan maupun ulama menjadi guru itu

tanpa di kasih imbalan dunawi. Mereka juga mendapatkan pendidikan

dari keluarganya juga, kalau keluarganya ahli petani maka anaknya

akan belajar dari seorang ayahnya dan ilmu yang di perolehnya juga

hanya untuk anaknya saja. Mereka belajar keterampilan, kesatriaan

dan sebagainya. Anaknya seorang raja mempunyai tempat tersendiri

untuk belajar yang disebut dengan Pura, sejauh ini putra-putrinya

belajar tentang ilmu tata kenegaraan, sopan santun dan ilmu bela diri.

Materi yang diajarkan bukan hanya bersifat umum tapi mempelajari

ilmu-ilmu yang bersifat spiritual religious juga.

Murid juga dapat berpindah dari guru yang satu ke guru yang

lainnya untuk belajar. Kini pendidikan semakin tua seperti usia

manusia. Khusus untuk materi keterampilan ini biasannya

diselenggarakan secara turun temurun melalui jalur kastanya masing-

masing seperti keterampilan bermain pedang, berperang, berpanah,

menunggang kuda dan seni pahat. Menjelang jatuhnya kerajaan Hindu,

pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi dipegang oleh kaum ulama.

Pendidikan Zaman Kerjaan Islam

Sistem Pendidikan Pada Masa Kerajaan Islam di Aceh

ü Kerajaan Samudra Pasai:

Page 22: pendidikan zaman kerajaan.doc

Materi pendidikan dan pengajaran agama bidang syari’at ialah fiqh mazhab Syafi’i.

Sistem pendidikannya secara informal berupa majelis ta’lim dan halaqah.

Tokoh  pemerintahan merangkap sebagai tokoh agama. Biaya pendidikan agama bersumber dari negara.

ü  Kerajaan Perlak:

Menurut riwayatnya, Sultan Mahmudin Alauddin Muhammad Amin yang memerintah antara tahun 1243-1267 M tercatat sebagai sultan yang keenam, terkenal sebagai seorang sultan yang arif bijaksana lagi alim sekaligus seorang ulama. Dan sultan inilah yang mendirikan semacam perguruan tinggi Islam pada saat itu.

Begitu pula di Perlak ini terdapat suatu lembaga pendidikan lainya berupa majelis ta’lim tinggi, yang dihadiri khusus oleh para murid yang sudah alim dan mendalam ilmunya. Pada majelis ta’lim ini diajarkan kitab-kitab agama yang punya bobot dan pengetahuan tinggi, seperti kitab Al Um karangan Imam Syafi’i dan sebagainya.

Dengan demikian pada kerajaan Perlak ini proses pendidikan Islam telah berjalan dengan baik.

ü Kerajaan aceh Darussalam (1511-1874)

Dalam bidang pendidikan di Kerajaan Aceh Darussalam adalah benar-benar mendapat perhatian. Pada saat itu terdapat lembaga-lembaga negara yang bertugas dalam bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan, diantaranya:

Balai Seutia Hukama;

Merupakan lembaga ilmu pengetahuan, tempat berkumpulnya para ulama’, ahli pikir dan cendikiawan untuk membahas dan mengembangkan ilmu pengetahuan.

Balai Seutia Ulama’;

Page 23: pendidikan zaman kerajaan.doc

Merupakan jawatan pendidikan yang bertugas mengurus masalah-masalah pendidikan dan pengajaran.

Balai Jama’ah Himpunan Ulama’;

Merupakan kelompok studi tempat para ulama’ dan sarjana berkumpul untuk bertukar pikiran membahas persoalan-persoalan pendidikan dan ilmu pendidikan.

Adapun jenjang pendidikan yang ada adalah sebagai berikut:

Meunasah (madrasah);

Terdapat disetiap kampung, berfungsi sebagai sekolah dasar,materi yang diajarkan yaitu; menulis dan membaca huruf arab, ilmu agama, bahasa Jawi/Melayu, akhlak dan sejarah Islam.

Rangkang;

Diselengarakan disetiap mukim, merupakan masjid sebagai tempat berbagai aktifitas ummat termasuk pendidikan. Rangkang adalah setingkat Madrasah Tsanawiyah. Materi yang diajarkan; bahasa arab, ilmu bumi, sejarah, berhitung, (hisab), akhlak, fiqh, dan lain-lain.

Dayah;

Terdapat disetiap daerah ulebalang dan terkadang berpusat di masjid, dapat disamakan dengan Madrasah Aliyah sekarang, Materi yang diajarkan; fiqh (hukum islam), bahasa arab, tauhid, tasawuf/akhlak, ilmu bumi, sejarah/tata negara, ilmu pasti dan faraid.

Dayah Teuku Cik;

Dapat disamakan dengan perguruan tinggi atau akademi, diajarkan fiqh, tafsir, hadits, tauhid (ilmu kalam), akhlak/tasawuf, ilmu bumi, ilmu bahasa dan sastra arab, sejarah dan tata negara, mantiq, ilmu falaq dan filsafat.

Dengan demikian, jelas sekali bahwa di Kerajaan Aceh Darussalam ilmu pengetahuan benar-benar berkembang dengan pesat dan mampu melahirkan para ulama’ dan ahli ilmu pengetahuan, seperti: Hamzah Fansuri, Syekh Syamsudin Sumatrani, Syekh Nuruddin Ar Raniry dan Syekh Abdur Rauf Tengku Syiah Kuala, yang merupakan nama-nama yang tidak asing lagi sampai sekarang ini. Bahkan diantaranya ada yang diabadikan menjadi nama perguruan tinggi terkenal di Aceh yaitu IAIN Ar Raniry dan Universitas Syiah Kuala.

Page 24: pendidikan zaman kerajaan.doc

Sistem Pendidikan Pada Masa Kerajaan Islam di Demak

Tentang sistem pelaksanaan pendidikan dan pengajaran agama Islam di Demak punya kemiripan dengan yang dilaksanakan di Aceh, yaitu dengan mendirikan masjid di tempat-tempat yang menjadi sentral di suatu daerah, disana diajarkan pendidikan agama dibawah pimpinan seorang Badal untuk menjadi seorang guru, yang menjadi pusat pendidikan dan pengajaran serta sumber agama Islam.

Wali suatu daerah diberri gelaran resmi, yaitu gelar  sunan dengan ditambah nama daerahnya, sehingga tersebutlah nama-nama seperti: Sunan Gunung Jati, Sunan Geseng, Kiai Ageng Tarub, Kiai Ageng Sela dan lain-lain.

Memang antara Kerajaan Deamak dengan wali-wali yang Sembilan atau Walisonggo terjalin hubungan yang bersifat khusus, yang boleh dikatakan semacam hubungan timbal-balik, dimana sangatlah besar peranan para walisonggo di bidang dakwah Islam, dan juga Raden Fatah sendiri menjadi raja adalah atas rasa keputusan para wali dan dalam hal ini para wali tersebut juga sebagai penasehat dan pembantu raja.

Dengan kondisi yang demikian, maka yang menjadi sasaran pendidikan dan dakwah Islam meliputi kalangan pemerintah dan rakyat umum.Adanya kebijaksanaan wali-wali menyiarkan agama dan memasukkan anasir-anasir pendidikan dan pengajaran Islam dalam segala cabang kebudayaan nasional Indonesia, sangat mengembirakan, sehingga agama Islam dapat tersebar di seluruh kepulauan Indonesia.

Sistem Pendidikan Pada Masa Kerajaan Islam Mataram

Pada zaman kerajaan Mataram, pendidikan sudah mendapat perhatian sedemikian rupa, seolah-olah tertanam semacam kesadaran akan pendidikan pada masyarakat kala itu. Meskipun tidak ada semacam undang-undang wajib belajar, tapi anak-anak usia sekolah tampaknya harus belajar pada tempat-tempat pengajian di desanya atas kehendak orang tuanya sendiri.

Ketika itu hampir disetiap desa diadakan tempat pengajian alquran, yang diajarkan huruf hijaiyah, membaca alquran, barzanji,, pokok dan dasar-dasar ilmu agama Islam dan sebagainya. Adapun cara mengajarkannya adalah dengan cara hafalan semata-mata. Di setiap tempat pengajian dipimpin oleh guru yang bergelar modin.

Page 25: pendidikan zaman kerajaan.doc

Selain pelajaran alquran, juga ada tempat pengajian kitab, bagi murid-murid yyang  telah khatam mengaji alquran. Tempat pengajianya disebut pesantren. Para santri harus tinggal di asrama yang  dinamai pondok, di dekat pesantren tersebut.

Adapun cara yang dipergunakan untuk mengajar kitab ialah dengan sistem sorogan, seorang demi seorang bagi murid-murid permulaan, dan dengancara bendungan (halaqah) bagi pelajar-pelajar yang sudah lamadan mendalam keilmuanya.

Sementara itu pada beberapa daerah Kabupaten diadakan pesantren besar, yang dilengkapi dengan pondoknya, untuk kelanjutan bagi santri yang telah menyelesaikan pendidikan di pesantren-pesantren desa. Pesantren ini adalah sebagai lembaga pendidikan tingkat tinggi.

Kitab-kitab yang diajarkan pada pesantren besar itu ialah kitab-kitab besar dalam bahasa Arab, lalu diterjemahkan kata demi kata kedalam bahasa daerah dan dilakukan secara halaqah. Bermacam-macam ilmu agama telah diajarkan disini, seperti: fiqh, tafsir, hadits, ilmu kalam, tasawuf dan sebagainya. Selain pesantren besar, juga diselenggarakan semacam pesantren takhassus, yang mengajarkan satu cabang ilmu agama dengan cara mendalam atau spesialisasi.

Sistem Pendidikan Pada Masa Kerajaan Islam di Banjarmasin

Sistem pengajian kitab di pesantren Banjarmasin, tidak berbeda dengan sistem pengajian kitab di pondok pesantren Jawa ataupun Sumatra, yaitu dengan mempergunakan sistem halaqah, menerjemahkan kitab-kitab yang dipakai ke dalam bahasa daerah (Banjar), sedang para santrinya menyimaknya.

Page 26: pendidikan zaman kerajaan.doc

DAFTAR PUSTAKA

Djojonegoro, Wardiman. (1996). Lima Puluh Tahun Perkembangan

Pendidikan Indonesia. Jakarta : Departemen Pendidikan dan

Kebudyaan.

Djumhur, dkk. (1976). Sejarah Pendidikan. Bandung : CV Ilmu

Bandung.

Raisyidin, Waini, dkk. (2007). Landasan Pendidikan. Bandung : _______.

http://amankeun.blogspot.com/2012/02/perkembangan-pendidikan-pada-zaman.htmlHasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia; Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan, Jakarta, 2001http://ranuwa.wordpress.com/2011/12/15/sistem-pendidikan-pada-masa-kerajaan-islam-di-indonesia/

Page 27: pendidikan zaman kerajaan.doc