PENGALAMAN SPIRITUAL MAHASISWA SEBELUM DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5111/1/SKRIPSI...
Transcript of PENGALAMAN SPIRITUAL MAHASISWA SEBELUM DAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5111/1/SKRIPSI...
i
PENGALAMAN SPIRITUAL MAHASISWA SEBELUM
DAN SESUDAH MENGIKUTI MATA KULIAH
AKHLAK TASAWUF PADA MAHASISWA PROGDI
PAI STAIN SALATIGA ANGKATAN 2012
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh :
AFIF KURNIA ROHMAN
NIM : 11110007
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2014
i
PENGALAMAN SPIRITUAL MAHASISWA SEBELUM
DAN SESUDAH MENGIKUTI MATA KULIAH
AKHLAK TASAWUF PADA MAHASISWA PROGDI
PAI STAIN SALATIGA ANGKATAN 2012
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh :
AFIF KURNIA ROHMAN
NIM : 11110007
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2014
iii
PENGALAMAN SPIRITUAL MAHASISWA SEBELUM
DAN SESUDAH MENGIKUTI MATA KULIAH
AKHLAK TASAWUF PADA MAHASISWA PROGDI
PAI STAIN SALATIGA ANGKATAN 2012
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh :
AFIF KURNIA ROHMAN
NIM : 11110007
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2014
iv
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi Saudara:
Nama : Afif Kurnia Rohman
NIM : 11110007
Jurusan Tarbiyah : Pendidikan Agama Islam
Judul : Pengalaman Spiritual Mahasiswa Sebelum dan Sesudah
Mengikuti Mata Kuliah Akhlak Tasawuf pada Mahasiswa Progdi PAI STAIN
Salatiga Angkatan 2012 telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.
Salatiga, 15 Juli 2014
Pembimbing
Drs. Ahmad Sultoni, M.Pd.
NIP. 19681104 199803 1 003
v
SKRIPSI
PENGALAMAN SPIRITUAL MAHASISWA SEBELUM DAN SESUDAH
MENGIKUTI MATA KULIAH AKHLAK TASAWUF PADA
MAHASISWA PROGDI PAI STAIN SALATIGA ANGKATAN 2012
DISUSUN OLEH
AFIF KURNIA ROHMAN
NIM: 111 10 007
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah,
Sekolah Tinggi AgamaIslam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 20
September 2014 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar
sarjana S1 Kependidikan Islam
Susunan Penguji
Ketua Penguji Dr. H. Agus Waluyo, M. Ag. ______________________
Sekretaris Penguji Dra. Maryatin, M.Pd. ______________________
Penguji I Drs. Juz‟an, M. Hum. ______________________
Penguji II Mufiq, S. Ag., M. Phil. ______________________
Penguji III Drs. Ahmad Sultoni, M. Pd. ______________________
Salatiga, 25 September 2014
Ketua STAIN Salatiga
Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd.
NIP. 19670112 199203 1 005
vi
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Afif Kurnia Rohman
NIM : 11110007
Jurusan : Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan
orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode
etik ilmiah.
Salatiga, 15 Juli 2014
Yang menyatakan,
Afif Kurnia Rohman
vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Agama bukanlah sekedar pengetahuan, melainkan pengalaman spiritual. Maka,
jadilah orang beragama yang yakin, dekat, dan cinta kepada Tuhan.
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
Kedua orang tuaku yang selalu mendidik dan membimbingku dalam kebaikan,
sehingga aku menjadi pribadi yang pantang menyerah dan terus meningkatkan
potensi kebaikan.
Inspiratorku Bapak Ahmad Sultoni dan Bapak Yusuf Khumaini yang selalu
membimbingku dalam menemukan pengalaman spiritual dan ilmu langit yang
sangat menakjubkan dalam hidupku dan Motivatorku Pak Walyono yang rutin
setiap minggu selalu memberikan pencerahan spiritual kepadaku.
Tim COSMo Trainer (Community of Spiritual Motivation) yang selalu
menemaniku untuk berjuang menebar kebaikan di setiap training dan Tim Bimbel
RADHWA yang selalu memberikan ruang untuk terus meningkatkan potensi
akademikku.
Sahabat-sahabatku mahasiswa STAIN Salatiga angkatan 2010 dan teman-teman
klien yang selalu memberikan inspirasi baru di setiap konseling dan konsultasi.
viii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur senantiasa penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis mampu
menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.
Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya, serta para pengikutnya.
Semoga kita kelak mendapatkan syafaatnya di hari akhir. Aamiin.
Sebagai insan yang dhoif, penulis sadar bahwa skripsi ini bukanlah tugas
yang ringan, yang tidak akan terselesaikan tanpa bantuan pihak yang
berkompeten, yang penulis tidak mampu menyebutkan satu persatu. Oleh karena
itu dengan rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan,
bimbingan, motivasi dan iktikad baik kepada:
1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Ketua STAIN Salatiga.
2. Suwardi, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Tarbiyah.
3. Rasimin, S.Pd.I., M.Pd., selaku Ketua Program Studi PAI.
4. Dra. Siti Asdiqoh, M.Si., selaku Pembimbing Akademik.
5. Bapak Drs. Ahmad Sultoni, M.Pd., selaku pembimbing yang telah
mencurahkan waktu, pikiran dan tenaganya , hingga akhirnya penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Sahabat-sahabatkuku tercinta yang telah memberikan bekal baik materiil
maupun spirituil.
ix
7. Teman-teman mahasiswa progdi PAI angkatan 2012 yang telah bersedia
meluangkan waktunya membantu penulis dalam pengambilan data skripsi
ini.
Akhirnya penulis hanya bisa berdo‟a semoga Allah SWT senantiasa
memberikan balasan kebaikan yang berlipat ganda kepada mereka.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, untuk itu kritik
dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi kajian yang akan
datang yang lebih baik. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua, Aamiin.
Salatiga, 15 Juli 2014
Penulis
Afif Kurnia Rohman
NIM.11110007
x
ABSTRAK
Rohman, Afif Kurnia. 2014. Pengalaman Spiritual Mahasiswa Sebelum dan
Sesudah Mengikuti Mata Kuliah Akhlak Tasawuf pada Mahasiswa
Progdi PAI STAIN Salatiga Angkatan 2012. Skripsi. Jurusan Tarbiyah.
Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri. Pembimbing: Drs. Ahmad Sultoni, M.Pd
.
Kata Kunci: Pengalaman Spiritual Mahasiswa, Mata Kuliah Akhlak Tasawuf.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengalaman spiritual mahasiswa
progdi PAI STAIN Salatiga angkatan 2012 yang telah mengambil mata kuliah
akhlak tasawuf. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif.
Dilaksanakan di Kampus I STAIN Salatiga dari tanggal 5-17 April 2013 dan 19
Nopember 2013-25 Februari 2014. Responden dalam penelitian ini ada 100
mahasiswa (3 kelas mata kuliah akhlak tasawuf) dari 232 mahasiswa dan
Informan ada 10 mahasiswa PAI angkatan 2012. Metode pengumpulan data
dengan metode angket, wawancara dan dokumentasi. Analisis yang digunakan
adalah analisis deduktif secara deskriptif.
Kesimpulan penelitian: (1) Perubahan sikap mahasiswa diantaranya:
Kepribadian; Mahasiswa yang sebelumnya tidak tahu mengenai pribadinya sendiri
menjadi lebih mengenali dirinya sendiri, Mahasiswa yang sebelumnya sering
mengeluh menjadi menikmati indahnya bersyukur, Mahasiswa yang sebelumnya
ragu dan bimbang menjadi percaya akan keajaiban dan kekuasaan Tuhan, Perilaku
Sosial; Mahasiswa yang sebelumnya membantah perintah orangtua menjadi
semakin patuh kepada orangtuanya, Mahasiswa yang sebelumnya tidak
mempunyai rasa peduli dengan sesamanya menjadi bersimpati kepada orang lain,
Mahasiswa yang sebelumnya tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya menjadi
perhatian terhadap kelestarian lingkungan sekitar, Keaktifan Beribadah;
Mahasiswa yang sebelumnya jarang sholat menjadi rajin dan rutin melaksanakan
sholat, Mahasiswa yang sebelumnya malas-malasan berpuasa menjadi rajin
melaksanakan puasa sunnah, Mahasiswa yang sebelumnya jarang menyentuh al-
Qur‟an menjadi rajin membaca al-Qur‟an dan memahami maknanya. (2)
Pengalaman spiritual yang mahasiswa dapatkan: mereka mendapatkan
kenikmatan dalam melakukan berbagai aktifitas dengan ridho orangtua dan
merasakan bahwa karomah orangtua benar-benar ada, mereka merasakan
kenikmatan tersendiri ketika bisa bersedekah dan mendapatkan kesenangan batin
diluar prediksi serta mendapatkan kenikmatan diluar batas kemampuan, serta
mahasiswa mendapatkan balasan secara cepat dan tidak terduga setelah berdoa
dengan keyakinan dan kepasrahan kepada Allah SWT. (3) Cara mahasiswa
mendapatkan pengalaman spiritual adalah dengan memahami ilmu dan wawasan
tentang: Sholat Berjamaah, Berdoa, Sedekah, Puasa Sunnah, Sholat Tahajud,
Sholat Dhuha, Membaca Al-Qur‟an, dan Membaca Sholawat, secara sungguh-
sungguh dan konsisten sehingga mereka yakin bahwa Allah akan mengangkat
derajat orang yang beriman dan berilmu.
xi
DAFTAR ISI
SAMPUL ............................................................................................................. i
LEMBAR BERLOGO ....................................................................................... ii
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. iv
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN .................................................. v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................... vi
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................. vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
ABSTRAK .......................................................................................................... x
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Definisi Operasional ................................................................................. 5
C. Rumusan Masalah .................................................................................... 7
D. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 7
E. Kegunaan Penelitian ................................................................................. 8
F. Metode Penelitian ..................................................................................... 9
G. Sistematika Penulisan Skripsi .................................................................. 16
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pengalaman Spiritual
1. Pengantar ...................................................................................... 17
2. Pengertian ..................................................................................... 20
3. Karakteristik ................................................................................. 23
4. Tujuan .......................................................................................... 26
5. Contoh-contoh .............................................................................. 27
xii
B. Akhlak Tasawuf
1. Pengertian ..................................................................................... 29
2. Tujuan dan Ruang Lingkup ........................................................... 33
3. Metode Pembelajaran ................................................................... 36
4. Tema Pokok ................................................................................. 38
C. Pengalaman spiritual dalam akhlak tasawuf ............................................ 47
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. PAPARAN DATA
1. Sejarah Kampus STAIN Salatiga ................................................. 49
2. Visi dan Misi STAIN Salatiga ..................................................... 53
3. Kondisi Objektif Mahasiswa STAIN Salatiga ............................ 54
B. TEMUAN PENELITIAN
1. Data Hasil Angket Terbuka .......................................................... 56
2. Data Hasil Wawancara ................................................................. 58
BAB IV ANALISIS
A. Perubahan sikap mahasiswa sebelum dan sesudah
mengikuti kuliah akhlak tasawuf ............................................................. 75
B. Pengalaman spiritual yang mahasiswa ..................................................... 79
C. Cara mahasiswa mendapatkan pengalaman spiritual ............................... 81
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................. 90
B. Saran ......................................................................................................... 91
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
TABEL I Data Perubahan Sikap Mahasiswa Sebelum dan Sesudah
mengikuti Mata Kuliah Akhlak Tasawuf ..................................... 56
TABEL II Data Pengaruh Akhlak Tasawuf terhadap Kepribadian,
Perilaku Sosial dan Keaktifan Beribadah ..................................... 57
TABEL III Data Informan Wawancara .......................................................... 58
TABEL IV Data Perubahan Sikap Para Informan ........................................... 59
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar Riwayat Hidup
2. Angket Penelitian
3. Lembar Wawancara
4. Verbatim Hasil Wawancara
5. Nota Pembimbing
6. Daftar SKK
7. Lembar Konsultasi Skripsi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah salah satu makhluk yang paling mulia yang diciptakan
sebagai khalifah di bumi ini. Manusia tidak bisa hidup dengan tentram dan
damai jika tidak berkomunikasi dengan Tuhan. Relasi manusia dengan
Tuhannya akan berakhir bahwa Tuhanlah satu-satunya referensi yang pokok
dan dasar dari segala yang ada. Ma‟rifat Allah merupakan perbendaharaan
dan kemuliaan bagi manusia yang memiliki kalbu, arti rohani sering disebut
akal, nafsu dan ruh (Simuh, 1999:33). Dengan hati dan akal inilah manusia
diharapkan mampu membedakan mana hal yang baik dan mana hal yang
buruk.
Tasawuf berasal dari kata “Shofa-un” yang artinya bersih atau murni.
Kata inti yang menjadi motivasi dan laku sufi (orang yang melakukan ajaran
tasawuf) adalah pembersihan batin atau hati. Kesucian hati sangat dibutuhkan
bahkan menjadi prasyarat tercapainya penglihatan atau ma‟rifat Tuhan.
Adapun tujuan dari tasawuf yang hakiki adalah pembinaan akhlak secara
pribadi dan berhubungan dengan makhluk lain, yang semua itu dilakukan
untuk memperoleh kerelaan Tuhan. Kesadaran diri akan kehadiran Tuhan
dengan segala kesempurnaan sifat-Nya.
Proses untuk membersihkan diri dan mengendalikan nafsu yang muncul
dari dalam diri manusia akibat pengaruh lingkungan duniawi inilah hakekat
2
dari tasawuf. Untuk dapat mengetahui dan membaca situasi dan kondisi
dimana manusia berada membutuhkan keadaan diri yang suci dan bersih. Hal
ini merupakan tuntunan dari syariat dan untuk menuju pada hakekat agama
islam. Sinergi antara pencarian ilmu dan penyucian diri seperti tersebut dalam
Al-Quran Surat Al-„Alaq ayat 1-5 yang berbunyi:
Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang
Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah
dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah, yang mengajar (manusia) dengan
perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.”
Ayat di atas memerintahkan manusia untuk membaca dalam arti
membaca kondisi masyarakat yang membutuhkan perubahan ke arah yang
lebih baik. Tentu ini menjadi dakwah yang paling logis ketika dimulai dengan
membersihkan diri dengan mengagungkan Asma Allah sebagai landasan
untuk beramal baik dengan disertai niat yang suci karena tasawuf pada
dasarnya menekankan pada keadaan batiniah dan jiwa serta lahiriyah dalam
beribadah yaitu penyerahan diri secara total kepada Allah SWT.
3
Akhlak tasawuf merupakan salah satu ilmu yang mengembangkan
sistem pendidikan yang khas dimana persoalan batiniah menjadi persoalan
yang paling dominan dalam memberikan pengalaman spiritual dan
mempengaruhi watak serta kepribadian seseorang. Akhlak tasawuf secara
esensial menjadi sebuah pembelajaran yang praktis dan implementatif untuk
mendidik, membimbing serta membina seseorang mengikuti suatu cara
berfikir, merasa dan bertindak sesuatu. Akhlak tasawuf merupakan kolaborasi
antara ilmu akidah dan ilmu akhlak dimana seseorang yang mempunyai
akidah yang baik bisa dipastikan mempunyai akhlak, tindakan serta
pengalaman spiritual yang baik pula. Kita sadar bahwa manusia mempunyai
naluri ber-Tuhan. Naluri ber-Tuhan yang terdapat menurut kejadian diri
setiap orang mungkin akan lenyap apabila tidak dipupuk dan dipelihara.
Apalagi kalau disengaja untuk dihilangkan atau dimatikan dengan jalan
melepaskan diri kepada pengaruh kerohanian dan rasa ke-Tuhanan.
Allah SWT menciptakan manusia dengan membawa jiwa imanitas dan
humanitas yang tumbuh sebelum manusia lahir di dunia. Yang dimaksud
imanitas adalah manusia dilahirkan di dunia ini pada hakekatnya adalah
dalam keadaan iman dan bahwasanya sebelum dilahirkan manusia meyakini
Allah yang menciptakan manusia tersebut karena setiap bayi yang dilahirkan
di dunia ini adalah dalam keadaan suci. Sedangkan yang dimaksud dengan
humanitas adalah di mana manusia sebagai salah satu khalifah ataupun
individu yang diberi kelebihan oleh Allah SWT yang memiliki kehendak
untuk mengendalikan, mengarahkan dan mengembangkan segenap potensi-
4
potensi positif yang ada dalam jiwa manusia, jiwa inilah yang menandakan
substansi manusia yang berbeda dengan substansi makhluk lain. Manusia
mungkin bisa menemukan dirinya karena dengan mengenal dirinya ia akan
mengenal Tuhan, seperti yang tertera dalam QS. Al-Hasyr: 19 yang berbunyi
Artinya: “Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada
Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. mereka
Itulah orang-orang yang fasik.”
Mayoritas mahasiswa yang mengimplementasikan akhlak tasawuf dalam
kehidupan pribadinya, mengalami hal-hal ajaib yang mengindikasikan bahwa
mereka telah mendapatkan pengalaman spiritual yang baik meskipun ada juga
mahasiswa yang belum berhasil mendapatkan pengalaman spiritual karena
rendahnya tingkat keyakinannya kepada Allah. Moralitas yang menjadi inti
dari ajaran tasawuf dapat mendorong mahasiswa untuk memelihara dirinya
dari menelantarkan kebutuhan-kebutuhan spiritualitasnya. Sebab,
menelantarkan kebutuhan spiritualitas sangat bertentangan dengan tindakan
yang dikehendaki Allah. Di samping itu, hubungan perasaan mistis dan
berbagai pengalaman spiritual yang dirasakan oleh mahasiswa juga dapat
menjadi pengobat, penyegar, dan pembersih jiwa yang ada dalam diri
manusia.
Ada alasan berbeda dalam mensikapi eksistensi akhlak tasawuf. Ada
yang menolak karena Akhlak Tasawuf dipandang sebagai ilmu yang
5
mengajarkan kemustahilan dan tidak sesuai dengan logika, anggapan itu
muncul dari beberapa mahasiswa yang masih menganut paham humanism,
dimana ukuran kebenaran adalah otak dan logikanya. Kebanggaan dirinya
atas kuasa otak menutup hatinya untuk menerima kekuatan yang lebih besar
dari apa yang ia miliki (Sultoni, 2007:2). Fakta tersebut yang mengakibatkan
mahasiswa yang satu dengan mahasiswa lainnya mempunyai kuantitas dan
kualitas pengalaman spiritual yang berbeda-beda. Mahasiswa yang
melaksanakan ajaran Akhlak Tasawuf dengan keyakinan yang benar secara
signifikan akan mendapatkan pengalaman spiritual yang ajaib, serta kualitas
akidah dan akhlaknya semakin meningkat.
Bertolak dari latar belakang masalah di atas, penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan judul: Pengalaman Spiritual Mahasiswa
Sebelum dan Sesudah Mengikuti Mata Kuliah Akhlak Tasawuf pada
Mahasiswa Progdi PAI STAIN Salatiga Angkatan 2012.
B. Definisi Operasional
Untuk memberikan batasan-batasan yang jelas dalam skripsi ini, penulis
perlu menegaskan istilah-istilah dalam judul di atas.
1. Pengalaman Spiritual
Pengalaman adalah hasil persentuhan alam dengan panca indra
manusia. Spiritual adalah kata sifat yang berhubungan dengan atau bersifat
kejiwaan (rohani, batin), dimensi supra natural, berbeda dengan dimensi
6
fisik, sesuatu yang suci, keagamaan, dan lain-lain.
(http://www.id.wikipedia.org/wiki)
Adapun yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengalaman
spiritual mahasiswa yang sifatnya positif seperti merasakan kenikmatan
bisa melakukan ibadah, mendapatkan ketenangan batin atas berbagai
masalah yang dihadapi, mendapatkan kesenangan diluar dugaan serta
mendapatkan kenikmatan di luar batas kemampuan mahasiswa setelah
mahasiswa mengenal Allah SWT, sehingga mahasiswa lebih yakin, lebih
dekat dan lebih cinta kepada Allah SWT.
Artinya: “…Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan
Mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang
tiada disangka-sangkanya…” (QS. Ath-Thalaq: 2-3)
2. Akhlak Tasawuf
Akhlak tasawuf adalah ilmu yang mengajarkan kepada manusia
untuk mengenal dan mendekatkan diri kepada Allah. Urgensi tasawuf
adalah upaya positif untuk sadar dan mengenal pada eksistensi Tuhannya
(Sultoni, 2007:20).
Akhlak tasawuf yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mata
kuliah akhlak tasawuf yang diajarkan kepada mahasiswa STAIN Salatiga,
dimana tema pokoknya adalah The Power of Praying (kekuatan berdoa)
dan The Power of Giving (kekuatan sedekah). Keduanya sejalan dengan
7
tujuan mata kuliah akhlak tasawuf yang diajarkan di STAIN Salatiga yaitu
pada akhir semester mahasiswa yang mengambil mata kuliah ini
diharapkan akandapat memahami upaya manusia dalam merealisasikan
kesempurnaan akhlak, pemahaman tentang hakekat realitas dan
kebahagiaan rohani dalam wujud komunikasi dan dialog antara roh
manusia dengan Allah serta mahasiswa mampu mengaplikasikan konsep-
konsep Tasawuf dalam mensikapi problema kehidupan.
C. Rumusan Masalah
1. Apa perubahan sikap mahasiswa sebelum dan sesudah mengikuti
perkuliahan mata kuliah akhlak tasawuf?
2. Apa pengalaman spiritual yang mahasiswa dapatkan ketika mereka
mengaplikasikan ajaran-ajaran yang terkandung dalam mata kuliah akhlak
tasawuf?
3. Bagaimana cara mahasiswa mendapatkan pengalaman spiritual sehingga
mereka yakin bahwa Tuhan benar-benar ada, Maha Kuasa dan Cinta
kepada hambaNya?
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apa perubahan sikap mahasiswa sebelum dan sesudah
mengikuti perkuliahan mata kuliah akhlak tasawuf.
8
2. Untuk mengetahui apa pengalaman spiritual yang mahasiswa dapatkan
ketika mereka mengaplikasikan ajaran-ajaran yang terkandung dalam mata
kuliah akhlak tasawuf.
3. Untuk mengetahui bagaimana cara mahasiswa mendapatkan pengalaman
spiritual sehingga mereka yakin bahwa Tuhan benar-benar ada, Maha
Kuasa dan Cinta kepada hambaNya.
E. Kegunaan Penelitian
Adapun manfaat dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat praktis
a. Bagi Dosen
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi para
dosen dalam mendidik dan membimbing mahasiwa agar mau
meningkatkan kualitas amal shalih sehingga menemukan pengalaman
spiritual dengan Tuhannya.
b. Bagi Mahasiswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi
mahasiswa, agar mereka senantiasa mengaplikasikan apa yang telah
diajarkan dalam mata kuliah akhlak tasawuf sehingga menemukan
pengalaman spiritual yang positif.
2. Manfaat teoritis
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi masukan dan pertimbangan
bagi keberlangsungan pendidikan keagamaan terutama Akhlak Tasawuf di
9
kalangan mahasiswa STAIN Salatiga serta memperkaya ilmu pengetahuan
dalam dunia pendidikan islam.
F. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan oleh penulis adalah penelitian
kualitatif. Sugiyono (2012: 9) mengatakan bahwa:
“Penelitian kualitatif adalah penelitian yang berlandaskan pada filsafat
postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah
dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data yang
dilakukan secara triangulasi, analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil
penelitian lebih menekankan makna daripada generalisasi.”
Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, penelitian
deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan
informasi mengenai status suatu gejala yang ada yaitu keadaan gejala
perubahan sikap mahasiswa ke arah yang lebih baik setelah mengikuti
perkuliahan mata kuliah akhlak tasawuf.
2. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2012:215).
10
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa
PAI angkatan 2012 yang telah mengikuti mahasiswa mata kuliah
akhlak tasawuf berjumlah 232 orang.
b. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki populasi (Sugiyono, 2012:215). Pengambilan sampel yang
subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga
penelitiannya merupakan populasi. Selanjutnya jumlah subjek yang
lebih dari 100 maka diambil salah satunya antara 10-15% atau 20-
25% atau lebih (Arikunto, 1998:20).
Dalam penelitian ini penulis mengambil sampel 43% dari
232 orang sehingga besarnya sampel berjumlah 100 orang untuk
dijadikan responden untuk mengisi angket terbuka. Sedangkan dari
100 orang responden di atas, peneliti mengambil 10 informan
untuk diwawancarai berkaitan dengan pengalaman spiritual para
informan.
3. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, segala sesuatu yang akan dicari dari
obyek penelitian belum jelas dan pasti masalahnya, sumber datanya, hasil
yang diharapkan semuanya belum jelas. Rancangan penelitian masih
bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti memasuki obyek
penelitian. Selain itu dalam memandang realitas, penelitian kualitatif
berasumsi bahwa realitas itu bersifat holistik (menyeluruh), dinamis, tidak
11
dapat dipisah-pisahkan ke dalam variabel-variabel penelitian. Kalaupun
dapat dipisah-pisahkan, variabelnya akan banyak sekali. Dengan demikian
dalam penelitian kualitatif ini belum dapat dikembangkan instrumen
penelitian sebelum masalah yang diteliti jelas sama sekali. Oleh karena itu
dalam penelitian kualitatif ini adalah the researcher is the key instrument.
Jadi peneliti adalah merupakan instrumen kunci dalam penelitian
kualitatif. (Sugiyono: 2012:223)
4. Lokasi Penelitian
Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Kampus I Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Dengan unit analisisnya
adalah mahasiswa program studi pendidikan agama islam. Selain letaknya
yang strategis, alasan lain pemilihan tempat penelitian adalah berkaitan
dengan upaya meningkatkan kesadaran mahasiswa STAIN Salatiga
tentang pentingnya pengalaman spiritual yang terkandung dalam ajaran
mata kuliah akhlak tasawuf khususnya saat berada di kampus, maupun di
masyarakat nantinya.
5. Sumber Data
Adapun sumber data yang digunakan pada penelitian ini ada dua
macam, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah sumber data yang dikumpulkan
langsung dari tangan pertama, yaitu kata-kata dan tindakan subyek
serta gambaran dan pemahaman dari subyek yang diteliti sebagai
12
dasar utama melakukan interpretasi data. Data tersebut diperoleh
secara langsung dari orang-orang yang dipandang mengetahui
masalah yang akan dikaji dan bersedia memberi data yang
diperlukan. Pada penelitian ini yang menjadi sumber data primer
adalah mahasiswa STAIN Salatiga progdi PAI angkatan 2012 yang
telah mengikuti mata kuliah akhlak tasawuf. Dalam hal ini yang
menjadi informan kunci adalah dosen mata kuliah akhlak tasawuf
STAIN Salatiga. Dari informasi informan kunci tersebut akan
dilakukan penelusuran lebih lanjut kepada pihak-pihak terkait.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah data yang mengandung dan
melengkapi sumber-sumber data primer. Adapun sumber data
sekunder dalam penelitian ini adalah mahasiswa STAIN Salatiga
program studi selain PAI.
6. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang relevan dengan fokus penelitian,
maka teknik pengumpulan data yang akan dipakai meliputi:
a. Metode Angket
Angket adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara member seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono,
2012:142). Dalam penelitian ini, penulis menggunakan angket
terbuka. Metode ini penulis terapkan untuk mengetahui apa
13
perubahan sikap mahasiswa sebelum dan sesudah mengikuti
perkuliahan mata kuliah akhlak tasawuf.
b. Metode Wawancara
Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk
bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu. (Sugiyono,
2012:231)
Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui apa
pengalaman spiritual yang mahasiswa dapatkan ketika mereka
mengaplikasikan ajaran-ajaran yang terkandung dalam mata
kuliah akhlak tasawuf dan bagaimana cara mahasiswa
mendapatkan pengalaman spiritual sehingga mereka yakin bahwa
Tuhan benar-benar ada, Maha Kuasa dan Cinta kepada
hambaNya.
c. Metode Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah
berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-
karya monumental dari seseorang. Studi dokumen merupakan
pelengkap dari penggunaan metode wawancara dalam penelitian
kualitatif (Sugiyono, 2012:240). Dokumentasi yang penulis
gunakan adalah rekaman hasil wawancara. Rekaman wawancara
digunakan untuk menelaah lebih detail informasi-informasi yang
disampaikan oleh narasumber.
14
7. Teknik Analisis Data
Analisis data disebut juga pengolahan data dan penafsiran data.
Analisis data adalah rangkaian kegiatan penelaahan, pengelompokan,
sistematisasi, penafsiran dan verifikasi data agar sebuah fenomena
memiliki nilai sosial, akademis dan ilmiah. Untuk menganalisis data,
penulis menggunakan metode analisis data secara deduktif, yaitu suatu
metode berfikir yang bertolak dari fenomena yang umum, konkrit
kemudian menarik kesimpulan yang bersifat khusus.
8. Pengecekan Keabsahan Data
Untuk mengetahui apakah data yang telah dikumpulkan dalam
penelitian memiliki tingkat kebenaran atau tidak, maka perlu dilakukan
pengecekan data yang disebut dengan validitas data. Untuk menjamin
validitas data, peneliti menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi adalah
teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain
di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding
terhadap data itu. Dalam penelitian ini peneliti memanfaatkan teknik
triangulasi dengan sumber dan triangulasi dengan metode.
Triangulasi teknik, berarti peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari
sumber yang sama. Peneliti menggunakan observasi partisipatif,
wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama
secara serempak. Triangulasi sumber berarti, untuk mendapatkan data dari
15
sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama. (Sugiyono,
2012:241)
G. Sistematika Penulisan
Skripsi ini penulis bagi menjadi lima bab, di masing-masing bab
saling berkaitan, dengan penjelasan sebagai berikut :
BAB I: PENDAHULUAN, yang meliputi: Latar Belakang Masalah, Definisi
Operasional, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian,
Metode Penelitian, Sistematika Penulisan Skripsi.
BAB II: KAJIAN PUSTAKA, menjelaskan tentang : Studi tentang
pengalaman spiritual meliputi: pengantar, pengertian, karakteristik, tujuan dan
contoh-contoh pengalaman spiritual, Studi tentang akhlak tasawuf meliputi:
pengertian, tujuan, metode pembelajaran, tema pokok akhlak tasawuf, dan
Studi tentang pengalaman spiritual dalam akhlak tasawuf.
BAB III: PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN, yang tentang:
Sejarah Kampus STAIN Salatiga, Visi dan Misi STAIN Salatiga, Kondisi
Objektif Mahasiswa STAIN Salatiga; Data Hasil Angket Terbuka meliputi
Data tentang Perubahan sikap yang dilakukan mahasiswa sebelum dan
sesudah mengikuti kuliah akhlak tasawuf. Data Hasil Wawancara meliputi:
Data Tentang Pengalaman spiritual yang mahasiswa dapatkan, Data Tentang
Cara mahasiswa mendapatkan pengalaman spiritual.
16
BAB IV: ANALISIS, yang berisi tentang: Perubahan sikap mahasiswa
sebelum dan sesudah mengikuti kuliah akhlak tasawuf, Pengalaman spiritual
yang mahasiswa, dan Cara mahasiswa mendapatkan pengalaman spiritual.
BAB V: PENUTUP, yang merupakan bab terakhir dan kesimpulan dari hasil
penelitian dengan melihat permasalahan serta saran.
17
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Studi tentang Pengalaman Spiritual
1. Pengantar pentingnya pengalaman spiritual
Masyarakat Indonesia mayoritas menganut Agama Islam. Menurut
hasil sensus penduduk Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2010,
tercatat sebanyak 207.176.162 penduduk Indonesia memeluk Agama
Islam. Sementara itu jika dihitung prosentasenya jumlah 207.176.162
tersebut setara dengan 87,18% dari total penduduk Indonesia. Setiap
muslim mempunyai tingkat pengetahuan pemahaman yang berbeda-beda
dalam melaksanakan ibadah. Pemahaman yang berbeda itu pun
menjadikan setiap muslim mempunyai pengalaman spiritual yang berbeda-
beda juga. (http://dokumenpemudatqn.com/2013/07/persentase-jumlah-
umat-islam-berbagai.html, diakses tanggal 9 November 2013)
Jaya (1994) mengemukakan pendapatnya bahwa “ilmu pengetahuan
sekarang mulai menyelidiki gejala alamiah perkembangan spiritual sebagai
aspek esensial dari kehidupan manusia. Manusia sering kali melakukan
tindakan yang tidak sesuai dengan perintah Allah yang membuat dirinya
berada pada tahap perkembangan spiritual yang paling bawah. Allah
menurunkan keimanan ke dalam hati manusia agar mereka dapat
berkembang kembali pada tingkat spiritual yang lebih tinggi. Dengan
demikian, Islam mengajarkan adanya perbedaan tingkat spiritualitas.
18
Tingkat spiritualits manusia dapat berubah dari satu waktu ke waktu lain.
Jadi manusia mengalami perkembangan spiritual dalam hidupnya”.
Muslim yang mempunyai pengalaman spiritual akan mengutamakan
kualitas dalam melaksanakan ibadahnya kepada Tuhan. Ibadah adalah
segala kegiatan manusia beriman yang dilakukan dengan ikhlas dan
bertujuan untuk mencapai ridlo Allah, sehingga terdapat korelasi yang erat
dengan tujuan penciptaan manusia agar segala ektivitas hidupnya
berorientasi pengabdian kepada Allah semata (Kaelang, 2000:100). Tujuan
ibadahnya tidak lagi karena merupakan sebuah kewajiban, namun lebih
pada kebutuhan untuk terus mensyukuri apa yang telah diberikan Tuhan
kapada dirinya.
Pengalaman spiritual merupakan perjalanan ruhani seorang hamba
untuk menuju dan bertemu dengan Tuhannya. Dalam kondisi itulah,
seorang hamba akan merasa nyaman berada dalam suasana keakraban
bersama Tuhan yang didambakannya sehingga akan mempengaruhi
sikapnya kearah yang lebih baik. Untuk menumbuhkembangkan sikap
yang baik, adalah berpadunya emosi, rasionalitas dan spiritualitas secara
seimbang, untuk menumbuhkan emosi dan rasionalitas, seorang harus
dididik dengan ilmu dan moralitas (Syukur, 2006:203).
Orientasi hidupnya hanya untuk berbakti dan meningkatkan kualitas
amal shalih sebagai wujud cinta dan syukur kepada Tuhan, sehingga harta
dan materi yang ia punya semata-mata untuk mendukung ibadah menuju
ridho Tuhan. Hidupnya dipenuhi dengan keberkahan dan energi spiritual
19
yang mengantarkan ia menjadi pribadi yang unggul, bermartabat serta
menjadi pandangan terindah bagi Tuhannya. Hidupnya serba mudah, serba
cukup dan relatif tidak mempunyai masalah karena semua permasalahan
hidup disandarkan kepada TuhanYang Maha Memberi Solusi bagi setiap
permasalahan yang muncul.
Bertolak belakang dari uraian di atas, muslim yang tidak mempunyai
pengalaman spiritual hanya akan melakukan ibadah dalam skala kuantitas.
Ibadah hanya merupakan kewajiban dan sekedar ritual-ritual tidak
mempunyai makna yang mendalam untuk mempengaruhi kehidupannya.
Ibadah hanya sebagai formalitas keagamaan yang dianutnya. Muslim
seperti ini memaknai kata iman sekedar dalam hati dan lisan semata, tanpa
melibatkan tindakan nyata sebagai wujud iman yang sebenarnya. Karena
bagaimanapun juga, iman merupakan gabungan tiga unsur yang tidak
dapat dipisahkan satu sama lain, yakni: meyakini dalam hati,
mengucapkan dengan lisan, serta mengaplikasikan dalam tindakan sehari-
hari. Meski tingkat kuantitas ibadahnya tinggi, muslim yang tidak
mempunyai pengalaman spiritual hidupnya akan serba sulit, serba kurang
dan banyak masalah. Ini dikarenakan menjalani hidup tanpa melibatkan
Tuhan dalam perilakunya.
Dari pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa ternyata
agama bukan sekedar pengetahuan dan ritual ibadah, namun agama adalah
pengalaman spiritual untuk terus fokus menuju Tuhan dalam setiap
tindakan yang dilakukan sehingga akan menjadikan orang mempunyai
20
kepribadian. Al Musawa (2008:76) menyatakan bahwa, “manusia yang
berkepribadian akan memiliki sifat konsisten. Sikap konsisten bagi
seorang muslim juga mencakup kesamaan antara perkataan dan perbuatan.
Allah melarang keras seorang muslim yang kontradiktif antara perkataan
dan perbuatannya.”
2. Pengertian Pengalaman Spiritual
a. Pengalaman
Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia, Poerwadarminta (1982:963)
mengatakan bahwa pengalaman ialah barang apa yang telah dirasai
(diketahui, dikerjakan, dan sebagainya). Pengalaman memungkinkan
seseorang menjadi tahu dan hasil tahu ini kemudian disebut
pengetahuan. Pengalaman merupakan suatu aktivitas maupun tindakan
nyata yang dikerjakan untuk tujuan tertentu.
b. Spiritual
Spiritual berasal dari kata “spirit” yang berarti semangat. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah “spiritual” dapat didefinisikan
sebagai pengalaman manusia secara umum dari suatu pengertian akan
makna, tujuan dan moralitas (Poerwadarminta, 1982:963).
Kata “spirit” juga berasal dari kata benda bahasa latin “spiritus”
yang berarti napas dan kata kerja “spirare” yang berarti untuk bernapas.
Melihat asal katanya, untuk hidup adalah untuk bernapas, dan memiliki
napas artinya memiliki spirit. Menjadi spiritual berarti memiliki ikatan
yang lebih kepada hal yang bersifat kerohanian atau kejiwaan
21
dibandingkan hal yang bersifat fisik atau material. Spiritualitas
merupakan kebangkitan atau pencerahan diri dalam mencapai tujuan
dan makna hidup. Spiritual merupakan bagian esensial dari keseluruhan
kesehatan dan kesejahteraan seseorang. Hasan (2008:289) mengatakan
bahwa spiritualitas merupakan ekspresi dari kehidupan yang
dipersepsikan lebih tinggi, lebih kompleks atau lebih terintegrasi dalam
pandangan hidup seseorang, dan lebih daripada hal yang bersifat
indrawi. Salah satu aspek dari menjadi spiritual adalah memilki arah
tujuan, yang secara terus-menerus meningkatkan kebijaksanaan dan
kekuatan berkehendak dari seseorang, mencapai hubungan yang lebih
dekat dengan ketuhanan dan alam semesta, dan menghilangkan ilusi
dari gagasan salah yang berasal dari alat indra, perasaan, dan pikiran.
Menurutnya, spiritualitas memiliki dua proses. Pertama, proses ke atas,
yang merupakan tumbuhnya kekuatan internal yang mengubah
hubungan seseorang dengan Tuhan. Kedua, proses ke bawah yang
ditandai dengan peningkatan realitas fisik seseorang akibat perubahan
internal. Konotasi lain, perubahan akan timbul pada diri seseorang
dengan meningkatnya kesadaran diri, dimananilai-nilai ketuhanan di
dalam akan termanifestasi ke luar melalui pengalaman dan kemajuan
diri.
Menurut Burkhardt (1993) spiritualitas meliputi aspek-aspek: 1)
Berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui atau ketidakpastian
dalam kehidupan, 2) Menemukan arti dan tujuan hidup, 3) Menyadari
22
kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan dalam
dirisendiri, 4) Mempunyai perasaan keterikatan dengan diri sendiri dan
dengan yang maha tinggi.
(http://id.scribd.com/doc/58789726/Pengertian-Spiritual, diakses
tanggal 9 November 2013)
c. Pengalaman Spiritual
Menurut Dister (1988:31), Intisari perbuatan beragama bukanlah
suatu esensi yang stabil. Oleh karena hakikat pengalaman religius yaitu
kepekaan terhadap yang suci, timbul dalam pergaulan dengan dunia,
maka pengalaman religius harus dikatakan bukan hanya natural tetapi
juga kultural sifatnya. Sedangkan Sudiarja (1994:49) berpendapat
bahwa pengalaman religius akan didapatkan seseorang dengan
mengawali usahanya dengan sesuatu yang nyata, yang bersungguh-
sungguh, tanpa pamrih untuk memahami dari dalam kepercayaan,
dunia, arketipe-arketipe, kebudayaan, latar belakang mistis dan
konseptual, serta hubungan-hubungan emosional dan historis
sesamanya. Sehingga dia harus mengusahakan dengan serius suatu
inkarnasi eksistensial dirinya ke dalam dunia lain yang tentu melibatkan
kehidupan doa, inisiasi, pengetahuan dan peribadatannya.
Pengalaman spiritual adalah aktivitas ataupun tindakan yang akan
mengantarkan seseorang pada semangat untuk menuju dan menemukan
Tuhan. Secara sederhana pengalaman spiritual adalah pengalaman-
pengalaman yang bisa didapat oleh objek-objek yang melakukan ritual-
23
ritual keagamaan. Akan tetapi jika pengalaman-pengalaman ini
dikonotasikan sebagai pengalaman yang akan diperoleh oleh objek-
objek yang melakukan ritual keagamaan, hal ini akan sangat
membatasi. Jika memang tidak terbatas, maka hal yang perlu
diperhatikan adalah bahwa pengalaman spiritual adalah pengalaman
yang bisa diperoleh oleh orang atau objek-objek yang memiliki
kesehatan psikologis yang optimal.
Kesadaran spiritual roh/rasa/jiwa berlawanan dengan hawa nafsu
(kecenderungan sesuatu yang buruk/jahat). Karena kesadaran
intelektual bersifat netral, maka kesadaran ini mengikuti dan
mengeksekusi sesuatu yang akan menjadi kebaikan/keburukan,
bergantung pada kombinasi kesadaran spiritual dan kesadaran
emosional (Kurnia, 2008:188).
3. Karakteristik Pengalaman Spiritual
Kedekatan kepada Allah, yang merupakan tuntutan dan puncak
kesempurnaan manusia, memiliki sejumlah tingkatan. Sekecil apapun
suatu perbuatan ikhtiari, asalkan memenuhi persyaratan, pada tingkatan
tertentu dapat mendekatkan manusia kepada Tuhannya…keimanan
sempurna dan tauhid murni senantiasa meniscayakan tercapainya puncak
derajat kepada Tuhan. (Rajabi, 2006:257)
Abraham Maslow (Seorang Psikolog pencetus aliran Humanistik
dalam psikologi) dalam teorinya menggunakan istilah pengalaman puncak.
Ia menggambarkan pengalaman puncak sebagai saat-saat diliputi perasaan
24
khidmat, kebahagiaan yang mendalam, kegembiraan, ketentraman, dan
ekstase. Orang-orang yang mengalami pengalaman puncak merasa lebih
terintegrasi, lebih bersatu dengan dunia, lebih menjadi raja atas diri mereka
sendiri, lebih spontan, kurang menyadari ruang dan waktu, lebih cepat dan
mudah mencerap sesuatu, dan memiliki persepsi yang murni terhadap
realitas. Pengalaman ini memiliki beberapa karakteristik berikut:
a. Emosi yang amat kuat dan mendalam hampir sama dengan ektase.
b. Merasakan kedamaian atau ketenangan yang mendalam.
c. Merasa selaras, harmonis, atau menyatu dengan alam semesta.
d. Merasa memiliki pemahaman yang mendalam.
e. Merasa peristiwa tersebut sebagai peristiwa yang yang istimewa dan
mustahil untuk diceritakan.
Pengalaman Spiritual adalah pengalaman di saat kebermaknaan
atas pengetahuan-pengetahuan yang kita miliki sebelumnya. Pengalaman-
pengalaman tersebut tidak bisa diungkap secara langsung dalam konteks
rasional. Seseorang yang mampu mendapatkan kebermaknaan itu adalah
seseorang yang mampu mengarahkan hidupnya pada pikiran-pikiran yang
sehat optimal. Dalam dunia Islam Pengalaman-pengalaman spiritual
terbahasa luas dalam kajian sufisme, dalam dunia tasawuf dikenal seorang
ahli sufi yaitu Al-Ghazali. Al-Ghazali adalah seorang filosof Islam dari
Persia. Secara global, tujuan para sufi adalah Allah SWT, segala sesuatu
terputuskan kecuali mengarahakan hati pada Allah SWT. Al-Ghazali
dikenal dengan konsep zuhud dan ma‟rifahnya. Praktik para sufi adalah
25
dzikrullah, mengingat Allah SWT secara total. Konsep ma‟rifah yang
dijadikan sebagai tujuan akhir dalam pangalaman bertasawufnya bermakna
tersingkapnya sesuatu dengan jelas, sehingga tidak ada lagi ruang untuk
ragu-ragu, tak mungkin salah atau keliru. Disisi lain ia menyebutkan
“ma‟rifah ialah mengetahui rahasia Allah dan peraturan-peraturanNya
tentang segala yang ada”. Keistimewaan khusus milik para sufi tidak
mungkin tercapai hanya dengan belajar, tetapi harus dengan
ketersingkapan batin, keadaan rohani serta rehabilitasi tabiat-tabiat yang
tercela. Selain itu, secara umum seperti yang telah dituliskan di atas jika
pengalaman ini bisa diperoleh dengan media agama akan terlalu sempit
dan terbatas. Pada kenyataannya, pengalaman spiritual itu bisa diperoleh
salah satunya dengan Meditasi. Meski dalam islam meditasi diusung
secara khusyu‟ dalam sholat.
(http://chantiksekali.blogspot.com/2011/12/pengalaman-spiritual.html, di-
akses tanggal 9 November 2013)
Menurut Anis Matta (2007:137), Salah satu cara menjaga nuansa
spiritual adalah dengan memperhatikan ibadah harian…setiap gerak,
keinginan, cara berfikir, dan sikap anda akan mudah terpengaruh dengan
nuansa spiritual anda. Metodologi dan pelatihan hanya dapat efektif jika
emosi dan akal bekerja dengan baik. Sedangkan Hardjana (2002)
berpendapat bahwa orang beriman bukan hanya ditandai oleh perilaku
hidup etikal dan moral yang bercirikan agama yang dianutnya. Inti hidup
orang beriman adalah berkata “ya” secara total kepada Tuhan. Orang
26
beriman adalah orang yang terlibat dan setia kepada Tuhan secara nyata
dalam hidupnya.
4. Tujuan Pengalaman Spiritual
Menurut Jaya (1994:64), secara umum tujuan spiritualisasi islam yaitu
pembentukan keharmonisan hubungan jiwa manusia dengan Allah SWT,
dengan sesama manusia dan makhluk-Nya, dan dengan dirinya sendiri.
Adapun tujuan khususnya dari komponen ibadah adalah pembentukan jiwa
manusia yang alim, mukmin, abid, muqarrib, mau beramal, berdoa,
berdzikir, sadar akan keterbatasab umurnya, mau menjadikan Al-Qur‟an
sebagai pedoman hidup, dan berkemampuan dalam menjadikan seluruh
aktivitas hidupnya bernilai ibadah kepada Allah.
Tujuan spiritualisasi islam tampak muluk sehingga tersa sulit untuk
mencapainya. Sesungguhnya tujuan tersebut bukanlah sesuatu yang
mustahiluntuk dicapai. Kalau orang mau bermujahadah dalam
mendapatkannya, pasti ia mendapatkan, karena ia berarti beradapada jalan
Allah. Orang yang berjihad di jalan Allah, maka Allah akan
menunjukinya. Firman allah dalam QS. Al-Ankabut: 69, berbunyi:
Artinya: “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan)
Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami.
dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat
baik.”
27
Ada empat tingkatan manusia taat yang ingin dibentuk Al-Ghazali
dengan tujuan spiritualisasi islamnya. Pertama, tingkatan ketaatan orang
awam atau sederhana. Kedua, tingkat ketaatan orang shalih. Ketiga,
tingkat ketaqwaan orang taqwa atau muqarrib. Keempat, tingkat ketaatan
orang yang benar lagi arif, yaitu tingkatan yang dekat dengan nabi dan
rasul.
Jadi tujuan pengalaman spiritual adalah agar seorang hamba
menemukan hikmah dari segala bentuk aktivitas yang dijalani dalam
ibadahnya kepada Tuhan. Menurut Mahmudin (2006), hikmah ialah ilmu
tentang hakikat sesuatu, tentang faedah dan manfaatyang terkandung
didalamnya, yang membangkitkan orang untuk berusaha mengerjakannya.
Ia juga berarti falsafah praktis, seperti ilmu jiwa, ilmu akhlak, ilmu tentang
rahasia-rahasia makhluk dan hokum-hukum kemasyarakatan. Sedangkan
Khalafallah (2008:181) mengatakan bahwa hikmah adalah ilmu sahih yang
memobilisasi kehendak untuk melakukan amal yang bermanfaat.
Perangkat hikmah adalah akal sehat yang mana memiliki daya untuk
memilah pelbagai problem pengetahuan.
5. Contoh Pengalaman Spiritual
Pengalaman merupakan kata yang netral, sehingga aka nada
kemungkinan pengalaman baik maupun pengalaman yang kurang baik.
Pengalaman baik/buruk nantinya juga akan mengarahkan seorang hamba
untuk bertemu dan menuju Tuhannya. Testimoni tentang pengalaman
spiritual akan banyak kita dapatkan dari orang-orang disekitar kita. Namun
28
disini penulis hanya akan mengambil dua contoh pengalaman spiritual,
diantaranya.
a. Contoh pengalaman spiritual yang positif
Seorang mahasiswa sedang membutuhkan sepeda motor untuk
mempermudah langkahnya dalam perjalanan untuk menuntut ilmu di
kampus, namun dia tidak mempunyai uang yang cukup. Ia lalu
berikhtiar dan beribadah secara sungguh-sungguh kepada Allah, serta
memohon agar segera mempunyai sepeda motor. Ia rajin belajar,
tahajud, dhuha, baca al-qur‟an, dan sering sedekah kepada anak yatim
untuk mempercepat terkabulnya doa. Orang tua yang memperhatikan
kesungguhan anaknya itu lalu tergerak hatinya untuk membelikan
sepeda motor walaupun anaknya tidak memintanya secara langsung.
Sejak kejadian itu, mahasiswa tersebut semakin menghormati dan
menyayangi orang tuanya, serta bertambah rajin ibadahnya kepada
Allah.
b. Contoh pengalaman spiritual yang negatif
Seorang mahasiswa berkeinginan menjenguk temannya yang
sedang dirawat di salah satu RSU, saat itu cuaca sedang dalam keadaan
hujan deras. Ibu mahasiswa tadi melarangnya mengendarai sepeda
motor dan menyuruhnya untuk naik bus. Si mahasiswa tetap bersikeras
mengendarai sepeda motor dengan alasan untuk menghindari macet.
Sepuluh meter sebelum memasuki pintu masuk RSU, mahasiswa tadi
mengalami kecelakaan dan kakinya patah. Ia menangis di pinggir jalan
29
setelah jatuh, namun ia menangis bukan karena rasa sakit yang sedang
dideritanya. Ia menangis karena menyesal tidak menghiraukan nasehat
ibunya. Ia pulang ke rumah dan meminta maaf kepada ibunya. Setelah
kejadian itu, ia selalu menaati nasehat dan saran dari orang tuanya,
terutama kepada ibunya.
Pengalaman bisa ditinjau dari sudut pandang dhohiriyah maupun
batiniyah. Yang dimaksud pengalaman positif maupun pengalaman
negatif di atas adalah pengalaman spiritual yang ditinjau dari
dhohiriyahnya saja. Kalau dilihat dari sudut pandang batiniyah,
pengalaman spiritual hanya bersifat positif karena bagaimanapun
pengalaman spiritualnya, ianya bisa mengantarkan pelakunya menuju
kedekatan terhadap Allah.
B. Akhlak Tasawuf
1. Pengertian Akhlak Tasawuf
a. Akhlak
Dilihat dari sudut bahasa (etimologi), akhlak adalah budi pekerti,
perangai tingkah laku atau tabi‟at ((Poerwadarminta, 1982:25). Secara
istilah, akhlak ialah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang
tertanam di dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat lahir
berupa perbuatan atau tindakan baik,yang disebut akhlak yang
mulia/terpuji, atau perbuatan buruk, yang disebut sebagai akhlak yang
30
tercela (Asmaran, 2002:1). Sebagaimana tercantum dalam Firman
Allah:
Artinya: “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang
agung.” (QS. Al-Qalam: 4)
Tabiat atau watak dilahirkan karena hasil perbuatan yang diulang-
ulang sehingga menjadi biasa. Kata akhlak dalam bahasa Indonesia
sering disebut dengan istilah kesusilaan, sopan santun; moral, ethnic
dalarn bahasa Inggris, dan ethos, ethios dalam bahasa Yunani. Akhlak
diartikan sebagai ilmu tata krama yaitu ilmu yang berusaha
mengenalkan tingkah laku manusia, kemudian memberi nilai kepada
perbuatan baik atau buruk. Dari segi istilah (terminologi), Imam al-
Ghazali (2000) mendefinisikan akhlak sebagai suatu sifat yang tertanam
dalam jiwa yang menimbulkan bermacam-macam perbuatan dengan
mudah tanpa memerlukan pemikiran dan petimbangan terlebih dahulu.
Menurut Al-Ghazali , empat kriteria yang harus dipenuhi untuk suatu
kriteria: akhlak yang baik dan buruk, yaitu: Kekuatan ilmu atau hikmah;
kekuatan marah yang terkontrol oleh akal yang akan menimbulkan sifat
syaja'ah; kekuatan nafsu syahwat, dan kekuatan keseimbangan
(keadilan). Keempat komponen itu merupakan syarat pokok untuk
mencapai derajat akhlak yang baik secara mutlak. Semua ini dimiliki
secara sempuma oleh Rasulullah SAW. Maka tiap-tiap orang yang
31
dekat dengan empat sifat tersebut, maka ia dekat dengan Rasulullah
SAW, yang berarti ia juga dekat dengan Allah SWT.
Ciri perbuatan akhlak biasanya ditandai dengan tertanam kuat
dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi kepribadiannya, dilakukan
dengan mudah tanpa pemikiran, dan timbul dari dalam diri orang yang
mengerjakannya tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar, dilakukan
dengan sungguh-sungguh dan ikhlas. Sedangkan ruang lingkup kajian
ilmu akhlak meliputi perbuatan-perbuatan manusia menurut ukuran
baik dan buruk, objeknya adalah norma atau penilaian terhadap
perbuatan tersebut.
Jadi berdasarkan sudut pandang kebahasaan, esensi akhlak dalam
pengertian sehari-hari disamakan dengan budi pekerti, kesusilaan,
sopan santun, tata krama (versi bahasa Indonesia), sedangkan dalam
bahasa Inggrisnya disamakan dengan moral atau etika.
b. Tasawuf
Secara etimologis, Tasawuf berarti ajaran atau kepercayaan
bahwa pengetahuan kepada kebenaran dan Allah yang dapat dicapai
dengan jalan penglihatan batin, renungan, dan sebagainya
((Poerwadarminta, 1982:1023). Tasawuf adalah bagian dari syari‟ah
islamiyah, yakni wujud dari ihsan, salah satu dari kerangka ajaran islam
yang lain, yakni iman dan islam. Tasawuf sebagai manifestasi dari ihsan
tadi, merupakan penghayatan seseorang terhadap agamanya, dan
berpotensi besar untuk menawarkan pembebasan spiritual, sehingga ia
32
mengajak manusia mengenal dirinya sendiri, dan akhirnya mengenal
Tuhannya (Syukur, 2003:13). Sedangkan menurut Alwi Shihab
(2001:33), tasawuf pada dasarnya adalah rasa dan pengalaman,
sedangkan jiwa universal. Oleh karena itu, bisa saja suatu pengalaman
ditemukan sama meski tidak ada kontak satu sama lain. Kenyataan ini
membuktikan kesatuan pengalaman spiritual walaupun dengan
penafsiran dan ekspresi yang berbeda sesuai dengan kebudayaan yang
bersangkutan.
Dari segi linguistik (kebahasaan) dapat dipahami bahwa tasawuf
adalah sikap mental yang selalu memelihara kesucian diri, beribadah,
hidup sederhana, rela berkorban untuk kebaikan dan selalu bersikap
mulia. Tasawuf juga bisa dimaknai sebagai suatu bidang ilmu
keislaman dengan berbagai pembagian di dalamnya yaitu tasawuf
akhlaqi, amali, dan falsafi :
1) Tasawuf akhlaqi yaitu berupa ajaran mengenai moral/akhlak yang
hendaknya diterapkan sehari-hari guna memperoleh kebahagiaan.
Tasawuf ahklaqi dibagi menjadi 3, yakni: Takhalli, Tahalli, dan
Tajalli.
2) Tasawuf amali yaitu tentang bagaimana cara mendekatkan diri
kepada Allah SWT.
3) Tasawuf falsafi yaitu paduan visi intuitif tasawuf dan visi rasional
filsafat. (http://radentegarghozali.blogspot.com/2012/12/makalah-
33
implementasi-tasawuf.html, diakses pada hari senin 16 september
2013)
Dari pembahasan di atas, tasawuf bisa diartikan sebagai upaya
mensucikan diri dengan cara menjauhkan pengaruh kehidupan dunia
dan memusatkan perhatian hanya kepada Allah Swt atau kegiatan yang
terkait dengan pembangunan mental ruhaniah agar selalu dekat dengan
Tuhan.
c. Akhlak Tasawuf
Dari kedua pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa akhlak
dan tasawuf saling berkaitan. Akhlak dalam pelaksanaannya mengatur
hubungan horizontal antara sesama manusia, sedangkan tasawuf
mengatur jalinan komunikasi vertikal antara manusia dengan
Tuhannya. Akhlak menjadi dasar dari pelaksanaan tasawuf, sehingga
dalam prakteknya tasawuf mementingkan akhlak. Jadi akhlak tasawuf
yand dimaksud disini adalah akhlak yang berdasarkan ajaran yang ada
di dalam mata kuliah akhlak tasawuf yang merupakan budi
pekerti/perilaku seorang hamba kepada sesamanya maupun kepada
Tuhannya.
2. Tujuan dan Ruang Lingkup Akhlak Tasawuf
Adalah agar seorang hamba mampu mengenal atau ma‟rifat kepada
Allah, sehingga akan membentuk orang-orang yang berakhlak baik, keras
kemauan, sopan dalam berbicara dan perbuatan, mulia dalam bertingkah
34
laku dan perangai, bersifat bijaksana, sempurna, sopan dan beradab,
ikhlas, jujur dan suci.
Secara umum,tujuan terpenting dari tasawuf adalah agar mendekatkan
diri dengan Allah SWT. Rivay Siregar (2000:5) mengatakan bahwa
sasaran tasawuf ada 3, diantaranya:
a. Untuk pembinaan aspek moral; meliputi mewujudkan kestabilan jiwa
yang berkeseimbangan, penguasaan dan pegendalian hawa nafsu
sehingga manusia konsisten dan komitmen hanya kepada keluhuran
moral.
b. Untuk ma‟rifatullah melalui penyingkapan langsung, sehingga sudah
bersifat teoritis dengan seperangkat ketentuan khusus yang
diformulasikan secara sistimatis analitis.
c. Untuk membahas bagaimana sistim pengenalan dan pendekatan diri
kepada Allah secara mistis filosofis, pengkajian garis hubungan antara
Tuhan dengan makhluk, terutama hubungan manusia dengan Tuhan.
Adapun tujuan tasawuf menurut Mustafa Zahri (tt:64) adalah “fanaa”,
untuk mencapai ma‟rifatullah yaitu leburnya pribadi pada kebaqaan Allah
dalam keadaan “Hulul” dimana perasaan keinsanan lenyap dan semua
rahasia yang membatasi diri dengan Allah tersingkap. Menurut Abdullah
(2007:10), tujuan akhlak tasawuf adalah mencapai ketinggian akhlak, yang
diartikan sebagai meletakkan kebahagiaan pada pemuasan nafsu makan,
minum, dan syahwat dengan cara yang halal, sehingga ketinnguan akhlak
diletakkan pada kedudukan (prestise) dan tindakan kea rah pemikiran atau
35
kebijaksanaan (wisdom) atau hikmah. Sedangkan Tamrin (2010:26)
mengatakan bahwa sasaran tasawuf adalah menekankan pembinaan aspek
moralitas yang tinggi sebagaimana yang dikehendaki Rasul SAW: “Aku
diutus untuk menyempurnakan akhlak.”
Untuk mencapai pengalaman spiritual diperlukan ketekunan usaha
pribadi maupun dukungan positif dari lingkungan, bahkan juga bantuan
dari Tuhan sendiri. Sebagai manusia yang lemah, kita akan seringkali
gagal bersikap batin maupun bertindak baik. Dalam keadaan seperti itu
bantuan dari Tuhan dan sesama akan amat berarti, karena akan
membangkitkan semangat kita untuk berusaha lagi. Karena kegagalan itu
sering terjadi, perlulah pertaubatan terus-menerus, koreksi berulangkali,
bahkan juga teguran yang tegas.
Tujuan terakhir dari akhlak tasawuf ialah mendapatkan pengalaman
spiritual dalam arti sebenarnya, sehingga pelaku tasawuf akan
mendapatkan keakraban di dalam zona Allah. Pengalaman spiritual akan
diperoleh ketika pelaku tasawuf mampu mengenal dan bertemu dengan
Tuhannya. Media yang paling efektif untuk mengenal dan bertemu dengan
Allah adalah dengan doa. Adapun tujuan dari mata kuliah akhlak tasawuf
adalah Pada akhir semester mahasiswa yang mengambil mata kuliah ini
diharapkan akandapat memahami upaya manusia dalam merealisasikan
kesempurnaan akhlak, pemahaman tentang hakekat realitas dan
kebahagiaan rohani dalam wujud komunikasi dan dialog antara roh
36
manusia dengan Allah serta mahasiswa mampu mengaplikasikan konsep-
konsep Tasawuf dalam mensikapi problema kehidupan.
Sedangkan ruang lingkup yang dibahas dalam mata kuliah akhlak
tasawuf sesuai dengan silabusnya, yakni materi tentang:
a. Urgensi Akhlak Tasawuf dalam kehidupan modern
b. Pengertian, ruang lingkup dan tujuan Ahlak Tasawuf
c. Pengertian tasawuf secara etimologi dan terminologi
d. Manajemen Hati sebagi inti Pendidikan Akhlak
e. Manajemen hati sebagai inti pendidikan akhlak
f. Sejarah dan sumber hukum ajaran tasawuf
g. Taubat
h. Sabar
i. Zuhud
j. Kekuatan Sedekah
k. Khouf wa Raja‟
l. Hubb
m. Kekuatan Doa
n. Fana
3. Metode Pembelajaran Akhlak Tasawuf
Pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas tidak akan berjalan
dengan baik tanpa menggunakan media dan metode yang baik.
Penggunaan metode belajar yang salah akan mengakibatkan isi
pembelajaran yang disampaikan menjadi tidak tersampaikan secara utuh.
37
Dalam perkuliahan akhlak tasawuf di STAIN Salatiga, dosen pengampu
menggunakan metode pembelajaran yang unik, sehingga berbeda dengan
metode pembelajaran dalam mata kuliah lainnya. Mahasiswa diharuskan
mempraktekkan ajaran-ajaran akhlak tasawuf apabila ia ingin
mendapatkan pengalaman spiritual. Metode praktik ini didasarkan pada
trial and learning karena metode ini untuk membuktikan kebenaran yang
ada dalam firman Allah SWT di dalam kitab suci Al-Qur‟an maupun Al-
Hadis Nabi Muhammad SAW, misalnya: untuk membuktikan kebenaran
janji Tuhan yang tertera dalam QS. Al-An‟am: 160 dibawah ini:
Artinya: “Barangsiapa membawa amal yang baik, Maka baginya (pahala)
sepuluh kali lipat amalnya; dan Barangsiapa yang membawa perbuatan
jahat Maka Dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan
kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).”
Mahasiswa harus mempraktekkan sedekah dulu, apabila disertai
dengan keyakinan maka mahasiswa pasti mendapatkan balasan sepuluh
kali lipatnya atau lebih, juga sebaliknya jika mahasiswa meragukan
kebenaran janji Allah SWT maka ia akan mendapatkan balasan sesuai
persangkaannya kepada Allah SWT.
38
4. Tema Pokok Akhlak Tasawuf
Dalam studi mata kuliah akhlak tasawuf di kampus STAIN Salatiga
yang juga merupakan tempat penulis melakukan penelitian, tema pokok
yang dibicarakan dan dibahas dalam perkuliahan akhlak tasawuf ada 2
tema besar, yakni The Power of Praying (Kekuatan Doa) dan The Power
of Giving (Kekuatan Sedekah) sebagai wujud nyata dari berdoa itu sendiri.
Kedua tema di atas akan dibahas berdasarkan buku yang menjadi pedoman
dalam mata kuliah akhlak tasawuf yaitu buku “Sang Maha-Segalanya
Mencintai Sang Maha-Siswa” dimana penulisnya adalah dosen mata
kuliah akhlak tasawuf di STAIN Salatiga yaitu Drs. Ahmad Sultoni,
M.Pd.. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
a. The Power of Praying (Kekuatan Doa)
Dari segi etimologi (kebahasaan), do‟a berasal dari bahasa Arab
yaitu dari akar kata دعا- دعىة – يدعى - دعا , artinya seruan, panggilan,
permintaan dan permohonan. Jadi, berdo‟a bisa diartikan
meminta/permohonan sesuatu kepada Allah. Allah sudah
memerintahkan hamba-Nya dalam QS. Al Mu‟min: 60.
39
Artinya: “Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya
akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang
menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka
Jahannam dalam Keadaan hina dina.”
Syarat agar doa lebih capat dikabulkan Allah adalah: Menyebut
jelas permintaannya, sungguh-sungguh ketika minta, sanggup
berkurban untuk mendapatkan yang diminta, sangat yakin dengan
Allah, bahkan tidak percaya kalau Allah tidak bisa memenuhi yang
diminta. Penghalang terkabulnya doa, di antaranya: Tidak yakin pada
Allah, tidak merasa kalau sudah dikabulkan, tidak fokus, tidak selaras
antara ucapan lesan dan kata hati, tergesa-gesa dalam meminta, ada
yang haram di dalam perut, berburuk sangka kepada Allah, ada dosa
yang belum terampuni, dam tidak siap menerima.
Quanta Doa adalah pemahaman tentang Doa yang dijelaskan
melalui sifat quanta. Doa bukan yang diucapkan oleh seseorang melalui
lesannya. Doa adalah apa yang tersirat dalam pikiran dan perasaannya.
Inilah yang akan diwujudkan dalam kenyataan. Banyak kajian tentang
langkah-langkah orang berdoa. Ucapan Rasulullah bahwa dalam diri
manusia ada segumpal darah, yang disebut dengan hati, jika baik hati
itu, maka baik seluruh tubuh, jika buruk kondisi hati itu, maka buruk
seluruh tubuh. Manusia dituntut untuk tidak sekedar Positive Thinking
namun juga Positive Feeling.
40
Setelah memahami penjelasan tersebut, maka upaya dasar yang
harus dilakukan oleh seseorang yang menginginkan doanya terkabul,
harus mampu menjaga dhon, atau menjaga hati. Lima langkah di
bawah ini bisa menjadi sebuah metode alternatif untuk menjaga hati.
Menjaga pikiran dan perasaan agar tetap positif, sejalan dengan ucapan
lesan doa seseorang.
Namun ada satu langkah efektif yang powerfull untuk
menyempurnakan aktivitas doa seseorang. Metode yang kami maksud
adalah sedekah. Pemahaman sedekah akan dijelaskan berdasarkan Law
of Giving. Dan dalam sekian waktu eksperimen yang dilakukan dalam
mata kuliah Akhlak Tasawuf, mahasiswa menjadi saksi dan bukti hidup
bagaimana berdayanya saat The Power Of Praying (berbasis Law of
Praying) bergabung dengan The Power of Giving. Perpaduan Doa dan
Sedekah mengantarkan kita pada berbagai pengalaman ajaib.
Pengalaman ajaib bukan pengalaman yang tidak selaras dengan
pikiran dan perasaan kita, namun pikiran dan perasaan kita-lah yang
belum selaras dengan pengalaman itu. Menurut Drs. Ahmad Sultoni,
M.Pd. selaku dosen mata kuliah akhlak tasawuf, langkah-langkah
quanta doa di antaranya:
1) Mensyukuri nikmat
Mensyukuri nikmat adalah dasar dari berlakunya hukum Law Of
Attraction. Dalam etika doa, Islam mengajarkan ucapan
Alhamdulillah sebagai ungkapan rasa syukur sebagai pembuka pintu
41
langit. Dalam pemahaman terbalik, jika doa seseorang itu di bawa
para malaikat ke langit, ia tidak akan bisa menembus pintu langit
jika ia tidak membaca Alhamdulillah. Doanya mengambang antara
bumi dan langit. Dalam pemahaman Law of Attraction, rasa syukur
memiliki daya yang luar biasa berkaitan dengan terkabulnya
permintaan seseorang.
Langkah bersyukur ini sebagai usaha untuk menjadi seseorang
yang merasa kaya dengan semua pemberian dari Allah. Mulailah doa
dengan kondisi yang penuh rasa syukur dan berterima kasih kepada
Allah. Munculkan rasa bahagia telah memiliki Allah yang
mencukupi semua yang kita butuhkan. Dengan perasaan ini, kita
akan menyadari sepenuhnya bahwa doa yang kita lantunkan pasti
akan dikabulkan.
2) Memberi
Pemberian ini bisa berupa doa maupun sedekah. Sebelum kita
meminta, doakan terlebih dahulu Rasul kita, orang tua kita, keluarga/
saudara-saudara kita, guru kita, teman-teman, dan orang-orang yang
kita cintai. Alangkah mulianya, ketika kita juga sanggup mengucap
doa kebaikan untuk orang yang memusuhi kita. Memberi yang lebih
nyata adalah dengan sedekah. Yang paling dianjurkan adalah kepada
dua orang tua kita, kemudian saudara-saudara kandung, tetangga
dekat, anak yatim, fakir miskin, ibnu sabil dan sebagainya sesuai
QS. Al-Baqarah: 215 yang berbunyi:
42
Artinya: “Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan.
Jawablah: "Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah
diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-
orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan." dan
apa saja kebaikan yang kamu buat, Maka Sesungguhnya Allah Maha
mengetahuinya.”
Setelah rasa syukur, kita wujudkan dengan berbagi nikmat
kepada orang lain. Hal ini untuk lebih menguatkan rasa
berkecukupan kita yang kita peroleh dari langkah pertama
(bersyukur). Langkah „Memberi‟ dapat diwujudkan dengan dua cara,
yakni: mendoakan sesama dan bersedekah.
3) Meminta
Langkah meminta mempunyai beberapa teknis: Mintalah
sesuatu dengan jelas dan terukur. Ketika meminta, tuliskan secara
rinci/ detail kriteria yang diminta. Saat meminta, sesuatu itu
terbayang jelas dalam dipikiran kita. Yang kita minta adalah adalah
43
benar-benar yang kita inginkan. Kalau kita masih sulit menyebutkan
apa yang kita inginkan, maka mulailah dengan hal-hal yang tidak
kita inginkan. Permintaan yang jelas akan membuat pikiran dan
perasaan kita menjadi mudah untuk fokus terhadap apa yang
diminta. Permintaan yang jelas juga membuat pikiran bisa
membayangkan apa yang diminta.
4) Yakin
Untuk mendapatkan keyakinan hati, maka perlu dilakukan hal-
hal sebagai berikut: Tuliskan semua hal yang menyebabkan Anda
merasa tidak yakin bahwa doa Anda akan terkabul. Kemudian
keragu-raguan itu langsung kita bantah sendiri. Tuliskan dosa-dosa
yang Anda rasakan mengganggu (membayang-bayangi pikiran)
sehingga tidak yakin doa akan terkabul. Dosa-dosa tersebut Anda
akui dihadapan Allah dan mohon ampun serta yakinlah Allah
mengampuni. Tuliskan dengan huruf besar bahwa Anda layak
menerima apa yang Anda minta dalam doa. Buktikan keyakinan
bahwa doa Anda akan dikabulkan Allah dengan tetap melangkah
berbekal sabar, tahan terhadap ujian dan pantang menyerah. Sadari
sepenuhnya bahwa Anda dapat berdoa, karena Anda diijinkan Allah
untuk berdoa. Anda dapat menyebutkan permintaan Anda, itu karena
sesungguhnya Allah telah menyediakan apa yang Anda minta itu,
dan sebagai bentuk formalitasnya, Anda digerakkan Allah untuk
berdoa.
44
5) Menerima
Teknis dalam langkah kelima ini adalah: Apa yang Anda minta,
sekarang Anda visualkan dalam pikiran Anda, sampai Anda benar-
benar melihat bentuk, warna dan ukurannya, Anda mencium baunya,
mengecap rasanya, menyentuh wujudnya, membelai seratnya...dalam
pikiran Anda dengan sepenuh perasaan. Anda merasakan bahwa
sesuatu yang Anda minta itu sudah diterima. Sesuatu itu sudah di
tangan Anda, sudah Anda pegang, sudah Anda genggam. Anda
melihatnya bahwa di sana (bayangan benda dalam pikiran) tertera
nama dan alamat Anda. Tujuannya agar otak Anda menangkap
dengan jelas apa yang Anda minta, dan alam bawah sadar Anda
mengetahui dengan jelas, apa yang sekarang sedang dipikirkan dan
segera diproses agar menjelma menjadi nyata.
6) Mengikhlaskan
Ketika berdoa/ meminta sesuatu kepada Allah, maka ucapkan
atau tuliskan dengan ketulusan hati, kalimat yang menyatakan: “Ya
Allah Yang Maha Rahman, aku ikhlaskan hasilnya pada Kehendak-
mu. Biarlah permintaan ini akan wujud sesuai yang aku harapkan
atau menjadi lebih baik sesuai Kehendak-mu ya Allah”. Tujuannya
untuk mempersiapkan diri dalam menerima doa. Kita bersungguh-
sungguh dalam meminta dan ihlas dalam menerima hasil. Apapun
pemberian Allah, itulah yang terbaik, karena tidak ada sedikitpun
maksud tidak baik didalam kehendak Allah.
45
b. The Power of Giving (Kekuatan Sedekah)
Kata Sedekah berasal dari bahasa Arab Sadaqa, yang artinya benar.
Benar dalam artian sejalannya perbuatan dan ucapan serta keyakinan.
Banyak kata Sedekah dalam berbicara berarti benar. Tasaddaqa dalam
hal kekayaan berati dizakatkan atau disedekahkan, dan bentuk kata
Ashdaqa kepada perempuan, berarti membayar mahar. Perubahan Ta‟rif
itu dimaksudkan untuk menunjukkan arti tertentu setiap kasus, dan
diungkapkannya semua dengan akar kata Sadaqa, dimaksudkan untuk
menunjukkan perbuatan menyedekahkan itu.
Sedekah dari sudut pandang tasawuf merupakan aktifitas doa yang
dilakukan seorang hamba dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah.
Sedekah menjadi media untuk membuktikan janji dan kebenaran ayat-
ayat Tuhan. Dalam perkuliahan akhlak tasawuf, mahasiswa diajarkan
untuk melakukan sedekah sebagai media untuk menjemput proyek yang
ingin dicapainya. Sedekah yang dianjurkan dalam mata kuliah ini
adalah sedekah kepada ibu dan sedekah kepada anak yatim.
1) Sedekah kepada Ibu
Sedekah dapat menjadi pendamping dan percepatan sebuah doa.
Bahkan sedekah itu sendiri adalah bentuk aktivitas doa. Sedekah
dalam metode ini kami utamakan sedekah kepada Ibu. Rasulullah
SAW mengajarkan bahwa doa anak yang sholeh akan dikabulkan
oleh Allah. Salah satu bentuk kesholihan anak adalah dengan
membahagiakan orang tua. Tidaklah cukup bentuk amal anak sholeh
46
hanya membaca doa: Allahumaghfirli waliwalidaiya warhamhuma
kama rabbayani shoghira. Keshalihan dengan membaca doa, adalah
keshalihan anak kecil. Tepatnya latihan jadi anak shalih. Untuk yang
sudah gedhe, kesholihannya diwujudkan dengan menyayangi Ibu
dengan sesuatu yang nyata (tidak hanya ucapan doa). Gusti Allah
mengajarkan bahwa sedekah terbaik adalah kepada kedua orang tua
sesuai QS Al Baqoroh: 215 di atas. Selanjutnya mendasarkan hadis
Rasul SAW yang menyebut Ibu tiga kali di banding ayah, maka
untuk bakti ke orang tua, sedekah diutamakan ke ibu terlebih dahulu.
Jika Ibu sudah tidak ada baru ke ayah dan kepada yang lainnya.
Begitulah Rasulullah SAW menyebut tiga kali Ibu baru bapak.
Metode ini ingin merasakan ‟keajaiban‟ karomah ibu. Dan sepanjang
pengalaman bereksperimen dengan para mahasiswa. Sedekah ke ibu
memiliki keajaiban yang sangat ajaib.
2) Sedekah kepada Yatim
Anak yatim merupakan kekasih Rasulullah, sehingga orang yang
menyayanginya maka Allah akan mengabulkan hajatnya. Rasulullah
bersabda: "Adakah kamu suka hatimu menjadi lembut, dan kamu
memperolehi hajat keperluanmu? Kasihanilah anak yatim, usaplah
kepalanya, dan berikanlah dia daripada makananmu, niscaya
lembutlah hatimu dan kamu akan memperolehi hajatmu." (HR.
Thorani)
47
Berdasar hadis Nabi itulah mahasiswa berlomba-lomba
untuk memberikan sedekah yang terbaik kepada anak yatim untuk
mengakselerasi doanya agar lebih cepat dikabulkan Allah.
C. Pengalaman Spiritual dalam Akhlak Tasawuf
Setiap mahasiswa yang mengikuti mata kuliah akhlak tasawuf di STAIN
Salatiga selalu diberi tugas untuk membuat proyek hidup. Proyek disini
diartikan sebagai harapan, keinginan, cita-cita, serta hajat yang ingin dicapai
maupun fasilitas-fasilitas hidup yang sedang dibutuhkan mahasiswa. Fasilitas
yang dibutuhkan mahasiswa di kampus umumnya berwujud material, seperti:
Handphone, laptop, sepeda motor dan lain sebagainya. Proyek tersebut bisa
dicapai dengan cara mengimplementasikan serta mengaplikasikan ajaran-
ajaran yang terkandung dalam akhlak tasawuf seseuai tema besarnya yaitu
tentang kekuatan doa dan kekuatan sedekah.
Mahasiswa ada yang konsisten mempraktekkan ajaran akhlak tasawuf
selama masa perkuliahan maupun setelah perkuliahan selesai, namun ada juga
yang tidak konsisten melaksanakan ajaran akhlak tasawuf ini. Tingkat
konsistensi mahasiswa itulah yang menyebabkan antara mahasiswa yang satu
dan mahasiswa yang lainnya mempunyai pengalaman spiritual yang berbeda-
beda dalam merasakan kenikmatan batin dalam mendapatkan proyeknya. Ada
yang selalu berhasil, namun ada juga yang belum pernah mendapatkan proyek
yang diinginkannya. Semua itu disebabkan oleh keistiqomahan mahasiswa
dalam membuktikan kekuatan doa dan sedekah, serta ditentukan oleh tingkat
48
keyakinannya kepada Tuhan bahwa Allah adalah Tuhan Yang Maha Kuasa
dan Cinta kepada hambanya,termasuk mahasiswa yang konsisten berikhtiat
dan beribadah kepada-Nya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengalaman spiritual dalam akhlak
tasawuf yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah pengalaman-
pengalaman ajaib dan positif yang diperoleh mahasiswa ketika mahasiswa
benar-benar konsisten melaksanakan ajaran-ajaran dalam akhlak tasawuf (doa
dan sedekah) serta yakin kepada ke-Maha Kuasaan dan Ke-MahaCintaan
Allah SWT, sehingga mahasiswa mendapatkan proyek yang didambakannya
sebagai balasan atas wujud ikhtiar dan ibadahnya kepada Tuhan di dunia ini.
49
BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Paparan Data
1. Sejarah Kampus STAIN Salatiga
a. Pendirian
Sejak berdirinya sampai saat ini, STAIN Salatiga telah melewati
sejarah yang cukup panjang, dan mengalami beberapa kali perubahan
kelembagaan. Pendirian lembaga ini bermula dari cita-cita masayarakat
Islam Salatiga untuk memiliki Perguruan Tinggi Islam. Oleh karena itu
didirikan Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Institut Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (IKIP) “Nahdlatul Ulama” di Salatiga. Lembaga ini
menempati gedung milik Yayasan Pesantren Luhur, yang berlokasi di
Jalan Diponegoro Nomor 64 Salatiga, yang berdiri berkat dukungan
dari berbagai pihak, khususnya para ulama dan pengurus Nahdlatul
Ulama Jawa Tengah.
Dalam rentang waktu kurang dari setahun, lembaga ini berubah
nama semula FIK IKIP menjadi fakultas Tarbiyah. Maksud perubahan
tersebut adalah agar lembaga ini dapat dinegerikan bersamaan dengan
persiapan berdirinya IAIN Walisongo Jawa Tengah di Semarang. Guna
memenuhi persyaratan formal, maka dibentuk panitia pendirian yang
diketuai oleh ulama kharismatik K.H. Zubair dan sekaligus diangkat
sebagai dekannya.
50
Dalam waktu yang bersamaan dengan proses pendirian IAIN
Walisongo Jawa Tengah di Semarang, Fakultas Tarbiyah Salatiga
diusulkan untuk dinegerikan sebagai cabang IAIN Sunan Kalijaga,
akhirnya pembinaan dan pengawasan Fakultas Tarbiyah Salatiga
diserahkan kepada IAIN Walisongo Semarang. Keputusan ini
didasarkan pada Surat Menteri Agama c.q. Direktorat Pembinaan
Perguruan Tingggi Agama Islam Nomor Dd/PTA/3/1364/69 tanggal 31
November 1969.
Ketika IAIN Walisongo Jawa Tengah di Semarang berdiri,
Fakultas Tarbiyah Salatiga mndapatkan status negeri, dan menjadi
cabang IAIN Walisongo. Penegerian Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo tersebut berdasarkan Surat Keputusan Menteri Agama
Nomor 30 tahun 1970 tanggal 16 April 1970.
b. Bergabung dengan IAIN Walisongo
Meskipun telah berstatus negeri dan menjadi cabang IAIN
Walisongo sebagai Fakultas Tarbiyah, namun kondisinya tidak berubah
dalam waktu singkat untuk bisa sejajar dengan Perguruan Tinggi yag
lain. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
1) Sarana dan prasarana yang belum memadai, terutama belum
tersedianya gedung milik sendiri.
2) Jumlah tenaga profesional edukatif maupun administrasi yang masih
kurang, dan
3) Animo mahasiswa yang masih sedikit
51
4) Masyarakat Jawa Tengah banyak yang belum tahu bahwa di Salatiga
ada Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri.
Keadaan tersebut berlangsung dalam waktu yang lama, sehingga
kondisi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo di Salatiga dapat dikatakan
kurang layak untuk disebut sebagai Perguruan Tinggi Negeri, terutama
dari segi sarana dan prasarana yang dimilikinya. Oleh karena itu pernah
berkembang isu bahwa lembaga ini akan ditutup.
Mengingat kendala pengembangan lembaga ini, maka para
pengelola fakultas mencurahkan perhatian dan usahanya untuk
menjawab berbagai tantangan yang ada. Jalan satu-satunya yang mesti
ditempuh adalah membeli areal tanah kampus, mengingat untuk
mengharapkan wakaf dari masyarakat dan meminta kepada pemerintah
daerah belum memungkinkan.
Dalam perkembangan selanjutnya, ada seorang warga
Muhammadiyah salatiga (H. Asrori Asif) yang menaruh perhatian
terhadap keberadaan Fakultas Tarbiyah IAINN Walisongo Salatiga.
Beliau menawarkan tanah pekarangannya seluas 0, 75 ha, yang
berlokasi di Jl. Caranggito (sekarang Jl. Tentara Pelajar) lengkap
dengan bangunnya yang letaknya cukup strategis untuk
menyelenggarakan pendidikan.
Dalam rangka menangkap tawaran tanah dan rencana
pengembangan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga, maka
bapak Drs. Achmadi mengajukan surat permohonan kepada Menteri
52
Agama RI (bapak H. Alamsyahratu Prawiranegara). Surat tersebut
bernomor 031/A-a/FT-WS/I/1979, tanggal 24 Januarai 1979.
Bapak Drs. Achmadi memohon dukungan pula kepada bapak
Moh. Natsir (Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia) untuk
pengembangan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga tersebut.
Bapak Moh. Natsir memberikan respon positif dengan cara
mengkomunikasikan rencana Bapak Drs. Achmadi kepada Menteri
Agama. Dukungan Bapak Moh. Natsir pada Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Salatiga sangat terasa bila dibaca dalam surat-suratnya
kepada Bapak Drs. Achmadi. Misalnya dalam surat Dewan Dakwah
Islamiyah Indonesia Nomor 274/B/DDII/79 perihal balasan surat
tertanggal 29 Rab. Awwal 1339 H/ 26 Februari 1979 dan surat Dewan
Dakwah Islamiyah Indinesia Nomor 349/B/DDI/79 perihal Rencana
Pembelian tanah Ra. Tsani 1339 H/ 19 Maret 1979.
Atas perhatian Menteri Agama RI, maka Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Salatiga dapat membeli tanah yang ditawarkan oleh bapak
(H. Ansori Arif). Gedung pun dibangun dengan menggunakan dana DIP
Pusat (tahun anggaran 1980/ 1981 dan 1981/ 1982). Di antara dasar
pengembangannya adalah Surat Dirgen Bimbaga Islam Nomor
E/Dag/BI/2828 tertanggal 10 Agustus 1982. Tercatat mulai tahun 1982
fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga hijrah dari kampus lama ke
kampus baru milik sendiri, tepatnya di jalan Caranggito 2 (sekarang
berubah menjadi Tentara Pelajar 2). Kampus baru dinilai sebagai
53
jawaban tepat yang bersifat fisik atas tantangan rasionalisasi yang
digelindingkan oleh pemerintah pada waktu itu.
c. Alih Status Menjadi STAIN
Berdasarkan keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 11
Tahun 1997, maka secara yuridis mulai tanggal 21 Maret 1997 Fakultas
Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga beralih status menjadi Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Sesuai dengan
keputusan itu, STAIN tetap didudukkan sebagai Perguruan tinggi di
bawah naungan Departemen Agama Islam Republik Indonesia yang
menyelenggarakan pendidikan akademik dan/ atau profesional dalam
disiplin ilmu pengetahuan agama Islam. Sebagai salah satu bentuk
satuan Pendidikan Tinggi. STAIN Salatiga masih tetap pula memiliki
kedudukan dan fungsi yang sama dengan institute maupun universitas
negeri lainnya.
2. Visi dan Misi STAIN Salatiga
Visi lembaga STAIN Salatiga adalah: “Menjadi Perguruan Tinggi
yang berkualitas dalam mewujudkan keseimbangan kecerdasan intelektual,
kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual”.
Dengan Visi tersebut, maka misi yang diemban lembaga dapat
diuraikan sebagai berikut:
a. Mengantarkan mahasiswa memiliki kemantapan aqidah, kedalaman
spiritual, keluhuran akhlak, dan keluasan ilmu pengetahuan.
54
b. Memberikan layanan kepada civitas akademika dan masyarakat dalam
menggali ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
c. Mengembangkan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada
masyarakat melalui kinerja intelektual dan eksternal.
d. Mengembangkan college based management dengan melibatkan stake
holder dan masyarakat.
e. Mewujudkan tempat rujukan dalam keteladanan nilai-nilai Islam dan
budaya bangsa.
3. Kondisi Objektif Mahasiswa STAIN Salatiga
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga merupakan
salah satu Perguruan Tinggi Negeri yang berada di bawah naungan
Departemen Agama Republik Indonesia dan Departemen Pendidikan
Nasional. Sebagai salah satu Perguruan Tinggi Agama Islam, maka
STAIN Salatiga menyelenggarakan beberapa program pendidikan untuk
sarjana Strata Satu (S-1), sarjana Strata Dua (S-2) dan Diploma Tiga
(D.III) yang brcorak keislaman. Untuk program Strata Satu (S-1) tersebut
adalah jurusan Tarbiyah, jurusan Syari‟ah dan jurusan program Khusus
Kelas Internasional. Program Diploma III adalah program Studi Perbankan
Syari‟ah (PS).
Mayoritas mahasiswa STAIN Salatiga datang dari daerah-daerah
sekitar kota Salatiga, namun ada juga yang datang dari luar propinsi dan
luar jawa. Mereka datang dengan berbagai latar belakang pendidikan dan
ekonomi yang berbeda. Namun demikian kebanyakan dari mereka adalah
55
lulusan pesantren dan dari kalangan ekonomi menengah ke bawah. Bahkan
tidak sedikit dari mereka yang berasal dari kampung atau dusun-dusun
terpencil.
a. Keberadaan STAIN Salatiga mempunyai fungsi:
1) Merumuskan kebijaksanaan dan perencanaan program
2) Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran ilmu pengetahuan
agama Islam dan teknologi serta seni yang bernafaskan Islam.
3) Melaksanakan penelitian dalam rangka pengmbangan ilmu-ilmu
keislaman dan teknologi serta seni yang bernafaskan Islam.
4) Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat.
5) Melaksanakan pembinaan kemahasiswaan.
6) Melaksanakan kegiatan civitas akademika dan hubungan dengan
lingkungannya.
7) Melaksanakan kerja dengan Perguruan Tinggi dan / atau lembaga-
lembaga lain.
8) Melaksanakan pengendalian dan pengawasan kegiatan.
9) Melaksanakan penilaian prestasi dan proses penyelengaraan kegiatan
serta penyusunan laporan.
b. Adapun tujuan penyelenggaraan pendidikan STAIN Salatiga
adalah:
1) Menyiapkan mahasiswa menjadi anggota masyarakat yang memiliki
kemampuan akademik dan/ atau profesional yang dapat menerapkan,
56
megembangkan, dan/ atau menciptakan ilmu-ilmu keislaman dan
teknologi serta seni yang bernafaskan Islam.
2) Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu-ilmu keislaman
dan/atau teknologi serta seni yang bernafaskan Islam dan
mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan
masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional.
B. Temuan Penelitian
1. Data Hasil Angket Terbuka
Angket terbuka ini diberikan kepada 100 responden ( 3 kelas)
sebagai sampelnya, yakni mahasiswa yang telah mengikuti mata kuliah
akhlak tasawuf, lebih dari 80% menjawab seperti yang telah penulis
rangkum dibawah ini, yaitu:
a. Perubahan sikap yang dilakukan mahasiswa sebelum dan sesudah
mengikuti mata kuliah akhlak tasawuf
Tabel 1
Sebelum mengikuti kuliah Sesudah mengikuti kuliah
Merasa rendah diri menghadapi
hidup
Merasa percaya diri meraih masa
depan
Menyalahkan takdir saat tertimpa
musibah dan kecelakaan
Berprasangka baik terhadap
kehendak Allah
Merasa ragu dengan janji Allah Sangat yakin dengan janji Allah
Bermalas-malasan dalam ibadah Selalu bersemangat dan rajin
dalam beribadah
Selalu berfikir tidak logis terhadap
keajaiban Allah
Semuanya menjadi serba
mungkin bagi Allah
Bosan dan jenuh belajar ilmu
agama
Semakin giat mendalami ilmu
agama islam
Sering mengeluh/ galau Selalu bersyukur disaat suka
maupun duka
57
Sulit menemukan solusi saat
bermasalah
Mudah menemukan solusi dengan
curhat kepada Allah
Merasa berat melaksanakan sholat Ibadah menjadi sangat ringan
dilakukan
Tidak peduli terhadap teman Berempati dan lebih peduli
kepada teman
Tidak bisa menjaga perkataan Lebih hati-hati menjaga lisan
Bingung terhadap tujuan hidup Mengetahui identitas diri dan
tujuan hidup
Membantah nasehat orang tua Menghormati dan menghargai
nasehat orang tua
Perasaan kacau dan gundah Hati merasa nyaman dan tenang
Mudah marah Lebih penyabar
Sering hura-hura dengan teman Membuat skala prioritas dalam
beraktivitas
Pelit dalam berbagi rejeki kepada
orang yang membutuhkan
Dermawan terhadap orang lain
yang membutuhkan bantuan
b. Pengaruh akhlak tasawuf terhadap kepribadian, perilaku sosial,
dan keaktifan beribadah
Tabel 2
Kepribadian Perilaku Sosial Keaktifan Beribadah
Mengenal diri
sendiri
Menghargai orang
lain
Berdoa dengan penuh
keyakinan akan
dikabulkan
Percaya pada
keajaiban Allah
Bersyukur dalam
suka maupun duka
Sedekah tanpa
perhitungan lagi
(sedekah brutal)
Mengerti makna
hidup
Lebih sering
bersedekah kepada
fakir miskin
Rajin sholat malam dan
sholat dhuha
Bijaksana dan lebih
dewasa
Peduli terhadap
orang yang
membutuhkan
bantuan
Tepat waktu
menjalankan sholat
fardhu
Pandangan hidup ke
depan lebih cerah
Peduli dan
menghargai
kebersihan
lingkungan sekitar
Mempunyai jadwal
meeting dengan Allah
Semakin
meningkatkan
kualitas keimanan
Mengasihi anak-
anak yatim dan
pengemis
Rajin puasa sunah senin
dan kamis
58
Bisa memotivasi diri
sendiri
Dekat dengan
orang tua, terutama
Ibu
Mengistiqomahkan
sholat sunah rawatib
Bisa menghargai
waktu
Sering menolong
teman
Sholat menjadi lebih
khusyuk
Mengambil semua
peluang kebaikan
Santun terhadap
orang tua
Rajin membaca al-
Qur‟an, terutama QS. Al-
Waqi‟ah
2. Data Hasil Wawancara
a. Data Informan
Berdasarkan jumlah beberapa informan yang diteliti oleh peneliti
yang berada di kampus STAIN Salatiga. Masing-masing informan
terdiri dari mahasiswa progdi PAI angkatan 2012 dan dosen
pembimbing mahasiswa yang bersangkutan. Dalam melakukan
penelitian, penulis berhasil mendapatkan informasi dari 10 mahasiswa
sebagai informan dari 100 responden, yang telah penulis wawancarai
mengenai pengalaman spiritual paling mengesankan yang mereka
dapatkan dalam perkuliahan mata kuliah akhlak tasawuf. Wawancara
dilakukan secara bergantian kepada seluruh informan pada tanggal 19
Nopember 2013 di Ruang Konsultasi 2, Biro Konsultasi Psikologi
Tazkia STAIN Salatiga pukul 08.45 sampai pukul 13.25 WIB.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat data informan dari tabel berikut
ini:
Tabel 3
No Inisial Informan NIM Progdi Alamat
1 SA 11112146 PAI 2012 Susukan
2 NN 11112097 PAI 2012 Susukan
3 NK 11112093 PAI 2012 Temanggung
59
4 WR 11112085 PAI 2012 Banyubiru
5 DP 11112084 PAI 2012 Karang Tengah
6 MN 11112068 PAI 2012 Tuntang
7 FR 11112049 PAI 2012 Boyolali
8 NR 11112167 PAI 2012 Magelang
9 CW 11112108 PAI 2012 Banyubiru
10 NW 11112189 PAI 2012 Magelang
Adapun perubahan sikap yang dialami 10 informan yang
telah penulis wawancarai adalah sebagai berikut:
Tabel 4
Informan Perubahan Sikap
1
“Setelah mengikuti kuliah ini, saya menjadi pribadi yang
lebih sabar, mudah nrimo dan legowo ketika ada ujian
dan cobaan yang menghampiri”
2
“Akhlak tasawuf membuat hidup saya yang dulu biasa-
biasa aja sekarang jadi luar biasa. Keyakinan saya kepada
Allah semakin bertambah kuat dan percaya akan
keajaiban Allah”
3
“Setelah mengikuti kuliahnya pak sultoni (akhlak
tasawuf), saya jadi tidak berani menunda-nunda sholat,
lebih sering berbagi rejeki ke teman-teman, dan bisa
menghormati orang yang lebih tua dengan bahasa jawa
krama alus.”
4
“Saya yang dulunya jarang sedekah sekarang jadi rutin
dan tidak peritungan lagi, lebih bisa menghargai orang
lain dan tentunya lebih dekat dengan orang tua terutama
ibu. Dulu saya kalau curhat dengan teman mesti ceplas-
ceplos menceritakan hal yang bersifat privasi juga, tapi
sekarang jadi sadar dan lebih hati-hati dalam berbicara
dan bisa introspeksi diri.”
5
“Kata-kata pak sultoni menjadikan saya lebih sabar
menghadapi permasalahan, lebih mengerti dan
memahami karakter orang, jadi tambah rajin ibadah
seperti puasa sunnah dan membaca Al-Qur‟an, dan rajin
sedekah ke adik-adik SD yang kurang mampu.”
6
“Sebelum bertemu ilmu akhlak tasawuf, saya kalau
berdoa masih ada keragu-raguan dan kurang yakin apakah
Allah benar-benar akan mengabulkan atau tidak,
Alhamdulillah sekarang sudah tahu caranya berdoa
sehingga saya lebih yakin dan tenang. Dulu saya cuek
banget sama teman dan sekarang sudah sering membantu,
perhatian dan peduli sama teman-teman sekitar.”
60
7
“Ketika ayah meninggal, saya merasa tidak terima dan
selalu menyalahkan Allah, tetapi akhlak tasawuf telah
mengajarkanku tentang takdir dan arti keikhlasan
sehingga perlahan-lahan saya bisa nrimo dan ikhlas atas
meninggalnya ayah saya, ternyata cobaan dan ujian itu
terasa indah jika kita bisa sabar dan bersyukur.”
8
“Dulu saya orangnya acuh tak acuh sama teman, cuek dan
tidak peduli serta sering berpikiran negatif. Alhamdulillah
setelah ikut kuliah akhlak tasawuf, saya bisa mengoreksi
diri, lebih pemaaf, dan lebih penyabar.”
9
“Dulunya saya dikenal teman-teman sebagai orang yang
pelit, mudah minder dan sering menyalahkan Allah jika
mengalami musibah. Alhamdulillah sekarang jadi lebih
dermawan selalu mensyukuri apapun yang terjadi, dan
tidak mudah putus asa”
10
“Dulunya ketika bertemu pengemis atau anak jalanan,
saya merasa iba dan sedih tanpa memberi uang,
Alhamdulillah sekarang juga masih iba tetapi dengan
memberikan sedekah kepada mereka karena bertambah
yakin bahwa Allah pasti membalas kebaikan kita.”
b. Pengalaman spiritual yang mahasiswa dapatkan saat dan setelah
mengikuti perkuliahan akhlak tasawuf.
Sebagaimana tercantum pada pembahasan yang sudah ditulis pada
bab II mengenai pengalaman spiritual dalam akhlak tasawuf, maka
teori tersebut sangat relevan apabila diaplikasikan dengan kondisi
mahasiswa agar bisa diketahui hal-hal apa saja pengalaman spiritual
yang dialami oleh mahasiswa, baik pengalaman positif maupun
negatif.
Setelah peneliti menggali data dengan wawancara dan observasi.
Maka dapat digambarkan sebagai berikut. Diungkapkan oleh beberapa
mahasiswa PAI angkatan 2012, kepada peneliti beberapa waktu yang
lalu.
61
Berikut jawaban dari beberapa pertanyaan yang diberikan peneliti
kepada para informan. Jawaban dari informan seputar pengalaman
spiritual yang mahasiswa dapatkan saat dan setelah mengikuti
perkuiahan akhlak tasawuf.
1) Pengalaman spiritual yang berkaitan dengan orang tua,
terutama ibu.
Seperti yang telah dijelaskan pada bab II dimana ibu
menempati posisi yang penting, sampai Allah berkata lewat
RasulNya bahwa surga berada di bawah telapak kaki ibu. Dalam
melakukan penelitian ini, beberapa informan mempunyai
pengalaman spiritual yang unik dan ajaib yang mana berhubungan
dengan nasehat seorang ibu. Karena pengalaman sifatnya masih
netral, maka dapat peneliti bedakan dan ketahui bahwasanya
pengalaman spiritual pun ada yang positif, dan ada pula
pengalaman yang negatif.
Peneliti mengetahui informasi pengalaman spiritual negative
yang dialami beberapa informan. NN menceritakan peristiwa
kecelakaan yang membuatnya tidak lagi berani menantang perintah
ibunya:
“Saya pernah hampir tertabrak mobil karena tidak patuh pada
nasehat Ibu. Waktu itu, saya akan berangkat kuliah tetapi ibu saya
melarang karena saya sedang dalam kondisi sakit, saya tetap
berangkat karena ada kuliah yang mengharuskan saya untuk
presentasi makalah. Waktu di jalan dekat kampus, saya tersrempet
mobil dan tidak jadi mengikuti kuliah, saya menangis dan
mengingat ibu, sampai ke rumah saya langsung memeluk ibu dan
62
meminta maaf. Karena hal itulah saya sekarang menjadi taat dan
tidak berani melawan Ibu.”
Hampir sama dengan yang dialami NN, pengalaman yang
dialami DP membuatnya semakin patuh dengan apa yang
dinasehatkan ibu kepadanya:
“Saya pernah diingatkan Ibu untuk berangkat kuliah 15 menit
sebelum jam 7 tetapi saya justru berangkat jam 7 kurang 5 menit,
saya tergesa-gesa dan mengebut walaupun rumah saya dekat
dengan kampus. Hampir sampai kampus, saya tersrempet motor
dan akhirnya jatuh. Saya menjadi tidak berani lagi menantang
nasehat Ibu.”
NW juga mengalami hal yang sama, dia mengatakan:
“Biasanya, saat berangkat kuliah saya pamitan dahulu kepada
orang tua, suatu ketika saya tidak pamitan karena terburu-buru.
Dampaknya saya mengalami kesulitan: angkotnya mogok, telat
masuk kuliah dan tidak konsentrasi saat mengikuti kuliah. Saya
menyesal sekali hari itu.”
CW juga menambahkan pengalaman yang tidak berbeda
yang semakin menguatkan data peneliti bahwa nasehat ibu memang
harus dilakukan oleh anaknya, CW mengungkapkan:
“Saya pernah ingins ekali pergi ke bandungan untuk menghadiri
suatu acara tetapi ibu melarang saya naik angkot karena akan
diantar bapak, saya tetap pergi sendiri menuju jalan raya. Hampir
satu jam saya menunggu tetapi tidak ada angkot yang lewat. saya
pulang kembali untuk minta diantar bapak. Setelah sampai jalan
raya banyak sekali angkot yang lewat.”
Pengalaman yang dialami NR juga semakin menguatkan data
peneliti, NR mengatakan:
“Saya tinggal di Asrama milik saudara yang aturannya sangat ketat,
salah satunya tidak memperbolehkan menggunakan HP. Suatu
63
ketika ibu melarangku membawa HP saat akan kembali ke asrama
tetapi saya tetap ngoto membawa HP, akibatnya 2 hari kemudian
HP saya hilang”
Selain pengalaman negatif, informan juga mempunyai
pengalaman positif yang membuat mereka semakin percaya bahwa
ridho Tuhan ada pada ridho kedua orang tuanya, terutama ridho
seorang ibu. WR menceritakan:
“Awalnya saya tidak menginginkan kuliah di STAIN karena saya
telah diterima di UNS di jurusan matematika tanpa ijin orang tua
dulu. Orang tua tidak setuju dan terpaksa saya masuk STAIN
Salatiga. Setelah dijalani, saya sangat bersyukur karena kampus ini
lebih mendukung saya untuk lebih dekat dengan Allah, saya
menjadi lebih tahu ajaran agama sehingga menguubah sikap saya
ke arah yang lebih baik tentunya. Saya diterima di kampus ini
dengan mendapatkan beasiswa BIDIKMISI besarnya 3.600.00 per
semester, Alhamdulillah bisa mengurangi beban biaya orang tua.
Ini semua karena doa dan ridho orang tua saya.”
Hal yang ajaib lainnya juga dialami WR, dia mengatakan
demikian:
“Saya disuruh orang tua untuk menjadi panitia pengajian sampai
larut malam, padahal paginya saya ada ujian tengah semester dan
saya tidak sempat belajar, tetapi ajaibnya tanpa belajar pun saya
bisa menjawab soal tes dengan lancar dan benar, mungkin karena
ridho orang tua juga.”
NK juga menambahkan cerita pengalamannya kepada
peneliti, NK memberitahukan:
“Saya diajak teman pergi ke jogja dan ibu mengijinkan. Awalnya
saya tidak ada kemauan karena sedang dalam kondisi lelah. Saya
tetap pergi. Di jogja, saya senang sekali bisa merasakan liburan dan
hati saya yang awalnya ragu untuk pergi, sekarang menjadi lega
karena ridho Ibu juga.”
64
Beberapa pengalaman yang dialami informan semakin
meyakinkan peneliti bahwa pengalaman positif maupun negatif,
muaranya selalu menuju ke Allah. Informan yang mempunyai
pengalaman negatif dengan ibunya, mereka menjadi lebih patuh
kepada ibunya. Juga informan yang mempunyai pengalaman positif
dengan ridho ibu, mereka semakin yakin bahwa orang tua, terutama
ibu mempunyai karomah unik yang tidak dimiliki oleh orang lain
dalam kehidupannya.
2) Pengalaman spiritual yang berkaitan dengan sedekah
Setiap orang mempunyai keinginan dan kebutuhan yang
berbeda-beda. Cara-cara yang ditempuh setiap orang agar
memperoleh keinginannya pun berbeda-beda. Salah satu cara yang
dilakukan informan yang telah diwawancarai yaitu dengan berdoa.
Dalam kajian pusaka di bab II telah dijelaskan bahwa aktifitas doa
yang bisa dibuktikan kebenarannya secara langsung adalah dengan
sedekah. Pengalaman spiritual yang dialami informan juga tidah
jauh dari aktifitas sedekah seperti yang diungkapkan oleh NK:
“Saya mengajar les 5-10 anak SD dan mengajar TPQ di rumah
secara gratis karena niat saya memang untuk mengajari mereka.
Saya mempunyai uang Rp 50.000, uang Rp 35.000 saya berikan
kepada tetangga yang kurang mampu yang tidak bisa membayar
listrik karena tidak mempunyai uang, sisanya Rp 15.000 saya
belikan jajanan untuk anak-anak les. Tanpa saya duga, saya
dibelikan HP baru oleh Bulik seharga Rp 440.000. mungkin itu
balasan dari Allah.”
65
Tidak jauh beda dengan NK, WR yang juga teman kuliah NK
menuturkan pengalamannya:
“Saya sedekah ke anak yatim minimal Rp 5.000 setiap hari.
Alhamdulillah saya mempunyai proyek bisa terkabul. Sekarang
saya sudah mempunyai laptop walaupun masih second, sepeda
motor, HP yang lama sudah berganti dengan HP yang lebih
lengkap fiturnya”
Pengalaman sedekah yang unik juga dialami oleh CW yang
sampai sekarang masih takjub dengan cara kerja sedekah. CW
menceritakan:
“Saya pergi ke kampus dengan uang saku Rp 10.000. Saat berada
di dekat jalan raya, datanglah seorang bapak pengemis lalu saya
memberikan semua uang saku saya. Tanpa saya duga sebelumnya,
ada teman yang menawarkan boncengan, pada waktu akan pulang
kuliah secara kebetulan ada kakak bahkan ditraktir makan siang,
padahal saya sudah was-was karena tidak mempunyai uang saku,
tetapi saya yakin dengan balasan Allah.”
Itulah pengalaman spiritual dengan cara sedekah yang
dialami informan, mereka hanya bersedekah dengan penuh
keyakinan bahwa Allah akan memberikan balasan yang berlimpah
melalui jalan yang tidakterduga dan tidak pernag disangka-sangka.
3) Pengalaman spiritual yang berkaitan dengan doa.
Doa adalah permohonan yang dilakukan seorang hamba
kepada Tuhannya. Mahasiswa berdoa kepada Allah karena
mempunyai beberapa keinginan yang mahasiswa butuhkan. Salah
satu informan mendapatkan apa yang butuhkannya dengan berdoa
kepada Allah. FR mempunyai pengalaman berdoa yang bisa
66
dikatakan sangat ajaib yang pernah dialaminya, FR menuturkan
dengan penuh kekaguman bahwa:
“Saya berangkat kuliah lajo dari rumah dengan uang saku Rp
10.000. Sepulang kuliah uang saya tinggal Rp 2.000 untuk naik
angkot. Di jalan ada pengemis yang minta-minta, saya memberikan
uang terakhir saya yang harusnya untuk naik angkot sambil berdoa
agar dimudahkan perjalanan pulang menuju rumah. Setelah
berjalan 5 meter, ada tetangga yang menawari boncengan,
Alhamdulillah saya diantar sampai rumah padahal dari jalan raya
jaraknya sekitar 4 km. Anehnya lagi disaat matahari yang terik
panasnya menyengat kulit, saya merasa ada awan yang melindungi
saya ketika membonceng tetangga saya tadi. Saya juga pernah
sedekah Rp 50.000 ke Ibu dengan niat sebagai DP (Down
Payment) dan berdoa agar selama liburan mendapatkan tambahan
pemasukan karena memang saya sedang membutuhkan uang Rp
600.000 untuk membayar SPP semesteran. Selama liburan kuliah,
saya ditawari pekerjaan oleh bulik di Bekasi, saya di gaji Rp
1.600.000 selama 2 bulan, lalu mendapat uang bonus Rp 500.000
dan THR dari distributor Rp 100.000 yang akhirnya saya pulang
kerumah membawa uang lebih dari Rp 2.000.000.”
Allah akan mengabulkan permintaan dan permohonan
hambaNya yang bersungguh-sungguh mengerjakan amal shalih
serta meyakini bahwa Allah benar-benar akan mengabulkan
doanya. Pengalaman yang dialami FR mengindikasikan bahwa
pengalaman spiritual dalam berdoa dapat dialami siapa pun yang
meyakini kebesaran dan kekuasaan Allah.
c. Cara mahasiswa mendapatkan pengalaman spiritual
Pengalaman spiritual yang dialami oleh informan memang ajaib.
Hal itu terjadi karena informan mengaplikasikan beberapa cara yang
diajarkan dalam mata kuliah akhlak tasawuf. Cara NR mendapatkan
67
pengalaman spiritualnya dengan merutinkan sholat malam, membaca
al-Qur‟an serta dengan bersedekah:
“Saya merutinkan sholat malam, membaca al-Qur‟an antara juz 1-10
karena saya sedang dalam tahap hafalan, saya juga sering sedekah ke
anak-anak didik dengan memberikan alat tulis dan makanan. Mungkin
semua itu yang membuat saya mempunyai pengalaman spiritual yang
unik.”
FR juga menambahkan bahwa selain sholat malam, ia juga
merutinkan pusa sunah dan sholat dhuha seperti penuturannya sebagai
berikut:
“Saya rutin melakukan sholat malam (8 rakaat sholat tahajud, 2 rakaat
sholat taubat, 3 rakaat sholat witir), puasa senin kamis, sholat dhuha 4
rakaat, membaca al-Qur‟an usai sholat magrib minimal satu surat
panjang.”
Lain lagi dengan NK, selain cara yang disebutkan di atas, ia juga
mendawamkan sholat wajib berjama‟ah dan membaca surat waqiah
seperti yang dikatakannya:
“Saya rutin puasa senin kamis, sholat jama‟ah, sholat dhuha dan
sedekah serta mendawamkan surat waqi‟ah usai sholat shubuh dan
sholat magrib.”
CW juga menambahkan cara-cara yang pernah diajarkan Nabi Saw,
salah satunya dengan memperbanyak bacaan sholawat dan kalimat
hasbiyallah:
“Saya merutinkan sholat dhuha, membaca sholawat nabi dan kalimat
hasbiyallah, serta sedekah tentunya.”
Dari pengamatan di atas, peneliti setuju dengan cara-cara yang
dilakukan oleh informan karena semuanya merupakan perintah dalam
68
al-Qur‟an dan hadis Nabi SAW, yakni: sholat wajib berjama‟ah, sholat
malam (tahajud, witir, taubat, dan lainnya), membaca al-Qur‟an, puasa
sunah senin kamis, sholat dhuha, sedekah, berdoa, membaca sholawat
dan kalimat hasbiyallah. Itulah yang berperan sebagai perantara dari
informan untuk mendapatkan pengalaman spiritual dalam menjemput
apa yang diinginkannya dan segala kebutuhan yang diperlukannya,
yang muaranya menuju ke Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha
Kaya. Para informan yang berhasil mendapatkan pengalaman spiritual
yang positif adalah mereka yang melaksanakan amalan-amalan wajib
maupun sunnah secara sungguh-sungguh dan sadar memaknai
kebersamaan dengan yang mereka sembah, serta konsisten
melaksanakan amalan itu dengan hati yang yakin dan pasrah akan
kehendak Allah SWT. Itu sesuai firman Allah dalam QS. Fushshilat: 30
yang berbunyi:
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami
ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka
Malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah
69
kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka
dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu.”
d. Balasan Allah ketika mahasiswa mempraktekkan tugas-tugas
perkuliahan akhlak tasawuf
Pada saat perkuliahan berlangsung di dalam kelas akhlak tasawuf,
dosen selalu memberikan tugas-tugas kepada mahasiswanya untuk
membuktikan bahwa Allah itu Maha Kuasa dan Cinta kepada
hambaNya. Mahasiswa diharapkan tidak hanya sekedar membaca ayat
(mengagumi testimoni orang lain), tetapi juga diharapkan mampu
menjadi ayat yang dibaca oleh orang lain. Tugas yang diberikan dosen
adalah tugas dengan cara praktik secara langsung untuk membuktikan
bahwa Allah Maha Kaya, sehingga mahasiswa yang melaksanakan
tugas dengan konsisten menerapkan ajaran-ajaran akhlak tasawuf akan
mendapatkan pengalaman spiritual yang sebelumnya tidak pernah
mahasiswa dapatkan seperti dalam mata kuliah lainnya. Adapun tugas-
tugas yang telah diberikan dosen kepada mahasiswa adalah sebagai
berikut:
1) Visualisasi uang Rp. 50.000
Tugas pertama yang diberikan dosen ketika awal masuk kuliah
akhlak tasawuf adalah visualisasi uang Rp. 50.000. Mahasiswa
dibimbing dalam kondisi rileks (duduk tegak dengan memejamkan
mata) untuk mendengarkan musik terapi dan memasuki alam bawah
sadarnya, serta dosen memberikan sugesti agar mahasiswa
70
memvisualisasikan uang Rp. 50.000 sebanyak beberapa lembar
sesuai keinginan mahasiswa sendiri, yang seakan-akan telah
diterimanya dari Allah. Berikut pengalaman spiritual yang dialami
mahasiswa setelah mempraktekkan tugas pertamanya. SA
mengungkapkan bahwa:
“Saya mempraktekkan visualisasi uang Rp 50.000 sebanyak 10
lembar, Alhamdulillah teman saya melunasi hutang-hutangnya ke
saya sebanyak Rp 500.000 tanpa saya menagihnya, padahal sudah 3
bulan dia tidak pernah memberikan kabar kepada saya.”
Selanjutnya pengalaman unik dari NN, dia menceritakan
bahwa:
“Saya pernah visualisasi uang Rp 50.000. Setelah itu, saya
browshing di internet dan mencetak gambar uang Rp 50.000 serta
menempelkannya di dinding kamar dengan maksud saya bisa
melihatnya setiap hari karena saya ingin membeli Al-Qur‟an
terjemah. Secara tiba-tiba, Bapak datang menghampiri saya dengan
memberikan uang Rp 50.000 meskipun saya tidak pernah meminta
kepada beliau. Alhamdulillah saya bisa membeli Al-Qur‟an terjemah
dengan uang pemberian Bapak itu.”
FR juga mengalami keajaiban setelah mempraktekkan tugas
pertamanya dengan memvisualisasikan uang Rp. 50.000 sebanyak 20
lembar, berikut penuturannya:
“Pada saat visualisasi, saya membayangkan uang Rp 50.000
sebanyak 20 lembar.Pada waktu kakak sakit, tiba-tiba Budhe
menelpon dan memberitahu bahwa beliau telah mentransfer uang Rp
1.000.000 padahal sudah hampir 5 bulan lost-contact dengan
Budhe.”
Hal tidak terduga juga dialami NR yang mendapatkan kiriman
uang secara mengejutkan dari kakaknya.
71
“Saat visualisasi, saya membayangkan uang Rp 50.000 sebanyak 5
lembar. Setelah perkuliahan selesai, saya ditelpon kakak bahwa dia
baru saja mendapatkan rejeki dan mentranfer uang Rp 250.000 ke
rekening saya untuk keperluaan kuliah.”
Lain halnya dengan pengalaman informan sebelumnya, NW
mendapatkan uang Rp 5.000.000 setelah ia minta uang kepada Allah
melalui visualisasi:
“Saat berlangsungnya proses visualisasi, saya membayangkan uang
Rp 50.000 sebanyak 100 lembar saya kantongi, seminggu kemudian
saya ditranfer uang oleh orang tua sebanyak Rp 5.000.000 untuk
membeli laptop padahal saya tidak pernah meminta sebelumnya.”
Pengalaman dia atas bukan merupakan halyang mustahil karena
memang Allah akan mengabulkan permintaan hambaNya sesuai
dengan apa yang diprasangkakan hamba terhadapNya. Hanya orang-
orang yang yakin dengan kuasa Allah yang akan mendapatkan
berbagai kejaiban dan pengalaman spiritual yang menakjubkan.
2) Proyek sedekah Ibu
Pada kajian pustaka bab II telah dijelasakan bahwa Gusti Allah
mengajarkan bahwa sedekah terbaik adalah kepada kedua orang tua
(QS. Al-Baqoroh: 215). Selanjutnya mendasarkan hadis Rasul SAW
yang menyebut Ibu tiga kali di banding ayah, maka untuk bakti ke
orang tua, sedekah diutamakan ke ibu terlebih dahulu. Jika beliau
sudah tidak ada baru ke ayah dan kepada yang lainnya. Tugas kedua
ini juga deberikan dosen kepada mahasiswa dengan maksud agar
mahasiswa bisa merasakan karomah dan kejaiban yang ada dalam
72
orang utanya, terutama ibunya. Dalam hadis, Nabi SAW mebgatakan
bahwa surge berada di bawah telapak kaki ibu, juga ridho Allah ada
pada ridho orang tua, yang dalam hal ini adalah ridho ibu. Berikut
pengalaman mahasiswa yang telah mempraktekkan tugas kedua,
yaitu sedekah ke ibu.
Pengalaman yang dialami oleh NK membuat ia yakin dengan
karomah seorang ibu, NK mengungkapkan:
“Saya setiap hari menyisihkan uang saku Rp 5.000 selama 2 minggu.
Setelah uang terkumpul, saya membelikan longdress untuk Ibu
seharga Rp 85.000, beliau tersenyum bahagia dan terharu. Esok
harinya, saya dibelikan dua longdrees oleh Pakdhe seharga masing-
masing Rp 148.000 sama seperti yang saya inginkan tanpa saya
minta.”
WR yang juga seorang penulis juga menceritakan
pengalamannya ketika bersedekah kepada ibunya:
“Saya setiap bulan menyisihkan uang untuk sedekah ke Ibu dalam
bentuk bumbu dapur, alat mandi serta keperluan rumah lainnya.
Dengan doa ibu, tulisan saya sering dimuat di majalah dan sudah
sering mengikuti lomba menulis.”
Lain halnya dengan NK dan WR, apa yang dialami CW
membuatnya semakin yakin dengan keajaiban sedekah kepada ibu:
“Saya pernah membelikan rujak untuk Ibu seharga Rp 3.000 karena
sebelumnya Ibu pernah mengatakan bahwa beliau ingin makan rujak.
73
Setelah sampai di rumah, saya memberikan rujak ke Ibu. Tanpa saya
sangka, saya diberi uang oleh kakak sebanyak Rp 100.000.”
Pengalaman di atas bukan merupakan sesuatu yang mustahil
terjadi, karena Allah memang berjanji siapa yang bersedekah, maka
Allah akan melipatgandakan apa yang telah disedekahkannya.
Balasan Allah bisa berwujud, uang dan barang, namun juga bisa
berwujud ketenangan dan ketentraman hati yang bisa dirasakan oleh
pelaku sedekah.
e. Kendala mahasiswa dalam mendapatkan pengalaman spiritual
Pengalaman spiritual yang dialami mahasiswa pasti berbeda-beda.
Perbedaan itu disebabkan karena beberapa alasan yang merupakan
kendala mahasiswa dalam mendapatkan pengalaman
spiritualnya.kendala yang sering dialami mahasiswa adalah mahasiswa
kurang konsisten melaksanakan ajaran-ajaran yang terkandung dalam
akhlak tasawuf, seperti yang diungkapkan oleh DP:
“Saya ingin mempunyai motor baru tetapi sampai sekarang belum
terkabul, mungkin karena saya kurang konsisten melaksanakan ajaran
tasawufnya Pak Sultoni.”
Tidak jauh berbeda dengan DP, MN juga mengakui hal yang
demikian:
“Sampai saat ini, proyek pribadi saya belum terealisasikarena saya
masih bermalas-malasan dan tidak konsisten menerapkan ajaran
tasawuf yang diajarkan Pak Sultoni.”
74
Peneliti paham dengan kendala yang dialami mahasiswa karena
memang akhlak tasawuf adalah perpaduan ilmu akhlak (dalam hal ini
adalah sedekah, doa, dan amalan fiqih seprti: sholat, puasa, membaca
al-Qur‟an, dan lainnya) dan ilmu tauhid yang mengharuskan mahasiswa
secara konsisten menerapkan keduanya. Amalan yang dilakukan tanpa
keyakinan kepda Kuasa Tuhan tidak akan pernah menghasilkan
pengalaman spiritual yang maksimal. Begitu juga keyakinan yang besar
terhadap Kuasa dan Cinta Tuhan yang tidak disertai dengan amalan
yang yang konsisten juga tidakakan pernah mendapatkan pengalaman
spiritual yang menakjubkan. Jadi, pengalaman spiritual dalam akhlak
tasawuf akan bisa didapatkan mahasiswa ketika mahasiswa konsisten
menerapkan perpaduan ilmu akhlak dan ilmu tauhid itu dalam
kehidupan sehari-harinya.
75
BAB IV
ANALISIS
A. Perubahan sikap yang dilakukan mahasiswa sebelum dan sesudah
mengikuti perkuliahan mata kuliah akhlak tasawuf.
Berdasarkan hasil data yang diperoleh, peneliti menganalisis data
mengenai perubahan sikap yang dilakukan mahasiswa sebelum dan sesudah
mengikuti perkuliahan mata kuliah akhlak tasawuf. Hal yang pertama
peneliti analisis berkaitan mengenai perubahan dalam hal kepribadian,
perilaku sosial, dan keaktifan beribadah.
1. Perubahan sikap dalam kepribadian
Berdasarkan hasil angket terbuka yang peneliti berikan kepada para
responden, perubahan kepribadian yang dialami sebagian besar
responden bermacam-macam. Beberapa perubahan sikap dalam hal
kepribadian yang mahasiswa lakukan setelah melaksanakan ajaran-ajaran
tasawuf secara konsisten adalah sebagai berikut:
a. Mahasiswa lebih mengenali dirinya sendiri. Krisis identitas memang
wajar melanda kaum muda, terutama masa-masa remaja yang memang
masih dalam tahap pencarian identitas dirinya. Cara yang terbukti
kebenarannya untuk lebih mengenal diri sendiri Tuhan, karena
memang dasar dari ilmu tasawuf adalah orang yang mengenal Tuhan
pasti akan mengenal dirinya, juga berlaku sebaliknya. Dengan bekal
pengenalan diri, mahasiswa bisa memaknai hakikat hidup ini dengan
76
hati yang optimis agar bisa melihat masa depan lebih gemilang karena
segala perilaku hidupnya selalu didampingi kuasa dan cinta Tuhan.
b. Rasa syukurnya bertambah. Mahasiswa yang sudah mengenali Tuhan
dan mengenali dirinya akan mengerti bahwa Tuhan sebenarnya Maha
Kaya, Maha Kuasa dan Maha Cinta terhadap dirinya. Oleh sebab
itulah, mahasiswa yang mengerti dan paham akan tujuan pembelajaran
akhlak tasawuf akan mempunyai kualitas rasa syukur yang berlebih. Ia
akan selalu mensyukuri apapun yang terjadi dengan dirinya karena
yakin bahwa Tuhan Maha Baik dan hanya akan memberikan yang
terbaik bagi hambaNya, sehingga hatinya akan selalu ikhlas menerima
segala ujian dan cobaan yang diberikan oleh Tuhan terhadap dirinya,
baik itu suka maupun duka.
c. Percaya akan keajaiban Tuhan. Akhlak tasawuf di STAIN Salatiga
memang mengharuskan mahasiswa untuk membuktikan langsung
tentang keajaiban Tuhan, yaitu dengan doa dan sedekah. Mahasiswa
yang berhasil mendapatkan proyek-proyeknya (keinginan, kebutuhan,
impian) akan bertambah keyakinannya kepada keajaiban Tuhan
karena ia tidak hanya membaca ayat, tetapi sudah menjadi ayat yang
dibaca oleh mahasiswa lainnya. Keyakinannya terhadap Tuhan
semakin kuat akan kejaiban Tuhan yang seringkali datang tanpa
diduga dan disangka-sangka olehnya.
77
2. Perubahan sikap dalam perilaku sosial
Perilaku sosial dalam masyarakat sangatlah penting dimilki oleh
mahasiswa karena mahasiswa seringkali disebut sebagai agen perubahan
(agent of change), sehingga diharapkan mampu bersosialisasi dalam
lingkungan masyarakat luas, khususnya di lingkungan tempat tinggalnya.
Akhlak tasawuf mempunyai peranan penting untuk mengubah sikap
mahasiswa dalam hal perilaku sosial mahasiswa. Mahasiswa mengakui
bahwa setelah mengambil mata kuliah akhlak tasawuf, ia merasa ada
yang berubah dalam perilaku sosialnya, di antaranya adalah:
a. Patuh terhadap orangtua. Beberapa mahasiswa yang telah
mendapatkan pengalaman spiritual negative menjadi berubah perilaku
sosialnya. Mahasiswa yang dahulu selalu membantah dan
mengabaikan perintah orang tua (terutama ibu) menjadi patuh
terhadap segala nasehat ibunya. Mahasiswa yang mendapatkan
pengalaman spiritual setelah melakukan doa dan sedekah kepada ibu,
merasakan keajaiban doa ibu sehingga mahasiswa laebih menghargai,
menghormati dan patuh terhadap segala nasehat orang tuanya.
b. Simpati terhadap orang lain. Mahasiswa mengakui akhlak tasawuf
menjadikan dirinya lebih simpai dan peduli terhadap orang lain,
terutama orang-orang yang membutuhkan bantuannya, misalnya
teman, sahabat, fakir miskin, pengemis, dan yang lainnya.
c. Peduli terhadap kelestarian lingkungan sekitar. Mahasiswa yang
mengerti dan paham bahwa Tuhan akan membalas sekecil apapun
78
peluang kebaikan yang dilakukannya, maka akan menjadi pribadi
yang peduli terhadap kebersihan lingkungan di sekitarnya. Tidak
peduli apakah ada teman atau orang lain yang memperhatikannya,
mahasiswa pelaku akhlak tasawuf akan dengan hati yang ikhlas untuk
mengambil peluang kebaikan yang ada di depannya.
3. Perubahan sikap dalam keaktifan beribadah
Mahasiswa yang paham akan kandungan ajaran-ajaran akhlak
tasawuf tidak akan ragu untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas
keaktifan beribadahnya kepada Tuhan, diantara perubahan sikap
mahasiswa dalam keaktifan beribadah setelah mahasiswa melaksanakan
ajaran akhlak tasawuf adalah:
a. Rajin dan rutin melaksanakan sholat. Mahasiswa menjadi giat
melakukan sholat baik sholat wajib maupun sholat sunnah. Mahasiswa
merasa hatinya gelisah kalau belum melaksanakan sholat. Selain
melaksanakan sholat wajib lima waktu, mahasiswa menjadi terbiasa
melaksanakan sholat sunnah seperti sholat dhuha, sholat tahajud dan
sholat sunnah rawatib.
b. Rajin melaksanakan puasa sunnah. Puasa menjadi sarana mahasiswa
untuk belajar menahan diri dari nafsu yang bergejolak dalam hati dan
sarana belajar mengatur emosinya. Mahasiswa pelaku tasawuf yang
mengetahui hikmah puasa berdasarkan sudut pandang tasawuf,
menjadi lebih konsisten melaksanakan puasa sunnah,seperti puasa
sunnah senin dan kamis.
79
c. Rajin membaca al-Qur‟an dan memahami maknanya. Mahasiswa yang
mengerti tentang hakikat doa sebagai komunikasi, akan lebih sering
berkomunikasi langsung kepada Tuhan. Salah satu bentuk komunikasi
langsung kepada Tuhan adalah dengan membaca firman-Nya,
memahami maknanya, dan mentafakkuri apa yang terkandung
didalamnya. Mahasiswa merasa hatinya nyaman dan tentram ketika
melantunkan ayat-ayatNya. Semakin merdu lantunan ayat Tuhan yang
dibacanya, maka hatinya semakin yakin bahwa Tuhan sedang berada
didekatnya dan berkomunikasi langsung kepadanya. Dari situlah
mahasiswa menjadi terbiasa membaca al-Qur‟an dengan hati yang
yakin akan keberadaan Tuhhan disampingnya.
B. Pengalaman spiritual yang mahasiswa dapatkan ketika mereka
mengaplikasikan ajaran-ajaran yang terkandung dalam mata kuliah
akhlak tasawuf.
Setelah melakukan wawancara terhadap 10 informan, peneliti bisa
menganalisis pengalaman-pengalaman yang mahasiswa dapatkan ketikan
mahasiswa secara konsisten melaksanakan ajaran yang terkandung dalam
mata kuliah akhlak tasawuf. Tema pokok dalam ajaran akhlak tasawuf di
STAIN Salatiga adalah doa dan sedekah. Oleh karena itu, peneliti membagi
pengalaman spiritual yang dialami 10 informan menjadi dua, yaitu:
80
1. Pengalaman spiritual yang berkaitan dengan doa orang tua
(positif/negatif).
Mahasiswa yang ingin mendekatkan diri kepada Tuhan harus bisa
mendekatkan diri terhadap makhluk yang telah dipilih Tuhan untuk
dipatuhi, yaitu Rasulullah Muhammad SAW dan kedua orangtua. Kedua
makhluk itulah yang harus kita utamakan untuk dipatuhi agar mahasiswa
bisa mendekatkan diri kepada Tuhan. Karena Rasul Muhammad SAW
sudah wafat, maka cara mematuhi beliau adalah dengan melaksanakan
sunnahnnya, sedangkan cara untuk mematuhi kedua orantua adalah
dengan menghormati dan menghargai nasehat-nasehatnya selama nasehat
itu tidak bertentangan dengan hukum syar‟i.
Beberapa mahasiswa mendapatkan pengalaman spiritual negatif
setelah mereka tidak menghiraukan nasehat orangtuanya, misalnya hati
mereka menjadi resah melawan perintah orangtua dan menerima
ketidaksenangan atas akibat yang diperolehnya. Disisi lain, mahasiswa
mendapatkan pengalaman positif selama mereka patuh terhadap nasehat
kedua orangtuanya, misalnya mereka mendapatkan kenikmatan dalam
melakukan berbagai aktifitas dengan ridho orangtua dan merasakan
bahwa karomah orangtua benar-benar ada. Itu menjadi bukti yang tidak
terbantahkan bahwa apabila seseorang berkeinginan untuk mendekatkan
diri kepada Tuhan, ia harus mematuhi perintah Rasul Muhammad SAW
dan mematuhi nasehat kedua orangtuanya.
2. Pengalaman spiritual yang berkaitan dengan sedekah dan berdoa.
81
Sedekah merupakan aktifitas doa yang secara langsung bisa
dibuktikan kebenarannya oleh mahasiswa. Dalam perkuliahan akhlak
tasawuf, mahasiswa dianjurkan untuk membuktikan langsung keajaiban
sedekah. Terbukti semua informan yang telah bersedekah mendapatkan
pengalaman spiritual yang menakjubkan. Tuhan tidak pernah
mengingkari janjinya. Siapa saja yang bersyukur akan ditambah
nikmatnya. Siapa saja yang bersedekah akan dilipatgandakan rejekinya.
Setelah melakukan sedekah, mereka merasakan bahwa janji Tuhan
adalah benar ketika mereka yakin akan Kuasa dan Cinta Tuhan. Sedekah
membuat mereka mendapatkan pengalaman spiritual yang
membahagiakan, yaitu: mereka merasakan kenikmatan tersendiri ketika
bisa berdoa secara langsung kepada Tuhannya, mendapatkan kesenangan
batin diluar prediksi serta mendapatkan kenikmatan diluar batas
kemampuan mereka.
C. Cara mahasiswa mendapatkan pengalaman spiritual.
Pengalaman spiritual yang dialami oleh informan memang ajaib dan
magis. Para informan yang berhasil mendapatkan pengalaman spiritual yang
positif adalah mereka yang melaksanakan amalan-amalan wajib maupun
sunnah secara sungguh-sungguh dan sadar memaknai kebersamaan dengan
yang mereka sembah, serta konsisten melaksanakan amalan itu dengan hati
yang yakin dan pasrah akan kehendak Allah SWT. Beberapa cara yang
dilakukan mahasiswa di antaranya adalah:
82
1. Sholat Berjamaah
Sholat berjama‟ah adalah sholat yang sangat dianjurkan oleh
Rasulullah SAW sebagai wujud rasa persaudaraan sesama muslim dan
solidaritas terhadap orang Islam, serta sebagai syiar kepada masyarakat
luas bahwa orang muslim mempunyai kekuatan yang besar dalam
lingkungan sosial kemasyarakatan. Orang yang melaksanakan sholat
berjama‟ah diberi pahala 27 kali lipat daripada sholat sendirian
(Munfarid). Mahasiswa bisa mengingat dan merasakan kepasrahan yang
total ketika bermunajat dengan Tuhan dengan hati yang yakin akan
kebesaran-Nya.
…
Artinya: ”Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka
(sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama
mereka…” ( QS. An Nisa‟: 102)
Artinya: “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta
orang-orang yang ruku'.” (QS. Al-Baqarah: 43)
2. Berdoa
Berdoa sangat dianjurkan oleh Allah sebagai wujud rasa syukur dan
permohonan seorang hamba kepada Tuhan-Nya. Allah menyuruh orang
83
yang sedang mempunyai keinginan dan kebutuhan untuk berdoa
kepadaNya. Mahasiswa yang berdoa merasa lemah sehingga
membutuhkan Dzat yang lebih tinggi dan merasa bersyukur telah
diberikan kesempatan untuk meminta permohonan, serta merasa yakin
bahwa Tuhan selalu mengabulkan apa yang diminta oleh hamba-Nya.
Artinya: “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang
Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan
permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka
hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah
mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam
kebenaran.” (QS. Al Baqarah: 186)
3. Sedekah
Sedekah banyak sekali manfaat yang terkandung di dalamnya.
Orang yang terbiasa bersedekah akan dimudahkan dalam memperoleh
rejeki yang selalu bertambah. Allah juga akan mempercepat terkabulnya
doa dan hajat orang yang senang bersedekah. Sedekah bisa
mendatangkan rejeki sepuluh kali lipat, 700 kali lipat bahkan sampai
tidak terhingga bagi mereka yang dikehendaki.
84
Artinya: “Barangsiapa membawa amal yang baik, Maka baginya
(pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan Barangsiapa yang membawa
perbuatan jahat Maka Dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang
dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya
(dirugikan).” (QS.Al-An‟am: 160)
Artinya: “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang
yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir
benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji.
Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan
85
Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui.” (QS. Al-
Baqarah: 261)
4. Puasa sunnah Senin dan Kamis
Orang yang melaksanakan puasa secara konsisten akan diberi
kesehatan yang prima karena secara medis, para pakar kesehatan telah
meneliti manfaat puasa. Puasa yang dilakukan di hari Senin dan Kamis
membuat pelakunya akan dicintai Allah dan RasulNya karena doa orang
yang sedang dalam melakukan puasa sangat mustajab. Mahasiswa yang
melakukan puasa senin kamis secara konsisten mendapatkan rejeki yang
tidak terprediksi, sesuai janji Allah bahwa Dia akan memberikan pahala
yang tanpa batas kepada orang yang bersabar dalam menjalankan puasa.
Allah berfirman dalam QS. Az-Zumar: 10.
Artinya: “Katakanlah: „Hai hamba-hamba-Ku yang beriman.
bertakwalah kepada Tuhanmu‟. orang-orang yang berbuat baik di dunia
ini memperoleh kebaikan. dan bumi Allah itu adalah luas.
Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah (dalam berpuasa)
yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas”.
86
5. Sholat Tahajud
Sholat tahajud merupakan ibadah tambahan yang dicintai oleh
Allah, sehingga Allah akan mengangakat ke tempat yang terpuji bagi
pelakunya dan mengabulkan apa yang menjadi hajat dan keinginannya.
Artinya: “Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah
kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-
mu mengangkat kamu ke tempat yang Terpuji.” (QS. Al Isro‟: 79)
6. Sholat Dhuha
Seseorang melakukan sholat dhuha karena termotivasi oleh
manfaat dan keutamaan yang terkandung di dalamnya yaitu bahwa sholat
dhuha dapat mendatangkan ampunan Allah SWTdan mendatangkan
rejeki serta menolak kefakiran seperti sabda Nabi berikut ini.
Hadits Abu Dzarr Al Ghifari r.a., bahwasanya Rasulullah SAW
bersabda:
يصبح على كل سالمى مه أحدكم صدقت فكل تسبيحت صدقت وكل تحميدة صدقت
وكل تهليلت صدقت وكل تكبيرة صدقت وأمر بالمعروف صدقت ووهي عه المىكر
صدقت ويجزئ مه ذلك ركعتان يركعهما مه الضحى
“Setiap tulang salah seorang dari kalian wajib ditunaikan sedekahnya.
Setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil
adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyeru kepada kebaikan
87
adalah sedekah, dan melarang dari kemungkaran adalah sedekah. Dan
cukup sebagai pengganti itu semua dua rakaat yang dilakukan ketika
waktu dhuha.” (HR. Muslim)
7. Membaca Al-Qur‟an
Membaca al-Qur‟an memang banyak manfaat dan keutamaannya,
salah satunya adalah bahwa Allah akan memberikan perniagaan yang
tidak akan pernah merugi sesuai QS. Faatir: 29-30 yang berbunyi:
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah
dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang
Kami anuge rahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-
terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi.
Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan
menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Mensyukuri.”
88
8. Membaca Sholawat
Allah bersholawat kepada Rasulullah SAW dengan cara
mencurahkan rahmat dan kasih sayang kepada beliau, maka orang yang
bersholawat untuk Rasulullah akan diberikan kasih sayang oleh Allah,
serta akan mendapatkan syafa‟at dari beliau di hari Kiamat kelak. Orang
yang bersholawat akan mendapatkan balasan kebaikan yang berlipat-lipat
jumlahnya karena Allah dan para MalaikatNya juga bersholawat kepada
Nabi Muhammad SAW.
Artinya: “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat
untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk
Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al Ahzab:
56).
Dari beberapa penjelasan di atas, amalan wajib maupun sunnah
yang dilakukan mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman spiritual
semuanya adalah berdasarkan syari‟at yang telah ditetapkan dalam al-
Qur‟an dan Hadis, padahal akhlak tasawuf berkaitan dengan hal yang
bersifat hakikat. Hal itu wajar karena langkah dalam mengenal Tuhan
adalah beribadah karena Allah sesuai jalan syari‟at, selanjutnya akan
89
menemukan kenyamanan beribadah bersama Allah, dan akhirnya hakikat/
tujuan utama beribadah adalah untuk menuju Allah.
90
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan pembahasan dan analisis, ada beberapa hal yang
menjadi titik tekan sebagai simpulan dalam skripsi ini, sebagai berikut.
1. Perubahan sikap mahasiswa sebelum dan sesudah mengikuti
perkuliahan mata kuliah akhlak tasawuf adalah sebagai berikut:
Kepribadian; Mahasiswa yang sebelumnya tidak tahu mengenai
pribadinya sendiri menjadi lebih mengenali dirinya sendiri, Mahasiswa
yang sebelumnya sering mengeluh menjadi menikmati indahnya
bersyukur, Mahasiswa yang sebelumnya ragu dan bimbang menjadi
percaya akan keajaiban dan kekuasaan Tuhan, Perilaku Sosial;
Mahasiswa yang sebelumnya membantah perintah orangtua menjadi
semakin patuh kepada orangtuanya, Mahasiswa yang sebelumnya tidak
mempunyai rasa peduli dengan sesamanya menjadi bersimpati kepada
orang lain, Mahasiswa yang sebelumnya tidak peduli dengan
lingkungan sekitarnya menjadi perhatian terhadap kelestarian
lingkungan sekitar, Keaktifan Beribadah; Mahasiswa yang sebelumnya
jarang sholat menjadi rajin dan rutin melaksanakan sholat, Mahasiswa
yang sebelumnya malas-malasan berpuasa menjadi rajin melaksanakan
puasa sunnah, Mahasiswa yang sebelumnya jarang menyentuh al-
Qur‟an menjadi rajin membaca al-Qur‟an dan memahami maknanya.
91
2. Pengalaman spiritual yang mahasiswa dapatkan ketika mereka
mengaplikasikan ajaran-ajaran yang terkandung dalam mata kuliah
akhlak tasawuf, di antaranya: Pengalaman spiritual yang berkaitan
dengan doa orang tua: mereka mendapatkan kenikmatan dalam
melakukan berbagai aktifitas dengan ridho orangtua dan merasakan
bahwa karomah orangtua benar-benar ada, Pengalaman spiritual yang
berkaitan dengan sedekah: mereka merasakan kenikmatan tersendiri
ketika bisa bersedekah dan mendapatkan kesenangan batin diluar
prediksi serta mendapatkan kenikmatan diluar batas kemampuan, serta
Pengalaman spiritual yang berkaitan dengan doa: mahasiswa
mendapatkan balasan secara cepat dan tidak terduga setelah berdoa
dengan keyakinan dan kepasrahan kepada Allah SWT.
3. Cara mahasiswa mendapatkan pengalaman spiritual adalah dengan:
Sholat Berjamaah, Berdoa, Sedekah, Puasa Sunnah, Sholat Tahajud,
Sholat Dhuha, Membaca Al-Qur‟an, dan Membaca Sholawat, secara
sungguh-sungguh dan konsisten sehingga mereka benar-benar yakin
bahwa Tuhan Maha Kuasa dan Cinta kepada hambaNya.
B. Saran
Berdasarkan permasalahan yang peneliti bahas dalam skripsi ini yaitu
mengenai pengalaman spiritual dalam akhlak tasawuf, maka peneliti hendak
menyampaikan saran sebagai berikut:
92
1. Bagi mahasiswa
Mahasiswa yang telah mengikuti dan menerapkan ajaran-ajaran yang
terkandung dalam akhlak tasawuf diharapkan tetap mempertahankan sikap
dan akhlak mahmudahnya, serta konsisten agar terus menemukan
pengalaman-pengalaman spiritual yang akan membuatnya lebih dekat dan
yakin akan kebesaran Tuhan yang Maha Kuasa , Maha Kaya dan maha
Cinta kepada hamba-Nya.
2. Bagi dosen
Para dosen akhlak tasawuf diharapkan tetap memberikan dorongan
dan pendidikan akhlak kepada mahasiswa untuk konsisten dan bersungguh-
sungguh dalam menjalankan ajaran-ajaran yang terkandung dalam mata
kuliah akhlak tasawuf. Selain itu, para dosen juga diharapkan mampu
membantu menumbuhkembangkan sifat yakin dan motivasi dalam diri
mahasiswa agar lebih mengenal Tuhan sehingga hidupnya selalu berada
dalam kasih sayang dan cinta Tuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M. Yatimin. 2007. Studi Akhlak dalam Perspektif Al Quran. Jakarta:
Amzah.
Al-Ghazali. 2000. Ihya Ulumuddin. Qairo, Mesir: Daaral-Taqwa.
Al-Musawa, Nabiel F. 2008. The Islam Way: 25 Solusi Islam untuk permasalahan
Masyarakat Modern. Bandung: Arkan Publishing.
Arikunto, Suharsimi. 1989. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek).
Jakarta: Rineka Putra.
Asmaran. 2002. Pengantar Studi Akhlak. Ed. Revisi. Cet. 3. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
Dister, Nico Syukur. 1988. Pengalaman dan Motivasi Beragama. Edisi Kedua.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Endang, Saifudidin Anshari. 1987. Ilmu Filsafat dan Agama. Jakarta: PT Bina
Ilmu.
Hardjana. 2002. Penghayatan Agama: Yang Otentik dan Tidak Otentik. Cetakan
VII. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Hasan, Aliah B. Purwakania. 2008. Psikologi Perkembangan Islami. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
http://chantiksekali.blogspot.com/2011/12/pengalaman-spiritual.html
http://dokumenpemudatqn.com/2013/07/persentase-jumlah-umat-islam-
berbagai.html
http://id.scribd.com/doc/58789726/Pengertian-Spiritual
http://id.wikipedia.org/wiki
http://radentegarghozali.blogspot.com/2012/12/makalah-implementasi-
tasawuf.html
http:/stainsalatiga.ac.id
Jalaluddin. 2001. Psikologi Agama. Jakarta: PT Raja Gravindo Persada.
Jaya, yahya. 1994. Spiritualisasi Islam: Dalam Menumbuhkembangkan
Kepribadian & Kesehatan Mental. Jakarta: CV RUHAMA.
Kaelang. 2000. Islam & Aspek-aspek Kemasyarakatan. Edisi 2 Cetakan I. Jakarta:
PT Bumi Aksara.
Khalafallah, Muhammad Ahmad. 2008. Masyarakat Muslim Ideal. Yogyakarta:
Insan Madani.
Kurnia, Jusuf. 2008. Quantum Ibadah: Mengelola Diri dengan Mengenali
Perjalanan Hidup. Cetakan I. Solo: Tiga Serangkai.
Mahmudin. 2006. Menemukan Kebenaran Islam. Cetakan I. Yogyakarta: Gava
Media.
Matta, Anis. 2007. Model Manusia Muslim Abad ke-21. Cetakan III. Bandung:
Syaamil Cipta Media.
Sunarto, Ahmad. 2005. Himpunan Hadits Al Jami’ush Shahih. Jakarta: ANNUR
PRESS
Sudiarja, Raimundo. 1994. Dialog Intrareligius. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Poerwadarminta, W.J.S. 1982. Kamus Umum Bahasa Indonesia: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Cetakan V. Jakarta: Balai Pustaka.
Rajabi, Mahmoud. 2006. Horison Manusia. Jakarta: Al-Huda.
Shihab, Alwi. 2001. Islam Sufistik: “Islam Pertama” dan pengaruhnya hingga
kini di Indonesia. Cetakan I. Bandung: Penerbit MIZAN.
Siregar, Rivay. 2000. Tasawuf: Dari Sufisme Klasik ke Neo-Sufisme. Edisi I
Cetakan 2. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Simuh. 1999. Sufisme Jawa, Transformasi Tasawuf Islam ke Mistik Jawa.
Yogyakarta : Yayasan Bentang Budaya.
Sultoni, Ahmad. 2007. Sang Maha-Segalanya Mencintai Sang Maha-Siswa.
Salatiga: STAIN SALATIGA PRESS.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Cetakan 16.
Bandung: ALFABETA.
Syukur, Amin. 2003. Tasawuf Sosial. Cetakan I. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Syukur, Amin. 2006. Tasawuf bagi orang awam: Menjawab Problem Kehidupan.
Cetakan I. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tamrin, Dahlan. 2010. Tasawuf Irfani: Tutup Nasut Buka Lahut. Cetakan I.
Malang: UIN-MALIKI PRESS.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Afif Kurnia Rohman
Tempat, tanggal lahir : Kab. Semarang, 10 November 1991
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Baran Jurang RT 03 RW 06
Kec. Ambarawa, Kab. Semarang
Pendidikan
No. Tingkatan Nama Sekolah Tahun Lulus
1. SD/MI MI Baran 2003
2. SLTP/MTs SMP Negeri 1 Ambarawa 2006
3. SMA/MAN SMA Negeri 1 Ambarawa 2009
4 Strata 1 S1 Tarbiyah STAIN Salatiga 2014
Organisasi
No. Organisasi Jabatan Periode
1. Remas “RIMA” Baran
Jurang, Ambarawa
Ketua Umum 2009-2013
2. Tim Majlis Doa Mawar
Allah STAIN Salatiga
Sie Humas 2012-sekarang
3. Biro Konsultasi Psikologi
TAZKIA STAIN
Salatiga
Peer Counselor,Tester
Psikotes, Ice Breaker
2011-sekarang
ANGKET PENELITIAN
PERSEPSI MAHASISWA TENTANG MATA KULIAH AKHLAK
TASAWUF
NAMA :______________________________
No. HP :______________________________
1. Apa saja perubahan sikap yang anda rasakan setelah mengikuti perkuliahan
akhlak tasawuf?
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
2. Apakah perkuliahan akhlak tasawuf ini mempengaruhi kepribadian, perilaku
sosial dan keaktifan beribadah anda? Mengapa?
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
LEMBAR WAWANCARA
Pengalaman Spiritual dalam Akhlak Tasawuf
Nama Lengkap : _______________________________________________
NIM : _______________________________________________
1. Pengalaman Spiritual apa saja yang anda dapatkan saat dan setelah
mengikuti perkuiahan akhlak tasawuf?
Negatif:
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
Positif:
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
2. Bagaimana cara anda mendapatkan pengalaman spiritual tersebut?
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
____________________________________
3. Apa balasan dari Allah? dan bagaimana perasaan anda ketika
mempraktekkan tugas-tugas perkuliahan akhlak tasawuf, yakni:
Visualisasi uang 50 ribu
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
Proyek sedekah Ibu
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
Proyek SMS Tuhan
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
Proyek pribadi
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
VERBATIM HASIL WAWANCARA
Pengalaman Spiritual dalam Akhlak Tasawuf
Wawancara dilakukan secara bergantian kepada seluruh informan pada tanggal 19
Nopember 2013 di Ruang Konsultasi 2, Biro Konsultasi Psikologi Tazkia STAIN Salatiga
pukul 08.45 sampai pukul 13.25 WIB.
Informan 1:
“Setelah mengikuti kuliah ini, saya menjadi pribadi yang lebih sabar, mudah nrimo dan
legowo ketika ada ujian dan cobaan yang menghampiri. Saya membutuhkan uang untuk
membayar kuliah dan beberapa keperluan pribadi, Alhamdulillah saya mendapatkan
informasi dari teman bahwa STAIN mengadakan seleksi beasiswa DIPA, dan saya
mendapatkan beasiswa dua juta rupiah, bahkan saya tidak menyangka sebelumnya. Saya
mempraktekkan visualisasi uang 50 ribu sebanyak 10 lembar, Alhamdulillah teman saya
melunasi hutang-hutangnya ke saya tanpa saya menagihnya, padahal sudah 3 bulan dia tidak
pernah memberikan kabar kepada saya. Saya juga sering sedekah ke ibu yang membuat
rejeki saya lancar bahkan sering diberi uang saku oleh keluarga dekat walaupun saya tidak
pernah meminta.Ketika saya mendapatkan masalah dan hati saya gelisah, saya berdoa
kepada Allah dan Alhamdulillah Allah memberikan jawaban sehingga saya bisa mudah
menemukan solusi dalam setiap permasalahan dan merasa ada dorongan yang kuat untuk
terus melakukan ibadah..Subhanallah. saya selalu sholat tahajud pada pukul 3 pagi dan tak
henti-hentinya berdoa sampai Allah benar-benar memberikan jawaban dari doa saya”
Informan 2:
“akhlak tasawuf membuat hidup saya yang dulu biasa-biasa saja sekarang jadi luar biasa,
saya mendapatkan banyak pengalaman. Saya pernah kesrempet mobil gara-gara tidak patuh
pada nasehat ibu. Waktu itu saya mau berangkat kuliah tapi ibu saya melarang karena saya
lagi sakit, tapi saya tetap ngeyel karena memang ada kuliah yang mengharusakan saya untuk
presentasi makalah. Waktu dijalan dekat kampus, saya kesrempet mobil dan tidak jadi
kuliah, saya menangis dan ingat ibu, sampai ke rumah saya langsung memeluk ibu dan
meminta maaf.karena hal itulah saya sekarang jadi taat dan tidak berani melawan ibu.
Saya pernah visualisasi uang 50 ribu, setelah itu saya browsing di internet dan mencetak
gambar uang 50 ribu serta menempelkannya di dinding kamar dengan maksud saya bisa
melihatnya setiap hari karena memang saya pengen membeli Al-Qur‟an terjemah. Eh tiba-
tiba saja Bapak dating menghampiri dengan memberikan uang 50 ribu meskipun saya tidak
pernah minta beliau, sungguh ajaib..alhamdulillah saya bisa membeli Al-Qur‟an terjemah
dengan uang pemberian Bapak itu. Sekarang saya masih rutin melakukan solat malam,
sholat dhuha, puasa senin kamis..akhlak tasawuf mengajarkan saya banyak keajaiban..Allah
memang baik deh”
Informan 3:
“Setelah mengikuti kuliahnya pak sultoni (akhlak tasawuf), saya jadi tidak berani menunda-
nunda sholat, lebih sering berbagi rejeki ke teman-teman, dan bisa menghormati orang yang
lebih tua dengan bahasa jawa krama alus. Saya punya pengalaman spiritual negative, sabtu
sore saya dilarang pergi menjenguk teman yang lagi sakit oleh ibu karena cuaca hujan, tapi
saya tetap ngeyel..yah akhirnya kecelakaan di jalan tapi tidak apa-apa. Minggu pagi saya
mengulanginya lagi, dan terjadi kecelakaan yang parah. Saat itulah saya mengerti bahwa
saya memang harus taat sama nasehat ibu. Pengalaman spiritual positif saya juga masih
tentang ibu, saya diajak teman pergi ke jogja dan ibu mengijinkan. Awalnya saya kurang
sreg karena memang dalam kondisi capek badan sih. saya tetap pergi, eh di jogja saya
senang sekali bisa merasakan liburan dan hati saya yang awalnya ragu untuk pergi, sekarang
jadi lega dan plong. Ya mungkin karena ridho ibu juga.
Saya juga ngelesi 5-10 anak SD dan ngajar TPQ dirumah secara gratis karena niat saya
memang untuk mengajari mereka. Saya punya uang 50 ribu, yang 35 ribu saya kasihkan
tetangga kurang mampu yang tidak bisa bayar listrik karena tidak punya uang, sisanya 15
ribu saya belikan jajanan buat anak-anak les. Eh nggak nyangka saya dibelikan HP baru oleh
Bulek seharga 440.000. mungkin itu balsan dari Allah. Untuk sedekah ibu, saya setiap hari
menyisihkan uang cuma 5 ribu selama 2 minggu, setelah uang ngumpul, saya belikan
longdress seharga 85 ribu untuk ibu, beliau tersenyum bahagia dan terharu. esok harinya
saya dibelikan dua longdrees oleh pakdhe seharga masing-masing 148.000 persis seperti
yang saya dambakan. Padahal saya ndak minta lho.
Yah sampai sekarang saya rutin puasa senin kamis, sholat jama‟ah, dhuha dan sedekah serta
mendawamkan surat waqi‟ah usai shubuhan dan magriban.”
Informan 4:
“Ajaib pokoke..saya yang dulunya jarang sedekah sekarang jadi rutin dan ndak peritungan
lagi, lebih bisa menghargai orang lain dan tentunya lebih deket dengan orang tua terutama
ibu. Dulu saya kalo curhat sama temen mesti ceplas-ceplos menceritakan hal yang bersifat
privasi juga, tapi sekarang jadi sadar dan lebih hati-hati dalam berbicara dan bisa introspeksi
diri lah..awalnya saya tidak mau kuliah di STAIN karena memang saya telah diterima di
UNS di jurusan matematika tanpa ngomong orang tua dulu..orang tua ndak setuju dan
terpaksa saya masuk STAIN Salatiga. Eh setelah dijalani, saya jadi bersyukur karena
kampus ini lebih mendukung untuk lenih dekat dengan Allah, saya jadi lebih tau ajaran
agama sehingga merubah sikap saya ke arah yang lebih baik tentunya. Saya diterima di
kampus ini dengan mendapatkan beasiswa BIDIKMISI besarnya 3.600.00 per semester,
Alhamdulillah bisa mengurangi beban biaya orang tua.
Saat visualisasi saya nangis karena memang sedang butuh uang untuk membeli buku kuliah,
setelah saya pulang kuliah langsung dikasih uang budhe 50 ribu. Ajaib tenan. Saya setiap
bulan menyisihkan uang untuk sedekah ke ibu dalam bentuk bumbu dapur, alat mandi serta
keperluan rumah lainnya..dengan doa ibu, tulisan saya sering dimuat di majalah dan udah
sering ikut lomba nulis juga lho..tiap malam sebelum tidur dan bangun tidur saya selalu
SMS Allah dan tak luapa saya juga rutin sholat malam dan puasa senin kamis dan sedekah
anak yatim minimal ngluarin uang 5 ribu tiap hari.alhamdulillah saya punya proyek bisa
terkabul..sekarang punya laptop walaupun masih second, sepeda motor juga, HP yang jadul
sudah berganti yang lebih lengkap fiturnya”
Informan 5:
“Kata-kata pak sultoni menjadikan saya lebih sabar menghadapi permasalahan, lebih
ngertiin orang, jadi tambah rajin ibadah dan rajin sedekah ke adik-adik SD yang kurang
mampu. Saya pernah diingatkan ibu untuk berangkat kuliah 15 menit sebelum jam 7..eh
saya ngeyel berangkat jam 7 kurang 5 menit, saya kesusu dan ngebut walaupun rumah saya
deket dengan kampus..hampir nyampe kampus malah kesrempet motor dan jatuh. Saya jadi
ndak berani lagi nantang dan ngeyel sama ibu.hehe..
Selesai visualisasi, 2 hari kemudian saya dikasih duit 50 ribu sama mbah. Nggak nyangka
banget, mbah kan niasanya pelit. Minta saja gak dikasih eh sekarang gak minta malah di
kasih. Ajaib. Saya juga sering curhat ke Allah lewat SMS untuk dipertemukan dengan
cowok yang bisa menjaga an menjadi imam dunia akhirat..kemarin sudah ada sinyal-sinya
ada pria yang menurut saya sholih mulai pengen mengenal saya lebih jauh lagi. Saya
seneeeeeeeng sekali. Saya juaga punya proyek pengen dapat motor baru tapi sampai
sekarang belum terkabul, mungkin karena saya kurang konsisten melaksanakan ajran
tasawufnya pak sultoni. Saya masih rutin sholat malam minimal 3 kali dalam seminggu,
sholat dhuha, yasinan setiap malam jum‟at dan membaca qur‟an setelah magriban.”
Informan 6:
“Sebelum ketemu ilmu akhlak tasawuf, saya kalo berdoa masih ada keragu-raguan dan
kurang yakin apakah Allah benar-benar akan mengabulkan atau ndak, Alhamdulillah
sekarang sudah tau caranya berdoa sehingga saya lebih yakin dan tenang. Dulu saya cuek
banget sama temen dan sekarang sudah sering membantu, perhatian dan peduli sama temen-
temen sekitar. Saya punya pengalaman unik, saya disuruh ngajar ngaji sama tetangga.
Walaupun awalnya terpaksa, saya tetap saja menjalaninya. Nah saat sudah mulai ngajar
ngajiitulah, kakak saya sering ngasih uang jajan yang lebih kepada saya, padahal
sebelumnya nggak pernah. Aneh tapi nyata. Visualisasi uang 50 ribu saat kuliah akhlak
tasawuf bener-bener keren, saya iseng-iseng membayangkan telah menerima uang 50 ribuan
sebanyak 20 lembar. Eh saya malah dapat beasiswa 2 juta dari kampus. Padahal saya
mengira bahwa beasiswa cuma 1,2 juta seperti tahun sebelumnya. Sampai saat ini proyek
pribadi saya belum terealisasi, mungkin karena saya masih males-malesan dan nggak
konsisten menerapkan ajaran tasawuf yang diajarkan pak sultoni.hehe
Tapi Alhamdulillah sampai saat ini saya kadang masih mau sholat malam, puasa sunah,
sholat jama‟ah di masjid, dan rutin membaca qur‟an selesai magriban.”
Informan 7:
“Ketika ayah meninggal, saya merasa tidakterima dan selalu menyalahkan Allah.tapi akhlak
tasawuf telah mengajarkanku tentang takdir dan arti keikhlasan sehingga perlahan-lahan sya
bisa nrimo dan ikhlas atas meninggalnya ayah saya, ternyata cobaan dan ujian itu tersa indah
jika kita bisa sabar dan bersyukur. Saya punya beberapa pengalaman yang unik dan ajaib.
Saya selalucium tangan ibu ketika mau berangkat kuliah. Nah saya pernah lupa tidak
salaman karena buru-buru. Akibatnya saya sulit mendapatkan angkot sampai telat masuk
kuliah 2 jam, eh sekali dapat angkot malah bannnya bocor alias kemps dan sesampainya
dikampus uang saya hilang. Sejak itulah saya tidak pernah lupa lagi salaman ke ibu. Kapok
rasanya.hehehe
Saya berangkat kuliah nglaju dari rumah dengan uang saku 10 ribu. Pulang kuliah uang saya
tinggal 2 ribu untuk ngangkot. Di jalan ada pengemis yang minta uang, saya berikan uang
terakhir saya yang harusnya untuk ngangkot. Eh baru mau jalan 5 meter ada tetangga yang
menawari tebengan, Alhamdulillah saya diantar sampai rumah padahal dari jalan raya
jaraknya sekitar 4 km. Anehnya lagi disaat matahari yang terik panasnya menyengat kulit,
saya merasa ada awan yang melindungi saya ketika membonceng tetangga saya tadi. Saya
juga pernah sedekah 50 ribu ke ibu dengan niat sebagai DP karena memang saya butuh uang
600 ribu untuk membayar uang semesteran, setelah itu selama liburan kuliah saya ditawari
pekerjaan oleh bulik di bekasi, saya di gaji 1,6 juta selama 2 bulan, terus dapat uang bonus
500 ribu dan THR dari distributor 100 ribu yang akhirnya saya pulang kerumah membawa
uang lebih dari 2 juta. Subhanallah..
Pada saat visualisasi, saya membayangkan uang 50 ribu sebanyak 20 lembar, pada waktu
kaka k sakit, tiba-tiba budhe telfon telah mentransfer uang 1 juta. Padahal sudah 5 bulan
lost-contact. Sampai sekarang saya rutin sholat malam (8 rakaat sholat tahajud, 2 rakaat
sholat taubat, 3 rakaat sholat witir), puasa senin kamis, sholat dhuha 4 rakaat, baca qur‟an
habis magrib minimal satu surat panjang.”
Informan 8:
“Dulu saya orangnya tuh acuh tak acuh sama temen, cuek gitu lho..dan sering berpikiran
negative. Alhamdulillah setelah ikut kuliah akhlak tasawuf, saya bisa mengoreksi diri, lebih
pemaaf, dan lebih penyabar. Saya tinggal di asrama milik saudara yang aturannya sangat
ketat, salah satunya tidak memperbolehkan menggunakan HP. Suatu ketika ibuku melarang
saya membawa HP saat mau ke asrama tapi saya tetap ngeyel, akibatnya 2 hari kemudian
HP saya hilang. Saya pulang ke rumah tidak bilang apa-apa ke ibu mengenai peristiwa itu,
bahkan saya malah berdoa kepada Allah untuk minta HP buat adek sayayang cuma seharga
200ribu. Seminggu kemudian saya melihat pengumuman beasiswa dikampus dan
Alhamdulillah dapat 2 juta. Saya bisa membelikan HP adek juga beli HP sendiri tanpa
sepengetahuan ibu. Hehehe
Pas visualisasi saya membayangkan uang 50ribu sebanyak 5 lembar, setelah perkuliahan
selesai saya ditelfon kakak bahwa dia baru dapat rejeki dan mentranfer 250ribu ke rekening
saya untuk keperluaan kuliah. Senang rasanya. Sya juga mebelikan barang kesukaan ibu
yaitu tas dan kerudung, alahmdulillah hati jadi tenang dan dilancarkan rejeki kerja di bimbel.
Saya merutinkan sholat malam, baca qur‟an antara juz 1-10 karena memang saya sedang
dalam tahap hafalan, saya juga sering sedekah ke anak-anak didik dengan memberikan alat
tulis dan makanan. Mungkin semua itu yang membuat saya punya pengalaman spiritual
yang unik.”
Informan 9:
“Dulunya saya dikenal temen-temen sebagai orang yang pelit, gampang minder dan sering
nyaklahke Allah jika mengalami musibah. Alhamdulillah sekarang jadi lebih dermawan
selalu mensyukuri apapun yang terjadi, dan nggak gampang putus asa. Saya pernah pengen
pergi ke bandungan untuk menghadiri suatu acara tapi bi melarang saya ngangkot karena
biar dianter bapak, saya tetep pergi sendiri menuju jalan raya eh hampir satu jam nunggu
tapi nggak ada angkot lewat. Terus saya pulang lagi minta dianter bapak. Eh setelah nyampe
jalan raya banyak sekali angkot yang lewat. Yah mungkin karena ridho ibu tadi kali ya. Say
juga pernah mau ke kampus dengan uang saku 10 ribu, deket jalan raya datanglah seorang
bapak pengemis terus saya kasih semua uang saku dengan yakinnya. Ajaibnya tiba-tiba ada
teman yang menawarkan tebengan, pas pulang kuliah eh kebetulan ada kakak bahkan
ditraktik makan siang.hehehe
Terus uasai visualisasi 50ribu, sepulang kuliah saya dikadih uang 50ribu sama embah
padahal nggak minta lho. Saya pernah beliin ibu rujak seharga 3 ribu karena sebelumnya ibu
pernah bilang kalau pengen rujak, setelah sampai dirumah saya kasihkan rujak eh malah
saya dikasih uang kakak 100 ribu. Saya masih merutinkan sholat dhuha, baca sholawat nabi
dan kalimat hasbiyallah, serta sedekah tentunya.”
Informan 10:
“dulunya ketika bertemu pengemis atau anak jalanan, saya merasa iba dan sedih tanpa
member uang, Alhamdulillah sekarang juga masih iba tapi dengan memberikan sedekah
kepada mereka karena bertambah yakin bahwa Allah pasti membalas kebaikan kita.
Biasanya kalau berang kuliah saya pamitan dulu sama orang tua, suatu ketika saya nggak
pamitan karena sedang buru-buru. Dampaknya saya mengalami kesulitan: angkotnya
mogok, telat masuk kuliah dan nggak konsen mengikuti kuliah. Saya mengesal sekali hari
itu. Pernah juga saya disuruh orang tua untuk ngurus jadi panitia pengajian sampai larut
malam padahal paginya ujian tengan semester dan saya tidak sempat belajar, tapi ajaibnya
tanpa belajarpun say bisa menjawab soal tes dengan lancar dan benar, yah mungkin karena
ridho orang tua juga. Pas visualisasi saya membayangkan uang 50 ribu sebanyak 100 lembar
saya kantongi, seminggu kemudian saya ditranfer uang oleh orang tua sebanyak 5 juta untuk
membeli laptop padahal saya tidak pernah meminta sebelumnya. Ajaib banget, subhanallah.
Sampe sekarang saya mendawamkan sholat malam, puasa senin kamis, baca qur‟an setiap
hari, serta rutin sedekah ke orang tua dan anak yatim dengan penghasialn saya sendiri
sebagai salah satu tentor di bimbel.”
DAFTAR NILAI SKK
Nama : Afif Kurnia Rohman Jurusan : Tarbiyah PAI
NIM : 11110007
No. Nama Kegiatan Pelaksanaan Keterangan Nilai
1 OPAK 25-27 Agustus 2010 Peserta
3
2 User Education
Perpustakaan STAIN
Salatiga
20 – 25 September
2010
Peserta 3
3 Pra-DM Bedah Film
“Nothing Is Impossible in
this wordl”
4 Oktober 2010 Peserta 2
4 Penerimaan Anggota Baru
ITTAQO‟
30 Oktober 2010 Peserta 3
5 Penerimaan Anggota Baru
JQH
13 Nopember 2010 Peserta 3
6 Kajian Tafsir Tematik JQH
“Indonesia Menangis
Darah”
29 Nopember 2010 Peserta 3
7 National Workshop of
Enterepreneurship and
Basic Cooperation 2010
19 desember 2010 Peserta 6
8 Seminar nasional
Pendidikan “Realisasi
Pendidikan Karakter
Bangsa dalam Kurikulum
Pendidikan Nasional” HMJ
Tarbiyah
20 Juni 2011 Panitia 6
9 Praktikum Baca Tulis Al-
Qur‟an (BTA)
22 Juni 2011 Peserta
2
10 Seminar Nasional “Pilar-
pilar penanggulangan
Korupsi di Indonesia
Perspektif Agama, Budaya,
dan Negara”
22Juni 2011 Peserta 6
11 Seminar Regional
“Meningkatkan
Nasionalisme di tengah
Goncangan Disintegrasi
dan Pengikisan Ideologi
Nasional”
26 Oktober 2011 Peserta 4
12 Pelatihan Kewirausahaan
“membangun Kejayaan
Bangsa dengan
Entrepreneurship” FIB
UNDIP
2011 Peserta 3
13 Lembaga Bimbingan
Belajar COMPAC CAMP
SEMARANG
2 Januari 2012 Tentor 3
14 Pelatihan Sholat Khusyu‟
Biro TAZKIA
29 Januari 2012 Peserta 3
15 Praktikum Etika Profesi
Keguruan
10 Februari 2012 Peserta 2
16 Praktikum Komputer
Multimedia
14 – 15 Februari 2012 Peserta 2
17 Seminar Nasional
Entrepreneurship “Tren
Bisnis Berbasis
Multimedia dan Teknologi
Informatika sebagai Wujud
Pasar modern”
21 April 2012 Peserta 6
18 Seminar Regional “Urgensi
Media dalam Mencerahkan
Umat”
30 April 2012 Peserta 4
19 Workshop Parenting
“Merajut Cinta
Mengokohkan Dakwah”
6 Mei 2012 Peserta 3
20 Bedah Buku”Dari Minder
Jadi Super”
17 Mei 2012 Peserta 2
21 Seminar International
Bahasa Arab
2 Juni 2012 Peserta 3
22 Seminar Nasional
Pendidikan “Pendidikan
Multikultural sebagai Pilar
Karakter Bangsa”
6 Juni 2012 Peserta 6
23 Pelatihan Mengatasi
Kecemasan Tampil di
Depan Umum
9 Juni 2012 Peserta 3
24 Seminar Nasional
“Mewaspadai gerakan
Islam Garis Keras di
Perguruan Tinggi”
23 Juni 2012 Peserta 6
25 Pesantren Remaja Ahli
Sorga (PARAS 19)
22 Juli 2012 Pemateri 3
26 Pengabdian Masyarakat
pada kegiatan Traumatic
Healing bagi Korban
Kebakaran Pasar Projo
Ambarawa, Kab. Semarang
13 Agustus 2012 Volunter 3
27 Praktikum Perawatan
Jenazah
17 September 2012 Peserta 2
28 MTQ Umum IV
Mahasiswa, Pesantren,
SMA Sederajat se-Salatiga
dan sekitarnya
3 Oktober 2012 Panitia 3
29 Islamic Public Speaking
Training (IPST)
25 Oktober 2012 Peserta
3
30 Pelatihan Manajemen dan
Konselor Klinik Berhenti
Merokok di Perguruan
Tinggi FKM UNDIP
30 – 31 Oktober 2012 Peserta 4
31 Seminar Pencegahan
Bahaya
NAPZA,HIV/AIDS dan
Launching PIK
SAHAJASA STAIN
Salatiga
29 April 2013 Panitia 3
32 Seminar Nasioanal
Entrepreneurship
“Menumbuhkan Jiwa
Entrepreneur Generasi
Muda”
27 Mei 2013 Peserta 6
33 Pelatihan Strategi Sukses
Kuliah
8 Juni 2013 Peserta
3
34 Seminar Nasional
“Mengawal Pengendalian
BBM Bersubsidi,
Kebijakan BLSM yang
Tepat Sasaran serta
Pengendalian Inflasi
Dalam Negeri sebagai
Dampak Kenaikan Harga
BBM Bersubsidi”
8 Juli 2013 Peserta 6
35 Pesantren Remaja Ahli
Sorga (PARAS 20)
11 Juli 2013 Pemateri
3
36 Workshop “Persiapan
Karir & Kematangan
Menikah”
22 Oktober 2013 Peserta
3
Jumlah 129
Salatiga, 15 Juli 2014
Mengetahui
Wakil Ketua Bidang Kemahasiswaan dan
Kerjasama
Moh Khusen, M.Ag., M.A.
NIP. 19741212 199903 1 003