Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi

32
Universitas Gadjah Mada BAB 7 PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM ORGANISASI 1. Pengambilan Keputusan dan Efektifitas Organisasi 1.1. Pengertian Pengambilan Keputusan Pengambilan keputusan merupakan proses yang selalu dihadapi dan dijalani oleh setiap manusia dalam hidup bermasyarakat. Di dalam dunia modern dewasa ini, kehidupan manusia menuntut banyak sekali keputusan yang harus dibuat. Hampir setiap saat selalu ada keputusan yang dibuat, baik di dalam rumah tangga, di jalan, di kantor atau dimana saja di dalam masyarakat. Keputusan dapat dibuat oleh individu, kelompok individu, organisasi atau dapat pula keputusan yang dibuat oleh pemerintah atau negara. Keputusan itu dibuat dengan satu atau tujuan yang hendak dicapai. Dalam pengertian yang sangat populer, mengambil atau membuat suatu keputusan berarti memilih satu dari sekian banyak alternatif. Dalam hal ini seseorang yang akan mengambil suatu keputusan menghadapi tidak hanya satu pilihan, tetapi banyak pilihan alternatif yang tersedia baginya untuk dipilih. Jika hanya terdapat satu alternatif dan tidak tersedia alternatif lainnya maka hal itu bukanlah sesuatu yang dapat dipilih. Sesuatu yang berkaitan dengan pilihan adalah jika seseorang berhadapan dengan lebih dari satu alternatif pilihan. Setiap orang pada dasarnya dapat membuat keputusan. Sejak bangun tidur sampai kembali ke pembaringan aktifitas manusia selalu berkaitan dengan proses pengambilan keputusan ini. Ketika seseorang membuka mata dari tidurnya, ia sudah dihadapkan pada suatu pilihan, misalnya segera bangun dan melakukan aktifitas atau sebaliknya tetap bermanja-manja di tempat tidurnya. Jika ia kemudian bangun dari pembaringannya, apa yang akan dikerjakan mula-mula merupakan sesuatu yang proses pengambilan keputusan. Kemudian aktivitasnya sepanjang hari diwarnai oleh keharusan mengambil keputusan. Pendek kata, setiap langkah selalu berhadapan dengan keharusan mengambil keputusan. Setiap saat setiap orang dapat melakukan pengambilan keputusan terhadap apa yang akan dilakukan, namun tidak semua pengambilan keputusan yang dilakukan itu memiliki arti penting. Pengambilan keputusan mengenai apa yang mula- mula dilakukan sesaat seseorang bangkit dari pembaringannya di pagi hari, apakah akan membereskan tempat tidurnya atau akan membuka jendela kamarnya lebih

description

ORGANISATION BEHAVIOUR

Transcript of Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi

Page 1: Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi

Universitas Gadjah Mada

BAB 7

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM ORGANISASI

1. Pengambilan Keputusan dan Efektifitas Organisasi

1.1. Pengertian Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan merupakan proses yang selalu dihadapi dan dijalani

oleh setiap manusia dalam hidup bermasyarakat. Di dalam dunia modern dewasa ini,

kehidupan manusia menuntut banyak sekali keputusan yang harus dibuat. Hampir

setiap saat selalu ada keputusan yang dibuat, baik di dalam rumah tangga, di jalan, di

kantor atau dimana saja di dalam masyarakat. Keputusan dapat dibuat oleh individu,

kelompok individu, organisasi atau dapat pula keputusan yang dibuat oleh

pemerintah atau negara. Keputusan itu dibuat dengan satu atau tujuan yang hendak

dicapai.

Dalam pengertian yang sangat populer, mengambil atau membuat suatu

keputusan berarti memilih satu dari sekian banyak alternatif. Dalam hal ini seseorang

yang akan mengambil suatu keputusan menghadapi tidak hanya satu pilihan, tetapi

banyak pilihan alternatif yang tersedia baginya untuk dipilih. Jika hanya terdapat satu

alternatif dan tidak tersedia alternatif lainnya maka hal itu bukanlah sesuatu yang

dapat dipilih. Sesuatu yang berkaitan dengan pilihan adalah jika seseorang

berhadapan dengan lebih dari satu alternatif pilihan.

Setiap orang pada dasarnya dapat membuat keputusan. Sejak bangun tidur

sampai kembali ke pembaringan aktifitas manusia selalu berkaitan dengan proses

pengambilan keputusan ini. Ketika seseorang membuka mata dari tidurnya, ia sudah

dihadapkan pada suatu pilihan, misalnya segera bangun dan melakukan aktifitas atau

sebaliknya tetap bermanja-manja di tempat tidurnya. Jika ia kemudian bangun dari

pembaringannya, apa yang akan dikerjakan mula-mula merupakan sesuatu yang

proses pengambilan keputusan. Kemudian aktivitasnya sepanjang hari diwarnai oleh

keharusan mengambil keputusan. Pendek kata, setiap langkah selalu berhadapan

dengan keharusan mengambil keputusan.

Setiap saat setiap orang dapat melakukan pengambilan keputusan terhadap

apa yang akan dilakukan, namun tidak semua pengambilan keputusan yang

dilakukan itu memiliki arti penting. Pengambilan keputusan mengenai apa yang mula-

mula dilakukan sesaat seseorang bangkit dari pembaringannya di pagi hari, apakah

akan membereskan tempat tidurnya atau akan membuka jendela kamarnya lebih

Page 2: Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi

Universitas Gadjah Mada

dahulu, bukanlah pengambilan keputusan yang cukup penting. Jadi, ada keputusan

yang memiliki dampak yang sempit atau tidak luas ruang lingkup yang terkena

pengaruh keputusan tersebut. Dalam contoh-contoh di atas, dampak atau pengaruh

dari keputusan yang diambil tidaklah memiliki ruang lingkup atau pengaruh yang luas.

Banyak dari aktifitas yang dilakukan orang bukanlah sesuatu yang berkaitan dengan

pengambilan keputusan yang penting.

Akan tetapi setiap orang juga akan berhadapan dengan pengambilan

keputusan yang penting. Hal ini terutama jika keputusan yang harus diambil itu

memiliki dampak atau akibat yang luas, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi pihak

lain. Seorang karyawan yang melihat awan tebal di langit pertanda hari akan hujan

kemudian mengambil keputusan tidak masuk kerja adalah keputusan yang lebih

besar dan luas dampaknya dibandingkan dengan ketika ia mengambil keputusan

memasak nasi atau menjerang air lebih dahulu setelah bangun tidur. Tidak masuk

kerja akan memiliki akibat yang lebih luas, misalnya berpengaruh pada prestasi

kerjanya, tertundanya pekerjaan di kantor yang seharusnya diselesaikan dan

sebagainya.

Contoh yang lain, pimpinan Badan Urusan Logistik (Bulog) memutuskan

mengurangi impor besar setelah mengetahui produksi padi dalam suatu musiam

panen pada tingkat petani melimpah ruah, merupakan contoh pengambilan

keputusan yang memiliki dampak atau ruang lingkup akibat yang cukup luas. Hal ini

akan berkaitan dengan kestabilan harga beras, tersedianya cadangan atau stok

beras yang dapat dikendalikan oleh Bulog dan sebagainya. Demikian juga keputusan

pemerintah untuk melakukan pengurangan subsidi bahan bakar minyak merupakan

pengambilan keputusan yang memiliki dampak yang luas. Masih banyak contoh lain

yang menggambarkan betapa pengambilan keputusan dapat memiliki dampak yang

luas dan penting.

Dari berbagai contoh di atas nampak jelas adanya alternatif-alternatif yang

dapat diambil oleh pengambil keputusan. Secara teoritis minimal terdapat dua

alternatif, meskipun dalam prakteknya terdapat lebih dari dua alternatif dimana

pengambil keputusan (decision maker) harus memilih salah satu berdasarkan

pertimbangan atau kriteria tertentu. Oleh sebab itu pengambilan keputusan

merupakan sebuah proses intelektual yang bersifat dasar bagi perilaku manusia.

Pada umumnya suatu keputusan dibuat dalam rangka untuk memecahkan

suatu permasalahan atau suatu persoalan (problem solving). Ini berarti bahwa setiap

keputusan yang dibuat pasti ada tujuan yang akan dicapai. Sebagai contoh, sebuah

Page 3: Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi

Universitas Gadjah Mada

perusahaan memiliki persoalan menumpuknya pekerjaan sehingga volume pekerjaan

tidak seimbang dengan jumlah karyawan yang ada. Akibatnya karyawan harus

melakukan pekerjaan lembur dan bahkan meskipun telah dilakukan pekerjaan

lembur, tetap saja pekerjaan tidak terselesaikan karena kurangnya tenaga kerja.

Contoh yang lain, seorang pimpinan pabrik menghadapi masalah rendahnya pasokan

bahan mentah yang berasal dari lingkungan sekitar pabrik yang akan diolah didalam

pabrik. Ini semua adalah masalah yang dihadai yang menuntut adanya pemecahan

masalah. Dalam hal inilah pengambilan keputusan diperlukan.

Pimpinan perusahaan yang menghadapi persoalan kekurangan tenaga kerja

harus mengambil keputusan untuk mengatasi masalah tersebut, pimpinan pabrik

harus mengambil keputusan menghadapi masalah rendahnya pasokan bahan

mentah dari lingkungan sekitar pabrik. Tujuan yang akan dicapai sangat jelas, jika

pimpinan perusahaan memutuskan untuk menambah karyawan maka tujuannya

adalah menutup kekuarangan pekerja dalam menyelesaikan pekerjaan. Pimpinan

pabrik memutuskan untuk mendatangkan bahan mentah dari luar daerah merupakan

keputusan yang tujuannya menutup kekurangan bahan mentah yang dibutuhkan oleh

pabrik. Jadi disini setiap keputusan pada dasarnya adalah untuk memutuskan suatu

masalah dan dengan demikian menjadi jelas pula tujuan dari pengambilan keputusan

itu.

Adakalanya istilah pengambilan keputusan atau decision making dianggap

sinonim dengan istilah manageng, terutama apabila pengambilan keputusan diartikan

secara luas, sehingga mencakup pula upaya mencari dan mengenai situasi-situasi

masalah atau problem. Jadi dalam pengertian ini pengambilan keputusan mencakup

pula pengertian tindakan menemukan dan mengembangkan serta menganalisa

tindakan-tindakan alternatif. Dalam pengertian yang terakhir ini, pengambilan

keputusan merupakan suatu aktifitas yang terjadi pada tingkat organisasi. Dari uraian

di atas nampak sangat jelas bahwa pengertian pengambilan keputusan atau decision

making memiliki arti yang cukup luas dan menunjuk pada berbagai macam perilaku

yang berkaitan dengan pengambilan keputusan tersebut, baik yang bersifat personal

maupun organisasional.

1.2 Pengambilan Keputusan dalam Organisasi

Pengambilan keputusan merupakan sebuah proses intelektual yang bersifat

dasar bagi perilaku manusia dan dalam kaitannya dengan organisasi dapat dikatakan

bahwa setiap orang di dalam setiap organisasi merupakan seorang pengambil

Page 4: Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi

Universitas Gadjah Mada

keputusan (decision maker), sudah barang tentu dengan derajat dan arti yang

berbeda-beda. Pengambilan keputusan di dalam organisasi memiliki arti yang sangat

penting dan sentral untuk mewujudkan efektifitas organisasi. Pengambilan keputusan

dalam organisasi bahkan sering dikatakan sebagai "jantung" dari setiap tindakan

administrasi.

Pengambilan keputusan di dalam organisasi juga menunjuk pada suatu

proses untuk memilih dari alternatif-alternatif yang ada. Hal yang membedakannya

dengan pengambilan keputusan lainnya terletak pada tindakan untuk memilih

alternatif tersebut dalam kaitannya dengan organisasi. Dengan kata lain, tindakan-

tindakan memilih alternatif-alternatif tersebut dilihat dalam kaitannya dengan

pencapaian tujuan organisasi. Jadi pengambilan keputusan dalam organisasi

menunjuk pada proses untuk memilih tindakantindakan yang ditujukan untuk

memecahkan masalah yang dihadapi oleh organisasi.

Mengenai pengambilan keputusan di dalam organisasi, terdapat perbedaan

pandangan dikalangan para ahli manajemen, administrasi maupun sosiologi. Di satu

sisi terdapat pandangan yang melihat pengambilan keputusan tahapan penting

karena harus memilih apa yang harus dilakukan, siapa yang melakukan, kapan

dilakukan, dimana dilakukan dan sebagainya. Akan tetapi ada pula pendapat lain

yang melihat pengambilan keputusan hanyalah satu langkah dalam perencanaan,

sehingga pengambilan keputusan bukanlah sesuatu yang teramat penting

dibandingkan dengan proses perencanaan itu sendiri.

Namun jika diperhatikan lebih mendalam, inti dari perencanaan itu pada

dasarnya adalah proses pengambilan keputusan. Dalam pandangan yang demikian,

pengambilan keputusan meliputi membuat pernyataan permasalahan, melakukan

identifikasi alternatif-alternatif pilihan. melakukan penilaian dan mempertimbangkan

setiap alternatif yang ada berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai, dan pada

akhirnya melakukan satu pilihan atas berebagai alternatif-alternatif setelah

mendapatkan penilaian dan pertimbangan.

Terlepas dari perbedaan pandangan tersebut, setiap pengambilan keputusan

yang efektif haruslah rasional. Suatu keputusan yang rasional jika didasari oleh

kesadaran bahwa usaha untuk mencapai tujuan tidak dapat dicapai tanpa suatu

tindakan. Ini berarti harus ada tindakan untuk mencapai suatu tujuan. Untuk dapat

melakukan tindakan tersebut, perlu dimengerti dengan jelas alternatif-alternatif yang

ada serta keterbatasan-keterbatasan yang dihadapi. Selain itu, tindakan dapat

diambil jika terdapat cukup informasi dan memiliki kesanggupan untuk melakukan

Page 5: Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi

Universitas Gadjah Mada

analisis dan melakukan penilaianpenilaian terhadap alternatif-alternatif yang ada

sesuai dengan tujuan, sebelum akhirnya mendapatkan pemecahan terbaik dengan

memilih alternatif yang paling efektif untuk mencapai tujuan tersebut.

Meskipun upaya ini dapat dilakukan, tetapi terdapat faktor-faktor yang selalu

menjadi pembatas setiap keputusan yang diambil. Setiap keputusan selalu

berorientasi ke masa depan, bukan ke masa lampau sebab tidak mungkin suatu

keputusan diambil untuk mempengaruhi masa lampau, tetapi sangat disadari bahwa

masa depan penuh dengan ketidak pastian, meskipun perkiraan dan peramalan bisa

dilakukan tetapi tetap saja masa depan adalah sesuatu yang diliputi ketidak pastian.

Hal lain yang menjadi pembatas adalah kenyataan bahwa kemampuan setiap

manusia selalu memiliki keterbatasan untuk dapat mengidentifikasi dan mengenali

semua alternatif yang ada, terutama jika suatu keputusan itu merupakan keputusan

yang tidak rutin sifatnya. Selain itu, tidak semua alternatif dapat dianalisa sehingga

selalu terdapat sisi-sisi gelap dalam tahap analisa atas alternatif yang ada.

Keterbatasan lainnya berkaitan dengan keterbatasan informasi, keterbatasan

waktu dan tingkat kepastian masa mendatang. Intl dari pengambilan keputusan

adalah terletak pada perumusan berbagai alternatif tindakan dan dalam pemilihan

berbagai alternatif-alternatif yang tepat setelah melalui suatu penilaian mengenai

efektifitasnya dalam mencapai tujuan yang dikehendaki oleh pembuat keputusan.

Dalam hal ini menjadi sangat jelas bahwa pengumpulan informasi merupakan

tahapan penting dalam pengambilan keputusan. Persoalannya terletak pada

kenyataan bahwa mengumpulkan informasi yang lengkap sehingga pengenalan

suatu situasi dimana keputusan itu dapat dibuat selalu tidak mudah dilakukan,

mengingat terbatasnya kesempatan, waktu, uang, alat dan tenaga.

Pada saat yang sama, waktu berputar terus sehingga keharusan untuk segera

mengambil keputusan sebelum terlambat juga dibatasi oleh keterbatasan waktu. Jika

seandainya tersedia cukup dana, tenaga dan kesempatan, pengumpulan informasi

yang lengkap selalu membutuhkan waktu sehingga ketika analisa atas informasi itu

dilakukan, situasi yang ada telah mengalami perubahan-perubahan dan semua ini

sangat berpengaruh terhadap keputusan yang akan dibuat. Selain itu, karena data

yang tak lengkap dan keharusan untuk segera mengambil suatu keputusan telah

membawa pada situasi dimana keputusan diambil berdasarkan data yang tidak

lengkap atau merupakan perkiraan saja, sehingga elemen ketidak pastian muncul

dalam proses pengambilan keputusan. Akibatnya pengambil keputusan dapat saja

tidak begitu yakin mengenai sifat dari berbagai alternatif yang tersedia maupun

Page 6: Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi

Universitas Gadjah Mada

efektifitas dari alternatif-alternatif yang ada. Jadi, ketidak pastian menjadi salah satu

pembatas dan menjadi ciri situasi keputusan yang seringkali dijumpai. Dengan

melihat hal tersebut maka setiap pengambil keputusan harus menerima kenyataan

adanya rasionalitas yang terbatas.

Dengan demikian pengambilan keputusan sesungguhnya tidaklah sekedar

menjauhkan pilihan. Terdapat sejumlah langkah=langkah yang harus dilakukan

sebelum suatu keputusan dibuat. Jika persoalan yang dihadapi telah cukup jelas,

maka tahapan yang berikutnya dilakukan adalah melakukan identifikasi alternatif-

alternatif yang ada. Proses mengembangkan alternatifalternatif ini didasari oleh

pemikiran bahwa selalu ada alternatif-alternatif yang dapat dipilih dan

mengembangkan alternatif-alternatif sama pentingnya dengan memilih secara tepat

berbagai alternatif yang ada. Banyak dari alternatif yang dikembangkan berada dalam

suatu situasi yang tidak selalu menguntungkan sehingga kemampuan untuk

mengembangkan sangat ditekankan dan diperlukan.

Sangat disadari bahwa alternatif-alternatif yang ada senantiasa berhadapan

dengan faktor pembatas (limiting factors), yaitu sesuatu yang dapat menjadi hambatan

dalam upaya untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, faktor pembatas perlu diketahui

sehingga pengembangan alternatif diarahkan untuk mengatasi faktor pembatas

tersebut. Jika faktor pembatas ini dapat diatasi makaalternatif yang terbaik dapat

ditentukan. Sangat disadari bahwa mengatasi faktor pembatas tidaklah mudah,

karena terkadang tidak mudah dikenali juga pencarian faktor pembatas merupakan

proses yang tiada henti. Selain itu, pada suatu situasi faktor pembatas tertentu

memainkan penan yang dominan, tetapi pada situasi yang lain, tidaklah dominan.

Dalam manajemen modern, proses pengambilan keputusan ini telah

dikembangkan dengan berbagai metode. Misalnya dalam menilai alternatifalternatif,

para ahli manajemen mengembangkan berbagai bentuk analisa, misalnya analisa

marginal dan analisa efektifitas biaya. Pada prinsipnya, analisa marginal berupaya

membandingkan keuntungan dan kerugian ekonomis, mengoptimalkan outpun suatu

meskin dan sebagainya. Analisa efektifitas biaya merupakan perbaikan atas analisa

marginal, yang berupaya memperoleh perbandingan terbaik antara manfaat dengan

biaya yang dikeluarkan. Meskipun disadari baik analisa marginal maupun analisa

efektifitas biaya ini memiliki kelemahan-kelemahan tertentu.

Page 7: Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi

Universitas Gadjah Mada

Demikian pula ketika memilih alternatif yang ada, para ahli manajemen

mengembangkan tiga pendekatan, yaitu pengalaman, uji-coba atau eksperimen dan

analisa hasil penelitian. Pengalaman memberikan pedoman untuk menghindari

kegagalan dimasa lalu dan menggunakan keberhasilan sebagai acuan. meskipun

memiliki kegunaan, menggunakan pengalaman sebagai pendekatan dalam memilih

alternatif juga memiliki keterbatasan, misalnya persoalan yang dihadapi tidak selalu

sama dari waktu ke waktu, sehingga pengalaman tidak memiliki arti yang penting

dalam menghadapi situasi yang unik tersebut. Uji coba merupakan pendekatan yang

lebih memadai dalam memilih alternatif. Pendekatan ini menekankan pada upaya

melakukan uji coba alternatif yang ada dan melihat hasilnya. Meskipun memiliki

beberapa kelebihan, salah stau kelemahan dari pendekatan ini adalah dibutuhkannya

biaya yang relatif besar dan dukungan tenaga kerja yang besar pula, sedangkan

ujicoba itu sendiri belumlah merupakan keputusan yang final sifatnya. Pendekatan

yang oleh para ahli manajemen dipandang paling efektif adalah pendekatan dengan

analisa hasil penelitian. Riset atau penelitian dan analisa merupakan upaya untuk

memecahkan masalah dengan lebih dahulu memahaminya, misalnya dengan

mengembangkan variabel-variabel dan hubungan antar variabel tersebut, misalnya

melalui research operation, mengembangkan teknik analisa resiko, mengembangkan

model pohon keputusan dan sebagainya.

Pengambilan keputusan dalam organisasi memainkan peranan yang sangat

penting bagi terwujudnya efektifitas organisasi. Keputusan-keputusan yang diambil

dapat memiliki pengaruh yang langsung terhadap arah dan pengaturan tingkah laku

dalam konteks organisasi. Di dalam organisasi, keputusan dapat diambil oleh para

pengambil keputusan dalam tingkat yang berbeda-beda dan lingkup dari keputusan itu

juga berbeda-beda. Dalam berbagai organisasi yang relatif kompleks, para pengambil

keputusan pada tingkat tertinggi herus mengambil keputusan yang strategis.

Keputusan strategis merupakan keputusan yang memiliki resiko besar dan berdampak

luas, misalnya dalam hal penentuan tujuan organisasi, perencanaan strategis,

pengembangan organisasi maupun yang berkaitan dengan tindakan individu dan

kelompok.

Disisi yang lain, pengambilan keputusan di dalam organisasi juga memiliki

pengaruh terhadap individu yang ada di dalam organisasi. Sebagai gambaran,

kualitas dari keputusan seorang pimpinan organisasi sangat ditentukan antara lain

oleh keberhasilan dan sukses yang dicapai oleh pimpinan itu sebagai indiviu maupun

rasa kepuasan yang dirasakan oleh semua pihak yang terkena pengaruh dari

Page 8: Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi

Universitas Gadjah Mada

keputusan itu. Dengan demikian, suatu keputusan yang baik dalam organisasi akan

berguna bagi organisasi itu sendiri, tetapi keputusan yang berkualitas itu akan

memberikan berguna pula bagi individu yang ada di dalam organisasi. Dalam

pandangan yang demikian, sebagai konsekuensinya orang lain di dalam organisasi

memiliki kesempatan untuk memberikan penilaian terhadap suatu keputusan yang

dibuat, dan disi yang lain, orang lain dalam merasakan akibat suatu keputusan itu

sebagai sesuatu yang bermanfaat dan memberikan rasa kepuasan dapat diwujudkan,

karena keputusan tersebut merupakan keputusan yang tepat.

Melihat bahwa pengambilan keputusan itu memiliki efek baik bagi organisasi

maupun bagi individu yang ada di dalam organisasi, maka kajian yang melihat

pengambilan keputusan dari sudut individu haruslah disejajarkan dengan melihat

pengambilan keputusan dari sudut organisasi. Teori tentang pengambilan keputusan

yang berkembang dikalangan ahli sosiologi, administrasi dan manajemen dewasa ini

tidak lagi memberikan penekanan hanya pada satu sisi, individu atau organisasi,

tetapi lebih komprehensif yang mengkaitkan aspek individu maupun organisasi dalam

pengambilan keputusan.

1.3. Tipe Keputusan

Keputusan yang diambil dapat dikelompokkan dalam berbagai tipe tergantung

dari dasar penyusunan tipologi yang dipergunakan.

1.3.1 Keputusan Pribadi dan Keputusan Organisasi.

Salah satu dari pengelompokkan itu adalah membedakan keputusan antara

keputusan pribadi dan keputusan organisasi. Keputusan pribadi menunjuk pada

keputusan yang dibuat seseorang sebagai individu sehingga akibat atau pengaruh

dari keputusan itu tertuju pada individu itu sendiri dan kehidupan pribadinya. Banyak

dari keputusan pribadi ini tidak memiliki arti yang penting dan memiliki kaitan yang

kecil dengan lingkungan kegiatan atau aktifitas di dalam organisasi. Sebagai contoh

dari keputusan ini misalnya keputusan untuk makan siang diluar, belanja setelah

pulang kerja, memilih warna baju dan sebagainya.

Meskipun demikian, terdapat pula beberapa keputusan pribadi ini yang

memiliki kaitan yang penting dengan aktifitas dan peranan seseorang dalam

organisasi. Keputusan pribadi yang memiliki relevansi penting dengan kegiatan

organisasio ini anatara lain keputusan pribadi yang berkaitan dengan karier dalam

organisasi, tingkat keaktifan dan partisipasinya dalam kegiatan organisasi. Walaupun

Page 9: Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi

Universitas Gadjah Mada

keputusan mengenai karier dalam organisasi adalah keputusan yang sifatnya

personal, tetapi keputusan ini memiliki kaitan yang erat dengan organisasi karena

karier itu dikembangkan dalam organisasi, yang menyangkut aktifitas dalam

organisasi yang akan dilakukan. Pada keputusan pribadi yang demikian,

pengaruhnya tidak hanya bagi individu itu, tetapi juga bagi organisasi.

Pada sisi yang lain, terdapat keputusan organisasi. Keputusan organisasi

merupakan keputusan yang berkaitan dengan berbagai aktifitas, kebijakan,

pelaksanaan kegiatan yang ada di dalam organisasi. Keputusan organisasi berkisar

dari hal-hal yang kecil sampai dengan hal-hal yang besar dan berdampak luas. Hal-

hal kecil misalnya kebutuhan akan alat tulis yang dipergunakan untuk mendukung

kegiatan organisasi, sedangkan hal-hal yang besar misalnya perubahan peraturan

dasar organisasi, perluasan kegiatan dan sebagainya.

Pada tingkat tertentu, perbedaan , antara keputusan pribadi dengan

keputusan organisasi tidaklah nampak jika dilihat dari siapa yang membuat

keputusan (who makes decision), ketika seseorang dalam organisasi memiliki

kewenangan untuk membuat suatu keputusan di dalam organisasi. Perbedaan akan

nampak jelas jika dilihat dari apa obyek yang diputuskan (what the object of the

decision is). Keputusan pribadi dibuat oleh orang-orang menyangkut berbagai

rencana dan kegiatan-kegiatan dari orang-orang itu di masa datang, sedangkan

keputusan organisasi dibuat oleh orang-orang menyangkut kebijhakan-kebijakan dan

kegiatan-kegiatan organisasi di masa datang dimana orang-orang ini menjadi

anggota atau bagian dari organisasi tersebut.

1.3.2. Keputusan yang Rutin dan Keputusan Tidak Rutin

Dilihat dari masalah yang muncul, keputusan dalam organisasi dapat

dibedakan antara keputusan mengenai hal yang rutin atau berulang-ulang terjadi dan

keputusan yang tidak rutin. Dalam aktifitas suatu organisasi, terdapat masalah-

masalah atau persoalan-persoalan yang sama dan terjadi secara rutin sehingga

keputusan-keputusan yang dibuatpun relatif mudah dilakukan. Keputusan-keputusan

semacam ini dapat dibuat dan dilaksanakan secara afaktif dengan mengikuti pola-

pola tertentu, misalnya yang telah dibakukan dalam bentuk petunjuk pelaksanaan,

yang disusun berdasarkan pengalaman-pengalaman yang telah terjadi sebelumnya.

Organisasi-organisasi pada umumnya mengembangkan kebiasaankebiasaan

dalam bentuk prosedur-prosedur kerja standar untuk menghadapi situasi-situasi yang

bersifat berulang kembali atau repetitif. Keuntungan dari pola ini adalah mengurangi

Page 10: Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi

Universitas Gadjah Mada

jumlah pemikiran kembali yang diperlukan dalam situasi-situasi yang kurang lebih

sama. Selain itu akan memberikan keuntungan dalam bentuk menghemat waktu dan

menghemat energi sehingga dapat dipergunakan untuk memikirkan hal-hal yang lain.

Sebagai contoh, penyusunan anggaran belanja suatu organisasi merupakan

persoalan yang sifatnya selalu berulang dari tahun ke tahun. Dalam hal ini organisasi

telah memiliki prosedur kerja yang telah terpola sehingga untuk mengatasi masalah

tersebut keputusan rutin dapat dilakukan.

Situasi keputusan lainnya mungkin berbeda dengan apa yang terjadi di masa

lampau sehingga tidak bersifat repetitif. Dalam hal ini terdapat suatu persoalan yang

baru dan tidak rutin terjadi. Jadi masalah atau persoalan yang dihadapi itu sifatnya

unik, sehingga membutuhkan pemikiran dan cara pengambilan keputusan yang tidak

rutin. Sebagai contoh, perubahan kebijakan pemerintah yang diputuskan dalam

bentuk pengurangan subsidi bahan bakar minyak akan berpengaruh terhadap biaya

yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan. Persoalan yang terjadi ini tidak rutin terjadi

sehingga menuntut pemikiran dari para pimpinan perusahaan untuk mengambil

keputusan menghadapi persoalan ini.

1.3.3. Keputusan Perorangan dan Keputusan Kelompok

Dilihat dari pihak yang membuat keputusan dapat dibedakan antara

keputusan yang dibuat perorangan dan keputusan yang dibuat oleh kelompok.

Perbedaan ini merupakan sesuatu yang cukup penting dan masing-masing memiliki

implikasi yang berbeda. Meskipun demikian lingkup dari keputusan ini termasuk

dalam keputusan organisasi karena keputusan yang dibuat tersebut berkaitan

dengan tindakan atau kegiatan yang diarahkan pada suatu upaya penyelesaian yang

dihadapi oleh organisasi.

Seseorang yang berada dalam suatu organisasi dalam aktifitasnya akan

berada dalam beberapa kemungkinan situasi. Salah satu diantaranya adalah suatu

situasi dimana ia bekerja atau melakukan aktifitasnya sendirian, yang terlepas dari

orang-orang lain dalam organisasi tersebut. Dalam situasi yang demikian ia harus

dapat menghadapi sendiri masalah, mencari informasi yang berkaitan dengan

masalah itu, menilai berbagai alternatif-alternatif yang ada dan pada akhirnya

menentukan salah satu alternatif.

Dalam situasi yang demikian, terdapat dua faktor yang amat menentukan,

yaitu (1) proses kognitif sebagai hasil dari kemampuan manusiawinya dan

keterbatasan dalam mengolah informasi yang diperolehnya dan (2) perbedaan-

Page 11: Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi

Universitas Gadjah Mada

perbedaan pada tingkat individu masing-masing. Orang pada dasarnya memiliki

keterbatasan dalam mengelola informasi yang didapatkannya, dan juga kadang-

kadang terjadi bias dalam memahami informasi. Persepsi manusia seringkali

cenderung melihat sesuatu itu dibutuhkan, serba mudah dan menyenangkan

sehingga mekanisme internal ini menyebabkan terabaikannya situasi lingkungan

yang pada kenyataannya tidak selalu teratur dan tertib. Semuanya seolah-ah

semuanya serba baik. Mekanisme yang demikian juga terjadi pada saat orang harus

mengolah informasi. Perbedaan pada tingkat individual antara lain nampak dari

kematangan masing-masing orang dan keberanian mengambil resiko yang berbeda

antara satu orang dengan lainnya. Orang yang berani mengambil resiko cenderung

berani mengambil keputusan yang mengandung resiko dari pada orang yang melihat

resiko sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan. Kematangan seseorang sangat

menentukan dalam melihat informasi, mengolahnya dengan cepat, cermat dan tepat.

Ini tentu saja berbeda antara satu orang dengan orang lainnya. Dua faktor ini

menunjukkan bahwa setiap orang pada dasarnya memiliki bias dasar yang

berpengaruh terhadap keputusan yang diambilnya.

Dalam kaitannya dengan pengambilan keputusan yang dibuat seseorang, dua

konsep dasar yang sangat penting dan besar peranannya dalam pengambilan

keputusan adalah kepercayaan (Belief) dan nilai (Value). Setiap informasi yang

diperoleh berkaitan dengan pengambilan keputusan pada dasarnya selalu dinilai

melalui dua tolok ukur, yaitu "apakah informasi ini benar?" dan "apakah informasi ini

cukup penting?". Kebenaran dari suatu informasi secara tipikal adalah memiliki dua

kemungkinan, yaitu benar atau tidak benar. Ini berarti seseorang dapat memiliki cukup

atau tidak cukup bukti mengenai kebenaran suatu informasi. Perkiraan mengenai

kebenaran suatu informasi ini berkaitan dengan kepercayaan. Tetapi terhadap

keseluruhan informasi, dimana beberapa diantara informasi itu memiliki relevansi

sedangkan yang lain tidak memiliki relevansi, maka hal ini berkaitan dengan nilai. Jadi

kepercayaan dan nilai merupakan komponen utama dalam pengambilan keputusan

yang dibuat oleh seseorang, terutama dalam memilih dan menilai informasi sebagai

alternatif dalam pengambilan keputusan yang dibuat.

Kombinasi dari dua faktor tersebut memiliki arti yang penting. Pengambil

keputusan senantiasa berada pada posisi dimana beberapa informasi memiliki tingkat

kepastian kebenaran yang tinggi sedangkan beberapa informasi lainnya tidak. Jadi

tingkat kepercayaan pada tiap-tiap informasi sangat bervariasi. Dalam hal ini sangat

berkaitan dengan teori probabilitas, yaitu jika semua informasi memiliki tingkat

Page 12: Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi

Universitas Gadjah Mada

kemungkinan untuk benar sebesar 1.00 maka keputusan yang diambil didalam situasi

itu adalah pasti atau penuh kepastian. Sebaliknya, jika informasi memiliki tingkat

kemungkinan untuk benar sbebasr kurang dari 1.00 maka keputusan yang diambil

berada dalam kondisi yang mengandung resiko atau dalam kondisi yang penuh

ketidak-pastian. Pada kenyatannya keputusan-keputusan berada dalam kondisi

ketidak-pastian atau mengandung resiko ini. Pada sisi yang lain, informasi yang ada

memiliki perbedaan dalam hal tingkat kepentingannya. Suatu informasi lebih penting

dari informasi lainnya, sehingga informasi yang lebih penting itu lebih bernilai dari

pada lainnya.

Dengan demikian, kedua faktor ini sangat besar artinya dalam melakukan

penilaian dan penentuan pilihan akhir dari berbagai alternatif dalam pengambilan

keputusan. Dalam hal ini berbagai model telah dikembangkan oleh para ahli

administrasi maupun manajemen untuk mengkaji bagaimana kemungkinan kombinasi

dari faktor-faktor tersebut sehingga pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan

lebih mudah. Meskipun demikian tetap harus disadari bahwa manusia tetap memiliki

keterbatasan, baik dalam ketelitian, kecermatan dan mudah membuat kesalahan dan

kealpaan. serta kecenderungan untuk memilih yang mudah, memberi rasa aman dan

kepuasan dari pada memilih yang memberikan hasil maksimal namun penuh resiko.

Pendek kata, keterbatasan manusia seringkali menciptakan kesalahankesalahan.

Oleh sebab itu, seringkali orang membuat keputusan cenderung menggunakan

prosedur yang terrencana, sistematis dan jangka panjang untuk menghindari

kemungkinan kesalahan akibat dari keterbatasan yang dimilikinya. Demikian juga

orang cenderung untuk tidak bertahan pada suatu model pengambilan keputusan,

tetapi memilih suatu model pengambilan keputusan dengan mempertimbangkan

karakteristik individual, lingkungan dan masalah yang harus dipecahkan itu sendiri.

Pada sisi yang lain terdapat keputusan yang dibuat oleh kelompok. Keputusan

yang dibuat oleh kelompok pada dasarnya lebih rumit dibandingkan dengan

keputusan yang dibuat secara perorangan. Pengambilan keputusan yang dilakukan

oleh kelompok seringkali dinilai terlalu bertele-tele, membuat orang frustasi dan

pemborosan. Bahkan ada yang menyatakan bahwa kemungkinan tercapainya suatu

keputusan makin bertambah sukar sejalan dengan makin banyaknya pihak yang

terlibat dalam pengambilan keputusan itu. Meskipun demikian, dalam setiap

organisasi pengambilan keputusan yang dilakukan oleh kelompok memiliki pula

beberapa keuntungan-keuntungan tertentu.

Page 13: Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi

Universitas Gadjah Mada

Walaupun terdapat perbedaan tertentu, pengambilan keputusan yang

dilakukan oleh kelompok memiliki dasar yang sama dengan pengambilan keputusan

yang dilakukan oleh perorangan. Dasar untuk pembauatn keputusan yang dilakukan

oleh kelompok juga menekankan pada konsep kepercayaan (belief) dan nilai (value).

Meskipun demikian, kombinasinya menjadi makin rumit karena bukan saja harus

mengkombinasikan antara kepercayaan (belief) dan nilai (value) tetapi harus pula

mengkombinasikan lebih banyak orang yang masing-masing memiliki perbedaan-

perbedaan dalam hal kepercayaan (belief) dan nilai (value) tersebut. Oleh sebab itu,

meskipun dari segi tahapan proses pengambilan keputusannya relatif sama dengan

tahapan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh perseorangan, tetapi pada

beberapa bagian dari tahapan itu jauh lebih rumit terjadi dalam proses pengambilan

keputusan yang dilakukan oleh kelompok.

Individu berkembang di dalam kelompok, sedangkan kontribusi setiap individu

terhadap kelompok tidaklah sama rata dan kelompok seringkali membuat keputusan-

keputusan yang penuh resiko yang harus dihadapi oleh individu. Kondisi yang

demikian menjadi faktor-faktor yang sangat menentukan bagaimana kepercayaan

(belief) dan nilai (value) mempengaruhi setiap individu dalam pengambilan keputusan

secara kelompok.

Dalam hubungannya dengan pengambilan keputusan. secara umum

kelompok memiliki beberapa keuntungan maupun kekurangan. Keuntungan dari

kelompok adalah:

(a) kelompok dapat menghasilkan secara akumulatif lebih banyak pengetahuan dan

fakta-fakta yang diperlukan.

(b) kelompok memungkinkan bertambah lebarnya cara pandang dan pertimbangan-

pertimbangan mengenai pendekatan dan alternatif-alternatif bagi pemecahan

suatu permasalahan.

(c) setiap individu yang berpartisipasi di dalam proses pengambilan keputusan akan

merasa lebih terpenuhi harapan-harapan dan kepuasannya dengan adanya

keputusan yang ia ikut mengambil bagian dalam pembuatannya dan pada

gilirannya akan ikut mendukung pelaksanaan keputusan yang ia ikut

membuatnya.

(d) Proses pembuatan keputusan oleh kelompok dapat berperan sebagai alat

komunikasi yang penting.

Keterbatasan atau kekurangan yang dimiliki oleh kelompok adalah sebagai

berikut:

Page 14: Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi

Universitas Gadjah Mada

(a) Kelompok memiliki kecenderungan untuk bekerja lebih lamban. Kelompok pada

umumnya memerlukan wakttu yang lebih lama untuk mendapatkan kesepakatan

dan menghasilkan suatu keputusan serta berbagai konsekuensi lainnya, antara

lain memerlukan lebih banyak biaya.

(b) Usaha-usaha yang dilakukan oleh kelompok seringkali merupakan hasil dari

suatu kesepakatan atau kompromi dari berbagai pendapat yang ada sehingga

ditinjau dari sudut pandang kefektifitasannya, seringkali tidak selalu merupakan

keputusan yang memberikan hasil yang optimal.

(c) Kelompok dapat dan seringkali didominasi atau dipengaruhi oleh seseorang

atau sekelompok orang yang memiliki kemampuan mempengaruhi atau

mendominasi terhadap orang lain dalam kelompok. Individu tertentu karena

kelebihannya dapat memiliki pengaruh dan mengarahkan indivdu lain dalam

kelompok. Hal yang sama dapat pula dilakukan oleh sekelompok individu,

misalnya dalam kelompok informal seperti klik kecil yang beroperasi dalam

kelompok tersebut dan sangat berpengaruh terhadap individu lain anggota

kelompok tersebut.

(d) Ketergamtungan yang besar terhadap keputusan yang dibuat oleh kelompok

dapat membatasi dan menghambat terwujudnya tindakan yang cepat dan

meyakinkan jika pada suatu saat hal itu diperlukan.

Dengan melihat adanya kelebihan dan kekurangan dari kelompok tersebut,

yang diperlukan selanjutnya adalah bagaimana kelebihan itu dapat dimanfaatkan

secara makismal, sebaliknya kekuranannya dapat ditekan sekecil atau seminimal

mungkin. Konsep dasar yang penting dalam hubungannya dengan hal tersebut dan

pengambilan keputusan yang dibuat oleh kelompok adalah masalah partisipasi

individu dalam proses tersebut.

Satu hal yang sudah dipahami secara umum adalah bahwa partisipasi

memiliki dimensi yang banyak. Partisipasi dapat terjadi secara sukarela, tetapi dapat

saja partisipasi tidak secara sukarela, tetapi diarahkan atau merupakan pelaksanaan

mandat yang resmi atau sah diberikan.Tidak jarang pula karena partisipasi itu

diarahkan dan disertai dengan tekanan tertentu, maka yang muncul bukanlah

partisipasi yang sukarela tetapi mobilisasi.

Partisipasi dapat pula secara langsung dan tidak secara langsung. Dalam

beberapa hal, sistem atau cara perwakilan dipergunakan, tetapi pada beberapa hal

yang lain partisipasi langsung yang dipergunakan. Banyak organisasi atau

lembaga/badan yang berwenang mengambil keputusan tersusun dari perwakilan-

Page 15: Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi

Universitas Gadjah Mada

perwakilan kelompok yang ada dalam masyarakat. Secara umum, dalam lembaga

atau organisasi yang ditetapkan secara formal, maka bentuk partisipasinyapun lebih

banyak secara tidak langsung dan bersifat formal.

Selain itu, sangat dipahami bahwa partisipasi itu sangat bervariasi dalam hal

tingkat, esensi dan ruang lingkupnya. Partisipasi dapat saja hanya pada tingkat yang

terbatas atau tingkat yang rendah, tetapi dapat pula pada tingkat yang luas atau tinggi.

Esensi dari partisipasi dapat pada satu atau sedikit hal saja, tetapi dapat pula pada

banyak atau semua hal. Dalam kaitannya dengan pengambilan keputusan yang dibuat

oleh kelompok, partisipasi dari individu anggota kelompok ini dapat saja hanya pada

beberapa tahap dengan tingkat yang rendah, tetapi dapat pula pada semua tahapan

dengan tingkat yang tinggi. Semua ini menggambarkan bahwa partisipasi merupakan

sesuatu yang kompleks, sangat berbeda dengan apa yang dibayangkan orang selama

ini.

Meskipun partisipasi merupakan konsep yang penting dalam memahami

keterlibatan anggota kelompok dalam pengambilan keputusan, tetapi terdapat

kondisi-kondisi tertentu yang menciptakan keterbatasan atau bahkan tidak

memberikan kemungkinan terjadinya partisipasi. Sebagai misalnya, pada umumnya

para pimpinan organisasi memiliki perasaan mengetahui dengan sangat baik apa

yang harus dilakukan dan mereka juga merasa memiliki wewenang dan hak untuk

untuk menghasilkan keputusan organisasi sepenuhnya. Situasi yang demikian akan

sangat membatasi partisipasi anggota organisasi dalam pengambilan keputusan.

Terlepas dari adanya kondisi yang demikian, partisipasi harus diakui akan

sangat membantu, terutama dalam mendapatkan lebih banyak informasi,

menciptakan situasi dimana orang yang ikut serta dalam pembuatan keputusan akan

lebih memahami apa yang seharusnya dilakukan sehingga akan memudahkan

pelaksanaan dari keputusan yang dibuat tersebut. Efek positip lain dari partisipasi

adalah mengurangi resistensi terhadap perubahan, meningkatan kepercayaan,

meningkatkan rasa saling mengawasi diantara anggota, meningkatkan perhatian

terhadap keputusan yang dibuat. Ini menunjukkan secara jelas bahwa partisipasi

memiliki kaitan dengan komponen informasi dan komponen motivasi.

1.14. Keputusan Strategis, Taktis dan Teknis

Keputusan berdasarkan orientasi dan jangka waktunya dibedakan menjadi

keputusan strategis, keputusan taktis dan keputusan teknis. Keputusan strategis

merupakan keputusan yang berorientasi pada masa mendatang, jangka panjang dan

Page 16: Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi

Universitas Gadjah Mada

menghadapi situasi-situasi ketidak pastian yang besar. Keputusan strategis pada

umumnya merupakan keputusan yang dibuat oleh para pembuat keputusan pada

posisi tertinggi dari organisasi. Oleh karena itu, keputusan strategis memiliki

pengaruh terhadap organisasi sebagai suatu keseluruhan. Beberapa keputusan

srtategis misalnya berakiatn dengan rencana jangka panjang seperti menetapkan

sasaran, penyusunan kebijakan-kebijakan organisasi, pengorganisasian dan upaya

mencapai efektifitas organisasi. Keputusan strategis sebagian terbesar merupakan

aktifitas perencanaan dalam organisasi.

Keputusan taktis lebih berhubungan dengan aktifitas-aktifitas organisasi

dalam jangka yang pendek dan upaya-upaya untuk mengarahkan sumbersumber

daya yang ada untuk mencapai sasaran organisasi secara efektif. Orientasinya

bersifat jangka menengah, sehingga selain dipengaruhi oleh keputusan strategis,

juga memainkan peran yang penting dalam organisasi, misalnya dalam hal

penyusunan rencana anggaran belanja, masalah personalia organisasi,

pengembangan produk dan sebagainya. Keputusan taktis pada umumnya

merupakan kombinasi antara aktifitas perencanaan dengan aktifitas pengawasan.

Keputusan teknis lebih berorientasi pada jangka pendek dan bersifat spesifik.

Pada tingkat pembuatan keputusan taktis ini, ukuran-ukuran dan target atau hasil dari

keputusan telah ditetapkan secara jelas. Pembuatan keputusan taktis merupakan

upaya untuk melaksanakan tugas-tugas yang spesifik agar berhasilguna dan

berdayaguna. Ini berarti keputusan taktis lebih bersifat riil karena berupa perintah-

perintah yang spesifik untuk pekerjaan yang spesifik pula dan merupakan perwujudan

dari aktifitas pengawasan terhadap apa yang telah direncanakan, namun dalam skala

yang terbatas atau sempit. Contoh dari keputusan takstis misalnya menyangkut

keputusan mengenai penetapan waktu, pengawasan kegiatan atau proses,

penerimaan atau pengiriman surat atau barang produk, alokasi pekerja dan

sebagainya.

2. Tahap-tahap Proses Pengambilan Keputusan

2.1. Beberapa Pemikiran tentang Tahap-tahap Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan di dalam organisasi merupakan salah satu proses

yang penting. Pengambilan keputusan seringkali dipandang sebagai inti dari tindakan

administrasi. Oleh sebab itu, perhatian berbagai disiplin mengenai proses

pengambilan keputusan ini sudah ada sejak lama. Berbagai disipil yang menaruh

Page 17: Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi

Universitas Gadjah Mada

perhatian pada proses pengambilan keputusan di dalam organisasi

mengkonsentrasikan diri pada pusat perhatian yang paling relevan bagi disipil masing

masing.

Dalam pandangan para pemikir manajemen ilmiah, prinsip-prinsip

maksimalisasi dalam pilihan berbagai alternatif pilihan yang ada. Para ahli

administrasi, psikologi dan sosiologi menaruh perhatian besar pada individu maupun

kelompok dalam proses pembuatan keputusan, meskipun dengan penekanan yang

berbeda-beda. Ada pula pandangan yang meletakkan pengambilan keputusan

sebagai bagian dari kepemimpinan sehingga antara kepemimpinan dan pengambilan

keputusan merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan.

Perhatian yang besar terhadap proses pengambilan keputusan itu telah

melahirkan sejumlah pemikiran-pemikiran dari berbagai disiplin ilmu. Meskipun sejak

lama dipahami bahwa pengambilan keputusan pada intinya adalah memilih diantara

berbagai alternatif, tetapi tidak semua analisis dan pendapat yang dikemukakan para

ahli dalam berbagai disiplin memiliki penekanan yang berbeda, misalnya justru pada

penerapan metode ilmiah dalam pengambilan keputusan atau bagaimana wewenang

untuk mengambil keputusan.

Perlu dicacat bahwa pandangan yang mulai melihat pengambilan keputusan

sebagai suatu proses yang tidak sederhana pada umumnya disepakati oleh para ahli

terhadap apa yang dikemukakan oleh Chester L Barnard, dalam karyanya "The

Function of the Executif (1938), yang tergolong karya klasik baik dalam manajemen

ilmiah maupun dalam sosiologi. Inti dari pandangan Chester L Barnard adalah bahwa

pengambilan keputusan merupakan proses untuk memutuskan, dimana banyak

teknik-teknik harus berhadapan dengan pilihan yang terbatas.

Dari pemikiran itu kemudian makin dipahami bahwa pengambilan keputusan

merupakan suatu proses. Artinya, para ahli kemudian bersepakat bahwa pengambilan

keputusan mencakup suatu rangkaian langkah-Iangkah sekuensial. Pandangan yang

demikian terutama dapat dilihat dalam pendapat dari John Dewey pada permulaan

abad ke 20. Pendapat Dewey (1933) itu pada prinsipnya menggariskan tiga tahap

penilaian yang analog dengan proses pengambilan keputusan. Pertama,terdapat

tuntutan-tuntutan yang saling bertentangan yang harus dipahami sebagai suatu situasi

obyektif yang dihadapi. Kedua, terdapat suatu proses untuk memahami dan

memperoleh penyelesaian mengenai tuntutan-tuntutan yang saling bertentangan

tersebut. Ketiga, suatu keputusan dibuat untuk mengatasi masalah tersebut dan

sekaligus berguna sebagai arahan dan pedoman untuk masa yang akan datang.

Page 18: Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi

Universitas Gadjah Mada

Pandangan lain yang cukup populer dikalangan para ahli yang menaruh

perhatian pada masalah pengambilan keputusan ini adalah pandangan dari Herbert A

Simon dalam karyanya The New Science of Management Decision' (1960). Herbert A

Simon mengkonseptualisasikan proses pembuatan keputusan dalam tiga fase atau

tahapan pokok:

(a). Intelligence Activity

Aktifitas intelejen merupakan istilah yang sangat populer dalam bidang militer

dan politik, menunjuk pada tahapan yang berintikan serangkaian tindakan-

tindakan meneliti situasi lingkungan untuk menemukan secara jelas kondisi-

kondisi yang melatar belakangi dan mengharuskan adanya keputusan. Jadi pada

tahapan ini, pengenalan akan kondisi disekitar permasalahan dan permasalahan

itu sendiri mendapat perhatian yang utama.

(b). Design Activity

Pada tahapan berikutnya, setelah kondisi-kondisi yang mengharuskan keputusan

diperoleh dalam tahapan intelligence activity diperoleh secara lebih jelas, maka

pada tahapan penyusunan ini akan dilakukan upaya untuk menemukan tindakan-

yindakan, mengembangkan tindakan-tindakan dan diikuti dengan melakukan

analisa atas berbagai tindakan yang akan dilakukan tersebut.

(c). Choice Activity

Tahapan ketiga ini merupakan tahaoan terakhir dimana pilihan sebenarnya

dilakukan. Pada tahapan ini orang memilih serangkaian tindakan-tindakan

tertentu dari berbagai alternatif yang tersedia. Dengan demikian, pilihan telah

ditetapkan, artinya keputusan telah dibuat.

Secara skematis, tahapan yang dikemukakan oleh Herbert A Simon itu adalah

sebagai berikut:

Tidak jauh berbeda dengan pandangan Simon, pandangan lain seperti

misalnya Newman (Winardi, 1981) menetapkan empat tahapan dalam proses

pengambilan keputusan ini. Tahapan-tahapan itu meliputi:

(a) membuat diagnosa suatu masalah.

(b) mencari pemecahan-pemecahan alternatif

(c) menganalisa dan memabandingkan alternatif-alternatif

Page 19: Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi

Universitas Gadjah Mada

(d) memilih rencana yang akan dilaksanakan.

Secara skematis, tahapan yang dikemukakan oleh Newman itu dapat

digambarkan sebagai berikut:

Dalam perkembangannya kemudian, muncul pandangan bahwa

pengambilan keputusan sebagai suatu proses dilihat sebagi suatu sistem.

Penerapan pendekatan sistem dalam proses pengambilan keputusan ini

merupakan pendekatan yang lebih maju karena antara satu tahap dengan tahapan

lain saling berkaitan, dan terdapat proses mengkaji ulang dari keputusan yang

diambil. Alvar O. Elbing dalam bukunya "Behavioral Decisions in Organization"

(1970) menetapkan lima langkah tahapan sebagai berikut:

(a) Seorang pembuat keputusan menghadapi situasi ketidak seimbangan dan

situasi tertentu yang dianggapnya sebagai situasi masalah.

(b) Pada tahap berikutnya, sebagai respon terhadap ketidak seimbangan itu

pembuat keputusan melakukan diagnosis terhadap situiasi yang

dihadapinya.

(c) Diagnosa tersebut kemudian menghasilkan suatu bentuk pemahaman dan

pengertian atau definisi permasalahan yang akan dipecahkan .

(d) Tahap berikutnya adalah memilih suatu strategi untuk memecahkan masalah

yang dihadapi tersebut.

(e) Pada akhirnya sampai pada tahapan implementasi, dimana dalam

implenentasi ini pembuat keputusan melakukan pencarian umpan balik (feed

back) untuk mengetahui apakah permasalahan yang dihadapi telah dapat

dipecahkan atau belum dapat dipecahkan.

Secara skematis, tahapan pengambilan keputudan yang dikemukakan oleh

Alvar O. Elbing ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Page 20: Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi

Universitas Gadjah Mada

Pandangan para ahli mengenai proses pengambilan keputusan di dalam

organisasi dewasa ini tidak hanya melihat permasalahan yang muncul pada suatu

saat tertentu, tetapi dikaitkan dengan tujuan dan sasaran yang hendak dicapai oleh

organisasi. Setiap organisasi selalu memiliki satu atau beberapa tujuan dan sasaran

yang hendak dicapai. Tujuan dan sasaran ini menunjukkan ke arah mana kegiatan

suatu organisasi akan diarahkan. Oleh karena itu, tujuan dan sasaran yang hendak

dicapai oleh organisasoi dapat pula dikatakan sebagai cetak biru (blueprint) bagi

aktifitas dan pengembangan organisasi. Tujuan dan sasaran yang hendak dicapai

oleh organisasi ini menjadi tahapan pertama dari rangkaian proses pengambilan

keputusan.

Hal ini dapat dipahami karena tidak semua tujuan atau sasaran yang

ditetapkan itu dapat direalisasikan sepenuhnya atau hanya sebagian diantaranya tidak

sesuai dengan target atau sasaran yang ditentukan. Kondisi ini menunjukkan bahwa

apa yang diharapkan atau apa yang seharusnya dapat dicapai dengan apa yang

sebenarnya dicapai. Kondisi yang demikian menuntut perhatian dari pengambil

keputusan untuk melakukan pengenalan permasalahan yang ada. Tahap pengenalan

persoalan merupakan langkah berikutnya dalam rangkaian proses pengambilan

keputusan dalam organisasi.

Tahap pengenalan masalah meliputi dua hal. Pertama, pengambil keputusan

harus meneliti dan memahami serta menjaga agar situasi yang ada tetap berjalan

seperti biasa, sehingga dapat dilihat adanya perbedaanperbedaan antara apa yang

seharusnya dicapai dengan apa yang sesungguhnya telah dicapai. Kedua, pengambil

keputusan kemudian melakukan evaluasi mengenai adanya perbedaan ini sehingga

dapat ditentukan persoalan-persoalan manakan yang mengharuskan pengambil

keputusan untuk memecahkannya dan mana yang dapat diabaikan.

Page 21: Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi

Universitas Gadjah Mada

Terhadap masalah yang mengharuskan pengambil keputusan untuk

memecahkannya, atau dengan kata lain, persoalan itu merupakan persoalan yang

serius, maka tahapan berikut dari rangkaian pengambilan keputusan mulai dimasuki.

Tahapan berikutnya dimulai dengan melakukan pemikiran mengapa persoalan yang

serius itu terjadi. Untuk dapat memperoleh bahanbahan yang cukup untuk dapat

memikirkan hal tersebut, pembuat keputusan harus melakukan pengumpulan

informasi. Pengumpulan informasi ini meliputi dua hal, yaitu informasi yang berkaitan

dengan permasalahan yang ada dan informasi yang mengarah pada kemungkinan

pemecahan masalah tersebut. Informasi ini dapat diperoleh dari berbagai sumber,

misalnya catatan kegiatan, informasi dari wawancara, menyaring pendapat atau opini

dan sebagainya.Tahap ini memerlukan bukan saja banyak waktu dan perhatian, tetapi

juga kecerdikan dari pengambil keputusan.

Informasi yang diperoleh masih perlu diseleksi, disaring dan diintegrasikan,

sedangkan altenatif-alternatif pemecahan masalah perlu digali dan dikembangkan.

Pada mulanya terdapat sejumlah banyak alternatif yang pada proses ini makin lama

makin menyempit hanya pada alternatif-alternatif dalam jumlah yang sedikit. Sangat

disadari bahwa dalam fase ini, sangat dibutuhkan pengalaman, kepintaran, kreatifitas

dan kemampuan untuk mengintegrasikan suatu infomrsai yang kompleks.

Pada tahap berikutnya adalah melakukan evaluasi atau penilaian mengenai

alternatif-alternatif yang ada dan kemudian melakukan pilihan atas alternatif

tersebut. Dalam tahapan ini dilakukan penilaian atas alternatif-alternatif yang ada,

diperbandingkan, dan akhirnya dipilih yang terbaik. Meskipun hal ini tidak mudah

dilakukan, tetapi suatu keputusan harus dibuat.

Tahap berikutnya adalah implementasi atau pelaksanaan dari keputusan

yang dibuat serta evaluasi atau penilaian mengenai pelaksanaan keputusan itu.

Tahap ini berupaya untuk memahami apakah perbedaan antara apa yang

seharusnya dicapai dengan apa yang sesunguhnya dapat dicapai telah dapat

dihilangkan dan memahai apakah permasalahan telah dapat diatasi. Jikalau hasil

evaluasi ini menunjukkan apa yang menjadi permasalahan belum dapat dipecahkan

maka langkah berikutnya dimulai lagi pada tahapan pengenalan masalah dan

tahapan ini berulang kembali. Melalui rangkaian proses ini keputusan dapat diambil

dan kemudian diimplementasikan dan dievaluasi kembali sehingga masalah yang

ada dapat dihadapi dan dipecahkan secara lebih baik.

2.2. Beberapa Perpsektif Teori tentang Pengambilan Keputusan

Page 22: Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi

Universitas Gadjah Mada

Pandangan mengenai proses pengambilan keputusan sebagaimana telah di

uraikan di atas merupakan pandangan-pandangan yang lebih berorientasi pada

tokoh yang mengajukan konseptualisasi mengenai proses tersebut. Jadi titik

beratnya pada figur siapa dan bagaimana pendapat dari figur tadi secara individual.

Dalam perkembangannya kemudian, berbagai pandangan mengenai proses

pengambilan keputusan tidak lagi bersandar pada tokoh secara perseorangan tetapi

lebih menggambarkan suatu cara pandang atau lebih berorentasi pada suatu

perspektif tertentu, yang menunjukkan bagaimana orang melihat sesuatu atau dari

sudut pandang mana seseorang melihat sesuatu. Berikut ini akan ditampilkan

beberapa perspektif teori atau pendekatan yang berkembang disekitar proses pen-

gambilan keputusan.

2.2.1. Teori Klasik tentang Pengambilan Keputusan

Teori klasik tentang pengambilan keputusan ini pada dasarnya melihat

pengambilan keputusan merupakan proses yang rasional, dengan jalan mana

pembuat keputusan mencari dan memilih alternatif terbaik yang paling mungkin dan

memberi manfaat maksimal dalam pencapaian tujuan dan sasaran.

Menurut perspektif teori klasik mengenai pengambilan keputusan ini tahap-

tahap pengambilan keputusan terdiri dari serangkaian langkah:

(a). Kesadaran akan kemungkinan adanya masalah dan kesempatan

Langkah awal dari proses pengambilan keputusan adalah adanya kesadaran

bahwa sesuatu telah terjadi sehingga menuntut adanya keharusan untuk

mengambil keputusan. Dalam hal ini ada dua bentuk. Salah satu

kemungkinannya adalah pengambil keputusan merasakan adanya masalah,

yaitu sesuatu yang mengganggu efektifitas oragnisasi sehingga dirakan

perlunya ada suatu tindakan tertentu. Kemungkinan yang kedua yang

menggerakkan proses pembuatan keputusan adalah terbukanya peluang atau

kesempatan tertentu yang jika dipergunakan akan memberikan keuntungan-

keuntungan bagi organisasi. Ini semua menggambarkan adanya persepsi

tentang adanya masalah dan kesempatan atau peluang yang kemudian

menggerakkan pembuat keputusan untuk memulai memasuki proses

pengambilan keputusan, jadi bukannya masalah atau peluang itu sendiri secara

aktual telah hadir. Meskipun demikian perlu disadari bahwa masalah dan

kesempatan sebenranya terdapat disekitar pembuat keputusan, namun jarang

Page 23: Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi

Universitas Gadjah Mada

yang dirasakan atau diperhatikan, sehingga tidak mampu menggerakkan proses

pengambilan keputusan.

(b). Penentuan tujuan dan sasaran

Pada saat masalah atau kesempatan telah diidentifikasikan, para pengambil

keputusan harus merumuskan dengan jelas apa tujuan dan sasaran yang akan

dicapai dengan membuat keputusan itu.

(c). Mencari alternatif-alternatif

Jika tujuan dan sasaran telah dirmuskan secara jelas, pengambil keputusan

kemudian mencari berbagai alternatif-alternatif tindakan yang memungkinkan

dapat dicapainya tujuan dan sasaran tersebut. Pada tahapan ini proses

pengambilan keputusan menuntut penggunaan kemampuan berimajinasi dan

berkreatifitas. ldealnya, pembuat keputusan harus dapat mencari sebanyak

mungkin alternatif-alternatif dan mencoba memastikan bahwa alternatif-alternatif

yang ada relatif berbeda antara satu dengan yang lain.

(d). Mencari informasi

Alternatif-alternatif yang telah dicariperlu dievaluasi secara sistematis. sebelum

hal ini dilakukan, pembuat keputusan harus memiliki informasiinformasi

mengenai tiap-tiap alternatif yang ada dan konsekuensikonsekuensi yang

diakibatkannya. Dalam hal ini pengambil keputusan perlu untuk mencari

kemungkinan bahwa setiap alternatif memiliki hasil tertentu dan mencoba

memahami bahwa hasil dari alternatif itu memberikan dukungan bagi pencapaian

tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan.

(e). Penilaian terhadap alternatif-alternatif

Jika semua informasi dipertimbangkan memiliki berkaitan dengan alternatif-

alternatif yang ada telah terkumpul, pengambil keputusan dapat menggunakan

informasi tersebut untuk melakukan penilaian terhadap berbagai alternatif yang

ada. Dalam tahap ini, pembuat keputusan mengembangkan dan menggunakan

teknik-teknik yang dapat dipergunakan untuk mengolah informasi serta

menggunakan hasilnya untuk menganalisa dan memperbandingkan kelebihan

dan kekurangan setiap alternatif yang dipertimbangkan. Sebagai hasil dari

Page 24: Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi

Universitas Gadjah Mada

proses evaluasi ini dapat berupa sejumlah alternatif terpilih serta susunan urutan

atau ranking dari berbagai alternatif dari yang terbaik sampai dengan yang

terburuk, termasuk kemampuan dari tiap alternatif itu untuk dapat menunjang

pencapaian tujuan yang ditetapkan pembuat keputusan.

Page 25: Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi

Universitas Gadjah Mada

(f). Memilih alternatif terbaik

Tahapan memilih alternatif yang terbaik ini akan lebih mudah dilakukan jika

penilaian terhadap alternatif-alternatif yang ditempuh sebelumnya dilakukan

secara sitematis dan menyeluruh. Jika kondisinya demikian, pengambil

kepurtusan akan mudah memilih alternatif yang dalam tahap penilaian

sebelumnya merupakan alternatif terbaik dari alternatif-alternatif lainnya. Dengan

demikian, keputusan telah diambil dengan memilih alternatif yang terbaik itu.

Meskipun demikian, pada tahapan ini seringkali muncul masalah, yaitu jika

ternyata terdapat lebih dari satu alternatif yang setelah dilakukan penilaian

merupakan alternatif yang terbaik.

(g). Pelaksanaan atau implementasi keputusan

Walaupun dapat dikatakan proses pengambilan keputusan telah berakhir ketika

suatu alternatif tindakan telah dipilih, tetapi masih ada tahapan berikut yang

harus mendapatkan perhatian yaitu pelaksanaan atau implementasi dari

keputusan yang dibuat itu. Lebih jauh lagi, implementasi memiliki arti penting

sebagai faktor yang mempengaruhi pemilihan alternatif pada tahapan

berikutnya.

(h). Melakukan penilaian efektifitas keputusan

Jika semua tahapan ini telah dilakukan maka pengambil keputusan harus

melakukan penilaian mengenai efektifitas pelaksanaan keputusan. Jadi,

rangkaian proses pengambilan keputusan tidaklah kemudian berhenti ketika

keputusan itu dilaksanakan. Akan tetapi rangkaian itu masih berlanjut dimana

pengambil keputusan melakukan evaluasi mengenai kemampuan alternatif yang

diputuskan itu untuk memecahkan masalah yang dihadapi dan mencapai tujuan

atau sasaran yang ditetapkan. Jika ternyata alternatif yang diputusakan itu

ternyata memenuhi harapan pembuat keputusan, maka proses itu dapat

dikatakan telah selesai atau telah lengkap. Namun jika ternyata alternatif yang

diputuskan itu ternyata belum dapat memecahkan masalah yang dihadapi dan

belum sesuai dengan tujuan atau sasaran yang ditetapkan, maka pengambil

keputusan mesti melakukan kembali rangkaian proses pengambilan keputusan

sebagaimana telah dilakukan sebelumnya, dengan mencari kembali

kemungkinan alternatif baru yang diperkirakan dapat memenuhi harapannya

untuk memecahkan masalah dan mendukung tercapainya tujuan.

Page 26: Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi

Universitas Gadjah Mada

Secara skematis, model proses pengambilan keputusan yang diuraikan diatas

dapat digambaran sebagai berikut:

Teori klasik mengenai pengambilan keputusan memiliki sejumlah asumsi

sebagai berikut:

(a). Tujuan telah ditentukan sebelumnya

Teori klasik mengenai pengambilan keputusan memiliki asumsi bahwa tujuan

yang hendak dicapai dari proses pengambilan keputusan telah ditentukan

sebelumnya dan cukup jelas. Teori klasik mengenai pengambilan keputusan

ini dikritik tidak melihat bahwa tujuan tidak selalu jelas, kadang ketidak

sepakatan mengenai suatu dapat saja muncul atau antara satu tujuan

dengan tujuan lainnya saling bertentangan.

(b). Semua alternatif yang ada dipertimbangkan

Mengikuti pandangan teori klasik tentang pengambilan keputusan, pengambil

keputusan harus mencari dan melakukan penilaian semua alternatif yang

mungkin untuk mengatasi masalah. Dalam pandangan yang demikian maka

Page 27: Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi

Universitas Gadjah Mada

proses pengambilan keputusan merupakan proses yang mendalam,

sehingga menjadi sangat melelahkan, tetapi tidakpenyelesaian masalah

yang potensial tercakup di dalam proses yang mendalam dan melelahkan

tersebut.

(c). Semua hasil sudah diperhitungan

Teori klasik ini memiliki asumsi bahwa pembuat keputusan mengetahui dan

memperhitungan semua hasil yang mungkin akan diperoleh berkaitan dengan

berbagai alternatif yang dipertimbangkan dapat menyelesaian masalah.

(d). Informasi yang sempurna dapat diperoleh dengan bebas

Teori klasik berasumsi bahwa pembuat keputusan dapat memiliki dan dapat

memperoleh dengan mudah informasi yang sempurna, termasuk nilai dari setiap

hasil yang dapat diperoleh dan kemungkinan bahwa tiap alternatif akan

menghasilan hasil seperti yang ditetapkan.

(e). Pembuat keputusan adalah pihak yang rasional dalam memaksimalkan hasil.

Penganut teori klasik mengenai pengambilan keputusan ini memandang pembuat

keputusan itu rasional. Sebagai hasil dari rasionalitasnya itu, pembuat keputusan

selalu memilih alternatif yang optimal. Hal ini berarti bahwa alternatif yang dipilih

tersebut merupakan alternatif yang dapat memaksimalisasikan hasil dan

pencapaian tujuan dari pembuat keputusan.

Teori klasik mengenai pengambilan keputusan ini pada kenyatannya

merupakan perspektif teori yang cukup populer. Terdapat beberapa sebab mengapa

teori klasik ini cukup populer. Pertama, teori ini secara intuitif sangat menarik. Teori

ini menyodorkan suatu gambaran yang menarik tentang bagaimana orang akan

membuat keputusan, sungguhpun sebebarnya tidak semudah dan tidak sesistimatis

yang dibayangkan itu. Kedua, teori ini memberikan pedoman yang khusus

untukpembuat keputusan mengenai bagaimana meningkatkan kualitas dari

keputusan yang dihasilkannya. Ketiga, ketika diformulasikan secara matematis,

prinsip memaksimalisasikan dapat menghasilkan suatu bentuk perdiksi, seperti

misalnya yang dikembangkan oleh ilmu ekonomi mikro modern yang tetap

mengandalkan validitas kebenaran teori klasik ini.

Namun disisi yang lain, hampir semua asumsi yang dimiliki oleh teori klasik

mengenai pengambilan keputusan ini memiliki kelemahan dan tidak valid. Teori ini

dinilai memiliki kelemahan-kelemahan dalam asumsi dasarnya. Penilaian tentang

Page 28: Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi

Universitas Gadjah Mada

beberapa kelemahan dan tidak validnya asumsi dasar teori klasik tentang

pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:

(a). Tujuan telah ditentukan sebelumnya

Pada kenyatannya dalam semua situasi pengambilan keputusan, tujuan tidaklah

dapat ditentukan sebelumnya. Bahkan, masalah utama dalam banyak proses

pengambilan keputusan justru terletak pada penentuan suatu tujuan atau

berbagai tujuan yang secara jelas akan capai. Jadi pada kenyataannya tujuan

sangat jarang telah dapat ditentukan sebelumnya.

(b). Semua alternatif yang ada dipertimbangkan

Asumsi teori klasik bahwa semua alternatif yang ada dipertimbangkan ini

nampaknya terlalu berlebihan dan tidak realistis. Terlalu sukar bagi seseorang

untuk dapat mempertimbangkan semua alternatif yang ada karena selain

sebagai manusia tetaplah memiliki keterbatasan tertentu, juga bahwa alternatif

itu belumlah secara nyata dihadapi tetapi baru merupakan suatu bentuk

pemikiran.

(c). Semua hasil sudah diperhitungan

Kelemahan asumsi ini berkaitan dengan ketidak mungkinan untuk mencari

semua alternatif yang ada, sehingga akibatnya tidak semua hasil dapat

diperhitungan. Tidak mungkin akan dapat dilakukan antisipasi dan peramalan

mengani hasil yang bakal diperoleh jika ternyata tidak semua alternatif yang ada

dapat dipertimbangkan.

(d). Informasi yang sempurna dapat diperoleh dengan bebas

Kelemahan dari asumsi ini terletak dari kenyataan bahwa informasi titu tidaklah

dapat diperoleh dengan bebas. Demikian juga sangat jarang dapat diperoleh

informasi yang sempurna. Pencarian informasi dan penilaian informasi

semuanya memutuhkan waktu, energi dan sumber daya dalam

pelaksanaannya, sehingga pengambilan keputusan menjadi sangat mahal

harganya. Akibatnya, pembuatan keputusan seringkali bersandar pada

informasi yang tidak selalu sempurna dan terkadang kurang memadai.

(e). Pembuat keputusan adalah pihak yang rasional dalam memaksimalkan hasil

Asumsi ini menggap pembuat keputusan memiliki kemampuan yang mengingat

dan memasukkan semua informasi, kemudian mengolahnya sehingga menjadi

alternatif yang optimal. Asumsi ini terlalu melebihlebihkan kemampuan manusia

dan tidak realistik, sehingga manusia bukannya tidak mau mengambil keputusan

sebagaimana dikemukakan oleh teori klasik ini, tetapi tidak mampu atau tidak

Page 29: Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi

Universitas Gadjah Mada

dapat melakukannya. Dengan demikian, meskipun teori klasik mengenai

pengambilan keputusan ini di satu sisi memiliki kelebihan tertentu, tetapi pada

kenyataannya, terdapat pula kelemahan-kelemahan yang bersumber pada

asumsi dasarnya.

2.2.2. Teori Perilaku tentang Pengambilan Keputusan

Menyadari akan adanya kelemahan-kelemahan dari teori klasik tentang

pengambilan keputusan maka kemudian berkembang pemikiran atau pendekatan lain

mengenai pengambilan keputusan ini. Teori perilaku merupakan salah satu diantara

pendekatan ini, terutama memusatkan perhatiannya pada penjelasan yang akurat

tentang bagaimana individu membuat keputusan (baik keputusan pribadi maupun

organisasi) dan memberikan pedoman yang realitis mengenai bagaimana pembuat

keputusan harus menghadapi situasi-situasi pengambilan keputusan. Gagasan

sentral dari teori perilaku tentang pengambilan keputusan ini terutama bersumber dari

pemikiran Herbert Simon, yang kemudian dikembangkan oleh para ahli lainnya yang

tergolong dalam aliran behavioralis.

Inti dari teori perilaku tentang pengambilan keputusan ini dimulai dengan

melihat kelemahan teori klasik tentang pengambilan keputusan. Menurut teori klasik

tentang pengambilan keputusan, pembuat keputusan adalah pihak yang dapat berfikir

secara rasional dalam pembuatan keputusan. Pembuat keputusan dipandang mampu

mencari semua kemungkinan alternatif yang dapat dipergunakan untuk memecahkan

masalah, mampu melakukan analisis mengenai semua hasil yang akan diperoleh dari

semua alternatif yang ada, dan dapat menjatuhkan pilihan pada alternatif yang dapat

memaksimalisasikan pencapaian tujuan.

Sebagaimana telah ditunjukkan di atas, pada kenyatannya masalah terbesar

yang dimiliki oleh teori klasik tentang pengambilan keputusan yang rasional terletak

pada asumsinya bahwa pengambil keputusan adalah pihak yang memiliki

kemampuan mental untuk melakukan analisis dan penilaian secara cepat melebihi

yang dilakukan oleh setiap orang awam. Di sisi yang lain, dalam menghadapi

masalah-masalah yang kompleks, meski tersedia teknikteknik untuk memecahkan

masalah yang kompleks, pada kenyatannya penerapan teori klasik tentang

pengambilan keputusan ini tidak mudah dilakukan. Ini merupakan kenyataan akan

kelemahan dari teori klasik tentang pengambilan keputusan yang rsional.

Page 30: Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi

Universitas Gadjah Mada

Menanggapi kenyataan bahwa pada dasarnya sebagian besar persoalan

yang dihadapi merupakan persoalan yang kompleks dan ketidakmampuan atau

ketidak mungkinan untuk menerapkan teori klasik tentang pengambilan keputusan

memberikan pemecahan mengenai masalah tersebut, pars penganut teori perilaku

tentang pengambilan keputusan, terutama Herbert Simon, mengemukakan prinsip

rasionalitas terbatas. Menurut prinsip ini, kemampuan daya pikir manusia untuk

memformulasikan dan memecahkan masalah-masalah yang kompleks sangat kecil

atau sangat terbatas dibandingkan dengan besarnya masalah-masalah tersebut,

dimana pemecahan itu dibutuhkan sebagai suatu tindakan rasional yang obyektif

dalam kehidupan ini.

Prinsip pembatasan rasionalitas memiliki beberapa implikasi sebagai berikut:

(a) Pengambilan keputusan akan selalu didasarkan pada suatu kondisi dimana

pengetahuan akan ketepatan dan kebenaran mengenai situasi pengambilan

keputusan yang dihadapi tidak lengkap dan pada tingkat tertentu tidak tercukupi.

(b) Pembuat keputusan tak akan pernah berhasil dalam mencari semua alternatif

yang mungkin dapat dipergunakan untuk mengatasi masalah untuk

dipertimbangkan.

(c) Alternatif-alternatif selalu dinilai secara tidak lengkap, sehingga sangat tidak

mungkin untuk dapat meramalkan dan memperkirakan secara akurat semua hasil

yang akan diperoleh dari alternatif-alternatif yang ada.

(d) Inti dari pengambilan keputusan, yaitu melakukan pilihan terhadap alternatif-

alternatif harus didasarkan pada beberapa kriteria atau ukuran, bukanlah sekedar

pada ukuran atau kriteria maksimalisasi atau optimalisasi hasil, karena sangat

tidak mungkin untuk menentukan alternatif mana yang paling memberikan hasil

yang paling optimal.

Validitas dari prinsip rasionalitas terbatas lebih lanjut diperkuat oleh

kenyataan bahwajika teori kalsik itu valid dan jika tidak terdapat keterbatasan

kemampuan rasionalitas manusia, maka tidak akan pernah berkembang teoriteori

organisasi dan perilaku dalam organisasi. Hal ini disebabkan karena jika setiap orang

dalam setiap organisasi perupakan pihak yang rasional secara sempurna, maka

setiap individu dan setiap organisasi selalu akan dapat membuat keputusan yang

terbaik. Sebagai akibatnya, masalah pengorganisasian secara efektif tidak akan

pernah ditemui. Akan tetapi pada kenyatannya, karena individu memiliki kemampuan

yang terbatas untuk membuat kesepakatan tentang tujuan-tujuan yang hendak

dicapai, memiliki kemampuan yang terbatas untuk melakukan komunikasi, memiliki

Page 31: Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi

Universitas Gadjah Mada

kemampuan yang terbatas untuk bekerja sama, terbatas untuk menganalisa situasi-

situasi dan juga memiliki keterbatasan untuk membuat keputusan, maka masalah

pengorganisasian muncul sebagai masalah.

Prinsip lain yang berkaitan erat dengan rasionalitas terbatas adalah prinsip

"satisficing". Prinsip ini didasari oleh kenyataan bahwa jika orang tidaklah rsional

secara sempurna dan tidak mampu membuat keputusan yang berdasarkan pada

optimalisasi atau maksimalisasi sebagaimana dikemukakan di atas, lalu

bagaimanakah orang dapat menentukan alternatif yang akan dipilih ketika

berhadapan dengan suatu persoalan?. Untuk memahami bagaimana orang

menyederhanakan situasi pengambilan keputusan yang rumit untuk menentukan

pilihannya, Herbert Simon mengajukan prinsip "satisficing" ini. Prinsip ini secara

umum dapat diartikan sebagai prinsip terpenuhi, karena dasarnya adalah pembuat

keputusan tidak mendasarkan pada kriteria atau ukutan maksimalisasi atau

optimalisasi, tetapi yang terpenting adalah dipilihnya alternatif yang "cukup baik yang

dapat diterima". Ini berarti, jika prinsip maksimalisasi mengarahkan pembuat

keputusan pada upaya mencari dan menilai alternatif-alternatif terus menerus sampai

ditemukannya alternatif yang terbaik, prinsip "satisficing" mengarahkan pembuat

keputusan pada upaya mencari dan menilai alternatif-alternatif terus menerus sampai

ditemukannya alternatif yang "cukup baik untuk dapat diterima dan diterapkan" dalam

pengambilan keputusan itu. Jadi prinsipnya bukan optimalisasi arau maksimalisasi,

tetapi memilih yang "cukup baik untuk dapat diterima".

Prinsip "satisficing" ini memiliki beberapa keuntungan antara lain:

(a) prinsip ini memberikan kriteria yang mudah untuk diterapkan karena tidak

mengarahkan pembuat keputusan untuk mencari alternatif potensial yang

jumlahnya sangat banyak.

(b) prinsip ini memberikan kriteria yang nyata dan realitis dari sudut pandang

kenyataan rasionalitas yang terbatas dan keterbatasan kemampuan mental

manusia.

(c) prinsip ini memberikan gambaran yang cukup valid mengenai bagaimana

orang membuat suatu keputusan. Prinsip ini lebih baik dari segi waktu, tenaga

dan biaya, karena proses pengambilan keputusan tetap dapat dilakukan dengan

menekan waktu, tenaga dan biaya yang besar, dan proses itu akan berhenti

ketika suatu pemecahan yang cukup baik untuk diterima telah dapat

diidentifikasikan.

Page 32: Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi

Universitas Gadjah Mada

Menghadapi kenyataan bahwa rasonalitas manusia itu terbatas dan ketidak-

mungkinan untuk membuat keputusan yang optimal sebagaimana dikemukakan oleh

teori klasik, maka persoalan berikutnya adalam apa yang dilakukan oleh pengambil

keputusan untuk memastikan bahwa pengambil keputusan itu telah membuat

keputusan terbaik ditengah-tengah ketidak leluasaannya dalam siatuasi pengambilan

keputusan tersebut?. Menghadapi masalah ini, Herbert Simon mengajukan konsep

rasionalitas prosedural. Menurut pandangan Simon, ketika para pembuat keputusan

tidak pernah dapat memastikan bahwa keputusan yang dibuatnya merupakan

keputusan rasional yang optimal terbaik, para pengambil keputusan kemudian

mengalihkan perhatiannya pada usaha untuk menyusun metode-metode atau

prosedurprosedur untuk membuat keputusan, yang dibutuhkan untuk mendapatkan

keputusan terbaik yang paling mungkin dalam keterbatasan kemampuan dan

wawasan yang dimiliki manusia.

Prosedur-prosedur rasional itu dikembangkan dengan menempatkan

kekuatan dari manusia sebagai pihak yang mampu memecahkan permasalahan dan

pembuat keputusan. Prosedur yang demikian tidak didasari oleh pada suatu

kemampuan manusia untuk mencari, memproses dan menganalisis sangat banyak

informasi, tetapi pada kemampuan untuk menggunakan wawasan dan pengalaman

manusia dalam melakukan identifikasi suatu jumlah kecil alternatif-alternatif yang

diperoleh sebagai hasil dari pencarian dan analisis yang telah dilakukan. Ini

menunjukkan bahwa komponen yang terpenting dalam pembuatan keputusan

bukanlah informasi, tetapi Iebih pada perhatian dan kesiapan dari para pembuat

keputusan.

Konsep rasionalitas prosedural memiliki implikasi bahwa organisasi

membutuhkan pengembangan prosedur-prosedur rasional untuk mengatasi persoalan

dan mengambil keputusan penyelsaian masalah tersebut. Prosedur yang demikian

dikembangkan dengan titik pusatnya pada perhatian para pembuat keputusan

mengenai aspek-aspek kunci dari permasalahan dan memungkinkan para pengambil

keputusan itu untuk menggunakan wawasan, kreatifitas dan pengalamannya dalam

mencari sejumlah penyelesaian masalah yang mungkin dapat dikembangkannya.

Informasi hanyalah dibutuhkan untuk melakukan analisis terhadap sejumlah kecil

alternatif penyelesaian masalah yang potensial saja, bukan sesuatu yang sejak awal

dibutuhaknm sangat banyak oleh para pengambil keputusan.