PENGARUH KOMPOSISI FASA GERAK PADA PENETAPAN KADAR ASAM...

download PENGARUH KOMPOSISI FASA GERAK PADA PENETAPAN KADAR ASAM ...jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelC922B78CFA676418EC358D0... · Jenis bahan pengawet yang sering digunakan dalam

If you can't read please download the document

Transcript of PENGARUH KOMPOSISI FASA GERAK PADA PENETAPAN KADAR ASAM...

  • PENGARUH KOMPOSISI FASA GERAK PADA PENETAPAN

    KADAR ASAM BENZOAT DAN KAFEIN DALAM KOPI

    KEMASAN MENGGUNAKAN METODE KCKT

    (KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI)

    Auliya Puspitaningtyas, Surjani Wonorahardjo, Neena Zakia

    Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang

    Email: [email protected], [email protected], [email protected]

    Abstrak: Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh komposisi fasa gerak terhadap penetapan kadar asam benzoat dan kafein, serta mengetahui kadar asam benzoat dan kafein

    dalam kopi kemasan. Tahapan penelitian ada dua langkah pokok yaitu (1). Optimasi kondisi

    analisis yang meliputi penentuan masing-masing maksimum asam benzoat dan kafein

    menggunakan Spektrofotometer UV-Vis, standart asam benzoat dan kafein dianalisis dalam

    berbagai komposisi fasa gerak menggunakan KCKT, dan pemilihan komposisi fasa gerak yang

    baik untuk analisis asam benzoat dan kafein menggunakan KCKT; (2) Penetapan kadar asam

    benzoat dan kafein dalam sampel, sebelumnya dilakukan beberapa tahapan yaitu pretreatment

    sampel untuk memisahkan asam benzoat dan kafein dari masing-masing sampel, pembuatan

    kurva kalibrasi larutan standart asam benzoat dan larutan standart kafein menggunakan

    komposisi fasa gerak terpilih, dan analisis sampel menggunakan komposisi fasa gerak terpilih.

    Fasa gerak terpilih yang digunakan adalah campuran metanol dan buffer asetat dengan

    perbandingan 50:50 dan 60:40. Kadar asam benzoat pada komposisi fase gerak 50:50 sampel A

    20,5 ppm dan sampel B 12 ppm, untuk komposisi fase gerak 60:40 sampel A 35 ppm dan sampel

    B 41,5 ppm. Kadar kafein pada komposisi fase gerak 50:50 sampel A 6,5 ppm dan sampel B 11,5

    ppm, untuk komposisi fase gerak 60:40 sampel A 22 ppm dan sampel B 37 ppm.

    Kata kunci: fasa gerak, asam benzoat, kafein, kopi kemasan, KCKT

    Abstract: This research is done to determine the effect of mobile phase composition on benzoic acid and caffeine and determine benzoic acid and caffeine in instant coffee package. This study

    conducted in the laboratory which consists of several steps: (1). Optimization of analysis

    condition that comprise determining each maximum of benzoic acid and caffeine using UV-Vis

    Spectrophotometer, benzoic acid and caffeine standard analyzed on various mobile phase

    composition using HPLC, the best selection of mobile phase composition for benzoic acid and

    caffeine using HPLC , (2) Determination benzoic acid and caffeine contains in samples,

    previously done several steps, sample pretreatment for separating benzoic acid and caffeine from

    sample, making the calibration curve for benzoic acid and caffeine solution standard, and

    analysis of sample using selected mobile phase composition. The selected mobile phase is the

    mixture of methanol and buffer acetate within comparison 50:50 and 60:40. The content of

    benzoic acid at mobile phase composition 50:50 for sample A 20,5 ppm and sample B 12 ppm, at

    mobile phase composition 60:40 for sample A 35 ppm and sample B 41,5 ppm. The content of

    caffeine at mobile phase composition 50:50 for sample A of 6.5 ppm and sample B 11.5 ppm, at

    mobile phase composition of 60:40 for sample A 22 ppm and sample B 37 ppm.

    Key word: mobile phase, benzoic acid, caffeine, instant coffee package, HPLC

    PENDAHULUAN

    Jenis bahan pengawet yang sering digunakan dalam makanan untuk menghambat

    pertumbuhan jamur, ragi, dan beberapa bakteri adalah asam benzoat. Bahan pengawet

    ini biasanya digunakan dalam bentuk garam benzoat yang lebih mudah larut dalam air

    dibanding bentuk asamnya yaitu natrium benzoat (PerMenKes No.772, 1988). Selain

    bahan pengawet, beberapa minuman kemasan juga mengandung kafein yang berfungsi

    mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]

  • untuk merangsang sistem saraf pusat sehingga dapat mengusir rasa kantuk dan lelah

    secara sementara. Jenis minuman kemasan tersebut antara lain jenis minuman ringan,

    minuman berenergi, teh kemasan, dan kopi kemasan.

    Pada penelitian sebelumnya McDevitt et al (1998) menganalisis asam benzoat

    dan kafein pada minuman ringan menggunakan spektrofotometri ultra violet (UV), dan

    El-Ziney (2009) menganalisis kandungan asam benzoat yang terdapat pada beberapa

    minuman ringan dan minuman berenergi dengan GC-MS (Gas Chromatography-Mass

    Spectrometer). Metode spektrofotometri UV memiliki kelebihan antara lain sampel

    dapat langsung dianalisis meskipun tanpa preparasi dan sampel tidak perlu dibuat

    berwarna dengan penambahan reagent tertentu. Sedangkan kelemahannya antara lain,

    penentuan kadar sampel berdasarkan banyaknya sinar yang diserap oleh sampel

    sehingga hasil yang diperoleh belum tentu sesuai dengan kadar yang sebenarnya. Selain

    itu, banyak kemungkinan terjadi interferensi dari senyawa lain yang juga menyerap

    sinar pada panjang gelombang UV tersebut, sehingga dapat menimbulkan bias pada

    hasil analisis (Riyadi, 2009). Pada metode GC-MS, sampel yang akan dianalisis harus

    memenuhi persyaratan antara lain sampel mudah menguap, mudah diuapkan, dan tidak

    rusak karena panas (Anonymous, 2012).

    Perlu adanya metode lain yang mampu menutupi kelemahan yang dimiliki oleh

    metode spektrofotometri UV dan GC-MS. Salah satu metode yang dapat digunakan

    yaitu metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi yang selanjutnya disingkat dengan

    KCKT. Metode KCKT termasuk suatu teknik kromatografi kolom dengan fase gerak

    berupa cairan dan fase diam berupa padatan yang terdapat pada kolom. Kelebihan yang

    dimiliki oleh KCKT antara lain mampu memisahkan molekul-molekul dari suatu

    campuran dengan baik, memiliki kecepatan analisis dan kepekaan yang tinggi, dapat

    menggunakan berbagai detektor, kolom dapat digunakan kembali, memisahkan zat yang

    labil dan tidak mudah menguap, dilakukan pada suhu kamar, serta ideal untuk

    pemisahan ion dan molekul besar (Johnson dan Stevenson, 1991).

    Metode analisis KCKT dapat digunakan untuk analisis secara kualitatif maupun

    kuantitatif senyawa-senyawa yang terdapat dalam sampel. Penelitian yang

    menggunakan metode KCKT dilakukan oleh Ree, M dan Stoa, E (2011) untuk

    menetapkan kandungan aspartam, asam benzoat, kafein, dan sakarin dalam minuman

    ringan bebas gula. Fase gerak yang digunakan adalah campuran metanol dengan buffer

    fosfat pH 3 (20:80), kolom XB-C18 (50 L x 4,6 mm), dengan panjang gelombang 220

    nm dan 270 nm.

    Penelitian lain juga dilakukan oleh Techakriengkrai, I dan Surakarntul, R (2007)

    menggunakan metode KCKT untuk menganalisis asam benzoat dan asam sorbat pada

    minuman ringan menggunakan fase gerak metanol dengan buffer ammonium asetat

    (60:40), dan penelitian yang dilakukan oleh Saad, B dkk (2004) juga menggunakan

    metode KCKT untuk menganalisis bahan pengawet pada makanan dengan fase gerak

    metanol dengan buffer ammonium asetat (50:50).

    Fase gerak yang digunakan oleh Techakriengkrai, I dan Surakarntul, R (2007)

    dan Saad, B dkk (2004) berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Ree, M dan

    Stoa, E (2011). Perbedaan dari ketiga penellitian tersebut terletak pada jenis buffer yang

    digunakan yaitu buffer ammonium asetat dan buffer fosfat, sedangkan pelarut yang lain

    sama-sama menggunakan metanol. Techakriengkrai, I dan Surakarntul, R (2007) dan

    Saad, B dkk (2004) menggunakan jenis fase gerak yang sama dengan perbandingan

    komposisi yang berbeda. Hasil dari ketiga penelitian yang diperoleh tidak dapat

    dibandingkan karena sampel yang digunakan berbeda. Dalam KCKT, fase gerak selain

  • berfungsi sebagai pembawa komponen-komponen campuran menuju detektor, fase

    gerak merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan proses analisis (Hendayana,

    2010).

    Terhadap kopi kemasan yang digunakan sebagai sampel dilakukan ekstraksi

    pelarut sebelum dianalisis menggunakan KCKT. Ekstraksi pelarut merupakan metode

    pemisahan yang sering digunakan dalam laboratorium untuk mengisolasi satu atau lebih

    komponen dari suatu campuran (Khopkar, 1990). Prinsip metode ekstraksi pelarut

    didasarkan pada distribusi zat terlarut dalam dua pelarut yang tidak saling bercampur.

    Ekstraksi terhadap kopi kemasan dilakukan untuk menghilangkan unsur lain yang

    mungkin akan mengganggu proses analisis. Oleh karena itu dilakukan penelitian tentang

    pengaruh komposisi fase gerak pada penentuan kadar asam benzoat dan kafein yang

    terdapat pada kopi kemasan dengan metode KCKT menggunakan fase gerak campuran

    metanol dan buffer ammonium asetat.

    METODE

    Rancangan Penelitian

    Tahap penelitian meliputi dua langkah pokok yaitu: (1) Optimasi kondisi analisis

    yang meliputi beberapa tahap yaitu (a) Penentuan masing-masing maksimum asam

    benzoat dan kafein menggunakan Spektrofotometer UV-Vis, (b) Standart asam benzoat

    dan kafein dianalisis dalam berbagai komposisi fase gerak menggunakan KCKT, (c)

    Pemilihan komposisi fase gerak yang baik untuk analisis asam benzoat dan kafein

    menggunakan KCKT; (2) Penetapan kadar asam benzoat dan kafein dalam sampel,

    sebelumnya dilakukan beberapa tahapan yaitu (a) Pretreatment sampel untuk

    memisahkan asam benzoat dan kafein dari masing-masing sampel, (b) Pembuatan kurva

    kalibrasi larutan standart asam benzoat dan larutan standart kafein menggunakan

    komposisi fase gerak terpilih (b) Analisis sampel menggunakan komposisi fase gerak

    terpilih.

    Prosedur Kerja

    1. Ektraksi Asam Benzoat dan Kafein dalam Sampel Kopi

    Ekstraksi asam benzoat dilakukan dengan mengambil sebanyak 150 mg kopi

    bubuk kemasan dimasukkan ke dalam labu takar 250 mL dan ditambah dengan larutan

    NaCl jenuh secukupnya, larutan tersebut dibuat basa dengan menambahkan larutan

    NaOH 10%, selanjutnya ditambah larutan NaCl jenuh sampai tanda batas dan diaduk

    konstan selama 2 jam kemudian disaring sehingga diperoleh filtrat yang bebas bubuk

    kopi. Filtrat hasil saringan diambil sebanyak 25 mL dan dimasukkan dalam corong

    pisah 100 mL untuk diekstraksi menggunakan kloroform, sebelumnya ditambah dengan

    HCl sebanyak 1,25 mL. Ekstraksi dilakukan secara bertingkat dengan 18,5 mL; 12,5

    mL; 10 mL; 7,5 mL kloroform. Fase organik dari hasil ekstraksi dimasukkan dalam

    gelas kimia 250 mL yang telah berisi air sebanyak 50 mL, selanjutnya didestilasi untuk

    menghilangkan fase organiknya (kloroform) sehingga diperoleh asam benzoat yang

    terlarut dalam air.

    Sedangkan untuk ekstraksi kafein, sebanyak 25 g kopi bubuk kemasan

    dimasukkan dalam timbel, kemudian dimasukkan dalam rangkaian alat sohlet yang

    telah berisi 300 mL metanol, selanjutnya diekstraksi selama 3 jam. Ekstrak kopi dalam

    metanol disaring dengan pompa vakum menggunakan kertas saring Whatman 41.

    Ekstrak kopi yang telah disaring diambil sebanyak 100 mL untuk dimasukkan dalam

    gelas kimia 250 mL yang telah berisi 12,5 g MgO. Campuran tersebut selanjutnya

  • ditambah dengan 75 mL air dan diaduk konstan disertai pemanasan selama 10 menit.

    Setelah itu, campuran disaring, residu sisa penyaringan dicuci dengan 125 mL dan 63

    mL air panas secara bergantian. Filtrat dari kedua penyaringan dicampurkan dan

    disaring kembali menggunakan pompa vakum. Selanjutnya, keseluruhan filtrat yang

    dihasilkan ditambah dengan H2SO4 10% sebanyak 12,5 mL. Campuran tersebut

    dipanaskan dan diuapkan sampai tersisa 1/3 volume awal, setelah itu disaring dalam

    keadaan panas dan didinginkan. Setelah dingin, filtrat dimasukkan dalam corong pisah

    250 mL dan diekstraksi dengan 7,5 mL kloroform. Lapisan organik hasil ekstraksi

    dimasukkan dalam gelas kimia 500 mL dan ditambah dengan larutan NaOH 1% sampai

    warnanya hilang, kemudian ditambah air dengan volume sama dengan volume larutan

    NaOH 1% yang ditambahkan dan didestilasi untuk menghilangkan pelarut organiknya.

    2. Pembuatan Larutan

    a. Pembuatan Larutan Penyangga Amonium Asetat pH 4

    Sebanyak 7,7 gram amonium asetat dimasukkan dalam labu ukur 1000 mL,

    kemudian ditambah aquabides sampai kira-kira volume 900 mL dan ditambah dengan

    asam asetat glasial sampai pH 4 yang diukur menggunakan kertas indikator universal.

    Selanjutnya, campuran tersebut ditambahkan aquabides sampai batas.

    b. Pembuatan Larutan Induk Asam Benzoat dan Kafein

    Pembuatan larutan induk asam benzoat dan kafein masing-masing 100 ppm.

    Larutan induk asam benzoat dibuat dengan menimbang sebanyak 10 mg asam benzoat.

    Asam benzoat tersebut dimasukkan dalam labu ukur 100 mL, kemudian ditambah

    aquabides sampai batas dan dikocok sehingga dihasilkan larutan induk asam benzoat

    100 ppm. Larutan induk kafein dibuat dengan menimbang sebanyak 10 mg kafein.

    Kafein tersebut dimasukkan dalam labu ukur 100 mL, kemudian ditambah aquabides

    sampai tanda batas dan dikocok.

    c. Pembuatan Larutan Standart Asam Benzoat dan Kafein

    Larutan induk asam benzoat dan kafein 100 ppm digunakan untuk membuat

    larutan standar. Larutan induk asam benzoat diencerkan dengan aquabides menjadi 5

    ppm, 10 ppm, dan 20 ppm dengan cara mengambil 2,5 mL; 5 mL; dan 10 mL, kemudian

    dimasukkan dalam 3 labu ukur 50 mL yang berbeda secara berturut-turut. Larutan induk

    kafein diencerkan dengan aquabides menjadi 5 ppm, 10 ppm, 20 ppm dan 50 ppm

    dengan cara mengambil 2,5 mL; 5 mL; 10 mL; dan 25 mL, dimasukkan dalam 4 labu

    ukur 50 mL yang berbeda secara berturut-turut.

    d. Pembuatan Larutan Sampel

    Sebanyak 5 mL ekstrak asam benzoat dan kafein masing-masing diencerkan

    dalam labu ukur 50 mL dengan aquabides sampai tanda batas. Larutan yang akan

    dianalisis disaring terlebih dahulu menggunakan Cellulose Nitrate Membrane Filtrat

    0,45 m.

    3. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum (maks)

    Penentuan maks dilakukan dengan menganalisis larutan standart asam benzoat

    dan kafein menggunakan spektrofotometer UV-Vis. maks (panjang gelombang

    maksimal) yang diperoleh digunakan untuk analisis larutan standart dan sampel pada

    instrument KCKT Shimadzu.

    4. Optimasi Kondisi Analisis dengan KCKT

    Larutan standart asam benzoat dan kafein masing-masing 20 ppm dalam pelarut

    aquabides disuntikkan sebanyak 100 L ke dalam kolom secara bergantian

    menggunakan fase gerak campuran matanol dan buffer asetat pH 4,4 dengan berbagai

    komposisi yaitu 10:90; 20:80; 30:70; 40:60; 50:50; 60:40; 70:30; 80:20; 90:10. Panjang

  • gelombang yang digunakan untuk mendapat kondisi optimum adalah panjang

    gelombang maksimum asam benzoat dan kafein yang diperoleh pada tahap sebelumnya.

    Komposisi yang memberikan hasil pemisahan terbaik berdasarkan waktu retensi dan

    bentuk puncak digunakan untuk pembuatan kurva kalibrasi dan analisis penetapan kadar

    asam benzoat dan kafein pada masing-masing sampel.

    5. Penetapan kadar asam benzoat dan kafein

    Kondisi analisis terpilih digunakan untuk menganalisis 100 L sampel

    disuntikkan ke dalam kolom dan diamati waktu retensi puncak-puncak yang dihasilkan

    oleh sampel. Apabila puncak-puncak tersebut mempunyai waktu retensi yang kurang

    lebih sama dengan waktu retensi puncak bahan baku pembanding asam benzoat dan

    kafein, maka dapat disimpulkan bahwa pada sampel terdapat zat-zat tersebut.

    Analisis Data

    Kadar asam benzoat dan kafein ditentukan melalui persamaan garis yang

    diperoleh dari kurva kalibrasi. Nilai luas area setiap sampel yang dianalisis

    menggunakan KCKT disubstitusikan ke dalam persamaan garis, sehingga diperoleh

    kadar asam benzoat dan kafein.

    HASIL

    1. Ekstraksi Asam Benzoat dan Kafein dalam Sampel Kopi

    a. Ekstraksi Asam Benzoat

    Fase organik hasil ekstraksi bertahap dikumpulkan dalam gelas kimia 250 mL

    yang telah berisi air sebanyak 50 mL. Campuran air dan fase organik tersebut

    selanjutnya didestilasi pada suhu 60C untuk menghilangkan kloroform, setelah

    kloroform dalam campuran tersebut menguap seluruhnya destilasi dihentikan. Larutan

    sisa destilasi didinginkan, setelah dingin dilakukan analisis menggunakan KCKT.

    b. Ekstraksi Kafein

    Fase organik hasil ekstraksi dimasukkan dalam gelas kimia 500 mL dan

    ditambah dengan larutan NaOH 1% sampai warnanya memudar sekitar 50 mL,

    kemudian ditambah air dengan volume yang sama dengan volume NaOH 1% yang

    ditambahkan yaitu 50 mL, kemudian didestilasi untuk menghilangkan fase organik. Sisa

    hasil destilasi tersebut didinginkan dan dianalisis menggunakan KCKT.

    2. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum

    Hasil dari pengukuran menggunakan spektrofotometer menunjukkan bahwa

    asam benzoat terdeteksi pada panjang gelombang 222 nm dan kafein terdeteksi pada

    panjang gelombang 272 nm. Panjang gelombang yang diperoleh selanjutnya digunakan

    untuk analisis larutan standart dan sampel pada instrument KCKT Shimadzu.

    3. Komposisi Fase Gerak pada Instrumen KCKT (Kromatografi Cair Kinerja

    Tinggi) Shimadzu

    Data waktu retensi dan luas area komposisi fase gerak terpilih yang diperoleh

    dari standart asam benzoat dan kafein disajikan pada Tabel 1 dan 2.

    Tabel 1. Data Waktu Retensi dan Luas Area Komposisi Fase Gerak Terpilih Standart Asam

    Benzoat 200 ppm pada 222 nm

    Variasi fase gerak Asam Benzoat

    Waktu retensi (menit) Luas Area

    50 : 50 5,452 17002267

    60 : 40 4,130 17105220

  • Tabel 2. Data Waktu Retensi dan Luas Area Komposisi Fase Gerak Terpilih Standart Kafein 200

    ppm pada 272 nm

    Variasi fase gerak Kafein

    Waktu retensi (menit) Luas Area

    50 : 50 3,955 13115831

    60 : 40 3,457 13191438

    4. Pembuatan Kurva Kalibrasi

    Data hasil pengukuran larutan standart asam benzoat dan kafein untuk membuat

    kurva kalibrasi disajikan pada Tabel 3 dan 4. Tabel 3. Data Hasil Pengukuran Larutan Standart Asam Benzoat untuk Membuat Kurva Kalibrasi

    Konsentrasi

    (x) ppm

    Luas Area Standart Asam Benzoat

    50 : 50 60 : 40

    5 465512 384563

    10 848356 816085

    20 1509538 167319

    Tabel 4. Data Hasil Pengukuran Larutan Standart Kafein untuk Membuat Kurva Kalibrasi

    Konsentrasi

    (x) ppm

    Luas Area Standart Kafein

    50 : 50 60 : 40

    5 393458 324281

    10 703796 702109

    20 1322745 1317473

    Data yang dihasilkan selanjutnya digunakan untuk pembuatan kurva kalibrasi asam

    benzoat dan kurva kalibrasi kafein, sehingga diperoleh persamaan garis regresi pada

    masing-masing kondisi, persamaan regresi garis tersebut disajikan pada Tabel 5.

    Tabel 5. Persamaan Garis Regresi untuk Asam Benzoat dan Kafein Berdasarkan Kurva Kalibrasi

    Perbandingan

    Fase gerak

    Asam Benzoat (222 nm) Kafein (272 nm)

    Persamaan Regresi r Persamaan Regresi r

    50:50 y = 69104x + 13492 0,998 y = 61944x + 83984 1

    60:40 y = 85961x - 44554 1 y = 65545x + 16599 0,997

    5. Hasil Kadar Asam Benzoat dan Kafein dalam Sampel Kopi Kemasan

    Sampel yang digunakan adalah dua macam kopi bubuk kemasan yang telah

    mendapat perlakuan sehingga diperoleh ekstrak asam benzoat A dan B, serta ekstrak

    kafein A dan B. Hasil analisis dengan KCKT adalah waktu retensi dan luas area. Data

    luas area disubstitusikan ke persamaan garis regresi, selanjutnya dikalikan dengan

    faktor pengenceran sehingga diperoleh konsentrasi asam benzoat dan kafein dalam

    masing-masing sampel yang disajikan pada Tabel 6, 7, 8 dan 9.

    Tabel 6. Data Konsentrasi Ekstrak Asam Benzoat dalam Sampel Kopi Kemasan A

    Variasi fase gerak Konsentrasi (ppm)

    Persamaan Regresi Faktor Pengenceran

    50:50 222

    0,41 20,5

    60:40 0, 7 35

  • Tabel 7. Data Konsentrasi Ekstrak Asam Benzoat dalam Sampel Kopi Kemasan B

    Variasi fase gerak Kadar Asam Benzoat (ppm)

    Persamaan Regresi Faktor Pengenceran

    50 : 50 222 0,24 12

    60 : 40 0,83 41,5

    Tabel 4.12 Data Konsentrasi Ekstrak Kafein dalam Sampel Kopi Kemasan A

    Variasi fase gerak Konsentrasi (ppm)

    Persamaan Regresi Faktor Pengenceran

    50;50 272

    0,13 6,5

    60:40 0,44 22

    Tabel 4.13 Data Konsentrasi Ekstrak Kafein dalam Sampel Kopi Kemasan B

    Variasi fase gerak Kadar Kafein (ppm)

    Persamaan Regresi Faktor Pengenceran

    50;50 272

    0,23 11,5

    60:40 0,74 37

    PEMBAHASAN

    1. Ekstraksi Asam Benzoat dan Kafein dalam Sampel Kopi

    a. Ekstraksi Asam Benzoat

    Bubuk kopi yang akan diekstraksi dilarutkan terlebih dahulu dalam larutan NaCl

    jenuh yang disertai dengan pengadukan secara konstan selama 2 jam dengan tujuan

    menjenuhkan larutan sampel agar asam benzoat yang terkandung dalam sampel terikat

    dalam larutan sebagai natrium benzoat. Larutan selanjutnya ditambah larutan HCl agar

    sifat larutan yang semula basa menjadi netral dan mengubah natrium benzoat yang

    terlarut dalam larutan kembali ke bentuk semula yaitu asam benzoat. Tahap ekstraksi

    dilakukan secara bertahap menggunakan kloroform dengan tujuan hasil ekstraksi lebih

    maksimal. Fase organik yang dihasilkan dari ekstraksi ditambahkan air untuk mencuci

    fase organik tersebut, selanjutnya dilakukan destilasi pada suhu 30oC untuk

    menghilangkan fase organik (kloroform) dari campuran sehingga hanya tersisa fase air.

    Suhu destilasi merupakan setengah dari titik didih kloroform, hal tersebut dilakukan

    agar penguapan terjadi secara perlahan sehingga kloroform terpisah dari fase air dengan

    baik. Fase air inilah yang dianalisis menggunakan KCKT.

    b. Ekstraksi Kafein

    Ekstraksi kafein dilakukan dengan metode soxhlet dengan pelarut yang berfungsi

    untuk melarutkan kafein yang terkandung dalam sampel. Kafein bersifat polar sehingga

    digunakan pelarut polar juga yaitu metanol agar kafein yang terdapat dalam sampel

    terlarut dalam pelarut tersebut. Ekstrak kopi hasil soxhlet ditambah dengan MgO dan air

    kemudian diaduk konstan selama 10 menit agar pencampuran merata sehingga zat

    selain kafein yang terkandung dalam ekstrak kopi tersebut berikatan dengan MgO,

    sehingga diperoleh larutan berwarna coklat orange. Saat pencampuran selesai,

    campuran disaring untuk memisahkan antara residu dan dan filtrat.

    Residu hasil penyaringan dibilas menggunakan air sebelum dibuang, tujuannya

    agar filtrat yang masih terdapat dalam residu tersebut ikut terbawa air dan bercampur

    dengan filtrat hasil penyaringan yang awal. Filtrat yang terkumpul ditambah dengan

    H2SO4 10% untuk membuat larutan menjadi bersifat asam karena larutan tersebut

  • bersifat basa akibat adanya Mg(OH)2 yang terbentuk dari pelarutan MgO dalam air pada

    tahap sebelumnya, kemudian diuapkan sampai tersisa 1/3 dari volume awal untuk

    menghilangkan kandungan air dan asam berlebih. Sisa larutan yang diuapkan kemudian

    diekstraksi menggunakan kloroform sehingga akan diperoleh fase organik yang akan

    mendapat perlakuan selanjutnya. Fase organik hasil ekstraksi ditambah dengan larutan

    NaOH 1% sampai warnanya memudar dan ditambah air sebanyak volume NaOH 1%

    yang ditambahkan, setelah itu larutan didestilasi pada suhu 30oC untuk

    menghilangkan fase organik (kloroform) dari campuran sehingga hanya tersisa fase air.

    Suhu destilasi merupakan setengah dari titik didih kloroform, hal tersebut dilakukan

    agar penguapan terjadi secara perlahan sehingga kloroform terpisah dari fase air dengan

    baik. Fase air inilah yang dianalisis menggunakan KCKT.

    2. Komposisi Fase Gerak pada Penetapan Kadar Asam Benzoat dan Kafein

    Menggunakan KCKT (Kromatografi Cair Kinerja Tinggi)

    Berdasarkan hasil analisis larutan standar asam benzoat dan kafein menggunakan

    beberapa perbandingan komposisi fase gerak diperoleh komposisi fase gerak yang baik

    untuk analisis sampel kopi kemasan menggunakan KCKT. Komposisi fase gerak baik

    yang dimaksud didasarkan pada waktu retensi, puncak yang terbentuk, dan luas area

    yang dihasilkan untuk asam benzoat dan kafein sebagaimana telah dijelaskan

    sebelumnya.

    Komposisi fase gerak yang terpilih dari beberapa komposisi fase gerak yang

    digunakan untuk analisis yaitu 50:50 dan 60:40 pada panjang gelombang 222 nm untuk

    asam benzoat dan pada panjang gelombang 272 nm untuk kafein dengan waktu retensi

    masing-masing sebagaimana terdapat pada Gambar 5.3 dan 5.4. Komposisi fase gerak

    60:40 lebih polar dibandingkan dengan komposisi fase gerak 50:50, kepolaran tersebut

    berpengaruh terhadap waktu retensi yang dihasilkan untuk asam benzoat dan kafein.

    Waktu retensi saat analisis menggunakan komposisi fase gerak 60:40 lebih cepat

    daripada menggunakan fase gerak 50:50. Kepolaran fase gerak berpengaruh juga

    terhadap hasil pemisahan, senyawa polar yang dipisahkan akan lebih banyak terbawa

    oleh komposisi fase gerak yang lebih polar.

    Waktu retensi asam benzoat lebih lama daripada waktu retensi kafein

    dikarenakan kafein lebih polar dibandingkan dengan asam benzoat sehingga asam

    benzoat tertahan lebih lama di fase diam. Komposisi tersebut menghasilkan

    kromatogram yang lebih baik untuk asam benzoat dan kafein dibandingkan dengan

    komposisi fase gerak yang lain yang menghasilkan kromatogram baik untuk salah satu

    senyawa saja. Komposisi fase gerak terpilih sesuai dengan penelitian yang telah

    dilakukan oleh Techakriengkrai, I dan Surakarntul, R (2007) yang menggunakan

    komposisi fase gerak 60:40, serta penelitian Saad, B dkk (2004) yang menggunakan

    komposisi fase gerak 50:50. Kromatogram asam benzoat dan kafein pada komposisi

    fase gerak 50:50 disajikan pada Gambar 1.

    3.5 4.0 4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 7.5 8.0 8.5 9.0 9.5 min-250

    0

    250

    500

    mVDetector A Ch2:222nm

    /5.4

    52

  • Gambar 1. Kromatogram Menggunakan Komposisi Fase Gerak 50:50 (a) Asam benzoat, (b) Kafein

    Kromatogram asam benzoat dan kafein pada komposisi fase gerak 60:40 disajikan pada

    Gambar 2.

    Gambar 2. Kromatogram Menggunakan Komposisi Fase Gerak 60:40 (a) Asam benzoat, (b) Kafein

    3. Analisis Kadar Asam Benzoat dan Kafein dalam Kopi Kemasan dengan KCKT

    Berdasarkan kromatogram asam benzoat yang dianalisis menggunakan

    komposisi fase gerak 50:50 diperoleh data luas area untuk sampel A adalah 42.047 dan

    sampel B adalah 30.732, dari data tersebut dapat diketahui konsentrasi masing-masing

    sampel dengan persamaan regresi asam benzoat pada komposisi fase gerak 50:50 yaitu

    y = 69104x + 13492, maka diperoleh masing- masing konsentrasi untuk sampel A 0,41

    ppm dan sampel B 0,24 ppm. Kromatogram asam benzoat yang dianalisis menggunakan

    komposisi fase gerak 60:40 diperoleh data luas area untuk sampel A adalah 15.684 dan

    sampel B adalah 26.915, dari data tersebut dapat diketahui konsentrasi masing-masing

    sampel dengan persamaan regresi asam benzoat pada komposisi fase gerak 60:40 yaitu

    y = 85961x - 44554, maka diperoleh masing-masing konsentrasi untuk sampel A 0,7

    ppm dan sampel B 0,83 ppm.

    Berdasarkan kromatogram kafein yang dianalisis menggunakan komposisi fase

    gerak 50:50 diperoleh data luas area untuk sampel A adalah 92.181 dan sampel B

    adalah 45.466, dari data tersebut dapat diketahui konsentrasi masing-masing sampel

    dengan persamaan garis regresi asam benzoat pada komposisi fase gerak 50:50 yaitu y =

    61944x + 83984, maka diperoleh masing-masing konsentrasi untuk sampel A 0,13 ppm

    3.5 4.0 4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 min

    -250

    0

    250

    500

    mVDetector A Ch2:222nm

    /4.1

    30

  • dan sampel B 0,44 ppm. Kromatogram kafein yang dianalisis menggunakan komposisi fase gerak 60:40 diperoleh data luas area untuk sampel A adalah 98.680 dan sampel B

    adalah 65.107, dari data tersebut dapat diketahui konsentrasi masing-masing sampel

    dengan persamaan regresi kafein pada komposisi fase gerak 60:40 yaitu y = 65545x +

    16599, maka diperoleh masing-masing konsentrasi untuk sampel A 0,16 ppm dan

    sampel B 0,74 ppm.

    Konsentrasi masing-masing sampel yang telah diperoleh melalui persamaan garis

    selanjutnya dihitung berdasarkan banyaknya pengenceran yang dilakukan sebelum

    sampel tersebut dianalisis menggunakan KCKT, hal tersebut bertujuan untuk

    mengetahui konsentrasi asam benzoat dan kafein sebenarnya yang terkandung dalam 5

    mL sampel yang telah diencerkan sebanyak 50 kali. Konsentrasi asam benzoat pada

    analisis menggunakan komposisi fase gerak 50:50 adalah 20,5 ppm untuk sampel A dan

    12 ppm untuk sampel B, sedangkan konsentrasi asam benzoat yang dianalisis

    menggunakan komposisi fase gerak 60:40 adalah 35 ppm untuk sampel A dan 41,5 ppm

    untuk sampel B. Konsentrasi kafein pada analisis menggunakan komposisi fase gerak

    50:50 adalah 6,5 ppm untuk sampel A dan 22 ppm untuk sampel B, sedangkan

    konsentrasi kafein yang dianalisis menggunakan komposisi fase gerak 60:40 adalah 22

    ppm untuk sampel A dan 37 ppm untuk sampel B.

    PENUTUP

    Kesimpulan

    Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan serta analisis data, maka diperoleh

    kesimpulan sebagai berikut: (1) Fase gerak yang digunakan adalah campuran methanol

    dan buffer asetat dengan perbandingan 50:50 dan 60:40. Komposisi fase gerak yang

    memiliki tingkat kepolaran lebih tinggi mampu memisahkan asam benzoat dan kafein

    lebih cepat, serta menghasilkan kadar asam benzoat dan kafein lebih banyak yaitu

    komposisi fase gerak 60:40 (2) Kadar asam benzoat pada komposisi fase gerak 50:50

    sampel A 20,5 ppm dan sampel B 12 ppm, untuk komposisi fase gerak 60:40 sampel A

    35 ppm dan sampel B 41,5 ppm. Kadar kafein pada komposisi fase gerak 50:50 sampel

    A 6,5 ppm dan sampel B 11,5 ppm, untuk komposisi fase gerak 60:40 sampel A 22 ppm

    dan sampel B 37 ppm.

    Saran

    Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan serta kesimpulan, maka didapatkan

    saran-saran berikut sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya: (1)

    Penggunaan metode selain ekstraksi pelarut untuk pretreatment dapat digunakan dalam

    penelitian selanjutnya (2) Fase gerak selain methanol dan buffer asetat pH 4 dapat

    digunakan pada penelitian selanjutnya untuk analisis menggunakan KCKT, serta

    sebagai perbandingan hasil yang diperoleh pada penelitian sebelumnya.

    DAFTAR RUJUKAN

    El-ziney, M. G. 2009. Analysis of Benzoat and Sorbate in Saudi Dairy and Food

    Product with Estimation of Daily Exposure. Journal of Food Technology, 7 (4):

    127-134.

    Johnson, E., and Stenvenson, R. 1991. Dasar Kromatografi Cair. Terjemahan dari

    Basic Liquid Chromatography, oleh Padmawinata. Bandung: Penerbit ITB

  • Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Terjemahan Saptorahardjo. Jakarta:

    Universitas Indonesia Press. McDevitt, V. L. 1998. Analysis of Soft Drinks: UV Spectrophotometry,

    Liquid Chromatography, and Capillary Electrophoresis. Journal of Chemical

    Education, 75 (5): 625-629. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 772 Tahun 1988 tentang Bahan Pengawet

    Makanan. 1988. Jakarta: Menteri Kesehatan.

    Ree, M & Stoa, E. 2011. Simultaneous Determination of Aspartame, Benzoaic Acid,

    Caffeine, and Saccharine in Sugar-Free Beverages using HPLC. Concordia

    College Journal of Analytical Chemistry, (1): 73-77. Riyadi, W. 2009. Perbedaan Spektrometri dan Spektrofotometri, (Online),

    (http://wahyuriyadi.blogspot.com/2008/10/perbedaan-spektrometri-dan.html),

    diakses 30 Desember 2012. Saad, B., Bari, Md. F., Saleh, M. I., Ahmad, K., & Talib, M. K. M. 2004. Simultaneous

    Determination of Preservatives (Benzoic Acid, Sorbic Acid, Methylparaben and

    Propylparaben) in Foodstuffs Using High-Performance Liquid Chromatography.

    Journal of Chromatography. 1073: 393-397. Techakriengkrai, I., & Surakarnkul, R. 2007. Analysis of Benzoic Acid and Sorbic Acid

    in Thai Rice Wines and Distillates by Solid-Extraction and High Performance

    Liquid Chromatography. Journal of Food Composition and Analysis. 20: 220-

    225.

    http://wahyuriyadi.blogspot.com/2008/10/perbedaan-spektrometri-dan.html