Pengaruh Suhu Permukaan Laut Terhadap Jumlah Dan Ukuran Hasil Tangkapan Ikan Cakalang Di Perairan...

32
PENGARUH SUHU PERMUKAAN LAUT TERHADAP JUMLAH DAN UKURAN HASIL TANGKAPAN IKAN CAKALANG DI PERAIRAN TELUK PALABUHANRATU JAWA BARAT ABSTRAK Mario Limbong. Pengaruh Suhu Permukaan Laut Terhadap Jumlah dan Ukuran Hasil Tangkapan Ikan Cakalang di Perairan Teluk Palabuhanratu Jawa Barat. Dibimbing oleh Domu Simbolon Penentuan daerah penangkapan ikan dapat diduga dari kondisi perairan yang merupakan habitat dari suatu spesies. Kondisi perairan biasanya digambarkan dengan parameter oseanografi. Salah satu indikator untuk mengetahui keberadaan suatu spesies ikan yaitu suhu permukaan laut. Keberadaan ikan cakalang sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor oseanografi, salah satunya yaitu suhu permukaan laut. Penelitian dilakukan dalam dua tahap yaitu, tahap pertama di perairan Teluk Palabuhanratu dengan basis operasi di PPN Palabuhanratu (Agustus-Oktober 2007). Penelitian ini menggunakan metode survei, sedangkan pengambilan data melalui eksperimental fishing dengan cara purposive sampling, sebanyak 10 kapal payang. Suhu permukaan laut diperoleh dengan men-download dari internet ( http://oceancolor.gsfc.nasa.gov ) . Suhu permukaan laut di perairan Teluk Palabuhanratu pada bulan Agustus, SPL berkisar 22 o C – 29 o C dengan SPL dominan antara 26 o C-29 o C. Kisaran SPL pada bulan September yaitu antara 21 o C – 27 o C dengan SPL dominan antara 24 o C – 27 o C. Kisaran SPL pada bulan Oktober adalah 20 o C-31 o C dengan suhu dominan pada kisaran 24 o C-

description

a

Transcript of Pengaruh Suhu Permukaan Laut Terhadap Jumlah Dan Ukuran Hasil Tangkapan Ikan Cakalang Di Perairan...

Page 1: Pengaruh Suhu Permukaan Laut Terhadap Jumlah Dan Ukuran Hasil Tangkapan Ikan Cakalang Di Perairan Teluk Palabuhanratu Jawa Barat

PENGARUH SUHU PERMUKAAN LAUT TERHADAP JUMLAH DAN UKURAN HASIL TANGKAPAN IKAN CAKALANG DI PERAIRAN TELUK PALABUHANRATU JAWA BARAT

ABSTRAK

Mario Limbong. Pengaruh Suhu Permukaan Laut Terhadap Jumlah dan Ukuran Hasil Tangkapan Ikan Cakalang di Perairan Teluk Palabuhanratu Jawa Barat. Dibimbing oleh Domu Simbolon

Penentuan daerah penangkapan ikan dapat diduga dari kondisi perairan yang

merupakan habitat dari suatu spesies. Kondisi perairan biasanya digambarkan dengan parameter

oseanografi. Salah satu indikator untuk mengetahui keberadaan suatu spesies ikan yaitu suhu

permukaan laut. Keberadaan ikan cakalang sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor oseanografi,

salah satunya yaitu suhu permukaan laut.

Penelitian dilakukan dalam dua tahap yaitu, tahap pertama di perairan Teluk Palabuhanratu

dengan basis operasi di PPN Palabuhanratu (Agustus-Oktober 2007). Penelitian ini

menggunakan metode survei, sedangkan pengambilan data melalui eksperimental fishing dengan

cara purposive sampling, sebanyak 10 kapal payang. Suhu permukaan laut diperoleh dengan

men-download dari internet (http://oceancolor.gsfc.nasa.gov).

Suhu permukaan laut di perairan Teluk Palabuhanratu pada bulan Agustus, SPL berkisar

22oC – 29oC dengan SPL dominan antara 26oC-29oC. Kisaran SPL pada bulan September yaitu

antara 21oC – 27oC dengan SPL dominan antara 24oC – 27oC. Kisaran SPL pada bulan Oktober

adalah 20oC-31oC dengan suhu dominan pada kisaran 24oC-29oC. Ikan cakalang banyak

tertangkap pada kisaran suhu 25oC-29oC. Daerah penangkapan ikan cakalang pada bulan Agustus

sampai Oktober 2007 terdapat di perairan Teluk Ciletuh, Ujung Karangbentang, Cimaja, Teluk

Cikepuh, Ujung Genteng dan Gedogan. Suhu permukaan laut (SPL) tidak berpengaruh terhadap

hasil tangkapan ikan cakalang di perairan Teluk Palabuhanratu.

Kata kunci: Suhu Permukaan Laut, Cakalang dan Palabuhanratu

=====================================================================

====

RIWAYAT HIDUP

Page 2: Pengaruh Suhu Permukaan Laut Terhadap Jumlah Dan Ukuran Hasil Tangkapan Ikan Cakalang Di Perairan Teluk Palabuhanratu Jawa Barat

Penulis dilahirkan di Singkam pada tanggal 6 Maret 1986 dari pasangan J. Limbong dan

E. Sitanggang. Penulis adalah anak ke tiga dari enam bersaudara. Tahun 1992 mengawali

pendidikan di SD N 173783 Singkam dan pada tahun 1998 penulis melanjutkan ke Sekolah

Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Sianjur Mula-Mula. Pada tahun 2001 penulis melanjutkan

pendidikannya di Sekolah Menengah Umum Kartika I-2 Medan.

Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2004 melalui jalur USMI

(Undangan Seleksi Masuk IPB) dan terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan pada Program studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Selama menjadi mahasiswa,

penulis aktif dalam berbagai kegiatan organisasi. Penulis pernah menjabat sebagai anggota

Departemen Informasi dan Komunikasi HIMAFARIN 2005-2006, Ketua Persekutuan Fakultas

FPIK, Anggota Unit Kegiatan Mahasiswa PMK tahun 2004 sampai sekarang.

Pada tahun 2007 penulis melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Suhu Permukaan

Laut Terhadap Jumlah dan Ukuran Hasil Tangkapan Ikan Cakalang di Perairan Teluk

Palabuhanratu, Jawa Barat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana perikanan

pada Program studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan.

=====================================================================

=====

       PENDAHULUAN

   Latar Belakang

Perikanan merupakan salah satu sektor ekonomi potensial yang diharapkan dapat

memenuhi kebutuhan manusia yang semakin sulit. Peningkatan pertumbuhan manusia tidak

sebanding dengan peningkatan sumber daya alam yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan

manusia. Hal ini mendorong sektor perikanan untuk meningkatkan hasil tangkapannya.

Page 3: Pengaruh Suhu Permukaan Laut Terhadap Jumlah Dan Ukuran Hasil Tangkapan Ikan Cakalang Di Perairan Teluk Palabuhanratu Jawa Barat

Indonesia merupakan negara perairan yang masih memiliki kendala dalam bidang penangkapan

ikan. Salah satu kendala yang dihadapi oleh nelayan-nelayan Indonesia adalah keterbatasan

pengetahuan dalam penentuan posisi penangkapan yang efisien atau daerah penangkapan ikan

yang potensial.

Perairan Palabuhanratu yang terletak di selatan Jawa Barat, merupakan salah satu daerah

perikanan yang potensial di Indonesia. Nelayan di Palabuhanratu melakukan penangkapan ikan

hanya berdasarkan pengalaman untuk menentukan daerah penangkapan sehingga mereka

memerlukan biaya yang besar dan waktu yang lama. Jenis-jenis ikan yang terdapat di

Palabuhanratu sangat banyak sehingga daerah ini merupakan tempat yang strategis bagi nelayan

lokal maupun nelayan yang datang dari luar Palabuhanratu. Cakalang merupakan salah satu jenis

ikan yang paling banyak tertangkap oleh alat tangkap payang dan gillnet di Palabuhanratu.

Musim penangkapan cakalang berlangsung antara Juni sampai Oktober dan puncaknya terjadi

pada Agustus sampai September. Informasi tentang keberadaan cakalang tersebut masih sulit

diperoleh secara pasti di Palabuhanratu.

Daerah penangkapan cakalang di perairan Teluk Palabuhanratu seyogianya dapat

diketahui dengan memperhatikan parameter oseanografi, seperti suhu permukaan laut. Hal ini

disebabkan karena setiap spesies ikan memiliki kisaran suhu tertentu yang sesuai dengan

kebiasaan hidupnya yang dapat ditoleransi oleh tubuhnya sehingga dapat mempengaruhi

penyebaran ikan di suatu perairan. Dengan cara membandingkan keberadaan ikan yang

tertangkap dengan suhu permukaan laut yang disukainya, keberadaan ikan cakalang dan jenis

ikan lain dapat diketahui.

Pengamatan suhu permukaan laut untuk mendeteksi keberadaan ikan cakalang sangat

tepat karena cakalang merupakan spesies yang lapisan renangnya terdapat pada lapisan atas

dekat permukaan. Laevastu dan Hayes (1981) mengemukakan bahwa suhu berpengaruh terhadap

penyebaran ikan cakalang. Suhu optimum untuk ikan cakalang di Pasifik Timur Laut sebesar 20

– 26oC, sedangkan di Pasifik Tenggara berada pada kisaran 20-28oC. Untuk Indonesia menurut

Gunarso (1985) cakalang dapat ditemukan pada kisaran suhu antara 28-29oC.

Gunarso (1985) mengatakan bahwa kebiasaan cakalang bergerombol sewaktu dalam

keadaan aktif mencari makan. Jumlah cakalang dalam suatu gerombolan berkisar beberapa ekor

sampai ribuan ekor. Individu suatu schooling cakalang mempunyai ukuran yang relatif sama.

Ikan yang berukuran lebih besar berada pada lapisan yang lebih dalam dengan schooling yang

Page 4: Pengaruh Suhu Permukaan Laut Terhadap Jumlah Dan Ukuran Hasil Tangkapan Ikan Cakalang Di Perairan Teluk Palabuhanratu Jawa Barat

kecil, sedangkan ikan yang berukuran kecil berada pada lapisan permukaan dengan kepadatan

yang besar (Waldrom diacu dalam Irawan, 1995). Apakah faktor oseanografi berpengaruh

terhadap penyebaran ukuran ikan cakalang? Ikan cakalang ukuran besar berbeda kemampuan

adaptasinya dengan ikan cakalang ukuran kecil dalam mengatasi perubahan lingkungan. Dengan

mengetahui ukuran ikan cakalang, maka dapat melihat sebagian sifat-sifatnya dalam mengatasi

perubahan lingkungan.

Untuk mengetahui parameter oseanografi suhu permukaan laut (SPL) perairan Indonesia

yang sangat luas maka metode konvensional sangat sulit dilakukan karena membutuhkan biaya

yang sangat besar dan waktu yang lama. Hal ini mendorong untuk memanfaatkan teknologi

satelit dalam pengamatan fenomena oseanografi khususnya suhu permukaan laut. Satelit ini

mampu menentukan nilai SPL optimum yang disukai ikan, termasuk ikan cakalang. Dengan

mengetahui penyebaran SPL optimum ikan cakalang, maka nelayan dapat memprediksi daerah

penangkapan sehingga menghemat waktu, biaya dan tenaga untuk melakukan operasi

penangkapan. Oleh karena itu penelitian tentang pengaruh SPL terhadap jumlah dan ukuran hasil

tangkapan ikan cakalang di peraiaran Teluk Palabuhanratu ini perlu dilakukan.

   Tujuan

1)      Menentukan penyebaran SPL di perairan Palabuhanratu

2)      Menentukan komposisi (jumlah dan ukuran) hasil tangkapan cakalang

3)      Memprediksi pengaruh SPL terhadap jumlah dan ukuran panjang (size) hasil tangkapan

cakalang

   Manfaat

1) Nelayan dapat melakukan penangkapan ikan cakalang secara produktif dengan mengetahui

penyebaran daerah penangkapan ikan yang potensial

2)   Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, khususnya penerapan berbagai penginderaan jauh

dalam pendeteksian daerah penangkapan ikan

========================================================================= 

METODOLOGI

Page 5: Pengaruh Suhu Permukaan Laut Terhadap Jumlah Dan Ukuran Hasil Tangkapan Ikan Cakalang Di Perairan Teluk Palabuhanratu Jawa Barat

  Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan dalam dua tahap. Tahap pertama adalah tahap pengumpulan data

di perairan Teluk Palabuhanratu dengan pendaratan di PPN Palabuhanratu, Kecamatan

Sukabumi (Gambar 3) yang dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Oktober 2007. Tahap

kedua dilaksanakan pada bulan Desember sampai Januari 2007 dengan men-download citra suhu

permukaan laut dari internet (http://oceancolor.gsfc.nasa.gov).

Gambar  Peta daerah penelitian.  

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan terdiri dari data primer dan data sekunder. Pengumpulan data

primer diperoleh melalui penangkapan ikan yaitu posisi dan waktu penangkapan, jumlah hasil

tangkapan cakalang, ukuran panjang cakalang. Sedangkan data sekunder yang digunakan adalah

citra SPL, jumlah alat tangkap, jumlah kapal dan jumlah nelayan di Palabuhanratu.

Tabel Sumber sumber data primer dan sekunder

No Jenis Data Sumber

I

1 2 3

II

1 2 3 4

Data Primer

Posisi dan waktu penangkapan cakalangJumlah hasil tangkapan cakalangUkuran panjang cakalang

Data Sekunder

Citra SPLJumlah alat tangkap di PalabuhanratuJumlah kapal di PalabuhanratuJumlah nelayan di Palabuhanratu

Nelayan kapal sampel

Nelayan kapal sampelNelayan kapal sampel

http://oceancolor.gsfc.nasa.govKantor PPN Palabuhanratu 2006

Kantor PPN Palabuhanratu 2006Kantor PPN Palabuhanratu 2006

  Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Metode survei

merupakan penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang

ada dan mencari keterangan yang aktual (Nazir, 1998). Untuk penentuan sampel kapal pada

Page 6: Pengaruh Suhu Permukaan Laut Terhadap Jumlah Dan Ukuran Hasil Tangkapan Ikan Cakalang Di Perairan Teluk Palabuhanratu Jawa Barat

kegiatan penangkapan ikan dilakukan secara sengaja atau purposive sampling yaitu kapal payang

sebanyak 10 unit dengan pertimbangan sebagai berikut : sampel kapal beroperasi di Perairan

Teluk Palabuhanratu, sampel kapal layak beroperasi, sampel kapal terpilih dapat mewakili

seluruh jenis unit penangkapan dengan tujuan utama penangkapannya adalah ikan cakalang.

Pada setiap kapal sampel dicatat waktu operasi penangkapan ikan, posisi penangkapan, jumlah

dan ukuran panjang cakalang.

Jumlah hasil tangkapan dari kapal sampel yang telah ditentukan dicatat pada kuisioner

dalam bentuk fishing log yang telah disediakan pada setiap posisi setting. Fishing log dibagikan

kepada enumerator yang ada pada kapal sampel pada saat mereka melaut. Di samping jumlah

hasil tangkapan pada setiap setting, enumerator juga mencatat (menandai) posisi lintang dan

bujur penangkapan (setting) pada peta daerah penangkapan ikan yang telah dibagikan karena

kapal-kapal sampel tidak dilengkapai dengan GPS. Peta daerah penangkapan ikan dibagi menjadi

beberapa pixel dengan luasan 4.63 km x 4.63 km. Ukuran panjang cakalang dicatat dalam fishing

log pada setiap setting. Ikan cakalang diambil secara acak yang lebih dekat dengan nelayan tanpa

memperhatikan kriteria lain dan diukur panjang total.

Data kegiatan penangkapan ini juga diperoleh melalui wawancara terhadap sejumlah

responden di samping melalui eksperimental fishing. Responden ditetapkan secara purposive

sampling, yaitu terhadap ABK, nahkoda atau pemilik kapal sampel. Jumlah ABK sebanyak 5

orang dan nahkoda sebanyak 5 orang.

Data suhu permukaan laut diperoleh dengan cara men-download citra SPL yang bebas

awan dari internet (http://oceancolor.gsfc.nasa.gov). Citra SPL ini dipilih sesuai dengan waktu

dan posisi operasi penangkapan ikan. Jenis citra SPL yang digunakan adalah citra Aqua MODIS

level 2 karena citra ini khusus untuk keperluan kelautan dan perikanan. Dengan memilih level 2

pada citra Aqua MODIS, maka tampilan warna perairan di Teluk Palabuhanratu dapat dilihat

dengan baik sehingga pengamatan perbedaan suhu permukaaan luat dapat dilihat dengan jelas.

Data tambahan diperoleh dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sukabumi,

tempat pelelangan ikan dan instansi-instansi terkait lainnya yang erat kaitannya dengan

penelitian ini. Data ini meliputi kondisi umum lokasi penelitian, data produksi bulanan dan

tahunan, spesifikasi dan perkembangan unit penangkapan ikan cakalang (nelayan, kapal dan alat

tangkap), informasi lainnya yang erat kaitannya dengan topik penelitian.

Page 7: Pengaruh Suhu Permukaan Laut Terhadap Jumlah Dan Ukuran Hasil Tangkapan Ikan Cakalang Di Perairan Teluk Palabuhanratu Jawa Barat

  Analisis Data

Hasil tangkapan

Data hasil tangkapan yang meliputi komposisi berat hasil tangkapan dan ukuran spesies

hasil tangkapan dianalisis menurut skala ruang (posisi lintang dan bujur daerah penangkapan)

dan skala waktu (periode waktu operasi penangkapan). Jumlah tangkapan cakalang yang

dikelompokkan dalam periode harian dan bulanan dikonversi dalam bentuk CPUE (kg/unit),

kemudian disajikan dalam bentuk grafik. Selanjutnya penyebaran jumlah hasil tangkapan

tersebut dikelompokkan menjadi tiga, yaitu banyak, sedang dan sedikit. Pengelompokan ini

didasarkan pada hasil tangkapan bulanan pada tahun 2005 - 2006 dengan alat tangkap payang.

Hasil tangkapan bulanan tahun 2005 - 2006 dibagi menjadi 3 kelas melalui penentuan rata-

ratanya dan selanjutnya dijadikan kategori untuk pembagian jumlah hasil tangkapan.

Frekuensi ukuran panjang cakalang yang tertangkap menurut periode waktu (bulanan dan

harian) disajikan dalam bentuk grafik. Selanjutnya penyebaran ukuran panjang tersebut

dikelompokkan menjadi dua, yaitu ukuran besar dan ukuran kecil. Ukuran ikan dikelompokkan

berdasarkan ukuran ikan yang sudah dewasa yaitu mulai ukuran 40 cm (Matsumoto, 1984).

Suhu permukaan laut Data suhu permukaan laut diketahui dengan melakukan analisis digital terhadap citra

satelit Aqua MODIS level 2 yang diperoleh dengan men-download citra suhu permukaan laut

dari internet (http://oceancolor.gsfc.nasa.gov) yang mempunyai akstensi file *.bz2 kemudian

ditampilkan dalam bentuk JPG. Konsentrasi suhu permukaan laut pada daerah penangkapan

ikan pada saat trip operasi penangkapan dapat dihitung dengan menggunakan software SeaDAS

4.7 yang dioperasikan dengan program linux. Langkah-langkah pemrosesan citra dan SPL adalah

sebagai berikut :

1.       Import data

Langkah pertama adalah mengimpor data satelit yang sudah diekstrak. MODIS ditampilkan

dalam bentuk produk sst karena yang diolah adalah SPL.

2.       Pemotongan citra (cropping).

Perekaman oleh sensor satelit mencakup daerah rekaman yang sesuai dengan sapuan sensor, oleh

karena itu perlu dilakukan pembatasan wilayah pada citra agar citra hanya memuat daerah

Page 8: Pengaruh Suhu Permukaan Laut Terhadap Jumlah Dan Ukuran Hasil Tangkapan Ikan Cakalang Di Perairan Teluk Palabuhanratu Jawa Barat

penelitian perairan Teluk Palabuhanratu. Daerah tersebut mempunyai batas geografis pada

06o97LS’ – 07o03’ LS dan 106o59’BT – 106o62’ BT.

3.       Klasifikasi

Klasifikasi dilakukan untuk membedakan antara darat, awan dan laut. Laut yang dimaksudkan

disini yaitu nilai suhu permukaan laut. Pemberian warna (color lut) berfungsi untuk

memudahkan dalam pengamatan secara visual. . Pada perairan terdapat color bar yang memiliki

selang 4 oC dan setiap 1 oC memiliki warna yang berbeda sehingga dapat terlihat jelas perbedaan

konsentrasi suhu permukaan laut pada setiap daerah penangkapan ikan. Suhu terendah pada

color bar adalah -2 oC dan tertinggi yaitu 35 oC.

4. Menghitung Suhu Permukaan Laut

Perhitungan SPL dapat dilakukan dengan memakai fungsi cursor position pada titik daerah

penangkapan ikan. Cursor position menampilkan nilai SPL, waktu pemotretan dan posisi.

5. Pembentukan peta daerah penangkapan ikan

Pembuatan daerah penangkapan ikan dilakukan dengan menggunakan program Photoshop CS2

dalam bentuk JPG.

6. Pembuatan layout

Pembuatan layout dilakukan di Arcview dengan menambahkan legenda, skala dan arah utara.

Citra suhu permukaan laut yang telah dibuat dalam peta sebaran suhu permukaan laut

dianalisa secara visual dan diinterpretasikan dengan melihat pola distribusi suhu permukaan laut.

Data suhu permukaan laut ini dapat dijadikan indikasi tentang keberadaan ikan cakalang.

Penyebaran SPL disajikan dalam bentuk citra, selanjutnya dianalisis dengan program SeaDAS

untuk memperoleh kisaran SPL, SPL dominan, SPL rata-rata di setiap posisi setting yang

selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel.

Hubungan hasil tangkapan dengan SPL

Hubungan antara hasil tangkapan dengan suhu permukaan laut pada posisi dan waktu

yang bersamaan dianalisis dengan cara menyajikan diagram pencar. Kedua variabel tersebut juga

disajikan dalam bentuk persamaan matematis, yaitu persamaan regresi sederhana (Wallpole,

1995) sebagai berikut:

Y = a + bx

Page 9: Pengaruh Suhu Permukaan Laut Terhadap Jumlah Dan Ukuran Hasil Tangkapan Ikan Cakalang Di Perairan Teluk Palabuhanratu Jawa Barat

Keterangan: Y : Berat hasil tangkapan ikan cakalang (kg)

x : Suhu permukaan laut ( oC )

a : Intersep

b : Koefisien regresi untuk suhu permukaan laut

Untuk menentukan derajat hubungan antara variabel hasil tangkapan dan variabel SPL

maka dilakukan analisis korelasi. Semakin tinggi nilai korelasi maka hubungan antara kedua

koefisien semakin erat. Analisis korelasi dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak

microsoft excel dan SPSS ver. 13.0. Derajat hubungan dinyatakan dengan koefisien korelasi (r)

yang merupakan akar dari koefisien determinasi (R2).

Dimana kisaran nilai koefisien korelasi adalah : -1 ≤ r ≤ +1

Korelasi erat jika : r ≥ 0.7 dan r ≤ - 0.6 , dan korelasi tidak erat jika : -0.6 < r < 0.7

3.4.4 Daerah penangkapan ikan potensial

Penentuan Daerah Penangkapan Ikan (DPI) potensial didasarkan pada tiga indikator,

yaitu jumlah hasil tangkapan, ukuran panjang, serta profil suhu permukaan laut pada daerah

penangkapan. Pada ketiga indikator tersebut diberi nilai bobot dengan teknik skooring dengan

ketentuan sebagai berikut :

1. Jika pada suatu DPI diperoleh nilai CPUE yang masuk dalam kategori tinggi ( >300 kg/unit )

diberi bobot 5, CPUE sedang ( 100-300 kg/unit ) diberi bobot 3 dan CPUE rendah ( <100 kg/unit

) diberi bobot 1. Pengelompokan nilai CPUE ini didasarkan pada penyebaran CPUE cakalang

selama 2 tahun (2005-2006), sebagaimana disajikan pada Lampiran 1.

2. Jika cakalang yang tertangkap pada suatu DPI masuk dalam kategori ukuran

besar (>40 cm/ekor) diberi bobot 3, sedangkan ukuran kecil (<40 cm/ekor) diberi bobot 1.

Pengelompokan ikan ukuran besar/kecil ini mengacu pada pendapat Matsumoto (1984).

Page 10: Pengaruh Suhu Permukaan Laut Terhadap Jumlah Dan Ukuran Hasil Tangkapan Ikan Cakalang Di Perairan Teluk Palabuhanratu Jawa Barat

3. Jika SPL didominasi oleh SPL optimum untuk penangkapan, maka DPI tersebut dapat

dikategorikan sebagai DPI yang baik dan diberi bobot 3 dan jika tidak didominasi oleh SPL

optimum diberi bobot 1.

Setelah diperoleh nilai bobot untuk masing-masing indikator pada suatu DPI tertentu, selanjutnya

bobot tersebut dijumlahkan. Dalam hal ini, ketiga indikator diasumsikan mempunyai pengaruh

yang sama terhadap penilaian suatu DPI.

Langkah terakhir dalam penentuan DPI ini adalah dengan cara mengelompokkan nilai

bobot gabungan yang merupakan penjumlahan ketiga indikator menjadi tiga, yaitu :

1.       Jika nilai bobot gabungan berada pada kisaran tertinggi, maka DPI tersebut dikategorikan

sebagai DPI potensial.

2.       Jika nilai bobot gabungan berada pada kisaran menengah, maka DPI tersebut dikategorikan

sebagai DPI sedang.

3.       Jika nilai bobot gabungan berada pada kisaran terendah, maka DPI tersebut dikategorikan

sebagai DPI kurang potensial.

=====================================================================

=====

       PEMBAHASAN

      Variabilitas Hasil Tangkapan Ikan Cakalang

Jumlah hasil tangkapan tertinggi terdapat pada bulan September, kemudian menyusul

bulan Oktober dan paling rendah pada bulan Agustus (Gambar 4). Namun demikian, hasil

tangkapan ikan cakalang bulan Agustus ini masih termasuk kategori banyak jika dibandingkan

dengan hasil tangkapan bulanan pada tahun 2005-2006 di perairan Teluk Palabuhanratu

(Lampiran 1) . Tangkapan cakalang yang paling banyak pada bulan September ternyata sesuai

dengan pendapat Tampubolon (1990) yang menyatakan bahwa bulan Juni sampai September

merupakan musim puncak di daerah perairan Teluk Palabuhanratu.

Hasil tangkapan harian pada bulan Oktober dan September hampir sama. Namun secara

kumulatif hasil tangkapan ikan cakalang pada bulan September lebih tinggi dibandingkan dengan

bulan Oktober. Hal ini disebabkan karena pengambilan data pada bulan Oktober dilakukan hanya

sampai pertengahan bulan karena nelayan sampel tidak melakukan operasi penangkapan ikan.

Harga ikan cakalang pada bulan Oktober sangat murah dan juga karena hari libur Idul Fitri

Page 11: Pengaruh Suhu Permukaan Laut Terhadap Jumlah Dan Ukuran Hasil Tangkapan Ikan Cakalang Di Perairan Teluk Palabuhanratu Jawa Barat

menyebabkan nelayan tidak pergi menangkap ikan. Harga cakalang yang sangat murah

dikarenakan jumlah hasil tangkapan yang banyak. Hasil tangkapan yang didaratkan di PPN

Palabuhanratu cukup banyak dan tidak mendapat penanganan yang baik dari pihak pelabuhan.

Disamping itu, ruang penyimpanan (cool room) yang tidak tersedia membuat mutu ikan tidak

baik sehingga mengurangi minat konsumen untuk membeli.

Hasil tangkapan yang rendah pada bulan Agustus disebabkan banyak nelayan payang

yang tidak menangkap ikan. Selama bulan Agustus sampai awal bulan September, angin

berhembus kencang dari arah tenggara sehingga nelayan sulit mendeteksi keberadaan ikan pada

saat operasi penangkapan ikan sehingga nelayan memilih tidak melaut dan mencari pekerjaan

lain seperti buruh bangunan. Angin yang kencang mengakibatkan badai, gelombang tinggi serta

arus permukaan yang cukup kuat. Akibatnya nelayan mengalami kesulitan untuk

mengoperasikan payang dan mendeteksi keberadaan schooling ikan cakalang. Disamping itu, ada

kemungkinan ikan cakalang akan bermigrasi menghindari perairan yang bergelombang dan

mencari perairan yang lebih tenang untuk menghindari tekanan (Laevastu and Hayes, 1981).

Jika dilihat pada Gambar 7, proporsi ikan ukuran besar yang didapat pada trip

penangkapan nelayan payang periode bulan Agustus sampai Oktober 2007 untuk ikan cakalang

hanya sebesar 29% (17,941 kg) dari total tangkapan 61,863 kg. Hasil tangkapan pada bulan

Agustus yang ukuran besar hanya sebesar 21%, pada bulan September 37% dan pada bulan

Oktober hanya sebesar 11% (Gambar 8). Hal tersebut mengindikasikan walaupun hasil

tangkapan cukup banyak, namun berdasarkan aspek lingkungan tidak optimum atau kurang

berwawasan lingkungan.

Nelayan payang di daerah Palabuhanratu tidak memperhatikan kriteria ukuran besar atau

kecil. Semua jenis ikan yang tertangkap dengan jaring payang dimasukkan ke dalam palkah

(blong) tanpa memperhatikan ukurannya. Disamping itu, nelayan payang memiliki ukuran mata

jaring yang sangat kecil, sehingga ikan cakalang yang berukuran kecil pasti tertangkap. Dalam

hal ini dibutuhkan peran serta Pemerintah Daerah dan ahli perikanan tangkap untuk membuat

suatu regulasi atau kebijakan tentang pengaturan ukuran hasil tangkapan yang layak.

      Sebaran Temporal dan Spasial SPL di Perairan Teluk Palabuhanratu

Secara umum, SPL di perairan Teluk Palabuhanratu pada bulan Agustus termasuk hangat

namun pada wilayah-wilayah tertentu didominasi oleh SPL dingin. Selanjutnya, SPL pada bulan

Page 12: Pengaruh Suhu Permukaan Laut Terhadap Jumlah Dan Ukuran Hasil Tangkapan Ikan Cakalang Di Perairan Teluk Palabuhanratu Jawa Barat

September 2007 menurun dengan didominasi oleh suhu dingin. Sedangkan pada bulan Oktober

2007, sebagian besar daerah perairan Teluk Palabuhanratu cenderung hangat kembali walaupun

masih ditemukan wilayah-wilayah tertentu yang suhunya dingin.

Suhu permukaan laut pada bulan Agustus 2007 termasuk hangat disebabkan oleh musim

timur. Pada bulan September dan Oktober 2007 ditemukan fluktuasi suhu yang drastis seperti

dari tanggal 22 September ke tanggal 23 September dan tanggal 8 Oktober ke tanggal 9 Oktober

2007. Hal ini terkait erat dengan munculnya musim peralihan pada bulan September dan

Oktober.

Timbulnya suhu dingin pada bulan September 2007 kemungkinan terkait dengan

terjadinya upwelling. Menurut Purba et al. (1994) bahwa upwelling yang intensif terjadi di

perairan Teluk Palabuhanratu pada bulan September dan upwelling kurang intensif pada bulan

Juli dan Agustus. Wyrtki (1962) manyatakan bahwa proses air naik pada perairan tropis ada

hubungannya dengan angin musim yang terjadi di daerah tersebut (angin musim timur). Proses

air naik di daerah pantai didasari oleh teori Ekman yang menyatakan jika tertiup angin tetap di

atas permukaan laut, maka masa air pada lapisan Ekman akan dibelokkan 90o ke arah kanan

untuk belahan bumi utara dan ke arah kiri untuk belahan bumi selatan dari arah angin. Bila angin

bertiup sejajar dengan pantai dan pantai berada di sebelah kanan arah angin (belahan bumi

selatan), maka lapisan Ekman akan mengalir meninggalkan pantai. Berdasarkan hukum

kontinuitas, air di lapisan bawah akan naik ke permukaan. Dengan mekanisme tersebut di selatan

Jawa akan terjadi proses air naik (upwelling) pada waktu musim timur, karena pada musim timur

di daerah ini bertiup angin pasat tenggara dengan arah yang sejajar pantai selatan Jawa.

SPL pada bulan September 2007 di daerah perairan Teluk Palabuhanratu didominasi oleh

suhu dingin dengan kisaran antara 24oC-27oC. Sedangkan pada penelitian sebelumnya (Ismajaya,

2006), SPL perairan Teluk Palabuhanratu pada bulan September 2005 termasuk hangat dengan

kisaran nilai 27.10-29.00oC. Hal ini terjadi karena adanya dinamika perubahan lingkungan

walaupun pada daerah yang sama. Dari citra satelit juga terlihat bahwa SPL hangat

terkonsentrasi di daerah pantai dan semakin menurun ke arah perairan lepas pantai. Hal ini

disebabkan karena daerah pantai di perairan Teluk Palabuhanratu banyak mendapat masukan air

tawar yang membawa SPL hangat dari sungai-sungai di sekitarnya.

Pada tanggal 4 September 2007 dan tanggal 9 Oktober 2007, perairan Teluk

Palabuhanratu ditutupi awan yang tebal (Lampiran 9). Hal ini menyebabkan intensitas radiasi

Page 13: Pengaruh Suhu Permukaan Laut Terhadap Jumlah Dan Ukuran Hasil Tangkapan Ikan Cakalang Di Perairan Teluk Palabuhanratu Jawa Barat

matahari sangat sedikit sehingga suhu permukaan laut sangat dingin. Awan yang menutupi

perairan menyebabkan hanya sebagian kecil perairan yang dapat dilihat kisaran suhu permukaan

lautnya. Awan menyebabkan terhalangnya pancaran tenaga elektromagnetik dari permukaan air,

sehingga tidak semua wilayah terekam oleh sensor satelit. Sebagian tenaga elektromagnetik

tersebut ada yang diserap ataupun dipantulkan yang menyebabkan tenaga elektromagnetik yang

terekam menjadi rendah, sehingga suhu permukaan laut yang dihasilkan pun menjadi rendah.

Lebih rendahnya SPL dapat juga disebabkan oleh faktor-faktor oseanografi lainnya seperti arus.

Namun demikian, perlu pangamatan yang lebih detail untuk melihat sejauh mana pengaruh arus

terhadap SPL di perairan Teluk Palabuhanratu.

Penentuan kisaran SPL pada setiap operasi penangkapan ikan dengan menggunakan hasil

citra satelit masih memiliki kelemahan. Luasan sapuan sensor MODIS yang besar

mengakibatkan kisaran SPL yang didapat masih dalam daerah yang luas. Disamping itu, satelit

Aqua MODIS mengelilingi bumi pada sore hari sehingga data SPL pada saat operasi

penangkapan ikan masih kurang akurat.

      Pengaruh SPL Terhadap Hasil Tangkapan Ikan Cakalang

Kisaran suhu permukaan laut pada saat penelitian berkisar antara 20oC-31oC. Kondisi ini

membuktikan bahwa ikan cakalang masih dapat mentolerir suhu permukaan laut dingin 20oC dan

suhu panas sampai 31oC. Namun demikian hasil tangkapan ikan cakalang terbanyak ditemukan

pada kisaran suhu 25oC-29oC (Gambar 10). Hal ini menunjukkan bahwa suhu yang cocok untuk

penangkapan ikan cakalang di perairan Teluk Palabuhanratu adalah 25oC-29oC. Hasil tangkapan

tidak ditemukan pada SPL diatas 29oC kemungkinan disebabkan karena ikan cakalang akan

berenang lebih dalam sehingga payang tidak dapat menjangkaunya. Berdasarkan informasi

nelayan payang di perairan Teluk Palabuhanratu, alat tangkap payang dioperasikan pada

kedalaman kurang lebih 10 meter.

Berdasarkan uji regresi didapatkan bahwa suhu permukaan laut tidak berpengaruh

terhadap jumlah hasil tangkapan ikan cakalang di perairan Teluk Palabuhanratu. Hal ini

disebabkan karena kisaran SPL saat penelitian (20oC-31oC) masih berada pada suhu

penangkapan cakalang sebagaimana disebutkan oleh Gunarso (1985), bahwa suhu optimum

untuk penangkapan cakalang di Indonesia berkisar antara 28oC-29oC. Dengan demikian, ikan

cakalang dapat dengan mudah beradaptasi terhadap perubahan suhu yang terjadi.

Page 14: Pengaruh Suhu Permukaan Laut Terhadap Jumlah Dan Ukuran Hasil Tangkapan Ikan Cakalang Di Perairan Teluk Palabuhanratu Jawa Barat

Suhu permukaan laut optimum untuk kegiatan penangkapan cakalang bisa saja bervariasi

berdasarkan perubahan waktu (temporal) dan tempat (spasial). Penyebaran ikan cakalang di

suatu wilayah perairan tidak hanya dipengaruhi oleh satu faktor oseanografi tertentu.

Kemungkinan penyebaran ikan cakalang di suatu tempat secara dominan dipengaruhi oleh SPL

tetapi di daerah lain penyebarannya dipengaruhi oleh arus. Pada bulan Maret sampai Juni 2005 di

Perairan Laut Maluku diketahui bahwa SPL dengan hasil tangkapan terbanyak berkisar antara

26oC-32oC (Arifin, 2006).

Tabel   Kisaran SPL optimum penangkapan ikan cakalang di sebagian wilayah    IndonesiaNo Author Perairan Waktu SPL optimum

(oC)

1 Nora Anggraini P.Mentawai Musim Barat 2003 23-24

Musim Peralihan (Barat-Timur) 2003

24-25

Musim Timur 2003 29-30Musim Peralihan (Timur-Barat) 2003

26-27

2 Rudy Permadi P.Laut Banda Agustus-Oktober 2002

26-28

3 Ibrahim Arifin P.Laut Maluku

Maret-Juni 2005 26-32

Menurut penelitian sebelumnya (Anggraini, 2003), SPL di perairan Mentawai

berpengaruh terhadap hasil tangkapan ikan cakalang. Hal ini dapat terjadi karena kondisi faktor-

faktor lingkungan yang mempengaruhi penyebaran cakalang kemungkinan berbeda secara

spasial. Disamping itu, pengaruh SPL terhadap penyebaran cakalang untuk perairan tropis adalah

kecil karena suhu relatif sama (konstan) sepanjang tahun (Hela and Laevastu, 1981). Dalam hasil

perhitungan statistik dapat dilihat bahwa hanya 0.71% dari SPL yang dapat memprediksi hasil

tangkapan ikan cakalang di perairan Teluk Palabuhanratu. Untuk mendapatkan hasil yang lebih

lengkap, diperlukan perhitungan yang melibatkan karakteristik perairan lainnya, seperti arus,

salinitas, klorofil a, dan lain-lain. Disamping itu, pengaruh faktor-faktor teknis produksi seperti

keterampilan nelayan, alat tangkap, dan sebagainya diperlukan dalam penelitian-penelitian

lanjutan.

Page 15: Pengaruh Suhu Permukaan Laut Terhadap Jumlah Dan Ukuran Hasil Tangkapan Ikan Cakalang Di Perairan Teluk Palabuhanratu Jawa Barat

Berdasarkan uji statistik sebagaimana disajikan pada Gambar 12, SPL tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap ukuran panjang ikan cakalang. Namun demikian berdasarkan gambar

13, terlihat suatu pola yang menunjukkan bahwa ikan cakalang yang ukuran kecil cenderung

tertangkap pada SPL yang lebih hangat sedangkan ikan cakalang yang berukuran besar

tertangkap pada SPL hangat dan dingin. Hal ini disebabkan karena metabolisme tubuh ikan

cakalang yang berukuran kecil hanya mampu menyesuaikan dengan SPL yang lebih hangat. Ikan

cakalang yang berukuran besar mampu berada pada suhu yang dingin maupun suhu yang hangat

karena memiliki sistem metabolisme tubuh yang sudah baik (Arifin, 2006).

Ikan cakalang yang berukuran kecil lebih banyak tertangkap karena berada di lapisan

permukaan sehingga dapat tertangkap dengan payang. Ikan cakalang yang berukuran besar

biasanya berada pada lapisan lebih dalam sehingga tidak terjangkau semua oleh alat tangkap

payang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Waldrom diacu dalam Irawan (1995), bahwa ikan yang

berukuran lebih besar berada pada lapisan yang lebih dalam dengan schooling yang kecil,

sedangkan ikan yang berukuran kecil berada pada lapisan permukaan dengan kepadatan yang

besar.

      Penyebaran Daerah Penangkapan Ikan Cakalang

Penentuan Daerah Penangkapan Ikan (DPI) potensial didasarkan pada tiga indikator,

yaitu jumlah tangkapan ikan cakalang, ukuran panjang dan sebaran SPL pada daerah

penangkapan. DPI potensial untuk penangkapan ikan cakalang secara rutin selama bulan

Agustus-Oktober 2007 terdapat di Teluk Ciletuh dan Ujung Karangbentang. Selanjutnya DPI

yang kurang potensial selama bulan Agustus-Oktober 2007 terdapat di Teluk Bedog. Kondisi

DPI yang masih potensial untuk penangkapan cakalang terdapat di Cimaja, Teluk Cikepuh,

Ujung Genteng dan Gedogan. Hal ini didasari oleh kejadian frekuensi timbulnya kategori DPI

potensial lebih sering dibandingkan dengan kategori DPI sedang dan kurang. Sedangkan DPI

kategori sedang terdapat di Karang Payung, Teluk Amunan, Ujung Penarikan, Cisolok, Teluk

Amurah, Guhagede, Ujung Sodongparat, Citepus, Panggeleseram, GOA dan Cisaar. Hal ini

didasari oleh kejadian, yang mana frekuensi timbulnya kategori DPI potensial labih sedikit

selama periode Agustus sampai Oktober 2007.

Tabel   Evaluasi DPI berdasarkan jumlah ikan, ukuran dan sebaran SPL

Page 16: Pengaruh Suhu Permukaan Laut Terhadap Jumlah Dan Ukuran Hasil Tangkapan Ikan Cakalang Di Perairan Teluk Palabuhanratu Jawa Barat

No DPI

Kategori DPI bulan Kategori DPI GabunganAgustus September Oktober

1 Karang Payung Potensial Sedang - Sedang2 Cimaja Potensial Potensial - Masih Potensial3 Tel.Ciletuh Potensial Potensial Potensial Potensial4 Ujg.Karangbentang Potensial Potensial Potensial Potensial5 Tel.Cikepuh Kurang Potensial Potensial Masih Potensial6 Ujung Genteng Potensial Potensial - Masih Potensial7 Ug.Penarikan Sedang Potensial - Sedang8 Cisolok Sedang Potensial - Sedang9 Gedogan Kurang Potensial Potensial Masih Potensial

10 Tl.Amuran - Potensial - Sedang11 Guhagede Sedang Potensial - Sedang12 Ug.Sodong Parat Potensial Sedang - Sedang13 Citepus - Potensial - Sedang14 Tl.Bedog Sedang Kurang - Kurang15 Panggeleseram - Potensial - Sedang16 Cisaar Sedang Potensial Sedang Sedang

17 GOA - - Sedang Sedang

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya (Ismajaya, 2006), diperoleh empat daerah

potensial penangkapan ikan tongkol pada periode Agustus sampai Oktober 2005 yaitu : Citepus,

Gedogan, Sodongparat dan Teluk Ciletuh. Hal ini mengindikasikan bahwa Gedogan dan Teluk

Ciletuh merupakan daerah potensial untuk ikan cakalang dan ikan tongkol. Hal ini dapat terjadi

karena tingkah laku ikan tongkol hampir mirip dengan ikan cakalang (Ismajaya, 2006).

Posisi penangkapan yang potensial terbanyak didapat pada bulan September yaitu di

perairan Cimaja, Ujung Karangbentang, Teluk Ciletuh, Teluk Amuran, Ujung Penarikan,

Cisolok, Teluk Cikepuh, Guhagede, Gedogan, Citepus, Panggeleseram , Ujung Genteng dan

Cisaar. Pada bulan Agustus, DPI potensial cakalang terdapat di Karang Payung, Ujung

Karangbentang, Ujung Genteng, Ujung Sodongparat, Teluk Ciletuh dan Cimaja. Sedangkan

bulan Oktober DPI potensial untuk cakalang terdapat di Ujung Karangbentang, Teluk Cikepuh,

Gedogan dan Teluk Ciletuh. Pada bulan Agustus 2007 terdapat DPI cakalang yang kurang

potensial yaitu di Teluk Cikepuh dan Gedogan.

Frekuensi timbulnya DPI potensial pada bulan September lebih sering jika dibandingkan

dengan bulan Agustus dan September 2007. DPI potensial pada bulan September 2007 sebanyak

13 DPI. Hal ini dapat terjadi karena bulan September merupakan musim puncak ikan cakalang di

perairan Teluk Palabuhanratu sehingga banyak nelayan sampel yang melakukan penangkapan

ikan. Pada bulan Agustus 2007 terdapat 6 DPI potensial. Hal ini dapat terjadi karena pengaruh

Page 17: Pengaruh Suhu Permukaan Laut Terhadap Jumlah Dan Ukuran Hasil Tangkapan Ikan Cakalang Di Perairan Teluk Palabuhanratu Jawa Barat

angin kencang dari arah tenggara sehingga ikan cakalang di sekitar perairan Teluk Palabuhanratu

bermigrasi ke tempat lain yang lebih tenang. Sedangkan, pada bulan Oktober 2007 terdapat 4

DPI potensial. Hal ini terjadi karena pengaruh musim peralihan sehingga ikan cakalang yang

tertangkap merupakan ikan yang berukuran kecil. DPI potensial terkonsentrasi di perairan Ujung

Karangbentang pada bulan Agustus 2007. Pada bulan September 2007, DPI potensial

terkonsentrasi di Teluk Cikepuh. Sedangkan DPI potensial pada bulan Oktober 2007

terkonsentrasi di Gedogan. Perubahan DPI potensial dari bulan Agustus 2007 sampai bulan

Oktober 2007 disebabkan oleh perubahan kondisi oseanografi lingkungan perairan Teluk

Palabuhanratu sehingga mempengaruhi tingkah laku ikan cakalang. 

Page 18: Pengaruh Suhu Permukaan Laut Terhadap Jumlah Dan Ukuran Hasil Tangkapan Ikan Cakalang Di Perairan Teluk Palabuhanratu Jawa Barat

 ====================================================================

=====

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Page 19: Pengaruh Suhu Permukaan Laut Terhadap Jumlah Dan Ukuran Hasil Tangkapan Ikan Cakalang Di Perairan Teluk Palabuhanratu Jawa Barat

Sebaran SPL di perairan Teluk Palabuhanratu pada bulan Agustus sampai Oktober 2007

berkisar antara 20oC-31oC. Pada bulan Agustus, SPL berkisar 22oC – 29oC dengan SPL dominan

antara 26oC-29oC. Kisaran SPL pada bulan September yaitu antara 21oC – 27oC dengan SPL

dominan antara 24oC – 27oC. Kisaran SPL pada bulan Oktober adalah 20oC-29oC dengan suhu

dominan pada kisaran 24oC-28oC.

Komposisi jumlah hasil tangkapan cakalang pada bulan Agustus sampai Oktober 2007

cenderung berfluktuasi. Hasil tangkapan pada bulan Agustus, September dan Oktober 2007

masing-masing sebesar 8,098 kg, 37,855 kg dan 15,910 kg. Ukuran cakalang yang tertangkap

didominasi ukuran kecil yaitu 71% sedangkan ukuran yang besar hanya 29% dari total hasil

tangkapan 61,863 kg.

Suhu permukaan laut tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah dan ukuran hasil

tangkapan ikan cakalang di perairan Teluk Palabuhanratu. Namun, terdapat pola atau trend yang

menunjukkan bahwa ikan ukuran kecil lebih dominan tertangkap pada suhu hangat sedangkan

ikan cakalang ukuran besar dapat tertangkap pada suhu hangat dan dingin. Hasil tangkapan ikan

cakalang terbanyak terdapat pada kisaran SPL antara 25oC-29oC.

            Saran

1)      Perlu dilakukan penelitian yang serupa tetapi menggunakan GPS sehingga posisi kapal pada

waktu melakukan operasi penangkapan lebih akurat.

2)      Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan hasil tangkapan terhadap faktor

oseanografi lainnya seperti arus dan klorofil a.

3)      Perlu dilakukan penelitian dengan musim yang berbeda supaya dapat terlihat penyebaran daerah

penangkapan ikan selama satu tahun.

=====================================================================

====

Lampiran:

Page 20: Pengaruh Suhu Permukaan Laut Terhadap Jumlah Dan Ukuran Hasil Tangkapan Ikan Cakalang Di Perairan Teluk Palabuhanratu Jawa Barat

SPL Pada Bulan Agustus

Page 21: Pengaruh Suhu Permukaan Laut Terhadap Jumlah Dan Ukuran Hasil Tangkapan Ikan Cakalang Di Perairan Teluk Palabuhanratu Jawa Barat

SPL Bulan September

Page 22: Pengaruh Suhu Permukaan Laut Terhadap Jumlah Dan Ukuran Hasil Tangkapan Ikan Cakalang Di Perairan Teluk Palabuhanratu Jawa Barat