PENGAWASAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ATAS …
Transcript of PENGAWASAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ATAS …
i
PENGAWASAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PENGHIMPUNAN
DAN PENYALURAN DANA ZAKAT PADA YAYASAN SOSIAL DITINJAU
DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG
PENGELOLAAN ZAKAT (Studi Pada Global Zakat)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Oleh
Richad Indra Cahya
11140460000034
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2021 M/1442 H
ii
PENGAWASAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ATAS
PENGHIMPUNAN DAN PENYALURAN DANA ZAKAT PADA
YAYASAN SOSIAL DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 23
TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT (Studi Pada Global
Zakat)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)
Oleh:
Richad Indra Cahya
11140460000034
Dosen Pembimbing
A.M. Hasan Ali, M.A.
NIP. 19751201 20050 1 005
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1442 H /2021 M
iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
Skripsi yang berjudul “Pengawasan dan Pertanggungjawaban Atas
Penghimpunan dan Penyaluran Dana Zakat Pada Yayasan Sosial Ditinjau dari
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat (Studi Pada
Global Zakat)” telah diajukan dalam sidang skripsi Fakultas Syariah dan Hukum
Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta pada Jumat, 9 Juli 2021. Skripsi ini telah diterima sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata Satu (S-1) pada
Program Studi Hukum Ekonomi Syariah.
Jakarta, 9 April 2021
Mengesahkan
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.Ag., S.H., M.H., M.A.
NIP: 19760807 200312 1 00 1
PANITIA UJIAN MUNAQASYAH
1. Ketua : A. M. Hasan Ali, M.A. (…………………….)
NIP. 19751201 200501 1 00 5
2. Sekertatis : Dr. Abdurrauf, Lc., M.A. (…………………….)
NIP. 19731215 200501 1 00 2
3. Pembimbing : A.M. Hasan Ali, M.A. (…………………….)
NIP. 19731215 200501 1 00 2
4. Penguji 1 : Ahmad Chairul Hadi, M.A. (…………………….)
NIP. 19720531 200710 1 00 2
5. Penguji 2 : Nurul Handayani, S.Pd., M.Pd.. (…………………….)
NIP. 19710113 199903 2 00 1
iv
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini Saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli Saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (S1) di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang Saya gunakan dalam penelitian ini telah Saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa hasil karya ini bukan hasil karya Saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 9 Juli 2021
Richad Indra Cahya
v
ABSTRAK
Ricahad Indra Cahya. NIM 11140460000034. PENGAWASAN DAN
PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PENGHIMPUNAN DAN
PENYALURAN DANA ZAKAT PADA YAYASAN SOSIAL DITINJAU
DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG
PENGELOLAAN ZAKAT (Studi Pada Global Zakat). Program Studi
Hukum Ekonomi Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. 1441/2020. vi + 50 halaman
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penghimpunan zakat di
Lembaga Amil Zakat (LAZ) yaitu yayasan Global Zakat. Pada awalnya yayasan
Global Zakat merupakan organisasi underbow dari Aksi Cepat Tanggap, namun
pada akhirnya sudah memisahkan diri secara utuh namun masih tetap bernaung
dalam satu payung organisasi kemanusiaan yang sama, yaitu Global Islamic
Philanthropy (GIP). Penerapan penghimpunan zakat oleh Global Zakat meliputi
mekanisme pengumpulan, pengelolaan dan pendistrib usian dana zakat.
Jenis penelitian pada penulisan skripsi ini menggunakan penelitian
deskriptif-kualitatif, berdasarkan pendekatan hukum empiris normatif serta
sumber data yang digunakan ialah data primer dan data sekunder. Dengan teknik
pengumpulan data berupa studi pustaka, studi lapangan dan studi dokumentasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penghimpunan zakat di Global
Zakat sudah sesuai dengan peraturan mengenai pengelolaan zakat yang berlaku di
Indonesia yaitu Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan
Zakat, meskipun masih ada kendala di beberapa aspek. Hal ini ditinjau dari
pelaksanaan di lapangan yang belum sepenuhya ideal.
Kata Kunci : Zakat, LAZ, Fiqih, Global Zakat, Undang-Undang
Dosen Pembimbing : A.M. Hasan Ali, M.A.
Daftar Pustaka : 1981 s.d 2020
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil „alamin, puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan curhatan rahmat dan kasih sayangnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini sebagai tanda akhir dari studi S1 yang penulis tempuh
dengan judul “Pengawasan dan Pertanggungjawaban Atas Penghimpunan dan
Penyaluran Dana Zakat Pada Yayasan Sosial Ditinjau dari Undang-undang
Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat (Studi Pada Global Zakat)”.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan
tanpa dukungan, do’a dan semangat dari berbagai pihak yang telah membantu dan
berkontribusi. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi terutama
kepada:
1. Bapak Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H, M.A, M.H. selaku Dekan
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak AM. Hasan Ali, MA., dan Bapak Dr. Abdurrouf, Lc., MA., selaku
Ketua dan Sekretaris Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terutama Bapak
Hasan Ali, yang sekaligus menjadi Dosen Pembimbing skripsi yang baik
dan penuh kesabaran dalam membimbing penulis
3. Seluruh Dosen Pengajar yang telah mendidik penulis dengan baik, ikhlas,
dan sabar serta dengan penuh dedikasi.
4. Kepada pihak Global Zakat, yang telah mau membantu penulisdalam
mengumpulkan data yang sangat berharga.
5. Keluarga tercinta, Bapak, Ibu, dan adik penulis yang selalu support secara
materi serta moril.
vii
6. Kawan-kawan yang telah banyak membantu dalam proses penyelesaian
skripsi penulis. Faa Izah yang sudah memberikan banyak literasi, Amaw
yang telah mengajarkan penulis mengamankan data di google drive, Bale
yang kosannya selalu menjadi tempat bernaung penulis, Ojan yang telah
meminjamkan Laptop dari BAB II. Devina yang sudah membantu penulis
mendapatkan data yang penting terkait lembaga. Serta Kemal, Rahman,
Naya, Sissy, Cika, adik-adik yang menemani dan mensupport penulis
dalam menyelesaikan skripsi.
Terima kasih atas semua dukungan yang telah diberikan oleh orang-orang
yang telah hadir di dalam kehidupan penulis, yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan
dukungan yang telah kalian berikan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa
skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, hal ini dikarenakan kurangnya
pengalaman serta pengetahuan yang dimiliki. Semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca
umumnya. Terima kasih.
Jakarta, Oktober 2020
Penulis
viii
DAFTAR ISI
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ................................................................ iii
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................................. iv
ABSTRAK ......................................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... vi
DAFTAR ISI.................................................................................................................... viii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG MASALAH ..................................................................... 1
B. IDENTIFIKASI, PEMBATASAN DAN RUMUSAN MASALAH .................. 5
1. Identifikasi Masalah ............................................................................................ 5
2. Pembatasan Masalah ........................................................................................... 5
3. Rumusan Masalah ............................................................................................... 5
C. TUJUAN PENELITIAN....................................................................................... 6
D. MANFAAT PENELITIAN .................................................................................. 6
1. Secara Teoretis .................................................................................................... 6
2. Secara Praktis ...................................................................................................... 6
E. KERANGKA TEORI DAN KONSEPTUAL ..................................................... 7
1. Kerangka Teori ................................................................................................... 7
2. Kerangka konseptual ........................................................................................... 8
F. METODE PENELITIAN ..................................................................................... 8
1. Metode penelitian ................................................................................................ 8
2. Pendekatan dan Jenis Penelitian ......................................................................... 8
3. Instrumen Pengumpulan Data ............................................................................. 9
4. Sumber Data ........................................................................................................ 9
5. Teknik Pengolahan Data ..................................................................................... 9
6. Teknik Penulisan ............................................................................................... 10
G. RANCANGAN SISTEMATIKA PENULISAN ............................................... 10
BAB II .............................................................................................................................. 12
LANDASAN TEORI TENTANG ZAKAT ................................................................... 12
A. Zakat .................................................................................................................... 12
B. Landasan Hukum Zakat .................................................................................... 19
C. Mekanisme Pengumpulan Zakat ....................................................................... 26
D. Review Studi Terdahulu...................................................................................... 29
ix
BAB III ............................................................................................................................. 31
GAMBARAN UMUM LEMBAGA GLOBAL ZAKAT ............................................. 31
A. Sejarah, Tujuan dan Struktur Organisasi ........................................................ 31
1. Sejarah Berdiri Lembaga .................................................................................. 31
2. Tujuan Organisasi ............................................................................................. 34
B. Kegiatan dan Program Kerja ............................................................................ 35
1. Legalitas Global Zakat ...................................................................................... 38
2. Daerah Distribusi .............................................................................................. 38
3. Mekanisme Berzakat di Global Zakat ............................................................... 38
BAB IV ............................................................................................................................. 40
ANALISIS PELAKSANAAN PENGHIMPUNAN DAN PENYALURAN ZAKAT DI
GLOBAL ZAKAT .......................................................................................................... 40
A. Analisis Mekanisme Penghimpunan dan Penyaluran Dana Zakat Pada
Glabal Zakat ................................................................................................................ 40
B. Analisis Pertanggungjawaban Penghimpunan Dana Pada Glabal Zakat ..... 44
BAB V .............................................................................................................................. 48
PENUTUP ........................................................................................................................ 48
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 48
B. Saran .................................................................................................................... 49
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta‟ala telah mewahyukan Islam
sebagai ajaran yang haq lagi sempurna untuk mengatur umat manusia
berkehidupan sesuai dengan fitrahnya sebagai khalifah di muka bumi, dengan
kewajiban mengabdikan diri semata-mata kehadiratnya. Pengabdian manusia
dalam konteks ini adalah keseimbangan antara ibadah vertikal (hablum
minallah) dan ibadah horizontal (hablum minannas).
Dalam perkara duniawi, keadilan sosial dan keadilan ekonomi harus
ditegakkan secara integral. Sifat manusia yang hanief (cenderung kepada
kebenaran) mengharuskan kita untuk selalu berpihak kepada kaum
mustadh‟afin (al-Qasas 28:5). Segala macam bentuk ketertindasan harus
dilawan diperjuangkan diperjuangkan haknya. Apabila terjadi ketimpangan
sosial, distribusi kesejahteraan tidak merata, maka wajib hukumnya bagi umat
Islam untuk saling membantu meringankan beban mereka. Karena disitulah
letak dari ukhuwah islamiyah (universal brotherhood) yang sesungguhnya.
Tolong-menolong antar sesama adalah perkara muamalah. Bencana
alam, kesenjangan sosial, sulitnya perekonomian dan problematika lainnya
merupakam masalah dalam skala global. Yang bisa dilakukan oleh kita adalah
membantu meringankan beban saudara kita.
Sebagai contoh, di tahun 2020 banyak sekali bencana yang menerpa
bangsa ini. Baik itu faktor alam atau ulah manusia. Korban bencana sangat
membutuhkan bantuan moril dan materil. Bahkan bencana yang cukup lama
dan meesahkan sepanjang tahun ini adalah pandemi COVID-19. Tidak hanya
menyerang aspek kesehatan, tapi aktivitas perekonomian dan sosial lainnya
juga ikut terhambat. Dalam menanggulangi masa krisis ini banyak
masyarakat baik itu perorangan ataupun kelompok secara kolektif melakukan
gerakan sosial demi membantu sesama. Kegiatan kemanusiaan seperti ini
2
biasa kita sebut dengan kegiatan philanthropy. Seluruh lapisan masyarakat
pun dapat memberi kontribusi seperti pakaian, makanan, atau yang paling
mudah dengan sumbangan uang.
Bantuan tersebut tidak mungkin bisa tersalurkan dengan baik tanpa
lembaga/organisasi yang bertugas mengakomodir dan mengalokasikannya.
Organisasi yang aktif dalam kegiatan sosial ini salah satunya Global Zakat.
Sama halnya dengan Aksi Cepat Tanggap (ACT), Global Zakat adalah
organisasi yang bergerak di bidang kemanusiaan dan bernaung di bawah
Global Islamic Philanthropy (GIP).
Negara kita selaku Negara hukum sudah berupaya untuk mengakomodir
kebutuhan ibadah sosial umat dengan baik. Di sini lah peraturan normatif
sangat dibutuhkan selain fiqih yang cabang syariat lainnya.
Dalam Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, pasal 675 ayat 1, zakat adalah
harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau lembaga yang dimiliki
oleh muslim untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya.1 Dana sosial
seperti zakat bukanlah sekedar urusan filantrofis-kedermawanan, namun juga
bersifat otoritatif-impulsif. Oleh karenanya, zakat harus memiliki kekuatan
hukum formal.2
Berdasarkan data statistik dari salah satu lembaga zakat menunjukan
bahwa terdapat kesenjangan yang cukup tinggi antara potensi zakat dengan
penghimpunan dana zakatnya yaitu jumlah mustahiq saat ini mencapai
20.098.315 sedangkan jumlah muzaki pada LAZNAS yaitu 154.894.3 Dari
data tersebut dapat dijelaskan bahwa meskipun potensi zakat besar yaitu bisa
mencapai 217 triliun per tahun namun BAZNAS hanya bisa menjaring 5
triliun untuk tahun 2017.4 Lalu di tahun 2019, Wahyu Kuncahyo selaku
direktur BAZNAS menuturkan bahwa potensi zakat se-Indonesia adalah 280
Triliun. Ini merupakan kenaikan yang cukup sigifikan. Indonesia memiliki
1 Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, Fokus Media; 2008, hal. 159
2 Yuke Rahmawati, Lembaga Keuangan Mikro Syariah, UIN Jakarta Press; 2013, hal. 60
3 Global Zakat, “Data Mustahiq dan Muzaki”, https://globalzakat.id, di akaes pada 15
Maret 2018. Pukul 00:22 4 Forum Zakat, “Target Dana Zakat”, https://forumzakat.org/blog/baznas targetkan
penghimpunan-zakat-mencapai-rp-10-miliar/, 8 April 2018, 16:00
3
229 juta penduduk muslim, terdiri dari 99% Sunni, 0,5% Syiah, dan 0,3%
Ahmadiyah.5 Dan data terakhir dari BAZNAS tahun 2019, jumlah muzakki
yang terdaftar sebanyak 23,5 juta jiwa.6 Meskipun ada penurunan semenjak
pandemi. Fenomena tersebut menjadi perhatian bagi Badan Amil Zakat,
Lembaga Amil Zakat maupun praktisi zakat lainnya untuk meningkatkan
kinerjanya dalam kegiatan fundraising sehingga dapat memaksimalkan
potensi zakat yang ada.
Perkembangan organisasi dan lembaga pengelola zakat dari tahun ke tahun
semakin meningkat seiring dengan peningkatan kualitas amilnya. Hal ini
berbanding lurus dengan pendapatan yang diperoleh lembaga pengelola zakat
dan tingkat kesadaran umat muslim dalam menunaikan kewajiban zakatnya.
Semakin banyak lembaga pengelola zakat bermunculan semakin banyak pula
dana masyarakat yang bisa dikelola. Tingkat profesionalitas dan kualitas
pelayanan sebuah lembaga pengelola zakat akan mempengaruhi banyak hal,
seperti tingkat kepercayaan masyarakat muslim kepadanya, tingkat perolehan
dana Zakat Infaq Sodaqoh (ZIS), tingkat kesadaran masyarakat dalam
menunaikan kewajiban membayar zakat dan yang paling penting adalah
tingkat kesejahteraan masyarakat.
Namun dalam realitanya, minat masyarakat untuk berzakat melalui LAZ
masih sedikit, hal ini karena dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu: (1)
Masyarakat Mempertimbangkan besar-kecilnya penghasilan meeka untuk
membayar zakat pada LAZ. Karena zakat saat ini masih dianggap sebagai
kewajiban ganda disamping pajak penghasilan yang hanya berfungsi sebagai
pengurang penghasilan kena pajak. (2) Faktor kepercayaan juga berpengaruh
positif terhadap minat masyarakat untuk membayar zakat melalui LAZ. Hal
ini menunjukan keputusan muzaki membayar zakat melalui LAZ ditentukan
oleh kredibilitas LAZ itu sendiri dalam meyakinkan muzaki tentang kinerja
mereka sebagai pengelola zakat. (3) Faktor ini adalah factor yang paling
menarik karena ternyata religiusitas berpengaruh positif terhadap minat
5 ibtimes.id/data-populasi-penduduk-muslim-2020-indonesia-terbesar-di-dunia, 06
November 2020, pukul 15:00 6 pid.baznas.go.id/statistic, 06 November, pukul 15:30
4
masyarakat dalam membayar zakat melalui LAZ. Dapat disimpulkan bahwa
kereligiusan seorang muzaki menentukan pembayaran zakat melalui LAZ.
Yaitu pengetahuan dan kesadaran akan pentingnya berzakat yang merupakan
salah satu dari rukun Islam yang harus ditaati. Faktor ini berkaitan dengan
tingkat pendidikan seseorang, terutama terkait pendidikan agama.7
Selain itu, hal yang permasalahan yang penulis sorot adalah terkait kasus
yang berkaitan dengan penyelewengan dana ummat seperti zakat, infaq,
shodaqoh kian merembak. Meskipun intensitas kasusnya tidak sebanyak
kasus pidana lainnya namun tetap saja hal ini cukup urgent karena
menyangkut kepercayaan ummat.
Perlu diperhatikan saat ini, jiwa sosial yang tinggi dari masyarakat tentu
harus diiringi dengan proses yang baik, sistem yang terstruktur, serta tata
kelola dana yang sesuai syariat. Dalam hal ini, harus ada kesesuaian dengan
fiqih zakat dengan undang-undang nomor 23 tahun 2011. Bagaimana sistem
pengawasan dalam pengumpulan dana zakat pada yayasan sosial seperti
Global Zakat? Dan bagaimana realisasi anggaran dalam tata kelolanya?
Berdasarkan uraian permasalahan yang telah penulis paparkan diatas,
maka penulis akan membahas masalah ini dengan mengangkat judul
penelitian “Pengawasan dan Pertanggungjawaban Atas Penghimpunan
dan Penyaluran Dana Zakat Pada Yayasan Sosial Ditinjau dari Undang-
undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat (Studi Pada
Global Zakat)”
7 Depokpos, “Minat Membayar Zakat pada Lembaga Amil Zakat”
http://www.depokpos.com/arsip/2017/08/minat-membayar-zakat-pada-lemabaga-amil-zakat/, 1
April 2018, 16:30
5
B. IDENTIFIKASI, PEMBATASAN DAN RUMUSAN MASALAH
1. Identifikasi Masalah
Dari pemaparan latar belakang masalah diatas, penulis akan
memaparkan segala aspek permasalahan yang dapat dikaji sebagai bahan
penelitian, antara lain :
1. Menjamurnya yayasan yang menawarkan produk zakat.
2. Keinginan masyarakat dalam memberi dana sosial dan
menyalurkannya pada lembaga cukup tinggi.
3. Terdapat beragam mekanisme pengumpulan dan penyaluran dana
zakat.
4. Terdapat urgensi dalam hal transparansi dana zakat pada yayasan
sosial.
5. Intensitas kepercayaan publik terhadap fungsi dan peran yayasan
sebagai penyalur dana zakat.
6. Mekanisme pengawasan pengelolaan yang sesuai dengan undang-
undang dan aturan syariah.
2. Pembatasan Masalah
Karena luasnya masalah yang dapat diidentifikasi pada latar
belakang masalah yang penulis angkat, perlu untuk membatasi masalah
agar penelitian ini dapat menjawab permasalahan yang ada. Maka dari
itu, penulis membatasi pembahasan tersebut hanya pada pengelolaan
dan penyaluran dana sosial zakat pada Global Zakat, sesuai dengan
fiqih zakat dan undang-undang nomor 23 tahun 2011 tentang
pengelolaan zakat.
3. Rumusan Masalah
Rumusan masalah tersebut penulis rinci dalam bentuk pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana pengawasan penghimpunan dan penyaluran dana
Glabal Zakat ditinjau dari fiqih zakat dan undang-undang nomor 23
tahun 2011 tentang pengelolaan zakat?
6
2. Bagaimana pertanggungjawaban penghimpunan dan penyaluran
dana Glabal Zakat ditinjau dari fiqih zakat dan undang-undang
nomor 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian penulis ini adalah menjawab seluruh pertanyaan yang
penulis uraikan di dalam rumusan masalah. Sesuai dengan permasalahan yang
telah dirumuskan di atas, maka penelitian ini bertujuan:
1. Untuk mengetahui pengawasan penghimpunan dan penyaluran dana
social Global Zakat ditinjau dari fiqih zakat dan undang-undang
nomor 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat.
2. Untuk mengetahui pertanggungjawaban penghimpunan dan
penyaluran dana sosial Global Zakat ditinjau dari fiqih zakat dan
undang-undang nomor 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Secara Teoretis
Mengetahui kualifikasi Global Zakat sebagai organisasi nirlaba yang
bergerak dalam isu kemanusiaan, serta memahami sistem pengelolaan
dana sosial sesuai undang-undang, hukum positif maupun syariah.
2. Secara Praktis
Diharapkan dapat bermanfaat dan bisa dijadikan bahan referensi
dalam mengelola dana zakat khususnya lembaga social secara
profesional sekaligus sebagai khazanah keilmuan dan keislaman terutama
dalam bidang muamalah, bagi peneliti, dan bagi pembaca pada
umumnya.
7
E. KERANGKA TEORI DAN KONSEPTUAL
1. Kerangka Teori
Kerangka teori dalam penelitian ini akan membahas mengenai
tinjauan-tinjauan teori yang memiliki kolerasi dengan judul skripsi yang
diangkat oleh penulis. Lalu melakukan tinjauan teori yang akan dibahas
mengenai ekonomi syariah. Penulis akan memaparkan tentang aturan
normatif yang sesuai dengan penghimpunan dan penyaluran dana sosial.
Baik dari segi hukum positif maupun syariah. Menggunakan tinjauan
kaidah fiqih untuk menyesuaikan akad terkait. Teori yang berkaitan
dengan penelitian ini di antaranya teori kesadaran hukum, teori kepatuhan
hukum, serta pengawasan hukum.
Menurut Sudiko, kesadaran hukum berarti kesadaran tentang apa yang
seyogyanya kita lakukan atau perbuat atau yang seyogyanya tidak kita
perbuat terutama terhadap orang lain. Kesadaran hukum merupakan
konsepsi dalam diri manusia tentang keserasian yang dikehendaki atau
sepantasnya.8 Kesadaran hukum berkaitan dengan kepatuhan hukum.
Kepatuhan hukum adalah kesadaran hukum yang disertai rasa takut akan
konsekuensi sanksi apabila melanggar hukum tersebut. Dalam praktik
penyelenggaraan hukum sering terjadi pertentangan antara keadilan dan
kepastian hukum. Karena konsepsi keadilan yang cenderung abstrak
sedangkan kepastian hokum adalah suatu prosedur normative yang sudah
ditetapkan secara formal.9
Selanjutnya, setelah pemaparan diatas, akan dikumpulkan beberapa
sumber data baik data primer maupun data sekunder yang berkaitan
dengan pengumpulan dan penyaluran dana sosial yang ada pada Global
Zakat.
8 Sudikno Mertokusumo, Meningkatkan Kesadaran Hukum Masyarakat, Edisi Pertama,
Yogyakarta; 1981, hal.3 9 Ellya Rosana, Kepatuhan Hukum Sebagai Wujud Kesadaran Hukum Masyarakat, Jurnal
TAPIs Vol. 10 No. 1; 2014
8
2. Kerangka konseptual
Kerangka konseptual akan menjelaskan beberapa konsep terkait
dengan istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini:
a. Hukum Ekonomi syariah, adalah disiplin ilmu pengetahuan
sosial yang mempelajari masalah-masalah muamalah dari
perspektif hukum (syariat).
b. Dana Sosial, Dana yang diperuntukkan kepada masyarakat yang
membutuhkan (misal: korban bencana, dhuafa, dll).
c. Akad, adalah menghubungkan suatu kehendak pihak satu dengan
yang lain. Yang menyebabkan adanya kewajiban untuk melakukan
suatu hal.
d. Zakat, adalah harta tertentu yang wajib dikeluarkan oleh orang
islam dan diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya.
F. METODE PENELITIAN
1. Metode penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normatif
empiris yang menitikberatkan pada penelitian terhadap asas dan kaidah
hukum positif dan syariah.
2. Pendekatan dan Jenis Penelitian
a. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif.
b. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah library research yang berarti
melakukan penelitian dengan cara mencari literatur-literatur yang
berupa bahan pustaka dan dokumen-dokumen yang berkaitan
langsung dengan masalah yang diteliti.
9
3. Instrumen Pengumpulan Data
Melakukan kegiatan pengambilan/pengumpulan data penelitian
yang dilakukan melalui sumber data dari sejumlah buku, dan dokumen-
dokumen lainnya yang mempunyai relevansi dengan tema penelitian.
4. Sumber Data
a. Data Primer
Merupakan data-data yang diperoleh dari sumber aslinya,
memuat segala keterangan-keterangan yang berkaitan dengan
penelitian ini. Sumber-sumber tersebut berupa Al-Quran, Hadist
dan Perundang-Undangaan, serta buku-buku yang berkaitan
dengan pengumpulan dan penyaluran dana sosial.
b. Data Sekunder
Untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan penulis
menggunakan metode kualitatif. Dengan mengumpulkan dan
menganalisis data-data yang diperoleh dan faktor-faktor yang
merupakan pendukung dan relevan terhadap objek yang diteltiti
sehingga dapat ditarik kesimpulan dari hal yang dijadikan objek
penelitian.
Data yang di klarifikasi maupun di analisis untuk
mempermudah dan menghadapkan pada pemecahan masalah.
Adapun metode analisis data yang digunakan dalam penulisan
skripsi ini adalah metode isi secara kualitatif. Dalam analisis ini,
semua yang dianalisis berupa teks. Analisis isi kualitatif
digunakan untuk menemukan, mengindentifikasi, dan menganalisi
teks atas dokumen untuk memahami, signifikansi dan relevansi
teks atau dokumen.
5. Teknik Pengolahan Data
Setelah mengumpulkan data berupa teori dibaca dengan
membandingkan dan mengamati dengan pengamatan konten analisis.
Sehingga ditemukan langkah strategis untuk menghindari berbagai risiko
yang mungkin timbul. Pengolahan data dan analisis dilakukan dengan :
10
a. Metode Deskriptif, yaitu dengan cara memaparkan data-data
yang ada secara apa adanya.
b. Analitis, setelah data dipaparkan secara deskriptif kemudian
dianalisis secara kualitatif.
6. Teknik Penulisan
Metode penulisan yang digunakan pada penelitian ini mengacu
kepada “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2017”.
G. RANCANGAN SISTEMATIKA PENULISAN
Penulisan penelitian ini dibagi dalam lima bab dan terurai secara garis
besarnya sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Merupakan pendahuluan, yang memuat latar belakang
masalah, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori dan
konseptual, serta metode dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Membahas konsep zakat, dari mulai pengertian zakat,
landasan hukum zakat, mekanisme pengumpulan zakat, dan
review studi terdahulu.
BAB III GAMBARAN UMUM GLOBAL ZAKAT
Dari latar belakang berdirinya, sejarah berdiri lembaga,
tujuan dan struktur organisasi, serta kegiatan dan program
kerja.
11
BAB IV PELAKSANAAN PENGHIMPUNAN DAN
PENYALURAN ZAKAT DI YAYASAN GLOBAL
ZAKAT
Dari pembahasan mengenai analisiS mekanisme
penghimpunan dan penyaluran zakat oleh Global Zakat,
kemudian analisis pertanggungjawaban penghimpunan
dana pada Global Zakat.
BAB V KESIMPULAN
Pada bab ini penulis akan menguraikan kesimpulan dari
hasil penulisan yang telah dilakukan pada Global Zakat,
serta memberikan saran atas permasalahan dari masalah
rumusan masalah yang telah dipaparkan.
12
BAB II
LANDASAN TEORI TENTANG ZAKAT
A. Zakat
1. Pengertian Zakat
Sebelum berbicara jauh tentang zakat dan seluk beluknya, mari kita
pahami secara general apa itu dana sosial. Dana sosial adalah dana yang
disimpan lembaga keuangan syariah untuk keperluan sosial.10
Meskipun
banyak juga lembaga independen lainnya yang bergerak di bidang social
namun untuk yang formal memang didominasi oleh lembaga yang
berlabel syariah. Sumber dana dapat berasal dari zakat, infaq dan sadaqah,
atau dari pendapatan non halal. Jadi peneliti hanya befokus pada satu
aspek dalam dana sosial yaitu zakat.
Pengertian zakat ada beberapa macam perspektif. Secara bahasa, zakat
berasal dari kata زاك - وكزی - زاكء. Dalam teks ini zakat artinya tumbuh,
suci, baik dan bertambah.11
Menurut Fariz Abdul Rohman, zakat berasal
dari kata zakka, tuzakki, tazkiyah. Zakka yang berarti murni atau suci,
tuzakki itu dibersihkan, dan tazkiyah artinya pembersihan. Tuzakki itu
majhul (kata kerja pasif), sedangkan tazkiyah adalah masdar.12
Maka zakat
bisa didefiniskan secara etimologis sebagai kegiatan ibadah sosial dalam
mensucikan harta yang lebih dan yang bukan haknya.13
Dan masih banyak
lagi definisi zakat baik secara kebahasaan maupun istilah atau
epistemologi. Dalam fikih zakat berarti sejumlah harta tertentu yang
diwajibkan Allah kepada umat Islam untuk diberikan kepada orang-orang
yang berhak.14
Harta tertentu yang dikeluarkan tersebut dinamakan zakat
karena dapat membersihkan harta, melebur dosa.
10
www.kamusbesar.com/dana-sosial, 6 Oktober 2020, 16:00 11
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: PT. Mahmud Yunus Wadzurriyyah),
h.156. 12
Wawancara dengan Fariz Abdul Rohman, S.E, Sy. 13
Hasbullah Bakry, Pedoman Islam di Indonesia, (Jakarta: UII Press, 1988), Cet. V, h.243. 14
Yusuf Qardhawi, Fiqhuz Zakat. Penerjemah Didin Hafidhuddin dan Hasanuddin. Hukum
Zakat, (Litera Antarnusa: Jakarta, 2001), cet. V, h.82.
13
Mazhab Syafi’i berpendapat bahwa zakat adalah sebuah ungkapan
untuk mengeluarkan harta yang dimiliki dengan syarat dan cara tertentu.
Sedangkan menurut mazhab Hambali, zakat ialah hak yang wajib
dikeluarkan dari harta tertentu dan untuk kelompok tertentu.15
Walaupun dalam mendefiniskan zakat banyak tejadi perbedaan redaksi
oleh para ulama. Tapi pada hakikatnya mereka sepakat bahwa zakat ialah
bagian dari harta dengan persyaratan tertentu yang Allah SWT wajibkan
kepada pemiliknya, untuk diserahkan kepada yang berhak menerimannya
dengan persyaratan tertentu.
2. Rukun dan Syarat Zakat
a. Rukun Zakat
Terdapat beberapa komponen yang menjadi inti dari pelaksanaan
zakat yaitu:16
1) Muzakki merupakan orang yang berkewajiban mengeluarkan zakat.
2) Mustahik merupakan orang yang berhak menerima zakat.
3) Amil merupakan pengurus zakat.
4) Harta yang dizakatkan.
b. Syarat Wajib Zakat
Zakat adalah kewajiban bagi umat Islam. Tapi dalam
pelaksanaannya ada beberapa syarat seseorang dibebani kewajiban
zakat, syarat tersebut meliputi:
1) Syarat harta yang wajib dizakati.
Dalam melaksanakan kewajiban zakat, Islam mengajarkan
prinsip keadilan dan keringanan, sehingga tidak membebani umat
Islam untuk melaksanakan sesuatu yang tidak mampu
dilaksanakannya. Yusuf Al-Qardhawi menguraikan syarat-syarat
harta yang wajib dizakati sebagai berikut:17
15
Wahbah Zuhaily, Fiqih Imam Syafi‟I, (Jakarta: Almahira, 2010), h.83. 16
Muhammad Umar, Pendayagunaan Zakat Untuk Usaha Produktif, (Jambi: Sulthan Thaha
Press), h. 24. 17
Yusuf Qardhawi, Fiqhuz Zakat. Penerjemah Didin Hafidhuddin dan Hasanuddin. Hukum
Zakat, (Litera Antarnusa: Jakarta, 2001), cet. V, h. 122.
14
a) Milik penuh.
Maksud dari milik penuh adalah harta yang dimiliki
seseorang harus berada di bawah kekuasaannya seutuhnya,
tidak tersangkut hak orang lain, dapat dipergunakan, dan dapat
diambil manfaatnya.
b) Berkembang.
Yang dimaksud harta yang berkembang adalah harta
yang memiliki potensi bertambah nilainya, terutama jika
dijadikan modal usaha. Seperti hasil pertanian, ternak, emas,
perak dan uang.
c) Cukup nisab.
Cukup nisab adalah jumlah minimum harta yang dapat
dikategorikan sebagai harta wajib zakat.
d) Lebih dari kebutuhan pokok.
Kebutuhan pokok merupakan kebutuhan minimal dalam
kehidupan sehari-hari. Apabila tidak bias memenuhi kebutuhan
pokok, maka harta tersebut tidak wajib zakat.
e) Berlaku setahun.
Persyaratan ini hanya berlaku pada kepemilikan harta
berupa ternak, uang dan harta dagang atau yang dikenal dengan
istilah “zakat modal”. Sedangkan hasil pertanian, buah-buahan,
madu, logam mulia, rikaz, dan harta lainnya seperti zakat
profesi tidak disyaratkan harus satu tahun.
2) Syarat orang yang wajib berzakat
Menurut kesepakatan para ulama, syarat orang yang wajib
berzakat adalah sebagai berikut:
a) Merdeka, yaitu kepada orang-orang yang bias bertindak bebas,
dan menurut kesepakatan ulama zakat tidak wajib bagi hamba
atau budak yang tidak memiliki hak milik.
b) Muslim. Menurut kesepakatan para ulama, zakat tidak wajib
bagi orang kafir karena zakat adalah ibadah mahdah yang
15
formil dalam islam. Sedangkan kafir bukanlah golongan
muslim maka tidak wajib menuaikan zakat.
c) Baligh dan berakal, adalah syarat wajib bagi orang yang
dibebani untuk mengeluarkan zakat. Baik secara langsung atau
dengan wali. Teteapi pemilik harta tidak mesti baligh dan
berakal. Oleh karena itu, kekayaan anak-anak dan orang gila
wajib dikeluarkan oleh walinya. Karena zakat adalah kewajiban
yang disangkutkan pada harta kekayaan.
3. Macam-Macam Zakat
Dalam ketentuan nash yaitu Al-Qur’an dan Hadist pada dasarnya
zakat terbagi menjadi dua macam yaitu zakat mal dan zakat fitrah. Untuk
lebih jelasnya berikut akan dijelaskan kedua macam zakat tersebut.
a. Zakat Mal (Harta)
Zakat Mal atau harta adalah bagian dari harta kekayaan
seseorang atau badan hukum yang wajib diberikan kepada orang-orang
tertentu setelah mencapai jumlah minimal tertentu dan setelah dimiliki
selama jangka waktu tertentu pula.18
Dalil wajibnya zakat mal adalah
surah At-Taubah ayat 103, yang terjemahannya sebagai berikut:
“Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan
menyucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya
doamu itu (menumbuhkan) ketenteraman jiwa bagi mereka. Allah
Maha Mendengar, Maha Mengetahui.”
Dengan diwajibkannya zakat mal diharapkan umat Islam dapat
mengeluarkan sebagian harta yang diperoleh untuk menunaikan
kewajiban zakat. Jenis-jenis harta yang wajib dikeluarkan zakat
berdasarkan syariat Islam pada dasarnya ada empat jenis, yaitu
18
Farida Prihatini, dkk, Hukum Islam da n Zakat Wakaf Teori dan Prakteknya di Indonesia,
(Jakarta: Papas Sinar Sinanti), h.52.
16
tanaman-tanaman dan buah-buahan, hewan ternak, emas, dan perak
serta harta perdagangan.19
b. Zakat Nafs (Fitrah)
Zakat fitrah atau nafs adalah zakat yang diwajibkan kepada
setiap umat Islam, kecil atau dewasa, laki-laki atau perempuan, budak
atau merdeka yang mempunyai harta berlebih dari biaya kebutuhan
hidupnya dihari lebaran.20
Dengan diwajibkannya zakat fitrah
diharapkan pada hari raya itu kebutuhan fakir miskin terpenuhi serta
merasakan bahwa di hari raya itu masyarakat tetap memperhatikannya.
4. Penerima Zakat (Mustahik)
Syariat Islam telah menetapkan bahwa yang berhak menerima zakat
terdiri atas delapan golongan seperti yang telah dicantumkan di dalam
Surah At-Taubah ayat 60 yang berbunyi sebagai berikut:
مل ين عليہا وٱلمؤلفة قلوبہم ـ كين وٱلع ـ ت للفقراء وٱلمس ـ دق إنما ٱلص
ن ٱل ة وٱبن ٱلسبيل رض رين وى سبيل ٱل ـ قاب وٱلغ وى ٱلر
عليم حڪيم )٠٦( وٱلArtinya : Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang
fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang
dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang
berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam
perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (Q.S. At - Taubah: 60)
Dari ayat tersebut jelas bahwa Allah dengan tegas menunjukkan
kepada umat Islam kemana zakat itu harus disalurkan. Hal ini
mengingatkan manusia agar mereka memberikan harta zakat itu kepada
orang yang berhak menerimanya, yaitu21
:
19
Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2007), Cet. ke-3, h.35. 20
Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, (Jakarta: UI Press, 1988)
h.40. 21
Wahbah Zuhailiy, Fiqih Imam Syafi‟I, Almahira, Jakarta; 2010, h. 477-478.
17
a. Fakir, yang dimaksud dengan fakir ialah orang yang tidak mampu
mencakupi kebutuhan hidupnya serta tidak mempunya pekerjaan yang
layak.
b. Miskin, yaitu orang yang mempunyai harta namun tidak mencukupi
biaya hidup diri dan keluarga yang wajib dinafkahi, namun hanya
menutupi sebagian kebutuhannya.
c. Amil Zakat (Pengurus Zakat), ialah orang yang diangkat oleh
pemerintah untuk mengurus zakat.
d. Mualaf adalah orang-orang yang masih lemah niatnya dalam memeluk
Islam, maka seorang pemimpin perlu membujuk hatinya dengan
sesuatu pemberian untuk menguatkan keislamannya dengan pemberian
sebagian zakat itu diharapkan orang-orang yang setaraf dengannya ikut
masuk Islam.
e. Riqab (memerdekakan budak), yaitu budak yang dijanjikan
kemerdekan oleh majikannya dengan membayar sejumlah uang
tertentu.
f. Ghaarrimin (orang-orang yang berhutang), adalah orang-orang yang
mempunyai hutang yang dipergunakan untuk perbuatan yang bukan
untuk maksiat, dan tidak memiliki apa-apa untuk membayar hutang
tersebut.
g. Fi Sabilillah, menurut jumhur ulama adalah membelanjakan dana
zakat untuk orang-orang yang berperang dan petugas-petugas penjaga
perbatasan atau untuk jihad.
h. Ibnu Sabil, adalah orang yang sedang dalam perantauan atau
perjalanan untuk melaksanakan suatu hal yang baik dan bukan untuk
melaksanakan maksiat. Namun, didalam perjalanan kehabisan bekal
untuk biaya hidup atau pulang ke tempat asalnya.
18
5. Tujuan zakat
Sebagai pokok ajaran agama atau ibadah, zakat mengandung tujuan
dalam pelaksanaannya. Adapun tujuan zakat itu adalah sebagai berikut:22
a. Membantu, megurangi, dan mengangkat kaum fakir miskin dari
kesulitan dan penderitaan mereka.
b. Membantu memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh al-
gharrimin, ibnu sabil, dan para mustahiq lainnya.
c. Membina dan merentangkan tali persaudaraan sesama umat manusia.
d. Mengimbangi ideologi kapitalisme dan komunisme.
e. Menghilangkan sifat kikir dari pemilik kekayaan dan penguasa modal.
f. Menghindarkan penumpukan kekayaan perorangan yang dikumpulkan
diatas penderitaan orang lain.
g. Mencegah semakin dalamnya jurang pemisah antara si kaya dan si
miskin.
h. Mengembangkan tanggung jawab perorangan terhadap kepentingan
masyarakat.
i. Mendidik kedisiplinan dan loyalitas seorang muslim untuk
menjalankan kewajibannya dan menyerahkan hak orang lain.
6. Manfaat zakat
Zakat juga mengandung manfaat baik yang bersifat rohaniah
maupun filosofis, diantara manfaat zakat tersebut adalah:23
a. Zakat sebagai manifestasi rasa syukur dan pernyataan terima kasih
hamba kepada Allah SWT yang telah menganugerahkan rahmat dan
nikmat-Nya berupa kekayaan.
b. Zakat mendidik manusia membersihkan rohani dan jiwanya dari sifat
bakhil, kikir, dan sebaliknya mendidik manusia menjadi dermawan,
pemurah, latihan disiplin dalam menunaikan kewajiban dan amanah
kepada yang berhak dan berkepentingan.
22
Departemen Agama, Pedoman Zakat 9 Seri, (Jakarta: Proyek Pembinaan Zakat dan Wakaf,
1991), h. 183-184. 23
Nasruddin Razak, D ienul Islam, (Bandung: PT. Al Ma’arif, 1996), h. 193.
19
c. Dalam struktur ekonomi Islam, sistem zakat menunjukan bahwa sifat
perjuangan Islam selalu berorientasi pada kepentingan kaum dhuafa
(kaum lemah).
d. Ajaran zakat menunjukkan bahwa kemiskinan adalah musuh yang
harus dilenyapkan karena kemiskinan salah satu sumber kejahatan dan
kekufuran.
e. Zakat menghilangkan perbedaan-perbedaan sosial yang tajam, dapat
menjadi alat untuk menghilangkan jurang pemisah antara orang-orang
kaya dan orang-orang miskin.
B. Landasan Hukum Zakat
Dalam undang-undang nomor 23 tahun 2011, pasal 1 ayat 2
menjelaskan bahwa zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang
muslim atau badan usaha untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya
sesuai dengan syariat islam. Dalam Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah BAB
II tentang Ketentuan Umum Zakat, pasal 676 termaktub bahwa zakat wajib
bagi setiap orang atau badan dengan syarat-syarat sebagai berikut:
a. Muslim
b. Mencapai nishab dengan kepemilikan sempurna walaupun sifat
harta itu berubah disela-sela haul.
c. Memenuhi syarat satu haul bagi harta-harta tertentu.
d. Harta itu tidak bergantung pada penggunaan seseorang.
e. Harta itu tidak terikat oleh utang sehingga menghilangkan
nishab
f. Harta bersama dipersamakan dengan harta perseorangan dalam
hal mencapai nishab.24
Dalam undang-undang nomror 23 tahun 2011 juga dipaparkan secara
gamblang tentang bagaimana pengelolaan dan pendistribusian zakat yang
sesuai dengan norma yang belaku.
24
Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, Fokus Media; 2008, h. 160
20
Menurut pasal 2 undang-undang zakat, pengelolaan zakat memiliki
beberapa asas, diantaranya:
a. syariat Islam;
b. amanah;
c. kemanfaatan;
d. keadilan;
e. kepastian hukum;
f. terintegrasi; dan
g. akuntabilitas.
BAZNAS merupakan lembaga yang berwenang melakukan tugas
pengelolaan zakat secara nasional. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana
tersebut, BAZNAS menyelenggarakan fungsi:
a. perencanaan pengumpulan, pendistribusian, dan
pendayagunaan zakat;
b. pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan
pendayagunaan zakat;
c. pengendalian pengumpulan, pendistribusian, dan
pendayagunaan zakat;
d. pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolaan
zakat.
BAZNAS melaporkan hasil pelaksanaan tugasnya secara tertulis
kepada Presiden melalui Menteri dan kepada Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun.25
1. Lembaga Amil Zakat
Dalam undang-undang nomor 23 tahun 2011, BAB 1 pasal 1 ayat 8
menjelaskan bahwa Lembaga Amil Zakat yang selanjutnya disingkat LAZ
adalah lembaga yang dibentuk masyarakat yang memiliki tugas membantu
pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.26
25
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat 26
Yuke Rahmawati, Lembaga Keuangan Mikro Syariah, UIN Jakarta Press; 2013, h. 76
21
Terkait pelaporan terhadap BAZNAS, setiap Lembaga Amil Zakat
memeiliki regulasi sebagaimana diatur dalam undang-undang nomor 23
tahun 2011 pasal 29:
1. BAZNAS kabupaten/kota wajib menyampaikan laporan pelaksanaan
pengelolaan zakat, infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya
kepada BAZNAS provinsi dan pemerintah daerah secara berkala.
2. BAZNAS provinsi wajib menyampaikan laporan pelaksanaan pengelolaan
zakat, infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya kepada
BAZNAS dan pemerintah daerah secara berkala.
3. LAZ wajib menyampaikan laporan pelaksanaan pengelolaan zakat, infak,
sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya kepada BAZNAS dan
pemerintah daerah secara berkala.
4. BAZNAS wajib menyampaikan laporan pelaksanaan pengelolaan zakat,
infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya kepada Menteri secara
berkala.
5. Laporan neraca tahunan BAZNAS diumumkan melalui media cetak atau
media elektronik.
6. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaporan BAZNAS kabupaten/kota,
BAZNAS provinsi, LAZ, dan BAZNAS diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
Menurut Fatwa MUI Nomor 08 tahun 2011, Amil zakat adalah
sesorang atau sekelompok orang yang diangkat oleh Pemerintah untuk
mengelola pelaksanaan ibadah zakat, atau sekelompok orang yang
dibentuk oleh masyarakat dan disahkan oleh Pemerintah untuk mengelola
pelaksanaan zakat.27
Ada pun syarat seseorang menjadi amil zakat adalah sebagai
berikut:
a. Beragama Islam
b. Mukallaf
c. Amanah
27
Fatwa MUI Nomor 08 tahun 2011 tentang Amil Zakat
22
d. Memiliki ilmu pengetahuan tentang hukum-hukum
e. Zakat dan hal lain yang terkait dengan tugas amil zakat
Amil zakat bertugas untuk penarikan/pengumpulan zakat yang
meliputi pendataan wajib zakat, penentuan objek wajib zakat, besaran
nishab zakat, besaran tarif zakat, dan syarat-syarat tertentu pada masing-
masing objek wajib zakat. Pemeliharaan zakat yang meliputi inventarisasi
harta, pemeliharaan, serta pengamanan harta zakat dan pendistribusian
zakat yang meliputi penyaluran harta zakat agar sampai kepada mustahiq
zakat secara baik dan benar, dan termasuk pelaporan.
Kemudian terkait kelembagaan, pembentukan LAZ wajib
mendapat izin Menteri atau pejabat yang ditunjuk ileh Menteri. Dalam
pasal 18 ayat 2 undang-undang nomr 23 tahun 2011 tentang pengelolaan
zakat, izin yang sebagaimana dimaksud hanya diberikan apabila
memenuhi persyaratan paling sedikit:
a. terdaftar sebagai organisasi kemasyarakatan Islam yang mengelola
bidang pendidikan, dakwah, dan sosial
b. berbentuk lembaga berbadan hukum
c. mendapat rekomendasi dari BAZNAS
d. memiliki pengawas syariat
e. memiliki kemampuan teknis, administratif, dan keuangan untuk
melaksanakan kegiatannya
f. bersifat nirlaba
g. memiliki program untuk mendayagunakan zakat sebagai
kesejahteraan umat
h. bersedia diaudit syariat dan keuangan secara berkala28
2. Teori Mengenai Hukum Zakat
a. Teori Kesadaran Hukum
Di dalam ilmu hukum dikenal adanya pendapat mengenai
kesadaran hukum. Ada yang merumuskan bahwa kesadaran hukum
28
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolan Zakat
23
merupakan satu-satunya sumber dari hukum dan kekuatan
mengikatnya hukum, serta keyakinan hukum individu dalam
masyarakat yang merupakan kesadaran hukum individu adalah dasar
atau pokok terpenting dari kesadaran hukum masyarakat. Selain
ketaatan hukum, kesadaran hukum merupakan satu hal yang paling
penting dan mendasar. Tentusangat menentukan efektivitas
pelaksanaan hukum atau perundang-undangan dalam masyarakat.
Menurut Krabbe, kesadaran hukum merupakan kesadaran atau
nilai-nilai yang terdapat di dalam diri manusia, tentang hukum yang
ada atau tentang hukum yang diharapkan ada.29
Jadi dalam konteks
nyata adalah bagaimana seorang mengetahui tentang batasan dalam
lingkungan sosialnya. Tentang larangan, anjuran, hukuman, dan
instrumen hukum lainnya.
Sedangkan menurut tokoh lain, Soerjono Soekanto, mengatakan
bahwa kesadaran hukum merupakan persoalan nilai-nilai dan konsepsi-
konsepsi abstrak yang terdapat dalam diri manusia, tentang keserasian
antara ketertiban dan ketentraman yang dikehendaki atau
sepantasnya.30
Dilihat dari narasi tersebut memang tak lepas dari latar
belakang Soerjono yang berkutat di bidang sosiologi. Maka tentu saja
variabel kesadaran hukum menurutnya tak lepas dari aspek sosiologis.
Kesadaran hukum mempunyai beberapa konsep, di antaranya
adalah konsep mengenai kebudayaan hukum. Hal ini mengandung
ajaran kesadaran hukum yang lebih banyak mempermasalahkan
kesadaran hukum yang dianggap sebagai mediator antara hukum
dengan perilaku manusia, baik secara kolektif maupun individual.
Kesadaran hukum menurut Scholten adalah kesadaran yang ada
pada setiap manusia tentang apa itu hukum atau apa seharusnya hukum
itu, suatu kategori tertentu dari hidup kejiwaan kita dengan mana kita
29
Achmad Ali dan Wiwie Heryani, Menjelajahi Kajian Empiris Terhadap Hukum. Jakarta:
Kencana; 2012, h.. 141 30
Marwan Mas, Pengantar Ilmu Hukum. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia; 2014, h. 88
24
membedakan antara hukum (recht) dan tidak hukum (onrecht), antara
yang seyogyanya dilakukan dan tidak seyogyanya dilakukan.31
Menurut Laica Marzuki tentang kesadaran hukum adalah
bagaimana titik tolak dari pemahaman yang memandang bahwa
kesadaran hukum merupakan bagian alam kesadaran manusia. Hanya
pada manusia yang berada dalam kondisi kesadaran yang sehat serta
adekuat (compos menitis) dapat bertumbuh dan berkembang
penghayatan kesadaran hukum. Kesadaran hukum bukan bagian dari
alam ketidaksadaran manusia, meskipun pertumbuhannya dipengaruhi
oleh naluriah hukum.32
Kesadaran hukum ada dua macam menurut Achmad Ali, yaitu:
1. Kesadaran hukum positif, identic dengan ketaatan hokum
2. Kesadaran hukum negative, identic dengan ketidaktaatan
hukum.33
Kesadaran hukum yang dimiliki masyarakat belum tentu menjamin
bahwa masyarakat tersebut. Misalkan dengan contoh tentang
pengendara di lalu lintas. Seorang pengendara, dia sadar akan
peraturan lalu lintas bahwa lampu merah berarti berhenti. Akan tetapi
karena dia merasa tidak ada polisi yang berjaga di daerah tersebut
maka ia memutuskan untuk menerbos dan lanjutkan perjalanan.
Kejadian seperti itu banyak kita temui di kehidupan sehari-hari.
Kita tahu dan sadar akan hukum yang berlaku, namun untuk mematuhi
atau tidak menjadi keputusan masing-masing.
Dalam konteks penelitian ini, kita tahu bahwa zakat adalah
perintah wajib ditunaikan yang disandingkan dengan tegakkan shalat.
Umat muslim mesti sadar akan hal tersebut. Akan tetapi dalam
31
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada; 2002, h.
215 32
Laica Marzuki, Siri, Bagian Kesadaran Hukum Rakyat Bugis Makassar. Hasanuddin
University Pres; 1995, h. 152 33
Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan
(Judicialprudence) Termasuk Interpretasi Undang-Undang (Legisprudence). Jakarta: Kencana.
Cet 4; 2012, h. 298
25
kenyataan di lapangan (das sein) banyak yang masih acuh dan tidak
menunaikan zakatnya meskipun orang tersebut tergolong wajib zakat.
Sedangkan secara kelembagaan, tiap-tiap Lembaga Amil Zakat
wajib melakukan pengelolaaan dan memberikan laporan terkait dana
zakat yang didistribusikan, karena hal tersebut sudah diatur dalam
undang-undang, terlebih kalau kita merujuk kepada sistem yang
hirarkis.
b. Teori Kepatuhan Hukum
Patuh itu berarti taat, tunduk, dan turut. Mematuhi berarti menaati
atau menuruti. Kepatuhan berarti ketaatan untuk menuruti sesuatu atau
seseorang. Jadi, dapat dikatakan bahwa kepatuhan hukum adalah
keadaan seseorang warga masyarakat yang tunduk patuh dalam satu
aturan main (hukum) yang berlaku.
Kepatuhan hukum adalah ketaatan pada hukum, dalam hal ini
hukum yang tertulis. Kepatuhan atau ketaatan ini didasarkan pada
kesadaran. Hukum dalam hal ini hukum tertulis atau peraturan
perundang-undangan mempunyai pelbagai macam kekuatan, yaitu
kekuatan berlaku atau rechtsgeltung.
Kalau suatu undang-undang memenuhi syarat-syarat formal
atau telah mempunyai kekuatan secara yuridis, tetapi secara sosiologis
dapat diterima oleh masyarakat, kondisi itu disebut kekuatan berlaku
secara sosiologis. Masih ada kekuatan berlaku yang
disebut filosofische rechtsgetung, yaitu apabila isi undang-undang
tersebut mempunyai ketiga kekuatan berlaku sekaligus.
Di dalam konteks kepatuhan hukum, ada sanksi positif dan
negatif. Ketaatan merupakan variabel tergantung yang didasarkan
kepada kepuasan diperoleh dengan dukungan sosial. Menurut Satjipto
Rahardjo, ada tiga faktor yang menyebabkan masyarakat mematuhi
hukum:
1. Kepatuhan (compliance), yaitu harapan akan suatu imbalan
dan usaha untuk menghindarkan diri dari hukuman yang
26
mungkin timbul apabila seseorang melanggar ketentuan
hukum. Ada pengawasan yang ketat terhadap kaidah
hukum tersebut.
2. Identifikasi (identification), yaitu bila kepatuhan terhadap
kaidah hukum ada bukan karena nilai intrinsiknya,
melainkan agar keanggotaan kelompok tetap terjaga serta
ada hubungan baik dengan mereka yang diberi wewenang
untuk menerapkan kaidah-kaidah hukum tersebut.
3. Internalisasi (internalization), yaitu bila seseorang
mematuhi kaidah-kaidah hukum karena secara intrinsik
kepatuhan tadi mempunyai imbalan. Isinya sesuai dengan
nilai nilainya dari pribadi yang bersangkutan.
Kepatuhan merupakan sikap yang aktif yang didasarkan atas motivasi
setelah ia memperoleh pengetahuan. Dari mengetahui sesuatu, manusia sadar,
setelah menyadari ia akan tergerak untuk menentukan sikap atau bertindak.
Oleh karena itu, dasar kepatuhan itu adalah pendidikan, kebiasaan,
kemanfaatan, dan identifikasi kelompok. Karena pendidikan, kebiasaan,
kesadaran akan manfaat, dan identifikasi dirinya dalam kelompok, manusia
akan patuh.34
C. Mekanisme Pengumpulan Zakat
Dalam pengelolaan zakat, infaq, dan shodaqoh (ZIS), Pengumpulan
dan pendistribusian zakat merupakan dua hal sama pentingnya. Namun al-
Qur’an lebih memperhatikan masalah pendistribusiannya. Hal ini mungkin
disebabkan pendistribusian mencakup pula pengumpulan.
Di Indonesia pengelolaan zakat terbagi ke dalam dua jenis yaitu Badan
Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ). Struktur organisasi BAZ
dan LAZ biasanya disusun berdasarkan pada kebutuhan spesifik masing-
34
https://www.proxsisgroup.com/apa-itu-kepatuhan-hukum-compliance-iso-
19600/2020/06/02
27
masing.35
Dalam hal ini penulis akan memaparkan bagaimana pengelolaan
zakat menurut fiqih dan pengelolaan menurut undang-undang.
1. Pengelolaan Menurut Fiqih
Zakat pada awal sejarahnya ditangani sendii oleh Rasul
SAW dengan mengirim para petugasnya untuk menarik zakat
dari mereka yang ditetapkan sebagai pembayar zakat, lalu
dicatat, dikumpulkan, dirawat, dan akhirnya dibagikan kepada
yang berhak menerima zakat.36
2. Pengelolaan Menurut Undang-undang
Pada tanggal 23 September tahun 1999 presiden B. J
Habibie mengesahkan undang-undang Republik Indonesia No.
28 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat. Secara garis besar
UU tersebut memuat aturan tentang pengelolaan dana zakat di
samping itu juga dan infaq dan shodaqoh yang terorganisir
dengan baik , transpaan dan professional dilakukan oleh amil
yang resmi ditunjuk oleh pemerintah. Apabila tejadi kelalaian
atau kesalahan dalam pencatatan akan dikenakan sanksi bahkan
masuk tindak pidana, sehingga memungkinkan harta zakat akan
terhindar dari bentuk-bentuk penyelewengan yang tidak
bertanggung jawab dan jenis-jenis harta yang dikenakan zakat
yang belum ada pada zaman Rasulullah yaitu “zakat hasil
pendapatan dan jasa” yang sering disebut dengan zakat profesi.
Selanjutnya di dalam undang-undang tersebut diatur tentang
ordonansi pembayaran zakat serta pajak. Atinya, bagi
masyarakat yang telah membayar zakat, maka pembayaran
35
Yumrohatul Khasanah, “Mekanisme Penghimpunan dan Pendistribusian Dana Zakat,
Infaq, Shadaqah (ZIS) Untuk Anak Yatim Piatu Pada Divisi Sosial Baitul Maal di KJKS BMT
Muamalat Limpung”, Semarang; 2015, h. 29 36
KH. Ali Yafie, “Menggagas Fiqih Sosial dan Soal Lingkungan Hidup, Asuransi Hingga
Ukhuwah”, Bandung: Mizan; 1994, h. 233-234
28
pajaknya adalah dikurangi sejumlah zakat yang telah
dibayarkan.
Organisasi pengelolaan zakat dilakukan amil zakat yang
dibentuk oleh pemerintah baik itu oleh pemerintah pusat
ataupun pemerintah daerah. Pemerintah pusat membentuk
badan amil zakat nasional yang berkedudukan di provinsi,
kabupaten atau kota dan kecamatan.37
Untuk menimbulkan rasa percaya masyarakat terhadap amil, maka
amil pun harus benar-benar diseleksi sesuai dengan persyaratan yang diungkap
al-Qardhawi. Dalam UU 23 tahu n 2011 pasal 11 tentang pengelolaan zakat,
syarat menjadi amil zakat adalah sebagai berrikut:
1. Warga Negara Indonesia
2. Beragama Islam
3. Bertaqwa kepada Allah SWT
4. Berusia minimal 40 tahun
5. Sehat jasmani dan rohani
6. Tidak menjadi anggota partai politik
7. Memiliki kompetensi di bidang pengelolaan zakat
8. Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana kejahatan
yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 tahun38
Pengelolaan Zakat oleh lembaga zakat yang memiliki hukum formal
ada beberapa keuntungan diantaranya:
1. Untuk menjamin kepastian dan disiplin dalam membayar Zakat
2. Untuk menjaga perasaan para mustahiq zakat apabila berhadapan
langsung untuk menerima zakat dari para muzaki
3. Untuk mencapai efisiensi dan efektivitas serta sasaran yang tepat
4. Untuk memperlihatkan syi’ar islam39
37
Undang-undang no. 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat Pasal 6 38
Sifudin Zuhri, Zakat di Era Reformasi ( Tata Kelola Baru ) Undang-undang Pengelolaan
Zakat No 23 Tahun 2011, Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. h. 53 39
Didin Hafiduddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, Jakarta: gema Insani Press,
2002, h. 126.
29
D. Review Studi Terdahulu
Penelitian terdahulu merupakan acuan dalam sebuah penelitian, penelitian
terdahulu dapat berfungsi sebagai pembanding antara penelitian yang sedang
dibuat dengan penelitian-penelitian sebelumnya.
Studi yang pertama adalah Jurnal Zakat; Ketentuan dan Pengelolaannya.
Dalam penelitian ini, dibahas secara general bagaimana pengelolaan zakat.
Dari pengertian, dasar hukum, syarat zakat, serta aspek lainnya.
Persamaannya adalah menggunakan tema umum yang sama yaitu tentang
zakat. Namun yang membedakan, inti dari yang diangkat dalam karya ilmiah
tersebut adalah zakat deposito dalam pandangan fiqih.
Berikutnya adala skripsi, oleh Santi Dwi Pertiwi tahun 2009 dengan judul
“Zakat Profesi dan Cara Pengeluarannya Menurut Fiqih”. Pada penelitian
tersebut memeang membahas bagaimana mekanisme pengelolaan zakat.
Namun lebih spesifik kepada zakat profesi, serta bagaimana cara
pengambilannya untuk di alokasikan kepada yang membutuhkan menurut
perspektif fiqih.
Selanjutnya adalah skripsi yang ditulis oleh Rahmat Hidayat tahun 2016
dengan judul “Analisis Pengelolaan Zakat di Badan Amil Zakat (BAZ)
Kabupaten Kulonprogo”. Persamaan penelitian ini adalah membahas tentang
pengelolaan zakat. Bedanya lembaga yang diteliti adalah Badan Amil Zakat.
Dan yang ditinjau adalah efektifitasnya. Sedangkan peneliti membahas
tinjauan normatif serta pengawasan dari pengelolaan zakat tersebut. Yang
menjadi pembeda utama adalah analisis ini ditlihat dari perspektif ilmu
dakwah dan komunikasi.
Kemudian skripsi karya oleh Nur Atikah Tahun 2017 dengan judul
”Optimalisasi Strategi Pengelolaan Zakat Sebagai Sarana Mencapai
Kesejahteraan Masyarakat”. Dalam penelitian ini dibahas tentang strategi
pengelolaan zakat yang beragam. Dan lembaga yang diteliti adalah BAZNAS
(Badan Amil Zakat Nasional).
30
Persamaan penelitian ini dan yang akan penulis angkat adalah sama-sama
membahas tentang Pengelolaan zakat. Yang menjadikan perbedaan adalah
dalam penelitian ini hanya dibahas tentang efektifitas pendistribusian
BAZNAS Kabupaten Maros dalam mensejahterakan masyarakat Maros. Jadi
cakupannya tidak terlalu jeneral secara georafis dan administratif
Lalu skripsi oleh Fitria tahun 2016 dengan judul “Pengelolaan Zakat pada
Masjid Kota Palembang Ditinjau dari Ekonomi Islam”. Dalam penelitian ini
dibahas tentang pengelolaan zakat secara umum, dari syarat sampai hikmah
dan manfaat zakat.
Persamaan penelitian ini adalah sama-sama mencakup zakat dan
pengelolaannya, namun hanya ditinjau dari perspektif ekonomi Islam saja.
Sedangkan peneliti membahas dari segi hukum ekonomi syariah yang sudah
pasti bicara tentang aturan (hukum) baik dari konvensional maupun syariah.
Kemudian skripsi yang disusun oleh Devina Yunisa dengan judul
“Transparansi Pengelolaan Zakat Menurut Undang – Undang Nomor 14
Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik”, tahun 2020. Dalam
penelitian ini, objek lembaga yang dikaji memang sama, yaitu Global Zakat.
Meskipun masuk dalam lingkup yang sama, namun variabel penelitian yang
diambil berbeda. Skripsi yang disusun oleh Devina befokus pada transparansi
pengelolaan, dimana aspek normatif yang dipakai adalah undang-undang
tentang Keterbukaan Informasi Publik (no. 14 tahun 2008). Sedangkan di sini
penulis berusaha fokus pada aspek normatif tentang pengelolaan zakat itu
sendiri yaitu undang-undang nomor 23 tahun 2011.
31
BAB III
GAMBARAN UMUM LEMBAGA GLOBAL ZAKAT
A. Sejarah, Tujuan dan Struktur Organisasi
1. Sejarah Berdiri Lembaga
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan
dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah
amat berat siksa-Nya. “ (Q.S. Al Maidah: 2)
Ayat ini bisa menjadi pedoman kita untuk senantiasa
melakukan kebaikan dan saling tolong menolong kepada sesama.
Apalagi saat ini, bencana alam, peperangan, dan lainnya yang yang
terjadi di belahan bumi membuat banyak saudara-saudara kita
menjadi korbannnya. Untuk itu, melalui sebuah lembaga filantropi
yang terpercaya, agaknya aksi tolong menolong kita bisa
disalurkan dengan baik kepada saudara-saudara kita dengan
amanah dan diatur dengan baik.
Dalam hal ini, peneliti berfokus pada organisasi
kemanusiaan yang bergerak dalam bidang zakat yaitu Global
Zakat. Sebagai lembaga amil zakat yang terbilang cukup baru,
kelahiran Global Zakat tidak bisa dipisahkan dari pioneer
utamanya yaitu Aksi Cepat Tanggap (ACT).
Aksi Cepat Tanggap adalah lembaga filantropi Islam yang
mempunyai banyak program kemanusiaan untuk menyalurkan
donasi masyarakat kepada mereka, saudara-saudara kita yang
membutuhkan.40
Meskipun secara kolektif, ACT adalah bagian
dari GIP (Global Islamic Philanthropy). Perkumpulan Global
Islamic Philanthropy beranggotakan ACT, Global Zakat, Global
40
https://www.gomuslim.co.id/read/korporasi/2017/08/19/5189/aksi-cepat-tanggap-act-
ini-langkah-pasti-lembaga-kemanusiaan-care-for-humanity-.html, 23 September 2020, 17:45
32
Wakaf dan Global Qurban.41
Namun keterikan organisasi ini tidak
secara hirarkis.
Aksi Cepat Tanggap (ACT) secara resmi diluncurkan
secarah legal sebagai yayasan yang bergerak di bidang social
kemanusiaan pada tanggal 21 April 2005. Organisasi yang
didirikan oleh Drs. Ahyudin dan kawan-kawan ini
mengembangkan aktivitasnya untuk memperluas karya, mulai dari
kegiatan tanggap darurat, program pemulihan pasca bencana,
pemberdayaan dan pengembangan masyarakat, serta program yang
berbasis keagamaan seperti qurban, waqaf, dan zakat seperti yang
akan dibahas dalam karya tulis ini.42
ACT mendapat dukungan dari
donator publik dari masyarakat yang memiliki kepedulian tinggi
dan kepekaan sosial terhadap masalah kemanusiaan serta
partisipasi perusahaan melalui Corporate Social Responsibility
(CSR).
Sebagai bagian dari akuntabilitas keuangannya, ACT secara
rutin memberikan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit
oleh Akuntan Publik kepada donatur, pemangku kepentingan
lainnya, dan dipublikasikan melalui media massa.43
ACT mentransformasi dirinya menjadi lembaga
kemanusiaan global dengan jangkauan aktivitas yang lebih luas
terhitung semenjak tahun 2012. Dalam skala local ACT
mengembangkan jejaring ke semua provinsi baik dalam bentuk
jaringan relawan dalam wadah MRI (Masyarakat Relawan
Indonesia) maupun dalam bentuk jaringan kantor cabang ACT.
Jangkauan ACT sekarang sudah mencapai 30 provinsi dan
100 kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Pada skala global, ACT
mengembangkan jaringan dalam bentuk representative person
sampai menyiapkan kantor ACT di luar negeri. Jangkauan global
41
www.linkedin.com/in/syuhelmaidi-syukur-09a85738 3 Oktober 2020, 01:30 42
https://initu.id/amp/biografi-ahyudin-presiden-act, 23 September 2020, 17:45 43
https://news.act.id/berita/13-tahun-wtp-tanpa-jeda, 11 Februari 2020, 18:28
33
ACT sudah sampai ke 64 negara di kawasan Asia Tenggara, Asia
Selatan, Indocina, Timur Tengah, Afrika, dan Eropa Timur.
Wilayah kerja ACT diawali dengan keikutsertaan dalam setiap
tragedi kemanusiaan di berbagai belahan dunia seperti bencana
alam, kelaparan, kekeringan, konflikdan peperangan, termasuk
penindasan terhadap kelompok minoritas berbagai Negara.44
Pada mulanya memang Global Zakat berkoordinasi dengan
ACT, namun resmi memisahkan diri secara structural pada milad
ke-14 yang jatuh pada 21 April 2019. Ada etape penting di tahun
tersebut. Tokoh utamanya sudah berganti. Brand utamanya pun
berganti. ACT tetap ada, tapi yang memayungi adalah Global
Islamic Philanthropy (GIP).
ACT sebagai organisasi kemanusiaan, disandang pemimpin
baru: Ibnu Khajar. Organisasi ini tengah berubah. Tantangan
problema kemanusiaan kian sarat, bukan kian ringan. Perubahan
ini diharapkan bisa menyesuaikan tantangan itu. Pergantian ini
menawarkan penyegaran. Ada karakter yang terus dikuatkan:
karakter penguatan nilai. Bukan hebat dalam kecanggihan ilmiah
(meski ilmiah tak boleh diabaikan). Yang ajek, bersama ACT tak
lalai mengasah dan menguatkan nilai. "Nilai" adalah istilah yang
abstrak, tetapi tidak sulit dimengerti. ACT hadir mengasah dan
menguatkan nilai. Lini-lini kerja di ACT menempatkan pentingnya
membangun nilai, hal yang utama.
Tokoh-tokoh utama ACT, Ahyudin bersama Syuhelmaidi
Syukur dan N. Imam Akbari sebagai Dewan Pendiri (sebelumnya,
Syuhelmaidi dan Imam Akbari sebagai Senior Vice
President ACT). ACT manajemen baru, memaksimalkan ikhtiar
penguatan nilai, tidak akan melalaikan itu. Sebelum berganti
44
https://news.detik.com/berita/d-4163413/act-raih-penghargaan-peradaban-gib-awards-
2018, 11 Februari 2020 20.38
34
pimpinan, ACT menekadkan untuk ganti kuadran ke Penanganan
Kemiskinan. Justru ini akan dikuatkan pada waktu mendatang.
Untuk selanjutnya, pemunculan lembaga Global Islamic
Philanthropy (GIP), lembaga ini mencoba mematok cabaran baru:
ranah global. Bukan gagah-gagahan sama sekali. Ini ikut teladan
Rasulullah, yakni menjadikan hari berikutnya lebih baik dari hari
ini. Seperti pernah saya sampaikan sebelumnya, yang tak kalah
pentingnya, berpikir tentang pewarisan menjadi hal yang tak
pernah lalai digurat kuat dalam proses transformasi nilai.
Hanya lembaga yang berpikir membangun nilai, yang
serius membincang bagaimana hendak mewariskan nilai. Menyebal
dari ikhtiar ajek menjalani waktu, Global Zakat dan ACT tak
hendak membiarkan orang-orangnya diam membiarkan proses itu
berlangsung begitu saja. Karena itu, ada GIP (Global Islamic
Philanthrophy), dan ada pergantian pemimpin. "Latihan" ACT di
ranah global, sudah lama, saatnya dijalankan dan dikembangkan.
2. Tujuan Organisasi
Tujuan yang jelas merupakan aspek yang penting dalam
suatu organisasi. Meskpun sudah setara kedudukannya dengan
ACT dan bernaung di bawah Global Islamic Philanthropy (GIP),
secara detail memang belum ada visi-misi yang terstruktur dari
Global Zakat. Ada pun tujuan organisasi Global Zakat selaras
dengan yang dijabarkan dalam Visi-Misinya sebagai berikut:
Visi
Menjadi lembaga pengelola zakat berbais kedermawanan,
kerelawanan yang tidak hanya berfokus pada pengentasan
kemiskinan.
35
Misi
a) Mengkonsolidasi dan mengkoordinasikan seluruh
potensi philanthropy khususnya zakat yang ada di
Indonesiamaupun dunia.
b) Mengkonsolidasi dan mengkoordinasikan seluruh
potensi kedermawanan yang ada di Indonesia
maupun di dunia.
c) Mengkonsolidasi dan mengkoodinasikan seluruh
potensi kerelawanan yang ada di Indonesia maupun
di dunia.
Meskipun Global Zakat terlahir dari ACT namun visi dan
misinya berbeda. Untuk memenuhi aspek legalitas dan menunjukan
kemandiriannya sebagai Lembaga Amil Zakat yang resmi maka
pembedaan seperti ini meupakan suatu keharusan, atau lebih
tepatnya pengembangan dari Global Zakat itu sendiri.45
Dari paparan visi dan misi tersebut sangat jelas bahwa
tujuan dan cakupan Global Zakat cukup luas. Dan tentunya banyak
divisi yang dibutuhkan untuk menunjang program kerja organisasi.
Dalam hal ini penulis terfokus pada divisi yang mengakomodir
pengelolaan zakat saja. Bagaimana detailnya akan dijelaskan pada
pembahasan berikutnya.
B. Kegiatan dan Program Kerja
Pada awalnya, ACT membuat otonomi khusus untuk mempermudah
pengelolaan dana zakat, yaitu dengan Global Zakat. Dan akhirnya pada tahun
lalu Global Zakat telah resmi berpisah dari ACT sebagai underbow dan
menjadi setara kedudukannya di bawah payung GIP. Global Zakat selalu
berkontribusi dalam bencana, baik fase darurat maupun fase pemulihan
dengan memberikan beberapa program. Program yang dilakukan antara lain
45
Wawancara Devina Yunisa Astari dengan Bapak Syahrul Mubaraq, Manajer LAZ
Global Zakat pada 27 Juli 2020.
36
Program Emergency Rescue, Program Emergency Relief, Program Emegency
Medic, dan Program Recovery Fisik, Recovery Ekonomi dan Recovery Sosial.
Aksi kemanusiaan yang dilakukan berorientasi amal dengan memberdayakan
sumberdaya lokal. Namun sejauh ini memang dalam melaksanakan kegiatan
kemanusiaan tersebut selalu berkolaborasi dengan ACT. Tidak bisa dipungkiri
bahwa nama yang lebih dahulu terkenal adalah ACT jadi tidak ada salahnya
bahwa Global Zakat mendompleng nama lewat kolaborasi tersebut.
Indonesia merupakan negara yang mayoritas penduduknya beragama
Islam, yaitu dengan prosentase 87.18% dari 237.641.326 jiwa.46
Dengan
kelebihan tersebut, Indonesia memiliki potensi untuk mensejahterakan
masyarakat yang kekurangan melalui zakat yang diwajibkan bagi umat
muslim karena Islam menganjurkan agar setiap individu mencapai taraf hidup
yang layak di dalam masyarakat.
Global Zakat didukung oleh jejaring aksi kemanusiaan nasional dan
internasional. Global Zakat memposisikan diri secara nondiskriminatif, netral
objektif dengan mengutamakan transparansi dan akuntabilitas publik.
Program Global Zakat
Global Zakat menawarkan kepada masyarakat program-program pilihan
yang memudahkan untuk menunaikan zakat. Global zakat juga menawarkan
program-program pilihan yang memudahkan mustahiq (penerima zakat) serta
muzakki (pemberi zakat). Global Zakat cukup efektif dalam menyokong
kinerja ACT sebagai lembaga yang bergerak di bidang kemanusiaan.
Terhitung hingga saat ini sudah ada sekitar 20.098.315 mustahiq dan 154.894
muzaki.
Adanya Global Zakat ini tentu sangat membantu masyarakat sekaligus
ACT secara kelembagaan. Menjadikannya lebih efektif dan efisien terhadap
pengumpulan dan pengelolaan zakat.
Program Global Zakat diselenggarakan secara kreatif, inovatif, produktif,
dan transparan. Menginisiasi perubahan sosial mustahiq mulai dari
46
Badan Pusat Statistik, “Jumlah Penduduk Beragama Islam”, https://sp2010.bps.go.id, 6
Maret 2018, 18:35
37
melengkapi kebutuhan paling dasar manusia. Di antaranya melalui pangan
untuk negeri, kartu peduli pangan, food truck, beasiswa bintang terang,
beaguru, bantuan kesehatan, dan layanan pendampingan ekonomi.
Tahun 2020 ini Global Zakat berfokus pada aspek pendidikan, di
antaranya:
a. Sahabat Guru Indonesia
Fokus dari program ini adalah guru-guru yang bertugas di pelosok
Indonesia. Yang seperti kita ketahui bahwa keberadaan guru di
sana dipandang sebelah mata dan sangat banyak kendala materil
khususnya. Padahal pendidikan itu adalah hak yang wajib dipenuhi
bagi penerus bangsa. Fakta di lapangan, 1.070.622 guru honorer
masih terus berjuang dalam ketidak pastian.47
Sebagian besar guru
honorer ini yang memiliki gaji di bawah UMR (Upah Minimum
Rata-rata) atau bahkan tidak dibayar sama sekali selama berbulan-
bulan. Sebagai contoh, seorang guru honorer di Banten dibayar Rp
300.000 per bulan dan dibayarkan setiap 3 bulan sekali. Tentu hal
tersebut tidak sebanding dengan apa yang telah diberikan oleh guru
honoer tersebut, baik secara moril ataupun materil. Maka hadirnya
program Sahabat Guru Indonesia yang mendukung guru honorer
yang ada di pelosok Indonesia sebagai bentuk dukungan terhadap
pendidikan anak bangsa. Untuk implementasi kegiatan ini tentunya
tidak keluar dari 8 ashnaf dalam penyaluran zakat, program ini
masuk ke segmen fakir-miskin, dan fii sabilillah.
b. Sahabat Da’i Indonesia
Sahabat Da’i Indonesia mempunyai tujuan untuk mengirimkan
para da’i untuk mengemban amanah menyebarkan syariat islam.
Terlebih karena Negara kita merupakan mayoritas umat muslim
namun hampir separuh tak menjadikan al-Qur’an sebagai pedoman
hidupnya. Hal tersebut dikarenakan minimnya kemampuan baca
47
“SAHABAT GURU INDONESIA - Global Zakat,”
https://www.globalzakat.id/program/detail/TepianNegeri, diakses Oktober 2020
38
tulis Qur’an. Walau demikian banyak saudara muslim tanah air
yang buta al-Qur’an ini sebenarnya memiliki keinginan untuk
mempelajari Islam namun terbatas akses menuju ilmu tersebut.
Global Zakat berfokus untuk mengirim para da’i ke pelosok
daerah, terutama di kampong-kampung mu’allaf.
Pengimplementasian Sahabat Da’i Indonesia ini merupakan
penyaluran zakat 8 ashnaf yaitu mualaf.48
1. Legalitas Global Zakat
Global Zakat telah memiliki Surat Keputusan sebagai Lembaga
Amil Zakat Nasional dengan SK. LAZNAS GLOBAL ZAKAT :
SK. Menteri Agama RI No. 731 Tahun 2016.
2. Daerah Distribusi
Pengalaman panjang ACT mengelola isu kemanusiaan
dubia berbasis kedermawanan dan kerelawanan masyarakat global
di 33 negara, membuat Global Zakat turut menjadi LAZNAS yang
menjangkau berbagai batas Negara. Global Zakat turut menjanglau
implementasi ke-34 provinsi di Indonesia. Dalam jangkauan
global, Global Zakat akan memprioritaskan implementasi untuk
negara-negara yang dilanda kerawanan pangan, kemiskinan akibat
bencana alam, dan konflik kemanusiaan.
3. Mekanisme Berzakat di Global Zakat
Muzaki cukup menekan tombol “Mulai Zakat”, kemudian
mengikuti petunjuk yang tertulis. Dan kita bisa juga menghitung
harta wajib zakat pada kolom kalkulator zakat yang ada di laman
resmi global zakat, globalzakat.id.49
Dalam situasi yang tak terduga seperti musibah pandemi
yang masih berlangsung sampai saat ini, Global Zakat sangat
membantu dalam kemudahan berzakat. Seperti bulan Ramadhan
lalu, nyaris sepanjang perjalanan ibadah puasa masyarakat tak
48
“SAHABAT DAI INDONESIA - Global Zakat,”
https://www.globalzakat.id/program/detail/BengkelGiziTerpadu, 8 Oktober 2020 49
https://www.globalzakat.id/tentang/faq (diakses pada 26 Agustus 2020, pukul 23.30)
39
terlepas dari ancaman pandemi Covid-19 yang bisa menyerang
kapan saja tanpa terlihat. Namun, pelaksanaan ibadah tak berubah,
termasuk kewajiban membayar zakat fitrah.
Di sisi lain, anjuran untuk di rumah saja terus diimbau.
Untuk itu, Global Zakat-ACT menawarkan berbagai kemudahan
bagi muzaki untuk menunaikan zakat tanpa perlu ke luar rumah
melalui program Zakat Care Line. Zakat Anda juga dapat
ditunaikan melalui Zakat Drive Thru dan Mobil Zakat.
Kemudahan berzakat juga ditunjukkan dengan adanya
layanan jemput zakat lewat Zakat Rider. Di samping itu, terdapat
pula Zakat Drive Thru yang memungkinkan muzaki membayar
zakat dengan cepat tanpa turun dari kendaraan.
Dalam prosesnya, layanan Zakat Drive Thru tersedia di
lingkungan kantor ACT dan lokasi-lokasi strategis, Jaksel-Jaktim-
Jakpus, Jakbar: Permata Boulevard Business SQR lainnya.
Tangerang Raya: Kompleks Perkantoran Ciputat Indah Permai, dan
daerah Banten.
Layanan penerimaan dana zakat juga semakin lengkap
dengan adanya Mobile Zakat yang berkeliling ke berbagai titik
untuk memudahkan warga menunaikan ibadah wajib ini. Setiap
armada Mobile Zakat terdapat konsultan zakat yang dapat
membantu masyarakat untuk menjelaskan fiqih zakat dan cara
menghitung zakat, serta program-program kemanusiaan lainnya.50
50
https://www.idntimes.com/news/indonesia/editor-idn-creative/cara-act-berikan-
kemudahan-berzakat-csc/3 (diakses pada 26 Agustus 2020, pukul 23.50)
40
BAB IV
ANALISIS PELAKSANAAN PENGHIMPUNAN DAN PENYALURAN
ZAKAT DI GLOBAL ZAKAT
A. Analisis Mekanisme Penghimpunan dan Penyaluran Dana Zakat Pada
Glabal Zakat
Berdasarkan rumusan masalah yang dibahas oleh penulis, kesesuaian
dalam peraturan normatif dan aspek fiqih zakat juga menjadi tolok ukur dalam
kajian ini. Seperti yang kita ketahui bahwa dalam suatu produk dari lembaga
yang memiliki label syariah atau kegiatan muamalah lainnya, pasti
menggunakan kaidah-kaidah yang merujuk pada sumber hukum islam. Dan
tidak menutup kemungkinan juga di era kontemporer ini dalam kegiatan
muamalah bisa menggunakan satu atau lebih akad.
Kemudian mengenai aspek normatif, tentunya sebagai negara hukum
yang mengadopsi sistem civil law perlu adanya positifisasi hukum islam
(syariah). Menjadikan prinsip-prinsip keagamaan ke dalam bentuk hukum
positif adalah mekanisme yang wajib dilakukan demi mengakomodir
kepentingan umat.
Global Zakat menjalankan mekanisme penghimpunan zakat
berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan
zakat, peraturan mengenai mekanisme penghimpunan tersebut dijelaskan pada
pasal 21 hingga pasal 24. Agar mekanisme penghimpunan zakat profesi
tersebut berjalan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang ada,
yayasan ACT membuat program khusus yaitu membentuk Global Zakat yang
menjadi semacam underbow dari yayasan ACT.
Selanjutnya, pelaksanaan program kerja khusus tersebut, didukung
oleh pemerintah dengan dikeluarkannya SK. Menteri Agama RI No. 731
Tahun 2016 tentang ketetapan Global Zakat sebagai salah satu Lembaga Amil
Zakat yang resmi. Dan terhitung semenjak tahun 2019 lalu Global Zakat sudah
split dan menjadi setara dengan ACT itu sendiri. Karena sudah ada badan yang
menaungi beberapa organisasi kemanusiaan tersebut yaitu Global Islamic
Philanthropy (GIP).
41
Dalam praktik di lapangan, tentu di era kontemporer seperti ini akad
pada zakat ini tdak melulu kaku atau konvensional. Terlebih di masa pandemi
yang dimulai semenjak awal 2020 lalu, sangat memungkinkan ijtihad
bagaimana pengelolaan, baik dari akad hingga metode pendistribusian.
Di Indonesia, terdapat kebiasaan penandaan serah terima zakat melalui
lafadz ijab dan kabul, kemudian diakhiri dengan bersalaman antara pembayar
zakat dan amil zakat atau para mustahiq (penerima zakat).
Lafaz ijab sendiri merupakan lafaz yang dinyatakan dalam ungkapan
penyerahan. Dan lafaz kabul adalah kalimat yang dinyatakan dalam ungkapan
penerimaan.
Setelah ijab diucapkan oleh pembayar zakat, kemudian diterima
melalui lafadz kabul, biasanya penyerahan zakat diakhiri dengan salaman
antara pembayar zakat dan penerima atau amil zakat.
Biasanya lafaz ijab zakat dinyatakan sebagai berikut: "Saya berzakat
fitrah sebanyak nominal tertera, yang wajib bagi diri saya pada tahun ini
karena Allah ta'ala," yang kemudian disambut oleh penerima atau amil zakat
dengan lafaz kabul, "Saya terima zakatnya sebanyak nominal tertera yang
wajib bagi diri tuan pada tahun ini karena Allah ta'ala.” Lafadz "bagi diri
saya" ini akan berganti sesuai dengan pembayar zakat. Jika ia membayarkan
zakat untuk dirinya sendiri dan keluarga, maka diganti dengan lafaz bagi
orang-orang yang ia wakilkan juga. Demikian juga lafadz kabul dari penerima
atau amil zakat.
Namun, pengucapan lafadz ijab dan kabul yang diakhiri dengan
salaman itu sebenarnya tidak wajib dilakukan. Hal ini dikarenakan ijab kabul
dan salaman tidak termasuk syarat sah zakat. Hal ini sebagaimana tercantum
dalam Panduan Zakat Praktis yang diterbitkan Kementerian Agama Republik
Indonesia. Dalam Islam, syarat sah zakat hanya ada dua, yakni niat dan tamlik.
Konteks pengumpulan zakat memang berbeda-beda sesuai dengan
jenisnya. Tapi contoh tersebut bisa menyadarkan masyarakat muslim
khususnya di Indonesia nahwa terkait fiqih, dan keluaran fatwanya sangat
fleksibel (tidak kaku). Apabila kondisi sedang genting, maka di situlah
keringanan/kemudahan diberikan. Kurang lebih seperti itu lah implementasi
fiqih di era kontemporer.
42
Terlebih setelah mewabahnya pandemi COVID-19 yang terjadi
sepanjang tahun 2020 hingga sekarang membuat proses pengumpulan dan
pengelolaan zakat menjadi minim kontak fisik, terutama seperti formalitas
salam (jabat tangan) pada ijab qabul. Ini tentu bukan menjadi persoalan yang
substansial, masyarakat hanya perlu menyesuaikan kebiasaan.
Global Zakat pun juga sudah lebih dahulu peka terhadap metode
seperti itu, semisal dengan program drive thru-nya. Jadi secara kaidah fiqih
sudah sesuai dan tidak ada aspek yang bertentangan.
Lembaga Amil Zakat pada umumnya membagi 3 (tiga) aspek
pengelolaannya, yaitu mengoordinassi pemasukan zakat, bagaimana
pengelolaan yang berkaitan dengan sistem, dan bagaimana cara dalam
implementasi dana zakat.51
Pengelolaan zakat di Global Zakat pun dilakukan dengan 3 cara yaitu:
1. Mengkoordinasi Dana Zakat
Global Zakat memaksimalkan potensi yang ada dengan
melakukan pengumpulan zakat secara online maupun offline. Hal
tersebut dilakukan dengan mengedukasi masyarakat tentang
bagaimana pentingnya menunaikan zakat, meski hanya 2,5% dari
harta yangdimiliki. Apabila seluruh umat muslim menunaikan
zakat secara tertib dan penuh kesadaran maka hampir pasti
kesejahteraan kolektif dapat diraih. Bisa dilihat contohnya seperti
zaman kepemimpinannya Umar bin Abdul Aziz, kesejahteraan
merata sampai kas Negara pun surplus.
Pengumpulan zakat yang dilakukan dengan cara yang
praktis dan efisien sesuai dengan kebutuhan zaman. Baik online
ataupun offline boleh saja asalkan bisa dipertanggung jawabkan.
Tidak bisa dipungkiri bahwa kemajuan teknologi pun mesti seiring
dengan kesadaran menunaikan kewajiban agama (ibadah). Zaman
sekarang transaksi apapun serba digital. Maka pembayaran zakat
boleh juga menggunakan e-commerce. Menurut Hasanuddin A.F.,
Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), zakat yang
51
Wawancara Devina dengan Bapak Syahrul Mubaraq, Manajer Global Zakat pada 27
Juli 2020
43
dibayarkan secara online bisa memudahkan ummat dalam
menunaikannya, Zakat yang memudahkan muzaki untuk
menyalurkan zakatnya tentu sah dan tidak dijadikan masalah secara
hukum. Namun tentunya lembaga amil zakat tetap harus
bertanggung jawab dalam menyalurkan zakat para muzaki
walaupun melalui online.52
2. Pengelolaan Zakat
Global Zakat mengelola dana zakat secara jelas dan
professional, standar akuntansi dalam system keuangannya, dan
keuangannya diolah dengan tim yang sudah terpercaya kualitasnya.
Karena dana zakat yang terkumpul ini semua pengelolaan dan
distribusinya harus ketat dan tidak boleh meleset hitungannya demi
menjaga kepercayaan publik juga. Terkait akad yang digunakan
juga sudah sesuai dengan fiqih zakat dan undang-undang nomor 23
tahun 2011. Semuanya sudah sesuai aturan dan selaras dengan
program yang sedang berjalan di Global Zakat.
3. Implementasi Dana Zakat
Global Zakat dalam hal ini memiliki tim khusus yaitu tim
distribusi dana zakat dari program-program yang telah
dikeluaarkan. Contohnya di saat pendemi seperti ini yang
dibutuhkan seperti food truck, humanity care line, Sahabat UMI
(Usaha Mikro Indonesia), Sahabat Guru Indonesia dan Sahabat
Da’I Indonesia. Dari tim khusus ini akan mengantarkan bantuan-
bantuan zakat dari para muzakki kepada mustahik.53
Global Zakat memberikan informasi yang transparan
terhadap publik, dengan melaporkan segala kegiatan
pendistribusian zakat melalui media sosial seperti instagram,
Youtube, dan website resmi. Dari dulu memang Global Zakat dan
Aksi Cepat Tanggap selalu dikenal dengan aksi kongkrit yang
52
Regita Cahya Gumilang,”Tinjauan Hukum Islam Terhadap Keabsahan Pembayaran
Zakat Yang Dilakukan Secara Online yang Berafiliasi Dengan Baznas Menurut Imam Syafi‟I”,
(Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum Vol. 26 No. 7, Februari 2020). h.934. 53
Devina Yunisa, “Transparansi Pengelolaan Zakat Menurut Undang – Undang Nomor
14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik”, (Jakarta: skripsi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah, 2020) h. 45
44
dilakukannya, dan selalu menjadi garda terdepan dalam hal
kemanusiaan dan menjadi perantara yang amanah bagi para muzaki
dengan para penerimanya.
Berdasarkan hasil analisa penulis bisa disimpulkan bahwa
kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana pada Global Zakat
sudah sesuai dengan fiqih zakat dan sesuai dengan implementasi
dari Undang-undang Nomor 23 tahun 2011 Tentang Pengelolaan
Zakat. Dan terkait keterbukaan informasi dana yang terkumpul
serta dana yang tersalurkan bisa di lihat di laman globalzakat.id.
B. Analisis Pertanggungjawaban Penghimpunan Dana Pada Glabal Zakat
Mekanisme pengelolaan dana zakat yang dilakukan oleh Global Zakat,
bisa disimpulkan bahwa pertanggungjawabannya sudah cukup baik dan
transparan. Namun tidak semua indikatornya terpenuhi seperti yang termaktub
dalam pasal 29 Undang-undang nomr 23 tahun 2011 tentang pengelolaan
zakat.
Untuk pelaporan berkala, Global zakat hanya dilakukan secara kolektif
di situs resminya. Laporan kepada pemerintah daerah, serta kepada Menteri
juga tidak dilakukan sebagaimana termaktub dalam UU Zakat Pasal 29 ayat 3
dan 4. Namun untu Pasal 29 ayat 5 dan 6 sudah sesuai dalam pelaksanaannya.
Berarti, dalam konteks normatif ini Global Zakat masih ada bebebrapa hal
yang belum dijalankan secara konsekuen serta linear dengan UU pengelolaan
zakat.
Dalam program Global Zakat seperti yang penulis paparkan di bab
sebelumnya, ada beberapa jenis zakat yang dikumpulkan oleh Global Zakat di
antaranya: Zakat Maal, Zakat Profesi, Zakat Fitrah, Zakat Peternakan dan
Pertanian, Zakat Perniagaan, dan Zakat Hadiah. Kemudian dari hasil
pengumpulan dan pengelolaan dana zakat tersebut disalurkan dengan 2 (dua)
program Global Zakat di bab sebelumnya sudah mencakup beberapa dari
keseluruhan ashnaf zakat, diantaranya fakir-miskin, fii sabilillah, dan
mu’allaf.
45
Berdasarkan data statistik dari BAZNAS, penyaluran dana zakat yang
terakumulasi tahun lalu seperti yang digambarkan oleh diagram berikut:
Dari grafik di atas bisa kita lihat bahwa sektor yang diambil oleh
program Global Zakat cukup besar yaitu di aspek sosial dan kemanusiaan.
Dan 3 (tiga) ashnaf yang menjadi fokus utama: fii sabilillah, mu‟allaf, dan
fakir miskin tidak luput dari irisan tersebut.
Global zakat memberikan laporan pertanggungjawabannya kepada
BAZNAS, sebagaimana tercantum di pasal 19 Undang-undang Nomor 23
Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat bahwa LAZ wajib melaporkan
pelaksanaan, pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat yang
telah diaudit kepada BAZNAS secara berkala.54
Data yang terpublikasikan
juga sudah berupa tabel dan grafik yang sudah final dan kolektif.
Selain itu, dokumentasi yang transparan di setiap kegiatan dan
platform sosial media yang dimiliki Global Zakat menjadikan variabel yang
baik demi menjaga kepercayaan masyarakat.
54
Wawancara dengan Devina Yunisa pada tanggal 13 Oktober
Gambar: Bidang Penyaluran Zakat 1
46
Berdasarkan analisa penulis, dari 26 Lembaga Amil Zakat Nasional
yang terdaftar, secara kuantitatif maka sekitar Rp. 31.318.257.368 kontribusi
rata-rata Global Zakat di ashnaf fii sabilillah dari 59,7 % keseluruhan LAZ
nasional pada tahun 2019. Mu‟allaf tersalurkan Rp. 887.581.818 dari 60,1%
dari keseluruhan LAZ nasional. Serta ashnaf yang tersalurkan kepada fakir
miskin rata-rata sebesar Rp. 89.140.027.829 dari 51% LAZ nasional.
Meskipun peneliti tidak menggunakan metode kuantitatif tapi dari
pemaparan data yang direkap oleh BAZNAS tersebut sudah cukup menjadi
representatif pengelolaan zakat yang transparan serta sistematis. Meskipun
dari data tersebut tidak bisa dikatakan seimbang, tapi paling tidak efektivitas
pengumpulan zakat yang dilakukan oleh Lembaga Amil Zakat, dalam hal ini
adalah Global Zakat sudah cukup baik.
Transparansi pengelolaan zakat pada Global Zakat juga sudah sangat
linear dengan mekanisme yang berlaku, merujuk kepada Undang-undang
Nomor 14 Tahun 2008. Disebutkan bahwa tiap informasi publik bersifat
terbuka dan dapat diakses oleh setiap pengguna informasi publik, dan dapat
diperoleh setiap pemohon dengan cepat dan tepat waktu juga serta cara yang
efektif dan efisien. Tapi ada juga beberapa informasi publik yang dikecualikan
yang bersifat rahasia. Informasi yang dikecualikan ini bersifat rahasia sesuai
dengan Undang-Undang, ditinjau dari kepatutan dan atau konsekuensi yang
didapat dari informasi tersebut. Tentu dalam hal ini Yayasan Global Zakat
punya ranah yang tidak boleh dipublikasikan, atau yang biasa kita kenal
dengan rahasia peusahaan/organisasi.55
Sebagai badan publik, donatur atau muzaki dari Global Zakat
kebanyakan tidak mengetahui profil lembaga secara detail, seperti struktur
oganisasi dan deskripsi pekerjaannya. Karena sejauh ini masyarakat sudah
lebih akrab dengan Aksi Cepat Tanggap sebagai organisasi yang bergerak di
bidang kemanusiaan, maka Global Zakat pun selalu bersanding dengan ACT
di setiap kegiatan, dan spanduk-spanduk atau baliho.
55
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik
47
Sedangkan terkait informasi mengenai kegiatan dan kinerja yayasan,
Global Zakat selalu memberikan informasi mengenai kegiatan dan program-
programnya melalui pengiriman informasi dengan email, atau menghubungi
langsung para donatur mengenai program-program yang sedang dijalankan.
Cara seperti ini memang sudah terbukti efektif di lingkuporganisasi serta
komunitas yang berbasis sosial kemasyarakatan lainnya.
Kemudian mengenai transparansi laporan keuangan, Seperti yang
penulis sebutkan di atas, Global Zakat melaporkan secara berkala terkait
Laporan Pertanggung Jawabannya (LPJ) kepada BAZNAS. Memang terkait
hal ini merupakan sesuatu yang sulit bagi beberapa lembaga karena perihal
keuangan adalah hal yang sensitif. Namun Global Zakat memberikan
informasi mengenai keuangannya dengan jelas melalui website ACT,
walaupun laporan keuangan tersebut dipublikasikan melalui web ACT tapi
antara keuangan Yayasan ACT dengan Yayasan Global Zakat serta beberapa
lembaga lainnya dijabarkan secara terpisah.
Secara kolektif berdasarkan laman resmi ACT tersebut, jumlah
relawan sebanyak 467.056 orang, donatur 357.747 orang, dan 46.979.645
penerima manfaat dalam jangkauan 76 negara.56
Sedangkan untuk Global
Zakat sendiri sudah memiliki statistik yang tidak kalah baik, yaitu sebanyak
154.894 orang muzaki dan 20.098.315 orang mustahiq.57
56
act.id, diakses pada tanggal 13 November 2020, pukul 22.17. 57
globalzakat.id, diakses pada tanggal 13 November 2020, pukul 22.15.
48
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang sudah penulis kemukakan pada bab
sebelumnya, dan merujuk pada rumusan masalah yang terdapat di bab
pendahuluan, maka simpulan dari penelitian ini adalah pelaksanaan
penghimpunan zakat oleh Yayasan Global Zakat belum sepenuhnya
menerapkan peraturan-peraturan yang mengatur mengenai pengelolaan zakat
bagi LAZ merujuk pada UU nomor 23 tahun 2011. Hal ini dapat di lihat pada
uraian di bawah ini:
1. Global Zakat sebagai salah satu Lembaga Amil Zakat telah melakukan tata
kelola penghimpunan dan penyaluran dana zakat secara baik dan efisien.
Terlebih dengan memaksimalkan kemajuan teknologi dan digitalisasi
transaksi.
2. Sebagai organisasi modern yang bergerak di bidang kemanusiaan, Global
Zakat sudah cukup baik dalam mendulang kepercayaan masyarakat
terkhusus umat muslim dalam melaksanakan salah satu rukun Islam ini.
3. Berdasarkan peraturan normatif dan aspek syariat yang dalam hal ini fiqih
tentang zakat, Yayasan Global Zakat sudah melakukan mekanisme
pengelolaan yang disiplin dan tertib, namun ada beberapa poin dalam
undang-undang yang belum dijalankan secara linear.
4. Tujuan dari penelitian ini pun dirasa sudah tercapai dengan baik, dimana
penulis berusaha meninjau dan mengkonfirmasi beberapa hal yang
menjadi latar belakang masalah dalam karya ilmiah ini. Dari
penghimpunan dana zakat hingga penyalurannya sudah tertata dengan
baik. Dan pengawasan serta pertanggunjawaban yang jelas dan transparan.
49
B. Saran
Meskipun terkendala di beberapa hal teknis, khususnya terkait
kesadaran berzakat dan pengetahuan masyarakat tentang mekanismenya,
Global Zakat selaku LAZ yang cukup ternama harus mengerahkan segala
potensi yang ada untuk “jemput bola” ke masyarakat. Baik itu menggunakan
sosialisasi seperti pada umumnya, ataupun strategi lain yang lebih efektif yang
tidak melenceng dari fiqih zakat dan undang-undang. Serta dapat
melaksanakan aspek normatif tersebut dengan lebih menyeluruh.
50
Daftar Pustaka
BUKU
Ali, Achmad dan Wiwie Heryani, Menjelajahi Kajian Empiris Terhadap Hukum.
Kencana, Jakarta: 2012.
Ali, Achmad, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan
(Judicialprudence) Termasuk Interpretasi Undang-Undang
(Legisprudence). Kencana, Jakarta: 2012.
Ali, Muhammad Daud, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf. UI Press, Jakarta:
1988.
Bakry, Hasbullah, Pedoman Islam di Indonesia. UII Press, Cet. V, Jakarta: 1988.
Fiqih Zakat Keuangan Kontemporer. Pusat Kajian Stategis BAZNAS, Jakarta:
2017
Hafidhuddin, Didin, Zakat Dalam Perekonomian Modern. PT. Raja Grafindo
Persada, Cet. III, Jakarta: 2007.
Hafiduddin, Didin, Zakat Dalam Perekonomian Modern. Gema Insani Press,
Jakarta: 2002.
Khasanah, Yumrohatul, Mekanisme Penghimpunan dan Pendistribusian Dana
Zakat, Infaq, Shadaqah (ZIS) Untuk Anak Yatim Piatu Pada Divisi
Sosial Baitul Maal di KJKS BMT Muamalat Limpung. Semarang:
2015.
Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, Fokus Media, Jakarta: 2008.
Marzuki, Laica, Siri, Bagian Kesadaran Hukum Rakyat Bugis Makassar.
Hasanuddin University Press, Makassar: 1995.
Mas, Marwan, Pengantar Ilmu Hukum. Ghalia Indonesia, Bogor: 2014.
Mertokusumo, Sudikno, Meningkatkan Kesadaran Hukum Masyarakat, Edisi
Pertama, Yogyakarta: 1981.
51
Mertokusumo, Sudikno. Meningkatkan Kesadaran Hukum Masyarakat. Edisi
Pertama. Yogyakarta,1981.
Panduan Zakat Praktis. KEMENAG, Jakarta: 2013
Pedoman Zakat 9 Seri, Departemen Agama. Proyek Pembinaan Zakat dan Wakaf,
Jakarta: 1991.
Prihatini, Farida, dkk, Hukum Islam dan Zakat Wakaf Teori dan Prakteknya di
Indonesia. Papas Sinar Sinanti, Jakarta.
Qadhawi, Yusuf, Fiqhuz Zakat. Litera Antamusa, Cet. V, Jakarta: 2001.
Rahmawati, Yuke. Lembaga Keuangan Mikro Syariah. UIN Jakarta Press,
Jakarta: 2013.
Razak, Nasruddin, Dienul Islam. PT Al-Ma’arif, Bandung: 1996.
Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar. Raja Grafindo Persada, Jakarta:
2002.
Thabari, Jami‟ al-Bayan „an Ta‟wilal-Qur‟an
Umar, Muhammad, Pendayagunaan Zakat Untuk Usaha Produktif. Sulthan Thaha
Press, Jambi.
Yafie, Ali, Menggagas Fiqih Sosial dan Soal Lingkungan Hidup, Asuransi
Hingga Ukhuwah. Mizan, Bandung: 1994.
Yunisa, Devina, Transparansi Pengelolaan Zakat Menurut Undang – Undang
Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.
Jakarta: 2020.
Yunus, Mahmud, Kamus Arab Indonesia, PT. Mahmud Yunus Wadzuriyyah,
Jakarta.
Zuhaily, Wahbah, Fiqih Imam Syafi‟i. Almahira, Jakarta: 2010.
Zuhri, Sifudin, Zakat di Era Reformasi ( Tata Kelola Baru ) Undang-undang
Pengelolaan Zakat No 23 Tahun 2011, Semarang.
52
PERATURAN-PERATURAN
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan
Informasi Publik.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan
Zakat.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor. 38 tahun 1999 Tentang Pengelolaan
Zakat.
Fatwa MUI Nomor 08 Tahun 2011 Tentang Amil Zakat
JURNAL
Gumilang, Regita Cahya, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Keabsahan
Pembayaran Zakat Yang Dilakukan Secara Online yang Berafiliasi
Dengan Baznas Menurut Imam Syafi‟I, Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum
Vol. 26 No. 7: 2020.
Rosana, Ellya, Kepatuhan Hukum Sebagai Wujud Kesadaran Hukum Masyarakat,
Jurnal TAPIs Vol. 10 No. 1: 2014.
WAWANCARA
Wawancara dengan Devina Yunisa pada tanggal 13 Oktober 2020.
Wawancara dengan Fariz Abdul Rohman, S.E, Sy, pada tanggal 13 November
2020.
Wawancara Devina Yunisa Astari dengan Bapak Syahrul Mubaraq, Manajer LAZ
Global Zakat pada 27 Juli 2020.
WEBSITE
Depokpos, “Minat Membayar Zakat pada Lembaga Amil Zakat”
http://www.depokpos.com/arsip/2017/08/minat-membayar-zakat-
pada-lemabaga-amil-zakat/, 1 April 2018, 16:30.
53
Forum Zakat, “Target Dana Zakat”, https://forumzakat.org/blog/baznas targetkan
penghimpunan-zakat-mencapai-rp-10-miliar/, 8 April 2018, 16:00.
Global Zakat, “Data Mustahiq dan Muzaki”, https://globalzakat.id, di akaes pada
15 Maret 2018. Pukul 00:22.
globalzakat.id/program/detail/TepianNegeri, diakses Oktober 2020.
gomuslim.co.id/read/korporasi/2017/08/19/5189/aksi-cepat-tanggap-act-ini-
langkah-pasti-lembaga-kemanusiaan-care-for-humanity-.html, 23
September 2020, 17:45.
ibtimes.id/data-populasi-penduduk-muslim-2020-indonesia-terbesar-di-dunia
idntimes.com/news/indonesia/editor-idn-creative/cara-act-berikan-kemudahan-
berzakat-csc/3 (diakses pada 26 Agustus 2020, pukul 23.50).
initu.id/amp/biografi-ahyudin-presiden-act, 23 September 2020, 17:45.
kamusbesar.com/dana-sosial, 6 Oktober 2020, 16:00.
linkedin.com/in/syuhelmaidi-syukur-09a85738 3 Oktober 2020, 01:30.
news.act.id/berita/13-tahun-wtp-tanpa-jeda, 11 Februari 2020, 18:28.
news.detik.com/berita/d-4163413/act-raih-penghargaan-peradaban-gib-awards-
2018, 11 Februari 2020 20.38.
pid.baznas.go.id/statistic, Statistik Zakat Nasional 2019
proxsisgroup.com/apa-itu-kepatuhan-hukum-compliance-iso-19600/2020/06/02