Pengkajian cedera medula spinalis

download Pengkajian cedera medula spinalis

of 5

description

Pengkajian cedera medula spinalis

Transcript of Pengkajian cedera medula spinalis

A. Pengkajian 1. Identitas Pasien a. Nama: Tn. Cb. Umur: 22 thc. Jenis kelamin : Laki-laki

2. Keluhan Utama Kemungkinan klien datang dengan keluhan nyeri, susah bernapas, dan mengalami keterbatasan dalam menggerakkan leher (deformitas). (Elizabeth,2007)

3. Riwayat Penyakit SekarangKlien mengalami Hiperekstensi. Hiperekstensi merupakan jenis cedera yang menyebabkan medula spinalis bertentangan dengan ligament flava dan mengakibatkan kontusio kolom dan dislokasi vertebrata. Transeksi lengkap dari medulla spinalis dapat mengikuti cedera hiperekstensi. (Fransisca, 2008)

4. Tanda-Tanda Vitala. Tekanan darah: (kemungkinan menuurun)b. Nadi: (kemungkinan meningkat)c. Pernapasan: (kemungkinan napas pendek)d. Suhu: (kemungkinan berfluktasi dengan suhu kamar)

5. Pengkajian Pola Gordona. Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatanPada pengkajian pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan, perlu dikaji upaya klien dalam memelihara kesehatan sebelum masuk rumah sakit dan tanyakan persepsinya tentang penyakit yang ia derita yaitu Hiperekstension. Kondisi bagaimana yang dipersepsikan klien sebagai keadaan sakit dan sehat.b. Nutrisi atau metabolikYang perlu dikaji dalam nutrisi dan metabolik klien adalah pola makan dan minum klien yakni apakah terdapat perbedaan antara sebelum dan sesudah masuk rumah sakit, apakah klien mengalami mual, muntah, dan tidak nafsu makan. c. Pola eliminasiKaji pola eliminasi klien termasuk BAB dan BAK. Tanyakan apakah klien mengalami masalah pada BAK (retensi urine, inkontenensia, nokturia, poliuria, disuria). Tanyakan apakah klien mengalami masalah pada BAB seperti konstipasi atau diare. Pada klien C5 spinal cord injury akan mengalami penurunan fungsi eliminasi urine. d. Pola aktivitas dan latihanKaji kemampuan klien dalam makan dan minum, mandi, toileting, berpakaian, mobilisasi di tempat tidur, berpindah, dan ambulasi ROM. Apakah dilakukan dengan mandiri, menggunakan alat bantu, dibantu orang lain, atau gabungan ketinganya. Pada klien C5 spinal cord injury mengalami keterbatasan pada saat mandi, menyisir rambut, mencukur tatapi masih memiliki koordinasi tangan dan mulut yang baik.e. Pola tidur dan istirahatTanyakan pada klien apakah ketika beraktivitas ia cepat mengalami kelelahan. Tanyakan pada klien apakah ada gangguan tidur di malam hari.f. Pola kognitif dan perceptualTanyakan pada klien apakah klien mengetahui tentang penyakitnya. Jika ia, seberapa tahu ia mengetahuinya. Apakah ia tahu mengenai penyebab penyakitnya, penanganannya dan komplikasi yang mungkin terjadi.g. Pola Konsep Diri Tanyakan pada klien apakah ia merasa malu akibat penyakitnya, apakah dia tidak suka dengan salah satu bagian tubuhnya akibat penyakitnya, tanyakan identitas klien dan harga diri serta ideal diri klienh. Pola seksual dan reproduksiIndentifikasi apakah terdapat masalah seksual dan reproduksi selama sakit. i. Pola peran-hubunganKaji bagaimana hubungan klien dengan keluarga, teman sebayanya, lingkungan sosial serta masyarakat luas.j. Pola manajemen koping stressTanyakan pada klien apakah yang ia lakukan jika ia menghadapi suatu masalah. Ini berkaitan dengan cara klien menghadapi masalah serta cara menyelesaikannya.k. Sistem nilai dan keyakinanTanyakan kepada klien mengenai agama serta kepercayan lain yang dianutnya. Apakah hal tersebut memengaruhi keadaan fisik dan mental yang berhubungan dengan penyakitnya. 6. Pemeriksaan Fisika. Pemeriksaan KepalaMata: Kesimetrisan dan reflex pupil mata, pergerakan bola mata, warna bagian konjungtiva apakah terdapat kemerahan. Telinga:Perhatiakan apakah adanya cairan bening, darah, atau campuran keduanya.Hidung: Perhatiakan apakah adanya cairan bening, darah, atau campuran keduanya.Mulut: Perhatikan apakah adanya pendarahan, bagian gigi yang patah, benda asing, atau gangguan yang lainnya. b. Pemeriksaan LeherPeriksalah leher sebelum memasang pelindung leher. Perhatikan apakah tenggorokan tertarik kesatu sisi. Apakah ada pembesaran pembuluh darah leher. Bagaimanakah perabaan bagian belakang leher. .c. Pemeriksaan DadaPerhatikan tampak luar dari tulang dada, tulang rusuk dan permukaan kulitnya. Apakah terdapat pada daerah dada dapat berakibat cedera pada organ dalam rongga dada. Bila menemukan adanya PLNB pada daerah dada perhatikan pernafasan penderita. Pada penderita dengan respon dapat diminta untuk menarik nafas dalam dan tanyakan apakah ada nyeri. Pemeriksaan tulang iga dan dada dapat dilakukan dengan merabanya tetapi hati-hati.d. Pemeriksaan AbdomenKaji keadaan abdomen klien, apakah terdapat cedera didaerah perut besar kemungkinannya organ dalam perut juga akan mengalami cedera. Periksa PLNB dan lakukan sesuai dengan kuadran perut sedemikian rupa sehingga tidak ada bagian yang terlampaui. Periksa ketegangan dinding perut. Khusus bila ada tanda-tanda ruda paksa didaerah perut, ketegangan dinding perut dapat menjadi salah satu indikator terjadinya perburukan. Pemeriksaan perut yang paling penting adalah perabaan dengan mencari adanya daerah dengan nyeri tekan. Bila penderita mengeluh adanya bagian yang nyeri maka lakukan perabaan dan bagian yang nyeri ditekan dengan hati-hati. Bagian yang nyeri diperiksa terakhir serta auskultasi bising usus klien. e. Pemeriksaan EkstremitasPada pemeriksaan anggota gerak selain PLNB juga lakukan pemeriksaan Gerakan Sensasi Sirkulasi (GSS). Gerakan penting untuk menilai keadaan tulang, otot maupun saraf. Bila mencurigai adanya patah tulang, termasuk patah tulang punggung maka penderita hanya diminta untuk menggerakan ujung jarinya saja. Sensasi dilakukan dengan melakukan perabaan atau cubitan ringan diujung alat gerak. f. Pemeriksaan GenitaliaPada pemeriksaan genitalia, biasanya secara fisik tidak ditemukan perubahan yang signifikan.

7. Pemeriksaan Neurologia. Sensasi pada tusukan (traktus spinotalamikus)Pemeriksaan ini dilakukan dengan menusukan sedikit peniti bila klien tidak mampu merasakannya kemungkinan klien terjangkit traktus spinolatamikus dalam medulla spinalis dimana terjadi neuropati perifer dimana serabut saraf kulit aferen dari diameter yang kecil lebih sering terkena.b. Sensasi pada sentuhan halus dan sensasi posisi sendi (kolum posterior)c. Kekuatan kelompok otot (traktus kortikospinal) Minta kepada klien untuk menggerakkan tangan atau kaki klien dengan melawan tahanan perawat. Tentukannlah kekuatannya berdasarkan 5 skala kekuatan.0 = tidak ada gerakan sama sekali1=gerakan kontraksi yang sangat lemah2=kemampuan untuk bergerak, tetapi tidak kuat kalau melawan tahanan atau gravitasi3=cukup kuat untuk mengatasi gravitasi4=cukup kuat tetapi bukan kekuatan penuh5=kekuatan kontraksi yang penuhd. Refleks (abdominal, anal dan bulbokavernosus) e. Fungsi saraf kranial (bisa dipengaruhi oleh cedera servikal tinggi, seperti disfagia)

8. Pemeriksaan Diagnostika. Sinar XSinar X tulang menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, erosi dan perubahan hubungan tulang pada vertebrata C5. Sinar X multiple diperlukan untuk pengkajian paripurna struktur yang sedang diperiksa, menentukan lokasi dan jenis cidera tulang (fraktur, dislokasi), kesejajaran, dan reduksi setelah dilakukan traksi atau operasi (Brunner dan Suddarth, 2001).

b. Computed Tomography (CT Scan)Pencitraan ini menunjukan rincian bidang tertentu tulang yang terkena (C5) dan dapat memperlihatkan cedera ligament atau tendon. Teknik ini dapat mengidentifikasi lokasi dan panjannya patah tulang di daerah yang sulit dievaluasi. Pemindaian CR slalu dilakukan pertama tanpa zat kontras, maka akan diinjeksi melalui intravena (Brunner dan Suddarth, 2001).

c. Magnetic Resonance Imaging (MRI) MRI adalah teknik pencitraan khusus, noninvansif, yang menggunakan medan magnet, gelombang ratio, dan computer untuk memperlihatkan abnormalitas jaringan lunak seperti otot, tendon, dan tulang rawan. MRI mempunyai potensial aksi untuk mengidenifikasi keadaan abnormal serebral dengan mudah dan lebih jelas dari tes diagnostic lainnya. MRI dapat memberikan informasi tentang perubahan kimia sel, namun tidak menyebabkan radiasi sel (Brunner dan Suddarth, 2001).

Daftar PustakaBrunner dan Suddarth.(2001) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol. 3. Jakarta: EGC.Batticaca, Fransisca. (2008) Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Pernafasan.Jakarta: Salemba Medika.Corwin, Elizabeth. (2007). Buku Saku Patofisiologi. Edisi . Jakarta: EGC.