PENINGKATAN KEMAMPUAN TENAGA PENDIDIK …

14
Solikin, Peningkatan Kemampuan Tenaga Pendidik Menerapkan Model Bercerita … 537 PENINGKATAN KEMAMPUAN TENAGA PENDIDIK MENERAPKAN MODEL BERCERITA DENGAN ALAT PERAGA BERMAIN MELALUI BIMBINGAN PENILIK DI 8 LEMBAGA BINAAN PAUD SEMESTER II TAHUN 2016/2017 KECAMATAN KEDUNG WARU KABUPATEN TULUNGAGUNG Oleh: Solikin Penilik Lembaga PAUD Kecamatan Kedungwaru Kabupaten Tulungagung Abstrak. Tujuan dalam penelitian tindakan sekolah ini adalah untuk mengetahui peningkatan ke- mampuan tenaga pendidik menerapkan model bercerita dengan alat peraga bermain melalui Bimb- ingan Penilik di 8 Lembaga Binaan PAUD Kecamatan Kedungwaru Kabupaten Tulungagung Ta- hun 2016/2017 Semester I. Model bercerita dengan alat peraga dengan menerapkan alat peraga gambar wayang yang sesuai dengan cerita yang akan disampaikan. Penelitian ini dilaksanakan di 8 lembaga binaan PAUD peneliti sebagai Penilik, yaitu di 8 Lembaga PAUD Kecamatan Ke- dungwaru Kabupaten Tulungagung. Sedangkan subyek penelitian adalah 1 (satu) orang tenaga pendidik di 8 lembaga binaan PAUD Kecamatan Kedungwaru Kabupaten Tulungagung, sehingga jumlahnya sebanyak 8 orang. Diawali dengan dua tokoh dalam satu cerita dan isi cerita yang tidak terlalu banyak. Pendidik memperagakan dengan cara menggerakkan gambar wayang sesuai dengan ceritanya. Setelah pendidik selesai memperagakan, pendidik menawarkan kepada anak- anak siapa yang ingin mencoba. Apapun yang anak peragakan pendidik sebisa mungkin mengawasi anak-anak yang lain agar mereka bisa mendengarkan cerita temannya dengan baik. Bi- la anak menemui kesulitan dalam melanjutkan ceritanya pendidik harus segera membantu untuk melanjutkan cerita agar si anak tidak merasa malu Karena tidak bisa ataupun merasa bahwa dia sa- lah. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah ada peningkatan kemampuan seni melalui penerapkan model bercerita dengan alat peraga pada peserta didik di 8 Lembaga Binaan PAUD Kecamatan Kedungwaru Tulungagung tahun pelajaran 2016/ 20170. Hal ini didasarkan pa- da hasil penelitian pada siklus I hasil unjuk kerja siswa dan kemampuan seni peserta didik rata-rata 47,74%, mengalami peningkatan pada siklus II dengan rata-rata 95,81%. Padahasilobservasiaktivi- tassiswapadasiklus I mencapai 50% mengalamipeningkatanpadasiklus II mencapai 82,14%. Pada Observasi aktivitas guru siklus I mencapai 67,5 mengalami peningkatan pada siklus II mencapai 85%. Peningkatan yang signifikan itu dapat dicapai karena kegiatan pembelajaran setiap siklusnya dibuat lebih menarik dan kreatif. Kegiatan pembelajaran yang menarik dan kreatif memudahkan anak-anak dalam penerapan model bercerita dengan alat peraga. Kata Kunci: Kemampuan Tenaga Pendidik, Model Bercerita, Alat Peraga Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah salah satu bentuk satuan pendidikan anak usia dini pada jalur non formal yang menye- lenggarakan program pendidikan bagi anak usia tiga tahun sampai lima tahun. Sesuai dengan tujuan pendidikan anak usia dini yang tertuang dalam kurikulum yaitu mem- bantu anak didik mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik, yang sesuai dengan aspek perkembangan. Aspek per- kembangan tersebut terdapat dalam bidang pengembangan. Program pembelajaran di TIC meliputi dua bidang pengembangan yaitu pembiasaan dan kemampuan dasar (Indra, 2006: 2). Pada anak usia dini, dikenal dengan istilah masa peka, dimana pada usia itu anak sedang mengalami proses jiwa yang mem- punyai suatu kemampuan untuk menerima rangsangan dari luar. Mereka cepat sekali

Transcript of PENINGKATAN KEMAMPUAN TENAGA PENDIDIK …

Page 1: PENINGKATAN KEMAMPUAN TENAGA PENDIDIK …

Solikin, Peningkatan Kemampuan Tenaga Pendidik Menerapkan Model Bercerita … 537

PENINGKATAN KEMAMPUAN TENAGA PENDIDIK MENERAPKAN

MODEL BERCERITA DENGAN ALAT PERAGA BERMAIN MELALUI

BIMBINGAN PENILIK DI 8 LEMBAGA BINAAN PAUD SEMESTER II

TAHUN 2016/2017 KECAMATAN KEDUNG WARU

KABUPATEN TULUNGAGUNG

Oleh:

Solikin

Penilik Lembaga PAUD Kecamatan Kedungwaru Kabupaten Tulungagung

Abstrak. Tujuan dalam penelitian tindakan sekolah ini adalah untuk mengetahui peningkatan ke-

mampuan tenaga pendidik menerapkan model bercerita dengan alat peraga bermain melalui Bimb-

ingan Penilik di 8 Lembaga Binaan PAUD Kecamatan Kedungwaru Kabupaten Tulungagung Ta-

hun 2016/2017 Semester I. Model bercerita dengan alat peraga dengan menerapkan alat peraga

gambar wayang yang sesuai dengan cerita yang akan disampaikan. Penelitian ini dilaksanakan di 8

lembaga binaan PAUD peneliti sebagai Penilik, yaitu di 8 Lembaga PAUD Kecamatan Ke-

dungwaru Kabupaten Tulungagung. Sedangkan subyek penelitian adalah 1 (satu) orang tenaga

pendidik di 8 lembaga binaan PAUD Kecamatan Kedungwaru Kabupaten Tulungagung, sehingga

jumlahnya sebanyak 8 orang. Diawali dengan dua tokoh dalam satu cerita dan isi cerita yang tidak

terlalu banyak. Pendidik memperagakan dengan cara menggerakkan gambar wayang sesuai

dengan ceritanya. Setelah pendidik selesai memperagakan, pendidik menawarkan kepada anak-

anak siapa yang ingin mencoba. Apapun yang anak peragakan pendidik sebisa mungkin

mengawasi anak-anak yang lain agar mereka bisa mendengarkan cerita temannya dengan baik. Bi-

la anak menemui kesulitan dalam melanjutkan ceritanya pendidik harus segera membantu untuk

melanjutkan cerita agar si anak tidak merasa malu Karena tidak bisa ataupun merasa bahwa dia sa-

lah. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah ada peningkatan kemampuan seni

melalui penerapkan model bercerita dengan alat peraga pada peserta didik di 8 Lembaga Binaan

PAUD Kecamatan Kedungwaru Tulungagung tahun pelajaran 2016/ 20170. Hal ini didasarkan pa-

da hasil penelitian pada siklus I hasil unjuk kerja siswa dan kemampuan seni peserta didik rata-rata

47,74%, mengalami peningkatan pada siklus II dengan rata-rata 95,81%. Padahasilobservasiaktivi-

tassiswapadasiklus I mencapai 50% mengalamipeningkatanpadasiklus II mencapai 82,14%. Pada

Observasi aktivitas guru siklus I mencapai 67,5 mengalami peningkatan pada siklus II mencapai

85%. Peningkatan yang signifikan itu dapat dicapai karena kegiatan pembelajaran setiap siklusnya

dibuat lebih menarik dan kreatif. Kegiatan pembelajaran yang menarik dan kreatif memudahkan

anak-anak dalam penerapan model bercerita dengan alat peraga.

Kata Kunci: Kemampuan Tenaga Pendidik, Model Bercerita, Alat Peraga

Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah

salah satu bentuk satuan pendidikan anak

usia dini pada jalur non formal yang menye-

lenggarakan program pendidikan bagi anak

usia tiga tahun sampai lima tahun. Sesuai

dengan tujuan pendidikan anak usia dini

yang tertuang dalam kurikulum yaitu mem-

bantu anak didik mengembangkan berbagai

potensi baik psikis dan fisik, yang sesuai

dengan aspek perkembangan. Aspek per-

kembangan tersebut terdapat dalam bidang

pengembangan. Program pembelajaran di

TIC meliputi dua bidang pengembangan

yaitu pembiasaan dan kemampuan dasar

(Indra, 2006: 2).

Pada anak usia dini, dikenal dengan

istilah masa peka, dimana pada usia itu anak

sedang mengalami proses jiwa yang mem-

punyai suatu kemampuan untuk menerima

rangsangan dari luar. Mereka cepat sekali

Page 2: PENINGKATAN KEMAMPUAN TENAGA PENDIDIK …

538 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 6, NO. 3, DESEMBER 2017

dalam menangkap perubaham, pengem-

bangan dan pengetahuan dari luar. Mereka

cepat menangkap ilmu pengetahuan dari

sekelilingnya melalui: pendengaran, pengli-

hatan, penciuman, perabaan serta melalui

gerak-gerik dari sekitarnya.

Para ahli perkembangan psikologi

anak mengatakan bahwa perkembangan in-

telegensi, intelektual anak pada masa ini

adalah pada titik puncak. Yang anehnya

semua ini adalah akan diperoleh anak sambil

bermain, dan kita mengenal dengan istilah

Learning by Playing. Yang dipentingkan

adalah faktor bermainnya. Akan menyalahi

kodrat anak bila pada masa itu diajarkan

membaca, menulis dan berhitung seperti di

murid sekolah dasar kelas tinggi.

Disebutkan juga bahwa pada masa 3-5

tahun pertama dalam kehidupan anak manu-

sia merupakan masa dimana perkembangan

fisik dan motorik intelektual maupun ber-

langsung dengan sangat cepatnya sehingga

seringkali disimpulkan bahwa sejauh mana

keberhasilan pada masa ini akan menen-

tukan seluruh masa depan anak. Pada masa

ini sejumlah besar kemampuan seperti ber-

bahasa, bersikap, nilai-nilai bahkan cara

belajar seorang manusia mulai mengambil

bentuk dasarnya, dan cenderung untuk me-

netap sampai usia dewasa.

Keterampilan tersebut merupakan ket-

erampilan dasar yang harus dikembangkan

secara optimal agar potensi yang ada pada

diri anak tidak akan hilang percuma. Ket-

erampilan-keterampilan tersebut tidak akan

terjadi secara alamiah tetapi harus didukung

oleh lingkungan seperti, keluarga, sekolah

dan masyarakat luas. Sebagai pelaku dan

pengatur dalam proses belajar mengajar,

tenaga pendidiklah yang mengarahkan

bagaimana proses belajar mengajar itu dil-

aksanakan. Karena itu tenaga pendidik harus

dapat membuat suatu pengajaran menjadi

lebih efektif juga menarik sehingga bahan

pelajaran yang disampaikan akan membuat

anak didik merasa senang dan merasa perlu

untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut.

Tenaga pendidik adalah figur manusia

sumber yang menempati posisi dan me-

megang peran penting dalam pendidikan.

Ketika semua orang mempersoalkan masa-

lah dunia pendidikan figur tenaga pendidi-

kmesti terlibat dalam agenda pembicaraan

terutama yang menyangkut persoalan pen-

didikan formal di sekolah. Pendidik atau

guru merupakan tenaga profesional yang

bertugas merencanakan dan melaksanakan

proses pembelajaran, menilai hasil pembela-

jaran, melakukan pembimbingan dan pelati-

han, serta melakukan penelitian dan pe-

ngabdian kepada masyarakat, terutama bagi

pendidik pada perguruan tinggi. Hal tersebut

tidak dapat disangkal kerana lembaga pen-

didikan formal adalah dunia kehidupan gu-

ru. sebagai besar waktu guru ada di sekolah,

sisanya ada di rumah dan di masyarakat

(Djamarah, 2000).

Keberhasilan tujuan pembelajaran di-

tentukan oleh banyak faktor diantaranya

adalah faktor tenaga pendidik dalam melak-

sanakan proses belajar mengajar, karena te-

naga pendidik secara langsung dapat mem-

pengaruhi, membina dan meningkatkan ke-

cerdasan serta keterampilan anak didik. Un-

tuk mengatasi permasalahan di atas dan

guna mencapai tujuan pendidikan secara

maksimal, peran tenaga pendidik sangat

penting dan diharapkan tenaga pendidik

memiliki cara/model mengajar yang baik

dan mampu memilih model pembelajaran

yang tepat dan sesuai dengan konsep-konsep

mata pelajaran yang akan disampaikan.

Dalam pembelajaran kognitif di

PAUD, alat peraga amat besar pengaruhnya

Page 3: PENINGKATAN KEMAMPUAN TENAGA PENDIDIK …

Solikin, Peningkatan Kemampuan Tenaga Pendidik Menerapkan Model Bercerita … 539

mengingat anak usia dini masih amat senang

bermain sambil belajar untuk kelas rendah,

serta belajar dan bermain untuk peserta

didikPAUD. Begitu juga anak usia empat

sampai enam tahun lebih senang dengan

benda-benda nyata konkrit dari pada benda-

benda yang abstrak.

Kegiatan Belajar dan bermain adalah

suatu kegiatan yang sangat disukai oleh

anak didik seusia Anak Usia Dini. Oleh se-

bab itu proses belajar mengajar yang si-

fatnya dengan benda-benda nyata akan san-

gat menarik mereka untuk mengikuti pelaja-

ran tersebut. Dari proses belajar mengajar

dengan benda yang nyata biasanya akan

memberikan dampak ingatan yang sangat

kuat dalam benak mereka. Karena mereka

mengetahui hal-hal yang sifatnya baru. Hal

ini sesuai dengan karakter anak-anak Usia

Dini yang mempunyai sifat serba ingin tahu.

Sesuai dengan tujuan pendidikan anak

usia dini dan bidang pengembangan yang

ada di pendidikan anak usia dini (PAUD)

maka dibutuhkan metode-metode yang di-

gunakan dalam pembelajaran di pendidikan

anak usia dini (PAUD). Abu Ahmadi (1995:

53) menyatakan bahwa di dalam penggu-

naan satu atau beberapa metode ada syarat-

syarat yang perlu diperhatikan: (a) Metode

mengajar yang dipergunakan harus dapat

membangkitkan motif, minat, atau gairah

belajar peserta didik; (b) Metode mengajar

yang dipergunakan harus dapat menjamin

perkembangan kegiatan kepribadian peserta

didik; (c) Metode mengajar yang diperguna-

kan harus dapat memberikan kesempatan

bagi peserta didik untuk mewujudkan hasil

karya; (d) Metode mengajar yang diper-

gunakan harus dapat merangsang keinginan

peserta didik untuk belajar lebih lanjut,

melakukan eksplorasi dan inovasi (pemba-

haruan); (e) Metode mengajar yang diper-

gunakan harus dapat mendidik murid dalam

teknik belajar sendiri dan cara memperoleh

pengetahuan melalui usaha pribadi; (f) Me-

tode mengajar yang dipergunakan harus da-

pat mentiadakan penyajian yang bersifat

verbalitas dan menggantinya dengan pen-

galaman atau situasi yang nyata dan bertu-

juan; (g) Metode mengajar yang diperguna-

kan harus dapat menanamkan dan mengem-

bangkan nilai-nilai dan sikap-sikap utama

yang diharapkan dalam kebiasaan cara be-

kerja yang baik di kehidupan sehari-hari.

Tenaga pendidik bisa menggali ber-

bagai metode pengajaran yang disesuaikan

dengan kondisi dan cara berpikir anak-anak

tersebut, sehingga proses belajar mengajar

bisa berjalan dengan baik dan hasilnya bisa

memuaskan seperti yang diharapkan Metode

mengajar di pendidikan anak usia dini

(PAUD) itu beraneka ragam, seperti metode

bercerita, bercakap-cakap, tanya jawab,

pemberian tugas, eksperimen dan seba-

gainya. Dari sekian banyak metode itu

peneliti tertarik untuk mengambil metode

bercerita dalam rangka meningkatkan pe-

ngembangan kemampuan seni peserta didik.

Bercerita merupakan salah satu pen-

galaman belajar bagi anak TK. Membacakan

cerita kepada anak secara lisan, pendidik

harus membawakan dengan menarik, me-

ngundang perhatian anak dan tidak lepas

dari tujuan pendidikan bagi anak TK. Seper-

ti yang tertuang dalam kurikulum 2004, em-

pat tujuan pendidikan bagi anak TK ialah

membantu anak didik mengembangkan ber-

bagai potensi baik psikis dan fisik yang

meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial,

emosional, kognitif, bahasa, fisiklmotorik

kemandirian dan seni untuk siap memasuki

pendidikan dasar.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indone-

sia (1990: 589), cerita adalah tuturan yang

Page 4: PENINGKATAN KEMAMPUAN TENAGA PENDIDIK …

540 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 6, NO. 3, DESEMBER 2017

membentangkan bagaimana terjadinya suatu

hal (peristiwa, kejadian, dan sebagainya).

Cerita adalah karangan yang menuturkan

perbuatan, pengalaman, atau penderitaan

orang, kejadian dan sebagainya (baik yang

sungguh-sungguh terjadi maupun yang han-

ya rekaan biasa).Bercerita ialah menuturkan

cerita. Bercerita adalah bertutur kata dan

penyampaian cerita secara lisan (Indra,

2006: 11). Bila isi cerita itu dikaitkan

dengan dunia kehidupan anak TK, maka

mereka dapatmemahami isi cerita itu, mere-

ka akan mendengarkannya dengan penuh

perhatian, dan dengan mudah dapat me-

nangkap isi cerita.

Ada beberapa macam teknik bercerita

yang dapat dipergunakan antara lain pendidik

dapat membaca langsung dari buku, men-

erapkan ilustrasi dari buku gambar, men-

erapkan papan flanel, menerapkan boneka,

bermain peran dalam suatu cerita

(Moeslichatoen, 2004: 158).

Model bercerita dengan alat peraga

adalah kegiatan yang dilakukan dengan cara

mempertunjukkan ataupun memperagakan

suatu cara atau suatu keterarnpilan. Tuju-

annya agar anak memahami dan dapat

melakukannya dengan benar (Indra, 2006:

12). Sedangkan dalam KBBI (1990: 589)

tertera model ialah pola (contoh, acuan,

ragam, dan sebagainya) dari sesuatu yang

akan dibuat atau dihasilkan. Atau dapat juga

diartikan model ialah barang tiruan yang

kecil dengan bentuk atau rupa persis seperti

yang ditiru. Abu Ahmadi (1995: 62) men-

jelaskan bahwa model bercerita dengan alat

peraga ialah teknik mengajar di mana pen-

didik atau orang lain yang sengaja diminta

atau murid sendiri memperlihatkan kepada

seluruh kelas. Moeslichatoen (2004: 113)

menerangkan bahwa ada dua manfaat dari

model bercerita dengan alat peraga yaitu

dapat digunakan untuk memberikan ilustrasi

dalam menjelaskan informasi kepada anak

dan dapat membantu meningkatkan daya

pikir anak.

Banyak alat peraga yang dapat

digunakan oleh pendidik untuk menarik

perhatian anak dalam bercerita.Misalnya,

menerapkan buku-buku yang bergambar

menarik, gambar seri, boneka tangan, to-

peng, dan lain-lain.Sekali dua kali anak ter-

tarik tapi selanjutnya anak-anak mulai bosan

dengan alat peraga yang itu-itu saja.Peneliti

ingin mencoba menerapkan alat peraga yang

sesuai dengan kegemaran anak-anak, yaitu

alat peraga gambar wayang. Gambar

wayang yang dimaksud peneliti ialah gam-

bar-gambar yang sesuai dengan tema yang

akan diceritakan dibuat menyerupai wayang.

Peneliti berharap dari kegiatankegiatan

nyata yang dilakukan dengan alat peraga

yang menarik, anak-anak dapat mencer-

itakan kembali apa yang telah dilakukan.

Mulai dari kegiatan yang sederhana hingga

kegiatan yang memerlukan proses lama pe-

serta didik dapat melakukan dan mencer-

itakan kembali kegiatannya tersebut.

Penggunaan alat peraga gambar

wayang tidak hanya dilakukan tanpa adanya

landasan yang dapat digunakan sebagai acu-

an. Seperti yang diungkapkan Nana (2000:

99-100) bahwa ada enam fungsi pokok dari

alat peraga yaitu: (a) Penggunaan alat pera-

ga dalam proses belajar-mengajar bukan

merupakan fungsi tambahan tetapi mempu-

nyai fungsi tersendiri sebagai alat bantu un-

tuk mewujudkan situasi belajar-mengajar

yang efektif; (b) Penggunaan alat peragra

merupakan bagian yang integral dari kese-

luruhan situati mengajar; (c) Alat peraga

dalam pengajaran penggunaannya integral

dengan tujuan dan isi pelajaran; (d) Peng-

gunaan alat peraga dalam pengajaran bukan

Page 5: PENINGKATAN KEMAMPUAN TENAGA PENDIDIK …

Solikin, Peningkatan Kemampuan Tenaga Pendidik Menerapkan Model Bercerita … 541

semata-mata alat hiburan, dalam arti digu-

nakan hanya sekedar melengkapi proses

belajar supaya lebih menarik perhatian pe-

serta didik; (e) Penggunaan alat peraga da-

lam pengajaran lebih diutamakan untuk

mempercepat proses belajar-mengajar dan

membantu peserta didik dalam menangkap

pengertian yang diberikan pendidik; (f)

Penggunaan alat peraga dalam pengajaran

diutamakan untuk mempertinggi mutu bela-

jar-mengajar.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di 8 lem-

baga binaan PAUD peneliti sebagai Penilik,

yaitu di 8 Lembaga PAUD Kecamatan Ke-

dungwaru Kabupaten Tulungagung. Se-

dangkan subyek penelitian adalah 1 (satu)

orang tenaga pendidikdi 8 lembaga binaan

PAUDKecamatan Kedungwaru Kabupaten

Tulungagung, sehingga jumlahnya sebanyak

8 orang. Adapun nama-nama subyek pe-

nelitian dan masing-masing sekolah adalah

sebagai berikut.

Tabel 1 Data Subyek Penelitian

No Nama lembaga PAUD Subyek Penelitian

1. Cerah Ceriya Endang Winarsih

2. Tunas Bangsa Choirul Nikmah

3. Harapan Bangsa Sunarti

4. Ar-Rochman Pipit Christiningrum, S.Pd

5. Siti Khotijah Wiwit Handayani, S.Pd

6. Khalifah Rohmiatun Navi’ah, S.Pd

7. Puspa Kencana Reni Yunanik

8. Tunas Harapan Desi Riana W.

Jumlah 8

Penelitian dilaksanakan pada Semester

II I tahun ajaran 2016/2017 dan pengambi-

lan data dilaksanakan pada bulan Maret

sampai dengan bulan April 2017. Penelitian

ini mengunakan desain penelitian tindakan.

Penentuan desain penelitian didasarkan pada

keinginan peneliti untuk meningkatkan ke-

mampuan bercerita peserta didik PAUD di 8

Lembaga binaan PAUD Kecamatan Ke-

dungwaru Tulungagung. Terdapat beberapa

model penelitian tindakan yang diusulkan

sejumlah tokoh seperti model Kemmis

danMc Tanggart serta model Elliot. Model-

model tersebut dikernbangkan dari pikiran

Kurt Lewin orang yang dianggap pengga-

gas, awal penelitian tindakan. Kurt Lewin

dalam Zainal (2006:21), menggambarkan

penelitian tindakan sebagai serangkaian

langkah yang membentuk spiral.Setiap lang-

kah memiliki empat tahap, yaitu perenca-

naan (planning), tindakan (acting), penga-

matan (observing), dan refleksi (reflecting).

Tahap-tahap di atas yang membentuk

siklus dapat dilanjutkan ke siklus selanjut-

nya dengan rencana, tindakan, pengamatan

dan refleksi ulang berdasarkan hasil yang

dicapai pada siklus sebelumnya.Jumlah si-

klus dalam suatu penelitian tindakan bergan-

tung pada apakah masalah penelitian yang

dihadapi sudah dapat dipecahkan.Dalam pe-

nelitian ini peneliti menerapkan tiga siklus.

Berdasarkan hal-hal yang diutarakan

di atas, maka penelitian ini diawali dengan

kunjungan peneliti ke sekolah subyek pe-

nelitian untuk memberikan informasi kepada

Pengelola PAUD dan Tenaga Pendidik ten-

tang konsep model bercerita dengan alat

peraga bermain di kelas yang dilakukan me-

lalui penelitian tindakan, dan peneliti

mengajak untuk dapatnya dilakukan upaya

perbaikan kegiatan pembelajaran, sehingga

ada peningkatan kemampuan dan keterampi-

lan Tenaga Pendidik dalam menerapkankon-

sep model bercerita dengan alat peraga ber-

main, serta meningkatkan kemampuan dan

keterampilan Tenaga Pendidik.

Penelitian ini dilakukan siklus demi

siklus sesuai dengan konsep penelitian tin-

dakan, direncanakan ada 2 siklus untuk tiap-

tiap sekolah. Jenis tes yang sesuai dengan

penelitian ini adalah tes kemampuan ber-

cerita. Tes kemampuan bercerita dapat di-

Page 6: PENINGKATAN KEMAMPUAN TENAGA PENDIDIK …

542 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 6, NO. 3, DESEMBER 2017

nilai dengan menerapkan tabel unjuk kerja

dan observasi.

Analisis data penelitian tindakan kelas

ini deskripsi kualitatif berdasarkan hasil ob-

servasi terhadap kemampuan bercerita anak

dengan menerapkan model bercerita dengan

alat peraga. Kegiatan analisis data mem-

pergunakan pedoman bahwa meningkatnya

kemampuan bercerita anak diindikasikan de-

ngan tercapainya indikator kemandirian bi-

dang pengembangan kemampuan berbahasa

sebagai berikut: (1) Indikator, mendengarkan

cerita dan menceritakan kembali isi cerita

secara sederhana; (2) Indikator, bercerita

menerapkan kata ganti aku, saya, kamu, dia,

mereka; (3) Indikator, bercerita tentang gam-

bar yang disediakan atau yang dibuat sendiri

dengan urut dan bahasa yang jelas.

Peneliti menentukan prosedur penilai-

an meningkatnya kemampuan bercerita anak

berdasarkan perangkat pedoman penilaian

sebagai berikut.

= peserta didik belum mencapai

indikator kemandirian seperti

diharapkan atau dalam melak-

sanakan tugas selalu dibantu

pendidik.

= peserta didik menunjukkan ke-

mampuan sesuai dengan indi-

kator yang hendak dicapai

= peserta didik yang sudah mele-

bihi indikator kemandirian atau

mampu melaksanakan tugas

tanpa bantuan secara tepat, ce-

pat, lengkap, benar.

Adapun kriteria penilaian kemampuan

bercerita peserta didik sebagai berikut: (1)

peserta didik mampu menunjukkan pening-

katan kemampuan bercerita () dan

atau(); (2) peserta didik belum mampu

menunjukkan kemampuan bercerita bila

memperoleh penilaian ().

Rumus menentukan persentase ke-

mampuan bercerita:

Rata-rata Unjuk Kerja + Rata-rata Observasi X 100%

∑ anak yang hadir

Kemampuan bercerita anak dinya-

takan meningkat jika rata-rata persentase

masing-masing indikator yang dinilai lebih

75%, sebaliknya kemandirian peserta didik

dinyatakan belum meningkat jika rata-rata

persentase masing-masing indikator kurang

dari 75%.

HASIL DAN PPEMNBAHASAN

Refleksi Awal

Selama penelitian awal (pra tindakan)

dengan mengamati proses pembelajaran

diketahui bahwa siswa cenderung kurang

berminat pada proses pembelajaran hal ini

diketahui dari hasil nilai unjuk kerja siswa

hanya beberapa siswa yang dapat mengikuti

petunjuk guru dengan cepat sedangkan

siswa yang lain sedang asik bermain sendiri.

Untuk mengetahui kecenderungan siswa da-

lam proses belajar berikut adalah hasil nilai

unjuk kerja siswa yang ditampilkan pada

Tabel 3.

Hasil Penelitian

Bentuk kegiatan bercerita dengan

teknik yang baru dalam penelitian ini men-

erapkan alat peraga gambar wayang ten-

tunya menjadi hal yang baru dan menarik

bagi peserta didik. Sejauh manakah pening-

katan kemampuan bercerita anak, dapat ter-

lihat dalam dua siklus yang dilakukan dalam

penelitian ini. Tentunya ada kegiatan-

kegiatan yang bervariasi dalam pembelaja-

ran guna meningkatkan kemampuan berceri-

ta peserta didik.

Page 7: PENINGKATAN KEMAMPUAN TENAGA PENDIDIK …

Solikin, Peningkatan Kemampuan Tenaga Pendidik Menerapkan Model Bercerita … 543

Tabel 3 Nilai Unjuk Kerja Siswa Sebelum Siklus I

No. Nama Lembaga

PAUD

Aspek yang dinilai penggunaan alat peraga Indikator Bahasa

1 Cerah Ceriya 13 5 2

Mendengarkan cerita dan menceritakan kembali isi cerita

2 Tunas Bangsa 12 5 2

3 Harapan Bangsa 10 4 1

4 Ar-Rochman 12 6 2

5 Siti Khotijah 12 5 1

6 Khalifah 14 6 2

7 Puspa Kencana 15 4 1

8 Tunas Harapan 14 5 2

JUMLAH 102 40 13

Siklus I

Perencanaan (Planning)

Rencana pembelajaran dititikberatkan

pada bidang pengembangan berbahasa de-

ngan menentukan indikator berbahasa anak

yang hendak dicapai. Melalui model berceri-

ta dengan alat peragapeneliti mengharapkan

dapat meningkatkan kemampuan bercerita

peserta didik. Adapun rencana tindakan

yang diajukan sebagai berikut: (1) Menentu-

kan indikator berbahasa yang hendak di-

capai anak didik pada program pembelaja-

ran pendidikan anak usia dini (PAUD) bi-

dang pengembangan berbahasa standar

kompetensi TK/RA kurikulum 2004 yaitu:

(a) Indikator mendengarkan cerita dan men-

ceritakan kembali isi cerita secara seder-

hana; (b) Indikator bercerita menerapkan ka-

ta ganti aku, saya, kamu, dia, mereka; (c)

Indikator bercerita tentang gambar yang

disediakan atau yang dibuat sendiri dengan

urut dan bahasa yang jelas. (2) Menentukan

salah satu indikator berbahasa menjadi

kegiatan yang akan dilaksanakan murid ke-

lompok B pada kegiatan belajar mengajar

melalui kegiatan bercerita dengan menerap-

kanmodel bercerita dengan alat peraga. (3)

Merumuskan kegiatan belajar mengajar se-

bagai berikut: (a) Kegiatan awal, meliputi

apersepsi dengan metode bercakap-cakap

dengan tanya jawab dengan menerapkan

media poster gambar keluarga; (b) Kegiatan

inti, peserta didik membuat satu kelompok

dengan duduk di karpet sambil mendengar-

kan cerita dari pendidik. Cerita pendidik

menerapkan dua gambar keluarga yang su-

dah disiapkan tenaga pendidik. Setelah te-

naga pendidik selesai menceritakan, anak-

anak diminta untuk mencoba menceritakan

kembali cerita dari pendidik dengan men-

erapkan alat peraga; (c) Kegiatan akhir, guru

memberikan pertanyaan apa isi cerita yang

telah diceritakan dan siapa saja anak-anak

yang berani mencoba. Anak mewarnai salah

satu alat peraga yang digunakan. (4) Mem-

buat alat peraga yang terdiri dari dua gam-

bar wayang. (d) Menyiapkan alat pengum-

pul data berupa lembar pengamatan sebagai

bahan penyusun rencana pengolahan data

kuantitatif.

Pelaksanaan (Acting)

Peneliti melaksanakan pembelajaran

berdasarkan satuan kegiatan harian (SKH).

Proses pembelajaran berlangsung sebagai

berikut: (1) Kegiatan Awal, Apersepsi ten-

tang tema lingkunganku dengan sub tema

keluargaku menerapkan Model bercerita de-

ngan alat peraga bermain, ditunjang dengan

Page 8: PENINGKATAN KEMAMPUAN TENAGA PENDIDIK …

544 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 6, NO. 3, DESEMBER 2017

media gambar keluarga. Peneliti menjelas-

kan kegiatan-kegiatan yang akan dilaksa-

nakan pada kegiatan inti. (2) Kegiatan Inti,

Anak-anak membuat satu kelompok dengan

duduk di karpet sambil membentuk lingka-

ran. Peneliti menyiapkan alat peraga untuk

bercerita, sedang tenaga pendidik yang lain,

pendamping mendampingi anak-anak agar

tetap duduk rapi selama proses bercerita ber-

langsung. Sebelum peneliti bercerita harus

menjelaskan terlebih dahulu apa yang harus

dilakukan anak-anak selama kegiatan ber-

cerita berlangsung dan sesudah kegiatan be-

rcerita. Anak-anak menceritakan kembali

cerita yang sudah disampaikan oleh ibu guru

dan tentunya menerapkan alat peraga (dua

gambar wayang).Pada saat anak melaksa-

nakan kegiatan, pendidik senantiasa men-

dampingi dan membimbing anak-anak agar

dapat menceritakan kembali cerita guru de-

ngan urut. (3) Kegiatan Akhir, Anak menga-

ktualisasikan pembelajaran yang telah dilak-

sanakan melalui kegiatan mewarnai gambar

orang. Pada kegiatan akhir peneliti dan anak

didik mendiskusikan kegiatan satu hari.

Pengamatan (Observing)

Pengumpulan data pada penelitian ini

dilakukan dengan mengobservasi proses

kegiatan belajar mengajar meliputi: penga-

matan aktivitas anak dalam mendengarkan

cerita dari pendidik, serta kemauan dan ke-

mampuan anak dalam menceritakan kembali

cerita dari tenaga pendidik. Peneliti dibantu

teman sejawat atau tenaga pendidik pen-

damping rnelakukan pengamatan proses

kegiatan belajar mengajar dan mencatat da-

ta. Data peningkatan kemampuan anak da-

lam bercerita dan melaksanakan tugas yang

diberikan tenaga pendidik yaitu kegiatan

mewarnai. Hasil penilaian pada siklus I ada-

lah sebagai berikut.

Tabel 4 Penilaian Unjuk Kerja Siswa Siklus I

No Nama Lembaga

PAUD

Aspek Yang Dinilai Penggunaan Alat Peraga Indikator Bahasa

1 Cerah Ceriya 12 5 3

Mendengarkan cerita dan menceritakan kembali isi cerita

2 Tunas Bangsa 11 6 2

3 Harapan Bangsa 9 4 2

4 Ar-Rochman 10 7 3

5 Siti Khotijah 10 6 2

6 Khalifah 12 7 3

7 Puspa Kencana 13 5 2

8 Tunas Harapan 12 6 3

JUMLAH 89 46 20

Dari Tabel 4 dapat ditentukan rata-rata

anak yang mampu bercerita secara runtut

yaitu anak yang memperoleh penilaian

dan . Oleh sebab itu dapat diperoleh

rata-rata sebagai berikut.

Rata-rata unjuk kerja = Yang mendapat +

2

= 46 + 20

2

= 66

2 = 33

Dari Tabel 5 ditentukan rata-rata anak

yang mampu menerapkan alat peraga 2

gambar wayang yaitu anak yang memper-

oleh penilaian dan . Oleh sebab

itu dapat diperoleh rata-rata sebagai berikut.

Rata-rata observasi = Yang mendapat +

2

= 54 + 28

2

= 82

2 = 41

Page 9: PENINGKATAN KEMAMPUAN TENAGA PENDIDIK …

Solikin, Peningkatan Kemampuan Tenaga Pendidik Menerapkan Model Bercerita … 545

Refleksi (Reflecting)

Dari hasil peneliti, dilakukan analisis

data bersama tenaga pendidik pendamping

dalam kegiatan tersendiri, guna mengetahui

peningkatan kemampuan seni anak.Hasil

yang didapat anak-anak belum maksimal da-

lam menceritakan kembali cerita yang telah

disampaikan pendidik, kurang menariknya

isi cerita karena hanya terdiri dari dua gam-

bar wayang (alat peraga), jadi hanya muncul

dua karakter.Hasil yang kurangmaksimal

dari siklus I dipakai sebagai dasar untuk

melakukan rancangan ulang siklus II.Hal ini

dibuktikan dengan skor unjuk kerja siklus I

sebesar 33 dan nilai observasi 41.

Siklus II

Perencanaan (Planning)

Rencana tindakan siklus II disusun

peneliti berdasarkan hasil refleksi siklus I.

Rencana pembelajaran tetap dititikberatkan

pada bidang pengembangan kemampuan

berbahasa dengan menentukan indikator

berbahasa yang hendak dicapai melalui

kegiatan bercerita dengan menerapkanmodel

bercerita dengan alat peraga. Peneliti mere-

visi bentuk-bentuk kegiatanpembelajaran

pada siklus I. Bentuk kegiatan pembelajaran

pada siklus II dirancang lebih menarik.

Tabel 5 Hasil observasi Siklus I

No Nama Lembaga PAUD

Aspek Yang Dinilai Seni Dalam Bercerita Indikator Bahasa

1 Cerah Ceriya 10 6 4

Mendengarkan cerita dan menceritakan kembali isi cerita

2 Tunas Bangsa 9 7 3

3 Harapan Bangsa 8 4 3

4 Ar-Rochman 8 8 4

5 Siti Khotijah 8 7 3

6 Khalifah 10 8 4

7 Puspa Kencana 10 7 3

8 Tunas Harapan 10 7 4

JUMLAH 73 54 28

Rencana tindakan siklus II yang di-

ajukan sebagai berikut: (1) Menentukan in-

dikator kemandirian yang hendak dicapai

anak didik pada program pembelajaran pen-

didikan anak usia dini (PAUD) bidang

pengembangan kemampuan berbahasa yai-

tu: (a) Indikator, mendengarkan cerita dan

menceritakan kembali isi cerita secara se-

derhana; (b) Indikator, bercerita menerapkan

kata ganti aku, saya, kamu, dia, mereka; (c)

Indikator, bercerita tentang gambar yang

disediakan atau yang dibuat sendiri dengan

urut dan bahasa yang jelas. (2) Menentukan

salah satu indikator untuk dijadikan kegiatan

yang akan dilaksanakan. Tentunya indikator

tersebut dapat dikembangkan menjadi

kegiatan bercerita dengan menerapkanmodel

bercerita dengan alat peraga. (3) Merumus-

kan kegiatan belajar mengajar sebagai beri-

kut: (a) Kegiatan awal, meliputi menyam-

paikan tema yang ada dalam minggu ini

dengan metode bercakap-cakap dan tanya

jawab; (b) Kegiatan inti, pendidik bercerita

sesuai dengan tema. Anak-anak mencer-

itakan kembali cerita yang disampaikan oleh

pendidik; (c) Kegiatan akhir, anak menco-

cok gambar yang telah diwarnai pada siklus

I, mendiskusikan isi cerita dan hikmah apa

yang dapatdiambil dari kegiatan bercerita

yang telah disampaikan oleh pendidik, serta

Page 10: PENINGKATAN KEMAMPUAN TENAGA PENDIDIK …

546 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 6, NO. 3, DESEMBER 2017

kegiatan selama satu hari. (4) Menyiapkan

alat peraga yang akan digunakan anak-anak

dan juga pendidik. (5) Menyiapkan alat pe-

ngumpul data berupa lembar pengamatan

sebagai bahan penyusun rencana pengolahan

data kuantitatif.

Pelaksanaan (Acting)

Peneliti melaksanakan pembelajaran

berdasarkan satuan kegiatan harian (SKH).

Proses pembelajaran siklus II merupakan

penyempurnaan siklus I dengan langkah-

langkah sebagai berikut: (1) Kegiatan Awal,

Apersepsi tentang tema lingkungan dengan

sub tema rumahku. Penggunaan metode

bercakap-cakap dan tanya jawab sangat co-

cok digunakan dalam kegiatan awal ini.

Poster keluarga dan alat peraga gambar

wayang yang akan digunakan sebagai bahan

pembelajaran. Peneliti menjelaskan kegiat-

an-kegiatan yang akan dilaksanakan pada

kegiatan inti. (2) Kegiatan Inti, Anak-anak

menggunting salah satu gambar yang dis-

enangi yang digunakan sebagai alat pera-

ga.Gambar yang sudah jadi direkatkan

dengan sebilah bambu, untuk memudahkan

anak untuk memainkan alat peraga gambar

wayang tersebut dalam bercerita. Pendidik

bercerita menerapkan alat peraga lima gam-

bar wayang yang telah dibuatn. Anak-anak

memperhatikan cerita yang disampaikan

oleh pendidik. Setelah pendidik selesai ber-

cerita, pendidik mempersilahkan anak-anak

yang ingin mencoba bercerita menerapkan-

lima gambar wayang yang telah dibuat.

Anak-anak diperbolehkan meminjam gam-

bar wayang yang telah dibuat oleh teman

yang lain, lalu menceritakan kembali cerita

yang telah disampaikan oleh pendidik. Pada

saat anak melaksanakan kegiatan, pendidik

senantiasa mendampingi dan membimbing

anak dengan memberi motivasi dan kesem-

patan anak untuk mau bercerita di depan

kelas dengan menerapkan alat peraga lima

gambar wayang. (3) Kegiatan Akhir, Anak

memahami apa isi cerita yang telah disam-

paikan oleh tenaga pendidik dalam bercerita,

serta mendiskusikan kegiatan yang telah dil-

akukan dalam satu hari.

Pengamatan (Observing)

Pengumpulan data penelitian dilaku-

kan dengan mengobservasi proses kegiatan

belajar mengajar meliputi: mengamati ak-

tivitas anak dalam kegiatan bercerita serta

peningkatan kemampuan bercerita anak da-

lam menceritakan kembali cerita yang telah

disampaikan oleh tenaga pendidik. Tenaga

pendidik dibantu teman sejawat melakukan

pengamatan proses kegiatan belajar meng-

ajar dan mencatat data-data. Data peningkat-

an kemampuan anak bercerita dilakukan

melalui proses pengamatan kemampuan a-

nak dalam menceritakan kembali cerita pen-

didik secara urut, serta semakin bertambah

banyaknya anak yang mau maju untuk

menceritakan kembali cerita pendidik. Hasil

Penilaian pada siklus II ditampilkan pada

Tabel 6. Dari Tabel 6 ditentukan rata-rata

anak pada siklus II yang mampu bercerita

secara runtut yaitu anak yang memperoleh

penilaian dan . Oleh sebab itu

dapat diperoleh rata-rata sebagai berikut.

Rata-rata unjuk kerja = Yang mendapat +

2

= 88 + 60

2

= 148

2 = 74

Dari Tabel 7 dapat ditentukan rata-rata

anak yang mampu menerapkan alat peraga 5

gambar wayang yaitu anak yang mem-

peroleh penilaian dan . Oleh sebab

itu dapat diperoleh rata-rata sebagai berikut.

Page 11: PENINGKATAN KEMAMPUAN TENAGA PENDIDIK …

Solikin, Peningkatan Kemampuan Tenaga Pendidik Menerapkan Model Bercerita … 547

Rata-rata hasil obeservasi = Yang mendapat +

2

= 65 + 80

2

= 145

2 = 72,5

Tabel 6 Penilaian unjuk kerja Siklus II

No Nama Lembaga PAUD

Aspek Yang Dinilai Penggunaan Alat Peraga Indikator Bahasa

1 Cerah Ceriya 0 10 8

Mendengarkan cerita dan menceritakan kembali isi cerita

2 Tunas Bangsa 1 11 7

3 Harapan Bangsa 0 9 6

4 Ar-Rochman 2 11 7

5 Siti Khotijah 1 11 6

6 Khalifah 0 13 9

7 Puspa Kencana 1 11 8

8 Tunas Harapan 0 12 9

JUMLAH 5 88 60

Tabel 7 Hasil observasi

No Nama Lembaga PAUD

Aspek Yang Dinilai Seni Dalam Bercerita Indikator Bahasa

1 Cerah Ceriya 2 8 10

Mendengarkan cerita dan menceritakan kembali isi cerita

2 Tunas Bangsa 1 9 9

3 Harapan Bangsa 0 6 9

4 Ar-Rochman 0 10 10

5 Siti Khotijah 0 8 10

6 Khalifah 2 9 11

7 Puspa Kencana 3 7 10

8 Tunas Harapan 2 8 11

JUMLAH 10 65 80

Refleksi (Reflecting)

Dari hasil pengamatan peneliti, dil-

akukan analisis data untuk mengetahui

ketercapaian indikator berbahasa anak khu-

susnya bercerita.Hasil pengamatan pada si-

klus I, dan siklus II dianalisis, didiskusikan

serta dibandingkan, apakah ada peningkatan

atau tidak pada kemampuan bercerita anak

didik.Berdasarkan hasil refleksi yang dibuat

peneliti, maka disusun kesimpulan hasil

penelitian.Sehingga dapat diperoleh data

yaitu hasil unjuk kerja siswa siklus I adalah

41 dan pada siklus II meningkat menjadi

65.Sedangkan penilaian dengan menerapkan

alat peraga mencapai 33 pada siklus I

meningkat menjadi 74 pada siklus II.

Bentuk kegiatan bercerita menerap-

kanmodel bercerita dengan alat peraga

Kecamatan Kedungwaru Tulungagung me-

mberi kesempatan anak untuk bercerita

dengan teknik baru. Peningkatan kemampu-

an seni anak terlihat pada tabel penilaian

unjuk kerja dan tabel penilaian observasi

yang terjadi pada siklus I dan II.

Page 12: PENINGKATAN KEMAMPUAN TENAGA PENDIDIK …

548 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 6, NO. 3, DESEMBER 2017

Pembahasan Siklus I

Pada siklus I anak mendengarkan ceri-

ta dari pendidik di mana pendidik di sini se-

bagai model yang akan ditirukan anak-anak

untuk menceritakan kembali cerita yang

disampaikan oleh pendidik. Dalam siklus I

anak-anak mendapat kegiatan menceritakan

kembali cerita yang telah disampaikan oleh

pendidik dengan menerapkan alat peraga

duagambar wayang.Pada siklus I belum be-

gitu terlihat peningkatan kemampuan ber-

cerita ini didapat dari hasil penelitian yang

terdapat pada Tabel 2 dan Tabel 3.

Meskipun sudah mencapai 47,74%

anak-anak dapat mengembangkan seni da-

lam menerapkan model bercerita dengan

alat peraga, tetapi belum mencapai 75%.

Pada siklus I terdapat banyak kekurangan

yang dapat direvisi untuk menjadi acuan pa-

da siklus II. Hasil observasi aktivitas siswa

pada siklus I mencapai 47,74% dan hasil

observasi aktivitas guru mencapai 67,5%.

Kekurangan pada siklus I adalah: (1)

Penggunaan alat peraga hanya menerapkan

dua gambar wayang sehingga kurang mena-

rik bagi anak-anak; (2) Anak-anak kesulitan

menghafal cerita karena yang digunakan

hanya dua gambar wayang tetapi cerita ter-

lalu banyak.

Rumus kemampuan bercerita:

= Rata-rata Unjuk kerja + rata-rata Observasi

X 100% ∑ anak yang hadir

= 33 +41

X 100% 155

= 74

X 100% 155

= 0,48 x 100%

= 47,74%

Pembahasan Siklus II

Pada siklus II anak-anak diajak lang-

sung membuat alat peraga gambar wayang

yang akan dipakai anak-anak untuk berceri-

ta. Anak-anak sangat tertarik dengan ke-

giatan tersebut. Pendidik bercerita menerap-

kan alat peraga lima gambar wayang. Anak

mendengarkan cerita pendidik sekaligus

mengamati cara penggunaan alat peraga.

Setelah pendidik selesai bercerita anak-anak

menceritakan kembali dengan lima gambar

wayang yang telah dibuat anak-anak.

= Rata-rata Unjuk kerja + rata2 Observasi

X 100% ∑ anak yang hadir

= 74 + 74,5

X 100% 155

= 148,5

X 100% 155

= 0,96 x 100%

= 95,81%

Page 13: PENINGKATAN KEMAMPUAN TENAGA PENDIDIK …

Solikin, Peningkatan Kemampuan Tenaga Pendidik Menerapkan Model Bercerita … 549

Gambar 1 Hasil Perkembangan Kemampuan Bercerita Anak pada Siklus I dan II

Peningkatan hasil persentase yang

terjadi pada dua siklus tersebut membuk-

tikan bahwa hipotesis yang berbunyi “Me-

lalui bimbingan Penilik dapat meningkatkan

kemampuan tenaga pendidik dalam men-

erapkan model bercerita dengan alat peraga

bermain di 8 Lembaga Binaan PAUD Ke-

camatan Kedungwaru Kabupaten Tulunga-

gung Tahun 2016/2017 Semester II

”diterima.

PENUTUP

Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari

penelitian ini adalah ada peningkatan ke-

mampuan seni melalui penerapkan model

bercerita dengan alat peraga pada peserta

didik di 8 Lembaga Binaan PAUD Kecama-

tan Kedungwaru Tulungagung tahun pelaja-

ran 2016/ 20170. Hal ini didasarkan pada

hasil penelitian pada siklus hasil unjuk kerja

siswa dan kemampuan seni peserta didik

rata-rata 47,74%, mengalami peningkatan

pada siklus II dengan rata-rata 95,81%. Pada

hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I

mencapai 50% mengalami peningkatan pada

siklus II mencapai 82,14%. Pada Observasi

aktivitas guru siklus I mencapai 67,5 men-

galami peningkatan pada siklus II mencapai

85%. Peningkatan yang signifikan itu dapat

dicapai karena kegiatan pembelajaran setiap

siklusnya dibuat lebih menarik dan kreatif.

Kegiatan pembelajaran yang menarik dan

kreatif memudahkan anak-anak dalam pen-

erapan model bercerita dengan alat peraga.

Saran

Bagi pendidik, hendaknya pendidik

tidak bosan-bosan untuk menambah wawa-

san dalam mengetahui teknik atau metode

untuk dapat meningkatkan kemampuan seni

anak. Bagi lembaga, hendaknya lembaga

selalu mendukung dan memprasaranai bagi

guru-guru yang hendak melakukan pene-

litian guna meningkatkan mutu pembelaja-

ran yang kreatif dan inovatif.

33

74

47.74

95.81

0

20

40

60

80

100

120

Siklus I Siklus II

Page 14: PENINGKATAN KEMAMPUAN TENAGA PENDIDIK …

550 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 6, NO. 3, DESEMBER 2017

DAFTAR RUJUKAN

Ahmadi Abu, dan H, Joko Tri Prasetya.

1995. Strategi Belajar Mengajar.

Bandung: Pustaka Setia.

Cokrosuyoso. 1993. Dasar-dasar Peneliti-

an. Jakarta: Depdikbud. Depdikbud.

1990. Kamus Besar Bahasa. Jakarta:

Balai Pustaka.

Direktur Jendral Pendidikan Luar Sekolah.

2005. Buletin PADU Jurnal Ilmiah

Anak Dini Usia, Edisi Khusus 2005.

Jakarta: Departemen Pendidikan Na-

sional.

Djati Indra Sidi.2006. Pedoman Pengemba-

ngan Silabus di Taman Kanak-kanak.

Jakarta: Departemen Pendidikan Na-

sional.

Kurikulum 2004. Departemen Pendidikan

Nasional Jakarta.

Moeslichatoen R. 2004. Metode Pengajaran

di Taman Kanak-kanak.Jakarta: Asdi

Mahasatya.

Sudjana, Nana. 2000. Dasar-dasar Proses

Belajar Mengajar. Bandung: Sinar

Baru Algensindo.

Djamarah.2000. Prestasi Belajar dan Kom-

petensi Guru. Surabaya: Usaha Na-

sional.