PENINGKATAN KEMAMPUAN TENAGA PENDIDIK …
Transcript of PENINGKATAN KEMAMPUAN TENAGA PENDIDIK …
Solikin, Peningkatan Kemampuan Tenaga Pendidik Menerapkan Model Bercerita … 537
PENINGKATAN KEMAMPUAN TENAGA PENDIDIK MENERAPKAN
MODEL BERCERITA DENGAN ALAT PERAGA BERMAIN MELALUI
BIMBINGAN PENILIK DI 8 LEMBAGA BINAAN PAUD SEMESTER II
TAHUN 2016/2017 KECAMATAN KEDUNG WARU
KABUPATEN TULUNGAGUNG
Oleh:
Solikin
Penilik Lembaga PAUD Kecamatan Kedungwaru Kabupaten Tulungagung
Abstrak. Tujuan dalam penelitian tindakan sekolah ini adalah untuk mengetahui peningkatan ke-
mampuan tenaga pendidik menerapkan model bercerita dengan alat peraga bermain melalui Bimb-
ingan Penilik di 8 Lembaga Binaan PAUD Kecamatan Kedungwaru Kabupaten Tulungagung Ta-
hun 2016/2017 Semester I. Model bercerita dengan alat peraga dengan menerapkan alat peraga
gambar wayang yang sesuai dengan cerita yang akan disampaikan. Penelitian ini dilaksanakan di 8
lembaga binaan PAUD peneliti sebagai Penilik, yaitu di 8 Lembaga PAUD Kecamatan Ke-
dungwaru Kabupaten Tulungagung. Sedangkan subyek penelitian adalah 1 (satu) orang tenaga
pendidik di 8 lembaga binaan PAUD Kecamatan Kedungwaru Kabupaten Tulungagung, sehingga
jumlahnya sebanyak 8 orang. Diawali dengan dua tokoh dalam satu cerita dan isi cerita yang tidak
terlalu banyak. Pendidik memperagakan dengan cara menggerakkan gambar wayang sesuai
dengan ceritanya. Setelah pendidik selesai memperagakan, pendidik menawarkan kepada anak-
anak siapa yang ingin mencoba. Apapun yang anak peragakan pendidik sebisa mungkin
mengawasi anak-anak yang lain agar mereka bisa mendengarkan cerita temannya dengan baik. Bi-
la anak menemui kesulitan dalam melanjutkan ceritanya pendidik harus segera membantu untuk
melanjutkan cerita agar si anak tidak merasa malu Karena tidak bisa ataupun merasa bahwa dia sa-
lah. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah ada peningkatan kemampuan seni
melalui penerapkan model bercerita dengan alat peraga pada peserta didik di 8 Lembaga Binaan
PAUD Kecamatan Kedungwaru Tulungagung tahun pelajaran 2016/ 20170. Hal ini didasarkan pa-
da hasil penelitian pada siklus I hasil unjuk kerja siswa dan kemampuan seni peserta didik rata-rata
47,74%, mengalami peningkatan pada siklus II dengan rata-rata 95,81%. Padahasilobservasiaktivi-
tassiswapadasiklus I mencapai 50% mengalamipeningkatanpadasiklus II mencapai 82,14%. Pada
Observasi aktivitas guru siklus I mencapai 67,5 mengalami peningkatan pada siklus II mencapai
85%. Peningkatan yang signifikan itu dapat dicapai karena kegiatan pembelajaran setiap siklusnya
dibuat lebih menarik dan kreatif. Kegiatan pembelajaran yang menarik dan kreatif memudahkan
anak-anak dalam penerapan model bercerita dengan alat peraga.
Kata Kunci: Kemampuan Tenaga Pendidik, Model Bercerita, Alat Peraga
Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah
salah satu bentuk satuan pendidikan anak
usia dini pada jalur non formal yang menye-
lenggarakan program pendidikan bagi anak
usia tiga tahun sampai lima tahun. Sesuai
dengan tujuan pendidikan anak usia dini
yang tertuang dalam kurikulum yaitu mem-
bantu anak didik mengembangkan berbagai
potensi baik psikis dan fisik, yang sesuai
dengan aspek perkembangan. Aspek per-
kembangan tersebut terdapat dalam bidang
pengembangan. Program pembelajaran di
TIC meliputi dua bidang pengembangan
yaitu pembiasaan dan kemampuan dasar
(Indra, 2006: 2).
Pada anak usia dini, dikenal dengan
istilah masa peka, dimana pada usia itu anak
sedang mengalami proses jiwa yang mem-
punyai suatu kemampuan untuk menerima
rangsangan dari luar. Mereka cepat sekali
538 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 6, NO. 3, DESEMBER 2017
dalam menangkap perubaham, pengem-
bangan dan pengetahuan dari luar. Mereka
cepat menangkap ilmu pengetahuan dari
sekelilingnya melalui: pendengaran, pengli-
hatan, penciuman, perabaan serta melalui
gerak-gerik dari sekitarnya.
Para ahli perkembangan psikologi
anak mengatakan bahwa perkembangan in-
telegensi, intelektual anak pada masa ini
adalah pada titik puncak. Yang anehnya
semua ini adalah akan diperoleh anak sambil
bermain, dan kita mengenal dengan istilah
Learning by Playing. Yang dipentingkan
adalah faktor bermainnya. Akan menyalahi
kodrat anak bila pada masa itu diajarkan
membaca, menulis dan berhitung seperti di
murid sekolah dasar kelas tinggi.
Disebutkan juga bahwa pada masa 3-5
tahun pertama dalam kehidupan anak manu-
sia merupakan masa dimana perkembangan
fisik dan motorik intelektual maupun ber-
langsung dengan sangat cepatnya sehingga
seringkali disimpulkan bahwa sejauh mana
keberhasilan pada masa ini akan menen-
tukan seluruh masa depan anak. Pada masa
ini sejumlah besar kemampuan seperti ber-
bahasa, bersikap, nilai-nilai bahkan cara
belajar seorang manusia mulai mengambil
bentuk dasarnya, dan cenderung untuk me-
netap sampai usia dewasa.
Keterampilan tersebut merupakan ket-
erampilan dasar yang harus dikembangkan
secara optimal agar potensi yang ada pada
diri anak tidak akan hilang percuma. Ket-
erampilan-keterampilan tersebut tidak akan
terjadi secara alamiah tetapi harus didukung
oleh lingkungan seperti, keluarga, sekolah
dan masyarakat luas. Sebagai pelaku dan
pengatur dalam proses belajar mengajar,
tenaga pendidiklah yang mengarahkan
bagaimana proses belajar mengajar itu dil-
aksanakan. Karena itu tenaga pendidik harus
dapat membuat suatu pengajaran menjadi
lebih efektif juga menarik sehingga bahan
pelajaran yang disampaikan akan membuat
anak didik merasa senang dan merasa perlu
untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut.
Tenaga pendidik adalah figur manusia
sumber yang menempati posisi dan me-
megang peran penting dalam pendidikan.
Ketika semua orang mempersoalkan masa-
lah dunia pendidikan figur tenaga pendidi-
kmesti terlibat dalam agenda pembicaraan
terutama yang menyangkut persoalan pen-
didikan formal di sekolah. Pendidik atau
guru merupakan tenaga profesional yang
bertugas merencanakan dan melaksanakan
proses pembelajaran, menilai hasil pembela-
jaran, melakukan pembimbingan dan pelati-
han, serta melakukan penelitian dan pe-
ngabdian kepada masyarakat, terutama bagi
pendidik pada perguruan tinggi. Hal tersebut
tidak dapat disangkal kerana lembaga pen-
didikan formal adalah dunia kehidupan gu-
ru. sebagai besar waktu guru ada di sekolah,
sisanya ada di rumah dan di masyarakat
(Djamarah, 2000).
Keberhasilan tujuan pembelajaran di-
tentukan oleh banyak faktor diantaranya
adalah faktor tenaga pendidik dalam melak-
sanakan proses belajar mengajar, karena te-
naga pendidik secara langsung dapat mem-
pengaruhi, membina dan meningkatkan ke-
cerdasan serta keterampilan anak didik. Un-
tuk mengatasi permasalahan di atas dan
guna mencapai tujuan pendidikan secara
maksimal, peran tenaga pendidik sangat
penting dan diharapkan tenaga pendidik
memiliki cara/model mengajar yang baik
dan mampu memilih model pembelajaran
yang tepat dan sesuai dengan konsep-konsep
mata pelajaran yang akan disampaikan.
Dalam pembelajaran kognitif di
PAUD, alat peraga amat besar pengaruhnya
Solikin, Peningkatan Kemampuan Tenaga Pendidik Menerapkan Model Bercerita … 539
mengingat anak usia dini masih amat senang
bermain sambil belajar untuk kelas rendah,
serta belajar dan bermain untuk peserta
didikPAUD. Begitu juga anak usia empat
sampai enam tahun lebih senang dengan
benda-benda nyata konkrit dari pada benda-
benda yang abstrak.
Kegiatan Belajar dan bermain adalah
suatu kegiatan yang sangat disukai oleh
anak didik seusia Anak Usia Dini. Oleh se-
bab itu proses belajar mengajar yang si-
fatnya dengan benda-benda nyata akan san-
gat menarik mereka untuk mengikuti pelaja-
ran tersebut. Dari proses belajar mengajar
dengan benda yang nyata biasanya akan
memberikan dampak ingatan yang sangat
kuat dalam benak mereka. Karena mereka
mengetahui hal-hal yang sifatnya baru. Hal
ini sesuai dengan karakter anak-anak Usia
Dini yang mempunyai sifat serba ingin tahu.
Sesuai dengan tujuan pendidikan anak
usia dini dan bidang pengembangan yang
ada di pendidikan anak usia dini (PAUD)
maka dibutuhkan metode-metode yang di-
gunakan dalam pembelajaran di pendidikan
anak usia dini (PAUD). Abu Ahmadi (1995:
53) menyatakan bahwa di dalam penggu-
naan satu atau beberapa metode ada syarat-
syarat yang perlu diperhatikan: (a) Metode
mengajar yang dipergunakan harus dapat
membangkitkan motif, minat, atau gairah
belajar peserta didik; (b) Metode mengajar
yang dipergunakan harus dapat menjamin
perkembangan kegiatan kepribadian peserta
didik; (c) Metode mengajar yang diperguna-
kan harus dapat memberikan kesempatan
bagi peserta didik untuk mewujudkan hasil
karya; (d) Metode mengajar yang diper-
gunakan harus dapat merangsang keinginan
peserta didik untuk belajar lebih lanjut,
melakukan eksplorasi dan inovasi (pemba-
haruan); (e) Metode mengajar yang diper-
gunakan harus dapat mendidik murid dalam
teknik belajar sendiri dan cara memperoleh
pengetahuan melalui usaha pribadi; (f) Me-
tode mengajar yang dipergunakan harus da-
pat mentiadakan penyajian yang bersifat
verbalitas dan menggantinya dengan pen-
galaman atau situasi yang nyata dan bertu-
juan; (g) Metode mengajar yang diperguna-
kan harus dapat menanamkan dan mengem-
bangkan nilai-nilai dan sikap-sikap utama
yang diharapkan dalam kebiasaan cara be-
kerja yang baik di kehidupan sehari-hari.
Tenaga pendidik bisa menggali ber-
bagai metode pengajaran yang disesuaikan
dengan kondisi dan cara berpikir anak-anak
tersebut, sehingga proses belajar mengajar
bisa berjalan dengan baik dan hasilnya bisa
memuaskan seperti yang diharapkan Metode
mengajar di pendidikan anak usia dini
(PAUD) itu beraneka ragam, seperti metode
bercerita, bercakap-cakap, tanya jawab,
pemberian tugas, eksperimen dan seba-
gainya. Dari sekian banyak metode itu
peneliti tertarik untuk mengambil metode
bercerita dalam rangka meningkatkan pe-
ngembangan kemampuan seni peserta didik.
Bercerita merupakan salah satu pen-
galaman belajar bagi anak TK. Membacakan
cerita kepada anak secara lisan, pendidik
harus membawakan dengan menarik, me-
ngundang perhatian anak dan tidak lepas
dari tujuan pendidikan bagi anak TK. Seper-
ti yang tertuang dalam kurikulum 2004, em-
pat tujuan pendidikan bagi anak TK ialah
membantu anak didik mengembangkan ber-
bagai potensi baik psikis dan fisik yang
meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial,
emosional, kognitif, bahasa, fisiklmotorik
kemandirian dan seni untuk siap memasuki
pendidikan dasar.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indone-
sia (1990: 589), cerita adalah tuturan yang
540 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 6, NO. 3, DESEMBER 2017
membentangkan bagaimana terjadinya suatu
hal (peristiwa, kejadian, dan sebagainya).
Cerita adalah karangan yang menuturkan
perbuatan, pengalaman, atau penderitaan
orang, kejadian dan sebagainya (baik yang
sungguh-sungguh terjadi maupun yang han-
ya rekaan biasa).Bercerita ialah menuturkan
cerita. Bercerita adalah bertutur kata dan
penyampaian cerita secara lisan (Indra,
2006: 11). Bila isi cerita itu dikaitkan
dengan dunia kehidupan anak TK, maka
mereka dapatmemahami isi cerita itu, mere-
ka akan mendengarkannya dengan penuh
perhatian, dan dengan mudah dapat me-
nangkap isi cerita.
Ada beberapa macam teknik bercerita
yang dapat dipergunakan antara lain pendidik
dapat membaca langsung dari buku, men-
erapkan ilustrasi dari buku gambar, men-
erapkan papan flanel, menerapkan boneka,
bermain peran dalam suatu cerita
(Moeslichatoen, 2004: 158).
Model bercerita dengan alat peraga
adalah kegiatan yang dilakukan dengan cara
mempertunjukkan ataupun memperagakan
suatu cara atau suatu keterarnpilan. Tuju-
annya agar anak memahami dan dapat
melakukannya dengan benar (Indra, 2006:
12). Sedangkan dalam KBBI (1990: 589)
tertera model ialah pola (contoh, acuan,
ragam, dan sebagainya) dari sesuatu yang
akan dibuat atau dihasilkan. Atau dapat juga
diartikan model ialah barang tiruan yang
kecil dengan bentuk atau rupa persis seperti
yang ditiru. Abu Ahmadi (1995: 62) men-
jelaskan bahwa model bercerita dengan alat
peraga ialah teknik mengajar di mana pen-
didik atau orang lain yang sengaja diminta
atau murid sendiri memperlihatkan kepada
seluruh kelas. Moeslichatoen (2004: 113)
menerangkan bahwa ada dua manfaat dari
model bercerita dengan alat peraga yaitu
dapat digunakan untuk memberikan ilustrasi
dalam menjelaskan informasi kepada anak
dan dapat membantu meningkatkan daya
pikir anak.
Banyak alat peraga yang dapat
digunakan oleh pendidik untuk menarik
perhatian anak dalam bercerita.Misalnya,
menerapkan buku-buku yang bergambar
menarik, gambar seri, boneka tangan, to-
peng, dan lain-lain.Sekali dua kali anak ter-
tarik tapi selanjutnya anak-anak mulai bosan
dengan alat peraga yang itu-itu saja.Peneliti
ingin mencoba menerapkan alat peraga yang
sesuai dengan kegemaran anak-anak, yaitu
alat peraga gambar wayang. Gambar
wayang yang dimaksud peneliti ialah gam-
bar-gambar yang sesuai dengan tema yang
akan diceritakan dibuat menyerupai wayang.
Peneliti berharap dari kegiatankegiatan
nyata yang dilakukan dengan alat peraga
yang menarik, anak-anak dapat mencer-
itakan kembali apa yang telah dilakukan.
Mulai dari kegiatan yang sederhana hingga
kegiatan yang memerlukan proses lama pe-
serta didik dapat melakukan dan mencer-
itakan kembali kegiatannya tersebut.
Penggunaan alat peraga gambar
wayang tidak hanya dilakukan tanpa adanya
landasan yang dapat digunakan sebagai acu-
an. Seperti yang diungkapkan Nana (2000:
99-100) bahwa ada enam fungsi pokok dari
alat peraga yaitu: (a) Penggunaan alat pera-
ga dalam proses belajar-mengajar bukan
merupakan fungsi tambahan tetapi mempu-
nyai fungsi tersendiri sebagai alat bantu un-
tuk mewujudkan situasi belajar-mengajar
yang efektif; (b) Penggunaan alat peragra
merupakan bagian yang integral dari kese-
luruhan situati mengajar; (c) Alat peraga
dalam pengajaran penggunaannya integral
dengan tujuan dan isi pelajaran; (d) Peng-
gunaan alat peraga dalam pengajaran bukan
Solikin, Peningkatan Kemampuan Tenaga Pendidik Menerapkan Model Bercerita … 541
semata-mata alat hiburan, dalam arti digu-
nakan hanya sekedar melengkapi proses
belajar supaya lebih menarik perhatian pe-
serta didik; (e) Penggunaan alat peraga da-
lam pengajaran lebih diutamakan untuk
mempercepat proses belajar-mengajar dan
membantu peserta didik dalam menangkap
pengertian yang diberikan pendidik; (f)
Penggunaan alat peraga dalam pengajaran
diutamakan untuk mempertinggi mutu bela-
jar-mengajar.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di 8 lem-
baga binaan PAUD peneliti sebagai Penilik,
yaitu di 8 Lembaga PAUD Kecamatan Ke-
dungwaru Kabupaten Tulungagung. Se-
dangkan subyek penelitian adalah 1 (satu)
orang tenaga pendidikdi 8 lembaga binaan
PAUDKecamatan Kedungwaru Kabupaten
Tulungagung, sehingga jumlahnya sebanyak
8 orang. Adapun nama-nama subyek pe-
nelitian dan masing-masing sekolah adalah
sebagai berikut.
Tabel 1 Data Subyek Penelitian
No Nama lembaga PAUD Subyek Penelitian
1. Cerah Ceriya Endang Winarsih
2. Tunas Bangsa Choirul Nikmah
3. Harapan Bangsa Sunarti
4. Ar-Rochman Pipit Christiningrum, S.Pd
5. Siti Khotijah Wiwit Handayani, S.Pd
6. Khalifah Rohmiatun Navi’ah, S.Pd
7. Puspa Kencana Reni Yunanik
8. Tunas Harapan Desi Riana W.
Jumlah 8
Penelitian dilaksanakan pada Semester
II I tahun ajaran 2016/2017 dan pengambi-
lan data dilaksanakan pada bulan Maret
sampai dengan bulan April 2017. Penelitian
ini mengunakan desain penelitian tindakan.
Penentuan desain penelitian didasarkan pada
keinginan peneliti untuk meningkatkan ke-
mampuan bercerita peserta didik PAUD di 8
Lembaga binaan PAUD Kecamatan Ke-
dungwaru Tulungagung. Terdapat beberapa
model penelitian tindakan yang diusulkan
sejumlah tokoh seperti model Kemmis
danMc Tanggart serta model Elliot. Model-
model tersebut dikernbangkan dari pikiran
Kurt Lewin orang yang dianggap pengga-
gas, awal penelitian tindakan. Kurt Lewin
dalam Zainal (2006:21), menggambarkan
penelitian tindakan sebagai serangkaian
langkah yang membentuk spiral.Setiap lang-
kah memiliki empat tahap, yaitu perenca-
naan (planning), tindakan (acting), penga-
matan (observing), dan refleksi (reflecting).
Tahap-tahap di atas yang membentuk
siklus dapat dilanjutkan ke siklus selanjut-
nya dengan rencana, tindakan, pengamatan
dan refleksi ulang berdasarkan hasil yang
dicapai pada siklus sebelumnya.Jumlah si-
klus dalam suatu penelitian tindakan bergan-
tung pada apakah masalah penelitian yang
dihadapi sudah dapat dipecahkan.Dalam pe-
nelitian ini peneliti menerapkan tiga siklus.
Berdasarkan hal-hal yang diutarakan
di atas, maka penelitian ini diawali dengan
kunjungan peneliti ke sekolah subyek pe-
nelitian untuk memberikan informasi kepada
Pengelola PAUD dan Tenaga Pendidik ten-
tang konsep model bercerita dengan alat
peraga bermain di kelas yang dilakukan me-
lalui penelitian tindakan, dan peneliti
mengajak untuk dapatnya dilakukan upaya
perbaikan kegiatan pembelajaran, sehingga
ada peningkatan kemampuan dan keterampi-
lan Tenaga Pendidik dalam menerapkankon-
sep model bercerita dengan alat peraga ber-
main, serta meningkatkan kemampuan dan
keterampilan Tenaga Pendidik.
Penelitian ini dilakukan siklus demi
siklus sesuai dengan konsep penelitian tin-
dakan, direncanakan ada 2 siklus untuk tiap-
tiap sekolah. Jenis tes yang sesuai dengan
penelitian ini adalah tes kemampuan ber-
cerita. Tes kemampuan bercerita dapat di-
542 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 6, NO. 3, DESEMBER 2017
nilai dengan menerapkan tabel unjuk kerja
dan observasi.
Analisis data penelitian tindakan kelas
ini deskripsi kualitatif berdasarkan hasil ob-
servasi terhadap kemampuan bercerita anak
dengan menerapkan model bercerita dengan
alat peraga. Kegiatan analisis data mem-
pergunakan pedoman bahwa meningkatnya
kemampuan bercerita anak diindikasikan de-
ngan tercapainya indikator kemandirian bi-
dang pengembangan kemampuan berbahasa
sebagai berikut: (1) Indikator, mendengarkan
cerita dan menceritakan kembali isi cerita
secara sederhana; (2) Indikator, bercerita
menerapkan kata ganti aku, saya, kamu, dia,
mereka; (3) Indikator, bercerita tentang gam-
bar yang disediakan atau yang dibuat sendiri
dengan urut dan bahasa yang jelas.
Peneliti menentukan prosedur penilai-
an meningkatnya kemampuan bercerita anak
berdasarkan perangkat pedoman penilaian
sebagai berikut.
= peserta didik belum mencapai
indikator kemandirian seperti
diharapkan atau dalam melak-
sanakan tugas selalu dibantu
pendidik.
= peserta didik menunjukkan ke-
mampuan sesuai dengan indi-
kator yang hendak dicapai
= peserta didik yang sudah mele-
bihi indikator kemandirian atau
mampu melaksanakan tugas
tanpa bantuan secara tepat, ce-
pat, lengkap, benar.
Adapun kriteria penilaian kemampuan
bercerita peserta didik sebagai berikut: (1)
peserta didik mampu menunjukkan pening-
katan kemampuan bercerita () dan
atau(); (2) peserta didik belum mampu
menunjukkan kemampuan bercerita bila
memperoleh penilaian ().
Rumus menentukan persentase ke-
mampuan bercerita:
Rata-rata Unjuk Kerja + Rata-rata Observasi X 100%
∑ anak yang hadir
Kemampuan bercerita anak dinya-
takan meningkat jika rata-rata persentase
masing-masing indikator yang dinilai lebih
75%, sebaliknya kemandirian peserta didik
dinyatakan belum meningkat jika rata-rata
persentase masing-masing indikator kurang
dari 75%.
HASIL DAN PPEMNBAHASAN
Refleksi Awal
Selama penelitian awal (pra tindakan)
dengan mengamati proses pembelajaran
diketahui bahwa siswa cenderung kurang
berminat pada proses pembelajaran hal ini
diketahui dari hasil nilai unjuk kerja siswa
hanya beberapa siswa yang dapat mengikuti
petunjuk guru dengan cepat sedangkan
siswa yang lain sedang asik bermain sendiri.
Untuk mengetahui kecenderungan siswa da-
lam proses belajar berikut adalah hasil nilai
unjuk kerja siswa yang ditampilkan pada
Tabel 3.
Hasil Penelitian
Bentuk kegiatan bercerita dengan
teknik yang baru dalam penelitian ini men-
erapkan alat peraga gambar wayang ten-
tunya menjadi hal yang baru dan menarik
bagi peserta didik. Sejauh manakah pening-
katan kemampuan bercerita anak, dapat ter-
lihat dalam dua siklus yang dilakukan dalam
penelitian ini. Tentunya ada kegiatan-
kegiatan yang bervariasi dalam pembelaja-
ran guna meningkatkan kemampuan berceri-
ta peserta didik.
Solikin, Peningkatan Kemampuan Tenaga Pendidik Menerapkan Model Bercerita … 543
Tabel 3 Nilai Unjuk Kerja Siswa Sebelum Siklus I
No. Nama Lembaga
PAUD
Aspek yang dinilai penggunaan alat peraga Indikator Bahasa
1 Cerah Ceriya 13 5 2
Mendengarkan cerita dan menceritakan kembali isi cerita
2 Tunas Bangsa 12 5 2
3 Harapan Bangsa 10 4 1
4 Ar-Rochman 12 6 2
5 Siti Khotijah 12 5 1
6 Khalifah 14 6 2
7 Puspa Kencana 15 4 1
8 Tunas Harapan 14 5 2
JUMLAH 102 40 13
Siklus I
Perencanaan (Planning)
Rencana pembelajaran dititikberatkan
pada bidang pengembangan berbahasa de-
ngan menentukan indikator berbahasa anak
yang hendak dicapai. Melalui model berceri-
ta dengan alat peragapeneliti mengharapkan
dapat meningkatkan kemampuan bercerita
peserta didik. Adapun rencana tindakan
yang diajukan sebagai berikut: (1) Menentu-
kan indikator berbahasa yang hendak di-
capai anak didik pada program pembelaja-
ran pendidikan anak usia dini (PAUD) bi-
dang pengembangan berbahasa standar
kompetensi TK/RA kurikulum 2004 yaitu:
(a) Indikator mendengarkan cerita dan men-
ceritakan kembali isi cerita secara seder-
hana; (b) Indikator bercerita menerapkan ka-
ta ganti aku, saya, kamu, dia, mereka; (c)
Indikator bercerita tentang gambar yang
disediakan atau yang dibuat sendiri dengan
urut dan bahasa yang jelas. (2) Menentukan
salah satu indikator berbahasa menjadi
kegiatan yang akan dilaksanakan murid ke-
lompok B pada kegiatan belajar mengajar
melalui kegiatan bercerita dengan menerap-
kanmodel bercerita dengan alat peraga. (3)
Merumuskan kegiatan belajar mengajar se-
bagai berikut: (a) Kegiatan awal, meliputi
apersepsi dengan metode bercakap-cakap
dengan tanya jawab dengan menerapkan
media poster gambar keluarga; (b) Kegiatan
inti, peserta didik membuat satu kelompok
dengan duduk di karpet sambil mendengar-
kan cerita dari pendidik. Cerita pendidik
menerapkan dua gambar keluarga yang su-
dah disiapkan tenaga pendidik. Setelah te-
naga pendidik selesai menceritakan, anak-
anak diminta untuk mencoba menceritakan
kembali cerita dari pendidik dengan men-
erapkan alat peraga; (c) Kegiatan akhir, guru
memberikan pertanyaan apa isi cerita yang
telah diceritakan dan siapa saja anak-anak
yang berani mencoba. Anak mewarnai salah
satu alat peraga yang digunakan. (4) Mem-
buat alat peraga yang terdiri dari dua gam-
bar wayang. (d) Menyiapkan alat pengum-
pul data berupa lembar pengamatan sebagai
bahan penyusun rencana pengolahan data
kuantitatif.
Pelaksanaan (Acting)
Peneliti melaksanakan pembelajaran
berdasarkan satuan kegiatan harian (SKH).
Proses pembelajaran berlangsung sebagai
berikut: (1) Kegiatan Awal, Apersepsi ten-
tang tema lingkunganku dengan sub tema
keluargaku menerapkan Model bercerita de-
ngan alat peraga bermain, ditunjang dengan
544 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 6, NO. 3, DESEMBER 2017
media gambar keluarga. Peneliti menjelas-
kan kegiatan-kegiatan yang akan dilaksa-
nakan pada kegiatan inti. (2) Kegiatan Inti,
Anak-anak membuat satu kelompok dengan
duduk di karpet sambil membentuk lingka-
ran. Peneliti menyiapkan alat peraga untuk
bercerita, sedang tenaga pendidik yang lain,
pendamping mendampingi anak-anak agar
tetap duduk rapi selama proses bercerita ber-
langsung. Sebelum peneliti bercerita harus
menjelaskan terlebih dahulu apa yang harus
dilakukan anak-anak selama kegiatan ber-
cerita berlangsung dan sesudah kegiatan be-
rcerita. Anak-anak menceritakan kembali
cerita yang sudah disampaikan oleh ibu guru
dan tentunya menerapkan alat peraga (dua
gambar wayang).Pada saat anak melaksa-
nakan kegiatan, pendidik senantiasa men-
dampingi dan membimbing anak-anak agar
dapat menceritakan kembali cerita guru de-
ngan urut. (3) Kegiatan Akhir, Anak menga-
ktualisasikan pembelajaran yang telah dilak-
sanakan melalui kegiatan mewarnai gambar
orang. Pada kegiatan akhir peneliti dan anak
didik mendiskusikan kegiatan satu hari.
Pengamatan (Observing)
Pengumpulan data pada penelitian ini
dilakukan dengan mengobservasi proses
kegiatan belajar mengajar meliputi: penga-
matan aktivitas anak dalam mendengarkan
cerita dari pendidik, serta kemauan dan ke-
mampuan anak dalam menceritakan kembali
cerita dari tenaga pendidik. Peneliti dibantu
teman sejawat atau tenaga pendidik pen-
damping rnelakukan pengamatan proses
kegiatan belajar mengajar dan mencatat da-
ta. Data peningkatan kemampuan anak da-
lam bercerita dan melaksanakan tugas yang
diberikan tenaga pendidik yaitu kegiatan
mewarnai. Hasil penilaian pada siklus I ada-
lah sebagai berikut.
Tabel 4 Penilaian Unjuk Kerja Siswa Siklus I
No Nama Lembaga
PAUD
Aspek Yang Dinilai Penggunaan Alat Peraga Indikator Bahasa
1 Cerah Ceriya 12 5 3
Mendengarkan cerita dan menceritakan kembali isi cerita
2 Tunas Bangsa 11 6 2
3 Harapan Bangsa 9 4 2
4 Ar-Rochman 10 7 3
5 Siti Khotijah 10 6 2
6 Khalifah 12 7 3
7 Puspa Kencana 13 5 2
8 Tunas Harapan 12 6 3
JUMLAH 89 46 20
Dari Tabel 4 dapat ditentukan rata-rata
anak yang mampu bercerita secara runtut
yaitu anak yang memperoleh penilaian
dan . Oleh sebab itu dapat diperoleh
rata-rata sebagai berikut.
Rata-rata unjuk kerja = Yang mendapat +
2
= 46 + 20
2
= 66
2 = 33
Dari Tabel 5 ditentukan rata-rata anak
yang mampu menerapkan alat peraga 2
gambar wayang yaitu anak yang memper-
oleh penilaian dan . Oleh sebab
itu dapat diperoleh rata-rata sebagai berikut.
Rata-rata observasi = Yang mendapat +
2
= 54 + 28
2
= 82
2 = 41
Solikin, Peningkatan Kemampuan Tenaga Pendidik Menerapkan Model Bercerita … 545
Refleksi (Reflecting)
Dari hasil peneliti, dilakukan analisis
data bersama tenaga pendidik pendamping
dalam kegiatan tersendiri, guna mengetahui
peningkatan kemampuan seni anak.Hasil
yang didapat anak-anak belum maksimal da-
lam menceritakan kembali cerita yang telah
disampaikan pendidik, kurang menariknya
isi cerita karena hanya terdiri dari dua gam-
bar wayang (alat peraga), jadi hanya muncul
dua karakter.Hasil yang kurangmaksimal
dari siklus I dipakai sebagai dasar untuk
melakukan rancangan ulang siklus II.Hal ini
dibuktikan dengan skor unjuk kerja siklus I
sebesar 33 dan nilai observasi 41.
Siklus II
Perencanaan (Planning)
Rencana tindakan siklus II disusun
peneliti berdasarkan hasil refleksi siklus I.
Rencana pembelajaran tetap dititikberatkan
pada bidang pengembangan kemampuan
berbahasa dengan menentukan indikator
berbahasa yang hendak dicapai melalui
kegiatan bercerita dengan menerapkanmodel
bercerita dengan alat peraga. Peneliti mere-
visi bentuk-bentuk kegiatanpembelajaran
pada siklus I. Bentuk kegiatan pembelajaran
pada siklus II dirancang lebih menarik.
Tabel 5 Hasil observasi Siklus I
No Nama Lembaga PAUD
Aspek Yang Dinilai Seni Dalam Bercerita Indikator Bahasa
1 Cerah Ceriya 10 6 4
Mendengarkan cerita dan menceritakan kembali isi cerita
2 Tunas Bangsa 9 7 3
3 Harapan Bangsa 8 4 3
4 Ar-Rochman 8 8 4
5 Siti Khotijah 8 7 3
6 Khalifah 10 8 4
7 Puspa Kencana 10 7 3
8 Tunas Harapan 10 7 4
JUMLAH 73 54 28
Rencana tindakan siklus II yang di-
ajukan sebagai berikut: (1) Menentukan in-
dikator kemandirian yang hendak dicapai
anak didik pada program pembelajaran pen-
didikan anak usia dini (PAUD) bidang
pengembangan kemampuan berbahasa yai-
tu: (a) Indikator, mendengarkan cerita dan
menceritakan kembali isi cerita secara se-
derhana; (b) Indikator, bercerita menerapkan
kata ganti aku, saya, kamu, dia, mereka; (c)
Indikator, bercerita tentang gambar yang
disediakan atau yang dibuat sendiri dengan
urut dan bahasa yang jelas. (2) Menentukan
salah satu indikator untuk dijadikan kegiatan
yang akan dilaksanakan. Tentunya indikator
tersebut dapat dikembangkan menjadi
kegiatan bercerita dengan menerapkanmodel
bercerita dengan alat peraga. (3) Merumus-
kan kegiatan belajar mengajar sebagai beri-
kut: (a) Kegiatan awal, meliputi menyam-
paikan tema yang ada dalam minggu ini
dengan metode bercakap-cakap dan tanya
jawab; (b) Kegiatan inti, pendidik bercerita
sesuai dengan tema. Anak-anak mencer-
itakan kembali cerita yang disampaikan oleh
pendidik; (c) Kegiatan akhir, anak menco-
cok gambar yang telah diwarnai pada siklus
I, mendiskusikan isi cerita dan hikmah apa
yang dapatdiambil dari kegiatan bercerita
yang telah disampaikan oleh pendidik, serta
546 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 6, NO. 3, DESEMBER 2017
kegiatan selama satu hari. (4) Menyiapkan
alat peraga yang akan digunakan anak-anak
dan juga pendidik. (5) Menyiapkan alat pe-
ngumpul data berupa lembar pengamatan
sebagai bahan penyusun rencana pengolahan
data kuantitatif.
Pelaksanaan (Acting)
Peneliti melaksanakan pembelajaran
berdasarkan satuan kegiatan harian (SKH).
Proses pembelajaran siklus II merupakan
penyempurnaan siklus I dengan langkah-
langkah sebagai berikut: (1) Kegiatan Awal,
Apersepsi tentang tema lingkungan dengan
sub tema rumahku. Penggunaan metode
bercakap-cakap dan tanya jawab sangat co-
cok digunakan dalam kegiatan awal ini.
Poster keluarga dan alat peraga gambar
wayang yang akan digunakan sebagai bahan
pembelajaran. Peneliti menjelaskan kegiat-
an-kegiatan yang akan dilaksanakan pada
kegiatan inti. (2) Kegiatan Inti, Anak-anak
menggunting salah satu gambar yang dis-
enangi yang digunakan sebagai alat pera-
ga.Gambar yang sudah jadi direkatkan
dengan sebilah bambu, untuk memudahkan
anak untuk memainkan alat peraga gambar
wayang tersebut dalam bercerita. Pendidik
bercerita menerapkan alat peraga lima gam-
bar wayang yang telah dibuatn. Anak-anak
memperhatikan cerita yang disampaikan
oleh pendidik. Setelah pendidik selesai ber-
cerita, pendidik mempersilahkan anak-anak
yang ingin mencoba bercerita menerapkan-
lima gambar wayang yang telah dibuat.
Anak-anak diperbolehkan meminjam gam-
bar wayang yang telah dibuat oleh teman
yang lain, lalu menceritakan kembali cerita
yang telah disampaikan oleh pendidik. Pada
saat anak melaksanakan kegiatan, pendidik
senantiasa mendampingi dan membimbing
anak dengan memberi motivasi dan kesem-
patan anak untuk mau bercerita di depan
kelas dengan menerapkan alat peraga lima
gambar wayang. (3) Kegiatan Akhir, Anak
memahami apa isi cerita yang telah disam-
paikan oleh tenaga pendidik dalam bercerita,
serta mendiskusikan kegiatan yang telah dil-
akukan dalam satu hari.
Pengamatan (Observing)
Pengumpulan data penelitian dilaku-
kan dengan mengobservasi proses kegiatan
belajar mengajar meliputi: mengamati ak-
tivitas anak dalam kegiatan bercerita serta
peningkatan kemampuan bercerita anak da-
lam menceritakan kembali cerita yang telah
disampaikan oleh tenaga pendidik. Tenaga
pendidik dibantu teman sejawat melakukan
pengamatan proses kegiatan belajar meng-
ajar dan mencatat data-data. Data peningkat-
an kemampuan anak bercerita dilakukan
melalui proses pengamatan kemampuan a-
nak dalam menceritakan kembali cerita pen-
didik secara urut, serta semakin bertambah
banyaknya anak yang mau maju untuk
menceritakan kembali cerita pendidik. Hasil
Penilaian pada siklus II ditampilkan pada
Tabel 6. Dari Tabel 6 ditentukan rata-rata
anak pada siklus II yang mampu bercerita
secara runtut yaitu anak yang memperoleh
penilaian dan . Oleh sebab itu
dapat diperoleh rata-rata sebagai berikut.
Rata-rata unjuk kerja = Yang mendapat +
2
= 88 + 60
2
= 148
2 = 74
Dari Tabel 7 dapat ditentukan rata-rata
anak yang mampu menerapkan alat peraga 5
gambar wayang yaitu anak yang mem-
peroleh penilaian dan . Oleh sebab
itu dapat diperoleh rata-rata sebagai berikut.
Solikin, Peningkatan Kemampuan Tenaga Pendidik Menerapkan Model Bercerita … 547
Rata-rata hasil obeservasi = Yang mendapat +
2
= 65 + 80
2
= 145
2 = 72,5
Tabel 6 Penilaian unjuk kerja Siklus II
No Nama Lembaga PAUD
Aspek Yang Dinilai Penggunaan Alat Peraga Indikator Bahasa
1 Cerah Ceriya 0 10 8
Mendengarkan cerita dan menceritakan kembali isi cerita
2 Tunas Bangsa 1 11 7
3 Harapan Bangsa 0 9 6
4 Ar-Rochman 2 11 7
5 Siti Khotijah 1 11 6
6 Khalifah 0 13 9
7 Puspa Kencana 1 11 8
8 Tunas Harapan 0 12 9
JUMLAH 5 88 60
Tabel 7 Hasil observasi
No Nama Lembaga PAUD
Aspek Yang Dinilai Seni Dalam Bercerita Indikator Bahasa
1 Cerah Ceriya 2 8 10
Mendengarkan cerita dan menceritakan kembali isi cerita
2 Tunas Bangsa 1 9 9
3 Harapan Bangsa 0 6 9
4 Ar-Rochman 0 10 10
5 Siti Khotijah 0 8 10
6 Khalifah 2 9 11
7 Puspa Kencana 3 7 10
8 Tunas Harapan 2 8 11
JUMLAH 10 65 80
Refleksi (Reflecting)
Dari hasil pengamatan peneliti, dil-
akukan analisis data untuk mengetahui
ketercapaian indikator berbahasa anak khu-
susnya bercerita.Hasil pengamatan pada si-
klus I, dan siklus II dianalisis, didiskusikan
serta dibandingkan, apakah ada peningkatan
atau tidak pada kemampuan bercerita anak
didik.Berdasarkan hasil refleksi yang dibuat
peneliti, maka disusun kesimpulan hasil
penelitian.Sehingga dapat diperoleh data
yaitu hasil unjuk kerja siswa siklus I adalah
41 dan pada siklus II meningkat menjadi
65.Sedangkan penilaian dengan menerapkan
alat peraga mencapai 33 pada siklus I
meningkat menjadi 74 pada siklus II.
Bentuk kegiatan bercerita menerap-
kanmodel bercerita dengan alat peraga
Kecamatan Kedungwaru Tulungagung me-
mberi kesempatan anak untuk bercerita
dengan teknik baru. Peningkatan kemampu-
an seni anak terlihat pada tabel penilaian
unjuk kerja dan tabel penilaian observasi
yang terjadi pada siklus I dan II.
548 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 6, NO. 3, DESEMBER 2017
Pembahasan Siklus I
Pada siklus I anak mendengarkan ceri-
ta dari pendidik di mana pendidik di sini se-
bagai model yang akan ditirukan anak-anak
untuk menceritakan kembali cerita yang
disampaikan oleh pendidik. Dalam siklus I
anak-anak mendapat kegiatan menceritakan
kembali cerita yang telah disampaikan oleh
pendidik dengan menerapkan alat peraga
duagambar wayang.Pada siklus I belum be-
gitu terlihat peningkatan kemampuan ber-
cerita ini didapat dari hasil penelitian yang
terdapat pada Tabel 2 dan Tabel 3.
Meskipun sudah mencapai 47,74%
anak-anak dapat mengembangkan seni da-
lam menerapkan model bercerita dengan
alat peraga, tetapi belum mencapai 75%.
Pada siklus I terdapat banyak kekurangan
yang dapat direvisi untuk menjadi acuan pa-
da siklus II. Hasil observasi aktivitas siswa
pada siklus I mencapai 47,74% dan hasil
observasi aktivitas guru mencapai 67,5%.
Kekurangan pada siklus I adalah: (1)
Penggunaan alat peraga hanya menerapkan
dua gambar wayang sehingga kurang mena-
rik bagi anak-anak; (2) Anak-anak kesulitan
menghafal cerita karena yang digunakan
hanya dua gambar wayang tetapi cerita ter-
lalu banyak.
Rumus kemampuan bercerita:
= Rata-rata Unjuk kerja + rata-rata Observasi
X 100% ∑ anak yang hadir
= 33 +41
X 100% 155
= 74
X 100% 155
= 0,48 x 100%
= 47,74%
Pembahasan Siklus II
Pada siklus II anak-anak diajak lang-
sung membuat alat peraga gambar wayang
yang akan dipakai anak-anak untuk berceri-
ta. Anak-anak sangat tertarik dengan ke-
giatan tersebut. Pendidik bercerita menerap-
kan alat peraga lima gambar wayang. Anak
mendengarkan cerita pendidik sekaligus
mengamati cara penggunaan alat peraga.
Setelah pendidik selesai bercerita anak-anak
menceritakan kembali dengan lima gambar
wayang yang telah dibuat anak-anak.
= Rata-rata Unjuk kerja + rata2 Observasi
X 100% ∑ anak yang hadir
= 74 + 74,5
X 100% 155
= 148,5
X 100% 155
= 0,96 x 100%
= 95,81%
Solikin, Peningkatan Kemampuan Tenaga Pendidik Menerapkan Model Bercerita … 549
Gambar 1 Hasil Perkembangan Kemampuan Bercerita Anak pada Siklus I dan II
Peningkatan hasil persentase yang
terjadi pada dua siklus tersebut membuk-
tikan bahwa hipotesis yang berbunyi “Me-
lalui bimbingan Penilik dapat meningkatkan
kemampuan tenaga pendidik dalam men-
erapkan model bercerita dengan alat peraga
bermain di 8 Lembaga Binaan PAUD Ke-
camatan Kedungwaru Kabupaten Tulunga-
gung Tahun 2016/2017 Semester II
”diterima.
PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari
penelitian ini adalah ada peningkatan ke-
mampuan seni melalui penerapkan model
bercerita dengan alat peraga pada peserta
didik di 8 Lembaga Binaan PAUD Kecama-
tan Kedungwaru Tulungagung tahun pelaja-
ran 2016/ 20170. Hal ini didasarkan pada
hasil penelitian pada siklus hasil unjuk kerja
siswa dan kemampuan seni peserta didik
rata-rata 47,74%, mengalami peningkatan
pada siklus II dengan rata-rata 95,81%. Pada
hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I
mencapai 50% mengalami peningkatan pada
siklus II mencapai 82,14%. Pada Observasi
aktivitas guru siklus I mencapai 67,5 men-
galami peningkatan pada siklus II mencapai
85%. Peningkatan yang signifikan itu dapat
dicapai karena kegiatan pembelajaran setiap
siklusnya dibuat lebih menarik dan kreatif.
Kegiatan pembelajaran yang menarik dan
kreatif memudahkan anak-anak dalam pen-
erapan model bercerita dengan alat peraga.
Saran
Bagi pendidik, hendaknya pendidik
tidak bosan-bosan untuk menambah wawa-
san dalam mengetahui teknik atau metode
untuk dapat meningkatkan kemampuan seni
anak. Bagi lembaga, hendaknya lembaga
selalu mendukung dan memprasaranai bagi
guru-guru yang hendak melakukan pene-
litian guna meningkatkan mutu pembelaja-
ran yang kreatif dan inovatif.
33
74
47.74
95.81
0
20
40
60
80
100
120
Siklus I Siklus II
550 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 6, NO. 3, DESEMBER 2017
DAFTAR RUJUKAN
Ahmadi Abu, dan H, Joko Tri Prasetya.
1995. Strategi Belajar Mengajar.
Bandung: Pustaka Setia.
Cokrosuyoso. 1993. Dasar-dasar Peneliti-
an. Jakarta: Depdikbud. Depdikbud.
1990. Kamus Besar Bahasa. Jakarta:
Balai Pustaka.
Direktur Jendral Pendidikan Luar Sekolah.
2005. Buletin PADU Jurnal Ilmiah
Anak Dini Usia, Edisi Khusus 2005.
Jakarta: Departemen Pendidikan Na-
sional.
Djati Indra Sidi.2006. Pedoman Pengemba-
ngan Silabus di Taman Kanak-kanak.
Jakarta: Departemen Pendidikan Na-
sional.
Kurikulum 2004. Departemen Pendidikan
Nasional Jakarta.
Moeslichatoen R. 2004. Metode Pengajaran
di Taman Kanak-kanak.Jakarta: Asdi
Mahasatya.
Sudjana, Nana. 2000. Dasar-dasar Proses
Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru Algensindo.
Djamarah.2000. Prestasi Belajar dan Kom-
petensi Guru. Surabaya: Usaha Na-
sional.