Penyakit Karantina Muhammad Fauzi

17
PENYAKIT KARANTINA PES 1. Pengertian Wabah Menurut UU No.4/1984 Menurut UU No. 6 / 1962 yang diperbaharui dengan UU No.4 / 1984 tentang wabah penyakit menular, yang termasuk penyakit wabah adalah : 1. Penyakit Karantina, yang terdiri dari : a. Pes (Plague) b. Kolera (Cholera) c. cacar (Smallpox) d. Demam Kuning (Yellow Fever) e. Demam Balik – Balik (Relapsing Fever) f. Typhus Bercak Wabahi (Typhus Exanthematicus Epidemika) Penyakit Karantina adalah penyakit menular yang sesuai dengan International sanitary Regulation (ISR) dari WHO, yang pencegahan dan pemberantasannya dilaksanakan secara internasional. Karantina artinya pembatasan kebebasan/penahanan seseorang yang diduga telah mendapat penularan suatu penyakit Karantina selama masa inkubasi dari penyakit karantina yang diduga. Bila selama dalam penahanan itu ia benar-benar menderita penyakit karantina yang diduga, ia akan diisolasakan, dan bila setelah masa inkubasi tersebut ia tetap sehat, ia akan dibebaskan. Panjangnya masa inkubasi bagi masing-masing penyakit karantina sesuai ketentuan dari ISR adalah : - Pes : 6 hari - Kolera : 5 hari

description

Epidemiologi

Transcript of Penyakit Karantina Muhammad Fauzi

Page 1: Penyakit Karantina Muhammad Fauzi

PENYAKIT KARANTINA

PES

1. Pengertian Wabah Menurut UU No.4/1984

Menurut UU No. 6 / 1962 yang diperbaharui dengan UU No.4 / 1984 tentang wabah

penyakit menular, yang termasuk penyakit wabah adalah :

1. Penyakit Karantina, yang terdiri dari :

a. Pes (Plague)

b. Kolera (Cholera)

c. cacar (Smallpox)

d. Demam Kuning (Yellow Fever)

e. Demam Balik – Balik (Relapsing Fever)

f. Typhus Bercak Wabahi (Typhus Exanthematicus Epidemika)

Penyakit Karantina adalah penyakit menular yang sesuai dengan International

sanitary Regulation (ISR) dari WHO, yang pencegahan dan pemberantasannya

dilaksanakan secara internasional.

Karantina artinya pembatasan kebebasan/penahanan seseorang yang diduga telah

mendapat penularan suatu penyakit Karantina selama masa inkubasi dari penyakit

karantina yang diduga. Bila selama dalam penahanan itu ia benar-benar menderita

penyakit karantina yang diduga, ia akan diisolasakan, dan bila setelah masa inkubasi

tersebut ia tetap sehat, ia akan dibebaskan.

Panjangnya masa inkubasi bagi masing-masing penyakit karantina sesuai ketentuan

dari ISR adalah :

- Pes : 6 hari

- Kolera : 5 hari

- Cacar : 14 hari

- Demam Kuning : 6 hari

- Demam Balik – Balik : 8 hari

- Typhus Bercak Wabahi : 14 hari

Dalam rangka pencegahan dan pemberantasan penyakit karantina, ISR juga memuat

kententuan – ketentuan yang diwajibkan semua negara yang menjadi anggota WHO

untuk :

1. Melaksanakan upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit karantina di

negara masing-masing.

Page 2: Penyakit Karantina Muhammad Fauzi

2. Melaksanakan tindakan karantina, yaitu tindakan – tindakan yang

dilakukan untuk menolak masuknya dan mencegah keluarnya penyakit – penyakit

karantina melalui segala alat perhubungan lalu lintas, misalnya kapal laut, pesawat

udara, kereta api, bus dan lain – lain.

Untuk melaksanakan ketentuan tersebut, di Indonesia telah dikeluarkan 2 undang –

undang yaitu :

1. Undang – Undang RI No. 1 / 1962, tentang karantina laut.

2. Undang – Undang RI. No. 2 / 1962, tentang karantina udara.

2. Sejarah Penyakit PES

Penyebaran penyakit PES yang mematikan sudah dimulai abad ke 14 sampai kini.

Diawali perang antara pasukan tartar dengan pedagang dari Genoa yang ada di kota

Caffa, semenanjung krim. Pasukan tartar berhenti menyerang dengan batu kemudian

menggantinya dengan melemparkan mayat-mayat tentara mereka sendiri yang meninggal

karena pes. Akibatnya seluruh kota Caffa terinfeksi. Orang Genoa yang masih hidup

segera kembali ke kapal dan berlayar lagi. Banyak di antara mereka meninggal di kapal,

tetapi sisanya mendarat di Konstatinopel, Genoa, Venesia, dan kota-kota pelabuhan, dan

disana menulari keluarga dan kawannya. Dengan demikian wabah pes tiba di Eropa.

Penyakit ini menyebar dari kota-kota pelabuhan Laut Tengah ke pedalaman utara dan

barat, dari Italia dan Yunani ke Perancis, Spanyol, dan Inggris.

Pada tahun 1348 dua pertiga penduduk Eropa telah terkena. Selama delapan tahun

wabah raya berkecamuk dan sekurang-kurangnya separuh dari jumlah penderita

meninggal. Jumlah korbannya 25 juta orang. Pada waktu itu tak ada tempat untuk

bersembunyi. Mereka yang melarikan diri ke laut pun menemukan penyakit pes sebagai

penumpang gelap di atas kapal.

Wabah raya penyakit pes yang pertama, yakni pes Justinius pada Abad ke-6,

berkecamuk waktu perdagangan internasional meningkat. Setelah menyapu Eropa pada

Abada ke-14, penyakit pes tetap membara selam 300 tahun, sekali-kali meledak bila

orang rentan tinggal berdesak-desakan di suatu tempat. Lama-kelamaan penyakit ini

menjadi penyakit kota, terutama pelabuhan dan pusat perdagangan yang kerap terserang.

Wabah-wabah ini mencapai puncaknya di London dalam wabah raya tahun 1665.

Pada bulan September tahun itu, daftar kematian mingguan kota London menunjukkan

bahwa lebih dari 30.000 orang meninggal dunia. Di London, semua perdagangan dan lalu

Page 3: Penyakit Karantina Muhammad Fauzi

lintas sempat terhenti. Orang takut dekat-mendekati anatar satu sama lain. Dokter-dokter

terkemuka pada zaman itu pun tak dapat menghentikan penyakit pes itu. Bubo atau

pembengkakan kelenjar, yang memberikan nama pada penyakit ini (pes bubonic),

umumnya timbul di ketiak atau di selangkangan. Dokter menggunakan tapal panas, bahan

tajama yang dapat membakar kulit, dan pisau dalam usaha mereka memecahkan

pembengkakan serta mengeluarkan cairannya, dengan keyakinan bahwa bila ini terjadi,

orang sakit akan tertolong. Akhirnya pada musim gugur tahun 1666, penyakit pes mulai

menghilang dari London. Setelah tahun 1720 penyakit pes lenyap pula dari Eropa Barat.

Dari awal mula penyebaran penyakit PES tersebut bisa disimpulkan bahwa sudah

sejak dahulu kala sampai kini, infeksi mikroba merupakan ancaman utama terhadap

kesehatan manusia. Di masa kini, penyakit ini Pes(sampar) merupakan penyakit yang

terdaftar dalam Karantina International dan juga disebut remerging disease dan masih

merupakan masalah kesehatan yang dapat menimbulkan kejadian luar biasa ataupun

wabah. Pes masuk pertama kali di Indonesia pada tahun 1910 melalui pelabuhan Tanjung

Perak, Surabaya, kemudian tahun 1916 melalui pelabuhan Tanjung Mas, semarang, tahun

1923 melalui pelabuhan cirebon dan tahun 1927 melalui pelabuhan Tegal. Korban yang

diakibatkan karena penyakit pes dari tahun 1910 sampai deng tahun 1960 tercatat 245.375

orang dengan angka kematian tertinggi yaitu 23.275 orang yang terjadi pada tahun 1934.

3. Definisi PES

Plague, disebut juga penyakit pes, adalah infeksi yang disebabkan bakteri Yersinia

pestis (Y. pestis) dan ditularkan oleh kutu tikus (flea), Xenopsylla cheopis. Selain jenis

kutu tersebut, penyakit ini juga ditularkan oleh kutu jenis lain. Di Indonesia dan negara2

Asia Tenggara kutu carrier plague adalah Xenophylla astia. Penyakit ini menular lewat

gigitan kutu tikus, gigitan/cakaran binatang yang terinfeksi plague, dan kontak dengan

tubuh binatang yang terinfeksi. Kutu yang terinfeksi dapat membawa bakteri ini sampai

berbulan- lamanya. Selain itu pada kasus pneumonic plague, penularan terjadi dari dari

percikan air liur penderita yang terbawa oleh udara.

Pes merupakan penyakit zoonosa terutama pada tikus dan rodent lain dan dapat

ditularkan kepada manusia. Pes juga merupakan penyakit yang bersifat akut disebabkan

oleh kuman/bakteri. Selain itu pes juga dikenal dengan nama Pesteurellois atau

Yersiniosis/Palgue.

Page 4: Penyakit Karantina Muhammad Fauzi

4. Penyebab PES

Pes disebabkan oleh :

- Kuman/Bakteri Yersinia pestis (Pasteurellois pestis)

- Kuman berbentuk batang, ukuran 1,5-2x0,5-0,7 mikron

- Bersifat biopolar, non motil, non sporing

- Gram negatif

- Pada suhu 280C merupakan suhu optimum tetapi kapsul terbentuk tidak sempurna

- Pada suhu 370C merupakan suhu yang terbaik bagi pertumbuhan bakteri tersebut.

Organisme ini tidak motil dan tumbuh sebagai anaerob fakultatif di beberapa media

bakteriologi. Pertumbuhan lebih cepat bila berada pada media yang mengandung darah

atau cairan jaringan dalam suhu 300C. Pada kultur darah dimana suhunya 370C,

koloninya akan semakain mengecil dalam waktu 24 jam. Inokulum virulen yang

diturunkan dari jaringan yang terinfeksi menghasilkan koloni yang berwarna abu-abu dan

kental, namun bila dipindahkan dalam media laboratorium koloni tersebut berubah menjai

irregular dan kasar. Kingdom: Bacteria; Phylum: Proteobacteria, bagian: gamma

proteobacteria;Ordo: Enterobacteriales ;Famili: Enterobacteriacheae ; Genus: Yersinia ;

Spesies : Yersinia pestis.

5. Vektor PES

Vektor adalah setiap makhluk hidup selain manusia yang membawa penyakit yang

menyebarkan dan menjalani proses penularan penyakit. Vektor menyebabkan agent

infeksi dari manusia atau hewan yang rentan melalui, kotoran, gigitan, dan cairan

tubuhnya, atau secara tidak langsung melalui kontaminasi pada makanan. Vektor pes

adalah pinjal. Di Indonesia saat i ni ada 4 jenis pinjal yaitu: Xenopsylla cheopis,

culexiritans, Neopsylla sondaica dan stivalus cognatus.

6. Reservoir

Reservoir (sumber penularan) adalah manusia, hewan, tumbuhan, tanah, atau zat

organic (seperti tinja dan makanan) yang menjadi tempat tumbuh dan berkembang biak

infeksius. Sewaktu organisme infeksius berkembang biak dalam reservoir, mereka

melakukannya sedemikian rupa sehingga penyakit dapat ditularkan pada pejamu rentan.

Manusia sering berperan sebagai reservoir sekaligus pejamu. Reservoir utama dari

penyakit pes adalah hewan –hewan rodent (tikus,kelinci) Kucing di Amerika juga pada

bajing. Sumber penularan ini dapat merupakan risiko bagi kesehatan masyarakat.

Page 5: Penyakit Karantina Muhammad Fauzi

7. Masa Inkubasi

Masa inkubasi untuk penyakit pes bubo adalah 2-6 hari, sedang masa inkubasi untuk

pes paru-paru adalah 2-4 hari.

8. Jenis Pes Dan Gejalanya Pada Manusia

Bubonic plague: Masa inkubasi 2-7 hari. Gejalanya kelenjar getah bening yang dekat

dengan tempat gigitan binatang/kutu yang terinfeksi akan membengkak berisi cairan

(disebut Bubo). Terasa sakit apabila ditekan. Pembengkakan akan terjadi. Gejalanya

mirip flu, demam, pusing, menggigil, lemah, benjolan lunak berisi cairan di di

tonsil/adenoid (amandel), limpa dan thymus. Bubonic plague jarang menular pada orang

lain.

Septicemic plague : Gejalanya demam, menggigil, pusing, lemah, sakit pada perut,

shock, pendarahan di bawah kulit atau organ2 tubuh lainnya, pembekuan darah pada

saluran darah, tekanan darah rendah, mual, muntah, organ tubuh tidak bekerja dg baik.

Tidak terdapat benjolan pada penderita. Septicemic plague jarang menular pada orang

lain. Septicemic plague dapat juga disebabkan Bubonic plague dan Pneumonic plague

yang tidak diobati dengan benar.

Pneumonic plague : Masa inkubasi 1-3 hari. Gejalanya pneumonia (radang paru2), napas

pendek, sesak napas, batuk, sakit pada dada. Ini adalah penyakit plague yang paling

berbahaya dibandingkan jenis lainnya. Pneumonic plague menular lewat udara, bisa juga

merupakan infeksi sekunder akibat Bubonic plague dan Septicemic plague yang tidak

diobati dengan benar.

9. Penularan Penyakit PES

Secara alamiah penyakit pes dapat bertahan atau terpelihara pada rodent. Kuman-

kuman pes yang terdapat di dalam darah tikus sakit, dapat ditularkan ke hewan lain atau

manusia, apabila ada pinjal yang menghisap darah tikus yang mengandung kuman pes

tadi,dan kuman-kuman tersebut akan dipindahkan ke hewan tikus lain atau manusia

dengan cara yang sama yaitu melalui gigitan. Penularan pes secara eksidental dapat

terjadi pada orang – orang yang bila digigit oleh pinjal tikus hutan yang infektif.Ini dapat

terjadi pada pekerja-pekerja di hutan, ataupun pada orang-orang yang mengadakan

rekreasi/camping di hutan.

Penularan pes ini dapat terjadi pada para yang berhubungan erat dengan tikus hutan,

misalnya para Biologi yang sedang mengadakan penelitian di hutan, dimana ianya terkena

Page 6: Penyakit Karantina Muhammad Fauzi

darah atau organ tikus yang mengandung kuman pes. Kasus yang umum terjadi dimana

penularan pes pada orang karena digigit oleh pinjal infeksi setelah menggigit tikus

domestik/komersial yang mengandung kuman pes. Penularan pes dari tikus hutan

komersial melalui pinjal; pinjalyang efektif kemudian menggigit manusia. Penularan pes

dari orang ke orang dapat pula terjadi melalui gigitan pinjal manusia Culex Irritans

(Human flea). Penularan pes dari orang yang menderita pes paru-paru kepada orang lain

melalui percikan ludah atau pernapasan.

10. Upaya Pencegahan dan Pengobatan

a. Pencegahan

Pencegahan penyakit pes dapat dilakukan melalui penyuluhan dan pendidikan

kesehatan kepada masyarakat dengan cara mengurangi atau mencegah terjadinya kontak

dengan tikus serta pinjalnya. Cara mengurangi atau mencegah terjadinya kontak antara

tikus beserta pinjalnya dengan manusia dapat dilakukan seperti berikut.

1. Penempatan kandang ternak di luar rumah.

2. Perbaikan konstruksi rumah dan gedung-gedung sehingga mengurangi kesempatan

bagi tikus untuk bersarang (rat proof).

3. Membuka beberapa buah genting pada siang hari atau memasang genting kaca

sehingga sinar matahari dapat masuk ke dalam rumah sebanyak-banyaknya.

4. Menggunakan lantai semen.

5. Menyimpan bahan makanan dan makanan jadi di tempat yang tidak mungkin dicapai

atau mengundang tikus.

6. Melaporkan kepada petugas Puskesmas bilamana menjumpai adanya tikus mati tanpa

sebab yang jelas (rat fall).

7. Tinggi tempat tidur lebih dari 20 cm dari tanah.

Surasetja (1980), menyatakan bahwa selain upaya pencegahan, ada pula upaya

pemberantasan penyakit pes yaitu sebagai berikut.

1. Keharusan melaporkan terjadinya penyakit pes oleh para dokter supaya tindakan

pencegahan dan pemberantasan penyakit dapat dijalankan. Keharusan ini tercantum

dalam undang-undang karantina danepidemi (UU Wabah 1962).

2. Keharusan melaporkan adanya kematian sebelum mayat dikubur. Pada mayat itu

dilakukan fungsi paru, limfa dan pada bubo. Pes paru primer dapat dinyatakan bila

cairan paru pasitif dan pes cairan limpa negatif. Pes paru sekunder terjadi bila cairan

Page 7: Penyakit Karantina Muhammad Fauzi

paru dan cairan limpa positif. Pes septichaemi jika cairan paru negatif dan cairan

limpa positif.

3. Tindakan selanjutnya jika telah dinyatakan diagnosa pes adalah penderita pes paru

(primer dan sekunder) harus diisolasi dan dirawat di rumah sakit. Penduduk di sekitar

rumah pes divaksinasi. Rumah disemprot dengan DDT. Kemudian rumah itu dibuka

atapnya agar matahari dapat masuk. Lalu rumah tersebut diperbaiki kembali.

4. Suntikan anti pes secara umum.

5. Pembasmian pinjal tikus dilakukan dengan bubuk DDT yang ditaruh pada tempat

yang biasa dilalui oleh tikus. Bubuk DDT akan melekat pada bulu tikus sehingga akan

membunuh pinjal-pinjal itu. Hal ini dapat pula dilakukan serangkaian pemberantasan

nyamuk malaria melalui penyemprotan.

6. Pembasmian tikus dengan racun, perangkap dan kucing.

7. Pengawasan angkutan padi dan lain-lain dengan pikulan, gerobak, dan sebagainya

agar tikus yang tertular pes tidak terangkut dari satu daerah ke daerah yang lain.

8. Perbaikan rumah agar tikus tidak bersarang di dalam rumah.

9. Tindakan kebersihan seperti menjemur alat-alat tidur setiap minggu. Jangan ada sisa-

sisa makanan yang berhamburan dan menarik tikus.

b. Pengobatan

Upaya pengobatan terhadap penderita penyakit pes, baik yang menularkan maupun

yang tertular adalah sebagai berukut.

1)   Untuk tersangka pes

- Tetracycline 4x250 mg biberikan selama 5 hari berturut-turut atau

- Cholamphenicol 4x250 mg diberikan selama 5 hari berturut-turut

2)   Untuk Penderita Pes

- Streptomycine dengan dosis 3 gram/hari (IM) selama 2 hari berturut-turut,

kemudian dosis dikurangi menjadi 2 garam/hari selama 5 hari berturut-

turut.Setelah panas hilang.

- Dilanjutkan dengan pemberian :

- Tetracycline 4-6 gram/hari selama 2 hari berturut-turut,kemudian dosis diturunkan

menjadi 2 gram/hari selama 5 hari berturut-turut atau

- Chlomphenicol 6-8 gram/hari selama 5 hari berturut –turut, kemudian dosis

diturunkan menjadi 2 gram/hari selama 5 hari berturut-turut.

3)   Untuk pencegahan terutama ditujukan pada:

- Penduduk yang kontak (serumah) dengan pendeita pes bobo.

Page 8: Penyakit Karantina Muhammad Fauzi

- Seluruh penduduk desa/dusun/RW jika ada penderita pes paru.

Tetapi yang dianjurkan adalah dengan pemberian Tertracycline 500mg/hari selama 10

hari berturut-turut.

11. Penggunaan Epidemiologi Dalam Studi Kasus Penyakit Pes

Menggunakan metode epidemiologi dimana dipelajari faktor-faktor lingkungan yang

mempengaruhi timbulnya kejadian suatu penyakit. Epidemiologi memiliki kemampuan

untuk mengetahui distribusi dan faktor-faktor penyebab masalah kesehatan dan

mengarahkan intervensi yang diperlukan karena epidemiologi dalam menangani suatu

penyakit selalu menganalisa dari segi tempat, waktu dan jumlah orang yang terkena

Konsep segitiga epidemiologi menjelaskan bahwa apabila keseimbangan tidak

tercapai, dalam artian ada 1 faktor lingkungan yang terganggu, maka manusia bisa sakit.

Dalam hal ini dapat dilihat lingkungan memegang peranan penting dalam penyebaran

penyakit pes ini. Penyakit pes yang digolongkan ke pola penyakit menular yang

berhubungan dengan adanya infeksi/kesehatan lignkungan. Lingkungan yang tidak sehat

membuat perkembangan penyakit tersebut semakin cepat, kemudian menginfeksi

makhluk hidup yang tinggal didalamnya. Karena didalam suatu lingkungan kita

berinteraksi, maka kemudian penyakit ini menyebar ketika orang sehat tertular saat

sedang berinteraksi dengan pengidap pes. Jika tidak dilakukan penanganan serius, maka

penyakit ini bisa menjadi endemik. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk

memecahkan masalah penyebaran penyakit berdasarkan ilmu epidemiologi adalah :

1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan berkembangnya penyakit PES

Studi epidemiologi mempelajari. Dengan cara ini bisa dianalisa tempat, waktu dan

jumlah orang yang terkena penyakit pes. Dengan mengetahui hal itu dapat dianalisa

selanjutnya mengenai apa penyebab penyebarannya

2. Menyediakan data yang diperlukan untuk perencanaan kesehatan dan pengambilan

keputusan.

3. Membantu melakukan evaluasi terhadap program kesehatan yang sedang atau telah

dilakukan.

4. Mengembangkan metodologi untuk menganalisa keadaan sautu penyakit dalam upaya

mengatasi atau menanggulanginya.

5. Mengarahkan intervensi yang diperlukan untuk menanggulangi masalah yang perlu

dipecahkan.

Page 9: Penyakit Karantina Muhammad Fauzi

Dalam penggunaan ilmu epidemiologi untuk memecahkan solusi permasalahan suatu

kasus kita perlu menggunakan beberapa pendekatan epidemiologi. Ada 3 (tiga)

pendekatan epidemiologi yaitu :

1. Pendekatan Logis

Merupakan pendekatan epidemiologi dengan ilmiah sesuai dengan dasar teori

melalui program-program dengan menggunakan indikator Morbiditas dan Mortalitas.

2. Pendekatan Progmatif

Merupakan suatu bentuk pendekatan epidemiologi yang berkeinginan bebas dari

rasa sakit dan rasa tidak nyaman.

3. Politis

Merupakan pendekatan epidemiologi dengan pertimbangan pendapat-pendapat

orang-orang penting dalam pengambilan keputusan.

12. Kasus-kasus Penyakit PES di Indonesia

a. Penularan Penyakit Pes Di Dusun Sulorowo, Perbukitan Tengger Bromo,

Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur

Penularan penyakit Pes di dusun Sulorowo, perbukitan Tengger Bromo,

Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur Penyakit pes pada dasarnya terjadi akibat adanya

hubungan antara manusia dengan kondisi lingkungan yang menyangkut rodent, pinjal

dan habitat. Di dusun ini dilakukan penelitian kualitatif mengenai hal ini dengan

pendekatan sosio-ekologi. Data yang dikumpulkan menyangkut aspek sosial budaya

yang meliputi adat, tradisi, kepercayaan, nilai-nilai, persepsi serta sikap dan kebiasaan

penduduk yang diduga ada kaitan dengan penularan pes.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat dusun Solorowo masih

tradisional. Penduduk sangat akrab terhadap lingkungan alam sekitarnya. Masyarakat

sangat mensakralkan tempat-tempat tertentu yang dianggap mempunyai nilai

kesejarahan serta nilai budaya seperti Petrenan, yaitu tempat yang disakralkan yang

dipercaya sebagai tempat makam leluhur dijadikan tempat pemujaan dan untuk

menyelenggarakan upacara ritual dan keagamaan.

Adanya hubungan antara manusia dengan kondisi lingkungan alam sekitarnya

yang menyangkut rodent, pinjal dan habitat juga sifat tradisional tersebut menunjang

tetap terpeliharanya penularan pes di masyarakat dusun Solorowo. Ditunjang pula

oleh pengetahuan dan persepsi penduduk yang salah terhadap penyakit pes, maka

penyakit tersebut sewaktu-waktu akan tetap menjadi wabah di dusun Solorowo.

Page 10: Penyakit Karantina Muhammad Fauzi

b. Penularan penyakit Pes di Banten

Berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II

Banten, dari 192 tikus yang tertangkap di perkantoran sekitar area Pelabuhan Merak,

Bojonegara, Karangantu, Anyer, dan Labuan, ditemukan 173 pinjal dalam tubuh

tikus-tikus tersebut.

Bakteri pes atau pasteurella pestis hidup dengan menempel pada tubuh tikus. Tak

hanya tikus, pinjal juga dapat ditemukan di semua binatang pengerat seperti marmut,

hamster, tupai, kucing, anjing, kelinci, rusa, dan kambing. Penyakit ini dapat menular

ke manusia hingga menyebabkan infeksi apabila tergigit.

Kepala Seksi Pengendalian Resiko Lingkungan Kantor Kesehatan Pelabuhan

Kelas II Banten Juanda mengatakan, jika diporsentasekan terdapat 0,91 persen pinjal

dari 192 tikus yang berhasil ditangkap. Untuk menangkap tikus-tikus itu pihaknya

telah menyebar 250 perangkap yang disebar di beberapa lima wilayah kerja Kantor

Kesehatan Pelabuhan Kelas II Banten.

Untuk mengendalikan penyakit ini, pihaknya memberlakukan program pelabuhan

sehat. Dalam pelaksanaannya, setiap pelabuhan dan titik rawan seperti permukiman

warga sekitar pelabuhan juga akan dipasang perangkap tikus. Masing-masing daerah

sebanyak 250 perangkap tikus.

Pengambilan tikus akan dilakukan mulai setiap Senin dan Sabtu. Kemudian tikus-

tikus itu dikumpulkan di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Banten guna diuji

laboratorium. Sementara itu, Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Banten

Endang Syarifuddin menambahkan, pelaksanaan program pelabuhan sehat ini tak

hanya memberantas tikus sebagai antisipasi penyebaran pes. Melainkan pihaknya juga

akan melakukan fogging, pemberian bubuk abate, dan pemantauan jentik nyamuk

pembawa penyakit DBD.

Di Indonesia, situasi kasus pes pada manusia cenderung fluktuatif selama 2004-

2008. Pada tahun 2007 terjadi 1 kasus pes pada manusia dan pada tahun 2008 tidak

ditemukan kasus pes pada manusia, tetapi ditemukan positif pada beberapa rodent di

beberapa daerah survey.

Dari beberapa kasus diatas dapat disimpulkan walaupun penyakit pes terjadi 1

kasus pada tahun 2007 penyakit ini hampir tidak ada lagi kejadian pada manusia

tetapi pinjal yang berada di tubuh tikus-tikus penyebab pes masih banyak disekitar

lingkungan masyarakat.

Page 11: Penyakit Karantina Muhammad Fauzi

SURVEILANS EPIDEMIOLOGI

PENYAKIT KARANTINA

PES

Disusun Oleh:

MUHAMMAD FAUZI

NIM. 1011015006

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKATUNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA2013