Penyebaran Mikroba Di Dalam Tanah

download Penyebaran Mikroba Di Dalam Tanah

of 17

Transcript of Penyebaran Mikroba Di Dalam Tanah

Penyebaran Mikroba di dalam Tanah

1.Susunan Tanah

Tanah terdiri atas hancuran batu-batuan. Partikel itu ada yang sebesar butiran pasir, adapun yang sangat halus yang lebih kecil daipada 0,02mm, yaitu yang merupakan lumpur. Hancuran yang halus itu merupakan suatu sistem koloid dalam air, ingat sajalah akan air yang berwarna keruh (coklat) karena mengandung lumpur.

Sifat-sifat tanah bergantung kepada besar kecilnya partikel-partikel yang merupakan komponen-komponen tanah tersebut. Misalnya, tanah pasir berbeda dengan tanah liat dalam hal kemampuan menahan air, kemampuan mengurung udara dan karenanya juga berbeda dalam menahan panas.

Didalam tanah terdapatair kimia, yaitu air yang bersatu dalam partikel;air higroskopik, yaitu air yang melekat pada partikel tanah;air kapiler, yaitu air yang berada di sela-sela partikel tanah, danair gravitasi, yaitu air yang berkumpul sebagai genangan di atas lapisan tak tembus air.

Kecuali itu, tanah mengandung mineral. Elemen-elemen yang ada di dalam tanah dapat berbentuk ion-ion, dan ion-ion mempengaruhi keasaman atau kebasaan tanah. Lazimnya keasaman dan kebasaan tanah itu dinyatakan dengan pH. Air kapur adalah basa, dan air yang banyak mengandung sampah-sampah biasanya asam.

Penyinaran (radiasi) dari matahari berpengaruh besar terhadap kehidupan mikroorganisme di dalam tanah. Partikel tanah, elemen-elemen, pH, udara, air, sinar adalah komponen-komponen anorganik. Mereka merupakan faktor-faktor alam.

Di dalam tanah terdapat juga hancuran dari sisa-sisa makhluk hidup, bagian-bagian ini merupakan komponen organik.

2.Komposisi Tanah

Bila suatu tanah dianalisis merupakan campuran yang terdiri dari bahan organik, bahan anorganik, air, udara yang kesemuanya tercampur menjadi satu dalam keadaan yang sedemikian sempurnanya sehingga bahan-bahan penyusun itu sukar dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Susunan rata-rata atas dasar volume yang dianggap optimal untuk keperluan pertanian, adalah 45% senyawa organik, 25% air, 25%, udara, 5% senyawa organik.

Senyawa organik merupakan akumulasi sisa-sisa tanaman yang sebagian telah diuraikan, dan bahan organik ini merupakan bagian yang mudah diserang oleh jasad hidup di dalam tanah yang sebagian besar tersusun oleh mikroba, seperti bakteria, jamur, ragi, mikroalga, dan protozoa. Karenanya mikroba merupakan bagian dari tanah yang memegang peranan yang menentukan di dalam bentuk, sifat, dan tekstur tanah.

Pada umumnya mikroorganisme-mikroorganisme tersebut lebih banyak terdapat di atau dekat permukaan tanag, Makin masuk ke dalam tanah, makin berkuranglah penghuninya. Protozoa hidup dari zat organik, termasuk bakteri yang masih hidup. Alga hidup autotrof dan memperkaya tanah dengan bahan-bahan organik. Bakteri dan jamur hidup sebagai saprofit dan mengahancurkan bahan-bahan organik.

Umumnya bakteri autotrof dan bakteri saproba merupakan populasi yang besar. Bakteri parasit kurang dapat bertahan di dalam tanah disebabkan karena kondisi substrat dank arena kompetisi dengan mikroba yang lain.

Satu golongan bakteri yang khas penghuni tanah dan yang memberi bau tanah ialah genus Streptomyces. Waksman menemukan suatu spesies dariStreptomycesyang menghasilkan obat streptomisin.

Diketahui kemudian bahwa susunan mikroflora dalam tanah sebagian besar tersusun oleh bakteri dan jamur, kemudian mikroalga. Ini berhubungan juga dengan peranan yang sangat besar dari bakteri tanah, sehingga rata-rata didapatkan antara 320.000 500.000 sel bakteri per gram tanah pasir, 360.000 600.000 sel bakteri per gram tanah lempung, dan antara 2.000.000 200.000.000 sel bakteri per gram tanah subur yang mengandung banyak senyawa organik.

3.Humus

Sisa-sisa makhluk hidup, terutama dari tumbuh-tumbuhan yang hancur di dalam tanah merupakan suatu kumpulan zat-zat organik yang disebuthumus. Penghancuran dilakukan oleh berbagai mikroba. Jamur dan beberapa genus bakteri sepertiBacteriumdanCytophaga.Dapat menghancurkan selulosa. Lignin, getah-getaham dan lilin lebih sukar untuk dihancurkan, dan oleh karena itu merupakan komponen humus yang lebih permanen. Selanjutnya komponen-komponen yang mempengaruhi keasaman dan kebasaan humus.

Pengudaraan yang baik dan temperatur sekitar 30oC adalah faktor-faktor optimum bagi mikroba untuk menghabiskan humus. Hanya di hutan-hutan lebat yang kurang sinar dan kurang terdapat lapisan humus yang agak tebal. Humus memberi warna hitam kepada tanah dan tanah hitam dikenal sebagai tanah yang subur.

Manfaat humus di dalam tanah dapat dikemukakan sebagai berikut:

a.Humus merupakan dasaran yang lunak dan berongga dan dengan demikian mudah ditembus akar.

b.Humus mempunyai kemampuan besar untuk menahan air. Air tidak lekas menghilang sebagai air gravitasi atau mengalir ke tempat-tempat yang rendah yang akhirnya dapat menimbulkan banjir.

c.Humus merupakan persediaan makanan bagi kehidupan tumbuhan dan mikroba.

Penebangan hutan di lereng-lereng gunung maupun perladangan dan persawahan perlu sekali diatur untuk mencegah terhapusnya humus, erosi, dan banjir.

Perlu dimaklumi, bahwa sampai sekarang kita belum menemukan cara bagaimana mengubah bahan plastik menjadi zat-zat anorganik yang dapat diresap oleh tumbuhan. Selama ini bahan plastik merupakan pencemaran tanah.

4.Mikroba Tanah

Populasi mikroba di dalam tanah terbagi menjadi tiga golongan besar, yaitu:

a.Golongan autohtonus, yaitu golongan mikroba yang selalu tetap didapatkan di dalam tanah dan tidak tergantung kepada pengaruh lingkungan luar seperti iklim, temperatur, dan kelembaban.

b.Golongan zimogenik, yaitu golongan mikroba yang kehadirannya di dalam tanah diakibatkan oleh adanya pengaruh-pengaruh luar yang baru. Misalnya dengan adanya penambahan senyawa organik.

c.Golongan transien, yaitu golongan mikroba yang kehadirannya bersamaan dengan adanya penambahan secara buatan, misalnya dalam bentuk inokulum (preparat hidup mikroba)Rhizobium, atauAzotobacter, dan sebagainya ke dalam tanah.

5.Peranan Mikroba di dalam Tanah

Peranan penting baik di dalam ilmu tanah, ilmu pertanian, dan bidang-bidang lain dari mikroba tanah adalah siklus mineral, yang terdiri dari: siklus nitrogen, siklus fosfor, siklus sulfur, dan siklus karbon.

a.Siklus Nitrogen

Udara yang kita hisap setiap saat, 80% lebih tersusun oleh unsur nitrogen. Tetapi walalupun udara di atas sebidang tanah sangat kaya akan unsur tersebut, tidak ada sepersekian persen pun yang secara langsung dapat digunakan oleh tanaman. Sehingga setiap saat para petani harus menambahkan sumber nitrogen ke dalam tanah dalam bentuk pupuk yang mengandung nitrogen seperti urea, ZA, NPK, dan sebagainya,

Nitrogen memasuki tanah dalam bentuk ammonia dan nitrat bersama air hujan, dalam bentuk hasil penambahan nitrogen bebas atau dalam bentuk penambahan pupuk sintesis.

Tetapi kenaikan kandungan nitrogen tanah yang cukup tinggi, lebih banyak disebabkan oleh adanya kemampuan beberapa mikroba untuk memfiksasi. Nitrogen organik yang terbentuk kemudian diubah menjadi ammonia melalui prosesdeaminasi,karena ammonia dapat diubah secara langsung diasimilasikan oleh mikroba atau diubah terlebih dahulu menjadi senyawa nitrat secaranitrifikasi.

Nitrifikasi merupakan proses aerob yang terjadi pada tanah dengan pH netral dan akan terhambat prosesnya dalam keadaan anaerob atau dalam keadaan tanah menjadi asam.

Proses nitrifikasi ini terjadi dalam beberapa tingkat, yaitu:

Oksidasi ammonia menjadi nitrit:

Nitrosomonas

Nitrosococcus

Oksidasi senyawa nitrit menjadi nitrat

Nitrobacter

2HNO2+ O2 2HNO3+ 44 kal

Tetapi proses dapat terjadi sebaliknya yaitu senyawa nitrat diubah menjadi nitrir kemudian menjadi ammonia. Proses ini dinamakan prosesdenitrifikasi.

Escherichia Coli Pseudumonas

INCLUDEPICTURE "../../ganjar/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image004.gif" \* MERGEFORMAT NO3- NO2- NH3

Denitrifikasi

Proses nitrifikasi dan denitrifikasi dapat menguntungkan dan dapat pula merugikan.

Untuk bidang pertanian, karena pada akhirnya yang diperlukan oleh tanaman adalah senyawa nitrat, maka proses nitrifikasi sangat menguntungkan. Sebaliknya di dalam badan air untuk pengadaan air minum misalnya, kelebihan kandungan nitrat sangat tidak diharapkan. Karena kelebihan nitrat akan menyebabkan blooming, eutrofikasi ataupun proses-proses yang merugikan lainnya. Sehingga denitrifikasi sangat menguntungkan di dalam keadaan ini.

Siklus nitrogen merupakan proses berantai yang sangat kompleks, dimana semua jasad, sejak mikroba, tanaman, dan hewan ikut berperean didalamnya, yaitu:

Nitrogen udara ditambat secara fisik (loncatan bunga api listrik), secara kimia (pabrik pupuk), dan secara biologis (fiksasi), kemudian jatuh ke dalam tanah, dan dimanfaatkan oleh tanaman.

Tanaman yang hidup subur kemudian dijadikan bahan makanan oleh hewan dengan menghasilkan protein hewani dan kotoran.

Kalau kemudian kotoran dan tanaman (hewan) mati jatuh di tanah, oleh bakteri pembusuk akan diuraikan menjadi NH3yang selanjutnya menjadi nitrit dan nitrat.

Nitrat merupakan pupuk untuk tanaman, sehingga sebagian lagi melalui proses denitrifikasi akan diubah menjadi nitrit, ammonia, dan kemudian nitrogen yang langsung terkumpul diudara.

Yang penting untuk diketengahkan adalah kemampuan dari sekelompok mikroba, baik yang hidup secara simbiosis ataupun bebas, mempunyai kemampuan untuk memfiksasi nitrogen udara. Sehingga akibatnya, peranan kedua kelompok mikroba tersebut untuk memfiksasi nitrogen udara, besar pengaruhnya terhadap nilai ekonomi tanah pertanian.

b.Siklus Belerang

Belerang tersedia di dalam jumlah yang banyak berbentuk sulfat (batu-batuan) atau gas SO2di udara. Tumbuh-tumbuhan dan mikroba dapat langsung mengasimilasikan senyawa sulfat dan mereduksinya menjadi senyawa-senyawa lain (sulfridil). Organik sulfur dari tanaman akan dikembalikan lagi ke dalam tanah melalui senyawa protein dengan menghasilkan H2S di dalam proses dekomposisi oleh bakteri, Kemudian H2S akan dioksidasi oleh bakteri-S missalThiobacillusberbentuk sulfat. Dalam keadaan anaerobik, maka bakteri pereduksi sulfat (missal Spirilum) mereduksi senyawa sulfat menjadi H2S kembali, yang terjadi di dalam tanah atau kawasan yang tergenang air.

Siklus belerang yang terjadi secara alami di mana-mana terutama di dalam tanah dan pada daerah tergenang ait, merupakan proses berantai yang melibatkan banyak jenis bakteria.

c.Siklus Karbon

Sisa tanaman mengandung banyak senyawa kimia yang larut dalam air seperti gula dan asam amino, serta senyawa lainnya yang tidak larut seperti selulosa, lignin, dan hemiselulosa.

Sisa tanaman bukan merupakan media yang baik untuk pertumbuhan mikroba tanah karena di dalamnya sangat kekurangan vitamin, asam amino dan zat penumbuh, juga bentuk fisiknya sukar dihancurkan.

Selama proses pertama dekomposisi beberapa mikroba dapat tumbuh sehingga bentuk fisik sisa tanaman tersebut lebih terbukan bagi mikroba lainnya. Lebih lama lagi oleh hewan tanah permukaan bahan tersebut dihancurkan, hingga mempermudah mikroba hidup dan berkembang di dalamnya. Proses yang kemudian timbul adalahhumifikasi,yaitu proses yang tidak berlangsung sempurna dari perombakan sisa-sisa tanaman sehingga sebagian bahan organik masih tertinggal di dalam tubuh tanah, membentuk benda amorf, berwarna tua yang disebuthumus.

Humus memang senyawa kimia yang tidak diketahui susunannya, berwarna kuning hingga coklat tua, mempunyai daya gabung besar dengan air. Dari dalamnya selain akan dihasilkan CO2, juga senyawa-senyawa lain seperti fosfat, ammonia, nitrit, nitrat, dan sebagainya.

d.Siklus Fosfor

Fosfor merupakan elemen yang sangat penting di dalam kehidupan dan berada dalam bentuk fosfolipida., asam nukleat, dan ATP. Kehadirannya ridak sebesar karbon dan nitrogen, tetapi sangat menentukan sebagai faktor pembatas di dalam nutrien. Fosfor akan didapatkan di dalam tanah dengan kadar 400-1200 mg/Kg, dan kurang dari 5% didapatkan dalam bentuk fosfat-inorganik, khususnya dengan Ca dan Fe. Di dalam jaringan tanaman, elemen fosfor didapatkan dalam bentuk fitin, fosfolipida, asam nukleat, koenzim, dan sebagainya.

e.Mikroba Rizosfir

Ada suatu keunikan terhadap sekelompok mikroba yang hidup di daerah sekitar tanaman. Ini berhubungan dengan sistem akar tanaman tinggi tidak hanya berasosiasi dengan senyawa-senyawa organic dan anorganik yang berada di sekelilingnya, tetapi juga dengan sekelompok mikroba tanah yang sangat aktif.

Bentuk dan sifat dari mikroba sekeliling akar ini jauh berbeda dengan misalnya kelompok mikroba yang beberapa cm jauhnya dari permukaan akar. Kehadirannya secara tiba-tiba, tetapi sudah merupakan sifat alami sejak biji tanaman tersebut berkecambah. Sehari-hari kelompok mikroba tersebut dipengaruhi oleh akar , juga sebaliknya akar sangat dipengaruhi oleh kelompok mikroba tersebut. Oleh Hiltner tahun 1904, daerah unik sekitar akar ini dinamakan rizosfir. Berdasarkan kepada letaknya, daerah rizosfir terbagi ke dalam dua bagian, yaitu:

Rizosfir dalam, daerah populasi mikroba yang letaknya sangat dekat dengan permukaan akar.

Rizosfir luar, daerah populasi mikroba yang letaknya beberapa mm di luar permukaan akar.

Bagian tanah yang langsung menempel kepada permukaan akar disebut rizoplan.

Daerah rizosfir selain unik dalam bentuk dan sifat mikrobanya, juga merupakan daerah yang subur dan kaya akan jenis-jenisnya.. Kalau dibandingkan dengan daerah beberapa cm jaraknya dari permukaan akar, kepadatan, dan kesuburan mikroba di daerah para rizosfir sangat tinggi.

Mikroba di daerah rizosfir pada umumnya bersifat saprofit, walau kadang-kadang timbul kontaminasi yang bersifat parasit. Tetapi karena sidar antagonistik, maka umumnya kontaminasi tersebut dapat ditekan dan dihilangkan. Perbedaan yang nyata dalam jumlah dan kesuburan populasi mikroba di daerah rizosfir dan bukan, disebabkan karena adanya:

Akumulasi sumber nutrien yang dihasilkan dari sekresi akar.

Akumulasi sumber nutrien yang dihasilkan dari perombakan kulit/pengelupasan kulit akar.

f.Mikroba yang Merugikan

Berbagai jenis penyakot yang disebabkan oleh bakteria dan jamur, ternyata banyak yang disebabkan oleh mikroba tanah. Karenanya, mikroba tanah bukan hanya sumber populasi mikroba yang menguntungkan, juga banyak yang merugikan. Sehingga kalau tanah mau digunakan untuk percobaan, maka sebelumnya harus disterilkan terlebih dahulu agar mikroba patogennya dapat dihilangkan.

2.2.1.JenisdanDistribusiMikrobadiTanahGolongan-golongan utama yang menyusun populasi mikroba tanah terdiriatas,Protozoa(Amoeba, Flagellata,Ciliata),Bakteri(Clostridium,Rhizobiumdsb),Algae(Algae biru,Algae hijaudan Diatom),Jamur(Jamur lendir,berbagai ragidanRhycomycetes dan Ascomycetes).Jumlah mikroba tanah sangat tinggi, yakni berkisar 320.000-200.000 setiapgram tanah pasir, 360.000-600.000 bakteri setiap gram tanah lempeng, dan2.000.000-200.000.000 bakteri setiap gram tanah subur. Actinomycetes terdiri dari10-50% total populasi mikroba di dalam tanah.Organisme ini ditemukan di dalamtanah, kompos, dan sedimen. Kelimpahan populai Actinomycetes di dalam tanahadalah terbesar kedua setelah bakteri, yakni rentang dari 500.000-100.000.000propagul/gr tanah. Propagul adalah bagian dari suatu mikroorganisme yang dapattumbuh dan berkembang biak. Sementara populasi alga sekitar 3-300 kg/hektar.Jumlah total protozoa antara 100.000

300.000 per gram tanah pada lapisandi atas 15cm dari permukaan. Populasi ini dapat berubah setiap hari. Jumlahpalingsedikit adalah cilliata hanya di bawah 1.000 per gram tanah. Jumlah flagellatamerupakan protozoa yang dominan dalam tanah, termasuk tanah asam. BiomassaDaftar Pustaka

Dwidjoseputro, D.Dr.Prof. 1990.Dasar-Dasar Mikrobiologi. Malang: Djambatan.

Suriawiria, Unus, Drs. 1994.Pengantar Mikrobiologi Umum. Bandung: Angkasa.

POLA PENCEMARAN TANAH DAN AIR TANAH OLEH TINJA DAN LIMBAH DOMISTIKAir tanah merupakan sumber air bersih murah dan praktis bagi masyarakat. Jenis sarana air bersih yang digunakan secara luas adalah sumur gali (SGL). Namun air tanah rawan terhadap baik melaluiperembesanmaupun bentukkontaminasilainseperti septik tank, jamban,tempat pembuanganlimbah, tempat pembuangan sampah, kotoran ternak, sungai, irigasi dan lain-lain.

Sumur Gali

Indikator utama dari beberapa pencemaran yang bersumber dari tempat-tempat diatas adalah Bakteri E Coli. Salah satu metode yang digunakanuntuk mengetahuibahwa lokasi sumur gali sudah berjarak aman dari sumber kontaminasi dengan menentukanjarak minimumyang didassarkan padalama hidup bakteri coli atau organisme lainnya,minimum 3 hari atau 3 kali 24 jam.Pola pencemaran tanah dan air tanah oleh tinja dan limbah domistiksangat bermanfaat dalam perencanaan sarana pembuangan tinja dan limbahdomistik terutama dalam menentukan lokasi sumber air minum. Setelah tinjaditampung dalam lubang di dalam tanah, bakteri tidak dapat berpindah jauhdengan sendirinya. Bakteri akan berpindah secara horisontal dan vertikal kebawah bersama air, air seni, atau air hujan yang meresap. Jarak perpindahanbakteri dengan cara ini bervariasi, tergantung pada berbagai faktor, diantaranyayang terpenting adalah porositas tanah. Perpindahan horisontal melalui tanahdengan cara itu biasanya kurang dari 90 cm dan ke bawah kurang dari 3 m padalubang yang terbuka terhadap air hujan, dan biasanya kurang dari 60 cm padatanah berpori (Soeparman, 2002).Gotaas menelitipembuangan secara buatan limbah cair secara akuifer di Negara BagianCalifornia, AS, menemukan bahwa bakteri dapat dipindahkan sampai jarak 30 mdari titik pembuangannya dalam waktu 33 jam. Selain itu terdapat penurunancepat jumlah bakteri sepanjang jarak itu karena terjadi filtrasi yang selektif dankematian bakteri. Mereka juga menemukan bahwa pencemaran kimiawi berjalandua kali lebih cepat(Soeparman, 2002).Pada tanah kering, gerakan bahan kimia dan bakteri relatif sedikit.Gerakan ke samping praktis tidak terjadi. Dengan pencucian yang berlebihan(tidak biasa terjadi pada jamban atau tangki pembusuk), perembesan ke bawahsecara vertikal hanya 3 meter.Kecepatan penyerapan zat pencemar ke dalam tanah dipengaruhi olehbeberapa faktor ( Setiadi, 2003), yaitu:Tekstur tanahTekstur tanah menggambarkan ukuran partikel penyusun tanah yang sangatmenentukan berapa banyak air yang dapat ditahan oleh tanah dan seberapa mudahpartikel masuk melewati lapisan tanah. Misalnya tanah berpasir dan berkerikil akan mempercepat laju peresapan sedangkan lapisan tanah liat yang bersifatpermiabilitas akan menahan/memperlambat laju resapan.Struktur dan distribusi ukuran pori-poriSemakin besar ukuran pori akan menyebabkan makin cepat dan makin dalammeresapnya zat pencemar dalam tanah.Menurut Wagner & Lanoix (dalam Soeparman, 2002,) bahwa polapencemaran tanah oleh bakteri secara horizontal dapat mencapai 11 meter danvertikal dapat mencapai 2 meter. Sedangkan pencemaran bahan kimia secarahorizontal dapat mencapai 95 meter dan secara vertikal dapat mencapai 9 meter.Menurut Todd (1980), faktor-faktor yang mempengaruhi tercemarnya airtanah di suatu lokasi adalah: 1) kedalaman muka air tanah dari tempatpembuangan limbah, 2) penyerapan tanah dilihat dari ukuran butir, 3) arah dankemiringan muka air tanah, 4) permeabilitas tanah, 5) jarak horisontal antarasumber pencemar dengan sumur.Dalam menentukan lokasi sumur gali, sangat penting diperhatikanjarakperpindahan maksimum dari bahan pencemarsertaarah perpindahan,yangselalu searah dengan arah aliran air tanah.Sehingga penempatan sarana pembuangantinja perlu memperhatikanaspek kemiringan, permeabilitas dan tinggi tanah.- See more at: http://inspeksisanitasi.blogspot.com/2012/01/pola-pencemaran-sumur-gali-oleh-tinja.html#sthash.k5fEIqDL.dpufTerjadinya Pencemaran TanahTanah dikatagorikan subur apabila tanah mengandung cukup nutrisi bagi tanaman maupun mikro organisme, dan dari segi fisika, kimia, dan biologi memenuhi untuk pertumbuhan. Tanah dapat rusak karena terjadinya pencemaran tanah.

Pencemaran tanah merupakan keadaan di mana materi fisik, kimia, maupun biologis masuk dan merubah alami lingkungan tanah. Pencemaran dapat terjadi karena kegiatan rutin manusia maupun akibat keceroban, seperti kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial; penggunaan pestisida; masuknya air permukaan yang tercemar dalam lapisan sub-permukaan; kecelakaan armada pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah; air limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat (illegal dumping).

Apabibila diklasifikasikan maka pencemaran tanah dapat terjadi karena hal-hal di bawah ini, yaitu :

Pencemaran langsung: Pencemaran ini misalnya terjadi karena penggunaan pupuk secara berlebihan, pemberian pestisida, dan pembuangan limbah yang tidak dapat diuraikan seperti plastik, kaleng, botol, dan lain-lainnya.

Pencemaran melalui air: Air yang tercemar (mengandung bahan pencemar/polutan) akan mengubah susunan kimia tanah sehingga mengganggu jasad yang hidup di dalam atau di permukaan tanah.

Pencemaran melalui udara: Udara yang tercemar akan menurunkan hujan yang mengandung bahan pencemar yang mengakibatkan tanah tercemar juga.

Bahan-bahan kimia termasuk pestisida dan berbagai bentuk detergen disamping bermanfaat apabila dipergunakan secara berlebihan akan menimbulkan berbagai bentuk pencemaran terhadap lingkungan termasuk tanah. Beberapa jenis polutan tersebut menyebabkan jenis pencemaran yang relatif permanen karana bersifat sulit terurai di alam.

1. Pestisida dipergunakan sebagai pembasmi hama tanaman.

2. Insektisida dipergunakan sebagai chat pembasmi insekta atau serangga yang biasa mengganggu tanaman.

3. Herbisida dipergunakan sebagai obat pembasmi tanaman yang tidak diharapkan tumbuh.

4. Fungisida dipergunakan sebagai obat pembasmi jamur yang tidak di harapkan tumbuh .

5. Rodentisida dipergunakan sebagai obat pemusnah binatang pengerat seperti tikus.

6. Akarisida ( Mitesida ) dipergunakan sebagai pembunuh kutu.

7. Algisida dipergunakan sebagai pembunuh ganggang.

8. Avisida dipergunakan sebagai pembunuh burung.

9. Bakterisida dipergunakan sebagai pembunuh bakteri.

10. Larvisida dipergunakan sebagai pembunuh ulat.

11. Moleksisida dipergunakan sebagai pembunuh siput.

12. Nematisida dipergunakan sebagai pembunuh nematoda.

13. Ovisida dipergunakan sebagai perusak telur.

14. Pedukulisida dipergunakan sebagai pembunuh tuma.

15. Piscisida dipergunakan sebagai pembunuh ikan

16. Predisida dipergunakan sebagai pembunuh predator ( pemangsa ).

17. Silvisida dipergunakan sebagai pembunuh pahon atau pembersih pahon.

18. Termisida dipergunakan sebagai pembunuh rayap atau hewan yang suka melubangi kayu.

19. Atraktan dipergunakan sebagai penarik serangga melalui baunya.

20. Kemostrilan dipergunakan sebagai pensterilan serangga atau vertebrata.

21. Defoliant dipergunakan sebagai penggugur daun untuk memudahkan panen.

22. Desican dipergunakan sebagai pengering daun atau bagian tanaman lainnya.

23. Desinfektan dipergunakan sebagai pembasmi mikro organisme

24. Repellan dipergunakan sebagai penolak atau penghalau hama.

25. Sterilan dipergunakan sebagai mensterilkan tanah dari jasad renik atau biji gulma.

26. Surpaktan dipergunakan sebagai untuk meratakan pestisida pada permukaan daun .

27. Stimulan dipergunakan sebagai zat yang dapat mendorong pertumbuhan tetapi mematikan terjadinya buah.

28. dan lain-lain

Ketika suatu zat berbahaya/beracun telah mencemari permukaan tanah, maka ia dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan udara di atasnya.

Dampak yang Ditimbulkan Akibat Pencemaran Tanah

Berbagai dampak ditimbulkan akibat pencemaran tanah, diantaranya:

Pada kesehatanDampak pencemaran tanah terhadap kesehatan tergantung pada tipe polutan, jalur masuk ke dalam tubuh dan kerentanan populasi yang terkena. Kromium, berbagai macam pestisida dan herbisida merupakan bahan karsinogenik untuk semua populasi. Timbal sangat berbahaya pada anak-anak, karena dapat menyebabkan kerusakan otak, serta kerusakan ginjal pada seluruh populasi.

Paparan kronis (terus-menerus) terhadap benzena pada konsentrasi tertentu dapat meningkatkan kemungkinan terkena leukemia. Merkuri (air raksa) dan siklodiena dikenal dapat menyebabkan kerusakan ginjal, beberapa bahkan tidak dapat diobati. PCB dan siklodiena terkait pada keracunan hati. Organofosfat dan karmabat dapat menyebabkan gangguan pada saraf otot. Berbagai pelarut yang mengandung klorin merangsang perubahan pada hati dan ginjal serta penurunan sistem saraf pusat. Terdapat beberapa macam dampak kesehatan yang tampak seperti sakit kepala, pusing, letih, iritasi mata dan ruam kulit untuk paparan bahan kimia yang disebut di atas. Yang jelas, pada dosis yang besar, pencemaran tanah dapat menyebabkan Kematian.

Pada EkosistemPencemaran tanah juga dapat memberikan dampak terhadap ekosistem. Perubahan kimiawi tanah yang radikal dapat timbul dari adanya bahan kimia beracun/berbahaya bahkan pada dosis yang rendah sekalipun. Perubahan ini dapat menyebabkan perubahan metabolisme dari mikroorganisme endemik dan antropoda yang hidup di lingkungan tanah tersebut. Akibatnya bahkan dapat memusnahkan beberapa spesies primer dari rantai makanan, yang dapat memberi akibat yang besar terhadap predator atau tingkatan lain dari rantai makanan tersebut. Bahkan jika efek kimia pada bentuk kehidupan terbawah tersebut rendah, bagian bawah piramida makanan dapat menelan bahan kimia asing yang lama-kelamaan akan terkonsentrasi pada makhluk-makhluk penghuni piramida atas. Banyak dari efek-efek ini terlihat pada saat ini, seperti konsentrasi DDT pada burung menyebabkan rapuhnya cangkang telur, meningkatnya tingkat Kematian anakan dan kemungkinan hilangnya spesies tersebut.

Dampak pada pertanian terutama perubahan metabolisme tanaman yang pada akhirnya dapat menyebabkan penurunan hasil pertanian. Hal ini dapat menyebabkan dampak lanjutan pada konservasi tanaman di mana tanaman tidak mampu menahan lapisan tanah dari erosi. Beberapa bahan pencemar ini memiliki waktu paruh yang panjang dan pada kasus lain bahan-bahan kimia derivatif akan terbentuk dari bahan pencemar tanah utama.

Upaya Mengatasi Pencemaran Tanah

Terdapat beberapa cara untuk mengurangi dampak dari pencemaran tanah, antara lain dengan remediasi dan bioremidiasi. Remediasi yaitu dengan cara membersihkan permukaan tanah yang tercemar. Sedangkan Bioremediasi dengan cara proses pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air).

Remediasi Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang tercemar. Ada dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-situ (atau off-site). Pembersihan on-site adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah, terdiri dari pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi.

Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa ke daerah yang aman. Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat pencemar. Caranya yaitu, tanah tersebut disimpan di bak/tanki yang kedap, kemudian zat pembersih dipompakan ke bak/tangki tersebut. Selanjutnya zat pencemar dipompakan keluar dari bak yang kemudian diolah dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini jauh lebih mahal dan rumit.

Penanganan pestisida sebagai pencemar tanah ialah dengan tidak menggunakannya. Cara ini merupakan yang paling baik hasilnya, tetapi hama tanah mengakibatkan hasil produksi menurun.

Cara yang dapat ditempuh antara lain pengaturan jenis tanaman dan waktu tanam, Memilih varietas tanaman yang tahan hama, menggunakan musuh alami untuk hama, menggunakan hormon serangga, pmandulan (sterilisasi), serta memanfaatkan daya tarik seks untuk serangga

Penting untuk diperhatikan adalah prosedur penggunaan dan perlakuan terhadap penggunaan bahan kimia seperti pestisida dan bahan kimia lainnya. Karakteristik pestisida ini terbagi menurut struktur kimia dan komposisi materi penyusunnya, sehingga prosedur penyimpanan dan penggunaan harus disesuaiakan dengan prosedur.

Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) seperti masker, google, serta pakain kerja yang memadai penting dilakukan agar bahan tidak kontak langsung dengan tubuh dan lingkungan sehingga mencemari lingkungan. Sedangkan perlakukan yang harus diterapkan pada sampah hasil kegiatan, sebagaimana prinsip penanganan sampah lainnya harus selalu diperhatikan, misalnya dengan prinsip Reuse, Recycling, Reducing, dengan metode-metode sanitary landfill, dumping, grinding, composting, incineration, atau derngan metode pirolisis. (Dari berbagai sumber)

inspeksi sanitasi

Categories:Pencemaran TanahPencemaran TanahJuly 12, 2009environmentalsanitationLeave a commentPerubahan Fungsi Lahan Dan Pencemaran Tanah

Pergeseran fungsi lahan akibat industrialisasi, dengan merubah fungsi lahan pertanian telah menyebabkan luas daerah resapan air dibanyak daerah di Indonesia. Disamping merubah fungsi lahan kegiatan industri ini juga telah berdampak pada terjadinya pencemaran tanah dan badan air. Akibat pencemaran ini antara lain juga dapat menurunkan kualitas dan kuantitas hasil/produk pertanian, terganggunya kenyamanan dan kesehatan manusia atau makhluk hidup lain.

Kegaiatan lain yang berdampak pada ikutan kerusakan dan pencemaran tanah, sedimentasi, erosi serta kekeringan, adalah kegiatan pertambangan. Kerusakan akibat kegiatan pertambangan adalah berubah atau hilangnya bentuk permukaan bumi(landscape), terutama pertambangan yang dilakukan secara terbuka(opened mining)meninggalkan lubang-lubang besar di permukaan bumi. Untuk memperoleh bijih tambang, permukaan tanah dikupas dan digali dengan menggunakan alat-alat berat. Para pengelola pertambangan meninggalkan areal bekas tambang begitu saja tanpa melakukan upaya rehabilitasi atau reklamasi.

Dampak negatif yang menimpa lahan pertanian dan lingkungannya perlu mendapatkan perhatian yang serius, karena limbah industri yang mencemari lahan pertanian tersebut mengandung sejumlah unsur-unsur kimia berbahaya yang bisa mencemari badan air dan merusak tanah dan tanaman serta berakibat lebih jauh terhadap kesehatan makhluk hidup.

Terjadinya Pencemaran TanahTanah dikatagorikan subur apabila tanah mengandung cukup nutrisi bagi tanaman maupun mikro organisme, dan dari segi fisika, kimia, dan biologi memenuhi untuk pertumbuhan. Tanah dapat rusak karena terjadinya pencemaran tanah.

Pencemaran tanah merupakan keadaan di mana materi fisik, kimia, maupun biologis masuk dan merubah alami lingkungan tanah. Pencemaran dapat terjadi karena kegiatan rutin manusia maupun akibat keceroban, seperti kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial; penggunaan pestisida; masuknya air permukaan yang tercemar dalam lapisan sub-permukaan; kecelakaan armada pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah; air limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat (illegal dumping).

Apabibila diklasifikasikan maka pencemaran tanah dapat terjadi karena hal-hal di bawah ini, yaitu :

Pencemaran langsung: Pencemaran ini misalnya terjadi karena penggunaan pupuk secara berlebihan, pemberian pestisida, dan pembuangan limbah yang tidak dapat diuraikan seperti plastik, kaleng, botol, dan lain-lainnya.

Pencemaran melalui air: Air yang tercemar (mengandung bahan pencemar/polutan) akan mengubah susunan kimia tanah sehingga mengganggu jasad yang hidup di dalam atau di permukaan tanah.

Pencemaran melalui udara: Udara yang tercemar akan menurunkan hujan yang mengandung bahan pencemar yang mengakibatkan tanah tercemar juga.

Bahan-bahan kimia termasuk pestisida dan berbagai bentuk detergen disamping bermanfaat apabila dipergunakan secara berlebihan akan menimbulkan berbagai bentuk pencemaran terhadap lingkungan termasuk tanah. Beberapa jenis polutan tersebut menyebabkan jenis pencemaran yang relatif permanen karana bersifat sulit terurai di alam.

1. Pestisida dipergunakan sebagai pembasmi hama tanaman.

2. Insektisida dipergunakan sebagai chat pembasmi insekta atau serangga yang biasa mengganggu tanaman.

3. Herbisida dipergunakan sebagai obat pembasmi tanaman yang tidak diharapkan tumbuh.

4. Fungisida dipergunakan sebagai obat pembasmi jamur yang tidak di harapkan tumbuh .

5. Rodentisida dipergunakan sebagai obat pemusnah binatang pengerat seperti tikus.

6. Akarisida ( Mitesida ) dipergunakan sebagai pembunuh kutu.

7. Algisida dipergunakan sebagai pembunuh ganggang.

8. Avisida dipergunakan sebagai pembunuh burung.

9. Bakterisida dipergunakan sebagai pembunuh bakteri.

10. Larvisida dipergunakan sebagai pembunuh ulat.

11. Moleksisida dipergunakan sebagai pembunuh siput.

12. Nematisida dipergunakan sebagai pembunuh nematoda.

13. Ovisida dipergunakan sebagai perusak telur.

14. Pedukulisida dipergunakan sebagai pembunuh tuma.

15. Piscisida dipergunakan sebagai pembunuh ikan

16. Predisida dipergunakan sebagai pembunuh predator ( pemangsa ).

17. Silvisida dipergunakan sebagai pembunuh pahon atau pembersih pahon.

18. Termisida dipergunakan sebagai pembunuh rayap atau hewan yang suka melubangi kayu.

19. Atraktan dipergunakan sebagai penarik serangga melalui baunya.

20. Kemostrilan dipergunakan sebagai pensterilan serangga atau vertebrata.

21. Defoliant dipergunakan sebagai penggugur daun untuk memudahkan panen.

22. Desican dipergunakan sebagai pengering daun atau bagian tanaman lainnya.

23. Desinfektan dipergunakan sebagai pembasmi mikro organisme

24. Repellan dipergunakan sebagai penolak atau penghalau hama.

25. Sterilan dipergunakan sebagai mensterilkan tanah dari jasad renik atau biji gulma.

26. Surpaktan dipergunakan sebagai untuk meratakan pestisida pada permukaan daun .

27. Stimulan dipergunakan sebagai zat yang dapat mendorong pertumbuhan tetapi mematikan terjadinya buah.

28. dan lain-lain

Ketika suatu zat berbahaya/beracun telah mencemari permukaan tanah, maka ia dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan udara di atasnya.

Dampak yang Ditimbulkan Akibat Pencemaran Tanah

Berbagai dampak ditimbulkan akibat pencemaran tanah, diantaranya:

Pada kesehatanDampak pencemaran tanah terhadap kesehatan tergantung pada tipe polutan, jalur masuk ke dalam tubuh dan kerentanan populasi yang terkena. Kromium, berbagai macam pestisida dan herbisida merupakan bahan karsinogenik untuk semua populasi. Timbal sangat berbahaya pada anak-anak, karena dapat menyebabkan kerusakan otak, serta kerusakan ginjal pada seluruh populasi.

Paparan kronis (terus-menerus) terhadap benzena pada konsentrasi tertentu dapat meningkatkan kemungkinan terkena leukemia. Merkuri (air raksa) dan siklodiena dikenal dapat menyebabkan kerusakan ginjal, beberapa bahkan tidak dapat diobati. PCB dan siklodiena terkait pada keracunan hati. Organofosfat dan karmabat dapat menyebabkan gangguan pada saraf otot. Berbagai pelarut yang mengandung klorin merangsang perubahan pada hati dan ginjal serta penurunan sistem saraf pusat. Terdapat beberapa macam dampak kesehatan yang tampak seperti sakit kepala, pusing, letih, iritasi mata dan ruam kulit untuk paparan bahan kimia yang disebut di atas. Yang jelas, pada dosis yang besar, pencemaran tanah dapat menyebabkan Kematian.

Pada EkosistemPencemaran tanah juga dapat memberikan dampak terhadap ekosistem. Perubahan kimiawi tanah yang radikal dapat timbul dari adanya bahan kimia beracun/berbahaya bahkan pada dosis yang rendah sekalipun. Perubahan ini dapat menyebabkan perubahan metabolisme dari mikroorganisme endemik dan antropoda yang hidup di lingkungan tanah tersebut. Akibatnya bahkan dapat memusnahkan beberapa spesies primer dari rantai makanan, yang dapat memberi akibat yang besar terhadap predator atau tingkatan lain dari rantai makanan tersebut. Bahkan jika efek kimia pada bentuk kehidupan terbawah tersebut rendah, bagian bawah piramida makanan dapat menelan bahan kimia asing yang lama-kelamaan akan terkonsentrasi pada makhluk-makhluk penghuni piramida atas. Banyak dari efek-efek ini terlihat pada saat ini, seperti konsentrasi DDT pada burung menyebabkan rapuhnya cangkang telur, meningkatnya tingkat Kematian anakan dan kemungkinan hilangnya spesies tersebut.

Dampak pada pertanian terutama perubahan metabolisme tanaman yang pada akhirnya dapat menyebabkan penurunan hasil pertanian. Hal ini dapat menyebabkan dampak lanjutan pada konservasi tanaman di mana tanaman tidak mampu menahan lapisan tanah dari erosi. Beberapa bahan pencemar ini memiliki waktu paruh yang panjang dan pada kasus lain bahan-bahan kimia derivatif akan terbentuk dari bahan pencemar tanah utama.

Upaya Mengatasi Pencemaran Tanah

Terdapat beberapa cara untuk mengurangi dampak dari pencemaran tanah, antara lain dengan remediasi dan bioremidiasi. Remediasi yaitu dengan cara membersihkan permukaan tanah yang tercemar. Sedangkan Bioremediasi dengan cara proses pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air).

Remediasi Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang tercemar. Ada dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-situ (atau off-site). Pembersihan on-site adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah, terdiri dari pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi.

Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa ke daerah yang aman. Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat pencemar. Caranya yaitu, tanah tersebut disimpan di bak/tanki yang kedap, kemudian zat pembersih dipompakan ke bak/tangki tersebut. Selanjutnya zat pencemar dipompakan keluar dari bak yang kemudian diolah dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini jauh lebih mahal dan rumit.

Penanganan pestisida sebagai pencemar tanah ialah dengan tidak menggunakannya. Cara ini merupakan yang paling baik hasilnya, tetapi hama tanah mengakibatkan hasil produksi menurun.

Cara yang dapat ditempuh antara lain pengaturan jenis tanaman dan waktu tanam, Memilih varietas tanaman yang tahan hama, menggunakan musuh alami untuk hama, menggunakan hormon serangga, pmandulan (sterilisasi), serta memanfaatkan daya tarik seks untuk serangga

Penting untuk diperhatikan adalah prosedur penggunaan dan perlakuan terhadap penggunaan bahan kimia seperti pestisida dan bahan kimia lainnya. Karakteristik pestisida ini terbagi menurut struktur kimia dan komposisi materi penyusunnya, sehingga prosedur penyimpanan dan penggunaan harus disesuaiakan dengan prosedur.

Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) seperti masker, google, serta pakain kerja yang memadai penting dilakukan agar bahan tidak kontak langsung dengan tubuh dan lingkungan sehingga mencemari lingkungan. Sedangkan perlakukan yang harus diterapkan pada sampah hasil kegiatan, sebagaimana prinsip penanganan sampah lainnya harus selalu diperhatikan, misalnya dengan prinsip Reuse, Recycling, Reducing, dengan metode-metode sanitary landfill, dumping, grinding, composting, incineration, atau derngan metode pirolisis. (Dari berbagai sumber)

inspeksi sanitasi