PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI INVENTARISASI MENGGUNAKAN DELPHI
Perancangan dan Pengembangan Produk
-
Upload
agian-megi-radita -
Category
Documents
-
view
51 -
download
5
description
Transcript of Perancangan dan Pengembangan Produk
PROPOSAL PENELITIAN
PENAMBAHAN PENAMPUNG LELEHAN ICE CREAM PADA BATANG ICE
CREAM STICK DENGAN METODE VALUE ENGINEERING (VE)
Disusun oleh :
Sedayu Restu Suci (12/329575/TP/10349)
Herlina Ratna Sari (12/333178/TP/10439)
Afief Dwi Prasetyo (12/333196/TP/10457)
Agian Megi Radita (12/333288/TP/10502)
JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Es krim merupakan salah satu makanan yang banyak disukai masyarakat.
Menurut Euromonitor, walaupun konsumsi per kapitanya rendah, pasar es krim
Indonesia sangat besar secara ukuran, mencapai 158 juta liter dan terbesar di Asia
Tenggara. Ini lantaran jumlah penduduk Indonesia yang besar. Proyeksinya, hingga
tahun 2018 pertumbuhan pasar es krim mencapai 240 juta liter atau rata-rata tumbuh
8,75%. (marketeers.com)
Di negara tropis, es krim menjadi salah satu makanan favorit yang memiliki
pangsa pasar yang cukup besar. Hal tersebut dikarenakan faktor cuaca yang panas.
Selain itu, factor konsumen es krim yang umumnya adalah kalangan muda
membuatnya memiliki potensi yang amat besar untuk menjadi pasar yang potensial.
Es krim banyak diminati oleh segmen pasar di usia muda, salah satunya
adalah segmen usia 5-12 tahun, yang masuk dalam kategori anak-anak. Anak-anak
memiliki ketertarikan yang tinggi dalam mengonsumsi es krim, akan tetapi keputusan
pembelian dan konsumsinya ditentukan oleh orang tua mereka.
Di pasaran, terdapat beberapa bentuk penyajian es krim. Salah satunya adalah
es krim stik. Es krim stik ini banyak dijual di pasaran dan memiliki varian rasa yang
lebih banyak. Namun, es krim stik kurang diminati oleh para orang tua. Hal tersebut
dikarenakan, es krim stik ini sulit untuk dikonsumsi dengan rapi dan tanpa tercecer
oleh anak-anak. Kebanyak dari anak akan kesulitan mengonsumsi saat es krim mulai
meleleh. Es krim yang meleleh akan menetes dan mengotori tangan, baju, pakaian
dari anak. Hal tersebut yang membuat orang tua kurang merekomendasikan
pembelian es krim stik dibandingkan es krim cone atau es krim dengan wadah. Oleh
karena itu, ingin dikembangkan suatu kemasan ice cream stick yang dilengkapi
dengan penyangga tetesan es krim. Penyangga ini berfungsi agar tetesan es krim
tidak mengenai konsumen yang mengonsumsi es krim. Penyangga berbentuk
lingkaran dan terbuat dari kertas karton dengan diameter 5 mm. Penyangga
diletakkan dalam kemasan dan dapat dirangkaikan dengan stick es krim seperti pada
rancangan. Hal ini diharapkan mampu mengatasi masalah es krim yang sering
menetes saat dikonsumsi dan mengotori pakaian atau tangan dari pengonsumsi.
B. Perumusan Masalah
Masalah dalam penelitiaan ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan-
pertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimana desain produk es krim berpenampung yang sesuai dengan kebutuhan
konsumen ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian pengembangan produk ini adalah sebagai berikut.
1. Menghasilkan desain produk es krim dengan tambahan penampung pada batang
es krim stik dengan spesifikasi khusus berdasarkan kebutuhan konsumen.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang didapat dari pengembangan produk yang dilakukan adalah
sebagai berikut.
1. Memudahkan konsumen untuk dapat mengkonsumsi es krim dalam bentuk es
krim stik.
2. Menghindarkan konsumen terkena bahan-bahan pembuat es krim stik.
3. Konsumen dapat lebih nyaman memakan es krim stik tanpa takut kotor.
4. Meningkatkan daya jual es krim dalam bentuk stik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Es Krim
Es krim adalah buih setengah beku yang mengandung lemak teremulsi dan
udara. Sel-sel udara yang ada berperan untuk memberikan tekstur lembut pada es
krim tersebut. Tanpa adanya udara, emulsi beku tersebut akan menjadi terlalu dingin
dan terlalu berlemak. Sebaliknya, jika kandungan udara dalam es krim terlalu banyak
akan terasa lebih cair dan lebih hangat sehingga tidak enak dimakan. Sedangkan, bila
kandungan lemak susu terlalu rendah, akan membuat es lebih besar dan teksturnya
lebih kasar serta terasa lebih dingin. Emulsifier dan stabilisator dapat menutupi sifat-
sifat buruk yang diakibatkan kurangnya lemak susu dan memberi rasa lengket
(Marshall dan Arbuckle, 1996).
Es krim dapat didefinisikan sebagai makanan beku yang dibuat dari produk
susu dan dikombinasikan dengan pemberi rasa dan pemanis. Menurut Standar
Nasional Indonesia, es krim adalah sejenis makanan semi padat yang dibuat dengan
cara pembekuan tepung es krim atau campuran susu, lemak hewani maupun nabati,
gula, dan dengan atau tanpa bahan makanan lain yang diizinkan. Campuran bahan es
krim diaduk ketika didinginkan untuk mencegah pembentukan kristal es yang besar
(Arbuckle, 2000).
Pada pembuatan es krim, komposisi adonan akan sangat menentukan kualitas
es krim tersebut nantinya. Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas tersebut,
mulai dari bahan baku, proses pembuatan, proses pembekuan, pengepakan,
dan sebagainya. Pada proses pembuatan seluruh bahan baku es krim akan dicampur,
menjadi suatu bahan dasar es krim. Pada proses ini dikenal beberapa istilah, salah
satunya yaitu viskositas/kekentalan. Kekentalan pada adonan es krim akan
berpengaruh pada tingkat kehalusan tekstur, serta ketahanan es krim sebelum
mencair. Proses pembuatannya sendiri melalui pencampuran atau mixer bahan-bahan
menggunakan alat pencampur yang berputar (Harris, 2011).
B. Komposisi Umum Es Krim
Bahan-bahan utama yang diperlukan dalam pembuatan es krim antara lain:
lemak, bahan kering tanpa lemak (BKTL), bahan pemanis, bahan penstabil, dan bahan
pengemulsi. Lemak susu (krim) merupakan sumber lemak yang paling baik untuk
mendapatkan es krim berkualitas baik. Pada produk es krim tidak diberikan bahan
tambahan makanan karena penguat cita rasa adalah suatu zat bahan tambahan yang
ditambahkan kedalam makanan yang dapat memperkuat aroma dan rasa (Harris,
2011).
Menurut Harris (2011), es krim yang baik harus memenuhi persyaratan
komposisi umum Ice Cream Mix (ICM) atau campuran es krim seperti pada Tabel
2.1 berikut:
Tabel 2.1 Komposisi Umum Es Krim
Komposisi Jumlah (%)Lemak susu 10-16%Bahan kering tanpa lemak 9-12%Bahan pemanis gula 12-16%Bahan penstabil 0-0,4%Bahan pengemulsi 0-0,25%Air 55-64%
Sumber: Harris (2011)
Tabel 2.2 Syarat Mutu Es Krim
No. Kriteria Uji Unit Standart1 Keadaan: Penampakan Rasa
Bau- Normal Normal
Normal2 Lemak % (b/b) Min 5.03 Gula dihitung sebagai sakarosa % (b/b) Min 8.04 Protein % (b/b) Min 2.75 Jumlah padatan % (b/b) Min 3.46 Bahan Tambahan Makanan: Pemanis
BuatanPewarna Tambahan Pemantap dan Pengemulsi
Negatif
Sesuai SNI 01-0222-1987
7 Cemaran logam Timbal (Pb) Tembaga (Cu)
mg/kgmg/kg
Maks 1.0Maks 20.0
8 Cemaran Arsen (As) mg/kg Maks 0.59 Cemaran Mikroba: Angka Lempeng Total
ColiformSalmonella Listeria SPP
Koloni/g APM/g Koloni/25 g Koloni/25 g
Maks 105
<3Negatif Negatif
Sumber: Standart Nasional Indonesia No. 01-3713-1995
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produk Es Krim
Faktor yang mempengaruhi produk es krim antara lain:
1. Bahan-bahan yang terdapat pada es krim
Bahan-bahan yang terdapat dalam es krim antara lain:
a. Air
Air merupakan komponen terbesar dalam campuran es krim, berfungsi
sebagai pelarut bahan-bahan lain dalam campuran. Komposisi air dalam campuran
bahan es krim umumnya berkisar 55-64% (Eckles, et al, 1998).
b. Lemak Susu
Lemak biasa dikatakan sebagai bahan baku es krim, lemak yang terdapat pada
es krim berasal dari susu segar yang disebut krim. Lemak susu berfungsi untuk
meningkatkan nilai gizi es krim, menambah cita rasa, menghasilkan karakteristik
tekstur yang lembut, membantu memberikan bentuk dan kepadatan, serta
memberikan sifat meleleh yang baik. Kadar lemak dalam es krim yaitu antara 10%
sampai 16% (Harris, 2011).
c. Bahan Kering Susu Tanpa Lemak
Bahan kering susu tanpa lemak berfungsi untuk meningkatkan kandungan
padatan di dalam es krim sehingga lebih kental. Bahan kering susu tanpa lemak juga
penting sebagai sumber protein sehingga dapat meningkatkan nilai nutrisi es
krim.Unsur protein dalam pembuatan es krim berfungsi untuk menstabilkan emulsi
lemak setelah proses homogenisasi, menambah cita rasa, membantu pembuihan,
meningkatkan dan menstabilkan daya ikat air yang berpengaruh pada kekentalan dan
tekstur es krim yang lembut.Sumber bahan kering susu tanpa lemak antara lain susu
skim, susu kental manis, dan bubuk whey. Kadar skim dalam es krim yaitu antara 9%
sampai 12% (Harris, 2011).
d. Bahan pemanis
Bahan pemanis yang umum digunakan dalam pembuatan es krim adalah gula
pasir (sukrosa) dan gula bit. Bahan pemanis selain berfungsi memberikan rasa manis,
juga dapat meningkatkan cita rasa, menurunkan titik beku yang dapat membentuk
kristal-kristal es krim yang halus sehingga meningkatkan penerimaan dan kesukaan
konsumen. Penambahan bahan pemanis sekitar 12% sampai 16% (Harris, 2011).
e. Bahan Penstabil (Stabilizer)
Bahan penstabil yang umum digunakan dalam pembuatan es krim adalah
CMC (carboxy methyl celulose), gum arab, sodium alginat, karagenan dan agar.
Bahan penstabil berperan untuk meningkatkan kekentalan ICM terutama pada saat
sebelum dibekukan dan memperpanjang masa simpan es krim karena dapat
mencegah kristalisasi es selama penyimpanan. Kadar penstabil dalam es krim yaitu
antara 0% sampai 0,4% (Harris, 2011).
f. Bahan Pengemulsi
Bahan pengemulsi utama yang digunakan dalam pembuatan es krim adalah
garam halus. Bahan pengemulsi bertujuan untuk memperbaiki struktur lemak dan
distribusi udara dalam ICM, meningkatkan kekompakan bahan-bahan dalam ICM
sehingga diperoleh es krim yang lembut, dan meningkatkan ketahanan es krim
terhadap pelelehan bahan. Campuran bahan pengemulsi dan penstabil akan
menghasilkan es krim dengan tekstur yang lembut. Kadar pengemulsi dalam es krim
yaitu antara 0% sampai 0,25% (Harris, 2011).
2. Proses yang dilakukan dalam pembuatan es krim
Beberapa proses yang terjadi dalam pembuatan es krim
a. Pasteurisasi
Pasteurisasi adalah sebuah proses pemanasan makanan dengan tujuan
membunuh organisme merugikan seperti bakteri, virus, protozoa, kapang, dan
khamir. Jadi dalam makanan dan minuman yang dipasteurisasi, beberapa mikroba
yang menguntungkan untuk makhluk hidup sebenarnya dibiarkan tetap hidup.
Pasteurisasi es krim mix dilakukan dengan tujuan untuk membunuh sebagian besar
mikroba, terutama dari golongan pathogen, melarutkan dan membantu pencampuran
bahan-bahan penyusun, menghasilkan produk yang seragam dan memperpanjang
umur simpan. Pasteurisasi dapat dilakukan dengan empat metode yaitu: batch system
pada suhu 68°C selama 25-30 menit, HTST pada suhu 79°C selama 25-30 detik,
UHT pada suhu 99°C-130°C selama 4 detik, dan pasteurisasi vakum pada suhu 90°C-
97°C selama 2 detik (Anonima, 2011).
b. Homogenisasi
Homogenisasi pada pembuatan es krim bertujuan untuk menyebarkan globula
lemak secara merata keseluruh produk, mencegah pemisahan globula lemak
kepermukaan selama pembekuan dan untuk memperoleh tekstur yang halus karena
ukuran globula lemak kecil, merata, dan protein dapat mengikat air bebas.
Homogenisasi susu dilakukan pada suhu 70°C setelah pasteurisasi sebelum mix
menjadi dingin dengan suhu minimum 35°C. Manfaat homogenisasi yaitu bahan
campuran menjadi sempurna, mencegah penumpukan disperse globula lemak selama
pembekuan, memperbaiki tekstur dan kelezatan, mempercepat aging dan produk yang
dihasilkan lebih seragam (Anonim, 2011).
c. Pendinginan
Setelah proses homogenisasi emulsi didinginkan pada suhu 4°C yang
dipasang sepanjang layar dingin. Efek utama dari pendinginan adalah mendinginkan
lemak dalam proses emulsi dan kristalisasi dari inti, mengakibatkan mikroba
mengalami heat shock yang menghambat pertumbuhan mikroba sehingga jumlah
mikroba akan turun drastis. Pendinginan dilakukan dengan cara melewatkan mix ke
PHE elemen pendingin. Proses pasteurisasi, homogenisasi, dan pendinginan
dilakukan selama kurang lebih satu jam sepuluh menit. Mix yang sudah
mengalami perlakuan tersebut dimasukkan ke dalam aging tank untuk mengalami
proses aging (Anonim, 2011)
d. Aging
Aging merupakan proses pemasakan es krim mix dengan cara mendiamkan
adonan selama 3-24 jam dengan suhu 4,4°C atau dibawahnya. Tujuan aging yaitu
memberikan waktu pada stabilizer dan protein susu untuk mengikat air bebas,
sehingga akan menurunkan jumlah air bebas. Perubahan selama aging adalah
terbentuk kombinasi antara stabilizer dan air dalam adonan, meningkatkan viskositas,
campuran jadi lebih stabil, lebih kental, lebih halus, dan tampak mengkilap (Anonim,
2011).
D. Value Engineering
Pada awalnya Value Engineering lahir di Amerika Serikat (USA) pada perang
dinia II. Sehingga bukan merupakan konsep yang baru, metoda ini sudah lama
dikembangkan dan diaplikasikan pada industri-industri maju dan proyek-proyek di
dinia. Konsep dan pemikirannya lahir dari sebuah perusahaan General Electric
Company, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang manufacturing. (Soeharto,
2001).
Setelah Perang Dinia II berulah metoda ini berkembang menjadi Value
Engineering. Metoda ini akhirnya berkembang menjadi suatu konsep fungsional yang
merupakan suatu pendekatan untuk memecahkan berbagai permasalahan. Dan
dijumpai kenyataan bahwa dengan penggunaan biaya yang lebih rendah dan subtitusi
bahan, mutu dari produk tidak akan berkurang, bahkan lebih baik dan lebih murah
harganya. Penerapannya di dalam industri konstruksi dimulai sejak akhir tahun 1960-
an atau awal 1970-an.
1. Pengertian Value Engineering
Value Engineering adalah usaha yang terorganisasi secara sistematis dan
mengaplikasikan suatu teknik yang telah diakui, yaitu teknik mengidentifikasi fungsi
produk atau jasa yang bertujuan memenuhi fungsi yang diperlukan dengan harga
yang paling ekonomis (Soeharto, 2001). Menurut Zimmerman (1982) Value
Enginnering adalah penerapan suatu teknik manajemen melalui pendekatan yang
sistematis dan terorganisasi dengan menggunakan analisis fungsi pada suatu proyek
atau produk sehingga diperoleh hasil yang mempunyai keseimbangan antara fungsi
dengan biaya, keandalan, mutu dan hasil guna (Performance). Dengan kata lain Value
Engineering atau rekayasa nilai merupakan suatu pendekatan sistematis dan kreatif
dalam mengidentifikasi fungsi-fungsi, menetapkan nilai, dan mengembangkan
gagasan atau ide-ide untuk mendapatkan berbagai alternatif yang dapat digunakan
untuk melaksanakan fungsi-fungsi dengan biaya yang lebih rendah, tanpa mengurangi
mutu dan nilai.
2. Tujuan Value Engineering
Value Engineering adalah proven management technique yang dapat mengatasi
dan mengurangi biaya konstruksi yang berhubungan dengan masalah-masalah
teknik. Value Engineering tidak mengurangi biaya proyek dengan menekan harga
satuan mengorbankan kualitas dan penampilannya. Value Engineering bertujuan
untuk menganalisa fungsi dari suatu item atau sistem dengan tujuan untuk mencapai
fungsi yang diperlukan dengan biaya yang seringan-ringannya, tanpa harus
mengorbankan atau mengurangi kualitas, fungsi dan estetika dari bangunan yang
sudah direncanakan.
3. Beberapa Istilah Dalam Value Engineering
Value Engineering atau rekayasa nilai merupakan suatu pendekatan sistematis
dan kreatif dalam mengidentifikasi fungsi-fungsi, menetapkan nilai, dan
mengembangkan gagasan atau ide-ide untuk mendapatkan berbagai alternatif yang
dapat digunakan untuk melaksanakan fungsi-fungsi dengan biaya yang lebih rendah,
tanpa mengurangi mutu dan nilai. Dengan kata lain, Value Engineering bermaksud
memberikan sesuatu yang optimal bagi sejumlah uang yang dikeluarkan, dengan
memakai teknik yang sistematis serta mengembangkan sejumlah alternatif untuk
menganalisis dan mengendalikan total suatu produk yang memungkinkan tercapainya
fungsi tersebut dengan biaya total minimum tanpa mengurangi mutu dan kualitas.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Value Engineering bukanlah:
a. Cost Cutting Process, yaitu proses menurunkan biaya dengan menekan harga
satuan tetapi mutu dan penampilan dari suatu produk atau proyek tidak
dipertahankan. Mengendalikan mutu dari suatu produk atau proyek, tetapi
berusaha mencari produk dengan kualitas yang baik dan biaya yang seminimal
mungkin.
b. Re-design atau desain ulang, mengoreksi kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh
perencana atau melakukan penghitungan ulang yang sudah dibuat oleh
perencana.
Terdapat beberapa istilah dalam Value Engineering yaitu :
1. Nilai (Value)
Nilai adalah suatu ukuran kepuasan konsumen terhadap suatu barang yang
menunjukkan kegunaan, kualitas, keandalan dan harga dari barang tersebut. Dalam
studi Value Engineering terdapat empat jenis nilai :
a. Nilai guna (Use Value), yaitu suatu nilai yang menunjukkan seberapa besar
kegunaan suatu produk proyek akibat sudah terpenuhinya suatu fungsi yang
umumnya dipengaruhi oleh kualitas dan sifat suatu produk proyek tersebut.
b. Nilai kebanggan (Esteem Value), yaitu nilai yang menunjukkan seberapa besar
kemampuan produk proyek untuk menimbulkan keinginan konsumen untuk
memilikinya atau dengan kata lain rasa kebanggaan memiliki produk proyek
tersebut.
c. Nilai tukar (Exchange Value), yaitu nilai yang menunjukkan seberapa besar
keinginan konsumen untuk berkorban mengeluarkan biaya atau menukar dengan
sesuatu untuk mendapat produk tersebut.
d. Nilai biaya (Cost Value), yaitu nilai yang menunjukkan seberapa besar total yang
diperlukan untuk menghasilkan suatu produk dan memenuhi semua fungsi yang
diinginkan.
2. Biaya (Cost)
Biaya adalah sejumlah uang, waktu, tenaga dan lain-lain yang diperlukan
untuk memperoleh suatu fasilitas produk baik berupa barang ataupun jasa yang
diinginkan.
3. Harga (Worth)
Harga adalah jumlah uang, waktu dan lain-lain yang dibutuhkan untuk
memperoleh suatu fasilitas dan memenuhi suatu fungsi.
4. Analisis Fungsi
Fungsi merupakan pokok pembahasan dalam Value Engineering study
pendekatan fungsional merupakan suatu usaha untuk menurunkan biaya proyek.
Dalam pendekatan fungsional terdapat 3 (tiga) teknik yang berkaitan satu dengan
yang lainnya. Adapun ketiga teknik itu adalah:
a. Definisi fungsional (functional definition).
b. Evaluasi fungsional (functional evaluation).
c. Alternatif fungsional (functional alternative)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Objek Penelitian
Objek penelitian “Penambahan Penampung Lelehan Ice Cream Pada Batang
Ice Cream Stick Dengan Metode Value Engineering (Ve)” adalah produk es krim stik
yang dijual di pasaran.
2. Kerangka Pemecahan Masalah .
Gambar 1. Flowchart rancangan penampung lelehan es krim pada es krim stik menggunakan metode Value Engineering.
Kerangka pemecahan masalah dalam penelitian digambarkan melalui diagram
alir seperti di bawah ini.
a. Mulai
Penelitian dimulai dengan melakukan pengamatan pada produk es krim stik
yang memiliki kekurangan dalam mengantisipasi lelehan es krim.
b. Penentuan Topik
Topik dalam penelitian yang dilakukan adalah perancangan produk
penampung lelehan es krim stik.
c. Penentuan Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian yang dilakukan adalah desain produk es
krim berpenampung yang sesuai dengan kebutuhan konsumen.
d. Penentuan Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah enghasilkan desain produk es
krim dengan tambahan penampung pada batang es krim stik dengan spesifikasi
khusus berdasarkan kebutuhan konsumen.
e. Pengumpulan Data
Data yang diumpulkan meliputi data primer dan dta sekunder. Data Primer
adalah Data yang dikumpulkan sendiri atau langsung dari sumber utama. Sedangkan
data sekunder adalah data yang diperoleh dari orang lain dan secara tidak langsung
dalam hal ini data sekunder berupa dokumen-dokumen dan data lain dari sumber
lainnya.
Metode pengumpulan data yang dilakukan yaitu sebagai berikut.
1) Library Research
Cara pengambilan data dari literatur yang berhubungan dengan pokok-pokok
pembahasan penelitian.
2) Field Research (Penelitian Lapangan)
Suatu metode pengambilan data dengan mendatangi langsung obyek-obyek
yang berkaitan erat dengan pembahasan penelitian. Pengumpulan data bisa dilakukan
dengan cara sebagai berikut :
a) Observasi
Cara pengambilan data dengan cara melakukan pengamatan secara langsung
pada obyek yang diamati.
b) Interview (Wawancara)
Bentuk pengambilan data dengan wawancara langsung terhadap orang- orang
yang terlibat dengan obyek penelitian.
f. Penentuan Kriteria Kebutuhan
Penentuan kriteria kebutuhan didapatkan dari hasil observasi dan wawancara
yang dilakukan pada konsumen es krim stik.
g. Analisis Fungsi Produk
Analisis fungsi produk dilakukan dengan menggunakan metode Function
Analysis System Technique (FAST) Diagram. FAST diagram adalah tools untuk
menganalisis fungsi produk secara skematis mulai dari fungsi utama dan fungsi
turunan. Contoh pembuatan FAST diagram perancangan produk penampung lelehan
es krim adalah sebagai berikut.
Gambar 2. FAST Diagram Perancangan Produk Penampung Lelehan Es Krim Stik
h. Analisis Tingkat Kepentingan Fungsi
Analisis tingkat kepentingan fungsi dilakukan dengan Mudge Diagram, yang pada
prinsipnya adalah melakukan pembobotan pada masing-masing fungsi. Contoh Mudge
Diagram adalah sebagai berikut.
Fungsi Penampung Lelehan Es Krim Total Persentase (%)
Rank
AB
CD
EF
GH
Tabel 1. Tabel Mudge Diagram
i. Analisis Biaya
Analisis biaya dilakukan dengan menghitung cost yang diperlukan untuk
membuat produk es krim berpenampung. Dari data cost tersebut dilakukan
breakdown cost untuk sub komponen penyusunnya. Kemudian data cost dari masing-
masing sub komponen tersebut dialokasikan terhadap masing-masing fungsi. Analisis
tersebut tertuang dalam Resource Consumption Matrix. Contoh analisis biaya
menggunakan Resource Consumption Matrix adalah sebagai berikut.
No. Item Biaya FungsiA B C D E F G H
JumlahPersentase 100% ...% ...% ...% ...% ...% ...% ...% ...%
Tabel 2. Tabel Resource Consumption Matrix
j. Analisis Value
Pada analisis value dilakukan perbandingan antara relative function dan
relative cost. Setelah didapatkan perbandingan maka dapat dilihat fungsi mana yang
memiliki value yang rendah. Untuk setiap item fungsi yang relative cost lebih besar
dari relative function perlu diadakan suatu peninjauan terhadap value pada fungsi
produk tersebut.
k. Pencarian dan Pengumpulan Ide
Dilakukan pencarian ide-ide untuk mendukung perancangan prototype
penampung lelehan es krim stik sehingga dihasilkan dapat dihasilkan produk
penampung lelehan es krim stik yang sesuai dengan keinginan konsumen. Pencarian
dan pengumpulan ide dilakukan dengan cara brainstorming. Ide-ide yang muncul dari
brainstorming kemudian di analisis dan disaring untuk mendapatkan ide terbaik
l. Perancangan dan Pembuatan Prototype
Dalam tahap ini semua ide yang sudah dievaluasi direalisasikan dalam bentuk
nyata. Realisasi tersebut bisa disajikan dalam bentuk prototype.
m. Pengujian
Setelah prototype dibuat kemudian dilakukan pengujian-pengujian untuk
memverifikasi efek perubahan yang dilakukan karena implementasi ide terhadap
fungsi produk. Dengan kata lain dalam tahap ini dilakukan verifikasi produk
prototype terkait kualitasnya. Apakah ada penurunan atau peningkatan terhadap
kualitas produk. Pengujian dilakukan dengan cara pendekatan langsung kepada
konsumen.
n. Evaluasi Prototype
Dari pengujian yang dilakukan kemudian dievaluasi terkait hasil yang didapat.
Apakah pengujian tersebut menghasilkan hasil yang baik atau tidak dan memenuhi
keinginan konsumen atau tidak.
o. Selesai
Penelitian dinyatakan selesai.
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
Pengembangan penampung lelehan es krim dengan metode value engineering
ini dimulai dengan tahap informasi. Tahap informasi merupakan tahap awal dalam
studi value engineering ( ve ). Pada tahap awal ini dilakukan pengumpulan informasi
sebanyak mungkin berkaitan dengan produk yang akan dikembangkan. Informasi
pertama yang dikumpulkan dalam pengembangan produk ini yaitu data awal yang
berisi nama produk, jenis, dan dimensinya. Informasi kedua yaitu mengenai perilaku
konsumen saat mengkonsumsi es krim stik. Informasi terakhir yaitu informasi yang
didapat dari penyebaran kuesioner yang telah dilaksanakan. Berikut adalah penjelasan
lebih lanjut mengenai informasi – informasi yang dikumpulkan dalam tahap ini.
Dalam pelaksanaan tahap informasi pada value engineering diperlukan
pengumpulan data umum mengenai produk yang akan dikembangkan. Data ini akan
dijadikan data awal dalam melakukan pengembangan produk es krim stik
berpenampung. Berikut adalah data awal yang digunakan.
Tabel 1. Tabel Karakteristik Produk Es Krim Stick
Nama Produk Es Krim
Jenis Es Krim Stik
Ukuran Panjang : 4,8 cm
Lebar : 2 cm
Tinggi : 10 cm
Panjang Pegangan Stik : 4 cm
Gambar 1. Dimensi Es Krim Stik
Diperlukan data awal mengenai ukuran dari es krim stik tersebut sehingga
nantinya dalam mendesain penampung es krim dapat sesuai dengan ukuran dasar dari
es krim stik yang ada. Jadi es krim tidak menyesuaikan bentuk penampung, namun
penampunglah yang menyesuaikan bentuk es krim yang ada dan pertimbangan
lainnya nanti.
Dalam tahap informasi ini, perlu juga dicari tahu informasi terkait perilaku
konsumen. Perilaku konsumen yang tidak dapat secara langsung dikendalikan oleh
perusahaan perlu dicari informasinya semaksimal mungkin. Perilaku konsumen
adalah proses yang dilalui oleh seseorang dalam mencari, membeli, menggunakan,
mengevaluasi, dan membuang produk atau jasa setelah dikonsumsi untuk memenuhi
kebutuhannya. Dalam tahap informasi ini, peneliti mengamati perilaku konsumen saat
konsumen menggunakan atau mengkonsumsi es krim stik.
Subjek dalam pengamatan perilaku konsumen ini adalah balita, anak – anak,
dan remaja. Dipilihnya subjek pengamatan dari berbagai umur ini bertujuan agar
produk yang dikembangkan nantinya dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan dari
berbagai tingkatan umur konsumen es krim stik. Berikut adalah hasil pengamatan
yang telah dilakukan.
4 cm
10 cm
4,8 cm
Gambar 2. Subjek Pengamatan Balita
Gambar 3. Subjek Pengamatan Balita
Dari gambar diatas terlihat bahwa konsumen balita akan mengkonsumsi es
krim stik tanpa pembungkusnya. Biasanya orang tua akan memberikan es krim stik
tersebut dengan membuang pembungkusnya terlebih dahulu. Selanjutnya, anak
tersebut akan memegang es krim stik tersebut tepat dibawah es krim dimana tangan
bersentuhan langsung dengan dasar es krim. Hal tersebut menyebabkan tangan akan
langsung kontor terkena lelehan es krim.
Gambar 3. Derajat Kemiringan Dalam Mengkonsumsi Es Krim Stik
Selain itu, dari kedua subjek pengamatan tersebut menunjukkan bahwa anak kecil
berusia 2 tahun memiliki kebiasaan mengkonsumsi es krim dengan
memmiringkannya stik es krim hampir 45 derajat. Dari kedua subjek tersebut,
memperlihatkan perilaku konsumsi yang hampir sama satu sama lain.
Gambar 4. Subjek Pengamatan Anak – Anak
Pada pengamatan diatas, subjek anak – anak yang diamati berada di bangku
sekolah dasar. Pada subjek pengamatan anak – anak tersebut, cara mengkonsumsi es
krim stik yang dilakukan yaitu dengan cara mengkonsumsinya bersamaan dengan
kemasan yang masih terpasang. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari lelehan es
krim. Walaupun tangan masih tetap terkena lelehan namun tidak sebanyak bila
kemasan tersebut dilepas. Pada awalnya, subjek mengkonsumsi es krim secara
vertical. Namun saat tekstur es krim mulai lunak, dia mulai mengkonsumsinya secara
horizontal agar mulut mencapai dasar es krim secara lebih mudah karena konsumen
menyadari mulai terjadi lelehan pada dasar es krim yang dapat menyebabkan lelehan
tersebut jatuh ke tangan.
Gambar 5. Subjek Pengamatan Remaja
Pada subjek pengamatan remaja, cara mengkonsumsi es krim stik yang
dilakukan sama seperti subjek anak – anak yaitu dengan cara mengkonsumsinya
bersamaan dengan kemasan yang masih terpasang. Pola konsumsi yang dilakukanpun
terbilang sama dimana pada awalnya, subjek mengkonsumsi es krim secara vertical
dan saat tekstur es krim mulai lunak, dia mulai mengkonsumsinya secara horizontal
agar mulut mencapai dasar es krim secara lebih mudah karena dia menyadari mulai
terjadi lelehan pada dasar es krim yang dapat menyebabkan lelehan tersebut jatuh ke
tangan.
Dari hasil pengamatan perilaku konsumen pada tiga golongan konsumen
diatas dapat disimpulkan bahwa pada kategori balita lah yang mengkonsumsi es krim
secara bebas dimana lelehan es krim mengenai tangan dan baju mereka. Hal tersebut
disebabkan karena orang tua memberikan es krim stik tersebut tanpa bungkusnya.
Perlu diingat juga bahwa usia mereka masih terlalu dini untuk mengerti cara
mengkonsumsi es krim yang dapat meminimalisir lelehan yang menetes ke tangan.
Kemudian pada usia anak – anak sekolah dasar dan remaja menunjukkan
kecenderungan cara kosumsi es krim yang sama. Mereka mengkonsumsi es krin stik
bersamaan dengan pembungkusnya yang masih terpasang. Selain itu juga subjek
mengkonsumsi es krim secara vertical saat es krim masih padat dan saat tekstur es
krim mulai lunak, dia mulai mengkonsumsinya secara horizontal agar mulut
mencapai dasar es krim secara lebih mudah karena mereka menyadari mulai terjadi
lelehan pada dasar es krim yang dapat menyebabkan lelehan tersebut jatuh ke tangan.
Hal tersebut menunjukkan bahwa pada anak – anak dan remaja, saat mereka
memakan es krim stik, mereka fokus pada bagaimana caranya memakan es krim
tersebut agar lelehan tidak menetesi tangan dan hal tersebut ditunjukkan dari cara
mengkonsumsi mereka yang berubah dari vertical ke horizontal mengikuti perubahan
tekstur es krim tersebut. Pengamatan perilaku konsumen saat memakan es krim ini
merupakan upaya untuk lebih memahami konsumennya sehingga dapat memenuhi
kebutuhan dan keinginan konsumen. Informasi yang diperoleh dari perilaku
konsumen ini dapat membantu pihak pengembang produk dalam membuat desain
produk yang sesuai dengan perilaku konsumen yang ditunjukkan saat mengkonsumsi
es krim stik.
Tahapan informasi berikutnya yaitu pencarian informasi yang didapat dari
penyebaran kuesioner yang telah dilaksanakan. Terdapat 5 butir pertanyaan dalam
kuesioner awal yang telah disebar yaitu sebagai berikut.
Pertanyaan Pilihan Jawaban
1. Apakah anda sering memakan es
krim stik ?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah tangan anda kotor setelah
makan es krim stik ?
a. Ya
b. Tidak
3. Perlukah penampung lelehan es
krim stik ?
a. Ya
b. Tidak
4. Anda menginginkan penampung
yang bisa dimakan atau tidak ?
a. Ya
b. Tidak
5. Jika anda menjawab ya pada
pertanyaan 4, bahan apa yang
anda inginkan untuk penampung ?
a. Coklat
b. Roti
c. Sempe
Dari kuesioner awal tersebut kemudian didapat hasil sebagai berikut.
Tabel 2. Tabel Informasi Demografi
No Informasi
Demografi
Kriteria Turus Frekuensi Persentase
1 Usia <10 th 0 0%
11-25 th IIIII IIIII IIIII IIIII
IIIII IIIII
30 100%
>25 th 0 0%
2 Jenis
kelamin
Perempuan IIIII IIIII IIIII IIIII
IIIII IIIII IIIII IIIII
III
14 47%
Laki-laki IIIII II 16 53%
3 Pekerjaan Mahasiswa IIIII IIIII IIIII IIIII
IIIII IIIII
30 100%
Pie Chart 1. Pie Chart Intensitas Mengkonsumsi Es Krim Stik
Pie Chart 2. Pie Chart lelehan es krim stik dapat mengotori tangan
Pie Chart 3. Pie Chart perlunya penampung lelehan es krim stik
Pie Chart 4. Pie Chart jenis penampung yang digunakan untuk menampung lelehan
es krim stik
Pie Chart 5. Pie Chart bahan yang digunakan untuk penampung lelehan es krim stik
Dari hasil kuesioner yang sudah disebar, di dalam informasi demografi usia ini
terdapat kriteria usia < 17 th, 17 – 25 th dan > 17 th. Mayoritas pemakan es krim
stik adalah yang berusia 10 – 25 th. Hal tersebut dikarenakan pengambilan sampel
lebih banyak dilakukan di area kampus sehingga sasarannya adalah mahasiswa yang
berusia sekitar 21 th. Disini yang menjadi populasi adalah mahasiswa dengan sampel
yang diambil adalah orang yang sudah pernah memakan es krim stik. Frekuensi untuk
usia antara 17 – 25 th adalah 50 dengan persentase sebesar 100%.
Aspek demografi yang selanjutnya adalah jenis kelamin. Dari hasil survey
dapat diketahui bahwa mayoritas pemakan stik es krim berjenis kelamin laki-laki.
Kecenderungan laki-laki akan hal tersebut lebih mendominasi dengan persentasi 53%
dengan frekuensi sebesar 16 orang jika dibandingkan dengan perempuan yang
memiliki persentase 47%% dengan frekuensi hanya 14 orang.
Aspek demografi yang terakhir adalah pekerjaan dari para responden.
Pekerjaan sebagai mahasiswa mempunyai frekuensi tertinggi dalam penelitian ini
disebabkan oleh populasi responden sendiri yang kebanyakan anak kuliahan. Hal ini
terjadi karena penyebaran kuesioner yang dilakukan hanya pada area kampus saja.
Tidak ada keanekaragaman tempat dalam penyebaran kuesioner oleh si penyebar.
Pada grafik yang telah dibuat persentase dari mahasiswa adalah sebesar 100%.
Pada pie chart yang telah dibuat tentang perlunya penampung es krim stik
menunjukkan bahwa 27% responden sering memakan es krim dan 73% responden
tidak sering memakan es krim. Hal ini terjadi karena apabila es krim sering dimakan
akan berdampak buruk bagi orang yang memakannya contohnya saja es krim dapat
menyebabkan flu, batuk, dan radang tenggorokan bagi orang-orang yang daya tahan
tubuhnya tidak baik. Selanjutnya 70% orang biasanya mendapatati tangannya kotor
setelah memakan es krim stik sedangkan 30% lainnya tidak. Sehingga sebanyak 94%
dari responden menginginkan adanya penampung lelehan es krim pada es krim stik.
Penampung lelehan es krim stik ini harus bisa dimakan oleh konsumen. Hal ini
diinginkan konsumen dengan persentase 100%. Responden menginginkan bahan
yang digunakan untuk membuat penampung adalah coklat.
Selanjutnya dilakukan penyebaran kuesioner tahap kedua. Penyebaran
kuesioner ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kepentingan atribut primer dan
sekunder produk. Dilakukan penyebaran pada 35 responden. Penilaian dilakukan
dengan menggunakan skala likert. Berikut adalah kuesioner kedua yang telah dibuat.
Tabel 3. Skala Likert Kuesioner
NoAtribut
PrimerButir
Atribut
SekunderTingkat Kepentingan
1 Penampilan 1 Warna 1 2 3 4 5
2 Tekstur 1 2 3 4 5
3 Bentuk 1 2 3 4 5
4 Ukuran 1 2 3 4 5
2 Kualitas 5 Bahan 1 2 3 4 5
6 Tidak Rembes 1 2 3 4 5
7 Kekuatan 1 2 3 4 5
3 Keindahan 8 Menarik perhatian 1 2 3 4 5
9 Kesesuaian dengan bentuk es krim 1 2 3 4 5
4 Ergonomi 10 Kenyamanan 1 2 3 4 5
11 Kemudahan 1 2 3 4 5
Keterangan :
1 = Sangat Penting
2 = Penting
3 = Ragu – Ragu
4 = Tidak Penting
5 = Sangat Tidak Penting
Berikut adalah hasil uji validitas dan reliabilitas yang dilakukan.
Uji Reliabilitas
Tabel 4. Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.825 11
Uji Validitas
Tabel 5. Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
VAR00001 38.4000 14.071 .502 .812
VAR00002 37.4000 14.071 .502 .812
VAR00003 38.4000 14.247 .446 .816
VAR00004 38.3143 13.751 .375 .822
VAR00005 37.4000 14.247 .446 .816
VAR00006 37.5429 12.314 .616 .798
VAR00007 37.5714 12.782 .531 .808
VAR00008 38.5714 12.782 .531 .808
VAR00009 38.2000 13.929 .465 .814
VAR00010 37.4857 11.845 .604 .801
VAR00011 37.2857 13.387 .501 .810
Pada tahap penyebaran kuesioner ini dibuat kuesioner yang berisi tentang
atribut primer yang meliputi penampilan, kualitas, keindahan, dan ergonomi
sedangkan pada atribut sekunder berisi tentang warna, tekstur, bentuk, ukuran, bahan,
tidak rembes, kekuatan, menarik perhatian, kesesuaian dengan bentuk es krim,
kenyamanan, dan kemudahan dari produk penampung lelehan es krim. Jawaban yang
nanti diberikan oleh responden akan dinilai berdasarkan skala yang menunjukkan
tingkat kepetingan mulai dari angka 1 yang sangat tidak penting dan angka 5 yang
menunjukkan sangat penting. Hasil dari kuesioner tersebut kemudian diolah
menggunakan software SPSS 16 untuk dilakukan pengujian validitas dan
reliabilitasnya.
Uji Validitas pada penelitian ini dilakukan dengan sampel penelitian berjumlah
30 orang. Kriteria yang digunakan untuk mengetahui butir-butir pertanyaan tersebut
valid dengan ketentuan :
1. r tabel pada α (taraf signifikansi) 0,05 dengan derajat bebas df = jumlah sampel –
2. Pada penelitian ini jumlah sampel sebanyak 30 orang/responden, sehingga df =
35 – 2 = 33. Nilai r tabel untuk df = 33 adalah 0,344 yang dapat dilihat dalam
tabel r Product Moment.
2. Butir pertanyaan dinyatakan valid apabila jika r hasil > r tabel product moment.
Nilai r hasil dapat dilihat pada kolom Corrected item-Total Correlation pada
tabel item total statistics yang dapat diperoleh dengan melakukan perintah
Reliability Analysis.
Dari hasil corrected item-total correlation (r hasil) terlihat bahwa tidak semua
pertanyaan mempunyai nilai r hasil > r tabel (0,344), sehingga butir yang mempunyai
nilai r hasil < r tabel dapat dikatakan butir pertanyaan itu tidak valid. Sedangkan
untuk nilai r hasil > r tabel dapat dikatakan bahwa pertanyaan yang dibuat valid.
Hasil dari kuesioner yang telah disebarkan adalah tidak terdapat pertanyaan
yang tidak valid. Semua pertanyaan yang terdapat pada kuesioner merupakan
pertanyaan yang valid. Apabila didapatkan nilai pertanyaan yang tidak valid maka
pertanyaan dalam kuesioner tersebut harus diganti dengan pertanyaan yang lainnya
atau dihilangkan sampai pertanyaan tersebut yang terdapat pada kuesioner valid
semua. Namun karena dalam penelitian ini hanya dilakukan untuk tugas kuliah saja
maka pergantian pertanyaan dan penyebaran ulang kuesioner tidak perlu dilakukan
karena keterbatasan waktu.
Pada hasil Reliabily Statistics menunjukkan nilai Cronbach dari ke-10 butir
pertanyaan adalah sebesar 0,825. Kekuatan reliabilitas dikelompokkan menjadi 5
kategori, yaitu:
1. Nilai Cronbach 0,00 sampai dengan 0,20 berarti kurang reliabel.
2. Nilai Cronbach 0,21 sampai dengan 0,40 berarti agak reliabel.
3. Nilai Cronbach 0,41 sampai dengan 0,60 berarti cukup reliabel.
4. Nilai Cronbach 0,61 sampai dengan 0,80 berarti reliabel.
5. Nilai Cronbach 0,81 sampai dengan 1,00 berarti sangat reliabel.
Berdasarkan klasifikasi kekuatan reliabilitas, nilai 0,825 ini berarti sangat
reliabel. Sehingga dasar pengambilan keputusan yang digunakan dalam penetian ini
adalah:
1. Jika A positif dan A > 0,6 maka kuesioner tersebut reliabel.
2. Jika A positif dan A < 0,6 maka kuesioner tersebut tidak reliabel.
Nilai Cronbach Alpha adalah sebesar 0,825 yang artinya kuesioner tersebut
reliabel dan menunjukkan reliabilitas atau konstruk dari variabel yang berkomitmen.
Tabel 6. Penentuan Prioritas Atribut Primer
Atribut Rata-rata atribut Bobot Ranking Prioritas
Penampilan 3,53 23,20 3
Kualitas 4,15 27,27 2
Keindahan 3,27 21,49 4
Ergonomi 4,27 28,05 1
15,22 100
Tabel 7. Penentuan Priorias Atribut Sekunder
No Atribut Primer Butir Atribut
Sekunder
Rata – rata
atribut sekuder
Ranking
prioritas
sekunder
1 Penampilan 1 Warna 3.2571 9
2 Tekstur 4.2571 2
3 Bentuk 3.2571 10
4 Ukuran 3.3429 8
2 Kualitas 5 Bahan 4.2571 3
6 Tidak Rembes 4.1143 5
7 Kekuatan 4.0857 6
3 Keindahan 8 Menarik perhatian 3.0857 11
9 Kesesuaian dengan bentuk es
krim3.4571 7
4 Ergonomi 10 Kenyamanan 4.1714 4
11 Kemudahan 4.3714 1
Dari hasil yang sudah didapat melalui penentuan atribut pimer dan sekunder
dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam menentukan nilai ranking dari masing-masing
atribut yang sudah ditentukan dilakukan dengan menjumlahkan masing-masing nilai
dari tingkat kepentingan yang sudah ditentukan oleh responden kemudian dibagi
dengan jumlah dari atribut yang ada. Untuk atribut primer terdapat 4 atribut yaitu
penampilan, kualitas, keindahan dan ergonomi, dari ke empat atribut primer tersebut
masing-masing memiliki atribut sekunder yaitu untuk penampilan atribut
sekundernya adalah warna, tekstur, bentuk dan ukuran, untuk kualitas atribut
sekundernya adalah bahan, tidak rembes dan kekuatan, untuk keindahan atribut
sekundernya adalah menarik perhatian dan kesesuaian dengan bentuk es krim dan
yang terakhir adalah ergonomi yang memiliki atribut sekundernya yaitu kenyamanan
dan kemudahan. Masing-masing dari atribut sekunder tersebut memiliki nilai
berdasarkan tingkat kepentingan yang telah dipilih oleh responden, sehingga ketika
setiap atribut sekunder memiliki nilai masing-masing maka akan mudah mendapatkan
nilai rangking yang diinginkan. Untuk medapatkan nilai rangking dari atribut primer
caranya adalah masing-masing dari nilai pada atibut sekunder dari tiap-tiap atribut
primer dijumlahkan kemudian dibagi dengan jumlah responden yang ada (responden
30 orang) sehingga didapatkan nilai rangking dari atribut primer yaitu atribut primer
ergonomi dengan nilai 4,2714 lalu aspek kualits dengan nilai 4,1524, lalu aspek
penampilan dengan nilai 3,5285 dan aspek keindahan dengannilai 3,2714. Sedangkan
untuk mendapatkan nilai rangking dari atribut sekunder yaitu dengan cara
menjumlahkan nilai dari masing-masing atribut sekunder kemudian dibagi dengan
jumlah responden (n=30) sehingga didapatkan hasil sebagai berikut kemudahan
(4.3714), tekstur (4.2571), bahan (4.2571), kenyamanan (4.1714), tidak rembes
(4.1143), kekuatan (4.0857), kesesuaian dengan bentuk es krim (3.4571), ukuran
(3.3429), warna (3.2571), bentuk (3.2571) dan menarik perhatian (3.0857).
Setelah membahas tentang penentuan nilai rangking pada atribut primer dan
sekunder, tahapan selanjutnya adalah membahas tentang alternatif pengembangan
atribut sekunder. Berikut merupakan tabel dari alternatif pengembangan atribut
sekunder pada Tabel 7.
Tabel 7. Tabel Dari Alternatif Pengembangan Atribut Sekunder
A. Warna Alternatif Pengembangan Persentase Jawaban
1. Warna penampung es krim 1. Cokelat
2. Hitam
3. Putih
4. Sesuai dengan warna es
krim
1. 56,67%
2. 6,67%
3. 23,33%
4. 13,33%
B. Tekstur Alternatif Pengembangan Persentase Jawaban
2. Tekstur yang diinginkan 1. Bertekstur
2. Halus
3. Kasar
1. 80%
2. 0%
3. 20%
C. Bentuk Alternatif Pengembangan Persentase Jawaban
3. Bentuk penampung es krim 1. Lingkaran
2. Oval
3. Cekung
4. Persegi
5. Elips
1. 13,33%
2. 10%
3. 16,67%
4. 0%
5. 60%
D. Ukuran penampung dan
kesesuaian dengan bentuk es
krim
Alternatif Pengembangan Persentase Jawaban
4. Dimensi 1. Sesuai dimensi es krim
2. Lebih besar dimensi es
krim
1. 66,67%
2. 33,33%
E. Bahan Alternatif Pengembangan Persentase Jawaban
5. Bahan baku penampung 1. Cokelat manis
2. Cokelat dengan kemanisan
manis sedang
3. Cokelat sedikit manis
4. Cokelat pahit
1. 56,67%
2. 20%
3. 10%
4. 13,33%
F. Tidak rembes Alternatif Pengembangan Persentase Jawaban
6. Ketebalan penampung 1. 2 mm
2. 4 mm
1. 36,67%
2. 63,33%
G. Kekuatan penampung Alternatif Pengembangan Persentase Jawaban
7. Daya tahan 1. Tidak mudah hancur
2. Tidak mudah meleleh
1. 86,67%
2. 13,33%
H. Menarik perhatian Alternatif Pengembangan Persentase Jawaban
8. Keunikan 1. Penampung mempunyai
ciri khas sebagai identitas
produk
2. Penampung memberikan
sensasi yang berbeda ketika
dinikmati dengan cara
dimakan
1. 30%
2. 70%
J. Kenyamanan dan
kemudahan penggunaan es
krim
Alternatif Pengembangan Persentase Jawaban
9. Desain 1. Penampung lelelehan
es krim berbahan dasar
coklat dan bisa makan
2. Penampung lelelehan
es krim yang tidak bisa
dimakan
1. 56,67%
2.43,33%
Dari tabel alternatif pengembangan pengembangan atribut sekunder dapat
ditarik kesimpulan bahwa Atribut sekunder ini melengkapi atribut dasar/primer agar
produk mempunyai performansi yang lebih baik. Atribut sekunder ini mungkin saja
diperlukan dan mungkin saja tidak tergantung dari kesanggupan yang dapat dipenuhi
oleh produsen sesuai dengan keinginan yang diharapkan oleh sebagian besar
konsumen. Atribut sekunder ini merupakan alternatif-alternatif pengembangan yang
ingin dicoba oleh produsen untuk mencari keinginan konsumen secara detail terhadap
produk yang sedang dikembangkan ini. Dengan adanya kriteria yang lebih detail ini
dapat memberi kemudahan bagi produsen dalam mengembangkan produknya sesuai
dengan keinginan-keinginan konsumen terhadap suatu inovasi yang baru dan tidak
membosankan sehingga konsumen dapat merasakan sensasi yang lain ketika mencoba
produk tersebut setelah dikembangkan menjadi suatu produk inovatif dan fresh di
pasaran.
Setelah membuat tabel alternatif pengembangan atribut sekunder, langkah
selanjutnya yaitu masuk ke tahap analisis fungsi. tahap pertama yang perlu dilakukan
adalah menyusun FAST Diagram. Function Analysis System Technique atau biasa
disebut dengan FAST diagram adalah tools yang digunakan untuk menganalisis
fungsi produk dalam value engineering. FAST diagram ini dibuat berdasarkan atribut
primer dan atribut sekunder yang telah disusun sebelumnya serta berdasarkan
alternatif pengembangan atribut sekunder yang ada. FAST Diagram menggambarkan
hubungan HOW – WHY antar fungsi dan dibatasi oleh suatu garis lingkup untuk
membatasi studi yang akan dilakukan dimana dalam hal ini adalah studi mengenai
pengembangan produk penampung lelehan es krim. Berikut adalah hasil FAST
diagram yang telah dibuat.
Gambar 6. Gambar FAST Diagram
Penyusunan FAST diatas dengan mengajukan dua pertanyaan yang terdiri dari
why (mengapa) dan how (bagaimana). Identifikasi dimulai dengan pertanyaaan,
bagaimana fungsi dasar dapat dilakukan. Selanjutnya jawaban dari pertanyaan ini
diletakkan disebelah kanan fungsi dasar tersebut. Kemudian pertanyan mengapa
(why) digunakan terhadap fungsi paling kanan yang merupakan fungsi spesifik.
Pertanyaan ini harus dijawab dan memiliki keterkaitan oleh fungsi sebelah kiri yang
telah diidentifikasi sebelumnya, hingga fungsi dasar yang menjadi jawaban
terakhirnya. Setelah tahapan ini, kemudian akan masuk pada fase pengembangan
produk.
Penampung Lelehan Es
Krim Stik
Penampilan
Kualitas
Keindahan
Ergonomi
Kenyamanan
Kemudahan
Bahan
Ketebalan
Kekuatan
Warna
Tekstur
Bentuk
Ukuran
Menarik Perhatian
Kesesuaian Dengan Bentuk Ee Krim Stik
Warna Penampung Lelehan Warna Coklat
Tekstur Coklat Tekstur Halus
Bentuk Penampung Elips dan Cekung
Dimensii Lebih Besar Dari Dimensi Es Krim
Keunikan Memakan Es KrimTerlebih Dahulu
Setelah Itu Penampung LelehanEs Krim
Bahan Baku Penampung Coklat Manis
Ketebalan Penampung ±3 mm
Daya Tahan Tidak Mudah Hancur
DesainPenampung Lelelehan
Es Krim Berbahan DasarCoklat Dan Bisa Makan
Bagaimana Mengapa
Setelah selesai membahas tahap analisis, langkah selanjutnya adalah
melakukan tahap pengembangan yaitu dengan cara membuat langsung prototype.
Pada tahap pengembangan ini dilakukan pengembangan dengan cara pembuatan
prototype penampung lelehan es krim berdasarkan dari berbagai informasi yang telah
didapatkan pada tahap-tahap sebelumnya. Konsep yang digunakan untuk pembuatan
prototype ini hanyalah satu dikarenakan oleh hasil observasi dan kuesioner yang
menunjukkan bahwa konsumen menginginkan konsep penampung es krim yang
seperti kami buat sekarang ini.
Prototype yang sudah baik terbuat dari dark compound chocolate ini
berbentuk elips dan agak cekung. Prototype penampung lelehan es krim ini
mempunyai diameter bawah 4,5 cm dan diamater atas 7,3 cm dengan tinggi 5 cm.
Tekstur yang dihasilkan halus dengan penampang luar agak bergelombang. Prototype
penampung lelehan es krim yang dihasilkan berwarna coklat karena warna yang
dihasilkan oleh bahan baku pembuat penampung lelehan es krim itu sendiri. Gambar
penampung lelehan es krim adalah sebagai berikut.
Gambar 7. Prototype Penampung Lelehan Es Krim
Gambar 8. Prototype Penampung Lelehan Es Krim Tampak Atas
Gambar 9. Prototype Penampung Lelehan Es Krim Tampak Samping
Setelah prototype selesai dibuat, kemudian dipasangkan pada es kriim stick
yang sudah jadi. Hasil dari penggabungan antara es krim stick dan penampung
lelehan es krim dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 10. Penggabungan Antara Es Krim Stick Dan Penampung Lelehan Es Krim
Penjelasan tentang pembuatan prototype penampung lelehan es krim stik adalah
sebagai berikut.
Alat :
1. Panci kecil
2. Mangkuk stainless steel
3. Kompor
4. Pisau
5. Sendok
6. Cetakan alumunium foil
Bahan :
1. Dark compound chocolate
2. Air untuk medium sebagai pemanas
Prosedur:
1. Dark compound chocolate dipotong kecil-kecil
2. Lalu siapkan kompor
3. Panci diisi dengan air bersih sebagai media penghantar panas lalu di atasnya
diletakkan mangkuk stainless steel
4. Selanjutnya dark compound chocolate yang sudah dipotong kecil-kecil tadi
dimasukkan ke dalam mangkuk stainless steel
5. Lelehkan dark compound chocolate hingga terasa encer
6. Lalu dark compound chocolate encer dimasukkan ke cetakan alumunium foil dan
diratakan hingga membentuk lapisan tipis
7. Ditunggu hingga dark compound chocolate encer mengeras
8. Selanjutnya dark compound chocolate encer dimasukkan lagi ke cetakan
alumunium foil yang sudah berisi lapisan cokelat tipis tadi untuk membentuk
lapisan berikutnya
9. Ditunggu hingga dark compound chocolate encer mengeras
10. Dilakukan langkah yang sama untuk membentuk sampai 5 lapisan cokelat lipis
yang keras
11. Kemudian cokelat dibekukan di dalam kulkas selama 30 menit agar tambah keras
12. Cokelat lalu dipisahkan dari cetakan alumunium foil
13. Lalu cokelat digabungkan dengan stik es krim yang sudah ada es krimnya
Tahap selanjutnya adalah tahap pengujian prototipe. Pengujian ini dilakukan
dengan menggunakan kuesioner, dimana konsumen es krim stik diminta untuk
menilai atribut – atribut yang ada. Jumlah responden pengunjung yang diambil
sebanyak 10 orang. Berikut adalah kuesioner penilaian prototipe tersebut.
Tabel 8. Kuesioner Penilaian Prototype
Atribut Nilai
Penampilan 1 2 3 4 5
Kualitas 1 2 3 4 5
Keindahan 1 2 3 4 5
Ergonomi 1 2 3 4 5
Dari kuesioner yang telah disebar maka didapat total nilai untuk masing –
masing prototipe penampung lelehan es krim. Berikut adalah total nilai yang didapat.
Tabel 9. Total Nilai Atribut
Atribut
Total Nilai
Konsep 1
( Coklat Tipis )
Konsep 2
(Coklat Tebal)
Konsep 3
( Putih Tebal )
Konsep 4
(Putih Tipis)
Penampilan 36 41 37 38
Kualitas 31 45 32 42
Keindahan 35 38 39 36
Ergonomi 39 33 37 31
Jumlah 141 157 145 147
Total nilai prototipe konsep I, II, III dan IV penilaian pengunjung sebesar
141,157,145 dan 147 (Jumlah responden = 10 orang). Total nilai sendiri merupakan
hasil pengujian dengan menggunakan atribut penampilan, kualitas, keindahan, dan
ergonomi.
Selanjutnya dilakukan penilaian bobot. Nilai bobot ini diperoleh dari hasil
kali antara nilai indeks performansi yang diperoleh dari matriks Zero One dengan
persentase kepentingan relatif. Perhitungan tersebut dilakukan hingga semua atribut
masing-masing konsep diperoleh. Kemudian bobot atribut masing-masing konsep ini
dijumlahkan sehingga diperoleh total bobot masing-masing prototipe konsep. Pada
analisis nilai performansi produk (pengunjung) menggunakan matriks evaluasi total
bobot atribut untuk prototipe konsep I ini ... dan Konsep II ....
Selanjutnya yaitu menghitung matriks evaluasi. Matrik evaluasi dihitung
dengan menggunakan dua tabel, yaitu metode zero-one untuk mencari indeks dan
matriks evaluasi. Pertama yaitu metode zero-one.
Tabel 10. Perhitungan Matriks Evaluasi dengan Metode Zero One
Penampilan Konsep 1 Konsep 2 Konsep 3 Konsep 4 Jumlah Indeks
Konsep 1 X 0 0 0 0 0
Konsep 2 1 X 1 1 3 ½
Konsep 3 1 0 X 0 1 1/6
Konsep 4 1 0 1 X 2 1/3
6 1
Kualitas Konsep 1 Konsep 2 Konsep 3 Konsep 4 Jumlah Indeks
Konsep 1 X 0 0 0 0 0
Konsep 2 1 X 1 1 3 ½
Konsep 3 1 0 X 0 1 1/6
Konsep 4 1 0 1 X 2 1/3
6 1
Keindahan Konsep 1 Konsep 2 Konsep 3 Konsep 4 Jumlah Indeks
Konsep 1 X 0 0 0 0 0
Konsep 2 1 X 0 1 2 1/3
Konsep 3 1 1 X 1 3 ½
Konsep 4 1 0 0 X 1 1/6
6 1
Ergonomi Konsep 1 Konsep 2 Konsep 3 Konsep 4 Jumlah Indeks
Konsep 1 X 1 1 1 3 ½
Konsep 2 0 X 0 1 1 1/6
Konsep 3 0 1 X 1 2 1/3
Konsep 4 0 0 0 X 0 0
6 1
Kedua, Pada matriks evaluasi, nilai bobot ini diperoleh dari hasil kali antara
nilai indeks performansi yang diperoleh dari matriks Zero One dengan persentase
kepentingan relatif.
Perhitungan tersebut dilakukan hingga semua atribut masing-masing konsep
diperoleh. Kemudian bobot atribut masing-masing konsep ini dijumlahkan sehingga
diperoleh total bobot masing-masing prototipe konsep.
Berikut adalah hasil matriks evaluasi yang didapat.
Atribut Penampilan Kualitas Keindahan Ergonomi Total
Bobot
Konsep23,19 27,27 21,48 28,05 100
Konsep 1 0
0
0
0
0
0
14,02
½
14,02
Konsep 2 11,6
½
13,63
½
7,16
1/3
4,68
1/6
37,07
Konsep 3 3,86
1/6
4,54
1/6
10,74
½
9,35
1/3
28,5
Konsep 4 7,73
1/3
9,1
1/3
3,58
1/6
0
0
20,41
100
Kemudian Prototipe konsep I dan Prototipe konsep II ini dicari nilai faktornya
untuk mencari performansi masing-masing. Nilai faktor merupakan hasil bagi antara
total nilai dengan jumlah responden.
Tabel 11. Tabel Nilai Faktor
Atribut Nilai Faktor
Konsep 1 Konsep 2 Konsep 3 Konsep 4
Penampilan 3,6 4,1 3,7 3,8
Kualitas 3,1 4,5 3,2 4,2
Keindahan 3,5 3,8 3,9 3,6
Ergonomi 3,9 3,3 3,7 3,1
Setelah didapat nilai faktor, kemudian dicari performansi dari setiap konsep
yang ada. Performansi dihitung dari nilai faktor yang dikali dengan bobot faktor.
= {(3,6 x 23,19) + (3,1 x 27,27) + (3,5 x
21,48) + (3,9 x 28,05)}
= 352,59
= {(4,1 x 23,19 ) + (4,5 x 27,27) + (3,8 x
21,48) + (3,3 x 28,05)}
= 391,98
= {(3,7 x 23,19) + (3,2 x 27,27) + (3,9 x
21,48) + (3,7 x 28,05)}
= 360,62
= {(3,8 x 23,19) + (4,2 x 27,27) + (3,6 x
21,48) + (3,1 x 28,05)}
= 366,94
Dari perhitungan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa performansi untuk
masing – masing konsep prototype adalah sebagai berikut.
Tabel 12. Tabel Nilai Performansi
Prototype Performansi
Konsep 1 352,59
Konsep 2 391,98
Konsep 3 360,62
Konsep 4 366,94
Setelah mengetahui performansi, kemudian ditentukan nilai. Namun terlebih
dahulu, sebelum melangkah ketahap penentuan nilai, perlu ditentukan rincian biaya
untuk masing – masing konsep prototype. Untuk pembuatan prototype ini diperlukan
rincian biaya sebagai berikut.
Tabel 13. Tabel Rincian Biaya
Komponen Konsep 1 Konsep 2 Konsep 3 Konsep 4
Coklat
Konsep 1&2 = Dark Chocolate
Konsep 3&4 = White Chocolate
3875 7750 3875 7750
Cetakan Almunium Foil 600 600 600 600
Gula Pasir 50 50 50 50
Jumlah Rp. 4525 Rp. 8400 Rp. 4525 Rp. 8400
Rincian biaya tersebut kemudian digunakan untuk menentukan nilai. Nilai dari
konsep ditentukan dengan performansi dibagi dengan biaya.
0,078
0,046
0,044
Sehingga didapat hasil sebagai berikut.
Tabel 13. Tabel Perbandingan Performansi dan Nilai
Prototype Performansi Nilai
Konsep 1 352,59 0,078
Konsep 2 391,98 0,046
Konsep 3 360,62 0,080
Konsep 4 366,94 0,044
BAB V
KESIMPULAN
Atribut kebutuhan konsumen terhadap penampung lelehan es krim stik adalah
penampilan, kualitas, keindahan, dan ergonomi. Desain penampung lelehan es krim
stik yang dibutuhkan konsumen merupakan desain yang nyaman dan mudah
digunakan. Penampung lelehan es krim yang dibuat berbahan dasar coklat sehingga
tidak mudah rembes dan patah. Memiliki warna coklat, bertekstur, berbentuk elips,
dan memiliki ukuran yang lebih besar dari dimensi es krim stik. Empat desain yang
dihasilkan dalam penelitian ini merupakan hasil dari berbagai alternatif
pengembangan. Prototipe Konsep 3 dengan desain penampung lelehan es krim stik
berbentuk elips cekung, bertekstur, berdimensi lebih besar dari es krim stik, berbahan
dasar coklat putih dengan ketebalan ± 2 mm merupakan konsep terpilih dengan value
yang didapatkan dari konsumen sebesar 0,08.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Es Krim Be Smile Lah. Dalam www.sirosiris.com. diakses pada
tanggal 18 Oktober 2015 pukul 14.45 WIB.
Arbuckle, W.S. 2000. Ice Cream. Third Edition. Avi Publishing Company Inc West
Port. New York.
Badan Standarisasi Indonesia. 1995. Standar Mutu Es Krim. SNI 01-3713-1995.
Jakarta: Badan Standar Nasional.
Eckles, C.H., Combs, W.B., dan Macy, H. 1998. Milk and Milk Products. McGraw-
Hill Company. New York.
Harris, A. 2011. Pengaruh Substitusi Ubi Jalar (Ipomea batatas) dengan Susu Skim
Terhadap Pembuatan Es Krim. Makassar: Universitas Hasanuddin.
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: UI-
Press.
Marshall, R.T. dan Arbuckle, W.S. 1996. Ice Cream Edisi Kelima. International
Thompson Publishing. New York.
Suharto, Imam. 2001. Manajemen Proyek (Dari Konseptual sampai Operasional.
Jakarta: Erlangga.
Zimmerman, L.W., 1982. Value Engineering: A Practical Aproach for Owner,
Designer, and Contractor. McGraw Hill Company. New York.