Perancangan dan Pengembangan Produk

68
PROPOSAL PENELITIAN PENAMBAHAN PENAMPUNG LELEHAN ICE CREAM PADA BATANG ICE CREAM STICK DENGAN METODE VALUE ENGINEERING (VE) Disusun oleh : Sedayu Restu Suci (12/329575/TP/10349) Herlina Ratna Sari (12/333178/TP/10439) Afief Dwi Prasetyo (12/333196/TP/10457) Agian Megi Radita (12/333288/TP/10502) JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2015

description

Pengembangan Produk Penampung Lelehan Es Krim Stik dengan Metode Value Engineering

Transcript of Perancangan dan Pengembangan Produk

Page 1: Perancangan dan Pengembangan Produk

PROPOSAL PENELITIAN

PENAMBAHAN PENAMPUNG LELEHAN ICE CREAM PADA BATANG ICE

CREAM STICK DENGAN METODE VALUE ENGINEERING (VE)

Disusun oleh :

Sedayu Restu Suci (12/329575/TP/10349)

Herlina Ratna Sari (12/333178/TP/10439)

Afief Dwi Prasetyo (12/333196/TP/10457)

Agian Megi Radita (12/333288/TP/10502)

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2015

Page 2: Perancangan dan Pengembangan Produk

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Es krim merupakan salah satu makanan yang banyak disukai masyarakat.

Menurut Euromonitor, walaupun konsumsi per kapitanya rendah, pasar es krim

Indonesia sangat besar secara ukuran, mencapai 158 juta liter dan terbesar di Asia

Tenggara. Ini lantaran jumlah penduduk Indonesia yang besar. Proyeksinya, hingga

tahun 2018 pertumbuhan pasar es krim mencapai 240 juta liter atau rata-rata tumbuh

8,75%. (marketeers.com)

Di negara tropis, es krim menjadi salah satu makanan favorit yang memiliki

pangsa pasar yang cukup besar. Hal tersebut dikarenakan faktor cuaca yang panas.

Selain itu, factor konsumen es krim yang umumnya adalah kalangan muda

membuatnya memiliki potensi yang amat besar untuk menjadi pasar yang potensial.

Es krim banyak diminati oleh segmen pasar di usia muda, salah satunya

adalah segmen usia 5-12 tahun, yang masuk dalam kategori anak-anak. Anak-anak

memiliki ketertarikan yang tinggi dalam mengonsumsi es krim, akan tetapi keputusan

pembelian dan konsumsinya ditentukan oleh orang tua mereka.

Di pasaran, terdapat beberapa bentuk penyajian es krim. Salah satunya adalah

es krim stik. Es krim stik ini banyak dijual di pasaran dan memiliki varian rasa yang

lebih banyak. Namun, es krim stik kurang diminati oleh para orang tua. Hal tersebut

dikarenakan, es krim stik ini sulit untuk dikonsumsi dengan rapi dan tanpa tercecer

oleh anak-anak. Kebanyak dari anak akan kesulitan mengonsumsi saat es krim mulai

meleleh. Es krim yang meleleh akan menetes dan mengotori tangan, baju, pakaian

dari anak. Hal tersebut yang membuat orang tua kurang merekomendasikan

pembelian es krim stik dibandingkan es krim cone atau es krim dengan wadah. Oleh

karena itu, ingin dikembangkan suatu kemasan ice cream stick yang dilengkapi

dengan penyangga tetesan es krim. Penyangga ini berfungsi agar tetesan es krim

tidak mengenai konsumen yang mengonsumsi es krim. Penyangga berbentuk

Page 3: Perancangan dan Pengembangan Produk

lingkaran dan terbuat dari kertas karton dengan diameter 5 mm. Penyangga

diletakkan dalam kemasan dan dapat dirangkaikan dengan stick es krim seperti pada

rancangan. Hal ini diharapkan mampu mengatasi masalah es krim yang sering

menetes saat dikonsumsi dan mengotori pakaian atau tangan dari pengonsumsi.

B. Perumusan Masalah

Masalah dalam penelitiaan ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan-

pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimana desain produk es krim berpenampung yang sesuai dengan kebutuhan

konsumen ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian pengembangan produk ini adalah sebagai berikut.

1. Menghasilkan desain produk es krim dengan tambahan penampung pada batang

es krim stik dengan spesifikasi khusus berdasarkan kebutuhan konsumen.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang didapat dari pengembangan produk yang dilakukan adalah

sebagai berikut.

1. Memudahkan konsumen untuk dapat mengkonsumsi es krim dalam bentuk es

krim stik.

2. Menghindarkan konsumen terkena bahan-bahan pembuat es krim stik.

3. Konsumen dapat lebih nyaman memakan es krim stik tanpa takut kotor.

4. Meningkatkan daya jual es krim dalam bentuk stik.

Page 4: Perancangan dan Pengembangan Produk

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Es Krim

Es krim adalah buih setengah beku yang mengandung lemak teremulsi dan

udara. Sel-sel udara yang ada berperan untuk memberikan tekstur lembut pada es

krim tersebut. Tanpa adanya udara, emulsi beku tersebut akan menjadi terlalu dingin

dan terlalu berlemak. Sebaliknya, jika kandungan udara dalam es krim terlalu banyak

akan terasa lebih cair dan lebih hangat sehingga tidak enak dimakan. Sedangkan, bila

kandungan lemak susu terlalu rendah, akan membuat es lebih besar dan teksturnya

lebih kasar serta terasa lebih dingin. Emulsifier dan stabilisator dapat menutupi sifat-

sifat buruk yang diakibatkan kurangnya lemak susu dan memberi rasa lengket

(Marshall dan Arbuckle, 1996).

Es krim dapat didefinisikan sebagai makanan beku yang dibuat dari produk

susu dan dikombinasikan dengan pemberi rasa dan pemanis. Menurut Standar

Nasional Indonesia, es krim adalah sejenis makanan semi padat yang dibuat dengan

cara pembekuan tepung es krim atau campuran susu, lemak hewani maupun nabati,

gula, dan dengan atau tanpa bahan makanan lain yang diizinkan. Campuran bahan es

krim diaduk ketika didinginkan untuk mencegah pembentukan kristal es yang besar

(Arbuckle, 2000).

Pada pembuatan es krim, komposisi adonan akan sangat menentukan kualitas

es krim tersebut nantinya. Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas tersebut,

mulai dari bahan baku, proses pembuatan, proses pembekuan, pengepakan,

dan sebagainya. Pada proses pembuatan seluruh bahan baku es krim akan dicampur,

menjadi suatu bahan dasar es krim. Pada proses ini dikenal beberapa istilah, salah

satunya yaitu viskositas/kekentalan. Kekentalan pada adonan es krim akan

berpengaruh pada tingkat kehalusan tekstur, serta ketahanan es krim sebelum

mencair. Proses pembuatannya sendiri melalui pencampuran atau mixer bahan-bahan

menggunakan alat pencampur yang berputar (Harris, 2011).

B. Komposisi Umum Es Krim

Bahan-bahan utama yang diperlukan dalam pembuatan es krim antara lain:

lemak, bahan kering tanpa lemak (BKTL), bahan pemanis, bahan penstabil, dan bahan

pengemulsi. Lemak susu (krim) merupakan sumber lemak yang paling baik untuk

mendapatkan es krim berkualitas baik. Pada produk es krim tidak diberikan bahan

Page 5: Perancangan dan Pengembangan Produk

tambahan makanan karena penguat cita rasa adalah suatu zat bahan tambahan yang

ditambahkan kedalam makanan yang dapat memperkuat aroma dan rasa (Harris,

2011).

Menurut Harris (2011), es krim yang baik harus memenuhi persyaratan

komposisi umum Ice Cream Mix (ICM) atau campuran es krim seperti pada Tabel

2.1 berikut:

Tabel 2.1 Komposisi Umum Es Krim

Komposisi Jumlah (%)Lemak susu 10-16%Bahan kering tanpa lemak 9-12%Bahan pemanis gula 12-16%Bahan penstabil 0-0,4%Bahan pengemulsi 0-0,25%Air 55-64%

Sumber: Harris (2011)

Tabel 2.2 Syarat Mutu Es Krim

No. Kriteria Uji Unit Standart1 Keadaan: Penampakan Rasa

Bau- Normal Normal

Normal2 Lemak % (b/b) Min 5.03 Gula dihitung sebagai sakarosa % (b/b) Min 8.04 Protein % (b/b) Min 2.75 Jumlah padatan % (b/b) Min 3.46 Bahan Tambahan Makanan: Pemanis

BuatanPewarna Tambahan Pemantap dan Pengemulsi

Negatif

Sesuai SNI 01-0222-1987

7 Cemaran logam Timbal (Pb) Tembaga (Cu)

mg/kgmg/kg

Maks 1.0Maks 20.0

8 Cemaran Arsen (As) mg/kg Maks 0.59 Cemaran Mikroba: Angka Lempeng Total

ColiformSalmonella Listeria SPP

Koloni/g APM/g Koloni/25 g Koloni/25 g

Maks 105

<3Negatif Negatif

Sumber: Standart Nasional Indonesia No. 01-3713-1995

Page 6: Perancangan dan Pengembangan Produk

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produk Es Krim

Faktor yang mempengaruhi produk es krim antara lain:

1. Bahan-bahan yang terdapat pada es krim

Bahan-bahan yang terdapat dalam es krim antara lain:

a. Air

Air merupakan komponen terbesar dalam campuran es krim, berfungsi

sebagai pelarut bahan-bahan lain dalam campuran. Komposisi air dalam campuran

bahan es krim umumnya berkisar 55-64% (Eckles, et al, 1998).

b. Lemak Susu

Lemak biasa dikatakan sebagai bahan baku es krim, lemak yang terdapat pada

es krim berasal dari susu segar yang disebut krim. Lemak susu berfungsi untuk

meningkatkan nilai gizi es krim, menambah cita rasa, menghasilkan karakteristik

tekstur yang lembut, membantu memberikan bentuk dan kepadatan, serta

memberikan sifat meleleh yang baik. Kadar lemak dalam es krim yaitu antara 10%

sampai 16% (Harris, 2011).

c. Bahan Kering Susu Tanpa Lemak

Bahan kering susu tanpa lemak berfungsi untuk meningkatkan kandungan

padatan di dalam es krim sehingga lebih kental. Bahan kering susu tanpa lemak juga

penting sebagai sumber protein sehingga dapat meningkatkan nilai nutrisi es

krim.Unsur protein dalam pembuatan es krim berfungsi untuk menstabilkan emulsi

lemak setelah proses homogenisasi, menambah cita rasa, membantu pembuihan,

meningkatkan dan menstabilkan daya ikat air yang berpengaruh pada kekentalan dan

tekstur es krim yang lembut.Sumber bahan kering susu tanpa lemak antara lain susu

skim, susu kental manis, dan bubuk whey. Kadar skim dalam es krim yaitu antara 9%

sampai 12% (Harris, 2011).

d. Bahan pemanis

Bahan pemanis yang umum digunakan dalam pembuatan es krim adalah gula

pasir (sukrosa) dan gula bit. Bahan pemanis selain berfungsi memberikan rasa manis,

juga dapat meningkatkan cita rasa, menurunkan titik beku yang dapat membentuk

kristal-kristal es krim yang halus sehingga meningkatkan penerimaan dan kesukaan

Page 7: Perancangan dan Pengembangan Produk

konsumen. Penambahan bahan pemanis sekitar 12% sampai 16% (Harris, 2011).

e. Bahan Penstabil (Stabilizer)

Bahan penstabil yang umum digunakan dalam pembuatan es krim adalah

CMC (carboxy methyl celulose), gum arab, sodium alginat, karagenan dan agar.

Bahan penstabil berperan untuk meningkatkan kekentalan ICM terutama pada saat

sebelum dibekukan dan memperpanjang masa simpan es krim karena dapat

mencegah kristalisasi es selama penyimpanan. Kadar penstabil dalam es krim yaitu

antara 0% sampai 0,4% (Harris, 2011).

f. Bahan Pengemulsi

Bahan pengemulsi utama yang digunakan dalam pembuatan es krim adalah

garam halus. Bahan pengemulsi bertujuan untuk memperbaiki struktur lemak dan

distribusi udara dalam ICM, meningkatkan kekompakan bahan-bahan dalam ICM

sehingga diperoleh es krim yang lembut, dan meningkatkan ketahanan es krim

terhadap pelelehan bahan. Campuran bahan pengemulsi dan penstabil akan

menghasilkan es krim dengan tekstur yang lembut. Kadar pengemulsi dalam es krim

yaitu antara 0% sampai 0,25% (Harris, 2011).

2. Proses yang dilakukan dalam pembuatan es krim

Beberapa proses yang terjadi dalam pembuatan es krim

a. Pasteurisasi

Pasteurisasi adalah sebuah proses pemanasan makanan dengan tujuan

membunuh organisme merugikan seperti bakteri, virus, protozoa, kapang, dan

khamir. Jadi dalam makanan dan minuman yang dipasteurisasi, beberapa mikroba

yang menguntungkan untuk makhluk hidup sebenarnya dibiarkan tetap hidup.

Pasteurisasi es krim mix dilakukan dengan tujuan untuk membunuh sebagian besar

mikroba, terutama dari golongan pathogen, melarutkan dan membantu pencampuran

bahan-bahan penyusun, menghasilkan produk yang seragam dan memperpanjang

umur simpan. Pasteurisasi dapat dilakukan dengan empat metode yaitu: batch system

pada suhu 68°C selama 25-30 menit, HTST pada suhu 79°C selama 25-30 detik,

UHT pada suhu 99°C-130°C selama 4 detik, dan pasteurisasi vakum pada suhu 90°C-

Page 8: Perancangan dan Pengembangan Produk

97°C selama 2 detik (Anonima, 2011).

b. Homogenisasi

Homogenisasi pada pembuatan es krim bertujuan untuk menyebarkan globula

lemak secara merata keseluruh produk, mencegah pemisahan globula lemak

kepermukaan selama pembekuan dan untuk memperoleh tekstur yang halus karena

ukuran globula lemak kecil, merata, dan protein dapat mengikat air bebas.

Homogenisasi susu dilakukan pada suhu 70°C setelah pasteurisasi sebelum mix

menjadi dingin dengan suhu minimum 35°C. Manfaat homogenisasi yaitu bahan

campuran menjadi sempurna, mencegah penumpukan disperse globula lemak selama

pembekuan, memperbaiki tekstur dan kelezatan, mempercepat aging dan produk yang

dihasilkan lebih seragam (Anonim, 2011).

c. Pendinginan

Setelah proses homogenisasi emulsi didinginkan pada suhu 4°C yang

dipasang sepanjang layar dingin. Efek utama dari pendinginan adalah mendinginkan

lemak dalam proses emulsi dan kristalisasi dari inti, mengakibatkan mikroba

mengalami heat shock yang menghambat pertumbuhan mikroba sehingga jumlah

mikroba akan turun drastis. Pendinginan dilakukan dengan cara melewatkan mix ke

PHE elemen pendingin. Proses pasteurisasi, homogenisasi, dan pendinginan

dilakukan selama kurang lebih satu jam sepuluh menit. Mix yang sudah

mengalami perlakuan tersebut dimasukkan ke dalam aging tank untuk mengalami

proses aging (Anonim, 2011)

d. Aging

Aging merupakan proses pemasakan es krim mix dengan cara mendiamkan

adonan selama 3-24 jam dengan suhu 4,4°C atau dibawahnya. Tujuan aging yaitu

memberikan waktu pada stabilizer dan protein susu untuk mengikat air bebas,

sehingga akan menurunkan jumlah air bebas. Perubahan selama aging adalah

terbentuk kombinasi antara stabilizer dan air dalam adonan, meningkatkan viskositas,

campuran jadi lebih stabil, lebih kental, lebih halus, dan tampak mengkilap (Anonim,

2011).

Page 9: Perancangan dan Pengembangan Produk

D. Value Engineering

Pada awalnya Value Engineering lahir di Amerika Serikat (USA) pada perang

dinia II. Sehingga bukan merupakan konsep yang baru, metoda ini sudah lama

dikembangkan dan diaplikasikan pada industri-industri maju dan proyek-proyek di

dinia. Konsep dan pemikirannya lahir dari sebuah perusahaan General Electric

Company, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang manufacturing. (Soeharto,

2001).

Setelah Perang Dinia II berulah metoda ini berkembang menjadi Value

Engineering. Metoda ini akhirnya berkembang menjadi suatu konsep fungsional yang

merupakan suatu pendekatan untuk memecahkan berbagai permasalahan. Dan

dijumpai kenyataan bahwa dengan penggunaan biaya yang lebih rendah dan subtitusi

bahan, mutu dari produk tidak akan berkurang, bahkan lebih baik dan lebih murah

harganya. Penerapannya di dalam industri konstruksi dimulai sejak akhir tahun 1960-

an atau awal 1970-an.

1. Pengertian Value Engineering

Value Engineering adalah usaha yang terorganisasi secara sistematis dan

mengaplikasikan suatu teknik yang telah diakui, yaitu teknik mengidentifikasi fungsi

produk atau jasa yang bertujuan memenuhi fungsi yang diperlukan dengan harga

yang paling ekonomis (Soeharto, 2001). Menurut Zimmerman (1982) Value

Enginnering adalah penerapan suatu teknik manajemen melalui pendekatan yang

sistematis dan terorganisasi dengan menggunakan analisis fungsi pada suatu proyek

atau produk sehingga diperoleh hasil yang mempunyai keseimbangan antara fungsi

dengan biaya, keandalan, mutu dan hasil guna (Performance). Dengan kata lain Value

Engineering atau rekayasa nilai merupakan suatu pendekatan sistematis dan kreatif

dalam mengidentifikasi fungsi-fungsi, menetapkan nilai, dan mengembangkan

gagasan atau ide-ide untuk mendapatkan berbagai alternatif yang dapat digunakan

untuk melaksanakan fungsi-fungsi dengan biaya yang lebih rendah, tanpa mengurangi

mutu dan nilai.

Page 10: Perancangan dan Pengembangan Produk

2. Tujuan Value Engineering

Value Engineering adalah proven management technique yang dapat mengatasi

dan mengurangi biaya konstruksi yang berhubungan dengan masalah-masalah

teknik. Value Engineering tidak mengurangi biaya proyek dengan menekan harga

satuan mengorbankan kualitas dan penampilannya. Value Engineering bertujuan

untuk menganalisa fungsi dari suatu item atau sistem dengan tujuan untuk mencapai

fungsi yang diperlukan dengan biaya yang seringan-ringannya, tanpa harus

mengorbankan atau mengurangi kualitas, fungsi dan estetika dari bangunan yang

sudah direncanakan.

3. Beberapa Istilah Dalam Value Engineering

Value Engineering atau rekayasa nilai merupakan suatu pendekatan sistematis

dan kreatif dalam mengidentifikasi fungsi-fungsi, menetapkan nilai, dan

mengembangkan gagasan atau ide-ide untuk mendapatkan berbagai alternatif yang

dapat digunakan untuk melaksanakan fungsi-fungsi dengan biaya yang lebih rendah,

tanpa mengurangi mutu dan nilai. Dengan kata lain, Value Engineering bermaksud

memberikan sesuatu yang optimal bagi sejumlah uang yang dikeluarkan, dengan

memakai teknik yang sistematis serta mengembangkan sejumlah alternatif untuk

menganalisis dan mengendalikan total suatu produk yang memungkinkan tercapainya

fungsi tersebut dengan biaya total minimum tanpa mengurangi mutu dan kualitas.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Value Engineering bukanlah:

a. Cost Cutting Process, yaitu proses menurunkan biaya dengan menekan harga

satuan tetapi mutu dan penampilan dari suatu produk atau proyek tidak

dipertahankan. Mengendalikan mutu dari suatu produk atau proyek, tetapi

berusaha mencari produk dengan kualitas yang baik dan biaya yang seminimal

mungkin.

b. Re-design atau desain ulang, mengoreksi kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh

perencana atau melakukan penghitungan ulang yang sudah dibuat oleh

perencana.

Page 11: Perancangan dan Pengembangan Produk

Terdapat beberapa istilah dalam Value Engineering yaitu :

1. Nilai (Value)

Nilai adalah suatu ukuran kepuasan konsumen terhadap suatu barang yang

menunjukkan kegunaan, kualitas, keandalan dan harga dari barang tersebut. Dalam

studi Value Engineering terdapat empat jenis nilai :

a. Nilai guna (Use Value), yaitu suatu nilai yang menunjukkan seberapa besar

kegunaan suatu produk proyek akibat sudah terpenuhinya suatu fungsi yang

umumnya dipengaruhi oleh kualitas dan sifat suatu produk proyek tersebut.

b. Nilai kebanggan (Esteem Value), yaitu nilai yang menunjukkan seberapa besar

kemampuan produk proyek untuk menimbulkan keinginan konsumen untuk

memilikinya atau dengan kata lain rasa kebanggaan memiliki produk proyek

tersebut.

c. Nilai tukar (Exchange Value), yaitu nilai yang menunjukkan seberapa besar

keinginan konsumen untuk berkorban mengeluarkan biaya atau menukar dengan

sesuatu untuk mendapat produk tersebut.

d. Nilai biaya (Cost Value), yaitu nilai yang menunjukkan seberapa besar total yang

diperlukan untuk menghasilkan suatu produk dan memenuhi semua fungsi yang

diinginkan.

2. Biaya (Cost)

Biaya adalah sejumlah uang, waktu, tenaga dan lain-lain yang diperlukan

untuk memperoleh suatu fasilitas produk baik berupa barang ataupun jasa yang

diinginkan.

3. Harga (Worth)

Harga adalah jumlah uang, waktu dan lain-lain yang dibutuhkan untuk

memperoleh suatu fasilitas dan memenuhi suatu fungsi.

4. Analisis Fungsi

Fungsi merupakan pokok pembahasan dalam Value Engineering study

pendekatan fungsional merupakan suatu usaha untuk menurunkan biaya proyek.

Page 12: Perancangan dan Pengembangan Produk

Dalam pendekatan fungsional terdapat 3 (tiga) teknik yang berkaitan satu dengan

yang lainnya. Adapun ketiga teknik itu adalah:

a. Definisi fungsional (functional definition).

b. Evaluasi fungsional (functional evaluation).

c. Alternatif fungsional (functional alternative)

Page 13: Perancangan dan Pengembangan Produk

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

1. Objek Penelitian

Objek penelitian “Penambahan Penampung Lelehan Ice Cream Pada Batang

Ice Cream Stick Dengan Metode Value Engineering (Ve)” adalah produk es krim stik

yang dijual di pasaran.

2. Kerangka Pemecahan Masalah .

Gambar 1. Flowchart rancangan penampung lelehan es krim pada es krim stik menggunakan metode Value Engineering.

Page 14: Perancangan dan Pengembangan Produk

Kerangka pemecahan masalah dalam penelitian digambarkan melalui diagram

alir seperti di bawah ini.

a. Mulai

Penelitian dimulai dengan melakukan pengamatan pada produk es krim stik

yang memiliki kekurangan dalam mengantisipasi lelehan es krim.

b. Penentuan Topik

Topik dalam penelitian yang dilakukan adalah perancangan produk

penampung lelehan es krim stik.

c. Penentuan Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian yang dilakukan adalah desain produk es

krim berpenampung yang sesuai dengan kebutuhan konsumen.

d. Penentuan Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah enghasilkan desain produk es

krim dengan tambahan penampung pada batang es krim stik dengan spesifikasi

khusus berdasarkan kebutuhan konsumen.

e. Pengumpulan Data

Data yang diumpulkan meliputi data primer dan dta sekunder. Data Primer

adalah Data yang dikumpulkan sendiri atau langsung dari sumber utama. Sedangkan

data sekunder adalah data yang diperoleh dari orang lain dan secara tidak langsung

dalam hal ini data sekunder berupa dokumen-dokumen dan data lain dari sumber

lainnya.

Metode pengumpulan data yang dilakukan yaitu sebagai berikut.

1) Library Research

Cara pengambilan data dari literatur yang berhubungan dengan pokok-pokok

pembahasan penelitian.

2) Field Research (Penelitian Lapangan)

Suatu metode pengambilan data dengan mendatangi langsung obyek-obyek

yang berkaitan erat dengan pembahasan penelitian. Pengumpulan data bisa dilakukan

dengan cara sebagai berikut :

Page 15: Perancangan dan Pengembangan Produk

a) Observasi

Cara pengambilan data dengan cara melakukan pengamatan secara langsung

pada obyek yang diamati.

b) Interview (Wawancara)

Bentuk pengambilan data dengan wawancara langsung terhadap orang- orang

yang terlibat dengan obyek penelitian.

f. Penentuan Kriteria Kebutuhan

Penentuan kriteria kebutuhan didapatkan dari hasil observasi dan wawancara

yang dilakukan pada konsumen es krim stik.

g. Analisis Fungsi Produk

Analisis fungsi produk dilakukan dengan menggunakan metode Function

Analysis System Technique (FAST) Diagram. FAST diagram adalah tools untuk

menganalisis fungsi produk secara skematis mulai dari fungsi utama dan fungsi

turunan. Contoh pembuatan FAST diagram perancangan produk penampung lelehan

es krim adalah sebagai berikut.

Gambar 2. FAST Diagram Perancangan Produk Penampung Lelehan Es Krim Stik

Page 16: Perancangan dan Pengembangan Produk

h. Analisis Tingkat Kepentingan Fungsi

Analisis tingkat kepentingan fungsi dilakukan dengan Mudge Diagram, yang pada

prinsipnya adalah melakukan pembobotan pada masing-masing fungsi. Contoh Mudge

Diagram adalah sebagai berikut.

Fungsi Penampung Lelehan Es Krim Total Persentase (%)

Rank

AB

CD

EF

GH

Tabel 1. Tabel Mudge Diagram

i. Analisis Biaya

Analisis biaya dilakukan dengan menghitung cost yang diperlukan untuk

membuat produk es krim berpenampung. Dari data cost tersebut dilakukan

breakdown cost untuk sub komponen penyusunnya. Kemudian data cost dari masing-

masing sub komponen tersebut dialokasikan terhadap masing-masing fungsi. Analisis

tersebut tertuang dalam Resource Consumption Matrix. Contoh analisis biaya

menggunakan Resource Consumption Matrix adalah sebagai berikut.

No. Item Biaya FungsiA B C D E F G H

JumlahPersentase 100% ...% ...% ...% ...% ...% ...% ...% ...%

Tabel 2. Tabel Resource Consumption Matrix

j. Analisis Value

Pada analisis value dilakukan perbandingan antara relative function dan

relative cost. Setelah didapatkan perbandingan maka dapat dilihat fungsi mana yang

memiliki value yang rendah. Untuk setiap item fungsi yang relative cost lebih besar

Page 17: Perancangan dan Pengembangan Produk

dari relative function perlu diadakan suatu peninjauan terhadap value pada fungsi

produk tersebut.

k. Pencarian dan Pengumpulan Ide

Dilakukan pencarian ide-ide untuk mendukung perancangan prototype

penampung lelehan es krim stik sehingga dihasilkan dapat dihasilkan produk

penampung lelehan es krim stik yang sesuai dengan keinginan konsumen. Pencarian

dan pengumpulan ide dilakukan dengan cara brainstorming. Ide-ide yang muncul dari

brainstorming kemudian di analisis dan disaring untuk mendapatkan ide terbaik

l. Perancangan dan Pembuatan Prototype

Dalam tahap ini semua ide yang sudah dievaluasi direalisasikan dalam bentuk

nyata. Realisasi tersebut bisa disajikan dalam bentuk prototype.

m. Pengujian

Setelah prototype dibuat kemudian dilakukan pengujian-pengujian untuk

memverifikasi efek perubahan yang dilakukan karena implementasi ide terhadap

fungsi produk. Dengan kata lain dalam tahap ini dilakukan verifikasi produk

prototype terkait kualitasnya. Apakah ada penurunan atau peningkatan terhadap

kualitas produk. Pengujian dilakukan dengan cara pendekatan langsung kepada

konsumen.

n. Evaluasi Prototype

Dari pengujian yang dilakukan kemudian dievaluasi terkait hasil yang didapat.

Apakah pengujian tersebut menghasilkan hasil yang baik atau tidak dan memenuhi

keinginan konsumen atau tidak.

o. Selesai

Penelitian dinyatakan selesai.

Page 18: Perancangan dan Pengembangan Produk

BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

Pengembangan penampung lelehan es krim dengan metode value engineering

ini dimulai dengan tahap informasi. Tahap informasi merupakan tahap awal dalam

studi value engineering ( ve ). Pada tahap awal ini dilakukan pengumpulan informasi

sebanyak mungkin berkaitan dengan produk yang akan dikembangkan. Informasi

pertama yang dikumpulkan dalam pengembangan produk ini yaitu data awal yang

berisi nama produk, jenis, dan dimensinya. Informasi kedua yaitu mengenai perilaku

konsumen saat mengkonsumsi es krim stik. Informasi terakhir yaitu informasi yang

didapat dari penyebaran kuesioner yang telah dilaksanakan. Berikut adalah penjelasan

lebih lanjut mengenai informasi – informasi yang dikumpulkan dalam tahap ini.

Dalam pelaksanaan tahap informasi pada value engineering diperlukan

pengumpulan data umum mengenai produk yang akan dikembangkan. Data ini akan

dijadikan data awal dalam melakukan pengembangan produk es krim stik

berpenampung. Berikut adalah data awal yang digunakan.

Tabel 1. Tabel Karakteristik Produk Es Krim Stick

Nama Produk Es Krim

Jenis Es Krim Stik

Ukuran Panjang : 4,8 cm

Lebar : 2 cm

Tinggi : 10 cm

Panjang Pegangan Stik : 4 cm

Page 19: Perancangan dan Pengembangan Produk

Gambar 1. Dimensi Es Krim Stik

Diperlukan data awal mengenai ukuran dari es krim stik tersebut sehingga

nantinya dalam mendesain penampung es krim dapat sesuai dengan ukuran dasar dari

es krim stik yang ada. Jadi es krim tidak menyesuaikan bentuk penampung, namun

penampunglah yang menyesuaikan bentuk es krim yang ada dan pertimbangan

lainnya nanti.

Dalam tahap informasi ini, perlu juga dicari tahu informasi terkait perilaku

konsumen. Perilaku konsumen yang tidak dapat secara langsung dikendalikan oleh

perusahaan perlu dicari informasinya semaksimal mungkin. Perilaku konsumen

adalah proses yang dilalui oleh seseorang dalam mencari, membeli, menggunakan,

mengevaluasi, dan membuang produk atau jasa setelah dikonsumsi untuk memenuhi

kebutuhannya. Dalam tahap informasi ini, peneliti mengamati perilaku konsumen saat

konsumen menggunakan atau mengkonsumsi es krim stik.

Subjek dalam pengamatan perilaku konsumen ini adalah balita, anak – anak,

dan remaja. Dipilihnya subjek pengamatan dari berbagai umur ini bertujuan agar

produk yang dikembangkan nantinya dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan dari

berbagai tingkatan umur konsumen es krim stik. Berikut adalah hasil pengamatan

yang telah dilakukan.

4 cm

10 cm

4,8 cm

Page 20: Perancangan dan Pengembangan Produk

Gambar 2. Subjek Pengamatan Balita

Gambar 3. Subjek Pengamatan Balita

Dari gambar diatas terlihat bahwa konsumen balita akan mengkonsumsi es

krim stik tanpa pembungkusnya. Biasanya orang tua akan memberikan es krim stik

tersebut dengan membuang pembungkusnya terlebih dahulu. Selanjutnya, anak

tersebut akan memegang es krim stik tersebut tepat dibawah es krim dimana tangan

bersentuhan langsung dengan dasar es krim. Hal tersebut menyebabkan tangan akan

langsung kontor terkena lelehan es krim.

Page 21: Perancangan dan Pengembangan Produk

Gambar 3. Derajat Kemiringan Dalam Mengkonsumsi Es Krim Stik

Selain itu, dari kedua subjek pengamatan tersebut menunjukkan bahwa anak kecil

berusia 2 tahun memiliki kebiasaan mengkonsumsi es krim dengan

memmiringkannya stik es krim hampir 45 derajat. Dari kedua subjek tersebut,

memperlihatkan perilaku konsumsi yang hampir sama satu sama lain.

Gambar 4. Subjek Pengamatan Anak – Anak

Pada pengamatan diatas, subjek anak – anak yang diamati berada di bangku

sekolah dasar. Pada subjek pengamatan anak – anak tersebut, cara mengkonsumsi es

krim stik yang dilakukan yaitu dengan cara mengkonsumsinya bersamaan dengan

kemasan yang masih terpasang. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari lelehan es

Page 22: Perancangan dan Pengembangan Produk

krim. Walaupun tangan masih tetap terkena lelehan namun tidak sebanyak bila

kemasan tersebut dilepas. Pada awalnya, subjek mengkonsumsi es krim secara

vertical. Namun saat tekstur es krim mulai lunak, dia mulai mengkonsumsinya secara

horizontal agar mulut mencapai dasar es krim secara lebih mudah karena konsumen

menyadari mulai terjadi lelehan pada dasar es krim yang dapat menyebabkan lelehan

tersebut jatuh ke tangan.

Gambar 5. Subjek Pengamatan Remaja

Pada subjek pengamatan remaja, cara mengkonsumsi es krim stik yang

dilakukan sama seperti subjek anak – anak yaitu dengan cara mengkonsumsinya

bersamaan dengan kemasan yang masih terpasang. Pola konsumsi yang dilakukanpun

terbilang sama dimana pada awalnya, subjek mengkonsumsi es krim secara vertical

dan saat tekstur es krim mulai lunak, dia mulai mengkonsumsinya secara horizontal

agar mulut mencapai dasar es krim secara lebih mudah karena dia menyadari mulai

terjadi lelehan pada dasar es krim yang dapat menyebabkan lelehan tersebut jatuh ke

tangan.

Dari hasil pengamatan perilaku konsumen pada tiga golongan konsumen

diatas dapat disimpulkan bahwa pada kategori balita lah yang mengkonsumsi es krim

secara bebas dimana lelehan es krim mengenai tangan dan baju mereka. Hal tersebut

Page 23: Perancangan dan Pengembangan Produk

disebabkan karena orang tua memberikan es krim stik tersebut tanpa bungkusnya.

Perlu diingat juga bahwa usia mereka masih terlalu dini untuk mengerti cara

mengkonsumsi es krim yang dapat meminimalisir lelehan yang menetes ke tangan.

Kemudian pada usia anak – anak sekolah dasar dan remaja menunjukkan

kecenderungan cara kosumsi es krim yang sama. Mereka mengkonsumsi es krin stik

bersamaan dengan pembungkusnya yang masih terpasang. Selain itu juga subjek

mengkonsumsi es krim secara vertical saat es krim masih padat dan saat tekstur es

krim mulai lunak, dia mulai mengkonsumsinya secara horizontal agar mulut

mencapai dasar es krim secara lebih mudah karena mereka menyadari mulai terjadi

lelehan pada dasar es krim yang dapat menyebabkan lelehan tersebut jatuh ke tangan.

Hal tersebut menunjukkan bahwa pada anak – anak dan remaja, saat mereka

memakan es krim stik, mereka fokus pada bagaimana caranya memakan es krim

tersebut agar lelehan tidak menetesi tangan dan hal tersebut ditunjukkan dari cara

mengkonsumsi mereka yang berubah dari vertical ke horizontal mengikuti perubahan

tekstur es krim tersebut. Pengamatan perilaku konsumen saat memakan es krim ini

merupakan upaya untuk lebih memahami konsumennya sehingga dapat memenuhi

kebutuhan dan keinginan konsumen. Informasi yang diperoleh dari perilaku

konsumen ini dapat membantu pihak pengembang produk dalam membuat desain

produk yang sesuai dengan perilaku konsumen yang ditunjukkan saat mengkonsumsi

es krim stik.

Tahapan informasi berikutnya yaitu pencarian informasi yang didapat dari

penyebaran kuesioner yang telah dilaksanakan. Terdapat 5 butir pertanyaan dalam

kuesioner awal yang telah disebar yaitu sebagai berikut.

Pertanyaan Pilihan Jawaban

1. Apakah anda sering memakan es

krim stik ?

a. Ya

b. Tidak

2. Apakah tangan anda kotor setelah

makan es krim stik ?

a. Ya

b. Tidak

3. Perlukah penampung lelehan es

krim stik ?

a. Ya

Page 24: Perancangan dan Pengembangan Produk

b. Tidak

4. Anda menginginkan penampung

yang bisa dimakan atau tidak ?

a. Ya

b. Tidak

5. Jika anda menjawab ya pada

pertanyaan 4, bahan apa yang

anda inginkan untuk penampung ?

a. Coklat

b. Roti

c. Sempe

Dari kuesioner awal tersebut kemudian didapat hasil sebagai berikut.

Tabel 2. Tabel Informasi Demografi

No Informasi

Demografi

Kriteria Turus Frekuensi Persentase

1 Usia <10 th 0 0%

11-25 th IIIII IIIII IIIII IIIII

IIIII IIIII

30 100%

>25 th 0 0%

2 Jenis

kelamin

Perempuan IIIII IIIII IIIII IIIII

IIIII IIIII IIIII IIIII

III

14 47%

Laki-laki IIIII II 16 53%

3 Pekerjaan Mahasiswa IIIII IIIII IIIII IIIII

IIIII IIIII

30 100%

Page 25: Perancangan dan Pengembangan Produk

Pie Chart 1. Pie Chart Intensitas Mengkonsumsi Es Krim Stik

Pie Chart 2. Pie Chart lelehan es krim stik dapat mengotori tangan

Page 26: Perancangan dan Pengembangan Produk

Pie Chart 3. Pie Chart perlunya penampung lelehan es krim stik

Pie Chart 4. Pie Chart jenis penampung yang digunakan untuk menampung lelehan

es krim stik

Page 27: Perancangan dan Pengembangan Produk

Pie Chart 5. Pie Chart bahan yang digunakan untuk penampung lelehan es krim stik

Dari hasil kuesioner yang sudah disebar, di dalam informasi demografi usia ini

terdapat kriteria usia < 17 th, 17 – 25 th dan > 17 th. Mayoritas pemakan es krim

stik adalah yang berusia 10 – 25 th. Hal tersebut dikarenakan pengambilan sampel

lebih banyak dilakukan di area kampus sehingga sasarannya adalah mahasiswa yang

berusia sekitar 21 th. Disini yang menjadi populasi adalah mahasiswa dengan sampel

yang diambil adalah orang yang sudah pernah memakan es krim stik. Frekuensi untuk

usia antara 17 – 25 th adalah 50 dengan persentase sebesar 100%.

Aspek demografi yang selanjutnya adalah jenis kelamin. Dari hasil survey

dapat diketahui bahwa mayoritas pemakan stik es krim berjenis kelamin laki-laki.

Kecenderungan laki-laki akan hal tersebut lebih mendominasi dengan persentasi 53%

dengan frekuensi sebesar 16 orang jika dibandingkan dengan perempuan yang

memiliki persentase 47%% dengan frekuensi hanya 14 orang.

Aspek demografi yang terakhir adalah pekerjaan dari para responden.

Pekerjaan sebagai mahasiswa mempunyai frekuensi tertinggi dalam penelitian ini

disebabkan oleh populasi responden sendiri yang kebanyakan anak kuliahan. Hal ini

terjadi karena penyebaran kuesioner yang dilakukan hanya pada area kampus saja.

Tidak ada keanekaragaman tempat dalam penyebaran kuesioner oleh si penyebar.

Pada grafik yang telah dibuat persentase dari mahasiswa adalah sebesar 100%.

Pada pie chart yang telah dibuat tentang perlunya penampung es krim stik

menunjukkan bahwa 27% responden sering memakan es krim dan 73% responden

Page 28: Perancangan dan Pengembangan Produk

tidak sering memakan es krim. Hal ini terjadi karena apabila es krim sering dimakan

akan berdampak buruk bagi orang yang memakannya contohnya saja es krim dapat

menyebabkan flu, batuk, dan radang tenggorokan bagi orang-orang yang daya tahan

tubuhnya tidak baik. Selanjutnya 70% orang biasanya mendapatati tangannya kotor

setelah memakan es krim stik sedangkan 30% lainnya tidak. Sehingga sebanyak 94%

dari responden menginginkan adanya penampung lelehan es krim pada es krim stik.

Penampung lelehan es krim stik ini harus bisa dimakan oleh konsumen. Hal ini

diinginkan konsumen dengan persentase 100%. Responden menginginkan bahan

yang digunakan untuk membuat penampung adalah coklat.

Selanjutnya dilakukan penyebaran kuesioner tahap kedua. Penyebaran

kuesioner ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kepentingan atribut primer dan

sekunder produk. Dilakukan penyebaran pada 35 responden. Penilaian dilakukan

dengan menggunakan skala likert. Berikut adalah kuesioner kedua yang telah dibuat.

Tabel 3. Skala Likert Kuesioner

NoAtribut

PrimerButir

Atribut

SekunderTingkat Kepentingan

1 Penampilan 1 Warna 1 2 3 4 5

2 Tekstur 1 2 3 4 5

3 Bentuk 1 2 3 4 5

4 Ukuran 1 2 3 4 5

2 Kualitas 5 Bahan 1 2 3 4 5

6 Tidak Rembes 1 2 3 4 5

7 Kekuatan 1 2 3 4 5

3 Keindahan 8 Menarik perhatian 1 2 3 4 5

9 Kesesuaian dengan bentuk es krim 1 2 3 4 5

4 Ergonomi 10 Kenyamanan 1 2 3 4 5

11 Kemudahan 1 2 3 4 5

Keterangan :

1 = Sangat Penting

Page 29: Perancangan dan Pengembangan Produk

2 = Penting

3 = Ragu – Ragu

4 = Tidak Penting

5 = Sangat Tidak Penting

Berikut adalah hasil uji validitas dan reliabilitas yang dilakukan.

Uji Reliabilitas

Tabel 4. Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.825 11

Uji Validitas

Tabel 5. Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale

Variance if

Item Deleted

Corrected

Item-Total

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

VAR00001 38.4000 14.071 .502 .812

VAR00002 37.4000 14.071 .502 .812

VAR00003 38.4000 14.247 .446 .816

VAR00004 38.3143 13.751 .375 .822

VAR00005 37.4000 14.247 .446 .816

VAR00006 37.5429 12.314 .616 .798

VAR00007 37.5714 12.782 .531 .808

VAR00008 38.5714 12.782 .531 .808

VAR00009 38.2000 13.929 .465 .814

VAR00010 37.4857 11.845 .604 .801

VAR00011 37.2857 13.387 .501 .810

Page 30: Perancangan dan Pengembangan Produk

Pada tahap penyebaran kuesioner ini dibuat kuesioner yang berisi tentang

atribut primer yang meliputi penampilan, kualitas, keindahan, dan ergonomi

sedangkan pada atribut sekunder berisi tentang warna, tekstur, bentuk, ukuran, bahan,

tidak rembes, kekuatan, menarik perhatian, kesesuaian dengan bentuk es krim,

kenyamanan, dan kemudahan dari produk penampung lelehan es krim. Jawaban yang

nanti diberikan oleh responden akan dinilai berdasarkan skala yang menunjukkan

tingkat kepetingan mulai dari angka 1 yang sangat tidak penting dan angka 5 yang

menunjukkan sangat penting. Hasil dari kuesioner tersebut kemudian diolah

menggunakan software SPSS 16 untuk dilakukan pengujian validitas dan

reliabilitasnya.

Uji Validitas pada penelitian ini dilakukan dengan sampel penelitian berjumlah

30 orang. Kriteria yang digunakan untuk mengetahui butir-butir pertanyaan tersebut

valid dengan ketentuan :

1. r tabel pada α (taraf signifikansi) 0,05 dengan derajat bebas df = jumlah sampel –

2. Pada penelitian ini jumlah sampel sebanyak 30 orang/responden, sehingga df =

35 – 2 = 33. Nilai r tabel untuk df = 33 adalah 0,344 yang dapat dilihat dalam

tabel r Product Moment.

2. Butir pertanyaan dinyatakan valid apabila jika r hasil > r tabel product moment.

Nilai r hasil dapat dilihat pada kolom Corrected item-Total Correlation pada

tabel item total statistics yang dapat diperoleh dengan melakukan perintah

Reliability Analysis.

Dari hasil corrected item-total correlation (r hasil) terlihat bahwa tidak semua

pertanyaan mempunyai nilai r hasil > r tabel (0,344), sehingga butir yang mempunyai

nilai r hasil < r tabel dapat dikatakan butir pertanyaan itu tidak valid. Sedangkan

untuk nilai r hasil > r tabel dapat dikatakan bahwa pertanyaan yang dibuat valid.

Hasil dari kuesioner yang telah disebarkan adalah tidak terdapat pertanyaan

yang tidak valid. Semua pertanyaan yang terdapat pada kuesioner merupakan

pertanyaan yang valid. Apabila didapatkan nilai pertanyaan yang tidak valid maka

pertanyaan dalam kuesioner tersebut harus diganti dengan pertanyaan yang lainnya

Page 31: Perancangan dan Pengembangan Produk

atau dihilangkan sampai pertanyaan tersebut yang terdapat pada kuesioner valid

semua. Namun karena dalam penelitian ini hanya dilakukan untuk tugas kuliah saja

maka pergantian pertanyaan dan penyebaran ulang kuesioner tidak perlu dilakukan

karena keterbatasan waktu.

Pada hasil Reliabily Statistics menunjukkan nilai Cronbach dari ke-10 butir

pertanyaan adalah sebesar 0,825. Kekuatan reliabilitas dikelompokkan menjadi 5

kategori, yaitu:

1. Nilai Cronbach 0,00 sampai dengan 0,20 berarti kurang reliabel.

2. Nilai Cronbach 0,21 sampai dengan 0,40 berarti agak reliabel.

3. Nilai Cronbach 0,41 sampai dengan 0,60 berarti cukup reliabel.

4. Nilai Cronbach 0,61 sampai dengan 0,80 berarti reliabel.

5. Nilai Cronbach 0,81 sampai dengan 1,00 berarti sangat reliabel.

Berdasarkan klasifikasi kekuatan reliabilitas, nilai 0,825 ini berarti sangat

reliabel. Sehingga dasar pengambilan keputusan yang digunakan dalam penetian ini

adalah:

1. Jika A positif dan A > 0,6 maka kuesioner tersebut reliabel.

2. Jika A positif dan A < 0,6 maka kuesioner tersebut tidak reliabel.

Nilai Cronbach Alpha adalah sebesar 0,825 yang artinya kuesioner tersebut

reliabel dan menunjukkan reliabilitas atau konstruk dari variabel yang berkomitmen.

Tabel 6. Penentuan Prioritas Atribut Primer

Atribut Rata-rata atribut Bobot Ranking Prioritas

Penampilan 3,53 23,20 3

Kualitas 4,15 27,27 2

Keindahan 3,27 21,49 4

Ergonomi 4,27 28,05 1

15,22 100

Page 32: Perancangan dan Pengembangan Produk

Tabel 7. Penentuan Priorias Atribut Sekunder

No Atribut Primer Butir Atribut

Sekunder

Rata – rata

atribut sekuder

Ranking

prioritas

sekunder

1 Penampilan 1 Warna 3.2571 9

2 Tekstur 4.2571 2

3 Bentuk 3.2571 10

4 Ukuran 3.3429 8

2 Kualitas 5 Bahan 4.2571 3

6 Tidak Rembes 4.1143 5

7 Kekuatan 4.0857 6

3 Keindahan 8 Menarik perhatian 3.0857 11

9 Kesesuaian dengan bentuk es

krim3.4571 7

4 Ergonomi 10 Kenyamanan 4.1714 4

11 Kemudahan 4.3714 1

Dari hasil yang sudah didapat melalui penentuan atribut pimer dan sekunder

dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam menentukan nilai ranking dari masing-masing

atribut yang sudah ditentukan dilakukan dengan menjumlahkan masing-masing nilai

dari tingkat kepentingan yang sudah ditentukan oleh responden kemudian dibagi

dengan jumlah dari atribut yang ada. Untuk atribut primer terdapat 4 atribut yaitu

penampilan, kualitas, keindahan dan ergonomi, dari ke empat atribut primer tersebut

masing-masing memiliki atribut sekunder yaitu untuk penampilan atribut

sekundernya adalah warna, tekstur, bentuk dan ukuran, untuk kualitas atribut

sekundernya adalah bahan, tidak rembes dan kekuatan, untuk keindahan atribut

sekundernya adalah menarik perhatian dan kesesuaian dengan bentuk es krim dan

yang terakhir adalah ergonomi yang memiliki atribut sekundernya yaitu kenyamanan

dan kemudahan. Masing-masing dari atribut sekunder tersebut memiliki nilai

berdasarkan tingkat kepentingan yang telah dipilih oleh responden, sehingga ketika

Page 33: Perancangan dan Pengembangan Produk

setiap atribut sekunder memiliki nilai masing-masing maka akan mudah mendapatkan

nilai rangking yang diinginkan. Untuk medapatkan nilai rangking dari atribut primer

caranya adalah masing-masing dari nilai pada atibut sekunder dari tiap-tiap atribut

primer dijumlahkan kemudian dibagi dengan jumlah responden yang ada (responden

30 orang) sehingga didapatkan nilai rangking dari atribut primer yaitu atribut primer

ergonomi dengan nilai 4,2714 lalu aspek kualits dengan nilai 4,1524, lalu aspek

penampilan dengan nilai 3,5285 dan aspek keindahan dengannilai 3,2714. Sedangkan

untuk mendapatkan nilai rangking dari atribut sekunder yaitu dengan cara

menjumlahkan nilai dari masing-masing atribut sekunder kemudian dibagi dengan

jumlah responden (n=30) sehingga didapatkan hasil sebagai berikut kemudahan

(4.3714), tekstur (4.2571), bahan (4.2571), kenyamanan (4.1714), tidak rembes

(4.1143), kekuatan (4.0857), kesesuaian dengan bentuk es krim (3.4571), ukuran

(3.3429), warna (3.2571), bentuk (3.2571) dan menarik perhatian (3.0857).

Setelah membahas tentang penentuan nilai rangking pada atribut primer dan

sekunder, tahapan selanjutnya adalah membahas tentang alternatif pengembangan

atribut sekunder. Berikut merupakan tabel dari alternatif pengembangan atribut

sekunder pada Tabel 7.

Page 34: Perancangan dan Pengembangan Produk

Tabel 7. Tabel Dari Alternatif Pengembangan Atribut Sekunder

A. Warna Alternatif Pengembangan Persentase Jawaban

1. Warna penampung es krim 1. Cokelat

2. Hitam

3. Putih

4. Sesuai dengan warna es

krim

1. 56,67%

2. 6,67%

3. 23,33%

4. 13,33%

B. Tekstur Alternatif Pengembangan Persentase Jawaban

2. Tekstur yang diinginkan 1. Bertekstur

2. Halus

3. Kasar

1. 80%

2. 0%

3. 20%

C. Bentuk Alternatif Pengembangan Persentase Jawaban

3. Bentuk penampung es krim 1. Lingkaran

2. Oval

3. Cekung

4. Persegi

5. Elips

1. 13,33%

2. 10%

3. 16,67%

4. 0%

5. 60%

D. Ukuran penampung dan

kesesuaian dengan bentuk es

krim

Alternatif Pengembangan Persentase Jawaban

4. Dimensi 1. Sesuai dimensi es krim

2. Lebih besar dimensi es

krim

1. 66,67%

2. 33,33%

E. Bahan Alternatif Pengembangan Persentase Jawaban

5. Bahan baku penampung 1. Cokelat manis

2. Cokelat dengan kemanisan

manis sedang

3. Cokelat sedikit manis

4. Cokelat pahit

1. 56,67%

2. 20%

3. 10%

4. 13,33%

F. Tidak rembes Alternatif Pengembangan Persentase Jawaban

Page 35: Perancangan dan Pengembangan Produk

6. Ketebalan penampung 1. 2 mm

2. 4 mm

1. 36,67%

2. 63,33%

G. Kekuatan penampung Alternatif Pengembangan Persentase Jawaban

7. Daya tahan 1. Tidak mudah hancur

2. Tidak mudah meleleh

1. 86,67%

2. 13,33%

H. Menarik perhatian Alternatif Pengembangan Persentase Jawaban

8. Keunikan 1. Penampung mempunyai

ciri khas sebagai identitas

produk

2. Penampung memberikan

sensasi yang berbeda ketika

dinikmati dengan cara

dimakan

1. 30%

2. 70%

J. Kenyamanan dan

kemudahan penggunaan es

krim

Alternatif Pengembangan Persentase Jawaban

9. Desain 1. Penampung lelelehan

es krim berbahan dasar

coklat dan bisa makan

2. Penampung lelelehan

es krim yang tidak bisa

dimakan

1. 56,67%

2.43,33%

Dari tabel alternatif pengembangan pengembangan atribut sekunder dapat

ditarik kesimpulan bahwa Atribut sekunder ini melengkapi atribut dasar/primer agar

produk mempunyai performansi yang lebih baik. Atribut sekunder ini mungkin saja

diperlukan dan mungkin saja tidak tergantung dari kesanggupan yang dapat dipenuhi

oleh produsen sesuai dengan keinginan yang diharapkan oleh sebagian besar

konsumen. Atribut sekunder ini merupakan alternatif-alternatif pengembangan yang

ingin dicoba oleh produsen untuk mencari keinginan konsumen secara detail terhadap

Page 36: Perancangan dan Pengembangan Produk

produk yang sedang dikembangkan ini. Dengan adanya kriteria yang lebih detail ini

dapat memberi kemudahan bagi produsen dalam mengembangkan produknya sesuai

dengan keinginan-keinginan konsumen terhadap suatu inovasi yang baru dan tidak

membosankan sehingga konsumen dapat merasakan sensasi yang lain ketika mencoba

produk tersebut setelah dikembangkan menjadi suatu produk inovatif dan fresh di

pasaran.

Setelah membuat tabel alternatif pengembangan atribut sekunder, langkah

selanjutnya yaitu masuk ke tahap analisis fungsi. tahap pertama yang perlu dilakukan

adalah menyusun FAST Diagram. Function Analysis System Technique atau biasa

disebut dengan FAST diagram adalah tools yang digunakan untuk menganalisis

fungsi produk dalam value engineering. FAST diagram ini dibuat berdasarkan atribut

primer dan atribut sekunder yang telah disusun sebelumnya serta berdasarkan

alternatif pengembangan atribut sekunder yang ada. FAST Diagram menggambarkan

hubungan HOW – WHY antar fungsi dan dibatasi oleh suatu garis lingkup untuk

membatasi studi yang akan dilakukan dimana dalam hal ini adalah studi mengenai

pengembangan produk penampung lelehan es krim. Berikut adalah hasil FAST

diagram yang telah dibuat.

Page 37: Perancangan dan Pengembangan Produk

Gambar 6. Gambar FAST Diagram

Penyusunan FAST diatas dengan mengajukan dua pertanyaan yang terdiri dari

why (mengapa) dan how (bagaimana). Identifikasi dimulai dengan pertanyaaan,

bagaimana fungsi dasar dapat dilakukan. Selanjutnya jawaban dari pertanyaan ini

diletakkan disebelah kanan fungsi dasar tersebut. Kemudian pertanyan mengapa

(why) digunakan terhadap fungsi paling kanan yang merupakan fungsi spesifik.

Pertanyaan ini harus dijawab dan memiliki keterkaitan oleh fungsi sebelah kiri yang

telah diidentifikasi sebelumnya, hingga fungsi dasar yang menjadi jawaban

terakhirnya. Setelah tahapan ini, kemudian akan masuk pada fase pengembangan

produk.

Penampung Lelehan Es

Krim Stik

Penampilan

Kualitas

Keindahan

Ergonomi

Kenyamanan

Kemudahan

Bahan

Ketebalan

Kekuatan

Warna

Tekstur

Bentuk

Ukuran

Menarik Perhatian

Kesesuaian Dengan Bentuk Ee Krim Stik

Warna Penampung Lelehan Warna Coklat

Tekstur Coklat Tekstur Halus

Bentuk Penampung Elips dan Cekung

Dimensii Lebih Besar Dari Dimensi Es Krim

Keunikan Memakan Es KrimTerlebih Dahulu

Setelah Itu Penampung LelehanEs Krim

Bahan Baku Penampung Coklat Manis

Ketebalan Penampung ±3 mm

Daya Tahan Tidak Mudah Hancur

DesainPenampung Lelelehan

Es Krim Berbahan DasarCoklat Dan Bisa Makan

Bagaimana Mengapa

Page 38: Perancangan dan Pengembangan Produk

Setelah selesai membahas tahap analisis, langkah selanjutnya adalah

melakukan tahap pengembangan yaitu dengan cara membuat langsung prototype.

Pada tahap pengembangan ini dilakukan pengembangan dengan cara pembuatan

prototype penampung lelehan es krim berdasarkan dari berbagai informasi yang telah

didapatkan pada tahap-tahap sebelumnya. Konsep yang digunakan untuk pembuatan

prototype ini hanyalah satu dikarenakan oleh hasil observasi dan kuesioner yang

menunjukkan bahwa konsumen menginginkan konsep penampung es krim yang

seperti kami buat sekarang ini.

Prototype yang sudah baik terbuat dari dark compound chocolate ini

berbentuk elips dan agak cekung. Prototype penampung lelehan es krim ini

mempunyai diameter bawah 4,5 cm dan diamater atas 7,3 cm dengan tinggi 5 cm.

Tekstur yang dihasilkan halus dengan penampang luar agak bergelombang. Prototype

penampung lelehan es krim yang dihasilkan berwarna coklat karena warna yang

dihasilkan oleh bahan baku pembuat penampung lelehan es krim itu sendiri. Gambar

penampung lelehan es krim adalah sebagai berikut.

Gambar 7. Prototype Penampung Lelehan Es Krim

Page 39: Perancangan dan Pengembangan Produk

Gambar 8. Prototype Penampung Lelehan Es Krim Tampak Atas

Gambar 9. Prototype Penampung Lelehan Es Krim Tampak Samping

Setelah prototype selesai dibuat, kemudian dipasangkan pada es kriim stick

yang sudah jadi. Hasil dari penggabungan antara es krim stick dan penampung

lelehan es krim dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Page 40: Perancangan dan Pengembangan Produk

Gambar 10. Penggabungan Antara Es Krim Stick Dan Penampung Lelehan Es Krim

Penjelasan tentang pembuatan prototype penampung lelehan es krim stik adalah

sebagai berikut.

Alat :

1. Panci kecil

2. Mangkuk stainless steel

3. Kompor

4. Pisau

5. Sendok

6. Cetakan alumunium foil

Bahan :

1. Dark compound chocolate

2. Air untuk medium sebagai pemanas

Prosedur:

1. Dark compound chocolate dipotong kecil-kecil

Page 41: Perancangan dan Pengembangan Produk

2. Lalu siapkan kompor

3. Panci diisi dengan air bersih sebagai media penghantar panas lalu di atasnya

diletakkan mangkuk stainless steel

4. Selanjutnya dark compound chocolate yang sudah dipotong kecil-kecil tadi

dimasukkan ke dalam mangkuk stainless steel

5. Lelehkan dark compound chocolate hingga terasa encer

6. Lalu dark compound chocolate encer dimasukkan ke cetakan alumunium foil dan

diratakan hingga membentuk lapisan tipis

7. Ditunggu hingga dark compound chocolate encer mengeras

8. Selanjutnya dark compound chocolate encer dimasukkan lagi ke cetakan

alumunium foil yang sudah berisi lapisan cokelat tipis tadi untuk membentuk

lapisan berikutnya

9. Ditunggu hingga dark compound chocolate encer mengeras

10. Dilakukan langkah yang sama untuk membentuk sampai 5 lapisan cokelat lipis

yang keras

11. Kemudian cokelat dibekukan di dalam kulkas selama 30 menit agar tambah keras

12. Cokelat lalu dipisahkan dari cetakan alumunium foil

13. Lalu cokelat digabungkan dengan stik es krim yang sudah ada es krimnya

Tahap selanjutnya adalah tahap pengujian prototipe. Pengujian ini dilakukan

dengan menggunakan kuesioner, dimana konsumen es krim stik diminta untuk

menilai atribut – atribut yang ada. Jumlah responden pengunjung yang diambil

sebanyak 10 orang. Berikut adalah kuesioner penilaian prototipe tersebut.

Tabel 8. Kuesioner Penilaian Prototype

Atribut Nilai

Penampilan 1 2 3 4 5

Kualitas 1 2 3 4 5

Keindahan 1 2 3 4 5

Ergonomi 1 2 3 4 5

Page 42: Perancangan dan Pengembangan Produk

Dari kuesioner yang telah disebar maka didapat total nilai untuk masing –

masing prototipe penampung lelehan es krim. Berikut adalah total nilai yang didapat.

Tabel 9. Total Nilai Atribut

Atribut

Total Nilai

Konsep 1

( Coklat Tipis )

Konsep 2

(Coklat Tebal)

Konsep 3

( Putih Tebal )

Konsep 4

(Putih Tipis)

Penampilan 36 41 37 38

Kualitas 31 45 32 42

Keindahan 35 38 39 36

Ergonomi 39 33 37 31

Jumlah 141 157 145 147

Total nilai prototipe konsep I, II, III dan IV penilaian pengunjung sebesar

141,157,145 dan 147 (Jumlah responden = 10 orang). Total nilai sendiri merupakan

hasil pengujian dengan menggunakan atribut penampilan, kualitas, keindahan, dan

ergonomi.

Selanjutnya dilakukan penilaian bobot. Nilai bobot ini diperoleh dari hasil

kali antara nilai indeks performansi yang diperoleh dari matriks Zero One dengan

persentase kepentingan relatif. Perhitungan tersebut dilakukan hingga semua atribut

masing-masing konsep diperoleh. Kemudian bobot atribut masing-masing konsep ini

dijumlahkan sehingga diperoleh total bobot masing-masing prototipe konsep. Pada

analisis nilai performansi produk (pengunjung) menggunakan matriks evaluasi total

bobot atribut untuk prototipe konsep I ini ... dan Konsep II ....

Selanjutnya yaitu menghitung matriks evaluasi. Matrik evaluasi dihitung

dengan menggunakan dua tabel, yaitu metode zero-one untuk mencari indeks dan

matriks evaluasi. Pertama yaitu metode zero-one.

Page 43: Perancangan dan Pengembangan Produk

Tabel 10. Perhitungan Matriks Evaluasi dengan Metode Zero One

Penampilan Konsep 1 Konsep 2 Konsep 3 Konsep 4 Jumlah Indeks

Konsep 1 X 0 0 0 0 0

Konsep 2 1 X 1 1 3 ½

Konsep 3 1 0 X 0 1 1/6

Konsep 4 1 0 1 X 2 1/3

6 1

Kualitas Konsep 1 Konsep 2 Konsep 3 Konsep 4 Jumlah Indeks

Konsep 1 X 0 0 0 0 0

Konsep 2 1 X 1 1 3 ½

Konsep 3 1 0 X 0 1 1/6

Konsep 4 1 0 1 X 2 1/3

6 1

Keindahan Konsep 1 Konsep 2 Konsep 3 Konsep 4 Jumlah Indeks

Konsep 1 X 0 0 0 0 0

Konsep 2 1 X 0 1 2 1/3

Konsep 3 1 1 X 1 3 ½

Konsep 4 1 0 0 X 1 1/6

6 1

Ergonomi Konsep 1 Konsep 2 Konsep 3 Konsep 4 Jumlah Indeks

Konsep 1 X 1 1 1 3 ½

Konsep 2 0 X 0 1 1 1/6

Konsep 3 0 1 X 1 2 1/3

Konsep 4 0 0 0 X 0 0

6 1

Page 44: Perancangan dan Pengembangan Produk

Kedua, Pada matriks evaluasi, nilai bobot ini diperoleh dari hasil kali antara

nilai indeks performansi yang diperoleh dari matriks Zero One dengan persentase

kepentingan relatif.

Perhitungan tersebut dilakukan hingga semua atribut masing-masing konsep

diperoleh. Kemudian bobot atribut masing-masing konsep ini dijumlahkan sehingga

diperoleh total bobot masing-masing prototipe konsep.

Berikut adalah hasil matriks evaluasi yang didapat.

Atribut Penampilan Kualitas Keindahan Ergonomi Total

Bobot

Konsep23,19 27,27 21,48 28,05 100

Konsep 1 0

0

0

0

0

0

14,02

½

14,02

Konsep 2 11,6

½

13,63

½

7,16

1/3

4,68

1/6

37,07

Konsep 3 3,86

1/6

4,54

1/6

10,74

½

9,35

1/3

28,5

Konsep 4 7,73

1/3

9,1

1/3

3,58

1/6

0

0

20,41

100

Kemudian Prototipe konsep I dan Prototipe konsep II ini dicari nilai faktornya

untuk mencari performansi masing-masing. Nilai faktor merupakan hasil bagi antara

total nilai dengan jumlah responden.

Page 45: Perancangan dan Pengembangan Produk

Tabel 11. Tabel Nilai Faktor

Atribut Nilai Faktor

Konsep 1 Konsep 2 Konsep 3 Konsep 4

Penampilan 3,6 4,1 3,7 3,8

Kualitas 3,1 4,5 3,2 4,2

Keindahan 3,5 3,8 3,9 3,6

Ergonomi 3,9 3,3 3,7 3,1

Setelah didapat nilai faktor, kemudian dicari performansi dari setiap konsep

yang ada. Performansi dihitung dari nilai faktor yang dikali dengan bobot faktor.

= {(3,6 x 23,19) + (3,1 x 27,27) + (3,5 x

21,48) + (3,9 x 28,05)}

= 352,59

= {(4,1 x 23,19 ) + (4,5 x 27,27) + (3,8 x

21,48) + (3,3 x 28,05)}

= 391,98

= {(3,7 x 23,19) + (3,2 x 27,27) + (3,9 x

21,48) + (3,7 x 28,05)}

= 360,62

= {(3,8 x 23,19) + (4,2 x 27,27) + (3,6 x

21,48) + (3,1 x 28,05)}

= 366,94

Page 46: Perancangan dan Pengembangan Produk

Dari perhitungan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa performansi untuk

masing – masing konsep prototype adalah sebagai berikut.

Tabel 12. Tabel Nilai Performansi

Prototype Performansi

Konsep 1 352,59

Konsep 2 391,98

Konsep 3 360,62

Konsep 4 366,94

Setelah mengetahui performansi, kemudian ditentukan nilai. Namun terlebih

dahulu, sebelum melangkah ketahap penentuan nilai, perlu ditentukan rincian biaya

untuk masing – masing konsep prototype. Untuk pembuatan prototype ini diperlukan

rincian biaya sebagai berikut.

Tabel 13. Tabel Rincian Biaya

Komponen Konsep 1 Konsep 2 Konsep 3 Konsep 4

Coklat

Konsep 1&2 = Dark Chocolate

Konsep 3&4 = White Chocolate

3875 7750 3875 7750

Cetakan Almunium Foil 600 600 600 600

Gula Pasir 50 50 50 50

Jumlah Rp. 4525 Rp. 8400 Rp. 4525 Rp. 8400

Rincian biaya tersebut kemudian digunakan untuk menentukan nilai. Nilai dari

konsep ditentukan dengan performansi dibagi dengan biaya.

0,078

Page 47: Perancangan dan Pengembangan Produk

0,046

0,044

Sehingga didapat hasil sebagai berikut.

Tabel 13. Tabel Perbandingan Performansi dan Nilai

Prototype Performansi Nilai

Konsep 1 352,59 0,078

Konsep 2 391,98 0,046

Konsep 3 360,62 0,080

Konsep 4 366,94 0,044

Page 48: Perancangan dan Pengembangan Produk

BAB V

KESIMPULAN

Atribut kebutuhan konsumen terhadap penampung lelehan es krim stik adalah

penampilan, kualitas, keindahan, dan ergonomi. Desain penampung lelehan es krim

stik yang dibutuhkan konsumen merupakan desain yang nyaman dan mudah

digunakan. Penampung lelehan es krim yang dibuat berbahan dasar coklat sehingga

tidak mudah rembes dan patah. Memiliki warna coklat, bertekstur, berbentuk elips,

dan memiliki ukuran yang lebih besar dari dimensi es krim stik. Empat desain yang

dihasilkan dalam penelitian ini merupakan hasil dari berbagai alternatif

pengembangan. Prototipe Konsep 3 dengan desain penampung lelehan es krim stik

berbentuk elips cekung, bertekstur, berdimensi lebih besar dari es krim stik, berbahan

dasar coklat putih dengan ketebalan ± 2 mm merupakan konsep terpilih dengan value

yang didapatkan dari konsumen sebesar 0,08.

Page 49: Perancangan dan Pengembangan Produk

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Es Krim Be Smile Lah. Dalam www.sirosiris.com. diakses pada

tanggal 18 Oktober 2015 pukul 14.45 WIB.

Arbuckle, W.S. 2000. Ice Cream. Third Edition. Avi Publishing Company Inc West

Port. New York.

Badan Standarisasi Indonesia. 1995. Standar Mutu Es Krim. SNI 01-3713-1995.

Jakarta: Badan Standar Nasional.

Eckles, C.H., Combs, W.B., dan Macy, H. 1998. Milk and Milk Products. McGraw-

Hill Company. New York.

Harris, A. 2011. Pengaruh Substitusi Ubi Jalar (Ipomea batatas) dengan Susu Skim

Terhadap Pembuatan Es Krim. Makassar: Universitas Hasanuddin.

Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: UI-

Press.

Marshall, R.T. dan Arbuckle, W.S. 1996. Ice Cream Edisi Kelima. International

Thompson Publishing. New York.

Suharto, Imam. 2001. Manajemen Proyek (Dari Konseptual sampai Operasional.

Jakarta: Erlangga.

Zimmerman, L.W., 1982. Value Engineering: A Practical Aproach for Owner,

Designer, and Contractor. McGraw Hill Company. New York.