PERIODE MADINAH

19
SEJARAH DAKWAH RASULULLAH SAW PERIODE MADINAH 1. Arti Hijrah dan Tujuan Rasulullah SAW dan Umat Islam Berhijrah Setidaknya ada dua macam arti hijrah yang harus diketahui oleh umat Islam. Pertama hijrah berarti meninggalkan semua perbuatan yang dilarang dan dimurkai Allah SWT untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang baik, yang disuruh Allah SWT dan diridai-Nya. Arti kedua hijrah ialah berpindah dari suatu negeri kafir (non-Islam), karena di negeri itu umat Islam selalu mendapat tekanan, ancaman, dan kekerasan, sehingga tidak memiliki kebebasan dalam berdakwah dan beribadah. Kemudian umat Islam di negeri kafir itu, berpindah ke negeri Islam agar memperoleh keamanan dan kebebasan dalam berdakwah dan beribadah. Arti kedua dari hijrah ini pernah dipraktikkan oleh Rasulullah SAW dan umat Islam, yakni berhijrah dari Mekah ke Yastrib pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijrah, bertepatan dengan tanggal 28 Juni 622 M. Tujuan hijrahnya Rasulullah SAW dan umat Islam dari Mekah (negeri kafir) ke Yastrib (negeri Islam) adalah: Menyelamatkan diri dan umat Islam dari tekanan, ancaman dan kekerasan kaum kafri Quraisy. Bahkan pada waktu Rasulullah SAW meninggalkan rumahnya di Mekah untuk berhijrah ke Yastrib (Madinah), rumah beliau sudah dikepung oleh kaum Quraisy dengan maksud untuk membunuhnya. Agar memperoleh keamanan dan kebebasan dalam berdakwah serta beribadah, sehingga dapat meningkatkan usaha-usahanya dalam berjihad di jalan Allah SWT, untuk menegakkan dan meninggikan agama-Nya (Islam)

Transcript of PERIODE MADINAH

Page 1: PERIODE MADINAH

SEJARAH DAKWAH RASULULLAH SAW

PERIODE MADINAH

1.  Arti Hijrah dan Tujuan Rasulullah SAW dan Umat Islam Berhijrah

         Setidaknya ada dua macam arti hijrah yang harus diketahui oleh umat Islam. Pertama hijrah

berarti meninggalkan semua perbuatan yang dilarang dan dimurkai Allah SWT untuk melakukan

perbuatan-perbuatan yang baik, yang disuruh Allah SWT dan diridai-Nya.

           Arti kedua hijrah ialah berpindah dari suatu negeri kafir (non-Islam), karena di negeri itu

umat Islam selalu mendapat tekanan, ancaman, dan kekerasan, sehingga tidak memiliki

kebebasan dalam berdakwah dan beribadah. Kemudian umat Islam di negeri kafir itu, berpindah

ke negeri Islam agar memperoleh keamanan dan kebebasan dalam berdakwah dan beribadah.

            Arti kedua dari hijrah ini pernah dipraktikkan oleh Rasulullah SAW dan umat Islam, yakni

berhijrah dari Mekah ke Yastrib pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijrah, bertepatan

dengan tanggal 28 Juni 622 M.

         Tujuan hijrahnya Rasulullah SAW dan umat Islam dari Mekah (negeri kafir) ke Yastrib

(negeri Islam) adalah:

Menyelamatkan diri dan umat Islam dari tekanan, ancaman dan kekerasan kaum kafri

Quraisy. Bahkan pada waktu Rasulullah SAW meninggalkan rumahnya di Mekah untuk

berhijrah ke Yastrib (Madinah), rumah beliau sudah dikepung oleh kaum Quraisy dengan

maksud untuk membunuhnya.

Agar memperoleh keamanan dan kebebasan dalam berdakwah serta beribadah, sehingga

dapat meningkatkan usaha-usahanya dalam berjihad di jalan Allah SWT, untuk

menegakkan dan meninggikan agama-Nya (Islam)

    Artinya: “Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya, pasti Kami

akan memberikan tempat yang bagus kepada mereka di dunia. dan Sesungguhnya pahala di

akhirat adalah lebih besar, kalau mereka mengetahui, (yaitu) orang-orang yang sabar dan hanya

kepada Tuhan saja mereka bertawakkal.” (Q.S. An-Nahl, 16: 41-42)

  2.    Dakwah Rasulullah SAW Periode Madinah

       Dakwah Rasulullah SAW periode Madinah berlangsung selama sepuluh tahun, yakni dari

semenjak tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijriah sampai dengan wafatnya Rasulullah

SAW, tanggal 13 Rabiul Awal tahun ke-11 hijriah.

     Materi dakwah yang disampaikan Rasulullah SAW pada periode Madinah, selain ajaran

Islam yang terkandung dalam 89 surat Makiyah dan Hadis periode Mekah, juga ajaran Islam

yang terkandung dalm 25 surat Madaniyah dan hadis periode Madinah. Adapaun ajaran Islam

periode Madinah, umumnya ajaran Islam tentang masalah sosial kemasyarakatan.

Page 2: PERIODE MADINAH

      Mengenai objek dakwah Rasulullah SAW pada periode Madinah adalah orang-orang yang

sudah masuk Islam dari kalangan kaum Muhajirin dan Ansar. Juga orang-orang yang belum

masuk Islam seperti kaum Yahudi penduduk Madinah, para penduduk di luar kota Madinah yang

termasuk bangsa Arab dan tidak termasuk bangsa Arab.

     Rasulullah SAW diutus oleh Allah SWT bukan hanya untuk bangsa Arab, tetapi untuk

seluruh umat manusia di dunia, Allah SWT berfirman:

          Artinya: “Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat   bagi

semesta alam.” (Q.S. Al-Anbiya’, 21: 107)

     Dakwah Rasulullah SAW yang ditujukan kepada orang-orang yang sudah masuk Islam

(umat Islam) bertujuan agar mereka mengetahui seluruh ajaran Islam baik yang diturunkan di

Mekah ataupun yang diturunkan di Madinah, kemudian mengamalkannya dalam kehidupan

sehari-hari, sehingga mereka betul-betul menjadi umat yang bertakwa. Selain itu, Rasulullah

SAW dibantu oleh para sahabatnya melakukan usaha-usaha nyata agar terwujud persaudaraan

sesama umat Islam dan terbentuk masyarakat madani di Madinah.

       Mengenai dakwah yang ditujukan kepada orang-orang yang belum masuk Islam bertujuan

agar mereka bersedia menerima Islam sebagai agamanya, mempelajari ajaran-ajarannya dan

mengamalkannya, sehingga mereka menjadi umat Islam yang senantiasa beriman dan beramal

saleh, yang berbahagia di dunia serta sejahtera di akhirat.

   Tujuan dakwah Rasulullah SAW yang luhur dan cara penyampaiannya yang terpuji,

menyebabkan umat manusia yang belum masuk Islam banyak yang masuk Islam dengan

kemauan dan kesadarn sendiri. namun tidak sedikit pula orang-orang kafir yang tidak bersedia

masuk Islam, bahkan mereka berusaha menghalang-halangi orang lain masuk Islam dan juga

berusaha melenyapkan agama Isla dan umatnya dari muka bumi. Mereka itu seperti kaum kafir

Quraisy penduduk Mekah, kaum Yahudi Madinah, dan sekutu-sekutu mereka.

    Setelah ada izin dari Allah SWT untuk berperang, sebagaimana firman-Nya dalam surah

Al-Hajj, 22:39 dan Al-Baqarah, 2:190, maka kemudian Rasulullah SAW dan para sahabatnya

menusun kekuatan untuk menghadapi peperangan dengan orang kafir yang tidak dapat

dihindarkan lagi

                      Artinya: “Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena

Sesungguhnya mereka telah dianiaya. dan Sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa

menolong mereka itu” (Q.S. Al-Hajj, 22:39)

         Artinya: “Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi)

janganlah kamu melampaui batas, karena Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang

melampaui batas.” (Q.S. Al-Baqarah, 2:190)

   Peperangan-peperangan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dan para pengikutnya itu

tidaklah bertujuan untuk melakukan penjajahan atau meraih harta rampasan pernag, tetapi

bertujuan untuk:

Page 3: PERIODE MADINAH

Membela diri, kehormatan, dan harta.

Menjamin kelancaran dakwah, dan memberi kesempatan kepada mereka yang hendak

menganutnya.

Untuk memelihara umat Islam agar tidak dihancurkan oleh bala tentara Persia dan

Romawi.

 Setelah Rasulullah SAW dan para pengikutnya mampu membangun suatu negar yang

merdeka dan berdaulat, yang berpusat di Madinah, mereka berusaha menyiarkan dan

memasyhurkan agama Islam, bukan saja terhadap para penduduk Jazirah Arabia, tetapi juga

keluar Jazirah Arabia, maka bangsa Romawi dan Persia menjadi cemas dan khawatir kekuaan

mereka akan tersaingi. Oleh karena itu, bangsa Romawi dan bangsa Persia bertekad untuk

menumpas dan menghancurkan umat Islam dan agamanya. Untuk menghadapi tekad bangsa

Romawi Persia tersebut, Rasulullah SAW dan para pengikutnya tidak tinggal diam sehingga

terjadi peperangan antara umat Islam dan bangsa Romawi, yaitu :

a. Perang Mut’ah

     Peperangan Mu’tah terjadi sebelah utara lazirah Arab. Pasukan Islam mendapat kesulitan

menghadapi tentara Ghassan yang mendapat bantuan dari Romawi. Beberapa pahlawan gugur

melawan pasukan berkekuatan ratusan ribu orang itu. Melihat kenyataanyang tidak berimbang

ini, Khalid ibn Walid, yang sudah masuk Islam, mengambil alih komando dan memerintahkan

pasukan untuk menarik diri dan kembali ke Madinah.

     Selama dua tahun perjanjian Hudaibiyah berlangsung, dakwah Islam sudah menjangkau

seluruh Jazirah Arab dan mendapat tanggapan yang positif. Hampir seluruh Jazirah Arab,

termasuk suku-suku yang paling selatan, menggabungkan diri dalam Islam.

     Hal ini membuat orang-orang Mekah merasa terpojok. Perjanjian Hudaibiyah ternyata

menjadi senjata bagi umat Islam untuk memperkuat dirinya. Oleh karena itu, secara sepihak

orang-orang kafir Quraisy membatalkan perjanjian tersebut.

b. Perang Tabuk

     Melihat kenyataan ini, Heraklius menyusun pasukan besar di utara Jazirah Arab, Syria,

yang merupakan daerah pendudukan Romawi. Dalam pasukan besar itu bergabung Bani Ghassan

dan Bani Lachmides.

     Untuk menghadapi pasukan Heraklius ini banyak pahlawan Islam yang menyediakan diri

siap berperang bersama Nabi sehingga terhimpun pasukan Islam yang besar pula. Melihat

besarnya pasukaDi sini beliau membuat beberapa perjanjian dengan penduduk setempat. Dengan

demikian, daerah perbatasan itu dapat dirangkul ke dalam barisan Islam. Perang Tabuk

merupakan perang terakhir yang diikuti Rasulullah SAW.

Page 4: PERIODE MADINAH

       Peperangan lainnya yang dilakukan pada masa Rasulullah SAW seperti:

c. Perang Badar

     Perang Badar yang merupakan perang antara kaum muslimin Madinah dan kaum

musyrikin Quraisy Mekah terjadi pada tahun 2 H. Perang ini merupakan puncak dari serangkaian

pertikaian yang terjadi antara pihak kaum muslimin Madinah dan kaum musyrikin Quraisy.

Perang ini berkobar setelah berbagai upaya perdamaian yang dilaksanakan Nabi Muhammad

SAW gagal.

     Tentara muslimin Madinah terdiri dari 313 orang dengan perlengkapan senjata sederhana

yang terdiri dari pedang, tombak, dan panah. Berkat kepemimpinan Nabi Muhammad SAW dan

semangat pasukan yang membaja, kaum muslimin keluar sebagai pemenang. Abu Jahal,

panglima perang pihak pasukan Quraisy dan musuh utama Nabi Muhammad SAW sejak awal,

tewas dalam perang itu. Sebanyak 70 tewas dari pihak Quraisy, dan 70 orang lainnya menjadi

tawanan. Di pihak kaum muslimin, hanya 14 yang gugur sebagai syuhada. Kemenangan itu

sungguh merupakan pertolongan Allah SWT (Q.S. 3: 123).

                    Artinya: “Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, Padahal kamu

adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kamu

mensyukuri-Nya.”(Q.S. Ali-Imran: 123).

     Orang-orang Yahudi Madinah tidak senang dengan kemenangan kaum muslimin. Mereka

memang tidak pernah sepenuh hati menerima perjanjian yang dibuat antara mereka dan Nabi

Muhammad SAW dalam Piagam Madinah.

     Sementara itu, dalam menangani persoalan tawanan perang, Nabi Muhammad SAW

memutuskan untuk membebaskan para tawanan dengan tebusan sesuai kemampuan masing-

masing. Tawanan yang pandai membaca dan menulis dibebaskan bila bersedia mengajari orang-

orang Islam yang masih buta aksara. Namun tawanan yang tidak memiliki kekayaan dan

kepandaian apa-apa pun tetap dibebaskan juga.

     Tidak lama setelah perang Badar, Nabi Muhammad SAW mengadakan perjanjian dengan

suku Badui yang kuat. Mereka ingin menjalin hubungan dengan Nabi SAW karenan melihat

kekuatan Nabi SAW. Tetapi ternyata suku-suku itu hanya memuja kekuatan semata.

     Sesudah perang Badar, Nabi SAW juga menyerang Bani Qainuqa, suku Yahudi Madinah

yang berkomplot dengan orang-orang Mekah. Nabi SAW lalu mengusir kaum Yahudi itu ke

Suriah.

d. Perang Uhud

     Bagi kaum Quraisy Mekah, kekalahan mereka dalam perang Badar merupakan pukulan

berat. Mereka bersumpah akan membalas dendam. Pada tahun 3 H, mereka berangkat menuju

Madinah membawa tidak kurang dari 3000 pasukan berkendaraan unta, 200 pasukan berkuda di

bawah pimpinan Khalid ibn Walid, 700 orang di antara mereka memakai baju besi.

     Nabi Muhammad menyongsong kedatangan mereka dengan pasukan sekitar 1000 (seribu)

orang. Namun, baru saja melewati batas kota, Abdullah ibn Ubay, seorang munafik dengan 300

Page 5: PERIODE MADINAH

orang Yahudi membelot dan kembali ke Madinah. Mereka melanggar perjanjian dan disiplin

perang.

     Meskipun demikian, dengan 700 pasukan yang tertinggal Nabi melanjutkan perjalanan.

Beberapa kilometer dari kota Madinah, tepatnya di bukit Uhud, kedua pasukan bertemu. Perang

dahsyat pun berkobar. Pertama-tama, prajurit-prajurit Islam dapat memukul mundur

tentaramusuh yang lebih besar itu. Pasukan berkuda yang dipimpin oleh Khalid ibn Walid gagal

menembus benteng pasukan pemanah Islam. Dengan disiplin yang tinggi dan strategi perang

yang jitu, pasukan yang lebih kecil itu ternyata mampu mengalahkan pasukan yang lebihbesar.

     Kemenangan yang sudah diambang pintu ini tiba-tiba gagal karena godaan harta

peninggalan musuh. Prajurit Islam mulai memungut harta rampasan perang tanpa menghiraukan

gerakan musuh, termasuk didalamnya anggota pasukan pemanah yang telah diperingatkan Nabi

agar tidak meninggalkan posnya.

     Kelengahan kaum muslimin ini dimanfaatkan dengan baik oleh musuh. Khalid bin Walid

berhasil melumpuhkan pasukan pemanah Islam, dan pasukan Quraisy yang tadinya sudah kabur

berbalik menyerang. Pasukan Islam menjadi porak poranda dan tak mampu menangkis serangan

tersebut. Satu persatu pahlawan Islam gugur, bahkan Nabi sendiri terkena serangan musuh.

Perang ini berakhir dengan70 orang pejuang Islam syahid di medan laga.

     Pengkhianatan Abdullah ibn Ubay dan pasukan Yahudi diganjar dengan tindakan tegas.

Bani Nadir, satu dari dua suku Yahudi di Madinah yang berkomplot dengan Abdullah ibn Ubay,

diusir ke luar kota. Kebanyakan mereka mengungsi ke Khaibar. Sedangkan suku Yahudi lainnya,

yaitu Bani Quraizah, Masih tetap di Madinah.

e. Perang Khandaq

     Perang yang terjadi pada tahun 5 H ini merupakan perang antara kaum muslimin Madinah

melawan masyarakat Yahudi Madinah yang mengungsi ke Khaibar yang bersekutu dengan

masyarakat Mekah. Karena itu perang ini juga disebut sebagai Perang Ahzab (sekutu beberapa

suku).

  Pasukan gabungan ini terdiri dari 10.000 orang tentara. Salman al-Farisi, sahabat Rasulullah

SAW, mengusulkan agar kaum muslimin membuat parit pertahanan di bagian-bagian kota yang

terbuka. Karena itulah perang ini disebut sebagai Perang Khandaq yang berarti parit.

    Tentara sekutu yang tertahan oleh parit tersebut mengepung Madinah dengan mendirikan

perkemahan di luar parit hampir sebulan lamanya. Pengepungan ini cukup membuat masyarakat

Madinah menderita karena hubungan mereka dengan dunia luar menjadi terputus. Suasana kritis

itu diperparah pula oleh pengkhianatan orang-orang Yahudi Madinah, yaitu Bani Quraizah,

dibawah pimpinan Ka'ab bin Asad.

    Namun akhirnya pertolongan Allah SWT menyelamatkan kaum muslimin. Setelah sebulan

mengadakan pengepungan, persediaan makanan pihak sekutu berkurang. Sementara itu pada

malam hari angin dan badai turun dengan amat kencang, menghantam dan menerbangkan kemah-

Page 6: PERIODE MADINAH

kemah dan seluruh perlengkapan tentara sekutu. Sehingga mereka terpaksa menghentikan

pengepungan dan kembali ke negeri masing-masing tanpa suatu hasil.

    Para pengkhianat Yahudi dari Bani Quraizah dijatuhi hukuman mati.

Hal ini dinyatakan dalam Al-Qur'an surat Al-Ahzâb: 25-26.

              Artinya: “Dan Allah menghalau orang-orang yang kafir itu yang Keadaan mereka penuh

kejengkelan, (lagi) mereka tidak memperoleh Keuntungan apapun. dan Allah menghindarkan

orang-orang mukmin dari peperangan. Dan adalah Allah Maha kuat lagi Maha Perkasa. Dan Dia

menurunkan orang-orang ahli kitab (Bani Quraizhah) yang membantu golongan-golongan yang

bersekutu dari benteng-benteng mereka, dan Dia memesukkan rasa takut ke dalam hati mereka.

sebahagian mereka kamu bunuh dan sebahagian yang lain kamu tawan.” (Q.S. Al-Ahzâb: 25-26)

Page 7: PERIODE MADINAH

SUBSTANSI DAN STRATEGI DAKWAH RASULULLUAH SAW

PERIODE MADINAH.

Setelah Nabi hijrah ke Madinah, kota tersebut dijadikan pusat jamaah kaum muslimin, dan

selanjutnya menjadi ibukota Negara islam yang segera didirikan oleh Nabi, dengan dirubah

namanya Madinah, yang semula bernama Yastrib.

A. Adapun stategi dakwah Rasululullah SAW. Periode Madinah, yaitu :

1. PEMBINAAN MASJID

Masjid merupakan institusi dakwah pertama yang dibina oleh Rasulullah SAW. setibanya

baginda di Madinah. Ia menjadi nadi pergerakan Islam yang menghubungkan manusia dengan

Penciptanya serta manusia sesama manusia. Masjid menjadi lambang akidah umat Islam atas

keyakinan tauhid mereka kepada Allah SWT. Pembinaan masjid dimulakan dengan

membersihkan persekitaran kawasan yang dikenali sebagai ‘mirbad’ dan meratakannya sebelum

menggali lubang untuk diletakkan batu-batu sebagai asas binaan. Malah, Rasulullah SAW.

sendiri yang meletakkan batu-batu tersebut. Batu-batu itu kemudiannya disemen dengan tanah

liat sehingga menjadi binaan konkrit.

Masjid pertama ini dibina dalam keadaan kekurangan tetapi penuh dengan jiwa

ketaqwaan kaum muslimin di kalangan muhajirin dan ansar. Mesjid pertama yang dibangun

rasulullah SAW. adalah mesjid Quba’. Tanggla 16 Agustus Rasul dan para sahabat yang

berjumlah lebih kurang seratus orang menuju Madinah pada hari jumat. Ditengah jalan pada

suatu tempat yang bernama perkampungan lembah Bani Salim, Rasul mendapat perintah untuk

mendirikan shlat jumat, sebagai suatu isyarat sudah waktunya memproklamirkan berdirinya

Daulah Islamiyah. Di dalamnya, dibina sebuah mimbar untuk Rasulullah SAW. menyampaikan

khutbah dan wahyu daripada Allah. Terdapat ruang muamalah yang dipanggil ‘sirda’untuk

pergerakan kaum muslimin melakukan aktivitas kemasyarakatan. Pembinaan masjid ini

mengukuhkan dakwah baginda untuk menyebarkan risalah wahyu kepada kaum muslimin serta

menjadi pusat perbincangan di kalangan Rasulullah SAW. dan para sahabat tentang masalah

ummah.

2. MENGUKUHKAN PERSAUDARAAN

Rasulullah SAW mempersadarakan kaum Muhajirin dan Ansar. Jalinan ini diasaskan

kepada kesatuan cinta kepada Allah serta pegangan akidah tauhid yang sama. Persaudaraan ini

membuktikan kekuatan kaum muslimin melalui pengorbanan yang besar sesama mereka tanpa

membeda – bedakan pangkat, bangsa dan harta. Selain itu, ia turut memadamkan api

persengketaan di kalangan suku kaum Aus dan Khajraz. Sebagai contoh, Abu bakar

dipersaudarakan dengan Harisah bin Zaid, Jafar bin Abi Thalib dipersaudarakan dengan Mu’az

bin Jabal, dan Umar bin Khattab dipersaudarakan dengan Itbah bin Malik. Begitu seterusnya

Page 8: PERIODE MADINAH

sehingga tiap – tipa orang dari kaum Ansar dipersaudarakan dengan kaum Muhajirin.

3. PEMBENTUKAN PIAGAM MADINAH

Madinah sebagai sebuah Negara yang menghimpunkan masyarakat Islam dan Yahudi daripada

pelbagai bangsa memerlukan kepada satu perlembagaan khusus yang menjaga kepentingan

semua pihak. Rasulullah SAW. telah menyediakan sebuah piagam yang dikenali sebagai Piagam

Madinah untuk membentuk sebuah masyarakat di bawah naungan Islam.

Piagam ini mengandungi 32 pasal yang menyentuh segenap aspek kehidupan termasuk akidah,

akhlak, kebajikan, undang-undang, kemasyarakatan, ekonomi dan lain-lain. Di dalamnya juga

terkandung aspek khusus yang mesti dipatuhi oleh kaum Muslimin seperti tidak mensyirikkan

Allah, tolong-menolong sesama mukmin, bertaqwa dan lain-lain. Selain itu, bagi kaum bukan

Islam, mereka mesti berkelakuan baik kepada kaum islam di Madinah.

Piagam ini harus dipatuhi oleh semua penduduk Madinah Islam atau bukan Islam. Strategi ini

telah menjadikan Madinah sebagai model Negara Islam yang adil, membangun serta disegani

oleh musuh-musuh Islam.

4. STRATEGI KETENTERAAN

Peperangan merupakan strategi dakwah Rasulullah di Madinah untuk melebarkan

perjuangan Islam ke seluruh pelosok dunia. Strategi ketenteraan Rasulullah s.a.w digeruni oleh

pihak lawan khususnya pihak musyrikin di Mekah dan Negara-negara lain. Antara tindakan

strategik baginda menghadapi peperangan ialah persiapan sebelum berlakunya peperangan seperti

pengitipan dan maklumat musuh. Ini berlaku dalam perang Badar, Rasulullah SAW. telah

mengutuskan pasukan berani mati seperti Ali bin Abi Talib, Saad Ibnu Waqqash dan Zubair Ibn

Awwam untuk bersiap-sedia menghadapi perang. Rasulullah SAW turut membacakan ayat-ayat

al-Quran untuk menggerunkan hati musuh serta menguatkan jiwa kaum Muslimin. Antara firman

Allah Taala bermaksud: “Dan ingatlah ketika Allah menjajikan kepadamu bahwa salah satu dari

dua golongan yang kamu hadapi adalah untukmu, sedang kamu menginginkan bahwa yang tidak

mempunyai kekuatan senjatalah yang untukmu, dan Allah menghendaki untuk membenarkan

yang benar dengan ayat-ayatNya dan memusnahkan orang-orang kafir.” (Surah al-Anfal: 7)

Rasulullah SAW. turut mengambil pandangan dari para sahabat dalam menyusun strategi

peperangan. Dalam perang Khandak, Rasulullah SAW. setuju dengan pandangan Salman al-

Farisi yang berketurunan Parsi berkenaan pembinaan benteng. Strategi ini membantu pasukan

tentera Islam berjaya dalam semua peperangan dengan pihak musuh.

5. HUBUNGAN LUAR

Hubungan luar merupakan orientasi penting bagai melebarkan sayap dakwah. Ini terbukti

melalui tindakan Rasulullah SAW. menghantar para dutanya ke negara-negara luar untuk

menjalin hubungan baik berteraskan dakwah tauhid kepada Allah. Negara-negara itu termasuk

Mesir, Iraq, Parsi dan Cina. Sejarah turut merekamkan bahwa Saad Ibn Waqqas pernah

berdakwah ke negeri Cina sekitar tahun 600 hijrah. Sejak itu, Islam bertebaran di negeri Cina

hingga saat ini. para sahabat yang pernah menjadi duta Rasulullah ialah Dukyah Kalibi kepada

Page 9: PERIODE MADINAH

kaisar Rom, Abdullah bin Huzaifah kepada kaisar Hurmuz, Raja Parsi, Jaafar bin Abu Talib

kepada Raja Habsyah. Strategi hubungan luar ini diteruskan pada pemerintahan khalifah Islam

selepas kewafatan Rasulullah SAW. Sebagai contoh, pasukan Salehuddin al-Ayubi di bawah

pemerintahan Bani Uthmaniah telah berjaya menawan kota suci umat Islam di Baitul Maqdis.

Penjajahan ke Negara-negara luar merupakan strategi dakwah paling berkesan di seluruh dunia.

6. MEMELIHARA DAN MEMPERTAHANKAN MASYARAKAT ISLAM DALAM

UPAYA MENCIPTAKAN SUASANA TENTRAM DAN AMAN AGAR MASYARAKAT

MUSLIM YANG DI BINA ITU DAPAT TERPELIHARA DAN BERTAHAN.

Rasulullah SAW membuat perjanjian persahabatan perdamaian dengan kaum Yahudi yang

berdiam di kota Madinah dan sekitarnya. Tindakan ini belum pernah dilakukan oleh nabi dan

rasul sebelumnya. Isi perjanjiannya sebagai berikut :

a) Kebebasan beragama bagi semua golongan dan masing-masing golongan mempunyai

wewenang penuh terhadap anggits golongannya.

b) Semua lapisan, baik muslim maupun Yahudi harus tolong menolong dan saling mebantu

untuk melawan siapa saja yang memerangi mereka. Semua wajib mempertahankan kota bila ada

serangan dari luar

c) Kota Madinah adalah ota suci yang wajib dihormati oleh mereka yang terikat dengan

perjanjian itu. Apabila terjadi perselisihan antara muslim dan Yahudi, maka urusan itu diserahkan

kepada Allah SWT dan rasul(Al Qur’an dan sunah).

d) Mengakui dan mentaati kesatuan pimpinan untuk kota Madinah yang disetujui dipegang oleh

Nabi Muhammad SAW.

1. Sholat Jum’at di padang Bani Salim

Kedatangan Rosulullah di madinah bertepatan dengan hari Jum’at. Ketika Nabi sampai di padang

Bani Salim, di pinggiran kota Madinah, waktu Zuhur telah tiba. Maka turunlah Nabi dari unta

dan bersama-sama kaum muslimin melakukan sholat Jum’at. Inilah sholat jum’at dan khotbah

jum’at yang pertama kali dilakukan Nabi dalam sejarah perkembangan Islam.

Setelah selesai, Nabi kembali menaiki untanya dan memasuki kota Madinah. Setiap rumah kaum

muslimin ingin mendapat kehormatan agar Nabi bermalam di rumah mereka

2. Mendirikan Masjid di Madinah

Ketika pertama kali Rosulullah datang di kota Madinah ( dalam hijrahnya ) kaum Ansor

mengajak beliau serta menawarkan rumah untuk istirahat. Namun Rosulullah Sholallahu Allaihi

Wasalam menjawab “Biarkan jalan onta ini karena dia diperintah “. Setelah sampai ditanah milik

kedua orang anak yatim yang bernama Sahal dan Suhail keduanya anak Amr dibawah asuhan

Muadz bin Afro maka onta tersebut berhenti, kemudian beliau dipersilahkan oleh Abu Ayub Al-

Ansuri untuk tinggal dirumahnya. Setelah beberapa waktu disitu maka Nabi merencanakan akan

mendirikan masjid diatas sebagian kebun milik As’ad bin Zuroroh, tanah milik kedua anak yatim

Page 10: PERIODE MADINAH

tadi dan sebagian tanah kuburan musrikin yang telah rusak. Tanah milik kedua anak yatim tadi

dibeli dengan harga sepuluh dinar dan yang membayarnya Abu Bakar.Waktu membangun masjid

Nabi meletakkan batu pertama selanjutnya oleh saaahabat Abu Bakar , Umar, Usman dan Ali,

kemudian dikerjakan secara bersama-sama oleh para sahabat sampai selesai. Pagarnya dari batu

tanah setinggi kurang lebih dua meter tiangnya dari batang kurma, atapnya dari pelepah pohon

kurma,halaman masjid ditutup dengan batu kecil kiblatnya memghadap Baitul Maqdis, karena

waktu itu belum turun perintah memghadap Baitullah. Pintunya tiga buah yaitu pintu kanan,

pintu kiri dan pintu belakang panjang masjid 70 hasta, lebar 60 hasta. Dengan demikian masjid

itu sederhana sekali, tanpa hiasan, tanpa tikar dan untuk penerangan dimalam hari menggunakan

pelepah kurma kering yang dibakar. Masjid itu dibuat pada tahun 1 hijriah.Membangun masjid

ini merupakan usaha pertama Rosulullah SAW. dalam membentuk masyarakat Islam Madinah.

Fungsi masjid di zaman Rosulullah SAW. adalah sebagai berikut :

1.Masjid sebagai sarana pembinaan umat Islam di bidang akidah, ibadah dan ahlak.

2. Masjid menjad sarana ibadah, seperti sholat

3.Masjid menjadi temat belajar agama islam yang bersumberkan dari Al-qur’an dan Al-Hadish.

4.Masjid menjadi sarana tempat menyambung tali silaturahmi antara kaum muslimin

5.Menjadikan masjid menjadi sarana sosial.

6. Rosulullah menjadikan masjid menjadi tempat bermusyawarah.

7. Tempat menyusun strategi perang.

3. Mempersaudarakan Kaum Muhajirin dan Kaum Anshar

Kaum muslimin di Madinah saat itu terdiri dari banyak suku. Ada yang berasal dari suku Quraisy

di Mekah, ada juga yang termasuk dari suku Aus atau Khazraj di Madinah, dan masih banyak

lainnya.Sebelum Islam datang, orang-orang Arab hidup dalam persukuan dan terlalu fanatik

terhadap sukunya masing-masing. Semenjak islam datang, Nabi beusaha mempersatukan kaum-

kaum tersebut sehingga menjadi keluarga Islam. Nabi pun menyatukan kaum Mujahirin dan

kaum Anshar dalam ikatan yang sangat kuat.Di Madinah, Nabi mempersaudarakan Abu Bakar

dengan Khuraisy bin Zubair, Ja’far bin Abu Tholib dengan Muaz bin Jabal, Umar bin khottob

dengan Itban bin Malik Al-Khazraji, Usman Bin Affan dengan Aus Bin Tsabit, Abdurrohman bin

Auf dengan Sa’ad bin Rabi, demikian seterusnya.

Dengan cara ini Rosulullah SAW. berhasil mempersatukan kaum Muhajirin dengan kaum Anshar

dan memperluas jaringan keluarga besar Islam.

4. Saling Membantu antara kaum Muslimin

Hubungan kaum Muhajirin dan kaum Anshar bener-benar sangat erat. Mereka saling membantu

dan menolong. Kaum Muhajirin yang tidak mampu diberikan sepetak lahan untuk bertani dari

kaum Anshar, ada pula yang memberikan modal untuk berdagang atau berkerja sama dalam

Page 11: PERIODE MADINAH

mencari mata pencaharian. Sedangkan kaum Muhajirin yang pandai berdagang dapat meneruskan

usaha kaum Anshar.Terdapat pula kaum Muhajirin yang tidak mempunyai keluarga dan

keadaannya miskin. Mereka tinggal di serambi masjid dan disebut “ Ahli Sufah ”.

7. TOLERANSI ISLAM TERHADAP KAUM YAHUDI SETEMPAT

A. Perjanjian dengan Kaum Yahudi

Kaum yahudi di Madinah tidak begitu banyak, tetapi Rosulullah SAW. telah menyadari

pentingan membuat perjanjian damai dengan mereka. Mereka dianggap baik selama tidak

mengganggu umat islam. Kemudian dibuatlah perjanjian dengan kaum yahudi yang berisi:

1. Bahwa orang Islam dan kaum yahudi harus hidup rukun dalam satu bangsa.

2. kedua belah pihak bebas menjalankan agamanya masing-masing dan tidak saling mengganggu.

3. Jika salah satu pihak diserang musuh, maka pihak lainnya harus membantu melawan musuh

tersebut.

4. Apabila kota Madinah diserang musuh, maka kedua belah pihak harus mempertahankannya.

5. Kalau terjadi perselisihan, maka Nabi Muhammad SAW. lah yang menjadi hakim dan

mendamaikan pihak tersebut. Sejak lama, orang yahudi di Madinah terdiri dari 3 golongan, yaitu

Bani Qainuka, Bani Nazir dan Bani Quraidah. Mereka lambat laun mulai tidak menghargai

perjanjian yang telah mereka buat bersama kaum Muslimin. Oleh karena itu, mereka hendak

menghalangi dakwah Nabi Muhammad SAW.

B. Toleransi Islam terhadap Agama Lain

1. Pengusiran Bani Qainuka

Tidak lama setelah kaum Muslimin mengadakan perjanjian damai dengan kaum yahudi,

kaum yshudi mulai tidak menghirukan perjanjian itu. Mereka menunjukkan rasa benci terhadap

kaum Muslimin. Awal peristiwa ini dimulai oleh Bani Qainuka. Atas apa yang mereka perbuat,

mereka berhak mendapatkan hukuman. Bani Qainuka diusir dari

Madinah setelah terjadi perang Badar.

2. Pengusiran Bani Nazir

Setahun kemudia, Bani Nazir melakukan penghianatan terhadap Rosulullah SAW. yaitu

dengan membunuh Beliau.Mereka hendak melakukannya ketika Nabi dan para sahabat

berkunjung ke kampung Bani Nazir kerena ada suatu keperluan. Karena atas pertolongan Allah

SWT. maka Rosulullah SAW. selamat dari pembunuhan itu. Setelah perang Uhud, Bani Nazir di

usir dari Madinah.

3. Hukuman terhadap Bani Quraidah

Hanya Bani quraidah yang tersisa di Madinah. Akan tetapi mereka jauh lebih jahat. Mereka

bergabung dengan suku-suku arab yang sedang mengepung Madinah pada perang Ahzab. Pada

Page 12: PERIODE MADINAH

perang ini, kaum Muslimin sangat menderita. Pertama-tama, Rosulullah SAW. berusaha bersikap

lunak terhadap Bani Quraidah. Beliau mengirim du utusan untuk berbicara dengan Bani

Quraidah, akan tetapi, mereka ditolak dengan kasar. Setelah kaum Muslimin terbebas dari

kepungan, mereka balik mengepung Bani Quraidah. Akhirnya Bani Quraidah menyerah dengan

syarat yang menghukum mereka adalah Saad bin Muaz. Persyaratan ini diterima oleh Rosulullah.

Saad bin Muaz memutuskan hukuman bunuh bagi yang laki-laki dan wanita dan anak-anak

ditawan. Hukuman ini pantas bagi mereka mengingat kejamnya mereka ketika perang.

Sejak saat itu, tidak ada yang menghalangi umat Islam di Madinah untuk beribadah dan

berdakwah.

3. Dakwah Rasulullah Periode Madinah

Penduduk kota Madinah terdiri dari 2 golongan yang berbeda jauh, yaitu:

- Golongan Arab yang berasal dari selatan yang terdiri dari suku Aus dan Khazraj

- Golongan yahudi, yaitu orang-orang Israel yang berasal dari utara (Palestina)

Dengan hijrahnya kaum muslimin, terbukalah kesempatan bagi Nabi saw untuk

mengatur strategi membentuk masyarakat Islam yang bebas dari ancaman musuh baik dari luar

maupun dari dalam.

4. Substansi dan Strategi Dakwah Rasulullah saw Periode Madinah

Adapun substansi dan strategi dakah Rasulullah saw antara lain:

-Membina masyarakat Islam melalui pertalian persaudaraan antara kaum Muhajjirin dengan

kaum Anshar

- Memelihara dan mempertahankan masyarakat Islam

- Meletakkan dasar-daar politik, ekonomi dan social untk masyarakat Islam

Dengan diletakannya dasar-dasar yang berkala ini masyarakat dan pemerintahan Islam

dapat mewujudkan nagara “ Baldtun Thiyibatun Warabbun Ghafur “ dan Madinah disebut “

Madinatul Munawwarah ”.