Persepsi dan Adopsi Petani terhadap Teknologi Pemupukan...

9
PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN VOL. 29 NO. 3 2010 157 Persepsi dan Adopsi Petani terhadap Teknologi Pemupukan Berimbang pada Tanaman Padi dengan Indeks Pertanaman 300 Wasito 1 , Muhrizal Sarwani 1 , dan E. Eko Ananto 2 1 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Jl. Tentara Pelajar No. 10, Bogor, Jawa Barat 2 Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Sukamandi/P4MI Badan Litbang Pertanian Jl. Ragunan No. 29 Pasar Minggu, DKI Jakarta ABSTRACT. Farmer’s Perception and Adoption of Balanced Fertilizer on a 300 Rice Planting Index. Balanced fertilization means that fertilizer is applied at right dosage, type, and time. The type of adoption of fertilizer used may either inorganic fertilizer or organic material. The assessment of balanced fertilization was conducted in the village of Gondel, Panolan, Klagen (Kedungtuban Sub-district), in village Ngloram, Jipang, Getas (Cepu Sub-district), all in Blora district of Central Java. The objective was to determine whether the adoption of inorganic fertilizer and organic matter in the 300 Rice Planting Index was in line with the farmer’s perception of balanced fertilization application. The study was conducted by observation and discussion with farmers in farm communities in a from of focus group discussions, and indepth participatory interviews involving 48 farmers on a basis of purposive sampling. The results showed that adoption of the use of urea, SP36 and Ponska fertilizers in the village Gondel, Panolan, and Ngloram varied greatly at level of significantly different, while that in Klagen, Jipang, Getas Villages was significantly different from that of the regional recommendation rates. Adoption rate of urea, SP36, Ponska, and organic materials was in line with the perception of farmers, but it was not in accordance with the principles of balanced fertilization. Number of farmers with the perception level of “not yet understand” the balanced fertilization concept was much higher than those of fully understood the concept, parallel with the smallness number of farmers who bad adopted balanced fertilization. Therefore, demonstration plots on balanced fertilization are suggested in the study area. Keywords: Farmers perception and adoption, balanced fertilization application, Rice Planting Index 300 ABSTRAK. Pemupukan berimbang adalah kegiatan memupuk yang sesuai dosis, jenis, dan waktu. Jenis pupuk yang digunakan adalah pupuk anorganik dan bahan organik. Kajian pemupukan berimbang telah dilakukan di Desa Gondel, Panolan, Klagen (Kec. Kedungtuban), Desa Ngloram, Jipang, Getas (Kec. Cepu) Kabupaten Blora. Kajian bertujuan untuk mengetahui apakah adopsi pupuk anorganik dan bahan organik pada indeks pertanaman (IP) padi 300, selaras dengan persepsi petani terhadap pemupukan berimbang. Kajian diawali dengan mengamati dan melibatkan diri pada komunitas petani dalam konteks yang alami (natural setting), diskusi kelompok terfokus, dan wawancara mendalam, pada 48 petani perintis, atau pelopor (purposive sampling). Hasil kajian menunjukkan bahwa adopsi takaran penggunaan urea, SP36, Ponska di Desa Gondel, Panolan, Ngloram berbeda sangat nyata (p < 0,01); dan di Desa Klagen, Jipang, Getas berbeda nyata (p < 0,05) dengan rekomendasi di Kec. Kedungtuban, Cepu. Adopsi takaran penggunaan urea, SP36, Ponska, dan bahan organik, selaras persepsi petani, tetapi tidak sesuai prinsip dan rekomendasi pemupukan berimbang. Tingkat persepsi petani pada taraf kurang memahami sangat berbeda nyata lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan yang memahami, sesuai dengan masih sangat sedikitnya petani yang mengadopsi rekomendasi pemupukan berimbang. Dengan demikian diperlukan demplot-demplot pemupukan berimbang di wilayah kajian. Kata kunci: Persepsi dan adopsi petani, pemupukan berimbang, indeks pertanaman padi 300 P enggunaan pupuk N di Indonesia cukup tinggi, dimana rasio N: P 2 O 5 : K 2 O adalah 4,9: 0,8: 1, jauh lebih besar dibandingkan dengan Vietnam dengan rasio N: P 2 O 5 : K 2 O = 3: 1: 1 (Fairhurst 2002 dalam Makarim dan Suhartatik 2006). Pada usahatani padi, pemberian pupuk N secara berlebihan menimbulkan kahat hara S atau Zn, tanaman menjadi peka terhadap hama penyakit, mudah rebah (Arsana 2006), meningkat- kan kerusakan tanaman, dan memperpanjang umur tanaman (Stevens et al. 1999 dalam Wahid 2003). Penggunaan pupuk urea secara terus-menerus sebagai sumber utama N menyebabkan defisiensi hara S (Cuevas 1997 dalam Arsana 2006). Penggunaan pupuk anorganik tidak berimbang pada usahatani padi sudah umum terjadi di Kabupaten Blora. Adopsi menurut teori konvensional dan teori adopsi Rogers dan Shoemakers (1971) adalah tahap penerimaan, yaitu seseorang telah menggunakan ide baru secara tetap dalam skala yang lebih luas, setelah tahap kesadaran, minat, penilaian, dan tahap percobaan. Realitas perkembangan model adopsi menurut Rogers dan Shoemakers (1971) adalah: (1) proses adopsi memungkinkan menerima atau menolak adopsi, (2) kelima tahapan tersebut tidak selalu terjadi secara berurutan, (3) sesudah tahap adopsi masih ada tahapan lain. Rogers (1983) menyempurnakan tahapan tersebut menjadi tahap pengenalan, persuasi, keputusan, penerapan, dan konfirmasi. Menurut Mardikanto (1996), adopsi adalah proses perubahan perilaku, baik berupa pengetahuan, sikap, maupun keterampilan pada diri seseorang yang telah menerima inovasi yang disampaikan penyuluh. Pembentukan sikap dan perilaku didasari oleh persepsi. Persepsi menurut Zanden (1984), Devito (1989), dan Rahkmat (1999) adalah proses pemaknaan terhadap objek, kejadian, orang yang melibatkan pancaindera,

Transcript of Persepsi dan Adopsi Petani terhadap Teknologi Pemupukan...

Page 1: Persepsi dan Adopsi Petani terhadap Teknologi Pemupukan ...pangan.litbang.pertanian.go.id/files/05-pp032010.pdf · Metode Pengkajian Kajian ini ... tentang pemetaan unsur hara tanah

PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN VOL. 29 NO. 3 2010

157

Persepsi dan Adopsi Petani terhadap Teknologi Pemupukan Berimbangpada Tanaman Padi dengan Indeks Pertanaman 300

Wasito1, Muhrizal Sarwani1, dan E. Eko Ananto2

1Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi PertanianJl. Tentara Pelajar No. 10, Bogor, Jawa Barat

2Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Sukamandi/P4MI Badan Litbang PertanianJl. Ragunan No. 29 Pasar Minggu, DKI Jakarta

ABSTRACT. Farmer’s Perception and Adoption of BalancedFertilizer on a 300 Rice Planting Index. Balanced fertilizationmeans that fertilizer is applied at right dosage, type, and time. Thetype of adoption of fertilizer used may either inorganic fertilizer ororganic material. The assessment of balanced fertilization wasconducted in the village of Gondel, Panolan, Klagen (KedungtubanSub-district), in village Ngloram, Jipang, Getas (Cepu Sub-district),all in Blora district of Central Java. The objective was to determinewhether the adoption of inorganic fertilizer and organic matter inthe 300 Rice Planting Index was in line with the farmer’s perceptionof balanced fertilization application. The study was conducted byobservation and discussion with farmers in farm communities in afrom of focus group discussions, and indepth participatoryinterviews involving 48 farmers on a basis of purposive sampling.The results showed that adoption of the use of urea, SP36 andPonska fertilizers in the village Gondel, Panolan, and Ngloram variedgreatly at level of significantly different, while that in Klagen, Jipang,Getas Villages was significantly different from that of the regionalrecommendation rates. Adoption rate of urea, SP36, Ponska, andorganic materials was in line with the perception of farmers, but itwas not in accordance with the principles of balanced fertilization.Number of farmers with the perception level of “not yet understand”the balanced fertilization concept was much higher than those offully understood the concept, parallel with the smallness number offarmers who bad adopted balanced fertilization. Therefore,demonstration plots on balanced fertilization are suggested in thestudy area.

Keywords: Farmers perception and adoption, balancedfertilization application, Rice Planting Index 300

ABSTRAK. Pemupukan berimbang adalah kegiatan memupuk yangsesuai dosis, jenis, dan waktu. Jenis pupuk yang digunakan adalahpupuk anorganik dan bahan organik. Kajian pemupukan berimbangtelah dilakukan di Desa Gondel, Panolan, Klagen (Kec.Kedungtuban), Desa Ngloram, Jipang, Getas (Kec. Cepu) KabupatenBlora. Kajian bertujuan untuk mengetahui apakah adopsi pupukanorganik dan bahan organik pada indeks pertanaman (IP) padi300, selaras dengan persepsi petani terhadap pemupukanberimbang. Kajian diawali dengan mengamati dan melibatkan diripada komunitas petani dalam konteks yang alami (natural setting),diskusi kelompok terfokus, dan wawancara mendalam, pada 48petani perintis, atau pelopor (purposive sampling). Hasil kajianmenunjukkan bahwa adopsi takaran penggunaan urea, SP36,Ponska di Desa Gondel, Panolan, Ngloram berbeda sangat nyata (p< 0,01); dan di Desa Klagen, Jipang, Getas berbeda nyata (p <0,05) dengan rekomendasi di Kec. Kedungtuban, Cepu. Adopsitakaran penggunaan urea, SP36, Ponska, dan bahan organik, selaraspersepsi petani, tetapi tidak sesuai prinsip dan rekomendasipemupukan berimbang. Tingkat persepsi petani pada taraf kurangmemahami sangat berbeda nyata lebih banyak jumlahnyadibandingkan dengan yang memahami, sesuai dengan masih sangat

sedikitnya petani yang mengadopsi rekomendasi pemupukanberimbang. Dengan demikian diperlukan demplot-demplot pemupukanberimbang di wilayah kajian.

Kata kunci: Persepsi dan adopsi petani, pemupukan berimbang,indeks pertanaman padi 300

Penggunaan pupuk N di Indonesia cukup tinggi,dimana rasio N: P2O5: K2O adalah 4,9: 0,8: 1,jauh lebih besar dibandingkan dengan Vietnam

dengan rasio N: P2O5: K2O = 3: 1: 1 (Fairhurst 2002 dalamMakarim dan Suhartatik 2006). Pada usahatani padi,pemberian pupuk N secara berlebihan menimbulkankahat hara S atau Zn, tanaman menjadi peka terhadaphama penyakit, mudah rebah (Arsana 2006), meningkat-kan kerusakan tanaman, dan memperpanjang umurtanaman (Stevens et al. 1999 dalam Wahid 2003).Penggunaan pupuk urea secara terus-menerus sebagaisumber utama N menyebabkan defisiensi hara S (Cuevas1997 dalam Arsana 2006). Penggunaan pupuk anorganiktidak berimbang pada usahatani padi sudah umumterjadi di Kabupaten Blora.

Adopsi menurut teori konvensional dan teori adopsiRogers dan Shoemakers (1971) adalah tahappenerimaan, yaitu seseorang telah menggunakan idebaru secara tetap dalam skala yang lebih luas, setelahtahap kesadaran, minat, penilaian, dan tahappercobaan. Realitas perkembangan model adopsimenurut Rogers dan Shoemakers (1971) adalah: (1)proses adopsi memungkinkan menerima atau menolakadopsi, (2) kelima tahapan tersebut tidak selalu terjadisecara berurutan, (3) sesudah tahap adopsi masih adatahapan lain. Rogers (1983) menyempurnakan tahapantersebut menjadi tahap pengenalan, persuasi,keputusan, penerapan, dan konfirmasi. MenurutMardikanto (1996), adopsi adalah proses perubahanperilaku, baik berupa pengetahuan, sikap, maupunketerampilan pada diri seseorang yang telah menerimainovasi yang disampaikan penyuluh. Pembentukan sikapdan perilaku didasari oleh persepsi.

Persepsi menurut Zanden (1984), Devito (1989), danRahkmat (1999) adalah proses pemaknaan terhadapobjek, kejadian, orang yang melibatkan pancaindera,

Page 2: Persepsi dan Adopsi Petani terhadap Teknologi Pemupukan ...pangan.litbang.pertanian.go.id/files/05-pp032010.pdf · Metode Pengkajian Kajian ini ... tentang pemetaan unsur hara tanah

WASITO ET AL.: PERSEPSI PETANI DAN ADOPSI TEKNOLOGI PEMUPUKAN BERIMBANG PADA PADI

158

atau proses pemaknaan terhadap objek berdasarkansenjang antara benar dan salah dari pernyataan ataupertanyaan. Persepsi adalah proses dimana informasiindrawi diterjemahkan menjadi suatu yang bermakna.Makna persepsi merupakan penilaian, atau prosespemberian arti, atau makna bagi individu, kelompok,atau masyarakat. Kesan yang terbentuk membentukmakna baik–buruk, paham–tidak paham (evaluasi), kuat– lemah (potensi), atau aktif–pasif (aktivitas).

Kajian ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan,apakah pupuk anorganik dan bahan organik sudahdiadopsi pada usahatani IP padi 300, selaras denganpersepsi petani terhadap pemupukan berimbang, dansistem keseimbangan ekologi. Untuk menjawabpertanyaan tersebut dilakukan kajian pada enam desadi dua kecamatan di Kabupaten Blora, Jawa Tengah

METODOLOGI

Pemilihan sampel lokasi pengkajian tingkat desaberdasarkan kesamaan profil lahan sawah IP padi 300,ketinggian di atas permukaan laut, neraca air untukkebutuhan usahatani IP padi 300, dan perbedaan nyataantara lahan sawah dan lahan kering (purposivesampling). Pengkajian dilaksanakan di Desa Gloram,Jipang, Getas (Kecamatan Cepu), dan Gondel, Panolan,Klagen (Kecamatan Kedungtuban), Kabupaten Blora,Jawa Tengah, pada tahun 2008 dan 2009.

Metode Pengkajian

Kajian ini menggunakan data primer dan sekunder,meliputi kondisi eksisting pola pemupukan, adopsi, danpersepsi petani dalam penggunaan pupuk anorganikdan bahan organik pada IP padi 300. Format pengkajianbersifat cross-sectional dengan metode survei lapangan.Pengkajian data primer diawali dengan mengamati danmelibatkan diri pada masyarakat desa secara alami(natural setting) (Denzin and Lincoln 1994). Tahapselanjutnya adalah menentukan sampel secara sengaja(purposive sampling) pada delapan petani perintis, ataupelopor (innovator or early adopter) di setiap desa,sebagai responden dan berperan sebagai informankunci, sehingga terdapat 48 responden. Sampelresponden telah mewakili wilayah pedukuhan, rukunwarga (RW), dan rukun tetangga (RT) di wilayah lahansawah kajian. Tahap selanjutnya melakukan diskusikelompok terfokus (focus group discussion, FGD) danwawancara mendalam (indepth interview) denganpendekatan partisipatif pada responden yang telahdistrata menjadi dua subkelompok (a. petani danberperan pada institusi = 24 responden, (b) petani = 24

responden). Data sekunder berupa potensi desa,kecamatan, dan hasil penelitian/pengkajian usahatanipadi di Kab. Blora.

Pengukuran Persepsi

Pengukuran persepsi mengacu pada Azwar (1995),dalam bentuk skala Likert dan Semantik differentialsdengan skala: 0 = sangat tidak memahami, 1 = tidakmemahami, 2 = kurang memahami, 3 = memahami, 4= sangat memahami. Persepsi merupakan dasarpembentukan sikap dan perilaku. Adopsi adalah prosesperubahan perilaku (Mardikanto 1996). Menurut teoriSamovar (1981), kesamaan budaya memberikanpersepsi yang hampir sama terhadap suatu objek.Perbedaan budaya, nilai-nilai, dan kerangka acuan(heterofili) merupakan akibat dari perbedaanpengalaman dan lingkungan. Sebaliknya, kesamaanbudaya (homofili) diadaptasikan pada pengukuranpersepsi dan adopsi.

Adopsi dan persepsi terhadap pemupukanberimbang dan bahan organik mengacu pada modelPTT, SK Mentan nomor 40/PerMentan/OT.140/4/2007tentang rekomendasi pemupukan padi sawah spesifiklokasi, dan hasil penelitian Bappeda Kab. Blora danAgrosemar (2008) tentang pemetaan unsur hara tanahuntuk rekomendasi pemupukan tanaman padi sawahdi Kab. Blora.

Analisis Data

Analisis data secara sederhana dilakukan denganmengedit, mengkode, dan mentabulasi data, disusundalam kelompok atau kategorisasi (Bungin 2003) untukintrepretasi. Uji t (beda nyata) (Steel and Torrie, 1991)dan teori probabilitas (Hasan 2003) digunakan untukmengetahui perbedaan antardesa tentang persepsi danadopsi terhadap pemupukan berimbang, penggunaanbahan organik, dan kesehatan tanah di lokasi IP padi300. Uji t (beda nyata):

Ý - •t = Σ D² - (ΣD)²/N (N – 1)

di mana:Ý = rata-rata skor kelompok/desa 1• = rata-rata skor kelompok/desa 2,D = selisih skor kelompok/desa 1 dan kelompok/desa 2,N = jumlah pasangan skor

Teori probabilitas (Hasan 2003) yang digunakanpada kajian ini adalah teori himpunan: operasi irisan(interseksi), di mana irisan dari himpunan A (desa 1)dan himpunan B (desa 2) = A ∩ B = (X: x ∈ A dan x ∈ B),

Page 3: Persepsi dan Adopsi Petani terhadap Teknologi Pemupukan ...pangan.litbang.pertanian.go.id/files/05-pp032010.pdf · Metode Pengkajian Kajian ini ... tentang pemetaan unsur hara tanah

PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN VOL. 29 NO. 3 2010

159

A dan B tidak saling lepas, peristiwa bersamaan, sepertiterlihat pada Gambar 1.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Eksisting IP Padi 300

Pola Tanam dan Hasil Padi

Desa kajian terletak di sekitar tepian aliran SungaiBengawan Solo dengan hari hujan dan curah hujanmasing-masing hanya 44 hari dan 860 mm pada tahun2003, 38 hari dan 750 mm pada tahun 2004, 74 hari dan1482 mm pada tahun 2005, serta 67 hari dan 1810 mmpada tahun 2006 (BPS dan Bappeda Blora 2007).Berdasarkan perhitungan neraca air, desa-desa kajiandi Kedungtuban dan Cepu, Blora bagian selatan, relatiflebih lembab, dengan rejim kelembaban ustik,mengalami defisit air 4-5 bulan, dengan jumlah defisitair 107-150 mm (Bachri et al. 2004). Hal ini didugaberpengaruh terhadap efektivitas pemupukan.

Kecamatan Cepu dan Kedungtuban memilikidaerah pertanian lahan sawah dan lahan kering cukupdominan, yaitu 61,4% dan 54,%, serta kawasan hutanjati dalam tahap reboisasi 9,7% dan 33,8%. Proporsisawah masing-masing 42,17% dan 43,75% di keduadaerah dengan sistem pengairan dominan setengahteknis dan pompa air. Lahan sawah pada desa kajianlebih dominan (Tabel 1) (Bappeda dan BPS Blora 2007dan validasi), sebagian memiliki pola IP padi 300 denganpengairan dari Sungai Bengawan Solo, dan sebagianmemiliki pola IP padi 200. Pawasan IP padi 200 memilikipola tanam padi–padi –jagung, atau padi–padi–kacangtanah/hijau, sehingga IP 300 tetap terjadi sepanjangtahun. Pelaksanaan IP padi 300 didukung olehinfrastruktur pengairan yang dibangun oleh programpeningkatan pendapatan petani melalui inovasi (P4MI),Badan Litbang Pertanian, tahun 2006 dan 2007.

Produktivitas padi per tahun pada IP padi 300 diGondel 18,7 t/ha, Panolan 20,6 t/ha, dan Klagen 21,8 t/ha(Kecamatan Kedungtuban); di Ngloram 16,6 t/ha, Jipang

18,8 t/ha, dan Getas 20,8 t/ha (Kecamatan Cepu). Adaperbedaan nyata (p < 0,05) hasil padi antara MT1 denganMT2, tetapi tidak berbeda nyata antara MT1 dengan MT3(Gambar 2).

Pemupukan N, P, K

Seluruh petani menerapkan pupuk urea dan SP36 padaMT 1, 2, dan 3 IP padi 300, selaras dengan penelitianIlham (2008) serta Bappeda Blora dan Agrosemar (2008),setelah ditambah pupuk Ponska (Gambar 2, 3, Tabel 2)nilainya melebihi batas rekomendasi.

Ada perbedaan sangat nyata (p < 0,01) penggunaanpupuk N, P, dan K di Gondel, Panolan, dan Ngloram, sertaberbeda nyata (p < 0,05) antara di Klagen, Jipang, danGetas dengan Permentan 40/2007 (Gambar 3), selarasdengan kajian Bappeda Blora dan Agrosemar (2008).

Adopsi

Pupuk Berimbang dan Bahan Organik

Adopsi komponen teknologi dasar sistem pemupukanberimbang (sesuai kebutuhan tanaman dan status hara

Gambar 1. Operasi irisan himpunan A dan B.

BA

Irisan/interseksi

BA

Irisan/interseksi

0

100

200

300

400

500

600

700

800

Gondel Panolan Klagen SK.Mentan Ngloram Jipang Getas

Desa

Rat

a-ra

ta (k

g/ha

)

UreaSP36PhonskaKCl

0

100

200

300

400

500

600

700

800

Gondel Panolan Klagen SK.Mentan Ngloram Jipang Getas

Desa

Rat

a-ra

ta (k

g/ha

)

UreaSP36PhonskaKCl

Gambar 3. Takaran pupuk anorganik (MT 1, 2, 3).

5,45,8

6,6

4,6

5,45,6

6,1

6,87,2

5,6

6,2

7,2

0 5 10 15 20 25

Gondel

Panolan

Klagen

Ngloram

Jipang

Getas

Des

a

Hasil (ton/ha)

MT1 MT2 MT3

7,28

86,4

7,28

5,45,8

6,6

4,6

5,45,6

6,1

6,87,2

5,6

6,2

7,2

0 5 10 15 20 25

Gondel

Panolan

Klagen

Ngloram

Jipang

Getas

Des

a

Hasil (ton/ha)

MT1 MT2 MT3

7,28

86,4

7,28

Gambar 2. Hasil padi pada MT 1, 2, 3 di desa kajian.

Page 4: Persepsi dan Adopsi Petani terhadap Teknologi Pemupukan ...pangan.litbang.pertanian.go.id/files/05-pp032010.pdf · Metode Pengkajian Kajian ini ... tentang pemetaan unsur hara tanah

WASITO ET AL.: PERSEPSI PETANI DAN ADOPSI TEKNOLOGI PEMUPUKAN BERIMBANG PADA PADI

160

tanah) dan pemberian bahan organik model PTT,rekomendasi Permentan 40/2007, Bappeda Blora danAgrosemar (2008) merupakan acuan kajian. Pe-ngurangan biaya subsidi pupuk oleh pemerintah tidakmenyebabkan petani mengurangi takaran pupuk,terutama urea, karena harganya relatif murah dan telahmembudaya.

Implikasinya, meningkatnya biaya produksi (pupuk800 kg/ha setara 11-13% dari total biaya produksi)cenderung menurunkan hasil padi pada musim tanamkedua (Gambar 2, 3, 4). Artinya, ketidakseimbanganpenggunaan pupuk anorganik diduga menjadipenyebab pengurasan hara tanah sehingga hasil padimenurun.

Dalam penggunaan pupuk urea, petani tidakberpedoman pada bagan warna daun (BWD, sesuairekomendasi IRRI, setiap 7 hari sekali), karena tidaktersedianya BWD di daerah setempat. Secara nonteknis,mereka sudah berpengalaman dalam pemberian pupukurea dengan melihat kehijauan daun padi, tanpa BWD.Pemberian pupuk P dan K tidak berdasarkan analisistanah. Penggunaan pupuk N, P, dan K, baik secaratunggal (urea, SP36, KCl) maupun majemuk (Ponska),masih berlebihan, tidak sesuai dengan prinsippemupukan berimbang (Tabel 2, 3, 4, Gambar 3). Hal initampaknya telah menjadi kebiasaan petani setempatyang sulit diubah, untuk mengubahnya diperlukan waktuyang cukup lama. Menurut Sairin (2002), nilai-nilai yangdianut secara kolektif menentukan pola pikir, pola tindak,dan memiliki kekuatan untuk memaksa anggotakelompok masyarakat dalam menerapkan perilakutersebut.

Populasi sapi (milik petani), sebagai penghasil pupukkandang, belum sesuai rekomendasi Permentan nomor40/2007 (2 t/ha/musim tanam). Hasil perhitunganpopulasi sapi (A = produksi ton) dan luas sawah (B =kebutuhan ton) (Bappeda dan BPS Blora 2007), rasio(A: B) kecukupan minimal untuk dua musim tanam di

Tabel 2. Kisaran penggunaan pupuk pada IP padi 300 (MT1, 2, 3) didesa kajian.

Kecamatan, Urea SP36 KCl/ZA Ponskadesa (kg/ha) (kg/ha) (kg/ha) (kg/ha)

Cepu 400 125 0 25Ngloram 350-475 100-175 80-120 100-175Jipang 325-400 100-150 0 100-175Getas 325-500 125-250 0 0PerMentan 40/07 300 75 50 0Kd.tuban, Cepu

Kedungtuban 350 50 0 200Gondel 475-1.000 275-1.000 0 125-300Panolan 425-750 275-500 0 250-400Klagen 350-475 100-175 0 100-150

Ngloram adalah 916: 1.228 (-); Jipang 605: 432 (+); Getas236: 488 (-); Gondel 551: 860 (-); Panolan 298: 512 (-);Klagen 334: 620 (-), belum lagi di lahan kering. Seekorsapi dewasa (250-275 kg) menghasilkan kotoran basah± 4% dari bobot hidup setiap hari (10-11 kg). Setelahmelalui proses pengolahan dihasilkan pupuk kandangsiap pakai dengan rendeman 45-50% (4,5-5 kg/ekor/hari).

Teknologi dekomposer untuk pupuk kandang danfermentasi jerami belum diadopsi karena sulitnyamencari dekomposer dan kalupun ada, harganya tidakterjangkau. Rekomendasi pemberian bahan organikmelalui pengembalian jerami (5 t/ha) ke sawah jugabelum diadopsi. Menurut petani, sistem manajemenkelompok belum memadai sehingga anggota belummenerapkan pemupukan berimbang dan bahan organiksecara optimal. Pemberian pupuk anorganik di atasrekomendasi dan pupuk kandang seadanya (Tabel 4)belum mampu meningkatkan harkat C organik dan Plahan sawah (Tabel 3). Menurut Karama et al. (1990)dan Setyorini (2005), sebagian besar (73%) lahanpertanian di Indonesia, baik lahan sawah maupun lahankering, memiliki kandungan bahan organik rendah (<

Tabel 1. Penggunaan lahan sawah (IP padi, produksi, pola tanam, olah tanah, pengairan).

Kec./ Sawah Lahan kering IP padi 300 IP Padi 200 Hasil Pola tanam Olah tanah Pengairan P4MIDesa (%) (%) (%)* (%)* (t/ha) IP padi 200 pengairan (2006-2007)

Cepu 42,2 19,2 1. Padi-padi-jagung Traktor Embung/pompaNgloram 56,2 26,4 39,3-16,9 16,9-39,3 4,6-6,4 2. padi-padi- 1/2 teknis sal. irigasi/pompaJipang 51,6 28,6 31,0-20,6 20,6-31,0 5,4-7,2 k. tanah/k. hijau + pompa Cekdam/pompaGetas 58,8 24,7 35,3-23,5 23,5-35,3 5,6-8,0

Kedungtuban 43,8 10,2 1. Padi-padi-jagung Traktor Sumur gali (80)Gondel 27,2 36,4 25,5-13,2 13,2-25,5 5,4-7,2 2. Padi-padi- 1/2 teknis Glontoran/pompaPanolan 48,9 25,6 29,3-19,6 19,6-29,3 5,8-8,0 k.tanah/k.hijau + pompa Glontoran/pompaKlagen 53,6 23,2 40,2-13,4 13,4-40,2 6,6-8,0

* : ** = penggunaan lahan sawah pada musim hujan – kemarau tidak normal,

Page 5: Persepsi dan Adopsi Petani terhadap Teknologi Pemupukan ...pangan.litbang.pertanian.go.id/files/05-pp032010.pdf · Metode Pengkajian Kajian ini ... tentang pemetaan unsur hara tanah

PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN VOL. 29 NO. 3 2010

161

2%). Iqbal mengatakan (2008), kualitas pupuk kandanglebih baik dibanding kompos jerami, karena nisbah C/N(kecepatan dekomposisi) lebih rendah, kadar hara N, P,dan K lebih tinggi. Di Amerika Serikat, kandungan bahanorganik dalam tanah menjadi salah satu kriteria penentukualitas tanah (Seybold et al. 1997, Six et al. 2002 dalamPirngadi 2008), tetapi tidak demikian halnya di Indonesia.

Tingkat adopsi pemupukan berimbang sesuai dosis,jenis, dan waktu tidak dianalisis secara mendalam,karena penggunaan pupuk urea, SP36, dan Ponska didesa kajian tidak sesuai dengan prinsip pemupukanberimbang (Tabel 2, 3, 4, Gambar 3). Teknologipemupukan umumnya diadopsi oleh petani kooperatormelalui program pemerintah, misalnya pada ProgramPeningkatan Produktivitas Padi Terpadu (P3T) danPengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) di Bengkulu(Hartono et al. 2006), Bali (Arsana 2006), Lombok Timur(Hipi et al. 2006), atau melalui program sekolah lapangPTT (SL-PTT) pada unit laboratorium lapang. Tingkatadopsi petani juga dipengaruhi oleh daya dukungagroekosistem, motivasi, sikap, tindakan konsisten,

ketersediaan modal, dan input produksi. Menurut kajianSembiring dan Wasito (2004) pada SIPT di SumateraUtara dan Kushartanti (2002) di Lampung pada jagungBisma (TJB), tingkat adopsi petani dari yang tertinggi keterendah dipengaruhi oleh: (1) daya dukungagroekosistem, (2) motivasi, sikap, tindakan konsisten,

0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800

G.8.t.ha

Gondel

P.8.t.ha

Panolan

K.8.t.ha

Klagen

Ng.8.t.ha

Ngloram

J.8.t.ha

Jipang

G.8.t.ha

Getas

Peta

ni, R

ekom

enda

si

Takaran pupuk (kg/ha)

Urea

SP36

Phonska

KCl/ZA

0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800

G.8.t.ha

Gondel

P.8.t.ha

Panolan

K.8.t.ha

Klagen

Ng.8.t.ha

Ngloram

J.8.t.ha

Jipang

G.8.t.ha

Getas

Peta

ni, R

ekom

enda

si

Takaran pupuk (kg/ha)

Urea

SP36

Phonska

KCl/ZA

Gambar 4. Pemupukan petani vs rekomendasi (8 t/ha).

Tabel 3. Analisis tanah dan pemupukan padi berdasarkan penggunaan pupuk majemuk.

Harkat tanah Bappeda Blora* Pemupukan acuan Abdulrachman et al.** (kali)Kecamatan/desa N P K C organik Ponska Urea SP36 KCl

KedungtubanGondel R R T SR 1 4,5-5 14-16 0Panolan R SR S SR 1,6 4-5 8-9 0Klagen S S S R 0,5 2-2,5 4-5 0

CepuNgloram R R S SR 0,4 2,5-3 2,5 7,5Jipang S S R R 0,7 2,5-3 6 0Getas S SR S SR 0 2,5-3 8 0

* = Bappeda Kab Blora dan CV. Agrosemar (2008); SR = sangat rendah, R = rendah, S = sedang, T = tinggi** = (Abdulrachman et.al. 2008) Sumber = data primer diolah

Tabel 4. Adopsi dosis pemupukan padi sesuai rekomendasi (rkd) di daerah kajian.

Urea (%) SP36 (%) KCl/ZA (%)# Bahan organik (%)Kecamatan

« rkd > rkd « rkd > rkd < rkd » rkd Jerami pukan lain

KedungtubanGondel 0 6 0 6 3 3 - ± -Panolan 0 6 0 6 2 4 - ± -Klagen 2 4 1 5 3 3 - ± -CepuNgloram 2 4 1 5 2 4 - ± -Jipang 3 3 1 5 4 2 - ± -Getas 1 5 0 6 4 2 - ± -

# = N, P, K dari pupuk phonska, rkd = rekomendasi = Pernentan 40/2007 - = tidak ± = seadanya;* : 0 = 0%, 1 = 0,5 < x « 20, 2 = 20 < x « 40, 3 = 40 < x « 60, 4 = 60 < x « 80, 5 = 80 < x « 90, 6 = 90 < x « 100,

Page 6: Persepsi dan Adopsi Petani terhadap Teknologi Pemupukan ...pangan.litbang.pertanian.go.id/files/05-pp032010.pdf · Metode Pengkajian Kajian ini ... tentang pemetaan unsur hara tanah

WASITO ET AL.: PERSEPSI PETANI DAN ADOPSI TEKNOLOGI PEMUPUKAN BERIMBANG PADA PADI

162

dan pengalaman berusahatani, (3) ketersediaan modal,(4) ketersediaan input produksi, dan (5) intensitasmengikuti pertemuan dan peran ketua kelompok tani.Faktor 1 secara tidak langsung menjadi titik tolakberperannya faktor 2, 3, 4, dan 5. Faktor 3 yang dapatdigunakan untuk mengembangkan faktor 1 adalahfaktor 2, 4, 5.

Persepsi dan Adopsi

Pemupukan Berimbang

Adopsi takaran pupuk anorganik dan pupuk kandangdi desa kajian tidak sesuai rekomendasi Permentan 40/2007, Bappeda Blora dan Agrosemar (2008) (Tabel 2, 3,4, Gambar 3), sesuai dengan persepsi mereka tentangpemupukan berimbang (Gambar 5, 6). Sebagian besarresponden tidak atau kurang memahami (1-2), sangatberbeda nyata (p < 0,01) dengan yang memahami atausangat memahami (3-4), telah menjadi kebiasaanbertindak petani dan tidak berbeda nyata (p < 0,05)antardesa. Berdasarkan teori himpunan (Hasan 2003),terjadi interseksi dan operasi irisan kecil antara persepsidan adopsi petani dengan rekomendasi, memilikikerangka acuan yang heterofili (Gambar 5). Bagi petani,takaran pemupukan tinggi dapat meningkatkan hasilpadi.

Sebagian besar responden tidak atau kurangmemahami (1-2), sangat berbeda nyata (p < 0,01)dibandingkan dengan yang memahami atau sangat

memahami (3-4) (Gambar 6) manfaat pemupukanberimbang, yaitu meningkatkan produksi dan mutuhasil, melestarikan kesuburan tanah (meningkatkanhara tanah dengan status rendah-sedang agar cadanganhara tanah tidak terkuras dalam jangka panjang),menghindari pencemaran lingkungan air dan tanahakibat penggunaan pupuk yang berlebihan (Zaini et al.2009).

Adopsi teknologi pemupukan yang tepat, baik jenis,takaran, maupun aplikasi, dapat meningkatkan efisiensipemupukan N, P, dan K 40-50% (Anonim 2000 dalamWahid 2003). Pemberian pupuk yang tepat padatanaman padi tidak hanya akan menurunkan biayapemupukan, tetapi takaran pupuk juga lebih rendah,hasil padi relatif sama, tanaman lebih sehat, mengurangihara yang terlarut dan menimbun dalam air, danmenekan unsur berbahaya yang terbawa dalammakanan. Pemberian pupuk N yang berlebihan dapatmerusak lingkungan karena emisi gas N2O(Partohardjono 1999).

Pemberian Bahan Organik

Ada perbedaan nyata (p < 0,05) antara petani yangmemahami atau sangat memahami (3-4) dengan yangtidak atau kurang memahami (1-2) tentang manfaatbahan organik (Gambar 7) melalui pengembalian jeramike sawah dalam bentuk kompos, atau pupuk kandangterdekomposisi. Mereka tidak mengadopsi bahanorganik sesuai rekomendasi, karena kurang atau tidaktersedia di lokasi, biaya adopsi lebih mahal, biaya tenagakerja mahal, aplikasi kurang praktis, dan terjadi interseksidan operasi irisan besar (homofili). Sebaliknya terjadiinterseksi dan operasi irisan kecil (heterofili) untukpemahaman dampak negatif ke tanaman, danmengganggu kesehatan petani.

Dalam hal manfaat pemberian bahan organik, petaniyang memahami atau sangat memahami (3-4) berbedanyata (p < 0,05) dengan yang tidak atau kurangmemahami (1-2) (Gambar 8). Manfaat utamanya adalahdapat memperbaiki struktur dan kesuburan tanah,

Gambar 5. Persepsi petani tentang pemupukan berimbang.

Gambar 6. Persepsi petani tentang manfaat pupuk berimbang. Gambar 7. Persepsi petani tidak diadopsinya bahan organik.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Tidak paham Kurang paham Paham Sangat paham

Persepsi

%

Terendah

TertinggiOperasi irisan

(interseksi)

Petani desakajian

HETEROFILI

PTT/ Permentan

40/2007

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Tidak paham Kurang paham Paham Sangat paham

Persepsi

%

Terendah

Tertinggi

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Tidak paham Kurang paham Paham Sangat paham

Persepsi

%

Terendah

TertinggiOperasi irisan

(interseksi)

Petani desakajian

HETEROFILI

PTT/ Permentan

40/2007

Operasi irisan(interseksi)

Petani desakajian

HETEROFILI

PTT/ Permentan

40/2007

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Tidak paham Kurang paham Paham

Persepsi

%

Terendah

Tertinggi

PTT/ Permentan

40/2007

Petani desakajian

Operasi irisan (interseksi)

HETEROFILI

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Tidak paham Kurang paham Paham

Persepsi

%

Terendah

Tertinggi

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Tidak paham Kurang paham Paham

Persepsi

%

Terendah

Tertinggi

PTT/ Permentan

40/2007

Petani desakajian

Operasi irisan (interseksi)

HETEROFILI

PTT/ Permentan

40/2007

Petani desakajian

Operasi irisan (interseksi)

HETEROFILI

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

4

Tidak/-tersedia

Adopsi mahal T.kerjamahal

Dampak - Krg.praktis Gg. Sehat

Persepsi

Skor

Terendah

Tertinggi

- lokasimahal, -praktis

Petani

Operasi irisan (interseksi)

HOMOFILI

HETEROFILI

tanaman, kesehatan

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

4

Tidak/-tersedia

Adopsi mahal T.kerjamahal

Dampak - Krg.praktis Gg. Sehat

Persepsi

Skor

Terendah

Tertinggi

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

4

Tidak/-tersedia

Adopsi mahal T.kerjamahal

Dampak - Krg.praktis Gg. Sehat

Persepsi

Skor

Terendah

Tertinggi

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

4

Tidak/-tersedia

Adopsi mahal T.kerjamahal

Dampak - Krg.praktis Gg. Sehat

Persepsi

Skor

Terendah

Tertinggi

- lokasimahal, -praktis

Petani

Operasi irisan (interseksi)

HOMOFILI

HETEROFILI

tanaman, kesehatan

- lokasimahal, -praktis

Petani

Operasi irisan (interseksi)

HOMOFILI

HETEROFILI

tanaman, kesehatan

Page 7: Persepsi dan Adopsi Petani terhadap Teknologi Pemupukan ...pangan.litbang.pertanian.go.id/files/05-pp032010.pdf · Metode Pengkajian Kajian ini ... tentang pemetaan unsur hara tanah

PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN VOL. 29 NO. 3 2010

163

menghemat penggunaan pupuk anorganik,meningkatkan hasil padi, dan terjadi interseksi danoperasi irisan besar (homofili). Manfaat lainnya, agarterjadi penghematan penggunaan air, terjadi interseksidan operasi irisan kecil (heterofili). Penggunaan bahanorganik dapat meningkatkan produktivitas tanah danefisiensi penggunaan pupuk anorganik. Pemberianbahan organik mampu meningkatkan hasil gabah secaranyata (Thamrin 2000), merupakan suatu tindakanperbaikan lingkungan tumbuh tanaman, danmeningkatkan efisiensi pemupukan (Adiningsih danRochayati 1998). Pemberian pupuk kandang dan pupukanorganik memberikan hasil 10-15% lebih tinggi daripemberian pupuk anorganik pada model PTT, atau 23-27% pada non-PTT. Pemberian pupuk kandang sapi (2-3 t/ha) meningkat ±15% (0,8-1,0 ton), menghemat urea40-70 kg/ha, dan SP36 35-50 kg/ha (Sembiring dan Wasito2004, Suretno et al. 2002). Pemberian kompos jeramipadi (KJP) dapat meningkatkan produksi padi dan

efisiensi penggunaan pupuk. Pemberian 2 t/ha, 1–2 t/ha, dan 3 t/ha jerami padi meningkatkan hasil padimasing-masing 765 kg/ha, 1-1,5 t/ha, dan dua kali lipat(Mala 1998).

Sifat Teknologi

Petani yang memahami atau sangat memahami (3-4)sangat berbeda nyata (p < 0,01) dibanding yang tidakatau kurang memahami (1-2) sifat-sifat teknologipemupukan berimbang dan pemberian bahan organik,terutama pada aspek tingkat kerumitan (kompleksitas),keuntungan relatif (unggulan), kesesuaian(kompatibilitas), dan terjadi interseksi dan operasi irisanbesar (homofili) (Gambar 8). Menurut petani, teknologipemupukan berimbang mudah diaplikasikan dengantingkat kesulitan rendah, keuntungan relatif yang tinggidibandingkan pemupukan tidak berimbang, danberwawasan lingkungan sehingga dapat mewujudkansistem usahatani berkelanjutan. Tingkat kemudahanyang dicobakan (trialibilitas) dan diamati (observabilitas)memberikan interseksi dan operasi irisan kecil(heterofili). Artinya, sebagaian besar petani tidak pernahmencoba terlebih dahulu sebelum mengadopsi, secarateknis agronomis sulit diamati. Persepsi petani terhadapsifat-sifat teknologi pemupukan berimbang tidak selarasdengan tingkat adopsi, karena pemahaman yang tinggipada tingkat kerumitan, keuntungan relatif, tingkatkesesuaian tidak diikuti oleh tingkat adopsi yang tinggi,dan terjadi disonansi inovasi. Persepsi petani terhadapsifat-sifat teknologi tersebut selaras dengan hasilpenelitian Rangkuti (2009).

Penerapan teknologi pemupukan berimbang tidakhanya mengubah teknologi yang telah ada tetapi jugaperilaku masyarakat yang bersangkutan. Dampakpenerapannya tidak berhenti pada sistem produksisecara netral karena membawa dan perangkat etikaekonomi, sosial, kebudayaan, dan sistem kongnitif yangterkait (Schumacher 1973). Masyarakat harus dapatmenentu-kan cara mengendalikan teknologi yanghendak di-gunakan, perlu kebebasan nilai untukmengembangkan kreativitas dalam mewujudkan IP padi300 secara berkelanjutan.

Kesehatan Tanah

Ada perbedaan sangat nyata (p < 0,01) petani yang tidakatau kurang memahami (1-2) dengan yang memahamiatau sangat memahami (3-4) perkiraan dampakpemupukan tidak berimbang terhadap kesehatan tanahsawah, serta terjadi interseksi dan operasi irisan kecil(heterofili) (Gambar 10). Menurut petani, semakin tinggitakaran penggunaan pupuk (urea, SP36, dan Ponska)maka petani dianggap memiliki strata sosial-ekonomi

Gambar 8. Persepsi petani terhadap manfaat adopsi bahan organik.

Gambar 9. Persepsi petani terhadap sifat inovasi (pupuk berimbang).

Gambar 10. Persepsi petani terhadap kesehatan tanah.

00,5

11,5

22,5

33,5

44,5

Pbaiki.stk.tanah Pbaikisubur.tanah

Hemat pupukanorganik

Tkan produksi Hemat air

Persepsi

Skor

TerendahTertinggi

Petani

Petani

Operasi irisan (interseksi)

HOMOFILI

HETEROFILI

Tanah baik, subur, hasil naik hemat

pupuk

Hematair0

0,51

1,52

2,53

3,54

4,5

Pbaiki.stk.tanah Pbaikisubur.tanah

Hemat pupukanorganik

Tkan produksi Hemat air

Persepsi

Skor

TerendahTertinggi

00,5

11,5

22,5

33,5

44,5

Pbaiki.stk.tanah Pbaikisubur.tanah

Hemat pupukanorganik

Tkan produksi Hemat air

Persepsi

Skor

TerendahTertinggi

00,5

11,5

22,5

33,5

44,5

Pbaiki.stk.tanah Pbaikisubur.tanah

Hemat pupukanorganik

Tkan produksi Hemat air

Persepsi

Skor

TerendahTertinggi

Petani

Petani

Operasi irisan (interseksi)

HOMOFILI

HETEROFILI

Tanah baik, subur, hasil naik hemat

pupuk

Hematair

Petani

Petani

Operasi irisan (interseksi)

HOMOFILI

HETEROFILI

Tanah baik, subur, hasil naik hemat

pupuk

Hematair

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

4

4,5

Trialibilitas Kompleksitas Untung relatif Kompabilitas Observabilitas

Persepsi

Skor

Terendah

Tertinggi

Petani

PetaniTrialibilitas, Observabi

litas

Operasi irisan (interseksi)

HETEROFILI

kompabilitas, kompleksitas, untung relatif

HOMOFILI

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

4

4,5

Trialibilitas Kompleksitas Untung relatif Kompabilitas Observabilitas

Persepsi

Skor

Terendah

Tertinggi

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

4

4,5

Trialibilitas Kompleksitas Untung relatif Kompabilitas Observabilitas

Persepsi

Skor

Terendah

Tertinggi

Petani

PetaniTrialibilitas, Observabi

litas

Operasi irisan (interseksi)

HETEROFILI

kompabilitas, kompleksitas, untung relatif

HOMOFILI

Petani

PetaniTrialibilitas, Observabi

litas

Operasi irisan (interseksi)

HETEROFILI

kompabilitas, kompleksitas, untung relatif

HOMOFILI

PTT/ Permentan

40/2007

Petani desakajian

Operasi irisan (interseksi)HETEROFILI0

10

20

30

40

50

60

70

80

Sangat tdk paham Tidak paham Kurang paham

Persepsi

%

Terendah

Tertinggi

PTT/ Permentan

40/2007

Petani desakajian

Operasi irisan (interseksi)HETEROFILI

PTT/ Permentan

40/2007

Petani desakajian

Operasi irisan (interseksi)HETEROFILI0

10

20

30

40

50

60

70

80

Sangat tdk paham Tidak paham Kurang paham

Persepsi

%

Terendah

Tertinggi

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Sangat tdk paham Tidak paham Kurang paham

Persepsi

%

Terendah

Tertinggi

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Sangat tdk paham Tidak paham Kurang paham

Persepsi

%

Terendah

Tertinggi

Page 8: Persepsi dan Adopsi Petani terhadap Teknologi Pemupukan ...pangan.litbang.pertanian.go.id/files/05-pp032010.pdf · Metode Pengkajian Kajian ini ... tentang pemetaan unsur hara tanah

WASITO ET AL.: PERSEPSI PETANI DAN ADOPSI TEKNOLOGI PEMUPUKAN BERIMBANG PADA PADI

164

tinggi. Pemberian pupuk urea, SP36, atau Ponska dengantakaran tinggi dan tidak diimbangi oleh pemberianbahan organik cenderung mengakibatkan tanahmenjadi “sakit” atau lelah (fatigue land), yang didugaberkaitan erat dengan penurunan produktivitas dankesehatan tanah. Menurut Makarim dan Suhartatik(2006), penurunan produktivitas tanah sawahintensifikasi disebabkan oleh kuantitas dan kualitasbahan organik tanah menurun, kelambanan penyediaanhara N, P, dan K ke dalam bentuk tersedia, terjadipenimbunan senyawa toksik bagi tanaman, danketersediaan hara di tanah menurun.

Persepsi berdasarkan pendekatan ekologiditentukan oleh pengalaman, yang dipengaruhi olehkebudayaan termasuk kebiasaan yang sulit diubah, danuntuk mengubahnya diperlukan waktu yang cukuplama. Persepsi yang benar terhadap suatu objekdiperlukan, sebab persepsi merupakan dasarpembentukan sikap dan perilaku (adopsi).

KESIMPULAN DAN SARAN

Adopsi takaran penggunaan urea, SP36, Ponska diGondel, Panolan, Ngloram sangat berbeda nyata (p <0,01), dan di Klagen, Jipang, dan Getas berbeda nyata (p< 0,05) dengan rekomendasi Permentan 40/2007,Bappeda Blora (2008), selaras persepsi petani. Persepsidan adopsi takaran penggunaan pupuk anorganik danbahan organik, serta manfaatnya tidak sesuai denganprinsip dan rekomendasi pemupukan berimbang.Persepsi petani pada taraf tidak – kurang memahami (1-2) sangat berbeda nyata (signifikan, p < 0,01) denganyang memahami – sangat memahami (3-4). Terjadiinterseksi dan operasi irisan himpunan yang kecil(heterofili) antara persepsi dan adopsi denganrekomendasi pemupukan berimbang, dan manfaatnya,tetapi hal ini telah menjadi kebiasaan bertindak(homofili) para petani.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih kepada P4MI Badan Penelitian danPengembangan Pertanian, yang telah memberikankesempatan kepada saya untuk melakukan kajianOutreach Program (OR) pada P4MI tahun 2007 dan 2008,dan membantu kajian dampak awal P4MI pada tahun2009, sehingga menghasilkan artikel ini.

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrachman, S., E. Suhartatik, A. Kasno, dan D. Setyorini. 2008.Pemupukan padi sawah spesifik lokasi (Modul). KerjasamaBadan Litbangtan dan IRRI. Jakarta. p. 36.

Adiningsih, S.J. dan Rochayati. 1988. Peranan bahan organik dalammeningkatkan efisiensi pupuk dan produktivitas tanah.Prosiding Lokakarya Nasional Efisiensi Pupuk. Bogor. p. 161-181.

Anonim. 2007. Peraturan Menteri Pertanian nomor 27 tahun 2007,penetapan rekomendasi pemupukan N, P, dan K pada padisawah spesifik lokasi. Jakarta.

Arsana, IGK, D. 2006. Pengkajian pengelolaan tanaman terpadupadi sawah di Subak Rijase, Tabanan, Bali. Dalam: Suprihatnoet al. (Eds.). Inovasi Teknologi Padi Menuju SwasembadaBeras Berkelanjutan. Buku 2. Pusat Penelitian danPengembangan Tanaman Pangan. p. 489-498.

Bappeda Kabupaten Blora dan Agrosemar Surakarta. 2008.Penelitian pemetaan unsur hara tanah untuk rekomendasipemupukan tanaman padi sawah di Kabupaten Blora.Bappeda Kab. Blora dan CV. Agrosemar Surakarta. p.116.

BPS (Badan Pusat Statistik) dan Bappeda Kabupaten Blora. 2007.Blora dalam angka 2006. Kerjasama BPS – Bappeda Kab.Blora. p. 138.

BPS (Badan Pusat Statistik) dan Bappeda Kabupaten Blora. 2007.Kecamatan Cepu dan Kedungtuban dalam angka 2006.Kerjasama BPS – Bappeda Kab. Blora. p. 69.

Bungin, Burhan. 2003. Analisis data penelitian kualitatif,pemahaman filosofis dan metodologis ke arah penguasaanmodel aplikasi. PT. Raja Grafindo Persada. p. 148.

Denzin, Norman K. Dan Y.S. Lincoln. 1994. Introduction, enteringthe field of qualitative research in Denzin, Norman K. danY.S. Lincoln (ed.) 1994. Handbook of Qualitative Research.SAGE Publication.

Devito, A. J. 1995. The interpersonal communication. Book HarperCollin Collage Publishers. New York.

Hartono, R., Hamdan, dan Johny. 2006. Implementasi programpeningkatan produktivitas padi terpadu di Bengkulu. dalamSuprihatno et.al. Inovasi Teknologi Padi Menuju SwasembadaBeras Berkelanjutan. Buku 2. Pusat Penelitian danPengembangan Tanaman Pangan. p. 449-459.

Hasan, M.I. 2003. Pokok-pokok materi statistik 2 (statistikinferensia), ed 2. Bumi Aksara, Jakarta. p. 1-35.

Hipi, A., L. Wirajaswadi, Mashur, dan H.M. Toha. 2006. Usahatanipadi sawah dengan pendekatan pengelolaan tanaman terpadudi Lombok Timur. dalam Suprihatno et.al. Inovasi TeknologiPadi Menuju Swasembada Beras Berkelanjutan. Buku 2. PusatPenelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. p. 511-519.

Ilham, Nyak. 2008. Profil teknologi pada usahatani padi danimplikasinya terhadap peran pemerintah. Analisis KebijakanPertanian 6 (4), Desember 2008. Pusat Analisis SosialEkonomi dan Kebijakan Pertanian, Bogor. p. 335-351.

Iqbal, A. 2008. Potensi kompos dan pupuk kandang untuk produksipadi organik di tanah inceptisol. Jurnal Akta Agrosia Fak.Pertanian UNSOED 11 (1): 13-18.

Karama, A.S., A.R. Marzuki, dan I. Manwan. 1990. Penggunaanpupuk organik pada tanaman pangan. Prosiding LokakaryaNasional Efisiensi Penggunaan Pupuk V. Puslit Tanah danAgroklimat. Balitbang. p. 397-423.

Page 9: Persepsi dan Adopsi Petani terhadap Teknologi Pemupukan ...pangan.litbang.pertanian.go.id/files/05-pp032010.pdf · Metode Pengkajian Kajian ini ... tentang pemetaan unsur hara tanah

PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN VOL. 29 NO. 3 2010

165

Kushartanti, E. 2002. Analisis jalur faktor-faktor yang mempengaruhitingkat adopsi teknologi jagung Bisma (TJB). ProsidingSeminar Nasional Inovasi Teknologi Palawija (Buku 2).Puslitbang Sosek Pertanian, Bogor. p. 470-479.

Makarim, A.K. dan E. Suhartatik. 2006. Budidaya padi denganmasukan in situ menuju perpadian masa depan. IptekTanaman Pangan nomor 1, 2006. p. 19-29.

Mala, Yanti. 1998. Peningkatan produksi sawah bukaan baru denganpenggunaan kompos jerami padi. Pros. Seminar PeningkatanProduksi Padi Nasional, B. Lam-pung 9-10 Desember 1998.HIGI – PERAGI – Univ. Lampung. p. 401-405.

Mardikanto, Totok. 1996. Penyuluhan pembangunan kehutanan.Sebelas Maret University Press. Surakarta.

Partohardjono, S. 1999. Upaya peningkatan efisiensi penggunaanpupuk nitrogen untuk menekan emisi gas N2O dari lahansawah. dalam S. Partohardjono, J. Soejitno, dan Hermanto(ed). Menuju Sistem Produksi Padi Berwawasan Lingkungan.Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan,Bogor. p. 1-11.

Rakhmat, J. 1999. Psikologi komunikasi. Remaja Rosdakarya.Bandung: p. 51.

Rangkuti, Parlaungan A. 2009. Analisis peran jaringan komunikasipetani dalam adopsi inovasi traktor tangan di KabupatenCianjur, Jawa Barat. Jurnal Agro Ekonomi (27) 1: p. 45-60.

Rogers, E.M. dan F.F. Shoemaker. 1971. Communication ofinnovation. New York.

Rogers, E.M. 1983. Diffusion of innovation. New York Free Press.

Sairin, S. 2002. Perubahan sosial masyarakat Indonesia: Perspektifantropologi. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Samovar, L.A. dan R. Pester. 1981. Understanding interculturalcommunication, Wods worth Publishing Company. Callifornia.

Schumacher, E.F.1973. Small is beautiful. New York: Harper andRow.

Sembiring, Hasil dan Wasito. 2004. Peluang sistem integrasi paditernak dalam pemberdayaan kelompok tani untukpeningkatan kualitas lahan dan pendapatan petani diSumatera Utara. Prosiding Seminar Nasional Sistem IntegrasiTanaman – Ternak, Denpasar 20-22 Juli 2004. KerjasamaPuslitbang Peternakan – BPTP Bali - CASREN, Bogor.p. 104-115.

Setyorini, D. 2005. Pupuk organik tingkatkan produksi pertanian.Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 27 (6) p. 13-15.

Steel, Robert G.D. dan James H. Torrie. 1991. Prinsip dan prosedurstatistika, suatu pendekatan biometrik, terjemahan Sumantri,Bambang dari Principles and Procedures of Statistics. 1980.PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. p. 748.

Suretno, N.D., T. Kusnanto dan B. Sudaryanto. 2002. Pemanfatankotoran ternak sebagai pupuk pada lahan sawah irigasi diLampung Tengah. Prosiding Seminar Nasional TeknologiPeternakan dan Veteriner, Bogor 30 September-1 Oktober2002. Puslitbang Peternakan. p. 75-78.

Thamrin. 2000. Perbaikan beberapa sifat fisik dan typickanhapludults dengan pemberian bahan organik padatanaman padi sawah. Makalah Seminar Skripsi, FapertaUniversitas Pajajaran, Bandung. Tidak dipublikasikan.

Wahid, A.S. 2003. Peningkatan efisiensi pupuk nitrogen pada padisawah dengan metode bagan warna daun. Jurnal LitbangPertanian 22 (4), Pustaka Bogor. p. 156-161.

Zaini, Z., S. Abdurrahman, N. Widiarta, P. Wardana, D. Setyorini, S.Kartaatmadja, dan M. Yamin. 2009. Pedoman umum PTTpadi sawah. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian,Jakarta. p. 20.

Zanden, J.W.V. 1984. Social psychology. Third ed. Random HouseInc. Ohio State Univ.