Petunjuk Praktikum Mikrobiologi&Parasitologi

32
PENUNTUN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI & PARASITOLOGI Disusun Oleh: Dr. Utami Sri Hastuti, M.Pd. Dr. Endang Suarsini, M.S. Sofia Ery Rahayu, S.Pd, M.Si. Dr. Abdul Ghofur, M.Si. UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN BIOLOGI Januari 2007

Transcript of Petunjuk Praktikum Mikrobiologi&Parasitologi

Page 1: Petunjuk Praktikum Mikrobiologi&Parasitologi

PENUNTUN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI & PARASITOLOGI

Disusun Oleh:

Dr. Utami Sri Hastuti, M.Pd. Dr. Endang Suarsini, M.S.

Sofia Ery Rahayu, S.Pd, M.Si. Dr. Abdul Ghofur, M.Si.

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN BIOLOGI Januari 2007

Page 2: Petunjuk Praktikum Mikrobiologi&Parasitologi

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT., karena berkat rahmat-

Nyalah maka Buku Penuntun Praktikum Mikrobiologi & Parasitologi ini dapat tersusun.

Buku Penuntun Praktikum ini disusun dengan tujuan untuk membantu para mahasiswa

dalam melaksanakan praktikum Mikrobiologi.

Sebelum melaksanakan kegiatan praktikum ini hendaknya para mahasiswa

membaca lebih dahulu buku petunjuk ini, terutama pada langkah-langkah kerja,

sehingga pada saat praktikum tidak mengalami kesulitan.

Semoga Buku Penuntun Praktikum Mikrobiologi & Parasitologi ini dapat

berguna bagi para pemakainya.

Malang, Januari 2007

Penyusun

Page 3: Petunjuk Praktikum Mikrobiologi&Parasitologi

iii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR……………………………………………………….. i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………. ii

Kegiatan I : Pengamatan Morfologi koloni mikroba…………………. 1

Kegiatan II : Pewarnaan Bakteri Secara Gram………………………... 6

Kegiatan III : Pewarnaan Kapsula Bakteri……………………………... 10

Kegiatan IV : Protozologi ....................................……………………... 13

Kegiatan V : Pengamatan Telur Cacing..……………………………... 19

KEPUSTAKAAN……………………………………………………………. 22

Lampiran ………………………………………………………...... 23

Page 4: Petunjuk Praktikum Mikrobiologi&Parasitologi

1

Kegiatan I

PENGAMATAN MORFOLOGI KOLONI MIKROBA

A. Pendahuluan : Mikroba dapat diperoleh hampir setiap tempat, misalnya : di

udara, di antara helaian rambut, di sela-sela gigi, dari tanah

dan sebagainya. Untuk mempelajari morfologi koloni

mikroba, kita perlu menangkap dan menumbuhkan pada

medium lempeng terlebih dahulu. Pada umumnya mikroba

yang tertangkap pada medium lempeng ini akan tumbuh

setelah + 2 x 24 jam.

B. Tujuan : Untuk mempelajari morfologi koloni bakteri.

C. Alat : 1. Inkubator

2. Loupe

D. Bahan : 2 buah medium lempeng NA

E. Cara kerja

1. Bawalah dua pasang cawan petri berisi medium lempeng ke tempat yang

banyak dilalui orang, lalu bukalah tutup cawan petri itu selama 15 menit.

Kemudian tutuplah kembali. Lakukan pada kedua medium lempeng.

2. Simpanlah medium tersebut sebuah pada suhu kamar, dan yang lain pada

suhu 370C.

3. Setelah biakan berumur 1 x 24 jam atau 2 x 24 jam, lakukan pengamatan

terhadap koloni mikroba yang tumbuh pada medium lempeng tersebut.

4. Hitunglah jumlah koloni bakteri dan koloni jamur yang tumbuh. Koloni

bakteri ditandai dengan bentuk seperti lendir, tetesan mentega, tetesan

sari buah. Koloni jamur ditandai dengan adanya miselium yang

berbentuk seperti bulu halus.

5. Lakukan pengamatan macam koloni bakteri yang tumbuh.

Page 5: Petunjuk Praktikum Mikrobiologi&Parasitologi

2

6. Lakukan pengamatan morfologi koloni dua macam koloni bakteri, yang

meliputi :

a. Warna koloni

b. Bentuk koloni

c. Tepi koloni

d. Elevasi (kenaikan permukaan koloni)

e. Kepekaan koloni

f. Mengkilat atau suram

g. Diameter koloni

Lakukan hal ini pada masing-masing koloni bakteri dan susunlah hasil

pengamatan ini dalam bentuk tabel.

Penentuan ciri-ciri (morfologi koloni bakteri mengacu pada gambar 2)

Untuk koloni jamur, lakukan pengamatan terhadap :

a. Warna koloni

b. Sifat koloni

c. Ciri-ciri yang dapat diamati

d. Ada atau tidak adanya sekat pada hifa

e. Alat perkembangbiakan

Hasil pengamatan ditulis dalam lembar kerja.

F. Bahan Diskusi

Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi jumlah dan jumlah macam bakteri

serta

jamur pada suatu tempat? Jelaskan.

Page 6: Petunjuk Praktikum Mikrobiologi&Parasitologi

3

Gambar 1 ciri-ciri koloni bakteri : (dikutip dari : ”Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek”, oleh : Ratna Siri Hadioetomo, 1985)

Page 7: Petunjuk Praktikum Mikrobiologi&Parasitologi

4

LEMBAR KERJA PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI Kelas :

Kelompok :

Pengamatan Bakteri

Ciri Koloni no. 1 Koloni no. 2

Morfologi Koloni

a. Warna koloni

b. Bentuk koloni

c. Tepi koloni

d. Elevasi koloni

e. Mengkilat/suram

f. Diameter koloni

g. Kepekatan koloni

h. Jumlah koloni

…………………………..

…………………………..

…………………………..

…………………………..

…………………………..

…………………………..

…………………………..

…………………………..

……………………………

……………………………

……………………………

……………………………

……………………………

……………………………

……………………………

……………………………

Ciri lainnya

…………………………...

……………………………

Asal bakteri

…………………………..

……………………………

Page 8: Petunjuk Praktikum Mikrobiologi&Parasitologi

5

LEMBAR KERJA PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI Kelas :

Kelompok :

Pengamatan Jamur

Ciri Koloni no. 1 Koloni no. 2

1. Morfologi Koloni

a. Warna koloni

b. Miselium :

panjang/pendek

c. Jumlah koloni

…………………………..

…………………………..

…………………………..

…………………………..

……………………………

……………………………

……………………………

……………………………

2. Morfologi Sel

a. Miselium : ada / tidak

b. Sekat hifa : ada / tidak

c. Spora : ada / tidak

d. Bentuk spora

…………………………...

…………………………...

…………………………...

…………………………..

……………………………

……………………………

……………………………

……………………………

3. Ciri lainnya

…………………………..

……………………………

4. Asal jamur

……………………………

……………………………

5. Gambar mikroskopik :

Jamur pada koloni no. 1 :

Jamur pada koloni no. 2 :

Page 9: Petunjuk Praktikum Mikrobiologi&Parasitologi

6

Kegiatan II

PEWARNAAN BAKTERI SECARA GRAM

A. Pendahuluan :

Pewarnaan secara Gram merupakan salah satu prosedur yang penting dan paling

banyak digunakan dalam klasifikasi bakteri. Dengan metode ini, bakteri dapat

dibedakan menjadi dua kelompok besar, yaitu :

1. Bakteri gram positif, yang berwarna ungu pada akhir pewarnaan, dan

2. Bakteri gram negatif, yang berwarna merah pada akhir pewarnaan.

Karena kemampuannya membedakan suatu kelompok bakteri tertentu dari

kelompok lainnya, maka pewarnaan ini juga disebut pewarnaan diferensial.

B. Tujuan : 1. Memperoleh ketrampilan pewarnaan bakteri secara gram.

2. Dapat menentukan sifat bakteri gram dari bakteri yang

diperiksa.

3. Dapat menentukan bentuk sel bakteri.

C. Alat : 1. Mikroskop 5. Pipet

2. Kaca benda 6. Pinset

1. Mangkuk pewarna 7. Lampu spiritus

2. Kawat penyangga 8. Botol penyemprot

D. Bahan : 1. Aquades steril

2. Piaraan murni bakteri umur 1 x 24 jam

3. Larutan Ammonium Oksalat Kristal Violet

4. Kertas penghisap

5. Korek api

6. Alkohol 95 %

7. Lisol

8. Sabun cuci

9. Larutan Safranin

10. Larutan Iodium

Page 10: Petunjuk Praktikum Mikrobiologi&Parasitologi

7

E. Cara Kerja :

1. Sediakan kaca benda yang bersih, lalu lewatkan di atas api lampu spiritus.

2. Teteskan setetes aquades steril di atas kaca benda tersebut.

3. Secara aseptik ambilah inokulum bakteri yang akan diperiksa, lalu letakkan di

atas tetesan aquades itu. Kemudian ratakan perlahan-lahan.

4. Lakukan fiksasi dengan cara melewatkan sediaan tersebut di atas nyala api

lampu spiritus dengan cepat.

5. Letakkan sediaan di atas kawat penyangga yang berada di atas mangkuk

pewarna. Lalu teteskan larutan Ammonium Oksalat Kristal Violet di atas

sediaan tersebut. Tunggulah selama 1 menit.

6. Buanglah kelebihan zat warna tersebut ke dalam mangkuk dan bilaslah

sediaan dengan air kran.

7. Teteskan larutan Iodium di atas sediaan itu lalu tunggulah selama 2 menit.

8. Buangkah kelebihan larutan Iodium ke dalam mangkuk lalu bilaslah dengan

air kran.

9. Teteskan alkohol 95 % di atas sediaan, lalu biarkan 1 menit.

10. Buanglah sisa alkohol itu ke dalam mangkuk dan bilaslah sediaan dengan air

kran.

11. Teteskan larutan safranin di atas sediaan , lalu biarkan selama 30 detik.

12. Buanglah kelebihan larutan safranin itu ke dalam mangkuk, lalu bilaslah

dengan air kran.

13. Keringkan sediaan itu secara hati-hati dengan kertas penghisap, lalu

periksalah di bawah mikroskop.

Jika teknik pewarnaan saudara berhasil dengan baik, maka sel-sel bakteri

yang bersifat gram positif akan berwarna ungu, sedangkan sel-sel bakteri

yang bersifat gram negatif akan berwarna merah muda atau merah.

14. Tentukan sifat gram dari sel-sel bakteri yang berasal dari masing-masing

koloni yang diperiksa.

15. Amatilah dan tentukan bentuk sel bakteri dari masing-masing koloni

16. Hasil pengamatan ditulis dalam lembar kerja.

Page 11: Petunjuk Praktikum Mikrobiologi&Parasitologi

8

F. Bahan Diskusi :

Mengapa terjadi perbedaan reaksi dan hasil pewarnaan antara gram positif dan

gram negatif ? Jelaskan proses kimiawi yang terjadi dalam proses pewarnaan

gram !

Gambar 2. Langkah-langkah Pewarnaan Bakteri Secara Gram

Page 12: Petunjuk Praktikum Mikrobiologi&Parasitologi

9

(dikutip dari “Mikrobiologi dasar dalam Praktek”, oleh : Ratna Siri Hadioetomo,1985) LEMBAR KERJA PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

Kelas :

Kelompok :

Pewarnaan Bakteri Secara Gram

No. Koloni Warna Sel Bentuk Sel

1

2

3

4

Page 13: Petunjuk Praktikum Mikrobiologi&Parasitologi

10

Kegiatan III

PEWARNAAN KAPSULA BAKTERI

A. Pendahuluan : Kebanyakan bakteri mengeluarkan lendir pada permukaan

selnya, melapisi dinding sel. Jika lapisan lendir ini cukup tebal

dan kompak, maka disebut kapsula. Pada beberapa jenis

bakteri, adanya kapsula ini menunjukkan sifat virulen. Kapsula

bakteri tidak berwarna, sehingga perlu dilakukan pewarnaan

khusus agar dapat diamati di bawah mikroskop cahaya dengan

jelas.

B. Tujuan : Untuk mengetahui adanya atau tidak adanya kapsula bakteri.

C. Alat : 1. Mikroskop 5. Kawat penyangga

2. Kaca benda 6. Jarum inokulasi berkolong

3. Lampu spiritus 7. Pinset

4. Mangkuk pewarna 8. Korek api

D. Bahan : 1. Biakan campuran atau biakan murni bakteri

2. Tinta cina merk “Pelikan”

3. Aquades steril

4. Larutan Kristal Violet 0,5 %

5. Larutan CuSO4 , 5H2O 20 %

6. Kertas penghisap

7. Alkohol 8. Lisol

9. Sabun cuci 10. Lap

E. Cara Kerja :

Cara I : Pewarnaan langsung / positif

1. Sediakan kaca benda bersih, lalu lewatkan di atas nyala api lampu spiritus.

2. Teteskan satu ose aquades steril di atas kaca benda itu.

3. Secara aseptik inokulasikan bakteri yang akan diperiksa di atas tetesan

aquades itu, lalu ratakan perlahan-lahan.

Page 14: Petunjuk Praktikum Mikrobiologi&Parasitologi

11

4. Lakukan fiksasi dengan cara melewatkan sediaan tersebut di atas nyala api

spiritus dengan cepat.

5. Teteskan larutan kristal Violet di atas sediaan ini. ( hendaknya kaca benda

sediaan saudara letakkan di atas kawat penyangga yang telah diletakkan di

atas mangkuk pewarna). Kemudian tunggulah selama 1 menit.

6. Jepitlah kaca benda sediaan itu dengan pinsat (kedudukan tetap di atas

mangkuk pewarna), lalu bilaslah sediaan ini dengan larutan Cu S04.5H2O.

7. Keringkan sediaan dengan menggunakan kertas penghisap dengan hati-hati

agar tidak merusak sediaan.

8. Amatilah sediaan di atas di bawah mikroskop. Sel bakteri akan berwarna biru

tua atau ungu. Apabila di sekeliling sel terdapat bayangan berwarna biru

muda, berarti sel bakteri ini mempunyai kapsula. Catatlah data pengamatan

saudara pada lembar kerja.

Cara II : Pewarnaan tidak langsung / negatif

1. Sediakan kaca benda yang bersih, lalu lewatkan di atas nyala api lampu

spiritus.

2. Siapkan biakan campuran atau biakan murni bakteri, lalu tentukan koloni

bakteri yang akan diperiksa kapsulanya.

3. Teteskan satu ose aquades steril di atas kaca benda.

4. Secara aseptik ambillah inokulum bakteri yang akan diperiksa, lalu ratakan

perlahan-lahan di atas tetesan aquades itu. Biarkan sampai sediaan ini

mongering tanpa difiksasi.

5. Teteskan setetes tinta cina merk “Pelikan” di atas sediaan tersebut, lalu

ratakan perlahan-lahan.

6. Biarkan sediaan ini mengering, lalu amatilah di bawah mikroskop (tanpa kaca

penutup). Sel-sel bakteri nampak jernih tidak berwarna, sedangkan kapsula

nampak serupa bayangan disekeliling sel berwarna kecoklatan. Catatlah data

pengamatan saudara pada lembar kerja.

F. Bahan Diskusi

1. Apakah fungsi kapsula bagi bakteri ?

2. Adakah hubungan antara kapsula dan virulensi bakteri? Jelaskan.

Page 15: Petunjuk Praktikum Mikrobiologi&Parasitologi

12

LEMBAR KERJA PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

Kelas :

Kelompok :

Pewarnaan Kapsula Bakteri

No. Koloni Jenis Pewarnaan Warna Sel Vegetatif

Warna Kapsula

Langsung 1

Tak langsung

Langsung 2

Tak langsung

Langsung 3

Tak langsung

Langsung 4

Tak langsung

Page 16: Petunjuk Praktikum Mikrobiologi&Parasitologi

13

Kegiatan IV

PROTOZOOLOGI

A. Tujuan Khusus Pembelajaran

Setelah melakukan pengamatan, diskusi, dan studi pustaka diharapkan mahasiswa

dapat melakukan:

1. Identifikasi terhadap anggota-anggota protozoa parasit berdasar alat geraknya.

2. Mendeskripsi stadium vegetatif dan kista dari tiap jenis protozoa parasit berdasar

ciri morfologi dan anatominya.

3. Menjelaskan hubungan antara struktur suatu organ yang di temukan pada tiap jenis

parasit dengan cara hidupnya.

4. Mengelompokkan protozoa parasit berdasar organ tubuh yang diinfeksi.

5. Menyebutkan hospes definitif clan perantara dari tiap jenis protozoa parasit.

B. Teori Dasar

Protozoa merupakan hewan bersel satu yang memiliki ukuran tubuh dalam

satuan mikron. Sebagian besar anggotanya hidup di alam bebas, tetapi beberapa jenis

hidup sebagai parasit pada tubuh manusia atau hewan. Meskipun ukuran tubuhnya

hanya dalam beberapa mikron, namun tiap sel protozoa merupakan kesatuan lengkap

yang sanggup melakukan fungsi kehidupan yang pada organisme multiselular

dilakukan oleh sel-sel khusus.

Dalam hal kehidupannya sebagai hewan parasit, hampir semua anggota

protozoa hidup di dalam tubuh hospes (endoparasit) sebagai komensal atau patogen.

Pada komensal biasanya hospes hanya mengalami gangguan ringan, sementara yang

patogen dapat berakibat gangguan berat hingga kematian.

Fungsi hidup protozoa dilakukan oleh protoplasma, suatu zat yang bergranula

kasar atau halus, yang terdiri dari nukleoplasma dan sitoplasma. Sitoplasma terdiri

dari bagian luar yang tipis disebut ektoplasma, dan bagian dalam yang lebih besar

disebut endoplasma. Ektoplasma berhubungan dengan fungsi pergerakan,

pengambilan makanan, ekskresi, respirasi, dan melindungi diri. Sementara

endoplasma yang bergranula mengurus makanan dan reproduksi.

Pengamatan secara mikroskopik terhadap ektoplasma menampakkan adanya

bermacam-macam alat gerak, seperti: pseudopodium, silium, flagelum, atau

Page 17: Petunjuk Praktikum Mikrobiologi&Parasitologi

14

membran bergelombang. Makanan masuk ke dalam sitoplasma melalui setiap tempat

dalam sitoplasma atau melalui satu tempat khusus (peristoma). Endoplasma berisi

vakuola makanan, makanan cadangan, benda asing, vakuo1a kontraktil, dan benda

kromatoid. Pacta Mastigophora kemungkinan dijumpai adanya kinetoplast yang

terdiri atas benda parabasal dan blefaroplas.

Struktur inti, terutama susunan kromatin dan kariosom dapat dipergunakan

sebagai indikator untuk membedakan spesies. Susunan kromatin dapat mengumpul

atau menyebar, berbentuk butir tunggal atau batang, letaknya tersebar atau perifer.

Kariosom yang berperan dalam premitosis tampak berwarna gelap, letaknya

eksentris atau konsentris, bentuknya tetap atau tidak tetap, dan ukurannya kecil atau

besar.

Dalam lingkaran hidupnya ada yang memiliki stadium vegetatif dan kista,

atau hanya vegetatif saja. Perbedaan antara kedua stadium tampak jelas dalam hal:

ukuran, bentuk, organel-organel sel dan benda-benda lain dalam endoplasma.

C. Langkah Kerja

1. Persiapan Bahan Amatan

Bahan amatan yang diperlukan untuk kegiatan praktikum dapatt berupa

spesimen awetan berupa preparat jadi dan spesimen segar yang berasal

dari: tinja, darah, dan sekret " suatu organ". Spesimen yang berupa

preparat jadi langsung darat diamati menggunakan mikroskop dengan

perbesaran kuat (450x atau 1000x), sedang spesimen segar yang diperoleh

perlu diproses terlebih dahulu sebelum diamati.

Diantara spesimen segar yang paling mungkin dikerjakan di laboratorium

kita adalah yang berasal dari tinja manusia, dan yang berasal dart saluran

pencernaan kecoak. Pemeriksaan nya dilakukan dengan :

a) Cara makroskopik. Yang menjadi sasaran perhatian adalah: warna tinja (kuning,

putih, hijau atau hitam), bau tinja (amis seperti bau ikan atau bau busuk), adanya

campuran (lendir, darah, potongan jaringan, sisa makanan yang belum dicernakan

atau bahan sisa pengobatan seperti minyak, atau zat-zat lain), dan konsistensi tinja

(padat, lembek atau cair).

Page 18: Petunjuk Praktikum Mikrobiologi&Parasitologi

15

b) Cara mikroskopik. Pemeriksaan tinja secara kikroskopik ini dibedakan atas: cara

langsung dengan menggunakan kaca penutup, dan tanpa kaca penutup (sediaan

apus).

(1) Cara langsung dengan kaca penutup.

» Alat clan bahan yang diperlukan: lidi (+5cm), kaca benda, kaca penutup, air, air

garam faal 0,85%, larutan eosin 2% dalam akuadestilata, larutan lugol 1% (1%

larutan jenuh kalium iodida dengan kristal iodium dalam akuadestilata), dan tinja

yang akan diperiksa.

» Cara pembuatan sediaan. Letakkan setetes larutan MIF (pulasan) di atas kaca

benda, dan ambil sedikit tinja (1-2 mm3) dengan lidi. Hancurkan tinja dengan cara

mengaduk dengan lidi di atas kaca benda sehingga menjadi suspensi homogen.

Bila terdapat bahan yang kasar seperti sisa makanan, pasir, dll, harus dikeluarkan

dengan lidi. Suspensi tinja kemudian ditutup dengan kaca penutup, dan diperiksa

dengan mikroskop (pakai pembesaran lemah: lensa obyektif lOx) dan kondensor

diturunkan atau diafragma dikecilkan.

» Larutan lugol: Akuadestilata 100 ml

Kalium iodida 10 gram

Kristal iodium 5 gram

» Garam iodium: Larutan lugol 1 bagian

Akudestilata 14 bagian

» MIF (pulasan): Larutan lugal 0,10 ml

Larutan formalin 0,125 ml

Tingtur merthiolat 0,775 ml

(2) Cara langsung tanpa kaca penutup_

» Alat dan bahan yang diperlukan: lidi, kaca benda, air, dan tinja yang akan

diperiksa.

» Cara pembuatan sediaan. Letakkan setetes air di atas kaca benda, dan ambil sedikit

tinja (2-4 mm3) dengan lidi. Hancurkan tinja dalam air di atas kaca benda sampai

Page 19: Petunjuk Praktikum Mikrobiologi&Parasitologi

16

menjadi suspensi. Sebarkan suspensi tinja di atas kaca benda hingga rata, dengan

lapisan yang tipis tetapi tetap basah. Selanjutnya periksa di bawah mikroskop

dengan pembesaran lemah (obyektif lOx).

Cara mikroskopik lain untuk mengamati protozoa parasit pada hewan (kecoak).

» Alat dan bahan yang diperlukan: alas bedah, gunting bedah, pinset, jarum

panjang, pipet kecil, kaca arloji, larutan NaCl 0,9%.

» Cara pembuatan sediaan. Setelah kecoak dibedah, pisahkan ususnya dari organ

yang lain. Keluarkan semua isi usus ke dalam larutan NaCl, aduk-aduk hingga

rata, tanpa menyertakan jaringan apapun. Ambil sedikit "campuran", letakkan di

atas kaca benda kemudian tutup dengan kaca penutup, diamati di bawah

rnikroskop dengan kekuatan lemah.

Pengamatan terhadap preparat jadi dengan pembesaran kuat (okuler 10x, obyektif

100x) harus disertai dengan penggunaan minyak emersi dan xylol. Penggunaan

minyak emersi dilakukan dengan cara meneteskan di atas kaca benda yang

mengandung "obyek" pengamatan, dan xylol digunakan untuk menghapus minyak

emersi yang melekat pada kaca benda dan pada lensa obyektif. Bila preparat

berupa hapusan/usapan, maka pada saat membersihkan sisa emersi dengan xylol

harus dilakukan dengan kecermatan dan kehati-hatian. Kecerobohan dapat

mengakibatkan terhapusnya "obyek" parasit.

2. Pengamatan

Setelah semua alat dan bahan dipersiapkan, amatilah di bawah mikroskop

dengan langkah-langkah sebagai berikut.

Kelas Rhizopoda

Dalam lingkaran hidupnya anggota-anggota dari kelas ini umumnya memiliki

dua stadium yaitu stadium vegetatif dan kista. Masing-masing stadium tersebut

memiliki Girt morfologi dan anatomi yang berbeda.

Dalam pengamatan. ciri morfologi yang dapat diperhatikan meliputi

bentuk daD ukuran dart setiap stadium, pseudopodia, serta gerakan (bila

spesimennya dalam keadaan segar). Sedang ciri anatomi yang dimaksud

Page 20: Petunjuk Praktikum Mikrobiologi&Parasitologi

17

dapat menyangkut keadaan dinding sel, dan endoplasma: inti sel (bentuk,

jumlah, macam, warna, endosom. posisi), vakuola, organel-organel

lainnya.

Anggota-anggota yang akan dipelajari dalam kegiatan ini meliputi:

Entamoeba histolytica, Entamoeba coli, Iodamoeba butschIii, Dientamoeba fragilis,

Entamoeba ginggivalis dan Endolimax nana.

Perhatikanlah dengan teliti, kemudian buatlah deskripsi, ciri dari setiap stadium, dan

gambarlah.

Kelas Flagellata

Tidak berbeda dengan kelas sebelumnya, kelas ini dalam lingkaran hidupnya

juga memiliki stadium vegetatif dan kista. Anggota-anggota species yang sering

dipelajari adalah Trichomonas vaginalis, Giardia lamblia, Trypanosoma sp. yang

memparasitir manusia dan beberapa yang memparasitir binatang.

Perhatikanlah dengan teliti, kemudian buatlah ciri dari tiap stadium,

lengkapi dengan gambar, dan temukan perbedaannya dengan anggota

kelas Rhizopoda.

Untuk species-species lain seperti:T. rhodesiense, T. gambiense, T. crusi, T.

brucei, T. vi vax, T. uniforme, T.congolense, T. lewisi, T. equiperdum, T. Sillliae, T.

grayi, T. theileri dan Leishmania donovani dapat saudara perdalam sendiri melalui

buku teks wajib maupun penunjang.

Kelas Sporozoa

Anggota-anggota dari kelas ini dalam lingkaran hidupnya dibedakan atas

stadium vegetatif clan kista. Perubahan stadium vegetatif menjadi stadium kistanya

terjadi melalui perubahan yang cukup kompleks. Pada tiap species, perubahan demi

perubahan itu ditandai oleh ciri yang sangat khusus.

Beberapa anggota Sporozoa yang banyak dipelajari adalah yang termasuk

Coccidia (Eimeria, Isospora, Toxoplasma), dan Haemosporidia (Plasmodium sp.).

Perhatikanlah dengan cermat setiap stadium, deskripsikan ciri-ciri

khususnya, gambarlah, dan temukan perbedaan atau persamaannya

dengan anggota dari kelas yang lain!

Page 21: Petunjuk Praktikum Mikrobiologi&Parasitologi

18

Toxoplasma gondii dapat saudara perdalam sendiri melalui buku teks wajib

maupun penunjang.

Kelas Ciliata

Diantara anggota Ciliata parasit yang dapat dipelajari antara lain Balantidium

coli, clan Opalina sp. Keduanya merupakan parasit pacta hewan. Dalam lingkaran

hidupnya dibedakan atas stadium vegetatif dan kista.

Perhatikanlah dengan teliti, kemudian buatlah deskripsi, ciri dari tiap

stadium, lengkapi dengan gambar, dan temukan perbedaannya dengan

anggota kelas Rhizopoda!

Page 22: Petunjuk Praktikum Mikrobiologi&Parasitologi

19

Kegiatan V

Cara pemeriksaan tanah untuk telur cacing (Metoda Suzuki,1977)

(1) Bahan

• Saringan kawat kasa

• Alat pemusing

• Tabung sentrifuse

• larutan hipoklorit 30%

• Larutan sulfas magnesieus (282 gr/liter)

• Kaca tutup (ukuran 24 , 32 mm)

( 2 ) Cara keria

• Saring 100 gram sampel tanah dengan saringan kawat

• 5 gram tanah yang sudah disaring dimasukkan, ke dalam tabung sentrifuse

Tambahkan 20 mllarutan hipoklorit ke dalam tabung yang berisi tanah, aduk clan

diamkm se[ama I jam,

• Pusing pada kecepatan putar 2.000 rpm selama 2 menit dan buang cairan

supematan

• Tambahkan air ke dalam tabung dan pusing kembali 2 kali, untuk tiap kali 2 menit

pada kecepatan putar yang sama

• Buang cairan supematan, dan tambahkan, larutan sulfas magnesicus dengan

berat jenis 1, 260 ( 2 82 gr/1)

• Aduk dengan aplikator

• Pusing pada kecepatan putar 2.500 rpm (x 750 g) selama 5 menit

• Tambahkan, larutan sulfas magnesicus; secara hati-hati sampai mengisi penuh

tabung

• Diamkan beberapa menit

• Secara hati-hati letakkan kaca tutup sampai kontak dengan permukaan larutan

sulfas magnesieus, dan kemudian angkat kaca tutup perlahan-Iahan ke atas dan

letakkan kaca tutup yang mengandung cairan di atas kaca benda

• Periksa dengan mikroskop

Page 23: Petunjuk Praktikum Mikrobiologi&Parasitologi

20

Cara pemeriksaan telur cacing pada jari-jari tangan

(1) Bahan

• Kaca benda

• Kaca tutup

• Cawan petri

• Pinset

• Kain kasa (5 em x 5 em) Tabung sentrifuse

• Pipet dengan balon karet

• Larutan NaOH 0.25%

(2) Cara Kerja

• Celupkan kain kasa ke dalam larutan NaOH yang terdapat dalam cawan Petri

Bersihkan jari-jari tangan dengan cara menghapuskan kain kasa yang sudah basah.

Celupkan beberapa kali kain kasa yang kotor ke dalam cawan Petri yang

mengandung larutan NaOH dengan memakai pinset

• Masukkan larutan NaOH yang kotor ke dalam tabung sentrifuse

• Pusing tabung tersebut pada kecepatan putar 2.000 rpm. (x 600 g) selama 3 menit.

• Tuang keluar cairan supematan

• Ambil sedimen dengan pipet, letakkan pada kaca benda, kemudian tutup dengan

kaca tutup

• Periksa dengan mikroskop.

Cara pemeriksaan telur cacing di dalam debu

(1) Bahan

• Kaca berada

• Kara tutup

• Kain kasa (5 em x 5 em)

• Gelas beker

• Corong

• Tabung sentrifus

• Kuas kecil

Page 24: Petunjuk Praktikum Mikrobiologi&Parasitologi

21

• Aplikator

• Pipet

• Larutan sulfas magnesikus (berat jenis: 1,260)

(2) Cara kerja:

• Kumpulkan 1 gram debu dari berbagai tempat di dalam rumah

• Masukkan debu tersebut ke dalam gelas Beker yang mengandung 15 m1 air

• Aduk dengan aplikator

• Saring suspensi debu dengan kain kasa ke dalam tabung sentrifuse

• Pusing selama 3 menit pada kecepatan putar 2.000 rpm (x 600 g)

• Tuang keluar cairan supematan

• Tambahkan 10 ml larutan sulfas magnesikus, aduk

• Pusing kembali selarna 5 menit pada kecepatan 2.500 rpm (x 750 g) Dengan hati-

hati tambahkan larutan sulfas magnesikus perlahan-lahan sampai tabung menjadi

penuh sehingga permukaan cairan menjadi cembung

• Diamkm 30 menit

• Letakkan kaca tutup dengan bati-hati, dan kemudian angkat kaca tersebut dan

letakkan pada kaca benda

• Periksa dengan mikroskop.

Page 25: Petunjuk Praktikum Mikrobiologi&Parasitologi

22

KEPUSTAKAAN

Cappucino, I.G. and Sherman, N. 1982. Microbiology: A Laboratory Manual. Sydney:

Addison-Wesley Publishing Company.

Jensen M.M, Wright N.D, and Robinson A.R. 1985. Microbiology For The Health

Science. 4th Edition. New Jersey: Prentice Hall.

Junoto (ed). 1980. Pedoman Praktikum Mikrobiologi Umum (Untuk Perguruan Tinggi).

Yogyakarta: Departemen Mikrobiologi Fakultas Pertanian Universitas

Gajah Mada.

Pohan, Arthur. Tanpa tahun. Mikrobiologi Kedokteran. Surabaya: Klinik Waluyo Jati

Ratna Siri Hadioetomo. 1985. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek. Jakarta: PT.

Gramedia.

Srikandi Fardiaz. 1989. Penuntun Praktek Mikrobiologi Pangan. Bogor: Penerbit IPB.

Page 26: Petunjuk Praktikum Mikrobiologi&Parasitologi

23

Lampiran

ALAT-ALAT YANG DIPERLUKAN DALAM KEGIATAN MIKROBIOLOGI

Autoclave

Alat ini digunakan untuk mensterilkan bahan /alat/media dengan cara pemanasan basah (moist heat ). Sterilisasi dengan Autoclave ( Temperatur 121 0 C selama 15 menit ) � Isikan autoclave dengan aquadest jangan terlalu banyak ataupun terlalu sedikit ( +

4 –5 cm tingginya ) � Masukkan sample pada dandang bagian dalam ( dandang harus kering ) � Tutup autoclave diberi vaselin tipis-tipis bagian luar yang akan menempel di badan

autoclave. � Tutup rapat autoclave, anak panah pada tutup dan badan autocalve harus bertemu

dengan garis di badan autoclave. � Katup klep terbuka (posisi tegak lurus). � Nyalakan kompor atau listrik dengan nyala besar, biarkan, tunggu sampai katup

klep mengeluarkan asap dan mulai dihitung 5 menit, kemudian tutup katup sehingga posisi horizontal.

� Biarkan sampai jarum menunjukkan angka 15 PSI ( 121 0 C ), kecilkan nyala api , biarkan selama 15 menit pada posisi tekanan 15 PSI.

� Setelah 15 menit matikan api, buka katup/ klep. � Tutup autoclave jangan dibuka terlebih dahulu, tunggu sampai tekanan udara dalam

dan luar sama ( sampai semua asap keluar tutup autocalve baru boleh dibuka).

Yang perlu diperhatikan pada waktu sterilasasi dengan autoclave : 1. Bila sterilisasi medium, ada baiknya bila medium yang disterilkan dalam

volume yang kecil. Karena dalam volume kecil, medium tersebut akan lebih steril, artinya kontaminan yang terdapat dalam medium kecil. Contoh : Sterilisasi medium 500 ml

bagi medium @ 100 ml masukkan dalam 5 erlemeyer kemudian disterilisasi.

2. Bila sterilisasi medium dalam tabung bertutup ulir (screw cap), kendorkan tutup tabung, agar uap panas di dalam autoclave bisa masuk ke dalam tabung, sehingga medium menjadi steril.

Page 27: Petunjuk Praktikum Mikrobiologi&Parasitologi

24

Hot Air Sterilizer

Alat ini digunakan untuk mensterilisasikan alat dengan cara pemanasan kering (dry heat). • Untuk sterilisasi ( pilih salah satu suhu ) • 160 0 C selama 60 menit • 170 0 C selama 40 menit • 180 0 C selama 20 menit Catatan : untuk sterilisasi plate sebaiknya jangan ditumpuk-tumpuk. Buat agak renggang

supaya sirkulasi udara panasnya merata. • Untuk mengeringkan gelas Keringkan gelas dari air sekering mungkin Suhu yang digunakan 100 0 C selama 15 – 30 menit. • Untuk mengeringkan katalis anaerob : Suhu 160 0 C setidaknya selama 2 jam.

Mikroskop

Mikroskop yang digunakan dalam praktikum mikrobiologi adalah : 1.1.Mikroskop Cahaya

Di bidang Mikrobiologi untuk pemeriksaaan sediaan yang diwarnai pada umumnya digunakan mikroskop cahaya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan sediaan adalah: • sediaan tidak boleh terlalu tebal atau terlalu tipis • berdasar pada asal biakan kuman yang akan digunakan, pembuatan sediaan

ada dua macam: a bila biakan berasal dari perbenihan padat, maka perlu dibuat

suspensi dengan air suling (aquadest) steril. b bila biakan kuman berasal dari perbenihan cair, maka tidak perlu

dipakai air suling steril.

Page 28: Petunjuk Praktikum Mikrobiologi&Parasitologi

25

Cara memeriksa sediaan yang diwarnai : • Kondensor mikroskop ditempatkan setinggi mungkin. • Diafragma mikroskop dibuka selebar mungkin. • Menggunakan minyak emersi. • Menggunakan obyektif dengan pembesaran 100x. Gambaran kuman yang perlu diperhatikan : • Bentuk sel kuman. • Susunan sel kuman. • Sifat pewarnaan kuman terhadap pewarnaan tertentu. • Struktur tambahan lainnya misalnya : spora, kapsul, granula intraseluler.

1.2.Mikroskop Lapangan gelap Mikroskop ini digunakan untuk melihat sediaan basah, kuman tampak terang dengan latar belakang gelap, kuman masih hidup sehingga dapat dilihat pergerakannya yang khas. Cara memeriksa sediaan yang perlu diperhatikan adalah :

- Menggunakan kondensor khusus untuk mikroskop lapangan gelap. - Minyak emersi diletakkan diatas gelas penutup sediaan basah atau di

atas kondensor.

Inkubator (Lemari Pengeram)

Alat ini digunakan untuk mengeramkan media yang telah ditanami dengan jasad renik (mikroorganisme) dan untuk menyimpan bahan pemeriksaan di mana kuman terkandung akan mati bila disimpan dalam lemari es misalnya, cairan cerebrospinal, suhu inkubator dapat diatur sesuai dengan suhu pertumbuhan optimal masing-masing kuman. Karena kuman-kuman patogen untuk manusia termasuk golongan mesofilik, maka pengeramannya dilakukan pada suhu 37 derajat Celcius. Alat ini juga digunakan untuk uji sterilisasi yaitu untuk menguji apakah sterilisasi sudah baik atau tidak.

Page 29: Petunjuk Praktikum Mikrobiologi&Parasitologi

26

Lemari Pendingin (Refrigerator)

Alat ini digunakan untuk : - menyimpan media steril yang siap pakai, agar isi dan mutu media tersebut

tidak berubah. - Menyimpan untuk sementara waktu bahan/spesimen yang belum sempat

diperiksa agar tidak mengalami perubahan. - Menyimpan cakram antibiotika (antibiotic disk) yang belum dipakai agar

tidak mengalami perubahan.

Centrifuge

Alat ini digunakan untuk memisahkan cairan, dari zat cairnya dan endapannya.

Misalnya : untuk mencentrifuge suspensi dahak penderita TBC dalam metode Petroff Alkali.

Timbangan digital

Digunakan untuk menimbang bahan pembuat media dengan maximal berat 210 gram . Timbangan ini menggunakan listrik dengan keakuratan yang lebih tinggi.

Page 30: Petunjuk Praktikum Mikrobiologi&Parasitologi

27

Timbangan kasar

Digunakan untuk menimbang bahan pembuat media dengan berat maximal 200 gram. Timbangan ini digunakan secara manual.

Timbangan Halus

Timbangan ini sama dengan timbangan digital sebelumnya hanya timbangan ini

keakuratanya lebih tinggi dan lebih halus. pH Meter

Alat ini digunakan untuk mengukur kadar keasaman dan basa suatu cairan

Misalnya : H2SO4 bersifat asam pH < 7 NaOH bersifat basa pH > 7 pH normal = 7 batas pH = 14

Page 31: Petunjuk Praktikum Mikrobiologi&Parasitologi

28

Waterbath

Alat ini digunakan untuk memberikan suasana yang dibutuhkan oleh suatu pemeriksaan tertentu, misalnya untuk memanasi plasma kelinci dalam uji Koagulase Staphylococcus aureus. Cara membuat sediaan kuman yang siap untuk diwarnai dari biakan kuman yang diambil dari medium padat

- Siapkan gelas obyek yang bersih (bila perlu dibersihkan dengan kapas alkohol)

- Pijarkan sengkelit dengan posisi tegak dan dinginkan sebentar. - Ambil air suling steril dengan sengkelit yang telah dipijarkan itu secara

aseptis - Lewatkan mulut tabung air suling steril itu dekat api lampu spiritus lalu

tutup kembali dengan tutupnya - Letakkan air suling steril itu pada gelas obyek yang telah bersih - Pijarkan lagi sengkelit dengan posisi tegak dan dinginkan sebentar - Ambil sedikit kuman dari biakkan padat yang telah disediakan dengan

menggunakan sengkelit tersebut. - Lewatkan mulut tabung biakkan kuman itu dekat lampu spiritus lalu tutup

kembali dengan tutupnya. - Campurkan kuman dengan air suling pada gelas obyek hingga rata dengan

menggunakan sengkelit. - Lebarkan campuran itu ke tepi dengan sengkelit yang diputar-putar sehingga

didapatkan sediaan yang tidak terlalu tebal ataupun tidak terlalu tipis. - Keringkan sediaan itu di udara sedangkan sengkelitnya dipijarkan lagi agar

steril. - Fiksasilah dengan cara melewatkan gelas Obyek itu diatas api lampu spiritus

beberapa kali pada permukaan yang tidak ada sediaannya dengan maksud agar sediaan itu dapat menempel kuat pada permukaan gelas obyek, dan kuman mati sehingga menyerap warna lebih baik.

- Sediaan dibiarkan dingin Sediaan yang diperoleh siap untuk diwarnai.

Cara membuat sediaan kuman yang siap untuk diwarnai dari biakan kuman yang diambil dari medium Cair

- Siapkan gelas obyek yang bersih (bila perlu dibersihkan dengan kapas alkohol)

Page 32: Petunjuk Praktikum Mikrobiologi&Parasitologi

29

- Pijarkan sengkelit dengan posisi tegak dan dinginkan sebentar. - Ambil biakan kuman yang akan diperiksa dengan sengkelit yang telah

dipijarkan secara aseptis. - Lewatkan mulut tabung tersebut dekat api lampu spiritus lalu tutup kembali

dengan tutupnya. - Letakkan biakan cair itu ( yang ada pada ujung sengkelit ) pada gelas obyek

yang telah bersih. - Lebarkan campuran itu ke tepi dengan sengkelit yang diputar-putar sehingga

didapatkan sediaan yang tidak terlalu tebal ataupun tidak terlalu tipis. - Keringkan sediaan itu di udara sedangkan sengkelitnya dipijarkan lagi agar

steril. - Fiksasilah dengan cara melewatkan gelas Obyek itu di atas api lampu

spiritus beberapa kali pada permukaan yang tidak ada sediaannya dengan maksud agar sediaan itu dapat menempel kuat pada permukaan gelas obyek.

- Sediaan dibiarkan dingin. Sediaan yang diperoleh siap untuk diwarnai.

Catatan : Cara membuat sediaan untuk semua jenis kuman yang akan diwarnai adalah sama seperti tersebut di atas.

Pewarnaan Gram

- Buatlah sediaan kuman pada gelas obyek, fiksasilah. - Tuangkan violet kristal pada sediaan kuman dan biarkan selama 1 menit. - Buang sisa violet kristal dari gelas obyek. - Tuangkan larutan lugol pada sediaan dan biarkan selama 1 menit - Buang sisa lugol dari gelas obyek. - Bilas dengan air bersih - Lunturkan dengan alkohol 95 % selama 10-20 detik sampai sisa zat warna

hilang. - Bilas dengan air bersih - Tuangkan safranin pada sediaan dan biarkan selama 10-30 detik. - Buang sisa safranin dari gelas obyek - Bilas dengan air bersih. - Keringkan dengan kertas pengering. - Teteskan satu tetes minyak emersi pada sediaan lalu lihatlah di bawah

mikroskop dengan lensa obyektif pembesaran 100x Catatan : Kuman yang berwarna biru-ungu disebut kuman gram positif Kuman yang berwarna merah disebut kuman gram negatif Tugas Lugol : sebagai mordant, membuat kompleks Kristal violet – Iodine, sehingga

kristal violet sulit keluar dari dinding sel kuman.