PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK...

125
DOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi Oleh : Andrew Arief Sudarmono NIM : 04 8114 132 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK...

Page 1: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

DOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM

UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS

HALAMAN SAMPUL

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Andrew Arief Sudarmono

NIM : 04 8114 132

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2008

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

ii

DOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM

UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS

HALAMAN JUDUL

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Andrew Arief Sudarmono

NIM : 04 8114 132

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2008

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

iii

DOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM

UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

iv

16 Juli 2008

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

What is there that is not poison?

All things are poison and nothing (is)

without poison. Solely the dose

determines that a thing is not a poison

(Paracelcus, 1493-1541)

With all my love, for

Papi, Mami, Ko George, Ko Charles

Almamaterku,

dan semua yang mengenal Andrew

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Andrew Arief Sudarmono Nomor Mahasiswa : 04 8114 132

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

DOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 28 Juli 2008 Yang menyatakan

(Andrew Arief Sudarmono )

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

vi

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Bapa di Surga dan Tuhan Yesus

Kristus karena atas berkat, hikmat, kasih, kekuatan, dan cinta-nya yang diberikan

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Dosis Efektif

Natrium Tiosulfat sebagai antidotum untuk keracunan sianida pada mencit jantan

galur swiss”.

Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir untuk memenuhi salah satu syarat

guna memperoleh gelar Sarjana Strata satu Farmasi (S. Farm.), program Studi

Ilmu Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Sekaligus untuk menambah pengetahuan dalam dunia kefarmasian pada

umumnya.

Pada Kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih atas segala

bantuan yang penulis terima baik secara langsung maupun tidak langsung

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Ucapan terima kasih yang tulus khususnya penulis tujukan kepada :

1. Bapa di surga atas kasih dan karunia-nya yang telah memberi kekuatan yang

tak terduga.

2. Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

3. Ipang Djunarko, S.Si., Apt. selaku dosen pembimbing yang telah

mengarahkan, mendampingi, dan menyediakan waktu untuk berdiskusi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

vii

bersama penulis selama proses penelitian, penyusunan, hingga selesainya

skripsi ini.

4. Drs. A. Tri Priantoro, M.For.Sc. selaku dosen penguji, yang telah memberikan

banyak dukungan, saran, dan kritikan yang membangun.

5. dr. Fenty, M.Kes., Sp.PK selaku dosen penguji, yang telah memberikan

banyak dukungan, saran, dan kritikan yang membangun.

6. dr.Luciana Kuswibawati, M.Kes selaku dosen pembimbing dalam pembacaan

histopatologi organ atas saran dan masukannya.

7. Rm. Drs. P. Sunu Hardiyanto, S.Si , S.J selaku dosen pembimbing dalam

analisis data statistik atas saran dan masukannya.

8. Yosef Wijoyo, M.Si., Apt selaku dosen pembimbing dalam penambahan

literatur.

9. Papi terima kasih atas doa, bimbingan dan dukungannya untuk dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

10. Mami yang selalu memberikan semangat dari surga, terima kasih atas doa dan

bimbingannya selama ini.

11. George dan Charles, kakak-kakakku, terima kasih atas dukungan, saran, kritik

dan doanya, Thank you for being my”super” brother

12. Mas Pardjiman, Mas Heru, Mas Kayat (laboran Laboratorium Farmakologi

dan Toksikologi), Mas Sigit dan Mas Wagiran (laboran Laboratorium Biologi

Farmasi), Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang

bersedia membantu dan menemani penulis selama melakukan penelitian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

viii

13. Pak Agus (laboran Laboratorium Farmakologi) Fakultas Farmasi Universitas

Gadjah Mada, Pak Surono (UPHP) Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Gadjah Mada, atas bantuannya dalam menyediakan hewan uji.

14. Pak Dian di Laboratorium Patologi, Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner

Wilayah IV Daerah Istimewa Yogyakarta atas bantuannya dalam pembuatan

preparat histopatologi organ.

15. Untuk om-eg terima kasih atas dukungan,bimbingan dan wejangan-

wejangannya selama ini.

16. Untuk Shintia Legasari terima kasih atas kesabaran, dukungan, kasih, sayang

dan cinta-nya selama ini dan khususnya pendampingan pada saat penyusunan

skripsi ini.

17. Teman-teman senasib seperjuangan dalam rangkaian penelitian ini Tintuz,

Blian buat semua dukungan, kebersamaan, selama melakukan penelitian di

laboratorium.

18. Lidia-epez, Arie-Gozonk, Blian, Cin, Novi-kebo, Cika-tembong, Nike-Oneng,

Apri-Gajah, Fandy, Tice, Tintus, buat semua bantuan, tawa, air mata,

kegilaan, kebersamaan, semangat, dukungan, serta kesediaan untuk jadi

tempat berbagi dan teman dikala senang dan duka.

19. Meri-Mace, Limdra-ndut, Arif-kentung, Adit, Budiaji, Yoyo, Maria, Ita,

Resty, Yasinta, Lala, Cawaz, Candhy, Lian ,Feri DS, Liza, Puipuin, Dian.K-

beng , Dika, Andri, Cendani, Tata, Desy, Cipi, Henny dan semua teman-teman

angkatan 2004.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

ix

20. Ndut Reta, Nolen, Welly, Tami, Sinta-Lele, Cocow, Mas Punto, Erlin terima

kasih sudah menjadi teamwork yang baik selama kepengurusan BPMF

periode 2006-2007.

21. Lia, Bang Jok, Dewi, Indri, Dima, Ndaru, Tato, Amel, Mitha, atas

kebersamaannya dalam Kuliah Kerja Nyata Universitas Sanata Drama

angkatan XXXIV kelompok XI di dusun Wonodoro, Bantul.

Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Tak ada gading yang tak retak, demikian pula dalam penyusunan skripsi

ini. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan yang

ada dalam penyusunan skripsi ini. Untuk itulah penulis mengaharapkan kritik dan

saran yang dapat membuat karya ini menjadi lebih baik. Akhir kata, semoga

penelitian skripsi yang telah dilakukan penulis dapat bermanfaat bagi

perkembangan ilmu kefarmasian.

Penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

x

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan bahwa sesungguhnya skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar

pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 16 Juni 2008

Penulis,

Andrew Arief Sudarmono

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

xi

INTISARI

Keracunan sianida dapat berakibat fatal jika tidak segera dilakukan terapi

antidotumnya, Keberhasilan Natrium tiosulfat sebagai terapi antidotum salah satunya ditentukan oleh ketepatan dosisnya.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gejala, mekanisme, wujud, sifat, dan efek dari keracunan sianida, mengetahui seberapa besar kisaran dosis natrium tiosulfat yang efektif untuk keracunan sianida, mengetahui hubungan antara dosis natrium tiosulfat dengan efek penawaran racun pada keracunan sianida pada mencit.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah. Terdir i dari 7 kelompok : kelompok I diberi KCN dosis 26 mg/kgBB p.o, kelompok II diberi aquadest 25 mg/KgBB p.o, kelompok III diberi larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3) dosis 160.720 mg/kgBB diberikan secara i.p, kelompok IV-VII diberi larutan KCN secara p.o, kemudian diberi antidotum natrium tiosulfat dengan peringkat dosis berturut-turut : 0.468 mg/kgBB, 3.279 mg/kgBB, 22.960 mg/kgBB dan 160.720 mg/kgBB secara i.p.

Hasil penelitian didapatkan bahwa gejala dari keracunan sianida pada mencit meliputi : hilang kesadaran, gagal nafas, kejang, sampai menimbulkan kematian. Mekanisme keracunan sianida pada mencit adalah sianida berikatan dengan besi dalam feri sitokrom oksidase. Wujud efek toksik sianida berupa perubahan biokimia dan mungkin juga perubahan fungsional. Sifat dari keracunan sianida pada mencit adalah terbalikkan dan tidak terbalikkan. Dosis efektif natrium tiosulfat sebagai antidotum untuk keracunan sianida pada mencit sebesar 160.720 mg/KgBB intraperitoneal. Meningkatnya dosis natrium tiosulfat dapat meningkatkan efek pengawaracunan sianida pada mencit

Kata kunci : keracunan, antidotum, natrium tiosulfat, sianida, mencit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

xii

ABSTRACT

Cyanide poisoning can cause fatal result if its antidote therapy is not done shortly., one of the successes Thiosulphate sodium as antidote therapy s is determined by its dose accuracy.

The research aims to know the indication, mechanism, configuration, characteristics, and effects of cyanide poisoning, to know how much effectiveness the dose estimation of thiosulphate sodium for cyanide poisoning, to know the relationship between thiosulphate sodium dose and the effect of poison antidote for cyanide poisoning toward mice.

The research is a pure experimental research with random unidirectional pattern program. Forty two male mice are divided into seven groups equally that consist of: group I is given resolvent that is aquadest 25mg/KgBB per oral, group II is given KCN solution with dosage 26mg/kgBB per oral as a poison positive control, group III is given thiosulphate Sodium solution (Na2S2O3) with dosage 160.720mg/kgBB given intraperitoneally (i.p), group IV-VII are given KCN solution per oral (p.o) and then given thiosulphate sodium antidote with dosage level in a row: 0.468 mg/kgBB, 3.279 mg/kgBB, 22.960 mg/kgBB and 160.720 mg/kgBB intraperitoneally.

From the research result, it can be seen that the indication of cyanide poisoning toward mice includes lost consciousness, fail breathing, spastic, and causing death. Mechanism of cyanide poisoning toward mice shows its toxicity especially because of its ability to react against iron in ferric sitokrom oxide. Because aerobe metabolism is depended on this enzyme system, so the tissue can no longer use oxygen and hypoxia. The configuration of cyanide toxic effect is biochemical alteration and functional alteration, too. The characteristic of cyanide poisoning toward mice is not capsized.

Effective dose thiosulphate sodium as antidote for cyanide poisoning toward mice is 160.720mg/KgBB intraperitoneal. The increase of thiosulphate sodium dosage can increase the effect of antidote of cyanide poisoning toward mice.

Keywords: antidote, thiosulphate sodium, cyanide, mice.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...........................................................................................i

HALAMAN JUDUL .............................................................................................ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...................................................iii

HALAMAN PENGESAHAN ..............................................................................iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................v

PRAKATA............................................................................................................vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................x

INTISARI..............................................................................................................xi

ABSTRACT.........................................................................................................xii

DAFTAR ISI.......................................................................................................xiii

DAFTAR TABEL..............................................................................................xvii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................xviii

DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................xxiii

BAB I. PENGANTAR .....................................................................................1

A. Latar Belakang ...............................................................................1

1. Permasalahan ...........................................................................3

2. Keaslian penelitian...................................................................3

3. Manfaat penelitian....................................................................3

B. Tujuan Penelitian ...........................................................................4

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

xiv

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ...............................................................5

A. Sianida............................................................................................5

1. Tinjauan sejarah.......................................................................5

2. Sumber- sumber potensial sianida ...........................................5

3. Jenis keracunan pada sianida ...................................................8

4. Mekanisme keracunan sianida ...............................................10

5. Pemeriksaan laboratorium......................................................12

6. Detoksifikasi sianida secara biologis .....................................14

B. Terapi pada Keracunan Sianida ...................................................14

1. Terapi suportif........................................................................14

2. Terapi antidot .........................................................................16

C. Natrium Tiosulfat .........................................................................17

1. Dasar pemikiran untuk memilih antidot ................................17

2. Kelompok risiko.....................................................................18

3. Nama dan rumus kimia ..........................................................18

4. Sifat fisiko-kimia....................................................................19

5. Mekanisme penawaracunan...................................................21

6. Profil biokimia/farmakologi lain............................................22

7. Rute pemberian......................................................................27

8. Dosis .......................................................................................27

9. Kontraindikasi........................................................................28

10. Efek samping..........................................................................29

11. Penggunaan pada kehamilan/menyusui .................................29

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

xv

D. Anatomi Fisiologi ........................................................................29

1. Jantung ...................................................................................29

2. Lambung ................................................................................30

3. Usus halus ..............................................................................30

4. Hati.........................................................................................31

5. Ginjal......................................................................................32

6. Paru ........................................................................................32

E. Kerusakan Organ..........................................................................33

F. Landasan Teori.......................................................................34

F. Hipotesis .................................................................................34

BAB III. METODE PENELITIAN...................................................................35

A. Jenis dan Rancangan Penelitian...................................................35

B. Variabel dan Definisi Operasional..............................................35

1. Variabel utama .........................................................................35

2. Variabel pengacau....................................................................35

C. Definisi Operasional ....................................................................36

D. Bahan Penelitian ..........................................................................37

E. Alat dan Instrumen Penelitian......................................................38

F. Tata Cara Penelitian.....................................................................38

1. Pembuatan larutan dan penetapan dosis KCN.......................38

2. Pembuatan larutan dan penetapan dosis natrium tiosulfat.....39

3. Pengelompokkan hewan uji ...................................................39

4. Pengamatan............................................................................40

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

xvi

5. Pemeriksaan histopatologi .....................................................40

G. Analisis Hasil ...............................................................................41

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................42

A. Potensi Sianida sebagai Racun.....................................................42

B. Potensi Natrium Tiosulfat sebagai Kontrol Positif Antidotum....44

C. Kisaran Dosis Natrium Tiosulfat sebagai Antidotum Sianida .....45

D. Pemeriksaan Histopatologi ..........................................................65

1. Hati.........................................................................................66

2. Ginjal......................................................................................67

3. Paru ........................................................................................67

4. Jantung ...................................................................................73

5. Usus halus ..............................................................................73

6. Lambung ................................................................................77

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................82

A. Kesimpulan ..................................................................................82

B. Saran.............................................................................................81

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................83

BIOGRAFI PENULIS .......................................................................................176

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel I. Hidrogen sianida yang dihasilkan oleh pembakaran (Montgomery dkk.

(1975))....................................................................................................................7

Tabel II. Hasil pengamatan waktu gejala efek toksik sianida terhadap 7 kelompok

perlakuan..............................................................................................................46

Tabel III. Hasil perbandingan antar kelompok pada gejala efek toksik jantung

berdebar................................................................................................................48

Tabel IV. Hasil perbandingan antar kelompok pada gejala efek toksik hilang

kesadaran..............................................................................................................51

Tabel V. Hasil perbandingan antar kelompok pada gejala efek toksik gagal nafas

............................................................................................................................544

Tabel VI. Hasil perbandingan antar kelompok pada gejala efek toksik kejang...56

Tabel VII. Hasil perbandingan antar kelompok pada gejala efek toksik mati.....58

Tabel VII. Hasil Pemeriksaan histopatologi beberapa organ mencit akibat

pemberian larutan KCN (sebagai senyawa racun) dan pada kelompok perlakuan

diberikan larutan KCN kemudian diteruskan dengan pemberian senyawa

antidotumnya, yaitu natrium tiosulfat. .................................................................68

DAFTAR GAMBAR

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

xviii

Gambar 1. Grafik mean ± 2 SE untuk gejala efek toksik berupa jantung berdebar

..............................................................................................................................47

Gambar 2. Grafik mean ± 2 SE untuk gejala efek toksik berupa hilang kesadaran

..............................................................................................................................50

Gambar 3. Grafik mean ± 2 SE untuk gejala efek toksik berupa gagal nafas .....53

Gambar 4. Grafik mean ± 2 SE untuk gejala efek toksik berupa kejang.............55

Gambar 5. Grafik mean ± 2 SE untuk gejala efek toksik berupa mati ................59

Gambar 6. Pengubahan cyanmethemoglobin menjadi tiosianat oleh rodhanase dan

tiosulfat (Cyanide Toxicity Review, 2003)..........................................................63

Gambar 7. Kurva hipotesis yang melukiskan hubungan antara kadar racun di

dalam darah atau di tempat aksi lawan waktu dengan strategi terapi keracunan

mempercepat eliminasi. .......................................................................................64

Gambar 8. Gambaran histopatologi untuk organ hati mencit pembesaran 100X

pengecatan hematoksislin-eosin pembedahan 24 jam, perlakuan : .....................70

a.KCN 26 mg/kgBB. A. hiperemi lokal derajat 2 (++)........................................70

b............. Aquadest, normal, tidak tampak adanya hiperemi, tidak ada manifestasi

peradangan. ..........................................................................................................70

c.Na2S2O3 dosis 160.720 mg/kg BB. A. hiperemi lokal derajat 2 (++) .............70

d.KCN dosis 26 mg/kg BB dengan Na2S2O3 dosis 0,468 mg/kg BB. A. hiperemi

lokal derajat 1 (+) .................................................................................................70

e.KCN dosis 26 mg/kg BB dengan Na2S2O3 dosis 3.279 mg/kg BB. A. hiperemi

lokal derajat 2 (++)...............................................................................................70

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

xix

f. ....KCN dosis 26 mg/kg BB dengan Na2S2O3 dosis 22.960 mg/kg BB, normal,

tidak tampak adanya hiperemi, tidak ada manifestasi peradangan. .....................70

g...KCN dosis 26 mg/kg BB dengan Na2S2O3 dosis 160.720 mg/kg BB, normal,

tidak tampak adanya hiperemi, tidak ada manifestasi peradangan. .....................70

Gambar 9. Gambaran histopatologi untuk organ ginjal mencit pembesaran 100X

pengecatan hematoksislin-eosin pembedahan 24 jam, perlakuan : .....................72

a.KCN 26 mg/kgBB. A. haemorrhagie ................................................................72

b.Aquadest............................................................................................................72

c.Na2S2O3 dosis 160.720 mg/kg BB ..................................................................72

d................KCN dosis 26 mg/kg BB dengan Na2S2O3 dosis 0,468 mg/kg BB. A.

haemorrhagie........................................................................................................72

e................KCN dosis 26 mg/kg BB dengan Na2S2O3 dosis 3.279 mg/kg BB. A.

haemorrhagie........................................................................................................72

f. KCN dosis 26 mg/kg BB dengan Na2S2O3 dosis 22.960 mg/kg BB..............72

g............KCN dosis 26 mg/kg BB dengan Na2S2O3 dosis 160.720 mg/kg BB. A.

hiperemi ...............................................................................................................72

Gambar 10. Gambaran histopatologi untuk organ paru mencit akibat pemberian

KCN dosis 26 mg/kg BB pembesaran 100X pengecatan hematoksislin-eosin

pembedahan 24 jam, perlakuan:...........................................................................74

a...... KCN 26 mg/kgBB, alveoli dan bronkeoli dalam batas normal. A. penebalan

septa alveoli, B. sel radang. ..................................................................................74

b.Aquadest............................................................................................................74

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

xx

c...Na2S2O3 dosis 160.720 mg/kg BB. A. penebalan septa alveoli, B. sel radang.

..............................................................................................................................74

d................KCN dosis 26 mg/kg BB dengan Na2S2O3 dosis 0,468 mg/kg BB. A.

penebalan septa alveoli, B. sel radang. ................................................................74

e.KCN dosis 26 mg/kg BB dengan Na2S2O3 dosis 3.279 mg/kg BB. A. penebalan

septa alveoli, B. sel radang. ..................................................................................74

f.KCN dosis 26 mg/kg BB dengan Na2S2O3 dosis 22.960 mg/kg BB...............74

g.KCN dosis 26 mg/kg BB dengan Na2S2O3 dosis 160.720 mg/kgBB.............74

Gambar 11. Gambaran histopatologi untuk organ jantung mencit akibat pemberian

KCN dosis 26 mg/kg BB pembesaran 100X pengecatan hematoksislin-eosin

pembedahan 24 jam, perlakuan :..........................................................................75

a.KCN 26 mg/kgBB, miokardium dalam batas normal.......................................75

b. Aquadest, miokardium dalam batas normal.....................................................75

c. Na2S2O3 dosis 160.720 mg/kg BB, miokardium dalam batas normal ...........75

d.KCN dosis 26 mg/kg BB dengan Na2S2O3 dosis 0,468 mg/kg BB, miokardium

dalam batas normal ..............................................................................................75

e. KCN dosis 26 mg/kg BB dengan Na2S2O3 dosis 3.279 mg/kg BB, miokardium

dalam batas normal. .............................................................................................75

f. ................ KCN dosis 26 mg/kg BB dengan Na2S2O3 dosis 22.960 mg/kg BB,

miokardium dalam batas normal..........................................................................75

g. ............... KCN dosis 26 mg/kg BB dengan Na2S2O3 dosis 160.720 mg/kgBB,

miokardium dalam batas normal..........................................................................75

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

xxi

Gambar 12. Gambaran histopatologi untuk organ usus halus mencit akibat

pemberian KCN dosis 26 mg/kg BB pembesaran 100X pengecatan hematoksislin-

eosin pembedahan 24 jam,Perlakuan :.................................................................76

a.............KCN 26 mg/kgBB. A. fili intestinal erosi dan mukosanya tidak normal

..............................................................................................................................76

b. ..Aquadest, fili intestinal dan mukosa dalam batas normal, mukosa muskularis,

serosa dan kelenjar nya juga normal. ...................................................................76

c. Na2S2O3 dosis 160.720 mg/kg BB. A. fili intestinal erosi dan mukosanya tidak

normal. .................................................................................................................76

d. ........KCN dosis 26 mg/kg BB dengan Na2S2O3 dosis 0,468 mg/kg BB. A. fili

intestinal erosi sedikit, dan juga terdapat adanya manifestasi peradangan derajat 2

(++). .....................................................................................................................76

e. ........KCN dosis 26 mg/kg BB dengan Na2S2O3 dosis 3.279 mg/kg BB. A. fili

intestinal erosi sedikit, dan juga terdapat adanya manifestasi peradangan derajat 2

(++). .....................................................................................................................76

f. ......KCN dosis 26 mg/kg BB dengan Na2S2O3 dosis 22.960 mg/kg BB. A. fili

intestinal erosi, dan juga terdapat adanya manifestasi peradangan derajat 1 (+).76

g. ...KCN dosis 26 mg/kg BB dengan Na2S2O3 dosis 160.720 mg/kg BB. A. fili

intestinal erosi, dan juga terdapat adanya manifestasi peradangan derajat 1 (+).76

Gambar 13. Gambaran histopatologi untuk organ lambung mencit akibat

pemberian KCN dosis 26 mg/kg BB pembesaran 100X pengecatan hematoksislin-

eosin pembedahan 24 jam,perlakuan: ..................................................................79

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

xxii

a. ............. KCN 26 mg/kgBB, aktivitas kelenjarnya meningkat, erosi mukosanya

..............................................................................................................................79

b. ......Aquadest, tunika mukosa muskularis normal, aktivitas kelenjarnya normal.

..............................................................................................................................79

c. ............... Na2S2O3 dosis 160.720 mg/kg BB, mukosa lambung erosi, aktivitas

kelenjarnya meningkat. ........................................................................................79

d. KCN dosis 26 mg/kg BB dengan Na2S2O3 dosis 0,468 mg/kg BB. A. mukosa

erosi. .....................................................................................................................79

e. KCN dosis 26 mg/kg BB dengan Na2S2O3 dosis 3.279 mg/kg BB. A. mukosa

lambung erosi (++) dan terdapat adanya manifestasi peradangan. ......................79

f. KCN dosis 26 mg/kg BB dengan Na2S2O3 dosis 22.960 mg/kg BB. A. mukosa

lambung erosi (+) aktivitas kelenjarnya meningkat. ............................................79

g. ..........KCN dosis 26 mg/kg BB dengan Na2S2O3 dosis 160.720 mg/kg BB. A.

mukosa lambung erosi (+). ..................................................................................79

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

xxiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil pengamatan gejala efek toksik pada kelompok kontrol sianida

(dalam detik) ........................................................................................................97

Lampiran 2. Hasil pengamatan gejala efek toksik pada kelompok kontrol

aquadest (dalam detik) .........................................................................................97

Lampiran 3. Hasil pengamatan gejala efek toksik pada kelompok kontrol natrium

tiosulfat (dalam detik) ..........................................................................................97

Lampiran 4. Hasil pengamatan gejala efek toksik pada kelompok kontrol sianida

(dalam detik) ........................................................................................................98

Lampiran 5. Hasil pengamatan gejala efek toksik pada kelompok kontrol sianida

(dalam detik) ........................................................................................................98

Lampiran 6. Hasil pengamatan gejala efek toksik pada kelompok kontrol sianida

(dalam detik) ........................................................................................................99

Lampiran 7. Hasil pengamatan gejala efek toksik pada kelompok kontrol sianida

(dalam detik) ........................................................................................................99

Lampiran 8. Hasil perbandingan pengamatan gejala efek toksik sianida terhadap

kelompok kontrol (aquadest, sianida (26 mg/Kg), dan Na-tiosulfat (160,720

mg/Kg)) ..............................................................................................................116

Lampiran 9. Hasil uji menggunakan analisis statistik Kruskal-Wallis dan Mann-

Whitney..............................................................................................................100

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

1

BAB I. PENGANTAR

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Sianida adalah zat beracun yang sangat mematikan. Efek dari sianida ini

sangat cepat dan dapat mengakibatkan kematian dalam jangka waktu beberapa

menit. Sianida dalam dosis rendah dapat ditemukan di alam dan ada pada setiap

produk yang biasa kita makan atau gunakan. Sianida dapat diproduksi oleh

bakteri, jamur dan ganggang serta ditemukan pada rokok, asap kendaraan

bermotor, dan makanan seperti bayam, bambu, kacang, tepung tapioka dan

singkong. Selain itu juga dapat ditemukan pada beberapa produk sintetik. Sianida

banyak digunakan pada industri terutama dalam pembuatan garam seperti

natrium, kalium atau kalsium sianida (Utama, 2006). Sianida dan hidrogen sianida

digunakan dalam elektroplating, metalurgi, produksi zat kimia, pengembangan

fotografi, pembuatan plastik dan beberapa proses pertambangan (Anonim, 2000).

Sianida dapat mengganggu kesehatan serta mengurangi bioavailabilitas

nutrien di dalam tubuh. Sianida merupakan racun yang bekerja cepat, berbentuk

gas tak berbau dan tak berwarna, yaitu hidrogen sianida (HCN) atau sianogen

khlorida (CNCl) atau berbentuk kristal seperti sodium sianida (NaCN) atau

potasium khlorida (KCN). Racun ini menghambat sel tubuh mendapatkan oksigen

sehingga yang paling terpengaruh adalah jantung dan otak. Paparan dalam jumlah

kecil mengakibatkan napas cepat, gelisah, pusing, lemah, sakit kepala, mual dan

muntah serta detak jantung meningkat. Paparan dalam jumlah besar menyebabkan

kejang, tekanan darah rendah, detak jantung melambat, kehilangan kesadaran,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

2

gangguan paru serta gagal napas hingga korban meninggal (Utama, 2006).

Jika sianida yang masuk ke dalam tubuh masih dalam jumlah yang kecil

maka sianida akan diubah menjadi tiosianat yang lebih aman dan diekskresikan

melalui urin. Selain itu, sianida akan berikatan dengan vitamin B12. Tetapi bila

jumlah sianida yang masuk ke dalam tubuh dalam dosis yang besar, tubuh tidak

akan mampu untuk mengubah sianida menjadi tiosianat maupun mengikatnya

dengan vitamin B12 (Utama, 2006).

Masuknya sianida ke dalam tubuh tidak hanya melewati saluran

pencernaan tetapi dapat juga melalui saluran pernafasan, kulit dan mata. Yang

dapat menyebabkan keracunan tidak hanya sianida secara langsung tetapi dapat

pula bentuk asam dan garamnya, seperti asam hidrosianik sekitar 2.500–5.000

mg.min/m3 dan sianogen klorida sekitar 11.000 mg.min/m3 (Utama, 2006).

Jalur terpenting dari pengeluaran sianida ini adalah dari pembentukan

tiosianat (SCN-) yang diekresikan melalui urin. Tiosianat ini dibentuk secara

langsung sebagai hasil katalisis dari enzim rhodanese dan secara indirek sebagai

reaksi spontan antara sianida dan sulfur persulfida (Utama, 2006). Reaksi ini

membutuhkan sumber utama yaitu sulfur sulfan namun jumlahnya dalam tubuh

terbatas maka natrium tiosulfat dapat digunakan sebagai antidot dalam keracunan

sianida karena natrium tiosulfat dapat berfungsi sebagai pemasok sulfur. Natriun

tiosulfat merupakan antidot pilihan jika diagnosisnya belum tentu jelas karena

keracunan sianida atau bukan, seperti dalam kasus yang disebabkan oleh asap

rokok (Meredith, 1993).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

3

Sering kali secara tidak kita sadari, kita juga dapat terpapar sianida,

untuk itu kita perlu mengetahui kisaran dosis optimum dari natrium tiosulfat yang

digunakan sebagai antidot dalam keracunan sianida. Kisaran dosis sangatlah

penting karena menurut Meredith (1993), meskipun secara intrinsik natrium

tiosulfat bersifat nontoksik tetapi produk hasil reaksi detoksifikasi antara natrium

tiosulfat dengan sianida dapat bersifat toksik

1. Permasalahan

Yang timbul dalam penelitian ini adalah :

1. Berapa besar dosis efektif natrium tiosulfat dengan cara pemberian i.p. untuk

keracunan sianida pada mencit?

2. Bagaimana wujud dan sifat penawaracunan sianida oleh natrium tiosulfat

secara pengamatan fisik dan struktural?

2. Keaslian penelitian

Penelitian mengenai natrium tiosulfat sebagai antidot pada keracunan

sianida sudah pernah dilakukan, yaitu : Ann (2005), meneliti natrium tiosulfat

untuk keracunan sianida akut pada tikus. Hasil penelitian yaitu efek terapi natrium

tiosulfat ditunjukkan pada dosis 225 mg/kgBB secara i.p.

Penelitian mengenai Dosis Efektif natrium tiosulfat sebagai antidotum

untuk keracunan sianida pada mencit jantan galur Swiss sepanjang pengetahuan

penulis belum pernah ada yang melakukan. Perbedaan dengan pene litian tentang

na-tiosulfat sebelumnya terletak pada hewan uji yang digunakan.

3. Manfaat penelitian

1. Manfaat teoritis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

4

Penelitian ini bermanfaat dalam pengembangan pengetahuan tentang

natrium tiosulfat sebagai antidotum keracunan sianida.

2. Manfaat metodologis

Penelitian ini dapat memberi informasi tentang dosis efektif natrium

tiosulfat dengan cara pemberian i.p. sebagai antidotum dalam keracunan sianida

pada hewan uji mencit.

3. Manfaat praktis

Penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui berapa besar dosis

efektif dari natrium tiosulfat yang dapat digunakan pada manusia.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian mengenai Dosis Efektif natrium tiosulfat sebagai

antidotum untuk keracunan sianida pada mencit jantan galur Swiss untuk

mengetahui

1. Seberapa besar dosis efektif natrium tiosulfat dengan cara pemberian i.p.

untuk keracunan sianida pada mencit.

2. Wujud dan sifat penawaracunan sianida oleh natrium tiosulfat secara

pengamatan fisik dan struktural.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

5

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Sianida

1. Tinjauan sejarah

Sianida sudah dikenal sebagai racun dalam kenari yang pahit, ceri, daun

salam, dan singkong sejak jaman dahulu. Sebuah catatan pada sebuah lontar Mesir

dalam museum Louvre, Paris menuliskan bahwa Dioscorides pada abad pertama,

SM, telah mengetahui adanya sesuatu yang beracun di dalam kenari yang pahit

(Sykes, 1981).

Mekanisme biokimia untuk menawaracunkan sianida telah dijelaskan

oleh Chen dkk. (1933, 1934). Mereka manganjurkan penggunaan sebuah

kombinasi amil nitrit, natrium nitrit, dan natrium tiosulfat, senyawa terakhir

berfungsi sebagai donor sulfur untuk rhodanese (sulfur transferase). Rhodanese

mempercepat detoksifikasi sianida dengan membentuk metabolit tiosianat. Ini

menunjukkan perkembangan salah satu penawar racun pertama berdasarkan

alasan ilmu pengetahuan tentang racun yang ilmiah. Kombinasi penawar racun ini

telah teruji lama, dan masih menunjukkan kombinasi penawar racun yang paling

mujarab untuk terapi keracunan akibat sianida.

2. Sumber- sumber potensial sianida

a. Sumber-sumber dari industri

Sianida digunakan di industri dan untuk mengontrol serangga atau

binatang yang merugikan. Hidrogen sianida digunakan untuk mengasapi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

6

bangunan, kapal dan pesawat yang terserang serangga atau binatang yang

merugikan. Garam sianida, seperti natrium sianida dan kalium sianida digunakan

dalam proses pembersihan, penguat, ekstraksi bijih pada pertambangan, serta

elektroplating (Henry, 1997).

Nitril adalah turunan siano dari senyawa organik. Asetonitril digunakan

sebagai pelarut dan sedikit mengandung racun (LD50 = 120 mg/kg) dibanding

hidrogen sianida (LD50 = 0,5 mg/kg), tetapi sering mengandung campuran racun

yang berkaitan dengan metabolisme sianida anorganik. Ketika nitril alifatik

mengalami metabolisme menjadi sianida anorganik, ikatan aroma nitril stabil in

vivo. Akrilonitril adalah bahan kasar yang digunakan untuk pabrik plastik dan

serat sintetis. Bersinggungan dengan kulit dapat menyebabkan kulit melepuh.

Pembakaran menghasilkan hidrogen sianida. Akrilonitril dan propionitril sedikit

mengandung racun (LD50 = 35 mg/kg) dibanding butironitril (LD50 = 10 mg/kg).

Trikloroasetonitril (LD50 = 200 mg/kg) digunakan sebagai obat pembasmi

serangga. Aroma nitril, bromoksinil (LD50 = 190 mg/kg) dan ioksinil (LD50 =

110 mg/kg), digunakan sebagai obat pembasmi tanaman liar. Sianamida, asam

sianoasetk, ferrisianida dan ferrosianida tidak mengeluarkan sianida. Sehingga

mereka mangandung sedikit racun (LD50 = 1000-2000 mg/kg) dibanding

senyawa sianogenik diatas, walaupun mereka mungkin menyebabkan keracunan

dengan cara lain misalnya sianida yang dicampur dengan alkohol (Olson, 2007).

b. Sumber- sumber non- industri

Api dan pengatur polusi kendaraan dilengkapi dengan kegagalan

pemakaian pengubah katalitis (Voorhoeve dkk., 1975) menghasilkan sianida. Zat-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

7

zat alami seperti wol, sutera, rambut kuda, dan tembakau serta bahan sintetis

modern seperti poliuretan dan poliakrilonitril, mengeluarkan sianida selama

pembakaran (Levine dkk., 1978; Birky dkk., 1979; Anderson & Harland, 1982;

Clark dkk., 1983 ; Alarie, 1985 ; Lowry dkk., 1985) (Tabel I)

Tabel I. Hidrogen sianida yang dihasilkan oleh pembakaran (Montgomery dkk. (1975))

Bahan µg HCN yang dihasilkan per gram bahan Kertas 1100 Katun 130 Wol 6300 Nilon 780 Busa poliuretan 1200

c. Sumber- sumber alam

Sianida ditemukan dalam bahan makanan seperti kol, bayam, dan kenari,

dan sebagai amigdalin dalam biji apel, persik, kismis, ceri dan biji kenari. Dalam

biji- biji itu sendiri, amigdalin tampak tidak berbahaya selama itu kering. Akan

tetapi, biji- biji mengandung sebuah enzim yang mampu mengatalisis reaksi

hidrolitis berikut ini ketika biji-biji itu dihancurkan dan dibasahi (Olson, 2007) :

C20H27NO11 + 2H2O -- > 2C6H12O6 + C6H5CHO + HCN

Amigdalin glukosa benzaldehid hidrogen sianida

Reaksi itu lambat dalam asam tetapi cepat dalam larutan alkali.

Minyak alami dari kenari yang pahit mengandung 4% HCN. Kacang

lima putih Amerika mengandung 10 mg sianida/100 g kacang. Akar kering ketela

(tapioka) mungkin mengandung 245 mg sianida/100 g akar. Kandungan sianida

dalam 100 g biji aprikot yang ditanam telah ditemukan menjadi 9mg dan dalam

biji aprikot liar lebih dari 200 mg (Olson, 2007).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

8

d. Sumber- sumber iatrogenik

Sianida juga dibentuk pada terapi menggunakan nitroprusida, terutama

ketika diperpanjang, karena takifilaksis kadang membutuhkan penggunaan dosis

yang lebih tinggi daripada dosis maksimum yang dianjurkan 10 µg/kg per min

(Smith & Kruszyna, 1974; MacRae & Owen, 1974; Piper, 1975; Atkins, 1977;

Anon, 1978). Sianida mengakibatkan metabolisme menjadi tiosianat. Tiosianat

telah digunakan beberapa tahun yang lalu sebagai agen antihipertensi dan mereka

tampak sering digunakan karena sangat efektif. Sedangkan pada jenis efek akut

sedang, termasuk anoreksia, kelelahan, dan sistem gastrointestinal dan gangguan

CNS, mendorong pada keburukan mereka.

Laetril, amigdalin berasal dari biji aprikot, telah digunakan sebagai

sebuah agen anti kanker, tetapi sekarang tidak terpakai karena efek pengobatan

tidak dapat dipraktekkan dalam pembelajaran retrospektif dan prospektif. Laetril

telah menyebabkan keracunan sianida yang fatal (Sadoff dkk., 1978).

3. Jenis keracunan pada sianida

a. Keracunan akut sianida

Secara umum, menghirup kira-kira 50 ml (konsentrasi 1,85 mmol/l) gas

hidrogen sianida fatal dalam beberapa menit. Keracunan hidrogen sianida lebih

sering secara tidak sengaja daripada sengaja. Sehingga keracunan sianida secara

tidak sengaja mungkin terjadi pada pengasap dan ahli kimia yang menggunakan

hidrogen sianida selama jalannya pekerjaan mereka (Chen dkk., 1944).

Pada kebakaran, kombinasi keracunan HCN dan karbon monoksida (CO)

terjadi karena terhirupnya asap dari barang yang terbakar, mungkin menyebabkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

9

kefatalan. Menelan garam sianida yang secara sengaja biasanya terjadi pada orang

yang bekerja dengan sianida. Menelan sedikitnya 250mg garam sianida anorganik

mungkin bisa fatal (Peters dkk., 1982). Akan tetapi, kematian bisa ditunda

beberapa jam mengikuti proses pencernaan sianida pada perut yang penuh; first-

pass effect yang terjadi di hati juga dapat menunda onset dari sianida (Naughton,

1974).

b. Keracunan kronis sianida

Neurotoksisitas kronis karena dosis rendah telah diteliti dengan

pendekatan epidemiologi pada populasi yang mengkonsumsi secara alami

tanaman yang mengandung glikosida (Blanc dkk., 1985). Glikosida ini terdapat

dalam banyak jenis spesies tanaman, terutama tanaman singkong, bahan makanan

utama daerah tropis (Conn, 1973; Cook & Coursey, 1981; Ministry of Health,

Mozambique, 1984). Ketela telah dihubungkan dengan ataxic neuropati tropis

(Cook & Coursey, 1981). Paraparesis wabah kejang telah dihubungkan dengan

sebuah kombinasi kadar sianida yang tinggi dan belerang rendah yang masuk dari

makanan yang didominasi oleh ketela yang kurang diproses dan suplemen yang

kurang protein (Rosling, 1989).

Neurotoksologi juga telah ditemukan pada tembakau yang berhubungan

dengan ambliopia (Grant, 1980) dan pada amigdalin yang berhubungan dengan

neuropati perifer (Kalyanaraman dkk., 1983). Keracunan sianida jangka panjang

telah ditunjukkan berhubungan dengan pembesaran dan gangguan pada kelenjar

tiroid pada laporan kasus dan cohort studies dari individu yang terpapar sianida

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

10

dalam pekerjaannya (Blanc dkk., 1985), melalui makanan yang dikonsumsi (Cook

& Coursey, 1981), dan secara eksperimental (El Ghawabi dkk., 1975).

4. Mekanisme keracunan sianida

Sianida mempunyai afinitas khusus pada ion-ion besi yang ada dalam

sitokrom oksidasi, enzim akhir pada respirasi oksidatif dalam mitokondria. Enzim

ini merupakan katalisator yang penting untuk penggunaan oksigen pada jaringan.

Ketika sitokrom oksidasi dihambat oleh sianida, histotoksik anoksia terjadi karena

metabolisme aerobik yang terhambat. Pada keracunan sianida besar-besaran,

mekanisme keracunan lebih rumit. Ini memungkinkan bahwa getaran bebas dari

amina biogenic mungkin berperan dengan menyebabkan gagal jantung (Burrows

& Way, 1976).

Sianida dapat menyebabkan vasokonstriksi pembuluh paru-paru dan atau

pembuluh jantung, yang akan mengakibatkan, secara langsung dan tidak

langsung, pada gagal pemompaan dan penurunan volume darah pada sirkulasi

didalam tubuh yang dipengaruhi oleh penurunan fungsi organ jantung. Teori ini

didukung oleh peningkatan yang tajam pada tekanan pembuluh darah pusat yang

telah diobservasi oleh Vick & Froelich (1985) pada waktu ketika tekanan

pembuluh darah arteri turun setelah pengambilan natrium sianida ke dalam

pembuluh darah pada anjing. Observasi bahwa phenoxybenzamine, sebuah alfa

adrenergic menghalangi obat, secara terpisah mencegah perubahan awal (Vick &

Froelich, 1985) mendukung konsep getaran awal menyatakan tidak berhubungan

dengan penghambat sistem oksidasi sitokrom.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

11

Bau kenari yang pahit dalam udara yang kadaluarsa adalah tanda penting

keracunan sianida. Namun banyak orang tidak mampu merasakan bau asam

hydrocyanic (Kalmus & Hubbard, 1960). Timbulnya “non-smeller” dilaporkan

menjadi 18% diantara laki- laki dan 5% diantara wanita (Kirk & Stenhouse, 1953;

Fukumoto dkk., 1957).

Secepatnya setelah menelan sianida, gejala yang sangat awal, seperti

iritasi lidah dan selaput lender, mungkin dialami. Aspirasi darah kotor mungkin

diobservasi jika pencucian lambung dilakukan. Gejala awal dan tanda- tanda yang

terjadi setelah penghisapan HCN atau proses pencernaan garam sianida termasuk

kegelisahan, sakit kepala, pusing, kebingungan, dan hiperpnea, diikuti oleh

dispnea, membiru, hipotensi, bradikardi, dan sinus atau aritmia simpul AV.

Pada tahap kedua keracunan, kesadaran yang lemah, koma dan gangguan

hebat terjadi dan kulit menjadi dingin, lembab, dan basah. Detak jantung menjadi

lebih lemah dan lebih cepat. Opisthotonos dan trismus mungkin diobservasi.

Tanda terakhir dari keracunan sianida termasuk hypotension, arrythmias komplek,

gagal pembuluh darah jantung, oedema paru- paru dan kematian.

Bahwa pewarnaan kulit merah terang atau ketidakadaan pembiruan yang

disebutkan dalam buku pelajaran (Gosselin dkk., 1984; Goldfrank dkk., 1984)

jarang dijelaskan dalam laporan kasus keracunan sianida oleh sebab itu harus

lebih ditekankan. Secara teori tanda ini bisa dijelaskan oleh oxyhaemoglobin yang

berkonsentrasi tinggi dalam pembuluh darah balik, tetapi, terutama pada

keracunan besar- besaran, gagal pembuluh darah akan mencegah ini dari kejadian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

12

Kadang-kadang, pada awalnya pembiruan bisa diobservasi, ketika kemudian

pasien bisa menjadi merah muda terang (Hilmann dkk., 1974).

Patogenesis udem paru-paru bisa dimaksudkan untuk beberapa

mekanisme yang berbeda: (1) proses metabolisme intraselular yang bisa melukai

alveolus dan pembuluh rambut epithelium secara langsung, menghasilkan

sindrom kebocoran pembuluh rambut; (2) udem paru-paru neurogenik atau, (3)

hampir sama, efek langsung pada miokardium mengarahkan ke kegagalan jantung

bagian kiri dan peningkatan tekanan pembuluh darah paru-paru. Otak secara jelas

adalah organ utama yang dilibatkan dalam keracunan sianida dan ini telah

ditunjukkan bahwa sianida meningkatkan laktat otak dan menurunkan konsentrasi

ATP otak (Olsen & Klein, 1974).

5. Pemeriksaan laboratorium

a. Asidosis laktat

Karena phosphorylation oksidasi ditutup, tingkat glikolisis ditingkatkan

dengan jelas, dimana berubah mengarah pada asam susu. Tingkat asam susu bisa

dihubungkan dengan kehebatan keracunan sianida (Trapp, 1970; Naughton,

1974).

b. Konsentrasi sianida dalam darah dan plasma

Sebelum perawatan intravenous dengan penawar racun dimulai, penting

mengumpulkan heparinise (bukan fluoride) contoh darah untuk menentukan

konsentrasi sianida. Hasil dari contoh yang dikumpulkan setelah perawatan benar-

benar tidak bisa dipercaya. Sebuah tes kuantitatif yang menggunakan sebuah

pembuluh detektor bisa digunakan jika diagnosanya diragukan. Darah juga bisa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

13

digunakan untuk tes kuantitatif, sehingga kehebatan racun bisa dievaluasi.

Pengukuran obat setelah perawatan penawar racun seharusnya didasarkan pada

kondisi klinis dari pasien daripada konsentrasi darah sianida (Berlin, 1971; Vogel

dkk., 1981; Peter dkk., 1982). Karena konsentrasi darah sampai 0,005-0,04 mg/l

telah direkam pada kesehatan orang yang tidak merokok, dan 0,01-0,09 mg/l pada

perokok, hanya konsentrasi diatas jumlah ini sebelumnya dianggap racun (Vogel

dkk., 1981; Peters dkk., 1982). Lundquist dkk., (1985) melaporkan bahkan

konsentrasi lebih rendah: bukan perokok 3,4 µg/l (seluruh darah), 0,5 µg/l

(plasma), 6,0 µg/l (eritrosit); perokok 8,6 µg/l (seluruh darah), 0,8 µg/l (plasma),

17,7 µg/l (eritrosit).

Keracunan sianida yang fatal telah dilaporkan dengan seluruh konsentrasi

darah 3 mg/l dan keracunan parah dengan 2mg/l (Graham dkk., 1977). Akan

tetapi, ketika sianida masuk aliran darah, sampai 98% secara cepat memasuki sel

darah merah dimana itu menjadi ikatan yang kuat. Rasio Plasma ke perbandingan

darah sebesar 1:10 sehingga seluruh konsentrasi darah sianida mungkin tidak

secara akurat mencerminkan konsentrasi sianida pada jaringan. Konsentasi sianida

dalam plasma mungkin menjadi lebih penting karena pada keracunan yang parah

itu terjadi jika konsentrasi dalam plasma berada dalam level sedang (Vesey dkk.,

1976). Akan tetapi, kelemahan dari penggunaan plasma dalam mendeteksi sianida

dalam dugaan keracunan karena ketidakstabilan sianida dalam plasma (Lundquist

dkk., 1985).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

14

6. Detoksifikasi sianida secara biologis

Jalan kecil utama penghilangan endogen adalah pengubahan, dengan

menggunakan tiosulfat, menjadi tiosianat. Jalan kecil pengeluaran adalah

pengeluaran hidrogen sianida melalui paru-paru dan mengikat sistein atau

hidroksokobalamin.

Penghilangan sianida terjadi secara perlahan pada tingkat 0,017 mg/kg

per min (McNamara, 1976). Enzim sulfurtransferase dibutuhkan untuk mengatalis

pengiriman atom sulfur dari pemberi tiosulfat sampai sianida. Teori klasik yang

menandakan bahwa mitokondrial tiosulfat sulfurtransferase adalah enzim

terpenting dalam reaksi ini yang sekarang diragukan karena tiosulfat menembus

selaput lipid secara perlahan dan sehingga tidak siap sedia sebagai sumber sulfur

pada keracunan sianida. Konsep modern menganggap peranan yang lebih besar

pada komplek serum albumin-sulfane, yang penahan utama penghilangan sianida

yang berjalan pada metabolisme normal (Sylvester dkk., 1983). Enzim berikutnya,

beta-merkaptopiruvat sulfurtransferase, juga mengubah sianida menjadi tiosianat

(Vesey dkk., 1974). Enzim ini ditemukan dalam eritrosit, tetapi dalam sel-sel

manusia aktifitasnya rendah.

B. Terapi pada Keracunan Sianida

1. Terapi suportif

Walaupun penawar racun yang efektif tersedia, pengukuran pendukung

umum seharusnya tidak diabaikan dan mungkin menjadi penyelamat hidup.

Menurut Jacobs (1984), yang melaporkan pengalaman pribadinya dari 104 kasus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

15

keracunan industri, penggunaan penawar racun tertentu ditunjukkan hanya dalam

kasus keracunan yang hebat dengan koma yang lama, biji mata yang tidak reaktif,

dan pernapasan yang kurang dalam kombinasi dengan kurangnya peredaran darah.

Pada pasien dengan keracunan yang lumayan hebat, yang hanya mengalami

ketidaksadaran singkat, gangguan hebat, muntah, dan membiru, terapi terdiri dari

perawatan intensif dan memberikan natrium tiosulfat ke dalam pembuluh darah.

Pada kasus keracunan ringan dengan kepeningan, rasa mual, dan rasa mengantuk,

hanya oksigen dan istirahat yang digunakan.

Peden dkk. (1986) menjelaskan sembilan pasien yang keracunan

hidrogen sianida dikeluarkan oleh kebocoran katup. Tiga diantaranya tidak sadar

sebentar tapi sembuh dengan cepat setelah dipindah dari daerah dimana mereka

bekerja. Pembuluh urat nadi seluruh darah konsentrasi sianida pada pintu masuk

adalah 3.5, 3.1 dan 2.8 mg/l, secara berturut- turut. Konsentrasi sianida pada kasus

lain berkisar antara 2.6 dan 0.93 mg/l. semua disembuhkan hanya dengan terapi

pendukung.

Antara tahun 1970 dan tahun 1984, tiga relawan laki- laki diberikan

perlakuan yang sama; dua diantaranya menunjukkan hasil kehilangan kesadaran

yang singkat, dan dalam kasus ini konsentrasi sianida 30 min setelah pemejanan

adalah 7,7 dan 4,7 mg/L. Konsentrasi pada pasien yang lain adalah 1,6 mg/L.

Ketiga pasien sembuh tanpa penggunaan penawar racun sianida. Sebagian kecil

pasien yang tidak sadar dengan potensi konsentrasi racun dalam darah yang

mematikan pada pemejanan, dan yang sembuh tanpa penawar racun sianida, telah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

16

dilaporkan oleh Graham dkk. (1977), Edward & Thomas (1978), dan Vogel dkk.

(1981).

Jika pasien tidak sadar, sebuah penawar racun tidak penting untuk

ditangani secara cepat kecuali tanda yang penting/ mematikan memburuk. Pasien

yang terkena hidrogen sianida yang sampai rumah sakit dengan kesadaran penuh

hanya membutuhkan observasi dan penenangan hati.

2. Terapi antidot

a. Oksigen

Ini sangat sulit dimengerti bagaimana oksigen mempunyai efek bagus

dalam keracunan sianida, karena pencegahan oksidasi sitokrom tidak kompetitif.

Akan tetapi, oksigen selalu dianggap sebagai sebuah ukuran pertolongan pertama

pada keracunan sianida, dan sekarang ada bukti yang bersifat percobaan bahwa

oksigen mempunyai aktifitas penawar racun yang penting. Oksigen mempercepat

reaksi oksidasi sitokrom dan melindungi terhadap pencegahan oksidasi sitokrom

oleh sianida (Takano dkk., 1980). Meskipun demikian, ada kemungkinan tindakan

lain dan yang secara klinis penting untuk ditentukan.

Oksigen hiperbarik dianjurkan untuk korban penghirupan asap yang

menderita dari gabungan karbon monoksida dan keracunan sianida, karena dua

agen ini secara gabungan racun. Penggunaan oksigen hiperbarik pada keracunan

sianida yang murni masih diperdebatkan.

b. Natrium tiosulfat

Jalan utama penghilangan sianida dalam tubuh adalah pengubahan

menjadi tiosianat oleh rhodanese, walaupun sulfurtransferase yang lain, seperti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

17

beta-mercaptopiruvat sulfurtransferase, mungkin juga dilibatkan. Reaksi ini

membutuhkan sumber sulfane sulfur, tapi penyedia endogen dari zat ini terbatas.

Keracunan sianida adalah proses intramitokondrial dan sebuah penyediaan sulfur

ke dalam pembuluh darah hanya akan menembus mitokondria secara perlahan.

Sedangkan natrium tiosulfat mungkin cukup pada kasus ringan sampai berat, ini

seharusnya ditangani dengan penawar racun yang lain pada kasus keracunan yang

berat. Selain itu pemilihan penawar racun juga dibutuhkan ketika diagnosa racun

sianida tidak pasti, sebagai contoh pada kasus penghirupan asap. Natrium tiosulfat

dianggap pada dasarnya tidak beracun tetapi produk penghilang racun dibentuk

dari sianida, tiosianat, mungkin menyebabkan keracunan pada pasien dengan

kelainan ginjal.

C. Natrium Tiosulfat

Penggunaan natrium tiosulfat sebagai penawar racun telah dicatat dalam

kepustakaan tentang keracunan yang berkaitan dengan sianida, gas mustard,

mustard nitrogen, bromat, klorat, brom, yodium, sisplatin, dan obat-obatan

tertentu (Dactinomycin, Mechlorethamine, Mitomycin) ketika dipaksa keluar dari

pembuluh. Juga ada beberapa referensi tentang efeknya pada iodat dan racun

hipoklorit. Peranan utama natrium tiosulfat terletak pada perawatan keracunan

sianida.

1. Dasar pemikiran untuk memilih antidot

Efek natrium tiosulfat sebagai penawar racun pada keracunan sianida

juga diabadikan dengan baik, dan pertama kali diperagakan oleh Lang (1985).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

18

Beberapa pengarang percaya ini akan menjadi pemawar racun yang bekerja cukup

lambat, walaupun yang lain telah memperagakan bahwa ini bekerja lebih cepat

dibanding pemikiran yang sebelumnya, memungkinkan pengubahan sianida

menjadi tiosianat (Krapez dkk., 1981). Tiosulfat membantu menghilangkan

sianida pada enzim rhodanese. Akan tetapi, rhodanese adalah sebuah enzim

intramitokondrial dan tiosulfat membatasi kemampuan untuk menembus sel dan

selaput mitokondrial. Sehingga penyaluran tiosulfat hampir secara ekslusif

ekstraseluler (Cardozo & Edelman, 1952), sedangkan kerja penawar racunnya

telah dianggap terjadi secara intraseluler. Gambaran ini sekarang sedang dipelajari

kembali dalam keterangan bukti penelitian mutakhir.

2. Kelompok risiko

Tidak ada kelompok resiko khusus yang dapat diidentifikasi mengenai

penggunaan natrium tiosulfat. Akan tetapi, harus dicatat bahwa kemungkinan

terdapat pengurangan kemampuan untuk mengubah sianida menjadi tiosianat

dalam beberapa penyakit, contohnya, racun ambliopia (pada tembakau ambliopia

tertentu) dan berhentinya pertumbuhan penglihatan turun-temurun Leber (Wilson,

1965; Darby & Wilson, 1967). Secara tidak normal aktifitas rhodanese yang

rendah dalam hati telah dijelaskan pada dua pasien dengan berhentinya

pertumbuhan penglihatan turun- temurun Leber (Grant, 1986).

3. Nama dan rumus kimia

Nama internasional tanpa kepemilikan: Natrii thiosulfas; natrium

thiosulfate (Thiosulfate); Thiosulfate de natrium; Natrium thiosulfuricum;

natriumthiosulfat (Hager, 1977). Nomer CAS: 10102-17-7 untuk natrium

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

19

thiosulfate, pentahydrate (NIOSH, 1986); 7772-98-7 untuk natrium thiosulfate,

anhydrous, (NIOSH, 1986).

Nama IUPAC : Natrium Thiosulfate, pentahydrate

Perusahaan : siap tersedia di banyak Negara.

Nama Komersil : secara komersil tersedia sebagai natrium thiosulfate atau sama

di banyak Negara.

Formula : Na2S2O3.5H2O (Martindale, 1989)

Rata-rata berat molekul : 248.2 (Martindale, 1989)

Spesifikasi garam kimia yang digunakan: natrium tiosulfat mangandung

tidak kurang 99.0% dan tidak lebih atau sama dengan 101.0% Na2S2O3.5H2O

(Farmakope Eropa, 1980); transparan, kristal yang tidak berwarna (Farmakope

Eropa, 1980); tidak berwarna, tidak berbau, (atau hampir tidak berbau) kristal

prisma monoklinik, atau serbuk kristal yang kasar dengan rasa garam (Martindale,

1989).

4. Sifat fisiko-kimia

a. Titik lebur dan titik didih.

Natrium tiosulfat larut dalam air pengkristalannya sendiri kira-kira pada

49ºC (Farmakope Eropa, 1980; Martindale, 1989). Ini kehilangan seluruh airnya

pada 100ºC dan terurai pada suhu yang lebih tinggi (Windholz, 1983). Di atas

200-300ºC, ini terurai menjadi sulfat dan pentasulfida (Kirk-Othmer, 1969; Hager,

1977). Ketika dipanaskan sampai titik penguraian, uap dari sulfur oksida terpancar

(Sax, 1984; PoisIndex, 1987).

b. Kelarutan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

20

Kemampuan larut yang tinggi dalam air (2 bagian natrium tiosulfat

dalam 1 bagian air) (Martindale, 1989; Windholz, 1983).

c. Kestabilan

Memuai dalam panas (&gt30ºC) udara yang kering. Sedikit higroskopik

di udara yang lembab (Windholz, 1983). Disimpan dalam wadah kedap udara

(Martindale, 1989). Pelarut yang encer membatasi kestabilan yang berkaitan

dengan kecenderungan untuk mengurai secara perlahan seperti reaksi berikut ini:

Na2S2O3 -- > Na2S2O3 + S (larutan netral atau asam)

Na2S2O3 + H2O -- > Na2SO4 + H2S (larutan alkali)

Reaksi pertama dipercepat oleh asam dan yang kedua oleh udara atau

oksigen. Larutan natrium tiosulfat yang encer mengurai lebih cepat dalam panas.

Penyimpanan dengan akse yang terbatas pada udara dan cahaya dalam lingkungan

yang dingin meningkatkan kestabilan (Kirk-Othmer, 1969; Martindale, 1989;

Windholz, 1983).

Tiosulfat yang dapat disuntikkan disimpan dalam tempat kaca kecil yang

tersegel selama tiga tahun menunjukkan tidak adanya perubahan penting pada

komposisi.

d. Pembawa

Untuk tiosulfat yang dapat disuntikkan (0.15g/ml) : natrium fosfat

dodekahidrat (Na2HPO4.12H2O) 1.2% (informasi dari Perusahaan Nasional

Farmasi Swedia).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

21

5. Mekanisme penawaracunan

Jalan utama penghilangan sianida dalam tubuh adalah pengubahan

menjadi tiosianat. Reaksi ini membutuhkan sumber sulfur sulfan (sulfur

dwivalensi terikat pada sulfur lain) dan dikatalis oleh sulfur transferase. Telah

dianjurkan bahwa ada kelompok psikologi sulfur sulfane reaksi sianida menempel

pada albumin yang mungkin bekerja sebagai penyangga melawan produksi

endogen sianida (Westley dkk., 1983; Way dkk., 1984). Tiosulfat ada dalam tubuh

hanya dalam jumlah kecil, sebagian besar diperoleh dari sistin dan senyawa

mercapto yang lain. Cadangan psikologi yang tersedia untuk penghilangan sianida

menjadi terbatas (Schulz dkk.1979b)

Rhodanase

Na2S2O3 + CN- SCN + Na2S2O3

Ini disalurkan ke seluruh tubuh, konsentrasi paling tinggi ditemukan

dalam hati, dan sebagian besar terletak dalam rahim mitokondria (Westley dkk.,

1983). Keberadaan oksidasi tiosianat yang dapat mengoksidasi tiosianat kembali

menjadi sianida (Goldstein & Rieders, 1953) telah dipertanyakan. Akan tetapi, ini

sekarang terhubung dengan formasi artifaktual HCN selama pengujian kadar

logam (Vesey, 1979).

Natrium tiosulfat mengandung dwivalensi pemberi sulfur yang penting

terikat pada sulfur yang lain dan ini adalah pemberi sulfur utama untuk rhodanese

dalam pengubahan sianida menjadi tiosianat. Sedangkan rhodanese tersedia

berlebih dalam tubuh, kekurangan pemberi sulfur yang cocok adalah faktor

pembatas rata-rata untuk jalan penghilangan racun pada keracunan sianida. Ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

22

adalah dasar pemikiran untuk pengambilan natrium tiosulfat pada keracunan

sianida sehingga kapasitas endogen penghilang racun tubuh ditingkatkan.

6. Profil biokimia/farmakologi lain

a. Farmakokinetik

Ketika tiosulfat dosis tinggi disuntikkan pada mamalia, bagian yang lebih

besar dikeluarkan tidak diubah oleh pengeluaran ginjal tapi jumlah tertentu

dioksidasi menjadi sulfat. Bagian kecil terakhir meningkat karena dosis tiosulfat

menurun. Oksidasi tiosulfat menjadi sulfat terjadi dalam hati dengan dua langkah

jalan kecil enzim. Pembelajaran oleh Gilman dkk. (1946) membuktikan bahwa

penyuntikan tiosulfat ke dalam pembuluh darah secepatnya disalurkan dalam

tempat cairan extracellular dan bahwa pembuangan ginjalnya terjadi penyaringan

syaraf ginjal. Percobaan hewan lebih lanjut telah menunjukkan bahwa sistem

pengangkutan tabung mungkin juga terjadi (Sörbo, 1972).

Tiosulfat disimpan dan diserap kembali dalam manusia dan anjing,

menurut Bucht (1949) dan Foulks dkk. (1952). Pembersihan tiosulfat rendah, tapi

pada tingkat yang tinggi pembersihan sama dengan mutu penyaringan syaraf

ginjal. Ini berarti bahwa pada tingakatan plasma tiosulfat yang tinggi,

penyimpanan Tm (pengiriman maksimal) sama dengan penyerapan kembali Tm,

sedangkan pada tingkat plasma yang rendah seluruh penyaringan dan

penyimpanan tiosulfat diserap kembali sehingga ada sebuah pengurangan nilai

pembersihan tiosulfat.

Volume penyaluran, seperti yang ditentukan pada berat anjing 8.5-14.4

kg, pada rata-rata, 3 1 (Cardozo & Edelman, 1952).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

23

Rhodanase

Na2S2O3 + CN- SCN + Na2S2O3

Reaksi katalis sulfurtransferase dimana sulfur sulfan diikutkan,

rhodanase adalah sulfurtransferase yang telah banyak dipelajari secara ekstensif.

Rhodanase mengakatalis pengiriman sulfan.

Pembelajaran secara kinetik telah menunjukkan bahwa ada tempat

kationik pada rhodanase untuk pemberi anionik sulfur (Westley dkk,1983)

sebagian besar dosis tiosulfat yang disuntikkan dikeluarkan dan tidak mengalami

perubahan. Tiosulfat dianggap menyebar secara perlahan melalui selaput sel

(Himwich dan Saunders, 1948; Sorbo,1962).

Menurut Crompton dkk, (1974), tiosulfat bisa menggunakan pembawa

dikarboksilat untuk memasuki mitokondria, seperti yang ditunjukkan pada

percobaan dengan menggunakan mitokondria pada hati tikus. Sistem ini khusus

pada senyawa anion valensi dua.

Telah ditunjukkan oleh Szczepkowski dkk,(1961) bahwa ketika

menggunakan tiosulfat yang dilabeli 2 atom sulfur mempunyai keuntungan yang

berbeda selama serangkaian proses metabolisme pada hewan. Pada tikus, atom

sulfur dalam dihilangkan sangat cepat dihilangkan dalam bentuk sulfat ketika

atom luar diubah menjadi sulfat lebih lambat, mungkin mulai melalui jumlah

tingkat tahap tengah.

Ketika hewan percobaan disuntik dengan tiosulfat yang mengandung 35S

pada posisi sulfannya secara ekslusif. Ini seluruhnya dapat ditemukan berlabel

dalam plasma secepat sampel yang diperoleh (Schneider dan Westley, 1969).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

24

Percobaan pada anjing (Michefelder dan Tinker,1977; Schulz dkk,1979b)

telah menunjukkan bahwa kapasitas persediaan endogen tiosulfat untuk

menghilangkan sianida dilebihkan jika natrium nitroprusside diatur sebagai infus

yang terus menerus pada rata-rata lebih dari 0,5 mg/kg/jam ketika hewan

percobaan menerima dosis yang lebih tinggi dari 0,5/mg/kg/jam, konsentrasi

darah sianida mereka meningkat secara bertahap. Hewan percobaan yang

menerima dosis yang sama mengalami kondisi yang sama tetapi dengan

pemberian infus tiosulfat tambahan 6 x (b/b) dosis natrium nitroprusside tidak

menunjukkan tanda yang tidak normal. Volume urin dalam anjing yang diberi

tiosulfat diatas 48 jam periode kira-kira 2x hewan yang tidak diberi, barangkali

berhubungan dengan peningkatan rata-rata formasi tiosianat dan penghasil

osmotik diuresis. Hasil yang sama diperoleh dalam percobaan pada kelinci (Hobel

dkk, 1978).

b. Farmakodinamik

Setelah induksi natrium nitroprusida (SNP) akut. Pemejanan pada kelinci

secara injeksi bolus tiosulfat dan hidroksokbalamin (Vit B12a) pada SNP/

perbandingan konsentrasi molar penawar racun 1:5 sama efektifnya pada

pengurangan tanda awal keburukan asidosis metabolik (Pill dkk,1980). Selama

masa pengamatan berikutnya kelebihan dasar B12a sebagai penawar racun

didapati lebih rendah daripada dengan tiosulfat, ketika 2 penawar racun diberikan

secara paralel dengan dosis SNP tinggi natrium tiosulfat terbukti lebih bagus dari

B12a. Pengarang menganjurkan bahwa untuk tujuan klinis SNP harus selalu

diatur dalam kombinasi tiosulfat (1:5).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

25

Sebuah molekul SNP mengandung 5 ion sianida, sehingga tiosulfat harus

diberikan dalam pervandingan molar paling tidak 5 : 1, yang cocok untuk dosis 4

bagian oleh berat natrium tiosulfat terhadap salah satu SNP. Schulz dkk. (1979b)

menganjurkan bahwa karena tiosulfat dimetabolis dan dihilangkan dengan cepat

dari tubuh lebih baik untuk mengaturnya secara berlebih dengan infus yang

berkala.

Chen dkk, (1934) menunjukkan bahwa natrium tiosulfat menghilangkan

racun sianida sampai 3x dosis minimal yang mematikan (MLD), dosis tiosulfat

yang berbeda secara i.p untuk tikus pada waktu yang berbeda setelah

penyuntikkan sub lethal atau lethal dosis sianida (Schubert dan Brill, 1968).

Ketika tiosulfat diberikan kepada tikus 5 menit setelah sianida, waktu setelah

penyembuhan dari keracunan sianida sangat diperpendek, tikus diberi tioslufat 10

menit setelah sianida (ketika pencegahan oksidasi sitokrom hati maksimal)

sembuh 5-10 menit kemudian sebagai pengganti 30-40 menit secara normal yang

dibutuhkan tanpa perawatan.

c. Toksikologi

Penghilangan hasil sianida, tiosianat, dikeluarkan dalam air seni.

Konsentrasi tiosianat normalnya 1-4 mg/l dalam plasma bukan perokok dan 3-12

mg/l pada perokok. Tiosianat plasma setengah hidup pada pasien dengan fungsi

ginjal normal adalah 4 h (Blaschle & Melmon, 1980), tapi pada ginjal yang tidak

normal ini secara jelas diperpanjang dan sehingga resiko keracunan pada para

pasien meningkat (Schulz dkk., 1978). Tingkat tiosianat yang lebih dari 100 mg/l

dianggap berkaitan dengan keracunan. Keracunan tiosianat dikenali dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

26

lemahnya kekejangan otot, rasa muak, penyimpangan orientasi, sakit jiwa, gerak

yang berlebihan, dan pingsan (Smith, 1973; Michenfelder & Tinker, 1977).

Keracunan mematikan pada konsentrasi yang lebih besar dari 180 mg/l telah

dilaporkan (Healy, 1931; Garvin, 1939; Russel & Stahl, 1942; Kessler & Hines,

1948; Domalski dkk., 1953). Haemodialysis dianjurkan sebagai sebuah cara yang

efektif menghilangkan thicyanate (Marbury dkk., 1982). Dialysance yang

berjumlah 82,8 ml/min (in vivo) dan 102,3 ml/min (in vitro) telah dicatat (Pahl &

Vaziri, 1982). Sedikit diketahui tentang sifat pengikat protein tiosianat, dan

haemoperfusion mungkin lebih efektif daripada haemodialisis.

Menurut NIOSH (1986) pemberian secara i.v dosis LD 50 pada tikus 250

mg/kg sedangkan pemberian secara i.v paling rendah mengeluarkan dosis yang

mematikan (LDLO) pada anjing 3000 mg/kg (Dennis dan Feltchef, 1966). Ketika

anjing diberikan 3000 mg/kg Natrium tiosulfat pentahidrat secara i.v (Dennis dan

Feltchef, 1966), efek berikut ini berkembang secara cepat. Metabolik asidosis

hipoksemi, hipernatremia dan perubahan pada ECG dan dalam tekanan arteri dan

vena. Dalam percobaan ini kenaikan cepat dan langsung pada konsentrasi serum

natrium akan diharapkan karena isi natrium dalam natrium tiosulfat pentahidrat

kira-kira 24 MEQ/3000 mg dan anjing yang bertahan terhadap suntikan

menunjukkan tanda diuresis yang akan diperkirakan dari dosis osmotik besar yang

dilakukan. Dianjurkan bahwa natrium tiosulfat pentahidrat (1500 mg/kg)

diberikan secara i.v pada rata-rata konstan diatas 30 menit/periode ditahan dengan

baik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

27

Selama pelaksanaan SNP kronis infus simultan tiosulfat mungkin

menunjukkan masalah karena akumulasi pembesaran plasma tiosianat dan bahaya

hipofolaemia (Michen Felder dan Tinker, 1977). Fesey dkk. (1985) menganjurkan

bahwa ini cukup untuk memberikan dosis bolus natrium tiosulfat jika hanya dosis

SNP atau dosis rata-rata berlebihan. Disitu tampak tidak ada informasi yang

cenderung pada teratogen dan mutagenesis natrium tiosulfat

7. Rute pemberian

Pada keracunan sianida, natrium tiosulfat seharusnya diberikan secara i.v

(penyerapan sangat buruk setelah pelasanaan oral) sebagai penyuntikan bolus atau

dengan infus melebihi paling tidak 10 min. Ketika digunakan untuk mencegah

keracunan sianida selama terapi SNP bisa diberikan secara simultan dengan infus

berkala atau , secara alternatif, sebagai penyuntikkan bolus yang lambat

8. Dosis

Dosis awal yang dianjurkan untuk orang dewasa dalam pembuktian

keracunan sianida adalah 8-12,5 gram (Chen dkk; 1944; Chen dan Rose, 1952),

atau 0.2 g/kgBB (Sorbo, 1972). Dosis ini berdasarkan kasus individu dimana dosis

ukuran ini telah terbukti efektif data percobaan dan pertimbangan teoritikal

mendukung anjuran ini walaupun kebenaran ini kurang benar. Untuk anak-anak

relatifnya dosis yang lebih tinggi secara umum dianjurkan. Untuk anak-anak

dengan konsentrasi hemoglobin normal, dosis kira-kira 410 mg/kgBB telah

dianjurkn (Berlin;1970) dan banyak buku panduan menganjurkan dosis rata-rata

300-500 mg/kgBB ini harus diacatat bahwa dalam sumber-sumber itu yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

28

membuat anjuran ini, natrium tiosulfat digunakan dalam kombinasi dengan

penawar racun yang lainnya, terutama natrium nitrit.

Resiko keracunan sianida pada pasien yang melakukan perwatan dengan

SNP didokumentasikan dengan baik, Natrium tiosulfat telah didapati ideal pada

situasi ini dan telah dianjurka bahwa rasio B/B untuk SNP dan Natrium tosulfat

seharusnya paling tidak 1:4 (Schulz dkk;1979b) dan terutama untuk mendapat

kelebihan tiosulfat, 1/5-6. Penawar racun bisa diberikan juga dengan infus berkala

secara simultan dengan SNP (Schulz dkk; 1982) atau dengan suntikan bolus.

Dosis awal pada orang dewasa adalah (8-12,5 g natrium tiosulfat

diberikan secara injeksi bolus i.v/infus diatas 10-15 min, secara alternatif total

dosis awal bisa dihitung sebagai 150-200 mg/kgBB. Dosis tambahan zat ditandai

menurut rangkaian klinis. Dosis awal pada nak-anak adalah 400 (300-500) mg/kg

BB diberikan secara i.v seperti yang diindikasikan diatas.

Untuk mencehak keracunan sianida selama terapi SNP natrium tiosulfat

seharusnya diberikan oleh infus simultan dengan dosis 5-6X melebihi (b/b) dosis

SNP atau secara alternatif, suntikan bolus bisa digunakan.

9. Kontraindikasi

Tidak ada kontra indikasi khusus. Keracunan natrium tiosulfat adalah

rendah dan efek racun seharusnya tidak diharapkan kecuali dosisnya jauh

melebihi yang dianjurkan. Pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal, dialisis

bisa dianggap untuk penghilangan tiosianat yang lebih cepat (selama perawatan

jangka panjang). Dosis yang dianjurkan diatas seharusnya tidak diubah pada kaus

kehamilan atau menyusui.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

29

10. Efek samping

Efek samping adalah kecil dan tidak terlalu penting dibandingkan untuk

resiko jika dihubungkan dengan keracunan sianida. Injeksi cepat dari larutan

hiperosmolar natrium tiosulfat dapat menyebabkan nausea dan vomiting

(Ivankovich dkk;1983). Adanya hipotensi keduanya dimungkinkan pada

pembentukan dari tiosianat, dimana diketahui untuk dapat terjadi nya hipotensif

(Done,1961) efek samping lainnya yang berhubungan dengan produksi tiosianat

adalah nausea, headache dan disorientasi. Jika tiosulfat telah diinjeksikan ke

anjing (Vesey dkk;1985) tidak ada efek samping dimana terlihat yang

memperantarai hipotensi. Efek diuretik dan gangguan tekanan osmotik adalah

efek samping yang mungkin dapat terjadi (Martindale,1989).

11. Penggunaan pada kehamilan/menyusui

Termasuk dalam kategori C berdasarkan FDA (Olson, 2007), studi

terhadap binatang percobaan telah memeperlihatkan adanya efek samping pada

janin (teratogenik atau embriosidal atau efek samping lainnya) dan tidak ada studi

terkontrol pada wanita hamil. Obat hanya diberikan jika manfaat yang diperoleh

lebih besar daripada risiko yang mungkin terjadi pada janin (Anonim, 2006).

D. Anatomi Fisiologi

1. Jantung

Fungsi utama jantung adalah sebagai pompa dalam sistem transport yang

bertanggung jawab membawa gas nutrisi, produk-produk sampah, dan zat-zat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

30

lainnya dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh lainnya. Jantung sebagai pompa

merupakan salah satu bagian dari sistem kardiovaskular disamping sistem

pembuluh darah dan darah. Ketiga komponen tersebut dapat dipengaruhi oleh zat

toksik (Stine and Brown, 1996)

Jantung Merupakan organ berotot yang memompa darah ke arteri.

Dindingnya terdiri dari 3 lapisan :

a. Endokardium (lapisan yang paling dalam, yang kontak dengan darah)

(Bergman, Adel, and Paul, 1996).

b. Miokardium terdiri dari otot jantung dan berhubungan dengan tunika media

dari dinding pembuluh darah. (Bergman, 1996).

c. Epikardium (lapisan terluar) (Bergman, 1996).

2. Lambung

Lambung memiliki sejumlah fungsi disamping penyimpanan makanan

dan pengendalian pelepasannya kedalam duodenum. Asam hidroklorida

membunuh banyak bakteri yang ditelan. Sel parietalis dalam mukosa lambung

juga mensekresi faktor intrinsik, suatu senyawa yang diperlukan bagi absorpsi

sianokobalamin (vitamin B 12) dari usus halus.

3. Usus halus

Terbagi menjadi 3 bagian, yaitu duodenum, bagian awal; bagian tengah,

jejunum; dan bagian akhir adalah ileum. Lipatan mukosal dan submukosal nya

berbentuk plicae circulares, valves of keckring, atau valvulae conniventes.

Lipatan- lipatan tersebut tidak terdapat pada bagian awal duodenum, paling banyak

terdapat di jejunum, dan jarang terdapat di ileum, dinding usus halus terdiri dari 4

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

31

lapisan sama seperti yang ada di lambung, yaitu mukosa, submukosa, muskularis

eksterna, dan serosa (kecuali pada bagian duodenum, yang mana adalah

retroperitoneal dan karena itulah tidak terdapat lapisan terluar mesotelial, turunan

dari peritoneum) (Bergman, 1996).

Usus halus atau usus dua belas jari dan usus besar adalah bagian dari

usus. Panjang usus halus sekitar 4-7 meter, panjangnya bervariasi sejalan dengan

kontraksi dan relaksasi dinding otonya (Anonim, 1987). Usus halus dibagi

menjadi dupdenum, jejenum, dan ileum. Usus halus mempunyai dua fungsi utama

yaitu pencernaan dan absorpsi bahan-bahan nutrisi dan air. Mukosa pada usus

halus terselubung dengan vili yang bentuknya seperti jari- jari, yang membuat

usus halus mempunyai permukaan yang luas (sekitar 10 m2 ). Terdapat sekitar 25-

40 vili/mm2 , setiap vili panjangnya sekitar 1 mm. Pada duodenum dan jejenum,

mukosa terbenam di dalam lipatan- lipatan dan vili panjang-panjang dan sangat

rapat. Mengarah ke ileum, lapisan mukosanya lebih sedikit lipatannya, dindingnya

lebih tipis, dan vilinya lebih pendek dan lebih jarang. Semua pencernaan dan

penyerapan yang penting terjadi didalam usus halus. Baik lambung maupun usus

besar dapat diangkat seluruhnya tanpa menyebabkan dampak yang serius. Kira-

kira sampai sepertiga usus halus dapat diangkat tanpa memberikan efek pada

pencernaan, dan daya tahan hidup masih dapat dimungkinkan dengan kira-kira 1

meter usus halus dalam keadaan utuh (Anonim, 1987b).

4. Hati

Hati mempunyai banyak fungsi kompleks, di antaranya pembentukan

empedu, penyimpanan dan pelepasan karbohidrat, pembentukan urea, pembuatan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

32

protein plasma, pentak-aktifan sejumlah hormon polipeptida, pengurangan dan

konjugasi hormon korteks adrenalis dan steroid gonad. Sintesis 25-

hidroksikolekalsiferol, detoksikasi banyak obat dan toksin, dan banyak fungsi

yang berhubungan dengan metabolisme lemak (Ganong, 1995). Ketika produk

dari pencernaan mencapai hati, maka produk-produk ini dipecah menjadi bentuk-

bentuk senyawa anorganik baru:

Hati merupakan kelenjar terbesar pada tubuh manusia yang terdiri dari 4

bagian, lobus yang tidak lengkap yang terpisah, tertutup oleh selaput jaringan

penghubung (selaput Glisson) dan terselubungi secara tidak lengkap oleh

peritoneum. Bagian selaput yang lebih tebal adalah pada bagian hilum (porta

hepatik), dimana pembuluh darah dan pembuluh limfa serta saluran empedu yang

keluar dan masuk hati (Bergman, 1996).

5. Ginjal

Ginjal berfungsi memfilter sampah nitrogen terutama sebagai urea dan

toksin-toksin lain dari darah dan mengontrol kehilangan air dan elektrolit dalam

urine, dengan demikian mempertahankan keseimbangan yang tepat dari substansi

ini dalam tubuh. Dengan mengendalikan komposisi dan volume cairan

ekstraseluler, yang memelihara lingkungan yang diatur secara ketat yang

diperlukan oleh sel-sel yang strukturnya sangat rumit dan halus jika ingin sel-sel

ini berfungsi dengan tepat (Anonim, 1987b).

6. Paru

Paru berfungsi sebagai alat pernafasan, Fungsi sistem pernafasan adalah

untuk memungkinkan ambilan oksigen dari udara kedalam darah, dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

33

memungkinkan karbondioksida terlepas dari darah ke udara bebas (Anonim,

1987a).

Bagian akhir dari bronkeolus adalah duktus alveolaris, yang tampak dari

adanya sejumlah alveoli atau tidak adanya dinding bronkeolar, dan bagian otot

polos menggembung menjadi lumen dari duktus alveolaris. duktus alveolaris

berakhir di atria yang kemudian terbagi menjadi dua atau lebih sakus alveolaris.

Alveoli adalah bagian terkecil dan terbanyak jumlahnya pada sistem pernafasan.

Pertukaran gas terjadi di alveoli me lewati blood-air barrier (Bergman, 1996).

E. Kerusakan Organ

Hiperemi adalah keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan

didalam pembuluh darah pada daerah tertentu. Jika dilihat dengan mata telanjang,

maka daerah jaringan atau organ yang mengalami hiperemi berwarna lebih merah

(ungu) karena bertambahnya darah didalam jaringan. Secara mikroskopis kapiler-

kapiler dalam jaringan hiperemia melebar dan penuh berisi darah. Pada dasarnya

terdapat dua mekanisme di mana kongesti dapat timbul yaitu kenaikan jumlah

darah yang mengalir ke daerah dan penurunan jumlah darah yang mengalir dari

daerah. Manifestasi kerusakan organ ini sering ditemukan pada organ hati dan

ginjal.

Hemorhagie adalah keluarnya darah dari sitem kardiovaskular, disertai

penimbunan dalam jaringan atau ruang tubuh atau disertai keluarnya darah dari

tubuh. Manifestasi kerusakan organ ini sering ditemukan pada organ ginjal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

34

F. Landasan Teori

Sianida merupakan racun yang kuat dan bekerja sangat cepat, dapat

menyebabkan sesak pada bagian dada, berikatan dengan sitokrom oksidase, dan

kemudian memblok penggunaan oksigen secara aerob. Akibat yang ditimbulkan

dari racun sianida tergantung pada jumlah paparan dan cara masuknya ke dalam

tubuh, lewat pernapasan atau pencernaan. Racun ini menghambat sel tubuh

mendapatkan oksigen sehingga yang paling terpengaruh adalah jantung dan otak.

Pada keracunan sianida, dapat diberikan 50 ml (12,5 gram) natrium tiosulfat 25

%, secara i.v selama 10 menit dan berikan oksigen 100 % selama 12-24 jam, tapi

tidak boleh lebih lama.

Natrium tiosulfat merupakan donor sulfur yang mengkonversi sianida

menjadi bentuk yang lebih nontoksik, tiosianat, dengan enzim sulfurtransferase,

yaitu rhodanase. Tidak seperti nitrit, tiosianat merupakan senyawa nontoksik, dan

dapat diberikan secara empiris pada keracunan sianida.

G. Hipotesis

Peningkatan dosis natrium tiosulfat dapat lebih efektif digunakan untuk

terapi keracunan sianida.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

35

BAB III. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis uji antidotum Natrium tiosulfat pada kasus keracunan akut-oral

sianida pada mencit jantan galur swiss termasuk dalam penelitian eksperimental

murni dengan rancangan acak lengkap pola searah.

B. Variabel dan Definisi Operasional

Dalam Penelitian uji antidotum Natrium tiosulfat pada kasus keracunan

akut-oral sianida pada mencit jantan galur swiss mempunyai variabel utama dan

pengacau.

1. Variabel utama

a. Variabel bebas : dosis natrium tiosulfat, sejumlah mg natrium tiosulfat tiap kg

berat badan mencit.

b. Variabel tergantung : keadaan kembalinya kondisi mencit ke keadaan semula

dari gejala efek toksik yang timbul dan yang diukur adalah waktu (dalam

detik) timbulnya lima gejala efek toksik dari keracunan sianida, meliputi:

Jantung berdebar, Hilang kesadaran, Gagal nafas, Kejang, Mati akibat

pemejanan tiosulfat.

2. Variabel pengacau

a. Variabel pengacau terkendali

1) Umur : 60-90 hari ( 2- 3 bulan )

2) Berat badan : 20- 30 gram

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

36

3) Jenis kelamin : Jantan

4) Galur : Swiss

5) Jalur pemberian : Oral (sianida), i.p (natrium tiosulfat)

6) Frekuensi pemberian : Satu kali

b. Variabel pengacau tidak terkendali : jumlah asupan gizi hewan uji

C. Definisi Operasional

1. Waktu terjadinya efek toksik adalah waktu (dalam detik) di mana mulai

muncul efek toksik dari keracunan sianida, meliputi : jantung berdebar, hilang

kesadaran, gagal nafas, kejang, dan mati setelah pemejanan sianida pada

mencit yang diamati secara visual.

2. Waktu hilangnya efek toksik adalah durasi antara sesaat pemberian natrium

tiosulfat sampai hilangnya gejala efek toksik.

3. Gejala efek toksik dari keracunan sianida yang meliputi : jantung berdebar,

hilang kesadaran, gagal nafas, dan kejang, apabila tidak teramati atau tidak

muncul diinterpretasikan dengan angka 0.00 detik.

4. Gejala efek toksik dari keracunan sianida yang berupa kematian, apabila

dalam waktu 1X24 jam tidak mati maka diinterpretasikan dengan angka 86400

detik.

5. Jantung berdebar adalah keadaan di mana dengan pengamatan secara visual

mencit terlihat lebih berdebar.

6. Hilang kesadaran adalah keadaan di mana mencit tidak dapat membalikkan

badan setelah diterlentangkan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

37

7. Gagal nafas adalah keadaan di mana mencit susah bernafas dan tampak mulut

yang ikut membuka-buka.

8. Kejang adalah keadaan di mana kaki depan dan atau kaki belakang mencit

bergetar-getar; atau kaki depan dan kaki belakang saling menarik ke depan

dan kebelakang.

9. Mati adalah keadaan di mana mencit sudah tidak ada tanda-tanda bernafas dan

tidak terdapat adanya detak jantung yang teramati dalam pengamatan

maksimal 24 jam.

D. Bahan Penelitian

Bahan atau materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Racun yang dipejankan adalah larutan potassium sianida (KCN), (E.Merck,

Darmstadt, Germany). Bahan tersebut diperoleh dari Laboratorium

Farmakologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Racun yang dipejankan adalah larutan potassium sianida (KCN), (E.Merck,

Darmstadt, Germany). Bahan tersebut diperoleh dari Laboratorium

Farmakologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bahan antidot yang digunakan adalah natrium tiosulfat (E.Merck, Darmstadt,

Germany). bahan tersebut diperoleh dari Laboratorium Farmakologi Fakultas

Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Bahan pelarut adalah aquadest yang diperoleh dari Laboratorium Farmakologi

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

38

5. Bahan kimia berupa formalin 10 % tekhnis untuk mengawetkan organ hewan

uji yang dperoleh dari Laboratorium Farmakologi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

6. Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit jantan yang

diperoleh dari Unit Pengembangan Hewan Penelitian (UPHP), Fakultas

Kedokteran Hewan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

E. Alat dan Instrumen Penelitian

Peralatan dan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Neraca atau timbangan elektrik (Mettler Toledo Tipe AB 204, Switzerland)

2. Alat-alat gelas

3. Jarum tuberkulin (preparat oral) yang digunakan untuk pemberian larutan

sianida secara per-oral

4. Seperangkat alat bedah yang digunakan untuk membedah mencit

5. Digitalmicrophotography untuk pengamatan dan pemeriksaan histopatologi

organ hewan uji

F. Tata Cara Penelitian

1. Pembuatan larutan dan penetapan dosis KCN

Larutan KCN 0,104% b/v dibuat dengan cara melarutkan 0,104 gram

KCN ditambah aquadest hingga 100 ml. Dosis KCN dipilih berdasarkan dosis

letal oral KCN yang sudah dikonversikan ke dosis letal oral mencit yaitu sebesar

26 mg/kg BB.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

39

2. Pembuatan larutan dan penetapan dosis natrium tiosulfat

Larutan natrium tiosulfat 0.643% b/v (dosis 160.720 mg/kg BB) dibuat

dengan cara melarutkan 642.880 mg natrium tiosulfat ditambah aquadest hingga

100 ml. Dosis natrium tiosulfat dipilih berdasarkan hasil orientasi yang sudah

pernah dilakukan yaitu sebesar 1125 mg/kg BB. Dosis 1125 mg/kg BB diturunkan

dengan faktor perkalian 7 kalinya, maka diperoleh dosis 160.720 mg/kg BB,

22.960 mg/kgBB.,3.279 mg/kgBB dan 0,468 mg/kgBB.

3. Pengelompokkan hewan uji

Hewan uji sebanyak 42 ekor dikelompokkan secara acak menjadi 7

kelompok, yaitu :

a.. Kelompok I diberi bahan pelarut yang digunakan yaitu aquadest, sebagai

kontrol negatif.

b. Kelompok II diberi larutan KCN dosis 26 mg/kgBB mencit secara p.o.

c. Kelompok III diberi larutan Na2S2O3 dosis 160.720 secara i.p. sebagai kontrol

antidotum nya.

d. Kelompok IV diberi perlakuan KCN dosis 26 mg/kgBB secara p.o. dan secara

cepat diberikan antidotumnya Na2S2O3 dosis 0.468 mg/kgBB secara i.p.

e. Kelompok V diberi perlakuan KCN dosis 26 mg/kgBB secara p.o. dan secara

cepat diberikan antidotumnya Na2S2O3 dosis 3.279 mg/kgBB secara i.p.

f. Kelompok VI diberi perlakuan KCN dosis 26 mg/kgBB secara p.o. dan secara

cepat diberikan antidotumnya Na2S2O3 dosis 22.960 mg/kgBB secara i.p.

g. Kelompok VII diberi perlakuan KCN dosis 26 mg/kgBB secara p.o. dan

secara cepat diberikan antidotumnya Na2S2O3 dosis 160.720 mg/kgBB secara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

40

i.p. Peringkat kelompok VII ini merupakan kelompok yang diberi dosis

tertinggi antidotum Na2S2O3 yang diharapkan hewan uji dalam kelompok ini

seluruhnya akan hidup.

4. Pengamatan

Pengamatan dilakukan dari waktu pemberian antidotum Na2S2O3 waktu

dimulai hingga 3 jam pengamatan. Jika hewan uji sampai 3 jam pengamatan tidak

mengalami kematian maka pengamatan dilanjutkan hingga 1x 24 jam dari waktu

pemberian antidotum. Kriteria klinik pengamatan meliputi :

a. Pengamatan fisik terhadap gejala-gejala toksik. Pengamatan harus dilakukan

sesering mungkin pada 24 jam pertama setelah pemberian sianida dan

antidotumnya Na2S2O3 dan sekali sehari selama masa uji.

b. Kematian hewan uji pada masing-masing kelompok.

c. Pemeriksaan histopatologi organ-organ penting seperti jantung, hati, paru-

paru, usus, ginjal, lambung pada akhir masa uji.

5. Pemeriksaan histopatologi

a. Pengambilan organ :

Untuk histopatologi dilakukan dengan mengorbankan hewan uji dengan

cara dekapitasi (menarik kepala dan ekornya) kemudian dibedah pada bagian

perut. Selanjutnya organ paru-paru, jantung, hati, usus, ginjal dan lambung

diambil kemudian dimasukkan kedalam wadah berisi formalin 10%.

b. Pembuatan preparat histopatologi

Dilakukan di Laboratorium Patologi, Balai Penyidikan dan Pengujian

Veteriner Wilayah IV Daerah Istimewa Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

41

c. Pemeriksaan preparat histopatologi

Dilakukan di Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi, Fakultas

Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Pemeriksaan preparat

histopatologi dilakukan dengan menggunakan digitalmicrophotography dibimbing

oleh dr. Luciana Kuswibawati, M.Kes.

G. Analisis Hasil

1. Untuk mengetahui normal/ tidaknya sebaran data maka pertama kali

dilakukan uji normalitas dengan metode analisis shapiro-Wilk karena

sampel yang digunakan < 50.

2. Untuk mengetahui perbedaan waktu mati antar kelompok perlakuan, hasil

waktu mati antar kelompok perlakuan dianalisis menggunakan metode

analisis statistika Kruskal Wallis Test, dilanjutkan dengan analisis Mann

Whitney jika data yang diperoleh tidak terdistribusi normal p<0,05. untuk

kepentingan ini hipotesis dirumuskan sebagai berikut Ho : Peningkatan

dosis na-tiosulfat tidak dapat meningkatkan fek penawaracunan sianida.

3. Dilakukan pula uji histopatologi pada organ jantung, paru-paru, lambung

dan usus halus, hati, serta ginjal dari tiap kelompok perlakuan. Data

pemeriksaan histopatologi digunakan untuk mengevaluasi perubahan pada

organ sebagai perwujudan efek toksik yang timbul.

4. Data gejala-gejala toksis yang teramati dianalisis secara kualitatif dengan

membandingkan kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol untuk

melihat tingkat keparahan kerusakan pada sel maupun jaringan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

42

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Potensi Sianida sebagai Racun

Dalam penelitian ini, sianida yang digunakan sebagai senyawa racun

berupa senyawa KCN (kalium sianida) dengan dosis lethal pada manusia dewasa

70 Kg yang diberikan secara peroral sebesar 200 mg. Kemudian senyawa KCN

tersebut dikonversikan dosisnya ke hewan uji mencit jantan yang akan digunakan

sebagai subyek uji dalam penelitian ini sekaligus sebagai kontrol positif dari

keracunan sianida. Dengan menggunakan nilai konversi dosis dari manusia 70 Kg

ke mencit dengan berat badan 20 gram sebesar 0,0026, maka didapatkan nilai

dosis KCN secara peroral pada mencit 20 gram sebesar :

= 200 x 0,0026

= 0,52 mg/20 gram BB mencit

= 26 mg/KgBB mencit

Keracunan sianida berarti meningkatkan keberadaan zat beracun sianida

di sel sasaran, dimana terjadi translokasi sianida dari jalan masuk ke tempat

reseptornya. Hal ini menyebabkan perubahan sianida menjadi produk aktif yang

stabil, sehingga dapat menimbulkan gejala efek toksik mulai jantung berdebar,

hilang kesadaran, gagal nafas, kejang bahkan sampai mematikan.

Dari tabel II, tampak bahwa waktu timbulnya efek toksik sampai

kematian subyek uji mencit karena perlakuan sianida dosis 26 mg/KgBB peroral

(setara dengan dosis letal pada manusia, 200 mg) sangat cepat, rata-rata 321.17

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

43

detik. Keadaan ini mengakibatkan gejala efek toksik yang dapat teramati mulai

bisa diukur waktunya sejak mencit kehilangan kesadaran, gagal nafas, kejang

sampai saat kematian. Mekanisme yang memperantarai keracunan adalah sianida

bereaksi dengan sejumlah enzim yang mengandung logam, seperti, feri sitokrom

oksidase. Karena metabolisme aerob tergantung pada sistem enzim ini, maka

jaringan tidak dapat lagi menggunakan oksigen dan jaringan itu mengalami

hipoksia. Sianida menyebabkan hipoksia seluler dengan menghambat sitokrom

oksidase pada bagian sitokrom a3 dari rantai transport elektron. Ion hidrogen yang

secara normal akan bergabung dengan oksigen pada ujung rantai tidak lagi

tergabung. Hasilnya, selain persediaan oksigen kurang, oksigen tidak bisa

digunakan, dan molekul ATP tidak lagi dibentuk, sehingga dapat terjadi gagal

nafas, kejang dan akhirnya mematikan.

Wujud efek toksik sianida merupakan perubahan biokimia karena adanya

hambatan respirasi sel dan gangguan pasok energi dari sianida di dalam sel yang

juga dipengaruhi oleh keadaan biologis. Meskipun demikian berdasarkan

mekanisme dan efek toksik yang timbul selama pemberian sianida maka

kemungkinan lain terjadi wujud toksik berupa udem pada paru yang diduga

sebagai perubahan fungsional pernafasan dan pemicu kematian.

Dosis atau takaran sianida sebesar 26 mg/KgBB peroral pada mencit

menentukan sifat efek toksik sianida yaitu sifat yang tidak terbalikkan karena

keberadaan sianida pada dosis tersebut potensi ketoksikannya tinggi sampai

berakibat fatal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

44

B. Potensi Natrium Tiosulfat sebagai Kontrol Positif Antidotum

Pemberian antidotum untuk keracunan sianida dalam penelitian ini

digunakan natrium tiosulfat. Perlakuan dosis yang besar sampai 1125 mg/KgBB

yang pernah dicobakan tidak memberikan efek kematian pada hewan uji. Dosis

yang dipilih berdasarkan dosis terapi antidotum yang akan digunakan dalam

penelitian penawaracunan sianida dengan jalur pemberian secara intraperitoneal.

Pada penelitian ini dosis natrium tiosulfat yang dipilih berdasarkan orientasi, yaitu

dosis tertinggi yang tidak menyebabkan kematian pada subyek uji mencit

(160.720 mg/KgBB sebagai kontrol positif natrium tiosulfat).

Dari hasil penelitian didapatkan pada natrium tiosulfat dosis 160.720

mg/KgBB secara intraperitoneal pada mencit tidak ditemukan adanya kematian

tetapi pada 3 hewan uji masih dapat ditemukan data waktu terjadinya gejala efek

toksik yang memperantarainya seperti : jantung berdebar, hilang kesadaran, gagal

nafas dan kejang. Artinya keberadaan natrium tiosulfat dosis 160.720 mg/KgBB

intraperitoneal pada mencit sebagai antidotum nantinya tidak menimbulkan efek

toksik bahkan tidak menyebabkan kematian. Dosis natrium tiosulfat 160,720

mg/kgBB pada mencit jika dikonversikan ke dosis pada manusia normal 70 kg

adalah sebesar 17,812 kg/BB manusia 70 kg.

Pada kelompok kontrol positif natrium tiosulfat dosis 160.720 mg/KgBB

mencit secara intraperitoneal didapatkan hasil sebagai berikut. Seperti tersaji pada

tabel II, ternyata natrium tiosulfat memiliki gejala efek toksik yang berbeda

dibanding sianida, dimana tidak terdapat kematian tanpa didahului keadaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

45

kejang. Keberadaan (takaran dan lama) natrium tiosulfat dosis 160.720 mg/KgBB

secara intraperitoneal pada mencit ternyata tidak menyebabkan kematian.

C. Kisaran Dosis Natrium Tiosulfat sebagai Antidotum Sianida

Na-tiosulfat merupakan komponen kedua dari antidot sianida kit. Antidot

ini diberikan sebanyak 50ml dalam 25% larutan. Tidak ada efek samping yang

ditimbulkan oleh tiosulfat. Namun tiosianat memberikan efek samping seperti

gagal ginjal, nyeri perut, mual, kemerahan, dan disfungsi pada SSP. Dosis untuk

anak-anak didasarkan pada berat badan (Kerns et al., 2002).

Salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk mencari kisaran dosis

natrium tiosulfat yang mempunyai potensi sebagai antidotum sianida. Dosis 0.468

mg/kgBB intraperitoneal natrium tiosulfat yang dipilih sebagai antidotum sianida

diberikan sesaat setelah pemberian sianida secara oral 26 mg/KgBB berurutan

sebesar : 0.468 mg/KgBB, 3.279 mg/KgBB, 22.960 mg/KgBB dan 160.720

mg/KgBB.

Hasil pengamatan terhadap gejala dari keracunan sianida pada 7

kelompok perlakuan seperti tertera pada tabel II. Dari tabel II, diperoleh gambaran

bahwa keberadaan sianida dosis 26 mg/KgBB yang diberikan secara peroral lebih

dominan dalam menimbulkan efek toksik. Dilihat dari tabel II maka untuk kasus

jantung berdebar dari 7 kelompok hewan uji maka dapat dilihat bahwa pada

kelompok perlakuan dosis 160.720 mg/kgBB waktu mulai terjadinya jantung

berdebar adalah yang paling lama dibandingkan dengan kelompok yang lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

46

Tabel II. Hasil pengamatan waktu gejala efek toksik sianida terhadap 7 kelompok perlakuan

Hal yang diamati (dalam detik) Jantung berdebar

Hilang kesadaran

Gagal nafas Kejang Mati Kelompok

X ± SE X ± SE X ± SE X ± SE X ± SE

%

Hidup

Kontrol aquadest

Tidak terjadi (a)

Tidak terjadi(a)

Tidak terjadi (a)

Tidak terjadi (a)

Tidak mati (a)

100 %

Kontrol sianida

(26 mg/Kg)

Tidak teramati (a)

77.50 ± 17.77 (a)

157.50 ± 30.45 (b)

258.33 ± 74.046 (b)

321.17 ± 85.09 (b)

0 %

Kontrol Na-tiosulfat

(160.720 mg/Kg)

83.67 ± 37.84 (a)

258.00 ± 152.15 (b)

Tidak terjadi (a)

Tidak terjadi (a)

Tidak mati (a)

100 %

Sianida + Na tiosulfat

0,468 mg/kg BB

21.33 ± 13.58 (a)

140.67 ± 22.43 (b)

422.50 ± 71.24 (b)

Terjadi cepat

sekali(a)

648.67 ± 88.21 (b)

0 %

Sianida + Na tiosulfat

3.279 mg/kg BB

9.17 ± 9.16 (a)

252.17 ± 132.82 (b)

415.50 ± 170.50 (b)

Terjadi cepat sekali

(a)

29350.17 ± 18041.23 (b)

33.33 %

Sianida + Na tiosulfat

22.960 mg/kg BB

11.33 ± 7.54 (a)

165.17 ± 114.71 (b)

264.00 ± 139.30 (b)

49.67 ± 49.67 (a)

29147.67 ± 18105.11 (b)

33.33 %

Sianida + Na tiosulfat

160.720 mg/kg BB

83.67 ± 37.84 (a)

258.00 ± 152.15 (a)

Tidak terjadi (a)

Tidak terjadi (a)

Tidak mati (a)

100 %

a = memberikan hasil yang berbeda tidak bermakna jika dibandingkan dengan kontrol negatif (aquadest).

b = memberikan hasil yang berbeda bermakna jika dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif (aquadest)

Maka dapat diambil kesimpulan bahwa dosis natrium tiosulfat sebesar

160.720 mg/KgBB dapat digunakan sebagai terapi antidot pada kasus keracunan

sianida karena dapat menurunkan gejala efek toksik yang ditimbulkan oleh sianida

khususnya jantung berdebar. Hasil data untuk hilang kesadaran hampir mirip

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

47

dengan data pada jantung berdebar, yaitu untuk kelompok dosis 160.720

mg/kgBB memiliki hasil yang paling baik. juga dilihat dari hasil % angka hidup

nya adalah 100 % hidup.

Pada kelompok dosis 160.720 mg/kgBB tidak ditemukan adanya gejala

efek toksik dari keracunan sianida yang salah satunya berupa gagal nafas. Kejang

yang bisa dikatakan bahwa gejala efek toksik dari sianida yang paling jelas

terlihat disini, pada kelompok dosis 160.720 mg/kgBB tidak ditemukan adanya

gejala tersebut, pada kelompok perlakuan hanya ditemukan pada kelompok

perlakuan dosis 0.468 mg/kgBB. Dilihat dari waktu mati bisa dikatakan bahwa

tidak ada yang mati pada kelompok perlakuan dosis160.720 mg/kgBB (kelompok

VII). Dari perlakuan dosis 0.468 mg/kgBB, 3.279 mg/kgBB, 22.960 mg/kgBB

dan 160.720 mg/kgBB terdapat adanya perpanjangan waktu mati atau dapat

dikatakan efek antidotumnya berhasil karena rentang waktu terjadinya kematian

semakin panjang/ lama.

tiosulfatdosis

160,720mg/Kg

tiosulfatdosis 22,960

mg/Kg

tiosulfatdosis 3,279

mg/Kg

tiosulfatdosis 0,468

mg/Kg

kontroltiosulfat160,720mg/Kg

kontrolsianida 26

mg/Kg

kontrolaquades

perlakuan

160.00

140.00

120.00

100.00

80.00

60.00

40.00

20.00

0.00

-20.00

Mea

n re

rata

_wak

tu_j

antu

ng_b

erde

bar_

dala

m_d

etik

Error bars: +/- 2.00 SE

Gambar 1. Grafik rerata ± 2 SE untuk gejala efek toksik berupa jantung berdebar Keterangan :

X = 0.00 artinya kejang tidak terjadi atau tidak teramati

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

48

Tabel III. Hasil perbandingan antar kelompok pada gejala efek toksik jantung berdebar

Kontrol aquadest

Kontrol sianida (26 mg/Kg)

Kontrol Na-tiosulfat (160.720 mg/Kg)

Sianida + Na tiosulfat 0.468 mg/kg BB

Sianida + Na tiosulfat 3.279 mg/kg BB

Sianida + Na tiosulfat 22.960 mg/kg BB

Sianida + Na tiosulfat 160.720 mg/kg BB

Kontrol aquadest BTB BTB BTB BTB BTB BTB

Kontrol sianida (26 mg/KgBB)

BTB BTB BTB BTB BTB BTB

Kontrol Na-tiosulfat (160.720 mg/KgBB)

BTB BTB BTB BTB BTB BTB

Sianida + Na tiosulfat 0,468 mg/kg BB

BTB BTB BTB BTB BTB BTB

Sianida + Na tiosulfat 3.279 mg/kg BB

BTB BTB BTB BTB BTB BTB

Sianida + Na tiosulfat 22.960 mg/kg BB

BTB BTB BTB BTB BTB BTB

Sianida + Na tiosulfat 160.720 mg/kg BB

BTB BTB BTB BTB BTB BTB

Dilihat dari tabel III untuk kasus jantung berdebar jika dibandingkan

antara tiga kelompok kontrol dengan empat kelompok perlakuan, menggunakan

uji statistika maka didapat hasil yang berbeda tidak bermakna, jadi maksudnya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

49

adalah jika semua kelompok saling dibandingkan maka memberikan hasil yang

dapat dikatakan sama. Maka tidak dapat dikatakan bahwa sianida atau natrium

tiosulfat yang lebih dominan dalam mempengaruhi timbulnya gejala jantung

berdebar.

Pada kasus jantung berdebar, dari hasil olah data secara statistik untuk 6

kelompok jika dibandingkan dengan kontrol pelarut, yaitu aquadest maka hasilnya

berbeda tidak bermakna, jika dibandingkan dengan kontrol sianida juga

memberikan hasil berbeda tidak bermakna dan untuk kontrol antidot, yaitu na

tiosulfat juga memberikan hasil berbeda tidak bermakna. Maka dari hasil tersebut

dapat ditarik kesimpulan bahwa pada kasus jantung berdebar, dosis natrium

tiosulfat I-IV tidak memberikan hasil yang berbeda dengan aquadest, sianida,

maupun natrium tiosulfat sendiri.

Untuk jantung berdebar, secara global dapat dilihat dari 7 kelompok

hewan uji bahwa pada kontrol antidot dan kelompok perlakuan dosis 160.720

mg/kgBB (kelompok VII) memberikan gambar pada grafik mean ± SD yang sama

maka dapat ditarik kesimpulan bahwa sianida didalam kasus jantung berdebar ini

tidak berpengaruh/kurang berpengaruh pada kasus jantung berdebar ini karena

pada kelompok kontrol tiosulfat dan kelompok perlakuan memberikan hasil yang

hampir hampir sama.

Jantung berdebar dapat terjadi pada keracunan sianida hal ini disebabkan

karena pada keracunan sianida terjadi kegagalan pembentukan ATP. Adanya

penurunan ATP menyebabkan peningkatan konsentrasi Na+ didalam sel dimana

menghambat pengeluaran Ca2+. Akibat adanya peningkatan konsentrasi Ca2+

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

50

didalam sel meningkatkan kontraksi otot jantung. Peningkatan kontraksi otot

jantung menyebabkan jantung berdebar.

tiosulfatdosis

160,720mg/Kg

tiosulfatdosis 22,960

mg/Kg

tiosulfatdosis 3,279

mg/Kg

tiosulfatdosis 0,468

mg/Kg

kontroltiosulfat160,720mg/Kg

kontrolsianida 26

mg/Kg

kontrolaquades

600.00

500.00

400.00

300.00

200.00

100.00

0.00

-100.00

Mea

n r

erat

a_w

aktu

_hila

ng

_kes

adar

an_d

alam

_det

ik

Gambar 2. Grafik rerata ± 2 SE untuk gejala efek toksik berupa hilang kesadaran Keterangan : X = 0.00 artinya kejang tidak terjadi

Pada kasus hilang kesadaran, jika dibandingkan dengan kelompok

aquadest, kelompok yang memberikan hasil berbeda bermakna adalah kelompok

sianida dan perlakuan dengan dosis natrium tiosulfat I-III. Hal ini berarti

menunjukkan adanya sianida menyebabkan terjadinya gejala efek toksik yang

berupa hilang kesadaran. Pada kelompok perlakuan dosis 0.468 mg/kgBB–22.960

mg/kgBB memberikan hasil yang berbeda bermakna dengan kelompok aquadest

dan memberikan hasil yang berbeda tidak bermakna jika dibandingkan dengan

kelompok sianida.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

51

Tabel IV. Hasil perbandingan antar kelompok pada gejala efek toksik hilang kesadaran

Kontrol aquadest

Kontrol sianida

(26 mg/Kg)

Kontrol Na-

tiosulfat (160.7200 mg/Kg)

Sianida + Na

tiosulfat 0,468 mg/kg

BB

Sianida + Na

tiosulfat 3.279 mg/kg

BB

Sianida + Na

tiosulfat 22.960 mg/kg

BB

Sianida + Na

tiosulfat 160.720 mg/kg

BB Kontrol aquadest BB BTB BB BB BB BTB

Kontrol sianida

(26 mg/Kg)

BB BTB BTB BTB BTB BTB

Kontrol Na-

tiosulfat (160.720 mg/Kg)

BTB BTB BTB BTB BTB BTB

Sianida + Na

tiosulfat 0,468 mg/kg

BB

BB BTB BTB BTB BTB BTB

Sianida + Na

tiosulfat 3.279 mg/kg

BB

BB BTB BTB BTB BTB BTB

Sianida + Na

tiosulfat 22.960 mg/kg

BB

BB BTB BTB BTB BTB BTB

Sianida + Na

tiosulfat 160.720 mg/kg

BB

BTB BTB BTB BTB BTB BTB

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

52

Dari penjelasan di atas berarti, adanya antidot, yaitu natrium tiosulfat

dengan dosis 0.468 mg/KgBB, 3.279 mg/KgBB, 22.960 mg/KgBB belum dapat

mengatasi gejala ketoksikan sianida yang timbul, yaitu hilang kesadaran.

Untuk kasus hilang kesadaran, dapat dilihat pada kelompok kontrol

tiosulfat dan kelompok perlakuan dosis 3.279 mg/kgBB (kelompok V) dan

kelompok perlakuan dosis 160.720 mg/kgBB (kelompok VII) memberikan

interpretasi data yang sama ada grafik mean ± 2 SE jadi dapat diambil kesimpulan

bahwa pemberian tiosulfat di sini dapat memberikan efek memperlama waktu

mulai terjadinya gejala efek toksik keracunan sianida mulai dari hilang kesadaran

sampai mati, jadi berpengaruh mengurangi gejala efek toksik yaitu memperlama

waktu interaksi/memperlama waktu terjadi nya efek toksik/memperlama onset.

Pada keracunan sianida, gejala yang ditimbulkan salah satunya adalah

hilang kesadaran. Terjadinya hilang kesadaran diawali dengan timbulnya hipoksia

yang kemudian menyebabkan hiperlaktemia. Hiperlaktemia terjadi karena

kegagalan metabolisme energi secara aerob. Hiperlaktemia berarti terjadi

peningkatan perubahan asam piruvat menjadi asam laktat, dimana peningkatan

asam laktat mengakibatkan timbulnya manifestasi lemas. Bila keadaan ini terjadi

secara terus menerus maka dapat menyebabkan hilangnya kesadaran.

Untuk kasus gagal nafas dilihat dari grafik mean ± 2 SE, dapat dilihat

hasil pada perlakuan dosis 0.468 mg/kgBB dan perlakuan dosis 3.279 mg/kgBB

didapatkan hasil waktu munculnya gejala efek toksik berupa gagal nafas lebih

lama jika dibandingkan dengan kelompok kontrol KCN, kontrol aquadest, kontrol

tiosulfat, sedangkan pada dosis 22.96 mg/kgBB terjadi penurunan waktu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

53

munculnya gejala efek toksik (lebih cepat terjadi) hilang kesadaran sedangkan

pada kelompok perlakuan dosis 160.720 mg/kgBB tidak ditemukan adanya

manifestasi gejala efek toksik berupa gagal nafas.

tiosulfatdosis

160,720mg/Kg

tiosulfatdosis 22,960

mg/Kg

tiosulfatdosis 3,279

mg/Kg

tiosulfatdosis 0,468

mg/Kg

kontroltiosulfat160,720mg/Kg

kontrolsianida 26

mg/Kg

kontrolaquades

800.00

600.00

400.00

200.00

0.00Mea

n re

rata

_wak

tu_g

agal

_naf

as_d

alam

_det

ik

Gambar 3. Grafik rerata ± 2 SE untuk gejala efek toksik berupa gagal nafas Keterangan : X = 0.00 artinya kejang tidak terjadi

Maka dapat disimpulkan, adanya tiosulfat disini dapat memperbaiki

bahkan sampai menghilangkan gejala efek toksik yaitu gagal nafas, maka tiosulfat

disini bisa dikatakan sangat berpotensi sebagai antidotum untuk keracunan sianida

karena dapat menurunkan waktu terjadinya gejala efek toksik keracunan sianida

khusus nya gagal nafas.

Pada keracunan sianida salah satu gejala yang timbul adalah gagal nafas.

Terjadinya gagal nafas diakibatkan karena terjadi hipoksia pada tingkat sel.

Hipoksia terjadi karena terhambatnya rantai transport elektron dari sitokrom

oksidase ke molekul oksigen pada bagian sitokrom a3 pada mitokondria.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

54

Tabel V. Hasil perbandingan antar kelompok pada gejala efek toksik gagal nafas

Kontrol aquadest

Kontrol sianida

(26 mg/Kg)

Kontrol Na-

tiosulfat (160.7200 mg/Kg)

Sianida + Na

tiosulfat 0,468 mg/kg

BB

Sianida + Na

tiosulfat 3.279 mg/kg

BB

Sianida + Na

tiosulfat 22.960 mg/kg

BB

Sianida + Na

tiosulfat 160.720 mg/kg

BB Kontrol aquadest BB BTB BB BB BB BTB

Kontrol sianida

(26 mg/Kg)

BB BB BTB BTB BTB BB

Kontrol Na-

tiosulfat (160.720 mg/Kg)

BTB BB BB BB BB BTB

Sianida + Na

tiosulfat 0,468 mg/kg

BB

BB BTB BB BTB BTB BB

Sianida + Na

tiosulfat 3.279 mg/kg

BB

BB BTB BB BTB BTB BB

Sianida + Na

tiosulfat 22.960 mg/kg

BB

BB BTB BB BTB BTB BB

Sianida + Na

tiosulfat 160.720 mg/kg

BB

BTB BB BTB BB BB BB

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

55

Gejala gagal nafas juga ditunjukkan adanya penebalan septum

interalveolaris pada kelompok kontrol KCN dosis 26 mg/kgBB, kelompok kontrol

Na2S2O3 dosis 160,720 mg/kgBB, dan kelompok perlakuan dosis 0,468

mg/kgBB dan 3,279 mg/kgBB dari hasil analisis histopatologi. Penebalan septum

interalveolaris mengakibatkan berkurangnya jumlah oksigen yang masuk ke

alveolus. Bila keadaan ini berlangsung terus menerus maka dapat menyebabkan

gagal nafas.

tiosulfatdosis

160,720mg/Kg

tiosulfatdosis 22,960

mg/Kg

tiosulfatdosis 3,279

mg/Kg

tiosulfatdosis 0,468

mg/Kg

kontroltiosulfat160,720mg/Kg

kontrolsianida 26

mg/Kg

kontrolaquades

600.00

400.00

200.00

0.00

-200.00

Mea

n r

erat

a_w

aktu

_kej

ang

_dal

am_d

etik

Gambar 4. Grafik rerata ± 2 SE untuk gejala efek toksik berupa kejang Keterangan : X = 0.00 artinya kejang tidak terjadi atau tidak teramati.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

56

Tabel VI. Hasil perbandingan antar kelompok pada gejala efek toksik kejang

Kontrol aquadest

Kontrol sianida

(26 mg/Kg)

Kontrol Na-

tiosulfat (160.7200 mg/Kg)

Sianida + Na

tiosulfat 0,468 mg/kg

BB

Sianida + Na

tiosulfat 3.279 mg/kg

BB

Sianida + Na

tiosulfat 22.960 mg/kg

BB

Sianida + Na

tiosulfat 160.720 mg/kg

BB Kontrol aquadest BB BTB BTB BTB BTB BTB

Kontrol sianida

(26 mg/Kg)

BB BB BB BB BB BB

Kontrol Na-

tiosulfat (160.720 mg/Kg)

BTB BB BTB BTB BTB BTB

Sianida + Na

tiosulfat 0,468 mg/kg

BB

BTB BB BTB BTB BTB BTB

Sianida + Na

tiosulfat 3.279 mg/kg

BB

BTB BB BTB BTB BTB BTB

Sianida + Na

tiosulfat 22.960 mg/kg

BB

BTB BB BTB BTB BTB BTB

Sianida + Na

tiosulfat 160.720 mg/kg

BB

BTB BB BTB BTB BTB BTB

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

57

Untuk kasus gejala efek toksik kejang dapat dibahas secara global sesuai

yang tercantum pada grafik mean ± 2 SE, maka hasil waktu munculnya gejala

efek toksik berupa kejang hanya ditemukan pada kelompok kontrol sianida dan

kelompok perlakuan dosis 22.960 mg/kgBB, sedangkan pada kelompok perlakuan

dosis 0.468 mg/kgBB, 3.279 mg/kgBB, 160.720 mg/kgBB dan kelompok kontrol

aquadest dan kontrol tiosulfat tidak ditemukan adanya manifestasi gejala efek

toksik berupa kejang. Maka dapat dikatakan bahwa antidot tiosulfat disini dapat

menurunkan gejala efek toksik kejang dan pada kontrol tiosulfat dosis yang

tertinggi tidak menimbulkan manifestasi efek toksik berupa kejang jadi bisa

dikatakan bahwa na-tiosulfat disini cukup aman digunakan sebagai terapi

antidotum sianida.

Salah satu gejala yang muncul pada keracunan sianida adalah kejang.

Kejang disebabkan karena keadaan depolarisasi yang terus menerus di dalam sel.

Sianida menghambat transfer elektron pada rantai transfer elektron didalam

mitokondria sehingga menyebabkan kegagalan sintesis ATP. ATP digunakan

untuk menggerakan transporter ion seperti Na+, K+-ATPase dalam membran

plasma, Ca2+-ATPase didalam plasma dan membran retikulum endoplasma, dan

H+-ATPase dalam membran lisosom. Karena ATP tidak terbentuk maka terjadi

penumpukan Na+ di dalam sel sehingga menyebabkan depolarisasi terus menerus.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

58

Tabel VII. Hasil perbandingan antar kelompok pada gejala efek toksik mati

Kontrol aquadest

Kontrol sianida

(26 mg/Kg)

Kontrol Na-

tiosulfat (160.7200 mg/Kg)

Sianida + Na

tiosulfat 0,468 mg/kg

BB

Sianida + Na

tiosulfat 3.279 mg/kg

BB

Sianida + Na

tiosulfat 22.960 mg/kg

BB

Sianida + Na

tiosulfat 160.720 mg/kg

BB Kontrol aquadest

BB BTB BB BB BB BTB

Kontrol sianida

(26 mg/Kg)

BB BB BB BB BTB BB

Kontrol Na-

tiosulfat (160.720 mg/Kg)

BTB BB BB BB BB BTB

Sianida + Na

tiosulfat 0,468 mg/kg

BB

BB BB BB BTB BTB BB

Sianida + Na

tiosulfat 3.279 mg/kg

BB

BB BB BB BTB BTB BB

Sianida + Na

tiosulfat 22.960 mg/kg

BB

BB BTB BB BTB BTB BB

Sianida + Na

tiosulfat 160.720 mg/kg

BB

BTB BB BTB BB BB BB

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

59

tiosulfatdosis

160,720mg/Kg

tiosulfatdosis

22,960mg/Kg

tiosulfatdosis 3,279

mg/Kg

tiosulfatdosis 0,468

mg/Kg

kontroltiosulfat160,720mg/Kg

kontrolsianida 26

mg/Kg

kontrolaquades

100000.00

80000.00

60000.00

40000.00

20000.00

0.00

-20000.00

Mea

n r

erat

a_w

aktu

_mat

i_d

alam

_det

ik

Keterangan : X = 0.00 artinya rata-rata waktu kematian mencit sangat cepat X = 86400 artinya mencit sampai batas waktu pengamatan 1x 24 jam tidak

mengalami kematian

Gambar 5. Grafik rerata ± 2 SE untuk gejala efek toksik berupa mati

Untuk kasus mati, jika dilihat dari tabel IX jika dibandingkan dengan

kontrol aquadest maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pada dosis 160.720

mg/kgBB (kelompok VII) angka kematiannya paling kecil jika dibandingkan

dengan semua kelompok perlakuan dan kontrol KCN. Maka dapat diartikan

bahwa natrium tiosulfat dosis 160.720 mg/kgBB dapat mengurangi angka

kematian hingga 100%. Jadi, natrium tiosulfat dosis 160.720 mg/kgBB (kelompok

VII) dapat digunakan sebagai antidotum pada kasus keracunan sianida dosis 26

mg/kgBB.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

60

Diperkuat juga dengan hasil pada grafik mean ± SD maka dapat

dikatakan bahwa keberadaan natrium tiosulfat dosis 160.720 mg/kgBB (kelompok

VII) dapat menurunkan bahkan sampai meniadakan adanya kematian karena efek

toksik dari sianida dapat diatasi dengan natrium tiosulfat sebagai terapi

antidotumnya pada hewan uji mencit.

Dari beberapa keterangan mengenai tabel V, VI, VII, dan VIII diatas

maka dapat diambil kesimpulan bahwa pada pemberian natrium tiosulfat dosis

0.468 mg/KgBB secara intraperitoneal untuk mengatasi keracunan sianida belum

dapat mengatasi efek toksik dari sianida. Gejala efek toksik seperti jantung

berdebar, hilang kesadaran dan gagal nafas masih muncul, serta waktu

kematiannya juga singkat. Pada dosis tersebut natrium tiosulfat keberadaannya

tidak atau belum berpotensi sebagai antidotum sianida.

Pada kelompok perlakuan KCN dosis 26 mg/kgBB + natrium tiosulfat

dosis 3.279 mg/KgBB (kelompok V) secara intraperitoneal untuk mengatasi

keracunan sianida belum dapat mengatasi efek toksik dari sianida. Gejala efek

toksik seperti jantung berdebar, hilang kesadaran dan gagal nafas masih muncul,

serta waktu kematiannya juga singkat meskipun sedikit lebih lama dibanding

dengan dosis natrium tiosulfat 0.468 mg/KgBB. Sehingga pada dosis tersebut

natrium tiosulfat keberadaannya tidak atau belum berpotensi sebagai antidotum

sianida.

Pada kelompok perlakuan KCN dosis 26 mg/kgBB + natrium tiosulfat

dosis 22.960 mg/KgBB (kelompok VI) secara intraperitoneal untuk mengatasi

keracunan sianida belum dapat mengatasi efek toksik dari sianida. Gejala efek

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

61

toksik seperti jantung berdebar, hilang kesadaran, gagal nafas dan kejang masih

muncul, serta waktu kematiannya sama dengan dosis natrium tiosulfat 3.279

mg/KgBB, sehingga dapat disimpulkan pada dosis tersebut natrium tiosulfat

keberadaannya sedikit berpotensi sebagai antidotum sianida.

Dari tabel V, VI, VII, VIII dan IX, dapat dikatakan bahwa pemberian

natrium tiosulfat dosis 160.720 mg/KgBB secara intraperitoneal dapat mengatasi

keracunan sianida. Meskipun beberapa gejala efek toksik dari sianida masih

muncul, seperti jantung berdebar, tapi waktu timbulnya jantung berdebar lebih

lama dan hilang kesadaran. Tetapi dapat mengatasi terjadinya kematian.

Keracunan sianida dosis 26 mg/KgBB secara oral ternyata baru dapat

diatasi dengan terapi pemberian antidotum natrium tiosulfat dosis 3.279

mg/KgBB secara intraperitoneal pada mencit. Hasil ini ditunjukkan dengan

keterbalikannya efek toksik yang muncul akibat pemberian sianida dosis 26

mg/KgBB mencit. Terjadinya gejala efek toksik berupa hilangnya kesadaran dan

gagal nafas sempat muncul pada beberapa hewan uji mencit. Tetapi secara

terbalikkan kesadaran mencit kembali ke normal sesaat setelah pemberian

antidotum natrium tiosulfat dosis 3.279 mg/KgBB secara intraperitoneal. Dari 6

hewan uji 4 mati sehingga respon kematian yang ditimbulkan sebanyak 66.67 %.

Dari penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa pada dosis 3.279 mg/kgBB

dan 22.960 mg/kgBB kurang optimal dalam penawaracunan sianida maka

diperlukan adanya kombinasi dengan antidot sianida yang lain, seperti natrium

nitrit, EDTA, vitamin 12a. Dari hasil pengamatan gejala keracunan sianida selalu

disertai dengan adanya kejang sehingga bila diberikan tambahan antikonvulsan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

62

seperti diazepam maka diharapkan dapat mengurangi manifestasi kejang yang

timbul sehingga diharapkan dapat mengurangi angka kematian. Prinsip asas utama

penatalaksanaan keracunan dalam hal ini terhadap sianida 26 mg/KgBB adalah

cepat penanganan (antidotum diberikan sesaat) dan tepat antidotum (natrium

tiosulfat) dan tepat jalur pemejanan (intraperitoneal) sangat menentukan

keberhasilan terapi keracunan di samping pemilihan strategi terapi antidotumnya,

sehingga natrium tiosulfat dosis 160.720 mg/kgBB pada kondisi tersebut dapat

dinyatakan mempunyai potensi sebagai antidotum sianida dosis 26 mg/KgBB

peroral pada mencit.

Mekanisme aktivitas antidotum natrium tiosulfat

Rhodanese

Na2S2O3 + CN- --> SCN- + Na2S2O3

Rute utama detoksifikasi sianida dalam tubuh adalah mengubahnya

menjadi tiosianat oleh rhodanese, walaupun sulfurtransferase yang lain, seperti

beta-merkaptopiruvat sulfurtransferase, dapat juga digunakan. Reaksi ini

memerlukan sumber sulfan sulfur, tetapi penyedia endogen substansi ini terbatas.

Keracunan sianida merupakan proses mitokondrial dan penyaluran intravena

sulfur hanya akan masuk ke mitokondria secara perlahan. Sedangkan natrium

tiosulfat mungkin muncul sendiri pada kasus keparahan ringan sampai sedang,

sebaiknya diberikan bersama antidot lain dalam kasus keracunan parah. Ini juga

merupakan pilihan antidot saat diagnosis intoksikasi sianida tidak terjadi,

misalnya pada kasus penghirupan asap rokok. Natrium tiosulfat diasumsikan

secara intrinsik nontoksik tetapi produk detoksifikasi yang dibentuk dari sianida,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

63

tiosianat dapat menyebabkan toksisitas pada pasien dengan kerusakan ginjal.

Pemberian natrium tiosulfat 12,5 g i.v. biasanya diberikan secara empirik jika

diagnosis tidak jelas (Olson, 1994).

Gambar 6. Pengubahan cyanmethemoglobin menjadi tiosianat oleh rodhanase dan tiosulfat (Cyanide Toxicity Review, 2003)

Meskipun demikian gejala efek toksik pada beberapa kelompok hewan

uji pada penelitian ini banyak yang tidak teramati, bisa disebabkan oleh karena

cepatnya terjadi kematian hewan uji tanpa melewati/memperlihatkan tanda-tanda

gejala keracunan sianida, atau ada beberapa kelompok yang masih bertahan hidup

hingga waktu pengamatan selesai (24 jam). Indikator keterbalikkan efek toksik

sebagai upaya penyelamatan subyek uji mencit dari keracunan merupakan salah

satu keberhasilan antidotum natrium tiosulfat dosis 160.720 mg/KgBB dengan

pemberian secara intraperitonial dalam menawaracunkan sianida. Hal ini sesuai

sifatnya di mana saat kadar racun sianida habis, reseptor kembali, artinya apabila

sianida dosis 26 mg/KgBB dalam tubuh sudah menurun bahkan sudah habis,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

64

maka reseptor yang mulanya berikatan dengan sianida akan kembali ke reseptor

semula dan berfungsi seperti semula. Efek toksik juga cepat kembali normal, di

mana sianida dosis 26 mg/KgBB peroral sangat cepat menimbulkan efek toksik,

namun secara cepat normal kembali atau sangat cepat pergi dari reseptor sasaran

dengan adanya antidotum natrium tiosulfat dosis 160.720 mg/KgBB secara

intraperitoneal. Sifat terbalikkan terakhir yang mendukung keberhasilan terapi

keracunan sianida tersebut adalah terapi antidotum tergantung dosis di mana pada

dosis 160.720 mg/KgBB intraperitoneal sangat efektif sebagai antidotum sianida

dosis 26 mg/KgBB dengan pemejanan secara peroral.

Gambar 7. Kurva hipotesis yang melukiskan hubungan antara kadar racun di dalam darah atau di tempat aksi lawan waktu dengan strategi terapi keracunan mempercepat eliminasi.

Potensi natrium tiosulfat dosis 160.720 mg/KgBB intraperitoneal pada

mencit terbukti merupakan salah satu metode mempercepat eliminasi. Proses

eliminasi terdiri dari proses metabolisme dan ekskresi. Natrium tiosulfat bekerja

dengan mempercepat perubahan sianida dengan bantuan rhodanase menjadi

tiosianat [SCN]- yang bersifat kurang toksik. Selain itu, tiosianat berbentuk ion

sehingga dapat lebih mudah untuk diekskresikan. Hal ini dapat mempercepat

KTM

t

Cp

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

65

keluarnya sianida dari tubuh. Seperti yang tampak pada gambar 17. garis putus-

putus menunjukkan keadaan awal, sebelum adanya percepatan eliminasi. Setelah

adanya percepatan eliminasi maka waktu eliminasinya menjadi lebih cepat (kurva

bergeser ke kiri) dan toksisitasnya juga menjadi berkurang (daerah di atas KTM

menjadi lebih kecil).

D. Pemeriksaan Histopatologi

Pengamatan fisik terhadap gejala toksik yang mungkin timbul dilakukan

sampai 1x 24 jam. Oleh karena tidak terjadi kematian pada hewan uji maka pada

1x 24 jam maka hewan uji dikorbankan dengan cara dekapitasi yaitu menarik

kepala dan ekor dari tubuhnya untuk diambil organnya. Pengambilan organ juga

dilakukan pada hewan uji (cadangan) 24 jam setelah pemberian sianida dan

natrium tiosulfat. Organ yang diambil meliputi ginjal, usus halus, lambung, hati,

paru-paru, jantung.

Pengamatan secara makroskopis juga dilakukan untuk melihat perubahan

morfologi pada setiap organ dari setiap kelompok perlakuan. Dari pengamatan

makroskopis setelah hewan uji di-nekropsi, terlihat bahwa tidak terjadi perubahan

morfologi pada setiap organ dari setiap kelompok perlakuan. Setelah dilakukan

pengamatan makroskopis, maka dilanjutkan dengan pengamatan mikroskopis dari

setiap organ untuk melihat terjadinya kerusakan organ, pengamatan mikroskopis

berupa pengamatan preparat organ dari setiap kelompok perlakuan yang telah

dibuat preparat histopatologi dengan pengecatan hematoksilin-eosin, hasil

pengamatan yang berupa pengamatan histopatologi organ menunjukkan terjadinya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

66

perubahan pada beberapa organ dari masing-masing kelompok perlakuan

dibandingkan dengan kontrol. Perubahan organ dapat dilihat pada tabel VIII.

Beberapa kerusakan jaringan yang timbul akibat keracunan sianida

adalah : hiperemia, keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan didalam

pembuluh darah pada daerah tertentu. Jika dilihat dengan mata telanjang, maka

daerah jaringan atau organ yang mengalami hiperemi berwarna lebih merah

(ungu) karena bertambahnya darah didalam jaringan. Secara mikroskopis kapiler-

kapiler dalam jaringan hiperemia melebar dan penuh berisi darah. Pada dasarnya

terdapat dua mekanisme di mana kongesti dapat timbul : (1) kenaikan jumlah

darah yang mengalir ke daerah atau (2) penurunan jumlah darah yang mengalir

dari daerah; hemorhagie, keluarnya darah dari sitem kardiovaskular, disertai

penimbunan dalam jaringan atau ruang tubuh atau disertai keluarnya darah dari

tubuh.

1. Hati

Organ hati pada kelompok kontrol KCN mengalami peradangan.

Peradangan terjadi karena adanya respon terhadap cedera dan kematian sel yang

merupakan mekanisme pertahanan tubuh. Hal ini mungkin disebabkan karena

sianida menyebabkan hipoksia pada sel sehingga selnya mati.

Dapat dilihat pada kelompok kontrol KCN terdapat manifestasi

peradangan dan terdapat adanya hiperemi begitu juga pada kelompok kontrol

tiosulfat dan kelompok perlakuan I dan II, sedangkan pada kelompok perlakuan II

dan IV tidak terdapat adanya manifestasi peradangan dan tidak ditemui adanya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

67

hiperemi jadi dapat dikatakan bahwa kerusakan organ disini pada kelompok

perlakuan dapat membaik dengan meningkatnya dosis antidotumnya.

2. Ginjal

Organ eksresi yang penting adalah ginjal. Ginjal melakukan fungsi vital

sebagai pengatur volume dan komposisi kimia darah dan lingkungan dalam tubuh

dengan mengeksresikan solut dan air dalam tubuh, kalau kedua ginjal karena

sesuatu hal gagal melakukan fungsinya, maka kematian akan terjadi dalam waktu

3 sampai 4 minggu (Price dan Wilson, 1995).

Hasil pemeriksaan histopatologi organ ginjal menunjukkan bahwa pada

kelompok kontrol KCN terjadi kerusakan berupa hemorrhagi pada 24 jam. Pada

kelompok perlakuan I dan II pemberian senyawa racun KCN 26 mg/kgBB

kemudian ditambah dengan pemberian natrium tiosulfat berurutan dosis 0,468

mg/kgBB dan 3,279 mg/kg BB mengalami kerusakan ginjal yang hampir sama

dengan yang terjadi pada kontrol sianida yaitu terjadi manifestasi hemorrhagi. Hal

ini terjadi karena adanya proses peradangan.

3. Paru

Memegang peranan penting dalam proses respirasi. Paru berfungsi untuk

mengambil oksigen dan mengeluarkan karbondioksida. Apabila kondisi normal

ini terjadi maka akan mendukung kelancaran dalam proses respirasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

68

Tabel VIII. Hasil Pemeriksaan histopatologi beberapa organ mencit akibat pemberian larutan KCN (sebagai senyawa racun) dan pada kelompok perlakuan diberikan larutan KCN kemudian diteruskan dengan pemberian senyawa antidotumnya, yaitu natrium tiosulfat.

Organ Kontrol KCN Kontrol Aquadest

Kontrol Na2S2O3

Perlakuan D1 Perlakuan D2 Perlakuan D3 Perlakuan D4

1. Ginjal Glomerolus dan tubulus normal, terjadi manifestasi haemorrhagie

Glomerolus dan tubulus dalam batas normal, tidak ada radang, tidak ada erosi

Glomerolus dan tubulus dalam batas normal

Glomerolus dan tubulusnya normal, terjadi manifestasi haemorrhagie

Glomerolus dan tubulusnya normal, terjadi manifestasi haemorrhagie

Glomerolus dan tubulus dalam batas normal

Glomerolus dan tubulus dalam batas normal dan ada hiperemi sedikit

2. Paru Alveoli dan bronkeoli dalam batas normal, septum interalveolaris menebal dan ada infiltrasi sel-sel radang

Alveoli dan bronkeoli dalam batas normal

Alveoli dan bronkeoli dalam batas normal, septum interalveolaris menebal dan ada infiltrasi sel-sel radang

Alveoli dan bronkeoli dalam batas normal, septum interalveolaris menebal dan ada infiltrasi sel-sel radang

Alveoli dan bronkeoli dalam batas normal, septum interalveolaris menebal dan ada infiltrasi sel-sel radang

Alveoli dan bronkeoli dalam batas normal

Alveoli dan bronkeoli dalam batas normal

3.Hati Hepatosit normal tersusun radier mengelilingi vena sentralis sel hepatosit dalam batas normal tampak

Hepatosit normal tersusun radier mengelilingi vena sentralis sel hepatosit dalam batas

Hepatosit normal tersusun radier mengelilingi vena sentralis sel hepatosit dalam batas normal tampak

Hepatosit normal tersusun radier mengelilingi vena sentralis sel hepatosit dalam batas normal tampak

Hepatosit normal tersusun radier mengelilingi vena sentralis sel hepatosit dalam batas normal tampak

Hepatosit normal tersusun radier mengelilingi vena sentralis sel hepatosit dalam batas

Hepatosit normal tersusun radier mengelilingi vena sentralis sel hepatosit dalam batas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

69

hiperemi lokal (derajat 2)

normal tidak tampak adanya hiperemi, tidak ada manifestasi peradangan

hiperemi lokal (derajat 2)

hiperemi lokal (derajat 1)

hiperemi lokal (derajat 2)

normal normal

4. Usus halus Fili intestinal nya mengalami erosi dan mukosanya tidak normal

Fili intestinal dan mukosa dalam batas normal, mukosa muskularis, serosa dan kelenjar nya juga normal,

Fili intestinal dan mukosa nya normal

Fili intestinal nya terdapat erosi sedikit , dan juga terdapat adanya manifestasi peradangan (++)

Fili intestinal nya terdapat erosi , dan juga terdapat adanya manifestasi peradangan (++)

Fili intestinal nya terdapat erosi , dan juga terdapat adanya manifestasi peradangan (+)

Fili intestinal nya terdapat erosi sedikit , dan tapi masih tetap ada manifestasi peradangan (+)

5.Jantung Miokardium nya dalam batas normal

Miokardium nya dalam batas normal

Miokardium nya dalam batas normal

Miokardium nya dalam batas normal

Miokardium nya dalam batas normal

Miokardium nya dalam batas normal

Miokardium nya dalam batas normal

6. Lambung Aktivitas kelenjarnya meningkat, erosi mukosanya

Tunika mukosa muskularis normal, aktivitas kelenjarnya normal

Mukosa lambung erosi, aktivitas kelenjarnya meningkat

Mukosanya erosi

Mukosa lambung erosi (++) dan terdapat adanya manifestasi peradangan

Mukosa lambung mengalami erosi (+) aktivitas kelenjarnya meningkat

Mukosa lambung mengalami erosi (+)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

70

(a) (b) (c) (d)

(e) (f) (g)

Gambar 8. Gambaran histopatologi untuk organ hati mencit pembesaran 100X pengecatan hematoksislin-eosin pembedahan 24 jam, perlakuan :

a. KCN 26 mg/kgBB. A. hiperemi lokal derajat 2 (++).

b. Aquadest, normal, tidak tampak adanya hiperemi, tidak ada manifestasi peradangan.

c. Na2S2O3 dosis 160.720 mg/kg BB. A. hiperemi lokal derajat 2 (++).

d. KCN dosis 26 mg/kg BB dengan Na2S2O3 dosis 0,468 mg/kg BB. A. hiperemi lokal derajat 1 (+)

e. KCN dosis 26 mg/kg BB dengan Na2S2O3 dosis 3.279 mg/kg BB. A. hiperemi lokal derajat 2 (++).

f. KCN dosis 26 mg/kg BB dengan Na2S2O3 dosis 22.960 mg/kg BB, normal, tidak tampak adanya hiperemi, tidak ada manifestasi peradangan.

g. KCN dosis 26 mg/kg BB dengan Na2S2O3 dosis 160.720 mg/kg BB, normal, tidak tampak adanya hiperemi, tidak ada manifestasi peradangan.

AA A

A

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

71

organ paru juga mempunyai resiko tinggi terkena zat toksik karena berhubungan

langsung dengan lingkungan luar, kerusakan organ paru berupa penebalan septa

alveoli dan terdapat adanya manifestasi sel-sel radang. Selain terjadi pada

kelompok kontrol KCN 26 mg/kgBB juga terjadi pada kelompok perlakuan I dan

II. Kerusakan tersebut tidak meningkat seiring dengan meningkatnya dosis

natrium tiosulfat. Bila dibandingkan dengan kelompok kontrol, adanya zat

antidotum natrium tiosulfat dapat memicu penurunan kerusakan pada organ paru

sehingga keadaan organ menjadi semakin membaik.

Pada penebalan septa alveoli ditemukan adanya sel-sel radang dan sel-sel

darah merah. Hal tersebut menunjukkan adanya respon terjadinya peradangan.

Pada daerah yang meradang terjadi peningkatan aliran darah dan pembuluh darah

menjadi lebih permeabel. Hal tersebut mendorong keluarnya sel-sel darah merah

yang disebut hemorrhagi, kondisi tersebut menyebabkan alveoli sukar

berkontraksi. Apabila septa semakin tebal maka daya tampung alveoli terhadap

oksigen akan semakin berkurang sehingga akan mengganggu suplai oksigen. Hal

ini menyebabkan pertukaran udara terganggu. Apabila gangguan pada organ ini

semakin parah bisa menyebabkan terjadinya dispnea, dispnea dapat terjadi karena

adanya gangguan pertukaran antara oksigen dengan karbondioksida akibat adanya

rangsang atau kerusakan pada organ pernafasan sehingga terjadi peningkatan

kerja pernafasan akibat meningkatnya resistensi elastik paru. Hal tersebut terjadi

karena hewan berusaha mengkompensasi ketersediaan oksigen didalam alveoli.

Apabila kondisi ini semakin parah, kemungkinan akan menyebabkan kematian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

72

(a) (b) (c) (d)

(e) (f) (g)

Gambar 9. Gambaran histopatologi untuk organ ginjal mencit pembesaran 100X pengecatan hematoksislin-eosin pembedahan 24 jam, perlakuan :

a. KCN 26 mg/kgBB. A. haemorrhagie.

b. Aquadest

c. Na2S2O3 dosis 160.720 mg/kg BB

d. KCN dosis 26 mg/kg BB dengan Na2S2O3 dosis 0,468 mg/kg BB. A. haemorrhagie.

e. KCN dosis 26 mg/kg BB dengan Na2S2O3 dosis 3.279 mg/kg BB. A. haemorrhagie.

f. KCN dosis 26 mg/kg BB dengan Na2S2O3 dosis 22.960 mg/kg BB.

g. KCN dosis 26 mg/kg BB dengan Na2S2O3dosis 160.720 mg/kg BB. A. hiperemi

A A

A A

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

73

Dispnea atau sesak nafas merupakan gejala utama dari penyakit kardiopulmonar

(Price& Wilson, 1995 ).

4. Jantung

Organ jantung merupakan organ yang sangat vital dan memegang

peranan penting didalam tubuh makhluk hidup. Jantung bertanggung jawab

terhadap sistem sirkulasi didalam tubuh. Apabila terjadi gangguan pada organ ini

maka sirkulasi darah didalam tubuh menjadi tidak lancar. Dalam penelitian ini

organ jantung masih dalam batas normal baik dalam pembedahan 3 jam dan

pembedahan 24 jam setelah dipejani KCN dosis 26 mg/kgBB dan pada kelompok

perlakuan yang dipejani KCN dosis 26 mg/kg BB kemudian dilanjutkan dengan

senyawa antidotumnya yaitu natrium tiosulfat berurutan dengan dosis 0,468

mg/kg BB, 3.279 mg/kg BB, 22,960 mg/kg BB, 160.720 mg/kgBB tidak

menyebabkan kelainan pada organ jantung, artinya pemberian sianida dan natrium

tiosulfat disini tidak mempengaruhi organ jantung, kemungkinan organ ini normal

karena percobaan yang peneliti lakukan adalah termasuk uji akut jadi belum

tampak adanya kerusakan pada ogan jantung ini.

5. Usus halus

Organ usus berperan dalam pencernaan makanan. Makanan yang telah

dicerna di lambung kemudian masuk ke organ usus. Hasil pencernaan yang sudah

dianggap cukup di usus kemudian diserap melalui kapiler-kapiler darah dan

pembuluh limfe. Pada penelitian ini kelompok kontrol KCN dosis 26 mg/kgBB

menunjukkan organ usus tidak normal karena fili intestinal nya mengalami erosi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

74

(a) (b) (c) (d)

(e) (f) (g)

Gambar 10. Gambaran histopatologi untuk organ paru mencit akibat pemberian KCN dosis 26 mg/kg BB pembesaran 100X pengecatan hematoksislin-eosin pembedahan 24 jam, perlakuan:

a. KCN 26 mg/kgBB, alveoli dan bronkeoli dalam batas normal. A. penebalan septa alveoli, B. sel radang.

b. Aquadest

c. Na2S2O3 dosis 160.720 mg/kg BB. A. penebalan septa alveoli, B. sel radang.

d. KCN dosis 26 mg/kg BB dengan Na2S2O3 dosis 0,468 mg/kg BB. A. penebalan septa alveoli, B. sel radang.

e. KCN dosis 26 mg/kg BB dengan Na2S2O3 dosis 3.279 mg/kg BB. A. penebalan septa alveoli, B. sel radang.

f. KCN dosis 26 mg/kg BB dengan Na2S2O3 dosis 22.960 mg/kg BB,

g. KCN dosis 26 mg/kg BB dengan Na2S2O3dosis 160.720 mg/kgBB

AB AB

A

B A

B

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

75

(a) (b) (c) (d)

(e) (f) (g)

Gambar 11. Gambaran histopatologi untuk organ jantung mencit akibat pemberian KCN dosis 26 mg/kg BB pembesaran 100X pengecatan hematoksislin-eosin pembedahan 24 jam, perlakuan :

a. KCN 26 mg/kgBB, miokardium dalam batas normal.

b. Aquadest, miokardium dalam batas normal.

c. Na2S2O3 dosis 160.720 mg/kg BB, miokardium dalam batas normal.

d. KCN dosis 26 mg/kg BB dengan Na2S2O3dosis 0,468 mg/kg BB, miokardium dalam batas normal.

e. KCN dosis 26 mg/kg BB dengan Na2S2O3 dosis 3.279 mg/kg BB, miokardium dalam batas normal.

f. KCN dosis 26 mg/kg BB dengan Na2S2O3 dosis 22.960 mg/kg BB, miokardium dalam batas normal.

g. KCN dosis 26 mg/kg BB dengan Na2S2O3 dosis 160.720 mg/kgBB, miokardium dalam batas normal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

76

(a) (b) (c) (d)

(e) (f) (g)

Gambar 12. Gambaran histopatologi untuk organ usus halus mencit akibat pemberian KCN dosis 26 mg/kg BB pembesaran 100X pengecatan hematoksislin-eosin pembedahan 24 jam,Perlakuan :

a. KCN 26 mg/kgBB. A. fili intestinal erosi dan mukosanya tidak normal.

b. Aquadest, fili intestinal dan mukosa dalam batas normal, mukosa muskularis, serosa dan kelenjar nya juga normal.

c. Na2S2O3 dosis 160.720 mg/kg BB. A. fili intestinal erosi dan mukosanya tidak normal.

d. KCN dosis 26 mg/kg BB dengan Na2S2O3 dosis 0,468 mg/kg BB. A. fili intestinal erosi sedikit, dan juga terdapat adanya manifestasi peradangan derajat 2 (++).

e. KCN dosis 26 mg/kg BB dengan Na2S2O3 dosis 3.279 mg/kg BB. A. fili intestinal erosi sedikit, dan juga terdapat adanya manifestasi peradangan derajat 2 (++).

f. KCN dosis 26 mg/kg BB dengan Na2S2O3 dosis 22.960 mg/kg BB. A. fili intestinal erosi, dan juga terdapat adanya manifestasi peradangan derajat 1 (+).

g. KCN dosis 26 mg/kg BB dengan Na2S2O3 dosis 160.720 mg/kg BB. A. fili intestinal erosi, dan juga terdapat adanya manifestasi peradangan derajat 1 (+).

A A A

A A A

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

77

dan mukosanya tidak normal. Demikian pula terjadi pada kelompok perlakuan I-

IV organ usus masih dalam keadaan tidak normal masih terdapat erosi dan

terdapat manifestasi peradangan, peningkatan dosis senyawa antidotum

menurunkan manifestasi terjadinya peradangan.

Pada kelompok kontrol KCN 26 mg/kg BB. Pada pembedahan sesaat

setelah kematian terjadi perubahan organ berupa erosi fili. Fili terdapat di

permukaan lumen usus halus yang mempunyai sejumlah lipatan mukosa. Fili

berfungsi sebagai tempat penyerapan. Luas permukaan fili sangat besar sehingga

terjadi peningkatan proses absorpsi didaerah ini. Apabila terjadi erosi fili maka

proses penyerapan makanan ke kapiler-kapiler darah akan mengalami penurunan.

Peningkatan erosi fili terjadi pada kelompok perlakuan I dan kelompok

II, tetapi lebih parah pada kelompok perlakuan II, hal itu kemungkinan

disebabkan karena semakin menurunnya dosis senyawa antidotum yang

dipejankan kepada hewan uji kelompok tersebut. Sedangkan pada kelompok

perlakuan dosis 22.960 mg/kgBB dan 160.720 mg/kgBB tetap ditemukan adanya

manifestasi peradangan tapi tingkat keparahannya lebih sedikit/turun daripada

kelompok 0.468 mg/kgBB dan 3.279 mg/kgBB, hal ini kemungkinan karena

dengan peningkatan pemberian dosis senyawa antidotum maka kerusakan organ

khususnya usus halus ini menjadi semakin tidak parah, atau dapat juga dikatakan

kerusakan ini bersifat reversible.

6. Lambung

Lambung berperan didalam pencernaan makanan. Setelah makanan

masuk melalui mulut dan dilanjutkan ke esophagus, makanan akan berkumpul di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

78

lambung dan dengan gerakan peristaltik serta sekresi kelenjar, lambung akan

bekerja mengadakan pencernaan. Pada kelompok kontrol aquadest, tidak

ditemukan adanya kelainan pada organ lambung, organ lambung masih terlihat

normal. Seperti pada organ usus, organ lambung juga mengalami kelainan mulai

dari kelompok kontrol KCN dosis 26 mg/kg BB, kelompok kontrol natrium

tiosulfat dosis 160,720 mg/kgBB dan empat kelompok perlakuan. Organ ini

mengalami kelainan berupa erosi epitel. Hal tersebut kemungkinan disebabkan

karena pemejanan larutan KCN pada dosis 26 mg/kgBB dapat menimbulkan

iritasi pada epitel lambung. Untuk melindungi permukaan terhadap iritasi lebih

lanjut, lambung meningkatkan sekresi mukus, hal ini terbukti dengan

meningkatnya aktivitas kelenjar Brunner dan sel goblet yang menghasilkan mukus

yang berguna untuk melapisi epitel usus dari bahan-bahan yang bersifat iritatif,

kerusakan paling parah terlihat pada kelompok perlakuan II dengan derajat erosi

mukosa ditunjukkan dengan derajat II.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

79

(a) (b) (c) (d)

(e) (f) (g)

Gambar 13. Gambaran histopatologi untuk organ lambung mencit akibat pemberian KCN dosis 26 mg/kg BB pembesaran 100X pengecatan hematoksis lin-eosin pembedahan 24 jam,perlakuan:

a. KCN 26 mg/kgBB, aktivitas kelenjarnya meningkat, erosi mukosanya.

b. Aquadest, tunika mukosa muskularis normal, aktivitas kelenjarnya normal.

c. Na2S2O3 dosis 160.720 mg/kg BB, mukosa lambung erosi, aktivitas kelenjarnya meningkat.

d. KCN dosis 26 mg/kg BB dengan Na2S2O3 dosis 0,468 mg/kg BB. A. mukosa erosi.

e. KCN dosis 26 mg/kg BB dengan Na2S2O3 dosis 3.279 mg/kg BB. A. mukosa lambung erosi (++) dan terdapat adanya manifestasi peradangan.

f. KCN dosis 26 mg/kg BB dengan Na2S2O3 dosis 22.960 mg/kg BB. A. mukosa lambung erosi (+) aktivitas kelenjarnya meningkat.

g. KCN dosis 26 mg/kg BB dengan Na2S2O3 dosis 160.720 mg/kg BB. A. mukosa lambung erosi (+).

A

A AA

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

80

BAB V.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan data, analisis statistik dan evaluasi hasil penelitian yang

telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa potensi natrium tiosulfat sebagai

antidotum keracunan sianida pada mencit jantan galur Swiss adalah :

1. Dosis efektif natrium tiosulfat untuk terapi antidotum keracunan sianida

adalah 160,720 mg/kgBB.

2. Wujud penawaracunan sianida oleh natrium tiosulfat secara pengamatan fisik

gejala efek toksik ditunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan natrium

tiosulfat dosis 160.720 mg/kgBB terjadi jantung berdebar 50%, hilang

kesadaran 50%, gagal nafas 0%, kejang 0%, mati 0%, wujud kerusakan

struktural ditunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan dosis 160.720

mg/kgBB pada organ hati normal, pada organ ginjal terdapat manifestasi

hiperemi, pada organ paru normal, pada organ usus halus terdapat erosi dan

terdapat manifestasi peradangan derajat keparahan 1 (+), pada organ jantung

normal, pada organ lambung terdapat erosi derajat keparahan 1 (+) pada

lapisan mukosanya, sifat penawaracunan sianida secara struktural oleh

natrium tiosulfat adalah terbalikkan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

81

B. Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang uji daya antidotum

natrium tiosulfat ditambah dengan pemberian zat anti kejang mengingat bahwa

biasanya kasus keracunan sianida diperantarai dengan adanya kejang sehingga

diperlukan adanya penambahan senyawa anti kejang disini untuk mengurangi

terjadinya gejala efek toksik yang memperantarai terjadinya keracunan sianida.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

82

DAFTAR PUSTAKA

Alarie Y., 1985, The toxicity of smoke from polymeric materials during thermal decomposition. Am Rev Pharmacol Toxicol, 25 : 325-347, In http://www.inchem.org/documents/antidot/antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

Anderson RA & Harland WA., 1982, Fire deaths in the Glasgow area.III. The role of hydrogen cyanide. Med Sci Law, 22 : 35-37, In http://www.inchem.org /documents/antidot/antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

Ann P.R., 2005, Sodium thiosulfate for acute Cyanide poisoning : study in a rat model, In http://www.medscape.com/medline/abstract/15976683, diakses tanggal 15 juni 2008

Anon ., 1978, Controlled intravascular sodium nitroprusside treatment. Br Med J,

6140: 784-785, In http://www.inchem.org/documents/antidot/antidot /ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

Anonim, 1987a, Anatomi dan Fisiologi Modul Swa-Instruksional Sistem Pernafasan dan Sistem Kardiovaskular, diterjemahkan oleh Andy Santosa Augustinus, Edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Anonim, 1987b, Anatomi dan Fisiologi Modul Swa-Instruksiona l Sistem Perkemihan dan Sistem Pencernaan, diterjemahkan oleh Andy Santosa Augustinus, Edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Anonim, 2000, Gali Data : Sianida, http://www.minergynews.com/forum.shtml, diakses pada 28 September 2007

Atkins D ,1977, Cyanide toxicity following nitroprusside-induced hypotension. Can Anaesth Soc J, 24: 651-660, In http://www.inchem.org/documents/ antidot/antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

83

Berlin AM, 1971, The treatment of cyanide poisoning in children. Pediatrics, 46: 793, In http://www.inchem.org/documents/antidot/antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

Birky MM, Halpin BM, Caplan YH, Fisher RS, Mc Allister JM, & Dixon AM, 1979, Fire Fatality study. Fire mater, 3 : 211-217, In http://www .inchem.org/documents/antidot/antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

Blanc, P., Hogan, M., Malin, K., Hryhorczuk, D., Hessl, S., & Bernard, B., 1985, Cyanide intoxication among silver reclaiming workers, In http://www.inchem.org/documents/antidot/antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 28 September 2007

Blaschle TE & Melmon KL., 1980, Antihypertensive agents and the drug therapy of hypertension. In: Goodman LS & Gilma A ed. The pharmacological basis of therapeutics. New York, MacMillan Publishing Co., vol 6, pp 807-808, In http://www.inchem.org/documents/antidot/antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

Bucht H., 1949, On the tubular secretion of thiosulfate and creatinine under the influence of caronamide. Scand J Clin Lab Invest, 1: 270-276, In http://www.inchem.org/documents/antidot/antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

Burrows GE & Way JL, 1976, Antagonism of cyanide toxicity by phenoxybenzamine. Fed Proc, 35: 533, In http://www.inchem.org/ documents/antidot/antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

Cardozo RH & Edelman IS, 1952, The volume of distribution of sodium thiosulfate as a measure of the extracellular fluid space. J Clin Invest, 31: 280-290, In http://www.inchem.org/documents/antidot/antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

Chen KK, Rose CL, & Clowes GHA., 1934, Comparative values of several antidotes in cyanide poisoning. Am J Med Sci, 188: 767, In http://www.inchem.org/documents/antidot/antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

84

Chen KK, Rose CL, & Clowes GHA., 1944, The modem treatment of cyanide poisoning, J Indiana Med Assoc, 37 : 344-350, In http://www.inchem. org/documents/antidot/antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

Chen KK, Rose CL, & Clowes GHA., 1933, Methylene blue, nitrites and sodium thiosulfate againts cyanide poisoning. Proc Soc Exp Biol Med, 31 : 250-252, In http://www.inchem.org/documents/antidot/antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

Chen KK & Rose CL., 1952, Nitrite and thiosulfate therapy in cyanide poisoning. J Am Med Assoc, 149: 113-119, In http://www.inchem.org/documents/ antidot/antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

Clark CJ, Campbell D, & Reid WH., 1983, Blood carboxyhaemoglobin and cyanide levels in fire survivors. Lancet, 1 :1332-1335, In http://www.inchem.org/documents/antidot/antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

Conn EE, 1973, Cyanogenic glucosides (Committee on Food Protection, Food and Nutrition Board, National Research Council). In: Toxicants occurring naturally in foods, 2nd ed. Washington, DC, National Academy of Sciences, pp 299-308, In http://www.inchem.org/documents/antidot/ antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

Cook RD & Coursey DB., 1981, Cassava: a major cyanide-containing food crop. In: Vennesland B, Conn E, Knowles CJ, Westley J, & Wissing F ed. Cyanide in biology. New York, London, Academic Press, pp 11-28, In http://www.inchem.org/documents/antidot/antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

Crompton M, Palmieri F, Capano M, & Quagliariello E, 1974, The transport of thiosulphate in rat liver mitochondria. FEBS Lett, 46: 247-250, In http://www.inchem.org/documents/antidot/antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

85

Darby PW & Wilson J., 1967, Cyanide, smoking, and tobacco amblyopia. Observations on the cyanide content of tobacco smoke. Br J Ophthalmol, 51: 336-338, In http://www.inchem.org/documents/antidot/antidot/ant02 .htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

Dennis DL & Fletcher WS., 1966, Toxicity of sodium thiosulfate (NCS-45624), a nitrogen mustard antagonist, in the dog, Cancer Chemother Rep, 50: 255-257, In http://www.inchem.org/documents/antidot/antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

Domalski CA, Kolb LC, & Hines EA., 1953, Deleterious reactions secondary to thiocyanate therapy of hypertension. Proc Mayo Clin, 28: 272-280, In http://www.inchem.org/documents/antidot/antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

Done AK., 1961, Cyanide antidotes. In clinical pharmacology of systemic antidotes. Clin Pharmacol Ther, 2: 765-768, In http://www.inchem.org/ documents/antidot/antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

Edwards AC & Thomas IC, 1978, Cyanide poisoning. Lancet, 1: 92, In http://www.inchem.org/documents/antidot/antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

El Ghawabi SH, Gaafar MA, El Saharti AA, Ahmed SH, Malash KK, & Fares R, 1975, Chronic cyanide exposure, a clinical, radio isotope and laboratory study. Br J Ind Med, 32: 215-219, In http://www.inchem.org/documents/ antidot/antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

European Pharmacopoeia, 1980, 2nd ed. Sainte-Ruffine, France, Maisonneuve S.A, In http://www.inchem.org/documents/antidot/antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

Foulks J, Brazeau P, Koelle ES, & Gilman A., 1952, Renal secretion of thiosulfate in the dog. Am J Physiol, 168: 77-85, In http://www.inchem.org/ documents/antidot/antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

86

Fukumoto Y, Nakajimo H, Uetake M, Matusyama A, & Yoshida T, 1957, A study on the sense of smell with respect to potassium cyanide solution and its hereditary transmission. Jpn J Hum Genet, 2: 7-16, In http://www.inchem .org/documents/antidot/antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

Ganong, W.F., 1995, Buku Ajar Fisio logi Kedokteran (Review of medical Physiology), Edisi 14, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Garvin CF., 1939, The fatal toxic manifestations of the thiocyanates. J Am Med Assoc, 112: 1125-1127, In http://www.inchem.org/documents/antidot/ antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

Gilman A, Philips S, & Koelle ES., 1946, The renal clearance of thiosulfate with observations on its volume of distribution, Am J Physiol, 146: 348-357, In http://www.inchem.org/documents/antidot/antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

Goldfrank L, Bresnitz EA, Weisman RS, & Lewin NA., 1984, The inhaled agents and other disorders of oxygen transport. In: Hanson W Jr ed. Toxic emergencies. New York, Churchill Livingstone, pp 204-211, In http://www.inchem.org/documents/antidot/antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

Goldstein F & Rieders F, 1953, Conversion of thiocyanate to cyanide by an erythrocytic enzyme. Am J Physiol, 173: 287-290, In http://www.inchem. org/documents/antidot/antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

Gosselin RE, Smith RP, & Hodge HC., 1984, Cyanide. In: Clinical toxicology of commercial products. Baltimore, London, Williams & Wilkins Co., pp 123-130, In http://www.inchem.org/documents/antidot/antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

Graham DL, Laman D, Theodore J, & Robin ED., 1977, Acute cyanide poisoning complicated by lactic acidosis and pulmonary edema. Arch Intern Med, 137: 1051, In http://www.inchem.org/documents/antidot/antidot/ant02 .htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

87

Grant WM, 1980, The peripheral visual system as a target. In: Spencer PS & Schaumberg HH ed. Experimental and clinical neurotoxicology. Baltimore, London, Williams & Wilkins Co., pp 77-91, In http://www.inchem.org/documents/antidot/antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

Grant WM., 1986, Toxicology of the eye, 3rd ed. Springfield, Illinois, Charles C. Thomas, In http://www.inchem.org/documents/antidot/antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

Hager HHJ., 1977, [Hager's manual of pharmaceutical practice.] Berlin, Heidelberg, New York, Springer-Verlag, In http://www.inchem.org/ documents/antidot/antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

Healy JC., 1931, Therapeutics and toxicology of sulfocyanates. New Engl J Med, 205: 5481-5583, In http://www.inchem.org/documents/antidot/antidot/ ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

Henry, J.A., H.M., Wiseman, 1997, Management of Poisoning : A handbook for health care workers, World Health Organization, Geneva

Hilmann B, Bardham, KD, & Bain JTB., 1974, The use of dicobalt edentate (Kelocyanor) in cyanide poisoning. Postgrad Med J, 50: 171-174, In http://www.inchem.org/documents/antidot/antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

Himwich WA & Saunders JP., 1948, Enzymatic conversion of cyanide to thiocyanate. Am J. Physiol, 153: 348-354, In http://www.inchem.org/ documents/antidot/antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

Höbel M, Kreye VAW, & Pill J., 1978, Effect of sodium nitroprusside alone and in combination with sodium thiosulfate on the acid-base balance, and on thiocyanate and iron plasma levels in the rabbit, Klin Wochenschr, 56(suppl 1): 147-152, In http://www.inchem.org/documents/antidot/ antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

88

IUPAC, 1969, Dissociation constants of inorganic acids and bases in aqueous solution. Oxford, United Kingdom, International Union of Pure and Applied Chemistry, In http://www.inchem.org/documents/antidot/antidot /ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

Ivankovich AD, Braverman B, Kanuru RP, Heyman HJ, & Paulissian R., 1980, Cyanide antidotes and methods of their administration in dogs: a comparative study. Anaesthesiology, 52: 210-216), In http://www.inchem. org/documents/antidot/antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

Jacobs K., 1984, [Report on experience with the administration of 4-DMAP in severe prussic acid poisoning. Consequences for medical practice.] Zentralbl Arbeitsmed, 34: 274-277 (in German), In http://www. inchem.org/documents/antidot/antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

Kalmus, H., & Hubbard, D.J., 1960, The chemical senses in health and disease, In http://www.inchem.org/documents/antidot/antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 28 September 2007

Kalyanaraman UP, Kalyanaraman K, & Cullinan SA, 1983, Neuropathy of cyanide intoxication due to "laetrile" (amygdalin). Cancer, 51: 2126-2133, In http://www.inchem.org/documents/antidot/antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

Kessler DL & Hines LE., 1948, Hazards of thiocyanate therapy in hypertension. J Am Med Assoc, 138: 549-551, In http://www.inchem.org/documents/ antidot/antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

Kirk RI & Stenhouse NS., 1953, Ability to smell solutions of potassium cyanide. Nature (Lond), 171: 698-699, In http://www.inchem.org/documents/ antidot/antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

Kirk-Othmer, 1969, Encyclopedia of chemical technology, 2nd ed. New York, John Wiley & Sons, vol 20, In http://www.inchem.org/documents

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

89

/antidot/antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

Krapez JR, Vesey CJ, Adams L, & Cole PV, 1981, Effects of cyanide antidotes used with sodium nitroprusside infusions: Sodium thiosulfate and hydroxocobalamin given prophylactically to dogs. Br J Anaesth, 53: 793-804, In http://www.inchem.org/documents/antidot/antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

Lang, S., 1895, [Prussic acid detoxification.] Arch Exp Pathol Pharmakol, 36: 75-99 (in German), In http://www.inchem.org/documents/antidot/antidot/ ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

Levine, MS., Radford MPH, & Radford EP., 1978, Occupational exposures to cyanide in Baltimore fire fighters. J Occup Med, 20 : 53-56, In http://www.inchem.org/documents/antidot/antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

Lowry WT, Juarez L, Petty CS,& Roberts B., 1985, Studies of toxic gas production during actual structural fires in the Dallas area. J Forensic Sci, 30 : 59-72, In http://www.inchem.org/documents/antidot/antidot/ant02. htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

Lundquist P, Rosling H, & Sorbo B., 1985, Determination of cyanide in whole blood, erythrocytes and plasma. Clin Ther, 31: 591-595, In http://www.inchem.org/documents/antidot/antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

MacRae WR & Owen M., 1974, Severe metabolic acidosis following hypotension induced with sodium nitroprusside. Br J Anaesth, 46: 795-797, In http://www.inchem.org/documents/antidot/antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

Marbury TC, Sheppard JE, Gibbons K, & Lee CC., 1982, Combined antidotal and hemodialysis treatments for nitroprusside-induced cyanide toxicity. J Toxicol Clin Toxicol, 19: 475-482, In http://www.inchem.org/documents /antidot/antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

90

Martindale, 1989, In: Reynolds JEF ed. The extra pharmacopoeia, 29th ed. London, The Pharmaceutical Press, p 855, In http://www.inchem.org/ documents/antidot/antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

McNamara BP., 1976, Estimation of the toxicity of hydrocyanid acid vapors in man. (Edgewood Arsenal Technical Report No. EB-TR-76023) (Army Department), In http://www.inchem.org/documents/antidotantidot/ant02. htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

Meredith, T.J., 1993, Antidots for Poisoning by Cyanide, http://www. inchem.org/documents/antidot/antidot/ant02.htm, diakses pada 28 September 2007

Michenfelder JD & Tinker JH, 1977, Cyanide toxicity and thiosulfate protection during chronic administration of sodium nitroprusside in the dogs: correlation with a human case. Anesthesiology, 47: 441-448, In http://www.inchem.org/documents/antidot/antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

Ministry of Health, Mozambique., 1984, Mantakassa: an epidemic of plastic paraparesis associated with chronic cyanid intoxication in a cassava staple area of Mozambique. I., In http://www.inchem.org/documents/antidot/ antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

Montgomery R, Reinhart CF, & Terril JB., 1975, Comments on fire toxicity. Comb Toxicol, 2: 179-212, In http://www.inchem.org/documents/antidot/ antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

Naughton M, 1974, Acute cyanide poisoning. Anesth Intensive Care, 4: 351-356, In http://www.inchem.org/documents/antidot/antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

NIOSH, 1986, Register of toxic effects of chemical substances, Washington, DC, National Institute for Occupational Safety and Health, In http://www.inchem.org/documents/antidot/antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

91

Olsen NS & Klein RJ, 1947, Effect of cyanide on the concentration of lactate and phosphates in brain. J Biol Chem, 167: 739, In http://www.inchem.org /documents/antidot/antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

Olson, K. R., 2007, Poisoning and Drug Overdose, 2nd edition, 145-147, Prentice-Hall International Inc., USA

Pahl MV & Vaziri ND, 1982, In vivo and in vitro hemodialysis studies of thiocyanate. J Toxicol Clin Toxicol, 19: 965-974, In http://www.inchem.org/documents/antidot/antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

Peden NR, Taha A, McSofiey PD, Bryden GT, Murdoch IB, & Anderson JM, 1986, Industrial exposure to hydrogen cyanide: implications for treatment. Br Med J, 293: 538, In http://www.inchem.org/documents/antidot/ antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

Peters CG, Mundy JVB, & Rayner PR., 1982, Acute cyanide poisoning. Anaesthesia, 37: 582-586, In http://www.inchem.org/documents/antidot/ antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

Pill H, Engeser P, Hobel M, & Kreye VAW, 1980, Sodium nitroprusside: Comparison of the antidotal effect of hydroxocobalamin and sodium thiosulfate in rabbits. Dev Toxicol Environ Sci, 8: 423-426, In http://www.inchem.org/documents/antidot/antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

Piper J., 1975, Use and toxicity of nitroprusside. New Engl J Med, 292: 1081-1082, In http://www.inchem.org/documents/antidot/antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

PoisIndex, 1987, Microfiche data base, 53rd ed. Denver, Colorado, Micromedex Inc, In http://www.inchem.org/documents/antidot/antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

92

Rosling H., 1989, Cassava associated neurotoxicity in Africa. In: Proceedings of

the 5th International Congress of Toxicology. Volans GN, Sims J, Sullivan FM, & Turner P ed. Brighton, Taylor & Francis, pp 605-614, In http://www.inchem.org/documents/antidot/antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

Russel WO & Stahl WC., 1942, Fatal poisoning from potassium thiocyanate treatment of hypertension. J Am Med Assoc, 119: 1177-1181, In http://www.inchem.org/documents/antidot/antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

Sadoff L, Fuchs J, & Hollander J., 1978, Rapid death associated with laetrile ingestion. J Am Med Assoc, 239: 1532, In http://www.inchem.org/ documents/antidot/antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

Sax NI, 1984, Dangerous properties of industrial materials, 6th ed. New York, Van Nostrand Reinhold Co, In http://www.inchem.org/documents/antidot/ antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

Schulz V, Dohring W, & Rathsac, 1978, [Thiocyanate poisoning in antihypertensive therapy with sodium nitroprusside.] Klin Wochenschr, 56: 355-361 (in German), In http://www.inchem.org/documents/antidot /antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

Schubert J & Brill WA, 1968, Antagonism of experimental cyanide toxicity in relation to the in vivo activity of cytochrome oxidase. J Pharmacol Exp Ther, 162: 352-359), In http://www.inchem.org/documents/antidot/antidot /ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

Smith RP & Kruszyna H., 1974, Nitroprusside produces cyanide poisoning via a reaction with hemoglobin. J Chem Exp Ther, 191: 557-563, In http://www.inchem.org/documents/antidot/antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

93

Smith RP., 1973, Cyanate and thiocyanate: Acute toxicity. Proc Soc Exp Biol Med, 142: 1041-1044, In http://www.inchem.org/documents/antidot/ antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

Sörbo B, 1972, The pharmacology and toxicology of inorganic sulfur compounds. In: Senning A ed. Sulfur in organic and inorganic chemistry. New York, Marcel Dekker, vol 2, pp 156-158, In http://www.inchem.org /documents/antidot/antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

Stine, E.K and Brown, M.T., 1996, Principles of Toxicology, Lowis Publishers by

CRC Press Inc. United States of America.

Sykes AH (1981) Early studies on the toxicology of cyanide. In: Vennesland B, Conn EE, Knowles CJ, Westley J, & Wissing F ed. Cyanide in biology. New York, London, Academic Press, pp 1-9, In http://www.inchem.org /documents/antidot/antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

Szczepkowski TW, Skarzynski B, & Weber M, 1961, The metabolic state of thiosulphate. Nature (Lond), 189: 1007-1008, In http://www.inchem. org/documents/antidot/antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

Sylvester DM, Hayton WL, Morgan RL, & Way JL., 1983, Effects of thiosulfate on cyanide pharmacokinetics in dogs. Toxicol Appl Pharmacol, 69: 265, In http://www.inchem.org/documents/antidot/antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

Takano T., Miyzaki Y., Nashimoto I., & Kobayashi K., 1980, Effect of hyperbaric oxygen on cyanide intoxication: in situ, changes in intracellular oxidation reduction. Undersea Biomed Res, 7: 191-197, In http://www.inchem.org/ documents/antidot/antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

Trapp WG (1970) Massive cyanide poisoning with recovery. Can Med Assoc J, 102: 3517, In http://www.inchem.org/documents/antidot/antidot/ant02 .htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

94

Utama, Harry Wahyudhy, 2006, Keracunan Sianida, http://klikharry.wordpress. com/about/, diakses pada 28 September 2007

Vesey CJ, Cole PV, & Simpson PJ., 1976, Cyanide and thiocyanate concentration following sodium nitroprusside infusion in man, Br J Anaesth, 48: 651-659, In http://www.inchem.org/documents/antidot/antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

Vesey CJ, Cole PV, Linnell JC, & Wilson J., 1974, Some metabolic effects of sodium nitroprusside in man. Br Med J, 2: 140-142, In http://www. inchem.org/documents/antidot/antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

Vick, J.A. & Froelich, H.L., 1985, Studies on cyanide poisoning, In http://www.inchem.org/documents/antidot/antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 28 September 2007

Vogel SN, Sultan TR, & Ten Eyck RP, 1981, Cyanide poisoning. Clin Toxicol, 18: 367-383, In http://www.inchem.org/documents/antidot/antidot/ant02 .htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

Voorhoeve RJH, Patel CKW, Trimble LE, & Kerl RJ., 1975, Automobile pollution control devices with malfunctional catalytic converters. Science, 190 : 149-151, In http://www.inchem.org/documents/antidot/antidot/ant02 .htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

Way JL, Tamulinas CB, Leung P, Ray L, Nizamani S, Sylvester D, Way JL, & Chiou F, 1984, Pharmacologic and toxicologic basis of cyanide antagonism. Proc West Pharmacol Soc, 27: 149-153, In http://www. inchem.org/documents/antidot/antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

Westley J, Adler H, Westley L, & Nishida C, 1983, The sulfurtransferases. Fundam Appl Toxicol, 3: 377-382, In http://www.inchem.org/documents/ antidot/antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

95

Wilson J, 1965, Leber's hereditary optic atrophy: a possible defect of cyanide metabolism. Clin Sci, 29: 505-515, In http://www.inchem.org/documents/ antidot/antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

Windholz M ed., 1983, The Merck index: An encyclopedia of chemicals, drugs, and biologicals, 10th ed. Rahway, New Jersey, Merck and Co., Inc, In http://www.inchem.org/documents/ant idot/antidot/ant02.htm, antidots for Poisoning by Cyanide, Diakses tanggal 9 Juni 2008

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

96

Lampiran 1. Hasil pengamatan gejala efek toksik pada kelompok kontrol sianida (dalam detik)

Sianida mencit jantung berdebar hilang kesadaran gagal nafas kejang mati

I Terjadi cepat sekali 96.00 166.00 178.00 211.00 II Terjadi cepat sekali 114.00 141.00 133.00 190.00 III Terjadi cepat sekali 60.00 86.00 93.00 120.00 IV Terjadi cepat sekali 116.00 120.00 180.00 240.00 V Terjadi cepat sekali 79.00 132.00 546.00 626.00 VI Terjadi cepat sekali 0.00 300.00 420.00 540.00

rata-rata Terjadi cepat sekali 77.50 157.50 258.33 321.17 SD 0.00 43.52 74.59 181.40 208.43 SE 0.00 17.77 30.45 74.06 85.09

Lampiran 2. Hasil pengamatan gejala efek toksik pada kelompok kontrol aquadest (dalam detik)

Aquadest

mencit jantung berdebar hilang

kesadaran gagal nafas kejang mati I

Tidak terjadi Tidak terjadi Tidak terjadi Tidak terjadi Tidak mati

II Tidak terjadi Tidak terjadi Tidak terjadi

Tidak terjadi Tidak mati

III Tidak terjadi Tidak terjadi Tidak terjadi

Tidak terjadi Tidak mati

IV Tidak terjadi Tidak terjadi Tidak terjadi

Tidak terjadi Tidak mati

V Tidak terjadi Tidak terjadi Tidak terjadi

Tidak terjadi Tidak mati

VI Tidak terjadi Tidak terjadi Tidak terjadi

Tidak terjadi Tidak mati

rata-rata Tidak terjadi Tidak terjadi Tidak terjadi

Tidak terjadi Tidak mati

SD 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 SE 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Lampiran 3. Hasil pengamatan gejala efek toksik pada kelompok kontrol natrium tiosulfat (dalam detik)

Na-tiosulfat mencit jantung berdebar hilang kesadaran gagal nafas kejang mati

I 160.00 705.00

Tidak terjadi

Tidak terjadi

Tidak mati

II 192.00 769.00

Tidak terjadi

Tidak terjadi

Tidak mati

III 0.00 74.00

Tidak terjadi

Tidak terjadi

Tidak mati

IV 150.00 Tidak terjadi

Tidak terjadi

Tidak terjadi

Tidak mati

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

97

V Tidak terjadi Tidak terjadi

Tidak terjadi

Tidak terjadi

Tidak mati

VI Tidak terjadi Tidak terjadi

Tidak terjadi

Tidak terjadi

Tidak mati

rata-rata 83.67 258.00

Tidak terjadi

Tidak terjadi

Tidak mati

SD 92.70 372.69 0.00 0.00 0.00 SE 37.84 152.15 0.00 0.00 0.00

Lampiran 4. Hasil pengamatan gejala efek toksik pada kelompok kontrol sianida (dalam detik)

Sianida+Na-tiosulfat 0,468 mg/kg

mencit jantung

berdebar hilang

kesadaran gagal nafas kejang mati I Terjadi cepat

sekali 212.00 675.00 Terjadi cepat

sekali 941.00 II Terjadi cepat

sekali 108.00 222.00 Terjadi cepat

sekali 284.00 III Terjadi cepat

sekali 83.00 268.00 Terjadi cepat

sekali 648.00 IV Terjadi cepat

sekali 161.00 573.00 Terjadi cepat

sekali 741.00 V Terjadi cepat

sekali 89.00 416.00 Terjadi cepat

sekali 695.00 VI

58.00 191.00 381.00 Terjadi cepat

sekali 583.00 rata-rata

21.33 140.67 422.50 Terjadi cepat

sekali 648.67 SD 33.27 54.95 174.49 0.00 216.07 SE 13.58 22.43 71.24 0.00 88.21

Lampiran 5. Hasil pengamatan gejala efek toksik pada kelompok kontrol sianida (dalam detik)

Sianida+Na-tiosulfat 3,279 mg/kg

mencit jantung

berdebar hilang

kesadaran gagal nafas kejang mati I

Tidak terjadi 791.00 1011.00 Terjadi cepat

sekali 1275.00 II

Tidak terjadi 0.00 0.00 Terjadi cepat

sekali Tidak mati III

Tidak terjadi 513.00 726.00 Terjadi cepat

sekali 861.00 IV

Tidak terjadi Tidak

teramati Tidak

teramati Terjadi cepat

sekali Tidak Mati V

Tidak terjadi 108.00 569.00 Terjadi cepat

sekali 910.00 VI

55.00 101.00 187.00 Terjadi cepat

sekali 255.00 rata-rata 9.17 252.17 415.50 Terjadi cepat 29350.17

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

98

sekali SD 22.45 325.33 417.63 0.00 44191.82 SE 9.16 132.82 170.50 0.00 18041.23

Lampiran 6. Hasil pengamatan gejala efek toksik pada kelompok kontrol sianida (dalam detik)

Sianida+Na-tiosulfat 22,96 mg/kg

mencit jantung berdebar hilang

kesadaran gagal nafas kejang mati

I Tidak terjadi Tidak terjadi

Tidak teramati

Terjadi cepat sekali Tidak mati

II 43.00 81.00 132.00 298.00 302.00 III

Tidak terjadi 78.00 102.00 Terjadi cepat

sekali 170.00 IV

Tidak terjadi Tidak terjadi Tidak

teramati Terjadi cepat

sekali Tidak mati V

Tidak terjadi 100.00 500.00 Terjadi cepat

sekali 681.00 VI

25.00 732.00 850.00 Terjadi cepat

sekali 933.00 rata-rata 11.33 165.17 264.00 49.67 29147.67

SD 18.46 280.99 341.22 121.66 44348.29 SE 7.54 114.71 139.30 49.67 18105.11

Lampiran 7. Hasil pengamatan gejala efek toksik pada kelompok kontrol sianida (dalam detik)

Sianida+Na-tiosulfat 160,72 mg/kg mencit jantung berdebar hilang kesadaran gagal nafas kejang mati

I 160.00 705.00

Tidak terjadi

Tidak terjadi

Tidak mati

II 192.00 769.00

Tidak terjadi

Tidak terjadi

Tidak mati

III Tidak teramati 74.00

Tidak terjadi

Tidak terjadi

Tidak mati

IV 150.00 Tidak teramati

Tidak terjadi

Tidak terjadi

Tidak mati

V Tidak teramati Tidak teramati

Tidak terjadi

Tidak terjadi

Tidak mati

VI Tidak teramati Tidak teramati

Tidak terjadi

Tidak terjadi

Tidak mati

rata-rata 83.67 258.00

Tidak terjadi

Tidak terjadi

Tidak mati

SD 92.70 372.69 0.00 0.00 0.00 SE 37.84 152.15 0.00 0.00 0.00

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

99

Lampiran 8. Hasil perbandingan pengamatan gejala efek toksik sianida terhadap kelompok kontrol (aquadest, sianida (26 mg/Kg), dan Na-tiosulfat (160,720 mg/Kg)) Kelompok Jantung berdebar Hilang kesadaran Gagal nafas Kejang Mati

Kontrol aquadest

Kontrol

sianida

Kontrol Na-

tiosulfat (160,720 mg/Kg)

Kontrol aquadest

Kontrol

sianida

Kontrol Na-

tiosulfat (160,720 mg/Kg)

Kontrol aquadest

Kontrol

sianida

Kontrol Na-

tiosulfat (160,720 mg/Kg)

Kontrol aquadest

Kontrol

sianida

Kontrol Na-

tiosulfat (160,720 mg/Kg)

Kontrol aquadest

Kontrol

sianida

Kontrol Na-

tiosulfat (160,720 mg/Kg)

Kontrol aquadest

Btb Btb B Btb B Btb B Btb B Btb

Kontrol sianida

(26 mg/Kg) Btb Btb B Btb B B B B B B

Kontrol Na-

tiosulfat (160,720 mg/Kg)

Btb Btb Btb Btb Btb B Btb B Btb B

Sianida + Na tiosulfat

0,468 mg/kg BB

Btb Btb Btb B Btb Btb B Btb B Btb B Btb B B B

Sianida + Na tiosulfat

3.279 mg/kg BB

Btb Btb Btb B Btb Btb B Btb B Btb B Btb B B B

Sianida + Na tiosulfat

22.96 mg/kg BB

Btb Btb Btb B Btb Btb B Btb B Btb B Btb B Btb B

Sianida + Na tiosulfat

160,720 mg/kg BB

Btb Btb Btb Btb Btb Btb Btb B Btb Btb B Btb Btb B Btb

Keterangan : B : berbeda bermakna dengan tingkat signifikansi 95% Btb : berbeda tidak bermakna dengan tingkat signifikansi 95%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

100

Lampiran 9. Hasil uji menggunakan analisis statistik Kruskal-Wallis dan Mann-Whitn

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fileDOSIS EFEKTIF NA-TIOSULFAT SEBAGAI ANTIDOTUM UNTUK KERACUNAN SIANIDA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS HALAMAN SAMPUL SKRIPSI Diajukan Untuk

176

BIOGRAFI PENULIS

Penulis skripsi berjudul ”Potensi Na-tiosulfat Sebagai

Antidotum Untuk Keracunan Sianida Pada Mencit

Jantan Galur Swiss” memiliki nama lengkap Andrew

Arief Sudarmono, merupakan putra ketiga, anak ketiga

dari pasangan Edianto Sudarmono dengan ibu kandung

Maria Henny Rustianti dan ibu yang membesarkan Ina

Kusuma Dewi yang dilahirkan di Semarang pada

tanggal 24 Januari 1987. Pendidikan formal yang telah ditempuh oleh penulis

sejak di bangku taman kanak-kanak hingga tamat SMF diselesaikan di kota

Semarang, TK. Don Bosco (1991-1992), SD Regina Pacis (1992-1998), SLTP

Maria Goretti (1998-2001) dan SMF Theresiana (2001-2004). Kemudian penulis

melanjutkan pendidikan ke kota Yogyakarta untuk menuntut ilmunya di Fakultas

Farmasi, Universitas Sanata Dharma (2004-2008).

Selama masa kuliah, penulis juga pernah menjadi Koordinator Bidang Penelitian

dan Pengembangan (Litbang) Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas (BPMF)

Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, dan pernah juga menjadi Ketua

II (Bidang Umum) pada acara Titrasi (Tiga hari temu Akrab Farmasi) 2006 dan

menjadi panitia dalam beberapa kepanitian lepas yang masih dalam lingkup

internal di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI