Polambu dalam aspek agama dan budaya

4
POLAMBU DALAM ASPEK AGAMA DAN BUDAYA A. Perkawinan Menurut Pandangan Islam Dalam Pandangan islam perkawinan disamping sebagai sunah rasul juga merupakan petunjuk Allah yang diwajibkan bagi mhambanya yang telah mampu. Secara Filosofi mampu adalah merupakan unsur kepribadian yang tersimpul pada seni dan rasa percaya diri. Mampu dalam keyakinan atau aras percaya diri adalah suatu kepribadian hakiki yang terdapat pada budi manusia untuk tidak hanya menyakini suatu kenyakinan tetapi dia tahu tentang apa yang diyakininya. agama sebagai suatu keyakinan tentu harus mampu mengetahui keyakinan yang berpedoman pada agama. islam sebagai suatu agama didalamnya terdapat petunjuk baik dari Allah, Rasul maupun rasionalisasi yang tidak bertentangan dengan Al Qur’an dan hadis t. walaupun agama bersumber dari akal tetapi agama tidak bisa di akal-akali. Pembentukan rumah tangga (Polambu) sebagai proses dalam kehidupan merumnjuk pada dua fundamen yaitu Al Qur’an dan hadist, oleh karena itu dalam proses menjalani harus pada berpedoman pada normatif keagamaan yang tersimpul pada kedua landasan tersebut. Polambu berdasarkan arti kata terdiri atas dua suku kata yaitu po artinya saling, sedangkan lambu artinya keluarga, yang berarti berkeluarga,membentuk rumah tangga dan perkawinan. Jadi filosofi polambu dimuna adalah keinginan hidup bersama antara calon pasangan suami istri yang mampu membentuk keluarga diantara kedua bela pihak, yang merupakan kejadian secara insidental,tetapi suatu peristiwa sakral yang terencana, berstruktur berdasarkan ketentuan hukum adat muna dan syariat islam. Untuk menjalani proses perkawinan atas dasar kesadaran pemikiran kemampuan yang paripurna. Proses tersebut sebagai reflesi dari proses sosial untuk membentuk kelompok terkecil yaitu keluarga (polambu). Pandangan Secara sosiologi bahwa pembentukan keluarga (polambu) berawal dari rasa simpati dan empati yamg kemudian tersimpul dalam perasaan cinta di antara dua insan manusia (laki-laki dan perempuan). Interaksi yang mengewali proses cinta dan kasih sayang yang kemudian melahirkan saling percaya, saling asah. Terbinanya hubungan kasih sayang antara keduanya berimplikasi pada proses penyatuan pandangan presepsi dari kedua pihak yaitu pihak laki-laki dan pihak perempuan dan selanjutnya terikat suatu normatif agama dan adat melalui proses perkawinan. Di sadari bahwa tidak selamanya cinta dan kasih sayang membawa komitmen pada normatif perkawinan karena tidak semua orang menjalin hubungan kasih sayang bisa menjadi realita perkawinan.

Transcript of Polambu dalam aspek agama dan budaya

Page 1: Polambu dalam aspek agama dan budaya

POLAMBU DALAM ASPEK AGAMA DAN BUDAYA

A. Perkawinan Menurut Pandangan Islam

Dalam Pandangan islam perkawinan disamping sebagai sunah rasul juga merupakan petunjuk

Allah yang diwajibkan bagi mhambanya yang telah mampu. Secara Filosofi mampu adalah

merupakan unsur kepribadian yang tersimpul pada seni dan rasa percaya diri. Mampu dalam

keyakinan atau aras percaya diri adalah suatu kepribadian hakiki yang terdapat pada budi

manusia untuk tidak hanya menyakini suatu kenyakinan tetapi dia tahu tentang apa yang

diyakininya. agama sebagai suatu keyakinan tentu harus mampu mengetahui keyakinan yang

berpedoman pada agama. islam sebagai suatu agama didalamnya terdapat petunjuk baik dari

Allah, Rasul maupun rasionalisasi yang tidak bertentangan dengan Al Qur’an dan hadist.

walaupun agama bersumber dari akal tetapi agama tidak bisa di akal-akali.

Pembentukan rumah tangga (Polambu) sebagai proses dalam kehidupan merumnjuk pada dua

fundamen yaitu Al Qur’an dan hadist, oleh karena itu dalam proses menjalani harus pada

berpedoman pada normatif keagamaan yang tersimpul pada kedua landasan tersebut.

Polambu berdasarkan arti kata terdiri atas dua suku kata yaitu po artinya saling, sedangkan

lambu artinya keluarga, yang berarti berkeluarga,membentuk rumah tangga dan perkawinan.

Jadi filosofi polambu dimuna adalah keinginan hidup bersama antara calon pasangan suami

istri yang mampu membentuk keluarga diantara kedua bela pihak, yang merupakan kejadian

secara insidental,tetapi suatu peristiwa sakral yang terencana, berstruktur berdasarkan

ketentuan hukum adat muna dan syariat islam.

Untuk menjalani proses perkawinan atas dasar kesadaran pemikiran kemampuan yang

paripurna. Proses tersebut sebagai reflesi dari proses sosial untuk membentuk kelompok

terkecil yaitu keluarga (polambu). Pandangan Secara sosiologi bahwa pembentukan keluarga

(polambu) berawal dari rasa simpati dan empati yamg kemudian tersimpul dalam perasaan

cinta di antara dua insan manusia (laki-laki dan perempuan). Interaksi yang mengewali proses

cinta dan kasih sayang yang kemudian melahirkan saling percaya, saling asah. Terbinanya

hubungan kasih sayang antara keduanya berimplikasi pada proses penyatuan pandangan

presepsi dari kedua pihak yaitu pihak laki-laki dan pihak perempuan dan selanjutnya terikat

suatu normatif agama dan adat melalui proses perkawinan. Di sadari bahwa tidak selamanya

cinta dan kasih sayang membawa komitmen pada normatif perkawinan karena tidak semua

orang menjalin hubungan kasih sayang bisa menjadi realita perkawinan.

Page 2: Polambu dalam aspek agama dan budaya

Fakta Proses perkawinan yang masih senantiasa dipraktekan masyarakat muna antara lain :

1. Dalam proses kawin lari misalnya masih dominan mempertentangkan, sehingga

terkandang akad nikah menjadi terbelangkalai akibat berbagai pandangan tentang adat.

2. Pengertian mahar diukur dengan kemampun secara materil sehingga terkadang menjadi

perbedaan oleh para delegasi adat. Sedangkan dalam pandangan islam KH WAHID

HASIM dalam cerama agama tahun 1991 bahwa mahar dikatakan : (a) tingkatan pertama

adalah rumah. (b) tingakatan kedua adalah sebidang tanah. (c) ketiga adalah uang. (d) ke

empat adalah emas. (e) ke lima adalah cincin besi. (f) ke enam adalah Lafaz surat Al-

Fatihah.

3. Patokan adat (mahar) berdarsarkan tingkat klasfikasi/tingkatan sosial kemasyarakat

yaitu: 20 boka, 15 boka atau 10 boka 10 suku dan 7 boka 2 suku dan 3 boka 2 suku.

Dalam pandangan islam bahwa perkawinan adalah suatu yang diwajibkan bagi orang-

orang yang berpikir dan berakal, tetapi perkawinan bukan merupakan di akal-akali.

Ajaran islam yang bersumber pada dalil nakli (Al- Qur’an dan sunah rasul) dan dalil aqli

(bersumber dari akal sehat yang rasional) perkawinan sebagai salah satu aspek kehidupan

yang diatur berdarsarkan kedua dalil tersebut mulai dari terbentuknya rumah tangga, proses

rumah tangga, sampai pada pembinaan runmah tangga.

Agama menjadi prioritas utama dalam memilih jodoh dalam pengertian yang memiliki

cakupan luas. Dalam pandangan realitas adalah berkaitan pada dengan aqidah yang dimilik

seseorang dengan menggunakan teori kebenaran secara korespodensi yaitu sesuai antara apa

yang menjadi pengakuan dengan kenyataan yang sebenarnya. Sedangkan menurut kebenaran

secara semantik adlah persesuain antara keperibadian dengan realitas implementasi nilai-nilai

religius dalam kehidupan sehari-hari.

Setelah proses penyelesaian mahar, maka selanjutnya adalah ijab dan kabul. Untuk

mendapatkan kekuatan secara hukum baik hukum agama maupun hukum nasional. Ijab kabul terdiri

atas duasuku kata yaitu ijab berarti ungkapan kesiapan laki-laki untuk bersedia menikahi calon

istrinya. Sedangkan kabul adalah proses kesiapandan kesediaan perempuan untuk menerima laki-laki

sebagai calon suami yang disaksikan oleh wali-walinya baik dari pihak laki-laki maupun wali dari

pihak perempuan. ijab kabul di awali dengan taubat, karena pada dasarnya umat islam pada

dasarnya umat islam dalam melakukan kegiatan sakral seperti perkawinan terlebi dahulu

harus menyucikan diri dengan harapan agar jalinan kasih sayang akan di himpun dalam

keluarga (polambu) agar menghasilkan benih-benih yang suci. Simbolik lain dari lafaz

kalimat tauhid dan rasul adalah sebagai pengakuan diri bahwa yang akan di lakukan adalah

Page 3: Polambu dalam aspek agama dan budaya

kehendak allah dan menyerahkan diri bahwa dirinya (calon suami dan istri) benar-benar

mengikuti sunah rasul.jadi perpaduan dua kalimat syahadat dalam mengawali dua kalimat

syahadat adalah;

1. simbol keislaman

2. simbol pengakuan

3. penguatan bahwa peristiwa tersebut adalah kehendak allah.

4. bahwa yang di miliki itu adalh mengikuti tuntunan sunah rosul SAW.

Perkawinan harus ada wali yang syah menurut islam,untuk menghindari tuntunan dari

orang tua dan keluarga di kemudian hari,karena jangan sampai perkawinan hanyalah

keinginan keduanya.

ijab kabul di awali dengan taubat, karena pada dasarnya umat islam pada dasarnya umat

islam dalam melakukan kegiatan sakral seperti perkawinan terlebi dahulu harus menyucikan

diri dengan harapan agar jalinan kasih sayang akan di himpun dalam keluarga (polambu) agar

menghasilkan benih-benih yang suci. Simbolik lain dari lafaz kalimat tauhid dan rasul adalah

sebagai pengakuan diri bahwa yang akan di lakukan adalah kehendak allah dan menyerahkan

diri bahwa dirinya (calon suami dan istri) benar-benar mengikuti sunah rasul.jadi perpaduan

dua kalimat syahadat dalam mengawali dua kalimat syahadat adalah;

1. simbol keislaman

2. simbol pengakuan

3. penguatan bahwa peristiwa tersebut adalah kehendak allah.

4. bahwa yang di miliki itu adalh mengikuti tuntunan sunah rosul SAW.

Perkawinan harus ada wali yang syah menurut islam,untuk menghindari tuntunan dari

orang tua dan keluarga di kemudian hari,karena jangan sampai perkawinan hanyalah

keinginan keduanya.

Setelah khotbah nikah di perdengarkan oleh penghulu,maka resmi dan sahlah secara

hukum pasangan suami istri,tetapi dalam menggauli istri harus punya etika,,etika yang di

maksud adalah:

1. dopesua welokaodoha dofoepe deki,masuk ketempat tidur hendak menggauli istri harus

terlebih dahulu memberi tanda atau syarat, agar istri siyap secara psikologi ,karena

jangan sampai sang istri masi dalam keadaan halangan ,jangan sampai karena desakan

berahir timbul unsur-unsur pemaksaan untuk mlaksanakan untuk melakuka hubungan

seksual terhadap istri walaupun sedang berhalangan.

Page 4: Polambu dalam aspek agama dan budaya

2. mengawali hubungan dengan ucapan bermasalah dengan harapan beni beni yang akan di

semaikan bukan desakan syaitan tapi hendak allah.

3. Tangan menggauli istri dalam keadaan tidur,dan atau dibangunkan untuk melayani

kebutihan biologis lelaki,karena apa bila hal in di lakukan bisa bisa mengakibatkan

keturunannya tidk sesuai yang di harapkan.

4. jangan menggauli istrijika dia dalam keadaan haids karena dapat mengganggu kesehatan

sangistri dan juga haram hukumnya menggauli istri jika dia haids

5. tidak di perkenankan menggauli istri pada ia telah melahirkan batas waktu minimal

empat bulan,karena ketika hal itu kita lakukan akan berdampak terhadap kesehatan istri,

Kelima haltersebut merupakan peringatan bagi kaum lelaki untuk tidak melakukan

hubugan seksual dengan istri-istrinya,sebab bila dilakukan akan berdampak terhadap

kesehatan wanita juga di anggap melangggar ketentuan agama serta mempengaruhi benih-

benih keturunan yang di harapkan.melayani kebutuhan bologis suami adalah merupakan

kewajiban mutlak sang istri,tetapi tidak berarti bahwa laki-laki sekehendak hati untuk di

layani tetapi harus tunduk pada batasan yang telah di gariskan menurut ketentuan agama dan

pertimbangan kesehatan.