ppt

15
REFERAT RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP) Oleh: Faizal Akbar F.M. Risa Meisalia Pembimbing: dr. H. Nano Sukarno, Sp. An dr. Teguh Santoso E, Sp. An-KIC., M. Kes dr. Andika Chandra P, Sp. An

description

ppt

Transcript of ppt

REFERAT RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)

REFERATRESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)Oleh:Faizal Akbar F.M.Risa Meisalia

Pembimbing: dr. H. Nano Sukarno, Sp. Andr. Teguh Santoso E, Sp. An-KIC., M. Kes dr. Andika Chandra P, Sp. An

BAB ILATAR BELAKANGSerangkaian Penyelamatan Hidup Pada Henti JantungHenti Jantung Penyebab Utama Kematian di banyak Negara

Resusitasi jantung paru adalah serangkaian penyelamatan hidup pada henti jantung. Walaupun pendekatan yang dilakukan dapat berbeda-beda, tergantung penyelamat, korban, dan keadaan sekitar, tantangan mendasar tetap ada, yaitu bagaimana melakukan RJP yang lebih dini, lebih cepat dan lebih efektif. Henti jantung menjadi penyebab utama kematian di beberapa Negara. Terjadi baik di luar rumah sakit maupun di dalam rumah sakit. Diperkirakan 350.000 orang meninggal per tahunnya akibat henti jantung di Amerika dan Kanada. Perkiraan ini tidak termasuk mereka yang diperkirakan meninggal akibat henti jantung dan tidak sempat di resusitasi. Walaupun usaha untuk melakukan resusitasi tidak selalu berhasil, lebih banyak nyawa yang hilang akibat tidak dilakukannya resusitasi. Sebagian besar korban henti jantung adalah orang dewasa, tetapi ribuan bayi dan anak juga mengalaminya setiap tahun. Henti jantung akan tetap menjadi penyebab utama kematian yang premature, dan perbaikan kecil dalam usaha penyelamatannya akan menjadi ribuan nyawa yang dapat diselamatkan setiap tahun.

2BAB IITINJAUAN PUSTAKADEFINISISuatu tindakan darurat sebagai usaha untuk mengembalikan fungsi pernafasan dan atau sirkulasi akibat terhentinya fungsi dan atau denyut jantungResusitasi Jantung Paru yang biasa kita kenal dengan nama RJP atau Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) adalah suatu tindakan darurat sebagai usaha untuk mengembalikan fungsi pernafasan dan atau sirkulasi akibat terhentinya fungsi dan atau denyut jantung. Resusitasi sendiri berarti menghidupkan kembali, dimaksudkan sebagai usaha untuk mengembalikan keadaan henti nafas atau henti jantung (kematian klinis) ke fungsi optimal, guna mencegah kematian biologis. Kematian klinis ditandai dengan hilangnya nadi arteri carotis dan arteri femoralis, terhentinya denyut jantung dan pembuluh darah atau pernafasan dan terjadinya penurunan atau kehilangan kesadaran. Kematian biologis dimana kerusakan otak tak dapat diperbaiki lagi, dapat terjadi dalam 4 menit setelah kematian klinis. Oleh Karena itu, berhasil atau tidaknya tindakan RJP tergantung cepatnya dilakukan tindakan dan tepatnya teknik yang dilakukan. Dapat diartikan pula sebagai usaha untuk mengembalikan fungsi pernafasan dan atau sirkulasi yang kemudian memungkinkan untuk hidup normal kembali setelah fungsi pernafasan dan atau sirkulasi gagal.

3INDIKASI Henti Napas Henti JantungHipoksemia karena berbagai sebabGangguan elektrolit (hipokalemia, hiperkalemia, hipomagnesia)Gangguan irama jantung (aritmia)Penekanan mekanik pada jantung (tamponade jantung, tension pneumothoraks)

Henti napas primer (respiratory arrest) dapat disebabkan oleh banyak hal, misalnya serangan stroke, keracunan obat, tenggelam, inhalasi asap/uap/gas, obstruksi jalan napas oleh benda asing, tesengat listrik, tersambar petir, serangan infark jantung, radang epiglotis, tercekik (suffocation), trauma dan lain-lainnya.Henti nafas yang bukan dikarenakan gangguan pada jalan nafas dapat terjadi karena gangguan pada sirkulasi (asistol, bradikardi, fibrilasi ventrikel)

Pada awal henti napas, jantung masih berdenyut, masih teraba nadi, pemberian O2 ke otak dan organ vital lainnya masih cukup sampai beberapa menit. Kalau henti napas mendapat pertolongan segera maka pasien akan teselamatkan hidupnya dan sebaliknya kalau terlambat akan berakibat henti jantung.Henti jantung primer (cardiac arrest) ialah ketidak sanggupan curah jantung untuk memberi kebutuhan oksigen ke otak dan organ vital lainnya secara mendadak dan dapat balik normal, kalau dilakukan tindakan yang tepat atau akan menyebabkan kematian atau kerusakan otak. Henti jantung terminal akibat usia lanjut atau penyakit kronis tentu tidak termasuk henti jantung.Sebagian besar henti jantung disebabkan oleh fibrilasi ventrikel atau takikardi tanpa denyut (80-90%), kemudian disusul oleh ventrikel asistol (+10%) dan terakhir oleh disosiasi elektro-mekanik (+5%). Dua jenis henti jantung yang terakhir lebih sulit ditanggulangi karena akibat gangguan pacemaker jantung. Fibirilasi ventrikel terjadi karena koordinasi aktivitas jantung menghilang.Henti jantung ditandai oleh denyut nadi besar tak teraba (karotis femoralis, radialis) disertai kebiruan (sianosis) atau pucat sekali, pernapasan berhenti atau satu-satu (gasping, apnu), dilatasi pupil tak bereaksi terhadap rangsang cahaya dan pasien tidak sadar.Pengiriman O2 ke otak tergantung pada curah jantung, kadar hemoglobin (Hb), saturasi Hb terhadap O2 dan fungsi pernapasan. Iskemi melebih 3-4 menit pada suhu normal akan menyebabkan kortek serebri rusak menetap, walaupun setelah itu dapat membuat jantung berdenyut kembali.

4DIAGNOSATidak terdapat adanya pernafasan (gunakan cara Look-Listen-Feel)Tidak teraba denyut nadi karotis

A (AIRWAY) Jalan NafasBuka jalan nafas: Head Tilt, Chin Lift, Jaw ThrustLook, Listen, Feel untuk mengetahui pernafasannya

6B (BREATHING) Bantuan Nafas

Pasien dengan henti napas, tidurkan dalam posisi terlentang. Napas buatan tanpa alat dapat dilakukan dengan cara mulut ke mulut (the kiss of life, mouth-to-mouth), mulut ke hidung (mouth-to-nose), mulut ke stoma trakeostomi atau mulut ke mulut via sungkup muka. Mulut ke mulut (mouth-to-mouth)Merupakan cara yang cepat dan efektif. Pada saat memberikan penolong tarik nafas dan mulut penolong menutup seluruhnya mulut pasien/korban dan hidung pasien/korban harus ditutup dengan telunjuk dan ibu jari penolong.Volume udara yang berlebihan dapat menyebabkan udara masuk ke lambung. mulut ke hidung (mouth-to-nose),Direkomendasikan bila bantuan dari mulut korban tidak memungkinkan,misalnya pasien/korban mengalami trismus atau luka berat.Penolong sebaiknya menutup mulut pasien/korban pada saat memberikan bantuan nafas.mulut ke stoma trakheostomiDilakukan pada pasien/korban yang terpasang trakheostomi atau mengalami laringotomi.

7C (CIRCULATION) bantuan sirkulasi

Terdiri dari 2 tahap :1.Memastikan ada tidaknya denyut jantung pasien/korbanDitentukan dengan meraba arteri karotis didaerah leher pasien/korban dengan cara dua atau tiga jari penolong meraba pertengahan leher sehingga teraba trakea, kemudian digeser ke arah penolong kira-kira 1-2 cm, raba dengan lembut selam 5 10 detik. Bila teraba penolong harus memeriksa pernafasan, bila tidak ada nafas berikan bantuan nafas 12 kali/menit. Bila ada nafas pertahankan airway pasien/korban.2.Memberikan bantuan sirkulasiJika dipastikan tidak ada denyut jantung berikan bantuan sirkulasi atau kompresi jantung luar dengan cara:Tiga jari penolong ( telunjuk,tengan dan manis) menelusuri tulang iga pasien/korban yang dekat dengan sisi penolong sehingga bertemu tulang dada (sternum).Dari tulang dada (sternum) diukur 2- 3 jari ke atas. Daerah tersebut merupakan tempat untuk meletakkan tangan penolong.Letakkan kedua tangan pada posisi tadi dengan cara menumpuk satu telapak tangan diatas telapak tangan yang lain.Hindari jari-jari menyentuh didnding dada pasien/korban.Posisi badan penolong tegak lurus menekan dinding dada pasien/korban dengan tenaga dari berat badannya secara teratur sebanyak 30 kali dengan kedalaman penekanan 1,5 2 inchi ( 3,8 5 cm).Tekanan pada dada harus dilepaskan dan dada dibiarkan mengembang kembali ke posisi semula setiap kali kompresi.Waktu penekanan dan melepaskan kompresi harus sama ( 50% duty cycle).Tangan tidak boleh berubah posisi.Ratio bantuan sirkulasi dan bantuan nafas 30 : 2 baik oleh satu penolong maupun dua penolng.Kecepatan kompresi adalah 100 kali permenit. Dilakukan selama 4 siklus.Tindakan kompresi yang benar akan menghasilkan tekanan sistolik 60 80 mmHg dan diastolik yang sangat rendah.Selang waktu mulai dari menemukan pasien/korban sampai dilakukan tindakan bantuan sirkulasi tidak lebih dari 30 detik.

8D (DEFIBRILATION) terapi listrik

Terapi dengan memberikan energi listrik Dilakukan pada pasien/korban yang penyebab henti jantung adalah gangguan irama jantung. Penyebab utama adalah ventrikel takikardi atau ventrikel fibrilasi.Pada penggunaan orang awam tersedia alat Automatic External Defibrilation (AED). Tahapan defibrilasi :Nyalakan AEDIkuti petunjukLanjutkan kompresi dada segera setelah syok (meminimalkan gangguan)PENILAIAN ULANGSesudah 4 siklus ventilasi dan kompresi kemudian pasien/korban dievaluasi kembali : Jika tidak ada denyut jantung dilakukan kompresi dan bantuan nafas dengan ratio 30 : 2 Jika ada nafas dan denyut jantung teraba letakkan korban pada posisi sisi mantapJika tidak ada nafas tetapi teraba denyut jantung, berikan bantuan nafas sebanyak 12 kali permenit dan monitor denyut jantung setiap saat.

9Kecepatan kompresi paling sedikit 100 x/menit (perubahan dari kurang lebih 100 x/menit)Kedalaman kompresi paling sedikit 2 inchi (5 cm) pada dewasa dan paling sedikit sepertiga dari diameter anteroposterior dada pada penderita anak-anak dan bayi (sekitar 1,5 inchi [4cm] pada bayi dan 2 inchi [5cm] pada anak-anak)

Perubahan urutan dari Airway-Breathing-Circulation berubah menjadi Compression-Airway-Breathing bertujuan untuk menghindari penghambatan pada pemberian kompresi dada yang cepat dan efektif. Mengamankan jalan nafas sebagai prioritas utama merupakan sesuatu yang memakan waktu dan mungkin tidak berhasil 100%, terutama oleh penolong yang seorang diri.Mayoritas besar henti jantung terjadi pada dewasa dan penyebab paling umum adalah Ventricular Fibrilation atau pulseless Ventricular Tachycardia. Pada penderita tersebut, elemen paling penting dari Basic Life Support adalah kompresi dada dan defibrilasi yang segera. Pada rangkaian A-B-C, kompresi dada seringkali tertunda ketika penolong membuka jalan nafas untuk memberikan nafas buatan, mencari alat pembatas (barrier devices), atau mengumpulkan peralatan ventilasi. Setelah memulai emergency response system hal berikutnya yang penting yaitu untuk segera memulai kompresi dada. Hanya RJP pada bayi yang merupakan perkecualian dari protokol ini, dimana urutan yang lama tidak berubah. Hal ini berarti tidak ada lagi look, listen, feel, sehingga komponen ini dihilangkan dari panduan.Dengan merubah urutan menjadi C-A-B kompresi dada akan dimulai sesegera mungkin dan ventilasi hanya tertunda sebentar (yaitu hingga siklus pertama dari 30 kompresi dada terpenuhi, atau sekitar 18 detik). Sebagian besar penderita yang mengalami henti jantung diluar rumah sakit tidak mendapatkan pertolongan RJP oleh orang-orang disekitarnya. Terdapat banyak alasan untuk hal tersebut, namun salah satu hambatan yang dapat timbul yaitu urutan A-B-C, yang dimulai dengan prosedur yang paling sulit, yaitu membuka jalan nafas dan memberikan nafas buatan. Memulai pertolongan dengan kompresi dada dapat mendorong lebih banyak penolong untuk memulai RJP.

11

Tabel perbandingan dasar BLS pada dewasa, anak-anak dan bayi (termasuk RJP pada neonatus).

BAB IIIKESIMPULANResusitasi jantung paru adalah usaha yang dilakukan untuk apa-apa yang mengindikasikan terjadinya henti nafas atau henti jantung. Kompresi dilakukan terlebih dahulu dalam kasus yang terdapat henti pernafasan atau henti jantung karena setiap detik yang tidak dilakukan kompresi merugikan sirkulasi darah dan mengurangkan survival rate korban. Terima Kasih