PROGRAM STUDI BIOLOGI JURUSAN MIPA FAKULTAS...

download PROGRAM STUDI BIOLOGI JURUSAN MIPA FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17018/1/... · vii uji pencemaran udara oleh partikulat debu di sekitar terminal

If you can't read please download the document

Transcript of PROGRAM STUDI BIOLOGI JURUSAN MIPA FAKULTAS...

  • vii

    UJI PENCEMARAN UDARA OLEH PARTIKULAT DEBU

    Di SEKITAR TERMINAL LEBAK BULUS BERDASARKAN BIOINDIKATOR STOMATA PADA

    TANAMAN GLODOGAN (Polyalthia longifolia)

    Rachmawati

    PROGRAM STUDI BIOLOGI

    JURUSAN MIPA

    FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

    HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    2006 M / 1427 H

  • viii

    UJI PENCEMARAN UDARA OLEH PARTIKULAT DEBU

    Di SEKITAR TERMINAL LEBAK BULUS BERDASARKAN BIOINDIKATOR STOMATA PADA

    TANAMAN GLODOGAN (Polyalthia longifolia)

    Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

    Sarjana Sains

    Pada Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

    Oleh:

    RACHMAWATI 102095026513

    PROGRAM STUDI BIOLOGI

    JURUSAN MIPA

    FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

    HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    2006 M / 1427 H

  • ix

    UJI PENCEMARAN UDARA OLEH PARTIKULAT DEBU

    DI SEKITAR TERMINAL LEBAK BULUS BERDASARKAN

    BIOINDIKATOR STOMATA PADA TANAMAN

    GLODOGAN (Polyalthia longifolia)

    Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

    Gelar Sarjana Sains Pada Fakultas Sains dan Teknologi

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

    Oleh:

    RACHMAWATI

    102095026513

    Menyetujui,

    Pembimbing I Pembimbing II

    Irawan Sugoro, M.Si Fahma Wijayanti, M.Si NIP. 330 005 176 NIP. 150 326 910

    Mengetahui, Ketua Jurusan MIPA

    Dr Agus Salim, M.Si NIP. 150 294 451

  • x

    LEMBAR PENGESAHAN UJIAN Skripsi yang berjudul Uji Pencemaran Udara oleh Partikulat Debu di Sekitar Terminal Lebak Bulus Berdasarkan Bioindikator Stomata pada Tanaman Glodogan (Polyalthia longifolia) telah di uji dan dinyatakan lulus dalam sidang Munaqosyah Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Selasa 14 November 2006. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) Jurusan MIPA Program Studi Biologi.

    Jakarta, 14 November 2006 Tim Penguji,

    Penguji I Penguji II

    DR. Lily Surayya EP, M.Env Priyanti, M.Si NIP. 150 375 182 NIP. 132 283 153

    Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Ketua Jurusan MIPA DR. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis Dr. Agus Salim, M.Si NIP. 150 317 956 NIP. 150 294 451

  • xi

    PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

    Jakarta, November 2006

    Rachmawati 102095026513

  • xii

    KATA PENGANTAR

    Bismillahirrohmaanirrochim

    Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam. Sembah

    sujud tiada terkatakan atas segala limpahan rahmat, karunia dan inayah-Nya

    sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir (skripsi) ini sesuai dengan

    waktunya. Lantunan shalawat dan salam tak lupa penulis ucapkan semoga

    senantiasa terlimpah kepada pembela kebenaran sejati Muhammad SAW. Adapun

    tugas akhir ini berjudul Uji Pencemaran Udara oleh Partikulat Debu di

    Sekitar Terminal Lebak Bulus Berdasarkan Bioindikator Stomata pada

    Tanaman Glodogan (Polyalthia longifolia) disusun sebagai salah satu syarat

    untuk menyelesaikan pendidikan Program Strata Satu, Jurusan MIPA-Biologi,

    Fakultas Sains & Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Dengan penuh rasa kesadaran, penulis mengakui bahwa penulisan skripsi

    ini tidak akan terselesaikan tanpa uluran tangan bijak berbagai pihak yang tidak

    dapat penulis membalas pengorbanannya. Pada kesempatan inilah penulis

    mengucapkan terimakasih yang tulus dan tak terhingga:

    1. Kepada Bapak Irawan Sugoro M.Si selaku dosen pembimbing I dan Ibu

    Fahma Wijayanti M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah banyak

    meluangkan waktu dan selalu memberikan arahan dan nasehat

    2. Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis selaku Dekan Fakultas Sains dan

    Teknologi, Dr. Agus Salim, M.Si selaku Ketua Jurusan MIPA. Dan Ibu Dra.

    Nani Radiastuti, M.Si selaku Sekertaris Jurusan MIPA

  • xiii

    3. Kepada Dosen Penguji Ibu Dr Lily Surayya Eka P, M. Env dan Ibu Priyanti,

    M.Si terimakasih atas saran dan kritiknya.

    4. Para pengajar UIN tercinta ibu Dasumiati, bapak Pascal, bu Mega dll

    khususnya MIPA-Biologi, dan seluruh staf administrasi UIN. Terimakasih

    atas bekal ilmu yang sudah diberikan, semoga dapat bermanfaat.

    5. Khusus kedua orang tua tercinta (Abdurrahman & Marwati), yang selalu

    memberikan bantuan moril dan materiil tiada henti.

    6. Rudi Nurcahyo, terimakasih atas dukungan, doa tulus dan telah membantu

    penulis secara penuh, serta kaya akan saran dan ide cemerlang.

    7. Kak Fikri, Mba Wanti, Cia, Yuni, Tomi, Ridho, dan Najwa.

    8. Waryanti, Heni Fajriah, teman selama melaksanakan penelitian

    9. Wawan dan Ujo terimakasih atas bantuannya dalam pengambilan sampel

    10. Saudaraku di Safira House Annisa, Iiz, Izzie, k Li2s, Nit-not, Zizah, Ilul, Ina

    dkk. Terimakasih atas Pengalaman berharga yang tidak akan pernah

    terlupakan.

    11. Sahabatku Dede, Heni, Ali, Ana, Ida Syafiah, Lala, Odi, Neneng, Eskawati,

    Irfan, Novi, Ela, Nida dan teman-teman MIPA/Biologi angkatan 2002, yang

    banyak memberikan inspirasi baik secara langsung atau tidak langsung,

    namun belum dicantumkan namanya penulis ingin mengucapkan terimakasih

    yang tak terhingga.

    Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa tugas akhir ini

    masih jauh dari sempurna, Saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat

    penulis harapkan. Semoga Allah SWT selalu membimbing kita bersama dalam

    menyelami ilmu-ilmunya.

    Ciputat, November

    2006

    Penulis

  • xiv

    ABSTRAK

    Uji Pencemaran Udara oleh Partikulat Debu di Sekitar Terminal Lebak Bulus Berdasarkan Bioindikator Stomata pada Tanaman Glodogan (Polyalthia longifolia) Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh partikulat debu terhadap karakteristik stomata tanaman Glodogan di sekitar terminal Lebak Bulus. Lokasi pengambilan sampel terdiri dari 10 lokasi dengan metode Wagner modifikasi dan kontrol (gunung Bunder). Parameter yang di ukur adalah: berat debu, kondisi daun, jumlah stomata, luas stomata dan jumlah kendaraan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa korelasi antara partikulat debu dan jumlah stomata adalah 0.50 korelasi ini berbanding terbalik. Debu paling berat berkorelasi dengan jumlah stomata terendah..Berat debu tertinggi terdapat pada lokasi Trakindo 0,076 g/cm2, dan berat debu paling rendah adalah Prapanca 0,01 g/cm2. Stomata yang mempunyai ukuran paling kecil adalah terminal Lebak Bulus, Puji Film PI, dan Trakindo. Perbedaan ini diduga disebabkan tidak hanya partikulat debu tapi juga oleh bahan-bahan pencemar lainnya

  • xv

    ABSTRACT

    Air Pollution Test By Particulate Matter at Lebak Bulus Station Base On Stomata Bioindicator of Glodogans Plants (Polyalthia longifolia) The object of experiment was to know the effect of particulate matter in the characteristic of stomata Glodogan (Polyalthia longifolia) around Lebak Bulus station. The samples were taken from 10 location and control from Gunung Bunder. The parameters were: the weight of particulate matter, condition of leaf, the number of stomata, the square of stomata and the number of vehicles. The result showed that the correlation between particulate matter and the number of stomata was 0,50 this correlation in inversely. The heavy particulate matter was correlate with the lowest number of stomata. The weight particulate at Trakindo there was 0,076 g/cm2 and the lowest particulate at Prapanca there was 0,01 g/cm2. The smallest of stomata square there was at Lebak Bulus Station, Fuji Film PI and Trakindo. It caused not only particulate matter but also other pollution.

  • xvi

    DAFTAR ISI

    Halaman

    KATA PENGANTAR ................................................................................... v

    DAFTAR ISI .................................................................................................. vii

    DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... ix

    DAFTAR TABEL ......................................................................................... x

    DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xi

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang ......................................................................... 1

    1.2. Perumusan Masalah ................................................................. 3

    1.3. Hipotesis ................................................................................... 3

    1.4. Tujuan Penelitian .................................................................... 3

    1.5. Manfaat Penelitian ................................................................... 3

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Pencemaran Udara di DKI Jakarta ........................................... 4

    2.2. Bahan Pencemar Udara dan Sumbernya.................................... 5

    2.3. Pengaruh Pencemaran Udara terhadap Tumbuhan .................... 7

    2.4. Stomata....................................................................................... 9

    2.5. Botani Tanaman Glodogan (Polialthia longifolia) ................... 12

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................... 13

    3.2 Bahan dan Alat .......................................................................... 13

    3.3. Cara Kerja ................................................................................. 14

    3.3.1. Observasi Awal ................................................................ 14

  • xvii

    3.3.2. Pengambilan Data di Lapangan ....................................... 16

    A. Pengambilan Sampel Daun ............................................ 16

    B. Pengamatan Kerapatan Kendaraan ................................. 16

    3.3.3. Pengukuran Parameter di Laboratorium .......................... 17

    A. Pengamatan Karakteristik Stomata ................................. 17

    B. Pengamatan terhadap Partikulat Debu ............................. 18

    3.4. Analisis Data ............................................................................ 18

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1. Berat Partikulat debu.................................................................. 19

    4.2. Kondisi Fisik Daun dan Partikulat Debu ................................... 21

    4.3. Karaktseristik Stomata .............................................................. 23

    4.4. Luas dan Struktur Stomata ........................................................ 26

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1. Kesimpulan ............................................................................... 34

    5.2. Saran ......................................................................................... 35

    DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 36

    LAMPIRAN ................................................................................................... 39

  • xviii

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 2.1. Struktur Stomata Tanaman Dikotil ............................................. 10

    Gambar 2.2. Stomata yang sedang Terbuka dan Tertutup .............................. 11

    Gambar 3.1. Denah Lokasi Penelitian.............................................................. 15

    Gambar 4.1. Berat Partikulat Debu Pada Permukaan Daun ............................ 19

    Gambar 4.2. Rata-Rata Kendaraan Per Jam .................................................... 20

    Gambar 4.3. Jumlah Stomata di Setiap Lokasi Penelitian .............................. 24

    Gambar 4.4.Berat Debu dan Jumlah Stomata pada Setiap Lokasi Penelitian.. 25

    Gambar 4.5. Ukuran Luas Stomata di Setiap Lokasi Penelitian ...................... 27

  • xix

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Foto Stomata di Setiap Lokasi Penelitian ........................................ 29

  • 20

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Baku Mutu Udara Peraturan Pemerintah pp no:41,1999 ............ 39

    Lampiran 2. Foto Daun Pada Setiap Lokasi .................................................... 40

    Lampiran 3. Uji Korelasi ................................................................................ 43

    Lampiran 4. Uji Beda Nyata Chi-Square......................................................... 44

    Lampiran 5. Hasil Pengukuran Parameter di Setiap Lokasi Penelitian............ 46

    Lampiran 6. Peta Lokasi Penelitian ................................................................. 48

  • 21

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang Saat ini pencemaran udara merupakan masalah paling serius di daerah

    perkotaan. Pembangunan berkembang pesat dewasa ini, khususnya bidang industri dan

    teknologi. Meningkatnya jumlah kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar

    fosil (minyak) menyebabkan udara yang kita hirup menjadi tercemar oleh gas-gas hasil

    pembuangan dan pembakaran (Pohan, 2002).

    Kegiatan transportasi dan industri akan menghasilkan limbah berupa asap, gas-

    gas beracun, ataupun partikulat debu yang dapat mencemari udara dan lingkungan di

    sekitarnya. Bahan-bahan pencemar yang dihasilkan antara lain terdiri dari SO2, NO2,

    CO2, O3, hidrokarbon, dan logam-logam berat seperti timbal (Pb), seng (Zn) dan

    cadmium (Cd). Partikel debu dalam emisi gas buang selain berbentuk padatan juga

    berbentuk cairan yang mengendap dalam partikel debu. Debu di dalamnya terkandung

    debu sendiri dan beberapa kandungan metal oksida, tetapi yang paling berbahaya adalah

    butiran-butiran halus sehingga dapat menembus bagian terdalam paru-paru dan dapat

    membahayakan kesehatan manusia, selain itu bahan-bahan pencemar tersebut juga

    dapat membahayakan kehidupan mahluk hidup lainnya seperti hewan dan tumbuhan.

    Untuk mengatasi timbulnya gangguan akibat pencemaran udara di kota-kota

    besar, maka perlu dilakukan upaya penanggulangannya. Salah satunya dengan

    membangun hutan kota di kawasan-kawasan yang tercemar dan dengan cara penanaman

    pohon-pohon pinggir jalan secara merata dan terencana di seluruh kota.

  • 22

    Salah satu tempat yang bepotensi sebagai sumber pencemaran udara yang

    berasal dari kendaraan bermotor adalah terminal. Terminal Lebak Bulus adalah salah

    satu terminal yang ada di wilayah Jakarta Selatan. Letaknya cukup strategis dan

    perlintasan kendaraan cukup padat menuju selatan atau sebaliknya. Karena banyaknya

    kendaraan bermotor yang mengeluarkan gas (asap) diduga dapat memberikan dampak

    negatif terhadap lingkungan sekitar. Oleh karena itu, perlu diadakan penelitian untuk

    mengetahui pencemaran udara yang terjadi di wilayah Lebak Bulus dan sekitarnya.

    Stomata daun dipengaruhi oleh keadaan udara di sekitar tumbuhan. Karena

    stomata berfungsi sebagai pintu gerbang pertukaran gas dan uap air antara tumbuhan

    dengan lingkungan sekitar (Tjitrosoepomo, 1981). Sehingga diduga pencemaran udara

    di sekitar Terminal Lebak Bulus akan mempengaruhi kerapatan, bentuk ataupun luas

    stomatanya.

    Jenis tanaman yang banyak digunakan sebagai tanaman penghijauan tepi jalan

    salah satunya adalah Glodogan (Polyalthia longifolia) (Zoeraini dan Arwindrasti, 1988).

    Tanaman Glodogan ini banyak ditanam di tepi jalan. Menurut penelitian Saputra, (2005)

    tanaman glodogan ini berpotensi sebagai penyerap atau pereduksi pencemar di udara.

    Berdasarkan latar belakang di atas perlu diketahui apakah pencemaran udara di

    sekitar Terminal Lebak Bulus mempengaruhi stomata daun Glodogan yang di tanam di

    sekitar Terminal Lebak Bulus.

    1.2. Perumusan Masalah

  • 23

    Terminal Lebak Bulus diduga merupakan salah satu tempat dengan pencemaran

    udara yang cukup tinggi. Pada tempat tersebut banyak di tanam tanaman glodogan

    sebagai tanaman penghijauan. Fungsi tanaman ini salah satunya adalah sebagai

    penyerap dan pereduksi pencemaran udara. Oleh sebab itu perlu diketahui apakah

    terdapat perbedaan karakteristik stomata di Terminal Lebak Bulus dan daerah lainnya.

    1.3. Hipotesis

    1. Terdapat hubungan yang nyata antara partikulat debu dengan karakteristik

    stomata.

    2. Adanya perbedaan yang nyata antara partikulat debu dan karakteristik stomata di

    setiap lokasi.

    1.4. Tujuan Penelitian

    1. Untuk mengetahui hubungan antara partikulat debu dengan karakteristik

    stomata.

    2. Untuk mengatahui jumlah partikulat debu dan karakteristik stomata di setiap

    lokasi.

    1.5. Manfaat Penelitian

    1. Sebagai indikator alternatif yang murah untuk mengetahui tingkat pencemaran

    di suatu tempat.

    2. Sebagai sumbangan informasi bagi penelitian lanjutan.

  • 24

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Pencemaran Udara di DKI Jakarta

    Pencemaran udara adalah adanya satu atau lebih kontaminan dalam atmosfer

    seperti debu, gas, busa, bau, asap dan uap lainnya yang dalam kuantitas, sifat dan lama

    keberadaannya dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada manusia, tumbuhan dan

    hewan atau gangguan pada kualitas benda, sehingga kenyamanan hidup manusia dan

    biota terganggu (Perkins, 1974 dalam Ryadi 1982).

    Meningkatnya suhu udara di atas normal akan berpengaruh terhadap

    pertumbuhan tanaman, sehingga akan menurunkan produksi beberapa jenis tanaman.

    Pengaruh gas nitrogen oksida pada tanaman seperti timbulnya bintik-bintik pada

    permukaan daun. Bila kondisi jaringan daun rusak, maka jaringan daun tidak dapat

    berfungsi dengan baik sebagai tempat terbentuknya karbohidrat melalui proses

    fotosintesis.

    Berdasarkan peraturan pemerintah pp no 41 tahun 1999, ditetapkan baku mutu

    udara. Yaitu ukuran batas atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam

    udara (Lampiran 1).

    Jumlah kendaraan di Jakarta sampai tahun 2003 mencapai 6.506.244 unit.

    Pertambahan paling cepat terjadi pada jenis kendaraan sepeda motor. Pertumbuhannya

    mencapai ratusan ribu kendaraan pada tahun-tahun terakhir. (Pusat data Tempo, 2006).

    Berdasarkan hasil penelitian Sirnamala, (2005) bahwa Kota Jakarta khususnya di jalur

    hijau sudah mengalami penurunan kualitas udara. Kandungan Pb yang banyak

    terakumulasi yaitu pada daun Mahoni (Swietania mahogani), Glodogan (Polyaltia

  • 25

    longifolia), dan Angsana (Pterocarpus indicus). Sedangkan untuk tumbuhan jalur hijau

    yang paling banyak terakumulasi Pb pada kulit batangnya adalah Angsana Kemudian

    Mahoni dan Glodogan.

    2.2. Bahan Pencemar Udara dan Sumbernya

    Bahan pencemar udara berdasarkan asal mula dan kelanjutan perkembangannya

    di udara dapat di bedakan menjadi:

    a. Pencemar primer, yaitu semua pencemar yang berada di udara dalam bentuk

    yang hampir tidak berubah seperti saat dibebaskan dari sumbernya sebagai hasil

    dari proses tertentu. Contohnya SO2, CO, NOx, CH4, partikel debu dan lain-lain.

    b. Pencemar sekunder, yaitu semua pencemar di udara yang sudah berubah sebagai

    hasil reaksi tertentu antara dua atau lebih bahan-bahan pencemar. Umumnya

    merupakan hasil reaksi fotokimia dan reaksi oksida katalis antara pencemar

    primer dengan bahan pencemar lain di udara. Contohnya berupa pembentukan

    ozon, hujan asam dan oksida-oksida gas.

    Sedangkan Stern, (1986) menyatakan bahwa berdasarkan sifat penyebaran

    bahan pencemarnya, sumber pencemar udara dapat dikelompokkan ke dalam tiga

    kelompok besar, yaitu:

    a. Sumber titik

    b. Sumber area

    c. Sumber bergerak

    Sumber titik dan sumber area dapat dijadikan satu kelompok, sehingga sumber

    pencemar udara dapat dikelompokkan lagi menjadi:

    a. Sumber stasioner, berasal dari industri, rumah tangga, pembakaran

    sampah, dan letusan gunung berapi.

    b. Sumber bergerak, berasal dari kendaraan bermotor.

    Kendaraan bermotor merupakan sumber pencemaran udara terpenting

    (menghasilkan bahan pencemar 100 juta ton pada tahun 1970), diikuti oleh kegiatan

  • 26

    industri (26 juta ton), pembangkit tenaga listrik dan uap (22 juta ton), pemanas ruang (9

    juta ton). Di Amerika 60,6% pencemaran udara berasal dari transportasi (Kozlowski dan

    Mudd, 1975). Dengan meningkatnya jumlah kendaraan bermotor, maka jumlah zat

    pencemar berupa gas maupun partikel akan meningkat pula.

    Emisi kendaraan bermotor merupakan zat pencemar yang dikeluarkan langsung

    melalui pipa pembuangan (knalpot) sebagai sisa perubahan bahan bakar dalam

    bensin.Penggunaan jenis bahan bakar mempengaruhi komposisi bahan buangannya.

    Kadar CO tertinggi dihasilkan oleh kendaraan berbahan bakar bensin, sedangkan kadar

    SO2, NOx dan asap dihasilkan oleh kendaraan berbahan bakar solar. Pencemar yang

    paling berbahaya adalah CO, terutama berbahaya bagi pengendara kendaraan bermotor

    dan pejalan kaki (Suharsono, 1985).

    Partikel adalah setiap benda padat/cair yang dari suatu masa mengalami proses

    dispersal dalam media gas/udara dengan hampir tidak memiliki kecepatan jatuh.

    Partikel atau debu berdasarkan susunan kimianya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu

    partikel atau debu mineral dan organis (Ryadi, 1982).

    Sumber pencemaran partikel berasal dari aktifitas industri, pembakaran bahan

    bakar fosil kendaraan bermotor, badai pasir, pembakaran hutan serta gunung berapi

    (alami). Ukuran diameter yang ada di udara berkisar antara 0,0005-500 dm dimana

    partikel kecil akan hilang karena perpaduan gerak brown dan partikel yang besar akan

    jatuh akibat pengaruh gravitasi (Smith, 1981).

    Pencemaran oleh partikel akan menimbulkan beberapa permasalahan antara lain adalah

    sebagai berikut:

    1. Mengganggu kesehatan manusia dan lingkungan.

    2. Mempunyai daya pencemar udara yang luas penyebarannya dan tinggi seperti

    Be, Pb, Cr, Hg, Ni, dan Mn.

    3. Partikel dapat menyerap gas sehingga dapat mempertinggi efek bahaya dari

    komponen tersebut.

  • 27

    Konsentrasi bahan pencemar yang terkandung dalam udara bebas dipengaruhi

    oleh banyak faktor. Diantaranya konsentrasi dan volume bahan pencemar yang

    dihasilkan oleh suatu sumber, sifat khas bahan pencemar, kondisi meteorologi,

    klimatologi, topografi dan geografi. Oleh karena itu tingkat pencemaran udara sangat

    bervariasi baik terhadap tempat maupun waktu (Sutamihardja, 1986 dalam Yulizal,

    1995).

    Komposisi bahan pencemar di udara pada umumnya terdiri dari 50,7% karbon

    monoksida, 18,3% sulfur dioksida, 13,4% hidrokarbon 9,2% nitrogen oksida, dan 8,4%

    partikel (Weight, 1956 dalam Kozlowski dan Mudd, 1975).

    2.3. Pengaruh Pencemaran Udara terhadap Tumbuhan

    Bahan pencemar di udara berpengaruh merugikan terhadap fungsi-fungsi

    pertumbuhan tanaman baik secara fisik, kimia maupun fisiologis. Bahan-bahan

    pencemar yang berpengaruh terhadap hutan kota adalah SO2, NOx, ozon, flourida,

    klorin, partikel, dan herbisida (Grey dan Deneke, 1978). Tipe dan besar pengaruh

    pencemaran udara terhadap tumbuhan tergantung pada jumlah dan jenis bahan

    pencemar yang ada dan daya tahan tumbuhan tersebut terhadap lingkungannya

    (Guderian, 1977 dalam Yulizal,1995).

    Pada umumnya bahan-bahan pencemar udara merusak pohon melalui daun.

    Gejala umum yang sering terlihat berupa perubahan warna daun (discoloration),

    menggugurkan daun dan sebagian pohon akan mati (Suratmo, 1982). Pengaruh

    pencemaran udara terhadap tumbuhan dibagi menjadi kerusakan (injury) dan

    kehancuran (demage). Istilah kerusakan meliputi seluruh respon tumbuhan yang terjadi

    karena pencemaran udara seperti perubahan metabolisme sebagai akibat menurunnya

  • 28

    fotosintesis, kematian daun, gugur daun atau menurunnya pertumbuhan tanaman.

    Kehancuran meliputi seluruh pengaruh yang menurunkan nilai guna tumbuhan

    (Guderian, 1977 dalam Yulizal, 1995).

    Pengaruh pencemaran udara menurut Mudd, (1975) dikelompokkan secara

    umum menjadi: akut, kronis atau tersembunyi. Pada kerusakan akut tercatat adanya

    kerusakan pada bagian tepi daun. Perubahan yang terjadi, pertama-tama daun tampak

    basah, kemudian mengering dan mencuat sampai berwarna gading. Pada beberapa jenis

    akan berubah menjadi coklat atau merah kecoklatan. Kerusakan ini disebabkan oleh

    penyerapan gas yang cukup untuk membunuh jaringan. Kerusakan kronis menyebabkan

    daun menjadi kuning dan perlahan memutih sampai sebagian besar klorofil dan karoten

    rusak. Kerusakan kronis disebabkan oleh penyerapan gas yang tidak cukup kuat untuk

    menyebabkan kerusakan akut. Atau dapat disebabkan oleh penyerapan sejumlah gas

    dalam konsentrasi subletal dalam periode waktu yang lama Pada kerusakan ini terjadi

    pertumbuhan yang tidak normal sehingga dapat memperlambat laju fotosintesis dan

    selanjutnya mengurangi produksi suatu tanaman tanpa memperlihatkan gejala yang

    tampak. Hal-hal tersebut di atas diakibatkan oleh perubahan proses fisiologi dan

    biokimia

    Kriteria dan kerusakan yang tidak tampak itu adalah sebagai berikut:

    a. Menyebabkan gangguan pada kehidupan tumbuhan yang akhirnya berakibat

    pada pertumbuhannya.

    b. Gangguan tersebut tidak tampak jelas dengan mata telanjang.

    c. Terjadinya kerusakan dimana tumbuhan mengalami perubahan tanpa adanya

    tanda yang terlihat.

  • 29

    Sedangkan Kozlowski dan mudd, (1975) menyatakan bahwa kerusakan tidak

    tampak bukanlah istilah yang tepat karena perubahan anatomi dari respon tumbuhan

    terhadap pencemaran dapat dilihat dengan mikroskop. Disamping itu, kerusakan

    klorosis atau nekrosis mempengaruhi jaringan fotosintesis dan gejala yang tampak serta

    menurunnya pertumbuhan adalah karena gangguan aktifitas dan struktur sel.

    Kerusakan yang tidak tampak atau tersembuyi akan mengakibatkan terjadinya

    pertumbuhan yang tidak normal sehingga dapat memperlambat laju fotosintesis dan

    selanjutnya akan mengurangi produksi suatu tanaman tertentu dengan tanpa

    memperlihatkan gejala-gejala yang tampak. Perubahan histologis yang paling umum

    akibat pencemaran udara adalah terjadinya plasmolisis, kerusakan kandungan sel

    (granulasi), sel-sel yang mengalami kolaps, dan pigmentasi atau perubahan warna sel

    menjadi gelap.

    Pencemar debu di udara dapat menutupi mulut daun dan hal ini akan membatasi

    proses transpirasi (Fakuara, 1987 dalam Zubayr 1994). Sedangkan bahan kimia yang

    berupa gas, sebagai contoh SO2 akan masuk melalui mulut daun kemudian

    mempengaruhi komposisi cairan sel, dan sel menjadi rusak dan mati.

    2.4. Stomata

    Stomata merupakan celah dalam epidermis yang dibatasi oleh dua sel epidermis

    khusus, yakni sel penjaga (Hidayat, 1995) (gambar 2.1). Stomata terdapat pada lapisan

    epidermis daun. Selain itu juga dijumpai pada epidermis ranting-ranting yang muda dan

    batang-batang herba, yang sebenarnya merupakan suatu ruang antar sel yang terbentuk

    dengan terpisahnya dinding sel antar dua sel epidermis khusus, yang dikenal dengan sel

    penjaga. Sel-sel ini berbeda dengan sel epidermis lainnya karena memiliki kloroplas.

  • 30

    Gambar 2.1. Struktur Stomata Tanaman Dikotil

    Membuka dan menutupnya stomata disebabkan oleh masuk atau keluarnya air

    ke dalam atau ke luar sel penjaga. Masuknya air ke dalam vakuola sel penjaga akan

    meningkatkan turgor sel penjaga. Peningkatan turgor ini menyebabkan terjadinya

    perubahan volume dan bentuk sel penjaga juga meningkatkan pembukaan stomata.

    Proses sebaliknya akan terjadi bila air keluar dari vakuola sel penjaga.

    Menurut Prawiranata, (1989) membuka dan menutupnya stomata dipengaruhi

    oleh beberapa faktor biologi dan lingkungan. Dalam kondisi alami faktor yang

    terpenting adalah penyediaan air ke daun, konsentrasi CO2 di dalam daun, pengaruh

    cahaya dan faktor suhu.

    Gambar 2.2. Stomata yang sedang terbuka dan tertutup

    Menurut Agustini (1994), Kerapatan stomata dalam satu unit area permukaan

    daun sangat bevariasi. Hal ini ditimbulkan oleh perbedaan lingkungan tempat tumbuh

    dan faktor genetik yang sangat mempengaruhi morfogenesis stomata. Ketersediaan air,

  • 31

    intensitas cahaya, suhu dan konsentrasi CO2 merupakan faktor- faktor yang

    mempengaruhi kerapatan stomata.

    Banyaknya pencemar yang masuk ke dalam jaringan daun tanaman sesuai

    dengan jenis, konsentrasi pencemar di udara dan lamanya selang waktu pembukaan

    stomata akan menentukan tingkat kerusakan tanaman

    Berdasarkan hasil penelitian terdahulu oleh Woodwart, (1987) dalam Salisburi,

    (1995), kerapatan stomata sangat bergantung pada konsentrasi karbondioksida

    (transpirasi) yaitu jika karbondioksida naik atau tinggi, maka jumlah stomata persatuan

    luas akan lebih sedikit. Selain itu semakin banyak karbondioksida semakin banyak

    stomata yang terbuka, jika stomata banyak yang terbuka menandakan banyak

    pencemaran.

    2.5. Botani Tanaman Glodogan (Polyalthia longifolia)

    Bentuk daun Glodogan memanjang dengan ujung yang menyempit, tepinya

    berombak, permukaan daun licin dan mengkilat. Tulang daun menyirip, ukuran daun

    berkisar antara 1520 cm dan berwarna hijau, apabila tua warnanya kuning dan

    termasuk dalam famili Annonaceae. Bentuk tanaman ini menyerupai kerucut,

    menjulang tinggi berkisar antara 10 25 m, diameter batang berkisar antara 10 80 cm,

    batang sedikit bercabang, kulit batang agak kasar dan dari ketiak daun atau ranting

    muncul bunga majemuk yang menghasilkan buah berwarna kuning kehijauan.

  • 32

    Bentuknya bulat, besarnya kira-kira 2 cm. Biji yang sudah tua dapat dipakai untuk

    memperbanyak tanaman, bisa juga dengan mencangkok dari cabang yang cukup tua.

    Tanaman ini biasanya ditanam sebagai pohon penghias jalan (W. S, Don, 2000)

    (lampiran 5).

    Menurut Suharsono, (1985) dalam memilih jenis tanaman untuk penghijauan

    kota perlu memperhatikan aspek-aspek ekologi, khususnya mengenai kemampuan

    tumbuh-tumbuhan tersebut memperbaiki lingkungan hidup. Fakuara, (1986)

    menyatakan bahwa untuk menyerap pencemar, maka jenis tanaman yang dapat dipakai

    adalah tanaman yang mempunyai sifat: (1) mempunyai stomata yang banyak, (2)

    mempunyai ketahanan tertentu terhadap polutan tertentu, dan (3) mempunyai tingkat

    pertumbuhan yang cepat.

  • 33

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1. Berat Partikulat Debu Berat partikulat debu pada permukaan daun setiap lokasi berbeda-beda (Gambar

    4.1). Berat partikulat debu tertinggi terjadi pada lokasi 7 Trakindo yaitu 0,076 g/cm2.

    Berdasarkan perhitungan kerapatan kendaraan (gambar 4.2) memiliki jumlah kendaraan

    tertinggi 648 per jam.

    0.0260.015

    0.041

    0.026

    0.014 0.011

    0.076

    0.024 0.023 0.0250.015

    0.009

    0.0000.0100.0200.0300.0400.0500.0600.0700.0800.090

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

    Lokasi

    Rer

    ata

    Ber

    at D

    ebu

    Gambar 4.1. Berat Partikulat Debu di Permukaan Daun ((1)Lebak Bulus; (2) Puji Film Pondok Indah; (3) Cirendeu; (4) Pom Bensin PI; (5) Kertamukti; (6) Prapanca; (7) Trakindo; (8) Jl Bendi; (9) Tegal Rotan; (10) Pom Bensin Ciputat; (11) Pondok Cabe; (12)Gunung Bunder (kontrol)).

    Lokasi 7 merupakan perempatan lampu merah yang cukup padat dan sering terjadi kemacetan. Diperkirakan banyak terdapat debu di lokasi Trakindo dengan kerapatan kendaraan yang tinggi diduga memberi kontribusi menerbangkan debu karena adanya kecepatan angin yang membantu penyebaran partikulat debu dan gas pencemar. Sumber pencemaran partikel menurut Ryadi, 1982 berasal dari aktifitas industri, pembakaran bahan bakar fosil kendaraan bermotor, badai pasir, pembakaran hutan, serta gunung merapi (alami). Sisa bahan pembakaran seperti asap (gas) pencemar yang berasal dari kendaraan bermotor diduga ikut menyumbangkan pencemaran udara di lokasi Trakindo yang padat kendaraannya

  • 34

    250

    504

    311

    486

    141 19

    6

    648

    153

    163 20

    7 243

    10

    0100200300400500600700

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

    Lokasi

    Jml K

    enda

    raan

    Gambar 4.2. Rata-Rata Kendaraan Per Jam ((1) Lebak Bulus; (2) Puji Film

    Pondok Indah; (3) Cirendeu; (4) Pom Bensin PI; (5) Kertamukti; (6) Prapanca; (7) Trakindo; (8) Jl Bendi; (9) Tegal Rotan; (10) Pom Bensin Ciputat; (11) Pondok Cabe; (12) Gunung Bunder (kontrol)).

    Kerapatan tanaman di sekitar lokasi 7 Trakindo rendah dibanding kerapatan

    tanaman yang ada di lokasi 1 terminal Lebak Bulus, jumlah kendaraan yang melewati

    lokasi Lebak Bulus juga lebih rendah karena hanya terdapat satu jalur kendaraan saja,

    Daerah sekitar lokasi Trakindo merupakan perniagaan, pemukiman, dan terdapat

    gedung tinggi. Hasil penelitian menunjukkan jumlah kendaraan dan berat partikulat

    debu di lokasi 1 Terminal Lebak Bulus lebih rendah dibanding Trakindo yaitu 250

    kendaraan per jam dan partikulat debu 0,026 g/cm2.

    Terminal Lebak Bulus mempunyai kerapatan tanaman yang cukup tinggi. Di

    samping itu, tanaman glodogan ini mempunyai tipe permukaan daun yang halus (licin)

    sehingga mempengaruhi debu yang menempel, yaitu debu mudah terlepas karena faktor

    angin yang berasal dari kendaraan yang melintas, diperkirakan debu terserap oleh

    kerapatan tanaman yang ada, dimana tumbuhan mempunyai kemampuan untuk

    menyerap debu dan bahan pencemar lain (Fahn, 1991). Kecepatan angin mencapai 105

    m/dtk. Makin kuat kecepatan angin maka penyebaran bahan pencemar makin besar

    sehingga konsentrasi bahan pencemar di udara mengecil (Suharsono, 1985).

  • 35

    Lokasi 6 Prapanca berat debunya paling rendah di banding semua lokasi, yaitu

    0.011 g/cm2 (gambar 4.1), dengan jumlah kendaraan 196 per jam, lebih tinggi di

    banding lokasi 5 Kertamukti, 8 jl Bendi dan 9 Tegal Rotan (Gambar 4.2). Pada lokasi

    pengambilan sampel ini, terdapat variasi tanaman lain yang mempunyai kerapatan

    cukup tinggi. Jarak tanaman dari sumber pencemaran (jalan raya) lebih jauh dengan

    kecepatan angin mencapai 72 m/dtk. Diduga banyaknya tanaman di lokasi 6 Prapanca

    dapat mengurangi kandungan debu di sekitarnya, karena tumbuhan mempunyai

    kemampuan untuk menyerap debu (Fahn, 1991). Menurut Fitter dan Hay, (1994),

    konsentrasi pencemar pada suatu tempat tertentu, akan tergantung atas sejumlah faktor-

    faktor lingkungan, salah satunya termasuk jarak dari sumber polusi.

    4.2. Kondisi Fisik Daun dan Partikulat Debu

    Kondisi fisik daun berbeda-beda untuk setiap lokasi (lampiran 2). Jika

    dibandingkan dengan tanaman kontrol, daun di lokasi perlakuan tampak berwarna lebih

    hijau gelap, jumlah stomata sedikit lebih rendah rendah dan berat debu tinggi. Hal itu

    merupakan salah satu respon tanaman terhadap adanya pencemaran.

    Terdapat perbedaan warna daun pada 11 lokasi penelitian. Warna daun lebih

    kusam di lokasi 7 Trakindo (Lampiran 2), diduga tertutup oleh debu karena berat debu

    pada permukaan daunnya tinggi dibanding lokasi lain (Gambar 4.1). Kerapatan

    kendaraan juga tinggi dibanding lokasi lain (Gambar 4.2). Debu yang menempel pada

    permukaan daun diduga mempengaruhi penyerapan cahaya dan O2 yang merupakan

    faktor penting dalam sintesa klorofil (Agrios, 1957 dalam Karmelya, 1998). Data fisik

    di sekitar lokasi menunjukkan kecepatan angin pada lokasi ini 30 m/dtk. Makin rendah

    kecepatan angin, penyebaran bahan pencemar semakin rendah, sehingga konsentrasi

    pencemar semakin besar.

    Gambar daun pada lokasi 6 Prapanca menunjukkan perbedaan, daun terlihat

    lebih cerah di banding lokasi Trakindo (Lampiran 2). Berat debu di permukaan daun

  • 36

    juga rendah dibanding lokasi lain (Gambar 4.1), tetapi kerapatan kendaraan pada lokasi

    ini lebih tinggi dibanding lokasi 5 Kertamukti, 8 Jl. Bendi dan 9 Tegal Rotan (Gambar

    4.2). Lokasi ini mempunyai kerapatan tanaman cukup tinggi yang menyebabkan bahan

    pencemar seperti debu dan asap (gas) yang berasal dari kendaraan bermotor langsung

    terserap oleh kerimbunan tanaman yang terdapat di sekitar lokasi. Karena tumbuhan

    mempunyai kemampuan menyerap debu.

    Pada lokasi 1 Terminal Lebak Bulus kondisi fisik daun juga tertutup debu dan

    berwarna lebih gelap di banding tanaman kontrol (lampiran 2). Hal ini terjadi akibat

    banyaknya kendaraan yang melintasi lokasi. Hasil perhitungan kerapatan kendaraan di

    lokasi tersebut menunjukkan jumlah kendaraan lebih rendah dibanding lokasi 2 Fuji

    Film Pondok Indah, 3 Cirendeu, 4 Pom Bensin PI dan 7 Trakindo (Gambar 4.1). Belum

    termasuk jumlah kendaraan di dalam terminal bis. Akan tetapi tidak tertutup

    kemungkinan angka yang telah didapat, dapat berubah jauh lebih tinggi, dikarenakan

    data tersebut hanya mencerminkan keadaan sesaat. Nilai korelasi jumlah stomata-debu

    menunjukkan r = -0,50 dapat diartikan cukup mempunyai hubungan (lampiran 3).

    Menurut Kozlowski dan Mudd, (1975) kerusakan tidak tampak bukanlah istilah

    yang tepat karena perubahan anatomi dari respon tumbuhan terhadap pencemaran dapat

    dilihat melalui mikroskop. Beberapa daun dari 11 lokasi perlakuan seperti lokasi 7

    Trakindo mengalami keadaan dimana zat hijau daun berkurang, diperkirakan karena

    tertutup debu sehingga kemampuan dalam fotosisntesis menjadi berkurang di sebut

    klorosis daun. Keadaan ini disebabkan karena pemaparan sejumlah kecil pencemar

    dalam jangka panjang (Steubing, 1978 dalam Karmelya, 1998). Dimana bahan-bahan

    pencemar akan mempengaruhi jaringan daun yang menyebabkan kloroplas pecah dan

    klorofil akan menyebar dalam sitoplasma.

    4.3. Karakteristik Stomata

  • 37

    Jumlah stomata pada setiap lokasi berbeda-beda dan cenderung lebih rendah

    dibanding kontrol (gambar 4.3). Perbedaan jumlah stomata tersebut Diduga terjadi

    karena adanya perbedaan ketahanan stomata terhadap pencemaran udara, dan

    merupakan salah satu respon tanaman untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang

    tercemar.

    Jumlah stomata tertinggi terdapat di lokasi 5 Kertamukti (gambar 4.3). Lokasi

    ini memiliki jumlah kendaraan terendah dibanding lokasi lain yaitu 141 per jam. Berat

    debu di permukaan daun juga rendah 0,014 g/cm2 (Gambar 4.2). Daerah sekitar lokasi

    merupakan daerah pemukiman yang diperkirakan masih bersih dari pencemaran. Jumlah

    stomata di 11 lokasi lebih rendah dibanding kontrol. Hal ini juga merupakan salah satu

    respon tanaman untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang tercemar debu.

    43 41

    4946

    5649

    3844 45

    52

    42

    64

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

    Lokasi

    Rer

    ata

    Jum

    lah

    Stom

    ata

    /cm

    2

    Gambar 4.3. Jumlah Stomata di Setiap Lokasi Penelitian ((1) Lebak Bulus; (2) Puji Film Pondok Indah; (3) Cirendeu; (4) Pom Bensin PI; (5) Kertamukti; (6) Prapanca; (7) Trakindo; (8) Jl Bendi; (9) Tegal Rotan; (10) Pom Bensin Ciputat; (11) Pondok Cabe; (12)Gunung Bunder (kontrol)).

    Jumlah stomata terendah terdapat di lokasi 7 Trakindo (gambar 4.3) dengan

    jumlah kendaraan paling tinggi dibanding lokasi lain yaitu 648 per jam. Hubungan

    stomata dengan berat debu negatif, yaitu pada lokasi ini mempunyai berat debu lebih

  • 38

    tinggi dibanding lokasi lain dan sebaliknya jumlah stomata lebih rendah dibanding

    lokasi lain. Lokasi 7 Trakindo terdapat lampu merah dan terdapat 4 jalur utama.

    Masing-masing jalurnya mempunyai arah berseberangan, juga terdapat jalan tol Lingkar

    Luar Selatan (TB Simatupang). Diperkirakan pencemar debu banyak terdapat di sekitar

    lokasi dan ikut terbawa oleh angin yang berasal dari kendaraan bermotor.

    25.6

    89

    14.9

    65

    41.4

    03

    26.2

    32

    14.4

    37

    11.2

    97

    76.4

    38

    23.9

    44

    23.4

    15

    22.7

    99

    14.8

    77

    8.62

    7

    43 41

    49

    46

    56

    49

    38

    44 45

    52

    42

    64

    0.000

    10.000

    20.000

    30.000

    40.000

    50.000

    60.000

    70.000

    80.000

    90.000

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12Lokasi

    RerataBerat Debu

    Reratajumlahstomata

    r

    Gambar 4.4. Berat Debu dan Jumlah stomata pada Setiap Lokasi Penelitian (1) Lebak Bulus; (2) Puji Film Pondok Indah; (3) Cirendeu; (4) Pom Bensin PI; (5) Kertamukti; (6) Prapanca; (7) Trakindo; (8) Jl Bendi; (9) Tegal Rotan; (10) Pom Bensin Ciputat; (11) Pondok Cabe; (12) Gunung Bunder (kontrol).

    Pencemaran debu dari lokasi sekitar dan asap (gas) dari kendaraan semuanya

    masuk ke dalam jaringan daun melalui stomata. Pada kondisi kekurangan air stomata

    akan tertutup, namun dengan adanya pencemaran stomata tetap terbuka. Begitu juga

    pada saat malam hari stomata pun tetap terbuka akibat pengaruh bahan pencemar

    tersebut. Oleh karena stomata tetap terbuka, maka akan memberikan peluang yang lebih

    besar bagi pencemar lain untuk masuk ke dalam jaringan daun melalui stomata (Yulizal,

    1995). Sebagai akibatnya terjadi perubahan jaringan daun. Salah satunya jumlah

  • 39

    stomata per cm2 menjadi bervariasi dan terjadi abnormalitas jaringan stomata di

    sekitarnya.

    Jumlah stomata yang dihubungkan dengan berat debu hasil menunjukkan

    korelasi bersifat negatif dengan r = - 0,50. Korelasi ini walaupun rendah namun cukup

    berhubungan. Nilai negatif didefinisikan jika jumlah stomata tinggi, maka berat debu

    rendah sebaliknya bila jumlah stomata rendah, berat debu diperkirakan tinggi (lampiran

    3).

    Jenis daun ini mempunyai tekstur yang cukup tebal, dengan permukaan daun

    yang halus (licin), sehingga diperkirakan akumulasi pencemar seperti debu menjadi

    minimum (sedikit yang menempel), tergantung kelembaban di sekitar lokasi. Dan

    akumulasi jenis pencemar lain berupa pencemar asap (gas) diperkirakan ikut berperan

    menentukan variasi jumlah (kerapatan) stomata. Selain itu, perubahan yang terjadi pada

    stomata kemungkinan menunjukkan tingkat pencemaran udara dengan partikulat debu

    tinggi dan konsentrasi bahan pencemar juga tinggi.

    Hubungan berat debu dengan jumlah stomata daun Glodogan (gambar 4.4)

    memiliki perbedaan jumlah stomata dengan tanaman kontrol. Hal ini karena (1) di

    sekitar tempat tumbuh daun Glodogan di 11 lokasi perlakuan, tingkat pencemaran oleh

    debu dan bahan pencemar lain lebih tinggi di banding kontrol; (2) perbedaan jumlah

    stomata kemungkinan tidak hanya disebabkan oleh pencemar debu saja, akan tetapi

    kombinasi antara debu dengan pencemar lainnya, seperti SO2, NO2, CO2, dan O3,

    dimana penyerapan terhadap kombinasi beberapa pencemar oleh tumbuhan melalui

    stomata berakibat kerusakan lebih berat dibanding penyerapan terhadap satu pencemar

    saja (Wilmer, 1983 dalam Karmelya 1998).

    4.4. Luas dan Struktur Stomata

  • 40

    Ukuran luas stomata di setiap lokasi berbeda-beda (Gambar 4.5). Masing-

    masing lokasi menunjukkan luas yang berbeda-beda ditunjukkan dengan foto stomata

    (Tabel 1). Pada beberapa lokasi cenderung mempunyai luas yang sama dengan kontrol.

    Namun beberapa lokasi lebih kecil dari kontrol.

    0.102

    0.208

    0.9330.880

    0.709

    0.870

    0.597

    0.8070.862

    0.6400.732

    0.801

    0.0000.1000.2000.3000.4000.5000.6000.7000.8000.9001.000

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

    Lokasi

    Luas

    Sto

    mat

    a

    Gambar 4.5 Ukuran Luas Stomata di 11 Lokasi Penelitian ((1) Lebak Bulus; (2) Puji Film Pondok Indah; (3) Cirendeu; (4) Pom Bensin PI; (5) Kertamukti; (6) Prapanca; (7) Trakindo; (8) Jl Bendi; (9) Tegal Rotan; (10) Pom Bensin Ciputat; (11) Pondok Cabe; (12)Gunung Bunder (kontrol)).

    Ukuran stomata terluas terdapat pada lima lokasi yaitu 3 Cirendeu, 4 Pom

    Bensin PI, 6 Prapanca, 8 Jl Bendi , dan 9 Tegal Rotan (Gambar 4.5). Berat debu di

    permukaan daun pada lokasi ini cukup rendah dibanding lokasi lain (Gambar 4.1).

    Begitu juga dengan kerapatan kendaraan. Dapat dikatakan bahwa diantara kumpulan

    luas stomata tersebut yang ukurannya paling luas adalah yang pencemaran debunya

    rendah. Stomata diperkirakan aktif merespon bahan-bahan pencemar. Sebaliknya

    stomata yang sedikit luasnya (mengalami penyusutan/ sel-sel mengalami kollaps),

    menunjukkan pada lokasi tersebut banyak terdapat pencemaran.

    Foto stomata pada masing-masing lokasi (Tabel 1) dapat dilihat perbedaannya.

    Sedangkan ukuran stomata yang mengalami penyusutan atau yang mempunyai ukuran

  • 41

    luas paling kecil terdapat pada lokasi 1 Terminal Lebak Bulus, 2 Puji Film PI, dan 7

    Trakindo. Tanda-tanda adanya pencemaran adalah terjadi penyusutan ukuran stomata

    dan jaringan epidermis di sekitar stomata mengalami kerusakan/disintegrasi dan

    diperkirakan juga terjadi kerusakan pada kandungan sel. Menurut Mudd, (1975)

    perubahan histologis yang paling umum dalam kerusakan daun oleh pencemar udara

    adalah plasmolisis, granulasi atau disorganisasi penyusun sel, rusaknya sel atau

    disintegrasi dan pigmentasi jaringan.

    Pada lokasi 1 Terminal Lebak Bulus diperkirakan di sekitar tempat tumbuh

    tanaman Glodogan tingkat pencemaran udaranya lebih tinggi. Bahkan mungkin lebih

    tinggi dari pencemaran yang terjadi di lokasi 7 Trakindo. Sel-sel yang bertambah

    ukuran panjang dan lebarnya (luas), menurut Zubayr, (1994) diduga disebabkan oleh

    reaksi sel untuk menambah cairan dan berguna untuk menetralisir bahan pencemar

    udara yang masuk. Sehingga sel lebih besar dari ukuran normalnya. Hal ini juga

    menandakan bahwa sel stomata tersebut masih aktif untuk merespon adanya

    pencemaran.

    Sebagian besar stomata yang diduga pencemarannya tinggi, mengalami

    penyusutan stomata (sel-sel mengalami kollaps) dan jaringan epidermisnya mengalami

    disintegrasi dan terjadi kerusakan kandungan sel. (Tabel 1), besar kecilnya perubahan

    yang terjadi pada ukuran stomata daun menunjukkan tingkat kepekaan sel terhadap

    bahan-bahan pencemar yang terjadi (Zubayr, 1994). Menurut Kovacs, (1992)

    menyebutkan bahwa tanaman indikator dapat dievaluasi berdasarkan abnormalitas

    sitologi (gejala mikroskopis), dalam hal ini menggunakan stomata sebagai bioindikator.

  • 42

    Tabel 1. Foto Stomata pada Masing-Masing Lokasi

    FOTO STOMATA Lokasi

    100 X 400 X KETERANGAN

    Lebak Bulus

    Jaringan epidermis tidak terlihat jelas, warna biru pada foto stomata karena menggunakan film yang berbeda

    Fuji Film PI

    Jaringan epidermis yang mengelilingi stomata rusak,

    Cirendeu

    Jaringan epidermis teratur,

    Pom Bensin

    PI

    Kerusakan pada jaringan epidermis di sekitar stomata (disintegrasi sel),

  • 43

    Kerta mukti

    Jaringan sel epidermis tersusun teratur,

    Prapanca

    Jaringan epidermis di sekitar stomata tersusun teratur,

    Trakindo

    Jaringanepidermis mengalami kerusakan (disintegrasi sel)

    Jl Bendi

    Jaringan epidermis di sekitar stomata sedikit mengalami kerusakan, ukuran stomata cukup besar sehingga masih dapat merespon bahan pencemar

  • 44

    Tegal Rotan

    Sebagian jaringan epidermis di sekitar stomata mengalami kerusakan.

    Pom Bensin Ciputat

    Sebagian jaringan epidermis mengalami kerusakan (Disintegrasi)

    Pondok Cabe

    Jaringan epidermis yang mengelilingi stomata rusak sel stomata mengalami pengkerutan.

    Kontrol Gunung Bunder

    Stomata lebih rapat.

  • 45

    Selain zat-zat pencemar udara yang mempengaruhi kerusakan (abnormalitas)

    ukuran stomata, juga berkaitan dengan faktor lingkungan seperti cahaya, suhu, curah

    hujan, kelembaban udara dan angin (faktor iklim) (lampiran 6). Hal ini sesuai dengan

    pernyataan Black, (1982) dalam Yulizal, (1995) yang mengemukakan bahwa bahaya

    keracunan pencemar pada tanaman sangat dipengaruhi oleh konsentrasi, lama

    pencemaran atau pemaparan, dan keadaan cuaca. Beberapa faktor cuaca yang

    berpengaruh terhadap bahaya pencemaran adalah kelembaban udara, suhu, cahaya, dan

    konsentrasi CO2.

    Bervariasinya luas stomata dan jumlah stomata pada setiap lokasi lebih

    disebabkan adanya perbedaan konsentrasi bahan-bahan pencemar. Digambarkan dengan

    kepadatan lalu lintas kendaraan bermotor yang melewati tanaman sampel. Lokasi

    kontrol 12 yaitu Gunung Bunder mempunyai kepadatan lalu lintas yang rendah.

    Diperkirakan mempunyai tingkat pencemaran udara yang rendah pula. Sedangkan di 11

    lokasi perlakuan, mempunyai arus lalu lintas cukup padat diperkirakan konsentrasi

    bahan-bahan pencemar udara yang berasal dari kendaraan bermotor cukup tinggi,

    sehingga tingkat pencemaran udaranya juga tinggi.

    Bahan-bahan pencemar udara dari kendaraan bermotor seperti SO2, NO2, CO2,

    O3, hidrokarbon, dan partikel baik secara fisik, kimia dan fisiologi diduga dapat

    menimbulkan pengaruh yang merugikan terhadap fungsi-fungsi pertumbuhan tanaman.

    Disamping itu, interaksi antara bahan-bahan pencemar dengan lingkungan tempat

    tumbuh juga mempengaruhi ketahanan tanaman sehingga dapat menyebabkan

    kerusakan yang lebih parah.

  • 46

    Untuk menghasilkan data indikator yang lebih baik, tanaman yang sangat

    sensitif terhadap pencemaran merupakan pilihan yang terbaik, karena dapat

    menunjukkan efek pada konsentrasi bahan pencemar yang sangat rendah.

  • 47