PROGRAM STUDI BIOLOGI JURUSAN MIPA FAKULTAS...
Transcript of PROGRAM STUDI BIOLOGI JURUSAN MIPA FAKULTAS...
-
vii
UJI PENCEMARAN UDARA OLEH PARTIKULAT DEBU
Di SEKITAR TERMINAL LEBAK BULUS BERDASARKAN BIOINDIKATOR STOMATA PADA
TANAMAN GLODOGAN (Polyalthia longifolia)
Rachmawati
PROGRAM STUDI BIOLOGI
JURUSAN MIPA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
2006 M / 1427 H
-
viii
UJI PENCEMARAN UDARA OLEH PARTIKULAT DEBU
Di SEKITAR TERMINAL LEBAK BULUS BERDASARKAN BIOINDIKATOR STOMATA PADA
TANAMAN GLODOGAN (Polyalthia longifolia)
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Sains
Pada Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh:
RACHMAWATI 102095026513
PROGRAM STUDI BIOLOGI
JURUSAN MIPA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
2006 M / 1427 H
-
ix
UJI PENCEMARAN UDARA OLEH PARTIKULAT DEBU
DI SEKITAR TERMINAL LEBAK BULUS BERDASARKAN
BIOINDIKATOR STOMATA PADA TANAMAN
GLODOGAN (Polyalthia longifolia)
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Sains Pada Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh:
RACHMAWATI
102095026513
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Irawan Sugoro, M.Si Fahma Wijayanti, M.Si NIP. 330 005 176 NIP. 150 326 910
Mengetahui, Ketua Jurusan MIPA
Dr Agus Salim, M.Si NIP. 150 294 451
-
x
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN Skripsi yang berjudul Uji Pencemaran Udara oleh Partikulat Debu di Sekitar Terminal Lebak Bulus Berdasarkan Bioindikator Stomata pada Tanaman Glodogan (Polyalthia longifolia) telah di uji dan dinyatakan lulus dalam sidang Munaqosyah Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Selasa 14 November 2006. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) Jurusan MIPA Program Studi Biologi.
Jakarta, 14 November 2006 Tim Penguji,
Penguji I Penguji II
DR. Lily Surayya EP, M.Env Priyanti, M.Si NIP. 150 375 182 NIP. 132 283 153
Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Ketua Jurusan MIPA DR. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis Dr. Agus Salim, M.Si NIP. 150 317 956 NIP. 150 294 451
-
xi
PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Jakarta, November 2006
Rachmawati 102095026513
-
xii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmaanirrochim
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam. Sembah
sujud tiada terkatakan atas segala limpahan rahmat, karunia dan inayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir (skripsi) ini sesuai dengan
waktunya. Lantunan shalawat dan salam tak lupa penulis ucapkan semoga
senantiasa terlimpah kepada pembela kebenaran sejati Muhammad SAW. Adapun
tugas akhir ini berjudul Uji Pencemaran Udara oleh Partikulat Debu di
Sekitar Terminal Lebak Bulus Berdasarkan Bioindikator Stomata pada
Tanaman Glodogan (Polyalthia longifolia) disusun sebagai salah satu syarat
untuk menyelesaikan pendidikan Program Strata Satu, Jurusan MIPA-Biologi,
Fakultas Sains & Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dengan penuh rasa kesadaran, penulis mengakui bahwa penulisan skripsi
ini tidak akan terselesaikan tanpa uluran tangan bijak berbagai pihak yang tidak
dapat penulis membalas pengorbanannya. Pada kesempatan inilah penulis
mengucapkan terimakasih yang tulus dan tak terhingga:
1. Kepada Bapak Irawan Sugoro M.Si selaku dosen pembimbing I dan Ibu
Fahma Wijayanti M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah banyak
meluangkan waktu dan selalu memberikan arahan dan nasehat
2. Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis selaku Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi, Dr. Agus Salim, M.Si selaku Ketua Jurusan MIPA. Dan Ibu Dra.
Nani Radiastuti, M.Si selaku Sekertaris Jurusan MIPA
-
xiii
3. Kepada Dosen Penguji Ibu Dr Lily Surayya Eka P, M. Env dan Ibu Priyanti,
M.Si terimakasih atas saran dan kritiknya.
4. Para pengajar UIN tercinta ibu Dasumiati, bapak Pascal, bu Mega dll
khususnya MIPA-Biologi, dan seluruh staf administrasi UIN. Terimakasih
atas bekal ilmu yang sudah diberikan, semoga dapat bermanfaat.
5. Khusus kedua orang tua tercinta (Abdurrahman & Marwati), yang selalu
memberikan bantuan moril dan materiil tiada henti.
6. Rudi Nurcahyo, terimakasih atas dukungan, doa tulus dan telah membantu
penulis secara penuh, serta kaya akan saran dan ide cemerlang.
7. Kak Fikri, Mba Wanti, Cia, Yuni, Tomi, Ridho, dan Najwa.
8. Waryanti, Heni Fajriah, teman selama melaksanakan penelitian
9. Wawan dan Ujo terimakasih atas bantuannya dalam pengambilan sampel
10. Saudaraku di Safira House Annisa, Iiz, Izzie, k Li2s, Nit-not, Zizah, Ilul, Ina
dkk. Terimakasih atas Pengalaman berharga yang tidak akan pernah
terlupakan.
11. Sahabatku Dede, Heni, Ali, Ana, Ida Syafiah, Lala, Odi, Neneng, Eskawati,
Irfan, Novi, Ela, Nida dan teman-teman MIPA/Biologi angkatan 2002, yang
banyak memberikan inspirasi baik secara langsung atau tidak langsung,
namun belum dicantumkan namanya penulis ingin mengucapkan terimakasih
yang tak terhingga.
Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa tugas akhir ini
masih jauh dari sempurna, Saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat
penulis harapkan. Semoga Allah SWT selalu membimbing kita bersama dalam
menyelami ilmu-ilmunya.
Ciputat, November
2006
Penulis
-
xiv
ABSTRAK
Uji Pencemaran Udara oleh Partikulat Debu di Sekitar Terminal Lebak Bulus Berdasarkan Bioindikator Stomata pada Tanaman Glodogan (Polyalthia longifolia) Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh partikulat debu terhadap karakteristik stomata tanaman Glodogan di sekitar terminal Lebak Bulus. Lokasi pengambilan sampel terdiri dari 10 lokasi dengan metode Wagner modifikasi dan kontrol (gunung Bunder). Parameter yang di ukur adalah: berat debu, kondisi daun, jumlah stomata, luas stomata dan jumlah kendaraan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa korelasi antara partikulat debu dan jumlah stomata adalah 0.50 korelasi ini berbanding terbalik. Debu paling berat berkorelasi dengan jumlah stomata terendah..Berat debu tertinggi terdapat pada lokasi Trakindo 0,076 g/cm2, dan berat debu paling rendah adalah Prapanca 0,01 g/cm2. Stomata yang mempunyai ukuran paling kecil adalah terminal Lebak Bulus, Puji Film PI, dan Trakindo. Perbedaan ini diduga disebabkan tidak hanya partikulat debu tapi juga oleh bahan-bahan pencemar lainnya
-
xv
ABSTRACT
Air Pollution Test By Particulate Matter at Lebak Bulus Station Base On Stomata Bioindicator of Glodogans Plants (Polyalthia longifolia) The object of experiment was to know the effect of particulate matter in the characteristic of stomata Glodogan (Polyalthia longifolia) around Lebak Bulus station. The samples were taken from 10 location and control from Gunung Bunder. The parameters were: the weight of particulate matter, condition of leaf, the number of stomata, the square of stomata and the number of vehicles. The result showed that the correlation between particulate matter and the number of stomata was 0,50 this correlation in inversely. The heavy particulate matter was correlate with the lowest number of stomata. The weight particulate at Trakindo there was 0,076 g/cm2 and the lowest particulate at Prapanca there was 0,01 g/cm2. The smallest of stomata square there was at Lebak Bulus Station, Fuji Film PI and Trakindo. It caused not only particulate matter but also other pollution.
-
xvi
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ......................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah ................................................................. 3
1.3. Hipotesis ................................................................................... 3
1.4. Tujuan Penelitian .................................................................... 3
1.5. Manfaat Penelitian ................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pencemaran Udara di DKI Jakarta ........................................... 4
2.2. Bahan Pencemar Udara dan Sumbernya.................................... 5
2.3. Pengaruh Pencemaran Udara terhadap Tumbuhan .................... 7
2.4. Stomata....................................................................................... 9
2.5. Botani Tanaman Glodogan (Polialthia longifolia) ................... 12
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................... 13
3.2 Bahan dan Alat .......................................................................... 13
3.3. Cara Kerja ................................................................................. 14
3.3.1. Observasi Awal ................................................................ 14
-
xvii
3.3.2. Pengambilan Data di Lapangan ....................................... 16
A. Pengambilan Sampel Daun ............................................ 16
B. Pengamatan Kerapatan Kendaraan ................................. 16
3.3.3. Pengukuran Parameter di Laboratorium .......................... 17
A. Pengamatan Karakteristik Stomata ................................. 17
B. Pengamatan terhadap Partikulat Debu ............................. 18
3.4. Analisis Data ............................................................................ 18
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Berat Partikulat debu.................................................................. 19
4.2. Kondisi Fisik Daun dan Partikulat Debu ................................... 21
4.3. Karaktseristik Stomata .............................................................. 23
4.4. Luas dan Struktur Stomata ........................................................ 26
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ............................................................................... 34
5.2. Saran ......................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 36
LAMPIRAN ................................................................................................... 39
-
xviii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Struktur Stomata Tanaman Dikotil ............................................. 10
Gambar 2.2. Stomata yang sedang Terbuka dan Tertutup .............................. 11
Gambar 3.1. Denah Lokasi Penelitian.............................................................. 15
Gambar 4.1. Berat Partikulat Debu Pada Permukaan Daun ............................ 19
Gambar 4.2. Rata-Rata Kendaraan Per Jam .................................................... 20
Gambar 4.3. Jumlah Stomata di Setiap Lokasi Penelitian .............................. 24
Gambar 4.4.Berat Debu dan Jumlah Stomata pada Setiap Lokasi Penelitian.. 25
Gambar 4.5. Ukuran Luas Stomata di Setiap Lokasi Penelitian ...................... 27
-
xix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Foto Stomata di Setiap Lokasi Penelitian ........................................ 29
-
20
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Baku Mutu Udara Peraturan Pemerintah pp no:41,1999 ............ 39
Lampiran 2. Foto Daun Pada Setiap Lokasi .................................................... 40
Lampiran 3. Uji Korelasi ................................................................................ 43
Lampiran 4. Uji Beda Nyata Chi-Square......................................................... 44
Lampiran 5. Hasil Pengukuran Parameter di Setiap Lokasi Penelitian............ 46
Lampiran 6. Peta Lokasi Penelitian ................................................................. 48
-
21
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Saat ini pencemaran udara merupakan masalah paling serius di daerah
perkotaan. Pembangunan berkembang pesat dewasa ini, khususnya bidang industri dan
teknologi. Meningkatnya jumlah kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar
fosil (minyak) menyebabkan udara yang kita hirup menjadi tercemar oleh gas-gas hasil
pembuangan dan pembakaran (Pohan, 2002).
Kegiatan transportasi dan industri akan menghasilkan limbah berupa asap, gas-
gas beracun, ataupun partikulat debu yang dapat mencemari udara dan lingkungan di
sekitarnya. Bahan-bahan pencemar yang dihasilkan antara lain terdiri dari SO2, NO2,
CO2, O3, hidrokarbon, dan logam-logam berat seperti timbal (Pb), seng (Zn) dan
cadmium (Cd). Partikel debu dalam emisi gas buang selain berbentuk padatan juga
berbentuk cairan yang mengendap dalam partikel debu. Debu di dalamnya terkandung
debu sendiri dan beberapa kandungan metal oksida, tetapi yang paling berbahaya adalah
butiran-butiran halus sehingga dapat menembus bagian terdalam paru-paru dan dapat
membahayakan kesehatan manusia, selain itu bahan-bahan pencemar tersebut juga
dapat membahayakan kehidupan mahluk hidup lainnya seperti hewan dan tumbuhan.
Untuk mengatasi timbulnya gangguan akibat pencemaran udara di kota-kota
besar, maka perlu dilakukan upaya penanggulangannya. Salah satunya dengan
membangun hutan kota di kawasan-kawasan yang tercemar dan dengan cara penanaman
pohon-pohon pinggir jalan secara merata dan terencana di seluruh kota.
-
22
Salah satu tempat yang bepotensi sebagai sumber pencemaran udara yang
berasal dari kendaraan bermotor adalah terminal. Terminal Lebak Bulus adalah salah
satu terminal yang ada di wilayah Jakarta Selatan. Letaknya cukup strategis dan
perlintasan kendaraan cukup padat menuju selatan atau sebaliknya. Karena banyaknya
kendaraan bermotor yang mengeluarkan gas (asap) diduga dapat memberikan dampak
negatif terhadap lingkungan sekitar. Oleh karena itu, perlu diadakan penelitian untuk
mengetahui pencemaran udara yang terjadi di wilayah Lebak Bulus dan sekitarnya.
Stomata daun dipengaruhi oleh keadaan udara di sekitar tumbuhan. Karena
stomata berfungsi sebagai pintu gerbang pertukaran gas dan uap air antara tumbuhan
dengan lingkungan sekitar (Tjitrosoepomo, 1981). Sehingga diduga pencemaran udara
di sekitar Terminal Lebak Bulus akan mempengaruhi kerapatan, bentuk ataupun luas
stomatanya.
Jenis tanaman yang banyak digunakan sebagai tanaman penghijauan tepi jalan
salah satunya adalah Glodogan (Polyalthia longifolia) (Zoeraini dan Arwindrasti, 1988).
Tanaman Glodogan ini banyak ditanam di tepi jalan. Menurut penelitian Saputra, (2005)
tanaman glodogan ini berpotensi sebagai penyerap atau pereduksi pencemar di udara.
Berdasarkan latar belakang di atas perlu diketahui apakah pencemaran udara di
sekitar Terminal Lebak Bulus mempengaruhi stomata daun Glodogan yang di tanam di
sekitar Terminal Lebak Bulus.
1.2. Perumusan Masalah
-
23
Terminal Lebak Bulus diduga merupakan salah satu tempat dengan pencemaran
udara yang cukup tinggi. Pada tempat tersebut banyak di tanam tanaman glodogan
sebagai tanaman penghijauan. Fungsi tanaman ini salah satunya adalah sebagai
penyerap dan pereduksi pencemaran udara. Oleh sebab itu perlu diketahui apakah
terdapat perbedaan karakteristik stomata di Terminal Lebak Bulus dan daerah lainnya.
1.3. Hipotesis
1. Terdapat hubungan yang nyata antara partikulat debu dengan karakteristik
stomata.
2. Adanya perbedaan yang nyata antara partikulat debu dan karakteristik stomata di
setiap lokasi.
1.4. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui hubungan antara partikulat debu dengan karakteristik
stomata.
2. Untuk mengatahui jumlah partikulat debu dan karakteristik stomata di setiap
lokasi.
1.5. Manfaat Penelitian
1. Sebagai indikator alternatif yang murah untuk mengetahui tingkat pencemaran
di suatu tempat.
2. Sebagai sumbangan informasi bagi penelitian lanjutan.
-
24
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pencemaran Udara di DKI Jakarta
Pencemaran udara adalah adanya satu atau lebih kontaminan dalam atmosfer
seperti debu, gas, busa, bau, asap dan uap lainnya yang dalam kuantitas, sifat dan lama
keberadaannya dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada manusia, tumbuhan dan
hewan atau gangguan pada kualitas benda, sehingga kenyamanan hidup manusia dan
biota terganggu (Perkins, 1974 dalam Ryadi 1982).
Meningkatnya suhu udara di atas normal akan berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman, sehingga akan menurunkan produksi beberapa jenis tanaman.
Pengaruh gas nitrogen oksida pada tanaman seperti timbulnya bintik-bintik pada
permukaan daun. Bila kondisi jaringan daun rusak, maka jaringan daun tidak dapat
berfungsi dengan baik sebagai tempat terbentuknya karbohidrat melalui proses
fotosintesis.
Berdasarkan peraturan pemerintah pp no 41 tahun 1999, ditetapkan baku mutu
udara. Yaitu ukuran batas atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam
udara (Lampiran 1).
Jumlah kendaraan di Jakarta sampai tahun 2003 mencapai 6.506.244 unit.
Pertambahan paling cepat terjadi pada jenis kendaraan sepeda motor. Pertumbuhannya
mencapai ratusan ribu kendaraan pada tahun-tahun terakhir. (Pusat data Tempo, 2006).
Berdasarkan hasil penelitian Sirnamala, (2005) bahwa Kota Jakarta khususnya di jalur
hijau sudah mengalami penurunan kualitas udara. Kandungan Pb yang banyak
terakumulasi yaitu pada daun Mahoni (Swietania mahogani), Glodogan (Polyaltia
-
25
longifolia), dan Angsana (Pterocarpus indicus). Sedangkan untuk tumbuhan jalur hijau
yang paling banyak terakumulasi Pb pada kulit batangnya adalah Angsana Kemudian
Mahoni dan Glodogan.
2.2. Bahan Pencemar Udara dan Sumbernya
Bahan pencemar udara berdasarkan asal mula dan kelanjutan perkembangannya
di udara dapat di bedakan menjadi:
a. Pencemar primer, yaitu semua pencemar yang berada di udara dalam bentuk
yang hampir tidak berubah seperti saat dibebaskan dari sumbernya sebagai hasil
dari proses tertentu. Contohnya SO2, CO, NOx, CH4, partikel debu dan lain-lain.
b. Pencemar sekunder, yaitu semua pencemar di udara yang sudah berubah sebagai
hasil reaksi tertentu antara dua atau lebih bahan-bahan pencemar. Umumnya
merupakan hasil reaksi fotokimia dan reaksi oksida katalis antara pencemar
primer dengan bahan pencemar lain di udara. Contohnya berupa pembentukan
ozon, hujan asam dan oksida-oksida gas.
Sedangkan Stern, (1986) menyatakan bahwa berdasarkan sifat penyebaran
bahan pencemarnya, sumber pencemar udara dapat dikelompokkan ke dalam tiga
kelompok besar, yaitu:
a. Sumber titik
b. Sumber area
c. Sumber bergerak
Sumber titik dan sumber area dapat dijadikan satu kelompok, sehingga sumber
pencemar udara dapat dikelompokkan lagi menjadi:
a. Sumber stasioner, berasal dari industri, rumah tangga, pembakaran
sampah, dan letusan gunung berapi.
b. Sumber bergerak, berasal dari kendaraan bermotor.
Kendaraan bermotor merupakan sumber pencemaran udara terpenting
(menghasilkan bahan pencemar 100 juta ton pada tahun 1970), diikuti oleh kegiatan
-
26
industri (26 juta ton), pembangkit tenaga listrik dan uap (22 juta ton), pemanas ruang (9
juta ton). Di Amerika 60,6% pencemaran udara berasal dari transportasi (Kozlowski dan
Mudd, 1975). Dengan meningkatnya jumlah kendaraan bermotor, maka jumlah zat
pencemar berupa gas maupun partikel akan meningkat pula.
Emisi kendaraan bermotor merupakan zat pencemar yang dikeluarkan langsung
melalui pipa pembuangan (knalpot) sebagai sisa perubahan bahan bakar dalam
bensin.Penggunaan jenis bahan bakar mempengaruhi komposisi bahan buangannya.
Kadar CO tertinggi dihasilkan oleh kendaraan berbahan bakar bensin, sedangkan kadar
SO2, NOx dan asap dihasilkan oleh kendaraan berbahan bakar solar. Pencemar yang
paling berbahaya adalah CO, terutama berbahaya bagi pengendara kendaraan bermotor
dan pejalan kaki (Suharsono, 1985).
Partikel adalah setiap benda padat/cair yang dari suatu masa mengalami proses
dispersal dalam media gas/udara dengan hampir tidak memiliki kecepatan jatuh.
Partikel atau debu berdasarkan susunan kimianya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
partikel atau debu mineral dan organis (Ryadi, 1982).
Sumber pencemaran partikel berasal dari aktifitas industri, pembakaran bahan
bakar fosil kendaraan bermotor, badai pasir, pembakaran hutan serta gunung berapi
(alami). Ukuran diameter yang ada di udara berkisar antara 0,0005-500 dm dimana
partikel kecil akan hilang karena perpaduan gerak brown dan partikel yang besar akan
jatuh akibat pengaruh gravitasi (Smith, 1981).
Pencemaran oleh partikel akan menimbulkan beberapa permasalahan antara lain adalah
sebagai berikut:
1. Mengganggu kesehatan manusia dan lingkungan.
2. Mempunyai daya pencemar udara yang luas penyebarannya dan tinggi seperti
Be, Pb, Cr, Hg, Ni, dan Mn.
3. Partikel dapat menyerap gas sehingga dapat mempertinggi efek bahaya dari
komponen tersebut.
-
27
Konsentrasi bahan pencemar yang terkandung dalam udara bebas dipengaruhi
oleh banyak faktor. Diantaranya konsentrasi dan volume bahan pencemar yang
dihasilkan oleh suatu sumber, sifat khas bahan pencemar, kondisi meteorologi,
klimatologi, topografi dan geografi. Oleh karena itu tingkat pencemaran udara sangat
bervariasi baik terhadap tempat maupun waktu (Sutamihardja, 1986 dalam Yulizal,
1995).
Komposisi bahan pencemar di udara pada umumnya terdiri dari 50,7% karbon
monoksida, 18,3% sulfur dioksida, 13,4% hidrokarbon 9,2% nitrogen oksida, dan 8,4%
partikel (Weight, 1956 dalam Kozlowski dan Mudd, 1975).
2.3. Pengaruh Pencemaran Udara terhadap Tumbuhan
Bahan pencemar di udara berpengaruh merugikan terhadap fungsi-fungsi
pertumbuhan tanaman baik secara fisik, kimia maupun fisiologis. Bahan-bahan
pencemar yang berpengaruh terhadap hutan kota adalah SO2, NOx, ozon, flourida,
klorin, partikel, dan herbisida (Grey dan Deneke, 1978). Tipe dan besar pengaruh
pencemaran udara terhadap tumbuhan tergantung pada jumlah dan jenis bahan
pencemar yang ada dan daya tahan tumbuhan tersebut terhadap lingkungannya
(Guderian, 1977 dalam Yulizal,1995).
Pada umumnya bahan-bahan pencemar udara merusak pohon melalui daun.
Gejala umum yang sering terlihat berupa perubahan warna daun (discoloration),
menggugurkan daun dan sebagian pohon akan mati (Suratmo, 1982). Pengaruh
pencemaran udara terhadap tumbuhan dibagi menjadi kerusakan (injury) dan
kehancuran (demage). Istilah kerusakan meliputi seluruh respon tumbuhan yang terjadi
karena pencemaran udara seperti perubahan metabolisme sebagai akibat menurunnya
-
28
fotosintesis, kematian daun, gugur daun atau menurunnya pertumbuhan tanaman.
Kehancuran meliputi seluruh pengaruh yang menurunkan nilai guna tumbuhan
(Guderian, 1977 dalam Yulizal, 1995).
Pengaruh pencemaran udara menurut Mudd, (1975) dikelompokkan secara
umum menjadi: akut, kronis atau tersembunyi. Pada kerusakan akut tercatat adanya
kerusakan pada bagian tepi daun. Perubahan yang terjadi, pertama-tama daun tampak
basah, kemudian mengering dan mencuat sampai berwarna gading. Pada beberapa jenis
akan berubah menjadi coklat atau merah kecoklatan. Kerusakan ini disebabkan oleh
penyerapan gas yang cukup untuk membunuh jaringan. Kerusakan kronis menyebabkan
daun menjadi kuning dan perlahan memutih sampai sebagian besar klorofil dan karoten
rusak. Kerusakan kronis disebabkan oleh penyerapan gas yang tidak cukup kuat untuk
menyebabkan kerusakan akut. Atau dapat disebabkan oleh penyerapan sejumlah gas
dalam konsentrasi subletal dalam periode waktu yang lama Pada kerusakan ini terjadi
pertumbuhan yang tidak normal sehingga dapat memperlambat laju fotosintesis dan
selanjutnya mengurangi produksi suatu tanaman tanpa memperlihatkan gejala yang
tampak. Hal-hal tersebut di atas diakibatkan oleh perubahan proses fisiologi dan
biokimia
Kriteria dan kerusakan yang tidak tampak itu adalah sebagai berikut:
a. Menyebabkan gangguan pada kehidupan tumbuhan yang akhirnya berakibat
pada pertumbuhannya.
b. Gangguan tersebut tidak tampak jelas dengan mata telanjang.
c. Terjadinya kerusakan dimana tumbuhan mengalami perubahan tanpa adanya
tanda yang terlihat.
-
29
Sedangkan Kozlowski dan mudd, (1975) menyatakan bahwa kerusakan tidak
tampak bukanlah istilah yang tepat karena perubahan anatomi dari respon tumbuhan
terhadap pencemaran dapat dilihat dengan mikroskop. Disamping itu, kerusakan
klorosis atau nekrosis mempengaruhi jaringan fotosintesis dan gejala yang tampak serta
menurunnya pertumbuhan adalah karena gangguan aktifitas dan struktur sel.
Kerusakan yang tidak tampak atau tersembuyi akan mengakibatkan terjadinya
pertumbuhan yang tidak normal sehingga dapat memperlambat laju fotosintesis dan
selanjutnya akan mengurangi produksi suatu tanaman tertentu dengan tanpa
memperlihatkan gejala-gejala yang tampak. Perubahan histologis yang paling umum
akibat pencemaran udara adalah terjadinya plasmolisis, kerusakan kandungan sel
(granulasi), sel-sel yang mengalami kolaps, dan pigmentasi atau perubahan warna sel
menjadi gelap.
Pencemar debu di udara dapat menutupi mulut daun dan hal ini akan membatasi
proses transpirasi (Fakuara, 1987 dalam Zubayr 1994). Sedangkan bahan kimia yang
berupa gas, sebagai contoh SO2 akan masuk melalui mulut daun kemudian
mempengaruhi komposisi cairan sel, dan sel menjadi rusak dan mati.
2.4. Stomata
Stomata merupakan celah dalam epidermis yang dibatasi oleh dua sel epidermis
khusus, yakni sel penjaga (Hidayat, 1995) (gambar 2.1). Stomata terdapat pada lapisan
epidermis daun. Selain itu juga dijumpai pada epidermis ranting-ranting yang muda dan
batang-batang herba, yang sebenarnya merupakan suatu ruang antar sel yang terbentuk
dengan terpisahnya dinding sel antar dua sel epidermis khusus, yang dikenal dengan sel
penjaga. Sel-sel ini berbeda dengan sel epidermis lainnya karena memiliki kloroplas.
-
30
Gambar 2.1. Struktur Stomata Tanaman Dikotil
Membuka dan menutupnya stomata disebabkan oleh masuk atau keluarnya air
ke dalam atau ke luar sel penjaga. Masuknya air ke dalam vakuola sel penjaga akan
meningkatkan turgor sel penjaga. Peningkatan turgor ini menyebabkan terjadinya
perubahan volume dan bentuk sel penjaga juga meningkatkan pembukaan stomata.
Proses sebaliknya akan terjadi bila air keluar dari vakuola sel penjaga.
Menurut Prawiranata, (1989) membuka dan menutupnya stomata dipengaruhi
oleh beberapa faktor biologi dan lingkungan. Dalam kondisi alami faktor yang
terpenting adalah penyediaan air ke daun, konsentrasi CO2 di dalam daun, pengaruh
cahaya dan faktor suhu.
Gambar 2.2. Stomata yang sedang terbuka dan tertutup
Menurut Agustini (1994), Kerapatan stomata dalam satu unit area permukaan
daun sangat bevariasi. Hal ini ditimbulkan oleh perbedaan lingkungan tempat tumbuh
dan faktor genetik yang sangat mempengaruhi morfogenesis stomata. Ketersediaan air,
-
31
intensitas cahaya, suhu dan konsentrasi CO2 merupakan faktor- faktor yang
mempengaruhi kerapatan stomata.
Banyaknya pencemar yang masuk ke dalam jaringan daun tanaman sesuai
dengan jenis, konsentrasi pencemar di udara dan lamanya selang waktu pembukaan
stomata akan menentukan tingkat kerusakan tanaman
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu oleh Woodwart, (1987) dalam Salisburi,
(1995), kerapatan stomata sangat bergantung pada konsentrasi karbondioksida
(transpirasi) yaitu jika karbondioksida naik atau tinggi, maka jumlah stomata persatuan
luas akan lebih sedikit. Selain itu semakin banyak karbondioksida semakin banyak
stomata yang terbuka, jika stomata banyak yang terbuka menandakan banyak
pencemaran.
2.5. Botani Tanaman Glodogan (Polyalthia longifolia)
Bentuk daun Glodogan memanjang dengan ujung yang menyempit, tepinya
berombak, permukaan daun licin dan mengkilat. Tulang daun menyirip, ukuran daun
berkisar antara 1520 cm dan berwarna hijau, apabila tua warnanya kuning dan
termasuk dalam famili Annonaceae. Bentuk tanaman ini menyerupai kerucut,
menjulang tinggi berkisar antara 10 25 m, diameter batang berkisar antara 10 80 cm,
batang sedikit bercabang, kulit batang agak kasar dan dari ketiak daun atau ranting
muncul bunga majemuk yang menghasilkan buah berwarna kuning kehijauan.
-
32
Bentuknya bulat, besarnya kira-kira 2 cm. Biji yang sudah tua dapat dipakai untuk
memperbanyak tanaman, bisa juga dengan mencangkok dari cabang yang cukup tua.
Tanaman ini biasanya ditanam sebagai pohon penghias jalan (W. S, Don, 2000)
(lampiran 5).
Menurut Suharsono, (1985) dalam memilih jenis tanaman untuk penghijauan
kota perlu memperhatikan aspek-aspek ekologi, khususnya mengenai kemampuan
tumbuh-tumbuhan tersebut memperbaiki lingkungan hidup. Fakuara, (1986)
menyatakan bahwa untuk menyerap pencemar, maka jenis tanaman yang dapat dipakai
adalah tanaman yang mempunyai sifat: (1) mempunyai stomata yang banyak, (2)
mempunyai ketahanan tertentu terhadap polutan tertentu, dan (3) mempunyai tingkat
pertumbuhan yang cepat.
-
33
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Berat Partikulat Debu Berat partikulat debu pada permukaan daun setiap lokasi berbeda-beda (Gambar
4.1). Berat partikulat debu tertinggi terjadi pada lokasi 7 Trakindo yaitu 0,076 g/cm2.
Berdasarkan perhitungan kerapatan kendaraan (gambar 4.2) memiliki jumlah kendaraan
tertinggi 648 per jam.
0.0260.015
0.041
0.026
0.014 0.011
0.076
0.024 0.023 0.0250.015
0.009
0.0000.0100.0200.0300.0400.0500.0600.0700.0800.090
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Lokasi
Rer
ata
Ber
at D
ebu
Gambar 4.1. Berat Partikulat Debu di Permukaan Daun ((1)Lebak Bulus; (2) Puji Film Pondok Indah; (3) Cirendeu; (4) Pom Bensin PI; (5) Kertamukti; (6) Prapanca; (7) Trakindo; (8) Jl Bendi; (9) Tegal Rotan; (10) Pom Bensin Ciputat; (11) Pondok Cabe; (12)Gunung Bunder (kontrol)).
Lokasi 7 merupakan perempatan lampu merah yang cukup padat dan sering terjadi kemacetan. Diperkirakan banyak terdapat debu di lokasi Trakindo dengan kerapatan kendaraan yang tinggi diduga memberi kontribusi menerbangkan debu karena adanya kecepatan angin yang membantu penyebaran partikulat debu dan gas pencemar. Sumber pencemaran partikel menurut Ryadi, 1982 berasal dari aktifitas industri, pembakaran bahan bakar fosil kendaraan bermotor, badai pasir, pembakaran hutan, serta gunung merapi (alami). Sisa bahan pembakaran seperti asap (gas) pencemar yang berasal dari kendaraan bermotor diduga ikut menyumbangkan pencemaran udara di lokasi Trakindo yang padat kendaraannya
-
34
250
504
311
486
141 19
6
648
153
163 20
7 243
10
0100200300400500600700
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Lokasi
Jml K
enda
raan
Gambar 4.2. Rata-Rata Kendaraan Per Jam ((1) Lebak Bulus; (2) Puji Film
Pondok Indah; (3) Cirendeu; (4) Pom Bensin PI; (5) Kertamukti; (6) Prapanca; (7) Trakindo; (8) Jl Bendi; (9) Tegal Rotan; (10) Pom Bensin Ciputat; (11) Pondok Cabe; (12) Gunung Bunder (kontrol)).
Kerapatan tanaman di sekitar lokasi 7 Trakindo rendah dibanding kerapatan
tanaman yang ada di lokasi 1 terminal Lebak Bulus, jumlah kendaraan yang melewati
lokasi Lebak Bulus juga lebih rendah karena hanya terdapat satu jalur kendaraan saja,
Daerah sekitar lokasi Trakindo merupakan perniagaan, pemukiman, dan terdapat
gedung tinggi. Hasil penelitian menunjukkan jumlah kendaraan dan berat partikulat
debu di lokasi 1 Terminal Lebak Bulus lebih rendah dibanding Trakindo yaitu 250
kendaraan per jam dan partikulat debu 0,026 g/cm2.
Terminal Lebak Bulus mempunyai kerapatan tanaman yang cukup tinggi. Di
samping itu, tanaman glodogan ini mempunyai tipe permukaan daun yang halus (licin)
sehingga mempengaruhi debu yang menempel, yaitu debu mudah terlepas karena faktor
angin yang berasal dari kendaraan yang melintas, diperkirakan debu terserap oleh
kerapatan tanaman yang ada, dimana tumbuhan mempunyai kemampuan untuk
menyerap debu dan bahan pencemar lain (Fahn, 1991). Kecepatan angin mencapai 105
m/dtk. Makin kuat kecepatan angin maka penyebaran bahan pencemar makin besar
sehingga konsentrasi bahan pencemar di udara mengecil (Suharsono, 1985).
-
35
Lokasi 6 Prapanca berat debunya paling rendah di banding semua lokasi, yaitu
0.011 g/cm2 (gambar 4.1), dengan jumlah kendaraan 196 per jam, lebih tinggi di
banding lokasi 5 Kertamukti, 8 jl Bendi dan 9 Tegal Rotan (Gambar 4.2). Pada lokasi
pengambilan sampel ini, terdapat variasi tanaman lain yang mempunyai kerapatan
cukup tinggi. Jarak tanaman dari sumber pencemaran (jalan raya) lebih jauh dengan
kecepatan angin mencapai 72 m/dtk. Diduga banyaknya tanaman di lokasi 6 Prapanca
dapat mengurangi kandungan debu di sekitarnya, karena tumbuhan mempunyai
kemampuan untuk menyerap debu (Fahn, 1991). Menurut Fitter dan Hay, (1994),
konsentrasi pencemar pada suatu tempat tertentu, akan tergantung atas sejumlah faktor-
faktor lingkungan, salah satunya termasuk jarak dari sumber polusi.
4.2. Kondisi Fisik Daun dan Partikulat Debu
Kondisi fisik daun berbeda-beda untuk setiap lokasi (lampiran 2). Jika
dibandingkan dengan tanaman kontrol, daun di lokasi perlakuan tampak berwarna lebih
hijau gelap, jumlah stomata sedikit lebih rendah rendah dan berat debu tinggi. Hal itu
merupakan salah satu respon tanaman terhadap adanya pencemaran.
Terdapat perbedaan warna daun pada 11 lokasi penelitian. Warna daun lebih
kusam di lokasi 7 Trakindo (Lampiran 2), diduga tertutup oleh debu karena berat debu
pada permukaan daunnya tinggi dibanding lokasi lain (Gambar 4.1). Kerapatan
kendaraan juga tinggi dibanding lokasi lain (Gambar 4.2). Debu yang menempel pada
permukaan daun diduga mempengaruhi penyerapan cahaya dan O2 yang merupakan
faktor penting dalam sintesa klorofil (Agrios, 1957 dalam Karmelya, 1998). Data fisik
di sekitar lokasi menunjukkan kecepatan angin pada lokasi ini 30 m/dtk. Makin rendah
kecepatan angin, penyebaran bahan pencemar semakin rendah, sehingga konsentrasi
pencemar semakin besar.
Gambar daun pada lokasi 6 Prapanca menunjukkan perbedaan, daun terlihat
lebih cerah di banding lokasi Trakindo (Lampiran 2). Berat debu di permukaan daun
-
36
juga rendah dibanding lokasi lain (Gambar 4.1), tetapi kerapatan kendaraan pada lokasi
ini lebih tinggi dibanding lokasi 5 Kertamukti, 8 Jl. Bendi dan 9 Tegal Rotan (Gambar
4.2). Lokasi ini mempunyai kerapatan tanaman cukup tinggi yang menyebabkan bahan
pencemar seperti debu dan asap (gas) yang berasal dari kendaraan bermotor langsung
terserap oleh kerimbunan tanaman yang terdapat di sekitar lokasi. Karena tumbuhan
mempunyai kemampuan menyerap debu.
Pada lokasi 1 Terminal Lebak Bulus kondisi fisik daun juga tertutup debu dan
berwarna lebih gelap di banding tanaman kontrol (lampiran 2). Hal ini terjadi akibat
banyaknya kendaraan yang melintasi lokasi. Hasil perhitungan kerapatan kendaraan di
lokasi tersebut menunjukkan jumlah kendaraan lebih rendah dibanding lokasi 2 Fuji
Film Pondok Indah, 3 Cirendeu, 4 Pom Bensin PI dan 7 Trakindo (Gambar 4.1). Belum
termasuk jumlah kendaraan di dalam terminal bis. Akan tetapi tidak tertutup
kemungkinan angka yang telah didapat, dapat berubah jauh lebih tinggi, dikarenakan
data tersebut hanya mencerminkan keadaan sesaat. Nilai korelasi jumlah stomata-debu
menunjukkan r = -0,50 dapat diartikan cukup mempunyai hubungan (lampiran 3).
Menurut Kozlowski dan Mudd, (1975) kerusakan tidak tampak bukanlah istilah
yang tepat karena perubahan anatomi dari respon tumbuhan terhadap pencemaran dapat
dilihat melalui mikroskop. Beberapa daun dari 11 lokasi perlakuan seperti lokasi 7
Trakindo mengalami keadaan dimana zat hijau daun berkurang, diperkirakan karena
tertutup debu sehingga kemampuan dalam fotosisntesis menjadi berkurang di sebut
klorosis daun. Keadaan ini disebabkan karena pemaparan sejumlah kecil pencemar
dalam jangka panjang (Steubing, 1978 dalam Karmelya, 1998). Dimana bahan-bahan
pencemar akan mempengaruhi jaringan daun yang menyebabkan kloroplas pecah dan
klorofil akan menyebar dalam sitoplasma.
4.3. Karakteristik Stomata
-
37
Jumlah stomata pada setiap lokasi berbeda-beda dan cenderung lebih rendah
dibanding kontrol (gambar 4.3). Perbedaan jumlah stomata tersebut Diduga terjadi
karena adanya perbedaan ketahanan stomata terhadap pencemaran udara, dan
merupakan salah satu respon tanaman untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang
tercemar.
Jumlah stomata tertinggi terdapat di lokasi 5 Kertamukti (gambar 4.3). Lokasi
ini memiliki jumlah kendaraan terendah dibanding lokasi lain yaitu 141 per jam. Berat
debu di permukaan daun juga rendah 0,014 g/cm2 (Gambar 4.2). Daerah sekitar lokasi
merupakan daerah pemukiman yang diperkirakan masih bersih dari pencemaran. Jumlah
stomata di 11 lokasi lebih rendah dibanding kontrol. Hal ini juga merupakan salah satu
respon tanaman untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang tercemar debu.
43 41
4946
5649
3844 45
52
42
64
0
10
20
30
40
50
60
70
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Lokasi
Rer
ata
Jum
lah
Stom
ata
/cm
2
Gambar 4.3. Jumlah Stomata di Setiap Lokasi Penelitian ((1) Lebak Bulus; (2) Puji Film Pondok Indah; (3) Cirendeu; (4) Pom Bensin PI; (5) Kertamukti; (6) Prapanca; (7) Trakindo; (8) Jl Bendi; (9) Tegal Rotan; (10) Pom Bensin Ciputat; (11) Pondok Cabe; (12)Gunung Bunder (kontrol)).
Jumlah stomata terendah terdapat di lokasi 7 Trakindo (gambar 4.3) dengan
jumlah kendaraan paling tinggi dibanding lokasi lain yaitu 648 per jam. Hubungan
stomata dengan berat debu negatif, yaitu pada lokasi ini mempunyai berat debu lebih
-
38
tinggi dibanding lokasi lain dan sebaliknya jumlah stomata lebih rendah dibanding
lokasi lain. Lokasi 7 Trakindo terdapat lampu merah dan terdapat 4 jalur utama.
Masing-masing jalurnya mempunyai arah berseberangan, juga terdapat jalan tol Lingkar
Luar Selatan (TB Simatupang). Diperkirakan pencemar debu banyak terdapat di sekitar
lokasi dan ikut terbawa oleh angin yang berasal dari kendaraan bermotor.
25.6
89
14.9
65
41.4
03
26.2
32
14.4
37
11.2
97
76.4
38
23.9
44
23.4
15
22.7
99
14.8
77
8.62
7
43 41
49
46
56
49
38
44 45
52
42
64
0.000
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
70.000
80.000
90.000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12Lokasi
RerataBerat Debu
Reratajumlahstomata
r
Gambar 4.4. Berat Debu dan Jumlah stomata pada Setiap Lokasi Penelitian (1) Lebak Bulus; (2) Puji Film Pondok Indah; (3) Cirendeu; (4) Pom Bensin PI; (5) Kertamukti; (6) Prapanca; (7) Trakindo; (8) Jl Bendi; (9) Tegal Rotan; (10) Pom Bensin Ciputat; (11) Pondok Cabe; (12) Gunung Bunder (kontrol).
Pencemaran debu dari lokasi sekitar dan asap (gas) dari kendaraan semuanya
masuk ke dalam jaringan daun melalui stomata. Pada kondisi kekurangan air stomata
akan tertutup, namun dengan adanya pencemaran stomata tetap terbuka. Begitu juga
pada saat malam hari stomata pun tetap terbuka akibat pengaruh bahan pencemar
tersebut. Oleh karena stomata tetap terbuka, maka akan memberikan peluang yang lebih
besar bagi pencemar lain untuk masuk ke dalam jaringan daun melalui stomata (Yulizal,
1995). Sebagai akibatnya terjadi perubahan jaringan daun. Salah satunya jumlah
-
39
stomata per cm2 menjadi bervariasi dan terjadi abnormalitas jaringan stomata di
sekitarnya.
Jumlah stomata yang dihubungkan dengan berat debu hasil menunjukkan
korelasi bersifat negatif dengan r = - 0,50. Korelasi ini walaupun rendah namun cukup
berhubungan. Nilai negatif didefinisikan jika jumlah stomata tinggi, maka berat debu
rendah sebaliknya bila jumlah stomata rendah, berat debu diperkirakan tinggi (lampiran
3).
Jenis daun ini mempunyai tekstur yang cukup tebal, dengan permukaan daun
yang halus (licin), sehingga diperkirakan akumulasi pencemar seperti debu menjadi
minimum (sedikit yang menempel), tergantung kelembaban di sekitar lokasi. Dan
akumulasi jenis pencemar lain berupa pencemar asap (gas) diperkirakan ikut berperan
menentukan variasi jumlah (kerapatan) stomata. Selain itu, perubahan yang terjadi pada
stomata kemungkinan menunjukkan tingkat pencemaran udara dengan partikulat debu
tinggi dan konsentrasi bahan pencemar juga tinggi.
Hubungan berat debu dengan jumlah stomata daun Glodogan (gambar 4.4)
memiliki perbedaan jumlah stomata dengan tanaman kontrol. Hal ini karena (1) di
sekitar tempat tumbuh daun Glodogan di 11 lokasi perlakuan, tingkat pencemaran oleh
debu dan bahan pencemar lain lebih tinggi di banding kontrol; (2) perbedaan jumlah
stomata kemungkinan tidak hanya disebabkan oleh pencemar debu saja, akan tetapi
kombinasi antara debu dengan pencemar lainnya, seperti SO2, NO2, CO2, dan O3,
dimana penyerapan terhadap kombinasi beberapa pencemar oleh tumbuhan melalui
stomata berakibat kerusakan lebih berat dibanding penyerapan terhadap satu pencemar
saja (Wilmer, 1983 dalam Karmelya 1998).
4.4. Luas dan Struktur Stomata
-
40
Ukuran luas stomata di setiap lokasi berbeda-beda (Gambar 4.5). Masing-
masing lokasi menunjukkan luas yang berbeda-beda ditunjukkan dengan foto stomata
(Tabel 1). Pada beberapa lokasi cenderung mempunyai luas yang sama dengan kontrol.
Namun beberapa lokasi lebih kecil dari kontrol.
0.102
0.208
0.9330.880
0.709
0.870
0.597
0.8070.862
0.6400.732
0.801
0.0000.1000.2000.3000.4000.5000.6000.7000.8000.9001.000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Lokasi
Luas
Sto
mat
a
Gambar 4.5 Ukuran Luas Stomata di 11 Lokasi Penelitian ((1) Lebak Bulus; (2) Puji Film Pondok Indah; (3) Cirendeu; (4) Pom Bensin PI; (5) Kertamukti; (6) Prapanca; (7) Trakindo; (8) Jl Bendi; (9) Tegal Rotan; (10) Pom Bensin Ciputat; (11) Pondok Cabe; (12)Gunung Bunder (kontrol)).
Ukuran stomata terluas terdapat pada lima lokasi yaitu 3 Cirendeu, 4 Pom
Bensin PI, 6 Prapanca, 8 Jl Bendi , dan 9 Tegal Rotan (Gambar 4.5). Berat debu di
permukaan daun pada lokasi ini cukup rendah dibanding lokasi lain (Gambar 4.1).
Begitu juga dengan kerapatan kendaraan. Dapat dikatakan bahwa diantara kumpulan
luas stomata tersebut yang ukurannya paling luas adalah yang pencemaran debunya
rendah. Stomata diperkirakan aktif merespon bahan-bahan pencemar. Sebaliknya
stomata yang sedikit luasnya (mengalami penyusutan/ sel-sel mengalami kollaps),
menunjukkan pada lokasi tersebut banyak terdapat pencemaran.
Foto stomata pada masing-masing lokasi (Tabel 1) dapat dilihat perbedaannya.
Sedangkan ukuran stomata yang mengalami penyusutan atau yang mempunyai ukuran
-
41
luas paling kecil terdapat pada lokasi 1 Terminal Lebak Bulus, 2 Puji Film PI, dan 7
Trakindo. Tanda-tanda adanya pencemaran adalah terjadi penyusutan ukuran stomata
dan jaringan epidermis di sekitar stomata mengalami kerusakan/disintegrasi dan
diperkirakan juga terjadi kerusakan pada kandungan sel. Menurut Mudd, (1975)
perubahan histologis yang paling umum dalam kerusakan daun oleh pencemar udara
adalah plasmolisis, granulasi atau disorganisasi penyusun sel, rusaknya sel atau
disintegrasi dan pigmentasi jaringan.
Pada lokasi 1 Terminal Lebak Bulus diperkirakan di sekitar tempat tumbuh
tanaman Glodogan tingkat pencemaran udaranya lebih tinggi. Bahkan mungkin lebih
tinggi dari pencemaran yang terjadi di lokasi 7 Trakindo. Sel-sel yang bertambah
ukuran panjang dan lebarnya (luas), menurut Zubayr, (1994) diduga disebabkan oleh
reaksi sel untuk menambah cairan dan berguna untuk menetralisir bahan pencemar
udara yang masuk. Sehingga sel lebih besar dari ukuran normalnya. Hal ini juga
menandakan bahwa sel stomata tersebut masih aktif untuk merespon adanya
pencemaran.
Sebagian besar stomata yang diduga pencemarannya tinggi, mengalami
penyusutan stomata (sel-sel mengalami kollaps) dan jaringan epidermisnya mengalami
disintegrasi dan terjadi kerusakan kandungan sel. (Tabel 1), besar kecilnya perubahan
yang terjadi pada ukuran stomata daun menunjukkan tingkat kepekaan sel terhadap
bahan-bahan pencemar yang terjadi (Zubayr, 1994). Menurut Kovacs, (1992)
menyebutkan bahwa tanaman indikator dapat dievaluasi berdasarkan abnormalitas
sitologi (gejala mikroskopis), dalam hal ini menggunakan stomata sebagai bioindikator.
-
42
Tabel 1. Foto Stomata pada Masing-Masing Lokasi
FOTO STOMATA Lokasi
100 X 400 X KETERANGAN
Lebak Bulus
Jaringan epidermis tidak terlihat jelas, warna biru pada foto stomata karena menggunakan film yang berbeda
Fuji Film PI
Jaringan epidermis yang mengelilingi stomata rusak,
Cirendeu
Jaringan epidermis teratur,
Pom Bensin
PI
Kerusakan pada jaringan epidermis di sekitar stomata (disintegrasi sel),
-
43
Kerta mukti
Jaringan sel epidermis tersusun teratur,
Prapanca
Jaringan epidermis di sekitar stomata tersusun teratur,
Trakindo
Jaringanepidermis mengalami kerusakan (disintegrasi sel)
Jl Bendi
Jaringan epidermis di sekitar stomata sedikit mengalami kerusakan, ukuran stomata cukup besar sehingga masih dapat merespon bahan pencemar
-
44
Tegal Rotan
Sebagian jaringan epidermis di sekitar stomata mengalami kerusakan.
Pom Bensin Ciputat
Sebagian jaringan epidermis mengalami kerusakan (Disintegrasi)
Pondok Cabe
Jaringan epidermis yang mengelilingi stomata rusak sel stomata mengalami pengkerutan.
Kontrol Gunung Bunder
Stomata lebih rapat.
-
45
Selain zat-zat pencemar udara yang mempengaruhi kerusakan (abnormalitas)
ukuran stomata, juga berkaitan dengan faktor lingkungan seperti cahaya, suhu, curah
hujan, kelembaban udara dan angin (faktor iklim) (lampiran 6). Hal ini sesuai dengan
pernyataan Black, (1982) dalam Yulizal, (1995) yang mengemukakan bahwa bahaya
keracunan pencemar pada tanaman sangat dipengaruhi oleh konsentrasi, lama
pencemaran atau pemaparan, dan keadaan cuaca. Beberapa faktor cuaca yang
berpengaruh terhadap bahaya pencemaran adalah kelembaban udara, suhu, cahaya, dan
konsentrasi CO2.
Bervariasinya luas stomata dan jumlah stomata pada setiap lokasi lebih
disebabkan adanya perbedaan konsentrasi bahan-bahan pencemar. Digambarkan dengan
kepadatan lalu lintas kendaraan bermotor yang melewati tanaman sampel. Lokasi
kontrol 12 yaitu Gunung Bunder mempunyai kepadatan lalu lintas yang rendah.
Diperkirakan mempunyai tingkat pencemaran udara yang rendah pula. Sedangkan di 11
lokasi perlakuan, mempunyai arus lalu lintas cukup padat diperkirakan konsentrasi
bahan-bahan pencemar udara yang berasal dari kendaraan bermotor cukup tinggi,
sehingga tingkat pencemaran udaranya juga tinggi.
Bahan-bahan pencemar udara dari kendaraan bermotor seperti SO2, NO2, CO2,
O3, hidrokarbon, dan partikel baik secara fisik, kimia dan fisiologi diduga dapat
menimbulkan pengaruh yang merugikan terhadap fungsi-fungsi pertumbuhan tanaman.
Disamping itu, interaksi antara bahan-bahan pencemar dengan lingkungan tempat
tumbuh juga mempengaruhi ketahanan tanaman sehingga dapat menyebabkan
kerusakan yang lebih parah.
-
46
Untuk menghasilkan data indikator yang lebih baik, tanaman yang sangat
sensitif terhadap pencemaran merupakan pilihan yang terbaik, karena dapat
menunjukkan efek pada konsentrasi bahan pencemar yang sangat rendah.
-
47