Proses Pemurnian Minyak Atsiri
-
Upload
fauzan-naseer -
Category
Documents
-
view
1.626 -
download
4
Transcript of Proses Pemurnian Minyak Atsiri
Makalah
PROSES PEMURNIAN PADA MINYAK ATSIRI
Oleh
Nama FAUZAN
Nim 0605105010009
Jurusan Teknologi Hasil Pertanian
Mata kuliah Teknologi Pengolahan Minyak Atsiri
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM - BANDA ACEH
2009
PROSES PEMURNIAN MINYAK ATSIRI
ABSTRAK
Minyak atsiri merupakan minyak yang mudah menguap dan banyak
digunakandalam industri sebagai pemberi aroma dan rasa Nilai jual dari minyak
atsiri sangat ditentukan oleh kualitas minyak dan kadar komponen utamanya
Minyak atsiri di Indonesia sebagian besar masih diusahakan oleh masyarakat
awam sehingga minyak yang dihasilkan tidak memenuhi persyaratan mutu yang
ditetapkan Kualitas atau mutu minyak atsiri ditentukan oleh karakteristik alamiah
dari masing-masing minyak tersebut dan bahan-bahan asing yang tercampur di
dalamnya Adanya bahan-bahan asing tersebut dengan sendirinya akan merusak
mutu minyak atsiri yang bersangkutan Bila tidak memenuhi persyaratan mutu
maka nilai jual minyak tersebut akan jauh lebih murah
Untuk meningkatkan kualitas minyak dan nilai jualnya bisa dilakukan
dengan beberapa proses pemurnian baik secara fisika ataupun kimia Dari
beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pemurnian bisa
meningkatkan kualitas minyak tersebutterutama dalam hal warna sifat
fisikokimia dan kadar komponen utamanya Proses pemurnian yang akan dibahas
adalah untuk pemurnian minyak nilam akar wangikenanga dan daun cengkeh
Dari proses pemurnian bisa dihasilkan minyak yang lebihcerah dan karakteriknya
memenuhi persyaratan mutu standar
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor minyak atsiri seperti
minyak nilam sereh wangi yang dikenal sebagai Java cittronellal oil akar wangi
pala kenanga daun cengkeh dan cendana Beberapa daerah produksi minyak
atsiri adalah daerah Jawa Barat (sereh wangi akar wangi daun cengkeh pala)
Jawa Timur (kenanga daun cengkeh) Jawa Tengah (daun cengkeh nilam)
Bengkulu (nilam) Aceh (nilam pala)Nias Tapanuli dan Sumatera Barat
(Manurung 2003)Teknik penyulingan minyak atsiri yang selama ini diusahakan
para petani masihdilakukan secara sederhana dan belum menggunakan teknik
penyulingan secara baik danbenar Selain itu penanganan hasil setelah produksi
belum dilakukan secara maksimalseperti pemisahan minyak setelah penyulingan
wadah yang digunakan penyimpanan yang tidak benar maka akan terjadi proses-
proses yang tidak diinginkan yaitu oksidasi hidrolisa ataupun polimerisasi
Biasanya minyak yang dihasilkan akan terlihat lebih gelap dan berwarna
kehitaman atau sedikit kehijauan akibat kontaminasi dari logam Fe dan Cu Hal
ini akan berpengaruh terhadap sifat fisika kimia minyak Untuk itu proses
penyulingan minyak yang baik dan benar perlu diketahui secara lebih rinci
sehingga minyak yang dihasilkan dapat memenuhi persyaratan mutu yang ada
Kualitas atau mutu minyak atsiri ditentukan oleh karakteristik alamiah dari
masing-masing minyak tersebut dan bahan-bahan asing yang tercampur di
dalamnya adanya bahan-bahan asing akan merusak mutu minyak atsiri
Komponen standar mutu minyak atsiri ditentukan oleh kualitas dari
minyak itu sendiri dan kemurniannya Kemurnian minyak bisa diperiksa dengan
penetapan kelarutan uji lemak dan mineral Selain itu faktor yang menentukan
mutu adalah sifat-sifat fisika-kimia minyak seperti bilangan asam bilangan ester
dan komponen utama minyak dan membandingkannya dengan standar mutu
perdagangan yang ada Bila nilainya tidak memenuhi berarti minyak telah
terkontaminasi adanya pemalsuan atau minyak atsiri tersebut dikatakan bermutu
rendah Faktor lain yang berperan dalam mutu minyak atsiri adalah jenis tanaman
umur panen perlakuan bahan sebelum penyulingan jenis peralatan yang
digunakan dan kondisi prosesnya perlakuan minyak setelah penyulingan
kemasan dan penyimpanan
Pemurnian merupakan suatu proses untuk meningkatkan kualitas suatu bahan agar
mempunyai nilai jual yang lebih tinggi Beberapa metode pemurnian yang dikenal
adalah secara kimia ataupun fisika Pemurnian secara fisika memerlukan peralatan
penunjang yang cukup spesifik akan tetapi minyak yang dihasilkan lebih baik
karena warnanya lebih jernih dan komponen utamanya menjadi lebih tinggi
Untuk metode pemurnian kimiawi bisa dilakukan dengan menggunakan peralatan
yang sederhana dan hanya memerlukan pencampuran dengan adsorben atau
senyawa pengomplek tertentu
TEKNOLOGI PEMURNIAN
Proses pemurnian bisa dilakukan dengan menggunakan beberapa metode
yaitu secara fisika dan kimia Hal ini terkait dengan sifat minyak atsiri yang terdiri
dari 3 berbagai komponen kimia dan secara alami terbentuk pada tanaman sesuai
dengan tipe komponen yang berbeda dari setiap tanaman (Davis et al2006)
Proses pemurnian secara fisika bisa dilakukan dengan mendistilasi ulang
minyak atsiri yang dihasilkan (redestillation) dan distilasi fraksinasi dengan
pengurangan tekanan Untuk proses secara kimia dengan 1) adsorpsi
menggunakan adsorben tertentu seperti bentonit arang aktif zeolit 2)
menghilangkan senyawa terpen (terpeneless) untuk meningkatkan efek flavoring
sifat kelarutan dalam alkohol encer kestabilan dan daya simpan dari minyak dan
3 ) larutan senyawa pembentuk kompleks seperti asam sitrat asam tartarat
(Sait dan Satyaputra 1995 )
Dalam proses secara fisika yaitu metode redestilasi adalah menyuling
ulang minyak atsiri dengan menambahkan air pada perbandingan minyak dan air
sekitar 15 dalam labu destilasi kemudian campuran didestilasi Minyak yang
dihasilkan akan terlihat lebih jernih Hasil penyulingan ulang terhadap minyak
nilam dengan metode redestilasi ternyata dapat meningkatkan nilai transmisi
(kejernihan) dari 4 menjadi 834 dan menurunkan kadar Fe dari 5092 ppm
menjadi 1960 ppm (Purnawati 2000)
Untuk distilasi fraksinasi akan jauh lebih baik karena komponen kimia
dipisahkan berdasarkan perbedaan titik didihnya (Sulaswaty dan Wuryaningsih
2001) Komponen kimia yang terpisah sesuai dengan golongannya Adsorpsi
adalah proses difusi suatu komponen pada suatu permukaan atau antar partikel
Dalam adsorpsi terjadi proses pengikatan oleh permukaan adsorben padatan atau
cairan terhadap adsorbat atom-atom ion-ion atau molekul-molekul lainnya
(Anon2000)
Untuk proses tersebut bisa digunakan adsorben baik yang bersifat polar
(silika alumina dan tanah diatomae) ataupun non polar (arang aktif) (Putra 1998)
Secara umum proses pemurnian secara kimia sesuai dengan diagram alir
Gambar1
Minyak + adsorbendArrPengadukan dengan pemanasan selama 15 menitdArr
PenyaringandArrMinyak
Gambar 1 Diagram alir pemurnian dengan adsorben
Pengkelatan adalah pengikatan logam dengan cara menambahkan senyawa
pengkelat dan membentuk kompleks logam senyawa pengkelat
(Ekholm et al 2003)
Proses pengkelatan dilakukan dengan cara yang sama dengan adsorpsi
hanya dengan mengganti adsorben dengan senyawa pengkelat Senyawa
pengkhelat yang cukup dikenal dalam proses pemurnian minyak atsiri antara lain
asam sitrat asam malat asam tartarat dan EDTA (Karmelita 1997 Marwati et al
2005 Moestafa et al 1990)
Proses pengikatan logam merupakan proses keseimbangan pembentukan
kompleks logam dengan senyawa pengkelat Berarti proses pengkelatan
dipengaruhi oleh konsentrasi senyawa yang ada Secara umum keseimbangan
reaksinya dapat ditulis sebagai berikut
Metode penghilangan senyawa terpen atau terpenless biasa dilakukan
terhadap minyak atsiri yang akan digunakan dalam pembuatan parfum karena
minyak yang dihasilkan akan memberikan aroma yang lebih baik (Hernani et al
2002 Sait dan Satyaputra 1995) Ada dua cara penghilangan terpen yaitu dengan
adsorpsi menggunakan kolom alumina menggunakan eluen tertentua dan ekstraksi
menggunakan alkohol encer
HASIL-HASIL PENELITIAN PEMURNIAN MINYAK
A MINYAK AKAR WANGI
Minyak akar wangi (Vetiveria zizanoides) termasuk dalam famili Graminae
biasanya tumbuh didaerah tropis seperti India Tahiti Haiti dan Indonesia
(khususnya Jawa) (Anon 2006) Tanaman ini selain mengandung minyak atsiri
juga bias dimanfaatkan untuk mencegah erosi vegetasi konservasi karena bentuk
akarnya yang kuat (Emmyzar et al 2000) Minyak akar wangi banyak digunakan
dalam industry parfum bahan kosmetik obat-obatan antiseptik afrodisiak
sedativ tonik dan bias dimanfaatkan sebagai biopestisida (Anon 2006 Kamal
and Ashok 2006 Emmyzar et al 2000) Komponen utama dari minyak akar
wangi adalah senyawa golongan 5 seskuiterpen (3-4 ) seskuiterpenol (18-25 )
dan seskuiterpenon seperti asam benzoat vetiverol vetiverol furfurol α dan β
vetivone vetivene dan vetivenil vetivenat (Anon 2006 Kamal and Ashok 2006
Emmyzar et al 2000) Pemurnian terhadap minyak akar wangi yang bermutu
rendah (berwarna kehitaman) dengan menggunakan bentonit 2 akan
meningkatkan mutu minyak dalam hal peningkatan kejernihan dari 46 menjadi
88 berarti terjadi perubahan warna minyak dari coklat gelap menjadi kuning
kecoklatan (Tabel 1)
B MINYAK NILAM
Nilam (Pogostemon cablin BENTH) salah satu dari famili Labiatae
merupakan minyak atsiri yang cukup penting Indonesia merupakan salah satu
produsen minyak nilam terbesar di dunia dengan kontribusinya sekitar 90
Negara tujuan ekspor minyak nilam antara lain Jepang Singapura Amerika dan
Perancis Kegunaan utama minyak nilam biasanya dalam industri parfum sebagai
zat pengikatfiksatif industri sabun dan kosmetik Minyak nilam terdiri dari
campuran senyawa terpen yang bercampur dengan alkohol aldehid dan ester-ester
yang memberikan aroma yang khas dan spesifik Senyawa-senyawa tersebut
antara lain sinamaldehid benzaldehid patchoulen patchouli alkohol dan eugenol
benzoat Patchouli alkohol merupakan komponen utama minyak nilam Minyak
yang banyak mengandung senyawa terpen akan menurunkan nilai 6 kelarutannya
(Hernani dan Risfaheri 1989)
Senyawa terpen dalam minyak akan mudah mengalami proses polimerisasi
oksidasi ataupun hidrolisa karena adanya cahaya dan air Untuk pemurnian
minyak nilam bisa dilakukan dengan menggunakan senyawa pengkhelat dan
penghilangan senyawa terpen (terpeneless) Pemurnian minyak menggunakan Na-
EDTA (di Natrium Ethylene Diamine Tetra acetic acid) 005 M dengan
perbandingan 1 1 dan pengadukan selama 5 menit akan menghilangkan
kandungan Fe (besi) sekitar 95 (Tabel 2) (Mostafa et al 1990) Dari tabel
tersebut dapat diketahui bahwa dengan penurunan kadar logam terjadi perubahan
warna minyak yang sangat signifikan yaitu dari coklat tua menjadi kuning jernih
Dari hasil penelitian terpeneless menggunakan alkohol encer terhadap minyak
nilam ternyata dapat meningkatkan kadar patchouli alkohol dari 3169 menjadi
5529 (Hernani et al 2002)
Pada minyak nilam dapat dilakukan pemurnian secara redestilasi hasil
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai transmisi dari 4 menjadi 834
Peningkatan transmisi tersebut seiring dengan penurunan kadar logam Fe dalam
minyak yaitu dari 5092 ppm menjadi 1960 ppm (Purnawati 2000)
C MINYAK KENANGA
Minyak kenanga adalah minyak yang diperoleh dari penyulingan bunga
kenanga (Canangium odoratum Baill) Minyak kenanga banyak digunakan dalam
industri flavor parfum kosmetika dan farmasi Komponen utama minyak
kenanga dari konsentrasi yang paling besar berturut-turut adalah adalah β-
kariofilen α-terpineol benzil asetat dan benzil alkohol (Sastrohamidjojo 2002)
Masalah yang timbul dalam penyulingan 7 minyak kenanga pada industri kecil
adalah warna minyak yang hitam kecoklatan dan kotor Kondisi tersebut
disebabkan terjadinya reaksi antara senyawa dalam minyak dengan ion logam
yang berasal dari ketel suling (Brahmana 1991) dan adanya proses polimerisasi
oksidasi dan hidrolisis Salah satu upaya untuk memecahkan masalah minyak
kenanga yang berwarna hitam kecoklatan dan kotor adalah dengan proses
pemurnian Pemurnian minyak menggunakan bentonit 3 akan menghasilkan
minyak dengan kejernihan dan warna yang lebih baik dari pada menggunakan
arang aktif asam sitrat dan asam tartarat (Mulyono dan Marwati 2005)
Sifat fisikokimia minyak kenanga sebelum dan sesudah pemurnian tersaji
pada Tabel 3 Dari Tabel 3 terlihat bahwa setelah pemurnian kejernihan minyak
meningkat warna minyak berubah dari coklat menjadi kuning kadar logam
(MgFe Mn Zn Pb) menurun akan tetapi komponen utama dalam minyak (β-
kariofilen α-terpineol) tidak berubah Secara umum minyak telah memenuhi
standar mutu SNI
D MINYAK DAUN CENGKEH
Minyak daun cengkeh adalah minyak atsiri yang diperoleh dari
penyulingan daun dan ranting tanaman cengkeh Minyak daun cengkeh hasil
penyulingan rakyat seringkali berwarna hitam kecoklatan dan kotor sehingga
untuk meningkatkan nilai jual dari minyak tersebut perlu dilakukan pemurnian
Dari beberapa hasil pemurnian menunjukkan bahwa minyak dapat dimurnikan
dengan metoda adsorpsi dan pengkelatan Komponen minyak daun cengkeh dapat
dibagi menjadi dua kelompok Kelompok pertama adalah senyawa fenolat dengan
eugenol sebagai komponen terbesar Kelompok kedua adalah senyawa non fenolat
yaitu β-kariofeilen α-kubeben α-kopaen humulen δ- kadien dan kadina 135
trien dengan β-kariofeilen sebagai komponen terbesar Eugenol mempunyai
flavor yang kuat dengan rasa yang sangat pedas dan panas (Sastrohamidjojo
2002)
Pada proses pemurnian minyak daun cengkeh dengan bentonit 1 sampai
10 diketahui bahwa dengan peningkatan konsentrasi bentonit terjadi
peningkatan kejernihan kecerahan dan warna minyak Peningkatan kejernihan
terjadi karena bentonit sifatnya mudah menyerap air dan logam sehingga dengan
berkurangnya air dan logam yang terikat dalam minyak menyebabkan minyak
menjadi jernih Pemurnian secara pengkelatan dengan asam sitrat 06 juga
menunjukkan hasil yang sama yaitu peningkatan kejernihan dan kualitas minyak
(Marwati et al 2005)
Kualitas minyak daun cengkeh sebelum dan setelah pemurnian terlihat pada
Tabel 4
Tabel 4 Sifat fisikokimia minyak daun cengkeh sebelum dan setelah pemurnian
dan standar mutu minyak menurut SNI
Sumber Marwati et al (2005)
Dari Tabel 4 terlihat bahwa dengan proses pemurnian baik dengan bentonit
maupun asam sitrat terjadi peningkatan mutu minyak Pemakaian bentonit
dengan
konsentrasi 7 sampai 10 menghasilkan minyak dengan sifat fisik yang tidak
berbeda jauh tetapi sangat berpengaruh terhadap peningkatan kadar eugenol
Konsentrasi terbaik untuk pengkelatan minyak daun cengkeh dengan asam tartarat
adalah 4 Akan tetapi dengan bantuan pemanasan (60degC) selama 30 menit
akan menghasilkan minyak yang jauh lebih jernih hal ini terlihat dari peningkatan
nilai transmisi (347- 585 ) (Karmelita 1991) Pemurnian minyak daun cengkeh
dengan asam tartarat 4 berpengaruh sekali terhadap peningkatan kejernihan
(dari 11 menjadi 757) perubahan warna minyak dari gelap menjadi coklat
muda dan peningkatan kadar eugenol dari 76996 ppm menjadi 79038 ppm
sedangkan karakteristik lain tidak berubah secara signifikan
STANDAR MUTU
Persyaratan standar mutu minyak atsiri menggunakan batasan atau
kriteria-kriteria tertentu Biasanya dalam karakteristik mutu dicantumkan sifat
khas minyak atsiri sesuai dengan bahan asalnya atau karakteristik ilmiah dari
masing-masing minyak tersebut Dari sifat fisika kita akan mengetahui
keasliannya sedangkan sifat kimia meliputi komponen kimia pendukung minyak
secara umum bisa diketahui terutama komponen utamanya Adanya bahan-bahan
asing yang tercampur dengan sendirinya akan merusak mutu minyak tersebut
Oleh karena itu cara-cara sederhana tetapi teliti sangat diperlukan untuk
mendeteksi adanya bahan-bahan asing baik secara kualitatif ataupun kuantitatif
Bahkan persyaratan tertentu seperti komponen utama minyak atsiri perlu
dicantumkan dalam upaya menghindari pemalsuan (Pardede 2003) Contoh
standar yang digunakan dalam perdagangan minyak nilam (Tabel 5)
Tabel 5 Standar Nasional Indonesia dan Essential Oil Association untuk minyak nilam
DAFTAR PUSTAKA
Anon 2000 Adsorption Microsoft Corporation httpencartamsncomfindconsiceaspti=01AFA000Anon 2006
Vetiver essential information fileCDOCUME~1PascaLOCALS~1TempJ7SHE9R8htm
Brahmana HR 1991 Pengaruh penambahan minyak kruing dan besi oksida terhadap mutu minyak nilam (Patchouli oil) Komunikasi Penelitian 3 (4) 330-341
Davis E J Hassler P Ho A Hover and W Kruger 2006 Essential oilHttpwsuedu~gmhyde433_web_pages433oil-webpagesessenceessence-oils
Ekholm P L Virkki M Ylinen and L Johanson 2003 The effect of phytic acid and some natural chelating agents on solubility of mineral elements in oat bran Food Chem 80 165-170
Emmyzar S Roechan AM Kurniawansyah dan Pulung 2000 Produktivitas dan kadar minyak tanaman akar wangi (Vetiveria zizanioides Stapt) di tanah tercemar logam berat cadmium Jurnal ilmiah Pertanian GakuryokuVI (2) 129-179
Hernani dan Risfaheri 1989 Pengaruh perlakuan bahan sebelum penyulingan terhadap rendemen dan karakteristik minyak nilam Pemberitaan Littri XV (2) 84- 87
Hernani Munazah dan Marsquomun 2002 Peningkatan kadar patchouli alcohol dalam minyak nilam (Pogostemon cablin Benth) melalui proses deterpenisasi Prosiding Simposium Nasional II Tumbuhan Obat dan Aromatik Kerjasama Kehati LIPI Apinmap Unesco Jica Bogor 225-228
Kamal C and R Ashok 2006 Modified vetiver oil economic biopesticidehttpwwwarsusdagovresearchpublicationspublicationshtmSE_Q NO_ 115=170715
Karmelita L 1991 Mempelajari cara pemucatan minyak daun cengkeh (Syzigium aromaticum L) dengan asam tartarat Skripsi S1 Fateta IPB-Bogor
Manurung TB 2003 Usaha pengolahan dan perdagangan minyak atsiri Indonesia dan permasalahannya dalam menghadapi era perdagangan global Sosialisasi Temu Usaha Peningkatan Mutu Bahan Olah Industri Minyak AtsiriDirjend Industri Kimia Agro dan Hasil Hutan Jakarta
Marwati T MS Rusli E Noor dan E Mulyono 2005 Peningkatan mutu minyak daun cengkeh melalui proses pemurnian Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian 2 (2)93-100
Mulyono E dan T Marwati 2005 Kajian proses pemurnian minyak kenanga Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian 1(1) 31-37
Moestafa A E Suprijatna dan Gumilar 1990 Pengaruh kepekatan larutan garam EDTA (Disodium Ethylene Diamine Tetra Acetic Acid) dan lama pengadukannya terhadap pengikatan ion besi dalam minyak nilam Warta IHP 7 (1) 23-26
Pardede JJ 2003Peningkatan mutu minyak atsiri dan pengembangan produk turunannya Sosialisasitemu usaha peningkatan mutu bahan olah industry minyak atsiri Deperindag Jakarta 20 hal
Purnawati R 2000 Pemucatan minyak nilam dengan cara redestilasi dan cara kimia Skripsi Fateta IPB Bogor
Putra RSA 1998 Desain alat pemucat minyak akar wangi skala industri kecilSkripsi Fateta IPB47 hal
Rohayati N 1997 Penggunaan bentonit arang aktif dan asam sitrat untuk meningkatkan mutu minyak akar wangi Skripsi Fateta IPB 50 hal
Sait S dan I Satyaputra 1995 Pengaruh proses deterpenasi terhadap mutu obat minyak biji pala Warta IHP 12 (1-2) 41-43
Sastrohamidjojo H 2002 Kimia Minyak Atsiri FMIPA UGM Yogyakarta
Sulaswaty A dan Wuryaningsih 2001 Teknologi ekstraksi dan pemurnian minyak atsiri sebagai bahan baku flavor amp fragrance Prosiding Simposium Rempah IndonesiaKerjasama MaRI dan Puslitbangbun Jakarta 99-106
PROSES PEMURNIAN MINYAK ATSIRI
ABSTRAK
Minyak atsiri merupakan minyak yang mudah menguap dan banyak
digunakandalam industri sebagai pemberi aroma dan rasa Nilai jual dari minyak
atsiri sangat ditentukan oleh kualitas minyak dan kadar komponen utamanya
Minyak atsiri di Indonesia sebagian besar masih diusahakan oleh masyarakat
awam sehingga minyak yang dihasilkan tidak memenuhi persyaratan mutu yang
ditetapkan Kualitas atau mutu minyak atsiri ditentukan oleh karakteristik alamiah
dari masing-masing minyak tersebut dan bahan-bahan asing yang tercampur di
dalamnya Adanya bahan-bahan asing tersebut dengan sendirinya akan merusak
mutu minyak atsiri yang bersangkutan Bila tidak memenuhi persyaratan mutu
maka nilai jual minyak tersebut akan jauh lebih murah
Untuk meningkatkan kualitas minyak dan nilai jualnya bisa dilakukan
dengan beberapa proses pemurnian baik secara fisika ataupun kimia Dari
beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pemurnian bisa
meningkatkan kualitas minyak tersebutterutama dalam hal warna sifat
fisikokimia dan kadar komponen utamanya Proses pemurnian yang akan dibahas
adalah untuk pemurnian minyak nilam akar wangikenanga dan daun cengkeh
Dari proses pemurnian bisa dihasilkan minyak yang lebihcerah dan karakteriknya
memenuhi persyaratan mutu standar
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor minyak atsiri seperti
minyak nilam sereh wangi yang dikenal sebagai Java cittronellal oil akar wangi
pala kenanga daun cengkeh dan cendana Beberapa daerah produksi minyak
atsiri adalah daerah Jawa Barat (sereh wangi akar wangi daun cengkeh pala)
Jawa Timur (kenanga daun cengkeh) Jawa Tengah (daun cengkeh nilam)
Bengkulu (nilam) Aceh (nilam pala)Nias Tapanuli dan Sumatera Barat
(Manurung 2003)Teknik penyulingan minyak atsiri yang selama ini diusahakan
para petani masihdilakukan secara sederhana dan belum menggunakan teknik
penyulingan secara baik danbenar Selain itu penanganan hasil setelah produksi
belum dilakukan secara maksimalseperti pemisahan minyak setelah penyulingan
wadah yang digunakan penyimpanan yang tidak benar maka akan terjadi proses-
proses yang tidak diinginkan yaitu oksidasi hidrolisa ataupun polimerisasi
Biasanya minyak yang dihasilkan akan terlihat lebih gelap dan berwarna
kehitaman atau sedikit kehijauan akibat kontaminasi dari logam Fe dan Cu Hal
ini akan berpengaruh terhadap sifat fisika kimia minyak Untuk itu proses
penyulingan minyak yang baik dan benar perlu diketahui secara lebih rinci
sehingga minyak yang dihasilkan dapat memenuhi persyaratan mutu yang ada
Kualitas atau mutu minyak atsiri ditentukan oleh karakteristik alamiah dari
masing-masing minyak tersebut dan bahan-bahan asing yang tercampur di
dalamnya adanya bahan-bahan asing akan merusak mutu minyak atsiri
Komponen standar mutu minyak atsiri ditentukan oleh kualitas dari
minyak itu sendiri dan kemurniannya Kemurnian minyak bisa diperiksa dengan
penetapan kelarutan uji lemak dan mineral Selain itu faktor yang menentukan
mutu adalah sifat-sifat fisika-kimia minyak seperti bilangan asam bilangan ester
dan komponen utama minyak dan membandingkannya dengan standar mutu
perdagangan yang ada Bila nilainya tidak memenuhi berarti minyak telah
terkontaminasi adanya pemalsuan atau minyak atsiri tersebut dikatakan bermutu
rendah Faktor lain yang berperan dalam mutu minyak atsiri adalah jenis tanaman
umur panen perlakuan bahan sebelum penyulingan jenis peralatan yang
digunakan dan kondisi prosesnya perlakuan minyak setelah penyulingan
kemasan dan penyimpanan
Pemurnian merupakan suatu proses untuk meningkatkan kualitas suatu bahan agar
mempunyai nilai jual yang lebih tinggi Beberapa metode pemurnian yang dikenal
adalah secara kimia ataupun fisika Pemurnian secara fisika memerlukan peralatan
penunjang yang cukup spesifik akan tetapi minyak yang dihasilkan lebih baik
karena warnanya lebih jernih dan komponen utamanya menjadi lebih tinggi
Untuk metode pemurnian kimiawi bisa dilakukan dengan menggunakan peralatan
yang sederhana dan hanya memerlukan pencampuran dengan adsorben atau
senyawa pengomplek tertentu
TEKNOLOGI PEMURNIAN
Proses pemurnian bisa dilakukan dengan menggunakan beberapa metode
yaitu secara fisika dan kimia Hal ini terkait dengan sifat minyak atsiri yang terdiri
dari 3 berbagai komponen kimia dan secara alami terbentuk pada tanaman sesuai
dengan tipe komponen yang berbeda dari setiap tanaman (Davis et al2006)
Proses pemurnian secara fisika bisa dilakukan dengan mendistilasi ulang
minyak atsiri yang dihasilkan (redestillation) dan distilasi fraksinasi dengan
pengurangan tekanan Untuk proses secara kimia dengan 1) adsorpsi
menggunakan adsorben tertentu seperti bentonit arang aktif zeolit 2)
menghilangkan senyawa terpen (terpeneless) untuk meningkatkan efek flavoring
sifat kelarutan dalam alkohol encer kestabilan dan daya simpan dari minyak dan
3 ) larutan senyawa pembentuk kompleks seperti asam sitrat asam tartarat
(Sait dan Satyaputra 1995 )
Dalam proses secara fisika yaitu metode redestilasi adalah menyuling
ulang minyak atsiri dengan menambahkan air pada perbandingan minyak dan air
sekitar 15 dalam labu destilasi kemudian campuran didestilasi Minyak yang
dihasilkan akan terlihat lebih jernih Hasil penyulingan ulang terhadap minyak
nilam dengan metode redestilasi ternyata dapat meningkatkan nilai transmisi
(kejernihan) dari 4 menjadi 834 dan menurunkan kadar Fe dari 5092 ppm
menjadi 1960 ppm (Purnawati 2000)
Untuk distilasi fraksinasi akan jauh lebih baik karena komponen kimia
dipisahkan berdasarkan perbedaan titik didihnya (Sulaswaty dan Wuryaningsih
2001) Komponen kimia yang terpisah sesuai dengan golongannya Adsorpsi
adalah proses difusi suatu komponen pada suatu permukaan atau antar partikel
Dalam adsorpsi terjadi proses pengikatan oleh permukaan adsorben padatan atau
cairan terhadap adsorbat atom-atom ion-ion atau molekul-molekul lainnya
(Anon2000)
Untuk proses tersebut bisa digunakan adsorben baik yang bersifat polar
(silika alumina dan tanah diatomae) ataupun non polar (arang aktif) (Putra 1998)
Secara umum proses pemurnian secara kimia sesuai dengan diagram alir
Gambar1
Minyak + adsorbendArrPengadukan dengan pemanasan selama 15 menitdArr
PenyaringandArrMinyak
Gambar 1 Diagram alir pemurnian dengan adsorben
Pengkelatan adalah pengikatan logam dengan cara menambahkan senyawa
pengkelat dan membentuk kompleks logam senyawa pengkelat
(Ekholm et al 2003)
Proses pengkelatan dilakukan dengan cara yang sama dengan adsorpsi
hanya dengan mengganti adsorben dengan senyawa pengkelat Senyawa
pengkhelat yang cukup dikenal dalam proses pemurnian minyak atsiri antara lain
asam sitrat asam malat asam tartarat dan EDTA (Karmelita 1997 Marwati et al
2005 Moestafa et al 1990)
Proses pengikatan logam merupakan proses keseimbangan pembentukan
kompleks logam dengan senyawa pengkelat Berarti proses pengkelatan
dipengaruhi oleh konsentrasi senyawa yang ada Secara umum keseimbangan
reaksinya dapat ditulis sebagai berikut
Metode penghilangan senyawa terpen atau terpenless biasa dilakukan
terhadap minyak atsiri yang akan digunakan dalam pembuatan parfum karena
minyak yang dihasilkan akan memberikan aroma yang lebih baik (Hernani et al
2002 Sait dan Satyaputra 1995) Ada dua cara penghilangan terpen yaitu dengan
adsorpsi menggunakan kolom alumina menggunakan eluen tertentua dan ekstraksi
menggunakan alkohol encer
HASIL-HASIL PENELITIAN PEMURNIAN MINYAK
A MINYAK AKAR WANGI
Minyak akar wangi (Vetiveria zizanoides) termasuk dalam famili Graminae
biasanya tumbuh didaerah tropis seperti India Tahiti Haiti dan Indonesia
(khususnya Jawa) (Anon 2006) Tanaman ini selain mengandung minyak atsiri
juga bias dimanfaatkan untuk mencegah erosi vegetasi konservasi karena bentuk
akarnya yang kuat (Emmyzar et al 2000) Minyak akar wangi banyak digunakan
dalam industry parfum bahan kosmetik obat-obatan antiseptik afrodisiak
sedativ tonik dan bias dimanfaatkan sebagai biopestisida (Anon 2006 Kamal
and Ashok 2006 Emmyzar et al 2000) Komponen utama dari minyak akar
wangi adalah senyawa golongan 5 seskuiterpen (3-4 ) seskuiterpenol (18-25 )
dan seskuiterpenon seperti asam benzoat vetiverol vetiverol furfurol α dan β
vetivone vetivene dan vetivenil vetivenat (Anon 2006 Kamal and Ashok 2006
Emmyzar et al 2000) Pemurnian terhadap minyak akar wangi yang bermutu
rendah (berwarna kehitaman) dengan menggunakan bentonit 2 akan
meningkatkan mutu minyak dalam hal peningkatan kejernihan dari 46 menjadi
88 berarti terjadi perubahan warna minyak dari coklat gelap menjadi kuning
kecoklatan (Tabel 1)
B MINYAK NILAM
Nilam (Pogostemon cablin BENTH) salah satu dari famili Labiatae
merupakan minyak atsiri yang cukup penting Indonesia merupakan salah satu
produsen minyak nilam terbesar di dunia dengan kontribusinya sekitar 90
Negara tujuan ekspor minyak nilam antara lain Jepang Singapura Amerika dan
Perancis Kegunaan utama minyak nilam biasanya dalam industri parfum sebagai
zat pengikatfiksatif industri sabun dan kosmetik Minyak nilam terdiri dari
campuran senyawa terpen yang bercampur dengan alkohol aldehid dan ester-ester
yang memberikan aroma yang khas dan spesifik Senyawa-senyawa tersebut
antara lain sinamaldehid benzaldehid patchoulen patchouli alkohol dan eugenol
benzoat Patchouli alkohol merupakan komponen utama minyak nilam Minyak
yang banyak mengandung senyawa terpen akan menurunkan nilai 6 kelarutannya
(Hernani dan Risfaheri 1989)
Senyawa terpen dalam minyak akan mudah mengalami proses polimerisasi
oksidasi ataupun hidrolisa karena adanya cahaya dan air Untuk pemurnian
minyak nilam bisa dilakukan dengan menggunakan senyawa pengkhelat dan
penghilangan senyawa terpen (terpeneless) Pemurnian minyak menggunakan Na-
EDTA (di Natrium Ethylene Diamine Tetra acetic acid) 005 M dengan
perbandingan 1 1 dan pengadukan selama 5 menit akan menghilangkan
kandungan Fe (besi) sekitar 95 (Tabel 2) (Mostafa et al 1990) Dari tabel
tersebut dapat diketahui bahwa dengan penurunan kadar logam terjadi perubahan
warna minyak yang sangat signifikan yaitu dari coklat tua menjadi kuning jernih
Dari hasil penelitian terpeneless menggunakan alkohol encer terhadap minyak
nilam ternyata dapat meningkatkan kadar patchouli alkohol dari 3169 menjadi
5529 (Hernani et al 2002)
Pada minyak nilam dapat dilakukan pemurnian secara redestilasi hasil
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai transmisi dari 4 menjadi 834
Peningkatan transmisi tersebut seiring dengan penurunan kadar logam Fe dalam
minyak yaitu dari 5092 ppm menjadi 1960 ppm (Purnawati 2000)
C MINYAK KENANGA
Minyak kenanga adalah minyak yang diperoleh dari penyulingan bunga
kenanga (Canangium odoratum Baill) Minyak kenanga banyak digunakan dalam
industri flavor parfum kosmetika dan farmasi Komponen utama minyak
kenanga dari konsentrasi yang paling besar berturut-turut adalah adalah β-
kariofilen α-terpineol benzil asetat dan benzil alkohol (Sastrohamidjojo 2002)
Masalah yang timbul dalam penyulingan 7 minyak kenanga pada industri kecil
adalah warna minyak yang hitam kecoklatan dan kotor Kondisi tersebut
disebabkan terjadinya reaksi antara senyawa dalam minyak dengan ion logam
yang berasal dari ketel suling (Brahmana 1991) dan adanya proses polimerisasi
oksidasi dan hidrolisis Salah satu upaya untuk memecahkan masalah minyak
kenanga yang berwarna hitam kecoklatan dan kotor adalah dengan proses
pemurnian Pemurnian minyak menggunakan bentonit 3 akan menghasilkan
minyak dengan kejernihan dan warna yang lebih baik dari pada menggunakan
arang aktif asam sitrat dan asam tartarat (Mulyono dan Marwati 2005)
Sifat fisikokimia minyak kenanga sebelum dan sesudah pemurnian tersaji
pada Tabel 3 Dari Tabel 3 terlihat bahwa setelah pemurnian kejernihan minyak
meningkat warna minyak berubah dari coklat menjadi kuning kadar logam
(MgFe Mn Zn Pb) menurun akan tetapi komponen utama dalam minyak (β-
kariofilen α-terpineol) tidak berubah Secara umum minyak telah memenuhi
standar mutu SNI
D MINYAK DAUN CENGKEH
Minyak daun cengkeh adalah minyak atsiri yang diperoleh dari
penyulingan daun dan ranting tanaman cengkeh Minyak daun cengkeh hasil
penyulingan rakyat seringkali berwarna hitam kecoklatan dan kotor sehingga
untuk meningkatkan nilai jual dari minyak tersebut perlu dilakukan pemurnian
Dari beberapa hasil pemurnian menunjukkan bahwa minyak dapat dimurnikan
dengan metoda adsorpsi dan pengkelatan Komponen minyak daun cengkeh dapat
dibagi menjadi dua kelompok Kelompok pertama adalah senyawa fenolat dengan
eugenol sebagai komponen terbesar Kelompok kedua adalah senyawa non fenolat
yaitu β-kariofeilen α-kubeben α-kopaen humulen δ- kadien dan kadina 135
trien dengan β-kariofeilen sebagai komponen terbesar Eugenol mempunyai
flavor yang kuat dengan rasa yang sangat pedas dan panas (Sastrohamidjojo
2002)
Pada proses pemurnian minyak daun cengkeh dengan bentonit 1 sampai
10 diketahui bahwa dengan peningkatan konsentrasi bentonit terjadi
peningkatan kejernihan kecerahan dan warna minyak Peningkatan kejernihan
terjadi karena bentonit sifatnya mudah menyerap air dan logam sehingga dengan
berkurangnya air dan logam yang terikat dalam minyak menyebabkan minyak
menjadi jernih Pemurnian secara pengkelatan dengan asam sitrat 06 juga
menunjukkan hasil yang sama yaitu peningkatan kejernihan dan kualitas minyak
(Marwati et al 2005)
Kualitas minyak daun cengkeh sebelum dan setelah pemurnian terlihat pada
Tabel 4
Tabel 4 Sifat fisikokimia minyak daun cengkeh sebelum dan setelah pemurnian
dan standar mutu minyak menurut SNI
Sumber Marwati et al (2005)
Dari Tabel 4 terlihat bahwa dengan proses pemurnian baik dengan bentonit
maupun asam sitrat terjadi peningkatan mutu minyak Pemakaian bentonit
dengan
konsentrasi 7 sampai 10 menghasilkan minyak dengan sifat fisik yang tidak
berbeda jauh tetapi sangat berpengaruh terhadap peningkatan kadar eugenol
Konsentrasi terbaik untuk pengkelatan minyak daun cengkeh dengan asam tartarat
adalah 4 Akan tetapi dengan bantuan pemanasan (60degC) selama 30 menit
akan menghasilkan minyak yang jauh lebih jernih hal ini terlihat dari peningkatan
nilai transmisi (347- 585 ) (Karmelita 1991) Pemurnian minyak daun cengkeh
dengan asam tartarat 4 berpengaruh sekali terhadap peningkatan kejernihan
(dari 11 menjadi 757) perubahan warna minyak dari gelap menjadi coklat
muda dan peningkatan kadar eugenol dari 76996 ppm menjadi 79038 ppm
sedangkan karakteristik lain tidak berubah secara signifikan
STANDAR MUTU
Persyaratan standar mutu minyak atsiri menggunakan batasan atau
kriteria-kriteria tertentu Biasanya dalam karakteristik mutu dicantumkan sifat
khas minyak atsiri sesuai dengan bahan asalnya atau karakteristik ilmiah dari
masing-masing minyak tersebut Dari sifat fisika kita akan mengetahui
keasliannya sedangkan sifat kimia meliputi komponen kimia pendukung minyak
secara umum bisa diketahui terutama komponen utamanya Adanya bahan-bahan
asing yang tercampur dengan sendirinya akan merusak mutu minyak tersebut
Oleh karena itu cara-cara sederhana tetapi teliti sangat diperlukan untuk
mendeteksi adanya bahan-bahan asing baik secara kualitatif ataupun kuantitatif
Bahkan persyaratan tertentu seperti komponen utama minyak atsiri perlu
dicantumkan dalam upaya menghindari pemalsuan (Pardede 2003) Contoh
standar yang digunakan dalam perdagangan minyak nilam (Tabel 5)
Tabel 5 Standar Nasional Indonesia dan Essential Oil Association untuk minyak nilam
DAFTAR PUSTAKA
Anon 2000 Adsorption Microsoft Corporation httpencartamsncomfindconsiceaspti=01AFA000Anon 2006
Vetiver essential information fileCDOCUME~1PascaLOCALS~1TempJ7SHE9R8htm
Brahmana HR 1991 Pengaruh penambahan minyak kruing dan besi oksida terhadap mutu minyak nilam (Patchouli oil) Komunikasi Penelitian 3 (4) 330-341
Davis E J Hassler P Ho A Hover and W Kruger 2006 Essential oilHttpwsuedu~gmhyde433_web_pages433oil-webpagesessenceessence-oils
Ekholm P L Virkki M Ylinen and L Johanson 2003 The effect of phytic acid and some natural chelating agents on solubility of mineral elements in oat bran Food Chem 80 165-170
Emmyzar S Roechan AM Kurniawansyah dan Pulung 2000 Produktivitas dan kadar minyak tanaman akar wangi (Vetiveria zizanioides Stapt) di tanah tercemar logam berat cadmium Jurnal ilmiah Pertanian GakuryokuVI (2) 129-179
Hernani dan Risfaheri 1989 Pengaruh perlakuan bahan sebelum penyulingan terhadap rendemen dan karakteristik minyak nilam Pemberitaan Littri XV (2) 84- 87
Hernani Munazah dan Marsquomun 2002 Peningkatan kadar patchouli alcohol dalam minyak nilam (Pogostemon cablin Benth) melalui proses deterpenisasi Prosiding Simposium Nasional II Tumbuhan Obat dan Aromatik Kerjasama Kehati LIPI Apinmap Unesco Jica Bogor 225-228
Kamal C and R Ashok 2006 Modified vetiver oil economic biopesticidehttpwwwarsusdagovresearchpublicationspublicationshtmSE_Q NO_ 115=170715
Karmelita L 1991 Mempelajari cara pemucatan minyak daun cengkeh (Syzigium aromaticum L) dengan asam tartarat Skripsi S1 Fateta IPB-Bogor
Manurung TB 2003 Usaha pengolahan dan perdagangan minyak atsiri Indonesia dan permasalahannya dalam menghadapi era perdagangan global Sosialisasi Temu Usaha Peningkatan Mutu Bahan Olah Industri Minyak AtsiriDirjend Industri Kimia Agro dan Hasil Hutan Jakarta
Marwati T MS Rusli E Noor dan E Mulyono 2005 Peningkatan mutu minyak daun cengkeh melalui proses pemurnian Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian 2 (2)93-100
Mulyono E dan T Marwati 2005 Kajian proses pemurnian minyak kenanga Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian 1(1) 31-37
Moestafa A E Suprijatna dan Gumilar 1990 Pengaruh kepekatan larutan garam EDTA (Disodium Ethylene Diamine Tetra Acetic Acid) dan lama pengadukannya terhadap pengikatan ion besi dalam minyak nilam Warta IHP 7 (1) 23-26
Pardede JJ 2003Peningkatan mutu minyak atsiri dan pengembangan produk turunannya Sosialisasitemu usaha peningkatan mutu bahan olah industry minyak atsiri Deperindag Jakarta 20 hal
Purnawati R 2000 Pemucatan minyak nilam dengan cara redestilasi dan cara kimia Skripsi Fateta IPB Bogor
Putra RSA 1998 Desain alat pemucat minyak akar wangi skala industri kecilSkripsi Fateta IPB47 hal
Rohayati N 1997 Penggunaan bentonit arang aktif dan asam sitrat untuk meningkatkan mutu minyak akar wangi Skripsi Fateta IPB 50 hal
Sait S dan I Satyaputra 1995 Pengaruh proses deterpenasi terhadap mutu obat minyak biji pala Warta IHP 12 (1-2) 41-43
Sastrohamidjojo H 2002 Kimia Minyak Atsiri FMIPA UGM Yogyakarta
Sulaswaty A dan Wuryaningsih 2001 Teknologi ekstraksi dan pemurnian minyak atsiri sebagai bahan baku flavor amp fragrance Prosiding Simposium Rempah IndonesiaKerjasama MaRI dan Puslitbangbun Jakarta 99-106
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor minyak atsiri seperti
minyak nilam sereh wangi yang dikenal sebagai Java cittronellal oil akar wangi
pala kenanga daun cengkeh dan cendana Beberapa daerah produksi minyak
atsiri adalah daerah Jawa Barat (sereh wangi akar wangi daun cengkeh pala)
Jawa Timur (kenanga daun cengkeh) Jawa Tengah (daun cengkeh nilam)
Bengkulu (nilam) Aceh (nilam pala)Nias Tapanuli dan Sumatera Barat
(Manurung 2003)Teknik penyulingan minyak atsiri yang selama ini diusahakan
para petani masihdilakukan secara sederhana dan belum menggunakan teknik
penyulingan secara baik danbenar Selain itu penanganan hasil setelah produksi
belum dilakukan secara maksimalseperti pemisahan minyak setelah penyulingan
wadah yang digunakan penyimpanan yang tidak benar maka akan terjadi proses-
proses yang tidak diinginkan yaitu oksidasi hidrolisa ataupun polimerisasi
Biasanya minyak yang dihasilkan akan terlihat lebih gelap dan berwarna
kehitaman atau sedikit kehijauan akibat kontaminasi dari logam Fe dan Cu Hal
ini akan berpengaruh terhadap sifat fisika kimia minyak Untuk itu proses
penyulingan minyak yang baik dan benar perlu diketahui secara lebih rinci
sehingga minyak yang dihasilkan dapat memenuhi persyaratan mutu yang ada
Kualitas atau mutu minyak atsiri ditentukan oleh karakteristik alamiah dari
masing-masing minyak tersebut dan bahan-bahan asing yang tercampur di
dalamnya adanya bahan-bahan asing akan merusak mutu minyak atsiri
Komponen standar mutu minyak atsiri ditentukan oleh kualitas dari
minyak itu sendiri dan kemurniannya Kemurnian minyak bisa diperiksa dengan
penetapan kelarutan uji lemak dan mineral Selain itu faktor yang menentukan
mutu adalah sifat-sifat fisika-kimia minyak seperti bilangan asam bilangan ester
dan komponen utama minyak dan membandingkannya dengan standar mutu
perdagangan yang ada Bila nilainya tidak memenuhi berarti minyak telah
terkontaminasi adanya pemalsuan atau minyak atsiri tersebut dikatakan bermutu
rendah Faktor lain yang berperan dalam mutu minyak atsiri adalah jenis tanaman
umur panen perlakuan bahan sebelum penyulingan jenis peralatan yang
digunakan dan kondisi prosesnya perlakuan minyak setelah penyulingan
kemasan dan penyimpanan
Pemurnian merupakan suatu proses untuk meningkatkan kualitas suatu bahan agar
mempunyai nilai jual yang lebih tinggi Beberapa metode pemurnian yang dikenal
adalah secara kimia ataupun fisika Pemurnian secara fisika memerlukan peralatan
penunjang yang cukup spesifik akan tetapi minyak yang dihasilkan lebih baik
karena warnanya lebih jernih dan komponen utamanya menjadi lebih tinggi
Untuk metode pemurnian kimiawi bisa dilakukan dengan menggunakan peralatan
yang sederhana dan hanya memerlukan pencampuran dengan adsorben atau
senyawa pengomplek tertentu
TEKNOLOGI PEMURNIAN
Proses pemurnian bisa dilakukan dengan menggunakan beberapa metode
yaitu secara fisika dan kimia Hal ini terkait dengan sifat minyak atsiri yang terdiri
dari 3 berbagai komponen kimia dan secara alami terbentuk pada tanaman sesuai
dengan tipe komponen yang berbeda dari setiap tanaman (Davis et al2006)
Proses pemurnian secara fisika bisa dilakukan dengan mendistilasi ulang
minyak atsiri yang dihasilkan (redestillation) dan distilasi fraksinasi dengan
pengurangan tekanan Untuk proses secara kimia dengan 1) adsorpsi
menggunakan adsorben tertentu seperti bentonit arang aktif zeolit 2)
menghilangkan senyawa terpen (terpeneless) untuk meningkatkan efek flavoring
sifat kelarutan dalam alkohol encer kestabilan dan daya simpan dari minyak dan
3 ) larutan senyawa pembentuk kompleks seperti asam sitrat asam tartarat
(Sait dan Satyaputra 1995 )
Dalam proses secara fisika yaitu metode redestilasi adalah menyuling
ulang minyak atsiri dengan menambahkan air pada perbandingan minyak dan air
sekitar 15 dalam labu destilasi kemudian campuran didestilasi Minyak yang
dihasilkan akan terlihat lebih jernih Hasil penyulingan ulang terhadap minyak
nilam dengan metode redestilasi ternyata dapat meningkatkan nilai transmisi
(kejernihan) dari 4 menjadi 834 dan menurunkan kadar Fe dari 5092 ppm
menjadi 1960 ppm (Purnawati 2000)
Untuk distilasi fraksinasi akan jauh lebih baik karena komponen kimia
dipisahkan berdasarkan perbedaan titik didihnya (Sulaswaty dan Wuryaningsih
2001) Komponen kimia yang terpisah sesuai dengan golongannya Adsorpsi
adalah proses difusi suatu komponen pada suatu permukaan atau antar partikel
Dalam adsorpsi terjadi proses pengikatan oleh permukaan adsorben padatan atau
cairan terhadap adsorbat atom-atom ion-ion atau molekul-molekul lainnya
(Anon2000)
Untuk proses tersebut bisa digunakan adsorben baik yang bersifat polar
(silika alumina dan tanah diatomae) ataupun non polar (arang aktif) (Putra 1998)
Secara umum proses pemurnian secara kimia sesuai dengan diagram alir
Gambar1
Minyak + adsorbendArrPengadukan dengan pemanasan selama 15 menitdArr
PenyaringandArrMinyak
Gambar 1 Diagram alir pemurnian dengan adsorben
Pengkelatan adalah pengikatan logam dengan cara menambahkan senyawa
pengkelat dan membentuk kompleks logam senyawa pengkelat
(Ekholm et al 2003)
Proses pengkelatan dilakukan dengan cara yang sama dengan adsorpsi
hanya dengan mengganti adsorben dengan senyawa pengkelat Senyawa
pengkhelat yang cukup dikenal dalam proses pemurnian minyak atsiri antara lain
asam sitrat asam malat asam tartarat dan EDTA (Karmelita 1997 Marwati et al
2005 Moestafa et al 1990)
Proses pengikatan logam merupakan proses keseimbangan pembentukan
kompleks logam dengan senyawa pengkelat Berarti proses pengkelatan
dipengaruhi oleh konsentrasi senyawa yang ada Secara umum keseimbangan
reaksinya dapat ditulis sebagai berikut
Metode penghilangan senyawa terpen atau terpenless biasa dilakukan
terhadap minyak atsiri yang akan digunakan dalam pembuatan parfum karena
minyak yang dihasilkan akan memberikan aroma yang lebih baik (Hernani et al
2002 Sait dan Satyaputra 1995) Ada dua cara penghilangan terpen yaitu dengan
adsorpsi menggunakan kolom alumina menggunakan eluen tertentua dan ekstraksi
menggunakan alkohol encer
HASIL-HASIL PENELITIAN PEMURNIAN MINYAK
A MINYAK AKAR WANGI
Minyak akar wangi (Vetiveria zizanoides) termasuk dalam famili Graminae
biasanya tumbuh didaerah tropis seperti India Tahiti Haiti dan Indonesia
(khususnya Jawa) (Anon 2006) Tanaman ini selain mengandung minyak atsiri
juga bias dimanfaatkan untuk mencegah erosi vegetasi konservasi karena bentuk
akarnya yang kuat (Emmyzar et al 2000) Minyak akar wangi banyak digunakan
dalam industry parfum bahan kosmetik obat-obatan antiseptik afrodisiak
sedativ tonik dan bias dimanfaatkan sebagai biopestisida (Anon 2006 Kamal
and Ashok 2006 Emmyzar et al 2000) Komponen utama dari minyak akar
wangi adalah senyawa golongan 5 seskuiterpen (3-4 ) seskuiterpenol (18-25 )
dan seskuiterpenon seperti asam benzoat vetiverol vetiverol furfurol α dan β
vetivone vetivene dan vetivenil vetivenat (Anon 2006 Kamal and Ashok 2006
Emmyzar et al 2000) Pemurnian terhadap minyak akar wangi yang bermutu
rendah (berwarna kehitaman) dengan menggunakan bentonit 2 akan
meningkatkan mutu minyak dalam hal peningkatan kejernihan dari 46 menjadi
88 berarti terjadi perubahan warna minyak dari coklat gelap menjadi kuning
kecoklatan (Tabel 1)
B MINYAK NILAM
Nilam (Pogostemon cablin BENTH) salah satu dari famili Labiatae
merupakan minyak atsiri yang cukup penting Indonesia merupakan salah satu
produsen minyak nilam terbesar di dunia dengan kontribusinya sekitar 90
Negara tujuan ekspor minyak nilam antara lain Jepang Singapura Amerika dan
Perancis Kegunaan utama minyak nilam biasanya dalam industri parfum sebagai
zat pengikatfiksatif industri sabun dan kosmetik Minyak nilam terdiri dari
campuran senyawa terpen yang bercampur dengan alkohol aldehid dan ester-ester
yang memberikan aroma yang khas dan spesifik Senyawa-senyawa tersebut
antara lain sinamaldehid benzaldehid patchoulen patchouli alkohol dan eugenol
benzoat Patchouli alkohol merupakan komponen utama minyak nilam Minyak
yang banyak mengandung senyawa terpen akan menurunkan nilai 6 kelarutannya
(Hernani dan Risfaheri 1989)
Senyawa terpen dalam minyak akan mudah mengalami proses polimerisasi
oksidasi ataupun hidrolisa karena adanya cahaya dan air Untuk pemurnian
minyak nilam bisa dilakukan dengan menggunakan senyawa pengkhelat dan
penghilangan senyawa terpen (terpeneless) Pemurnian minyak menggunakan Na-
EDTA (di Natrium Ethylene Diamine Tetra acetic acid) 005 M dengan
perbandingan 1 1 dan pengadukan selama 5 menit akan menghilangkan
kandungan Fe (besi) sekitar 95 (Tabel 2) (Mostafa et al 1990) Dari tabel
tersebut dapat diketahui bahwa dengan penurunan kadar logam terjadi perubahan
warna minyak yang sangat signifikan yaitu dari coklat tua menjadi kuning jernih
Dari hasil penelitian terpeneless menggunakan alkohol encer terhadap minyak
nilam ternyata dapat meningkatkan kadar patchouli alkohol dari 3169 menjadi
5529 (Hernani et al 2002)
Pada minyak nilam dapat dilakukan pemurnian secara redestilasi hasil
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai transmisi dari 4 menjadi 834
Peningkatan transmisi tersebut seiring dengan penurunan kadar logam Fe dalam
minyak yaitu dari 5092 ppm menjadi 1960 ppm (Purnawati 2000)
C MINYAK KENANGA
Minyak kenanga adalah minyak yang diperoleh dari penyulingan bunga
kenanga (Canangium odoratum Baill) Minyak kenanga banyak digunakan dalam
industri flavor parfum kosmetika dan farmasi Komponen utama minyak
kenanga dari konsentrasi yang paling besar berturut-turut adalah adalah β-
kariofilen α-terpineol benzil asetat dan benzil alkohol (Sastrohamidjojo 2002)
Masalah yang timbul dalam penyulingan 7 minyak kenanga pada industri kecil
adalah warna minyak yang hitam kecoklatan dan kotor Kondisi tersebut
disebabkan terjadinya reaksi antara senyawa dalam minyak dengan ion logam
yang berasal dari ketel suling (Brahmana 1991) dan adanya proses polimerisasi
oksidasi dan hidrolisis Salah satu upaya untuk memecahkan masalah minyak
kenanga yang berwarna hitam kecoklatan dan kotor adalah dengan proses
pemurnian Pemurnian minyak menggunakan bentonit 3 akan menghasilkan
minyak dengan kejernihan dan warna yang lebih baik dari pada menggunakan
arang aktif asam sitrat dan asam tartarat (Mulyono dan Marwati 2005)
Sifat fisikokimia minyak kenanga sebelum dan sesudah pemurnian tersaji
pada Tabel 3 Dari Tabel 3 terlihat bahwa setelah pemurnian kejernihan minyak
meningkat warna minyak berubah dari coklat menjadi kuning kadar logam
(MgFe Mn Zn Pb) menurun akan tetapi komponen utama dalam minyak (β-
kariofilen α-terpineol) tidak berubah Secara umum minyak telah memenuhi
standar mutu SNI
D MINYAK DAUN CENGKEH
Minyak daun cengkeh adalah minyak atsiri yang diperoleh dari
penyulingan daun dan ranting tanaman cengkeh Minyak daun cengkeh hasil
penyulingan rakyat seringkali berwarna hitam kecoklatan dan kotor sehingga
untuk meningkatkan nilai jual dari minyak tersebut perlu dilakukan pemurnian
Dari beberapa hasil pemurnian menunjukkan bahwa minyak dapat dimurnikan
dengan metoda adsorpsi dan pengkelatan Komponen minyak daun cengkeh dapat
dibagi menjadi dua kelompok Kelompok pertama adalah senyawa fenolat dengan
eugenol sebagai komponen terbesar Kelompok kedua adalah senyawa non fenolat
yaitu β-kariofeilen α-kubeben α-kopaen humulen δ- kadien dan kadina 135
trien dengan β-kariofeilen sebagai komponen terbesar Eugenol mempunyai
flavor yang kuat dengan rasa yang sangat pedas dan panas (Sastrohamidjojo
2002)
Pada proses pemurnian minyak daun cengkeh dengan bentonit 1 sampai
10 diketahui bahwa dengan peningkatan konsentrasi bentonit terjadi
peningkatan kejernihan kecerahan dan warna minyak Peningkatan kejernihan
terjadi karena bentonit sifatnya mudah menyerap air dan logam sehingga dengan
berkurangnya air dan logam yang terikat dalam minyak menyebabkan minyak
menjadi jernih Pemurnian secara pengkelatan dengan asam sitrat 06 juga
menunjukkan hasil yang sama yaitu peningkatan kejernihan dan kualitas minyak
(Marwati et al 2005)
Kualitas minyak daun cengkeh sebelum dan setelah pemurnian terlihat pada
Tabel 4
Tabel 4 Sifat fisikokimia minyak daun cengkeh sebelum dan setelah pemurnian
dan standar mutu minyak menurut SNI
Sumber Marwati et al (2005)
Dari Tabel 4 terlihat bahwa dengan proses pemurnian baik dengan bentonit
maupun asam sitrat terjadi peningkatan mutu minyak Pemakaian bentonit
dengan
konsentrasi 7 sampai 10 menghasilkan minyak dengan sifat fisik yang tidak
berbeda jauh tetapi sangat berpengaruh terhadap peningkatan kadar eugenol
Konsentrasi terbaik untuk pengkelatan minyak daun cengkeh dengan asam tartarat
adalah 4 Akan tetapi dengan bantuan pemanasan (60degC) selama 30 menit
akan menghasilkan minyak yang jauh lebih jernih hal ini terlihat dari peningkatan
nilai transmisi (347- 585 ) (Karmelita 1991) Pemurnian minyak daun cengkeh
dengan asam tartarat 4 berpengaruh sekali terhadap peningkatan kejernihan
(dari 11 menjadi 757) perubahan warna minyak dari gelap menjadi coklat
muda dan peningkatan kadar eugenol dari 76996 ppm menjadi 79038 ppm
sedangkan karakteristik lain tidak berubah secara signifikan
STANDAR MUTU
Persyaratan standar mutu minyak atsiri menggunakan batasan atau
kriteria-kriteria tertentu Biasanya dalam karakteristik mutu dicantumkan sifat
khas minyak atsiri sesuai dengan bahan asalnya atau karakteristik ilmiah dari
masing-masing minyak tersebut Dari sifat fisika kita akan mengetahui
keasliannya sedangkan sifat kimia meliputi komponen kimia pendukung minyak
secara umum bisa diketahui terutama komponen utamanya Adanya bahan-bahan
asing yang tercampur dengan sendirinya akan merusak mutu minyak tersebut
Oleh karena itu cara-cara sederhana tetapi teliti sangat diperlukan untuk
mendeteksi adanya bahan-bahan asing baik secara kualitatif ataupun kuantitatif
Bahkan persyaratan tertentu seperti komponen utama minyak atsiri perlu
dicantumkan dalam upaya menghindari pemalsuan (Pardede 2003) Contoh
standar yang digunakan dalam perdagangan minyak nilam (Tabel 5)
Tabel 5 Standar Nasional Indonesia dan Essential Oil Association untuk minyak nilam
DAFTAR PUSTAKA
Anon 2000 Adsorption Microsoft Corporation httpencartamsncomfindconsiceaspti=01AFA000Anon 2006
Vetiver essential information fileCDOCUME~1PascaLOCALS~1TempJ7SHE9R8htm
Brahmana HR 1991 Pengaruh penambahan minyak kruing dan besi oksida terhadap mutu minyak nilam (Patchouli oil) Komunikasi Penelitian 3 (4) 330-341
Davis E J Hassler P Ho A Hover and W Kruger 2006 Essential oilHttpwsuedu~gmhyde433_web_pages433oil-webpagesessenceessence-oils
Ekholm P L Virkki M Ylinen and L Johanson 2003 The effect of phytic acid and some natural chelating agents on solubility of mineral elements in oat bran Food Chem 80 165-170
Emmyzar S Roechan AM Kurniawansyah dan Pulung 2000 Produktivitas dan kadar minyak tanaman akar wangi (Vetiveria zizanioides Stapt) di tanah tercemar logam berat cadmium Jurnal ilmiah Pertanian GakuryokuVI (2) 129-179
Hernani dan Risfaheri 1989 Pengaruh perlakuan bahan sebelum penyulingan terhadap rendemen dan karakteristik minyak nilam Pemberitaan Littri XV (2) 84- 87
Hernani Munazah dan Marsquomun 2002 Peningkatan kadar patchouli alcohol dalam minyak nilam (Pogostemon cablin Benth) melalui proses deterpenisasi Prosiding Simposium Nasional II Tumbuhan Obat dan Aromatik Kerjasama Kehati LIPI Apinmap Unesco Jica Bogor 225-228
Kamal C and R Ashok 2006 Modified vetiver oil economic biopesticidehttpwwwarsusdagovresearchpublicationspublicationshtmSE_Q NO_ 115=170715
Karmelita L 1991 Mempelajari cara pemucatan minyak daun cengkeh (Syzigium aromaticum L) dengan asam tartarat Skripsi S1 Fateta IPB-Bogor
Manurung TB 2003 Usaha pengolahan dan perdagangan minyak atsiri Indonesia dan permasalahannya dalam menghadapi era perdagangan global Sosialisasi Temu Usaha Peningkatan Mutu Bahan Olah Industri Minyak AtsiriDirjend Industri Kimia Agro dan Hasil Hutan Jakarta
Marwati T MS Rusli E Noor dan E Mulyono 2005 Peningkatan mutu minyak daun cengkeh melalui proses pemurnian Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian 2 (2)93-100
Mulyono E dan T Marwati 2005 Kajian proses pemurnian minyak kenanga Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian 1(1) 31-37
Moestafa A E Suprijatna dan Gumilar 1990 Pengaruh kepekatan larutan garam EDTA (Disodium Ethylene Diamine Tetra Acetic Acid) dan lama pengadukannya terhadap pengikatan ion besi dalam minyak nilam Warta IHP 7 (1) 23-26
Pardede JJ 2003Peningkatan mutu minyak atsiri dan pengembangan produk turunannya Sosialisasitemu usaha peningkatan mutu bahan olah industry minyak atsiri Deperindag Jakarta 20 hal
Purnawati R 2000 Pemucatan minyak nilam dengan cara redestilasi dan cara kimia Skripsi Fateta IPB Bogor
Putra RSA 1998 Desain alat pemucat minyak akar wangi skala industri kecilSkripsi Fateta IPB47 hal
Rohayati N 1997 Penggunaan bentonit arang aktif dan asam sitrat untuk meningkatkan mutu minyak akar wangi Skripsi Fateta IPB 50 hal
Sait S dan I Satyaputra 1995 Pengaruh proses deterpenasi terhadap mutu obat minyak biji pala Warta IHP 12 (1-2) 41-43
Sastrohamidjojo H 2002 Kimia Minyak Atsiri FMIPA UGM Yogyakarta
Sulaswaty A dan Wuryaningsih 2001 Teknologi ekstraksi dan pemurnian minyak atsiri sebagai bahan baku flavor amp fragrance Prosiding Simposium Rempah IndonesiaKerjasama MaRI dan Puslitbangbun Jakarta 99-106
digunakan dan kondisi prosesnya perlakuan minyak setelah penyulingan
kemasan dan penyimpanan
Pemurnian merupakan suatu proses untuk meningkatkan kualitas suatu bahan agar
mempunyai nilai jual yang lebih tinggi Beberapa metode pemurnian yang dikenal
adalah secara kimia ataupun fisika Pemurnian secara fisika memerlukan peralatan
penunjang yang cukup spesifik akan tetapi minyak yang dihasilkan lebih baik
karena warnanya lebih jernih dan komponen utamanya menjadi lebih tinggi
Untuk metode pemurnian kimiawi bisa dilakukan dengan menggunakan peralatan
yang sederhana dan hanya memerlukan pencampuran dengan adsorben atau
senyawa pengomplek tertentu
TEKNOLOGI PEMURNIAN
Proses pemurnian bisa dilakukan dengan menggunakan beberapa metode
yaitu secara fisika dan kimia Hal ini terkait dengan sifat minyak atsiri yang terdiri
dari 3 berbagai komponen kimia dan secara alami terbentuk pada tanaman sesuai
dengan tipe komponen yang berbeda dari setiap tanaman (Davis et al2006)
Proses pemurnian secara fisika bisa dilakukan dengan mendistilasi ulang
minyak atsiri yang dihasilkan (redestillation) dan distilasi fraksinasi dengan
pengurangan tekanan Untuk proses secara kimia dengan 1) adsorpsi
menggunakan adsorben tertentu seperti bentonit arang aktif zeolit 2)
menghilangkan senyawa terpen (terpeneless) untuk meningkatkan efek flavoring
sifat kelarutan dalam alkohol encer kestabilan dan daya simpan dari minyak dan
3 ) larutan senyawa pembentuk kompleks seperti asam sitrat asam tartarat
(Sait dan Satyaputra 1995 )
Dalam proses secara fisika yaitu metode redestilasi adalah menyuling
ulang minyak atsiri dengan menambahkan air pada perbandingan minyak dan air
sekitar 15 dalam labu destilasi kemudian campuran didestilasi Minyak yang
dihasilkan akan terlihat lebih jernih Hasil penyulingan ulang terhadap minyak
nilam dengan metode redestilasi ternyata dapat meningkatkan nilai transmisi
(kejernihan) dari 4 menjadi 834 dan menurunkan kadar Fe dari 5092 ppm
menjadi 1960 ppm (Purnawati 2000)
Untuk distilasi fraksinasi akan jauh lebih baik karena komponen kimia
dipisahkan berdasarkan perbedaan titik didihnya (Sulaswaty dan Wuryaningsih
2001) Komponen kimia yang terpisah sesuai dengan golongannya Adsorpsi
adalah proses difusi suatu komponen pada suatu permukaan atau antar partikel
Dalam adsorpsi terjadi proses pengikatan oleh permukaan adsorben padatan atau
cairan terhadap adsorbat atom-atom ion-ion atau molekul-molekul lainnya
(Anon2000)
Untuk proses tersebut bisa digunakan adsorben baik yang bersifat polar
(silika alumina dan tanah diatomae) ataupun non polar (arang aktif) (Putra 1998)
Secara umum proses pemurnian secara kimia sesuai dengan diagram alir
Gambar1
Minyak + adsorbendArrPengadukan dengan pemanasan selama 15 menitdArr
PenyaringandArrMinyak
Gambar 1 Diagram alir pemurnian dengan adsorben
Pengkelatan adalah pengikatan logam dengan cara menambahkan senyawa
pengkelat dan membentuk kompleks logam senyawa pengkelat
(Ekholm et al 2003)
Proses pengkelatan dilakukan dengan cara yang sama dengan adsorpsi
hanya dengan mengganti adsorben dengan senyawa pengkelat Senyawa
pengkhelat yang cukup dikenal dalam proses pemurnian minyak atsiri antara lain
asam sitrat asam malat asam tartarat dan EDTA (Karmelita 1997 Marwati et al
2005 Moestafa et al 1990)
Proses pengikatan logam merupakan proses keseimbangan pembentukan
kompleks logam dengan senyawa pengkelat Berarti proses pengkelatan
dipengaruhi oleh konsentrasi senyawa yang ada Secara umum keseimbangan
reaksinya dapat ditulis sebagai berikut
Metode penghilangan senyawa terpen atau terpenless biasa dilakukan
terhadap minyak atsiri yang akan digunakan dalam pembuatan parfum karena
minyak yang dihasilkan akan memberikan aroma yang lebih baik (Hernani et al
2002 Sait dan Satyaputra 1995) Ada dua cara penghilangan terpen yaitu dengan
adsorpsi menggunakan kolom alumina menggunakan eluen tertentua dan ekstraksi
menggunakan alkohol encer
HASIL-HASIL PENELITIAN PEMURNIAN MINYAK
A MINYAK AKAR WANGI
Minyak akar wangi (Vetiveria zizanoides) termasuk dalam famili Graminae
biasanya tumbuh didaerah tropis seperti India Tahiti Haiti dan Indonesia
(khususnya Jawa) (Anon 2006) Tanaman ini selain mengandung minyak atsiri
juga bias dimanfaatkan untuk mencegah erosi vegetasi konservasi karena bentuk
akarnya yang kuat (Emmyzar et al 2000) Minyak akar wangi banyak digunakan
dalam industry parfum bahan kosmetik obat-obatan antiseptik afrodisiak
sedativ tonik dan bias dimanfaatkan sebagai biopestisida (Anon 2006 Kamal
and Ashok 2006 Emmyzar et al 2000) Komponen utama dari minyak akar
wangi adalah senyawa golongan 5 seskuiterpen (3-4 ) seskuiterpenol (18-25 )
dan seskuiterpenon seperti asam benzoat vetiverol vetiverol furfurol α dan β
vetivone vetivene dan vetivenil vetivenat (Anon 2006 Kamal and Ashok 2006
Emmyzar et al 2000) Pemurnian terhadap minyak akar wangi yang bermutu
rendah (berwarna kehitaman) dengan menggunakan bentonit 2 akan
meningkatkan mutu minyak dalam hal peningkatan kejernihan dari 46 menjadi
88 berarti terjadi perubahan warna minyak dari coklat gelap menjadi kuning
kecoklatan (Tabel 1)
B MINYAK NILAM
Nilam (Pogostemon cablin BENTH) salah satu dari famili Labiatae
merupakan minyak atsiri yang cukup penting Indonesia merupakan salah satu
produsen minyak nilam terbesar di dunia dengan kontribusinya sekitar 90
Negara tujuan ekspor minyak nilam antara lain Jepang Singapura Amerika dan
Perancis Kegunaan utama minyak nilam biasanya dalam industri parfum sebagai
zat pengikatfiksatif industri sabun dan kosmetik Minyak nilam terdiri dari
campuran senyawa terpen yang bercampur dengan alkohol aldehid dan ester-ester
yang memberikan aroma yang khas dan spesifik Senyawa-senyawa tersebut
antara lain sinamaldehid benzaldehid patchoulen patchouli alkohol dan eugenol
benzoat Patchouli alkohol merupakan komponen utama minyak nilam Minyak
yang banyak mengandung senyawa terpen akan menurunkan nilai 6 kelarutannya
(Hernani dan Risfaheri 1989)
Senyawa terpen dalam minyak akan mudah mengalami proses polimerisasi
oksidasi ataupun hidrolisa karena adanya cahaya dan air Untuk pemurnian
minyak nilam bisa dilakukan dengan menggunakan senyawa pengkhelat dan
penghilangan senyawa terpen (terpeneless) Pemurnian minyak menggunakan Na-
EDTA (di Natrium Ethylene Diamine Tetra acetic acid) 005 M dengan
perbandingan 1 1 dan pengadukan selama 5 menit akan menghilangkan
kandungan Fe (besi) sekitar 95 (Tabel 2) (Mostafa et al 1990) Dari tabel
tersebut dapat diketahui bahwa dengan penurunan kadar logam terjadi perubahan
warna minyak yang sangat signifikan yaitu dari coklat tua menjadi kuning jernih
Dari hasil penelitian terpeneless menggunakan alkohol encer terhadap minyak
nilam ternyata dapat meningkatkan kadar patchouli alkohol dari 3169 menjadi
5529 (Hernani et al 2002)
Pada minyak nilam dapat dilakukan pemurnian secara redestilasi hasil
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai transmisi dari 4 menjadi 834
Peningkatan transmisi tersebut seiring dengan penurunan kadar logam Fe dalam
minyak yaitu dari 5092 ppm menjadi 1960 ppm (Purnawati 2000)
C MINYAK KENANGA
Minyak kenanga adalah minyak yang diperoleh dari penyulingan bunga
kenanga (Canangium odoratum Baill) Minyak kenanga banyak digunakan dalam
industri flavor parfum kosmetika dan farmasi Komponen utama minyak
kenanga dari konsentrasi yang paling besar berturut-turut adalah adalah β-
kariofilen α-terpineol benzil asetat dan benzil alkohol (Sastrohamidjojo 2002)
Masalah yang timbul dalam penyulingan 7 minyak kenanga pada industri kecil
adalah warna minyak yang hitam kecoklatan dan kotor Kondisi tersebut
disebabkan terjadinya reaksi antara senyawa dalam minyak dengan ion logam
yang berasal dari ketel suling (Brahmana 1991) dan adanya proses polimerisasi
oksidasi dan hidrolisis Salah satu upaya untuk memecahkan masalah minyak
kenanga yang berwarna hitam kecoklatan dan kotor adalah dengan proses
pemurnian Pemurnian minyak menggunakan bentonit 3 akan menghasilkan
minyak dengan kejernihan dan warna yang lebih baik dari pada menggunakan
arang aktif asam sitrat dan asam tartarat (Mulyono dan Marwati 2005)
Sifat fisikokimia minyak kenanga sebelum dan sesudah pemurnian tersaji
pada Tabel 3 Dari Tabel 3 terlihat bahwa setelah pemurnian kejernihan minyak
meningkat warna minyak berubah dari coklat menjadi kuning kadar logam
(MgFe Mn Zn Pb) menurun akan tetapi komponen utama dalam minyak (β-
kariofilen α-terpineol) tidak berubah Secara umum minyak telah memenuhi
standar mutu SNI
D MINYAK DAUN CENGKEH
Minyak daun cengkeh adalah minyak atsiri yang diperoleh dari
penyulingan daun dan ranting tanaman cengkeh Minyak daun cengkeh hasil
penyulingan rakyat seringkali berwarna hitam kecoklatan dan kotor sehingga
untuk meningkatkan nilai jual dari minyak tersebut perlu dilakukan pemurnian
Dari beberapa hasil pemurnian menunjukkan bahwa minyak dapat dimurnikan
dengan metoda adsorpsi dan pengkelatan Komponen minyak daun cengkeh dapat
dibagi menjadi dua kelompok Kelompok pertama adalah senyawa fenolat dengan
eugenol sebagai komponen terbesar Kelompok kedua adalah senyawa non fenolat
yaitu β-kariofeilen α-kubeben α-kopaen humulen δ- kadien dan kadina 135
trien dengan β-kariofeilen sebagai komponen terbesar Eugenol mempunyai
flavor yang kuat dengan rasa yang sangat pedas dan panas (Sastrohamidjojo
2002)
Pada proses pemurnian minyak daun cengkeh dengan bentonit 1 sampai
10 diketahui bahwa dengan peningkatan konsentrasi bentonit terjadi
peningkatan kejernihan kecerahan dan warna minyak Peningkatan kejernihan
terjadi karena bentonit sifatnya mudah menyerap air dan logam sehingga dengan
berkurangnya air dan logam yang terikat dalam minyak menyebabkan minyak
menjadi jernih Pemurnian secara pengkelatan dengan asam sitrat 06 juga
menunjukkan hasil yang sama yaitu peningkatan kejernihan dan kualitas minyak
(Marwati et al 2005)
Kualitas minyak daun cengkeh sebelum dan setelah pemurnian terlihat pada
Tabel 4
Tabel 4 Sifat fisikokimia minyak daun cengkeh sebelum dan setelah pemurnian
dan standar mutu minyak menurut SNI
Sumber Marwati et al (2005)
Dari Tabel 4 terlihat bahwa dengan proses pemurnian baik dengan bentonit
maupun asam sitrat terjadi peningkatan mutu minyak Pemakaian bentonit
dengan
konsentrasi 7 sampai 10 menghasilkan minyak dengan sifat fisik yang tidak
berbeda jauh tetapi sangat berpengaruh terhadap peningkatan kadar eugenol
Konsentrasi terbaik untuk pengkelatan minyak daun cengkeh dengan asam tartarat
adalah 4 Akan tetapi dengan bantuan pemanasan (60degC) selama 30 menit
akan menghasilkan minyak yang jauh lebih jernih hal ini terlihat dari peningkatan
nilai transmisi (347- 585 ) (Karmelita 1991) Pemurnian minyak daun cengkeh
dengan asam tartarat 4 berpengaruh sekali terhadap peningkatan kejernihan
(dari 11 menjadi 757) perubahan warna minyak dari gelap menjadi coklat
muda dan peningkatan kadar eugenol dari 76996 ppm menjadi 79038 ppm
sedangkan karakteristik lain tidak berubah secara signifikan
STANDAR MUTU
Persyaratan standar mutu minyak atsiri menggunakan batasan atau
kriteria-kriteria tertentu Biasanya dalam karakteristik mutu dicantumkan sifat
khas minyak atsiri sesuai dengan bahan asalnya atau karakteristik ilmiah dari
masing-masing minyak tersebut Dari sifat fisika kita akan mengetahui
keasliannya sedangkan sifat kimia meliputi komponen kimia pendukung minyak
secara umum bisa diketahui terutama komponen utamanya Adanya bahan-bahan
asing yang tercampur dengan sendirinya akan merusak mutu minyak tersebut
Oleh karena itu cara-cara sederhana tetapi teliti sangat diperlukan untuk
mendeteksi adanya bahan-bahan asing baik secara kualitatif ataupun kuantitatif
Bahkan persyaratan tertentu seperti komponen utama minyak atsiri perlu
dicantumkan dalam upaya menghindari pemalsuan (Pardede 2003) Contoh
standar yang digunakan dalam perdagangan minyak nilam (Tabel 5)
Tabel 5 Standar Nasional Indonesia dan Essential Oil Association untuk minyak nilam
DAFTAR PUSTAKA
Anon 2000 Adsorption Microsoft Corporation httpencartamsncomfindconsiceaspti=01AFA000Anon 2006
Vetiver essential information fileCDOCUME~1PascaLOCALS~1TempJ7SHE9R8htm
Brahmana HR 1991 Pengaruh penambahan minyak kruing dan besi oksida terhadap mutu minyak nilam (Patchouli oil) Komunikasi Penelitian 3 (4) 330-341
Davis E J Hassler P Ho A Hover and W Kruger 2006 Essential oilHttpwsuedu~gmhyde433_web_pages433oil-webpagesessenceessence-oils
Ekholm P L Virkki M Ylinen and L Johanson 2003 The effect of phytic acid and some natural chelating agents on solubility of mineral elements in oat bran Food Chem 80 165-170
Emmyzar S Roechan AM Kurniawansyah dan Pulung 2000 Produktivitas dan kadar minyak tanaman akar wangi (Vetiveria zizanioides Stapt) di tanah tercemar logam berat cadmium Jurnal ilmiah Pertanian GakuryokuVI (2) 129-179
Hernani dan Risfaheri 1989 Pengaruh perlakuan bahan sebelum penyulingan terhadap rendemen dan karakteristik minyak nilam Pemberitaan Littri XV (2) 84- 87
Hernani Munazah dan Marsquomun 2002 Peningkatan kadar patchouli alcohol dalam minyak nilam (Pogostemon cablin Benth) melalui proses deterpenisasi Prosiding Simposium Nasional II Tumbuhan Obat dan Aromatik Kerjasama Kehati LIPI Apinmap Unesco Jica Bogor 225-228
Kamal C and R Ashok 2006 Modified vetiver oil economic biopesticidehttpwwwarsusdagovresearchpublicationspublicationshtmSE_Q NO_ 115=170715
Karmelita L 1991 Mempelajari cara pemucatan minyak daun cengkeh (Syzigium aromaticum L) dengan asam tartarat Skripsi S1 Fateta IPB-Bogor
Manurung TB 2003 Usaha pengolahan dan perdagangan minyak atsiri Indonesia dan permasalahannya dalam menghadapi era perdagangan global Sosialisasi Temu Usaha Peningkatan Mutu Bahan Olah Industri Minyak AtsiriDirjend Industri Kimia Agro dan Hasil Hutan Jakarta
Marwati T MS Rusli E Noor dan E Mulyono 2005 Peningkatan mutu minyak daun cengkeh melalui proses pemurnian Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian 2 (2)93-100
Mulyono E dan T Marwati 2005 Kajian proses pemurnian minyak kenanga Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian 1(1) 31-37
Moestafa A E Suprijatna dan Gumilar 1990 Pengaruh kepekatan larutan garam EDTA (Disodium Ethylene Diamine Tetra Acetic Acid) dan lama pengadukannya terhadap pengikatan ion besi dalam minyak nilam Warta IHP 7 (1) 23-26
Pardede JJ 2003Peningkatan mutu minyak atsiri dan pengembangan produk turunannya Sosialisasitemu usaha peningkatan mutu bahan olah industry minyak atsiri Deperindag Jakarta 20 hal
Purnawati R 2000 Pemucatan minyak nilam dengan cara redestilasi dan cara kimia Skripsi Fateta IPB Bogor
Putra RSA 1998 Desain alat pemucat minyak akar wangi skala industri kecilSkripsi Fateta IPB47 hal
Rohayati N 1997 Penggunaan bentonit arang aktif dan asam sitrat untuk meningkatkan mutu minyak akar wangi Skripsi Fateta IPB 50 hal
Sait S dan I Satyaputra 1995 Pengaruh proses deterpenasi terhadap mutu obat minyak biji pala Warta IHP 12 (1-2) 41-43
Sastrohamidjojo H 2002 Kimia Minyak Atsiri FMIPA UGM Yogyakarta
Sulaswaty A dan Wuryaningsih 2001 Teknologi ekstraksi dan pemurnian minyak atsiri sebagai bahan baku flavor amp fragrance Prosiding Simposium Rempah IndonesiaKerjasama MaRI dan Puslitbangbun Jakarta 99-106
TEKNOLOGI PEMURNIAN
Proses pemurnian bisa dilakukan dengan menggunakan beberapa metode
yaitu secara fisika dan kimia Hal ini terkait dengan sifat minyak atsiri yang terdiri
dari 3 berbagai komponen kimia dan secara alami terbentuk pada tanaman sesuai
dengan tipe komponen yang berbeda dari setiap tanaman (Davis et al2006)
Proses pemurnian secara fisika bisa dilakukan dengan mendistilasi ulang
minyak atsiri yang dihasilkan (redestillation) dan distilasi fraksinasi dengan
pengurangan tekanan Untuk proses secara kimia dengan 1) adsorpsi
menggunakan adsorben tertentu seperti bentonit arang aktif zeolit 2)
menghilangkan senyawa terpen (terpeneless) untuk meningkatkan efek flavoring
sifat kelarutan dalam alkohol encer kestabilan dan daya simpan dari minyak dan
3 ) larutan senyawa pembentuk kompleks seperti asam sitrat asam tartarat
(Sait dan Satyaputra 1995 )
Dalam proses secara fisika yaitu metode redestilasi adalah menyuling
ulang minyak atsiri dengan menambahkan air pada perbandingan minyak dan air
sekitar 15 dalam labu destilasi kemudian campuran didestilasi Minyak yang
dihasilkan akan terlihat lebih jernih Hasil penyulingan ulang terhadap minyak
nilam dengan metode redestilasi ternyata dapat meningkatkan nilai transmisi
(kejernihan) dari 4 menjadi 834 dan menurunkan kadar Fe dari 5092 ppm
menjadi 1960 ppm (Purnawati 2000)
Untuk distilasi fraksinasi akan jauh lebih baik karena komponen kimia
dipisahkan berdasarkan perbedaan titik didihnya (Sulaswaty dan Wuryaningsih
2001) Komponen kimia yang terpisah sesuai dengan golongannya Adsorpsi
adalah proses difusi suatu komponen pada suatu permukaan atau antar partikel
Dalam adsorpsi terjadi proses pengikatan oleh permukaan adsorben padatan atau
cairan terhadap adsorbat atom-atom ion-ion atau molekul-molekul lainnya
(Anon2000)
Untuk proses tersebut bisa digunakan adsorben baik yang bersifat polar
(silika alumina dan tanah diatomae) ataupun non polar (arang aktif) (Putra 1998)
Secara umum proses pemurnian secara kimia sesuai dengan diagram alir
Gambar1
Minyak + adsorbendArrPengadukan dengan pemanasan selama 15 menitdArr
PenyaringandArrMinyak
Gambar 1 Diagram alir pemurnian dengan adsorben
Pengkelatan adalah pengikatan logam dengan cara menambahkan senyawa
pengkelat dan membentuk kompleks logam senyawa pengkelat
(Ekholm et al 2003)
Proses pengkelatan dilakukan dengan cara yang sama dengan adsorpsi
hanya dengan mengganti adsorben dengan senyawa pengkelat Senyawa
pengkhelat yang cukup dikenal dalam proses pemurnian minyak atsiri antara lain
asam sitrat asam malat asam tartarat dan EDTA (Karmelita 1997 Marwati et al
2005 Moestafa et al 1990)
Proses pengikatan logam merupakan proses keseimbangan pembentukan
kompleks logam dengan senyawa pengkelat Berarti proses pengkelatan
dipengaruhi oleh konsentrasi senyawa yang ada Secara umum keseimbangan
reaksinya dapat ditulis sebagai berikut
Metode penghilangan senyawa terpen atau terpenless biasa dilakukan
terhadap minyak atsiri yang akan digunakan dalam pembuatan parfum karena
minyak yang dihasilkan akan memberikan aroma yang lebih baik (Hernani et al
2002 Sait dan Satyaputra 1995) Ada dua cara penghilangan terpen yaitu dengan
adsorpsi menggunakan kolom alumina menggunakan eluen tertentua dan ekstraksi
menggunakan alkohol encer
HASIL-HASIL PENELITIAN PEMURNIAN MINYAK
A MINYAK AKAR WANGI
Minyak akar wangi (Vetiveria zizanoides) termasuk dalam famili Graminae
biasanya tumbuh didaerah tropis seperti India Tahiti Haiti dan Indonesia
(khususnya Jawa) (Anon 2006) Tanaman ini selain mengandung minyak atsiri
juga bias dimanfaatkan untuk mencegah erosi vegetasi konservasi karena bentuk
akarnya yang kuat (Emmyzar et al 2000) Minyak akar wangi banyak digunakan
dalam industry parfum bahan kosmetik obat-obatan antiseptik afrodisiak
sedativ tonik dan bias dimanfaatkan sebagai biopestisida (Anon 2006 Kamal
and Ashok 2006 Emmyzar et al 2000) Komponen utama dari minyak akar
wangi adalah senyawa golongan 5 seskuiterpen (3-4 ) seskuiterpenol (18-25 )
dan seskuiterpenon seperti asam benzoat vetiverol vetiverol furfurol α dan β
vetivone vetivene dan vetivenil vetivenat (Anon 2006 Kamal and Ashok 2006
Emmyzar et al 2000) Pemurnian terhadap minyak akar wangi yang bermutu
rendah (berwarna kehitaman) dengan menggunakan bentonit 2 akan
meningkatkan mutu minyak dalam hal peningkatan kejernihan dari 46 menjadi
88 berarti terjadi perubahan warna minyak dari coklat gelap menjadi kuning
kecoklatan (Tabel 1)
B MINYAK NILAM
Nilam (Pogostemon cablin BENTH) salah satu dari famili Labiatae
merupakan minyak atsiri yang cukup penting Indonesia merupakan salah satu
produsen minyak nilam terbesar di dunia dengan kontribusinya sekitar 90
Negara tujuan ekspor minyak nilam antara lain Jepang Singapura Amerika dan
Perancis Kegunaan utama minyak nilam biasanya dalam industri parfum sebagai
zat pengikatfiksatif industri sabun dan kosmetik Minyak nilam terdiri dari
campuran senyawa terpen yang bercampur dengan alkohol aldehid dan ester-ester
yang memberikan aroma yang khas dan spesifik Senyawa-senyawa tersebut
antara lain sinamaldehid benzaldehid patchoulen patchouli alkohol dan eugenol
benzoat Patchouli alkohol merupakan komponen utama minyak nilam Minyak
yang banyak mengandung senyawa terpen akan menurunkan nilai 6 kelarutannya
(Hernani dan Risfaheri 1989)
Senyawa terpen dalam minyak akan mudah mengalami proses polimerisasi
oksidasi ataupun hidrolisa karena adanya cahaya dan air Untuk pemurnian
minyak nilam bisa dilakukan dengan menggunakan senyawa pengkhelat dan
penghilangan senyawa terpen (terpeneless) Pemurnian minyak menggunakan Na-
EDTA (di Natrium Ethylene Diamine Tetra acetic acid) 005 M dengan
perbandingan 1 1 dan pengadukan selama 5 menit akan menghilangkan
kandungan Fe (besi) sekitar 95 (Tabel 2) (Mostafa et al 1990) Dari tabel
tersebut dapat diketahui bahwa dengan penurunan kadar logam terjadi perubahan
warna minyak yang sangat signifikan yaitu dari coklat tua menjadi kuning jernih
Dari hasil penelitian terpeneless menggunakan alkohol encer terhadap minyak
nilam ternyata dapat meningkatkan kadar patchouli alkohol dari 3169 menjadi
5529 (Hernani et al 2002)
Pada minyak nilam dapat dilakukan pemurnian secara redestilasi hasil
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai transmisi dari 4 menjadi 834
Peningkatan transmisi tersebut seiring dengan penurunan kadar logam Fe dalam
minyak yaitu dari 5092 ppm menjadi 1960 ppm (Purnawati 2000)
C MINYAK KENANGA
Minyak kenanga adalah minyak yang diperoleh dari penyulingan bunga
kenanga (Canangium odoratum Baill) Minyak kenanga banyak digunakan dalam
industri flavor parfum kosmetika dan farmasi Komponen utama minyak
kenanga dari konsentrasi yang paling besar berturut-turut adalah adalah β-
kariofilen α-terpineol benzil asetat dan benzil alkohol (Sastrohamidjojo 2002)
Masalah yang timbul dalam penyulingan 7 minyak kenanga pada industri kecil
adalah warna minyak yang hitam kecoklatan dan kotor Kondisi tersebut
disebabkan terjadinya reaksi antara senyawa dalam minyak dengan ion logam
yang berasal dari ketel suling (Brahmana 1991) dan adanya proses polimerisasi
oksidasi dan hidrolisis Salah satu upaya untuk memecahkan masalah minyak
kenanga yang berwarna hitam kecoklatan dan kotor adalah dengan proses
pemurnian Pemurnian minyak menggunakan bentonit 3 akan menghasilkan
minyak dengan kejernihan dan warna yang lebih baik dari pada menggunakan
arang aktif asam sitrat dan asam tartarat (Mulyono dan Marwati 2005)
Sifat fisikokimia minyak kenanga sebelum dan sesudah pemurnian tersaji
pada Tabel 3 Dari Tabel 3 terlihat bahwa setelah pemurnian kejernihan minyak
meningkat warna minyak berubah dari coklat menjadi kuning kadar logam
(MgFe Mn Zn Pb) menurun akan tetapi komponen utama dalam minyak (β-
kariofilen α-terpineol) tidak berubah Secara umum minyak telah memenuhi
standar mutu SNI
D MINYAK DAUN CENGKEH
Minyak daun cengkeh adalah minyak atsiri yang diperoleh dari
penyulingan daun dan ranting tanaman cengkeh Minyak daun cengkeh hasil
penyulingan rakyat seringkali berwarna hitam kecoklatan dan kotor sehingga
untuk meningkatkan nilai jual dari minyak tersebut perlu dilakukan pemurnian
Dari beberapa hasil pemurnian menunjukkan bahwa minyak dapat dimurnikan
dengan metoda adsorpsi dan pengkelatan Komponen minyak daun cengkeh dapat
dibagi menjadi dua kelompok Kelompok pertama adalah senyawa fenolat dengan
eugenol sebagai komponen terbesar Kelompok kedua adalah senyawa non fenolat
yaitu β-kariofeilen α-kubeben α-kopaen humulen δ- kadien dan kadina 135
trien dengan β-kariofeilen sebagai komponen terbesar Eugenol mempunyai
flavor yang kuat dengan rasa yang sangat pedas dan panas (Sastrohamidjojo
2002)
Pada proses pemurnian minyak daun cengkeh dengan bentonit 1 sampai
10 diketahui bahwa dengan peningkatan konsentrasi bentonit terjadi
peningkatan kejernihan kecerahan dan warna minyak Peningkatan kejernihan
terjadi karena bentonit sifatnya mudah menyerap air dan logam sehingga dengan
berkurangnya air dan logam yang terikat dalam minyak menyebabkan minyak
menjadi jernih Pemurnian secara pengkelatan dengan asam sitrat 06 juga
menunjukkan hasil yang sama yaitu peningkatan kejernihan dan kualitas minyak
(Marwati et al 2005)
Kualitas minyak daun cengkeh sebelum dan setelah pemurnian terlihat pada
Tabel 4
Tabel 4 Sifat fisikokimia minyak daun cengkeh sebelum dan setelah pemurnian
dan standar mutu minyak menurut SNI
Sumber Marwati et al (2005)
Dari Tabel 4 terlihat bahwa dengan proses pemurnian baik dengan bentonit
maupun asam sitrat terjadi peningkatan mutu minyak Pemakaian bentonit
dengan
konsentrasi 7 sampai 10 menghasilkan minyak dengan sifat fisik yang tidak
berbeda jauh tetapi sangat berpengaruh terhadap peningkatan kadar eugenol
Konsentrasi terbaik untuk pengkelatan minyak daun cengkeh dengan asam tartarat
adalah 4 Akan tetapi dengan bantuan pemanasan (60degC) selama 30 menit
akan menghasilkan minyak yang jauh lebih jernih hal ini terlihat dari peningkatan
nilai transmisi (347- 585 ) (Karmelita 1991) Pemurnian minyak daun cengkeh
dengan asam tartarat 4 berpengaruh sekali terhadap peningkatan kejernihan
(dari 11 menjadi 757) perubahan warna minyak dari gelap menjadi coklat
muda dan peningkatan kadar eugenol dari 76996 ppm menjadi 79038 ppm
sedangkan karakteristik lain tidak berubah secara signifikan
STANDAR MUTU
Persyaratan standar mutu minyak atsiri menggunakan batasan atau
kriteria-kriteria tertentu Biasanya dalam karakteristik mutu dicantumkan sifat
khas minyak atsiri sesuai dengan bahan asalnya atau karakteristik ilmiah dari
masing-masing minyak tersebut Dari sifat fisika kita akan mengetahui
keasliannya sedangkan sifat kimia meliputi komponen kimia pendukung minyak
secara umum bisa diketahui terutama komponen utamanya Adanya bahan-bahan
asing yang tercampur dengan sendirinya akan merusak mutu minyak tersebut
Oleh karena itu cara-cara sederhana tetapi teliti sangat diperlukan untuk
mendeteksi adanya bahan-bahan asing baik secara kualitatif ataupun kuantitatif
Bahkan persyaratan tertentu seperti komponen utama minyak atsiri perlu
dicantumkan dalam upaya menghindari pemalsuan (Pardede 2003) Contoh
standar yang digunakan dalam perdagangan minyak nilam (Tabel 5)
Tabel 5 Standar Nasional Indonesia dan Essential Oil Association untuk minyak nilam
DAFTAR PUSTAKA
Anon 2000 Adsorption Microsoft Corporation httpencartamsncomfindconsiceaspti=01AFA000Anon 2006
Vetiver essential information fileCDOCUME~1PascaLOCALS~1TempJ7SHE9R8htm
Brahmana HR 1991 Pengaruh penambahan minyak kruing dan besi oksida terhadap mutu minyak nilam (Patchouli oil) Komunikasi Penelitian 3 (4) 330-341
Davis E J Hassler P Ho A Hover and W Kruger 2006 Essential oilHttpwsuedu~gmhyde433_web_pages433oil-webpagesessenceessence-oils
Ekholm P L Virkki M Ylinen and L Johanson 2003 The effect of phytic acid and some natural chelating agents on solubility of mineral elements in oat bran Food Chem 80 165-170
Emmyzar S Roechan AM Kurniawansyah dan Pulung 2000 Produktivitas dan kadar minyak tanaman akar wangi (Vetiveria zizanioides Stapt) di tanah tercemar logam berat cadmium Jurnal ilmiah Pertanian GakuryokuVI (2) 129-179
Hernani dan Risfaheri 1989 Pengaruh perlakuan bahan sebelum penyulingan terhadap rendemen dan karakteristik minyak nilam Pemberitaan Littri XV (2) 84- 87
Hernani Munazah dan Marsquomun 2002 Peningkatan kadar patchouli alcohol dalam minyak nilam (Pogostemon cablin Benth) melalui proses deterpenisasi Prosiding Simposium Nasional II Tumbuhan Obat dan Aromatik Kerjasama Kehati LIPI Apinmap Unesco Jica Bogor 225-228
Kamal C and R Ashok 2006 Modified vetiver oil economic biopesticidehttpwwwarsusdagovresearchpublicationspublicationshtmSE_Q NO_ 115=170715
Karmelita L 1991 Mempelajari cara pemucatan minyak daun cengkeh (Syzigium aromaticum L) dengan asam tartarat Skripsi S1 Fateta IPB-Bogor
Manurung TB 2003 Usaha pengolahan dan perdagangan minyak atsiri Indonesia dan permasalahannya dalam menghadapi era perdagangan global Sosialisasi Temu Usaha Peningkatan Mutu Bahan Olah Industri Minyak AtsiriDirjend Industri Kimia Agro dan Hasil Hutan Jakarta
Marwati T MS Rusli E Noor dan E Mulyono 2005 Peningkatan mutu minyak daun cengkeh melalui proses pemurnian Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian 2 (2)93-100
Mulyono E dan T Marwati 2005 Kajian proses pemurnian minyak kenanga Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian 1(1) 31-37
Moestafa A E Suprijatna dan Gumilar 1990 Pengaruh kepekatan larutan garam EDTA (Disodium Ethylene Diamine Tetra Acetic Acid) dan lama pengadukannya terhadap pengikatan ion besi dalam minyak nilam Warta IHP 7 (1) 23-26
Pardede JJ 2003Peningkatan mutu minyak atsiri dan pengembangan produk turunannya Sosialisasitemu usaha peningkatan mutu bahan olah industry minyak atsiri Deperindag Jakarta 20 hal
Purnawati R 2000 Pemucatan minyak nilam dengan cara redestilasi dan cara kimia Skripsi Fateta IPB Bogor
Putra RSA 1998 Desain alat pemucat minyak akar wangi skala industri kecilSkripsi Fateta IPB47 hal
Rohayati N 1997 Penggunaan bentonit arang aktif dan asam sitrat untuk meningkatkan mutu minyak akar wangi Skripsi Fateta IPB 50 hal
Sait S dan I Satyaputra 1995 Pengaruh proses deterpenasi terhadap mutu obat minyak biji pala Warta IHP 12 (1-2) 41-43
Sastrohamidjojo H 2002 Kimia Minyak Atsiri FMIPA UGM Yogyakarta
Sulaswaty A dan Wuryaningsih 2001 Teknologi ekstraksi dan pemurnian minyak atsiri sebagai bahan baku flavor amp fragrance Prosiding Simposium Rempah IndonesiaKerjasama MaRI dan Puslitbangbun Jakarta 99-106
Untuk proses tersebut bisa digunakan adsorben baik yang bersifat polar
(silika alumina dan tanah diatomae) ataupun non polar (arang aktif) (Putra 1998)
Secara umum proses pemurnian secara kimia sesuai dengan diagram alir
Gambar1
Minyak + adsorbendArrPengadukan dengan pemanasan selama 15 menitdArr
PenyaringandArrMinyak
Gambar 1 Diagram alir pemurnian dengan adsorben
Pengkelatan adalah pengikatan logam dengan cara menambahkan senyawa
pengkelat dan membentuk kompleks logam senyawa pengkelat
(Ekholm et al 2003)
Proses pengkelatan dilakukan dengan cara yang sama dengan adsorpsi
hanya dengan mengganti adsorben dengan senyawa pengkelat Senyawa
pengkhelat yang cukup dikenal dalam proses pemurnian minyak atsiri antara lain
asam sitrat asam malat asam tartarat dan EDTA (Karmelita 1997 Marwati et al
2005 Moestafa et al 1990)
Proses pengikatan logam merupakan proses keseimbangan pembentukan
kompleks logam dengan senyawa pengkelat Berarti proses pengkelatan
dipengaruhi oleh konsentrasi senyawa yang ada Secara umum keseimbangan
reaksinya dapat ditulis sebagai berikut
Metode penghilangan senyawa terpen atau terpenless biasa dilakukan
terhadap minyak atsiri yang akan digunakan dalam pembuatan parfum karena
minyak yang dihasilkan akan memberikan aroma yang lebih baik (Hernani et al
2002 Sait dan Satyaputra 1995) Ada dua cara penghilangan terpen yaitu dengan
adsorpsi menggunakan kolom alumina menggunakan eluen tertentua dan ekstraksi
menggunakan alkohol encer
HASIL-HASIL PENELITIAN PEMURNIAN MINYAK
A MINYAK AKAR WANGI
Minyak akar wangi (Vetiveria zizanoides) termasuk dalam famili Graminae
biasanya tumbuh didaerah tropis seperti India Tahiti Haiti dan Indonesia
(khususnya Jawa) (Anon 2006) Tanaman ini selain mengandung minyak atsiri
juga bias dimanfaatkan untuk mencegah erosi vegetasi konservasi karena bentuk
akarnya yang kuat (Emmyzar et al 2000) Minyak akar wangi banyak digunakan
dalam industry parfum bahan kosmetik obat-obatan antiseptik afrodisiak
sedativ tonik dan bias dimanfaatkan sebagai biopestisida (Anon 2006 Kamal
and Ashok 2006 Emmyzar et al 2000) Komponen utama dari minyak akar
wangi adalah senyawa golongan 5 seskuiterpen (3-4 ) seskuiterpenol (18-25 )
dan seskuiterpenon seperti asam benzoat vetiverol vetiverol furfurol α dan β
vetivone vetivene dan vetivenil vetivenat (Anon 2006 Kamal and Ashok 2006
Emmyzar et al 2000) Pemurnian terhadap minyak akar wangi yang bermutu
rendah (berwarna kehitaman) dengan menggunakan bentonit 2 akan
meningkatkan mutu minyak dalam hal peningkatan kejernihan dari 46 menjadi
88 berarti terjadi perubahan warna minyak dari coklat gelap menjadi kuning
kecoklatan (Tabel 1)
B MINYAK NILAM
Nilam (Pogostemon cablin BENTH) salah satu dari famili Labiatae
merupakan minyak atsiri yang cukup penting Indonesia merupakan salah satu
produsen minyak nilam terbesar di dunia dengan kontribusinya sekitar 90
Negara tujuan ekspor minyak nilam antara lain Jepang Singapura Amerika dan
Perancis Kegunaan utama minyak nilam biasanya dalam industri parfum sebagai
zat pengikatfiksatif industri sabun dan kosmetik Minyak nilam terdiri dari
campuran senyawa terpen yang bercampur dengan alkohol aldehid dan ester-ester
yang memberikan aroma yang khas dan spesifik Senyawa-senyawa tersebut
antara lain sinamaldehid benzaldehid patchoulen patchouli alkohol dan eugenol
benzoat Patchouli alkohol merupakan komponen utama minyak nilam Minyak
yang banyak mengandung senyawa terpen akan menurunkan nilai 6 kelarutannya
(Hernani dan Risfaheri 1989)
Senyawa terpen dalam minyak akan mudah mengalami proses polimerisasi
oksidasi ataupun hidrolisa karena adanya cahaya dan air Untuk pemurnian
minyak nilam bisa dilakukan dengan menggunakan senyawa pengkhelat dan
penghilangan senyawa terpen (terpeneless) Pemurnian minyak menggunakan Na-
EDTA (di Natrium Ethylene Diamine Tetra acetic acid) 005 M dengan
perbandingan 1 1 dan pengadukan selama 5 menit akan menghilangkan
kandungan Fe (besi) sekitar 95 (Tabel 2) (Mostafa et al 1990) Dari tabel
tersebut dapat diketahui bahwa dengan penurunan kadar logam terjadi perubahan
warna minyak yang sangat signifikan yaitu dari coklat tua menjadi kuning jernih
Dari hasil penelitian terpeneless menggunakan alkohol encer terhadap minyak
nilam ternyata dapat meningkatkan kadar patchouli alkohol dari 3169 menjadi
5529 (Hernani et al 2002)
Pada minyak nilam dapat dilakukan pemurnian secara redestilasi hasil
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai transmisi dari 4 menjadi 834
Peningkatan transmisi tersebut seiring dengan penurunan kadar logam Fe dalam
minyak yaitu dari 5092 ppm menjadi 1960 ppm (Purnawati 2000)
C MINYAK KENANGA
Minyak kenanga adalah minyak yang diperoleh dari penyulingan bunga
kenanga (Canangium odoratum Baill) Minyak kenanga banyak digunakan dalam
industri flavor parfum kosmetika dan farmasi Komponen utama minyak
kenanga dari konsentrasi yang paling besar berturut-turut adalah adalah β-
kariofilen α-terpineol benzil asetat dan benzil alkohol (Sastrohamidjojo 2002)
Masalah yang timbul dalam penyulingan 7 minyak kenanga pada industri kecil
adalah warna minyak yang hitam kecoklatan dan kotor Kondisi tersebut
disebabkan terjadinya reaksi antara senyawa dalam minyak dengan ion logam
yang berasal dari ketel suling (Brahmana 1991) dan adanya proses polimerisasi
oksidasi dan hidrolisis Salah satu upaya untuk memecahkan masalah minyak
kenanga yang berwarna hitam kecoklatan dan kotor adalah dengan proses
pemurnian Pemurnian minyak menggunakan bentonit 3 akan menghasilkan
minyak dengan kejernihan dan warna yang lebih baik dari pada menggunakan
arang aktif asam sitrat dan asam tartarat (Mulyono dan Marwati 2005)
Sifat fisikokimia minyak kenanga sebelum dan sesudah pemurnian tersaji
pada Tabel 3 Dari Tabel 3 terlihat bahwa setelah pemurnian kejernihan minyak
meningkat warna minyak berubah dari coklat menjadi kuning kadar logam
(MgFe Mn Zn Pb) menurun akan tetapi komponen utama dalam minyak (β-
kariofilen α-terpineol) tidak berubah Secara umum minyak telah memenuhi
standar mutu SNI
D MINYAK DAUN CENGKEH
Minyak daun cengkeh adalah minyak atsiri yang diperoleh dari
penyulingan daun dan ranting tanaman cengkeh Minyak daun cengkeh hasil
penyulingan rakyat seringkali berwarna hitam kecoklatan dan kotor sehingga
untuk meningkatkan nilai jual dari minyak tersebut perlu dilakukan pemurnian
Dari beberapa hasil pemurnian menunjukkan bahwa minyak dapat dimurnikan
dengan metoda adsorpsi dan pengkelatan Komponen minyak daun cengkeh dapat
dibagi menjadi dua kelompok Kelompok pertama adalah senyawa fenolat dengan
eugenol sebagai komponen terbesar Kelompok kedua adalah senyawa non fenolat
yaitu β-kariofeilen α-kubeben α-kopaen humulen δ- kadien dan kadina 135
trien dengan β-kariofeilen sebagai komponen terbesar Eugenol mempunyai
flavor yang kuat dengan rasa yang sangat pedas dan panas (Sastrohamidjojo
2002)
Pada proses pemurnian minyak daun cengkeh dengan bentonit 1 sampai
10 diketahui bahwa dengan peningkatan konsentrasi bentonit terjadi
peningkatan kejernihan kecerahan dan warna minyak Peningkatan kejernihan
terjadi karena bentonit sifatnya mudah menyerap air dan logam sehingga dengan
berkurangnya air dan logam yang terikat dalam minyak menyebabkan minyak
menjadi jernih Pemurnian secara pengkelatan dengan asam sitrat 06 juga
menunjukkan hasil yang sama yaitu peningkatan kejernihan dan kualitas minyak
(Marwati et al 2005)
Kualitas minyak daun cengkeh sebelum dan setelah pemurnian terlihat pada
Tabel 4
Tabel 4 Sifat fisikokimia minyak daun cengkeh sebelum dan setelah pemurnian
dan standar mutu minyak menurut SNI
Sumber Marwati et al (2005)
Dari Tabel 4 terlihat bahwa dengan proses pemurnian baik dengan bentonit
maupun asam sitrat terjadi peningkatan mutu minyak Pemakaian bentonit
dengan
konsentrasi 7 sampai 10 menghasilkan minyak dengan sifat fisik yang tidak
berbeda jauh tetapi sangat berpengaruh terhadap peningkatan kadar eugenol
Konsentrasi terbaik untuk pengkelatan minyak daun cengkeh dengan asam tartarat
adalah 4 Akan tetapi dengan bantuan pemanasan (60degC) selama 30 menit
akan menghasilkan minyak yang jauh lebih jernih hal ini terlihat dari peningkatan
nilai transmisi (347- 585 ) (Karmelita 1991) Pemurnian minyak daun cengkeh
dengan asam tartarat 4 berpengaruh sekali terhadap peningkatan kejernihan
(dari 11 menjadi 757) perubahan warna minyak dari gelap menjadi coklat
muda dan peningkatan kadar eugenol dari 76996 ppm menjadi 79038 ppm
sedangkan karakteristik lain tidak berubah secara signifikan
STANDAR MUTU
Persyaratan standar mutu minyak atsiri menggunakan batasan atau
kriteria-kriteria tertentu Biasanya dalam karakteristik mutu dicantumkan sifat
khas minyak atsiri sesuai dengan bahan asalnya atau karakteristik ilmiah dari
masing-masing minyak tersebut Dari sifat fisika kita akan mengetahui
keasliannya sedangkan sifat kimia meliputi komponen kimia pendukung minyak
secara umum bisa diketahui terutama komponen utamanya Adanya bahan-bahan
asing yang tercampur dengan sendirinya akan merusak mutu minyak tersebut
Oleh karena itu cara-cara sederhana tetapi teliti sangat diperlukan untuk
mendeteksi adanya bahan-bahan asing baik secara kualitatif ataupun kuantitatif
Bahkan persyaratan tertentu seperti komponen utama minyak atsiri perlu
dicantumkan dalam upaya menghindari pemalsuan (Pardede 2003) Contoh
standar yang digunakan dalam perdagangan minyak nilam (Tabel 5)
Tabel 5 Standar Nasional Indonesia dan Essential Oil Association untuk minyak nilam
DAFTAR PUSTAKA
Anon 2000 Adsorption Microsoft Corporation httpencartamsncomfindconsiceaspti=01AFA000Anon 2006
Vetiver essential information fileCDOCUME~1PascaLOCALS~1TempJ7SHE9R8htm
Brahmana HR 1991 Pengaruh penambahan minyak kruing dan besi oksida terhadap mutu minyak nilam (Patchouli oil) Komunikasi Penelitian 3 (4) 330-341
Davis E J Hassler P Ho A Hover and W Kruger 2006 Essential oilHttpwsuedu~gmhyde433_web_pages433oil-webpagesessenceessence-oils
Ekholm P L Virkki M Ylinen and L Johanson 2003 The effect of phytic acid and some natural chelating agents on solubility of mineral elements in oat bran Food Chem 80 165-170
Emmyzar S Roechan AM Kurniawansyah dan Pulung 2000 Produktivitas dan kadar minyak tanaman akar wangi (Vetiveria zizanioides Stapt) di tanah tercemar logam berat cadmium Jurnal ilmiah Pertanian GakuryokuVI (2) 129-179
Hernani dan Risfaheri 1989 Pengaruh perlakuan bahan sebelum penyulingan terhadap rendemen dan karakteristik minyak nilam Pemberitaan Littri XV (2) 84- 87
Hernani Munazah dan Marsquomun 2002 Peningkatan kadar patchouli alcohol dalam minyak nilam (Pogostemon cablin Benth) melalui proses deterpenisasi Prosiding Simposium Nasional II Tumbuhan Obat dan Aromatik Kerjasama Kehati LIPI Apinmap Unesco Jica Bogor 225-228
Kamal C and R Ashok 2006 Modified vetiver oil economic biopesticidehttpwwwarsusdagovresearchpublicationspublicationshtmSE_Q NO_ 115=170715
Karmelita L 1991 Mempelajari cara pemucatan minyak daun cengkeh (Syzigium aromaticum L) dengan asam tartarat Skripsi S1 Fateta IPB-Bogor
Manurung TB 2003 Usaha pengolahan dan perdagangan minyak atsiri Indonesia dan permasalahannya dalam menghadapi era perdagangan global Sosialisasi Temu Usaha Peningkatan Mutu Bahan Olah Industri Minyak AtsiriDirjend Industri Kimia Agro dan Hasil Hutan Jakarta
Marwati T MS Rusli E Noor dan E Mulyono 2005 Peningkatan mutu minyak daun cengkeh melalui proses pemurnian Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian 2 (2)93-100
Mulyono E dan T Marwati 2005 Kajian proses pemurnian minyak kenanga Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian 1(1) 31-37
Moestafa A E Suprijatna dan Gumilar 1990 Pengaruh kepekatan larutan garam EDTA (Disodium Ethylene Diamine Tetra Acetic Acid) dan lama pengadukannya terhadap pengikatan ion besi dalam minyak nilam Warta IHP 7 (1) 23-26
Pardede JJ 2003Peningkatan mutu minyak atsiri dan pengembangan produk turunannya Sosialisasitemu usaha peningkatan mutu bahan olah industry minyak atsiri Deperindag Jakarta 20 hal
Purnawati R 2000 Pemucatan minyak nilam dengan cara redestilasi dan cara kimia Skripsi Fateta IPB Bogor
Putra RSA 1998 Desain alat pemucat minyak akar wangi skala industri kecilSkripsi Fateta IPB47 hal
Rohayati N 1997 Penggunaan bentonit arang aktif dan asam sitrat untuk meningkatkan mutu minyak akar wangi Skripsi Fateta IPB 50 hal
Sait S dan I Satyaputra 1995 Pengaruh proses deterpenasi terhadap mutu obat minyak biji pala Warta IHP 12 (1-2) 41-43
Sastrohamidjojo H 2002 Kimia Minyak Atsiri FMIPA UGM Yogyakarta
Sulaswaty A dan Wuryaningsih 2001 Teknologi ekstraksi dan pemurnian minyak atsiri sebagai bahan baku flavor amp fragrance Prosiding Simposium Rempah IndonesiaKerjasama MaRI dan Puslitbangbun Jakarta 99-106
Metode penghilangan senyawa terpen atau terpenless biasa dilakukan
terhadap minyak atsiri yang akan digunakan dalam pembuatan parfum karena
minyak yang dihasilkan akan memberikan aroma yang lebih baik (Hernani et al
2002 Sait dan Satyaputra 1995) Ada dua cara penghilangan terpen yaitu dengan
adsorpsi menggunakan kolom alumina menggunakan eluen tertentua dan ekstraksi
menggunakan alkohol encer
HASIL-HASIL PENELITIAN PEMURNIAN MINYAK
A MINYAK AKAR WANGI
Minyak akar wangi (Vetiveria zizanoides) termasuk dalam famili Graminae
biasanya tumbuh didaerah tropis seperti India Tahiti Haiti dan Indonesia
(khususnya Jawa) (Anon 2006) Tanaman ini selain mengandung minyak atsiri
juga bias dimanfaatkan untuk mencegah erosi vegetasi konservasi karena bentuk
akarnya yang kuat (Emmyzar et al 2000) Minyak akar wangi banyak digunakan
dalam industry parfum bahan kosmetik obat-obatan antiseptik afrodisiak
sedativ tonik dan bias dimanfaatkan sebagai biopestisida (Anon 2006 Kamal
and Ashok 2006 Emmyzar et al 2000) Komponen utama dari minyak akar
wangi adalah senyawa golongan 5 seskuiterpen (3-4 ) seskuiterpenol (18-25 )
dan seskuiterpenon seperti asam benzoat vetiverol vetiverol furfurol α dan β
vetivone vetivene dan vetivenil vetivenat (Anon 2006 Kamal and Ashok 2006
Emmyzar et al 2000) Pemurnian terhadap minyak akar wangi yang bermutu
rendah (berwarna kehitaman) dengan menggunakan bentonit 2 akan
meningkatkan mutu minyak dalam hal peningkatan kejernihan dari 46 menjadi
88 berarti terjadi perubahan warna minyak dari coklat gelap menjadi kuning
kecoklatan (Tabel 1)
B MINYAK NILAM
Nilam (Pogostemon cablin BENTH) salah satu dari famili Labiatae
merupakan minyak atsiri yang cukup penting Indonesia merupakan salah satu
produsen minyak nilam terbesar di dunia dengan kontribusinya sekitar 90
Negara tujuan ekspor minyak nilam antara lain Jepang Singapura Amerika dan
Perancis Kegunaan utama minyak nilam biasanya dalam industri parfum sebagai
zat pengikatfiksatif industri sabun dan kosmetik Minyak nilam terdiri dari
campuran senyawa terpen yang bercampur dengan alkohol aldehid dan ester-ester
yang memberikan aroma yang khas dan spesifik Senyawa-senyawa tersebut
antara lain sinamaldehid benzaldehid patchoulen patchouli alkohol dan eugenol
benzoat Patchouli alkohol merupakan komponen utama minyak nilam Minyak
yang banyak mengandung senyawa terpen akan menurunkan nilai 6 kelarutannya
(Hernani dan Risfaheri 1989)
Senyawa terpen dalam minyak akan mudah mengalami proses polimerisasi
oksidasi ataupun hidrolisa karena adanya cahaya dan air Untuk pemurnian
minyak nilam bisa dilakukan dengan menggunakan senyawa pengkhelat dan
penghilangan senyawa terpen (terpeneless) Pemurnian minyak menggunakan Na-
EDTA (di Natrium Ethylene Diamine Tetra acetic acid) 005 M dengan
perbandingan 1 1 dan pengadukan selama 5 menit akan menghilangkan
kandungan Fe (besi) sekitar 95 (Tabel 2) (Mostafa et al 1990) Dari tabel
tersebut dapat diketahui bahwa dengan penurunan kadar logam terjadi perubahan
warna minyak yang sangat signifikan yaitu dari coklat tua menjadi kuning jernih
Dari hasil penelitian terpeneless menggunakan alkohol encer terhadap minyak
nilam ternyata dapat meningkatkan kadar patchouli alkohol dari 3169 menjadi
5529 (Hernani et al 2002)
Pada minyak nilam dapat dilakukan pemurnian secara redestilasi hasil
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai transmisi dari 4 menjadi 834
Peningkatan transmisi tersebut seiring dengan penurunan kadar logam Fe dalam
minyak yaitu dari 5092 ppm menjadi 1960 ppm (Purnawati 2000)
C MINYAK KENANGA
Minyak kenanga adalah minyak yang diperoleh dari penyulingan bunga
kenanga (Canangium odoratum Baill) Minyak kenanga banyak digunakan dalam
industri flavor parfum kosmetika dan farmasi Komponen utama minyak
kenanga dari konsentrasi yang paling besar berturut-turut adalah adalah β-
kariofilen α-terpineol benzil asetat dan benzil alkohol (Sastrohamidjojo 2002)
Masalah yang timbul dalam penyulingan 7 minyak kenanga pada industri kecil
adalah warna minyak yang hitam kecoklatan dan kotor Kondisi tersebut
disebabkan terjadinya reaksi antara senyawa dalam minyak dengan ion logam
yang berasal dari ketel suling (Brahmana 1991) dan adanya proses polimerisasi
oksidasi dan hidrolisis Salah satu upaya untuk memecahkan masalah minyak
kenanga yang berwarna hitam kecoklatan dan kotor adalah dengan proses
pemurnian Pemurnian minyak menggunakan bentonit 3 akan menghasilkan
minyak dengan kejernihan dan warna yang lebih baik dari pada menggunakan
arang aktif asam sitrat dan asam tartarat (Mulyono dan Marwati 2005)
Sifat fisikokimia minyak kenanga sebelum dan sesudah pemurnian tersaji
pada Tabel 3 Dari Tabel 3 terlihat bahwa setelah pemurnian kejernihan minyak
meningkat warna minyak berubah dari coklat menjadi kuning kadar logam
(MgFe Mn Zn Pb) menurun akan tetapi komponen utama dalam minyak (β-
kariofilen α-terpineol) tidak berubah Secara umum minyak telah memenuhi
standar mutu SNI
D MINYAK DAUN CENGKEH
Minyak daun cengkeh adalah minyak atsiri yang diperoleh dari
penyulingan daun dan ranting tanaman cengkeh Minyak daun cengkeh hasil
penyulingan rakyat seringkali berwarna hitam kecoklatan dan kotor sehingga
untuk meningkatkan nilai jual dari minyak tersebut perlu dilakukan pemurnian
Dari beberapa hasil pemurnian menunjukkan bahwa minyak dapat dimurnikan
dengan metoda adsorpsi dan pengkelatan Komponen minyak daun cengkeh dapat
dibagi menjadi dua kelompok Kelompok pertama adalah senyawa fenolat dengan
eugenol sebagai komponen terbesar Kelompok kedua adalah senyawa non fenolat
yaitu β-kariofeilen α-kubeben α-kopaen humulen δ- kadien dan kadina 135
trien dengan β-kariofeilen sebagai komponen terbesar Eugenol mempunyai
flavor yang kuat dengan rasa yang sangat pedas dan panas (Sastrohamidjojo
2002)
Pada proses pemurnian minyak daun cengkeh dengan bentonit 1 sampai
10 diketahui bahwa dengan peningkatan konsentrasi bentonit terjadi
peningkatan kejernihan kecerahan dan warna minyak Peningkatan kejernihan
terjadi karena bentonit sifatnya mudah menyerap air dan logam sehingga dengan
berkurangnya air dan logam yang terikat dalam minyak menyebabkan minyak
menjadi jernih Pemurnian secara pengkelatan dengan asam sitrat 06 juga
menunjukkan hasil yang sama yaitu peningkatan kejernihan dan kualitas minyak
(Marwati et al 2005)
Kualitas minyak daun cengkeh sebelum dan setelah pemurnian terlihat pada
Tabel 4
Tabel 4 Sifat fisikokimia minyak daun cengkeh sebelum dan setelah pemurnian
dan standar mutu minyak menurut SNI
Sumber Marwati et al (2005)
Dari Tabel 4 terlihat bahwa dengan proses pemurnian baik dengan bentonit
maupun asam sitrat terjadi peningkatan mutu minyak Pemakaian bentonit
dengan
konsentrasi 7 sampai 10 menghasilkan minyak dengan sifat fisik yang tidak
berbeda jauh tetapi sangat berpengaruh terhadap peningkatan kadar eugenol
Konsentrasi terbaik untuk pengkelatan minyak daun cengkeh dengan asam tartarat
adalah 4 Akan tetapi dengan bantuan pemanasan (60degC) selama 30 menit
akan menghasilkan minyak yang jauh lebih jernih hal ini terlihat dari peningkatan
nilai transmisi (347- 585 ) (Karmelita 1991) Pemurnian minyak daun cengkeh
dengan asam tartarat 4 berpengaruh sekali terhadap peningkatan kejernihan
(dari 11 menjadi 757) perubahan warna minyak dari gelap menjadi coklat
muda dan peningkatan kadar eugenol dari 76996 ppm menjadi 79038 ppm
sedangkan karakteristik lain tidak berubah secara signifikan
STANDAR MUTU
Persyaratan standar mutu minyak atsiri menggunakan batasan atau
kriteria-kriteria tertentu Biasanya dalam karakteristik mutu dicantumkan sifat
khas minyak atsiri sesuai dengan bahan asalnya atau karakteristik ilmiah dari
masing-masing minyak tersebut Dari sifat fisika kita akan mengetahui
keasliannya sedangkan sifat kimia meliputi komponen kimia pendukung minyak
secara umum bisa diketahui terutama komponen utamanya Adanya bahan-bahan
asing yang tercampur dengan sendirinya akan merusak mutu minyak tersebut
Oleh karena itu cara-cara sederhana tetapi teliti sangat diperlukan untuk
mendeteksi adanya bahan-bahan asing baik secara kualitatif ataupun kuantitatif
Bahkan persyaratan tertentu seperti komponen utama minyak atsiri perlu
dicantumkan dalam upaya menghindari pemalsuan (Pardede 2003) Contoh
standar yang digunakan dalam perdagangan minyak nilam (Tabel 5)
Tabel 5 Standar Nasional Indonesia dan Essential Oil Association untuk minyak nilam
DAFTAR PUSTAKA
Anon 2000 Adsorption Microsoft Corporation httpencartamsncomfindconsiceaspti=01AFA000Anon 2006
Vetiver essential information fileCDOCUME~1PascaLOCALS~1TempJ7SHE9R8htm
Brahmana HR 1991 Pengaruh penambahan minyak kruing dan besi oksida terhadap mutu minyak nilam (Patchouli oil) Komunikasi Penelitian 3 (4) 330-341
Davis E J Hassler P Ho A Hover and W Kruger 2006 Essential oilHttpwsuedu~gmhyde433_web_pages433oil-webpagesessenceessence-oils
Ekholm P L Virkki M Ylinen and L Johanson 2003 The effect of phytic acid and some natural chelating agents on solubility of mineral elements in oat bran Food Chem 80 165-170
Emmyzar S Roechan AM Kurniawansyah dan Pulung 2000 Produktivitas dan kadar minyak tanaman akar wangi (Vetiveria zizanioides Stapt) di tanah tercemar logam berat cadmium Jurnal ilmiah Pertanian GakuryokuVI (2) 129-179
Hernani dan Risfaheri 1989 Pengaruh perlakuan bahan sebelum penyulingan terhadap rendemen dan karakteristik minyak nilam Pemberitaan Littri XV (2) 84- 87
Hernani Munazah dan Marsquomun 2002 Peningkatan kadar patchouli alcohol dalam minyak nilam (Pogostemon cablin Benth) melalui proses deterpenisasi Prosiding Simposium Nasional II Tumbuhan Obat dan Aromatik Kerjasama Kehati LIPI Apinmap Unesco Jica Bogor 225-228
Kamal C and R Ashok 2006 Modified vetiver oil economic biopesticidehttpwwwarsusdagovresearchpublicationspublicationshtmSE_Q NO_ 115=170715
Karmelita L 1991 Mempelajari cara pemucatan minyak daun cengkeh (Syzigium aromaticum L) dengan asam tartarat Skripsi S1 Fateta IPB-Bogor
Manurung TB 2003 Usaha pengolahan dan perdagangan minyak atsiri Indonesia dan permasalahannya dalam menghadapi era perdagangan global Sosialisasi Temu Usaha Peningkatan Mutu Bahan Olah Industri Minyak AtsiriDirjend Industri Kimia Agro dan Hasil Hutan Jakarta
Marwati T MS Rusli E Noor dan E Mulyono 2005 Peningkatan mutu minyak daun cengkeh melalui proses pemurnian Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian 2 (2)93-100
Mulyono E dan T Marwati 2005 Kajian proses pemurnian minyak kenanga Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian 1(1) 31-37
Moestafa A E Suprijatna dan Gumilar 1990 Pengaruh kepekatan larutan garam EDTA (Disodium Ethylene Diamine Tetra Acetic Acid) dan lama pengadukannya terhadap pengikatan ion besi dalam minyak nilam Warta IHP 7 (1) 23-26
Pardede JJ 2003Peningkatan mutu minyak atsiri dan pengembangan produk turunannya Sosialisasitemu usaha peningkatan mutu bahan olah industry minyak atsiri Deperindag Jakarta 20 hal
Purnawati R 2000 Pemucatan minyak nilam dengan cara redestilasi dan cara kimia Skripsi Fateta IPB Bogor
Putra RSA 1998 Desain alat pemucat minyak akar wangi skala industri kecilSkripsi Fateta IPB47 hal
Rohayati N 1997 Penggunaan bentonit arang aktif dan asam sitrat untuk meningkatkan mutu minyak akar wangi Skripsi Fateta IPB 50 hal
Sait S dan I Satyaputra 1995 Pengaruh proses deterpenasi terhadap mutu obat minyak biji pala Warta IHP 12 (1-2) 41-43
Sastrohamidjojo H 2002 Kimia Minyak Atsiri FMIPA UGM Yogyakarta
Sulaswaty A dan Wuryaningsih 2001 Teknologi ekstraksi dan pemurnian minyak atsiri sebagai bahan baku flavor amp fragrance Prosiding Simposium Rempah IndonesiaKerjasama MaRI dan Puslitbangbun Jakarta 99-106
HASIL-HASIL PENELITIAN PEMURNIAN MINYAK
A MINYAK AKAR WANGI
Minyak akar wangi (Vetiveria zizanoides) termasuk dalam famili Graminae
biasanya tumbuh didaerah tropis seperti India Tahiti Haiti dan Indonesia
(khususnya Jawa) (Anon 2006) Tanaman ini selain mengandung minyak atsiri
juga bias dimanfaatkan untuk mencegah erosi vegetasi konservasi karena bentuk
akarnya yang kuat (Emmyzar et al 2000) Minyak akar wangi banyak digunakan
dalam industry parfum bahan kosmetik obat-obatan antiseptik afrodisiak
sedativ tonik dan bias dimanfaatkan sebagai biopestisida (Anon 2006 Kamal
and Ashok 2006 Emmyzar et al 2000) Komponen utama dari minyak akar
wangi adalah senyawa golongan 5 seskuiterpen (3-4 ) seskuiterpenol (18-25 )
dan seskuiterpenon seperti asam benzoat vetiverol vetiverol furfurol α dan β
vetivone vetivene dan vetivenil vetivenat (Anon 2006 Kamal and Ashok 2006
Emmyzar et al 2000) Pemurnian terhadap minyak akar wangi yang bermutu
rendah (berwarna kehitaman) dengan menggunakan bentonit 2 akan
meningkatkan mutu minyak dalam hal peningkatan kejernihan dari 46 menjadi
88 berarti terjadi perubahan warna minyak dari coklat gelap menjadi kuning
kecoklatan (Tabel 1)
B MINYAK NILAM
Nilam (Pogostemon cablin BENTH) salah satu dari famili Labiatae
merupakan minyak atsiri yang cukup penting Indonesia merupakan salah satu
produsen minyak nilam terbesar di dunia dengan kontribusinya sekitar 90
Negara tujuan ekspor minyak nilam antara lain Jepang Singapura Amerika dan
Perancis Kegunaan utama minyak nilam biasanya dalam industri parfum sebagai
zat pengikatfiksatif industri sabun dan kosmetik Minyak nilam terdiri dari
campuran senyawa terpen yang bercampur dengan alkohol aldehid dan ester-ester
yang memberikan aroma yang khas dan spesifik Senyawa-senyawa tersebut
antara lain sinamaldehid benzaldehid patchoulen patchouli alkohol dan eugenol
benzoat Patchouli alkohol merupakan komponen utama minyak nilam Minyak
yang banyak mengandung senyawa terpen akan menurunkan nilai 6 kelarutannya
(Hernani dan Risfaheri 1989)
Senyawa terpen dalam minyak akan mudah mengalami proses polimerisasi
oksidasi ataupun hidrolisa karena adanya cahaya dan air Untuk pemurnian
minyak nilam bisa dilakukan dengan menggunakan senyawa pengkhelat dan
penghilangan senyawa terpen (terpeneless) Pemurnian minyak menggunakan Na-
EDTA (di Natrium Ethylene Diamine Tetra acetic acid) 005 M dengan
perbandingan 1 1 dan pengadukan selama 5 menit akan menghilangkan
kandungan Fe (besi) sekitar 95 (Tabel 2) (Mostafa et al 1990) Dari tabel
tersebut dapat diketahui bahwa dengan penurunan kadar logam terjadi perubahan
warna minyak yang sangat signifikan yaitu dari coklat tua menjadi kuning jernih
Dari hasil penelitian terpeneless menggunakan alkohol encer terhadap minyak
nilam ternyata dapat meningkatkan kadar patchouli alkohol dari 3169 menjadi
5529 (Hernani et al 2002)
Pada minyak nilam dapat dilakukan pemurnian secara redestilasi hasil
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai transmisi dari 4 menjadi 834
Peningkatan transmisi tersebut seiring dengan penurunan kadar logam Fe dalam
minyak yaitu dari 5092 ppm menjadi 1960 ppm (Purnawati 2000)
C MINYAK KENANGA
Minyak kenanga adalah minyak yang diperoleh dari penyulingan bunga
kenanga (Canangium odoratum Baill) Minyak kenanga banyak digunakan dalam
industri flavor parfum kosmetika dan farmasi Komponen utama minyak
kenanga dari konsentrasi yang paling besar berturut-turut adalah adalah β-
kariofilen α-terpineol benzil asetat dan benzil alkohol (Sastrohamidjojo 2002)
Masalah yang timbul dalam penyulingan 7 minyak kenanga pada industri kecil
adalah warna minyak yang hitam kecoklatan dan kotor Kondisi tersebut
disebabkan terjadinya reaksi antara senyawa dalam minyak dengan ion logam
yang berasal dari ketel suling (Brahmana 1991) dan adanya proses polimerisasi
oksidasi dan hidrolisis Salah satu upaya untuk memecahkan masalah minyak
kenanga yang berwarna hitam kecoklatan dan kotor adalah dengan proses
pemurnian Pemurnian minyak menggunakan bentonit 3 akan menghasilkan
minyak dengan kejernihan dan warna yang lebih baik dari pada menggunakan
arang aktif asam sitrat dan asam tartarat (Mulyono dan Marwati 2005)
Sifat fisikokimia minyak kenanga sebelum dan sesudah pemurnian tersaji
pada Tabel 3 Dari Tabel 3 terlihat bahwa setelah pemurnian kejernihan minyak
meningkat warna minyak berubah dari coklat menjadi kuning kadar logam
(MgFe Mn Zn Pb) menurun akan tetapi komponen utama dalam minyak (β-
kariofilen α-terpineol) tidak berubah Secara umum minyak telah memenuhi
standar mutu SNI
D MINYAK DAUN CENGKEH
Minyak daun cengkeh adalah minyak atsiri yang diperoleh dari
penyulingan daun dan ranting tanaman cengkeh Minyak daun cengkeh hasil
penyulingan rakyat seringkali berwarna hitam kecoklatan dan kotor sehingga
untuk meningkatkan nilai jual dari minyak tersebut perlu dilakukan pemurnian
Dari beberapa hasil pemurnian menunjukkan bahwa minyak dapat dimurnikan
dengan metoda adsorpsi dan pengkelatan Komponen minyak daun cengkeh dapat
dibagi menjadi dua kelompok Kelompok pertama adalah senyawa fenolat dengan
eugenol sebagai komponen terbesar Kelompok kedua adalah senyawa non fenolat
yaitu β-kariofeilen α-kubeben α-kopaen humulen δ- kadien dan kadina 135
trien dengan β-kariofeilen sebagai komponen terbesar Eugenol mempunyai
flavor yang kuat dengan rasa yang sangat pedas dan panas (Sastrohamidjojo
2002)
Pada proses pemurnian minyak daun cengkeh dengan bentonit 1 sampai
10 diketahui bahwa dengan peningkatan konsentrasi bentonit terjadi
peningkatan kejernihan kecerahan dan warna minyak Peningkatan kejernihan
terjadi karena bentonit sifatnya mudah menyerap air dan logam sehingga dengan
berkurangnya air dan logam yang terikat dalam minyak menyebabkan minyak
menjadi jernih Pemurnian secara pengkelatan dengan asam sitrat 06 juga
menunjukkan hasil yang sama yaitu peningkatan kejernihan dan kualitas minyak
(Marwati et al 2005)
Kualitas minyak daun cengkeh sebelum dan setelah pemurnian terlihat pada
Tabel 4
Tabel 4 Sifat fisikokimia minyak daun cengkeh sebelum dan setelah pemurnian
dan standar mutu minyak menurut SNI
Sumber Marwati et al (2005)
Dari Tabel 4 terlihat bahwa dengan proses pemurnian baik dengan bentonit
maupun asam sitrat terjadi peningkatan mutu minyak Pemakaian bentonit
dengan
konsentrasi 7 sampai 10 menghasilkan minyak dengan sifat fisik yang tidak
berbeda jauh tetapi sangat berpengaruh terhadap peningkatan kadar eugenol
Konsentrasi terbaik untuk pengkelatan minyak daun cengkeh dengan asam tartarat
adalah 4 Akan tetapi dengan bantuan pemanasan (60degC) selama 30 menit
akan menghasilkan minyak yang jauh lebih jernih hal ini terlihat dari peningkatan
nilai transmisi (347- 585 ) (Karmelita 1991) Pemurnian minyak daun cengkeh
dengan asam tartarat 4 berpengaruh sekali terhadap peningkatan kejernihan
(dari 11 menjadi 757) perubahan warna minyak dari gelap menjadi coklat
muda dan peningkatan kadar eugenol dari 76996 ppm menjadi 79038 ppm
sedangkan karakteristik lain tidak berubah secara signifikan
STANDAR MUTU
Persyaratan standar mutu minyak atsiri menggunakan batasan atau
kriteria-kriteria tertentu Biasanya dalam karakteristik mutu dicantumkan sifat
khas minyak atsiri sesuai dengan bahan asalnya atau karakteristik ilmiah dari
masing-masing minyak tersebut Dari sifat fisika kita akan mengetahui
keasliannya sedangkan sifat kimia meliputi komponen kimia pendukung minyak
secara umum bisa diketahui terutama komponen utamanya Adanya bahan-bahan
asing yang tercampur dengan sendirinya akan merusak mutu minyak tersebut
Oleh karena itu cara-cara sederhana tetapi teliti sangat diperlukan untuk
mendeteksi adanya bahan-bahan asing baik secara kualitatif ataupun kuantitatif
Bahkan persyaratan tertentu seperti komponen utama minyak atsiri perlu
dicantumkan dalam upaya menghindari pemalsuan (Pardede 2003) Contoh
standar yang digunakan dalam perdagangan minyak nilam (Tabel 5)
Tabel 5 Standar Nasional Indonesia dan Essential Oil Association untuk minyak nilam
DAFTAR PUSTAKA
Anon 2000 Adsorption Microsoft Corporation httpencartamsncomfindconsiceaspti=01AFA000Anon 2006
Vetiver essential information fileCDOCUME~1PascaLOCALS~1TempJ7SHE9R8htm
Brahmana HR 1991 Pengaruh penambahan minyak kruing dan besi oksida terhadap mutu minyak nilam (Patchouli oil) Komunikasi Penelitian 3 (4) 330-341
Davis E J Hassler P Ho A Hover and W Kruger 2006 Essential oilHttpwsuedu~gmhyde433_web_pages433oil-webpagesessenceessence-oils
Ekholm P L Virkki M Ylinen and L Johanson 2003 The effect of phytic acid and some natural chelating agents on solubility of mineral elements in oat bran Food Chem 80 165-170
Emmyzar S Roechan AM Kurniawansyah dan Pulung 2000 Produktivitas dan kadar minyak tanaman akar wangi (Vetiveria zizanioides Stapt) di tanah tercemar logam berat cadmium Jurnal ilmiah Pertanian GakuryokuVI (2) 129-179
Hernani dan Risfaheri 1989 Pengaruh perlakuan bahan sebelum penyulingan terhadap rendemen dan karakteristik minyak nilam Pemberitaan Littri XV (2) 84- 87
Hernani Munazah dan Marsquomun 2002 Peningkatan kadar patchouli alcohol dalam minyak nilam (Pogostemon cablin Benth) melalui proses deterpenisasi Prosiding Simposium Nasional II Tumbuhan Obat dan Aromatik Kerjasama Kehati LIPI Apinmap Unesco Jica Bogor 225-228
Kamal C and R Ashok 2006 Modified vetiver oil economic biopesticidehttpwwwarsusdagovresearchpublicationspublicationshtmSE_Q NO_ 115=170715
Karmelita L 1991 Mempelajari cara pemucatan minyak daun cengkeh (Syzigium aromaticum L) dengan asam tartarat Skripsi S1 Fateta IPB-Bogor
Manurung TB 2003 Usaha pengolahan dan perdagangan minyak atsiri Indonesia dan permasalahannya dalam menghadapi era perdagangan global Sosialisasi Temu Usaha Peningkatan Mutu Bahan Olah Industri Minyak AtsiriDirjend Industri Kimia Agro dan Hasil Hutan Jakarta
Marwati T MS Rusli E Noor dan E Mulyono 2005 Peningkatan mutu minyak daun cengkeh melalui proses pemurnian Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian 2 (2)93-100
Mulyono E dan T Marwati 2005 Kajian proses pemurnian minyak kenanga Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian 1(1) 31-37
Moestafa A E Suprijatna dan Gumilar 1990 Pengaruh kepekatan larutan garam EDTA (Disodium Ethylene Diamine Tetra Acetic Acid) dan lama pengadukannya terhadap pengikatan ion besi dalam minyak nilam Warta IHP 7 (1) 23-26
Pardede JJ 2003Peningkatan mutu minyak atsiri dan pengembangan produk turunannya Sosialisasitemu usaha peningkatan mutu bahan olah industry minyak atsiri Deperindag Jakarta 20 hal
Purnawati R 2000 Pemucatan minyak nilam dengan cara redestilasi dan cara kimia Skripsi Fateta IPB Bogor
Putra RSA 1998 Desain alat pemucat minyak akar wangi skala industri kecilSkripsi Fateta IPB47 hal
Rohayati N 1997 Penggunaan bentonit arang aktif dan asam sitrat untuk meningkatkan mutu minyak akar wangi Skripsi Fateta IPB 50 hal
Sait S dan I Satyaputra 1995 Pengaruh proses deterpenasi terhadap mutu obat minyak biji pala Warta IHP 12 (1-2) 41-43
Sastrohamidjojo H 2002 Kimia Minyak Atsiri FMIPA UGM Yogyakarta
Sulaswaty A dan Wuryaningsih 2001 Teknologi ekstraksi dan pemurnian minyak atsiri sebagai bahan baku flavor amp fragrance Prosiding Simposium Rempah IndonesiaKerjasama MaRI dan Puslitbangbun Jakarta 99-106
B MINYAK NILAM
Nilam (Pogostemon cablin BENTH) salah satu dari famili Labiatae
merupakan minyak atsiri yang cukup penting Indonesia merupakan salah satu
produsen minyak nilam terbesar di dunia dengan kontribusinya sekitar 90
Negara tujuan ekspor minyak nilam antara lain Jepang Singapura Amerika dan
Perancis Kegunaan utama minyak nilam biasanya dalam industri parfum sebagai
zat pengikatfiksatif industri sabun dan kosmetik Minyak nilam terdiri dari
campuran senyawa terpen yang bercampur dengan alkohol aldehid dan ester-ester
yang memberikan aroma yang khas dan spesifik Senyawa-senyawa tersebut
antara lain sinamaldehid benzaldehid patchoulen patchouli alkohol dan eugenol
benzoat Patchouli alkohol merupakan komponen utama minyak nilam Minyak
yang banyak mengandung senyawa terpen akan menurunkan nilai 6 kelarutannya
(Hernani dan Risfaheri 1989)
Senyawa terpen dalam minyak akan mudah mengalami proses polimerisasi
oksidasi ataupun hidrolisa karena adanya cahaya dan air Untuk pemurnian
minyak nilam bisa dilakukan dengan menggunakan senyawa pengkhelat dan
penghilangan senyawa terpen (terpeneless) Pemurnian minyak menggunakan Na-
EDTA (di Natrium Ethylene Diamine Tetra acetic acid) 005 M dengan
perbandingan 1 1 dan pengadukan selama 5 menit akan menghilangkan
kandungan Fe (besi) sekitar 95 (Tabel 2) (Mostafa et al 1990) Dari tabel
tersebut dapat diketahui bahwa dengan penurunan kadar logam terjadi perubahan
warna minyak yang sangat signifikan yaitu dari coklat tua menjadi kuning jernih
Dari hasil penelitian terpeneless menggunakan alkohol encer terhadap minyak
nilam ternyata dapat meningkatkan kadar patchouli alkohol dari 3169 menjadi
5529 (Hernani et al 2002)
Pada minyak nilam dapat dilakukan pemurnian secara redestilasi hasil
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai transmisi dari 4 menjadi 834
Peningkatan transmisi tersebut seiring dengan penurunan kadar logam Fe dalam
minyak yaitu dari 5092 ppm menjadi 1960 ppm (Purnawati 2000)
C MINYAK KENANGA
Minyak kenanga adalah minyak yang diperoleh dari penyulingan bunga
kenanga (Canangium odoratum Baill) Minyak kenanga banyak digunakan dalam
industri flavor parfum kosmetika dan farmasi Komponen utama minyak
kenanga dari konsentrasi yang paling besar berturut-turut adalah adalah β-
kariofilen α-terpineol benzil asetat dan benzil alkohol (Sastrohamidjojo 2002)
Masalah yang timbul dalam penyulingan 7 minyak kenanga pada industri kecil
adalah warna minyak yang hitam kecoklatan dan kotor Kondisi tersebut
disebabkan terjadinya reaksi antara senyawa dalam minyak dengan ion logam
yang berasal dari ketel suling (Brahmana 1991) dan adanya proses polimerisasi
oksidasi dan hidrolisis Salah satu upaya untuk memecahkan masalah minyak
kenanga yang berwarna hitam kecoklatan dan kotor adalah dengan proses
pemurnian Pemurnian minyak menggunakan bentonit 3 akan menghasilkan
minyak dengan kejernihan dan warna yang lebih baik dari pada menggunakan
arang aktif asam sitrat dan asam tartarat (Mulyono dan Marwati 2005)
Sifat fisikokimia minyak kenanga sebelum dan sesudah pemurnian tersaji
pada Tabel 3 Dari Tabel 3 terlihat bahwa setelah pemurnian kejernihan minyak
meningkat warna minyak berubah dari coklat menjadi kuning kadar logam
(MgFe Mn Zn Pb) menurun akan tetapi komponen utama dalam minyak (β-
kariofilen α-terpineol) tidak berubah Secara umum minyak telah memenuhi
standar mutu SNI
D MINYAK DAUN CENGKEH
Minyak daun cengkeh adalah minyak atsiri yang diperoleh dari
penyulingan daun dan ranting tanaman cengkeh Minyak daun cengkeh hasil
penyulingan rakyat seringkali berwarna hitam kecoklatan dan kotor sehingga
untuk meningkatkan nilai jual dari minyak tersebut perlu dilakukan pemurnian
Dari beberapa hasil pemurnian menunjukkan bahwa minyak dapat dimurnikan
dengan metoda adsorpsi dan pengkelatan Komponen minyak daun cengkeh dapat
dibagi menjadi dua kelompok Kelompok pertama adalah senyawa fenolat dengan
eugenol sebagai komponen terbesar Kelompok kedua adalah senyawa non fenolat
yaitu β-kariofeilen α-kubeben α-kopaen humulen δ- kadien dan kadina 135
trien dengan β-kariofeilen sebagai komponen terbesar Eugenol mempunyai
flavor yang kuat dengan rasa yang sangat pedas dan panas (Sastrohamidjojo
2002)
Pada proses pemurnian minyak daun cengkeh dengan bentonit 1 sampai
10 diketahui bahwa dengan peningkatan konsentrasi bentonit terjadi
peningkatan kejernihan kecerahan dan warna minyak Peningkatan kejernihan
terjadi karena bentonit sifatnya mudah menyerap air dan logam sehingga dengan
berkurangnya air dan logam yang terikat dalam minyak menyebabkan minyak
menjadi jernih Pemurnian secara pengkelatan dengan asam sitrat 06 juga
menunjukkan hasil yang sama yaitu peningkatan kejernihan dan kualitas minyak
(Marwati et al 2005)
Kualitas minyak daun cengkeh sebelum dan setelah pemurnian terlihat pada
Tabel 4
Tabel 4 Sifat fisikokimia minyak daun cengkeh sebelum dan setelah pemurnian
dan standar mutu minyak menurut SNI
Sumber Marwati et al (2005)
Dari Tabel 4 terlihat bahwa dengan proses pemurnian baik dengan bentonit
maupun asam sitrat terjadi peningkatan mutu minyak Pemakaian bentonit
dengan
konsentrasi 7 sampai 10 menghasilkan minyak dengan sifat fisik yang tidak
berbeda jauh tetapi sangat berpengaruh terhadap peningkatan kadar eugenol
Konsentrasi terbaik untuk pengkelatan minyak daun cengkeh dengan asam tartarat
adalah 4 Akan tetapi dengan bantuan pemanasan (60degC) selama 30 menit
akan menghasilkan minyak yang jauh lebih jernih hal ini terlihat dari peningkatan
nilai transmisi (347- 585 ) (Karmelita 1991) Pemurnian minyak daun cengkeh
dengan asam tartarat 4 berpengaruh sekali terhadap peningkatan kejernihan
(dari 11 menjadi 757) perubahan warna minyak dari gelap menjadi coklat
muda dan peningkatan kadar eugenol dari 76996 ppm menjadi 79038 ppm
sedangkan karakteristik lain tidak berubah secara signifikan
STANDAR MUTU
Persyaratan standar mutu minyak atsiri menggunakan batasan atau
kriteria-kriteria tertentu Biasanya dalam karakteristik mutu dicantumkan sifat
khas minyak atsiri sesuai dengan bahan asalnya atau karakteristik ilmiah dari
masing-masing minyak tersebut Dari sifat fisika kita akan mengetahui
keasliannya sedangkan sifat kimia meliputi komponen kimia pendukung minyak
secara umum bisa diketahui terutama komponen utamanya Adanya bahan-bahan
asing yang tercampur dengan sendirinya akan merusak mutu minyak tersebut
Oleh karena itu cara-cara sederhana tetapi teliti sangat diperlukan untuk
mendeteksi adanya bahan-bahan asing baik secara kualitatif ataupun kuantitatif
Bahkan persyaratan tertentu seperti komponen utama minyak atsiri perlu
dicantumkan dalam upaya menghindari pemalsuan (Pardede 2003) Contoh
standar yang digunakan dalam perdagangan minyak nilam (Tabel 5)
Tabel 5 Standar Nasional Indonesia dan Essential Oil Association untuk minyak nilam
DAFTAR PUSTAKA
Anon 2000 Adsorption Microsoft Corporation httpencartamsncomfindconsiceaspti=01AFA000Anon 2006
Vetiver essential information fileCDOCUME~1PascaLOCALS~1TempJ7SHE9R8htm
Brahmana HR 1991 Pengaruh penambahan minyak kruing dan besi oksida terhadap mutu minyak nilam (Patchouli oil) Komunikasi Penelitian 3 (4) 330-341
Davis E J Hassler P Ho A Hover and W Kruger 2006 Essential oilHttpwsuedu~gmhyde433_web_pages433oil-webpagesessenceessence-oils
Ekholm P L Virkki M Ylinen and L Johanson 2003 The effect of phytic acid and some natural chelating agents on solubility of mineral elements in oat bran Food Chem 80 165-170
Emmyzar S Roechan AM Kurniawansyah dan Pulung 2000 Produktivitas dan kadar minyak tanaman akar wangi (Vetiveria zizanioides Stapt) di tanah tercemar logam berat cadmium Jurnal ilmiah Pertanian GakuryokuVI (2) 129-179
Hernani dan Risfaheri 1989 Pengaruh perlakuan bahan sebelum penyulingan terhadap rendemen dan karakteristik minyak nilam Pemberitaan Littri XV (2) 84- 87
Hernani Munazah dan Marsquomun 2002 Peningkatan kadar patchouli alcohol dalam minyak nilam (Pogostemon cablin Benth) melalui proses deterpenisasi Prosiding Simposium Nasional II Tumbuhan Obat dan Aromatik Kerjasama Kehati LIPI Apinmap Unesco Jica Bogor 225-228
Kamal C and R Ashok 2006 Modified vetiver oil economic biopesticidehttpwwwarsusdagovresearchpublicationspublicationshtmSE_Q NO_ 115=170715
Karmelita L 1991 Mempelajari cara pemucatan minyak daun cengkeh (Syzigium aromaticum L) dengan asam tartarat Skripsi S1 Fateta IPB-Bogor
Manurung TB 2003 Usaha pengolahan dan perdagangan minyak atsiri Indonesia dan permasalahannya dalam menghadapi era perdagangan global Sosialisasi Temu Usaha Peningkatan Mutu Bahan Olah Industri Minyak AtsiriDirjend Industri Kimia Agro dan Hasil Hutan Jakarta
Marwati T MS Rusli E Noor dan E Mulyono 2005 Peningkatan mutu minyak daun cengkeh melalui proses pemurnian Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian 2 (2)93-100
Mulyono E dan T Marwati 2005 Kajian proses pemurnian minyak kenanga Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian 1(1) 31-37
Moestafa A E Suprijatna dan Gumilar 1990 Pengaruh kepekatan larutan garam EDTA (Disodium Ethylene Diamine Tetra Acetic Acid) dan lama pengadukannya terhadap pengikatan ion besi dalam minyak nilam Warta IHP 7 (1) 23-26
Pardede JJ 2003Peningkatan mutu minyak atsiri dan pengembangan produk turunannya Sosialisasitemu usaha peningkatan mutu bahan olah industry minyak atsiri Deperindag Jakarta 20 hal
Purnawati R 2000 Pemucatan minyak nilam dengan cara redestilasi dan cara kimia Skripsi Fateta IPB Bogor
Putra RSA 1998 Desain alat pemucat minyak akar wangi skala industri kecilSkripsi Fateta IPB47 hal
Rohayati N 1997 Penggunaan bentonit arang aktif dan asam sitrat untuk meningkatkan mutu minyak akar wangi Skripsi Fateta IPB 50 hal
Sait S dan I Satyaputra 1995 Pengaruh proses deterpenasi terhadap mutu obat minyak biji pala Warta IHP 12 (1-2) 41-43
Sastrohamidjojo H 2002 Kimia Minyak Atsiri FMIPA UGM Yogyakarta
Sulaswaty A dan Wuryaningsih 2001 Teknologi ekstraksi dan pemurnian minyak atsiri sebagai bahan baku flavor amp fragrance Prosiding Simposium Rempah IndonesiaKerjasama MaRI dan Puslitbangbun Jakarta 99-106
Pada minyak nilam dapat dilakukan pemurnian secara redestilasi hasil
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai transmisi dari 4 menjadi 834
Peningkatan transmisi tersebut seiring dengan penurunan kadar logam Fe dalam
minyak yaitu dari 5092 ppm menjadi 1960 ppm (Purnawati 2000)
C MINYAK KENANGA
Minyak kenanga adalah minyak yang diperoleh dari penyulingan bunga
kenanga (Canangium odoratum Baill) Minyak kenanga banyak digunakan dalam
industri flavor parfum kosmetika dan farmasi Komponen utama minyak
kenanga dari konsentrasi yang paling besar berturut-turut adalah adalah β-
kariofilen α-terpineol benzil asetat dan benzil alkohol (Sastrohamidjojo 2002)
Masalah yang timbul dalam penyulingan 7 minyak kenanga pada industri kecil
adalah warna minyak yang hitam kecoklatan dan kotor Kondisi tersebut
disebabkan terjadinya reaksi antara senyawa dalam minyak dengan ion logam
yang berasal dari ketel suling (Brahmana 1991) dan adanya proses polimerisasi
oksidasi dan hidrolisis Salah satu upaya untuk memecahkan masalah minyak
kenanga yang berwarna hitam kecoklatan dan kotor adalah dengan proses
pemurnian Pemurnian minyak menggunakan bentonit 3 akan menghasilkan
minyak dengan kejernihan dan warna yang lebih baik dari pada menggunakan
arang aktif asam sitrat dan asam tartarat (Mulyono dan Marwati 2005)
Sifat fisikokimia minyak kenanga sebelum dan sesudah pemurnian tersaji
pada Tabel 3 Dari Tabel 3 terlihat bahwa setelah pemurnian kejernihan minyak
meningkat warna minyak berubah dari coklat menjadi kuning kadar logam
(MgFe Mn Zn Pb) menurun akan tetapi komponen utama dalam minyak (β-
kariofilen α-terpineol) tidak berubah Secara umum minyak telah memenuhi
standar mutu SNI
D MINYAK DAUN CENGKEH
Minyak daun cengkeh adalah minyak atsiri yang diperoleh dari
penyulingan daun dan ranting tanaman cengkeh Minyak daun cengkeh hasil
penyulingan rakyat seringkali berwarna hitam kecoklatan dan kotor sehingga
untuk meningkatkan nilai jual dari minyak tersebut perlu dilakukan pemurnian
Dari beberapa hasil pemurnian menunjukkan bahwa minyak dapat dimurnikan
dengan metoda adsorpsi dan pengkelatan Komponen minyak daun cengkeh dapat
dibagi menjadi dua kelompok Kelompok pertama adalah senyawa fenolat dengan
eugenol sebagai komponen terbesar Kelompok kedua adalah senyawa non fenolat
yaitu β-kariofeilen α-kubeben α-kopaen humulen δ- kadien dan kadina 135
trien dengan β-kariofeilen sebagai komponen terbesar Eugenol mempunyai
flavor yang kuat dengan rasa yang sangat pedas dan panas (Sastrohamidjojo
2002)
Pada proses pemurnian minyak daun cengkeh dengan bentonit 1 sampai
10 diketahui bahwa dengan peningkatan konsentrasi bentonit terjadi
peningkatan kejernihan kecerahan dan warna minyak Peningkatan kejernihan
terjadi karena bentonit sifatnya mudah menyerap air dan logam sehingga dengan
berkurangnya air dan logam yang terikat dalam minyak menyebabkan minyak
menjadi jernih Pemurnian secara pengkelatan dengan asam sitrat 06 juga
menunjukkan hasil yang sama yaitu peningkatan kejernihan dan kualitas minyak
(Marwati et al 2005)
Kualitas minyak daun cengkeh sebelum dan setelah pemurnian terlihat pada
Tabel 4
Tabel 4 Sifat fisikokimia minyak daun cengkeh sebelum dan setelah pemurnian
dan standar mutu minyak menurut SNI
Sumber Marwati et al (2005)
Dari Tabel 4 terlihat bahwa dengan proses pemurnian baik dengan bentonit
maupun asam sitrat terjadi peningkatan mutu minyak Pemakaian bentonit
dengan
konsentrasi 7 sampai 10 menghasilkan minyak dengan sifat fisik yang tidak
berbeda jauh tetapi sangat berpengaruh terhadap peningkatan kadar eugenol
Konsentrasi terbaik untuk pengkelatan minyak daun cengkeh dengan asam tartarat
adalah 4 Akan tetapi dengan bantuan pemanasan (60degC) selama 30 menit
akan menghasilkan minyak yang jauh lebih jernih hal ini terlihat dari peningkatan
nilai transmisi (347- 585 ) (Karmelita 1991) Pemurnian minyak daun cengkeh
dengan asam tartarat 4 berpengaruh sekali terhadap peningkatan kejernihan
(dari 11 menjadi 757) perubahan warna minyak dari gelap menjadi coklat
muda dan peningkatan kadar eugenol dari 76996 ppm menjadi 79038 ppm
sedangkan karakteristik lain tidak berubah secara signifikan
STANDAR MUTU
Persyaratan standar mutu minyak atsiri menggunakan batasan atau
kriteria-kriteria tertentu Biasanya dalam karakteristik mutu dicantumkan sifat
khas minyak atsiri sesuai dengan bahan asalnya atau karakteristik ilmiah dari
masing-masing minyak tersebut Dari sifat fisika kita akan mengetahui
keasliannya sedangkan sifat kimia meliputi komponen kimia pendukung minyak
secara umum bisa diketahui terutama komponen utamanya Adanya bahan-bahan
asing yang tercampur dengan sendirinya akan merusak mutu minyak tersebut
Oleh karena itu cara-cara sederhana tetapi teliti sangat diperlukan untuk
mendeteksi adanya bahan-bahan asing baik secara kualitatif ataupun kuantitatif
Bahkan persyaratan tertentu seperti komponen utama minyak atsiri perlu
dicantumkan dalam upaya menghindari pemalsuan (Pardede 2003) Contoh
standar yang digunakan dalam perdagangan minyak nilam (Tabel 5)
Tabel 5 Standar Nasional Indonesia dan Essential Oil Association untuk minyak nilam
DAFTAR PUSTAKA
Anon 2000 Adsorption Microsoft Corporation httpencartamsncomfindconsiceaspti=01AFA000Anon 2006
Vetiver essential information fileCDOCUME~1PascaLOCALS~1TempJ7SHE9R8htm
Brahmana HR 1991 Pengaruh penambahan minyak kruing dan besi oksida terhadap mutu minyak nilam (Patchouli oil) Komunikasi Penelitian 3 (4) 330-341
Davis E J Hassler P Ho A Hover and W Kruger 2006 Essential oilHttpwsuedu~gmhyde433_web_pages433oil-webpagesessenceessence-oils
Ekholm P L Virkki M Ylinen and L Johanson 2003 The effect of phytic acid and some natural chelating agents on solubility of mineral elements in oat bran Food Chem 80 165-170
Emmyzar S Roechan AM Kurniawansyah dan Pulung 2000 Produktivitas dan kadar minyak tanaman akar wangi (Vetiveria zizanioides Stapt) di tanah tercemar logam berat cadmium Jurnal ilmiah Pertanian GakuryokuVI (2) 129-179
Hernani dan Risfaheri 1989 Pengaruh perlakuan bahan sebelum penyulingan terhadap rendemen dan karakteristik minyak nilam Pemberitaan Littri XV (2) 84- 87
Hernani Munazah dan Marsquomun 2002 Peningkatan kadar patchouli alcohol dalam minyak nilam (Pogostemon cablin Benth) melalui proses deterpenisasi Prosiding Simposium Nasional II Tumbuhan Obat dan Aromatik Kerjasama Kehati LIPI Apinmap Unesco Jica Bogor 225-228
Kamal C and R Ashok 2006 Modified vetiver oil economic biopesticidehttpwwwarsusdagovresearchpublicationspublicationshtmSE_Q NO_ 115=170715
Karmelita L 1991 Mempelajari cara pemucatan minyak daun cengkeh (Syzigium aromaticum L) dengan asam tartarat Skripsi S1 Fateta IPB-Bogor
Manurung TB 2003 Usaha pengolahan dan perdagangan minyak atsiri Indonesia dan permasalahannya dalam menghadapi era perdagangan global Sosialisasi Temu Usaha Peningkatan Mutu Bahan Olah Industri Minyak AtsiriDirjend Industri Kimia Agro dan Hasil Hutan Jakarta
Marwati T MS Rusli E Noor dan E Mulyono 2005 Peningkatan mutu minyak daun cengkeh melalui proses pemurnian Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian 2 (2)93-100
Mulyono E dan T Marwati 2005 Kajian proses pemurnian minyak kenanga Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian 1(1) 31-37
Moestafa A E Suprijatna dan Gumilar 1990 Pengaruh kepekatan larutan garam EDTA (Disodium Ethylene Diamine Tetra Acetic Acid) dan lama pengadukannya terhadap pengikatan ion besi dalam minyak nilam Warta IHP 7 (1) 23-26
Pardede JJ 2003Peningkatan mutu minyak atsiri dan pengembangan produk turunannya Sosialisasitemu usaha peningkatan mutu bahan olah industry minyak atsiri Deperindag Jakarta 20 hal
Purnawati R 2000 Pemucatan minyak nilam dengan cara redestilasi dan cara kimia Skripsi Fateta IPB Bogor
Putra RSA 1998 Desain alat pemucat minyak akar wangi skala industri kecilSkripsi Fateta IPB47 hal
Rohayati N 1997 Penggunaan bentonit arang aktif dan asam sitrat untuk meningkatkan mutu minyak akar wangi Skripsi Fateta IPB 50 hal
Sait S dan I Satyaputra 1995 Pengaruh proses deterpenasi terhadap mutu obat minyak biji pala Warta IHP 12 (1-2) 41-43
Sastrohamidjojo H 2002 Kimia Minyak Atsiri FMIPA UGM Yogyakarta
Sulaswaty A dan Wuryaningsih 2001 Teknologi ekstraksi dan pemurnian minyak atsiri sebagai bahan baku flavor amp fragrance Prosiding Simposium Rempah IndonesiaKerjasama MaRI dan Puslitbangbun Jakarta 99-106
Sifat fisikokimia minyak kenanga sebelum dan sesudah pemurnian tersaji
pada Tabel 3 Dari Tabel 3 terlihat bahwa setelah pemurnian kejernihan minyak
meningkat warna minyak berubah dari coklat menjadi kuning kadar logam
(MgFe Mn Zn Pb) menurun akan tetapi komponen utama dalam minyak (β-
kariofilen α-terpineol) tidak berubah Secara umum minyak telah memenuhi
standar mutu SNI
D MINYAK DAUN CENGKEH
Minyak daun cengkeh adalah minyak atsiri yang diperoleh dari
penyulingan daun dan ranting tanaman cengkeh Minyak daun cengkeh hasil
penyulingan rakyat seringkali berwarna hitam kecoklatan dan kotor sehingga
untuk meningkatkan nilai jual dari minyak tersebut perlu dilakukan pemurnian
Dari beberapa hasil pemurnian menunjukkan bahwa minyak dapat dimurnikan
dengan metoda adsorpsi dan pengkelatan Komponen minyak daun cengkeh dapat
dibagi menjadi dua kelompok Kelompok pertama adalah senyawa fenolat dengan
eugenol sebagai komponen terbesar Kelompok kedua adalah senyawa non fenolat
yaitu β-kariofeilen α-kubeben α-kopaen humulen δ- kadien dan kadina 135
trien dengan β-kariofeilen sebagai komponen terbesar Eugenol mempunyai
flavor yang kuat dengan rasa yang sangat pedas dan panas (Sastrohamidjojo
2002)
Pada proses pemurnian minyak daun cengkeh dengan bentonit 1 sampai
10 diketahui bahwa dengan peningkatan konsentrasi bentonit terjadi
peningkatan kejernihan kecerahan dan warna minyak Peningkatan kejernihan
terjadi karena bentonit sifatnya mudah menyerap air dan logam sehingga dengan
berkurangnya air dan logam yang terikat dalam minyak menyebabkan minyak
menjadi jernih Pemurnian secara pengkelatan dengan asam sitrat 06 juga
menunjukkan hasil yang sama yaitu peningkatan kejernihan dan kualitas minyak
(Marwati et al 2005)
Kualitas minyak daun cengkeh sebelum dan setelah pemurnian terlihat pada
Tabel 4
Tabel 4 Sifat fisikokimia minyak daun cengkeh sebelum dan setelah pemurnian
dan standar mutu minyak menurut SNI
Sumber Marwati et al (2005)
Dari Tabel 4 terlihat bahwa dengan proses pemurnian baik dengan bentonit
maupun asam sitrat terjadi peningkatan mutu minyak Pemakaian bentonit
dengan
konsentrasi 7 sampai 10 menghasilkan minyak dengan sifat fisik yang tidak
berbeda jauh tetapi sangat berpengaruh terhadap peningkatan kadar eugenol
Konsentrasi terbaik untuk pengkelatan minyak daun cengkeh dengan asam tartarat
adalah 4 Akan tetapi dengan bantuan pemanasan (60degC) selama 30 menit
akan menghasilkan minyak yang jauh lebih jernih hal ini terlihat dari peningkatan
nilai transmisi (347- 585 ) (Karmelita 1991) Pemurnian minyak daun cengkeh
dengan asam tartarat 4 berpengaruh sekali terhadap peningkatan kejernihan
(dari 11 menjadi 757) perubahan warna minyak dari gelap menjadi coklat
muda dan peningkatan kadar eugenol dari 76996 ppm menjadi 79038 ppm
sedangkan karakteristik lain tidak berubah secara signifikan
STANDAR MUTU
Persyaratan standar mutu minyak atsiri menggunakan batasan atau
kriteria-kriteria tertentu Biasanya dalam karakteristik mutu dicantumkan sifat
khas minyak atsiri sesuai dengan bahan asalnya atau karakteristik ilmiah dari
masing-masing minyak tersebut Dari sifat fisika kita akan mengetahui
keasliannya sedangkan sifat kimia meliputi komponen kimia pendukung minyak
secara umum bisa diketahui terutama komponen utamanya Adanya bahan-bahan
asing yang tercampur dengan sendirinya akan merusak mutu minyak tersebut
Oleh karena itu cara-cara sederhana tetapi teliti sangat diperlukan untuk
mendeteksi adanya bahan-bahan asing baik secara kualitatif ataupun kuantitatif
Bahkan persyaratan tertentu seperti komponen utama minyak atsiri perlu
dicantumkan dalam upaya menghindari pemalsuan (Pardede 2003) Contoh
standar yang digunakan dalam perdagangan minyak nilam (Tabel 5)
Tabel 5 Standar Nasional Indonesia dan Essential Oil Association untuk minyak nilam
DAFTAR PUSTAKA
Anon 2000 Adsorption Microsoft Corporation httpencartamsncomfindconsiceaspti=01AFA000Anon 2006
Vetiver essential information fileCDOCUME~1PascaLOCALS~1TempJ7SHE9R8htm
Brahmana HR 1991 Pengaruh penambahan minyak kruing dan besi oksida terhadap mutu minyak nilam (Patchouli oil) Komunikasi Penelitian 3 (4) 330-341
Davis E J Hassler P Ho A Hover and W Kruger 2006 Essential oilHttpwsuedu~gmhyde433_web_pages433oil-webpagesessenceessence-oils
Ekholm P L Virkki M Ylinen and L Johanson 2003 The effect of phytic acid and some natural chelating agents on solubility of mineral elements in oat bran Food Chem 80 165-170
Emmyzar S Roechan AM Kurniawansyah dan Pulung 2000 Produktivitas dan kadar minyak tanaman akar wangi (Vetiveria zizanioides Stapt) di tanah tercemar logam berat cadmium Jurnal ilmiah Pertanian GakuryokuVI (2) 129-179
Hernani dan Risfaheri 1989 Pengaruh perlakuan bahan sebelum penyulingan terhadap rendemen dan karakteristik minyak nilam Pemberitaan Littri XV (2) 84- 87
Hernani Munazah dan Marsquomun 2002 Peningkatan kadar patchouli alcohol dalam minyak nilam (Pogostemon cablin Benth) melalui proses deterpenisasi Prosiding Simposium Nasional II Tumbuhan Obat dan Aromatik Kerjasama Kehati LIPI Apinmap Unesco Jica Bogor 225-228
Kamal C and R Ashok 2006 Modified vetiver oil economic biopesticidehttpwwwarsusdagovresearchpublicationspublicationshtmSE_Q NO_ 115=170715
Karmelita L 1991 Mempelajari cara pemucatan minyak daun cengkeh (Syzigium aromaticum L) dengan asam tartarat Skripsi S1 Fateta IPB-Bogor
Manurung TB 2003 Usaha pengolahan dan perdagangan minyak atsiri Indonesia dan permasalahannya dalam menghadapi era perdagangan global Sosialisasi Temu Usaha Peningkatan Mutu Bahan Olah Industri Minyak AtsiriDirjend Industri Kimia Agro dan Hasil Hutan Jakarta
Marwati T MS Rusli E Noor dan E Mulyono 2005 Peningkatan mutu minyak daun cengkeh melalui proses pemurnian Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian 2 (2)93-100
Mulyono E dan T Marwati 2005 Kajian proses pemurnian minyak kenanga Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian 1(1) 31-37
Moestafa A E Suprijatna dan Gumilar 1990 Pengaruh kepekatan larutan garam EDTA (Disodium Ethylene Diamine Tetra Acetic Acid) dan lama pengadukannya terhadap pengikatan ion besi dalam minyak nilam Warta IHP 7 (1) 23-26
Pardede JJ 2003Peningkatan mutu minyak atsiri dan pengembangan produk turunannya Sosialisasitemu usaha peningkatan mutu bahan olah industry minyak atsiri Deperindag Jakarta 20 hal
Purnawati R 2000 Pemucatan minyak nilam dengan cara redestilasi dan cara kimia Skripsi Fateta IPB Bogor
Putra RSA 1998 Desain alat pemucat minyak akar wangi skala industri kecilSkripsi Fateta IPB47 hal
Rohayati N 1997 Penggunaan bentonit arang aktif dan asam sitrat untuk meningkatkan mutu minyak akar wangi Skripsi Fateta IPB 50 hal
Sait S dan I Satyaputra 1995 Pengaruh proses deterpenasi terhadap mutu obat minyak biji pala Warta IHP 12 (1-2) 41-43
Sastrohamidjojo H 2002 Kimia Minyak Atsiri FMIPA UGM Yogyakarta
Sulaswaty A dan Wuryaningsih 2001 Teknologi ekstraksi dan pemurnian minyak atsiri sebagai bahan baku flavor amp fragrance Prosiding Simposium Rempah IndonesiaKerjasama MaRI dan Puslitbangbun Jakarta 99-106
yaitu β-kariofeilen α-kubeben α-kopaen humulen δ- kadien dan kadina 135
trien dengan β-kariofeilen sebagai komponen terbesar Eugenol mempunyai
flavor yang kuat dengan rasa yang sangat pedas dan panas (Sastrohamidjojo
2002)
Pada proses pemurnian minyak daun cengkeh dengan bentonit 1 sampai
10 diketahui bahwa dengan peningkatan konsentrasi bentonit terjadi
peningkatan kejernihan kecerahan dan warna minyak Peningkatan kejernihan
terjadi karena bentonit sifatnya mudah menyerap air dan logam sehingga dengan
berkurangnya air dan logam yang terikat dalam minyak menyebabkan minyak
menjadi jernih Pemurnian secara pengkelatan dengan asam sitrat 06 juga
menunjukkan hasil yang sama yaitu peningkatan kejernihan dan kualitas minyak
(Marwati et al 2005)
Kualitas minyak daun cengkeh sebelum dan setelah pemurnian terlihat pada
Tabel 4
Tabel 4 Sifat fisikokimia minyak daun cengkeh sebelum dan setelah pemurnian
dan standar mutu minyak menurut SNI
Sumber Marwati et al (2005)
Dari Tabel 4 terlihat bahwa dengan proses pemurnian baik dengan bentonit
maupun asam sitrat terjadi peningkatan mutu minyak Pemakaian bentonit
dengan
konsentrasi 7 sampai 10 menghasilkan minyak dengan sifat fisik yang tidak
berbeda jauh tetapi sangat berpengaruh terhadap peningkatan kadar eugenol
Konsentrasi terbaik untuk pengkelatan minyak daun cengkeh dengan asam tartarat
adalah 4 Akan tetapi dengan bantuan pemanasan (60degC) selama 30 menit
akan menghasilkan minyak yang jauh lebih jernih hal ini terlihat dari peningkatan
nilai transmisi (347- 585 ) (Karmelita 1991) Pemurnian minyak daun cengkeh
dengan asam tartarat 4 berpengaruh sekali terhadap peningkatan kejernihan
(dari 11 menjadi 757) perubahan warna minyak dari gelap menjadi coklat
muda dan peningkatan kadar eugenol dari 76996 ppm menjadi 79038 ppm
sedangkan karakteristik lain tidak berubah secara signifikan
STANDAR MUTU
Persyaratan standar mutu minyak atsiri menggunakan batasan atau
kriteria-kriteria tertentu Biasanya dalam karakteristik mutu dicantumkan sifat
khas minyak atsiri sesuai dengan bahan asalnya atau karakteristik ilmiah dari
masing-masing minyak tersebut Dari sifat fisika kita akan mengetahui
keasliannya sedangkan sifat kimia meliputi komponen kimia pendukung minyak
secara umum bisa diketahui terutama komponen utamanya Adanya bahan-bahan
asing yang tercampur dengan sendirinya akan merusak mutu minyak tersebut
Oleh karena itu cara-cara sederhana tetapi teliti sangat diperlukan untuk
mendeteksi adanya bahan-bahan asing baik secara kualitatif ataupun kuantitatif
Bahkan persyaratan tertentu seperti komponen utama minyak atsiri perlu
dicantumkan dalam upaya menghindari pemalsuan (Pardede 2003) Contoh
standar yang digunakan dalam perdagangan minyak nilam (Tabel 5)
Tabel 5 Standar Nasional Indonesia dan Essential Oil Association untuk minyak nilam
DAFTAR PUSTAKA
Anon 2000 Adsorption Microsoft Corporation httpencartamsncomfindconsiceaspti=01AFA000Anon 2006
Vetiver essential information fileCDOCUME~1PascaLOCALS~1TempJ7SHE9R8htm
Brahmana HR 1991 Pengaruh penambahan minyak kruing dan besi oksida terhadap mutu minyak nilam (Patchouli oil) Komunikasi Penelitian 3 (4) 330-341
Davis E J Hassler P Ho A Hover and W Kruger 2006 Essential oilHttpwsuedu~gmhyde433_web_pages433oil-webpagesessenceessence-oils
Ekholm P L Virkki M Ylinen and L Johanson 2003 The effect of phytic acid and some natural chelating agents on solubility of mineral elements in oat bran Food Chem 80 165-170
Emmyzar S Roechan AM Kurniawansyah dan Pulung 2000 Produktivitas dan kadar minyak tanaman akar wangi (Vetiveria zizanioides Stapt) di tanah tercemar logam berat cadmium Jurnal ilmiah Pertanian GakuryokuVI (2) 129-179
Hernani dan Risfaheri 1989 Pengaruh perlakuan bahan sebelum penyulingan terhadap rendemen dan karakteristik minyak nilam Pemberitaan Littri XV (2) 84- 87
Hernani Munazah dan Marsquomun 2002 Peningkatan kadar patchouli alcohol dalam minyak nilam (Pogostemon cablin Benth) melalui proses deterpenisasi Prosiding Simposium Nasional II Tumbuhan Obat dan Aromatik Kerjasama Kehati LIPI Apinmap Unesco Jica Bogor 225-228
Kamal C and R Ashok 2006 Modified vetiver oil economic biopesticidehttpwwwarsusdagovresearchpublicationspublicationshtmSE_Q NO_ 115=170715
Karmelita L 1991 Mempelajari cara pemucatan minyak daun cengkeh (Syzigium aromaticum L) dengan asam tartarat Skripsi S1 Fateta IPB-Bogor
Manurung TB 2003 Usaha pengolahan dan perdagangan minyak atsiri Indonesia dan permasalahannya dalam menghadapi era perdagangan global Sosialisasi Temu Usaha Peningkatan Mutu Bahan Olah Industri Minyak AtsiriDirjend Industri Kimia Agro dan Hasil Hutan Jakarta
Marwati T MS Rusli E Noor dan E Mulyono 2005 Peningkatan mutu minyak daun cengkeh melalui proses pemurnian Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian 2 (2)93-100
Mulyono E dan T Marwati 2005 Kajian proses pemurnian minyak kenanga Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian 1(1) 31-37
Moestafa A E Suprijatna dan Gumilar 1990 Pengaruh kepekatan larutan garam EDTA (Disodium Ethylene Diamine Tetra Acetic Acid) dan lama pengadukannya terhadap pengikatan ion besi dalam minyak nilam Warta IHP 7 (1) 23-26
Pardede JJ 2003Peningkatan mutu minyak atsiri dan pengembangan produk turunannya Sosialisasitemu usaha peningkatan mutu bahan olah industry minyak atsiri Deperindag Jakarta 20 hal
Purnawati R 2000 Pemucatan minyak nilam dengan cara redestilasi dan cara kimia Skripsi Fateta IPB Bogor
Putra RSA 1998 Desain alat pemucat minyak akar wangi skala industri kecilSkripsi Fateta IPB47 hal
Rohayati N 1997 Penggunaan bentonit arang aktif dan asam sitrat untuk meningkatkan mutu minyak akar wangi Skripsi Fateta IPB 50 hal
Sait S dan I Satyaputra 1995 Pengaruh proses deterpenasi terhadap mutu obat minyak biji pala Warta IHP 12 (1-2) 41-43
Sastrohamidjojo H 2002 Kimia Minyak Atsiri FMIPA UGM Yogyakarta
Sulaswaty A dan Wuryaningsih 2001 Teknologi ekstraksi dan pemurnian minyak atsiri sebagai bahan baku flavor amp fragrance Prosiding Simposium Rempah IndonesiaKerjasama MaRI dan Puslitbangbun Jakarta 99-106
akan menghasilkan minyak yang jauh lebih jernih hal ini terlihat dari peningkatan
nilai transmisi (347- 585 ) (Karmelita 1991) Pemurnian minyak daun cengkeh
dengan asam tartarat 4 berpengaruh sekali terhadap peningkatan kejernihan
(dari 11 menjadi 757) perubahan warna minyak dari gelap menjadi coklat
muda dan peningkatan kadar eugenol dari 76996 ppm menjadi 79038 ppm
sedangkan karakteristik lain tidak berubah secara signifikan
STANDAR MUTU
Persyaratan standar mutu minyak atsiri menggunakan batasan atau
kriteria-kriteria tertentu Biasanya dalam karakteristik mutu dicantumkan sifat
khas minyak atsiri sesuai dengan bahan asalnya atau karakteristik ilmiah dari
masing-masing minyak tersebut Dari sifat fisika kita akan mengetahui
keasliannya sedangkan sifat kimia meliputi komponen kimia pendukung minyak
secara umum bisa diketahui terutama komponen utamanya Adanya bahan-bahan
asing yang tercampur dengan sendirinya akan merusak mutu minyak tersebut
Oleh karena itu cara-cara sederhana tetapi teliti sangat diperlukan untuk
mendeteksi adanya bahan-bahan asing baik secara kualitatif ataupun kuantitatif
Bahkan persyaratan tertentu seperti komponen utama minyak atsiri perlu
dicantumkan dalam upaya menghindari pemalsuan (Pardede 2003) Contoh
standar yang digunakan dalam perdagangan minyak nilam (Tabel 5)
Tabel 5 Standar Nasional Indonesia dan Essential Oil Association untuk minyak nilam
DAFTAR PUSTAKA
Anon 2000 Adsorption Microsoft Corporation httpencartamsncomfindconsiceaspti=01AFA000Anon 2006
Vetiver essential information fileCDOCUME~1PascaLOCALS~1TempJ7SHE9R8htm
Brahmana HR 1991 Pengaruh penambahan minyak kruing dan besi oksida terhadap mutu minyak nilam (Patchouli oil) Komunikasi Penelitian 3 (4) 330-341
Davis E J Hassler P Ho A Hover and W Kruger 2006 Essential oilHttpwsuedu~gmhyde433_web_pages433oil-webpagesessenceessence-oils
Ekholm P L Virkki M Ylinen and L Johanson 2003 The effect of phytic acid and some natural chelating agents on solubility of mineral elements in oat bran Food Chem 80 165-170
Emmyzar S Roechan AM Kurniawansyah dan Pulung 2000 Produktivitas dan kadar minyak tanaman akar wangi (Vetiveria zizanioides Stapt) di tanah tercemar logam berat cadmium Jurnal ilmiah Pertanian GakuryokuVI (2) 129-179
Hernani dan Risfaheri 1989 Pengaruh perlakuan bahan sebelum penyulingan terhadap rendemen dan karakteristik minyak nilam Pemberitaan Littri XV (2) 84- 87
Hernani Munazah dan Marsquomun 2002 Peningkatan kadar patchouli alcohol dalam minyak nilam (Pogostemon cablin Benth) melalui proses deterpenisasi Prosiding Simposium Nasional II Tumbuhan Obat dan Aromatik Kerjasama Kehati LIPI Apinmap Unesco Jica Bogor 225-228
Kamal C and R Ashok 2006 Modified vetiver oil economic biopesticidehttpwwwarsusdagovresearchpublicationspublicationshtmSE_Q NO_ 115=170715
Karmelita L 1991 Mempelajari cara pemucatan minyak daun cengkeh (Syzigium aromaticum L) dengan asam tartarat Skripsi S1 Fateta IPB-Bogor
Manurung TB 2003 Usaha pengolahan dan perdagangan minyak atsiri Indonesia dan permasalahannya dalam menghadapi era perdagangan global Sosialisasi Temu Usaha Peningkatan Mutu Bahan Olah Industri Minyak AtsiriDirjend Industri Kimia Agro dan Hasil Hutan Jakarta
Marwati T MS Rusli E Noor dan E Mulyono 2005 Peningkatan mutu minyak daun cengkeh melalui proses pemurnian Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian 2 (2)93-100
Mulyono E dan T Marwati 2005 Kajian proses pemurnian minyak kenanga Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian 1(1) 31-37
Moestafa A E Suprijatna dan Gumilar 1990 Pengaruh kepekatan larutan garam EDTA (Disodium Ethylene Diamine Tetra Acetic Acid) dan lama pengadukannya terhadap pengikatan ion besi dalam minyak nilam Warta IHP 7 (1) 23-26
Pardede JJ 2003Peningkatan mutu minyak atsiri dan pengembangan produk turunannya Sosialisasitemu usaha peningkatan mutu bahan olah industry minyak atsiri Deperindag Jakarta 20 hal
Purnawati R 2000 Pemucatan minyak nilam dengan cara redestilasi dan cara kimia Skripsi Fateta IPB Bogor
Putra RSA 1998 Desain alat pemucat minyak akar wangi skala industri kecilSkripsi Fateta IPB47 hal
Rohayati N 1997 Penggunaan bentonit arang aktif dan asam sitrat untuk meningkatkan mutu minyak akar wangi Skripsi Fateta IPB 50 hal
Sait S dan I Satyaputra 1995 Pengaruh proses deterpenasi terhadap mutu obat minyak biji pala Warta IHP 12 (1-2) 41-43
Sastrohamidjojo H 2002 Kimia Minyak Atsiri FMIPA UGM Yogyakarta
Sulaswaty A dan Wuryaningsih 2001 Teknologi ekstraksi dan pemurnian minyak atsiri sebagai bahan baku flavor amp fragrance Prosiding Simposium Rempah IndonesiaKerjasama MaRI dan Puslitbangbun Jakarta 99-106
STANDAR MUTU
Persyaratan standar mutu minyak atsiri menggunakan batasan atau
kriteria-kriteria tertentu Biasanya dalam karakteristik mutu dicantumkan sifat
khas minyak atsiri sesuai dengan bahan asalnya atau karakteristik ilmiah dari
masing-masing minyak tersebut Dari sifat fisika kita akan mengetahui
keasliannya sedangkan sifat kimia meliputi komponen kimia pendukung minyak
secara umum bisa diketahui terutama komponen utamanya Adanya bahan-bahan
asing yang tercampur dengan sendirinya akan merusak mutu minyak tersebut
Oleh karena itu cara-cara sederhana tetapi teliti sangat diperlukan untuk
mendeteksi adanya bahan-bahan asing baik secara kualitatif ataupun kuantitatif
Bahkan persyaratan tertentu seperti komponen utama minyak atsiri perlu
dicantumkan dalam upaya menghindari pemalsuan (Pardede 2003) Contoh
standar yang digunakan dalam perdagangan minyak nilam (Tabel 5)
Tabel 5 Standar Nasional Indonesia dan Essential Oil Association untuk minyak nilam
DAFTAR PUSTAKA
Anon 2000 Adsorption Microsoft Corporation httpencartamsncomfindconsiceaspti=01AFA000Anon 2006
Vetiver essential information fileCDOCUME~1PascaLOCALS~1TempJ7SHE9R8htm
Brahmana HR 1991 Pengaruh penambahan minyak kruing dan besi oksida terhadap mutu minyak nilam (Patchouli oil) Komunikasi Penelitian 3 (4) 330-341
Davis E J Hassler P Ho A Hover and W Kruger 2006 Essential oilHttpwsuedu~gmhyde433_web_pages433oil-webpagesessenceessence-oils
Ekholm P L Virkki M Ylinen and L Johanson 2003 The effect of phytic acid and some natural chelating agents on solubility of mineral elements in oat bran Food Chem 80 165-170
Emmyzar S Roechan AM Kurniawansyah dan Pulung 2000 Produktivitas dan kadar minyak tanaman akar wangi (Vetiveria zizanioides Stapt) di tanah tercemar logam berat cadmium Jurnal ilmiah Pertanian GakuryokuVI (2) 129-179
Hernani dan Risfaheri 1989 Pengaruh perlakuan bahan sebelum penyulingan terhadap rendemen dan karakteristik minyak nilam Pemberitaan Littri XV (2) 84- 87
Hernani Munazah dan Marsquomun 2002 Peningkatan kadar patchouli alcohol dalam minyak nilam (Pogostemon cablin Benth) melalui proses deterpenisasi Prosiding Simposium Nasional II Tumbuhan Obat dan Aromatik Kerjasama Kehati LIPI Apinmap Unesco Jica Bogor 225-228
Kamal C and R Ashok 2006 Modified vetiver oil economic biopesticidehttpwwwarsusdagovresearchpublicationspublicationshtmSE_Q NO_ 115=170715
Karmelita L 1991 Mempelajari cara pemucatan minyak daun cengkeh (Syzigium aromaticum L) dengan asam tartarat Skripsi S1 Fateta IPB-Bogor
Manurung TB 2003 Usaha pengolahan dan perdagangan minyak atsiri Indonesia dan permasalahannya dalam menghadapi era perdagangan global Sosialisasi Temu Usaha Peningkatan Mutu Bahan Olah Industri Minyak AtsiriDirjend Industri Kimia Agro dan Hasil Hutan Jakarta
Marwati T MS Rusli E Noor dan E Mulyono 2005 Peningkatan mutu minyak daun cengkeh melalui proses pemurnian Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian 2 (2)93-100
Mulyono E dan T Marwati 2005 Kajian proses pemurnian minyak kenanga Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian 1(1) 31-37
Moestafa A E Suprijatna dan Gumilar 1990 Pengaruh kepekatan larutan garam EDTA (Disodium Ethylene Diamine Tetra Acetic Acid) dan lama pengadukannya terhadap pengikatan ion besi dalam minyak nilam Warta IHP 7 (1) 23-26
Pardede JJ 2003Peningkatan mutu minyak atsiri dan pengembangan produk turunannya Sosialisasitemu usaha peningkatan mutu bahan olah industry minyak atsiri Deperindag Jakarta 20 hal
Purnawati R 2000 Pemucatan minyak nilam dengan cara redestilasi dan cara kimia Skripsi Fateta IPB Bogor
Putra RSA 1998 Desain alat pemucat minyak akar wangi skala industri kecilSkripsi Fateta IPB47 hal
Rohayati N 1997 Penggunaan bentonit arang aktif dan asam sitrat untuk meningkatkan mutu minyak akar wangi Skripsi Fateta IPB 50 hal
Sait S dan I Satyaputra 1995 Pengaruh proses deterpenasi terhadap mutu obat minyak biji pala Warta IHP 12 (1-2) 41-43
Sastrohamidjojo H 2002 Kimia Minyak Atsiri FMIPA UGM Yogyakarta
Sulaswaty A dan Wuryaningsih 2001 Teknologi ekstraksi dan pemurnian minyak atsiri sebagai bahan baku flavor amp fragrance Prosiding Simposium Rempah IndonesiaKerjasama MaRI dan Puslitbangbun Jakarta 99-106
DAFTAR PUSTAKA
Anon 2000 Adsorption Microsoft Corporation httpencartamsncomfindconsiceaspti=01AFA000Anon 2006
Vetiver essential information fileCDOCUME~1PascaLOCALS~1TempJ7SHE9R8htm
Brahmana HR 1991 Pengaruh penambahan minyak kruing dan besi oksida terhadap mutu minyak nilam (Patchouli oil) Komunikasi Penelitian 3 (4) 330-341
Davis E J Hassler P Ho A Hover and W Kruger 2006 Essential oilHttpwsuedu~gmhyde433_web_pages433oil-webpagesessenceessence-oils
Ekholm P L Virkki M Ylinen and L Johanson 2003 The effect of phytic acid and some natural chelating agents on solubility of mineral elements in oat bran Food Chem 80 165-170
Emmyzar S Roechan AM Kurniawansyah dan Pulung 2000 Produktivitas dan kadar minyak tanaman akar wangi (Vetiveria zizanioides Stapt) di tanah tercemar logam berat cadmium Jurnal ilmiah Pertanian GakuryokuVI (2) 129-179
Hernani dan Risfaheri 1989 Pengaruh perlakuan bahan sebelum penyulingan terhadap rendemen dan karakteristik minyak nilam Pemberitaan Littri XV (2) 84- 87
Hernani Munazah dan Marsquomun 2002 Peningkatan kadar patchouli alcohol dalam minyak nilam (Pogostemon cablin Benth) melalui proses deterpenisasi Prosiding Simposium Nasional II Tumbuhan Obat dan Aromatik Kerjasama Kehati LIPI Apinmap Unesco Jica Bogor 225-228
Kamal C and R Ashok 2006 Modified vetiver oil economic biopesticidehttpwwwarsusdagovresearchpublicationspublicationshtmSE_Q NO_ 115=170715
Karmelita L 1991 Mempelajari cara pemucatan minyak daun cengkeh (Syzigium aromaticum L) dengan asam tartarat Skripsi S1 Fateta IPB-Bogor
Manurung TB 2003 Usaha pengolahan dan perdagangan minyak atsiri Indonesia dan permasalahannya dalam menghadapi era perdagangan global Sosialisasi Temu Usaha Peningkatan Mutu Bahan Olah Industri Minyak AtsiriDirjend Industri Kimia Agro dan Hasil Hutan Jakarta
Marwati T MS Rusli E Noor dan E Mulyono 2005 Peningkatan mutu minyak daun cengkeh melalui proses pemurnian Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian 2 (2)93-100
Mulyono E dan T Marwati 2005 Kajian proses pemurnian minyak kenanga Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian 1(1) 31-37
Moestafa A E Suprijatna dan Gumilar 1990 Pengaruh kepekatan larutan garam EDTA (Disodium Ethylene Diamine Tetra Acetic Acid) dan lama pengadukannya terhadap pengikatan ion besi dalam minyak nilam Warta IHP 7 (1) 23-26
Pardede JJ 2003Peningkatan mutu minyak atsiri dan pengembangan produk turunannya Sosialisasitemu usaha peningkatan mutu bahan olah industry minyak atsiri Deperindag Jakarta 20 hal
Purnawati R 2000 Pemucatan minyak nilam dengan cara redestilasi dan cara kimia Skripsi Fateta IPB Bogor
Putra RSA 1998 Desain alat pemucat minyak akar wangi skala industri kecilSkripsi Fateta IPB47 hal
Rohayati N 1997 Penggunaan bentonit arang aktif dan asam sitrat untuk meningkatkan mutu minyak akar wangi Skripsi Fateta IPB 50 hal
Sait S dan I Satyaputra 1995 Pengaruh proses deterpenasi terhadap mutu obat minyak biji pala Warta IHP 12 (1-2) 41-43
Sastrohamidjojo H 2002 Kimia Minyak Atsiri FMIPA UGM Yogyakarta
Sulaswaty A dan Wuryaningsih 2001 Teknologi ekstraksi dan pemurnian minyak atsiri sebagai bahan baku flavor amp fragrance Prosiding Simposium Rempah IndonesiaKerjasama MaRI dan Puslitbangbun Jakarta 99-106
Marwati T MS Rusli E Noor dan E Mulyono 2005 Peningkatan mutu minyak daun cengkeh melalui proses pemurnian Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian 2 (2)93-100
Mulyono E dan T Marwati 2005 Kajian proses pemurnian minyak kenanga Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian 1(1) 31-37
Moestafa A E Suprijatna dan Gumilar 1990 Pengaruh kepekatan larutan garam EDTA (Disodium Ethylene Diamine Tetra Acetic Acid) dan lama pengadukannya terhadap pengikatan ion besi dalam minyak nilam Warta IHP 7 (1) 23-26
Pardede JJ 2003Peningkatan mutu minyak atsiri dan pengembangan produk turunannya Sosialisasitemu usaha peningkatan mutu bahan olah industry minyak atsiri Deperindag Jakarta 20 hal
Purnawati R 2000 Pemucatan minyak nilam dengan cara redestilasi dan cara kimia Skripsi Fateta IPB Bogor
Putra RSA 1998 Desain alat pemucat minyak akar wangi skala industri kecilSkripsi Fateta IPB47 hal
Rohayati N 1997 Penggunaan bentonit arang aktif dan asam sitrat untuk meningkatkan mutu minyak akar wangi Skripsi Fateta IPB 50 hal
Sait S dan I Satyaputra 1995 Pengaruh proses deterpenasi terhadap mutu obat minyak biji pala Warta IHP 12 (1-2) 41-43
Sastrohamidjojo H 2002 Kimia Minyak Atsiri FMIPA UGM Yogyakarta
Sulaswaty A dan Wuryaningsih 2001 Teknologi ekstraksi dan pemurnian minyak atsiri sebagai bahan baku flavor amp fragrance Prosiding Simposium Rempah IndonesiaKerjasama MaRI dan Puslitbangbun Jakarta 99-106