Psoriasis Vulgaris

17
BAB I PENDAHULUAN Psoriasis merupakan suatu penyakit kulit yang bersifat kronik residif dengan gambaran klinik bervariasi. Kelainan ini dikelompokkan dalam penyakit eritroskuamosa dan ditandai bercak-bercak eritema berbatas tegas, ditutupi oleh skuama tebal berlapis- lapis berwarna putih mengkilat seperti mika disertai fenomena tetesan lilin, tanda auspitz dan fenomena kobner. (1) Ada beberapa tipe psoriasis yaitu meliputi psoriasis vulgaris (psoriasis plak), psoriasis pustular, psoriasis guttata, psoriasis eritroderma, dan pada lokasi tertentu seperti psoriasis scalp, psoriasis fleksular, psoriasis pada mukosa oral, psoriasis kuku, dan psoriasis arthritis. Psoriasis plak atau dikenal juga sebagai psoriasis vulgaris merupakan tipe yang paling sering dijumpai, ditemukan sekitar 80-90% dari penderita psoriasis. (2) ETIOLOGI Penyebab psoriasis tidak diketahui, tetapi faktor genetik dapat mempengaruhi timbulnya penyakit ini. Beberapa faktor dapat memicu timbulnya psoriasis, yaitu stress, konsumsi alkohol, merokok, sinar matahari, adanya penyakit sistemik seperti infeksi streptococcus dan 1

description

Referat Mini

Transcript of Psoriasis Vulgaris

Page 1: Psoriasis Vulgaris

BAB I

PENDAHULUAN

Psoriasis merupakan suatu penyakit kulit yang bersifat kronik residif

dengan gambaran klinik bervariasi. Kelainan ini dikelompokkan dalam penyakit

eritroskuamosa dan ditandai bercak-bercak eritema berbatas tegas, ditutupi oleh

skuama tebal berlapis-lapis berwarna putih mengkilat seperti mika disertai

fenomena tetesan lilin, tanda auspitz dan fenomena kobner.(1)

Ada beberapa tipe psoriasis yaitu meliputi psoriasis vulgaris (psoriasis

plak), psoriasis pustular, psoriasis guttata, psoriasis eritroderma, dan pada lokasi

tertentu seperti psoriasis scalp, psoriasis fleksular, psoriasis pada mukosa oral,

psoriasis kuku, dan psoriasis arthritis. Psoriasis plak atau dikenal juga sebagai

psoriasis vulgaris merupakan tipe yang paling sering dijumpai, ditemukan sekitar

80-90% dari penderita psoriasis.(2)

ETIOLOGI

Penyebab psoriasis tidak diketahui, tetapi faktor genetik dapat

mempengaruhi timbulnya penyakit ini. Beberapa faktor dapat memicu timbulnya

psoriasis, yaitu stress, konsumsi alkohol, merokok, sinar matahari, adanya

penyakit sistemik seperti infeksi streptococcus dan HIV serta faktor endokrin.

Pada psoriasis vulgaris terjadi percepatan proliferasi sel-sel epidermis

dibandingkan sel-sel pada kulit normal. Pergantian epidermis hanya terjadi dalam

3-4 hari sedangkan turn over epidermis normalnya adalah 28-56 hari. Psoriasis

juga sering dikatakan sebagai penyakit kelainan sel imun dimana sel T menjadi

aktif, bermigrasi ke dermis dan memicu pelepasan sitokin (TNF-α, pada

umumnya) menyebabkan terjadinya inflamasi dan produksi sel kulit yang cepat.(3)

Psoriasis merupakan penyakit yang diturunkan, meskipun cara penurunan

penyakit ini belum dimengerti sepenuhnya. Riwayat keluarga dapat ditemukan

pada 66% pasien psoriasis. Antigen leukosit manusia histokompabilitas HLA-

B13,HLA-B17 dan HLA Cw6 meningkat empat kali lipat pada pasien psoriasis.(4)

EPIDEMIOLOGI

1

Page 2: Psoriasis Vulgaris

Kasus psoriasis sering dijumpai secara universal di berbagai belahan

dunia. Prevalensi kasus psoriasis pada berbagai populasi bervariasi dari 0,1%

hingga 11,8% berdasarkan laporan yang dipublikasikan. Di Eropa insiden

tertinggi yang dilaporkan, yaitu Denmark (2,9%) dan Faeroe Island (2,8%),

dengan prevalensi rata-rata dari Eropa Utara sekitar 2%. Di Amerika Serikat

prevalensinya berkisar dari 2,2% sampai 2,6% dengan hampir 150.000 kasus baru

yang didiagnosis setiap tahunnya. Pada bangsa berkulit hitam misalnya di Afrika

jarang dilaporkan demikian pula bangsa Indian di Amerika. Sementara insiden

psoriasis di Asia hanya 0,4%.(3)

Dalam sebuah survey besar USA, usia rata-rata penderita adalah 28 tahun,

sedangkan di Cina dilaporkan rata-rata usia penderita adalah 36 tahun. Telah

dilaporkan bahwa 35% dari kasus penyakit onset sebelum usia 20 tahun dan 58%

sebelum 30 tahun. Dalam sebuah penelitian di Jerman, psoriasis memiliki dua

puncak onset yaitu puncak onset pertama pada masa remaja dan dewasa muda (16

hingga 22 tahun) dan puncak onset kedua pada usia lanjut (57 hingga 60 tahun).(2)

Laki-laki dan perempuan memiliki prevalensi yang sama untuk terjadinya

psoriasis vulgaris. Sebuah penelitian di Jerman menunjukkan awal penyakit

psoriasis puncaknya terjadi pada onset usia 22 tahun pada pria dan 16 tahun pada

wanita.(2)

MANIFESTASI KLINIS

Psoriasis vulgaris adalah bentuk paling umum dari psoriasis, terlihat pada

sekitar 90% pasien. Merah, bersisik, plak terdistribusis secara simetris yang khas

dan jelas terlihat di aspek ekstensor dari ekstremitas terutama pada siku dan lutut,

kulit kepala, lumbosakral bawah, bokong dan daerah genital. Tempat lain untuk

daereh predileksi psoriasis vulgaris termasuk celah umbilikus dan celah

intergluteal.(3)

2

Page 3: Psoriasis Vulgaris

Gambar 1. Psoriasis vulgaris, plak berwarna merah berbatas tegas serta bersisik pada lutut.(5)

Gambar 2. Plak psoriasis kronik(3)

Pada psoriasis terdapat fenomena yang khas yaitu fenomena tetesan lilin

dimana bila lesi yang berbentuk skuama dikerok maka skuama akan berubah

warna menjadi putih yang disebabkan oleh karena perubahan indeks bias. Auspitz

sign ialah bila skuama yang berlapis-lapis dikerok akan timbul bintik-bintik

pendarahan yang disebabkan papilomatosis yaitu papilla dermis yang memanjang

tetapi bila kerokan tersebut diteruskan maka akan tampak pendarahan yang

merata. Fenomena kobner ialah bila kulit penderita psoriasis terkena trauma

misalnya garukan maka akan muncul kelainan yang sama dengan kelainan

psoriasis.(1-3)

Gambar 3. Autspitz’s sign. A. Sebelum skuama dikerok. B. Sesudah skuama dikerok.(3)

3

Page 4: Psoriasis Vulgaris

Gambar 4. Fenomena koebner(2)

Psoriasis juga dapat menyebabkan kelainan kuku yakni sebanyak kira-kira

50% kasus. Yang agak khas ialah pitting nail berupa lekukan-lekukan miliar.

Kelainan yang tak khas ialah kuku yang keruh, tebal, bagian distalnya terangkat

karena terdapat lapisan tanduk dibawahnya (hiperkeratosis subungual) dan

onilokolisis.(1)

Gambar 5. Pitting nail(2) Gambar 6. Hiperkeratosis subungual. (2)

BAB II

4

Page 5: Psoriasis Vulgaris

DIAGNOSIS

Diagnosis psoriasis biasanya langsung berdasarkan gambaran klinisnya,

dan dapat pula berdasarkan gambaran histologis bila perlu. Sebelum pengobatan

untuk psoriasis diberikan, perlu ditentukan tingkat keparahan psoriasisnya.(6)

Gambaran khas dari psoriasis vulgaris adalah merah, bersisik, plak

terdistribusis secara simetris yang khas dan jelas terlihat di aspek ekstensor dari

ekstremitas terutama pada siku dan lutut, kulit kepala, lumbosakral bawah,

bokong dan daerah genital. Tempat lain untuk daereh predileksi psoriasis vulgaris

termasuk celah umbilikus dan celah intergluteal.(3)

Tabel 1. Diagnosis psoriasis.(6)

Presentasi Gambaran Predileksi

Plak

(Sering di psoriasis

vulgaris)

Papul atau plak yang berbatas

tegas dengan skuama yang

berwarna perak dan mudah

berdarah bila terkupas

(Auspitz’s sign)

Lutut, siku, batang tubuh,

leher, postauricular,

lumbosakral, kulit kepala,

kaki, tangan

Eritroderma Akut: Timbul setelah beberapa

hari, bisa memberat dan dapat

mengancam hidup.

Kronik: Muncul secara perlahan-

lahan setelah beberapa bulan dan

tahun.

Tersebar

Pustular Eritem dan pustul yang steril,

kadang-kadang muncul pada

plak yang sudah ada

sebelumnya.

Tersebar pada daerah

lipatan-lipatan

Palmar/plantar

pustular

Vesikel yang menimbulkan rasa

sakit ada rasa gatal pada tempat

Tangan/kaki.

5

Page 6: Psoriasis Vulgaris

yang terkena.

Gutata Erupsi yang terjadi tiba-tiba

pada psoriasis yang

karekteristiknya adalah bentuk

tear drop ukuran 2-5 mm.

Batang tubuh dan

ekstremitas.

HISTOPATOLOGI

Psoriasis memberikan gambaran histopatologik yang khas yakni

parakeratosis dan akantosis. Pada stratum spinosum terdapat kelompok leukosit

yang disebut abses Munro. Selain itu terdapat pula papilomatosis dan vasodilatasi

subepidermis.(1)

Pemeriksaan histopatologis pada biopsi kulit pasien psoriasis

menunjukkan adanya penebalan epidermis dan stratum korneum dan pelebaran

pembuluh-pembuluh darah dermis bagian atas. Penebalan ini terjadi karena

mitosis dari sel basal yang meningkat. Sel-sel yang membelah dengan cepat

bermigrasi ke permukaan epidermis yang menebal. Proliferasi dan migrasi sel-sel

epidermis yang cepat ini menyebabkan epidermis menjadi tebal dan diliputi

keratin yang tebal.(4)

Gambar 7. Pustul spongiosum intraepidermal(2) Gambar 8. Parakeratosis

dan mikro abses munro(2)

BAB III

PENATALAKSANAAN

6

Page 7: Psoriasis Vulgaris

Terapi topikal umumnya cocok untuk plak yang terbatas. Lokal terapi

seperti laser eximer atau bentuk lain dari pemberian cahaya secara intens

kemungkinan cocok untuk plak dalam jumlah terbatas. Fototerapi merupakan

terapi efektif dengan biaya tinggi untuk perluasan luas dari psoriasis. Siklosporin

bekerja dalam onset cepat namun tidak cocok untuk terapi berkelanjutan.

Metotrexat merupakan terapi sistemik dari penyakit ini dibanding terapi lainnya.

Agen biologis dapat memberikan respon yang dramatis pada beban yang dramatis.

Merotasi agen terapi yang memiliki berbagai macam toksisitas yang dimiliki tiap

agen dan mengkombinasi terapi dapat mengurangi toksisitas agen seperti

infliximab. Perhatian penuh pada komorbiditas termasuk sindrom metabolik,

resiko jantung dan sendi.(5)

TOPIKAL

a. Kortikosteroid

Aplikasi topikal dari kortikosteroid krim, ointments, lotion, foam, dan spray

paling sering digunakan. Steroid kelas 1 satu cocok digunakan untuk pemakaian 2

minggu terapi awal untuk hampir seluruh area tubuh. Terapi dapat dilanjutkan

dengan cara mengurangi intensitas pemberian terapi dengan bertujuan untuk

menghindari reaksi terapi yang merugikan. Injeksi pada intralesi of triamcinolone

diberikan pada plak yang susah disembuhkan. Triamcolone acetonide (kenalog)

diberikan dalam dosisi 10 mg/mL yang dilarutkan dalam larutan dalin sehingga

konsentrainya 2,5-5 mg/mL. (5)

b. Tar

Tar batu bara mentah atau ekstrak dari tar seperti cairan detergen karbonis

dapat digunakan sebagai terapi topikal. Tar oil tersedia dalam sabun dan sampo. (5)

c. Antrhalin

Anthralin efektif dalam pengobatan meski memberikan noda dikulit, pakaian,

seprei tempat tidur. Untuk menghindari kekurangan dari anthralin ini digunakan

metode kontak singkat anthralin treatment dengan mebilan anthralin setelah

pemakaian 15-30 menit. Anthralin memberikan efek langsung pada keratinosit

7

Page 8: Psoriasis Vulgaris

dan leukosit dengan mensupresi neutrofil generasi superoksida dan menginhibisi

derivat monosit IL-6 dan TNF-alfa. (5)

d. Calcipotriene

Vitamin D3 ini memberikan efek pada differensiasi keratinosit dengan cara

meregulasi respon epidermal terhadap kalsium. Pengobatan dengan vitamin D

analog calcipotriene (dovonex) dalam bentuk ointment, krim, dan solution

memberikan hasil edektif pada pengobatan. Kombinasi terapi calcipotriene

dengan steroid berpotensi tinggi memberikan hasil yang memuaskan dengan efek

samping steroid yang rendah. (5)

e. Tazarotene

Tazarotene adalah nonisomerasi asam retinoik spesifik asam retinoik.

Memodulasi diferensiasi keratinosit dan hiperoliferasi juga mensupresi inflamasi.

Kombinasi tazarotene dan topikal kortikosteroid yang digunakan secara berkala

tiap akhir minggu dapat menurunkan iritasi. (5)

f. Makrolaktam

Makrolaktam topikal seperti takrolimus dan primekrolimus ini dikuhususkan

untuk terapi poada lesi-lesi yang tipis, daerah rawan atrofi atau pada akne steroid.

Reaksi terbakar menjadi masalah maka terapi ini dihindari pemberiannya dengan

kortikosteroid atau hindari pemakaian pada kulit yang dalam keaadaan kering

sehabis mandi. (5)

g. Asam salisilat

Asam salisilat adalah agen keratolitik dalam bentuk krim, sampo dan gel.

Dapat membantu absorpsi dari agen topikal lainnya. Penggunaan pengaplikasian

asam salisilat yang luas dapat memberikan efek seperti tinnitus, kebingungan

akut, dan hipoglikemia. Utamanya pada pasien diabetes yang membahayakan

ginjal. (5)

SISTEMIK

8

Page 9: Psoriasis Vulgaris

a. Metotreksat

Antagonis asam folat ini tetap dijadikan standar pengobatan sistemik.

Metotreksat memiliki afinitas lebih besar pada asam reduktase dihidrofolik

daripada asam folat. Sisntesis DNA dihambat ketika asam reduktase dihidrofolik

terikat dan pembelahan sel berkurang. Metotreksat dapat juga mempengaruhi

unsur inflamasi dari psoriasis. (5)

b. Siklosporin

Efektifitas dari terapi ini ialah efek penurunan modulasi proinflamasi sitokin

epidermal. Dosis 2-5 mg/kgBB/hari dapat secara cepat mengatasi psoriasis. Akan

tetapi rekurensinya juga cepat sehingga obat ini perlu terapi kombinasi.

Pemakaian selama 6 bulan dengan memonitor tekanan darah dan kadar kreatinin

perlu diperhatikan. (5)

FOTOTERAPI

Sinar ultravioet mempunyai efek menghambat mitosis, sehingga dapat digunakan

untuk pengobatan psoriasis. Cara yang terbaik adalah dengan penyinaran secara

alamiah, tetapi sayang tidak dapat diukur dan jika berlebihan maka akan

memperparah psoriasis. Karena itu, digunakan sinar ultraviolet artifisial,

diantaranya sinar A yang dikenal sebagai UVA. Sinar tersebut dapat digunakan

secara tersendiri atau berkombinasi dengan psoralen (8-metoksipsoralen,

metoksalen) dan disebut PUVA, atau bersama-sama dengan preparat ter yang

dikenal sebagai pengobatan cara Goeckerman.(1)

BAB IV

9

Page 10: Psoriasis Vulgaris

KESIMPULAN

Psoriasis adalah penyakit yang penyebabnya autoimun, bersifat kronik dan

residif, ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan

skuama yang kasar, berlapis lapis dan transparan, disertai dengan fenomena

tetesan lilin, Auspitz dan Kobner. Gejala klinis psoriasis umumnya tidak

mempengaruhi keadaan umum pasien, kecuali pada psoriasis yang menjadi

eritroderma, sebagian pasien mengeluh gatal ringan. Tempat predileksi pada kulit

kepala, perbatasan kulit kepala dengan wajah, ekstremitas terutama bagian

ekstensor dibagian siku dan lutut serta daerah lumbosakral.

Diagnosis psoriasis vulgaris berdasarkan gambaran klinisnya, namun bisa

juga menggunakan gambaran histopatologis bila perlu karena psoriasis

memberikan gambaran histopatologik yang khas yakni parakeratosis dan

akantosis.

Pengobatan psoriasis terbagi tiga, terdiri dari pengobatan topikal, sistemik

dan fototerapi. Prognosis psoriasis adalah baik. Meskipun tidak dapat

disembuhkan, tetapi dapat dikontrol dengan pengobatan yang rutin dan teratur.

Meskipun psoriasis tidak menyebabkan kematian, tetapi bersifat residif. Sehingga

diperlukan pemberian edukasi kepada penderita tentang bagaimana psoriasis itu

dan bagaimana menghindari faktor pencetus yang memungkinkan terjadinya

psoriasis.

DAFTAR PUSTAKA

10

Page 11: Psoriasis Vulgaris

1. Djuanda A. Dermatosis Eritroskuamosa. Ilmu Penyakit Kulit dan

Kelamin. 5 ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007. p. 191-

6.

2. Barker JNWN, Griffiths CEM. Psoriasis. Rook’s Textbook of

Dermatology. 8 ed. Chichester, West Sussex: Wiley-Blackwell; 2010. p. 20.1-.18.

3. Gudjonsson JE, Elder JT. Psoriasis. Fitzpatrick's Dermatology in General

Medicine. 8 ed. New York: Mc Graw-Hill; 2012. p. 309-50.

4. Stawiski MA. Psoriasis dan Pitiriasis Rosea. In: Price SA, Wilson LM,

editors. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. 6 ed. Jakarta: EGC;

2005. p. 1439-42.

5. James WD, Berger TG, Elston. DM. Seborrheic Dermatitis, Psoriasis,

Recalcitrant

Palmoplantar Eruptions, Pustular Dermatitis,

and Erythroderma. Andrews’ Diseases of the Skin: Clinical Dermatology. 11 ed.

Canada: Elsevier Inc; 2011. p. 187-202.

6. Kupetsky EA, Keller M. Psoriasis Vulgaris: An Evidence-Based Guide for

Primary Care. The Journal of the American Board of Family Medicine. 2013:787-

801.

11