QUANTUM DAKWAH 3
Transcript of QUANTUM DAKWAH 3
-
8/3/2019 QUANTUM DAKWAH 3
1/114
153Kaidah-kaidah Quantum Dakwah & Tarbiyah
KAIDAH KELIMA
MENJADI KAYA DENGAN BERSEDEKAH
Menjadi kayadalam segala makna yang mungkin dikan-
dungnyaadalah dambaan setiap orang. Siapa pun dan apa pun
agamanya. Islam maupun bukan. Tak terkecuali para aktivis
dakwah dan tarbiyah. Itu memang merupakan fitrah manusia yang
sudah Allah tanamkan sejak sebelum dilahirkan oleh ibunya ke
alam dunia ini.
Allah swt. berfirman,
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan pada apa-
apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang
banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang
ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di
sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). (Ali Imran: 14)
Allah swt. tidak pernah melarang umat Islam untuk berusaha
menjadi kaya. Justru Allah memerintahkan kaum muslimin, secara
langsung maupun tidak, untuk berusaha menjadi kaya. Dengan
sendirinya, juga melarang untuk miskin. Perintah-perintah
menegakkan shalat di dalam Al-Quran hampir seluruhnya diikuti
dengan perintah untuk mengeluarkan zakat. Itu artinya kita
diwajibkan untuk menjadi muzakki (pembayar zakat), bukan
menjadimustahiq (penerima zakat). Dan dalam kenyataan, agama
ini pun tidak bisa ditegakkan tanpa adanya harta kekayaan yang
bisa dibelanjakan di jalan Allah. Jika menegakkan agama Allah
merupakan kewajiban, maka keberadaan harta dalam jumlah yang
cukup sebagai sarana untuk menegakkan kebenaran secara
v
-
8/3/2019 QUANTUM DAKWAH 3
2/114
154 QUANTUM DAKWAHDAN TARBIYAH
otomatis juga wajib hukumnya. Kaidah usuhul-fiqih mengatakan,
Ma la yaimmul-wajibu illa bihi, fahuwa wajibun (sesuatu yang
kewajiban tidak bisa ditunaikan dengan sempurna kecuali
dengannya, maka sesuatu itu menjadi wajib).
Sayang sekali, dalam dunia pergerakan Islam kontemporer,
khususnya di Indonesia, masalah ini masih menjadi masalah akut
yang hingga hari ini belum jelas jalan keluarnya. Mayoritas umat
Islam, termasuk para aktivis dakwah dan tarbiyah, bisa dikatakan
masih berada dalam kategori miskin. Jangankan untuk mem-back-
up kebutuhan dakwah yang semakin hari semakin besar, untuk
memenuhi tuntutan kebutuhan hidup sehari-hari saja masihbanyak yang bermasalah. Ya, inilah salah satu persoalan besar yang
tengah dihadapi umat dan pergerakan Islam saat ini.
Tentunya ada banyak teori yang bisa dipakai untuk melihat
fenomena ini sekaligus mencari formulasi pemecahannya secara
ilmiah. Syaikh Dr. Yusuf Al-Qaradhawi, misalnya, telah
membedah masalah ini secara mendetail dalam bukunya MusykilatAl-Faqr wa Kaifa Alajaha Al-Islam. Namun jika kembali pada akar
masalahnya, kita bisa simpulkan bahwa ada dua faktor yang
menyebabkan kemiskinan dalam tubuh umat ini: faktor internal
dan faktor eksternal.
Yang termasuk faktor internal di antaranya adalahpertama,
kesalahan pemikiran dan sikap mental umat Islam sendiri terkait
masalah rezeki dan harta kekayaan. Kedua, kondisi ketidak-
berdayaan dan kelemahan dalam aspek-aspek teknis (SDM) yang
masih melilit.
Kesalahan pemikiran dan sikap mental yang saya maksud
adalah masih banyak di antara umat initermasuk di kalangan
aktivisyang berkeyakinan bahwa kondisi kemiskinan meru-
pakan takdir Allah yang harus diterima dengan qanaah (diterima
-
8/3/2019 QUANTUM DAKWAH 3
3/114
155Kaidah-kaidah Quantum Dakwah & Tarbiyah
apa adanya dengan ridha). Seolah-olah kondisi kemiskinan murni
terjadi atas kehendak Allah, tanpa campur tangan manusia. Kaya
dan miskin itu sudah ditetapkan Allah, manusia tidak bisa ikut
campur menentukan kehendak-Nya. Rezeki seseorang itu sudah
ada jatahnya dari Allah. Jika Allah memberinya banyak, maka
tidak ada seorang pun yang bisa menguranginya. Sebaliknya jika
Allah memberinya sedikit, tidak seorang pun yang bisa
menambahnya.
Tidak salah memang bahwa rezeki seseorang sudah ada
jatahnya dari sisi Allah. Tidak ada seorang pun yang bisa
menambah atau mengurangi jatah rezeki itu kecuali Allah. Tetapiada satu hal yang sering terlewatkan untuk dipahami, yaitu rezeki
itu bukanlah sesuatu yang datang tiba-tiba dari langit tanpa sebab.
Semua dengan sebab.1 Rezeki memang 100% datang dari sisi
Allah, tapi sebabnya 100% datang dari manusia.
Kesalahan lain adalah tidak sedikit di antara umat ini yang
menganggap kemiskinan itu sebagai kemuliaan. Sabda Rasulullahsaw. bahwa harta dan jabatan itu lebih berbahaya daripada serigala
lapar yang dilepas di tengah-tengah sekawanan domba2; bahwa
orang-orang miskin nanti pada hari Kiamat akan masuk surga
lima ratus tahun lebih dahulu daripada orang-orang kaya3; bahwa
isi surga itu kebanyakan adalah orang-orang miskin4; juga hadits-
hadits yang semisal; salah dipahami. Seolah-olah, menjadi miskin
1 Sesungguhnya, Kami telah memberinya (Zulqarnain) kekuasaan di muka bumi ini, dan Kami
telah memberinya jalan-jalan (untuk mencapai) segala sesuatu, maka dia pun menempuh jalan-
jalan itu.(An-Nahl: 84-85)
2 Rasulullah saw. bersabda, Dua ekor serigala lapar yang dilepaskan di tengah-tengah sekawanan
domba tidak lebih berbahaya daripada seseorang yang berambisi terhadap harta dan jabatan.
(h.r. At-Tirmidzi dari Kaab bin Malik ra.)
3 H.r. At-Tirmidzi dari Abu Hurairah ra.
4 Rasulullah saw. bersabda, Diperlihatkan kepadaku surga, aku lihat kebanyakan penghuninya
adalah orang-orang miskin. Dan diperlihatkan kepadaku neraka, aku lihat kebanyakan penghuninyaadalah wanita.(h.r. Bukhari dan Muslim)
-
8/3/2019 QUANTUM DAKWAH 3
4/114
156 QUANTUM DAKWAHDAN TARBIYAH
lebih baik daripada menjadi kaya. Padahal, yang dimaksud
Rasulullah saw. adalah agar kita waspada terhadap fitnah harta
dan jabatan. Jangan sampai kita sangat berambisi sehingga lupa
diri atau teperdaya dengan kenikmatan harta dan jabatan. Juga
agar kita bersabar jika kemiskinan masih melilit kehidupan kita.
Masih ada harapan kebahagiaan di surga kelak.
Terminologi zuhud yang memiliki arti dasar adalah qanaah
dan tidak tamak terhadap dunia, dipahami secara salah sebagai
keharusan untuk hidup miskin. Mereka lupa (atau mungkin tidak
tahu) bahwa delapan di antara sepuluh sahabat Rasulullah saw.
yang dijamin masuk surga adalah pengusaha-pengusaha kaya.5
Kalau cara pandang seperti itu terjadi di kalangan masyarakat
awam, barangkali masih bisa dimaklumi. Namun, di kalangan para
aktivis dakwah cara pandang seperti itu ternyata juga ada. Ustadz
D.H. Al-Yusni, seorang aktivis dakwah dan anggota DPR RI,
secara bergurau pernah bercerita, di Departemen Kaderisasi PKS
(periode lalu) ada kesan, yang paling miskin yang paling disegani.Semakin miskin, semakin disegani.6
Tentu cerita itu hanya gurauan, sekadar menghibur ikhwah atas
kondisi kelemahan yang masih melilit. Tapi dalam renungan panjang,
saya menangkap realitas getir yang sedang terjadi. jika di lingkungan
kaderisasi PKS saja terjadi gurauan seperti itu, maka dalam
lingkungan luas pergerakan dakwah kegetiran itu bukan lagi gurauan,
melainkan benar-benar merupakan menu harian. Artinya, cara
5 Sepuluh orang yang dijamin masuk surga adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin
Khaththab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah bin Ubaidillah, Az-Zubair bin
Al-Awwam, Abdurrahman bin Auf, Saad bin Abi Waqqash, Said bin Zaid, dan Abu Ubaidah
bin Al-Jarrah. Dari kesepuluh nama itu, delapan di antaranya adalah saudagar yang kaya-
raya, kecuali Ali bin Abi Thalib dan Saad bin Abi Waqqash ra. (Baca: Abdul-Latif Ahmad
Asyur, 10 Orang Dijamin ke Surga,Jakarta: Gema Insani Press, 2003).
6
Beliau ceritakan dalam sebuah taujih di kantor DPW PKS Kalimantan Timur, pada sekitarakhir tahun 2004.
-
8/3/2019 QUANTUM DAKWAH 3
5/114
157Kaidah-kaidah Quantum Dakwah & Tarbiyah
berpikir dan sikap mental sebagian dai memang masih seperti itu.
Kondisi ketidakberdayaan yang masih melilit sebagian besar
aktivis dakwah hingga hari ini, di samping sebagian dipengaruhi
oleh faktor pertama, juga lebih banyak karena faktor latarbelakang sosial. Secara umum strata sosial ikhwah memang
tergolong kelas menengah ke bawah atau berlatar belakang
keluarga sederhana, kalau tidak menyebutnya miskin. Kalaupun
mereka pada umumnya sempat mengenyam pendidikan tinggi
itu semata-mata karena semangat belajar yang sangat kuat dalam
diri dan keluarga mereka. Motivasi ekonomi, itulah yang lebih
dominan mendorong anak-anak keluarga miskin itu berbon-dong-bondong memasuki perguruan tinggi. Dengan harapan,
jika berpendidikan tinggi setidak-tidaknya mereka akan bisa
mendapatkan pekerjaan dan penghasilan yang lebih baik di
kemudian hari. Di lingkungan perguruan tinggi itu ternyata
mereka menemukan lebih dari sekadar pendidikan untuk kerja,
tapi juga tarbiyah yang kemudian mengubah cara pandang dan
sikap mereka terhadap hidup dan kehidupan ini. Dengan itu
semua, mereka menjadi aktivis dakwah.
Kenyataannya, meskipun berpendidikan tinggi, mencari
pekerjaan dan penghasilan yang memadai di negeri yang sangat
subur ini benar-benar bukan persoalan sederhana. Tidak terhitung
banyaknya sarjana di kalangan aktivis dakwah (sebagaimana juga
di kalangan masyarakat secara umum) yang terpaksa kerjaserabutan untuk sekadar mendapatkan sesuap nasi, menghidupi
istri dan anak-anak yang jumlahnya terus bertambah. Apalagi
harga-harga kebutuhan hidup sehari-hari (sandang, pangan,
perumahan, kesehatan, pendidikan, biaya silaturahmi, pengem-
bangan diri, dan sebagainya) selalu meningkat setiap saat. Dan,
benar-benar menguras energi. Problem ekonomi rumah tangga
-
8/3/2019 QUANTUM DAKWAH 3
6/114
158 QUANTUM DAKWAHDAN TARBIYAH
yang pada mulanya bersifat pribadi, berkembang menjadi persoalan
pergerakan secara keseluruhan.
Adapun faktor-faktor eksternal di antaranya adalah politik
(baca: perang) ekonomi yang dilancarkan musuh-musuh Islamyang memang tidak menghendaki umat ini maju. Politik ekonomi
kawasan pasar bebas (free trade zone) yang dipaksakan oleh negara-
negara industri, khususnya Amerika Serikat, untuk diterapkan
di negara-negara dunia ketiga yang mayoritas muslim, misalnya,
adalah bentuk paling nyata dari perang ekonomi.
Saya tidak hendak memperpanjang pembahasan tentang
faktor-faktor eksternal dalam proses pemiskinan umat ini. Saya
hanya ingin menegaskan, perang ekonomi merupakan perang yang
riil. Tidak bisa kita ingkari. Juga saya tegaskan bahwa kemiskinan
yang melanda umat ini merupakan kemiskinan yang dikehen-
daki oleh pihak-pihak luar yang tidak ingin umat Islam kuat.
Selain kebijakan ekonomi global yang dipaksakan negara-
negara industri atas negara-negara konsumen seperti itu, jugaada jaringan kekuatan ekonomi global yang menggurita, yang
menguasai sumber-sumber daya ekonomi umat, baik sumber daya
alam maupun akses-akses permodalan. Jaringan itu sangat rapi
bekerja di bawah bayang-bayang setiap kekuasaan di seluruh dunia.
Bahkan, tidak jarang mereka menggunakan cara-cara licik (seperti
suap, intimidasi politik, ancaman keamanan, dan sebagainya)
untuk memuluskan rencana-rencana mereka.
Pertanyaannya, bagaimana caranya agar kita bisa keluar dari
lingkaran setan kemiskinan yang menjerat ini? Jelas bukan hal
yang mudah untuk menjawabnya. Namun sekadar teori, untuk
keluar dari persoalan ini, mau tidak mau kita harus membongkar
akar masalahnya. Dalam hal ini, faktor internal merupakan
-
8/3/2019 QUANTUM DAKWAH 3
7/114
159Kaidah-kaidah Quantum Dakwah & Tarbiyah
faktor inti, sedang faktor-faktor eksternal hanya merupakan
pelengkap. Dan karena akar masalah internal kita yang pertama
adalah faktor pemikiran dan sikap mental, maka mengubah
pemikiran dan sikap mental itulah yang mesti menjadi prioritas
untuk kita lakukan.
MEMAKNAI ULANG HAKIKAT KEKAYAAN
Sebelum kita berbicara lebih lanjut tentang bagaimana kita
bisa keluar dari lingkaran setan kemiskinan, tampaknya perlu kita
kaji ulang lebih dahulu tentang hakikat kekayaan. Dari sudutpandang aqidah, pemilik segala sesuatu yang ada di langit dan
bumi ini hanyalah Allah swt., dan karenanya Allah berkuasa atas
segalanya.7 Dia berhak berbuat apa saja terhadap segala sesuatu
yang menjadi milik-Nya. Begitulah memang, hakikat kepemilikan
adalah penguasaan.
Adapun manusia, yang sering mengklaim sebagai pemilik ini
dan itu, sesungguhnya hanyalah makhluk yang sangat lemah.
Jangankan terhadap harta, terhadap dirinya saja mereka tidak
berkuasa. Yang benar-benar miliknya adalah apa yang telah
dimanfaatkannya secara nyata. Abdullah bin Asy-Syikhkhir ra.
berkata, Aku datang menemui Nabi saw., sementara beliau
membaca ayat, Telah melalaikan kalian berbanyak-banyakan harta,
(At-Takatsur: 1)lalu beliau bersabda, Anak Adam suka berkata,Hartaku, hartaku. Apakah kamu, wahai anak Adam,
mempunyai harta selain apa yang kamu makan sampai habis, apa
yang kamu pakai sampai rusak, dan apa yang kamu sedekahkan
7 Milik Allah-lah apa-apa yang ada di langit dan bumi. (Al-Baqarah: 284; awal ayat)Milik
Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di dalamnya; dan Dia Mahakuasa atas
segala sesuatu. (Al-Maidah: 120)Dan Allah berkuasa atas segala sesuatu. (Al-Baqarah:284; akhir ayat)
-
8/3/2019 QUANTUM DAKWAH 3
8/114
160 QUANTUM DAKWAHDAN TARBIYAH
kepada yang berhak? (h.r. Muslim)
Ya, pada hakikatnya memang tidak seorang pun bisa dikatakan
memiliki sesuatu yang tidak dikuasainya, meskipun bisa saja
kepemilikan itu sah menurut hukum. Anda memiliki sebidangtanah yang bersertifikat atas nama Anda, misalnya, maka secara
hukum Anda adalah pemilik sah tanah tersebut. Tapi itu semua
tidak ada artinya sama sekali jika Anda tidak bisa memanfaat-
kannya, karena (misalnya) tanah itu ternyata dikuasai oleh
sekelompok preman atau oknum tertentu yang Anda tidak kuasa
mengusirnya. Secara de jure Anda memang pemiliknya, tapi secara
de facto tanah itu bukan milik Anda.
Karena pemilik dan penguasa segala sesuatu itu hanyalah
Allah, maka jika kita ingin mendapat bagian dari kepemilikan
dan penguasaan itu, jalan satu-satunya hanyalah dengan
memohon kepada-Nya dan mengikuti cara-cara pengupayaan
yang dikehendaki-Nya atau sesuai syariat-Nya. Dalam hal ini,
kedekatan hubungan dengan Allah menjadi kata kunci. Semakindekat hubungan kita dengan-Nya, semakin mudah kita mengakses
segala sesuatu yang dimiliki-Nya. Demikian juga sebaliknya. Dan
kedekatan yang istimewa akan membuka akses tersebut secara
istimewa pula.
Pertanyaannya sekarang: sejauh mana kedekatan hubungan
kita dengan Allah? Adakah jalinan kecintaan yang menjadi
keistimewaan hubungan di sana? Jika ada cinta, niscaya akan ada
jalan bagi segala harapan. Dalam sebuah hadits qudsi Allah swt.
berfirman, Barangsiapa memusuhi kekasih-Ku, maka Aku izinkan
dia diperangi. Dan tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku
dengan suatu amal yang lebih Aku cintai daripada apa-apa yang telah
Aku wajibkan kepadanya. Tetapi hamba-Ku (yang ingin mendapatkan
kecintaan dari-Ku) tidak akan pernah berhenti melakukan amal-amal
-
8/3/2019 QUANTUM DAKWAH 3
9/114
161Kaidah-kaidah Quantum Dakwah & Tarbiyah
sunah (selain yang wajib) sehingga Aku mencintainya. Dan apabila
Aku telah mencintainya, maka Aku adalah matanya yang digunakan
untuk melihat. Aku adalah telinganya yang digunakan untuk
mendengar. Aku adalah tangannya yang digunakan untuk menggapai.
Aku adalah kakinya yang digunakan untuk melangkah. Jika dia
meminta sesuatu kepada-Ku pasti Aku beri, dan bila dia berlindung
kepada-Ku pasti Aku lindungi.(h.r. Bukhari)
Ya, jika kekasih Allah meminta sesuatu kepada-Nya, pasti
akan diberi. Jika berlindung kepada-Nya, pasti akan dilindungi.
Jika demikian, masih adakah persoalan dalam hidup ini? Praktis
semua sudah terjamin. Dan itulah hakikat kekayaan dankekuasaan. Jadi, kekayaan itu tidak harus dengan memiliki
segalanya secara hukum di hadapan manusia. Kekayaan yang
sesungguhnya adalah keyakinan yang kokoh bahwa ketika kita
membutuhkan sesuatu, ada jaminan ketersediaan. Dan jaminan
itu telah Allah berikan kepada kita, jika memang kita termasuk
hamba yang dicintai-Nya.
Rasulullah saw. pernah bersabda kepada Abu Dzar ra.,
Apakah kamu melihat bahwa harta yang banyak itu adalah
kekayaan? Abu Dzar ra. menjawab, Ya, wahai Rasulullah.
Rasulullah saw. bertanya lagi, Apakah kamu melihat harta yang
sedikit itu merupakan kemiskinan? Abu Dzar menjawab, Ya,
wahai Rasulullah. Rasulullah saw. lalu bersabda, Sesungguhnya,
kaya itu adalah kaya hati. Dan sesungguhnya, fakir itu adalah fakirhati.
Pada suatu hari, ada seorang laki-laki berjalan di hadapan
Rasulullah saw. Beliau bertanya kepada seorang sahabat yang duduk
di sebelah beliau, Bagaimana pendapatmu tentang orang itu? Ia
menjawab, Orang itu termasuk bangsawan. Demi Allah, jika ia
melamar seseorang pasti akan diterima, dan jika minta pertolongan
-
8/3/2019 QUANTUM DAKWAH 3
10/114
162 QUANTUM DAKWAHDAN TARBIYAH
pasti akan diperhatikan. Rasulullah saw. diam saja. Lalu lewatlah
orang lain. Rasulullah saw. bertanya kepada sahabat tadi,
Bagaimana pendapatmu tentang orang itu? Ia menjawab, Wahai
Rasulullah, ia adalah lelaki fakir di kalangan kaum muslimin. Demi
Allah, jika ia melamar seseorang pasti tidak akan diterima, dan jika
minta pertolongan tidak akan diperhatikan, dan jika berbicara tidak
akan didengar. Rasulullah saw. bersabda, Orang itu lebih baik
daripada sepenuh isi bumi ini daripada orang yang tadi.
Dalam hadits lain beliau juga bersabda,
Laisal-ghina an katsratil-aradhi walakinnal-ghina ghinan-nafs
(Kekayaan itu bukanlah kaya harta, tapi kekayaan itu adalah
kaya hati). (h.r. Al-Bukhari)
Ibnu Baththal berkata, Makna hadits di atas, kekayaan hakiki
bukan harta yang berlimpah ruah, karena banyak orang yang diberi
kekayaan oleh Allah, tapi ia tidak puas dan terus bekerja mati-
matian untuk bisa lebih kaya lagi, tanpa peduli dari mana ia
mendapatkannya. Ia seperti orang miskin dilihat dari kerakusan-nya. Kekayaan hakiki adalah kekayaan hati, yaitu orang tidak
merasa butuh dengan harta yang ia terima, puas dengannya, tidak
berambisi mengejar harta lebih banyak lagi, dan tidak memburunya
dengan mati-matian. Seolah-olah ia sudah kaya.
Hal tersebut seperti definisi Ernie Zelinski tentang kekayaan,
The richest people in the world are those who have fun earning theirliving and the some time have a healthy work-live balance. (Orang
yang paling kaya di dunia ini adalah mereka yang mampu
menikmati hidupnya dan pada saat yang sama memiliki pola hidup
yang sehat dan seimbang).
Tegasnya, kekayaan pada hakikatnya bukanlah pada
banyaknya harta yang berhasil kita himpun. Kekayaan adalah sikap
puas atas apa yang telah kita terima dari sisi Allah, serta harapan
-
8/3/2019 QUANTUM DAKWAH 3
11/114
163Kaidah-kaidah Quantum Dakwah & Tarbiyah
akan pertolongan-Nya terhadap segala kesulitan yang mungkin
kita hadapi. Dan itu hanya terjadi dalam jiwa yang dipenuhi oleh
keimanan dan ketakwaan kepada-Nya.
Allah berfirman,Ingatlah, sesungguhnya wali-wali (kekasih-kekasih) Allah itu,
tidak ada kekhawatiran pada mereka dan tidak (pula) mereka
bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu
bertakwa. (Yunus: 62-63)
KEHARUSAN MENJADI KAYA
Sungguh pun demikian, jangan sekali-kali berpikir bahwa
wali-wali Allah itu secara materi harus miskin, sehingga kalau
ingin menjadi kekasih Allah kita juga harus hidup miskin. Sama
sekali tidak. Apa yang kita bahas di atas adalah tinjauan hakikat
kekayaan dari sudut pandang aqidah (keimanan). Secara riil, dari
sudut pandang syariah, kita harus berusaha mencari (ataudalam istilah Aa Gym menjemput) rezeki, memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari, membangun rumah sebagai tempat
bernaung dari panas dan hujan serta melindungi aurat diri dan
keluarga, membeli kendaraan untuk perjalanan ke sana-ke sini.
Juga menabung untuk mengantisipasi kebutuhan mendadak dan
untuk mempersiapkan kelangsungan pendidikan anak-anak,
menghadapi hari tua, dan sebagainya. Tentu saja, termasukberinfak di jalan Allah, untuk menjunjung tinggi kalimat-Nya.
Semua itu merupakan implementasi ibadah kita sebagai hamba
dan khalifah-Nya di muka bumi.
Seperti kita singgung di atas, Allah tidak pernah melarang
umat Islam (tak terkecuali para aktivis dakwah dan tarbiyah)
untuk berusaha dan menjadi kaya. Justru secara langsung maupun
-
8/3/2019 QUANTUM DAKWAH 3
12/114
164 QUANTUM DAKWAHDAN TARBIYAH
tidak Allah memerintahkan kaum muslimin untuk kaya. Sungguh,
sangat banyak ayat Al-Quran dan hadits Rasulullah saw. yang
mengisyaratkan bahwa berusaha dan menjadi kaya merupakan
bagian dari ajaran Islam.8 Tentu saja sepanjang koridor yang halal
dan tidak melupakan kewajiban-kewajibannya sebagai hamba
Allah.9 Yang menjadi persoalan bagi seorang muslim bukan
kekayaannya, tetapi dari mana kekayaan itu diperoleh? Apakah
dari sumber-sumber yang halal atau haram? Dan, ke mana
kekayaan itu dibelanjakan, apakah untuk pembelanjaan yang
sesuai dengan syariat (syari) atau tidak?
Rasulullah saw. bersabda,
Tidaklah beranjak kedua kaki anak Adam (manusia) pada hari
Kiamat nanti kecuali akan ditanya lebih dahulu tentang empat
hal: tentang umurnya, digunakan untuk apa, tentang masa
mudanya, dihabiskan untuk apa, tentang hartanya, dari mana ia
peroleh dan dibelanjakan untuk apa, serta tentang ilmunya,
dimanfaatkan untuk apa.(h.r. Al-Bazzar dan At-Thabrani)
Allah swt. juga berfirman,
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang
mereka khawatirkan (kesejahteraan) mereka. Karena itu8 Di antaranya, Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuatbaiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah
kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya, Allah tidak menyukai orang-orang yang
berbuat kerusakan. (Al-Qashash: 77) Rasulullah saw. juga bersabda, Tidak boleh ada sifat
iri kecuali dalam dua hal: orang yang dikaruniai Allah harta lalu dibelanjakan untuk kebenaran,
dan orang yang dikaruniai Allah ilmu lalu diamalkan dan diajarkan kepada orang lain.(h.r.
Bukhari dan Muslim)
9 Bertasbihkepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut
nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang, laki-laki yang tidak dilalaikan oleh
perniagaan dan tidak (pula) oleh jual-beli ddari mengingati Allah, dan dari mendirikan sembahyang,
dan dari membayarkan zakat. Mereka takut pada suatu hari yang di hari itu hati dan penglihatanmenjadi goncang.(An-Nur: 36-37)
-
8/3/2019 QUANTUM DAKWAH 3
13/114
165Kaidah-kaidah Quantum Dakwah & Tarbiyah
hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka
mengucapkan perkataan yang benar.(An-nisa: 9)
Artinya, orang-orang yang meninggalkan ahli waris dalamkeadaan miskin harus takut kepada Allah. Sebab, jika ahli warisnya
jatuh dalam kekafiran karena kemiskinan, ia akan bertanggung
jawab di hari Kiamat. Bukankah kemiskinan potensial menyeret
seseorang pada kekafiran?10 Rasulullah saw. bersabda,
Sungguh, seandainya kamu tinggalkan anak-anakmu dalam
keadaan kaya, itu lebih baik daripada kamu tinggalkan dalam
keadaan miskin sehingga meminta-minta.(h.r. Bukhari dan
Muslim)
Saya tidak ragu sedikit pun bahwa para aktivis dakwah
(setidak-tidaknya mayoritas) sudah sangat memahami hakikat ini.
Tapi ada satu kenyataan yang sangat perlu kita perhatikan di sini,
yaitu doktrin orang Islam harus kaya sejauh ini baru berputar-
putar di alam teori. Praktiknya, masih sangat jauh panggang dariapi.
Maka, adalahfardhu ain atas setiap ikhwah untuk mengkaji
ulang doktrin tersebut. Mengapa? Sebab, menjadi dai berarti
tampil sebagai solusi atas persoalan kehidupan umat. Dan karena
persoalan umat (di tengah kondisi kemiskinan yang merajalela
seperti ini) pada umumnya terkait dengan kebutuhan hidup
(ekonomi). Karena itu, solusinya nyaris selalu bermuara pada satu
hal: dana. Menyelenggarakan daurah saja, misalnya, jangan sekali-
kali berharap biaya ditanggung umat. Mereka tidak menuntut
10 Ungkapan yang sangat populer dalam hal ini adalah, Kaadal-faqru ay-yakuna kufran
(Kemiskinan nyaris membawa pada kekafiran). Ungkapan ini sering disebut-sebut sebagai
hadits Rasulullah saw., tapi saya belum tahu riwayatnya secara jelas bahwa ia datang daribeliau saw.
-
8/3/2019 QUANTUM DAKWAH 3
14/114
166 QUANTUM DAKWAHDAN TARBIYAH
kompensasi atas keikutsertaannya saja sudah bagus. Belum lagi
kita bicara tentang daurah yang efektif, dengan memanfaatkan
teknologi multimedia, yang tentunya diperlukan dana lebih
banyak lagi. Belum lagi berbicara tentang sarana prasarana
dakwah, pendidikan, penyiaran, dan sebagainya. Luar biasa!
Bagi ikhwah atau akhawat yang diamanahkan menjadi
anggota legislatif atau pejabat publik lainnya, keharusan menjadi
kaya lebih mutlak. Mengapa? Sebab, mereka adalah tumpuan
harapan umat dalam mencari solusi atas hampir segala masalah
kehidupannya. Terlebih lagi, ketika kampanye dahulu, janji-janji
solusi atas permasalahan umat tersebut sering disampaikan secaraterbuka di berbagai forum. Maka, saat mereka tampil sebagai
pejabat publik, serta-merta umat menuntut bukti-bukti nyata atas
apa yang pernah dijanjikan, meski mungkin tidak secara langsung.
Dalam hal ini umat tidak pernah tahuatau bahkan tidak
mau tahudengan proses, masalah internal partai, terlebih lagi
masalah pribadi sang dai. Bahkan, seringkali umat tidak peduliakan sumber-sumber dana itu: halal atau haram. Umat hanya tahu,
dengan adanya dai yang menjadi anggota legislatif atau pejabat
publik segala persoalan kehidupan mereka dapat diselesaikan. Dan
karena pada umumnya problem itu terkait dengan kebutuhan
hidup (ekonomi), maka sang dai (yang kebetulan juga politisi)
harus mampu menghadirkan solusi yang juga ekonomis (bahkan
cash money) sifatnya.
Pada titik ini, ketika aktivis dakwah yang politisi itu masih
berkutat dalam kemiskinan, kerawanan rumah tangganya juga ikut
terancam. Tidak sedikit istri anggota legislatif yang mengeluh,
tidak siap suaminya menjadi pejabat publik. Tuntutan penghasilan
dari sumber-sumber yang halal seolah-olah tidak mencukupi. Pada
saat yang sama godaan untuk mendapatkan penghasilan dari
-
8/3/2019 QUANTUM DAKWAH 3
15/114
167Kaidah-kaidah Quantum Dakwah & Tarbiyah
sumber-sumber yang syubhat (atau bahkan nyata-nyata haram)
berseliweran. Bisa dibanyangkan, apa jadinya kalau iman tidak
kuat. Bukan mustahil masa jabatan yang seharusnya hanya lima
tahun, bertambah menjadi tujuh atau delapan tahun: lima tahun
di kantor, dua atau tiga tahun berikutnya di lembaga pemasyara-
katan. Belum lagi risiko akhiratnya.Naudzubillah.
Karena itu, sekali lagi, menjadi aktivis dakwah memang harus
kaya. Meski tidak berarti harus dengan memiliki harta yang
berlimpah. Cukup, misalnya, dengan menguasai sumber-sumber
ekonomi, termasuk akses-akses permodalan, dan mempunyai
kemampuan manajerial yang relatif baik terkait pengelolaan danpengembangan aset-aset pribadi dan umat secara keseluruhan.
Atau, terkait kebutuhan dana umat yang terus meningkat, cukup
dengan mampu memberikan jalan yang relatif terjamin
mengenai asal dana itu.
JALAN-JALAN MENUJU KEKAYAAN
Rajin pangkal pandai, hemat pangkal kaya. Saya yakin Anda
sudah sangat hafal dengan pepatah bahasa Indonesia yang selalu
diajarkan guru-guru SD itu. Maka, jika ingin kaya, Anda harus
hemat. Anda harus menabung dan jangan sekali-kali berbelanja
lebih dari pendapatan. Itu logika sederhananya. Bagaimana kalau
pengeluaran sudah tidak bisa ditekan lagi, karena memang sudahminimal? Ya, penghasilan yang harus didongkrak. Tentu saja,
sepanjang masih dalam koridor halal.
Setiap orang yang normal, apalagi aktivis dakwah, tentu sudah
sangat memahami masalah itu. Tetapi, menjadi kaya ternyata
11
Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula)kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian. (Al-Furqan: 67)
-
8/3/2019 QUANTUM DAKWAH 3
16/114
168 QUANTUM DAKWAHDAN TARBIYAH
bukan soal hemat atau boros. Hemat memang diperintahkan
dalam Islam, sebagaimana boros itu dilarang.11 Tapi itu adalah
ajaran tentang sikap hidup. Bukan tips untuk menjadi kaya.
Masalah kaya atau miskin, itu soal rezeki. Dan rezeki itu sama
sekali tidak berkaitan dengan hitung-hitungan belanja dan
pendapatan. Rezeki bertambah dan berkurang dengan logikanya
sendiri, yakni mengiringi sikap hidup secara keseluruhan.
Diinspirasi oleh Abu Ammar Yasir Qadhi dalam buku 15 Ways
to Increase Your Earning from the Quran and Sunah, Ustadz Anif
Sirsaeba menulis buku Berani Kaya, Berani Taqwa: 15 Cara
Menambah Pundi-pundi Kekayaan Berdasar Al-Quran dan Sunah.Seperti judulnya, buku yang lumayan provokatif ini mengulas
lima belas cara untuk menjadi kaya bagi orang yang beriman.
Secara ringkas kelima belas cara itu adalah sebagai berikut.
Pertama,Bertakwa kepada Allah
Takwa, jika disederhanakan, artinya menjaga diri dari azabAllah dengan mengamalkan perintah-perintah-Nya dan menjauhi
larangan-larangannya. Itu makna sederhananya. Tapi jika kita kaji
secara mendalam, takwa adalah sikap hati-hati terhadap segala
kemungkinan tergelincirnya diri dari jalan kebenaran. Umar bin
Khaththab ra. pernah bertanya kepada Ubay bin Kaab ra. tentang
makna takwa. Ubay balik bertanya, Pernahkah Anda berjalan di
atas jalanan yang penuh dengan duri? Umar menjawab, Ya,
pernah. Ubay bertanya lagi, Apakah yang kamu lakukan? Kata
Umar, Saya selalu waspada dan berjalan dengan hati-hati. Itulah
takwa, jawab Ubay.
Kebanyakan orang memahami bahwa ketakwaan akan
berbuah kebahagiaan kelak di akhirat atau mengantarkan
seseorang ke surga Allah dan menghindarkan dari azab-Nya.
-
8/3/2019 QUANTUM DAKWAH 3
17/114
169Kaidah-kaidah Quantum Dakwah & Tarbiyah
Padahal lebih dari itu, Allah juga memberikan jaminan kepada
orang yang bertakwa bahwa ia akan diberi jalan keluar atas segala
kesulitannya, dan yang lebih hebat lagi, dibukakan pintu-pintu
rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Luar biasa!
Tentu kita sudah sering membaca firman Allah swt.,
Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan
mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari
arah yang tidak diduga. Dan barangsiapa yang berserah diri
(tawakal) kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan)nya. Sesungguhnya, Allah melaksanakan urusan-Nya.
Sesungguhnya, Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap
sesuatu.(Ath-Thalaq: 2-3)
Suatu hari, Ibnu Abbas ra. berkendaraan di belakang
Rasulullah saw., lalu beliau bersabda kepadanya, Wahai anak,
sungguh aku akan mengajarimu beberapa nasihat. Jagalah Allah
(hukum-hukum-Nya), niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah Allah,
niscaya kamu akan mendapati-Nya di hadapanmu. Bila kamumeminta sesuatu, mintalah kepada Allah. Bila kamu minta tolong,
mintalah kepada Allah. Yakinlah bahwa seandainya semua orang
berkumpul untuk memberimu manfaat, mereka tidak akan bisa
memberimu manfaat kecuali apa yang telah ditetapkan Allah. Jika
mereka berhimpun untuk mencelakaimu, mereka juga tidak akan bisa
memcelakaimu kecuali apa yang telah ditetapkan Allah. Pena (catatan
takdir) telah diangkat dan kitab (takdir) telah kering.(h.r. Ahmad)
Sungguh sangat banyak ayat dan hadits yang menjelaskan
masalah ini. Namun ayat-ayat dan hadits-hadits di atas cukup
bagi kita untuk mengerti bahwa takwa adalah jalan utama menuju
hidup berkecukupan, termasuk harta kekayaan.
Kedua, Bertobat dan Beristigfar
-
8/3/2019 QUANTUM DAKWAH 3
18/114
170 QUANTUM DAKWAHDAN TARBIYAH
Secara sederhana, tobat adalah menyesali segala perbuatan
dosa yang pernah kita lakukan kepada Allah, lalu kita memohon
ampun kepada-Nya, dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatan
itu lagi. Tobat seperti itulah yang kita kenal sebagai taubatan-
nashuha.
Selain ampunan Allah, tobat juga akan membawa keberun-
tungan. Allah berfirman, Dan bertobatlah kamu sekalian kepada
Allah, wahai orang-orang yang beriman agar kamu beruntung! (An-
Nur: 31) Sayang sekali, sebagaimana terhadap buah dari takwa,
banyak orang yang beranggapan bahwa keberuntungan bagi orang
yang bertobat itu hanya di akhirat, padahal Allah menjanjikanhal itu juga di dunia ini.
Allah swt. berfirman,
Dan (Hud berkata), Hai kaumku, beristigfarlah (memohon
ampun) kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya
Dia akan menurunkan hujan yang sangat deras (penuh berkah)
atas kamu, dan Dia akan menambahkan kekuatan padakekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat
dosa. (Hud: 52)
Artinya, istigfar dan tobat menyebabkan turunnya rezeki dan
berkah yang berlimpah-ruah dari sisi Allah. Dengan limpahan
itu, seseorang atau suatu kaum yang lemah akan menjadi kuat,
dan yang kuat akan menjadi semakin kuat, baik secara fisik,ekonomi, sosial-politik (pengaruh dan kekuasaan) maupun aspek-
aspek lainnya.
Maka, jika kita ingin hidup berlimpah rezeki dan berkah, kita
harus senantiasa beristigfar (mulazamatul-istghfar) dan terus
memperbarui tobat. Rasulullah saw. yangmashum (terpelihara
dari segala kesalahan) saja, selalu beristigfar dan bertobat setiap
-
8/3/2019 QUANTUM DAKWAH 3
19/114
171Kaidah-kaidah Quantum Dakwah & Tarbiyah
hari tidak kurang dari seratus kali. Demi Allah, aku senantiasa
istigfar dan tobat kepada Allah dalam setiap hari lebih dari tujuh puluh
kali.(h.r. Al-Bukhari dari Abi Hurairah ra.)
Dalam riwayat lain beliau bersabda,Wahai umat manusia, bertobatlah kalian kepada Allah dan
beristigfarlah kepada-Nya, sesungguhnya, aku senantiasa bertobat
setiap hari seratus kali.(h.r. Muslim dari Al-Agharri bin
Yasar ra.)
Ketiga, Berserah Diri (Tawakal) kepada Allah
Tawakal atau berserah diri kepada Allah adalah sikap hidup
di mana kita merasa bahwa segala sesuatu yang sudah dan akan
terjadi dalam kehidupan ini semuanya telah ditetapkan dalam
buku takdir Allah. Jadi, kita tidak perlu merasa sedih dengan
peristiwa yang sudah terjadi, sebagaimana kita tidak perlu merasa
khawatir dengan peristiwa yang akan terjadi. Kita harus sadar
sepenuhnya bahwa Allah memiliki kuasa untuk berkehendak apasaja atas hamba-hamba-Nya. Dan kita yakin sepenuhnya bahwa
segala kehendak Allah itu adalah baik.
Ingat, Allah telah berfirman,
Katakanlah, Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan
apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah Pelindung
kami, dan hanya kepada Allah-lah orang-orang yang berimanharus berserah diri (tawakal). (At-Taubah: 51)
Tapi, itu bukan berarti kita tidak perlu berusaha untuk
mendapatkan yang terbaik dalam hidup ini. Justru dengan sikap
tawakal kita akan sangat bersungguh-sungguh untuk bisa
mendapatkan yang terbaik. Karena pada hakikatnya, tawakal
adalah puncak dari usaha.
-
8/3/2019 QUANTUM DAKWAH 3
20/114
172 QUANTUM DAKWAHDAN TARBIYAH
Suatu saat, seorang Arab Badui (pedalaman) datang kepada
Rasulullah saw. dan bertanya, Wahai Rasulullah, apakah saya
perlu mengikat unta saya (agar tidak lari), atau saya cukup
bertawakal kepada Allah? Menanggapi pertanyaan tersebut
Rasulullah saw. menjelaskan dengan panjang lebar tentang makna
tawakal, sampai pada intinya beliau bersabda, Ikatlah untamu dan
bertawakallah kepada Allah.(h.r. Ibnu Hibban)
Pada waktu lain, Rasulullah saw. bersabda,
Seandainya kamu bertawakal kepada Allah di jalan yang
diridhai-Nya, niscaya kamu akan diberi makan oleh Allah
(rezekimu dijamin) sebagaimana Dia telah memberi makan kepada
burung, yang terbang di pagi hari dalam keadaan lapar, lalu pulang
di senja hari dalam keadaan kenyang.(h.r. At-Tirmidzi, Ibnu
Majah, Ahmad dan Ibnu Hibban)
Menurut Abu Hatim Ar-Razi, hadits itu menunjukkan bahwa
tawakal merupakan faktor terbesar dalam membangun pundi-
pundi kekayaan. Allah berfirman, Dan barangsiapa yangbertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan)nya. Sesungguhnya, Allah melaksanakan urusan(yang
dikehendaki)Nya. Sesungguhnya, Allah telah membuat ketentuan atas
segala sesuatu. (Ath-Thalaq: 3)
Keempat, Beribadah kepada Allah
Pemikiran sesat lainnya yang masih banyak menjangkiti umat
ini: ibadah adalah jalan untuk mencapai sukses hidup di akhirat.
Adapun untuk sukses hidup di dunia ini seseorang harus bekerja
keras atau pandai berbisnis. Sukses hidup di dunia ini (khususnya
dalam hal kekayaan) tidak ada hubungannya dengan ibadah.
Buktinya, orang-orang Barat atau Cina non-muslim bisa kaya,
meskipun bukan ahli ibadah (kepada Allah). Itu karena mereka
-
8/3/2019 QUANTUM DAKWAH 3
21/114
173Kaidah-kaidah Quantum Dakwah & Tarbiyah
bekerja keras dan mengoptimalkan segala kepandaiannya dalam
berbisnis.
Benar, orang-orang Barat atau Cina non-muslim itu bukan
ahli ibadah (kepada Allah). Mereka hanya bekerja keras danmengoptimalkan segala kepandaiannya dalam berbisnis. Hasilnya:
mereka jadi kaya. Namun, kita harus ingat, rezeki datangnya dari
Allah. Dia memberi rezeki kepada siapa dan berapa saja sesuai
dengan kehendak-Nya, serta menahan rezeki dari siapa saja yang
dikehendaki-Nya.12 Jadi, kalau orang-orang yang tidak mengenal
ibadah kepada-Nya kaya, itu semata-mata karena Allah memang
berkehendak untuk melimpahkan rezeki mereka. Adapun maksudAllah melimpahkan rezeki mereka, itu masalah lain. Bisa jadi, itu
adalah istidraj; karunia Allah yang seolah-olah menyenangkan,
padahal di balik itu semua justru Allah hendak membiarkan
mereka terlarut dalam keingkaran atas kebenaran agama-Nya.
Naudzubillahi.
Adapun bagi orang-orang yang beriman, pintu rezekinyajustru terletak pada ibadahnya. Semakin banyak dia beribadah,
semakin terbuka pintu-pintu rezekinya. Dalam sebuah hadits
qudsi, Allah swt. berfirman, Wahai anak Adam, luangkanlah
waktumu untuk beribadah kepada-Ku, niscaya Aku akan melimpah-
kan kekayaan kepadamu dan melenyapkan kemiskinanmu. Tapi kalau
kamu tidak mau beribadah kepada-Ku, niscaya Aku akan membuatmu
sibuk, dan Aku tidak akan menghapuskan kemiskinanmu. (h.r. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
12 Sesungguhnya, Tuhanmu melapangkan rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki dan
menyempitkannya. Sesungguhnya, Dia Maha Mengetahui lagi Maha Melihat akan hamba-hamba-
Nya.(Al-Isra: 30), Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwa Sesungguhnya, Allah
melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan Dia (pula) yang menyempitkan (rezeki
itu). Sesungguhnya, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah)bagi kaum yang beriman.(Rum: 37), dan banyak lagi ayat-ayat yang semisal.
-
8/3/2019 QUANTUM DAKWAH 3
22/114
174 QUANTUM DAKWAHDAN TARBIYAH
Dalam riwayat lain disebutkan, Wahai anak Adam,
luangkanlah waktumu untuk beribadah kepada-Ku, niscaya Aku akan
melimpahkan kekayaan kepadamu. Wahai anak Adam, jangan batasi
dirimu dengan-Ku, atau (kalau kamu membatasi diri dengan-Ku) Aku
akan membuatmu miskin, dan selalu sibuk dengan pekerjaan. (h.r.
Al-Hakim)
Apakah itu berarti kita tidak perlu bekerja? Jawabannya, dapat
kita simak dalam firman Allah, Hai orang-orang beriman, apabila
diseru untuk menunaikan shalat Jumat, maka bersegeralah kamu pada
mengingat Allah dan tinggalkanlah jual-beli. Yang demikian itu lebih
baik bagimu jika kamu mengetahui. Apabila shalat telah ditunaikan,maka bertebaranlah di muka bumi, dan carilah karunia Allah, dan
ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung.(Al-
Jumuah: 9-10)
Ya, apabila shalat telah ditunaikan, maka bertebaranlah kamu
di muka bumi, dan carilah karunia Allah, dan ingatlah Allah
sebanyak-banyaknya! Ternyata, ibadah kepada Allah juga harusdiikuti dengan sikap yang sigap dalam menjemput rezeki-Nya.
Sebab, Allah memang tidak menurunkan emas dari langit, tetapi
Dia tebarkan rezeki di seluruh muka bumi. Tinggal kita, mau
menjemputnya atau tidak. Jika kita menjemputnya, Allah akan
membuka pintu-pintunya. Tentu, setelah kita mendapat izin
(dengan ibadah kepada) Allah sebagai pemilik sejati dari segala
yang ada di langit dan bumi ini. Semakin banyak kita mengoleksiizinNya, semakin terbuka pintu-pintu rezeki-Nya.
Kelima, Bersyukur atas Nikmat Allah
Secara sederhana, syukur berarti terima kasih. Tapi lebih dari
sekadar ucapan. Bersyukur berarti menggunakan atau mengelola
segala nikmat yang dilimpahkan Allah sesuai dengan tujuannya.
-
8/3/2019 QUANTUM DAKWAH 3
23/114
175Kaidah-kaidah Quantum Dakwah & Tarbiyah
Karena tujuan penciptaan manusia ini adalah untuk beribadah
kepada Allah, maka dengan sendirinya segala nikmat yang
dilimpahkan Allah kepada manusia adalah untuk menunjang
kesuksesan misi tersebut. Bersyukur dengan demikian berarti
mengelola segala nikmat dan karunia Allah sesuai dengan
tuntunan ajaran Islam.
Allah berfirman,
Dan Dia-lah Allah yang menundukkan lautan (untukmu) agar
kamu dapat memakan darinya daging yang segar (ikan), dan kamu
mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai, dan
kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu
mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu
bersyukur. (An-Nahl: 14)
Dalam hal ini, para ulama, seperti Imam Ibnu Rajab Al-
Hambali, Imam Al-Ghazali, Imam Ibnul-Qayyim Al-Jauziyah,
sependapat bahwa syukur memiliki tiga syarat utama: Pertama,
secara batin kita mengakui menyambut nikmat-nikmat Allah.Kedua, secara lahir kita membicarakan nikmat-nikmat Allah. Dan
ketiga, menjadikan segala nikmat Allah untuk taat kepada-Nya.
Atau bisa kita katakan; secara ruhiyah kita sambut gembira nikmat-
nikmat itu, secara fikriyah kita ucapkan hamdalah (kata
alhamdulillah) dan tahaddutsun-nimah (membicarakan nikmat-
nikmat itu), dan secarajasadiyah-lahiriyah kita kelola segala nikmat
Allah dalam kerangka taat kepada-Nya.
Dengan bersyukur seperti itu Allah akan menambahkan
nikmat-nikmat-Nya kepada kita. Sebaliknya, jika kita kufur atau
ingkar atas nikmat-nikmat-Nya, maka azab Allah yang sangat
pedih sungguh menanti kita. Dan (ingatlah), tatkala Tuhanmu
memaklumkan bahwa jika kamu bersyukur, pasti Kami akan
menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-
-
8/3/2019 QUANTUM DAKWAH 3
24/114
176 QUANTUM DAKWAHDAN TARBIYAH
Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih. (Ibrahim: 7)
Jelas sekali, semakin kita bersyukur, semakin banyak tambahan
nikmat yang Allah berikan kepada kita. Dan jika nikmat itu berupa
harta, maka harta kita akan semakin bertambah dan terusbertambah. Kita pun akan menjadi semakin kaya dengan
bersyukur. Sebaliknya, jika kita kufur atas nikmat-nikmat-Nya,
Allah akan murka dan menimpakan azab-Nya yang sangat pedih.
Ini bukan hanya di akhirat, tetapi juga di dunia ini. Bisa jadi berupa
ketidakmampuan menikmati karunia yang sudah dianugerahkan
Allah kepadanya. Bisa juga karena sakit, dan tidak tertutup
kemungkinan juga berupa kebangkrutan sosial ekonomi. Musibahdemi musibah yang secara beruntun melanda negeri ini, misalnya,
harus kita pahami dalam konteks ini.
Keenam, Menunaikan Haji dan Umrah
Haji dan umrah bagi kita yang tinggal di negeri yang sangat
jauh dari kawasan Masjidil-Haram (Saudi Arabia) jelas bukanpersoalan sederhana. Jelas, masalah yang utama adalah biaya
perjalanan. Apalagi kondisi sosial-ekonomi negara kita saat ini
masih berada dalam krisis. Inflasi sangat tinggi dan segala bahan
kebutuhan sangat mahal. Karena itu, sulit bagi kita untuk
membayangkan bahwa kita bisa pergi menunaikan haji atau umrah
begitu saja. Terlebih, untuk sering melaksanakan haji atau umrah.
Itu logika materialisme. Adapun rezeki, sekali lagi, 100% dari
Allah. Rezeki punya logika sendiri. Ketika orang yang beriman
dengan susah payah meluangkan waktunya dan membelanjakan
hartanya untuk mendatangi panggilan-Nya yang agung dengan
maksud mencari ridha-Nya semata, niscaya Dia akan mengganti
segala pengeluarannya dengan ganti yang lebih banyak lagi.
-
8/3/2019 QUANTUM DAKWAH 3
25/114
177Kaidah-kaidah Quantum Dakwah & Tarbiyah
Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya
mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai
unta yang kurus,yang datang dari segenap penjuru yang jauh, supaya
mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka
menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezeki
yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak.
Maka, makanlah sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi)
berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir.
Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka.
Itu adalah rezeki yang akan diraih oleh orang yang beriman dalam
perjalanan ibadah yang agung tersebut. Rasulullah saw. jugabersabda, Ikutilah antara haji dan umrah (kerjakanlah haji dan
umrah secara berulang-ulang), karena haji dan umrah menghapuskan
kemiskinan dan dosa-dosa seperti tungku api panas yang membersihkan
besi, emas, dan perak yang kotor. Haji yang mabrur tidak ada
balasannya kecuali surga.(h.r. At-Tirmidzi, Ahmad dan An-
Nasai)
Ya, Rasulullah saw. memotivasi umatnya untuk menunaikan
haji yang wajib satu kali, lalu mengikutinya dengan haji-haji sunah
yang lain. Juga umrah, kemudian mengikutinya dengan umrah-
umrah yang lain. Selain mendapat balasan surga, dengan haji dan
umrah, kita juga mendapatkan penghapusan kemiskinan. Dengan
kata lain, haji dan umrah itu akan mendatangkan kekayaan dari
sisi Allah. Luar biasa!
Sebenarnya, secara nyata banyak sekali bukti atas kebenaran
hadits tersebut. Hanya saja karena logika kebanyakan orang
didominasi oleh logika meterialisme, maka makna hadits masih
sulit untuk masuk ke hati. Untuk menjawabnya, hanya ada satu
cara: buktikan saja! Tunaikanlah haji, niscaya Anda akan kaya!
-
8/3/2019 QUANTUM DAKWAH 3
26/114
178 QUANTUM DAKWAHDAN TARBIYAH
Ketujuh, Membina Silaturahmi
Rasulullah saw. bersabda,
Barangsiapa ingin dipanjangkan umurnya dan dilapangkan
rezekinya, hendaknya ia menjalin silaturahmi.(h.r. Ahmad)Dalam hadits lain beliau juga bersabda, Pelajarilah silsilahmu
agar kamu bisa menjalin silaturahmi, karena menjalin silaturahmi
menambah jalinan kasih sayang di antara keluarga, memperbanyak
kekayaan, dan memperpanjang umur. (h.r. At-Tirmidzi dan
Ahmad)
Masih adakah yang ragu dengan sabda-sabda Sang Nabi yangmulia itu? Sangat mudah dipahami. Secara kasatmata, rezeki
memang datang dari Allah, tetapi pasti melalui orang lain. Orang
yang menjadi pintu rezeki kita tidak akan begitu saja mengantar-
kannya kepada kita tanpa melalui proses interaksi yang positif.
Silaturahmi itulah salah satu jalannya.
Kedelapan,Berinfak di Jalan Allah
Infak berarti membelanjakan atau memberikan harta kepada
pihak-pihak tertentu secara sengaja. Infak di jalan Allah berarti
membelanjakan harta untuk keperluan perjuangan menegakkan
agama Allah, seperti pembangunan masjid atau mushalla, lembaga
pendidikan, dakwah, maupun pembiayaan kegiatan-kegiatan
sosial lainnya.Selain kata infak yang bersifat umum, dalam Islam juga dikenal
istilah yang lebih khusus untuk menyebut membelanjakan harta
di jalan Allah, yaitu sedekah. Dan ada yang lebih khusus lagi,
yaitu zakat. Dalam hal ini zakat hukumnya wajib, dengan
ketentuan persentase tertentu dari jumlah minimal harta yang
dimiliki atau penghasilan yang diperoleh (nishab) serta waktu
pembayaran yang telah ditentukan.
-
8/3/2019 QUANTUM DAKWAH 3
27/114
179Kaidah-kaidah Quantum Dakwah & Tarbiyah
Adapun sedekah atau infak hukumnya tergantung pada objek
dan tuntutan keadaan, tanpa ada ketentuan persentase yang
diinfakkan atau disedekahkan, nishab maupun waktu penunaian-
nya. Semua tergantung pada objek dan tuntutan keadaan. Ada
yang wajib, seperti memberikan belanja kepada keluarga yang
berada dalam tanggungannya. Ada yang sunah, seperti membantu
keluarga miskin dalam meningkatkan taraf hidup atau pendidikan-
nya. Ada juga yang mubah, seperti memenuhi kebutuhan sekunder
(hajiyat) atau tersier (tahsiniyat) bagi keluarganya.
Sedekah atau infak menjadi wajib jika keadaan menuntut
demikian. Misalnya, di suatu wilayah, agama atau umat Islamdiserang musuh, maka seluruh kaum muslimin yang berada di
sana wajib berjuang dengan harta dan jiwanya untuk membebas-
kan negeri tersebut. Dalam situasi dan kondisi demikian, infak
hukumnya wajib. Jika seluruh kaum muslimin di sana tidak
mampu, maka kewajiban melebar kepada kaum muslimin yang
tinggal di wilayah sekitarnya.
Contoh lagi, di tempat lain, pembangunan lembaga
pendidikan Islam terancam terhenti karena kekurangan dana,
padahal keberadaan lembaga tersebut bersifat wajib, karena di sana
tidak ada lembaga lain yang diharapkan bisa membebaskan umat
Islam dari kebodohan tentang agamanya ini.13 Dalam keadaan
demikian, sedekah atau infak untuk melanjutkan proyek tersebut
hukumnya wajib atas seluruh kaum muslimin yang ada di sana.Jika seluruh kaum muslimin di sana tidak mampu, maka kewajiban
melebar kepada kaum muslimin yang tinggal di wilayah sekitarnya.
13 Menuntut ilmu hukumnya wajib bagi setiap muslim dan muslimah. Para ulama ushul fiqih
dalam hal ini meletakkan kaidah, amru bisyaiin amru bi-wasailihi (perintah atas sesuatu itu
berarti juga perintah untuk memenuhi sarana-sarananya). Untuk bisa menuntut ilmu
diperlukan sarana-prasarana yang memadai. Dengan demikian, keberadaan sarana-prasarana
itu menjadi wajib hukumnya.
-
8/3/2019 QUANTUM DAKWAH 3
28/114
180 QUANTUM DAKWAHDAN TARBIYAH
Di sini kita tidak berbicara tentang hukum wajib atau
sunahnya infak atau sedekah. Kita hanya ingin menunjukkan
bahwa infak atau sedekah ternyata juga menjadi jalan untuk
mendapatkan kekayaan yang luar biasa. Allah berfirman, Adapun
orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan
membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami
menyiapkan baginya jalan yang mudah. Sedangkan orang-orang yang
bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala terbaik,
maka Kami menyiapkan baginya (jalan) yang sukar. Dan hartanya
tidak bermanfaat baginya bila ia telah binasa. (Al-Lail: 5-11)
Ya, atha wat-taqa wa-shadaqa bil-husna (memberi atauberinfak, bertakwa dan membenarkan balasan kebaikan atau
surga) merupakan jalan yang akan mengantarkan kita pada
kemudahan-kemudahan, khususnya dalam mencari nafkah.
Sebaliknya, bakhila was-taghna wa-kadzaba bil-husna (kikir,
sombong dan mendustakan balasan kebaikan atau surga) akan
membawa seseorang pada kesulitan-kesulitan, khususnya dalam
kehidupan ekonominya.
Rasulullah saw. juga bersabda, Tiada hari dijumpai seorang
hamba melainkan turun dua malaikat. Salah satu di antaranya berdoa,
Ya Allah, berikanlah kepada orang yang berinfak penggantinya! Dan
berdoa pula yang lain, Ya Allah, berikanlah kepada orang yang
menahan diri dari infak kebangkrutannya!(h.r. Al-Bukhari dan
Muslim) Hadits-hadits lain yang menjelaskan masalah ini jugasangat banyak sekali.
Kesembilan, Berhijrah karena Allah
Hijrah berarti berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya.
Dalam terminologi Islam, hijrah adalah berpindahnya Rasulullah
saw. dan para sahabat ra. dari Mekah ke Madinah pada tahun
-
8/3/2019 QUANTUM DAKWAH 3
29/114
181Kaidah-kaidah Quantum Dakwah & Tarbiyah
ketiga belas kenabian. Rasulullah saw. dan para sahabat ra. (yang
kemudian disebutmuhajirin) berhijrah demi menegakkan agama
Allah. Dari sudut pandang syariat, hijrah tersebut merupakan
perintah Allah. Namun secara perhitungan manusiawi, kondisi
di kota Mekah saat itu memang tidak memungkinkan bagi Islam
untuk tegak.
Dalam konteks kekinian, para ulama mengartikan hijrah
dalam dua kategori: makaniyah (hijrah secara tempat), yaitu
berpindah dari satu tempat ke tempat lain, danmanawiyah (hijrah
secara maknawi), yaitu meninggalkan segala perbuatan yang tidak
sesuai dengan syariat Allah pada perbuatan-perbuatan yang sesuaidengan syariat Allah.14
Baikmakaniyah maupunmanawiyah, hijrah hukumnya wajib
dan kewajiban itu berlaku hingga hari Kiamat.15 Adapun
implementasinya, tentu saja mengacu pada tuntutan keadaan
(muqtadhal-hal). Tetapi ada satu hal yang sangat perlu kita pahami
di sini, yaitu hijrah merupakan pintu rezeki dan jalan kekayaan.Perhatikan firman Allah, Barangsiapa berhijrah di jalan Allah,
niscaya dia mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan
rezeki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya demi berhijrah
kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya
(sebelum sampai ke tempat tujuan), maka sungguh telah tetap
pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.(An-Nisa: 100)
Subhanallah! Barangsiapa yang hijrah di jalan Allah, niscaya
dia mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki
yang banyak. Itulah janji Allah. Sayang, banyak orang, termasuk
14 Rasulullah saw. bersabda, Seorang Muhajir adalah siapa saja yang meninggalkan segala yang
dilarang oleh Allah.(h.r. Al-Bukhari)
15 Rasulullah saw. bersabda, Kewajiban hijrah tidak pernah terputus hingga terputusnya tobat.Dan tobat tidak pernah terputus hingga matahari terbit dari barat (Kiamat).(h.r. Abu Dawud)
-
8/3/2019 QUANTUM DAKWAH 3
30/114
182 QUANTUM DAKWAHDAN TARBIYAH
para dai, yang masih ragu. Ketika ditawari untuk berdakwah di
daerah yang dianggapnya masih terbelakang, banyak di antara kita
yang berpikir: di sana nanti kerja apa? Apa bisa mendapatmaisyah?
Kalau tidak, keluarga saya makan apa? Dan seterusnya.
Jujur saja, ketika ditawari untuk dakwah di Kalimantan
(1992), saya juga sempat berpikir seperti itu. Belum ada bayangan
sama sekali, tentang kondisi sosial, ekonomi, politik, budaya, dan
lainnya yang ada di sana. Yang pernah saya dengar justru cerita-
cerita yang mengerikan: orang Dayak (suku asli di Kalimantan)
suka makan orang. Orang tua saya juga sempat berpikir untuk
melepas anak tercintanya ini. Apalagi seorang teman dai sesamaalumni Pesantren Maskumambang, Daiddin (rahimahullah) belum
lama berselang meninggal dunia di medan dakwahnya di
Sumbawa. Konon karena malaria. Namun, isu yang diembuskan
oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, beliau disantet
orang. Alhamdulillah, berkat dukungan ikhwah di Jawa Timur,
terutama saudara saya, Al-Ustadz Rafi Munawwar, semua
hambatan bisa saya atasi. Ternyata, setelah benar-benar menjadi
orang Kalimantan, saya menemukan janji Allah benar! Saya dapati
bumi Allah sangat luas sebagai tempat hijrah, dan rezeki-Nya
berlimpah tanpa batas. Subhanallah wal-hamdulilah...!
Kita semua maklum, di mihwar muassasi ini tuntutan
ketersediaan SDM sangat luar biasa, terutama di daerah-daerah
yang memang belum pernah tersentuh pergerakan dakwahsebelumnya. Sementara di daerah-daerah tertentu, di Jawa
misalnya, terjadi penumpukan SDM yang juga luar biasa.
Menyikapi kondisi yang timpang itu, mengapa program bitsatud-
duat (menghijrahkan dai) ke daerah-daerah blank spot seperti
itu tidak kita lakukan?
Sekali lagi, dengan hijrah, kita akan menemukan lapangan
-
8/3/2019 QUANTUM DAKWAH 3
31/114
183Kaidah-kaidah Quantum Dakwah & Tarbiyah
dakwah yang sangat luas dan siap dikelola, sekaligus pintu-pintu
rezeki yang terbuka sangat lebar dan luar biasa. Ya, hijrah memang
membuat orang menjadi kaya dan berjaya. Insya Allah.
Kesepuluh, Menikah
Menikah adalah kebutuhan fitrah manusia, baik laki-laki
maupun perempuan. Tentu saja yang sudah dewasa dan normal.
Lebih dari itu, menikah juga merupakan salah satu sunah di antara
sunah-sunah Rasulullah saw. Beliau bersabda, Aku berpuasa, tapi
juga berbuka. Aku shalat (malam), tapi juga tidur, dan aku juga
menikahi wanita-wanita. (Itulah sunahku), barangsiapa yang tidak
suka dengan sunahku berarti bukan golonganku.(h.r. Ahmad, Al-
Bukhari dan Muslim)
Rasulullah saw. senantiasa mendorong umatnya untuk segera
menikah. Beliau bersabda, Wahai para pemuda, barangsiapa di
antara kalian yang sudah siap menikah, menikahlah! Karena menikah
itu lebih dapat menundukkan pandangan dan lebih dapat menjagakemaluan (dari perbuatan zina). Dan barangsiapa yang belum mampu,
hendaklah berpuasa, karena puasa bisa menjadi pengekang (bagi
syahwatnya).(h.r. Al-Jamaah)
Tentu, kita tidak pernah mempersoalkan hukum syariyah
menikah. Tapi untuk menikah ternyata membutuhkan biaya yang
tidak sedikit. Apalagi dalam masa transisi masyarakat kita, biaya
walimah dan ikutannya bisa menjadi lebih banyak lagi. Karena
itu, banyak di antara umat ini, termasuk para dai, yang sudah
saatnya menikah, tapi belum juga siap, terutama dari segi
pembiayaan. Belum lagi persoalan menafkahi keluarga setelah itu.
Intinya, dalam bayangan mereka, menikah adalah beban hidup
yang sangat berat.
Kekhawatiran tersebut wajar di satu sisi karena rasa tanggung
-
8/3/2019 QUANTUM DAKWAH 3
32/114
184 QUANTUM DAKWAHDAN TARBIYAH
jawab yang besar dari seorang muslim terhadap keluarganya. Tapi
di sisi lain, kekhawatiran itu tidak perlu ada, bahkan tidak boleh
terjadi. Sebab, Allah telah menjamin orang yang menikah akan
mendapatkan limpahan rezeki-Nya. Allah berfirman,
Dan nikahkanlah bujang-bujang di antara kamu, dan orang-orang
yang layak (menikah) dari budak-budak laki-laki dan budak-budak
perempuanmu. Jika mereka miskin Allah akan menjadikan mereka
kaya dengan karunia-Nya. Dan Allah Mahaluas (karunia-Nya)
lagi Maha Mengetahui. (An-Nur: 32)
Ada dua hal pokok dalam ayat tersebut. Pertama, kita
diperintahkan untuk menikahkan orang-orang yang masih bujang
di antara kita, juga budak-budak kita yang laki-laki maupun
perempuan. Kedua, adanya jaminan rezeki dari Allah bagi mereka
yang miskin dengan menikah. Dengan kata lain, jika mereka
menikah demi menjaga diri dari yang diharamkan Allah, maka
Allah menjamin akan melimpahkan rezeki-Nya kepada mereka.
Dalam hadits lain Rasulullah saw. juga bersabda, Ada tigajenis orang yang Allah pasti menolongnya: (1) orang yang menikah
demi menjaga kesucian dirinya; (2) budak yang ingin memerdekakan
dirinya (dengan berusaha membayar tebusan), dan (3) orang yang
berjihad di jalan Allah,(h.r. At-Tirmidzi)
Maka, Abu Bakar Ash-Shidiq ra. berkata, Patuhilah Allah
dalam segala sesuatu yang telah perintahkan-Nya kepadamu untukmenikah. Dia akan memenuhi janji-Nya untuk membuatmu
kaya.
Umar bin Khaththab ra. juga mengatakan hal yang sama,
Carilah kekayaan lewat pernikahan. Aku tidak pernah melihat
sesuatu yang lebih aneh daripada seorang laki-laki yang tidak
mencari kekayaan lewat pernikahan. Padahal Allah telah
menjanjikan, ... jika mereka miskin, maka Allah akan membuat
-
8/3/2019 QUANTUM DAKWAH 3
33/114
185Kaidah-kaidah Quantum Dakwah & Tarbiyah
mereka kaya dengan kurnia-Nya.
Masih adakah yang ragu-ragu dengan janji Allah yang sangat
tegas seperti itu?
Kesebelas, Membantu Para Penuntut Ilmu
Disebutkan dalam suatu riwayat dari Anas bin Malik ra., di
masa Rasulullah saw. ada dua orang bersaudara yang tinggal
berjauhan. Suatu ketika, salah seorang di antara mereka ingin
menuntut ilmu kepada Rasulullah saw. Maka dia menumpang di
rumah saudaranya, karena rumah saudaranya dekat dengan
tempat tinggal Rasulullah saw.
Suatu saat, saudara yang ditumpangi itu mengeluh kepada
Rasulullah saw. Maka beliau bersabda, Adalah mungkin, rezekimu
akan ditambah oleh Allah karena dia. Tapi dia tidak membantu
saya sama sekali, wahai Rasulullah, katanya. Beliau pun bersabda
kembali, Adalah mungkin, rezekimu akan ditambah oleh Allah karena
saudaramu itu.(h.r. At-Tirmidzi dan Al-Hakim)
Kisah itu menggambarkan betapa susah payah kita membantu
orang yang menuntut ilmu akan mendatangkan rezeki. Sekilas
memang hal tersebut beban. Tapi Rasulullah saw. justru melihatnya
sebagai peluang datangnya rezeki. Karena itu, Abdullah bin
Mubarak selalu memberi sedekah kepada orang yang menuntut
ilmu.Suatu saat dia ditanya, Mengapa Anda tidak memperluas
sedekah Anda kepada orang yang lain? Ibnu Mubarak berkata,
Aku tidak tahu keadaan suatu lingkungan setelah lingkungan
kenabian, daripada lingkungan para ulama. Jika salah seorang di
antara mereka (para penuntut ilmu itu) disibukkan mencari
nafkah, mereka tidak punya waktu lagi untuk menuntut ilmu dan
mengajar. Maka, memberi waktu bagi mereka untuk menuntut
-
8/3/2019 QUANTUM DAKWAH 3
34/114
186 QUANTUM DAKWAHDAN TARBIYAH
ilmu dan mengajar, dengan memberi mereka sedekah sehingga
tidak perlu sibuk mencari nafkah, adalah lebih baik daripada
memberi sedekah kepada orang lain.
Dalam konteks kekinian, apa yang dilakukan oleh Ibnu Mubarakkita kenal dengan istilah beasiswa. Ya, beasiswa inilah yang sekarang
harus terus kita galakkan. Sebab, seperti dikatakan Ibnu Mubarak,
lingkungan kenabian (atau katakanlah masyarakat berperadaban)
sekarang sangat mendesak untuk kita hadirkan. Dalam pandangan
orang-orang yang bijak, krisis multidimensional yang kita hadapi saat
ini adalah karena kondisi sosial-budaya kita sangat jauh dari potret
lingkungan kenabian. Dan untuk menghadirkan lingkungankenabian, menuntut ilmu (dalam segala dimensinya) harus menjadi
isu sentral pergerakan dakwah kontemporer. Jadi, sangat wajar jika
orang yang membantu orang yang menuntut ilmu akan mendapat
balasan dari sisi Allah swt. berupa keberlimpahan rezeki sebagaimana
sabda Rasulullah saw. di atas.
Kedua belas,Berbuat Baik kepada Fakir Miskin
Kemiskinan adalah penyakit sosial yang paling menyakitkan
dalam kehidupan manusia. Karena itu, memerangi kemiskinan
selalu menjadi agenda utama siapa saja yang mendapat amanah
kepemimpinan di tengah umat manusia. Tetapi, harus kita pahami,
memerangi kemiskinan bukanlah dengan memusuhi orang-orang
miskin, seperti mengadakan operasi penertiban pedagang kaki lima
atau penggusuran rumah-rumah kumuh sebagaimana sering kita
saksikan di layar televisi. Justru sebaliknya, memerangi kemiskinan
adalah dengan menyayangi orang-orang miskin, berempati kepada
mereka serta melakukan langkah-langkah konkret untuk
mengentaskan mereka dari kemiskinannya.
Rasulullah saw. bersabda,
-
8/3/2019 QUANTUM DAKWAH 3
35/114
187Kaidah-kaidah Quantum Dakwah & Tarbiyah
Temukanlah aku dalam komunitas orang-orang miskin. Sebab,
satu-satunya alasan kamu ditambah nikmat dan dibantu dalam
kemenangan adalah karena orang-orang miskinmu. (h.r.
Ahmad, At-Tirmidzi dan Al-Hakim)
Maksudnya, keberadaan orang-orang miskin di tengah kita
akan menyebabkan Allah memberikan pertolongan dan
melimpahkan rezeki-Nya kepada kita. Allah melimpahkan rezeki
kepada kita agar kita membantu mereka, sebagaimana Rasulullah
saw. selalu berada di tengah-tengah kaum miskin karena beliau
berempati dan ingin selalu membantu mereka.
Dalam hadits lain beliau bersabda, Innama tunsharuna
waturzaquna bi-dhuafaikum (Sesungguhnya, kalian dime-
nangkan dan diberi rezeki oleh Allah itu hanyalah karena orang-
orang lemah kalian). (h.r. Al-Bukhari) Yakni, Allah menolong
dan memberi kita rezeki karena kita menolong dan membagi
rezeki yang telah kita terima kepada orang-orang yang lemah
(dhuafa).Dalam riwayat Abdullah bin Umar ra. Rasulullah saw. juga
bersabda, Muslim itu saudara bagi muslim lainnya. Tidak boleh
menganiayanya dan tidak boleh menyerahkannya (kepada musuh).
Barangsiapa membantu kebutuhan saudaranya, maka Allah akan
membantu kebutuhannya. Dan barangsiapa memberi solusi atas
kesulitan saudaranya, maka Allah akan memberinya solusi atas segala
kesulitannya nanti pada hari Kiamat. Dan barangsiapa memudahkan
urusan orang lain, maka Allah akan memudahkan urusannya di dunia
dan akhirat. Dan Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama
hamba itu mau menolong saudaranya.(h.r. Muslim)
Hadits yang singkat ini mengandung banyak ajaran tentang
nilai-nilai dan akhlak mulia, di antaranya sebagai berikut.
1. Kaum muslimin, satu dengan yang lainnya adalah saudara,
-
8/3/2019 QUANTUM DAKWAH 3
36/114
188 QUANTUM DAKWAHDAN TARBIYAH
yaitu saudara seiman.
2. Kewajiban pokok sesama saudara seiman di antaranya adalah
melindunginya dari segala bahaya yang mengancam
keselamatannya. Karena itu, seorang muslim tidak boleh
menganiaya saudaranya seiman atau menyerahkannya kepada
musuh.
3. Kewajiban lain antarsesama saudara seiman adalah saling
membantu dan saling memberi solusi atas segala kesulitan
yang dihadapi.
4. Perbuatan seorang muslim membantu saudaranya sesama
muslim yang mengalami kesulitan akan mendatangkanbantuan Allah kepadanya jika dia juga mengalami kesulitan-
kesulitan.
5. Bantuan atau pertolongan Allah diberikan kepadanya, baik
ketika di dunia maupun di akhirat nanti.
6. Pertolongan Allah berlangsung terus, sepanjang orang yang
bersangkutan tidak pernah berhenti menolong saudaranya
sesama muslim dari kesulitan-kesulitan yang dihadapinya.
Luar biasa! Semakin banyak kita membantu saudara seiman,
khususnya kaum dhuafa, semakin deras pula Allah akan
mengalirkan pertolongan dan rezeki-Nya kepada kita. Kalau
memang demikian, mengapa kita tidak menempatkan posisi diri
di tengah-tengah komunitas kaum miskin untuk selalu berempati
dan menolong mereka, sebagaimana yang dilakukan teladan utamakita, Rasulullah saw.?
Ketiga belas, Jujur dalam Berbisnis
Jujur dalam bisnis akan membuka pintu-pintu kekayaan. Itu
pasti! Tapi mungkin Anda berpikir, sebagaimana kebanyakan
orang, bahwa terbukanya pintu-pintu kekayaan karena bisnis,
-
8/3/2019 QUANTUM DAKWAH 3
37/114
189Kaidah-kaidah Quantum Dakwah & Tarbiyah
bukan karena kejujuran. Jujur hanya cara dalam berbisnis, yang
bisa dipakai bisa pula ditinggalkan, tergantung kemauan sang
pebisnis. Hanya saja, jika tidak jujur, dia berdosa, dan akan
dimasukkan ke neraka kelak di akhirat. Adapun soal keberun-
tungan dalam bisnis, tidak ada hubungannya dengan jujur atau
tidak. Kalau pun ada hubungannya, itu kalau ketidakjujurannya
diketahui mitra bisnis, stake-holder atau costumer.
Tapi, kita perlu tahu, sesungguhnya keberuntungan bisnis
terletak pada kejujuran. Dalam sebuah hadits qudsi Allah
berfirman, Aku adalah Pihak Ketiga dari dua orang yang berserikat,
selama salah satu di antara keduanya tidak menipu rekan bisnisnya.Tapi jika salah satunya menipu rekan bisnisnya, maka Aku
meninggalkan (perserikatan) di antara keduanya. Dan yang akan
datang adalah setan. (h.r. Abu Dawud)
Menurut Ustadz Anif Sirsaeba, yang dimaksud dengan, Aku
adalah Pihak Ketiga dari dua orang yang berserikat adalah Aku
(Allah) selalu bersama orang yang berserikat dengan melindungimereka dan memberi nikmat kepada mereka. Atau dengan kata
lain, Allah akan selalu menjaga kekayaan mereka dan akan
memberi mereka makanan dan kebaikan dari transaksi yang
mereka lakukan. Itu semua terjadi ketika di antara yang melakukan
perserikatan sama-sama jujur dan menjaga amanah.
Adapun yang dimaksud dengan, Aku meninggalkan mereka
(orang yang berserikat) adalah Allah akan mencabut nikmat-
nikmat yang telah diberikan kepada mereka yang berserikat. Bukan
hanya mencabut, tapi juga menarik perlindungan-Nya dari
mereka, bahkan meninggalkan mereka sama sekali. Itu terjadi
ketika ada yang berdusta di antara yang berserikat.
Sepatutnya kita sadari sejak dini bahwa kejujuran dan saling
percaya akan mendatangkan nikmat-nikmat dalam transaksi bisnis
-
8/3/2019 QUANTUM DAKWAH 3
38/114
190 QUANTUM DAKWAHDAN TARBIYAH
kita. Paling tidak, ada dua nikmat di sana. Pertama, Allah
menjanjikan bahwa transaksi kita akan membuahkan hasil yang
diberkahi Allah. Allah bahkan telah menyebut diri-Nya sendiri
sebagai serikat dalam transaksi kita. Pertanyaannya, bagaimana
mungkin sebuah transaksi yang di dalamnya dijaga dan dilindungi
langsung oleh Zat yang Memberi Rezeki (Ar-Razzaq) tidak
membuahkan hasil? Pasti tidak mungkin.
Kedua, tentunya seseorang yang berlaku jujur akan memper-
tahankan reputasinya di antara orang-orang sebagai businessmen
yang tepercaya dan terhormat. Hal itu dilakukannya agar ia
semakin tepercaya dalam kegiatan bisnisnya. Reputasinya punsemakin naik, sehingga para kolega bisnis akan nyaman dan aman
jika berserikat dengannya. Hal ini berbanding terbalik dengan
orang yang tidak jujur. Ia pasti susah dipercaya. Reputasinya buruk
dan orang-orang takut bertransaksi dengannya.
Rasulullah saw. bersabda,
Berpegang teguhlah kalian pada kejujuran, karena kejujuranmembimbing pada kebajikan, dan kebajikan membimbing pada
surga. Seseorang yang senantiasa berkata jujur dan berusaha
sungguh-sungguh untuk jujur, maka tertulis di sisi Allah swt.
sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah oleh kalian dusta, karena
dusta mengarah pada kejahatan, dan kejahatan mengarah pada
neraka. Seseorang yang senantiasa berkata dusta dan berupaya
untuk dusta, maka tertulis di sisi Allah swt. sebagai seorang
pendusta.(h.r. Al-Bukhari dan Muslim)
Ya..., kejujuran akan membimbing pada kebajikan. Artinya,
orang yang jujur akan cenderung berada dalam kebaikan dan
keberuntungan. Sekarang, sebagai manusia biasa maupun pelaku
bisnis, silakan Anda bertanya pada hati nurani Anda, bukankah
Anda lebih suka pada orang-orang yang jujur daripada orang-
-
8/3/2019 QUANTUM DAKWAH 3
39/114
191Kaidah-kaidah Quantum Dakwah & Tarbiyah
orang yang suka berdusta? Seperti itulah orang lain. Karena itu,
jujurlah! Rezeki dan kekayaan Anda akan dilapangkan oleh Allah.
Insya Allah.
Keempat belas, Menjadikan Akhirat sebagai Tujuan Utama
Nikmat terbesar bagi seorang mukmin adalah kesadaran dan
kesiapan diri untuk menghadapi kehidupan di akhirat dengan
bekal yang disediakan oleh Allah sejak di dunia. Dan sesungguh-
nya, seorang mukmin yang sadar akan kehidupan akhiratnya dan
berusaha keras untuk memperoleh kemuliaan sejak di dunia, akan
memperoleh rezeki dan harta kekayaan yang berlimpah dari Allah
dengan tanpa disangka-sangka. Maka, agar rezeki semakin deras
mengalir dan kekayaan semakin pesat tumbuh dan berkembang,
seorang mukmin harus menjadikan akhirat sebagai tujuan utama
hidupnya.
Rasulullah saw. bersabda,
Barangsiapa yang menjadikan dunia sebagai satu-satunya tujuanakhir (yang utama), niscaya Allah akan menyibukkan dia (dengan
urusan dunia), dan Allah akan membuatnya miskin seketika, dan
dia akan dicatat (ditakdirkan) merana di dunia. Sebaliknya
barangsiapa yang menjadikan akhirat sebagai tujuan akhirnya,
maka Allah akan mengumpulkan teman-teman untuknya, dan
Allah akan membuat hatinya kaya, dan dunia akan takluk dan
menyerah padanya.(h.r. Ibnu Majah dan At-Tirmidzi)
Gamblang sekali maksud hadits tersebut. Bagi orang yang
menginginkan segala sesuatu untuk dunia ini: makan-makan,
jalan-jalan, tidur-tidur, dan perbuatan-perbuatan lain yang niatnya
hanya untuk memperoleh keuntungan duniawi, maka dia tidak
akan memperoleh apa-apa. Bisa jadi, secara lahiriah dia kaya-raya:
mobil mewah, rumah megah, dan semua kekayaan dunia
-
8/3/2019 QUANTUM DAKWAH 3
40/114
-
8/3/2019 QUANTUM DAKWAH 3
41/114
193Kaidah-kaidah Quantum Dakwah & Tarbiyah
hanyalah kebahagiaan di akhirat. Adapun dunia ini hanyalah
persinggahan sementara dalam perjalanan menuju akhirat.
Rasulullah saw. mengumpamakan kehidupan dunia seperti
seorang musafir yang singgah di bawah pohon yang rindang.Sebagai musafir kita harus sadar, perjalanan kita masih jauh. Kita
tidak boleh berlama-lama menikmati rindangnya pohon tempat
kita bernaung beserta kesejukan angin sepoi-sepoi yang menerpa.
Boleh saja kita mengambil buah dan menikmatinya dari pohon
tempat kita berteduh (baca: dunia) jika memang Sang Pemilik
(Allah) mengizinkannya. Tentu, sekadar cukup untuk mengusir
lapar dan dahaga. Selanjutnya kita harus segera meneruskanperjalanan.
Jika sikap seperti itu yang Anda pilih dalam hidup ini, niscaya
Allah mencukupi segala kebutuhan Anda, melimpahkan rezeki,
kekayaan dan berkah-Nya sepanjang kehidupan Anda, sesuai
dengan firman-Nya dalam hadits qudsi di atas. Insya Allah.
Kelima belas, Selalu Berdoa dalam Berusaha
Banyak orang beranggapan doa hanya faktor pelengkap bagi
kesuksesan suatu usaha. Faktor utamanya adalah kesungguhan
dan profesionalisme dalam usaha. Saya bisa memaklumi pemikiran
seperti itu. Untuk bisa memahami hubungan antara doa dan usaha
memang tidak mudah. Karena ketika sebuah hasil usaha telah
hadir di depan mata, sesuai dengan harapan maupun tidak, yang
bisa dievaluasi oleh sang pengusaha hanyalah faktor-faktor yang
tampak atau bisa dikalkulasi secara matematis, sesuai kaidah-
kaidah manajemen usaha. Sedangkan peran Allah atas
keberhasilan usaha itu tidak mudah terdeteksi, kecuali oleh
mereka yang memang benar-benar tajam bashirah-nya.
Sebenarnya, semua orang sudah tahu bahwa rezeki seseorang
-
8/3/2019 QUANTUM DAKWAH 3
42/114
194 QUANTUM DAKWAHDAN TARBIYAH
100% di tangan Allah. Allah-lahAr-Razzaq (Sang Pemberi rezeki).
Segala bentuk usaha yang dilakukan seseorang pada hakikatnya
hanyalah perantara bagi turunnya rezeki yang memang menjadi
jatahnya sejak di alam azali (al-laukhil-mahfudz). Tapi, karena kita
tidak bisa membaca apa yang tertulis di al-laukhil-mahfudz, maka
kita diperintahkan untuk berusaha. Karena itulah Aa Gym
menyebut usaha bukan mencari rezeki, tapi menjemput rezeki.
Karena kita tidak tahu apa yang tertulis sebagai jatah kita di
al-laukhil-mahfudz, sementara kita menghendaki hasil setiap usaha
kita yang terbaik, maka jalan satu-satunya untuk bisa mendapat-
kan yang terbaik hanyalah dengan mempengaruhi Sang Pemberirezeki agar memberikan yang baik saja buat kita, dan segala catatan
yang tidak kita inginkan bisa dikoreksi-Nya atau diubah-Nya
menjadi baik sesuai keinginan kita.
Bisakah itu? Bukankah takdir Allah sudah ditetapkan?
Tentu saja bisa. Kalau tidak, tentu Allah tidak memerintahkan
kita untuk berdoa dalam berusaha. Allah berfirman,
Berdoalah kalian kepada-Ku, niscaya Aku akan kabulkan doa-
doamu. Sesungguhnya, orang-orang yang menyombongkan diri
dari menyembah-Ku (berdoa kepada-Ku), niscaya Aku akan
masukkan dia ke dalam neraka Jahanam dengan cara yang sangat
hina. (Ghafir: 60)
Rasulullah saw. bersabda,
Mintalah kepada Allah akan karunia-Nya. Sesungguhnya, Allah
senang jika senantiasa diminta.(h.r. At-Tirmidzi dan Abu
Nuaim)
Dalam hadits yang lain disebutkan bahwa beliau bersabda,
Barangsiapa yang tidak mau minta (dipenuhi kebutuhan-
-
8/3/2019 QUANTUM DAKWAH 3
43/114
195Kaidah-kaidah Quantum Dakwah & Tarbiyah
kebutuhannya) kepada Allah, maka Allah murka kepadanya.(h.r.
At-Tirmidzi) Artinya, berdoa atau meminta (dipenuhi segala
kebutuhan) bukan hanya kebutuhan kita, tetapi juga diperintah-
kan oleh Allah.
Jadi, doa dan usaha adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan
dalam kehidupan kita. Utamanya dalam menjemput rezeki.
Rasulullah saw. bersabda, Umur seseorang tidak bisa bertambah
kecuali dengan melakukan kebaikan, dan takdir Allah tidak bisa ditolak
kecuali dengan doa, dan rezeki akan diharamkan (tidak mungkin
diberikan) kepada seseorang karena dosa yang dilakukannya.(h.r.
Ibnu Majah, dari Ats-Tsauban ra.)
Ada tiga poin dalam hadits di atas. Pertama, kebaikan
memperpanjang umur. Baik kualitatif (kebermaknaan dalam hidup
ini, sehingga meski seseorang itu sudah meninggal dunia, tapi
masih tetap bisa memberi manfaat kepada orang lain) maupun
kuantitatif (karena yang menentukan panjang atau pendeknya
umur seseorang hanya Allah, dan Allah berkuasa atas segalasesuatu).
Kedua, takdir atau qadar Allah bisa berubah dengan doa. Jadi,
doa memiliki peran yang luar biasa terhadap segala perubahan
dalam kehidupan ini. Ketiga, perbuatan dosa menghalangi
turunnya rezeki. Artinya, Allah tidak akan memberikan rezeki
kepada orang yang berbuat dosa, meskipun sebelumnya rezeki
sudah tercatat sebagai jatahnya di al-lauhil-mahfudz.
Subhanallah! Masih kurang jelaskah ayat-ayat dan hadits-
hadits di atas sebagai dalil bahwa doa adalah hal yang utama, bukan
sekadar faktor pelengkap, bagi kesuksesan suatu usaha? Jika Anda
menghendaki ayat dan hadits yang semisal sungguh banyak sekali.
Cara berpikir kita yang materialistis-lah yang menutupi mata kita
untuk bisa memahami ayat-ayat dan hadits-hadits seperti itu.
-
8/3/2019 QUANTUM DAKWAH 3
44/114
196 QUANTUM DAKWAHDAN TARBIYAH
Karena itu, senantiasa berdoalah, berdoa, dan berdoa. Itulah yang
harus kita lakukan setiap saat, mengiringi segala usaha kita.
SEDEKAH: PINTU REZEKI YANG PALING UTAMA
Satu hal yang perlu kita tekankan di sini, sedekah adalah pintu
rezeki yang paling utama. Ini bukan berarti kelima belas jalan
menuju kekayaan di atas selain sedekah tidak utama. Masalahnya
terletak pada relevansi antara yang kita berikan dengan yang kita
minta.
Allah swt. berfirman,Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan
bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga),
maka Kami menyiapkan baginya jalan yang mudah. Sedangkan
orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta
mendustakan pahala terbaik, maka Kami menyiapkan baginya
(jalan) yang sukar. Dan hartanya tidak bermanfaat baginya bilaia telah binasa.(Al-Lail: 5-11)
Ada dua catatan penting yang perlu kita perhatikan terkait
ayat-ayat di atas. Pertama; susunan kalimat ayat-ayat tersebut
berbentuk khabariyah (bersifat berita, yang tidak menuntut respons
dari pihak kedua), padahal yang dimaksud adalah insyaiyah (bukan
berita, tetapi perintah atau larangandalam hal ini perintah
yang menuntut adanya respons dari pihak kedua). Perintah dengan
kalimat seperti itu tekanannya lebih kuat daripada dalam bentuk
kalimat perintah secara langsung.
Kedua, pada umumnya, perintah untuk bertakwa yang global
disebut lebih dahulu baru diikuti dengan perintah tentang amal
tertentu yang merupakan implementasinya. Namun, pada ayat-
ayat di atas justru perintah sedekah yang menjadi implementasi
-
8/3/2019 QUANTUM DAKWAH 3
45/114
197Kaidah-kaidah Quantum Dakwah & Tarbiyah
takwa didahulukan. Ini menunjukkan makna penekanan terhadap
sedekah sebagai amal yang sangat besar nilainya dalam
implementasi keimanan dan ketakwaan.
Di ayat lain Allah berfirman, Dan barangsiapa yang dipeliharadari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang
beruntung. (Al-Hasyr: 9)
Banyak orang yang beranggapan bahwa keberuntungan yang
Allah janjikan kepada orang yang suka sedekah adalah di akhirat.
Itu anggapan yang tidak tepat. Memang di akhirat ada
keberuntungan yang nyata, tapi lebih dari itu, ada keberuntungan
duniawi yang menanti.
Itulah prinsip ekonomi Islam (jika boleh disebut begitu) di
mana orang yang suka memberi (sedekah) akan banyak
mendapatkan banyak kemudahan (dalam mencari rezeki).
Sebaliknya, orang yang enggan memberi (bakhil) akan banyak
menemui kesulitan (dalam mencari rezeki). Dengan kata lain,
lancar atau seretnya rezeki seseorang berkaitan erat dengan lancaratau seretnya dia bersedekah.
Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat kepada Ustadz
Muhammad Baabdullah, rahimahullah-, seorang ulama sekaligus
pengusaha di kota Bangil, Jawa Timur. Selain menjadi Ketua
Yayasan Masjid Manarul Islam, beliau juga donatur utama dan
dosen luar biasa di Mahad Aly lil-Fiqh wad-Dawah (PesantrenTinggi Ilmu Fiqih & Dakwah), tempat saya kuliah. Sayadan
seluruh santri yang jumlahnya ratusanmerasa sangat berutang
budi kepada beliau. Selama tiga tahun masa kuliah kami dahulu,
beliaulah yang mem-back up hampir seluruh biaya operasional
pesantren, termasuk kebutuhan logistik kami.
Ada satu hal yang membuat kami benar-benar takjub. Setiap
hari Jumat, mulai bada subuh hingga menjelang shalat Jumat,
-
8/3/2019 QUANTUM DAKWAH 3
46/114
198 QUANTUM DAKWAHDAN TARBIYAH
beliau mengadakan Open House. Ketika itulah masyarakat kota
Bangil dan sekitarnya mengadukan masalah- masalahnya kepada
beliau. Dan saya tahu persis, mayoritas (mungkin hingga 90-an
persen) masalah yang diadukan masyarakat terkait dengan
ekonomi. Di sanalah, dengan kelapangan dada yang luar biasa
beliau menjawab semua aduan masyarakat yang dilanda kesulitan,
terutama secara konkret dengan memberi sedekah, atau pinjaman
(tanpa bunga). Saya sering menyaksikan, sedekah beliau mengalir
sangat deras nyaris tanpa batas. Belum lagi proyek-proyek sosial
beliau yang tak terhitung jumlahnya.
Dengan berbuat demikian, apakah harta beliau berkurang?Subhanallah! Saya menyaksikan sendiri, justru yang datang dari
Allah jauh lebih deras. Proyek-proyek beliau berkembang pesat dan
aset beliau bertambah terus.16 Bahkan, ketika banyak orang di Bangil
saat itu membangun rumah-rumah khusus untuk beternak burung
Walet, justru tanpa beliau kehendaki, rumah beliau disatroni
burung penghasil devisa yang sangat luar biasa itu.
Sayang sekali, banyak di antara kaum muslimin (termasuk para
aktivis dakwah) yang belum menyadari kenyataan-kenyataan seperti
itu. Kebanyakan orang cenderung selalu dan terlalu perhitungan
dalam memberi sedekah, bahkan termasuk untuk membayar zakat
yang jelas-jelas wajib. Ketika punya uang yang dinilainya sedikit,
misalnya, lalu datang seorang peminta-minta, lembaga dakwah,
pendidikan, panti asuhan, masjid dan sebagainya yang memerlukanbantuan, ia berpikir, Jika uang yang sedikit ini saya sumbangkan
16 Selain bisnis permata ke Singapura dan Saudi Arabia, beliau juga bergerak di bidang properti
dan beberapa bidang usaha lainnya. Setahu saya, di bidang properti beliau hanya membangun
proyek-proyek perumahan secara mandiri, tidak mau ikut tender proyek-proyek pemerintah.
Selain itu, beliau juga tidak pernah meminjam dana ke bank. Jika memerlukan modal usaha,
beliau meminjam secara pribadidengan sistem yang sesuai dengan syariat Islam, karena
saat itu bank-bank dengan sistem syariat memang belum berkembang- untuk saudara-saudara
beliau di Saudi Arabia.
-
8/3/2019 QUANTUM DAKWAH 3
47/114
199Kaidah-kaidah Quantum Dakwah & Tarbiyah
kepada orang lain, dakwah, pendidikan, masjid atau yang semisal,
keluarga saya makan apa? Untuk kebutuhan sehari-hari saja masih
susah, bagaimana mungkin saya bersedekah?
Ya, mereka berpikir tentang rezeki dengan kalkulasimatematis. Padahal, sekali lagi, rezeki bukan sesuatu yang bersifat
matematis. Rezeki murni karunia Allah. Dia memberi sebanyak-
banyaknya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan membatasi,
atau mengurangi bahkan melenyapkan sama sekali, pemberian-
Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya.
Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya,
Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan
Dia (pula) yang menyempitkan (rezeki itu). Sesungguhnya, pada
yang demikian benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan
Allah) bagi kaum yang beriman. (Ar-Rum: 37)
Katakanlah, Sesungguhnya, Tuhanku melapangkan rezeki bagi
siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan
menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya). Dan apa sajayang kamu infakkan, Allah akan menggantinya. Dia-lah Pemberi
rezeki yang sebaik-baiknya.(Saba: 39)
Perumpamaan orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan
Allah itu serupa dengan (orang yang menanam) sebutir benih
yang menumbuhkan tujuh bulir, yang pada tiap-tiap bulir tumbuh