penggunaan metode quantum learning untuk meningkatkan ...
Transcript of penggunaan metode quantum learning untuk meningkatkan ...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
PENGGUNAAN METODE QUANTUM LEARNING
UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN
MATERI PERJUANGAN KEMERDEKAAN INDONESIA
PADA MATA PELAJARAN IPS
SISWA KELAS V SDN NGORESAN SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Oleh :
AGUNG SUSANTO
X 7108605
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
PENGGUNAAN METODE QUANTUM LEARNING
UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN
MATERI PERJUANGAN KEMERDEKAAN INDONESIA
PADA MATA PELAJARAN IPS
SISWA KELAS V SDN NGORESAN SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun Oleh : AGUNG SUSANTO
X 7108605
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul :
“ PENGGUNAAN METODE QUANTUM LEARNING UNTUK
MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI PERJUANGAN
KEMERDEKAAN INDONESIA PADA MATA PELAJARAN IPS SISWA
KELAS V SDN NGORESAN SURAKARTA TAHUN PELAJARAN
2010/2011 ”
Disusun Oleh :
Nama : Agung Susanto
NIM : X7108605
Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Drs. Hadi Mulyono, M.Pd
NIP 19561009 198012 1 001
Pembimbing II
Dra. Hadiyah, M.Pd
NIP 19580727 198503 2 003
Ketua Program
Drs. Kartono, M.Pd.
NIP. 19540102 197703 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul :
“ PENGGUNAAN METODE QUANTUM LEARNING UNTUK
MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI PERJUANGAN
KEMERDEKAAN INDONESIA PADA MATA PELAJARAN IPS SISWA
KELAS V SDN NGORESAN SURAKARTA TAHUN PELAJARAN
2010/2011 ” telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari : ………………
Tanggal : ………………
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Kartono, M.Pd. ……………………….
Sekretaris : Drs. Usada, M.Pd. ……………………….
Anggota I : Drs. Hadi Mulyono, M.Pd ……………………….
Anggota II : Hadiyah, S.Pd, M.Pd ……………………….
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.
NIP 196007271987021001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
ABSTRAK
Agung Susanto. Penggunaan Metode Quantum Learning Untuk Meningkatkan Pemahaman Materi Perjuangan Kemerdekaan Indonesia Pada Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas V SDN Ngoresan Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Mei 2011.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman materi perjuangan kemerdekaan Indonesia dalam mata pelajaran IPS melalui metode Quantum Learning pada siswa kelas V SD Negeri Ngoresan Surakarta.
Metode pendekatan penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas tempat mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Dalam penelitian ini terbagi menjadi dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari dua pertemuan. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Ngoresan Surakarta tahun pelajaran 2010/2011. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, tes, dokumentasi dan studi pustaka. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik model interaktif.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa metode Quantum Learning mampu a) Meningkatkan pemahaman materi perjuangan kemerdekaan Indonesia; b) Menjadikan pembelajaran lebih menyenangkan; c) Meningkatkan prosentase pencapaian nilai; d) Meningkatkan tingkat ketuntasan belajar. Penggunaan metode Quantum Learning pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial terhadap siswa kelas V SDN Ngoresan terbukti dapat meningkatkan pemahaman materi perjuangan kemerdekaan Indonesia. Pada kondisi awal nilai rata-rata kelas 56,56, pada siklus I nilai rata-rata kelas menjadi 69,55 dan pada siklus II nilai rata-rata kelas mencapai 75,89. Siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal dari kondisi awal 15,78% meningkat menjadi 74,50% pada siklus I dan 92,15% pada siklus II.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
ABSTRACT
Agung Susanto : THE USE OF QUANTUM LEARNING METHODS TO IMPROVE THE UNDERSTANDING OF INDONESIA INDEPENDENCE STRUGGLE MATERIAL ON SOCIAL SCIENCE AMONG 5th GRADE SD NEGERI NGORESAN OF SURAKARTA REGENCY OF 2010/2011 ACADEMIC YEAR. Minithesis, Surakarta : Teaching Training and Education Faculty of Sebelas Maret University of Surakarta, May 2011.
Purpose of the research is to improve the understanding of Indonesian independence struggle material on social science through Quantum Learning among 5th grade SD Negeri Ngoresan Surakarta regency of 2010/2011 academic year.
Methods research approach used was Classroom Action Research is the research conducted by teachers in the classroom where teaching, with emphasis on the enhancement or improvement practices and learning processes in the Social Sciences. In this study divided into two cycles, each cycle consisting of two meetings. The subjects of this study among 5th grade SD Negeri Ngoresan of Surakarta Regency of 2010/2011 academic years. Data collection techniques used was observation, tests, documentation and literature. Data analysis technique used is the technique of interactive models.
Based on the result of the research, it can be concluded that the Quantum Learning method is able to a) Promote understanding of the material struggle for Indonesian independence; b) To make learning more enjoyable; c) Improve the percentage achievement of value; d) Increase the level of completeness of learning. The use of Quantum Learning method on the subjects of Social Sciences among 5th grade SD Negeri Ngoresan proven to improve understanding of the material struggle for Indonesian independence. At beginning conditions the average value of 56.56 classes, the cycle I the average value of 69.55 and the class into cycles II class average value reached 75.89. Students who achieve the minimum criteria for completeness of the initial conditions of 15.78% increased to 74.50% in cycle I and 92.15% in cycle II.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
MOTTO
“Allah meninggikan orang-orang yang beriman diantaranya kamu dan orang-
orang yang diberi Ilmu Pengetahuan.” (Q.S. Al Mujahadah : 11)
Semakin tinggi kemampuan yang kita miliki, semakin besar pula tanggung
jawab kita.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk :
1. Kedua orang tuaku, Bp. Suwardi dan Ibu
Tumiyem yang tersayang, yang selalu
memberi motivasi, nasehat, dan dukungan
kepada peneliti.
2. Kakak-kakakku yang selalu memberi
dukungan kepada peneliti.
3. Dosen pembimbingku Bp Hadi Mulyono dan
Ibu Hadiyah yang telah memberi bimbingan.
4. Sahabat-sahabatku yang tidak dapat peneliti
sebutkan satu per satu.
5. Teman-temanku seperjuangan jurusan S1
Kualifikasi PGSD angkatan 2008.
6. Bapak Ibu Guru SD Negeri Ngoresan yang
selalu memberi dukungan dan nasehat kepada
peneliti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat
dan hidayahNya skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini disusun untuk
memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Ilmu
Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Dalam kesempatan ini penulis akan mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Pihak-pihak
tersebut adalah :
1. Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan ijin penyusunan skripsi ini.
2. Drs. Indianto, M.Pd., selaku Ketua Jurusan FKIP Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberi ijin penyusunan ini.
3. Drs. Kartono, M.Pd., selaku Ketua Program PGSD Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberi ijin untuk penyusunan skripsi ini.
4. Drs. Hadi Mulyono, M.Pd., selaku pembimbing I yang telah memberi arahan
dan bimbingan kepada penulis.
5. Dra. Hadiyah, M.Pd., selaku pembimbing II yang telah memberi arahan dan
bimbingan kepada penulis.
6. Enie Jatmikaningtyastuti, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SDN Ngoresan yang
telah memberi ijin penelitian ini.
7. Bapak Ibu Guru SDN Ngoresan Surakarta yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan penelitian ini.
8. Teman-teman S1 Kualifikasi PGSD angkatan 2008 yang telah memberikan
semangat dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.
9. Seseorang yang telah memberikan semangat, motivasi, dan selalu
menemaniku setiap hari meski hanya lewat sms, yaitu Dik Barid Sholihah.
10. Semua pihak yang telah berkenan memberikan bantuan baik moril maupun
materiil dalam proses penyusunan skripsi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
Akhirnya penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini belum
mencapai kesempurnaan dalam arti sebenarnya, namun penulis berharap semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri khususnya dan para pembaca
pada umumnya.
Surakarta, Mei 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
DAFTAR ISI
....................................................................................................... Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv
HALAMAN ABSTRAK ................................................................................. v
HALAMAN ABSTRACT .............................................................................. vi
HALAMAN MOTTO ..................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................... 6
C. Pembatasan Masalah .................................................................... 7
D. Perumusan Masalah ..................................................................... 7
E. Tujuan Penelitian ......................................................................... 8
F. Manfaat Penelitian ....................................................................... 8
1. Manfaat Teoritis .................................................................... 8
2. Manfaat Praktis ..................................................................... 8
BAB II LANDASAN TEORI
A. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 10
1. Tinjauan Metode Quantum Learning .................................... 10
a. Pengertian Metode .......................................................... 10
b. Pengertian Metode Quantum Learning ........................... 11
c. Pelaksanaan Metode Quantum Learning ....................... 13
d. Manfaat Metode Quantum Learning .............................. 24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
2. Tinjauan Pemahaman Perjuangan Kemerdekaan .................. 24
a. Pengertian Pemahaman ................................................... 24
b. Pengertian Konsep Perjuangan Kemerdekaan ............... 25
c. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial .............................. 27
d. Tujuan Pembelajaran IPS ............................................... 27
e. Hubungan Metode Quantum Learning dan Pemahaman
Perjuangan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ……… 29
B. Hasil Penelitian Yang Relevan...................................................... 30
C. Kerangka Berpikir ........................................................................ 32
D. Rumusan Hipotesis ....................................................................... 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 34
1. Tempat Penelitian ................................................................. 34
2. Waktu Penelitian ................................................................... 34
B. Subjek Penelitian ......................................................................... 35
C. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 36
D. Teknik Analisis Data .................................................................... 38
E. Prosedur Penelitian ....................................................................... 40
F. Indikator Keberhasilan ................................................................ 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Tempat Penelitian .............................................................. 43
B. Deskripsi Kondisi Awal ............................................................... 44
C. Deskripsi Hasil Siklus I ................................................................ 46
D. Deskripsi Hasil Siklus II .............................................................. 55
E. Pembahasan Hasil Penelitian ....................................................... 64
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan ...................................................................................... 68
B. Implikasi ....................................................................................... 69
C. Saran ............................................................................................. 70
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 72
LAMPIRAN ....................................................................................................
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
DAFTAR TABEL
....................................................................................................... Halaman
Tabel 1. Rata-Rata Nilai Anak Sebelum Tindakan ........................................ 3
Tabel 2. Jadwal Penelitian Tindakan Kelas ................................................... 35
Tabel 3. Frekuensi Nilai Persiapan Kemerdekaan Indonesia Siswa Sebelum
Tindakan ........................................................................................... 45
Tabel 4. Perbandingan Hasil Tes Sebelum dengan Tindakan Siklus I ........... 50
Tabel 5. Data Frekuensi Nilai Hasil Belajar Persiapan Kemerdekaan
Indonesia Pada Siklus I .................................................................... 50
Tabel 6. Perbandingan Nilai Siklus I dengan Nilai Siklus II ......................... 60
Tabel 7. Data Frekuensi Nilai Hasil Belajar Persiapan Kemerdekaan
Indonesia Pada Siklus II ................................................................... 60
Tabel 8. Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Sebelum Tindakan Sampai Siklus
II ....................................................................................................... 65
Tabel 9. Perbandingan Nilai Mata Pelajaran IPS dengan Mata Pelajaran
Lain .................................................................................................. 75
Tabel 10.Daftar Nilai Materi Pemahaman Persiapan Kemerdekaan Sebelum
Tindakan ........................................................................................... 77
Tabel 11.Daftar Nilai Materi Pemahaman Persiapan Kemerdekaan Siklus I .. 92
Tabel 12.Daftar Nilai Materi Pemahaman Persiapan Kemerdekaan Siklus II . 108
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
DAFTAR GAMBAR
....................................................................................................... Halaman
Gambar 1. Bagan Pelaksanaan PTK .............................................................. 33
Gambar 2. Skema Teknik Model Interaktif ................................................... 38
Gambar 3. Proses Siklus I – II ....................................................................... 42
Gambar 4. Grafik Nilai Sebelum Tindakan ................................................... 45
Gambar 5. Grafik Nilai Siklus I ..................................................................... 51
Gambar 6. Grafik Nilai Siklus II .................................................................... 61
Gambar 7. Grafik Nilai Sebelum Tindakan Sampai Siklus II ........................ 66
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal yang paling penting dalam usaha
pembangunan suatu negara. Karena dengan pendidikan yang baik, segala bentuk
pembangunan fisik dapat dilaksanakan dengan baik dan lancar. Oleh karena itu,
memberikan pendidikan yang layak sudah menjadi tujuan Negara Indonesia sejak
negara ini merdeka dari penjajahan. Hal ini sudah dicantumkan dalam pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke 4, yaitu dalam kalimat
Kemudian daripada itu, untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Kalimat mencerdaskan kehidupan bangsa memiliki arti bahwa Negara
Indonesia mempunyai tekad untuk membangun masyarakat yang cerdas. Cerdas
di sini tentunya tidak hanya cerdas dalam segi intelektualitas, tetapi juga cerdas
interpersonal. Dalam membangun masyarakat yang cerdas tentunya dapat dicapai
melalui pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang berkualitas berawal dari
sistem pendidikan yang baik. Jika sistem pendidikan nasional sudah baik, maka
pendidikan juga akan baik sehingga akan berpengaruh pada kehidupan masyarakat
suatu negara.
Menurut UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, pendidikan adalah sebuah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. ( Redaksi Kharisma, 2005:2 ).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
Untuk memperbaiki pendidikan di Indonesia, pemerintah sudah banyak
melakukan berbagai perbaikan, mulai dari penyesuaian kurikulum agar sesuai
dengan perkembangan jaman, penyediaan sarana dan prasarana, menetapkan
undang-undang tentang sistem pendidikan nasional, hingga yang terakhir dengan
meningkatkan kinerja guru melalui program sertifikasi guru-guru professional.
Meskipun sudah begitu banyak usaha yang dilakukan pemerintah untuk
meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia, tetapi usaha-usaha tersebut belum
dapat dijalankan secara maksimal. Sebagai contoh, program sertifikasi guru
bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme guru dan kesejahteraan guru.
Tetapi usaha pemerintah tersebut belum diimbangi dengan pengawasan yang
ketat. Akibatnya profesionalisme dan kinerja guru belum meningkat secara
maksimal.
Kinerja guru yang diharapkan setelah adanya program sertifikasi adalah
menjadi guru yang kreatif dalam mengorganisir proses pembelajaran, menjadi
guru yang mau mencurahkan segala ide dan gagasannya untuk kemajuan
pendidikan, maupun guru yang memiliki semangat kerja yang tinggi. Guru yang
kreatif dalam mengorganisir proses pembelajaran berarti guru yang cakap
menerapkan beberapa metode mengajar, memanfaatkan lingkungan sekitar
sebagai media pembelajaran maupun menciptakan kegiatan pembelajaran yang
menarik dan tidak membosankan.
Menjadikan kegiatan pembelajaran sebagai kegiatan yang menarik
memang sudah menjadi kewajiban guru. Guru tidak hanya diwajibkan untuk
menguasai materi pembelajaran, tetapi juga bertugas untuk mensiasati proses
pembelajaran menjadi kegiatan yang menarik, sehingga dapat memotivasi siswa-
siswa untuk lebih giat belajar. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan lain,
kegiatan pembelajaran yang seharusnya berlangsung secara menarik, penuh
aktivitas siswa, kreativitas siswa, dan sifat keingintahuan yang menggebu hilang.
Yang ada hanyalah kelas pasif dimana hanya terjadi penyampaian informasi dari
guru ke siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
Hal semacam ini juga terjadi di pembelajaran kelas V SD Negeri
Ngoresan No. 80 Jebres, Surakarta, khususnya pada pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah
satu mata pelajaran yang diajarkan di SD, mulai dari kelas I sampai kelas VI. Ilmu
Pengetahuan Sosial ( IPS ) merupakan gabungan dari berbagai disiplin ilmu,
sehingga materinya sangat kompleks dan beragam.
Materi-materi yang dipelajari di kelas V, khususnya pada semester II
lebih banyak membahas mengenai peristiwa di sekitar proklamasi kemerdekaan
Indonesia, baik sebelum maupun sesudah proklamasi. Materi perjuangan
proklamasi kemerdekaan Indonesia biasanya disampaikan guru melalui kegiatan
ceramah atau bercerita. Materi tersebut akan menjadi materi yang membosankan
apabila guru kurang pandai dalam bercerita. Hal ini disebabkan materi ini
termasuk materi yang abstrak bagi siswa, karena siswa tidak dapat melihat dan
mengalami sendiri peristiwa proklamasi tersebut. Siswa hanya mendengar cerita
dan membayangkan bagaimana peristiwa tersebut terjadi. Sehingga apabila hal
tersebut berlangsung secara terus menerus, siswa akan mengalami kesulitan untuk
memahami peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Kesulitan pemahaman siswa terhadap materi perjuangan proklamasi
sudah terlihat setelah diadakan tes awal. Dari 51 siswa kelas V, jumlah siswa yang
dapat mencapai KKM hanya 39%. Hal ini tampak dalam tabel nilai rata-rata siswa
kelas V di bawah ini.
Tabel 1. Rata-Rata Nilai Anak Sebelum Tindakan
Keterangan Tes Awal
Nilai Terendah 35
Nilai Tertinggi 75
Nilai Rata-Rata Kelas 56,57
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
Jumlah Siswa yang Mendapat Nilai di Atas KKM 20 siswa
Jumlah Siswa yang Mendapat Nilai di Bawah KKM 31 siswa
Siswa yang Mencapai KKM 39%
Dengan melihat tabel 1 di atas, kita dapat mengetahui bahwa tingkat
ketuntasan kegiatan pembelajaran masih sangat rendah. Nilai tersebut diperoleh,
ketika guru terlalu banyak mengajar dengan menggunakan metode ceramah.
Rendahnya nilai rata-rata mata pelajaran IPS disebabkan oleh beberapa faktor.
Salah satunya, dikarenakan metode yang digunakan guru untuk menyampaikan
bahan ajar kurang menggugah minat belajar siswa. Hampir di setiap proses
pembelajaran, guru menggunakan metode ceramah. Metode ini paling sering
digunakan karena metode ceramah menghemat waktu kegiatan pembelajaran,
sangat praktis dalam penggunaannya dan mudah dalam mempersiapkannya.
Tetapi perlu diingat, meskipun memiliki beberapa keuntungan, metode
ceramah juga memiliki banyak kekurangan. Jika digunakan dalam waktu yang
lama, siswa akan mengalami kebosanan, apalagi jika guru yang mengajar kurang
komunikatif. Hal seperti ini terlihat dari aktivitas siswa selama pembelajaran,
seperti mengantuk, bercanda dengan teman satu meja, bermain bolpen maupun
membuat lelucon ketika pelajaran berlangsung. Aktivitas murid seperti ini, tidak
sepenuhnya merupakan kesalahan murid, karena guru juga berperan dalam
aktivitas-aktivitas negatif siswa selama pembelajaran.
Permasalahan seperti ini harus segera diatasi, karena materi pada
kompetensi dasar 2.2 menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam
mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, merupakan materi yang berkaitan
dengan materi yang lain. Sehingga untuk mempelajari materi berikutnya, siswa
harus terlebih dahulu paham dengan materi saat ini. Apabila guru tidak segera
mengatasi permasalahan ini, dan permasalahan yang sama terus berlanjut, maka
dapat dikatakan pembelajaran pada materi perjuangan proklamasi kemerdekaan
Indonesia dapat dikatakan gagal. Kegagalan pembelajaran dalam jangka pendek
memang dapat kita lihat dalam nilai kuantitas siswa. Namun hal tersebut hanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
bagian kecil dalam kegagalan pembelajaran, Ada hal yang lebih penting, yaitu
gagalnya pendidikan dalam menciptakan manusia yang berkualitas. Berkualitas
dalam hal ilmu pengetahuan maupun sikap mental yang tidak menyimpang dari
nilai-nilai sosial maupun agama.
Untuk menciptakan manusia yang berkualitas, pemerintah memasukkan
mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial ke dalam kurikulum pendidikan. Karena
menurut E. Mulyasa ( 2007 : 125-126 ) mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta
didik memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) mengenal konsep-konsep yang
berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. (2) memiliki
kemampuan dasar untuk berpikir logis, kritis, rasa ingin tahu, inkuiri,
memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial. (3) Memiliki
komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. (4)
Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam
masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional maupun global.
Selain itu, dalam mata pelajaran IPS juga dimasukkan materi mengenai
nilai-nilai kepahlawanan yang syarat akan nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
Nilai-nilai kepahlawanan tersebut salah satunya terdapat dalam kompetensi dasar
persiapan perjuangan kemerdekaan Indonesia. Dalam kompetensi dasar tersebut,
terdapat nilai-nilai sosial yang ditunjukkan oleh tokoh-tokoh pejuang
kemerdekaan yang rela berkorban berjuang demi kemerdekaan Indonesia.
Sehingga dengan mempelajari materi tersebut, diharapkan siswa dapat
mengambil nilai-nilai sosial tersebut dan mempraktikkannya dalam kehidupan
sehari-hari. Hanya saja, terkadang nilai-nilai tersebut tidak mampu dimunculkan
oleh guru karena kurang kreatifnya guru dalam menggunakan metode
pembelajaran. Misalnya saja selalu menggunakan metode ceramah dalam kegiatan
belajar siswa.
Melihat kenyataan tersebut, maka dalam proses pembelajaran, khususnya
pada mata pelajaran IPS perlu diterapkan metode pengajaran yang dapat
mengaktifkan siswa, membuat suasana pembelajaran berlangsung menyenangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
dan dapat meningkatkan tingkat pemahaman siswa terhadap materi. Sehingga jika
ketiga hal tersebut dapat terlaksana, diharapkan hasil belajar siswa dalam mata
pelajaran IPS juga akan meningkat.
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menciptakan
pembelajaran yang menyenangkan, meningkatkan aktifitas siswa, meningkatkan
pemahaman siswa, sekaligus meningkatkan hasil belajar siswa adalah metode
Quantum Learning. Seperti yang disampaikan Bobby DePorter dan Mike
Hernacki (2008: 14) bahwa “ …Quantum Learning – seperangkat metode dan
falsafah belajar yang telah terbukti efektif di sekolah dan bisnis bekerja…untuk
semua tipe orang, dan segala usia”. Melalui Quantum Learning siswa akan diajak
belajar dalam suasana yang lebih nyaman dan menyenangkan, sehingga
diharapkan siswa dapat lebih termotivasi untuk belajar.
Metode Quantum Learning sebagai salah satu alternatif dalam
pembelajaran IPS yang membawa siswa belajar dalam suasana yang lebih nyaman
dan menyenangkan. Siswa akan lebih bebas dalam menemukan berbagai
pengalaman baru dalam belajarnya, sehingga diharapkan dapat tumbuh berbagai
kegiatan belajar siswa. Dalam Quantum Learning, siswa tidak hanya mempelajari
materi-materi pelajaran tetapi juga bagaimana cara belajar yang baik. Seperti yang
disampaikan Bobby dan Hernacki (2008: 8) bahwa “ … seperti halnya di sekolah
bisnis, kami mengajarkan kepada para siswa tentang keterampilan-keterampilan
how-to-learn dalam mencatat, menghafal, membaca dengan cepat, menulis, dan
berpikir kreatif”. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam kesempatan ini peneliti
akan menggunakan metode Quantum Learning untuk pembelajaran IPS kelas V di
SD Negeri Ngoresan No. 80 Surakarta.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan di atas, maka peneliti
dapat mengidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
1. Penggunaan metode ceramah secara terus menerus tidak dapat
meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi perjuangan
kemerdekaan Indonesia.
2. Pembelajaran pada materi persiapan kemerdekaan Indonesia belum
menggunakan metode inovatif atau metode Quantum Learning.
3. Guru kurang kreatif dalam melaksanakan pembelajaran, khususnya dalam
penggunaan metode pembelajaran yang berhubungan dengan materi
perjuangan kemerdekaan Indonesia.
4. Hasil belajar pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial khususnya
pada kompetensi dasar perjuangan kemerdekaan Indonesia siswa masih
rendah.
5. Siswa kesulitan dalam pemahaman dan hafalan materi perjuangan
kemerdekaan Indonesia.
6. Siswa kurang termotivasi untuk belajar Ilmu Pengetahuan Sosial,
khususnya materi tentang perjuangan kemerdekaan Indonesia.
7. Sarana dan prasarana serta media pembelajaran kurang mendukung proses
pembelajaran, khususnya pembelajaran IPS materi tentang perjuangan
kemerdekaan Indonesia.
C. Pembatasan Masalah
Permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini dititikberatkan pada :
1. Penggunaan metode Quantum Learning pada pembelajaran kelas V SDN
Ngoresan Surakarta, untuk menciptakan kegiatan belajar yang
menyenangkan agar anak tidak merasa terbebani untuk mempelajari materi
pelajaran.
2. Pemahaman siswa terhadap materi perjuangan kemerdekaan Indonesia
pada siswa kelas V SDN Ngoresan Surakarta.
D. Perumusan Masalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat ditentukan
rumusan permasalahan sebagai berikut :
Apakah penggunaan metode Quantum Learning dapat meningkatkan
pemahaman terhadap materi perjuangan kemerdekaan Indonesia dalam
mata pelajaran IPS pada siswa kelas V SD Negeri Ngoresan Surakarta ?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka penelitian
ini bertujuan untuk :
Meningkatkan pemahaman materi perjuangan kemerdekaan Indonesia
dalam mata pelajaran IPS melalui metode Quantum Learning pada siswa
kelas V SD Negeri Ngoresan Surakarta.
F. Manfaat Penelitian
Hasil dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini diharapkan
memberikan manfaat yang berarti bagi siswa, guru, dan sekolah sebagai suatu
sistem pendidikan yang mendukung peningkatan proses belajar dan mengajar
siswa.
1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi atau
memperkaya khasanah keilmuan tentang metode-metode pembelajaran bagi anak
didik. Quantum Learning memberikan cara belajar dalam suasana yang lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
nyaman dan menyenangkan, sehingga siswa akan lebih bebas dalam menemukan
berbagai pengalaman baru dalam belajarnya.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi siswa
1) Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi perjuangan persiapan
kemerdekaan Indonesia sehingga prestasi akademik dan sikap siswa dapat
menjadi lebih baik.
2) Nilai-nilai perjuangan para pahlawan dalam persiapan kemerdekaan
Indonesia dapat menjadi contoh atau suri tauladan bagi siswa.
b. Bagi Guru
1) Menambah pengetahuan tentang pemanfaatan metode Quantum Learning
sebagai metode pembelajaran.
2) Guru lebih termotivasi untuk menerapkan strategi pembelajaran yang lebih
bervariasi, sehingga materi pelajaran akan lebih menarik.
3) Nilai-nilai perjuangan persiapan kemerdekaan Indonesia dapat menjadi
inspirasi bagi guru untuk meningkatkan totalitas dalam bekerja.
c. Bagi sekolah
Memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rangka perbaikan
proses pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
BAB II
KAJIAN TEORI
Dalam kajian teori ini, peneliti akan membahas beberapa hal yang
berkaitan dengan penelitian yang hendak dilaksanakan, yaitu: 1) Tinjauan pustaka
yang berisi tinjauan tentang metode Quantum Learning, pengertian pemahaman,
pengertian perjuangan kemerdekaan, pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial, 2)
Kerangka berfikir, dan 3) Rumusan hipotesis.
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Metode Quantum Learning
a. Pengertian Metode
Dalam setiap kegiatan pembelajaran, metode adalah hal yang tidak dapat
dipisahkan. Penggunaan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi bahan
ajar dan karakteristik siswa akan membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan. Nana Sudjana (1995 :76) mengungkapkan bahwa metode
mengajar ialah cara yang dipergunakan guru dalam mengandalkan hubungan
dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran.
Menurut Sagala dalam Ruminiati (2007:2-3), metode adalah cara yang
digunakan oleh guru/siswa dalam mengolah informasi yang berupa fakta, data dan
konsep pada proses pembelajaran yang mungkin terjadi dalam suatu strategi.
Sedangkan Akhmad Sudrajat dalam tulisannya menyatakan bahwa metode
pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata
dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode
pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi
pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi;
(5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9)
simposium, dan sebagainya, (http://www.psb-psma.org).
Dari berbagai pernyataan para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa
metode adalah suatu cara yang digunakan oleh guru ataupun siswa dalam kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan
sebelumnya. Dalam memilih metode pembelajaran, guru harus
mempertimbangkan berbagai kriteria, dan harus disesuaikan dengan materi
pembelajaran dan kondisi, agar apa yang akan dicapai dalam tujuan pembelajaran
dapat tercapai.
Terdapat beberapa kriteria yang bisa dijadikan acuan dalam pemilihan
metode pembelajaran Walter E. Sistrunk dan Robert C Maxson dalam Abdul Aziz
Wahab (2007-85) antara lain:
1. The nature of the topic determines methods to some degree.
2. The needs of students and the class are the mayorfactor in identifying the
proper methodology.
3. Variety is a factor in selecting methods. Learning takes place when there is
interest.
4. Individual, small-group, and large group experience should be provided.
Yang artinya adalah :
1. Materi pokok menentukan tingkatan suatu metode.
2. Kebutuhan siswa dan kelas adalah faktor utama dalam penentuan metode yang
tepat.
3. Keanekaragaman adalah faktor dalam pemilihan metode. Belajar diawali
adanya ketertarikan.
4. Pengalaman individu, kelompok kecil, kelompok besar dapat diperoleh.
b. Pengertian Metode Quantum Learning
Kata Quantum Learning berasal dari dua kata yaitu quantum dan
learning. Definisi Quantum, menurut Stephen Hawking, ahli fisika adalah suatu
unit terkecil yang gelombangnya bisa memancarkan atau menyerap energi,
(http://www.eftindonesia.com). Sedangkan arti kata learning itu sendiri menurut
menurut John M. Echols dan Hassan Shadily (2003: 352) adalah pengetahuan.
Quantum Learning is powerful and engaging teaching and learning
methodology that integrates best educational practices into a unified whole. This
synergistic approach to the learning process covers both theory and practice. It
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
has been proven to increase academic achievement and improve student’s
attitudes towards the learning process. These integrated, comprehensive
programs turn abstract theory into practical applications that can be used
immediately in the classroom,(www.qln.com). Yang dapat diartikan Pembelajaran
Quantum adalah metode belajar mengajar yang menarik dan berkarakter yang
disatukan ke dalam praktik pendidikan yang terbaik. Metode ini menjalankan
secara bersama-sama proses pembelajaran antara teori dan praktik. Metode ini
telah membuktikan dapat meningkatkan prestasi akademik dan memperbaiki
sikap siswa terhadap pembelajaran. Ini program yang lengkap, menyatu,
penerapan sederhana dari teori ke dalam praktik, yang dapat digunakan segera di
dalam ruang kelas.
Menurut Porter dan Hernacki (2008: 14) Quantum Learning adalah
seperangkat metode dan falsafah belajar yang telah terbukti efektif di sekolah dan
bisnis bekerja…untuk semua tipe orang, dan segala usia. Quantum Learning
didefinisikan sebagai “interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya”.
Semua kehidupan adalah energi. Rumus yang terkenal dalam fisika kuantum
adalah Massa kali kecepatan cahaya kuadrat sama dengan Energi. Atau sudah
biasa dikenal dengan E=mc². Tubuh kita secara fisik adalah materi. Sebagai
pelajar, tujuan kita adalah meraih sebanyak mungkin cahaya; interaksi, hubungan,
inspirasi agar menghasilkan energi cahaya (Porter dan Hernacki, 2008: 16).
Quantum Learning berakar dari upaya Dr. Georgi Lozanov, seorang
pendidik yang berkebangsaan Bulgaria yang bereksperimen dengan apa yang
disebut sebagai “Suggestology” atau “Suggestopedia”. Prinsipnya adalah bahwa
sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detail apa
pun memberikan sugesti positif ataupun negatif, ada beberapa teknik yang dapat
digunakan untuk memberikan sugesti positif yaitu mendudukkan murid secara
nyaman, memasang musik latar di dalam kelas, meningkatkan partisipasi individu,
menggunakan media pembelajaran untuk memberikan kesan besar sambil
menonjolkan informasi, dan menyediakan guru-guru yang terlatih. (Porter dan
Hernacki 2008: 14).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
136
Dari uraian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa metode Quantum
Learning merupakan salah satu metode pembelajaran yang mengedepankan
suasana yang menyenangkan selama pembelajaran. Baik melalui penataan kelas,
penggunaan berbagai media maupun pemberian sugesti atau motivasi positif.
Metode Quantum Learning bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa
sekaligus untuk menghidupkan kembali kegembiraan dan kecintaan siswa dalam
belajar. Salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam keefektifan
pembelajaran adalah perasaan senang dari siswa itu sendiri. Seperti yang
disampaikan oleh Hernowo ( 2007:17) bahwa “Dan penciptaan kegembiraan ini
jauh lebih penting ketimbang segala teknik atau metode atau medium yang
mungkin dipilih untuk digunakan”.
c. Pelaksanaan Metode Quantum Learning
Menurut De Porter dan Hernacki (2008: 16) Quantum Learning
menggabungkan sugestologi, teknik pemercepatan belajar, dan NLP (Program
neurolinguistik) dengan teori, keyakinan dan metode kami sendiri. Termasuk
diantaranya konsep-konsep kunci dari berbagai teori dan strategi belajar yang lain
seperti:
1) Teori otak kanan atau kiri
Proses berpikir otak kiri bersifat logis, sekuensial, linear, dan rasional.
Sisi ini sangat teratur. Walaupun berdasarkan realitas, ia mampu melakukan
penafsiran abstrak dan simbolis. Cara berpikirnya sesuai untuk tugas-tugas
teratur ekspresi verbal, menulis, membaca, asosiasi, auditorial, menempatkan
detail dan fakta, fonetik, serta simbolisme.
Cara berpikir otak kanan bersifat acak, tidak teratur, intuitif, dan holistik.
Cara berpikirnya sesuai dengan cara-cara untuk mengetahui yang bersifat
nonverbal, seperti perasaan dan emosi, kesadaran yang berkenan dengan
perasaan (merasakan kehadiran suatu benda atau orang), kesadaran spasial,
pengenalan bentuk dan pola, musik, seni, kepekaan warna, kreativitas dan
visualisasi.(DePorter dan Hernacki,2008:36)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
137
Kemampuan otak kanan dan otak kiri sangatlah berbeda, sehingga jika
kita hanya memanfaatkan kemampuan salah satu bagian otak, maka hasilnya
tidak akan maksimal. Tetapi jika kita mampu memanfaatkakn kedua belah otak
tersebut, maka hasilnya akan maksimal. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
Irwan Widiatmoko (2008: 19) bahwa otak manusia akan optimal jika otak
kanan dan kirinya seimbang… . Pada umumnya manusia, khususnya di
Indonesia lebih cenderung menggunakan otak kiri saja, terutama dalam
mengingat. Ini sesuai dengan penelitian di Habibie Center bahwa hanya tiga
persen penggunaan otak kanan di Indonesia.
2) Teori otak 3 in 1
Irwan Widiatmoko (2008: 17) mengemukakan bahwa otak manusia
terdiri dari tiga bagian utama yaitu Neocortex, Limbic System, dan Reptilian
Complex. Dan berikut ini adalah fungsi dari bagian-bagian tersebut :
Reptilian Complex: Bagian otak dekat dengan bagian atas leher disebut
juga otak reptile, karena mirip dengan otak reptile berdarah dingin. Ia
mengendalikan sebagian besar fungsi naluriah tubuh, seperti bernafas.
Limbic System: Disebut juga otak mamalia tua yang mirip dengan otak
mamalia berdarah panas lainnya. Ia mengendalikan emosi, seksualitas, dan
berperanan penting dalam memori.
Neocortec: Otak ini digunakan untuk berpikir, berbicara, melihat,
mendengar, dan mencipta.
Hal itu juga diperkuat oleh para ahli lainnya. DePorter dan Hernacki
(2008:26) mengutarakan bahwa Otak anda mempunyai tiga bagian dasar :
batang atau “otak reptile”, sistem limbik, atau “otak mamalia”, dan neokorteks.
Seorang peneliti, Dr. Paul MacLean, menyebutnya “ otak triune” karena terdiri
dari tiga bagian, masing-masing berkembang pada waktu yang berbeda dalam
sejarah evolusi kita.
Ketiga bagian tersebut mempunyai struktur saraf tertentu dan mengatur
tugas masing-masing. Fungsi masing-masing bagian otak tersebut adalah:
1. Batang atau otak reptil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
138
· Fungsi motor sensorik
· Kelangsungan hidup
· “Hadapi atau lari”
2. Sistem limbik atau otak mamalia
· Perasaan/emosi
· Memori
· Bioritmik
· Sistem kekebalan
3. Neokorteks atau otak berpikir
· Berpikir intelektual
· Penalaran
· Perilaku waras
· Bahasa
· Kecerdasan yang lebih tinggi
3) Pilihan modalitas (visual, auditorial dan kinetik).
DePorter dan Hernacki (2008:112) berpendapat bahwa Pada awal
pengalaman belajar, salah satu di antara langkah-langkah pertama kita adalah
mengenali modalitas seseorang sebagai modalitas visual, auditorial, atau
kinestetik ( V-A-K ). Seperti yang diusulkan istilah-istilah ini, orang visual
belajar melalui apa yang mereka lihat, pelajar auditorial melakukannya melaui
apa yang mereka dengar, dan pelajar kinestetik belajar lewat gerak dan
sentuhan. Walaupun masing-masing dari kita belajar dengan menggunakan
keriga modalitas ini pada tahapan tertentu, kebanyakan orang lebih cenderung
pada salah satu di antara ketiganya.
Dengan mengetahui gaya belajar masing-masing siswanya, akan lebih
mempermudah guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Guru dapat
mengatasi berbagai hambatan yang dialami siswa mengenai kemampuan
memahami pelajaran.
W. Nugroho (2007: 121-127) mengemukakan berbagai ciri gaya belajar:
1. Ciri-ciri gaya belajar tipe auditorial :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
139
o Mampu mengingat dengan baik materi yang telah didiskkusikan di kelas
maupun dalam kelompok.
o Mengenal banyak lagu, misalnya lagu dari iklan radio ataupun televise dan
mampu menirukannya dengan tepat.
o Sangat gemar berbicara.
o Kurang suka apabila diberi tugas untuk membaca.
o Kurang baik dalam mengerjakan tugas mengarang ataupun menulis.
o Kurang begitu memperhatikan hal-hal baru di lingkungan sekitarnya.
2. Ciri-ciri gaya belajar tipe visual :
o Selalu berusaha melihat bibir guru ataupun orang yang sedang berbicara
(menyampaikan materi pelajaran).
o Saat menemukan sebuah petunjuk mengenai sesuatu hal yang harus
dilakukannya, biasanya ia akan melihat teman-temannya terlebih dahulu
baru kemudian turut bergerak.
o Kurang menyukai untuk bicara di depan kelompok dan kurang suka
mendengarkan orang berbicara.
o Cenderung menggunakan gerak tubuh untuk mengungkapkan sesuatu
(untuk menggantikan penggunaan kata-kata untuk mengekspresikan
sesuatu hal).
o Kurang bias mengingat informasi yang diberikan secara lisan.
o Lebih menyukai pembelajaran dengan menggunakan peragaan dari pada
penjelasan secara lisan.
o Dapat duduk dengan tenang dalam situasi lingkungan yang ramai dan
bising tanpa merasa terganggu.
3. Ciri-ciri gaya belajar tipe kinestetik :
o Senang menyentuh segala sesuatu (benda) yang dijumpainya.
o Tidak suka berdiam diri.
o Senang mengerjakan segala sesuatu dengan menggunakan tangannya.
o Memiliki koordinasi tubuh yang sangat baik.
o Senang mempergunakan obyek yang nyata sebagai alat bantu belajarnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
140
o Sulit mempelajari hal-hal yang abstrak, seperti symbol matematika atau
peta.
o Cenderung agak tertinggal dengan teman sekelasnya karena ada
ketidakcocokan antara gaya belajarnya dengan metode pengajaran yang
lazim digunakan di kelas.
4) Teori kecerdasan ganda
DePorter, Reardon, Nourie (2007:96) mengemukakan multi kecerdasan
dengan istilah SLIM-n-BIL, yaitu :
1. Spasial-Visual yaitu berpikir dalam citra gambar.
2. Linguistik-Verbal yaitu berpikir dalam kata-kata.
3. Interpersonal yaitu berpikir lewat berkomunikasi dengan orang lain.
4. Musikal-Ritmik yaitu berpikir dalam irama dan melodi.
5. Naturalis yaitu berpikir dalam acuan alam.
6. Badan-Kinestetik yaitu berpikir melalui sensasi dan gerakan fisik.
7. Intrapersonal yaitu berpikir secara reflektif.
8. Logis-Matematis yaitu berpikir dengan penalaran.
5) Pendidikan holistic (menyeluruh)
Pendidikan secara holistic berarti pendidikan tersebut tidak hanya
terbatas pada kegiatan di lingkungan kelas saja dengan mempelajari materi-
materi pelajaran. Pendidikan menyeluruh mencakup ruang lingkup yang luas
seperti penataan ruang, penataan kesiapan siswa secara fisik dan mental. Selain
itu dalam pendidikan tersebut juga harus melibatkan lingkungan sekitar.
Berbicara mengenai lingkungan sekitar, lingkungan merupakan salah
satu faktor utama yang mempengaruhi perkembangan anak. Secara garis besar,
ada tiga klasifikasi lingkungan perkembangan utama yang lajim dikenal, yakni
lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dalam konteks pendidikan, tiga
macam lingkungan tersebut dikenal sebagai tripusat pendidikan (Conny R.
Semiawan, 1999:195).
6) Belajar berdasarkan pengalaman
Menurut DePorter, Reardon, Nourie (2007:10) belajar berdasarkan
pengalaman dikenal dengan istilah TANDUR yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
141
1. Tumbuhkan yaitu menumbuhkan minat
2. Alami yaitu menciptakan pengalaman umum yang dapat dimengerti
semua pelajar
3. Namai yaitu menyediakan kata kunci, konsep, rumus, strategi
4. Demonstrasikan yaitu menyediakan tempat untuk menunjukkan
bahwa mereka tahu
5. Ulangi yaitu menunjukkan cara pelajar untuk mengulang materi
6. Rayakan yaitu pengakuan untuk penyelesaian , partisipasi, dan
pemerolehan keterampilan dan pengetahuan.
7) Belajar dengan simbol (Metaphoric Learning).
Di dalam pembelajaran, penggunaan media atau alat peraga sangat
membantu siswa dalam pemahaman materi. Hal ini seperti yang disampaikan
DePorter, Reardon, Nourie (2007:67) bahwa “Sebuah gambar lebih berarti
daripada seribu kata. Jika Anda menggunakan alat peraga dalam situasi belajar,
akan terjadi hal yang menakjubkan. Bukan hanya mengawali proses belajar
dengan cara merangsang modalitas visual, alat peraga juga secara harfiah
menyalakan jalur saraf seperti kembang api di malam Lebaran.
8) Simulasi / permainan.
Permainan akan sangat membantu siswa dalam menciptakan motivasi
untuk selalu belajar dan peningkatan kemampuan pemahaman siswa. Hal tersebut
disebabkan karena permainan dapat menimbulkan kesenangan bagi siswa.
Sehingga jika siswa sudah senang diharapkan prestasi siswa juga akan meningkat.
Adapun langkah-langkah yang dapat diterapkan dalam pembelajaran
melalui konsep Quantum Learning dengan cara:
1) Kekuatan Ambak
Ambak adalah motivasi yang didapat dari pemilihan secara mental
antara manfaat dan akibat-akibat suatu keputusan (De Potter dan Hernacki,
2008: 49). Motivasi sangat diperlukan dalam berbagai kegiatan, termasuk
dalam belajar, karena dengan adanya motivasi maka keinginan untuk belajar
akan selalu ada. Pada langkah ini siswa akan diberi motivasi oleh guru dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
142
memberi penjelasan tentang manfaat apa saja setelah mempelajari suatu materi
dan dihubungkan pada dunia nyata.
Motivasi itu sendiri dipengaruhi oleh dua faktor,yaitu faktor internal dan
eksternal. Menurut Conny R. Semiawan (1999: 294) “ Adalah disadari bahwa
diantara faktor internal dan eksternal, faktor internallah yang memiliki
sumbangan yang besar bagi terciptanya kegiatan belajar mengajar yang efektif
serta hasil pendidikan yang memuaskan. Adapun salah satu faktor psikologis
yang sangat potensial untuk mendukung keterlibatan siswa dalam kegiatan
pembelajaran adalah motivasi kompetensi dan berprestasi.
2) Penataan lingkungan belajar
Dalam proses belajar dan mengajar, penataan lingkungan sangat
diperlukan, karena dapat membuat siswa merasa betah dalam belajarnya.
Selain itu, dengan penataan lingkungan akan memudahkan dalam
mengembangkan dan mempertahankan sikap positif. Penataan lingkungan yang
baik meliputi perabotan, pencahayaan, iringan musik (instrument),
poster/gambar/papan pajangan(visual), penempatan persediaan, temperatur,
tanaman, kenyamanan, suasana hati secara umum.
Dalam penataan lingkungan belajar, khususnya untuk lingkungan fisik,
tidak selalu sama dalam setiap pembelajaran, tergantung pada tujuan yang
ingin dicapai. Sunaryo Kartadinata dan Nyoman Dantes (1997: 87)
menjelaskan “ Manajemen kelas yang baik terarah kepada upaya pencegahan
munculnya perilaku bermasalah, dan penataan lingkungan fisik merupakan
unsur penting dalam manajemen kelas. Penataan kelas akan mempengaruhi
keterlibatan dan partisipasi peserta didik, dan penataan secara fisik harus
sejalan dengan tujuan pembelajaran”.
Khusus untuk iringan musik itu sendiri menurut W. Nugroho (2007: 77)
menyatakan, “Musik klasik adalah pilihan yang cocok bagi seseorang yang
ingin meningkatkan daya konsentrasi”. Dengan memperhatikan pendapat
tersebut, kita dapat mengetahui bahwa tidak semua jenis musik dapat
digunakan sebagai iringan dalam belajar anak. Misalnya saja musik yang dapat
membuat seseorang menjadi rileks dan tenang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
143
3) Memupuk sikap juara
Hambatan dominan yang ada dalam diri siswa adalah tidak adanya sikap
juara. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah komentar
negatif dari orang-orang sekitar. Hal ini diperkuat oleh DePorter dan Hernacki
(2008:24) bahwa “ Pada tahun 1982, Jack Canfield, pakar masalah kepercayaan
diri, melaporkan hasil penelitian dimana seratus anak ditunjuk untuk seorang
periset selama satu hari… . Penemuan Canfield adalah bahwa setiap anak rata-
rata menerima 460 komentar negatif atau kritik dan hanya 75 komentar positif
atau yang bersifat mendukung”. Sehingga seorang guru seharusnya lebih sering
memberikan pujian kepada siswa agar kemauan belajar siswa tetap terjaga.
Selain itu, pujian dari guru juga berfungsi untuk menyeimbangkan dengan
komentar-komentar negatif yang diperoleh siswa di lingkungan tempat
tinggalnya.
4) Menemukan gaya belajar yang tepat
Menurut DePorter dan Hernacki (2008:110) “Gaya belajar Anda adalah
kunci untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, di sekolah, dan dalam
situasi-situasi antar pribadi. Ada berbagai macam gaya belajar yang kita
ketahui, yaitu: visual(belajar dengan cara melihat), auditorial(belajar dengan
cara mendengar) dan kinestetik(belajar dengan cara bergerak, bekerja dan
menyentuh). Dalam Quantum Learning guru hendaknya memberikan
kebebasan dalam belajar pada siswanya dan janganlah terpaku pada satu gaya
belajar saja.
Dengan memperhatikan modalitas yang dimiliki oleh setiap anak, yaitu
visual, auditorial, dan kinestetik. Kita dapat menentukan gaya belajar yang
tepat. W. Nugroho (2007: 121-129) mengemukakan cara terbaik untuk
membantu belajar anak yang disesuaikan dengan modalitas VAK ( Visual -
Auditorial – Kinestetik ).
1. Cara belajar terbaik untuk tipe auditorial :
o Mengajaknya berdiskusi dalam rangka untuk lebih memahami suatu
pelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
144
o Membantunya menghafal pelajaran dengan cara membacakan
materinya atau menyuruhnya menghafal sambil dibaca dengan suara
keras.
o Mengajaknya untuk bermain tanya jawab tentang suatu pelajaran
tertentu.
o Perhatikan kondisi fisik sekitar, usahakan hindari kebisingan atau
suara-suara yang dapat mengganggu.
o Putarkan musik-musik berirama tenang tanpa lirik dengan volume
yang tidak terlalu keras untuk menghindari pecahnya konsentrasinya
dalam belajar, karena dia sangat sensitif dengan suara.
2. Cara belajar terbaik untuk tipe visual :
o Usahakan untuk selalu menyediakan alat peraga seperti bagan, gambar,
flow chart, atau alat-alat eksperimen lainnya. Alat-alat eksperimen ini
dapat dibuat sendiri. Misalnya ketika belajar tentang sistem tata surya,
buatlah alat eksperimen dari bola-bola pingpong atau bola tenis untuk
menggambarkan sistem tata surya.
o Membantunya untuk selalu menuliskan hal-hal yang penting dalam
materi yang sedang dipelajarinya.
o Beri kesempatan untuk mengobservasi.
o Merapikan tempat belajarnya. Hindari barang-barang berserakan di
tempat belajarnya untuk menghindari pecahnya konsentrasi karena
melihat hal-hal yang tidak berhubungan dengan pelajaran.
o Menyediakan kertas-kertas dan pensil warna atau spidol sebagai alat
untuk menuliskan hal-hal penting atau membuat gambar dari materi
yang tengah dipelajarinya.
3. Cara belajar terbaik untuk tipe kinestetik :
o Memberikan alat peraga yang nyata untuk belajar, seperti balok-balok,
miniatur bangunan, patung peraga dan sebagainya.
o Memberikan kesempatan untuk berpindah tempat, karena anak dengan
gaya ini cenderung tidak bisa diam pada satu posisi dalam kurun waktu
yang relatif lama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
145
o Biarkan ia menyentuh segala sesuatu yang berhubungan dengan
pelajarannya.
o Beri kesempatan untuk mempraktekkan apa yang telah ataupun sedang
dipelajarinya.
5) Membiasakan mencatat
Kegiatan mencatat merupakan salah satu kegiatan yang kurang
menyenangkan bagi siswa. Hal ini mungkin disebabkan karena bentuk
catatannya yang membosankan, yang terdiri dari beribu-ribu kata tanpa adanya
gambar-gambar atau visualisasi. Hal tersebut dapat dirubah dengan cara
memberikan berbagai warna, simbol-simbol atau gambar yang mudah
dimengerti oleh siswa itu sendiri. Dengan sedikit mengubah bentuk catatan,
diharapkan siswa lebih termotivasi untuk mencatat, karena mencatat
merupakan kegiatan yang penting dalam proses pembelajaran. Alasan pertama
untuk mencatat adalah bahwa mencatat meningkatkan daya ingat. (DePorter
dan Hernacki, 2008:146).
6) Membiasakan membaca
Membaca adalah kegiatan untuk mendapatkan sebuah informasi melalui
sebuah teks bacaan. Sehingga kegiatan membaca sangat penting dalam proses
pembelajaran, karena dengan membaca akan menambah perbendaharaan kata,
pemahaman, menambah wawasan dan daya ingat akan bertambah. Seorang
guru hendaknya membiasakan siswa untuk membaca, baik buku pelajaran
maupun buku-buku pengetahuan yang lain.
7) Jadikan anak lebih kreatif
Siswa yang kreatif adalah siswa yang mempunyai rasa ingin tahu, suka
mencoba hal-hal baru dan senang bermain. Untuk menumbuhkan sikap kreatif
ini guru harus menjauhkan siswa dari perasaan takut akan suatu kegagalan,
menumbuhkan keberanian untuk mengambil resiko serta selalu mendorong
siswa untuk mencoba hal-hal baru. Dengan adanya sikap kreatif yang baik
siswa akan mampu memecahkan masalah dengan berbagai cara dan
menghasilkan ide-ide baru dalam belajarnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
146
8) Melatih kekuatan memori anak
Memori atau ingatan, merupakan bagian penting dari otak. David
Gamon dan Allen Bragdon (2008: 76 ) berpendapat bahwa “Ingatan adalah
mitra dalam mengembangkan semua keterampilan mental lain”. Tetapi ingatan
tersebut juga harus melalui proses latihan agar sel-sel otak tetap aktif.
Otak kita memiliki kemampuan untuk mengingat segala sesuatu yang
ada dalam kehidupan. Akan tetapi, untuk mendapatkan kemampuan tersebut
diperlukan latihan yang rutin. Otak kita mengingat lebih baik terhadap hal-hal
yang mengesankan bagi kita. Hal ini, seperti yang disampaikan DePorter dan
Hernacki (2008:214) bahwa “Pada umumnya, kita paling ingat informasi yan
dicirikan oleh salah satu atau beberapa hal berikut ini :
a. Asosiasi indrawi, terutama visual
b. Konteks emosional, seperti cinta, kebahagiaan, dan kesedihan
c. Kualitas yang menonjol atau berbeda
d. Kebutuhan untuk bertahan hidup
e. Hal-hal yang memiliki keutamaan pribadi
f. Hal-hal yang diulang-ulang
g. Hal-hal yang pertama dan terakhir dalam suatu sesi
d. Manfaat Metode Quantum Learning
Setiap metode pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan, oleh
karena itu di dalam pelaksanaan proses pembelajaran tidak mungkin seorang guru
hanya menerapkan salah satu metode saja. Sehingga jika dalam pembelajaran,
guru menerapkan berbagai metode pembelajaran, maka pembelajaran tersebut
akan mempunyai banyak manfaat. Menurut DePorter dan Hernacki (2008: 13)
belajar menggunakan Quantum Learning akan didapatkan berbagai manfaat yaitu:
1) Sikap positif.
2) Motivasi.
3) Keterampilan belajar seumur hidup.
4) Kepercayaan diri.
5) Sukses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
147
2. Tinjauan Pemahaman Perjuangan Kemerdekaan
a. Pengertian Pemahaman
Pemahaman berasal dari kata paham yang mendapat imbuhan pe-an. Arti
kata paham menurut W.J.S. Poerwadarminta (1976: 694) adalah pengertian,
pendapat, mengerti benar, pandai dan mengerti benar.
Pemahaman mempunyai tingkatan yang lebih tinggi daripada
pengetahuan ataupun hafalan. Apabila anak didik sudah paham akan apa yang
dipelajari, maka anak didik tersebut dapat mengutarakan dengan kalimatnya
sendiri akan apa yang ia pahami.
Menurut Nana Sudjana (1991:24) Pemahaman dapat dibedakan ke dalam
tiga kategori.
1. Tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan, mulai dari
terjemahan dalam arti yang sebenarnya, misalnya dari bahasa Inggris
ke dalam bahasa Indonesia, mengartikan Bhineka Tunggal Ika,
mengartikan Merah Putih, menerapkan prinsip-prinsip listrik dalam
memasang sakelar.
2. Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yakni menghubungkan
bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya, atau
menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan kejadian,
membedakan yang pokok dan yang bukan pokok. Menghubungkan
pengetahuan tentang konjugasi kata kerja, subjek, dan possessive
pronoun sehingga tahu menyusun kalimat “bukan”My friend
studying,” merupakan contoh pemahaman penafsiran.
3. Pemahaman tingkat ketiga atau tingkat tertinggi adalah pemahaman
ekstrapolasi. Dengan ekstrapolasi diharapkan seseorang mampu
melihat di balik yang tertulis, dapat membuat ramalan tentang
konsekuensi atau dapat memperluas presepsi dalam arti waktu,
dimensi, kasus, ataupun masalahnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
148
b. Pengertian Konsep Perjuangan Kemerdekaan
Perjuangan berarti usaha untuk menggapai sesuatu
(http://cipto.blog.uns.ac.id). Sedangkan dari sumber lain perjuangan adalah usaha
yang penuh dengan kesukaran dan bahaya (http://www.artikata.com). Dari dua
pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa perjuangan memiliki arti suatu usaha
untuk mendapatkan sesuatu melalui sebuah pengorbanan yang berarti. Sedangkan
arti perjuangan kemerdekaan itu sendiri adalah suatu usaha untuk mendapatkan
kemerdekaan dari kekuasan pihak lain melalui berbagai macam usaha dan
pengorbanan. Dengan mempelajari penderitaan bangsa Indonesia di bawah
penjajahan bangsa lain dan usaha bangsa Indonesia dalam memproklamasikan
kemerdekaannya, diharapkan dapat menumbuhkan rasa nasionalisme dan
patriotisme siswa SD.
Perjuangan kemerdekaan Indonesia merupakan salah satu materi yang
diajarkan di kelas V SD. Di dalam materi tersebut dijelaskan mengenai usaha-
usaha bangsa Indonesia dalam memperebutkan kemerdekaan Indonesia. Usaha-
usaha tersebut meliputi periode penjajahan bangsa Eropa (Portugis, Spanyol,
Inggris, Belanda) dan bangsa Jepang sampai pada proklamasi kemerdekaan
Indonesia. Membicarakan perjuangan kemerdekaan Indonesia berarti
membicarakan konsep sejarah, yang merupakan bagian dari mata pelajaran IPS.
Dalam mata pelajaran IPS di SD, bahan kajiannya meliputi pengetahuan sosial
dan sejarah. Materi sejarah itu sendiri memiliki ruang lingkup yang meliputi :
sejarah lokal, kerajaan-kerajaan di Indonesia, tokoh dan peristiwa, bangunan
sejarah, Indonesia pada zaman penjajahan Portugis, Spanyol, Belanda dan
pendudukan Jepang, dan peristiwa penting dalam perjuangan kemerdekaan serta
usaha mempertahankan kemerdekaan itu sendiri.
“Kata sejarah berasal dari bahasa Arab “Syajara”, artinya
terjadi.”(Hidayati, Mujinem, Anwar Senen, 2008:2-3). Sedangkan pengertian
sejarah menurut Ismaun dalam Hidayati, Mujinem, Anwar Senen (2008:2-3)
adalah suatu ilmu pengetahuan tentang rangkaian kejadian yang berkausalitas
pada masyarakat dengan segala aspeknya serta proses gerak perkembangannya
yang kontinyu dari awal sampai sekarang yang berguna bagi pedoman kehidupan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
149
masyarakat masa sekarang serta sebagai arah cita-cita masa depan. Faqih
Samiawi, Bunyamin Maftuh (2007:19) mengemukakan “Pada dasarnya konsep-
konsep dalam sejarah yang penting bagi IPS adalah: kesinambungan dan
perubahan (continuity and change), sebab akibat (cause and effect), masa lalu (the
past), dan pertentangan (conflict), dan nasionalisme (nationalism).”
Dari uraian para ahli tersebut dapat peneliti simpulkan bahwa sejarah
merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari kejadian-kejadian penting yang
telah terjadi di masa lampau, di mana kejadian-kejadian tersebut berpengaruh
terhadap kehidupan sekarang dan masa yang akan datang. Peristiwa perjuangan
kemerdekaan Indonesia merupakan salah satu peristiwa atau kejadian penting bagi
bangsa Indonesia, karena menyangkut sejarah pembentukan Negara Indonesia
yang berdaulat. Karena peristiwa perjuangan kemerdekaan Indonesia merupakan
peristiwa yang penting bagi bangsa Indonesia, maka penyajian materi yang
menarik sangat diperlukan. Agar siswa dapat tertarik untuk mempelajari secara
mendalam mengenai sejarah pembentukan Negara Indonesia ini.
c. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial
Menurut Hidayati, Mujinem, Anwar Senen (2008:7) IPS merupakan
integrasi dari berbagai cabang Ilmu-ilmu Sosial, seperti sosiologi, antropologi
budaya, psikologi sosial, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik, dan sebagainya.
Pengertian IPS menurut A.Dakir, Akhmad Arif Musadad, Wakino
(2005:7) adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala
dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan
atau satu perpaduan.
Sedangkan menurut Saidiharjo dalam Hidayati, Mujinem, Anwar Senen
(2008:7) IPS merupakan hasil kombinasi atau hasil pemfusian atau perpaduan dari
sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi,
antropologi, politik.
Dari berbagai pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) adalah suatu mata pelajaran yang mempelajari
kehidupan sosial kemasyarakatan, yang merupakan gabungan dari berbagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
150
cabang ilmu sosial. Mata pelajaran IPS mulai diajarkan di kelas I sekolah dasar
sampai di tingkat perkuliahan.
d. Tujuan Pembelajaran IPS
Sama-sama kita ketahui bahwa semua mata pelajaran mempunyai tujuan,
demikian pula dengan pelajaran IPS. Menurut Fenton dalam A.Dakir, Akhmad
Arif Musadad, Wakino (2005:9) dikemukakan ada 3 tujuan IPS yaitu :
a. Mempersiapkan anak didik menjadi warga negara yang baik.
b. Mengajar anak didik berkemampuan berpikir.
c. Agar anak dapat melanjutkan kebudayaan bangsanya.
Menurut A.Dakir, Akhmad Arif Musadad, Wakino (2005:9) tujuan
Pembelajaran IPS di Indonesia
a. Aspek pengetahuan dan pemahaman
· Pemahaman tentang sejarah kebudayaan bangsa sendiri dan umat
manusia.
· Lingkungan geografis tempat manusia hidup serta interaksi antara
manusia dan lingkungan fisiknya.
· Cara manusia memerintah negaranya.
· Struktur kebudayaan dan cara hidup manusia di negara sendiri dan
di negara lain.
· Cara manusia membudayakan lingkungannya untuk menjamin
hidupnya dan mempertinggi kesejahteraan hidupnya.
· Pengaruh perkembangan IPTEK terhadap kehidupan manusia.
· Pengaruh pertambahan penduduk terhadap lingkungan fisik dan
sumber tenaga alam.
b. Aspek nilai dan sikap
· Mengakui dan menghormati sikap harkat manusia
· Mengakui dan menghayati nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila.
· Menghayati nilai-nilai dalam agama masing-masing.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
151
· Memupuk sikap toleransi sesama umat beragama.
· Menghormati perbedaan adat istiadat, kebudayaan setiap suku
bangsa dan bangsa lain.
· Bersikap positif terhadap bangsa dan negaranya, rela membangun
dan mempertahankannya.
· Menghormati milik orang lain dan milik bangsa.
· Memiliki sikap terbuka terhadap perubahan berdasarkan nilai-nilai
moral Pancasila.
c. Aspek keterampilan
· Kecakapan untuk memperoleh pengetahuan dan informasi
· Keterampilan berfikir, menginterpretasi dan mengorganisir
informasi dari berbagai sumber.
· Kecakapan untuk meninjau informasi secara kritis, membedakan
antara fakta dan pendapat.
· Kecakapan untuk mengambil keputusan berdasarkan fakta dan
pendapat.
· Kecakapan dalam menggunakan metode pemecahan masalah.
· Keterampilan dalam membuat laporan dan membuat penelitian
sederhana.
Dari berbagai pendapat para ahli tersebut, peneliti dapat mengambil
kesimpulan bahwa tujuan dari pendidikan IPS adalah membentuk anak didik
menjadi warga negara yang baik melalui pemerolehan pengetahuan, nilai sosial
maupun keterampilan hidup. Menjadikan anak didik pandai dalam hal
pengetahuan dan teknologi saja belum cukup, anak didik tersebut juga harus
mempunyai nilai sosial atau budi pekerti maupun keterampilan hidup. Hal ini
juga sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang telah ditetapkan oleh
pemerintah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
152
e. Hubungan Quantum Learning dan Pemahaman Perjuangan
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Dari berbagai uraian para ahli di atas, penulis dapat menarik suatu
hubungan antara metode Quantum Learning dengan materi perjuangan
kemerdekaan Indonesia. Materi perjuangan proklamasi kemerdekaan Indonesia
merupakan salah satu materi yang abstrak bagi siswa. Hal ini disebabkan karena
siswa tidak dapat merasakan dan mengalami sendiri peristiwa proklamasi
kemerdekaan Indonesia. Oleh karena itu, materi mengenai perjuangan
kemerdekaan Indonesia kurang disenangi siswa. Untuk membangkitkan keinginan
siswa tersebut maka diperlukan penerapan metode Quantum Learning. Karena
metode Quantum Learning itu sendiri memiliki tujuan meningkatkan prestasi
belajar siswa sekaligus untuk menghidupkan kembali kegembiraan dan kecintaan
siswa dalam belajar. Selain itu, dengan konsep TANDURnya, metode Quantum
Learning mengajak siswa belajar dengan menciptakan pengalaman umum terlebih
dahulu mengenai materi proklamasi kemerdekaan Indonesia.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Adapun Penelitian Tindakan Kelas yang mungkin relevan dengan
Penelitian Tindakan Kelas yang akan peneliti laksanakan adalah:
1. Penelitian Tindakan Kelas yang sudah dilakukan oleh Saudara Hermawan
Widyastantyo dengan judul “Penerapan Metode Quantum Learning Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA (Sains) bagi Siswa Kelas V
SD Negeri Kebonsari Kabupaten Temanggung”
(http://karyailmiah.um.ac.id/index.php/KSDP/article/ view/5060/3631)
Dalam Penelitian Tindakan Kelas tersebut, Saudara Hermawan
Widyastantyo menuliskan hasil dan kesimpulan dalam abstraksinya sebagai
berikut :
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode Quantum Learning
dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA (SAINS).
Peningkatan ini ditunjukkan oleh perbandingan rata-rata hasil belajar yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
153
dicapai antara siklus I (53,97), siklus II (65,74) peningkatan prosentase
11,77% dan siklus III (73,24) peningkatan prosentase 7,5%.
Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan dapat menjadi jembatan bagi
munculnya penelitian baru. Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah
wawasan dalam dunia penelitian pendidikan agar mutu pendidikan di
Indonesia baik. (http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/KSDP/article/view/
5060/3631)
Persamaan penelitian yang dilakukan oleh saudara Hermawan
Widyastantyo dengan penelitian ini adalah metode pembelajaran yang
digunakan untuk mengatasi permasalahan pembelajaran. Metode Quantum
Learning yang digunakan saudara Hermawan ternyata dapat meningkatkan
hasil belajar siswa. Sedangkan perbedaannya adalah mata pelajaran yang
digunakan sebagai objek penelitian dan subjek penelitian. Saudara Hermawan
menggunakan metode Quantum Learning untuk meningkatkan hasil belajar
mata pelajaran IPA pada siswa kelas V SD Negeri Kebonsari Kabupaten
Temanggung.
2. Penelitian Tindakan Kelas yang sudah dilakukan oleh saudara Sarifah
Nurhasanah dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD Untuk Meningkatkan Pemahaman Peristiwa Proklamasi Indonesia
Dalam Pelajaran IPS Pada Siswa Kelas V SD Negeri 01 Pereng Karanganyar
Tahun Pelajaran 2009/2010” (http://digilib.uns.ac.id)
Dalam Penelitian Tindakan Kelas tersebut, Saudara Sarifah
Nurhasanah menuliskan hasil dan kesimpulannya bahwa melalui penerapan
model pembelajaran koopeartif tipe STAD dapat meningkatkan pemahaman
peristiwa proklamasi Indonesia pada siswa kelas V SD 01 Pereng Kecamatan
Mojogedang Kabupaten Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010. Hal tersebut
ditunjukkan dengan nilai rerata hasil observasi terhadap aktivitas siswa pada
kondisi awal 51%, siklus I sebesar 69.50% dan pada siklus II sebesar 88.50%.
Rerata pemahaman peristiwa Proklamasi Indonesia pada kondisi awal 51%
siswa tuntas belajar dengan nilai rata-rata 61,71. Pada siklus I, rerata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
154
pemahaman peristiwa Proklamasi Indonesia adalah 69,50% siswa tuntas
belajar dengan nilai rata-rata pertemuan pertama sebesar 68,94, sedangkan
pertemuan ke-dua dengan nilai rata-rata 74,57. Dan siklus II rerata
pemahaman peristiwa Proklamasi Indonesia sebesar 88,50% siswa tuntas
belajar dengan nilai rata-rata pada pertemuan pertama sebesar 78,28
sedangkan nilai rata-rata pada pertemuan ke-dua sebesar 81,22.
Persamaan penelitian yang dilakukan oleh saudara Sarifah Nurhasanah
dengan penelitian ini adalah permasalahan yang dihadapi yang menjadi objek
penelitian. Saudara Sarifah mengalami permasalahan yaitu ketidaktuntasan
pembelajaran mata pelajaran IPS pada materi peristiwa proklamasi Indonesia.
Hal ini menunjukkan bahwa materi peristiwa proklamasi kemerdekaan
Indonesia menjadi salah satu permasalahan bagi murid dan guru untuk segera
diatasi. Sedangkan perbedaannya adalah cara pemecahan masalahnya dan
subjek penelitiannya. Saudara Sarifah menggunakan metode STAD untuk
mengatasi permasalahan pemahaman peristiwa proklamasi Indonesia pada
siswa kelas V SD 01 Pereng Kecamatan Mojogedang Kabupaten Karanganyar
tahun pelajaran 2009/2010.
C. Kerangka Berpikir
Penelitian ini dilaksanakan karena hasil dari pembelajaran mata pelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial pada materi jasa dan peran tokoh di sekitar proklamasi
kemerdekaan Indonesia masih kurang. Hasil yang diperoleh dari tes ulangan
harian masih jauh di bawah KKM yang sudah ditetapkan. Salah satu penyebab
hasil tes masih di bawah KKM adalah karena kurangnya pemahaman siswa
terhadap materi.
Ketidakpahaman siswa terhadap materi, mungkin dikarenakan kegiatan
dan suasana pembelajaran yang kurang menyenangkan. Kegiatan siswa hanya
sebagai pendengar cerita, karena guru merancang kegiatan dengan metode
konvensional. Kegiatan siswa yang hanya seputar aktivitas mendengarkan
menjadi penyebab utama ketidakpemahaman siswa, karena belajar dengan
mendengar, siswa hanya akan menyerap sekitar 10% dari keseluruhan informasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
155
Untuk itu, peneliti akan menggunakan metode Quantum Learning untuk
mengatasi permasalahan tersebut, agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dan
siswa menjadi termotivasi untuk lebih giat belajar. Alasan penulis menggunakan
metode Quantum Learning adalah karena yang pertama metode ini bertujuan
untuk mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar. Dengan meningkatnya
peran atau aktivitas individu, diharapkan siswa memiliki rasa penting dalam
kegiatan pembelajaran, sehingga siswa akan secara aktif belajar dengan sendirinya
tanpa adanya paksaan. Selain itu, metode ini mengedepankan suasana dan
kegiatan yang menyenangkan selama pembelajaran. Secara psikologis, sesuatu
yang menyenangkan tentunya akan menarik perhatian siswa, sehingga jika siswa
sudah tertarik diharapkan siswa juga akan paham terhadap materi pembelajaran.
Dari uraian di atas, peneliti dapat menyampaikan gambaran tentang
kerangka berfikir yang akan dilakukan dalam penelitian ini dalam bentuk bagan
seperti gambar 1 berikut ini:
Diduga melalui metode Quantum Learning pemahaman siswa terhadap
materi perjuangan kemerdekaan Indonesia meningkat
Penggunaan Metode Quantum Learning
Pembelajaran menjadi menarik
Diduga siswa menjadi lebih aktif
dalam pembelajaran
Pembelajaran
Konvensional
Siswa kurang aktif dalam
pembelajaran
KBM monoton
Siswa kurang memahami
materi perjuangan
kemerdekaan Indonesia
Kondisi
Awal
Tindakan
Pasca
Tindakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
156
Gambar 1. Bagan Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
D. Rumusan Hipotesis
Berdasarkan kajian teori di atas, maka penulis dapat merumuskan
hipotesis penelitian sebagai berikut :
Ø Penggunaan metode Quantum Learning dapat meningkatkan pemahaman
materi perjuangan kemerdekaan Indonesia dalam pelajaran IPS pada siswa
kelas V SDN Ngoresan No 80 Jebres Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
157
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian memberikan gambaran tentang logika yang
melatarbelakangi setiap langkah dan proses yang biasa ditempuh dalam kegiatan
penelitian. Sesuai dengan tujuannya, penelitian dapat didefinisikan sebagai usaha
untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan
yang dilakukan dengan menggunakan metode-metode ilmiah.
Dalam bab ini akan dibahas sebagai berikut, yaitu tempat dan waktu
penelitian, bentuk dan strategi penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data,
analisis data dan prosedur penelitian.
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas V Sekolah Dasar Negeri Ngoresan
No. 80 Jebres Surakarta tahun pelajaran 2010/2011. Pemilihan SDN Ngoresan
No.80 Jebres Surakarta sebagai tempat penelitian didasarkan pada pertimbangan
(1) Karena nilai prestasi siswa kelas V SDN Ngoresan kurang memuaskan. (2)
Karena peneliti sebagai guru kelas V pada SDN Ngoresan. (3) Peneliti yang
sekaligus guru kelas V ingin meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi
kepahlawanan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SDN Ngoresan.
2. Waktu Penelitian
Kegiatan penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan selama tiga
bulan, yaitu mulai bulan April sampai dengan bulan Juni 2010. Penelitian ini
dilaksanakan mulai dari kegiatan perencanaan penelitian, pelaksanaan penelitian,
hingga penyusunan laporan penelitian. Kegiatan penelitian tersebut, dirinci dalam
tabel 2 berikut ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
158
Tabel 2. Jadwal Penelitian Tindakan Kelas
B. Subjek Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di kelas V SDN Ngoresan No.
80 Jebres. Jumlah siswa di kelas V adalah 51 anak, yang terdiri dari 22 anak
perempuan dan 29 anak laki-laki. Sebagian besar siswa kelas V merupakan anak
dari keluarga dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah. Meskipun sebagian
besar berasal dari keluarga dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah, tetapi
rata-rata orang tua siswa mempunyai tingkat perhatian yang cukup baik terhadap
pendidikan anaknya. Terbukti dengan banyaknya orang tua yang berkonsultasi
kepada guru mengenai perkembangan putra putrinya selama mengikuti
pembelajaran di sekolah. Hal ini terlihat dalam lampiran 1 halaman 74.
No Kegiatan
Bulan April Mei Juni
Minggu Ke Minggu Ke Minggu Ke 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. PERENCANAAN Penyusunan Proposal V V V V
Penyusunan Instrumen V
Perijinan V
2. PELAKSANAAN - SIKLUS I Perencanaan IV Tindakan V Pengamatan V Refleksi V - SIKLUS II Perencanaan V Tindakan V Pengamatan V Refleksi V 3. PENYUSUNAN LAPORAN V V V 4. REVISI LAPORAN V V 5. UJIAN PENELITIAN V 6. PENJILIDAN LAPORAN V
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
159
Sedangkan mata pelajaran yang digunakan sebagai objek penelitian
adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Hal ini dikarenakan, nilai rata-
rata mata pelajaran IPS termasuk rendah dibanding nilai rata-rata mata pelajaran
lain. Dengan nilai KKM 60, mata pelajaran IPS merupakan mata pelajaran yang
nilai KKMnya rendah, hal ini terlihat dalam lampiran 2 pada halaman 75.
C. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan, peneliti melakukan
pengumpulan data dengan berbagai metode. Metode-metode pengumpulan data
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan secara langsung terhadap
semua hal yang diteliti. Menurut Sarwiji Suwandi (2008:46) observasi
adalah segala upaya merekam segala peristiwa dan kegiatan yang terjadi
selama tindakan perbaikan itu berlangsung dengan atau tanpa alat bantu.
Kegiatan observasi yang kami lakukan bertujuan untuk mendapatkan data
yang dapat diamati secara langsung yang berupa suatu kejadian atau
peristuwa yang penting dan diperlukan dalam proposal ini.
Kegiatan observasi ini dilaksanakan pada kelas V SDN Ngoresan
tahun pelajaran 2010/2011, saat proses pembelajaran mata pelajaran IPS
dengan materi perjuangan proklamasi kemerdekaan Indonesia
berlangsung. Hal-hal yang diamati adalah aktivitas-aktivitas siswa dan
guru yang berhubungan dengan kegiatan pembelajaran.
Aktivitas siswa yang diamati meliputi rasa keingintahuan siswa,
kesungguhan siswa dalam mengikuti pelajaran, kerjasama dalam
kelompok, konsentrasi siswa selama pembelajaran dan keaktifan dalam
kelompok, dan perhatian siswa terhadap penjelasan guru. Sedangkan
aktivitas guru yang diamati adalah pemberian motivasi belajar, ketepatan
dan daya tarik media, pemberian balikan, tuntutan pencapaian /
ketercapaian kompetensi siswa, membuka & menutup pembelajaran,
ketepatan strategi pembelajaran, kejelasan dan sistematika penyampaian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
160
materi, pengelolaan pembelajaran, kejelasan suara, kemampuan
menggunakan media, penggunaan strategi bertanya dan penguasaan bahan.
b. Perekaman
Menurut H.B. Sutopo (1996:71), alat kamera foto dan video sering
digunakan di dalam penelitian karena bisa membantu di dalam
pengumpulan data, terutama untuk memperjelas deskripsi berbagai situasi
dan perilaku subjek yang diteliti. Untuk mendapatkan data dari perekaman,
peneliti menggunakan kamera digital, hal ini dilakukan untuk
mendeskripsikan situasi dan perilaku subjek yang diteliti.
Perekaman dilaksanakan di kelas V SDN Ngoresan saat
pembelajaran mata pelajaran IPS materi proklamasi kemerdekaan
berlangsung. Segala kegiatan siswa dan guru akan terekam dalam kamera
digital. Fungsi dari rekaman tersebut adalah untuk memperjelas deskripsi
mengenai suasana kegiatan pembelajaran dan aktivitas-aktivitas selama
proses belajar mengajar.
c. Tes
Pengertian tes menurut Bimo Walgito (1985:78) menyebutkan
bahwa tes sebagai suatu metode atau alat untuk mengadakan penyelidikan
yang menggunakan soal-soal, pertanyaan-pertanyaan atau tugas-tugas
yang lain dimana persoalan-persoalan atau pertanyaan-pertanyaan dan
sebagainya itu telah dipilih dengan seksama distandarisasikan, artinya
telah ada standar tertentu.
Pemberian tes pada siswa kelas V SDN Ngoresan Kecamatan
Jebres ini digunakan untuk mengukur seberapa jauh pemahaman siswa
terhadap materi perjuangan kemerdekaan Indonesia sebelum tindakan dan
sesudah diadakannya tindakan. Tes ini diberikan dalam bentuk soal tertulis
mengenai materi perjuangan proklamasi, pada akhir kegiatan pembelajaran
di setiap pertemuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
161
d. Studi Pustaka
Menurut Sarwiji Suwandi (2008:57), tinjauan pustaka menguraikan
teori, temuan, dan bahan penelitian lain yang diperoleh dari acuan (buku
atau jurnal-jurnal ilmiah), yang dijadikan landasan untuk melakukan
penelitian yang diusulkan. Studi pustaka adalah semua bahan yang
diperoleh dari buku-buku dan atau jurnal, (http://www.gunadarma.ac.id).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa studi pustaka adalah teknik
pengumpulan data dengan mencari data-data tersebut pada buku-buku
yang relevan ataupun pada dokumen-dokumen yang berkaitan dengan data
tersebut. Teknik ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran secara
menyeluruh dan pasti tentang objek yang diteliti baik pada saat diteliti
maupun sebelum diteliti.
D. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik model
interaktif ( Miles dan Huberman, 1984 ) dalam ( Slamet dan Suwarto, 2007 : 112),
yang terdiri dari tiga komponen analisis, yaitu (1) reduksi data, (2) sajian data, (3)
penarikan simpulan atau verifikasi. Aktifitas ketiga komponen tersebut dilakukan
dalam bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data sebagai siklus. Proses
analisis data tersebut dapat dijelaskan dalam gambar 2 berikut ini :
Gambar 2. Skema Teknik Model Interaktif
Pengumpulan Data
(Data Collection)
Simpulan-simpulan
Penarikan/Verifikasi
Reduksi Data
(Data Reduction)
Penyajian Data
(Data Display)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
162
Gambar diatas menunjukkan langkah-langkah yang harus dilakukan
peneliti adalah:
a. Pengumpulan data yaitu kegiatan untuk mendapatkan informasi dari
sumber penelitian. Dalam proses pengumpulan data, kualitas data
ditentukan oleh kualitas alat pengambil data atau alat pengukurnya dan
kualifikasi pengambil data. Data penelitian akan reliabel dan valid
apabila alat pengambil data reliabel dan valid serta pengambil data
cukup menguasai penggunaan alat pengambil data.
Dalam kegiatan pengumpulan data, peneliti melakukan observasi,
perekaman, tes dan studi pustaka. Untuk kegiatan observasi, peneliti
mengobservasi keadaan sekolah secara umum termasuk sarana dan
prasarana pembelajaran. Kemudian dilanjutkan kegiatan observasi dan
kegiatan perekaman yang dilakukan ketika kegiatan pembelajaran
materi proklamasi kemerdekaan Indonesia berlangsung. Sedangkan
untuk kegiatan studi pustaka, peneliti mencari sumber-sumber informasi
dan data dari buku-buku dan jurnal yang relevan dengan permasalahan
penelitian.
b. Reduksi data yaitu proses menyeleksi data awal, memfokuskan,
menyederhanakan dan mengabtraksi data kasar yang ada dalam catatan
lapangan. Proses ini berlangsung terus sepanjang pelaksanaan
penelitian. Data reduksi adalah suatu bentuk analisis yang
mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal yang
tidak penting dan mengatur data sedemikian rupa sehingga simpulan
akhir dilakukan.
Untuk memudahkan peneliti dalam menarik simpulan, peneliti memilah
data hasil observasi dan perekaman, misalnya hasil observasi terhadap
keadaan sekolah dikesampingkan dan peneliti memfokuskan terhadap
hasil observasi dan perekaman terhadap kegiatan pembelajaran siswa.
Selain itu, data yang diperoleh melalui kegiatan kajian pustaka juga
diseleksi. Peneliti memilih kajian pustaka yang benar-benar dapat
digunakan untuk menjadi dasar dalam tindakan penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
163
c. Sajian data adalah suatu rangkaian organisasi informasi yang
memungkinkan penelitian dapat dilakukan. Dengan melihat penyajian
data, maka akan dimengerti apa yang akan terjadi dan memungkinkan
untuk mengerjakan sesuatu pada analisis ataupun tindakan lain
berdasarkan pengertian tersebut.
Data hasil pemilahan selama kegiatan penelitian, peneliti sajikan dalam
bentuk tabel-tabel dan diagram-diagram. Sehingga nantinya dapat
dibaca dan dipahami secara mudah oleh para pembaca.
d. Penarikan simpulan,dalam tahapan ini apabila ditemukan data yang
akurat, maka peneliti tidak segan-segan untuk melakukan penyimpulan
ulang. Peneliti dalam hal ini bersifat terbuka.
Dengan melihat sajian data tersebut, peneliti dapat dengan mudah
mengambil simpulan apakah penelitian ini berhasil atau tidak. Sehingga
peneliti dapat segera melakukan refleksi dan mengambil langkah untuk
proses selanjutnya.
E. Prosedur Penelitian
Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini terdiri dari 2 siklus. Setiap
siklus terdiri dari empat tahapan, tahapan tersebut meliputi perencanaan,
pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.
a. Siklus I meliputi :
1) Perencanaan
Di dalam perencanaan ini, hal yang perlu dilakukan adalah membuat
perencanaan pengajaran, mempersiapkan ruangan pembelajaran,
membuat media pembelajaran, membuat lembar observasi, dan
merancang alat evaluasi
2) Pelaksanaan Tindakan
Melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan apa yang telah
direncanakan sebelumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
164
3) Observasi
Pelaksanaan tindakan diobservasi dengan menggunakan lembar
observasi yang telah dipersiapkan. Sedangkan objek yang diobservasi
adalah peningkatan aktivitas kegiatan pembelajaran siswa.
4) Refleksi
Pada tahap refleksi ini, data-data yang diperoleh melalui kegiatan
observasi dikumpulkan untuk kemudian dianalisis. Hasil dari analisis
ini digunakan untuk mengetahui apa yang telah dihasilkan atau apa
yang belum berhasil dituntaskan oleh tindakan perbaikan yang telah
dilakukan.
b. Siklus II meliputi :
1) Perencanaan
Di dalam perencanaan siklus II ini, hal yang perlu dilakukan adalah
membuat perencanaan pengajaran dengan memperhatikan hasil
evaluasi dari siklus I.
2) Pelaksanaan Tindakan
Melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan apa yang telah
direncanakan sebelumnya.
3) Observasi
Pelaksanaan tindakan diobservasi dengan menggunakan lembar
observasi yang telah dipersiapkan. Sedangkan objek yang diobservasi
adalah peningkatan aktivitas kegiatan pembelajaran siswa.
4) Refleksi
Pada tahap refleksi ini, data-data yang diperoleh melalui kegiatan
observasi dikumpulkan untuk kemudian dianalisis. Hasil dari analisis
ini digunakan untuk mengetahui apa yang telah dihasilkan atau apa
yang belum berhasil dituntaskan oleh tindakan perbaikan yang telah
dilakukan. Ukuran keberhasilan dalam hal ini adalah apabila aspek
yang diamati mendapat nilai 3 atau tergolong tingkatan tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
165
Sebelum peneliti melakukan tindakan penelitian, peneliti telah
mengobservasi tingkah laku siswa selama pembelajaran, dan mengadakan tes
untuk melihat kemampuan siswa setelah sebelum tindakan. Hal ini dilakukan
peneliti sebagai refleksi awal sebelum penelitian tindakan kelas dilakukan.
Adapun tahap-tahap dari masing-masing siklus, peneliti gambarkan
dengan bagan dalam gambar 3 berikut ini :
REFLEKSI AWAL
Perencanaan
Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan
Observasi TINDAKAN LANJUT
Perencanaan
Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan
Observasi - Sudah : PTK diakhiri
- Belum : PTK dilanjutkan ke siklus berikutnya.
Gambar 3. Proses Siklus I dan Siklus II
F. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan merupakan rumusan keberhasilan yang akan
dijadikan pedoman dalam menentukan keberhasilan penelitian. Dalam penelitian
ini, indikator utama dalam keberhasilan adalah tingkat pemahaman siswa terhadap
materi. Tingkat pemahaman akan diukur dalam bentuk capaian nilai di atas nilai
ketuntasan minimal yang telah peneliti tentukan, yaitu 65. Peneliti menargetkan
80% siswa dari 51 siswa keseluruhan dapat mencapai nilai KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimal) yang telah ditetapkan. Selain itu peneliti juga menargetkan
nilai rata-rata kelas lebih dari 75.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
166
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Tempat Penelitian
Lembaga pendidikan yang digunakan sebagai tempat penelitian ini
adalah SD Negeri Ngoresan Sekolah ini terletak di Kampung Ngoresan,
Kelurahan Jebres, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta. Alasan yang mendasari
penelitian dilaksanakan di SD Negeri Ngoresan, karena metode Quantum
Learning kurang mendapat perhatian dan belum dikembangkan secara maksimal
di SD Negeri Ngoresan. Selain itu, alasan peneliti adalah untuk menghemat waktu
dan biaya penelitian, karena peneliti adalah salah satu tenaga pendidik di SD
Negeri Ngoresan, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta.
SD Negeri Ngoresan ini memiliki bangunan sekolah yang cukup nyaman
untuk belajar siswa. Tetapi jumlah bangunan yang dimiliki SDN Ngoresan belum
cukup, karena ruang perpustakaan masih jadi satu dengan ruang kepala sekolah,
selain itu ruang agama Kristen juga belum memenuhi syarat, hal ini terlihat dari
lampiran 3 pada halaman 76. Oleh karena itu, pada tahun pelajaran 2010/2011 ini,
SDN Ngoresan mulai membangun ruang perpustakaan sekaligus ruang multi
media. Sekolah ini memiliki kelompok atau rombongan belajar sebanyak 6 kelas,
dengan jumlah seluruh siswa yang terdaftar pada tahun ajaran 2010/2011
sebanyak 299 siswa.
SD Negeri Ngoresan dipimpin oleh seorang kepala sekolah dengan jumlah
tenaga pendidik ada 13 o rang, yang terdiri 7 guru kelas, 1 guru Bahasa Inggris,
1 guru Agama Islam, 1 guru Agama Kristen, 1 guru olah raga, 1 guru SSD, dan 1
guru Seni Lukis. Selain tenaga pendidik, SDN Ngoresan juga memiliki 1 tenaga
administrasi dan 1 penjaga sekolah. Guru-guru di SD Negeri Ngoresan tergolong
guru-guru yang senior, karena banyak nasehat yang disampaikan kepada peneliti
dalam hal pembelajaran. Sehingga dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran
sehari-hari, peneliti mendapat banyak masukan, termasuk ketika peneliti
melaksanakan kegiatan penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
167
Namun banyaknya masukan dan nasehat dari guru-guru SD Negeri
Ngoresan seakan kurang berarti, hal ini dikarenakan terbatasnya sarana dan media
yang terdapat pada SDN Ngoresan. Ruang kelas sebagai tempat pembelajaran
kurang luas bagi 51 siswa, sehingga ruang gerak siswa kurang bebas. Sedangkan
dari segi media pembelajaran, khususnya untuk media pembelajaran IPS masih
terbatas.
Untuk meningkatkan mutu pendidikan SDN Ngoresan, maka pihak sekolah
memaksimalkan segala potensi yang ada di sekitar sekolah. Termasuk menjalin
hubungan baik dengan komite sekolah dan masyarakat sekitar. Dengan terjalinnya
hubungan baik dengan komite sekolah maupun masyarakat, maka akan
memudahkan segala program yang akan dilaksanakan oleh SDN Ngoresan.
Perihal tersebut di atas tentunya belum cukup menjamin kelancaran program kerja
SDN Ngoresan, tetapi juga membutuhkan kerja sama yang kompak antara
segenap komponen pengelola SD Negeri Ngoresan baik kepala sekolah, komite
sekolah, guru, karyawan, maupun penjaga sekolah.
B. Deskripsi Kondisi Awal
Sebelum melaksanakan proses penelitian terlebih dahulu peneliti
melakukan pengamatan di SD Negeri Ngoresan dengan tujuan untuk mengetahui
keadaan nyata yang terjadi di lapangan. Hasil survei awal antara lain :
1. Siswa kurang bersemangat dalam pembelajaran IPS.
2. Siswa tidak dapat berkonsentrasi dalam jangka waktu yang lama, apabila
pembelajaran dilaksanakan secara konvensional, yaitu dengan metode
ceramah.
3. Siswa kelas V tergolong kelompok siswa yang aktif, yang selalu ingin terlibat
dalam segala kegiatan. Hal ini dapat terlihat ketika guru mengajukan suatu
pertanyaan, hampir semua siswa menjawab pertanyaan tersebut. Selain itu
dapat dilihat ketika guru memberikan soal untuk dikerjakan di papan tulis,
siswa saling berebut untuk mengerjakannya. Sehingga jika metode ceramah
terlalu sering digunakan, maka pembelajaran akan kurang berhasil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
168
4. Rendahnya nilai IPS siswa kelas V khususnya pada kompetensi dasar
“menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan
kemerdekaan Indonesia”.
Dari data yang diperoleh pada hasil tes sebelum tindakan pada lampiran 4
halaman 77, nilainya masih rendah, hal ini dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini :
Tabel 3. Frekuensi Nilai Persiapan Kemerdekaan Indonesia Siswa Sebelum
Tindakan
Nomor Nilai Frekuensi Prosentase 1 91 – 100 0 0% 2 81 – 90 0 0% 3 71 – 80 7 14% 4 61 – 70 9 18% 5 51 – 60 14 27% 6 41 – 50 17 33% 7 31 – 40 4 8% 8 21 – 30 0 0% 9 11 – 20 0 0%
Jumlah 51 100% Rata-rata 56,56
Berdasarkan tabel 3, maka dapat digambarkan pada grafik gambar no 4 di bawah
ini :
Gambar 4. Grafik Nilai Materi Persiapan Kemerdekaan Indonesia Siswa Kelas
V SDN Ngoresan Jebres Surakarta Sebelum Tindakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
169
C. Deskripsi Hasil Siklus I
1. Perencanaan
Kegiatan perencanaan tindakan I dilaksanakan pada hari Selasa 27
Nopember 2010 di ruang guru SD Negeri Ngoresan , peneliti membuat rancangan
tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian ini. Pelaksanaan tindakan pada
siklus I akan dilakukan dalam 2 pertemuan yaitu pada hari Selasa 30 Nopember
2010 dan hari Sabtu 4 Desember 2010.
Dengan berpedoman Kurikulum Pendidikan Dasar kelas V mengenai materi
persiapan kemerdekaan, peneliti melakukan langkah-langkah untuk merencanakan
pembelajaran melalui metode Quantum Learning antara lain:
a. Mempelajari dan memilih KTSP SD dan Silabus Kelas V
Standar Kompetensi : 2. Menghargai peranan tokoh pejuang dalam
mempersiapkan dan mempertahankan
kemerdekaan Indonesia.
Kompetensi Dasar : 2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh
perjuangan dalam mempersiapkan
kemerdekaan Indonesia.
Indikator : 1. Menjelaskan beberapa usaha dalam rangka
mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.
2. Mengidentifikasi peranan beberapa tokoh
dalam mempersiapkan kemerdekaan.
3. Menunjukkan sikap menghargai jasa para
tokoh dalam mempersiapkan kemerdekaan.
b. Memilih indikator yang sesuai dengan materi persiapan kemerdekaan
Indonesia. Alasan memilih indikator tersebut adalah :
1) Indikator-indikator tentang materi persiapan kemerdekaan
Indonesia belum disampaikan dengan metode pembelajaran yang
dapat menarik perhatian siswa, sehingga pemahaman materi oleh
siswa masih kurang, dan nilai prestasi siswa jauh di bawah target
KKM.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
170
2) Indikator tentang materi persiapan kemerdekaan Indonesia tersebut
diharapkan dapat membentuk sifat dan karakter kepahlawanan
siswa.
c. Menyusun rencana pembelajaran berdasarkan indikator yang telah
dibuat. Rencana pembelajaran yang disusun oleh peneliti memuat 2 kali
pertemuan, masing-masing pertemuan membutuhkan waktu 2 jam
pelajaran dan dilaksanakan dalam hari yang berbeda.
d. Menyiapkan instrumen metode Quantum Learning yang akan
digunakan dalam pembelajaran antara lain skema pembelajaran, daftar
nama tokoh, daftar peristiwa penting di sekitar proklamasi kemerdekaan
Indonesia, dan lain-lain.
e. Sebelum melaksanakan pembelajaran, guru mempersiapkan dan menata
lingkungan pembelajaran, seperti menata susunan tempat duduk siswa,
memasang sound system sebagai iringan musik saat pembelajaran,
pemasangan kata-kata mutiara di tembok kelas, dan lain-lain. Untuk
pemasangan kata-kata mutiara dilakukan satu kali saat pembelajaran
pada siklus I, dan kata-kata mutiara digunakan sampai akhir kegiatan
penelitian.
Silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran siklus I terlampir pada halaman 79
2. Tindakan
Dalam tahap ini guru menerapkan metode ceramah yang digabungkan
dengan metode inkuiri, metode penugasan dan kerja kelompok. Metode ceramah
digunakan untuk menjelaskan materi dan cara pembelajaran yang akan
dilaksanakan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun. Pada siklus
I ini, pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 30 Nopember 2010,
sedangkan pertemuan kedua dilaksanakan tanggal 4 Desember 2010.
Pembelajaran yang telah disusun pada siklus I dengan menggunakan metode yang
sesuai dengan usaha persiapan kemerdekaan Indonesia.
a. Pertemuan Pertama
1) Pada pertemuan pertama materi IPS yang diajarkan tentang materi
persiapan kemerdekaan dengan indikator menjelaskan beberapa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
171
usaha dalam rangka mempersiapan kemerdekaan Indonesia. Sebagai
kegiatan awal guru mengajak siswa untuk menyanyikan lagu “Hari
Merdeka” secara bersama-sama, dengan tujuan untuk memusatkan
perhatian siswa dan membangkitkan minat siswa untuk mempelajari
materi pembelajaran. Kemudian guru juga menyampaikan tujuan
yang akan dicapai dalam pembelajaran siklus I pertemuan pertama.
2) Kegiatan inti dimulai dengan menyampaikan indikator pembelajaran
dan manfaat mempelajari materi proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Kemudian siswa dan guru membahas sekilas tentang materi
pembelajaran dan dilanjutkan dengan membagi 51 siswa untuk
menjadi 25 kelompok (masing-masing kelompok terdiri dari 2
orang, dan 1 kelompok beranggotakan 3 orang). Setelah kelompok
terbentuk, kegiatan yang pertama kali dilaksanakan adalah
mengidentifikasi hal-hal yang berhubungan dengan peristiwa
persiapan kemedekaan Indonesia, misalnya pembentukan BPUPKI,
pembentukan PPKI, menyerahnya Jepang kepada Sekutu, peristiwa
Rengasdengklok, pembacaan teks proklamasi, dan lain-lain.
Kemudian siswa secara berkelompok dan mandiri menyusun skema
peristiwa proklamasi kemerdekaan berdasarkan berbagai sumber dan
keterangan dari guru.
3) Pembelajaran diakhiri dengan evaluasi hasil pembelajaran yakni
dengan memberi soal secara lisan tentang pelajaran yang telah
dipelajari bersama-sama. Kemudian pemberian tugas rumah dengan
memberi soal-soal latihan kepada siswa dan untuk dibahas pada
pertemuan selanjutnya.
b. Pertemuan Kedua
1) Pada pertemuan kedua siklus I materi IPS yang diajarkan tentang
materi persiapan kemerdekaan dengan indikator mengidentifikasi
peranan beberapa tokoh dalam mempersiapkan kemerdekaan dan
menunjukkan sikap menghargai jasa para tokoh dalam
mempersiapkan kemerdekaan. Sebagai kegiatan awal, guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
172
menceritakan biografi salah satu tokoh perjuangan persiapan
kemerdekaan Indonesia dan mengulas kembali materi yang telah
selesai dipelajari pada pertemuan sebelumnya.
2) Kegiatan inti dimulai dengan tanya jawab mengenai materi yang
belum jelas bagi siswa. Kemudian siswa melanjutkan kembali dan
menyelesaikan kegiatan pada pertemuan pertama pada siklus I yaitu
menyusun skema peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Kegiatan inti diakhiri dengan kegiatan presentasi hasil kerja
kelompok siswa di depan kelas.
3) Guru memadukan metode kerja kelompok dengan metode presentasi
yaitu memberikan penjelasan mengenai skema peristiwa persiapan
kemerdekaan kepada siswa lain. Siswa melakukan presentasi dengan
cara membawa skema peristiwa persiapan kemerdekaan dan
menjelaskannya di depan kelas. Guru memberikan contoh
bagaimana melakukan presentasi terlebih dahulu kemudian
menunjuk salah satu kelompok untuk presentasi. Untuk presentasi
yang pertama, guru masih membimbing siswa bagaimana melakukan
presentasi. Sedangkan kelompok yang lain, memperhatikan guru dan
kelompok yang pertama kali maju. Untuk kelompok kedua dan
seterusnya, siswa melakukan presentasi secara mandiri. Pada tahap
kegiatan ini guru juga memadukan metode presentasi dengan metode
tanya jawab. Guru akan memberikan membuka pertanyaan kepada
siswa saat siswa mengalami kesulitan dalam melakukan presentasi.
4) Pembelajaran diakhiri dengan evaluasi selama 15 menit kemudian
dibahas bersama (dicocokkan) dan setelah itu guru memberikan
penilaian secara individu. Sebagai tindak lanjut guru memberi
masukan kepada siswa dalam membuat skema materi (mind
mapping) yang baik dan bagaimana presentasi yang baik. Kemudian
siswa bersama guru menyimpulkan inti pembelajaran.
Foto kegiatan siklus I pertemuan pertama dan kedua dapat dilihat pada
lampiran 6 halaman 90.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
173
Perbandingan nilai pemahaman tentang persiapan kemerdekaan pada siklus
I dengan tes sebelumnya dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini :
Tabel 4. Perbandingan Hasil Tes Sebelum Tindakan dengan Siklus I
Keterangan Tes Awal Tes Siklus I
Nilai Terendah 35 38
Nilai Tertinggi 75 95
Rata-rata Nilai 56,56 69,55
Siswa yang Mencapai KKM 15,78 % 74,50 %
1) Nilai rata-rata kelas 69,55
2) Nilai Kriteria Ketuntasan Minimal adalah 65
3) Anak yang mendapat nilai diatas KKM adalah 38 siswa
4) Jumlah siswa yang mendapat nilai dibawah KKM adalah 13 siswa
5) Nilai tertinggi 95
6) Nilai terendah 38
Secara rinci data nilai siklus I dapat dilihat pada lampiran 7 halaman 92. Dari
rincian data nilai siklus I di lampiran 7 dapat diperoleh gambaran seperti pada
tabel 5 di bawah ini :
Tabel 5. Data Frekuensi Nilai Hasil Belajar Persiapan Kemerdekaan Indonesia
Pada Siklus I
N
o.
Nilai Frekuen
si
Prosenta
se
Kategori
1 91 – 100 1 2% Istimewa
2 81 – 90 6 12% Baik sekali
3 71 – 80 17 33% Baik
4 61 – 70 18 35% Lebih dari cukup
5 51 – 60 6 12% Cukup
6 41 – 50 1 2% Hampir cukup
7 31 – 40 2 4% Kurang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
174
8 21 – 30 0 0 % Kurang sekali
9 11 - 20 0 0% Buruk
Jumlah 51 100 % -
Rata-rata 69,55 74,50% -
Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I,
siswa yang memperoleh nilai dengan kategori kurang sekali sebanyak 2 siswa atau
4%, kategori kurang sebanyak 2 siswa atau 4%, kategori hampir cukup sebanyak
6 siswa atau 12 %, kategori cukup 14 siswa atau 27 % kategori baik 15 siswa atau
29 % dan kategori baik sekali 12 siswa atau 24%. Jumlah keseluruhan siswa yang
memperoleh nilai diatas 60,7 sebanyak 10 siswa atau 53%. Dari tabel 5 tersebut
dapat ditampilkan sebuah diagram di bawah ini.
Gambar 5. Grafik Nilai Materi Persiapan Kemerdekaan Indonesia Siswa
Kelas V SDN Ngoresan Jebres Surakarta Siklus I.
3. Pengamatan
Berdasarkan pengamatan di lapangan siklus I selama 2 kali pertemuan
diperoleh hasil sebagai berikut :
a. Kegiatan guru dalam pembelajaran sudah sesuai dengan rencana
pelaksanaan pembelajaran yang dirancang sebelumnya dan menggunakan
waktu dengan tepat.
b. Guru sudah memberikan informasi tentang tujuan pembelajaran dan
mengarahkan kegiatan siswa menggunakan berbagai sumber sesuai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
175
rencana pelaksanaan pembelajaran serta memberikan reward kepada
siswa.
c. Kegiatan siswa dalam pembelajaran masih belum sesuai dengan rencana,
terutama dalam hal alokasi waktu. Hal ini disebabkan karena masih
banyak siswa yang sempat bersenda gurau pada saat kerja kelompok
membuat skema peristiwa di sekitar proklamasi kemerdekaan.
d. Rendahnya pemahaman siswa terhadap materi disebabkan karena kurang
berminatnya siswa terhadap materi pembelajaran dan cara penyajian
pembelajaran IPS.
e. Hampir semua siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran, hanya saja
masih ada siswa yang bercanda dan kurang serius dalam pembelajaran.
Hal ini disebabkan karena metode pembelajaran yang digunakan masih
memungkinkan siswa untuk bermain sendiri, selain itu dikarenakan
karena metode yang digunakan belum sepenuhnya dapat menarik
perhatian siswa.
Hal ini dibuktikan dari hasil observasi kegiatan siswa selama
proses pembelajaran berlangsung. Adapun rincian hasil pengamatan
sebagai berikut:
Pada pertemuan pertama, aspek-aspek yang diamati antara lain
perhatian siswa terhadap penjelasan guru, kesungguhan siswa dalam
mengikuti pelajaran, konsentrasi siswa selama pembelajaran, rasa
keingintahuan siswa, kerjasama dalam kelompok, keaktifan dalam
kelompok. Secara keseluruhan, aspek-aspek yang diamati tersebut sudah
lebih baik daripada saat sebelum tindakan. Untuk aspek kesungguhan
siswa dalam mengikuti pelajaran, konsentrasi siswa, kerjasama
kelompok dan keaktifan dalam kelompok memperoleh poin 3. Sedangkan
aspek yang memperoleh nilai 4 adalah rasa keingintahuan siswa. Namun
ada aspek yang belum mengalami perubahan secara signifikan, yaitu
perhatian siswa terhadap penjelasan guru, aspek tersebut mendapat nilai
2. Dengan kata lain, perhatian siswa pada pembelajaran dengan metode
Quantum Learning masih sama dengan pembelajaran dengan metode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
176
ceramah. Siswa kurang dapat memperhatikan penjelasan guru, hal ini
disebabkan karena siswa terlalu asyik dengan peralatan kerja kelompok
yang ada di atas meja.
Pada pertemuan kedua kegiatan siswa belum mengalami
peningkatan, bahkan cenderung menurun daripada pertemuan pertama di
siklus I. Dari 6 aspek pengamatan ada 5 aspek yang tergolong baik yaitu ,
rasa keingintahuan siswa, kesungguhan siswa dalam mengikuti pelajaran,
kerjasama dalam kelompok, konsentrasi siswa selama pembelajaran dan
keaktifan dalam kelompok. Sedangkan 1 aspek yang lain tergolong
cukup, yaitu perhatian siswa terhadap penjelasan guru. Hal ini
disebabkan karena metode presentasi masih begitu asing bagi siswa,
sehingga masih banyak siswa yang takut dan merasa tidak bisa ketika
mendapat giliran untuk presentasi. Secara rinci dapat dilihat pada
lampiran 8 halaman 94.
f. Kurang efektifnya pembelajaran yang diciptakan guru yang disebabkan
oleh kurang tepatnya metode pembelajaran yang digunakan guru. Hal
tersebut dapat dilihat dari hasil observasi terhadap kegiatan guru. Adapun
hasil observasi guru selama 2 kali pertemuan adalah sebagai berikut:
Dari 12 aspek penilaian, ada 6 aspek yang memperoleh poin 2, yaitu
aspek pemberian motivasi belajar, ketepatan dan daya tarik media,
pemberian balikan, tuntutan pencapaian / ketercapaian kompetensi siswa,
membuka & menutup pembelajaran, ketepatan strategi pembelajaran. 5
aspek memperoleh poin 3 yaitu aspek kejelasan dan sistematika
penyampaian materi, pengelolaan pembelajaran, kejelasan suara,
kemampuan menggunakan media, penggunaan strategi bertanya.
Sedangkan 1 aspek memperoleh 4 poin yaitu penguasaan bahan. Dari
semua aspek di atas diperoleh nilai 31, sehingga nilai rata-rata hasil
pengamatan terhadap guru adalah 2,5. Hal ini dapat dilihat secara
terperinci pada lampiran 9 halaman 96.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
177
4. Refleksi
Data yang diperoleh melalui pengamatan dikumpulkan kemudian dianalisis.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilaksanakan selama proses pelaksanaan
tindakan, peneliti melakukan refleksi sebagai berikut :
a. Siswa yang melakukan kegiatan sesuai yang diperintahkan guru hanya
siswa-siswa yang aktif saja, sedangkan siswa yang pasif tidak terlalu
bagus dalam melaksanakan kegiatan.
b. Siswa belum menggunakan waktu dengan efektif dan efisien, dalam
kegiatan pembelajaran mereka masih banyak diselingi bercanda dengan
teman lain.
c. Nilai rata-rata kelas sudah menunjukkan perubahan yang signifikan yaitu
69,55, dan siswa yang sudah mencapai KKM sebanyak 74,50%.
d. Agar siswa tertarik untuk belajar IPS, maka guru harus menciptakan
kegiatan pembelajaran yang menarik bagi siswa. Apabila siswa sudah
tertarik dengan kegiatan pembelajaran maka diharapkan akan mendorong
ketertarikan terhadap materi-materi pembelajaran IPS.
e. Metode pembelajaran yang tepat dapat menciptakan kegiatan
pembelajaran yang menarik, sehingga siswa lebih antusias untuk
mengikuti pembelajaran, sehingga kemampuan dan kreativitas siswa
dalam belajar dapat terasah dengan baik.
Dari hasil penelitian siklus I, dapat diketahui bahwa ada beberapa siswa
yang belum begitu paham tentang materi persiapan kemerdekaan. Dari hasil
evaluasi masih banyak anak yang belum mencapai nilai KKM. Berdasarkan hasil
siklus I peneliti melanjutkan siklus II dengan pembelajaran Quantum Learning
dengan modifikasi berbagai metode pembelajaran, diantaranya dengan kegiatan
kuis dengan menggunakan kartu bergambar tokoh-tokoh kemerdekaan dan
pemberian reward kepada siswa yang berhasil dalam proses kegiatan belajar
mengajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
178
D. Deskripsi Hasil Siklus II
1. Perencanaan
Kegiatan perencanaan tindakan II dilaksanakan pada hari Senin 6 Desember
2010 di ruang guru SD Negeri Ngoresan. Peneliti membuat rancangan tindakan
yang akan dilaksanakan pada siklus kedua ini.
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I diketahui bahwa pemahaman siswa
tentang persiapan kemerdekaan belum maksimal. Hal ini terlihat dari masih ada
sekitar 20% siswa yang mendapat nilai di bawah KKM. Selain itu juga karena
pembelajaran menyenangkan belum begitu tampak, hal ini terlihat dari ekspresi
para siswa ketika pembelajaran dan hasil wawancara peneliti. Oleh karena itu
peneliti dengan arahan dosen pembimbing kembali mengulang pembelajaran
tentang persiapan kemerdekaan dengan berbagai perubahan dan penambahan
metode pembelajaran.
Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan dalam 2 pertemuan
(dengan alokasi waktu 2 X 35 menit). Untuk mengatasi berbagai kekurangan yang
ada pada siklus I, upaya yang dilakukan guru adalah sebagai berikut :
a. Guru berusaha membangkitkan minat siswa dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran dengan cara menyampaikan manfaat-manfaat yang akan
diperoleh siswa setelah mengikuti pembelajaran ini.
b. Guru berusaha sekuat tenaga untuk menciptakan kegiatan pembelajaran
yang menarik, menggunakan metode yang tepat, sehingga siswa dapat
berminat terhadap pembelajaran, aktif dan kreatif dalam mengikuti
pembelajaran.
Mengingat hasil analisis terhadap pemahaman siswa tentang persiapan
kemerdekaan pada siklus I masih ada sebagian siswa yang belum menunjukkan
hasil yang maksimal . Dengan berpedoman pada Kurikulum KTSP 2006 kelas V,
peneliti melakukan langkah-langkah perencanaan pembelajaran tentang persiapan
kemerdekaan dengan menggunakan metode Quantum Learning.
Selain berdasarkan hasil analisis pada siklus I, peneliti juga memperhatikan
kajian teori tentang faktor internal dalam motivasi belajar. Faktor internal yang
sangat mendukung siswa dalam belajar adalah motivasi kompetensi dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
179
berprestasi. Oleh karena itu, peneliti mencoba untuk menciptakan suasana
kompetisi yang nyata dalam belajar bagi siswa. Peneliti mencoba memadukan
permainan kuis dengan menggunakan gambar atau kartu seperti bentuk mainan
yang biasa digunakan siswa dalam bermain di kehidupan sehari-hari. Kegiatan
pembelajarannya dengan permainan kuis kartu pahlawan yang dibagi dalam
berbagai babak, mulai dari penyisihan sampai dengan final. Selain itu di akhir
kegiatan juga diadakan kegiatan perayaan dan pemberian reward bagi pemenang
tiap-tiap babak. Adapun hasil perencanaan sebagai berikut:
Mempelajari dan memilih KTSP SD dan Silabus Kelas V
Standar Kompetensi : 2. Menghargai peranan tokoh pejuang dalam
mempersiapkan dan mempertahankan
kemerdekaan Indonesia.
Kompetensi Dasar : 2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh
perjuangan dalam mempersiapkan
kemerdekaan Indonesia.
Indikator : 1. Menjelaskan beberapa usaha dalam rangka
mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.
2. Mengidentifikasi peranan beberapa tokoh
dalam mempersiapkan kemerdekaan.
3. Menunjukkan sikap menghargai jasa para
tokoh dalam mempersiapkan kemerdekaan.
Silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran siklus II dapat dilihat pada
lampiran 10 halaman 97.
2. Tindakan
Dalam tahap ini guru menerapkan pembelajaran dengan mempersiapkan
rencana kegiatan secara matang dan segala macam kebutuhan yang dibutuhkan
dalam kegiatan permainan. Pada siklus ke II ini pembelajaran akan dilaksanakan 2
kali pertemuan. Pada siklus II ini, pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 7
Desember 2010, sedangkan pertemuan kedua dilaksanakan tanggal 11 Desember
2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
180
a. Pertemuan Pertama
1) Guru mengawali pembelajaran dengan berdoa bersama, mengabsen
siswa, kemudian untuk memusatkan konsentrasi siswa dengan tanya
jawab yang diikuti dengan pemberian hadiah bagi yang dapat
menjawab. Setelah itu guru menyampaikan tujuan pembelajaran
yang akan dicapai pada kegiatan ini dan manfaat yang akan
diperoleh siswa setelah mengikuti pembelajaran ini..
2) Setelah siswa termotivasi untuk belajar, maka guru mengulas
kembali materi yang dibahas di pertemuan sebelumnya. Kemudian
guru membagi kelompok permainan yang disesuaikan dengan
kemampuan masing-masing anak. Setelah kelompok terbentuk,
maka kegiatan yang dilakukan adalah :
a) Menata bangku sesuai dengan kebutuhan kegiatan permainan.
Meja dan kursi ditata sesuai dengan kegiatan siswa, yaitu
berbentuk lingkaran agar masing-masing siswa dapat saling
menatap. Tetapi dikarenakan jumlah murid terlalu banyak, maka
ada sebagian murid yang bermain di lantai kelas. Meskipun
begitu, hal tersebut tidak mengurangi motivasi siswa untuk
melakukan permainan kartu pahlawan.
b) Masing-masing siswa dalam kelompok diberi kesempatan untuk
mempersiapkan daftar pertanyaan yang akan disampaikan kepada
temannya.
c) Dalam satu kali putaran, masing-masing siswa dalam satu
kelompok mendapat satu kali kesempatan bertanya dan menjawab
pertanyaan.
d) Jika dalam satu kelompok, ada anggota yang kehabisan kartu,
maka permainan dalam kelompok tersebut dinyatakan berakhir.
e) Siswa yang mendapatkan kartu terbanyak maka akan maju ke
babak selanjutnya, dan berhadapan dengan pemenang dari
kelompok lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
181
f) Guru mengamati jalannya proses kegiatan permainan mulai dari
awal hingga akhir. Serta memberikan penjelasan kepada siswa
yang kesulitan untuk menentukan benar atau tidaknya jawaban
teman satu kelompok.
3) Pada kegiatan akhir, guru bersama siswa melakukan refleksi dengan
memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya apabila ada
permasalahan dalam pelaksanaan permainan maupun materi yang
belum jelas. Kemudian siswa dan guru menyimpulkan dan memberi
pemantapan tentang materi yang telah dipelajari, serta memberikan
tugas pada siswa untuk lebih mempelajari materi.
b. Pertemuan Kedua
1) Sebagai kegiatan awal guru memotivasi siswa untuk selalu
bersemangat dalam segala kegiatan, agar hasilnya dapat maksimal.
Setelah itu guru menyampaikan kembali manfaat yang akan
diperoleh siswa jika selalu bersemangat dalam segala kegiatan.
Kegiatan siswa yang akan dilakukan pada pertemuan kedua di siklus
II ini adalah melanjutkan kegiatan permainan kuis kartu pahlawan
untuk babak selanjutnya.
2) Pada kegiatan ini, langkah-langkah kegiatannya adalah sebagai
berikut :
a) Menata bangku untuk setting bermain kuis kartu pahlawan :
Mengatur meja dan kursi secara berhadap-hadapan dan ditambah
beberapa kursi di belakang peserta kuis sebagai tempat duduk
para pendukung peserta.
b) Siswa yang maju ke babak berikutnya menempatkan posisi
tempat duduk di depan sendiri. Sedangkan pendukung pesera (
teman satu kelompok ) menempatkan di belakang peserta. Fungsi
pendukung adalah sebagai tempat bertanya peserta jika ada
pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh peserta.
c) Setiap peserta berhak memilih calon lawan yang akan diberi
pertanyaan. Hanya saja peserta yang sudah dipilih oleh peserta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
182
lain maka tidak boleh dipilih kembali. Sehingga dalam sekali
putaran setiap peserta hanya mendapat kesempatan untuk ditanya
dan bertanya sebanyak satu kali.
d) Peserta hanya diperbolehkan bertanya kepada para pendukung
maksimal sebanyak satu kali.
e) Permainan diberhentikan apabila sudah ada peserta yang
kehabisan kartu. Tetapi jika tidak ada peserta yang kehabisan
kartu selama permainan, maka permainan diberhentikan
berdasarkan waktu.
f) Jumlah kartu yang diperoleh masing-masing peserta menjadi
dasar untuk pemberian hadiah. Setiap kartu mendapat poin 500.
g) Guru mengamati jalannya proses pembelajaran Quantum
Learning dengan metode permainan kuis kartu pahlawan mulai
dari awal hingga akhir pembelajaran.
3) Kegiatan selanjutnya guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menanyakan hal-hal yang mereka belum pahami tentang materi
persiapan kemerdekaan Indonesia.
4) Setalah pembelajaran selesai, guru bersama siswa melakukan refleksi
dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpendapat
tentang jalannya kegiatan pembelajaran hari ini. Serta menyimpulkan
kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Kemudian guru
memberikan evaluasi yang dikerjakan siswa secara individu
berdasarkan apa yang telah dipelajari selama kegiatan kerja kelompok
maupun permainan kuis. Sebagai tindak lanjut guru memberi tugas
pekerjaan rumah, agar siswa belajar lebih giat.
Foto kegiatan siklus II pertemuan pertama dan kedua dapat dilihat pada
lampiran 11 halaman 106.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
183
Adapun perbandingan hasil nilai pemahaman tentang persiapan kemerdekaan
siklus II dengan siklus I terlihat pada tabel 6 di bawah ini :
Tabel 6. Perbandingan Nilai Siklus I dengan Nilai Siklus II
Keterangan Tes Siklus I Tes Siklus II
Nilai Terendah 38 58
Nilai Tertinggi 95 98
Rata-rata Nilai 69,55 75,89
Siswa yang Mencapai KKM 74,50 % 92,15 %
1) Nilai rata-rata kelas 75,89
2) Nilai Kriteria Ketuntasan Minimal adalah 65
3) Siswa yang memperoleh nilai diatas KKM adalah 47 siswa
4) Siswa yang mendapat nilai dibawah nilai ketuntasan adalah 4 siswa
5) Nilai tertinggi 98
6) Nilai terendah 58
Secara rinci capaian nilai pada siklus II dapat dilihat dalam lampiran 12
halaman 108. Dari rincian data nilai siklus II dalam lampiran 12, dapat diperoleh
data frekuensi nilai siswa seperti pada tabel 7 di bawah ini :
Tabel 7. Data Frekuensi Nilai Hasil Belajar Persiapan Kemerdekaan Indonesia
Pada Siklus II
N
o.
Nilai Frekuen
si
Prosenta
se
Kategori
1 91 – 100 2 4 % Istimewa
2 81 – 90 12 24% Baik sekali
3 71 – 80 23 45% Baik
4 61 – 70 13 25% Lebih dari cukup
5 51 – 60 1 2% Cukup
6 41 – 50 0 0% Hampir cukup
7 31 – 40 0 0% Kurang
8 21 – 30 0 0% Kurang sekali
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
184
9 11 - 20 0 0% Buruk
Jumlah 51 100 % -
Rata-rata 76,58 92,15% -
Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa setelah dilaksanakan tindakan pada siklus
II, siswa yang memperoleh nilai dengan kategori hampir cukup sebanyak 1 siswa
atau 2%, kategori cukup 12 siswa atau 24 % kategori baik 23 siswa atau 45 %,
kategori baik sekali sebanyak 13 siswa atau 25% dan kategori istimewa 2 siswa
atau 4%. Jumlah keseluruhan siswa yang memperoleh nilai diatas 65 sebanyak 47
siswa atau 92,15%.
Data pada tabel 7 dapat digambarkan dalam bentuk grafik pada
gambar 6.
Gambar 6. Grafik Nilai Materi Persiapan Kemerdekaan Indonesia Siswa
Kelas V SDN Ngoresan Jebres Surakarta pada siklus II
Nilai siswa pada siklus II, tidak semuanya mengalami peningkatan. Secara
individu atau personal, ada sebagian nilai siswa yang justru menurun pada saat tes
evaluasi di siklus II. Hal ini mungkin disebabkan karena perbedaan instrumen
penilaian yang digunakan antara siklus I dengan siklus II. Pada siklus I bentuk
soal yang digunakan adalah soal tipe objektif, sedangkan pada siklus II terdiri dari
soal tipe objektif dan tipe subjektif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
185
3. Pengamatan
Berdasarkan pengamatan di lapangan siklus dua selama 2 kali pertemuan
diperoleh hasil pengamatan sebagai berikut :
a. Kegiatan guru dalam pembelajaran sudah sesuai dengan rencana
pelaksanaan pembelajaran yang dirancang sebelumnya dan menggunakan
waktu dengan tepat.
b. Guru sudah memberikan informasi tentang tujuan pembelajaran dan
mengarahkan kegiatan siswa menggunakan berbagai sumber sesuai
rencana pelaksanaan pembelajaran serta memberikan motivasi kepada
siswa yaitu memberikan penguatan berupa tepuk tangan, ucapan kata
hebat, maupun reward dalam bentuk barang.
c. Kurang efektifnya pembelajaran yang diciptakan guru disebabkan oleh
kurangnya pengawasan maupun perhatian guru terhadap siswa, sehingga
masih ada siswa yang becanda dengan lelucon yang diciptakan siswa saat
kegiatan pembelajaran. Tetapi hal tersebut lebih dipengaruhi karena
terlalu banyaknya siswa dalam satu kelas, sehingga pengawasan guru
kurang merata atau maksimal.
d. Siswa sudah mulai tertarik dengan materi pembelajaran tentang persiapan
kemerdekaan dikarenakan siswa mulai memahami jalannya cerita tentang
proses kemerdekaan. Selain itu, juga disebabkan karena siswa mulai
percaya diri akan kemampuannya terutama dalam hal mengingat materi
pelajaran. Hal tersebut dapat terlihat dari hasil pengamatan kegiatan
siswa pada siklus 2. Adapun hasilnya sebagai berikut:
Pada pertemuan pertama siklus II ini, semua aspek yang diamati
mengalami peningkatan, seperti perhatian siswa terhadap penjelasan
guru, kesungguhan siswa dalam mengikuti pelajaran, konsentrasi siswa
selama pembelajaran, rasa keingintahuan siswa, kerjasama dalam
kelompok, keaktifan dalam kelompok. Secara keseluruhan, aspek-aspek
yang diamati tersebut sudah lebih baik daripada saat siklus I. Oleh karena
itu, peneliti menyimpulkan perubahan ini disebabkan karena metode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
186
yang digunakan pada saat siklus II mampu menutupi kekurangan metode
yang digunakan pada saat siklus I.
Pada pertemuan pertama dari 6 aspek pengamatan ada 1 aspek
yang tergolong cukup yaitu perhatian siswa terhadap penjelasan guru,
sedangkan aspek yang tergolong baik yaitu aspek rasa keingintahuan
siswa dan kerjasama dalam kelompok,. Sedangkan 3 aspek tergolong
baik sekali yaitu meliputi aspek kesungguhan siswa dalam mengikuti
pelajaran, konsentrasi siswa selama pembelajaran dan keaktifan dalam
kelompok.
Pada pertemuan kedua, dari aspek pengamatan 4 aspek tergolong
baik sekali. Aspek tersebut meliputi perhatian siswa terhadap penjelasan
guru, kesungguhan siswa dalam mengikuti pelajaran, konsentrasi siswa
selama pembelajaran, rasa keingintahuan siswa. Sedangkan aspek
kerjasama dalam kelompok dan keaktifan dalam kelompok tergolong
baik. Secara rinci dapat dilihat dalam lampiran 13 halaman 110.
e. Guru tidak lagi kesulitan dalam membelajarkan tentang materi persiapan
kemerdekaan, karena guru telah menerapkan metode yang tepat dalam
pembelajaran. Hal tersebut dapat dibuktikan dari hasil pengamatan
terhadap pembelajaran guru. Adapun hasilnya sebagai berikut:
Dari 12 aspek penilaian, ada 5 aspek yang memperoleh poin 3, yaitu
aspek pemberian motivasi belajar, kejelasan dan sistematika
penyampaian materi, kejelasan suara, pemberian balikan dan
penggunaan strategi bertanya. Sedangkan 7 aspek memperoleh poin 4
yaitu aspek kemampuan membuka & menutup pembelajaran, ketepatan
dan daya tarik media, kemampuan menggunakan media, penguasaan
bahan, ketepatan strategi pembelajaran dan pengelolaan pembelajaran.
Dari semua aspek di atas diperoleh nilai 43, sehingga nilai rata-rata hasil
pengamatan terhadap guru pada siklus 2 adalah 3,58. Yang secara rinci
tercantum pada lampiran 14 halaman 112.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
187
4. Refleksi
Data yang diperoleh melalui pengamatan dikumpulkan kemudian dianalisis.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilaksanakan selama proses pelaksanaan
tindakan, peneliti melakukan refleksi sebagai berikut :
a. Agar siswa mengikuti kegiatan pembelajaran dengan aktif, guru perlu
menggunakan metode pembelajaran yang mengedepankan keterlibatan
siswa dalam pembelajaran. Selain itu, metode tersebut juga harus menarik
dan menyenangkan. Dalam pembelajaran ini digunakan metode Quantum
Learning, dengan berbagai variasi kegiatan belajar.
b. Semua siswa telah mengikuti pembelajaran dengan materi persiapan
kemerdekaan menggunakan metode Quantum Learning pada siklus II.
Prosentase siswa yang mendapat nilai di atas KKM mencapai 92,15 %.
c. Nilai rata-rata kelas pemahaman tentang materi persiapan kemerdekaan
Indonesia pada siklus II ini adalah 75,89.
Dari hasil penelitian siklus II, maka peneliti mengulas secara cermat bahwa
sebagian besar siswa sudah mencapai nilai diatas KKM, meskipun ada beberapa
siswa yang masih menunjukkan kemampuan yang belum maksimal.
Kemungkinan besar siswa tersebut harus memerlukan bimbingan oleh guru secara
individu
E. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data yang ada, dapat
dilihat adanya peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Selain aktivitas
juga diperoleh peningkatan pemahaman pada materi persiapan kemerdekaan
Indonesia siswa kelas V SD Negeri Ngoresan Kecamatan Jebres, Surakarta.
Adanya peningkatan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran
menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode Quantum
Learning telah berhasil. Karena aktivitas siswa selama pembelajaran merupakan
salah satu indikator keberhasilan dan menyenangkan atau tidaknya sebuah
pembelajaran. Pembelajaran dengan menggunakan metode Quantum Learning
memiliki beberapa teknik, salah satunya adalah dengan meningkatkan partisipasi
individu dalam pembelajaran. Dengan adanya partisipasi individu ini, masing-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
188
masing siswa akan memiliki perasaan penting dan berguna dalam setiap kegiatan
pembelajaran. Sehingga siswa akan tersugesti untuk terus semangat dalam belajar,
dan mempunyai anggapan bahwa belajar itu menyenangkan.
Dari proses pengamatan selama kegiatan penelitian, diperoleh data bahwa
kegiatan siswa dalam pembelajaran tergolong aktif. Sebelum diadakan tindakan,
kegiatan siswa hanya seputar kegiatan mendengarkan penjelasan guru dan
diselingi kegiatan menulis dan membaca melalui perintah guru. Setelah diadakan
tindakan, kegiatan siswa berubah total, yaitu didominasi kegiatan menulis,
berinteraksi dengan teman, dan membaca buku. Semua kegiatan tersebut terjadi
bukan karena perintah guru, tetapi atas kesadaran siswa sendiri. Oleh karena itu,
peneliti dapat menarik kesimpulan, bahwa adanya peningkatan keterlibatan siswa
selama pembelajaran merupakan salah satu indikator keberhasilan pembelajaran
dengan menggunakan metode Quantum Learning.
Peningkatan pemahaman pada materi persiapan kemerdekaan dapat dilihat
dengan adanya peningkatan persentase siswa memperoleh nilai di atas 65 serta
tercapainya nilai rata-rata kelas 75 atau lebih seperti yang tercantum dalam tabel
frekuensi nilai materi persiapan kemerdekaan Indonesia kelas V SD Negeri
Ngoresan Kecamatan Jebres Surakarta sebelum tindakan, sesudah tindakan siklus
I, dan sesudah tindakan siklus II.
Secara lebih rinci perkembangan hasil belajar materi persiapan
kemerdekaan Indonesia siswa kelas V SD Negeri Ngoresan Kecamatan Jebres
Surakarta dalam penelitian dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8. Rekapitulasi Nilai Rata-rata Kelas Materi Persiapan Kemerdekaan
Indonesia Sebelum Tindakan, Siklus I dan Siklus II.
Keterangan Tes Awal Tes Siklus I Tes Siklus II
Nilai Terendah 35 38 58
Nilai Tertinggi 75 95 98
Rata-rata Nilai 56,56 69,55 75,89
Siswa yang Mencapai KKM 15,78 % 74,50 % 92,15 %
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
189
1) Nilai rata-rata kelas 75,89
2) Nilai Kriteria Ketuntasan Minimal adalah 65
3) Siswa yang memperoleh nilai diatas KKM adalah 47 siswa
4) Siswa yang mendapat nilai dibawah nilai ketuntasan adalah 4 siswa
5) Nilai tertinggi 100
6) Nilai terendah 58
Berdasarkan tabel 8 dapat dibuat grafik nilai rata-rata siswa sebelum
tindakan, siklus I, siklus II pada gambar 7.
Gambar 7. Grafik Nilai Rata-rata Sebelum Tindakan, Siklus I, dan Siklus II.
Dari tabel 8 di atas pembelajaran yang menggunakan metode Quantum
Learning yang dilaksanakan pada 2 siklus untuk materi persiapan kemerdekaan
Indonesia dinyatakan berhasil, karena nilai rata-rata kelas pada setiap siklus
mengalami peningkatan.
Dari keseluruhan tindakan atau siklus yang telah dilaksanakan dapat
disimpulkan bahwa untuk meningkatkan pemahaman materi persiapan
kemerdekaan Indonesia siswa kelas V dapat dilakukan melalui metode Quantum
Learning. Hal ini dapat terlihat dari meningkatnya aktivitas siswa yang
ditunjukkan dengan meningkatnya keikutsertaan atau peran serta siswa dalam
proses kegiatan belajar mengajar sebagaimana terlihat pada lampiran 17 yang
berbentuk video pembelajaran. Selain itu dapat dilihat juga dari peningkatan nilai
rata-rata kelas pada setiap siklus sebagaimana terlihat pada tabel 8.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
190
Dengan demikian dapat diajukan suatu rekomendasi bahwa pembelajaran
dengan menggunakan metode Quantum Learning dapat meningkatkan
pemahaman materi persiapan kemerdekaan Indonesia siswa kelas V SD Negeri
Ngoresan, Kecamatan Jebres, Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
191
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A.Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas, yang telah dilaksanakan dengan
menerapkan metode Quantum Learning dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas
V SD Negeri Ngoresan, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta. Peneliti dapat menarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari hasil penelitian selama 2 siklus yang terdiri dari 4 kali pertemuan, metode
Quantum Learning dapat meningkatkan pemahaman materi perjuangan
kemerdekaan Indonesia pada pembelajaran IPS di kelas V SD Negeri
Ngoresan Kecamatan Jebres, Kota Surakarta, tahun pelajaran 2010/2011.
Peningkatan ini dapat terlihat pada kenaikan prosentase pencapaian nilai dari
sebelum tindakan penelitian sampai pada setiap siklusnya. Tingkat ketuntasan
belajar sebelum diadakannya tindakan yaitu hanya mencapai 15,78%. Setelah
diadakan tindakan penelitian, tingkat ketuntasan belajar mengalami
peningkatan. Peningkatan tersebut dapat terlihat pada ketuntasan hasil belajar
siklus I mencapai 74,50%, sedangkan pada siklus II mengalami peningkatan
menjadi 92,15%.
2. Penggunaan metode Quantum Learning dapat menjadi salah satu solusi untuk
meningkatkan pemahaman materi persiapan kemerdekaan Indonesia siswa
kelas V SDN Ngoresan Kecamatan Jebres, Surakarta.
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dengan menggunakan
2 siklus selama 4 kali pertemuan yang terdiri dari 2 kali pertemuan pada siklus I
dan 2 kali pertemuan pada siklus II, dengan menerapkan metode Quantum
Learning dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan pemahaman materi
persiapan kemerdekaan Indonesia siswa kelas V SDN Ngoresan, Kecamatan
Jebres, Surakarta tahun ajaran 2010/2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
192
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian di atas, maka berikut ini
dikemukakan implikasi hasil penelitian sebagai berikut :
a. Implikasi Teoritis
1. Penggunaan metode Quantum Learning dapat meningkatkan ketuntasan
hasil belajar pemahaman IPS pokok bahasan Persiapan Kemerdekaan
pada siswa kelas V SD Negeri Ngoresan, Kecamatan Jebres, Kota
Surakarta tahun pelajaran 2010 / 2011.
2. Pembelajaran Quantum Learning dapat merubah pandangan khalayak
umum terhadap kegiatan belajar dari membosankan menjadi
menyenangkan.
b. Implikasi Praktis
1. Berdasarkan kriteria temuan dan pembahasan hasil penelitian seperti yang
diuraikan pada bab IV, maka penelitian ini dapat digunakan oleh guru dan
calon guru sebagai masukan untuk meningkatkan keefektifan metode yang
akan digunakan dan dikembangkan oleh guru yang menghadapi masalah
yang sejenis, yang pada umumnya dimiliki oleh sebagian besar siswa,
khususnya mata pelajaran IPS.
2. Adapun kendala-kendala yang dihadapi selama proses pembelajaran
berlangsung dapat diatasi yakni dengan (1) membuat siswa aktif dalam
pembelajaran dengan diskusi untuk membuat skema peristiwa
kemerdekaan dalam materi persiapan kemerdekaan, (2) membuat siswa
berinteraksi dengan teman yaitu bekerja sama untuk menyelesaikan
permasalahan skema peristiwa kemerdekaan, (3) melibatkan keseluruhan
siswa agar siswa merasa penting dalam pembelajaran ini, (4) membuat
kegiatan pembelajaran seperti kegiatan bermain sehingga siswa dapat
lebih tertarik, (5) mengajak siswa terlibat dalam proses refleksi sebagai
koreksi diri dalam pembelajaran untuk meningkatkan pemahamannya.
Adanya kendala yang dihadapi dalam pembelajaran tentang pemahaman
IPS pokok bahasan persiapan kemerdekaan harus diatasi semaksimal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
193
mungkin. Oleh sebab itu, keaktifan, kemampuan, dan kemauan sangat
menentukan keberhasilan pembelajaran tentang persiapan kemerdekaan.
3. Adapun upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pemahaman
IPS pokok bahasan Persiapan Kemerdekaan adalah sebagai berikut:
a. Penggunaan metode pembelajaran yang inovatif. Dalam penelitian ini
menggunakan metode Quantum Learning.
b. Penggunaan buku-buku pelajaran yang sesuai dengan materi yang
diajarkan, serta mengambil buku dari berbagai sumber dengan tujuan
agar memperluas wawasan.
c. Penggunaan media pembelajaran untuk menunjang proses
pembelajaran.
d. Pemberian reward pada setiap keberhasilan kegiatan siswa.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tersebut di atas, maka peneliti merumuskan
beberapa saran sebagai berikut :
a. Untuk Guru :
1. Guru sebaiknya membuat suatu perencanaan dan evaluasi terhadap proses
pembelajaran yang dilakukan.
2. Guru harus lebih peka terhadap hal-hal yang disukai oleh siswa atau yang
menjadi minat siswa yang berhubungan dengan kegiatan pembelajaran.
3. Guru diharapkan selalu berpikir kreatif dan inovatif dalam upaya
menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif, menyenangkan, dan
mampu memicu keaktifan, keantusiasan, dan ketertarikan siswa terhadap
mata pelajaran IPS agar siswa merasa tertarik belajar.
4. Guru diharapkan mampu melaksanakan penelitian tindakan kelas sebagai
upaya perbaikan pembelajaran khususnya pada mata pelajaran IPS.
5. Untuk meningkatkan pemahaman siswa terutama dalam pembelajaran IPS,
guru disarankan untuk menggunakan metode Quantum Learning dalam
proses pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
194
b. Untuk siswa :
1. Siswa diharapkan untuk dapat berperan aktif dalam upaya menciptakan
kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dengan Quantum Learning.
2. Siswa diharapkan dapat berlatih belajar bekerja sama, tidak hanya selama
kegiatan pembelajaran di dalam kelas, tetapi juga di luar kelas.
3. Siswa diharapkan mempunyai jiwa pantang menyerah dan kompetitif.
4. Siswa diharapkan dapat mengetahui dan menerapkan cara belajar yang
cocok dengan masing-masing individu. Cara belajar ada 3 macam yaitu
tipe visual, tipe auditorial, dan tipe kinestetik.
5. Siswa diharapkan membiasakan membaca buku dan mencatat dengan
memperbanyak warna dan simbol dalam buku catatannya.
c. Untuk pembaca :
1. Pembaca yang akan melaksanakan penelitian diharapkan untuk
menuntaskan kegiatan penelitian sehingga siswa yang memperoleh nilai di
atas KKM dapat mencapai 100%.
2. Pembaca yang akan melaksanakan penelitian dengan menggunakan
metode Quantum Learning diharapkan lebih kreatif dalam menciptakan
kegiatan pembelajaran.