Rahasia dari segala rahasia kehidupan

7
Rahasia dari Segala Rahasia Kehidupan Oleh Wiyanto Suud Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam Dan menjelang fajar mereka mohon ampunan Allah memandu kepada cahaya-Nya siapa yang Dia inginkan Sir al-Asrar wa Muzhhir al-Anwar fi ma Yahtaju Ilayhi al-Abrar (Rahasia dari Segala Rahasia Kehidupan), karya Syaikh Abdul Qadir al-Jailani, menjelaskan tentang dasar- dasar ajaran Islam, seperti shalat, puasa, zakat, dan haji dari sudut pandang sufistik. Terdiri dari 24 bab, diberdasarkan pada 24 huruf yang ada dalam dua kalimat syahadat, dan 24 jam dalam sehari semalam. Kitab ini dianggap sebagai jembatan yang mengantarkan pada tiga karyanya yang terkenal, yaitu Al-Ghunyah li Thalibi Thariq al-Haqq (Bekal para Pencari Kebenaran), Al- Fath al-Rabbani wa al-Faydh al-Rahmani (Menyelami Samudra Hikmah), dan Futuh al- Ghayb (Penyingkapan Kegaiban). Adapun metode pengajaran yang digunakannya adalah metode bayani, yakni dengan menggunakan kata-kata yang tepat, ungkapan yang mudah, seimbang, dan jauh dari keruwetan. Seperti ketika memberikan pengertian t entang iman, ia berkata, “Kami yakin bahwa keimanan adalah pengucapan dengan lisan, pembenaran dengan hati dan pelaksanaan dengan anggota badan. Bertambah dengan ketaatan, berkurang dengan kemaksiatan, menguat dengan ilmu, melemah dengan kebodohan dan timbul karena adanya taufik.” Lalu apa saja 24 rahasia yang ingin disampaikan oleh Syaikh Abdul Qadir al-Jailani. Di antaranya; Pertama, pembahasan ini dimulai dengan keberadaan manusia yang dilihat dari sudut pandang jiwa dan raga. Secara umum, manusia mempunyai ciri-ciri Dimuat di Republika, Islam Digest, Kolom Kitab, 14 Juni 2009.

description

 

Transcript of Rahasia dari segala rahasia kehidupan

Page 1: Rahasia dari segala rahasia kehidupan

Rahasia dari Segala Rahasia Kehidupan

Oleh Wiyanto Suud

Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam

Dan menjelang fajar mereka mohon ampunan

Allah memandu kepada cahaya-Nya siapa yang Dia inginkan

Sir al-Asrar wa Muzhhir al-Anwar fi ma Yahtaju Ilayhi al-Abrar (Rahasia dari Segala

Rahasia Kehidupan), karya Syaikh Abdul Qadir al-Jailani, menjelaskan tentang dasar-

dasar ajaran Islam, seperti shalat, puasa, zakat, dan haji dari sudut pandang sufistik.

Terdiri dari 24 bab, diberdasarkan pada 24 huruf yang ada dalam dua kalimat syahadat,

dan 24 jam dalam sehari semalam.

Kitab ini dianggap sebagai jembatan yang mengantarkan pada tiga karyanya yang

terkenal, yaitu Al-Ghunyah li Thalibi Thariq al-Haqq (Bekal para Pencari Kebenaran), Al-

Fath al-Rabbani wa al-Faydh al-Rahmani (Menyelami Samudra Hikmah), dan Futuh al-

Ghayb (Penyingkapan Kegaiban).

Adapun metode pengajaran yang digunakannya adalah metode bayani, yakni

dengan menggunakan kata-kata yang tepat, ungkapan yang mudah, seimbang, dan jauh

dari keruwetan. Seperti ketika memberikan pengertian tentang iman, ia berkata, “Kami

yakin bahwa keimanan adalah pengucapan dengan lisan, pembenaran dengan hati dan

pelaksanaan dengan anggota badan. Bertambah dengan ketaatan, berkurang dengan

kemaksiatan, menguat dengan ilmu, melemah dengan kebodohan dan timbul karena

adanya taufik.”

Lalu apa saja 24 rahasia yang ingin disampaikan oleh Syaikh Abdul Qadir al-Jailani.

Di antaranya; Pertama, pembahasan ini dimulai dengan keberadaan manusia yang

dilihat dari sudut pandang jiwa dan raga. Secara umum, manusia mempunyai ciri-ciri

Dimuat di Republika, Islam Digest, Kolom Kitab, 14 Juni 2009.

Page 2: Rahasia dari segala rahasia kehidupan

fisik yang hampir sama. Tapi dari sisi jiwa, setiap orang berbeda-beda. Karena itu, perlu

penjelasan yang lebih khusus, yakni sebuah kaidah tentang jalan menapaki satu

tingkatan ke tingkatan lainnya, untuk mencapai alam ilmu, sebagai tingkatan tertinggi.

Ia mendasarkan pada sebuah hadis, “Ada satu tingkatan yang di dalamnya semua

dan segala sesuatu dihimpun, yaitu makrifah—ilmu.” Diperkuat dengan beberapa hadis

lain, “Tafakkur sesaat lebih utama daripada ibadah setahun.” Atau, “Sesaat tafakur lebih

utama daripada ibadah seribu tahun.”

Kedua, Ia mengatakan bahwa jalan pertama menuju kesempurnaan adalah tobat.

Seperti disebutkan dalam Alquran “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang

bertobat dan dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri.” (QS. al-Baqarah [2]:

222)

Dan diperkuat dengan ayat lain, “Kecuali orang-orang yang bertobat, beriman dan

mengerjakan amal saleh; Maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan.

dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Furqan [25]: 70)

Ketiga, tentang zakat dan sedekah Syaikh mengatakan bahwa segala sesuatu yang

diberikan sebagai zakat akan melalui tangan Allah sebelum sampai kepada kaum fakir.

Karena itu, tujuan zakat tidak semata-mata untuk membantu kaum fakir, karena Allah

maha mengetahui semua kebutuhan, termasuk kebutuhan kaum fakir. Tujuan sejati

zakat adalah agar niat seorang yang berzakat diterima oleh Allah.

Ia mengutip firman Allah swt, “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan

(yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. dan

apa saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya.” (QS. Ali

Imran [3]: 62)

Keempat, Syaikh membagi puasa menjadi dua, puasa lahir dan puasa batin. Puasa

lahir dibatasi oleh waktu, dengan menjauhi makan, minum, dan hubungan seks, dari

fajar hingga tenggelam matahari. Sedangkan puasa batin dijalani selama-lamanya,

Page 3: Rahasia dari segala rahasia kehidupan

selama hidup di dunia hingga kehidupan di akhirat, dengan menjaga semua indra dan

pikiran dari segala yang diharamkan. Inilah puasa yang sejati. Ia mengutip hadis, “Bagi

orang yang berpuasa ada dua kegembiraan. Satu kegembiraan saat berbuka dan

kegembiraan lainnya saat ia melihat—makrifah.”

Syaikh juga mengupas tentang aspek lahir dan batin dari shalat dan ibadah haji.

Memberi panduan zikir, wirid, dan berkhalwat. Menyingkap hakikat kebahagiaan,

penderitaan, dan menyucikan jiwa. Menganjurkan perang melawan hawa nafsu dan

melihat hakikat ilahi, hingga meraih maqam penyaksian (musyahadah).

Syaikh Abdul Qadir al-Jilani telah menggambarkan secara lengkap tentang tasawuf yang

memadukan antara ilmu syariat, yang didasarkan pada Alquran dan as-Sunah dengan

penerapan praktis dengan keharusan untuk menghayati hakikat serta manfaat

diterapkannya syariat. Jadi, tasawuf yang dirumuskannya jauh dari paham-paham yang

mengatakan bahwa setelah seseorang mencapai tingkat hakikat, maka sudah tidak

dibutuhkan lagi syariat.

Dengan kata lain, kajian ini mengajak kita untuk berpindah dari Iman yang baru

sampai pada batasan rasio dan teori (iman ‘aqli), kepada Iman yang sudah sampai pada

tahapan penghayatan dan pendalaman (iman dzauqi). Dan dari kesadaran hati akan

perbuatan-perbuatan dan sifat-sifat-Nya (maqâm fanâ), kepada ketenggelaman ruhani

akan zat-Nya (maqâm baqâ).

Dengan demikian, kita akan meraih hakikat kelembutan, mencapai keikhlasan, dan

menghampiri Sang Kekasih Yang Mahasuci. Inilah rahasia dari segala rahasia kehidupan,

yang baru diketahui sebagian rahasianya oleh Barat, dengan terbitnya buku The Secret

yang fenomenal itu.

Kalau tidak boleh dibilang terpengaruh, spiritualitas Barat sebenarnya jauh

tertinggal dengan spiritualitas Islam, karena kitab Sir al-Asrar dikarang jauh sebelum

Barat mengungkapnya.

Page 4: Rahasia dari segala rahasia kehidupan

Tafsir Sufi, Menyingkap Rahasia Cakrawala Misykat

Oleh Wiyanto Suud

Makna “perjalanan menuju Allah” adalah berpindah dari akal non syar’i kepada

akal syar’i, dari hati yang sakit dan keras kepada hati yang sehat, dari ruh yang lari dari

pintu Allah kepada ruh yang mengenal Allah, dan dari jiwa yang kotor kepada jiwa yang

suci bergelimang cahaya, seperti yang tergambar dalam Alquran, Surat an-Nur ayat 35-

38.

Ayat ini merupakan perumpamaan tahapan-tahapan “menuju cahaya Allah swt”.

Jasad diumpamakan Al-Misykât, sebuah lubang di dinding yang tidak tembus. Hati

diumpamakan az-Zujâjah, tabung kaca yang berisi pelita besar. Dan hati yang suci

diumpamakan Al-Mishbâh, pelita besar yang bercahaya.

Dalam Kitab Sir al-Asrar, ketika menafsirkan ayat di atas, Syaikh Abdul Qadir Jailani

menyatakan, “Jika cahaya Allah—yang merupakan cahaya langit dan bumi—menerangi

hatimu, ia akan menyalakan lentera hatimu, yang berada dalam kaca yang bening. Dan

berkilaulah bintang ilahi dalam hatimu. Kilauan itu memancar dari awan makna yang tak

berasal dari Timur maupun Barat, menyala dari pohon zaitun, cahaya itu memantul dari

pohon itu, sangat jernih dan terang seolah-olah memancarkan cahaya meski tak

disentuh api. Ketika itulah lentera hikmah menyala terang. Bagaimana mungkin ia

padam jika cahaya Allah menerangi seluruh relungnya?”

Dari pernyataan tersebut, setidaknya ada empat perumpamaan tahap untuk

sampai pada cahaya Allah. Pertama; manusia mempunyai dua potensi, jasad dan hati.

Lubang di dinding rumah yang tidak tembus ibarat jasad dan tabung kaca ibarat hati.

Dan cahaya keimanan akan masuk ke dalam hati seorang mukmin.

Dimuat di Republika, Islam Digest, Kolom Kitab, 14 Juni 2009.

Page 5: Rahasia dari segala rahasia kehidupan

Kedua; ketetapan bagi seorang mukmin adalah selalu terikat dengan hukum syara’.

Pohon zaitun merupakan perumpamaan dari syariat Allah yang tidak miring ke Timur

dan tidak pula miring ke Barat. Inilah cahaya Alquran.

Ketiga; syariat yang bermanfaat bagi manusia ibarat pohon yang diberkahi. Syariat

Islam yang mengatur semua perkara kehidupan manusia, akan memberikan kepuasan

bagi akal, menenangkan hati, sesuai dengan fitrah kemanusiaan dan menjadi rahmat

bagi seluruh alam. Di sinilah cahaya iman dan cahaya Alquran menyatu.

Keempat; Ketika cahaya Alquran dan cahaya iman berkumpul, niscaya keduanya

akan menerangi. Salah satu dari keduanya tidak akan ada jika tidak ada yang lain.

Cahaya yang merupakan gambaran dari kebenaran yang memiliki bentuk berlapis-lapis.

Ia diperkuat oleh lubang dinding yang tidak tembus, tabung kaca, pelita dan minyak,

hingga tidak ada satu pun yang tidak memperkuat cahaya itu.

Jika manusia mengamalkan Alquran, maka akan bertambahlah cahaya hatinya.

Cahaya ini akan senantiasa membekas pada lubang dinding, yakni jasad manusia, hingga

sang jasad bisa memberi sinar bagi jalan yang dilaluinya dan orang selain dirinya.

Syaikh Abdul Qadir Jailani mengatakan, “Semua itu berawal sejak kau

membersihkan cermin hati. Cahaya hakikat ilahi akan menyinarinya jika kau

menghendaki dan mencari-Nya, dari-Nya, bersama-Nya.”

Page 6: Rahasia dari segala rahasia kehidupan

Mengenal Sang Maestro, Sultan Aulia

Oleh Wiyanto Suud

Ia adalah Abu Muhammad Abdul Qadir bin Abu Shalih Musa Janki Dausat bin Abu

Abdullah bin Yahya Az-Zahid bin Muhammad bin Dawud bin Musa bin Abdullah bin

Musa al-Jun bin Abdullah al-Mahadh, yang lebih populer dengan panggilan Syaikh

Muhyiddin Abdul Qadir al-Jailani. Lahir pada tahun 470 H (1077 – 1078 M) di Jil, daerah

di belakang Tabaristan, kini termasuk wilayah Iran.

Ia mendapat julukan al-ghawts al-a’zham, manifestasi sifat Allah “Yang

Mahaagung”, yang mendengar permohonan dan memberikan pertolongan, dan al-qutb

al-a’zham, pusat dan ujung kembara ruhani, sultan aulia, sumber hikmah,

perbendaharaan ilmu, teladan iman dan Islam, dan pewaris hakiki kesempurnaan Nabi

Muhammad saw.

ia belajar kepada beberapa orang ulama, seperti Ali Abul Wafa al-Qayl, Abul

Khaththab Mahfuzh, Abul Hasan Muhammad al-Qadhi, dan Abu Sa’ad al-Mubarak ibn Ali

al-Muharrami. Ia menimba ilmu pada ulama-ulama tersebut hingga mampu menguasai

tiga belas bidang ilmu. Banyak orang yang belajar padanya tentang Tafsir, Hadis, dan

persoalan mazhab. Setiap mengeluarkan fatwa, ia menggunakan kaidah Fikih Imam

Syafi’i dan Imam Ahmad ibn Hanbal. Ia juga menguasai Ilmu Perbandingan, Ushul Fikih,

Nahwu, dan Ilmu Qira’at.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah yang terkenal kritis terhadap sufi dan

tasawuf, dalam beberapa fatwanya menyanjung dan memuji Syaikh Abdul Qadir al-

Jilani. Beliau menyebutkan, bahwa karamah-karamah yang dimiliki oleh Syaikh Abdul

Qadir dinukil secara mutawatir.

Ada banyak buku dan artikel yang dinisbatkan kepadanya, namun yang disepakati

sebagai karya syaikh hanya ada tiga, yaitu

Dimuat di Republika, Islam Digest, Kolom Kitab, 14 Juni 2009.

Page 7: Rahasia dari segala rahasia kehidupan

1. Al-Ghunyah li Thalibi Thariq al-Haqq (Bekal para Pencari Kebenaran), Karya ini

banyak terpengaruh—baik tema maupun gaya bahasanya—dengan Ihya’ ‘Ulum ad-

Din karya al-Ghazali. Ini terlihat dengan penggabungan fikih, akhlak, dan prinsip

suluk.

2. Al-Fath al-Rabbani wa al-Faydh al-Rahmani (Menyelami Samudra Hikmah),

kumpulan tausiah yang pernah disampaikan Syaikh dalam majelisnya. Tiap satu

pertemuan menjadi satu tema. Semua pertemuan yang dibukukan ada 62 kali

pertemuan. Pertemuan pertama pada 3 Syawal 545 H. Pertemuan terakhir pada

hari Jumat, awal Rajab 546 H.

3. Futuh al-Ghayb (Penyingkapan Kegaiban), kompilasi dari 78 artikel yang ditulis

Syaikh berkaitan dengan suluk, akhlak, dan lain-lain. Tema dan gaya bahasanya

sama dengan al-Fath al-Rabbani.

Ia wafat Sabtu, 8 Rabi al-Tsani 562 H. Makamnya terletak di madrasah Bab al-

Darajah di Baghdad, telah menjadi tempat ziarah penting bagi kaum muslim, dan

khususnya kaum sufi. Sepanjang usianya dihabiskan untuk berbuat baik, mengajar, dan

bertausiah.

Syaikh Abdul Qadir al-Jailani merupakan tokoh sufi yang paling masyhur di

Indonesia. Ia adalah pendiri Tarekat Qadiriyah. Terlepas dari pro dan kontra atas

kebenaran karamahnya, cerita-cerita tentangnya sering dibacakan dalam majelis yang

dikenal di masyarakat dengan sebutan manaqiban. Peringatan Haul waliyullah ini pun

selalu dirayakan setiap tahunnya oleh umat Islam di Indonesia.