Referat Mata

38
REFERAT SINDROM DRY EYE DISUSUN OLEH : SILVIA OKTA ROZA ( 1102008325 ) PEMBIMBING : Dr. Wawin Wilman, Sp.M Dr. Juniani S. FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT MATA RSUD ARJAWINANGUN 1

Transcript of Referat Mata

Page 1: Referat Mata

REFERATSINDROM DRY EYE

DISUSUN OLEH :SILVIA OKTA ROZA ( 1102008325 )

PEMBIMBING :Dr. Wawin Wilman, Sp.M

Dr. Juniani S.

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI KEPANITERAAN

ILMU PENYAKIT MATA RSUD ARJAWINANGUN

1

Page 2: Referat Mata

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Alhamdulillahirabbilalamin segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahNya,

shalawat beserta salam atas nabi besar Muhammad SAW. Terimakasih yang sebesar-

besarnya kepada dr. Wawin Wilman, Sp.M atas kesediaan, waktu dan kesempatan yang

diberikan sebagai pembimbing referat ini, kepada teman sesama kepaniteraan ilmu penyakit

mata dan perawat yang selalu mendukung, memberi saran, motivasi, bimbingan dan

kerjasama yang baik sehingga dapat terselesaikannya referat ini.

Referat ini disusun untuk memenuhi tugas kepaniteraan bagian ilmu penyakit mata di Rumah

Sakit Umum Daerah Arjawinangun yang merupakan salah satu dari prasyarat kelulusan.

Referat ini membahas dan menganalisa berbagai hal mengenai Sindrom Dry Eye. Bahasan

dalam referat ini diambil dari berbagai macam sumber.

Penyusun sadar bahwa dalam penyusunan referat ini masih banyak sekali kekurangan. Oleh

karena itu saran dan kritik yang membangun diharapkan demi perbaikan laporan kasus ini.

Semoga referat ini berguna bagi semua pihak yang terkait.

Wassalamualaikum wr.wb

Arjawinangun, Juli 2013

Penulis

2

Page 3: Referat Mata

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................... 1

DAFTAR ISI............................................................................................................................. 2

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI DAN FISIOLOGIS ........................................................................... 4

BAB III SINDROM DRY EYE ............................................................................................ 10

3.1. DEFINSI ......................................................................................................................... 10

3.2. PATOFISIOLOGI .......................................................................................................... 10

3.3. ETIOLOGI ..................................................................................................................... 14

3.4. EPIDEMIOLOGI ............................................................................................................ 15

3.5. MANIFESTASI KLINIS ................................................................................................ 16

3.6. PEMERIKSAAN ............................................................................................................ 16

3.7. DIAGNOSIS ................................................................................................................... 17

3.8. KOMPLIKASI ................................................................................................................ 21

3.9. PENATALAKSAAN ...................................................................................................... 21

3.10. PROGNOSIS ............................................................................................................... . 23

BAB IV KESIMPULAN....................................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................. 25

3

Page 4: Referat Mata

BAB I

PENDAHULUAN

Dry eye syndrome merupakan suatu kelompok gejala dimana mata terasa tidak

nyaman, seperti iritasi, perih, berair, seperti ada pasir, lengket, gatal, pegal, merah, cepat

merasa mengantuk, cepat lelah, dan dapat terjadi penurunan tajam penglihatan bila sudah

terjadi kerusakan epitel kornea bahkan pada kasus yang sudah lanjut dapat terjadi perforasi

kornea dan kebutaan. Kelembaban permukaan mata merupakan keseimbangan antara

produksi dan ekskresi air mata melalui sistem drainase melalui duktus nasolakrimalis serta

penguapan. Apabila keseimbangan ini terganggu, mata terasa kering, timbul suatu dry spot.

Pada permukaan kornea menimbulkan rasa iritasi, perih diikuti refleks berkedip,

lakrimasi dan mata berair. Apabila keadaan ini dibiarkan berlarut-larut dalam waktu yang

lama akan terjadi kerusakan sel epitel kornea dan konjungtiva, bahkan dapat terjadi infeksi,

ulkus, dan kebutaan. Sangat banyak faktor yang berperan pada terjadinya dry eye baik pada

wanita maupun pria, beberapa diantaranya tidak dapat dihindari:

1. Usia lanjut. Dry eye dialami oleh hampir semua penderita usia lanjut, 75% di atas 65 tahun

baik laki maupun perempuan.

2. Faktor hormonal yang lebih sering dialami oleh wanita seperti kehamilan, menyusui,

pemakaian obat kontrasepsi, dan menopause.

3. Beberapa penyakit seringkali dihubungkan dengan dry eyes seperti: artritis rematik,

diabetes, kelainan tiroid, asma, lupus erythematosus, pemphigus, Stevens-johnsons.

syndrome, Sjogren syndrome, scleroderma, polyarteritis, nodosa, sarcoidosis, Mickulick.s

syndrome.

4. Obat-obatan dapat menurunkan produksi air mata seperti anti depresan, dekongestan,

antihistamin, anti hipertensi, kontrasepsi, oral, diuretik, obat-obat tukak lambung,

tranquilizers, beta bloker, antimuskarinik, anestesi umum.

5. Pemakai lensa kontak mata terutama lensa kontak lunak yang mengandung kadar air tinggi

akan menyerap air mata sehingga mata terasa perih, iritasi, nyeri, menimbulkan rasa tidak

nyaman/intoleransi saat menggunakan lensa kontak, dan menimbulkan deposit protein.

6. Faktor lingkungan seperti, udara panas dan kering, asap, polusi udara, angin, berada

diruang ber-AC terus menerus akan meningkatkan evaporasi air mata.

7. Mata yang menatap secara terus menerus sehingga lupa berkedip seperti saat membaca,

menjahit, menatap monitor TV, komputer, ponsel.4

Page 5: Referat Mata

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologis lapisan air mata

Kompleks lakrimalis terdiri atas glandula lakrimalis, glandulae lakrimalis aksesori,

kanalikuli, sakus lakrimalis, dan duktus nasolakrimalis.

Glandula lakrimalis terdiri atas struktur dibawah ini:

1. Bagian orbita

Berbentuk kenari yang teretak didalam foss lakrimalis di segmen temporal

atas anterior dari orbita, dipisahkan dari bagian palpebra oleh kornu lateralis dari

muskulus levator palpebrae. Untuk mencapai bagian ini dari kelenjar secara

bedah, harus diiris kulit, muskulus orbikuaris okuli, dan septum orbitale.

2. Bagian Palpebrae

Bagian palpebrae yang lebih kecil terletak tepat di atas segmen temporal dari

forniks konjungtivae superior. Duktus sekretorius lakrimalis, yang bermuara kira-

kira sepuluh lubang kecil, menghubungkan bagian orbital dan palpebrae glandula

lakrimalis dengan forniks konjungtivae superior. Pembuangan bagian palpebrae

dari kelenjar memutuskan semua saluran penghubung dan dengan demikian

mencegah kelenjar itu bersekresi.

Glandula lakrimalis aksesori (glandula Krause dan Wolfring) terletk di dalam

substansia propia di konjungtiva palpebrae.

Air mata mengalir dari lakuna lakrimalis melalui punktum superior dan

inferior dan kanalikuli ke sakus lakrimalis, yang terletak di dalam fossa lakrimalis.

Duktus nasolakrimalis berlanjut kebawah dari sakus dan bermuara ke dalam

meatus inferior dari rongga nasal, lateral terhadap turbinatum inferior. Air mata

diarahkan kedalam punktum oleh isapan kapiler dan gaya berat dan berkedip.

Kekuatan gabungan dari isapan kapiler dan gaya berat berkedip. Kekuatan

gabungan dari isapan kapiler dalam kanalikuli, gaya berat dan kerja memompa

dari otot Horner, yang merupakan perluasan muskulus orbikularis okuli ke titik di

belakang sakus lakrimalis, semua cenderung meneruskan aliran air mata ke bawah

melalui duktus nasolakrimalis ke dalam hidung.

5

Page 6: Referat Mata

3. Pembuluh Darah dan Limfe

Pasokan darah dari glandula lakrimalis berasal dari arteria lakrimalis. Vena

yang mengalir pergi dari kelenjar bergabung dengan vena oftalmika. Drenase lime

menyatu dengan pembuluh limfe konjungtiva untuk mengalir ke dalam

limfonodus pra-aurikula.

4. Persarafan

Pasokan saraf ke glandula lakrimalis adalah melalui:

a) Nervus lakrimalis (sensoris), sebuah cabang dari divisi trigeminus.

b) Nervus petrosus superfisialis magna (sekretoris), yang datang dari nukleus

salivarius superior.

c) Nervus simpatis yang menyertai arteria lakrimalis dan nervus lakrimalis.

Gambar 1. Anatomi mata dan saluran ekskretoir air mata

6

Page 7: Referat Mata

Sistem Sekresi Air Mata

Volume terbesar air mata dihasilkan oleh kelenjar lakrimalis yang terletak di fossa

glandulae lacrimalis yang terletak di kuadran temporal atas orbita. Kelenjar yang berbentuk

kenari ini dibagi oleh kornu lateral aponeurosis levator menjadi lobus orbita yang lebih besar

dan lobus palpebra yang lebih kecil, masing-masing dengan sistem duktulus yang bermuara

ke forniks temporal superior. Persarafan kelenjar utama datang dari nucleus lacrimalis di

pons melalui nervus intermedius dan menempuh suatu jaras rumit cabang maxillaris nervus

trigeminus.

Kelenjar lakrimal assesorius, walaupun hanya sepersepuluh dari massa kelenjar

utama, mempunyai peranan penting. Struktur kelenjar Krause dan Wolfring identik dengan

kelenjar utama, namun tidak memiliki ductulus. Kelenjar-kelenjar ini terletak di dalam

konjungtiva, terutama di forniks superior. Sel-sel goblet uniseluler, yang juga tersebar di

konjungtiva, mensekresi glikoprotein dalam bentuk musin. Modifikasi kelenjar sebasea

meibom dan zeis di tepian palpebra memberi lipid pada air mata. Kelenjar Moll adalah

modifikasi kelenjar keringat yang ikut membentuk tear film.

Sekresi kelenjar lakrimal dipicu oleh emosi atau iritasi fisik dan menyebabkan air

mata mengalir melimpah melewati tepian palpebra (epifora). Kelenjar lakrimal assesorius

dikenal sebagai ”pensekresi dasar”. Sekret yang dihasilkan normalnya cukup untuk

memelihara kesehatan kornea. Hilangnya sel goblet, berakibat mengeringnya korena

meskipun banyak air mata dari kelenjar lakrimal.

Air mata membentuk lapisan tipis setebal 7-10 µm yang menutup epitel kornea dan

konjungtiva. Fungsi lapisan ultra tipis ini adalah

1. Membuat kornea menjadi permukaan optik yang licin dengan meniadakan

ketidakteraturan minimal di permukaan epitel.

Tear film adalah komponen penting dari “the eye’s optical system”. Tear film dan

permukaan anterior kornea memiliki mekanisme untuk memfokuskan refraksi sekitar

80%. Bahkan sebuah perubahan kecil pada kestabilan dan volume tear film akan

sangat mempengaruhi kualitas penglihatan (khususnya pada sensitivitas pada

kontras). “Tear break up” menyebabkan aberasi optik yang akan menurunkan kualitas

7

Page 8: Referat Mata

fokus gambaran yang didapatkan retina. Oleh karena itu, ketidakteraturan pada tear

film preocular merupakan penyebab munculnya gejala visual fatigue dan fotofobia.

2. Membasahi dan melindungi permukaan epitel kornea dan konjungtiva yang lembut.

Pergerakan kelopak mata dapat menimbulkan gaya ± 150 dyne/cm yang

mempengaruhi tear film. Lapisan musin pada tear film dapat mengurangi efek yang

dapat mempengaruhi epitel permukaan. Pada keratokonjungtivitis, perubahan lapisan

musin menyebabkan epitel permukaan semakin mudah rusak akibat gaya tersebut

yang menyebabkan deskuamasi epithelial dan menginduksi apoptosis.

3. Menghambat pertumbuhan mikroorganisme dengan pembilasan mekanik dan efek

antimikroba.

Permukaan okuler adalah permukaan mukosa yang paling sering terpapar lingkungan.

Bagian ini selalu terpapar suhu yang ekstrim, angin, sinar UV, alergen dan iritan. Tear

film harus memiliki stabilitas untuk menghadapi paparan lingkungan tersebut.

Komponen tear film yang berfungsi untuk perlindungan adalah IgA, laktoferin,

lisozim dan enzim peroksidase yang dapat melawan infeksi bakteri maupun virus.

Lapisan lipid mengurangi penguapan komponen akuos akibat perubahan lingkungan.

Selanjutnya, tear flim dapat membersihkan partikel, iritan dan alergen akibat paparan

lingkungan.

4. Menyediakan substansi nutrien yang dibutuhkan kornea.

Karena kornea merupakan struktur yang avaskuler, epitel kornea bergantung pada

growth factors yang terdapat pada tear film dan mendapat nutrisi dari tear film. Tear

film menyediakan elektolit dan oksigen untuk epitel kornea sedangkan glukosa yang

dibutuhkan kornea berasal dari difusi dari aqueous humor. Tear film terdiri dari ± 25

g/mL glukosa, kira-kira 4% dari konsentrasi glukosa pada darah, yaitu konsentrasi

yang dibutuhkan oleh jaringan non-muskular. Antioksidan yang terdapat pada tear

film juga mengurangi radikal bebas akibat pengaruh lingkungan. Tear film juga

mengandung growth factor yang penting untuk regenerasi dan penyembuhan epitel

kornea.

8

Page 9: Referat Mata

Gambar.1. Lapisan tear film

(Sumber: http://tearscience.com /image )

Sistem Ekresi Air Mata

Sistem sekresi air mata terdiri atas puncta, kanalikuli, sakus lakrimalis, dan duktus

nasolakrimalis. Setiap berkedip, palpebra menutup mulai di lateral, menyebarkan air mata

secara merata di atas kornea, dan menyalurkannya ke sistem eksresi pada medial palpebra.

Dalam keadaan normal, air mata dihasilkan dengan kecepatan yang sesuai dengan jumlah

yang diuapkan, dan itulah sebabnya hanya sedikit yang sampai ke sistem eksresi. Bila

memenuhi sakus konjungtiva air mata akan memasuki puncta sebagian karena sedotan

kapiler. Dengan menutupnya mata, bagian khusus orbikularis pra-tarsal yang mengelilingi

ampula mengencang untuk mencegahnya keluar. Bersamaan palpebra ditarik ke arah krista

lakrimalis posterior, dan traksi fascia mengelilingi sakus lakrimalis berakibat memendeknya

kanalikulus dan menimbulkan tekanan negatif di dalam sakus. Kerja pompa dinamik ini

menarik air mata kedalam sakus yang kemudian berjalan melalui duktus nasolakrimalis

karena pengaruh gaya berat dan elastisitas jaringan, ke dalam meatus inferior hidung.

Lipatan-lipatan mirip katup dari epitel pelapis sakus cenderung menghambat aliran balik air

mata dan udara. Yang paling berkembang di antara lipatan ini adalah katup Hasner di ujung

distal duktus nasolakrimalis. Strukrur ini penting karena bila tidak berlubang pada bayi,

menjadi penyebab obstruksi kongenital dan darkosistitis menahun.

9

Page 10: Referat Mata

Gambar 3. Sistem ekresi air mata

10

Page 11: Referat Mata

BAB III

SINDROM DRY EYE

3.1 DEFINISI

Dry eye syndrome merupakan suatu kelompok gejala dimana mata terasa tidak

nyaman (seperti iritasi, perih, berair, seperti ada pasir, lengket, gatal, pegal, merah, merasa

mengantuk, mudah lelah) dan dapat terjadi penurunan tajam penglihatan bila sudah terjadi

kerusakan epitel kornea bahkan perforasi. Dry eye sangat sering dijumpai, mengenai hampair

10.30% penduduk, tidak pandang ras, gender maupun umur. Meskipun demikian, dry eye

lebih banyak pada wanita usia di atas 40 tahun. Pada era komputer dan pemakaian AC yang

terus menerus, hampir semua orang pernah mengalami gejala ini sebagian besar menganggap

hal tersebut sesuatu yang biasa dan tidak perlu diobati. Ternyata, satu dari 4 pasien yang

datang ke dokter mata adalah penderita dry eye dan kebanyakan dari mereka tidak

menyadarinya, bahkan sampai bertahun-tahun. Agar mata terasa nyaman dan penglihatan

baik, sel-sel epitel permukaan mata (kornea, konjungtiva) harus dalam keadaan jernih dan

lembab, mata lembab disebabkan karena adanya lapisan air mata yang membasahi permukaan

mata setiap saat. Banyak faktor yang berperan pada terjadinya dry eye, diantaranya fungsi air

mata, baik kuantitas maupun kualitasnya. Mekanisme ini sangat tergantung pada

neuroanatomic control serta integritas sel induk pada limbus (stem cell ).

3.2 PATOFISIOLOGI

Lapisan air mata (tear film) yang terdapat pada permukaan mata berfungsi untuk membasahi

serta melumasi mata agar terasa nyaman. Pada setiap berkedip lapisan air mata ini terbentuk

yang terdiri atas 3 lapis/komponen.

1. Lapisan lemak dengan ketebalan 0,1 μm, merupakan lapisan paling luar yang berfungsi

mencegah penguapan berlebihan. Lapisan lemak ini mengandung esters , gliserol dan asam

lemak yang diproduksi oleh kelenjar Meibom yang terdapat pada kelopak mata atas dan

bawah. Infeksi atau kerusakan berulang pada kelenjar ini (seperti hordeolum, kalazion serta

blefaritis) akan menyebabkan gangguan lapisan lemak sehingga terjadi lipid deficiency dry

eye akibat penguapan berlebihan.

11

Page 12: Referat Mata

Gambar 2. Lapisan airmata yang terdiri dari 3 lapis

Gambar 3

12

Page 13: Referat Mata

Gambar 4

Gambar 3 dan 4. Mekanisme terbentuknya lapisan air mata pada saat mengedip dan saat

mata terbuka di antara kedipan. Pada saat mata terbuka, lapisan air mata (aquous) akan

berkurang akibat evaporasi serta aliran keluar melalui pungtum dan duktus nasolakrimal.

Apabila mata mulai terasa kering dan terjadi dry spot pada kornea, mata akan terasa perih,

menimbulkan rangsangan pada saraf sensoris dan terjadi refleks mengedip sehingga lapisan

air mata terbentuk lagi dan seterusnya.

2. Lapisan aquous (air mata) dengan ketebalan 7 μm, dihasilkan oleh kelenjar lakrimal dan

merupakan komponen yang paling besar. Lapisan ini berfungsi sebagai pelarut bagi oksigen,

karbondioksida dan mengandung elektrolit, protein, antibodi, enzim, mineral, glukosa, dan

sebagainya. Lysozyme, suatu enzim glikolitik, merupakan komponen protein terbanyak (20

40%), bersifat alkali dan mampu menghancurkan dinding sel bakteri yang masuk ke mata.

Lactoferrin juga memiliki sifat antibakteri serta antioksidan sedangkan epidermal growth

factor (EGF) berfungsi mempertahankan integritas permukaan mata normal serta

mempercepat penyembuhan jika terjadi luka kornea. Albumin, transferrin, immunoglobulin

A (IgA), immunoglobulin M (IgM), dan immunoglobulinG (IgG) juga terdapat dalam lapisan

aqueous air mata .

3. Lapisan musin: sangat tipis 0,02-0,05 μm, dihasilkan oleh sel Goblet yang banyak terdapat

pada selaput konjungtiva (konjungtiva bulbi, forniks dan caruncula). Lapisan musin ini akan

melapisi sel-sel epitel kornea dan konjungtiva yang bersifat hidrofobik sehingga

13

Page 14: Referat Mata

menjadikannya bersifat hidrofilik agar air mata dapat membasahinya, serta berfungsi

mempertahankan stabilitas lapisan air mata.

Gambar 2. Aliran dry eye syndrom

Komposisi Air Mata

Volume air mata normal diperkirakan 7 ± 2 μL pada setiap mata. Albumin

merupakan 60% dari protein total dalam air mata. Globulin dan lisozim berjumlah sama

banyak pada bagian sisanya. Terdapat immunoglobulin IgA, IgG dan IgE. Yang paling

banyak adalah IgA, yang berbeda dari IgA serum, yaitu bukan berasal dari transudat serum

saja, namun diproduksi sel-sel plasma yang ada di kelenjar lakrimal. Pada keadaan alergi

tertentu, seperti konjungtivitis vernal, konsentrasi IgE dalam cairan air mata meningkat.

Lisozim air mata merupakan 21-25% dari protein total dan bekerja secara sinergis dengan

gamma globulin dan faktor antibakteri non-lisozim lain merupakan mekanisme pertahanan

penting terhadap infeksi. Enzim air mata lain juga berperan dalam diagnosis keadaan klinik

tertentu, misalnya. Esei hexoseaminidase untuk diagnosis penyakit Tay-Sachs.

K+, Na+, Clˉ terdapat dalam konsentrasi lebih tinggi dalam air mata dari dalam

plasma. Air mata juga mengandung sedikit glukosa (5 mg/dL) dan urea (0,04 mg/dL), dan

perubahan dalam konsentrasi darah diikuti perubahan konsentrasi glukosa dan urea air mata.

pH rata-rata air mata adalah 7,35 meski ada variasi normal yang besar (5,20-8,35). Dalam

keadaan normal, cairan air mata adalah isotonic. Osmolalitas film air mata bervariasi dari 295

sampai 309 mosm/L.

14

Page 15: Referat Mata

Air mata juga diproduksi sebagai respon refleks terhadap rangsangan baik trauma

ataupun rangsangan emosional. Akan tetapi, air mata yang muncul karena rangsangan reflek

ini, tidak banyak membantu dalam lubrikasi mata. Dari sini kita tahu bahwa, kadang orang

dengan mata yang nrocoh (watery eyes) tetap mengeluhkan iritasi pada matanya.

Air mata yang mengalir alami dari mata memiliki komposisi yang lengkap, dengan

kandungan air, elektrolit, dan molekul-molekul kecil seperti karbohidrat dan lemak, protein,

dan beberapa yang memiliki fungsi enzim. Protein penting dalam air mata adalah lisozim,

yang memiliki aksi antibakteri, laktoferrin, sekresi antibodi IgA, dab protein yang mengikat

lemak. Produksi air mata normal akan berkurang karena pertambahan usia.

Mata sangat tergantung kepada air mata untuk menjaga kelembaban mata dan

menjaganya tetap nyaman. Air mata adalah kombinasi dari air untuk pelembab, minyak untuk

lubrikasi, mukus, dan antibodi serta protein khusus untuk melindungi mata dari infeksi.

Komponen-komponen ini berasal dari kelenjar air mata yang berada di sekitar mata.Ketika

terjadi masalah pada kelenjar air mata, seseorang dapat mengalami mata kering atau ' dry

eyes'.

Seseorang dengan sindroma mata kering akan mengalami produksi air mata berlebih

sebagai kompensasinya. Ketika mata tidak cukup lembab, mata akan mengirimkan sinyal

distres terhadap sistim saraf yang akan mengaktifkan kelenjar air mata untuk mengeluarkan

cadangannya sebagai kompensasi terhadap mata kering. Namun air mata yang keluar

kebanyakan hanya terdiri atas cairan saja dan tidak memiliki kemampuan melembabkan

seperti layaknya air mata normal.

Fungsi air mata

Fungsi air mata yang paling penting adalah melindungi serta mempertahankan

integritas sel sel permukaan mata, terutama kornea dan konjungtiva.

1. Optik: lapisan air mata akan membentuk serta mempertahankan permukaan kornea selalu

rata dan licin sehingga memperbaiki tajam penglihatan pada saat setelah berkedip.

2. Secara mekanis, pada setiap berkedip, air mata mengalir membersihkan kotoran, debu yang

masuk ke mata.

3. Lubrikasi agar gerakan bola mata ke segala arah serta berkedip terasa nyaman.

4. Menjaga agar sel-sel permukaan kornea dan konjungtiva tetap lembab.

15

Page 16: Referat Mata

5. Mengandung antibakteri, lisozim, betalisin dan antibodi, sebagai mekanisme pertahanan

mata dan proteksi terhadap kemungkinan infeksi.

6. Sebagai media transport bagi produk metabolisme ke dan dari sel-sel epitel kornea dan

konjungtiva terutama oksigen dan karbondioksida (40% oksigen di dapat dari atmosfir).

7. Nutrisi: air mata merupakan sumber nutrisi seperti glukosa, elektrolit, enzim, dan protein.

3.3 Etiologi Dry Eye Sindrome

Banyak diantara penyebab dry eye sindrome mempengaruhi lebih dari satu komponen

lapisan air mata atau berakibat perubahan permukaan mata yang secara sekunder

menyebabkan lapisan air mata menjadi tidak stabil. Ciri histopatologik termasuk timbulnya

bintik-bintik kering pada kornea dan epitel konjungtiva, pembentukan filamen, hilangnya sel

goblet konjungtiva, pembesaran abnormal sel epitel non-goblet, peningkatan stratifikasi sel,

dan penambahan keratinasi.

Kondisi yang menandai hipofungsi kelenjar air mata pada kongenital adalah

dysautonomia familier (sindrom Riley-Day, aplasia kelenjar lakrimal (alakrima kongenital),

aplasia nervus trigeminus, dysplasia ectodermal). Sedangkan yang pada hipofungsi kelenjar

air mata didapat pada penyakit sistemik, sindrom sjorgen, sklerosis sistemik progresif,

sarkoidosis, leukimia, limfoma, amyloidosis, hemokromatosis, infeksi (trachoma, parotitis

epidemica), cedera (pengangkatan kelenjar lakrimal), iradiasi, luka bakar kimiawi,

medikamentosa (antihistamin, antimuskarinik: atropin, skopolamin, anestetika umum:

halothane, nitrous oxide, beta-adregenik blocker: timolol, practolol), neurogenik-

neuroparalitik (fasial nerve palsy). Pada kondisi ditandai defisiensi musin (avitaminosis A,

sindrom steven-johnson, pemfigoid okuler, konjungtivitis menahun, luka bakar kimiawi,

edikasi-antihistamin, agen muskarin, agen beta-adregenic blocker). Pada kondisi defisiensi

lipid ditandai dengan parut tepian palpebral, blepharitis, penyebaran defektif film air mata

disebabkan kelainan palpebral, defek, coloboma, ektropion atau entropion, keratinasi tepian

palpebral, berkedip berkurang atau tidak ada gangguan neurologic (hipertiroid, lensa kontak,

obat, keratitis herpes simpleks, lepra), lagophthalmus (lagophthalmus nocturna, hipertiroidi,

lepra). Pada kelainan konjungtiva (pterygium, symblepharon, proptosis).

3.4 Epidemiologi

16

Page 17: Referat Mata

Dry eye syndrome merupakan salah satu gangguan yang sering pada mata, persentase

insidenisanya sekitar 10-30% dari populasi, terutama pada orang yang usianya lebih dari 40

tahun dan 90% terjadi pada wanita. Di Amerika Serikat, diperkirakan ada sekitar 3,23 juta wanita

dan 1,68 juta pria yang berusia 50 tahun ke atas yang menderita dry eyes syndrome. Frekuensi

penyakit dry eye syndrome di beberapa negara hampir serupa dengan frekuensi di Amerika Serikat.

Frekuensi insidensi dry eyes syndrome lebih banyak terjadi pada ras Hispanic dan Asia

dibandingkan dengan ras kaukasius. dry eyes syndrome juga lebih cenderung terjadi pada pasien

wanita berbanding laki-laki.

Pada penyakit permukaan mata seperti dry eyes syndrome menjadi sering ditemukan

pada praktek optometrik sekitar 35 % di Amerika serikat. Populasi yang mengalami gejala

dry eye syndrome, untuk contohnya 9,3 juta pasien didiagnosa sebagai keratokonjungtivitis

sicca pada tahun 1999.

3.5 Manifestasi Klinis

Pasien akan mengeluh gatal, mata seperti berpasir, silau, dan penglihatan kabur. Mata

akan memberikan gejala sekresi mukus yang berlebihan, suka menggerakkan kelopak mata,

mata tampak kering dan terdapat erosi kornea. Konjungtiva bulbi edem, hiperemik menebal,

dan kusam. Kadang-kadang terdapat benda mukus kekuning-kuningan pada formik

konjungtiva bagian bawah.

Ciri yang paling khas pada pemeriksaan slitlamp adalah terputus atau tiadanya

meniskus air mata di tepian palpebra inferior. Benang-benang mukuskental kekuning-

kuningan kadang-kadang terlihat dalam fornix conjungtivae inferior. Pada konjungtiva bulbi

tidak tampak kilauan yang normal dan mungkin menebal, beredema dan hiperemik.

3.6. Pemeriksaan

Pada anamnesis penderita akan mengeluh matanya tidak nyaman (discomfort). Dry eye

syndrome merupakan suatu kelompok gejala dimana mata terasa tidak nyaman, seperti iritasi,

perih, berair, seperti ada pasir, lengket, gatal, pegal, merah, cepat merasa mengantuk, cepat

lelah, dan dapat terjadi penurunan tajam penglihatan bila sudah terjadi kerusakan epitel

kornea, bahkan pada kasus yang sudah lanjut dapat terjadi perforasi kornea dan kebutaan.

Pemeriksaan mata

- Tajam penglihatan biasanya tidak terganggu kecuali pada kasus berat

17

Page 18: Referat Mata

- Vasodilatasi/hiperemia konjungtiva

- Tampak banyak sekret dan debris, mukus pada air mata

- tear meniscus (air mata yang berada pada sudut antara konjungtiva bulbi inferior dengan

tepi kelopak bawah) berkurang

- Kelainan kornea: permukaan kornea ireguler, epiteliopati, keratitis pungtata, filamen, defek

epitel, ulkus.

3.7. Diagnosis

Diagnosis biasanya cukup ditegakkan atas dasar gejala klinis, anamnesis yang

lengkap keluhan pasien, usia, pekerjaan, penyakit serta pemakaian obat-obatan yang mungkin

dapat menjadi penyebab.

Pemeriksaan klinis segmen anterior mata termasuk kelopak, sistem lakrimal, konjungtiva,

epitel kornea, serta tekanan intraokuler. Pemeriksaan khusus penting dapat dilakukan untuk

menilai fungsi air mata secara kualitas maupun kuantitas seperti:

Test Schirmer

Pemeriksaan ini menilai kuantitas produksi air mata yang dihasilkan oleh kelenjar

lakrimal. Kertas filter Schirmer 30 x 5 mm diletakkan pada sakus inferior 1/3 temporal (agar

tidak menyentuh kornea) tanpa anestesi topikal selama 5 menit. Bagian kertas yang dibasahi

menunjukkan kuantitas air mata. Nilai di bawah 6-7 mm dianggap kurang. Tes ini dapat juga

dilakuk an dengan anestesi topikal ( 0.5%) untuk menilai sekresi dasar (basic

secretion) air mata. Nilai kurang dari 5 mm dianggap dry eye.

Tear break-up time (BUT)

18

Page 19: Referat Mata

Untuk menilai stabilitas lapisan air mata. Lapisan air mata diberi pewarnaan fluoresin dan

dilakukan pemeriksaan kornea dengan menggunakan lampu biru. Apabila interval waktu

antara mengedip dan terbentuknya dry spot pada kornea kurang dari 10 detik dianggap

abnormal (nilai normal 15 detik).

Pewarnaan fluoresin

Pewarnaan fluoresin dapat mendeteksi adanya kerusakan epitel kornea pada penderita dry eye

berupa pungtata, defek atau ulkus kornea.

Pewarnaan Rose Bengal/lissamin green dapat menilai keadaan sel-sel konjungtiva dan kornea

yang patologis, yang tidak dilapisi musin, serta filamen.

Tes ferning

Tes untuk menilai kualitas serta stabilitas air mata. Bila air mata dibiarkan kering di atas

suatu gelas objek, dengan menggunakan mikroskop cahaya akan tampak suatu gambaran

kristal berbentuk daun pakis (ferns). Tes ini sangat sederhana, tidak invasif, cepat dan dapat

memberikan gambaran kualitas serta stabilitas lapisan air mata.

19

Page 20: Referat Mata

Grade 1: gambaran daun pakis baik serta banyak

Grade 2: gambaran daun pakis mulai berkurang tapi masih

Baik

20

Page 21: Referat Mata

Grade 3: gambaran daun pakis mulai tidak berbentuk, masih

ada sebagian kecil yang berbentuk pakis

Grade 4: gambaran daun pakis tidak terbentuk sama sekali

Impression cytology

Sitologi impresi menggunakan cellulose acetate filter dapat dilakukan untuk menilai keadaan

serta densitas sel-sel permukaan mata, seperti sel epitel, sel goblet, serta gambaran kerusakan

sel yang mengalami keratinisasi.

21

Page 22: Referat Mata

Osmolalitas air mata

Hiperosmolalitas air mata telah dilaporkan pada keratokonjungtivitis sicca dan pemakai lensa

kontak dan diduga sebagai akibat berkurangnya sensitivitas kornea. Laporan-laporan

menyebutkan bahwa hiperosmolalitas adalah tes paling spesifik bagi keratokonjungtivitis

sicca. Keadaan ini bahkan dapat ditemukan pada paasien dengan tes schirmer normal dan

pemulasan bengal rose normal.

Lactoferrin

Lactoferrin dalam cairan air mata akan rendah pada pasien dengan hiposekresi kelenjar

lakrimal. Kotak penguji dapat dibeli dipasaran.

3.8. Komplikasi

Pada awal perjalanan keratokonjungtivitis sicca, penglihatan sedikit terganggu.

Dengan memburuknya keadaan, ketidaknyamanan sangat mengganggu. Pada kasus lanjut,

dapat timbul ulkus pada kornea, penipisan kornea, dan porforasi. Kadang-kadang terjadi

infeksi bakteri sekunder, dan berakibat parut dan vaskuarisasi pada kornea yang sangat

menurunkan penglihatan. Terapi dini dapat mencegah komplikasi-komplikasi ini.

3.9. Penatalaksaan

Pengobatan dry eye sangat tergantung pada faktor yang mendasarinya, seringkali

faktor tersebut tidak dapat dicegah sehingga penderita akan selamanya merasakan

22

Page 23: Referat Mata

ketidaknyamanan atau mempertahankan sisa air mata yang ada. Sampai saat ini belum

ditemukan cara/obat yang dapat merangsang produksi air mata.

Pemakaian tetes air mata buatan (artificial tears) sampai saat ini merupakan terapi

yang paling penting. Artificial tears/air mata buatan merupakan pengobatan yang paling

banyak diberikan pada penderita dry eye apapun etiologinya, meskipun hanya memberikan

kenyamanan bersifat sementara. Dosis serta frekuensi pemakaian sangat tergantung pada

derajat dry eye penderita, meskipun pemakaian yang terus menerus dan dalam jangka waktu

lama dapat mengganggu produksi air mata dan memperburuk keadaan.

Sangat banyak ragam air mata buatan yang tersedia di apotek, pemahaman prinsip serta

patologi yang ada sangat menentukan pilihan obat mana yang akan diambil.

Beberapa hal penting yang perlu diketahui yang berhubungan dengan obat tetes mata:

- Preservatives (bahan pengawet seperti benzalkonium hidroklorida, sodium klorida, sodium

perborate)

- Drug delivery system polymers : biodegradable polimers seperti HPMC hydroxypropyl

methyl cellulose, PVA polyvinyl alcohol, PLA polygly colic Acid, PCL polycaprolactones,

serta non-biodegradable polymers seperti EVA ethylene vinyl acetate atau hydrogels.

- bentuk formulasi obat: apakah suspensi atau emulsi.

Drug reservoir/oklusi pungtum

Untuk mempertahankan sisa air mata yang ada dengan cara menutup punktum lakrimal baik

secara permanen dengan melakukan kauter pungtum, atau sementara dengan menggunakan

punctum plug Yang dimasukkan ke dalam kanalikulus inferior dengan tujuan preservasi air

mata (ocular inserts)

23

Page 24: Referat Mata

Vitamin A: membantu stimulasi sel-sel permukaan mata terutama bila terjadi

kerusakan epitel kornea.

Autologous serum: serum yang didapat dari darah penderita diencerkan dengan

artificial tears dan dipakai sebagai obat tetes mata. Larutan ini tanpa pengawet, tidak

antigenik, mengandung growth factors, fibronectin, immunoglobulins, and vitamins dengan

konsentrasi sama bahkan lebih tinggi dari airmata.

Mucolytic agents: N-acetylcysteine drops 10% (Mucomyst) untuk mengurangi mucus,

filaments atau plaques.

Pada keadaan dry eye berat dapat dipertimbangkan pemakaian bandage contact lens, inserts,

atau pungtum plugs atau oklusi, kacamata goggles.

Tindakan operatif dapat dilakukan bila terjadi kerusakan kornea pada kasus berat seperti

amnion membrane transplantation, limbal allograft, tarsorrhapy.

Emerging therapy seperti:

- terapi hormonal (topical androgen, fetoestrogen)

- secretagogues (substansi yang dapat meningkatkan aktivitas sel acinar kelenjar serta sintesa

protein, seperti oral pilocarpine and cevimeline)

- Cytokine-blocking agents

- P2Y2 receptor agonist . Diquafosol, yang dapat meningkatkan aliran air mata dan produksi

aquous dari kelenjar lakrimal serta mucin dari sel goblet.

Konsultasi ke cabang ilmu kedokteran lain seperti penyakit dalam, reumatologi, obstetrik

ginekologi, andrologi, apabila disertai kelainan sistemik.

Prinsip pengobatan dry eye

Pada kasus dry eye ringan, cukup dengan tetes air mata, lubrikan pada malam hari,

kompres hangat dan massage kelopak mata jika disertai radang tepi kelopak mata (blefaritis).

Pada kasus berat (pasca Stevens Johnson.s syndrome, trauma kimia/luka bakar) dapat

dipertimbangkan pemakaiaan bandage contact lens, autologus serum, terapi hormonal,

cyclosporine tetes mata, oklusi pungtum bahkan tindakan operasi bila terjadi komplikasi

kornea

3.10. Prognosis

Penyakit ringan biasanya memberi respon terhadap air mata buatan. Penyakit berat seperti

yang ditemukan pada reumatoid Sjogren sulit diterapi.

24

Page 25: Referat Mata

BAB IV

KESIMPULAN

Pada umumnya prognosis tajam penglihatan baik, hanya terapi harus terus menerus selama

masih ada keluhan. Pemakaian obat tetes air mata secara terus menerus terutama yang

mengandung preservative dapat menimbulkan efek toksik kornea. Deteksi dini dan

pengobatan intensif bila terjadi komplikasi akan sangat membantu mencegah kerusakan yang

lebih berat.

25

Page 26: Referat Mata

DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan D.G, Asbury T, Riordan-Eva P. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Ilustrasi

Laurael V.S. Alih Bahasa Jan Tambajong, Bram U. Pendit. Editor Y. Joao Suyono.

Penerbit Widya Medika. Yakarta 2000. Hal 96 – 97

2. Sidarta I. Ilmu Penyakit mata Edisi ketiga. Balai Penerbit FKUI. Jakarta 2004, hal

140 – 141

3. James B, Chew C, Bron A. Lecture Notes Oftalmologi Edisi 9. Alih Bahasa Asri Dwi

Rachmawati. Editor Amalia Safitri. Penerbit Erlangga . Jakarta Hal 55-57

4. Vaughan, Asbury dkk. Oftalmologi Umum. Edisi 17. Paul Riordan-Eva, John P.

Whitcher. Alih bahasa, Brahm. Pendit ; Editor edisi bahasa indonesia, Diana Susanto.

Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta. 2009. Hal : 91-95

5. http://www.dexamedica.com/images/

publication_upload071203937713001196646105okt-nov2007%20new.pdf

6. http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/154_11_Sindromadryeye.pdf/

154_11_Sindromadryeye.html

26