Referat Tension Pneumothoraks - Elvira

25
KATA PENGANTAR Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahNya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam senantiasa junjungkan ke hadirat Nabi Muhammad SAW, semoga rahmat dan hidayahnya selalu tercurah kepada kita selaku umatnya. Saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh pengajar di SMF Bedah khususnya kepada dr. Rugun Maria Elizabeth Tobing, Sp.BTKV atas bimbingannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Sebagai manusia saya menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi saya yang sedang menempuh pendidikan dan bagi kelompok-kelompok selanjutnya. 1

description

bhbhbjh

Transcript of Referat Tension Pneumothoraks - Elvira

Page 1: Referat Tension Pneumothoraks - Elvira

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahNya

sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam senantiasa

junjungkan ke hadirat Nabi Muhammad SAW, semoga rahmat dan hidayahnya selalu

tercurah kepada kita selaku umatnya.

Saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh pengajar di SMF Bedah

khususnya kepada dr. Rugun Maria Elizabeth Tobing, Sp.BTKV atas bimbingannya

sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Sebagai manusia saya menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata

sempurna, sehingga saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari

semua pihak. Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi saya yang

sedang menempuh pendidikan dan bagi kelompok-kelompok selanjutnya.

Jakarta, 10 Agustus 2010

Penyusun

DAFTAR ISI

1

Page 2: Referat Tension Pneumothoraks - Elvira

KATA PENGANTAR........................................................................................................1

DAFTAR ISI.....................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................4

II.1. ANATOMI RONGGA DADA..................................................................................4

II.2. TENSION PNEUMOTORAKS...............................................................................8

II.2.1. DEFINISI.........................................................................................................8

II.2.2. PATOFISIOLOGI............................................................................................8

II.2.3. MANIFESTASI KLINIS....................................................................................9

II.2.4. PENYEBAB.....................................................................................................9

II.2.5. DIAGNOSIS..................................................................................................10

II.2.6. PENATALAKSANAAN..................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................18

2

Page 3: Referat Tension Pneumothoraks - Elvira

BAB I

PENDAHULUAN

Pneumothoraks adalah suatu keadaan dimana terdapat akumulasi udara bebas

dalam cavum pleura yang menyebabkan kolapsnya paru pada sisi yang terkena.

Pneumothoraks yang terjadi pada orang sehat tanpa adanya penyakit paru  disebut

sebagai pneumothoraks primer. Sedangkan pneumothoraks yang disebabkan oleh

penyakit paru disebut sebagai pneumothoraks sekunder. (Jeffrey Glenn, 2010)

Insidensi tahunan untuk pneumothoraks primer adalah 18-28/100000 populasi

untuk laki-laki dan 1.2-6/100000 populasi untuk perempuan. Sedangkan insiden

tahunan untuk pneumothoraks sekunder adalah 6.3/100000 populasi untuk laki-laki dan

2.0/100000 populasi untuk perempuan. Angka perawatan rumah sakit untuk kedua jenis

pneumothoraks ini dilaporkan sebanyak 5.9/100000 orang per tahun untuk perempuan

dan 16.7/100000 orang per tahun untuk laki-laki. Sedangkan angka kematian pada

tahun 1991 dan 1995 mencapai 0.62/juta orang per tahun untuk wanita dan 1.26/juta

orang per tahun untuk laki-laki.

Pneumothoraks merupakan suatu kondisi yang mengancam nyawa, karena

tekanan dalam rongga intrapleural meningkat, jantung dan struktur mediastinum

terdorong ke sisi kontralateral dan mengganggu fungsi kardiopulmonal, sehingga

memerlukan observasi maksimal dan penatalaksanaan yang tergantung pada jenis dan

beratnya pneumothoraks yang terjadi.

3

Page 4: Referat Tension Pneumothoraks - Elvira

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. ANATOMI RONGGA DADA

Kerangka rongga thoraks, meruncing pada bagian atas dan berbentuk kerucut

terdiri dari sternum, 12 vertebra torakalis, 10 pasang iga yang berakhir di anterior dalam

segmen tulang rawan dan 2 pasang yang melayang. Kartilago dari 6 iga memisahkan

artikulasio dari sternum, kartilago ketujuh sampai sepuluh berfungsi membentuk tepi

kostal sebelum menyambung pada tepi bawah sternum. Perluasan rongga pleura di

atas klavicula dan di atas organ dalam abdomen penting untuk dievaluasi pada luka

tusuk. (Warko Karnadihardja, 2005)

Muskulus pektoralis mayor dan minor merupakan muskulus utama dinding

anterior toraks. Muskulus latisimus dorsi, trapezius, rhomboideus, dan muskulus gelang

bahu lainnya membentuk lapisan muskulus posterior dinding posterior toraks. Tepi

bawah muskulus pektoralis mayor membentuk lipatan/plika aksilaris posterior. (Warko

Karnadihardja, 2005)

Gambar 2.1. Anatomi Rongga Dada

4

Page 5: Referat Tension Pneumothoraks - Elvira

Terdapat otot-otot yang menempel pada rangka dada yang berfungsi penting

sebagai otot pernafasan. Otot-otot yang berfungsi dalam bernafas adalah sebagai

berikut :

- interkostalis eksterrnus (antar iga luar) yang mengangkat masing-masing iga.

- sternokleidomastoid yang mengangkat sternum (tulang dada).

- skalenus yang mengangkat 2 iga teratas.

- interkostalis internus (antar iga dalam) yang menurunkan iga-iga.

- otot perut yang menarik iga ke bawah sekaligus membuat isi perut mendorong

diafragma ke atas.

- otot dalam diafragma yang dapat menurunkan diafragma.

Gambar 2.2. Otot-Otot Pernapasan

Dada berisi organ vital paru dan jantung, pernapasan berlangsung dengan

bantuan gerak dinding dada. Inspirasi terjadi karena kontraksi otot pernapasan yaitu

muskulus interkostalis dan diafragma, yang menyebabkan rongga dada membesar

sehingga udara akan terhisap melalui trakea dan bronkus. (Warko Karnadihardja, 2005)

Pleura adalah membran aktif yang disertai dengan pembuluh darah dan limfatik.

Rongga pleura terlihat antara minggu ke-4 sampai ke-7 kehamilan dan dibatasi oleh

splanknopleura dan somatopleura, yang kemudian membentuk pleura viseral dan

5

Page 6: Referat Tension Pneumothoraks - Elvira

parietal. Rongga pleura adalah sebuah rongga potensial yang melapisi dinding rongga

dada. Dalam keadaan normal, rongga pleura hanya berisi sedikit cairan pleura.

(Jose Acosta, 2007)

Pleura parietalis dibagi menjadi empat area. Pleura servikal atau cupula,

menutupi bagian apeks hemithorax dan meluas di atas iga pertama untuk bergabung

dengan jaringan ikat yang dikenal sebagai fasia Sibson. Pleura kostal membatasi

permukaan dalam sternum, iga, vertebra dan melekat pada dinding dada melalui fasia

endotorasik, suatu lapisan jaringan ikat longgar. Pleura mediastinal meliputi perikardium

dan struktur mediastinum lainnya. Pleura diafragmatika yang membatasi diafragma, di

mana pleura ini terikat kuat pada tendon diafragma dan membentuk lantai dari rongga

pleura. (Jose Acosta, 2007)

Pleura viseral berlanjut sampai ke hilus dan mediastinum bersama – sama

dengan pleura parietalis, yang melapisi dinding dalam toraks dan diafragma. Pleura

sedikit melebihi tepi paru pada setiap arah dan sepenuhnya terisi dengan ekspansi paru

– paru normal, hanya ruang potensial yang ada. Dalam kondisi normal, membran pleura

viseral dan parietal dipisahkan oleh sebuah lapisan tipis cairan, yang berfungsi sebagai

pelumas. Cairan ini dibentuk sebagai ultrafiltrat plasma tetapi mengandung molekul

yang disekresikan oleh sel mesotelial pleura yang memiliki sifat seperti surfaktan.

Pasokan darah arteri pleura parietalis berasal dari arteri sistemik, termasuk interkostal

posterior, mammaria interna, mediastinal anterior, dan arteri frenikus superior. Pasokan

darah pleura viseral berasal dari sistemik dan pulmonal. Biasanya, kapiler paru

membentuk jaringan subpleural dari pleura viseral. Fibrosis dan inflamasi meningkatkan

kontribusi cabang-cabang dari arteri bronkial untuk pasokan arteri pleura viseral.

Drainase limfatik pleura parietalis adalah ke kelenjar getah bening regional, termasuk

interkostal, mediastinal, dan kelenjar getah bening frenikus. Pleura viseral limfatik

membentuk pleksus subpleural ketika mereka mesh dengan limfatik paru superfisial.

Subpleural pleksus ini kemudian mengalir ke kelenjar getah bening mediastinum.

Pleura parietalis kaya dengan innervated oleh saraf interkostal, kecuali pleurae

mediastinum dan pusat parietal diafragma, yang innervated oleh saraf frenikus. Pleura

6

Page 7: Referat Tension Pneumothoraks - Elvira

viseral tidak sensitif dan innervated oleh cabang vagal dan sistem simpatik.

(Jose Acosta, 2007)

Gambar 2.3. Pleura

Diafragma bagian muskular perifer berasal dari bagian bawah iga keenam

kartilago kosta, dari vertebra lumbalis, dan dari lengkung lumbokostal, bagian muskuler

melengkung membentuk tendo sentral. Nervus frenikus mempersarafi motorik dari

interkostal bawah mempersarafi sensorik. Diafragma yang naik setinggi putting susu,

turut berperan dalam ventilasi paru – paru selama respirasi biasa atau tenang sekitar

75%. (Warko Karnadihardja, 2005)

7

Page 8: Referat Tension Pneumothoraks - Elvira

II.2. TENSION PNEUMOTORAKS

II.2.1. DEFINISI

Tension pneumotoraks adalah keadaan dimana terdapat akumulasi udara bebas

dalam cavum pleura. Bila udara hanya dapat masuk ke rongga pleura pada inspirasi

dan tidak dapat keluar saat ekspirasi. Pada pneumotoraks ventil ini udara yang

terperangkap dalam rongga pleura bertambah dengan cepat yang menyebabkan

rongga pleura tersebut makin membesar, sehingga mendesak mediastinum serta

pembuluh-pembuluh darah di situ dengan akibat gangguan sirkulasi. (David Sutton,

2008)

II.2.2. PATOFISIOLOGI

Tension pneumorothorax berkembang ketika terjadi one-way-valve (fenomena

ventil), kebocoran udara yang berasal dari paru-paru atau melalui dinding dada masuk

ke dalam rongga pleura dan tidak dapat keluar lagi (one-way-valve). Akibat udara yang

masuk ke dalam rongga pleura dan tidak dapat keluar lagi, maka tekanan di intrapleural

akan meningkat, paru-paru menjadi kolaps dan terdesak ke sisi kontralateral sehingga

menyebabkan hipoksia karena mengganggu pertukaran gas efektif, mediastinum

terdorong ke sisi berlawanan dan menghambat pengembalian darah vena ke jantung

(venous return). Hipoksia dan penurunan aliran balik vena ini disebabkan oleh kompresi

dinding atrium yang mengganggu fungsi jantung. Tension pneumotoraks dapat

menyebabkan kolaps kardiovaskuler. Penurunan cardiac output jantung menyebabkan

hipotensi dan pada akhirnya kematian kepada pasien, jika tidak diobati. (Jeffrey Glenn

Bowman, 2010)

Banyak peneliti masih memperdebatkan mekanisme pasti dari kolapsnya sistem

kardiovaskuler, tapi umumnya, mereka percaya bahwa kondisi ini terjadi akibat

perpaduan antara efek mekanik dan hipoksia. Efek mekanik bermanifestasi akibat

kompresi vena cava superior dan inferior karena pergeseran mediastinum dan

peningkatan tekanan intratorakal. Hipoksia menyebabkan resistensi pembuluh darah

pulmonal meningkat melalui vasokonstriksi. Selain itu, penurunan cardiac output dan

8

Page 9: Referat Tension Pneumothoraks - Elvira

asidosis metabolik yang memburuk menyebabkan penurunan suplai oksigen ke

jaringan perifer, dan kemudian menginduksi metabolism anaerob. Jika hal ini tidak

dapat ditangani dengan cepat, hipoksemia, asidosis metabolik, dan penurunan cardiac

output menyebabkan cardiac arrest dan kematian. (H Scott Bjerke, 2009)

II.2.3. MANIFESTASI KLINIS

Interpretasi klinik dari adanya tanda dan gejala tension pneumotoraks penting

untuk mendiagnosis dan penatalaksanaannya. (H Scott Bjerke, 2009)

Manifestasi awal

o Nyeri dada (90%)

o Dyspnea (80%)

o Ansietas

o Takipnea

o Takikardia

o Perkusi hipersonor pada sisi yang terkena

o Penurunan suara napas pada sisi yang terkena

Manifestasi lanjut

o Penurunan kesadaran

o Pergeseran trakea ke sisi kontralateral

o Hipotensi

o Distensi vena jugularis (tidak terjadi pada hipotensi berat)

o Sianosis

(H Scott Bjerke, 2009)

9

Page 10: Referat Tension Pneumothoraks - Elvira

II.2.4. PENYEBAB

Penyebab tersering dari tension pneumotoraks adalah komplikasi penggunaan

ventilasi mekanik (ventilator) dengan ventilasi tekanan positif pada penderita dengan

kerusakan pada pleura viseral. Tension pneumotoraks dapat timbul sebagai komplikasi

dari penumotoraks sederhana akibat trauma toraks tembus atau tajam dengan

perlukaan parenkim paru tanpa robekan atau setelah salah arah pada pemasangan

kateter subklavia atau vena jugularis interna. Kadangkala defek atau perlukaan pada

dinding dada juga dapat menyebabkan tension pneumotoraks, jika salah cara menutup

defek atau luka tersebut dengan pembalut (occhusive dressings) yang kemudian akan

menimbulkan mekanisme flap-valve. Tension pneumotoraks juga dapat terjadi pada

fraktur tulang belakang toraks yang mengalami pergeseran (displaced thoracic spine

fractures).(McPherson JJ, 2006)

Beberapa tindakan yang dilakukan di RS dapat menyebabkan pneumotoraks

iatrogenik atau tension pneumotoraks. Misalnya insersi selang ke dalam dada yang

tidak benar, terapi ventilasi mekanik, kanulasi vena sentral, resusitasi kardiopulmonal,

terapi oksigen hiperbarik, biopsy paru transbronkial atau transtorakal; biopsi atau

pembedahan hepar. (McPherson JJ, 2006)

Tension pneumotoraks sekunder atau spontan mungkin dapat terjadi pada

beberapa kondisi medis seperti asma, PPOK, pneumonia (khususnya Staphylococcus,

Klebsiella, Pseudomonas, and Pneumocystis), pertusis, tuberculosis, abses paru, dan

fibrosis kistik. Pada gangguan paru seperti asma dan emfisema, hiperekspansi merusak

alveoli. Peningkatan tekanan pulmonal akibat batuk dengan sekresi mukus bronkus

atau phlegm juga memegang peranan. Marfan syndrome berkaitan dengan peningkatan

risiko pneumotoraks. (McPherson JJ, 2006)

II.2.5. DIAGNOSIS

Diagnosis tension pneumothoraks ditegakkan berdasarkan gejala klinis, dan

tetapi tidak boleh terlambat oleh karena menunggu konfirmasi radkologi. Penemuan

klasik seperti distress pernapasan, hipotensi, suara napas melemah pada satu 10

Page 11: Referat Tension Pneumothoraks - Elvira

hemithorax, hipersonor saat perkusi, distensi vena jugularis, deviasi trakea menjauh

dari sisi yang terkena dan pergeseran struktur mediastinum ke sisi yang tidak terkena.

Ketika sebuah selang tidak dapat dimasukkan secara langsung ke dalam dada,

misalnya sebelum tiba di rumah sakit, rongga pleura dapat didekompresi dengan jarum

kaliber besar. Sayangnya, tidak semua manifestasi klinis tension pneumotoraks dapat

terlihat pada pemeriksaan fisik. Hipersonor saat perkusi mungkin sulit dideteksi pada

daerah yang bising. Distensi vena jugularis mungkin tidak ditemukan pada pasien

hipovolemik. Deviasi trakea adalah penemuan yang terakhir dan sering tidak jelas pada

pemeriksaan klinis. Secara singkat, tiga gejala klinis yang cukup untuk membuat

diagnosis tension pneumotoraks adalah distress pernapasan atau hipotensi, penurunan

suara napas, dan hipersonor saat perkusi dada. Penemuan foto rontgen dada yang

mungkin tervisualisasi adalah pergeseran struktur mediastinal, depresi hemidiafragma,

dan radiolusen dengan gambaran kolapsnya paru. (F. Charles Brunicardi, 2010)

Tanda Klasik

Trakea

Ekspansi ↑

Perkusi ↑

Suara napas ↓

Vena leher ↑

Pemeriksaan Fisik

Inspeksi : Dapat terjadi pencembungan, dinding dada sisi yang sakit

tertinggal saat pergerakan nafas.

Palpasi : Sela iga pada sisi yang sakit dapat normal atau melebar,

iktus cordis terdorong kesisi thoraks yang sehat dan vokal fremitus

melemah atau menghilang.

Perkusi :Hipersonor sampai timpani, batas jantung terdorong ke

thoraks yang sehat, apabila tekanannya tinggi.

11

Page 12: Referat Tension Pneumothoraks - Elvira

Auskultasi: Suara nafas melemah sampai menghilang, nafas dapat

amforik apabila terdapat fistel yang cukup besar.

Disamping keluhan-keluhan dan gejala-gejala klinis diatas, diagnosis pasti

dengan pemeriksaan foto rontgen dada.

Gambaran Radiologis

Bayangan udara dalam rongga pleura memberikan bayangan radiolusen tanpa

struktur jaringan paru (avascular pattern) dengan batas paru berupa garis radioopak

tipis yang berasal dari pleura viseral. (Kahar Kusumawidjaja, 2000) Pada foto terlihat

bayangan udara dari pneumothoraks yang berbentuk cembung, yang memisahkan

pleura parietalis dengan pleura viseralis. Bila pneumothoraksnya tidak begitu besar,

foto dengan pernapasan dalam (inspirasi maksimal) pun tidak akan menunjukkan

kelainan yang jelas. Dalam hal ini dianjurkan membuat foto dada dengan inspirasi dan

ekspirasi maksimal. Selama ekspirasi maksimal udara dalam rongga pleura lebih

terdorong ke apeks, sehingga rongga intrapleura di apeks jadi lebih besar. Selain itu

terdapat perbedaan densitas antara jaringan paru dan udara intrapleura sehingga

memudahkan dalam melihat pneumothoraks, yakni terdapatnya kenaikan densitas

jaringan paru selama ekspirasi tapi tidak menaikkan densitas pneumothoraks. (Asril

Bahar, 2005)

Foto lateral decubitus pada sisi yang sehat dapat membantu dalam

membedakan pneumothoraks dengan kista atau bulla. Pada pneumothoraks udara

bebas dalam rongga pleura lebih cenderung berkumpul pada bagian atas sisi lateral.

(Asril Bahar, 2005)

Jika pneumothoraks luas, akan menekan jaringan paru kearah hilus atau paru

menjadi kuncup/kolaps di daerah hilus dan mendorong mediastinum ke arah

kontralateral. Selain itu sela iga menjadi lebih lebar. (Kahar Kusumawidjaja, 2000)

Udara dalam cavum pleura jadi lebih radiolusen dibandingkan paru-paru yang

bersebelahan dengan pneumothoraks tersebut, terutama sekali jika paru-paru

berkurang volumenya, dimampatkan atau terkena penyakit yang meningkatkan

kepadatan paru. (Joten H.J., Andrew B.C., 1993)

12

Page 13: Referat Tension Pneumothoraks - Elvira

Hasil diagnosa mungkin tidak dapat terlihat dalam foto polos. Oleh karena itu, CT

dapat digunakan jika informasi mengenai ada atau tidak adanya pneumothoraks adalah

hal yang sangat penting, karena pneumothoraks relatif lebih mudah dideteksi pada CT

sesuai potongan aksis. (Joten H.J., Andrew B.C., 1993)

Gambar 2.4. Tension pneumotoraks pada sisi kiri dengan tanda klasik

Gambar 2.5. CT-scan Tension Pneumotoraks

II.2.6. PENATALAKSANAAN

Tindakan darurat yang perlu dilakukan ialah pembebasan jalan napas (A),

pemberian napas buatan dan ventilasi paru (B), dan pemantauan aktivitas jantung dan

peredaran darah (C). Tindakan darurat pada tension pneumotoraks juga mencakup

membutuhkan dekompresi segera dan penanggulangan awal dengan cepat berupa

13

Page 14: Referat Tension Pneumothoraks - Elvira

insersi jarum yang berukuran besar pada sela iga kedua linea midklavikula pada

hemitoraks yang mengalami kelainan. Tindakan ini akan mengubah tension

pneumotoraks menjadi pneumotoraks sederhana (catatan : kemungkinan terjadi

pneumotoraks yang bertambah akibat tertusuk jarum). Evaluasi ulang selalu diperlukan.

Tetapi definitif selalu dibutuhkan dengan pemasangan selang dada (chest tube) pada

sela iga ke 5 (sejajar garis putting susu) di linea axillaris anterior. (F. Charles Brunicardi,

2010)

Gambar 2.6. Torakostomi

Metode Penggunaan Water Seal Drainage (WSD)

Penggunaan WSD dengan selang dada pertama kali dikenalkan pada tahun

1875, dan penggunaan missal pertama adalah pada tahun 1917 ketika terjadi epidemik

influenza. Selang drainase interkostal atau WSD dalam bentuk modern telah digunakan

sejak tahun 1916 ketika Kenyon menggambarkan sebuah “Siphon” metode untuk terapi

hemothoraks akibat trauma. Walaupun alat ini sangat efektif dalam pengobatan, akan

tetapi kelemahan alat ini berkisar antara trauma pada dada dan abdominal bagian

viscera dari trocars yang tajam di tangan operator yang belum ahli. Kelemahan yang

lain dari pemasangan selang ini adalah terbentuknya fissura pada dinding dada. Selang

drainase yang masih mengeluarkan gelembung udara sangat berbahaya untuk di klem,

karena hal tersebut dapat mengubah pneumotoraks yang awalnya minimal menjadi

tension pneumotoraks. Keberhasilan akan dicapai bila paru-paru mengembang dengan

sempurna paling kurang selama 24 jam sebelum selang drainase boleh dicabut. Cara

yang efisien untuk mendeteksi sisa udara dalam paru adalah dengan meng-klem selang

drainase tersebut selama beberapa jam dan kemudian dilakukan foto thorak, kebocoran 14

Page 15: Referat Tension Pneumothoraks - Elvira

udara sedikit atau sedang yang masih ada dapat dideteksi dengan cara ini sehingga

dapat dihindarkan penggunaan selang drainase yang berulang. Penggunaan analgetik

dalam selang drainase ini masih kurang di teliti. Injeksi anestesi lokal pada intrapleura

(20-25 ml = 200-250mg, 1% lignocaine) secara bolus dengan interval 8 jam dapat

dengan aman mengurangi rasa sakit tanpa mempengaruhi gas darah. (M Henry, T

Arnold. 2003)

Water Seal Drainage (WSD) adalah suatu sistem drainage yang menggunakan

water seal untuk mengalirkan udara atau cairan dari cavum pleura (rongga pleura).

Dalam keadaan normal rongga pleura memiliki tekanan negatif dan hanya terisi sedikit

cairan pleura atau lubrican.

Tujuan

Mengalirkan atau drainage udara atau cairan dari rongga pleura untuk

mempertahankan tekanan negatif rongga tersebut.

Perubahan Tekanan Rongga Pleura

Tekanan                Istirahat         Inspirasi            Ekspirasi

Atmosfir                   760                   760                     760

Intrapulmoner 760                   757                     763

Intrapleural              756                   750                     756

Indikasi Pemasangan WSD :

• Hemotoraks, efusi pleura

• Pneumotoraks ( > 25 % )

• Profilaksis pada pasien trauma dada yang akan dirujuk

• Flail chest yang membutuhkan pemasangan ventilator

Kontraindikasi Pemasangan WSD :

• Infeksi pada tempat pemasangan

• Gangguan pembekuan darah yang tidak terkontrol.

15

Page 16: Referat Tension Pneumothoraks - Elvira

Cara Pemasangan WSD :

1. Tentukan tempat pemasangan, biasanya pada sela iga ke IV dan V, di linea

aksillaris anterior dan media.

2. Lakukan analgesia / anestesia pada tempat yang telah ditentukan.

3. Buat insisi kulit dan sub kutis searah dengan pinggir iga, perdalam sampai

muskulus interkostalis.

4. Masukkan Kelly klemp melalui pleura parietalis kemudian dilebarkan. Masukkan

jari melalui lubang tersebut untuk memastikan sudah sampai rongga pleura /

menyentuh paru.

5. Masukkan selang ( chest tube ) melalui lubang yang telah dibuat dengan

menggunakan Kelly forceps

6. Selang ( Chest tube ) yang telah terpasang, difiksasi dengan jahitan ke dinding

dada

7. Selang ( chest tube ) disambung ke WSD yang telah disiapkan.

8. Foto X- rays dada untuk menilai posisi selang yang telah dimasukkan.

Komplikasi dari pemasangan selang drainase interkostal ini adalah penetrasi

pada organ mayor seperti paru-paru, perut, limpa, hati, jantung, dan pembuluh darah

besar sehingga akan berakibat fata l. Kejadian ini akan terjadi bila trocar besi yang

dimasukkan secara tidak benar dalam prosedur pemasangan. Infeksi pleura merupakan

komplikasi lain dari pemasangan selang drainase ini, sehingga pemberian antibiotik

profilaksis harus dipertimbangkan dan teknik aseptik harus diterapkan pada segala

teknik pemasangan serta manipulasi dari sistem selang dada ini. Komplikasi lain yang

paling banyak terjadi adalah emfisema, walaupun ini hanya mengganggu dalam hal

kosmetik selama beberapa hari. Emfisema ini terjadi karena terbentuknya rongga berisi

udara pada jaringan subkutan. Hal ini dapat terjadi bila selang dada yang dipasang

16

Page 17: Referat Tension Pneumothoraks - Elvira

malposisi atau bergulung atau selang yang di klem. Emfisema juga dapat timbul bila

selang yang digunakan berukuran lebih kecil dari daerah bocor. Penanganan dari

emfisema ini biasanya secara konservatif, akan tetapi bila dalam kondisi menyebabkan

bahaya pada nyawa pasien maka dapat dilakukan trakeostomi, dekompresi insisi kulit,

dan pemasangan selang pada daerah subkutan. (M Henry, T Arnold. 2003)

Gambar 2.7. Pemasangan WSD

17

Page 18: Referat Tension Pneumothoraks - Elvira

DAFTAR PUSTAKA

Asril Bahar, 2005, Penyakit-penyakit Pleura, Buku Ajar Penyakit Dalam, Jilid II, Balai

Penerbit FKUI, Jakarta.

David Sutton, 2008, A Textbook of Radiology and Imaging, Ed. 5, Churchill Livingstone,

Edinburgh, london, Melbourne and New York.

F. Charles Brunicardi, dkk. In : Schwartz's Principles of Surgery. Edisi ke-9. New York:

The McGraw Hill Companies; 2010. hal 214.

Givens ML, Ayotte K, Manifold C. Needle thoracostomy: implications of computed

tomography chest wall thickness. Acad Emerg Med. Feb 2004;11(2):211-3.

Harcke HT, Pearse LA, Levy AD, Getz JM, Robinson SR. Chest wall thickness in

military personnel: implications for needle thoracentesis in tension

pneumothorax. Mil Med. Dec 2007;172(12):1260-3.

Jose Acosta, dkk. In : Sabiston Textbook of Surgery. Edisi ke-18. New York: Elsevier

Inc. 2007.

Joten H.J., Andrew B.C., 1993, Essentials of Radiologic Imaging, Ed. 6, Paul and Juhl,

Clippincott-Raven, Philadelphia.

Kahar Kusumawidjaja, 2000, Pleura dan Mediastinum, Radiologi diagnositik, Balai

Penerbit FKUI, Jakarta.

M Henry, T Arnold. 2003. BTS guidelines for the management of pneumothorax.

Thorax. Diunduh dari www.thorax.bmj.com

McPherson JJ, Feigin DS, Bellamy RF. Prevalence of tension pneumothorax in fatally

wounded combat casualties. J Trauma. Mar 2006;60(3):573-8

Noppen M, De Keukeleire T. Pneumothorax. Respiration. 2008;76(2):121-7. 

18

Page 19: Referat Tension Pneumothoraks - Elvira

Warko Karnadihardja. Dinding Toraks dan Pleura. Dalam : Sjamsuhidajat R, dkk,

(editor). Buku Ajar Ilmu Bedah. Buku II, Edisi kedua. Jakarta: EGC ; 2005. hal :

404 – 410.

Zengerink I, Brink PR, Laupland KB, Raber EL, Zygun D, Kortbeek JB. Needle

thoracostomy in the treatment of a tension pneumothorax in trauma

patients. Jan 2008;64(1):111-4. 

19