reffi wff rutg
-
Upload
vuongtuong -
Category
Documents
-
view
247 -
download
1
Transcript of reffi wff rutg
f;trxFIIf,'
€E.!te&
gEt5rre* w
Fxx5*xY
i';t:L* x
f;.E,fia1B
x
€*x&J3!*
€* *xx3
frl iltH ffiH P ru5,I
;
hrTI
reffi wff rutgdrcJUR*ALISME DAMAI DALAM PEMBERITAAN KONFLIK DI MEDIAOHLINE{Analisis lsi Pemberitaan Kompas.com dan Republika,co,id ten-tang Konflik Kelompok lslam Syiah di $ampang)Indah $uryawati dan lca Wulansari
I.AKI.I-AKI SEBAGAI KORBAN DALAM PERKAWINAN POLIGAIIII:(Analisis Semiotika Film Ayat-Ayat Ginta {AAC) Karya Hanung Bra-manQro)Eriya*to
PERAHAH HUMAS KEMENTERIA]T KE}IUTANAN DAI.AM PELAK-SANAAN EVENT INDO€REEN FORESTRY EXPO DI JAI(ARTAGC}'VENTION CEilTER 2912Rofiqoh Wulandari dan Linda lslami
REPRESENTASI KEKUASAAN DALAM KONFLIK KOMITE NASIO]SAL PEMUDA INDONESIA 2OO8-2O11 (Analisis Framing ZhongdanPan danGerald M. Kosicki Berita Kompasn Jurnal Nasional, dan Repubtika)Dudi lskandar
KO]IISTRUKSI TEORI KOMUNIT(ASI BERBASIS KEARIFAH LOI(ALTur*omo Rahar&
STRATEGI MEDIA RELATIOHS DAIAM NilE]TIINGKATKA}I CTTRA PE-RUSAHAAN {Studi Kasus pada Media Relations di PT J.Cotrcntrts&Coffee)*enada Faraswacyen, MedyaApriliansyah, dan Tigor Morris Maqpaung
GAYA KOMUNIKASI POLITIK PRESIDEN SUSILO BAMBANGYUDHOYONOI'Iawiroh Vera, Eko Putraboedirnan, dan Linda lslami
DAFTAR ISI
AVANT GARDE ISSN 2338-431X
Volume 1, Nomor I Juli 2013
JURNALISME DAMAI DALAM PEMBERITAAN KONFLIK DI MEDIA ONLINE(Analisis lsi Pemberitaan Kompas.com dan Republika.co.id tentang KonflikKelompok lslam Syiah diSampang)lndah Suryawati dan lca Wulansari
LAKI-LAKI SEBAGAI KORBAN DALAM PERKAWTNAN poLtcAMt: (AnatisisSemiotika Film Ayat'Ayat Cinta (AAC) Karya Hanung Bramantyo)Eriyanto
PERANAN HUMAS KEMENTERIAN KEHUTANAN DALAM PELAKSANAANEVENT INDOGREEN FORESTRY EXPO DI JAKARTACONVENTION CENTER 2012Rofiqoh Wulandaridan Linda lslami
REPRESENTASI KEKUASAAN DALAM KONFLIK KOMITE NASIONAL PEMUDAfNDONESIA 2008-2011(Analisis Framing Zhongdan pan danGerald M. Kosicki Berita Kompas, Jurnal Nasional, dan Republika)Dudi lskandar
KONSTRUKSI TEORI KOMUNIKASI BERBASIS KEARIFAN LOKALTurnomo Rahardjo
STRATEGI MEDIA RELATIONS DALAM MENINGKATKAN CITRAPERUSAHAAN (Studi Kasus pada Media Relations di pT J.CoDonuts&Goffee)Denada Faraswacyen, Medya Apriliansyah, dan Tigor Morris Marpaung
GAYA KOMUNIKASI POLITIK PRESIDEN SUSILO BAMBANGYUDHOYONONawiroh Vera, Eko Putraboediman, dan Linda lslami
20
41
59
73
86
95
i
I
I
I
tb
KONSTRUKSI TEORI KOMUNIKASIBERBASIS KEARIFAN LOKAL
Turnomo RahardjoJurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Diponegoro
ABSTRACT
Communication as an academic discipline has been studied for more than half a century at colleges anduniversities in Indonesia. Despite of more than 50 years of studying, thetheoretical perspectives thqt has beendiscussed among scholars and researchers mostly arethe product of Western togical discourses. The practice ofintellectual exercisesconducted among academic milieu is limited to the verification of the Westerncommunication theories, leaving out any effort ofexploring local insight to construct theoretical ideas that arerelevant to the context of indigenous communication problems. Communication scholars of China, Japan, andKorea hsve done a lot of scholarly works to build communication theories based on their local wisclom. Indeedthose practices should be able to drive the Indonesictn communiccttion academics to explore the philosophical,moral teachings, and local understandings existed within their surroundings through research initicttiyes.
Key lVords: construction theory, local wisdom
Pendahuluan
Dalam catatan sejarah (Littlejohn& Foss, 2005: 3), studi akademis tentangkomunikasi di Amerika Serikat dimulaisetelah Perang Dunia I ketika kemajuanteknologi dan literasi telah menjadikankomunikasi sebagai topik kajian.setelahPerang Dunia II, ilmu-ilmu sosial diakuisecara penuh sebagai disiplin ilmu, danperhatian kepada proses-proses psikologisdan sosial menjadi semakin intensif.Kajian komunikasi dikembangkan pada
paruh abad 20. Dalam perkembangannya
sekarang, banyak peneliti mengakuikomunikasi sebagai topik utama bagisemua pengalaman manusia. Karya-karyadari International Communication
Association (ICA) dan NationalCommunication Association (NCA)bersamaan dengan terbitnya sejumlahjurnal memperlihatkan apa yang sedang
terjadi dalam kajian komunikasi. Disiplinilmu komunikasi sekarang ini telah
menghasilkan teori-teori baru.
Di Indonesia, ilmu komunikasitelah dipelajari lebih dari setengah abad
melalui lembaga-lembaga pendidikantinggi. Perguruan tinggi pertama yangmenyelenggarakan pendidikan komunikasiadalah Akademi Ilmu Politik Yogyakartapada tahun t949 yang kemudian menjadiBagian Sosial Politik dari Fakultas HukumUniversitas Gadjah Mada (UGM).Perguruan tinggi ini sekarang kitamengenalnya sebagai Jurusan IlmuKomunikasi FISIPOL UGM.Jika dilihatperkembangannya hingg'a sekarang ini,jumlah perguruan tinggi di Indonesiayangmenyelenggarakan pendidikan komunikasisemakin meningkat secara kuantitas. Diberbagai wilayah, dapat dengan mudahdijumpai perguruan tinggi ilmukomunikasi, tidak saja di di kota-kotaPulau Jawa, tetapi telah menyebar keSumatera, Bali, Nusa Tenggara,Kalimantan, Sulawesi, Maluku hinggaPapua.
Dibalik peningkatan secara
kuantitas, ada persoalan yang perludiperbincangkan bersama, yaitu selama
tr
Avant Gorde I lurnol tlmu Komunikosi voL i- No.L Juti2aB ffi@
lebih dari 50 tahun kajian tentang ilmukomunikasi di Indonesia masih terlihat
"seragam". Hampir atau mungkin semua
perguruan tinggi melaksanakan kegiatan
pendidikan komunikasi dengan fokus
kajianyang kurang lebih "sama", yaitu
Jurnalistik, Hubungan Masyarakat,
Periklanan, Penyiaran, dan Manajemen
Komunikasi. Studi komunikasi di
Indonesia belum beranjak dari arus utama
tersebut.Persoalan kedua, pemikiran-
pemikiran teoritik komunikasi yang
menjadi bahan diskusi komunitas
pendidikan tinggi ilmu komunikasi
maupun praktisi komunikasi di Indonesia
masih sebatas atau bahkan berhenti pada
upaya melakukan verifikasi atau pengujian
terhadap teori-teori komunikasi yang
merupakan produk dari sejarah intelektual
Barat.Hingga saat ini belum cukup terlihat
upaya dari akademisi dan peneliti
komunikasi di Indonesia untuk menggali
kearifan lokal (local wisdom) guna
membangun gagasan-gagasan teoritik
komunikasi yang relevan dengan lingkuppersoalan komunikasi yang terjadi diIndonesia.
Sebagai gambaran awal, Shelton A.
Gunaratne (dalam Littlejohn & Foss, 2009:
47) dalam artikelnya menyebut secara
gamblang apa yang ia namakan sebagai
Teori Komunikasi Asia (Asian
Communication Theory). Menurut
Gunaratne, Teori Komunikasi Asia
merujuk pada kelompok literatur yang
mencakup konsep-konsep yang berasal
dari panbaaaan kembali esai-esai klasik
Asia, sintesis teoritis Timur-Barat,
eksplorasi ke dalam konsep-konsep
budaya Asia, dan refleksi kritis terhadap
teori Barat. Teori Komunikasi Asia yang
dimaksudkan dalam tulisan Gunaratne
memberi perhatian kepada filosofi besar
India dan China serta budaya dari' kawasan
diantara India dan China. Gunaratne tidak
satu pun menyebut pemikiran filosofisyang tumbuh dan berkembang di kawasan
Asia yang lain termasuk Indonesia.
Dalam konteks diskusi tentang
Teori Komunikasi Asia, para akademisi
dan peneliti komunikasi Jepang, Korea,
dan China telah melakukan praktik-praktik
intelektual guna menghasilkan teori-teori
komunikasi yang berbasis pada kearifan
lokal. Salah satu contohnya adalah
Chinese Harmony Theory yang diciptakan
oleh Guo-Ming Chen. Teori yang
dihasilkan pada tahun 2001 ini memiliki 4proposisi, 23 aksioma, dan 23 teorema
G4lam Littlejohn & Foss, 2009:95).Teoriini menjelaskan bahwa harmoni
merupakan nilai fundamental dalam
budaya China. Harmoni, bagi orang China
merupakan tujuan dari komunikasi
antarmanusia dimana pihak-pihak yang
berinteraksi mencoba untuk menyesuaikan
diri satu sama lain guna mencapai suatu
keadaan, yaitu interdependensi dan
kooperasi. Kemampuan untuk mencapai
harmoni dalam relasi antar manusia
merupakan kriteria utama yang dipakai
orang China untuk mengevaluasi
kompetensi komunikasi. Meningkatnya
kemampuan seseorang untuk mencapai
harmoni akan meningkatkan kompetensi
komunikasi.
Guo-Ming Chen dalam
membangun Chinese Harmony Theory
menggunakan konsep-konsep yang
berbasis pada kearifan lokal, yaitu
pertama, menginternalisasikan ien(kemanusiaan), yi (kejujuran), dan li(ritual); kedua, mengakomodasikan shi
(kemungkinan-kemungkinan dalam
konteks waktu/temporal), wei
Avont Gorde I lurnol llmu Komunikasi VoL L No.1Juli201-3 ffi
(kemungkinan-kemungkinan dalamkonteks ruang/spasial), dan 7i (awal suatu
tindakan); dan ketigasecara strategis
menerapkan guanxi (antarhubungan),
mientz ("wajah"), dan kekuasaan dalamtataran perilaku.
Dalam konteks keilmuan dan
filsafat, disadari atau tidak dominasipemikiran Barat terhadap pemikiran Timurmasih sangat besar.Pemikir Baratmenetapkan kriteria-kriteria tertentuterhadap pemikiran yang berasal dariTimur.Foucault G4!g!0 Takwin, 2001: 25-26) mengajukan tesis tentang hubunganantara pengetahuan dengan kekuasaan.Ia
melihat bahwa patokan keilmuan atau
filosofi tertentu sangat dipengaruhi("ditentukan") oleh kekuasaan yangdimiliki oleh pihak-pihak penyampaipatokan-patokan tersebut. Tesis Foucaultini dapat membantu kita untuk memahamimengapa Barat cenderung menolak filsafatTimur.Penentuan pemikiran Timur sebagai
"bukan filsafat" tidak lepas dari pengaruhkekuasaan Barat yang menetapkankriteria-kriteria mereka terhadap pemikiranTimur.Gagasan-gagas aL yang berasal dariTimur sering dianggap tidak rasional, tidaksistematis, dan tidak kritis. Namun,kehadiran gagasan tentang TeoriKomunikasi Asia danChinese HarmonyTheory karya Guo-Ming Chen sertapemikiran teoritik komunikasi Asialainnyaseperti Buddhist CommunicationTheory, Confucian CommunicationTheory, dan Japanese KuukiTheorybarangkali bisa menjadi jawaban
atas "ketidakpetcayaan" pemikir Baratselama ini terhadap pemikiran-pemikiranyang berasal dari Timur.
Dalam pandangan penulis,
pemikiran teoritik (komunikasi) Timur
lainnya termasuk di dalamnya pemikiranfilosofis, ajaran moral, dan kearifanlokalyang tumbuh dan berkembang dinegara kita perlu distimulasi kehadirannya,karena pada dasarnya gagasan-gagasan
teoritik merupakan konstruksi, yaitupemikiran yafig merepresentasikanberagam carayang dilakukan orang dalammemahami lingkungan mereka; dan upayauntuk memahami lingkungan tersebutdapat dilakukan tanpa mengenal batas-batas kewilayahan.
Konstruksi Teori (Komunikasi)
Teori tidak saja dipahami sebagaipenjelasan, tetapi juga sebuah caramengemas realitas, cara untuk memahamirealitas (Littlejohn & Foss, 2005: 4).Orang selalu merepresentasikan realitassecara simbolis dan menjalankannyadalam wilayah teori. Teori adalah sebuahsistem pemikiran, sebuah cara melihat.Kita tidak pernah dapat "melihat" realitassecara murni. Kita perlu menggunakanseperangkat konsep dan simbol untukmendefinisikan apa yang kita lihat, danteori-teori memberikan lensa yangmemungkinkan kita untuk mengobservasidan mengalami realitas.
Istilah teori komunikasi dapat
merujuk pada teori tunggal, namun teorikomunikasi dapat dipakai untuk memberilabel pada kearifan kolektif (collectivewisdom) yang ditemukan dalamkeseluruhan wujud dari teori-teori yangberkaitan dengan komunikasi. McQuail(2000: 12) menguraikan wujud nyata dariteori dan penelitian komunikasi dengan
merumuskan
sebagai berikut:
pertanyaan-p ertanyaan
L
Avant Garde I Jurnot tlmu Komunikosi VOL 7 No.lrtt;ffi
Who communicate to whom?. Siapa
berkomunikasi dengan siapa?
(sumber dan penerima).
Why communicate?. MengaPa
berkomunikasimaksud/tujuan).
(fungsi dan
How does communication take
place?. Bagaimana komunikasi
berlangsung? (saluran, bahasa,
kode).
What aboutT. Tentang apa (isi,
referensi, tipe informasi).
5. What are the outcomes ofcommunication?. Apa hasil dari
komunikasi (disengaja atau tidak
disengaja) terhadap informasi,
pemahaman, tindakan?.
McQuail (2010: 18) melengkapi pemikiran
sebelumnya dengan menguraikan
pertanyaan-pertanyaan untuk teori dan
penelitian tentang jejaring dan proses
komunikasi sebagai berikut:
1. Wo is connected to whom in agiven network and for what
purposeT. Siapa terhubungkan
dengan siapa dalam suatu jejaring
dan untuk maksud apa?.
2. What is the pattern and direction offlow?. Bagaimana pola dan arus
komunikasinya?
3. How does communication take
place?. Bagaimana komunikasi
berlangsung? (saluran, bahasa,
kode).
4. What types of content are
observed?. Tipe-tipe isi aPa Yang
diobservasi?.
5. What are the outcomes ofcommunication?. Apa hasil dari
komunikasi, disengaja atau tidak
disengaja?.
Dalam cara berpikir Barat, inti dari
konstruksi teori atau bagaimana sebuah
teori diciptakan adalah apa yang dikenal
dengan process of inquiry, yaitu kajian
pengalaman yang sistematis yang
mengarah pada pemah aman, pengetahuan,
dan teori (Littlejohn & Foss, 2008: 7)'
Orang terikat dalam inquiry ketika
berupaya untuk memahami sesuatu dalam
cara yang tertata. Proses inquiry yang
sistematis akan mencakup tiga tahapan,
yaitu:
1) Asking questions. Inquiry adalah
proses mengajukan PertanYaan-pertanyaan yang menarik,
signifikan, dan memberikanj awaban-jaw aban y ang sistematis.
P ertanyaan-pertanyaan yang
diajukan memiliki beragam tiPe,
yaitu pertanyaan-pertanyaan
tentang definisi (questions ofdefinition) terhadap konsep-konsep
sebagai jawaban, berupaya untuk
menjelaskan apa yang diobservasi
atau disimpulkan: Apa itu?.
Pertanyaan-pertanyaan tentang
fakta (questions of fact)menanyakan hal-hal (ytroperties)
dan hubungannya dengan apayargdiobservasi. Hal-hal tersebut berisi
tentang apa? Bagaimana hal-hal
tersebut berhubungan dengan hal-
hal lain? Pertanyaan-pertanyaan
tentang nllai (questions of value)
mengkaji tentang kualitas-kualitas
estetika, pragmatis, dan etis dari
hal-hal yang diobservasi. Apakah
menarik? Apakah efektifl Apakah
bagus?.
2) Observation. Para akademisi
berusaha mencari jawaban dengan
mengamati fenomena yang diteliti.
1.
2.
aJ.
4.
Avant Gorde I Jurnal llmu Komunikosi VOL L NO.1Juli 201-3
Metoda-metoda observasi berbeda
secara signifikan dari satu tradisike tradisi yang lain. Beberapa
akademisi melakukan observasi
dengan mengkaji catatan-catatan(records) dan artefak, akademisi
lainnya melalui keterlibatanpribadi, dan beberapa akademisi
lainnya menggunakan instrumen-
instrumen dan eksperimentasi yang. terkontrol, serta akademisi sisanya
menjalankan observasi dengan
mewawancarai orang. Apa pun
metoda yang digunakan, penelitimenjalankan beberapa metodayang direncanakan untukmenjawab pertanyaan-pertanyaan
(penelitian).
3) Constructing answers. Paraakademisi berupaya untukmendefinisikan, menerangkan, dan
menjelaskan guna membuatpenilaian dan interpretasi tentang
apa yang diobservasi. Tahapan inidikenal sebagai teori.
Tahapan-tahapan dalam inqury tidak bisa
dipahami secara linier, karena setiap
tahapan akan mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh tahapan yang lain.Observasi sering menstimulasi munculnyapertanyaan-pertanyaan baru; teori-teoridiperdebatkan melalui observasi dan
pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan.Teori-teori akan meng arah pada
pertanyaan-pertanyaan baru; dan observasi
sebagian ditentukan oleh teori.
Dalam catatan Sarantakos (1993:
9), konstruksi teori didasarkan pada
sebuah pendekatan sistematis yang
menggunakan prosedur-prosedur yangjelas, tersurat, dan formal dalam semua
aspek proses penelitian, yaitu dalammendefinisikan konsep-konsep, variabel-variabel, sistem-sistem penggolongan;
dalam mengembangkan proposisi-proposisi; dalam membuat pernyataan-
pernyataan; dan dalammengoperasionalkan dan mengukurkonsep-konsep dan variabel-variabel.
Maksud dari proses pemikiranmetodologis ini adalah agar sampai pada
seperangkat proposisi yang saling
berhubungan secara logis yang
menerangkan, menginterpretasikan,
menjelaskan danlatau memprediksifenomena sosial, sehingga dapat
diperkirakan dan diperkirakan kembaliserta akhirnya mengarah pada
pengembangan, penerimaan atau
modifikasi sebuah teori.
Proses konstruksi teori secara
deduktif diawali dari pengembangan
konsep-konsep sebagai bahan dasar dariteori, kemudian dilanjutkan dengan
melakukan analisis, pengujian, dan
pemahaman konsep-konsep serta
mengklasifikasikan konsep-konsep
tersebut ke dalam sistem atau kategori-kategori. Langkah berikutnya dalamkonstruksi teori adalah pengembangan
proposisi-proposisi, yaitu pernyataan-
pernyataan umum tentang hubungan antarakonsep-konsep.Proposisi-propo sisimenjawab pertanyaan "mengapa" (why)
dilawankan dengan konsep-konsep dan
sistem-sistem klasifikasi yang menjawabpertanyaan " apa" (what) -T ahapan terakhirdalam proses konstruksi adalah
dihasilkannya teori. Teori adalah
seperangkat proposisi yang saling
berhubungan secara logis yang disajikandalam sebuah cara yang sistematis yang
menjelaskan fenomena sosial. Teori adalah
Avont Garde I Jurnal llmu Komunikasi voL 7 No.i- Juli20L3 ffi
pemyataan-pernyataan yaflg
dikonstruksikan secara logis yang
meringkas dan mengorganisasikan
pengetahuan dalam sebuah kawasan
partikular, terbuka untuk diuji, dirumuskan
kembali, dimodifikasi, dan direvisi.
Berikut adalah sebuah contoh teori
komunikasi yang proses konstruksinya
menggunakan model atau logikahypothetico-deductive yang didasarkan
pada asumsi bahwa kita dapat memahami
dengan baik hal-hal yang komplek dengan
menganalisis bagian-bagian atau elemen-
elemennya. Jenis teori yang dihasilkan
dalam logika hypothetico-deductive adalah
nomothetic yang didasarkan pada empat
proses, yaitu 1) mengembangkan
pertanyaan-pertanyaan; 2) merumuskan
hipotesis; 3) menguji hipotesis; dan 4)
merumuskan teori (Littlejohn & Foss,
2005:23).
Charles Berger dan Richard
Calabrese mempublikasikan teori deduktiftentang interaksi awal antara individu-individu yang belum saling mengenal
(Baxter & Babbie, 2004: 73).Teori inidikenal sebagai Teori Pengurangan
Ketidakpastian (Uncertainty Reduction
Theory) yang memiliki peran penting
dalam banyak penelitian komunikasi
antarpribadi dan komunikasi
antarbudaya.Meskipun lingkup teori iniadalah interaksi awal, namun kemudian
diperluas dalam konteks interaksi
antarindividu yang tingkat hubungannya
sudah mapan.
Kedua teoritisi tersebut mencatat
bahwa ketika individu-individu yang
belum saling mengenal bertemu, maka
mereka termotivasi untuk mengurangi
ketidakpastian satu sama lain: apa yang
disukai orang lain? akankah ia menyrkai
saya? topik-topik apa yang obman" untuk
dibicarakan?, dan topik-topik apa yang
akan membuat tidak nyaman orang lain?
Inti dari teori Berger dan Calabrese adalah
asumsi bahwa komunikasi dalam interaksi
awal diarahkan pada upaya untuk
mengurangi ketidakpastian.
Berger dan Calabrese merumuskan
tujuh proposisi atau aksioma yang
disajikan sebagai landasan proses
penalaran deduktif, yaitu:
Aksioma 1: Ketika jumlah komunikasi
verbal antara individu-individu yang
belum saling mengenal meningkat, maka
tingkat ketidakpastian masing-masing
individu akan menurun. Ketikaketidakpastian terus dikurangi, makajumlah komunikasi verbal akan meningkat.
Dengan kata lain, semakin sering dua
individu berbicara bersama, maka
ketidakpastian diantara mereka akan
menurun.
Aksioma 2: Ketika ekspresi non verbal
tentang kesukaan (liking) meningkat, maka
ketidakpastian akan menurun.
Menurunnya tingkat ketidakpastian akan
menyebabkan meningkatnya ekspresi non
verbal tentang kesukaan. Dengan kata lain,
ketika orang lain tersenyum kepada kita,
maka kita merasa lebih pasti tentang orang
lain tersebut dan sebaliknya.
Aksioma 3: Tingkat ketidakpastian yang
tinggi akan meningkatkan perilaku
pencarian informasi (information-seeking
behavi or). Ketika ketidakpastian menurun,
maka pencarian informasi juga akan
menurun. Dengan kata lain, ketika kitamerasa tidak pasti tentang orang lain,
maka kita menanyakan banyak hal; sekali
kita memiliki beberapa kepastian tentang
Avant Garde I Jurnat llmu Komunikosi VoL 1 No.7 Juli20L3 ffi
orang lain, maka kita akan menghentikanrasa ingin tahu kita.
Aksioma 4: Ketidakpastian yang tinggiterjadi pada menurunnya kedekatan(intimacy) dalam isi komunikasi. Tataran
ketidakpastian yang rendah menghasilkan
tingkat kedekatan yang tinggi. Dengan
kata lain, ketika kita tidak pasti terhadap
seseorang, maka kita tidak banyakmengungkapkan hal-hal pribadi darikehidupan kita.
Aksioma 5: Ketidakpastian yang tinggidihasilkan dalam tingkat resiprositas yang
tinggi. Ketidakpastian yang rendahdihasilkan dalam tingkat resiprositas yang
rendah.Dengan kata lain, ketika kita tidakpasti tentang orang lain, maka kitacenderung bercermin pada komunikasiorang tersebut.
Aksioma 6: Kesamaan-kesamaan antaraindividu-individu akan mengurangiketidakpastian, sedangkan ketidaksamaan-ketidaksamaan akan meningkatkan
ketidakpastian. Dengan kata lain, ketikadua orang merasa bahwa mereka berbagisesuatu yang sama, maka akan mengurangiketidakpastian mereka satu sama lain.
Aksioma 7: Meningkatnya tataranketidakpastian akan menurunkan kesukaan
(liking); menurunnya ketidakpastian akan
meningkatkan kesukaan. Dengan kata lain,jika kita merasa tidak pasti terhadap
seseorang, maka kita tidak akan
menyukainya.
Teori Komunikasi (Perspektif Timur)
Gagasan tentang kemungkinanmunculnya pemikiran teoritik komunikasidalam cara pandang Timur disampaikan
oleh Kincaid (dalam Littlejohn, 1999:4-6).Ia mengemukakan pandangan yang cukup
menguntungkan bagi munculnya gagasan
konseptual tentang komunikasi dengan
mengkontraskan pandangan Barat dengan
pandangan Timur yang dapat disimak pada
tabel berikut.
TABEL 1
Teori Komunikasi Dalam PerspektifBarat dan Timur
Sumber: Stephen W. Littlejohn, Theories of HumanCommunication, Sixth Edition, 1999: 4-6.
Dalam catatan Littlejohn (1999:.
41), komunikasi dalam perspektif Timurmemiliki kesamaan dengan Teori Sistem,karena cara pandang Timur tentang
komunikasi menekankan pada keseluruhan(wholeness) yang menjadi inti(centerpiece) dari Teori Sistem. Dalamarti, sistem merupakan keseluruhan yang
bersifat unik.Ia mencakup pola hubungan(relationship) yang berbeda dengan sistemyang lain. Keseluruhan lebih dari sekadar
penjumlahan terhadap bagian-
Persnektif Barat Persnektif TimurMemberi perhatian padapengukuran bagian-bagiandan tidakmengintegrasikannya kedalam sebuah proses yangdisatukan.
Cenderungmemfokuskan padakeseluruhan dankesatuan.
Didominasi oleh visiindividualisme. Orangdipertimbangkan aktifdalam pencapaian tujuan-tujuan pribadi.
Memandang hasilkomunikasi sebagaisesuatu yang tidakdirencanakan danmerupakankonsekuensi yangbersifat alami darisuatu peristiwa.
Didominasi oleh bahasa. Lambang-lambangverbal, khususnyaujaran, tidak cukupmendapat perhatiandan dipandang secaraskeptis.
Hubungan atau relasimuncul diantara dua ataulebih individu.
Hubungan bersifatlebih rumit, karenamelibatkan posisisosial tentang peran,status, dankekuasaan.
AvantGarde|JurnolllmuKomunikosiVoL1-No.1.lulizoiiffi
bagiannya.Sistem merupakan produk darikekuatan-kekuatan atau interaksi diantara
bagian-bagiannya.Disamping adanya
kesamaan tersebut, perspektif Timur dan
Teori Sistem menghindari alasan kausal
(sebab-akibat) yang bersifat linier.
Jika Kincaid masih sebatas
menawarkan gagasan tentang
kemungkinan munculnya pemikiran
teoritik komunikasi dalam perspektifTimur, maka seperti yang telah
dikemukakan di atas, Shelton A.Gunaratne dalam artikelnya menyebut
secara lugas Teori Komunikasi Asia(dalam Littlejohn & Foss, 2009:47-52).
Menurut Gunaratne, tiga kata yangmenyusun "Teori Komunikasi Asia"membutuhkan penjelasan lebih lanjut,sebab setiap kata memiliki makna yangberagam. Meskipun secara geografis Asiameliputi Timur Tengah, Asia Tengah, dan
Rusia sebelah Timur, namun "Teori Asia"memusatkan perhatiannya kepada filosofibesar India dan China serta budaya darikawasan diantara India dan China. "TeoriKomunikasi Asia" menambah perbedaan
makna "komunikasi" dan bertentangan
dengan pandangan positivist tentang
"teori" yang merupakan sebuah artifak dariilmu Barat. Teori Asia menekankan pada
pada sistem, kelompok, jaringan, dan
pendekatan makro. Karenanya, lebih miripfilsafat yang tidak dapat secara mudah
diuji dalam cara ilmiah Barat.
P endekatan-pendekatan yang
berbeda terhadap komunikasi dan produk
teori dalam cara pandang Asia tidak sama
dengan premis-premis Barat tentang diri,alam, ruang dan wakfu, dan
pengetahuan.Johan Galtung meringkas
perbedaan-perbedaan tersebut seperti yang
dapat disimak dalam tabel berikut.
TABEL 2Teori Komunikasi Barat dan Asia
Sumber: Shelton A. Gunaratne (dglglq Littlejohn &Foss, 2009: 48), Encyclopedia of ContmunicationTheory.
Teori Komunikasi Asia, seperti
yang telah diuraikan sebelumnya,
merupakan hasil pembacaan kembali esai-
esai klasik Asia, sintesis teoritis Timur-Barat, eksplorasi ke dalam konsep-konsep
budaya Asia, dan refleksi kritis terhadap
teori Barat.Wujud nyata dari praktikintelektual yang dilakukan adalah
pemikiran teoritik komunikasi yang
berbasis pada nilai-nilai budaya yangtumbuh dan berkemban#Ltl(awasan Asia,khususnya Asia ff-Rmur. BuddhistCommunication Theory merupakangagasan teoritik yang disampaikan oleh
Wimal Dissayanake; Chinese HarmonyTheory adalah karya intelektual Guo-Ming
Perspektif Barat Persnektif AsiaMenekankan padaindividualisme.
Menekankan padatanggung jawabresiprokal antaraindividu denganmasvarakat.
Menekankan padakontrol terhadap alam.
Menekankan padahqrmoni dengan alam.
Melihat dunia terbagike dalam pusat (Barat),pinggiran (pendukungBarat), dan di luarpinggiran (sisanya).
Melihat dunia dan alamsemesta sebagai satuanyang tunggal(keseluruhan yangsaling berhubungan dansalins tersantuns).
Memahamipengetahuan dalamlingkup atomisme dandeduktivisme (danmenggunakan bagian-bagian tersebut untukmenciptakan kerangkateoritis yang bebaskontradiksi).
Memahami pengetahuandalam lingkup miripteori sistem dimanaaksiologi, epistemologi,dan ontologi menjadibagian-bagian esensialdari teoritisasi.
Melakukan sub ordinasimanusia untuk "asupreme being".
Menempatkankeyakinan denganmengikuti jalurkebaikan: dharmadalam Buddhisme danHinduisme,yi dalamKonfusianisme, danSupreme Reality yangsuci dalam Daoisme.
Avant Gorde I Jurnol llmu Komunikasi VOL 1 NO.7 Juti 2013 ffi
Chen; Confucian Communication Theorymerupakan pemikiran yang ditulis olehJing Yin; Japanese Kuuki Theory adalahgagasan konseptual yang disampaikan olehYouichi Ito; dan Xiaosui Xiao menulisTaoist Communication Theory.Ada duateori komunikasi dalam perspektif Timur,yaitu Hindu Communication Theory danIndian Rasa Theory. Namun, keduapemikiran teoritik ini ditulis olehakademisi non Asia, yaitu Scott R. Stroud.
Pemikiran-pemikiran teoritikkomunikasi Asia di atas dibangunberdasarkan nilai-nilai kearifan lokal yangtumbuh dan berkembang di kawasan
budaya tersebut. Dalam BuddhistCommunication Theory, Dissayanake(dab4q Littlejohn & Foss, 2009: 83-35)mengatakan bahwa Buddha merupakankomunikator persuasif yang hebat.Iaberdoa untuk para pengikutnya denganbahasa yang dapat dimengerti. Buddhamerancang pesan-pesan yang akandisampaikan dalam sebuah cara yangdapatmemiliki daya tarik untuk orangkebanyakan. Ia menempatkan penerima(receiver) sebagai titik pusat modelkomunikasinya, tidak seperti kebanyakanmodel komunikasi Barat yang hinggasekarang masih memfokuskan padapengirim (sender). Buddha menggunakankiasan-kiasan dan cerita-cerita untukmemberi kesaksian terhadap fakta yangada.Komunikasi menjadi aspek sentral daripemikiran Buddhist.
Lebih lanjut Dissayanakemenguraikan bahwa pandangan
komunikasi Buddhist adalah bahasa
sebagai praktik sosial yang dibentuk olehkebiasaan dan disetujui oleh orang yangmenggunakannya. Bahasa dan komunikasipada akhirnya harus mengarah pada suatu
cara untuk menuju pembebasan.
Karenanya, refleksi dan mawas dirimerupakan esensi dari komunikasi intrapribadi. Refleksi diri dibangun melaluiproses komunikasi verbal. Seseorang tidakhanya merangkai kata-kata, tetapi jugamerefleksikan
mengevaluasinya. Buddhi sme
Buddhisme
komunikasi.Pemahaman
mengembangkan model komunikasi antarpribadi. Tujuan Buddhisme adalahbagaimana hidup secara produktif danharmonis dengan orang lain. Modelkomunikasi antar pribadi Buddhisttergantung pada ketetapan moral, yaitumemberi perhatian pada kepekaan dalammenggunakan bahasa, kemampuanmelakukan verifikasi komunikasi, danpencaparan harmoni melaluiinteraksi.Teori Komunikasi Buddhistbersifat komplek dan banyaksisi.Pendekatan Buddhist terhadap bahasadan implikasi Buddhisme dalamkomunikasi intra dan antar pribadimerupakan contoh dari banyak implikasi
danjuga
terhadap
Buddhismetentang komunikasi sebagai tindakansosial dan moral banyak menawarkansesuatu yang perlu dikaji oleh paraakademisi komunikasi.
Contoh lain dari Teori KomunikasiAsia adalah Confucian CommunicationTheory. Jing Yin (dalam Littlejohn &Foss, 2009: 170-172)menjelaskanKonfusianisme merupakansebuah pandangan (worldview), ideologipolitik, etika sosial, tradisi ilmiah, danjalan hidup.Ajaran Konfusian bergantungpada tiga manfaat utama untukmendefinisikan hubungan arrtar manusiayang baik, yaitu ren (kemanusiaan), yi(kejujuran), dan li (kesopanan).Konfusius
memahami tujuan komunikasi sebagai
Avant Garde I Jurnal tlmu Komunikasi voL i. No.L Juli20L3 M
sesuatu yang etis, yaitu mematuhi dan
menopang tatanan moral dari komunitasmanusia. Komunikasi perlu bagi orang
untuk belajar dan menyatukan diri mereka
dengan orang lain. Karenanya, komunikasimerupakan usaha untuk mengembangkan
kepekaan orang.
Jing Yin lebih lanjut menjelaskan
bahwa komunikasi bukanlah sebuah
instrumen fungsional untuk mencapai
tugas-tugas tertentu, namun lebih sebagai
sarana untuk memfasilitasi dan
merefleksikan kultivasi diri (sulfcultivation) atau pengembangan moralseseorang.Komunikasi yang baik perlu
mengikuti prinsip /i (kesopanan) dan harus
sesual konteks.Ajaran moralKonfusianisme tidak memercayai kata-
kata yang terpola yang tidak memilikisubstansi dan tidak berhubungan dengan
moralitas orang.Dalam pandangannya
tentang integritas seseorang, Konfusiuslebih menekankan pada tindakan daripada
kata-kata.
Pengaruh Konfusianisme dapat
diamati dalam pola-pola komunikasibudaya Asia Timur. Komunikasi dipahami
sebagai proses interaksi dan interpretasiyang tidak pemah berakhir. Kompetensi
komunikasi dalam budaya Asia Timurmencakup kemampuan untuk secara
seksama memperkirakan dimana posisi
seseorang dalam hubungannya dengan
orang lain dan membuat pilihan bahasa
yang sesuai.Perhatian kepada hubungan
yang harmonis dalam ajaran Konfusianmengarahkan orang Asia Timur untuk
keluar dari ketergantungan pac,komunikasi langsung. Cara-car:
komunikasi tidak langsung dinilai tep:i.karena perhatian pada "wajah" orang 1ain.
Komunikasi dalam budaya AsiaTimur lebih berpusat pada penerima
(receiver-centerefi daripada pengirim(sender-centered) yang dominan dalam
budaya Barat.Penggunaan komunikasitidak langsung memungkinkan terciptanya
banyak ruang untuk melakukan
interpretasi.Komunikasi yang berpusat
pada penerima mempersyaratkan
pendengar untuk memberi perhatian pada
situasi dan hubungan yang berbeda. Cara
komunkasi ini merupakan praktik dari
prinsip utama Konfusian, yaitu ren:
kepekaan terhadap orang lain.
Menggali Kearifan Lokal (Jawa)tentang Komunikasi
Pemikiran-pemikiran teoritikkomunikasi Asia yang berbasis padakearifan lokal seperti yang dijelaskandalam Buddhist Communication Theory,Chinese Harmony Theory, dan ConfucianCommunication Theory seharusnya bisamenginspirasi akademisi dan penelitikomunikasi Indonesia untuk menggali danmengenali pemikiran filosofis, nilai-nilaimoral, dan kearifan lokal yang ada diwilayah budaya kita. Menggali danmengenali kearifan lokal ini merupakanupaya untuk menumbuhkan kesadaran dankepekaan keilmuan akademisi dan penelitikomunikasi Indonesia tentang pentingnyamemahami pemikiran filosofis, nilai-nilaibudaya dan moral gunamembangungagasan-gagasan teoritik komunikasi yangrelevan dengan lingkup persoalankomunikasi yang terjadi di Indonesia.
Teori-teori Komunikasi Asia'lanvak memberikan penjelasan tentang
Dentingnva menciptakan kehidupan sosial
r:ng liarmonis dengan memberi perhatian
iepada "n'ajah" (face) orang lain. "Wajah"
', "ns dimaksud adalah metafora tentang
:::: din ((self-image).Chinese Harmonyl,::or)' memperkenalkan konsep meintz
'',', :jah") dan Confucian Communication
- i::oi) menggunakan konsep ren
Avont Gorde - --' : - - ,icmunikosi VOL 1 NO.L Juti201-3 W
(kepekaan terhadap orang lain).Dalambudaya Jawa ada kearifan lokal yangmenekankan pada pentingnya kehidupanbermasyarakat yang harmonis, yaitu"sayuk rukun saiyeg saeka prayq" (Pasha,
20ll: 16l), sebuah tekad untukmembangun kehidupan yang rukun gunabersama-sama mencapai tujuan.Dalamkonteks menghormati "wqah" orang lain,ajaran moral dalam budaya Jawa
menekankan pentingnya "ana caturmungkur" (Pasha, 2011: 172), yaitumenghindari pembicaraan yang tidakperlu. Perdebatan yang tidak berujungpangkal hanya akan membuang waktu,tenaga, dan pikiran serta bisa membuatsuasana menjadi lebih keruh.
Dalam konteks menghormati"wajah" orang lain, ada sebuah pemikiranteoritik dalam kajian komunikasiantarbudaya, yaitu Face-NegotiationTheory dari Stella Ting-Toomey (dalamWest & Turner, 2007: 481). Teori inimemberikan penjelasan bahwa dalamsituasi konflik, kepedulian atau perhatianorang pada mutual face dan other facedalam budaya kolektivistik akan membuatmereka berusaha untuk membeikan focekepada orang lain. Cara yang digunakanadalah melakukan penghindaran, bersikapkooperatif atau melakukankompromi.Sebaliknya, kepedulian orangpada self-face dalam budayaindividualistik membuat mereka berusaha
untuk memperbaiki face diri sendirimelalui cara-cara dominasi ataumenunjukkan sikap agresif. Budaya Asiadiklasifikasikan sebagai kulturkolektivistik, sehingga dalam konteksresolusi konflik lebih memberi perhatianpada "wajah bersama" (mutual face) dan"wajah orang lain" (other face) agar orang
tetap teqaga citra dirinya dihadapanpublik.
Dalam konteks budaya Jawa, jugaada kearifan lokal yang barangkali dapatdisepadankan dengan teori-teorikomunikasi Barat tentang dialog, yaitu"yen ana rembug dirembug, nanging olehengrembug kanthi ati sing sareh" yangsecara harfiah bermakna jika ada persoalan
sebaiknya dibicarakan dengan hati yangtenang dan sabar. Dalam pustakakomunikasi dapat ditemukan teori-teorikomunikasi Barat tentang dialog antaralain dari Martin Buber, Carl Rogers, danMikhail Bakhtin.
Teori dialog dari Martin Buber
GAla4A Griffin, 2000: 202-203; Bertens,2002: 176;' Littlejohn & Foss, 2005:206-207; Littlejohn & Foss, 2009: 302)menjelaskan bahwa individu-individudalam relasi dialogis tidak berusahamemaksakan pandangan-pandangan
mereka satu sama lain. Setiap orangbersedia menerima orang lain tanpa syaratdan tidak ada keinginan untuk merubahorang lain. Mitra dialogis menunjukkankesadaran bahwa orang lain itu unik dansemua orang memiliki genuineness danauthenticity. Carl Rogers (dglelqLittlejohn, 2005: 204-206; Littlejohn &Foss, 2009: 3A2) mempopularkan istilahempathy sebagai kunci utama untukmemahami komunikasi yangbermakna.Komunikasi, menurut Rogers,harus berpusat pada perasaan manusia,hubungan antar manusia, dan potensi yangdimiliki manusia. Sebuah "ruang" dapatdibuka untuk melaksanakan dialog ketikahubungan antar individu ditandai olehkeinginan untuk mendengar dan masuk kedalam relasi yang bermakna dengan oranglain, genuineness dalam berbagi perasaan
Avont Garde I Jurnol llmu Komunikasi VOL i. NO.j_ Juli 2013
dan gagasan dengan orang lain, dan
menghormati orang lain.Sedangkan
Mikhail Bakhtin (dalgm Littlejohn & Foss,
2005: 196-199; Littlejohn & Foss, 2009:
303) menegaskan bahwa dialog akan
menghasilkan realitas yang
mengekspresikan "banyak suara" (many
voices) yang ia sebut dengan
heteroglossia. Bakhtin mengkontraskan
antara dialog dengan monolog. Monolog
terjadi karena hilangnya "banyak suara",
tema-tema menjadi dogmatis, dan tidak
ada pengayaan bersama (mutual
enrichment) dari pihak-pihak yang
berinteraksi.
Kearifan lokal "yen ana rembug
dirembug, nanging olehe ngrembug kanthi
ati sing sareh" mengajarkan kepada setiap
orang untuk menyelesaikan perselisihan
atau konflik dengan kepala dingin, hati
yang tenang, dan Pikiran Yangjemih.Kebencian dan kekerasan
seharusnya tidak perlu te{adi apabila
mereka bersedia untuk "rembugan" atau
membangun dialog.Kebencian dan
kekerasan dapat dihilangkan dengan
kelembutan hati.Dalam kearifan lokal
budaya Jawa dikenal dengan suradira
j ayaningrat lebur dining pangas tuti.
"Ajo tumindak grusa-grusu,
nanging tumindak kanthi landesan pikiran
kang wening"."TumindQk iku kanthi duga
lan prayoga" (Pasha, 20ll: 33).Kearifan
lokal ini bermakna bila kita sedang
menghadapi masalah, maka jangan
bertindak reaktif dalam menangani
persoalan secara emosional, namun perlu
menghadapinya secara Proaktif.menangani persoalan secara bijak dengan
pikiran yang jernh. Dalam cara berpikir
Barat, tumindak kanthi landesan pikirart
kang wening (bertindak dengan pikiran
yang jemih) atavtumindak kanthi duga lan
prayoga (tindakan yang didasari oleh
pertimbangan yang memadai) merupakan
wujud komunikasi yang mindful, sebuah
kompetensi atau kecakapan komunikasi
(communication comPetence) Yangseharusnya dimiliki oleh setiap orang.
PenutupWujud kearifan lokal dalam
budaya Jawa yang diuraikan di atas
merupakan contoh sederhana untukmenggugah kesadaran keilmuan akademisidan peneliti komunikasi bahwa di sekitarkita ada pemikiran filosofis, ajaran moral,dan kearifan lokal yang Perlu untukdieksplorasi guna membangun gagasan-
gagasan teoritik komunikasi yang sesuai
dengan situasi dan kondisi masyarakatkita. Kesediaan kita untuk melakukanpenelitian merupakan langkah nyata untukmembangun teori-teori komunikasi yang
berbasis pada kearifan lokal.Selalu ada
keterkaitan yang erat attara teori dengan
penelitian. Pada satu sisi, teori memandupenelitian dengan memberikan panduandan asumsi-asumsi dasar; pada sisi yang
1ain, penelitian memberikan suatu aara
untuk menciptakan, memformulasikan,memperku at, dan merevisi teori.
Daftar Pustaka
Bagus Takwin. 2001. Filsafat Timur,Sebuah Pengantar ke Pemikiran-pemikiran Timur. YogYakarta:Jalasutra.
Baxter, Leslie & Earl Babbie. 2004. The
Basic of Communication Research.
Canada: Wadsworth a division ofThomson Learning, Inc.
Griffin, Em. 2000. A First Look AtCommunication TheorY, FourthEdition. New York: McGraw-Hill.
K. Bertens. 2002. Filsafat BaratKontemporer Inggris-Jerman. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama.Analysis and Application. New York:The McGraw-Hill ComPanies, Inc.
Avant Garde I lure oi !!mu Komunikosi VOL 1- NO.1- Juli201-3
Littlejohn, Stephen W. 1999. Theories ofHuman Communication. Sixth Edition.Belmont, California: WadsworthPublishing Company.
Littlejohn, Stephen W. & Karen A. Foss2005. Theories of HumanCommunication, Eighth Edition.Belmont, California: ThomsonWadsworth.
Littlejohn, Stephen W. & Karen A. Foss.2008. Theories of HumanCommunication, Ninth Edition.Belmont, California: ThomsonWadsworth.
Littlejohn, Stephen W. & Karen A. Foss.2009. Encyclopedia of CommunicationTheory. Thousand Oaks, California:
, SAGE Publications, Inc.
Lukman Pasha. 2011. Butir-butir KearifonJawa, Sumber Inspirasi KearifanLokal. Yogyakarta: IN AzNa Books.
McQuail, Denis. 2000. MassCommunication Theory. FourthEdition. Thousand Oaks, California:SAGE Publications, Inc.
McQuail, Denis. 2010. MassCommunication Theory. EighthEdition. Thousand Oaks, California:SAGE Publications, Inc.
Sarantakos, Sotirios. 1993. SocialResearch. South Melbourne:Macmillan Education Australia.
West, fuchard & Lynn H. Tumer. 2007.Introducing Communication Theory
Avant Garde I Jurnat tlmu Komunikosi VoL 7 No.i. Juti2013 re