Rencana Aksi Nasional Pena -...
Transcript of Rencana Aksi Nasional Pena -...
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020
1
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB
2016-2020
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia 2016
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020
11
Kata Pengantar Tuberkulosis masih merupakan masalah utama kesehatan masyarakat di Indonesia. Sesuai dengan hasil Survey Prevalensi TB 2013-2014, Indonesia saat ini berada pada peringkat kedua negara dengan beban TB yang tinggi di dunia. Selain itu TB-HIV, TB Resistan Obat, TB anak serta TB pada kelompok resiko tinggi juga menjadi tantangan yang perlu diselesaikan. Kondisi ini telah mendorong Program Nasional Pengendalian TB untuk melakukan intensifikasi, akselerasi dan inovasi melalui Strategis Nasional Program Pengendalian TB 2016-2020. Strategi utama Program Pengendalian TB sesuai Strategis Nasional Program Pengendalian TB 2016-2020 adalah Penguatan Kepemimpinan TB di Kabupaten/ Kota, Peningkatan Akses Layanan “TOSS-TB” yang Bermutu, Pengendalian Faktor Resiko, Peningkatan Kemitraan melalui Forum Komunikasi TB, Peningkatan Kemandirian Masyarakat dalam Pengendalian TB, serta Penguatan Sistem Kesehatan. Rencana Aksi Nasional Pengendalian TB melalui Penguatan Laboratorium TB ini akan memberikan detil untuk Strategi Nasional Program Pengendalian TB terutama dalam jejaring laboratorium TB, pemantapan mutu laboratorium, dan pengembangan laboratorium mikroskopis, biakan/uji kepekaan, dan Tes Cepat Molekuler pada periode 2016-2020. Dokumen ini diharapkan dapat mendorong peningkatan kualitas laboratorium TB untuk mencapai target Strategi Nasional Program Pengendalian TB tahun 2016-2020. Kami mengapresiasi semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan Rencana Aksi Nasional Penguatan Laboratorium TB ini. Dokumen ini diharapkan merupakan dokumen “hidup” yang dapat disesuaikan sesuai kebutuhan. Kami mengharapkan saran dan kritik demi perbaikan dokumen ini. Kami mengharapkan dokumen ini berguna untuk pengendalian TB di Indonesia. Mari membuat terobosan dalam menanggulangi penyakit TB.
Jakarta, Desember 2016 Dr H. Mohamad Subuh, MPPM Dirjen P2P Kementerian Kesehatan
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-202022
Tim Penyusun Pengarah : dr. H. Mohamad Subuh, MPPM dr. Wiendra Waworuntu, M.Kes dr. Eka Viora, SpKJ Penanggung jawab : dr. Asik, MPPM dr. Risma Sitorus, MPPM Editor : Nurjannah, SKM, M.Kes dr. Yullita Evarini Y, MARS Siti Romlah, MKM Dini Rahmadian dr. Retno Kusuma Dewi, MPH Kontributor : Andriansjah Rukmana, PhD LRN Molekuler dan Riset Operasional TB Andryani Anggraini, dr, SpPK LRN Mikroskopis TB Ariyani Kiranasari, Dra, MBiomed LRN Molekuler dan Riset Operasional TB Endang Lukitosari, dr, MPH Subdit TB Fera Ibrahim, dr, MSc, PhD, SpMK(K)
LRN Molekuler dan Riset Operasional TB
Fransisca Sunny, Ssi LRN Molekuler dan Riset Operasional TB Frita Warasati, dr Harini Janiar, dr, SpPK
Direktorat Mutu dan Akreditasi Proyek CHALLENGE TB-USAID/KNCV
Indri Rizkiyani, SKM Subdit TB Irfan Ediyanto, dr Subdit TB Isak Solihin, Drs LRN Mikroskopis TB Ita Andayani, S.ST LRN Biakan dan Uji Kepekaan TB Koesprijani, dr, SpPK LRN Biakan dan Uji Kepekaan TB Lydia Mursida, S.Si Subdit TB Mikyal Faralina, SKM WHO Muhammad Taufiq, Am.DK LRN Biakan dan Uji Kepekaan TB Novia Rachmayanti, Mbiomed Proyek CHALLENGE TB-USAID/KNCV Pujiyati Herlina, S.Si. Proyek CHALLENGE TB-USAID/KNCV Ratna Meyda, SSi LRN Molekuler dan Riset Operasional TB Ratu Intang, MKM Regina Tambunan, SKM
Direktorat Mutu dan Akreditasi Subdit TB
Retno Kusuma Dewi, dr, MPH Subdit TB Richard Lumb LRS IMVS Adelaide Roni Chandra, MBiomed Proyek CHALLENGE TB-USAID/KNCV Sandeep Meharwal, PhD Proyek BANTU, USAID Wiwi Ambarwati, dr Subdit Mikrobiologi dan Imunologi
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020
33
Ringkasan
Dalam sepuluh tahun terakhir, jejaring laboratorium TB di Indonesia telah memiliki banyak kemajuan dalam pembinaan kapasitas dan pemantapan mutu pemeriksaan laboratorium. Akan tetapi, masih banyak yang belum terselesaikan. Rencana Aksi Nasional Laboratorium TB tahun 2016-2020 disusun sebagai respon terhadap tantangan yang semakin tinggi yaitu beban penyakit TB yang jauh lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya, meningkatnya kasus TB Resistan Obat (TB RO) serta penggunaan alat diagnosis baru. Dengan menggunakan kerangka analisis SWOT dan menyusun kerangka pikir strategis, telah teridentifikasi 4 (empat) tujuan sebagai berikut Tujuan 1 Meningkatkan akses terhadap pemeriksaan mikroskopis TB dengan Pemantapam Mutu Eksternal (PME) yang berjalan secara efektif Walaupun alat diagnostik TB terbaru telah ditemukan, beberapa negara dengan beban penyakit TB yang tinggi di dunia termasuk Indonesia, telah berkomitmen bahwa pemeriksaan mikroskopis TB tetap menjadi alat diagnostik utama untuk penyakit TB. Kegiatan review jejaring mikroskopis TB nasional yang dilaksanakan pada tahun 2014 menemukan adanya permasalahan dalam Pemantapan Mutu Eksternal (PME) mikroskopis TB yaitu keteraturan dan ketepatan waktu pelaksanaan uji silang. Salah satu strategi utama dalam RAN Laboratorium 2016-2020 ini adalah penguatan aspek teknis dalam pelaksanaan PME melalui peran utama dan kepemimpinan dari Laboratorium Rujukan TB Nasional (LRN) mikroskopis TB yaitu BLK Provinsi Jawa Barat. Tujuan-2 Meningkatkan akses dan mengurangi waktu diagnosis dan deteksi resistensi Rifampisin dengan menggunakan tes cepat Rencana Aksi Laboratorium TB ini menghitung kebutuhan Tes Cepat Molekuler (TCM) berdasarkan kondisi epidemiologis penyakit sesuai beban pemeriksaan TB di Indonesia, pertimbangan administratif dimana minimal 1 (satu) alat di masing-masing kabupaten/ kota dan pertimbangan geografis di masing- masing wilayah. Kenaikan kebutuhan jumlah alat dihitung setiap tahun. Pengelolaan pelatihan, pemeliharaan, logistik, dan pemantapan mutu harus mulai diserahkan dari LRN Departemen Mikrobiologi FKUI ke tingkat regional atau provinsi. Penguatan laboratorium regional dan provinsi perlu dikembangkan secara bertahap dan harus memiliki jejaring dengan pemeriksaan biakan dan uji kepekaan. Untuk mengurangi waktu diagnosis, diperlukan sistem transportasi contoh uji secara cepat, aman dan cost efektif. Tujuan-3 Meningkatkan akses terhadap pemeriksaan biakan dan uji kepekaan lini satu dan dua pada pasien yang berisiko TB-MDR dan TB-XDR Pengembangan jejaring laboratorium biakan dan uji kepekaan di tingkat nasional sangat penting untuk kegiatan Manajemen Terpadu Pengendalian TB Resistan Obat (MTPTRO). Saat ini terdapat 13 laboratorium yang tersertifikasi uji kepekaan lini satu, tujuh diantaranya juga tersertifikasi uji kepekaan lini dua. Pada akhir tahun 2020 diharapkan terdapat 17 laboratorium yang tersertifikasi uji kepekaan
2
Tim Penyusun Pengarah : dr. H. Mohamad Subuh, MPPM dr. Wiendra Waworuntu, M.Kes dr. Eka Viora, SpKJ Penanggung jawab : dr. Asik, MPPM dr. Risma Sitorus, MPPM Editor : Nurjannah, SKM, M.Kes dr. Yullita Evarini Y, MARS Siti Romlah, MKM Dini Rahmadian dr. Retno Kusuma Dewi, MPH Kontributor : Andriansjah Rukmana, PhD LRN Molekuler dan Riset Operasional TB Andryani Anggraini, dr, SpPK LRN Mikroskopis TB Ariyani Kiranasari, Dra, MBiomed LRN Molekuler dan Riset Operasional TB Endang Lukitosari, dr, MPH Subdit TB Fera Ibrahim, dr, MSc, PhD, SpMK(K)
LRN Molekuler dan Riset Operasional TB
Fransisca Sunny, Ssi LRN Molekuler dan Riset Operasional TB Frita Warasati, dr Harini Janiar, dr, SpPK
Direktorat Mutu dan Akreditasi Proyek CHALLENGE TB-USAID/KNCV
Indri Rizkiyani, SKM Subdit TB Irfan Ediyanto, dr Subdit TB Isak Solihin, Drs LRN Mikroskopis TB Ita Andayani, S.ST LRN Biakan dan Uji Kepekaan TB Koesprijani, dr, SpPK LRN Biakan dan Uji Kepekaan TB Lydia Mursida, S.Si Subdit TB Mikyal Faralina, SKM WHO Muhammad Taufiq, Am.DK LRN Biakan dan Uji Kepekaan TB Novia Rachmayanti, Mbiomed Proyek CHALLENGE TB-USAID/KNCV Pujiyati Herlina, S.Si. Proyek CHALLENGE TB-USAID/KNCV Ratna Meyda, SSi LRN Molekuler dan Riset Operasional TB Ratu Intang, MKM Regina Tambunan, SKM
Direktorat Mutu dan Akreditasi Subdit TB
Retno Kusuma Dewi, dr, MPH Subdit TB Richard Lumb LRS IMVS Adelaide Roni Chandra, MBiomed Proyek CHALLENGE TB-USAID/KNCV Sandeep Meharwal, PhD Proyek BANTU, USAID Wiwi Ambarwati, dr Subdit Mikrobiologi dan Imunologi
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-202044
lini satu dan dua, idealnya laboratorium tersebut juga memiliki pemeriksaan biakan dan uji kepekaan dengan metode cair. Laboratorium LRN untuk pemeriksan biakan dan uji kepekaan (BBLK Surabaya) saat ini melakukan pemantauan mutu laboratorium biakan dan uji kepekaan di Indonesia. Tujuan -4 Penerapan Sistem Manajemen Mutu Laboratorium (SMML) Sistem pemantapan mutu yang berfungsi optimal merupakan hal yang sangat penting dalam RAN Laboratorium TB. LRN dan beberapa laboratorium rujukan tingkat regional harus memiliki sistem manajemen mutu laboratorium yang berfungsi baik sesuai dengan ISO 15189. Karena belum ada satupun laboratorium yang tersertfiikasi berdasarkan ISO 15189, maka perlu direncanakan pelatihan dan langkah-langkah menuju sertifikasi. Pada awalnya, hanya 5 laboratorium yang diajukan untuk tersertfikasi dengan ISO 15189, tapi direncanakan pada akhir tahun 2019, semua laboratorium yang melakukan pemeriksaan biakan dan uji kepekaan harus tersertfiikasi atau dalam proses sertifikasi dengan ISO 15189. Sehubungan dengan rencana laboratorium untuk dapat melakukan pemeriksaan yang lebih kompleks dan rencana desentralisasi pemeriksana TCM ke laboratorium tingkat dibawahnya, kemampuan untuk mengirimkan contoh uji sesuai standar sangat penting untuk menjamin contoh uji dapat dikirimkan dengan cepat, aman dan efisien. Dalam penyusunan RAN Laboratorium TB, telah teridentifikasi ketidaksesuaian antara target TB-MDR berdasarkan stranas TB dengan kemampuan pengembangan laboratorium. Diperlukan dukungan dana untuk mendukung pengembangan laboratorium agar dapat memenuhi target temuan kasus TB dan TB RO. Dalam rangka memenuhi target penemuan kasus TB, direncanakan penambahan alat TCM secara bertahap sampai 2.023 alat pada tahun 2020. Kebutuhan pembiayaan untuk 1 (satu) alat TCM dihitung dengan memperhitungkan biaya pengadaan alat, biaya pelatihan, biaya kebutuhan kartrid per alat per tahun dan biaya pemeliharaan alat. Perhitungan biaya ini belum mempertimbangkan biaya transportasi contoh uji dahak ke laboratorium TCM dan dahak/ isolat ke laboratorium biakan dan uji kepekaan. Perbedaan target pasien TB dan TB RO dengan kapasitas laboratorium perlu mendapat perhatian serius. Lebih lanjut lagi, peningkatan kapasitas diagnosis dan penggunaan alat teknologi baru juga harus sejalan dengan kapasitas pengobatan pasien. Pasien TB dan TB RO yang terdiagnosis harus mendapat pengobatan sesuai standar.
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020
55
Daftar Isi Kata Pengantar ..................................................................................................... 1 Tim Penyusun ...................................................................................................... 2 Ringkasan ............................................................................................................ 3 Daftar Isi .............................................................................................................. 5 Daftar Tabel ......................................................................................................... 6 Daftar Gambar ..................................................................................................... 7 Daftar Singkatan .................................................................................................. 8 1. Latar Belakang ............................................................................................. 10
1.1. Kondisi Epidemiologi .............................................................................. 10 1.2. Survei Prevalensi TB Indonesia (2013-2014) ........................................... 11 1.3. Review Mikroskopis TB Nasional ............................................................ 12 1.4. Struktur dan Jejaring Laboratorium TB ................................................. 13 1.5. Strategi Laboratorium TB ....................................................................... 15 1.6. Pedoman Nasional Pengendalian TB ....................................................... 15
2. Analisis Situasi ............................................................................................ 17 2.1. Jejaring Laboratorium TB ....................................................................... 17 2.2. Jejaring Laboratorium TB dengan bidang lain ........................................ 20 2.3. Infrastruktur Jejaring Laboratorium TB ................................................. 21 2.4. Pemeriksaan Laboratorium yang tersedia dan cakupannya ..................... 22 2.5. Beban laboratorium TB terkait MTPTRO ................................................. 25 2.6. Sumber Daya Manusia Laboratorium TB ................................................ 26 2.7. Pemeliharaan dan Validasi Alat Laboratorium ........................................ 27 2.8. Sistem Manajemen Mutu Laboratorium .................................................. 28 2.9. Pengelolaan bahan habis pakai dan reagen ............................................ 31 2.10. Sistem Informasi dan Manajemen Data ............................................... 33 2.11. Sistem Rujukan Contoh Uji ................................................................. 34 2.12. Penelitian Operasional ........................................................................ 36 2.13. Kebijakan dan Aspek Hukum .............................................................. 36 2.14. Pembiayaan untuk Layanan Laboratorium TB ..................................... 37
3. Masalah Strategis Laboratorium TB di Indonesia ......................................... 41 3.1. Mikroskopis ........................................................................................... 41 3.2. Biakan dan Uji Kepekaan ....................................................................... 41 3.3. Tes Cepat Molekuler ............................................................................... 42 3.4. Sistem Manajemen Mutu Laboratorium .................................................. 42 3.5. Sumber Daya Manusia ........................................................................... 43 3.6. Transportasi Contoh Uji ......................................................................... 43
4. Strategi, Indikator dan Target ....................................................................... 44 5. Pembiayaan ................................................................................................. 58 6. Monitoring dan Evaluasi Hasil Kegiatan ........................................................ 61 7. Referensi ...................................................................................................... 62 Lampiran 1. Analisis Situasi Kerangka Kerja ....................................................... 64 Lampiran 2: Analisis SWOT ................................................................................ 80 Lampiran 3: Detil Pembiayaan Laboratorium TB ................................................. 94
4
lini satu dan dua, idealnya laboratorium tersebut juga memiliki pemeriksaan biakan dan uji kepekaan dengan metode cair. Laboratorium LRN untuk pemeriksan biakan dan uji kepekaan (BBLK Surabaya) saat ini melakukan pemantauan mutu laboratorium biakan dan uji kepekaan di Indonesia. Tujuan -4 Penerapan Sistem Manajemen Mutu Laboratorium (SMML) Sistem pemantapan mutu yang berfungsi optimal merupakan hal yang sangat penting dalam RAN Laboratorium TB. LRN dan beberapa laboratorium rujukan tingkat regional harus memiliki sistem manajemen mutu laboratorium yang berfungsi baik sesuai dengan ISO 15189. Karena belum ada satupun laboratorium yang tersertfiikasi berdasarkan ISO 15189, maka perlu direncanakan pelatihan dan langkah-langkah menuju sertifikasi. Pada awalnya, hanya 5 laboratorium yang diajukan untuk tersertfikasi dengan ISO 15189, tapi direncanakan pada akhir tahun 2019, semua laboratorium yang melakukan pemeriksaan biakan dan uji kepekaan harus tersertfiikasi atau dalam proses sertifikasi dengan ISO 15189. Sehubungan dengan rencana laboratorium untuk dapat melakukan pemeriksaan yang lebih kompleks dan rencana desentralisasi pemeriksana TCM ke laboratorium tingkat dibawahnya, kemampuan untuk mengirimkan contoh uji sesuai standar sangat penting untuk menjamin contoh uji dapat dikirimkan dengan cepat, aman dan efisien. Dalam penyusunan RAN Laboratorium TB, telah teridentifikasi ketidaksesuaian antara target TB-MDR berdasarkan stranas TB dengan kemampuan pengembangan laboratorium. Diperlukan dukungan dana untuk mendukung pengembangan laboratorium agar dapat memenuhi target temuan kasus TB dan TB RO. Dalam rangka memenuhi target penemuan kasus TB, direncanakan penambahan alat TCM secara bertahap sampai 2.023 alat pada tahun 2020. Kebutuhan pembiayaan untuk 1 (satu) alat TCM dihitung dengan memperhitungkan biaya pengadaan alat, biaya pelatihan, biaya kebutuhan kartrid per alat per tahun dan biaya pemeliharaan alat. Perhitungan biaya ini belum mempertimbangkan biaya transportasi contoh uji dahak ke laboratorium TCM dan dahak/ isolat ke laboratorium biakan dan uji kepekaan. Perbedaan target pasien TB dan TB RO dengan kapasitas laboratorium perlu mendapat perhatian serius. Lebih lanjut lagi, peningkatan kapasitas diagnosis dan penggunaan alat teknologi baru juga harus sejalan dengan kapasitas pengobatan pasien. Pasien TB dan TB RO yang terdiagnosis harus mendapat pengobatan sesuai standar.
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-202066
Daftar Tabel Tabel 1. Laboratorium biakan terstandarisasi dan laboratorium uji kepekaan
tersertifikasi ................................................................................................. 23 Tabel 2. Perhitungan beban pemeriksaan laboratorium TB terkait MTPTRO ........ 26 Tabel 3. Hasil Kegiatan Uji Silang 2013-2015 ...................................................... 29 Tabel 4. Laboratorium yang menerima tes panels dari BBLK Surabaya ............... 30 Tabel 5. Perhitungan pembiayaan pasien TB MDR tahun 2016-2020 .................. 39 Tabel 6. Rencana Pengembangan Puskesmas menjadi Puskesmas Mandiri Layanan
TB ................................................................................................................ 52 Tabel 7. Target Kegiatan Uji Silang ..................................................................... 52 Tabel 8. Rencana Pengembangan Laboratorium Intermediate .............................. 53 Tabel 9. Rencana perhitungan kebutuhan alat TCM ............................................ 53 Tabel 10. Rencana Pengembangan Laboratorium per provinsi dan Kabupaten/ Kota
.................................................................................................................... 54 Tabel 11. Kebutuhan Kartrid untuk Pemeriksaan TCM 2016 – 2020 ................... 54 Tabel 12. Rencana Pengembangan Laboratorium LPA Lini 2................................ 55 Tabel 13. Rencana Pengembangan Laboratorium Biakan dan Uji Kepekaan ........ 55 Tabel 14. Kebutuhan Dana Kegiatan Laboratorium TB berdasarkan Tujuan Tahun
2016-2020 ................................................................................................... 59 Tabel 15. Kebutuhan Dana Kegiatan Laboratorium TB berdasarkan Strategi Tahun
2016-2020 ................................................................................................... 60
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020
77
Daftar Gambar
Gambar 1. Struktur Jejaring Laboratorium Rujukan Nasional ............................ 14 Gambar 2. Struktur jejaring laboratorium mikroskopis TB .................................. 17 Gambar 3. Jejaring laboratorium biakan dan uji kepekaan TB ............................ 18 Gambar 4. Sebaran Laboratorium biakan dan uji kepekaan di Indonesia tahun
2016 ............................................................................................................ 23 Gambar 5. Distribusi. Distribusi 82 alat TCM tahun 2016 .................................. 24 Gambar 6. Alur Uji Silang Mikroskopis TB .......................................................... 28 Gambar 7. Model Alur Rujukan Contoh Uji ......................................................... 35 Gambar 8. Model Alur Pelaporan Hasil ............................................................... 35 Gambar 9. Kebutuhan Dana Kegiatan Laboratorium TB berdasarkan Tujuan
Tahun 2016-2020 ........................................................................................ 58 Gambar 10. Kebutuhan Dana Kegiatan Laboratorium TB berdasarkan Strategi
Tahun 2016-2020 ........................................................................................ 59
6
Daftar Tabel Tabel 1. Laboratorium biakan terstandarisasi dan laboratorium uji kepekaan
tersertifikasi ................................................................................................. 23 Tabel 2. Perhitungan beban pemeriksaan laboratorium TB terkait MTPTRO ........ 26 Tabel 3. Hasil Kegiatan Uji Silang 2013-2015 ...................................................... 29 Tabel 4. Laboratorium yang menerima tes panels dari BBLK Surabaya ............... 30 Tabel 5. Perhitungan pembiayaan pasien TB MDR tahun 2016-2020 .................. 39 Tabel 6. Rencana Pengembangan Puskesmas menjadi Puskesmas Mandiri Layanan
TB ................................................................................................................ 52 Tabel 7. Target Kegiatan Uji Silang ..................................................................... 52 Tabel 8. Rencana Pengembangan Laboratorium Intermediate .............................. 53 Tabel 9. Rencana perhitungan kebutuhan alat TCM ............................................ 53 Tabel 10. Rencana Pengembangan Laboratorium per provinsi dan Kabupaten/ Kota
.................................................................................................................... 54 Tabel 11. Kebutuhan Kartrid untuk Pemeriksaan TCM 2016 – 2020 ................... 54 Tabel 12. Rencana Pengembangan Laboratorium LPA Lini 2................................ 55 Tabel 13. Rencana Pengembangan Laboratorium Biakan dan Uji Kepekaan ........ 55 Tabel 14. Kebutuhan Dana Kegiatan Laboratorium TB berdasarkan Tujuan Tahun
2016-2020 ................................................................................................... 59 Tabel 15. Kebutuhan Dana Kegiatan Laboratorium TB berdasarkan Strategi Tahun
2016-2020 ................................................................................................... 60
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-202088
Daftar Singkatan
ASP : Authorized Service Provider BBLK : Balai Besar Laboratorium Kesehatan BLK : Balai Laboratorium Kesehatan BPJS : Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BSC : Biological Safety Cabinet BSL : Biosafety Level BTA : Bakteri Tahan Asam DIKTI : Direktoral Jenderal Pendidikan Tinggi DOTS : Directly Observed Treatment Shortcourse GLI : Global Laboratory Initiative HIV : Human Immunodeficiency Virus HTA : Health Technology Assessment IATA : International Air Transport Association JKN : Jaminan Kesehatan Nasional K3 : Keamanan dan Keselamatan Kerja KAN : Komite Akreditasi Nasional Komli : Komite Ahli KPI : Key Performance Indicator LJ : Lowenstein Jensen LKS : Laboratorium Klinik Swasta LPA : Line Probe Assay LQAS : Lot Quality Assurance Sampling LRI : Laboratorium RUjukanIntermediate LRN : Laboratorium Rujukan Nasional LRP : Laboratorium Rujukan Provinsi
LRS : Laboratorium Rujukan Supranasional RS : Rumah Sakit LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat MDR : Multi Drugs Resistance MTPTRO : Manajemen Terpadu Pengendalian TB Resistan Obat NGO : Non Government Organization OAT : Obat Anti TB ODHA : Orang Dengan HIV AIDS OJT : On the job training PME : Pemantapan Mutu Eksternal PPM : Puskesmas Pelaksana Mandiri PPTI : Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia PRM : Puskesmas Rujukan Mikroskopis PS : Puskesmas Satelit RUS 1 : Rujukan Uji Silang tingkat 1 SDM : Sumber Daya Manusia
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020
99
SITT : Sistem Informasi Tuberkulosis Terpadu
SMML : Sistem Manajemen Mutu Laboratorium SPC : Stasiun Pengumpul Contoh Uji SPO : Standar Prosedur Operasional SPR : Slide Positivity Rate SPTB : Survei Prevalensi TB SWOT : strength, weakness, opportunity, threat SWP : Safe Working Practices TAK : Tim Ahli Klinis TB : Tuberkulosis TB RO : TB Resistan Obat TB XDR : TB Ekstremely Drug Resistan TCM : Tes Cepat Molekuler TORG : TB Research Operational Group (TORG), ToT : Training of Trainer WHO : World Health Organization ZN : Ziehl Neelsen
8
Daftar Singkatan
ASP : Authorized Service Provider BBLK : Balai Besar Laboratorium Kesehatan BLK : Balai Laboratorium Kesehatan BPJS : Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BSC : Biological Safety Cabinet BSL : Biosafety Level BTA : Bakteri Tahan Asam DIKTI : Direktoral Jenderal Pendidikan Tinggi DOTS : Directly Observed Treatment Shortcourse GLI : Global Laboratory Initiative HIV : Human Immunodeficiency Virus HTA : Health Technology Assessment IATA : International Air Transport Association JKN : Jaminan Kesehatan Nasional K3 : Keamanan dan Keselamatan Kerja KAN : Komite Akreditasi Nasional Komli : Komite Ahli KPI : Key Performance Indicator LJ : Lowenstein Jensen LKS : Laboratorium Klinik Swasta LPA : Line Probe Assay LQAS : Lot Quality Assurance Sampling LRI : Laboratorium RUjukanIntermediate LRN : Laboratorium Rujukan Nasional LRP : Laboratorium Rujukan Provinsi
LRS : Laboratorium Rujukan Supranasional RS : Rumah Sakit LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat MDR : Multi Drugs Resistance MTPTRO : Manajemen Terpadu Pengendalian TB Resistan Obat NGO : Non Government Organization OAT : Obat Anti TB ODHA : Orang Dengan HIV AIDS OJT : On the job training PME : Pemantapan Mutu Eksternal PPM : Puskesmas Pelaksana Mandiri PPTI : Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia PRM : Puskesmas Rujukan Mikroskopis PS : Puskesmas Satelit RUS 1 : Rujukan Uji Silang tingkat 1 SDM : Sumber Daya Manusia
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-20201010
1. Latar Belakang 1.1. Kondisi Epidemiologi Penyebaran penyakit TB di Indonesia sangat luas dan mempengaruhi semua kelompok dan umur. Berdasarkan data survey prevalensi TB (SPTB) (Kementerian Kesehatan RI, 2015a), Indonesia berada di urutan tertinggi kedua di dunia setelah India dan diperkirakan 1,6 juta (0,65% dari populasi umum) kasus prevalensi dengan 1 juta kasus insiden setiap tahunnya. Menurut Laporan TB Global (World Health Organization, 2015), Indonesia menyumbang 10% dari total beban TB dunia dan sekitar 100.000 (kisaran 66.000-150.000) orang diperkirakan meninggal karena TB setiap tahunnya. Di negara-negara ASEAN, hanya Kamboja yang memiliki prevalensi TB yang lebih tinggi per 100.000 penduduk (668/100.000). Pada tahun 2014, Program TB di Indonesia mencatat sebanyak 324.539 kasus TB ternotifikasi (TB semua tipe). Angka notifikasi kasus semua tipe adalah 128/ 100.000. Sebanyak 303.152 kasus berasal dari kasus TB Paru (kasus baru dan pengobatan ulang), dimana sekitar 199.770 (60%) dari kasus TB paru tersebut terkonfirmasi bakteriologis. Terdapat 19.653 (6,1%) kasus TB Ekstra Paru ternotifikasi. Sebagian besar kasus TB Ekstra Paru didiagnosis dan diobati di RS karena memerlukan keahlian khusus dan peralatan yang memadai. Angka kematian TB diperkirakan sekitar 68.000 kasus atau 26,5/100.000 penduduk sesuai dengan Laporan TB Global tahun 2014(World Health Organization, 2014). Pada tahun 2014, tercatat sekitar 23.170 (7,6%) kasus TB anak (World Health Organization, 2015), namun diperkirakan terdapat under maupun over reported. Sebuah studi di RS di pulau Jawa menunjukkan bahwa 11% kasus TB anak berasal dari kasus rawat inap dan 27% dari rawat jalan(Lestari et al., 2011). Sebuah studi pemodelan menunjukkan bahwa proporsi TB anak di Indonesia adalah 10-15% dari total beban TB (Dodd et al., 2014). Pada tahun 2014, Program TB melaporkan hanya 5% (15.074) pasien TB yang mengetahui status HIV mereka. Dari jumlah tersebut sekitar 16% ditemukan positif HIV. Prevalensi HIV di antara kasus TB di Indonesia adalah 6,2% (5,1% - 7,5%) (World Health Organization, 2015). Survei sub-nasional telah dilakukan di beberapa provinsi pada tahun 2010 & 2011, dimana perkiraan prevalensi HIV di antara pasien TB adalah 2% (Yogyakarta); 0,8% (Jawa Timur); 3,8% (Bali); dan 14% (Papua). Sementara itu, pada tahun 2013 skrining untuk TB pada ODHA telah mencapai 83% (Ministry of Health, 2104). TB pada ODHA dapat didiagnosis pada poli TB-HIV dengan model terintegrasi atau melalui jejaring internal dan eksternal pada program HIV dan TB. Surveilans sentinel TB resisten obat telah dilakukan di empat (4) provinsi pada tahun 2012 (DKI jakarta, Jawa Timur, Bali dan Sulawesi Selatan), dan di enam (6) provinsi pada tahun 2013 dengan penambahan provinsi Sumatera Utara dan Jawa Barat. Berdasarkan pemantauan tahun 2012 di 4 provinsi, prevalensi TB MDR adalah 1,9% di antara kasus baru dan 28,7% di antara kasus pengobatan ulang. Sebuah survei resistensi TB yang telah dilakukan pada tahun 2006 di provinsi
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020
1111
Jawa Tengah menemukan sekitar 1,9 % terjadi di antara kasus baru dan 16,7% di antara kasus pengobatan ulang (Ministry of Health, 2104). WHO memperkirakan proporsi kasus TB MDR di antara kasus TB baru adalah 2% (1,4%-2,5%), sedangkan proporsi TB MDR di antara kasus pengobatan ulang adalah 12% (8,1,%-17%) (World Health Organization, 2015). 1.2. Survei Prevalensi TB Indonesia (2013-2014) Hasil SPTB tahun 2013-2014 menunjukkan bahwa beban TB jauh lebih tinggi dari perkiraan melalui pemodelan WHO yaitu dari 272 per 100.000 penduduk seperti yang dilaporkan melalui Laporan TB Global tahun 2013 (World Health Organization, 2013a), menjadi 660 per 100.000 penduduk, atau 2,4 kali lebih tinggi dibandingkan perkiraan sebelumnya. Prevalensi TB adalah 1,6 juta dengan 1 juta kasus insidensi per tahun (Kementerian Kesehatan RI, 2015a). Dengan total notifikasi 322.806 kasus insidensi pada tahun 2014, maka Indonesia kehilangan 677.000 kasus per tahun dan saat ini capaian tingkat deteksi kasus hanya sekitar 32%. Kesimpulan dari SPTB adalah sebagai berikut:
1. Prevalensi TB paru di Indonesia dengan konfirmasi bakteriologis sebesar 759 per 100.000 penduduk yang berumur 15 tahun ke atas dan prevalensi TB dengan BTA positif sebesar 257 per 100.000 penduduk yang berumur 15 tahun ke atas. Dengan menggunakanan angka prevalensi hasil survei di atas dan angka notifikasi kasus TB anak dan ekstra paru, diperkirakan saat ini terdapat 1.600.000 orang pasien TB semua tipe. a) Prevalensi TB paru BTA positif di kawasan Sumatera, Jawa-Bali, dan
kawasan lainnya adalah 307, 217, dan 260 per 100.000 penduduk yang berumur 15 tahun ke atas,
b) Prevalensi TB paru dengan konfirmasi bakteriologi di kawasan Sumatera, Jawa-Bali, dan kawasan lainnya adalah 913, 593, dan 842 per 100.000 penduduk yang berumur 15 tahun ke atas.
c) Angka prevalensi TB paling tinggi di kelompok yang berumur tua (55 tahun ke atas). Beban TB absolut masih sangat tinggi di kalangan yang berumur produktif.
2. Kasus TB bakteriologis positif yang menunjukkan gejala sebesar 57,5% dan kasus TB BTA positif yang menunjukkan gejala sebesar 70,3%. Kasus TB bakteriologis positif yang tidak menunjukkan gejala namun memiliki foto toraks abnormal sebesar 42,5% dan kasus TB BTA positif yang tidak menunjukkan gejala namun memiliki foto toraks abnormal sebesar 29,7%.
3. Proporsi TB paru penduduk yang berumur 15 tahun ke atas dengan gejala mengarah TB (batuk > 14 hari atau batuk darah) sebesar 12,6%, Proporsi kelainan parenkim paru dan pleura pada penduduk yang berumur 15 tahun ke atas berdasarkan pemeriksaan radiologi sebesar 16,5%. Namun proporsi kelainan parenkim paru dan pleura tanpa adanya gejala batuk 14 hari atau lebih atau batuk darah sebesar 9,9%.
4. Di antara partisipan yang menderita batuk 14 hari atau lebih atau batuk darah pada penduduk yang berumur 15 tahun ke atas, sebanyak 43,1%
10
1. Latar Belakang 1.1. Kondisi Epidemiologi Penyebaran penyakit TB di Indonesia sangat luas dan mempengaruhi semua kelompok dan umur. Berdasarkan data survey prevalensi TB (SPTB) (Kementerian Kesehatan RI, 2015a), Indonesia berada di urutan tertinggi kedua di dunia setelah India dan diperkirakan 1,6 juta (0,65% dari populasi umum) kasus prevalensi dengan 1 juta kasus insiden setiap tahunnya. Menurut Laporan TB Global (World Health Organization, 2015), Indonesia menyumbang 10% dari total beban TB dunia dan sekitar 100.000 (kisaran 66.000-150.000) orang diperkirakan meninggal karena TB setiap tahunnya. Di negara-negara ASEAN, hanya Kamboja yang memiliki prevalensi TB yang lebih tinggi per 100.000 penduduk (668/100.000). Pada tahun 2014, Program TB di Indonesia mencatat sebanyak 324.539 kasus TB ternotifikasi (TB semua tipe). Angka notifikasi kasus semua tipe adalah 128/ 100.000. Sebanyak 303.152 kasus berasal dari kasus TB Paru (kasus baru dan pengobatan ulang), dimana sekitar 199.770 (60%) dari kasus TB paru tersebut terkonfirmasi bakteriologis. Terdapat 19.653 (6,1%) kasus TB Ekstra Paru ternotifikasi. Sebagian besar kasus TB Ekstra Paru didiagnosis dan diobati di RS karena memerlukan keahlian khusus dan peralatan yang memadai. Angka kematian TB diperkirakan sekitar 68.000 kasus atau 26,5/100.000 penduduk sesuai dengan Laporan TB Global tahun 2014(World Health Organization, 2014). Pada tahun 2014, tercatat sekitar 23.170 (7,6%) kasus TB anak (World Health Organization, 2015), namun diperkirakan terdapat under maupun over reported. Sebuah studi di RS di pulau Jawa menunjukkan bahwa 11% kasus TB anak berasal dari kasus rawat inap dan 27% dari rawat jalan(Lestari et al., 2011). Sebuah studi pemodelan menunjukkan bahwa proporsi TB anak di Indonesia adalah 10-15% dari total beban TB (Dodd et al., 2014). Pada tahun 2014, Program TB melaporkan hanya 5% (15.074) pasien TB yang mengetahui status HIV mereka. Dari jumlah tersebut sekitar 16% ditemukan positif HIV. Prevalensi HIV di antara kasus TB di Indonesia adalah 6,2% (5,1% - 7,5%) (World Health Organization, 2015). Survei sub-nasional telah dilakukan di beberapa provinsi pada tahun 2010 & 2011, dimana perkiraan prevalensi HIV di antara pasien TB adalah 2% (Yogyakarta); 0,8% (Jawa Timur); 3,8% (Bali); dan 14% (Papua). Sementara itu, pada tahun 2013 skrining untuk TB pada ODHA telah mencapai 83% (Ministry of Health, 2104). TB pada ODHA dapat didiagnosis pada poli TB-HIV dengan model terintegrasi atau melalui jejaring internal dan eksternal pada program HIV dan TB. Surveilans sentinel TB resisten obat telah dilakukan di empat (4) provinsi pada tahun 2012 (DKI jakarta, Jawa Timur, Bali dan Sulawesi Selatan), dan di enam (6) provinsi pada tahun 2013 dengan penambahan provinsi Sumatera Utara dan Jawa Barat. Berdasarkan pemantauan tahun 2012 di 4 provinsi, prevalensi TB MDR adalah 1,9% di antara kasus baru dan 28,7% di antara kasus pengobatan ulang. Sebuah survei resistensi TB yang telah dilakukan pada tahun 2006 di provinsi
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-202012
12
tidak berobat, 26,1% mencari pengobatan di fasilitas kesehatan, dan 30,3% mengobati sendiri.
5. Diantara partisipan yang pernah didiagnosis TB paru oleh tenaga kesehatan, sebanyak 99% mendapat pengobatan. Diantara partisipan yang mendapat pengobatan, sebanyak 46% berobat di layanan swasta, dan 48% berobat di RS. Hanya sebagian kecil partisipan yang melaporkan mendapat pengobatan TB dapat ditemukan di SITT. Kemungkinan kasus lebih banyak ditemukan di register di fasilitas kesehatan atau dalam bentuk dokumen cetak karena keterlambatan memasukkan data dalam SITT. Hal ini mengakibatkan kasus TB yang dilaporkan ke program TB masih rendah, terutama kasus yang dikelola di luar Puskesmas.
6. Proporsi kasus TB pada partisipan yang memiliki riwayat diabetes, merokok, kontak dengan pasien TB, atau memiliki riwayat sakit TB lebih tinggi daripada partisipan yang menyatakan tidak mempunyai riwayat tersebut. Perbedaan proporsi kasus TB pada setiap faktor risiko, lebih terlihat pada kasus BTA positif TB daripada kasus BTA negatif.
7. Berdasarkan hasil wawancara sikap dan perilaku terkait penyakit TB, proporsi partisipan yang mengetahui gejala TB utama adalah 78,6%, 69,1% mengetahui cara penularan TB dan 73,5% mengetahui bahwa TB bisa disembuhkan. Hanya sebagian kecil mengetahui bahwa obat TB gratis (18,6%). Namun stigma yang ditunjukkan dengan sikap merahasiakan keluarga yang terkena TB masih tinggi yaitu 11,7%.
Rekomendasi SPTB yang terkait dengan laboratorium TB adalah perlunya meningkatkan tatalaksana kasus TB dalam mengurangi penularan dan efektivitas pengobatan melalui Deteksi dini penemuan kasus TB dengan metode yang lebih akurat. Topik penelitian yang diperlukan menjawab temuan dalam SPTB dalam hal laboratorium adalah model penemuan kasus secara intensif, akurasi pemeriksaan mikroskopis TB di berbagai situasi. 1.3. Review Mikroskopis TB Nasional PME mikroskopis TB melalui kegiatan uji silang dengan metode LQAS telah dilaksanakan sejak tahun 2009 melalui uji pendahuluan di 3 provinsi yaitu Bali, Lampung dan NTB dan secara bertahap dikembangkan di seluruh Indonesia. Untuk menilai jejaring laboratorium mikroskopis TB dan implementasi PME telah dilakukan kegiatan Review Mikroskopis TB Nasional oleh Subdit TB, Subdit Mikrobiologi dan Imunologi bersama dengan partner (Ministry of Health, 2014). Kegiatan ini dilakukan dengan mengunjungi 9 (sembilan) provinsi yaitu Sumatera Barat, DKI Jakarta, DIY, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara dan Nusa Tenggara Timur. Dari kegiatan tersebut ditemukan variasi partisipasi uji silang antar provinsi. Hanya sedikit provinsi dengan tingkat partisipasi yang tinggi dan memiliki kinerja baik yang konsisten. Terdapat keterlambatan analisis, umpan balik dan laporan hasil uji silang. PME mikroskopis TB terdiri dari uji silang, tes panel dan supervisi; namun tidak ada satupun yang berjalan dengan efektif. Diperlukan panduan dari Program TB tentang pelaksanaan ketiga metode PME tersebut agar saling
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020
1313
melengkapi sehingga semua fasyankes mikroskopis TB dapat di pantau mutunya. Kegiatan review tersebut juga menemukan kualitas contoh uji yang kurang, sehingga hasil pemeriksaan laboratorium juga terpengaruh. Pot dahak yang digunakan bervariasi di tingkat fasyankes. Bahan habis pakai dan reagen tidak mengalami stock out walaupun jumlah laboratorium pemeriksa di Indonesia sangat banyak. Namun tidak ada pemantauan kualitas bahan habis pakai dan reagen ZN. Reagen ZN yang dipakai merupakan reagen komersial, walaupun reagen yang diracik oleh B/BLK memiliki kualitas yang bagus. 1.4. Struktur dan Jejaring Laboratorium TB Laboratorium TB merupakan bagian dari fasilitas pelayanan kesehatan yang secara adminstratif berada dalam struktur organisasi yang berbeda. Sebagai contoh seperti di bawah ini: Rumah Sakit Umum Pusat,
BBLK : Kementerian Kesehatan (Direktorat
Jenderal Pelayanan Kesehatan) Rumah Sakit Provinsi, BLK : Pemerintah Provinsi Rumah Sakit Kabupaten
Kota, Labkesda : Pemerintah Kabupaten/Kota
Puskesmas : Kementerian Kesehatan (Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan); Pemerintah Provinsi; Pemerintah Kabupaten/Kota
Universitas (Lab Unit Penelitian, Pelayanan)
: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (DIKTI /Direktoral Jenderal Pendidikan Tinggi)
Militer : Kementerian Pertahanan Kepolisian : POLRI PPTI : NGO/LSM Laboratorium Klinik Swasta : Swasta Jejaring laboratorium TB di Indonesia terdiri dari 5 (lima) jenjang sesuai dengan kemampuan dan wilayah kerja layanan sebagai berikut:
Nasional : Laboratorium Rujukan Nasional Regional : Laboratorium Rujukan Regional Provinsi : Laboratorium Rujukan Provinsi (LRP) Kab/Kota : Laboratorium intermediate/ Laboratorium
Rujukan Uji Silang tingkat 1 (RUS 1) (khusus berperan dalam jejaring laboratorium mikroskopis TB)
Kecamatan/Kelurahan : Puskesmas Jejaring laboratorium TB nasional dikelola oleh:
1. Ditjen Pelayanan Kesehatan (Yankes) a. Subdit Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Lainnya - Direktorat
Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan b. Subdit Puskesmas - Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer
12
tidak berobat, 26,1% mencari pengobatan di fasilitas kesehatan, dan 30,3% mengobati sendiri.
5. Diantara partisipan yang pernah didiagnosis TB paru oleh tenaga kesehatan, sebanyak 99% mendapat pengobatan. Diantara partisipan yang mendapat pengobatan, sebanyak 46% berobat di layanan swasta, dan 48% berobat di RS. Hanya sebagian kecil partisipan yang melaporkan mendapat pengobatan TB dapat ditemukan di SITT. Kemungkinan kasus lebih banyak ditemukan di register di fasilitas kesehatan atau dalam bentuk dokumen cetak karena keterlambatan memasukkan data dalam SITT. Hal ini mengakibatkan kasus TB yang dilaporkan ke program TB masih rendah, terutama kasus yang dikelola di luar Puskesmas.
6. Proporsi kasus TB pada partisipan yang memiliki riwayat diabetes, merokok, kontak dengan pasien TB, atau memiliki riwayat sakit TB lebih tinggi daripada partisipan yang menyatakan tidak mempunyai riwayat tersebut. Perbedaan proporsi kasus TB pada setiap faktor risiko, lebih terlihat pada kasus BTA positif TB daripada kasus BTA negatif.
7. Berdasarkan hasil wawancara sikap dan perilaku terkait penyakit TB, proporsi partisipan yang mengetahui gejala TB utama adalah 78,6%, 69,1% mengetahui cara penularan TB dan 73,5% mengetahui bahwa TB bisa disembuhkan. Hanya sebagian kecil mengetahui bahwa obat TB gratis (18,6%). Namun stigma yang ditunjukkan dengan sikap merahasiakan keluarga yang terkena TB masih tinggi yaitu 11,7%.
Rekomendasi SPTB yang terkait dengan laboratorium TB adalah perlunya meningkatkan tatalaksana kasus TB dalam mengurangi penularan dan efektivitas pengobatan melalui Deteksi dini penemuan kasus TB dengan metode yang lebih akurat. Topik penelitian yang diperlukan menjawab temuan dalam SPTB dalam hal laboratorium adalah model penemuan kasus secara intensif, akurasi pemeriksaan mikroskopis TB di berbagai situasi. 1.3. Review Mikroskopis TB Nasional PME mikroskopis TB melalui kegiatan uji silang dengan metode LQAS telah dilaksanakan sejak tahun 2009 melalui uji pendahuluan di 3 provinsi yaitu Bali, Lampung dan NTB dan secara bertahap dikembangkan di seluruh Indonesia. Untuk menilai jejaring laboratorium mikroskopis TB dan implementasi PME telah dilakukan kegiatan Review Mikroskopis TB Nasional oleh Subdit TB, Subdit Mikrobiologi dan Imunologi bersama dengan partner (Ministry of Health, 2014). Kegiatan ini dilakukan dengan mengunjungi 9 (sembilan) provinsi yaitu Sumatera Barat, DKI Jakarta, DIY, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara dan Nusa Tenggara Timur. Dari kegiatan tersebut ditemukan variasi partisipasi uji silang antar provinsi. Hanya sedikit provinsi dengan tingkat partisipasi yang tinggi dan memiliki kinerja baik yang konsisten. Terdapat keterlambatan analisis, umpan balik dan laporan hasil uji silang. PME mikroskopis TB terdiri dari uji silang, tes panel dan supervisi; namun tidak ada satupun yang berjalan dengan efektif. Diperlukan panduan dari Program TB tentang pelaksanaan ketiga metode PME tersebut agar saling
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-20201414
c. Subdit Pelayanan Penunjang - Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan d. Subdit Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya – Direktorat Fasilitas
Pelayanan Kesehatan 2. Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), yaitu: Subdit TB yang
berada di bawah Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung.
Program Penanggulangan TB merupakan pengguna dari layanan jejaring laboratorium TB nasional dan memberikan kontribusi secara signifikan kepada jejaring laboratorium TB melalui fasilitasi kebutuhan fisik dan teknis yang terkait dengan pengelolaan P2TB. Sejak tahun 2011, terdapat 3 (tiga) Laboratorium Rujukan Nasional (LRN) TB yang telah beroperasional, masing-masing dengan peran berbeda untuk mendukung laboratorium yang berada pada jenjang di bawahnya. Secara resmi penunjukkan LRN TB dilakukan oleh Menteri Kesehatan melalui SK No.1909 / MENKES / SK / IX / 2011, yaitu:
1. BLK Provinsi Jawa Barat sebagai LRN untuk mikroskopis TB 2. BBLK Surabaya sebagai LRN untuk laboratorium biakan dan uji kepekaan
TB 3. Laboratorium Mikrobiologi FKUI sebagai LRN untuk diagnostik molekuler
dan riset operasional (Kementerian Kesehatan RI, 2011) Ketiga LRN mendapat dukungan teknis dari laboratorium rujukan supranasional TB (LRS) yaitu IMVS Adelaide untuk mengembangkan jejaring laboratorium TB dan meningkatkan kemampuan teknis petugas laboratorium TB.
Gambar 1. Struktur Jejaring Laboratorium Rujukan Nasional
3 Laboratorium Rujukan Nasional (LRN)
LRN Mikroskopis TB (BLK Provinsi Jawa Barat)
LRN Biakan dan Uji Kepekaan TB
(BBLK Surabaya)
LRN Molekuler TB dan Operasional RIset (Mikrobiologi FKUI)
Laboratorium Rujukan Provinsi (RUS 2)
Laboratorium Intermediate (RUS 1)
Laboratorium Mikroskopis
Laboratorium Rujukan Regiional Biakan dan Uji Kepekaan TB
Laboratorium Biakan dan Uji kepekaan TB
Laboratorium Tes Cepat Molekuler TB (TCM)
Laboratorium Biakan TB
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020
1515
1.5. Strategi Laboratorium TB Kemajuan pemeriksaan untuk diagnosis TB berkembang secara signifikan, termasuk penggunaan pemeriksaan radiologis, TCM, biakan dan uji kepekaan dengan menggunakan metode cair dan padat serta teknik molekuler lainnya. Pemeriksaan mikroskopis TB saat ini tetap menjadi alat diagnosis utama dalam Program TB, paling tidak sampai 5 (lima) tahun kedepan. Namun, untuk meningkatkan kualitas diagnosis pada BTA negatif, TB Ekstra Paru, TB anak dan TB RO, Program TB akan meningkatkan penggunaan teknologi baru selain pemeriksaan mikroskopis. Hal ini meliputi perluasan pengunaan radiologis, penyediaan dan penempatan alat TCM, dan peningkatan kualitas pemeriksaan biakan dan uji kepekaan dengan menggunakan kombinasi metode padat, cair dan molekuler. Pengunaan alat TCM akan dipercepat dan metode pemeriksaan molekuler terbaru akan digunakan setelah terdapat rekomendasi WHO. TCM dengan kartrid ultra diperkirakan tersedia pada tahun 2017, dan kartrid XDR pada tahun 2018. Direncanakan minimal 1 (satu) alat TCM di kabupaten/kota dan lebih dari satu mesin di beberapa kabupaten/kota besar. Metode diagnosis cepat akan didesentralisasi ke tingkat perifer, oleh karena itu diperlukan sistem rujukan contoh uji yang cepat, aman, terpercaya, dengan biaya terjangkau untuk mempersingkat waktu diagnosis TB. Kemampuan laboratorium rujukan untuk dapat melakukan pemeriksaan molekuler, biakan dan uji kepekaan merupakan salah satu tantangan yang harus diselesaikan. Infrastruktur laboratorium, SDM terlatih dan peralatan pendukung masih belum cukup untuk mendukung percepatan kemampuan laboratorium rujukan. Pengembangan laboratorium molekuler perlu direncanakan dengan baik, terutama agar dapat dimanfaatkan oleh pasien yang membutuhkan. 1.6. Pedoman Nasional Pengendalian TB Pedoman Nasional Pengendalian TB yang diterbitkan tahun 2014 meliputi panduan diagnosis untuk TB paru BTA positif, TB paru BTA negatif, TB ekstra paru, TB anak, TB HIV, TB Resistan Obat, rekomendasi untuk penggunaan pemeriksaan biakan dan uji kepekaan TB lini 1 dan lini 2, serta rekomendasi untuk tes diagnosis cepat (Kementerian Kesehatan RI, 2014a). Indonesia juga memiliki untuk panduan untuk tatalaksana TB RO yaitu Petunjuk Teknis Manajmen Terpadu Pengendalian Tuberkulosis Resistan Obat -2014) (Kementerian Kesehatan RI, 2014b) yang mencakup alur diagnostik untuk pasien TB yang berisiko resistan terhadap obat. Panduan pengunaan alat Tes Cepat Molekuler (TCM) untuk program TB (Kementerian Kesehatan RI, 2015b) telah tresedia dan didistribusikan ke seluruh provinsi. Saat ini, dibutuhkan dua contoh uji dahak untuk terduga TB, namun hanya satu contoh uji dahak yang dibutuhkan dalam pemeriksaan follow up untuk memantau pengobatan. Definisi kasus TB di Indonesia mengikuti rekomendasi WHO tahun 2014. "Kasus TB yang terkonfirmasi bakteriologis berasal dari salah satu contoh uji dahak dengan hasil postifif baik dari pemeriksaan mikroskopis, biakan, atau alat diagnostik cepat yang direkomendasikan oleh WHO" (World Health
14
c. Subdit Pelayanan Penunjang - Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan d. Subdit Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya – Direktorat Fasilitas
Pelayanan Kesehatan 2. Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), yaitu: Subdit TB yang
berada di bawah Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung.
Program Penanggulangan TB merupakan pengguna dari layanan jejaring laboratorium TB nasional dan memberikan kontribusi secara signifikan kepada jejaring laboratorium TB melalui fasilitasi kebutuhan fisik dan teknis yang terkait dengan pengelolaan P2TB. Sejak tahun 2011, terdapat 3 (tiga) Laboratorium Rujukan Nasional (LRN) TB yang telah beroperasional, masing-masing dengan peran berbeda untuk mendukung laboratorium yang berada pada jenjang di bawahnya. Secara resmi penunjukkan LRN TB dilakukan oleh Menteri Kesehatan melalui SK No.1909 / MENKES / SK / IX / 2011, yaitu:
1. BLK Provinsi Jawa Barat sebagai LRN untuk mikroskopis TB 2. BBLK Surabaya sebagai LRN untuk laboratorium biakan dan uji kepekaan
TB 3. Laboratorium Mikrobiologi FKUI sebagai LRN untuk diagnostik molekuler
dan riset operasional (Kementerian Kesehatan RI, 2011) Ketiga LRN mendapat dukungan teknis dari laboratorium rujukan supranasional TB (LRS) yaitu IMVS Adelaide untuk mengembangkan jejaring laboratorium TB dan meningkatkan kemampuan teknis petugas laboratorium TB.
Gambar 1. Struktur Jejaring Laboratorium Rujukan Nasional
3 Laboratorium Rujukan Nasional (LRN)
LRN Mikroskopis TB (BLK Provinsi Jawa Barat)
LRN Biakan dan Uji Kepekaan TB
(BBLK Surabaya)
LRN Molekuler TB dan Operasional RIset (Mikrobiologi FKUI)
Laboratorium Rujukan Provinsi (RUS 2)
Laboratorium Intermediate (RUS 1)
Laboratorium Mikroskopis
Laboratorium Rujukan Regiional Biakan dan Uji Kepekaan TB
Laboratorium Biakan dan Uji kepekaan TB
Laboratorium Tes Cepat Molekuler TB (TCM)
Laboratorium Biakan TB
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-20201616
Organization, 2013b). Kasus TB yang terkonfirmasi klinis wajib melalui pemeriksaan bakteriologis baik mikroskopis maupun TCM dengan hasil negatif, dan memiliki hasil pemeriksaan radiologis mendukung TB atau tidak ada perbaikan klinis setelah pemberian antibiotik non Obat Anti Tuberkulosis (OAT) dan memiliki faktor resiko TB sehingga atas pertimbangan dokter didiagnosis sebagai TB terkonfirmasi klinis.
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020
1717
2. Analisis Situasi 2.1. Jejaring Laboratorium TB Pengembangan jejaring laboratorium TB di Indonesia meliputi laboratorium dari jenjang terendah dengan kemampuan laboratorium sederhana sampai dengan jenjang tertinggi dengan kemampuan laboratorium canggih. Namun, masih terdapat hambatan dalam pencatatan dan pelaporan yang tepat waktu dan berkesinambungan. Pengumpulan dan analisis data, pelaporan ke tingkat pusat masih menjadi tantangan utama dalam jejaring laboratorium. Untuk mengatasinya diperlukan penanganan yang menggunakan sistim pencatatan dan pelaporan elektronik. 2.1.1. Mikroskopis Pemeriksaan mikroskopis tersedia di seluruh fasilitas kesehatan primer (puskesmas) sampai ke tingkat nasional. Struktur jejaring mikroskopis TB dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 2. Struktur jejaring laboratorium mikroskopis TB Kegiatan yang dilakukan sesuai dengan tingkatan dijelaskan sebagai berikut:
1. Fasyankes Mikroskopis dapat berada di Puskesmas, Rumah Sakit, B/BLK, Labkesda dengan kemampuan untuk melakukan diagnosis TB melalui pemeriksaan mikroskopis.
2. Laboratorium Intermediate atau Laboratorium Rujukan Uji Silang 1 (RUS 1) dapat berada di fasilitas kesehatan Rumah Sakit, Labkesda dan Puskesmas menjadi rujukan uji silang di wilayah Kabupaten/Kota.
FASYANKES MIKROSKOPIS
LABORATORIUM RUJUKAN TB NASIONAL
LABORATORIUM RUJUKAN PROVINSI
LABORATORIUM RUJUKAN INTERMEDIATE
Pembinaan jaminan kualitas Mekanisme rujukan
16
Organization, 2013b). Kasus TB yang terkonfirmasi klinis wajib melalui pemeriksaan bakteriologis baik mikroskopis maupun TCM dengan hasil negatif, dan memiliki hasil pemeriksaan radiologis mendukung TB atau tidak ada perbaikan klinis setelah pemberian antibiotik non Obat Anti Tuberkulosis (OAT) dan memiliki faktor resiko TB sehingga atas pertimbangan dokter didiagnosis sebagai TB terkonfirmasi klinis.
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-20201818
3. Laboratorium Provinsi (BLK atau laboratorium TB tingkat provinsi) melakukan penguatan jejaring mikroskopis TB dan melakukan PME bagi fasyankes mikroskopis dan laboratorium intermediate.
4. LRN mikroskopis TB (BLK Provinsi Jawa Barat) melakukan penguatan jejaring mikroskopis TB dan mampu melakukan pemeriksaan diagnosis dengan metode terkini serta bertanggungjawab untuk PME bagi laboratorium provinsi dan pelatihan bagi laboratorium mikroskopis di tingkat bawah.
2.1.2. Biakan dan Uji Kepekaan TB Struktur organisasi jejaring laboratorium biakan dan uji kepekaan TB dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 3. Jejaring laboratorium biakan dan uji kepekaan TB Kegiatan yang dilakukan sesuai dengan tingkatan jejaring dijelaskan sebagai berikut:
LRN-Biakan dan Uji Kepekaan (BBLK Surabaya): melaksanakan pengembangan jejaring dan pembinaan teknis melalui pelatihan dan supervisi dalam bidang pemeriksaan biakan dan uji kepekaan, melakukan uji panel untuk sertifikasi laboratorium uji kepekaan.
LABORATORIUM RUJUKAN NASIONAL
LABORATORIUM REGIONAL BIAKAN & UJI KEPEKAAN TB
LABORATORIUM BIAKAN
LABORATORIUM TCM
LABORATORIUM BIAKAN & UJI KEPEKAAN TB FASKES TB RO
Supervisi Rujukan Pelaporan
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020
1919
Laboratorium Regional Biakan dan Uji Kepekaan: laboratorium ini melayani rujukan pemeriksaan biakan dan uji kepekaan dan melaksanakan bimbingan teknis ke laboratorium biakan dan uji kepekaan yang berada di wilayah kerjanya. Laboratorium regional harus sudah tersertifikasi untuk pemeriksaan uji kepekaan lini 1 dan lini 2 dengan metode cair maupun padat. Laboratorium tersebut harus memberikan laporan indikator kinerja secara rutin kepada LRN.
Laboratorium Biakan dan Uji Kepekaan: laboratorium ini melayani rujukan pemeriksaan biakan dan uji kepekaan dan melaksanakan bimbingan teknis ke laboratorium biakan yang berada di wilayah kerjanya. Laboratorium tersebut harus memberikan laporan indikator kinerja secara rutin kepada LRN dan Laboratorium Regional.
Laboratorium Biakan: menyediakan layanan untuk pemeriksaan biakan sesuai standar dan merujuk isolat untuk pemeriksaan uji kepekaan ke laboratorium biakan dan uji kepekaan TB. Laboratorium tersebut harus memberikan laporan indikator kinerja secara rutin kepada LRN dan Laboratorium Regional.
Hubungan kerja laboratorium biakan dan uji kepekaan, Faskes TB RO, dan laboratorium TCM perlu diatur dalam jejaring laboratorium. Dalam alur diagnosis TB dan TB RO, apabila hasil pemeriksaan TCM menunjukkan Resisten Rifampisin, maka laboratorium TCM harus melaporkan hasil ke Faskes TB RO yang selanjutnya merujuk contoh uji ke laboratorium biakan dan uji kepekaan.
2.1.3. Molekuler Pemeriksaan diagnosis molekuler terdiri dari tes cepat molekuler (TCM) dan Line Probe Assay (LPA). Jejaring laboratorium molekuler TB terdiri dari:
1. Laboratorium Rujukan Nasional Molekuler TB yaitu Departemen Mikrobiologi FKUI, mampu melakukan supervisi dan mengawasi semua laboratorium pelaksana pemeriksaan molekuler TB.
2. Laboratorium Rujukan Regional TCM TB merupakan laboratorium pembina yang mampu melakukan fungsi pembinaan, pengawasan, bimbingan teknis, pengembangan sumber daya manusia ke laboratorium fasyankes TCM di regionalnya. Fungsi ini akan melekat kepada fungsi Balai Besar Laboratorium Kesehatan.
3. Laboratorium Rujukan TCM TB Tingkat Provinsi merupakan laboratorium rujukan yang mampu melakukan pemeriksaan tes cepat, melakukan fungsi pembinaan teknis ke laboratorium fasyankes TCM di wilayahnya. Laboratorium Rujukan TCM TB tingkat provinsi ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi.
4. Laboratorium Rujukan TCM TB Tingkat Kabupaten/kota merupakan laboratorium rujukan yang mampu melakukan pemeriksaan tes cepat, melakukan fungsi pembinaan teknis ke laboratorium fasyankes TCM di wilayahnya. Laboratorium Rujukan Kabupaten/kota Tes Cepat Molekuler (TCM) TB ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan kabupaten/kota.
18
3. Laboratorium Provinsi (BLK atau laboratorium TB tingkat provinsi) melakukan penguatan jejaring mikroskopis TB dan melakukan PME bagi fasyankes mikroskopis dan laboratorium intermediate.
4. LRN mikroskopis TB (BLK Provinsi Jawa Barat) melakukan penguatan jejaring mikroskopis TB dan mampu melakukan pemeriksaan diagnosis dengan metode terkini serta bertanggungjawab untuk PME bagi laboratorium provinsi dan pelatihan bagi laboratorium mikroskopis di tingkat bawah.
2.1.2. Biakan dan Uji Kepekaan TB Struktur organisasi jejaring laboratorium biakan dan uji kepekaan TB dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 3. Jejaring laboratorium biakan dan uji kepekaan TB Kegiatan yang dilakukan sesuai dengan tingkatan jejaring dijelaskan sebagai berikut:
LRN-Biakan dan Uji Kepekaan (BBLK Surabaya): melaksanakan pengembangan jejaring dan pembinaan teknis melalui pelatihan dan supervisi dalam bidang pemeriksaan biakan dan uji kepekaan, melakukan uji panel untuk sertifikasi laboratorium uji kepekaan.
LABORATORIUM RUJUKAN NASIONAL
LABORATORIUM REGIONAL BIAKAN & UJI KEPEKAAN TB
LABORATORIUM BIAKAN
LABORATORIUM TCM
LABORATORIUM BIAKAN & UJI KEPEKAAN TB FASKES TB RO
Supervisi Rujukan Pelaporan
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-20202020
5. Laboratorium Fasyankes dengan Tes Cepat Molekuler (TCM) TB merupakan laboratorium fasyankes yang mampu melakukan pemeriksaan TCM.
2.2. Jejaring Laboratorium TB dengan bidang lain 2.2.1. Jejaring Laboratorium TB dengan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Permenkes No.28 tahun 2014 tentang pedoman pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), menyatakan bahwa layanan TB dibiayai dalam JKN dan termasuk ke dalam sistem pendanaan kapitasi dan INA-CBG’s, namun untuk pengadaan obat anti TB (OAT) masih menjadi tanggung jawab Program TB. Prosedur pelayanan kesehatan TB dan sistem rujukannya telah dijelaskan dalam pedoman teknis pelayanan TB dalam JKN (Kementerian Kesehatan RI, 2015c). Saat ini JKN membiayai diagnosis TB menggunakan pemeriksaan mikroskopis, pemeriksaan penunjang dengan foto toraks untuk terduga TB dengan BTA negatif, dan diagnosis TB anak dengan tes tuberkulin. Akan tetapi, pembiayaan untuk pemeriksaan biakan/uji kepekaan dan TCM tidak secara jelas disebutkan dalam pedoman JKN. Terduga TB RO dapat dirujuk ke rumah sakit rujukan TB RO, namun belum menyebutkan jenis pemeriksaan apa untuk diagnosis TB RO yang dapat dibiayai. Karena ketidakjelasan tersebut, penggunaan JKN dalam diagnosis TB RO dengan TCM atau pemeriksaan biakan/uji kepekaan TB dapat bervariasi antar provinsi. Di beberapa provinsi dimana Dinas Kesehatan Provinsi secara aktif mencari pembiayaan untuk pasien TB dengan BPJS, diagnosis terduga TB RO dapat didanai dengan mekanisme ini. 2.2.2. Jejaring dengan Laboratorium Klinik Swasta Jejaring antara laboratorium pemerintah dan Laboratorium Klinik Swasta (LKS) telah diatur dalam Permenkes Nomor 411 Tahun 2010 (Kementerian Kesehatan RI, 2010). Peraturan tersebut menjelaskan bahwa laboratorium swasta wajib mendukung program kesehatan nasional dan berpartisipasi dalam Pemantapan Mutu Eksternal (PME). Khusus dalam pelayanan pemeriksaan diagnosis TB, LKS wajib melapor kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota terkait (mandatory notification). Diperlukan penguatan sistem pencatatan dan pelaporan dari semua fasilitas kesehatan dan laboratorium ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota terkait. Sampai tahun 2016, keterlibatan LKS dalam program TB di tingkat Provinsi sangat terbatas. Dalam prioritas strategis dalam RAN laboratorium TB 2016-2020 ini LKS akan dilibatkan dalam pelatihan, PME, dan pelaporan data laboratorium kepada Program TB. Perizinan praktek LKS dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setelah dilakukan penilaian kecukupan persyaratan sumber daya laboratorium untuk waktu tertentu. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota secara berkala melakukan pemantauan terhadap kegiatan layanan laboratorium LKS sesuai dengan Permenkes No. 411 Tahun 2010. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota memiliki kewenangan untuk menghentikan kegiatan pelayanan LKS apabila LKS tersebut tidak memenuhi ketentuan Dinas Kesehatan Kab/Kota dan Permenkes tersebut. JKN hanya akan menerima klaim dari peserta yang mendapat pelayanan dari laboratorium yang bermutu, yaitu laboratorium yang tersertifikasi, terakreditasi, dan mengikuti PME.
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020
2121
2.3. Infrastruktur Jejaring Laboratorium TB Jejaring laboratorium TB di Indonesia memiliki infrastruktur biosafety level (BSL) berjenjang sesuai dengan fungsi layanannya dan mengacu kepada sistem keamanan dan keselamatan kerja yang memenuhi persyaratan infrastruktur (World Health Organization, 2004): 1. BSL tingkat I : Laboratorium Pemeriksaan Mikroskopis dan TCM. 2. BSL tingkat II : Laboratorium Pemeriksaan Biakan dan LPA dengan
contoh uji bukan isolat. 3. BSL tingkat III : Laboratorium uji kepekaan dan LPA dengan contoh uji
isolat. Setiap tingkat BSL menggambarkan juga persyaratan biosafety untuk berbagai kegiatan yang dilakukan di laboratorium (World Health Organization, 2012).
Risiko rendah: risiko rendah dalam menghasilkan partikel yang infeksius; partikel infeksius dalam konsentrasi rendah
Risiko sedang: risiko sedang dalam menghasilkan partikel yang infeksius; partikel infeksius dalam konsentrasi rendah
Risiko tinggi : risiko tinggi dalam menghasilkan partikel yang infeksius; partikel infeksius dalam konsentrasi tinggi
2.3.1. Laboratorium Mikroskopis Secara keseluruhan, infrastruktur laboratorium TB untuk pemeriksaan mikroskopis di Indonesis sudah memenuhi ketentuan WHO (World Health Organization, 2012) walaupun pada umumnya laboratorium mikroskopis berukuran <10m2, tanpa pemenuhan kebutuhan ventilasi, air dan daya listrik yang memadai. Kebanyakan ruangan lab mikroskopis tidak memiliki AC sehingga temperatur dan kelembaban tidak sesuai dengan persyaratan laboratorium. Pemeriksaan mikroskopis dilakukan bersama pemeriksaan laboratorium lainnya, namun di laboratorium besar telah dilakukan secara terpisah. Ventilasi biasanya berasal dari pintu dan jendela yang terbuka tanpa memerhatikan risiko cross ventilation pada saat melakukan apusan dahak. Beberapa laboratorium mikroskopis memiliki biological safety cabinet (BSC) kelas I atau kelas II yang perawatannya tidak selalu dilakukan sesuai standar. Beberapa laboratorium menyediakan sarung tangan, namun masih perlu edukasi tentang pemakaian yang baik dan benar. Manajemen limbah infeksius bervariasi berdasarkan kondisi lokal, biasanya contoh uji dahak direndam dalam cairan mengandung fenol atau pemutih dan disimpan semalam sebelum dibuang ke insinerator atau dikubur. Tidak semua laboratorium mikroskopis memiliki otoklaf. 2.3.2. Laboratorium Biakan Laboratorium yang melaksanakan pemeriksaan biakan memiliki infrastruktur, peralatan dan manajemen limbah infeksius yang bervariasi. Laboratorium yang sudah berjejaring dan menerima bantuan teknis dari LRN BBLK Surabaya, Ditjen P2P, Ditjen Yankes, dan mitra pada umumnya telah memiliki infrastruktur yang
20
5. Laboratorium Fasyankes dengan Tes Cepat Molekuler (TCM) TB merupakan laboratorium fasyankes yang mampu melakukan pemeriksaan TCM.
2.2. Jejaring Laboratorium TB dengan bidang lain 2.2.1. Jejaring Laboratorium TB dengan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Permenkes No.28 tahun 2014 tentang pedoman pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), menyatakan bahwa layanan TB dibiayai dalam JKN dan termasuk ke dalam sistem pendanaan kapitasi dan INA-CBG’s, namun untuk pengadaan obat anti TB (OAT) masih menjadi tanggung jawab Program TB. Prosedur pelayanan kesehatan TB dan sistem rujukannya telah dijelaskan dalam pedoman teknis pelayanan TB dalam JKN (Kementerian Kesehatan RI, 2015c). Saat ini JKN membiayai diagnosis TB menggunakan pemeriksaan mikroskopis, pemeriksaan penunjang dengan foto toraks untuk terduga TB dengan BTA negatif, dan diagnosis TB anak dengan tes tuberkulin. Akan tetapi, pembiayaan untuk pemeriksaan biakan/uji kepekaan dan TCM tidak secara jelas disebutkan dalam pedoman JKN. Terduga TB RO dapat dirujuk ke rumah sakit rujukan TB RO, namun belum menyebutkan jenis pemeriksaan apa untuk diagnosis TB RO yang dapat dibiayai. Karena ketidakjelasan tersebut, penggunaan JKN dalam diagnosis TB RO dengan TCM atau pemeriksaan biakan/uji kepekaan TB dapat bervariasi antar provinsi. Di beberapa provinsi dimana Dinas Kesehatan Provinsi secara aktif mencari pembiayaan untuk pasien TB dengan BPJS, diagnosis terduga TB RO dapat didanai dengan mekanisme ini. 2.2.2. Jejaring dengan Laboratorium Klinik Swasta Jejaring antara laboratorium pemerintah dan Laboratorium Klinik Swasta (LKS) telah diatur dalam Permenkes Nomor 411 Tahun 2010 (Kementerian Kesehatan RI, 2010). Peraturan tersebut menjelaskan bahwa laboratorium swasta wajib mendukung program kesehatan nasional dan berpartisipasi dalam Pemantapan Mutu Eksternal (PME). Khusus dalam pelayanan pemeriksaan diagnosis TB, LKS wajib melapor kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota terkait (mandatory notification). Diperlukan penguatan sistem pencatatan dan pelaporan dari semua fasilitas kesehatan dan laboratorium ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota terkait. Sampai tahun 2016, keterlibatan LKS dalam program TB di tingkat Provinsi sangat terbatas. Dalam prioritas strategis dalam RAN laboratorium TB 2016-2020 ini LKS akan dilibatkan dalam pelatihan, PME, dan pelaporan data laboratorium kepada Program TB. Perizinan praktek LKS dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setelah dilakukan penilaian kecukupan persyaratan sumber daya laboratorium untuk waktu tertentu. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota secara berkala melakukan pemantauan terhadap kegiatan layanan laboratorium LKS sesuai dengan Permenkes No. 411 Tahun 2010. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota memiliki kewenangan untuk menghentikan kegiatan pelayanan LKS apabila LKS tersebut tidak memenuhi ketentuan Dinas Kesehatan Kab/Kota dan Permenkes tersebut. JKN hanya akan menerima klaim dari peserta yang mendapat pelayanan dari laboratorium yang bermutu, yaitu laboratorium yang tersertifikasi, terakreditasi, dan mengikuti PME.
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-20202222
standar, petugas yang terlatih dalam hal keamanan kerja di laboratorium/K3 (safe working practice =SWP). Diperlukan pemetaan untuk mengetahui kondisi infrastruktur ruangan, beban kerja, dan peralatan laboratorium pelaksana pemeriksaan biakan saat ini 2.3.3. Laboratorium Uji kepekaan Laboratorium pelaksana pemeriksaan uji kepekaan telah memiliki infrastruktur yang memenuhi standar. Hampir semua laboratorium tersebut telah direnovasi sesuai standar BSL 2+ dan dilengkapi dengan peralatan yang sesuai standar laboratorium uji kepekaan OAT dengan bantuan teknis dari LRN BBLK Surabaya, LRS IMVS Adelaide, Ditjen P2P, Ditjen Yankes dan mitra. 2.3.4. Laboratorium Molekular Infrastruktur merupakan salah satu unsur yang dikaji pada saat penilaian kesiapan laboratorium TCM Sebagian besar pemeriksaan TCM dilakukan di RS provinsi, RS kabupaten/kota, B/BLK dan Labkesda. Secara umum infrastruktur laboratorium TCM telah memenuhi ketentuan minimum seperti kondisi ruangan, aliran udara dan pengaturan temperatur dengan AC, daya listrik yang cukup. Ketersediaan listrik yang stabil masih menjadi masalah di beberapa wilayah, terutama daerah yang terpencil sehingga memerlukan tambahan generator dan stabilisator listrik. 2.4. Pemeriksaan Laboratorium yang tersedia dan cakupannya Berbagai jenis pemeriksaan untuk diagnosis TB tersedia di Indonesia, tetapi jenis dan cakupannya bervariasi di masing-masing wilayah. Beberapa teknologi diagnosis baru belum tersedia di seluruh wilayah dan terus dikembangkan. 2.4.1. Mikroskopis Pemeriksaan mikroskopis di Indonesia merupakan pemeriksaan diagnosis TB yang telah berkembang dan masih menjadi pemeriksaan utama untuk diagnosis TB. Pemeriksaan mikroskopis menggunakan teknik pewarnaan Ziehl Neelsen (Kementerian Kesehatan RI, 2009, 2014c). Setiap fasyankes memiliki akses terhadap pemeriksaan mikroskopis TB. Laboratorium Klinik Swasta (LKS) juga melayani pemeriksaan mikroskopis TB. Pada tahun 2015 di Indonesia terdapat 6.820 laboratorium mikroskopis TB yang terdiri dari Puskesmas Pelaksana Mandiri (PPM), Puskesmas Rujukan Mikroskopis (PRM), RS dan LKS. 2.4.2. Pemeriksaan Biakan dan Uji Kepekaan Pemeriksaan biakan dilakukan dengan media biakan padat (Lowenstein Jensen=LJ) dan media biakan cair (MGIT 960). Sampai tahun 2016 terdapat 16 laboratorium biakan yang sudah terstandarisasi dan 13 laboratorium biakan dan uji kepekaan yang tersertifikasi. Satu laboratorium dalam proses sertifikasi dan empat laboratorium lainnya dalam tahap persiapan menuju sertifikasi. Pada akhir tahun 2020 Indonesia diharapkan telah memiliki 17 laboratorium yang tersertifikasi untuk uji kepekaan lini satu dan lini dua, minimal terdapat satu laboratorium uji kepekaan di Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020
2323
Sebaran laboratorium biakan dan uji kepekaan terdapat dalam Gambar 4 dan Tabel 1 berikut.
Gambar 4. Sebaran Laboratorium biakan dan uji kepekaan di Indonesia tahun
2016
Tabel 1. Laboratorium biakan terstandarisasi dan laboratorium uji kepekaan tersertifikasi
No. Laboratorium Provinsi Biakan
Uji kepekaan lini 1
Uji kepekaan lini 2
Metode yang digunakan
Rincian Metode yang Tersertifikasi
Tahun Sertifikasi
Lini 1 Lini 2
1. BBLK Surabaya/ LRN
Jawa Timur
√ √ √ LJ & MGIT LJ & MGIT 2006 2009
2. Mikrobiologi FK UI
DKI Jakarta
√ √ √ LJ & MGIT LJ & MGIT 2014 2014
3. RS Persahabatan
DKI Jakarta
√ √ √ LJ & MGIT LJ & MGIT 2014 2014
4. BLK Provinsi Jawa Barat
Jawa Barat
√ √ √ LJ LJ 2014 2014
5. HUMRC Makassar – RS Hasanuddin
Sulawesi Selatan
√ √ √ MGIT MGIT 2014 2014
6. BBLK Jakarta DKI Jakarta
√ √ √ LJ & MGIT LJ & MGIT 2014 2015
7. RS H. Adam Malik
Sumatera Utara
√ √ √ LJ & MGIT LJ & MGIT 2015 2015
8. BLK Semarang Jawa Tengah
√ √ LJ LJ 2014
9. BLK Jayapura Papua √ √ LJ LJ 2014
10. BBLK Palembang
Sumatera Selatan
√ √ LJ LJ 2014
11. Mikrobiologi UGM
DIY √ √ LJ LJ 2014
22
standar, petugas yang terlatih dalam hal keamanan kerja di laboratorium/K3 (safe working practice =SWP). Diperlukan pemetaan untuk mengetahui kondisi infrastruktur ruangan, beban kerja, dan peralatan laboratorium pelaksana pemeriksaan biakan saat ini 2.3.3. Laboratorium Uji kepekaan Laboratorium pelaksana pemeriksaan uji kepekaan telah memiliki infrastruktur yang memenuhi standar. Hampir semua laboratorium tersebut telah direnovasi sesuai standar BSL 2+ dan dilengkapi dengan peralatan yang sesuai standar laboratorium uji kepekaan OAT dengan bantuan teknis dari LRN BBLK Surabaya, LRS IMVS Adelaide, Ditjen P2P, Ditjen Yankes dan mitra. 2.3.4. Laboratorium Molekular Infrastruktur merupakan salah satu unsur yang dikaji pada saat penilaian kesiapan laboratorium TCM Sebagian besar pemeriksaan TCM dilakukan di RS provinsi, RS kabupaten/kota, B/BLK dan Labkesda. Secara umum infrastruktur laboratorium TCM telah memenuhi ketentuan minimum seperti kondisi ruangan, aliran udara dan pengaturan temperatur dengan AC, daya listrik yang cukup. Ketersediaan listrik yang stabil masih menjadi masalah di beberapa wilayah, terutama daerah yang terpencil sehingga memerlukan tambahan generator dan stabilisator listrik. 2.4. Pemeriksaan Laboratorium yang tersedia dan cakupannya Berbagai jenis pemeriksaan untuk diagnosis TB tersedia di Indonesia, tetapi jenis dan cakupannya bervariasi di masing-masing wilayah. Beberapa teknologi diagnosis baru belum tersedia di seluruh wilayah dan terus dikembangkan. 2.4.1. Mikroskopis Pemeriksaan mikroskopis di Indonesia merupakan pemeriksaan diagnosis TB yang telah berkembang dan masih menjadi pemeriksaan utama untuk diagnosis TB. Pemeriksaan mikroskopis menggunakan teknik pewarnaan Ziehl Neelsen (Kementerian Kesehatan RI, 2009, 2014c). Setiap fasyankes memiliki akses terhadap pemeriksaan mikroskopis TB. Laboratorium Klinik Swasta (LKS) juga melayani pemeriksaan mikroskopis TB. Pada tahun 2015 di Indonesia terdapat 6.820 laboratorium mikroskopis TB yang terdiri dari Puskesmas Pelaksana Mandiri (PPM), Puskesmas Rujukan Mikroskopis (PRM), RS dan LKS. 2.4.2. Pemeriksaan Biakan dan Uji Kepekaan Pemeriksaan biakan dilakukan dengan media biakan padat (Lowenstein Jensen=LJ) dan media biakan cair (MGIT 960). Sampai tahun 2016 terdapat 16 laboratorium biakan yang sudah terstandarisasi dan 13 laboratorium biakan dan uji kepekaan yang tersertifikasi. Satu laboratorium dalam proses sertifikasi dan empat laboratorium lainnya dalam tahap persiapan menuju sertifikasi. Pada akhir tahun 2020 Indonesia diharapkan telah memiliki 17 laboratorium yang tersertifikasi untuk uji kepekaan lini satu dan lini dua, minimal terdapat satu laboratorium uji kepekaan di Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-20202424
12. RS Rotinsulu Jawa Barat
√ √ LJ & MGIT LJ & MGIT 2015
13. BLK Banjarmasin
Kalimantan Selatan
√ √ LJ LJ 2015
14. RS Sanglah Bali √ LJ LJ Lulus tahap 1 (2015)
15. RS Saiful Anwar
Jawa Timur
√ LJ LJ Proses
16. BBLK Makassar
√ LJ LJ Proses
Sampai tahun 2016 telah tersedia 8 (delapan) laboratorium biakan dan uji kepekaan TB yang mengunakan media cair (MGIT 960) yaitu BBLK Surabaya, Mikrobiologi UI, RS Persahabatan, BBLK Jakarta, BLK Bandung, RS Rotinsulu Bandung, HUMRC Makassar, dan RS Adam Malik Medan). Pada akhir tahun 2016, selain LRN BBLK Surabaya yang mendapatkan tambahan alat MGIT 960, 3(tiga) laboratorium lainnya yaitu BBLK Palembang, BLK Semarang, dan RS Sanglah juga mendapatkan bantuan alat MGIT 960 dari Program TB. 2.4.3. Pemeriksaan Molekular Sampai akhir tahun 2016, alat TCM telah ditempatkan di 82 Faskes terdiri dari 6 (enam) laboratorium dan 76 RS di 34 Provinsi untuk diagnosis TB RO dan TB HIV. Distribusi alat TCM terdapat dalam Gambar 5.
Gambar 5. Distribusi. Distribusi 82 alat TCM tahun 2016 Sampai saat ini penggunaan alat TCM masih belum memenuhi harapan karena semula terdapat kebijakan pembatasan pemeriksaan hanya untuk terduga TB RO dan TB HIV. Rerata nasional penggunaan alat TCM pada akhir 2016 adalah 22%. Dalam rangka meningkatkan penemuan kasus TB maka pada tahun 2016 penggunaan alat TCM diperluas untuk diagnosis TB.
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020
2525
Pemeriksaan molekuler lain yang sudah tersedia dan digunakan untuk diagnosis TB yaitu Line Probe Assay (LPA). Pemeriksaan ini dapat mendeteksi mutasi genetik M.tuberculosis dan resistansi terhadap rifampisin dan INH. Sampai tahun 2016 layanan LPA lini satu sudah tersedia di RS Persahabatan dan BBLK Surabaya. 2.4.4. Sekuensing Pemeriksaan sekuensing telah tersedia di beberapa laboratorium di Indonesia, sebagian besar berada di laboratorium universitas dan laboratorium riset. Pada saat ini Indonesia belum memiliki data pemeriksaan sekuensing dalam mendukung program penanggulangan TB. 2.5. Beban laboratorium TB terkait MTPTRO Berdasarkan perkiraan kasus TB RO yang diobati pada tahun 2016 – 2020, beban kerja tahunan untuk pemeriksaan laboratorium TB terkait MTPTRO dapat diperhitungkan. Setiap pasien TB MDR memerlukan pemeriksaan laboratorium untuk diagnosis, masa pengobatan fase intensif (8-12 bulan) dan fase lanjutan (12-14 bulan) sebagai berikut: 1. Diagnosis : 2 contoh uji untuk mikroskopis, biakan dan uji kepekaan
lini 1 dan lini 2. 2. Fase intensif : 8-12 x pemeriksaan mikroskopis dan pemeriksaan
biakan. 3. Fase lanjutan : 6-7 x pemeriksaan mikroskopis dan pemeriksaan biakan. Kegiatan MTPTRO juga merencanakan penggunaan terapi OAT standar jangka pendek dengan fase intensif (4-6 bulan) dan fase lanjutan (5 bulan), sehingga pemeriksaan laboratorium yang diperlukan sebagai berikut: 1. Diagnosis : 2 contoh uji untuk mikroskopis, biakan dan uji kepekaan
lini 1 dan lini 2. 2. Fase intensif : 4-6 x pemeriksaan mikroskopis dan pemeriksaan biakan. 3. Fase lanjutan : 5 x pemeriksaan mikroskopis dan pemeriksaan biakan. Pengobatan TB-XDR membutuhkan fase intensif (12-18 bulan) dan fase lanjutan (12 bulan), sehingga pemeriksaan laboratorium yang diperlukan sebagia berikut: 1. Diagnosis : 2 contoh uji untuk mikroskopis, biakan dan uji kepekaan
lini 1 dan lini 2. 2. Fase intensif : 12-18 x pemeriksaan mikroskopis dan pemeriksaan
biakan. 3. Fase lanjutan : 5 x pemeriksaan mikroskopis dan pemeriksaan biakan. Kebutuhan jumlah pemeriksaan laboratorium TB untuk pasien TB MDR dapat dihitung berdasarkan target penemuan kasus TB MDR sesuai tabel 2
24
12. RS Rotinsulu Jawa Barat
√ √ LJ & MGIT LJ & MGIT 2015
13. BLK Banjarmasin
Kalimantan Selatan
√ √ LJ LJ 2015
14. RS Sanglah Bali √ LJ LJ Lulus tahap 1 (2015)
15. RS Saiful Anwar
Jawa Timur
√ LJ LJ Proses
16. BBLK Makassar
√ LJ LJ Proses
Sampai tahun 2016 telah tersedia 8 (delapan) laboratorium biakan dan uji kepekaan TB yang mengunakan media cair (MGIT 960) yaitu BBLK Surabaya, Mikrobiologi UI, RS Persahabatan, BBLK Jakarta, BLK Bandung, RS Rotinsulu Bandung, HUMRC Makassar, dan RS Adam Malik Medan). Pada akhir tahun 2016, selain LRN BBLK Surabaya yang mendapatkan tambahan alat MGIT 960, 3(tiga) laboratorium lainnya yaitu BBLK Palembang, BLK Semarang, dan RS Sanglah juga mendapatkan bantuan alat MGIT 960 dari Program TB. 2.4.3. Pemeriksaan Molekular Sampai akhir tahun 2016, alat TCM telah ditempatkan di 82 Faskes terdiri dari 6 (enam) laboratorium dan 76 RS di 34 Provinsi untuk diagnosis TB RO dan TB HIV. Distribusi alat TCM terdapat dalam Gambar 5.
Gambar 5. Distribusi. Distribusi 82 alat TCM tahun 2016 Sampai saat ini penggunaan alat TCM masih belum memenuhi harapan karena semula terdapat kebijakan pembatasan pemeriksaan hanya untuk terduga TB RO dan TB HIV. Rerata nasional penggunaan alat TCM pada akhir 2016 adalah 22%. Dalam rangka meningkatkan penemuan kasus TB maka pada tahun 2016 penggunaan alat TCM diperluas untuk diagnosis TB.
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-20202626
Tabel 2. Perhitungan beban pemeriksaan laboratorium TB terkait MTPTRO
Tahun 2016 2017 2018 2019 2020
Target penemuan kasus TB MDR
1.755 5.387 10.127 15.520 16.984
Pemeriksaan laboratorium:
Mikroskopis 26.325 80.805 151.905 232.800 254.760
Biakan 26.325 80.805 151.905 232.800 254.760
Uji kepekaan lini 1 1.755 5.387 10.127 15.520 16.984
Uji Kepekaan lini 2 1.755 5.387 10.127 15.520 16.984
Catatan:
Perhitungan dilakukan sesuai target penemuan pasien TB MDR, bukan kelompok pasien lainnya.
Perhitungan dilakukan berdasarkan jumlah pemeriksaan untuk pasien TB MDR dengan lama pengobatan 20 bulan.
Perhitungan dilakukan dengan asumsi seluruh pasien menyelesaikan pengobatannya.
2.6. Sumber Daya Manusia Laboratorium TB 2.6.1. Ketenagakerjaan Investasi untuk pengembangan sumber daya manusia termasuk untuk layanan laboratorium TB di tingkat nasional telah dilakukan melalui upaya yang besar. Pelatihan dan peningkatan kapasitas untuk pemenuhan akreditasi dan perizinan layanan laboratorium serta pengendalian infeksi berada dalam tanggung jawab instansi-instansi yang berbeda di Kementerian Kesehatan. Dengan adanya reformasi struktural yaitu desentralisasi pemerintahan ke tingkat yang lebih rendah, diperlukan upaya yang lebih kuat untuk koordinasi dan diperlukan dukungan bagi pengambil keputusan di tingkat provinsi dan lokal untuk memberikan komitmen untuk pengendalian TB di wilayah kerja mereka. Saat ini telah dibentuk Komite Ahli (Komli) Penanggulangan TB yang akan memberikan masukan antara lain yang terkait koordinasi, advokasi, dan diseminasi informasi dengan para pemangku kepentingan baik di lingkungan instansi pemerintah, mitra, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), organisasi provinsi, swasta, maupun masyarakat. Sebagian besar tanggung jawab untuk pelatihan dan penjaminan mutu laboratorium berada pada LRN dan LRP. Secara umum, kapasitas pelatihan di seluruh jejaring telah ditetapkan, namun implementasinya bervariasi dari satu provinsi ke provinsi lainnya. Permasalahan terkait sumberdaya manusia adalah rotasi petugas terlatih di unit kerja, dan tingginya pergantian staf yang akan mengurangi efektivitas pelatihan yang telah dilakukan. Selain itu, laboratorium melaporkan jumlah staf yang tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan jejaring,
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020
2727
sementara pengadaan staf baru tidak mudah karena regulasi birokrasi. Saat ini, data dari staf laboratorium yang terlatih dalam pemeriksaan TB dikelola oleh masing-masing LRN, namun data umum pelayanan kesehatan atau pekerja laboratorium di tingkat pusat dan kab/kota didokumentasikan dan tersedia di Badan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan. 2.6.2. Pelatihan Pada umumnya pelatihan laboratorium TB dilakukan di dalam negeri. Tiga LRN bertanggung jawab untuk pelatihan, ketersediaan materi pelatihan, termasuk memperbaruinya agar sesuai dengan perkembangan. Terdapat 6.820 laboratorium mikroskopis TB di Indonesia pada tahun 2015. Jumlah laboratorium yang besar ini tidak dapat untuk dilakukan pelatihan dengan model yang terpusat. Dalam rangka memberdayakan LRP agar melakukan pelatihan sehingga kebutuhan tenaga terlatih laboratorium terpenuhi maka LRN Mikroskopis melakukan pelatihan untuk pelatih di tingkat provinsi (Training of Trainer). Pelatihan dengan standar nasional dilakukan selama 5 hari efektif. Saat ini pelatihan di tingkat provinsi yang diselenggarakan oleh LRP masih belum menjamin pemenuhan kebutuhan tenaga teknis. Di tingkat Kabupaten/Kota dan daerah terpencil pelatihan umumnya melalui bimbingan teknis dan supervisi yang tidak memenuhi standar pelatihan yang terakreditasi . Pelatihan pemeriksaan biakan dan pembuatan media TB masih memungkinkan dilaksanakan dalam model pelatihan terpusat di LRN BBLK Surabaya. LRN telah mengembangkan materi pelatihan berstandar internasional. Penyelenggaraan pelatihan merupakan kerjasama antara Subdit TB, Ditjen Yankes, LRN, dan mitra. Dengan meluasnya penggunaan alat TCM pelatihan pemeriksaan TCM tidak mungkin lagi terpusat di LRN Molekuler. Desentralisasi pelatihan ke tingkat provinsi sudah dimulai tahun 2016 diawali dengan ToT untuk tim pelatih provinsi. Pelatihan TCM tidak hanya diikuti oleh teknisi laboratorium tetapi juga menyertakan manajemen faskes, klinisi dan pengelola pencatatan dan pelaporan. 2.7. Pemeliharaan dan Validasi Alat Laboratorium Pedoman tentang Spesifikasi Peralatan dan Suplai Laboratorium TB di Indonesia (Kementerian Kesehatan RI, 2014d) telah disusun dan didistribusikan ke tingkat provinsi. 2.7.1. Mikroskopis Peraturan Menteri Kesehatan No 75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat menyatakan bahwa Puskesmas Perawatan dan Non Perawatan wajib memiliki minimal 1 (satu) mikroskop binokuler (Kementerian Kesehatan RI, 2014e). Mikroskop yang digunakan di Indonesia terdiri dari beberapa macam merk, namun beberapa mikroskop yang digunakan di fasyankes tidak memenuhi standar. Sampai saat ini belum ada kontrak kerjasama antara pengguna dan penyedia untuk pemeliharaan berkala. Pemeliharaan mikroskopis merupakan bagian dari materi pelatihan mikroskopis TB bagi petugas laboratorium.
26
Tabel 2. Perhitungan beban pemeriksaan laboratorium TB terkait MTPTRO
Tahun 2016 2017 2018 2019 2020
Target penemuan kasus TB MDR
1.755 5.387 10.127 15.520 16.984
Pemeriksaan laboratorium:
Mikroskopis 26.325 80.805 151.905 232.800 254.760
Biakan 26.325 80.805 151.905 232.800 254.760
Uji kepekaan lini 1 1.755 5.387 10.127 15.520 16.984
Uji Kepekaan lini 2 1.755 5.387 10.127 15.520 16.984
Catatan:
Perhitungan dilakukan sesuai target penemuan pasien TB MDR, bukan kelompok pasien lainnya.
Perhitungan dilakukan berdasarkan jumlah pemeriksaan untuk pasien TB MDR dengan lama pengobatan 20 bulan.
Perhitungan dilakukan dengan asumsi seluruh pasien menyelesaikan pengobatannya.
2.6. Sumber Daya Manusia Laboratorium TB 2.6.1. Ketenagakerjaan Investasi untuk pengembangan sumber daya manusia termasuk untuk layanan laboratorium TB di tingkat nasional telah dilakukan melalui upaya yang besar. Pelatihan dan peningkatan kapasitas untuk pemenuhan akreditasi dan perizinan layanan laboratorium serta pengendalian infeksi berada dalam tanggung jawab instansi-instansi yang berbeda di Kementerian Kesehatan. Dengan adanya reformasi struktural yaitu desentralisasi pemerintahan ke tingkat yang lebih rendah, diperlukan upaya yang lebih kuat untuk koordinasi dan diperlukan dukungan bagi pengambil keputusan di tingkat provinsi dan lokal untuk memberikan komitmen untuk pengendalian TB di wilayah kerja mereka. Saat ini telah dibentuk Komite Ahli (Komli) Penanggulangan TB yang akan memberikan masukan antara lain yang terkait koordinasi, advokasi, dan diseminasi informasi dengan para pemangku kepentingan baik di lingkungan instansi pemerintah, mitra, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), organisasi provinsi, swasta, maupun masyarakat. Sebagian besar tanggung jawab untuk pelatihan dan penjaminan mutu laboratorium berada pada LRN dan LRP. Secara umum, kapasitas pelatihan di seluruh jejaring telah ditetapkan, namun implementasinya bervariasi dari satu provinsi ke provinsi lainnya. Permasalahan terkait sumberdaya manusia adalah rotasi petugas terlatih di unit kerja, dan tingginya pergantian staf yang akan mengurangi efektivitas pelatihan yang telah dilakukan. Selain itu, laboratorium melaporkan jumlah staf yang tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan jejaring,
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-20202828
Kurangnya supervisi dan komitmen petugas mengakibatkan pemeliharaan tidak tidak dilakukan secara rutin. Selain itu beberapa laboratorium tidak menggunakan alat dan bahan yang tepat sehingga banyak mikroskop yang tidak berfungsi. 2.7.2. Biakan dan Uji Kepekaan Sampai saat ini masih sedikit institusi yang memiliki kapasitas pemeliharaan alat laboratorium biakan dan uji kepekaan yang tersertifikasi di dalam negeri. Kementerian Kesehatan memiliki empat Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) yaitu di Jakarta, Makassar, Surabaya, dan Medan yang memiliki kapasitas pemeliharaan dan kalibrasi alat medis dan laboratorium, namun jumlahnya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan di seluruh negeri. Setiap laboratorium bertanggung jawab untuk melakukan pemeliharaan dan mendokumentasikannya secara berkala. 2.7.3. Molekuler Pemeliharaan alat TCM harus dilakukan oleh teknisi laboratorium secara berkala meliputi pemeliharaan harian, mingguan, dan bulanan. Pada awal implementasi alat TCM pemeliharaan tahunan berupa kalibrasi dilakukan oleh penyedia layanan resmi (ASP=Authorized Service Provider). Dengan adanya buku Petunjuk Teknis Pemeriksaan Tuberkulosis menggunakan TCM (Kementerian Kesehatan RI, 2015b), kalibrasi dapat dilakukan secara mandiri oleh laboratorium fasyankes TCM dengan dipandu oleh ASP lokal. 2.8. Sistem Manajemen Mutu Laboratorium Saat ini, belum ada laboratorium TB Indonesia yang mengikuti pelatihan Sistem Manajemen Mutu Laboratorium (SMML). Pada tahun 2017 direncanakan pelatihan SMML untuk LRN. LRN diharapkan dapat mengimplementasikan SMML di laboratorium masing-masing setelah mengikuti pelatihan tersebut. 2.8.1. Mikroskopis Indonesia telah menetapkan program PME yang dikelola oleh masing-masing provinsi menggunakan pedoman yang dikembangkan di tingkat nasional. PME terdiri dari uji silang, bimbingan teknis dan tes panel. Alur uji silang mikroskopis TB terdapat pada Gambar 6.
Gambar 6. Alur Uji Silang Mikroskopis TB
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020
2929
Keterangan: (1) Uji silang laboratorium mikroskopis fasyankes oleh laboratorium RUS 1 (2) Bila tidak ada laboratorium intermediate, uji silang dilakukan oleh LRP.
Dalam hal ini LRP berperan sebagai laboratorium RUS 1 (3) Bila terjadi ketidaksesuaian (discordance), dilakukan pemeriksaan ulang
oleh LRP. Dalam hal ini LRP berperan sebagai laboratorium RUS 2. Bila di provinsi tersebut tidak ada laboratorium RUS 1, maka sediaan discordant dibaca oleh penyelia/supervisor LRP.
Kinerja laboratorium mikroskopis TB harus terjaga dengan PME yang teratur dan berkesinambungan, yaitu 4 kali per tahun dengan metode LQAS. Dengan meluasnya layanan diagnosis melalui TCM maka pemeriksaan mikroskopis hanya akan digunakan untuk pemantauan selama pengobatan sehingga jumlah pemeriksaan mikroskopis akan berkurang. Hal ini akan menyebabkan banyaknya sediaan BTA negatif. Pada metode LQAS, meningkatnya jumlah sediaan BTA negatif dan rendahnya Slide Positivity Rate (SPR) dapat meningkatkan jumlah sediaan yang harus diuji silang. Hal ini berakibat meningkatnya beban kerja laboratorium RUS dan meningkatnya pembiayaan kegiatan PME. Perlu harus direncanakan metode pengambilan uji silang untuk mengantisipasi kondisi tersebut di fasyankes yang memiliki alat TCM atau yang berjejaring dengan laboratorium rujukan TCM. Partisipasi uji silang bervariasi antar provinsi. Proporsi cakupan uji silang dari tahun 2013 sampai 2015 berada pada rentang 12-45%, proporsi kinerja baik di antara fasyankes yang mengikuti uji silang 62-81%, dan proporsi kinerja baik di antara seluruh fasyankes mikroskopis adalah 8-26% seperti terdapat dalam tabel 3.
Tabel 3. Hasil Kegiatan Uji Silang 2013-2015
Indikator
Tahun 2013 (Jml faskes = 6226)
Tahun 2014 (jml faskes = 6820)
Tahun 2015 (jml faskes = 6820)
TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4
Σ Faskes Mikroskopis ikut CC
2.154 2.805 2.627 1.793 1.597 2.175 1.896 1.756 1.793 1.642 811 1.114
% Cakupan Uji Silang
35% 45% 42% 29% 23% 32% 28% 26% 26% 24% 12% 16%
Kinerja Baik di antara Faskes Mikroskopis ikut CC
63% 67% 62% 65% 73% 72% 73% 65% 69% 71% 66% 81%
Kinerja Baik di antara Σ Faskes Mikroskopis
22% 30% 26% 19% 17% 23% 20% 17% 18% 17% 8% 13%
Peran laboratorium intermediate sangat penting dalam uji silang mikroskopis TB. Beban pemeriksaan yang tinggi dapat mengakibatkan keterlambatan hasil uji silang. Pembentukan laboratorium intermediate yang seharusnya ada di setiap Kabupaten/Kota sangat lambat karena komitmen yang kurang dari pemangku program di daerah masih rendah.
28
Kurangnya supervisi dan komitmen petugas mengakibatkan pemeliharaan tidak tidak dilakukan secara rutin. Selain itu beberapa laboratorium tidak menggunakan alat dan bahan yang tepat sehingga banyak mikroskop yang tidak berfungsi. 2.7.2. Biakan dan Uji Kepekaan Sampai saat ini masih sedikit institusi yang memiliki kapasitas pemeliharaan alat laboratorium biakan dan uji kepekaan yang tersertifikasi di dalam negeri. Kementerian Kesehatan memiliki empat Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) yaitu di Jakarta, Makassar, Surabaya, dan Medan yang memiliki kapasitas pemeliharaan dan kalibrasi alat medis dan laboratorium, namun jumlahnya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan di seluruh negeri. Setiap laboratorium bertanggung jawab untuk melakukan pemeliharaan dan mendokumentasikannya secara berkala. 2.7.3. Molekuler Pemeliharaan alat TCM harus dilakukan oleh teknisi laboratorium secara berkala meliputi pemeliharaan harian, mingguan, dan bulanan. Pada awal implementasi alat TCM pemeliharaan tahunan berupa kalibrasi dilakukan oleh penyedia layanan resmi (ASP=Authorized Service Provider). Dengan adanya buku Petunjuk Teknis Pemeriksaan Tuberkulosis menggunakan TCM (Kementerian Kesehatan RI, 2015b), kalibrasi dapat dilakukan secara mandiri oleh laboratorium fasyankes TCM dengan dipandu oleh ASP lokal. 2.8. Sistem Manajemen Mutu Laboratorium Saat ini, belum ada laboratorium TB Indonesia yang mengikuti pelatihan Sistem Manajemen Mutu Laboratorium (SMML). Pada tahun 2017 direncanakan pelatihan SMML untuk LRN. LRN diharapkan dapat mengimplementasikan SMML di laboratorium masing-masing setelah mengikuti pelatihan tersebut. 2.8.1. Mikroskopis Indonesia telah menetapkan program PME yang dikelola oleh masing-masing provinsi menggunakan pedoman yang dikembangkan di tingkat nasional. PME terdiri dari uji silang, bimbingan teknis dan tes panel. Alur uji silang mikroskopis TB terdapat pada Gambar 6.
Gambar 6. Alur Uji Silang Mikroskopis TB
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-20203030
Pada tahun 2013 Global Laboratory Initiative (GLI) mengeluarkan 11 standar akreditasi jejaring laboratorium mikroskopis TB (Global Laboratory Initiative, 2013) yang dapat membantu LRN untuk perencanaan, pengembangan, dan peningkatan kinerja jejaring mikroskopis. Saat ini LRN Mikroskopis menyediakan tes panel secara rutin untuk LRP. Masing-masing LRP sudah dilatih oleh LRN Mikroskopis untuk menyelenggarakan tes panel yang digunakan untuk PME bagi laboratorium intermediate. Bimbingan teknis dilakukan untuk menilai kinerja dan mengelola jejaring laboratorium mikroskopis TB di masing-masing wilayah. Sampai tahun 2016 terdapat 34 laboratorium rujukan mikroskopis provinsi, 74 laboratorium RUS1 (intermediate) di 10 provinsi, yaitu Sumatera Utara, Sumatera Barat, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan Papua. 2.8.2. Biakan dan Uji Kepekaan Penilaian laboratorium uji kepekaan dilakukan setiap tahun dengan melakukan kunjungan dan bimbingan teknis oleh LRN biakan dan uji kepekaan ke semua laboratorium biakan dan uji kepekaan, selain itu indikator kinerja utama (Key Performance Indicators=KPI) juga dinilai secara rutin bagi laboratorium biakan. Untuk mencapai sertifikasi laboratorium uji kepekaan membutuhkan beberapa kali penilaian, pelatihan di LRN, mengikuti pelatihan Keamanan dan Keselamatan Kerja (K3), serta lulus minimal 2 (dua) kali tes panel. Bersama dengan LRS IMVS Adelaide, LRN membuat rekomendasi kepada Program TB dan Unit Pembina Mutu Laboratorium di Kementerian Kesehatan tentang calon laboratorium yang tersertifikasi uji kepekaan. LRS IMVS Adelaide telah memberikan tanggungjawab untuk pembinaan teknis dalam menyelenggarakan tes panel untuk uji kepekaan lini 1 dan 2 ke LRN BBLK Surabaya sejak triwulan 3 tahun 2013. LRS tetap menyediakan tes panel untuk LRN dan isolat yang diterima kemudian digunakan untuk menyiapkan tes panel bagi laboratorium di Indonesia. LRN juga bertanggungjawab untuk menganalisis data PME uji kepekaan serta menyiapkan laporan untuk program TB dan Unit Pembina Mutu Laboratorium di Kemenkes. Laboratorium yang menerima tes panel setiap tahun terdapat pada tabel ....
Tabel 4. Laboratorium yang menerima tes panels dari BBLK Surabaya Maret 2014
Juni 2014
Sept 2014
Des 2014
April 2015
Mei 2015
Des 2015
Agustus 2016
BBLK Palembang
Mikro-UI Mikro-UGM RS Adam Malik
BBLK Palembang
Mikro-UI
RS Adam Malik
BBLK Jakarta
RS Adam Malik
BLK West Java
BBLK Palembang
BLK Banjarmasin
RS Adam Malik
BLK West Java
BBLK Palembang
BLK Banjarmasin
Mikro-UGM
RSP-Jakarta
RS Rotinsulu
BLK Jayapura
Mikro-UGM
RSP-Jakarta
RS Sanglah
BBLK Palembang
BLK Jayapura
NEHCRI-Makassar
BLK Jayapura
NEHCRI-Makassar
BLK Semarang
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020
3131
BLK Semarang
BLK Semarang
BLK Banjarmasin
BLK Papua
BBLK Jakarta
BBLK Jakarta
Mikro-UGM
RS Rotinsulu
MIkro-UI
RS Sanglah
RS Rotinsulu
RS Adam Malik
2.8.3. Molekuler Sampai Saat ini belum tersedia pedoman pemantapan mutu laboratorium TCM. GLI sedang menyiapkan panduan untuk PME laboratorium TCM. 2.8.4. Pelatihan Praktik Kerja yang Aman (K3) Sebanyak tiga pelatihan K3 (safe working practices=SWP) telah dilakukan di Indonesia. Pelatihan ini disiapkan oleh LRS IMVS untuk Vietnam dan telah diadaptasi untuk implementasi di Indonesia.
1. Pelatihan Pertama SWP pada 2013; 100% dilakukan oleh LRS IMVS Adelaide
2. Pelatihan Kedua SWP pada tahun 2014; 50% dilakukan oleh LRS IMVS Adelaide & 50% oleh LRN BBLK Surabaya
3. Pelatihan SWP Ketiga pada tahun 2015; 100% oleh BBLK Surabaya dan dengan konsultan dari LRS IMVS Adelaide sebagai pengamat. Materi kursus dan petuntuk pengguna peserta sekarang tersedia dalam Bahasa Indonesia
2.9. Pengelolaan bahan habis pakai dan reagen Mekanisme pengelolaan logistik terkait laboratorium TB yaitu meliputi pengadaan, penyimpanan, pengelolaan dan pembuangan belum tersedia di Indonesia. USAID-Deliver bersama dengan Kemenkes telah mengembangkan pedoman untuk "Manajemen dan perhitungan perkiraan kebutuhan Logistik " (meliputi logistik, limbah, rantai dingin dan supervisi), yang telah diujicobakan di dua laboratorium pusat yaitu BBLK Palembang dan BBLK DKI Jakarta dan dua laboratorium tingkat provinsi yaitu BLK Provinsi Bali dan BLK Provinsi Jawa Tengah. Data dasar dari empat komponen di atas telah dikumpulkan sebelum pelaksanaan dan direncanakan untuk mengumpulkan kembali indikator tersebut setelah 6-12 bulan untuk mengukur perbaikan dan kegunaan dari pedoman tersebut. Jika hasilnyamenunnjukkan perbaikan sistem manajemen logistik maka secara bertahap pedoman ini akan diperluas penggunaannya di laboratorium Salah satu kelemahan sistem desentralisasi adalah provinsi merupakan unit yang bertanggung jawab untuk pengadaan bahan habis pakai dan reagen. Meskipun pedoman spesifikasi dari bahan habis pakai dan reagen tersedia di tingkat provinsi, pedoman tersebut sering tidak diikuti.
30
Pada tahun 2013 Global Laboratory Initiative (GLI) mengeluarkan 11 standar akreditasi jejaring laboratorium mikroskopis TB (Global Laboratory Initiative, 2013) yang dapat membantu LRN untuk perencanaan, pengembangan, dan peningkatan kinerja jejaring mikroskopis. Saat ini LRN Mikroskopis menyediakan tes panel secara rutin untuk LRP. Masing-masing LRP sudah dilatih oleh LRN Mikroskopis untuk menyelenggarakan tes panel yang digunakan untuk PME bagi laboratorium intermediate. Bimbingan teknis dilakukan untuk menilai kinerja dan mengelola jejaring laboratorium mikroskopis TB di masing-masing wilayah. Sampai tahun 2016 terdapat 34 laboratorium rujukan mikroskopis provinsi, 74 laboratorium RUS1 (intermediate) di 10 provinsi, yaitu Sumatera Utara, Sumatera Barat, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan Papua. 2.8.2. Biakan dan Uji Kepekaan Penilaian laboratorium uji kepekaan dilakukan setiap tahun dengan melakukan kunjungan dan bimbingan teknis oleh LRN biakan dan uji kepekaan ke semua laboratorium biakan dan uji kepekaan, selain itu indikator kinerja utama (Key Performance Indicators=KPI) juga dinilai secara rutin bagi laboratorium biakan. Untuk mencapai sertifikasi laboratorium uji kepekaan membutuhkan beberapa kali penilaian, pelatihan di LRN, mengikuti pelatihan Keamanan dan Keselamatan Kerja (K3), serta lulus minimal 2 (dua) kali tes panel. Bersama dengan LRS IMVS Adelaide, LRN membuat rekomendasi kepada Program TB dan Unit Pembina Mutu Laboratorium di Kementerian Kesehatan tentang calon laboratorium yang tersertifikasi uji kepekaan. LRS IMVS Adelaide telah memberikan tanggungjawab untuk pembinaan teknis dalam menyelenggarakan tes panel untuk uji kepekaan lini 1 dan 2 ke LRN BBLK Surabaya sejak triwulan 3 tahun 2013. LRS tetap menyediakan tes panel untuk LRN dan isolat yang diterima kemudian digunakan untuk menyiapkan tes panel bagi laboratorium di Indonesia. LRN juga bertanggungjawab untuk menganalisis data PME uji kepekaan serta menyiapkan laporan untuk program TB dan Unit Pembina Mutu Laboratorium di Kemenkes. Laboratorium yang menerima tes panel setiap tahun terdapat pada tabel ....
Tabel 4. Laboratorium yang menerima tes panels dari BBLK Surabaya Maret 2014
Juni 2014
Sept 2014
Des 2014
April 2015
Mei 2015
Des 2015
Agustus 2016
BBLK Palembang
Mikro-UI Mikro-UGM RS Adam Malik
BBLK Palembang
Mikro-UI
RS Adam Malik
BBLK Jakarta
RS Adam Malik
BLK West Java
BBLK Palembang
BLK Banjarmasin
RS Adam Malik
BLK West Java
BBLK Palembang
BLK Banjarmasin
Mikro-UGM
RSP-Jakarta
RS Rotinsulu
BLK Jayapura
Mikro-UGM
RSP-Jakarta
RS Sanglah
BBLK Palembang
BLK Jayapura
NEHCRI-Makassar
BLK Jayapura
NEHCRI-Makassar
BLK Semarang
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-20203232
Bahan habis pakai dan reagen untuk pemeriksaan mikroskopis telah meningkat secara substansial selama dekade terakhir. Salah satu prestasi terbesar dari proyek TBCAP untuk kegiatan laboratorium adalah persiapan dan distribusi reagen Ziehl Neelsen (ZN) oleh B/BLK. Bahan dasar kimia berkualitas tinggi yang digunakan untuk mempersiapkan reagen berkualitas tinggi yang terjamin mutunya, dibagikan ke semua laboratorium yang melakukan pewarnaan ZN. Pendistribusiannya dilakukan secara langsung mendekati perkiraan bahan baku habis, terutama untuk laboratorium yang dekat, karena jejaringnya berjalan efektif. Salah satu kelebihannya adalah jarang terjadi kehabisan bahan habis pakai dan reagen untuk pemeriksaan mikroskopi, dan hal tersebut juga didukung dengan hasil Review Mikroskopis yang dilakukan pada pertengahan tahun 2014. Kondisi berbeda dialami oleh laboratorium yang tidak masuk dalam jejaring laboratorium program TB ataupun laboratorium swasta. Sayangnya, perubahan pedoman membuat B/BLK sulit menyediakan bahan habis pakai dan reagen untuk pemeriksaan mikroskopis ke laboratorium umum. Provinsi yang lebih besar dengan kebutuhan volume bahan habis pakai dan reagen yang lebih besar melakukan pengadaan melalui proses tender yang kompetitif dan mayoritas B/BLK yang tidak dapat bersaing dengan produsen komersial meskipun B/BLK memproduksi bahan habis pakai dan reagen yang berkualitas tinggi secara konsisten dibandingkan dengan saingan komersial mereka. Untuk laboratorium biakan dan uji kepekaan, media padat disiapkan dengan menggunakan bahan habis pakai dan reagen yang dijual secara komersial. Secara umum, tersedia bahan habis pakai dan reagen yang berkualitas baik secara rutin. Kebanyakan laboratorium menggunakan dan menyimpan bahan habis pakai dan reagen dengan benar. Untuk metode biakan cair, pasokan bahan habis pakai dan reagennya di Indonesia hanya tersedia melalui distributor tunggal. Meskipun sebagian besar laboratorium memiliki buffer stock yang cukup banyak, terdapat permasalahan terkait keterlambatan penerimaan bahan habis pakai dan reagen. Keterlambatan ini menyebabkan stock-outs sehingga laboratorium harus menggunakan pemeriksaan biakan dan uji kepekaan dengan media padat. Masalah ini terjadi terus-menerus dan berkelanjutan. Jika masalah ketepatan waktu pengadaan bahan habis pakai dan reagen tidak dapat diatasi, akan berdampak negatif pada pengembangan teknologi biakan dengan media cair bagi semua laboratorium yang melaksanakan pemeriksaan biakan dan uji kepekaan Manajemen logistik untuk pemeriksaan TCM memiliki situasi yang berbeda. Bekerja sama dengan mitra, NTP telah mengembangkan metode berbasis Excel yang bisa menangkap data penggunaan kartrid, kartrid yang tidak digunakan (buffer stock), dan tanggal kadaluwarsa kartrid untuk menentukan kebutuhan masing–masing laboratorium untuk pemesanan selanjutnya. Namun hanya sekitar 50% dari laboratorium yang melaporkan data yang dibutuhkan secara rutin setiap bulan. Selain itu, saat ini sistem pemesanan kartrid relatif rumit yaitu laboratorium fasyankes pemeriksa TCM melakukan permintaan ke Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Provinsi melanjutkan permintaan ke Subdit TB, kemudian dilanjutkan ke bagian gudang Subdit TB, dan mengirimkan kartrid
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020
3333
untuk Dinkes Provinsi dan akhirnya tiba di laboratorium yang meminta. Namun, laboratorium fasyankes pemeriksa TCM sering tidak menerima kartrid sesuai jumlah yang diminta karena keterbatasan jumlah kartrid di pusat maupun tidak adanya laporan penggunaan sebagai dokumen pendukung. Masalah lain terkait manajemen logistik adalah kemungkinan delay dalam pengeluaran bahan habis pakai dan reagen dari proses Bea Cukai. Peraturan pemerintah yang baru menyebabkan impor bahan habis pakai dan reagen menjadi lebih birokratis. Secara khusus, bahan habis pakai dan reagen dengan waktu kadaluwarsa singkat yang paling terpengaruh. Program TB seharusnya menyampaikan permasalahan ini kepada Menteri Kesehatan karena bahan habis pakai dan reagen yang digunakan di rumah sakit / layanan medis lain juga akan mengalami gangguan. 2.10. Sistem Informasi dan Manajemen Data Sistem pencatatan berbasis kertas untuk pencatatan laboratorium TB tersedia, namun terbatas hanya untuk hasil pemeriksaan (yaitu dengan register TB-04) dan PME mikroskop (dengan form TB-12). Data yang berkaitan dengan SDM, peralatan, kapasitas laboratorium, jumlah pelatihan, dll hanya tersedia di tingkat fasyankes dan kemungkinan tidak diupdate di tingkat kabupaten/kota. Pencatatan pelaporan elektronik untuk laboratorium TB tersedia dan termasuk dalam SITT (TB sensitif) dan e-TB manager (TB RO). Model pencatatan elektronik ini digunakan untuk manajemen informasi pengobatan pasien, sehingga menu laboratorium masih berkembang. Meskipun terdapat berbagai sistem informasi dan manajemen laboratorium tersedia secara internasional, hingga saat ini Indonesia menggunakan sistem informasi laboratorium yang terpisah dan tidak menggunakan sistem informasi dan manajemen laboratorium terpadu. Kemenkes berencana untuk mengintegrasikan semua sistem pencatatan pelaporan untuk pelayanan kesehatan, meskipun sistem terbaru ini nantinya dapat menimbulkan permasalahan lain jika sistem tidak dapat bekerja atau terintegrasi dengan sistem informasi TB lainnya. Secara umum, kualitas data dalam sistem pencatatan dan pelaporan adalah kurang baik dan disebabkan oleh input data yang tidak lengkap. Selain masalah kelengkapan data, Program TB juga perlu memperbaiki masalah terkait delay dalam menerima hasil laboratorium. Karena sistem pencatatan dan pelaporan berbasis elektronik membutuhkan pelatihan khusus sebelum digunakan, masih ditemukan beberapa laboratorium yang tidak dapat mengisi format baku karena staf yang tidak terlatih atau tidak memiliki akses. Keengganan mengisi formulir baku juga merupakan salah satu kendala yang terjadi. 2.10.1. Mikroskopis PME mikroskopis TB dicatat dan dilaporkan menggunakan formulir TB-12. Sebagai upaya mempercepat waktu pelaksanaan dan menjamin ketersediaan umpan balik telah dikembangkan perangkat lunak sederhana berbasis Excel, yaitu e-TB12. Perangkat ini secara otomatis melakukan analisis dan menampilkan
32
Bahan habis pakai dan reagen untuk pemeriksaan mikroskopis telah meningkat secara substansial selama dekade terakhir. Salah satu prestasi terbesar dari proyek TBCAP untuk kegiatan laboratorium adalah persiapan dan distribusi reagen Ziehl Neelsen (ZN) oleh B/BLK. Bahan dasar kimia berkualitas tinggi yang digunakan untuk mempersiapkan reagen berkualitas tinggi yang terjamin mutunya, dibagikan ke semua laboratorium yang melakukan pewarnaan ZN. Pendistribusiannya dilakukan secara langsung mendekati perkiraan bahan baku habis, terutama untuk laboratorium yang dekat, karena jejaringnya berjalan efektif. Salah satu kelebihannya adalah jarang terjadi kehabisan bahan habis pakai dan reagen untuk pemeriksaan mikroskopi, dan hal tersebut juga didukung dengan hasil Review Mikroskopis yang dilakukan pada pertengahan tahun 2014. Kondisi berbeda dialami oleh laboratorium yang tidak masuk dalam jejaring laboratorium program TB ataupun laboratorium swasta. Sayangnya, perubahan pedoman membuat B/BLK sulit menyediakan bahan habis pakai dan reagen untuk pemeriksaan mikroskopis ke laboratorium umum. Provinsi yang lebih besar dengan kebutuhan volume bahan habis pakai dan reagen yang lebih besar melakukan pengadaan melalui proses tender yang kompetitif dan mayoritas B/BLK yang tidak dapat bersaing dengan produsen komersial meskipun B/BLK memproduksi bahan habis pakai dan reagen yang berkualitas tinggi secara konsisten dibandingkan dengan saingan komersial mereka. Untuk laboratorium biakan dan uji kepekaan, media padat disiapkan dengan menggunakan bahan habis pakai dan reagen yang dijual secara komersial. Secara umum, tersedia bahan habis pakai dan reagen yang berkualitas baik secara rutin. Kebanyakan laboratorium menggunakan dan menyimpan bahan habis pakai dan reagen dengan benar. Untuk metode biakan cair, pasokan bahan habis pakai dan reagennya di Indonesia hanya tersedia melalui distributor tunggal. Meskipun sebagian besar laboratorium memiliki buffer stock yang cukup banyak, terdapat permasalahan terkait keterlambatan penerimaan bahan habis pakai dan reagen. Keterlambatan ini menyebabkan stock-outs sehingga laboratorium harus menggunakan pemeriksaan biakan dan uji kepekaan dengan media padat. Masalah ini terjadi terus-menerus dan berkelanjutan. Jika masalah ketepatan waktu pengadaan bahan habis pakai dan reagen tidak dapat diatasi, akan berdampak negatif pada pengembangan teknologi biakan dengan media cair bagi semua laboratorium yang melaksanakan pemeriksaan biakan dan uji kepekaan Manajemen logistik untuk pemeriksaan TCM memiliki situasi yang berbeda. Bekerja sama dengan mitra, NTP telah mengembangkan metode berbasis Excel yang bisa menangkap data penggunaan kartrid, kartrid yang tidak digunakan (buffer stock), dan tanggal kadaluwarsa kartrid untuk menentukan kebutuhan masing–masing laboratorium untuk pemesanan selanjutnya. Namun hanya sekitar 50% dari laboratorium yang melaporkan data yang dibutuhkan secara rutin setiap bulan. Selain itu, saat ini sistem pemesanan kartrid relatif rumit yaitu laboratorium fasyankes pemeriksa TCM melakukan permintaan ke Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Provinsi melanjutkan permintaan ke Subdit TB, kemudian dilanjutkan ke bagian gudang Subdit TB, dan mengirimkan kartrid
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-20203434
umpan balik. Sosialisasi penggunaan TB-12 elektronik masih harus dilakukan untuk meningkatkan kinerja PME. 2.10.2. Biakan dan Uji Kepekaan Laboratorium biakan dan uji kepekaan melaporkan hasil pemeriksaan dengan format standar pencatatan/pelaporan dan e-TB manager. Indikator Kinerja Utama (IKU) laboratorium biakan dilaporkan ke LRN menggunakan formulir standar. 2.10.3. Molekuler Pencatatan dan pelaporan hasil pemeriksaan TCM menggunakan format standar yang dilaporkan rutin setiap bulan. Selain itu, hasil pemeriksaan molekuler juga dilaporkan di e-TB manager (untuk TB RO) dan SITT (untuk TB sensitif). Pencatatan pelaporan berbasis kertas masih diperlukan untuk mengumpulkan data melalui laporan bulanan GeneXpert. Akan tetapi masih ditemukan keterlambatan pelaporan secara rutin dan rendahnya kualitas data di laboratorium fasyankes pelaksana TCM. Hal ini berakibat tidak adekuatnya monitoring kinerja laboratorium TCM. Program TB berencana mengatasi hal ini melalui peningkatan akses pengunaan e-TB manager oleh laboratorium serta penggunaan SMS/GXAlert untuk memfasilitasi sistem pelaporan hasil. Sistem manajemen yang tidak berfungsi optimal, tidak adanya nomor khusus untuk pelacakan pasien, serta sulitnya akses internet masih menjadi tantangan utama yang harus diselesaikan. 2.11. Sistem Rujukan Contoh Uji Rujukan contoh uji bertujuan untuk memperluas akses ke laboratorium diagnosis TB. Selain itu dengan memfasilitasi rujukan contoh uji dapat mencegah mobilitas pasien sehingga dapat memutuskan rantai penularan. Program TB telah bekerja sama dengan LRN dan mitra telah menyusun petunjuk teknis pengemasan contoh uji dan pengembangan jejaring. Sosialisasi pengemasan contoh uji dilaksanakan secara berjenjang melalui video tutorial. Pengemasan contoh uji dilakukan dengan standar International Air Transport Association (IATA) untuk menjamin keamanan pengiriman bahan infeksius. Rujukan contoh uji masih masih tetap merupakan tantangan bagi program TB, terutama untuk daerah-daerah dengan kondisi geografis yang sulit sedangkan jumlah ketersediaan laboratorium rujukan terbatas. Sebagai upaya mendapatkan pengalaman sistem rujukan contoh uji di berbagai daerah di Indonesia, telah dilaksanakan studi percontohan di 8 provinsi, yaitu Sumatera Utara, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Selatan. Dari studi tersebut telah diperoleh pembelajaran tentang sistem rujukan contoh uji, mekanisme rujukan contoh uji serta mekanisme pelaporan hasil pemeriksaan laboratorium. Akses, pembentukan jejaring, dan kesepakatan Stasiun Pengumpul Contoh uji (SPC) harus disiapkan sebelum pelaksanaan rujukan contoh uji. Mekanisme rujukan dapat dilakukan melalui kurir maupun menggunakan tenaga internal faskes yang ditunjuk. Rujukan contoh uji untuk pemeriksaan TCM ke laboratorium tidak memerlukan rantai dingin sedangkan rujukan contoh uji ke laboratorium biakan dan uji kepekaan harus dilaksanakan dengan rantai dingin.
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020
3535
Model alur rujukan contoh uji dari fasyankes ke laboratorium terdapat pada Gambar 7. Untuk menjamin pelaporan hasil diterima oleh faskes pengirim tepat waktu, sebaiknya laporan dikirimkan melalui media elektronik (SMS, email, dan faksimili). Lembar cetak hasil (Formulir TB-05) dapat dikirimkan kemudian. Model alur pelaporan hasil pemeriksaan laboratorium dari laboratorium ke fasyankes terdapat pada Gambar 8.
Gambar 7. Model Alur Rujukan Contoh Uji
Gambar 8. Model Alur Pelaporan Hasil 2.11.1. Mikroskopis Pada PS, apusan dahak yang telah difiksasi dikirimkan ke PRM terdekat melalui kurir atau tenaga faskes internal. Formulir TB-05 dikirimkan kembali ke faskes pengirim menggunakan mekanisme yang sama. Untuk menjamin pelaporan hasil diterima oleh faskes pengirim tepat waktu, sebaiknya laporan dikirimkan melalui media elektronik (SMS, email, dan faksimili). Lembar cetak hasil (Formulir TB-05) dapat dikirimkan kemudian. 2.11.2. Molekuler dan Biakan/Uji Kepekaan. Pada awal penggunaannya, alat TCM ditempatkan di jenjang laboratorium yang lebih tinggi sehingga membuat akses pemeriksaan TCM untuk pasien TB-RO yang
34
umpan balik. Sosialisasi penggunaan TB-12 elektronik masih harus dilakukan untuk meningkatkan kinerja PME. 2.10.2. Biakan dan Uji Kepekaan Laboratorium biakan dan uji kepekaan melaporkan hasil pemeriksaan dengan format standar pencatatan/pelaporan dan e-TB manager. Indikator Kinerja Utama (IKU) laboratorium biakan dilaporkan ke LRN menggunakan formulir standar. 2.10.3. Molekuler Pencatatan dan pelaporan hasil pemeriksaan TCM menggunakan format standar yang dilaporkan rutin setiap bulan. Selain itu, hasil pemeriksaan molekuler juga dilaporkan di e-TB manager (untuk TB RO) dan SITT (untuk TB sensitif). Pencatatan pelaporan berbasis kertas masih diperlukan untuk mengumpulkan data melalui laporan bulanan GeneXpert. Akan tetapi masih ditemukan keterlambatan pelaporan secara rutin dan rendahnya kualitas data di laboratorium fasyankes pelaksana TCM. Hal ini berakibat tidak adekuatnya monitoring kinerja laboratorium TCM. Program TB berencana mengatasi hal ini melalui peningkatan akses pengunaan e-TB manager oleh laboratorium serta penggunaan SMS/GXAlert untuk memfasilitasi sistem pelaporan hasil. Sistem manajemen yang tidak berfungsi optimal, tidak adanya nomor khusus untuk pelacakan pasien, serta sulitnya akses internet masih menjadi tantangan utama yang harus diselesaikan. 2.11. Sistem Rujukan Contoh Uji Rujukan contoh uji bertujuan untuk memperluas akses ke laboratorium diagnosis TB. Selain itu dengan memfasilitasi rujukan contoh uji dapat mencegah mobilitas pasien sehingga dapat memutuskan rantai penularan. Program TB telah bekerja sama dengan LRN dan mitra telah menyusun petunjuk teknis pengemasan contoh uji dan pengembangan jejaring. Sosialisasi pengemasan contoh uji dilaksanakan secara berjenjang melalui video tutorial. Pengemasan contoh uji dilakukan dengan standar International Air Transport Association (IATA) untuk menjamin keamanan pengiriman bahan infeksius. Rujukan contoh uji masih masih tetap merupakan tantangan bagi program TB, terutama untuk daerah-daerah dengan kondisi geografis yang sulit sedangkan jumlah ketersediaan laboratorium rujukan terbatas. Sebagai upaya mendapatkan pengalaman sistem rujukan contoh uji di berbagai daerah di Indonesia, telah dilaksanakan studi percontohan di 8 provinsi, yaitu Sumatera Utara, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Selatan. Dari studi tersebut telah diperoleh pembelajaran tentang sistem rujukan contoh uji, mekanisme rujukan contoh uji serta mekanisme pelaporan hasil pemeriksaan laboratorium. Akses, pembentukan jejaring, dan kesepakatan Stasiun Pengumpul Contoh uji (SPC) harus disiapkan sebelum pelaksanaan rujukan contoh uji. Mekanisme rujukan dapat dilakukan melalui kurir maupun menggunakan tenaga internal faskes yang ditunjuk. Rujukan contoh uji untuk pemeriksaan TCM ke laboratorium tidak memerlukan rantai dingin sedangkan rujukan contoh uji ke laboratorium biakan dan uji kepekaan harus dilaksanakan dengan rantai dingin.
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-20203636
berasal dari tingkat yang lebih rendah menjadi sulit. Beberapa provinsi merujuk contoh uji untuk pemeriksaan TCM dan biakan/uji kepekaan ke laboratorium dengan jenjang lebih tinggi, tetapi pengemasan contoh uji tidak dilakukan sesuai dengan standar. USAID|DELIVER bekerjasama dengan Program TB telah menyusun standar prosedur operasional (SPO) untuk transportasi contoh uji TB dan memulai proyek percontohan di 8 provinsi dan 17 kabupaten. 2.12. Penelitian Operasional Bukti dampak dari riset operasional terhadap kapasitas kinerja program relatif terbatas dan jumlah publikasi internasional masih rendah. Pergantian pengelola program dan pemegang kebijakan di setiap jenjang menyebabkan hambatan utama untuk kerja sama penelitian dalam jangka panjang. Alasan utama untuk menghasilkan naskah publikasi adalah karena keterbatasan waktu dan kesempatan untuk menulis, kondisi infrastruktur yang tidak adekuat misalnya akses ke jurnal internasional dan pendanaan. Sumber dana utama untuk riset operasional TB sampai saat ini masih berasal dari mitra yang masih mengutamakan penelitian biomedis. Diperlukan lebih banyak proporsi pendanaan riset operasional dari Program TB. Riset operasional dilaksanakan melalui kerja sama TB Research Operational Group (TORG), Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes), Universitas, dokter/ tim ahli klinis di RS TB RO, Komli dan mitra. Sebagian besar riset operasional yang telah dikerjakan tidak terkait langsung dengan Program TB. Riset operasional masih diperlukan untuk mendapatkan informasi strategis dan Program TB bersama dengan Unit Pembina Mutu Laboratorium di Kemenkes harus mendukung kegiatan riset operasional yang memiliki efek langsung terhadap kegiatan program khususnya terkait laboratorium TB. Beberapa topik riset operasional yang diperlukan dalam kaitannya dengan jejaring laboratorium TB adalah:
a. Mengevaluasi peran TCM dalam algoritma diagnosis penemuan kasus TB dan TB RO.
b. Mengevaluasi kinerja TCM untuk contoh uji tinja pada diagnosis TB anak. c. Mengevaluasi inovasi penggunaan pengawet sputum yang ditambahkan
sebelum pengiriman dan mengukur dampaknya terhadap tingkat kontaminasi dan tingkat positifitas (positivity rate) di laboratorium biakan.
2.13. Kebijakan dan Aspek Hukum Penyediaan layanan laboratorium yang bermutu di semua tingkat pelayanan kesehatan telah diatur secara hukum antara lain melalui:
a. Peraturan Menteri / Kesehatan (Permenkes Nomor 46 tahun 2015 tentang Puskesmas, klinik, dokter umum, dan akreditasi dokter gigi (Kementerian Kesehatan RI, 2015d)
b. Permenkes No 56 2014 tentang klasifikasi dan perizinan rumah (Kementerian Kesehatan RI, 2014f).
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020
3737
Pelaksanaan peraturan tersebut berbeda di setiap tingkatan baik di unit teknis (Puskesmas, Rumah Sakit Provinsi / Kabupaten, Laboratorium Kesehatan) atau di Dinas Kesehatan setempat. 2.13.1. Mikroskopis Petunjuk teknis jejaring laboratorium mikroskopis dan PME sudah tersedia. Semua laboratorium mikroskopis TB diwajibkan untuk berpartisipasi dalam PME secara berkala dan berkesinambungan. Sampai saat ini belum ada mekanisme untuk menegakkan kebijakan ini. 2.13.2. Biakan/Uji Kepekaan Petunjuk teknis jejaring laboratorium biakan dan uji kepekaan telah ditetapkan untuk menjamin mutu laboratorium. Kemenkes telah menetapkan regulasi untuk laboratorium pemeriksa uji kepekaan yaitu hanya laboratorium yang telah tersertifikasi dari LRN. Belum ada peraturan yang melarang laboratorium yang tidak tersertifikasi untuk melakukan pemeriksaan biakan dan uji kepekaan. Dalam era Asuransi Kesehatan Nasional, BPJS Kesehatan telah menetapkan penagihan hanya akan dibayarkan apabila pemeriksaan dilakukan di laboratorium yang tersertifikasi. Hal ini dapat mendorong laboratorium biakan dan uji kepekaan yang belum tersertifikasi untuk meningkatkan kinerja mereka. 2.13.3. Molekuler Pada tahun 2012, Kemenkes melaksanakan rekomendasi WHO tahun 2010 tentang penggunaan TCM untuk diagnosis TB. Saat itu penggunaan alat TCM masih terbatas untuk diagnosis TB RO dan TB pada ODHA. Meskipun TCM telah digunakan, tetapi proses Health Technology Assessment (HTA) masih belum selesai. HTA menjadi salah satu dokumen pendukung supaya biaya pemeriksaan TCM dapat dibayarkan oleh Asuransi Kesehatan Nasional. Saat ini belum terdapat kebijakan penyediaan alat TCM untuk diagnosis TB di laboratorium swasta. Diperlukan kebijakan dari program TB agar setiap pasien TB dan TB RO yang ditemukan melalui pemeriksaan TCM wajib dilaporkan kepada Dinas Kesehatan di wilayah terkait. 2.14. Pembiayaan untuk Layanan Laboratorium TB Pendanaan untuk pelayanan kesehatan termasuk TB berasal dari pemerintah (APBN/APBD) atau dukungan mitra. Mekanisme pendanaan diatur oleh Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 (Republik Indonesia, 2004) tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Dalam rangka keberlangsungan layanan kepada pasien TB, Pemerintah Daerah wajib menyediakan dana melalui APBD. Saat ini, pembiayaan untuk laboratorium TB sebagian besar tergantung pada dukungan donor, sedangkan alokasi anggaran dari APBN/APBD sangat terbatas. Dikhawatirkan bahwa dengan tidak adanya dukungan donor, layanan laboratorium TB akan mengalami kendala, terutama untuk pemeriksaan molekuler, dan partisipasi PME mikroskopis.
36
berasal dari tingkat yang lebih rendah menjadi sulit. Beberapa provinsi merujuk contoh uji untuk pemeriksaan TCM dan biakan/uji kepekaan ke laboratorium dengan jenjang lebih tinggi, tetapi pengemasan contoh uji tidak dilakukan sesuai dengan standar. USAID|DELIVER bekerjasama dengan Program TB telah menyusun standar prosedur operasional (SPO) untuk transportasi contoh uji TB dan memulai proyek percontohan di 8 provinsi dan 17 kabupaten. 2.12. Penelitian Operasional Bukti dampak dari riset operasional terhadap kapasitas kinerja program relatif terbatas dan jumlah publikasi internasional masih rendah. Pergantian pengelola program dan pemegang kebijakan di setiap jenjang menyebabkan hambatan utama untuk kerja sama penelitian dalam jangka panjang. Alasan utama untuk menghasilkan naskah publikasi adalah karena keterbatasan waktu dan kesempatan untuk menulis, kondisi infrastruktur yang tidak adekuat misalnya akses ke jurnal internasional dan pendanaan. Sumber dana utama untuk riset operasional TB sampai saat ini masih berasal dari mitra yang masih mengutamakan penelitian biomedis. Diperlukan lebih banyak proporsi pendanaan riset operasional dari Program TB. Riset operasional dilaksanakan melalui kerja sama TB Research Operational Group (TORG), Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes), Universitas, dokter/ tim ahli klinis di RS TB RO, Komli dan mitra. Sebagian besar riset operasional yang telah dikerjakan tidak terkait langsung dengan Program TB. Riset operasional masih diperlukan untuk mendapatkan informasi strategis dan Program TB bersama dengan Unit Pembina Mutu Laboratorium di Kemenkes harus mendukung kegiatan riset operasional yang memiliki efek langsung terhadap kegiatan program khususnya terkait laboratorium TB. Beberapa topik riset operasional yang diperlukan dalam kaitannya dengan jejaring laboratorium TB adalah:
a. Mengevaluasi peran TCM dalam algoritma diagnosis penemuan kasus TB dan TB RO.
b. Mengevaluasi kinerja TCM untuk contoh uji tinja pada diagnosis TB anak. c. Mengevaluasi inovasi penggunaan pengawet sputum yang ditambahkan
sebelum pengiriman dan mengukur dampaknya terhadap tingkat kontaminasi dan tingkat positifitas (positivity rate) di laboratorium biakan.
2.13. Kebijakan dan Aspek Hukum Penyediaan layanan laboratorium yang bermutu di semua tingkat pelayanan kesehatan telah diatur secara hukum antara lain melalui:
a. Peraturan Menteri / Kesehatan (Permenkes Nomor 46 tahun 2015 tentang Puskesmas, klinik, dokter umum, dan akreditasi dokter gigi (Kementerian Kesehatan RI, 2015d)
b. Permenkes No 56 2014 tentang klasifikasi dan perizinan rumah (Kementerian Kesehatan RI, 2014f).
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-20203838
2.14.1. Mikroskopis Pelayanan laboratorium mikroskopis TB difasiltasi melalui pendanaan lokal dan pusat. Pemeriksaan BTA sudah bisa dibayarkan oleh BPJS Kesehatan, sehingga tidak ada anggaran khusus yang dialokasikan untuk itu. Pembiayaan kegiatan PME, yaitu transportasi sediaan dari faskes ke laboratorium rujukan uji silang, biaya uji silang, dan distribusi umpan balik ke faskes membutuhkan alokasi APBD maupun secara mandiri oleh fasyankes swasta. 2.14.2. Biakan Penyediaan bahan habis pakai dan reagen untuk pemeriksaan biakan melalui pengadaan laboratorium pelaksana dengan dana rutin. Renovasi infrastruktur dan tambahan peralatan laboratorium didanai terutama oleh mitra. Sebagian besar layanan pemeriksaan biakan tidak dapat dibayarkan oleh BPJS Kesehatan. Melalui kegiatan MTPTRO, pasien terduga TB RO dibebaskan dari biaya pemeriksaan laboratorium. Besaran biaya pemeriksaan ditetapkan sesuai peraturan yang berlaku di masing-masing laboratorium. Berikut contoh biaya pemeriksaan laboratorium yang diterapkan di BBLK Surabaya pada tahun 2015: a. Mikroskopis Rp 35,000 b. Biakan dan Uji Kepekaan:
MEDIA KULTUR KEPEKAAN OAT TOTAL LINI 1 LINI 2
LJ Rp 150.000 Rp 150.000 Rp 150.000 Rp 200.000 Rp 350.000 Rp 150.000 Rp 200.000 Rp 310.000 Rp 660.000
MGIT Rp 271.500 Rp 271.500 Rp 271.500 Rp 408.500 Rp 680.000 Rp 271.500 Rp 408.500 Rp 408.500 Rp 1.088.500
1. Diagnosis : 2 contoh uji untuk mikroskopis, biakan dan uji kepekaan
lini 1 dan lini 2. 2. Fase intensif : 8-12 x pemeriksaan mikroskopis dan pemeriksaan
biakan. 3. Fase lanjutan : 6-7 x pemeriksaan mikroskopis dan pemeriksaan biakan. Dengan menggunakan tarif pemeriksaan di LRN BBLK Surabaya, dapat dihitung kebutuhan biaya pemeriksaan untuk pasien TB RO sebagai berikut:
1. Untuk diagnosis awal dilakukan pemeriksaan mikroskopis, biakan, uji kepekaan lini 1 dan 2, dengan 2 contoh uji dahak memerlukan biaya sebesar Rp 695.000 dengan media LJ atau Rp 1.123.500 dengan media MGIT.
2. Pada fase intensif, satu contoh uji dikumpulkan setiap bulan untuk pemeriksaan mikroskopis dan biakan selama minimal 8 kali yang memerlukan biaya sebesar Rp 1.480.000 dengan media LJ dan Rp 2.452.000 dengan media MGIT
3. Pada fase lanjutan pengobatan, satu contoh uji dikumpulkan setiap dua bulan untuk pemeriksaan mikroskopis dan biakan selama minimal 6 kali
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020
3939
yang memerlukan Rp 1.110.000 dengan media LJ dan Rp 1.839.000 dengan media MGIT
Dengan menggunakan asumsi lama pengobatan pasien TB RO adalah 20 bulan, maka kebutuhan biaya pemeriksaan laboratorium untuk pasien TB RO selama menjalani pengobatan adalah Rp 3.285.000 dengan menggunakan media LJ dan Rp 5.414.500 dengan menggunakan media MGIT. Berdasarkan hal tersebut, kebutuhan pembiayaan pemeriksaan laboratorium untuk pasien TB MDR sampai tahun 2010 dapat dihitung sesuai tabel 5
Tabel 5. Perhitungan pembiayaan pasien TB MDR tahun 2016-2020 Tahun 2016 2017 2018 2019 2020
Target penemuan kasus TB MDR
1.755 5.387 10.127 15.520 16.984
Kebutuhan pemeriksaan laboratorium TB (Rp)
Media padat 5.765.175.000 17.696.295.000 33.267.195.000 50.983.200.000 55.792.440.000
Media cair 9.502.447.500 29.167.911.500 54.832.641.500 84.033.040.000 91.959.868.000
Catatan: Biaya pemeriksaaan laboratorium dihitung berdasarkan jenis media yang
digunakan yaitu media padat atau media cair. Biaya belum termasuk biaya lainnya laboratorium (hematologi, biokimia,
pemeriksaan mikrobiologi lainnya) Perhitungan berdasarkan asumsi bahwa semua pasien akan menyelesaikan
pengobatan Diasumsikan bahwa biaya laboratorium akan tetap konstan hingga akhir 2020
2.14.3. Molekuler (TCM) Saat ini pengadaan alat TCM, bahan habis pakai berupa kartrid, pemeliharaan sampai penggantian biaya operasional sangat tergantung pada dukungan mitra. Pada tahun 2016 telah mulai dilakukan pengadaan alat dan kartrid menggunakan APBN. Untuk keberlangsungan penggunaan alat TCM, perlu dipikirkan pembiayaan dengan sumber dalam negeri. Penggantian biaya operasional akan diusulkan untuk dibayarkan oleh BPJS Kesehatan. Pemerintah daerah dan laboratorium faskes TCM harus mengalokasikan dana untuk kartrid, pemeliharaan alat dan biaya operasional agar ketika pembiayaan mitra berakhir, pemeriksaan diagnosis TB dengan alat TCM dapat tetap dilakukan. Kebutuhan pembiayaan TCM terdiri dari komponen alat, pelatihan, kebutuhan kartrid per tahun, pemeliharaan alat dan biaya operasional. Perhitungan kebutuhan untuk masing-masing alat TCM 4 modul untuk masing-masing fasyankes adalah sebagai berikut: a. Biaya pengadaan alat TCM Rp. 1.107.381.534 b. Biaya pelatihan Rp. 35.000.000
38
2.14.1. Mikroskopis Pelayanan laboratorium mikroskopis TB difasiltasi melalui pendanaan lokal dan pusat. Pemeriksaan BTA sudah bisa dibayarkan oleh BPJS Kesehatan, sehingga tidak ada anggaran khusus yang dialokasikan untuk itu. Pembiayaan kegiatan PME, yaitu transportasi sediaan dari faskes ke laboratorium rujukan uji silang, biaya uji silang, dan distribusi umpan balik ke faskes membutuhkan alokasi APBD maupun secara mandiri oleh fasyankes swasta. 2.14.2. Biakan Penyediaan bahan habis pakai dan reagen untuk pemeriksaan biakan melalui pengadaan laboratorium pelaksana dengan dana rutin. Renovasi infrastruktur dan tambahan peralatan laboratorium didanai terutama oleh mitra. Sebagian besar layanan pemeriksaan biakan tidak dapat dibayarkan oleh BPJS Kesehatan. Melalui kegiatan MTPTRO, pasien terduga TB RO dibebaskan dari biaya pemeriksaan laboratorium. Besaran biaya pemeriksaan ditetapkan sesuai peraturan yang berlaku di masing-masing laboratorium. Berikut contoh biaya pemeriksaan laboratorium yang diterapkan di BBLK Surabaya pada tahun 2015: a. Mikroskopis Rp 35,000 b. Biakan dan Uji Kepekaan:
MEDIA KULTUR KEPEKAAN OAT TOTAL LINI 1 LINI 2
LJ Rp 150.000 Rp 150.000 Rp 150.000 Rp 200.000 Rp 350.000 Rp 150.000 Rp 200.000 Rp 310.000 Rp 660.000
MGIT Rp 271.500 Rp 271.500 Rp 271.500 Rp 408.500 Rp 680.000 Rp 271.500 Rp 408.500 Rp 408.500 Rp 1.088.500
1. Diagnosis : 2 contoh uji untuk mikroskopis, biakan dan uji kepekaan
lini 1 dan lini 2. 2. Fase intensif : 8-12 x pemeriksaan mikroskopis dan pemeriksaan
biakan. 3. Fase lanjutan : 6-7 x pemeriksaan mikroskopis dan pemeriksaan biakan. Dengan menggunakan tarif pemeriksaan di LRN BBLK Surabaya, dapat dihitung kebutuhan biaya pemeriksaan untuk pasien TB RO sebagai berikut:
1. Untuk diagnosis awal dilakukan pemeriksaan mikroskopis, biakan, uji kepekaan lini 1 dan 2, dengan 2 contoh uji dahak memerlukan biaya sebesar Rp 695.000 dengan media LJ atau Rp 1.123.500 dengan media MGIT.
2. Pada fase intensif, satu contoh uji dikumpulkan setiap bulan untuk pemeriksaan mikroskopis dan biakan selama minimal 8 kali yang memerlukan biaya sebesar Rp 1.480.000 dengan media LJ dan Rp 2.452.000 dengan media MGIT
3. Pada fase lanjutan pengobatan, satu contoh uji dikumpulkan setiap dua bulan untuk pemeriksaan mikroskopis dan biakan selama minimal 6 kali
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-20204040
c. Biaya kebutuhan kartrid per tahun per alat Rp. 633.600.000 d. Biaya pemeliharaan per alat Rp. 167.191.280,65
Keterangan Biaya pengadaan alat dihitung berdasarkan harga alat TCM pada e-katalog Biaya pelatihan dihitung dengan asumsi 5 orang per fasyankes dan
dilaksanakan secara regional Kebutuhan kartrid dihitung berdasarkan asumsi alat 3 kali beroperasi per
hari, 20 hari per bulan dengan kapasitas alat maksimal. Biaya pemeliharaan alat mulai diperhitungkan setelah alat tidak masuk
garansi Kebutuhan pembiayaan 1 (satu) alat TCM dihitung sebagai berikut:
a. Biaya Tahun Pertama Biaya tahun pertama untuk satu alat TCM adalah Rp. 1.775.981.534,00 yang merupakan jumlah dari biaya pengadaan alat TCM, biaya pelatihan dan biaya kebutuhan kartrid untuk satu tahun.
b. Biaya Tahun Kedua dan Selanjutnya Biaya tahun kedua dan seterusnya untuk alat TCM adalah Rp. 800.791.280,65 yang merupakan jumlah dari biaya kebutuhan kartrid per tahun per alat dan biaya pemeliharaan per alat jika masa garansi alat telah berakhir.
Pembiayaan tersebut tidak memperhitungkan biaya lain seperti penggantian modul diluar masa garansi, kehilangan/ kerusakan komputer, pengiriman kartrid dari pusat, dan pengiriman contoh uji ke laboratorium TCM.
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020
4141
3. Masalah Strategis Laboratorium TB di Indonesia Analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, threat) digunakan untuk menentukan prioritas dan kegiatan yang akan dilakukan selama lima tahun ke depan. Prioritas ditentukan melalui beberapa pertemuan dengan staf LRN, Subdit TB, Direktorat Pelayanan Kesehatan, dan mitra. Informasi yang dikumpulkan kemudian disusun menjadi Kerangka Analisis Situasi dan prioritas ditentukan dalam 6 (enam) area yaitu mikroskopis, biakan dan uji kepekaan, Tes Cepat Molekuler, Sistem Manajemen Mutu Laboratorium, Sumber Daya Manusia dan Rujukan Contoh Uji. Kerangka analisis situasi dan analisis SWOT terdapat dalam lampiran 1 dan 2. 3.1. Mikroskopis 3.1.1. Prioritas utama
a. Penguatan partisipasi PME dan peningkatan kinerja seluruh jenjang jejaring pemeriksaan mikroskopis
b. Memberdayakan kepemimpinan LRN Mikroskopis untuk memberikan dukungan teknis dalam penguatan jejaring laboratorium.
c. Perluasan jejaring Laboratorium rujukan intermediet. d. Dukungan PME untuk Laboratorium rujukan intermediet
3.1.2. Prioritas sekunder
a. Melibatkan LKS melalui studi percontohan untuk perluasan jejaring laboratorium dalam pelatihan dan kegiatan PME
b. Menerapkan 11 standar GLI dari dokumen akreditasi jejaring Mikroskopis TB.
c. Peningkatan kapasitas teknisi laboratorium untuk kegiatan uji silang d. Impementasi TB-12 elektronik untuk meningkatkan PME
3.2. Biakan dan Uji Kepekaan 3.2.1. Prioritas Utama
a. Memastikan praktik laboratorium yang aman diterapkan oleh semua staf yang bekerja di laboratorium biakan dan uji kepekaan.
b. Memperluas jejaring pemeriksaan biakan TB hingga terdapat 46 laboratorium biakan yang terstandarisasi, setidaknya satu laboratorium per provinsi dan beberapa laboratorium di provinsi yang lebih besar
c. Memperluas jejaring pemeriksaan uji kepekaan hingga terdapat 17 laboratorium uji kepekaan yang tersertifikasi.
d. Memberdayakan kepemimpinan LRN Biakan dan uji kepekaan untuk memberikan dukungan teknis dalam penguatan jejaring laboratorium.
e. LRN memberikan dukungan pemantapan mutu untuk laboratorium biakan dan menjaga kualitas laboratorium uji kepekaan melalui supervisi dan penyediaan tes panel PME biakan dan uji kepekaan berkala untuk untuk menilai kinerja.
3.2.2. Prioritas Sekunder a. Mengembangkan uji kepekaan untuk obat kapreomisin dan
moksifloksasin biakan dan uji kepekaan dan mengembangkan
40
c. Biaya kebutuhan kartrid per tahun per alat Rp. 633.600.000 d. Biaya pemeliharaan per alat Rp. 167.191.280,65
Keterangan Biaya pengadaan alat dihitung berdasarkan harga alat TCM pada e-katalog Biaya pelatihan dihitung dengan asumsi 5 orang per fasyankes dan
dilaksanakan secara regional Kebutuhan kartrid dihitung berdasarkan asumsi alat 3 kali beroperasi per
hari, 20 hari per bulan dengan kapasitas alat maksimal. Biaya pemeliharaan alat mulai diperhitungkan setelah alat tidak masuk
garansi Kebutuhan pembiayaan 1 (satu) alat TCM dihitung sebagai berikut:
a. Biaya Tahun Pertama Biaya tahun pertama untuk satu alat TCM adalah Rp. 1.775.981.534,00 yang merupakan jumlah dari biaya pengadaan alat TCM, biaya pelatihan dan biaya kebutuhan kartrid untuk satu tahun.
b. Biaya Tahun Kedua dan Selanjutnya Biaya tahun kedua dan seterusnya untuk alat TCM adalah Rp. 800.791.280,65 yang merupakan jumlah dari biaya kebutuhan kartrid per tahun per alat dan biaya pemeliharaan per alat jika masa garansi alat telah berakhir.
Pembiayaan tersebut tidak memperhitungkan biaya lain seperti penggantian modul diluar masa garansi, kehilangan/ kerusakan komputer, pengiriman kartrid dari pusat, dan pengiriman contoh uji ke laboratorium TCM.
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-20204242
kemampuan dalam pengujian obat baru anti-TB baru (bedaquiline, delamanid, klofazimin).
b. Penyediaan tes panel PME berkala untuk uji kepekaan untuk menilai kinerja.
c. Mengembangkan pemeriksaan biakan menggunakan media cair (MGIT960) di semua laboratorium uji kepekaan.
d. Memperluas jejaring dengan laboratorium klinik swasta yang melakukan pemeriksaan biakan dan uji kepekaan dan mengikut sertakan mereka dalam pelatihan dan kegiatan PME.
3.3. Tes Cepat Molekuler 3.3.1. Prioritas Utama
a. Memperluas alat TCM ke setiap Kabupaten/Kota dengan kemungkinan penempatan beberapa alat TCM di Kabupaten/Kota yang lebih besar.
b. Mengembangkan dan menerapkan sistem rujukan contoh uji di seluruh Indonesia.
c. Desentralisasi pelatihan TCM dan memberikan dukungan teknis untuk pengembangan 10 laboratorium Regional TCM.
d. Memberdayakan kepemimpinan LRN molekuler untuk memberikan dukungan teknis dalam penguatan jejaring laboratorium.
e. Memperluas jejaring dengan laboratorium non-Program/swasta yang melakukan pemeriksaan molekuler dan mengikut sertakan mereka dalam pelatihan dan kegiatan PME.
3.3.2. Prioritas Sekunder a. Penguatan manajemen data TCM. b. Melaksanakan pemeriksaan TCM menggunakan contoh uji ekstraparu. c. Mengembangkan dan menerapkan strategi untuk penempatan kartrid
XDR TCM dalam jejaring TCM di Indonesia. d. Mendukung TORG untuk melakukan penelitian operasional tentang
perluasan jenis contoh uji untuk pemeriksaan dengan TCM.
3.4. Sistem Manajemen Mutu Laboratorium 3.4.1. Prioritas Utama
a. Mengidentifikasi lima laboratorium yang adekuat untuk mengikuti pelatihan SMML menuju sertifikasi IS0 15189
b. Melakukan pelatihan LMMS oleh pelatih internasional (ToT) untuk mendapatkan keahlian dalam proses sertifikasi SMML
c. Mengidentifikasi perwakilan dari lab TB di Indonesia yang cocok untuk menjadi mentor SMML
d. Membangun hubungan dan berkoordinasi dengan Komite Akreditasi Nasional (KAN) serta menginformasikan kemajuan pelatihan SMML dan implementasi dalam jejaring laboratorium TB
e. Mengembangkan tools pelatihan SMML dalam bahasa Indonesia 3.4.2. Prioritas Sekunder
a. Menyusun rencana jangka panjang dengan KAN untuk implementasi SMML di seluruh jejaring laboratorium
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020
4343
b. Mengidentifikasi anggaran untuk implementasi SMML b. Mengidentifikasi asesor/ surveyor untuk memantapkan kualitas di
laboratorium yang terakreditasi. 3.5. Sumber Daya Manusia 3.5.1. Prioritas Utama
a. Menyediakan pelatih yang berdedikasi, berkualitas dan cukup jumlahnya di semua jenjang jejaring laboratorium
b. Memastikan kecukupan staf pada semua jenjang laboratorium c. Mengurangi perpindahan staf terlatih d. Membuat rencana yang tepat untuk mempertahankan staf terlatih e. Memastikan kesempatan untuk membangun karir dan promosi tepat
waktu untuk menjaga staf tetap termotivasi 3.5.2. Prioritas Sekunder
a. Membuat pedoman dan kebijakan pengadaan tenaga yang jelas b. Memastikan pelatihan yang memadai bagi staf teknis c. Mengembangkan kebijakan untuk pemeriksaan rutin kesehatan staf b. Memastikan lingkungan kerja yang aman
3.6. Transportasi Contoh Uji 3.6.1. Prioritas Utama
a. Membangun koordinasi antar Kemenkes, Kemenhub, dan Kementeran Lingkungan Hidup terkait untuk transportasi contoh uji
b. Membuat pedoman untuk transportasi contoh uji yang lebih aman c. Mengembangkan sistem transportasi contoh uji yang cepat, handal dan
berkelanjutan d. Mendorong provinsi untuk mengidentifikasi dan menggunakan sarana
transportasi lokal yang tersedia e. Mengembangkan mekanisme pelaporan elektronik untuk transportasi
contoh uji f. Memastikan anggaran untuk transportasi contoh uji
3.6.2. Prioritas Sekunder a. Mengembangkan indikator kinerja utama untuk sistem rujukan contoh
uji b. Sosialisasi kepada klinisi untuk menggunakan laporan hasil
pemeriksaan secara elektronik c. Pemetaan faskes dan jejaring dengan laboratorium diagnosis d. koordinasi yang kuat antara Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dan SPC
42
kemampuan dalam pengujian obat baru anti-TB baru (bedaquiline, delamanid, klofazimin).
b. Penyediaan tes panel PME berkala untuk uji kepekaan untuk menilai kinerja.
c. Mengembangkan pemeriksaan biakan menggunakan media cair (MGIT960) di semua laboratorium uji kepekaan.
d. Memperluas jejaring dengan laboratorium klinik swasta yang melakukan pemeriksaan biakan dan uji kepekaan dan mengikut sertakan mereka dalam pelatihan dan kegiatan PME.
3.3. Tes Cepat Molekuler 3.3.1. Prioritas Utama
a. Memperluas alat TCM ke setiap Kabupaten/Kota dengan kemungkinan penempatan beberapa alat TCM di Kabupaten/Kota yang lebih besar.
b. Mengembangkan dan menerapkan sistem rujukan contoh uji di seluruh Indonesia.
c. Desentralisasi pelatihan TCM dan memberikan dukungan teknis untuk pengembangan 10 laboratorium Regional TCM.
d. Memberdayakan kepemimpinan LRN molekuler untuk memberikan dukungan teknis dalam penguatan jejaring laboratorium.
e. Memperluas jejaring dengan laboratorium non-Program/swasta yang melakukan pemeriksaan molekuler dan mengikut sertakan mereka dalam pelatihan dan kegiatan PME.
3.3.2. Prioritas Sekunder a. Penguatan manajemen data TCM. b. Melaksanakan pemeriksaan TCM menggunakan contoh uji ekstraparu. c. Mengembangkan dan menerapkan strategi untuk penempatan kartrid
XDR TCM dalam jejaring TCM di Indonesia. d. Mendukung TORG untuk melakukan penelitian operasional tentang
perluasan jenis contoh uji untuk pemeriksaan dengan TCM.
3.4. Sistem Manajemen Mutu Laboratorium 3.4.1. Prioritas Utama
a. Mengidentifikasi lima laboratorium yang adekuat untuk mengikuti pelatihan SMML menuju sertifikasi IS0 15189
b. Melakukan pelatihan LMMS oleh pelatih internasional (ToT) untuk mendapatkan keahlian dalam proses sertifikasi SMML
c. Mengidentifikasi perwakilan dari lab TB di Indonesia yang cocok untuk menjadi mentor SMML
d. Membangun hubungan dan berkoordinasi dengan Komite Akreditasi Nasional (KAN) serta menginformasikan kemajuan pelatihan SMML dan implementasi dalam jejaring laboratorium TB
e. Mengembangkan tools pelatihan SMML dalam bahasa Indonesia 3.4.2. Prioritas Sekunder
a. Menyusun rencana jangka panjang dengan KAN untuk implementasi SMML di seluruh jejaring laboratorium
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-20204444
4. Strategi, Indikator dan Target Setelah melakukan analisis SWOT, dan analisis kerangka situasi, terdapat 4 (empat) bidang prioritas sebagai tujuan: Tujuan-1 : Meningkatkan akses ke pemeriksaan mikroskopis TB yang
berkualitas dengan PME yang efektif Tujuan-2 : Meningkatkan akses dan mengurangi waktu diagnosis dan
deteksi resistensi Rifampisin melalui tes cepat Tujuan-3 : Meningkatkan akses ke laboratorium uji kepekaan lini satu
dan dua untuk pasien yang berisiko TB RO/TB XDR Tujuan-4 : Menerapkan Sistem Manajemen Mutu Laboratorium (SMML)
Ada 8 (delapan) strategi utama untuk mencapai tujuan dari 4 (empat) bidang prioritas sebagai berikut: Strategi 1 : Penguatan infrastruktur laboratorium termasuk K3 Strategi 2 : Peningkatan SDM laboratorium termasuk jejaringnya Strategi 3 : Pengembangan dan pemeliharaan Sistem Manajemen Mutu
Laboratorium Strategi 4 : Penguatan manajemen logistik termasuk pemeliharaan dan
validasi alat Strategi 5 : Penguatan mekanisme rujukan dan transportasi contoh uji Strategi 6 : Penguatan sistem informasi laboratorium Strategi 7 : Pengembangan kerangka kerja peraturan terkait laboratorium Strategi 8 : Pengembangan kapasitas riset operasional
Uraian kegiatan sebagai berikut: Tujuan-1: Meningkatkan akses ke pemeriksaan mikroskopis TB yang berkualitas dengan PME yang efektif Strategi 2: Peningkatan SDM laboratorium termasuk jejaringnya Kegiatan:
1. Pembentukan LRP untuk Provinsi Jawa Barat dan Kalimantan Utara a) Asesmen untuk pembentukan LRP untuk Provinsi Jawa Barat dan
Kalimantan Utara b) Pengembangan kapasitas melalui tes panel untuk LRP terpilih c) OJT ke LRP terpilih untuk penguatan manajemen laboratorium d) OJT ke LRP terpilih supaya dapat menyediakan tes panel
2. Dukungan untuk pelaksanaan PME bagi LRP a) Diseminasi alur pelaporan PME b) Pelatihan PME metode LQAS
3. Pengembangan Laboratorium Rujukan Intermediate a) Advokasi dan sosialisasi ke Dinas Kesehatan Provinsi untuk
pengembangan LRI b) Implementasi LRI
4. Pengembangan kapasitas teknisi laboratorium untuk kegiatan uji silang a) Training LRI di LRP (Jejaring laboratorium TB dan manajemen) b) Workshop PME
5. Implementasi akreditasi jejaring mikroskopis nasional
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020
4545
a) Melaksanakan asesmen dan membuat laporan ke Subdit TB dan Dit YanKes
b) Pengembangan program akreditasi c) Sosialisasi akreditasi jejaring mikroskopis nasional d) Proyek percontohan program uji percontohan di 2 provinsi e) Analisis dan penilaian proyek percontohan f) Implementasi secara nasional g) Proporsi Laboratorium Mikroskopik yang berpatisipasi dalam
akreditasi di setiap provinsi 6. Meningkatkan keterlibatan laboratorium swasta/non-program
a) Meningkatkan jumlah provinsi yang mendukung laboratorium swasta/non-program dalam kegiatan PME dan pelatihan
b) Penerapan Rencana Aksi Nasional dalam pelibatan laboratorium swasta/non-program dalam kegiatan PME dan pelatihan
c) Penerapan alur pelaporan data laboratorium dari laboratorium swasta/non-program ke Dinas Kesehatan Provinsi dan LRP secara nasional
d) Melaksanakan pertemuan nasional bagi pemangku kepentingan untuk mengevaluasi implementasi tahunan
7. Pelatihan akreditasi jejaring mikroskopis (11 standar GLI) a) Desktop assessment pedoman nasional, SPO, data PME 2015, dan
kebijakan b) ToT untuk LRN mikroskopik, KAN, dan Kementrian Kesehatan sesuai
dengan 11 standar GLI oleh LRS c) Pelaksanaan ToT untuk pelatih provinsi oleh pelatih nasional d) Evaluasi setelah pelatihan oleh pelatih nasional/ internasional
8. Membuat materi pelatihan untuk 11standar GLI a) Penyesuaian 11standar GLI ke dalam konten lokal b) Membuat kurikulum dan materi pelatihan
Strategi 3: Pengembangan dan pemeliharaan Sistem Manajemen Mutu Laboratorium Kegiatan
1. Memberikan wewenang kepada LRN Mikroskopik untuk memimpin dan memberi dukungan teknis dalam penguatan jejaring
a) LRS memberikan wewenang kepada LRN Mikroskopik untuk memimpin dan memberi dukungan teknis dalam penguatan jejaring
b) Menyediakan tes panel PME setiap tahun 2. PME untuk Laboratorium Rujukan Provinsi
a) LRN Mikroskopik menyediakan tes panel PME setiap tahun b) LRN Mikroskopik melaksanakan asesmen untuk supervisi jejaring
lab TB di tingkat provinsi 3. Pembentukan Lab Rujukan Intermediet
a) Melakukan supervisi ke Lab Rujukan Intermediet yang baru dibentuk oleh LRN Mikroskopik atau Lab Rujukan Provinsi (2 kali/tahun)
b) Pemantauan dan evaluasi untuk lab mikroskopik
44
4. Strategi, Indikator dan Target Setelah melakukan analisis SWOT, dan analisis kerangka situasi, terdapat 4 (empat) bidang prioritas sebagai tujuan: Tujuan-1 : Meningkatkan akses ke pemeriksaan mikroskopis TB yang
berkualitas dengan PME yang efektif Tujuan-2 : Meningkatkan akses dan mengurangi waktu diagnosis dan
deteksi resistensi Rifampisin melalui tes cepat Tujuan-3 : Meningkatkan akses ke laboratorium uji kepekaan lini satu
dan dua untuk pasien yang berisiko TB RO/TB XDR Tujuan-4 : Menerapkan Sistem Manajemen Mutu Laboratorium (SMML)
Ada 8 (delapan) strategi utama untuk mencapai tujuan dari 4 (empat) bidang prioritas sebagai berikut: Strategi 1 : Penguatan infrastruktur laboratorium termasuk K3 Strategi 2 : Peningkatan SDM laboratorium termasuk jejaringnya Strategi 3 : Pengembangan dan pemeliharaan Sistem Manajemen Mutu
Laboratorium Strategi 4 : Penguatan manajemen logistik termasuk pemeliharaan dan
validasi alat Strategi 5 : Penguatan mekanisme rujukan dan transportasi contoh uji Strategi 6 : Penguatan sistem informasi laboratorium Strategi 7 : Pengembangan kerangka kerja peraturan terkait laboratorium Strategi 8 : Pengembangan kapasitas riset operasional
Uraian kegiatan sebagai berikut: Tujuan-1: Meningkatkan akses ke pemeriksaan mikroskopis TB yang berkualitas dengan PME yang efektif Strategi 2: Peningkatan SDM laboratorium termasuk jejaringnya Kegiatan:
1. Pembentukan LRP untuk Provinsi Jawa Barat dan Kalimantan Utara a) Asesmen untuk pembentukan LRP untuk Provinsi Jawa Barat dan
Kalimantan Utara b) Pengembangan kapasitas melalui tes panel untuk LRP terpilih c) OJT ke LRP terpilih untuk penguatan manajemen laboratorium d) OJT ke LRP terpilih supaya dapat menyediakan tes panel
2. Dukungan untuk pelaksanaan PME bagi LRP a) Diseminasi alur pelaporan PME b) Pelatihan PME metode LQAS
3. Pengembangan Laboratorium Rujukan Intermediate a) Advokasi dan sosialisasi ke Dinas Kesehatan Provinsi untuk
pengembangan LRI b) Implementasi LRI
4. Pengembangan kapasitas teknisi laboratorium untuk kegiatan uji silang a) Training LRI di LRP (Jejaring laboratorium TB dan manajemen) b) Workshop PME
5. Implementasi akreditasi jejaring mikroskopis nasional
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-20204646
4. Membentuk pelatih nasional Indonesia a) Setelah ToT, lakukan kunjungan asesmen untuk menindaklanjuti
pelatihan b) Tindak lanjut dan bimbingan oleh ToT
5. Pelibatan Komite Akreditasi Nasional (KAN) a) Bimbingan lab oleh Direktorat Pelayanan Kesehatan (KAN) b) Asesmen lab rutin oleh KAN dan mitra
Strategi 4: Penguatan manajemen logistik termasuk pemeliharaan dan validasi alat Kegiatan:
1. Implementasi 11 standar GLI didahului dengan Distribusi 11 standar GLI
Strategi 6: Penguatan sistem informasi laboratorium Kegiatan:
1. Menerapkan TB-12 elektronik untuk meningkatkan pemantapan mutu eksternal
a) Perbaikan TB-12 elektronik b) Melaksanakan pelatihan TB-12 elektronik c) Pelatihan penyegaran untuk Lab Rujukan Provinsi dan pengelola
program TB Strategi 7: Pengembangan kerangka kerja peraturan terkait laboratorium Kegiatan:
1. Penerapan 11 standar GLI a) Penyesuaian Akreditasi Jejaring Mikroskopik TB ke dalam konten
lokal dan memasukannya ke dalam daftar tilik b) Koordinasi dengan bidang akreditasi di Kemenkes
2. Penguatan jejaring dengan LKS a) Melaksanakan pertemuan sosialisasi antara Program TB dengan
LKS b) Penguatan jejaring LKS dengan Dinas Kesehatan Provinsi dan
Laboaratorium Rujukan Provinsi
Tujuan-2: Meningkatkan akses dan mengurangi waktu diagnosis dan deteksi resistensi Rif melalui uji cepat Strategi 2: Peningkatan SDM laboratorium termasuk jejaringnya Kegiatan
1. Mengadakan penambahan alat TCM sesuai target a) Penentuan calon laboratorium TCM b) Melaksanakan workshop TCM di tingkat pusat
2. Desentralisasi pelatihan dan peran dukungan untuk 10 lab regional TCM a) Membuat langkah-langkah untuk pelatihan dan contoh dukungan
di LRP yang efektif dan berkelanjutan b) Menentukan laboratorium regional TCM
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020
4747
c) Sosialisasi pelatihan ke Dinas Kesehatan Provinsi dan LRP 3. Membangun TCM di seluruh Indonesia
a) Penempatan minimal satu alat TCM di setiap Kabupaten/Kota di Indonesia hingga akhir tahun 2020
b) Workshop TCM 4. Pelatihan untuk Stasiun Pengumpul Contoh Uji (untuk pengemasan contoh
uji yang aman) a) Identifikasi tim pelatih tingkat provinsi dan kabupaten/kota b) Penyampaian/ pemberian pelatihan untuk Stasiun Pengumpul
Contoh Uji dan laboratorium diagnostik c) Pembuatan mekanisme pelaporan hasil untuk Stasiun Pengumpul
Contoh Uji d) Penerapan pengemasan contoh uji yang aman e) Memastikan pemeliharaan rantai dingin dimanapun dibutuhkan
Strategi 3: Pengembangan dan pemeliharaan Sistem Manajemen Mutu Laboratorium Kegiatan:
1. Memberikan wewenang ke LRN Molekuler untuk menunjukkan kepemimpinan dan memberikan dukungan teknis untuk memperkuat jejaring
2. Desentralisasi pelatihan dan peran dukungan untuk 10 lab regional TCM a) Melakukan pelatihan bagi pelatih untuk melatih teknisi lab,
kalibrasi, penggantian modul, dan pemecahan masalah di tingkat provinsi
b) Melakukan evaluasi setelah pelatihan bagi LRP oleh LRS, LRN Molekuler, Subdit TB, Direktorat Pelayanan Kesehatan, dan mitra
c) LRS Adelaide mengamati kegiatan pelatihan (bekerja sama dengan LRN Molekuler)
3. Penilaian laboratorium TCM sebagai PME dalam penerapan alat TCM di seluruh Indonesia
Strategi 4: Penguatan manajemen logistik termasuk pemeliharaan dan validasi alat Kegiatan:
1. Pengadaan materi/ bahan pengemasan untuk transportasi contoh uji dan mekanisme rujukan
a) Perhitungan persediaan yang dibutuhkan berdasarkan jumlah pasien yang diharapkan
b) Pembuatan anggaran kebutuhan c) Pengadaan persediaan d) Distribusi ke Stasiun Pengumpul Contoh Uji
2. Identifikasi sistem kurir lokal yang tersedia dan tanda tangan perjanjian a) Identifikasi sistem transportasi (kurir, agen pengiriman,
transportasi umum/pribadi) b) Meyakinkan vendor untuk melakukan pengemasan yang aman c) Membuat perjanjian dengan agen kurir d) Mengawasi kurir
46
4. Membentuk pelatih nasional Indonesia a) Setelah ToT, lakukan kunjungan asesmen untuk menindaklanjuti
pelatihan b) Tindak lanjut dan bimbingan oleh ToT
5. Pelibatan Komite Akreditasi Nasional (KAN) a) Bimbingan lab oleh Direktorat Pelayanan Kesehatan (KAN) b) Asesmen lab rutin oleh KAN dan mitra
Strategi 4: Penguatan manajemen logistik termasuk pemeliharaan dan validasi alat Kegiatan:
1. Implementasi 11 standar GLI didahului dengan Distribusi 11 standar GLI
Strategi 6: Penguatan sistem informasi laboratorium Kegiatan:
1. Menerapkan TB-12 elektronik untuk meningkatkan pemantapan mutu eksternal
a) Perbaikan TB-12 elektronik b) Melaksanakan pelatihan TB-12 elektronik c) Pelatihan penyegaran untuk Lab Rujukan Provinsi dan pengelola
program TB Strategi 7: Pengembangan kerangka kerja peraturan terkait laboratorium Kegiatan:
1. Penerapan 11 standar GLI a) Penyesuaian Akreditasi Jejaring Mikroskopik TB ke dalam konten
lokal dan memasukannya ke dalam daftar tilik b) Koordinasi dengan bidang akreditasi di Kemenkes
2. Penguatan jejaring dengan LKS a) Melaksanakan pertemuan sosialisasi antara Program TB dengan
LKS b) Penguatan jejaring LKS dengan Dinas Kesehatan Provinsi dan
Laboaratorium Rujukan Provinsi
Tujuan-2: Meningkatkan akses dan mengurangi waktu diagnosis dan deteksi resistensi Rif melalui uji cepat Strategi 2: Peningkatan SDM laboratorium termasuk jejaringnya Kegiatan
1. Mengadakan penambahan alat TCM sesuai target a) Penentuan calon laboratorium TCM b) Melaksanakan workshop TCM di tingkat pusat
2. Desentralisasi pelatihan dan peran dukungan untuk 10 lab regional TCM a) Membuat langkah-langkah untuk pelatihan dan contoh dukungan
di LRP yang efektif dan berkelanjutan b) Menentukan laboratorium regional TCM
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-20204848
Strategi 5: Penguatan mekanisme rujukan dan transportasi contoh uji Kegiatan:
1. Sosialisasi ke Dinas Kesehatan Provinsi untuk pengembangan model transportasi contoh uji yang berkelanjutan
a) Pertemuan dengan Dinas Kesehatan Provinsi b) Pertemuan dengan Dinas Kesehatan Provinsi dengan tingkat
kabupaten 2. Membangun jejaring antara fasilitas kesehatan, stasiun pengumpul contoh
uji (SPC) dan laboratorium diagnostik a) Identifikasi letak geografis SPC dengan pendekatan waktu yang
tersingkat. b) Hubungan/jejaring Puskesmas, klinik/Rumah Sakit HIV, ARV,
pelayanan MTPTRO dan penjara dengan SPC c) Hubungan/jejaring SPC dengan lab diagnostik terdekat d) Mendapatkan komitmen dari semua pihak yang terlibat
Strategi 6: Penguatan sistem informasi laboratorium Kegiatan:
1. Memperkuat manajemen data TCM a) Pengawasan dan evaluasi TCM b) Mengembangkan database elektronik nasional untuk mengawasi
kalibrasi dan penggantian modul, beban kerja, logistik kartrid, dan pelacakan indikator kinerja utama lab TCM
c) Melatih pelatih provinsi dalam pengelolaan database d) Mikrobiologi-UI untuk memberikan laporan triwulan dan tahunan
kepada NTP/Subdit TB dan BPPM/Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan
2. Manajemen data untuk diagnosis TB-XDR menggunakan kartrid XDR a) Membuat dan mencetak formulir dan register yang sudah
diperbaiki b) Memperbaiki database elektronik untuk menyertakan hasil XDR
dari TCM c) Mengembangkan mekanisme pelaporan prioritas untuk dokter/TAK
3. Manajemen data untuk TB ekstra-paru a) Mengumpulkan dan menganalisis data semua tes yang dilakukan
pada sampel ekstra paru dan anak 4. Manajemen data untuk transportasi contoh uji dan mekanisme rujukan
a) Pemantauan dan evaluasi rutin pengiriman contoh uji Strategi 7: Pengembangan kerangka kerja peraturan terkait laboratorium Kegiatan:
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020
4949
1. Membuat kebijakan implementasi kartrid XDR a) Sosialisasi ke NTP/Subdit TB, Direktorat Pelayanan Kesehatan terkait
kartrid XDR TCM b) Membuat dan menerapkan strategi untuk penempatan kartrid XDR
TCM dalam jejaring TCM Indonesia 2. Pemeriksaan sampel/contoh uji TB ekstra paru menggunakan TCM
a) Membuat pedoman untuk pemeriksaan TCM menggunakan contoh uji ekstra paru (Mikrobiologi-UI)
b) Diseminasi pedoman pemeriksaan TCM menggunakan contoh uji ekstra paru ke semua provinsi
Tujuan-3: Meningkatkan akses ke laboratorium uji kepekaan OAT lini satu dan dua untuk pasien yang berisiko TB RO /TB XDR Strategi 1: Penguatan infrastruktur laboratorium termasuk K3 Kegiatan:
1. Renovasi laboratorium biakan TB
Strategi 2: Peningkatan SDM laboratorium termasuk jejaringnya Kegiatan:
1. Memperluas jejaring biakan a) Melakukan pelatihan penyiapan media dan biakan untuk semua
laboratorium biakan b) Mengembangkan dan menerapkan tools untuk pengumpulan data
indikator kinerja utama 2. Mengembangkan dan mempertahankan praktik kerja yang aman di
laboratorium TB a) Melakukan pelatihan praktek kerja yang aman (safe working
practices) setidaknya untuk dua staf di setiap laboratorium yang melakukan pemeriksaan biakan/ atau uji kepekaan.
b) LRS Adelaide menyerahterimakan pelaksanaan pelatihan praktek kerja yang aman (safe working practices) kepada BBLK Surabaya
c) LRS melakukan revisi materi pelatihan. 3. Pengembangan pemeriksaan biakan menggunakan media cair
(MGIT960) di semua laboratorium uji kepekaan. a) Melakukan pelatihan MGIT 960 untuk pemeriksaan biakan dan uji
kepekaan di BBLK Surabaya b) Mengembangkan uji kepekaan lini pertama dan kedua di semua
laboratorium uji kepekaan yang menggunakan MGIT960 melalui pelatihan
c) Mengembangkan uji kepekaan untuk OAT baru (Kapreomisin, Moksifloksasin) melalui pelatihan
4. Membangun kapasitas staf LRN Biakan/Uji kepekaan untuk kalibrasi BSC
Strategi 3: Pengembangan dan pemeliharaan Sistem Manajemen Mutu Laboratorium
48
Strategi 5: Penguatan mekanisme rujukan dan transportasi contoh uji Kegiatan:
1. Sosialisasi ke Dinas Kesehatan Provinsi untuk pengembangan model transportasi contoh uji yang berkelanjutan
a) Pertemuan dengan Dinas Kesehatan Provinsi b) Pertemuan dengan Dinas Kesehatan Provinsi dengan tingkat
kabupaten 2. Membangun jejaring antara fasilitas kesehatan, stasiun pengumpul contoh
uji (SPC) dan laboratorium diagnostik a) Identifikasi letak geografis SPC dengan pendekatan waktu yang
tersingkat. b) Hubungan/jejaring Puskesmas, klinik/Rumah Sakit HIV, ARV,
pelayanan MTPTRO dan penjara dengan SPC c) Hubungan/jejaring SPC dengan lab diagnostik terdekat d) Mendapatkan komitmen dari semua pihak yang terlibat
Strategi 6: Penguatan sistem informasi laboratorium Kegiatan:
1. Memperkuat manajemen data TCM a) Pengawasan dan evaluasi TCM b) Mengembangkan database elektronik nasional untuk mengawasi
kalibrasi dan penggantian modul, beban kerja, logistik kartrid, dan pelacakan indikator kinerja utama lab TCM
c) Melatih pelatih provinsi dalam pengelolaan database d) Mikrobiologi-UI untuk memberikan laporan triwulan dan tahunan
kepada NTP/Subdit TB dan BPPM/Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan
2. Manajemen data untuk diagnosis TB-XDR menggunakan kartrid XDR a) Membuat dan mencetak formulir dan register yang sudah
diperbaiki b) Memperbaiki database elektronik untuk menyertakan hasil XDR
dari TCM c) Mengembangkan mekanisme pelaporan prioritas untuk dokter/TAK
3. Manajemen data untuk TB ekstra-paru a) Mengumpulkan dan menganalisis data semua tes yang dilakukan
pada sampel ekstra paru dan anak 4. Manajemen data untuk transportasi contoh uji dan mekanisme rujukan
a) Pemantauan dan evaluasi rutin pengiriman contoh uji Strategi 7: Pengembangan kerangka kerja peraturan terkait laboratorium Kegiatan:
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-20205050
Kegiatan: 1. Memberikan dukungan kepada LRN Biakan/uji kepekaan untuk
menunjukkan kepemimpinan dan memberikan dukungan teknis untuk memperkuat jejaring
a. Dukungan LRS untuk LRN Biakan/Uji Kepekaan dengan melakukan dua kunjungan per tahun (masing-masing 1-2 hari)
b. Menyediakan tes panel PME uji kepekaan setiap tahun untuk LRN 2. LRN memberikan dukungan terkait pemantapan mutu (QA) untuk
laboratorium biakan TB a. Asesmen ke semua laboratorium biakan (minimal sekali setiap tahun) b. Pengumpulan dan analisis indikator kinerja utama
3. Memperbanyak jumlah laboratorium uji kepekaan dalam jejaring lab TB a. Pemantapan mutu ekternal yang lengkap (tersertifikasi penuh) untuk
lab uji kepekaan yang sedang berproses untuk sertifikasi (RS M. Jamil, BBLK Makassar, BLK Banjarmasin, BLK Samarinda, RS Sanglah, BLK Ambon)
b. Supervisi rutin oleh BBLK Surabaya ke 6 lab yang sedang dalam proses menuju serifikasi
c. Semua lab uji kepekaan tersertifikasi d. Penyediaan tes panel PME uji kepekaan untuk menilai kinerja e. Dua kali menilai kemajuan oleh LRS-Adelaide (bekerja sama dengan
BBLK Surabaya) 4. Mempertahankan kualitas lab uji kepekaan yang sudah ada oleh LRN BBLK
Surabaya a. Menyediakan setidaknya satu tes panel PME untuk uji kepekaan per
tahun b. Melakukan setidaknya satu kali supervisi ke lab uji kepekaan setiap
tahun (1-2 hari) oleh LRN c. Review tahunan laboratorium uji kepekaan yang terpilih oleh LRS
Adelaid (bekerja sama dengan BBLK Surabaya d. Melakukan asesmen selama implementasi MGIT960
Strategi 4: Penguatan manajemen logistik termasuk pemeliharaan dan validasi alat Kegiatan:
1. Memperkuat kapasitas pemeriksaan uji kepekaan menggunakan MGIT 960. a. Pengadaan kontrak pemeliharaan untuk semua pengguna MGIT 960
dalam jejaring Tujuan-4: Menerapkan Sistem Manajemen Mutu Laboratorium (SMML) Strategi 2: Peningkatan SDM laboratorium termasuk jejaringnya Kegiatan:
1. Melatih laboratorium Indonesia a. Staf nasional mendapatkan pelatihan internasional b. Pelatih nasional melatih Lab TB dalam hal sistem manajemen mutu
laboratorium (SMML) dengan pengawasan pelatih internasional 2. Membentuk pelatih nasional
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020
5151
a. Mengidentifikasi kebutuhan ToT b. Penyesuaian materi pelatihan SMML c. ToT untuk melatih laboratorium uji kepekaan dengan pelatih
internasional sebagai pengawas Strategi 3: Pengembangan dan pemeliharaan Sistem Manajemen Mutu Laboratorium Kegiatan:
1. Membentuk pelatih nasional 2. Pelibatan Badan Akreditasi Nasional (KAN)
a. Bimbungan Lab oleh Direktorat Pelayanan Kesehatan (KAN) b. Asesmen Lab rutin oleh KAN dan mitra
3. Persiapan laboratorium untuk akreditasi ISO dengan bantuan KAN a. KAN bersama dengan mitra internasional melakukan penilaian
persiapan untuk akreditasi ISO 15189 b. Labs mempersiapkan aplikasi ISO c. Kunjungan Tim ISO ke lab uji kepekaan TB
Strategi 4: Penguatan manajemen logistik termasuk pemeliharaan dan validasi alat Kegiatan: 1. Membuat SPO manual logistik untuk tingkatan lab yang berbeda
a. Workshop logistik untuk laboratorium biakan dan uji kepekaan b. Tindak lanjut dan bimbungan setelah workshop
Kegiatan Utama Kegiatan Utama Tujuan 1: Meningkatkan akses ke pemeriksaan mikroskopis BTA yang berkualitas dengan PME yang efektif Walaupun alat diagnostik TB terbaru telah ditemukan, beberapa negara dengan beban penyakit TB yang tinggi di dunia termasuk Indonesia, telah berkomitmen bahwa pemeriksaan mikroskopis TB tetap menjadi alat diagnostik utama untuk penyakit TB. Kegiatan review jejaring mikroskopis TB nasional yang dilaksanakan pada tahun 2014 menemukan permasalahan dalam PME mikroskopis TB yaitu keteraturan dan ketepatan waktu pelaksanaan uji silang. Salah satu strategi utama dalam RAN Laboratorium 2016-2020 ini adalah penguatan aspek teknis dalam pelaksanaan PME melalui peran utama dan kepemimpinan dari Laboratorium Rujukan TB Nasional (LRN) untuk pemeriksaan mikroskopis TB yaitu BLK Provinsi Jawa Barat. Dalam lima tahun mendatang direncanakan peningkatan akses ke pemeriksaan mikroskopis TB yang berkualitas dengan PME yang efektif untuk menunjang diagnosis di seluruh kabupaten/kota sesuai dengan rencana pengembangan. Semua Puskesmas Satelit (PS) akan menjadi Puskesmas Pelaksana Mandiri pada akhir tahun 2020 dengan kemampuan pemeriksaan laboratorium mikroskopis dahak setara dengan Puskesmas Rujukan Mikroskopis (PRM). Dengan demikian
50
Kegiatan: 1. Memberikan dukungan kepada LRN Biakan/uji kepekaan untuk
menunjukkan kepemimpinan dan memberikan dukungan teknis untuk memperkuat jejaring
a. Dukungan LRS untuk LRN Biakan/Uji Kepekaan dengan melakukan dua kunjungan per tahun (masing-masing 1-2 hari)
b. Menyediakan tes panel PME uji kepekaan setiap tahun untuk LRN 2. LRN memberikan dukungan terkait pemantapan mutu (QA) untuk
laboratorium biakan TB a. Asesmen ke semua laboratorium biakan (minimal sekali setiap tahun) b. Pengumpulan dan analisis indikator kinerja utama
3. Memperbanyak jumlah laboratorium uji kepekaan dalam jejaring lab TB a. Pemantapan mutu ekternal yang lengkap (tersertifikasi penuh) untuk
lab uji kepekaan yang sedang berproses untuk sertifikasi (RS M. Jamil, BBLK Makassar, BLK Banjarmasin, BLK Samarinda, RS Sanglah, BLK Ambon)
b. Supervisi rutin oleh BBLK Surabaya ke 6 lab yang sedang dalam proses menuju serifikasi
c. Semua lab uji kepekaan tersertifikasi d. Penyediaan tes panel PME uji kepekaan untuk menilai kinerja e. Dua kali menilai kemajuan oleh LRS-Adelaide (bekerja sama dengan
BBLK Surabaya) 4. Mempertahankan kualitas lab uji kepekaan yang sudah ada oleh LRN BBLK
Surabaya a. Menyediakan setidaknya satu tes panel PME untuk uji kepekaan per
tahun b. Melakukan setidaknya satu kali supervisi ke lab uji kepekaan setiap
tahun (1-2 hari) oleh LRN c. Review tahunan laboratorium uji kepekaan yang terpilih oleh LRS
Adelaid (bekerja sama dengan BBLK Surabaya d. Melakukan asesmen selama implementasi MGIT960
Strategi 4: Penguatan manajemen logistik termasuk pemeliharaan dan validasi alat Kegiatan:
1. Memperkuat kapasitas pemeriksaan uji kepekaan menggunakan MGIT 960. a. Pengadaan kontrak pemeliharaan untuk semua pengguna MGIT 960
dalam jejaring Tujuan-4: Menerapkan Sistem Manajemen Mutu Laboratorium (SMML) Strategi 2: Peningkatan SDM laboratorium termasuk jejaringnya Kegiatan:
1. Melatih laboratorium Indonesia a. Staf nasional mendapatkan pelatihan internasional b. Pelatih nasional melatih Lab TB dalam hal sistem manajemen mutu
laboratorium (SMML) dengan pengawasan pelatih internasional 2. Membentuk pelatih nasional
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-20205252
tidak lagi diperlukan tenggat waktu karena harus mengirim dan menunggu hasil pemeriksaan mikroskopis dahak dari PRM. Pelatihan akan didesentralisasi ke tingkat provinsi dan kabupaten/ kota. Kebutuhan mikroskop untuk mendukung pengembangan PS menjadi PPM diharapkan berasal dari pembiayaan lokal karena persyaratan minimal untuk Puskesmas adalah memiliki minimal 1 mikroskop binokuler. Pengembangan PS menjadi PPM dilakukan secara bertahap sesuai dengan rencana pengembangan sebagai berikut: Tabel 6. Rencana Pengembangan Puskesmas menjadi Puskesmas Mandiri Layanan
TB Upaya Pengembangan Situasi
saat ini 2016 2017 2018 2019 2020
Laboratorium PRM 1.795 1.795 1.203 541 244 0
Laboratorium PPM 2.936 2.936 4.740 7.593 8.797 9.782
Laboratorium PS 4.141 4.607 3.662 1.648 742 0
Non DOTS 611 444 177 0 0 0 Total 9.483 9.782 9.782 9.782 9.782 9.782
Indonesia telah menetapkan program PME yang dikelola oleh masing-masing provinsi menggunakan pedoman yang dikembangkan di tingkat nasional. PME terdiri dari uji silang mikroskopis, bimbingan teknis, dan tes panel. Uji silang merupakan pemeriksaan ulang sediaan mikroskopis oleh laboratorium rujukan tanpa mengetahui hasil pemeriksaan oleh laboratorium sebelumnya (blinded rechecking) yang dilakukan secara berkala dan berkesinambungan dengan tujuan untuk peningkatan mutu. Uji silang mikroskopis dilakukan dengan metode LQAS sebanyak 4 kali setiap tahunnya. Partisipasi uji silang bervariasi antar provinsi. Persentase cakupan uji silang dari tahun 2013 sampai 2015 berada pada rentang 12-45%, persentase kinerja baik di antara fasyankes yang mengikuti uji silang 62-81%, dan persentase kinerja baik di antara seluruh fasyankes mikroskopis adalah 8-26%. Persentase faskes mikroskopis yang mengikuti uji silang dengan hasil baik diharapkan terus meningkat setiap tahunnya sesuai target yang tertera pada tabel di bawah ini:
Tabel 7. Target Kegiatan Uji Silang
Faskes Baseline 2015
Target 2016 2017 2018 2019 2020
Persentase faskes mikroskopis yang mengikuti uji silang
44% 50% 60% 80% 90% 90%
Persentase faskes mikroskopis yang mengikuti uji silang dengan hasil baik
20% 40% 60% 80% 100% 100%
Kegiatan PME mikroskopis TB dapat berjalan dengan efektif melalui peran serta 3 (tiga) komponen uji silang yaitu Fasyankes mikroskopis TB, Laboratorium RUS 1
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020
5353
(intermediate) dan pengelola program TB kabupaten/ kota. Saat ini Indonesia memiliki 63 laboratorium intermediate. Kebutuhan laboratorium intermediate adalah sebanyak 1 (satu) laboratorium intermediate melayani 1-3 kabupaten/kota. Tahapan pengembangan laboratorium intermediate secara bertahap sesuai dengan tabel ...
Tabel 8. Rencana Pengembangan Laboratorium Intermediate Upaya Pengembangan Situasi
saat ini 2016 2017 2018 2019 2020
Laboratorium Intermediate
63 63 102 142 172 200
Kegiatan Utama Tujuan-2: Meningkatkan akses dan mengurangi waktu diagnosis dan deteksi resistensi Rif melalui uji cepat Tes Cepat Molekuler Kebutuhan Tes Cepat Molekuler (TCM) berdasarkan kondisi epidemiologis penyakit sesuai beban perkiraan pasien TB di Indonesia, pertimbangan administratif dimana minimal 1 (satu) alat di masing-masing kabupaten/ kota dan pertimbangan geografis di masing-masing wilayah. Kenaikan kebutuhan jumlah alat dihitung setiap tahun. Penempatan alat TCM dapat diperuntukkan bagi faskes rujukan TB RO, faskes TB RO, RS atau Puskesmas dengan pasien TB dan HIV yang tinggi, serta laboratorium rujukan. Rencana perhitungan kebutuhan alat TCM dihitung sesuai dengan tabel...
Tabel 9. Rencana perhitungan kebutuhan alat TCM Baseline 2016 2017 2018 2019 2020
Target penemuan kasus TB
332.000
396.976
530.493
599.338
605.291
Target Terduga TB (10%)
3.320.000
3.969.760
5.340.930
5.993.380
6.052.910
Rencana pemeriksaan diagnostik
a. Mikroskopis 99,8% 68% 60% 55% 45% 30%
b. TCM 0,2% 32% 40% 45% 55% 70%
Beban pemeriksaan diagnosis
a. Mikroskopis 2.257.600 2.381.856 2.917.712 2.697.021 1.815.873
TCM (positivity 10%) 1.062.400 1.587.904 2.387.219 3.296.359 4.237.037
Asumsi mesin 3 kali running, 20 hari sebulan
Kapasitas 80% 2304 2304 2304 2304 2304
Kebutuhan mesin sesuai proporsi TCM dibanding mikroskopis
461
689
1.036
1.431
1.839
*penambahan berdasar asumsi administratif dan geografis (naik 10% dari hitungan)
507
758
1.140
1.574
2.023
52
tidak lagi diperlukan tenggat waktu karena harus mengirim dan menunggu hasil pemeriksaan mikroskopis dahak dari PRM. Pelatihan akan didesentralisasi ke tingkat provinsi dan kabupaten/ kota. Kebutuhan mikroskop untuk mendukung pengembangan PS menjadi PPM diharapkan berasal dari pembiayaan lokal karena persyaratan minimal untuk Puskesmas adalah memiliki minimal 1 mikroskop binokuler. Pengembangan PS menjadi PPM dilakukan secara bertahap sesuai dengan rencana pengembangan sebagai berikut: Tabel 6. Rencana Pengembangan Puskesmas menjadi Puskesmas Mandiri Layanan
TB Upaya Pengembangan Situasi
saat ini 2016 2017 2018 2019 2020
Laboratorium PRM 1.795 1.795 1.203 541 244 0
Laboratorium PPM 2.936 2.936 4.740 7.593 8.797 9.782
Laboratorium PS 4.141 4.607 3.662 1.648 742 0
Non DOTS 611 444 177 0 0 0 Total 9.483 9.782 9.782 9.782 9.782 9.782
Indonesia telah menetapkan program PME yang dikelola oleh masing-masing provinsi menggunakan pedoman yang dikembangkan di tingkat nasional. PME terdiri dari uji silang mikroskopis, bimbingan teknis, dan tes panel. Uji silang merupakan pemeriksaan ulang sediaan mikroskopis oleh laboratorium rujukan tanpa mengetahui hasil pemeriksaan oleh laboratorium sebelumnya (blinded rechecking) yang dilakukan secara berkala dan berkesinambungan dengan tujuan untuk peningkatan mutu. Uji silang mikroskopis dilakukan dengan metode LQAS sebanyak 4 kali setiap tahunnya. Partisipasi uji silang bervariasi antar provinsi. Persentase cakupan uji silang dari tahun 2013 sampai 2015 berada pada rentang 12-45%, persentase kinerja baik di antara fasyankes yang mengikuti uji silang 62-81%, dan persentase kinerja baik di antara seluruh fasyankes mikroskopis adalah 8-26%. Persentase faskes mikroskopis yang mengikuti uji silang dengan hasil baik diharapkan terus meningkat setiap tahunnya sesuai target yang tertera pada tabel di bawah ini:
Tabel 7. Target Kegiatan Uji Silang
Faskes Baseline 2015
Target 2016 2017 2018 2019 2020
Persentase faskes mikroskopis yang mengikuti uji silang
44% 50% 60% 80% 90% 90%
Persentase faskes mikroskopis yang mengikuti uji silang dengan hasil baik
20% 40% 60% 80% 100% 100%
Kegiatan PME mikroskopis TB dapat berjalan dengan efektif melalui peran serta 3 (tiga) komponen uji silang yaitu Fasyankes mikroskopis TB, Laboratorium RUS 1
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-20205454
Berdasarkan perhitungan tersebut, disusun target kebutuhan alat TCM berdasarkan provinsi dan kabupaten kota sebagai berikut: Tabel 10. Rencana Pengembangan Laboratorium per provinsi dan Kabupaten/ Kota
Mampu Tes Cepat Molekuler
Baseline (2015)
2016 2017 2018 2019 2020
Jumlah Provinsi 33 34 34 34 34 34
Jumlah Kabupaten/Kota
56 315 514 514 514 514
Jumlah Fasyankes 63 504 786 1.108 1.778 2.023
Berdasarkan jumlah alat TCM dan fasyankes di seluruh Indonesia, tidak semua fasyankes akan memiliki alat TCM. Pada faskes yang tidak memiliki akses langsung terhadap pemeriksaan TCM, apabila diperlukan pemeriksaan TCM, maka digunakan sistem transportasi contoh uji. Pengembangan sistem transportasi contoh uji, mengikuti rencana pengembangan TCM dan sistem rujukan, baik dalam jejaring PPM di satu kabupaten/kota maupun antar kabupaten/kota. Pengelolaan pelatihan, pemeliharaan, logistik, dan pemantapan mutu harus mulai diserahkan dari LRN Departemen Mikrobiologi FKUI ke tingkat regional atau provinsi. Terkait dengan hal tersebut, jejaring TCM perlu dikembangkan secara bertahap dan harus memiliki jejaring dengan pemeriksaan biakan dan uji kepekaan TB. Bahan habis pakai untuk alat TCM berupa kartrid dihitung berdasarkan asumsi 3 (tiga) kali pemeriksaan per hari, 20 hari per bulan serta mempertimbangkan hasil error 10% sesuai tabel berikut
Tabel 11. Kebutuhan Kartrid untuk Pemeriksaan TCM 2016 – 2020
Tahun 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Jumlah alat 62 507 758 1.140 1.574 2.023
Jumlah pemeriksaan per hari
744 6.084 9.096 13.680 18.888 24.276
Jumlah pemeriksaan per bulan
14.880 121.680 181.920 273.600 377.760 485.520
Jumlah pemeriksaan per tahun
178.560 1.460.160 2.183.040 3.283.200 4.533.120 5.826.240
10% pemeriksaan error (hasil error, invalid, indeterminate, dan kartrid rusak)
17.856 146.016 218.304 328.320 453.312 582.624
TOTAL PEMERIKSAAN / KEBUTUHAN KARTRID
196.416 1.606.176 2.401.344 3.611.520 4.986.432 6.408.864
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020
5555
Line Probe Assay (LPA) Lini 2 Pengembangan laboratorium LPA terutama untuk pemeriksaan LPA lini 2 untuk mendukung kegiatan MTPTRO dalam menggunakan regimen jangka pendek (short regimen). Syarat pemberian regimen tersebut adalah tidak adanya resistensi terhadap OAT lini 2. Pemeriksaan uji kepekaan lini dua dengan metode konvensional (media padat maupun cair) membutuhkan waktu 3-4 bulan. Oleh karena itu diperlukan pemeriksaan dengan metode cepat untuk dapat mendeteksi resistensi terhadap OAT lini 2. Berdasarkan perkiraan kebutuhan pemeriksaan LPA lini 2 untuk pasien TB RO, dengan 3 laboratorium LPA yang telah tersedia saat ini dapat memenuhi kebutuhan nasional. Akan tetapi dengan peningkatan kebutuhan pemeriksaan sesuai target pasien TB RO, diperlukan pengembangan laboratorium LPA sesuai dengan tabel...
Tabel 12. Rencana Pengembangan Laboratorium LPA Lini 2 Upaya Pengembangan Baseline
(2015) 2016 2017 2018 2019 2020
Laboratorium 2 2 3 4 5 6
Kegiatan Utama Tujuan 3: Meningkatkan akses pemeriksaaan uji kepekaan lini pertama dan kedua untuk pasien yang berisiko TB RO (TB MDR /XDR) Kebutuhan pemeriksaan biakan, uji kepekaan lini satu dan lini dua disesuaikan dengan target penemuan kasus TB RO. Pemeriksaan uji kepekaan lini satu dan lini dua wajib dilakukan bagi setiap pasien TB RO yang terkonfirmasi resistan terhadap Rifampisin melalui pemeriksaan TCM. Sampai akhir tahun 2016 terdapat ...laboratorium mampu melakukan pemeriksaan biakan, ...laboratorium tersertifikasi lini 1 dan ... laboratorium tersertifikasi lini 1 dan 2. Pengembangan laboratorium biakan dan uji kepekaan lini 1 dan 2 disesuaikan dengan target pasien TB RO yang akan diterapi sampai tahun 2020 sesuai dengan tabel ...
Tabel 13. Rencana Pengembangan Laboratorium Biakan dan Uji Kepekaan
Laboratoriun 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Biakan 16 20 30 40 46 46
Uji Kepekaan Lini Satu 13 13 14 15 17 17
Uji Kepekaan Lini Dua 5 7 10 13 17 17
WHO merekomendasikan satu laboratorium biakan untuk setiap 5 juta penduduk sehingga masih diperlukan penambahan laboratorium biakan sesuai dengan populasi Indonesia. Direncanakan pada akhir tahun 2020 telah terdapat minimal satu laboratorium biakan di setiap provinsi. Pengembangan laboratorium biakan
54
Berdasarkan perhitungan tersebut, disusun target kebutuhan alat TCM berdasarkan provinsi dan kabupaten kota sebagai berikut: Tabel 10. Rencana Pengembangan Laboratorium per provinsi dan Kabupaten/ Kota
Mampu Tes Cepat Molekuler
Baseline (2015)
2016 2017 2018 2019 2020
Jumlah Provinsi 33 34 34 34 34 34
Jumlah Kabupaten/Kota
56 315 514 514 514 514
Jumlah Fasyankes 63 504 786 1.108 1.778 2.023
Berdasarkan jumlah alat TCM dan fasyankes di seluruh Indonesia, tidak semua fasyankes akan memiliki alat TCM. Pada faskes yang tidak memiliki akses langsung terhadap pemeriksaan TCM, apabila diperlukan pemeriksaan TCM, maka digunakan sistem transportasi contoh uji. Pengembangan sistem transportasi contoh uji, mengikuti rencana pengembangan TCM dan sistem rujukan, baik dalam jejaring PPM di satu kabupaten/kota maupun antar kabupaten/kota. Pengelolaan pelatihan, pemeliharaan, logistik, dan pemantapan mutu harus mulai diserahkan dari LRN Departemen Mikrobiologi FKUI ke tingkat regional atau provinsi. Terkait dengan hal tersebut, jejaring TCM perlu dikembangkan secara bertahap dan harus memiliki jejaring dengan pemeriksaan biakan dan uji kepekaan TB. Bahan habis pakai untuk alat TCM berupa kartrid dihitung berdasarkan asumsi 3 (tiga) kali pemeriksaan per hari, 20 hari per bulan serta mempertimbangkan hasil error 10% sesuai tabel berikut
Tabel 11. Kebutuhan Kartrid untuk Pemeriksaan TCM 2016 – 2020
Tahun 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Jumlah alat 62 507 758 1.140 1.574 2.023
Jumlah pemeriksaan per hari
744 6.084 9.096 13.680 18.888 24.276
Jumlah pemeriksaan per bulan
14.880 121.680 181.920 273.600 377.760 485.520
Jumlah pemeriksaan per tahun
178.560 1.460.160 2.183.040 3.283.200 4.533.120 5.826.240
10% pemeriksaan error (hasil error, invalid, indeterminate, dan kartrid rusak)
17.856 146.016 218.304 328.320 453.312 582.624
TOTAL PEMERIKSAAN / KEBUTUHAN KARTRID
196.416 1.606.176 2.401.344 3.611.520 4.986.432 6.408.864
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-20205656
dan uji kepekaan dilakukan melalui renovasi laboratorium dan pelatihan petugas laboratorium. Saat ini pemeriksaan biakan dan uji kepekaan dilakukan dengan metode padat dan cair. Waktu tunggu keluarnya hasil pemeriksaan (turn around time) untuk pemeriksaan dengan media cair lebih cepat dengan media padat. Pada tahun 2017 pengembangan pemeriksaan biakan dan uji kepekaan menggunakan media cair akan dilanjutkankan ke 7(tujuh) laboratorium lain sehingga diharapkan nanti semua laboratorium uji kepekaan yang tersertifikasi dapat memberikan layanan pemeriksaan biakan dan uji kepekaan menggunakan media cair. Laboratorium yang telah dinyatakan mampu melakukan pemeriksaan biakan sesuai standar perlu dipantau dan dipertahankan kinerjanya secara berkala dan berkesinambungan melalui evaluasi indikator kinerja utama.. Peran LRN BBLK Surabaya sangat penting untuk memonitor kinerja laboratorium biakan melalui kunjungan rutin minimal sekali setahun ke masing-masing laboratorium biakan dan uji kepekaan serta pengumpulan Indikator Kinerja Utama. Pemantauan kinerja laboratorium uji kepekaan dilakukan dengan pengiriman tes panel yang disiapkan dan dianalisis oleh LRN BBLK Surabaya. Berikut adalah indikator untuk kegiatan utama tujuan 3
Indikator 2015 2016 2017 2018 2019 Renovasi Lab 16/46 20/46 30/46 40/46 46/46 Melakukan pelatihan penyiapan media dan biakan untuk semua laboratorium biakan
15 (60%) dari lab biakan (25)
21 (70%) dari lab biakan (30)
28 (80%) dari lab biakan (35)
36 (90%) dari lab biakan (40)
46 (100%) dari lab biakan (46)
Mengembangkan dan menerapkan tools untuk pengumpulan data indikator kinerja utama
20 (80%) dari lab biakan (25)
27 (90%) dari lab biakan (30)
100%) dari lab biakan (35)
100% dari lab biakan (40)
100% dari lab biakan (46)
# jumlah lab biakan yang sudah menerapkan keselamatan dan keamanan kerja dengan optimal
15 (60%) dari lab biakan (25)
21 (70%) dari lab biakan (30)
28 (80%) dari lab biakan (35)
36 (90%) dari lab biakan (40)
46 (100%) dari lab biakan (46)
Melakukan pelatihan MGIT960 untuk pemeriksaan biakan dan uji kepekaan di BBLK Surabaya
6/17 10/17 12/17 13/17 17/17
Mengembangkan uji kepekaan lini satu dan lini dua di semua laboratorium uji kepekaan yang menggunakan MGIT960 melalui pelatihan
4/7 (57%) 7/11 (63%)
10/12 (83%)
13/13 (100%)
17/17 (100%)
Mengembangkan uji kepekaan untuk obat anti-TB baru
N/A 5/11 (45%)
12/12 (100%)
13/13 (100%)
17/17 (100%)
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020
5757
(Kapreomisin, Moksifloksasin) melalui pelatihan Asesmen ke semua laboratorium biakan (setidaknya sekali setiap tahun)
15 (60%) dari lab biakan (25)
21 (70%) dari lab biakan (30)
28 (80%) dari lab biakan (35)
36 (90%) dari lab biakan (40)
46 (100%) dari lab biakan (46)
Pengumpulan dan analisis indikator kinerja utama
15 (60%) dari lab biakan (25)
21 (70%) dari lab biakan (30)
28 (80%) dari lab biakan (35)
36 (90%) dari lab biakan (40)
46 (90%) dari lab biakan (46)
Kegiatan Utama Tujuan 4: Menerapkan sistem manajemen mutu laboratorium Saat ini belum ada laboratorium di Indonesia yang telah menyelesaikan pelatihan SMML sesuai dengan ISO-15089. Direncanakan sebanyak 5 (lima) laboratorium tersosialisasi pelatihan pada tahun 2017 ini untuk dapat memulai proses untuk tersertifikasi ISO-15089. Materi pelatihan tersebut juga perlu disesuaikan dengan kebutuhan pelatihan di Indonesia. Perlu dibentuk tim pelatih melalui kegiatan training of trainer (ToT). Jejaring dengan Komite Akreditasi Nasional (KAN) juga harus dibentuk agar SMML untuk laboratorium TB dapat dilaksanakan pada seluruh jejaring laboratorium TB di Indonesia
56
dan uji kepekaan dilakukan melalui renovasi laboratorium dan pelatihan petugas laboratorium. Saat ini pemeriksaan biakan dan uji kepekaan dilakukan dengan metode padat dan cair. Waktu tunggu keluarnya hasil pemeriksaan (turn around time) untuk pemeriksaan dengan media cair lebih cepat dengan media padat. Pada tahun 2017 pengembangan pemeriksaan biakan dan uji kepekaan menggunakan media cair akan dilanjutkankan ke 7(tujuh) laboratorium lain sehingga diharapkan nanti semua laboratorium uji kepekaan yang tersertifikasi dapat memberikan layanan pemeriksaan biakan dan uji kepekaan menggunakan media cair. Laboratorium yang telah dinyatakan mampu melakukan pemeriksaan biakan sesuai standar perlu dipantau dan dipertahankan kinerjanya secara berkala dan berkesinambungan melalui evaluasi indikator kinerja utama.. Peran LRN BBLK Surabaya sangat penting untuk memonitor kinerja laboratorium biakan melalui kunjungan rutin minimal sekali setahun ke masing-masing laboratorium biakan dan uji kepekaan serta pengumpulan Indikator Kinerja Utama. Pemantauan kinerja laboratorium uji kepekaan dilakukan dengan pengiriman tes panel yang disiapkan dan dianalisis oleh LRN BBLK Surabaya. Berikut adalah indikator untuk kegiatan utama tujuan 3
Indikator 2015 2016 2017 2018 2019 Renovasi Lab 16/46 20/46 30/46 40/46 46/46 Melakukan pelatihan penyiapan media dan biakan untuk semua laboratorium biakan
15 (60%) dari lab biakan (25)
21 (70%) dari lab biakan (30)
28 (80%) dari lab biakan (35)
36 (90%) dari lab biakan (40)
46 (100%) dari lab biakan (46)
Mengembangkan dan menerapkan tools untuk pengumpulan data indikator kinerja utama
20 (80%) dari lab biakan (25)
27 (90%) dari lab biakan (30)
100%) dari lab biakan (35)
100% dari lab biakan (40)
100% dari lab biakan (46)
# jumlah lab biakan yang sudah menerapkan keselamatan dan keamanan kerja dengan optimal
15 (60%) dari lab biakan (25)
21 (70%) dari lab biakan (30)
28 (80%) dari lab biakan (35)
36 (90%) dari lab biakan (40)
46 (100%) dari lab biakan (46)
Melakukan pelatihan MGIT960 untuk pemeriksaan biakan dan uji kepekaan di BBLK Surabaya
6/17 10/17 12/17 13/17 17/17
Mengembangkan uji kepekaan lini satu dan lini dua di semua laboratorium uji kepekaan yang menggunakan MGIT960 melalui pelatihan
4/7 (57%) 7/11 (63%)
10/12 (83%)
13/13 (100%)
17/17 (100%)
Mengembangkan uji kepekaan untuk obat anti-TB baru
N/A 5/11 (45%)
12/12 (100%)
13/13 (100%)
17/17 (100%)
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-20205858
5. Pembiayaan Prinsip pembiayaan kegiatan laboratorium dalam Program Penanggulangan TB mengikuti kaidah kaidah yang berlaku dalam sistem pembiayaan kesehatan lainnya. Pembiayaan kesehatan sesuai Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009, Pasal 170 bertujuan untuk penyediaan pembiayaan kesehatan yang berkesinambungan dengan jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil, dan termanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya guna untuk menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan agar meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya. Jumlah kebutuhan dana untuk kegiatan laboratorium TB selama kurun waktu 2016-2020 disusun dengan kerangka ringkas sebagai berikut; dilakukan hasil evaluasi pelaksanaan kegiatan dan hasil kegiatan sampai dengan tahun 2015, yang digunakan untuk reformulasi strategi penanggulangan. Selanjutnya disusun rencana kegiatan berdasar 4 (empat) tujuan dan 8 (delapan) strategi dengan pengembangan dan peningkatan kegiatan yang berpatokan pada target untuk meningkatkan kualitas laboratorium TB. Kebutuhan pembiayaan kegiatan laboratorium TB berdasarkan 4 (empat) tujuan secara garis besar digambarkan sebagaimana tabel dan gambar berikut.
Gambar 9. Kebutuhan Dana Kegiatan Laboratorium TB berdasarkan Tujuan
Tahun 2016-2020
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020
5959
Tabel 14. Kebutuhan Dana Kegiatan Laboratorium TB berdasarkan Tujuan Tahun 2016-2020
Tujuan 2016 2017 2018 2019 2020 Tujuan-1 Meningkatkan akses ke pemeriksaan mikroskopis TB yang berkualitas dengan PME yang efektif
2.414.554.301
6.823.150.830
9.960.371.494
8.757.696.123
12.863.851.024
Tujuan-2 Meningkatkan akses dan mengurangi waktu diagnosis dan deteksi resistensi Rifampisin melalui tes cepat
830.726.080.601
785.260.940.667
1.227.084.604.645
1.536.558.725.360
1.823.157.570.223
Tujuan-3 Meningkatkan akses ke laboratorium uji kepekaan OAT lini 1 dan 2 untuk pasien yang berisiko TB RO /TB XDR
12.246.345.950
23.476.888.244
23.879.387.020
17.853.204.460
2.401.348.082
Tujuan-4 Menerapkan Sistem Manajemen Mutu Laboratorium (SMML)
324.092.472
1.029.187.170
1.817.845.902
1.990.280.712
Sedangkan kebutuhan pembiayaan kegiatan laboratorium TB berdasarkan 8 (delapan) strategi secara garis besar digambarkan sebagaimana tabel dan grafik berikut
Gambar 10. Kebutuhan Dana Kegiatan Laboratorium TB berdasarkan Strategi
Tahun 2016-2020
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-20206060
Tabel 15. Kebutuhan Dana Kegiatan Laboratorium TB berdasarkan Strategi Tahun 2016-2020
Strategi 2016 2017 2018 2019 2020
Strategi 1 Penguatan infrastruktur laboratorium termasuk K3
7.200.000.000
18.000.000.000
18.000.000.000
10.800.000.000
-
Strategi 2 Peningkatan SDM laboratorium termasuk jejaringnya
15.571.728.138
12.773.381.200
20.271.499.583
20.835.206.908
22.605.348.363
Strategi 3 Pengembangan dan pemeliharaan Sistem Manajemen Mutu Laboratorium
5.076.642.770
6.455.629.730
8.425.564.814
6.629.944.688
4.504.787.098
Strategi 4 Penguatan manajemen logistik termasuk pemeliharaan dan validasi alat
816.445.585.093
775.240.015.639
1.211.591.306.053
1.523.041.005.748
1.807.523.928.757
Strategi 5 Penguatan mekanisme rujukan dan transportasi contoh uji
53.603.236
268.016.180
516.800.000
-
-
Strategi 6 Penguatan sistem informasi laboratorium
1.336.124.087
2.398.832.162
3.542.406.611
3.404.997.311
3.394.073.111
Strategi 7 Pengembangan kerangka kerja peraturan terkait laboratorium
27.390.000
1.454.292.000
394.632.000
448.752.000
394.632.000
Strategi 8 Pengembangan kapasitas riset operasional
- - - - -
Detil perhitungan kebutuhan pembiayaan terdapat di lampiran 3
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020
6161
6. Monitoring dan Evaluasi Hasil Kegiatan
Monitoring atau pemantauan adalah pengumpulan dan analisis data program yang dilaksanakan secara rutin, khususnya pada kegiatan implementasi program. Pengumpulan data ini berlangsung terus menerus baik harian, mingguan, bulanan, triwulanan, semesteran atau tahunan tergantung pada jenis data yang dikumpulkan. Pemantauan dilakukan dengan membandingkan hasil dengan target yang telah ditetapkan agar kita dapat mengetahui apakah kita telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan yang kita rencanakan. Dengan demikian, monitoring dapat memberikan peringatan dini apabila timbul masalah ditengah implementasi program, agar dapat segera dilakukan tindakan koreksi. Monitoring bisa dilakukan dengan mengamati laporan yang masuk, baik dalam hal kualitas laporan dari kelengkapan, ketepatan waktu dan akurasi; maupun isi laporan tersebut yang menggambarkan hasil kegiatan program di lapangan. Monitoring bisa juga dilakukan dengan melakukan observasi dengan kunjungan ke lapangan. Evaluasi memberikan informasi spesifik tentang kinerja, merupakan analisis mendalam yang menunjukkan apakah kita akan melanjutkan dengan kinerja seperti sekarang, ataukah harus ditingkatkan. Evaluasi dilakukan lebih jarang, dan memberikan informasi tentang seberapa efektif nya kegiatan yang telah dilaksanakan. Beberapa kegunaan evaluasi yang efektif adalah untuk membantu memahami apa yang sedang terjadi apabila data rutin menunjukkan tren yang kita tidak bisa mengartikan dengan baik. Untuk itulah kita sebaiknya melakukan evaluasi yang efektif.
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-202062
62
7. Referensi Dodd, P.J., Gardiner, E., Coghlan, R., Seddon, J.A., 2014. Burden of childhood
tuberculosis in 22 high-burden countries: a mathematical modelling study. Lancet Glob. Health 2, e453–e459. doi:10.1016/S2214-109X(14)70245-1
Global Laboratory Initiative, 2013. TB Microscopy Network Accreditation. Kementerian Kesehatan RI, 2015a. Survei Prevalensi Tuberkulosis Indonesia 2013-
2014. Kementerian Kesehatan RI, Jakarta. Kementerian Kesehatan RI, 2015b. Petunjuk Teknis Pemeriksaan Tuberkulosis
menggunakan alat GeneXpert. Jakarta. Kementerian Kesehatan RI, 2015c. Buku Petunjuk Teknis Pelayanan TB bagi
Peserta JKN 2015. Jakarta. Kementerian Kesehatan RI, 2015d. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun
2015 tentang AKreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktek Mandiri Dokter dan Tempat Praktek Mandiri Dokter Gigi.
Kementerian Kesehatan RI, 2014a. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI, 2014b. Petunjuk Teknis Manajemen Terpadu Pengendalian Tuberkulosis Resistan Obat. Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI, 2014c. Surat Edaran Dirjen Bina Upaya Kesehatan Nomor HK.03.03/I/4002/2014 tentang Perubahan Konsentrasi Reagen Ziehl Neelsen untuk Pemeriksaan Mikroskopis TB.
Kementerian Kesehatan RI, 2014d. Pedoman Tentang Spesifikasi Peralatan dan Suplai Laboratorium TB di Indonesia.
Kementerian Kesehatan RI, 2014e. Peraturan Menteri Kesehatan No 75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.
Kementerian Kesehatan RI, 2014f. Peraturan Menteri kesehatan RI nomor 56 tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit.
Kementerian Kesehatan RI, 2011. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1009/Menkes/SK/IX/2011 tentang Laboratorium Rujukan Tuberkulosis Nasional.
Kementerian Kesehatan RI, 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 411/Menkes.PER/III/2010 tentang Laboratorium Klinik.
Kementerian Kesehatan RI, 2009. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 831/Menkes/SK/IX/2009 tentang standar Reagen Ziehl Neelsen.
Lestari, T., Probandari, A., Hurtig, A.-K., Utarini, A., 2011. High caseload of childhood tuberculosis in hospitals on Java Island, Indonesia: a cross sectional study. BMC Public Health 11. doi:10.1186/1471-2458-11-784
Ministry of Health, 2104. National Strategy for Tuberculosis COntrol 2015-2019 Draft version 29.12.14.
Ministry of Health, 2014. National Smear Microscopoy Network Review. Republik Indonesia, 2004. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33
TAHUN 2004 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH.
World Health Organization, 2015. Global Tuberculosis Report 2015. World Health Organization, 2014. Global Tuberculosis Report 2014. World Health Organization, 2013a. Global Tuberculosis Report 2013.
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020
63
63
World Health Organization, 2013b. Definitions and reporting framework for tuberculosis – 2013 revision.
World Health Organization, 2012. Tuberculosis Laboratory Biosafety Manual. World Health Organization (Ed.), 2004. Laboratory biosafety manual, 3rd ed. ed.
World Health Organization, Geneva.
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-202064
1 La
mpi
ran
1. A
nalis
is S
itua
si K
eran
gka
Ker
ja
A. P
emer
iksa
an m
ikro
skop
is :
Men
ingk
atka
n Pe
man
tapa
n M
utu
pem
erik
saan
mik
rosk
opis
BTA
den
gan
dist
em P
ME
yan
g ef
ektif
Topi
k an
alis
is
situ
asi
Situ
asi s
aat
ini
Keb
ijaka
n sa
at
ini/
yang
di
hara
pkan
/sta
ndar
( n
asio
nal/
inte
rnas
iona
l)
Kel
emah
an
utam
a/ke
senj
anga
n So
lusi
Situ
asi L
ab T
B
Pa
da
tahu
n 20
13,
part
isip
asiP
ME
sk
itar
29
-45
%,
hany
a 45
-67%
ya
ng
berk
ualit
as b
aik
Pa
rtis
ipas
i la
b sw
asta
ham
pir
tidak
ad
a at
au
tidak
di
keta
hui
Pa
rtis
ipas
i PM
E
lebi
h da
ri
90%
den
gan
75%
ber
kual
itas
baik
Part
isip
asi
lab
swas
ta
men
ingk
at s
ampa
i se
diki
tnya
50
%
R
enda
hnya
kom
itmen
pol
itis
dan
pend
anaa
n da
ri P
rovi
nsi
dan
Kab
Kot
a
Alur
pen
dana
an y
ang
jela
s
R
enda
hnya
ke
terl
ibat
an
prog
ram
da
n la
yana
n m
ikro
skop
is n
on p
rogr
am
Ti
dak
ada
pend
anaa
n lo
kal
M
engu
atka
n LR
N
Mik
rosk
opis
un
tuk
mem
iliki
ke
pem
impi
nan
dan
kem
ampu
an
tekn
is
untu
k m
empe
rkua
t jej
arin
g
LRN
m
endu
kung
La
b ru
juka
n Pr
ovin
si
mel
alui
ke
giat
an
–ke
giat
an P
ME
Pem
erik
saan
ya
ng
saat
in
i te
rsed
ia
PM
E
deng
an
met
oda
LQAS
un
tuk
pem
erik
saan
m
ikro
skop
is
H
ampi
r se
mua
m
elak
ukan
pe
mer
iksa
aan
mik
rosk
opis
de
ngan
pew
arna
an Z
N t
anpa
uj
i kua
litas
Mik
rosk
op F
luor
esen
s be
lum
di
guna
kan
Se
mua
la
bora
tori
um
mik
rosk
opis
(te
rmas
uk
lab
swas
ta)
haru
s m
elak
sana
kan
pem
anta
pan
mut
u
Seca
ra
bera
ngsu
r m
engi
mpl
emen
tasi
kan
peng
guna
an
mik
rosk
op
Fluo
rese
ns
di
selu
ruh
Indo
nesi
a
R
enda
hnya
kom
itmen
pol
itis
dan
pend
anaa
n da
ri P
rovi
nsi
dan
Kab
Kot
a
Tida
k ad
a ke
rjas
ama
deng
an
labo
rato
rium
non
pro
gram
/
lab
swas
ta
B
elum
ada
str
ateg
i na
sion
al
untu
k m
ikro
skop
Flu
orse
ns
LQ
AS b
ukan
sat
u-sa
tuny
a pi
lihan
un
tuk
PME
Lab
ruju
kan
inte
rmed
iate
ha
rus
berf
ungs
i
Mem
bang
ung
kerj
asam
a di
tin
gkat
na
sion
al m
elal
ui k
ebija
kan
M
emba
ngun
da
n m
engi
mpl
emen
tasi
kan
di
tingk
at
Prov
insi
Stru
ktur
Je
jari
ng
Je
jari
ng
nasi
onal
te
lah
dite
tapk
an
Pa
rtis
ipas
i La
b sw
asta
tid
ak
ada
/ tid
ak d
iket
ahui
Pa
rtis
ipas
i La
b sw
asta
m
enin
gkat
sam
pai
sedi
kitn
ya
50%
R
enda
hnya
ke
terl
ibat
an
anta
ra p
orgr
am d
an l
ayan
an
mik
rosk
opis
non
pro
gram
Labo
rato
rium
pa
da
jenj
angn
ya
tidak
m
engg
amba
rkan
kom
pete
nsi
St
rukt
ur
jeja
ring
tid
ak
leng
kap
kare
na
ketid
akse
suai
an
kom
pete
nsi
yang
dib
utuh
kan
dan
sum
ber
daya
labo
rato
rium
M
emba
ngun
ke
rjas
ama
di
tingk
at
nasi
onal
mel
alui
keb
ijaka
n
Peng
emba
ngan
da
n im
plem
enta
si
di t
ingk
at p
rovi
nsi
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020
65
2 To
pik
anal
isis
si
tuas
i Si
tuas
i saa
t in
i K
ebija
kan
saat
in
i/ya
ng
diha
rapk
an/s
tand
ar
( nas
iona
l/in
tern
asio
nal)
Kel
emah
an
utam
a/ke
senj
anga
n So
lusi
Infr
astu
ktur
H
ampi
r se
mua
la
bora
tori
um
mem
iliki
in
fras
tukt
ur
yang
cu
kup
untu
k pe
mer
iksa
an
mik
rosk
opis
Infr
astr
uktu
r di
la
b sw
asta
tid
ak d
iket
ahui
Peng
guna
an
mik
rosk
op
fluor
eses
ns
tidak
m
emer
luka
n pe
ning
kata
n in
fras
truk
tur
Se
bagi
an
besa
r la
b tid
ak
mem
iliki
sta
ndar
pro
sedu
r
Lab
swas
ta h
arus
mem
enuh
i sy
arat
min
imum
infr
astu
ktur
Keb
ijaka
n ya
ng
jela
s ha
rus
dike
mba
ngka
n un
tuk
peng
guna
an
mik
rosk
op
fluor
esen
s
Ti
dak
ada
kese
njan
gan
yang
be
sar
Ti
dak
dike
tahu
i ad
anya
ke
senj
anga
n
Tida
k ad
a ke
senj
anga
n ya
ng
besa
r
M
enge
mba
ngka
n st
rate
gi
untu
k m
enen
tuka
n an
alis
is
kese
njan
gan
di la
bora
tori
um s
was
ta
M
engi
dent
ifika
si k
esen
jang
an y
ang
ada
dan
cara
un
tuk
men
ghila
ngka
nnya
Sum
ber
Day
a M
anus
ia
Ju
mla
h te
knis
i te
rlat
ih t
idak
se
suai
de
ngan
ju
mla
h la
yana
n la
bora
tori
um
K
ecep
atan
pe
rgan
tian
staf
f ya
ng t
ingg
i ka
rena
keb
ijaka
n pe
mer
inta
h te
ntan
g ro
tasi
pe
gaw
ai
K
ecep
atan
pe
rgan
tian
staf
f ya
ng t
ingg
i
Tida
k te
rsed
iany
a ju
mla
h st
aff
deng
an
kebu
tuha
n je
jari
ng
B
anya
k te
knis
i la
bora
tori
um
deng
an
pend
idik
an
yang
tid
ak s
esua
i sta
ndar
D
iting
kat
pusa
t,
tela
ah
kebi
jaka
n ro
tasi
Men
gem
bang
kan
stru
ktur
ka
rir
untu
k st
aff l
abor
ator
ium
Pem
elih
araa
n da
n ka
libra
si
alat
la
bora
tori
um
Te
lah
ters
edia
pe
tunj
uk
tekn
is
pem
elih
araa
n m
ikro
skop
Pem
elih
araa
n m
inim
al
berk
ala
tidak
dila
kuka
n
Te
knis
i La
bora
tori
um
TB
dapa
t m
elak
sana
kan
pem
elih
araa
n st
anda
r ya
ng
min
imal
Pe
mel
ihar
aan
alat
yan
g tid
ak
sesu
ai s
tand
ar
Ti
dak
ada
info
rmas
i ya
ng
ters
edia
te
ntan
g ko
ndis
i m
ikro
skop
Tida
k ad
a ko
ntra
k ke
rjas
ama
de
ngan
age
n pe
mel
ihar
aan
Te
rsed
ia a
lat d
an lo
gist
ik
M
embu
at
kont
rak
untu
k pe
mel
ihar
aan
mik
rosk
op
seca
ra
berk
ala
Sist
em
Man
ajem
en
Mut
u La
bora
tori
um
(SM
ML)
dal
am
Jeja
ring
La
bora
tori
um
Pa
da t
ahun
201
3 pa
rtis
ipas
i PM
E s
ekita
r 29
– 4
5% d
an
hany
a 45
-6
7%
berk
ualit
as
baik
Tida
k ad
a la
bora
tori
um
swas
ta
yang
be
rpar
tisip
asi
dala
m S
MM
L
Pa
rtis
ipas
i PM
E
lebi
h da
ri
90%
da
n 75
%
berk
ualit
as
baik
LRN
da
n La
b ru
juka
n pr
ovin
si
haru
s m
emili
ki
sert
ifika
t SM
ML
Pa
rtis
ipas
i PM
E l
abor
ator
ium
R
enda
hnya
ko
mitm
en
di
tingk
at p
rovi
nsi
dan
kabk
ota
terh
adap
PM
E m
ikro
skop
is
Al
ur d
ana
jela
s
Ren
dahn
ya
kete
rlib
atan
an
tara
la
yana
n m
ikro
skop
is
prog
ram
dan
non
pro
gram
Im
plem
enta
si
renc
ana
akre
dita
si
lab
mik
rosk
opis
ses
uai
deng
an 1
1 st
anda
r G
LI
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-202066
3 To
pik
anal
isis
si
tuas
i Si
tuas
i saa
t in
i K
ebija
kan
saat
in
i/ya
ng
diha
rapk
an/s
tand
ar
( nas
iona
l/in
tern
asio
nal)
Kel
emah
an
utam
a/ke
senj
anga
n So
lusi
swas
ta
m
enin
gkat
se
tidak
nya
50%
Man
ajem
en
Alat
da
n Lo
gist
ik
Labo
rato
rium
TB
Ja
rang
te
rjad
i ke
habi
san
logi
stik
Situ
asi
logi
stik
di
la
bora
tori
um
swas
ta
tidak
di
keta
hui
M
ikro
skop
Flu
ores
ens
belu
m
bero
pera
si
Te
rsed
ia
stan
dar
spes
ifika
si
alat
da
n lo
gist
ik
untu
k la
bora
tori
um m
ikro
skop
is T
B
La
bora
tori
um
mem
iliki
ku
alita
s ba
han
habi
s pa
kai
dan
reag
en y
ang
cuku
p ba
ik
La
bora
tori
um
swas
ta
haru
s m
emili
ki j
umla
h ba
han
habi
s pa
kai d
an r
eage
n ya
ng c
ukup
Sem
ua
labo
rato
rium
ha
rusa
m
emili
ki
akse
s te
rhad
ap
baha
n ha
bis
paka
i da
n re
agen
den
gan
kual
itas
yang
ba
ik
Lo
gist
ik
untu
k pe
mer
iksa
an
tidak
ter
stan
dar
K
ualit
as
baha
n ha
bis
paka
i da
n re
agen
ber
vari
asi
M
enge
mba
ngka
n m
ekan
ism
e un
tuk
mem
erik
sa
kual
itas
baha
n ha
bis
paka
i dan
rea
gen
Man
ajem
en
Info
rmas
i da
n D
ata
Le
bih
kura
ng .
...%
lab
tid
ak
mel
apor
at
au
mel
apor
kan
data
ya
ng
tidak
le
ngka
p ke
tin
gkat
nas
iona
l
TB
12
elek
tron
ik
hany
a di
guna
kan
di d
aera
h te
rten
tu
Ti
dak
ada
lapo
ran
dari
la
b sw
asta
Se
mua
la
b m
elap
orka
n ke
pr
ovin
si
dan
prov
insi
m
elap
orka
n ke
Sub
dit
P2 T
B
70
%
dari
la
b ru
juka
n uj
i si
lang
m
elap
orka
n PM
E
deng
an
men
ggun
akan
E
TB
12
M
engi
kuts
erta
kan
sem
ua l
ab
swas
ta k
edal
am p
rogr
am
U
mpa
n ba
lik
PME
sa
ngat
la
ma
atau
tid
ak a
da
Im
plem
enta
si
eTB
12
di
se
luru
h pr
ovin
si
R
evis
i m
odel
pe
lapo
ran
dari
la
bora
tori
um d
i je
njan
g ya
ng l
ebih
re
ndah
ke
je
njan
g la
bora
tori
um
yang
lebi
h tin
ggi (
LRN
)
Mem
bang
un
kerj
asam
a di
tin
gkat
na
sion
al
mel
alui
pe
ngem
bang
an
kebi
jaka
n da
n im
plem
enta
si
di
jenj
ang
prov
insi
Si
stem
R
ujuk
an
Con
toh
Uji
Unt
uk
Jeja
ring
La
bora
tori
um
Si
stem
ruj
ukan
dar
i la
yana
n PS
ke
PRM
tela
h di
tent
ukan
PS
te
lah
men
giri
mka
n se
diaa
n ha
pusa
n da
hak
ke
PRM
, har
ian
Pe
ngir
iman
ke
PR
M
dila
kuka
n se
cara
ko
lekt
if,
tidak
set
iap
hari
Pend
anaa
n ?
R
evis
i ke
bija
kan
dan
men
gem
bang
kan
petu
njuk
te
knis
pe
ngir
iman
sed
iaan
/ c
onto
h uj
i
Ris
et
Ope
rasi
onal
La
bora
tori
um
TB
Ti
dak
ada
renc
ana
rise
t at
au
impl
emen
tasi
ri
set
oper
asio
nal
N
/A
N
/A
N
/A
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020
67
4 To
pik
anal
isis
si
tuas
i Si
tuas
i saa
t in
i K
ebija
kan
saat
in
i/ya
ng
diha
rapk
an/s
tand
ar
( nas
iona
l/in
tern
asio
nal)
Kel
emah
an
utam
a/ke
senj
anga
n So
lusi
Aspe
k Le
gal
dan
Tela
ah
Keb
ijaka
n
Pr
otok
ol
tekn
is
pela
ksan
aan
PME
be
ruba
h se
suai
te
laah
ke
giat
an
mik
rosk
opis
se
cara
na
sion
al
Sp
esifi
kasi
na
sion
al
untu
k al
at,
baha
n ha
bis
paka
i da
n re
agen
tel
ah te
rsed
ia
Ti
dak
ada
keha
rusa
n un
tuk
mel
apor
kan
kasu
s B
TA p
ositi
f
R
evis
i pr
otok
ol
PME
da
n di
perg
unak
an s
ecar
a na
sion
al
Al
ur p
elap
oran
?
Sp
esifi
kasi
na
sion
al
untu
k al
at,
baha
n ha
bis
paka
i da
n re
agen
ha
rus
dipa
tuhi
de
ngan
bai
k
Sem
ua
kasu
s TB
ha
rus
dila
pork
an k
epad
a Su
bdit
P2
TB
D
i je
njan
g pr
ovin
si
pela
ksan
aan
tekn
is
pem
erik
sana
an
BTA
m
asih
le
mah
Spes
ifika
si
nasi
onal
un
tuk
alat
, ba
han
habi
s pa
kai
dan
reag
en t
idak
dip
atuh
i
Tida
k ad
a ke
haru
san
pela
pora
n ka
sus
TB
M
enga
dops
i pr
otok
ol
PME
ya
ng
tela
h di
rev
isi d
i jen
jang
pro
vins
i
Sper
sifik
asi
nasi
onal
unt
uk u
ntuk
al
at,
baha
n ha
bis
paka
i da
n re
agen
di
patu
hi
K
ehar
usan
m
elak
sana
kan
pela
pora
n ka
sus
TB
Sist
em
Pend
anaa
n U
ntuk
La
yana
n
Labo
rato
rium
TB
M
enet
apka
n al
okas
i da
na
dari
pus
at k
e pr
ovin
si d
an k
e je
njan
g ka
bupa
ten
kota
Pe
ndan
aan
yang
cu
kup
untu
k pe
laks
anaa
n pe
mer
iksa
an
mik
rosk
opis
da
n PM
E
Pe
nyer
apan
dan
a da
ri t
ingk
at
nasi
onal
re
ndah
ya
ng
berp
enga
ruh
terh
adap
pe
laya
nan
pasi
en
M
enge
mba
ngka
n si
stem
pe
nyer
apan
ya
ng
lebi
h ef
isie
n sa
mpa
i ke
jenj
ang
yang
ter
enda
h
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-202068
5 B
. Te
s ce
pat u
ntuk
TB
MD
R/X
DR
-TB
: M
enin
gkat
kan
akse
s di
agno
sis
labo
rato
rium
tes
cep
at u
ntuk
pas
ien
deng
an r
esik
o TB
M
DR
/XD
R T
B ,
pasi
en H
IV te
rdug
a TB
, ter
duga
TB
ana
k da
n TB
Eks
tra
Paru
Topi
k an
alis
is
situ
asi
Situ
asi s
ekar
ang
Keb
ijaka
n sa
at
ini/
yang
di
hara
pkan
/sta
ndar
( n
asio
nal/
inte
rnas
iona
l)
Kel
emah
an U
tam
a So
lusi
Situ
asi
anal
isis
sp
esifi
k la
bora
tori
um
TB
LR
N-M
olek
ule
r (M
ikro
biol
ogi
UI)
bert
angg
ung
jaw
ab u
ntu
k pe
nila
ian
labo
rato
riu
m,
pela
tiha
n, Q
A,
peng
um
pula
n da
n an
alis
is
data
, se
rta
um
pan
balik
u
ntu
k m
itra
N
TP
H
anya
ter
dapa
t 41
per
angk
at
TCM
di 2
8 pr
ovin
si
Ta
mba
han
42
pera
ngka
t,
TCM
2-
mod
ul
akan
ti
ba
sebe
lum
ak
hir
2015
da
n ak
an d
idis
trib
usi
kan
Te
rsed
ia
kebi
jaka
n pe
ndu
kung
m
enge
nai
peng
guna
an
alat
TC
M,
mis
alny
a,
kete
rsed
iaan
al
gori
tma
TCM
u
ntu
k pe
mer
iksa
an
TB
RO
da
n te
rdu
ga T
B-H
IV
Te
rsed
ia
petu
nju
k pe
laks
anaa
n da
n te
knis
u
ntu
k TC
M
Te
rdap
at
setid
akny
a 1
alat
TC
M d
i se
tiap
kab
upa
ten
di
Indo
nesi
a
TC
M d
igu
naka
n u
ntu
k (i)
TB
R
O d
an t
erdu
ga H
IV T
B,
(ii)
kasu
s pa
da a
nak,
(iii)
ba
han
cont
oh u
ji ya
ng b
eras
al d
ari
ekst
rapa
ru,
dan
(iv)
Has
il A
FB n
egat
if da
n ka
sus
baru
TB
pa
ru
LR
N-M
olek
ule
r (M
ikro
biol
ogi
UI)
tida
k cu
kup
men
unj
ukk
an
pera
nnya
; fo
kus
pada
pen
gelo
laan
dat
a da
n pe
mel
ihar
aan
pera
lata
n,
teru
tam
a ke
tika
ju
mla
h pe
rang
kat
men
ingk
at
Pe
nggu
naan
TC
M
mas
ih
terb
atas
u
ntu
k te
rdu
ga
TB
RO
saj
a
Te
rtu
ndan
ya
duku
ngan
u
ntu
k u
ji TC
M p
ada
kasu
s TB
ana
k
Pr
oses
ya
ng
lam
ban
unt
uk
peng
ujia
n da
ri b
ahan
con
toh
uji
ekst
rapa
ru
Si
stem
tr
ansp
orta
si
baha
n co
ntoh
uji
ke l
ab T
CM
tid
ak
efek
tif d
an t
erja
min
.
Peng
guna
an a
lat
TCM
mas
ih
kura
ng o
ptim
um
di b
eber
apa
lab:
aks
es j
arin
gan
ekst
erna
l su
lit d
an p
embi
ayaa
n
M
enge
mba
ngka
n pe
rcon
toha
n TC
M
berb
asis
pr
ovin
si
(pen
gelo
laan
da
ta,
trai
ning
, pe
mel
ihar
aan
alat
, da
n ka
libra
si),
sepe
rti
stru
ktu
r pa
da ja
ring
an m
ikro
skop
is.
M
enca
pai
seti
dakn
ya
1 al
at
TCM
di
seti
ap k
abu
pate
n di
In
done
sia
pada
tah
un
2019
, de
ngan
m
emas
tika
n ka
pasi
tas
diag
nosi
s be
rkai
tan
deng
an
kapa
sita
s pe
ngol
ahan
.
Pela
ksan
aan
TCM
u
ntu
k ka
sus
TB
anak
da
n ek
stra
paru
Mem
perk
uat
si
stem
e-
TB
man
ager
s da
n ap
likas
i pe
ndu
kung
la
inya
u
ntu
k la
pora
n ak
tusl
TC
M,
sepe
rti
GX
SM
S /
GX
Ale
rt.
M
enge
mba
ngka
n st
rate
gi d
an
sist
em
tran
spor
tasi
ba
han
cont
oh
uji
nasi
onal
pa
da
selu
ruh
ting
kat
labo
rato
riu
m
Tes
TB
dan
caku
pan
laya
nan
A
lat
TCM
di
tem
patk
an
seti
dakn
ya d
i 1
rum
ah s
akit
di
se
tiap
pr
ovin
si
yang
ca
kupa
n la
yana
nnya
m
enca
pai
ting
kat
kabu
pate
n
Pe
nem
pata
n al
at
TC
per
kabu
pate
n pa
da a
khir
tah
un
2019
(500
kab
upa
ten)
TCM
di
guna
kan
unt
uk
Pe
nggu
naan
TC
M
mas
ih
terb
atas
u
ntu
k te
rdu
ga
TB
RO
saj
a
Te
rtu
ndan
ya
duku
ngan
M
enca
pai
setid
akny
a 1
alat
TC
M d
i se
tiap
kab
upa
ten
di
Indo
nesi
a pa
da t
ahu
n 20
19,
deng
an
mem
asti
kan
kapa
sita
s di
agno
sis
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020
69
6 To
pik
anal
isis
si
tuas
i Si
tuas
i sek
aran
g K
ebija
kan
saat
in
i/ya
ng
diha
rapk
an/s
tand
ar
( nas
iona
l/in
tern
asio
nal)
K
elem
ahan
Uta
ma
Solu
si
pe
mer
iksa
an
(i) T
B R
O d
an
terd
uga
TB
HIV
, (ii
) k
asu
s an
ak,
(iii)
bah
an c
onto
h u
ji ya
ng
bera
sal
dari
ek
stra
paru
, da
n (iv
) H
asil
AFB
neg
atif
dan
kasu
s ba
ru
TB
paru
unt
uk
uji
TCM
pad
a ka
sus
TB a
nak
Pros
es
yang
la
mba
n u
ntu
k pe
ngu
jian
dari
bah
an c
onto
h u
ji ek
stra
paru
Sist
em
tran
spor
tasi
ba
han
cont
oh u
ji ke
lab
TC
M t
idak
ef
ekti
f dan
ter
jam
in.
A
rea
pasi
en y
ang
Jau
h da
ri
fask
es
deng
an
TCM
m
empe
rsu
lit
akse
s pe
laya
n TC
M
berk
aita
n de
ngan
ka
pasi
tas
peng
olah
an.
Pe
ngaj
uan
unt
uk
peng
guna
an
TCM
pad
a ba
han
cont
oh u
ji ya
ng
bera
sal
dari
pa
sien
de
ngan
HIV
Pela
ksan
aan
TCM
u
ntu
k ka
sus
TB
anak
da
n ek
stra
paru
Men
gem
bang
kan
stra
tegi
da
n si
stem
tr
ansp
orta
si
baha
n co
ntoh
u
ji na
sion
al
pada
se
luru
h ti
ngka
t la
bora
tori
um
Stru
ktu
r je
jari
ng la
b TB
Pa
da
um
um
nya,
se
mu
a in
fras
tru
ktu
r di
la
b TC
M
mem
enu
hi
stan
dard
ya
ng
dibu
tuhk
an. H
anya
beb
erap
a la
b sa
ja y
ang
mem
butu
hkan
pe
ning
kata
n se
pert
i m
enyi
apka
n:
peny
edia
da
ya
stab
il,
vent
ilasi
, da
n A
C
(<30
°C)
Se
tiap
la
b TC
M
haru
s m
emen
uhi
sy
arat
st
anda
rd
unt
uk
peng
inst
alan
m
esin
TC
M
B
eber
apa
kend
ala
dala
m
mem
perc
epat
pe
rlu
asan
ja
rina
gn T
CM
Hu
bung
an
anta
ra
diag
nosi
s da
n ka
pasi
tas
peng
elol
aan
belu
m
terh
arm
onis
asi
deng
an b
aik
M
enge
mba
ngka
n pe
rcon
toha
n TC
M b
erba
sis
prov
insi
unt
uk
pela
tiha
n da
n pe
ngaw
asan
Men
gem
bang
kan
stra
tegi
da
n si
stem
tr
ansp
orta
si
baha
n co
ntoh
u
ji na
sion
al
pada
sel
uru
h ti
ngka
t
SDM
la
bora
tori
um
TB
Pe
nyed
iaan
st
af
di
setia
p la
bora
tori
um
yan
g be
rvar
iasi
da
ri
jum
lah
dan
kebu
tuha
nnya
Tiap
la
b TC
M
mem
iliki
st
af
terl
atih
ya
ng
cuku
p u
ntu
k m
ence
gah
tert
und
anya
pe
laks
anaa
n TC
M
kare
na
kura
ngny
a st
af.
St
af
terl
atih
TC
M
mas
ih
mu
ltifu
ngsi
di l
abor
ator
ium
Rot
asi
staf
TC
M k
e ar
ea l
ain
atau
pe
ngu
ndu
ran
diri
st
af
TCM
Ku
rang
nya
peng
awas
la
b pa
da t
ingk
at p
usa
t
Pa
stik
an
TCM
m
eru
paka
n ke
giat
an
prio
rita
s di
lab
K
apas
itas
m
emad
ai
unt
uk
pela
tiha
n TC
M
M
enge
mba
ngka
n pe
rcon
toha
n TC
M
berb
asis
pr
ovin
si u
ntu
k pe
lati
han
dan
peng
awas
an
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-202070
7 To
pik
anal
isis
si
tuas
i Si
tuas
i sek
aran
g K
ebija
kan
saat
in
i/ya
ng
diha
rapk
an/s
tand
ar
( nas
iona
l/in
tern
asio
nal)
K
elem
ahan
Uta
ma
Solu
si
Pem
elih
araa
n al
at
dan
kalib
rasi
la
b TB
Pe
mel
ihar
aan
dan
kalib
rasi
di
pand
u
mel
alu
i Lo
cal
Serv
ice
Prov
ider
(LS
P) p
usat
ya
ng d
itu
nju
k ol
eh p
embu
at
TCM
(C
ephe
id)
tanp
a m
asu
kan
dari
N
TP
atau
m
itra
lain
nya.
Se
mu
a m
odu
l ha
rus
berf
ung
si
dan
dika
libra
si,
sert
a m
engo
ntro
l kon
disi
ala
t de
ngan
pen
gece
kan
ruti
n
B
anya
k LS
P te
rpili
h ti
dak
sang
gup
men
anga
ni
pem
elih
araa
n ke
selu
ruha
n pe
rang
kat
TCM
yan
g ad
a di
In
done
sia
Ik
uti
m
odel
pe
rcon
toha
n di
ti
ngka
t Pr
ovin
si
unt
uk
men
duku
ng
pem
elih
araa
n da
n ka
libra
si a
lat
TCM
Men
ingk
atka
n ke
rjas
ama
deng
an
LSP
unt
uk
men
duku
ng
dese
ntra
lisas
i pe
mel
ihar
aan
dan
kalib
rasi
Si
stem
M
anaj
emen
M
utu
La
bora
tori
um
(S
MM
L)
Sa
at i
ni t
idak
ada
SM
ML
di
Indo
nesi
a
Ja
ring
an
TCM
di
awas
i di
ti
ngka
t na
sion
al
oleh
la
bora
tori
um
te
rser
tifik
asi
SMM
L
Pr
ogre
s la
mba
n da
lam
m
enye
leng
gara
kan
pela
tiha
n u
ntu
k
sert
ifika
si
SMM
L u
ntu
k la
bora
tori
um
di
In
done
sia
M
empe
rcep
at
pela
ksan
aan
SMM
L
Pera
lata
n la
b TB
da
n m
anaj
emen
pe
nyed
iaan
Pe
mbe
lian
pera
lata
n da
n pe
rlen
gkap
an t
erpu
sat
Pe
laks
anaa
n LS
P
di
Indo
nesi
a
Sist
em
man
ajem
en
data
u
ntu
k m
enge
tahu
i be
ban
kerj
a TC
M,
KPI
, da
n pe
laks
anaa
n lo
gist
ik
M
ekan
ism
e pe
mbe
lian
efis
ien
unt
uk
men
ghin
dari
ke
terl
amba
tan
biro
kras
i
LSP
men
yedi
akan
laya
nan
ke
jari
ngan
TC
M t
epat
wak
tu
Se
mu
a la
bora
tori
um
TC
M
men
ggu
naka
n si
stem
m
anaj
emen
dat
a ke
tin
gkat
op
tim
al
Pr
oses
bir
okra
si m
emer
luka
n w
aktu
u
ntu
k m
embe
li pe
rala
tan
dan
baha
n ha
bis
paka
i, se
hing
ga
dapa
t m
enga
kiba
tkan
ke
terl
amba
tan
bara
ng
data
ng
dan
beri
siko
ha
bisn
ya
stok
di
ja
ring
an.
Sela
in
itu
, be
risi
ko
juga
te
rjad
inya
ke
terl
amba
tan
dala
m m
engg
anti
mod
ul
LS
P m
asih
men
gem
bang
kan
kapa
sita
s pe
ngel
olaa
n m
esin
TC
M
yang
m
enga
lam
i pe
ning
kata
n be
sar
di
Indo
nesi
a
Sist
em
man
ajem
en
data
u
ntu
k lo
gist
ik
TCM
ti
dak
digu
naka
n ol
eh
sem
ua
lab
TCM
M
enge
mba
ngka
n pr
oses
bi
rokr
asi
yang
efis
ien
unt
uk
pem
belia
n pe
rala
tan
dan
baha
n ha
bis
paka
i
Cep
heid
m
endu
kung
A
SP
loka
l u
ntu
k m
enin
gkat
kan
kapa
sita
s u
ntu
k m
emen
uhi
pena
ngan
an 5
00 m
esin
TC
M
pada
akh
ir 2
019
M
enin
gkat
kan
akse
sibi
litas
si
stem
man
ajem
en d
ata
TCM
LRN
m
enge
mba
ngka
n st
rate
gi
peni
ngka
tkan
pe
lapo
ran
data
ya
ng
tepa
t w
aktu
, ba
ik
pela
opra
n be
rbas
is
kert
as
mau
pun
elek
tron
ik.
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020
71
8 To
pik
anal
isis
si
tuas
i Si
tuas
i sek
aran
g K
ebija
kan
saat
in
i/ya
ng
diha
rapk
an/s
tand
ar
( nas
iona
l/in
tern
asio
nal)
K
elem
ahan
Uta
ma
Solu
si
Pe
ncat
atan
da
n pe
lapo
ran
(ber
basi
s ke
rtas
da
n el
ektr
onik
) m
asih
di
ba
wah
st
anda
rd
Sist
em
ruju
kan
baha
n u
ji u
ntu
k ja
ring
an
lab
TB
Si
stem
ru
juka
n co
nton
ba
han
uji
yang
di
kem
bang
kan
oleh
JS
I-D
ELI
VE
R
saat
in
i da
lam
ta
hap
peng
emba
ngan
St
rate
gi n
asio
nal
peng
irim
an
cont
oh b
ahan
uji
yang
am
an,
hand
al,
cepa
t,
dan
berk
elan
juta
n u
ntu
k se
mu
a ti
ngka
t la
bora
tori
um
Ja
ring
an
pela
yana
n TC
M
mas
ih
buru
k m
elih
at m
ekan
ism
e ru
juka
n co
ntoh
ba
han
uji
saat
ini
JS
I-D
ELI
VE
R
men
gam
bil
pem
bela
jara
n da
ri
stu
di
perc
onto
han
dan
men
gem
bang
kan
mek
anis
me
unt
uk
mem
perl
uas
m
odel
ya
ng
dim
odifi
kasi
te
rseb
ut
unt
uk
ting
kat
nasi
onal
Ris
et
oper
asio
nal
lab
TB
M
elak
uka
n pr
omo
hoc
seca
ra
kele
mba
gaan
da
n bu
kan
atas
pe
rmin
taan
Pr
ogra
m
Peng
enda
lian
TB
Nas
iona
l
R
iset
op
eras
iona
l ya
ng
rele
van
unt
uk
men
jaw
ab
pert
anya
an-p
erta
nyaa
n da
ri
Prog
ram
Pe
ngen
dalia
n TB
N
asio
nal
R
iset
op
eras
iona
l ya
ng
dila
kuka
n ti
dak
men
jaw
ab
pert
anya
an-p
erta
nyaa
n da
ri
Prog
ram
Pe
ngen
dalia
n TB
N
asio
nal
R
iset
ope
rasi
onal
difo
kusk
an
men
jaw
ab
kebu
tuha
n pr
ogra
m.
Asp
ek
huku
m
dan
Keb
ijaka
n
K
emen
kes
men
duku
ng
peng
guna
an
TCM
u
ntu
k di
agno
sis
TB M
DR
/XD
R
Pr
ogra
m
Peng
enda
lian
TB
Nas
iona
l m
endu
kung
re
kom
enda
si
WH
O
unt
uk
mel
aku
kan
TCM
K
onsi
sten
si
kebi
jaka
n TC
M
di s
elu
ruh
jari
ngan
Ket
erla
mba
tan
kare
na
men
ung
gu
pers
etu
juan
Pr
ogra
m
Peng
enda
lian
TB
Nas
iona
l u
ntu
k pe
nggu
naan
TC
M
bagi
ka
sus
anak
an
d ba
han
uji
ekst
rapa
ru
Te
rbat
asny
a pe
nggu
naan
TC
M u
ntu
k pa
sien
HIV
Pe
rset
uju
an
yang
ce
pat
unt
uk
peng
guna
an T
CM
bag
i ka
sus
anak
an
d ba
han
uji
extr
apar
u
Peng
aju
an
unt
uk
pena
mba
han
peng
guna
an
TCM
u
ntu
k di
agno
sis
TB
pada
pas
ien
HIV
Pem
biay
aan
laya
nan
lab
TB
Pe
mbi
ayaa
n TC
M
bera
sal
dari
da
na
Prog
ram
TB
da
n pe
ndon
or a
sing
(GF)
Pem
biay
aan
penu
h ol
eh
dana
lo
kal
dan
tida
k be
rgan
tung
pad
a pe
ndon
or a
sing
TCM
di
biay
ai
oleh
B
PJS
Kes
ehat
an
Pe
ndon
or
berk
elan
juta
n m
embi
ayai
se
cara
pe
nuh
pem
biay
aan
TCM
B
eral
ih k
e pe
ndaa
nan
penu
h m
engg
una
kan
dana
loka
l
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-202072
9
C
. La
bora
tori
um
Bia
kan/
Uji
Kep
ekaa
n: M
enin
gkat
kan
akse
s di
agno
sis
labo
rato
riu
m b
iaka
n &
uji
kepe
kaan
Topi
k an
alis
is
situ
asi
Situ
asi s
ekar
ang
Keb
ijaka
n sa
at
ini/
yang
di
hara
pkan
/sta
ndar
( n
asio
nal/
inte
rnas
iona
l)
Kel
emah
an U
tam
a So
lusi
Ana
lisis
si
tuas
i lab
TB
B
BLK
Su
raba
ya
dipi
lih
seba
gai
LRN
bia
kan
dan
uji
kepe
kaan
ya
ng
mem
butu
hkan
ke
ahlia
n ti
nggi
Bia
kan
dan
uji
kepe
kaan
TB
su
dah
berj
alan
bai
k
5 la
b te
rser
tifik
asi
unt
uk
uji
kepe
kaan
lini
1 d
an li
ni 2
6 la
b te
rser
tifik
asi
unt
uk
uji
kepe
kaan
lini
1
2
lab
dala
m
prog
ress
se
rtifi
kasi
5 la
b da
lam
ta
hap
awal
pe
mba
ngu
nan
O
pera
sion
al b
iaka
n ca
ir p
ada
6/11
lab
ters
erti
fikas
i
Han
ya b
eber
apa
lab
biak
an
yang
fu
ngsi
onal
se
suai
st
anda
rd y
ang
diep
erlu
kan
B
BLK
Su
raba
ya
akan
m
elan
jutk
an
seba
gai
LRN
bi
akan
dan
uji
kepe
kaan
Pada
akh
ir 2
019,
ber
enca
na
palin
g ti
dak
mem
iliki
: o
Satu
la
b bi
kan
TB
ters
erti
fikas
i per
pro
vins
i
o 18
la
b te
rser
tifik
asi
deng
an
kapa
sita
s u
ji ke
peka
an
o Si
stem
ku
ltu
r ca
ir
digu
naka
n di
sem
ua
lab
uji
kepe
kaan
Lab
ters
ertii
fikas
i da
pat
men
jaga
ku
alit
as p
elay
anan
Sem
ua
lab
non-
prog
ram
/sw
asta
te
rmas
uk
dala
m k
egia
tan
EQ
A
Pe
nund
aan
yang
te
rjad
i ka
rena
men
ungg
u s
erti
fikas
i la
b bi
akan
dan
uji
kepe
kaan
ya
ng b
aru
Ku
rang
op
tim
alny
a pe
ngir
iman
re
agen
da
ri
BD
u
ntu
k m
edia
ca
ir,
pem
elih
araa
n pe
rala
tan
lab,
pe
nyed
iaan
ba
han
habi
s pa
kai
dan
reag
en
yang
m
asih
ren
dah
La
b ya
ng t
idak
ter
sert
ifika
si
men
yeba
bkan
re
ndah
nya
mu
tu
hasi
l u
ji bi
akan
da
n u
ji ke
peka
an
B
eban
ker
ja p
ada
lab
biak
an
dan
uji
kepe
kaan
sw
asta
ya
ng t
idak
dik
etah
ui
Pr
oses
pe
mba
ngu
nan
tam
baha
n la
bora
tori
um
yan
g ra
sion
al s
esua
i kap
asit
as
B
D m
enin
gkat
kan
pela
yana
n pe
ngir
iman
u
ntu
k la
bora
tori
um
di I
ndon
esia
Pem
anta
pan
stra
tegi
u
ntu
k m
emge
valu
asi
dan
men
sers
tika
si
kine
rja
lab
biak
an d
an u
ji ke
peka
an
M
endo
rong
ke
terl
ibat
an
lab
non-
prog
ram
/sw
asta
da
lam
pe
lati
han
dan
pros
es
EQ
A
dan
lab
ters
ebu
t tu
rut
men
yedi
akan
da
ta
unt
uk
Prog
ram
Pe
ngen
dalia
n TB
N
asio
nal
Pem
erik
saan
ya
ng
ters
edia
da
n ca
kupa
nnya
Te
rbat
asny
a pe
nggu
naan
bi
akan
TB
se
baga
i al
at
diag
nosi
s
Han
ya
5/11
la
b u
ji ke
peka
an t
erse
rtifi
kasi
yan
g m
enye
diak
an
uji
kepe
kaan
lin
i 2
B
iaka
n da
n u
ji ke
peka
an
men
guna
kan
med
ia
pada
t (L
J)
and
liqu
id
(MG
IT),
berd
asar
kan
man
ual
te
knis
M
enin
gkat
kan
peng
guna
an
biak
an
unt
u
diag
nose
TB
te
rmas
uk
unt
uk
baha
n u
ji ek
stra
paru
Sem
ua
lab
men
ggu
naka
n SO
P ya
ng
kons
iste
n se
suai
de
ngan
pa
rakt
ik
nasi
onal
/int
erna
sion
al
Se
mu
a la
b u
ji ke
peka
an
ters
erti
fikas
i m
elak
uka
n u
ji ke
peka
an
deng
an
biak
an
K
eter
lam
bata
n ha
sil,
teru
tam
a un
tuk
lab
yang
m
engg
una
kan
med
ia p
adat
Terb
atas
nya
peng
guna
an
biak
an c
air
(MG
IT)
La
b ta
npa
sert
ifika
si
turu
t m
enye
diak
an
jasa
bi
akan
da
n u
ji ke
peka
an
La
b bi
akan
dan
uji
kepe
kaan
no
n-pr
ogra
m/s
was
ta
yang
Pe
ngaj
uan
unt
uk
biak
an c
air
agar
dap
at m
enja
di r
efer
ensi
u
ntu
k u
ji ke
kepa
an
St
rate
gi
eval
uas
i da
n se
rtifi
kasi
la
b bi
akan
ya
ng
men
yedi
akan
has
il
Peni
laia
n aw
al
unt
uk
men
entu
kan
beba
n ke
rja
yang
di
laku
kan
lab
biak
an
dan
uji
kepe
kaan
no
n-pr
ogra
m/s
was
ta
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020
73
10
Topi
k an
alis
is
situ
asi
Situ
asi s
ekar
ang
Keb
ijaka
n sa
at
ini/
yang
di
hara
pkan
/sta
ndar
( n
asio
nal/
inte
rnas
iona
l)
Kel
emah
an U
tam
a So
lusi
sist
em
nasi
onal
u
ntu
k bi
akan
da
n u
ji ke
peka
an p
ada
med
ia p
adat
(2
012)
Prog
ram
E
QA
di
tem
oatk
an
unt
uk
uji
kepe
kaan
fo
r (d
ised
iaka
n B
BLK
Su
raba
ya)
cair
(MG
IT)
tida
k di
keta
hui
M
anu
al t
ekni
s pe
rlu
dir
evis
i
Mer
evis
i m
anu
al
tekn
is
(201
2)
Stru
ktu
r ja
ring
an
lab
TB
B
BLK
Su
raba
ya
dipi
lih
seba
gai
LRN
bia
kan
dan
uji
kepe
kaan
ya
ng
mem
butu
hkan
ke
ahlia
n ti
nggi
Ref
eren
si
jari
ngan
daer
ah
seda
ng
dala
m
prog
res
pem
bang
una
n
Cak
upa
n na
sion
al
unt
uk
pend
uku
ng
lab
biak
an
dan
uji
kepe
kaan
Pe
nem
pata
n st
rate
gis,
ku
alit
as
jari
ngan
se
cara
na
sion
al,
men
jam
in
lab
mam
pu
men
gelo
la
sesu
ai
beba
n ke
rja
yang
di
perk
irak
an
B
BLK
Su
raba
ya
teru
s m
enye
diak
an
duku
ngan
ti
ngka
t ti
nggi
unt
uk
jari
ngan
la
b bi
akan
dan
uji
kepe
kaan
K
ura
ngny
a la
b bi
akan
TB
ya
ng m
utu
nya
terj
amin
Aks
es n
asio
nal
unt
uk
bika
n da
n u
ji ke
peka
aan
sang
at
terb
atas
Lab
non-
prog
ram
/sw
asta
ti
dak
dim
asu
kkan
ke
dala
m
pem
bang
una
n ja
ring
an
M
enam
bah
lab
biak
an
dan
uji
kepe
kaan
yan
g m
utu
mya
te
rjam
in
sesu
ai
jum
lah
perm
inta
an
La
b no
n-pr
ogra
m/s
was
t di
mas
ukk
an
ke
dala
m
stru
ktu
rjar
inga
n
Infr
astr
ukt
ur
dan
jeja
ring
la
b TB
14
la
b bi
akan
da
n u
ji ke
peka
an
tela
h di
reno
vasi
da
n m
emen
uhi
st
anda
rd
kese
lam
atan
dan
kea
man
an
kerj
a
Saat
ini
4 l
ab s
edan
g da
lam
pe
renc
anaa
n pe
mba
ngu
nan
Se
mu
a la
b bi
akan
da
n u
ji ke
peka
an
m
emili
ki
infr
astr
ukt
ur
yang
m
emen
uhi
st
anda
rd
kese
lam
atan
dan
kea
man
an
kerj
a ya
ng d
ibu
tuhk
an
Pe
mel
ihar
an
infr
astr
uct
ure
se
suai
yan
g di
butu
hkan
B
iaya
pe
mba
ngu
nan
lab
biak
an
dan
uji
kepe
kaan
sa
at
ini
hany
a m
ampu
be
rgan
tung
pa
da
pend
onor
as
ing
O
rgan
isas
i lo
kal
yang
m
emili
ki f
asili
tas
biak
an d
an
uji
kepe
kaan
m
enem
ui
kend
ala
dala
m
pend
anaa
n ya
ng
dibu
tuhk
an
unt
uk
pem
elih
araa
n in
fras
tru
ktu
r
In
fras
tru
ctu
r la
b no
n-pr
ogra
m/s
was
ta
tida
k di
keta
hui
M
enja
min
ja
ring
an
lab
biak
an d
an u
ji ke
peka
an k
e de
pann
ya
akan
m
emen
uhi
pe
rmin
taan
Men
cari
pe
ndan
aan
loca
l u
ntu
k pe
mba
ngu
nan,
re
nova
si,
dan
pem
elih
araa
n la
b bi
akan
dan
uji
kepe
kaan
Peng
aju
an
stan
dard
m
inim
um
u
ntu
k la
b no
n-pr
ogra
m/s
was
ta
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-202074
11
Topi
k an
alis
is
situ
asi
Situ
asi s
ekar
ang
Keb
ijaka
n sa
at
ini/
yang
di
hara
pkan
/sta
ndar
( n
asio
nal/
inte
rnas
iona
l)
Kel
emah
an U
tam
a So
lusi
Sum
ber
Day
a M
anu
sia
B
BLK
Su
raba
ya
mem
iliki
in
fras
tru
ctu
re,
pend
anaa
n,
dan
kapa
sita
s u
ntu
k m
enga
daka
n pe
lati
han
St
af t
idak
mem
adai
(ku
alit
as
dan
kuan
tita
s)
unt
uk
mel
aku
kan
kegi
atan
ja
ring
an l
ab b
iaka
n da
n u
ji ke
peka
aan
Pe
lati
han
biak
an
dan
uji
kepe
kaan
ha
nya
dila
kuka
n B
BLK
Su
raba
ya
Ti
nggi
nya
perg
anti
an/
peng
und
ura
n di
ri
staf
te
rlat
ih
di
labo
rato
riu
m
Pa
stik
an k
apas
itas
pel
atih
an
di
BB
LK
Sura
baya
ti
dak
berl
ebih
an.
Jika
m
emu
ngki
nkan
ca
ri
lab
biak
an
dan
uji
kepe
kaan
al
tern
ativ
e
Kom
itm
en
anta
ra
lab
dan
staf
te
rlat
ih
akan
be
rtha
n la
ma
di l
ab b
iaka
n da
n u
ji ke
peka
aan
Pem
elih
araa
n al
at
dan
kalib
rasi
Sp
esifi
kasi
Pe
rala
tan
dike
mba
ngka
n da
n di
impl
emen
tasi
kan
K
alib
rasi
pe
rala
tan
labo
rato
riu
m
dila
kuka
n se
cara
ru
tin
oleh
in
siny
ur
bers
erti
fikat
ag
ar
kual
itas
ha
sil t
etap
ter
jam
in
Pe
ndan
aan
untu
k pe
rala
tan
D
ana
pem
elih
araa
n da
n ka
libra
si
bera
sal
dari
pe
ndon
or
asin
g,
nam
un
seda
ng
men
ingk
atka
n du
kung
an
dana
da
ri
pem
erin
tah
loka
l
Pe
mbe
lian
pera
lata
n la
b ha
rus
sesu
ai s
pesi
fikas
i
Kal
ibra
si
pera
lata
n la
b di
laku
kan
seca
ra r
uti
n ol
eh
petu
gas
bers
erti
fikat
Para
met
er
kine
rja
dido
kum
enta
sika
n da
n di
lapu
rkan
se
bagi
an
kegi
atan
ru
tin s
etia
p ha
ri
B
eber
apa
pera
lata
n la
b de
ngan
ku
alit
as
buru
k m
asih
ser
ing
dibe
li
Pe
ndon
or
dala
m
mem
beri
kan
bant
uan
bu
kan
deng
an "
peny
erah
an"
ke l
ab,
sehi
ngga
pen
gaju
an d
ana
ke
pem
erin
tah
unt
uk
pem
elih
araa
n da
n ka
libra
si
tida
k da
pat
dila
kuka
n
Tekn
isi
loka
l m
emili
ki
kem
ampu
an t
erba
tas
unt
uk
mel
aku
kan
pem
elih
araa
n da
n ka
libra
si
In
stru
ksi
man
ual
m
enge
nai
pera
lata
n la
b ti
dak
ters
edia
di
lab
Pa
stik
an
sem
ua
pera
lata
n ya
ng
sesu
ai
spes
ifika
si
terd
apat
di
se
mu
a la
b di
pr
ovin
si, t
erm
asu
k LK
S
Past
ikan
sp
esifi
kasi
pe
rala
tan
yang
se
suai
te
rdap
at
dala
m
doku
men
pe
ngad
aan
M
eram
pung
kan
mek
anis
me
“pen
yera
han”
al
at
dari
pe
ndon
or k
epad
a la
b
Pela
tiha
n st
af
unt
uk
pem
elih
araa
n da
n ka
libra
si
Se
mu
a la
bora
tori
um
w
ajib
m
enye
diak
an
pend
anaa
n,
tekn
isi,
SPO
m
aint
enan
ce
sesu
ai
pedo
man
. K
egia
tan
ini h
aru
s te
rdok
um
enta
si.
Se
mu
a la
b TB
ha
rus
mem
pers
iapk
an
dana
, w
aktu
, tek
nisi
, dan
pet
unj
uk
pem
elih
araa
n, s
erta
val
idas
i ku
alit
as y
ang
terj
amin
.
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020
75
12
Topi
k an
alis
is
situ
asi
Situ
asi s
ekar
ang
Keb
ijaka
n sa
at
ini/
yang
di
hara
pkan
/sta
ndar
( n
asio
nal/
inte
rnas
iona
l)
Kel
emah
an U
tam
a So
lusi
K
egia
tan
dido
kum
enta
sika
n da
n di
lapo
rkan
se
cara
be
rkal
a.
SMM
L
Se
bagi
an
SMM
L su
dah
dite
rapk
an d
alam
lab
bia
kan
dan
uji
kepe
kaan
, na
mu
n ke
selu
ruha
n SM
ML
belu
m
dapa
t di
tera
pkan
Tida
k ad
a la
b TB
di
In
done
sia
yang
m
emili
ki
sert
ifika
t SM
ML
Ti
dak
ada
tena
ga
loca
l be
rser
tifik
at
unt
uk
men
agan
daka
n pe
latih
an
SMM
L da
n pe
ngaw
asan
Se
mu
a LR
N d
an l
ab r
efen
si
daer
ah
haru
s m
emili
ki
sert
ifika
t SM
ML
Pela
tih
loka
l de
ngan
ke
mam
puan
u
nru
k m
elak
uka
n pe
lati
han
dan
peng
awas
an S
MM
L
Ti
dak
ada
lab
TB
di
Indo
nesi
a ya
ng
mem
iliki
se
rtifi
kat
SMM
L
Tida
k ad
a te
naga
lo
cal
bers
erti
fikat
u
ntu
k m
enag
anda
kan
pela
tiha
n SM
ML
dan
peng
awas
an
K
omit
men
tin
gkat
na
sion
al
dan
labo
rato
riu
m
unt
uk
mel
aku
kan
pela
tiha
n SM
ML
D
uku
ngan
da
ri
mit
ra
inte
rnas
iona
l u
ntu
k m
enga
daka
n pe
lati
han
SMM
L da
n TO
T u
ntu
k st
af
loca
l
Pera
lata
n da
n m
anaj
emen
pe
nyed
iaan
Pe
mbe
lian
pera
lata
n da
n pe
rlen
gkap
an t
erpu
sat
Pe
laks
anaa
n LS
P
di
Indo
nesi
a
Sist
em
man
ajem
en
data
u
ntu
k m
enge
tahu
i be
ban
kerj
a TC
M,
KPI
, da
n pe
laks
anaa
n lo
gist
ik
M
ekan
ism
e pe
mbe
lian
yang
ef
isie
n u
ntu
k m
ence
gah
kete
rlam
bata
n ka
rena
la
man
ya b
irok
rasi
LSP
mem
pers
iapk
an la
yana
n u
ntu
k bi
akan
da
n u
ji ke
peka
an t
epat
wak
tu
Se
mu
a la
b bi
akan
da
n u
ji ke
peka
an
men
ggun
akan
si
stem
m
anaj
emen
da
ta
pada
tah
ap o
ptim
um
Pr
oses
bir
okra
si m
emer
luka
n w
aktu
u
ntu
k m
embe
li pe
rala
tan
dan
baha
n ha
bis
paka
i, se
hing
ga
dapa
t m
enga
kiba
tkan
ke
terl
amba
tan
bara
ng
data
ng
dan
beri
siko
ha
bisn
ya
stok
di
ja
ring
an.
Sela
in
itu
, be
risi
ko
juga
te
rjad
inya
ke
terl
amba
tan
dala
m m
engg
anti
mod
ul
Pe
ncat
atan
da
n pe
lapo
ran
(ber
basi
s ke
rtas
da
n el
ektr
onik
) m
asih
di
baw
ah
stan
dard
M
enge
mba
ngka
n pr
oses
bi
rokr
asi
yang
efis
ien
unt
uk
pem
belia
n pe
rala
tan
dan
baha
n ha
bis
paka
i
LRN
m
enge
mba
ngka
n st
rate
gi
peni
ngka
tkan
pe
lapo
ran
data
ya
ng
tepa
t w
aktu
, ba
ik
pela
opra
n be
rbas
is
kert
as
mau
pun
elek
tron
ik.
Man
ajem
en
data
da
n si
stem
Ti
dak
ada
sist
em p
enca
tata
n da
n pe
lapo
ran
sepe
rti
anal
isis
dat
a di
jari
ngan
lab
H
asil
anal
isis
bia
kan
dan
uji
kepe
kaan
di
teru
skan
ke
st
akeh
olde
r te
rkai
t u
ntu
k
Ti
dak
ada
pela
pora
n be
rbas
is e
lekt
roni
k pa
da l
ab
biak
an d
an u
ji ke
peka
an
M
elak
uka
n pe
ncat
atan
da
n pe
lapo
ran
hasi
l bi
akan
dan
u
ji ke
peka
an
berb
asis
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-202076
13
Topi
k an
alis
is
situ
asi
Situ
asi s
ekar
ang
Keb
ijaka
n sa
at
ini/
yang
di
hara
pkan
/sta
ndar
( n
asio
nal/
inte
rnas
iona
l)
Kel
emah
an U
tam
a So
lusi
info
rmas
i ja
ring
an
lab
TB
Pe
lapo
ran
ke L
RN
: Su
bdit
TB
da
n su
bdit
la
inny
a m
elak
uka
n pe
ngaw
asan
lab
resp
on
lanj
uta
n da
n pe
nila
ian
Ja
ring
an
inte
rnet
su
lit
di
area
loka
l el
ektr
onik
Sist
em
ruju
kan
baha
n u
ji
Si
stem
ru
juka
n co
nton
ba
han
uji
yang
di
kem
bang
kan
oleh
JS
I-D
ELI
VE
R
saat
in
i da
lam
ta
hap
peng
emba
ngan
St
rate
gi n
asio
nal
peng
irim
an
cont
oh b
ahan
uji
yang
am
an,
hand
al,
cepa
t,
dan
berk
elan
juta
n u
ntu
k se
mu
a ti
ngka
t la
bora
tori
um
H
anya
bi
akan
, ja
ring
an
pela
yana
n u
ji ke
peka
an
mas
ih
buru
k m
elih
at
mek
anis
me
ruju
kan
cont
oh
baha
n u
ji sa
at i
ni
JS
I-D
ELI
VE
R
men
gam
bil
pem
bela
jara
n da
ri
stud
i pe
rcon
toha
n da
n m
enge
mba
ngka
n m
ekan
ism
e u
ntu
k m
empe
rlu
as
mod
el
yang
di
mod
ifika
si
ters
ebu
t u
ntu
k ti
ngka
t na
sion
al
Ris
et
oper
asio
nal
TB la
b
R
iset
op
eras
iona
l te
rbat
as
seti
ngka
t pr
ovin
si u
ntu
k u
ji ke
peka
an
dan
Surv
ey
Prev
alen
si T
B N
asio
nal
M
elak
uka
n si
stem
pen
elit
ian
berb
asis
ad-
hoc
buka
n at
as
perm
inta
an
Prog
ram
Pe
ngen
dalia
n TB
Nas
iona
l
Pr
ogra
m
peng
enda
lian
TB
Nas
iona
l m
enga
rahk
an r
iset
op
eras
iona
l ya
ng
dila
ksan
akan
ol
eh
labo
rato
riu
m
R
iset
op
eras
iona
l ya
ng
dila
kuka
n ti
dak
men
jaw
ab
pert
anya
an-p
erta
nyaa
n Pr
ogra
m
Peng
enda
lian
TB
Nas
iona
l
Terb
atas
nya
tena
ga
loka
l ya
ng
mam
pu
men
anga
ni
rise
t op
eras
iona
l
Ris
et
oper
atio
nal
mem
erlu
kan
dana
ya
ng
besa
r
M
emfo
kusk
an
rise
t be
rdas
rkan
pe
rtan
yaan
-pe
rtan
yaan
ya
ng
mu
ncu
l da
ri k
egia
tan
prog
ram
Pela
tiha
n te
naga
loka
l unt
uk
mel
aku
kan
rise
t op
eras
iona
l
Asp
ek
huku
m
dan
kebi
jaka
n
K
epu
tusa
n m
ente
ri
men
etap
kan
BB
LK S
ura
baya
se
baga
i LR
N b
iaka
n da
n u
ji ke
peka
an p
ada
tahu
n 20
12
K
emen
kes
men
duku
ng
peng
guna
an
biak
an/u
ji ke
peka
an
unt
uk
pasi
en
TB
MD
R/X
DR
K
ebija
kan
yang
ku
at u
ntu
k m
endu
kung
lab
bia
kan
dan
uji
kepe
kaan
Bia
ya
biak
an/u
ji ke
peka
an
dita
nggu
ng
oleh
B
PJS
kese
hata
n
Han
ya
lab
deng
an
mu
tu
terj
amin
ya
ng
dapa
t m
enge
luar
kan
hasi
l bi
akan
/uji
kepe
kaan
Ti
dak
ada
mek
anis
me
form
al
unt
uk
SK
men
gena
i pe
mer
iksa
an
biak
an/u
ji bi
akan
Di
luar
M
TPTR
O,
pasi
en
dike
naka
n bi
aya
unt
uk
pem
erik
saan
bi
akan
/uji
kepe
kaan
Seti
ap l
ab d
apat
mel
aku
kan
biak
an/u
ji ke
peka
an
dan
men
gela
uar
kan
hasi
l, se
rta
mel
aku
kan
pela
pora
n
M
enge
mba
ngka
n m
ekan
ism
e pe
nerb
itan
SK
u
ntu
k pe
mer
iksa
an
biak
an/u
ji ke
peka
ani
Pe
ngaj
uan
pe
ngkl
aim
an
ke
BPJ
S K
eseh
atan
u
ntu
k pe
mer
iksa
an
biak
an/u
ji ke
peka
an
M
enen
tuka
n m
ekan
ism
e ag
ar
lab
yang
ku
alit
asny
a ti
dak
terj
amin
ti
dak
dapa
t m
elap
orka
n ha
sil
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020
77
14
Topi
k an
alis
is
situ
asi
Situ
asi s
ekar
ang
Keb
ijaka
n sa
at
ini/
yang
di
hara
pkan
/sta
ndar
( n
asio
nal/
inte
rnas
iona
l)
Kel
emah
an U
tam
a So
lusi
pem
erik
saan
bi
akan
/uji
kepe
kaan
Pem
biay
aan
laya
nan
lab
TB
Te
rbat
asny
a A
PBD
/APB
N
unt
uk
kegi
atan
op
eras
iona
l (p
rogr
am
TB)
unt
uk
LRN
bi
akan
/uji
kepe
kaan
Ji
ka
APB
D/A
PBN
ti
dak
men
cuku
pi,
mak
a ba
ntu
an
luar
neg
eri d
apat
dig
una
kan,
m
isal
nya
unt
uk:
pe
mbe
lian
mes
in
kult
ur
cair
, pe
mel
ihar
aan
pera
lata
n, d
an
pem
bang
una
n ka
pasi
tas
A
ngga
ran
kegi
atan
pe
laya
nan
lab
TB
bera
sal
dari
APB
D a
tau
APB
N
Ti
dak
ada
dana
u
ntu
k pe
mel
ihar
aan
dan
kalib
rasi
al
at,
kare
na p
endo
nor
tida
k m
elak
uka
n “p
enye
raha
n”
alat
ke
lab
Pe
ngaj
uan
da
na
bant
uan
da
ri
pend
onor
u
ntu
k m
endu
kung
la
b bi
akan
/uji
kepe
kaan
.
Du
kung
an
dari
K
emen
kes
unt
uk
mew
uju
dkan
hi
bah
pera
lata
n u
ntu
k la
b bi
akn/
uji
kepe
kaan
D
. SM
ML:
M
enin
gkat
kan
Sist
em M
anaj
emen
Mut
u La
bora
toriu
m
Topi
k an
alis
is
situ
asi
Situ
asi s
ekar
ang
Keb
ijaka
n sa
at
ini/
ha
rapa
n/
stan
dar
(nat
iona
l/in
tern
atio
nal)
Kel
emah
an U
tam
a So
lusi
Ana
lisis
si
tuas
i
Ti
dak
ada
labo
rato
riu
m y
ang
mem
iliki
ser
tifik
at S
MM
L
Tida
k ad
a te
naga
ya
ng
mam
pu
mel
aku
kan
pela
tiha
n
Se
mu
a LR
N d
an la
b re
fere
nsi
daer
ah
haru
s te
rser
tifik
asi
SMM
L
Tena
ga
loka
l de
ngan
ke
mam
puan
m
elak
ukan
pe
lati
han
SMM
L da
n m
elak
uak
an p
enga
was
an la
b se
suai
SM
ML
Ti
dak
ada
lab
TB
di
Indo
nesi
a ya
ng
mem
iliki
se
rtifi
kat
SMM
L
Tida
k ad
a te
naga
lok
al y
ang
mam
pu
mel
aku
kan
pela
tiha
n SM
ML
dan
peng
awas
an la
b
K
omit
men
pa
da
ting
kat
nasi
onal
da
n la
b u
ntu
k m
enga
daka
n pe
latih
an
SMM
L
Du
kung
an
dari
m
itra
in
tern
asio
nal
unt
uk
mem
bant
u m
empe
rsia
paka
n pe
lati
han
SMM
L da
n TO
T ba
gi s
taf l
okal
Tes
yang
ada
Ti
dak
ada
labo
rato
riu
m y
ang
mem
iliki
ser
tifik
at S
MM
L
Tida
k ad
a te
naga
ya
ng
mam
pu
mel
aku
kan
pela
tiha
n SM
ML
Se
mu
a LR
N d
an la
b re
fere
nsi
daer
ah
haru
s te
rser
tifik
asi
SMM
L
Tena
ga
loka
l de
ngan
ke
mam
puan
m
elak
ukan
Ti
dak
ada
lab
TB
di
Indo
nesi
a ya
ng
mem
iliki
se
rtifi
kat
SMM
L
Tida
k ad
a te
naga
lok
al y
ang
mam
pu
mel
aku
kan
K
omit
men
pa
da
ting
kat
nasi
onal
da
n la
b u
ntu
k m
enga
daka
n pe
latih
an
SMM
L
Du
kung
an
dari
m
itra
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-202078
15
Topi
k an
alis
is
situ
asi
Situ
asi s
ekar
ang
Keb
ijaka
n sa
at
ini/
ha
rapa
n/
stan
dar
(nat
iona
l/in
tern
atio
nal)
Kel
emah
an U
tam
a So
lusi
pela
tiha
n SM
ML
dan
mel
aku
akan
pen
gaw
asan
lab
sesu
ai S
MM
L
pela
tiha
n SM
ML
dan
peng
awas
an la
b in
tern
asio
nal
unt
uk
mem
bant
u m
empe
rsia
paka
n pe
lati
han
SMM
L da
n TO
T ba
gi s
taf l
okal
Stru
ktu
r
Ti
dak
ada
labo
rato
riu
m y
ang
mem
iliki
ser
tifik
at S
MM
L
Tida
k ad
a te
naga
ya
ng
mam
pu
mel
aku
kan
pela
tiha
n SM
ML
M
ekan
ism
e pe
lati
han
SMM
L lo
kal
yang
se
suai
de
ngan
pe
dom
an
pela
tiha
n in
tern
asio
nal
Ti
dak
ada
fasi
litas
pe;
atih
an
loca
l u
ntu
k SM
ML
yang
se
suai
de
ngan
pe
dom
an
intr
erna
sion
al
M
emba
ngu
n fa
silit
as
pela
tiha
n SM
ML
loca
l ya
ng
sesu
ai
deng
an
pedo
man
in
tern
asio
nal
Infr
astr
ukt
ur
Ti
dak
ada
infr
astr
ukt
ur
pend
uku
ng S
MM
L
M
emba
ngu
n
seti
dakn
ya
satu
fa
silit
as
unt
uk
pela
tiha
n SM
ML
Ti
dak
ada
infr
astr
ukt
ur
yang
m
endu
kung
unt
uk
pela
tiha
n SM
ML
dan
peng
awas
an
M
emba
ngu
n
seti
dakn
ya
satu
fa
silit
as
unt
uk
pela
tiha
n SM
ML
SDM
Ti
dak
ada
tena
ga
yang
m
ampu
m
elak
uka
n pe
lati
han
SMM
L at
au t
idak
ad
a hu
bung
an
form
al
deng
an
mit
ra
inte
rnas
iona
l u
ntu
k m
empe
rsia
pkan
pe
lati
han
SMM
L
Te
naga
lo
kal
deng
an
kem
ampu
an
mel
akuk
an
pela
tiha
n SM
ML
dan
mel
aku
akan
pen
gaw
asan
lab
sesu
ai S
MM
L
Ti
dak
ada
tena
ga
yang
m
ampu
m
elak
uka
n pe
lati
han
SMM
L at
au t
idak
ad
a hu
bung
an
form
al
deng
an
mit
ra
inte
rnas
iona
l u
ntu
k m
empe
rsia
pkan
pe
lati
han
SMM
L
K
omit
men
pa
da
ting
kat
nasi
onal
da
n la
b u
ntu
k m
enga
daka
n pe
latih
an
SMM
L
Du
kung
an
dari
m
itra
in
tern
asio
nal
unt
uk
mem
bant
u m
empe
rsia
paka
n pe
lati
han
SMM
L da
n TO
T ba
gi s
taf l
okal
Pe
mel
ihar
aan
dan
kalib
rasi
N
/A
N/A
N
/A
N/A
SMM
L N
/A
N/A
N
/A
N/A
Pera
lata
n da
n m
anaj
emen
pe
nyed
iaan
N/A
N
/A
N/A
N
/A
Man
ajem
en
data
N
/A
N/A
N
/A
N/A
Sist
em
ruju
kan
baha
n u
ji
N/A
N
/A
N/A
N
/A
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020
79
16
Topi
k an
alis
is
situ
asi
Situ
asi s
ekar
ang
Keb
ijaka
n sa
at
ini/
ha
rapa
n/
stan
dar
(nat
iona
l/in
tern
atio
nal)
Kel
emah
an U
tam
a So
lusi
Ris
et
oper
asio
nal
N/A
N
/A
N/A
N
/A
Asp
ek
huku
m
dan
kebi
jaka
n
Ti
dak
ada
kebi
jaka
n m
enge
nai
pene
rapa
n SM
ML
pada
jari
ngan
lab
TB
K
omis
i A
kred
itas
i N
asio
nal
(KA
N)
bert
angg
ung
jaw
ab
mel
aku
kan
peni
laia
n
Se
mu
a LR
N d
an la
b re
fere
nsi
daer
ah
haru
s te
rser
tifik
asi
SMM
L
Kem
enke
s m
embu
at
kebi
jaka
n m
enge
nai
sert
ifika
si
SMM
L u
ntu
k se
mu
a la
bora
tori
um
Dis
kusi
te
ntan
g pe
nera
pan
SMM
L de
ngan
K
AN
u
ntu
k m
elih
at
kapa
sita
s ya
ng
dapa
t m
endu
kung
pr
oses
te
rlak
sana
nya
SMM
L
Pem
biay
aan
Ti
dak
ada
alok
asi
dana
u
ntu
k pe
lati
han
SMM
L
Pend
anaa
n pu
sat
unt
uk
men
duku
ng k
egia
tan
SMM
L
Tida
k ad
a al
okas
i da
na
unt
uk
pela
tiha
n SM
ML
Pe
ndan
aan
pusa
t u
ntu
k m
endu
kung
keg
iata
n SM
ML
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-202080
17
Lam
pira
n 2:
Ana
lisis
SW
OT
Tu
juan
-1 M
enin
gkat
kan
akse
s m
utu
AFB
mik
rosk
opis
den
gan
peni
laia
n m
utu
eks
tern
al
Uns
ur
Anal
isis
si
tuas
i TB
di
la
bora
tori
um
Keu
ntun
gan
Kek
uran
gan
Pelu
ang
Anca
man
Situ
asi s
ekar
ang
Met
ode
uji
sesu
ai s
tand
ard
Mik
rosk
op b
erku
alit
as b
aik
Lab
tuju
an
unt
uk
pem
erik
saan
m
ikro
skop
is
suda
h te
rcak
up
dala
m p
edom
an n
asio
nal
Kom
itm
en y
ang
rend
ah p
ada
ting
kat
prov
insi
da
n ka
bupa
ten
unt
uk
pem
erik
saan
E
QA
m
ikro
skop
is
Rea
gen
kom
ersi
al
tida
k be
rsta
ndar
d H
ubu
ngan
ya
ng
buru
k an
tara
pe
laya
nan
mik
rosk
opis
unt
uk
prog
ram
da
n no
n pr
ogra
m
Tida
k ad
a si
stem
pe
mel
ihar
aan
unt
uk
mik
rosk
op
Terd
apat
ru
ang
unt
uk
peni
ngka
tan
pela
ksan
aan
K
epu
tusa
n K
emen
kes
unt
uk
dist
ribu
tor
kom
ersi
al
Mem
buat
si
stem
pe
mer
iksa
an
mu
tu
reag
en
kom
ersi
al
oleh
la
bora
tori
um
ru
juka
n /
BLK
Terg
angg
uny
a ki
nerj
a si
stem
E
QA
na
sion
al
seca
ra
lebi
h la
nju
t
Tes
TB
dan
caku
pan
laya
nan
Seba
gian
be
sar
fask
es
dapa
t m
elak
uka
n pe
mer
iksa
an
mik
rosk
opis
Pe
rset
uju
an
anta
ra
Prog
ram
Pe
ngen
dalia
n TB
N
asio
nal
dan
mit
ra u
ntu
k m
emu
lai L
ED
FM
Var
iabl
e m
utu
pe
laya
nan
mik
rosk
opis
di
se
tiap
ja
ring
an
Lab
non-
prog
ram
/sw
asta
se
ring
tid
ak t
erm
asu
k da
lam
pe
ngu
mpu
lan
data
EQ
A
Stra
tegi
nas
iona
l bel
um
ada
Men
ingk
atka
n m
utu
mik
rosk
opis
di
se
tiap
jari
ngan
, te
rmas
ukl
ab
swas
ta d
alam
sis
tem
EQ
A D
uku
ngan
yan
g ku
at d
ari
mit
ra
unt
uk
LED
FM
Terb
atas
nya
SDM
te
rlat
ih,
ting
giny
a ti
ngka
t pe
ngu
ndu
ran
diri
sta
f La
b no
n-pr
ogra
m/s
was
ta
teta
p be
rada
di l
uar
pro
gram
Lo
gist
ik d
an E
QA
unt
uk
LED
FM
Jari
ngan
la
b m
ikro
skop
is
Jari
ngan
yan
g m
emad
ai
Lab
non-
prog
ram
/sw
asta
ti
dak
term
asu
k da
lam
ka
pasi
tas
bang
una
n
Men
gem
bang
kan
stra
tegi
ke
rjas
ama
deng
an
labo
rato
riu
m
non-
prog
ram
.
Du
kung
an
yang
m
emad
ai
dari
Pr
ogra
m
Nas
iona
l Pe
ngen
dalia
n TB
Infr
astr
ukt
ur
jari
ngan
Seba
gian
bes
ar i
nfra
stru
ktu
r la
b m
emen
uhi
sya
rat
min
imu
m y
ang
dipe
rlu
kan
SDM
yan
g m
emad
ai d
i set
iap
ting
kata
n ja
ring
an
Pene
tapa
n ba
hwa
pem
erik
saan
m
ikro
skop
is a
kan
teta
p m
enja
di
yang
u
tam
a da
lam
la
b u
ntu
k di
agno
sa T
B
Tes
cepa
t ya
ng
ters
edia
di
pe
laya
nan
kese
hata
n
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020
81
18
Uns
ur
Anal
isis
si
tuas
i TB
di
la
bora
tori
um
Keu
ntun
gan
Kek
uran
gan
Pelu
ang
Anca
man
SDM
Terd
apat
ka
pasi
tas
pela
tiha
n fu
ngsi
onal
di s
etia
p ja
ring
an
Ting
giny
a pe
rgan
ting
an s
taf
Staf
ya
ng
mem
enuh
i pe
rsya
rata
n ya
ng d
iper
luka
n ti
dak
mem
adai
Mem
pert
ahan
kan
staf
te
rlat
ih
dan
pelu
ang
kerj
a ya
ng b
aik
Ta
ntan
gan
biro
kras
i u
ntu
k m
enca
ri s
taf
Pem
elih
araa
n da
n ka
libra
si
Mik
rosk
op
Seba
gian
be
sar
mik
rosk
op
yang
ad
a se
suai
de
ngan
sp
esifi
kasi
na
sion
al
Tida
k ad
a ko
ntra
k te
ntan
g pe
mel
ihar
aan
Kem
auan
di
stri
buto
r u
ntu
k m
enye
leng
gara
kan
pela
tiha
n pe
mel
ihat
aan
alat
.
Pend
anaa
n ya
ng
tida
k m
emad
ai
Sist
em m
anaj
emen
m
utu
labo
rato
riu
m
Terd
apat
pe
dom
an
mik
rosk
opis
ya
ng d
iset
uju
i Pe
dom
an
pela
ksaa
nan
seri
ngka
li ti
dak
dipa
tuhi
Pe
mba
ngu
nan
LRN
m
ikro
skop
is
dan
jeja
ring
LR
I Pe
ndan
aan
berk
elan
juta
n
Man
ajem
en
peny
edia
an
Logi
stik
mem
adai
dan
fung
sion
al
Terd
apat
ped
oman
spe
sifik
asi
Mu
tu b
ahan
hab
is p
akai
dan
re
agen
Pe
ning
kata
n pe
nyed
ian
baha
n ha
bis
paka
i da
n re
agen
be
rku
alit
as
baik
pa
da
suat
u
nega
ra
Pend
anaa
n G
F da
lam
m
asa
tran
sisi
Dat
a m
anag
emen
t
Pela
ksan
aan
e-TB
-12
unt
uk
EQ
A
Tida
k m
emat
uhi
fo
rmat
st
anda
rd d
alam
pel
apor
an
Ren
dahn
ya
um
pan
balik
E
QA
Ket
erse
diia
an
dan
min
at
unt
uk
mel
aku
kan
sist
em
man
ajem
en
lab
berb
asis
ele
ktro
nik
Kom
itm
en
tida
k da
pat
dipe
rtah
anka
n
Sist
em
ruju
kan
cont
oh u
ji
Sist
em d
ari
pusa
t sa
telit
ke
pusa
t m
ikro
skop
is b
erja
lan
baik
Pe
ngir
iman
at
au
ruju
kan
tida
k di
laku
kan
seti
ap h
ari,
men
ggu
naka
n si
stem
pe
ngu
mpu
lan
Stra
tegi
pe
ngir
iman
se
cara
te
ratu
r
Pend
anaa
n G
F da
lam
m
asa
tran
sisi
Ris
et o
pera
sion
al
Pem
bent
uka
n ti
m
rise
t op
eras
iona
l Ti
m
berp
enga
lam
an
dala
m
rise
t op
eras
iona
l
Men
sosi
alis
asik
an
hasi
l pe
nelit
ian
unt
uk
nasi
onal
Pena
nam
an
min
at
mit
ra
unt
uk
men
duku
ng r
iset
ope
rasi
onal
K
egia
tan
risi
et
tida
k te
rkai
t de
ngan
ke
butu
han
Prog
ram
Pe
ngen
daal
ian
TB N
asio
nal
Pem
biay
aan
unt
uk
laya
nan
labo
rato
riu
m
mik
rosk
op
Mem
bang
un
alok
asi
angg
aran
da
ri p
usa
t ke
pro
pins
i dan
tin
gkat
ka
bupa
ten
Peng
alok
asia
n da
na
unt
uk
laya
nan
mik
rosk
opis
ti
dak
dim
anfa
atka
n se
penu
hnya
Peng
aku
an b
ahw
a pe
emer
iksa
an
mik
rosk
opis
aka
n te
rus
men
jadi
al
at
uta
ma
unt
uk
diag
nosi
s la
bora
tori
um
TB
Tes
diag
nost
ik
cepa
t ya
ng
baru
di b
agia
n pe
raw
atan
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-202082
19
Tuju
an-2
Men
ingk
atka
n ak
ses
dan
men
gura
ngi w
aktu
dia
gnos
is d
an d
etek
si r
esis
tens
i Rif
mel
alu
i tes
cep
at
Uns
ur
anal
isis
si
tuas
i TB
di
la
bora
tori
um
Keu
ntun
gan
K
ekur
anga
n Pe
luan
g
Anca
man
A
nalis
is s
itu
asi
Alg
orit
ma
unt
uk
diag
nosi
s TB
di
anta
ra k
asu
s A
FB-
nega
tif,
term
asu
k in
divi
du
HIV
+,
tel
ah d
idef
inis
ikan
da
n te
rsed
ia
Pera
tura
n M
ente
ri
Kes
ehat
an
Nom
or
21
Tahu
n 20
13
tent
ang
kola
bora
si T
B-H
IV
Pedo
man
m
anaj
emen
ko
labo
rati
f TB
-HIV
Han
ya s
ebag
ian
keci
l in
divi
du
HIV
+ /
tid
ak d
iket
ahu
i ya
ng
diru
juk
unt
uk
peng
ujia
n TB
Je
jari
ng
kola
bora
tif
TB-H
IV
belu
m
didi
rika
n u
ntu
k m
emva
lidas
i da
ta
unt
uk
sist
em r
uju
kan
Peni
ngka
tan
kerj
a sa
ma
anta
ra
Prog
ram
N
asio
nal
Peng
enda
lian
TB d
an N
AP
seda
ng d
iper
kuat
M
eren
cana
kan
unt
uk
men
gint
egra
sika
n SI
HA
dan
SIT
T
Isu
dal
am m
anaj
emen
dat
a V
aria
si
kom
itm
en
di
seti
ap
ting
kat
Kab
upa
ten
/ ko
ta /
pro
vins
i ti
dak
mem
iliki
str
ateg
i ke
luar
u
ntu
k pe
ndan
aan
tran
sisi
Tes
TB y
ang
ada
dan
caku
pan
laya
nan
TCM
ya
ng
digu
naka
n u
ntu
k di
agno
sis
TB p
ada
oran
g de
ngan
HIV
pos
itif
Aks
es
ke
TCM
te
rbat
as
di
nasi
onal
, da
n be
bera
pa
labo
rato
riu
m
regi
onal
da
n ka
bupa
ten
Vol
um
e te
s le
bih
rend
ah d
ari
targ
et (
4975
tes
tar
get
(201
5),
tes
TCM
unt
uk
OD
HA
= 1
.512
te
s (J
anu
ari-
Okt
ober
201
5)
Du
kung
an m
itra
yan
g ku
at u
ntu
k ek
span
si T
CM
nas
iona
l B
eren
cana
unt
uk
mem
asok
TC
M
ke
labo
rato
riu
m
di
fasi
litas
ke
seha
tan
di t
ingk
at k
abu
pate
n /
kota
di
Indo
nesi
a se
cara
ber
taha
p hi
ngga
akh
ir 2
019
Tida
k cu
kupn
ya s
um
ber
daya
pe
mer
inta
h u
ntu
k pe
ngad
aan
perl
engk
apan
TC
M
Jeja
ring
la
bora
tori
um
LR
N
mol
eku
ler
seba
gai
oper
asio
nal
Hu
bung
an
kuat
an
tara
LR
N m
olek
ule
r da
n m
itra
Sist
em r
uju
kan
baha
n co
ntoh
u
ji da
ri
pusa
t H
IV
ke
situ
s TC
M b
elu
m d
itet
apka
n
Du
kung
an m
itra
yan
g ku
at u
ntu
k m
enin
gkat
kan
hubu
ngan
an
tara
la
bora
tori
um
da
n pa
sien
, pe
rlu
asan
jeja
ring
TC
M
Ker
jasa
ma
yang
bu
ruk
dan
koor
dina
si a
ntar
lab
orat
oriu
m
TB
di
jeja
ring
di
se
mu
a ti
ngka
tan
tida
k di
perb
aiki
Infr
astr
ukt
ur
labo
rato
riu
m
Infr
astr
ukt
ur
yang
m
emad
ai u
ntu
k pe
ngu
jian
TB H
IV d
i se
bagi
an b
esar
ti
ngka
tan
Mek
anis
me
peni
laia
n la
bora
tori
um
u
ntu
k m
enila
i cal
on lo
kasi
TC
M
Beb
erap
a la
bora
tori
um
m
emili
ki p
asok
an l
istr
ik y
ang
tida
k st
abil
Peng
atu
ran
suhu
yan
g bu
ruk
unt
uk
mes
in
TCM
da
n pe
nyim
pana
n ka
rtri
d
Du
kung
an m
itra
yan
g ku
at u
ntu
k ek
span
si G
X n
asio
nal
Terb
atas
nya
atau
tid
ak a
dany
a al
okas
i da
na
unt
uk
peng
emba
ngan
infr
astr
ukt
ur
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020
83
20
Uns
ur
anal
isis
si
tuas
i TB
di
la
bora
tori
um
Keu
ntun
gan
K
ekur
anga
n Pe
luan
g
Anca
man
SD
M
Prog
ram
pe
lati
han
yang
di
susu
n ol
eh s
taf t
erla
tih
Kom
itm
en
pend
anaa
n u
ntu
k pe
lati
han
Ting
kat
perg
anti
an
staf
ya
ng
ting
gi
Tida
k cu
kupn
ya
staf
u
ntu
k m
emen
uhi
ke
butu
han
jari
ngan
Mem
pert
ahan
kan
staf
ter
lati
h da
n pe
luan
g ka
rir
yang
tep
at
Hila
ngny
a te
naga
ter
lati
h ya
ng
berl
ebih
an
Tida
k ad
a si
stem
tr
ansf
er
peng
etah
uan
an
tara
m
anta
n pe
tuga
s de
ngan
pet
uga
s ba
ru
Rin
tang
an
biro
kras
i u
ntu
k m
empe
kerj
akan
sta
f
Pem
elih
araa
n pe
rlen
gkap
an
labo
rato
riu
m
dan
kalib
rasi
Ters
edia
nya
peny
edia
la
yana
n lo
kal u
ntu
k TC
M
Alo
kasi
da
na
unt
uk
kalib
rasi
TC
M
dan
peng
gant
ian
mod
ul
Ket
idak
mam
puan
pe
nyed
ia
laya
nan
loka
l u
ntu
k m
embe
rika
n la
yana
n ya
ng
dipe
rlu
kan
unt
uk
loka
si
GX
ya
ng a
da d
an y
ang
dian
tisi
pasi
Ti
dak
adan
ya
kont
rak
pem
elih
araa
n ta
huna
n
Du
kung
an
mit
ra
dan
kom
itm
en
yang
ku
at
Tida
k te
rsed
iany
a pe
ndan
aan
loka
l u
ntu
k ka
libra
si
dan
pem
elih
araa
n K
eber
lanj
uta
n
Sist
em
man
ajem
en
mu
tu la
bora
tori
um
Prog
ram
N
asio
nal
Peng
enda
lian
TB d
an L
RN
be
rkom
itm
en
unt
uk
men
erap
kan
sist
em
man
ajem
en
mu
tu
unt
uk
TCM
Tida
k ad
anya
pe
dom
an
inte
rnas
iona
l u
ntu
k m
anaj
emen
mu
tu T
CM
Labo
rato
riu
m
Glo
bal
Init
iati
ve
seda
ng m
empe
rsia
pkan
ped
oman
u
ntu
k m
anaj
emen
mu
tu T
CM
Mu
tu T
CM
mu
ngki
n m
enu
run
kare
na
tida
k te
rsed
iany
a pe
dom
an m
anaj
emen
mu
tu
Man
ajem
en
pers
edia
an
Tim
lo
gist
ik
pusa
t m
enge
lola
pem
belia
n da
n pe
nyim
pana
n u
ntu
k m
emas
tika
n m
utu
pa
soka
n Lo
kasi
TC
M
tida
k pe
rlu
m
embe
li pa
soka
n da
ri
dist
ribu
tor
Seri
ngny
a m
unc
ul
keha
bisa
n pe
rsed
iaan
kar
ena
loka
si t
idak
m
enda
patk
an
cuku
p ka
rtri
d se
suai
yan
g di
min
ta
Mu
tu d
ata
logi
stik
mel
apor
kan
ke t
ingk
at p
usa
t K
ehab
isan
pe
rsed
iaan
di
ti
ngka
t pu
sat
kare
na
ham
bata
n /
kete
rlam
bata
n da
lam
pen
gada
an
Prog
ram
N
asio
nal
Peng
enda
lian
TB
dan
kom
itm
en
mit
ra
unt
uk
men
ingk
atka
n si
stem
lo
gist
ik
di
sem
ua
ting
kata
n da
lam
jeja
ring
Kom
plek
sita
s bi
rokr
asi
dala
m
peng
adaa
n da
n di
stri
busi
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-202084
21
Uns
ur
anal
isis
si
tuas
i TB
di
la
bora
tori
um
Keu
ntun
gan
K
ekur
anga
n Pe
luan
g
Anca
man
M
anaj
emen
dat
a D
igu
naka
nnya
per
ekam
an
stan
dar
dan
form
at
pela
pora
n
Rek
aman
el
ektr
onik
&
si
stem
pe
lapo
ran
yang
di
kem
bang
kan
unt
uk
situ
s PM
DT
(e-T
B
Man
ager
)
e-TB
m
anaj
er
tida
k m
enye
diak
an
mod
ul
khu
sus
unt
uk
kasu
s TB
ba
ru
(HIV
, Pe
diat
rik,
EP,
DM
) Se
ring
nya
penu
ndaa
n si
stem
pe
lapo
ran
man
ual
&
m
utu
da
ta y
ang
buru
k M
utu
da
ta
yang
bu
ruk
berd
ampa
k ne
gati
f pa
da
pem
anta
uan
kin
erja
per
alat
an
RR
ru
mit
Men
ingk
atka
n ak
ses
e-TB
m
anaj
er k
e la
bora
tori
um
M
enge
mba
ngka
n TC
M
SMS
/ G
XA
lert
u
ntu
k m
emfa
silit
asi
sist
em p
elap
oran
has
il te
s
Tida
k m
emili
ki
sist
em
man
ajem
en d
ata
fung
sion
al
Tida
k m
emili
ki n
omor
pas
ien
khu
sus
/ da
pat
dila
cak
Sist
em
ruju
kan
baha
n co
ntoh
uji
Mod
ul
pela
tiha
n ya
ng
dike
mba
ngka
n da
n di
guna
kan
unt
uk
pros
es
peng
emas
an
dan
tran
spor
tasi
yan
g am
an
Stu
di p
ilot
yang
dila
kuka
n u
ntu
k m
engu
ji m
odal
itas
ya
ng b
erbe
da
Tida
k je
lasn
ya
gari
s pe
ndan
aan
yang
te
rsed
ia
unt
uk
pusa
t ke
seha
tan
ting
kat
rend
ah
Kom
plek
sita
s ge
ogra
fis
yang
su
bsta
nsia
l Ti
dak
adan
ya
pedo
man
na
sion
al
unt
uk
peng
irim
an
bara
ng b
erba
haya
Kom
itm
en d
ari
dono
r da
n m
itra
u
ntu
k m
enin
gkat
kan
mek
anis
me
peng
irim
an b
ahan
con
toh
uji
Pote
nsi
unt
uk
mem
anfa
atka
n be
rbag
ai
bent
uk
tran
spor
tasi
lo
kal
Keb
erla
nju
tan
Terj
adin
ya
pote
nsi
tum
paha
n ba
han
infe
ksiu
s Pe
nola
kan
lem
baga
ku
rir
unt
uk
men
anga
ni
baha
n in
feks
ius
Ris
et o
pera
sion
al
Tim
ris
et o
pera
sion
al y
ang
berp
enga
lam
an
Mek
anis
me
duku
ngan
ya
ng b
aik
Peny
ebar
an
hasi
l pe
nelit
ian
unt
uk
ting
kat
nasi
onal
Men
ingk
atny
a m
inat
da
ri
mit
ra
unt
uk
men
duku
ng
rise
t op
eras
iona
l
Keg
iata
n pe
nelit
ian
tida
k te
rkai
t de
ngan
ke
butu
han
Prog
ram
N
asio
nal
Peng
enda
lian
TB
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020
85
22
Uns
ur
anal
isis
si
tuas
i TB
di
la
bora
tori
um
Keu
ntun
gan
K
ekur
anga
n Pe
luan
g
Anca
man
K
ebija
kan
dan
aspe
k le
gal u
ntu
k TB
K
emen
teri
an
Kes
ehat
an
tela
h m
endu
kung
pe
nggu
naan
tes
cep
at
Peni
laia
n Te
knol
ogi
Kes
ehat
an
(PTK
) tid
ak s
eles
ai
Peng
ujia
n ti
dak
dita
nggu
ng
oleh
as
ura
nsi
kese
hata
n na
sion
al (B
PJS
Kes
ehat
an)
Terb
atas
nya
peng
guna
an T
CM
u
ntu
k te
rdu
ga T
B R
O d
an T
B-
HIV
Ti
dak
ada
kebi
jaka
n u
ntu
k m
embe
rita
huka
n ha
sil
dari
la
bora
tori
um
sw
asta
ke
pada
Pr
ogra
m
Nas
iona
l Pe
ngen
dalia
n TB
ke
tika
la
bora
tori
um
in
i di
izin
kan
unt
uk
mem
beli
TCM
Du
kung
an m
itra
unt
uk
PTK
dar
i TC
M
Adv
okas
i u
ntu
k pe
nyed
ia
BPJ
S K
eseh
atan
u
ntu
k m
enye
rtak
an
peng
ujia
n TC
M
Perl
uas
an
TCM
u
ntu
k se
mu
a ke
lom
pok
pasi
en
yang
di
reko
men
dasi
kan
WH
O
Kem
uda
han
akse
s TC
M o
leh
non-
prog
ram
la
bora
tori
um
/
labo
rato
riu
m s
was
ta
BPJ
S K
eseh
atan
mel
anju
tkan
u
ntu
k ti
dak
men
angg
ung
pe
ngu
jian
TCM
Pe
nyed
ia
swas
ta
tida
k da
pat
men
gaks
es T
CM
den
gan
biay
a Pr
ogra
m
Tida
k ad
anya
pe
mbe
rita
huan
w
ajib
ke
pada
Pr
ogra
m
Nas
iona
l Pen
gend
alia
n TB
Pem
biay
aan
unt
uk
laya
nan
labo
rato
riu
m
TB
Prog
ram
N
asio
nal
Peng
enda
lian
TB
men
gaku
i tr
ansi
si
dari
pe
ndan
aan
dono
r ke
pe
ndan
aan
nasi
onal
Saat
in
i se
luru
h bi
aya
TCM
di
tang
gung
ole
h da
na d
onor
Adv
okas
i u
ntu
k pe
nyed
ia
BPJ
S K
eseh
atan
u
ntu
k m
embi
ayai
pe
ngu
jian
TCM
Ting
giny
a ke
terg
antu
ngan
pa
da p
enda
naan
don
or
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-202086
23
Tuju
an-3
Men
ingk
atka
n ak
ses
terh
adap
uji
ker
enta
nan
obat
lini
per
tam
a da
n ke
dua
di a
ntar
a pa
sien
res
iko
ting
gi T
B
M/X
DR
U
nsur
an
alis
is
situ
asi
TB
di
labo
rato
rium
K
eunt
unga
n
Kek
uran
gan
Pe
luan
g
Anca
man
A
nalis
is
kead
aan
tert
entu
TB
Je
jari
ng
nasi
onal
bi
akan
TB
/uji
kepe
kaan
ya
ng
mu
tuny
a te
rjam
in s
edan
g da
lam
pen
gem
bang
an
Jum
lah
labo
rato
riu
n bi
akan
/ u
ji ke
peka
an t
idak
mem
enu
hi
reko
men
dasi
WH
O
Du
kung
an m
itra
yan
g ku
at u
ntu
k m
enge
mba
ngka
n je
jari
ng
Ban
yak
labo
rato
riu
m
mem
inta
se
rtifi
kasi
dar
i LR
N
Peru
baha
n te
knol
ogi
yang
ti
dak
terd
uga
K
eber
lang
sung
an
Peng
ujia
n TB
ya
ng
ada
dan
caku
pan
laya
nan
5 la
bora
tori
um
be
rser
tifik
asi u
ntu
k u
ji ke
peka
an li
ni p
erta
ma
dan
kedu
a 8
labo
rato
riu
m
bers
erti
fikas
i unt
uk
uji
kepe
kaan
lini
per
tam
a 6
labo
rato
riu
m d
alam
ta
hapa
n pe
rsia
pan
unt
uk
men
gem
bang
kan
kapa
sita
s bi
akan
/ u
ji ke
peka
an
Bia
kan
cair
/ u
ji ke
peka
an
ters
edia
di b
eber
apa
labo
rato
riu
m
Peng
guna
an u
ji id
enti
fikas
i bia
kan
cepa
t
Jeja
ring
lab
orat
oriu
m b
iaka
n/
uji
kepe
kaan
yan
g ad
a sa
at i
ni
tida
k m
enye
diak
an
caku
pan
seca
ra n
asio
nal
Beb
an
kerj
a bi
akan
/ u
ji ke
peka
an
yang
ad
a sa
at
ini
mas
ih r
enda
h Ti
dak
sem
ua
labo
rato
riu
m
biak
an/
uji
kepe
kaan
m
engg
una
kan
kult
ur
cair
Pe
nila
ian
mu
tu
ekst
erna
l u
ntu
k bi
akan
su
b-op
tim
al
Mit
ra
mel
anju
tkan
du
kung
an
perl
uas
an b
iaka
n /
uji
kepe
kaan
Pe
ning
kata
n du
kung
an d
ana
dari
ti
ngka
t pr
ovin
si
Peru
baha
n te
knol
ogi
yang
ti
dak
terd
uga
K
eber
lang
sung
an b
iaka
n ca
ir/
uji
kepe
kaan
Stru
ktu
r je
jari
ng
labo
rato
riu
m
biak
an/
uji
kepe
kaan
Jeja
ring
na
sion
al
biak
an
TB/
uji
kepe
kaan
ya
ng
mu
tuny
a te
rjam
in s
edan
g da
lam
pen
gem
bang
an
BB
LK S
ura
baya
dit
unj
uk
seba
gai
LRN
u
ntu
k bi
akan
/ u
ji ke
peka
an
Jeja
ring
lab
orat
oriu
m b
iaka
n/
uji
kepe
kaan
yan
g ad
a sa
at i
ni
tida
k m
enye
diak
an
caku
pan
seca
ra n
asio
nal
Beb
an
kerj
a bi
akan
/ u
ji ke
peka
an
yang
ad
a sa
at
ini
mas
ih r
enda
h
Mit
ra
mel
anju
tkan
du
kung
an
perl
uas
an b
iaka
n /u
ji ke
peka
an
Peni
ngka
tan
duku
ngan
dan
a da
ri
ting
kat
prov
insi
Peru
baha
n te
knol
ogi
yang
ti
dak
terd
uga
K
eber
lang
sung
an b
iaka
n ca
ir/
uji
kepe
kaan
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020
87
24
Uns
ur
anal
isis
si
tuas
i TB
di
la
bora
tori
um
Keu
ntun
gan
K
ekur
anga
n
Pelu
ang
An
cam
an
Infr
astr
ukt
ur
jeja
ring
la
bora
tori
um
pe
ngu
jian
TB
12
labo
rato
riu
m
seda
ng
dipe
rbai
ki
unt
uk
mem
enu
hi s
tand
ar B
SL2+
Ban
yak
labo
rato
riu
m
di
Indo
nesi
a m
enaw
arka
n bi
akan
, ta
pi
seba
gian
be
sar
laya
nan
tida
k m
emen
uhi
st
anda
r Ti
dak
adan
ya
pem
etaa
n la
bora
tori
um
ya
ng
mel
aksa
naka
n bi
akan
Pe
mbe
lian
perl
engk
apan
ke
bany
akan
dib
iaya
i don
or
Peni
ngka
tan
kont
ribu
si
pend
anaa
n da
ri t
ingk
at n
asio
nal
dan
prov
insi
Ku
rang
nya,
at
au
tida
k m
emad
ainy
a pe
mel
ihar
aan
infr
astr
ukt
ur
Peru
baha
n te
knol
ogi y
ang
cepa
t
Sum
ber
Day
a M
anu
sia
Pusa
t pe
lati
han
di B
BLK
Su
raba
ya
mel
aku
kan
pela
tiha
n da
lam
bi
akan
, u
ji ke
peka
an,
per
siap
an
med
ia,
dan
prak
tek
kerj
a ya
ng a
man
LR
N
suda
h m
emili
ki
sist
em t
erst
rukt
ur
unt
uk
peng
emba
ngan
SD
M
LRN
yan
g su
dah
terl
atih
da
n be
rpen
gala
man
m
ampu
m
elat
ih,
men
gaw
asi,
dan
mel
aku
kan
prog
ram
pe
man
tapa
n m
utu
Ren
dahn
ya j
um
lah
SDM
yan
g te
rlat
ih
unt
uk
mem
enu
hi
targ
et 4
6 la
bora
tori
um
sta
ndar
u
ntu
k bi
akan
Ti
dak
ada
data
da
sar
men
gena
i lab
SD
M
Saat
in
i LR
N
mem
beri
kan
sem
ua
mas
uka
n te
knis
da
n pe
ngaw
asan
ter
hada
p bi
akan
/
uji
kepe
kaan
Ban
yakn
ya
labo
rato
riu
m
men
gaju
kan
pela
tiha
n da
ri
LRN
m
engg
una
kan
dana
loka
l
Seri
ngny
a te
rjad
inya
ro
tasi
SD
M y
ang
terl
atih
di u
nit
kerj
a
Kom
itm
en
man
ajem
en
labo
rato
riu
m
unt
uk
men
ingk
atka
n ju
mla
h pe
tuga
s K
apas
itas
mas
ih b
erva
rias
i
Pem
elih
araa
n da
n ka
libra
si p
eral
atan
B
eber
apa
pem
elih
araa
n pe
rala
tan
dila
kuka
n se
cara
loka
l
Dik
emba
ngka
nnya
pr
osed
ur
pem
elih
araa
n u
ntu
k pe
rala
tan
labo
rato
riu
m T
B t
erpi
lih
Tekn
isi
B
SC
yang
Han
ya b
eber
apa
labo
rato
riu
m
yang
m
emili
ki
alok
asi
angg
aran
unt
uk
pem
elih
araa
n pe
rala
tan
Han
ya b
eber
apa
labo
rato
riu
m
yang
m
emili
ki
kont
rak
pem
elih
araa
n ta
huna
n K
ura
ngny
a te
knis
i B
SC
yang
Men
ganj
urk
an
kepa
da
pem
erin
tah
daer
ah a
tau
nas
iona
l u
ntu
k m
enda
patk
an p
embi
ayaa
n u
ntu
k pe
mel
ihar
aan
pera
lata
n da
n ka
libra
si
Kem
kes
(BPF
K)
bere
ncan
a u
ntu
k m
elat
ih
staf
la
bora
tori
um
u
ntu
k pe
raw
atan
se
derh
ana
dan
Pera
lata
n m
ahal
ber
esik
o ti
dak
dike
lola
den
gan
baik
Pe
rala
tan
yang
ti
dak
dika
libra
si
berp
enga
ruh
terh
adap
mu
tu h
asil
tes
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-202088
25
Uns
ur
anal
isis
si
tuas
i TB
di
la
bora
tori
um
Keu
ntun
gan
K
ekur
anga
n
Pelu
ang
An
cam
an
bers
erti
fikas
i be
rser
tifik
at
kalib
rasi
Sist
em
man
ajem
en
mu
tu
SOP
dan
pedo
man
di
kem
bang
kan
dan
diik
uti
da
lam
lab
orat
oriu
m y
ang
terj
amin
mu
tuny
a
Beb
erap
a ko
mpo
nen
SMM
L (S
iste
m
Man
ajem
en
Mu
tu
Labo
rato
riu
m)
terd
apat
di
dala
m l
abor
ator
ium
yan
g te
rjam
in m
utu
nya
Ban
yak
labo
rato
riu
m
tida
k m
ener
apka
n si
stem
m
anaj
emen
SM
ML
Lem
ahny
a ko
mit
men
po
litik
u
ntu
k SM
ML
di b
anya
k lo
kasi
B
uru
knya
ka
pasi
tas
loka
l u
ntu
k m
elak
uka
n SM
ML
Ban
yak
labo
rato
riu
m
men
unj
ukk
an k
eter
tari
kan
dala
m
SMM
L da
n ak
redi
tasi
Kom
itm
en
teru
s m
ener
us
unt
uk
mem
pert
ahan
kan
SMM
L m
asih
ren
dah
Man
ajem
en
pers
edia
an
dan
pera
lata
n la
bora
tori
um
TB
Staf
te
rlat
ih
dala
m
labo
rato
riu
m t
erpi
lih y
ang
m
utu
nya
terj
amin
u
ntu
k m
anaj
emen
logi
stik
B
uku
pe
tunj
uk
um
um
te
lah
dike
mba
ngka
n B
uku
pet
unj
uk
spes
ifika
si
pera
lata
n la
bora
tori
um
te
lah
dike
mba
ngka
n da
n di
duku
ng o
leh
Kem
kes
Man
ajem
en
logi
stik
ti
dak
diik
uti
den
gan
bena
r Sp
esifi
kasi
pe
rala
tan
labo
rato
riu
m t
idak
diik
uti
Man
ajem
en l
ogis
tik
adal
ah b
agia
n da
ri p
rogr
am a
kred
itas
i Pr
osed
ur
biro
kras
i ya
ng r
um
it
mem
peng
aru
hi
kebu
tuha
n lo
gist
ik
Man
ajem
en d
ata
Fo
rmat
st
anda
r R
R
seda
ng
diik
uti
da
lam
la
bora
tori
um
ya
ng
terj
amin
mu
tuny
a
e-TB
man
ager
dig
una
kan
oleh
la
bora
tori
um
u
ntu
k pa
sien
MTP
TRO
B
entu
k st
anda
r K
PI
unt
uk
labo
rato
riu
m
uji
kepe
kaan
dig
una
kan
dan
dila
pork
an s
ecar
a m
anu
al
Form
at
stan
dar
hany
a ad
a da
lam
la
bora
tori
um
ya
ng
terj
amin
mu
tuny
a
Seri
ngny
a pe
nund
aan
sist
em
pela
pora
n m
anu
al
&
mu
tu
data
yan
g bu
ruk.
Ti
dak
terl
atih
nya
staf
lab
TB
u
ji ke
peka
an
unt
uk
e-TB
m
anaj
er,
men
yeba
bkan
ser
ing
mu
ncu
lnya
m
asal
ah
dala
m
men
gaks
es e
-TB
man
ajer
RR
ter
inte
gras
i u
ntu
k pe
laya
nan
kese
hata
n se
dang
dik
emba
ngka
n ol
eh K
emke
s
Dat
abas
e ge
nera
si b
aru
tid
ak
beke
rja
Infr
astr
ukt
ur
unt
uk
man
ajem
en
data
el
ektr
onik
ti
dak
men
duku
ng
Kee
ngga
nan
unt
uk
men
gisi
fo
rmu
lir R
R
Dat
a ko
nsol
idas
i da
ri
beba
n pe
nyak
it
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020
89
26
Uns
ur
anal
isis
si
tuas
i TB
di
la
bora
tori
um
Keu
ntun
gan
K
ekur
anga
n
Pelu
ang
An
cam
an
kepa
da
LRN
di
ba
sis
regu
ler
Sist
em r
uju
kan
baha
n co
ntoh
uji
M
odu
l pe
lati
han
dike
mba
ngka
n da
n di
guna
kan
unt
uk
peng
emas
an
dan
tran
spor
tasi
yan
g am
an
Stu
di
pilo
t ya
ng
dila
kuka
n u
ntu
k m
engu
ji m
odal
itas
ber
beda
Tida
k ad
anya
gar
is p
enda
naan
ya
ng
jela
s u
ntu
k pu
sat
kese
hata
n de
ngan
tin
gkat
yan
g le
bih
rend
ah
Kom
plek
sita
s ge
ogra
fis
subs
tans
ial
Tida
k ad
anya
pe
dom
an
nasi
onal
u
ntu
k pe
ngir
iman
ba
rang
ber
baha
ya
Kom
itm
en d
ari
dono
r da
n m
itra
u
ntu
k m
enin
gkat
kan
mek
anis
me
peng
irim
an b
ahan
con
toh
uji
Pote
nsi
unt
uk
mem
anfa
atka
n be
rbag
ai
bent
uk
tran
spor
tasi
lo
kal
Keb
erla
nju
tan
Terj
adin
ya
pote
nsi
tum
paha
n ba
han
infe
ksiu
s Pe
nola
kan
lem
baga
ku
rir
unt
uk
men
anga
ni
baha
n in
feks
ius
Ris
et o
pera
sion
al
Prog
ram
N
asio
nal
Peng
enda
lian
TB
berk
omit
men
u
ntu
k m
enin
gkat
kan
pelu
ang
unt
uk
pene
litia
n op
eras
iona
l Ti
m
LRN
ya
ng
sang
at
berp
enga
lam
an
Tida
k ad
anya
da
na
unt
uk
mel
aku
kan
pene
litia
n op
eras
iona
l
Men
ggu
naka
n LR
N
unt
uk
mel
aku
kan
kegi
atan
pe
nelit
ian
oper
asio
nal
unt
uk
pert
anya
an
Prog
ram
N
asio
nal
Peng
enda
lian
TB
Keg
iata
n pe
nelit
ian
yang
tid
ak
terk
ait
deng
an
Prog
ram
N
asio
nal
Peng
enda
lian
TB
mem
butu
hkan
su
mbe
r lim
bah
Keb
ijaka
n hu
kum
dan
u
lasa
n Te
rsed
iany
a pe
dom
an
unt
uk
jeja
ring
la
bora
tori
um
Pe
ngu
jian
TB d
asar
tel
ah
diak
ui
oleh
B
PJS
Kes
ehat
an
Han
ya l
abor
ator
ium
yan
g te
rjam
in
mu
tuny
a u
ntu
k u
ji ke
peka
an
yang
di
perb
oleh
kan
unt
uk
mel
apor
kan
hasi
l
Bad
an
akre
dita
si
nasi
onal
te
ruta
ma
berf
oku
s pa
da
man
ajem
en
dan
keku
rang
an
pada
tek
nis
Rin
tang
an
biro
kras
i da
lam
m
enye
rahk
an p
eral
atan
don
or
ke la
bora
tori
um
BPJ
S K
eseh
atan
ha
nya
mel
aku
kan
peng
gant
ian
dana
ke
labo
rato
riu
m t
erak
redi
tasi
K
emau
an K
emke
s da
n du
kung
an
mit
ra u
ntu
k m
enge
nali
peng
ujia
n ce
pat
deng
an B
PJS
Kes
ehat
an
Keb
erla
ngsu
ngan
tes
cep
at
Aks
esib
ilita
s ke
pe
ndu
duk
yang
diin
gink
an
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-202090
27
Uns
ur
anal
isis
si
tuas
i TB
di
la
bora
tori
um
Keu
ntun
gan
K
ekur
anga
n
Pelu
ang
An
cam
an
Pem
biay
aan
unt
uk
biak
an/
uji
kepe
kaan
Se
mak
in
bert
amba
hnya
da
na l
okal
yan
g te
rsed
ia
unt
uk
mem
perk
uat
la
bora
tori
um
bia
kan
/ u
ji ke
peka
an
Ket
erse
diaa
n da
na
loka
l u
ntu
k pe
lati
han
Ber
lanj
utn
ya
kete
rgan
tung
an
berl
ebih
pa
da
pend
anaa
n do
nor
Tida
k ad
a da
na
unt
uk
pem
elih
araa
n pe
rala
tan
dan
kalib
rasi
In
fras
tru
ktu
r da
n pe
rala
tan
dise
rahk
an o
leh
dono
r
Peni
ngka
tan
duku
ngan
dan
a da
ri
sum
ber-
sum
ber
nasi
onal
da
n pr
ovin
si
Pend
anaa
n m
elal
ui
GF
bera
da
dala
m m
asa
tran
sisi
–
Keb
erla
nju
tan
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020
91
28
Tuju
an-4
Mel
aku
kan
sist
em m
anaj
emen
mu
tu la
bora
tori
um
U
nsur
an
alis
is
situ
asi
TB
di
labo
rato
rium
K
eunt
unga
n
Kek
uran
gan
Pe
luan
g
Anca
man
A
nalis
is
kont
eks
tert
entu
TB
A
ktiv
itas
SM
ML
term
asu
k da
lam
5
tahu
n re
ncan
a st
rate
gis
labo
rato
riu
m
Tida
k te
rsed
iany
a ra
ncan
gan
SMM
L di
neg
ara
Peni
ngka
tan
kepe
rcay
aan
di
labo
rato
riu
m b
erse
rtifi
kat
SMM
L K
ura
ngny
a ko
mit
men
pol
itik
di
ting
kat
nasi
onal
dan
/ a
tau
di
ting
kat
labo
rato
riu
m
Cak
upa
n la
yana
n ya
ng a
da
Prog
ram
N
asio
nal
Peng
enda
lian
TB d
an B
UK
(B
ina
Upa
ya
Kes
ehat
an)
tela
h se
paka
t u
ntu
k m
endu
kung
pe
lati
han
SMM
L
Tida
k ad
a pe
lati
han
SMM
L re
smi
tela
h di
laku
kan
unt
uk
labo
rato
riu
m In
done
sia
Men
ingk
atka
n m
inat
ole
h ba
dan-
bada
n in
tern
asio
nal
unt
uk
men
duku
ng p
elat
ihan
SM
ML
Impl
emen
tasi
ya
ng
tepa
t da
n be
rlan
jut
Stru
ktu
r je
jari
ng
Beb
erap
a ko
mpo
nen
tela
h di
kem
bang
kan
dan
diim
plem
enta
sika
n
Ku
rang
nya
peng
etah
uan
das
ar
men
gena
i SM
ML
Men
ghu
bung
kan
SMM
L de
ngan
si
stem
akr
edit
asi n
asio
nal
Keg
agal
an
unt
uk
mel
aksa
naka
n se
luru
h ja
ring
an
Infr
astr
ukt
ur
labo
rato
riu
m
Infr
astr
ukt
ur
yang
mem
adai
da
lam
la
bora
tori
um
ya
ng
terj
amin
mu
tuny
a
Ban
yak
labo
rato
riu
m
tida
k m
emili
ki
infr
astr
ukt
ur
yang
di
ingi
nkan
Men
ingk
atny
a ko
ntri
busi
pe
ndan
aan
dari
tin
gkat
nas
iona
l da
n pr
ovin
si
Ku
rang
nya,
at
au
tida
k m
emad
ainy
a pe
mel
ihar
aan
infr
astr
ukt
ur
Su
mbe
r D
aya
Man
usi
a B
eber
apa
staf
ter
lati
h da
lam
ko
mpo
nen
yang
dip
ilih
dari
SM
ML
dala
m m
utu
ter
jam
in
labo
rato
riu
m
Tida
k ad
anya
pel
atih
ata
u s
taf
berp
enga
lam
an
Ban
yakn
ya
prog
ram
st
udi
ya
ng
ters
edia
dar
i mit
ra
Ku
rang
nya
jum
lah
SDM
Pem
elih
araa
n da
n ka
libra
si
pera
lata
n la
bora
tori
um
Pem
elih
araa
n be
bera
pa
perl
engk
apan
di
laku
kan
seca
ra lo
kal
Pros
edu
r u
ntu
k pe
mel
ihar
aan
bebe
rapa
pe
rala
tan
labo
rato
riu
m
TB
suda
h di
kem
bang
kan
Tekn
isi B
SC b
erse
rtifi
kasi
Han
ya
bebe
rapa
la
bora
tori
um
m
emili
ki
alok
asi
angg
aran
u
ntu
k pe
mel
ihar
aan
pera
lata
n H
anya
be
bera
pa
labo
rato
riu
m
mem
iliki
kon
trak
pem
elih
araa
n ta
huna
n K
ura
ngny
a ju
mla
h te
knis
i B
SC
yang
ber
sert
ifika
t
Men
ganj
urk
an
kepa
da
pem
erin
tah
daer
ah a
tau
nas
iona
l u
ntu
k m
enda
patk
an p
embi
ayaa
n u
ntu
k pe
mel
ihar
aan
pera
lata
n da
n ka
libra
si
Kem
kes
(BPF
K)
bere
ncan
a m
elat
ih s
taf
labo
rato
riu
m u
ntu
k m
elak
uka
n pe
raw
atan
sed
erha
na
dan
kalib
rasi
Pera
lata
n m
ahal
ber
esik
o ti
dak
dike
lola
den
gan
baik
Pe
rala
tan
yang
ti
dak
dika
libra
si
mem
peng
aru
hi
mu
tu h
asil
tes
Sist
em
man
ajem
en
mu
tu
SOP
dan
pedo
man
di
kem
bang
kan
dan
diik
uti
B
anya
k la
bora
tori
um
ti
dak
men
erap
kan
sist
em
Ban
yak
labo
rato
riu
m
men
unj
ukk
an k
eter
tari
kan
dala
m
Kom
itm
en
teru
s m
ener
us
unt
uk
mem
pert
ahan
kan
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-202092
29
Uns
ur
anal
isis
si
tuas
i TB
di
la
bora
tori
um
Keu
ntun
gan
K
ekur
anga
n
Pelu
ang
An
cam
an
dala
m
labo
rato
riu
m
yang
te
rjam
in m
utu
nya
Beb
erap
a ko
mpo
nen
SMM
L te
rdap
at
di
dala
m
labo
rato
riu
m y
ang
terj
amin
m
utu
nya
man
ajem
en S
MM
L Le
mah
nya
kom
itm
en
polit
ik
unt
uk
SMM
L di
ban
yak
loka
si
Bu
rukn
ya
kapa
sita
s lo
kal
unt
uk
mel
aku
kan
SMM
L
SMM
L da
n ak
redi
tasi
SMM
L m
asih
ren
dah
Man
ajem
en
pers
edia
an
Staf
te
rlat
ih
dala
m
labo
rato
riu
m
terp
ilih
yang
m
utu
nya
terj
amin
u
ntu
k m
anaj
emen
logi
stik
B
uku
pet
unj
uk
um
um
tel
ah
dike
mba
ngka
n B
uku
pe
tunj
uk
spes
ifika
si
pera
lata
n la
bora
tori
um
te
lah
dike
mba
ngka
n da
n di
duku
ng o
leh
Kem
kes
Man
ajem
en
logi
stik
ti
dak
diik
uti
den
gan
bena
r Sp
esifi
kasi
pe
rala
tan
labo
rato
riu
m t
idak
diik
uti
Man
ajem
en lo
gist
ik a
dala
h ba
gian
da
ri p
rogr
am a
kred
itas
i Pr
osed
ur
biro
kras
i ya
ng r
um
it
mem
peng
aru
hi
kebu
tuha
n lo
gist
ik
Man
ajem
en d
ata
Fo
rmat
sta
ndar
RR
sed
ang
diik
uti
da
lam
la
bora
tori
um
ya
ng t
erja
min
mu
tuny
a
Indi
kato
r ki
nerj
a u
tam
a ya
ng
dike
mba
ngka
n da
n di
impl
emen
tasi
kan
dala
m
labo
rato
riu
m y
ang
terj
amin
m
utu
nya
Form
at
stan
dar
hany
a ad
a da
lam
la
bora
tori
um
ya
ng
terj
amin
mu
tuny
a
Indi
kato
r ki
nerj
a u
tam
a ha
nya
terd
apat
di
labo
rato
riu
m y
ang
terj
amin
mu
tuny
a
Ban
yak
LIM
S te
rsed
ia
seca
ra
inte
rnas
iona
l Si
stem
man
ajem
en d
ata
tida
k fu
ngsi
onal
Sist
em
ruju
kan
baha
n co
ntoh
uji
Mod
ul
pela
tiha
n di
kem
bang
kan
dan
digu
naka
n u
ntu
k pe
ngem
asan
da
n tr
ansp
orta
si y
ang
aman
St
udi
pilo
t ya
ng d
ilaku
kan
unt
uk
men
guji
mod
alit
as
berb
eda
Tida
k ad
anya
gar
is p
enda
naan
ya
ng
jela
s u
ntu
k pu
sat
kese
hata
n de
ngan
tin
gkat
yan
g le
bih
rend
ah
Kom
plek
sita
s ge
ogra
fis
subs
tans
ial
Tida
k ad
anya
pe
dom
an
nasi
onal
u
ntu
k pe
ngir
iman
ba
rang
ber
baha
ya
Kom
itm
en d
ari
dono
r da
n m
itra
u
ntu
k m
enin
gkat
kan
mek
anis
me
peng
irim
an b
ahan
con
toh
uji
Pote
nsi
unt
uk
mem
anfa
atka
n be
rbag
ai
bent
uk
tran
spor
tasi
lo
kal
Keb
erla
nju
tan
Terj
adin
ya
pote
nsi
tum
paha
n ba
han
infe
ksiu
s Pe
nola
kan
lem
baga
ku
rir
unt
uk
men
anga
ni
baha
n in
feks
ius
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020
93
30
Uns
ur
anal
isis
si
tuas
i TB
di
la
bora
tori
um
Keu
ntun
gan
K
ekur
anga
n
Pelu
ang
An
cam
an
Keb
ijaka
n da
n as
pek
huku
m
unt
uk
TB
Bad
an
akre
dita
si
nasi
onal
m
enga
kui S
MM
L Ti
dak
adan
ya
pedo
man
ya
ng
ters
edia
D
uku
ngan
m
itra
da
n ke
mau
an
Kem
kes
Ku
rang
nya
kom
itm
en p
olit
ik
Pem
biay
aan
Keg
iata
n SM
ML
term
asu
k da
lam
re
ncan
a st
rate
gis
5 ta
hun
labo
rato
riu
m
Bel
um
di
buau
tnya
al
okas
i kh
usu
s pe
mbi
ayaa
n D
uku
ngan
ku
at d
ari m
itra
Impl
emen
tasi
da
n ke
berl
anju
tan
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-202094
Lampiran 3: Detil Pembiayaan Laboratorium TB Tujuan-1 Perluasan akses ke laboratorium mikroskopis TB yang berkualitas, dengan Pemantapan Mutu Eksternal yang Efektif
2016 (Rp)
2017 (Rp)
2018 (Rp)
2019 (Rp)
2020 (Rp)
Total (Rp)
Strategi 1.1 Penguatan infrastruktur laboratorium termasuk K3
-
N/A -
-
-
-
Strategi 1.2 Peningkatan SDM laboratorium termasuk jejaringnya
21.627.792.060 Dukungan untuk pelaksanaan PME bagi Laboratorium Rujukan Provinsi
-
5.100.000
414.693.325
19.690.000
414.693.325
Pengembangan Laboratorium Rujukan Intermediate
202.818.000
232.957.326
48.577.326
-
-
Pengembangan kapasitas teknisi laboratorium untuk kegiatan uji silang
-
2.164.969.622
1.926.890.790
535.136.630
535.136.630
Implementasi akreditasi jejaring mikroskopis nasional
-
129.870.270
52.887.708
370.213.956
475.989.372
Meningkatkan keterlibatan laboratorium swasta/non-program
-
-
1.863.340.000
2.787.820.000
6.119.308.000
Pelatihan akreditasi jejaring mikroskopis (11 standar GLI)
-
55.370.000
712.030.900
1.137.743.260
1.422.555.620
Strategi 1.3 Pengembangan dan pemeliharaan Sistem Manajemen Mutu Laboratorium
9.046.496.412
Memberikan wewenang kepada LRN Mikroskopik untuk memimpin dan memberi dukungan teknis dalam penguatan jejaring
1.085.905.428
1.085.905.428
1.085.905.428
1.085.905.428
1.085.905.428
PME untuk Laboratorium Rujukan Provinsi
214.023.708
604.662.024
604.662.024
604.662.024
604.662.024
Pemantauan dan evaluasi untuk lab mikroskopik
-
21.711.900
919.161.768
21.711.900
21.711.900
Strategi 1.4 Penguatan manajemen logistik termasuk pemeliharaan dan validasi alat
31.605.000
Implementasi 11 standar GLI didahului dengan Distribusi 11 standar GLI
-
31.605.000
-
-
-
Strategi 1.5 Penguatan mekanisme rujukan dan transportasi contoh uji
-
N/A -
Strategi 1.6 Penguatan sistem informasi laboratorium
7.475.542.301
Menerapkan TB-12 elektronik untuk meningkatkan pemantapan mutu eksternal
911.807.165
1.036.707.260
1.937.590.225
1.800.180.925
1.789.256.725
Strategi 1.7 Pengembangan kerangka kerja peraturan terkait laboratorium
2.638.188.000
Penerapan 11 standar GLI -
65.772.000
-
-
-
Penguatan jejaring dengan LKS -
1.388.520.000
394.632.000
394.632.000
394.632.000
Strategi 1.8 Pengembangan kapasitas riset operasional
-
N/A
Total
IDR 2.414.554.301
6.823.150.830
9.960.371.494
8.757.696.123
12.863.851.024
40.819.623.773
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020
95
Tujuan-2 Meningkatkan akses dan mengurangi waktu diagnosis dan deteksi resistensi Rifampisin melalui tes cepat
2016 (Rp)
2017 (Rp)
2018 (Rp)
2019 (Rp)
2020 (Rp)
Total (Rp)
Strategi 2.1 Penguatan infrastruktur laboratorium termasuk K3
-
N/A -
-
-
-
Strategi 2.2 Peningkatan SDM laboratorium termasuk jejaringnya
47.715.967.014
Mengadakan penambahan alat TCM
13.350.000.000
7.530.000.000
11.460.000.000
13.020.000.000
13.470.000.000
Desentralisasi pelatihan dan peran dukungan untuk 10 lab regional TCM
4.560.000
81.145.708
81.145.708
81.145.708
76.185.708
Pengembangan SL LPA 182.959.416
91.479.708
91.479.708
91.479.708
91.479.708
Pelatihan untuk Stasiun Pengumpul Contoh Uji (untuk pengemasan contoh uji yang aman)
66.022.854
330.114.270
1.254.434.226
-
-
Strategi 2.3 Pengembangan dan pemeliharaan Sistem Manajemen Mutu Laboratorium
4.571.084.792
Memberikan wewenang ke LRN Molekuler untuk menunjukkan kepemimpinan dan memberikan dukungan teknis untuk memperkuat jejaring
86.416.180
86.416.180
86.416.180
86.416.180
86.416.180
Melakukan evaluasi setelah pelatihan bagi Laboratorium Rujukan Provinsi oleh LRS, LRN Molekuler, Subdit TB, Direktorat Pelayanan Kesehatan, dan mitra
771.733.304
1.291.290.720
1.543.466.608
-
-
Penilaian lab TCM sebagai PME dalam penerapan alat TCM di seluruh Indonesia
154.732.360
154.732.360
154.732.360
154.732.360
154.732.360
Supervisi ke Lab LPA 50.003.708
75.005.562
100.007.416
125.009.270
150.011.124
Strategi 2.4 Penguatan manajemen logistik termasuk pemeliharaan dan validasi alat
4.314.386.729.499
Pengadaan Alat TCM, Kartrid, dan Pemeliharaan
814.019.982.621
768.822.365.077
1.192.197.146.053
1.503.404.985.748
1.789.587.908.757
Pengadaan materi/ bahan pengemasan untuk transportasi contoh uji dan mekanisme rujukan
817.530.000
4.087.650.000
15.533.070.000
15.504.000.000
15.504.000.000
Identifikasi sistem kurir lokal yang tersedia dan tanda tangan perjanjian
716.830.000
1.080.600.000
2.461.090.000
2.432.020.000
2.432.020.000
Strategi 2.5 Penguatan mekanisme rujukan dan transportasi contoh uji
838.419.416
Sosialisasi ke Dinas Kesehatan Provinsi untuk pengembangan model transportasi contoh uji yang berkelanjutan
26.403.236
132.016.180
-
-
-
Membangun jejaring antara fasilitas kesehatan, stasiun pengumpul contoh uji (SPC) dan laboratorium diagnostik
27.200.000
136.000.000
516.800.000
-
-
Strategi 2.6 Penguatan sistem informasi laboratorium
4.996.074.596
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-202096
Memperkuat manajemen data TCM
-
873.941.800
873.941.800
873.941.800
873.941.800
Mengembangkan database elektronik nasional untuk mengawasi kalibrasi dan penggantian modul, beban kerja, logistik kartrid, dan pelacakan indikator kinerja utama lab TCM
282.704.562
282.704.562
282.704.562
282.704.562
282.704.562
Manajemen data untuk diagnosis TB-XDR menggunakan kartrid XDR
-
-
-
-
-
Manajemen data untuk TB ekstra-paru
-
-
-
-
-
Manajemen data untuk transportasi contoh uji dan mekanisme rujukan
141.612.360
205.478.540
448.170.024
448.170.024
448.170.024
Strategi 2.7 Pengembangan kerangka kerja peraturan terkait laboratorium
81.510.000
Membuat kebijakan implementasi kartrid XDR
-
-
-
54.120.000
-
Membuat pedoman untuk pemeriksaan TCM menggunakan contoh uji ekstra paru
27.390.000
-
-
-
-
Strategi 2.8 Pengembangan kapasitas riset operasional
-
N/A -
-
-
-
Total
IDR 830.726.080.601
785.260.940.667
1.227.084.604.645
1.536.558.725.360
1.823.157.570.223
4.379.630.351.273
USD 61.535.265
58.167.477
90.895.156
113.819.165
135.048.709
324.417.063
Tujuan-3 Meningkatkan akses ke laboratorium uji kepekaan OAT lini 1 dan 2 untuk pasien yang berisiko TB RO /TB XDR
2016 (Rp)
2017 (Rp)
2018 (Rp)
2019 (Rp)
2020 (Rp)
Total (Rp)
Strategi 3.1 Penguatan infrastruktur laboratorium termasuk K3
54.000.000.000
Renovasi Laboratorium biakan TB
7.200.000.000
18.000.000.000
18.000.000.000
10.800.000.000
-
Strategi 3.2 Peningkatan SDM laboratorium termasuk jejaringnya
8.148.588.398
Memperluas jejaring biakan 281.055.888
198.458.652
226.809.888
283.512.360
-
Mengembangkan dan mempertahankan praktik kerja yang aman di laboratorium TB
850.186.788
991.884.586
1.133.582.384
1.416.977.980
-
Pengembangan pemeriksaan biakan menggunakan media cair (MGIT960) di semua laboratorium uji kepekaan
451.275.192 625.667.260
687.861.440
1.001.315.980
-
Strategi 3.3 Pengembangan dan pemeliharaan Sistem Manajemen Mutu Laboratorium
11.407.237.276
Memberikan dukungan kepada LRN-Biakan/uji kepekaan untuk menunjukkan kepemimpinan dan memberikan dukungan teknis untuk memperkuat jejaring
1.182.033.192
1.182.033.192
1.182.033.192
1.182.033.192
1.182.033.192
LRN memberikan dukungan terkait pemantapan mutu (QA) untuk laboratorium biakan TB
150.011.124
175.012.978
200.014.832
250.018.540
-
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020
97
Memperbanyak jumlah laboratorium uji kepekaan dalam jejaring lab TB
450.033.372
475.035.226
500.037.080
550.040.788
550.040.788
Mempertahankan kualitas lab uji kepekaan yang sudah ada oleh LRN BBLK Surabaya
656.730.000
628.774.102
649.024.102
669.274.102
669.274.102
Melakukan asesmen selama implementasi MGIT960
275.020.394
300.022.248
325.024.102
425.031.518
-
Strategi 3.4 Penguatan manajemen logistik termasuk pemeliharaan dan validasi alat
3.900.000.000
Pengadaan kontrak pemeliharaan untuk semua pengguna MGIT960 dalam jejaring
750.000.000
900.000.000
975.000.000
1.275.000.000
-
Strategi 3.5 Penguatan mekanisme rujukan dan transportasi contoh uji
-
N/A -
-
-
-
Strategi 3.6 Penguatan sistem informasi laboratorium
-
N/A -
-
-
-
Strategi 3.7 Pengembangan kerangka kerja peraturan terkait laboratorium
-
N/A -
-
-
-
Strategi 3.8 Pengembangan kapasitas riset operasional
-
N/A -
-
-
-
Total
IDR 12.246.345.950
23.476.888.244
23.879.387.020
17.853.204.460
2.401.348.082
79.857.173.756
USD 907.137
1.739.029
1.768.843
1.322.460
177.878
5.915.346
Tujuan-4 Menerapkan Sistem Manajemen Mutu Laboratorium (SMML)
2016 (Rp)
2017 (Rp)
2018 (Rp)
2019 (Rp)
2020 (Rp)
Total (Rp)
Strategi 4.1 Penguatan infrastruktur laboratorium termasuk K3
- N/A
- -
-
-
Strategi 4.2 Peningkatan SDM laboratorium termasuk jejaringnya
927.151.304 Melatih laboratorium Indonesia
182.850.000 304.884.562
-
-
-
Membentuk pelatih nasional -
31.479.236
317.766.180
90.171.326
-
Strategi 4.3 Pengembangan dan pemeliharaan Sistem Manajemen Mutu Laboratorium
2.925.216.918
Setelah ToT, melakukan asesmen untuk menindaklanjuti pelatihan
- 125.009.270
350.025.956
475.035.226
-
Pelibatan Badan Akreditasi Nasional (KAN)
- 250.018.540
500.037.080
850.063.036
-
Persiapan laboratorium untuk akreditasi ISO dengan bantuan KAN
- -
225.016.686
150.011.124
-
Strategi 4.4 Penguatan manajemen logistik termasuk pemeliharaan dan validasi alat
1.309.038.034
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-202098
Membuat SPO manual logistik untuk tingkatan lab yang berbeda
141.242.472 317.795.562
425.000.000
425.000.000
-
Strategi 4.5 Penguatan mekanisme rujukan dan transportasi contoh uji
N/A
- -
-
-
Strategi 4.6 Penguatan sistem informasi laboratorium N/A
- -
-
-
Strategi 4.7 Pengembangan kerangka kerja peraturan terkait laboratorium
N/A
- -
-
-
Strategi 4.8 Pengembangan kapasitas riset operasional N/A
- -
-
-
Total
IDR 324.092.472
1.029.187.170
1.817.845.902
1.990.280.712
5.161.406.256
USD 24.007
76.236
134.655
147.428
382.326