RENCANA AKSI NASIONAL PENGENDALIAN TUBERKULOSIS...
-
Upload
trinhtuong -
Category
Documents
-
view
221 -
download
0
Transcript of RENCANA AKSI NASIONAL PENGENDALIAN TUBERKULOSIS...
RENCANA AKSI NASIONAL PENGENDALIAN TUBERKULOSIS DI RUTAN, LAPAS DAN BAPAS - TAHUN 2012 - 2014 a
DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA, TAHUN 2012
RENCANA AKSI NASIONAL PENGENDALIAN TUBERKULOSIS
DI RUTAN, LAPAS DAN BAPASTAHUN 2012 - 2014
RENCANA AKSI NASIONAL PENGENDALIAN TUBERKULOSIS DI RUTAN, LAPAS DAN BAPAS - TAHUN 2012 - 2014 c
DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA, TAHUN 2012
RENCANA AKSI NASIONAL PENGENDALIAN TUBERKULOSIS
DI RUTAN, LAPAS DAN BAPASTAHUN 2012 - 2014
Direktorat Jenderal PemasyarakatanKementerian Hukum dan HAM R.I
RENCANA AKSI NASIONAL PENGENDALIAN TUBERKULOSIS DI RUTAN, LAPAS DAN BAPAS - TAHUN 2012 - 2014d
DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA, TAHUN 2012
RENCANA AKSI NASIONAL PENGENDALIAN TUBERKULOSIS DI RUTAN, LAPAS DAN BAPAS - TAHUN 2012 - 2014 i
DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA, TAHUN 2012
SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PEMASYARAKATAN
Dengan mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM RI telah selesai menyusun Rencana Aksi Nasional Pengendalian Tuberkulosis (TB) di Rutan, Lapas dan Bapas tahun 2012–2014. Rencana Aksi ini disusun sebagai bentuk komitmen Direktorat Jenderal Pemasyarakatan dalam meningkatkan Program Pengendalian TB di Indonesia yang mengacu pada Strategi Nasional Pengendalian TB di Indonesia 2010 – 2014.
Rencana Aksi ini berisi strategi dan rencana kegiatan yang terkait dengan indikator serta target selama 3 (tiga) tahun ke depan yang merupakan kebijakan Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum Dan HAM sehingga dijadikan dokumen yang wajib bagi jajaran Pemasyarakatan dalam upaya pengendalian penyakit TB di Rumah Tahanan, Lembaga Pemasyarakatan dan Balai Pemasyarakatan.
Saya sampaikan penghargaan dan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dan kontribusi, utamanya kepada seluruh jajaran Pemasyarakatan, Kementerian Kesehatan dan lembaga mitra yaitu TBCARE I/ USAID yang memberikan dukungan dalam proses penyusunan Rencana Aksi Nasional ini. Saya berharap buku ini dapat bermanfaat dalam penyelenggaraan tugas-tugas Pemasyarakatan di masa mendatang.
Akhirnya semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan petunjuk dan kekuatan kepada kita dalam menunaikan tugas pengabdian kepada Bangsa dan Negara Indonesia.
Jakarta, Juni 2012
Direktur Jenderal Pemasyarakatan,
RENCANA AKSI NASIONAL PENGENDALIAN TUBERKULOSIS DI RUTAN, LAPAS DAN BAPAS - TAHUN 2012 - 2014ii
DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA, TAHUN 2012
RENCANA AKSI NASIONAL PENGENDALIAN TUBERKULOSIS DI RUTAN, LAPAS DAN BAPAS - TAHUN 2012 - 2014 iii
DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA, TAHUN 2012
KATA PENGANTAR
Pengendalian TB bukan hanya menjadi tanggung jawab Kementerian Kesehatan, namun peran semua pihak termasuk Direktorat Jenderal Pemasyarakatan dibutuhkan guna tercapainya pengendalian TB secara efektif, efisien dan berkesinambungan di Indonesia.
Lapas dan Rutan sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) di Direktorat Jenderal Pemasyarakatan memiliki tugas pokok dan fungsi pengamanan dan pembinaan bagi WBP dan Tahanan di dalamnya termasuk penyediaan akses layanan kesehatan.
Situasi Lapas dan Rutan yang umumnya memiliki kelebihan daya huni berkontribusi terhadap meningkatnya kerentanan WBP dan Tahanan penularan penyakit TB. Selain itu keterbatasan tenaga kesehatan menyebabkan tidak optimalnya layanan kesehatan, termasuk tidak tersedianya anggaran pembiayaan kesehatan bagi WBP dan Tahanan. Berdasarkan data yang ada, penyakit TB dan HIV-AIDS merupakan penyebab utama kematian di Lapas dan Rutan.
Menyadari besarnya beban permasalahan kesehatan di dalam Lapas dan Rutan, Direktorat Jenderal Pemasyarakatan memandang perlu mengeluarkan Rencana Aksi Nasional Pengendalian TB di Lapas, Rutan dan Bapas sebagai acuan pelaksanaan kegiatan pengendalian TB dengan strategi DOTS tahun 2012 – 2014. Dokumen ini ditujukan bagi semua pihak pelaksana program pengendalian TB di jajaran Direktorat Pemasyarakatan dan pihak terkait dengan harapan dapat mendorong implementasi kegiatan untuk mencapai target yang telah ditetapkan dalam Rencana Aksi Nasional PengendalianTB di Lapas, Rutan dan Bapas.
Akhirnya kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak terkait yang telah berkontribusi dalam menyelesaikan Rencana Aksi Nasional ini. Segala kritik dan saran yang membangun demi perbaikannya pada masa mendatang sangat diharapkan.
Semoga buku ini bermanfaat dalam pengendalian TB di Indonesia.
Jakarta, Mei 2012
Direktur Bina Kesehatan dan Perawatan Napi dan Tahanan
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM
RENCANA AKSI NASIONAL PENGENDALIAN TUBERKULOSIS DI RUTAN, LAPAS DAN BAPAS - TAHUN 2012 - 2014iv
DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA, TAHUN 2012
RENCANA AKSI NASIONAL PENGENDALIAN TUBERKULOSIS DI RUTAN, LAPAS DAN BAPAS - TAHUN 2012 - 2014 v
DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA, TAHUN 2012
TIM PENYUSUN
Pelindung : SIHABUDIN, Bc.IP, SH.,MH.
Penanggung Jawab : Drs. BAMBANG KRISBANU, Bc.IP, SH, MH
Tim Penyusun
Ketua : Dra. HERNA LUSI, MM
Sekretaris : dr. DANIAL RASYID
Anggota : Drs.THOLIB, BcIP, SH, MH
SYAHRIR SUAIB, SH
dr. HETTY WIDIASTUTI
Drs. AMRULLAH, MH
Dra. EMI SULISTYATI
SRIYANTI, BcIP, SH, M.Si
HARTO, S.Sos
LUSI UTARI, SPd
DANDI DANUBRATA, SE
IRNA, Amk
Kontributor : MUQOWIMUL AMAN, BcIP, SH
dr. YUSMAN AKBAR TURATEA
dr. SUKSES
dr. YULIUS SUMARLI
dr. MALIK IBRAHIM
dr. AHMAD RADIAN
dr. BENNY GINTING
EKA PRIATNA, BcIP, SH, Msi
ESTI WAHYUNINGSIH, BcIP, SH, MH
RONNY SETIAWAN, AmdKom
RENCANA AKSI NASIONAL PENGENDALIAN TUBERKULOSIS DI RUTAN, LAPAS DAN BAPAS - TAHUN 2012 - 2014vi
DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA, TAHUN 2012
Drg. DYAH ERTI MUSTIKAWATI, MPH
dr. NANI RIZKIYATI, Mkes
dr. AMELIA VANDA SIAGIAN
dr. RATIH PAHLESIA, SpP
dr. NOVAYANTI TANGIRERUNG
dr. VIVI
dr. CHAWALIT NATPRATAN
dr. ATIEK ANARTATI SA, MPH
dr. TIARA MAHATMI NISA
dr. HENRY DIATMO
RINI PALUPI
RENCANA AKSI NASIONAL PENGENDALIAN TUBERKULOSIS DI RUTAN, LAPAS DAN BAPAS - TAHUN 2012 - 2014 vii
DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA, TAHUN 2012
DAFTAR ISI
Sambutan Direktur Jenderal Pemasyarakatan
Kata Pengantar
Daftar Kontributor
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Singkatan
BAB I PendahuluanA. Latar belakang
B. Tujuan, Sasaran dan Ruang Lingkup
C. Landasan hukum
D. Visi
E. Misi
F. Pengertian
BAB II Gambaran Umum A. Direktorat Jenderal Pemasyaraktan
B. Direktorat Bina Kesehatan dan Perawatan Narapidana dan Tahanan
C. Rutan,Lapas dan Bapasdi Indonesia
D. Pelayanan kesehatan di Lapas dan Rutan
BAB III Pengendalian TB di Rutan, Lapas dan BapasA. Pengertian TB
B. Masalah TB
C. Upaya pengendalian TB
D. Tantangan
BAB IV Tujuan, Indikator dan Target A. Tujuan
B. Indikator dan Target
BAB V Rumusan StrategiBAB VI Rencana KegiatanBAB VII MonitoringdanEvaluasi
RENCANA AKSI NASIONAL PENGENDALIAN TUBERKULOSIS DI RUTAN, LAPAS DAN BAPAS - TAHUN 2012 - 2014viii
DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA, TAHUN 2012
BAB VIII PenutupDaftar Pustaka
RENCANA AKSI NASIONAL PENGENDALIAN TUBERKULOSIS DI RUTAN, LAPAS DAN BAPAS - TAHUN 2012 - 2014 ix
DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA, TAHUN 2012
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Data Angka Penyebab Kematian pada Napi dan Tahanan di Indonesia tahun 2011
Tabel 2 Gambaran situasi Rutan, Lapas dan Bapasdi Indonesia
Tabel 3 Rekapitulasi Tenaga Medis, Paramedis dan Laborat di Lapas dan Rutan tahun 2011
Tabel 4 Data Jumlah Petugas yang dilatih TB DOTS di Lapas dan Rutan tahun 2011
Bagan 1 Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Pemasyarakatan
Bagan 2 Struktur Organisasi Direktorat Bina Kesehatan dan Perawatan Narapidana dan Tahanan
Bagan 3 Faktor Risiko Kejadian TB
RENCANA AKSI NASIONAL PENGENDALIAN TUBERKULOSIS DI RUTAN, LAPAS DAN BAPAS - TAHUN 2012 - 2014x
DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA, TAHUN 2012
DAFTAR SINGKATAN
AIDS Acquired Immuno Deficiency Syndrome
APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
BAP Berita Acara Pemeriksaan
Bapas Balai Pemasyarakatan
BCG Bacillus Calmette et Guerin
BTA Basil Tahan Asam
Dinkes Dinas Kesehatan
Ditjen Direktorat Jenderal
DOTS Directly Observed Treatment Short-course
Fasyankes Fasilitas Pelayanan Kesehatan
HAM Hak Asasi Manusia
HCT HIV Counseling and Test
HIV Human Immunodeficiency Virus
ISTC International Standards for TB Care
PITC Provider Inisiated Test and Counseling
Kanwil Kantor Wilayah
Kemkes Kementerian Kesehatan
Kepmen Keputusan Menteri
Lab Laboratorium
Lapas Lembaga Pemasyarakatan
LSM Lembaga Swadaya Masyarakat
MDR Multi Drug Resistant
PPM Public-Private Mix
PMO Pengawas Menelan Obat
Napi Narapidana
Napza Narkotika, Psikotropika, Zat Adiktif
OAT Obat Anti Tuberkulosis
PK Pembimbing Kemasyarakatan
RI Republik Indonesia
Rutan Rumah Tahanan
SDM Sumber Daya Manusia
RENCANA AKSI NASIONAL PENGENDALIAN TUBERKULOSIS DI RUTAN, LAPAS DAN BAPAS - TAHUN 2012 - 2014 xi
DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA, TAHUN 2012
SK Surat Keputusan
TB Tuberkulosis
UPT Unit Pelaksana Teknis
VCT Voluntary Counseling and Test
WBP Warga Binaan Pemasyarakatan
RENCANA AKSI NASIONAL PENGENDALIAN TUBERKULOSIS DI RUTAN, LAPAS DAN BAPAS - TAHUN 2012 - 2014 1
DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA, TAHUN 2012
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, pengertian kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dari makna tersebut dapat dijelaskan bahwa pembangunan kesehatan pada dasarnya menyangkut segala segi kehidupan masyarakat dan berlangsung pada setiap individu, tak terkecuali mereka yang berada di Lapas dan Rutan sebagaimana diatur dalam Pasal 14 ayat 1 huruf d Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan. Tahanan, Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan adalah anggota masyarakat yang mempunyai hak yang sama dengan anggota masyarakat lainnya untuk mendapatkan derajat kesehatan yang optimal. Salah satu aspek penting yang memerlukan perhatian yaitu keadaan kesehatan baik fisik, mental maupun sosial. Perlakuan dan pelayanan kesehatan pada Tahanan, Narapidana atau Anak Didik Pemasyarakatan dapat dipakai sebagai salah satu tolak ukur keberhasilan pembangunan di bidang hukum baik secara Nasional ataupun Internasional.
Pelayanan kesehatan yang berkesinambungan bagi Tahanan, Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan memerlukan peran Balai Pemasyarakatan (BAPAS) untuk melaksanakan pembimbingan dan pengawasan bagi Klien Pemasyarakatan diluar Lapas dan Rutan. UU No.12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan dimana tugas Bapas salah satunya adalah melakukan pembimbingan terhadap Klien Pemasyarakatan. Bentuk pembimbingan terkait dengan penanganan Klien HIV dan TB ada pada petunjuk teknis Menteri Kehakiman RI Nomor : E.40-PR.05.03 tahun 1987 tentang Bimbingan Klien Pemasyarakatan.
Hasil laporan data kesehatan tahun 2011 yang diterima Direktorat Jenderal Pemasyarakatan menunjukkan 10 penyakit terbesar di Lapas dan Rutan yaitu :
1. Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Atas
2. Penyakit Kulit
3. Penyakit Pencernaan
4 Penyakit TB
5. HIV/AIDS
RENCANA AKSI NASIONAL PENGENDALIAN TUBERKULOSIS DI RUTAN, LAPAS DAN BAPAS - TAHUN 2012 - 20142
DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA, TAHUN 2012
6. Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
7. Penyakit Susunan Syaraf
8. Penyakit Mata
9. Penyakit Menular Seksual
10. Gangguan Jiwa
Dari data terlihat bahwa penyakit TB menempati urutan ke 4 penyakit yang diderita Napi dan Tahanan, dan diikuti oleh HIV-AIDS. Hal ini menunjukkan TB masih merupakan masalah kesehatan di Lapas dan Rutan. Terlebih berdasarkan data angka penyebab kematian pada Napi dan Tahanan di Indonesia tahun 2011, yaitu :
Tabel 1. : Data Angka Penyebab Kematian pada Narapidana dan Tahanan di Indonesia tahun 2011
NO NAMA PENYAKIT JUMLAH
1. HIV/AIDS 105
2. Penyakit TB 66
3. Penyakit jantung dan Darah 55
4. Penyakit Infeksi Saluran Pernafas Atas 54
5. Penyakit Pencernaan 42
6. Penyakit Susunan Syaraf 26
7. Bunuh Diri dan Gangguan Jiwa 17
8. Diabetes Melitus 17
9. Hepatitis 16
10.Penyakit Lain (Malaria, penyakit tulang, penyakit ggn otot )
2
*Sumber data Ditjen PAS
Berdasarkan data tersebut, Penyakit TB merupakan salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian di Lapas dan Rutan seluruh Indonesia sehingga perlu disusun Rencana Aksi Nasional (RAN) Pengendalian Tuberkulosis di Rutan, Lapas dan Bapas dengan harapan dapat mendorong implementasi kegiatan untuk mencapai target yang telah ditetapkan.
RENCANA AKSI NASIONAL PENGENDALIAN TUBERKULOSIS DI RUTAN, LAPAS DAN BAPAS - TAHUN 2012 - 2014 3
DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA, TAHUN 2012
B. Tujuan, Sasaran dan Ruang Lingkup
Tujuan buku ini disusun adalah sebagai acuan dalam pelaksanaan Pengendalian TB dengan strategi DOTS bagi Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) dan Tahanan di Rutan, Lapas dan Bapas.
Sasaran adalah :
� Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM
� Direktorat Jenderal PP&PL Kementerian Kesehatan
� Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM
� Petugas Rutan, Lapas dan Bapas
� Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota
� Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Ruang lingkup meliputi :
� Pengendalian TB bagi Warga Binaan Pemasyarakatan dan Tahanan di Rutan, Lapas dan Bapas
C. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Republik Indonesia No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara RI tahun 2009 nomor 100, Tambahan Lembaran Nergara RI nomor 3495)
2. Undang-undang Nomor 39 tahun 1999 tentang HAM;
3. Undang-undang Nomor 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan;
4. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 Tentang Wabah Penyakit Menular
5. Peraturan Pemerintah RI Nomor 32 tahun 1999 tentang Syarat dan Tatacara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan;
6. Peraturan Pemerintah RI Nomor 57 tahun 1999 tentang Kerjasama Penyelenggaraan Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan;
7. Peraturan Pemerintah RI Nomor 58 tahun 1999 tentang Syarat-syarat dan Tata Cara Pelaksanaan, Wewenang, Tugas dan Tanggung Jawab Perawatan Tahanan;
8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 364/Menkes/SK/V/2009 tanggal 13 Mei 2009 tentang Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis
9. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 1185/Menkes/SK/XII/2009 tanggal 4 Desember
RENCANA AKSI NASIONAL PENGENDALIAN TUBERKULOSIS DI RUTAN, LAPAS DAN BAPAS - TAHUN 2012 - 20144
DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA, TAHUN 2012
2009 tentang Peningkatan Kepesertaan Jamkesmas bagi Panti Sosial, Penghuni Lapas dan Rutan
10. Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor: M.02-PK.04.10 Tahun 1990 tentang Pola Pembinaan Narapidana/Tahana
11. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1501/Menkes/Per/10/2010 tentang Jenis Penyakit Tertentu yang dapat menimbulkan Wabah dan upaya penanggulangannya
12. Peraturan Menteri Kementerian Hukum dan HAM RI Nomor. M.HH-05.OT.01.01 tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan HAM RI
13. Kesepakatan Bersama antara Menteri Kesehatan, Menteri Dalam Negeri, Menteri Sosial, Menteri Hukum dan HAM; No.1232/Menkes/SKB/XII/2009, No.440-805A Tahun 2009, No: 13/PRS.2/KPTS/2009, No: M.HH 07.HM 03.0214.2009 tentang Program Jaminan Kesehatan Masyarakat bagi Masyarakat miskin akibat bencana, Masyarakat miskin penghuni panti sosial dan Masyarakat miskin penghuni Lapas dan Rutan.
14. Nota Kesepahaman Dirjen Pemasyarakatan, Departemen Kehakiman dan HAM RI dan Dirjen PP&PL Departemen Kesehatan RI nomor: E.36.UM.06.07 tahun 2004 tentang Peningkatan Upaya Pengendalian TB di Lapas, Rutan dan Cabang Rutan di Seluruh Wilayah Indonesia.
D. Visi
Menuju Warga Binaan Pemasyarakatan dan Tahanan bebas dari masalah TB, sehat, mandiri dan berkeadilan.
E. Misi
1. Menjamin setiap pasien TB di Rutan, Lapas dan Bapas mendapatkan layanan menyeluruh, merata, bermutu dan berkeadilan.
2. Membangun kesadaran WBP dan Tahanan dalam upaya menurunkan tingkat penularan TB di Lapas dan Rutan.
3. Membangun kemitraan dan jejaring antara Rutan, Lapas dan Bapas dengan Instansi terkait dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dalam peningkatan program Pengendalian TB.
D. Pengertian
1. Rumah Tahanan Negara, selanjutnya disebut RUTAN adalah unit pelaksana teknis tempat tersangka dan terdakwa ditahan selama proses penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di sidang pengadilan.
RENCANA AKSI NASIONAL PENGENDALIAN TUBERKULOSIS DI RUTAN, LAPAS DAN BAPAS - TAHUN 2012 - 2014 5
DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA, TAHUN 2012
2. Lembaga Pemasyarakatan, selanjutnya disebut LAPAS adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan narapidana dan anak didik pemasyarakatan.
3. Balai Pemasyarakatan, selanjutnya disebut BAPAS adalah pranata untuk melaksanakan bimbingan Klien Pemasyarakatan.
4. Narapidana, selanjutnya disebut NAPI adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di Lapas.
5. Tahanan adalah tersangka atau terdakwa yang ditempatkan di rutan untuk kepentingan penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di sidang pengadilan.
6. Warga Binaan Pemasyarakatan, selanjutnya disebut WBP adalah Narapidana, Anak Didik Pemasyarakatan, dan Klien Pemasyarakatan.
7. Klien Pemasyarakatan adalah seseorang yang berada dalam bimbingan Bapas.
8. Skrining TB adalah salah satu kegiatan untuk menemukan pasien TB di Lapas dan Rutan baik yang dilakukan terhadap Narapidana dan Tahanan pada awal masuk dan selama berada di Lapas dan Rutan.
9. Ruang Isolasi TB adalah ruang perawatan khusus bagi suspek dan pasien TB sesuai dengan standar pencegahan dan pengendalian infeksi TB.
10. Fasyankes adalah unit layanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta.
11. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) TB adalah upaya untuk mencegah penularan infeksi TB melalui pengendalian secara manajerial, pengendalian administratif, pengendalian lingkungan dan alat pelindung diri.
RENCANA AKSI NASIONAL PENGENDALIAN TUBERKULOSIS DI RUTAN, LAPAS DAN BAPAS - TAHUN 2012 - 20146
DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA, TAHUN 2012
RENCANA AKSI NASIONAL PENGENDALIAN TUBERKULOSIS DI RUTAN, LAPAS DAN BAPAS - TAHUN 2012 - 2014 7
DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA, TAHUN 2012
BAB IIGAMBARAN UMUM
A. Direktorat Jenderal Pemasyarakatan
1. Tugas
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan di bawah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia mempunyai tugas merumuskan dan melaksanakan kebijakan serta standarisasi teknis di bidang Pemasyarakatan.
2. Fungsi
Dalam melaksanakan tugas-tugas tersebut Direktorat Jenderal Pemasyarakatan menyelenggarakan fungsi:
a. Perumusan kebijakan di bidang Pemasyarakatan;
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang Pemasyarakatan;
c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang Pemasyarakatan;
d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang Pemasyarakatan; dan
e. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Pemasyarakatan.
3. Susunan Organisasi
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan terdiri atas:
a. Sekretariat Direktorat Jenderal;
b. Direktorat Bina Keamanan dan Ketertiban;
c. Direktorat Bina Kesehatan dan Perawatan Narapidana dan Tahanan;
d. Direktorat Bina Pengelolaan Benda Sitaan dan Barang Rampasan Negara;
e. Direktorat Informasi dan Komunikasi;
RENCANA AKSI NASIONAL PENGENDALIAN TUBERKULOSIS DI RUTAN, LAPAS DAN BAPAS - TAHUN 2012 - 20148
DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA, TAHUN 2012
f. Direktorat Bimbingan Kemasyarakatan dan Pengentasan Anak; dan
g. Direktorat Pembinaan Narapidana dan Pelayanan Tahanan.
Bagan 1.: Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Pemasyarakatan berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor M.HH-05.OT.01.01 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan HAM RI;
B. Direktorat Bina Kesehatan dan Perawatan Narapidana dan Tahanan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kementerian Hukum dan HAM RI NO. M.HH-05.OT.01.01 tahun 2010 tanggal 30 Desember 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, Direktorat Bina Kesehatan dan Perawatan Narapidana dan Tahanan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang Bina Kesehatan dan Perawatan Narapidana dan Tahanan sesuai dengan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan.
Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut Direktorat Bina Kesehatan dan Perawatan Narapidana dan Tahanan mempunyai fungsi :
1. Penyiapan perumusan rancangan kebijakan di bidang Bina Kesehatan dan Perawatan Narapidana dan Tahanan ;
2. Pelaksanaan pembinaan, bimbingan dan pelayanan di bidang Bina Kesehatan dan Perawatan Narapidana dan Tahanan ;
3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang Bina Kesehatan dan Perawatan Narapidana dan Tahanan ;
RENCANA AKSI NASIONAL PENGENDALIAN TUBERKULOSIS DI RUTAN, LAPAS DAN BAPAS - TAHUN 2012 - 2014 9
DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA, TAHUN 2012
4. Penyiapan kebijakan, pembinaan dan pelaksanaan teknis di bidang gizi, bahan makanan, sarana dan prasarana makanan di Lapas dan Rutan ;
5. Penyiapan kebijakan, pembinaan dan pelaksanaan teknis di bidang standarisasi kesehatan, pelayanan kesehatan, sarana dan prasarana kesehatan, serta sanitasi dan kesehatan lingkungan di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pemasyarakatan ;
6. Penyiapan kebijakan, pembinaan dan pelaksanaan teknis di bidang pencegahan penyakit menular dan ketergantungan napza di Lapas dan Rutan, serta rehabilitasi medik dan rehabilitasi sosial WBP;
7. Penyiapan kebijakan, pembinaan dan pelaksanaan teknis di bidang perlindungan kelompok rentan dan resiko tinggi serta penyiapan evaluasi dan penyusunan laporan kesehatan dan perawatan ;
8. Pelaksana urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat Bina Kesehatan dan Perawatan narapidana- dan tahanan.
Dalam pelaksanaan tugas subtantif dari Direktorat Bina Kesehatan dan Perawatan Narapidana dan Tahanan dibantu oleh :
a. Subdirektorat Pengawasan Kesehatan;
b. Subdirektorat Pengawasan Makanan ;
c. Subdirektorat Perlindungan Kelompok Rentan dan Risiko Tinggi;
d. Subdirektorat Penyakit Menular dan Ketergantungan Napza;
e. Subbagian Tata Usaha.
Subdirektorat tersebut berkewajiban menghimpun data-data dan menyiapkan bahan kebijakan, pembinaan dan pelaksanaan teknis pada UPT pemasyarakatan sesuai dengan tugas masing-masing dan memberikan solusi pada permasalahan-permasalahan yang ditemui, kemudian dianalisis, untuk dilaporkan kepada pimpinan dalam rangka penetapan kebijakan secara umum.
RENCANA AKSI NASIONAL PENGENDALIAN TUBERKULOSIS DI RUTAN, LAPAS DAN BAPAS - TAHUN 2012 - 201410
DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA, TAHUN 2012
Bagan 2. Struktur Organisasi Direktorat Bina Kesehatan dan Perawatan Narapidana dan Tahanan
F. Rutan, Lapas dan Bapas di Indonesia
Dari data yang ada pada Direktorat Jenderal Pemasyarakatan mengenai jumlah Lapas dan Rutan seluruh Indonesia dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 , sebagai berikut :
Tabel 2. : Gambaran situasi Lapas dan Rutan di Indonesia
2009 2010 2011
Lapas dan Rutan 434 434 434
Bapas 72 72 72
Kapasitas Normal 90.855 95.908 97.219
Jumlah Penghuni 131.116 127.082 140.217
Over Kapasitas 44% 32% 44%
Keterangan :
1. Jumlah Lapas dan Rutan tahun 2009 adalah 434 dengan kapasitas normal 90.855 orang yang
RENCANA AKSI NASIONAL PENGENDALIAN TUBERKULOSIS DI RUTAN, LAPAS DAN BAPAS - TAHUN 2012 - 2014 11
DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA, TAHUN 2012
kemudian diisi oleh narapidana dan tahanan sejumlah 131.116orang yang dengan demikian
mengalami overkapasitas sekitar 44 %
2. Jumlah Lapas dan Rutan tahun 2010 adalah 434 dengan kapasitas normal 95.908 orang yang
kemudian diisi oleh narapidana dan tahanan sejumlah 127.082orang yang dengan demikian
mengalami overkapasitas sekitar 32 %
3. Jumlah Lapas dan Rutan tahun 2011 adalah 434 dengan kapasitas normal 97.219 orang yang
kemudian diisi oleh narapidana dan tahanan sejumlah 140.217orang yang dengan demikian
mengalami overkapasitas sekitar 44 %
Tenaga kesehatan terutama dokter dan perawat yang ada di UPT Pemasyarakatan terdiri dari 2 macam latar belakang, yaitu paruh waktu dan purna waktu. Dokter dan perawat paruh waktu adalah yang berasal dari Dinkes Kabupaten/Kota yang diperbantukan di UPT Pemasyarakatan, sedangkan dokter dan perawat yang Purna Waktu adalah tenaga Medis, Paramedis dan Laborat yang diangkat melalui SK Kementerian atau Kanwil Kementerian Hukum dan HAM.
Tabel 3. : Rekapitulasi Tenaga Medis, Paramedis dan Laborat di Lapas dan Rutan tahun 2011
Ketenagaan Paruh Waktu Purna Waktu
Medis 189 220
Paramedis 262 524
Laborat 0 2
Jumlah 451 746
Bapas berperan pada saat proses integrasi sosial dilaksanakan yaitu bagaimana Pembimbing Kemasyarakatan (PK) dapat menuntun, menghantar dan mengarahkan Warga Binaan Pemasyarakatan kembali kepada lingkungan masyarakatnya secara baik dan sehat.
Melihat kondisi saat ini sesuai dengan Kepmen Kehakiman No. M-01-PK.04.10 tahun 1998 Penelitian Kemasyarakatan BAPAS berperan antara lain melakukan :
1. Penelitian Kemasyarakatan untuk :
b. Membantu penegak hukum terkait dalam perkara anak nakal
c. Menentukan program pembinaan
d. Menentukan program perawatan
e. Menentukan program bimbingan dan atau bimbingan tambahan bagi Klien Pemasyarakatan
6. Bimbingan Kemasyarakatan dan Bimbingan Kerja bagi Klien Pemasyarakatan
7. Memberikan pelayanan terhadap instansi lain dan masyarakat yang meminta data atau hasil Penelitian Klien tertentu
RENCANA AKSI NASIONAL PENGENDALIAN TUBERKULOSIS DI RUTAN, LAPAS DAN BAPAS - TAHUN 2012 - 201412
DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA, TAHUN 2012
8. Mengkoordinasikan pekerja sosial dan pekerja sukarela yang melaksanakan tugas pembimbingan
9. Pengawasan terhadap terpidana anak yang dijatuhi pidana pengawasan, anak didik pemasyarakatan yang diserahkan kepada orang tua, wali atau orang tua asuh yang diberi tugas pembimbingan
J. Pelayanan kesehatan di Lapas dan Rutan
Pelayanan kesehatan di Lapas dan Rutan meliputi upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh mencakup upaya Promotif, Preventif, Kuratif dan Rehabilitatif yang dilaksanakan oleh petugas kesehatan di Lapas dan Rutan atau oleh petugas Dinas Kesehatan setempat :
1. Pelayanan kesehatan Promotif
2. Memberikan informasi kesehatan dasar dalam bentuk penyuluhan, brosur, liflet, poster, buku saku, dll.
3. Pelayanan kesehatan Preventif
4. Mengutamakan pencegahanan penyakit dengan memperhatikan sanitasi lingkungan, skrining penyakit menular dan penerapan pencegahan infeksi dalam melaksanakan tugas.
5. Pelayanan kesehatan Kuratif
6. Pengobatan penyakit yang dilaksanakan di ruang klinik /ruang rawat inap/ruang isolasi oleh petugas kesehatan di Lapas dan Rutan dengan tujuan mengobati penyakit sesuai dengan diagnosa penyakitnya serta melakukan rujukan ke fasyankes.
7. Pelayanan kesehatan Rehabilitatif di Lapas dan Rutan, terbagi atas ;
a. Rehabilitasi Medik
Pemulihan penyakit tertentu secara medis melalui tindakan dan pengobatan oleh petugas medis dan paramedis di dalam atau di luar ruang klinik Lapas dan Rutan.
b. Rehabilitasi Sosial
Pemulihan perubahan perilaku dalam kehidupan sosial seperti pembekalan kerohanian, dukungan sesama penderita (Kelompok dukungan sebaya) melalui kegiatan yang sifatnya memotivasi dengan hal-hal yang positif serta menghilangkan stigma dan diskriminasi.
RENCANA AKSI NASIONAL PENGENDALIAN TUBERKULOSIS DI RUTAN, LAPAS DAN BAPAS - TAHUN 2012 - 2014 13
DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA, TAHUN 2012
BAB IIIPENGENDALIAN TB DI RUTAN, LAPAS DAN BAPAS
A. Pengertian Tuberkulosis (TB)
TB dan Riwayat alamiahnya
� Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.
� Cara penularan
− Sumber penularan adalah pasien TB Basil Tahan Asam (BTA) positif.
− Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak. Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3.000 percikan dahak.
− Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab.
− Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut.
− Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.
� Risiko penularan
− Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak. Pasien TB paru dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko penularan lebih besar dari pasien TB paru dengan BTA negatif.
� Risiko menjadi sakit TB
− Hanya sekitar 10% yang terinfeksi TB akan menjadi sakit TB.
− Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi pasien TB adalah daya tahan tubuh yang rendah, diantaranya infeksi HIV-AIDS dan malnutrisi (gizi buruk).
RENCANA AKSI NASIONAL PENGENDALIAN TUBERKULOSIS DI RUTAN, LAPAS DAN BAPAS - TAHUN 2012 - 201414
DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA, TAHUN 2012
− HIV merupakan faktor risiko yang paling kuat bagi yang terinfeksi TB menjadi sakit TB. Infeksi HIV mengakibatkan kerusakan luas sistem daya tahan tubuh seluler, sehingga jika terjadi infeksi penyerta, seperti TB. Bila jumlah orang terinfeksi HIV meningkat, maka jumlah pasien TB akan meningkat, dengan demikian penularan TB di masyarakat akan meningkat pula.
Faktor risiko kejadian TB, secara ringkas digambarkan pada gambar berikut:
Bagan 3. Faktor Risiko Kejadian TB
INFEKSIPAJANAN TBMATI
SEMBUH
Risiko menjadi TB bila dengan HIV:• 5-10% setiap tahun• >30% lifetime
Jumlah kasus TB BTA+Faktor lingkungan :§Ventilasi§Kepadatan§Dalam ruanganFaktor Perilaku
HIV(+)
§ Malnutrisi§ Penyakit DM,
immuno-supresan
10%
§ Keterlambatan diagnosis dan pengobatan§ Tatalaksana tak memadai§ Kondisi kesehatan
Konsentrasi KumanLama kontak
transmisi
− Riwayat alamiah pasien TB yang tidak diobati.
Pasien yang tidak diobati, setelah 5 tahun, akan:
− 50% meninggal
− 25% akan sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh yang tinggi
− 25% menjadi kasus kronis yang tetap menular
RENCANA AKSI NASIONAL PENGENDALIAN TUBERKULOSIS DI RUTAN, LAPAS DAN BAPAS - TAHUN 2012 - 2014 15
DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA, TAHUN 2012
B. Masalah TB
Penyebab utama meningkatnya beban masalah TB antara lain adalah:
� Kemiskinan pada berbagai kelompok masyarakat, seperti pada negara negara yang sedang berkembang.
� Kegagalan program TB selama ini. Hal ini diakibatkan oleh:
1. Tidak memadainya komitmen politik dan pendanaan
2. Tidak memadainya organisasi pelayanan TB (kurang terakses oleh masyarakat, penemuan kasus /diagnosis yang tidak standar, obat tidak terjamin penyediaannya, tidak dilakukan pemantauan, pencatatan dan pelaporan yang standar, dan sebagainya).
3. Tidak memadainya tatalaksana kasus (diagnosis dan paduan obat yang tidak standar, gagal menyembuhkan kasus yang telah didiagnosis)
4. Salah persepsi terhadap manfaat dan efektifitas imunisasi BCG.
� Dampak pandemi HIV dan berkembangnya masalah TB-MDR.
Penyebab masalah TB di Lapas dan Rutan :
1. Kepadatan penghuni yang melebihi kapasitas
2. Minimnya tenaga kesehatan
3. Belum optimalnya pengendalian infeksi seperti penataan ruangan dan sirkulasi udara
4. Tidak tersedianya ruangan khusus bagi suspek TB dan perawatan pasien TB menular
Saat ini TB kebal obat (TB-MDR) diperkirakan sebesar 2% dari seluruh kasus TB baru (lebih rendah dari estimasi di tingkat regional sebesar 4%) dan 20% dari kasus TB dengan pengobatan ulang. Diperkirakan terdapat sekitar 6.100 kasus TB-MDR setiap tahunnya.
Peningkatan epidemi HIV di Indonesia dinyatakan sebagai epidemic terkonsentrasi (concentrated epidemic), kecuali di tanah Papua yang prevalensi HIVnya sudah meluas (generalized epidemic) mencapai 2,5%. Secara nasional, angka estimasi prevalensi HIV pada populasi dewasa adalah 0,2%, dan sekitar 186.257 orang dengan HIV/AIDS di Indonesia (WHO, 2011). Perkiraan prevalensi HIV diantara pasien TB sebesar 4% (2,3 – 6,4%) (Global TB report, 2011) secara nasional, sebaliknya TB juga merupakan tantangan bagi Pengendalian HIV-AIDS karena merupakan infeksi oportunistik terbanyak (43,3%) pada ODHA (Kemenkes RI, 2011)
Potensi penularan TB di Lapas dan Rutan merupakan tantangan besar bagi program pengendalian TB. Sebagian besar Lapas dan Rutan memiliki kepadatan penghuni yang melebihi kapasitas. Selain itu jumlah penghuni yang merupakan pengguna Napza suntik dan mengidap infeksi HIV mengalami peningkatan.
RENCANA AKSI NASIONAL PENGENDALIAN TUBERKULOSIS DI RUTAN, LAPAS DAN BAPAS - TAHUN 2012 - 201416
DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA, TAHUN 2012
E. Upaya pengendalian TB
Indonesia mulai menerapkan strategi DOTS sejak tahun 1995, dan telah di Implementasikan secara meluas dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat. Strategi DOTS terdiri dari 5 komponen kunci, yaitu:
1. Komitmen politis, dengan peningkatan dan kesinambungan pendanaan.
2. Penemuan kasus melalui pemeriksaan dahak mikroskopis yang terjamin mutunya.
3. Pengobatan yang standar, dengan supervisi dan dukungan bagi pasien.
4. Sistem pengelolaan dan ketersediaan OAT yang efektif.
5. Sistem monitoring pencatatan dan pelaporan yang mampu memberikan penilaian terhadap hasil pengobatan pasien dan kinerja program.
Berdasarkan Strategi Nasional Program Pengendalian TB 2011-2014 yang mengusung tema “Terobosan menuju Akses Universal”, dimana visinya adalah “Menuju masyarakat bebas masalah TB, sehat, mandiri dan berkeadilan” maka dikembangkan dalam tujuh strategi yang merupakan terobosan menuju akses universal. Adapun tujuh strategi tersebut adalah :
1. Memperluas dan meningkatkan pelayanan DOTS yang bermutu
2. Menghadapi tantangan TB-HIV, TB-MDR, TB anak dan kebutuhan masyarakat miskin serta rentan lainnya
3. Melibatkan seluruh penyedia pelayanan pemerintah, LSM, dan swasta melalui pendekatan Public-Private Mix (PPM) dan menjamin penerapan International Standards for TB Care (ISTC)
4. Memberdayakan masyarakat dan pasien TB
5. didukung dengan:
6. Memberikan kontribusi dalam penguatan sistem kesehatan, termasuk pengembangan sumber daya manusia dan manajemen program pengendalian TB
7. Mendorong komitmen pemerintah pusat dan daerah terhadap program pengendalian TB
8. Mendorong penelitian, pengembangan dan pemanfaatan informasi stratejik
Kemitraan dengan Lapas dan Rutan dalam pengendalian TB telah dimulai sejak tahun 2003 dengan suatu kajian awal yang dilanjutkan dengan penandatanganan nota kesepahaman antara Dirjen PP&PL dan Ditjen Pemasyarakatan pada tahun 2004. Kegiatan kemitraan dengan Lapas dan Rutan dimulai pada tahun 2007 secara bertahap. Pada tahun 2011, jumlah seluruh Lapas dan Rutan di Indonesia adalah sebanyak 434. Dari jumlah tersebut Lapas dan Rutan yang mempunyai fasilitas pelayanan kesehatan untuk TB DOTS sebanyak 217 Lapas dan Rutan di 15 propinsi, yang melakukan pencatatan pelaporan TB sebanyak 150 Lapas dan Rutan. Adapun
RENCANA AKSI NASIONAL PENGENDALIAN TUBERKULOSIS DI RUTAN, LAPAS DAN BAPAS - TAHUN 2012 - 2014 17
DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA, TAHUN 2012
kegiatan yang telah dilaksanakan seperti sosialisasi program TB DOTS kepada Kanwil, Kepala Rutan, Kepala Lapas dan Kepala Bapas serta petugas kesehatan.
Tabel 4. Data Jumlah Petugas yang dilatih TB DOTS di Lapas dan Rutan tahun 2010 - 2011
No Petugas Jumlah yg dilatih
1 Medis 75
2 Paramedis 206
3 Tamping 600
4 Pemeriksa Mikroskopik 24
Penemuan kasus TB pada tahun 2011 berdasarkan laporan dari 8 Provinsi sebanyak :
� Suspek TB : 1.719
� Kasus Baru
� BTA positif baru : 228
� BTA negatif baru : 120
� Ekstra paru : 21
� Kasus Pengobatan Ulang
� Kambuh : 8
� Gagal : 5
Bagan 4. Prosentase penemuan kasus TB di Lapas dan Rutan dari 8 Provinsi, tahun 2010
RENCANA AKSI NASIONAL PENGENDALIAN TUBERKULOSIS DI RUTAN, LAPAS DAN BAPAS - TAHUN 2012 - 201418
DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA, TAHUN 2012
Bagan 5. Hasil pengobatan TB di Lapas dan Rutan dari 8 Provinsi, tahun 2010
I. Tantangan
Tantangan yang ada dalam penerapan program Pengendalian TB di Rutan, Lapas dan Bapas adalah :
a. Jumlah dan penempatan dokter umum dan perawat yang belum merata, termasuk belum adanya analis laboratorium.
b. Kompetensi petugas kesehatan masih kurang terutama dalam pengendalian TB.
c. Sarana klinik dan laboratorium belum memadai.
d. Belum semua Bapas terlibat dalam program pengendalian TB.
e. Mekanisme jejaring internal antar Rutan, Lapas dan Bapas dalam pengobatan TB belum terkoordinasi dengan baik, demikian juga dengan jejaring eksternal (Dinas Kesehatan, Puskesmas, LSM dll).
f. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi TB belum dilaksanakan sesuai standar seperti penggunaan alat pelindung diri, ruang perawatan khusus TB, dll.
g. Lemahnya pencatatan, pelaporan dan sistem monitoring evaluasi.
h. Kurangnya dukungan manajemen Lapas dan Rutan.
i. Peningkatan kasus HIV yang berdampak dalam peningkatan kasus TB.
j. Ditemukannya suspek TB kebal obat (TB-MDR) di Lapas dan Rutan.
RENCANA AKSI NASIONAL PENGENDALIAN TUBERKULOSIS DI RUTAN, LAPAS DAN BAPAS - TAHUN 2012 - 2014 19
DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA, TAHUN 2012
BAB IVTUJUAN, INDIKATOR DAN TARGET
A. Tujuan
Tujuan Pengendalian TB di Lapas dan Rutan adalah menurunkan angka kesakitan dan angka kematian akibat penyakit TB.
A. Indikator dan Target
INDIKATOR Baseline 2012 2013 2014
Prosentase lembaga pemasyarakatan dan rumah tahanan yang melaksanakan strategi DOTS
34% 55% 70% 80%
Prosentase lembaga pemasyarakatan dan rumah tahanan yang melakukan skrining TB pada WBP/tahanan baru
34% 55% 70% 80%
Prosentase lembaga pemasyarakatan dan rumah tahanan yang melakukan skrining berkala TB pada WBP/tahanan
NA 5% 10% 15%
Angka keberhasilan rujukan NA 55% 70% 80%
Prosentase Pasien TB dengan HIV positif yang menerima PPK selama pengobatan TB
NA 60% 70% 80%
Prosentase Pasien TB dengan HIV positif yang menerima ART selama pengobatan TB
NA 30% 40% 50%
Prosentase ODHA yang dikaji status TB diantara ODHA yang datang untuk kontrol perawatan HIV
NA 70% 80% 90%
RENCANA AKSI NASIONAL PENGENDALIAN TUBERKULOSIS DI RUTAN, LAPAS DAN BAPAS - TAHUN 2012 - 201420
DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA, TAHUN 2012
RENCANA AKSI NASIONAL PENGENDALIAN TUBERKULOSIS DI RUTAN, LAPAS DAN BAPAS - TAHUN 2012 - 2014 21
DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA, TAHUN 2012
BAB VRUMUSAN STRATEGI
Dalam mencapai tujuan Rencana Aksi Nasional ini, maka diperlukan langkah-langkah strategi sebagai berikut :
1. Memperkuat komitmen
Strategi ini ditujukan kepada para penentu kebijakan yang terlibat dalam program Pengendalian TB di Rutan, Lapas dan Bapas untuk memperkuat komitmen dan jejaring dari tingkat pusat sampai pelaksana termasuk dukungan administrasi dan operasional. Kegiatan dilakukan dengan cara :
a. Memperkuat kerjasama antara Kementerian Hukum dan HAM dengan pihak-pihak terkait melalui kegiatan sosialisasi program pengendalian TB dengan strategi DOTS.
b. Memperkuat kerjasama antara Kanwil Kementerian Hukum dan HAM Propinsi, Rutan, Lapas dan Bapas dengan Dinas Kesehatan Propinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Fasyankes setempat.
c. Menyusun rencana operasional bersama antara Rutan, Lapas dan Bapas dengan Dinas Kesehatan setempat dan LSM sesuai peran dan tanggung jawabnya masing-masing.
4. Membangun kapasitas sumber daya.
Sumber daya meliputi sumber daya manusia dan sumber daya lainnya. Peningkatan kapasitas SDM dalam program TB di Rutan, Lapas dan Bapas dimaksudkan untuk menyediakan tenaga pelaksana yang memiliki keterampilan, pengetahuan dan sikap (kompeten) yang diperlukan dalam pelaksanaan program TB.
Kegiatan dalam menunjang peningkatan sumber daya antara lain:
a. Pelatihan petugas kesehatan Lapas dan Rutan. Perlu adanya penanggungjawab DOTS di Lapas dan Rutan (dokter, perawat, petugas laboratorium, petugas pencatatan dan pelaporan, petugas administrasi dan koordinator PMO). Kebutuhan personel ini disesuaikan dengan kemampuan Lapas dan Rutan.
RENCANA AKSI NASIONAL PENGENDALIAN TUBERKULOSIS DI RUTAN, LAPAS DAN BAPAS - TAHUN 2012 - 201422
DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA, TAHUN 2012
b. Sosialisasi pengetahuan TB dengan strategi DOTS bagi petugas di Bapas.
c. Menyediakan sarana penunjang kegiatan, misalnya logistik, ruangan untuk kegiatan DOTS, ruang perawatan khusus TB, fasilitas laboratorium, sistem penanganan limbah, dsb.
4. Meningkatkan penemuan kasus TB
Penemuan pasien TB merupakan langkah pertama dalam kegiatan program pengendalian TB. Kegiatan dalam penemuan kasus TB di Lapas dan Rutan dilakukan secara aktif dan pasif melalui:
Secara Aktif :
� Skrining TB bagi Tahanan dan Narapidana yang baru masuk
� Skrining berkala TB bagi seluruh Tahanan dan Narapidana minimal 1 (satu) kali dalam setahun
� Skrining TB 1 bulan sebelum bebas
� Pelacakan kontak satu kamar hunian dengan pasien TB dan melakukan pemeriksaan terhadap kontak dengan suspek TB.
Dengan melibatkan seluruh petugas Lapas dan Rutan serta ”Pemuka kerja/Kader Kesehatan/Tamping Kesehatan” dalam kegiatan penjaringan suspek TB di ruang hunian.
Secara Pasif :
� Penemuan suspek TB bagi Tahanan dan Narapidana yang berkunjung ke Poliklinik di Lapas dan Rutan
5. Diagnosis dan Pengobatan kasus TB sesuai standar nasional
a. Menegakkan diagnosis dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopik.
b. Mengupayakan pemeriksaan penunjang diagnostik lainnya (foto ronsen dada, biakan dll) jika diperlukan yaitu pada kasus TB BTA negatif.
c. Memberikan penatalaksanaan TB dengan strategi DOTS (pengobatan OAT sesuai standar, pemantauan pengobatan melalui PMO) segera setelah diagnosis ditegakkan.
d. Melakukan pemantauan kemajuan hasil pengobatan.
6. Mengembangkan sistem informasi untuk surveilans.
Salah satu komponen penting dari surveilans adalah pencatatan dan pelaporan dengan maksud mendapatkan data untuk diolah, dianalisis, diinterpretasi, disajikan dan disebarluaskan untuk dimanfaatkan. Sistem pencatatan dan pelaporan TB di Lapas dan Rutan harus sama dengan
RENCANA AKSI NASIONAL PENGENDALIAN TUBERKULOSIS DI RUTAN, LAPAS DAN BAPAS - TAHUN 2012 - 2014 23
DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA, TAHUN 2012
sistem pencatatan dan pelaporan Program TB Nasional yang juga dipakai oleh semua fasilitas kesehatan yang menerapkan Strategi DOTS. Kegiatan dalam pengembangan surveilans TB di Lapas dan Rutan adalah:
a. Pencatatan skrining gejala dan kasus TB dengan form yang baku.
b. Pelaporan sesuai sistem pelaporan program TB. Pelaporan dilakukan berjenjang yaitu dari Lapas dan Rutan ke Kanwil Kemenkumham dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
c. Pelaporan ke Ditjen Pemasyarakatan dilakukan dengan sistem yang berlaku.
Lapas dan Rutan dalam melaksanakan pencatatan berpedoman pada formulir sebagai berikut:
1. Berita Acara Pemeriksaan (BAP) dan formulir skrining gejala TB
2. Daftar tersangka pasien (suspek) yang diperiksa dahak SPS (TB06),
3. Formulir permohonan laboratorium TB untuk pemeriksaan dahak (TB05),
4. Kartu pengobatan TB (TB01)
5. Register Laboratorium (TB04) untuk Lapas dan Rutan yang melakukan pemeriksaan laboratorium sendiri
6. Formulir rujukan/pindah pasien (TB09)
7. Formulir hasil akhir pengobatan dari pasien TB pindahan (TB10)
8. Register TB03 UPK
9. Formulir pelaporan kolaborasi TB-HIV
7. Kegiatan monitoring dan evaluasi
Monitoring dan evaluasi dilakukan untuk menilai keberhasilan pelaksanaan program pengendalian TB. Kegiatan yang dilakukan adalah :
a. Menelaah data dari pencatatan dan pelaporan secara berkala setiap 3 bulan yang dilakukan oleh Ditjen PAS, Kanwil Kemenkumham dan Dinkes setempat.
b. Pengamatan langsung (Supervisi) secara berkala minimal 1 kali dalam 6 bulan yang dilakukan oleh Kanwil Kemenkumham dan Dinkes setempat.
c. Evaluasi pelaksanaan program TB di Lapas dan Rutan dilakukan minimal 1 kali dalam 1 tahun dengan melibatkan Ditjen PAS, Ditjen PP&PL, Kanwil Kemenkumham dan Dinkes setempat.
8. Promosi kesehatan di lingkungan Rutan, Lapas dan Bapas.
Promosi kesehatan di Rutan, Lapas dan Bapas bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku pasien TB, keluarga, PMO dan petugas kesehatan, meningkatkan peran serta aktif lintas sektor, LSM, kelompok potensial dalam pelaksanaan promosi TB di Rutan, Lapas
RENCANA AKSI NASIONAL PENGENDALIAN TUBERKULOSIS DI RUTAN, LAPAS DAN BAPAS - TAHUN 2012 - 201424
DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA, TAHUN 2012
dan Bapas. Kegiatan ini dilakukan melalui penyuluhan dan media Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE).
9. Melakukan kolaborasi program TB-HIV.
Tingginya kasus HIV-AIDS di Lapas dan Rutan akan meningkatkan jumlah kasus TB. Kegiatan utama dalam kolaborasi TB-HIV antara lain :
a. Membentuk mekanisme kolaborasi TB-HIV
b. Menurunkan beban TB pada ODHA
c. Menurunkan beban HIV pada pasien TB
Kegiatan tersebut dijabarkan melalui :
a. Melakukan skrining tanda gejala TB pada semua kasus HIV positif
b. Menawarkan tes HIV pada semua pasien TB
c. Pengembangan kapasitas petugas dalam penanganan TB-HIV
d. Melakukan pencatatan dan pelaporan menggunakan format kolaborasi TB-HIV
10. Menangani kasus TB kebal obat (TB-MDR)
Sulit dan mahalnya penanganan TB-MDR merupakan masalah tersendiri yang perlu dipikirkan karena berbagai keterbatasan termasuk akses untuk mendapatkan pengobatan TB-MDR bagi WBP dan Tahanan. Untuk itu perlu disusun suatu strategi khusus terkait WBP dan Tahanan agar dapat memperoleh akses ke layanan pengobatan TB-MDR. Penemuan suspek TB-MDR merupakan hal terpenting, yaitu dengan kriteria :
a. Pasien TB pengobatan kategori 2 yang gagal (Kasus kronik)
b. Pasien TB pengobatan kategori 2 yang tidak konversi
c. Pasien TB yang pernah diobati pengobatan TB Non DOTS
d. Pasien TB gagal pengobatan kategori 1
e. Pasien TB pengobatan kategori 1 yang tidak konversi setelah pemberian sisipan.
f. Pasien TB kambuh
g. Pasien TB yang kembali setelah lalai/default
h. Suspek TB yang kontak erat dengan pasien TB-MDR
i. Pasien HIV positif dengan gejala koinfeksi TB
RENCANA AKSI NASIONAL PENGENDALIAN TUBERKULOSIS DI RUTAN, LAPAS DAN BAPAS - TAHUN 2012 - 2014 25
DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA, TAHUN 2012
Bila ditemukan WBP dan Tahanan yang sesuai dengan kriteria suspek TB-MDR maka diharapkan Lapas dan Rutan berkoordinasi dengan pihak Kanwil Kemenkumham, Dinkes setempat serta Ditjen Pemasyarkatan agar mengakses layanan yang memiliki diagnostik (geneXpert, kultur) dan pengobatan TB-MDR. Mekanisme rujukan dan pengobatan akan dijabarkan dalam bentuk petunjuk pelaksanaan tersendiri.
11. Meningkatkan upaya pencegahan pengendalian infeksi TB di Rutan, Lapas dan Bapas.
Upaya pencegahan pengendalian infeksi TB di Rutan, Lapas dan Bapas dilakukan dengan:
a. Mengupayakan pengadaan ruang perawatan khusus untuk suspek dan pasien TB yang menular.
b. Memisahkan pasien TB BTA positif selama masa pengobatan TB fase intensif
c. Menerapkan etika batuk bagi semua WBP dan Tahanan.
d. Meningkatkan kebersihan sanitasi, ventilasi dan pencahayaan alami.
e. Menerapkan prinsip kewaspadaan standar bagi petugas Lapas dan Rutan terutama yang melakukan pengambilan dahak dan fiksasi dahak.
f. Penggunaan alat pelindung diri bagi pasien TB dan petugas di Rutan, Lapas dan Bapas sesuai penggunaannya.
12. Pembiayaan
Sumber pembiayaan dalam melaksanakan program pengendalian TB di Rutan, Lapas dan Bapas dapat diperoleh dari APBN, APBD, bantuan Luar Negeri, sponsor dan sumber-sumber lain yang tidak mengikat.
RENCANA AKSI NASIONAL PENGENDALIAN TUBERKULOSIS DI RUTAN, LAPAS DAN BAPAS - TAHUN 2012 - 201426
DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA, TAHUN 2012
RENCANA AKSI NASIONAL PENGENDALIAN TUBERKULOSIS DI RUTAN, LAPAS DAN BAPAS - TAHUN 2012 - 2014 27
DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA, TAHUN 2012
BAB
VIRE
NCAN
A KE
GIAT
AN
No
KEG
IATA
NU
NIT
2012
WA
KTU
P
ELA
KSA
NA
AN
P
ELA
KSA
NA
2013
2014
1.M
emp
erku
at k
omitm
en
a.
Sosi
alis
asi p
rogr
am T
B ke
pad
a Ka
nwil,
Kep
ala
Ruta
n, L
apas
, Bap
as, D
inke
s p
rop
/kab
/kot
a Pe
rtem
uan
53
10D
itjen
PA
S
b.
Men
yusu
n re
ncan
a ke
rja
oper
asio
nal
pro
gram
TB
Pert
emua
n1
11
Ditj
en P
AS,
Kem
kes,
LSM
c.Pe
rtem
uan
koor
dina
si d
enga
n D
inke
s da
n fa
syan
kes
Pert
emua
n2
24
Kanw
il, L
apas
, Rut
an, B
apas
D
inke
s Pr
ov, D
inke
s Ka
b/
Kota
d.Pe
rtem
uan
pem
bah
asan
jeja
ring
TB-M
DR
Pert
emua
n2
21
Kanw
il, L
apas
, Rut
an, B
apas
D
inke
s Pr
ov, D
inke
s Ka
b/
Kota
2.M
emb
angu
n ka
pas
itas
sum
ber
day
a
a.
Pela
tihan
TB
DO
TS b
agi D
okte
r dan
Per
awat
Pela
tihan
40-
120
Ditj
en P
AS
b.
Pela
tihan
PM
O b
agi t
amp
ing
Pela
tihan
100
360
500
Lap
as d
an R
utan
c.
Pela
tihan
TB-
HIV
bag
i pet
ugas
kes
ehat
anPe
latih
an20
1020
Ditj
en P
AS
d.
Pela
tihan
PIT
C b
agi p
etug
as k
eseh
atan
Pela
tihan
2010
20D
itjen
PA
S
3.M
enin
gkat
kan
pen
emua
n ka
sus
TB
RENCANA AKSI NASIONAL PENGENDALIAN TUBERKULOSIS DI RUTAN, LAPAS DAN BAPAS - TAHUN 2012 - 201428
DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA, TAHUN 2012
a.
Skrining tanda dan gejala TBJum
lah51.400
60.00072.000
Lapas dan Rutan
b.
Jumlah susp
ek TBJum
lah10.280
12.00014.400
Lapas dan Rutan
c.
Jumlah p
asien TB yang diobati
Jumlah
1.0281.200
1.440Lap
as dan Rutan
d.
Jumlah kasus TB
Jumlah
1.0281.200
1.440Lap
as dan Rutan
4.D
iagnosis dan Pengobatan kasus TB sesuai standar nasional
a.
Penyusunan Rencana Aksi N
asional p
engendalian TB di Rutan, Lapas dan Bap
asPertem
uan2
-2
Ditjen PA
S, Kemkes
b.
Revisi Petunjuk Teknis penataksanaan TB dan
TB-HIV di Lap
as dan RutanPertem
uan1
--
Ditjen PA
S, Kemkes
c.Finalisasi Pedom
an Pencegahan Pengendalian Infeksi TB
Pertemuan
2-
-D
itjen PAS
d.
Jumlah Lap
as dan Rutan yang DO
TSJum
lah kum
ulatif238
303347
Lapas dan Rutan
5.M
engemb
angkan sistem
inform
asi untuk
surveilans.
a.
Kanwil yang m
engirimkan lap
oran triw
ulanan sesuai pedom
an Prosentase
30%50%
65% Kanw
il
b.
Lapas dan Rutan yang m
engirimkan lap
oran triw
ulanan sesuai pedom
an Prosentase
35%55%
65% Lap
as dan Rutan
6.Kegiatan m
onitoring dan evaluasi
a.
Pertemuan m
onev tingkat ProvinsiPertem
uan7
55
Kanwil, D
inkes
b.
Pertemuan Pokja TB di tingkat Pusat
Pertemuan
33
3D
itjen PAS, Kem
kes, LSM
7.M
emp
erkuat prom
osi kesehatan di lingkungan Lap
as dan Rutan.
a.
Penyuluhan TB bagi W
BP dan Tahanan Jum
lah2
22
Lapas dan Rutan
b.
Pengadaan media KIE TB
Eksemp
lar-
-10.000
Ditjen PA
S
8.M
elakukan kolaborasi p
rogram TB-H
IV.
a.
Skrining gejala TB pada O
DH
AProsentase
70%80%
90%Lap
as dan Rutan
RENCANA AKSI NASIONAL PENGENDALIAN TUBERKULOSIS DI RUTAN, LAPAS DAN BAPAS - TAHUN 2012 - 2014 29
DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA, TAHUN 2012
b.
Men
awar
kan
tes
HIV
bag
i pas
ien
TBPr
osen
tase
70%
80%
90%
Lap
as d
an R
utan
10.
Men
anga
ni k
asus
keb
al o
bat
TB
(TB-
MD
R)
a.
Pene
mua
n su
spek
TB-
MD
RJu
mla
h5
1010
Lap
as d
an R
utan
b.
Pena
tala
ksan
aan
pas
ien
TB-M
DR
Jum
lah
22
2La
pas
dan
Rut
an
c.
Pem
erik
saan
sus
pek
TB-
MD
R de
ngan
ge
neX
per
tJu
mla
h5
1010
Lap
as d
an R
utan
12.
Men
gem
ban
gkan
up
aya
pen
gend
alia
n p
enul
aran
TB
di L
apas
dan
Rut
an.
a.
Fi
nalis
asi P
edom
an P
enge
ndal
ian
Infe
ksi T
BPe
rtem
uan
2-
-D
itjen
PA
S
b.
Sosi
alis
asi P
edom
an P
enge
ndal
ian
Infe
ksi T
B b
agi p
etug
as k
eseh
atan
Pert
emua
n-
5-
Ditj
en P
AS,
Kan
wil,
Rut
an,
Lap
as d
an B
apas
c.
Men
gup
ayak
an ru
ang
per
awat
an k
husu
s un
tuk
susp
ek d
an p
asie
n TB
yan
g m
enul
arPr
osen
tase
10%
15%
20%
Lap
as d
an R
utan
d.
Ass
essm
ent p
enge
ndal
ian
infe
ksi T
BJu
mla
h ku
mul
atif
2025
30La
pas
dan
Rut
an
13.
Pem
bia
yaan
a.
APB
N√
√√
Ditj
en P
AS,
Kan
wil,
Kem
kes
Ruta
n, L
apas
dan
Bap
as
b.
APB
D
--
-Ka
nwil,
Din
kes,
Rut
an,
Lap
as d
an B
apas
c.
Bant
uan
Luar
Neg
eri d
an P
ihak
lain
yan
g tid
ak m
engi
kat
√√
√D
itjen
PA
S, R
utan
, Lap
as
dan
Bap
as
RENCANA AKSI NASIONAL PENGENDALIAN TUBERKULOSIS DI RUTAN, LAPAS DAN BAPAS - TAHUN 2012 - 201430
DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA, TAHUN 2012
RENCANA AKSI NASIONAL PENGENDALIAN TUBERKULOSIS DI RUTAN, LAPAS DAN BAPAS - TAHUN 2012 - 2014 31
DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA, TAHUN 2012
BAB VIIMONITORING DAN EVALUASI
Pelaksanaan rencana aksi nasional pengendalian TB untuk WBP dan tahanan dimonitor secara berkala dan dievaluasi secara sistematis berdasarkan pelaksanaan kegiatan di lapangan. Monitoring dan evaluasi dilakukan secara berjenjang di jajaran Direktorat Bina Kesehatan dan Perawatan Narapidana dan Tahanan dan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM bekerjasama dengan Jajaran Sub Direktorat TB Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Hasil monitoring dan evaluasi berguna untuk memperbaiki perencanaan yang disesuaikan dengan kebutuhan. Namun keduanya mempunyai tujuan yang spesifik. Monitoring bertujuan memantau proses dan perkembangan pelaksanaan pengendalian TB secara berkala dan berkelanjutan, mengidentifikasi masalah dan kesejangan pada saat pelaksanaan, dan mengatasi masalah yang teridentifikasi. Evaluasi bertujuan untuk menganalisis relevansi, efisiensi, efektivitas, dampak dan keberlanjutan rencana aksi nasional ini untuk memberikan arah kebijakan jangka panjang bagi pengendalian TB untuk WBP dan tahanan.
Berbagai sumber data termasuk data rutin dapat dimanfaatkan untuk kepentingan monitoring dan evaluasi. Data rutin program pengendalian TB dilaporkan oleh Lapas dan Rutan setiap tiga bulan. Instrumen pencatatan yang digunakan mengikuti formulir yang telah digunakan oleh Sub Direktorat TB Kementerian Kesehatan.
Informasi dari hasil monitoring dan evaluasi pengendalian TB untuk WBP dan Tahanan disebarluaskan terutama kepada para pembuat kebijakan, pengelola program, dan lntas sektor lainnya melalui berbagai media komunikasi yang mudah untuk diakses. Informasi tersebut ditindaklanjuti dan digunakan untuk tujuan perbaikan yang berkelanjutan dalam upaya pengendalian TB, selain itu juga digunakan untuk menilai sinkronisasi kebijakan pusat dan daerah, pemerintah dan swasta serta lintas sektor.
RENCANA AKSI NASIONAL PENGENDALIAN TUBERKULOSIS DI RUTAN, LAPAS DAN BAPAS - TAHUN 2012 - 201432
DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA, TAHUN 2012
RENCANA AKSI NASIONAL PENGENDALIAN TUBERKULOSIS DI RUTAN, LAPAS DAN BAPAS - TAHUN 2012 - 2014 33
DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA, TAHUN 2012
BAB IXPENUTUP
Penyusunan Rencana Aksi Nasional Pengendalian Tuberkulosis di Rutan, Lapas dan Bapas oleh Direktorat Jenderal Pemasyarakatan bekerjasama dengan pihak-pihak terkait diharapkan dapat menjadi acuan dalam Pelaksanaan Pengendalian TB dengan strategi DOTS yang benar, efektif dan komprehensif. Hal ini diharapkan dapat menjamin keberlangsungan penatalaksanaan pasien TB sejak penemuan suspek, penegakan diagnosis dan pengobatan serta menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat TB di lingkungan Lapas dan Rutan. Rencana Aksi Nasional Pengendalian TB di Rutan, Lapas dan Bapas periode 2012-2014 ini akan dievaluasi kemudian berdasarkan hasil pelaksanaan dan perkembangan pogram pengendalian TB Nasional yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan RI.
RENCANA AKSI NASIONAL PENGENDALIAN TUBERKULOSIS DI RUTAN, LAPAS DAN BAPAS - TAHUN 2012 - 201434
DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA, TAHUN 2012
RENCANA AKSI NASIONAL PENGENDALIAN TUBERKULOSIS DI RUTAN, LAPAS DAN BAPAS - TAHUN 2012 - 2014 35
DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA, TAHUN 2012
DAFTAR PUSTAKA
1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan
2. Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, “Himpunan Peraturan Perundang-undangan Tentang Pemasyarakatan Bidang Perawatan”, Jakarta, 2000.
3. Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, “Himpunan Peraturan Perundang-undangan Tentang Undang-undang dan Peraturan Pemerintah”, Jakarta, 2003.
4. Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, “Pedoman Pelayanan Kesehatan dan Makanan Narapidana dan Tahanan”, Jakarta, 2003.
5. Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, “Strategi Penanggulangan HIV/AIDS dan penyalahgunaan Narkoba Pada Lapas/Rutan di Indonesia, Jakarta, 2005.
6. Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI, “Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia, Jakarta, 2005.
7. Kementerian Kesehatan RI, Strategi Nasional Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia 2011 – 2014, Jakarta 2011
8. Kementerian Kesehatan RI, Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis, Jakarta 2011
9. Kementerian Kesehatan RI, Rencana Aksi Nasional PPM Pengendalian Tuberkulosis 2011 – 2014, Jakarta 2011
10. Kementerian Kesehatan RI, Rencana Aksi Nasional TB-HIV Pengendalian Tuberkulosis 2011 – 2014, Jakarta 2011
11. WHO, Global Tuberculosis Control-Surveillance, Planning and Financing, WHO Report 2007, Geneva, 2007
12. WHO, Treatment of Tuberculosis: Guidelines for National Programmes, 3rd edition, Geneva, 2003
13. WHO, Tuberculosis Control in Prisons: A Manual for Programme Managers, Geneva, 2000