RESPON JAMAAH MAJELIS TAKLIM BAITURRAHMAN BUKIT …
Transcript of RESPON JAMAAH MAJELIS TAKLIM BAITURRAHMAN BUKIT …
RESPON JAMAAH MAJELIS TAKLIM BAITURRAHMAN
BUKIT CINERE TERHADAP MATERI DAKWAH “SEDEKAH”
USTAD YUSUF MANSUR
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh
Sofyan Hadi Rahman
NIM: 107051002421
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011 M / 1432 H
DAKWAH SEDEKAH USTAD YUSUF MANSUR
PENGESAHAN PANITIA UJIAI\
Skripsi berjudul "RESPON JAMAAH MAJELIS TAKLIM BAITURRAHMANBUKIT CINERE TERIIADAP MATERI DAKWAH "SEDEKAH" USTAD YUSUFMANSUR" telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan IlmuKomunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada tanggal 20 September 2011. skripsi initelah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam(S.Kom.l) pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran lslam.
Jakart4 22 September 2011
Sidang Munaqasyah
Sekreuris Merangkap Anggota
Penguji I Penguji II
NIP.19660605 199403 1005
t99703 2 002
0816 1997032002
Pembimbing
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memenuhi gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) Di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari bahwa karya ini bukan asli karya saya atau merupakan hasil
jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 25 September 2011
Penulis
Sofyan Hadi Rahman
ABSTRAK
Sofyan Hadi Rahman
Respon Jamaah Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere Terhadap Materi Dakwah
“Sedekah” Ustad Yusuf Mansur
Bersedekah merupakan aktivitas seorang muslim yang memiliki sifat keutamaan,
karena ketinggian derajat seorang muslim ditentukan oleh sebesar dan sejauh mana ia
memiliki kepedulian dan kepekaan sosial kepada muslim yang lainnya. Baik yang kaya
ataupun miskin, baik yang kuat ataupun lemah, baik laki-laki maupun perempuan dan baik
yang muda ataupun yang tua. Sedekah bukanlah amalan biasa. Sedekah punya keajaiban yang
terkadang membuat hitung-hitungan logika manusia tercengang. Bagi kita mungkin 1+1 =2,
tapi pada konsep sedekah 1+1= 10. Inilah keajaiban Tuhan yang diberikan kepada hambaNya
yang mau melakukan amalan mulia tersebut. Ingat, bahwa ibadah sedekah tidak hanya
melibatkan dua pihak yakni pelaku sedekah dengan Tuhan akan tetapi ibadah ini melibatkan
tiga pihak, yakni si pelaku, objek penerima dan Tuhan. Ustad Yusuf Mansur melaui The
Power Of Giving banyak menjelaskan kepada pembaca mengenai berbagai macam
keuntungan ibadah sedekah dan hikmah yang terjadi pada diri seseorang setelah ia melakukan
ibadah sedeka. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk membuat sebuah penelitian yang
berjudul “Respon Jamaah Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere Terhadap Materi
Dakwah “Sedekah” Ustad Yusuf Mansur”.
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah: Bagaimana respon jamaah Majelis
Taklim Baiturrahman Bukit Cinere terhadap materi dakwah “sedekah” Ustad Yusuf, yang
meliputi respon kognitif Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere Terhadap materi dakwah
“sedekah” dakwah Ustad Yusuf Mansur?, respon afektif Majelis Taklim Baiturrahman Bukit
Cinere Terhadap Materi dakwah “sedekah” dakwah Ustad Yusuf Mansur?, respon
konatif/behavioral Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere Terhadap Materi dakwah
“sedekah” dakwah Ustad Yusuf Mansur?.
Pada penelitian ini teori yang digunakan adalah stimulus respon, yang mana ini
dikarenakan komunikan atau dalam hal ini adalah Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere
akan distimulus atau dirangsang oleh ceramah Ustad Yusuf Mansur dan melakukan perhatian,
pengertian dan penerimaan stimulus sehingga munculah respon ataupun efek yang didapatkan
dari ceramah itu.
Metodologi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Penelitian
kuantitatif dapat menghasilkan data yang akurat setelah melakukan perhitungan angka yang
tepat. Selain itu metode kuantitatif lebih ditekankan pada data yang dapat dihitung untuk
menghasilkan penafsiran kuantitatif yang kokoh. format deskriptif dalam penelitian ini.
Format deskriptif adalah format yang bertujuan untuk menjelaskan, meringkaskan berbagai
kondisi, berbagai situasi, atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi
objek penelitian itu berdasarkan apa yang terjadi.
Dari hasil pengolahan data terdapat perbedaan antara latar jenis kelamin dengan
respon jamaah Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere terhadap materi dakwah “sedekah”
Ustad Yusuf Mansur. terdapat perbedaan antara latar belakang pendidikan dengan respon
jamaah Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere terhadap materi dakwah “sedekah” Ustad
Yusuf Mansur. Respon kognitif yang didapat dari responden bahwa Ustad Yusuf Mansur
dalam ceramahnya selalu mengajak orang lain untuk bersedekah menduduki peringakat
pertama dengan skor 391. Respon afektif yakni tentang kesenangan responden terhadap
ceramah Ustad Yusuf Mansur dengan skor tertinggi 305. Respon behavioral (perilaku) yakni
tentang responden peduli dengan sesama yang membutuhkan bantuan dengan skor 322.
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil‟alamin...
Tidak ada kata selain puji serta syukur penulis kepada Allah SWT yang
telah memberikan nikmat dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian ini. Meskipun banyak kendala-kendala di tengah jalan yang terkadang
menjadi beban penulis dan penghambat proses, tapi semua ini penulis jadikan
pembelajaran dan pengalaman yang sangat berjarga. Dengan usaha dan kerja
keras akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Respon jamaah
Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere terhadap materi dakwah „sedekah‟
Ustad Yusuf Mansur”.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terwujudnya skripsi ini tidak lepas
dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ayahanda Abudurrahman dan ibunda Sumarni yang tak pernah bosan
memberi semangat dan nasehat kepada penulis untuk terus membaca dan
menyelesaikan skripsi ini. Kakanda Khaeruddin dan adinda Tasya yang
selalu membantu dan menemani penulis menyelesaikan skripsi ini.
Terimakasih untuk semua bantuan moril dan materil selama ini.
2. Bapak Dr. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Komunikasi. Pembantu Dekan I Bidang Akademik, Bapak Drs. Wahidin
Saputra, M.A, Pembantu Dekan II Bidang Administrasi Umum, Bapak
Drs. Mahmud Jalal, M.A, serta Pembantu Dekan III Bidang
Kemahasiswaan, Bapak Drs Study Rizal, L.K, MA.
ii
3. Ketua Komunikasi dan Penyiaran Islam Bapak Drs. Jumroni M.Si, beserta
Sekretaris Komunikasi dan Penyiaran Islam, Ibu Umi Musyarrofah M.A,
atas segala bantuan dan bimbingannya selama ini.
4. Bapak Dr.A Ilyas Ismail, MA selaku dosen pembimbing yang telah
banyak membantu, memberikan pengarahan dan kesempurnaan pada
penulisan skripsi ini.
5. Seluruh jamaah Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere beserta
pengurus. Terimakasih penulis ucapkan atas waktu dan bantuannya dalam
mengisi angket.
6. Seluruh dosen-dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
Terimakasih untuk saran-saranya dan bantuannya.
7. Terima kasih buat anak-anak KPI C 2007, Fitri, Hany, Fardun, Wati,
Fauziah, Eva, Adin, Ucup, Rifat, Arin, Arip, Ari, Ayu, Angga, Dara, Ega,
Fena, Hikmah, Iin, Irna, Leha, Lini, Melia, Riyadul, Reza, Sucy, Ubay
yang sudah memberi semangat kepada penulis untuk segera
menyelesaikan skirpsi ini.
8. Terima kasih untuk anak-anak KKN GB 2010.
9. Terima kasih juga untuk “yadzasoha”, yang telah memberikan motivasi
penulis untuk jangan menyerah dan tetap semangat.
10. Terakhir terimaksih untuk semua pihak yang membantu penulis.
Jakarta 27 Juli 2011
Sofyan Hadi Rahman
ii
Daftar Isi
KATA PENGANTAR
ABSTRAK..............................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ............................................................................................... 1
B. Pembatasan dan perumusan masalah ............................................................. 5
C. Tujuan dan manfaat penelitian ...................................................................... 6
D. Tinjauan pustaka ............................................................................................ 7
E. Metodologi
1. Lokasi penelitian ....................................................................................... 8
2. Metode penelitian ...................................................................................... 8
3. Variable Penelitian .................................................................................. 9
4. Definisi operasional ................................................................................ 9
5. Populasi dan Sampel ............................................................................... 12
6. Teknik sampling ...................................................................................... 13
7. Teknik pengumpulan data ....................................................................... 13
8. Teknik analisis data ................................................................................. 14
9. Hipotesis .................................................................................................. 16
F. Sistematika penulisan ................................................................................ 17
BAB II KERANGKA TEORITIS
A. Teori S-O-R
1. Teori stimulus respon .............................................................................. 17
2. Pengertian respon .................................................................................... 18
3. Macam-macam respon ........................................................................... 19
4. Faktor terbentuknya respon ………………………………………... ....20
B. Dakwah
1. Pengertian dakwah…………………………………………………… ...21
2. Tujuan dakwah ........................................................................................ 22
3. Subjek dan objek dakwah........................................................................ 23
4. Metode dakwah……………………………………………………….. ..25
C. Sedekah
1. Pengertian sedekah .................................................................................. 27
2. Dasar dan hukum sedekah ....................................................................... 28
3. Perbedaan sedekah dengan zakat ............................................................ 28
4. Perbedaan dan persamaan sedekah dan infaq………………...….......... 29
5. Hikmah sedekah………………………………………………………....29
D. Majelis Taklim dan Jamaah
1. Pengertian Majelis Taklim ...................................................................... 30
2. Penegrtian Jamaah .........................................................................31
BAB III GAMBARAN UMUM
A. Profil Ustad Yusuf Mansur
1. Biografi Ustad Yusuf Mansur ................................................................. 32
2. Kiprah dakwah Ustad Yusuf Mansur ...................................................... 36
3. Karya-karya Ustad Yusuf Mansur .......................................................... 37
B. Profil Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere ...................................... 38
1. Visi dan Misi ……………………………………………………….…. 39
2. Jadwal kegiatan………………………………………………………... 39
3. Struktur organisasi…………………………………………………….
BAB IV ANALISIS RESPON KOGNITIF, AFEKTIF DAN BHAVIORAL
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Data Responden ................................................................... 42
2. Deskripsi Kuesioner ............................................................................. 43
B. Anlisis data
1. Analisis Skala Likert ............................................................................ 44
2. Analisis chi-square ............................................................................... 53
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ...................................................................................................... 57
B. Saran ............................................................................................................ 58
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 59
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Jenis Kelamin Responden ............................................................................................40
Tabel 2 Latar Belakang Pendidikan Responden .......................................................................41
Tabel 3 Pertanyaan Kuesioner ..................................................................................................42
Tabel 4 Skala Likert Respon Kognitif .....................................................................................42
Tabel 5 Skala Likert Respon Afektif .......................................................................................45
Tabel 6 Skala Likert Respon Behavioral .................................................................................48
Tabel 7 Uji chisquare berdasarkan jenis kelamin .....................................................................51
Tabel 8 Uji chisquare berdasarkan pendidikan .........................................................................52
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berdakwah merupakan salah satu fenomena yang tidak dapat dipisahkan
dari kehidupan. Dakwah bisa menggerakkan pelbagi naluri dan menempati tempat
yang sentral dalam kehidupan kita, apabila di era yang sarat dengan krisis akidah
seperti sekarang ini.
Al-Quran merupakan sebuah Kitab Dakwah. Yang memilki ruh
pembangkit. Yang berfungsi sebagai penguat. Yang menjadi tempat berpijak.
Berperan sebagai penjaga, penerang, dan penejelas. Merupakan suatu undang-
undang dan konsep-konsep global. Dan merupakan tempat kembali satu-satunya
bagi para penyeru dakwah dalam mengambil rujukan untuk melakukan kegiatan
dakwah, dalam menyusun suatu konsep gerakan dakwah selanjutnya.1
Apabila kita memperhatikan Al-Quran dan sunnah maka kita akan
mengetahui, sesungguhnya dakwah menduduki tempat dan posisi utama, sentral,
strategis dan menentukan. Keindahan dan kesesuaian Islam dengan perkembangan
zaman, baik dalam sejarah maupun prekteknya, sangat ditentukan oleh kegiatan
dakwah yang dilakukan umatnya. Materi dakwah maupun metodenya yang tidak
dapat menyebabkan kesalahlangkahan dalam pelaksanaan dakwah. Sehingga
dakwah sering tidak membawa perubahan apapun, padahal tujuan dakwah adalah
1 Sayyid Qutb, Fiqih Dakwah, (Jakarta, Pustaka Amani, 1970), cet. Ke-1, hal. 1
2
untuk mengubah masyarakat sasaran dakwah ke arah kehidupan yang lebih baik
dan lebih sejahtera, lahiriah maupun batiniah.2
Islam merupakan suatu kebenaran, maka Islam menurut fitrahnya harus
tersebar luas, diperkenalkan dan diperlihatkan kepada umat manusia.
Menyampaiakan ajaran-ajaran agama Islam kepada umat manusia merupakan
tanggung jawab bersama yang telah menerima dan memeluk agama Islam.3
Implikasai dari pernyataan Islam sebagai agama dakwah menuntut
ummatnya agar selalu menyampaikan dakwah, karena kegiatan ini merupakan
aktivitas yang tidak pernah usai selama kehidupan dunia masih berlangsung dan
akan terus melekat dalam situasi dan kondisi apapun bentuk dan coraknya.
Djamaluddin Kaffe dalam bukunya Psikologi Dakwah mengatakan bahwa
“dakwah adalah suatu system kegiatan seseorang, sekelompok, segolongan ummat
sebagai aktualisasi yang dimanifestasikan dalam bentuk seruan, ajakan dan
panggilan”.4
Tujuan dakwah secara umum adalah mengubah perilaku sasaran dakwah
agar mau menerima ajaran Islam dan mengamalkannya dalam tatatran kenyataan
kehidupan sehari-hari, baik yang bersangkutdan dengan masalah pribadi,
keluarga, maupun sosial kemasyarakatannya, agar terdapat kehidupan yang penuh
dengan keberkahan samawi dan keberkahan ardhi atau dapat juga diartikan
kebaikan dunai dan akhirat, serta terbatas dari azab neraka.
Tujuan umum tersebut harus dirumuskan ke dalam tujuan yang lebih
operasional dan dapat dievaluasi keberhasilan yang telah dicapainya. Misalnya,
tingkat keistiqomahan di dalam mengerjakan shalat, tingkat keamanahan dan
³ Didin Hafiduddin, Dakwah Aktual, (Jakarta, Gema Insani Press, 1998), hal.78 3 M. Mansur Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral, (Yogyakarta, Agustus 1997), h. 2 4 Djamaluddin Kaffe, Psikologi Dakwah (Surabaya: Pustaka Progesif 1993), hal. 29
3
kejujurannya, berkurangnya angka kemaksiatan, ramainya shalat berjamaah di
Masjid, berkurangnya tingkat pengangguran dan lain sebagainya.
Setiap muslim dan muslimah pada dasanya mempunyai kewajiaban untuk
berdakwah, menyeru kepada ma‟ruf dan mencegah dari perbuatan munkar. Akan
tetapi kalau kita cermati dewasa ini kebanyakan para da‟i terkesan pasif yaitu
hanya mengandalakan undangan dari para mad‟u, baik yang diorganisir oleh
Majelis Taklim maupun acara perorangan, padahal kalau kita tengok ke masa lalu
mengenai metode dakwahnya Rasulullah SAW, beliau lebih banyak melakukan
dakwah dengan cara mendatangi para mad‟u baik yang sudah masuk Islam
maupun yang belum masuk Islam.
Majelis Taklim identik dengan sarana aktifitas dakwah dalam bentuk
pendidikan dan keagamaan. Bagaimanapun, ia tetap menjadi suatu kebutuhan,
karena mengikat akan perannya yang begitu besar dan berarti bagi masyarakat.
Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere berdiri pada tahun 1985. Awalnya,
majelis ini merupakan pengajian rutin ibu-ibu dari rumah ke rumah.
Kegiatan keagamaan yang dilakaukan Majelis Taklim Baiturrahman Bukit
Cinere waktu itu antara lain adalah: pengajian, shalat tarawih berjamaah, shalat
Idul Fitri dan Idul Adha, disamping itu juga penerimaan dan penyaluran zakat dan
qurban pada fakir miskin, yatim-piatu dan mengelola anak asuh. Namun cita-cita
yang lebih besar dari Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere ini adalah
mendirikan sebuah Masjid yang dapat menampung kegiatan beragama yang cukup
banyak itu. Lantaran anggota majelis kian bertambah, pengajian pun mulai
diadakan di Masjid. Nama Masjid kemudian dijadikan nama majelis taklim ini.
4
Sebagaimana kita ketahui, hidup jadi susah, lantaran memang kita banyak
dosanya. Dosa-dosa itu mengakibatkan kehidupan kita menjadi tertutup dari kasih
sayang Allah. Kesalahan-kesalahan yang kita buat, baik terhadap Allah, maupun
terhadap manusia, membuat kita terperangkap dalam lautan kesusahan yang
sejatinya kita buat sendiri. Lalu Allah datang menawarkan bantuan-Nya,
menawarkan kasih sayang-Nya, menawarkan ridha-Nya terhadap ikhtiar kita, dan
menawarkan ampunan-Nya. Tapi kepada siapa Allah berikan ini semua? Kepada
siapapun yang mau bersedekah. Kepada yang mau membantu orang lain, kepada
yang mau peduli dan berbagi.
Ustad Yusuf Mansur menemukan hikmah tentang sedekah saat dipenjara.
Selepas dari penjara, Ustad Yusuf Mansur berjualan es di terminal Kali Deres.
Berkat keikhlasan sedekah pula, akhirnya bisnis Ustad Yusuf Mansur
berkembang.
Aktifitas dakwah Ustad Yusuf Mansur pada saat ini memiliki daya tarik di
kalangan masyarakat. Awal mula Ustad Yusuf Mansur berdakwah beranjak dari
kisah hidup yang dialaminya. Dalam ceramahnya, beliau selalu menekankan
makna di balik sedekah dengan memberi contoh-contoh kisah dalam kehidupan
nyata.
5
Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang
menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap butir seratus biji. Allah melipat
gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas
(karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.
Rasulullah SAW bersabda:
[
“Dari Abu Dzar radhiallahuanhu : “Sesungguhnya sejumlah orang dari shahabat
Rasulullah berkata kepada Rasulullah SAW “ Wahai Rasululullah, orang-orang
kaya telah pergi dengan membawa pahala yang banyak, mereka shalat
sebagaimana kami shalat, mereka puasa sebagaimana kami puasa dan mereka
bersedekah dengan kelebihan harta mereka (sedang kami tidak dapat
melakukannya). Rasulullah SAW bersabda : Bukankah Allah telah menjadikan
bagi kalian jalan untuk bersedekah. Sesungguhnya setiap tashbih merupakan
sedekah, setiap takbir merupakan sedekah, setiap tahmid merupakan sedekah,
setiap tahlil merupakan sedekah, amar ma’ruf nahi munkar merupakan sedekah
dan setiap kemaluan kalian merupakan sedekah. Mereka bertanya : Ya
Rasulullah masakah dikatakan berpahala seseorang diantara kami yang
menyalurkan syahwatnya, beliau bersabda : Bagaimana pendapat kalian
seandainya hal tersebut disalurkan dijalan yang haram, bukankah baginya dosa,
demikianlah halnya jika hal tersebut diletakkan pada jalan yang halal, maka
baginya mendapatkan pahala”. (Riwayat Muslim).
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis terdorong untuk
mengetahui bagaimana respon jamaah Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere
6
terhadap materi dakwah „sedekah‟ Ustad Yusuf Mansur untuk itu penulis
mengambil judul “RESPON JAMAAH MAJELIS TAKLIM
BAITURRAHMAN BUKIT CINERE TERHADAP MATERI DAKWAH
„SEDEKAH‟ USTAD YUSUF MANSUR”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Untuk memberikan gambaran yang terarah dalam penulisan ini, penulis
memberikan pembatasan masalah yaitu respon jamaah Majelis Taklim
Baiturrahman Bukit Cinere terhadap materi Sedekah dakwah Ustad Yusuf
Mansur. Penulis hanya mengambil subjek dari Majelis Taklim Baiturahman Bukit
Cinere, yaitu hanya mengambil sample 94 jamaah.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pada batasan masalah di atas, maka rumusan masalah
penulisan ini adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana respon kognitif jamaah Majelis Taklim Baiturrahman
Bukit Cinere terhadap materi dakwah „sedekah‟ Ustad Yusuf Mansur?
b. Bagaimana respon afektif jamaah Majelis Taklim Baiturrahman Bukit
Cinere terhadap materi dakwah „sedekah‟ Ustad Yusuf Mansur?
c. Bagaimana respon konatif jamaah Majeleis Taklim Baiturrahman
Bukuit Cinere terhadap materi dakwah „sedekah‟ Ustad Yusuf
Mansur?
7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana respon
jamaah Majlis Taklim Baiturahman Bukit Cinere terhadap materi dakwah
„sedekah‟ Ustad Yusuf Mansur. Serta untuk mengetahui faktor-faktor yang
mendukung jamaah Majelis Taklim Baiturahman Bukit Cinere terhadap materi
dakwah „sedekah‟ Ustad Yusuf Mansur.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
1) Penulisan ini diharapkan untuk dijadikan acuan dalam
melaksanakan kebijakan tentang respon jamaah Majelis Taklim
Baiturrahman Bukit Cinere terhadap materi dakwah „sedekah‟
Ustad Yusuf Mansur.
2) Untuk memberikan informasi kepada mahasiswa fakultas ilmu
dakwah dan ilmu komunikasi akan respons jamaah Majelis Taklim
Baiturrahman Bukit Cinere terhadap materi dakwah „sedekah‟
Ustad Yusuf Mansur.
b. Manfaat Praktisi
Mengembangkan karya ilmiah yang bermutu untuk menambah wawasan
pengetahuan kita khususnya mengenai respon Majlis Taklim Baiturrahman Bukit
Cinere terhadap materi dakwah „sedekah‟ Ustad Yusuf Mansur.
8
D. Tinjauan Pustaka
Dari sekian banyak skripsi yang membahas tentang respons namun tidak
satupun penulis menemukan skripsi yang membahas respons jama‟ah Majelis
Taklim Baiturahman Bukit Cinere terhadap materi dakwah „sedekah‟ Ustad Yusuf
Mansur.
Skripsi itu diantaranya yang berjudul: “Respons Masyarakat Terhadap
Metode Dakwah K.H. M. Syafie Hadzami di Majelis Taklim Ni‟matul Ittihad
Pondok Pinang Jakarta Selatan” atas nama Syafie Hadzami, “Respons Masyarakat
Depok Terhadap Progam Tazkia Qalbu di Music City FM” atas nama Ana
Sabhana Azmi, “Respons siswa SMAN 1 Ciputat Terhadap Isi Pesan Dakwah
dalam Album Ya Rahman: Opik” atasa nama Umi Habibah, “Respons Masyarakat
Patal Senayan Terhadap Tayangan Iklan Bintang Sabun Lux di Televisi” atas
nama Upik Susanti.
Oleh karena itu, penulis berusaha membandingkan karya tulis terdahulu
dengan skripsi yang penulis kerjakan, dalam hal ini tentang respon jama‟ah
Majelis Taklim Baiturrahan Bukit Cinere terhadap Materi Sedekah Dakwah
Ustad Yusuf Mansur.
E. Metodologi Penelitian
1. Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan di Jl. Bukit Cinere Gandul, Kecamatan Cinere,
Kelurahan Gandul, Depok. Penelitian ini dilakukan mulai dari tanggal 9 Juni 2011
sampai dengan 16 Juli 2011.
9
2. Metode penelitian
Metodologi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif.
Penelitian kuantitatif dapat menghasilkan data yang akurat setelah melakukan
perhitungan angka yang tepat. Selain itu metode kuantitatif lebih ditekankan pada
data yang dapat dihitung untuk menghasilkan penafsiran kuantitatif yang kokoh.
Metode penelitian menurut Wiradi, “Metode adalah seperangkat langkah
(apa yang harus dilakukan) yang disusun secara sistematis (urutan logis).”
Sedangkan metodologi penelitian adalah cara untuk mencapai suatu maksud
sehubungan dengan upaya tertentu, maka metode menyangkut masalah kerja yaitu
memahami objek.
Bentuk penelitian skripsi ini adalah penelitian lapangan (field research).
Dimana peneliti melakukan penelitian langsung ke lapangan untuk mendapatkan
data yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini.
Selain itu, penulis juga memilih format deskriptif dalam penelitian ini.
Format deskriptif adalah format yang bertujuan untuk menjelaskan, meringkaskan
berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai variabel yang timbul di
masyarakat yang menjadi objek penelitian itu berdasarkan apa yang terjadi.5 Dan
untuk melengkapi penelitian ini, penulis juga menggunakan metode survey.
Metode survey adalah metode (penelitian) yang menggunakan kuesioner sebagai
instrument utama untuk mengumpulkan data.6
5 M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan
Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana: 2008), Edisi Pertama, cet
Ke. 3, h.36 6 Prasetya Irawan, Logika dan prosedur Penelitian: Pengantar Teori dan Panduan
Praktis Penelitian Sosial bagi Mahasiswa dan Peneliti Pemula, (Jakarta: STIA-LAN, 2000), cet.
Ke-1, h.68
10
3. Variable
Berdasarkan variable penelitian ini tentang respon jamaah Majelis Taklim
Baiturrahman Bukit Cinere terhadap mater dakwahi „sedekah‟ Ustad Yusuf
Mansur, menetapkan 2 variable. Yang pertama variable independent adalah Yusuf
Mansur, dan variable dependent adalah respon jamaah Majelis Taklim
Baiturrahman Bukit Cinere.
4. Definisi Operasional
a) Variabel dependen
Variabel ini sering disebut sebagai variabel out put. Dalam bahasa
Indonesia sering disebut juga variabel terikat. Variable dependen
merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,
karena adanya independen. Dalam penelitian ini yang menjadi
variabel dependen adalah respon jamaah Majelis Taklim
Baiturrahman Bukit Cinere.
b) Variabel independen
Variabel stimulus.dalam bahasa Indonesia sering disebut variabel
bebas. Variabel independen adalah yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen.
Yang menjadi variabel independen dalam penelitian ini adalah
materi dakwah „sedekah‟ Ustad Yusuf Mansur.
Dalam penelitian ini ada suatu hal yang akan dilihat berdasarkan variable
yang ada. Hal tersebut adalah:
11
Variable independent Variable dependent
Metode dakwah respon kogintif
Materi dakwah respon afektif
respon konatif
a. Respon Jamaah Majelis Taklim Baiturrhaman Bukit Cinere
Suatu tanggapan, sikap dan reaksi terhadap stimulus atau rangsangan yang
diterima oleh komunika dari komunkator. Dan dalam hal ini adalah tentang respon
jamaah Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere terhadap materi dakwah
„sedekah‟ Ustad Yusuf Mansur. Dan jika berbicara tentang respon maka akan
berbicara pula tentang effek media massa yang meliputi:
a) Effek kognitif
1) Definisi Operasional
Adalah efek secara pengetahuan, terjadi bila ada perubahan pada apa
yang diketahu, di pahami atau dipersepsikan khalayak.
2) Indikator
Jamaah mendapatkan pengetahuan yang belum diketahui
sebelumnya.
Jamaah dapat lebih mengerti arti sedekah
b) Effek afektif
1) Definisi Operasional
Merupakan perasaan yang ditimbulkan bila ada perubahan pada apa
yang dirasaka, disenangi atau dibenci jamaah.
12
2) Indikator
Jamaah merasakan perubahan pada dirinya setelah
mendengarkan dakwah Ustad Yusuf Mansur.
Jamaah dapat menyukai atau tidak terhadap materi sedekah.
c) Effek konatif
1) Definisi Operasional
Merupakan tingkah laku atau sikap yang merujuk pada prilaku nyata
yang dapat diamati meliputi pola tindakan, kegiatan atau kebiasaan.
2) Indikator
jamaah dapat lebih giat bersedekah dengan ikhlas.
jamaah dapat lebih peduli dengan sesame yang membutuhkan.
b. Materi Dakwah „Sedekah‟ Ustad Yusuf Mansur
1) Definisi Operasional
Materi sedekah adalah materi yang digunakan Ustad Yusuf Mansur untuk
menarik simpati para jamaah dengan contoh-contoh kisah sedekah membawa
kesuksesan seseorang.
2) Indikator
Metodenya, disampaikan dengan bercerita .
Materi yang digunakan santai dan lugas.
5. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan dari subjek penelitian (semua elemen) yang
ada di dalam wilayah penelitian. Oleh karenanya, apabila seorang peneliti ingin
meneliti semua elemen yang ada di dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya
13
merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitiannya disebut dengan studi
populasi atau studi sensus.7
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 234 orang untuk
mengetahui jumlah sample yang digunakan, maka peneliti menggunakan rumus
slovin, 8dengan sampel errornya adalah 8%:
n =
Keterangan
n: ukuran sample
N: ukuran populasi
e: kelongaran karena ketidak telitian ( kesalahan sample yang dapat ditolerir)
234
1+(234 x 8/100)2
234
1+ (234x 0,08)2
234
1+1,49
234
2,49
=93,9
= 94
Sampel = 94
7 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2002, h. 108. 8 Rachmat Kriyantono, Tehnik Praktis Riset komunikasi,(Jakarta, Kencana Prenada Media
Group, 2007), hal.160
14
Dari perhitungan rumus slovin di atas maka diperolehlah jumlah sample
penelitian yang akan digunakan yaitu berjumlah 94 orang.
6. Teknik sampling
Dalam penelitian ini sampel yang akan digunakan adalah jamaah Majelis
Taklim Baiturrahman Bukit Cinere. Maka dari itu dalam penelitian ini peneliti
menggunakan metode eksperimen yang mana peneliti memberikan suguhan
tayangan kepada responden sebanyak satu kali sebelum memberikan kuesioner.
7. Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini akan menggunakan beberapa teknik pengumpulan data,
seperti:
a. Kuesioner
Teknik pengumpulan data lain yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah berbentuk kuesioner. Kuesioner yaitu teknik pengumpulan data dengan
cara memberikan suatu daftar pertanyaan kepada responden untuk diisi9.
Kuesioner pada penelitian ini akan di berikan kepada 94 responden dari
jumlah populasi 234 orang.
b. Observasi
Metode observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengamati
dan mencatat secara sistematis mengenai gejala-gejala yang diselidiki10
. Maka
observasi ini dilakukan kepada Jamaah Majelis Taklim Baiturrahman Bukit
Cinere.
9 (John W. Creswell.. Educational Research, Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative
and Qualitative Research 2nd ( Edition. New Jersey, Pearson Education, Inc, 2005), h. 160. 10
Drs. Kholid Narkubo, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h. 70.
15
c. Dokumentasi.
Yaitu sebuah pengumpulan yang dilakukan melalui buku, video,
dokumen dan artikel. Maka dalam penelitian ini menggunakan metode
pengumpulan data dokumentasi seperti video yang didownload atau diunduh dari
internet dan pengumpulan data dari buku-buku bacaan.
8. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini menggunakan metode analisis kuantitatif, yaitu
analisis yang dilakukan terhadap data yang berwujud angka dengan tujuan
menggenelarisir serta menguji teori. Data-data yang diperoleh melalui angket,
wawancara dan dokumentasi ini kemudian diproses dengan beberapa tahapan,
yaitu:
a. Editing, yaitu memeriksa jawaban-jawaban responden untuk diteliti, ditelaah,
dan dirumuskan pengelompokannya untuk memperoleh data-data yang
sempurna.
b. Tabulating yaitu menstabulasikan atau memindahkan jawaban-jawaban
responden dalam table, kemudian dicari prosentasenya untuk dianalisa.
c. Kesimpulan yaitu memberikan kesimpulan dari hasil analisa dan penafsiran
data.
d. Analisa menggunakan analisis deskriptif kuantitatif yaitu analisa yang
dilakukan terhadap data yang terwujud angka dengan cara
mengklasifikasikannya, menstabulasikan dan dilakukan dengan mengguakan
perhitungan data statistik. Adapun rumus yang digunakan adalah:
1) Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan skala likert dengan
ketentuan sebagaimana berikut:
16
a) Untuk pernyataan positif diberikan skor sebagai berikut
a. Sangat Setuju (SS) diberi skor 4
b. Setuju (S) diberi skor 3
c. Tidak Setuju (TS) diberi skor 2
d. Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1
b) Adapun nilai negatif diberikan skor sebagaimana berikut:
a. Sangat Setuju (SS) diberi skor 1
b. Setuju (S) diberi skor 2
c. Tidak Setuju (TS) diberi skor 3
d. Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1
2) Chi-kuadrat
Analisis chi-kuadrat digunakan untuk ada atau tidaknya perbedaan
sikap atau pengetahuan jamaah Majelis Tajlim Baiturrhamn Bukit
Cinere terhadap materi sedekah dakwah Ustad Yusuf Mansur
Rumus:11
X2
= ∑
Keterangan:
X2 = apakah ada perbedaan antara frekuensi observasi dan frekuensi
harapan
= frekuensi observasi
= frekuensi harapa
11
Ibid, Hal.285
17
9. Hipotesis
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. H0: Tidak terdapat perbedaan antara jenis kelamin dengan respon
jamaah Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere terhadap
materi sedekah dakwah Ustad Yusuf Mansur.
H1:Terdapat perbedaan antara jenis kelamin dengan respon
jamaah Majelis Taklim Biturrahman Bukit Cinere terhadap
materi sedekah dakwah Ustad Yusuf Mansur.
b. H0: Tidak terdapat perbedaan antara latar belakang pendidikan
dengan respon jamaah Majelis Taklim Baiturrahman Bukit
Cinere terhadap materi sedekah dakwah Ustad Yusuf Mansur.
H1: Terdapat perbedaan antara latar belakang pendidikan dengan
respon jamaah Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere
terhadap materi sedekah dakwah Ustad Yusuf Mansur.
F. Sistemtika Penulisan.
BAB I: PENDAHULUAN, membahas tentang: Latar belakang masalah,
Perumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi
peneelitian (Lokasi dan waktu penelitian, metode penelitian, Variable, Definisi
Operasional, Populasi dan Sampel, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisis
Data), Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penulisan.
BAB II: KAJIAN TEORITIS, membahas tentang : (Teori S-O-R
Pengertian respon, macam-macam respon, faktor-fakrtor terbentuknya Respon).
(Dakwah membahas tentang : pengertian dakwah, tujuan dakwah, objek dan
18
subjek dakwah dan metode dakwah). Pengertian sedekah, pengertian Majelis
Taklim dan pengertian Jamaah.
BAB III: GAMBARAN UMUM, membahas tentang Gambaran Umum
Majlis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere yang didalamnya berisi mengenai:
sejarah berdirinya, Visi Misi, jadwal kegiatan dan struktur organisasi. Membahas
mengenai biografi Ustad Yusuf Mansyur yang berisi: riwayat hidup, latar
belakang pendidikannya, dan aktivitas dakwahnya.
BAB IV: ANALISIS, membahas tentang analisis data menggunakan skala
likert dan chi-kuadrat.
BAB V: SIMPULAN DAN SARAN, membahas tentang simpulan hasil
penelitian dan saran untuk para jamaah Majlis Taklim Baiturrahaman Bukit
Cinere.
17
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Teori Stimulus-Respon
Teori Stimulus Respon ini pada dasarnya merupakan suatu prinsip belajar
yang sederhana, di mana efek merupakan reaksi terhadap stimulus tertentu.
Dengan demikian, seseorang dapat menjelaskan suatu kaitan erat antara pesan-
pesan media dan reaksi audience. McQuail (1994:234) menjelaskan elemen-
elemen utama dari tesri ini adalah: (a) pesan (Stimulus); (b) seorang penerima atau
receiver (Organisme); dan (c) efek (Respons).1 Teori ini berasal dari psikologi,
kemudian menjadi teori komunikasi. Karena objek material dari psikologi dan
ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-
komponen, sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi konatif (psikomotorik). Dalam
ilmu komunikasi, kita mengenal adanya teori S-O-R, teori S-O-R ini merupakan
singkatan dari Stimulus-Organism-Respon. Pada bahasan sebelumnya kita
membahas sikap dan perilaku, yang keduanya merupakan bagian dari respon.
Berbicara mengenai ruang lingkup respon, menurut stimulus respon ini, efek yang
ditimbulkan adalah reaksi khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan
memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan.
Dalam pembahasan teori-teori, respon tidak lepas dari pembahasan proses
teori komunikasi, karena respon merupakan timbal balik dari apa yang
dikomunikasikan terhadap orang-orang yang terlibat proses komunikasi.
Komunikasi menampakan jalinan system yang utuh dan signifikan, sehingga
1 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 277. Cet. Ke-3
18
proses komunikasi hanya akan berjalan secara efektif dan efesien apabila unsur-
unsur didalamnya terdapat keteraturan.2
B. Pengertian Respon
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan respon adalah
tanggapan, reaksi, jawaban terhadap suatu gejala atau peristiwa yang terjadi.3
Menurut Poerwadarminto, respondiartikan sebagai tanggapan reaksi atau
jawaban.4
Respon akan muncul dari penerimaan pesan setelah sebelumnya terjadi
serangkaian komunikasi. Sedangkan menurut Ahmad Subandi, mengemukakan
respon dengan istilah umpan balik (feed back) yang memiliki peranana atau
pengaruh yang besar dalam menentukan baik atau tidaknya satu komunikasi.5
Dengan adanya respon yang disampaikan oleh objek dakwah kepada subjek
dakwah dari komunikator kepada komunikan akan meminimalisir kesalahan
penafsiran dalam sebuah proses dakwah dan komunikasi.
Respon dapat terjadi karena adanya stimulus (rangsangan) dari luar
maupun dari dalam terhadap organisme. Stimulus adalah kekuatan-kekuatan dari
luar atau dari dalam yang bekerja terhadap suatu reseptor. Dalam diri organisme
itu sendiri terdapat perangsang yang mendorong selurunh bagian-bagiannya.
Respon adalah setiap kegiatan yang ditimbulakn oleh suatu stimulus
(perangsang).6
Teori stimulus-respon ini beranggapan bahwa sikap dapat berubah karena
adanya rangsangan atau daya tarik yang disebut stimulus dari subjek yang
2 Onng Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, (Bandung: PT Rosdakarya (1999),
hal. 18 3 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka, 1996), Edisi ke-2, h. 838 4 Peordawarminto, Psikologi Komunikasi, (Jakarta: UT, 1999), Cet. Ke-1, hal. 42 5 Ahmad subandi, Psikologi Sosial, (Jakarta: Bulan Bintang, 1982), Cet. Ke-2, h. 50 6 Agus Sujanto, Psikologi Umum, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal. 78
19
diterima oleh objek. Kuat lemahnya rangsangan akan menentukan mutu atau
kualitas responden (reaksi, tanggapan, balasan) dari objek yang menerima
stimulus. Di dalam proses dakwah seorang da’i harus mampu memberikan
stimulus dan penguatan (reinforcement) kepada objek dakwah sehingga
dakwahnya dapat diterima objek dakwah secara positif.7
Menurut teori yang dikemukan oleh Steven Mchaffe respon dibagi
menjadi tiga bagaian, yaitu:
a. Kognitif, yaitu respon yang berkaitan erat dengan pengetahuan,
keterampilan dan informasi seseorang mengenai sesuatu. Respons ini
timbul apabila adanya perubahan terhadap apa yang dipahami atau
dipersepsikan oleh masyarakat.
b. Afektif, yaitu respon yang berhubungan dengan emosi, sikap dan nilai
seseorang terhadap sesuatu. Respons ini timbul bila ada perubahan
pada apa yang disenangi khlayak terhadap sesuatu.
c. Konatif, yaitu respon yang berhubungan dengan perilaku nyata yang
meliputi tindakan, kegiatan atau kebiasaan.8
C. Macam-macam Respon
Dalam bukunya Onong Uchjana Efendy, dijelaskan bahwa:
a. Respon kognitif, yaitu respon yang berkaitan erat dengan penegetahuan
keterampilan dan informasi seorang mengenai sesuatu. Respon ini
timbul apabila adanya perubahan terhadap yang dipahami atau
dipersepsi oleh khalayak.
7 Rafi’udin, Maman Abdul Djaliel, Prinsip dan strategi Dakwah, ( Bandung: CV Pustaka Setia,
1997), cet. Ke-1, h. 9 8 Jalaluddin Rahmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999), h. 218
20
b. Respon afektif, yaitu respons yang berhubungan dengan emosi, sikap
dan menilai sesorang terhadap sesuatu. Respons ini timbul bila ada
perubahan pada yang disenangi khalayak terhadap sesuatu.
c. Respon konatif, yaitu respons yang berhubungan dengan prilaku nyata,
meliputi tindakan atau kebiasaan.
Bentuk dan macam-macam respons yang diartikan sebagai tanggapan
dapat dibedakan berdasarkan indera yang digunakan menurut asalnya ataupun
ikatannya, berdasarkan indera yang dipakai tanggapan terbagi menjadi lima
macam, dalam hal ini Abu Ahmadi mengatakan: “menurut indera yang digunakan
tanggapan pengadilan, tanggapan baru, tanggapan pengecap, tanggapan
pendengar, tanggapan peraba.” Menurut ikatannya, tanggapan dapat dibagi
menjadi dua macam, yaitu tanggapan keberadaan dan tanggapan pengamatan.9
D. Faktor-fakrtor Terbentuknya Respon
Terdapat 2 faktor yang mempengaruhi terbentuknya sebuah respons, yaitu:
a) Faktor internal, yaitu faktor yang ada dalam diri individu manusia itu
sendiri dari 2 unsur yakni rohani dan jasmani. Maka seseorang yang
mengadakan tanggapan terhadap sesuatu stimulus maka akan tetap
dipengaruhi oleh eksistensi 2 faktor di atas. Dan apabila satu unsur saja
terganggu maka akan menghasilkan sebuah tanggapan yang.
Unsur jasmani meliputi keberadaan, keutuhan, dan cara kerja alat indera,
urat syaraf dan bagian-bagian dari otak. Sedangkan unsur-unsur psikologi
meliputi perasaan, akal, jiwa, fantasi, mental pikiran, motivasi dan sebagainya.
9 Abu Ahmadi dan B. Harlock, Psikologi Perkembangan, (Jakartaa: Rineka Cipta, 1992), Cet. Ke-3
hal. 64
21
b) Faktor ekstenal, yaitu faktor yang berada pada lingkungan. Menurut
Bimo Walgianto dalam bukunya, menyatakan bahwa faktor psikis
berhubungan dengan objek menimbulkan stimulus dan stimulus akan
mengenani alat indera.10
Manusia adalah salah satu mahluk Allah yang paling sempurna di beri
akal, pikiran dan indera maka dari itu manusia akan terus menggali segala sesuatu
yang ada di sekitarnya.
E. Dakwah
1. Pengertian Dakwah
Ditinjau dari segi bahasa “Dakwah” berarti panggilan, seruan, atau ajakan.
Bentuk perkatan tersebut dalam bahasa Arab disebut Mashdar . sedangkan bentuk
kata kerja atau Fi’ilnya adalah yang berarti memanggil, menyeru, atau mengajak.
Sedangkan orang yang berdakwah disebut dai, dan orang yang menerima dakwah
disebut mad’u.11
Secara defenitif, dakwah dirumuskan oleh para ahli dalam teks dan
konteks yang bervariasi. Hal ini terlihat dalam oreintasi dan penekanan bentuk
kegiatan. Berikut ini dikemukakan berbagai macam rumusan definisi dakwah:
1) Prof. Toha Yahya Omar menyatakan bahwa dakwah islam sebagai upaya
mengajak umat dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan
perintah tuhan untuk kemaslahatan di dunia dan akherat.12
2) Prof. Dr. Hamka menyatakan dakwah adalah seruan dan panggilan untuk
menganut suatu pendirian yang pada dasarnya berkonotasi positif dengan
10 Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: UGM, 1996) h, 55 11 Ahmad Warsono Munawir, Kamus al-Munawwir, (Surabaya: Pustaka Progresif, 1997), hal. 407 12 Toha Yahya Omar, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Wijaya, 1992), hal. 1
22
substansinya terletak pada aktivitas yang memerintahkan amar ma’ruf nahi
munkar.13
3) Menurut Muhammad Natsir dakwah mengandung arti kewajiban yang
menjadi tanggung jawab seorang muslim dalam amar ma;ruf nahi munkar.14
4) Menurut Syiekh Ali Mahfudz, sebagaimana yang dikutip oleh Rafi’udin
menjelaskan bahwa dakwah adalah mengajak (mendorong) manusia untuk
mengikuti kebenaran dan petunjuk, menyeru mereka berbuat kebajikan dan
melarang mereka dari perbuatan munkar agara mereka dapat kebahagian dunia
dan akhirat.15
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa
dakwah adalah menyampaikan dan memanggil serta mengajak manusia ke jalan
Allah SWT, untuk melaksanakan perintah-Nya dan menjahui larangan-Nya dalam
mencapai kehidupan bahagia di dunia dan di akhirat, sesuai dengan tuntunana
agama.
2. Tujuan Dakwah
Tujuan utama dakwah adalah nilai hasil akhir yang ingin dicapai atau
diperoleh keseluruhan tindakan dakwah. Untuk tercapainya tujuan utama maka
semua penyusunan rencana dan tindakan dakwah harus ditujukan dan diarahkan.
Tujuan utama dakwah sebagaimana telah dirumuskan ketika memberikan
tentang dakwah adalah terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia
dan di akhirat yang diridhai Allah SWT.
13 Hamka, Pelajaran agama Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1956), hal. 233 14 Nur Amin Fattah, Metode Dakwah Wali Songo, (Pekalongan: PT. T. B. Bahagia, t.t) hal. 16-17 15 Rafi’udin, dkk, Prinsip dan strategi Dakwah, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997), cet Ke-1, hal.
24
23
Nilai atau hasil akhir yang ingin dicapai oleh keseleuruhan usaha dakwah
itu pada hakekatnya adalah merupakan akibat atau konsekuensi logis saja dari
dilaksanakannya usaha-usaha itu. Artinya apabila usaha mengajak umat manusia
kepada Islam dilakukan dengan sungguh-sungguh, dengan demikian pula usaha
merealisir ajaran Islam dalam segenap aspek kehidupan serta usaha amar ma’ruf
nahi munkar dijalankan dengan sebaiknya. Maka dapatlah diharapakan umat
manusia akan memetik buahnya berupa kebahagiaan dan kesejahteraan hidup.
Bisri Afandi mengatakan bahwa yang diharapkan oleh dakwah adalah
terjadinya perubahan dalam diri manusia, baik kelakuan adil maupun aktual
pribadi maupun keluarga dan masyarakat. Way of thinking atau cara berfikirnya
berubah, way of life atau cara hidupnya berubah menjadi lebih baik ditinjau dari
segi kualitas maupun kuantitas. Yang dimaksud adalah nilai-nilai agama
sedangkan kualitas adalah bahwa kebaikan yang bernilai agama itu semakin
dimiliki banyak orang dalam segala situasi dan kondisi.16
Berdasarkan pengertian di atas tentang tujuan dakwah, penulis
menyimpulkan bahwa tujuan dakwah adalah untuk merubah hidup manusia baik
diri sendiri maupun masyarakat lain, baik cara berfikirnya maupun tingkah
lakunya.
3. Subjek dan Objek dakwah
a) Subjek Dakwah
Subjek adalah pelaku atau orang yang melakukan pekerjaan, sedangan
subjek dakwah adalah pelaku pekerjaan dakwah seperti da’i, da’iyah, mengajak
dan memberi pengajaran dan pelajaran bagi umat agama Islam.
16 Mohammad Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 60
24
Untuk melakukan aktivitas dakwah, seorang da’i perlu mempunyai syarat-
syarat dan kemampuan tertentu agar bisa berdakwah dengan hasil yang baik dan
sampai apada tujuannya. Persyaratan dan kemampuan yang perlu dimiliki oleh
da’i secara umum bisa mencontoh kepada Rasulullah SAW, merupakan standar
atau uswatun hasanah bagi umatnya, maka tentunta hal itupun berlaku dalam
dakwah Islam.17
Berdasarkan penejelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa subjek
dakwah adalah seorang da’i atau da’iyah yang member pelajaran dan pengajaran
tentang agama Islam kepada ummat Islam khususnya.
b) Objek Dakwah
Yang dinamakan objek dakwah atau sasaran dakwah adalah orang-orang
yang dituju oleh suatu kegiatan dakwah.18
Seorang da’i harus mengetahui keberagaman audience, dari sudut
ideology, mereka ada yang atheis, musyrik, Yahudi, Nasrani dan munafiq. Ada
juga yang muslim tapi masih membutuhkan bimbingan atau umat Islam yang
masih melakukan maksiat, mereka juga berbeda dari segi intelektualitas, sstatus
sosial, kesehatan, pendidikan, ada yang buta huruf, ada yang kaya, miskin, ada
yang sehat dan sakit. Oleh karena itu, sebelum seorang da’i melalui dakwah untuk
orang lain, ada baiknya ia memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menjadi diri sendiri hingga menjadi panutan dalam hal kebaikan.
2. Memperbaiki keadaan rumah tangga dan keluarga agar menjadi rumah
tangga yang Sakinah, Mawaddah dan Rohmah.
17 Nawawi Rambe, Sejarah Dakwah Islam, (Jakarta: Wijaya, 1985), Cet. Ke-13, hal. 10 18 Mahfudh Syamsul Hadi, et al., Rahasia Keberhasilan Dakwah: KH. Zainuddin MZ, (Surabaya:
Ampel Suci, 1994), Cet. Ke-1. hal 136
25
3. Memperbaiki masyarakat dengan menebar kebaikan dan memerangi
kemunkaran secara bijak, disamping juga memberikan motivasi untuk
perbuatan-perbuatan yang baik dan akhlak yang mulia.
4. Mengajak umat non muslim ke jalan yang hak dan syariat Islam.19
Berdasarkan pengertian di atas penulis menyimpulkan subjek dakwah
adalah orang-orang yan dituju untuk kegiatan dakwah, orang-orang tersebut di
antaranya adalah orang munafiq, atheis, Nasrani, Yahudi, maupun orang muslim
itu sendiri yang membutuhkan siraman rohani atau masih membutuhkan
bimbingan tantang agama Islam.
4. Metode Dakwah
Dari segi bahasa metode berasal dari dua perkataan yaitu “meta” (melalui)
dan “hodos” (jalan cara), maka metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui
untuk mencapai suatu tujuan.20
Sumber yang lain menyebutkan bahwa metode berasal dari bahasa Jerman
methodica artinya ajaran tentang metode. dalam bahasa Yunani metode berasal
dari kata methodos artinya jalan, yang dalam bahasa Arab disebut thariq.21
Sehingga metode adalah cara yang telah diatur dan memulai proses pemikiran
untuk mencapai suatau maksud.
Metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seorang da’i
kepada mad’u untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang.22
Metode yang harus dijalani oleh seorang da’i, yaitu metode yang sesuai
dengan surat an-Nahl ayat 125.
19 Said bin Ali al-Qahtani, Dakwah Islam dakwah Bijak, (Jakarta: Gema Insani Press, 1994), h. 101 20 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h. 61 21 Hasanuddin, Hukum Dakwah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 35 22 Hasanuddin, Manajemen Dakwah, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 60
26
Menurut Muhammad Natsir dalam bukunya Fiqhud Dakwah mengatakan
bahwa hikmah adalah ilmu yang sehat yang sudah dicernakan dengan ilmu yang
terpadu dengan rasa periksa, sehingga menjadi daya penggerak untuk melakukan
sesuatu yang bermanfaat, berguna, kalau dibawa dalam bidang dakwah untuk
melakukan tindakan yang berguna dan bermanfaat secara efektif.23
Metode yang kedua adalah mauidzatil hasanah, yaitu memeberikan contoh
atau nasehat yang baik. Nasehat yang baiak adalah memberikan nasehat kepada
orang lain dengan cara yang baik, berupa petunjuk-petunjuk ke arah kebaikan
dengan bahasa yang baik yang dapat mengubah hati, agar nasehat tersebut dapat
diterima. Jadi dakwah bukan propaganda yang memaksakan orang lain.24
Metode yang ketiga adalah metode al-Mujadalah bil lati hiya ahsan, yaitu
penyampaian dakwah yang dilakukan dengan cara berdebat atau bertukar pikiran
secara baik, bertukar pikiran disini dapat dilakukan dalam berbagai bentuk dialog,
diskusi, seminar dan lain-lain. Dengan tujuan satu sama lain mengenai serta
mempelajari, ajaran-ajaran yang satu dengan yang lainnya secara luas untuk
menghapuskan sifat sombong kepada ilmu pengetahuan yang dimiliki
seseorang.25
Berdasarkan pengertian di atas penulis menyimpulkan metode dakwah
adalah cara yang digunkan oleh seorang da’i dalam menyampaikan dakwahnya
terhadap mad’u nya. Di dalam al-Quran surat an-Nahl ayat 125 dijelaskan
bagaimana cara atau metode yang digunakan dalam berdakwah, cara yang
diterangkan dalam al-Quran adalah al-hikmah, Mauidzatil hasanah, dan
23 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2004), hal. 158 24 Hamka, Prinsip dan kebijakan Dakwah Islam, (Jakarta: PT. Pustaka Panji Mas, 1998), h. 199 25 Ghazali Darussalam, Dinamuka Ilmu Dakah Islamiyah, (Malaysia: Nur Siaga SDNBHD, 1999),
cet. Ke-1 hal. 28
27
Mujadalah bil lati hiya ahsan. Cara inilah yang sampai sekarang masih dipakai
oleh para da’i dan da’iyah.
F. Sedekah
1. Pengertian Sedekah
Secara etimologi, sedekah asal kata bahasa Arab ash-shadaqoh yang
berarti suatu pemberian yang diberikan oleh seorang muslim kepada orang lain
secara spontan dan sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu. Juga
berarti suatu pemberian yang diberikan oleh seseorang sebagai kebajikan yang
mengharap ridho Allah SWT dan pahala semata. Sedekah dalam pengertian di
atas oleh para fuqaha (ahli fikih) disebuh sadaqah at-tatawwu' (sedekah secara
spontan dan sukarela.26
Secara terminologi, sedekah diartikan sebagai pemberian seseorang,secara
ikhlas, kepada yang berhak menerimanya diiringi oleh pemberian pahala dari
Allah. Berdasarkan pengertian ini, maka infaq (pemberian sumbangan) harta
untuk kebaikan termasuk ke dalam katagori sedekah.27
Sedekah dapat diberikan kepada fakir, miskin, untuk kepentingan umum
atau kepentingan orang banyak. Semakin banyak orang yang
menerima/menikmati sedekah yang kita berikan semakin besar nilai syukur kita
kepada Allah SWT dan tentu saja nilai pahalanya. Disamping itu ada sedekah
yang nilai pahala Allah SWT lebih besar dan lebih baik, yaitu sedekah berupa
harta benda yang bersifat lama, dan selalu memberikan manfaat, inilah yang
26
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah (Jakarta : Gaya Media Pratama, 2007), cet ke-2, hal.
88 27
Ibid, 89
28
disebut shadaqah jariyah. Selama barang itu masih dimanfaatkan, selama itu pula
orang yang bersedekah masih mendapat pahalanya.28
2. Dasar Hukum Sedekah
Para ulama fiqh sepakat menyatakan bahwa sedekah merupakan salah satu
perbuatan yang disyariatkan dan hukumnya adalah sunnah. Di samping sunah,
adakalanya hukum sedekah menjadi haram yaitu dalam kasus seseorang yang
bersedekah mengetahui pasti bahwa orang yang bakal menerima sedekah tersebut
akan menggunakan harta sedekah untuk kemaksiatan.29
3. Perbedaan Sedekah dengan Zakat
Menurut fukaha, perbedaan sedekah dengan zakat dapat dilihat dari
beberapa segi yaitu:
a) Dari segi subjek (orang yang bersedekah)
Sedekah dianjurkan (disunahkan) kepada setiap orang yang
beriman, baik miskin maupun kaya, dan kuat lemah. Sedangkan
zakat, diwajibkan kepada orang-orang tertentu, yaitu orang-orang
kaya yang telah memenuhi persyaratan sebagai wajib zakat. Hal ini
diterangkan Nabi SAW dalam hadist, Sesungguhnya Allah
mewajibkan zakat kepada mereka yaitu dari harta benda yang
mereka miliki, yang diambil dari orang-orang kaya dan beriman
kepada orang-orang faqir (miskin) di antara mereka (HR. al-
Bukhari dan Muslim).
28
Nursyamsudin, Fiqh (Jakarta : Depag RI, 2009), cet ke-1, hal. 126 29
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah (Jakarta : Gaya Media Pratama, 2007), cet ke-2, hal.
89
29
b) Dari segi yang disedekahkan
Pada sedekah yang disedekahkan tidak terbats pada harta secara
fisik, melainkan mencakup semua kebaikan, sebagimana dijelaskan
pada bagian terdahulu. Sedangkan pada zakat yang dikeluarkan
terbatas pada harta kekayaan secara fisik, seperti hasil pertanian,
peternakan, perdagangan, dan hasil propesi lainnya.
c) Dari segi penerimanya (objeknya)
Zakat hanya boleh diberikan kepada orang-orang yang telah
ditentukan oleh Allah di dalam Al-Quran, yaitu kepada golongan
yang delapan.30
4. Perbedaan dan Persamaan Sedekah dan Infaq
a) Sedekah lebih umum dan lebih luas sasarannya dan juga barang
yang disedekahkan. Infaq lebih khusus yaitu membelanjakan harta
di jalan Allah SWT.
b) Sedekah dan infaq sama-sama hukumnya sunnah.
c) Sesuatu yang diberikan sama-sama bermanfaat.
d) Sedekah dan infaq sama-sama mencari pahala sebanyak-
banyaknya, dalam rangka taqarrub kepada Allah SWT.31
5. Hikmah Sedekah
a) Sebagai bukti ungkapan syukur kepada Allah SWT.
b) Menjauhan sifat kikir dan sombong.
c) Menambah keberkahan pada harta yang kita miliki.
d) Menghapuskan sebagian dosa yang telah kita perbuat.
30
Ibid, 91 31
Nursyamsudin, Fiqh (Jakarta : Depag RI, 2009), cet ke-1, hal. 128
30
e) Memberikan bantuan/pertolongan terhadapa sesama manusia.
f) Menyambung tali silaturrahmi dan persaudaraan.
g) Melindungi keselamatan diri kita di akherat nanti.32
G. Majelis Taklim
1. Pengertian Majelis Taklim
Kata Majelis Taklim terdiri dari dua kata, yaitu “Majelis” dan Taklim”.
Kata “Majelis” dalam bahasa Arab berasal dari kata “Jalasa Yajlisu” yang berarti
duduk sedangkan kata “Majelis” merupakan “Ism Mashdar” yang mengandung
arti tempat duduk. Di dalam kamus bahasa Arab Munjid dikatakan bahwa kata
“Majelis” berarti tempat duduk yang di dalamnya berkumpulnya orang-orang.
Maka berdasarkan kata asal tersebut, Majelis Taklim adalah wadah atau tempat
berlangsungnya kegiatan belajar mengajar, maka terdapat di dalamnya yaitu:
jamaah, guru atau ustad, materi yang diajarkan, sarana dan tujuan.33
Sedangkan Dra. Hj. Tutty Alawiyah A.S. dalam bukunya strategi Dakwah
di Lingkungan Majlis Taklim, mengatakan bahwa” salah satu arti Majelis adalah
pertemuan atau perkumpulan orang banyak, sedangkan Taklim berarti pengajaran
atau pengajian Islam”. 34
Pada musyawarah Majelis Taklim se-DKI pada tanggal 9-10 Juli 1980,
memberikan batasan (ta’rif) Majelis Taklim adalah lembaga pendidikan non
formal Islam yang memiliki kurikulum tersendiri, diselenggarakan secara berkala
dan teratur, dan diukuit oleh jamaah yang relatif banyak, dan bertujuan untuk
32
Ibid, 128 33
Depag RI, Ensiklopedi Islam (Jakarta: Depag RI, 1987), cet ke-2, h. 556-557 34
Tutty Alawiyah, Strategi Dakwah di Lingkungan Majlis Ta’lim (Bandung: Mizan,
1997), h. 5
31
membina dan mengembangkan hubungan yang santun dan serasi antara manusia
dengan Allah SWT.35
Maka dari beberapa definisi di atas, penulis menyimpulkan bahwa Majelis
Taklim adalah suatu tempat atau wadah pengkajian dan pengajaran umat Islam
yang berbentuk lembaga non formal, yang memiliki bentuk kurikulum tersendiri,
dan dilakukan secara teratur, dalam rangka membina umat kepada kehidupan yang
sesuai dengan syariat Islam, baik dalam rangka menjalin hubungan
hablumminannas dan hablumminallah.
2. Pengertian Jamaah
Jamaah secara bahasa diambil dari kata dasar jama’a artinya
mengumpulkan sesuatu, dengan mendedekatkan sebagian dengan sebagian lain.
Dan kata tersebut berasal dari kata ijtima’ (perkumpulan), yang merupakan lawan
kata dari tafarruq yang artinya perceraian dan juga lawan kata dari furqah
(perpecahan).
Pengertian jamaah secara istilah (terminologi), yiatu kelompok kaum
mukminin, dan mereka adalah pendahulu ummat dari kalangan para sahabat,
tabi’in dan orang-orang ynag mengikuti jejak kebaikan mereka sampai hari
kiamat. Dimana mereka berkumpul berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah dan
mereka berjalan sesuai dengan jalan Rasulullah SAW secara lahir maupun batin.
Istilah Jamaah mempunyai arti yang berbeda-beda konteks, kalimat dan
kaitannya.pertama, dikaitkan dengann kata “ahlu sunnah” sehingga menjadi ahlu
sunnah wal jamaah, yang berarti golongan yang mengikuti tradisi Nabi
Muhammad SAW serat berada dalam kumpulan kaum muslim. Kedua, istilah
35 Koordinasi Dakwah Islam, Pedoman Maj’lis Ta’lim (Jakarta: KODI, 1996), h. 6
32
jamaah dikaitkan dengan ijma’ sebagai sumber hukum yang merupakan hasil
ulama dalam suatu masalah yang didalamnya terjadi sidang pendapat. Ketiga,
istilah jamaah dikaitkan dengan iman atau pemimpin, yang berarti komunitas
kaum muslimin yang dipimpin seorang imam.
Istilah jamaah juga diakaitkan dengan shalat, terutam dalam pelaksanaan
shalat Jumat harus mencukupi jumlah 40 orang. Sehingga jika jumlah ini tidak
terpenuhi, maka shalatnya tidak sah. Mazhab-mazhab lain berpendapat bahwa jika
pengertian jamaah telah terpenuhi ditinjau dari segi jumlahnya, tiga orang atau
lebih, termasuk imam maka shalatnya sah. Hal ini disebabkan arti dari istilah
jamaah itu sendiri, yaitu jamak, banyak atau lebih dari tiga orang. 36
Jamaah ada yang bersifat tetap dan ada pula yang bersifat sewaktu-
waktu (tidak tetap). Jamaah yang bersifat tetap biasanya jamaah yang mengikuti
pengajian yang dilangsungkan di majelis taklik seperti pengajian, pengajian
malam Jumat, dan lain sebagainya. Sedangkan jamaah yang tidak tetap adalah
jamaah yang hanya mendatangi kegiatan tahunan seperti Maulid Nabi Muhammad
SAW.
Adapun yang dimaksud dengan jamaah dalam penelitian ini adalah
jamaah yang mengikuti kegiatan pengajian. Mereka adalah jamaah yang rutin
mengikuti pengajian yang dilangsungkan di majelis taklim Baiturrahaman Bukit
Cinere.
36
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Jamaah (Jakarta : Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997),
jilid ke 2. hal. 310-311
33
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Sejarah Berdirinya Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere
Di daerah Gandul, Cinere, pada tahun 1985 sudah terbentuk “Majelis Taklim
Bukit Cinere”, sebagai wadah untuk menyalurkan kegiatan sosial dan keagamaan atas
inisiatif ibi-ibu warga pendatang yang bermukim di daerah ini. Di samping Majelis
Taklim itu sudah pula terbentuk Paguyuban Jalan Bukit Cinere dan sekitarnya,
sebagai wadah antar warga yang teridiri dari berbagai golongan dan Agama.
Kegiatan keagamaan yang dilakaukan Majelis Taklim Baiturrahman Bukit
Cinere waktu itu antara lain adalah: pengajian, shalat tarawih berjamaah, shalat Idul
Fitri dan Idul Adha, disamping itu juga penerimaan dan penyaluran zakat dan qurban
pada fakir miskin, yatiu-piatu dan mengelola anak asuh. Namun cita-cita yang lebih
besar dari Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere ini adalah mendirikan sebuah
Masjid yang dapat menampung kegiatan beragama yang cukup banyak itu.
Untuk mendapatkan legalisasi penggunaan tanah ex Pertamina, panitia
pembangunan Masjid Bukit Cinere telah menghubungi Kepala Desa Gandul agar
mengizinkan tanah yang berlokasi pada kavling No 150 C itu dapat dimanfaatkan
untuk pembangunan Masjid guna menampung kegiatan Majelis Taklim yang saat itu
semakin meningkat.
Usaha yang telah dirintis panitia pembangunan Masjid Bukit Cinere tidak sia-
sia dan akhirnya penguasa tanah itu dapat izin dari, H. Saimin (Lurah Gandul) pada
waktu itu. Dengan suratnya No. 148101/X1/1996, tanggal 18 November 1996.
34
Untuk menguatkan izin yang diberikan Kepala Desa Gandul itu panitia
pembangunan Masjid Bukit Cinere, jauh-jauh sebelumnya juga sudah memberikan
surat kepada pihak Pertamina untuk pembebasan tanah seluas 6.000 M2 dengan surat
No. 015/PPM/996, tanggal 24 September 1996.
B. Visi dan Misi
1) Visi
Menjadikan Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere, sebagai pusat
kegiatan beribadah yang berkualitas dengan mengembangkan daan membina
pendidikan yang Islami untuk mencetak sumber daya manusia yang unggul,
beetanggungjawab dan bertaqwa kepada Allah SWT.
2) Misi
Mempersiapkan peserta didik dengan mengacu aspek terhadap
kepribadian, jasmani sehingga mampu mengaplikasikan nilai-nilai keimanan
dan keterampilan dengan akhlakul karimah.
C. Jadwal Kegiatan Majelis Taklim Baiturrahaman
1. Ceramah Rutin
Senin I : Pukul. 09.00-11.00 WIB
Kamis I : Pukul. 10.00-12.00 WIB
Kamis II : Pukul. 10.00-12.00 WIB
Kamis III : Pukul. 10.00-12.00 WIB
Senin III : Pukul. 09.00-11.00 WIB
Kamis IV : Pukul. 10.00-12.00 WIB
35
2. Belajar Baca Al-Quran Tingkat Pemula Sampai Mahir
Senin : Pukul 09.00-12.00 WIB
Kamis : Pukul 08.00-10.00 WIB
Selasa & Rabu : Pukul 14.30-16.00 WIB
3. Terjemah Al-Quran Sistem 40 Jam
Senin : Pukul 15.30-17.30 WIB
Selasa : Pukul 08.00-10.00 dan 10.00-12.00 WIB
Rabu : Pukul 08.00-10.00 WIB
4. Halaqah
Selasa I, II, IV dan V Pukul 08.00-10.00 WIB
Kamis : Pukul 08.00-10.00 WIB
5. Progam Anak Asuh
Senin ke-2
6. Kajian Tafsir
Minggu : ba’da Subuh sampai Pkl. 07.30 WIB
7. Belajar Baca Al-Quran dengan “Qira’ah”
Jum’at : Pukul 18.00-19.00 WIB
8. TKA/TPA (Anak Usia 4-12 Tahun)
Senin, Selasa, Rabu dan Kamis
36
D. Strukutur Organisasi Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere
Dalam mewujudkan progam kerja yang konkrit dan sistematis, juga
diperlukan adanya sumber daya manusia yang bergabung dalam stuktur organisasi
Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere. Dengan adanya struktur organisasi
dengan pembagian kerja yang jelas, maka diharapakan progam-progam kerja yang
dicanangkan dapat berjalan sebagaimana mestinya sesuai dengan tujuan dari
bentuknya Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere.
Adapun struktur organisasi Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere adalah
sebagai berikut:
Struktur Kepengurusan Majelis Taklim Baiturrahman
Ketua : Dra. Hj. Oka A. Yoeti
Sekretaris : Hj. Evie Janu Isnadi
Bendahara : Hj. Hendrato Tri
Seksi Pendidikan non-formal : Hj. M. Nurhasan
: Hj. Madani
: Sugeng S
Seksi Pengajian : Hj. Kayat Kadya
: Hj. Hambali
: Hj. Zakaria
Seksi Sosial : Iskandar
: Hj. Jalali Nur
Seksi Usaha : Hj. T. Soemardjo Husein
37
E. Biografi Ustad Yusuf Mansur
Ustad Yusuf Mansur dikenal sebagai pimpinan Pondok Pesantren Daarul
Quran Bulak Santri, Cipondoh, Tangerang dan pimpinan pengajian Wisata Hati.
Ustad kelahiran Jakarta, 19 Desember 1976 ini melalui perjalanan berliku sampai
menjadi ustad terkenal seperti sekarang.
Ustad Yusuf Mansur lahir dari keluarga Betawi yang berkecukupan pasangan
Abdurrahman Mimbar dan Humrif'ah dan sangat dimanja orang tuanya. Keluarga
Ustad Yusuf Mansur merupakan sebuah keluarga yang dikenal religius dan memiliki
kedisplinan yang tinggi, meskipun demikian pola pendidikan yang ditanamkan oleh
orang tuanya seperti kebanyakan keluarga lain pada umumnya, maka tidak heran
Yusuf kecil merupakan anak yang memiliki pola kedisiplinan tinggi.
Pada usia yang masih relatif kecil Ustad Yusuf Mansur sudah disekolahkan di
MI Al-Mansyuriah yang terletaj di jembatan Lima, sekolah MI tersebut merupakan
kepunyaan buyutnya ynag bernama KH. Mansur seorang ulama besar dan seorang
ahli falaq yang sangat disegani masyarakat waktu itu.
Bakat dakwah Ustad Yusuf Mansur terasah dari masih kecil, saat itu ia sering
mengisi dakwah dimana-manadan sebutan dai cilik kerap dialamatkan kepadanya.
Kemudian setelah menamatkan tingkatan Madrasah Ibtidaiyah Ustad Yusuf Mansur
melanjutkan pendidikan Tsanawiyah di temapt yang sama, sedangkan untuk tingkatan
SLTA ia memasuki Madrasah Aliayah Negeri (MAN) I Grogol Jakarat Barat Ustad
Yusuf Mansur lulusan terbaik tahun 1992.
38
Tamatan dari MAN I Grogol usia Ustad Yusuf Mansur memasuki 17 tahun
dan kemudian ia memasuki bangku perkuliahan, IAIN Jakarta tetapnya di Fakultas
Syariah dan Hukum.
Ustad Yusuf Mansur merasakan dinginnya hotel pledeo selama 2 bulan.
Setelah bebas, Ustad Yusuf kembali mencoba berbisnis tapi kembali gagal dan terlilit
utang lagi. Cara hidup yang keliru membawa Ustad Yusuf Mansur kembali masuk
buih pada 1998.
Ada cerita menarik pada saat beliau berada dalam penjara, saat itu beliau
mendapatkan arti dan pentingnya sedekah dalam kehidupan manusia, ceritany
berawal dari rasa lapar yang melilit perutnya, makanan yang bisanya dikirimmkan
oleh petugas tak kunjung datang, sehingga ia hanya menahan lapar sambil tidur-
tiduran, namun akhirnya teringat dengan sepotong roti yang disimpan, maka ia
bergegas mengambil sepotong roti tersebut.
Pada saat hendak memakannya Ustad Yusuf Mansur teringat bahwa tidak
memiliki air untuk diminum sehingga ia menunda memakan roti tersebut. Secara
tidak sengaja Ustad Yusuf Mansur melihat semut yang berbaris di dingding tahanan,
lalu ia mengampirinya dan berkata.
“Mut, Tuhan lu sama dengan tuhan gue (Allah). Begini deh, mungkin kalau
gue berdoa sekang gak bakalan terkabul karena dosa-dosa gue, tapi,,,kalau lu yang
berdoa barang kali terkabul, bagaimana kalau gue tuker, lu pada roti, tapi doain gue
biar makan nasi, perut gue laper nich”.1
1 Tabloid Wisata Hati, Hikmah Sedekah Dalam Sepotong Roti, (Jakarta : 1 Agustus 2006),
hal. 12
39
Tidak lama kemudian datang seorang petugas, lalu mengahampirinya dan ia
bertanya, apa sudah dapet jatah nasi apa belum, maka Yusuf menjawab belum,
kemudian petugas tersebut keluar dan tidak lama kembali lagi dengan membawa
sebungkus nasi padang, kemudian petugas tersebut berkata, “Nih kamu makan, hari
ini menunya berbeda, nasi padang,” kata petugas tersebut.
Dari peristiwa ini, Yusuf mengucap syukur kepada Allah SWT yang
membukakan hikmah dan pelajaran dan keutamaan bersedekah, yang sampai
sekarang menjadi konsep dakwah beliau, yaitu banyak berbuat baik dan bersedekah
kepada siapa saja.
Tanggal 25 Juni 1999 merupakan hari kebebasan Yusuf dari penjara, selepas
dari penjara, Ustad Yusuf Mansur berjualan es di terminal Kali Deres. Setiap akan
berjualan ia sisihkan 5 bungkus es untuk dibagikan kepada anak yatim dengan
harapan dagangannya cepat laris, hal ini ternyata terbukti es yang dijajakan terjual
habis.
Saling berbagi kepada yang membutuhkan terus ia lakukan dengan cara
mencari beberapa anak yatim untuk diasuh dirumahnya, padahal pada saat itu Yusuf
masih terlilit hutang yang sangat banyak, akan tetapi keyakinannya akan bersedekah
masih kuat dan mengakar dalam dirinya.
Dari beberap anak yatim yang ia biayai, terdapat seseorang gadis yang bru
lulus SLTP bernama Maimunah, kemudian Yusuf melabuhkan hatinya kepada gadis
tersebut, pada tahun 1999 Yusuf akhirnya resmi mempersunting Maimunai sebagi
istrinya.
40
Ada wacana dan motifasi baru setelah mempersunting Maimunah, Yusuf jadi
rajin menulis, memperdalam ilmu agama dan sedikit mengesampingkan bisnisnya.
Kampung Ketapang Cipondoh Tangerang merupakan tempat peristirahatan dan awal
lembar kehidupan baru bersama Maimunah, di kampung inilah ia mengembangkan
konsep dan syair dakwahnya.
Karier Ustad Yusuf Mansur makin mengkilap setelah bertemu dengan Yusuf
Ibrahim, Produser dari label PT Virgo Ramayana Record dengan meluncurkan kaset
Tausiah Kun Fayakun, The Power of Giving dan Keluarga. Konsep sedekah pula
yang membawanya masuk dunia seni peran. Melalui acara Maha Kasih yang digarap
Wisata Hati bersama SinemArt, ia menyerukan keutamaan sedekah melalui tayangan
yang didasarkan pada kisah nyata.. Ia juga menggagas Program Pembibitan Penghafal
Al Quran (PPPA), sebuah program unggulan dan menjadi laboratorium sedekah bagi
seluruh keluarga besar Wisata Hati. Donasi dari PPPA digunakan untuk mencetak
penghafal Alquran melalui pendidikan gratis bagi dhuafa Pondok Pesantren Daarul
Quran Wisata Hati.
F. Kiprah Dakwah Yusuf Mansur
Masa kelamnya yang kelabu telah di kubur dalam-dalam, saat ini ia fokus
dalam kegiatan dakwah, kalau Aa Gym dengan Menejemen Qolbu, Ustad Arifin
dengan zikirnya, Ustad Jefri Al-Bukhori dengan suara merdunya maka Yusuf Mansur
dengan konsep shalat malam dan sedekahnya.
Untuk mewujudkan konsep dakwahnya Yusuf Mansur membentuk wadah
dakwah dengan nama Wisata Hati, yaitu sebuah lembaga yang bergerak bidang
41
Publishing, Training Sumber Daya Manusia (SDM), dan perdagangan tanpa
mengurangi esensi dakwah dan syariat.2
Sukses dengan wadah dakwah wisata Hati,Usatad yang satu ini juga
mendirikian pondok pesantren Tahfidzul Quran yang merupakan pondokan
dikhususkan bagi para penghafal Al-Quran yang dididik dengan dan dibina dengan
baik, selain itu terdapat Sekolah Lanjutan Tinggakt Pertama (SLTP) yang berbasiskan
Islam.
Aktifitas dakwah Ustad Yusuf Mansur tidak hanya dilingkungannya saja,
beliau aktif mensyiarkan dakwah ke berbagai daerah dengan konsep sedekah, menulis
artikel dan esai tentang dakwah kerap dilakuakn seperti kolom Wisata Hati di surat
kabar harian Poskota, selain itu berhasil meluncurkan buku-buku tentang dakwah
Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Selain media cetak Ustad yang satu ini juga menggunakan sarana media
elektronik untuk menyampaikan pesan dakwahnya, terutam pada saat bulan
Ramadhan sering memberikan KULTUM di salah satu stasiun televisi swasta. Ada
beberapa sinopsis sinetron hasil buah pikirannya, yaitu sinetron Tukang Bubur Naik
Haji yang disiarkan oleh TPI pada saat itu yang sekarang sudah menjadi MNC TV.
G. Karya-karya Yusuf Mansur
Banyak karangan dann buah pikiran Ustad Yusuf Mansur dalam mensyiarkan
agama Islam, untuk media cetak yang berupa buku diantaranya: Mnecari Tuhan Yang
Hilang, kajian sufistik perjalannan Lukman Hakim Menepis Azab Menuai Rahmat,
2 Alia, Yusuf Mansur, Penjara, Nikah Muda, dan isteri Sholehah (Jakarta : Edisi Ramadhan
142/ September 200)
42
buku ini ia tuliskan sebagian saat berada dalam jeruji besi yang berisikan pengalaman
beliau dalam menyikapi berbagai macam cobaan, godaan dan jatuh bangun
kehidupan. Berikut karya-karya dakwah beliau dalam media tulisan:
1) Uang Gampang Dicari
2) Nikmatnya Sedekah
3) Mencari Tuhan yang Hilang
4) The Miracle of Giving
5) Cara Gampang Bayar Hutang
6) Kun Fayakun, selalu ada harapan di tengah kesulitan
7) Bocah Misterius
8) Jejak Berlumpur
9) Belajar Mencari Cinta Dari Kehidupan
Ustad Muda memang sangat produktif dalam menulis, sedikit berbagi tips,
bahwa proses penulisannya ia lakukan pada saat tengah malam setelah Qiyamul Lail
sebab menurutnya ide dan gagasan dapat mengalir begitu saja pada saat suasana
hining dan tenang.
43
BAB IV
ANALISIS RESPON KOGNITIF, AFEKTIF DAN BEHAVIORAL
A. Hasil analisis respon kognitif, afektif dan behavioral
Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti pada tanggal 9 sampai 16
Juni 2011 pada jamaah Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere adalah sebagai
berikut:
1) Deskripsi Data Responden
Tabel 4.1 Jenis Kelamin Responden
Berdasarkan tabel 4.1 di atas diketahui identitas responden berdasarkan jenis
kelamin laki-laki berjumlah 44 orang (46,80%), sedangkan jumlah kelamin
perempuan berjumlah 50 orang (53,19%).
No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
1. Laki-Laki 47 orang 50%
2. Perempuan 47 orang 50%
Jumlah 94 orang 100%
43
44
Tabel 4.2 Latar Belakang Pendidikan Responden
No Jenis Pendidikan Frkuensi Presentase
1 Sekolah Menengah Atas 21 orang 22,34%
2 Diploma 26 orang 27,69%
3 Sarjana 47 orang 50%
Jumlah 94 orang 100%
Berdasarkan tabel 4.2 di atas diketahui identitas responden berdasarkan latar
belakang pendidikan, jamaah Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere yang
berlatang pendidikan Sekolah Menengah Atas berjumlah 21 orang (22,34%), jamaah
Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere yang berlatang pendidikan Diploma
berjumlah 26 orang (27,69%), jamaah Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere
yang berlatang pendidikan Sarjana berjumlah 47 orang (50%).
2) Deskripsi Kuesioner
Kuesioner pada penelitian ini terdiri dari 3 bagian dengan jumlah 21
pertanyaan. Bagian pertama merupakan pertanyaan tentang respon kognitif dengan
jumlah 8 pertanyaan, bagian kedua merupakan pernyataan tentang respon afektif
dengan jumlah 7 pertanyaan, dan bagian ketiga merupakan pertanyaan tentang respon
behavioral dengan jumlah 6 pertanyaan. Adapun frekuensi masing-masing pertanyaan
adalah sebagai berikut:
45
3) Analisis dengan skala likert
Pertanyaan tentang respon kognitif
Table 4.4 tentang kognitif
No Item Pertanyaan Frekuensi Presentase
1 Respon Kognitif 8 38,09%
2 Respon Afektif 7 33,33%
3 Respon Behavioral 6 28,57%
Jumlah 21 100%
No Item Pertanyaan SS S TS STS Skors Rangking
1
Ceramah Ustad Yusuf Mansur
berbeda dengan Ustad kondang
lainnya
23
55
15
1
288
6
2
Ustad Yusuf Mansur selalu
mengajak orang untuk
bersedakah
39
54
0
1
319
1
3
Ceramah Ustad Yusuf Mansur
membuat saya mengerti tentang
sedekah
30
60
2
2
306
2
4
Ceramah Ustad Yusuf Mansur
membuat saya TIDAK mengerti
tentang sedekah
1
6
59
28
218
7
5
Materi ceramah Ustad Yusuf
Mansur adalah materi yang
sesuai dengan semua kalangan
masyarakat
18
67
9
0
291
5
6
Dakwah Ustad Yusuf Mansur
lebih menekankan materi
sedekah kepada jamaahnya.
21
62
11
0
292
4
46
Variabel pada nomor 2 (dua) yaitu tentang ustad Yusuf Mansur selalu
mengajak orang untuk bersedekah, menduduki peringkat pertama. Hal ini
menunjukan bahwa dalam ceramahnya ustad Yusuf Mansur selalu mengajak orang
lain untuk bersedekah dengan skors 319. Adapun pada peringkat ke 2 (dua) yakni
diduduki oleh variabel nomor 3 (tiga) yakni bahwasanya ceramah Ustad Yusuf
Mansur membuat responden mengerti tentang sedekah dengan skors 306. Sedangkan
peringkat nomor 3 (tiga) diduduki oleh variabel nomor 7 (tujuh) yakni tentang
wawasan responden bertambah setelah mendengar ceramah Ustad Yusuf Mansur
tentang sedekah dengan skor 300.
Dengan demikian dapat dilihat dari deskripsi tabel skala kognitif diatas bahwa
respon baik yang diberikan oleh responden ini ditunjukan dengan ustad Yusuf
Mansur selalu mengajak orang untuk bersedekah mendapatkan skors paling tinggi hal
ini pun dikuatkan bahwasannya ceramah Ustad Yusuf Mansur membuat responden
mengerti tentang sedekah dengan skors tinggi ke 2 (dua) pada tabel diatas. Hal ini
sesuai dengan pengertian dakwah yaitu mengajak, menyeru dan memanggil.
Bahwasannya seorang da’i tidak terlepas untuk menyeru, mengajak manusia agar
berbuat kebajikan amar ma’ruf nahi munkar. Dengan menjalankan perintah Allah
SWT dan menjauhkan seluruh apa-apa yang dilarang-Nya khalayak bisa
7
Wawasan saya bertambah
setelah mendengar ceramah
Ustad Yusuf Mansur tentang
sedekah
23
66
5
0
300
3
8
Ceramah Ustad Yusuf Mansur
hanya menyajikan tentang
sedekah saja
9
13
64
8
211
8
47
mendapatkan Syurga yang telah dijanjikan oleh Allah SWT. Seperti yang dikutip dari
buku : “dakwah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang
benar sesuai dengan perintah Allah untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka
dunia dan akherat”.1 Artinya apabila usaha mengajak umat manusia kepada Islam
dilakukan dengan sungguh-sungguh, dengan demikian pula usaha merealisir ajaran
Islam dalam segenap aspek kehidupan serta usaha amar ma’ruf nahi munkar
dijalankan dengan sebaiknya. Maka dapatlah diharapakan umat manusia akan
memetik buahnya berupa kebahagiaan dan kesejahteraan hidup.
Seorang da’i dan mad’u biasanya saling bertatap muka sehingga materi yang
disampaikan langsung diterima dan biasanya reaksi yang ditimbulkan oleh mad’u
akan langsung diketahui. Disamping itu, karena pesan-pesan dakwah haruslah
manusiawi yang akan membentuk pengalaman sehari-harinya nanti menurut tantanan
agama. Oleh karena itu materi dakwahpun harus meningkatkan kemampuan dan
akomodasi manusia dalam perkembangan dan kemajuannya. Materi dakwah haruslah
memberikan relevansi antara manusia penerima dakwah tersebut dengan alam
sekitarnya. Materi untuk ini akan lebih rumit, perlu selain subtansinya juga susunan
penyampaiannya secara prioritas.2
Dapat disimpulkan bahwa dakwah adalah menyampaikan dan memanggil
serta mengajak manusia ke jalan Allah SWT, untuk melaksanakan perintah-Nya dan
menjahui larangan-Nya dalam mencapai kehidupan bahagia di dunia dan di akhirat.
Materi yang berujud pesan-pesan sudah tentu mempunyai tujuan yang direncanakan,
1 H. M. S. Nasarudin Latief, Teori dan Praktek Dakwah Islamiah,(Jakarta : PT Firma Dara) h. 11 2 M. Syafa’at Habib, Buku Pedoman Dakwah, (Jakarta : PT BUMIRESTU, 1982). hal. 100
48
sebagai yang dipesankan oleh agama kepada para da’i dan muballigh, apalagi kalau
diingat bahwa mereka adalah Warasatul Anbiya.
Pertanyaan tentang respon afektif
Table 4.5 tentang afektif
No Item Pertanyaan SS S ST STS Skors Rangking
1 Saya senang melihat ceramah
Ustad Yusuf Mansur
26
65
3
0
305
1
2 Saya suka dengan materi sedekah
yang disampaikan Ustad Yusuf
Mansur
24
67
3
0
303
2
3 Saat menonton ceramah Ustad
Yusuf Mansur saya termotivasi
untuk bersedekah
24
64
6
0
300
3
4 Saya tertarik dengan kepribadian
Ustad Yusuf yang rendah hati
23
63
8
0
297
4
5 Setelah menonton ceramah Ustad
Yusuf Mansur saya merasa iba
melihat seorang pengemis
20
58
14
2
284
5
6 Saya suka dengan gaya
penyampaian ceramah Ustad
Yusuf Mansur
19
71
4
0
297
4
7 Saya terharu dengan ceramah
Ustad Yusuf Mansur
17
53
24
0
275
6
49
Pada tabel pertanyaan tentang afektif bahwasanya variabel nomor 1 ( satu )
menduduki peringkat 1 ( satu ) yakni tentang kesenangan responden terhadap
ceramah ustad Yusuf Mansur dengan skors tertinggi yakni 305. Sedangkat peringkat
nomor 2 ( dua ) diduduki oleh variabel nomor 2 (dua) yakni tentang kesenangan
responden terhadap materi sedekah yang disampaikan ustad Yusuf Mansur dengan
skors 303. Adapun peringkat nomor 3 (tiga) diduduki oleh variabel nomor 3 (tiga)
yakni tentang responden yang telah menonton ceramah ustad Yusuf Mansur
termotivasi untuk bersedekah dengan skors 300.
Dengan demikian dapat dilihat dari deskripsi tabel tentang respon afektif
bahwasanya, kesenangan responden terhadap ceramah ustad Yusuf Mansur
menduduki peringkat pertama, hal ini dikuatkan dengan peringkat nomor dua yang
diduduki, yakni tentang kesenangan responden terhadap materi sedekah yang
disampaikan usatd Yusuf Mansur. Secara fungsional da’i adalah pemimpin yang
memiliki sifat-sifat kepemimpinan (Leadership). Kepemimpinan bagi seorang juru
dakwah sebagai seni untuk mempengaruhi khalayak. Hal ini ditunjukan oleh ustad
Yusuf Mansur dalam berdakwahnya ia mempunyai gaya sendiri dengan mengemas
pesan dakwah menjadi menarik dan dapat dipahami oleh mad’u dalam
menyampaikan ceramahnya. Lebih tapatnya da’i selaku komunikator harus mampu
melogikakan pesan dakwah dengan bahasa yang mudah dipahami sehingga
mempunyai daya tarik yang khas. Dengan bakat dan keterampilan tersebut sangat
berguna dalam menjalankan tugasnya mengembangkan motif-motif baik motif
pembawaan (geogenetik), motif yang berasal dari masyarakat lingkungan (Sosio
50
Genetis), maupun motif yang bersal dari ajaran agama (Theogenetis), menjadi
perilaku yang diinginkan oleh peran dakwah yang disampaikannya.3
Dalam garis besarnya, sebenarnya telah jelas, bahwa materi dakwah adalah
seluruh ajaran Islam yang telah tertuang di dalam Al-Quran dan As-Sunnah sedang
pengembangannya akan mencakup seluruh kultur Islam yang murni. Materi yang luas
sudah tentu memerlukan pemilihan yang cermat, disamping perlunya diperhatikan
kondisi dan situasi kemasyarakatan yang ada.
Ustad Yusuf Mansur dalam menyampaikan ceramahnya dapat ditempuh dari
beberapa cara, misalnya pendekatan substansial, dimana Yusuf Mansur telah
mengadakan pemilihan materi yang tetap dari ajaran Islam tersebut. Misalnya dalil-
dalil tentang sedekah, maka substansi itu kemudian dijabarkan secara maksudnya dan
ditunjukan implementasinya atau pelaksanaanya.
Hal ini juga bisa ditempuh dengan pendekatan pragmatis, dimana materi
dijabarkan sesuai dengan keperluan para peminat dakwah sendiri, disesuaikan dengn
kehidupan sehari-hari, sehingga ajaran Islam itu dirasakan sebagai petunjuknya yang
tetap untuk praktek kehidupannya.4
Dapat disimpulkan bahwa seorang da’i selaku komunikator harus mampu
melogikakan pesan dakwah dengan bahasa yang mudah dipahami sehingga
mempunyai daya tarik yang khas. Materi dakwah yang disampaikan mampu
mengambil posisi sebagai stimulator yang dapat memotivasir menuju tingkah laku
3 M. Munir, Metode Dakwah, (Jakarta : Kencana, 2006). h. 173 4 M. Syafa’at Habib, Buku Pedoman Dakwah, (Jakarta : PT BUMIRESTU, 1982). h. 94
51
atau sikap kita yang sesuai dengan pesan-pesan dakwah. Dan dalam pemilihan
materipun seorang da’i pula harus disesuaikan dengan tingkat pendidikan, bahasa dan
tradisi yang menjadi sasaran dakwah. Sehingga kominikasi yang dilakukan berjalan
dengan efektik sesuai apa yang diharapakan komunikan dan komunikator.
Pertanyaan tentang respon behavioral
Table 4.6 tentang behavioral
No Item Pertanyaan SS S TS STS Skors Rangking
1 Setelah menonton ceramah Ustad
Yusuf Mansur saya lebih giat
untuk bersedekah.
20
60
13
1
287
2
2 Setelah menonton ceramah Ustad
Yusuf Mansur saya menerapkan
pola hidup hemat.
17
57
19
1
278
6
3 Saya akan mengajak jamaah lain
untuk mengikuti ceramah Ustad
Yusuf Mansur
15
62
17
0
280
5
4 Setelah menonton ceramah Ustad
Yusuf Mansur saya akan lebih giat
mengadakan santunan anak yatim.
19
61
13
1
286
3
5 Saya akan lebih peduli dengan
sesama yang membutuhkan
bantuan
31
60
3
0
322
1
52
6 Saya menyarankan orang lain
untuk menonoton ceramah Ustad
Yusuf Mansur.
15
66
13
0
284
4
Pada tabel pertanyaan tentang Behavioral variabel nomor 5 (lima) menduduki
peringkat pertama dengan skors 322, yakni tentang dimana responden peduli dengan
sesama yang membutuhkan bantuan. Sedangakan pada tabel ini yang menduduki
peringkat nomor 2 (dua) yakni variabel nomor 1 (satu) dengan skors 287, tentang
dimana responden lebih giat untuk bersedekah setelah menonton ceramah ustad
Yusuf Mansur. Adapun peringkat ke 3 diduduki oleh variabel nomor 4 (empat) yang
mana responden setuju dan akan lebih giat mengadakan santunan anak yatim setelah
menyaksikan ceramah ustad Yusuf Mansur, dengan skors 286.
Dengan demikian dapat dilihat dari deskripsi tabel tentang respon Behavioral
bahwasanya, responden lebih peduli dengan sesama yang membutuhkan bantuan
menduduki peringkat pertama, hal ini dikuatkan dengan peringkat nomor dua yang
diduduki, yakni responden lebih giat untuk bersedekah setelah menonton ceramah
dakwah ustad Yusuf Mansur.
Manusia adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain. Oleh
karena itu, manusia tidak bisa hidup di muka bumi ini kalau tidak bersosialisasi
dengan masyarakat luas. Hal ini disebabkan oleh responden lebih peduli dengan
sesama yang membutuhkan bantuan atau uluran dari tangan kita menduduki
peringakat pertama.
53
Manusia adalah mahluk yang paling gemar mempergunakan lambang bahkan
dapat dikatakan bahwa salah satu karakteristik dari manusia yang membedakan dari
mahluk lain adalah dalam hal kemampuannya berkembang (Simbolicum Animal).5
Secara psikologis, bahasa mempunyai peran yang sangat besar dalam mengendalikan
ataupun merubah tingkah laku manusia.
Materi dakwah yang disampaikan mampu mengambil posisi sebagai
stimulator yang dapat memotivasir menuju tingkah laku atau sikap kita yang sesuai
dengan pesan-pesan dakwah. Da’i sebagai komunikator sudah barang tentu usahanya
tidak hanya terbatas pada usaha menyampaikan pesan semata-mata tetapi dia juga
harus konsen terhadap kelanjutan efek komunikasinya terhadap komunikan, apakah
pesan-pesan dakwah tersebut sudah cukup membangkitkan rangsangan/dorongan bagi
komunikan sesuai dengan apa yang diharapkan, ataukan komunikan tetap pasif
(mendengar tetapi tidak mau melaksanakan) bahkan menolak atau serta antipasti dan
apatis terhadap pesan dakwah tersebut.6
Dapat disimpulkan bahwa manusia adalah mahluk sosial yang saling
membutuhkan satu sama lainnya. Disamping itu, dilengkapi pula oleh adanya
perasaan sosial, nilai-nilai dan norma-norma yang timbul atas akibat dari adanya
pergaulan hidup merupakan bentuk sosialisasi dengan sesama manusia dan hidup
berdampingan satu sama lain secara harmonis dan saling melengkapi. Dan materi
dakwah sebagai stimulator dapat memotivasi kita untuk menuju kebahagian dunia
dan kebahagiaan akherat.
5 Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta : Gema Media Pratama, 1997). h. 4 6 M. Munir, Metode Dakwah, (Jakarta : Kencana, 2006). h. 159
54
4) Analisis Data Menggunakan Chi-Kuadrat
Tabel 4.7. Analisis data menggunakan Chi-kuadrat sesuai Jenis kelamin Responden
Jenis
Kelamin Respon Fo Fh fo-fh (fo-fh)² (fo-fh)²/fh
55
Keterangan:
= frekuensi observasi
= frekuensi harapan
Ho: Tidak terdapat perbedaan antara latar jenis kelamin dengan jamaah Majelis
Taklim Baiturrahman Bukit Cinere terhadap materi sedekah dakwah ustad Yusuf
Mansur.
H1 : terdapat perbedaan antara latar jenis kelamin dengan respon jamaah Majelis
Taklim Baiturrahman Bukit Cinere terhadap materi sedekah dakwah ustad Yusuf
Mansur.
Jadi r x² hit = 1926.804168
db = (r-1) (c-1) jadi: Alfa = 5%
= (3-1) (3-1) x²tab = 5,99
= 2 x 2 Maka: x² hit > x²tab Ho ditolak
= 4
Dari tebel 4.7 menunjukan bahwa nilai chi-square x²tab (5,99) dan nilai x² hit
(1926.804168) maka x² hit > x²tab atau x² hit lebih besar dari x²tab artinya terdapat
Kognitif 1232 1748,57 83 6889 3.9397908
PR Afektif 1126 1787,64 1149 1320201 738.516144
Behavioral 922 1750,09 -23 529 0.30227017
Kognitif 1079 1318,98 945 893025 677.057272
LK Afektif 940 1285,33 134 17956 13.9699532
Behavioral 806 1317,67 806 649636 493.018738
1926.804168
56
perbedaan antara jenis kelamin dengan respon jamaah Majelis Taklim Baiturrahman
Bukit Cinere terhadap materi sedekah dakwah ustad Yusuf Mansur.
Tabel 4.8. Analisis data menggunakan Chi-kuadrat sesuai latar belakang pendidikan
Responden
Keterangan:
= frekuensi observasi
= frekuensi harapan
Ho: Tidak terdapat perbedaan antara latar belakang pendidikan dengan respon
jamaah Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere terhadap materi sedekah dakwah
ustad Yusuf Mansur.
Jenis
Pendidikan Respon Fo Fh fo-fh (fo-fh)² (fo-fh)²/fh
Kognitif 1143 907.23 235.77 55587.4929 61.27166529
SARJANA Afektif 974 655.24 318.76 101607.9376 155.0698028
Behavioral 850 495.33 354.67 125790.8089 253.9535439
Kognitif 666 894.71 -228.71 52308.2641 58.46393144
DIPLOMA Afektif 587 668.36 -81.36 6619.4496 9.904018194
Behavioral 500 493.15 6.85 46.9225 0.095148535
Kognitif 546 945.46 -399.46 159568.2916 168.7731809
SMP Afektif 435 638.42 -203.42 41379.6964 64.81578961
Behavioral 379 481.83 -102.83 10574.0089 21.94551792
794.2925986
57
H1 : terdapat perbedaan antara latar belakang pendidikan dengan respon jamaah
Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere terhadap materi sedekah dakwah ustad
Yusuf Mansur.
Jadi r x² hit = 794.2925986
db = (r-1) (c-1) jadi: Alfa = 5%
= (3-1) (3-1) x²tab = 9,49
= 2 x 2 Maka: x² hit > x²tab Ho ditolak
= 4
Dari tebel 4.8 menunjukan bahwa nilai chi-square x²tab (9,49) dan nilai x² hit
(794.2925986) maka x² hit > x²tab atau x² hit lebih besar dari x²tab artinya terdapat
perbedaan antara latar belakang pendidikan dengan respon jamaah Majelis Taklim
Baiturrahman Bukit Cinere terhadap materi sedekah dakwah ustad Yusuf Mansur.
58
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian skripsi tentang respon jamaah Majelis Taklim Baiturrahman Bukit
Cinere terhadap materi dakwah ‘sedekah’ Ustad Yusuf Mansur telah selesai
dilakukan oleh penulis.
Berdasarkan hasil penelitian, responden menyukai ceramah ustad Yusuf
Mansur dalam berdakwah, karena ia selalu mengajak jamaah untuk bersedekah selain
itu juga ia mengemas materinya dengan kisah-kisah nyata dalam kehidupan sehari-
hari kita.
Pada hakekatnya, dakwah memiliki kelebihan terhadap keefektifan dakwah
terhadap mad’u, namun hal itu bukanlah hal utama dalam penyampaian ceramah.
Materi dakwah merupakan esensi utama dari pesan yang harus tersampaikan dalam
dakwah dan merupakan alat/media pendukung dalam dakwah ustad Yusuf Mansur.
Respon jamaah Majelis Taklim Baiturrahman terhadap materi dakwah
‘sedekah’ Ustad Yusuf Mansur mengklasifikasikan pada tiga katagori respon.
1. Respon kognitif, (pengetahuan) responden terhadap dakwah Ustad Yusuf
Mansur. Hal ini menunjukan bahwa dalam ceramahnya Ustad Yusuf Mansur
selalu mengajak orang lain untuk bersedekah dengan skors 319. Adapun pada
peringkat ke 2 (dua) yakni diduduki oleh variabel nomor 3 (tiga) yakni
bahwasanya ceramah Ustad Yusuf Mansur membuat responden mengerti tentang
sedekah dengan skors 306. Sedangkan peringkat nomor 3 (tiga) diduduki oleh
59
variabel nomor 7 (tujuh) yakni tentang wawasan responden bertambah setelah
mendengar ceramah Ustad Yusuf Mansur tentang sedekah dengan skor 300.
2. Respon afektif (perasaan) yakni tentang kesenangan responden terhadap
ceramah ustad Yusuf Mansur dengan skors tertinggi yakni 305. Sedangkat
peringkat nomor 2 ( dua ) diduduki oleh variabel nomor 2 (dua) yakni tentang
kesenangan responden terhadap materi sedekah yang disampaikan ustad Yusuf
Mansur dengan skors 303. Adapun peringkat nomor 3 (tiga) diduduki oleh
variabel nomor 3 (tiga) yakni tentang responden yang telah menonton ceramah
ustad Yusuf Mansur termotivasi untuk bersedekah dengan skors 300.
3. Respon behavioral (perilaku) Pada tabel pertanyaan tentang Behavioral variabel
nomor 5 (lima) menduduki peringkat pertama dengan skors 322, yakni tentang
dimana responden peduli dengan sesama yang membutuhkan bantuan.
Sedangakan pada tabel di atas yang menduduki peringkat nomor 2 (dua) yakni
variabel nomor 1 (satu) dengan skors 287, tentang dimana responden lebih giat
untuk bersedekah setelah menonton ceramah ustad Yusuf Mansur. Adapun
peringkat ke 3 diduduki oleh variabel nomor 4 (empat) yang mana responden
setuju dan akan lebih giat mengadakan santunan anak yatim setelah mendengar
ceramah ustad Yusuf Mansur, dengan skors 286.
B. Saran
1. Ustad Yusuf Mansur lebih variatif dan menarik dalam mengemas materinya.
Mampu memberikan pengtahuan atau wawasan lebih bagi pendengarnya, agar
jamaah mendapat nilai lebih dari materi sedekah yang disampaikan. Hal ini
juga harus ditingkatkan baik dari materi dan referensi yang jelas.
60
2. Alangkah baiknya dalam rangka mengembangkan syiar Islam, pengurus
Majelis Taklim dapat meningkatkan kegiatan bernuansa keagamaan yang
lebih inovatif. Dan perlu melakukan kerja sama dengan Majelis Taklim lain,
sebagai ajang silaturrahmi dan peningkatan kualitas terhadap progam.
3. Responden atau jamaah harus memberikan respon aktif terhadap kegiatan
dakwah, sehingga hubungan timbal balik dapat menyebabkan komunikasi
efektif antar kedua belah pihak. Agar Visi dan Misi Majelis Taklim dapat
berjalan dengan baik.
Semoga dengan diadakannya penelitian ini dapat berguna bagi berbagai
macam pihak. Khususnya bagi penulis, guna meningkatkan dakwah Islam di
lingkungan Majelis Taklim.
61
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi Abu dan B. Harlock, Psikologi Perkembangan, Jakartaa: Rineka Cipta,
1992
Alawiyah Tutty, Strategi Dakwah di Lingkungan Majlis Ta’lim Bandung: Mizan,
1997
Al-Qahtani Said bin Ali, Dakwah Islam dakwah Bijak, Jakarta: Gema Insani
Press, 1994
Amin Mansur, Dakwah Islam dan Pesan Moral, Yogyakarta, Agustus 1997
Arifin M, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1991
Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2002
Aziz Ali, Ilmu Dakwah, Jakarta: Prenada Media, 2004
Bungin Burhan, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan
Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana:
2008
, Sosiologi Komunikasi, Jakarta: Kencana, 2008
Darussalam Ghazali, Dinamuka Ilmu Dakah Islamiyah, Malaysia: Nur Siaga
SDNBHD, 1999
Depag RI, Ensiklopedi Islam Jakarta: Depag RI, 1987
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:Balai Pustaka, 1996
Effendy Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, Bandung: PT
Rosdakarya 1999
62
Fattah Nur Amin, Metode Dakwah Wali Songo, (Pekalongan: PT. T. B. Bahagia,
t.t)
H. M. S. Latief Nasruddin, Teori dan Praktek Dakwah Islamiah, Jakarta : PT
Firma Dara
Habib Syafa’at, Buku Pedoman Dakwah, Jakarta : PT BUMIRESTU, 1982
Hafiduddin Didin, Dakwah Aktual, Jakarta, Gema Insani Press, 1998
Hamka, Pelajaran agama Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1956
, Prinsip dan kebijakan Dakwah Islam, Jakarta: PT. Pustaka Panji Mas,
1998
Hasanuddin, Hukum Dakwah, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996
Haroen Nasrun, Fiqh Muamalah Jakarta : Gaya Media Pratama, 2007
Hasanuddin, Manajemen Dakwah, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006
Irawan Prasetya, Logika dan prosedur Penelitian: Pengantar Teori dan Panduan
Praktis Penelitian Sosial bagi Mahasiswa dan Peneliti Pemula, Jakarta:
STIA-LAN, 2000
John W. Creswell.. Educational Research, Planning, Conducting, and Evaluating
Quantitative and Qualitative Research 2nd
Edition. New Jersey, Pearson
Education, Inc, 2005
Kaffe Djmaluddin, Psikologi Dakwah Surabaya: Pustaka Progesif 1993
Koordinasi Dakwah Islam, Pedoman Maj’lis Ta’lim, Jakarta: KODI, 1996
Kriyantono Rachmat, Tehnik Praktis Riset komunikasi, Jakarta, Kencana Prenada
Media Group, 2007
63
Munawir Ahmad Warsono, Kamus al-Munawwir, Surabaya: Pustaka Progresif,
1997
Munir M , Metode Dakwah, Jakarta : Kencana, 2006
Narkubo Kholid, Metodologi Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara, 2004
Nursyamsudin, Fiqh Jakarta : Depag RI, 2009
Omar Toha Yahya, Ilmu Dakwah, Jakarta: Wijaya, 1992
Peordawarminto, Psikologi Komunikasi, Jakarta: UT, 1999
Qutb Sayyid, Fiqih Dakwah, Jakarta, Pustaka Amani, 1970
Rafi’udin, Maman Abdul Djaliel, Prinsip dan strategi Dakwah, Bandung: CV
Pustaka Setia, 1997
Rahmat Jalaluddin, Psikologi Komunikasi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
1999
Rambe Nawawi, Sejarah Dakwah Islam, Jakarta: Wijaya, 1985
Subandi Ahmad, Psikologi Sosial, Jakarta: Bulan Bintang, 1982
Sujanto Agus, Psikologi Umum, Jakarta: Bumi Aksara, 2004
Syamsul Hadi Mahfudh, et al., Rahasia Keberhasilan Dakwah: KH. Zainuddin
MZ, Surabaya: Ampel Suci, 1994
Tabloid Wisata Hati, Hikmah Sedekah Dalam Sepotong Roti, Jakarta : 1 Agustus
2006
Tasmara Toto, Komunikasi Dakwah, Jakarta : Gema Media Pratama, 1997
Walgito Bimo, Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta: UGM, 1996