Revolusi kisah baru

23
Revolusi Kisah Baru (Telaah Pemikiran Augros dan Stanciu) Oleh Muhammad Abidun Sejarah ilmu dalam perjalanannya selalu mengalami perubahan terus menerus menuju kesempurnaan, meskipun kesempurnaan itu sendiri tidak mungkin dicapai oleh manusia hanya dengan mengandalkan ilmu pengetahuannya semata. Ilmu pengetahuan pada dasarnya adalah proses pencarian terhadap kebenaran atau hakikat yang diuraikan dalam teori-teori interpretatif-obyektif. Tujuan utama dalam proses pencarian itu bukanlah sampai pada suatu keyakinan dalam ilmu pengetahuan. Karena pengetahuan manusia tidak lepas dari kesalahan, sehingga pengetahuan manusia terbuka untuk diragukan dan disalahkan. Dari sini jelas bahwa antara kebenaran dan keyakinan tidaklah identik, keduanya mempunyai makna yang berbeda antara satu dengan yang lain. Tetapi kekeliruan atau kesalahan sebagai sifat manusia itu tidak hanya berarti kita selalu berusaha menghindari kekeliruan, hanya kita tidak mungkin yakin bahwa kita tidak salah. Tesis-tesis ini memberikan tafsir terhadap ilmu pengetahuan sebagi hipotesis belaka (iftirâdhî), yang menggunakan metode kritis dalam usaha

description

 

Transcript of Revolusi kisah baru

Page 1: Revolusi kisah baru

Revolusi Kisah Baru(Telaah Pemikiran Augros dan Stanciu)

Oleh Muhammad Abidun  

Sejarah ilmu dalam perjalanannya selalu mengalami perubahan terus menerus menuju kesempurnaan, meskipun kesempurnaan itu sendiri tidak mungkin dicapai oleh manusia hanya dengan mengandalkan ilmu pengetahuannya semata.

Ilmu pengetahuan pada dasarnya adalah proses pencarian terhadap kebenaran atau hakikat yang diuraikan dalam teori-teori interpretatif-obyektif. Tujuan utama dalam proses pencarian itu bukanlah sampai pada suatu keyakinan dalam ilmu pengetahuan. Karena pengetahuan manusia tidak lepas dari kesalahan, sehingga pengetahuan manusia terbuka untuk diragukan dan disalahkan. Dari sini jelas bahwa antara kebenaran dan keyakinan tidaklah identik, keduanya mempunyai makna yang berbeda antara satu dengan yang lain. Tetapi kekeliruan atau kesalahan sebagai sifat manusia itu tidak hanya berarti kita selalu berusaha menghindari kekeliruan, hanya kita tidak mungkin yakin bahwa kita tidak salah. Tesis-tesis ini memberikan tafsir terhadap ilmu pengetahuan sebagi hipotesis belaka (iftirâdhî), yang menggunakan metode kritis dalam usaha menghilangkan kesalahan demi mencapai hakikat.

Atas dasar ini, tindakan tambal sulam dalam sejarah ilmu pengetahuan merupakan suatu kewajaran, bahkan bisa dikatakan keharusan. Nanti kita akan melihat bagaimana arah ilmu pengetahuan dalam Kisah Baru mendobrak benteng-benteng materialisme yang sudah berabad-abad berdiri kokoh sebagai pandangan

Page 2: Revolusi kisah baru

hidup bangsa Barat, kemudian berbalik mengklaim bahwa di sana tidak hanya ada materialisme semata, melainkan ada realitas yang namanya Allah, akal, keindahan dan realitas-realitas yang berada di balik material. Tentu saja perubahan yang mendasar itu tidak terjadi begitu saja tanpa sebab.

 

Batasan Kisah Baru dan Kisah Lama

Kisah Lama atau Kisah Baru sebenarnya bukanlah sejarah lama atau sejarah baru. Kisah (story) yang dimaksud di sini adalah suatu perspektif (nazhrah) peradaban terhadap dunia. Itulah sebabnya buku The New Story of Science diterjemahkan dalam bahasa Arab menjadi Al-‘Ilm fî Manzhûrihî Al-Jadîd. Penafsiran ini juga senada dengan apa yang ditulis oleh Sir john Eccles dalam pengantar buku tersebut. Sebab pada kenyataannya di abad ke-20 masih banyak ilmuwan dan filsuf yang memakai dan mendukung modernisme Barat, yang dalam konteks sekarang disebut dengan Kisah Lama (klasik). Di antara tokoh filsafat yang paling gigih memperjuangkan pandangan Kisah Lama (modernisme) adalah Y. Habermas. Kita bisa melihat pertempurannya memperjuangkan modernisme melawan Adorno dan Foucault. Oleh karena itu kalau Kisah Lama dan Kisah Baru diartikan sebagai sejarah lama dan sejarah baru cakupannya kurang luas dan kurang representatif.

Meskipun begitu, setiap zaman punya sejarah tersendiri yang berbeda dengan zaman lain. Dari sini perlu ada batasan-batasan dalam sejarah ilmu Barat yang bertujuan memudahkan pemahaman. Sejarah ilmu Barat dilihat dari momentum-momentum yang sangat berpengaruh dalam segala bidang terutama fisika dan kosmologi

Page 3: Revolusi kisah baru

dibagi secara garis besar dalam tiga masa: lama (Aristoteles), modern (Galileo dan Newton), post modern (M. Plank dan Einstein). Antara satu masa dengan yang lain melakukan apa yang disebut dengan ‘la Rupture Epistemologique’ (al-qathî‘ah al-ma‘rifîyah, diskontinuitas epistemologis). Dengan begitu Kisah Lama secara garis besar mempunyai masa tiga abad yang dimulai pada abad XVII sampai XIX, sedangkan Kisah Baru dimulai pada abad XX yang ditandai dengan penemuan Teori Quantum oleh M. Plank pada tahun 1900 dan lima tahun kemudian ditemukan Teori Relativitas oleh Einstein.

Nanti kita akan membahas Kisah Lama dan Kisah Baru dalam tema-tema yang sering dijadikan rujukan untuk membedakan apakah ini pandangan Kisah Lama atau pandangan Kisah Baru. Tema-tema itu antara lain: materi, akal, keindahan, Allah, manusia dan masyarakat, dunia dan kesinambungan Kisah Lama dengan Kisah Baru. Dalam pemaparan nanti penulis tidak akan menjelaskan satu persatu secara mendetail dari tema-tema di atas, karena tulisan ini dimaksudkan sebagai pengantar tentang Kisah Lama dan Kisah Baru untuk masuk ke pembahasan yang lebih luas dan dalam.

 

Pandangan Kisah Lama

Untuk pertama kali kita akan membahas tentang materi, kemudian disusul dengan poin-poin berikutnya. Kisah Lama memandang hanya materi sajalah yang abadi. Titik tolak pandangan tersebut sebenarnya dirumuskan dalam tiga pertanyaan yang diajukan oleh Newton dan para pengikutnya, antara lain:

Page 4: Revolusi kisah baru

1. Terdiri dari unsur apakah tubuh alam semesta ini ?

2. Apa yang disebut perubahan?

3. Bagaimana perubahan-perubahan itu terjadi?

Menjawab pertanyaan pertama, Newton menegaskan bahwa sebenarnya yang ada di alam semesta ini ada tiga realitas: materi, ruang, dan waktu. Materi tersusun atas atom-atom yang terikat untuk selamanya. Sedangkan ruang dan waktu adalah absolut, maksudnya meskipun materi yang ada di alam raya ini rusak, ruang dan waktu akan tetap ada. Keduanya tidak terbatas , tidak dapat berubah dan universal.

Untuk pertanyaan kedua, Newton menjelaskan: perubahan-perubahan yang terjadi hanyalah perpisahan, penggabungan dan pergerakan baru dari partikel-partikel tadi dengan berbagai variasinya.

Sementara untuk pertanyaan ketiga, Newton menjawab hukum-hukum fisika mengatur gerakan materi dalam ruang dan waktu yang absolut. “Rumusan fenomena gerak dalam dua atau tiga dasar umum, kemudian penjelasan bagaimana karateristik dan aktivitas materi sesuai dengan rumus-rumus fisika akan menampilkan langkah besar dalam lapangan filsafat”, tegas Newton. Implikasi dari pernyataan ini adalah para ilmuwan hanyalah seorang penonton yang berada di luar sistem. Seluruh alam semesta dan materi dapat dimengerti tanpa harus dihantar oleh pikiran.

Para ilmuwan seperti Faraday, Kelvin, Herschel dan ilmuwan-ilmuwan lainnya mampu menemukan inovasi-inovasi dalam bidang listrik, panas dan cahaya berkat sistem Newton. Dengan begitu

Page 5: Revolusi kisah baru

materialisme dari sistem Newton—meskipun ia sendiri bukanlah seorang materialis—menjadi salah satu metode ilmiah yang berperanan sangat penting di abad ke-19. Mereka berharap bahwa abad ke-20 akan menjadi abad yang menggenapi sistem tadi. Kisah Lama memandang sesuatu dari set-up material; akal hanyalah bagian dari aktivitas materi, artinya akal bekerja sesuai dengan kepastian mekanik. Dari sini Kisah Lama memandang seluruh aktivitas manusia dalm ruang lingkup naluri seks, fisiologi, fisika dan kimia. Nikmat kebebasan memilih tidak bisa diterangkan dalam Kisah Lama. Thomas H. Huxley mengatakan: “Ide-ide yang aku ucapkan dan respon anda tentang ide –ide tadi hanyalah perubahan partikel”. Bahkan lebih ekstrim lagi W. K. Clifford mengatakan: “Apabila seseorang mengatakan bahwa hasrat berpengaruh dalam materi perkataannya bukan sekedar kebohongan tetapi lebih dari itu adalah omong besar dan tidak tahu diri”.

Asumsi Kisah Lama mengenai materi hanya dilihat dari parameter ukuran- ukuran kuantitatif. Karena Kisah Lama melihat bahwa keindahan tidak mempunyai ukuran kuantitatif, maka keindahan bukanlah materi. Keindahan, menurutnya, hanya sebuah perasaan subyektif yang ada pada si peneliti ketimbang merupakan kualitas yang ada pada benda-benda. Asumsi ini sebenarnya sudah dikembangkan sejak Descartes dan Spinoza di abad ke-17. Charles Darwin, dua abad kemudian, mengatakan bahwa rasa keindahan jelas tergantung pada pikiran dan sama sekali bukan yang melekat pada obyek. Sedangkan Freud melihat keindahan tidak lebih dari insting belaka. Demikian, entomologi hanya akan berbicara tentang warna warni seekor kupu-kupu sebagai realitas yang berkaitan dengan enzim-enzim,

Page 6: Revolusi kisah baru

bukan memberikan penilaian tentang keindahan dari kupu-kupu tersebut.

Kisah Lama memandang manusia hanyalah materi semata, tingkah laku manusia tidak lain hanyalah cara kerja mesin. Pusat tindakan manusia adalah insting-insting dan hasrat-hasrat (passion). Sedangkan pikiran berada di luar sistem pengaturan, bahkan ia adalah produk materi. Dalam konsep leviathan, masyarakat dianalogikan sebagai mesin yang tersusun dari bagian-bagiannya.

Hasrat kodrati dalam diri manusia akan menimbulkan berbagai konflik yang tidak dapat di hindarkan. Adanya persaingan untuk mengejar kekuasaan dan kekayan akan menimbulkan upaya nafsu untuk mengalahkan, perang dan membunuh. Dalam kondisi semacam itu jika tidak ada kendali dari pemerintah, maka masyarakat yang beradab tidak akan terwujud dalam hidup ini. Oleh karena itu negara, dalam pandangan Hobbes, haruslah totaliter.

Sigmund Freud melihat manusia sebagai model mekanis dan menganggap bahwa insting seks merupakan kekuatan dalam diri manusia, dan persetubuhan merupakan puncak kenikmatan pengalaman manusia. Tujuan hidup merupakan prinsip untuk mengejar kesenangan, konflik-konflik manusia satu dengan lainnya pun menjadi tidak terhindarkan. Untuk menjaga ketentraman dalam masyarakat dibutuhkan suatu penaklukan dan pemaksaan hasrat-hasrat dalam diri manusia. Tentu situasi ini membuat individu- individu lain menderita. Namun masyarakat primitif dalam pandangan Freud lebih bahagia karena tidak ada pembatasan –pembatasan insting.

Page 7: Revolusi kisah baru

Tentang “kerja indera” (sense of perception) manusia, Kisah Lama menganggapnya sebagai perubahan- perubahan materi. Jika rangsangan dari luar telah menyebabkan suatu respon dalam organ indera dan respon terserbut dikendalikan oleh semacam materi, maka organ terbentuk dari dan tersusun oleh struktur organ. Maka kerja indera pertama-pertama berkaitan dengan organ indera dan penyebab dari luar secara tidak langsung. Hal yang sama berlaku untuk akal pikiran dan berbagai macam pengetahuan manusia. Jadi segala indera dan perasaan adalah suatu perubahan materi. Dari sini ditarik sebuah kesimpulan bahwa pengetahuan mengenai dunia adalah suatu yang mustahil.

Kisah Lama tidak memberikan nilai terhadap sejarah. Sejarah baginya tidak berarti apa-apa.Bahkan F. Bacon membuat statemen: “Lihatlah ke belakang anda dengan kemarahan”. Ini adalah implikasi dari keyakinan mereka bahwa kemajuan ilmu hanya bisa dicapai lewat eksperimen. Mereka menganggap masa sebelumnya adalah masa pra ilmiah karena belum mengenal eksperimen sebagai proses kerja ilmiyah serta belum memakai alat-alat canggih.

 

Pandangan Kisah Baru

Kisah Baru memberikan sebuah gambaran revolusioner dalam perkembangan sains. Mulai tahun 1900 ditemukan Teori Quantum yang dipelopori oleh M. Plank, kemudian disusul dengan teori relativitas oleh Einstein tahun 1905. Revolusi senada juga ditemukan oeh Ernest Rutherford tahun 1911 dalam dunia mikro partikel, yaitu adanya atom yang tersusun dari nukleus amat kecil yang dikelilingi oleh elektron-elektron. Sifat-

Page 8: Revolusi kisah baru

sifat dari partikel terkecil daripada materi itu tidak dapat ditetapkan lepas dari berbagai pilihan dan tindakan si peneliti. Peneliti menjadi faktor yang amat berperan: ia bukan hanya sekedar observor melainkan partisipator dalam makna yang lebih aktif. Demikian menurut John Weller. Eugene Wagner pun berpendapat: adalah sesuatu yang mustahil untuk merumuskan hukum mekanika quantum tanpa mengikutsertakan kesadaran. Maka di samping terdapat realitas dari segala sesuatu yang ada, terdapat realitas kesadaran yang tidak boleh dilupakan sebagai kenyataan yang absah.

Keberadaan pikiran manusia sebagai suatu realitas yang tidak dapat diabaikan, diperkuat lagi dengan hasil penemuan Charles Sheringthon, seorang perintis neurofisiologi modern. Menurutnya, kehidupan merupakan sebuah perkara fisika kimia, tetapi kegiatan berfikir justru lepas dari proses fisika kimia. Kehidupan mencakup self-nutrision, metabolisme sel dan pertumbuhan yang dapat diterangkan melalui hukum fisika kimia. Sedangkan fikiran melampau mekanisme fisika kimia meskipun keduanya diperlukan sebagai prasyarat.

Ada sebuah ilustrasi tentang realitas fikiran yang mengubur pandangan Kisah Lama yang mengabaikan adanya fikiran, yaitu sebuah proses bagaimana Socrates sampai pada bukti bahwa ia telah mampu melihat sebauah pohon.

Mula-mula sinar matahari membiaskan pohon yang kemudian ditangkap oleh mata Socrates dan melewati lensa serta membentuk gambar mini dari pohon. Dan terjadilah di sana perubahan-perubahan reaksi fisika kimia. Bila Socrates belum sampai pada kesadaran ia belum menerima persepsi apapun, artinya semuanya itu belum bisa

Page 9: Revolusi kisah baru

dikatakan proses melihat. Proses melihat masih membutuhkan banyak keterangan lagi. Sampai dengan retina yang diaktifkan oleh cahaya dan kemudian merangsang impuls-impuls ke sistem saraf optik dan membawanya ke permukaan otak. Semuanya dapat diterangkan secara fisika kimia. Tetapi ke manakah warna hijau pohon masuk? warna otak adalah putih dan abu-abu, bagaiman ia dapat menerima warna baru tanpa membuat hilang warna yang lama, dan bagaiman otak Socrates dapat menangkap cahaya jika otak tersebut sepenuhnya tertutup oleh cahaya? Semua persoalan mengenai penerimaan warna, bentuk, gerakan dan cahaya tidak akan dapat dimengerti jika semua proses yang dialami Socrates ketika ia mengarahkan matanya pada pohon, hanya dipahami sebagai gelombang listrik belaka.

Kisah Baru memandang keindahan sebagai satu kesatuan dalam alam semesta. Bahkan dalam lapangan ilmiah keindahan dapat dijadikan justifikasi kebenaran suatu teori. Hampir semua ilmuwan pada abad ke-20 sepakat bahwa keindahan dan kesederhanaan tidak menjadi monopoli dalam bidang seni, melainkan juga merupakan dasar utama untuk kebenaran ilmiah. Hal ini dialami oleh Warner Heisenberg dalam teori mekanika kuantum dan Einstein dalam teori relativitas umum yang barang kali merupakan teori teindah dari teori-teori fisika

Bertentangan dengan Kisah Lama, keindahan dalam pandangan Kisah Baru bukanlah sebuah produk yang meliputi perkara emotif dan subyektif semata, bahkan sebaliknya keindahan mengisyaratkan adanya tiga unsur obyektif yang terkandung di dalamnya: kesederhanaan (simplicity), keselarasan (harmony) dan kecerdasan tinggi (brilliance). Ini sepadan dengan

Page 10: Revolusi kisah baru

rumusan yang dibuat oleh Einstein: “Semakin menarik sebuah teori akan semakin sederhanalah premis-premisnya dan akan semakin beraneka ragam keterkaitanya serta semakin luas daya terapannya”.

Kisah Baru juga memandang manusia sebagai makhluk yang sadar. Manusia berbeda dengan binatang dan mesin. Manusia adalah makhluk yang mampu mengalami, mengambil keputusan dan bertindak, demikian pendapat F. Child dari Yale University. Pikiran dalam diri manusia sebagaimana juga manjadi tema sentral dalam Kisah Baru, merupakan primat dalam psikologi humanistik.

Psikologi Kisah Baru adalah psikologi yang memperhatikan bagaimana manusia mengarah pada sebuah tujuan dan sasaran yang didasarkan pada nilai-nilai. Carl Roger pun mengatakan, seraya membela psikologi baru tersebut, bahwa orang mempunyai kekayaaan yang tersimpan di dalam dirinya yang selalu diselidiki oleh psikologi baru tetapi justru diabaikan oleh pengamat behavioris, yaitu tujuan hidup, nilai-nilai, pilihan, persepsi terhadap diri sendiri maupun orang lain, persatuan antara diri pribadi dengan dunia yang sedang kita bangun sebagai tanggung jawab yang kita terima maupun yang kita tolak dan segala fenomena yang terdapat dalam segala individu dalam kaitannya dengan sistem maknanya.

Psikologi Kisah Baru menerima fikiran dan kehendak sebagai fakultas tertinggi dalam diri manusia. Berbeda dengan Freud yang melihat bahwa pikiran hanyalah sebuah pelarian dan ilusi, Kisah Baru melihat bahwa pikiran tersebut benar-benar merupakan sebuah realitas yang utuh. Dengan demikian, aktifitas dalam bidang sains ataupun tindakan-tindakan yang penuh dengan

Page 11: Revolusi kisah baru

keutamaan merupakan aktifitas yang paling berharga.

Pendasaran Kisah Lama pada material telah memaksa pandangannya terhadap dunia menjadi dunia fikiran subyektif dan dunia materi obyektif. Untuk mengetahui dunia sains harus didasarkan pada pengalaman khusus. Kisah Baru dengan tegas menolak pandangan seperti ini. Persepsi inderawi, walaupun membutuhkan perubahan materi, tetaplah merupakan sesuatu non-material. Menginderai adalah semata-mata pasif dan menerima, tidak menambah sedikitpun pada obyek yang diinderai. Ini berarti hanya ada satu dunia: dimana indera-indera kita memberikan pada kita pengetahuan yang sejati.

Kisah Lama telah menganggaap remeh terhadap pengalaman umum dengan alasan tidak dapat dipercaya. Tetapi Kisah Baru menaruh perhatian besar terhadap pengalaman umum karena ia berhubungan langsung dengan realita. Pengalaman umum adalah bahasa semesta. Heisenberg mengatakan: “Pengakuan terhadap pengalaman umum mengharuskan kita pada suatu pandangan yang berbeda dengan pandangan Kisah Lama. Jika seseorang meletakan subtansi tetap di depan kedua matanya dalam memahami perkembangan ilmu alam, maka ia akan melihat—setelah eksperimen fisika modern—bahwa pandangan kita pada akal, roh manusia, hidup dan Allah akan berbeda dengan pandangan abad ke-19”. Hal ini disebabkan pandangan-pandangan baru berdasar pada bahasa alam yang berarti berhubungan secara langsung dengan realita. Akhirnya dalam pandangan baru orang biasa, ilmuwan ataupun filsuf mampu mengetahui dunia, dan seorang seniman mampu mendiskripsikan kesuburan dan kekayaan alam.

Page 12: Revolusi kisah baru

Ibarat orang miskin yang menjadi kaya secara mendadak, Kisah Lama tidak mau menengok sejarah epistemologinya. Kisah Baru tidak menolak pandangan Kisah Lama secara mutlak; ia masih memakai apa yang telah ditemukan mengenai hakekat materi sebagai mana ditegaskan oleh Heisenberg. Fisika modern tidak merubah teori klasik tentang mekanik, optik dan panas. Ada satu unsur yang secara mendasar ditolak oleh Kisah Baru: yaitu metode materialisme.

Penemuan-penemuan baru dalam perspektif Kisah Baru tidak meruntuhkan bangunan-bangunan penemuan yang sudah ada, bahkan suatu revolusi ilmiah dianggap tetap mampu menjaga kontinuitas dengan lama. Teori Newton diyakini oleh Einstein tidak akan mungkin menjadi kedaluwarsa. Teori Newton akanlah tetap menjadi landasan bagi konsep-konsep fisika yang terus kita bangun pada masa sekarang. Teori baru boleh jadi mampu memberikan hasil yang lebih akurat dibanding teori lama, tetapi tidak akan pernah memutarbalikkan sama sekali hasil yang pernah dicapai.

Jika ilmu pengetahuan pada dasarnya tidak menoleh ke belakang, maka filsfat ilmulah yang menanggung beban itu dan secara serius memikirkan jejak langkah ilmu. Filsafat ilmu pada awalnya memfilsafati ilmu pengetahuan dari dalam, tetapi pada abad ke-20 (Kisah Baru) banyak memfokuskan diri pada sejarah ilmu dan interaksinya dengan bangunan-bagunan peradaban dan sosial. Realitas perkembangan ini pada dasarnya adalah komplementasi perspektif ilmu dari dalam dan perspektif dari luar (perspektif menyeluruh). Demikian Kisah Baru menemukan paradigma baru dalam epistemologi ilmiahnya.

Page 13: Revolusi kisah baru

Setelah kita membaca masing-masing karakter Kisah Lama dan Kisah Baru, kita dapat menemukan tiga ciri umum pandangan Kisah Baru terhadap dunia yaitu: keluasan (vastness), sifat menggabungkan (unity) dan kecerahan(light). 

 

Kosmologi dan Teologi Kisah Baru

Revolusi ilmiah secara masif telah menimbulkan pandangan baru pula dalam kosmologi dan teologi. Situasi masa modern Barat barangkali ada kesamaan dengan situasi di masa Imam Al-Ghazâlî. Sifat materialistik dan atheis adalah ciri khusus masa modern. Mereka lebih percaya pada atom daripada ayat-ayat injil. Imam Al Ghazali dalam bukunya Al-Munqidz min Al-Dhalâl membagi kaum filsuf ke dalam tiga golongan:

Yang pertama adalah Al-Dahrîyûn: kaum ateis yang mempunyai asumsi bahwa alam semesta ada dengan sendirinya tanpa pencipta. Landasan pandangan mereka dari dulu sampai sekarang berasumsi bahwa hewan berasal dari sperma. Golongan ini termasuk orang-orang zindiq.

Yang kedua adalah Al-Thabî‘îyûn: yaitu mereka yang memperbanyak observasi mengenai alam semesta, dunia hewan dan tumbuh-tumbuhan lebih khusus lagi ilmu bedah. Setelah mereka menemukan keteraturan dan keajaiban dalam tubuh hewan mereka malah ingkar adanya al-ba‘ts, al-hasyr, surga dan neraka. Golongan ini menurut Al-Ghazâlî juga termasuk orang-orang zindiq.

Dan yang ketiga adalah Al-Ilâhîyûn: golongan akhir para filsuf Yunani seperti Socrates, Plato dan

Page 14: Revolusi kisah baru

Aristoteles. Golongan ketiga ini menurut Imam Al-Ghazâlî wajib dikafirkan, termasuk para filsuf muslim seperti Ibn Sînâ dan Al-Fârâbî.

Dari sini, Imam Al-Ghazâlî sebenarnya bukan tidak setuju dengan sains, melainkan tidak setuju dengan sikap para filosofis yang ateis dan materialis, berusaha membuang jauh Allah dalam pembahasan ilmiah. Kisah Baru justru mengajukan argumen keberadaan Allah dengan data-data empiris. Setidaknya ada tiga penemuan dalam bidang sains yang mendukung keberadaan Allah.

Pertama, Kisah Baru mencatat sebuah penemuan-penemuan yang oleh Denis Sciasne, seorang ahli dalam bidang astrofisika, dianggap paling penting dalam abad ke-20, yaitu munculnya keyakinan bahwa alam semesta merupakan keseluruhan dan totalitas tunggal. Dan ini dapat dipertanggung jawabkan lewat metode fisika ataupun astronomi. Kenyataan-kenyataan yang bertolak belakang dengan fisika Newton mendorong penemuan berbagai alat untuk menyelediki dengan seksama struktur, asal usul serta nasib dari seluruh alam semesta ini. Maka tampillah Wiliem de Sifter dan Alexander Friedman, masing-masing adalah ahli astronomi dan matematika, yang secara terpisah menyimpulkan bahwa alam semesta ini sedang dalam proses mengembang. Hal ini diperkuat dengan penelitian dari Edwin Hubble pada tahun 1920-an. Dengan memperhatikan cahaya yang datang dari galaksi jauh, ia melihat bahwa semua galaksi yang dapat diobservasi ternyata berada dalam posisi yang saling menjauh satu sama lain. Ini berarti bahwa dulu semua galaksi sebenarnya bersatu.

Kedua, hasil penyelidikan fisika nuklir oleh Hans Bohr dan Carl Van W. bahwa pusat matahari sebenarnya memproduksi energi dan cahaya

Page 15: Revolusi kisah baru

lewat peluruhan nuklir unsur-unsur hidrogen yang berubah menjadi helium, kemudian diketahui bahwa semua unsur-unsur berat memang terbentuk dari hidrogen dalam pusat-pusat bintang (cores of stars). Disini para pakar setuju bahwa alam semesta pada mulanya terdiri dari hidrogen, paling tidak hampir seluruhnya.

Ketiga, pada tahun 1948 George Gamow mendasarkan terjadinya pembulatan pada gerak yang menjauh dari galaksi-galaksi dan siklus dari bintang. Ia sampai pada dugaan bahwa alam semesta ini seharusnya dari hasil pengembangan sebuah dentuman besar. Kemudian secara mengejutkan Arnold Penzies dan Robert Wilson, yang menggunakan sebuah alat raksasa penerima gelombang mikro, berhasil menemukan sebuah radiasi sangat lemah yang berasal dari angkasa. Ini membawa arti bahwa radiasi tadi tidak mungkin berasal dari matahari ataupun galaksi lainnya. Maka tinggal satu kemungkinan yang tersisa bahwa radiasi tersebut berasal dari dentuman besar.

Selanjutnya, menanggapi Kopernikus yang mengatakan manusia tidaklah mempunyai peranan sentral dalam alam raya ini, Brandon Carter berpendapat sebaliknya: bahwa kemajuan dalam bidang fisika dan kosmologi hanya dapat diramalkan dengan mendasarkan pada the anthropic principle. Walaupun manusia bukanlah pusat fisik dari alam raya ini, namun manusia mengambil peranan yang sentral dalam tujuan (purpose) alam semesta ini.

Semua argumen-argumen di atas merupakan fondasi dasar dalam sains dan problem ketuhanan. Kisah Baru meyakini adanya pikiran dalam keteraturan alam semesta menuju sebuah tujuan akhir, karena materi dirinya sendiri tidak

Page 16: Revolusi kisah baru

pernah mengarah pada apapun. Pikiran yang dimaksud diatas biasa kita sebut sebagai Allah.

Sekedar melengkapi tentang tentang materialaisme ada tiga catatan dari I. M. Bochenski untuk mazhab ini, antara lain : 

1. Materialisme yang ada di akhir abad sembilanbelas dan awal abad duapuluh pada dasarnya adalah pandangan filsafat yang telah ditinggalkan oleh akal Barat sejak masa lalu; 

2. Dilihat dari segi bangunan teorinya, materialisme sangat lemah. Sebagai contoh apa yang dilakukan oleh Materialis Dialektisme (Al-Mâdîyah Al-Jadalîyah) tidak lebih dari apa yang dikatakan oleh para filsuf dahulu sejak jaman Socrates. Begitu juga logika positivisme berdiri di atas ontologi primitif dan hipotesa-hipotesa yang kosong akan bukti valid;

3. Lebih penting dari itu semua para pengikut mazhab materialisme bingung dengan problem umat sekarang. Dalam artian bahwa problematika yang menjadi maintream abad XX tidak mereka hadapi secara serius. Tema-tema semisal rasa sakit, akhlak dan agama dihadapan mereka bukanlah problem filsafat (?).

 

Kalam Akhir  

Tidak dapat dipungkiri bahwa revolusi yang terjadi adalah revolusi hakiki yang mengadakan perubahan secara besar-besaran. Revolusi yang terjadi dalam sains diikuti oleh filsafat ilmu dan filsafat itu sendiri. Masing-masing mengikuti logika yang telah ditemukan oleh sains yaitu meleburnya

Page 17: Revolusi kisah baru

subyek-obyek dalam Fisika Quantum dan diikuti filsafat ilmu: “seorang ilmuwan bukanlah sekedar penonton, ia sebenarnya juga punya peranan dalam hukum-hukum fisika”. Kemudian dalam lapangan filsafat logika yang sama juga kita temukan dalam fenomenologi yang beranak hermeunetika dan ide-ide yang diperjuangkan oleh post-modernisme.

Sebenarnya masih banyak tema-tema yang belum dibahas di sini semisal teori populasi, ilmu genetika, biologi sosial, antropologi, kesadaran hewan dan manusia dan tiga dunia. Namun seperti yang telah penulis katakan sejak awal, tulisan ini hanyalah sebuah pengantar untuk masuk ke pembahasan yang lebih mendalam dan luas. Sebab revolusi ilmiah yang ditulis ini adalah yang terjadi di Barat. Dengan begitu kita belum masuk pada sebuah pertanyaan apakah revolusi yang sama juga terjadi dalam dunia Islam? Dan kalau memang terjadi seperti apa bentuknya ? 

 

Daftar Pustaka:

1. Al-Imam Al-Ghazâlî, Al-Munqidz min Al-Dhalâl, Dar Al-Qalam li Al-Turâts.  

2. Dr. Ramadhân Basthâwî dalam majalah Al-Arabî, Y. Habermas Faylasûf Al-Hadâtsah, edisi Januari 1993.

3. Dr. Muhammad ‘Âbid Al-Jâbirî, Madkhal ilâ Falsafat Al-‘Ilm, Markaz Dirasat Al-Wihdah Al –‘Arabîyah.

4. Greg Sutomo, Sains dan Problem Ketuhanan, Pustaka Filsafat.  

Page 18: Revolusi kisah baru

5. I. M. Bochenski, La philosophie Contemporaine en Europe, terj. bahasa Arab Dr. ‘Izzat Qarnî, Silsilah ‘Âlam Al-Ma’rifah, September 1992.

6. Karl Popper, Bahtsan ‘an ‘Âlam Afdhal, terj. Ahmad Mustajîr, Maktabah Al-Usrah, 2001.

7. Robert M. Augros dan George N. Stanciu, The New Story of Sciences (terjemahan), New York, 1985.

8. Yumna Tharif Al-Khûlî, Falsafat Al-‘Ilm fi Al-Qarn Al-‘Isyrîn, Slsilah ‘Âlam Al-Ma‘rifah