rumah adat Toraja

23
RUMAH ADAT TORAJA NAMA-NAMA KELOMPOK 6 : SITI SARTIKA /14021102053 JESICA LAHEMBA/14021102054 MERRY KANALUNG/14021102088 MIFTAHUL

Transcript of rumah adat Toraja

RUMAH ADAT TORAJA

NAMA-NAMA KELOMPOK 6 : SITI SARTIKA /14021102053 JESICA LAHEMBA/14021102054 MERRY KANALUNG/14021102088 MIFTAHUL B LISTIONO/14021102038 ABRIAN BRAYEN/14021102126

RUMAH ADAT TORAJA (TONGKONAN) Rumah Adat Toraja atau yang biasa disebut dengan Tongkonan, kata tongkonan sendiri berasal dari kata tongkon yang bermakna menduduki atau tempat duduk. Dikatakan sebagai tempat duduk karena dahulu menjadi tempat berkumpulnya bangsawan toraja yang duduk dalam tongkonan untuk berdiskusi. Rumah adat ini selain berfungsi sebagai tempat tinggal juga memiliki fungsi sosial budaya yang bertingkat-tingkat di masyarakat. Masyarakat Suku Toraja menganggap rumah tongkonan itu sebagai ibu, sedangkan alang sura (lumbung padi) dianggap sebagai bapak. rumah adat masyarakat Tana Torja di Sulawesi Selatan, adalah salah satunya.Tongkonan memang memiliki ciri khas tersendiri dibanding rumah adat lainnya. Rumah ini berupa rumah panggung dari kayu. Atapnya yang terbuat dari susunan bambu yang dilapisi ijuk hitam serta bentuknya yang melengkung seperti perahu telungkup, membuat rumah ini mirip dengan Rumah Gadang, rumah adat masyarakat Minang atau Batak.

Pada bagian atap rumah Tongkonan, bentuknya melengkung seperti tanduk kerbau. Terdapat jendela kecil disisi timur dan barat pada bangunan, bertujuan sebagai tempat masuknya sinar matahari dan aliran angin.Dalam pembangunan rumah adat Tongkonan ada hal-hal yang harus diperhatikan dan tidak boleh untuk di langgar, yaitu:Rumah diharuskan menghadap ke utara, letak pintu di bagian depan rumah, dengan keyakinan langit dan bumi itu merupakan satu kesatuan, dan bumi dibagi kedalam 4 penjuru mata angin, yaitu:1.Utara disebut Ulunna langi, yang paling mulia di mana Puang Matua berada (keyakinan masyarakat Toraja).2.Timur disebut Matallo, tempat matahari terbit, tempat asalnya kebahagiaan atau kehidupan.3.Barat disebut Matampu, tempat metahari terbenam,lawan dari kebahagiaan atau kehidupan,yaitu kesusahan atau kematian.4.Selatan disebut Pollo’na langi, sebagai lawan bagian yang mulia, tempat melepas segala sesuatu yang tidak baik atau angkara murka.

Rumah adat ini mempunyai ciri rumah panggung dari kayu dimana kolong di bawah rumah biasanya dipakai sebagai kandang kerbau. Atapnya dilapisi ijuk hitam dan bentuknya melengkung persis seperti perahu telungkup dengan buritan. Sekilas mirip dengan rumah gadang di Minang.

Bagian dalam rumahnya pun dibagi 3 bagian dengan fungsi berbeda, yaitu bagian utara, tengah dan selatan. Bagian utara berfungsi sebagai ruang tamu, tempat anak-anak tidur dan meletakkan sesaji. Ruang sebelah selatan ditujukan untuk kepala keluarga tetapi juga dianggap sebagai sumber penyakit. Sedang ruang tengah berfungsi sebagai ruang makan, pertemuan keluarga, dapur serta tempat meletakkan orang mati.

Memang budaya suku Toraja menganggap orang yang mati sebagai ‘orang sakit’ dan akan disimpan dalam peti khusus dan diletakkan di ruang tengah. Agar tidak berbau dan membusuk, jasadnya pun dibalsem dengan ramuan khusus sebelum nantinya akan diadakan upacara penguburan. Sementara untuk bangsawan, jasad orang mati tersebut akan disimpan dalam lumbung padi selama 3 hari.

Satu lagi ciri rumah tongkonan yang bisa anda lihat yaitu kepala kerbau yang menempel di depan rumah dan tanduk-tanduk kerbau pada tiang-tiang utama di depan setiap rumah. Jumlah tanduk yang disusun berbaris dari atas ke bawah menunjukkan status sosial keluarga yang mendiaminya. Di sisi kiri rumah dipasang rahang kerbau yang pernah disembelih, sementara sisi kanan dipasang rahang babi.

Selain itu, terdapat ciri khas lain yang unik pada rumah tongkonan ini. Yaitu pada dinding, jendela dan kolom, dihiasi motif ukiran yang halus, detail dan beragam.Adaukiran bergambar ayam, babi dan kerbau, serta diselang-seling sulur mirip batang tanaman.

Rumah ini memakan waktu pengerjaan selama tiga bulan dengan sepuluh pekerja. Sebulan berikutnya digunakan untuk proses mengecat dan mendekorasi. Renovasi rumah akan dilakukan bukan karena alasan perbaikan, melainkan demi menjaga gengsi dan pengaruh dari kaum bangsawan. Itu pun akan disertai upacara rumit yang melibatkan seluruh warga layaknya upacara pemakaman.

Perkembangan Rumah Adat Toraja atau Tongkonan

Rumah Adat Suku Toraja mengalami perkembangan terus menerus sampai kepada rumah yang dikenal sekarang ini. Perkembangan itu meliputi penggunaan ruangan, pemakaian bahan, bentuk, sampai cara membangun. Sampai pada keadaannya yang sekarang rumah adat suku Toraja berhenti dalam proses perkembangan. Walaupun mengalami perkembangan terus menerus, tetapi rumah adat Toraja atau Tongkonan tetap mempunyai ciri yang khas. Ciri ini terjadi karena pengaruh dari lingkungan hidup dan adat istiadat suku Toraja sendiri. Seperti halnya rumah adat suku-suku lain di Indonesia yang umumnya dibedakan karena bentuk atapnya, rumah adat Toraja inipun mempunyai bentuk atap yang khas. Memang mirip dengan rumah adat suku Batak, tetapi meskipun begitu rumah adat suku Toraja tetap memiliki ciri-ciri tersendiri.

1.Pada mulanya rumah yang didirikan masih berupa semacam pondok yang diberi nama Lantang Tolumio. Ini masih berupa atap yang disangga dengan dua tiang + dinding tebing.

2.Bentuk kedua dinamakan Pandoko Denah. Bentuk ini biasa disebut pondok pipit karena letak-nya yang diatas pohon. Pada prinsipnya rumah ini dibuat atas 4 pohon yang berdekatan dan berfungsi sebagai tiang. Hal pemindahan tempat ini mungkin disebabkan adanya gangguan binatang buas.

3.Perkembangan ketiga ialah ditandai dengan mulainya pemakaian tiang buatan. Bentuk ini memakai 2 tiang yang berupa pohon hidup dan 1 tiang buatan. Mungkin ini disebabkan oleh sukarnya mencari 4 buah pohon yang berdekatan. Bentuk ini disebut Re’neba Longtongapa.

4.Berikutnya adalah rumah panggung yang seluruhnya mempergunakan tiang buatan. Dibawahnya sering digunakan untuk menyimpan padi (paliku), ini bentuk pertama terjadinya lumbung.

5.Perkembangan ke-5 masih berupa rumah pangqung sederhana tetapi dengan tiang yang lain. Untuk keamanan hewan yang dikandangkan dikolong rumah itu. Tiang-tiang dibuat sedemikian rupa, sehingga cukup aman. Biasanya tiang itu tidak dipasang dalam posisi vertikal tetapi merupakan susunan batang yang disusun secara horisontal .

6.Lama sesudah itu terjadi perubahan yang banyak. Perubahan itu sudah meliputi atap, fungsi ruang dan bahan. Dalam periode ini tiang-tiang kembali dipasang vertikal tetapi dengan jumlah yang tertentu. Atap mulai memakai bambu dan bentuknya mulai berexpansi ke depan (menjorok). Tetapi garis teratas dari atap masih datar. Dinding yang dibuat dari papan mulai diukir begitu juga tiang penyangga. Bentuk ini dikenal dengan nama Banua Mellao Langi.

7.Berikutnya adalah rumah adat yang dinamakan Banua Bilolong Tedon. Perkembangan ini terdapat pada Lantai yang mengalami perobahan sesuai fungsinya.

8.Pada periode ini hanya terjadi perkembangan pada lantai dan tangga yang berada di bagian depan.

 9.Pada periode ini letak tangga pindah ke bawah serta perubahan permainan lantai Banua Diposi merupakan nama yang dikenal untuk perkembangan kesembilan ini. Perubahan ini lebih untuk menyempurnakan fungsi lantai (ruang).

fungsi dan kegunaan penataan lantai bangunan tradisional rumah adat Toraja, dibedakan atas :”Banua Sang Borong” atau ”Banua Sang Lanta”, adalah

rumah untuk para Pengabdi kepada Penguasa Adat, pada jaman sekarang ini banyak didapati di kebun kebun. Pada rumah ini hanya terdapat satu tiang untuk melaksanakan kegiatan sehari hari.

”Banua Dang Lanta’’”, adalah bangunan yang tidak mempunyai peranan adat seperti ”Tongkonan Batu A’riri” yang terdiri dari dua ruang yaitu Sumbung sebagai tempat tidur dan Sali sebagai dapur.

”Banua Tallung Lanta’’”, yaitu bangunan pemerintahan adat Toraja yang mempunyai tiga ruang. Ruang ruang itu adalah Sumbung, Sali dan Tangdo’ yang berfungsi sebagai tempat upacara pengucapan syukur dan tempat istirahat tamu tamu.

”Banua Patang Lanta’’”, yaitu bangunan tongkonan tertua dari penguasa adat yang memegang fungsi adat ”Togkonan Pasio’ aluk”.

Dalam proses pembangunan bangunan tradisional Toraja ini pengerjaannya dibagi menjadi 2 tahap yaitu  :”Tahap Mangraruk”, yaitu sebagai pekerjaan

permulaan untuk mengumpulkan seluruh bahan bahan bangunan yang diperlukan .

”Tahap Ma’ Tamben” atau ”Ma’ Pabendan”, yaitu membangun suatu tempat untuk menyimpan bahan bangunan yang dinamakan “Barung” atau ”Loko Pa’ Tambenan”, dimana semua bahan bangunan diolah diukur untuk persiapan pendirian bangunan tersebut.

Setelah semua pekerjaan tersebut diatas sudah selesai, dilanjutkan dengan pengerjaan ”Ma’ Pabendan”. Pekerjaan ini adalah pekerjaan permulaan dari pembangunan karena semua bahan bangunan sudah disiapkan, melalui tahap-tahap sebagai berikut  :”Tahap Pabenden Leke’”, yaitu tempat membuat

bangunan yang merupakan tempat mendirikan bangunan sampai selesai. Jadi bangunan rumah adat Toraja selama didirikan seolah olah tidak terkena sinar matahari dan hujan.

”Tahap No’ton Parandangan’”, yaitu mengatur dan menanam batu pondasi yang dipahat atau asli yang sudah cukup baik untuk menjadi batu pondasi.

”Tahap Ma’ Pabendan’”, yaitu mendirikan tiang tiang bangunan utama diatas batu parandangan yang sudah diatur dalam ukuran persegi panjang.

”Tahap Ma’ A’riri Posi’”, yaitu mendirikan satu tiang tengah bangunan yang merupakan salah satu tiang yang mempunyai arti dalam pembangunan rumah adat Toraja.

Sedangkan bagian luar dan dalam dibagi sebagai berikut  :”Suluk Banua”, yaitu kolong dari bangunan rumah yang

dibentuk oleh tiang tiang yang dihubungkan oleh sulur yang dinamakan roroan. Peranannya sebagai tempat mengurung hewan hewan ternak pada malam hari untuk menjaga tuannya diatas rumah.

”Kale Banua”, yaitu bagian badan dari bangunan yang terdiri dari ruang/petak mulai utara ke selatan.

”Pentiroan”, yaitu jendela jendela pada seluruh badan rumah yang kelihatan pada 4 sisi. Jendela jedela itu adalah  : ”Pentiroan Tingayo”, yaitu 2 buah jendela yang terletak dibagian muka

rumah menghadap ke utara. Jendela ini dapat terbuka dan tertutup setiap saat.

”Pentiroan Matallo”, yaitu jendela yang terletak disebelah timur bangunan, pemasangannya pada tengah bangunan pada ruang tengah. Jendela ini dibuka pada pagi hari dan dibuka terus pada waktu upacara pengucapan syukur.

”Pentiroan Mampu’ ”, yaitu jendela yang terletak disebelah barat bangunan. Jendela ini dibuka pada waktu ada upacara pemakaman orang mati.

”Pentiroan Pollo’ Banua”, yaitu jendela yang terletak dibelakang rumah menghadap ke selatan. Jendela ini terbuka terus pada waktu upacara kematian atau bila didalamnya ada orang yang sakit.

”Longa” bagian menjulang dari atap bangunan di sebelah utara dan selatan. Lobang ini berjumlah 3 buah dan tidak tertutup dengan ukuran 10 x 15 cm.

”Rattiang” atau disebut juga loteng yaitu bagian atas dari rumah yang sebagian ditutupi atap. Berfungsi untuk menyimpan peralatan dan pakaian upacara adat. 

”Tahap Ma’ Sangkinan Rindingan”, yaitu pekerjaan memasang dinding pengosokan berjejer keliling bangunan dan kayu Sangkinan Rindingan ini sama besar dan tingginya begitu pula pada jarak pemasangannya kecuali pada bagian sudut bangunan.

”Tahap Ma’ Kamun Rinding”, yaitu pemasangan semua dinding yang dimasukkan dari atas ke dalam Sangkinan Rinding melalui semacam jaluran rel sebagai bingkai yang terpasang mati.

”Tahap Ma’ Petuo”, yaitu pemasangan 4 buah kayu Ma’ Petuo sebagai tumpuan bagi kayu bubungan.

”Tahap Ma’ Kayu Beke’i”, yaitu pemasangan kayu diatas kayu Ma’ Petuo sebagai tempat mengatur kayu kayu membentuk segitiga dengan badan rumah.

”Tahap Ma’ Paleke’ Indo Tekeran”, yaitu semua kayu yang panjangnya 3,5 m, dengan persilangan pada ujung atasnya dan ujung bawahnya disambung pada kayu Rampanan Papa’ sebagai tempat mengatur kayu kecil kecil yang bernama Tarampak.

”Tahap Ma’ Rampani”, yaitu tempat menumpunya kayu Rampanan yang fungsinya mengikat dan mengatr atap.

”Tahap Ma’ Palaka Indo’ Para”, yaitu merupakan bagian depan agak miring dari bagian atap bangunan.

”Tahap Ma’ Paringgi”, yaitu pemasangan kayu pamiring yang membentuk longa dan berpangkal pada kayu Rampanga Papa Longa.

”Tahap Ma’ Pabendan Tulak Somba”,  yaitu pemasangan kayu Tulak Somba menopang bagian depan dan bagian belakang Longa.

”Tahap Ma’ Benglo Longa”, yaitu tangga pembantu pemasangan semua bagian dari Longa dan bila telah selesai maka Ma’ Benglo Longa dibongkar.

”Tahap Ma’ Papa”, yaitu merupakan pekerjaan yang sangat berat karena pemasangan Tarampak sampai ke bubungan tidak boleh berhenti.

Semua bangunan rumah adat Toraja mempunyai peranan dan fungsi tertentu, fungsi fungsi tersebut tidak akan berubah sepanjang letak dari bangunan itu tidak berubah yaitu atap menghadap keutara sebagai orientasi bangunan. Faktor inilah yang menyebabkan konstruksi dan arsitektur bangunan tetap sebagai dasar perancangan Tongkonan, karena adanya hubungan pandangan keyakinan yang kuat dan tidak dapat dipisahkan dari bangunan.Jadi bagian bagian dari rumah adat Toraja pulalah yang menentukan struktur arsitekturnya antara lain ; rumah adat Toraja dibagi atas 2 bagian besar yaitu dengan menarik garis besar dari utara ke selatan yang dibedakan dengan nama Kale Banua Matallo dan Kale Banua Matumpu’ yaitu bagian rumah sebelah timur dan bagian rumah sebelah barat.

Kelebihan dan Kekurangan Rumah Toraja KELEBIHANPosisi rumah menghadap utara-selatan, sehingga cukup

penghawaan karena sesuai dengan arah angin (angin darat danangin laut).

b.Di sisi barat dan timur bangunan terdapat jendela kecil, tempatmasuknya sinar matahari dan aliran angin. 

c.Pada kolong nampak ruang kosong dan tertutup, sesuai untukdaerah tropis yang membutuhkan atap yang tinggi, sehingga rumahtidak menjadi pengap. 

d. Atap berasal dari alang-alang sehingga menyerap panas. 

e.Lantainya terdiri dari lembaran papan yang diperkuat denganstruktur lantai panggung, sehingga menghindarkan dari bahayahewan buas. 

f. Terdapat lumbung padi yang tiang-tiangnya dibuat dari batangpohon palem (bangah) yang licin, sehingga tikus tidak dapat naik kedalam lumbung.

Kekurangan Rumah Adat Torajaa. Terbuat dari kayu, sehingga mudah terbakar jika terjadi bencanakebakaran.