siklus Pengeluaran

28
RANGKUMAN PEMAHAMAN PENGENDALIAN INTERNAL SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN, PENERAPAN PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN TRANSAKSINYA Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Auditing II Yang dibina oleh Bapak Akie Rusaktiva Rustam, MSA., Ak.

description

auditing 2

Transcript of siklus Pengeluaran

Page 1: siklus Pengeluaran

RANGKUMAN

PEMAHAMAN PENGENDALIAN INTERNAL SIKLUS PEROLEHAN DAN

PEMBAYARAN, PENERAPAN PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN

PENGUJIAN TRANSAKSINYA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Auditing II

Yang dibina oleh Bapak Akie Rusaktiva Rustam, MSA., Ak.

Page 2: siklus Pengeluaran

Disusun oleh:

Vega Silvia Nur Rahmah (135020300111001)

Arwilla Faurillie A.O (135020300111008)

Page 3: siklus Pengeluaran

Donny Prasetyo (135020300111017)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

Maret 2016

EXPENDITURE CYCLE (SIKLUS PENGELUARAN)

1. AKTIVITAS PENGENDALIAN-TRANSAKSI PEMBELIAN

Dokumen Dan Catatan Yang Umum

Sejumlah dokumen dan catatan umum yang tercakup dalam siklus pengeluaran Bagi

perusahaan yang menggunakan sistem data-base, catatan transaksi akan disimpan

dalam suatu database dan auditor perlu memahami tabel-tabel utama yang

menggerakkan akses ke informasi dalam sistem ini, serta bagaimana tabel-tabel

tersebut berkaitan satu sama lain. Meskipun demikian, dokumen dan catatan berikut

akan sering ditemukan dalam sebagian besar sistem akuntansi:

·   Permintaan pembelian. Permintaan tertulis akan barang dan jasa yang diajukan

oleh orang atau departemen yang berwenang kepada departemen pembelian.

·  Pesanan pembelian. Penawaran tertulis dari departemen pembelian kepada

penjual atau pemasok untuk membeli barang atau jasa sebagaimana tertulis

dalam pesanan tersebut.

· Laporan penerimaan. Laporan yang dibuat atas penerimaan barang yang

menunjukkan jenis dan kuantitas barang yang diterima dari pemasok.

· Faktur penjual. Tagihan dari pemasok yang menyebutkan jenis barang yang

dikirim atau jasa yang diberikan, jumlah yang harus dibayar, termin

pembayaran, serta tanggal tagihan tersebut.

· Voucher. Suatu formulir internal yang menyebutkan nama pemasok, jumlah

yang harus dibayar, dan tanggal pembayaran untuk pembelian yang telah

diterima. Formulir ini digunakan untuk mengotorisasi pencatatan dan

Page 4: siklus Pengeluaran

pembayaran kewajiban. Banyak sistem pembelian memerlukan paket voucher

yang lengkap sebelum menyetujui pembayaran. Paket voucher ini biasanya

berisi salian permintaan pembelian, pesanan pembelian, laporan penerimaan,

faktur penjual, dan voucher yang sesuai—semua dokumentasi yang mendukung

transaksi pembelian.

· Laporan pengecualian. Laporan yang berisi informasi tentang transaksi-transaksi

yang diidentifikasi untuk diinvestigasi lebih lanjut dengan pengendalian aplikasi

komputer.

·  Ikhtisar voucher. Laporan yang berisi seluruh voucher yang diproses dalam

suatu batch atau selama hari itu.

·  Register voucher. Catatan akuntansi formal yang mencatat kewajiban yang telah

mendapat persetujuan untuk dibayar.

· File induk pernasok yang telah disetujui. File komputer yang berisi informasi

tentang penjual dan pemasok yang telah disetujui untuk membeli jasa dan serta

melakukan pembayaran kepadanya.

· File pesanan penibelian terbuka. File komputer tentang pesanan pembelian yang

telah dikirim ke para pemasok tetapi barang atau jasa belum diterima.

· File penerimaan. File komputer yang berisi informasi tentang kuantitas

persediaan yang diterima dari pemasok.

· File transaksi pembelian. File komputer yang berisi data mengenai voucher yang

telah disetujui atas pembelian yang telah diterima. File ini digunakan untuk

mencetak register voucher dan memutakhirkan file hutang usaha, persediaan,

serta buku besar

· File induk hutang usaha. File komputer yang berisi data tentang voucher yang

belum dibayar yang telah disetujui. File ini dapat disusun oleh pemasok. File ini

harus ditambahkan ke saldo dalam akun pengendali hutang usaha.

·   File suspensi atau penolakan. File komputer yang menahan transaksi-transaksi

yang belum diproses karena ditolak oleh program aplikasi komputer.

Fungsi-Fungsi

Pemprosesan transaksi pembelian mencakup fungsi-fungsi pembelian berikut:

1. Pengajuan pembelian. Permintaan yang diajukan oleh perusahaan untuk

Page 5: siklus Pengeluaran

melakukan transaksi dengan perusahaan lain, yang meliputi:

· Pencantuman nama pemasok pada daftar pemasok yang telah disetujui.

· Pengajuan kembali permintaan barang dan jasa.

· Pembuatan pesanan pembelian.

2. Penerimaan barang dan jasa. Penerimaan atau pengiriman fisik barang atau jasa,

yang mencakup:

· Penerimaan barang

· Penyimpanan barang yang diterima untuk persediaan.

· Pengembalian barang ke pemasok.

3. Pencatatan kewajiban. Pengakuan formal oleh perusahaan atas kewajiban

hukum, yang meliputi:

·  Pembuatan voucher pembayaran dan pencatatan kewajiban.

· Pertanggungjawaban atas transaksi yang telah dicatat.

 

2. AKTIVITAS PENGENDALIAN – TRANSAKSI PENGELUARAN KAS

(CASH DISBURSEMENT)

Dokumen dan Catatan Yang Umum

Dokumen dan catatan penting yang digunakan dalam pemprosesan transaksi

pengeluaran kas meliputi hal-hal berikut:

–   Cek. Perintah resmi kepada bank untuk membayar sejumlah uang yang

ditunjukkan pada perintah tersebut kepada payee.

–    Ikhtisar cek. Laporan total cek yang diterbitkan dalam batch atau selama hari

bersangkutan.

–   File transaksi pengeluaran kas. Informasi tentang pengeluaran dengan cek

kepada pemasok dan pihak lainnya. File ini digunakan untuk pempostingan ke

file induk hutang usaha dan buku besar.

–   Jurnal pengeluaran kas atau register cek. Catatan akuntansi formal mengenai cek

yang diterbitkan kepada pemasok dan pihak lainnya

Fungsi dan Pengendalian Internal

Fungsi-fungsi terkait pengeluaran kas terbagi menjadi dua yaitu:

a. Pembayaran Utang

Page 6: siklus Pengeluaran

Fungsi ini bertanggungjawab terhadap semua pembayaran utang dagang.

Biasanya, pembayaran diotorisasi pejabat/atasan yang berwenang untuk

memberikan persetujuan terhadap kewajiban pelunasan. Mengingat banyaknya

kemungkinan salah saji dalam fungsi ini, perlu dilakukan pengendalian berikut

ini:

Terhadap cek yang dikeluarkan harus ditunjuk orang yang

bertanggungjawab untuk menandatanganinya

Pencocokan antara cek yang ditulis dengan total voucher yang diproses

untuk dibayar dilakukan individu yang bebas

Apabila suatu cek sudah dibayarkan, semua voucher dan dokumennya

harus diberi cap lunas

Cek harus diberi nomor urut tercetak

Akses terhadap blanko cek dan stempel hanya di otorisasi untuk orang

yang sangat terbatas

Dalam memaham resiko pengendalian yang timbul dalam transaksi

pengeluaran kas harus memperhatikan kemungkinan salah saji, kendalian yang

dibutuhkan, dan kemungkinan pengujian yang harus dilakukan berikut ini:

1. Kemungkinan adanya pengeluaran cek untuk pembelian yang tidak

disetujui, harus dikendalikan dengan cara penandatanganan cek

melakukan penelaahan terhadap kelengkapan pendukung voucher dan

persetujuannya

2. Kemungkinan voucher dibayar dua kali, dikendalikan dengan

pemberian cap terhadap voucher dan dokumen pendukungnya bila telah

dibayar. Auditor dapat melakukan pengujian apakah semua pembayaran

telah diberi cap

3. Cek mungkin dibayarkan untuk jumlah yang salah, dikendalikan

dengan pengecekan oleh pihak yang bebas mengenai kesesuaian jumlah

dalam check dengan vouchernya

4. Cek mungkin dirubah setelah ditandatangani, dikendalikan dengan

pengecekan pemberian tanda cek yang dikirim. Auditor dapat

melakukan pengujian dengan melakukan wawancara tentang prosedur

Page 7: siklus Pengeluaran

pengiriman cek, dan observasi pengiriman cek

b. Pencatatan Penggeluaran Kas

Fungsi ini berkaitan dengan pencatatan semua pelunasan utang dagang beserta

kewajiban perusahaan lainnya. Agar kecermatan proses pencatatan ini dapat

dilakukan dengan baik, maka diperlukan pengendalian langkah berikut:

Pengawasan oleh pihak yang bebas terhadap kesesuian jumlah di jurnal

dengan masukan utang dagang dengan ringkasan yang diterima oleh

bendaharawan

Pengecekan oleh pihak yang bebas mengenai ketepatan waktu

pencatatan secara periodik dibandingkan dengan tanggal pencatatan

jurnal kas pengeluaran kas

Rekonsiliasi kas oleh pihak yang bebas

Dalam memaham resiko pengendalian yang timbul dalam transaksi

pengeluaran kas harus memperhatikan kemungkinan salah saji, kendalian yang

dibutuhkan, dan kemungkinan pengujian yang harus dilakukan berikut ini:

1. Cek mungkin tidak dicatat, dikendalikan dengan cek yang bernomor

urut tercetak. Auditor melakukan pengujian terhadap penggunaan

dokumen bernomor urut tercetak

2. Kesalahan-kesalahan dalam pencatatan cek, dikendalikan dengan

pembuatan rekonsiliasi bank secara periodik oleh pihak yang bebas.

Auditor dapat melakukan pengujian terhadap bankrekonsiliasi

3. Cek yang tidak dicatat segera, dikendalingan dengan oleh pihak yang

bebas untuk mencocokkan tanggal cek dan tanggal pencatatannya.

Pengujian yang dilakukan dengan memperlihatkan kembali adanya

kebebasan dalam pengecekan

3. AKTIVITAS PENGENDALIAN – TRANSAKSI PENYESUAIAN

PEMBELIAN

Dokumen dan Catatan yang Umum

Dokumen dan catatan penting yang digunakan dalam pemprosesan transaksi

penyesuaian pembelian meliputi hal-hal berikut:

Page 8: siklus Pengeluaran

– Otorisasi retur pembelian. Formulir yang menunjukkan deskripsi, kuantitas, dan

data lainnya yang berkaitan dengan barang yang vendor telah otorisasi untuk

dikembalikan. Form tersebut menyajikan dasar memulai retur pembelian

– Laporan pengiriman. Laporan yang disiapkan dalam pengiriman barang ke

vendor yang menunjukkan jenis dan kuantitas dari barang yang dikirim

– Memo debit. Formulir yang menyatakan keterangan-keterangan debit untuk

akun hutang, termasuk, spesifikasi item yang dikembalikan, harga, dan jumlah

kredit. Debit memo menyediakan dasar untuk pencatatan retur pembelian

Fungsi dan Pengendalian Aktivitas

a. Retur Pembelian dan Tunjangan

Transaksi penyesuaian pembelian melibatkan pencatatan retur pembelian

dan tunjangan. Barang yang diterima dari vendor yang rusak dan harus

dikembalika, selain itu, vendor menawarkan sejumlah bujukan untuk membeli

persediaan. Dalam beberapa kasus, vendor akan setuju untuk mengurangi harga

untuk barang rusak daripada menyimpan kembali barang tersebut. Di beberapa

perusahaan, potensi salah saji bisa mencapai jumlah material.

Setiap transaksi ini mengakibatkan mengurangi hutang dan biaya dan

meningkatkan likuiditas dan laba yang dilaporkan. Pelaporan keuangan yang sehat

perlu menetapkan kontrol yang memadai atas transaksi ini untuk mencegah

penyalahgunaan dalam kegiatan manajemen laba. Dengan demikian, aktivitas

pengendalian berguna dalam mengurangi risiko salah saji fokus pada membangun

keberadaan atau terjadinya transaksi tersebut (EO3) dan termasuk berikut:

Semua pengembalian pembelian harus disahkan oleh vendor (EO3)

Barang harus dikembalikan hanya dengan otorisasi pembelian kembali yang

tepat, dan menghitung independen barang dikembalikan harus dicatat pada

dokumen pengiriman seperti slip pengepakan dan bill of lading (EO3)

Komputer harus sesuai dengan informasi memo debit dengan otorisasi untuk

pembelian kembali dan dokumen pengiriman

Komputer menghasilkan laporan dari semua pengembalian pembelian resmi

yang belum dikirim atau belum menghasilkan memo debit

Page 9: siklus Pengeluaran

Selain itu, harus ada pembagian tugas yang memadai antara mendapatkan otorisasi untuk

pengembalian pembelian, pengiriman barang, dan memo rekaman debit. Ketika ada

potensi salah saji material dari transaksi penyesuaian pembelian, auditor harus

memperoleh pemahaman tentang semua aspek yang relevan dari kontrol komponen

struktur internal dan mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi risiko salah

saji tersebut. Penyesuaian pembelian diperkirakan kuartal akhir, manajemen harus

menetapkan kontrol untuk memastikan bahwa penyesuaian konsisten dari kuartal ke

kuartal. Sebuah komite pengungkapan harus meninjau perkiraan ini dari bisa agregat

dengan penyesuaian lain untuk suatu jumlah yang material terhadap laporan keuangan.

STUDI KASUS

Contoh kasus pada perusahaan PT NRS :

Dalam melakukan prosedur audit pada siklus pengeluaran PT NRS, tim audit

menjalanan prosedur sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh KAP TWR juga dengan

berpedoman pada engagement letter yang telah ditandatangani oleh kedua belah pihak

(manajemen perusahaan dan tim audit).

Dalam perikatan audit periode ini. Tim audit tidak melakukan prosedur test of

control, hal ini dikarenakan tim audit merasa tidak perlu melakukan hal tersebut untuk

menghemat tenaga dan waktu audit di klien. Pengujian atas pengendalian perusahaan

sebenarnya tidak sama sekali dihilangkan, akan tetapi ada beberapa yang dilakukan

bersamaan dengan test of detail. Khususnya terkait dengan siklus pengeluaran. Pengujian

atas pengendalian lebih berfokus pada kepatuhan perusahaan atas PSA 62 yang mengatur

mengenai P2P (purchase and payable process).

Berdasarkan pendekatan audit yang digunakan dalam menjelaskan proses audit siklus

pengeluaran, tim audit membagi proses audit berdasarkan 2 jenis laporan keuangan yang

akan di audit yakni :

Income Statement / Profit or Loss

Balance Sheet

Page 10: siklus Pengeluaran

PENGUJIAN SALDO: UTANG USAHA

A. Pembatasan Atas Risiko Deteksi Dalam Pengujian Rinci.

Mengevaluasi tingkat pengujian substansi yang direncanakan untuk setiap asersi

Lap.keu yang signifikan, auditor akan mempertimbangkan bukti yang diperoleh.

Auditor membandingkan tingkat aktual / final tentang keyakinan yang diperoleh dari

prosedur tersebut dengan penilaian tingkat risiko bawaan yang direcanakan, risiko

prosedur analitis dan risiko pengendalian.

Merevisi Risiko deteksi yang direncanakan. Jika penilaian risiko tidak

dikuantifikasi, risiko deteksi yang direvisi ditentukan dengan pertimbangan

(judgment) / dengan penambahan matriks risiko.

Perancangan Pengujian Subtantif :

1. Sifat : pengujian subtantif mengarah pada jenis & efektivitas prosedur

pemeriksaan yang dilakukan dan sebaliknya. Jika tingkat risiko deteksi yang

dapat diterima tinggi, prosedur yang kurang & efektif dan murah dapat

dilakukan, terdapat 4 jenis pengujian substantif : prosedur analitis, pengujian

rincian transaksi, pengujian rincian atas saldo, & pengujian estimasi-estimasi

akuntansi,

2. Waktu : Tingkat risiko audit dapat diterima dipengaruhi penentuan waktu

pengujian substantif, jika risiko deteksi tinggi,pengujian dapat dilakukan

beberapa bulan sebelum akhir tahun,sebaliknya,jiak risiko deteksi untuk suatu

asersi rendah, pengujian substantif dilakukan pada/ mendekati tanggal akun.

3. Luas : auditor dapat mengubah jumlah bukti yang diperoleh dengan mengubah

Page 11: siklus Pengeluaran

luas pengujian substantif yang dilakukan untuk meratakan jumlah item / sampel

dimana pengujian substantif / prosedur tertentu diterapkan,

4. Pemilihan staff : pengujian substantif harus ditugaskan kepada personil dengan

keahlian, kemampuan, & pengalaman yang cukup.

Menentukan Risiko Deteksi

Pengujian substantif yang dilakukan auditor akan jauh akan lebih ekstensif

dalam audit pertama atas seorang klien dibandingkan dengan penugasan yang

berulang. Dalam penugasan yang berulang, auditor akan memusatkan perhatian pada

transaksi tahun berjalan. Biasanya proporsi terbesar dari aktiva tetap adalah aktiva

yang ada pada awal tahun yang sebelumnya telah diaudit. Karena itu, akan lebih

murah untuk memusatkan perhatian pada populasi yang lebih kecil dari transaksi

tahun berjalan.

Ketika menentukan risiko deteksi, auditor harus mempertimbangkan sejauh

mana klien mempunyai aktiva konstruksi, lease modal yang signifikan, dan

penambahan serta penarikan yang signifikan dari aktiva-aktiva itu. Auditor juga perlu

mengevaluasi asumsi-asumsi kunci yang bertalian dengan estimasi akuntansi atas

beban penyusutan. Akhirnya, riisko deteksi dalam penugasan yang berulang

seringkali tergantung pada pengendalian internal atas siklus pengeluaran.

B. Merancang Pengujian Substantif Atas Saldo Utang Usaha

Tujuan Pengujian Substantif terhadap utang usaha

‒ Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan

dengan hutang usaha.

‒ Membuktikan keberadaan hutang usaha dan keterjadian transaksi yang berkaitan

dengan hutang usaha yang dicantumkan di neraca.

‒ Membuktikan kelengkapan transaksi yang dicatat dalam catatan akuntansi dan

kelengkapan saldo hutang usaha yang disajikan di neraca.

‒ Membuktikan kewajiban klien yang dicantumkan di neraca

‒ Membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan hutang usaha di neraca.

Perancangan Pengujian Substantif

1. Prosedur awal

Page 12: siklus Pengeluaran

Pengujian audit dimilai dengan mendapatkan pemahaman tentang bisnis dan

industri klien. Prosedur awal lainnya untuk pengujian substantif atas utang usaha

adalah menelusuri saldo awal kertas kerja tahun sebelumnya dan menggunakan

perangkat lunak audit tergeneralisasi dalam memeriksa akun buku besar untuk

melihat setiap ayat jurnal yang tidak biasa, serta untuk mengembangkan daftar

jumlah yang terutang pada tanggal neraca.

2. Prosedur analitis

Tujuan auditor menerapkan prosedur ini adalah untuk mengembangkan

ekspektasi atas saldo akun hutang dan hubungan antara hutang usaha dengan

akun-akun kunci lainnya seperti pembelian atau persediaan. Suatu penurunan

yang abnormal atas rasio perputaran utang usaha atau kenaikan yang tidak

diharapkan atas rasio lancar dapat menjadi indicator bahwa kewajiban telah

ditetapkan terlalu rendah. Prosedur analitis akan dilakukan pada tahap akhir

penugasan untuk memastikan bahwa bukti yang dievaluasi dalam pengujian

rincian telah konsisten dengan gambaran menyeluruh yang dilaporkan dalam

laporan keuangan.

3. Pengujian rincian transaksi

a) Menelusuri utang yang dicatat ke dokumentasi pendukung. Dalam pengujian

ini, ayat jurnal kredit pada hutang usaha akan ditelusuri ke dokumentasi

pendukung dalam file klien seperti voucher, faktur penjualan, laporan

penerimaan dan pesanan pembelian. Pendebetannya akan ditelusuri ke

dokumen transaksi pengeluaran kas seperti buku pengeluaran cek atau

memo dari penjual menyangkut retur pembelian dan pengurangan harga.

b) Melaksanakan pengujian pisah batas pembelian. Pengujian pisah batas

pembelian mencakup penentuan bahwa transaki pembelian yang terjadi

mendekati tanggal neraca telah dicatat pada periode yang tepat. Hal ini

dapat dilakukan dengan menelusuri tanggal-tanggal laporan penerimaan ke

ayat jurnal register voucher dan memvouching ayat jurnal yang dicatat ke

dokumentasi pendukungnya. Pengujian ini biasanya mencakup periode

antara 5-10 hari bisnis sebelum dan sesudah tanggal neraca. Dalam

memeriksa dokumentasi harus diberikan pertimbangan khusus atas barang

Page 13: siklus Pengeluaran

yang masih dalam perjalanan per tanggal neraca.

c) Melaksanakan pengujian pisah batas pengeluaran kas. Bukti tentang

pengujian pisah batas pengeluaran kas dapat diperoleh melalui observasi

langsung dan review atas dokumentasi internal. Pisah batas yang tepat atas

transaksi pengeluaran kas pada akhir tahun adalah sangat penting untuk

penyajian kas dan hutang usaha yang benar pada tanggal neraca.

d) Melakukan pencarian hutang yang belum tercatat. Pencarian hutang usaha

yang belum tercatat terdiri dari prosedur-prosedur yang dirancang secara

khusus untuk mendeteksi kewajiaban signifikan yang belum dicatat pada

tanggal neraca.

4. Pengujian rincian saldo.

a) Konfirmasi utang usaha. Prosedur ini bersifat opsional karena konfirmasi ini

tidak dapat menjamin bahwa hutang yang belum dicatat akan dapat

ditemukan dan bukti eksternal berupa faktur dan laporan bulanan penjual

harus tersedia untuk mendukung saldonya. Konfirmasi hutang usaha

direkomendasikan apabila risiko deteksi rendah, terdapat kreditor individual

dengan saldo yang relative besar atau perusahaan mengalami kesulitan

dalam memenuhi kewajibannya. Konfirmasi juga harus dikirimkan kepada

pemasok utama yang telah digunakan pada tahun sebelumnya tetapi tidak

dalam tahun berjalan dan tidak mengirimkan laporan bulanan.

b) Merekonsiliasi utang yang belum dikonfirmasi dengan laporan pemasok.

Para pemasok biasanya mengirimkan laporan bulanan yang bias dijumpai

dalam file klien. Jumlah yang terhutang pada pemasok menurut daftar

hutang klien dapat direkonsiliasi dalan laporan tersebut. Bukti yang

diperoleh dari prosedur ini kurang dapat diandalkan karena laporan pemasok

telah dikirimkan kepada klien dan bukan langsung kepada auditor. Selain itu

laporan ini mungkin tidak tersedia dari pemasok tertentu.

5. Pembandingan penyajian laporan dengan GAAP. Hutang usaha harus

diidentifikasi dan diklasifikasikan secara tepat sebagai kewajiban lancer. Jika

saldo hutang usaha mencakup pembayaran di muka yang material kepada

beberapa pemasok untuk pengiriman barang dan jasa di masa depan maka

Page 14: siklus Pengeluaran

jumlah semacam itu harus di reklasifikasi sebagai uang muka kepada pemasok

dan dicatat sebagai aktiva. Pengungkapan juga perlu dilakukan atas penjaminan

dan hutang pihak yang mempunyai hubungan istimewa, komitmen pembelian

serta kewajiban kontinjen.

C. Merancang Tes Substantif Atas Saldo Aktiva Tetap

Pengujian substantif yang mungkin dilakukan atas saldo aktiva tetap dalam

penugasan yang berulang dan tujuan audit atas saldo akun spesifik yang bertalian

dengan pengujian itu dijelaskan sebagai berikut:

1. Prosedur Awal

Suatu prosedur awal yang penting termasuk mendapatkan pemahaman tentang

bisnis dan industri bersangkutan. Prosedur ini juga memberikan sarana untuk

mengevaluasi kelayakan bukti yang diperoleh pada tahap audit berikutnya dan

juga melaksanakan prosedur awal atas saldo dan catatan aktiva tetap yang akan

mendapat pengujian lebih lanjut.

2. Prosedur Analitis

Suatu bagian yang penting dari siklus investasi adalah menentukan bahwa

informasi keuangan yang akan diaudit konsisten dengan ekspektasi auditor.

Ketika melaksanakan prosedur analitis, auditor harus mempertahankan tingkat

skeptisisme profesional yang layak dan menyelidiki hasil-hasil yang tidak

normal. Jika hasil prosedur analitis konsisten dengan ekspektasi auditor maka

strategi audit dapat dimodofikasi untuk mengurangi luas pengujian rincian

transaksi dan saldo.

3. Pengujian Rincian Transaksi

Pengujian substantif ini mencakup tiga jenis transaksi yang berkaitan dengan

aktiva tetap:

a) Memvouching penambahan aktiva tetap

Semua penambahan yang normal harus didukung oleh dokumentasi berupa

otorisasi dalam notulen rapat, voucher, faktur, kontrak dan cek-cek yang

dibatalkan. Jumlah yang dicatat harus divouching untuk mendukung

dokumentasi.

Page 15: siklus Pengeluaran

b) Memvouching pelepasan aktiva tetap

Bukti-bukti tentang penjualan, penarikan, dan tukar tambahharus tersedia

bagi auditor dalam bentuk nota pembayaran kas , otorisasi tertulis, dan

perjanjian penjualan. Dokumentasi tersebut harus ditelaah secara seksama

untuk menentukan ketepatan dan kelayakan catatan akuntansi termasuk

pengakuan keuntungan atau kerugian.

c) Mereview ayat jurnal ke beban reparasi dan pemeliharaan

Tujuan auditor dalam melaksanakan pengujian ini adalahuntuk menentukan

kelayakan dan konsistensi pembebanan ke beban reparasi. Kelayakan

meliputi pertimbangan meliputi pertimbangan mengenai apakan klien telah

melakukan pembedaan yang tepat antara pengeluaran modal dan

pendapatan.

4. Pengujian Rincian Saldo

a) Menginspeksi Aktiva Tetap

Inspeksi aktiva tetap akan memungkinkan auditor untuk mendapatkan

pengetahuan pribadi yang langsung mengenai eksistensinya. Dalam

penugasan yang berulang, inspeksi yang terinci dapat dibatasi pada pos-pos

yang tercantum pada skedul penambahan aktiva tetap. Akan tetapi, auditor

harus mengunjungi aktiva tetap lainnya sambil tetap waspada terhadap bukti

relevan lainnya tentang aktiva tetap.

b) Memeriksa Dokumen dan Kontrak Hak Kepemilikan

Kepemilikan atas kendaraan dapat ditetapkan dengan memeriksa sertifikat

hak (BPKB), sertifikat pendaftaran (STNK), dan Polis Asuransi. Untuk

peralatan, perabotan, dan furniture, faktur yang telah “dibayar” mungkin

merupakan bukti terbaik mengenai kepemilikan. Bukti tentang kepemilikan

dalam industri real estatedapat ditemukan dalam akte pembelian, polis

asuransi pemilikan, tagihan pajak properti, tanda terima pembeyaran

hipotek, dan polis asuransi kebakaran.

5. Pengujian Rincian Saldo : Estimasi Akuntansi

a) Review Penyisihan Untuk Penyusutan

Dalam pengujian ini, auditor mencari bukti tentang kelayakan, konsistensi,

Page 16: siklus Pengeluaran

dan ketetapan beban penyusutan. Titik tolak yang asensial bagi auditor

dalam melakukan pengujian ini adalah memastikan metode penyusutan yang

digunakan oleh klien selama tahun yang sedang diaudit.

b) Penurunan Nilai Aktiva Tetap

Auditor harus mengevaluasi apakan klien telah memperhitungkan secara

layak penurunan nilai (impairment) aktiva tetap apabila terjadi perubahan

yang material bagaimana suatu aktiva digunakan, atau apabila terjadi

perubahan yang material dalam lingkungan bisnis. Bukti untuk

mengevaluasi penurunan nilai ini didasarkan pada estimasi arus kas masa

depan yang belum didiskontokan dari aktiva itu.

6. Perbandingan Penyajian Laporan Dengan GAAP

Persyaratan penyajian laporan aktiva tetap dalam keuangan bersifat ekstensif

(PD1,2,3). Sebagai contoh, laporan keuangan harus memperlihatkan beban

penyusutan selama tahun berjalan, biaya dan nilai buku kelas utama aktiva tetap,

serta metode penyusutan yang digunakan.

Properti yang digadaikan sebagai jaminan atas pinjaman harus diungkapkan.

Kelayakan pengungkapan klien yang berkaitan dengan aktiva menurut lease

dapat ditentukan dengan melihat kembali ke pengumuman akuntansi atoritatif

dan perjanjian lease yang berkaitan.

D. Merancang Tes Substantif Atas Saldo Akun-Akun yang Ada di Laporan Laba

Pertimbangan Khusus Dalam Merancang Uji Substantif

1. Akun-akun laporan laba rugi

Secara tradisional, pengujian rincian atas saldo lebih berfokus pada asersi laporan

keuangan yang berkaitan dengan akun-akun neraca daripada akun laporan laba rugi.

Pendekatan ini efisien dan logis berkaitan dengan satu atau lebih akun-akun neraca.:

Akun-akun Neraca Akun laporan laba rugi terkait

Piutang usaha Penjualan

Persediaan Harga Pokok Penjualan

Beban dibayar di muka Berbagai beban terkait

Investasi Pendapatan investasi

Page 17: siklus Pengeluaran

Aktiva tetap Beban penyusutan

Aktiva tak berwujud Beban amortisasi

Hutang akrual Beban bunga

Kewajiban berbunga

Jika dibandingkan dengan uji substantive atas akun neraca, pengujian laporan laba

rugi lebih condong ke prosedur analitis dan sedikit ke pengujian rincian.

a. Prosedur analitis untuk akun-akun laporan laba rugi

Jenis pengujian substantif ini dapat digunakan secara langsung atau tidak

langsung. Pengujian langsung terjadi ketika akun pendapatan atau akun beban

dibandingkan dengan data relevan lainnya untuk menentukan kewajaran saldo

tersebut. Pengujian ini tidak langsung terjadi apabila bukti mengenai saldo laporan

laba rugi diperoleh dari prosedur analitis yang dipakai untuk akun neraca yang

berhubungan.

Auditor mungkin memilih untuk menggunakan prosedur analitis sebagai

pengujian langsung atas beberapa saldo laporan laba rugi. Jika pengendalian terhadap

transaksi penyesuaian penjualan cukup andal, hanya prosedur analitis yang dipakai

untuk akun retur penjualan dan penyisihan.

b. Pengujian rincian atas akun-akun laporan laba rugi

Apabila bukti yang diperoleh dari prosedur analitis dan dari pengujian rincian

atas akun-akun neraca yang berkaitan tidak mengurangi risiko deteksi menjadi lebih

rendah.

Hal ini dapat terjadi pada saat :

‒ Risiko bawaan tinggi. Hal ini terjadi dalam kasus asersi-asersi yang

dipengaruhi oleh transaksi yang tidak rutin dan pertimbangan serta estimasi

manajemen.

‒ Risiko pengendalian tinggi. Keadaan ini dapat terjadi ketika

1. Pengendalian intern yang berkaitan dengan transaksi rutin dan tidak

rutin tidak efektif atau

2. Auditor memilih untuk tidak menguji pengendalian intern

‒ Prosedur analitis menentukan adanya fluktuasi hubungan yang tidak bias

Page 18: siklus Pengeluaran

dan tidak diharapkan.

‒ Akun memerlukan analisis. Analisis biasanya diperlukan untuk akun-akun

yang

1. Memebutuhkan pengungkapan khusus dalam laporan laba-rugi,

2. Beisi informasi yang diperlukan dalam mempersiapkan SPT pajak dan

laporan kepada instansi yang berwenang, seperti SEC (amerika) atau

Bapepam (Indonesia), dan

3. Mempunyai judul akun yang kemungkinan mengandung kesalahan

klasifikasi dan kekeliruan.

2. Akun-akun yang ada dalam transaksi pihak yang mempunyai hubungan

istimewa

Auditor harus mengidentifikasi transaksi pihak yang mempunyai hubungan istimewa

dalam perencanaan audit. jenis transaksi ini menjadi perhatian auditor karena transaksi

tersebut tidak dilakukan berdasarkan sikap yang independen dari pihak-pihak yang

bersangkutan. Tujuan auditor dalam mengaudit transaksi pihak yang mempunyai hubugan

istimewa adalah untuk memperoleh bahan bukti berkenaan dengan tujuan, sifat, dan luas

transaksi tersebut dan pengaruhnya terhadap laporan keuangan. SPAP 334.09

menunjukkan bahwa pengujian substantive harus mencakup :

1. Memperoleh pemahaman tentang tujuan bisnis dari transaksi tersebut

2. Memeriksa faktur, pelaksanaan persetujuan, kontrak, dan dokumen lain yang

berkaitan

3. Menentukan apakah transaksi telah disetujui oleh dewan komisaris

4. Menguji kewajaran kompilasi jumlah yang akan digunakan

5. Menyusun audit atas saldo akun antarperusahaan yang dilakukan berulang pada

tanggal-tanggal berikutnya

6. Menginspeksi dan memperoleh kepuasan berkaitan dengan transfer dan nilai

jaminan