SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua...

116
i HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DAN BIMBINGANBELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR IPS SISWAKELAS V SDN GUGUS AMARTA KECAMATAN KARANGANOM KABUPATEN KLATEN SKRIPSI disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh Afriz Afritasari 1401413220 JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2017

Transcript of SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua...

Page 1: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

i

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DAN BIMBINGANBELAJAR

DENGAN HASIL BELAJAR IPS SISWAKELAS V SDN

GUGUS AMARTA KECAMATAN KARANGANOM

KABUPATEN KLATEN

SKRIPSI

disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Afriz Afritasari

1401413220

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2017

Page 2: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi atas nama Afriz Afritasari, NIM 1401413220, berjudul “ Hubungan

Pola Asuh Orang Tua dan Bimbingan Belajar dengan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas

V SDN Gugus Amarta Kecamatan Karanganom Kabupaten Klaten” telah disetujui

oleh dosen pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan

Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri

Semarang pada:

hari : Jumat

tanggal : 19 Mei 2017

Semarang, 19 Mei 2017

Dosen Pembimbing Utama, Dosen Pembimbing Pendamping,

Drs. Sukarjo, S.Pd., M.Pd. Masitah, S.Pd., M.Pd.

NIP 195612011987031001 NIP 195206101980032001

Page 3: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

iii

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi atas nama Afriz Afritasari, NIM 1401413220, berjudul “ Hubungan

Pola Asuh Orang Tua dan Bimbingan Belajar dengan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas

V SDN Gugus Amarta Kecamatan Karanganom Kabupaten Klaten” telah

dipertahankan di hadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Pendidikan Guru

Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang pada :

hari : Rabu

tanggal : 31 Mei 2017

Panitia Ujian Skripsi

Ketua, Sekertaris,

Prof. Dr. Fakhrudin, M.Pd Drs. Isa Ansori, M.Pd

NIP 195604271986031001 NIP 196008201987031003

Penguji, Pembimbing Utama,

Dra. Kurniana Bektiningsih, M.Pd Drs. Sukarjo, S.Pd., M.Pd

NIP 196203121988032001 NIP 195612011987031001

Pembimbing Pendamping,

Masitah, S.Pd., M.Pd

NIP 195206101980032001

Page 4: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

iv

PERNYATAAN KEASLIAN

Penanda tangan dibawah ini:

Nama : Afriz Afritasari

Nim : 1401413220

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Judul Skripsi : Hubungan Pola Asuh Orang Tua dan Bimbingan Belajar

dengan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SDN Gugus

Amarta Kecamatan Karanganom Kabupaten Klaten

Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya sendiri, bukan jiplakan dari karya

tulis orang lain baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain

dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, 19 Mei 2017

Peneliti,

Afriz Afritasari

NIM 1401413220

Page 5: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

v

MOTO DAN PERSEMBAHAN

Moto

1. Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan

perintahnya akan selalu menjadi kebenaran.

2. Orang-orang yang sukses telah belajar membuat diri mereka melakukan hal yang

harus dikerjakan ketika hal itu memang harus dikerjakan, entah mereka

menyukainya atau tidak (Aldus Huxley).

3. Kita mengajarkan disiplin untuk giat, untuk bekerja, untuk kebaikan, bukan agar

anak-anak menjadi loyo, pasif, atau penurut. (Maria Montessori)

Persembahan

Skripsi ini peneliti persembahkan kepada:

Kedua orang tua tercintaIbu Sutimas dan Bapak Sunarnoyang telah memberikan

dukungan moril maupun materil serta do’a yang tiada henti.

Page 6: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

vi

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-

Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul

“Hubungan Pola Asuh Orang Tua dan Bimbingan Belajar dengan Hasil Belajar IPS

Siswa Kelas V SDN Gugus Amarta Kecamatan Karanganom Kabupaten Klaten”.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan dari

banyak pihak. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang;

2. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas

Negeri Semarang;

3. Drs. Isa Ansori, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas

Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang;

4. Dra. Kurniana Bektiningsih, M.Pd., Penguji;

5. Drs. Sukarjo, S.Pd., M.Pd., Dosen Pembimbing Utama;

6. Masitah, S.Pd., M.Pd., Dosen Pembimbing Pendamping;

7. Rusdiana, S.Pd., Sri Purwani, S.Pd.SD., Suratno, S.Ag., Sri Pujianti, S.Pd.,

Sujito, S.Pd.SD., Kepala SDN Gugus Amarta Kecamatan Karanganom

Kabupaten Klaten.

Page 7: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

vii

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan

dan meningkatnya kompetensi pedagogik guru. Penulis mengharapkan kritik dan

saran yang bersifat membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan skripsi ini.

Semarang, Mei 2017

Peneliti

Page 8: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

viii

ABSTRAK

Afritasari, Afriz. 2017. Hubungan Pola Asuh Orang Tua dan Bimbingan Belajar

Siswa Kelas V SDN Gugus Amarta Kecamatan Karanganom

Kabupaten Klaten. Sarjana Pendidikan Universitas Negeri Semarang,

Pembimbing 1 Drs. Sukarjo, S.Pd., M.Pd dan Pembimbing 2 Masitah,

S.Pd., M.Pd.

Pendidikan berawal dari unit terkecil hingga unit terbesar atau masyarakat.

Unit terkecil yaitu keluarga, keluarga merupakan lingkungan strategis bagi

pertumbuhan dan perkembangan anak. Pola asuh orang tua dan bimbingan belajar

menjadi faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar khususnya pada mata

pelajaran IPS. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan

yang signifikan antara pola asuh orang tua dan bimbingan belajar dengan hasil

belajar IPS Siswa Kelas V SDN Gugus Amarta Kecamatan Karanganom Kabupaten

Klaten.Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan pola asuh orang tua dan

bimbingan belajar dengan hasil belajar IPS siswa kelas V SDN Gugus Amarta

Kecamatan Karanganom Kabupaten Klaten.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasional. Populasi

dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Gugus Amarta Kecamatan

Karanganom Kabupaten Klaten sejumlah 86 siswa. Teknik pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini menggunakan angket, wawancara, dan dokumentasi.

Uji instrumen dilakukan dengan uji validitas dan uji reliabilitas. Teknik analisis data

yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis korelasi product moment.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada hubungan yang signifikan

antara pola asuh orang tua dengan hasil belajar IPS yaitu sebesar 0,611dengan

kategori kuat; (2) ada hubungan yang signifikan antara bimbingan belajar dengan

hasil belajar IPS yaitu sebesar 0,582 dengan kategori sedang; (3) ada hubungan yang

signifikan antara pola asuh orang tua dan bimbingan belajar dengan hasil belajar IPS

sebesar 0,695 dengan kategori kuat.

Simpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan yang signifikan antara pola

asuh orang tua, bimbingan belajar orang tua dengan hasil belajar IPS dan tergolong

kuat. Saran dalam penelitian ini adalah hendaknya guru dan orang tua saling bekerja

sama dalam membangun hubungan yang baik agar memudahkan orang tua

dalammembimbing anak di rumah.

Kata Kunci: pola asuh; bimbingan belajar; hasil belajar IPS

Page 9: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

HALAMAN KEASLIAN ...................................................................................... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................... iii

PENGESAHAN KELULUSAN .......................................................................... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................................... v

PRAKATA ............................................................................................................ vi

ABSTRAK .......................................................................................................... viii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvii

BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................... 1

1.2 Identifikasi Masalah ......................................................................................... 9

1.3 Pembatasan Masalah ....................................................................................... 10

1.4 Rumusan Masalah ........................................................................................... 10

1.5 Tujuan Penelitian ............................................................................................ 11

1.6 Manfaat Penelitian .......................................................................................... 12

1.6.1 Manfaat Teoritis ......................................................................................... 12

Page 10: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

x

1.6.2 Manfaat Praktis ........................................................................................... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA .............................................................................. 14

2.1 Kajian Teori .................................................................................................... 14

2.1.1 Hakikat Belajar............................................................................................. 14

2.1.2 Hakikat Pembelajaran .................................................................................. 25

2.1.3 Pola Asuh Orang Tua ................................................................................... 28

2.1.4 Bimbingan Belajar ....................................................................................... 44

2.1.5 Hasil Belajar ................................................................................................. 52

2.1.6 Penilaian Hasil Belajar ................................................................................. 54

2.1.7 Hakikat IPS .................................................................................................. 63

2.1.8 Karakteristik Siswa di Sekolah Dasar .......................................................... 73

2.1.9 Keterkaitan Pola Asuh Orang Tua dan Bimbingan Belajar dengan

Hasil Belajar IPS........................................................................................... 76

2.2 Kajian Empiris ................................................................................................. 77

2.3 Kerangka Berpikir ........................................................................................... 84

2.4 Hipotesis Penelitian ......................................................................................... 89

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 91

3.1 Desain Penelitian ............................................................................................. 91

3.2 Populasi dan Sampel ....................................................................................... 93

3.2.1 Populasi ........................................................................................................ 93

3.2.2 Sampel .......................................................................................................... 93

3.3 Variabel Penelitian .......................................................................................... 95

Page 11: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

xi

3.3.1 Identifikasi Penelitian................................................................................... 95

3.3.2 Variabel Bebas ............................................................................................. 95

3.3.3 Variabel Terikat ........................................................................................... 96

3.4 Definisi Operasional Variabel ......................................................................... 96

3.4.1 Pola Asuh Orang Tua ................................................................................... 96

3.4.2 Bimbingan Belajar ....................................................................................... 97

3.4.3 Hasil Belajar ................................................................................................. 98

3.5 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ...................................................... 98

3.5.1 Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 98

3.5.2 Instrumen Penelitian................................................................................... 101

3.5.3 Uji Coba Instrumen .................................................................................... 106

3.5.4 Validitas dan Reliabilitas Instrumen .......................................................... 107

3.6 Teknik Analisis Data ..................................................................................... 112

3.6.1 Analisis Statistika Deskriptif ..................................................................... 113

3.6.2 Analisis Data Awal/ uji pra syarat analisis ................................................ 119

3.6.3 Analisis Data Akhir/Uji Hipotesis ............................................................. 121

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 126

4.1 Hasil Penelitian ............................................................................................. 126

4.1.1 Deskripsi Lokasi dan Subjek Penelitian ..................................................... 126

4.1.2 Deskripsi Data Hasil Penelitian ................................................................. 126

4.1.3 Analisis Data Awal ..................................................................................... 145

4.1.4 Analisis Data Akhir/Uji Hipotesis .............................................................. 147

Page 12: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

xii

4.2 Pembahasan ................................................................................................... 152

4.2.1 Pemaknaan Hasil Penelitian ........................................................................ 153

4.3 Implikasi ......................................................................................................... 166

4.3.1 Implikasi Teoritis ........................................................................................ 167

4.3.2 Implikasi Praktis ......................................................................................... 167

4.3.3 Implikasi Pedagogik .................................................................................... 167

BAB V PENUTUP .............................................................................................. 168

5.1 Simpulan ........................................................................................................ 168

5.2 Saran ............................................................................................................... 169

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 170

LAMPIRAN ........................................................................................................ 175

Page 13: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1Struktur Kurikulum SD/MI ..................................................................... 71

Tabel 2.2Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS kelas V Semester 2 .... 72

Tabel 2.3Indikator Hasil Belajar IPS ..................................................................... 73

Tabel 3.1 Distribusi Populasi Siswa Kelas V SDN Gugus Amarta

KecamatanKaranganom Kabupaten Klaten........................................... 93

Tabel 3.2Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian.................................................. 94

Tabel 3.3Skor untuk Setiap Butir Pernyataan pada skala Likert ......................... 100

Tabel 3.4Kisi-Kisi Instrumen Pola suh Orang Tua .............................................. 103

Tabel 3.5Kisi-Kisi Instrumen Bimbingan Belajar ............................................... 105

Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Instrumen Angket Pola Asuh Orang Tua .............. 109

Tabel 3.7Hasil Uji Validitas Instrumen Bimbingan Belajar ................................ 109

Tabel 3.8Realibilitas Instrumen Pola Asuh Orang Tua ....................................... 111

Tabel 3.9Realibilitas Instrumen Bimbingan Belajar ............................................ 111

Tabel 3.10Interpretasi Nilai r ............................................................................... 112

Tabel 3.11Analisis Deskriptif Variabel Penelitian ................................................ 114

Tabel 3.12Tipe Pola Asuh dan Presentase Pola Asuh Orang Tua pada Siswa

Kelas VSDNGugus Amarta Kecamatan Karanganom

Kabupaten Klaten .............................................................................. 114

Tabel 3.13Kategori Bimbingan Belajar Orang Tua ............................................. 116

Tabel 3.14Kategori indikator Mengarahkan Cara Belajar yang Baik .................. 116

Page 14: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

xiv

Tabel 3.15Kategori indikator Mengarahkan Menentukan Waktu Belajar ........... 116

Tabel 3.16Kategori indikator Mengatasi Kesulitan Belajar ................................. 117

Tabel 3.17Kategori indikator Mengatasi Menyediakan Fasilitas Belajar ............ 117

Tabel 3.18Kategori indikator Mengatasi Memberikan Motivasi Belajar ............ 118

Tabel 3.19Kriteria Penilaian Hasil Belajar IPS ................................................... 118

Tabel 3.20Rangkuman Hasil Uji Normalitas Distribusi Data .............................. 119

Tabel 3.21Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi ............ 122

Tabel 4.1Data Siswa kelas V SDN Gugus Amarta Kecamatan Karangano

Kabupaten Klaten ................................................................................ 126

Tabel 4.2Tipe Pola Asuh dan Presentase Pola Asuh Orang Tua pada Siswa

Kelas V SDNGugus Amarta Kecamatan Karanganom

Kabupaten Klaten ................................................................................ 127

Tabel 4.3Distribusi Jawaban Variabel Bimbingan Belajar Orang Tua pada Siswa

Kelas V SDN Gugus Amarta Kecamatan Karanganom Kabupaten

Klaten .................................................................................................. 130

Tabel 4.4Distribusi Jawaban Indikator Mengarahkan Cara Belajar yang Baik ... 133

Tabel 4.5Distribusi Jawaban Menentukan Waktu Belajar ................................... 134

Tabel 4.6Distribusi Jawaban Indikator Membantu Mengatasi Kesulitan

Belajar .................................................................................................. 135

Tabel 4.7 Distribusi Jawaban Indikator Menyediakan Fasilitas Belajar .............. 136

Tabel 4.8 Distribusi Jawaban Indikator Memberikan Motivasi Belajar .............. 138

Tabel 4.9 Distribusi Jawaban Indikator Bimbingan Belajar ................................ 139

Page 15: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

xv

Tabel 4.10 Nilai Hasil Belajar IPS Kelas V SDN Gugus Amarta Kecamatan

Karanganom Kabupaten Klaten .......................................................... 141

Tabel 4.11Rekapitulasi Kategori Hasil Belajar IPS ............................................. 144

Tabel 4.12Rangkuman Hasil Uji Normalitas Distribusi Data .............................. 145

Tabel 4.13Rekapitulasi Hasil Uji Linieritas ......................................................... 146

Tabel 4.14Hasil Korelasi Pola Asuh Orang Tua (X1) dan Hasil Belajar

IPS (Y) ............................................................................................... 149

Tabel 4.15 Hasil Korelasi Bimbingan Belajar (X2) dan Hasil Belajar IPS (Y) .... 150

Tabel 4.16Korelasi Ganda Pola Asuh Orang Tua, Bimbingan Belajar dan Hasil

Belajar IPS......................................................................................... 151

Tabel 4.17Rekapitulasi Output R Square ............................................................. 152

Page 16: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1BaganKerangka Berpikir ..................................................................... 88

Gambar 3.1 BaganDesain Penelitian...................................................................... 92

Gambar 4.1 Diagram Kategori dan Persentase Pola Asuh Orang Tua pada Siswa

Kelas V SDN Gugus Amarta Kecamatan Karanganom

Kabupaten Klaten ........................................................................... 128

Gambar 4.2 Diagram Kategori dan Persentase Bimbingan Belajarpada Siswa

Kelas V SDN Gugus Amarta Kecamatan Karanganom

Kabupaten Klaten ............................................................................ 132

Gambar 4.3 Diagram Persentase Tiap Indikator Variabel Bimbingan Belajar

Orang Tua ....................................................................................... 140

Gambar 4.4 Diagram Persentase Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SDN Gugus

Amarta KecamatanKaranganom Kabupaten Klaten ....................... 142

Gambar 4.5 Diagram Kategori Ketuntasan Hasil Belajar IPS ............................. 144

Page 17: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Nama Siswa Populasi Penelitian ........................................... 176

Lampiran 2 Daftar Nama Siswa Populasi Penelitian ........................................... 181

Lampiran 3 Daftar Nama Orang Tua Siswa Sampel Penelitian ........................... 182

Lampiran 4 Daftar Nama Uji Coba Angket ......................................................... 183

Lampiran 5 Kisi-Kisi Uji Coba Instrumen Angket Pola Asuh Orang Tua .......... 184

Lampiran 6 Uji Coba Instrumen Angket Pola Asuh Orang Tua ......................... 187

Lampiran 7 Data Hasil Uji Coba Instrumen Angket Pola Asuh Orang Tua ......... 192

Lampiran 8 Kisi-Kisi Uji Coba Instrumen Angket Bimbingan Belajar ............... 194

Lampiran 9 Uji Coba Instrumen Angket Bimbingan Belajar .............................. 197

Lampiran 10 Data Hasil Uji Coba Instrumen Angket Bimbingan Belajar .......... 198

Lampiran 11 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Angket Pola Asuh OrangTua ........ 204

Lampiran 12 Angket Penelitian Pola Asuh Orang Tua ........................................ 206

Lampiran 13 Skor Hasil Penelitian Angket Pola Asuh Orang Tua ...................... 211

Lampiran 14 Pengelompokan Berdasarkan Tipe Pola Asuh................................ 216

Lampiran 15 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Angket Bimbingan Belajar ........... 218

Lampiran 16 Angket Penelitian Bimbingan Belajar ............................................ 220

Lampiran 17 Skor Hasil Penelitian Angket Bimbingan Belajar .......................... 225

Lampiran 18 Variabel Bimbingan Belajar ........................................................... 231

Lampiran 19 Variabel Hasil Belajar Ips............................................................... 235

Page 18: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

xviii

Lampiran 20 Uji Prasyarat ................................................................................... 237

Lampiran 21 Uji Hipotesis ................................................................................... 238

Lampiran 22 Pedoman Wawancara .................................................................... 240

Lampiran 23 Hasil Wawancara Guru Kelas......................................................... 241

Lampiran 24 Hasil Wawancara Orang Tua .......................................................... 246

Lampiran 25 SK Dosen Pembimbing .................................................................. 253

Lampiran 26 SK Dosen Penguji ........................................................................... 254

Lampiran 27 Surat Ijin Penelitian di SD Negeri 1 Padas ..................................... 255

Lampiran 28 Surat Ijin Penelitian di SD Negeri 1 Jungkare ................................ 256

Lampiran 29 Surat Ijin Penelitian di SD Negeri 1 Soropaten ............................. 257

Lampiran 30 Surat Ijin Penelitian di SD Negeri 2 Soropaten .............................. 258

Lampiran 31 Surat Ijin Penelitian di SD Negeri 2 Karangan............................... 259

Lampiran 32 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Uji Coba Instrumen ......... 260

Lampiran 33 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian

di SD Negeri 1 Padas ...................................................................... 261

Lampiran 34 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian

di SD Negeri 1 Jungkare ................................................................. 262

Lampiran 35 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian

di SD Negeri 1 Soropaten ............................................................... 263

Lampiran 36 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian

di SD Negeri 2 Soropaten ............................................................... 264

Page 19: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

xix

Lampiran 37 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian

di SD Negeri 2 Karangan ................................................................ 265

Lampiran 38 Daftar Nilai SD Negeri 1 Padas ...................................................... 266

Lampiran 39 Daftar Nilai SD Negeri 1 Jungkare................................................. 267

Lampiran 40 Daftar Nilai SD Negeri 1 Soropaten ............................................... 268

Lampiran 41 Daftar Nilai SD Negeri 2 Soropaten ............................................... 269

Lampiran 42 Daftar Nilai SD Negeri 2 Karanganom .......................................... 270

Lampiran 4.3 Dokumentasi .................................................................................. 271

Page 20: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting, ini berarti bahwa

setiapmanusia berhak mendapat dan berharap untuk selalu berkembang

dalampendidikan. Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003, pendidikan merupakan usaha

sadar dan terencana untukmewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Pendidikan

dibagi menjadi 3 macam yaitu pendidikan formal, nonformal dan informal.

Pendidikan Formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang

terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Ciri-ciri

pendidikan formal pada umumnya, siswa memiliki umur relatif homogen, ilmu yang

disampaikan lebih lama, materi pelajaran bersifat akademis atau umum. Pendidikan

Nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat

dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pada umumnya pendidikan

nonformal memiliki ciri-ciri yaitu umur tak harus sama, materi disampaikan secara

singkat, materi pelajaran bersifat praktik dan khusus.Pendidikan informal adalah

jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.

Page 21: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

2

Menurut Helmawati (2014: 50), dijelaskan dalam pasal 27 bahwa kegiatan

pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk

kegiatan belajar secara mandiri. Pendidik dalam pendidikan informal ada di bawah

tanggung jawab orang tua. Orang tua merupakan pendidik pertama dan utama bagi

anak-anak mereka karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan.

Dengan demikian, bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan

keluarga.

Pendidikan berawal dari unit terkecil hingga unit terbesar atau masyarakat.

Unit terkecil yaitu keluarga, keluarga merupakan lingkungan strategis bagi

pertumbuhan dan perkembangan anak. Pada waktu dilahirkan seorang anak

berinteraksi dengan orang terdekat yaitu keluarga dengan diliputi rasa cinta kasih.

Keluarga merupakan tempat interaksi dan sosialisasi pertama bagi anak sebelum

sekolah dan masyarakat. Didalam lingkungan keluarga segala sikap terbawa di

kehidupan selanjutnya, baik di sekolah maupun dimasyarakat. Didikan, arahan, dan

nasihat yang dilakukan, orang tua menginginkan anaknya memiliki karakter yang

baik dan memiliki intelektual yang berkembang secara optimal, serta hasil dari

didikan orang tua nantinya berdampak bagi pembangunan bangsa dan negara.

Orang tua sebagai pendidik memiliki karakter dan sifat yang khas, antara orang

tua yang satu dengan lain tidak dapat disamakan. Setiap orang tua memiliki cara

tersendiri dalam mendidik, mengarahkan serta membimbing anak yang disebut pola

asuh orang tua. Orang tua pasti menginginkan anak menjadi manusia yang pandai,

cerdas dan berakhlakul karimah.

Page 22: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

3

Menurut Djamarah (2014: 51) pola asuh orang tua dalam keluarga berarti

kebiasaan orang tua, ayah dan atau ibu, dalam memimpin, mengasuh dan

membimbing anak dalam keluarga. Pola asuh orang tua yang diterima oleh setiap

siswa sangat beragam, hal ini tergantung dari cara pola asuh keluarga yang

diterapkan oleh orang tua kepada anak. Berbagai pola asuh yang ada dalam keluarga

yaitu pola asuh otoriter, pola asuh permisif, pola asuh demokratis dan pola asuh

situasional(Helmawati, 2014: 138-139). Setiap masing-masing pola asuh orang tua

tersebut memiliki karakter yang berbeda-beda. Orang tua hendak memikirkan

kondisi anak untuk mempertimbangkan cara-cara mendidik anak, sehingga dapat

memutuskan dengan tepat jenis pola asuh yang akan diterapkan terhadap anak. Cara

orang tua mendidik anak akan berpengaruh terhadap kepribadian sehingga dapat

mempengaruhi hasil belajar anak di sekolah. Selain pola asuh orang tua, peran orang

tua dalam membantu anak dalam memberikan bimbingan belajar di rumah sangat

dibutuhkan oleh anak.

Bimbingan belajar orang tua sangat mempengaruhi hasil belajar. Menurut

Prayitno dan Amti (2008: 99), bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang

dilakukan oleh orang tua kepada anaknya agar anak yang dibimbing dapat

mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri, sehingga bimbingan

belajar merupakan salah satu bentuk layanan bimbingan yang sangat penting untuk

anak.

Peran orang tua dalam membimbing anak belajar dirumah adalah memberikan

pendampingan. Pendampingan secara langsung adalah membantu anak memahami

Page 23: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

4

materi pelajaran yang dipelajari, mendampingi anak dalam mengerjakan pekerjaan

rumah yang diberikan oleh guru, atau pendampingan lain yang memberikan manfaat

bagi pembelajaran anak. Secara tidak langsung orang tua dapat melakukan

pendampingan pasif artinya, meski tidak ikut belajar tetapi mungkin membaca koran

atau majalah, mengerjakan tugas kantor dan sebagainya. Pendampingan seperti ini

cukup memberikan semangat kepada anak yang sedang belajar. Orang tua yang tidak

memiliki pemahaman tentang pendidikan, diharapkan dapat memberikan dorongan

terhadap pendidikan anak di sekolah.

Pendidikan sekolah merupakan pendidikan yang diperoleh seseorang disekolah

secara teratur, sistematis, bertingkat dan dengan mengikuti syarat-syarat yang jelas

dan ketat, mulai dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi(Hasbullah, 2015:

46). Salah satu tingkat pendidikan sekolah adalah Sekolah Dasar Sekolah dasar

adalah jenjang paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia, ditempuh dalam

waktu enam tahun, mulai dari kelas satu sampai kelas enam dan merupakan suatu

lembaga dengan organisasi yang tersusun rapi dan segala aktivitasnya direncanakan

dengan sengaja yang disebut kurikulum. Dalam kurikulum tersebut terdapat beberapa

mata pelajaran dalam pembelajaran salah satunya Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

Pendidikan IPS pada tingkat sekolah dasar menggunakan pendekatan secara terpadu.

Pendidikan IPS sebagai bidang studi yang diberikan pada jenjang pendidikan di

lingkungan persekolahan, bukan hanya memberikan bekal pengetahuan saja, tetapi

juga memberikan bekal nilai dan sikap serta keterampilan dalam kehidupan peserta

didik di masyarakat, bangsa, dan negara dalam berbagai karakteristik (Susanto, 2013:

Page 24: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

5

144). Hal ini disesuaiakan dengan karakteristik tingkat perkembangan usia siswa SD

yang masih pada taraf berfikir abstrak.

Untuk dapat mengetahui sejauh mana pencapaian pembelajaran pendidikan IPS

dalam satuan pendidikan perlu adanya penilaian hasil belajar dan diharapkan peserta

didik dapat mencapai ketuntasan belajar. Permendikbud No. 104 Tahun 2014 dalam

pasal 1 menyatakan bahwa hasil belajar oleh peserta didik adalah proses

pengumpulan informasi atau bukti tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam

kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial, kompetensi pengetahuan, dan

kompetensi keterampilan yang dilakukan secara terencana dan sistematis, selama dan

setelah proses pembelajaran. Sedangkan ketuntasan belajar merupakan tingkat

minimal pencapaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan meliputi

ketuntasan penguasaan substansi dan ketuntasan belajar dalam konteks kurun waktu

belajar. Berdasarkan hal tersebut maka setiap jenjang pendidikan menetapkan

Kriteria Ketuntasan Minimal yaitu kriteria paling rendah untuk menyatakan peserta

didik mencapai ketuntasan. Kriteria ketuntasan minimal ditetapkan oleh satuan

pendidikan berdasarkan hasil musyawarah guru mata pelajaran disatuan pendidikan

atau beberapa satuan pendidikan yang memiliki karakteristik yang hampir sama.

Dalam setiap proses pembelajaran IPS diharapkan peserta didik dapat

memperoleh hasil belajar yang optimal. Keberhasilan belajar sangat dipengaruhi oleh

beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok

yaitu faktor dalam diri siswa (intern) dan faktor dari luar diri siswa (ekstern). Faktor

dari dalam diri siswa yang berpengaruh terhadap hasil belajar diantaranya adalah

Page 25: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

6

kecakapan, minat, bakat, usaha, motivasi, perhatian, kelemahan dan kesehatan, serta

kebiasaan siswa. Salah satu hal penting yang perlu ditanamkan dalam diri siswa

bahwa belajar yang dilakukannya merupakan kebutuhan dirinya. Faktor dari luar diri

siswa yang mempengaruhi hasil belajar diantaranya adalah lingkungan fisik dan

nonfisik (termasuk suasana kelas dalam belajar, seperti riang gembira,

menyenangkan), lingkungan sosial budaya, lingkungan keluarga, program sekolah

(termasuk dukungan komite sekolah), guru, pelaksanaan pembelajaran, dan teman

sekolah (Anitah, 2008:2.7).

Hasil belajar pada mata pelajaran IPS di SDN Gugus Amarta Kecamatan

Karanganom Kabupaten Klaten diperoleh hasil nilai Ulangan Akhir Semester gasal

2015/2016 masih ada beberapa nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM). Dari data di SDN 01 Padas, 17 siswa (72%) tidak memenuhi KKM, 6 siswa

(28%) memenuhi KKM. Di SDN 01 Jungkare 14 siswa (78%) tidak memenuhi

KKM, 4 siswa (22%) memenuhi. Di SDN 01 Soropaten, 10 siswa (83%) memenuhi

KKM, 2 siswa (17%) tidak memenuhi KKM. Selanjutnya di SDN 02 Soropaten 5

siswa (35%) tidak memenuhi KKM, 9 siswa (65%) memenuhi KKM dan di SDN 02

Karangan, 12 siswa (60%) tidak memenuhi KKM, 8 siswa (40%) memenuhi KKM.

Rendahnya hasil belajar anak dapat dipengaruhi oleh berbagai hal misalnya,

kecerdasan, motivasi, sikap sosial, pola asuh orang tua, dan bimbingan belajar.

Hasil wawancara yang telah dilakukan dengan guru kelas V SDN Gugus

Amarta Kecamatan Karanganom Kabupaten Klatenmengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar IPS siswa kelas V SDN Gugus Amarta dapat

Page 26: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

7

disimpulkan bahwa masih ada beberapa orang tua belum maksimal dalam

memberikan perhatian kepada anak terutama dalam hal pendidikan di sekolah.

Beberapa orang tua belum maksimal dalam memberikan bimbingan belajar di rumah.

Hal ini dapat dilihat dari berbagai jenis pekerjaan dan latar belakang pendidikan

orang tua siswa. Dilihat dari segi pekerjaan orang tua cenderung sebagai buruh

pabrik dan petani sawah. Pendidikan akan mempengaruhi cara mendidik orang tua

kepada anak. Bimbingan belajar berpengaruh terhadap hasil belajar anak. Sehingga

orang tua harus secara aktif menuntun anak belajar dirumah agar memperoleh hasil

belajar yang optimal di sekolah.

Hasil penelitian yang terdahulu adalah, Penelitian Fitria Rahmawati, dkk

(2014) dalam e-journalMIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha jurusan

PGSD Vol: 2 No: 1 yang berjudul, “Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Dan

Kebiasaan Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa SD Kelas IV Semester Genap Di

Kecamatan Melaya-Jembrana”, dari analisis data menunjukkan bahwa (1) terdapat

hubungan yang signifikan pola asuh orang tua terhadap prestasi belajar siswa dengan

kontribusi sebesar 18,23%, (2) terdapat hubungan yang signifikan kebiasaan belajar

terhadap prestasi belajar siswa dengan kontribusi sebesar 10,6%, (3) secara bersama-

sama terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dan kebiasaan

belajar terhadap prestasi belajar siswa dengan kontribusi sebesar 70,56% dengan

kategori sangat kuat. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pola

asuh orang tua dan kebiasaan belajar mempengaruhi prestasi belajar siswa.

Page 27: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

8

Hasil penelitian yang dilakukan oleh I Wayan Parnata, M.G. Rini Kristiantari,

dan DB. Kt. Ngr. Semara Putra (2014) dalam e-journalMIMBAR PGSD Universitas

Pendidikan Ganesha jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 yang berjudul “ Hubungan

Bimbingan Belajar Orang Tua dan Konsep Diri dengan Hasil Belajar Matematika

Siswa Kelas V SD Gugus V Tampaksiring”. (1) Hubungan antara bimbingan belajar

orang tua dengan hasil belajar matematika sebesar rx1 = 0,676 dan koefisien

determinasi sebesar 45,65% (2) Hubungan antara konsep diri dengan hasil belajar

matematika sebesar rx2 = 0,725 dan koefisien determinasi sebesar 52,6% (3)

Hubungan antara bimbingan belajar orang tua dan konsep diri dengan hasil belajar

matematika sebesar Rx1x2y = 0,78 dan koefisien determinasinya sebesar 60,88%.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis

alternatif (Ha) yang berbunyi terdapat hubungan yang signifikan antara bimbingan

belajar orang tua dan konsep diri secara bersama-sama dengan hasil belajar

matematika siswa kelas V SD Gugus V Tampaksiring tahun 2013/2014 diterima.

Penelitian yang dilakukan oleh Funmilola Bosede Alakon pada tahun 2013

dengan judul “The Influence of Parents’ Educational Background and Study

Facilities on Academic Perfomance Among Secondary School Students” yang

hasilnya menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kinerja akademik siswa dari

orang tua dengan latar belakang pendidikan yang rendah. Sebuah perbedaan yang

signifikan juga ditemukan antara kinerja akademik siswa yang memiliki fasilitas

belajar di rumah dan siswa yang tidak ada fasilitas belajar dirumah. Dapat

disimpulkan bahwa latar belakang pendidikan orang tua dan memiliki fasilitas

Page 28: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

9

belajar di rumah memiliki pengaruh yang besar pada kinerja akademik. (Funmilola

Bosade Alakon 2013. The Influence of Parents” Educational Background and Study

Facilities on Academic Performance Among Secondary School Students. Ozean

Journal of Social Sciences. Volume 6 Nomor 2)

Peneliti ingin mengetahui dan mengaitkan permasalahan-permasalahan tersebut

dengan pola asuh orang tua dan bimbingan belajar. Apakah pola asuh orang tua dan

bimbingan belajar ada hubungandengan hasil belajar IPS. Berdasarkan asumsi

tersebut maka dalam penelitian ini menentukan kajian dalam judul: “Hubungan Pola

Asuh Orang Tua dan Bimbingan Belajar dengan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V

SDN Gugus Amarta Kecamatan Karanganom Kabupaten Klaten”.

1.2 IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalahteridentifikasi permasalahan-permasalahan

sebagai berikut :

a. Rata-rata hasil belajar pada mata pelajaran IPS siswa kelas V SDN Gugus Amarta

Kecamatan Karanganom relatif rendah dibanding mata pelajaran lain

b. Orang tua belum menyadari pentingnya pendidikan sehingga perhatianterhadap

pendidikan anak masih kurang

c. Pola asuh orang tua kurang sesuai dengan yang diharapkan anak sehingga

berpengaruh terhadap hasil belajar

d. Pemberian bimbingan belajar orang tua terhadap pendidikan anakbelum maksimal

e. Kurangnya motivasi orang tua kepada anak

Page 29: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

10

f. Kurangnya keaktifan siswa didalam mengikuti pembelajaran IPS dikelas.

1.3 PEMBATASAN MASALAH

Dalam penelitian ini hanya membatasi pada pola asuh orang tua dan bimbingan

belajar serta hubungannya dengan hasil belajar IPS siswa kelas V SDN Gugus

Amarta Kecamatan Karanganom Kabupaten Klaten. Hasil belajar difokuskan pada

hasil belajar kognitif mata pelajaran IPS. Berdasarkan permasalahan yang

teridentifikasi bahwa pola asuh orang tuadan bimbingan belajar orang tua

berpengaruh terhadap hasil belajar anak di sekolah.Dalam penelitian ini ingin

mengetahui adakah hubungan pola asuh orang tua dan bimbingan belajar dengan

hasil belajar muatan IPS.

1.4 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti dapat merumuskan

permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah ada hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan hasil

belajar IPS siswa kelas V SDN Gugus Amarta Kecamatan Karanganom Kabupaten

Klaten?

2. Apakah ada hubungan yang signifikan antara bimbingan belajar dengan hasil

belajar IPS siswa kelas V SDN Gugus Amarta Kecamatan Karanganom Kabupaten

Klaten ?

Page 30: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

11

3. Apakah ada hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dan bimbingan

belajar dengan hasil belajar IPS kelas V SDN Gugus Amarta Kecamatan

Karanganom Kabupaten Klaten ?

4. Seberapa besar hubungan pola asuh orang tua dengan hasil belajar IPS siswa kelas

V SDN Gugus Amarta Kecamatan Karanganom Kabupaten Klaten ?

5. Seberapa besar hubungan bimbinganbelajar dengan hasil belajar IPS siswa kelas V

SDN Gugus Amarta Kecamatan Karanganom Kabupaten Klaten ?

6. Seberapa besar hubungan pola asuh orang tua dan bimbingan orang tua dengan

hasil belajar IPS siswa kelas V SDN Gugus Amarta Kecamatan Karanganom

Kabupaten Klaten ?

1.5 TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian ini adalah untuk:

1. Menguji hubungan pola asuh orang tua dengan hasil belajar IPS siswa kelas V

SDN Gugus Amarta Kecamatan Karanganom Kabupaten Klaten.

2. Menguji hubungan bimbingan belajar dengan hasil belajar IPS siswa kelas V SDN

Gugus Amarta Kecamatan Karanganom Kabupaten Klaten.

3. Menguji hubungan pola asuh orang tua dan bimbingan belajar dengan hasil belajar

IPS siswa kelas V SDN Gugus Amarta Kecamatan Karanganom Kabupaten

Klaten.

Page 31: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

12

4. Menentukan seberapa besar hubungan pola asuh orang tua dengan hasil belajar

IPS siswa kelas V SDN Gugus Amarta Kecamatan Karanganom Kabupaten

Klaten.

5. Menentukan seberapa besar hubungan bimbingan belajar dengan hasil belajar IPS

siswa kelas V SDN Gugus Amarta Kecamatan Karanganom Kabupaten Klaten.

6. Menentukan seberapa besar hubungan pola asuh orang tua dan bimbingan belajar

dengan hasil belajar IPS siswa kelas V SDN Gugus Amarta Kecamatan

Karanganom Kabupaten Klaten.

1.6 MANFAAT PENELITIAN

1.6.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat bermanfaat menambah wawasan pengetahuan mengenai

besarnya hubungan pola asuh orang tua dan bimbingan belajar dengan hasil belajar

IPS siswa kelas V SDN Gugus Amarta Kecamatan Karanganom Kabupaten Klaten.

1.6.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat secara praktis,bagi:

1. Orang Tua

Orang tua dapat menerapkan pola asuh dan bimbingan belajar yang tepat untuk

anak

Page 32: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

13

2. Guru

Menambah pengetahuan guru tentang hubungan pola asuh orang tua dan

bimbingan belajar terhadap hasil belajar. Sehingga memudahkan pihak guru untuk

bekerjasama dengan orang tua di rumah

3. Peneliti

Sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pola asuh

orang tua dan bimbingan belajar dengan hasil belajar.

Page 33: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

14

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 KERANGKA TEORITIS

2.1.1 Hakikat Belajar

2.1.1.1 Pengertian Belajar

Belajar merupakan unsur yang sangat penting dalam penyelenggaraan

pendidikan. Pengertian belajar telah banyak dikemukakan oleh beberapa ahli

pendidikan. Menurut Slameto (2010: 2), belajar ialah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru

secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya. Senada dengan pendapatDjamarah (2011:13) belajar adalah

serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang

menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.

Menurut Helmawati (2014: 187) belajar merupakan interaksi individu dengan

lingkungannya. Lingkungan dalam hal ini dapat berupa manusia atau objek-objek lain

yang memungkinkan individu memperoleh pengalaman-pengalaman atau

pengetahuan, baik berupa pengalaman atau pengetahuan baru maupun sesuatu yang

pernah diperoleh atau ditemukan sebelumnya akan tetapi menimbulkan perhatian

kembali bagi individu tersebut sehingga memungkinkan terjadinya interaksi. Adanya

Page 34: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

91

interaksi individu dengan lingkungan ini mendorong seseorang untuk lebih

intensifmeningkatkan keaktifan jasmaniah maupun mentalnya guna lebih mendalami

sesuatu yang menjadi perhatiannya tersebut.

Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan

suatu proses perubahan seluruh tingkah laku seseorang yang baru secara keseluruhan

sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang

menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

2.1.1.2 Ciri-ciri Belajar

Menurut Nurochim (2013:7), ciri-ciri belajar yaitu sebagai berikut:

1. Adanya kemampuan baru atau perubahan. Perubahan tingkah laku besifat

pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), maupun nilai dan sikap

(afektif).

2. Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja melainkan menetap atau dapat

disimpan.

3. Perubahan itu tidak terjadi begitu saja melainkan harus dengan usaha. Perubahan

terjadi akibat interaksi dengan lingkungan.

4. Perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik/kedewasaan,

tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan.

2.1.1.3 Prinsip-prinsip Belajar

Menurut Rifa’i dan Anni (2012:79) menyatakan bahwa beberapa prinsip-

prinsip belajar meliputi:

Page 35: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

16

1. Prinsip keterdekatan (continguity) menyatakan bahwa situasi stimulus yang

hendak direspon oleh pembelajar harus disampaikan sedekat mungkin waktunya

dengan respon yang diinginkan.

2. Prinsip pengulangan (repetition) menyatakan bahwa situasi stimulus dan respon

perlu diulang-ulang atau dipraktikkan, agar belajar dapat diperbaiki dan meningkat

retensi belajar.

3. Prinsip penguatan (reinforcement) menyatakan bahwa belajar sesuatu yang baru

akan diperkuat apabila belajar yang lalu diikuti oleh perolehan hasil yang

menyenangkan.

2.1.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Menurut Helmawati (2014: 199-204), faktor yang mempengaruhi belajar yaitu

meliputi faktor internal yang terdiri dari faktor fisiologis, psikologis (intelegensi,

sikap, bakat, minat, motivasi), dan faktor eksternal terdiri lingkungan sosial (kondisi

rumah) dan non sosial).

1. Faktor Internal

Faktor internal terdiri dari keadaan atau kondisi jasmani

(fisiologis)danpsikologis terdiri dari: tingkat kecerdasan/intelegensi, sikap, bakat,

minat, dan motivasi.

a. Faktor fisiologis

Faktor fisiologis adalah kondisi umum jasmani yang menandakan tingkat

kesehatan seseorang. Kondisi kesehatan yang baik dapat mempengaruhi semangat

dan intelegensi seseorang dalam mengikuti proses pembelajaran. Kondisi organ

Page 36: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

17

tubuh seseorang yang lemah dapat menurunkan kualitas kecerdasan atau

intelegensinya sehingga penguasaan materi yang dipelajarinya kurang bahkan

mungkin tidak optimal.

Kondisi organ-organ khusus seseorang pun, seperti indra penglihatan dan

indera pendengaran sangat memengaruhi kemampuan orang tersebut dalam

menyerap informasi dan pengetahuan. Anak atau peserta didik yang memiliki

keterbatasan atau kekurangan dalam kesehatan kondisi fisik terutama dalam hal

penglihatan dan pendengaran, tentu saja harus mendapat perlakuan yang lebih

intensif dan pendidik hendaknya memiliki kesabaran yang lebih. Pemahaman yang

komprehensif terhadap faktor fisik anak akan membantu pemahaman yang

komprehensif terhadap faktor fisik anak akan membantu pendidik

mengembangkan anak sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

b. Faktor Psikologis

Kebutuhan psikologis terdiri atas: intelegensi, sikap, minat dan motivasi.

1. Intelegensi

Intelegensi merupakan suatu kemampuan mental yang bersifat umum yang

dapat digunakan untuk membuat atau mengadakan analisis, memecahkan masalah,

menyesuaikan diri, dan menarik kesimpulan, serta merupakan kemampuan

berpikir seseorang. Orang yang memiliki intelegensi tinggi akan cepat dan tepat

dalam menganalisis, memecahkan masalah, mengambil kesimpulan,

menyesuaikan diri, bertindak atau bereaksi terhadap suatu stimulus.

Page 37: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

18

Sebaliknya jika intelegensi seseorang rendah, orang tersebut tidak akan cepat

dalam menganalisis, memecahkan masalah, mengambil kesimpulan, kesulitan

dalam menyesuaikan diri, bertindak atau bereaksi terhadap suatu kesulitan dalam

menyesuaikan diri, bertindak atau bereaksi terhadap suatu stimulus. Tentu saja

cepat atau lambatnya intelegensi atau daya pikir seseorang sangat besar

pengerahnya terhadap proses belajarnya. Untuk mengetahui seseorang cepat atau

lambat dalam intelegensi dapat diukur dengan alat-alat tes intelegensi.

2. Sikap

Sikap secara etimologi dalam istilah bahasa inggris disebut attitude,memiliki

pengertian perilaku. Secara terminologi sikap adalah gejala internal yang

berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan

cara yang relatif tetap terhadap objek (orang, barang, dan sebagainya) baik secara

positif maupun negatif. Sikap anak atau peserta didik yang menyukai pelajaran

tentu akan berdampak positif terhadap peningkatan kemampuannya. Sebaliknya

sikap tidak menyukai pelajaran akan berdampak negatif yaitu berupa kurang

optimalnya atau minimnya kemampuan anak atau peserta didik dalam pelajaran

tersebut.

Baik sikap positif maupun negatif yang dimiliki anak atau peserta didik

hendaknya tetap direspons dengan bijak untuk lebih membantu pengembangan

potensinya menjadi lebih baik. Maksudnya, sikap positif yang telah dimiliki

mereka hendaknya tetap dimotivasi sehingga mereka lebih bersemangat yang

akhirnya akan mengoptimalkan kemampuannya dari sebelumnya. Sedangkan bagi

Page 38: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

19

anak atau peserta didik yang memiliki sikap negatif harus segera direspons untuk

segera diarahkan ke arah yang positif. Melalui pengarahan yang

berkesinambungan dan bimbingan yang humanis (manusiawi) tentu akan

membuka mata hati dan pikiran mereka untuk berubah menjadi manusia yang

memiliki sikap atau perilaku yang baik (positif).

3. Bakat

Menurut Chaplin dan Riber (dalam Helmawati, 2014: 201) bahwa secara

umum bakat memiliki pengertian sebagai kemampuan potensial yang dimiliki

seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Seperti yang

telah diuraikan sebelumnya bahwa setiap anak memiliki potensi atau kemampuan

yang mungkin tidak dimiliki oleh anak yang lainnya. Oleh karena itu, setiap

pendidik harus cermat melihat potensi atau bakat apa yang dimiliki sehingga bakat

itu dapat dikembangkan secara optimal.

Karena setiap orang itu unik, maka setiap orang tentu memiliki bakat yang

berada antara satu dengan yang lain. Kalaupun ada anak yang memiliki

kemampuan pendalaman yang berbeda dalam mengembangkan bakat tersebut.

Pengembangan bakat secara optimal tentu akan menjadi aset atau kunci bagi

keberhasilan anak di masa mendatang karena ia dapat menggunakan kemampuan

atau bakatnya untuk dapat bertahan dalam kehidupannya (survive). Dengan kata

lain, bakat dapat dijadikan sebagai modal untuk penghidupannya.

Page 39: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

20

4. Minat

Minat memiliki arti ketertarikan atau kecenderungan yang tinggi atau

keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat seseorang banyak dipengaruhi oleh

faktor internal seperti perhatian, keinginan, motivasi, dan kebutuhan. Sampai saat

ini, dalam proses pembelajaran minat dapat memengaruhi kualitas pencapaian

hasil belajar anak atau peserta didik dalam bidang studi tertentu.

Jika anak memliki minat dalam ilmu seni, ia akan lebih mudah

mengembangkan kemampuannya secara optimal dalam bidang seni. Karena minat

yang besar dalam bidang yang disukainya itulah akhirnya akan membuat anak

lebih memusatkan perhatian dan waktu untuk lebih giat dan mencapai prestasi

yang gemilang. Namun, jika ia dipaksa untuk mempelajari imu hitung padahal

tidak berminat dalam ilmu itu, anak akan menghadapi banyak kendala sehingga

hasil pembelajaran tidak akan optimal bahkan mungkin anak akan menghadapi

kegagalan dalam bidang ilmu hitung. Kegagalan pada saat itu jika tidak disikapi

dengan bijak oleh pendidik, mungkin saja dapat berpengaruh dalam pencapaian

kehidupan masa depannya.

5. Motivasi

Motivasi adalah keadaan internal organisme yang mendorongnya untuk

berbuat sesuatu. Motivasi juga dapat dikatakan sebagai pemasok gaya untuk

bertingkah laku secara terarah. Motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam ,

yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik (Helmawati, 2014:202).

Page 40: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

21

Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri anak

yang dapat mendorongnya melakukan suatu tindakan. Termasuk dalam motivasi

intrinsik anak sebagai pelajar adalah perasaan menyenangi untuk mempelajari

suatu materi (kebutuhan untuk belajar). Adapun motivasi ekstrinsik adalah hal dan

keadaan yang datang dari luar diri anak yang mendorongnya untuk melakukan

suatu kegiatan. Salah satunya yaitu pendidik yang mendorong anak untuk selalu

rajin belajar. Selain itu, pujian, hadiah, tata tertib, hukuman juga termasuk dalam

contoh motivasi ekstrinsik.

2. Faktor Eksternal

Faktor Eksternal adalah keadaan lingkungan yang dapat mempengaruhi

seseorang pada saat belajar. Keadaan lingkungan dibagi dalam dua kategori, yaitu:

lingkungan sosial (orang tua, saudara, guru, teman, masyarakat) dan nonsosial

(lingkungan tempat tinggal/belajar, alat-alat belajar, keadaan cuaca, waktu belajar

sebenarnya tidak begitu penting yang penting adalah kesiapan memori menerima

materi).

a. Lingkungan Sosial

1) Keluarga

Keluarga pada umumnya terdiri dari ayah, ibu, dan saudara merupakan

tempat pembelajaran yang pertama dan utama bagi anak. Dari orang tua (ayah

dan ibu) anak belajar tentang nilai-nilai keyakinan, etika, norma-norma ataupun

keterampilan hidup. Dengan saudara anak dapat belajar berbagi, bertenggang

rasa, saling menghormati, dan menghargai.

Page 41: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

22

Dalam keluarga anak dapat belajar berbagai macam hal, seperti ilmu

pengetahuan, gotong royong, nilai-nilai kehidupan, keterampilan dan masih

banyak lagi. Untuk itu, orang tua hendaknya memliki ilmu pengetahuan yang

cukup sehingga anak dapat dibimbing dalam keluarga baik dari segi jasmani,

rohani, maupun wawasan pengetahuannya (akal). Selanjutnya, orang tua yang

memberikan teladan dan arahan yang baik akan berdampak positif terhadap

perkembangan kepribadian anak. Kelalaian orang tua dalam membentuk anak

menjadi manusia seutuhnya akan berdampak buruk pada diri anak itu sendiri.

Sehingga orang tua harus memberikan pola asuh yang tepat untuk anak.

2) Sekolah

Lingkungan sosial yang berpengaruh terhadap proses belajar anak lainnya

yaitu lingkungan sekolah. Dalam lingkungan sekolah anak sering berinteraksi

dengan guru-guru dan teman-temannya. Dari merekalah anak belajar banyak

hal. Jika anak berinteraksi dengan para guru dan teman-teman yang baik, maka

anak akan belajar banyak hal yang positif. Namun jika lingkungan di sekolah

tidak memberikan dampak belajar yang positif, anak akan memliki perilaku

yang cenderung menyimpang.

3) Masyarakat

Lingkungan sosial anak dalam belajar adalah masyarakat. Masyarakat

terdiri dari keluarga-keluarga. Jika keluarga-keluarga dalam masyarakat itu

baik, anak-anak mendapat kontribusi yang juga baik dalam proses interaksinya.

Page 42: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

23

Namun sebaliknya, jika lingkungan dalam masyarakat itu buruk, anak

cenderung akan terpengaruh menjadi negatif.

b. Lingkungan Nonsosial

1) Lingkungan tempat tinggal/belajar

Lingkungan tempat tinggal seperti tempat tinggal keluarga (rumah), dan

tempat belajar disekolah (ruang kelas, sekolah) berpengaruh pada proses belajar

anak. Kondisi rumah yang nyaman (ruang yang luas, bersih, ventilasi cukup)

berpengaruh pada belajar anak. Sedangkan rumah dengan ruangan yang sempit,

kotor, gelap akan membuat anak kurang optimal dalam belajar. Begitu juga

dengan ruang sekolah yang sudah hampir roboh misalnya, kondisi tersebut akan

membuat anak khawatir ketika berada diruang kelas. Kekhawatiran anak pada

saat belajar tentu akan berdampak pada kurang optimalnya pencapaian kualitas

belajar anak.

2) Alat-alat belajar

Alat-alat belajar merupakan instrumen-instrumen yang dapat membantu

mengoptimalkan proses belajar anak. Anak yang dilengkapi dengan alat-alat

belajar yang cukup dibandingkan dengan anak-anak yang tidak atau kurang

dilengkapi alat-alat belajar yang cukup, hasilnya tentu akan berbeda. Terlebih

proses pembelajaran yang perlu diiringi dengan praktik, ketiadaan alat-alat

belajar itu akan menghambat anak menjadi terampil.

Page 43: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

24

3) Keadaan cuaca (alam)

Cuaca yang cerah dan bersahabat tentu akan menambah anak semangat

untuk belajar. Kondisi cuaca pada saat turun hujan besar di pagi hari, adanya

badai, banjir, atau terjadinya musibah gunung meletus tentu akan menghambat

anak untuk melakukan aktivitas belajarnya, meskipun tekad kuat seseorang

untuk belajar dapat menghalau keadaan apapun, tetapi jika kondisi cuaca

mengancam jiwa anak maka tentu saja anak harus mengurungkan tekadnya dan

mengganti waktu belajar yang hilang di waktu yang lain.

4) Waktu

Ada waktu-waktu yang tepat untuk anak dapat belajar maksimal.

Mungkin semua waktu dapat dijadikan momen-momen untuk belajar. Namun

ada waktu-waktu yang paling tepat sehingga hasil belajar akan optimal.

Pemilihan waktu belajar dapat dipertimbangkan sesuai dengan faktor psikologi.

Misalnya, waktu yang tepat untuk belajar anak adalah pada pagi hari karena

kondisi fisik dan pikiran anak masih segar dan bersih. Selanjutnya, sore hari

pada saat anak telah istirahat dari rutinitas sekolah juga dapat dijadikan sebagai

waktu belajar yang tepat. Ada juga yang merasa waktu yang tepat untuk belajar

selain waktu belajar di sekolah adalah pada waktu malam atau dini hari karena

pada waktu-waktu tersebut suasana tidak terlalu ramai (hening). Setiap anak

tentu akan memiliki perbedaan kebiasaan mengenai waktu yang tepat untuk

belajar.

Page 44: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

25

2.1.2 Hakikat Pembelajaran

2.1.2.1 Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran menurut Rifa’i dan Anni (2012: 159) adalah proses pembelajaran

merupakan interaksi atau komunikasi antara pendidik dengan peserta didik, dan

antarpeserta didik. Proses komunikasi tersebut bertujuan untuk membantu proses

belajar peserta didik.

Menurut Winataputra, dkk. (2007: 1.18) pembelajaran adalah kegiatan yang

dilakukan untuk menginisiasi, memfasilitasi, dan meningkatkan intensitas dan

kualitas belajar pada diri peserta didik. Sedangkan menurut Susanto (2013:19),

pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan

baik.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli, dapat disimpulkan pembelajaran yaitu

proses interaksi yang dilakukan oleh guru dan siswa, berlangsung baik di dalam

maupun di luar kelas untuk mencapai tujuan atas kompetensi yang harus dikuasai

siswa agar dapat belajar dengan baik.

2.1.2.2 Ciri-ciri Pembelajaran

Winataputra, dkk. (2007:1.20) menjelaskan bahwa ciri utama pembelajaran

adalah inisiasi, fasilitasi, dan peningkatan proses belajar siswa. Ciri lain dari

pembelajaran adalah adanya interaksi yang sengaja diprogramkan. Interaksi tersebut

terjadi anatar peserta didik yang belajar dengan lingkungan belajarnya, baik dengan

pendidik, siswa lainnya, media, dan atau sumber belajar lainnya. Ciri lain dari

Page 45: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

26

pembelajaran adalah adanya komponen-komponen yang saling berkaitan satu sama

lain, antara lain tujuan, materi, kegiatan dan evaluasi. pembelajaran.

Sedangkan ciri-ciri pembelajaran menurut Nurochim (2013:18) adalah sebagai

berikut: (a) merupakan upaya sadar dan disengaja; (b) pembelajaran harus membuat

siswa belajar; (c) tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses

dilaksanakan; dan (d) pelaksanaannya terkendali, baik isinya, waktu, proses, maupun,

hasilnya.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri pembelajaran

yaitu proses belajar yang terencana dan pelaksanaannya terkendali guna mewujudkan

tujuan yang ingin dicapai.

2.1.2.3 Prinsip-prinsip Pembelajaran

Prinsip-prinsip pembelajaran dikemukakan oleh Susanto (2013:87-88)

mengemukakan prinsip pembelajaran sebagai berikut:

1. Prinsip motivasi adalah upaya guru untuk menumbuhkan dorongan belajar, baik

dari dalam diri anak atau dari luar diri anak, sehingga anak belajar seoptimal

mungkin sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

2. Prinsip latar belakang adalah upaya guru dalam proses belajar mengajar

memperhatikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang telah dimiliki anak

agar tidak terjadi pengulangan yang membosankan.

3. Prinsip pemusatan perhatianadalah usaha untuk memusatkan perhatian anak

dengan jalan mengajukan masalah yang hendak dipecahkan lebih terarah untuk

mencapai tujuan yang hendak dicapai.

Page 46: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

27

4. Prinsip keterpaduan adalah guru menyampaikan materi hendaknya suatu pokok

bahasan dengan pokok bahasan lain, atau subpokok bahasan dengan subpokok

bahasan lain agar anak mendapat gambaran keterpaduan dalam proses perolehan

hasil belajar.

5. Prinsip pemecahan masalah adalah situasi belajar yang dihadapkan dengan

masalah-masalah. Hal ini dimaksudkan agar anak peka dan juga mendorong

mereka untuk mencari, memilih dan menentukan pemecahan masalah sesuai

dengan kemampuannya.

6. Prinsip menemukan adalah kegiatan menggali potensi yang dimiliki anak untuk

mencari, mengembangkan hasil perolehannya dalam bentuk fakta dan informasi.

Untuk itu proses belajar mengajar yang mengembangkan potensi anak tidak akan

menyebabkan kebosanan.

7. Prinsip belajar sambil bekerja yaitu suatu kegiatan yang dilakukan berdasarkan

pengalaman untuk mengembangkan dan memperoleh pengalaman baru.

8. Prinsip belajar sambil bermain merupakan kegiatan yang dapat menimbulkan

suasana menyenangkan bagi siswa dalam belajar, karena dengan bermain

pengetahuan , keterampilan, sikap, dan daya fantasi anak berkembang. Suasana

demikian akan mendorong anak aktif dalam belajar.

9. Prinsip perbedaan individu, yakni upaya guru dalam proses belajar mengajar yang

memperhatikan perbedaan individu dari tingkat kecerdasan, sifat, dan kebiasaan

atau latar belakang keluarga.

Page 47: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

28

10. Prinsip hubungan sosial adalah sosialisasi pada masa anak yang sedang tumbuh

yang banyak dipengaruhi oleh lingkungan sosial. Kegiatan belajar hendaknya

dilakukan secara berkelompok untuk melatih anak menciptakan suasana kerja

sama dan saling menghargai satu sama lainnya.

2.1.3 Pola Asuh Orang Tua

2.1.3.1 Pengertian Pola Asuh Orang Tua

Djamarah (2014: 51) mengemukakan bahwa pola asuh orang tua dalam

keluarga berarti kebiasaan orang tua, ayah dan atau ibu, dalam memimpin, mengasuh,

dan membimbing anak dalam keluarga. Mengasuh dalam arti menjaga dengan cara

merawat dan mendidiknya. Membimbing dengan cara membantu, melatih, dan

sebagainya.

Menurut Shochib (2010:15) pola asuh orang tua atau pendidik yang diapresiasi

anak sebagai undangan, bantuan, bimbingan dan dorongan untuk membentuknya

mengembangkan diri sebagai pribadi yang berkarakter adalah orang tua atau pendidik

yang mampu memancarkan kewibawaan pada anak. Pendidik atau orang tua yang

mampu berbuat demikian, dia senantiasa menampilkan perilaku yang konsisten antara

bahasa lisan dan perbuatannya, menerima anak apa adanya, dan menghargai yang

dimiliki serta perilaku anak.

Menurut Helmawati (2014: 49-50), masalah pemeliharaan dan pengasuhan anak

adalah masalah yang menyangkut perlindungan kesejahteraan anak itu sendiri dalam

upaya meningkatkan kualitas anak pada pertumbuhannya, dan mencegah

Page 48: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

29

penelantaran serta perlakuan yang tidak adil untuk mewujudkan anak sebagai

manusia seutuhnya, tangguh, cerdas, dan berbudi luhur. Yakinlah, tempat bernaung

bagi seorang anak adalah orang tua karena orang tua merupakan pendidik pertama

dan utama bagi anak-anak mereka. Ada 4 macam pola asuh orang tua, yaitu pola asuh

otoriter, permisif, demokratis, dan situasional.

Berdasarkan pendapat ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang tua

adalah kebiasaan orang tua terhadap anaknya dalam merawat, mendidik, mengasuh

dan membimbing anaknya yang dilakukan sejak lahir untuk membentuk sikap dan

kepribadaian yang baik, yang indikatornya berupa pola asuh otoriter, pola asuh

permisif, dan pola asuh demokratis.

2.1.3.2 Indikator Pola Asuh Orang Tua

Menurut Helmawati (2014:138-140) macam-macam pola asuh orang tua:

1. Pola Asuh Otoriter

Pola asuh otoriter (parent oriented) pada umumnya menggunakan pola

komunikasi satu arah (one way communication). Ciri-ciri pola asuh ini

menekankan bahwa segala aturan orang tua harus ditaati oleh anaknya. Inilah yang

dinamakan win-lose solution. Orang tua memaksanakan pendapat atau keinginan

pada anaknya dan bertindak semena-mena (semuanya kepada anak), tanpa dapat

dikritik oleh anak. Anak harus menurut dan tidak boleh membantah terhadap apa-

apa yang diperintahkan atau dikehendaki oleh orang tua. Anak tidak diberi

kesempatan menyampaikan apa yang dipikirkan, diinginkan, atau dirasakannya.

Page 49: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

30

2. Pola Asuh Permisif

Pola asuh permisif ini kebalikan dari pola asuh parent oriented. Dalam

parent oriented semua keinginan orang tua harus diikuti baik anak setuju maupun

tidak, sedangkan dalam pola asuh permisif orang tua harus mengikuti keinginan

anak baik orang tua setuju maupun tidak. Strategi komunikasi dalam pola asuh ini

sama dengan strategi parent oriented yaitu bersifat win-lose solution. Artinya, apa

yang diinginkan anak selalu dituruti dan diperbolehkan oleh orang tua. Orang tua

mengikuti segala kemauan anaknya.

3. Pola Asuh Demokratis

Di dalam pola asuh demokratishubungan orang tua dan anak bersifat hangat.

Orang tua dapat menggunakan satu atau dua (campuran pola asuh) dalam situasi

tetentu. Untuk membentuk anak agar menjadi anak yang berani menyampaikan

pendapat sehingga memiliki ide-ide yang kreatif, berani, dan juga jujur orang tua

dapat menggunakan pola asuh demokratis, tetapi pada situasi yang sama jika ingin

memperlihatkan kewibawaan orang tua dapat memperlihatkan pola asuh parent

oriented.

2.1.3.3 Model Pola Asuh Orang Tua

Menurut Djamarah (2014:55-59) mengatakan bahwa didalam polaasuh orang

tua terdapat berbagai macam model-model pola asuh tua meliputi :

Page 50: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

31

1. Model Pola kepemimpinan antara pemimpin dan pengikut

Pola asuh sebagi sumber hubungan yang erat antara seorangpemimpin

(pemimpin) dan yang dipimpin (pengikut). Jika digambarkan, ibarat mata uang

yang bermuka dua.

2. Model Pola Kepemimpinsn Ki Hajar Dewantara

Pola kepemimpinan yang dikemukakan oleh Ki HajarDewantara adalah ing

ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso, tut wuri handayani. Maksudnya

didepan memberi teladan, ditengah memberi semangat, di belakang memberi

pengaruh

3. Model Kepemimpinan Pancasila

Kepemimpinan Pancasila mengikuti pola seimbang, selaras danserasi menurut

keadaan, waktu dan tempat (ketupat) atau situasi dan kondisi (sikon). Pola ini

berdasarkan kepribadian Pancasila yang mengikuti asas dinamika kepemimpinan

Pancasila, yaitu didepan memberi teladan, di tengah memberi semangat, dibelakang

memberi pengaruh, di atas memberi pengayoman/perlindungan, dibawah

menunjukkan pengabdian.

Jika dirumuskan secara singkat, maka seorang pemimpin yang taat asas, harus

memiliki dinamika horizontal dan vertikal. Seorang pemimpin yang baik diharapkan

mengerti dan memahami di mana dia harus menempatkan diri pada situasi dan

kondisi tertentu menurut tuntutan keadaan waktu dan tempat (ketupat).

Unsur keteladanan sangat memegang peranan penting dalam kepemimpinan

Pancasila. Seorang pemimpin harus bersikap sebagai pengasuh yang mendorong,

Page 51: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

32

menentukan dan membimbing yang dipimpinnya. Prinsip utama kepemimpinan

Pancasila adalah:

a. Ing ngarso sung tulodo, yang berarti bahwa seorang pemimpin harus mampu

lewat sikap dan perbuatannya, menjadikan dirinya pola panutan dari orang-

orang yang dipimpinnya.

b. Ing madya mangun karso, yang berarti bahwa seorang pemimpin harus mampu

membangkitkan semangat berswakarsa dan berekreasi pada orang-orang yang

dipimpinnya.

c. Tut wuri handayani, yang berarti bahwa seorang pemimpin harus mampu

mendorong orang-orang yang diasuhnya agar berani berjalan di depan dan

sanggup bertanggung jawab.

Untuk mendukung pelaksanaan ketiga prinsip diatas diperlukan sejumlah norma

sebagai pendukungnya sebagai pola kepemimpinan seorang pemimpin dapat

mendatangkan kebaikan bagi yang dipimpinnya. Norma-norma kepemimpinan yang

harus dimiliki oleh seorang pemimpin adalah berwibawa, jujur, terpercaya, bijaksana,

mengayomi, berani mawas diri, mampu melihat jauh ke depan, berani dan mampu

mengatasi kesulitan, berjiwa besar, mempunyai sifat ingin tahu, mendorong untuk

kemajuan. Yang perlu dipahami disini adalah bahwa penonjolan sikap dan tindak

tanduk seorang pemimpin sangat mencerminkan nilai-nilai luhur baik dalam suasana

formal maupun dalam situasi dan kondisi informal.

Page 52: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

33

2.1.3.4 Tipe-tipe Pola Asuh Orang Tua

Menurut Djamarah (2014:60-67), mengatakan bahwa sebagaiseorang pemimpin

orang tua dituntut mempunyai dua keterampilan, yaitu keterampilan manajemen

(managerial skill) maupun keterampilan teknis (technical skill) sedangkan kriteria

kepemimpinan yang baik memiliki beberapa kriteria, yaitu kemampuan memikat hati

anak, penguasaan keahlian teknis mendidik anak, memberikan contoh yang baik

kepada anak, memperbaiki jika merasakan ada kesalahan dan kekeliriuan dalam

mendidik, membimbing dan melatih anak.

Pola asuh orang tua dalam keluarga tampil dalam berbagai tipe. Menurut

Djamarah (2014:60-67) ada lima belas macam tipe-tipe pola asuh orang tua dalam

keluarga, yaitu sebagai berikut:

1. Gaya Otoriter

Tipe pola asuh otoriter adalah tipe pola asuh orang tua yang memaksakan

kehendak. Dengan tipe orang tua ini cenderung sebagai pengendali atau pengawas

(controller), selalu memaksakan kehendak kepada anak, tidak terbuka terhadap

pendapat anak, sangat sulit menerima saran dan cenderung memaksakan kehendak

dalam perbedaan, terlalu percaya diri sendiri sehingga menutup katup

musyawarah. Dalam upaya mempengaruhi anak sering mempergunakan

pendekatan (approach) yang mengandung unsur paksaan dan ancaman. Kata-kata

yang diucapkan orang tua adalah hukum atau peraturan dan tidak dapat diubah,

memonopoli tidak komunikasi dan seringkali meniadakan umpan balik dari anak.

Hubungan antarpribadi diantara orang tua dan anak cenderung renggang dan

Page 53: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

34

berpotensi antagonistik (berlawanan). Pola asuh ini sangat cocok untuk anak

PAUD dan TK dan masih bisa digunakan untuk anak SD dalam kasus-kasus

tertentu.

2. Gaya Demokratis

Tipe pola asuh demokratis adalah tipe pola asuh yang terbaik darisemua tipe

pola asuh yang ada. Hal ini disebabkan tipe pola asuh ini selalu mendahulukan

kepentingan bersama di atas kepentingan individu anak. Tipe ini adalah tipe pola

asuh orang tua yang tidak banyak menggunakan kontrol terhadap anak. Pola ini

dapat digunakan untuk anak SD, SLTP, SLTA, dan perguruan tinggi.

Beberapa ciri dari tipe pola asuh yang demokratis adalah sebagai berikut:

a. Dalam proses pendidikan terhadap anak selalu bertitik tolak dari pendapat

bahwa manusia itu adalah makhluk yang termulia di dunia.

b. Orang tua selalu berusaha menyelaraskan kepentingan dan tujuan pribadi

dengan kepentingan anak.

c. Orang tua senang menerima saran, pendapat, dan bahkan kritik dari anak.

d. Mentolerir ketika anak membuat kesalahan dan memberikan pendidikan kepada

anak agar jangan berbuat kesalahan dengan tidak mengurangi daya kreativitias,

inisiatif, dan prakarsa dari anak.

e. Lebih menitikberatkan kerja sama dalam mencapai tujuan.

f. Orang tua selalu berusaha untuk menjadikan anaknya lebih sukses darinya.

Tipe pola asuh demokratis mengharapkan anak untuk berbagi tanggung jawab

dan mampu mengembangkan potensi kepemimpinan yang dimilikinya. Memiliki

Page 54: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

35

kepedulian terhadap hubungan antar pribadi dalam keluarga. Meskipun tampak

kurang terorganisasi dengan baik, namun gaya ini dapat berjalan dalam suasana yang

rileks memiliki kecenderungan untuk menghasilkan produktivitas dan kreativitas,

karena tipe pola asuh demokratis ini mampu memaksimalkan kemampuan yang

dimiliki anak.

3. Gaya Laissez-Faire

Tipe pola asuh orang tua ini berdasarkan aturan-aturan. Kebebasan memilih

terbuka bagi anak dengan sedikit campur tangan orang tua agar kebebebasan yang

diberikan terkendali. Bila tidak ada kendali dari orang tua, maka perilaku anak

tidak terkendali, tidak terorganisasi, tidak produktif, dan apatis, sebab anak merasa

tidak memiliki maksud dan tujuan yang hendak dicapai. Orang tua yang

menggunakan gaya ini menginginkan seluruh anaknya berpartisipasi tanpa

melaksanakan atau menuntut kewenangan yang dimilikinya. Tindak komunikasi

dari orang tua cenderung berlaku sebagai seorang penghubung yang

menghubungkan kontribusi atau sumbang pemikiran dan anggota keluarga. Pola

asuh ini bisa digunakan untuk anak dalam semua tingkatan usia.

4. Gaya Fathernalistik

Fathernalistik (fathernal=kebapakan) adalah pola asuh kebapakan,dimana

orang tua bertindak sebagai ayah terhadap anak dalam perwujudan mendidik,

mengasuh, mengajar, membimbing dan menasehati. Orang tua menggunakan

pengaruh sifat kebapakannya untuk menggerakan anak mencapai tujuan yang

diinginkan meskipun terkadang pendekatan yang dilakukan bersifat sentimental.

Page 55: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

36

Dibalik kebalikannya, kelemahan adalah tidak memberikan kesempatan kepada

anak untuk tumbuh menjadi dewasa dan bertanggung jawab. Itulah sebabnya, tipe

pola asuh ini diberi ciri-ciri berdasarkan sifat-sifat orang tua sebagai pemimpin

diantara sifat-sifat umum tipe pola asuh kebapakan adalah orang tua menganggap

anak sebagai manusia yang tidak dewasa. Terlalu melindungi anak, tidak memberi

kesempatan kepada anak untuk mengambil keputusan dan untuk mengembangkan

inisiatif dan kreasi, orang tua sering menganggap dirinya serba tahu. Pola asuh ini

cocok digunakan untuk anak PAUD dn TK dalam kasus-kasus tertentu dan sangat

pas digunakan anak usia 0;0-2;0.

5. Gaya Karismatik

Tipe pola asuh orang tua karismatik adalah pola asuh orang tuayang memliki

kewibawaan yang kuat. Kewibawaan itu hadir bukan karena kekuasaan atau

kekuatan , tetapi karena adanya relasi kejiwaan antara orang tua dan anak. Adanya

kekuatan internal luar biasa yang diberkahi kekuatan gaib (supernatural power)

oleh Tuhan dalam diri orang tua sehingga dalam waktu singkat dapat

menggerakkan anak tanpa bantahan. Pola asuh ini baik selama orang tua

berpegang teguh kepada nilai-nilai moral dan akhlak yang tinggi hukum-hukum

yang berlaku. Pola asuh ini dapat diberdayagunakan terhadap anak usia SD, SLTP,

SLTA dan perguruan tinggi.

6. Gaya Melebur Diri

Tipe pola asuh melebur diri (affiliate) adalah tipe kepemimpinanorang tua

yang mengedepankan keharmonisan hubungan dan membangun kerja sama

Page 56: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

37

dengan anak dengan cara menggabungkan diri. Ini tipe yang berusaha membangun

ikatan yang kuat antara orang tua dan anak, berupaya menciptakan perasaan cinta,

membangun kepercayaan dan kesetiaan antara orang tua dan anak. Keakraban

antara orang tua dan anak terjalin sangat harmonis. Pola asuh ini bisa dipakai

untuk anak PAUD dan TK. Tetapi untuk anak SLTP hanya sampai batas-batas

tertentu.

7. Gaya Pelopor

Tipe pola asuh orang tua yang satu ini biasanya selalu berada di depan

(pelopor) untuk memberikan contoh atau suri teladan dalam kebaikan bagi anak

dalam keluarga. Orang tua benar-benar tokoh yang patut diteladani karena

sebelumnya menyuruh dan memerintah anak, ia harus lebih dulu berbuat. Dengan

kata lain, orang tua lebih banyak sebagai pelopor disegala bidang demi

kepentingan pendidikan anak. Pola asuh ini dapat digunakan untuk anak dalam

semua tingkatan usia.

8. Gaya manipulasi

Tipe pola asuh ini selalu melakukan tipuan, rayuan, dan memutar balik

kenyataan. Agar apa yang dikehendaki tercapai orang tua menipu dan merayu anak

agar melakukan yang dikendakinya. Orang tua selalu memutarbalikkan fakta atau

memanipulasi keadaan sebenarnya. Pola asuh orang tua yang bergaya

memanipulasi biasanya berhasil mencapai tujuan karena anak yang diperlakukan

tidak tahu maksud orang tuanya. Pola asuh ini sampai batas-batas tertentu dan

sangat hati-hati masih bisa digunakan untuk anak PAUD dan TK karena mereka

Page 57: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

38

cenderung belum bisa diberi pengertian dan sangat tidak cocok untuk anak SD,

SLTP, dan SLTA. Jangan ke sana ada hantu, jangan menduduki bantal nanti

bisulan, jangan duduk dipintu nanti lambat kawin adalah beberapa contoh dari

sekian banyak contoh dalam tradisi masyarakat.

9. Gaya Transaksi

Pola asuh orang tua tipe ini selalu melakukan perjanjian (transaksi), dimana

antara orang tua dan anak membuat kesepakatan dari setiap tindakan yang

diperbuat. Orang tua menghendaki anaknya mematuhi dalam wujud melaksanakan

perjanjian yang telah disepakati. Ada sanksi tertentu yang dikenakan kepada anak

jika suatu waktu anak melanggar perjanjian tersebut. Pola auh ini cocok digunakan

untuk anak SD dan SLTP.

10. Gaya Biar Lambat Asal Selamat

Pola asuh orang tua ini melakukan segala sesuatunya sangat berhati-hati.

Orang tua berprinsip biar lambat asal selamat. Biar pelan tapi pasti melompat jauh

kedepan. Orang tua tidak mau terburu-buru, tapi selalu memperhitungkan secara

mendalam sebelum bertindak. Dalam berbicara orang tua menggunakan bahasa

lembut, sopan dalam kata-kata, santun dalam untaian kalimat. Pola asuh ini cocok

digunakan untuk anak PAUD, TK, SD, dan SLTP.

11. Gaya Alih Peran

Gaya alih peran adalah tipe kepemimpinan orang tua dengan cara

Mendelegasikan wewenang dan tanggung jawab kepada anak. Pola asuh ini

dipakai orang tua untuk memberikan kesempatan kepada anak untuk mengemban

Page 58: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

39

tugas dan peran tertentu. Orang tua hanya memfasilitasi dan membantu ketika

solusi atas masalah tidak ditemukan oleh anak. Meski tidak diberikan arahan

secara detail apa yang harus anak lakukan, tetapi tanggung jawab dan proses

pengambilan keputusan sebagian besar diserahkan kepada anak. Pendelegasian

wewenang dan tanggung jawab kepada anak akan berjalan baik apabila anak telah

paham dan efisien dalam pekerjaan, sehingga kita dapat melepas mereka

menjalankan tugas atau pekerjaan itu atas kemampuan dan inisiatifnya sendiri.

Pola asuh ini bisa digunakan untuk anak SLTP, SLTA, dan perguruan tinggi.

12. Gaya Pamrih

Tipe pola asuh ini disebut pamrih (gentong ngumes=sunda), karena setiap

hasil kerja yang dilakukan ada nilai material. Bila orang tua ingin menggerakkan

anak untuk melakukan sesuatu, maka ada imbalan jasanya dalam bentuk material.

Jadi, karena ingin mendapatkan imbalan jasa itulah anak terdorong melakukan

semua yang diperintah oleh orang tua. Pola asuh ini cocok digunakan untuk anak

PAUD, TK,SD, dan SLTP, tetapi hanya dalam hal tertentu.

13. Gaya Tanpa Pamrih

Tipe pola asuh ini disebut tanpa pamrih karena asuhan yang dilaksanakan

orang tua kepada anak mengajarkan keikhlasan dalam perilaku dan perbuatan tidak

pamrih berarti tidak menharapkan sesuatu kecuali mengharapkan rida Tuhan. Pola

asuh ini bisa digunakan untuk anak dalam semua tingkatan usis.

Page 59: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

40

14. Gaya Konsultan

Tipe pola asuh ini menyediakan diri sebagai tempat keluh kesah anak,

membuka diri menjadi pendengar yang baik bagi anak. Orang tua siap sedia

bersama anak untuk mendengar cerita, informasi, kabar, dan keluhan tentang

berbagai hal yang telah dibawa anak dari pengelaman hidupnya. Komunikasi dua

arah terbuka antara orang tua dan anak dimana keduanya dengan posisi dan peran

yang berbeda, orang tua berperan sebagai orang yang menyampaikan pesan.

Keduanya terlibat dalam komunikasi yang dialogis tentang segala sesuatu. Pola

asuh ini dapat digunakan untuk anak dalam berbagai tingkatan usia.

15. Gaya Militeristik

Pola asuh militeristik adalah tipe kepemimpinan orang tua yang suka

memerintah. Tanpa dialog, anak harus memenuhi perintahnya. Tidak boleh

dibantah, harus tunduk dan patuh pada perintah dan larangan. Dalam keadaan

tertentu, ada ancaman, dalam keadaan berbahaya, tipe ini sangat tepat digunakan

untuk menggerakan anak, karena harus secepatnya dan tepat dalam mengambil

keputusan demi kesalahan anak. Dalam hal-hal tertentu, pola asuh ini dengan

kebijakan orang tua dan sangat berhati-hati bisa digunakan untuk anak PAUD, TK,

dan SD.

2.1.3.5 Macam-macam Pola Asuh Orang Tua

Menurut Helmawati (2014:138-140)macam-macam pola asuh orang tua

terhadap anak ada 4, yaitu:

Page 60: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

41

a. Pola Asuh Otoriter ( Parent Oriented)

Pola asuh otoriter (parent oriented) pada umumnya menggunakan pola

komunikasi satu arah (one way communication). Ciri-ciri pola asuh ini

menekankan bahwa segala aturan orang tua harus ditaati oleh anaknya. Inilah yang

dinamakan win-lose solution. Orang tua memaksanakan pendapat atau keinginan

pada anaknya dan bertindak semena-mena (semuanya kepada anak), tanpa dapat

dikritik oleh anak. Anak harus menurut dan tidak boleh membantah terhadap apa-

apa yang diperintahkan atau dikehendaki oleh orang tua. Anak tidak diberi

kesempatan menyampaikan apa yang dipikirkan, diinginkan, atau dirasakannya.

Dalam kondisi ini anak seolah-olah menjadi robot (penurut) sehingga

mungkin saja pada akhirnya anak tumbuh menjadi individu yang kurang inisiatif,

merasa takut, tidak percaya diri, pencemas, rendah diri, minder dalam pergaulan,

hingga kurang mandiri karena segala sesuatu tergantung orang tua. Sisi negatif

lainnya, jika anak tidak terima dengan perlakuan tersebut, anak dapat tumbuh

menjadi orang yang munafik, pemberontak, nakal, atau melarikan diri dari

kenyataan.

Segi positif dari pola asuh ini yaitu anak menjadi penurut dan cenderung

akan menjadi disiplin yakni menaati peraturan yang ditetapkan orang tua. Namun,

mungkin saja anak tersebut hanya mau menunjukkan disiplinnya di hadapan orang

tua, padahal di dalam hatinya anak membangkang sehingga ketika berada di

belakang orang tua anak akan bertindak lain. Kalau ini terjadi, maka perilaku yang

dilakukannya hanya untuk menyenangkan hati orang tua atau untuk menghindari

Page 61: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

42

dirinya dari hukuman. Perilaku ini akhirnya membuat anak memiliki dua

kepribadian yang bukan merupakan refleksi kepribadian sesungguhnya (anak

menjadi munafik).

b. Pola Asuh Permisif (Children Centered)

Pada umumnya pola asuh permisif ini menggunakan komunikasi satu arah

(one way communication) karena meskipun orang tua memliki kekuasaan penuh

dalam keluarga terutama terhadap anak tetapi anak memutuskan apa-apa yang

diinginkannya sendiri baik orang tua setuju ataupun tidak. Pola ini bersifat

children centered maksudnyaadalah bahwa segala aturan dan ketetapan keluarga

berada ditangan anak.

Pola asuh permisif ini kebalikan dari pola asuh parent oriented. Dalam

parent oriented semua keinginan orang tua harus diikuti baik anak setuju maupun

tidak, sedangkan dalam pola asuh permisif orang tua harus mengikuti keinginan

anak baik orang tua setuju maupun tidak. Strategi komunikasi dalam pola asuh ini

sama dengan strategi parent oriented yaitu bersifat win-lose solution. Artinya, apa

yang diinginkan anak selalu dituruti dan diperbolehkan oleh orang tua. Orang tua

mengikuti segala kemauan anaknya.

Anak cenderung menjadi bertindak semena-mena, ia bebas melakukan apa

saja yang diinginkannya tanpa memandang bahwa itu sesuai dengan nilai-nilai

atau norma yang berlaku atau tidak. Sisi negatif dari pola asuh ini adalah anak

kurang disiplin dengan aturan-aturan sosial yang berlaku. Namun sisi positifnya,

jika anak menggunakannya dengan tanggung jawab maka anak tersebut akan

Page 62: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

43

menjadi seorang yang mandiri, kreatif, inisiatif, dan mampu mewujudkan

aktualisasi dirinya di masyarakat.

c. Pola Asuh Demokratis

Pola asuh demokratis menggunakan komunikasi dua arah (two ways

communication). Kedudukan antara orang tua dan anak dalam berkomunikasi

sejajar.Suatu keputusan diambil bersama dengan mempertimbangkan

(keuntungan) kedua belah pihak (win-win solution). Anak diberi kebebasan yang

bertanggung jawab. Artinya, apa yang dilakukan anak tetap harus ada di bawah

pengawasan orang tua dan dapat dipertanggungjawabkan secara moral.

Orang tua dan anak tidak dapat berbuat semena-mena pada salah satu pihak

atau kedua belah pihak tidakdapat memaksakan sesuatu tanpa berkomunikasi

terlebih dahulu dan keputusan akhir disetujui oleh keduanya tanpa merasa

tertekan. Sisi positif dari komunikasi ini adalah anak akan menjadi individu yang

mempercayai orang lain, bertanggung jawab terhadap tindakan-tindakannya, tidak

munafik dan jujur. Negatifnya adalah anak akan cenderung merongrong

kewibawaan otoritas orang tua, kalau segala sesuatu harus dipertimbangkan antara

orang tua dengan anak.

d. Pola Asuh Situasional

Dalam kenyataannya setiap pola asuh tidak diterapkan secara kaku dalam

keluarga. Maksudnya, orang tua tidak menetapkan salah satu tipe saja dalam

mendidik anak. Orang tua dapat menggunakan satu atau dua (campuran pola asuh)

dalam situasi tetentu. Untuk membentuk anak agar menjadi anak yang berani

Page 63: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

44

menyampaikan pendapat sehingga memiliki ide-ide yang kreatif, berani, dan juga

jujur orang tua dapat menggunakan pola asuh demokratis, tetapi pada situasi yang

sama jika ingin memperlihatkan kewibawaan orang tua dapat memperlihatkan pola

asuh parent oriented.

2.1.4 Bimbingan Belajar

2.1.4.1 Pengertian Bimbingan Belajar

Menurut Prayitno dan Amti (2008:99), bimbingan adalah proses pemberian

bantuan yang dilakukan oleh orang tua kepada anaknya agar anak yang dibimbing

dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri. Sehingga bimbingan

belajar merupakan salah satu bentuk layanan bimbingan yang sangat penting untuk

anak. Orang tua yang membiasakan anak untuk selalu belajar di rumah akan

berpengaruh terhadap hasil belajar anak yang bersangkutan di sekolah.

Membudayakan belajar kepada anak-anak tidak bisa dilakukan dalam waktu

singkat tetapi memerlukan kesempatan yang panjang. Usaha itu dilakukan mulai dari

bimbingan belajar dalam keluarga oleh orang tua sampai anak menginjak perguruan

tinggi. Usaha itu dilakukan setiap selagi anak-anak dalam masa belajar. Sebagai

pembimbing belajar orang tua dituntut menciptakan suasana yang kondusif bagi

berlangsungnya kegiatan belajar. Iklim keluarga yang nyaman dan aman memberi

peluang besar bagi anak untuk mengembangkan potensi belajarnya secara optimal

(Yasa, 2014: 2). Jadi jika orang tua mengharapkan anaknya dapat sukses dalam

Page 64: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

45

belajar, maka dalam rumah tangga haruslah selalu diberikan pengawasan dan

bimbingan kepada anak-anak.

Sikap anak terhadap sekolah akan dipengaruhi oleh sikap orang tuanya. Begitu

juga sangat diperlukan adanya kepercayaan orang tua terhadap sekolah (pendidik)

yang menggantikan tugasnya selama di sekolah. Orang tua diharapkan dapat

memperhatikan sekolah anaknya, yaitu dengan memperhatikan pengalaman-

pengalaman dan menghargai segala usahanya. Selain itu orang tua diharuskan

berusaha menunjukkan kerjasamanya dalam mengarahkan cara anak belajar di rumah,

membuat pekerjaan rumahnya, tidak menyita waktu anak dengan mengerjakan

pekerjaan rumah tangga. Orang tua harus memotivasi dan membimbing anak dalam

belajar (Hasbullah, 2015: 90).

Pada umumnya anak baru mulai sadar akan perlunya belajar setelah mereka

mulai masuk di sekolah menengah, akan tetapi pada zaman sekarang ini mereka yang

masih duduk di sekolah dasar diharapkan menyadari pentingnya belajar. Maka dari

itu mereka perlu dibimbing dalam hal cara belajar yang baik, masalah penggunaan

waktu, cara mencatat, berbagai cara mengatasi kesulitan belajar, cara belajar bersama,

mengembangkan motivasi belajar dan lain-lain (Handoko, 2010: 14).

Orang tua juga perlu menyediakan sarana dan prasarana yang mendukung

proses belajar anak di rumah. Sarana dan prasarana tersebut meliputi tempat belajar

yang nyaman, buku dan sumber belajar yang menunjang. Hal ini sangat dibutuhkan

oleh anak agar dapat belajar dengan baik. Sesuai dengan pendapat Ahmadi dan

Supriyono (2013: 88) yang menyatakan bahwa keadaan peralatan seperti pensil, tinta,

Page 65: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

46

penggaris, buku tulis, buku pelajaran, jangka dan lain-lain akan membentuk

kelancaran dalam belajar. Kurangnya alat-alat itu akan menghambat kemajuan belajar

anak.

Hal ini sejalan dengan pendapat Slameto (2010: 61) bahwa orang tua yang

kurang/tidak memperhatikan pendidikan anaknya, misalnya mereka acuh tak acuh

terhadap belajar anaknya, tidak memperlihatkan sama sekali akan kepentingan-

kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan anaknya dalam belajar, tidak mengatur waktu

belajarnya, tidak menyediakan dan melengkapi alat belajarnya, tidak memperhatikan

apakah anak belajar atau tidak, tidak mau tau bagaimanakah kemauan belajar

anaknya, kesulitan-kesulitan yang dialami dalam belajar dan lain-lain, dapat

menyebabkan anak kurang/tidak berhasil dalam belajarnya. Untuk itu perlu adanya

peran orang tua terutama dalam membimbing anaknya dalam belajar sehingga anak

dapat belajar secara optimal.

Dari uraian dapat diketahui bahwa bimbingan belajar perlu dilakukan terutama

untuk peserta didik usia sekolah dasar yang cenderung belum sadar akan pentingnya

belajar sehingga mereka perlu bimbingan dalam hal belajarnya. Bimbingan belajar

berupa cara belajar yang baik, masalah penggunaan waktu, cara mencatat, berbagai

cara mengatasi kesulitan belajar, cara belajar bersama, penyediaan fasilitas belajar

dan mengembangkan motivasi belajar. Bimbingan yang paling tepat dilakukan oleh

orang tua sebagai pihak yang paling dekat dengan anak dan paling mengerti kondisi

serta karakteristik anak.

Page 66: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

47

Dari beberapa pendapat ahli dapat disimpulkan bahwa bimbingan belajar orang

tua adalah suatu proses pemberian bantuan yang diberikan orang tua kepada anaknya

agar anak dapat mengembangkan potensi dan kemampuan dirinya sendiri sehingga

orang tua yang membiasakan anak untuk selalu belajar di rumah akan berpengaruh

terhadap hasil belajar yang optimal di sekolah. Bimbingan belajar orang tua dalam

penelitian ini meliputi cara belajar yang baik, masalah penggunaan waktu belajar,

berbagai cara mengatasi kesulitan belajar, penyediaan fasilitas belajar, dan

mengembangkan motivasi belajar.

2.1.4.2 Indikator Bimbingan Belajar (Handoko, 2010: 14) dan (Ahmadi dan

Supriyono, 2013: 88):

1. Mengarahkan cara belajar yang baik

Orang tua yang sering memperlihatkan cara belajar yang baik kepada anak-

anaknya akan dijadikan oleh anak sebagai model dalam cara belajarnya pula. Cara

belajar disesuaikan dengan karakter masing-masing individu. Antara satu individu

dengan individu yang lain memiliki cara belajar efektif yang berbeda-beda. Untuk

itu setiap orang tua harus mengarahkan anaknya pada cara belajar yang baik

sehingga anak dapat belajar secara optimal.

2. Menentukan waktu belajar

Waktu belajar sangat penting untuk ditentukan agar anak dapat belajar

secara teratur di rumah. Penentuan jam-jam belajar juga harus diikuti pengawasan.

Pada jam-jam yang sudah ditetapkan itu orang tua harus melihat kalau anak-anak

sudah berada di tempat belajarnya atau belum.

Page 67: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

48

3. Membantu mengatasi kesulitan belajar

Anak yang mengalami kesulitan belajar harus dicari tahu penyebab kesulitan

belajarnya sehingga orang tua dapat melakukan tindakan untuk mengatasi

kesulitan belajarnya. Dalam rangka membantu kesulitan belajar anak, maka orang

tua juga disarankan untuk: 1) mengubah sikapnya dalam menghadapi anak yaitu

harus bijaksana dan jangan otoriter, 2) mengubah sikapnya dalam menghadapi

masalah anaknya, dan 3) orang tua dengan persetujuan anak dapat memindahkan

tempat belajar yang lebih aman dan tenang.

4. Menyediakan fasilitas belajar

Fasilitas dan sarana penunjang belajar mutlak diperlukan agar siswa dapat

mencapai hasil belajar yang optimal. Fasilitas dan sarana tersebut meliputi tempat

belajar, buku, dan alat-alat belajar. Sesuai dengan pendapat Ahmadi dan Widodo

(2013: 88) yaitu keadaan peralatan seperti pensil, tinta, penggaris, buku tulis, buku

pelajaran, jangka dan lain-lain akan membentuk kelancaran dalam belajar.

Kurangnya alat-alat itu akan menghambat kemajuan belajar anak.

5. Memberikan motivasi belajar

Motivasi sebagai faktor intern (batin) berfungsi menimbulkan, mendasari,

mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam

mencapai tujuan sehingga semakin besar motivasinya akan semakin besar

kesuksesan belajarnya.

Page 68: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

49

2.1.4.3 Tujuan Bimbingan Belajar

Menurut Ahmadi dan Supriyono(2013: 111), tujuan pelayananbimbingan

belajar dirinci sebagai berikut:

1) Mencarikan cara-cara belajar yang efisien dan efektif bagi seorang anak atau

kelompok

2) Menunjukkan cara-cara mempelajari sesuai dan menggunakan buku pelajaran

3) Memberikan informasi (saran atau petunjuk) bagi yang memanfaatkan

perpustakaan

4) Membuat tugas sekolah dan mempersiapkan diri dalam ulangan dan ujian

5) Memilih suatu bidang studi (mayor atau minor) sesuai dengan bakat, minat,

kecerdasan, cita-cita, dan kondisi fisik atau kesehatannya

6) Menunjukkan cara-cara menghadapi kesulitan dalam bidang studi tertentu

7) Menentukan pembagian waktu dan perencanaan jadwal belajarnya

8) Memilih pelajaran tambahan, baik yang berhubungan dengan pelajaran di sekolah

maupun untuk pengembangan bakat dan karirnya di masa depan

Berdasarkan tujuan bimbingan belajar tersebut dapat disimpulkan bahwa

dengan adanya bimbingan belajar tersebut peserta didik akan dapat mencapai hasil

yang maksimal dalam proses belajarnya di sekolah. Peserta didik mampu mengatasi

masalah-masalah atau kesulitan belajar yang dimiliknya sehingga ia juga akan

mempunyai semangat dan motivasi belajar yang tinggi. Untuk itu sebagai orang tua

harus memperlihatkan perihal bimbingan belajar yang dilakukan pada anaknya.

Kegagalan-kegagalan yang dialami anak dalam belajar tidak selalu disebabkan oleh

Page 69: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

50

kebodohan atau rendahnya intelegensi, tetapi seringkali kegagalan ini terjadi

disebabkan mereka tidak mendapat layanan bimbingan yang memadai (Prayitno dan

Anti, 2004: 279).

2.1.4.4 Langkah-langkah dalam Bimbingan

Menurut Ahmadi dan Supriyono (2013: 117) mengatakan bahwalangkah-

langkah dalam bimbingan meliputi:

a. Mengumpulkan, mengatur, dan memanfaatkan informasi yang berhubungan

dengan lapangan yang telah disebutkan di muka dan menafsirkan untuk siswa,

guru maupun orang tua dan lain-lain

b. Mengembangkan pada siswa, pengertian dan keterampilan dibutuhkan untuk

menemukan informasi-informasi.

Langkah-langkah yang di tempuh dalam bimbingan:

a. Menentukan masalah

b. Pengumpulan data

c. Analisis data

d. Diagnosis

e. Prognosis

f. Treatmen/terapi

g. Tindak lanjut/follow up

2.1.4.5 Fungsi Bimbingan

Menurut Ahmadi dan Supriyono (2013:117-118) mengatakan bahwa fungsi

utama dari bimbingan adalah membantu murid dalam masalah-masalah pribadi dan

Page 70: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

51

sosial yang berhubungan dengan pendidikan dan pengajaran atau penempatan dan

juga menjadi perantara dari siswa dalam hubungannya dengan para guru maupun

tenaga administrasi.

Adapun fungsi bimbingan ada 4 macam:

a. Preservatif, memelihara dan membina suasana dan situasi yang baik dan tetap

diusahakan terus bagi lancarnya belajar mengajar

b. Preventif, mencegah sebelum terjadi masalah

c. Kuratif, mengusahakan “Penyembuhan” pembentukan dalam mengatasi masalah

d. Rehabilitas, mengatakan tindak lanjut secara penempatan sesudah diadakan

treatman yang memadai.

2.1.4.6 Teknik dalam Bimbingan

Secara umum menurut Handoko (2010: 19), bimbingan dapat dilaksanakan dua

cara yaitu:

1) Teknik Klasikal atau kelompok

Dalam teknik ini seseorang pembimbing menghadapi sekelompok anak

bimbing sekaligus. Kelompok ini dapat berupa kelompok kelas yang sudah ada,

kelompok kecil yang sengaja di bentuk untuk keperluan tertentu, kelompok kerja,

kelompok studi, kelompok anak yang memiliki masalah yang sama, dan lain

sebagainya. Dalam kelompok itu dapat diberikan misalnya pelajaran bimbingan,

membahas masalah secara bersama, bekerja bersama, mengadakan sosiodrama,

dan lain sebagainya yang semua bertujuan untuk membimbing kelompok.

Page 71: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

52

2) Teknik Individual

Dalam teknik ini seorang pembimbing hanya menghadapi seorang anak

bimbing. Biasanya bimbingan perseorangan atau individual sperti ini terjadi dalam

wawancara penyuluhan pribadi. Program bimbingan memberikan tekanan besar

pada bimbingan individual, maka kesempatan untuk bimbingan pribadi harus

diberikan seluas-luasnya. Dalam bimbingan individual inilah kebutuhan-

kebutuhan yang tidak terpenuhi dalam program kegiatan umum akan mendapatkan

pemenuhannya.

Dari penjelasan mengenai teknik bimbingan tersebut, teknik yang digunakan

dalam bimbingan individual belajar orang tua adalah teknik bimbingan individual.

Dalam teknik individual orang tua berperan sebagai pembimbing bagi anaknya.

Bimbingan belajar yang dilakukan orang tua dapat bersifat informatif. Beberapa

teknik bimbingan individual yang bersifat informatif adalah ceramah/penjelasan,

wawancara, nasihat, penyampaian bahan-bahan tertulis, penyampaian informasi

melalui media elektronik yang diberikan secara individual.

2.1.5 Hasil Belajar

2.1.5.1 Pengertian Hasil Belajar

Menurut Rifa’i dan Anni (2012: 69) hasil belajar merupakan perubahan

perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Perolehan

aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh

peserta didik. Oleh karena itu, apabila peserta didik mempelajari pengetahuan tentang

Page 72: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

53

konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep.

Dalam peserta didikan, perubahan perilaku yang harus dicapai oleh peserta didik

setelah melaksanakan kegiatan belajar dirumuskan dalam tujuan peserta didiknya.

Tujuan peserta didikan merupakan deskripsi tentang perubahan perilaku yang

diinginkan atau deskripsi produk yang menunjukkan bahwa belajar telah terjadi.

Perumusan tujuan peserta didikan itu, yakni hasil belajar yang diinginkan pada diri

peserta didik, lebih rumit karena tidak dapat ditukar secara langsung.

Sedangkan menurut Anitah (2009: 2.19) mengemukakan bahwa hasil belajar

merupakan kulminasi dari suatu proses yang telah dilakukan dalam belajar.

Kulminasi akan selalu diiringi dengan kegiatan tindak lanjut. Hasil belajar harus

menunjukkan suatu perubahan tingkah laku atau perolehan perilaku yang baru dari

peserta didik yang bersifat menetap, fungsional, positif, dan disadari. Bentuk

perubahan tingkah laku harus menyeluruh komprehensif sehingga menunjukkan

perubahan tingkah laku seperti contoh diatas.

Taksonomi Bloommenyampaikan tiga taksonomi yang disebut dengan ranah

belajar, yaitu: ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Ranah kognitif

mencakup kategori mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis,

mengevaluasi, dan mencipta. Ranah afektif berkaitan dengan perasaan, sikap, minat,

dan nilai. Kategori tujuannya mencerminkan hirarki yang bertentangan dari keinginan

untuk menerima sampai dengan pembentukan pola hidup. Sedangkan ranah

psikomotorik berkaitan dengan kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan

syaraf, memanipulasi objek, dan koordinasi syaraf.

Page 73: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

54

Berdasarkan pengertian hasil belajar diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

hasil belajar adalah perubahan tingkah laku setelah melalui proses belajar mengajar

yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomorik sebagai hasil belajar yang

dapat diketahui dengan melakukan penilaian-penilain tertentu yang menunjukkan

sejauh mana kriteria-kriteria penilaian telah tercapai. Dalam penelitian ini variabel

hasil belajar IPS menggunakan hasil belajar pada ranah kognitif, karena mencakup

aspek mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan

mencipta.Data yang digunakan adalah nilai Ulangan Harian (tertulis dan lisan), dan

Ulangan Tengah Semester Genap mata pelajaran IPS kelas V tahun ajaran 2016/2017.

2.1.6 Penilaian Hasil Belajar

2.1.6.1 Pengertian Penilaian Hasil Belajar

Menurut (Sudjana, 2009: 3) ditinjau dari sudut bahasa, penilaian diartikan

sebagai proses menentukan nilai suatu objek. Untuk dapat menentukan suatu nilai

atau harga suatu objek diperlukan adanya ukuran atau kriteria. Misalnya untuk dapat

mengatakan baik, sedang, kurang, diperlukan adanya ketentuan atau ukuran yang

jelas bagaimana yang baik, yang sedang, dan yang kurang. Ukuran itulah yang

dinamakan kriteria. Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa ciri penilian

adalah adanya objek atau program yang dinilai dan adanya kriteria sebagai dasar

untuk membandingkan antara kenyataan atau apa adanya dengan kriteria apa

harusnya. Perbandingan bersifat mutlak, bisa pula bersifat relatif. Perbandingan

bersifat mutlak artinya hasil perbandingan tersebut menggambarkan posisi objek yang

Page 74: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

55

dinilai ditinjau dari kriteria yang berlaku. Sedangkan perbandingan bersifat relatif

artinya hasil perbandingan lebih menggambarkan posisi suatu objek yang dinilai

terhadap objek lainnya dengan bersumber pada kriteria yang sama.

Dengan demikian, inti penilaian adalah proses memberikan atau menentukan

nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tetentu. Proses pemberian nilai

tersebut berlangsung dalam bentuk interpretasi yang diakhiri dengan judgment.

Interpretasi dan judgment merupakan tema penelitian yang mengimplikasikan adanya

suatu perbandingan antara kriteria dan kenyataan dalam konteks situasi tetentu. Atas

dasar itu maka dalam kegiatan penilaian selalu ada objek/program, ada kriteria, dan

ada interpretasi/judgment. Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai

terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini

mengisyaratkan bahwa objek yang dinilai adalah hasil belajar siswa. Hasil belajar

siswa pada hakikatnya adalah perubahan-perubahan tingkah laku seperti telah

dijelaskan di muka. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas

mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris. Oleh sebab itu, dalam penelitian

hasil belajar, peranan tujuan instruksional yang berisi rumusan kemampuan dan

tingkah laku yang diinginkan dikuasai siswa menjadi unsur penting sebagai dasar dan

acuan penilian. Penilaian proses belajar adalah upaya memberi nilai terhadap kegiatan

belajar-mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam mencapai tujuan-tujuan

pengajaran. Dalam penilaian ini dilihat sejauh mana keefektifan dan efisiennya dalam

mencapai tujuan pengajaran atau perubahan tingkah laku siswa. Oleh sebab itu,

Page 75: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

56

penilaian hasil dan proses belajar saling berkaitan satu sama lain sebab hasil

merupakan akibat dari proses.

2.1.6.2 Prinsip-prinsip Penilaian Hasil Belajar

Mengingat pentingnya penilaian dalam menentukan kualitas pendidikan, maka

upaya merencanakan dan melaksanakan penilaian hendaknya memperhatikan

beberapa prinsip dan prosedur penelitian. Prinsip penilaian yang dimaksudkan antara

lain adalah sbb:

a. Dalam menilai hasil belajar hendaknya dirancang sedemikian rupa sehingga jasa

abilitas yang harus dinilai, materi penilaian, alat penilaian, dan interpretasi hasil

penelitian. Sebagai patokan atau rambu-rambu dalam merancang penilaian hasil

belajar adalah kurikulum yang berlaku dan buku pelajaran yang digunakannya.

Dalam kurikulum hendaknya dipelajari tujuan-tujuan kurikuler dan tujuan

instruksionalnya, pokok bahasan yang diberikan, ruang lingkup dan urutan

penyajian, serta pedoman bagaimana pelaksanaannya.

b. Penilaian hasil belajar hendaknya menjadi bagian integral dari proses belajar-

mengajar. Artinya, penilaian senantiasa dilaksanakan pada setiap saat proses

belajar-mengajar sehingga pelaksanaannya berkesinambungan. “Tiada proses

belajar-mengajar tanpa penilaian” hendaknya dijadikan semboyan bagi setiap

guru. Prinsip ini mengisyaratkan pentingnya penilaian formatif sehingga dapat

bermanfaat baik bagi siswa maupun bagi guru.

c. Agar diperoleh hasil belajar yang objektif dalam pengertian menggambarkan

prestasi dan kemampuan siswa sebagaimana adanya, penilaian harus

Page 76: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

57

menggunakan berbagai alat penilaian dan sifatnya komprehensif. Dengan sifat

komprehensif dimaksudkan segi atau abilitas yang dinilainya tidak hanya aspek

kognitif, tetapi juga aspek afektif dan psikomotoris. Demikian pula dalam menilai

aspek kognitif sebaiknya dicakup semua aspek, yakni pengetahuan, pemahaman,

aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi secara seimbang.

d. Penilian hasil belajar hendaknya diikuti dengan tindak lanjutnya. Data hasil

penelitian sangat bermanfaat bagi guru maupun bagi siswa. Oleh karena itu, perlu

dicatat secara teratur dalam catatan khusus mengenai kemajuan siswa. Demikian

juga data hasil penilaian harus dapat ditafsirkan sehingga guru dapat memahami

para siswanya terutama prestasi dan kemampuan yang dimiliknya. Bahkan jika

mungkin, guru dapat meramalkan prestasi siswa pada masa mendatang. Hasil

penilaian juga hendaknya dijadikan bahan untuk menyempurnakan program

pengajaran, memperbaiki kelemahan-kelamahan pengajaran, dan memberikan

bimbingan belajar kepada siswa yang memerlukannya. Lebih jauh lagi dapat

dijadikan bahan untuk memperbaiki alat penilaian itu sendiri. (Sudjana, 2009: 8-9)

2.1.6.3 Jenis Penilaian Hasil Belajar

Menurut Sudjana (2009: 5) jenis penilaian ada beberapa macam, yaitu:

1. Penilaian formatif

Penilaian yang dilaksanakan pada akhir program belajar-mengajaruntuk

melihat tingkat keberhasilan proses belajar-mengajar itu sendiri. Dengan demikian

penilaian formatif berorientasi kepada proses belajar-mengajar. Dengan penilaian

Page 77: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

58

formatif diharapkan guru dapat memperbaiki program pengajaran dan strategi

pelaksanaannya.

2. Penilaian sumatif

Penilaian yang dilaksanakan penilaian yang dilaksanakan pada akhir

unit program, yaitu akhir catur wulan, akhir semester, dan akhir tahun. Tujuannya

adalah untuk melihat hasil yang dicapai oleh para siswa, yakni seberapa jauh

tujuan-tujuan kurikuler dikuasai oleh para siswa. Penilaian ini berorientasi kepada

produk, bukan kepada proses.

3. Penilaian diagnostik

Penilaian yang bertujuan untuk melihat kelemahan-kelemahan siswaserta

faktor penyebabnya. Penilaian ini dilaksanakan untuk keperluan bimbingan

belajar, pengajaran remidial (remedial teaching), menemukan kasus-kasus, dan

lain-lain. Soal-soal tentunya disusun agar dapat ditemukan jenis kesulitan belajar

yang dihadapi oleh para siswa.

4. Penliaian selektif

Penilaian yang bertujuan untuk keperluan seleksi, misalnya ujiansaringan,

masuk ke lembaga pendidikan tertentu.

5. Penilaian penempatan

Penilaian yang ditujukan untuk mengetahui keterampilan prasyaratyang

diperlukan bagi suatu program belajar dan penguasaan belajar seperti yang

diprogramkan sebelum memulai kegiatan belajar untuk program itu. Dengan

Page 78: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

59

perkataan lain, penilaian ini berorientasi pada kesiapan siswa untuk menghadapi

program baru dan kecocokan program belajar dengan kemampuan siswa.

2.1.6.4 Penilaian Hasil Belajar IPS di SD

Penilaian hasil belajar IPS di SD merupakan proses pemberian nilai terhadap

hasil–hasil belajar mata pelajaran IPS siswa sekolah dasar dengan kriteria

tertentu.Terdapat beberapa jenis penilaian hasil belajar IPS yang dilakukan oleh guru,

yaitu sebagai berikut.

1) Penilaian formatif

Penilaian hasil belajar IPS dilaksanakan pada akhir program belajar-mengajar

atau disebut ulangan harian untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar-

mengajar itu sendiri. Nilai ulangan harian diperoleh dari hasil tes lisan atau

tertulis dan dari pengamatan atau tes praktik/perbuatan. Hasil Ulangan harian

yang diperoleh dari tes lisan, tertulis, dan tes praktik/perbuatan, setelah dikoreksi

perlu diberi nilai (skor) 1-100 dengan diberi catatan dan komentar.

2) Penilaian sumatif

Penilaian hasil belajar IPS dilaksanakan pada akhir unit program, yaitu ulangan

tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas.Nilai UTS,

UAS, dan UKK diperoleh dari hasil tes tertulis, lisan, praktik/perbuatan dan

sikap, tugas dan produk.

Jika siswa memperoleh nilai hasil belajar IPS kurang dari batas nilai minimal

ketuntasan belajar akan diberi remedial, sedang bagi anak yang nilainya telah

mencapai batas ketuntasan akan diberikan pengayaan.

Page 79: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

60

Tahap penilaian hasil belajar IPS di SD dimulai dari pemberian skor dan

kemudian mengolah skor menjadi nilai. Menurut Poerwanti (2008: 6-3), teknik

pemberian skor yaitu sebagai berikut:

1) Pemberian skor pada aspek kognitif

Data penilaian pada aspek kognitif berasal dari hasil tes tertulis yang

berbentuk pilihan ganda, benar salah, menjodohkan, uraian, jawaban singkat, dan

sebagainya serta dari hasil tes lisan. Ada beberapa jenis penskoran sebagai

berikut:

a. Penskoran tanpa koreksi, yaitu penskoran dengan cara setiap butirsoal dijawab

benar mendapat nilai satu, sehingga jumlah skor yangdiperoleh peserta didik

adalah dengan menghitung banyaknya butirsoal yang dijawab benar.

b. Penskoran ada koreksi jawaban, yaitu pemberian skor dengan memberikan

pertimbangan butir soal yang dijawab salah dan tidak dijawab.

c. Penskoran dengan beda bobot, yaitu pemberian skor dengan memberikan

bobot berbeda pada sekelompok butir soal.

Prosedur penskoran suatu penilaian tes ttertulis yaitu dengan memberi

angka 1 bagi setiap butir jawaban yang benar dan angka 0 bagi setiap butir soal

yang salah. Skor yang diperoleh peserta didik untuk suatu perangkat tes tertulis,

dihitung dengan prosedur sebagai berikut.

x 100

Page 80: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

61

Skor yang diperoleh dengan menggunakan berbagai bentuk tes tertulis

perlu digabung menjadi satu kesatuan nilai penguasaan kompetensi dasar dan

standar kompetensi mata pelajaran. Dalam proses penggabungan dan penyatuan

nilai, data yang diperoleh masing-masing bentuk soal tersebut juga perlu diberi

bobot, dengan memperhatikan tingkat kesukaran dan kompleksitas jawaban.

Nilai akhir semester ditulis dalam rentang 0 sampai 10, dengan dua angka di

belakang koma. Nilai akhir semester yang diperoleh peserta didik merupakan

deskripsi tentang tingkat atau presentase penguasaan Kompetensi dasar dalam

semester tersebut.

Dengan menggunakan acuan kriteria (PAP) selanjutnya guru dapat

menyimpulkan apakah siswa yang bersangkutan tuntas atau lulus dalam arti telah

menguasai suatu kompetensi tertentu ataukah tidak lulus dalam arti belum

menguasai kompetensi. Jika ia tuntas diberi program sedang bagi yang belum

tuntas maka diberikan program remidial.

2) Pemberian skor pada aspek afektif

Langkah pembuatan instrumen aspek afektif, sebagai berikut:

a. menentukan ranah afektif yang akan dinilai, misalnya sikap percaya diri,

tanggungjawab, dan disiplin.

b. menentukan tipe skala yang digunakan, misalnya skor 4 apabila mulai

membudaya, skor 3 apabila mulai berkembang, skor 2 apabila mulai terlihat,

skor 1 belum terlihat.

c. menelaah instrumen dan memperbaiki instrumen.

Page 81: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

62

3) Pemberian skor pada aspek psikomotor

Pemberian skor aspek psikomotor menggunakan rubrik. Rubrik adalah

pedoman penskoran yang digunakan untuk menentukan tingkat kemahiran siswa

dalam mengerjakan tugas. Rubrik juga digunakan untuk menilai pekerjaan siswa.

Berbagai cara untuk menilai tingkat kemahiran siswa, yaitu: (1) rubrik dengan

daftar cek (cheklist), (2) rubrik dengan skala penilaian.

Dari beberapa uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa penilaian hasil

belajar IPS di Sekolah Dasar bertujuan untuk mengetahui keberhasilan peserta

didik dalam proses pembelajaran di kelas dan keberhasilan proses pendidikan

dan pengajaran. Proses pengolahan Nilai akhir di SD, perlu diperhitungkan nilai

tes formatif yaitudiambil dari nilai ulangan harian (tertulis dan lisan) dan nilai

sumatif yang diambil dari nilai Ulangan Tengah Semester Genap Tahun ajaran

2016/2017 (lisan dan tertulis). Jadi nilai akhir diperoleh dari nilai tes formatif

berupa nilai ulangan harian (tertulis dan lisan) dijumlahkan dengan nilai sumatif

yang berupa nilai UTS (tertulis dan lisan) kemudian dibagi 6.

Langkah terakhir, guru dapat menyimpulkan apakah siswa yang

bersangkutan tuntas atau lulus dalam arti telah menguasai suatu kompetensi

tertentu ataukah tidak lulus dalam arti dalam arti belum menguasai kompetensi.

Jika siswa memperoleh nilai hasil belajar IPS kurang dari batas nilai minimal

ketuntasan belajar akan diberi remedial, sedang bagi anak yang nilainya telah

mencapai batas ketuntasan akan diberikan pengayaan.

Page 82: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

63

Demikian penilaian hasil belajar IPS yang dilakukan di Sekolah Dasar yang

bertujuan untuk mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di

sekolah, yakni sejauh mana keefektifannya dalam mengubah tingkah laku para

siswa ke arah tujuan pendidikan yang diharapkan. Keberhasilan pendidikan dan

pengajaran penting artinya mengingat peranannya sebagai upaya memanusiakan

atau membudayakan manusia, dalam hal ini para siswa agar menjadi yang

berkualitas dalam aspek intelektual, sosial, emosional, moral, dan keterampilan.

2.1.7 Hakikat IPS

2.1.7.1 Pengertian Pendidikan IPS

Ilmu Pengetahuan Sosial atau disingkat dengan IPS. Adapun pengertian IPS

menurut beberapa ahli. Susanto (2013: 139) mengemukakan bahwa IPS merupakan

perpaduan antara ilmu sosial dan kehidupan manusia yang di dalamnya mencakup

antropologi, ekonomi, geografi, sejarah, hukum, filsafat, ilmu politik, sosiologi,

agama, dan psikologi. Pada hakikatnya, IPS adalah untuk mengembangkan konsep

pemikiran yang berdasarkan realita kondisi sosial yang ada di lingkungan siswa,

sehingga dengan memberikan pendidikan IPS diharapkan dapat melahirkan warga

negara yang baik dan bertanggung jawab terhadap bangsa dan negaranya.

Menurut National Council for the Sosial Studies (NCSS) dalam Susanto (2013:

143) memberikan pengertian IPS yang komprehensif, tidak dilihat dari maknanya

tetapi juga dari segi kegunaannya, yaitu:

Page 83: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

64

Social studies is the integreted study of social science and humanities to promote

civic competence. Within the school program, social studies provides

coordinate,systematic study drawing upon such disciplines as anthropology,

archeology, economic, geograpy, history, lawa, philosophy, political science,

physichology, religion, and sociology, as well as approriate content from the

humanities, mathematics, and natural science. The primary purpose of social studies

is to help young people develop the ability to make informed and reasoned decisions

for the public good as citizens of culturally dierse, democratic society in an

independent world.

Pengertian tersebut menjelaskan bahwa pendidikan IPS adalah suatu kajian

terpadu dari ilmu-ilmu sosial dan ilmu-ilmu kemanusiaan untuk meningkatkan

kemampuan kewarganegaraan. Di dalam program sekolah pendidikan, IPS

menyediakan kajian terkoordinasi dan sistematis dengan mengambil atau meramu

dari disiplin-disiplin sosial, seperti antropologi, arkeologi, ekonomi, geografi, sejarah,

hukum, ilmu politik, agama, dan sosiologi. Juga isi yang sesuai dengan ilmu-ilmu

kemanusiaan seperti matematika dan ilmu-ilmu alam.

Pusat Kurikulum (Depdiknas, 2007: 14) menyatakan IPS adalah suatu bahan

kajian yang terpadu yang merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi, dan

modifikasi yang diorganisasikan dari konsep- konsep dan keterampilan-keterampilan

Sejarah, Geografi, Sosiologi, Antropologi, dan Ekonomi. Sependapat dengan Wesley

(1952: 9) dalam Taneo (2010: 1-13), “the social studies are the social sciences

simplied for pedagogical purposes information school”.Ilmu Sosial itu

Page 84: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

65

disederhanakan untuk tujuan pendidikan, yang meliputi aspek – aspek seperti ilmu

sejarah, ekonomi, politik, sosiologi, antropologi, psikologi, geografi, dan filsafat,

yang praktiknya digunakan dalam pembelajaran di sekolah maupun perguruan tinggi.

Pendapat ahli lain, dari Sumantri dalam Hidayati (2008: 1.3) mengemukakan

pengertian IPS merupakan suatu program pendidikan dan bukan sub-disiplin ilmu

tersendiri, sehingga tidak akan ditemukan baik dalam nomenklatur filsafat ilmu,

disiplin ilmu-ilmu sosial (social science), maupun ilmu pendidikan. Sedangkan Taneo

(2010: 1-19) menyatakan bahwa hakikat dari IPS jika disorot dari anak didik adalah

sebagai pengetahuan yang akan membina para generasi muda belajar ke arah positif

yakni mengadakan perubahan-perubahan sesuai kondisi yang diinginkan oleh dunia

modern atau sesuai daya kreasi pembangunan serta prinsip-prinsip dan sistem nilai

yang dianut masyarakat serta membina kehidupan masa depan masyrakat secara lebih

cemerlang dan lebih baik untuk kelak diwariskan kepada turunannya secara lebih

baik.

Dari berbagai pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa IPS merupakan

perpaduan atau kajian dari ilmu sosial dan ilmu yang lain yang diadaptasi, diseleksi,

disederhanakan dan diorganisasikan sesuai dengan prinsip pedagogis dan psikologis

(karakteristik siswa) dan sebagai bahan ajar persekolahan.Adanya mata pelajaran IPS

diharapkan siswa akan lebih siap untuk menghadapi tantangan global serta dapat

mengembangkan kemampuan dalam lingkungannya dan dapat menempatkan diri

menjadi warga negara yang demokratis.

Page 85: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

66

2.1.7.2 Tujuan Pendidikan IPS

Setiap mata pelajaran memiliki tujuan yang harus dicapai dalam proses belajar.

Pendidikan IPS sebagai mata pelajaran di tingkat SD bertujuan untuk membentuk

siswa memahami dan memiliki kemampuan berinteraksi dengan lingkungan. Menurut

Munir dalam Susanto (2013: 151) secara keseluruhan tujuan pendidikan IPS di SD

adalah sebagai berikut:

a. Membekali anak didik dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupan

kelak di masyarakat.

b. Membekali anak didik dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisis, dan

menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan

masyarakat.

c. Membekali anak didik dengan kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga

masyarakat dan bidang keilmuan serta bidang keahlian.

d. Membekali anak didik dengan kemampuan kesadaran, sikap mental yang positif,

dan keterampilan keilmuan terhadap pemanfaatan lingkungan hidup yang menjadi

bagian dari kehidupan tersebut.

e. Membekali anak didik dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan dan

keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan kehidupan masyarakat, ilmu

pengetahuan, dan teknologi.

Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi menjelaskan bahwa mata

pelajaran IPS di SD/MI bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:

Page 86: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

67

a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan

lingkungannya.

b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri,

memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam

masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Dari tujuan tersebut, pembelajaran IPS di SD sangat penting guna membekali

siswa dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan Ilmu Pengetahuan Sosial siswa

mampu memecahkan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.

2.1.7.3 Ruang Lingkup IPS

Bidang pengetahuan ruang lingkup IPS yaitu kehidupan manusia dalam

masyarakat atau manusia sebagai anggota masyarakat atau dapat juga dikatakan

manusia dalam konteks sosial. Ruang lingkup IPS sebagai pengetahuan sebagai

pokoknya adalah kehidupan manusia di masyarakat, atau manusiadalam konteks

sosial. Ditinjau dari aspek-aspeknya meliputi hubungan sosial, budaya, sejarah,

geografi, dan aspek politik. Dari ruang lingkup kelompoknya masyarakat sampai ke

tingkat bangsa. Ditinjau dari ruangnya meliputi tingkat lokal regional sampai ke

tingkat global ( Taneo: 1-40).

Menurut Kurikulum, Depdiknas (2006) (dalam Susanto, 2013:160) disebutkan

bahwa ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut: 1)

Page 87: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

68

manusia, tempat, dan lingkungan, 2) waktu, keberlanjutan, dan perubahan, 3) sistem

sosial dan budaya, dan 4) perilaku ekonomi dan kesejahteraan.

2.1.7.4 Karakteristik Pendidikan IPS SD

Hidayati, dkk. (2008: 1-26) mengemukakan karakteristik IPS dilihat dari materi

dan strategi penyampaiannya.

1) Materi IPS

Materi IPS digali dari segala aspek kehidupan praktis sehari-hari di masyarakat.

Ada lima macam sumber materi IPS antara lain:

a. Segala sesuatu atau apa saja yang ada dan terjadi di sekitar anak sejak dari

keluarga, sekolah, desa, kecamatan, sampai lingkungan yang luas negara dan

dunia dengan berbagai permasalahannya.

b. Kegiatan manusia misalnya: mata pencaharian, pendidikan, keagamaan,

produksi, komunikasi, transportasi.

c. Lingkungan geografi dan budaya meliputi segala aspek geografi dan

antropologi yang terdapat sejak dari lingkungan anak yang terdekat sampai

yang terjauh.

d. Kehidupan masa lampau, perkembangan kehidupan manusia, sejarah yang

dimulai dari sejarah lingkungan terdekat sampai yang terjauh, tentang tokoh-

tokoh dan kejadian-kejadian yang besar.

e. Anak sebagai sumber materi meliputi berbagai segi, dari makanan, pakaian,

permainan, keluarga.

Page 88: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

69

Dengan demikian masyarakat dan lingkungannya, selain menjadi sumber materi

IPS sekaligus juga menjadi laboratoriumnya. Pengetahuan konsep, teori-teori IPS

yang diperoleh anak di dalam kelas dapat dicocokkan sekaligus diterapkan dalam

kehidupannya sehari-hari di masyarakat.

2) Strategi Penyampaian Pengajaran IPS

Strategi penyampaian pengajaran IPS sebagian besar adalah didasarkan

suatu tradisi, yaitu disusun dalam urutan: anak (diri sendiri), keluarga,

masyrakat/tetangga, kota, region, negara, dan dunia. Pertama, anak dikenalkan

konsep yang berhubungan dengan lingkungan terdekat atau diri sendiri.

Selanjutnya secara bertahap dan sistematis bergerak dalam lingkungan konsentrasi

keluar dari lingkaran tersebut, kemudian mengembangkan kemampuannya untuk

menghadapi unsur-unsur dunia yang lebih luas.

Berbeda dengan Susanto (2013: 160) yang menyatakan bahwa ruang lingkup

materi pelajaran IPS di sekolah dasar memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi,

sejarah, ekonomi, hukum, dan politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan juga

bidang humaniora, pendidikan dan agama

b. Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS berasal dari struktur keilmuan

geografi, sejarah, ekonomi, dan sosialisasiyang dikemas sedemikian rupa

sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema) tertentu.

Page 89: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

70

c. Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS juga menyangkut berbagai

masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan

multidisipliner.

d. Standar kompetensi dan kompetensi dasar dapat menyangkut peristiwa dan

perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan,

adaptasi, dan pengolahan lingkungan, struktur, proses dan masalah sosial serta

upaya-upaya perjuangan hidup agar survive, seperti pemenuhan kebutuhan,

kekuasaan, keadilan, dan jaminan keamanan

e. Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS menggunakan tiga dimensi

dalam mengkaji dan memahami fenomena sosial serta kehidupan manusia

secara keseluruhan.

Bertolak dari berbagai pendapat ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa

pendidikan IPS di SD memiliki karakteristik dari segi materi dan strategi

penyampaiannya.

2.1.7.5 Pembelajaran IPS SD

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan

mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua dimensi kurikulum , yang pertama adalah

rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, sedangkan yang

kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran.

Page 90: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

71

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 21 Tahun 2016

kurikulum pendidikan dasar dan menengah salah satunya wajib memuat IPS. Dalam

standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah disebutkan bahwa struktur

kurikulum SD/MI meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang

pendidikan selama enam tahun mulai Kelas I sampai Kelas VI. Struktur kurikulum

SD/MI disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata

pelajaran dengan ketentuan yaitu kurikulum SD/MI memuat 8 mata pelajaran, muatan

lokal, dan pengembangan diri seperti tertera pada tabel berikut.

Tabel 2.1Struktur Kurikulum SD/MI

Komponen Kelas dan Alokasi Waktu

I II III IV, V, VI

A. Mata Pelajaran

1. Pendidikan Agama 3

2. Pendidikan

Kewarganegaraan

2

3. Bahasa Indonesia 5

4. Matematika 5

5. Ilmu Pengetahuan Alam 4

6. Ilmu Pengetahuan Sosial 3

7. Seni Budaya dan

Ketrampilan

4

8. Pendidikan Jasmani,

Kesehatan, Olahraga dan

Kesehatan

4

B. Muatan Lokal 2

C. Pengembangan Diri 2

Jumlah 26 27 28 32

Satuan pendidikan SD/MI, SDLB melaksanakan program pendidikan dengan

menggunakan sistem paket. Beban belajar yang diatur pola ketentuan ini adalah

Page 91: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

72

beban belajar sistem paket pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Sistem

Paket adalah sistem penyelenggaraan program pendidikan yang peserta didiknya

diwajibkan mengikuti seluruh program pembelajaran dan beban belajar yang sudah

ditetapkan untuk setiap kelas sesuai dengan struktur kurikulum yang berlaku pada

satuan pendidikan. Beban belajar setiap mata pelajaran pada Sistem Paket dinyatakan

dalam satuan jam pembelajaran.

Beban belajar dirumuskan dalam bentuk satuan waktu yang dibutuhkan oleh

peserta didik untuk mengikuti program pembelajaran melalui sistem tatap muka,

penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur. Semuai itu

dimaksudkan untuk mencapai standar kompetensi lulusan dengan memperhatikan

tingkat perkembangan peserta didik. Kegiatan tatap muka adalah kegiatan

pembelajaran yang berupa proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik.

Beban belajar kegiatan tatap muka per jam pembelajaran pada SD/MI/SLB

berlangsung selama 35 menit (BSNP, 2006:41).

Tabel 2.2Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS kelas V Semester 2

Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar

2. Menghargai peranan

tokoh pejuang dan

masyarakat dalam

mempersiapkan dan

mempertahankan

kemerdekaan Indonesia

2.1 Mendeskrispikan perjuangan para tokoh

pejuang padamasa penjajahan Belanda dan

Jepang

2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh

perjuangan dalam mempersiapkan

kemerdekaan Indonesia

2.3 Menghargai jasa dan peranan tokoh dalam

memproklamasikan kemerdekaan Indonesia

2.4 Menghargai perjuangan para tokoh dalam

mempertahankan kemerdekaan Indonesi

Page 92: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

73

Tabel 2.3Indikator Hasil Belajar IPS

Kompetensi Dasar Materi Indikator

2.1 Mendeskrispikan

perjuangan para tokoh

pejuang pada

masa penjajahan Belanda

dan Jepang

Perjuangan

melawan penjajah

dan pergerakan

nasional Indonesia

Peranan sumpah

pemuda 28 Okt

1928 dalam

mempersiapakan

proklamasi

Menceritakan sebab

jatuhnya daerah-

daerah nusantara ke

dalam kekuasaan

pemerintah Belanda

Menjelaskan sistem

kerja paksa dan

penarikan pajak yang

memberatkan rakyat

2.4 Menghargai jasa dan

peranan tokoh perjuangan

dalam mempersiapkan

kemerdekaan Indonesia

Persiapan

kemerdekaan

Indonesia dan

perumusan dasar

Negara

Menjelaskan

beberapa usaha

dalam rangka

mempersiapkan

kemerdekaan

Menjelaskan

perlunya perumusan

dasar negara sebelum

kemerdekaan

2.1.8 Karakteristik Siswa di Sekolah Dasar

Sardiman (2011: 120) mendefinisikan karakteristik siswa adalah keseluruhan

kelakuan dan kemampuan yang ada pada siswa sebagai hasil dari pembawaan dan

lingkungan sosialnya. Terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan mengenai

Page 93: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

74

karakteristik siswa, yaitu: (1) Karakteristik atau keadaan yang berkenaan dengan

kemampuan awal atau prerequisite skills, seperti misalnya kemampuan intelektual,

kemampuan berpikir, mengucapkan hal-hal yang berkaitan dengan aspek psikomotor,

dan lain-lain; (2) Karakteristik yang berhubungan dengan latar belakang dan status

sosial; (3) Karakteristik yang berkenaan dengan perbedaan-perbedaan kepribadian

seperti sikap, perasaan, minat, dan lain-lain.

Sardiman (2016:121) mengungkapkan karakteristik siswa yang dapat

mempengaruhi kegiatan belajar siswa, yaitu: (1) latar belakang pengetahuan dan taraf

pengetahuan; (2) gaya belajar; (3) usia kronologi; (4) tingkat kematangan; (5)

spektrum dan ruang lingkup minat; (6) lingkungn sosial ekonomi; (7) hambatan-

hambatan lingkungan dan kebudayaan; (8) intelegensi; (9) keselarasan dan attitude;

(10) prestasi belajar; (11) motivasi dan lain-lain.

Djamarah (2011:124-125) membagi karakteristik anak usia sekolah dasar

menjadi dua yaitu:

1) Masa Kelas Rendah Sekolah Dasar

Beberapa sifat khas anak-anak pada masa ini antara lain:

a. adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan kesehatan pertumbuhan

jasmani dengan prestasi sekolah

b. adanya sikap yang cenderung untuk mematuhi peraturan-peraturan

permainan tradisional

c. ada kecenderungan memuji diri sendiri

Page 94: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

75

d. suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain kalau hal itu

dirasanya menguntungkan untuk meremehkan anak lain.

e. kalau tidak dapat menyelesaikan sesuatu soal, maka soal itu dianggapnya

tidak penting

f. Pada masa ini (terutama pada umur 6-8) anak menghendaki nilai (angka

rapor) yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi

niali baik atau tidak.

2) Masa Kelas Tinggi Sekolah Dasar

Beberapa sifat khas anak-anak pada masa ini adalah sebagai berikut:

a. adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret, hal ini

menimbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan pekerjaan-

pekerjaan praktis

b. amat realistik, ingin tahu, dan ingin belajar

c. menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal dan mata

pelajaran khusus yang oleh para ahli ditafsirkan sebagai mulai menonjolnya

faktor-faktor.

d. sampai kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang-orang

dewasa lainnya

e. anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya

anak tidak lagi terikat pada aturan permainan yang tradisional, mereka

membuat peraturan sendiri.

Page 95: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

76

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa siswa kelas lima SD

memiliki karakteristik yang cukup baik yaitu adanya rasa ingin tahu, ingin belajar,

perhatian terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang akan dapat mendukung

ketercapaian tujuan pengajaran IPS di Sekolah Dasar.

2.1.9 Keterkaitan Pola Asuh Orang Tua dan Bimbingan Belajar dengan Hasil

Belajar IPS

Peneliti mengasumsikan bahwa sangat memungkinkan adanya hubungan yang

signifikan antara pola asuh orang tua dengan hasil belajar IPS siswa kelas V SDN

Gugus Amarta Kecamatan Karanganom Kabupaten Klaten, adanya hubungan yang

signifikan antara bimbingan belajar dengan hasil belajar IPS siswa kelas V SDN

Gugus Amarta Kecamatan Karanganom Kabupaten Klaten, dan adanya hubungan

yang signifikan antara pola asuh orang tua dan bimbingan belajar dengan hasil

belajar IPS siswa kelas V SDN Gugus Amarta Kecamatan Karanganom Kabupaten

Klaten. Karena masing-masing variabel saling berkaitan, yaitu merupakan faktor

yang mempengaruhi hasil belajar IPS siswa kelas V SDN Gugus Amarta Kecamatan

Karanganom Kabupaten Klaten adalah pola asuh orang tua dan bimbingan belajar.

Karena dengan adanya pola asuh orang tua dan bimbingan belajar terhadap hasil

belajar IPS orang tua dapat mengarahkan untuk memberikan pola asuh orang tua

yang tepat sesuai dengan yang diharapkan oleh anak dan memberikan bimbingan

belajar dengan hasil belajar IPS yang optimal.

Page 96: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

77

Dengan demikian, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang

hubungan pola asuh orang tua dan bimbingan belajar dengan hasil belajar IPS yang

diduga memiliki hubungan yang signifikan antara kedua variabel tersebut.

2.2 KAJIAN EMPIRIS

Kajian pustaka dalam penelitian ini yaitu peneliti mengumpulkanpenelitian-

penelitian sejenis yang relevan dengan penelitian yang akan dilaksanakan sebagai

referensi. Terdapat beberapa penelitian yang berhubungan dengan pola asuh orang tua

dan bimbingan belajar terhadap hasil belajar IPS.

Penelitian yang dilakukan oleh I Wayan Parnata, M.G. Rini Kristiantari, dan

DB. Kt. Ngr. Semara Putra (2014) dalam e-journalMIMBAR PGSD Universitas

Pendidikan Ganesha jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 yang berjudul “ Hubungan

Bimbingan Belajar Orang Tua dan Konsep Diri dengan Hasil Belajar Matematika

Siswa Kelas V SD Gugus V Tampaksiring”. Jenis penelitian ini adalah penelitian

korelasional. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas V SD Gugus V

Tampaksiring pada tahun ajaran 2013/2014. Sampel diambil dari populasi

menggunakan teknik proporsional random sampling. Data yang telah dikumpulkan

adalah hasil dari pengisian angket tentang bimbingan belajar orang tua dan konsep

diri oleh responden, sedangkan data tentang hasil belajar matematika didapat melalui

pemeriksaan dokumen (document analyze). Data yang telah dikumpulkan selanjutnya

dianalisis menggunakan analisis statistik diskriptif dan analisis regresi. Uji prasyarat

analisis regresi adalah uji normalitas, uji linieritas, uji multikolinieritas, dan uji

Page 97: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

78

autokorelasi. Setelah seluruh uji prasyarat terpenuhi, maka dilakukan uji hipotesis

menggunakan anareg sederhana, korelasi product moment, anareg ganda, dan korelasi

ganda.

Penelitian oleh Fitria Rahmawati, I Komang Sudama, dan Made Sulastri (2014)

dalam e-journalMIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha jurusan PGSD

Vol: 2 No: 1 yang berjudul “ Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua dan Kebiasaan

Belajar terhadap Prestasi Belajar Siswa SD Kelas IV Semester Genap Di Kecamatan

Melaya-Jembrana”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan : (1) pola

asuh orang tua terhadap prestasi belajar, (2) kebiasaan belajar terhadap belajar, (3)

secara bersama-sama antara pola asuh orang tua dan kebiasaan belajar terhadap

prestasi belajar siswa SD kela IV semester genap di Kecamatan Melaya, Kabupaten

Jembrana tahun pelajaran 2012/2013. Jenis penelitian ini adalah ex post facto.

Besarnya populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV semester genap

di Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana tahun pelajaran 2012/2013 yang

berjumlah 1.055 orang siswa. Sampel atau sensus dalam penelitian ini berjumlah 285

siswa. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu metode kuesioner untuk

mengukur pola asuh orang tua dan kebiasaan belajar, dan metode pencatatan

dokumen untuk mencatat prestasi siswa.

Penelitian yang dilakukan oleh Kadek Ade Puspitarini, Nyoman Dantes, dan I

Made Tegeh (2015) dalam e-journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha jurusan

PGSD Vol: 3 No: 1 yang berjudul “ Pengaruh Pendekatan Saintifik dalam

Pembelajaran IPS terhadap Sikap Sosial dengan Kovariabel Intensitas Hubungan

Page 98: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

79

dalam Pola Asuh Keluarga pada Siswa Kelas IV SD Perkotaan”. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan saintifik terhadap sikap sosial,

setelah diadakan pengendalian terhadap variabel intensitas hubungan dalam pola asuh

keluarga pada siswa kelas IV SD Perkotaan. Jenis penelitian yang digunakan adalah

penelitian eksperimen dengan menggunakan desain analisis single factor independent

groups design with use of covariate. Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas

IV pada tahun pelajaran 2014/2015 yang ada di SD perkotaan gugus XIII Kecamatan

Buleleng dengan sampel berjumlah 45 orang siswa yang dipilih dengan teknik

random sampling. Data dikumpulkan dengan metode kuesioner. Pengolahan data

menggunakan anakova dengan bantuan program SPSS 16.0 for windows.

Penelitian yang dilakukan oleh Uminingsih (2016) dalam CENDEKIA Vol: 10

No: 1 yang berjudul “Pengaruh Bimbingan Orangtua Terhadap Prestasi Belajar IPA

Siswa Kelas VI SDN 004 Bontang”. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskripsi

yaitu penelitian unutuk menggambarkan hubungan bimbingan orang tua terhadap

hasil belajar IPA di SDN 004 Loktuan Bontang. Hasil belajar IPA berperan sebagai

variabel X, diukur hasil dari rata-rata tugas-tugas harian, ulangan harian, dan ulangan

semester 1. Ukuran hasil belajar yang digunakan adalah ukuran angka dengan rasio 1

s.d. 100. Makin mendekati 100 nilai yang diperoleh murid, maka semakin tinggi

ukuran hasil belajar yang diperoleh murid, maka semakin tinggi ukuran hasil belajar

yang diperoleh oleh murid tersebut. Bimbingan orang tua berperan sebagai variabel

Y, diukur dari beberapa indikator, yaitu: kondisi pribadi anak, relasi di rumah tangga

Page 99: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

80

dan keluarga, pengisisan waktu luang, minat belajar anak, kesehatan anak, dan

kebiasaan belajar anak.

Penelitian yang dilakukan oleh Ni Putu Suryanita SP, I Gusti Ngurah Japa, Ni

Wayan Arini (2016) dalam e-Jurnal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Vol:4

No:1 yang berjudul “Hubungan Antara Prestasi Belajar dan Peranan Orang Tua serta

Interaksi Teman Sebaya Mata Pelajaran PKn”. Penelitian ini termasuk penelitian ex

post facto, karena dalam pelaksanaannya tidak ada perlakuan terhadap variabel yang

diteliti. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas IV, V, dan VI di SDN 3 Banyusari,

yang berjumlah 50 orang siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah

kuesioner untuk mengukur peranan orang tua dan interaksi teman sebaya dan

dokumentasi untuk mencatat prestasi belajar siswa. Teknik yang digunakan untuk

menganalisis data penelitian adalah teknik analisis korelasional.

Penelitian yang dilakukan oleh Pingkan Mellisa Palar, Henry Palandeng, dan

Vandri D. Kallo (2015) dalam ejournal Keperawatan (e-Kep) Vol: 3 No: 2 yang

berjudul “ Hubungan Peran Orang Tua dengan Prestasi Belajar Anak Usia Sekolah di

SDN Inpres 1 Tumatras Kecamatan Lawongan Barat”. Tujuan penelitian ini adalah

untuk mengethui adanya hubungan Peran Orang Tua Dengan Prestasi Belajar Anak

Usia di SD Negeri Inpres 1 Tumaratas Kecamatan Langowan Barat. Metode

penelitian ini menggunakan survei analitik crosss sectional. Teknik pengambilan

sampel menggunakan total sampling. Sampel 59 responden. Teknik analisis data

dilakukan dengan analisis univariat dan bivariat menggunakan uji chi square pada

program komputer. Hasil penelitian ini diperoleh mulai p=0,003 yang menunjukkan

Page 100: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

81

bahwa nilai p lebih kecil dari nilai ɑ= 0,05. Kesimpulan penelitian ini yaitu terdapat

Hubungan Peran Orang Tua Dengan Prestasi Belajar Anak Usia Sekolah.

Penelitian ini yang dilakukan oleh Jane Heidyani Tan, Amatus Yudi Ismanto

dan Abram Babakal (2013) dalam ejournal keperawatan (e-Kp) Vol: 1 No: 1 yang

berjudul “ Hubungan Antara Dukungan Orang Tua dengan Motivasi Belajar Pada

Anak Usia Sekolah Kelas IV dan V di SD Negeri Kawangkoan Kalawat”. Penelitian

ini bersifat deskriptif korelatif dengan rancangan cross sectional. Teknik pengambilan

sampel yang digunakan yaitu total sampling. Sampel 117 responden. Teknik analisa

data dengan menggunakan uji chi square dengan tingkat kemaknaan ɑ = 0,05. Hasil

penelitian didapatkan bahwa terdapat hubungan antara dukungan orang tua dengan

motivasi belajar pada anak usia sekolah di SD Negeri Kawangkoan Kalawat dengan

uji chi square didapatkan nilai p = 0,002 < ɑ = 0,05. Kesimpulan penelitian ini yaitu

terdapat hubungan antara dukungan orang tua dengan motivasi belajar pada anak usia

sekolah di SD Negeri Kawangkoan Kalawat.

Penelitian yang dilakukan oleh Ririn Anggriani pada tahun 2014 dengan judul,

“Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Motivasi Belajar Siswa” dalam Jurnal

Ilmiah Pendidikan Bimbingan dan KonselingVol.2 No.1. Berdasarkan hasil penelitian

dalam penelitian ini adalah: (1) Variabel pola asuh orang tua ini, peneliti melakukan

sebaran angket terhadap siswa sebanyak 60 siswa / responden yang diungkap dengan

30 item pertanyaan. Melalui analisis deskriptif diperoleh hasil bahwa variabel pola

asuh orang tua dengan indikator pola asuh otoriter berada dalam kategori

tinggi.Sedangkan pola asuh permisif juga tinggi, dan pola asuh demokratis dalam

Page 101: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

82

kategori tinggi. (2) Variabel motivasi belajar, peneliti melakukan sebaran angket

terhadap siswa sebanyak 60 siswa / responden yang diungkap dengan 30 item

pertanyaan. (3) Hasil penelitian hubungan pola asuh orangtua dengan motivasi belajar

menunjukan hubungan yang signifikan, dan menunjukan bahwa nilai koefisien

korelasinya 0,618 dan nilai signifikannya 0,000. Dimana p atau signifikannya

tersebut lebih kecil dari 0,01 hal ini berarti bahwa terdapat hubungan pola asuh orang

tua dengan motivasi belajar yang signifikan. Koefisien determinasi dalam tabel diatas

R square yang memiliki nilai sebesar 0,382 dengan demikian berarti 38,2% anak pola

asuh orang tua yang dipengaruhi oleh motivasi belajar 61,8 dipengaruhi oleh faktor-

faktor lain yang tidak termasuk dalam variabel pola asuh dan motivasi belajar.

Berdasarkan hasil korelasi diatas dapt disimpulkan bahwa pola asuh orangtua

memiliki korelasi signifikan dengan motivasi belajar

Penelitian yang dilakukan oleh Funmilola Bosede Alakon pada tahun 2013

dengan judul “The Influence of Parents’ Educational Background and Study Facilities

on Academic Perfomance Among Secondary School Students” yang hasilnya

menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kinerja akademik siswa dari orang tua

dengan latar belakang pendidikan yang rendah. Sebuah perbedaan yang signifikan

juga ditemukan antara kinerja akademik siswa yang memiliki fasilitas belajar di

rumah dan siswa yang tidak ada fasilitas belajar dirumah. Dapat disimpulkan bahwa

latar belakang pendidikan orang tua dan memiliki fasilitas belajar di rumah memiliki

pengaruh yang besar pada kinerja akademik. (Funmilola Bosade Alakon 2013. The

Influence of Parents” Educational Background and Study Facilities on Academic

Page 102: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

83

Performance Among Secondary School Students. Ozean Journal of Social Sciences.

Volume 6 Nomor 2)

Penelitian yang dilakukan oleh Rana Muhammad Asad Khan pada tahun 2015

dengan judul “The Influence of Parents Educational level on Secondary School

Students Academic Achievements in District Rajanpur” yang hasilnya setelah analisis

data penelitian ditemukan hubungan positif yang signifikan anatara tingkat

pendidikan orang tua dan prestasi akademik siswa. (Rana Muhammad Asad Khan,

2015. The Influence of Parents Educational Level on Secondary School Students

Academic achievments in District Rajanpur Journal of Education and Practice.

Volume 6 Nomor 6.

Penelitian dalam International Academic Journal of Interdisciplinary Studies

MCSER Publishing, Rome-Italy Volume 3 (3), November 2013, yang dilakukan oleh

Mensah, Monica Konnie dengan judul Influence of Parenting Styles on the Social

Development of Children Descriptive survey design was used to execute the study.

The population of the study composed of the basic school pupils and teachers in the

Sunyani East and West Education Districts of the Brong Ahafo region of Ghana. Four

hundred and eighty (240 males and 240 females) pupils and sixteen (16) teachers

were randomly sampled from eight (8) public and private basic schools to provide

data for the exercise.

Berdasarkan berbagai penelitian diatas yang mendukung dalam penelitian ini

adalah pola asuh orang tua dan bimbingan belajar sangat berhubungan dan

berpengaruh dengan hasil belajar anak khususnya pada mata pelajaran IPS. Dan dari

Page 103: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

84

berbagai penelitian diatas juga memiliki perbedaan selain subjek dan objeknya juga

variabelnya. Adapun dalam penelitian ini membahas tentang korelasi pola asuh orang

tua dan bimbingan belajar dengan hasil belajar IPS. Pola asuh orang tua dan

bimbingan belajar sebagai variabel dependen (X) dan hasil belajar IPS sebagai

variabel terikat (Y).

2.3 KERANGKA BERPIKIR

Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori

berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang

penting (Sugiyono, 2015: 91). Adapun kerangka berpikir dalam penelitian ini sebagai

berikut:

Sebagaimana kita ketahui bahwa pendidikan dapat dilaksanakan dimana saja,

baik di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, maupun dalam lingkungan

masyarakat. Menurut Hasbullah (2015: 38), lingkungan keluarga merupakan

lingkungan pendidikan yang pertama dan utama. Dikatakan pertama karena dalam

keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan didikan dan bimbingan. Dikatakan

lingkungan yang utama, karena sebagian besar dari kehidupan anak adalah di dalam

lingkungan keluarga, sehingga pendidikan yang paling banyak diterima oleh anak

adalah dalam keluarga.

Pendidikan yang diperoleh anak dalam lingkungan keluarga menjadi bekal bagi

anak untuk tumbuh dan berkembang di lingkungan sekolah dan masyarakat. Menurut

Djaali (2015: 99), terdapat enam faktor dalam keluarga yang mempengaruhi

Page 104: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

85

pencapaian prestasi belajar anak, antara lain: 1) tingkat pendidikan orang tua, 2)

status ekonomi orang tua, 3) rumah kediaman orang tua, 4) persentase hubungan

orang tua dengan anak, 5) perkataan orang tua, dan 6) bimbingan orang tua.

Hasil belajar yang diperoleh peserta didik di sekolah dipengaruhi oleh dua

faktor yaitu faktor dalam diri peserta didik (intern) dan faktor dari luar diri peserta

didik (ekstern).Faktor dari dalam diri peserta didik diantaranya kecakapan, minat,

bakat, usaha, motivasi, perhatian, kelemahan dan kesehatan, serta kebiasaan peserta

didik. Faktor dari luar diri peserta didik diantaranya lingkungan fisik dan nonfisik,

lingkungan sosial budaya, lingkungan keluarga, program sekolah, guru, pelaksanaan

pembelajaran, dan teman sekolah (Anitah, 2009: 2.7).

Dari faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar tersebut, faktor keluarga

merupakan faktor yang penting.Dalam aktivitas belajar, peranan orang tua dalam

keluarga yang dibutuhkan (Yasa, 2014: 2). Orang tua sebagai pendidik memiliki

karakter dan sifat yang khas, antara orang tua yang satu dengan lain tidak dapat

disamakan. Setiap orang tua memiliki cara tersendiri dalam mendidik, mengarahkan

serta membimbing anak yang disebut pola asuh orang tua. Setiap orang tua pasti

menginginkan anaknya menjadi manusia yang pandai, cerdas dan berakhlakul

karimah. Akan tetapi masih banyak orang tua yang tidak banyak menyadari bahwa

pola asuh yang diterapkan membuat anak merasa tidak disayang oleh orang tuanya.

Perasaan-perasaan itulah yang banyak mempengaruhi sikap, perasaan, cara berpikir,

bahkan kecerdasan mereka.

Page 105: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

86

Pola asuh orang tua yang diterima oleh setiap siswa sangatlah beragam, hal ini

tergantung dari cara pola asuh keluarga yang diterapkan oleh orang tua kepada

anaknya. Beberapa pola asuh yang ada dalam keluarga yaitu pola asuh otoriter, pola

asuh permisif, dan pola asuh demokratis (Helmawati, 2014: 138-140). Setiap masing-

masing pola asuh orang tua tersebut memiliki karakter yang berbeda-beda. Orang tua

hendaknya memikirkan kondisi anak untuk mempertimbangkan cara-cara mendidik

anak, sehingga dapat memutuskan dengan tepat jenis pola asuh yang akan diterapkan

terhadap anak. Cara orang tua mendidik anaknya akan berpengaruh terhadap

kepribadian sehingga dapat mempengaruhi hasil belajar anak di sekolah.

Bimbingan belajar orang tua juga sangat mempengaruhi terhadap hasil belajar.

Menurut Prayitno dan Amti (2008: 99), bimbingan adalah proses pemberian bantuan

yang dilakukan oleh orang tua kepada anaknya agar anak yang dibimbing dapat

mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri. Pada umumnya anak baru

mulai sadar akan perlunya belajar setelah mereka mulai menempuh pendidikan di

sekolah menengah, akan tetapi pada zaman sekarang ini mereka yang masih duduk di

sekolah dasar diharapkan menyadari pentingnya belajar. Maka dari itu mereka perlu

dibimbing dalam hal cara belajar yang baik, masalah penggunaan waktu, cara

mencatat, berbagai cara mengatasi kesulitan belajar, cara belajar bersama,

mengembangkan motivasi belajar dan lain-lain (Handoko, 2010: 14).

Sekarang ini banyak orang tua yang kurang memperhatikan dan mengarahkan

anaknya, justru mereka sibuk dengan kepentingannya sendiri sehingga lupa

kewajibannya sebagai orang tua yang sangat dibutuhkan anak yaitu memberikan

Page 106: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

87

bimbingan dan pengarahan. Bimbingan belajar orang tua yang dimaksud dalam

penelitian ini meliputi enam indikator yaitu: 1) mengarahkan cara belajar yang baik,

2) menentukan waktu belajar, 3) membantu mengatasi kesulitan belajar, 4)

menyediakan fasilitas belajar, 5) memberikan motivasi belajar.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang tua merupakan

faktor yang sangat berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar siswa, selain pola

asuh orang tua yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa adalah bimbingan

belajar. Dengan adanya pemberian bimbingan oleh orang tua kepada anaknya secara

maksimal di rumah dalam belajar, membantu anak dalam mengatasi kesulitan

belajarnya, dan memenuhi kebutuhan belajarnya. Dengan semua hal itu maka akan

membantu dalam aktifitas belajar anak sehingga anak akan lebih giat untuk

memperoleh hasil belajar IPS yang optimal. Jadi dapat dikatakan bahwa pola asuh

orang tua dan bimbingan belajar berpengaruh dengan hasil belajar IPS siswa.

Dalam penelitian ini permasalahan terdapat di SDN Gugus Amarta Kecamatan

Karanganom yang meliputi SDN 1 Padas, SDN 1 Jungkare, SDN 1 Soropaten, SDN 2

Soropaten, dan SDN 2 Karangan ditinjau dari faktor lingkungan keluarga khususnya

pola asuh orang tua dan bimbingan belajar adalah : Permasalahan-permasalahan yang

dapat mempengaruhi hasil belajar siswa di sekolah yaitu pola pengasuhan orang tua

yang berbeda-beda. Kemudian faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu

pelaksanaan bimbingan belajar.

Page 107: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

88

Dengan demikian pada penelitian ini, terdapat variabel bebas yaitu pola asuh

orang tua (X1) dan bimbingan belajar (X2) serta variabel terikat yaitu hasil belajar IPS

(Y).

Agar lebih jelas lagi maka kerangka berpikir penelitian ini digambarkan dalam bentuk

bagan seperti di bawah ini:

3)

4)

Gambar 2.1Bagan Kerangka Berpikir

Bimbingan Belajar X2

Pola Asuh Orang Tua X1

Hubungan Pola Asuh Orang Tua dan Bimbingan Belajar dengan

Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V

Indikator:

1. Pola Asuh Otoriter

2. Pola Asuh Permisif

3. Pola Asuh Demokratis

(Helmawati, 2014:138-139)

Indikator :

1. Mengarahkan cara belajar yang

baik.

2. Menentukan waktu belajar.

3. Membantu mengatasi kesulitan

belajar.

4. Menyediakan fasilitas belajar

5. Memberikan motivasi belajar.

(Handoko, 2013: 14, Ahmadi dan

Supriyono, 2013: 88)

Hasil Belajar IPS

Page 108: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

89

2.4 HIPOTESIS PENELITIAN

Menurut Sugiyono (2013:89) hipotesis adalah suatu pernyataan yang

menunjukkandugaan tentang hubungan antara dua variabel atau lebih. Hipotesis

merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, rumusan

masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan. Hipotesis

dalam penelitian ini menggunakan hipotesis asosiatif yaitu hipotesis yang dirumuskan

untuk memberikan jawaban pada permasalahan yang bersifat hubungan.

Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis yang akan di uji kebenarannya

dalam penelitian ini adalah pola asuh orang tua dan bimbingan belajar dengan hasil

belajar IPS Siswa Kelas V SDN Gugus Amarta Kecamatan Karanganom Kabupaten

Klaten. Adapun hipotesis yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu Ha

(hipotesis alternatif).

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. H0 = Tidak ada hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan hasil

belajar IPS siswa kelas V SDN Gugus Amarta Kecamatan Karanganom

Kabupaten Klaten

Ha = Ada hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan hasil

belajar IPSsiswa kelas V SDN Gugus Amarta Kecamatan Karanganom

Kabupaten Klaten

2. H0 = Tidak ada hubungan yang signifikan bimbingan belajar dengan hasil

belajarIPS siswa kelas V SDN Gugus Amarta Kecamatan Karanganom

Kabupaten Klaten

Page 109: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

90

Ha = Ada hubungan yang signifikan antara bimbingan belajar dengan hasil belajar

IPSsiswa kelas V SDN Gugus Amarta Kecamatan Karanganom Kabupaten

Klaten

3. H0 = Tidak ada hubungan yang signifikan antarapola asuh orang tua dan

bimbingan belajardengan hasil belajar IPS siswa kelas V SDN Gugus

Amarta Kecamatan Karanganom Kabupaten Klaten

Ha = Ada hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dan bimbingan

belajardengan hasilbelajar IPS siswa kelas V SDN Gugus Amarta

Kecamatan Karanganom Kabupaten Klaten.

Page 110: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

167

BAB V

PENUTUP

5.1 SIMPULAN

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, analisis

data dan pembahasan yang di paparkan pada bab terdahulu, maka kesimpulan

penelitian sebagai berikut: (1) berdasarkan analisis deskriptif pada pola asuh orang

tua menunjukkan bahwa sejumlah 74% siswa kelas V SDN Gugus Amarta

Kecamatan Karanganom Kabupaten Klaten merasakan pola asuh demokratis; (2)

berdasarkan analisis deskriptif pada bimbingan belajar orang tua menunjukkan

bahwa sejumlah 65% dengan skor rata-rata 127 siswa kelas V SDN Gugus Amarta

Kecamatan Karanganom Kabupaten Klaten merasakan bimbingan belajar dengan

kategori Cukup Baik; (3) berdasarkan analisis deskriptif pada hasil belajar IPS

menunjukkan bahwa sejumlah 58% dengan rata-rata skor sebesar 73 siswa kelas V

SDN Gugus Amarta Kecamatan Karanganom Kabupaten Klaten berada dalam

kategori baik; (4) ada hubungan yang signifikan pola asuh orang tua dan bimbingan

belajar orang tua dengan hasil belajar IPS. Hasil analisis regresi ganda untuk variabel

pola asuh orang tua dan bimbingan belajar orang tua dengan hasil belajar IPS yaitu

sebesar 0,695 termasuk dalam kategori cukup kuat

Page 111: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

168

5.2 SARAN

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, dan kesimpulan yang telah

diuraikan sebelumnya, maka dapat diajukan beberapa saran, sebagai berikut:

5.2.1 Secara Teoritis

Salah satu cara untuk meningkatkan hasil belajar IPS yaitu perlu adanya

pemberian pola asuh orang tua dan bimbingan belajar orang tua.

5.2.2 Secara Praktis

Berdasarkan simpulan dari hasil penelitian ini, dapat disarankan bagi :

5.2.2.1 Guru

Diharapkan dalam proses belajar mengajar selain memberikan materi

pada mata pelajaran IPS, guru juga harus memberikan pengetahuan bagi

siswa tentang hal yang berkaitan dengan pola asuh orang tua dan bimbingan

belajar orang tua. Dengan pemberian pola asuh orang tua dan bimbingan

belajar yang tepat untuk anak maka anak akan memperoleh hasil belajar yang

optimal dalam kegiatan pembelajaran IPS.

5.2.2.2 Orang Tua

Diharapkan agar orang tua menerapkan pola asuh yang tepat dan sesuai

dengan yang dihrapkan oleh anak dan memberikan bimbingan belajar kepada

anak agar mampu mendapatkan hasil belajar yang optimal di sekolah.

Sehingga anak juga dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran

IPS.

Page 112: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

169

5.2.2.3 Peneliti Lain

Diharapkan penelitian ini bisa dijadikan sebagai salah satu referensi

atau dapat menjadi gambaran untuk mengembangkan penelitian yang baru

tentang masalah yang sama karena penelitian ini hanya berlaku di Sekolah

Dasar Negeri Gugus Amarta Kecamatan Karanganom Kabupaten Klaten

yang tidak dapat mewakili semua siswa yang ada di sekolah lain.

Page 113: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

170

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono. 2013. Psikologi Belajar. Jakarta: RinekaCipta.

Alokan, Funmilola Basode. 2013. The Influence of Parent’s Educational

Background and Study Facilities on academic Performance among

Secondary School Students. Ozean Journal of Social Sciences. Volume 6

Nomor 2.

Anggraini, Ririn. 2014. Hubungan Pola Asuh Orangtua Dengan Motivasi Belajar

Siswa. Tersedia di jurnal ilmiah pendidikan bimbingan dan konseling Vol.2 (1)

pada tanggal 16 januari 2016.

Anitah, Sri. 2008. Strategi Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Universitas

Terbuka.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta: Rineka Cipta

Djaali. 2015. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2014. Pola Asuh Orang Tua dan Komunikasi dalam

Keluarga: Upaya Membangun Citra Membentuk Pribadi Anak. Jakarta:

Rineka Cipta

Handoko, Martin. 2010. Bimbingan dan Konseling di Sekolah Panduan Praktis.

Yogyakarta: Kanisius.

Hasbullah. 2015. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

Helmawati. 2014. Pendidikan Keluarga Teoritis dan Praktis. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Hidayati, dkk. 2008. Pengembangan Pendidikan IPS SD. Jakarta: Dirjen Dikti

Depdiknas.

Page 114: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

171

Khan, Rana Muhammad Asad. 2015. “The Influence of Parents Educational level on

Secondary School Students Academic Achievements in District Rajanpur”.

Journal of Education and Practice. Volume 6 Nomor 6.

Mensah, Monica Konnie. 2013. “Influence of Parenting Styles on the Social

Development of Children Descriptive survey design was used to execute the

study”. Academic Journal of Interdisciplinary Studies MCSER Publishing,

Rome-Italy. Volume 3 Nomor 3

Musfiqon. 2012. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Prestasi Pustakaraya

Nurochim. 2013. Perencanaan Pembelajaran Ilmu-imu Sosial. Jakarta: Rajawali

Pers.

Parnata, I Wayan. 2014. Hubungan Bimbingan Belajar Orang Tua dan Konsep

Diri dengan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Gugus V

Tampaksiring. E-journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan

Ganesha Jurusan PGSD. Volume 2, Nomor 1.

Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi

Pingkan Mellisa Palar. 2015. Hubungan Peran Orang Tua dengan Prestasi Belajar

Anak Usia Sekolah di SDN Inpres I Tumaratas Kecamatan Langowan

Barat. E-journal Keperawatan. Volume 3 Nomor 2.

Poerwanti, Endang. 2008. Asesmen Pembelajaran SD. Direktorat Jenderal Pendidikan

Tinggi: Departemen Pendidikan Nasional

Prayitno dan Erman Amti. 2008. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta:

Rineka Cipta.

Priyatno, Duwi. 2016. Belajar Alat Analisis Data dan Cara Pengolahannya dengan

SPSS. Yogyakarta: Grava Media

Puspitarini, Ade Kadek. 2015. Pengaruh Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran

IPS terhadap Sikap Sosial dengan Kovariabel Intensitas Hubungan dalam Pola

Asuh Keluarga pada Siswa Kelas IV SD Perkotaan. E-Journal PGSD

Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD. Volume:3, Nomor:1

Rahmawati, Fitria. 2014. Hubungan Pola Asuh Orang Tua dan Kebiasaan Belajar

terhadap Prestasi Belajar Siswa SD Kelas IV Semester Genap di Kecamatan

Melaya-Jembrana. E-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan PGSD. Volume: 2, Nomor:1

Page 115: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

172

Riduwan. 2013. Dasar-dasar Statistika. Bandung: Alfabeta

Rifa’i, Ahmad dan Anni. 2012. Psikologi Pendidikan. Semarang: Unnes Press.

Sardiman. 2011. Interaksi&Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada

Shochib. 2010. Pola Asuh Orang Tua. Jakarta: Rineka Cipta

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:

Rineka Cipta.

Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. 2013. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukestiyarno. 2012. Olah Data Penelitian Berbantuan SPSS. Semarang: Unnes Press.

Suryanita, Ni Putu. 2016. Hubungan antara Prestasi Belajar dan Peranan Orang Tua

serta Interaksi Teman Sebaya Mata Pelajaran PKn. E-Journal PGSD

Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD. Volume:4, Nomor:1

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:

KENCANA

Taneo, Silvester Petrus. 2010. Kajian IPS SD. Jakarta: Direktorat Jenderal

Pendidikan Tinggi Kemdiknas.

Tan, Jane Heidyani. 2013. Hubungan antara Dukungan Orang Tua dengan Motivasi

Belajar pada Anak Usia Sekolah Kelas IV dan V di SD Negeri Kawangkoan

Kalawat. E-Journal keperawatan. Volume: 1. Nomor:1.

Tim Penyusun. 2006. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan.

Uminingsih. 2016. Pengaruh Bimbingan Orangtua Terhadap Prestasi Belajar IPA

Siswa Kelas VI SDN 004 Bontang. CENDEKIA. Volume: 10. Nomor: 1

Page 116: SKRIPSI Oleh Afriz Afritasari - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/31321/1/1401413220.pdf · Orang tua tidak selalu memberikan perintah yang benar. Tapi menjalankan perintahnya akan selalu

173

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003.

Widoyoko, Eko Putro. 2015. Teknik Penyususnan Instrumen Penelitian.

Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Winataputra, Udin S. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas

Terbuka.

Yasa, Gede Sedana. 2014. Bimbingan Belajar. Yogyakarta: Graha Ilmu.