SKRIPSI PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN ANTARA …
Transcript of SKRIPSI PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN ANTARA …
SKRIPSI
PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN ANTARA MAHASISWI
KEPERAWATAN DAN MAHASISWI KESEHATAN MASYARAKAT
DALAM MENYELESAIKAN TUGAS AKHIR (SKRIPSI)
DI STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
TAHUN 2017
Oleh :
RANIA DWI TIRTA SARI
NIM. 201302097
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2017
ii
SKRIPSI
PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN ANTARA MAHASISWI
KEPERAWATAN DAN MAHASISWI KESEHATAN MASYARAKAT
DALAM MENYELESAIKAN TUGAS AKHIR (SKRIPSI)
DI STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
TAHUN 2017
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan Dalam Program Studi
Ilmu Keperawatan Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun
Oleh :
RANIA DWI TIRTA SARI
NIM. 201302097
PROGRAM STUDI ILMU S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2017
iii
iv
v
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : RANIA DWI TIRTA SARI
NIM : 201302097
Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul : “Perbedaan Tingkat
Kecemasan Antara Mahasiswi Keperawatan Dan Mahasiswi Kesehatan
Masyarakat Dalam Menyelesaikan Tugas Akhir (Skripsi) Di Stikes Bhakti Husada
Mulia Madiun Tahun 2017, ini adalah bukan skripsi orang lain baik sebagian
maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah disebutkan
sumbernya.
Demikian surat pernyataan ini kami buat dengan sebenar-benarnya dan
apabila pertanyataan ini tidak benar, kami bersedia mendapatkan sanksi.
Madiun, Mei 2017
RANIA DWI TIRTA SARI
NIM. 201302097
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. MAHASISWI
Nama : RANIA DWI TIRTA SARI
Nim : 201302097
Tempat, Tgl Lahir : Madiun, 25 Oktober 1995
Tempat Tinggal : Jalan Suriko Jalan Surikoyo RT.0 , RW.01
Ds. Sukolilo – Jiwan – Madiun.
B. ORANG TUA
Nama : Alm. SARNO
Nama ibu : SUPARNI
Tempat Tinggal : Jalan Surikoyo RT.0 , RW.01
Ds. Sukolilo Jiwan – Madiun.
C. RIWAYAT HIDUP
1. Tamat SD di SDN Sukolilo 01 Jiwan Madiun Tahun 2007
2. Tamat SLTP di SLTPN 01 Jiwan Madiun Tahun 2010
3. Tamat SMA di SMAN 01 Jiwan Madiun Tahun 2013
4. Pendidikan Tinggi :
vii
PERGURUAN
TINGGI
TEMPAT SEMESTER TAHUN KETERANGAN
Stikes BHM Madiun I/II 2013/2014
Stikes BHM Madiun III/IV 2014/2015
Stikes BHM Madiun V/VI 2015/201
Stikes BHM Madiun VII/VIII 201/2017
Demikian daftar Riwayat Hidup ini saya buat dengan sebenarnya.
Madiun, Agustus 2017
Yang Menyatakan,
RANIA DWI TIRTA SARI
NIM: 201302097
viii
ABSTRAK
Perbedaan Tingkat Kecemasan Antara Mahasiswi Keperawatan Dan Mahasiswi
Kesehatan Masyarakat Dalam Menyelesaikan Tugas Akhir (Skripsi)
Di Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun
Tahun 2017
RANIA DWI TIRTA SARI
NIM. 201302097
Kecemasan dapat muncul sebagai suatu respon fisiologis untuk
mengantisipasi suatu permasalahan yang mungkin akan dating atau muncul
sebagai gangguan jika timbul berlebihan. Demikian pula yang dihadapi
mahasiswa dalam memenuhi tugas akhir yaitu skripsi. Hal ini membuat para
mahasiswa merasa cemas untuk membuat tugas skripsi mengingat skripsi
merupakan tugas yang baru pertama kali dengan melakukan penelitian di
lapangan setelah mendapatkan ilmu di bangku perkuliahan. Tujuan Mengetahui
perbedaan tingkat kecemasan antara mahasiswi Keperawatan dan mahasiswi
Kesehatan Masyarakat dalam menyelesaikan tugas akhir (Skripsi) di STIKES
Bhakti Husada Mulia Madiun Tahun 2017.
Metode penelitian menggunakan komparatif dengan populasi penelitian
sebanyak 54 responden, kemudian diambil sampel menjadi 27 mahasiswi
Keperawatan dan mahasiswi Kesehatan Masyarakat. Teknik pengambilan sampel
dengan simple random sampling. Teknik analisa data dengan menggunakan
Independent Sampel T Test.
Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan kecemasan mahasiswi
keperawatan dan mahasiswi kesehatan masyarakat dengan menggunakan
independent sampel t test.
Dari hasil analisis Independent Sampel T Test yang diperoleh adalah (1)
Tingkat kecemasan mahasiswi Program Studi Keperawatan mempunyai tingkat
kecemasan sedang yaitu 12 responden atau 44,4%. (2) Tingkat kecemasan
mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat yang mempunyai tingkat
kecemasan berat yaitu 22 responden atau 81,5%. (3) Ada perbedaan tingkat
kecemasan antara mahasiswi Program Studi Keperawatan dan mahasiswi Program
Studi Kesehatan Masyarakat dalam menyelesaikan tugas akhir (Skripsi) di
STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun dengan tingkat signifikan 0,002.
Penelitian yang telah dilaksanakan diharapkan dapat dijadikan tolak ukur
bagi peneliti yang akan datang bagi STIKES. Penelitian ini dapat dijadikan bahan
pustaka di STIKES dalam rangka mengembangkan ilmu keperawatan.
Kata kunci : Tingkat Kecemasan, Mahasiswa Keperawatan dan Mahasiswa
Kesehatan Masyarakat
ix
ABSTRACT
Differences Level Anxiety Between Student Nursing And Public Health Student
In Completing Final Project (Thesis)
In Stikes Bhakti HusadaMuliaMadiun
Year 2017
RANIA DWI TIRTA SARI
NIM. 201302097
Anxiety can arise as a physiological response to anticipate a problem that
may come or arise as a nuisance if it appears excessive. Similarly, faced by
students in fulfilling the final task of thesis. This makes the students feel anxious
to make a thesis task remember thesis is a new task for the first time by doing
research in the field after getting knowledge in the lecture bench. Objective To
know the difference of anxiety level between student of Nursing and Public
Health student in completing the final project (Thesis) at STIKES Bhakti
HusadaMuliaMadiun Year 2017.
The research method used comparative with the research population as
much as 54 respondents, then taken the sample to 27 female students of Nursing
and Public Health student. Sampling technique with simple random
sampling.Data analysis technique using Independent Sampel T Test.
The results showed that there was an anxiety difference between nursing
students and public health students using independent sample t test.
From the analysis of Independent Sampel T Test obtained are (1) Anxiety
level of student of Nursing Study Program have medium anxiety level that is 12
respondent or 44,4%. (2) The level of anxiety of female Public Health Study
Program students who have severe anxiety level is 22 respondents or 81.5%. (3)
There is difference of anxiety level between student of Study Program of Nursing
and Public Health Study Program student in completing final project (Thesis) at
STIKES Bhakti HusadaMuliaMadiun with significant level 0,002.
Research that has been implemented is expected to be used as a benchmark
for future researchers. For STIKES. This research can be used as library material
in STIKES in order to develop the science of nursing.
Keywords: Anxiety Level, Nursing Student and Public Health Student
x
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO :
Selama masih ada TEKAD Yang tertanam dalam SEMANGAT, maka
tiada kata TERLAMBAT untuk memulai AWAL YANG BARU . . .
( penulis )
Skripsi ini
kupersembahkan
untuk :
Ayah Ibu dan kakak ku Nur anna abriyani dan
Supriyanto beserta adek ku Nicolas Ivander
Azka tersayang atas segala doa dan
dukungannya yang menjadi semangat ku
xi
tersendiri untuk terus maju. Teman
seperjuangan satu almamater yang selalu
memberikan motivasi untuk menyelesaikan
skripsi ini dan almamater tercinta.
xii
DAFTAR ISI
Sampul Depan .....................................................................................................i
Sampul Dalam ....................................................................................................ii
Lembar Persetujuan ............................................................................................iii
Lembar Pengesahan ...........................................................................................iv
Lembar Pernyataan..............................................................................................v
Daftar Riwayat Hidup .........................................................................................vi
Abstrak ................................................................................................................viii
Abstract ...............................................................................................................ix
Motto Dan Persembahan .....................................................................................x
Daftar Isi.............................................................................................................xii
Daftar Gambar .....................................................................................................ixv
Daftar Tabel ........................................................................................................xv
Daftar Lampiran ..................................................................................................xvi
Kata Pengantar………………………………………………………………..xvii
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian ..........................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian ..........................................................................4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................6
2.1 Tinjauan Teori Tentang kecemasa .................................................6
2.2 Skripsi ............................................................................................27
2.3 Kecemasan Pada Mahasiswi Kesehatan Dan keperawatan ...........30
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN.........35
3.1 Kerangka Konsep .........................................................................35
3.2 Hipotesa Penelitian .......................................................................36
BAB 4 METODE PENELITIAN........................................................................37
4.1 Desain Penelitian ........................................................................37
4.2 Populasi Dan Sampel ...................................................................37
xiii
4.3 Teknik Sampling .........................................................................39
4.4 Kerangka Kerja Penelitian ..........................................................40
4.5 Vaeriabel Penelitian Dan Definisi Operasional variabel .............41
4.6 Instrumen Penelitian ...................................................................43
4.7 Uji Validitas Dan Reliabilitas ......................................................43
4.8 Lokasi Dan Waktu Penelitian ......................................................44
4.9 Prosedur Pengumpulan Data ......................................................44
4.10 Tehnik Pengolahan Data Dan Analisa Data ...............................45
4.11 Analisa Data .............................................................................46
4.12 Etika Penelitian ...........................................................................47
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................49
5.1 Hasil Penelitian ............................................................................... 49
5.2 Karakteristik Responden ................................................................. 50
5.3 Hasil Penelitian .............................................................................. 51
5.4 Pembahasan Hasil Penelitian .......................................................... 54
5.5 Keterbatasan Penelitian ................................................................... 63
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 63
6.1 Kesimpulan ..................................................................................... 63
6.2 Saran .............................................................................................. 63
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR GAMBAR
No Judul Tabel Halaman
1 Gambar 3.1 Kerangka konsep 35
2 Gambar 4.1 Kerangka kerja 40
xv
DAFTAR TABEL
No Judul Tabel Halaman
1
Tabel 4.1 Definisi Operasional
43
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Lampiran
1. Lampiran 1 Permohonan Surat Ijin Studi Pendahuluan
2. Lampiran 2 Penjelasan Penelitian
3. Lampiran 3 Lembar Permohonan Menjadi Responden
4. Lampiran 4 Lembar Persetujuan Menjadi Responden (Inform Consent)
5. Lampiran 5 Alat Ukur Penelitian
6. Lampiran 6 Lembar Jadwal Kegiatan
7. Lampiran 7 Lembar Konsultasi Proposal
xvii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
proposal skripsi yang berjudul “Perbedaan Tingkat Kecemasan Antara Mahasiswi
Keperawatan Dan Mahasiswi Kesehatan Masyarakat Dalam Menyelesaikan
Skripsi Di Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun Tahun 2017”.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan dalam mencapai gelar
Sarjana Keperawatan di Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi
Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun. Penulis menyadari dengan sepenuh hati
bahwa dalam rangka kegiatan penyusunan skripsi ini tidak akan terlaksana
sebagaimana yang diharapkan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak yang
telah memberikan banyak bimbingan, arahan dan motivasi kepada penulis.
Oleh sebab itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan
terima kasih kepada :
1. Zainal Abidin, SKM., M.Kes (Epid), selaku Ketua STIKES Bhakti Husada
Mulia Madiun.
2. Mega Arianti Putri.,S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
3. Bapak Priyoto, S.Kep. Ners., M.Kes selaku pembimbing I.
4. Bapak I Made Santu, S.Kep. Ners., MM selaku pembimbing II.
xviii
5. Keluarga tercinta yang telah memberikan segala dukungan, doa dan nasehat
dan Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas bantuan
dalam penyelesaian skripsi ini.
Semoga Tuhan memberikan imbalan atas budi baik serta ketulusan yang
telah mereka berikan selama ini pada penulis.Penulis menyadari bahwa dalam
menyelesaikan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga diharapkan
adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan penelitian
ini.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca dan kita semua.
Madiun, Mei 2017
Penulis
RANIA DWI TIRTA SARI
NIM. 201302097
ABSTRAK
Perbedaan Tingkat Kecemasan Antara Mahasiswi Keperawatan Dan Mahasiswi
Kesehatan Masyarakat Dalam Menyelesaikan Tugas Akhir (Skripsi)
Di Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun
Tahun 2017
RANIA DWI TIRTA SARI
NIM. 201302097
Kecemasan dapat muncul sebagai suatu respon fisiologis untuk
mengantisipasi suatu permasalahan yang mungkin akan dating atau muncul sebagai
gangguan jika timbul berlebihan. Demikian pula yang dihadapi mahasiswa dalam
memenuhi tugas akhir yaitu skripsi. Hal ini membuat para mahasiswa merasa cemas
untuk membuat tugas skripsi mengingat skripsi merupakan tugas yang baru pertama
kali dengan melakukan penelitian di lapangan setelah mendapatkan ilmu di bangku
perkuliahan. Tujuan Mengetahui perbedaan tingkat kecemasan antara mahasiswi
Keperawatan dan mahasiswi Kesehatan Masyarakat dalam menyelesaikan tugas akhir
(Skripsi) di STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun Tahun 2017.
Metode penelitian menggunakan komparatif dengan populasi penelitian
sebanyak 54 responden, kemudian diambil sampel menjadi 27 mahasiswi
Keperawatan dan mahasiswi Kesehatan Masyarakat. Teknik pengambilan sampel
dengan simple random sampling. Teknik analisa data dengan menggunakan
Independent Sampel T Test.
Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan kecemasan mahasiswi
keperawatan dan mahasiswi kesehatan masyarakat dengan menggunakan independent
sampel t test.
Dari hasil analisis Independent Sampel T Test yang diperoleh adalah (1)
Tingkat kecemasan mahasiswi Program Studi Keperawatan mempunyai tingkat
kecemasan sedang yaitu 12 responden atau 44,4%. (2) Tingkat kecemasan mahasiswi
Program Studi Kesehatan Masyarakat yang mempunyai tingkat kecemasan berat yaitu
22 responden atau 81,5%. (3) Ada perbedaan tingkat kecemasan antara mahasiswi
Program Studi Keperawatan dan mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat
dalam menyelesaikan tugas akhir (Skripsi) di STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
dengan tingkat signifikan 0,002.
Penelitian yang telah dilaksanakan diharapkan dapat dijadikan tolak ukur bagi
peneliti yang akan datang bagi STIKES. Penelitian ini dapat dijadikan bahan pustaka
di STIKES dalam rangka mengembangkan ilmu keperawatan.
Kata kunci : Tingkat Kecemasan, Mahasiswa Keperawatan dan Mahasiswa
Kesehatan Masyarakat
ABSTRACT
Differences Level Anxiety Between Student Nursing And Public Health Student In
Completing Final Project (Thesis)
In Stikes Bhakti HusadaMuliaMadiun
Year 2017
RANIA DWI TIRTA SARI
NIM. 201302097
Anxiety can arise as a physiological response to anticipate a problem that may
come or arise as a nuisance if it appears excessive. Similarly, faced by students in
fulfilling the final task of thesis. This makes the students feel anxious to make a thesis
task remember thesis is a new task for the first time by doing research in the field
after getting knowledge in the lecture bench. Objective To know the difference of
anxiety level between student of Nursing and Public Health student in completing the
final project (Thesis) at STIKES Bhakti HusadaMuliaMadiun Year 2017.
The research method used comparative with the research population as much
as 54 respondents, then taken the sample to 27 female students of Nursing and Public
Health student. Sampling technique with simple random sampling.Data analysis
technique using Independent Sampel T Test.
The results showed that there was an anxiety difference between nursing
students and public health students using independent sample t test.
From the analysis of Independent Sampel T Test obtained are (1) Anxiety
level of student of Nursing Study Program have medium anxiety level that is 12
respondent or 44,4%. (2) The level of anxiety of female Public Health Study Program
students who have severe anxiety level is 22 respondents or 81.5%. (3) There is
difference of anxiety level between student of Study Program of Nursing and Public
Health Study Program student in completing final project (Thesis) at STIKES Bhakti
HusadaMuliaMadiun with significant level 0,002.
Research that has been implemented is expected to be used as a benchmark
for future researchers. For STIKES. This research can be used as library material in
STIKES in order to develop the science of nursing.
Keywords: Anxiety Level, Nursing Student and Public Health Student
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Situasi dan lingkungan baru ataupun menghadapi situasi yang mendadak,
tidak semua orang akan tetap tenang. Kadang, jatung berdebar lebih kencang dari
biasanya, keringat mengucur deras, tenggorokan terasa kering, dan berbagai
kondisi fisik lain yang membuat tidak nyaman dapat terjadi pada seorang dalam
merespon kondisi yang baru maupun mendadak. Pada kondisi demikian mungkin
seorang telah mengalami suatu yang di sebut cemas. Dalam kehidupan sehari-hari
seseorang pasti pernah merasa cemas. Kecemasan dapat muncul sebagai suatu
respon fisiologis untuk mengantisipasi suatu permasalahan yang mungkin akan
datang atau muncul sebagai gangguan jika timbul berlebihan. Umumnya, perasaan
cemas dan rasa gelisah adalah gejala penyakit jiwa atau gangguan mental belaka,
tapi perasaan cemas yang berlebihan dapat pula menyerang organ tubuh kita
(Panji Batara, 2011).
Jumlah mahasiswa yang diperoleh dari Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun
Jurusan Keperawatan angkatan 2013 adalah 104 yang terdiri dari 83 mahasiswi
dan 21 mahasiswa keperawatan tingkat akhir. Sedangkan jumlah mahasiswa
Jurusan Kesehatan Masyarakat adalah 49 yang terdiri dari 41 mahasiswi dan 8
mahasiswa. STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun merupakan bagian dari
perguruan tinggi di Indonesia yang memiliki aturan yang sama, dimana
mahasiswa memiliki kewajiban menyelesaikan tugas akhir atau skripsi untuk
memperoleh gelar sarjana.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ryanti (2014) tentang Faktor-
Faktor Yang Berhubungan Dengan Kecemasan Dalam Menghadapi Ujian Skripsi
1
2
Pada Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Universitas Negeri
Gorontalo Angkatan 2010 bahwa pravelansi tingkat kecemasan adalah presentasi
mahasiswa tanpa ada kecemasan sebesar 4,75 %, mahasiswa dengan kecemasan
ringan sebesar 27,5%, mahasiswa dengan kecemasan sedang sebesar 17,5%,
mahasiswa dengan kecemasan berat sebesar 7,5%, dan mahasiswa dengan
kecemasan sangat berat sebesar 3,75%. (Panji Batara, 2011)
Pada dasarnya, kecemasan merupakan hal wajar yang pernah dialami oleh
setiap manusia. Kecemasan secara umum merupakan suatu bentuk reaksi emosi
dasar yang umum dirasakan oleh setiap orang yang sedang menghadapi situasi
yang dianggap mengancam dirinya. Sedangkan secara khusus kecemasan
merupakan suatu perasaan subjektif mengenai ketegangan mental yang
menggelisahkan sebagai reaksi umum dari ketidakmampuan mengatasi suatu
masalah atau tidak adanya rasa aman. Demikian pula yang dihadapi mahasiswa
dalam memenuhi tugas akhir yaitu skripsi. Hal ini membuat para mahasiswa
merasa cemas untuk membuat tugas skripsi mengingat skripsi merupakan tugas
yang baru pertama kali dengan melakukan penelitian di lapangan setelah
mendapatkan ilmu di bangku perkuliahan. Keadaan seperti ini mahasiswa berada
dalam masa peralihan dari masa remaja menuju dewasa muda, termasuk di
dalamnya perubahan tugas perkembangan secara psikologis (Prabowo, 2007).
Masa peralihan yang dialami oleh mahasiswa, mendorong mahasiswa untuk
menghadapi berbagai tuntutan dan tugas perkembangan yang baru.Tuntutan dan
tugas perkembangan mahasiswa tersebut muncul dikarenakan adanya perubahan
yang terjadi pada beberapa aspek fungsional individu, yaitu fisik, psikologis dan
sosial. Perubahan tersebut menuntut mahasiswa untuk melakukan penyesuaian
diri. Adapun salah satu masalah penyesuian diri yang sering dihadapi mahasiswa
3
adalah penyesuaian diri dalam bidang pendidikan, yang salah satunya adalah
penyesuaian diri pada tugas skripsi (Gunawati, dan Listiara, 2016).
Banyaknya tuntutan mahasiswa dalam menghadapi skripsi di pengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu faktor dari dalam yaitu keyakinan diri atau motivasi dan
yang berasal dari luar yaitu dukungan sosial, modeling dan tuntutan orang tua.
Selain itu faktor yang mempengaruhi kecemasan seseorang yaitu faktor internal
yang terdiri dari pendidikan dan pengetahuan, usia, dan maturnitas, status
kesehatan jiwa dan fisik, serta perakawinan dan faktor eksternal yaitu lingkungan,
nilai-nilai budaya, pekerjaan dan ekonomi, dukungan sosial (Setiawati, 2014).
Dari seluruh faktor-faktor yang telah disebutkan diatas, pengetahuan, motivasi,
dukungan keluarga dan ekonomi adalah faktor yang cukup banyak dikeluhkan
oleh mahasiswa.
Menghadapi kecemasan tersebut tentu ada solusi yang dapat dilakukan oleh
mahasiswa untuk mengatasinya. Salah satu bentuk solusinya adalah bertanya
kepada teman sesama mahasiswa atau bertanya pada teman yang sudah lulus
kuliah. Selain itu membuka situs internet yang membahas tentang skripsi, atau
bertanya kepada dosen tentang skripsi. (Gunawati, dan Listiara, 2016).
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul: Perbedaan Tingkat Kecemasan Antara Mahasiswi
Keperawatan Dan Mahasiswi Kesehatan Masyarakat Dalam menyelesaikan Tugas
Akhir (Skripsi) Di STIKES Bhakti Mulia Madiun, Tahun 2017.
4
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan pertanyaan masalah
sebagai berikut, “Apakah ada perbedaan tingkat kecemasan antara mahasiswi
Keperawatan dan mahasiswi Kesehatan Masyarakat dalam menyelesaikan tugas
akhir (Skripsi) di STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun ?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui perbedaan tingkat kecemasan antara mahasiswi Keperawatan
dan mahasiswi Kesehatan Masyarakat dalam menyelesaikan tugas akhir (Skripsi)
di STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun Tahun 2017.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi tingkat kecemasan mahasiswi Keperawatan dalam
menyelesaikan tugas akhir (Skripsi) di STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
2. Mengidentifikasi tingkat kecemasan mahasiswi Kesehatan Masyarakat dalam
menyelesaikan tugas akhir (Skripsi) di STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
3. Menganalisis perbedaan tingkat kecemasan antara mahasiswi Keperawatan dan
mahasiswi Kesehatan Masyarakat dalam menyelesaikan tugas akhir (Skripsi) di
STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Dapat digunakan untuk menerapkan teori-teori yang diterima selama
kuliah dan memperluas cara berpikir penulis dalam memperjelas perbedaan
tingkat kecemasan antara mahasiswi Keperawatan dan mahasiswi Kesehatan
5
Masyarakat dalam menyelesaikan tugas akhir (Skripsi) di STIKES Bhakti Husada
Mulia Madiun.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Untuk mengembangkan ilmu keperawatan di bidang kepustakaan dan
untuk meningkatkan pengetahuan pembaca tentang perbedaan tingkat
kecemasan antara mahasiswi Keperawatan dan mahasiswi Kesehatan
Masyarakat dalam menyelesaikan tugas akhir (Skripsi) di STIKES
Bhakti Husada Mulia Madiun.
2. Bagi Responden
Hasil penelitian untuk digunakan sebagai bahan informasi dan masukan
terkait dengan tingkat kecemasan antara mahasiswi dalam menyelesaikan
tugas akhir (Skripsi) di STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
3. Bagi Peneliti
Untuk mendapatkan wawasan dan pengetahuan dalam menjalankan
proses penelitian terkait dengan tingkat kecemasan antara mahasiswi
dalam menyelesaikan tugas akhir (Skripsi) di STIKES Bhakti Husada
Mulia Madiun.
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teori Tentang Kecemasan
2.1.1. Pengertian Kecemasan
Menurut Stuart (2012), kecemasan merupakan kekhawatiran yang tidak
jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti dan
ketidakberdayaan. keadaan emosi yang dialami tidak memiliki objek secara
spesifik, kecemasan dialami secara subjektif dan dikomunikasikan secara
interpersonal dan berada dalam suatu rentang.
Kecemasan adalah sesuatu yang menimpa hampir setiap orang pada waktu
tertentu dalam kehidupannya. Kecemasan merupakan reaksi normal terhadap
situasi yang sangat menekan kehidupan seseorang. Kecemasan bisa muncul
sendiri atau bergabung dengan gejala-gejala lain dari berbagai gangguan emosi
(Savitri Ramaiah, 2013).
Menurut Fortinash & Worret (2010), gejala kecemasan sering diidentifikasi
sebagai bagian lain dari gangguan jiwa. Kecemasan sangat umum terjadi pada
manusia, semua pernah mengalami kecemasan, dan terkadang mereka
menghabiskan banyak waktu, usaha, dan uang untuk mencoba menghindari atau
mengurangi kecemasan yang dialami.
Pada dasarnya, kecemasan merupakan hal wajar yang pernah dialami oleh
setiap manusia. Kecemasan sudah dianggap sebagai bagian dari kehidupan sehari-
hari. Kecemasan adalah suatu perasaan yang sifatnya umum, dimana seseorang
7
merasa ketakutan atau kehilangan kepercayaan diri yang tidak jelas asal maupun
wujudnya (Sutardjo Wiramihardja, 2011).
Kecemasan merupakan suatu perasaan subjektif mengenai ketegangan
mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dari ketidakmampuan 11
mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa aman. Perasaan yang tidak
menentu tersebut pada umumnya tidak menyenangkan yang nantinya akan
menimbulkan atau disertai perubahan fisiologis dan psikologis (Kholil Lur
Rochman, 2010).
Namora Lumongga Lubis (2010) menjelaskan bahwa kecemasan adalah
tanggapan dari sebuah ancaman nyata ataupun khayal. Individu mengalami
kecemasan karena adanya ketidakpastian dimasa mendatang. Kecemasan dialami
ketika berfikir tentang sesuatu tidak menyenangkan yang akan terjadi. Sedangkan
Sri Rumini dan Siti Sundari (2014) memahami kecemasan sebagai suatu keadaan
yang menggoncangkan karena adanya ancaman terhadap kesehatan
Kesimpulan yang dapat diambil dari beberapa pendapat diatas bahwa
kecemasan adalah rasa takut atau khawatir pada situasi tertentu yang sangat
mengancam yang dapat menyebabkan kegelisahan karena adanya ketidakpastian
di masa mendatang serta ketakutan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi.
2.1.2. Faktor Penyebab Kecemasan
Kecemasan sering kali berkembang selama jangka waktu dan sebagian besar
tergantunga pada seluruh pengalaman hidup seseorang. Peristiwa-peristiwa atau
situasi khusus dapat mempercepat munculnya serangan kecemasan. Menurut
8
Savitri Ramaiah (2013) ada beberapa faktor yang menunujukkan reaksi
kecemasan, diantaranya yaitu :
a. Lingkungan
Lingkungan atau sekitar tempat tinggal mempengaruhi cara berfikir individu
tentang diri sendiri maupun orang lain. Hal ini disebabkan karena adanya
pengalaman yang tidak menyenangkan pada individu dengan keluarga, sahabat,
ataupun dengan rekan kerja. Sehingga individu tersebut merasa tidak aman
terhadap lingkungannya.
b. Emosi yang ditekan
Kecemasan bisa terjadi jika individu tidak mampu menemukan jalan keluar
untuk perasaannya sendiri dalam hubungan personal ini, terutama jika dirinya
menekan rasa marah atau frustasi dalam jangka waktu yang sangat lama.
c. Sebab-sebab fisik
Pikiran dan tubuh senantiasa saling berinteraksi dan dapat menyebabkan
timbulnya kecemasan. Hal ini terlihat dalam kondisi seperti misalnya
kehamilan, semasa remaja dan sewaktu pulih dari suatu penyakit. Selama
ditimpa kondisi-kondisi ini, perubahan-perubahan perasaan lazim muncul, dan
ini dapat menyebabkan timbulnya kecemasan.
Zakiah Daradjat (Kholil Lur Rochman, 2010) mengemukakan beberapa
penyebab dari kecemasan yaitu :
a. Rasa cemas yang timbul akibat melihat adanya bahaya yang mengancam
dirinya. Kecemasan ini lebih dekat dengan rasa takut, karena sumbernya
terlihat jelas didalam pikiran
9
b. Cemas karena merasa berdosa atau bersalah, karena melakukan hal-hal yang
berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani. Kecemasan ini sering pula
menyertai gejala-gejala gangguan mental, yang kadang-kadang terlihat dalam
bentuk yang umum.
c. Kecemasan yang berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa bentuk.
Kecemasan ini disebabkan oleh hal yang tidak jelas dan tidak berhubungan
dengan apapun yang terkadang disertai dengan perasaan takut yang
mempengaruhi keseluruhan kepribadian penderitanya.
Kecemasan hadir karena adanya suatu emosi yang berlebihan. Selain itu,
keduanya mampu hadir karena lingkungan yang menyertainya, baik lingkungan
keluarga, sekolah, maupun penyebabnya. Musfir Az-Zahrani (2015) menyebutkan
faktor yang memepengaruhi adanya kecemasan yaitu
a. Lingkungan keluarga
Keadaan rumah dengan kondisi yang penuh dengan pertengkaran atau penuh
dengan kesalahpahaman serta adanya ketidakpedulian orangtua terhadap anak-
anaknya, dapat menyebabkan ketidaknyamanan serta kecemasan pada anak
saat berada didalam rumah.
b. Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
kecemasan individu. Jika individu tersebut berada pada lingkungan yang tidak
baik, dan individu tersebut menimbulkan suatu perilaku yang buruk, maka akan
menimbulkan adanya berbagai penilaian buruk dimata masyarakat. Sehingga
dapat menyebabkan munculnya kecemasan.
10
Kecemasan timbul karena adanya ancaman atau bahaya yang tidak nyata
dan sewaktu-waktu terjadi pada diri individu serta adanya penolakan dari
masyarakat menyebabkan kecemasan berada di lingkungan yang baru dihadapi
(Patotisuro Lumban Gaol, 2014). Sedangkan Page (Elina Raharisti Rufaidah,
2009) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan adalah :
a. Faktor fisik
Kelemahan fisik dapat melemahkan kondisi mental individu sehingga
memudahkan timbulnya kecemasan.
b. Trauma atau konflik
Munculnya gejala kecemasan sangat bergantung pada kondisi individu, dalam
arti bahwa pengalaman-pengalaman emosional atau konflik mental yang terjadi
pada individu akan memudahkan timbulnya gejala-gejala kecemasan.
c. Lingkungan awal yang tidak baik.
Lingkungan adalah faktor-faktor utama yang dapat mempengaruhi kecemasan
individu, jika faktor tersebut kurang baik maka akan menghalangi
pembentukan kepribadian sehingga muncul gejala-gejala kecemasan.
2.1.3 Proses Terjadinya Kecemasan
Menurut Stuart (2012), kecemasan dialami secara subjektif dan
dikomunikasikan secara interpersonal. Kecemasan berbeda dengan rasa takut,
yang merupakan penilaian intelektual terhadap bahaya, kecamasan merupakan
respon emosional terhadap penilaian tersebut. Kecemasan diperlukan untuk
bertahan hidup, tetapi tingkat kecemasan yang berat dapat tidak sejalan dengan
11
kehidupan dan dapat menyebabkan kelemahan dan kematian. Kecemasan pada
individu dapat menberikan motivasi untuk mencapai suatu tujuan dan merupakan
sumber penting dalam usaha untuk memelihara keseimbangan hidup.
Hampir sama dengan pernyataan diatas, menurut Healy (2015), respon fight
or flight adalah peringatan atau alarm sebagai mekanisme pertahanan, maksudnya
tubuh akan menghadapi tekanan tersebut atau akan melarikan diri. Misalnya
ketika suatu masalah atau akan menghadapi ujian tubuh akan mengalami reaksi
alamiah yang ditandai oleh keluarnya keringat dingin, rasa takut atau rasa gelisah.
Pada beberapa orang, kondisi ini malah akan mempertajam pikiran sehingga dapat
mecari jalan keluar secara cepat, ini merupakan mekanisme fight. Sedangkan
mekanisme flight adalah suatu perasaan depresi ketika individu tidak mampu lagi
menghadapi masalah yang datang dan memilih untuk menghindari atau melarikan
diri dari masalah. Mekanisme fight or flight ini banyak memakan energi, yang
diikuti terjadinya kelelahan. Saat kelelahan dan kehabisan energi individu tidak
mampu lagi melakukan aktivitas sehari-hari, sehingga tidak heran bila individu
yang sedang mengalami kecemasan dan stres akan mendapati gejala nyeri otot dan
sendi, sakit kepala, depresi, cemas dan mudah tersinggung.
2.1.4 Respon Kecemasan
Orang sering mengatakan stres ketika mereka merasa cemas, banyak juga
yang mengatakan stres ketika mengalami pertukaran antara kejadian atau situasi
yang menyebabkan ketidaknyamanan tersebut, baik dari perasaan yang dihasilkan,
pikiran, dan tingkah laku yang timbul. Secara ilmiah sebenarnya stressor dan
12
reaksinya adalah respon yang berbeda. Perbedaan ini penting karena stressor tidak
dapat disamakan dengan gangguan kecemasan (Fortinash & worret, 2013). Semua
respon terhadap kecemasan dapat dipertimbangkan sebagai respon adaptif dalam
interpretasi yang luas karena semua respon tersebut menimbulkan tekanan dan
ketidaknyamanan yang menyebabkan kecemasan, respon tersebut dianggap tidak
berbahaya dan dapat diterima. Sedangkan respon maladaptif dapat membahayakan
atau tidak dapat diterima (Fortinash & Worret, 2013).
Menurut Fortinash & Worret (2013), kecemasan menimbulkan dua respon,
yaitu respon adaptif dan maladaptif.
a) Respon Adaptif
Jika kecemasan timbul dan individu mampu meregulasi dan mengatur
kecemasan, hal yang positif mungkin akan timbul. Tidak semua kecemasan
merugikan namun, hal itu bisa menjadi tantangan, kekuatan, faktor motivasi
untuk memecahkan sebuah masalah, resolusi konflik dan pencapaian fungsi
level yang lebih tinggi. Contohnya seseorang dengan pekerjaan yang buruk dan
pengalaman kecemasan yang tidak bisa dihindari akan membuat individu
tersebut kembali mempelajari sesuatu yang baru. Seorang pelajar yang gagal
dari ujian karena kurang belajar akan mengalani ancaman terhadap hilangnya
harga diri sebagai pelajar, dukungan dan hal tersebut menyebabkan kecemasan.
Seorang motivator bisa membantu pelajar tersebut untuk mendapatkan
bimbingan dan konsenterasi yang lebih untuk melewati ujian. Strategi adaptif
lainnya yang digunakan orang-orang untuk mengatasi kecemasan adalah
memanggil teman atau terapis, berolah raga, mempraktikkan teknik relaksasi,
13
membaca novel, beristirahat atau menangis sebagai pelampiasannya. Banyak
lagi metode koping lainnya yang digunakan untuk melepaskan ketegangan dan
mengurangi kecemasan.
b) Respon Maladaptif.
Kebiasaan sehari-hari dapat melindungi orang dari kecemasan,
bertahan dari ancaman dan memberi kenyamanan bisa mengarah pada pola
respon maladaptif, yang dapat menunjukkan gejala fisik dan psikologis baik
dalam lingkungan diri individu, sosial dan gangguan pekerjaan. Contohnya
mekanisme ego untuk denial (menolak), represion (mengabaikan), projection
(menyalahkan orang lain) dan rationalization (memberikan penjelasan) mencari
kebenaran akan melindungi sesorang dari kecemasan tetapi juga mencegah
penilaian yang sebenarnya dari diri sendiri, orang lain, situasi atau kejadian.
Ketika kecemasan tidak dapat diatur, individu mungkin akan dikatakan
mengalami gangguan atau ketidaknormalan oleh orang lain. Pola koping
maladaptif dari kecemasan termasuk didalamnya adalah tingkah agresif, isolasi
(menarik diri), makan dan minum secara berlebih, mengguanakan obat-obatan
terlarang dan aktivitas seksual yang berlebih. Respon-respon dari kecemasan
tersebut dikatakan sebagai gangguan kecemasan.
2.1.5 Tanda Dan Gejala Kecemasan
Gangguan kecemasan dikategorikan berdasarkan apakah seseorang
memiliki gejala yang kompleks ataupun terbatas (Fortinash & Worret, 2010).
14
Stuart & Sundeen (2011), menyatakan bahwa kecemasan dapat diekspresikan
secara langsung melalui perubahan fisiologis, perilaku, kognitif dan afektif.
a. Respon fisiologis berhubungan dengan kecemasan terutama dimediasi oleh
sistem saraf otonom yaitu saraf simpatis dan parasimpatis. Berbagai respon
fisiologis yang dapat diobservasi, yaitu:
1) Kardiovaskular: palpitasi, jantung berdetak kencang, kehilangan kesadaran,
tekanan darah meningkat, tekanan darah menurun, denyut nadi menurun.
2) Pernafasan: nafas cepat dan dangkal, tekanan pada dada, terengah-engah.
3) Neuromuskular: refleks meningkat, terkejut, kelopak mata berkedut,
insomnia, tremor, mondar-mandir, kaku, gelisah, wajah tegang, kaki goyah,
gerakan lambat, kelemahan.
4) Gastrointestinal: nafsu makan menurun, jijik terhadap makanan, tidak
nyaman pada perut, mual, mulas dan diare.
5) Traktus urinarius: sering berkemih
6) Kulit: wajah kemerahan, keringat terlokalisasi (telapak tangan), gatal, wajah
pucat, keringat dingin.
b. Respon perilaku: kegelisahan, ketegangan fisik, tremor, terkejut, bicara cepat,
kurang koordinasi, menarik dan menahan diri, menghindar, hiperventilasi.
c. Respon kognitif: perhatian terganggu, kesulitan berkonsentrasi, pelupa,
kesalahan dalam penilaian, hambatan berpikir, rendahnya kreatifitas,
menurunnya lapangan persepsi, bingung, takut saat kehilangan control,
ketakutan akan cedera atau kematian, produktivitas berkurang.
15
d. Respon afektif: mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, gugup,
ketakutan, dan khawatir.
Kecemasan adalah suatu keadaan yang menggoncangkan karena adanya
ancaman terhadap kesehatan. Individu-individu yang tergolong normal kadang
kala mengalami kecemasan yang menampak, sehingga dapat disaksikan pada
penampilan yang berupa gejala-gejala fisik maupun mental. Gejala tersebut lebih
jelas pada individu yang mengalami gangguan mental. Lebih jelas lagi bagi
individu yang mengidap penyakit mental yang parah. Gejala-gejala yang bersifat
fisik diantaranya adalah : jari tangan dingin, detak jantung makin cepat,
berkeringat dingin, kepala pusing, nafsu makan berkurang, tidur tidak nyenyak,
dada sesak.Gejala yang bersifat mental adalah : ketakutan merasa akan ditimpa
bahaya, tidak dapat memusatkan perhatian, tidak tenteram, ingin lari dari
kenyataan (Siti Sundari, 2004). Kecemasan juga memiliki karakteristik berupa
munculnya perasaan takut dan kehati-hatian atau kewaspadaan yang tidak jelas
dantidak menyenangkan. Gejala-gejala kecemasan yang muncul dapat berbeda
pada masing-masing orang. Menurut Fitri Fauziah & Julianti Widury, (2007)
menyebutkan bahwa takut dan cemas merupakan dua emosi yang berfungsi
sebagai tanda akan adanya suatu bahaya. Rasa takut muncul jika terdapat ancaman
yang jelas atau nyata, berasal dari lingkungan, dan tidak menimbulkan konflik
bagi individu. Sedangkan kecemasan muncul jika bahaya berasal dari dalam diri,
tidak jelas, atau menyebabkan konflik bagi individu.
Kecemasan berasal dari perasaan tidak sadar yang berada didalam
kepribadian sendiri, dan tidak berhubungan dengan objek yang nyata atau keadaan
16
yang benar-benar ada. Kholil Lur Rochman, (2010) mengemukakan beberapa
gejala-gejala dari kecemasan antara lain :
a. Ada saja hal-hal yang sangat mencemaskan hati, hampir setiap kejadian
menimbulkan rasa takut dan cemas. Kecemasan tersebut merupakan bentuk
ketidakberanian terhadap hal-hal yang tidak jelas.
b. Adanya emosi-emosi yang kuat dan sangat tidak stabil. Suka marah dan sering
dalam keadaan exited (heboh) yang memuncak, sangat irritable, akan tetapi
sering juga dihinggapi depresi.
c. Diikuti oleh bermacam-macam fantasi, delusi, ilusi, dan delusion of persecution
(delusi yang dikejar-kejar).
d. Sering merasa mual dan muntah-muntah, badan terasa sangat lelah, banyak
berkeringat, gemetar, dan seringkali menderita diare.
e. Muncul ketegangan dan ketakutan yang kronis yang menyebabkan tekanan
jantung menjadi sangat cepat atau tekanan darah tinggi.
Nevid Jeffrey S, Spencer A, & Greene Beverly (2015) mengklasifikasikan
gejala-gejala kecemasan dalam tiga jenis gejala, diantaranya yaitu :
a. Gejala fisik dari kecemasan yaitu : kegelisahan, anggota tubuh bergetar, banyak
berkeringat, sulit bernafas, jantung berdetak kencang, merasa lemas, panas
dingin, mudah marah atau tersinggung.
b. Gejala behavioral dari kecemasan yaitu : berperilaku menghindar, terguncang,
melekat dan dependen.
c. Gejala kognitif dari kecemasan yaitu : khawatir tentang sesuatu, perasaan
terganggu akan ketakutan terhadap sesuatu yang terjadi dimasa depan,
17
keyakinan bahwa sesuatu yang menakutkan akan segera terjadi, ketakutan akan
ketidakmampuan untuk mengatasi masalah, pikiran terasa bercampur aduk atau
kebingungan, sulit berkonsentrasi.
2.1.6. Tingkat Kecemasan
Respon kecemasan berada pada satu kesatuan, dan individu bisa lebih
sukses atau kurang sukses pada penggunaan metode-metode yang bervariasi untuk
mengontrol pengalaman kecemasan mereka sendiri. Fortinash & Worret (2000)
menjelaskan bahwa tingkat kecemasan terdiri dari ringan, sedang, berat, panik dan
menguraikannya berdasarkan respon kecemasan.
a) Cemas ringan: (1) Fisiologis: tanda-tanda vital normal. tegang otot minimal,
pupil normal, konstriksi. (2) Kognitif atau persepsi: lapangan persepsi luas.
kesadaran terhadap lingkungan dan stimulus internal. Pikiran mungkin acak,
tetapi terkontrol. (3) Emosi atau perilaku: perasaan relatif nyaman dan aman.
Rileks, penampilan dan suara tenang. Kinerja secara otomatis dan kebiasaan
perilaku terjadi pada level ini.
b) Cemas sedang: (1) Fisiologis: tanda-tanda vital normal atau sedikit meningkat.
Muncul ketegangan, mungkin ketidaknyamanan atau merasa antusias; (2)
Kognitif atau persepsi: waspada, persepsi menyempit terfokus. Kondisi optimal
terhadap penyelesaian dan pembelajaran masalah; Penuh perhatian. (3) Emosi
atau perilaku: siap siaga dan merasa tertantang, bertenaga. ikut serta dalam
aktifitas yang kompetitif dan belajar banyak kemampuan. Suara, ekspresi
wajah terlihat tertarik dan memperhatikan.
18
c) Cemas Berat: (1) Fisiologis: respon “fight or flight”. Sistem saraf autonom
terstimulasi dengan berlebihan (tanda-tanda vital meningkat, diaforesis
meningkat, urgensi dan frekuensi kemih meningkat, diare, mulut kering, nafsu
makan berkurang, dilatasi pupil). Otot kaku, sensasi nyeri berkurang. (2)
Kognitif atau persepsi: lapangan persepsi sangat sempit. Kesulitan
menyelesaikan masalah. Perhatian selektif (fokus pada satu detail). Kurangnya
perhatian selektif (memblok rangsangan yang mengancam), cenderung
disosiatif; (3) Emosi atau perilaku: Merasa terancam, terkejut pada stimulus
yang baru. Aktivitas bisa meningkat atau menurun. Mungkin muncul dan
merasa tertekan. Mendemonstrasikan penolakan; bisa mengeluh nyeri atau
sakit, bisa gelisah atau pemarah. Tatapan mata bisa mengarah pada seluruh
ruangan atau mengarah pada satu titik. Menutup mata sebagai sikap
menghalangi lingkungannya.
d) Panik: (1) Fisiologis: gejala kecemasan dapat meningkat sampai terjadi
pelepasan pada sistem saraf otonom. Seseorang bisa menjadi pucat, tekanan
darah menurun. Koordinasi otot terganggu; (2) Kognitif atau persepsi:
keseluruhan persepsi buyar dan tertutup. Tidak mampu mengatasi stimulus.
Sangat tidak mungkin untuk menyelesaikan masalah dan berfikir logis.
Persepsi yang tidak realistis tentang dirinya, lingkungan, atau kejadian.
Disosiasi bisa terjadi. (3) Emosi atau perilaku: Merasa tidak berdaya dengan
kehilangan control. Marah, ketakutan, bisa agresif atau menyendiri, menangis
atau berlari. Perilaku biasanya sangat aktif ataupun sebaliknya.
19
Menurut Stuart dan Sundeen (Priyoto, 2015) membagi kecemasan menjadi
empat tingkatan, yaitu:
1. Kecemasan ringan
Pada tingkat ini, kecemasan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan
sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan
persepsinya. Kecemasan pada tingkat ini dapat memotivasi belajar dan
menghasilkan pertumbuhan dan kreativitasnya.
2. Kecemasan sedang
Pada tingkat ini, individu lebih memfokuskan hal penting dan
mengesampingkan yang lain sehingga mempersempit lahan persepsinya.
3. Kecemasan berat
Pada tingkat ini, berhubungan dengan pengaruh ketakutan dan teror, perincian
terpecah dari proporsinya karena mengalami kehilangan kondisi. Individu tidak
mampu untuk melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan.
4. Kecemasan panik
Kondisi ini berhubungan dengan terpengaruh, ketakutan dan keperincian
terpecah dari proporsinya karena mengalami kehilangan kendali. Individu tidak
mampu untuk melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan panik
melibatkan disorganisasi, kepribadian yang ditandai dengan meningkatkan
kegiatan motorik. Menurunnya respons untuk berhubungan dengan orang lain,
distorsi persepsi dan kehilangan pikiran rasional. Tingkah laku panik ini
mendukung kehidupan individu.
20
2.1.7 Jenis-jenis Kecemasan
Kecemasan merupakan suatu perubahan suasana hati, perubahan didalam
dirinya sendiri yang timbul dari dalam tanpa adanya rangsangan dari luar.
Mustamir Pedak (2009) membagi kecemasan menjadi tiga jenis kecemasan yaitu :
a. Kecemasan Rasional Merupakan suatu ketakutan akibat adanya objek yang
memang mengancam, misalnya ketika menunggu hasil ujian.Ketakutan ini
dianggap sebagai suatu unsur pokok normal dari mekanisme pertahanan
dasariah kita.
b. Kecemasan Irrasional Yang berarti bahwa mereka mengalami emosi ini
dibawah keadaankeadaan spesifik yang biasanya tidak dipandang mengancam.
c. Kecemasan Fundamental Kecemasan fundamental merupakan suatu pertanyaan
tentang siapa dirinya, untuk apa hidupnya, dan akan kemanakah kelak
hidupnya berlanjut. Kecemasan ini disebut sebagai kecemasan eksistensial
yang mempunyai peran fundamental bagi kehidupan manusia.
Sedangkan Kartono Kartini (2011) membagi kecemasan menjadi dua jenis
kecemasan, yaitu :
a. Kecemasan Ringan
Kecemasan ringan dibagi menjadi dua kategori yaitu ringan sebentar dan
ringan lama.Kecemasan ini sangat bermanfaat bagi perkembangan kepribadian
seseorang, karenakecemasan ini dapat menjadi suatu tantangan bagi seorang
individu untuk mengatasinya.Kecemasan ringan yang muncul sebentar adalah
suatu kecemasan yang wajar terjadi padaindividu akibat situasi-situasi yang
mengancam dan individu tersebut tidak dapat mengatasinya, sehingga timbul
21
kecemasan. Kecemasan ini akan bermanfaat bagi individu untuk lebihberhati-
hati dalam menghadapi situasi-situasi yang sama di kemudian hari.Kecemasan
ringan yang lama adalah kecemasan yang dapat diatasi tetapi karena individu
tersebut tidak segera mengatasi penyebab munculnya kecemasan, maka
kecemasan tersebutakan mengendap lama dalam diri individu.
b. Kecemasan Berat
Kecemasan berat adalah kecemasan yang terlalu berat dan berakar secara
mendalam dalam diriseseorang. Apabila seseorang mengalami kecemasan
semacam ini maka biasanya ia tidakdapat mengatasinya. Kecemasan ini
mempunyai akibat menghambat atau merugikanperkembangan kepribadian
seseorang. Kecemasan ini dibagi menjadi dua yaitu kecemasanberat yang
sebentar dan lama. Kecemasan yang berat tetapi munculnya sebentar dapat
menimbulkan traumatis padaindividu jika menghadapi situasi yang sama
dengan situasi penyebab munculnya kecemasan. Sedangakan kecemasan yang
berat tetapi munculnya lama akan merusak kepribadian individu. Halini akan
berlangsung terus menerus bertahun-tahun dan dapat meruak proses
kognisiindividu. Kecemasan yang berat dan lama akan menimbulkan berbagai
macam penyakitseperti darah tinggi, tachycardia (percepatan darah), excited
(heboh, gempar).
2.1.8. Gangguan Kecemasan
Gangguan kecemasan merupakan suatu gangguan yang memiliki ciri
kecemasan atau ketakutan yang tidak realistik, juga irrasional, dan tidak dapat
22
secara intensif ditampilkan dalam cara-cara yang jelas. Fitri Fauziah & Julianty
Widuri (2012) membagi gangguan kecemasan dalam beberapa jenis, yaitu :
a. Fobia Spesifik
Yaitu suatu ketakutan yang tidak diinginkan karena kehadiran atau antisipasi
terhadap obyek atau situasi yang spesifik.
b. Fobia Sosial
Merupakan suatu ketakutan yang tidak rasional dan menetap, biasanya
berhubungan dengan kehadiran orang lain. Individu menghindari situasi
dimana dirinya dievaluasi atau dikritik, yang membuatnya merasa terhina atau
dipermalukan, dan menunjukkan tanda-tanda kecemasan atau menampilkan
perilaku lain yang memalukan.
c. Gangguan Panik
Gangguan panik memiliki karakteristik terjadinya serangan panik yang spontan
dan tidak terduga. Beberapa simtom yang dapat muncul pada gangguan panik
antara lain ; sulit bernafas, jantung berdetak kencang, mual, rasa sakit didada,
berkeringat dingin, dan gemetar. Hal lain yang penting dalam diagnosa
gangguan panik adalah bahwa individu merasa setiap serangan panik
merupakan pertanda datangnya kematian atau kecacatan.
d. Gangguan Cemas Menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder)
Generalized Anxiety Disorder (GAD) adalah kekhawatiran yang berlebihan
dan bersifat pervasif, disertai dengan berbagai simtom somatik, yang
menyebabkan gangguan signifikan dalam kehidupan sosial atau pekerjaan pada
penderita, atau menimbulkan stres yang nyata.
23
Sedangkan Sutardjo Wiramihardja (2010) membagi gangguan kecemasan
yang terdiri dari :
a. Panic Disorder
Panic Disorder ditandai dengan munculnya satu atau dua serangan panik yang
tidak diharapkan, yang tidak dipicu oleh hal-hal yang bagi orang lain bukan
merupakan masalah luar biasa. Ada beberapa simtom yang menandakan
kondisi panik tersebut, yaitu nafas yang pendek, palpilasi (mulut yang kering)
atau justru kerongkongan tidak bisa menelan, ketakutan akan mati, atau bahkan
takut gila.
b. Agrophobia
Yaitu suatu ketakutan berada dalam suatu tempat atau situasi dimana ia merasa
bahwa ia tidak dapat atau sukar menjadi baik secara fisik maupun psikologis
untuk melepaskan diri. Orang-orang yang memiliki agrophobia takut pada
kerumunan dan tempat-tempat ramai.
2.1.9. Dampak Kecemasan
Rasa takut dan cemas dapat menetap bahkan meningkat meskipun situasi
yang betul-betul mengancam tidak ada, dan ketika emosi-emosi ini tumbuh
berlebihan dibandingkan dengan bahaya yang sesungguhnya, emosi ini menjadi
tidak adaptif. Kecemasan yang berlebihan dapat mempunyai dampak yang
merugikan pada pikiran serta tubuh bahkan dapat menimbulkan penyakit-penyakit
fisik.
24
Yustinus Semiun (2013) membagi beberapa dampak dari kecemasan
kedalam beberapa simtom, antara lain :
a. Simtom suasana hati
Individu yang mengalami kecemasan memiliki perasaan akan adanya hukuman
dan bencana yang mengancam dari suatu sumber tertentu yang tidak diketahui.
Orang yang mengalami kecemasan tidak bisa tidur, dan dengan demikian dapat
menyebabkan sifat mudah marah.
b. Simtom kognitif
Kecemasan dapat menyebabkan kekhawatiran dan keprihatinan pada individu
mengenai hal-hal yang tidak menyenangkan yang mungkin terjadi. Individu
tersebut tidak memperhatikan masalah-masalah real yang ada, sehingga
individu sering tidak bekerja atau belajar secara efektif, dan akhirnya dia akan
menjadi lebih merasa cemas.
c. Simtom motor
Orang-orang yang mengalami kecemasan sering merasa tidak tenang, gugup,
kegiatan motor menjadi tanpa arti dan tujuan, misalnya jari-jari kaki mengetuk-
ngetuk, dan sangat kaget terhadap suara yang terjadi secara tiba-tiba. Simtom
motor merupakan gambaran rangsangan kognitif yang tinggi pada individu dan
merupakan usaha untuk melindungi dirinya dari apa saja yang dirasanya
mengancam.
Kecemasan akan dirasakan oleh semua orang, terutama jika ada tekanan
perasaan ataupun tekanan jiwa. Menurut Savitri Ramaiah (2012) kecemasan
biasanya dapat menyebabkan dua akibat, yaitu :
25
a. Kepanikan yang amat sangat dan karena itu gagal berfungsi secara normal atau
menyesuaikan diri pada situasi.
b. Gagal mengetahui terlebih dahulu bahayanya dan mengambil tindakan
pencegahan yang mencukupi.
Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa kecemasan adalah
rasa takut atau khawatir pada situasi yang sangat mengancam karena adanya
ketidakpastian dimasa mendatang serta ketakutan bahwa sesuatu yang buruk akan
terjadi. Kecemasan tersebut ditandai dengan adanya beberapa gejala yang muncul
seperti kegelisahan, ketakutan terhadap sesuatu yang terjadi dimasa depan, merasa
tidak tenteram, sulit untuk berkonsentrasi, dan merasa tidak mampu untuk
mengatasi masalah. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah,
kecemasan timbul karena individu melihat adanya bahaya yang mengancam
dirinya, kecemasan juga terjadi karena individu merasa berdosa atau bersalah
karena melakukan hal-hal yang berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani.
Dari beberapa gejala, faktor, dan definisi diatas, kecemasan ini termasuk
dalam jenis kecemasan rasional, karena kecemasan rasional merupakan suatu
ketakutan akibat adanya objek yang memang mengancam. Adanya berbagai
macam kecemasan yang dialami individu dapat menyebabkan adanya gangguan-
gangguan kecemasan seperti gangguan kecemasan spesifik yaitu suatu ketakutan
yang tidak diinginkan karena kehadiran atau antisipasi terhadap objek atau situasi
yang spesifik. Sehingga dapat menyebabkan adanya dampak dari kecemasan yang
berupa simtom kognitif, yaitu kecemasan dapat menyebabkan kekhawatiran dan
keprihatinan pada individu mengenai hal-hal yang tidak menyenangkan yang
26
mungkin terjadi. Individu tersebut tidak memperhatikan masalah-masalah real
yang ada, sehingga individu sering tidak bekerja atau belajar secara efektif, dan
akhirnya dia akan menjadi lebih merasa cemas.
2.1.10 Skala Kecemasan
Kecemasan dapat diukur dengan pengukuran tingkat kecemasan menurut
alat ukur kecemasan yang disebut Skala Tingkat Kecemasan Hamilton (Hamilton
Anxiety Rating Scale-HARS). HARS merupakan pengukuran kecemasan yang
didasarkan pada munculnya simtom pada individu yang mengalami kecemasan.
Menurut HARS terdapat 14 simtom yang tampak pada individu yang mengalami
kecemasan. Setiap item yang diobservasi diberi lima tingkatan skor antara 0 (tidak
ada) sampai dengan 4 berat (berat) (Priyoto, 2015).
Cara penilaian masing-masing item adalah sebagai berikut: (Priyoto, 2015)
Skor:
0 = tidak ada gejala sama sekali
1 = terdapat satu dari gejala yang ada
2 = separuh dari gejala yang ada
3 = lebih dari separuh gejala yang ada
4 = semua gejala yang ada
Sehingga skor minimal 0 dan skor maksimal 56 (14x4).
Kurang dari 14 = tidak ada kecemasan
14 – 20 = kecemasan ringan
21 – 27 = kecemasan sedang
27
28 – 41 = kecemasan berat
42 – 56 = kecemasan berat sekali
HARS pertama kali digunakan pada tahun 1959, yang diperkenalkan oelh
Max Hamilton dan sekarang telah menjadi standar pengukuran kecemasan
terutama pada penelitian percobaan klinis (trial clinic). Skala HARS telah
dibuktikan memiliki validitas dan reliabilitas cukup tinggi untuk melakukan
pengukuran kecemasan pada penelitian percobaan klinis yaitu 0,93 dan 0,97.
Kondisi ini menunjukkan bahwa pengukuran kecemasan dengan menggunakan
HARS akan diperoleh hasil yang valid dan reliabel (Priyoto, 2015)
Selain HARS ada penghitungan kecemasan lain. Zung Selaf-Rating Anxiety
Scale (SAS/SRAS) adalah penilaian kecemasan pada pasien dewasa yang
dirancang oleh Willian WK Zung, dikembangkan berdasar gejala kecemasan
dalam DSM-II. Terdapat 20 pertanyaan, dimana setiap pertanyaan dinilai 1-4.
terdapat 15 pertanyaan ke arah peningkatan kecemasan dari lima pertanyaan ke
arah penurunan kecemasan (Nursalam, 2013).
2.2. Skripsi
2.2.1 Pengertian Skripsi
Skripsi merupakan sebuah karya ilmiah, ada banyak karya ilmiah yang
ditulis orang, bergantung pada penggunaannya. Ada karya ilmiah berupa skripsi,
tesis, disertasi, atau berupa laporan penelitian (search report) bagi lembaga yang
membiayai penelitian tersebut. Ada juga karya ilmiah berupa karya ilmiah untuk
dimuat dimajalah ilmiah, jurnal, atau makalah untuk seminar (Dwiloka & Riana,
28
2012). Akan tetapi, umumnya karya ilmiah di perguruan tinggi, menurut Arifin
(2013) dibedakan menjadi makalah, kertas kerja, skripsi, tesis, dan disertasi.
Skripsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2010), ialah karangan
ilmiah yang wajib ditulis oleh mahasiswa sebagai bagian dari persyaratan akhir
pendidikan akademis. Sedangkan menurut Setiadi (2012), skripsi adalah suatu
karya ilmiah hasil penelitian mandiri atau kajian kepustakaan dengan bantuan
seseorang dosen pembimbing yang dikerjakan untuk memperoleh gelar sarjana
(jenjang SI) dan telah berhasil dipertahankan didepan suatu tim penguji yang
dibentuk oleh perguruan tinggi (Setiadi, 2012).
Skripsi adalah peroses penelitian ilmiah atau eksperimen ilmiah yang
melibatkan pengumpulan data yang sangat banyak, memiliki tujuan dan disusun
secara sistematis. Analisa dan interpretasi data kemudian dilakukan untuk
mendapatkan pengetahuan yang baru atau menambah pengetahuan ilmiah yang
terorganisir (Dempsey, 2012).
2.2.2 Tujuan Penulisan Skripsi
Tujuan penulisan skripsi adalah memberi bekal pengalaman belajar ilmiah
sehingga mahasiswa mampu berpikir dan berkerja secara ilmiah, merencanakan
penelitian ilmiah, melaksanakan penelitian ilmiah, menuliskan hasil penelitian.
Skripsi ditulis mahasiswa berdasarkan gejala kehidupan yang menimbulkan
permasalahan untuk dipelajari dan mencari jalan keluarnya. Permasalahan dalam
skripsi adalah didalam ruang lingkup atau konteks bidang studi mahasiswa yang
bersangkutan pada suatu jurusan/program studi/fakultas. Dimasa yang akan
29
datang dibutuhkan generasi penerus yang mampu berpikir dan bertindak secara
ilmiah serta mempunyai jangkauan pandangan yang jauh ke masa depan. Oleh
karena itu proses perkuliahan diperguruan tinggi perlu ditingkatkan dengan porsi
pelayanan dan latihan berpikir dan berkerja secara ilmiah. Penulisan skripsi dapat
menjadi salah satu jawaban yang tepat terhadap persoalan peningkatan latiahan
berpikir dan berkerja secara ilmiah dikalangan mahasiswa (Setiadi, 2012).
2.2.3 Persyaratan Penyusunan Skripsi
Menurut Arikunto (2012), tanpa adanya skripsi, pengetahuan tidak akan
bertambah maju. Padahal pengetahuan adalah dasar semua tindakan dan usaha.
Jadi penelitian sebagai dasar untuk meningkatkan pengetahuan, harus diadakan
agar meningkat pula pencapaian usaha-usaha manusia. Ada tiga persyaratan
penting dalam melakukan penyusunan skripsi yaitu: sistematis, berencana, dan
mengikuti konsep ilmiah. Sistematis artinya mengikuti dilaksanakan menurut pola
tertentu, dari yang paling sederhana sampai kompleks hingga tercapai tujuan
secara efektif dan efesien. Berencana artinya dilaksanakan dengan adanya unsur
tentang langkah-langkah pelaksanaannya. Mengikuti konsep ilmiah artinya mulai
awal sampai akhir kegiatan penelitian yaitu prinsip yang digunakan untuk
memperoleh ilmu pengetahuan.
Apabila diterapkan dalam kegiatan skripsi maka utamanya sebagai berikut:
1. Penelitian dihadapkan pada suatu kebutuhan dan tantangan;
2. Merumuskan masalah, sehingga masalah tersebut jelas batasannya,
kedudukan, dan menemukan cara alternatif untuk pemecahan masalah;
30
3. Menetapkan hipotesis sebagai titik tolak mengadakan tindakan menentukan
alternatif pemecahan masalah yang dipilih;
4. Mengumpulkan data untuk menguji hipotesis;
5. Mengambil kesimpulan berdasarkan pengelolahan data dan dikembalikan
kepada hipotesis yang sudah dirumuskan;
6. Memutuskan kemungkinan untuk mengadakan generalisasi dari kesimpulan
tersebut serta implikasinya dimasa yang akan datang.
2.3 Kecemasan Pada Mahasiswi Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan
Penelitian mengenai tingkat kecemasan di kalangan mahasiwi Kesehatan
Masyarakat dan Keperawatan Stikes Bhakti Husada Mulia menunjukkan beberapa
gejala sebagai berikut:
Tekanan akademik yang dirasakan oleh mahasiswi diantaranya adalah
banyaknya jumlah materi yang harus dipelajari dan ketakutan terhadap tidak
terkuasainya materi yang dipelajari. Perkembangan sosial dan pribadi mahasiswi
juga terpengaruh oleh kehidupan akademik yang rutin dan menyita waktu.
Kurangnya waktu untuk keluarga, teman dekat, dan melakukan rekreasi adalah
masalah sosial utama bagi mahasiswi. Masalah finansial yang terjadi pada
mahasiswi yang utama adalah ketergantungan finansial terhadap keluarga, adapun
penjelasannya sebagai berikut:
1. Faktor akademik
a. Frekuensi ujian
b. Performa saat ujian
c. Kurikulum perkuliahan
31
d. Ketidakpuasan dalam perkuliahan di kelas
e. Tidak tersedianya materi pelajaran yang cukup
f. Kurangnya waktu berekreasi
g. Persaingan rekan sebaya
h. Performa saat praktikum
2. Faktor Psikososial
a. Tingginya harapan orangtua
b. Kesendirian
c. Masalah keluarga
d. Akomodasi yang jauh dari rumah
e. Hubungan dengan lawan jenis
f. Kesulitan membaca buku
g. Kurangnya hiburan di dalam institusi
h. Kesulitan untuk pulang ke rumah
i. Kualitas makanan di lingkungan tempat tinggal
j. Masalah finansial
k. Tidak mampu bersosialisasi dengan rekan sebaya
m. Tinggal di kontrakan/indekos
n. Kurangnya minat pribadi dalam ilmu kesehatan
p. Penyesuaian dengan rekan sekamar
3. Faktor – Faktor Lain
a. Sulit tidur
b. Nutrisi
32
c. Olahraga
d. Kualitas makanan di lingkungan tempat tinggal
e. Ketidakmampuan fisik
f. Merokok/konsumsi alkohol/penyalahgunaan obat
4. Kecemasan mahasiswa yang tinggal indekos.
Mahasiswi yang tinggal indekos, adalah kelompok yang rentan
terhadap kecemasan akibat transisi kehidupan dalam lingkungan perguruan
tinggi. Mereka harus menyesuaikan diri pada kondisi yang jauh dari rumah
untuk pertama kalinya, mempertahankan prestasi akademik, dan menyesuaikan
dengan lingkungan sosial yang baru (Warsito, 2013). Pada mahasiswa yang
tinggal indekos, kehadiran di dalam lingkungan baru akan memberikan
konsekuensi adanya penyesuaian diri, akibat adanya perubahan tata cara
bergaul, pola dan jenis makanan, bahasa untuk komunikasi serta tata cara
kehidupan secara menyeluruh pada lingkungan yang baru (Prawirohusodo,
2009). Setiap mahasiswa dituntut untuk mengembangkan kemampuan
penyesuaian diri yang baik agar dapat melakukan tugas-tugas perkembangan
yang baik pula. Mahasiswa yang tidak mampu menyesuaikan diri cenderung
akan lebih banyak mengalami ketegangan, kekhawatiran dan kecemasan.
Sebaliknya mahasiswa yang mempunyai kemampuan penyesuaian diri yang
baik maka permasalahan yang dihadapi di lingkungan baru tidak terlalu sulit
untuk diatasi. Hal ini dapat kita pahami karena seseorang yang mampu
melakukan penyusuaian diri akan dapat berinteraksi dengan baik dan
berkomunikasi dengan diri dan lingkungannya untuk memperoleh informasi
33
yang tepat dalam rangka menyelesaikan tugas-tugas atau tuntutan lingkungan
sekitar (Sumarni, 2011). Penyesuaian diri merupakan salah satu persyaratan
penting bagi terciptanya kesehatan mental individu. Tidak jarang pula ditemui
bahwa mahasiswa mengalami cemas dan depresi disebabkan oleh kegagalan
mereka untuk melakukan penyesuaian diri dengan kondisi yang penuh tekanan
(Warsito, 2013). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Aldi (2009) terhadap
mahasiswa yang tinggal indekos, dengan judul penelitian “Hubungan
Lingkungan Kos Terhadap Tingkat Kecemasan Mahasiswa Program Studi
Kedokteran Di Universitas Jenderal Soedirman” menunjukkan bahwa
kecemasan pada mahasiswa kedokteran di Universitas Jenderal Soedirman
yang tinggal indekos mencapai 76,3%.
5. Kecemasan Mahasiswa yang Tinggal dengan Orangtuanya
Kecemasan dapat timbul pada mahasiswa yang tinggal bersama
orangtuanya, faktor utama yang menyebabkan terjadinya kecemasan adalah
faktor yang datang dari orangtuanya itu sendiri. Orangtua yang terlalu
menuntut anak untuk menjadi lebih baik dapat menghasilkan kecemasan.
Karena anak menganggap tuntutan tersebut sebagai suatu ancaman untuk
mendapatkan hukuman. Konflik dalam keluarga juga dapat menyebabkan
seorang anak merasakan kecemasan (Sumarni, 2011).
Seseorang mahasiswa yang memiliki dukungan yang baik dari orangtua dan
keluarganya maka akan merasa mendapatkan pertolongan kapanpun ia butuhkan,
adanya rasa dicintai dan dorongan yang tinggi dari orangtua dan keluarganya.
Dukungan dan semangat yang penuh dari keluarga menyebabkan mahasiswa
34
memiliki kenyakinan diri mampu menguasai situasi dan kondisi, dengan demikian
mahasiswa yang memiliki dukungan orangtua dan keluarga yang baik mampu
mengurangi tingkat kecemasannya (Rauzatul, 2011).
35
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan
antara konsep yang ingin diamati atau di ukur melalui penelitian yang akan
dilakukan (Notoatmodjo, 2012). Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini
adalah:
Keterangan :
: diteliti
: berpengaruh
: berhubungan
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
Faktor penyebab
Kecemasan :
Faktor Internal
- Emosi yang ditekan
- Trauma dan konflik
Faktor penyebab
Kecemasan : Eksternal
- Sebab-sebab fisik
- Lingkungan yang
tidak baik
Kecemasan
dalam
Menghadapi
Skripsi
Mahasiswa
Perawat
Mahasiswa
Kesehatan Masyarakat
36
3.2 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Ha : Ada perbedaan tingkat kecemasan antara mahasiswi Keperawatan dan mahasiswi
Kesehatan Masyarakat dalam menyelesaikan tugas akhir (Skripsi) di STIKES
Bhakti Husada Mulia Madiun.
37
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan rancangan untuk mengarahkan penelitian yang
pengontrol faktor yang mungkin akan mempengaruhi validitas penemuan
(Notoatmodjo, 2010). Desain penelitian dalam penelitian ini menggunakan
analitik dengan pendekatan komparatif. Desain penelitian komparatif adalah
penelitian yang bertujuan untuk membandingkan dengan antar variabel.
Berdasarkan pendapat di atas, maka jenis penelitian ini bersifat komparatif
atau perbandingan, di mana dalam penelitian ini bertujuan membandingkan
tingkat kecemasan antara mahasiswi Program Studi Keperawatan dan mahasiswi
Program Studi Kesehatan Masyarakat dalam menyelesaikan tugas akhir (Skripsi)
di STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
4.2. Populasi dan Sampel
4.2.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin
meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya
merupakan penelitian populasi (Arikunto, 2010). Populasi dalam penelitian ini
adalah mahasiswa program Studi Keperawatan berjumlah 96 orang dan
mahasiswa program studi Kesehatan Masyarakat berjumlah 88 orang. Sehingga
jumlah populasi dalam penelitian ini 184 orang.
38
4.2.2. Sampel
Sampel merupakan bagian populasi yang dipilih dengan menyeleksi porsi
dari populasi yang dapat mewakili kriteria populasi (Nursalam, 2008). Mengingat
jumlah responden besar maka populasi dalam penelitian ini diambil sampel.
Pengambilan sampel dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut:
Mahasiswa Keperawatan = 96 orang
Mahasiswa Kesehatan Masyarakat = 88 orang +
184 orang
N
n =
1 + N (e)2
184
=
2,84
= 54,2 dibulatkan menjadi 54.
Jadi jumlah responden dalam penelitian ini terdiri dari mahasiswa
keperawatan sejumlah 27 orang dan mahasiswa kesehatan masyarakat sejumlah
27 orang.
4.2.3. Kriteria Sampel
Sampel didapat dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi. Kriteria
inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari satu populasi target yang
terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2013).Kriteria inklusi dalam penelitian ini
adalah:
39
1. Dapat berkomunikasi dengan baik.
2. Bersedia menjadi responden penelitian.
4.3. Teknik Sampling
Teknik sampling adalah suatu proses seleksi sampel yang digunakan
dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan mewakili
keseluruhan populasi yang ada (Hidayat, 2008).
Pada penelitian ini tehnik sampling yang digunakan adalah simple random
sampling, yaitu bahwa setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai
kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel (Notoatmodjo, 2010). Pada
penelitian ini peneliti akan memilih sampel sesuai dengan kriteria inklusi yang
telah ditetapkan oleh peneliti yaitu mahasiswa program Studi Keperawatan
berjumlah 27 orang dan mahasiswa program studi Kesehatan Masyarakat
berjumlah 27 orang.
4.4. Kerangka Kerja
Kerangka kerja merupakan bagan kerja terhadap rancangan kegiatan
penelitian yang akan dilakukan, meliputi siapa yang akan diteliti (subjek
penelitian), variabel yang akan diteliti, dan variabel yang mempengaruhi dalam
penelitian (Hidayat, 2008).
40
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian
Populasi
STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun sebanyak 184 Mahasiswi
Sampel
Sampel sebanyak 54 mahasiswi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Sampling
Simple Random Sampling
Jenis Penelitian
Komparatif
Pengumpulan data
Variabel X1
Tingkat Kecemasan
Mahasiswa Program studi
Keperawatan
Variabel X2
Tingkat Kecemasan
Mahasiswa Program Studi
Kesehatan Masyarakat
Pengolahan data
Editing, coding, skoring, tabulating
Analisa data
Independet t-test
Hasil dan kesimpulan
41
4.5. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
4.5.1. Identifikasi Variabel
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran
yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep
pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2012). Variabel independen adalah variabel
yang mempengaruhi atau nilainya menetukan variabel lain (Nursalam,
2013).Dalam penelitian ini terdapat dua variabel pembanding yaitu :
1. Variabel Independen/bebas (X1) : Tingkat kecemasan mahasiswi Program
Studi Keperawatan dalam menyelesaikan tugas akhir (Skripsi) di STIKES
Bhakti Husada Mulia Madiun.
2. Variabel Independen/bebas (X2) : Tingkat kecemasan antara mahasiswi
Program Studi Kesehatan Masyarakat dalam menyelesaikan tugas akhir
(Skripsi) di STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
4.5.2. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati
dari sesuatu yang didefinisikan tersebut, sehingga memungkinkan peneliti untuk
melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau
fenomena. Pada definisi operasional dirumuskan untuk kepentingan akurasi,
komunikasi, dan replikasi (Nursalam, 2013).
42
Tabel 4.1 Definisi Operasional
Variabel Definisi
Operasional
Parameter Instrumen Skala Kriteria
Independen
(X1) :
Tingkat
kecemasan
mahasiswi
Program
Studi
Keperawat-
an dalam
menyelesai-
kan tugas
akhir
(Skripsi)
Kecemasan
adalah
kekhawatiran
yang tidak jelas
dan menyebar,
yang berkaitan
dengan perasaan
yang tidak pasti
dan
ketidakberdayaa
n pada saat
mahasiswi
Program Studi
Keperawatan
dalam
menyelesaikan
tugas akhir
(skripsi)
1. Aspek
Fisiologis :
tekanan darah
meningkat,
kaki dan
tangan terasa
dingin,
mudah
berkeringat,
jantung
berdebar-
debar, muka
tiba-tiba
menjadi
pucat, dll.
2. Aspek
Psikologis :
mudah
gelisah,
tegang,
bingung dan
mudah marah
pada apapun
yang terjadi,
merasa tidak
berdaya, dll
Kuesioner
dengan
skala
SAS/SRAS
Ordinal Skor 20-44 =
normal/tidak
cemas
Skor 45-59 =
kecemasan
ringan
S
Skor 60-74 =
kecemasan
sedang
S
Skor 75-80 =
kecemasan
berat
Independen
(X2) :
Tingkat
kecemasan
antara ma-
hasiswi Pro-
gram Studi
Kesehatan
Masyarakat
dalam
menyele-
saikan tugas
akhir
(Skripsi)
Kecemasan
adalah
kekhawatiran
yang tidak jelas
dan menyebar,
yang berkaitan
dengan perasaan
yang tidak pasti
dan ketidakber-
dayaan pada saat
mahasiswi
Program Studi
Kesehatan
Masyarakat
dalam
1. Aspek
Fisiologis :
tekanan darah
meningkat,
kaki dan
tangan terasa
dingin,
mudah
berkeringat,
jantung
berdebar-
debar, muka
tiba-tiba
menjadi
pucat, dll.
Kuesioner
dengan
skala
SAS/SRAS
Ordinal Skor 20-44 =
normal/tidak
cemas
Skor 45-59 =
kecemasan
ringan
S
Skor 60-74 =
kecemasan
sedang
S
Skor 75-80 =
kecemasan
berat
43
menyelesaikan
tugas akhir
(skripsi)
2. Aspek
Psikologis :
mudah
gelisah,
tegang,
bingung dan
mudah marah
pada apapun
yang terjadi,
merasa tidak
berdaya, dll
4.6. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner atau
angket. Kuesioner berisi beberapa pernyataan tertutup yang langsung diajukan
kepeda responden. Kuesioner yang telah dibuat mencakup data demografi
responden, variabel independen yaitu pengetahuan tentang penyakit kusta dan
variabel dependen yaitu perawatan diri kusta. Data demografi responden berupa
kuesioner yang meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan.
Variabel penelitian tentang tingkat kecemasan diambil dengan kuesioner terbagi
menjadi 20 pertanyaan menggunakan skalaSRAS yang mempunyai
alternatifjawaban benar dan salah.
4.7. Uji Validitas dan Reliabilitas
4.7.1. Uji Validitas
Validitas adalah hasil perhitungan tiap-tiap item kuesioner dibandingkan
dengan tabel nilai r product moment. Jika r hitung lebih besar dari r tabel pada
taraf signifikan 5%, maka yang diuji coba dinyatakan valid (Hidayat,2008).
44
4.7.2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukan konsistensi suatu alat
pengukur. Hal ini berarti menunjukan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap
konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang
sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama. Pengukuran reliabilitas
menggunakan rumus Alpha Cronbach. Suatu instrumen dinyatakan reliabel jika
menunjukan nilai Alpha Cronbach> 0,6 (Hidayat, 2008).
4.8. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian di STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun. Penelitian
telah dilaksanakan mulai bulan Maret - Mei 2017.
4.9. Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan
proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian
(Nursalam, 2013). Proses-proses dalam pengumpulan data pada penelitian ini
melalui beberapa tahap yaitu :
1. Mengurus ijin penelitian dengan membawa Surat dari STIKES Bhakti
Husada Mulia Madiun.
2. Meminta data responden dari mahasiswa Program Studi Keperawatan dan
Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES Bhakti Husada Mulia
Madiun.
3. Memberikan penjelasan kepada calon responden dan bila bersedia menjadi
responden dipersilahkan untuk menandatangani inform consent.
45
4. Memberikan penjelasan kepada responden tentang cara pengisian kuesioner.
5. Memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya kepada peneliti
apabila ada yang tidak jelas dengan kuesioner.
6. Memberikan waktu kepada responden untuk mengisi kuesioner.
7. Responden menyerahkan kembali kuesioner yang telah diisi kepada peneliti.
4.10. Teknik Analisa Data
Menurut Setiadi (2007), dalam proses pengolahan data penelitian
mengunakan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Editing
Editing adalah upaya untuk mengevaluasi kelengkapan, konsistensi dan
kesesuaian antara kriteria data yang diperlukan untuk menguji hipotesis atau
menjawab tujuan penelitian.
2. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data
yang terdiri atas beberapa kategorik. Pemberian kode ini sangat diperlukan
terutama dalam rangka pengolahan data, baik secara manual, menggunakan
kalkulator, maupun dengan menggunakan komputer.
a. Mahasiswi Keperawatan kode “1” dan Mahasiswa Kesehatan Masyarakat
diberi kode “2”.
b. Pengetahuan : Kurang diberi kode “1”, Cukup diberi kode “2”, Baik diberi
kode “3”.
3. Skoring
Azwar (2012) menjelaskan bahwa, skoring adalah memberikan perilaku
terhadap item-item yang perlu diberi penilaian atau skor terhadap hasil
46
pengisian kuesioner pada responden, kemudian hasil pengisian kuesioner
dikelompokkan dalam bentuk nominal.
4. Tabulating
Proses pengelompokan jawaban–jawaban yang serupa dan menjumlahkan
dengan teliti dan teratur. Setelah jawaban terkumpul kita kelompokkan
jawaban yang sama dengan menjumlahkannya. Pada tahapan ini data diperoleh
untuk setiap variabel disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dalam bentuk
tabel.
5. Entry Data
Data entry adalah kegiatan memasukan data yang telah dikumpulkan kedalam
master tabel atau database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi
sederhana atau bisa dengan membuat tabel kontingensi.
6. Cleaning
Cleaning data merupakan kegiatan memeriksa kembali data yang sudah dientri,
apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan mungkin terjadi pada saat meng-
entri data ke komputer.
4.11. Analisa Data
1. Analisa Univariat
Analisa data univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel. Penelitian (Notoatmodjo,2013). Sifat data secara
umum dibedakan atas dua macam yaitu data kategori berupa skala ordinal dan
nominal, data numerik berupa skala rasio dan interval.
2. Analisa Bivariat
Untuk pembuktian hipotesis dilakukan dengan Independet t-test. Alasan
peneliti menggunakan Independet t-testadalah untuk mengetahui ada atau
47
tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak
berhubungan. Maksudnya disini adalah sebuah sampel tetapi mengalami dua
perlakuan yang berbeda. Mencari nilai uji t hipotesis beda dua rata-rata dengan
alat bantu sofwtware SPSS For Windows 16.0. Langkah-langkah pengujian
yaitu:
1. Menentukan tingkat signifikansi dengan menggunakan uji dua sisi dengan
tingkat signifikansi α = 5%. Signifikansi 5% atau 0,05 adalah ukuran
standar yang sering digunakan.
2. Tidak ada perbedaan kecemasan mahasiswi perawat dan mahasiswi
kesehatan masyarakat apabila nilai α hitung >α (0,05)
3. Ada perbedaan mahasiswi perawat dan mahasiswi kesehatan masyarakat
apabila nilai α hitung >α (0,05).
4.12 Etika Penelitian
Menurut Hidayat (2007), etika dalam melakukan penelitian meliputi :
1. Prinsip Etika Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian khususnya menggunakan subjek
penelitian adalah manusia, maka prinsip yang harus dipahami adalah :
a. Prinsip manfaat
Penelitian yang dilakukan diharapkan memberikan manfaat untuk
kepentingan manusia. Prinsip ini bisa ditegakan dengan membebaskan,
tidak menimbulkan kekerasan, dan tidak menjadikan manusia untuk
dieksploitasi.
48
b. Prinsip menghormati manusia
Berdasarkan prinsip ini manusia berhak untuk menentukan pilihan
antara mau dan tidak untuk diikutsertakan menjadi subjek penelitian.
c. Prinsip keadilan
Prinsip ini dilakukan untuk menjunjung tinggi keadilan manusia dengan
menghargai hak atau memberikan pengobatan secara adil, hak menjaga
privasi manusia, dan tidak berpihak dalam perlakuan terhadap manusia.
2. Masalah Etika Penelitian
a. Informed consent
Informed consent diberikan sebelum melakukan penelitian. Informed
consent ini merupakan lembar persetujuan untuk menjadi responden.
Pemberian informed consent ini bertujuan agar subjek mengerti
maksud dan tujuan penelitian dan mengetahui dampaknya.
b. Prinsip Anonimity
Anonimity berarti dalam menggunakan subjek penelitian tidak
mencantumkan nama pada lembar pengumpulan data. Peneliti hanya
menuliskan kode pada lembar pengumpulan data tersebut.
c. Prinsip Confidentialy
Dalam hal kerahasiaan, informasi yang sudah didapatkan dari
responden harus menjamin kerahasiaannya. Masalah ini merupakan
masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil
penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.
49
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian
STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun adalah Sekolah Tinggi Kesehatan
yang ada di Madiun dengan lokasi yang strategis dan mudah terjangkau.
Sekolah Tinggi Imu Kesehatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
merupakan sekolah tinggi yang terletak di Jl. Taman Praja Madiun. STIKES
merupakan salah satu Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan yang cukup ternama di
Madiun. Program studi yang ada di STIKES ada enam jurusan program studi,
yaitu jurusan S1 Keperawatan, dan S1 Kesehatan Masyarakat, D3 Kebidanan,
D3 Farmasi. D3 Rekam Medis, Profesi Ners.
Visi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun berkomitmen menjadi
lembaga pendidikan kesehatan yang berkualitas dengan menghasilkan
lulusan yang berdaya saing internasional beriman dan bertaqwa.
Misi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun adalah sebagai berikut:
1. Menyelenggarakan tata kelola organisasi yang akuntabel.
2. Menyelenggarakan pembelajaran kesehatan secara inovatif sesuai standar
profesi.
3. Menyelenggarakan penelitian dalam rangka penerapan dan
pengembangan ilmu dan teknologi kesehatan.
50
4. Menyelenggarakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dibidang
kesehatan.
5. Menumbuhkan jiwa entrepreneur yang berlandaskan iman dan taqwa.
6. Membangun kemitraan dibidang kesehatan baik nasional maupun
internasional.
5.2 Karakteristik Responden
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Di bawah ini adalah hasil karakteristik umur mahasiswi yang
mengerjakan skripsi di STIKES Bhakti Husada Mulia seperti berikut ini.
Tabel 5.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Umur
No Variabel Mean Median Minimal
Maksimal
Standar
Devinasi
CI
1 USIA 22,5 22,0 21,0
24,0
0,81 22,3
22,8
Sumber data: Data primer, 2017
Hasil analisis di atas dapat dilihat bahwa responden yang berusia 21 tahun
sebanyak 2 orang atau 3,7%, dan yang terbanyak pada usia 22 tahun sebanyak 28 orang
atau 51,9%. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa sebagian besar mahasiswi
Program Studi Keperawatan dan mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat pada
STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun yang menjadi responden dalam penelitian ini
berusia 22 tahun.
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Program Studi
Di bawah ini adalah data karakteristik responden berdasarkan
program studi.
51
Tabel 5.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Program Studi
No. Program Studi Jumlah Prosentase
1. Keperawatan 27 50,0%
2. Kesehatan Masyarakat 27 50,0%
Jumlah 54 100,0
Sumber data: Data primer, 2017
Data tersebut di atas dapat dilihat bahwa dari 54 orang responden
mahasiswi program studi Keperawatan sebanyak 27 orang atau 50% dan
sebanyak 27 orang atau 50% adalah mahasiswi program studi Kesehatan
Masyarakat. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa responden
dalam penelitian ini sebagian mahasiswi program studi Keperawatan dan
sebagain mahasiswi program studi Kesehatan Masyarakat.
5.3. Hasil Penelitian
5.3.1 Tingkat Kecemasan pada Mahasiswi Program Studi Keperawatan (X1)
Dalam Menyelesaikan Tugas Akhir (Skripsi) Di STIKES Bhakti
Husada Mulia Madiun Tahun 2017.
Tabel 5.3. Hasil Penelitian Berdasarkan Tingkat Kecemasan Mahasiswi
Program Studi Keperawatan dalam menyelesaikan tugas akhir (Skripsi) di
STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
No. Tingkat Kecemasan Mahasiswi
Program Studi Keperawatan
Jumlah Prosentase
1. Tidak ada kecemasan 1 3,7%
2. Kecemasan ringan 6 22,2%
3. Kecemasan sedang 12 44,4%
4. Kecemasan berat 8 29,6%
Jumlah : 27 100,0
Sumber data: data primer, 2017
52
Hasil penelitian berdasarkan tingkat kecemasan mahasiswi Program
Studi Keperawatan dapat diketahui tingkat kecemasan sedang sebanyak 12
responden (44,4%) dan kecemasan berat sebanyak 8 responden (29,6%).
5.3.2 Tingkat kecemasan mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat
dalam menyelesaikan tugas akhir (Skripsi) di STIKES Bhakti Husada
Mulia Madiun Tahun 2017.
Tabel 5.4. Hasil Penelitian Berdasarkan Tingkat Kecemasan Mahasiswi
Program Studi Kesehatan Masyarakat dalam menyelesaikan
tugas akhir (Skripsi) di STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
No. Tingkat Kecemasan
Mahasiswi Program Studi
Kesehatan Masyarakat
Jumlah Prosentase
1. Tidak ada kecemasan 1 3,7
2. Kecemasan ringan 1 3,7
3. Kecemasan sedang 3 11,1
4. Kecemasan berat 22 81,5
Jumlah : 27 100,0
Sumber data: Lampiran 5, data primer diolah, 2017
Hasil penelitian berdasarkan tingkat kecemasan mahasiswi
Kesehatan Masyarakat sebagian besar dalam kategori berat sebanyak 22
responden (81,5%) dan tidak ada kecemasan dan kecemasan ringan hanya 1
responden (3,7%).
53
5.3.3 Perbedaan Tingkat Kecemasan Antara Mahasiswi Keperawatan Dan
Mahasiswi Kesehatan Masyarakat Dalam Menyelesaikan Tugas Akhir
(Skripsi) Di STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun Tahun 2017
Analisis dalam penelitian ini menggunakan Independent Samples T
Test. Analisis Independent Samples T Test dalam penelitian ini bertujuan
untuk menguji Perbedaan Tingkat Kecemasan Antara Mahasiswi Keperawatan
Dan Mahasiswi Kesehatan Masyarakat Dalam Menyelesaikan Tugas Akhir
(Skripsi) Di STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun Tahun 2017. Analisis
Independent Samples T Test diolah secara komputasi dengan menggunakan
program statistic computer SPSS version 16.0. Hasil analisis Independent
Samples T Test dapat dilihat pada tabel 5.7 di bawah ini.
Tabel 5.5. Hasil analisis Independent Samples T Test
Program Studi N Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
Kecemasan
Mahasiswa
Keperawatan 27 3.0000 .83205 .16013
Kesehatan
Masyarakat 27 3.7037 .72403 .13934
Sumber data : Lampiran 5, Analisis Independent Samples T Test
Berdasarkan tabel 5.5 di atas dapat diketahui bahwa N program studi
Keperawatan sejumlah 27 sedangkan N untuk program studi Kesehatan
Masyarakat sejumlah 27. Nilai mean program studi Keperawatan sebesar
3,0000 sedangkan nilai mean untuk program studi Kesehatan Masyarakat
sebesar 3,7037. Nilai Standart Deviasi Keperawatan sebesar 0,10613
sedangkan Kesehatan Masyarakat sebesar 0,13934.
54
Hasil analisis Independent Samples T Test dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Tabel 5.6. Hasil analisis Independent Samples T Test
t df
Sig. (2-
tailed)
95% CI
Lower Upper
kecemasan
mahasiswi
Equal
variances
assumed -3.315 52 .002 -1.12964 -.27776
Sumber data: Lampiran 5, Independent Samples T Test
Berdasarkan analisis Independent Samples T Test dapat diketahui
bahwa nilai nilai t hitung (-3,315) < t tabel (-2,007) atau nilai sig / 0,002 =
< α = 0,05 yang berarti ada perbedaan yang Ho ditolak H1 diterima antara
tingkat kecemasan mahasiswi program studi Keperawatan dengan mahasiswi
program studi Kesehatan Masyarakat dalam menyelesaikan Tugas Akhir
(Skripsi) di STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
5.4. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan analisis data penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar
mahasiswi Program Studi Keperawatan dan mahasiswi Program Studi Kesehatan
Masyarakat pada STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun yang menjadi responden
dalam penelitian ini berusia di atas 19 tahun. Bahwa responden dalam penelitian
ini sebagian mahasiswi program studi Keperawatan dan sebagain mahasiswi
program studi Kesehatan Masyarakat.
55
5.4.1 Tingkat kecemasan mahasiswi Program Studi Keperawatan dalam
menyelesaikan tugas akhir (Skripsi) di STIKES Bhakti Husada Mulia
Madiun
Berdasarkan analisis data dapat diketahui bahwa sebagian besar mahasiswi
program Studi Keperawatan yang menjadi responden dalam penelitian ini
mempunyai tingkat sedang yaitu 12 responden atau 44,4%. Namora Lumongga
Lubis (2010) menjelaskan bahwa kecemasan adalah tanggapan dari sebuah
ancaman nyata ataupun khayal. Individu mengalami kecemasan karena adanya
ketidakpastian dimasa mendatang. Kecemasan dialami ketika berfikir tentang
sesuatu tidak menyenangkan yang akan terjadi. Sedangkan Sri Rumini dan Siti
Sundari (2014) memahami kecemasan sebagai suatu keadaan yang
menggoncangkan karena adanya ancaman terhadap kesehatan.
Penelitian yang dilakukan oleh Eti Nurhayati (2009) bahwa adapun tingkat
kecemasan siswa dalam menghadapi ujian matematika dilihat dari aspek–aspek
lainnya meliputi : ketegangan motorik/alat gerak, hiperaktivitas saraf autonom
(Simpatis/Parasimpatis), dan kewaspadaan berlebihan. Siswa SMA Negeri 1
Jatibarang cenderung menunjukan tingkat kecemasan yang sedang atau dalam
kategori agak cemas. Pada aspek kewaspadaan berlebihan yaitu sebanyak 7
responden atau sebesar 10,3 % siswanya selalu suka mengamati lingkungan secara
berlebihan. Sehingga mengakibatkan perhatianya mudah terailh, sukar
berkonsentrasi dan sukar tidur, merasa ngeri, mudah tersinggung serta tidak sadar.
Kecemasan adalah suatu sinyal yang menyadarkan, ia memperingatkan adanya
bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan
56
untuk mengatasi ancaman (Kaplan, 2010). Kecemasan berbeda dengan ketakutan.
Dimana cemas merupakan kekhawatiran yang tidak jelas objeknya, tetapi takut
adalah kekhawatiran yang memiliki objek yang jelas (Maramis, 2015).
Kesimpulan yang dapat ditarik dari kecemasan adalah respon terhadap suatu
ancaman yang sumbernya tidak diketahui, internal, samar-samar, atau konfliktual
(Kaplan, 2010).
Secara psikologis, stres dapat menimbulkan kecemasan. Kecemasan atau
anxiety merupakan salah satu bentuk emosi individu yang berkenaan dengan
adanya rasa terancam oleh sesuatu, biasanya dengan objek ancaman yang tidak
begitu jelas. Kecemasan dengan intensitas wajar dapat dianggap memiliki nilai
positif sebagai motivasi, tetapi apabila intensitasnya tinggi dan bersifat negatif
dapat menimbulkan kerugian dan dapat mengganggu keadaan fisik dan psikis
individu yang bersangkutan (Sudrajat, 2008).
Salah satu definisi dari kecemasan menurut N. Lumongga Lubis (2010)
adalah takut akan kelemahan. Kecemasan merupakan perasaan yang kita alami
ketika berpikir tentang sesuatu tidak menyenangkan yang akan terjadi. Kecemasan
merupakan suatu perasaan subjektif mengenai ketegangan mental yang
menggelisahkan sebagai reaksi umum dari ketidakmampuan mengatasi suatu
masalah atau tidak adanya rasa aman. Perasaan yang tidak menentu tersebut pada
umumnya tidak menyenangkan yang nantinya akan menimbulkan atau disertai
perubahan fisiologis dan psikologis..
Mahasiswi perawat dipersiapkan untuk menjadi perawat yang profesional.
Hasil penelitian Riska (2009) dikatakan bahwa terdapat hubungan kecemasan
dengan prestasi belajar pada remaja. Sebanyak 33,3% remaja mengalami
57
kecemasan sedang dan sebanyak 66,7% mengalami kecemasan ringan. Remaja
yang mengalami kecemasan sedang cenderung mempunyai nilai prestasi belajar
yang kurang baik dibandingkan kecemasan ringan.
Kematangan kepribadian individu akan mempengaruhi kecemasan
mahasiswa yang akan menghadapi ujian. Mahasiswa dikatakan berhasil/ lulus jika
nilai yang dicapai sudah melebihi nilai standar kelulusan yang sudah ditentukan.
Nilai yang dicapai mahasiswa merupakan salah satu tolak ukur penilaian atas
kemampuan, komunikasi dan keterampilan yang sudah dipelajari (Jusuf, 2009).
Menurut peneliti kecemasan menghadapi tes penting adanya selama dalam
intensitas yang wajar guna meningkatkan motivasi. Permasalahannya ketika
kecemasan yang dialami individu terlalu tinggi dan bersifat negatif maka dapat
mengganggu keadaan fisik dan psikologis mereka sehingga ujian tersebut tidak
akan dapat terlewati dengan baik.
5.4.2 Tingkat kecemasan mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat
dalam menyelesaikan tugas akhir (Skripsi) di STIKES Bhakti Husada
Mulia Madiun
Berdasarkan analisis data dapat diketahui bahwa sebagian besar mahasiswi
program Studi Kesehatan Masyarakat yang menjadi responden dalam penelitian
ini mempunyai tingkat kecemasan berat yaitu 22 responden atau 81,5%. Menurut
Fortinash & Worret (2010), gejala kecemasan sering diidentifikasi sebagai bagian
lain dari gangguan jiwa. Kecemasan sangat umum terjadi pada manusia, semua
pernah mengalami kecemasan, dan terkadang mereka menghabiskan banyak
58
waktu, usaha, dan uang untuk mencoba menghindari atau mengurangi kecemasan
yang dialami.
Penelitian yang dilakukan oleh Pramudhita (2013) menunjukkan Hasil
penelitian menunjukkan terdapat hubungan dukungan keluarga dengan tingkat
kecemasan mahasiswa tingkat akhir menghadapi skripsi di STIKES „Aisyiyah
Yogyakarta. Skripsi merupakan karya ilmiah yang dibuat oleh mahasiswa
setingkat Strata Satu (SI) untuk menyelesaikan tugas akhir atau program studinya.
Skripsi merupakan proses pembelajaran bagi mahasiswa untuk mengasah
kemampuan analisisnya dalam mengkaji, menganalisis, memecahkan dan
menyimpulkan masalah yang ditelitinya. Keharusan menyusun skripsi
dimaksudkan agar mahasiswa mampu menerapkan ilmu dan kemampuan sesuai
dengan disiplin ilmu yang dimiliki kedalam kenyataan yang dihadapi, skripsi juga
merupakan tolak ukur sejauhmana tingkat pemahaman mahasiswa sesuai dengan
ilmu yang dimiliki (Etty, 2006). Hal ini dapat memicu kecemasan atau tingkat
streching yang tinggi.
Pada dasarnya, kecemasan merupakan hal wajar yang pernah dialami oleh
setiap manusia. Kecemasan sudah dianggap sebagai bagian dari kehidupan sehari-
hari. Kecemasan adalah suatu perasaan yang sifatnya umum, dimana seseorang
merasa ketakutan atau kehilangan kepercayaan diri yang tidak jelas asal maupun
wujudnya (Sutardjo Wiramihardja, 2011).
Dalam pendidikan kesehatan menyatakan bahwa pembelajaran klinik adalah
“the heart of the total curriculum plan”. Hal tersebut dimaksudkan adalah unsur
yang paling utama dalam pendidikan kesehatan adalah bagaimana proses
59
pembelajaran klinik dikelola di lahan praktik. Tujuan pembelajaran klinik adalah
mengintegrasikan teori dengan praktik. Pengalaman belajar laboratorium harus
dilaksanakan sebelum mahasiswa. Kecemasan sudah menjadi bagian dari
kehidupan manusia sehari-hari dan merupakan gejala yang normal yang selalu
menyertai kehidupan manusia (Zahrani, 2005). Kecemasan merupakan sesuatu
yang wajar oleh karena setiap orang menginginkan segala sesuatunya dapat
berjalan dengan lancar dan terhindar dari segala marabahaya atau kegagalan.
Respon seseorang terhadap kecemasan cenderung bervariasi tergantung pada
kondisi kesehatan, kepribadian, pengalaman sebelumnya terhadap stres,
mekanisme koping, jenis kelamin, usia, besarnya stresor, dan kemampuan
pengelolaan emosi dari masingmasing individu. Bagi individu yang
penyesuaiannya baik, maka stres dan kecemasan dapat diatasi dan ditanggulangi.
Namun bagi yang penyesuaiannya kurang baik maka stres dan kecemasan dapat
menghambat kegiatan sehari-hari.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa dalam menghadapi kecemasan
terutama kecemasan berat harus mendapatkan perlindungan atau dapat
mengurangi kecemasan berat pada keluarga. Karena keluarga merupakan unsur
penting dalam perawatan, oleh karena anak merupakan bagian dari keluarga,
maka harus mampu mengenal keluarga sebagai tempat tinggal atau konstanta
tetap dalam kehidupan anak, (Wong, Perry and Hockenberry, 2002)
60
5.4.3 Perbedaan tingkat kecemasan antara mahasiswi Keperawatan dan
mahasiswi Kesehatan Masyarakat dalam menyelesaikan tugas akhir
(Skripsi) di STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
Berdasarkan analisis Independent Sample T Test dapat diketahui bahwa
nilai sig. (0,002 = 0,2%) < α = 5%, yang berarti signifikan. Artinya ada
perbedaan tingkat kecemasan antara mahasiswi Program Studi Keperawatan dan
mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat dalam menyelesaikan tugas
akhir (Skripsi) di STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
Keperawatan merupakan ilmu yang berfokus pada upaya pemenuhan
kebutuhan dasar manusia dengan tujuan untuk mempertahankan homeostasis
tubuh yang seimbang. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan tokoh keperawatan
sepanjang masa, Tujuan keperawatan adalah untuk dapat menempatkan klien
dalam kondisi yang paling baik. Sejalan dengan meningkatnya kesejahteraan dan
pendidikan, dimana tuntutan masyarakat akan peningkatan kesehatan yang
berkualitas juga akan semakin meningkat. Tuntutan akan kebutuhan pelayanan
asuhan keperawatan dimasa yang akan datang merupakan tantangan yang harus
dipersiapkan secara benar dan ditangani dengan sungguh-sungguh oleh institusi
pendidikan kesehatan (Hasan & Chitra, 2007).
Dalam menempuh studi mahasiswa akan dihadapkan dengan berbagai
masalah. Salah satu masalah dalam bidang akademik adalah ujian. Menghadapi
ujian merupakan stressor yang dapat mengganggu daya tahan mahasiswa.
Mahasiswa yang sudah mengalami perkuliahan lebih lama daripada mahasiswa
61
baru cenderung memiliki pengalaman lebih banyak, sehingga lebih tahan terhadap
tekanan-tekanan yang dialami selama ujian.
Penelitian oleh Kusumawardhani (2015) salah satu masalah gangguan
emosional yang sering ditemui di mahasiswa dan dapat menimbulkan dampak
psikologis yang cukup serius adalah kecemasan dalam menghadapi skripsi.
Skripsi sering kali dianggap serius dan sulit oleh para mahasiswa khususnya
mereka yang sudah tingkat akhir. Kesulitan yang seringkali dihadapi, diantaranya:
menemukan dan merumuskan masalah, mencari judul yang efektif, sistematika
proposal, sistematika skripsi, kesulitan mencari literatur dan bahan bacaan,
kesulitan dengan standar tata tulis ilmiah serta dana dan waktu yang terbatas.
Kesulitan-kesulitan tersebut pada akhirnya dapat menyebabkan kecemasan
sehingga mahasiswi kehilangan motivasi, menunda penyusunan skripsi, bahkan
ada yang memutuskan untuk tidak menyelesaikan skripsi. Selain itu kecemasan
dapat di timbulkan dari faktor keluarga salah satu di antaranya ketidakpedulian
orang tua terhadap anaknya. Ketidakpedulian ini di sebabkan karena faktor
pekerjaan orang tua. Orang tua tidak ada waktu untuk bersama dengan anaknya
sehingga anaknya pada saat menghadapi masalah merasakan ketidaknyamanan
serta kecemasan yang tinggi.(Musfir Az-Zahrani 2015 )
Penelitian yang dilakukan oleh Kurnia Asih ( 2012 ) keadaan sosial
ekonomi keluarga atau pekerjaan orang tua berpengaruh terhadap kecemasan.
Seorang mahasiswi dalam menyelesaikan tugas akhir ( Skripsi ) kondisi sosial
atau kondisi ekonomi orang tua merupakan salah satu faktor ekternal timbulnya
rasa kecemasan. Orang tua mahasiswi yang mempunyai kondisi sosial atau
62
kondisi ekonomi yang cukup baik akan berpengaruh dengan rendahnya tingkat
rasa kecemasan dari mahasiswi itu sendiri. Begitu juga sebaliknya orang tua yang
mempunyai kondisi sosial atau kondisi ekonomi yang kurang baik akan
berpengaruh dengan tingginya tingkat rasa kecemasan dari mahasiswi itu sendiri.
Timbulnya kecemasan yang paling besar adalah pada saat mahasiswa
menghadapi tes atau ujian. Kecemasan menghadapi tes penting adanya selama
dalam intensitas yang wajar guna meningkatkan motivasi. Permasalahannya
ketika kecemasan yang dialami individu terlalu tinggi dan bersifat negatif maka
dapat mengganggu keadaan fisik dan psikologis mereka sehingga ujian tersebut
tidak akan dapat terlewati dengan baik. Ujian dianggap sebagai mimpi buruk,
walaupun sudah belajar dan mempersiapkan diri dengan baik. Ketika ujian tetap
saja muncul perasaan gelisah, panik, susah berkonsentrasi, perut terasa sakit, dan
menjadi lebih sering ke kamar kecil sehingga ujian tidak dapat diselesaikan
dengan baik (Zulkarnain, 2009).
Dari hasil analisis menunjukkan mahasiswa kesehatan masyarakat memiliki
tingkat kecemasan lebih tinggi daripada mahasiswa keperawatan. Hal ini
disebabkan oleh karena mahasiswa kesehatan masyarakat memperdalam unsur
yang paling utama dalam pendidikan kesehatan adalah bagaimana proses
pembelajaran klinik dikelola di lahan praktik. Tujuan pembelajaran klinik adalah
mengintegrasikan teori dengan praktik. Pengalaman belajar laboratorium harus
dilaksanakan sebelum mahasiswa praktek di suatu lahan klinik. Pembelajaran
laboratorium akan memberi kesempatan pada mahasiswa untuk terampil dalam
63
menerapkan teori yang sudah didapatkan di kelas. Hal ini menjadi tekanan bagi
mahasiswi kesehatan masyarakat dalam mengintegrasikan teori dan praktik.
5.5 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini merupakan hambatan yang ditemui pada
saat penelitian.
1. Kesulitan dalam membagikan kuesioner ke responden karena yang datang
tidak semuanya ke kampus disebabkan kesibukan membuat skripsi di Stikes
Bhakti Husada Mulia Madiun.
63
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisa data penelitian dapat disampaikan kesimpulan
sebagai berikut:
1. Tingkat kecemasan mahasiswi program Studi Keperawatan yang menjadi
responden dalam penelitian ini mempunyai tingkat kecemasan sedang
yaitu normal yaitu 12 responden atau 44,4%.
2. Tingkat kecemasan mahasiswi program Studi Kesehatan Masyarakat yang
menjadi responden dalam penelitian ini mempunyai tingkat kecemasan
berat yaitu 22 responden atau 81,5%.
3. Ada perbedaan tingkat kecemasan antara mahasiswi Program Studi
Keperawatan dan mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat dalam
menyelesaikan tugas akhir (Skripsi) di STIKES Bhakti Husada Mulia
Madiun dengan tingkat signifikan 0,002.
6.2 Saran
Saran yang dapat diberikan berkaitan dengan hasil penelitian adalah
sebagai berikut:
1. Bagi peneliti selanjutnya.
Dapat dijadikan bahan referensi bagi peneliti lain yang akan
mengembangkan penelitian selanjutnya dan dapat dijadikan tolak ukur
64
bagi peneliti yang akan meneliti variabel lain yang berhubungan dengan
tingkat kecemasan mahasiswi dalam penyusunan skripsi.
2. Bagi Mahasiswi
Hasil ini dapat dijadikan referensi bagi mahasiswi khususnya yang sedang
menyelesaikan skripsi.
3. Bagi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan motivasi mahasiswi
untuk lebih percaya diri dalam mengikuti kegiatan akademik khususnya
terkait dengan penyusunan skripsi.
104
JADWAL KEGIATAN
No. Kegiatan Bulan
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus
1. Pembuatan
dan Konsul
Judul
2. Penyusunan
Proposal
3. Bimbingan
Proposal
4. Pengambilan
Data Awal
5. Ujian
Proposal
6. Revisi
Proposal
7. Pelaksanaan
Penelitian
8. Pengumpulan
Data Akhir
9. Penyusunan
dan Konsul
Skripsi
10. Ujian Skripsi
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
`
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 9
Lampiran 10
Lampiran 11
Lampiran 12
Lampiran 13
Lampiran 14
Lampiran 15
Lampiran 16
Lampiran 17
Lampiran 1
Distribusi Frekuensi Variabel Kecemasan Mahasiswa Program Studi Keperawatan dan Program Studi Kesehatan Masyarakat
Frequencies
Statistics
kecemasan
mahasiswa
perawat
kecemasan
mahasiswa
kesmas
N Valid 27 27
Missing 0 0
Mean 3.0000 3.7037
Std. Error of Mean .16013 .13934
Median 3.0000 4.0000
Mode 3.00 4.00
Std. Deviation .83205 .72403
Variance .692 .524
Range 3.00 3.00
Minimum 1.00 1.00
Maximum 4.00 4.00
Sum 81.00 100.00
Frequency Table
kecemasan mahasiswa perawat
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid normal 1 3.7 3.7 3.7
ringan 6 22.2 22.2 25.9
sedang 12 44.4 44.4 70.4
berat 8 29.6 29.6 100.0
Total 27 100.0 100.0
kecemasan mahasiswa kesmas
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid normal 1 3.7 3.7 3.7
ringan 1 3.7 3.7 7.4
sedang 3 11.1 11.1 18.5
berat 22 81.5 81.5 100.0
Total 27 100.0 100.0
Lampiran 9. Analisa Independent Samples t Test
T-Test
Group Statistics
program studi N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
kecemasan mahasiswa Keperawatan 27 3.0000 .83205 .16013
Kesehatan Masyarakat 27 3.7037 .72403 .13934
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality
of Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence Interval of
the Difference
Lower Upper
kecemasan
mahasiswa
Equal variances
assumed .533 .469 -3.315 52 .002 -.70370 .21227 -1.12964 -.27776
Equal variances not
assumed
-3.315 51.026 .002 -.70370 .21227 -1.12984 -.27757