Ssptpolsri Gdl Lisa 2006 1 Lalengk p
-
Upload
frhandd-muhammad -
Category
Documents
-
view
218 -
download
2
description
Transcript of Ssptpolsri Gdl Lisa 2006 1 Lalengk p
-
PROTOTIPE FILTRASI UNTUK PENGOLAHAN MINYAK GORENG BEKAS
DENGAN ADSORPSI KARBON AKTIF
Diajukan Sebagai Persyaratan Untuk Menyelesaikan
Pendidikan Diploma III Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Sriwijaya
Oleh :
LISA
0606 3040 0319
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PALEMBANG
2009
-
LEMBAR PERSETUJUAN PENGESAHAN LAPORAN AKHIR
PROTOTIPE FILTRASI UNTUK PENGOLAHAN MINYAK GORENG BEKAS
DENGAN ADSORPSI KARBON AKTIF
Oleh :
LISA 0606 3040 0319
Palembang, Juli 2009
Pembimbing I, Pembimbing II,
Zulkarnain, S.T., M.T. Ir. Erlinawati, M.T.NIP 132129027 NIP 131803783
-
Telah Di Seminarkan Di Hadapan Tim Penguji
Di Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Sriwijaya
Pada Tanggal 21 Juli 2009
Diterima Untuk Jurusan Teknik Kimia
Politeknik Negeri Sriwijaya
Palembang, Agustus 2009 Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Kimia,
Ir. Irawan Rusnadi, M.T. NIP 132093254
-
ABSTRAK
Prototipe Filtrasi Untuk Pengolahan Minyak Goreng Bekas Dengan Adsorpsi Karbon Aktif (Lisa, 2009, Laporan Akhir, Halaman 50, Tabel 12, Gambar 14) Minyak goreng bekas merupakan salah satu limbah rumah tangga. Pengotoran pada minyak goreng bekas ini disebabkan oleh pemanasan yang berlebihan dan juga debu debu krecek. Oleh karena itu perlu dilakukan pemurnian supaya minyak tersebut dapat digunakan kembali yaitu dengan menggunakan karbon aktif sebagai absorben. Sehingga minyak tersebut dapat dimanfaatkan kembali. Metode yang digunakan yaitu dengan cara perendaman minyak goreng bekas kedalam karbon aktif dan metode aktifasi untuk karbon aktifnya yaitu aktifasi kimia dengan memutuskan rantai karbon dari senyawa organik dengan menggunakan bahan kimia seperti H2SO4. Pada rancangan alat ini bertujuan untuk membuat penyaring minyak goreng bekas menggunakan karbon aktif sebagai penyerap dan dapat mengetahui pengaruh waktu perendaman minyak goreng bekas terhadap karbon aktif dengan variasi waktu perendaman mulai dari 1 hari sampai 5 hari. Pengumpulan data dilakukan melalui penelitian penelitian sehingga data yang diperoleh dapat dianalisis. Setiap sehari sekali sampel tersebut diambil untuk dianalisis. Parameter yang diuji adalah kadar air (%), asam lemak bebas (%), densitas (gr/ml) serta bau dan warna. Berdasarkan data hasil analisis yang diperoleh telah sesuai dengan standar yang ditentukan yaitu kadar air (%) 0, 23%, asam lemak bebas (%) 0,2542%, densitas (gr/ml) 0,9145 gr/ml yang didapat semakin kecil atau semakin konstan serta bau dan warna yang didapat normal dan kuning kecoklatan. Hal ini disebabkan karena waktu perendaman minyak yang dilakukan semakin lama sehingga proses penyerapan zat zat kotor yang dilakukan oleh karbon aktif semakin banyak. Dengan adanya rancangan alat tersebut minat masyarakat untuk memurnikan minyak goreng bekas dapat dilakukan sehingga sisa minyak goreng bekas tersebut dapat dimanfaatkan kembali.
-
ABSTRACT
PROTOTYPE OF FILTRATION FOR THE PROCESSING OF SECOND-HAND COOKING OIL WITH ADSORPS ACTIVE CARBON
(Lisa, 2009, Final Report, Page 50, Tables 12, Picture 14)
Used cooking oil is one of the household waste. Oil contamination in the former is caused by excessive heating and the dust - dust krecek. Therefore needs to be done so that the oil purification can be used again, namely by using active carbon as absorben.. So that oil can be used again. Method used in a way that is soaking into the cooking oil used active carbon and methods for the activation of carbon that is actively with the chemical activation of carbon chain of organic compound with the use of chemicals such as H 2 SO 4. In the design tool is aimed to create a filter used cooking oil using active carbon as penyerap and can see the influence of soaking time on the cooking oil used active carbon with the soaking time variation from 1 day to 5 days. Collecting data is done through research - the research so that the data obtained can be analyzed. Parameters that measure the water is tested (%), free fatty acid (%), density (gr / ml) and the smell and color. Based on data analysis results have been obtained in accordance with the standards specified, namely water content (%) 0, 23%, free fatty acid (%) 0.2542%, density (gr / ml) 0.9145 gr / ml obtained the small or the constant and the smell and color are normal and tawny. This is because the oil soaking time is long so that the process of absorption of substances - substances made dirty by the more active carbon.. With the design tool is the public interest to purify used cooking oil can be done so that the rest of the oil used can be used again.
-
Motto dan Persembahan
Motto :
Iman yang paling utama adalah engkau mengetahui bahwa Allah senantiasa menyertaimu dimana saja engkau berada.
(H.R. Thabarani)
Semangat yang tinggi dan jangan menyerah dalam menghadapi suatu kesulitan karena dibalik kesulitan pasti ada suatu kemudahan
Jangan berputus asa, perubahan itu lamban, engkau akan menerima banyak hambatan yang meredupkan obsesi. Jangan sampai kau kalah
olehnya.
Ucapan terima kasih Kupersembahkan untuk:
Allah SWT, atas segala Rahmat yang telah diberikan Kedua Orang Tuaku atas segala dorongan dan nasehatnya Adikku tersayang Nimer dan Handi Saputra yng selalu memberikan
semangat
Kedua pembimbingku yang dengan sabar membimbingku Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Teknik Kimia yang telah
mendidikku dengan keras dan sabar
Sahabat sahabatku yang selalu mendukungku Orang yang kelak menjadi imam ku Almamaterku
-
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN ABSTRAK MOTTO dan PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR ............................................................................. iii DAFTAR ISI ............................................................................................ v DAFTAR GAMBAR ............................................................................... vii DAFTAR TABEL ................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xi BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................. 1 1.2. Tujuan Penelitian .............................................................. 2 1.3. Manfaat Penelitian ............................................................ 2 1.4. Permasalahan .................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Filtrasi ............................................................................. 3 2.2. Adsorpsi .......................................................................... 4
2.3. Minyak Goreng Bekas ..................................................... 5 2.4. Minyak Kelapa Sawit ....................................................... 9
2.5. Karbon Aktif .................................................................... 10
BAB III KERANGKA PEMECAHAN MASALAH 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ......................................... 17 3.2. Pembuatan Alat Filtrasi ................................................... 17 3.3. Prosedur Kerja Alat Filtrasi.............................................. 22 3.4. Analisis Minyak Goreng Bekas atau Minyak Jelantah .... 23
3.4.1. Analisis Bau dan Warna ...................................... 23 3.4.2. Analisis Kadar Air................................................ 23 3.4.3. Analisis Asam Lemak Bebas ............................... 24 3.4.4. Analisis Berat Jenis (Densitas)............................. 25
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Awal Bahan Baku ............................................. 27 4.2. Uji Kinerja Alat Filtrasi .................................................... 28 4.3. Pembahasan ...................................................................... 30
4.3.1. Analisis Minyak Goreng Bekas .......................... 30
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ....................................................................... 34
5.2. Saran ................................................................................. 34
DAFTAR PUSTAKA
-
LAMPIRAN A DATA PENGAMATAN A.1. Data Pengamatan Minyak Goreng Bekas ....................... 36
A.1.1. Hasil Analisis Bahan Baku Sebelum Proses ....... 36 A.1.2. Hasil Analisis Karbon Aktif ................................ 37 A.1.3. Hasil Analisis Bahan Baku Setelah Proses .......... 38
LAMPIRAN B PERHITUNGAN B.1. Perhitungan Sebelum Proses Filtrasi .............................. 42
B.1.1. Analisis Kadar Air ............................................... 42 B.1.2. Analisis Asam Lemak Bebas ............................... 42 B.1.3. Analisis Berat Jenis (Densitas) ............................ 43
B.2. Perhitungan Setelah Proses Filtrasi ................................ 44 B.2.1. Analisis Kadar Air ............................................... 44 B.2.2. Analisis Asam Lemak Bebas ............................... 44 B.2.3. Analisis Berat Jenis (Densitas) ............................ 45
LAMPIRAN C GAMBAR ALAT
-
DAFTAR TABEL
TABEL Halaman
1. Syarat Mutu Minyak Goreng ........................................................... 6 2. Komponen Trigliserida Asam Lemak .............................................. 8 3. Komponen Non-Trigliserida ............................................................ 9 4. Persyaratan Arang Aktif yang Baik ................................................. 16 5. Data Awal Analisis Minyak Goreng Bekas .................................... 27 6. Data Hasil Analisis Minyak Goreng Bekas Setelah Proses Filtrasi.. 29 7. Data Pengamatan Bahan Baku Sebelum Proses Filtrasi .................. 36 8. Data Pengamatan Karbon Aktif ....................................................... 37 9. Analisis Kadar Air ........................................................................... 38 10. Analisis Asam Lemak Bebas ........................................................... 39 11. Analisis Berat Jenis .......................................................................... 40 12. Analisis Bau dan Warna ................................................................... 41
-
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR Halaman
1. Rangkaian Alat Filtrasi ...................................................................... 19 2. Tangki Umpan .................................................................................... 20 3. Tangki Filtrasi .................................................................................... 20 4. Tangki Penampungan ......................................................................... 21 5. Pengaruh Waktu Pengendapan (hari) Terhadap Volume Minyak (ltr) 30 6. Pengaruh Waktu Pengendapan (hari) Terhadap Kadar air (%) .......... 31 7. Pengaruh Waktu Pengendapan (hari) Terhadap Asam Lemak Bebas 32 8. Pengaruh Waktu Pengendapan (hari) Terhadap Densitas (gr/ml) ...... 33 9. Seperangkat Alat Filtrasi .................................................................... 47 10. Minyak Setelah Dititrasi Dengan KOH ............................................ 48 11. Warna Awal Minyak .......................................................................... 48 12. Warna Setelah Difiltrasi...................................................................... 49 13. Oven .................................................................................................... 49 14. Crussible ............................................................................................ 50
-
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Pertambahan penduduk dan kenaikan tingkat ekonomi bangsa Indonesia
dapat berdampak pada pencemaran lingkungan yang meningkat. Pecemaran dapat
berasal dari beberapa sumber, salah satunya adalah limbah rumah tangga. Oleh
karena itu penanggulangan masalah pencemaran oleh rumah tangga diberikan
prioritas utama. Salah satu contoh pencemaran limbah rumah tangga yaitu
pembuangan minyak goreng bekas (Mujahidin, 1998).
Salah satu contoh limbah rumah tangga yaitu sisa limbah minyak
merupakan masalah yang serius bagi masyarakat dan industri kecil dimana setiap
hari limbah tersebut dihasilkan. Minyak dan lemak merupakan campuran gliserida
dengan susunan asam-asam lemak yang tidak sama. Sifat-sifat fisik dan kimia
trigliserida ditentukan oleh asam lemak penyusunnya, karena asam lemak
merupakan bagian terbesar berat molekul minyak goreng. Sifat fisik limbah
tersebut berwarna coklat kehitaman dan terdapat partikel-partikel padat yang
terlarut dalam minyak. Pengotoran minyak goreng berasal dari pemanasan minyak
yang berlebihan dan debu-debu dalam krecek atau bahan yang digoreng hancur
atau gong dapat juga menjadi pengotor. Kualitas minyak tersebut akan cepat turun
dan menjadi kurang baik bilamana digunakan kembali. Serta tidak baik untuk
kesehatan bila dikonsumsi secara terus menerus.
Krisis ekonomi yang berkepanjangan mengakibatkan kenaikan bahan-
bahan pokok yang salah satunya minyak goreng. Oleh karena itu pemerintah
menganjurkan kepada masyarakat agar dapat berhemat. Salah satu penghematan
tersebut adalah dapat mendaur ulang minyak goreng tersebut agar dapat dipakai
kembali. Dengan mengolah kembali minyak goreng akan dapat membantu
perekonomian rakyat. Minyak goreng bekas ini dapat didaur ulang dengan
menggunakan Karbon Aktif sebagai absorben.
-
1.2. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Dapat membuat penyaring minyak goreng bekas menggunakan karbon
aktif sebagai penyerap.
2. Dapat mengoperasikan dan menentukan penyaringan minyak goreng bekas
sehingga didapat proses yang optimum terhadap daya serap Karbon Aktif.
1.3. Manfaat Penelitian Manfaat perancangan prototipe ini adalah :
1. Meningkatkan nilai ekonomis minyak goreng bekas sehingga dapat
dimanfaatkan lagi oleh masyarakat dan industri kecil.
2. Melakukan pengembangan terhadap teknologi pengolahan minyak goreng
bekas dengan sistem pengendapan.
3. Dapat dijadikan sebagai alat percobaan di Laboratorium Teknik Kimia
Politeknik Negeri Sriwijaya.
1.4. Permasalahan
Dalam perancangan prototipe filtrasi ini, untuk pengolahan minyak goreng
dengan hasil pemurnian yang lebih baik sehingga dari minyak goreng bekas
tersebut dapat digunakan lagi oleh masyarakat. Permasalahan pokok yang menjadi
perhatian adalah bagaimana pengaruh adsorben (Karbon Aktif) terhadap minyak
goreng bekas yang telah diendapkan dan kemampuan daya serap Karbon Aktif.
-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Filtrasi
Filtrasi adalah pembersihan partikel padat dari suatu fluida dengan
melewatkannya medium pada penyaringan atau septum yang diatasnya padatan
akan terendapkan. Range filtrasi pada industri mulai dari penyaringan sederhana
hingga pemisahan yang kompleks. Fluida yang difiltrasi dapat berupa cairan atau
gas, aliran yang lolos dari saringan mungkin saja cairan, padatan atau keduanya.
Didalam industri, kandungan padatan suatu umpan mempunyai range dari hanya
sekedar jejak sampai persentasi yang besar. Sering kali umpan dimodifikasi
melalui beberapa pengolahan awal untuk meningkatkan laju filtrasi. Penyaring
dibagi kedalam tiga golongan utama yaitu penyaring kue (cake), penyaringan
penjernihan (clarifying) dan penyaringan aliran silang (crossflow). Penyaring kue
memisahkan padatan dengan jumlah relatif besar sebagai suatu kue kristal atau
lumpur.
Penyaringan penjernihan membersihkan sejumlah kecil padatan dari suatu
gas atau percikan cairan jernih semisal minuman. Partikel padat terperangkap di
dalam medium penyaringan atau diatas permukaan luarnya. Penyaringan
penjernihan berbeda dengan saringan biasa, yaitu memiliki diameter pori medium
penyaring lebih besar dari partikel yang akan disingkirkan. Di dalam penyaring
aliran silang, umpan suspensi mengalir dengan tekanan tertentu diatas medium
penyaring. Lapisan tipis dari padatan dapat terbentuk diatas medium permukaan
tetapi kecepatan cairan yang tinggi mencegah terbentuknya lapisan. Medium
penyaring adalah polimer dengan pori yang cukup kecil untuk menahan sebagian
besar partikel tersuspensi.
Jenis jenis penyaring :
a. Penyaring Vakum Kontinyu.
b. Penyaring Vakum Diskontinyu.
c. Penyaring Drum Berputar (Rotary Drum Filter)
-
2.2. Adsorpsi
Adsorpsi adalah proses penyerapan molekul (gas atau cair) oleh
permukaan (padatan). Definisi tersebut digunakan untuk menjelaskan terjadinya
akumulasi molekul-molekul gas pada permukaan padatan. Adsorpsi dapat terjadi
karena interaksi gaya elektrostatik atau van der Waals antar molekul
(physisorption/fisisorpsi) maupun oleh adanya interaksi kimiawi antar molekul
(chemisorption/kimisorpsi). Kimisorpsi atau fisisorpsi biasa dinyatakan oleh
besarnya energi adsorpsi. Fisisorpsi memiliki energi adsorpsi sebesar 5-10 kJ/mol,
lebih rendah dibandingkan dengan kimisorpsi dengan energi adsorpsi sebesar 30-
70 kJ/mol untuk molekul dan 100-400 kJ/mol untuk atom. Adsorpsi adalah
peristiwa kesetimbangan kimia. Oleh karenanya, berkurangnya kadar zat yang
teradsorpsi (adsorbat) oleh material pengadsorpsi (adsorben) terjadi secara
kesetimbangan, sehingga secara teoritis, tidak dapat terjadi penyerapan sempurna
adsorbat oleh adsorben. Jika pada proses adsorpsi ditemukan fenomena reduksi
adsorbat hingga 100%, hal itu dimungkinkan oleh sensitifitas pengukuran
konsentrasi adsorbat semata. Besarnya konsentrasi adsorbat oleh proses adsorpsi
tergantung pada mekanisme adsorpsi, konsentrasi awal adsorbat, temperatur, dosis
adsorben, dll sehingga membandingkan kemampuan suatu adsorben dari besarnya
reduksi setelah adsorpsi bisa menjadi bias.
Adsorpsi juga dapat diartikan sebagai salah satu peristiwa menempelnya
zat berwujud gas atau cair pada suatu permukaan atau lapisan antar muka tanpa
penetrasi. Sedangkan absorpsi adalah peristiwa penyerapan zat dengan penetrasi
penyerapan dengan zat penetrasi permukaan sehingga identitasnya hilang bersama
penyerap. Secara umum proses adsorpsi dapat diartikan sebagai proses
penyerapan suatu zat oleh zat lain dimana pada proses ini hanya terjadi pada
permukaan zat tersebut, sehingga yang berpengaruh penting hanya luas
permukaan. Sedangkan adsorbat didefinisikan untuk zat yang diserap dan
adsorben bagi zat yang menyerap. (Fatimah, 26 April 2009).
-
2.3.Minyak Goreng
Minyak jelantah (waste cooking oil) adalah minyak limbah yang bisa
berasal dari jenis-jenis minyak goreng seperti halnya minyak jagung, minyak
sayur, minyak samin dan sebagainya, minyak ini merupakan minyak bekas
pemakaian kebutuhan rumah tangga umumnya, dapat digunakan kembali untuk
keperluaran kuliner akan tetapi bila ditinjau dari komposisi kimianya, minyak
jelantah mengandung senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik, yang terjadi
selama proses penggorengan. Pemakaian minyak jelantah yang berkelanjutan
dapat merusak kesehatan manusia, menimbulkan penyakit kanker, dan akibat
selanjutnya dapat mengurangi kecerdasan generasi berikutnya. Untuk itu perlu
penanganan yang tepat agar limbah minyak jelantah ini dapat bermanfaat dan
tidak menimbulkan kerugian dari aspek kesehatan manusia dan lingkungan,
kegunaan lain dari minyak jelantah. Umumnya, minyak goreng yang beredar di
pasaran bersumber dari beberapa macam tumbuhan, seperti kelapa sawit, kacang
kedelai hingga kacang tanah. Tapi fungsi dari minyak goreng itu sendiri
sebenarnya sama, yaitu menghantarkan panas dalam mematangkan masakan.
Dengan minyak goreng, masakan bisa menjadi lebih renyah. (Meyer, 1973).
Minyak nabati yang sering digunakan untuk menggoreng biasanya banyak
mengandung asam lemak tidak jenuh yang terdiri dari asam oleat, linoleat dan
asam palmitoleat. Minyak yang banyak digunakan untuk menggoreng di
Indonesia adalah minyak kelapa. Minyak ini termasuk golongan minyak asam
laurat. Asam laurat merupakan asam lemak jenuh yang tahan terhadap reaksi
oksidasi. Minyak goreng dalam proses pembuatannya terdiri dari dua fase, yaitu
fase cair dan fase padat. Fase cair minyak cair disebut olein sedangkan fase
padatnya stearin. Dengan dua kali penyaringan diharapkan stearin terpisah dan
tidak ikut terbawa bersama dari olein. Proses yang disebut sebagai double
fractination membuat minyak goreng menjadi tidak mudah membeku meski
dalam lemari es sekalipun. (Djatmiko dan Enie, 1985).
Ketika minyak digunakan untuk menggoreng maka akan terjadi peristiwa
oksidasi, hidrolisis yang memecah molekul minyak menjadi asam. Proses ini
bertambah besar dengan pemanasan yang tinggi dan waktu yang lama selama
-
penggorengan makanan. Adanya asam lemak bebas dalam minyak goreng tidak
bagus pada kesehatan. FFA dapat pula menjadi ester jika bereaksi dengan
methanol, sedangkan jika bereaksi dengan soda akan mebentuk sabun. Syarat
mutu minyak goreng dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Syarat Mutu Minyak Goreng
Jenis Analisa Kandungan
Kadar Air maks. 0,3 %
Bilangan Peroksida maks. 0,1 % mg Oksigen/100gr contoh
Asam Lemak Bebas maks. 0,3 %
Logam-logam berbahaya negatif
Bau, Warna dan rasa normal
( SNI, 01-3741-1995). Dalam kehidupan sehari-hari kita telah mengenal istilah minyak (oils) dan
lemak (fats), namun kita jarang mengenal istilah lipida (lipids). Tulisan saya kali
ini mencoba membahas pengertian tiga kata di atas secara lugas dan sederhana
sehingga mudah dimengerti oleh setiap pembaca. Minyak mempunyai arti yang
sangat luas, yaitu senyawa yang berbentuk cairan pekat pada suhu ruangan (25oC)
dan tidak larut dalam air. Berdasarkan sumbernya, minyak dibagi menjadi 2
macam, yaitu minyak bumi (mineral oils atau petroleum) dan minyak dari mahluk
hidup (lipida atau lipids). Adapun minyak dari mahluk hidup terbagi lagi menjadi
minyak nabati (vegetable oils) dan minyak hewani (animal oils). Minyak hewani
lebih popular disebut dengan istilah lemak (fats) karena pada umumnya berbentuk
padat pada suhu ruangan (25oC).
Lipida merupakan satu diantara empat komponen yang dapat ditemukan di
setiap mahluk hidup, sedangkan komponen lainnya adalah karbohidrat
(carbohydrates), protein (proteins), dan asam nukleat (nucleic acids).
Secara umum berdasarkan senyawa kimianya, lipida dapat dibedakan atas:
1. Asam lemak bebas (free fatty acids)
2. Gliserida (Acylglycerols)
3. Sterol (Sterols)
-
4. Wax (Waxes)
5. Glikolipid (Glycolipids), Fosfilipid (phospholipids), and Sfingolipid
(sphingolipids)
6. Vitamin (Vitamins)
7. Hidrokarbon (hydrocarbons)
Gliserida adalah sejenis senyawa ester dan merupakan hasil reaksi antara
gliserol (glycerols) dengan asam lemak (fatty acids). Reaksi tersebut dikenal
dengan nama reaksi esterifikasi, karena menghasilkan senyawa ester. Produk akhir
reaksi tersebut adalah berupa monogliserida (monoacylglycerols), digliserida
(diacylglycerols) dan trigliserida (tryacylglyecrols). Monogliserida merupakan
gliserol yang bereaksi dengan satu buah asam lemak, dan dinamakan digliserida
karena mengandung dua buah asam lemak. Sedangkan gliserol yang bereaksi
dengan tiga buah asam lemak, disebut trigliserida. Gliserol adalah komponen
pokok dari lipida yang merupakan alkohol gula (sugar alcohol), berasa manis,
tidak berwarna, tidak berbau, berbentuk cairan pekat dan sangat bermanfaat di
dunia obat-obatan. Sedangkan, asam lemak adalah asam karboksilat yang
mempunyai atom karbon lebih dari 6, contohnya adalah asam palmitat, asam
stearate dan asam linoleat. Ada dua jenis asam lemak, yaitu asam lemak jenuh dan
asam lemak tak jenuh.
Berdasarkan kegunaannya, minyak nabati terbagi menjadi dua golongan.
Pertama, minyak nabati yang dapat digunakan dalam industri makanan (edible
oils) dan dikenal dengan nama minyak goreng meliputi minyak kelapa, minyak
kelapa sawit, minyak zaitun, minyak kedelai, minyak kanola dan sebagainya.
Kedua, minyak yang digunakan dalam indutri non makanan (non edible oils)
misalnya minyak kayu putih, minyak jarak, dan minyak intaran. Pada dasarnya
minyak goreng yang segar dan bekas terdiri dari 3 jenis komposisi dengan
porsentase yang berbeda-beda, yaitu minyak jenuh, minyak tak jenuh, tunggal,
dan minyak tak jenuh ganda. Minyak jenuh, disebut minyak jenuh karena banyak
mengandung asam lemak jenuh. Umumnya minyak jenuh terbuat dari hewani,
kecuali minyak sawit dan minyak kelapa. Minyak jenis ini cenderung
meningkatkan kolesterol dalam darah. Tetapi kelebihannya adalah minyak ini
-
relatif stabil dan tidak mudah rusak oleh panas. Karena itulah minyak jenis ini
paling dianjurkan sebagai minyak goreng. Minyak tak jenuh tunggal, dikenal pula
dengan sebutan omega-9. Minyak jenis ini tidak meningkatkan kadar kolesterol
dalam darah. Yang tergolong dalam minyak jenis ini adalah minyak zaitun dan
minyak kacang. Sama halnya dengan minyak jenuh, minyak jenis inipun relatif
stabil dalam menahan panas. Minyak tak jenuh ganda, semua minyak yang
tergolong jenis ini berasal dari nabati, sehingga tidak meningkatkan kadar
kolestrol dalam darah, namun justru menurunkan. Jenis minyak ini antara lain
adalah minyak jagung, minyak biji kapas, minyak biji matahari, minyak kedelai,
minyak wijen dan minyak biji rami. Asam lemak tak jenuh yang terkandung di
dalamnya kaya akan asam lemak esensial yang sangat diperlukan bagi kesehatan
tubuh. Tetapi minyak jenis ini sangat tidak stabil dan mudah rusak oleh panas.
Jika asam lemaknya rusak karena panas manfaatnya sudah tidak ada lagi bagi
tubuh, oleh sebab itu tidak dianjurkan menggunakannya minyak jenis ini sebagai
minyak goreng.Minyak merupakan gliserida yang terdiri dari berbagai asam
lemak, sehingga titik lebur dari gliserida tersebut tergantung pada kejenuhan asam
lemaknya. Semakin jenuh asam lemaknya semakin tinggi titik lebur dari minyak.
Komponen penyusun minyak tterdiri dari trigliserida dan non trigliserida.
Asam-asam lemak penyusun trigliserida terdiri dari asam lemak jenuh dan asam
lemak tak jenuh. Komponen minyak goreng yang segar dan bekas dapat dilihat
pada tabel 2
Tabel 2. Komponen Trigliserida Asam Lemak Asam Lemak Indonesia(%)
Miristik Palmitik Stearik Oleik
Linoleik
0,4 -0,8 46 -50
2-4 38-42 6-8
Komponen non-trigliserida ini merupakan komponen yang menyebabkan
rasa, aroma dan warna kurang baik. Kandungan yang terdapat dalam jumlah
sedikit ini, sering memegang peranan penting dalam menentukan mutu minyak.
Tabel 3 Komponen non-Trigliserida Komponen Ppm
-
Karoten Tokoferol
Sterol Phospatida Besi ( Fe )
Tembaga ( Cu ) Air
Kotoran-kotoran
500 700 400 600
Mendekati 300 500 10 0,5
0,07 0,18 0,01
2.4. Minyak Kelapa Sawit
Minyak kelapa sawit adalah lemak semipadat yang mempunyai komposisi
yang tetap. Minyak kelapa sawit mengandung 0,2 1,0 % bagian yang dapat
tersabunkan, yaitu tokofenol sterol, fosfaida dan alcohol. Minyak kelapa sawit
termasuk minyak oleat-linoleat, dimana komposisi minyaknya asam lemak jenuh :
Palmitat 32-47% dan asam lemak tidak jenuh Oleat 40-52% dan Linoleat 5-11%.
Produk minyak kelapa sawit sebagai bahan makanan mempunyai dua aspek
kualitas. Aspek pertama berhubungan dengan kadar dan kualitas asam lemak,
kelembaban dan kotoran. Aspek kedua berhubungan dengan rasa, aroma dan
kejernihan serta kemurnian produk. Kelapa sawit bermutu prima (SQ, Special
Quality) mengandung asam lemak (FFA, Free Fatty Acid) tidak lebih dari 2 %
pada saat pengapalan. Kualitas standar minyak kelapa sawit mengandung tidak
lebih dari 5 % FFA. Setelah pengolahan, kelapa sawit bermutu akan menghasilkan
rendemen minyak 22,1 % - 22,2 % (tertinggi) dan kadar asam lemak bebas 1,7 %
- 2,1 % (terendah).
Secara umum struktur asam lemak dapat digambarkan sebagai berikut :
Gliserida, makin tinggi titik beku atau titik cair minyak tersebut .Sehingga pada
suhu kamar biasanya berada pada fase padat. Sebaliknya semakin tidak jenuh
asam lemak dalam molekul trigliserida maka makin rendah titik cair minyak
tersebut sehingga pada suhu kamar berada pada fase cair. Berikut ini adalah tabel
dari komposisi trigliserida dan tabel komposisi asam lemak dari minyak kelapa
sawit.
2.5. Karbon Aktif
-
Karbon aktif, atau sering juga disebut sebagai arang aktif, adalah suatu
jenis karbon yang memiliki luas permukaan yang sangat besar. Hal ini bisa
dicapai dengan mengaktifkan karbon atau arang tersebut. Karbon atau arang aktif
adalah material yang berbentuk butiran atau bubuk yang berasal dari material
yang mengandung karbon misalnya batubara, kulit kelapa, dan sebagainya.
Dengan pengolahan tertentu yaitu proses aktivasi seperti perlakuan dengan
tekanan dan suhu tinggi, dapat diperoleh karbon aktif yang memiliki permukaan
dalam yang luas. Arang yang merupakan suatu padatan berpori mengandung 85-
95% karbon, dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon dengan
pemanasan pada suhu tinggi. Ketika pemanasan berlangsung, diusahakan agar
tidak terjadi kebocoran udara didalam ruangan pemanasan sehingga bahan yang
mengandung karbon tersebut hanya terkarbonisasi dan tidak teroksidasi. Arang
selain digunakan sebagai bahan bakar, juga dapat digunakan sebagai adsorben
(penyerap). Daya serap ditentukan oleh luas permukaan partikel dan kemampuan
ini dapat menjadi lebih tinggi jika terhadap arang tersebut dilakukan aktifasi
dengan bahan-bahan kimia ataupun dengan pemanasan pada temperatur tinggi.
Dengan demikian, arang akan mengalami perubahan sifat-sifat fisika dan kimia.
Arang yang demikian disebut sebagai arang aktif.
Dalam satu gram karbon aktif, pada umumnya memiliki luas permukaan
seluas 500-1500 m2, sehingga sangat efektif dalam menangkap partikel-partikel
yang sangat halus berukuran 0.01-0.0000001 mm. Karbon aktif bersifat sangat
aktif dan akan menyerap apa saja yang kontak dengan karbon tersebut. Dalam
waktu 60 jam biasanya karbon aktif tersebut manjadi jenuh dan tidak aktif lagi.
Oleh karena itu biasanya arang aktif di kemas dalam kemasan yang kedap udara.
Sampai tahap tertentu beberapa jenis arang aktif dapat di reaktivasi kembali,
meskipun demikian tidak jarang yang disarankan untuk sekali pakai. Reaktifasi
karbon aktif sangat tergantung dari metode aktivasi sebelumnya, oleh karena itu
perlu diperhatikan keterangan pada kemasan produk tersebut.
Karbon aktif tersedia dalam berbagai bentuk misalnya gravel, pelet (0.8-5
mm) lembaran fiber, bubuk (PAC : powder active carbon, 0.18 mm atau US mesh
80) dan butiran-butiran kecil (GAC : Granular Active carbon, 0.2-5 mm) dsb.
-
Serbuk karbon aktif PAC lebih mudah digunakan dalam pengolahan air dengan
sistem pembubuhan yang sederhana. Biasanya pengaktifan hanya bertujuan untuk
memperbesar luas permukaannya saja, namun beberapa usaha juga berkaitan
dengan meningkatkan kemampuan adsorpsi karbon aktif itu sendiri. Karbon aktif
bisa dibuat dari tempurung kelapa.
Arang tempurung kelapa selama ini lebih sering kita kenal sebagai bahan
bakar untuk pemanggangan ikan atau makanan lain. Di balik kehitaman arang
tempurung kelapa itu, ternyata menyimpan nilai ekonomis yang lebih tinggi lagi.
Tempurung kelapa yang dijadikan arang dapat ditingkatkan nilai ekonomisnya
dengan menjadikannya karbon aktif. Cara membuat karbon aktif dari tempurung
kelapa juga relatif lebih mudah. Karbon aktif berfungsi sebagai filter untuk
menjernihkan air, pemurnian gas, industri minuman, farmasi, katalisator, dan
berbagai macam penggunaan lain. Tempurung kelapa adalah salah satu bahan
karbon aktif yang kualitasnya cukup baik dijadikan karbon aktif. Bentuk dan
ukuran, dan kualitas tempurung kelapa harus diperhatikan ketika membuat karbon
aktif. Tempurung kelapa yang dijadikan bahan pembuat karbon aktif, sebaiknya
bebentuk setengah atau seperempat ukuran tempurung. Jika ukurannya terlalu
hancur, maka tempurung itu kurang baik dijadikan bahan pembuat karbon aktif.
Karbon atau arang aktif adalah material yang berbentuk butiran atau bubuk
yang berasal dari material yang mengandung karbon misalnya batubara, kulit
kelapa, dan sebagainya. Dengan pengolahan tertentu yaitu proses aktivasi seperti
perlakuan dengan tekanan dan suhu tinggi, dapat diperoleh karbon aktif yang
memiliki permukaan dalam yang luas.
Faktor yang mempengaruhi daya serap adsorpsi, yaitu:
1. Sifat Serapan
Banyak senyawa yang dapat diadsorpsi oleh arang aktif, tetapi
kemampuannya untuk mengadsorpsi berbeda untuk masing- masing senyawa.
Adsorpsi akan bertambah besar sesuai dengan bertambahnya ukuran molekul
serapan dari sturktur yang sama, seperti dalam deret homolog. Adsorbsi juga
dipengaruhi oleh gugus fungsi, posisi gugus fungsi, ikatan rangkap, struktur rantai
dari senyawa serapan.
-
2. Temperatur
Dalam pemakaian arang aktif dianjurkan untuk mengamati temperatur
pada saat berlangsungnya proses. Faktor yang mempengaruhi temperatur proses
adsoprsi adalah viskositas dan stabilitas thermal senyawa serapan. Jika pemanasan
tidak mempengaruhi sifat-sifat senyawa serapan, seperti terjadi perubahan warna
maupun dekomposisi, maka perlakuan dilakukan pada titik didihnya. Untuk
senyawa volatil, adsorpsi dilakukan pada temperatur kamar atau bila
memungkinkan pada temperatur yang lebih rendah.
3. pH (Derajat Keasaman).
Untuk asam-asam organik, adsorpsi akan meningkat bila pH diturunkan,
yaitu dengan penambahan asam-asam mineral. Ini disebabkan karena kemampuan
asam mineral untuk mengurangi ionisasi asam organik tersebut. Sebaliknya bila
pH asam organik dinaikkan yaitu dengan menambahkan alkali, adsorpsi akan
berkurang sebagai akibat terbentuknya garam.
4. Waktu Singgung
Bila arang aktif ditambahkan dalam suatu cairan, dibutuhkan waktu untuk
mencapai kesetimbangan. Waktu yang dibutuhkan berbanding terbalik dengan
jumlah arang yang digunakan. Selisih ditentukan oleh dosis arang aktif,
pengadukan juga mempengaruhi waktu singgung. Pengadukan dimaksudkan
untuk memberi kesempatan pada partikel arang aktif untuk bersinggungan dengan
senyawa serapan. Untuk larutan yang mempunyai viskositas tinggi, dibutuhkan
waktu singgung yang lebih lama.
Kemampuan adsorpsi yang kuat dimanfaatkan dalam berbagai aplikasi,
seperti:
1. Lingkungan.
Karbon aktif biasa digunakan pada pembersihan tumpahan minyak,
penyaring air minum, penyaringan udara, dan perbaikan air tanah.
2. Industri.
Biasa digunakan di dalam industri minuman keras. Karbon aktif digunakan
sebagai penyaring kotoran organik pada vodka atau whiskey. Karbon aktif ini
-
tidak mengikat alkohol, jadi persentase etanol dalam minuman tidak terlalu
berubah.
3. Kesehatan.
Dipakai untuk mengobati keracunan,diare dan perut kembung. Karbon
aktif yang sering ada di pasaran itu Norit. Norit ini sifarnya menyerap racun dan
zat-zat lainnya di lambung. Tapi, Norit menyerap zat-zat di lambung hampir tidak
pandang bulu, sehingga obat-obat yang kita minum dalam waktu bersamaan atau
dalam rentang waktu 3-5 jam sekitar waktu minum norit juga akan ikut diserap
oleh norit. Akibatnya, penyerapan obat oleh tubuh justru berkurang sehingga efek
atau khasiat obat yang kita minum bakal berkurang, dan mungkin efek pengobatan
tidak akan tercapai. (sumber : www.google,karbon aktif.com).
Secara umum proses pembuatan arang aktif dapat dibagi dua yaitu:
1. Proses Kimia.
Bahan baku dicampur dengan bahan-bahan kimia tertentu, kemudian
dibuat padat. Selanjutnya padatan tersebut dibentuk menjadi batangan dan
dikeringkan serta dipotong-potong. Aktifasi dilakukan pada temperatur 100 C.
Arang aktif yang dihasilkan, dicuci dengan air selanjutnya dikeringkan pada
temperatur 300 C. Dengan proses kimia, bahan baku dapat dikarbonisasi terlebih
dahulu, kemudian dicampur dengan bahan-bahan kimia.
2. Proses Fisika
Bahan baku terlebih dahulu dibuat arang. Selanjutnya arang tersebut
digiling, diayak untuk selanjutnya diaktifasi dengan cara pemanasan pada
temperatur 1000 C yang disertai pengaliran uap. Proses fisika banyak digunakan
dalam aktifasi arang antara lain proses briket dimana bahan baku atau arang
terlebih dahulu dibuat briket, dengan cara mencampurkan bahan baku atau arang
halus dengan ter. Kemudian, briket yang dihasilkan dikeringkan pada 550 C
untuk selanjutnya diaktifasi dengan uap.
Secara umum dan sederhana proses pembuatan arang aktif terdiri dari tiga
tahap yaitu:
-
1. Dehidrasi
Proses penghilangan air dimana bahan baku dipanaskan sampai temperatur
170 C.
2. Karbonisasi
Pemecahan bahan-bahan organik menjadi karbon. Suhu diatas 170C akan
menghasilkan CO, CO2 dan asam asetat. Pada suhu 275C, dekomposisi
menghasilkan ter, metanol dan hasil samping lainnya. Pembentukan karbon
terjadi pada temperatur 400 600oC
3. Aktifasi
Dekomposisi tar dan perluasan pori-pori. Dapat dilakukan dengan uap atau
CO2 sebagai aktifator. Proses aktifasi merupakan hal yang penting diperhatikan
disamping bahan baku yang digunakan. Yang dimaksud dengan aktifasi adalah
suatu perlakuan terhadap arang yang bertujuan untuk memperbesar pori yaitu
dengan cara memecahkan ikatan hidrokarbon atau mengoksidasi molekul
molekul permukaan sehingga arang mengalami perubahan sifat, baik fisika
maupun kimia, yaitu luas permukaannya bertambah besar dan berpengaruh
terhadap daya adsorpsi. Metoda aktifasi yang umum digunakan dalam pembuatan
arang aktif adalah:
a. Aktifasi Kimia.
Aktifasi ini merupakan proses pemutusan rantai karbon dari senyawa
organik dengan pemakian bahan-bahan kimia. Aktifator yang digunakan
adalah bahan-bahan kimia seperti: hidroksida logam alkali garam-garam
karbonat, klorida, sulfat, fosfat dari logam alkali tanah dan khususnya ZnCl2,
asam-asam anorganik seperti H2SO4 dan H3PO4.
b. Aktifasi Fisika.
Aktifasi ini merupakan proses pemutusan rantai karbon dari senyawa
organik dengan bantuan panas, uap dan CO2. Umumnya arang dipanaskan
didalam tanur pada temperatur 800 900 C. Oksidasi dengan udara pada
temperatur rendah merupakan reaksi eksoterm sehingga sulit untuk
mengontrolnya. Sedangkan pemanasan dengan uap atau CO2 pada temperatur
-
tinggi merupakan reaksi endoterm, sehingga lebih mudah dikontrol dan paling
umum digunakan.
Beberapa bahan baku lebih mudah untuk diaktifasi jika diklorinasi terlebih
dahulu. Selanjutnya dikarbonisasi untuk menghilangkan hidrokarbon yang
terklorinasi dan akhimya diaktifasi dengan uap. Juga memungkinkan untuk
memperlakukan arang kayu dengan uap belerang pada temperatur 500 C dan
kemudian desulfurisasi dengan H2 untuk mendapatkan arang dengan aktifitas
tinggi. Dalam beberapa bahan barang yang diaktifasi dengan percampuran bahan
kimia, diberikan aktifasi kedua dengan uap untuk memberikan sifat fisika tertentu.
Dengan bertambah lamanya destilasi serta bertambah tingginya temperatur
destilasi, mengakibatkan jumlah arang yang dihasilkan semakin kecil, sedangkan
destilasi dan daya serap makin besar. Meskipun dengan semakin bertambahnya
temperatur destilasi, daya serap arang aktif semakin baik, masih diperlukan
pembatasan temperatur yaitu tidak melebihi 1000 oC, karena banyak terbentuk abu
sehingga menutupi pori-pori yang berfungsi untuk mengadsorpsi. Sebagai
akibatnya daya serap arang aktif akan menurun. Selanjutnya campuran arang dan
aktifator dipanaskan pada temperatur dan waktu tertentu. Hasil yang diperoleh,
diuji daya serapnya terhadap larutan Iodium. Persyaratan arang aktif yang baik
dapat dilihat pada tabel. 4.
Tabel 4. Persyaratan Arang Aktif yang Baik
Jenis Kandungan
Bagian yang hilang pada pemanasan 950 oC Maksimum 15%
Air Maksimum 10%
Abu Maksimum 2,5%
Bagian yang tidak diperarang Tidak nyata
Daya serap karbon aktif Minimum 20%
(SII No.0258 -79)
-
Karbon aktif terbagi atas 2 tipe yaitu arang aktif sebagai pemucat dan
arang aktif sebagai penyerap uap.
1. Arang aktif sebagai pemucat.
Biasanya berbentuk serbuk yang sangat halus dengan diameter pori
mencapai 1000 A0 yang digunakan dalam fase cair. Umumnya berfungsi untuk
memindahkan zat-zat penganggu yang menyebabkan warna dan bau yang tidak
diharapkan dan membebaskan pelarut dari zat - zat penganggu dan kegunaan yang
lainnya pada industri kimia dan industri baru. Arang aktif ini diperoleh dari serbuk
- serbuk gergaji, ampas pembuatan kertas atau dari bahan baku yang mempunyai
densitas kecil dan mempunyai struktur yang lemah.
2. Arang aktif sebagai penyerap uap.
Biasanya berbentuk granula atau pellet yang sangat keras dengan diameter
pori berkisar antara 10 - 200 A0. Tipe porinya lebih halus dan digunakan dalam
fase gas yang berfungsi untuk memperoleh kembali pelarut atau katalis pada
pemisahan dan pemurnian gas. Umumnya arang ini dapat diperoleh dari
tempurung kelapa, batu bata atau bahan baku yang mempunyai struktur keras.
-
BAB III
KERANGKA PEMECAHAN MASALAH
3.1. Waktu danTempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan dari tanggal 11 Juni sampai 11 Juli 2009 di
Laboratorium Pilot Plant dan Satuan Operasi Jurusan Teknik Kimia Politeknik
Negeri Sriwijaya.
3.2. Pembuatan Alat Filtrasi
1. Bahan dan Alat
a. Bahan
- Valve inc : 5 buah
- Pipa Tembaga inc : 1 buah
- Plastik D = 15 cm, Tinggi = 60 cm : 1 buah
- Drip dan Mur :10 buah
- Karet penyekat : 2 buah
b. Alat
- Meteran : 1 buah
- Gunting : 1 buah
- Tang :1 buah
- Stopwatch :1 buah
Pada metodologi pembuatan alat filtrasi ini terdapat dua sistem yaitu:
a. Sistem Fungsional
Pada alat filtrasi ini yang telah dirancang, terdapat bagian bagian yang
mempunyai fungsi masing masing seperti pada tangki umpan ini berfungsi
sebagai tempat menampung umpan yang akan di filtrasi, tangki filtrasi merupakan
tempat adsorben dimana akan terjadi proses penyerapan yang akan menghasilkan
produk yang maksimum dan tangki penampung berfungsi untuk menampung
produk minyak setelah proses filtrasi sehingga akan didapatkan minyak yang lebih
tinggi tingkat kemurniannya.
-
b. Sistem Struktural
Pada alat filtrasi ini dirancang dengan ukuran diameter dan tinggi yang
berbeda beda untuk setiap tangki. Seperti untuk tangki umpan dirancang dengan
ukuran diameter 25 cm dan tinggi 40 cm, untuk tangki filtrasi dirancang dengan
ukuran diameter 15 cm dan tinggi 60 cm dan tangki penampungan yang berupa
plastik fiber dirancang dengan ukuran diameter 20 cm dan tinggi 25 cm. Untuk
lebih jelasnnya mengenai Sistem Fungsional dan Struktural, dapat dilihat pada
Gambar 1.
2. Prosedur Kerja
a. Menyiapkan bahan berupa plastik fiber dan alat alat yang digunakan.
b. Melakukan pengukuran bahan sesuai yang didisain kemudian dilakukan
pemotongan dan penyambungan.
c. Membuat tangki umpan yang berfungsi untuk sebagai tempat untuk
menampung umpan yang akan di filtrasi.
d. Membuat tangki filtrasi yang merupakan sebagai tempat adsorben dimana
akan terjadi proses penyerapan minyak.
e. Membuat tangki penampungan yang berfungsi untuk menampung produk
minyak setelah proses filtrasi.
f. Memasangkan valve pada setiap pipa yang menghubungkan antara pipa
yang satu dengan yang lainnya.
g. Memasangkan drip dan mur serta karet penyekat pada bagian tangki
filtrasi dan alat siap untuk di uji coba.
-
TangkiUmpan
Valve
Tangki Filtrasi
Tangki Penampung
Rangka ValveValve
Karet Penyekat
25 cm
40 c m
15 cm
60 cm
25 cm20 cm
Gambar 1. Rangkaian Alat Filtrasi
-
2 5 c m
4 0 c m
G a m b a r 2 . T a n g k i U m p a n
Spesifikasi Alat :
6 0 c m
G a m b a r 3 . T a n g k i F i l t r a s i
1 5 c m
25cm
20 cm
a. Tangki Umpan
Gambar 4. Tangki Penampungan
-
Tinggi tangki : 40 cm
Diameter : 25 cm
Kapasitas minyak : 10 kg
Temperatur : 25 30 oC (Temperatur ruang)
Material : Fiber Glass
Bahan yang ditampung : minyak dan air
Tangki umpan berfungsi sebagai tempat untuk menampung umpan yang akan
difiltrasi.
b. Tangki Filtrasi
Tinggi tangki : 60 cm
Diameter : 15 cm
Kapasitas karbon aktif : 5 kg
Temperatur : 25 30 oC (Temperatur ruang)
Material : Fiber Glass
Bahan yang ditampung : Bentonit, Karbon Aktif dan Zeolit
Tangki filtrasi berfungsi sebagai tempat adsorben dimana akan terjadi proses
penyerapan yang akan menghasilkan produka yang maksimum.
c. Tangki Penampungan
Tinggi tangki : 20 cm
Diameter : 25 cm
Kapasitas umpan : 10 kg
Temperatur : 25 30 oC (Temperatur ruang)
Material : Fiber Glass
Bahan yang ditampung : minyak dan air
Tangki penampung berfungsi untuk menampung produk minyak setelah
proses filtrasi sehingga akan didapatkan minyak yang lebih tinggi tingkat
kemurniannya.
3.3. Prosedur Kerja Alat Filtrasi
1. Bahan dan Alat
a. Bahan
-
- Minyak Goreng Bekas : 10 liter
- Karbon Aktif : 5 kg
b. Alat
- Stopwatch : 1 buah
- Gelas kimia 250 ml, 1 liter : 1,1 buah
2. Prosedur Kerja
a. Menyiapkan rangkaian peralatan filtrasi yang sudah dilengkapi
dengan media penyaring Karbon Aktif dengan ketinggian 50 cm
pada tabung filtrasi.
b. Menyiapkan minyak goreng bekas sebanyak 10 liter yang sudah
disaring/dipisahkan kotoran kasarnya. Sebelumnya sudah dianalisa
kandungan kadar air, ALB, densitas dan bau dan warna serta sifat
fisiknya.
c. Memasukkan minyak goreng bekas kedalam tangki umpan dan
dialirkan kedalam tangki filtrasi yang berisi karbon aktif.
d. Valve yang berada dibawah tangki filtrasi dalam keadaan tertutup
dan didiamkan selama 1 hari.
e. Setelah didiamkan selama 1 hari, minyak yang berada dalam tangki
umpan dialirkan kedalam tangki penampung.
f. Mengambil minyak goreng hasil filtrasi dan kemudian melakukan
analisa Kadar Air, ALB, Densitas serta Bau an Warna.
g. Mengulangi lagi penelitian ini dengan perbedaan hari yaitu 2 hari, 3
hari, 4 hari dan 5 hari sampai pada saat perlakuan analisis sesuai
dengan standar yang ditentukan.
3.4. Analisis Minyak Goreng Bekas atau Minyak Jelantah 3.4.1 Analisis Bau dan Warna
Untuk analisa bau dilakukan dengan mendekatkan tangan ke minyak
goreng hasil filtrasi dengan mengkipas-kipaskan dan dicatat hasil pengamatannya
sedangkan untuk analisa warna dengan melakukan analisa kualitatif dengan
-
membandingkan warna minyak goreng murni yang mempunyai warna standar
kuning dan jernih.
3.4.2. Analisis kadar Air 1. Bahan dan Alat
a. Bahan
- Minyak Goreng Bekas : 5 gr
b. Alat
- Cawan : 1 buah
- Oven : 1 buah
2. Prosedur Kerja
a. Mengatur suhu oven pada 100 110 oC.
b. Menimbang cawan kosong + tutup pada neraca analitik (W1).
c. Menimbang sampel sebanyak 5 gr.
d. Memasukkan sampel yang telah ditimbang tadi ke dalam cawan.
e. Menimbang cawan + tutup yang berisi sampel (W2).
f. Memasukkan cawan kedalam oven selama 2 jam.
g. Cawan yang berisi residu didinginkan didalam desikator selama 30
menit.
h. Menimbang cawan yang berisi residu (W3).
i. Hasil dari percobaan tersebut dapat dihitung dengan persamaan:
% Kadar Air = %10032 xWW
12 WW
.... (SNI, 01-2901-2006)
Keterangan :
W1 : Berat Cawan kosong (gr)
W2 : Berat Cawan + sample (gr)
W3 : Berat Cawan + Residu (gr)
3.4.3. Analisis Asam Lemak Bebas
1. Bahan dan Alat
a. Bahan
- Minyak goreng bekas : 5 gr
-
- Alkohol
- Hexan
- KOH 0,1 N
- Indikator Phenolphthalein
b. Alat
- Erlenmeyer 250 ml : 1 buah
- Pipet tetes : 1 buah
- Labu ukur 50 ml : 1 buah
- Pipet ukur 5 ml, 25 ml : 1,1 buah
- Bola karet : 1 buah
- Cocrong gelas : 1 buah
- Hot Plate : 1 buah
- Buret 25 ml : 1 buah
- Gelas kimia 250 ml : 1 buah
2. Prosedur Kerja
a. Memipet minyak goreng bekas sebanyak 5 ml.
b. Menambahkan 25 ml campuran Alkohol dan Hexan 6 : 4.
c. Campuran tersebut lalu dipanaskan sampai mendidih sampai asam
lemak bebasnya larut.
d. Mendinginkan campuran tersebut selama 15 menit.
e. Menambahkan 2 tetes indikator Phenolphthalein.
f. Melakukan titrasi dengan KOH 0,1 N sampai terbentuk warna
merah jambu yang tidak hilang selam 30 detik.
g. Hasil dari percobaan tersebut dapat dihitung dengan persamaan:
%100256% xW
xKOHNxKOHVALB = ... (SNI, 01-2901-2006)
Keterangan :
W : Berat contoh uji (gram)
V KOH : Volume KOH (ml)
N KOH : Normalitas KOH
25,6 : Konstanta untuk kadar ALB sebagai asam palmintat
-
3.4.4 Analisis Berat Jenis (Densitas)
1. Bahan dan Alat
a. Bahan
- Minyak Goreng Bekas : 5 gr
- Aquadest
b. Alat
- Piknometer 25 ml : 1 buah
- Termometer : 1 buah
2. Prosedur Kerja
a. Menimbang piknometer kosong bersih dan kering.
b. Mengisis piknometer dengan aquadest pada suhu 18 oC lalu
ditimbang.
c. Mengisi piknometer dengan minyak goreng bekas pada suhu 18 oC.
d. Menimbang piknometer yang berisi minyak goreng bekas pada
suhu 20 oC.
e. Berat jenis = )(
)(mlaquadestVolum
grsampelBerat
(Jobsheet Praktikum Instrument dan Pengukuran, 2006)
-
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Analisis Awal Bahan Baku
Untuk mengetahui karakteristik minyak goreng bekas, harus dilakukan
analisa terlebih dahulu. Hasil analisis minyak goreng bekas dapat dilihat pada
tabel 5.
Tabel 5. Data Awal Analisis Minyak Goreng Bekas
Parameter Sebelum Pemurnian
Kadar Air (%)
Kadar Asam Lemak Bebas (%)
Bau
Warna
Densitas (gr/ml)
0,23
0,2816
Sedikit Tengik
Kuning Kecoklatan
0,996
(Sumber: Laboratorium Satuan Proses) Warna coklat kehitaman yang dimiliki minyak goreng bekas dapat
menurunkan kualitas minyak jika tidak diolah. Penyebab terjadinya perubahan
warna tersebut karena meningkatnya kadar asam lemak bebas yang terjadi akibat
proses pemanasan yang berlebihan (Ketaren, S.1986). Oleh karena itu perlu
dilakukan pemurnian minyak dengan menggunakan karbon aktif sebagai penyerap
supaya minyak yang dihasilkan lebih baik. Pemurnian dengan karbon aktif
bertujuan untuk mengurangi zat zat pengotor yang terkandung dalam minyak
tersebut seperti Asam Lemak Bebas (ALB). Sebelum proses pemurnian tersebut
dilakukan proses aktifasi untuk karbon aktif. Proses aktifasi tersebut dilakukan
dengan suhu dan tekanan yang tinggi sehingga pada saat proses penyerapan
minyak terhadap karbon aktif dapat menyerap zat zat pengotor yang terkandung
dalam minyak dengan baik karena karbon aktif memiliki permukaan yang luas
setelah proses aktifasi. Proses aktifasi ini dilakukan dengan perendaman karbon
aktif kedalam larutan H2SO4 2 N selama 3 jam. Setelah itu dibilas dengan aquades
sampai netral, lalu karbon aktif tersebut dikeringkan didalam oven selama 5 jam
-
pada suhu 110 oC. Berdasarkan hasil analisa awal minyak goreng bekas dari tabel
8, kadar FFA yang terkandung dalam minyak tersebut adalah 0,2816% sehingga
mengakibatkan warnanya kuning kecoklatan. Selain itu juga bau minyak goreng
bekas sedikit tengik.
4.2. Uji Kinerja Alat Filtrasi
Setelah diketahui analisa awal pada minyak goreng bekas tersebut maka
dilakukan uji kinerja alat filtrasi tersebut. Dimana pada hasil rancangan alat
filtrasi ini dilakukan dengan volume minyak goreng bekas tersebut sebanyak 10
liter dengan waktu pengendapan yang berbeda beda. Hasil analisis minyak
goreng bekas dapat dllihat pada tabel 4.
-
Tabel 6. Data Hasil Analisis Minyak Goreng Bekas Setelah Proses Filtrasi Waktu
Pengendapan (hari)
Sampel
Volume Minyak (Liter)
%Kadar Air
%ALB Density (gr/ml)
Bau Warna
1
Rata - rata
2
Rata - rata
3
Rata - rata
4
Rata - rata
5
Rata rata
1 2 3
1 2 3
1 2 3
1 2 3
1 2 3
9,820 9,800 9,780 9,800 9,430 9,410 9,390 9,410 8,890 8,870 8,850 8,870 8,530 8,510 8,490 8,510 7,810 7,790 7,770 7,790
0,30 0,20 0,20 0,23 0,20 0,20 0,20 0,20 0,20 0,20 0,20 0,20 0,20 0,20 0,20 0,20 0,20 0,20 0,20 0,20
0,2660 0,2560 0,2406 0,2542 0,1843 0,1689 0,1638 0,1723 0,1280 0,1152 0,1024 0,1274 0,0921 0,0717 0,0512 0,0710 0,0409 0,0307 0,0256 0,0320
0,9145 0,9145 0,9145 0,9145 0,9142 0,9141 0,9137 0,9140 0,9135 0,9135 0,9135 0,9135 0,9132 0,9132 0,9132 0,9132 0,9132 0,9132 0,9132 0,9132
Sedikit Tengik, Sedikit Tengik Sedikit Tengik
Sedikit Tengik Sedikit Tengik Agak Normal
Normal Normal Normal
Normal Normal Normal
Normal Normal Normal
Kuning Kecoklatan Kuning Kecoklatan Kuning Kecoklatan Kuning Muda Kecoklatan Kuning Muda Kecoklatan Kuning Muda Kecoklatan Kuning Muda Kecoklatan Kuning Muda Kecoklatan Kuning Muda Kecoklatan Kuning Muda Kecoklatan Kuning Muda Kecoklatan Kuning Muda Kecoklatan Kuning Muda Kecoklatan
Kuning Muda Kecoklatan Kuning Muda Kecoklatan
4.3. Pembahasan
4.3.1. Analisis Minyak Goreng Bekas Pada uji kinerja dilakukan pengujian minyak goreng bekas. Adapun
pengaruh waktu pengendapan dengan volume minyak dapat dilihat pada gambar
5.
-
02
4
6
8
10
12
0 1 2 3 4 5 6
Waktu Pengendapan (hari)
Volu
me
min
yak
(lite
r)
Ganbar 5. pengaruh waktu pengendapan (hari) terhadap volume minyak (liter)
Pada gambar 5. menunjukkan bahwa sisa minyak semakin lama semakin
sedikit. Hal ini disebabkan karena sebagian minyak tersebut masih berada pada
karbon aktif dan juga minyak tersebut diambil sebanyak 20 ml untuk dilakukan
analisa. Pengambilan sampel sebanyak 20 ml tersebut dilakukan untuk setiap hari.
Pengendapan minyak kedalam karbon aktif dilakukan selama 5 hari atau sampai
warna minyak tersebut jernih. Pengendapan minyak kedalam karbon aktif
bertujuan supaya minyak yang dihasilkan jernih atau sesuai dengan standar yang
telah ditentukan. Semakin lama waktu pengendapan minyak kedalam tangki
filtrasi yang berisi karbon aktif maka volume minyak yang dihasilkan semakin
sedikit.
-
0.195
0.2
0.205
0.21
0.215
0.22
0.225
0.23
0.235
0 1 2 3 4 5 6
Waktu Pengendapan (hari)
Kada
r Air
(%)
Gambar 6. Pengaruh waktu pengendapan (hari) terhadap kadar air (%)
Pada gambar 6. menunjukkan bahwa semakin lama waktu pengendapan
maka semakin rendah kadar air (%) atau akan semakin konstan. Menurunnya nilai
kadar air ini diakibatkan karena waktu proses pengendapan yang lama antara
minyak goreng bekas dengan karbon aktif. Karbon aktif sangat berpengaruh
terhadap minyak goreng bekas tersebut karena karbon aktif akan menyerap zat
zat pengotor yang ada pada minyak goreng bekas tersebut. Daya serap karbon
aktif akan menjadi lebih tinggi jika karbon aktif tersebut dilakukan aktifasi dengan
bahan kimia seperti H2SO4, karena aktifasi merupakan suatu perlakuan terhadap
karbon aktif yang bertujuan untuk memperluas pori dengan memecahkan ikatan
hidrokarbon atau mengoksidasi molekul molekul permukaan sehingga karbon
aktif mengalami perubahan sifat fisik maupun kimia yang memiliki luas
permukaan yang bertambah besar sehingga dapat berpengaruh terhadap daya
adsorpsi. Dari tabel diatas, terjadi penurunan kadar air (%) yang konstan dari hari
kedua sampai hari keempat yaitu 0,2%. Dimana kadar air (%) yang didapat sesuai
dengan SNI (Standar Nasional Indonesia) yaitu 0,3%.
Kadar asam lemak bebas yang diharuskan dalam standar minyak goreng
bekas yaitu maksimum 0,3%. Waktu proses yang cukup lama antara minyak
goreng bekas dengan karbon aktif menghasilkan kadar asam lemak bebas yang
semakin rendah atau konstan. Hal ini disebabkan oleh waktu penyerapan minyak
-
goreng bekas terhadap karbon aktif yang semakin lama serta karbon aktif yang
sudah bersifat asam dapat mengurangi kadar asam lemak bebas dalam minyak
goreng bekas tersebut sehingga pada penelitian ini semakin lama waktu
perendaman minyak goreng bekas maka akan semakin rendah kadar asam lemak
bebas dalam minyak goreng bekas. Semakin rendah ALB (%) pada minyak
goreng bekas maka minyak goreng tersebut akan semakin baik, karena minyak
yang baik memiliki ALB (%) yang sesuai dengan SNI (Standar Nasional
Indonesia) yaitu maksimal 0,3%. Pengaruh waktu pengendapan terhadap ALB
dapat dilihat pada gambar 7.
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
0 1 2 3 4 5 6
Waktu Pengendapan (hari)
Asam
Lem
ak B
ebas
(%)
Gambar 7. Pengaruh waktu pengendapan (hari) terhadap asam lemak bebas (%)
Pada gambar 8. menunjukkan pengaruh waktu pengendapan terhadap
densitas dimana didapat nilai densitasnya semakin rendah atau konstan. Waktu
pengendapan yang cukup lama mempengaruhi nilai densitasnya. Karena semakin
lama waktu pengendapan maka akan semakin rendah nilai densitasnya atau akan
semakin konstan. Nilai densitas yang paling tinggi didapat pada waktu
pengendapan pertama yaitu 0,91451 gr/ml dan pada hari kedua sampai hari ketiga
nilai nya semakin menurun tetapi pada hari berikutnya yaitu pada hari keempat
dan terakhir nilai densitasnya konstan yaitu 0,9132 gr/ml. Hal ini juga dipengaruhi
-
oleh waktu pengendapan yang cukup lama sehingga penyerapan yang dilakukan
oleh karbon aktif semakin banyak. Pengaruh antara waktu pengendapan (hari)
dengan nilai densitasnya dapat dilihat pada gambar 8.
0.913
0.9132
0.9134
0.9136
0.9138
0.914
0.9142
0.9144
0.9146
0 1 2 3 4 5 6
Waktu Pengendapan (hari)
Den
sita
s (g
r/m
l)
Gambar 8. Pengaruh waktu pengendapan (%) terhadap Densitas (gr/ml)
-
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan:
1. Dalam rancang bangun alat filtrasi ini terdapat hal hal yang perlu
diperhatikan yaitu:
a. Waktu perendaman minyak goreng bekas terhadap karbon aktif.
b. Jenis bahan yang digunakan untuk membuat alat filtrasi terutama
untuk bagian tangkinya.
c. Luas permukaan untuk tangki filtrasi.
2. Sebelum uji kinerja dilakukan, minyak goreng bekas harus dianalisis
terlebih dahulu untuk mengetahui karakteristik dari minyak goreng bekas
tersebut serta karbon aktif harus dilakukan aktifasi dahulu supaya karbon
aktif tersebut dapat menyerap zat zat pengotor yang ada dalam minyak
tersebut sehingga minyak yang dihasilkan dari proses filtrasi lebih baik.
3. Berdasarkan dari parameter parameter yang telah diuji, hasil yang paling
optimal yaitu :
- Kadar Air (%) = 0,20%
- Asam Lemak Bebas = 0,0320%
- Densitas = 0,9132%
Hasil yang didapat semakin rendah, hal ini dikarenakan oleh waktu
perendaman yang semakin lama.
5.2. Saran
1. Diharapkan untuk rancangan selanjutnya supaya alat filtrasi dibuat yang
lebih efisien mungkin.
2. Diharapkan pada penelitian selanjutnya dalam menganalisa hasil minyak
goreng bekas tersebut dapat lebih lengkap dengan menganalisa viskositas,
bilangan asam dan bilangan penyabunan.
-
DAFTAR PUSTAKA
2005.Teknologi Pengolahan Minyak. Bangsa Indonesia. http://www. BangsaIndonesia.com/index.php?=com_fireboard&Itemid=1&func. Diakses pada tanggal 20 Juni 2009.
2002. Adsorpsi.pdf, Institut Teknologi Bandung 2008. Cara Pengolahan Minyak. http://kamase.org. Diakses pada tanggal 2 Juli 2009.
Anonim, 1998. Mutu dan Cara Uji Minyak Goreng., Badan Standardisasi Nasional Indonesia.
Basri, Hasan. 2008. Rubrik Khusus. http://www.mulyatiaranusa.com//. Diakses pada tanggal 3 Mei 2009.
Djatmiko, B. dan B.A. Enie. 1985. Proses Penggorengan dan Pengaruhnya Terhadap Sifat Fisiko-Kimia Minyak dan Lemak. Agro Industri Press. Jurusan Teknologi Industri Pertanian, FATETA-IPB, Bogor.
Komar Priyatna dan Yahya, 1982, Prospek Pemakaian Diatomik Bentonit dan Karbon Aktif sebagai Penjernih Minyak.
SNI, 01-3741-2002. Cara Uji Kadar Air dan Asam Lemak Bebas serta Bau dan Warna.
SNI, 01-3741-1995. Syarat Mutu Minyak Goreng yang Baik. SII No.0258 -79. Syarat Arang Aktif yang Baik. Zarliah dan Azah, 1990, Pemurnian Minyak Kelapa, Balai Penelitian dan
Pengembangan Industri.