struktur.pdf
-
Upload
panji-ahmad -
Category
Documents
-
view
134 -
download
11
Transcript of struktur.pdf
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Tujuan
1. Mengetahui cara penggambaran simbol struktur bidang dan struktur garis di
peta.
2. Mengetahui gambaran tiga dimensi dari struktur bidang dan struktur garis.
I.2. Alat dan Bahan
1. Busur derajat
2. Jangka
3. Plastik mika
4. Penggaris
5. Pensil warna
6. Alat tulis.
I.3. Dasar Teori
Geologi Struktur adalah suatu ilmu yang mempelajari perihal bentuk
arsitektur, struktur kerak bumi beserta gejala-gejala geologi yang menyebabkan
terjadinya perubahan-perubahan bentuk (deformasi) pada batuan. Geologi struktur
pada intinya mempelajari struktur batuan (struktur geologi), yaitu struktur primer
dan struktur sekunder. (Bagian terbesar,terutama mempelajari struktur sekunder
ini).
A. Struktur Primer :
Adalah struktur batuan yang terbentuk bersamaan dengan proses
pembentukan batuan. Contoh :
Pada batuan sedimen:
Perlapisan/laminasi sejajar, perlapisan/laminasi silangsiur (cross
bedding), perlapisan bersusun (graded bedding). Secara umum merupakan
struktur sedimen.
2
Gambar 1. Struktur sedimen laminasi sejajar
(vivageography.blogspot.com)
Gambar 2. Struktur sedimen silangsiur
(vivageography.blogspot.com)
Gambar 3. Struktur sedimen perlapisan
(Panduan Praktikum UPN “Veteran”.2007)
3
Pada batuan beku :
Kekar kolom (columnar joint), kekar melembar (sheeting joint), vesikuler.
Gambar 4. Columnar joint
(geologyfieldcamp.sdsmt.edu)
Gambar 5. Sheeting joint
(www.marlimillerphoto.com)
Pada batuan metamorf:
Foliasi.
4
Gambar 6. Foliasi
(Panduan Praktikum UPN “Veteran”.2007)
B. Struktur Sekunder:
Adalah struktur batuan yang terbentuk setelah proses pembentukan batuan
yang diakibatkans oleh deformasi. Contoh: kekar, sesar, lipatan.
Gambar 7. Struktur kekar
(Panduan Praktikum UPN “Veteran”.2007)
5
Gambar 8. Struktur sesar
(isticlyne.blogspot.com)
Gambar 9. Struktur lipatan
(Panduan Praktikum UPN “Veteran”.2007)
Cara mempelajari dan menganalisis struktur geologi dapat dilakukan
dengan tiga cara, yaitu :
1. Secara Deskriptif
Mempelajari struktur geologi dengan mengamati, mengukur unsur
-unsur geometri (struktur bidang dan struktur garis) di lapangan, dan
menyajikannya dalam peta, penampang,diagram dan analisis statistik.
2. Secara Kinematik
Meliputi pergerakan atau pergeseran dari struktur tersebut
(analisis), identifikasi dan klasifikasi (penamaan).
3. Secara Genetik
Meliputi pemahaman serta penjabaran mengenai pembentukan
struktur geologi yang berkaitan dengan pola tegasan pembentuknya.
6
Cara penulisan simbol struktur bidang dan struktur garis :
1. Struktur bidang
Penulisan struktur bidang dinyatakan dengan :
a) Jurus kemiringan
Sistem Azimuth : N Xº E / Yº
o X = jurus/strike, besarnya 00 - 360
0
o Y = kemiringan/dip, besarnya 00
- 900
Sistem Kwadran : (N/S) A0 (E/W) / B
0 C
o A = strike
o B = dip
o C = dip direction, menunjukan arah dip dapat dengan SW, NE dll.
b) Besar kemiringan
Misalnya dalam sistem azimuth ditulis dengan notasi N X0 E / Y
0, maka
penulisan berdasarkan sistem “dip direction” dapat ditulis dengan notasi
Y0, N X
0 E. Petunjuk praktis : arah kemiringan/dip direction = jurus + 90
0.
2. Struktur Garis
Penulisan struktur garis dinyatakan dengan :
System Azimuth : Y0, N X
0 E
System Kwadran : tergantung pada posisi kwadran
Tabel 1. Struktur Bidang dan Struktur Garis
(Panduan Praktikum UPN “Veteran”.2007)
7
Aplikasi yang dapat dilakukan di dunia pertambangan diantaranya adalah :
1. Dengan kemampuan pemahaman, penggunaan dan pembacaan kompas
dengan baik dan benar, maka penyusun akan mampu untuk mengukur
kedudukan-kedukan litologi batuan, kemudian untuk mengetahui
penyebaran litologi batuan di suatu daerah.
2. Mampu membuat peta geologi dengan mengetahui batas-batas satuan
batuan tiap daerah yang pada akhirnya dapat digunakan sebagai metode atau
acuan penambangan.
3. Mengeplotkan kedudukan lapisan-lapisan batuan dalam peta lintasan
sebagai acuan daerah-daerah penambangan sehingga penyusun dapat
mengetahui metode atau model penambangan.
4. Dengan mengetahui kedudukan dari kekar (fracture), penyusun dapat
mengetahui perkembangan struktur geologi yang ada pada daerah tersebut
serta daerah-daerah ini merupakan zona hancuran akibat adanya struktur
geologi, maka proses penambangan pada daerah seperti ini akan berbeda
dengan daerah normal yang tidak dikenai oleh struktur geologi.
5. Mengetahui perkembangan struktur geologi (sesar/patahan) yang ada pada
daerah tersebut yang di indikasikan dengan kedudukan yang tidak beraturan.
Sehingga dengan adanya indikasi seperti hal tersebut di atas.
6. Bedasarkan kedudukan-kedudukan dari fracture, maka penyusun dapat
mengetahui jalar-jalur mineralisasi, migrasi minyak bumi karena bagian ini
merupakan zona-zona lemah yang terbuka, sehingga fluida dan mineral
akan berada di sepanjang jalar ini hingga mencapai ke permukaan bumi.
8
Gambar 10. Simbol-simbol struktur
(Panduan Praktikum UPN “Veteran”.2007)
9
BAB II
STRUKTUR BIDANG DAN STRUKTUR GARIS
II.1. Tujuan
II.2.1. Tujuan struktur bidang
1. Mampu menggambarkan geometri struktur bidang ke dalam proyeksi dua
dimensi (secara grafis).
2. Mampu menentukan kedudukan bidang dari dua atau lebih kemiringan
semu.
3. Mampu menentukan kedudukan bidang berdasarkan “problem tiga titik”
(three point problem).
4. Mampu melakukan ploting simbol-simbol geologi dengan geometri bidang
pada peta.
II.2.2. Tujuan struktur garis
1. Mampu menggambarkan geometri struktur garis ke dalam proyeksi dua
dimensi (secara grafis).
2. Mampu menentukan plunge dan rake/pitch suatu garis pada suatu bidang.
3. Mampu menentukan kedudukan struktur garis yang merupakan
perpotongan dua bidang.
II.2. Alat dan Bahan
1. Alat tulis lengkap.
2. Jangka, penggaris, busur derajat.
3. Peta topografi
II.3. Dasar Teori
1. Struktur Bidang
Struktur bidang adalah struktur batuan yang membentuk geometri bidang.
Kedudukan awal struktur bidang (bidang perlapisan) pada umumnya membentuk
kedudukan horizontal. Kedudukan ini dapat berubah menjadi miring jika
mengalami deformasi atau pada kondisi tertentu, misalnya pada tepi cekungan
10
atau pada lereng gunung api, kedudukan miringnya disebut initial dip. Di samping
struktur perlapisan,struktur geologi lainnya yang membentuk struktur bidang
adalah: bidang kekar, bidang sesar, bidang belahan, bidang foliasi dll.
Istilah-istilah struktur bidang
Jurus (strike)
Arah garis horisontal yang dibentuk oleh perpotongan antara
bidang yang bersangkutan dengan bidang bantu horisontal, dimana
besarnya jurus/strike diukur dari arah utara.
Kemiringan (dip)
Besarnya sudut kemiringan terbesar yang dibentuk oleh bidang
miring yang bersangkutan dengan bidang horisontal dan diukur tegak lurus
terhadap jurus/strike.
Kemiringan semu
Sudut kemiringan suatu bidang yang bersangkutan (apparent dip)
dengan bidang horisontal dan pengukuran dengan arah tidak tegak lurus
jurus.
Arah kemiringan
Arah tegak lurus jurus yang sesuai dengan arah (dip direction)
miringnya bidang yang bersangkutan dan diukur dari arah utara.
Gambar 11. Struktur bidang dalam blok tiga dimensi
(Panduan Praktikum UPN “Veteran”.2007)
11
Contoh penulisan kedudukan bidang:
N 2450 E / 45
0 SW
Pembacaan kompas dengan skala 00 – 360
0
JURUS dibaca azimutnya yaitu 2450
dari arh utara (N) ke arah timur (E)
KEMIRINGAN setelah didapatkan besaran kemiringan (450) kemudian
ditentukan kwadrannya (SW).
Apabila dinyatakan dengan kemiringan dan arah kemiringan, arah
kemiringannya ditentukan dan bidang yang sama, maka akan
dinyatakan 450, N 215
0 E.
N 700 E / 20
0 SE atau S 70
0 W / 20
0 SE
Pembacaan kompas dengan skala (00 – 90
0)
JURUS dihitung 700 dari arah utara (N) ke arah barat (E) atau dari arah
selatan (S) ke arah timur (E).Kwadran dari arah kemiringan harus
ditentukan (SE atau yang lain), apabila akan dinyatakan sebagai besaran
kemiringan dan arah kemiringan, bidang ini akan dinyatakan 20O SE, S
700 W.
2. Struktur garis
Seperti halnya metode grafis dalam Geologi Struktur dapat dibedakan menjadi
struktur garis riil dan struktur garis semu. Struktur garis semu adalah semua
struktur garis yang arah atau kedudukannya ditafsirkan dari orientasi unsur untuk
struktur yang membentuk kelurusan atau liniasi. Struktur garis riil adalah struktur
garis yang arah dan kedudukannya diamati langsung dilapangan. Berdasarkan saat
pembentukannya struktur garis dibedakan :
Struktur garis semu dan struktur garis sekunder.
Yang termasuk struktur garis semu / primer : liniasi.
Yang termasuk struktur garis sekunder : arah liniasi.
Istilah dalam struktur garis:
Arah penunjaman adalah : jurus dari bidang vertikal yang melalui garis
dan menunjukan arah penunjaman arah garis tersebut.
Arah kelurusan adalah : jurus bidang perlapisan vertikal yang melalui garis
tetapi tidak menunjukan arah penunjaman garis tersebut.
12
Rake adalah : besar sudut antara garis horisontal yang diukur pada bidang
dimana garis tersebut besarnya rake sama atau lebih kecil dari 90°.
Gambar 12. Struktur Garis dalam Blok Tiga Dimensi
(Panduan Praktikum UPN “Veteran”.2007)
II.4. Langkah Kerja
II.4.1. Langkah kerja struktur bidang
Adapun langkah kerja struktur bidang yaitu :
1. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan dipergunakan (alat tulis, jangka,
busur, penggaris 1 paket dan sebagainya)
2. Mengeplotkan besar strike dimana 00 terletak di N.
3. Tarik garis strike tegas memotong titik pusat sebagai.
4. Plotkan garis dip tegak lurus garis strike.
5. Dengan perbandingan garis 3 :1.
6. Tulis besar nilai dip didepan garis dip.
II.4.2. Langkah kerja struktur garis
Adapun langkah kerja struktur garis sebagai berikut:
1. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan dipergunakan (alat tulis, jangka,
busur, penggaris 1 paket dan sebagainya)
2. Menentukan arah utara
13
3. Mengeplot penunjaman (plunge/trend), tepat sesuai arah pengukuran
pembacaan kompas dititik lokasi struktur bidang di ukur.
4. Mengeplot tanda kemiringan (bearing) tegak lurus searah jarum jam
dengan ukuran 1/3 panjang garus jurus ditambah tanda panah pada ujung
garis untuk mengetahui bahwa itu merupakan bearing.
5. Menuliskan besar penunjaman (plunge/trend) pada ujung tanda panah
tersebut.
II.5. Lembar Kerja
II.5.1. Lembar kerja struktur bidang
(Terlampir)
II.5.2. Lembar kerja struktur garis
(Terlampir)
II.6. Kesimpulan
Struktur Bidang :
1. Kedudukan pada struktur bidang dilambangkan dengan strike dan Dip.
2. Strike adalah arah dari garis horizontal yang merupakan perpotongan antara
bidang yang bersangkutan dengan bidang horizontal yang diukur dari arah
utara.
3. Dip adalah sudut terbesar yang dibentuk oleh bidang miring dengan bidang
horizontal yang diukur tegak lurus jurus.
4. Mengetahui arah dip terhadap strike dapat menggunakan kaidah tangan kiri
Struktur Garis :
1. Dalam pembacaan struktur garis terdapat istilah plunge, bearing
2. Berdasarkan pada pembentukannya struktur garis dibagi menjadi :
a. Struktur garis primer
b. Struktur garis sekunder.
3. Menentukan "Plunge" dan "bearing" sebuah garis pada suatu bidang secara
azimuth dan kuadran.
14
BAB III
KONSEP DASAR PEMBENTUKAN STRUKTUR
III.1. Tujuan
1. Memahami proses pembentukan struktur
2. Mampu menganalisis struktur geologi yang terjadi
III.2. Alat dan Bahan
1. Alat tulis lengkap
2. Kertas hvs
III.3. Dasar Teori
Berikut beberapa konsep pembentukan struktur menurut para ahli:
1. Pemodelan Moody dan Hill (1956)
Moody dan Hill (1956) membuat model pembentukan sesar mendatar
yang dikaitkan dengan sistem tegasan. Di dalam model tersebut dijelaskan bahwa
sesar orde I membentuk sudut kurang lebih 300 terhadap tegasan utama. Sesar
orde I baik dekstral maupun sinistral merupakan sesar utama yang
pembentukannya dapat terjadi bersamaan atau salah satu saja. Selanjutnya sesar
orde II mempunyai ukuran yang lebih kecil dan membentuk sudut tertentu
terhadap sesar orde I. Lebih lanjut lagi dijumpai orde sesar yang lebih kecil lagi.
Beberapa struktur berasosiasi dengan sesar orde I tergantung pada bentuk, skala
dan lingkungan dimana sesar itu berkembang. Berdasarkan percobaan yang
dilakukan oleh Moody and Hill yang meneliti hubungan tegasan utama terhadap
unsur – unsur struktur yang terbentuk maka muncul teori pemodelan sistem Sesar
Mendatar Moody and Hill sebagai berikut :
a. Jika suatu materi isotropik yang homogen dikenai oleh suatu gaya
kompresi akan menggerus (shearing) pada sudut 300 terhadap arah tegasan
maksimum yang mengenainya, bidang shear maksimum sejajar terhadap
sumbu tegasan menengah dan berada 450 terhadap tegasan kompresi
maksimum. Rentang sudut 150 antara 45
0 bidang shear maksimum dan 30
0
15
bidang shear yang terbentuk dipercaya terbentuk akibat adanya sudut
geser dalam (internal friction).
b. Suatu kompresi stres yang mengenai suatu materi isotropik yang seragam,
pada umumnya dapat dipecahkan ke dalam tiga arah tegasan (sumbu
tegasan maksimum, menengah dan minimum). Kenampakan bumi dari
udara adalah suatu permukaan yang tegasan gerusnya nol, dan seringkali
berada tegaklurus / normal terhadap salah satu arah tegasan. Akibatnya
salah satu dari tiga arah tegasan tersebut akan berarah vertikal.
c. Orde kedua dalam sistem ini muncul dari tegasan orde kedua yang berarah
450 dari tegasan utama orde pertama atau tegak lurus terhadap bidang
gerus maksimal orde pertama. Bidang gerus orde kedua ini akan berpola
sama dengan pola bidang gerus yang terbentuk pada orde pertama.
d. Orde ketiga dalam sistem ini arahnya akan mulai menyerupai arah orde
pertama, sehingga tidak mungkin untuk membedakan orde keempat dan
seterusnya dari orde pertama, kedua, dan orde ketiga. Akibatnya tidak
akan muncul jumlah tak terhingga dari arah tegasan. Sistem ini dipecahkan
ke dalam delapan arah shear utama, empat antiklinal utama dan arah
patahan naik untuk segala province tektonik. Dalam kenyataan di lapangan
kenampakan orde pertama dan orde kedua dapat kita bedakan dengan
mudah, namun kenampakan orde ketiga dan orde-orde selanjutnya pada
umumnya sulit sekali untuk ditemukan.
16
Gambar 13. Struktur geologi pemodelan moody dan hill, 1956
(//htmlimg2.scribdassets.com)
Ada persyaratan tertentu dalam menerapkan konsep Moody dan Hill
(1954), yaitu model ini berlaku apabila pembentukan sesarnya bukan merupakan
akibat reaktivasi sesar pada batuan dasar atau dengan kata lain sesarnya
merupakan sesar primer.
Apabila pembentukan sesar mendatar ini merupakan reaktivasi dari sesar
pada batuan dasar, maka konsep Moody dan Hill (1954) tidak tepat diterapkan.
Untuk kepentingan analisis dalam kasus ini digunakan model dari Price dan
Cosgrove (1956).
2. Pemodelan Tchalenko (1970) dan Harding (1973)
Pemodelan Tchalenko (1970) dan Harding (1973) menjelaskan bahwa
pada gerak sesar mendatar, gejala yang terdapat pada jalur sesar adalah komponen
gerak kopel yang bekerja akibat seasar tersebut. Gerak kopel tersebut
menghasilkan komponen tarik atau extension (E) dan komponen tekan atau
compression (C). Perbedaan dari model Moody dan Hill dan Harding adalah arah
gaya pembentukknya. Bila Moody dan Hill menggunakan pure shear sebagai gaya
penyebab terbentuknya shear. Sedangkan Harding mengunakan simple shear.
Seperti halnya sesar naik, sesar mendatarpun umumnya tidak berdiri
tunggal melainkan terdiri dari beberapa bidang sesar yang selanjutnya membentuk
17
zona sesar (fault zone). Di dalam zona sesar mendatar, umumnya sesar ini
membentuk segmen-segmen sesar yang merencong (en-echelon).
Gambar 14. Analisa pembentukan sesar turun (www.ars.els-cdn.com)
III.4. Kesimpulan
1. Ada persyaratan tertentu dalam menerapkan konsep Moody dan Hill
(1954), yaitu model ini berlaku apabila pembentukan sesarnya bukan
merupakan akibat reaktivasi sesar pada batuan dasar atau dengan kata lain
sesarnya merupakan sesar primer.
2. Tchalenko (1970) dan Harding (1973) yang menjelaskan bahwa pada
gerak sesar mendatar, gejala yang terdapat pada jalur sesar adalah
komponen gerak kopel yang bekerja akibat seasar tersebut. Gerak kopel
tersebut menghasilkan komponen tarik atau extension (E) dan komponen
tekan atau compression (C).
18
BAB IV
TEBAL DAN KEDALAMAN
IV.1. Tujuan
1. Mengetahui ketebalan lapisan sebenarnya
2. Mampu menganalisis ketebalan dan kedalam dengan data yang ada
3. Mengetahui penyebaran lapisan
IV.2. Alat dan Bahan
1. Alat tulis lengkap
2. Penggaris segutiga lengkap
3. Lembar kerja
4. Kalkulator ilmiah
IV.3. Dasar Teori
1. Ketebalan
Pengukuran secara langsung dapat dilakukan pada suatu keadaan tertentu,
misalnya pada lapisan yang vertikal yang tersingkap pada topografi datar, dan bila
pengukuran rumit maka dilakukan pengukuran tidak langsung. Pendekatan lain
untuk mengukur ketebalan secara tidak langsung dapat dilakukan dengan
merupakan batas lapisan sepanjang lintasan tegak lurus jurus. Untuk mencari
kemiringan lereng yang tegak lurus jurus lapisan dapat dilakukan beberapa cara
yaitu dengan menggunakan “Aligment Nomograph” dengan menganggap
kemiringan lereng sebagai kemiringan semu dan kemiringan lereng tegak lurus
jurus sebagai kemiringan sebenarnya.
2. Kedalaman
Menghitung kedalaman lapisan ada beberapa cara antara lain :
Menghitung secara matematis.
Dengan “Alignment Diagram”.
Secara grafis.
Rumus Umum kedalaman : D = m ( Sin Cos tan )
19
IV.4. Langkah Kerja
Soal tugas :
Seorang geologist melakukan eksplorsi di daerah Kulonprogo dengan
lintasan A ke B Sejauh 325 m, dengan arah lintasan N 1900
E ditemuka singkapan
batubara dengan kedudukan N 2200
E / 450.Skala 1 : 10.000.
Berapa tebal lapisan batubara secara grafis dan matematis?
Jika geologist berjalan dari titik B ke C dengan arah N 3100
E sejauh 400 m dan
dilakukan pengeboran pada kedalaman berapa ditemukan batubara?
a. Metode grafis
1. Buatlah suatu garis tegak lurus yang menjadi acuan arah utara atau N 00
E.
Skala peta 1:10000.
2. Buatlah titik A pada garis utara (posisi titik sebaliknya di tengah garis)
3. Dari titik A buatlah garis ke titk B sejauh 3.25 cm dengan arah N 1900
E.
4. Membuat garis bantu arah utara pada titik B, kemudian tarik garis dari titik
B ke titik C sejauh 4 cm dengan arah N 3100 E.
5. Buatlah garis strike N 2200
E dari titik A ke titik B.
6. Buatlah garis flodin line (FL) tegak lurus garis strike A A’.
7. Dari titik A dan A’ tarik garis dip lapisan batubara 450
dengan acuan garis
FL 00.
8. Buatlah garis dari titik AO ke A’ tegak lurus garis dip, kemudian mengukur
panjang garis dari titik A ke titik AO,hasil pengukuran dikalikan dengan
skala maka mendapatkan ketebalan sebenarnya.
9. Buatlah garis dai titik C ke titik CO tegak lurus garis FL, mengukur panjang
garis dari titik C ke titik CO kemudian hasil dikalikan skalamaka
mendpatkan kedalam sebenarnya.
b. Metode matematis
1. Menentukan nilai sin 450 hasilnya merupakan nilai x.
2. Menentukan nilai tan 450 hasilnya merupakan nilai kedalaman 1.
IV.5. Lembar Kerja
(Terlampir)
20
IV.6. Kesimpulan
1. Ketebalan ialah jarak tegak lurus antara bidang (2 bidang) sejajar yang
merupakan lapisan batuan. Ketebalan lapisan bisa ditentukan dengan
beberapa cara, baik secara langsung maupun tidak langsung.
2. Kedalaman ialah jarak vertikal dari ketinggian tertentu (umumnya
permukaan bumi) kearah bawah terhadap suatu titik garis bidang.
Kedalaman dapat ditentukan dengan cara langsung maupun tidak langsung.
3. Besar dan bentuk pola singkapan tergantung oleh beberapa faktor antara
lain:
a. Ketebalan lapisan
b. kemiringan lapisan
c. bentuk morfologi
d. bentuk struktur lipatan.
4. Ketebalan lapisan dapat ditentukan dengan beberapa cara, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
5. Perhitungan kedalaman dapat menggunakan dua metode yaitu perhitungan
berdasarkan pengukuran tegak lurus jurus lapisan dan perhitungan
berdasarkan tidak tegak lurus dengan jurus. Jika tebal dan kedalaman
berlawanan dengan arah kemiringan maka akan terjadi penipisan dan
sebaliknya akan menambah ketebalan
6. Dalam praktikum yang dilakukan, metode yang digunakan yaitu metode
grafis dan metode matematis.
21
BAB V
PROYEKSI STEREOGRAFIS DAN PROYEKSI KUTUB
V.1. Tujuan
1. Mampu memecahkan masalah geometri bidang dan geometri garis secara
stereografis.
2. Mampu menggunakan proyeksi stereografis sebagai alat bantu dalam
tahap awal analisis data yang diperoleh di lapangan untuk berbagai macam
data struktur.
V.2. Alat dan Bahan
1. Alat tulis lengkap, stereonet dan paku pines
2. Kalkir ukuran 20 x 20 cm ( 4 lembar )
V.3. Dasar Teori
1. Proyeksi Stereografis
Merupakan proyeksi yang didasarkan pada perpotongan bidang / garis
dengan suatu permukaan bola. Unsur struktur geologi akan lebih nyata, lebih
mudah dan cepat penyelesaiannya bila digambarkan dalam bentuk proyeksi
permukaan bola. Permukaan bola tersebut meliputi suatu bidang dengan pusat
bola yang terlihat pada bidang tersebut maka bidang tersebut memotong
permukaan bola sepanjang suatu lingkaran, yaitu lingkaran besar.
Yang dipakai sebagai gambaran posisi struktur di bawah permukaan
adalah belahan bola bagian bawah. Selanjutnya proyeksi permukaan bola
digambarkan pada permukaan bidang horisontal dalam bentuk proyeksi
stereografis. Hal tersebut didapat dari perpotongan antara bidang horisontal yang
melalui pusat bola dengan garis yang menghubungkan titik-titik pada lingkaran
besar terhadap titik zenithnya. Gambaran proyeksi yang didapat disebut dengan
stereogram dan hubungan sudut di dalam proyeksi stereografi. Pengukuran besar
sudut selalu dimulai dari 0 di tepi lingkaran (lingkaran primitif) dan 90° di pusat
lingkaran.
22
Macam-macam proyeksi sterografi :
1. Equal angle projection net atau Wulf net.
2. Equal area projection net atau Schmidt net.
3. The Polar Equal Area Net
4. Kalsbeek Counting Net
Dalam proyeksi ini, penggunaan ketiga jaring tersebut pada prinsipnya
sama, yaitu 0° dimulai dari lingkaran primitif dan 90° di pusat lingkaran.
a. Struktur Bidang
Stereogram struktur bidang selalu diwakili oleh lingkaran besar,
sehingga besar sudut kemiringan selalu diukur pada arah E - W jaring, yaitu
0° pada lingkaran primitif dan 90° di pusat lingkaran.
b. Struktur Garis
Stereogram struktur garis berupa suatu garis lurus dari pusat
lingkaran. Besarnya plunge dihitung 0° pada lingkaran primitif dan 90° di
pusat lingkaran dan diukur pada kedudukan bearing berimpit dengan N-S
atau E-W jaring.
2. Proyeksi Kutub
Dasarnya sama dengan proyeksi stereografis, dimana unsur struktur
digambarkan pada permukaan bola di bagian bawah proyeksi kutub suatu bidang
garis, digambarkan sebagai titik. Proyeksi kutub bidang merupakan hasil proyeksi
titik tembus dari garis normal bidang bola terhadap permukaan bola. Sedangkan
proyeksi kutub garis merupakan suatu titik tembus suatu garis terhadap
permukaan bola pada bidang horizontal.
a. Struktur bidang
Pembacaan strike 00 dimulai dari West (W). Sedangkan arah dipnya
00
diukur dari pusat kearah tepi. Untuk proyeksi kutub struktur garis berupa
titik.
23
Gambar 15. Proyeksi struktur bidang (Panduan Praktikum UPN “Veteran”.2007)
b. Struktur garis
Langkah-langkah yang dilakukan sama seperti dengan proyeksi
kutub, hanya saja stereonet yang digunakan adalah “Polar Equal Area Net”.
Struktur garis yang diperoleh berupa titik.
Gambar 16. Proyeksi struktur garis (Panduan Praktikum UPN “Veteran”.2007)
V.4. Langkah Kerja
A. Struktur Bidang
Soal :
N 700 E / 35
0, N 125
0 E / 75
0, N 200
0 E / 81
0, N 300
0 E / 60
0, N 21
0 E 24
0
24
1. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan dipergunakan (alat tulis, spidol
OHP min. 4 warna, kertas kalkir secukupnya, penggaris 1 paket dan
sebagainya).
2. Membuat lingkaran dengan arah utara menggunakan Wulf net.
3. Membuat proyeksi stereografis dengan titik pada kedudukan N 700 E
(Strike) dimulai dari arah utara.
4. Kemudian bawa titik tersebut diputar berlawanan arah dengan arah jarum
jam,hingga berhimpit dengan arah utara (N).
5. Tentukan nilai 350
(Dip) dari titik arah timur (E) dan diukur masuk kearah
pusat.
6. Membuat garis lengkung mengikuti nilai 350 lurus pada titik tersebut.
7. Agar penyusun dengan mudah memahami, maka dapat dibuat garis potong
lingkaran yang kedua titiknya mengikuti nilai 350 tadi.
8. Bila perlu berikan keterangan pada garis lengkung nilai struktur bidang.
9. Melakukan langkah- yang sama untuk soal berikutnya.
B. Struktur Garis
Soal
120, N 350
0 E, 13
0, N 32
0 E, 70
0, N 121
0 E , 60
0, N 80
0 E, 50
0, 200
0 E
1. Membuat lingkaran dengan arah utara menggunakan Wulf net.
2. Membuat proyeksi stereografis dengan titik pada kedudukan (Trand) N
3500 E dimulai dari arah utara.
3. Kemudian bawa titik tersebut diputar searah dengan arah jarum jam,
hingga berhimpit dengan arah timut (E).
4. Tentukan nilai (Plunge) 120 dari titik arah timur (E) dan diukur masuk
kearah pusat.
5. Membuat garis lurus dari titik pusat hingga titik nilai 120, kemudian garis
putus-putus setelah melewati nilai 120 hingga akhir lingkaran.
6. Beri keterangan nilai struktur garis disamping garis yang telah dibuat.
7. Melakukan langkah yang sama untuk soal berikutnya.
25
V.5. Lembar kerja
(Terlampir)
V.6. Kesimpulan
1. Proyeksi stereografis adalah gambaran dua dimensi atau proyeksi dari
permukaan bola.
2. Proyeksi hanya dapat dipakai untuk memecahkan masalah-masalah
geometri bidang dan garis yang besar merupakan besar sudut atau arah.
3. Stereonet terdiri dari : Wulff Net, Schmidt Net, Polar Equal Area Net dan
Klassbeek Counting Net.
26
BAB VI
ANALISIS KEKAR
VI.l. Tujuan
1. Mampu mengetahui definisi kekar dan mekanisme pembentukannya.
2. Mampu menganalisis struktur kekar baik secara statistik (diagram kipas)
maupun secara stereografis.
VI.2. Alat dan Bahan
1. Stereonet
2. Paku Pinnes
3. Alat tulis (Jangka, busur derajat, penggaris)
4. Kalkir 20 X 20 cm sebanyak 2 lembar
VI.3. Dasar teori
Kekar adalah struktur rekahan yang belum/tidak mengalami pergeseran.
Kekar dapat terbentuk baik secara primer (bersamaan dengan pembentukan
batuan, misalnya kekar kolom dan kekar melembar pada batuan beku) maupun
secara sekunder (setelah proses pembentukan batuan, umumnya merupakan kekar
tektonik). Pada acara praktikum ini yang akan dibahas adalah kekar tektonik.
Klasifikasi kekar berdasarkan genesanya, dibagi menjadi:
1. Shear joint (kekar gerus), yaitu kekar yang terjadi akibat tegasan kompresif
(compressive stress).
2. Tension joint (kekar tarik), yaitu kekar yang terjadi akibat tegasan tarikan
(tension stress), yang dibedakan menjadi :
a. Extension joint, terjadi akibat peregangan / tarikan.
b. Release joint, terjadi akibat hilangnya tegasan yang bekerja.
Pola tegasan yang membentuk kekar-kekar tersebut terdiri dari tegasan
utama maksimum (1), tegasan utama menengah (2) dan tegasan utama minimum
(3). Tegasan utama maksimum (1) membagi sudut lancip yang dibentuk oleh
kedua shear joint, sedangkan tegasan utama minimum (3) membagi sudut tumpul
yang dibentuk oleh kedua shear joint .
27
Gambar 17. Tegasan yang bekerja pada suatu kubus
(Panduan Praktikum UPN “Veteran”.2007)
Secara teoritis, rekahan atau bidang geser yang terbentuk adalah AA dan
BB yang saling tegak lurus, tetapi karena setiap batuan mempunyai koefisien
geseran dalam masing-masing,maka bidang geser yang terbentuk adalah SS.
Gambar 18. Hubungan antara tegasan utama dengan sudut geser dalam
(Panduan Praktikum UPN “Veteran”.2007)
28
Gambar 19. Kenampakan kekar dilapangan (Penyusun, 2013)
VI.4. Langkah Kerja
A. Analisis Kekar dengan Diagram Kipas
Analisis dengan Diagram Kipas, digunakan untuk kekar-kekar vertikal
(kemiringan/dip 80°-90°), jadi data kekar yang dianalisa adalah jurus kekar saja.
Langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Memasukkan data ke dalam tabel dengan pembagian skala 5°
2. Membuat diagram kipas, yaitu berupa setengah lingkaran dengan
pembagian jari-jarinya, sesuai dengan jumlah data terbanyak.
3. Memasukkan data dalam tabel ke dalam diagram kipas yang telah dilakukan
pembagian skala sebesar 5°, selanjutnya menentukan kedudukan umum
shear joint dan kedudukan tegasan-tegasan pembentuknya (1,2, dan 3).
Analisis tegasan berdasarkan arah umum kekar pada diagram kipas.
1. Bila sudut antara dua kedudukan umum merupakan sudut tumpul, maka
sudut baginya merupakan arah dari σ3.
2. Bila sudut antara dua kedudukan umum merupakan sudut lancip maka sudut
baginya merupakan arah dari σ1.
29
B. Analisa Kekar dengan Diagram Stereografi (Wulf Net)
Digunakan untuk menganalisa kekar-kekar dengan kedudukan yang
bervariasi (bukan kekar vertikal, dengan dip <80°). Langkah - langkah yang
dilakukan adalah :
1. Mencari kedudukan umum kekar (shear joint) dengan munggunakan Polar
Equal Area Net.
2. Setelah semua data diplotkan di polar, masukan ke dalam kalsbeg. Buat
diagram kontur.
3. Buat struktur garis dari diagram kontur tersebut, dan baca nilainya
4. Mengeplotkan kedudukan umum tersebut ke dalam Wulf Net.
5. Perpotongan kedua shear joint adalah σ2.
6. σ2 diletakkan pada garis East - West (garis EW), kemudian membuat bidang
bantu yaitu 90° dari σ2 melewati pusat dihitung pada pembagian skala yang
terdapat di garis EW (bidang bantu tetap pada posisi NS).
7. Perpotongan antara bidang bantu dengan kedua shear joint:
Apabila membentuk sudut lancip, maka sudut baginya adalah σ1, dan σ3
dibuat 90° dari σ1 pada bidang bantu (dimana bidang bantu tetap pada
kedudukan NS)
Apabila membentuk sudut tumpul, maka sudut baginya adalah σ3 dan σ1
dibuat 90° dari σ3 pada bidang bantu (dimana bidang bantu tetap pada
kedudukan NS).
8. Membuat kedudukan dari extension joint yaitu melalui σ1 dan σ2.
9. Membuat kedudukan dari release joint yaitu melalui σ3 dan σ2.
VI.5. Lembar Kerja
(Terlampir)
VI.6. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan data-data serta pembahasan, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
30
1. Kekar merupakan rekahan yang relatif tanpa mengalami pergeseran pada
bidang rekahannya.
2. Dari data kelurusan umumnya, kita dapat mengetahui arah tegasan yang
bekerja pada sebuah kekar.
3. Penyebab terjadinya kekar dapat disebabkan oleh gejala tektonik.
4. Dari diagram kipas, kita dapat mengaetahui arah kelurusan umum dari
data-data yang kita peroleh.
5. Perbedaan diagram roset dan diagram kipas adalah pada diagram kipas
pengkuran dapat dilakukan dua arah, sedangkan pada diagram roset
pengukuran dilakukan hanya pada satu arah.
6. Pada diagram roset dan diagram kipas mengenai pembagian intervalnya
adalah sama, dimana semakin kecil intervalnya, maka akan memberikan
ketelitian yang semakin baik.
31
BAB VII
ANALISIS SESAR
VII.1. Tujuan
1. Mampu menentukan pergerakan sesar baik secara langsung di lapangan
maupun secara stereografis
2. Mampu menganalisa berdasarkan data-data yang menunjang serta unsur-
unsur penyertanya dengan menggunakan metode stereogafis.
VII.2. Alat dan Bahan
1. Stereonet dan Pines.
2. Kalkir 20 x 20 = 4 lembar.
3. Alat tulis ( Pensil, pensil warna , penggaris , jangka ).
VII.3. Dasar teori
Sesar adalah suatu rekahan yang memperlihatkan pergeseran cukup besar
dan sejajar terhadap bidang rekahan yang terbentuk. Pergeseran pada sesar dapat
terjadi sepanjang garis lurus (translasi) atau terputar (rotasi). Dalam praktikum ini,
hanya pergeseran translasi yang di analisis.
A. Anatomi Sesar (unsur-unsur sesar)
1. Bidang sesar (fault plane) adalah suatu bidang sepanjang rekahan dalam
batuan yang tergeserkan.
2. Jurus sesar (strike) adalah arah dari suatu garis horizontal yang merupakan
perpotongan antara bidang sesar dengan bidang horizontal.
3. Kemiringan sesar (dip) adalah sudut antara bidang sesar dengan bidang
horizontal dan diukur tegak lurus jurus sesar.
4. Atap sesar (hanging wall) adalah blok yang terletak diatas bidang sesar
apabila bidang sesamya tidak vertikal.
5. Foot wall adalah blok yang terletak dibawah bidang sesar.
6. Hade adalah sudut antara garis vertikal dengan bidang sesar dan
merupakan penyiku dari dip sesar.
32
7. Heave adalah komponen horizontal dari slip / separation, diukur pada
bidang vertikal yang tegak lurus jurus sesar.
8. Throw adalah komponen vertikal dari slip/separation, diukur pada bidang
vertikal yang tegak turus jurus sesar.
9. Strike-slip fault yaitu sesar yang mempunyai pergerakan sejajar teradap
arah jurus bidang sesar kadang-kadang disebut wrench faults, tear faults
atau transcurrent faults.
10. Dip-slip fault yaitu sesar yang mempunyai pergerakan naik atau turun
sejajar terhadap arah kemiringan sesar.
11. Oblique-slip fault yaitu pergerakan sesar kombinasi antara strike-slip dan
dip-slip.
12. Slickensides yaitu kenampakan pada permukaan sesar yang
memperlihatkan pertumbuhan mineral-mineral fibrous yang sejajar
terhadap arah pergerakan.
Sifat pergeseran sesar dapat dibedakan menjadi :
a. Pergeseran semu (separation).
Jarak tegak lurus antara bidang yang terpisah oleh gejala sesar dan diukur
pada bidang sesar. Komponen dari separation diukur pada arah tertentu, yaitu
sejajar jurus (strike separation) dan arah kemiringan sesar (dip separation).
Sedangkan total pergeseran semu ialah net separation.
b. Pergesaran relatif sebenarnya (slip)
Pergeseran relatif pada sesar, diukur dari blok satu ke lainnya pada bidang
sesar dan merupakan pergeseran titik yang sebelumnya berhimpit. Total
pergeseran disebut Net Slip.
B. Klasifikasi Sesar
Sesar dapat diklasifikasikan dengan pendekatan geometri yang berbeda, di
mana aspek yang terpenting dari geometri tersebut adalah pergeseran. Atas dasar
sifat pergeserannya, maka sesar dibagi menjadi:
1. Berdasarkan Sifat Pergeseran Semu (Separation)
33
a. Strike separation
Left -separation fault
Jika pergeseran ke kirinya hanya dilihat dari satu kenampakan horizontal.
Right -separation fault .
Jika pergeseran ke kanannya hanya dilihat dari satu kenampakan
horizontal.
b. Dip separation
Normal -separation fault
Jika pergeseran normalnya hanya dilihat dari satu penampang vertikal.
Reverse -separation fault
Jika pergeseran naiknya hanya dilihat dari satu penampang vertikal.
2. Berdasarkan Sifat Pergeseran Relatif Sebenarnya (Slip)
a. Strike slip.
Left -slip fault .
Blok yang berlawanan bergerak relatif sebenarnya ke arah kiri.
Right -slip fault .
Blok yang berlawanan bergerak relatif sebenarnya ke arah kanan.
b. Dip slip.
Normal -slip fault.
Blok hanging wall bergerak relatif turun.
Reverse - slip fault.
Blok hanging wall bergerak relatif naik.
c. Oblique slip.
Normal left -slip fault .
Normal right -slip fault .
Reverse left - slip fault .
Reverse right -slip fault .
Vertikal oblique -slip fault.
VII.4. Langkah Kerja
Adapun langkah kerja analisis sesar yaitu :
34
1. Memplotkan semua data SF dan GF pada kertas kalkir di atas "Polar Equal
Area Net".
2. Memplotkan hasil pengeplopatan SF dan GF pada kertas kalkir (nomor 1)
pada "Kalsbeek Counting Net", kemudian mulai menghitungnya.
3. Membuat peta kontur berdasarkan hasil perhitungan nomor 2.
4. Menghitung prosentase kerapatan data, yaitu (ketinggian/jumlah data) x
100 %.
5. Membaca arah umum kedudukan dari SF dan GF dari titik tertinggi.
Menggunakan "Polar Equal Area Net".
6. Menentukan arah umum dari breksiasi dengan diagram kipas.
7. Kemudian dari ketiga data arah umum tersebut melakukan analisis dengan
menggunakan Wulf Net Caranya :
a. Mengeplotkan kedudukan umum SF dan GF.
b. Perpotongan antara SF dan GF didapatkan titik σ2σ2'
c. σ2σ2' diletakkan di sepanjang W-E stereonet, kemudian hitunglah 90°
ke arah pusat stereonet, kemudian buatlah busur melalui titik 90°
tersebut maka didapat bidang bantu (garis putus-putus).
d. Perpotongan GF dengan bidang Bantu didapatkan titik σ1'.
e. Mengeplotkan arah umum breksiasi. Kemudian diletakkan pada N-S
stereonet. Buatlah busur melalui σ2σ2' maka didapatkan bidang sesar.
f. Perpotongan bidang sesar dengan bidang bantu adalah net slip.
g. Mengukur kedudukan bidang sesar dan rake net slip.
h. Bidang bantu diletakkan pada N-S stereonet. Perhatikan posisi SF dan
GF.
i. Apabila sudut antara σ1'dengan net slip yang diukur sepanjang bidang
Bantu mempunyai kisaran 45°-75°, maka pergerakan sesar menuju
sudut lancipnya.
j. Sedangkan sudut antara SF dengan net slip mempunyai kisaran 15°-
.45°, maka pergeseran sesar menuju sudut tumpulnya.
k. Mengeplotkan arah pergeseran pada net slipnya (simbol pergeseran
sesar).
35
8. Penamaan sesar berdasarkan klasifikasi Rickard,1972. Caranya :
merekonstruksi pergeseran sesar berdasarkan net slipnya, apakah naik atau
turun dan kiri atau kanan. Misal slipnya adalah kiri - turun, maka pada
diagram Rickard yang ditutup pada bagian kanan dan naik. Kemudian data
dip sesar dan rake net slip dimasukkan. Nama sesar dibaca sesuai dengan
nomor yang terdapat pada kotak.
Gambar 20. Diagram klasifikasi sesar translasi menurut Rickard, 1972
1. Thrust Slip Fault
2. Reverse Slip Fault
3. Right Thrust Slip Fault
4. Thrust Right Slip Fault
5. Reverse Right Slip Fault
6. Right Reverse Slip Fault
7. Right Slip Fault
8. Lag Right Slip Fault
9. Right Lag Slip Fault
10. Right Normal Slip Fault
11. Normal Right Slip Fault
12. Lag Slip Fault
13. Noramal Slip Fault
14. Left Lag Slip Fault
15. Lag Left Slip Fault
16. Normal Left Slip Fault
17. Left Normal Slip Fault
18. Left Slip Fault
19. Thurust Left Slip Fault
20. Left Thurust Slip Fault
21. Left Reverse Slip Fault
22. Reverse Left Slip Fault
36
VII.5. Lembar Kerja
(Terlampir)
VII.6. Kesimpulan
Dari hasil percobaan, maka dapat disimpulkan adalah sebagai berikut :
1. Ciri-ciri suatu batuan jika dijumpai sesar adalah memberikan kenampakan
adanya gores garis, adanya bidang sesar, adanya off set lithologi, adanya
jalur breksiasi
2. Kita dapat mengetahui bagaimana sesar itu terjadi.
3. Kita dapat memberikan nama jenis sesar dari hasil analisa diatas.
4. Kita dapat mengetahui bahwa sesar itu mempunyai karakteristik tersendiri.
37
BAB VIII
LIPATAN
VIII.1. Tujuan
VIII.1.1. Tujuan analisis lipatan
1. Mengenal macam-macam /jenis lipatan
2. Mengetahui mekanisme gaya yang membentuk lipatan
VIII.1.2. Tujuan rekonstuksi lipatan
1. Mampu merekonstruksi dan menganalisa lipatan.
VIII.2. Alat dan Bahan
1. Stereonet
2. Paku pines
3. kalkir 20 X 20 cm (3 lembar)
4. Alat tulis (Pensil, pensil warna, penggaris, jangka).
VIII.3. Dasar teori
Lipatan merupakan hasil perubahan bentuk dari suatu bahan yang
ditunjukkan sebagai lengkungan atau kumpulan dari lengkungan pada unsur garis
atau bidang di dalam bahan tersebut. Pada umumnya unsur yang terlibat di dalam
lipatan adalah bidang perlipatan, foliasi, dan liniasi. Berdasarkan proses perlipatan
dan jenis batuan yang terlipat, dapat dibedakan menjadi empat macam lipatan,
yaitu :
1. Flexure / competent folding termasuk di dalamnya parallel fold
2. Flow / incompetent folding termasuk di dalamnya simillar fold
3. Shear folding
4. Flexure and Flow folding
A. Mekanisme gaya yang menyebabkannya ada dua macam :
1. Buckling (melipat) disebabkan oleh gaya tekan yang arahnya sejajar
dengan permukaan lempeng
2. Bending (pelengkungan), disebabkan oleh gaya tekan yang arahnya tegak
lurus permukaan lempeng
38
B. Jenis-jenis Lipatan.
1. Antiklin, struktur lipatan dengan bentuk convex (cembung) di mana
lapisan batuan yang tua berada di bagian inti antiklin.
2. Sinklin, struktur lipatan dengan bentuk concave (cekung) di mana lapisan
batuan yang muda berada di bagian inti sinklin.
3. Antiform, struktur lipatan seperti antiklin namun umur batuan tidak
diketahui.
4. Sinform, struktur lipatan seperti sinklin namun umur batuan tidak
diketahui.
5. Sinklin Antiformal, struktur lipatan seperti antiklin dengan lapisan batuan
yang tua di bagian atas dan batuan yang muda di bagian bawah.
6. Antiklin Sinformal, struktur lipatan seperti sinklin dengan lapisan batuan
yang tua dibagian atas dan lapisan batuan yang muda dibawah.
7. Struktur kubah (Dome) yaitu suatu jenis tertentu antiklin di mana lapisan
batuan mempunyai kemiringan ke segala arah yang menyebar dari satu
titik.
8. Struktur depresi (Basinal) adalah suatu jenis unik sinklin di mana
kemiringan lapisan batuan menuju ke satu titik.
39
Gambar 21. Jenis-jenis lipatan (Panduan Praktikum UPN “Veteran”.2007)
C. Unsur-unsur Lipatan.
a. Hinge, adalah titik pelengkungan maksimum dari lipatan. Hinge line /
axial line merupakan garis khayal yang menghubungkan titik-titik
pelengkungan maksimum tersebut. Sedangkan Hinge surface / Axial
surface adalah bidang khayal dimana terdapat semua hinge line dari suatu
lipatan.
b. Crest, adalah titik tertinggi dari lipatan. Crestal line merupakan garis
khayal yang menghubungkan titik-titik tertinggi pada lipatan tersebut.
Sedangkan Crestal surface adalah bidang khayal dimana terdapat semua
Crestal line.
40
c. Trough, adalah titik dasar terendah dari lipatan. Trough line merupakan
garis khayal yang menghubungkan titik-titik dasar terendah pada lipatan.
Trough surface adalah bidang khayal dimana terdapat semua trough line
pada suatu lipatan.
d. Plunge, sudut penunjaman dari hinge line terhadap bidang horizontal dan
diukur pada bidang vertikal.
e. Bearing, sudut horizontal yang dihitung terhadap arah tertentu dan ini
merupakan arah dari penunjaman suatu hinge line / axial line.
f. Rake, sudut antara hinge line / axial line dengan bidang / garis horizontal
yang diukur pada axial surface.
Gambar 22. Unsur-unsur lipatan (Panduan Praktikum UPN “Veteran”.2007)
D. Klasifikasi Lipatan.
Klasifikasi lipatan yang digunakan dalam praktikum ini adalah klasifikasi
menurut Fluety, 1964 dan Rickard 1971 .
41
1. Fluety,1964
a. Berdasarkan besarnya "interlimb angle"
Tabel 2. Klasifikasi lipatan berdasarkan interlimb angle ( Fleuty, 1964 )
Interlimb Angle Description of Fold
1800 – 120
0
1200-70
0
700-30
0
300-0
0
00
Negative Angle
Gentle
Open
Close
Tight
Isoclinal
Mushroom Sumber: Buku panduan praktikum UPN “Veteran”, 2007
b. Berdasarkan besarnya dip dari hinge surface dan plunge dari hinge line,
dibedakan atas :
Tabel 3. Klasifikasi lipatan berdasarkan dip sumbu lipatan dan plunge hinge line (Fluety, 1964)
Angle Term Dip of H. Surface Plunge of H. Line
00
10-10
0
100-30
0
300-60
0
600-80
0
800-89
0
900
Horizontal
Subhorizontal
Gentle
Moderate
Steep
Subvertical
Vertical
Recumbent Fold
Recumbent Fold
Gentle Inclined Fold
Moderately Inclined Fold
Steeply Inclined Fold
Upright Fold
Upright Fold
Horizontal Fold
Horizontal Fold
Gentle Plunging Fold
Moderately Plunging Fold
Steeply Plunging Fold
Vertical Fold
Vertical Fold
Sumber: Buku panduan praktikum UPN “Veteran”, 2007
Contoh penamaan lipatan :
Misalkan didapat besarnya dip of hinge surface 65° dan plunge of hinge
line 15°, maka untuk penamaan lipatannya dikombinasikan sehingga menjadi
Steeply inclined gently plunging fold (Fluety, 1964).
2. Rickard, 1971
Dalam klasifikasi ini digunakan diagram segitiga seperti Klasifikasi ini
berdasarkan pada nilai besarnya kemiringan hinge surface, penunjaman hinge line
dan pitch/rake hinge surface.
Cara penggunaannya:
Misal didapatkan dip of hinge surface 70° dan plunge of hinge line 45 °.
Plotkan kedua nilai tersebut pada diagram segitiga 1, sehingga didapat nilai
42
perpotongannya. Letakkan di atas diagram segitiga ke-2, maka titik tadi akan
menunjukkan jenis lipatannya yaitu Inclined fold.
Gambar 23. Klasifikasi ricard,197 (Panduan Praktikum UPN “Veteran”.2007)
VIII.4. Langkah Kerja
VIII.2.4. Langkah kerja analisis lipatan
Analisis Lipatan dengan menggunakan Wulf Net
1. Masukkan kedudukan umum sayap lipatan yang didapatkan dari
diagram kontur (titik potongnya adalah σ2 ).
2. Membuat garis dari pusat lingkaran melalui σ2: garis ini adalah garis
sumbu lipatan.
3. Membuat bidang sumbu lipatan:
Membuat bidang bantu dengan cara menarik garis tegak lurus
sumbu lipatan dan membuat busur pada garis tersebut sebesar 90°
dari titik σ2.
Busur bidang bantu akan memotong bidang-bidang sayap lipatan di
L1 dan L2.
Titik tengah perpotongan antara dua sayap lipatan adalah σ3 (baik
lancip maupun tumpul). σ1 dibuat 90° dari σ3 pada bidang bantu di
mana bidang bantu tetap pada posisi NS.
Buatlah : hinge-surface dengan menghubungkan σ2 dan σ3.
43
VIII.4.2. Langkah kerja rekonstuksi lipatan
Contoh :
Pada lintasan / penampang arah E-W, di lokasi A dan B dijumpai
batas lapisan yang sama dengan kedudukan yang berlawanan. Di lokasi A
kemiringan 500 ke barat dan B miring ke timur sebesar 60
0.
Rekontruksi bentuk lipatan daerah tersebut menggunakan metode
Interpolasi Higgins (1962).
Adapun langkah rekontruksi sebagai berikut :
1. Buatlah garis A sebesar 500 dari garis horizontal dan garis B sebesar
600.
2. Tarik garis tegak lurus dan sama panjang dari A (A-OA) dan B (B-D)
sehingga berpotongan di titik C.
3. Hubungkabn titik D dan Oa serta buatlah bisektor D-Oa sehingga
memotong garis BD di Ob .
4. Tarik garis Oa-Ob sampai melewati batas busur yans akan di buat
(garis ini merupakan batas busur lingkaran).
5. Buatlah busur dari titik A dengan pusat di Oa sampai memotong garis
Oa-Ob di titik F.
6. Buatlah busur dari titik B dengan pusat di Ob dan memotong garis Oa-
Ob di titik F (busur dari titik A dan titik B bertemu di garis Oa-Ob).
VIII.5. Lembar Kerja
VIII.5.1. Lembar kerja kerja analisis lipatan
(Terlampir)
VIII.5.2. Lembar kerja rekonstuksi lipatan
(Terlampir)
VIII.6. Kesimpulan
1. Lipatan merupakan hasilnya dari perubahan bentuk suatu bahan yang
ditunjukkan dengan lengkungan dalam bahasa tersebut.
2. Lipatan dapat dibedakan menjadi 4 macam :
44
a. Competent Folding
b. Incompetent Folding
c. Snear Folding
d. Flexure dan Flow Folding
e. Bending (perlengkungan)
3. Gaya yang bekerja ada dua :
a. Buckling (melipat)
b. Bending (perlengkungan)
45
BAB IX
LAPANGAN
IX.1. Tujuan
1. Mengetahui kenampakan struktur geologi dilapangan
2. Mampu mengaplikasi teori yang di pelajari dalam praktikum di kampus
dalam praktik lapangan
3. Memahami jenis-jenis struktur geologi dilapangan
IX.2. Alat dan Bahan
1. Kompas geologi
2. Palu sedimen
3. Clip board
4. Alat tulis (penggaris besi, pena, pensil, dll)
5. Kertas HVS (secukupnya)
IX.3. Langkah Kerja
Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan yaitu:
1. Melakukan deskripsi lokasi (waktu, lokasi, cuaca, morfologi, vegetasi,
dsb)
2. Melakukan deskripsi litologi.
3. Mengukur kedudukan batuan (Strik-dip).
4. Menganalisis singkapan (apakah kekar,sesar atau lipatan)
5. Lakukan pengukura struktur geologi yang ada. (Shear joint, Net-slip, shear
fracture, gash fracture, kelurusan sungai, dan data-data struktur geologi
lainya)
6. Melakukan analisis dengan data yang ada.
46
Data lapangan:
1. Lokasi Pengamatan 1
Deskripsi lokasi :
Hari/Tanggal : Minggu, 8 Desember 2013
Pukul : 12.30 WIB
Lokasi : Des. Gedang sari, Kec.Bayat, Kab.Klaten,Jawa tengah
Cuaca : Berawan
Vegetasi : Sedang (pohon jati)
Morfologi : Dataran
Litologi : Batuan Sedimen
Elevasi : 145 mdpl
Koordinat : S 70 47’ 59” , E 110
0 38’ 28.6”
Slope : 700
Strike,dip : N 1040
E/ 140
Kelurusan sungai : N 100
E
47
Sketsa Foto
Gambar 24. Sketsa foto lp1 lensa kamera mengarah ke barat (Penyusun, 2013)
Tabel 4. Data pengukuran shear joint
N.....0E/...
3280/82
0 34
0/81
0 320
0/75
0 46
0/73
0
3180/78
0 38
0/82
0 322
0/65
0 45
0/78
0
3210/69
0 34
0/77
0 320
0/70
0 40
0/79
0
3270/75
0 34
0/74
0 320
0/60
0 50
0/71
0
3230/66
0 38
0/78
0 325
0/65
0 49
0/79
0
3240/81
0 36
0/81
0 330
0/66
0 30
0/71
0
3200/72
0 29
0/76
0 320
0/74
0 35
0/75
0
3250/72
0 34
0/81
0 330
0/70
0 44
0/80
0
3260/79
0 37
0/81
0 333
0/63
0 34
0/71
0
3260/76
0 41
0/75
0 334
0/56
0 21
0/72
0
3420/73
0 35
0/71
0 334
0/56
0 27
0/72
0
Sumber: Penyusun, 2013
48
2. Lokasi Pengamatan 2
Deskripsi :
Hari/Tanggal : Minggu, 8 Desember 2013
Pukul : 10.25 WIB
Lokasi : Des. Gedang sari, Kec. Bayat, Kab. Klaten,Jawa tengah
Cuaca : Berawan
Vegetasi : Sedang (pohon jati)
Morfologi : Sungai
Litologi : Batuan Sedimen
Elevasi : 145 mdpl
Koordinat : S 70 48’ 00” , E 110
0 38’ 28.4”
Slope : 700
Strike,dip : N 980
E/ 100
Kelurusan sungai : N 100
E
49
Sketsa Foto
Gambar 25. Sketsa foto lp2 lensa kamera mengarah ke timur laut (Penyusun, 2013)
Tabel 5. Pengukuran Shear joint LP 2
N.....0E/...
3140/60
0 245
0/64
0 319
0/61
0 250
0/59
0
3090/66
0 249
0/73
0 310
0/74
0 246
0/76
0
3050/51
0 245
0/58
0 311
0/64
0 241
0/62
0
3090/72
0 250
0/67
0 302
0/72
0 228
0/71
0
3040/64
0 231
0/66
0 309
0/63
0 236
0/71
0
2500/75
0 328
0/64
0 240
0/79
0 323
0/52
0
2370/69
0 311
0/45
0 242
0/86
0 315
0/65
0
2540/81
0 320
0/65
0 235
0/75
0 323
0/67
0
2500/76
0 305
0/67
0 260
0/80
0 323
0/58
0
2690/82
0 315
0/69
0 252
0/74
0 327
0/68
0
Sumber: Penyusun, 2013
50
Lokasi Pengamatan 3
Deskripsi :
Hari/Tanggal : Minggu, 22 Desember 2013
Pukul : 09.41 WIB
Lokasi : Des. Hargomulyo, Kec. Gedang sari, Kab. Gunung
kidul ,D.I. Yogyakarta
Cuaca : Berawan
Vegetasi : Sedang (pohon jati)
Morfologi : Tubuh Sungai
Litologi : Batuan Sedimen
Elevasi : 145 mdpl
Koordinat : S 70 48’ 00” , E 110
0 38’ 28.4”
Slope : 700
Strike,dip : N 640
E/ 360
Kelurusan sungai : N 2550
E
Bidang sesar :N 1640
E
51
Gambar 26. Sketsa foto LP 3 lensa kamera mengarah ke selatan (Penyusun, 2013)
Tabel 6. Pengukuran Shear freactur dan Gash fracture
Gash Fracture N.........0E Shear Fracture N.........
0E
276/51 266/65 192/65 195/63
277/25 274/65 198/58 185/65
285/48 296/50 201/73 190/76
265/59 308/60 202/69 205/61
268/55 277/51 194/73 198/62
264/57 293/31 195/64 159/62
269/69 285/38 190/77 176/63
281/61 305/59 204/56 178/69
278/61 282/35 192/78 203/63
281/48 280/52 189/72 200/56
310/69 286/44 199/55 200/64
304/66 283/50 197/62 202/65
279/36 279/61 191/73 210/70
281/50 273/47 198/84 191/69
290/56 275/65 210/78 203/76 Sumber: Penyusun, 2013
IX.4. Lembar Kerja
(Terlampir)
52
IX.5. Kesimpulan
Setelah data lapangan di analisis, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Lokasi pengamatan 1:
a. Shear joint : N 400 E / 82
0 dan N 322
0 E / 72
0
b. Exstansion joint : N 60 E / 73
0
c. Relase joint : N 2730 E / 78
0
d. Arah :
T1 : 120, N 182
0 E
T2 : 620, N 64
0 E
T3 : 160, N 276
0
2. Lokasi pengamatan 2:
a. Shear joint : N 3080 E / 64
0 dan N 250
0 E / 72
0
b. Exstansion joint : N 2760 E / 64
0
c. Relase joint : N 100 E / 82
0
d. Arah :
T1 : 80, N 280
0 E
T2 : 640, N 26
0 E
T3 : 240, N 186
0E
3. Lokasi pengamatan 3:
a. Shear fracture : N 2830 E / 54
0
b. Gash fracture : N 1970 E / 63
0
c. Bidang sesar : N 1640 E / 87
0
d. Netslip : 400 , N 166
0 E
e. Arah :
T1 : 350, N 129
0 E
T2 : 490 , N 339
0 E
T3 :150 , N 23
0 E
f. Rake : 420
Nama sesar yaitu, Reverse lift slip fault (Rickard, 1972)
53
BAB X
PENUTUP
X.1. Kesimpulan
Dari pelaksanaan praktikum geologi struktur dapat disimplkan bahwa :
1. Geologi struktur adalah studi mengenai distribusi tiga dimensi tubuh
batuan dan permukaannya yang datar ataupun terlipat, beserta susunan
internalnya.
2. Struktur geologi perlu di pelajari karena pada daerah ini merupakan tempat
terperangkapnya mineral-mieral yang ekonomis.
3. Besar dan bentuk dari pola singkapan tergantung dari beberapa hal, yakni:
a. Tebal lapisan.
b. Topografi/morfologi.
c. Besar kemiringan (Dip) lapisan.
d. Bentuk struktur lipatan.
4. Pola singkapan adalah suatu bentuk penyebaran batuan dan struktur yang
tergambarkan dalam peta geologi.
5. Unsur-unsur struktur secara geometris pada dasarnya hanya terdiri dari
dua unsur geometris yaitu struktur bidang dan struktur garis dimana
struktur bidang terdiri dari Bidang perlapisan kekar, sesar, foliasi dan
sumbu perlipatan sedangkan struktur garis terdiri dari gores-garis,
perpotongan dua bidang, liniasi dan lain-lain.
Banyak masalah-masalah yang tercangkup dalam bidang geologi struktur
yang memerlukan analisa-analisa geometri dalam tiga dimensi yang sangat teliti.
Kita mengenal ada dua cara yang dapat diterapkan untuk mempelajari struktur
geologi, yaitu :
1. Dengan cara mengenal jenis dari pada struktur dan kemudian
menginterprestaikan kedalam keadaan yang sebenarnya, (kekar, sesar,
lipatan). Jadi terutama ditekankan cara mengenalnya, yaitu :
a. Mengukur kedudukan dan memetakannya.
b. Menggambar bentuk dan ukurannya.
54
c. Menganalisa cara pembentukannya. Untuk mempelajari struktur
tersebut , kemudian membuat peta penampang tegak, diagram blok dan
keterangannya.
2. Dengan cara menggambarkan diametri dari struktur dan ditekankan
sebagai kelompok statistik yang keseluruhannya akan memberikan suatu
pola struktur dari batuan. Study pola struktur demikian didasarkan pada
banyak pengamatan dan catatan yang kemudian diubah dalam diagram
pola. Kedua cara diatas bila diterapkan dan dianalisa, maka akan saling
mengisi dalam memepelajari struktur geologi suatu daerah, tetapi yang
paling diutamakan adalah tempat dan kedudukan dari struktur yang
sebenarnya.
X.2. Kritik dan Saran
Saran dari penulis untuk laboratorium agar memberikan buku panduan
praktkum kepada praktikan, dan untuk peralatan pendukung praktkum (Spidol)
agar lebih diperhatikan.
55
DAFTAR PUSTAKA
Staff pengajar & staff asisten Lab. Geologi UPN.2007. Buku Pnduan Praktikum
Geologi Struktur.UPN “Veteran” Yogyakarta.