Susu Kental Manis_Maria Margareta Suprajogi_13.70.0161_B4_Unika Soegijapranata
-
Upload
praktikum-tpsusu -
Category
Documents
-
view
219 -
download
0
Transcript of Susu Kental Manis_Maria Margareta Suprajogi_13.70.0161_B4_Unika Soegijapranata
-
8/16/2019 Susu Kental Manis_Maria Margareta Suprajogi_13.70.0161_B4_Unika Soegijapranata
1/12
0
SUSU KENTAL MANIS
LAPORAN RESMI PRAKTIKUMTEKNOLOGI PENGOLAHAN SUSU
Disusun oleh :
Nama : Maria Margareta Suprajogi
NIM : 13.70.0161
Kelompok B4
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGANFAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
2016
-
8/16/2019 Susu Kental Manis_Maria Margareta Suprajogi_13.70.0161_B4_Unika Soegijapranata
2/12
1
1. PENDAHULUAN
1.1. Deskripsi Acara
Praktikum Teknologi Pengolahan Susu mengenai pembuatan susu kental manis kloter B
dilangsungkan pada hari Selasa, 24 Mei 2016 di Laboratorium Rekayasa Pangan
Universitas Soegijapranata Semarang. Praktikum ini dimulai pada pukul 15.00 WIB
yang dibimbing oleh Graytta Intannia, Tjan Ivana Chandra dan Beatrix Restiani selaku
asisten dosen. Pembuatan susu kental manis dilakukan dengan menggunakan 2 macam
perlakuan yaitu penambahan gula pasir pada awal pemanasan dan penambahan gula
pasir pada akhir pemanasan. Kelompok B1, B2 dan B3 menambahkan komponen gula
pasir pada awal pemanasan, sedangkan kelompok B4 dan B5 menambahkan komponen
gula pasir pada akhir pemanasan. Parameter yang diamati dalam praktikum ini adalah
pengamatan karakteristik organoleptik yang meliputi warna, rasa, aroma dan
kekentalan. Selain itu juga dilakukan pengukuran kandungan gula susu kental manis
yang dihasilkan.
1.2. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui carra pembuatan susu kental manis
dan karakteristik susu kental manis yang baik.
-
8/16/2019 Susu Kental Manis_Maria Margareta Suprajogi_13.70.0161_B4_Unika Soegijapranata
3/12
2
2. HASIL PENGAMATAN
Hasil pengamatan karakteristik dan kandungan gula susu kental manis dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1. Karakteristik dan Kandungan Gula Susu Kental Manis
Kel Warna Rasa Aroma Kekentalan Kandungan gula (brix)
B1 ++ +++ +++ ++ 50,3
B2 +++ +++ ++++ +++ 52,6
B3 +++ +++ +++ ++ 46,7
B4 +++ +++ +++ ++ 48,3
B5 +++ +++ +++ ++ 45,3
Keterangan:
Warna Rasa+ : agak putih + : kurang manis
++ : putih ++ : agak manis
+++ : putih kekuningan +++ : manis
++++ : kuning ++++ : sangat manis
Aroma Kekentalan+ : aroma susu kurang kuat + : kurang kental
++ : aroma susu agak kuat ++ : agak kental+++ : aroma susu kuat +++ : kental
++++ : aroma susu sangat kuat ++++ : sangat kental
Tabel 1. diatas menunjukkan hasil pengamatan susu kental manis pada seluruh
kelompok. Susu kental manis yang bewarna putih dimiliki oleh kelompok B1,
sedangkan susu kental manis yang bewarna putih kekuningan dimiliki oleh kelompok
lainnya (B2, B3, B4 dan B5). Rasa susu kental manis pada seluruh kelompok sama yaitu
memiliki rasa yang manis. Susu kental manis dengan aroma susu kuat dimiliki oleh
kelompok B1, B3, B4 dan B5, sedangkan susu kental manis pada kelompok B2
memiliki aroma susu yang sangat kuat. Susu kental manis pada kelompok B1, B3, B4
dan B5 memiliki karakteristik agak kental, sedangkan susu kental manis paa kelompok
B2 memiliki karakteristik kental. Selain pengujian karakteristik organoleptik dilakukan
pula pengujian kandungan gula. Kandungan gula tertinggi terdapat pada susu kental
manis kelompok B2 yaitu bernilai 52,6 brix, sedangkan susu kental manis yang
memiliki kandungan gula yang terendah terdapat pada kelompol B5 yaitu sebesar 45,3
brix.
-
8/16/2019 Susu Kental Manis_Maria Margareta Suprajogi_13.70.0161_B4_Unika Soegijapranata
4/12
3
3. PEMBAHASAN
Susu diartikan sebagai cairan yang didapatkan dari sekresi kelenjar ambing (Wardana,
2012). Susu memiliki nutrisi yang lengkap yaitu terdiri dari protein, lemak, laktosa,
vitamin, mineral, enzim dan mikroorganisme (Lampert, 1980). Komposisi susu sapi
perah adalah sebagai berikut 87,1 % air; 3,9% lemak; 3,4 % protein; 4,8% laktosa dan
0,72% abu (Moehyi, 1992). Nutrisi susu yang tinggi tersebut membuat susu banyak
diolah menjadi produk turunan susu, salah satunya adalah susu kental manis. Umur
simpan produk susu kental manis lebih panjang dibandingkan dengan susu segar. Umur
simpan yang panjang tersebut disebabkan oleh karena adanya penambahan gula dengan
konsentrasi yang tinggi pada proses pembuatannya. Konsentrasi gula yang tinggi akan
meningkatkan tekanan osmotik sehingga mampu menghambat pertumbuhan
mikroorganisme (Ranken & Kill, 1993), akan tetapi beberapa mikroorganisme dapat
mengkontaminasi susu kental manis misalnya C. Pelliculosa dimana mikroorganiseme
ini mampu tumbuh pada tekanan osmotik yang tinggi serta tahan terhadap kadar garam
dan kadar gula yang tinggi (Lin Xu et al., 2014). Selain itu, kandungan laktosa yang
tinggi pada susu kental manis menyebabkan susu kental manis ini tidak boleh diknsumsi
untuk penderita lactose intolerant (Kalinina et al., 2014).
Syarat susu kental manis menurut SNI 01-2971-1998 adalah sebagai berikut :
Karakteristik sensori bau dan rasa normal
Warna putih sampai dengan kekuningan
Konsistensi kental dan homogen
Komposisi air 20-30%, abu 1,4-2,2%, protein 7-10%, lemak minimal 8%,
laktosa minimal 10%, sakarosa 43-48%.
Bahan tambahan pangan sesuai dengan syarat bahan tambahan pangan yang
diatur dalam SNI 01-0222-1995
Tidak adanya pati
Cemaran logam dan cemaran mikroba yang tidak melebihi ambang batas.
Proses pembuatan susu kental manis terbagi menjadi 2 yaitu proses pemanasan dan
proses penambahan gula (Castilho & Filho, 2010). Proses pembuataan susu kental
-
8/16/2019 Susu Kental Manis_Maria Margareta Suprajogi_13.70.0161_B4_Unika Soegijapranata
5/12
4
manis diawali dengan memanaskan susu full cream sebanyak 215 ml pada suhu 80oC.
Menurut Robinson (2002) susu full cream adalah susu yang memiliki kandungan lemak
yang tinggi. Syarif & Harianto (2011) mengungkapkan bahwa proses evaporasi
pembuatan susu kental manis menggunakan suhu 60oC- 80oC. Tujuan utama evaporasi
adalah untuk menghilangkan sebagian besar kadar air hingga mencapai kadar tertentu.
Early (1998) mengungkapkan bahwa tujuan lain dari pemanasan menggunakan suhu
80oC adalah untuk menginaktivasi enzim, modifikasi protein dan lemak susu,
menguapkan sebagian kadar air dan membunuh bakteri patogen serta mengurangi
jumlah total bakteri pada susu.
Proses pengadukan perlu dilakukan selama proses pemanasan dimana memiliki tujuan
agar panas pada seluruh bagian merata sehingga dapat mencegah terjadinya kegosogan.
Fungsi lain dari pengadukan adalah untuk mencegah terpecahnya krim pada susu.
Proses pemanasan kelompok B1, B2 dan B3 dilakukan hingga volume dari susu sapi
segar mencapai 50% dari semula atau dengan kata lain sudah teruapkan sebanyak 50%.
Proses pemanasan kelompok B4 dan B5 dilakukan hingga volumenya mencapai 110 ml.
Untuk mengetahui volume dari susu yang dipanaskan digunakan gelas ukur, dimana
susu yang dimasak dituang kedalam gelas ukur sehingga diketahui volumenya. Pada
proses pemanasan ini, besaran api yang digunakan harus tetap dijaga konstan. Menurut
Hassan et al. (2015) proses pemanasan ini akan menyebabkan penurunan kadar air dan
mempengaruhi kenampakan, rasa dan tekstur dari produk yang dihasilkan.
Perlakuan pembeda yang digunakan dalam praktikum ini adalah perbedaan waktu
penambahan gula. Kelompok B1, B2 dan B3 menambahkan gula di awal proses
evaporasi, sedangkan kelompok B4 dan B5 menambahkan gula di akhir prosesevaporasi. Gula yang ditambahkan adalah sebanyak 45 gram. Penambahan gula menurut
Asaduzzaman et al. (2007) dapat memmpengaruhi kualitas dari susu kental manis yang
dihasilkan. Penambahan gula pada awal pemanasan dapat memicu terjadinya reaksi
Maillard atau disebut dengan reaksi pencoklatan. Penambahan menggunakan sirup gula
pada bagian tengah proses evaporasi / penambahan gula pada akhir proses evaporasi
dapat mencegah terjadinya reaksi Maillard tersebut.
-
8/16/2019 Susu Kental Manis_Maria Margareta Suprajogi_13.70.0161_B4_Unika Soegijapranata
6/12
5
Proses pemanasan terus dilakukan hingga volume yang didapatkan pada seluruh
kelompok mencapai 100 ml. Setelah itu dilakukan proses pendinginan dimana susu
kental manis diaduk diatas es batu. Menurut Ozer & Evrendilek (2014), proses
pendinginan diilakukan dibawah 30oC dengan tujuan untuk mensupersaturasikan kristal
laktosa. Pengadukan dilakukan selama proses pendinginan berlangsung dengan tujuan
untuk mencegah pengendapan kristal laktosa. Kristal laktosa yang mengendap tersebut
akan menyebabkan susu kental manis memiliki tekstur yang kasar. Selain pengadukan,
pengendapan kristal laktosa dapat dicegah dengan memberikan seed lactose pada awal
proses pendinginan. Walsta et al. (2006) menjelaskan secara lebih rinci bahwa dengan
adanya penambahan sukrosa, laktoasa akan mengalami peningkatan kecenderungan
untuk mengkristal yaitu sekitar 8 gram per 100 gram susu kental manis. Proses
pengadukan harus dilakukan dengan cepat dan kuat tanpa memerangkap udara dengan
tujuan untuk membuat ukuran kristal menjadi lebih kecil (Bylund, 1995). Proses
selanjutnya dilanjutkan dengan pengamatan karakteristik fisik susu yang meliputi
warna, rasa, aroma dan kekentalan. Selain itu juga dilakukan pengukuran terhadap
kandungan gula dengan menggunakan refraktometer. Proses pembuatan susu kental
manis yang dilakukan dalam praktikum ini sudah sesuai dengan teori dari Ranken &
Kill (1993) yang mengatakan bahwa proses pembuatan susu kental manis meliputi
standarisasi, pemanasan, penambahan gula, evaporasi, cooling dan seeding .
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa susu kental manis yang bewarna putih dimiliki
oleh kelompok B1, sedangkan susu kental manis yang bewarna agak kuning dimiliki
oleh kelompok lainnya yaitu kelompok B2, B3,B4 dan B5. Standar Nasional Indonesia
nomer 01-2971-1998 mengenai susu kental manis mensyaratkan susu kental manis
memiliki kisaran warna putih tulang hingga putih kekuningan. Hasil pengamatan padaseluruh kelompok pada praktikum ini menunjukkan bahwa warna dari susu kental manis
pada seluruh kelompok sudah sesuai dengan syarat yang ditetapkan oleh SNI.
Perbedaan warna pada kelompok B1 dapat disebabkan oleh karena reaksi Maillard atau
reaksi pencoklatan yang terjadi pada masing-masing kelompok berbeda-beda. Reaksu
Maillard sendiri merupakan reaksi antara gula pereduksi (sukrosa) dengan protein
(kasein) membentuk senyawa melanoidin yang bewarna coklat (Van den Berg, 1988).
Reaksi Maillard ini dapat dipercepat dengan adanya proses pemanasan (Adnan, 1984).
-
8/16/2019 Susu Kental Manis_Maria Margareta Suprajogi_13.70.0161_B4_Unika Soegijapranata
7/12
6
Hasil pengamatan sensori terhadap rasa menunjukkan hasil yang sama pada seluruh
kelompok yaitu memiliki rasa yang manis. Teori dari Herchdoerfer (1986) menjelaskan
bahwa rasa manis pada susu kental manis disebabkan oleh karena adanya penambahan
gula. Komponen gula yang telah mengalami proses pencoklatan (reaksi Maillard ) akan
menghasilkan rasa manis yang lebih kuat. Hasil pengamatan sensori terhhadaap aroma
menunjukkan bahwa pada kelompok B1, B3, B4 dan B5 memiliki aroma susu yang
kuat, sedangkan pada kelompok B2 memiliki aroma susu yang sangat kuat. Menurut
Van den Berg (2008), penambahan gula mampu menyebabkan reaksi karamelisasi,
dimana reaksi tersebut akan mengeluarkan senyawa aroma. Hassan et al. (2015)
menguraikan bahwa flavor dari susu kental manis yang disukai oleh konsumen adalah
flavor karamel. Selain itu flavor juga dipengaruhi oleh komponen lemak yang ada di
dalamnya.
Hasil pengamatan terhadap kekentalan menunjukkan bahwa susu kental manis yang
memiliki tekstu agak kental terdapat pada kelompok B1, B3, B4 dan B5, sedangkan
susu kental manis pada kelompok B2 memiliki karakteristik tekstur yang kental.
Perbedaan kekentalan pada kelompok B2 tersebut menurut Van den Berg (2008) dapat
disebabkan oleh karena gula yang diberikan tidak terlarut sempurna sehingga
menyebabkan susu kental manis yang dihasilkan sangat kental. Selain itu, teori dari
Krupa et al. (2011) menjelaskan bahwa tekstur yang kaku, kental, tidak terlalu lengket
dan kuat dipengaruhi oleh adanya kasein pada susu, dimana kasein memiliki
kemampuan untuk mengikat air sehingga pembentukan kristal laktoasa terhambat.
Menurut Siahaan et al. (2002), kekentalan susu juga dipengaruhi oleh kecematan dan
waktu pengadukan, dimana susu yang didapatkan akan semakin kental dengan semakin
cepat dan semakin lamanya waktu pengadukan.
Hasil pengukuran kandungan gula menunjukkan hasil yang berbeda-beda pada masing-
masing kelompok. Pengukutan kandungan gula ini dengan menggunakan alat
refraktometer. Kelompok B1 memiliki nilai kandungan gula sebesar 50,3 brix,
kandungan gula pada kelompok B2 adalah 52,6 brix; kandungan gula pada kelompok
B3 adalah 46,7 brix; kandungan gula pada kelompok B4 adalah 48,3 brix dan
kandungan gula pada kelompok B5 adalah 45,3 brix. Menurut Bondi et al.
-
8/16/2019 Susu Kental Manis_Maria Margareta Suprajogi_13.70.0161_B4_Unika Soegijapranata
8/12
7
(1993),refraktometer digunakan untuk mengukur total padatan yang terdapat paa suatu
bahan pangan. Kualitas dari susu kental manis dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
tahap penambahan gula, suhu, kadar air, proses pendingian dan penambahan garam
penstabil (Walstra et al., 2006). Kualitas dari susu kental manis juga dipengaruhi oleh
kualitas susu yang digunakan dan proses pengadukan (Van den Berg, 1990).
-
8/16/2019 Susu Kental Manis_Maria Margareta Suprajogi_13.70.0161_B4_Unika Soegijapranata
9/12
8
4. KESIMPULAN
Susu kental manis merupakan salah satu produk turunan susu yang diolah dengan
proses evaporasi dan penambahan gula.
Umur simpan dari susu kental manis lebih lama dibangingkan dengan susu segar.
Proses pembuatan susu kental manis meliputi standarisasi, pemanasan, penambahan
gula, evaporasi, cooling dan seeding .
Reaksi Maillard dapat dicegah dengan menambahkan gula pada akhir evaporasi.
Proses pendinginan harus disertai dengan pengadukan untuk menghindari
pembentukan kristal laktosa.
Warna dari susu kental manis adalah putih hingga kekuningan
Aroma yang terdapat pada susu kental manis dipengaruhi oleh kandungan lemak
dan komponen gula yang ditambahkan.
Kekentalan susu kental manis dipengaruhi oleh lama evaporasi, jumlah padatan,
kecepatan pengadukan dan kandungan kasein.
Faktor yang mempengaruhi kualitas susu adalah tahap penambahan gula, suhu,
kadar air, proses pendingian, penambahan garam, kualitas susu yang digunakan dan
proses pengadukan.
Semarang, 01 Juni 2016
Praktikan, Asisten Dosen :
-Tjan, Ivana C
Maria Margareta Suprajogi
13.70.0161
-
8/16/2019 Susu Kental Manis_Maria Margareta Suprajogi_13.70.0161_B4_Unika Soegijapranata
10/12
9
5. DAFTAR PUSTAKA
Adnan, M. (1984). Kimia dan Teknologi Pengolahan Air Susu. Andi Offset.Yogyakarta.
Asaduzzaman, M., M.Y. Miah, A.K.M.A. Mannan, M E. Haque, A. Ara, M.M.H.
Khan, M. Dawlatanae, and M. Rahime. (2007). A Study on the Quality of
Sweetened Condensed Milk Available in the Local Market of Bangladesh.
Bangladesh Journal Science and Industrial Research; 42(2): 147-156.
Badan Standarisasi Nasional Indonesia. (1998). SNI 01-2971-1998: Susu Kental Manis.
Bondi, Maria C.; Massimo F. M.; and Yukio Kakuda. (1993). Effect of Heat
Treatmenton the Properties of Sweetened and Condensed Milk and its
Relationship to theManufacturing of Caramel. The 47th PMCA ProductionConference : 98-103.
Bylund, Gosta. (1995). Dairy Processing Handbook . Tetra Pak Processing
Systems.Lund, Sweden
Castilho,S & Filho,A. (2010). The history of infant nutrition. Journal de Pediatria
Vol.83 No.6.
Early, R. (1998). Technology of Dairy Products. Blackie Academic & Professional.London.
Hassan, S. M.; Khaskheli M.; A. H. Shah; Shah M. G.; Umer M.; Nisha A. R.; TariqM.;
Rahman A.; and Khan M. S.( 2015). Physio-chemical evaluation of skimmedand
condensed milk of Buffalo. Journal of Chemical and Pharmaceutical Research
Vol. 7 (2): 698-707.
Herchdoerfer, S. M. (1986). Quality Control in Food Industry Volume 2. Academic
Press. London.
Kalinina,O., Oleksandr,K., Olga,K. (2014). Investifatio of viscosity of whole hydrolyze
sweetened condensed milk. Ukrainian Food Journal Vol.3 Issue 2.
Krupa, H.; J. Atanu H.; and Patel H. G. (2011). Synergy of dairy with non
dairyingredients or product: A review. African Journal of Food Science Vol. 5(16):817-832.
Lampert, CM. (1980). Modern Dairy Product . New York Publising. Co. Inc. pp. 234-
255
-
8/16/2019 Susu Kental Manis_Maria Margareta Suprajogi_13.70.0161_B4_Unika Soegijapranata
11/12
10
Lin Xu,Xi., Guang-Li Feng., Hing-Wei Liu., Xiao-Feng Li., Guang-Lei Zao., Xing
Long Xiao. (2014). Isolation, Identification and Control of Osmophilic Spoilage
Yeast in Sweetened Condensed Milk. African Journal of Microbiology Reseach
Vol. 8 (10) : pp 1032-1039.
Moehyi, S. (1992). Penyelenggaraan Makanan Institusi & Jasa Boga. Bhratara. Jakarta.
Ozer, B. & G.A. Evrendilek. (2014). Dairy Microbiology and Biochemistry: Recent
Developments. CRC Press. Boca Raton Florida.
Ranken, M.D. and R.C. Kill. (1993). Food Industries Manual. Springer Science. New
York.
Robinson, R.K. (2002). Dairy Microbiology Handbook: The Microbiology of Milk and
Milk Products. 3rd Ed. John Wiley and Son, Inc. New York.
Siahaan, D.; J. Elisabeth; T. Haryati; Yuniarti, and Riska. (2002). Formulation
andPreparation of Sweetened Condensed Milk with Omega-3 Enriched PKO
asMilkfat Substitute. International Oil Palm Conference, Nusa Dua, Bali.
Syarif, E.K. and B. Harianto. (2011). Buku Pintar Beternak dan Bisnis Sapi Perah. Agro
Media Pustaka. Jakarta.
Van Den Berg, J. C. T. (1988). Dairy Technology in The Tropics and Subtropics.
PUDOC (Center forAgriculture Publishing and Documentation). Wageningen.
Walstra, Pieter; Jan T. M. Wouters; and Tom J. Geurts. (2006). Dairy Science and
Technology , Second Edition. Taylor & Francis Group. Boca Raton, United
Statesof America
Wardana, A. S. (2012). Teknologi Pengolahan Susu. Universitas Slamet Riyadi.
Surakarta.
-
8/16/2019 Susu Kental Manis_Maria Margareta Suprajogi_13.70.0161_B4_Unika Soegijapranata
12/12
11
6. LAMPIRAN
6.1.
SNI
6.2. Abstrak Jurnal
6.3. Laporan Sementara