TBR

download TBR

of 6

Transcript of TBR

Teknik Dekontaminasi Tangan dan Penggunaan Sarung Tangan yang Tepat dalam Perawatan Dua Unit ICU Intensif di Malaysia

TBR

Kelompok: B-9 Ketua Sekretaris Anggota : : : Muhammad Fariz Permata Muthia Despi Utami Muchammad Zulkarnain Rizky Amalia Sharfina Yulianti Andriani RM Affandi Akbar Wiwing Marisya Winda Diah Nugraheni ( 1102010179 ) ( 1102011182 ) ( 1102010172 ) ( 1102011239 ) ( 1102011298 ) ( 1102011216 ) ( 1102011294 ) ( 1102011293 ) Roesa Dahliana Ibrahim Nia Utari Muslim ( 1102011243 ) ( 1102011193 )

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI 2011/201

Teknik Dekontaminasi Tangan dan Penggunaan Sarung Tangan yang Tepat dalam Perawatan Dua Unit ICU Intensif di Malaysia Abstrak: Latar belakang : Dekontaminasi tangan adalah kontrol dalam pencegahan infeksi nosocomial. Penelitian yang dilakukan untuk mengetahui praktik kebersihan cuci tangan di dua unit perawatan intensif ICU di Malaysia. Metodologi: Anggota staf diamati selama kontak dengan pasien,sebelum dan sesudah bertemu pasien. Di amati teknik pencucian dan di pantau selama lima periode. Para anggota staf sudah di beri masing-masing pasien. Pratik kebersihan sebelum dan sesudah kontak pasien di katagorikan sebagai bersih tidak tercemar, bersih rekontaminasi, sarung tangan baru, tidak mengganti sarung tangan,dan kepatuhan terhadap pencucian tangan. Hasil :Kepatuhan terhadap pencucian tangan sebelum kontak dengan pasien sekitar 70% ,, rata-rata para staff tidak mencuci tangan sesuai dengan peraturan. Rata-rata dari mereka hanya mencuci selama 20 detik, dan kehilangan beberapa tekhnik penting dari pencucian . Hanya 4% dari staf yang mengganti sarung tangan ketika pergantian pasien. Kesimpulan :Peraturan mencuci tangan oleh unit ICU harus di tingkatkan. Meningkatkan kepatuhan terhadap kebersihan tangan yang benar ini membutuhkan program pendidikan yang efektif dan teknik modifikasi perilaku. Jadi peraturan cuci tangan seharusnya masuk dalam program karyawan baru dan kurikulum pendidikan berkelanjutan di dua rumah sakit pelajari. Pendahuluan Infeksi Nosokomial adalah penyebab utama kematian di ruang ICU, baik di negara berkembang maupun negara maju. Usaha yang harus ditekankan untuk mengurangi NI adalah meningkatkan kepatuhan terhadap teknik kebersihan tangan yang tepat, penggunaan sarung tangan yang tepat, dan program pendidikan berkelanjutan dari kelembagaan. Pasien ICU beresiko sangat tinggi tertular NIS karena beberapa factor, yaitu wastafel, genangan air, handuk, perlengkapan rumah sakit, prosedur invasive, antibiotic yang tidak tepat, kurangnya pengetahuan tentang pengendalian infeksi, kepadatan penduduk dan jumlah pasien yang tinggi. Tranmisi mikrooorganisme pathogen melalui tangan di mulai langsung dari tempat istirahat pasien (misalnya, tempat tidur). Transmisi juga dapat dari kontak langsung staff kesehatan kepada pasien yang satu dengan lainnya tanpa menjalani prosedur yang benar Tujuan dari pembelajaran ini adalah untuk menguji dan sebagai pedoman kebersihan tangan yang di anjurkan dan pemakaian sarung tangan yang benar untuk petugas kesehatan di ICU malaysia

Bahan dan metode Tata cara ICU yang diteliti pada penelitian kali ini ada 2, yaitu Rumah Sakit pemerintahan(ICU A) dan Rumah sakit pendidikan(ICU B) di Malaysia. Jumlah pegawai yang bekerja di ICU A adalah 60, dan 40 orag pada ICU B. Pada penelitain kali ini rata rata lamanya pasien tinggal di ICU adalah 3,94 5,37 hari. Unit unit ICU di kedua rumah sakit ini hanya menggunakan tirai untuk membatasi ruangan antar unit. ICU ini dilengkapi dengan wastafel untuk cuci tangan yang di desain dengan desain khusus. Tiap unit ICU juga dilengkapi dengan sabun antisepptik dan alcohol untuk membersihkan tangan. Ketentuan di dalam unit tersebut termasuk mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah memegang pasien. Prosedur Suatu studi observasi partisipasif dilakukan pada 101 anggota staf. Penelitian inidilakukan selama 3 bulan.Selama 12 bulan sebelum 3 bulan masa penelitian, Pengamat telah terbiasa dengan peraturan dan prosedur dari rumah sakit. Penelitian selama 3 bulan ini dengan pengamatan dan pendokumentasian selama shift pagi dan sore hari (7 a.m-2 p.m. ; 2 p.m.- 9 p.m. setiap hari) ketika sebagian kegiatan klinis terjadi .Tiga pasien pengamatan dipilih sehali dengan lima kali pngamatan. Setiap menangani pasien,anggota staf harus mengikuti prosedur kebersihan tangan yang benar(sebelum dan sesudah). Anggota staf yang tidak mempraktikkan tekhnik yang benar lebih dari 5 kali dianggap tidak melakukan tekhnik dengan benar. Anggota staf yang hanya melanggar teknik aseptik sekali tapi melakukan teknik yang benar empat kali dianggap jarang melakukan kesalahan teknik . Anggota staf yang menunjukkan praktek yang tidak benar antara dua dan empat kali umumnya dianggap menggunakan teknik yang tidak benar. Sifat kontak pasien untuk peluang kebersihan tangan Karakteristik pasien dan jenis perangkat yang digunakan untuk perawatan setiap pasien dicatat. Itu sifat kontak pasien tercatat berdasarkan risiko dugaan kontaminasi atau penularan mikroorganisme. Kepatuhan mencuci tangan didefinisikan sebagai mencuci tangan dengan sabun antiseptik dan air sebelum dan sesudah setiap kontak dengan pasien. Kontaminasi ulang dari tangan dicuci dengan menyentuh objek sebelum kontak dengan pasien selama prosedur tersebut disebut ketidakpatuhan. Tangan dekontaminasi dengan menggosok alkohol sebelum berhubungan diamati dan dicatat sebagai praktik kebersihan tangan. Teknik mencuci tangan tercatat menggunakan langkah-langkah penting dari mencuci tangan seperti pada daftar di bawah ini. Kebersihan tangan yang diperlukan terlepas dari apakah sarung tangan yang digunakan. Penggunaan sarung tangan yang sesuai didefinisikan sebagai menggunakan sarung tangan baru pada tangan yang bersih sebelum kontak dengan pasien dan melepas sarung tangan tanpa mengkontaminasi lingkungan setelah kontak dengan pasien. Kontak dengan instrumen tidak dicatat secara terpisah, tetapi prosedur yang instrumen ini terkontaminasi dikategorikan sebagai istirahat di asepsis.

Kriteria dan tahap yang dirujuk untuk kebersihan tangan yang dikembangkan oleh Pusat Pengedalian Penyakit AS adalah : 1. Melepaskan semua aksesoris (gelang, jam tangan, cincin) dan melipat lengan baju diatas siku 2. Menghidupkan air, membasuh tangan dan menggunakan sabun antimikroba 3. Menggosok kedua telapak tangan (sekitar 3-6 kali, 3-6 detik) 4. Menggosok telapak diatas dorsal (sekitar 3-6 kali 3-6 detik) 5. Menggosok sela-sela jari ( 3-6 kali, 3-6 detik) 6. Menggosok punggung jari (3-6 kali, 3-6 detik) 7. Menggosok rotasi ibu jari (3-6 kali, 3-6 detik) 8. Menggosok pergelangan tangan (6 kali, 6 detik) 9. Menggosok lengan bawah (6 kali 6 detik) 10. Membilas dengan air 11. Mengangkat tangan lebih tinggi dari siku ketika membilas 12. Mengeringkan tangan dengan handuk tanpa menyentuh kanan dan kiri tangan 13. Mengeringkan tangan dari ujung jari hingga pergelangan tangan tanpa menyentuh tangan kanan dan kiri 14. Mematikan air tanpa kontaminasi Analisis statistik The Statistical Package for Social Sciences (SPSS) (versi 12.0.1) perangkat lunak yang digunakan untuk menganalisis data. Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis kepatuhan kebersihan tangan sebelum dan setelah menangani pasien antara perawat dan dokter sebagai kelompok kohort. Hasil Perbandingan pasien dengan perawat selama penelitian ini adalah 1:1 - 1:3.. Secara total, 505 pasien ditangani oleh 101 anggota staf yang dianalisis(yaitu, lima penanganan per anggota staf). Mayoritas (85%) dari pasien ditangani oleh perawat. Karakteristik anggota staf dan mereka praktik kebersihan tangan adalah sebagai berikut. Rata-rata (SD) usia anggota staf adalah 30 (6,47) tahun, dan sudah memiliki pengalaman kerja selama 5 tahun. Anggota staf sebagian besar perempuan (79,2%, n = 80). Staf terdiri dari 61 (60,4%) perawat dan 40 (39,6%) dokter. Program pendidikan mengenai pengontrolan terhadap infeksi hanya dihadiri 18 anggota staf, sedangkan 83 lainnya tidak menghadiri lokakarya formal atau kuliah selama penelitian ini. Kepatuhan mencuci tangan secara umum telah diikuti. Mencuci tangan itu tidak cukup berlatih, dan prosedur yang benar mencuci tangan tidak diikuti oleh 70% dari staf. Rata-rata waktu yang diambil untuk mencuci tangan bervariasi antara 15 dan 20 detik, namun menggosok telapak tangan , sela-sela jari dan ibujari tidak dipraktekkan. Alkohol untuk menggosok tangan digunakan hanya sedikit, ketika digunakan, anggota staf tidak menunggu alkohol kering. Bahkan dari beberapa anggota staf mengkontaminasi tangan setelah mencuci

dengan menulis catatan kasus dan grafik pengamatan, mengangkat telfon, menyentuh tutup kepala,dan menyentuh pakaian mereka sebelum menangani pasien. Untuk penggunaan sarung tangan,71,3% dari staf tidak mencuci tangan mereka sebelum mengenakan sarung tangan, sedangkan 29,7% melepas sarung tangan mereka segera setelah penanganan sebelum melakukan tugas-tugas lain dan 28,7% mencuci mereka tangan setelah melepas sarung tangan. Selain itu, 93,1% tidak melepas sarung tangan mereka ketika menjawab telepon dan menulis catatan dengan sarung tangan yang terkontaminasi. 71,3% tidak mencuci tangan setelah melepaskan sarung tangan. Penyalahgunaan sarung tangan secara umum tercatat 74,3% dari staf; penyalahgunaan mengacu pada tidak perlu memakai sarung tangan ketika tidak ada indikasi untuk penggunaan sarung tangan. Sarung tangan yang kotor tidak dilepas oleh 70,3% dari staf setelah mereka menyelesaikan penanganan dan pindah ke tugas-tugas lain seperti mencatat pengamatan. Selain itu, cuci tangan diganti dengan penggunaan sarung tangan oleh 71 staf dari 101 anggota yang diteliti.

Diskusi Selama penelitian ini, perbandingan rasio antara pasien dan staff adalah 1:1 (shift pagi), 2:1 (shift sore), dan 3:1 (shift malam dan saat liburan) untuk pelayanan perawatan intensif. Ternyata masih banyak dari staff medis yang tidak mengganti sarung tangan ketika berhadapan antara kontak dengan pasien yang mempunyai faktor resiko tinggi menularkan dengan pasien yang mempunyai faktor resiko rendah menularkan mikroorganisme. Pasien dengan faktor resiko tinggi menularkan mikroorganisme adalah ketika terjadi pemasangan nasogastrik, penempatan elektroda atau oximeter pada kulit, saat memegang tangan pasien, vital sign, dan membersihkan tempat tidur pasien. Sedangkan kontak dengan pasien yang mempunyai faktor resiko rendah menularkan mikroorganisme adalah infeksi selang trakeotomi, insersi garis vena sentral, penggunaan obat intravena, dan mengganti pakaian pada pasien yang lemah dan tidak bisa bergerak. Teknik mencuci tangan yang baik di kedua ICU ini presentasenya menunjukkan rata-rata antara 30% sampai 48%. Pemenuhan teknik cuci tangan masih rendah dikarenakan situasi emergensi di ICU, pasien dengan penyakit yang serius, jarak yang jauh antara wastafel dengan tempat pasien berada, rasio pasien-staff yang tinggi, kurangnya kesadaran para staff medis akan pentingnya mencuci tangan dan kurangnya pendidikan kepada para staff medis yang baru untuk mencuci tangan dengan teknik yang tepat. Penelitian lain juga menunjukkan rasio yang tinggi terhadap penggunaaan sarung tangan yang tidak tepat. Dibeberapa penelitian, penggunaan sarung tangan yang tidak tepat dan kurangnya penggunaan alkohol , bisa menjadi kebiasaan dan akhirnya terbawa hingga nanti. Jumlah sarung tangan yang terbatas dan kurangnya pengetahuan akan pentingnya mengganti sarung tangan juga bisa menjadi faktor untuk para staff medis tidak mengganti sarung tangan.

Kekuatan penelitian ini adalah bahwa pengamatan langsung dibuat rendah hati di bawah kedok mengumpulkan dan mendokumentasikan data pengamatan NI, dan tidak ada anggota staf sadar bahwa praktik-praktik kebersihan tangan sedang diamati. Dengan demikian, temuan penelitian ini dapat mewakili status akurat praktik kebersihan tangan di dua ICU karena metode yang kita digunakan adalah standar emas untuk mengukur tingkat kepatuhan [9,10]. Keterbatasan studi adalah sejumlah kecil pengamatan, durasi singkat studi tersebut, dan kurangnya tindakan diulang. Pengumpulan data terbatas pada waktu puncak (pagi dan sore shift) kerja klinis di ICU, dan hanya 101 anggota staf yang tersedia diamati. Praktik kebersihan tangan bervariasi antara kedua lembaga, dan strategi yang berbeda diperlukan untuk meningkatkan praktek-praktek di kalangan pekerja kesehatan di ICU yang berbeda [8]. Pendidikan ditargetkan pada isu-isu berikut akan meningkatkan praktik kebersihan tangan di ICU: (a) meningkatkan sikap tentang cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien, (b) meningkatkan kesadaran akan implikasi dari kontaminasi ulang tangan dan manfaat mengelompokkan perawatan pasien; ( c) meningkatkan pengetahuan dan sikap tentang penggunaan yang tepat dari sarung tangan, dan (d) meningkatkan pengetahuan tentang penggunaan alkohol gosok dalam keadaan darurat dan manfaatnya dalam pengaturan dengan beban kerja tinggi. Meningkatkan ketentuan perlengkapan dasar rumah sakit, terutama sarung tangan dan menggosok alkohol dengan emolien, juga direkomendasikan [4]. Dalam jangka panjang, kami merekomendasikan revisi medis saat ini, ilmu kesehatan, gigi, dan kurikulum pelatihan keperawatan untuk memasukkan praktek-praktek pencegahan, seperti kebersihan tangan, yang mengurangi risiko infeksi kesehatan terkait di Malaysia Kesimpulan Ketidakpatuhan terhadap praktek pengendalian infeksi seperti kebersihan tangan adalah faktor yang paling berpotensi penyebab NI ( infeksi nosokomial ). Faktor yang berkontribusi timbulnya NI (infeksi nosokomial ) bisa dari factor kepadatan penduduk, kurangnya infrastruktur & tidak tepatnya penggunaan obat-abatan anti mikroba. Fokus dan perhatian terhadap program pendidikan tentang meningkatkan praktek kebersihan tangan dan penggunaan sarung tangan yang tepat penting untuk meningkatkan hasil pasien ICU di rumah sakit di dalam dua ICU yang dipelajari. Predisposing, Reinforcing, Enabling Constructs in Educational Diagnosis and Evolution Health Education Theory harus diggunakan sebagai kerangka teori untuk terus menerus diggunakan dalam pelayanan program pendidikan.