TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya...

199
TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALU Edisi Pertama Tim Penulis: Muhammad Ansar Pasigai Abdul Rahim Thaha Burhanuddin Nasir Sri Anjar Lasmini Maemunah Bahrudin Editor: Prof. Ir. Zainuddin Basri, Ph.D. (Universitas Tadulako) Penerbit 2016

Transcript of TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya...

Page 1: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALU

Edisi Pertama

Tim Penulis: Muhammad Ansar Pasigai

Abdul Rahim Thaha Burhanuddin Nasir Sri Anjar Lasmini

Maemunah Bahrudin

Editor: Prof. Ir. Zainuddin Basri, Ph.D.

(Universitas Tadulako)

Penerbit

2016

Page 2: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’ - 2016

ii

Perpustakaan Nasional RI. Katalog Dalam Terbitan (KDT) Teknologi budidaya bawang merah varietas lembah Palu. Muhammad Ansar Pasigai, dkk. Palu: Untad Press, 2016 ix hal. + 130 hal.; 15,5 x 23 cm ISBN: 978-602-8824-80-4 © Hak Cipta 2016 Judul Buku : Teknologi budidaya bawang merah varietas

lembah Palu Editor : Zainuddin Basri Layout Isi : - Desain Sampul : - Cetakan : Pertama 1. Non Fiksi i. Judul ii. Zainuddin Basri

Penerbit: UNTAD Press Jl. Soekarno Hatta KM. 9 Palu Sulawesi Tengah 94118

Kutipan Pasal 72: Sanksi Pelanggaran Undang-Undang Hal Cipta No. 19 Tahun 2002 1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayar (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp1.000.000 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp5.000.000.000 (lima miliar rupiah)

2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp500.000.000 (lima ratus juta rupiah).

Page 3: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’ - 2016

iii

TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALU

KATA PENGANTAR

Bawang merah varietas ‘lembah lalu’ telah dilepas

Kementerian Pertanian Republik Indonesia pada tahun

2011, sebagai varietas unggul nasional. Bawang merah

varietas ‘lembah palu’ sudah dikenal luas sebagai bahan

baku utama industri bawang goreng di Sulawesi Tengah.

Bawang goreng Palu yang diproduksi dari bawang merah

‘lembah palu’ selain memiliki rasa, aroma dan tekstur

yang khas, juga memiliki kualitas yang tetap baik

walaupun disimpan dalam jangka waktu lama (hingga

satu tahun), bila dikemas dengan cara yang baik.

Sentra pengembangan bawang merah di Sulawesi

Tengah, adalah kawasan Lembah Palu yang meliputi

wilayah Kota Palu, serta sebagian wilayah Kabupaten Sigi

dan Donggala. Pada umumnya bawang merah ‘lembah

palu’ diusahakan pada dataran rendah kurang dari 300 m

di atas permukaan laut dengan berbagai

permasalahannya, terutama ketersediaan air dan

kesuburan tanah yang rendah seringkali menjadi faktor

pembatas produksi. Rata-rata produktivitas tanaman

Page 4: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’ - 2016

iv

bawang merah ‘lembah palu’ masih rendah yaitu hanya

berkisar 4,0-4,5 t/ha, sedangkan potensi hasilnya adalah

9,7 t/ha. Masih rendahnya produktivitas bawang merah

‘lembah palu’ selain disebabkan oleh kondisi lingkungan

tumbuh, juga disebabkan penerapan teknologi budidaya

yang belum optimal.

Komoditas bawang merah ‘lembah palu’ telah

ditetapkan sebagai salah satu komoditas unggulan daerah

yang perlu mendapat prioritas pengembangannya secara

berkelanjutan. Sekaitan hal tersebut Fakultas Pertanian

Universitas Tadulako telah menjadikan bawang merah

varietas ‘lembah palu’ sebagai komoditas kajian unggulan

bagi mahasiswa dan dosen agar komoditas bawang merah

‘lembah palu’ semakin berkembang di tengah masyarakat,

khususnya di Sulawesi Tengah.

Kehadiran buku “Teknologi Budidaya Bawang Merah

Varietas Lembah Palu’ ini merupakan sebuah kerinduan

atas ketersediaan referensi, khusunya tentang teknologi

budidaya bawang merah ‘lembah palu’ yang saat ini masih

sangat sulit ditemukan. Disamping itu, buku ini disusun

guna memenuhi kebutuhan mahasiswa dan peneliti serta

petani dan masyarakat dalam memperoleh informasi

teknologi budidaya bawang merah yang baik dan sesuai

dengan kondisi agroekosistem lahan sentra

pengembangan bawang merah di Lembah Palu.

Page 5: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’ - 2016

v

Dalam hal penulisan dan isi buku “Teknologi

Budidaya Bawang Merah varietas Lembah Palu” edisi

perdana ini, penulis menyadari terdapat sejumlah

kekurangan dan kelemahannya. Untuk itu sangat

diharapkan sumbang saran yang bermanfaat bagi

perbaikan pada edisi revisi selanjutnya.

Atas segala partisipasi dari semua pihak, terutama

bapak Prof. Ir. Zainuddin Basri, Ph.D selaku Dekan

Fakultas Pertanian dan juga sebagai editor buku ini, atas

motivasi dan dorongannya yang tiada henti sehingga buku

ini dapat hadir dihadapan pembaca, penulis senantiasa

menyampaikan banyak terima kasih. Semoga kehadiran

buku ini dapat menambah khasanah keilmuan kita,

khususnya dalam mengembangkan komoditas bawang

merah ‘lembah palu’ yang menjadi kebangggan

masyarakat Sulawesi Tengah.

Palu, Agustus 2016

Tim Penyusun

Page 6: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’ - 2016

vi

TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALU

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul i

Prakata ii

Daftar Isi iv

Daftar Tabel vi

Daftar Gambar viii

Daftar Lampiran ix

1 PENDAHULUAN 1

1.1. Sejarah tanaman bawang merah

lembah palu 1

1.2. Karakteristik bawang merah lembah

palu 3

1.3. Kondisi pertanaman bawang merah

‘lembah palu’ 5

1.4. Nilai ekonomi bawang merah lembah

palu 7

1.5. Prospek dan kendala pengembangan

bawang merah lembah palu 8

2 GAMBARAN LOKASI DAN POTENSI

PENGEMBANGAN BAWANG MERAH

LEMBAH PALU 11

2.1. Iklim dan nerca air tahunan di

Lembah Palu. 11

Page 7: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’ - 2016

vii

2.2. Karakteristik dan potensi sumber daya

lahan di Lembah Palu 15

2.3. Kondisi fisika kimia tanah di Lembah

Palu 18

2.4. Potensi pengembangan bawang merah

di Lembah Palu 19

3 BOTANI DAN SYARAT TUMBUH BAWANG

MERAH LEMBAH PALU 22

3.1. Botani bawang merah 22

3.2. Syarat tumbuh bawang merah secara

umum 26

3.3. Syarat agronomi tanaman bawang

merah lembah palu 31

4 PENGELOLAAN BENIH BAWANG MERAH 33

4.1. Pengantar 33

4.2. Syarat dan karakteristik benih bawang

merah ‘lembah palu’ 38

4.3. Sistem produksi benih bawang merah

‘lembah palu’ 49

4.4. Pengendalian mutu dan Penangkaran

Benih 57

5 PENGELOLAAN TANAH UNTUK

BUDIDAYA BAWANG MERAH 76

5.1. Pengantar 76

5.2. Syarat dan karakteristik tanah untuk

budidaya bawang merah ‘lembah palu’ 76

5.3. Peranan pengolahan tanah dalam

budidaya bawang merah ‘lembah palu’ 80

Page 8: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’ - 2016

viii

5.4. Cara pengolahan tanag pada

pertanaman bawang merah ‘lembah

palu’ 82

5.5. Pola tanam dalam pertanaman

bawang merah ‘lembah palu’ 84

6. PENGELOLAAN AIR UNTUK BUDIDAYA

BAWANG MERAH 90

6.1. Pengantar 90

6.2. Kebutuhan air tanaman bawang

merah ‘lembah palu’ 91

6.3. Pengololaan air dalam budidaya

bawang merah ‘lembah palu’ 93

6.4. Cara pengairan pada pertanaman

bawang merah ‘lembah palu’ 97

6.5. Pengaruh Cara Pemberian Air serta

Lebar dan Tinggi Bedengan 100

7. KESUBURAN TANAH DAN PEMUPUKAN

BAWANG MERAH 106

7.1. Pengantar 106

7.2. Kebutuhan hara tanaman bawang

merah ‘lembah palu’ 108

7.3. Jenis Pupuk dan Peranannya dalam

budidaya bawang merah ‘lembah palu’ 111

7.4. Pemupukan pada tanaman bawang

merah ‘lembah palu’. 121

7.5. Cara Pemupukan pada tanaman

bawang merah ‘lembah palu’ 128

Page 9: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’ - 2016

ix

8. PENGELOLAAN HAMA DAN PENYAKIT

BAWANG MERAH 130

8.1. Pengantar 130

8.2. Pengaruh hama dan penyakit pada

pertanaman bawang merah ‘lembah

palu’. 133

8.3. Faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap tingkat serangan hama dan

penyakit pada pertanaman bawang

merah ‘lembah palu’ 134

8.4. Hama-hama penting tanaman bawang

merah ‘lembah palu’ dan cara

pengendaliannya

135

8.5. Penyakit tanaman bawang merah

‘lembah palu’ dan cara

pengendaliannya 142

9. PANEN DAN PASCA PANEN BAWANG

MERAH LEMBAH PALU 157

9.1. Pengantar 157

9.2. Umur panen dan kriteria panen

bawang merah ‘lembah palu’ 158

9.3. Cara panen bawang merah ‘lembah

palu’

161

9.4. Penanganan pasca panen pada

pertanaman bawang merah ‘lembah

palu’. 161

DAFTAR PUSTAKA / REFERENSI

Page 10: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

1

BAB I.

PENDAHULUAN

1.1. Sejarah tanaman bawang merah ‘lembah palu’

Bawang merah varietas ‘lembah palu’ (Allium cepa

L. Var. Aggregatum) merupakan salah satu komoditas

hortikultura yang mempunyai kandungan gizi dan

senyawa yang tergolong zat non gizi serta enzim yang

berfungsi untuk terapi, meningkatkan dan

mempertahankan kesehatan tubuh serta memiliki aroma

khas yang digunakan untuk penyedap masakan dan

bahan baku utama industri bawang goreng.

Di Propinsi Sulawesi Tengah, khususnya di Lembah

Palu terdapat komoditas bawang merah unggul lokal

daerah yang sudah cukup dikenal sebagai sumber bahan

baku bawang goreng dan dikenal sangat khas

dibandingkan dengan bawang lain yang ada di tanah air.

Jenis bawang merah lokal Palu saat ini banyak diusahakan

di Lembah Palu (wilayah Kota Palu serta sebagian wilayah

Kab. Sigi dan Donggala).

Secara khusus ada dua jenis bawang lokal Palu

yang terdapat di kawasan Lembah Palu dan masyarakat

Sulawesi Tengah (suku kaili) memberikan nama untuk

jenis yang pertama adalah bawang “papaya” atau bawang

“tasima” dan jenis kedua adalah bawang “batu” atau

“tatua” yaitu bawang merah dengan umbi berwarna

Page 11: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

2

keputih-putihan. Jika dibandingkan dengan jenis bawang

lainnya di Indonesia, jenis bawang merah lokal Palu

sangat baik sebagai bahan baku bawang goreng dengan

aroma yang khas, tekstur yang padat, rasanya gurih dan

tahan dalam penyimpanan setelah digoreng.

Secara umum produktivitas bawang merah ‘lembah

palu’ lebih rendah dari jenis bawang merah lainnya.

Bawang merah varietas Bima, Brebes, Philipine itu dapat

mencapai 20 t/ha, namun bawang merah ‘lembah palu’

hanya memiliki potensi produktivitas 9,7 t/ha, dan pada

tingkat petani produktivitas bawang merah ‘lembah palu’

hanya berkisar 4-5 ton/ha. Rendahnya produktivitas

bawang merah ‘lembah palu’ menyebabkan kebutuhan

bahan baku belum mampu dipenuhi secara kontinyu

industri bawang goreng yang ada di Kota Palu dan

sekitarnya. Rendahnya produktivitas bawang merah

‘lembah palu’ disebabkan penerapan teknik budidaya yang

belum sesuai standar teknis yang dianjurkan atau

direkomendasikan.

Upaya peningkatan hasil usahatani bawang merah,

tidak saja dinilai dari aspek kuantitasnya tetapi yang

paling utama adalah kualitasnya. Untuk dapat

memperoleh kuantitas dan kualitas hasil yang tinggi perlu

diikuti dengan penerapan Praktek Pertanian yang Baik

(Good Agriculture Practices/GAP) yang dapat diperoleh

melalui penerapan SOP (Standard Operating Procedure)

yang disusun secara spesifik untuk kondisi lahan,

Page 12: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

3

tanaman dan sasaran pasar tertentu. Penerapan SOP

untuk budidaya bawang merah lokal Palu merupakan

suatu hal yang sangat penting, untuk memudahkan

komoditi ini meraih pasar ekspor, karena tujuan dari

penerapan GAP/SOP diantaranya adalah: (1)

meningkatkan produksi dan produktivitas, (2)

meningkatkan mutu produksi termasuk keamanan

konsumen, (3) meningkatkan efisiensi dan daya saing

produk, (4) memperbaiki efisiensi penggunaan

sumberdaya alam, (5) mempertahankan kesuburan lahan,

kelestarian lingkungan dan sistem produksi yang

berkelanjutan, (6) mendorong petani dan kelompok tani

untuk memiliki sikap mental yang bertanggung jawab

terhadap kesehatan dan keamanan diri dan lingkungan,

(7) meningkatkan peluang penerimaan oleh pasar

internasional, serta (8) memberi jaminan keamanan

terhadap konsumen. Dengan demikian kegiatan

penyusunan buku secara khusus mengenai “Standard

Operating Procedure (SOP) Budidaya Bawang Merah Lokal

Palu” menjadi penting untuk dilakukan.

1.2. Karakterisik bawang merah ‘lembah palu’

Setiap varietas bawang merah memiliki

karakteristik berbeda, termasuk morfologi dan kandungan

gizi (Wibowo, 1988). Bawang merah ‘lembah palu’ berasal

dan dikembangkan di kawasan Lembah Palu yang meliputi

daerah Kota Palu, Kabupaten Donggala dan Kabupaten

Page 13: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

4

Sigi di Propinsi Sulawesi Tengah, dan telah ditetapkan

oleh Menteri Pertanian sebagai salah satu varietas unggul

nasional, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian

R.I. No. 1843/Kpts/ SR.120/4/2011 (Mentan, 2011).

Hasil deskripsi varietas menunjukkan bawang

merah ‘lembah palu’ memiliki karakteristik yaitu: tinggi

tanaman 20-34 cm, jumlah anakan 7-10 umbi per

rumpun, jumlah daun 20-40 helai per rumpun, panjang

daun 25-30 cm, lebar daun 0,5-0,6 cm, bentuk daun

silindris berlubang dan bewarna hijau muda; serta

memiliki bentuk umbi bulat agak lonjong, berwarna

merah pucat dan keputih-putihan, umbi berukuran

panjang 2,5-3,0 cm, diameter 1,5-2,5 cm, umur panen

65-70 hst., dan tidak berbunga dengan potensi hasil 9,7

ton/ha. Bawang merah ‘lembah palu’ dikembangkan pada

habitat aslinya, pada dataran rendah dengan ketinggian

tempat kurang dari 300 m dpl. (Diperta Sulteng, 2009).

Bawang wakegi di Indonesia pada umumnya

disebut bawang merah. Bawang merah varietas ‘lembah

palu’ termasuk jenis bawang wakegi (Sulistyaningsih et

al., 2008). Bawang wakegi (Allium L x Wakegi Araki,

2n=16, AF) yang merupakan bawang hasil persilangan

alami antara (A.cepa L. Kelompok Aggregatum, 2n=16,

AA) dan (A. fistulosum, 2n=16, FF) (Ganet, 1994).

Page 14: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

5

1.3. Kondisi pertanaman bawang merah ‘lembah

palu’

Bawang merah ‘lembah palu’ diusahakan di

kawasan Lembah Palu Sulawesi Tengah, sejak sekitar 20

tahun yang lalu. Sentra produksi bawang merah ‘lembah

palu’ tersebar pada beberapa lokasi yaitu di Kota Palu

meliputi Kelurahan Kayumalue, Duyu, Tavanjuka dan

Petobo; di Kabupaten Donggala yaitu Desa Guntarano,

dan di Kabupaten Sigi yaitu Desa Maku, Solouve,

Bulupontu Jaya (Sidera) dan Olobojo. Produktivitas

bawang merah lokal Palu masih sangat rendah yakni hanya

3,5-4,5 t/ha sedangkan potensi hasilnya dapat mencapai

9,7 t/ha (Mentan, 2011), bahkan untuk skala penelitian

dapat mencapai 10-12 t/ha (BPTP Sulteng, 2004).

Adapun penyebab rendahnya hasil produksi bawang

merah ‘lembah palu’ masih sangat beragam, namun

penyebab utamnya adalah penerapan sistem budidaya dan

pasca panen yang belum optimal, seperti jaminan

ketersediaan benih bermutu dalam jumlah cukup sesuai

kebutuhan, teknis penggunaan bedengan (arah, bentuk

dan ukuran) yang belum sesuai kondisi agroekosistem

lahan, teknis pengairan dan konservasi air, teknis

pemupukan, pengendalian organisme pengganggu tanaman

(hama, penyakit dan gulma) yang belum optimal serta.

penanganan pasca panen yang belum baik. Disamping

faktor tersebut di atas, faktor iklim juga sering menjadi

penyebab kegagalan panen dan rendahnya hasil produksi

Page 15: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

6

bawang merah terutama pada kondisi agroekosistem

lahan kering (Bahrudin dkk, 2009).

Upaya peningkatan produksi melalui program

perluasan areal tanam (ekstensifikasi) yang telah dilakukan

pemerintah daerah melalui Dinas Pertanian, nampak belum

dapat mengatasi keterbatasan produksi secara

berkesinambungan sepanjang tahun. Hal ini terjadi karena

upaya perluasan areal tanam tersebut tidak diikuti dengan

penerapan teknologi yang sesuai dengan standar sistem

budidaya bawang merah pada kondisi agroekosistem

lahan tertentu. Hal inilah yang mendorong perlunya

dilakukan kajian tentang potensi dan karakteristik

budidaya bawang merah yang telah dikembangkan di

Lembah Palu hingga saat ini.

Tabel 1. Luas tanam, luas panen, produksi dan produktivitas (t/ha) bawang merah di Lembah Palu tahun 2014

No. Kota/Kabupaten Luas

Tanam (Ha)

Luas Panen (Ha)

Produksi (ton)

Produktivitas (kw/ha)

1 Palu 243 192 686 35,70

2 Donggala 101 51 257 50,39

3 Sigi 2.614 1.495 11.960 80,00

Sumber : BPS Sulawesi Tengah (diolah), 2012.

Dari data diatas nampak bahwa Kabupaten Sigi

merupakan daerah pengembangan bawang merah

‘lembah palu’ terluas di Sulawesi Tengah. Berdasarkan

data luas tanam dengan luas panen dapat diketahui

Page 16: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

7

bahwa tingkat kerusakan tanaman sampai gagal panen

dapat mencapai 50%. Faktor penyebab utama kegagalan

panen adalah karena serangan hama dan penyakit, cuaca

(musim hujan dan kekeringan) serta penerapan teknik

budidaya tanaman yang belum optimal.

1.4. Nilai ekonomi bawang merah lembah palu

Bawang merah varietas ‘lembah palu’ adalah

merupakan bahan baku utama bawang goreng,

sedangkan sebagai bawang sayur sangat jarang

dimanfaatkan oleh masyarakat. Harga bawang merah

‘lembah palu’ baik untuk tujuan bahan baku bawang

goreng maupun untuk digunakan sebagai benih sangat

berfluktuasi tergantung pada musim dan ketesediaan

bawang merah tersebut di tingkat petani. Untuk bahan

baku bawang goreng, harga bawang merah ‘lembah palu’

bervariasi antara Rp. 20.000- Rp. 30.000 per kg,

sedangkan bawang merah untuk benih harganya

bervariasi antara Rp. 40.000-Rp. 70.000 per kg.

Untuk produksi 1 kg bawang goreng diperlukan 3

kg bahan baku bawang merah ‘lembah palu’; sedangkan

harga jual bawang goreng bervariasi antara Rp. 250.000-

Rp. 300.000 per kg. Dengan demikian usaha bawang

goreng ini sangat diminati oleh masyarakat karena dapat

memberikan nilai ekonomi yang cukup tinggi. Dari kajian

aspek sosial-ekonomi diketahui bahwa bawang merah

varietas lokal Palu mempunyai peluang yang cukup baik

Page 17: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

8

dikembangkan untuk meningkatkan pendapatan petani

dan pendapatan daerah dengan R/C rasio antara 2,7-3,0

(BPTP Sulteng, 2004).

1.5. Prospek dan kendala pengembangan bawang

merah ‘lembah palu’

Bawang merah ‘lembah palu’ umumnya diusahakan

petani di lahan kering. Dari hasil penelitian Bahrudin dkk

(2009) diketahui bahwa di kawasan Lembah Palu yang

secara khusus meliputi Kota Palu, sebagian wilayah

Kabupaten Donggala dan Kabupaten Sigi adalah

merupakan wilayah sentra pengembangan bawang merah

‘lembah palu’, yaitu 95% petani mengusahakan bawang

merah pada lahan kering dan hanya 5% petani yang

mengusahakan pada lahan sawah. Pada sisi lain potensi

lahan kering di Sulawesi Tengah, khususnya di Kawasan

Lembah Palu yang sesuai untuk pengembangan bawang

merah masih cukup luas. Dengan demikian upaya

pengembangan bawang merah ‘lembah palu’ masih

memiliki prospek yang cukup baik. Hal ini ditunjang oleh

kondisi iklim di kawasan Lembah Palu seperti curah hujan,

suhu dan kelembaban udara yang sesuai dengan syarat

agronomis tanaman bawang merah ‘lembah palu’. Bawang

merah ‘lembah palu’ tumbuh baik pada dataran rendah

<450 m dpl., dengan suhu udara 27,7-30,0oC,

kelembaban udara 61,22-68,90% dan intensitas

Page 18: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

9

penyinaran 692,00-626,33 µmol m-2.det-1 (Muhammad-

Ansar, 2012).

Bawang merah ‘lembah palu’ memiliki prospek

pengembangan yang sangat baik di masa yang akan

datang, karena bawang merah ‘lembah palu’ adalah

merupakan bahan baku utama industri bawang goreng di

Sulawesi Tengah. Bawang goreng yang bahan bakunya

dari bawang merah ‘lembah palu’ memiliki keunikan dan

sifat yang spesifik yaitu rasa gurih atau garing, serta

aromanya yang khas dan tidak akan berubah walaupun

disimpan lama, terutama jika dikemas dengan baik.

Oleh karena industri bawang goreng

semakin berkembang, maka kebutuhan bahan baku dari

bawang merah juga semakin meningkat. Bahkan

permintaan pasar ekspor dari beberapa negara di Asia dan

Eropa yang mulai terbuka, hingga saat ini belum dapat

dipenuhi, karena syarat ekspor, terutama kuantitas,

kualitas dan kontinuitas produk yang tidak/belum dapat

terjamin. Hal ini disebabkan oleh skala usaha petani yang

masih kecil dengan produktivitas yang masih rendah.

Rata-rata luas areal tanam petani bawang merah ‘lembah

palu’ hanya berkisar antara 0,10-0,25 Ha, sedangkan

produktivitasnya hanya berkisar antara 3,5-4,5 ton/ha

(Muhammad-Ansar, 2009). Produktivitas tanaman

bawang merah ‘lembah palu’ yang diperoleh petani masih

rendah dari potensinya yang dapat mencapai 9,7 t/ha

(Mentan, 2011).

Page 19: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

10

Kendala utama pengembangan usahatani bawang

merah ‘lembah palu’ adalah ketersediaan air irigasi

sepanjang tahun. Hal ini sesuai hasil penelitian Puslittanak

(2004) bahwa kendala utama pengembangan bawang

merah di Lembah Palu adalah ketersediaan air yang

terbatas serta retensi unsur hara, terutama kandungan

nitrogen dan bahan organik menjadi faktor pembatas

utama, khususnya pada lahan kering yang merupakan

sentra produksi bawang merah ‘lembah palu’. Kendala

lainnya adalah seringnya terjadi serangan hama dan

penyakit yang melampaui batas ambang ekonomi,

sehingga seringkali menyebabkan penurunan hasil bahkan

kegagalan panen.

Page 20: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

11

BAB II.

GAMBARAN LOKASI DAN POTENSI PENGEMBANGAN BAWANG MERAH LEMBAH PALU

2.1. Iklim dan nerca air tahunan Lembah Palu

Hasil analisis neraca air menunjukkan bahwa kadar

lengas tanah Lembah Palu sepanjang tahun selalu

dibawah kapasitas lapang dan tidak ada periode surplus

air. Selama bulan Januari hingga dekade pertama bulan

Februari terjadi penurunan kadar lengas tanah. Pada

periode ini, penurunan lengas tanah diikuti penurunan

kadar air tanah tersedia bagi tanaman, dan diharapkan

tidak mempengaruhi penurunan laju pertumbuhan

tanaman secara nyata. Kadar lengas tanah meningkat

mulai dekade kedua Februari hingga dekade pertama Mei.

Pada priode ini kadar lengas tanah di Lembah Palu

mendekati kadar air tanah pada keadaan kapasitas lapang

dan merupakan priode terbasah sepanjang tahun di

lembah Palu (Gambar 1).

Secara teoritis, pada dekade dua Februari hingga

dekade pertama Mei, tanaman bawang merah varietas

‘lembah palu’ akan mendapatkan jumlah air yang cukup

untuk memenuhi kebutuhan tanaman. Walaupun

demikian, perlu diperhatikan waktu kejadian hujan.

Tanaman bawang merah varietas ‘lembah palu’ sangat

peka terhadap serangan cendawan bila hujan turun pada

siang hari yang dikuti oleh penyinaran matahari setelah

Page 21: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

12

hujan (Bachri dkk., 2007). Oleh karena alasan tersebut

petani lebih menyukai apabila hujan lebih sedikit atau

tidak hujan sama sekali apabila tersedia air irigasi selama

priode pertumbuhan tanaman cukup memadai. Petani

bawang merah cenderung menghindari penanaman pada

saat curah hujan cukup tiggi, kecuali bila keadaan

memaksa, agar benih yang telah disiapkan tidak rusak

bila tidak segera ditanam.

Untuk mengatasi masalah ini, petani dihadapkan

pada dua pilihan; yakni menyiram tanaman dengan air

irigasi sebelum air hujan mengering pada seluruh bagian

tanaman atau menyemprot dengan fungisida pada

wilayah-wilayah yang tidak memiliki sumber air untuk

penyiraman. Hujan yang turun sepanjang hari dan

malam hari kemudian berhenti untuk beberapa hari

lamanya lebih baik daripada hujan yang diikuti penyinaran

matahari.

Lengas tanah menurun secara derastis mulai

dekade kedua Mei hingga mencapai titik terendah

dibawah titik layu permanen pada dekade ketiga

November. Pada Periode ini penanaman bawang merah di

Lembah Palu hanya dapat dilakukan bila tersedia air

irigasi untuk menambah kebutuhan air tanaman agar

tanaman dapat tumbuh secara normal.

Page 22: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

13

Gambar 1. Neraca air lahan Lembah Palu

Dilihat dari aspek keseimbangan pola penyebaran

curah hujan dan pola evapotranspirasi potensial tahunan

(Gambar 2), tampak periode dimana kadar air tanah

cukup tersedia pada dekade ketiga bulan Februari hingga

dekade kedua bulan Mei dan dekade pertama bulan

Desember. Grafik hujan di atas evapotanspirasi

merupakan priode hujan di Lembah Palu. Namun

demikian, pada periode tersebut terkait dengan

rendahnya kemampuan tanah memegang air karena pada

umumnya tanah-tanah di Lembah Palu bertekstur kasar

dengan kadar C-organik rendah menyebabkan kadar

lengas tanah tetap di bawah kapasitas lapang seperti

ditunjukkan oleh neraca air tahunan Lembah Palu. Di

luar dekade-dekade tersebut merupakan periode defisit

air. Untuk pemenuhan kebutuhan pertanaman bawang

mutlak diperlukan air irigasi baik yang bersumber dari air

permukaan maupun yang bersumer dari air tanah. Pada

Page 23: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

14

beberapa lokasi terdapat irigasi yang memanfaatkan

potensi air tanah misalnya di Desa Guntarano Kabupaten

Donggala dan di Desa Sidera Kabupaten Sigi, namun

hingga saat ini pemanfaatan potensi ini belum optimal,

karena biaya operasiona yang dinilai cukup tinggi oleh

petani.

Gambar 2. Grafik Pola curah hujan dan evapotranspirasi

tahunan di Lembah Palu

Grafik curah hujan di bawah evapotranspirasi

merupakan bulan kering (musim kemarau).

Evapotranspirasi aktual mengikuti sebaran hujan, karena

kejadian transpirasi berkaitan dengan ketersedian air

tanah pada daerah perakaran. Jika terjadi penurunan

kadar air tanah, maka terjadi tahanan untuk proses

evapotranspirasi. Selain itu, pada musim kering kerapatan

tanaman sudah berkurang atau panen, dengan demikian

transpirasi juga berkurang (Sarjiman dan Mulyadi, 2011).

Page 24: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

15

2.2. Karakteristik dan Potensi Sumber Daya Lahan.

Peta kesesuaian lahan untuk tanaman bawang

merah merupakan salah satu kerangka acuan untuk

pengelolaan tanah dan air dalam budidaya bawang

merah. Peta kesesuaian lahan menguraikan secara rinci

tentang karakteristik tanah dan iklim yang dapat

membatasi pertumbuhan tanaman, sekaligus menentukan

tindakan pengelolaan yang diperlukan agar produktivitas

tanaman dapat ditingkatkan pada tingkat yang

menguntungkan petani secara ekonomi dan disisi lain

berkelanjutan secara ekologi.

Hasil evaluasi lahan untuk tanaman bawang merah

varietas ‘lembah palu’ yang memiliki potensi untuk

dikembangkan menunjukkan tingkat kesesuaian sesuai

marginal (S3) dan cukup sesuai (S2) (Tabel 2).

Tabel 2. Kesesuaian lahan aktual untuk pengembangan

bawang merah varietas ‘lembah palu’.

No Kesesuaian Lahan pada tingkat kelas

Luas (Ha)

1. Sesuai marginal/ Marginally

suitable (S3)

1.656,06

2. Cukup sesuai/moderately suitable

(S2)

903,74

Total sesuai marginal + cukup

sesuai (S3+S2)

2.559.80

Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Palu (2006)

Page 25: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

16

Faktor penghambat utama pada tingkat kelas terdiri

atas ketersediaan air (wa), retensi hara (nr) berkaitan

dengan pH, KTK dan kadar bahan organik, media

perakaran (rc) berkaitan erat dengan kedalaman efektif,

ada tidaknya bahan kasar dan tekstur sangat kasar.

Kelas cukup sesuai (S2) berada pada beberapa satuan

peta tanah/wilayah pengembangan Poboya, Tanamodin

di, Duyu, Watuela, Kawatuna, Petobo dan Kawatuna.

Distribusi atau sebaran kesuaian lahan untuk tanaman

bawang merah varietas Lembah Palu (Tabel 2).

Kelas kesesuaian lahan aktual dapat ditingkatkan

menjadi satu kelas lebih tinggi atau lebih baik melalui

perbaikan atau tambahan masukan, sejauh pertimbangan

secara ekonomi masih menguntungkan. Faktor-faktor

penghambat tersebut secara teknis dapat diatasi melalui

teknologi pemupukan, irigasi dan pengelolaan bahan

organik.

Dari Tabel 2, tertera luas lahan yang kelas

kesesuaiannya dapat diperbaiki atau ditingkatkan seluas

2.559,8 ha yang terdiri dari 1.656,06 dari kelas

kesesuaian marginal (S3) menjadi cukup sesuai (S2)

dengan input pengelolaan bahan organik, hara tanaman

dan air berada pada kawasan Watutela, Palu Timur.

Lahan cukup sesuai menjadi sangat sesuai (S1) seluas

903,48 ha dengan input pengelolaan bahan organik,

pemupukan dan air yang tersebar pada wilayah Poboya,

Palu selatan dan Pantoloan, Palu Timur.

Page 26: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

17

Tabel 3. Sebaran kesesuaian lahan untuk pengembangan tanaman bawang merah varietas ‘lembah palu’

No. Lokasi/SPL Klas Uraian Faktor Penghambat

1 Kawasan Paboya, Palu Timur

S2 Cukup Sesuai

Ketersediaan air (wa) dan retensi hara (nr)

S3 Sesuai marginal

Kondisi perakaran (rc), kelerengan (eh) dan ketersediaan air (wa)

2 Kawasan Tanamodindi, Palu Timur

S2 Cukup sesuai

Ketersediaan air (wa) dan retensi hara (nr)

3 Kawasan Watutela, Palu Timur

S2 Cukup sesuai

Ketersediaan air (wa), dan retensi hara (nr)

4 Kawasan Palu Selatan

S2 Cukup sesuai

Ketersediaan air (wa) dan retensi hara (nr)

5 Kawasan Petobo Palu selatan

S2 Cukup sesuai

Ketersediaan air dan (wa) dan retensi hara (nr)

6 Kawasan Duyu Palu Barat

S2 Cukup Sesuai

Ketersediaan air (wa) dan retensi hara (nr)

Sumber: Dinas Pertanian Kota Palu (2006)

Berdasarkan hasil survei lapangan yang ditunjang

oleh hasil-hasil studi terdahulu menunjukkan bahwa

Lembah Palu didominasi oleh dua ordo tanah utama,

yakni Inceptisol dan Entisol. Diskripsi beberapa profil

tanah pada kategori subgroup yang dilakukan oleh staf

Balai Penelitian Tanah Bogor (2004) menyatakan bahwa

di lokasi sentra produksi bawang merah di Lembah Palu

merupakan subgroup Typic Eutrudept (Kambisol Eutrik).

Page 27: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

18

2.3. Kondisi fisika kimia tanah di Lembah Palu

Hasil analisis tingkat kesuburan tanah pada

beberapa lokasi pengembangan bawang merah di Lembah

Palu, yaitu di Desa Guntarano, Desa Taipa dan Kelurahan

Tondo menujukkan bahwa bahwa secara fisik tanah-tanah

tersebut lebih variatif terutama tekstur (pasir 47,56-

91,0%, debu 4,0-31,73% dan liat 5,0-31,02%). Tingkat

kesuburan tanah rendah ditandai oleh rendahnya

kandungan bahan organik dan N-total, P dan K tersedia

rendah dan KTK tanah rendah. Kadar fosfat dan kalium

potensial tanah (HCl 25%) tergolong sangat tinggi.

Pengekstrak HCl 25% melarutkan bentuk-bentuk senyawa

fosfat dan kalium mendekati kadar P dan K total dalam

tanah (Purnomo dkk., 2007). Oleh karena itu,

produktivitas lahan masih dapat ditingkatkan secara

optimal melalui penambahan unsur hara yang kurang dan

penambahan bahan organik.

Bawang merah varietas ‘lembah palu’ sangat

responsif terhadap pemupukan, baik organik maupun

anorganik. Pemberian pupuk organik setara dengan 12

t/ha menghasilkan umbi kering panen terbanyak, yaitu

5,64 t/ha dan berbeda nyata dengan hasil umbi yang

tidak dipupuk organik (Limbongan dan Monde, 1999).

Pemberian pupuk organik kascing (limbah organik yang

diuraikan oleh cacing tanah) pada bawang merah varietas

‘lembah palu’ telah dilakukan oleh Saidah (2001) dan

diperoleh bahwa pemberian kascing 12 ton/ha+ZA 300

Page 28: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

19

kg/ha dapat menghasilkan umbi kering 4,05

t/ha,sedangkan kontrol hanya menghasilkan 1,2 t/ha.

Perbedaan hasil diantara kedua penelitian tersebut

menunjukkan adanya variasi kondisi tanah dan kualitas

pupuk organik yang digunakan oleh masing-masing

peneliti. Dari beberapa penelitian, kompos tidak

meningkatkan hasil bawang merah secara nyata, tetapi

mengurangi susut bobot umbi (dari bobot basah menjadi

bobot kering jemur) sebanyak 5% (Hidayat, 2004).

Secara umum karakeristik/sifat-sifat fisik tanah di

Lembah Palu lebih bervariasi dari satu tempat ke tempat

lain dengan kandungan pasir berkisar antara 47,56-

91,0%, debu 4,0-31,73% dan liat 5,0-31,02%, namun

beberapa sifat-sifat tanah memiliki status yang relatif

sama, diantaranya adalah pH tanah netral sampai agak

alkalis, kadar C-organik, N-total, dan KTK, KB, P-total dan

P-tersedia, dan K-tersedia semuanya rendah.

2.4. Potensi Pengembangan Bawang Merah

Varietas Lembah Palu

Potensi lahan di Lembah Palu untuk pengembangan

bawang merah varietas ‘lembah palu’ masih cukup luas,

yaitu sekitar 27.558,9 ha yang tersebar di tiga wilayah

Kabupaten/kota. Lahan potensial untuk pengembangan

bawang merah tersebut sebagian besar merupakan areal

persawahan, masing-masing sekitar 25.000 ha tersebar di

kabupaten. Donggala dan Kabupaten Sigi (Dinas Pertanian

Page 29: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

20

Kab. Donggala, 2006). Potensi lahan di Kota Palu meliputi

2.558,9 ha yang terdiri dari 1.656,06 kelas sesuai

marginal (S3) dan 903 ha kelas cukup sesuai (S2). Jika

potensi lahan seluas 2.558,9 ha dapat dioptimalkan

penggunaannya, maka kebutuhan bahan baku pada

kondisi konvensional dengan hasil rata-rata 3-4 ton.ha-1,

maka akan diperoleh produksi sebesar 2.895 ton/musim

tanam. Bawang merah varietas ‘lembah palu’ dipanen

pada umur 70 hari, maka dalam 1 tahun (3 MT), kota Palu

dapat memperoduksi 8.685 ton umbi segar pertahun. Bila

tersedia bahan baku, setiap unit industri pegolahan

bawang goreng membutuhkan sekitar 200-300 kg/hari

(hasil wawancara dengan pelaku industri pengolahan

bawang goreng), maka dalam 1 bulan membutuhkan

bahan baku 6.000-9.000 kg atau 6-9 ton/bulan. Ini

berarti untuk memenuhi kebutuhan 45 unit industri

pengolahan bawang goreng yang ada di kota Palu pada

saat ini diperlukan 270-405 ton bahan baku setiap bulan

atau 3.240-4.860 ton/tahun. Dengan pemanfaatan lahan

yang tersedia di Kota Palu melalui program ektensifikasi

dengan teknologi petani (konvensional), seluruh

kebutuhan industri pengolahan bawang goreng sebanyak

45 unit dapat dipenuhi bahkan jumlah industri pengolahan

dapat bertambah jumlahnya sebanyak 35 unit industri

pegolahan bawang goreng sehingga menjadi 80 unit

produksi.

Page 30: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

21

Selama ini respon pemerintah daerah sudah ada

yang ditandai dengan ditetapkannya Sentra

Pengembangan Agribisnis Komoditas Unggulan (SPAKU)

Bawang merah Palu di Kecamatan Sigi-biromaru, Dolo dan

Tawaeli seluas 25.000 ha pada tahun 2006, namun

demikian, hingga saat ini program ini tidak berjalan

sebagaimana diharapkan. Faktor lain yang dapat

mempengaruhi pengembangan bawang merah varietas

‘lembah palu’ sebagai salah satu komoditas unggulan

Sulawesi Tengah adalah adanya alih fungsi lahan

pertanian khususnya areal pengembangan bawang merah

menjadi lahan non pertanian seperti areal pertambangan,

perdagangan, perumahan dan industri.

Page 31: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

22

BAB III.

BOTANI DAN SYARAT TUMBUH

3.1. Botani Tanaman Bawang Merah

Secara umum bawang merah juga dikenal dengan

nama brambang (Jawa), bawang beureum (Sunda) dan

dalam bahasa Inggris disebut shallot. Secara khusus

bawang merah varietas ‘lembah palu’ termasuk

kelompok bawang wakegi.

Bawang wakegi adalah merupakan hasil

persilangan alami antara Allium cepa dan Allium

fistolosum dengan tetua (parent) adalah Allium cepa

dan diyakini termasuk dalam kelompok agregatum

(Aggregatum group) (Grenet, 1994). Klasifikasi bawang

merah (varietas lembah palu) adalah sebagai berikut :

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Asparagales

Famili : Amaryllidaceae

Sub Famili : Allioideae

Genus : Allium

Spesies : Allium cepa var. Aggregatum

(G. Don, 1827).

Page 32: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

23

Di Indonesia telah dikenal lebih dari 20 varietas

lokal bawang merah yang ditanam di beberapa tempat

(Sunarjono dan Soedomo, 1983). Bawang merah

mempunyai ciri-ciri: menghasilkan beberapa umbi lapis

secara bergerombol yang berasal dari pangkal daun yang

bersatu, membentuk batang-batang semu dan berakar

serabut.

Bentuk daun bawang merah bulat kecil dan

memanjang seperti pipa, tetapi ada juga yang

membentuk setengah lingkaran pada penampang

melintang daun, bagian ujungnya meruncing, sedangkan

bagian bawahnya melebar dan membengkak, berwarna

hijau. Bagian pangkal umbi membentuk cakram,

merupakan batang pokok yang tidak sempurna

(rudimenter). Pada bagian bawah cakram akan tumbuh

akar-akar serabut dan bagian atasnya akan tumbuh

tunas-tunas lateral, membentuk cakram baru yang

kemudian dapat membentuk umbi lapis; dan dengan cara

ini tanaman bawang merah dapat membentuk rumpun

tanaman. Pada setiap umbi dijumpai tunas lateral

sebanyak 2-20 tunas yang akan tumbuh membesar

menjadi umbi (Rahayu dan Berlian, 2007).

Menurut Setyobudi (1984) tanaman bawang merah

mempunyai 3 (tiga) fase pertumbuhan, yaitu: (1) fase

pembentukan anakan, merupakan fase tumbuhnya tunas-

tunas dari batang semu bawang merah dan periode ini

terjadi pada awal pertumbuhan, yakni pada seperempat

Page 33: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

24

umur tanaman, (2) fase pembentukan umbi, merupakan

tahap pembentukan umbi pada kelopak daun, fase ini

terjadi setelah fase pertama dan waktunya setengah umur

tanaman, dan (3) fase pengisian umbi dan penuaan,

merupakan tahap pembesaran umbi hingga mencapai

maksimal dan bersamaan dengan adanya penuaan pada

daun dan waktunya adalah seperempat akhir umur

tanaman. Secara khusus, umur panen untuk bawang

merah ‘lembah palu’ yang diusahakan pada dataran

rendah < 300 m dpl. adalah 65-70 hst. (BPTP Sulteng,

2004).

Bawang merah tergolong tanaman sepanjang

tahun (annual plants), oleh karena itu produksi bawang

merah dapat dipenuhi setiap waktu. Tanaman bawang

merah ini tersebar luas mulai dari dataran rendah

sampai dataran tinggi, namun produksinya 71%

terdapat di dataran rendah (0-400 m dpl), sisanya

terdapat di dataran sedang dan dataran tinggi.

Anatomi daun bawang ditunjukkan tipe jaringan

sebagian besar dam berwarna hijau Terdapat lapisan

terluar yang dilapisi dengan kutikula lilin yang terdiri

atas banyak stomata cekung. Di bawahnya terdapat

tiga atau empat dari sel palisade yang berbentuk lajur.

Dalam lapisan palisade terdapat beberapa sel

memanjang yang saling berhubungan yang disebut

lacitifiers. Lacitifiers tersebut mengandung cairan

seperti susu yang akan keluar jika daun bawang

Page 34: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

25

dipotong melintang. Cairan ini kaya akan sulfur yang

mengandung komponen rasa (flavour). Di bawah sel

palisade terdapat dua lapisan sel yang lebih besar

dan bulat yang dikelilingi oleh banyak ruang udara

antar sel. Banyak kloroflas dibentuk dalam sel ini,

dekat dengan dinding sel bersesuaian dengan ruang

udara. Di bawah lapisan. klorofil padat terdapat

seberkas pembuluh yang dikelilingi oleh sel parenkim

besar, pembuluh tersebut dikelilingi oleh lapisan

kompak dari sel yang memanjang yang membentuk

pelepah. Kloroflas pada lapisan sel ini menunjukkan

adanya pati.

Bawang merah dikarakteristikkan dengan bau dan

rasa yang tajam (pungent) dari komponen alliaceous.

Umbinya terbentuk dari penebalan dasar dari daun-

daun yang berdampingan/berdempetan pada tangkai

yang berbentuk kerucut, akar-akarnya meluas hanya

pada kedalaman yang rendah (dangkal). Substansi

pungent (terdapat pada bawang merah) dapat

meningkatkan sekresi air liur, merangsang sekresi

pankreas, meningkatkan sirkulasi darah, mengeluarkan

agent toxic (zat racun) dan merangsang sistem

kekebalan anti bakteri.

Page 35: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

26

3.2. Syarat Tumbuh Tanaman Bawang Merah

3.2.1.Iklim

Pada umumnya tanaman bawang merah sangat

rentan terhadap kondisi iklim yang ekstrim, terutama

curah hujan yang tinggi, karena akan menyebabkan

daunnya mudah rusak atau menguning dan

mempengaruhi laju fotosintesis, sehingga menghambat

pertumbuhan dan perkembangan umbi, bahkan umbi

yang sudah terbentuk menjadi busuk. Curah hujan yang

sesuai untuk pertumbuhan tanaman bawang merah

‘lembah palu’ adalah antara 1.000-2.500 mm/tahun,

dengan intensitas sinar matahari penuh lebih dari 12 jam

sehari. Oleh sebab itu, tanaman ini tidak memerlukan

naungan atau pohon peneduh. Intensitas atau lamanya

penyinaran sinar matahari diperlukan tanaman untuk

proses fotosintesis dan pembentukan umbi. Bawang

merah yang ditanam di daerah yang tidak cukup

mendapat sinar matahari, misalnya tempat yang teduh

sering berkabut atau terlindung pepohonan, pembentukan

umbinya tidak sempurna, sehingga ukurannya menjadi

kecil-kecil, karena proses fotosintesis tidak berjalan

secara optimal.

Menurut Cys et al. (1993) kondisi lingkungan

dengan persediaan air yang cukup sangat sesuai untuk

pertumbuhan awal tanaman bawang merah, selanjutnya

kondisi panas dan kering diperlukan pada fase

Page 36: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

27

pematangan, panen dan pengeringan. Bawang merah

menghendaki curah hujan 800-2500 mm/tahun

(Suyatno, 1984). Curah hujan optimum adalah 350-600

mm selama satu siklus pertumbuhan. Bawang merah

sangat peka dengan panjang hari, yaitu panjang hari 12-

13 jam diperlukan dalam periode pembentukan hasil (Cys

et al. 1993).

Bawang merah sangat sesuai ditanam di daerah

dataran rendah kurang dari 400 m dpl. yang suhu

udaranya relatif lebih tinggi dibandingkan pada dataran

tinggi, serta menghendaki udara kering, dan sinar

matahari yang cerah. Bawang merah yang ditanam di

daerah dengan suhu udara rendah dan dingin

pertumbuhannya terhambat, bahkan tanaman tidak dapat

menghasilkan umbi.

Suhu udara yang optimal untuk pertumbuhan

tanaman bawang merah adalah 23-32 oC, sedangkan suhu

rata-rata yang baik untuk menghasilkan umbi yang

banyak adalah 30oC (Sunarjono dan Soedomo, 1983).

Suhu udara yang ideal untuk tanaman bawang merah

secara umu adalah 25o-30oC, namun masih toleran

terhadap temperatur rendah 22oC, walaupun hasilnya

tidak begitu baik. Bawang merah yang ditanam di daerah

dengan suhu di bawah 22oC, pembentukan umbinya

terhambat, bahkan sering tidak membentuk umbi sama

sekali atau yang aktif adalah pertumbuhan vegetatifnya

saja. Untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan baik

Page 37: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

28

serta hasil produksi yang optimal, secara umum tanaman

bawang merah menghendaki kelembapan udara nisbi

antara 60%-70%.

Faktor iklim lainnya yang seringkali berpengaruh

pada pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah

adalah angin. Hal ini dapat disebabkan karena sistem

perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut,

dengan kedalaman perakaran yang kurang dalam,

sehingga angin yang berhembus kencang dapat secara

langsung menyebabkan kerusakan tanaman, bahkan

tanaman seringkali roboh atau tercabut dari media tanam.

Angin juga berpengaruh terhadap kondisi tanah dan

proses fisiologis tanaman, yang selanjutnya secara tidak

langsung juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman.

Angin berhembus kencang dalam waktu lama khususnya

pada siang hari akan mempercepat proses penguapan air,

sehingga tanah menjadi cepat kering dan mengeras,

menyebabkan komposisi udara dan air dalam tanah

menjadi tidak seimbang. Akibatnya, kebutuhan air dan

oksigen untuk pernafasan akar tanaman menjadi tidak

tercukupi dan menghambat pertumbuhan tanaman dan

menurunkan hasil tanaman bawang merah. Pada fase

awal pertumbuhan tanaman bawang merah

membutuhkan lengas tanah yang tinggi, kemudian secara

berangsur akan menurun pada fase pematangan,

pembesaran umbi dan menjelang panen.

Page 38: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

29

3.2.2.Tanah

Pada umumnya tanaman bawang merah dapat

tumbuh dan berkembang dengan baik pada semua jenis

lahan, termasuk lahan sawah, tanah tegalan atau lahan

pekarangan. Bawang merah banyak diusahakan pada

tanah aluvial, karena jenis tanah ini mempunyai

penyebaran paling luas, sekitar 70,25 juta ha atau 37,5 %

dari luas daratan Indonesia (Puslitbangtanak, 2000). Jenis

tanah Inceptisol memiliki kelas tekstur beragam mulai

dari klei, lom sampai berpasir (Subagyo et al. 2004).

Brady (1990) dan Sanchez (1992) menyatakan bahwa

tanah bertekstur pasir mempunyai produktivitas rendah,

karena rendahnya kandungan nitrogen, daya simpan

lengas dan kapasitas pertukaran kation (KPK) rendah,

menyebabkan efisiensi penambahan hara rendah, karena

rendahnya kandungan bahan organik dan lempung,

sehingga daya menahan hara rendah akibatnya banyak

hara yang ikut terlindi bersama air perkolasi.

Syarat tanah yang baik untuk bawang merah

adalah subur, gembur dan banyak mengandung bahan

organik atau humus. Tanah dengan kandungan bahan

organik cukup dapat dengan mudah mengikat air (porous)

serta mempunyai aerasi (peredaran oksigen) yang baik.

Jenis tanah yang dapat memenuhi persyaratan tersebut

diatas, mampu mendukung petumbuhan dan

perkembangan tanaman bawang merah, sehingga

Page 39: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

30

menghasilkan umbi yang banyak dengan kualitas yang

baik.

Tekstur tanah lom (loamy) lebih sesuai untuk

bawang merah, dengan kedalaman lapisan tanah cukup

untuk mendukung pertumbuhan perakaran tanaman,

yang dapat tumbuh maksimum hingga 0,5 m. Jenis tanah

yang paling sesuai untuk tanaman bawang merah adalah

tanah jenis dengan tekstur lempung berpasir atau

lempung berdebu, karena jenis tanah mempunyai sistem

tata udara (aerasi) dan tata air (drainase) cukup baik.

Kondisi tanah jenis ini juga tidak akan menyebabkan

genangan air yang akan menyebabkan timbulnya

berbagai macam organisme pengganggu tanaman,

terutama cendawan yang merusak tanaman beserta

umbinya.

Tanaman bawang merah akan tumbuh baik pada

tanah dengan kisaran pH optimum 5,8-7,0, tetapi

tanaman bawang merah masih toleran terhadap tanah

dengan pH 5,5. Kriteria pH yang baik adalah 5,5-8,2

dengan pH optimum adalah 6,0-7,8 (Cys et al., 1993).

Nilai kadar garam yang tidak menurunkan hasil apabila

daya hantar listrik (electrical conduction) kurang dari 1,2

dS/m; dan hasil akan menurun 10 % pada 1,8 dS/m, 25

% pada 2,8 dS/m, 50 % pada 4,3 dS/m dan 100 % pada

6,0 dS/m. Tanah yang masam dengan nilai pH <5,5 akan

menyebabkan garam aluminium (Al) dalam tanah bersifat

racun (toxic), sehingga tanaman tumbuh kerdil,

Page 40: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

31

sebaliknya jika tanah terlalu basa dengan nilai pH >7

akan menyebabkan tanaman tidak dapat menyerap unsur

hara Mangan (Mn), sehingga tanaman mengalami

kekurangan unsur hara Mn, dan umbi bawang merah yang

dihasilkan berukuran kecil-kecil; selanjutnya bawang

merah tanggap terhadap pemberian hara mikro, seperti:

Cu dan Mo, sedangkan Bo diperlukan 0,1-0,5 ppm di

dalam tanah dan toleran dengan konsentrasi tinggi (Cys

et al., 1993).

3.3. Syarat Agronomi Bawang Merah Lembah Palu

Tanaman bawang merah varietas ‘lembah palu’

tidak dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di

sembarang tempat atau daerah. Tanaman bawang merah

varietas ‘lembah palu’ menuntut persyaratan-persyaratan

tertentu, terutama persyaratan ekologi (lingkungan).

Kegagalan akan terjadi apabila budidaya yang dilakukan

tidak memperhatikan lingkungan yang sesuai dengan sifat

tanaman. Tanaman akan tumbuh merana dan

produksinya rendah, bahkan sering kali tidak

menghasilkan umbi bila persyaratan tumbuhnya tidak

terpenuhi.

Tanaman bawang merah Palu sangat sesuai jika

ditanam di dataran rendah dengan ketinggian kurang dari

400 meter dari permukaan laut (mdpl.) (Mentan, 2011),

namun dapat juga tumbuh pada ketinggian di atas 400

mdpl hingga 1.100 mdpl., tetapi perlu diikuti dengan

Page 41: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

32

teknologi modifikasi lingkungan mikro, seperti pemberian

sungkup dan mulsa, walaupun hasilnya secara kuantitas

maupun kualitas lebih rendah dibandingkan jika ditanam

di dataran rendah (Bahrudin dan Muhammad-Ansar,

2015). Bawang merah ‘lembah palu’ membutuhkan iklim

yang kering dengan intensitas penyinaran yang tinggi dan

harus ditunjang dengan ketersediaan air tanah yang

cukup. Dengan demikian budidaya bawang merah di

Lembah Palu dapat dikembangkan. Bawang merah

‘lembah palu’ yang ditanam di dataran rendah 100 m dpl.

akan memberikan hasil lebih tinggi jika kondisi lengas

tanah selalu dalam kondisi kapasitas lapangan

(Muhammad-Ansar, 2012).

Dengan demikian untuk budidaya bawang merah

‘lembah palu’ faktor lingkungan tumbuh harus menjadi

perhatian utama, yaitu aspek tanah serta aspek iklim,

terutama ketinggian tempat, curah hujan, suhu udara dan

tanah, kelembapan udara dan tanah, intensitas sinar

matahari dan angin.

Ketinggian tempat di atas permukaan laut

berpengaruh terhadap umur panen bawang merah

‘lembah palu’. Umur panen bawang merah yang ditanam

pada dataran tinggi (800 m dpl.) rata-rata lebih lama 5-

10 hari dibandingkan jika ditanam di dataran rendah (100

m dpl.), dan kadar air umbi lebih tinggi pada dataran

tinggi, namun ukuran umbi yang dihasilkan tidak berbeda

nyata (Muhammad Ansar, 2012) .

Page 42: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

33

BAB IV.

PENGELOLAAN BENIH BAWANG MERAH

4.1. Pengantar

Benih adalah aspek penting dalam keberhasilan

budidaya, karena keunggulan benih baru akan terlihat

sesudah tanaman memasuki umur produksi dan sebagai

salah satu sarana budidaya tanaman yang mempunyai

peranan dalam upaya peningkatan produksi dan mutu

hasil produksi. Selanjutnya akan meningkatkan

pendapatan petani dan kesejahteraan masyarakat. Benih

merupakan awal kehidupan suatu tanaman seperti dalam

istilah disebutkan “Beginning of Life” artinya awal

kehidupan. Benih merupakan awal kehidupan dari suatu

kegiatan budidaya tanaman. Artinya bahwa dengan benih

maka suatu tanaman dapat meneruskan sifat-sifat yang

dimilikinya.

Menurut Undang-Undang Sistem Budidaya

Tanaman, yang dimaksud dengan benih adalah tanaman

atau bagian dari tanaman yang digunakan untuk

mengembangbiakkan tanaman tersebut. Bawang merah

Lembah Palu tidak memiliki biji sehingga yang digunakan

sebagai benih adalah benih vegetatif yaitu berupa umbi

semu.

Pembangunan pertanian nasional bertujuan

mengatasi kekurangan pangan dalam jumlah dan mutu

melalui sistem perbenihan tanaman. Untuk mencapai

Page 43: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

34

tujuan tersebut maka sistem perbenihan diarahkan ke

pengembangan sistem yang murah, tepat waktu dan

mudah dijangkau petani. Sistem tersebut menjadi salah

satu strategi pembangunan dibidang hortikultura.

Benih yang dimaksud adalah yang mampu memberi

hasil maksimal sesuai potensi hasilnya. Food and

Agriculture organization (FAO) melaporkan bahwa terjadi

kemerosotan produksi sekitar 2,6% pada tiap generasi

pertanaman. Kemerosotan tersebut diakibatkan

penggunaan benih yang kurang terkontrol mutunya.

Penggunaan benih bermutu dapat mengurangi resiko

kegagalan budidaya. Benih bermutu lebih tahan terhadap

serangan hama dan penyakit serta mampu tumbuh baik

pada kondisi lahan yang kurang menguntungkan.

Permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan

budidaya tanaman terkait dengan penggunaan benih

unggul meliputi ; informasi benih unggul yang masih

terbatas sehingga pengetahuan masyarakat akan manfaat

benih unggul bermutu masih rendah, terbatasnya

ketersediaan benih bermutu, lokasi sumber benih yang

tidak sesuai dengan daerah pengembangan, mahalnya

harga benih, belum tersedianya sumber benih jenis

tertentu.

Sampai saat ini masih banyak petani yang tetap

menggunakan benih lokal sebagai benih yang diperoleh

dari hasil panen sebelumnya. Secara tradisional petani

melakukan pemilihan pada waktu pemungutan hasil atau

Page 44: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

35

panen, seperti pemilihan hasil seleksi untuk benih bawang

merah. Benih yang berasal dari tanaman yang baik

disisihkan, dirawat dan disimpan dengan baik, dengan

cara tersebut tingkat mutu dan hasil tanaman belum tentu

baik, jika dibandingkan dengan benih yang telah melalui

tahapan pengujian mutu. Penggunaan benih asalan atau

benih ilegitim banyak terjadi disebabkan oleh kesenjangan

permintaan dan kemampuan produksi benih, kurang

informasi dan pengetahuan mengenai bahan tanam yang

baik dan benar, harga benih ilegitim lebih murah

dibanding benih unggul, dan prosedur pembelian benih

dari produsen yang ditunjuk pemerintah dianggap masih

banyak masalah oleh sebagian konsumen. Akibatnya

dapat menurunkan produktivitas dan merusak citra

produsen benih yang dipalsukan.

Kebijakan pemerintah dalam mendukung program

perbenihan melalui menyediakan benih unggul dan

bermutu melalui prinsip 6(enam) tepat (waktu, jumlah,

lokasi, jenis, mutu dan harga). Strategi pengembangan

pola kemitraan usaha dengan swasta/penangkar

benih/asosiasi petani di wilayah pengembangan dapat

menjadi salah satu acuan bagi pemerintah untuk

mendorong industri perbenihan yang menyediakan benih

yang terjamin mutunya. Wujud dari pola kemitraan usaha

tersebut salah satunya adalah melalui pengembangan

industri perbenihan dan Model Waralaba; (Franchising).

Page 45: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

36

Dengan usaha tersebut diatas diharapkan akan tercipta

usaha perbenihan yang profesional.

Adapun untuk mengantisipasi atau mengurangi

peredaran dan penggunaan benih ilegitim adalah dengan

melakukan peran dan program produksi benih kedepan

yang sesuai dengan Permentan Nomor

08/Permentan/SR.120/3/2015 seperti:

1. Pasal 7 ayat (1) Produsen benih yang akan

memproduksi benih harus menguasai lahan, sarana

pengolahan benih, dan sarana penunjang yang

memadai sesuai dengan jenis benihnya, serta tenaga

yang mempunyai pengetahuan di bidang perbenihan.

2. Pasal 15 ayat (1) Untuk memproduksi benih bina

mengikuti prosedur baku sertifikasi benih bina atau

sistem standarisasi nasional.

3. Pasal 15 ayat (2) Proses sertifikasi benih bina

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :

a. Pemeriksaan terhadap:

- Kebenaran sumber benih;

- Lapangan dan pertanaman;

- Isolasi tanaman agar tidak terjadi persilangan liar;

- Alat panen dan pengolaahan benih;

- Tercampurnya benih; dan

- Pengolahan benih untuk tanaman pangan.

b. Pengujian laboratorium untuk menguji mutu benih

yang terdiri atas mutu fisik, fisiolagis, dan/atau

Page 46: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

37

tanpa kesehatan benih, sedangkan untukkemurnian

genetik diambilkan dari hasil pemeriksaan

lapangan.

c. Pengawasan pemasangan label.

Dengan demikian peranan pemerintah sangat

dibutuhkan dalam penanganan benih tanaman

sehingga dapat menghasilkan benih yang unggul

dan bermutu. Penggunaan teknologi yang baik

untuk menghasilkan benih yang baik juga sangat

dibutuhkan serta kerja sama antar pihak-pihak

yang terkait dapat mengurangi penggunaan bibit

palsu yang beredar sehingga benih dapat

menunjang peningkatan produksi.

Secara umum, klasifikasi benih adalah sebagai berikut:

1. Benih Pejenis (BS), yaitu benih yang dihasilkan oleh

pemulia tanaman. Perbanyakan benih tersebut

diselenggarakan atas bimbingan dan pengawasan

pemulia tanaman.

2. Benih Dasar (BD), berupa benih keturunan benih

pejenis. Perbanyakan benih dasar dilakukan oleh

institusi dan lembaga pemerintah dan atau swasta

yang memenuhi persyaratan, di bawah pengawasan

Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih atau Lembaga

yang berwenang.

3. Benih Pokok (BP), berupa benih keturunan benih dasar

atau benih pejenis. Perbanyakan benih pokok

Page 47: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

38

dilakukan oleh lembaga pemerintah dan swasta di

bawah pengawasan Balai Pengawasan dan Sertifikasi

Benih atau Lembaga berwenang.

4. Benih Sebar (BR), yaitu benih keturunan dari benih

pokok. Perbanyakan benih sebar dilakukan oleh

lembaga pemerintah atau swasta penangkar benih di

bawah pengawasan Balai Pengawasan dan Sertifikasi

Benih.

4.2. Perkembangan perbenihan bawang merah

Lembah Palu

Bawang merah vaietas lembah palu dikembangkan

pada beberapa lokasi sentra produksi di kawasan Lembah

Palu, diantaranya yaitu: Tavanjuka, Kayumalue, Duyu,

Solouve, Guntarano, Bulupontu Jaya dan Olobojo. Hasil

penelitian Bahrudin dkk (2014) menunjukkan bahwa

terjadi perbedaan nyata asal benih dengan vigor dan

viabilitanya, dimana benih bawang merah asal Solouwe

memiliki viabilitas dan vigor tinggi ditunjukkan dengan

daya kecambah, kecepatan berkecambah, indeks vigor

hipotetik dan berat kering tanaman lebih tertinggi, diikuti

oleh umbi yang berasal dari Tavanjuka, Duyu dan

Kayumalue. Benih bawang merah ‘lembah palu’ asal

Bulupontu Jaya dan Olobojo memiliki viabilitas dan vigor

sangat rendah dibandingkan dengan lokasi sumber umbi

lainnya di Lembah Palu.

Page 48: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

39

Faktor utama penyebab produktivitas bawang

merah ‘lembah palu’ semakin rendah adalah karena

kemurnian bibit yang diusahakan pada beberapa sentra

semakin menurun karena tercampur dengan bibit bawang

merah lain yang produktivitas dan mutunya rendah dan

tidak lagi sesuai dengan karaktaristik bawang merah

‘lembah palu’.

Bawang merah varietas Lembah Palu, merupakan

bawang yang tidak dapat berbunga. Akibatnya, bawang

ini tidak memiliki biji sehingga memiliki keragaman

genetik yang sempit. Hingga saat ini perbanyakan bawang

Lembah Palu diperbanyak secara vegetatif menggunakan

umbi. Perbanyakan dengan umbi memiliki kelemahan

dimana umbi tersebut kemungkinan telah terinfeksi

patogen. Cara perbanyakan lain adalah dengan biji yang

lebih murah namun penyediaan biji bawang merah

Lembah Palu tidak dapat dilakukan, hal ini disebabkan

oleh genetik dari bawang tersebut. Teknik in vitro

merupakan cara lain yang dapat menyediakan sejumlah

bibit tanaman dalam waktu yang relatif cepat, bebas dari

patogen (jamur dan bakteri) atau virus, klonal dan

tersedia tanpa dipengaruhi musim.

Penelitian dasar yang telah dilakukan dalam rangka

penyediaan benih bermutu antara lain: mencari

lingkungan mikro yang sesuai untuk pembentukan benih

bawang merah dan upaya melindungi dari gangguan

organisme pengganggu tanaman (OPT). Mencari lokasi

Page 49: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

40

adaptif untuk pembentukan dan penyimpanan umbi benih.

Dari beberapa hasil penelitian diperoleh bahwa ada

keterkaitan antara kearifan lokal masyarakat dengan

ketersedian benih bawang merah. Berdasarkan hal

tersebut maka penelitian selanjutnya merujuk dan

memadukan antara kearifan lokal dan teknologi produksi

benih serta teknologi kultur jaringan guna penyediaan

benih bawang merah.

Untuk menemukan tanaman induk sebagai bahan

eksplan maka dilakukan penelitian disentra pertanaman

bawang merah. Pertanaman bawang merah di Lembah

Palu tersebar di 21 lokasi pada tiga wilayah kabupaten

yaitu: Kota Madya Palu, Kabupaten Donggala dan

Kabupaten Sigi, namun dari 21 lokasi tersebut hanya

enam wilayah yang kontinyu melakukan pertanaman,

ditunjukkan pada Tabel 4.

Tabel 4. Pengaruh berbagai wilayah produksi sumber benih terhadap: jumlah anakan, jumlah umbi (buah), diameter umbi (cm) dan hasil (t ha-1)

Page 50: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

41

Upaya untuk mengetahui wilayah adaptif,

kebutuhan hara kalium dan ukuran umbi calon umbi benih

telah dilakukan seperti ditujukkan pada Tabel 4 dan Tabel

5.

Tabel 5. Pengaruh ketinggian tempat tanam, ukuran umbi dan dosis kalium terhadap hasil (t ha-1)

Keterangan: Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada masing-masing kombinasi perlakuan berarti tidak berbeda nyata (Duncan’s multiple range test P<0,05). U1=1,7 g/umbi - 2,3 g/umbi, U2= 2,4 g/umbi – 3,0 g/umbi.

Untuk menguji serta mengkaji calon umbi benih

yang telah dibudidayakan pada berbagai wilayah

ketinggian, maka dilanjutkan dengan penyimpanan calon

umbi benih tersebut pada ketinggian yang sama dan

hasilnya ditunjukkan pada Tabel 4 dan Tabel 5. Untuk

menguji serta mengkaji calon umbi benih yang telah

dibudidayakan dan disimpan pada berbagai wilayah

ketinggian, maka dilakukan penanaman umbi benih

Page 51: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

42

tersebut pada ketinggian 300 m dpl dan hasilnya

ditunjukkan pada Tabel 4. Lokasi ketinggian tempat

penanaman dan penyimpanan adaptif, penggunaan

ukuran umbi benih dan pemberian kalium sesuai

kebutuhan tanaman. Kombinasi tersebut merupakan

suatu kombinasi yang tidak dapat terpisahkan dalam

memperbaiki dan meningkatkan mutu umbi benih

bawang merah Lembah Palu. Usaha untuk memperoleh

benih bebas virus maka dilakukan penelitian peningkatan

kualitas benih melalui teknologi kultur jaringan, seperti

yang terlihat pada Gambar 3 dan Gambar 4, Tabel 5 dan

Tabel 7.

Gambar 3.a. Permukaan umbi yang mulai berubah membentuk struktur seperti kalus. b. Bentuk seperti tunas abnormal dari watery callus. c. Kalus globular yang muncul lebih lambat. d. Kalus embrigenik sebagai sumber explan.

Kalus berbentuk globular, berwarna kekuningan,

remah sampai agak kompak, terbentuk lebih lambat,

sekitar minggu ke 3-4, mula-mula sekitar bagian pangkal

umbi yang mulai kehilangan bentuk aslinya (Gambar 3c).

Kalus tipe inilah yang bersifat embriogenik, yang

kemudian berkembang menjadi tunas (Gambar 3d).

Page 52: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

43

Tabel 6. Pengaruh ketinggian tempat tanam, ukuran umbi dan dosis kalium terhadap kekerasan umbi (mm N-1)

Keterangan: Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada masing- masing kombinasi perlakuan berarti tidak berbeda nyata (Duncan’s multiple range test, P<0,05). U1= 1,7 g/umbi - 2,3 g/umbi, U2= 2,4 g/umbi – 3,0 g/umbi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan

kinetin sampai 0.50 mg/L pada media dasar MS, memacu

embrio globular untuk beregenerasi membentuk embrio

dewasa berbentuk bipolar. Struktur bipolar dari embrio

tersebut kemudian berkecambah membentuk bakal tunas

mikro (Gambar 4).

Page 53: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

44

Gambar 4. A. Embryo globular sebagai eksplan. B. Embryo bipolar. C. Tunas Dari watery callus. D. Tunas dari kalus embriogenik.

Hasil analisis keragaman terhadap persentase

embrio dewasa, yaitu embrio yang beregenerasi

membentuk embrio bipolar menunjukkan bahwa

konsentrasi kinetin yang diaplikasikan sangat nyata

mempengaruhi persentase embrio dewasa 6 minggu

setelah kultur.

Tabel 7. Persentase embrio dewasa 6 minggu setelah kultur.

Perlakuan Rata-rata persentase embrio dewasa (%)*

Kinetin 0,00 ppm 2,960b

Kinetin 0,25 ppm 26,173a

Kinetin 0,50 ppm 26,913a

*Keterangan: Angka dalam kolom yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata pada DMRT 1%.

Hasil uji lanjut DMRT pada taraf 1% atas perbedaan

rata-rata persentase embrio dewasa akibat penambahan

kinetin dapat dilihat pada Tabel 7 di atas. Hasil analisis

keragaman terhadap persentase embrio dewasa yang

berkecambah, yaitu embrio dewasa yang membentuk

Page 54: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

45

tunas menunjukkan bahwa konsentrasi kinetin yang

diaplikasikan sangat nyata mempengaruhi persentase

embrio dewasa yang bertunas 8 minggu setelah kultur.

Sementara itu 2,4-D yang diaplikasikan pada kisaran

konsentrasi yang sama dan interaksi antara kedua zat

pengatur tumbuh tersebut, tidak berpengaruh pada

persentase embrio dewasa yang bertunas seperti yang

ditunjukkan pada Tabel 8.

Tabel 8. Pengaruh ketinggian tempat simpan, asal mutu benih dan cara simpan terhadap total padatan terlarut (obrix) 8 MSP

Keterangan: Nilai yang diikuti huruf sama pada masing- masing kombinasi

perlakuan berarti tidak berbeda nyata (DMRT, P<0,05). U1= umbi kecil, U2= umbi besar, K1= 100 kg KCl/ha, K2= 150 kg KCl/ha, K3= 200 kg KCl/ha, K4= 250 kg.

Page 55: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

46

Tabel 9. Persentase embrio dewasa berkecambah 8 minggu setelah kultur

Perlakuan Rata-rata persentase

embrio dewasa berkecambah(%)*

Kinetin 0,00 ppm 0,000 b

Kinetin 0,25 ppm 43,220 a

Kinetin 0,50 ppm 43,318 a

*Keterangan: Angka dalam kolom yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata pada DMRT 1%.

Tabel 10. Pengaruh ketinggian tempat simpan, asal mutu benih dan cara simpan terhadap persentase umbi rusak (%)

Page 56: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

47

Keterangan: Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada masing-

masing kombinasi perlakuan berarti tidak berbeda nyata (Duncan’s multiple range test, P<0,05). U1= umbi kecil, U2= umbi besar, K1= 100 kg KCl/ha, K2= 150 kg KCl/ha, K3= 200 kg KCl/ha, K4= 250 kg KCl/ha

Page 57: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

48

Tabel 11.

Budid

aya d

an P

ascapanen

Pro

duksi B

enih

Baw

ang M

era

h

L

em

bah

Palu

pad

a W

ilayah 3

00 m

dpl

Kete

rangan:

DT=

daya t

um

buh,

KB=

kecepata

n b

erk

ecam

bah,

KA=

kadar

air,

T

PT=

tota

l padata

n t

erl

aru

t, KU

= k

ekera

san u

mbi, M

ST=

min

ggu s

ete

lah t

anam

.

Page 58: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

49

Tabel 12. Pengaruh asal mutu benih terhadap kadar air umbi (%), kekerasan umbi (mmN-1), total padatan terlarut (obrix), berat kering tanaman (g), dan hasil (t ha-1)

Keterangan: Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada masing- masing kombinasi perlakuan berarti tidak berbeda nyata (Duncan’s multiple range test, P<0,05). T1= 100 m dpl, T2= 300 m dpl, T3=500 m dpl, U1= umbi kecil, U2= umbi besar, K1= 100 kg KCl/ha K2= 150 kg KCl/ha, K3= 200 kg KCl/ha, K4= 250 kg KCl/ha.

4.3. Syarat dan karakteristik benih bawang merah Lembah Palu

Bawang merah di Indonesia terdapat 165 klon dan

26 klon diantaranya yang tersebar di Sumatera, Jawa

Barat dan Sulawesi merupakan klon bawang wakegi. Asal

mula bawang wakegi berasal dari hibridisasi alami antara

Allium fistulosum dan Allium ascalonicum Berdasarkan

dendogram hubungan kekerabatan berdasarkan kariotipe

dan analisis RAPD bawang merah Lembah Palu, berada

satu kluster dengan bawang Sumenep dan Palasa

Page 59: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

50

merupakan dan merupakan kelompok bawang Wakegi.

Jumlah kromosom bawang Lembah Palu yaitu: 2n = 16,

dengan rumus kariotipe 12 m + 4 sm. Bawang wakegi

yang banyak dibudidayakan di Indonesia tidak dapat

berbunga, akibatnya, bawang wakegi memiliki

keragaman genetik yang sempit. Apabila ditanam secara

terus menerus menggunakan umbinya dapat menurunkan

produksi bawang wakegi.

Untuk menghasilkan benih bermutu tinggi, maka

produksi benih hendaknya dilakukan di daerah yang

memiliki persyaratan lingkungan yang sesuai, yaitu

lingkungan yang paling adaftif bagi budidaya dan

pascapanen bawang merah.Umumnya perbanyakan benih

bawang merah ditingkat petani dilakukan secara

konvensional, dengan melakukan perbanyakan dengan

dua tujuan yaitu umbi untuk komsumsi dan umbi untuk

benih.

Tabel 13. Spesifikasi persyaratan mutu umbi

Page 60: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

51

Standarisasi mutu benih berdasarkan mutu fisik

umbi untuk bawang merah sampai saat ini belum

tersedia. Persyaratan mutu umbi yang dikeluarkan oleh

Pemerintah (SNI 2004 a-c) umumnya menekankan pada

penyakit dan jamur yang terikut pada umbi (Tabel 13).

Benih diperoleh dari tanaman induk melalui proses

seleksi calon benih sejak dipertanaman hingga panen.

Kegiatan seleksi tersebutbertujuan untuk memilih umbi

yang sehat, warna cerah, menyisihkan umbi tipe

simpang,dan umbi berwarna kusam dan cacat.

Dalam memproduksi benih bermutu tidak terlepas

dari penentuan masak fisiologis,karena waktu panenyang

tepat menentukan tingkat mutu fisiologis suatu

benih.Tolok ukur yang digunakanuntuk menentukan jika

benih tersebut telah mencapai tingkat masak fisiologis

pada umbi antara lain: berat kering benih, persentase

kandungan kadar air, daya tumbuh dan kecepatan

berkecambah. Selanjutnya pada calon umbi benih bawang

merah terukur melalui kandungan total padatan terlarut

atau total soluble solid (TSS), tingkat kekerasan umbi dan

kadar air.

Ukuran benih merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi perbedaan vigor, hasil dan mutu. Ukuran

benih menjadi faktor penting dalam memaksimalkan hasil

dan sering dipakai sebagai indikasi benih bermutu.

Sebaliknya ukuran umbi benih merupakan salah satu

faktor penentu mutu umbi bawang merah. Umumya pada

Page 61: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

52

umbi benih berukuran besar terdapat kecenderungan

untuk dapat menyediakan cadangan makanan yang lebih

banyak. Pada varietas bawang merah berukuran besar

membutuhkan umbi benih sekitar 1,3 - 2,6 t ha-1. Benih

yang digunakan terseleksi dari pertanaman sehat, dan

dipanen jika telah mencapai tingkat masak fisiologis yaitu

pada umur ± 70 - 75 hari.

Umbi benih yang berukuran besar mempunyai

berat umbi yang lebih besar dibanding umbi benih

berukuran kecil. Dengan demikian, berat umbi suatu

benih juga akan memberi pengaruh terhadap kevigoran

umbi benih. Umbi yang lebih besar dapat menghasilkan

ukuran kecambah dua kali lipat dengan kemampuan

berfotosintesis lebih tinggi dibandingkan dengan umbi

kecil.

Ukuran umbi benih berkorelasi positif dengan

kandungan cadangan makanan. Cadangan makanan akan

mempengaruhi berat suatu benih. Kondisi ini akan

mempengaruhi kecepatan tumbuh benih dan hasil per

hektar. Umbi benih yang berukuran besar akan memiliki

persediaan stock makanan yang lebih banyak dan pada

akhirnya berpotensi menghasilkan perkecambahan

tanaman yang sempurna.

Jumlah umbi bawang per rumpun berkisar 2–8

umbi, berarti semakin banyak jumlah umbi yang

dihasilkan maka berat dan ukuran per umbinya semakin

kecil. Berat umbi benih siap tanam per rumpun berkisar

Page 62: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

53

2,6 g - 14,8 g. Umbi untuk benih sebaiknya diambil dari

tanaman yang anakannya tidak terlalu banyak.

Untuk mematahkan dormansi umbi maka calon

benih dilakukan penyimpanan selama ±2 bulan. Benih

bawang berumur pendek mudah kehilangan viabilitas dan

vigornya, terutama apabila penyimpanannya kurang baik.

Viabilitas dan vigor benih akan mundur bila dibiarkan

dalam tempat terbuka. Setelah panen benih disimpan

dalam waktu kurang lebih dua bulan pada suhu kamar.

Mundurnya viabilitas benih juga disebabkan oleh kondisi

lingkungan yang tidak optimum. Proses kemunduran

benih akan terus berlangsung selama penyimpanan

sampai akhirnya mati. Salah satu indikasi dari

kemunduran benih adalah penurunan perkecambahan dan

perkecambahan benih tidak normal.

Penyimpanan benih bertujuan untuk

mempertahankan viabilitas dari suatu benih atau lot benih

dalam periode simpan yang sepanjang mungkin. Viabilitas

benih yang dipertahankan adalah viabilitas maksimum

benih yang dicapai pada saat benih mencapai tingkat

masak fisiologis. Selain itu penyimpanan benih bertujuan

untuk menyediakan cadangan atau stock benih bermutu

dari satu musim ke musim berikutnya, serta untuk

menyediakan benih dengan mutu yang tetap baik untuk

musim tanam berikutnya. Penyimpanan juga dilakukan

apabila jumlah benih yang diproduksi lebih banyak dari

pada jumlah yang dibutuhkan. Sebaliknya untuk bawang

Page 63: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

54

merah penyimpanan umbi benih juga bertujuan untuk

mematahkan dormansinya. Dormansi umbi dapat

berlangsung ± 60 hari – 80 hari.

Hasil penelitian Muhammad Ansar dkk. (2015)

menunjukkan bahwa umur panen 65-70 hari setelah

tanam dengan lama simpan 30-40 hari setelah panen

menghasilkan vigor dan viabilitas umbi bawang merah

varietas ‘lembah palu’ lebih baik, yakni memiliki daya

kecambah tertinggi (100%), sebaliknya umur panen 75

hari setelah tanam mengalami penurunan daya kecambah

6-17%, jika disimpan selama 50-60 hari setelah panen;

serta waktu tumbuh dan kecepatan berkecambah lebih

baik dibandingkan perlakuan lainnya.

Daya simpan benih adalah kemampuan benih untuk

dapat mempertahankan viabilitasnya selama kurun

waktu tertentu, dan dipengaruhi oleh beberapa faktor,

antara lain faktor genetik misalnya struktur, komposisi

kimia benih. Pada faktor lapang misalnya cara

memproduksi benih di lapang, sedangkan faktor kondisi

penyimpanan benih misalnya tempat penyimpanan benih.

Penyimpanan benih memerlukan berapa pertimbangan

dalam hal kadar air, hal ini diakibatkan oleh persentase

kandungan kadar air benih. Penyimpanan benih yang

berkadar air tinggi beresiko untuk terserang cendawan

lebih tinggi.

Page 64: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

55

Benih memiliki kemampuan untuk

menyeimbangkankan kandungan kadar air dengan

lingkungan sekitarnya, akibatnya benih akan mengalami

deteorasi tergantung dari besar kecilnya faktor

kelembaban relatif udara dan suhu lingkungan dimana

benih tersebut disimpan. Dalam lot benih yang telah

mundur, benih tersebut akan mengalami kehilangan daya

tumbuh yang paling awal. Mundurnya viabilitas benih

merupakan proses yang berjalan bertingkat dan kumulatif

akibat perlakuan yang diberikan kepada benih tersebut.

Benih bawang merah Lembah Palu setelah

penjemuran memiliki kadar air sekitar 76%-80%. Kadar

air tinggi menyebabkan benih tersebut mudah

berkecambah (45 hari setelah panen), dan terserang

mikroba (benih busuk) di penyimpanan. Hal ini menjadi

permasalahan pada pembenihan bawang merah antara

lain : umur simpan sangat pendek 45 - 60 hari; susut

bobot sangat tinggi lebih dari 30%; serangan hama dan

penyakit di penyimpanan.

Penyimpanan bawang merah pada suhu 30OC

memberikan kualitas baik, karena setelah delapan minggu

penyimpanan kekerasan umbinya masih tinggi (2,5

mm/50 g/10”), kerusakan rendah (5%) dan VRS tinggi

(69,01 mikrogrek/g). Bawang merah yang disimpan pada

suhu 20OC lebih baik dibanding penyimpanan pada suhu

0OC dan 10OC.

Page 65: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

56

Persentase kadar air dan nilai susut umbi benih

bawang merah Lokal Palu selama penyimpanan untuk

pematahan dormansi tergantung pada varietas dan

lamanya benih tersebut disimpan. Varietas Lembah Palu

dan Palasa yang disimpan selama 60 hari, persentase

kadar airnya menurun sekitar 74% – 76%, namun

persentase nilai susut varietas Lembah Palu lebih besar

yaitu: 50%, sedangkan varietas Palasa hanya: 35%. Daya

tumbuh varietas varietas Lembah Palu dan Palasa setelah

mengalami penyimpanan selama 60 hari semakin baik

pada kelembaban udara 61% dan Suhu 310C.

Mutu bawang menurun dicirikan dengan penurunan

kadar air tinggi, tumbuhnya tunas, pelunakan umbi,

tumbuhnya akar, busuk, susut bobot sangat tinggi lebih

dari 30%. Ciri lain mutu umbi yang mulai menurun adalah

rendahnya toleransi terhadap kondisi simpan yang kurang

sesuai dan kondisi sub optimum selama perkecambahan.

Umur simpan umbi yang sangat pendek tidak dapat

dirubah karena memang secara genetis umbi bawang

merah berair. Kriteria umbi benih bermutu bawang merah

Lembah Palu ditunjukkan pada Tabel 14.

Page 66: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

57

Tabel 14. Kriteria umbi benih bermutu bawang merah Lembah Palu

No. Peubah Pengamatan Kriteria Benih Bermutu Bawang Lembah Palu

1. Ukuran umbi benih 2,40 – 3,00 g umbi-1

2. Daya tumbuh 90, 60 – 98,29%

3. Kecepatan berkecambah 16,31 – 18,02% hari-1

4. Kekerasan umbi* 25,57 – 26,19 mmN -1

5. Kadar air umbi* 72, 15 – 72,34%

6. Total Padatan Terlarut* 21,73 – 23,07 obrix

Keterangan: * saat penyimpanan

4.4 Sistem produksi benih bawang merah

Lembah Palu

4.4.1. Standar Operasional Prosedur (SOP) budidaya produksi benih

Standar Operasional Prosedur (SOP) budidaya

bawang merah Lembah Palu meliputi: Pemilihan wilayah

ketinggian dari permukaan laut, penyiapan dan

pembersihan lahan serta pengolahan tanah, penyiapan

benih, penanaman, pemupukan dasar, pengairan,

pemupukan susulan, penyiangan dan pengendalian

organisme pengganggu tanaman, dan panen.

1. Pemilihan lokasi

Wilayah yang sesuai untuk produksi benih bawang

merah Lembah Palu adalah pada ketinggian 300 m

Page 67: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

58

dpl, dengan agroklimat: suhu 26,60oC – 29,00oC,

kelembaban 80,40% - 83,30%, curah hujan 99,68

mm/bulan, KTK tanah 21,50 me/100g. Lahan bebas

dari nematoda dan penyakit busuk umbi.

2. Penyiapan dan pembersihan lahan serta pengolahan

tanah

Penyiapan dan pengolahan tanah meliputi

pembersihan lahan, pengolahan tanah, pembuatan

parit dan bedengan. Pengolahan tanah dilakukan

dengan cara mencangkul ataupun membajak tanah

sedalam 20 – 30 cm ( tinggi bedengan) dan lebar

bedengan 100 cm. Jarak antar bedengan 40 – 50 cm,

dibuat parit serta bedengan dibuat melintang arah

timur barat. Panjang bedengan

menyesuaikan/tergantung luas lahan.

3. Penyiapan benih

Benih yang dipilih mempunyai kriteria sebagai berikut:

1) Umbi benih telah disimpan ± 2 bulan, 2) berukuran

kecil ± 1,7 g – 2,3 g umbi-1 dan berukuran besar ±

2,4 g – 3,0 g umbi-1, 3) warna benih mengkilat,

bernas, dan bentuk umbi seragam, 4) umbi benih siap

tanam ditandai bagian tengah umbi sudah berwarna

hijau. 5) ujung umbi benih telah dipotong 1/3 bagian.

6) Bebas organisme penggangu, sehat, tidak cacat,

serta tidak mengandung hama dan

penyakit.Kebutuhan umbi benih sekitar 500 kg – 850

kg ha-1.

Page 68: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

59

4. Penanaman

Siram bedengan dengan air yang bersih sebelum

penanaman dimulai Buatlah lubang tanam/jarak

tanam (15x15) cm sedalam umbi bawang Pembuatan

lubang benih pada bedengan dengan menggunakan

tugal.Benamkan umbi bawang dalam lubang tanam

dengan posisi tegak dan agak ditekan sedikit ke

bawah hingga ujung umbi rata dengan permukaan

tanah. Satu lubang berisi satu umbi benih.

5 Pemupukan

Sebelum penanaman benih maka: 1) lahan ditaburi

pupuk kandang sebanyak 10 t ha-1, 2) setelah

tanaman berumur 15 hari maka diberi pupuk urea:

200 kg ha-1, SP-36: 150 kg ha-1, ZA: 200 kg ha-1,

2/3 % KCl 150 kg ha-1 untuk umbi benih besar dan

250 kg ha-1 untuk umbi benih kecil, dan sisanya 1/3

bagian diberikan pada umur 40 hari setelah tanam.

Pupuk diberikan secara larikan pada lubang sedalam 5

cm diantara tanaman.

6. Pengairan

Cara pengairan dapat dilakukan secara leb,

penggenangan bedengan ataupun cara springkel.

Bedengan disiram sampai basah secara merata setiap

3 hari sekali atau sesuai kebutuhan.

Page 69: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

60

7. Penyiangan dan pengendalian organisme pengganggu

tanaman (OPT), serta rouging

Untuk membersihkan areal pertanaman dari gulma

maka dilakukan penyiangan sebanyak 2- 3 kali, dan

sekaligus melakukan seleksi terhadap pertanaman

dengan membuang tanaman yang menyimpang dari

bentuk normal, serta membuang tanaman yang

terserang hama penyakit. Pengendalian OPT

disesuaikan dengan tingkat serangan OPTnya.

Melakukan pemeliharaan yang lebih intensif.

Gambar 5. Standar Operasional Prosedur Budidaya Produksi Benih Bawang Merah Lembah Palu.

Page 70: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

61

8. Panen

Panen dilakukan pada saat tidak turun hujan. Penen

merupakan kegiatan pengambilan umbi yang sudah

menunjukkan ciri masak optimal yang dicirikan umbi

sudah terangkat ke atas permukaan tanah, 80% -

90% daun telah berwarna kekuningan dan batang

rebah. Tanaman dipanen pada umur ≥70

hari,diseleksi berdasarkan ukuran umbinya.

4.4.2. Standar Operasional Prosedur (SOP)

pascapanen produksi benih

Standar Operasional Prosedur (SOP) pascapanen

bawang merah Lembah Palu merupakan tindakan yang

dilakukan setelah panen meliputi: pembersihan, sortasi,

grading, peyimpanan.

1. Pembersihan dan pengeringan

Langkah pertama adalah membersihkan umbi bawang

merah dari kotoran yang melekat setelah proses

panen kemudian dijemur bersama daunnya

Membersihkan umbi bawang merah dari kotoran yang

melekat setelah proses panen kemudian dijemur

bersama daunnya. Proses penjemuran pembersihan

dan pengeringan dilakukan bersamaan dengan dijajar

berbaris selebar bedegan dengan umbi bawang

ditutup 1/3 dari daun cabutan berikutnya dan

dikeringkan selama tiga hari. Proses pengeringan

Page 71: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

62

dihentikan apabila umbi sudah terlihat megkilap,

hingga mendapatkan kadar air 80%.

2. Sortasi dan grading

Sortasi dan grading dilakukan umtuk memisahkan dan

mengelompokkan calon umbi benih berdasarkan

ukurannya. Umbi berukuran kecil ± 1,7 g – 2,3 g

umbi-1 dan berukuran besar ± 2,4 g – 3,0 g umbi-1.

Gambar 6. Standar Operasional Prosedur Pascapanen Produksi Benih Bawang Merah Lembah Palu pada Wilayah 300 m dpl.

Page 72: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

63

3. Penyimpanan

Penyimpanan dilakukan dengan cara meletakkan umbi

pada rak penyimpanan bertingkat dan tiap 1 minggu

sekali dilakukan kontrol,tempat penyimpanan bersih.

Lokasi penyimpanan memiliki beberapa persyaratan

yaitu suhu ruang berkisar antara 27–30oC dengan

kelembaban 71-79%. Umbi besar diikat pada daun

dalam satu untaian dengan ukuran 250 g/ikat,

kemudian simpan secara digantung dan yang

disimpan secara hampar dengan menyebar umbi

besar ataupun kecil dengan ketebalan 3-5 cm pada

rak-rak penyimpanan.

4.5. Pengendalian Mutu dan Penangkaran Benih

Dalam industri benih, pengendalian mutu memiliki

tiga aspek penting, yaitu: (1) penetapan standar

minimum mutu benih yang dapat diterima, (2) perumusan

dan implementasi sistem dan prosedur untuk mencapai

standar mutu yang telah ditetapkan dan memeliharanya,

dan (3) pendekatan sistematik untuk mengidentifikasi

sebab-sebab adanya masalah dalam mutu dan cara

memecahkannya. Aspek pertama merupakan kewajiban

lembaga pengawas benih, yang di Indonesia secara

operasional berada di tangan Balai Pengawasan dan

Sertifikasi Benih (BPSB). Pengendalian mutu oleh pihak ini

disebut juga pengendalian mutu eksternal. Aspek kedua

dan ketiga merupakan kewajiban produsen benih yang

disebut pula dengan kegiatan pengendalian mutu internal.

Page 73: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

64

Pengendalian mutu merupakan salah satu teknik

pengelolaan yang paling menentukan dalam bisnis benih.

Tetapi, hal ini sering tidak dipandang sebagai sumber

daya oleh produsen benih, kecuali oleh perusahaan benih

yang besar. Pengendalian mutu merupakan suatu

kegiatan yang dapat dilakukan oleh produsen benih kecil

sekalipun.

Gagasan mutu tinggi dan konsep aplikasi

pengendalian mutu harus merasuk ke semua fase bisnis

benih dan tidak terbatas pada keinginan sementara saja

serta sedikit pengujian rutin setelah benih berada di

penyimpanan atau saluran pemasaran. Kepedulian

tentang mutu benih dan tindakan untuk menjamin bahwa

standar tercapai dan terpelihara dimulai dengan seleksi

benih untuk ditanam, kemudian meluas melalui budidaya,

pemanenan, pengeringan, pengolahan (pembersihan),

penyimpanan, dan distribusi, dan berakhir dengan

keragaan benih yang memuaskan di lapangan produksi

petani.

Teknik pengawasan mutu bukan merupakan hal

yang asing bagi produsen benih dan pedagang benih.

Tetapi umumnya, kegiatan ini sering dilakukan secara

tidak menyeluruh di setiap aspek kegiatan produksi benih,

sejak penyiapan lapang produksi sampai benih siap

disalurkan. Mutu benih yang jelek kebanyakan sering

merupakan hasil dari tidak melakukan sutu kegiatan atau

melakukannya dengan tidak benar. Pengendalian mutu

Page 74: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

65

semestinya mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang

diarahkan pada pencapaian standar mutu menjadi usaha

yang komprehensif, sistematis, dan berkelanjutan.

Pengendalian mutu berurusan dengan perhatian

dan upaya pada berbagai kegiatan yang termasuk dalam

bisnis benih. Prosedur yang digunakan dalam

mengendalikan mutu berkisar dari yang sederhana,

seperti pengontrolan sewaktu-waktu terhadap gulma yang

berbahaya, sampai yang kompleks, seperti perancangan

ulang sampai tuntas atas sistem penanganan dan

pengangkutan benih untuk meminimumkan kerusakan

benih. Pengendalian mutu berusaha menghindarkan

timbulnya masalah atau, jika masalah itu tidak dapat

dihindarkan, mengurangi pengaruhnya.

Perilaku atau cara pengelolaan merupakan faktor

dalam mengembangkan program pengendalian mutu yang

efektif. Tidak mungkin membangun suatu jenis program

pengendalian mutu, kecuali jika pengelolaan terikat pada

standar mutu tertentu. Keterikatan ini harus sungguh-

sungguh dan konsisten. Sering terjadi bahwa pengelolaan

hanya memberikan perhatian pada mutu ketika timbul

masalah yang serius, bahkan dibarengi dengan banyak

keluhan, atau ketika ada hal-hal yang tidak memuaskan.

Tetapi, jika musim tanam telah berakhir dan masalah

telah teratasi, maka semua perhatianpun berakhir;

masalah yang timbul dilupakan sehingga menjadi masalah

Page 75: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

66

lagi dan menimbulkan situasi yang sama pada musim

berikutnya.

Program pengendalian mutu sebagian besar

didasarkan pada pemerikan, pengambilan contoh yang

terjadwal tepat, pengujian dan interpretasi hasil

pengujian. Karena produsen benih kebanyakan harus

tergantung pada laboratorium pengujian benih untuk

informasi yang diperlukan agar pengendalian mutu

berjalan, maka pemahaman atas hasil pengujian benih

juga sangat penting. BPSB menyampaikan hasil dari

pengujian tanpa memberikan komentar atau saran atas

hasil pengujian itu. Karena itu, produsen benih atau

penangkar benih harus dapat menginterpretasi hasil

pengujian itu, yang lazimnya dilakukan oleh seseorang

yang bertanggung jawab atas pengendalian mutu.

Lokasi penangkaran dan standarisasi mutu benih

bawang merah Lembah Palu hingga saat ini belum

tersedia. Dilain pihak sentra pertanaman bawang merah

cukup banyak yaitu 21 lokasi pertanaman. Lokasi

tersebut tersebar di wilayah Lembah Palu yang berada di

tiga wilayah kabupaten yaitu: Kabupaten Donggala,

Kabupaten Sigi dan Kota Palu. Implikasi dari kondisi

tersebut menyebabkan terjadinya ketidaksinambungan

penanaman bawang merah. Pada 2013 terjadi

ketidaksinambungan penanaman di 14 lokasi sentra

pertanaman. Salah satunya diakibatkan oleh

ketidaktersediaan benih saat dibutuhkan.

Page 76: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

67

Ketidaktersedian benih mengakibatkan penanaman

bawang tidak pernah terpenuhi dari luas lahan

pertanaman tersedia. Persentase luas lahan yang

ditanami hanya ± 47,84%(2011); 54,52% (2012); dan

35,43% (2013) dari lahan tersedia. Penurunan areal

pertanaman serta rendahnya produktivitas menyebabkan

pasokan bahan baku industri bawang goreng tidak

terpenuhi.

Gambar 7. Peta Wilayah Pertanaman dan Calon Benih Bawang Merah

Penggunaan benih tidak bermutu oleh Petani

terlihat dari semakin menurunnya produksi per hektar.

Produksi adalah parameter vigor penting dan umum

digunakan untuk menentukan perbedaan genetik. Benih

vigor mampu menghasilkan produksi tinggi dalam waktu

tertentu. Untuk dapat menilai perbedaan hasil diantara

Page 77: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

68

berbagai varietas, maka varietas-varietas tersebut

biasanya ditanam pada lingkungan yang sama dan

kemudian hasilnya dibandingkan.

Selain itu teknologi budidaya seperti produksi benih

umbi (waktu penyimpnan dan ukuran benih umbi),

pemupukan, pengairan dan waktu panen yang diterapkan

oleh petani menunjukkan keragaman di masing-masing

sentra produksi. Perbedaan ketinggian tempat

penanaman dan teknologi budidaya tersebut di atas

secara langsung akan berdampak pula terhadap

keragaman kontinuitas, kuantitas dan kualitas umbi

bawang merah.

Kondisi tersebut menyebabkan tidak tersediaanya

benih bermutu saat penanaman. Ketidaktersediaan benih

bermutu menyebabkan petani menggunakan benih dari

umbi komsumsi ataupun umbi yang tidk memenuhi

standar industri bawang goreng (Θ< 1,53 cm). Umbi

komsumsi memiliki kadar air tinggi mengakibatkan benih

tersebut mudah berkecambah (45 hari setelah panen),

mudah terserang mikroba sehingga benih busuk di

penyimpanan, umur simpan sangat pendek; susut bobot

tinggi lebih dari 30%; serangan hama dan penyakit di

penyimpanan. Implikasi penggunaan benih produk

komsumsi menyebabkan penurunan mutu dan

keragaman mutu benih.

Page 78: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

69

Upaya mengatasi keragaman mutu benih dapat

dilakukan melalui pemanfaatan JABALSIM (Jalur benih

langsung antar musim) dan ketersediaan penangkaran

benih. Penangkaran benihdapat menjadi cikal bakal

lahirnya industri benih. Keaktifan petani memanfaatkan

JABALSIM dan tersediannya penangkaran akan

mengatasi kekurangan benih bermutu. Penangkaran

tersebut dapat dilakukan di lima lokasi (300 m dpl) sentra

pertanaman.

Tata cara untuk menjadi penangkar benih

bawang merah telah di atur oleh pemerintah, meliputi

persyaratan administrasi dan perdoman bagi penangkar

benih.

A. Administrasi Menjadi Penangkar

Prosedur administrasi yang wajib di penuhi oleh

penangkar atau produsen dalam industri benih bawang

merah adalah sebagai berikut.

1. Pemohon diperkenankan menjadi penangkar atau

produsen benih bina atau benih yang telah dilepas oleh

pemerintah adalah perorangan atau badan hukum atau

instansi pemerintah. Pemohon serifikasi baik

perorangan atau bersama, wajib mengajukan

permohonan untuk menjadi penangkar benih.

2. Pemohon dipersyaratkan memenuhi ketentuan-

ketenentuan sebagai berikut: menguasai lahan untuk

penangkaran benih, memiliki sumber benih, mampu

memelihara dan mengatur lahan dan pertanamannya,

Page 79: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

70

mempunyai fasilitas penangkaran, mematuhi

petunjulk, dan bersedia membayar biaya administrasi.

3. Pemohon sertifikasi mengajukan permohonan secara

langsung kepada penyelenggara setifikasi, yaitu Balai

pengawasan dan Sertifikasi benih di wilayah provinsi

setempat. Untuk mempermudah dan memperoleh

layanan seperlunya pemohon sertifikasi dapat

menghubungi petugas pengawas benih di wilayah kerja

kabupaten tempat akan diselenggarakannya

penangkaran benih bawang merah. Dari petugas

tersebut akan diperoleh formulir yang harus diisi dan

dilengkapi oleh pemohon.

4. Surat permohonan dikirim laaangsung ke Balai

pengawassan dan Sertifikasi Benih atau dikirim

melaului petugas pengawas benih setempat. Dengan

cara tersebut, pemhon akan tercatat sebagai

penangkar atau produsen benih. Penangkar benih

pemula akan memperoleh pembinaan secara intensif,

sedangkan penangkar benih yang telah

berpengalaman tetap memperoleh pembinaan

seperlunya.

5. Selama pelaksanaan penangkaran benih, penangkar

atau produsen benih wajib mengajukan permohonan

kepada Balai pengawasan dan Sertifikasi Benih, perihal

sebagai berikut:

Page 80: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

71

a. permohonan pemeriksaan lapangan untuk

sertifikasi fase pendahuluan;

b. permohonan pemeriksaan lapangan untuk

sertifikasi fase vegetatif;

c. permohonan pemeriksaan lapangan untuk

sertifikasi fase berbunga;

d. permohonan pemeriksaan lapangan untuk

sertifikasi fase menjelang panen;

e. permohonan pemeriksaan alat-alat panen;

f. permohonan pemeriksaan alat-alat untuk

memproses benih

g. permohonan untuk pengambilan contoh benih

B. Pedoman Bagi Penangkar Benih Bawang Merah

Beberapa pedoman yang harus diketahui oleh

penangkar benih bawang merah adalah sebagai berikut.

1. Benih sumber bawang merah untuk penangkaran

benih adalah benih dari varietas yang telah dilepas

oleh pemerintah sebagai varietas unggul. Benih

sumber berasal dari kelas diatasnya, yang dibuktikan

dengan label atau keterangan dari pemulia. Jika benih

sumber bawang merah langka, pemohon boleh

mengajukan perbanykan benih dengan menggunakan

benih dari kelas yang sama, namun harus di

konsultasikan kepada Balai Sertifikasi dan

Pengawasan Benih.

Page 81: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

72

2. Areal yang digunakan untuk penangkaran benih

bawang merah adalah tanah bero, tanah bekas

tanaman lain, atau tanah bekas tanaman yang

sejenis.

3. Pertanaman bawang merah untuk penangkaran benih

harus terpisah dari pertanaman bawang merah yang

lain. Jarak antara keduanya paling tidak 100 m (untuk

benih umbi) dan 400 m (untuk benih biji). Hal ini

penting agar benih bawang merah tidak tercampur

atau terkontaminasi dengan varietas yang lain.

4. Pemeliharaan tanaman harus dilakukan secara intensif

agar dapat memenuhi syarat lapangan. Pertanaman

harus dibersihkan dari gangguan rumput-rumput liar

dan diadakan seleksi atau roguing terhadap tanaman

yang sakit, tanaman tipe simpang, dan tanamann

varietas lain. Pelaksanaan roguing harus

memperhatikan keseragaman pertumbuhan, warna

daun warna batang, warna umbi, dan kesehatan

tanaman.

5. Perlengkapan yang berupa peralatan tanam benih,

wadah benih, alat panen, dan perlengkapan untuk

memproduksi benih harus bebas dari campuran

varietas lain. Khusus peralatan untuk memproses

benih, sebelum digunakan harus diperiksa kebersihan

dan kelayakannya oleh petugas pengawas benih dari

Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih

Page 82: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

73

6. Sebelum disimpan di gudang, umbi calon benih harus

dikelompokkan menurut ukuran umbi, dengan kriteria

berat 2 g – 5 g/umbi dan 5 g – 7 g/umbi.

7. Contoh benih adalah wakil dari kelompok benih yang

akan diuji di laboratorium, untuk keperluan sertifikasi.

Contoh ini diambil dari setiap kelompok benih yang

selesai diproses. Pengambilan contoh dilakukan oleh

pengawas benih atas permintaan dari penangkar atau

produsen benih.

8. Produksi kelompok benih bawang merah yang

berbentuk biji tidak boleh lebih dari 0,5 ton dan

kelompokbenih bawang merah yang berupa umbi

tidak boleh lebih dari 20 ton. Wadah tempat benih dan

pengaturan letak kelompok benih di gudang harus

dilakukan sedemikian rupa sehingga yang berbentuk

umbi paling sedikit sebanyak 1.000 g dari setiap

kelompok benih yang berbentuk biji paling sedikit 75

g dari setiap kelompok benih.

9. Label berlaku paling lama enam bulan setelah panen,

baik untuk benih bawang merah berbentuk umbi

maupun untuk benih bawang merah berbentuk biji.

Selama label berlaku, diperlukan pengujian ulang

untuk mengecek keberadaan benih bojo atau benih

umbi bawang merah.

10. Standar uji di lapangan dan uji di laboratorium untuk

benih bawang merah berupa umbi maupun biji adalah

sebagai berikut.

Page 83: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

74

a. Standar lapangan untuk penangkaran benih umbi

sama dengan standar lapangan untuk penangkaran

benih biji bawang merah. Standar lapangan yang

harus dipenuhi untuk masing-masing kelas benih

dalam pelaksanaan penangkaran benih ditunjukkan

dalam Tabel 15.

b. Standar laboratorium meliputi standar

laboratorium penangkaran benih umbi bawang

merah yang ditunjukkan dalam Tabel 15 dan

standar laboratorium penangkaran benih biji

bawang merah yang ditunjukkan dalam Tabel 15.

Tabel 15. Standar Lapangan dalam Penangkaran Benih Bawang Merah

No. Faktor Kelas benih

Benih dasar

Benih pokok

Benih sebar

1.

Jarak isolasi minimum (m): Penangkaran Benih umbi Penangkaran Benih biji

100 400

100 400

100 400

2. Campuran varietas lain dan tipe simpang (%)

0,0 0,5 0,1

3.

Penyakit (% maksimum): Blorok Botrytis alili Alternaria porri Karat

0,1 0,0 0,5 0,0

0,1 0,0 0,5 0,0

0,1 0,0 0,5 0,0

Page 84: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

75

Tabel 16. Standar Laboratorium dalam Penangkaran Benih Umbi Bawang Merah

No. Faktor Kelas benih

Benih dasar

Benih pokok

Benih sebar

1. Campuran varietas lain dan tipe simpang (%) 0,0 0,5 0,1

2. Penyakit (% maksimum): Blorok Botrytis alili Alternaria porri Karat

1,0 0,0 0,5 0,0

1,0 0,1 0,5 0,0

1,0 0,0 0,5 0,0

Tabel 17. Standar Laboratorium dalam Penangkaran Benih Biji Bawang Merah

No. Faktor Kelas benih

Benih dasar

Benih pokok

Benih sebar

1. Kadar air (maks; %)

9,0 9,0 9,0

2. Benih murni (min; %)

98 98 97

3. Kotoran benih (maks; %)

2,0 2,0 3,0

4. Benih varietas lain (maks %)

0,0 0,5 1,0

5. Daya tumbuh (min; %)

70 65 60

Page 85: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

76

BAB V.

PENGELOLAAN TANAH UNTUK BUDIDAYA

BAWANG MERAH

5.1. Pengantar

Untuk budidaya bawang merah dibutuhkan lahan

yang bersih (steril) dari benda-benda asing yang

berpotensi menjadi sumber penyebaran hama dan

penyakit, karena tanaman bawang merah sangat peka

terhadap gangguan hama dan penyakit. Pembersihan

lahan adalah kegiatan membersihkan lahan dari segala

sesuatu yang tidak diperlukan karena akan mengganggu

proses pengolahan tanah. Agar diperoleh lahan yang

bersih dari hal-hal atau sesuatu yang tidak diperlukan dan

akan mengganggu pertumbuhan dan hasil tanaman, baik

gangguan fisik seperti batu-batuan, maupun gangguan

biologis seperti pohon, semak ataupun gulma.

5.2. Syarat dan karakteristik tanah untuk budidaya

bawang merah ‘lembah palu’

Tanah yang ideal untuk pertumbuhan dan produksi

bawang merah secara maksimal adalah tanah gembur,

subur, banyak mengandung bahan organik atau humus,

karena akan mendorong perkembangan umbi sehingga

hasil bawang merah menjadi lebih tinggi dan tanah

dengan kondisi drainasi dan aerasi yang baik sangat

diutamakan (Wibowo, 1988). Bawang merah dapat

Page 86: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

77

tumbuh pada kisaran jenis tanah yang lebih luas, yang

penting memiliki aerasi baik, subur dan mampu

menyediakan air yang cukup dan mempertahankannya

dalam waktu relatif lama.

Tekstur tanah lom (loamy) lebih sesuai untuk

bawang merah, dengan kedalaman lapisan tanah cukup

untuk mendukung pertumbuhan perakaran tanaman,

yang dapat tumbuh maksimum hingga 0,5 m. Kriteria

lain yang diperlukan adalah pH antara 5,5-8,2 dengan pH

optimum adalah 6,0-7,8 (Cys et al., 1993). Nilai kadar

garam yang tidak menurunkan hasil apabila daya hantar

listrik (electrical conduction) kurang dari 1,2 dS/m; dan

hasil akan menurun 10 % pada 1,8 dS/m, 25 % pada 2,8

dS/m, 50 % pada 4,3 dS/m dan 100 % pada 6,0 dS/m.

Pada fase awal pertumbuhan tanaman bawang

merah membutuhkan lengas tanah yang tinggi, kemudian

secara berangsur akan menurun pada fase pematangan,

pembesaran umbi dan menjelang panen. Bawang merah

tanggap terhadap pemberian hara mikro, seperti: Cu dan

Mo, sedangkan B diperlukan 0,1-0,5 ppm di dalam tanah

dan toleran dengan konsentrasi tinggi (Cys et al., 1993).

Bawang merah banyak diusahakan pada tanah alluvial

(Inceptisols atau Entisols) , karena jenis tanah ini

mempunyai penyebaran paling luas, sekitar 70,25 juta ha

atau 37,5 % dari luas daratan Indonesia (Puslitbangtanak,

2000). Ordo tanah Inceptisol memiliki kelas tekstur

Page 87: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

78

beragam mulai dari klei, lom sampai berpasir (Subagyo et

al. 2004). Brady (1990) dan Sanchez (1992) menyatakan

bahwa tanah bertekstur pasir (Subordo Psamment)

mempunyai produktivitas rendah, karena rendahnya

kandungan nitrogen, daya simpan lengas dan kapasitas

pertukaran kation (KPK) rendah, menyebabkan efisiensi

penambahan hara rendah, karena rendahnya kandungan

bahan organik dan lempung, sehingga daya menahan

hara rendah akibatnya banyak hara yang ikut terlindi

bersama air perkolasi. Untuk meningkatkan produktivitas

tanah ini mutlak dilakukan penambahan bahan organic

dalam jumlah yang signifikan pada setiap musim tanam

Tanaman bawang merah dapat tumbuh dengan

baik di lahan sawah, atau lahan kering, asalkan keadaan

tanahnya subur, gembur dan banyak mengandung bahan

organik, mudah mengikat air (porous) serta mempunyai

aerasi (peredaran oksigen) yang baik. Tanah yang

memenuhi persyaratan tersebut sangat mendukung

perkembangan tanaman bawang merah, sehingga dapat

menghasilkan pertumbuhan dan umbi yang banyak

dengan berkualitas yang baik. Tipe tanah yang paling

cocok untuk tanaman bawang merah adalah tanah

dengan tekstur lempung berpasir atau lempung berdebu,

karena tanah tipe ini mempunyai sistem aerasi dan

drainase (pengairan) cukup baik. Tanah tipe ini juga tidak

akan menyebabkan adanya genangan air yang dapat

Page 88: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

79

menyebabkan becek. Genangan air dan tanah yang terus

menerus becek menyebabkan timbulnya berbagai macam

organisme pengganggu (pathogen), terutama cendawan

yang merusak tanaman sehingga produksinya menurun.

Menurut Rahayu dan Berlian (2007), tanaman

bawang merah dapat tumbuh baik pada tanah dengan

kisaran pH optimum 5,8-7,0; tetapi tanaman bawang

merah masih toleran terhadap tanah dengan pH 5,6.

Tanah yang asam dengan nilai pH di bawah 5,6 akan

menyebabkan garam aluminium (Al) dalam tanah berada

dalam bentuk yang larut dan bersifat racun sehingga

tanaman tumbuh kerdil. Tanah yang bersifat alkalis

dengan nilai pH di atas 7 menyebabkan tanaman tidak

dapat menyerap ion mangan (Mn), sehingga tanaman

kekurangan unsur hara Mn. Akibatnya, umbi yang

dihasilkan berukuran kecil-kecil dan menyebabkan

produksinya rendah baik kualitas maupun kuantitasnya.

Oleh sebab itu, kontrol terhadap pH tanah pada lahan

yang akan ditanami bawang sangat penting artinya. Pada

tanah yang terlalu asam harus dilakukan pengapuran 2-4

minggu sebelum tanam atau dengan pemberian bahan

organic jika kapur sulit diperoleh.

Aplikasi kapur dilakukan ketika cuaca cukup cerah

atau ketika tidak hujan. Pengapuran tanah jangan

dilakukan ketika bawang merah sudah ditanam karena

akar bawang merah tidak tahan terhadap pengapuran

Page 89: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

80

secara langsung. Tanah yang bersifat alkalis (basa)

dengan pH di atas 7 dapat diperbaiki dengan pemupukan

dari garam pupuk yang bereaksi masam misalnya Urea,

ammonium sulfat (ZA), ammonium nitrat atau pupuk

yang mengandung belerang atau elemental belerang agar

nilai pHnya turun. Sebaliknya pada tanah masam,

sebaiknya dipilih pupuk yang bereaksi alkalis atau pupuk

dari garam yang bereaksi netral. Jika tidak ada pilihan

lain, pemakaian urea sebagai suber nitrogen juga dapat

dilakukan asalkan diikuti dengan pemberian CaCO3 yang

jumlahnya setera dengan kemasaman yang ditimbulkan

akibat pemberian urea tsb.

5.3. Peranan pengolahan tanah dalam budidaya

bawang merah ‘lembah palu’

Membajak adalah kegiatan mengolah tanah untuk

menciptakan media tanam yang sesuai dengan kondisi

lingkungan, terutama sifat fisik tanah yang dikehendaki

oleh tanaman bawang merah, agar dapat tumbuh dan

berkembang dengan baik. Pengolahan tanah yang

dilakukan secara intensif, perlu memperhatikan kadar air

tanah pada saat melakukan pengolahan tanah. Mengolah

tanah pada kondisi tanah terlalu basah atau terlalu kering

tidak dianjurkan. Pengolahan tanah pada saat tanah

terlalu basah akan menghasil bongkah ketika tanah

kembali kering. Mengolah tanah pada kadar air yang

terlalu kering akan menyebabkan struktur tanah menjadi

Page 90: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

81

rusak. Pengolahan tanah sebaiknya dilakukan pada kadar

air dibawah kapasitas lapang dan di atas titik layu.

Apakah tanah gembur atau remah setelah pengolahan

tanah dilakukan sangat tergantung oleh tingkat

perkembangan struktur tanah. Tanah-tanah yang

strukturnya telah berkembang baik akibat pengelolaan

bahan organic yang baik selama proses kultivasi

berlangsung cenderung menghasilkan hasil olah tanah

yang baik dan gembur. Tanah yang gembur menyebabkan

air lebih mudah terserap dan sirkulasi udara lancar

sehingga berpengaruh positif terhadap kegiatan-kegiatan

organisme tanah dalam membantu proses nitrifikasi dan

penguraian bahan-bahan organik. Selain itu, oksigen yang

cukup tersedia dalam tanah dapat menghindarkan

tanaman dari keracunan, terhambatnya pertumbuhan

akar, dan tanah menjadi longgar. Akibatnya, bibit bawang

merah dapat dengan mudah ditanam, akar dapat

berkembang lebih pesat dan sehat, tanah mudah

menyerap air, sirkulasi udara lancar, unsur hara tersedia

bagi tanaman, sehingga kebutuhan tanaman untuk

pertumbuhan dan perkembangannya dapat tercukupi.

Pengolahan tanah secara baik dan benar akan

memperbaiki struktur tanah dan meningkatkan

kandungan humusnya. Pengolahan tanah akan

menghancurkan sisa-sisa tanaman, dapat mengatur

permukaan tanah sesuai dengan kebutuhan, dan

mengatur kelembapannya. Pengolahan tanah sebaiknya

Page 91: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

82

dilakukan pada saat tanah agak kering, agar lebih mudah

dibajak. Tanah yang basah, bila dibajak akan menjadi

lengket dan keras. Pengolahan tanah secara tidak

langsung juga memberantas gulma atau tanaman

pengganggu yang merugikan tanaman pokok karena

terjadi persaingan untuk mendapatkan air, unsur hara dan

sinar matahari.

5.4. Cara pengolahan tanah pada pertanaman bawang merah ‘lembah palu’

Standar penyiapan lahan untuk penanaman bawang

merah lembah palu, yaitu lahan calon lokasi penanaman

harus bersih dari hal-hal yang dapat mengganggu proses

pengolahan tanah, sehingga dapat diperoleh hasil

pengolahan tanah yang baik. Tumbuhan berupa semak

dipangkas/dipotong dan sisa potongannya di buang ke

luar areal lahan dan yang berupa daun-daunan dibiarkan

terbenam ke dalam tanah. Jika terdapat bagian tanaman

yang agak keras dan sulit untuk hancur (terdekomposisi)

dapat dibakar di sekitar lahan.

Pengolahan tanah diawali dengan cara tanah

dibajak sedalam kurang lebih 20-30 cm dengan

menggunakan traktor atau bajak tradisional yang ditarik

dengan hewan (sapi). Pada umumnya, pada sentra

pengembangan bawang merah di Lembah Palu,

pengolahan tanah dilakukan menggunakan traktor agar

lebih hemat dan efesien, apalagi pada aeral penanaman

Page 92: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

83

yang luas, sebaiknya menggunakan traktor. Pembajakan

dilakukan secara bertahap. Pembajakan pertama

bertujuan untuk membalik lapisan tanah. Setelah dibajak,

tanah dibiarkan selama 5 hingga 7 hari agar bongkahan-

bongkahan akibat pembajakan mendapat cukup angin dan

sinar matahari secara langsung sehingga berbagai macam

patogen yang terdapat dalam tanah menjadi mati dan

zat-zat racun seperti asam sulfida yang terkandung di

dalam tanah dapat menguap atau teroksidasi, sehingga

tidak membahayakan bagi tanaman bawang merah yang

akan ditanam di lahan tersebut. Pengolahan tanah

selanjutnya, bertujuan untuk membongkar dan

menghancurkan bongkahan-bongkahan tanah.

Pengolahan tanah ini dilakuan dengan traktor dengan

arah pengolahan tanah memotong arah pengolahan tanah

tahap pertama. Agar pengolahan tanah sempurna,

bongkahan-bongkahan tanah yang tidak dapat

dihancurkan dengan traktor, perlu dihancurkan dengan

menggunakan cangkul. Setelah pengolahan tanah kedua,

tanah yang telah diolah dibiarkan lagi selama 5-7 hari

agar tanah menjadi kering. Jika masih terdapat

bongkahan-bongkahan tanah maka dilakukan

penghancuran tanah dengan cangkul sampai diperoleh

struktur tanah yang gembur.

Page 93: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

84

5.5. Pembuatan Bedengan

Setelah struktur tanah yang remah diperoleh,

kemudian dibentuk bedengan-bedengan. Dengan

pembajakan yang dalam, kita dapat membuat batas-batas

selokan antar bedengan. Ada dua faktor penting yang

harus diperhatikan dalam membuat bedengan, yaitu

ukuran dan arah bedengan.

a. Ukuran Bedengan

Bedengan sebagai tempat penanaman sebaiknya

dibuat dengan lebar 80 cm agar air irigasi dapat meresap

sampai ke tengah bedengan secara sempurna. Bedengan

yang terlalu lebar akan menyulitkan penyiangan dan bila

pemberian air dilakukan dengan sistem ”lab”, maka tidak

bisa mengairi bedengan secara sempurna. Ukuran lebar

bedengan bervariasi antara 80-120 cm, tergantung pada

cara pengairannya. Bila pengairan dilakukan dengan cara

penyiraman dengan menggunakan gembor, maka

bedengan dapat dibuat lebih lebar hingga 120 cm,

sedangkan jika menggunakan sistem lab, maka ukuran

bedengan harus lebih sempit, agar air yang tergenang

dalam parit disekitar bedengan dapat dengan cepat

membasahi seluruh bagian bagian bedengan, terutama

pada bagian tengah bedengan. Untuk panjang bedengan

dapat disesuaikan dengan kondisi lahan setempat atau

dengan mempertimbangkan efisiensinya. Bedengan yang

terlalu panjang dapat menjadi kurang efisien karena jarak

Page 94: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

85

untuk berpindah dari satu bedengan lainnya menjadi lebih

jauh. Tinggi bedengan untuk pertanaman bawang merah

‘lembah palu’ dapat berkisar antara 20-25 cm. Hal ini

tergantung pada musim dan cara pemberian air. Pada

kondisi curah hujan tinggi bedengan harus dibuat lebih

tinggi dan parit dibuat lebih dalam, agar bedengan tidak

mudah tergenang air. Demikian pula jika menggunakan

sistem pengairan dengan cara lab, maka bedengan harus

dibuat jangan terlalu tinggi agar air dapat dengan mudah

menggenangi bedengan. Ukuran lebar selokan atau parit

dibuat 30-40 cm dengan kedalaman 25-30 cm. Pada saat

membuat membuat parit atau selokan, sebaiknya tanah

galian diletakkan di kiri-kanan selokan. Untuk

pembuangan air, buatlah saluran di sekeliling petak-petak

bedengan selebar 60 cm dengan kedalaman 60 cm agar

lahan terhindar dari genangan air, terutama pada musim

hujan.

Untuk pertanaman bawang merah ‘lembah palu’

yang diusahakan pada lahan kering dengan pengairan

sistem kincir (sprinkle) umumnya digunakan ukuran lebar

bedengan 100-110 cm atau sekitar 7-8 baris tanaman per

bedengan.

b. Arah Bedengan

Arah bedengan berpengaruh terhadap penyebaran

sinar matahari ke seluruh tanaman. Arah bedengan yang

salah menyebabkan penyebaran sinar matahari tidak

Page 95: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

86

merata ke seluruh tanaman sehingga dapat menurunkan

produksi karena proses fotosintesis pada sebagian

tanaman tidak berlangsung sempurna. Agar seluruh

tanaman memperoleh sinar matahari secara merata,

bedengan dibuat membujur arah timur-barat. Arah

bedengan juga berhubungan erat dengan sistem

pengairan. Bila pengairan dilakukan dengan sistem

”gembor”, arah bedengan tidak menjadi masalah, namun

jika pengairan dilakukan dengan sistem “lab”, maka arah

panjang bedengan sebaiknya tidak searah dengan aliran

air, karena tanah yang dekat dengan sumber air menjadi

jenuh dan mendorong perkembangan cendawan.

Akibatnya, terjadi pembusukan pangkal batang sehingga

tanaman menjadi layu, daun menguning, dan akhirnya

akan mati.

Pada sentra-sentra pengembangan bawang merah

di Lembah Palu ditemukan cara pembuatan bedengan

serta arah bedengan yang berbeda-beda. Di wilayah

pengembangan bawang merah di Desa Guntarano dan

sekitarnya yang merupakan lahan kering dengan sistem

penberian air dengan cara mengalirkan air ke dalam

petakan lahan, maka dibuat “bedengan dalam” yang

menyerupai petakan-petakan sawah berukuran kecil,

yang bertujuan untuk menampung dan mengalirkan air ke

dala bedengan. Agar air dengan mudah mengalir ke

dalam bedengan maka arah bedengan dibuat searah

dengan kemiringan lahan atau searah dengan aliran air.

Page 96: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

87

Cara ini tentunya bertentangan dengan kaidah konservasi

tanah, karena dengan cara ini air yang masuk ke dalam

petakan lahan dengan mudah membawa lapisan tanah

subur ke arah yang lebih rendah atau terjadi proses erosi

pada lahan tersebut, sehingga kesuburan lahan tidak

dapat dipertahankan dalam jangka waktu yang lama.

Kondisi ini menyebabkan produktivitas tanah dan

tanaman bawang merah menjadi rendah, terutama jika

tidak diikuti dengan pemupukan dengan dosis yang relatif

tinggi. Penelitian Bahrudin dkk. (2009) yang dilakukan di

Desa Guntarano yang merupakan salah satu lokasi sentra

bawang merah ‘lembah palu’ diperoleh bahwa tidak ada

interaksi nyata antara bentuk dan arah bedengan

terhadap pertumbuhan dan hasil bawang merah ‘lembah

palu’; namun bentuk ‘bedengan dalam’ dapat

menghasilkan pertumbuhan dan hasil bawang merah lebih

tinggi jika dibandingkan dengan bentuk bedengan tinggi.

5.6. Pola tanam dalam pertanaman bawang merah ‘lembah palu’

Bawang merah lembah palu umumnya diusahakan

dengan pola tanam monokultur, baik dengan sistem

rotasi dengan tanaman lain seperti tomat, cabe, jaung

dan sayur-sayuran, maupun dengan sistem berurutan

dengan tanaman bawang merah selama 2-3 kali

setahun. Beberapa petani bawang merah juga

mengembangkan pola tanam tumpangsari dengan pola

Page 97: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

88

sisipan (relay planting). Tanaman bawang merah

seringkali ditumpangsarikan dengan tanaman cabai dan

jagung. Tanaman bawang merah ditanam secara sisipan

dengan cara tanaman bawang merah ditanam menjelang

tanaman cabe, tomat atau jagung dipanen atau setelah

memasuki fase generatif. Hal ini dimaksudkan untuk

mengoptimalkan potensi sumber lahan, air dan unsur

hara pada suatu lahan budidaya.

Pengolahan tanah sejak dari awal hingga terbentuk

bedengan-bedengan memerlukan biaya cukup besar. Oleh

karena itu, bedengan harus dapat digunakan untuk

menanam bawang merah lebih dari satu kali dalam satu

tahun. Berdasarkan pengamatan di lapangan, sebagian

besar petani bawang merah melakukan rotasi tanaman

dengan komoditas hortikultura, kecuali tanaman padi

pada musim penghujan.

Pola tanam adalah urut-urutan tanam dan

pergiliran tanaman pada lahan yang sama dalam waktu 1

tahun. Dengan pola tanam, pengaturan jenis tanaman

dapat disesuaikan dengan permintaan pasar dan

ketersediaan bibit bawang merah pada musim tanam

berikutnya terjamin. Sistem pola tanam yang baik, yang

disertai dengan produksi dan harga yang baik, akan

memberikan keuntungan cukup besar.

Setelah tanaman pertama dipanen, lahan diolah

ringan atau pengolahan tanah minimum (minimum tillage)

dan diberi sedikit pupuk kandang (kotoran ayam),

Page 98: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

89

terutama untuk tanaman melon atau cabai “Hot beauty”.

Para petani di Lembah Palu pada umumnya tidak

memberikan pupuk kandang lagi pada tanaman bawang

merah kedua (setelah tanam pertama panen), karena

kandungan pupuk kandangnya masih dianggap cukup.

Parit untuk pembuangan air dibersihkan dari rerumputan

agar aliran air menjadi lancar.

Page 99: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

90

BAB VI.

PENGELOLAAN AIR UNTUK BUDIDAYA

BAWANG MERAH 6.1. Pengantar

Peranan air sangat penting bagi pertumbuhan dan

perkembangan tanaman, karena merupakan pereaksi

alamiah yang berkemampuan besar dan berperan sangat

luas. Air di dalam tanaman berfungsi sebagai penyusun

utama protoplasma (85-90 %), pelarut, medium tempat

reaksi-reaksi berlangsung dan mengatur turgor sel

jaringan (Kramer, 1980); penyusun utama sel tumbuhan

yang berfungsi antara lain sebagai pengatur

penggembungan jaringan dan penting untuk proses

fisiologi seperti pembelahan sel, respirasi dan fotosintesis

(Levitt, 1980). Air merupakan unsur penting dalam

tanaman terutama pada jaringan meristematik, pelarut

dalam proses fotosintesis dan proses hidrolitik dalam

perubahan pati menjadi gula, bagian esensial yang

menstabilkan turgor sel tanaman, pengatur suhu bagi

tanaman karena kemampuannya dalam menyerap panas

yang baik serta berperan sebagai media transpor bagi

garam-garam, gas dan material lainnya dalam tubuh

tanaman (Jumin, 2002). Air dalam tanaman juga

berfungsi sebagai pelarut gas-gas, mineral dan larutan

lain, yang bergerak dari suatu sel ke sel lain, sehingga

translokasi dapat terjadi (Suseno, 1974).

Page 100: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

91

Kebutuhan air tanaman merupakan jumlah air yang

harus tersedia untuk mengimbangi air yang hilang akibat

evapotranspirasi (Sasrodarsono dan Takeda, 1978). Air

tersedia bagi tanaman merupakan air yang dapat

diabsorbsi oleh tanaman. Kadar air tanah berbeda antara

kapasitas lapang (pF 2,54) dan titik layu permanen (pF

4,2). Lengas tanah adalah air yang terdapat dalam tanah

yang terikat oleh ikatan matrik, osmosis dan kapiler

(Notohardiprawiro, 1983).

Jumlah air dalam tanaman lebih banyak pada

jaringan yang masih aktif melakukan proses fisiologis

dibandingkan dengan jaringan yang tua maupun organ

penyimpanan makanan (Dwidjoseputro, 1981). Tanaman

akan beradaptasi secara fisiologis dan morfologis terhadap

kekurangan air dengan cara menutup stomata lebih awal

untuk mengurangi hilangnya air dan penutupan stomata

akan mengurangi pengambilan CO2, sehingga laju

fotosintesis akan menurun yang akan mengakibatkan

terganggunya proses pertumbuhan dan produksi (Kramer,

1980).

6.2. Kebutuhan air tanaman bawang merah ‘lembah palu’

Air sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan

perkembangan tanaman bawang merah. Bawang merah

tidak tahan terhadap kekeringan karena sistem

perakarannya yang dangkal terutama pada awal

Page 101: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

92

pertumbuhan dan pembentukan umbi. Bawang merah

juga tidak tahan terhadap curah hujan yang tinggi atau

air yang berlebihan sehingga lebih banyak dibudidayakan

di musim kemarau daripada musim hujan. Bawang merah

sangat sesuai ditanam pada kondisi 100% kapasitas

lapang untuk menjaga kelembaban tanah sehingga

penanaman bawang merah diusahakan pada musim

kemarau. Bawang merah memerlukan penyiraman setiap

hari untuk meningkatkan hasil umbi, sedangkan

penanaman di musim hujan diperlukan selokan air lebih

dalam dan bedengan lebih tinggi agar tanaman tidak

tergenang air.

Periode kritis pengumbian bawang merah adalah

saat pertumbuhan umbi yaitu 35-50 hari setelah tanam,

karena pada periode tersebut, bawang merah

membutuhkan banyak pasokan air dan hara. Irigasi selama

pembentukan umbi menyebabkan stomata tetap terbuka

sehingga tidak ada penuaan daun dini. Irigasi yang tidak

teratur selama pembentukan dan pembesaran umbi dapat

menyebabkan bentuk umbi yang tidak normal dan pecah

serta timbulnya umbi samping. Irigasi menjelang panen

harus dihentikan karena akan mempengaruhi kualitas dan

penyimpanan umbi.

Pengairan pada bawang merah dilakukan dengan

penyiraman dan atau penyediaan air di parit-parit antar

bedengan (dileb) agar air meresap sampai akar tanaman

Page 102: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

93

sehingga pertumbuhan dan perbanyakan umbi dapat

berjalan dengan optimal. Parit yang dalam sekitar 50-70

cm pada antar bedengan digunakan sebagai

penampungan air untuk pengairan di musim kemarau dan

sebagai sarana pembuangan air saat volume air

meningkat pada musim hujan .

6.3. Pengololaan air dalam budidaya bawang merah ‘lembah palu’

Untuk memperoleh pertumbuhan dan hasil yang

maksimal, pemberian air perlu dilakukan secara tepat

sesuai kebutuhan tanaman pada setiap fase

pertumbuhannya. Air tersedia bagi tanaman kadar air

antara antara kapasitas lapangan dengan titik layu

permanen. Pencapaian kondisi lengas tanah yang sesuai

dengan kondisi kebutuhan tanaman selama pertumbuhan

dapat dilakukan melalui sistem pengairan dan drainase.

Namun demikian kondisi tersebut dapat menyulitkan bila

ketersediaan air terbatas untuk pengairan saat musim

kemarau atau terjadinya kelebihan air saat musim hujan.

Kebutuhan air tanaman berbeda pada setiap jenisnya,

fase fenologi tumbuhnya serta jenis tanahnya. Tanah

yang memiliki kandungan liat, pasir, dan debu berbeda

memiliki kekuatan memegang air yang berbeda.

Pengairan akan sangat bermanfaat jika dilakukan secara

bijaksana pada lahan-lahan dengan kondisi ketersediaan

air terbatas. Pada kondisi tersebut, efisiensi penggunaan

Page 103: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

94

air selain dapat menjaga atau meningkatkan produktivitas

tanaman, luasan pertanaman dapat pula ditingkatkan.

Suplai air yang tidak mencukupi kebutuhan secara

penuh dapat menyembabkan terjadi stress pada tanaman.

Hal ini berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan maupun

produksinya. Pengaruh intensitas dan waktu stres ini

sangat penting untuk diperhatikan oleh para petani. Pada

umumnya, bawang merah varietas ‘lembah palu’ sangat

peka terhadap air dan pupuk. Oleh karena itu, pengairan

dan pemupukannya harus sungguh-sungguh diperhatikan

agar kualitas dan kuantitas produksinya tetap tinggi.

Air diberikan dengan cara mengalirkan melalui

selokan-selokan antar bedengan sebatas perakaran dan

dibiarkan meresap dalam bedengan hinggah basah, atau

dengan cara menyiram dengan gembor. Pemberian air

sebaiknya dilaksanakan pada sore hari dengan interval

pelaksanaan 3-7 hari sekali, tergantung kondisi hujan.

Pada periode kritis, yaitu fase perbanyakan, ketika

tanaman berumur 7-20 hari, dan fase pembesaran umbi

pada saat tanaman bawang merah berumur 35-50 hari,

diperlukan pengairan dengan interval 2-4 hari sekali. Pada

akhir pemasakan umbi, tanaman hanya memerlukan

sedikit air karena air yang berlebih dapat menyebabkan

busuk umbi.

Pengairan sangat penting dalam menunjang

keberhasilan panen. Air tidak hanya berfungsi sebagai

Page 104: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

95

pengatur suhu tanah dan iklim mikro agar sesuai dengan

kebutuhan tanaman, tetapi juga dapat membersihkan

tanah dari kotoran yang merugiakan, misalnya garam-

garam ataupun asam-asam yang terlalu tinggi. Air juga

dapat menekan pertumbuhan gulma, hama, dan penyakit

tanaman, serta membuang racun berbahaya yang ada

dalam tanah. Oleh karena itu, kebutuhan air harus

disesuaikan dengan kondisi tanah dan kebutuhan

tanaman. Apabila kekurangan air harus ditambah dan bila

kelebihan harus dikurangi, sehingga kebutuhan air bagi

tanaman dapat dicapai secara optimal.

Air memberikan keuntungan yang besar bagi

tanaman, tetapi sekaligus membawa risiko. Jika air yang

mengalir mengandung bahan-bahan beracun, seperti

garm-garam atau bibit penyakit, dapat menghambat

bahkan merusak pertumbuhan tanaman. Di samping itu,

sering terjadi pula pencucian unsur hara dan erosi pada

lahan. Oleh karena itu, pemberian air harus dilakukan

dengan hati-hati dan sumber air yang digunakan harus

memenuhi persyaratan teknis yang sehat untuk tanaman.

Untuk menghindari dampak negatif, air pengairan harus

memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut.

a. Air tidak mengandung zat-zat yang beracun yang dapat

membahayakan pertumbuhan tanaman dan

berpengaruh buruk terhadap tanah.

Page 105: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

96

b. Sumber air tidak berasal dari saluran pembuangan

limbah industri yang sangat membahayakan karena

zat-zat beracun yang dikandungnya.

Sistem pengairan yang baik memungkinkan

perbaikan peredaran udara dalam tanah dan

meningkatkan kegiatan jasad renik sehingga

mempercepat proses pelapukan bahan-bahan organis

menjadi bahan yang siap dipergunakan oleh tanaman.

Selain itu, air dapat melarutkan unsur-unsur hara yang

diperlukan dan meningkatkan pertumbuhan akar.

Tanaman yang dapat menyerap air serta unsur hara lebih

banyak produksinya dapat meningkat. Sistem pengairan

yang tidak memenuhi persyaratan teknis akan

menurunkan produksi, baik mutu maupun jumlahnya.

Sistem pengairan yang jelek juga dapat menyebabkan

genangan air secara terus-menerus sehingga tanah

menjadi becek. Akibatnya, tanaman mudah terserang

berbagai macam penyakit, terutama yang disebabkan

oleh cendawan atau jamur.

Hasil penelitian Muhammad Ansar dkk (2013)

menunjukkan bahwa (1) penggunaan sungkup plastik

bening yang diikuti dengan pemberian mulsa jerami padi

meningkatkan diameter helai daun; (2) penggunaan

sungkup plastik bening menghasilkan tinggi tanaman,

jumlah daun, jumlah umbi per rumpun dan bobot umbi

segar panen per hektar lebih tinggi dibandingkan tanpa

Page 106: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

97

sungkup, dan (3) mulsa jerami padi dan mulsa plastik

hitam menghasilkan jumlah dan panjang helai daun dan

bobot segar umbi per rumpun bawang merah varietas

Lembah Palu lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa

mulsa.

6.4. Cara pengairan pada pertanaman bawang merah ‘lembah palu’

Bawang merah ‘lembah palu’ membutuhkan air

dalam jumlah yang cukup sejak awal pertumbuhan hingga

menjelang panen. Cara pemberian air pada bawang

merah bermacam-macam, tergantung ketersediaan air

irigasi dan kebiasaan petani. Pemberian air dapat

dilakukan dengan cara: (1) Menyiram dengan

penggenangan/leb yaitu dengan cara memasukkan air

melalui parit-parit disekeliling bedengan dan dibiarkan air

meresap ke daerah perakaran tanaman atau air yang

tergenang diparit ditimba menggunakan gayung dan

menyiram tanaman bawang merah hingga tanah basah

dalam bedengan basah secara merata, (2) Memberikan

air irigasi dengan sistem aliran permukaan pada setiap

petakan penanaman dan cara ini banyak dilakukan pada

daerah curah hujan rendah dan ketersediaan air irigasi

terbatas; (3) Menyiram menggunakan gembor, yaitu air

diambil dari sumber air (sumur, kolam buatan atau parit)

menggunakan gembor kemudian air disiramkan kepada

tanaman bawang merah; (2) Menyiram tanaman

Page 107: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

98

menggunakan kincir (sprinkle) yang sumber air berasal

dari sistem perpipaan atau dari kolam penampungan air

kemudian dipompa menggunakan DAP (pompa air).

Cara pengairan dengan sistem penggenangan/leb,

maupun dengan cara disiram menggunakan gembor,

masing-masing mempunyai kelebihan dan

kekurangan. Untuk cara leb sebaiknya dilakukan pada

kondisi tanah yang porous, sehingga air yang tergenang

cepat habis (tuntas), walaupun cara ini membutuhkan

waktu yang lebih pendek dibandingkan cara

disiram. Sedangkan cara siram menggunakan gembor,

membutuhkan tenaga lebih banyak dan waktu lebih

lama. Namun pada kondisi dan daerah tertentu kedua

cara tersebut biasanya dilakukan secara bersamaan.

Hal yang penting diperhatikan dalam pengairan

adalah memastikan bahwa kebutuhan tanaman terhadap

air dapat terpenuhi sesuai umur dan fase

pertumbuhannya. Air yang diberikan pada tanaman

walaupun dengan cara penggenangan/leb, namun harus

segera meresap ke dalam tanah. Bila tidak demikian

maka tanaman akan menjadi busuk dan sebagai sumber

penyakit. Oleh karena itu pembuatan bedengan sangat

diperlukan pada budidaya bawang merah. Hal ini

berhubunga sifat tanaman bawang merah yang

membentuk umbi di dalam tanah sehingga air yang terlalu

banyak akan membuat umbi menjadi busuk.

Page 108: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

99

Pada musim kemarau, pengairan dapat diberikan

setiap hari sejak tanaman ditanam hingga tanaman

membentuk umbi dan dikurangi setelah umbi

terbentuk. Namun walaupun musim kemarau, bila kondisi

tanah setelah diairi dan selang dua hari tanah masih

basah, maka tanaman tidak perlu diairi. Oleh karena itu

dituntut kepekaan petani dalam mengamati kebutuhan air

bagi tanamannya.

Untuk musim hujan pengairan yang dibutuhkan

lebih sedikit yaitu selang dua hari sekali. Seperti di atas

maka yang penting melihat kondisi kelembaban tanah,

bila tanah masih lembab sebaiknya tidak perlu

diairi. Yang penting diamati yaitu setelah turun hujan,

sebaiknya tanaman bawang merah disirami dengan air

bersih yang tujuannya untuk menghilangkan inokulum

dari penyakit yang kemungkinan menempel di daun.

Hasil penelitian Bahrudin dan Muhammad Ansar

(2014) menunjukkan: (1) pemberian air irigasi dengan

sistem sprinkle selama 0,5 jam per tiga hari sekali dan

diikuti dengan pemberian pupuk organik bokashi pupuk

kandang 15 ton/ha menghasilkan daun bawang merah

lebih luas dibanding dengan kombinasi perlakuan lainnya;

sedangkan pemberian air 1,5 jam per tiga hari sekali

dengan mulsa plastik hitam menghasilkan bobot kering

total per tanaman bawang merah ‘lembah palu’ lebih

tinggi dibandingkan dengan tanpa mulsa; serta pemberian

Page 109: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

100

pupuk organik 15 ton/ha diikuti dengan pemberian mulsa

plastik dan jerami padi menghasilkan kadar air umbi lebih

tinggi dibanding tanpa diikuti pemberian mulsa dan tanpa

pupuk organik. (2) Pemberian air irigasi sistem sprinkle

0,5 jam setiap 3 hari sekali menghasilkan luas daun total

per tanaman, lilit umbi dan bobot umbi per perumpun

lebih tinggi, sebaliknya pemberian air 1,5 jam per tiga

hari sekali cenderung menurunkan hasil tanaman bawang

merah ‘lembah palu’; (3) Pemberian pupuk organik 15 ton

per hektar menghasilkan daun lebih luas 5% dibanding

tanpa pupuk organik; dan (4) penggunaan mulsa organik

jerami padi dan mulsa anorganik (plastik hitam dan

perak) menghasilkan lilit umbi lebih besar dibandingkan

tanpa mulsa, dan hasil umbi bawang merah ‘lembah palu’

diperoleh tertinggi dengan penggunaan mulsa plastik

perak (9,04 t/ha) dan berbeda nyata dengan tanpa mulsa

(7,47 t/ha), namun tidak berbeda nyata dengan mulsa

jerami padi (8,42 t/ha) dan plastik hitam (8,89 t/ha).

6.5. Pengaruh Cara Pemberian Air serta Lebar dan Tinggi Bedengan

Cara pemberian air serta ukuran bedengan

pertanaman bawang merah berpengaruh terhadap

pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah ‘lembah

palu’. Hasil penelitian Bahrudin dan Muhammad Ansar

(2011) menujukkan bahwa cara pemberian air

berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman bawang

Page 110: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

101

merah ‘lembah palu’, terutama terhadap panjang daun,

berat kering bakal umbi dan berat kering total tanaman.

Pemberian air dengan cara digembor memberikan daun

bawang lebih panjang dibandingkan dengan pemberian air

dengan cara digenangi, walaupun secara statistik relatif

tidak berbeda nyata. Cara pemberian air secara nyata

berpengaruh pula terhadap berat kering bakal umbi pada

umur 35 dan 45 HST., dimana pemberian air dengan cara

digembor menghasilkan berat kering bakal umbi lebih

tinggi dan berbeda nyata dengan pemberian air dengan

cara digenangi. Selanjutnya, berat kering total tanaman

bawang merah ‘lembah palu’ diperoleh lebih tinggi pada

pemberian air dengan cara digembor dan berbeda nyata

dengan pemberian air secara genangan terutama pada

umur 35 dan 45 HST. Hal ini menunjukkan bahwa

tanaman bawang merah lebih menyukai lingkungan yang

relatif kering dibandingkan dengan kondisi tergenang.

Pengairan dengan sistem genangan dalam parit

akan memberikan kondisi lengas tanah selalu dalam

keadaan kapasitas lapang (field capacity) secara terus

menerus, bahkan dapat menimbulkan kondisi jenuh yang

dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan

sistem perakaran karena terjadinya kondisi anerob.

Sistem tersebut akan membentuk ruang lapisan oksidasi

dan reduksi, dimana pada lapisan jenuh air tanah akan

berada dalam kondisi tereduksi dan yang tidak jenuh akan

Page 111: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

102

berada pada kondisi oksidasi. Tanah tergenang

merupakan kondisi dengan air jenuh yang tinggi.

Keadaan tersebut memberikan pengaruh perubahan

terhadap sifat-sifat tanah yang dapat membatasi

pertumbuhan tanaman. Menurut Cannel dan Jackson

(1981) pada tanah tergenang, selain penurunan difusi

oksigen masuk ke dalam tanah, difusi gas misalnya CO2

keluar tanah juga akan terhambat, sehingga gas tersebut

akan terakumulasi. Pada tanah yang baru saja tergenang

lebih dari 50% gas terlarut di dalam air tanah

kemungkinan adalah CO2. Sebagian besar akar tanaman

tidak mampu menahan keadaan tersebut. Saat terjadi

genangan, struktur tanah rusak akibat daya rekat agregat

lemah oleh adanya air, sehingga lebih menghalangi difusi

udara (Mikkelsen, 1987).

Tinggi bedengan mempunyai fungsi ganda dalam

mengurangi air berlebih. Parit di antara bedengan dapat

berfungsi sebagai saluran pembuangan air berlebih di atas

permukaan tanah (surface drainage). Tinggi bedengan

juga dapat menurunkan tinggi muka air tanah pada

bedengan melalui proses rembesan air berlebih (seepage)

atau melalui sisi-sisi bedengan (subsurface drainage).

Tinggi muka air tanah adalah penting untuk

mendapat perhatian. Tinggi muka air tanah menunjukkan

permukaan daerah tanah yang jenuh air dan harus

dipelihara pada tingkat tertentu untuk meyakinkan

Page 112: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

103

kelembaban optimum dari bedengan tanpa menyebabkan

penjenuhan daerah perakaran dan potensi kehilangan

hara. Pada daerah ini, pori diisi oleh air dan menghasilkan

cukup 02 yang penting bagi pertumbuhan dan respirasi

akar. Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman

ditunjukkan dengan keadaan air dan udara yang

seimbang yaitu pori terisi air minimum 10% dan udara

minimum 10% atau lebih. Kondisi demikian dapat

mengefisienkan penyerapan hara bagi tanaman.

Bedengan yang rendah dapat meningkatkan tinggi

muka air tanah. Air bergerak ke atas permukaan tanah

dengan gaya kapiler. Makin kecil ukuran pori tanah, makin

cepat air naik ke permukaan tanah. Semakin dekat jarak

antara permukaan tanah dengan tinggi muka air tanah,

kadar air tanah makin tinggi dan pori yang berisi udara

makin sedikit. Pada umumnya tanaman tidak mampu

menggunakan air dengan tinggi muka air tanah yang

berjarak lebih dari 1,5 m dari permukaan tanah. Tinggi

muka air tanah yang balk untuk tanaman sayuran

termasuk bawang merah adalah 3-45 cm. Ketersediaan

air pada tanaman bawang merah diharapkan tidak lebih

dari 15,36-25,6 cm dari permukaan tanah, karena

kedalaman perakaran bawang merah sekitar 15-30 cm .

Penelitian tentang tinggi bedengan pada bawang

merah belum banyak dilakukan. Penelitian Bahrudin, dkk

(2011) yang dilakukan di Desa Solouve menunjukkan

Page 113: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

104

bahwa tinggi bedengan dengan lebar bedengan setinggi

20 cm dapat menurunkan hasil umbi sedangkan hasil

umbi pada tinggi bedengan 30 cm tidak berbeda nyata

dengan tinggi bedengan 20 cm.

Air yang berlebih pada bedengan yang rendah

sebenarnya tidak meracuni tanaman, tetapi kekurangan

oksigen dalam tanah dapat mengganggu pertumbuhan

tanaman karena proses pernafasan perakaran tanaman

terganggu. Apabila bedengan terlalu rendah, ada

kemungkinan hara mobil banyak yang tercuci Kahat

nitrogen pada saat penggenangan dapat disebabkan

karena denitrifikasi dan pencucian sehingga terjadi

penurunan absorbsi dan translokasi N dalam jaringan

tanaman.

Apabila tinggi bedengan terlalu besar, tanaman

cepat mengalami kekeringan karena kemampuan air

untuk menjenuhi daerah perakaran tanaman diatasnya

menjadi rendah. Stres air dapat menyebabkan stomata

daun menutup sehingga menghambat masuknya CO2.

Keadaan ini dapat menurunkan tekanan parsial CO2 di

dalam ruang interseluler daun yang secara tidak langsung

mengurangi aktivitas fotosintesis.

Tanah galian parit untuk membuat bedengan yang

tinggi umumnnya berupa tanah subsoil yang kurang subur

sehingga kurang baik digunakan untuk media tumbuh

tanaman. Pada sistem tumpang sari bawang merah dan

Page 114: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

105

padi dengan bedengan bawang merah yang tinggi,

petakan padi akan mengalami kehilangan tanah topsoil

yang subur, sedangkan bedengan bawang merah

mendapat tanah galian subsoil yang kurang subur

sehingga secara keseluruhan kesuburan tanah menjadi

rendah.

Page 115: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

106

BAB VII.

KESUBURAN TANAH DAN PEMUPUKAN

7.1. Pengantar

Kemampuan manusia untuk mengidentifikasi dan

mengenali masalah-masalah yang terkait dengan

karakteristik iklim, tanah dan tanaman sangat diperlukan

sebagai dasar dalam menentukan tindakan pengelolaan

yang diperlukan dalam suatu kegiatan usahatani yang

menguntungkan dan berkelanjutan. Tidak kurang dari 50

faktor iklim, tanah dan tanaman yang mempengaruhi

pertumbuhan dan potensi hasil tanaman (Havlin, Beaton,

Tisdale dan Nelson, 2005), dimana sebagian besar

diantaranya tidak dapat dikontrol dan dikendalikan oleh

oleh manusia. Faktor-faktor yang dapat dikontrol oleh

manusia misalnya ketersediaan air dengan irigasi,

kekurangan hara tertentu dengan pemupukan dan atau

pengapuran dan pemberian bahan organik, tata udara

dengan pengolahan tanah atau dengan pemberian bahan

organik dan lain-lain.

Potensi produksi pertanian di wilayah tropika

seperti Indonesia sebenarnya lebih tinggi dibandingkan

dengan wilayah iklim lainnya. Kondisi iklim khususnya

curah hujan, suhu udara dan penyinaran matahari yang

berlimpah dan kontinyu memungkinkan tanaman dapat

berproduksi sepanjang tahun. Sejumlah permasalahan

terkait dengan sifat tanah yang membatasi pertumbuhan

Page 116: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

107

dan hasil tanaman di wilayah tropika seyogyanya perlu

mendapat perhatian dan dikelola dengan baik sehingga

dapat menciptakan lingkungan tumbuh yang optimal

untuk menopang pertumbuhan dan hasil tanaman.

Berbeda dengan wilayah lain di Indonesia, Lembah

Palu juga terletak di wilayah tropika bahkan dilewati oleh

garis khatuliswa dimana intensitas penyinaran dan suhu

udara cukup tinggi dan kontinyu sepanjang tahun, namun

curah hujan di wilayah ini relatif rendah sehingga air pada

batas-batas tertentu menjadi kendala dalam budidaya

tanaman, termasuk budidaya bawang merah. Walaupun

demikian, sebagian wilayah Lembah Palu memiliki potensi

air tanah yang cukup besar yang dapat dikembangkan

sebagai sumber air pengairan sehingga wilayah ini tetap

memiliki potensi pengembangan pertanian khususnya

untuk tanaman-tanaman hortikultura seperti bawang

merah yang memang cocok dengan karakter iklim

tersebut.

Problema lain di Lembah Palu sebagai wilayah

sentra pengembangan bawang merah, terletak pada

sumber daya tanah yang memiliki berbagai kendala

diantaranya adalah:

Kandungan bahan organik tanah secara alamiah

rendah.

Tekstur tanah umumnya kasar (Lempung liat berpasir,

Pasir berlempung, Lempung berpasir, dll.).

Kapasitas Tukar Kation (KTK) tanah umumnya rendah.

Page 117: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

108

pH tanah (H2O) berkisar antara 6,3 – 7,9; pH (KCl 1

N) berkisar 5,3 – 7,2.

Kadar P2O5 (Olsen) pada umumnya berkisar antara

sangat rendah hingga sedang, kecuali pada beberapa

tempat ditemukan adanya akumulasi P akibat

pemupukan P pada setiap musim tanam.

Kadar K2O total (HCl 25%) tinggi, K2O tersedia

(Morgan) umumnya rendah, kecuali pada beberapa

tempat berkadar sedang dan tinggi.

Basa-basa dapat tukar pada umumnya rendah hingga

sedang, kecuali pada beberapa tempat berstatus

tinggi.

KTK tanah pada umumnya rendah (10,70–14,94

cmol/kg), namun pada beberapa tempat tinggi

(28,31- 39,77 cmol/kg).

7.2. Kebutuhan hara tanaman bawang merah

‘lembah palu’

Pemberian pupuk pada tanaman bawang merah

‘lembah palu’ menurut rekomendasi (BPTP Biromaru,

1999), yaitu 100 kg urea.ha-1, 200 kg ZA.ha-1, 150 kg

SP-36.ha-1, 100 kg KCl.ha-1 dan pupuk kandang 15 ton ha-

1. Penelitian pada tanah Inceptisol menyimpulkan bahwa

bobot kering tanaman umur 1 bulan, bobot kering umbi

saat panen, bobot umbi kering eskip dan kelas umbi

dipengaruhi secara nyata oleh sulfur, blotong dan

intraksinya, sedangkan susut umbi tidak dipengaruhi oleh

Page 118: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

109

sulfur, blotong dan intraksinya. Pemberian belerang

dengan dosis 40 ppm dan blotong 75 g/pot menghasilkan

umbi kering eskip dengan bobot tertinggi (Muhammad

dkk., 2003).

Bawang merah varietas ‘lembah palu’ sangat

respon terhadap pupuk organik maupun pupuk anorganik.

Pemberian pupuk organik 12 ton.ha-1 menghasilkan bobot

umbi kering panen sebesar 5,64 ton.Ha-1, berbeda nyata

dengan kontrol. Respon tanaman terhadap pemupukan

anorganik terlihat pada takaran pupuk 90 kg N ha-1 + 80

kg P2O5 ha-1 + 70 kg K2O dan diberi tambahan pupuk

organik sebanyak 12 ton.ha-1. Penambahan takaran pupuk

tidak meningkatkan bobot kering panen umbi (Limbongan

dan Maskar, 2003). Pemberian pupuk organik kascing

setara dengan 12 t.ha-1 + 300 kg ZA dapat menghasilkan

bobot umbi kering panen sebesar 4,05 t ha-1, sedangkan

tanpa kascing dan ZA hasilnya hanya 1,20 t.ha-1 (Saidah,

2002). Dengan inovasi teknologi hemat air dan

pemupukan (150 kg ZA, 50 kg urea, 300 kg SP36, dan

200 kg KCl ha-1 serta 10 ton pupuk kandang ha-1 dapat

menghasilkan bawang merah varietas ‘lembah palu’

sebesar 7,3 t.ha-1, sedangkan pada lahan yang dikelola

tanpa inovasi teknologi menghasilkan 5,0 t.ha-1 atau

mengalami peningkatan sebesar 46%. Dengan sentuhan

teknologi pada tanah bertekstur kasar (Entisol) dan

mengalami cekaman air, produksi bawang merah varietas

‘lembah palu’ dapat ditingkatkan (Purnomo dkk., 2007).

Page 119: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

110

Hasil penelitian staf Balai Penelitian Tanah Bogor di

Desa Guntarano menunjukkan bahwa fosfat dan kalium

potensial tanah (HCl 25%) tergolong sangat tinggi, tetapi

ketersediaannya (P-Olsen dan K-NH4-acetat 1N, pH 7)

tergolong rendah. Untuk tumbuh secara normal, maka P

dan K harus diberikan. Kadar Ca dan Mg tergolong sangat

tinggi, sehingga bukan menjadi kendala pertumbuhan

tanaman (Purnomo dkk., 2007). Hasil kajian pemupukan

Subdinas hortikultura bekerjasama dengan staf pengajar

jurusan BDP Fakultas Pertanian Universitas Tadulako dan

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi

Tengah dan Sumber-sumber lain yang relevan yang

tertuang dalam Standard Operating Procedure (SOP)

budidaya bawang merah varietas ‘lembah palu’. Uraian

standar pemupukan pada tanaman bawang merah

varietas ‘lembah palu’ berdasarkan SOP tersebut dapat

dikemukakan sebagai berikut:: 10-30 ton ha-1 pupuk

organik, 100-200 kg.ha-1 Urea, 100-250 kg.ha-1 KCl,

150-300 kg.ha-1 SP-36, 100-250 kg.ha-1 ZA, dan pupuk

pelengkap cair sesuai anjuran pabrik (Dinas Pertanian dan

Peternakan Kab. Donggala, 2005).

Hasil penelitian Muhammad Ansar dkk (2014)

menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik padat 30

t/ha yang diikuti dengan pemberian pupuk NPK

(15:15:15) sebanyak 200 kg/ha menghasilkan berat umbi

eskip per rumpun tertinggi. Pemberian pupuk organik

padat dari bokashi pupuk kandang kambing sebanyak 30

Page 120: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

111

t/ha menghasilkan jumlah daun dan jumlah umbi lebih

banyak serta berat umbi eskip per rumpun lebih tinggi

dan nyata berbeda dengan tanpa pupuk organik padat.

Pemberian pupuk NPK 100-200 kg/ha menghasilkan

jumlah daun dan jumlah umbi per rumpun bawang merah

lebih banyak serta berat umbi segar per hektar lebih

tinggi dan berbeda nyata dengan tanpa pupuk NPK.

Pemberian pupuk organik cair dari limbah kotoran ternak

sapi sebanyak 20-40 ml/l air menghasilkan tanaman

bawang merah lebih tinggi, jumlah umbi lebih banyak,

berat umbi eskip per rumpun dan berat umbi segar per

hektar lebih tinggi dan nyata berbeda dengan tanpa

pupuk organik cair.

7.3. Jenis Pupuk dan Peranannya Dalam Budidaya Bawang Merah ‘lembah palu’

7.3.1. Peranan pupuk anorganik

Penggunan pupuk anorganik dalam jumlah besar

dalam jangka waktu lama dapat memberikan dampak

negatif terhadap lingkungan hidup, khususnya terhadap

tanah. Untuk penggunaan pupuk hendaknya

diperhitungkan sesuai dengan kebutuhan tanaman, status

hara dalam tanah, karakter tanah, karakter tanaman, dan

tingkat produksi yang diinginkan, setiap jenis tanaman

memerlukan jumlah dan jenis pupuk yang berbeda-beda,

tergantung status hara dalam tanah. Pemberian pupuk

yang berlebihan tanpa memperhatikan jenis pupuk,

Page 121: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

112

macam pupuk, dosis pupuk, cara aplikasi dan waktu

aplikasi yang tepat selain tidak efektif dan efesien

kemungkinan juga dapat mengakibatkan tanaman

keracunan. Penggunaan pupuk yang berkadar nitrogen

tinggi akan mendorong penurunan ratio C/N tanah

sebagai akibat mineralisasi bahan organik tanah yang

berlangsung lebih cepat. Implikasi lebih jauh adalah

tekstur tanah tidak dapat berkembang yang pada

akhirnya akan mengakibatkan tanah mudah menjadi

padat atau keras. Tanah yang mengeras sukar diolah,

terutama pada musim kemarau, sedangkan pada musim

hujan kapasitas infiltrasi tanah cepat menurun sehingga

akan memicu terjadinya erosi tanah. Disamping itu

kemungkinan pori-pori tanah tertutup oleh sisa-sisa

pupuk kimia yang tidak larut sempurna dan tidak terserap

oleh tanaman. Akibatnya, pertukaran udara dan air di

dalam tanah tidak lancar sehingga terjadi akumulasi

residu pupuk yang akhirnya akan meracuni tanah, air, dan

tanaman itu sendiri. Dampak negatifnya cukup luas, baik

bagi kehidupan organisme tanah yang bermanfaat

maupun terhadap kehidupan manusia. Oleh karena itu,

pemupukan hendaknya dilakukan dengan cermat dan

hati-hati agar tidak menimbulkan pemborosan yang akan

menambah biaya produksi. Sebaliknya, pemupukan yang

dilakukan dengan baik dan benar dapat meningkatkan

produksi dan pendapatan per satuan luas yang tinggi

serta memberikan keuntungan yang lebih tinggi.

Page 122: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

113

Penggunaan pupuk yang benar sesuai dengan jenis,

macam, cara, waktu dan dosisnya sangat berpengaruh

baik terhadap kehidupan tanaman, karena:

a. Dapat menggantikan unsur hara yang hilang atau

habis, sehingga dapat mempertahankan

keseimbangan unsur hara dalam tanah dan

kesuburan tanah meningkat;

b. Dapat memperbaiki struktur tanah sesuai dengan

yang dikehendaki oleh tanaman;

c. Dapat meningkatkan daya ikat terhadap air sehingga

kebutuhan tanaman terhadap air dapat tercukupi;

d. Dapat mengikat fraksi-fraksi tanah;

e. Dapat mengurangi bahaya erosi karena tanaman

menjadi subur;

f. Dapat meningkatkan produksi, baik kuantitas

maupun kualitasnya.

Tanah-tanah di Lembah Palu pada umumnya

memiliki karakter fisik yang kurang baik dengan tingkat

kesuburan tanah alamiah yang rendah. Tanah-tanah di

lembah Palu didominasi oleh fraksi debu dan pasir

sehingga menyebabkan kapasitas tukar kation tanah

rendah yang berarti kemampuan memegang air dan

haranya juga rendah. Keadaan ini diperburuk oleh kadar

C-organik alamiah tanah juga rendah. Oleh karena itu,

penggunaan pupuk anorganik perlu memperhatikan dosis,

jenis, macam, cara dan waktu aplikasi yang tepat dan

Page 123: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

114

pada saat yang sama upaya peningkatan kemampuan

tanah memegang air dan hara harus ditingkatkan melalui

aplikasi pupuk organik. Dengan demikian, penggunaan

pupuk anorganik ditujukan untuk memperbaiki status

hara dalam tanah agar sesuai dengan tuntutan kebutuhan

tanaman, sedangkan pemberian pupuk organik ditujukan

selain untuk menambah hara tanaman juga untuk

meningkatkan kemampuan tanah memegang air dan

hara, agar efisiensi dan efektivitas pemupukan dapat

ditingkatkan.

Untuk menambah unsur hara yang diperlukan,

tanaman perlu diberi pupuk tambahan terutama pupuk

Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K) yang masing-

masing terdapat dalam bentuk Urea, ZA, SP-36/SP-18,

dan KCl atau pupuk majemuk NPK. Kandungan unsur hara

untuk setiap jenis pupuk adalah : (a) Pupuk Urea

mengandung 45% N; (b) ZA mengandung 21% N dan

24% S; (c) SP-36 mengandung 36% P2O5; dan (d) KCl

mengandung 50% K2O.

Pemupukan dinyatakan berhasil apabila tanaman

menunjukan perubahan-perubahan, baik secara

morfologis maupun fisiologis, serta menunjukan

pertumbuhan dan perkembangan yang baik. Sebaliknya,

pemupukan dianggap tidak berhasil apabila tanaman yang

dipupuk tidak menunjukan adanya pertumbuhan dan

perkembangan yang lebih baik.

Page 124: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

115

Pemupukan berimbang di lahan kering atau tegalan

perlu mempertimbangkan status hara dalam tanah dan

kebutuhan tanaman bawang merah pada tingkat hasil

yang optimal. Pupuk anorganik yang mengandung

nitrogen memiliki potensi untuk memasamkan tanah. Oleh

karena itu penggunaan pupuk urea, ZA, Amonium Nitrat

pada tanah yang bereaksi masam (pH (H2O) <5,7) harus

diikuti dengan penambahan CaCO3 setara dengan

kamasaman yang ditimbulkannya (eqivalen nilai

kemasaman) oleh pupuk tersebut, agar kemasaman tanah

tidak semakin menurun. Sebaliknya pada tanah alkalis,

penggunaan pupuk anorganik yang mengandung nitrogen

dapat menurunkan pH tanah pada kisaran yang lebih baik

untuk pertumbuhan tanaman.

Tanaman bawang merah yang telah dipupuk

berdasarkan jenis, macam, cara, waktu, dan dosis pupuk

yang tepat tentu akan tumbuh dan berkembang secara

baik. Tanda-tanda bawang merah ‘lembah palu’ yang

tumbuh baik adalah daun berwarnah hijau, tanaman

tumbuh tinggi, dan jumlah anakan per rumpun bisa lebih

dari 30 helai per tanaman.

7.3.2. Peranan Pupuk organik

Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat atau

diproduksi dari bahan-bahan organik. Bahan organik

merupakan bahan sisa makhluk hidup yang menjadi

sumber energi bagi organisme yang bersifat heterotropik.

Page 125: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

116

Bahan organik yang telah mengalami proses pembusukan

oleh mikroorganisme pengurai mengalami perubahan

warna, rupa, tekstur dan kadar airnya tidak serupa lagi

dengan bahan aslinya. Hasil akhir pembusukan bahan

organik adalah humus yang menjadi media

penyimpanan hara bagi tanaman karena pada permukaan

humus terdapat muatan listrik baik positif maupun

negatif yang berasal dari ionisasi gugus-gugus fungsional

seperti gugus karboksilat, phenol dan amin.

Humus merupakan salah satu komponen tanah

yang penting dalam kesuburan tanah. Humus besifat

sebagai switter ion (amfoter) tergantung pH tanah. Bila

pH tanah dibawah titik isoelektris, humus bermutan listrik

positif sehingga akan meningkatkan daya sanggah tanah

terhadap hara yang bermuatan listrik negatif seperti NO3-

,SO4=, H2PO4-, Cl- dan lain-lain. Jika pH tanah diatas titik

isoelektris, humus bermuatan listrik negatif sehingga

akan meningkatkan daya sanggah tanah terhadap hara

yang bermuatan listrik positif seperti NH4+, Ca++, Mg++,

K+ dan lain-lain. Hara tanaman yang diretensi oleh humus

tidak mudah hilang karena pengaruh pencucian.

Bahan organik dapat mempengaruhi sifat fisik,

kimia, dan biologi tanah. Bahan organik antara lain dapat

berfungsi memperbaiki struktur tanah dan mengurangi

terjadinya erosi, menjaga kelembaban tanah dan

menstabilkan temperatur tanah, meningkatkan

Page 126: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

117

ketersediaan hara, menawarkan sifat racun hara tertentu,

seperti Al dan Fe serta meningkatkan efisiensi

pemupukan, memperbaiki aktivitas mikroorganisme

tanah, dan memperlambat kehilangan biodegradasi

pestisida dan ekosistem.

Pemberian bahan organik dapat memperbaiki

struktur tanah yang padat menjadi gembur dengan

menyediakan ruang untuk udara dan air. Ruang yang

berisi udara (pori makro) akan mendukung pertumbuhan

bakteri aerob yang berada di akar, sedangkan air yang

tersimpan di dalarn ruang tanah (pori mikro) menjadi

persediaan bagi tanaman. Bahan organik yang telah

menjadi humus mempunyai permukaan yang khas dan

bersifat hidrofilik, sehingga mempunyai kemampuan

menyerap banyak air. Humus dapat menyerap air hingga

20 kali lipat dari bobotnya.

Pemberian bahan organik pada tanah dengan

kandungan liat tinggi dapat memperbaiki porositas tanah

sehingga kelebihan air dapat dihilangkan atau di

drainase, sedangkan pada tanah berpasir, dapat

menahan air lebih baik, mempertahankan perakaran agar

tidak mudah kekeringan serta mencegah kehilangan hara

melalui pencucian. Bahan organik pada tanah dengan

kandungan liat tinggi kurang berperan terhadap kapasitas

tukar kation (KTK), tetapi penting dalam menciptakan

struktur tanah yang baik.

Page 127: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

118

Bahan organik dapat menyediakan hara yang

diperlukan bagi tanaman. Selain mengandung hara

makro, bahan organik juga mengandung hara mikro

seperti Ca, Mg, Cu, Mn. Humus dapat rnenahan hara

menjadi bentuk tidak terlarut, tidak menguap, dan tidak

rnudah tercuci air hujan. Dengan demikian, makin tinggi

kadar bahan organik, makin banyak hara dapat ditahan

sehingga bahan organik dapat berfungsi sebagai media

penyimpanan hara dan pemupukan anorganik dapat

lebih efisien. Penambahan bahan organik setiap tahun

dapat menurunkan penggunaan pupuk anorganik yang

diberikan. Ion-ion toksik seperti Fe dan Al diikat oleh

humus menjadi organo-kompleks, sehingga

kelarutannya menjadi rendah dan fosfat yang semula

terfiksasi oleh Fe atau Al menjadi tersedia bagi

tanaman.

Pupuk kandang merupakan salah satu bahan

organik yang dihasilkan dari campuran kotoran hewan

dengan sisa makanan jerami dan urine yang telah

mengalami pembusukan. Secara kimiawi, Pupuk

kandang yang baik adalah yang mengandung air 30-

40%, bahan organik 60-70%, N 1,5-2,0%, P205 0,5-

1,0%, dan K20 0,5-1,0%.

Dampak positif yang telah banyak dilaporkan,

pupuk kandang mempunyai beberapa kelemahan antara

lain kadar hara yang tersedia bagi tanaman relatif lebih

sedikit dibandingkan pupuk anorganik, dan jika diberikan

Page 128: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

119

dalam jumlah besar, dapat menurunkan kualitas air

apabila berdekatan dengan sumber air, meningkatkan

populasi jamur dalam tanah, dan dapat membawa benih

gulma.

Faktor yang mempengaruhi kualitas pupuk

kandang adalah macam dan sumber makanan ternak,

unsur dan keadaan ternak, jenis ternak, tahap

dekomposisi, dan penanganan sebelum pupuk digunakan.

Keunggulan setiap jenis pupuk kandang kotoran temak

bervariasi.

Tabel 18 menampilkan kandungan hara dari setiap

jenis ternak penghasil pupuk kandang. Hal yang

terpenting dalam penggunaan bahan organik adalah

bagaimana menghasilkan bahan organik secara in-situ

dalam jumlah cukup dan berkualitas.

Tabel 18. Kandungan hara dari bebagai jenis pupuk

kandang

No. Jenis Pupuk

Kandang

Nisbah Padatan / Cairan

H2O (%)

N (%)

P (%)

K (%)

1. Sapi perah 80:20 85 22,0 2,60 13,7 2. Sapi 80:20 85 26,2 4,50 13,0 3. Unggas 100:0 62 65,8 13,7 12,8 4. Babi 60:40 85 28,4 6,80 19,9 5. Domba 67:53 66 30,6 6,70 39,7 6. Kuda 80:20 66 32,8 4,30 24,2

Hal ini karena sebagian besar tanah di Indonesia

pada kondisi kekurangan hara, kering, dan struktur

Page 129: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

120

tanahnya padat, karena didominasi oleh unsur liat

sehingga dibutuhkan bahan organik dalam jumlah

cukup besar yaitu 20-30 t/ha, sedangkan menurut

ketersediaannya sangat tergantung dengan populasi

ternak yang ada dan biaya transportasi dari areal

peternakan ke lahan pertanian. Pupuk kandang dan

kotoran sapi umumnya lebih banyak tersedia

dibandingkan kotoran ternak yang lain.

Dosis pupuk adalah jumlah pupuk yang harus

diberikan untuk suatu tanaman atau suatu lahan

tertentu, Jumlah pupuk kandang yang digunakan

tergantung kepada jenis tanah, jenis tanaman yang

diusahakan dan banyaknya pupuk yang tersedia. Dosis

pupuk kandang yang terlalu rendah tidak akan

memberikan efek terhadap pertumbuhan dan hasil

tanaman, tetapi dosis yang terlalu tinggi di samping

ketersediaannya yang terbatas, juga dapat

mencemarkan Iingkungan dan tidak ekonomis. Dosis

pupuk kandang lebih banyak ditentukan oleh

pertimbangan ekonomi. Oleh karena kandungan haranya

yang tidak seimbang, dosis pupuk kandang dalam

takaran sedang lebih menguntungkan untuk

mengimbangi pupuk anorganik, Dosis pupuk kandang

sapi 10-15 t/ha dikombinasikan dengan pupuk anorganik

untuk tanaman bawang merah dapat memberikan hasil

dan pendapatan yang tinggi.

Page 130: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

121

Pupuk kandang biasa digunakan sebagai pupuk

dasar dengan dosis masih bervariasi 5-30 t/ha pada

tanaman bawang merah. Pupuk kandang dapat

memperbaiki tekstur dan struktur tanah serta

mempengaruhi ukuran dan bentuk umbi, sehingga

kualitas umbi bawang merah meningkat, Pupuk kandang

ayam dengan dosis 30 t/ha dapat meningkatkan bobot

basah umbi bawang merah, tetapi tidak berbeda nyata

jika dibandingkan dengan dosis 10 dan 20 t/ha.

7.4. Aplikasi Pupuk Pada Tanaman Bawang Merah

‘Lembah Palu’

7.4.1. Aplikasi pupuk anorganik

Pupuk anorganik pada umumnya akan

menampakkan hasil pemupukan yang cepat dibandingkan

dengan pupuk organik, namun akan cepat hilang akibat

tercuci oleh air. Pemberian pupuk anorganik secara

berlebihan memberikan dampak serius bagi tanah. Pupuk

anorganik jika digunakan dalam jangka panjang akan

membuat tanah menjadi keras dan menurunkan stabilitas

agregat tanah (Humberto dan Alan, 2013).

Pemupukan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan

hara yang tidak mencukupi di dalam tanah agar produksi

meningkat. Unsur hara umumnya telah tersedia di dalam

tanah, tetapi karena secara terus menerus diserap oleh

tanaman maka jumlahnya berkurang. Tanaman

memerlukan unsur hara makro dan unsur hara mikro

Page 131: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

122

untuk pertumbuhannya. Unsur hara yang paling banyak

dibutuhkan yaitu unsur hara yang terdiri dari nitrogen

(N), fosfor (P), kalium (K), belerang atau sulfur (S),

kalsium (Ca), dan magnesium (Mg).

Pemupukan NPK mampu meningkatkan produksi

tanaman, sehingga dapat disimpulkan bahwa

penambahan pupuk dengan dosis tertentu dapat

mengoptimalkan produksi berbagai jenis tanaman

(Subhan dan Nurtika, 2004).

Pupuk NPK berbentuk butiran yang mengandung

unsur hara nitrogen, fosfor, dan kalium. Pupuk ini sangat

baik untuk mendukung masa pertumbuhan tanaman,

selain itu keuntungannya adalah unsur hara makro yang

disumbangkan dapat memenuhi kebutuhan hara

tanaman. Pupuk NPK mengandung unsur hara makro

yang secara umum dibutuhkan oleh tanaman, dan dapat

memberikan keseimbangan hara yang baik untuk

pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah.

7.4.2. Aplikasi pupuk organik

Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar

atau seluruhnya terdiri dari bahan organik yang berasal

dari sisa-sisa atau seresah tanaman atau kotoran hewan

yang telah melalui proses, dapat berbentuk padat atau

cair yang digunakan untuk menyuplai bahan organik

yang bertujuan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan

biologi tanah (Suriadiakarta dkk, 2006).

Page 132: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

123

Dalam hal ini peranan bahan organik tanah

menjadi penting bukan hanya sebagai sumber hara,

tetapi juga dalam memperbaiki sifat fisik, kimia dan

biologi tanah (Hakim dkk., 1986). Pemberian bahan

organik pada tanah-tanah di Lembah Palu memberi

pengaruh positif, terutama untuk:

Meningkatkan kemampuan tanah memegang air

Meningkatkan kemampuan tanah memegang kation

(KTK)

Meningkatkan infiltrasi air

Meningkatkan populasi dan aktivitas organisme

tanah

Mendorong pembentukan struktur tanah

Menambah hara ke dalam tanah

Memberi warna gelap/hitam pada tanah

Meningkatkan daya sanggah tanah

Semakin tinggi kadar bahan organik tanah

semakin tinggi pula kemampuan tanah memegang air.

Hal ini berkaitan dengan semakin tingginya kadar humus

tanah sebagai hasil akhir proses dekomposisi bahan

organik tanah. Humus tanah merupakan senyawa

kompleks dengan berat molekul besar, berwarna kelam

sampai hitam dengan kapasitas tukar kation tinggi (200-

300 me/100 g humus).

Page 133: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

124

Peningkatan kadar humus tanah berdampak pada

peningkatan kapasitas tukar kation tanah (KTK) sehingga

meningkatkan pula kemampuan tanah menyangga

kation-kation hara tanaman. Hal ini menjadi sangat

penting pada tanah-tanah yang bertekstur kasar dengan

kandungan liat dan bahan organik yang rendah seperti

halnya pada tanah-tanah di Lembah Palu.

Perlakuan pemberian bahan organik juga dapat

meningkatkan C organik tanah, N total, dan P tersedia

(Raihan dan Nurtitayani, 2002). Penggunaan pupuk

organik juga dapat mengurangi dosis penggunaan pupuk

anorganik. Produk dari hasil pupuk organik juga lebih

sehat, dan ramah lingkungan serta sedikit mengurangi

dampak negatif dari bahan kimia yang berbahaya bagi

manusi dan lingkungan (Susetya, 2001).

Implikasi lebih jauh adalah efisiensi pemupukan

menjadi lebih tinggi terutama kation-kation yang berasal

dari pupuk anorganik (urea, SP-36, KCl, (NH4)2SO4,

dsb.), sehingga ketersedian dan serapan hara bagi

tanaman menjadi lebih optimal dan pada sisi lain jumlah

kation hara yang berpotensi hilang melalui pencucian

dapat diminimalisasi.

Page 134: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

125

a. Aplikasi Pupuk Organik Padat

Salah satu sumber pupuk organik padat adalah

pupuk kandang, pupuk kandang fermentasi, bokashi dan

pupuk hijau.

Bedengan yang telah bersih dari rumput diberi

pupuk organik, baik berupa pupuk kandang, pupuk

kandang fermentasi dengan EM4 atau pupuk bokashi,

yaitu sebanyak 15-30 ton per hektar yang ditaburkan

pada permukaan bedengan secara merata, pada saat

seminggu sebelum tanam. Setiap satu meter persegi

lahan memerlukan pupuk kandang sebanyak 1,5-3,0 kg.

Setelah pupuk ditabur, kemudian dicampur dengan tanah

di permukaan bedengan hingga rata sambil memecah-

mecah bongkahan tanah yang masih besar.

Pupuk kandang memiliki beberapa kelebihan

dibandingkan dengan pupuk anorganik, yaitu :

1. Dapat memperbaiki struktur tanah;

2. Menambah unsur hara;

3. Menambah kandungan humus atau bahan organik;

dan

4. Memperbaiki kehidupan jasad renik yang hidup

dalam tanah,

Selain itu, proses kerja pupuk kandang lambat,

sehingga kandungan nitrogen di dalamnya akan dilepas

secara pelan-pelan sehingga sangat menguntungkan

pertumbuhan tanaman. Berdasarkan proses

Page 135: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

126

pelapukannya, pupuk kandang dibagi menjadi 2 jenis,

yaitu:

1. Pupuk panas, yaitu pupuk yang proses penguraian

oleh jasad renik berlangsung secara cepat sehingga

terbentuk panas. Contoh: kotoran kambing, kotoran

kuda.

2. Pupuk dingin, yaitu pupuk yang proses penguraian

oleh jasad renik berlangsung secara lambat, sehingga

tidak terbentuk panas. Contoh : kotoran sapi, ayam,

babi, dan kerbau.

Olehnya, bila hendak menggunakan pupuk panas,

misalnya kotoran kambing, harus betul-betul sudah

matang. Pupuk panas yang belum matang dapat merusak

akar tanaman karena pupuk panas yang sedang

mengalami proses penguraian suhunya dapat mencapai

75oC. Pupuk kotoran ayam sangat baik bagi pertumbuhan

tanaman karena mempunyai kandungan nitrogen dan

fosfor lebih tinggi daripada kotoran hewan lainnya.

b. Aplikasi pupuk organik cair (POC)

Penggunaan pupuk organik yang lebih efektif atau

efisien adalah dalam bentuk pupuk cair. Pupuk cair lebih

mudah diserap oleh tanaman karena unsur-unsur di

dalamnya sudah terurai. Tanaman tidak hanya menyerap

hara melalui akar tapi juga bisa melalui daun-daun

tanaman. Penggunaan pupuk cair lebih mudah pekerjaan

Page 136: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

127

dan penggunaannya, dalam sekali pemberian pupuk

organik cair melakukan tiga tipe macam proses sekaligus,

yaitu: memupuk tanaman, menyiram tanaman dan

mengobati tanaman (Pratama, 2008).

Pemberian pupuk organik cair bermanfaat untuk

meningkatkan kesuburan tanah dan memperbaiki kondisi

biologis dan kimia tanah sehingga unsur hara dalam

tanah bisa dimanfaatkan tanaman secara maksimal serta

dapat meningkatkan produktivitas tanaman, membantu

mengikat nitrogen dari udara bebas, membantu

melarutkan fosfor di dalam tanah dan mempercepat

masa panen.

Herbafarm merupakan salah satu jenis pupuk

organik cair baru yang diproduksi oleh PT. Sido Muncul

yang mengandung nutrisi organik dan mikroorganisme

tanah yang diformulasi dari hasil produk samping jamu

yang berbahan baku tanaman obat dan rempah-rempah

(Wedari, 2012). Herbafarm adalah pupuk organik cair

plus bio protectant, diproses dari hasil samping produk

jamu berbahan baku tanaman obat dan rempah melalui

Biological Complex Process (BCP).

Pupuk organik cair herbafarm mengandung unsur

hara makro dan mikro yang dibutuhkan oleh tanaman,

mengandung asam humat, asam fulvat, dan hormon

tanaman, dan mengandung mikroba biofertilizer yang

sangat berperan dalam penambatan maupun penyerapan

Page 137: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

128

hara oleh tanaman. Pupuk organik cair dapat mengubah

tanah menjadi lebih gembur, meningkatkan pH tanah,

dan mikroba yang berguna dapat berkembang dengan

baik, sedangkan patogen tanah dapat ditekan

perkembangannya. Berdasarkan hasil penelitian Mutia

(2013), pupuk organik cair herbafarm dapat

meningkatkan hasil bawang merah dengan bobot kering

umbi sebesar 12,28 ton/ha.

7.5. Cara Pemupukan pada tanaman bawang

merah ‘lembah palu’,

Upaya meningkatkan produktivitas lahan melalui

pemberian bahan organik dan pemupukan mutlak

diperlukan. Kombinasi pupuk organik dan pupuk

anorganik menjadi keharusan untuk meningkatkan

produktivitas tanah-tanah di Lembah Palu, khususnya

pada sentra pengembangan bawang merah varietas

‘lembah palu’. Pemberian pupuk organik diperlukan untuk

meningkatkan kemampuan tanah menyangga ion-ion

hara dan air, sedangkan pemupukan anorganik

diperlukan untuk meningkatkan kadar ion-ion hara yang

statusnya rendah dalam tanah.

Keberhasilan pemupukan sangat ditentukan oleh

cara penggunaan dan penempatan pupuk yang tepat.

Pupuk yang disebarkan di permukaan tanah akan

memberikan hasil yang berbeda dibandingkan dengan

pupuk yang dibenamkan dalam tanah. Cara pemupukan

Page 138: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

129

yang dapat dilakukan pada tanaman bawang merah

‘lembah palu’, ada tiga cara yaitu:

a. Penugalan (Banding)

Pupuk ditempatkan dalm jalur-jalur yang dibuat di

dekat tanaman dengan jarak 5 cm dari rumpun tanaman

dengan kedalaman lubang 3-5 cm. Lubang tempat pupuk

diletakkan, dibuat dengan cara ditugal menggunakan alat

tugal dari kayu yang diruncingkan ujungnya.

b. Pembenaman (Bedding)

Pupuk dibenamkan pada alur-alur di antara barisan

tanaman. Alur-alur untuk menempatkan pupuk berupa

parit yang berukuran kira-kira 3 cm dengan kedalaman 5

cm, dan berjarak 3-5 cm dari rumpun tanaman bawang

merah. Pembuatan alur harus dilakukan dengan hati-hati

agar tidak memutus atau merusak akar serabut yang

menjalar ke samping.

c. Melalui Daun (Foliar)

Pemupukan melalui daun dilakukan dengan cara

disemprotkan langsung pada tanaman, terutama

penggunaan pupuk dalam jumlah kecil. Unsur hara mikro

yang biasa digunakan terdapat pada pupuk pelengkap

cair (PPC) dan pemupukan biasanya dilakukan

bersamaan dengan penyemprotan pestisida. Agar

pestisida dan pupuk lebih efektif kerjanya, ketika

menyemprot dapat ditambah zat perekat, misalnya

agristik. Pupuk daun yang diberikan bermacam-macam

seperti Gandasil (D) dan/atau (B), Vitabloom.

Page 139: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

130

BAB VIII.

PENGELOLAAN HAMA DAN PENYAKIT BAWANG MERAH

8.1. Pengantar

Pengendalian hama dan penyakit adalah tindakan

untuk menekan gangguan/serangan hama dan penyakit

tanaman bawang merah, guna mempertahankan produksi

secara maksimal. Sistem pengendalian hama yang

dianjurkan adalah “Pengendalian Hama Terpadu” yang

lebih mengutamakan peletarian lingkungan hidup.

Sebagai tanaman budidaya, bawang merah tidak luput

gangguan hama dan penyakit yang dapat menurunkan

hasil bahkan pada gangguan yang hebat dapat

menyebabkan gagal panen. Oleh karena itu upaya

pencegahan dan pengendalian hama harus dilakukan

secara intensif sejak dini agar kerugian yang ditimbulkan

dapat ditekan seminimal mungkin. Agar

gangguan/serangan hama dan penyakit dapat terkendali

di bawah ambang ekonomi, hasil produksi tanaman

bawang merah meningkat dan kelestarian lingkunga

dapat tetap terpelihara.

Pengendalian hama dan penyakit bertujuan

melindungi tanaman dari kerusakan yang disebabkan oleh

organisme pengganggu. Perlindungan tanaman tidak

dimaksudkan untuk meningkatkan produksi per satuan

luas dan persatuan waktu, tetapi bersifat mengamankan

Page 140: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

131

atau membatasi kehilangan hasil sekecil mungkin agar

target produksi yang tinggi dan berkualitas baik dapat

tetap dicapai seperti yang diharapkan. Oleh karena itu,

perlindungan tanaman berupa pencegahan dan

pengendalian hama dan penyakit perlu dilakukan secara

intensif sejak awal pertumbuhan tanaman.

Kerusakan tanaman pada umumnya disebabkan

oleh dua faktor utama, yaitu faktor biotik dan abiotik.

Faktor biotik adalah golongan bakteri, virus, dendawan

(jamur), insekta, nematode, gulma, sedangkan faktor

abiotik adalah tanah, oksigen, air, suhu, udara, sinar

matahari, kelembapan dan lain-lain.

Perlindungan tanaman dapat dilakukan dengan dua

cara, yaitu preventif dan kuratif. Cara preventif bertujuan

mencegah tumbuhnya hama dan penyakit sebelum

tanaman terinfeksi (sakit). Tindakan preventif dapat

dilakukan dengan mengolah tanah secara intensif,

menanam jenis atau varietas tahan penyakit, mengatur

jarak tanam dengan baik, menanam tepat pada

waktunya, sistem pengairan yang baik, dan pergiliran

tanaman dengan tujuan memutus siklus hidup hama dan

penyakit. Tindakan kuratif adalah tindakan dengan tujuan

melindungi dan menyembuhkan tanaman yang telah

terinfeksi hama dan penyakit, dengan cara biologis,

mekanis dan kimia.

Cara biologis adalah pengendalian hama dan

penyakit dengan tetap memelihara kelestarian hewan-

Page 141: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

132

hewan predatornya atau hewan lain yang menjadi musuh

alaminya. Cara mekanis adalah cara pengendalian yang

dilakukan secara langsung dengan membunuh hama dan

memangkas bagian tanaman yang telah terinfeksi atau

sakit, terutama yang disebabkan oleh cendawan, virus,

dan bakteri. Cara kimia adalah cara pengendalian dengan

menggunakan bahan-bahan kimia beracun, seperti

insektisida untuk membunuh serangga, fungisida untuk

memberantas cendawan, bakterisida untuk memberantas

bakteri, dan herbisida untuk memberantas rumput atau

gulma.

Pengendalian secara kimiawi sampai saat ini

dipandang paling efektif untuk mengendalikan hama dan

penyakit yang menyerang tanaman, walaupun

mempunyai pengaruh negatif terhadap lingkungan.

Penggunaan bahan kimia beracun sedapat mungkin

dihindari, kecuali tidak ada pilihan lain untuk

menyelamatkan produksi hasil-hasil pertanian. Agar

penggunaan pestisida efektif dan memberikan manfaat

yang sebesar-besarnya dan tidak banyak merugikan pihak

lain, maka penggunaan pestisida tersebut harus dilakukan

secara bijaksana dengan tetap mempertimbangkan,

mempertahankan, dan memelihara kelestarian

lingkungan, terutama ekosistem pertanian agar tidak

membahayakan produsen maupun konsumen. Untuk

mencapai sasaran tersebut, penggabungan atau

kombinasi antara pengendalian secara biologis, mekanis

Page 142: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

133

dan kimia secara terpadu merupakan penanganan yang

baik dilakukan untuk menyelamatkan kelestarian

lingkungan hidup. Namun, jika terpaksa harus

menggunakan pestisida sebagai salah satu alternatif,

penggunaannya harus memperhatikan hal-hal sebagai

berikut.

a. Gunakan pestisida pada waktu yang tepat, yaitu pada

waktu timbuleksploitasi hama dan penyakit.

b. Gunakan pestisida secara selektif, yakni pestisida

yang berdaya racun tinggi, tetapi hanya membunuh

hama sasaran.

c. Gunakan pestisida dengan dosis seminimal mungkin,

yakni penggunaan pestisida dengan dosis yang sesuai

dengan lingkungan setempat.

d. Gunakan pestisida sesuai dengan luas areal dan pada

daerah tanaman yang terserang saja.

Jenis-jenis hama dan penyakit yang umumnya

menyerang tanaman bawang merah adalah golongan

serangga (insekta), cendawan, dan nematoda.

8.2. Pengaruh hama dan penyakit pada pertanaman bawang merah ‘lembah palu’.

Serangan hama dan penyakit pada pertanaman

bawang merah Lembah Palu banyak meresahlan petani

bawang merah. hal tersebut sangat berdampak pada

pendapatan petani. Hama ulat bawang dan lalat

pengorok daun merupakan 2 jenis hama yang setiap kali

Page 143: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

134

petani melakukan kegiatan penanaman bawang selalu

mengancam pertanaman bawang merah petani.

serangan hama ulat bwang ditemukan mulai menyerang

pertanaman bwang merah Lembah Palu pada umur 10

hari setelah tanam sampai dengan menjelang panen,

sedangkan lalat pengorok daun seringkali menyerang

pada tanaman bawang merah umur 14 hari setelah

tanam. akibat serangan kedua jenis hama tersebut

menyebabkan kerugian petani cukup besar, bahkan

sampai menggagalkan panen.

Untuk serangan penyakit, banyak ditemukan

penyakit layu fusarium yang disebabkan oleh jamur

Fusarium oxysporium dan penyakit bercak ungu (trotol)

yang disebabkan oleh jamur Alternaria porri. keduan

jenis penyakit tersebut tergologn sebagai penyakit

penting pada pertanaman bawang merah Lembah Palu.

8.3. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat serangan hama dan penyakit pada pertanaman bawang merah ‘lembah palu’

Banyak faktor yang menyebakan perkembangan

hama dan penyakit pada tanaman bawang merah

Lembah Palu, diantaranya adalah :

1. Kondisi Iklim Lembah Palu; kondisi iklim Lembah

Palu yang meliputi Donggala, Sigi, dan Kota Palu

tergolong iklim kering dengan sedikit hari hujan.

kondisi tersebut menyebabkan perkembangan hama

Page 144: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

135

dan penyakit sangat pesat sehingga pertanaman

bawang merah senantiasa menjadi sasaran letupan

hama dan penyakit

2. Cara budidaya tanaman bawang merah oleh

masyarakat; cara budidaya yang tidak bersamaan

(waktu tanam) dalam satu hamparan yang sering

dilakukan oleh petani di Sulwesi Tengah khususnya

di Lembah Palu menyebabkan kondisi ekologis yang

sangat disukai oleh hama dan penyakit.

ketersediaan sumber makanan bagi hama dan

penyakit sangat mendukung perkembangan hama

dan penyakit.

8.4. Hama-hama penting pada tanaman bawang merah ‘lembah palu’ dan cara pengendaliannya

Beberapa hama yang sering menyerang tanaman

bawang merah diantaranya adalah sbb.

1. Lalat Penggorok Daun (Liriomyza huidobrensis)

Gejala seragan :

Lalat penggorok daun memiliki panjang sekitar 2 mm.

Sebagian besar tubuh hama ini berwarna hitam

mengilap. Telur berwarna putih bening. Larva bewarna

putih susu atau putih kekuningan. Puparium berwarna

kuning keemasan hingga cokelat-kekuningan. Lalat

betina menyerang tanaman dengan menusuk

permukaan bawah daun dengan menggunakan alat

peletak telur (ovipositor). Daun bawang merah yang

Page 145: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

136

terserang ditandai dengan adanya bintik-bintik putih

akibat tusukan ovipositor lalat betina dan liang korokan

larva yang berkelok-kelok pada daun tanaman bawang

merah. Serangan berat mengakibatkan hampir seluruh

helaian daun penuh dengan korokan, sehingga menjadi

kering dan berwarna cokelat seperti terbakar. Larva

yang baru keluar dari telur langsung menyerang

tanaman dengan menggorok jaringan mesofil daun dan

akan tinggal di dalam kerokan selama hidupnya dan

setelah tua akan keluar dari liang untuk

berkepompong.

Gambar 8. Hama Penggorok daun

(Lalat Liriomyza)

Gambar 9. Kerusakan yang

ditimbulkan oleh serangan Lalat Liriomyza

Cara Pengendalian:

1. Budidaya tanaman secara sehat, dengan penerapan

teknik budidaya yang baik, pemupukan berimbang,

sanitasi kebun dari gulma.

2. Penggunaan perangkap likat berwarna kuning,

karena serangga ini tertarik pada warna kuning.

Lalat akan terbang menuju perangkap dan akan

Page 146: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

137

menempel pada perekat yang sudah dipasang

sebelumnya.

3. Pengendalian secara fisik dengan menggunakan

jaring kain yang diberi larutan tapioka/kanji, dan

serangga akan menempel pada kain yang telah

diberi kanji tersebut.

4. Pemanfaatan musuh alami, antara lain capung,

laba-laba semut dan kepik. Musuh-musuh alami ini

harus dilindungi dari penggunaan pestisida.

5. Penggunaan insektisida antara lain: Bancol 50 WP,

Trigard 75 WP, Agrimec 18 EC dan Mitac 200 EC

atau yang berbahan aktif bensultap, klorfenapir dan

siromazin. Penggunaan bahan-bahan kimia ini

adalah merupakan alternatif terakhir.

Gambar 10. Perangkat likat warna kuning

(Yellow trap)

Gambar 11. Sungkup jala (screen)

penghalau Lalat Liriomyza

2. Ulat Bawang (Spodoptera exigua Hun)

Gejala Serangan:

Ulat bawang dikenal juga dengan nama ulat daun.

Larva atau ulat muda menyerang tanaman dengan

Page 147: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

138

melubangi daun, menggerek permukaan bagian dalam

daun dan memisahkan epidermis bagian luar daun

sehingga bagian tersebut nampak lebih transparan.

Serangan berat dapat menurunkan hasil lebih dari

50%.

Pengendalian :

Pengendalian hama bawang dapat dilakukan dengan:

(a) Pergiliran tanaman dengan bukan tanaman inang

seperti palawija, (b) penanaman serempak

sehamparan, (c) pengumpulan dan pemusnahan

kelompok telur dan ulat bawang.

Untuk pengendalian imago ulat bawang dapat

menggunakan perangkap lampu yang dipasang secara

serentak pada satu hamparan. Penggunaan musuh

alami capung, kepik parasitoid Polites sp. Lalat

Tritaxys braueri, Lebah Telenomus sp. dan agen

hayati SE-NPV.

Pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan dengan

pestisida (insektisida) Larvin 375 AS, Hostation 40 EC,

Orthene 75 SP, Cascade 50 EC, Factal 150 SC dan

Buldok 25 EC. Atau yang berbahan aktif profenofos,

betasiflutrin, tiodikarb dan karbofuran.

Page 148: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

139

Gambar 12.

Telur Spodotepra exigua

Gambar 13.

Larva Spodotepra exigua

Gambar 14. Daun bawang terserang Ulat

Bawang (Spodoptera exigua Hubn)

Gambar 15. Gejala serangan Ulat Bawang

(Spodoptera exigua Hubn)

3. Trips (Trips tabacci Lind)

Gejala Serangan:

Trips dikenal sebagai hama putih. Serangan hama ini

menimbulkan noda putih mengilat. Ulat bawang

dikenal juga dengan nama ulat daun. Larva atau ulat

muda seperti perak pada daun, yang kemudian

berubah menjadi kecoklat-coklatan. Serangan berat

akan menyebabkan daun bawang merah berubah

Page 149: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

140

menjadi putih. Serangan biasa terjadi pada musim

kemarau sedangkan pada musim penghujan relatif

tidak ada serangan hama ini.

Gambar 16

Nimfa Thrips dewasa (Thrips tabaci Lind)

Gambar 17 Perangkat likat warna

kuning (Yellow trap) untuk

mengendalikan Thrips

Pengendalian :

Pengendalian hama trips dapat dilakukan dengan: (a)

Pergiliran tanaman dengan bukan tanaman inang

seperti palawija, (b) penanaman dilakukan pada

musim kemarau, (c) Menggunakan musuh alami

kumbang macan/kumbang helm predator

Coccinellidae.

Melakukan pengamatan perkembangan hama ini di

lahan minimal interval seminggu dua kali. Melakukan

pemasangan perangkap berwarna kuning berperekat

sebanyak 80-100 buah/hektar, atau menggunakan

lampu perangkap. Gunakan Nematoda Entomo

Patogen (NEP) bila telah dijumpai populasi hama dan

apabila polulasi dan serangan terus meningkat dapat

Page 150: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

141

dilakukan pengendalian dengan insektisida efektif

berbahan aktif betaslifutrin, piraklos. Atau

menggunakan insektisida antara lain Bayrusil 250 EC,

Meathrin 50 EC dan Mesurol 50 WP.

4. Ulat Tanah (Agrotis ipsilon)

Gejala Serangan:

Ulat tanah juga dikenal dengan nama ulat pemotong

(cutworm). Serangan hama ini dengan cara

memotong bagian pangkal batang sehingga tanaman

rebah. Meskipun tanaman masih bisa tumbuh kembali

namun pertumbuhannya terhambat. Ulat bersembunyi

dalam tanah dan aktif menyerang pada sore atau

malam hari.

Gambar 18.

Ulat Tanah (Agrotis ipsilon), aktif menyerang pada sore dan

malam hari

Gambar 19. Lampu perangkap untuk

mengendalikan ulat tanah dan ulat bawang

Pengendalian :

Pengendalian ulat tanah dapat dilakukan dengan: (a)

melakukan sanitasi kebun, melakukan reguing, (b)

Page 151: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

142

mengumpulkan dan membunuh ulat-ulat yang telah

ditemukan, (c) Melakukan pengolahan tanah sebaik-

baiknya sehingga pupa maupun ulat mati terkena

sinar matahari, (d) Menggunakan lampu perangkap

seperti pengendali pada ulat bawang, (d)

Menggunakan musuh alami Coccinella repanda,

Goniophona, Tritaxys braneri, dan (e) menggunakan

pengendalikan secara kimiawi dengan insektida

antara lain Dipterek 95 SC, Dursban 90 EC dan

Hostation 40 EC.

8.5. Penyakit Penting pada tanaman bawang merah ‘lembah palu’ dan cara pengendaliannya

1. Layu Fuzarium /Grey Leat Spot (Fusarium

oxysporum Hanz)

Penyebab: Cendawan (Fusarium oxyporum Hanz.)

Gejala Serangan:

Daun bawang menguning dan terpelintir, layu,

tanaman mudah tercabut pada dasar umbi,

sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan akar.

Umbi yang terserang akan menampakan dasar

umbi yang putih, karena massa cendawan dan

umbi membusuk dimulai dasar umbi.

Serangan lebih lanjut menyebabkan kematian,

dimulai dari ujung daun kemudian menjalar

kebagian bawah.

Page 152: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

143

Gejala terjadi ketika tanaman di lahan. Bila

serangan terjadi pada umbi bawang merah di

gudang penyimpanan, infeksi biasanya dimulai dari

akar atau luka pada umbi sehingga umbi

membusuk.

Gambar 20.

Penyakit Layu Fuzarium (Fusarium oxysporum Hanz)

Daun bawang merah yang terserang menjadi layu.

Kelayuan dimulai dari ujung daun. Penyebabnya

adalah cendawan Fusarium sp. yang mempunyai

miselium seperti benang berwarna putih dan akan

berubah warna menjadi kecoklatan.

Bentuk dan Bioekologi

Cendawan membentuk klamidospora dan dapat

bertahan lama didalam tanah.

Cendawan meginfeksi dengan cara menembus

jaringan pada dasar batang tanpa ada luka

sebelumnya.

Page 153: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

144

Panetrasi dipermudah bila terdapat luka.

Serangan cendawan pada umbi sangat lambat,

sehingga tidak menampakan gejala, namun setelah

disimpan dan bibit ditanam dilapangan, maka

gejala akan timbul.

Kelembaban yang tinggi didalam tanah akan

memacu perkembangan penyakit.

Inang lain

Mempunyai banyak tanaman inang dari keluarga

Solanacearum seperti cabe, kentang, tomat dan

terung-terungan lain serta bawang-bawangan.

Pengendalian

Cara kultur teknis:

1. Pegiliran tanaman dengan jenis tanaman yang

bukan inang dan tidak menanam bawang merah

pada lahan terserang/endemic dalam jangka

waktu lama.

2. Penanaman bibit tanaman yang toleran atau

resisten terhadap serangan trips.

3. Menggunakan bibit yang bebas penyakit.

Cara fisik dan mekanis:

1. Tanaman yang terserang segera dicabut dan

dimusnahkan dengan dibakar berikut tanah

sekitar perakarannya.

2. Drainase dipertahankan dalam keadaan baik.

Page 154: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

145

3. Menjaga tanaman tidak terluka akibat

perlakuan pemeliharaan.

Cara biologi:

1. Memanfaatkan musuh alami parasitoid,

predator dan pathogen.

2. Memanfaatkan aneka tanaman biopestisida

selektif.

Cara kimia:

1) Memberi pelakuan bibit sebelum ditanam

dengan fungisida selektif dan efektif.

2) Apabila cara pengendalian lainnya tidak mampu

menekan serangan layu fusarum sampai

mencapai 10%, aplikasi fungisida selektif dan

efektif sesuai dosis/konsentrasi yang

direkomendasi.

2. Antraknosa (Colletrotichum gloeospoiroides)

Penyebab: Cendawan (Colletotrichum gloeospooifrs

(Penz) Sacc).

Gejala Serangan:

Terjadi bercak-bercak putih tidak beraturan pada

daun terserang dengan ukuran kurang 1-2mm.

bercak-bercak tersebut berkembang dan melebar

kemudian berubah warna menjadi putih kehijauan.

Bercak-bercak kecil pada daun-daun muda atau

anakan akan menjadi sumber infeksi.

Page 155: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

146

Daun yang sakit kemudian mongering dan gugur.

Serangan pada tangkai daun menyebabkan daun

layu dan rontok.

Tanaman bawang dapat mati mendadak, karena

daun bagian bawah pangkal mengecil.

Pada bagian bunga terjadi bintik-bintik kecill

berwarna hitam terutama pada keadaan cuaca

lembab dan dapat menyebabkan rontoknya bunga.

Apabila terinfeksi berlanjut, spora akan terlihat

dangan koloni berwarna merah muda kemudian

berubah menjadi coklat gelap dan akhirnya menjadi

kehitam-hitaman.

Bentuk dan Bioekologi

Konidia dapat membentuk apresoria yang

dirangsang oleh keadaan suhu, kelembaban dan

nutrisi yang cocok.

Pada saat perkecambahan apresoria akan cepat dan

mudah menginfeksi inangnya.

Serangan tertekan bila mengalami cekaman musin

kemarau, drainase baik dan gulma terkendali.

Inang lain

Bawang putih, sirsak, jeruk, mangga, manggis, leci,

keweni, rambutan, apokat, jambu biji, delima,

anggrek.

Candawan penyebab dapat bertahan berbulan-

bulan pada ranting-ranting mati.

Page 156: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

147

Pengendalian

Cara kultur teknis:

1) Menggunakan benih sehat, bebas penyakit dan

kultivar resisten.

2) Merecanakan waktu tanam dengan tepat

(kemarau).

3) Melakukan pergiliran tanaman dengan

tanaman bukan inang.

4) Sanitasi lahan dengan membakar sisa tanaman

sakit dan pemeliharaan drainase sebaik

mungkin.

5) Tidak mengusahakan bawang merah secara

monokultur didaerah basah/lembab.

6) Jarak tanam yang paling cocok (tidak terlalu

rapat) sesuai kondisi daerah setempat, sanitasi

terhadap gulma dan pemeliharaan tanamanan

sebaik-baiknya.

7) Jika terjadi hujan pada siang hari, segara

siram dengan air bersih untuk mencuci

pathogen yang menempel pada daun.

Cara biologi:

1) Memanfatkan musuh alami parasitoid Aphytis

sp.

2) Memanfaatkan musuh alami predator family

Coccinellidae, seperti Coccinella repanda, C.

Page 157: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

148

transversalis; family: Syrphidae, Crysophidae

dan Lycosidae.

3) Memanfaatkan aneka tanaman biopestisida

selektif.

Cara kimiawi:

Aplikasi fungisida dapat dilakukan dengan:

1) Daun mengalami malformasi dan terjadi gugur

daun.

2) Gejala terjadi pada malai bunga dan kondisi

lingkungan menguntungkan bagi

perkembangan penyakit.

3) Hujan turun secara terus menerus selama 1-2

hari, sehingga kelembaban menjadi tinggi.

3. Embun Tepung/Powdery Mildew

Penyebab: Cendawan Sercospora duddie

Gejala

Pada serangan awal pucuk muda permukaan

ditutupi bulu-bulu halus/lapisan massa dari konidia

(spora) cendawan yang berbentuk tepung berwarna

ungu.

Dibawah lapisan tepung, jaringan tanaman

berwarna hijau kebasahan dan kemudian

berkembang menjadi kecoklatan.

Daun yang terserang mengeriput, layu dan

selanjutnya daun menjadi kering.

Page 158: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

149

Serangan berat menyebabkan pertumbuhan

tanaman menjadi terhambat dan menjalar ke umbi

hingga membusuk (tetapi lapisan luarnya

mongering dan berkerut).

Bentuk dan Bioekologi

Apresorium membulat, konidium berbentuk tong

dengan ujung-ujung yang membulat, tidak

berwarna, berbutir halus.

Konidium membentuk rantai yang terdiri atas 4-8

konidium, penyebarannya dipencarkan oleh angin.

Serangan penyakit ini dipengaruhi oleh ketinggian

tempat (jarang terjadi didataran rendah).

Perkembangan pathogen didukung oleh anakan dan

kelembaban tinggi.

Inang lain

Belum diketahui.

Pengendalian

Cara kultur teknis:

1. Penanaman sebaiknya pada musim kemarau.

2. Menggunakan bibit sehat dan bebas penyakit.

3. Melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman

bukan inang.

4. Pengaturan jarak tanam (tidak terlalu rapat)

untuk mengurangi kelembaban udara.

Page 159: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

150

Cara fisik dan mekanis:

1. Sanitasi lingkungan dengan mengumpulkan

pucuk dan daun yang terinfeksi serta tidak

produktif, selanjutnya dibakar untuk membunuh

pathogen.

2. Menjaga kondisi agroklimat disekitar tanaman

agar tetap kering dengan saluran drainase.

Cara biologi:

1. Memanfaatkan musuh alami parasitoid selektif.

2. Memanfaatkan aneka tanaman biopestisida

selektif.

Cara kimiawi:

1. Memberikan perlakuan benih sebelum tanam

dengan fungisida.

2. Untuk mencegah serangan penyakit ini, lakukan

penghembusan serbuk belerang dengan dosis

20-30 kg/ha atau yang direkomendasi.

3. Menggunakan fungisida selektif dan efektif pada

bagian pucuk dan daun tanaman terinfeksi

sesuai dosis/konsentrasi yang direkomendasi.

Page 160: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

151

4. Bercak Trotol/Alternaria

Penyebab: Cendawan (Alternaria porri)

Gejala

Terjadi bercak-becak melekuk pada daun, berwarna

putih atau kelabu. Pada saat cuaca lembab,

permukaan bercak dapt berwarna coklat atau

hitam.

Pada serangan lanjut terdapat bercak-bercak

menyerupai cicin berwarna agak ungu dengan tepi

agak merah atau keunguan dan dikelilingi oleh

bagian berwarna kuning yang dapat meluas keatas

atau kebawah bercak dan ujung daunnya

mongering.

Serangan trotol menyebabkan infeksi pada umbi,

diawali dari bagian leher umbi ditandai berwarna

kuning atau merah kecoklatan, sehinggga umbi

membusuk dan berair.

Serangan berat mengakibatkan jaringan umbi

mongering dan berwarna gelap.

Bentuk dan Bioekologi

Konidium dan konidiofor berwarna hitam atau

coklat, konidium berbentuk gada yang berseklat-

sekat pada salah satu ujungnya membesar dan

tumpul, ujung lainnya menyempit dan agak

panjang.

Page 161: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

152

Konidium dapat disebarkan oleh angin dan

menginfeksi tanaman melalui stomata atau luka

yang terjadi pada tanaman.

Pathogen dapat bertahan dari musim ke musim

pada sisa tanaman.

Keadaan cuaca yang lembab, mendung, hujan

rintik-rintik dapat mendorong perkembangan

penyakit.

Kondisi yang menguntungkan bagi perkembangan

pathogen adalah keadaan drainase tanah yang

buruk, suhu 30° - 32° C, pemupukan dengan dosis

N tinggi yang tidak berkembang.

Inang lain

Bawang putih, sirsak, jeruk, mangga, manggis, leci,

keweni, rambutan, apokat, jambu biji, delima,

anggrek.

Cendawan penyebab dapat bertahan berbulan-

bulan pada ranting-ranting mati.

Pengendalian

Cara kultur teknis:

1) Menggunakan benih sehat, bebas penyakit dan

kultivar resisten.

2) Merencanakan waktu tanam dengan tepat

(kemarau).

Page 162: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

153

3) Melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman

bukan inang.

Cara fisik dan mekanis:

1) Sanitasi lahan dengan membakar sisa tanaman

sakit dan pemeliharaan drainase sebaik mungkin.

2) Jarak tanam yang paling cocok (tidak telalau

rapat) sesuai kondisi daerah setempat, sanitasi

terhadap gulma dan pemeliharaan tanaman

sebaik-baiknya.

3) Menjaga lahan tidak tergenangdengan drainase

yang baik.

4) Jika terjadi hujan pada siang hari, segara siram

dengan air bersih untuk mencuci pathogen yang

menempal pada daun.

Cara biologi:

1) Memanfaatkan musuh alami parasitoid dan

pathogen antagonis.

2) Memanfaatkan aneka tanaman biopestisida

selektif.

Cara kimiawi:

Apliklasi fungisia dapat dilakukan apabila:

a. Daun mengalami malformasi dan terjadi gugur

daun.

Page 163: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

154

b. Gejala terjadi pada malai bunga dan kondisi

lingkungan menguntungkan bagi perkembangan

penyakit.

c. Hujan turun secara terus menerus selama 1-2

hari, sehingga kelembaban menjadi tinggi

5. Bercak Ungu (Alternaria porri)

Gejala Serangan:

Salah satu jenis gangguan yang biasa ditemui pada

daun adalah bercak ungu. Penyakit ini menyebabkan

daun-daun bawang merah mati, dan menyerang tanaman

bawang merah selama pertumbuhan sampai hasil panen

berupa umbi di penyimpanan. Penyebabnya adalah

cendawan Alternaria porri, yang memiliki bagian tubuh

yang menyerupai cendawan Alternaria Solani pada

tanaman kentang. Cendawan ini akan banyak menyerang

pada kondisi lingkungan yang lembab atau pada saat

curah hujan tinggi.

Gejalanya, muncul bercak melekuk pada daun,

berwarna putih atau kelabu. Pada serangan lebih lanjut

terdapat bercak menyerupai cincin, berwarna agak ungu

dengan tepi agak merah atau keunguan dan dikelilingi

oleh bagian yang berwarna kuning dan dapat meluas ke

atas atau ke bawah bercak dan ujung daun mengering.

Ujung daun yang mengering dapat patah pada saat atau

setelah panen, dan biasanya menimbulkan infeksi pada

Page 164: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

155

umbi, sehingga umbi membusuk dan berair yang bermula

pada bagian leher umbi dan berwarna kuning atau merah

kecoklatan. Serangan ini dapat merusak dan menurunkan

mutu umbi, karena umbi menjadi kering. Serangan ini

dapat merusak dan menurunkan mutu umbi, karena umbi

menjadi kering.

Gambar 21.

Bercak ungu (Alternarian porri)

yang menyerang umbi

Ujung daun yang mengering dapat patah pada saat

atau setelah panen, dan biasanya menimbul-kan infeksi

pada umbi, sehingga umbi membusuk dan berair yang

bermula pada bagian leher umbi dan berwarna kuning

atau merah kecoklatan.

Pengendalian

a. Melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman

palawija untuk menekan perkembangan jamur,

Page 165: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

156

terutama dimusim hujan yang kelembaban udaranya

tinggi.

b. Menggunakan umbi dari kultivar yang toleran

terhadap serangan penyakit.

c. Menggunakan benih dari tanaman yang sehat, tidak

kropos dan tidak terdapat luka pada kulit

umbi/terkelupas dan warnanya mengkilap.

d. Melakukan sanitasi dan pembersihan lahan,

membakar sisa-sisa tanaman yang sakit.

e. Menjaga kelembaban lahan dengan cara mengindari

genangan pada bedengan serta memperbaiki saluran

drainase.

f. Melakukan penyiraman di pagi hari dan tidak

melakukan penyiraman di sore atau malam hari.

g. Jika terjadi hujan di siang hari, maka tanaman segera

disiram dengan air bersih untuk menghindari patogen

yang akan menempel pada daun.

h. Menggunakan pupuk organik dengan penambahan

agens hayati Trichoderma pada setiap lubang

tanaman.

i. Apabila masih ditemukan serangan atau serangan

telah melampaui ambang ekonomi, dapat dilakukan

penyemprotan dengan fungisida efektif yang berbahan

aktif klorotalonil, mankoseb, promineb, difenokonazol.

j. Merek fungisida yang dapat dugunakan diantaranya

adalah Antracol 70 WP, Difolaton 4F, Dithane M45,

Orthocide 50 WP, Topsin M70 WP.

Page 166: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

157

BAB IX.

PANEN DAN PASCA PANEN 9.1. Pengantar

Pelaksanaan panen dan pascapanen merupakan

rangkaian kegiatan yang harus dilakukan secara cermat

dan hati-hati agar hasil yang diperoleh tetap memiliki

kualitas yang baik. Pemanenan sayuran dan buah-buahan

sebaiknya tidak dilakukan pada waktu hujan atau sesaat

sesudah hujan. Demikian juga, pemanenan bawang

merah sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari saat

cuaca cerah.

Penanganan panen dan pascapanen merupakan

suatu rangkaian kegiatan produksi tanaman. Kegiatan

ini perlu mendapat perhatian dan dilakukan secara

cermat agar hasil pertanian tidak mengalami kerusakan

dan kehilangan, sehingga menyebabkan terjadinya

susut pascapanen (postharvest losses). Susut

pascapanen dapat dikategorikan menjadi 3 macam,

yang masing-masing mempunyai implikasi ekonomis

yaitu (1) susut fisik (kuantitatif), yang dapat diukur

dengan berat, (2) susut kualitas karena ada perubahan

wujud, cita rasa, warna dan tekstur dan (3) susut nilai

gizi. Adapun penyebab terjadinya susut pascapanen ini

antara lain disebabkan karena luka mekanis, tercecer,

serangan mikroba, insekta, rodentia serta proses

fisiologis.

Page 167: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

158

Hasil panen harus dilindungi dari lingkungan yang

merusak seperti suhu dan kelembaban serta dari

serangan mikrobia pembusuk. Penanganan pascapanen

seperti pengeringan, penyimpanan, pengemasan dan

pengolahan harus dilakukan secara tepat, sedemikian

rupa sehingga dapat diperoleh bahan baku yang

berkualitas untuk industri pengolahan.

9.2. Umur panen dan kriteria panen bawang merah ‘lembah palu’

Perlakuan panen akan mempengaruhi hasil

produksi dan proses penanganan selanjutnya. Dalam

pemanenan beberapa hal yang perlu diperhatikan antara

lain waktu atau umur panen serta cara pemanenan.

Umur panen bawang merah sangat ditentukan oleh

ketinggian tempat penanaman dan varietasnya. Tanaman

bawang merah yang ditanam di dataran tinggi memiliki

umur lebih panjang dibandingkan dengan tanaman

bawang merah yang ditanam di daerah dataran rendah.

Di dataran tinggi tanaman bawang merah biasanya

memiliki umur panen lebih lama beberapa hari jika

dibandingkan dengan yang ditanam pada dataran rendah.

Hal ini juga sangat tergantung pada jenis atau

varietasnya (berumur pendek atau berumur panjang),

umur panen bawang merah juga tergantung pada tempat

penanaman dan kesuburan tanahnya. Varietas yang

berumur pendek seperti bawang merah varietas ‘lembah

Page 168: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

159

palu’ yang diperuntukkan sebagai bahan baku bawang

goreng dapat dipanen pada umur sekitar 60-65 hari,

sedangkan untuk bibit dipanen pada umur 70-85 hari

setelah tanam. Bawang merah ‘lembah palu’ yang

ditanam di dataran tinggi (800 m dpl.) dipanen setelah

umur 70-75 hari, sedangkan jika ditanam di dataran

rendah (100 m dpl.) dapat dipanen pada umur 60-65 hari

setelah tanam (Muhammad-Ansar, 2012). Tanaman

bawang merah yang tanamannya tumbuh subur umurnya

juga relatif lebih panjang karena pertumbuhan

vegetatifnya sangat aktif.

Tanaman bawang merah yang siap dipanen ditandai

dengan daun tanaman mulai menguning, pangkal daun

sudah lemas jika dipegang, dan daun bagian atas mulai

rebah. Keadaan daun yang telah menguning rata-rata

telah mencapai 75%-85% dari jumlah tanaman. Selain

itu, sebagian besar umbi sudah tampak di permukaan

tanah, lapisan umbi penuh berisi, dan warna umbi merah

mengkilat.

Gambar 22.

Ciri-ciri siap panen: daun nampak mulai layu dan terkulai

Gambar 23. Umbi nampak mulai

terangkat ke atas permukaan tanah

Page 169: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

160

Untuk mengetahui tingkat kemasakan umbi

bawang merah, dapat juga dilihat dari keadaan fisik

tanaman maupun umbinya. Menurut Wibowo (1993),

jika 60-70 persen dari seluruh tanaman daun-daunnya

menguning atau mengering dan batang leher umbi

terkulai maka saat panenpun tiba. Pemanenan sebaiknya

dilakukan pada pagi hari saat kondisi cuaca cerah, tidak

hujan, dan daun tidak berembun lagi. Selain itu,

keadaan tanah harus kering agar umbi tidak cepat

busuk.

Sesuai dengan kriteria tersebut, pada umumnya

bawang merah sudah dapat dipanen pada umur 60-70

hari setelah tanam. Umbi yang dipanen terlalu muda

kurang baik kualitasnya karena akan cepat lunak dan

keriput ketika dikeringanginkan. Bawang merah yang

dipanen cukup umur memiliki umbi yang keras, padat,

tidak mudah keriput dan membusuk, serta tahan lama

simpan. Jika hendak digunakan untuk bibit, umbi harus

dipanen tua. Apabila bawang merah diusahakan secara

intensif dan tidak ada gangguan hama dan penyakit,

produksi umbi bisa mencapai 8-14 ton/ha, tergantung

pada varietasnya. Untuk bawang merah ‘lembah palu’

memiliki potensi hasil 9,7 ton/ha, namun hasil budidaya

bawang merah oleh petani hanya dapat mencapai 3,5-5,0

t/ha.

Page 170: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

161

9.3. Cara panen bawang merah lembah palu

Pemungutan hasil sebaiknya dilakukan pada saat

cuaca cerah dan tidak hujan, dan sebaiknya pada pagi

atau sore hari. Beberapa hari sebelum pemanenan

sebaiknya seluruh tanaman disemprot dengan larutan

natrium maleat hydrazine (MH 10) agar umbi tidak

bertunas selama dalam penyimpanan. Panen dapat

dilakukan dengan mencabut seluruh tanaman secara hati-

hati agar tidak ada umbi yang tertinggal di dalam tanah.

Di lahan yang tanahnya padat, pemanenan dapat

dilakukan dengan menggunakan pacul, garpu tanah, atau

alat pencungkil yang bagian ujungnya pipih dan agak

runcing. Bawang merah yang telah dicabut segera diikat

bagian batangnya dalam beberapa rumpun. Selanjutnya,

seluruh umbi dimasukkan ke dalam karung. Selama

dalam pengangkutan ke tempat penampungan

diusahakan agar tidak ada umbi yang tercecer.

9.4. Penanganan Pascapanen

Setelah dipanen, bawang merah perlu

mendapatkan penanganan yang hati-hati agar kualitasnya

dapat terjaga tetap baik. Penanganan tersebut

diantaranya meliputi pembersihan, pengeringan,

penyimpanan, dan pengemasan.

a. Pembersihan

Umbi bawang merah setelah dipanen dibersihkan

bersama-sama pada saat pengikatan (kaili: bembeng).

Page 171: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

162

Kotoran yang menempel pada umbi dibersihkan,

kemudian akarnya dipotong dengan pisau atau gunting

yang tajam. Pekerjaan berikutnya adalah pengikatan/

bembeng, yaitu batang bawang merah yang sudah kering

bersama daunnya sekitar satu genggam diikat menjadi

satu. Setiap dua ikat diikat lagi menjadi satu agar mudah

digantuntungkan di para-para. Umbi bawang merah yang

daunnya rusak langsung dipotong (jawa/kaili: diprotol)

dari batangnya, kemudian dijemur. Alas tempat

penjemuran harus bersih dan kering, misalnya karung

plastik atau alas anyaman bambu (gedheg).

b. Pengeringan

Bawang merah yang telah dipanen harus segera

dikeringkan untuk mencegah kerusakan yang disebabkan

oleh cendawan atau bakteri pembusuk. Bawang merah

yang masih segar perlu dilayukan atau diperam selama

dua hari, kemudian dijemur dengan cara dihamparkan di

atas tikar bambu atau sejenisnya. Selama penjemuran

diusahakan agar bawang merah tidak bertumpuk-tumpuk

untuk menghindari terjadinya kerusakan umbi. Dalam

penyimpanan posisi umbi harus terlindung oleh daun.

Dengan cara demikian, penguapan air dari umbi

berlangsung memakan waktu sekitar 3-4 hari.

Pengeringan bawang merah dihentikan jika kulitnya telah

kelihatan mengilap dan bila digesek-gesekkan satu

dengan yang lain terdengar suara gemerisik.

Page 172: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

163

Pengeringan adalah proses pengeluaran air dari

suatu bahan pertanian menuju kadar air keseimbangan

dengan udara sekeliling atau pada tingkat kadar air

dimana mutu bahan pertanian dapat dijaga dari serangan

jamur, aktivitas serangga dan enzim (Henderson dan

Perry 1976). Secara tradisional, pengeringan dilakukan

dengan sinar matahari, tetapi sekarang beberapa

makanan didehidrasi dibawah kondisi pengeringan dengan

menggunakan aneka ragam metode pengeringan (Buckle

et al., 1987).

Proses pengeringan dapat dilakukan dengan cara

pengeringan sinar matahari atau diangin-anginkan di

tempat yang teduh. Pengeringan sistem kedua lebih lama,

tetapi akan memberikan hasil yang lebih baik

Bawang merah yang baru dipanen disusun rapi

dengan susunan daun pada baris kedua menutup umbi

baris pertama, dan daun baris ketiga menutup umbi baris

kedua, demikian seterusnya. Penyusunan seperti ini

bertujuan mencegah luka bakar pada umbi, di samping

untuk mengeringkan batangnya sehingga ketika diikat

atau dibembeng betul-betul kuat. Lama penjemuran

biasanya cukup dilakukan selama 2-3 hari jika kondisi

cuaca cerah.

Tujuan utama pengeringan adalah mengurangi

kadar air bahan sampai batas dimana perkembangan

mikroorganisme dan kegiatan enzim yang dapat

menyebabkan pembusukan terhambat atau terhenti.

Page 173: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

164

Dengan demikian bahan yang dikeringkan dapat

mempunyai waktu simpan yang lama (Taib et al., 1988).

Pengeringan dapat dilakukan dengan beberapa

cara, yakni penjemuran, pengasapan, dan pengeringan

dengan alat mekanis.

b.1. Penjemuran

Penjemuran bawang merah sudah dianggap cukup

kering kalau beratnya sudah susut sampai 15-20%.

Kalau cuaca sedang cerah dengan sinar matahari cukup,

bawang merah sudah cukup kering setelah dijemur 3-4

hari (Wibowo, 1993), sedangkan menurut Soetiarso

(1998) bawang merah yang sudah dijemur selama 3-

4 hari (daun masih agak kehijauan dan lembab, pada

umbi masih ada tanah yang menempel) disebut kering

lokal, sedangkan kering eskip adalah bawang merah

yang sudah dijemur sekitar 7 hari (daun sudah kering,

kulit luar umbi sudah mengelupas, umbi sudah bersih

dari tanah dan akar). Bawang merah yang sudah kering,

umbinya nampak mengkilat, padat dan keras, wamanya

merah, batang leher umbi keras dan kering dan kalau

dipegang terasa gemerisik kering.

Cara pengeringan yang dilakukan petani

umumnya dimulai dengan proses pelayuan selama 2-3

hari di bawah terik matahari. Pelayuan dilaksanakan

dalam barisan yang berjumlah 5-7 baris dan disusun

sedemikian rupa sehingga umbi tertutupi oleh daun,

Page 174: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

165

dengan demikian umbi dapat terhindar dari sengatan

matahari langsung. Sengatan matahari yang langsung

selama proses pelayuan dapat mengakibatkan terjadinya

keriput dan rusaknya jaringan pelindung pada umbi

sehingga menyebabkan pudarnya warna kulit umbi

(Sunarjono et al., 1995).

Pengaruh lain yang ditimbulkan dari pelayuan

adalah adanya perubahan bentuk/ukuran pada umbi

dimana bagian pangkal umbi kelihatan agak lonjong

tetapi setelah dilakukan pelayuan akan kelihatan

membesar dan agak rata. Setelah proses pelayuan,

umbi bawang merah mengalami penyusutan sebesar

18,19-20,00% dan setelah proses pengeringan 23,81-

36,11% (Musaddad dan Histifarina 1998).

Menurut Muchtadi (1992), pelayuan sayur-

sayuran umbi dan umbi lapis (bulb) merupakan cara

yang paling efektif untuk menutup kembali permukaan

kulit yang teluka atau tergores. Proses penyembuhan

ini diperlukan agar luka atau goresan tersebut tidak

memperpendek umur simpan. Pembentukan epidermis

selama proses pelayuan dapat diaktifkan dengan suhu

dan kelembaban yang tinggi. Perubahan lain yang

terjadi selama proses pelayuan adalah menurunnya

kadar air, terutama pada bawang putih dan bawang

merah. Selain memperpanjang masa simpan, proses

pelayuan juga berguna untuk mencegah pertumbuhan

kapang. Setelah bawang merah mengalami proses

Page 175: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

166

pelayuan, dilanjutkan dengan proses penjemuran di

bawah sinar matahari selama 7-10 hari (Musaddad dan

Histifarina, 1998).

b.2. Pengeringan Mekanis

Umbi bawang merah dapat juga dikeringkan

dengan alat pengering mekanis. Alat pengering ini dapat

dibuat dari beberapa sumber panas, seperti kompor,

listrik dan batubara.

Currah dan Proctor (1990), mengemukakan bahwa

bawang merah yang dikeringkan pada suhu 25°C dengan

kelembaban 60-75% dapat mencegah pertunasan dan

pertumbuhan jamur. Selanjutnya Musaddad dan

Histifarina (1998), menyimpulkan bahwa pengeringan

dengan oven dryer pada suhu 46°C selama 16 jam

merupakan perlakuan yang lebih baik dilihat dari susut

bobot, pertunasan dan kebusukan dibandingkan dengan

pengeringan sinar matahari. Proses pelayuan ini berakhir

jika umbi mencapai susut bobot 35% (Tjiptono 1986).

Untuk Pengeringan dengan sumber panas

kompor, suhu diatur sekitar 34-35°C dan biasanya dalam

waktu 12 jam umbi bawang merah sudah cukup kering,

yaitu beratnya susut sekitar 15-20% (Wibowo 1999).

Sanguansri dan Gould (1992) melaporkan bahwa

pelayuan dengan menggunakan udara panas dapat

mengurangi susut bobot dan mempertahankan warna.

Page 176: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

167

b.3. Pengasapan

Pengasapan dapat dilakukan di tempat khusus

atau di atas dapur dengan membuat para-para dari

kayu sebagai tempat untuk menggantungkan ikatan-

ikatan bawang merah. Asap berasal dari tungku yang

bahan bakarnya kayu atau sekam. Agar pengasapan

dapat berlangsung dengan baik, panas ruangan diatur

antara 34-35°C. Dalam waktu sekitar 12 jam, umbi

sudah kering apabila panas ruangan dapat

dipertahankan normal (Rahayu dan Berlian 1998).

c. Penyimpanan

Penyimpanan merupakan salah satu cara untuk

mempertahankan mutu produk yang masih hidup,

memperpanjang daya guna, menghindarkan

melimpahriya produk di pasaran saat panen raya dan

menjaga kesinambungan pemasaran, sehingga fluktuasi

harga dapat terkendali serta sebagai upaya untuk

menjaga kuantitas, kualitas dan kontinyuitas bahan

baku industri.

Bawang merah memerlukan kondisi penyimpanan

yang memadai agar mutunya relatif bertahan. Suhu

yang terlalu tinggi menyebabkan tingginya susut bobot

dan menyebabkan umbi menjadi kisut. Sedang

kelembaban relatif yang terlalu tinggi memberi peluang

yang baik bagi pertumbuhan jamur dan kapang serta

merangsang tumbuhnya tunas dan akar (Ryal dan

Lipton 1978).

Page 177: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

168

Proses fisiologis dan patologis yang berjalan

dalam penyimpanan bawang merah berkaitan dengan

proses fisis yaitu pertukaran panas dan uap air yang

mempengaruhi lingkungan penyimpanan. Seiring dengan

berjalannya waktu, perkecambahan dan perkembangan

akar akan terjadi pada umbi. Ukuran umbi, tekanan

kulit akan berubah, dan kulit menjadi retak. Hal ini akan

meningkatkan konduktivitas kulit terhadap uap air,

mempercepat kehilangan air dari umbi. Oleh karena

terjadi pertunasan, respirasi dan output panas akan

meningkat, karbondioksida dan uap air dari umbi juga

meningkat. (Burton 1982). Kelembaban relatif (Relatif

Humidity/RH) penyimpanan 65-70% akan menjaga

kulit fleksibel dan elastik. Pada RH rendah kulit

menjadi sangat rapuh dan rnudah retak, yaitu ketika

kandungan airnya dibawah 20% (Currah dan Proctor

1990).

Secara tradisional, hasil panen bawang

merah disimpan di ruang dapur dengan

menggantungkannya pada rentangan tali. Penyimpanan

demikian dapat bertahan selama 6 bulan karena udara di

sekitarnya dikeringkan oleh panas tungku dapur, sehingga

bakteri dan cendawan tidak dapat berkembang dengan

baik.

Karmakar dan Joshi (1941), dikutip dalam

Salunkhe dan Desai (1990), melaporkan bahwa

penyimpanan bawang merah pada suhu 30°C tidak

Page 178: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

169

akan mengurangi jumlah padatan terlarut tetapi akan

menurunkan kandungan gula reduksi. Pada tingkat

kemasakan optimal, umbi bawang biasanya berada

dalam masa dorman. Waktu dorman (istirahat)

berbeda untuk setiap jenis bawang, serta bergantung

pada lahan tempat tumbuh dan kondisi penyimpanan.

c.1. Penyimpanan di Atas Perapian

Penyimpanan di atas perapian merupakan cara

yang umum dilakukan oleh petani yang sebagian besar

ditujukan untuk penyediaan bibit. Selain Iebih murah

dan mudah dilakukan, cara penyimpanan ini relatif

dapat mempertahankan mutu. Hubungannya terhadap

perlindungan mutu diduga oleh terbakarnya

selulosa/lignin ungu sehingga terurai menjadi senyawa

yang dapat merupakan bahan pengawet, mencegah

pertunasan dan serangan hama. Namun demikian,

ternyata cara ini menimbulkan kehilangan hasil yang

cukup tinggi (20-70%) selama 2 bulan penyimpanan

(Musaddad dan Sinaga 1995).

c.2. Penyimpanan di Ruang Berventilasi

Kondisi ruang/gudang penyimpanan yang baik

adalah bersih, kering dan tidak lembab. Kondisi ini

dapat diperoleh dengan menciptakan sirkulasi dan

ventilasi udara yang memadai. Kelembaban yang terlalu

tinggi disertai suhu yang tinggi, dapat menyebabkan

terjadinya pembusukan umbi atau tumbuhnya tunas.

Page 179: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

170

Suhu yang baik untuk menyimpan bawang merah

adalah 30-34°C dan kelembabannya 65-75% (Wibowo,

1993).

Gambar 22.

Cara penyimpanan umbi bawang merah dengan cara

menggantung pada rak dalam gudang penyimpanan

Gambar 23. Cara penyimpanan umbi

bawang merah dengan cara menghamparkan pada rak

dalam gudang penyimpanan

Menurut Rukrnana (1994) ikatan bawang merah

dapat disimpan dalam rak-rak di gudang penyimpanan

yang bersuhu 25-30°C, kelembaban 70-80%, sedangkan

Rahayu dan Berlian (1998) menyatakan bahwa suhu

ruang penyimpanan bawang merah hendaknya berkisar

antara 25-30°C, kelembabannya 60-80%. Dalam kondisi

yang baik, bawang merah ‘lembah palu’ dapat disimpan

selama 4 bulan.

Hasil penelitian Musaddad dan Sinaga (1994)

menunjukkan bahwa penyimpanan bawang merah pada

suhu 30°C dan kelembaban 70% memberikan kualitas

yang baik, karena setelah 8 minggu penyimpanan

diperoleh kekerasan yang rnasih tinggi (2,5

mm/50g/10") kerusakan rendah (5%) dan VRS tinggi

Page 180: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

171

69,01 mikrogrek/gram). Sedangkan Sinaga dan Hartuti

(1991) menyimpulkan bahwa cara penyimpanan terbaik

ditunjukkan oleh bawang merah berdaun yang

digantung, karena selama penyimpanan diperoleh

tingkat kerusakan, susut bobot dan kadar air yang

rendah serta kadar total padatan terlarut yang tinggi.

c.3. Penyimpanan Dingin

Kondisi penyimpanan dingin untuk bawang merah

adalah pada suhu sekitar 0°C dan kelembabannya 65%.

Pada suhu 10-15°C umbi bawang merah akan cepat

tumbuh dan membentuk tunas (Wibowo 1999).

Penyimpanan dingin untuk bawang merah yang

dianjurkan oleh Pantastico (1993 ) adalah pada suhu 0°C

dengan RH 70-75%. Pada kondisi ini umur simpan

bawang merah 20-24 minggu.

Bahan dapat didinginkan menggunakan udara

dingin, air dingin, kontak evaporatif, pendinginan

vakum). Wills et al. (1981) mengemukakan bahwa laju

pendinginan hasil segar tergantung pada 5 faktor:

1) Kecepatan transfer panas dari bahan (tergantung

bentuk dan ukuran).

2) Perbedaan suhu antara bahan dan medium

pendingin.

3) Kecocokan medium pendingin dan komoditas.

4) Kecepatan aliran medium pendingin.

5) Sifat medium pendingin.

Page 181: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

172

d. Keadaan gudang atau ruang penyimpanan

Ruang penyimpanan atau gudang harus memiliki

ventilasi agar pertukaran udara didalamnya berjalan

lancer sehingga ruangan cukup kering dan tidak lembap.

Gudang atau ruang penyimpanan harus bersih dari segala

kotoran agar hama atau bibit-bibit penyakit tidak

terbawa. Bangunan gudang dibuat dari bahan pilihan yang

dapat berfungsi sebagai isolator, misalnya papan kayu,

agar udara di dalam tidak banyak yang keluar sehingga

temperaturnya tetap stabil. Atap dibuat dari bahan yang

dapat menyerap panas, misalnya seng, dapat

menciptakan temperature ruang yang sesuai. Selain itu,

gudang atau ruang penyimpanan sebaiknya dibangun di

tempat terbuka agar dapat menerima sinar matahari

secara langsung sehingga dapat menyerap panas lebih

banyak. Gudang sebaiknya dilengkapi dengan rak-rak

untuk menempatkan bawang merah yang hendak

disimpan, baik dalam bentuk protolan maupun dalam

bentuk ikatan.

Sebelum digunakan, seluruh ruangan dalam

gudang harus difumigasiterlebih dahulu dengan pestisida

tablet, yaitu Photoxin 55% dengan dosis 1-3 tablet untuk

setiap 1 m3 ruangan. Pengasapan atau fumigasi harus

dilakukan dengan hati-hati karena pestisida ini sangat

berbahaya dan dapat meracuni pemakainya. Oleh sebab

itu, gunakan masker atau penutup hidung ketika

melakukan fumigasi agar terhindar dari keracunan.

Page 182: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

173

Setelah semua persyaratan teknis terpenuhi, bawang

merah dapat segera dimasukkan untuk disimpan dalam

gudang pada para-para yang telah disiapkan.

e. Suhu dan kelembapan ruangan

Suhu dan kelembapan dalam gudang sangat

berpengaruh terhadap tingkat kerusakan bawang merah

selama dalam penyimpanan. Suhu dan kelembapan yang

terlalu tinggi dapat mempercepat busuknya umbi dan

tumbuhnya tunas sehingga kualitasnya menjadi jelek. Jika

udara dalam gudang terlalu kering (suhu tinggi) dan

kelembapan udara rendah, basahi lantai dengan air atau

alirkan/hembuskan uap air ke dalam ruangan agar

kelembapan udara dapat meningkat. Jika kelembapan

terlalu tinggi, turunkan dengan cara mengalirkan zat yang

bersifat higroskopis, yaitu CaCl2 atau berikan batu kapur

di lantai gudang. Suhu ruang yang baik untuk

penyimpanan bawang merah berkisar antara 30oC-34oC,

dengan kelembapan udara nisbi antara 65%-75%.

f. Keadaan bawang merah

Keadaan atau kondisi bawang merah yang akan

disimpan dalam gudang sangat berpengaruh terhadap

daya simannya. Bawang merah yang masih basah lebih

pendek daya simpannya, walaupun gudang atau ruang

penyimpanan telah memenuhi persyaratan teknis. Umbi

bawang merah yang kadar airnya masih tinggi mudah

terserang oleh penyakit busuk umbi yang disebabkan oleh

Page 183: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

174

cendawan Aspergillus niger. Demikian pula, bila dalam

penyimpanan terdapat bawang merah yang rusak atau

terkena penyakit, maka daya simpannya juga menjadi

lebih pendek karena tertular oleh penyakit. Oleh sebab

itu, bawang merah yang akan disimpan dalam gudang

harus cukup kering dan kadar airnya sekitar 80%-85%

atau beratnya sudah susut sekitar 15%-20%. Selain itu,

bawang merah yang baik dan akan disimpan harus sudah

benar-benar bebas dari bawang merah yang rusak dan

terkena penyakit.

Sortasi dan Grading

Setelah umbi bawang merah kering, selanjutnya

dilakukan sortasi atau grading. Kegiatan sortasi

dimaksudkan untuk memilah-milahkan umbi yang

bermutu baik dari umbi yang bermutu rendah.

Jika akan langsung dikonsumsi, bawang merah

segera dipotong daun batangnya sekitar ±0,5 cm diatas

umbi. Demikian juga akar-akar yang masih panjang.

Pemotongan dilakukan dengan menggunakan pisau yang

tajam atau gunting. Selanjutnya, bawang merah dipisah-

pisahkan menurut standar mutu. Sementara, jika akan

disimpan, bawang merah biasanya diikat

(kaili=dibembeng) setelah sebagian daun dipotong hingga

tinggal setengahnya.

Page 184: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

175

DAFTAR REFERENSI

Agata J. Just M V. Jadwiga Z. 2005. Characterization Of A Nucleopolyhedrovirus Isolated From The Labolatory Rearing Of The Beet Armyworm Spodoptera exigua (Hbn.) In Poland. Journal of Plant Protection Research 44 (4).

Aitkenhead, P., Baker, C.R.B and Chickera, G.W.D. (1974) An outbreak of Spodoptera litura, a new pest under glass in Britain. Plant Pathol. 23:117-118.

Andi. M. A dan Syarifuddin, 2007. Mengungkap Kearifan Lingkungan Sulawesi Selatan, PPLH Regional Sulawesi, Maluku dan Papua, Kementerian Negara Lingkungan Hidup RI dan Masagena Press. Makasar.

Arifin, M. 1991. Bioekologi, serangan dan pengendalian hama pemakan daun kedelai.Lokakarya Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Kedelai. Malang, 8-11Agustus 1991.

Arifin, N.S. and Okubo, H. 1996. Geographical distribution of allozyme patterns in shallot (Allium cepavar. ascalonicumBacker) and wakegi onion (A. × wakegi Araki). Euphytica. Vol.9(1): 305-313.

Bahrudin, I. Wahyudi, Muhammad-Ansar dan S. Sanrang, 2009. Kajian SOP (Standard Operating Procedure) Sistem Budidaya dan Pasca Panen Bawang Merah Lokal Palu di Sulawesi Tengah. Hibah kompetitip Penelitian Sesuai Prioritas Nasional BATCH II. Laporan Penelitian LPPM Universitas Tadulako. Palu.

Bahrudin, Muhammad-Ansar dan I. Madauna, 2014. Kajian Viabilitas dan Vigor Benih Asal Dari Berbagai Sentra Bawang Merah Varietas Lembah Palu. Prosiding Seminar Nasional PERHORTI, Universitas Brawijaya. Malang.

Page 185: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

176

Bahrudin dan Muhammad-Ansar, 2015. Aplikasi Sungkup Plastik Dan Mulsa Untuk Meningkatkan Adaptasi Tanaman Bawang Merah Varietas ‘Lembah Palu’ Pada Dataran Medium. Prosiding Seminar Nasional PERHORTI, IPB Bogor, 19-21 Nopember 2015.

Bakhri, S., Chatidjah, A. Ardjanhar, dan J.G. Kindangen. 2000. Penerapan paket teknologi budi daya bawang merah dan kentang di Sulawesi Tengah. Prosiding Aplikasi Paket Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah. hlm. 37–46.

Basuki, R.S.2010. Sistem pengadaan dan distribusi bibit bawang merah pada tingkat Petani di Kabupaten Brebes. J. Hort. 20 (2) : 186 – 195.

Benkeblia, N., P. Varoquaux, N. Shiomi, and H. Sakai. 2002. Storage technology of onion bulbs c.v. Rouge Amposta: effects of irradiation, maleic hydrazide and carbamate isopropyl, N- phenyl (CIP) on respiration rate and carbohydrates. International Journal of Food Science and Technology. 37: 169 – 175.

BPTP Sulteng. 2004. Satu Dasawarsa Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Tengah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Tengah, Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Jakarta.

Brady, N.C. 1990. The nature and properties of soils. The MacMillan Publishing Company. New York.

Buckle KA., RA. Edward, GH. Fleet, M. Woott. 1987. Ihnu Pangan. N Pumomo dan Adiono, penerjemah. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Terjemahan dari: Food Science.

Page 186: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

177

Budi, A.S., Afandhi, A. and Puspitarini, R.D. (2013) Patogenisitas Jamur Entemopatogen Beauveria bassiana Balsamo (Deuteromycetes : Moniliales) Pada Larva Spodoptera litura Fabricius (Lepidoptera : Noctuidae). Jurnal HPT Volume 1 Nomor 1.

Burton WG. 1982. Post Harvest Physiology of Food Crops. UK: Longman. Hartow.

Cahyono, B. 1996. Budidaya Bawang merah Dataran Rendah Usaha Mengembangkan,Memasarkan dan Analisis Produksi. C.V. Aneka: Solo.

Comadug, V. S and M.B. Simon. 2002. Storage duration, growth & yield of shallot. Philippine Journal of Crop Science. 27(3): 15-21.

Curah L, FJ Proctor. 1990. Onion in Tropical Regions. Natural Recources Institut (NRI). Buletin XII (35): 65-70

Cys, E van Ranst, J. Debaveye and F. Beernaert. 1993. Land evaluation. Part III Crop Requirements. Agricultural Publications–No 7; General Administration for Development Cooperation. Belgium.

Dinas Pertanian Kab. Donggala, 2006. Laporan Tahunan. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan Kab. Donggala. Donggala.

Dinas Pertanian Kota Palu, 2006. Data Base Pertanian, Kehutanan dan Kelautan Kota Palu. Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kelautan Kota Palu. Palu.

Diperta Sulteng. 2009. Standard Operating Procedure (SOP) Budidaya Bawang Merah Varietas Palu. Dinas Pertanian Propinsi Sulawesi Tengah. Palu.

Diperta Sulteng. 2010. Laporan Tahunan. Dinas Pertanian Sulawesi Tengah.

Dwidjoseputro, D. 1981. Pengantar fisiologi tumbuhan. Gramedia. Jakarta.

Page 187: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

178

Erythrina., 2011. Perbenihan dan budidaya bawang merah. Seminar nasional inovasi teknologi pertanian untuk menunjang ketahanan pangan dan swasembada beras berkelanjutan di Sulawesi Utara. Hlm: 74- 84.

Ganet, J., 1994. Allodiploid nature of Allium wakegi Araki revealed by genomic in situ hybridization and localization of 5S and 18S rDNAs. Biological Institute, Faculty of Education, Ehime University, Matsuyama, Japan. Aug:69(4):407-15.

Gomez, K.A. and A.A.Gomez. 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian. Terjemahan: Endang Syamsuddin and Justika S. Baharsjah. UI-Press. Jakarta. Hlm: 342-360.

Hadid,A. dan Maemunah, 2001. Pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah dengan modifikasi iklim mikro. J.Agroland 8(4): 377-384.

Hakim, N., M.Y. Nyakpa, A.M. Lubis, S.G. Nugroho, M.R. Saul, M.A. Diha, G.B. Hong & H.H. Bailey. 1986. Dasar-dasar ilmu tanah. Universitas Lampung. Lampung.

Hartati, 2009 dalam Siti.F 2011. Toksisitas Nematoda Entomopatogen (Steinernema Spp) Hasil Biakan Pada Media Kuning Telur Terhadap Hama Tanaman Sawi (Spodoptera Litura). Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Surabaya 2011.

Havlin, J. L., J. D. Beaton, S. L. Tisdale and W. L. Nelson. 2005. 2005. Soil Fertility and Fertilizers. An Introduction to Nutrient Management. Pearson Education, Inc., Upper Sadle River, New Jersey 07458.

Henderson SM, RL Perry. 1976. Agricultural Process Enginering. USA: The AVI Publi. Company incorporatiaon. Westport Connecticut.

Page 188: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

179

Hidayat, A. 2004. Budidaya Bawang Merah. Beberapa hasil Penelitian di Kabupaten Brebes. Makalah disampaikan pada Temu Teknologi Budidaya Bawang Merah. Direktorat Tanaman Sayuran dan Bio Farmaka, Brebes 3 September 2004.

Histifarina D, D Musaddad. 1998. Pengaruh Cara Pelayuan Daun, Pengeringan, dan Pemangkasan Daun Terhadap Mutu dan Daya Simpan Bawang Merah. J. Hort. 8 (1): 1036-1047.

Humberto, B. C., dan JS. Alan. 2013. Implications of Inorganik Fertilization of Irrigated Corn on Soil Properties: Lessons Learned after 50 years, Journal of Environment Quality, Vol 42, no. 3, pp. 861.

Islam, M.A., A.T.M. Shamsuddoha, M.S.I. Bhuiyan and M. Hasanuzzaman. 2008. Response of summer onion to potash and its application Methods. American- Eurasian Journal of Agronomy. 1 (1): 10 – 15.

Jumin, H.B. 2002. Agroekologi. Suatu pendekatan fisiologis. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Kalshoven, L.G.E. (1981) The Pets of Crops In Indonesia. Revised And Translated by P.A. Van der Laan. PT. Ictiar Baru. Van Hoeve. Jakarta.

Kalshoven. 1981. The Pests of Crops in Indonesia. Jakarta: PT. Ichtiar Baru – Van Hoeve.

Kementerian Pertanian. 2015. Berita Resmi PVT Pendaftaran Varietas Lokal Bawang Merah Lembah Palu. No. Publikasi: 040/BR/PVL/ 04/2015.

Kramer, P.J. 1980. Plant and soil water relationships. A Modern Synthesis. TataMcGrow-Hill. Publ. Co. LTD. New Delhi.

Lasa R. Caballero P. Williams T. 2007.A Juvenile Hormone Analogs Greatly Increase The Production of A Nucleopolyhedrovirus. Journal of Bio. Control 4 (1): 389-396.

Page 189: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

180

Levitt, L. 1980. Responses of plants to environment stresses. Dep. Of Plant Biology. Carnages Ins. Of Washington Standford, California, MD.

Limbongan, J. an A. Monde. 1999. Pengaruh pupuk organik dan anorganik terhadap pertumbuhan dan produksi bawan merah kultivar Palu. J. Hortikultura 9 (3): 212-219.

Limbongan, J. dan Maskar, 2003. Potensi pengembangan dan ketersediaan teknologi bawang merah Lembah Palu di Sulawesi Tengah. J. Litbang Pertanian. 22 (3) ): 103-108.

Limbongan, J. dan Maskar, 2003. Potensi pengembangan dan ketersediaan teknologi bawang merah Palu di Sulawesi Tengah. Jurnal Litbang Pertanian 22(3):103-108.

Maemunah dan Bustami, M.U., 2013. Strategi perbanyakan bawang merah Lembah Palu melalui kultur jaringan untuk menyediakan benih berkualitas. Laporan akhir penelitian Hibah Bersaing 2013. Universitas Tadulako. Palu.

Maemunah dan M.S. Saleh. 2007. Potensi pengembangan dan hasil penelitian bawang merah unggulan Sulawesi Tengah.. Prosiding Hasil-Hasil Penelitian dan Pengembangan di Sulawesi Tengah.hal. 108-113.

Maemunah dan M.S. Saleh. 2007. Potensi pengembangan dan hasil penelitian bawang merah unggulan Sulawesi Tengah.. Prosiding Hasil-Hasil Penelitian dan Pengembangan di Sulawesi Tengah.hal. 108-113.

Maemunah dan Nurhayati. 2011. Vigor kekuatan tumbuh (vkt) bibit bawang goreng lokal Palu terhadap kekeringan. J.Agrivigor. 11(1): 8 – 16.

Maemunah, 2015. Perbaikan teknologi produksi bawang merah Lembah Palu. Disertasi. Program Doktoral Sains Pertanian. Universitas Brawijaya, Malang.

Page 190: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

181

Maemunah, dan Ramal Yusuf., 2015. Perbanyakan embrio somatik bawang merah Lembah Palu sebagai upaya penyediakan benih berkualitas. Laporan akhir penelitian Hibah Bersaing 2015. Universitas Tadulako. Palu.

Maemunah, 2010. Viabilitas dan vigor bibit bawang merah pada berbagai varietas setelah penyimpanan. J.Agroland 17 ( 1): 18 – 22.

Maemunah, 2014. Produksi benih dan kearifan lokal dalam perbaikan mutu benih bawang lokal Palu. Prosiding seminar nasional “PERHORTI, Malang 5-7 November 2014 ISBN 978-979-508-017-6 226.

Maemunah, Hadid, A, Lapanjang, I., Nurhayati, Yusuf, R., Bustami, M.U. 2016. Perkembangan teknologi produksi benih dan kearifan lokal dalam perbaikan mutu benih bawang lokal Palu. Prosiding seminar nasional “PERAGI BOGOR ,27 April 2016. ISBN 978-979-508-017-6 226.

Maemunah, T.Wardiyati, B.Guritno and A. N. Sugiarto, 2015. The influence of storage area, storage method and seed quality character on the quality of shallot seed. Int. J. Adv. Res. Biol.Sci. 2(1): (2015): 158–164.

Marwoto dan Suharsono. (2008) Strategi dan Komponen Teknologi Pengendalian Ulat Grayak (Spodoptera litura Fabricius) pada Tanaman Kedelai. J. Litbang. Pertanian. 27: 131-136.

Maskar dan Y.P. Rahardjo. 2008. Budidaya Bawang Merah Lokal Palu dalam Petunjuk Teknis Teknologi Pendukung Pengembangan Agribisnis di Desa P4MI inAmran Muis, C. Khairani, Sukarjo dan Y. P. Rahardjo (ed), Prosiding. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah. hal. 64–76.

Page 191: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

182

Maskar, Sumarni, A. Kadir dan Chatijah. 1999. Pengaruh ukuran bibit dan jarak tanam terhadap hasil panen bawang merah verietas lokal Palu. Prosiding Seminar Nasional. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah.hal. 25-28.

Mentan. 2011. Surat keputusan menteri pertanian tentang pelepasan bawang merah varietas Lembah Palu sebagai varietas unggul. Menteri Pertanian Republik Indonesia. Jakarta.

Miyahara, Y., Wakikado, T. and Tanaka, A. (1971) [Seasonal changes in the number and size of the egg-masses of Prodenia litura]. Japanese J.Appl. Entomol. Zool. 15: 139-143.

Moekasan, T.K. dan L. Prabaningrum. 1997. Panduan Teknis : Penerapan PHT pada sistem tanam tumpanggilir bawang merah dan cabai. Kerjasama Balitsa dengan Novartis Crop Protection. 70 hal.

Muchtadi D. 1992. Fisiologi Pascapanen Sayuran dan Buah-buahan. Bogor: PAU Pangan dan Gizi IPB. Bogor.

Muhammad, H. , S. Sabihan, A. Rachim, dan H. Adijuwana. 2003. Pengaruh Pemberian Sulfur dan Blotong terhadap pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah pada Tanah Inceptisol. J.Hort. 13 (2): 95-104.

Muhammad Ansar, 2008. Pengaruh lama waktu pemberian air dan dosis pupuk kalium terhadap pertumbuhan dan hasil bawang merah. Jurnal AgroUPY Yogyakarta. Volume 2, Nomor 1.

Muhammad Ansar, 2009. Kajian aspek fisiologi tiga varietas lokal bawang merah pada keragaman ketinggian tempat. Prosiding Kongres dan Semnas Perhorti. IPB. Bogor.

Muhammad Ansar, 2011. Pertumbuhan, hasil dan kualitas umbi bawang merah pada kadar air tanah dan ketinggian tempat berbeda. Jurnal Agrivigor UNHAS. Volume 10, Nomor 2.

Page 192: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

183

Muhammad-Ansar, Tohari, B.H. Sunarjanto dan E. Sulistyani. 2011. Pengaruh lengas tanah terhadap pertumbuhan dan hasil tiga varietas lokal bawang merah pada ketinggian tempat berbeda. J. Agroland.18 (1): 8 – 14.

Muhammad-Ansar, 2012. Pertumbuhan dan hasil bawang merah pada keragaman ketinggian tempat. Disertasi. Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Muhammad-Ansar, Bahrudin dan I. Wahyudi, 2013. Modifikasi Lingkungan Mikro Menggunakan Sungkup Plastik dan Mulsa Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah Varietas Lembah Palu Pada Agroekosistem Lahan Sawah. Jurnal Agroland UNTAD. Volume 20, Nomor 1.

Muhammad-Ansar, Bahrudin dan I. Wahyudi, 2014. Pengujian Pemupukan Spesifik Pada Kondisi Agroekosistem Lahan Kering Sentra Pengembangan Bawang Merah Varietas Lembah Palu. Prosiding Seminar Nasional PERHORTI. Universitas Brawijaya. Malang.

Muhammad-Ansar, Bahrudin dan I. Wahyudi, 2015. Pengaruh Umur Panen dan Lama Penyimpanan Terhadap Viabilitas Dan Vigor Benih Bawang Merah ‘Lembah Palu’. Prosiding Seminar Nasional PERHORTI, IPB Bogor, 19-21 Nopember 2015.

Murata and Tojo. (2002) Utilization of Lipid for Flight and Reproduction Spodoptera litura (Lepidoptera : Noctuidae). J. Entomol. 99: 221-224.

Musaddad D, RM Sinaga. 1994. Pengaruh Suhu Penyimpanan Terhadap Mutu Umbi Bawang Merah (Allium ascalonicunzL.).Bul. Pend. Hort. 26 (2) :134-141.

Page 193: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

184

Musaddad D, RM Sinaga. 1995. Panen dan Penanganan Segar Bawang Merah. Di dalam Teknologi Produksi Bawang Merah. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta.

Mutia. O., 2013. Pengaruh Konsentrasi Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Varietas Bawang Merah (Allium ascalonicum L.). Universitas Tamansiswa. Padang.

Nabi, Ghulam., S.J. Rab A, Abbas, Farhattullah, F. Munsif and I.H. Shah. 2010. Influence of different dosis of potash on the quantity, quality and storage life of onion bulbs. J. Bot. 42(3): 2151-2163.

Nasir, B. 2007. Penggunaan Bioinsektisida Berbahan Aktif Beauveria bassiana Untuk Pengendalian Hama Spodoptera exiqua Hubner (Lepidoptera : Noctuidae) pada Tanaman Bawang Merah. J. AGROLAND (14)1:312-319.

Nasir, B. dan A. Wahid, 1998. Pengendalian Hama Ulat Bawang (Spodoptera exigua Hbn.) Dengan Bioinsektisida Bacillus thuringiensis Berl. dan Beauveria bassiana. Laporan Penelitian. Lembaga Penelitian Universitas Tadulako. Palu.

Nasir, B. dan A. Wahid, 1998. Pengendalian Hama Ulat Bawang (Spodoptera exigua Hbn.) Dengan Bioinsektisida Bacillus thuringiensis Berl. dan Beauveria bassiana. Laporan Penelitian. Lembaga Penelitian Universitas Tadulako. Palu

Nasir, B., 2004. Penggunaan Bioinsektisida Berbahan Aktif Beauveria bassiana Untuk Pengenndalian Hama Spodoptera exiqua Hubner. (Lepidoptera : Noctuidae) pada Tanaman Bawang Merah J. AGROLAND Vol 11(1): 56-62.

Page 194: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

185

Nasir, B., F. Pasaru dan Nurlela 2005. Efektivitas Berbagai Jenis Bioinsektisida Berbahan Aktif Bacillus thuringiensis Berl. Terhadap Perkembangan Populasi dan Tingkat Serangan Hama Ulat Bawang (Spodoptera exiqua, Hubner. Fakultas Pertanian Untad. Palu.

Nasir, B., Zulkifly dan Zalri 2008. Virulensi Isolat Beauveria bassiana (Bals.) Vuill. (Deuteromycetes: Moniliales) pada Berbagai Masa Inkubasi terhadap Mortalitas Larva Spodoptera exigua Hbn. (Lepidoptera: Noctuidae). Fakultas Pertanian Untad. Palu.

Notohardiprawiro, R.M.T. 1983. Selidik cepat ciri tanah di lapangan. Lab. Pedologi Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian UGM, Yogyakarta. Ghalia Indonesia. 94p.

Nuralam, M,. 2011. Strategi penyediaan bibit bawang merah Lembah Palu di Desa Bulupontu Jaya Kecamatan Birimaru Kabupaten Sigi. Agroland.18 (2) : 134 – 142.

Pantastico ERB. 1993. Fisiologi Pascapanen,. Penanganan dan Pemanfaatan Buah-buahan dan sayur-sayuran Tropika dan Subtropika. Kamarijani, penerjemah. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Terjemahan dart: Postharvest Physiology, Handling and Utilization of Tropical and Sub Tropical Fruits and vegetables.

Patena, L.F., Bernardita A dela Rosa and Teresita L. Rosario, 1991. In vitro respon of garlic (Allium sativum L.) and shallot (Allium ascalonicum L.) to 6-benzylaminopurine, kinetin, 2-isopentenyladenine, 1-naphthalene acetic acid and mannitol. Phillip J. Crop Sci. 26 (1) Pg 25-28.

Pracaya. 2005. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya, Jakarta.

Page 195: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

186

Pratama,Y .S. 2008. Pembuatan Pupuk Organik dan Anorganik Cair Dari Limbah Sayuran. 50 Hal.

Purnomo, J., S. Sutomo, W. Hartatik dan A. Rachman, 2007. Pengelolaan Kesuburan Tanah untuk Bawang Merah di Kabupaten Donggala. Proceeding Seminar Nasional Pengembangan Inovasi Lahan Marginal. Balai Penelitian Tanah Bogor.

Puslitbangtanak. 2000. Atlas sumberdaya tanah. Explorasi Indonesia skala 1:1.000.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Bogor.

Puslitbangtanak. 2004. Profil Sumberdaya Lahan Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Bogor.

Rahayu, E. dan N. Berlian, V.A. 1998. Bawang Merah. Bogor: Penebar Swadaya.

Rahayu, E. dan N. Berlian, V.A.. 2004. dalam Fauzi, Baharuddin A. 2014. Efektivitas Nematoda Entomopatogen pada Hama Bawang Merah Spodoptera exigua. Skripsi, Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang. Dr. Ir. Dyah Rini Indriyanti, M.P dan Dr. Sri Ngabekti, M.S.

Rahayu, E. dan N. Berlian, V.A. 2007. Bawang Merah. Penebar Swadaya. Jakarta.

Rahim, A.,S. Baja, M. Mustafa dan B. Ibrahim. 2012. Daya adaptasi dan potensi hasil bawang merah varietas Lembah Palu. http:/pasca.unhas.ac.id/jurnal/files. (03/03/ 2012).

Raihan, S. dan Nurtiyanti. 2002. Pengaruh Pemberian Bahan Organik Terhadap N dan P Tersedia Tanah Serta Hasil Beberapa Varietas Jagung di Lahan Pasang Surut Sulfat Masam. Agrivita 23 : 13-19.

Page 196: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

187

Rajiman. 2010. Pengaruh pemupukan anorganik terhadap kualitas umbi bibit bawang merah. Jurnal llmu-Ilmu Pertanian. 6 ( l) : 79 – 90.

Ramakrishnan, M., S. Antony Ceasar, V. Duraipandiyan, Melvin A. Daniel and S. Ignacimuthu, 2013. Efficacious somatic embryogenesis and fertile plant recovery from shoot apex explants of onion (Allium cepa L.). In Vitro Cell.Dev.Biol.

Rauf, 2003. dalam R. Rustam dkk. 2009. Studi Lalat Penggorok Daun Liriomyza spp. Pada Pertanaman Bawang Daun, dan Parasitoid Opius chromatomyiae Belokobyskij dan Wharton (Hymenoptera:Braconidae). J hpt Tropika, ISSN 1411-7525 Vol. 9, No.1:22-31, Maret 2009.

Rauf, A. 1999. Dinamika Populasi Spodoptera exigua (Hubner) (Lepidoptera:Noctuidae) Pada Pertanaman Bawang Merah Di Dataran Rendah.Buletin Hama dan Penyakit Tumbuhan 11(2):39-47(1999).

Rukmana R. 1994. Bawang Merah Budidaya dan Pengolahan Pascapanen. Kanisius. Yogyakarta.

Ryal AL, WJ Lipton. 1972. Handling, Transportation and Storage of Fruit and Vegetables. USA: AVI Publishing Inc. Westport. Connecticut.

Saidah, 2001. Kajian Pemberian Kasting dan ZA terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah Kultivar Lokal Palu. Thesis Program Pascasarjana Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Saidah. 2002. Pengaruh pemberian kascing dan ZA terhadap produksi bawang merah kultivar lokal Palu. J. Agroland 9 (4): 354-360. Desember 2002.

Salunke DK, BB Desai. 1984. Postharvest Biotechnology of Vegetables. Volume I. Florida: CRC Press. Inc.

Sanchez, P.A. 1992. Properties and Management of soils in the tropics (Sifat dan pengelolaan tanah tropika). Alih bahasa: Dra. J.T. Jayadinata, M.Sc.). Penerbit ITB. Bandung.

Page 197: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

188

Sanguansri P, LU Gould. 1992. Onion, Artificial Curing System and Obyective Quality Evaluation. Di dalam: Horticultur abstract 62 (11) : 1071

Sarjiman dan Mulyadi. 2011. Analisis Neraca Air Lahan Kering pada Iklim Kering untuk Mendukung Pola Tanam. http;//www.yahoo.com.dikunjungi 11 April 2011.

Sasrodarsono, S. dan T. Takeda. 1978. Hidrologi pengairan. PT. Pradnya Paramitra. Jakarta. 226 hal.

Setiadi, 2004., Bertanam Cabai. Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Setyowati, M. Sulistyaningsih, E. Dan Purwantoro, A. 2013. Induksi poliploidi dengan kolkisina pada kultur meristem batang bawang wakegi (Allium x wakegi Araki) Ilmu Pertanian. Vol.16 (1): 58–76.

Setyobudi, L. 1984. Bawang merah. Balai Penelitian Tanaman Horticultura. Malang, 4h.

Sinaga RM, N Hartuti. 1991. Pengaruh Cara Penyimpanan terhadap Mutu Bawang Merah. Bul. Penel. Hort. 20 (1).

Singh, S.P. and A.B. Verma. 2001. Response of onion (Allium cepa) to potassium application. Indian Journal of Agronomy. 46:182-185.

Sintim, H.O., Tashiro, T. and Motoyama, N. (2009) Response of the cutworm Spodoptera litura to sesame leaves or crude extracts in diet. 13pp. J.Insect Sci. 9: 52.

Soetiarso, TA. 1998. Pen2asaran Bawang Merah dan Cabai Merah. Bandung: Balai Penelitian Tanaman Sayuran.

Subagyo, H., N. Suharta, dan A.B. Siswanto. 2004. Tanah-tanah pertanian di Indonesia. Hal 21-65. Dalam A. Adimihardja et al., (penyunting). Sumberdaya Lahan Indonesia dan Pengelolaannya. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor.

Page 198: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

189

Subhan dan N. Nurtika. 2004. Penggunaan Pupuk NP Cair dan NPK (15-15-15) untuk Meningkatkan Hasil dan Kualitas Buah Tomat Varietas Oval. Jurnal Hortikultura. Vol 14 (4) : 253-257.

Sulistyaningsih, E., Y. Takatori, S. Isshiki and Y. Tashiro. 2008. Identification of wakegi onion in Indonesia by GISH. Spring Meeting Japanese Sociaty for Horticultural Science. Japan. P 070.

Sumiati, E.,N. Sumarni dan Hidayat. 2004. Perbaikan teknologi produksi umbi bibit bawang merah dengan ukuran umbi bibit, aplikasi ZPT, dan unsur hara mikroelement. J. Hort. 14 (1) : 25 – 32.

Sunaryono, H. dan P. Soedomo. 1983. Budidaya Bawang Merah. CV. Sinar Baru, Bandung.

Suriadikarta., D. Ardi., dan R.D.M. Simanungkalik. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Jawa Barat.

Suseno, H. 1974. Fisiologi Tumbuhan. Metabolisme dasar dan beberapa aspeknya. Departemen Botani, Institur Pertanian Bogor. Bogor.

Susetya, S.P. 2001. Panduan Lengkap Membuat Pupuk Organik. Pustaka Baru. Yogyakarta.

Suyatno. 1984. Bercocok Tanam Bawang Merah. Departemen Pertanian. Jakarta.

Taib G, G Said, S Wiraatmaja. 1987. Operasi Pengeringan pada Hasil Pertanian. Jakarta: PT. Mediyatama Sarana Perkasa.

Wedari, N. 2012. Pupuk Bio Organik Herbafarm. http//www. herbefarmnutriend.com/ infoherbafarm. html. [3 Februari 2016].

Wibowo S. 1999. Budidaya Bawang : Bawang Putih, Bawang Merah, Bawang Bombay. Bogor: PT Penebar Swadaya.

Page 199: TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALUrepository.untad.ac.id/3057/1/Buku Budidaya Bawang Merah... · 2019. 12. 19. · Teknologi Budidaya Bawang Merah ‘Lembah Palu’

190

Wibowo S. 2004. Budidaya Bawang. Jakarta : Penebar Swadaya.

Wibowo. 1988. Budidaya Bawang Putih, Bawang Merah dan Bawang Bombay. Penebar Swadaya. Jakarta.

Wills RH, Lee TH Lee, D Grajham, WB Mc Glasson, EG. Ha11.1981. Postharvest An Introduction to the physiology and Handling of Fruit and Vegetable. Australia: New South Wales University Press.