Tindakan Pencegahan Bovine Spongiform Encephalopathy...

4
Drh Ardilasunu Wicaksono, MSi | Tindakan Pencegahan Bovine Spongiform Encephalopat Copyright Ardilasunu Wicaksono [email protected] http://ardilasunu.staff.ipb.ac.id/tindakan-pencegahan-bovine-spongiform-encephalopathy-bse/ Tindakan Pencegahan Bovine Spongiform Encephalopathy (BSE) Pencegahan Bovine Spongiform Encephalopathy (BSE) dapat dilakukan dengan tidak memberikan pakan mengandung jaringan ruminansia yang mengandung prion pada hewan rentan. Menghindari pemberian meat-bone-meal (MBM) pada ternak jauh lebih baik dibandingkan melakukan proses pemanasan dan pengecilan partikel protein pada MBM, karena tidak dapat menginaktivasi prion secara keseluruhan. Tidak ada pengobatan untuk penyakit BSE, dan hewan yang diduga sakit dapat dieuthanasi untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Kebijakan pelarangan penggunaan pakan ruminansia asal jaringan tubuh ruminansia telah mengurangi kasus BSE secara signifikan. Sehingga perlu dilakukan pelarangan importasi MBM dan hewan maupun produk hewan dari negara berstatus tidak bebas BSE ke negara bebas BSE. Kegiatan surveillance pada daerah endemis dan memilki tingkat kejadian tinggi BSE dapat dilakukan secara terprogram dan berkelanjutan sehingga dapat mengurangi angka kejadian kasus BSE secara signifikan (Koeijer et al. 2002). page 1 / 4

Transcript of Tindakan Pencegahan Bovine Spongiform Encephalopathy...

Drh Ardilasunu Wicaksono, MSi | Tindakan Pencegahan Bovine Spongiform Encephalopathy (BSE)Copyright Ardilasunu Wicaksono [email protected]://ardilasunu.staff.ipb.ac.id/tindakan-pencegahan-bovine-spongiform-encephalopathy-bse/

Tindakan Pencegahan Bovine SpongiformEncephalopathy (BSE)

Pencegahan Bovine Spongiform Encephalopathy (BSE) dapat dilakukan dengantidak memberikan pakan mengandung jaringan ruminansia yang mengandung prionpada hewan rentan. Menghindari pemberian meat-bone-meal (MBM) pada ternakjauh lebih baik dibandingkan melakukan proses pemanasan dan pengecilan partikelprotein pada MBM, karena tidak dapat menginaktivasi prion secara keseluruhan.Tidak ada pengobatan untuk penyakit BSE, dan hewan yang diduga sakit dapatdieuthanasi untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

Kebijakan pelarangan penggunaan pakan ruminansia asal jaringan tubuhruminansia telah mengurangi kasus BSE secara signifikan. Sehingga perlu dilakukanpelarangan importasi MBM dan hewan maupun produk hewan dari negara berstatustidak bebas BSE ke negara bebas BSE. Kegiatan surveillance pada daerah endemisdan memilki tingkat kejadian tinggi BSE dapat dilakukan secara terprogram danberkelanjutan sehingga dapat mengurangi angka kejadian kasus BSE secarasignifikan (Koeijer et al. 2002).

page 1 / 4

Drh Ardilasunu Wicaksono, MSi | Tindakan Pencegahan Bovine Spongiform Encephalopathy (BSE)Copyright Ardilasunu Wicaksono [email protected]://ardilasunu.staff.ipb.ac.id/tindakan-pencegahan-bovine-spongiform-encephalopathy-bse/

Perlu dilakukan pengawasan sapi potong di RPH terhadap gejala klinis BSE yangmuncul saat pemeriksaan antemortem. Pemeriksaan ini dapat mencegahtersebarnya karkas yang berasal dari sapi yang terinfeksi BSE terdistribusi kemasyarakat sehingga tidak dikonsumsi. Di Inggris, karkas sapi dari hewan terinfeksiBSE tidak boleh dikonsumsi dan dilakukan pengolahan dengan pemanasan karkaspada suhu 133°C selama minimum 20 menit. Diperlukan juga pengawasan saatproses pengolahan karkas agar tidak terkontaminasi dengan Specified RiskMaterials (SRM) dari penyakit BSE (Bradley 2003).

Menurut OIE (2010), pencegahan BSE dilakukan dengan menerapkan Early WarningSistem / sistem deteksi dini yaitu antara lain dengan melakukan surveillance padalokasi yang terdeteksi adanya gejala neurologis pada ternak, program peningkatankesadaran masyarakat dengan penyuluhan, melakukan rapid test setelahpemotongan, melakukan transparansi laporan kasus BSE, pengawasan kebijakanimportasi hewan dan produknya sesuai dengan aturan OIE Terrestrial Code,menghindari kontaminasi specified risk material (SRM) seperti otak dan sumsumtulang belakang saat prosesing karkas di RPH, melarang penggunaan SRM padapakan hewan, melakukan stamping out pada hewan yang diduga terinfeksi akibatkonsumsi pakan mengandung SRM, melakukan pengelolaan limbah RPH denganbaik, dan melakukan pendataan ternak untuk mempermudah sistem surveillancedan telusur balik jika terjadi kasus.

Tidak ada pengobatan untuk penyakit vCJD pada manusia, melainkan hanya terapisecara supportif. Variant Creutzfeldt-Jakob disease (vCJD) dapat dihindari dengantidak memakan jaringan hewan ternak yang terinfeksi BSE. Beberapa Negaramenerapkan aktif surveillance dengan melakukan rapid test setelah pemotonganuntuk mendeteksi BSE. Brown et al. (2001) menyatakan bahwa di Negara Eropa,sapi yang berumur 30 bulan dilakukan tes BSE jika dagingnya akan dikonsumsi olehmanusia. Hewan roboh yang dipotong secara darurat yang berumur di atas 24bulan juga dilakukan pemeriksaan BSE.

Di Negara Inggris dan Jepang, karkas tidak diperbolehkan dikonsumsi manusiasampai hasil rapid test BSE dinyatakan negatif. Saat ini, beberapa negaramelakukan surveillance BSE pada ruminansia kecil. Adapun di beberapa Negara lainyang memiliki tingkat insidensi yang rendah, termasuk Inggris, hanya melakukan surveillance pada ternak yang memiliki resiko tinggi saja. Hewan tersebut tidakdapat dikonsumsi manusia dan karkas disimpan sampai pemeriksaan dilakukansecara lengkap.

page 2 / 4

Drh Ardilasunu Wicaksono, MSi | Tindakan Pencegahan Bovine Spongiform Encephalopathy (BSE)Copyright Ardilasunu Wicaksono [email protected]://ardilasunu.staff.ipb.ac.id/tindakan-pencegahan-bovine-spongiform-encephalopathy-bse/

Jaringan tubuh hewan yang memiliki risiko tinggi untuk menularkan BSE telahdilarang untuk konsumsi manusia di banyak negara. Di Amerika Serikat, jaringanyang dilarang untuk dikonsumsi antara lain otak, tulang, mata, saraf gangliatrigeminalis, saraf ganglia dorsal, sumsum tulang belakang, dan tulang belakangdari sapi yang berumur 30 bulan atau lebih. Di Inggris, jaringan yang dilarangadalah tulang dan sumsum tulang belakang sapi berumur di atas 12 tahun, dantulang belakang sapi berumur di atas 24 tahun. Organ tonsil, usus dan perut sapitidak diperbolehkan dikonsumsi. Dilakukan juga pengawasan pemotongan hewanagar tidak terjadi kontaminasi antara karkas dengan jaringan saraf.

Penularan vCJD antar manusia dapat dikurangi dengan penggunaan peralatanbedah yang sekali pakai pada saat operasi dan tidak melakukan donor/transfusidarah di negara yang tidak berstatus bebas BSE karena transmisi prion dapatditularkan melalui sel darah. Dianjurkan bagi para dokter hewan dan staflaboratorium untuk berhati-hati saat melakukan nekropsi hewan yang diduga BSE,dan di laboratorium dianjurkan untuk menangani BSE dengan BSL-3. Tindakanpencegahan standar adalah dengan memakai pakaian pelindung, menghindaritransmisi lewat luka terbuka, menghindari kontaminasi dengan kulit yangterkelupas, dan menghindari ingesti.

page 3 / 4

Drh Ardilasunu Wicaksono, MSi | Tindakan Pencegahan Bovine Spongiform Encephalopathy (BSE)Copyright Ardilasunu Wicaksono [email protected]://ardilasunu.staff.ipb.ac.id/tindakan-pencegahan-bovine-spongiform-encephalopathy-bse/

Dikarenakan prion dapat bertahan di lingkungan selama beberapa tahun dan sulituntuk didesinfeksi, maka tindakan pencegahannya adalah menghindari terjadinyakontaminasi pada permukaan dan peralatan. Kertas plastik yang sekali pakai dapatdigunakan untuk melindungi meja dan juga area permukaan lainnya. Saat ini masihbelum ada vaksin untuk penyakit vCJD maupun BSE.

Dekontaminasi dari prion yang berada di jaringan, permukaan, dan lingkungansangat sulit dilakukan. Prion tersebut sangat resisten pada kebanyakan desinfektan(termasuk formalin), pemanasan, radiasi ultraviolet, dan rasiasi ionisasi. Terutamaketika prion terlindungi oleh materi organik yang diawetkan dengan bahan fiksatifaldehida, titer prion terdeteksi tinggi. Prion dapat terikat dengan kuat padapermukaan suatu bahan seperti stainless steel dan plastik tanpa kehilanganinfektivitasnya. Prion yang terikat pada bahan metal memiliki resistensi yang lebihtinggi terhadap dekontaminasi.

Beberapa senyawa telah diteliti cukup efektif untuk desinfeksi terhadap prionantara lain larutan sodium hidroksida (Taylor 2001) atau larutan sodium hipoklorityang mengandung klorin 2%. Permukaan harus didesinfeksi lebih dari 1 jam padasuhu 20°C. Desinfeksi selama satu hari direkomendasikan untuk peralatan.Perlakuan pembersihan sebelum desinfeksi dapat mengeliminasi materi organikyang dapat melindungi prion.

Saat ini, penanganan menggunakan desinfektan fenol, pembersih alkalis (KOHdengan detergent), dan pembersih enzimatis yang dikombinasikan dengan uaphidrogen peroksida telah terbukti dapat menginaktivasi prion scrapie. Pembersihalkalis dan desinfektan fenol juga efektif terhadap prion BSE dan vCJD. Inaktivasiprion secara fisik dapat dilakukan dengan menggunakan autoclave pada suhu134-138°C selama 10 menit pada 30lb/in2.

Kombinasi antara penanganan secara kimiawi dan fisik dapat lebih efektif, dimanadesinfeksi secara kimia dilakukan terlebih dahulu setelah itu dibilas dan dilakukanautoclave. Namun kombinasi kedua penanganan ini tidak dapat menjamin untukmenghancurkan seluruh prion yang ada. Pada percobaan yang telah dilakukan,kawat stainless steel yang dicuci dengan sodium hidroksida dan dilakukanautoclave tetap mengandung prion yang infektif. Peralatan bedah yang dilakukanpembersihan berulang kali pun masih tetap dapat menularkan vCJD. Dengan alasanini, maka dianjurkan untuk menggunakan peralatan yang sekali pakai dibandingkanperalatan yang dicuci untuk beberapa kali pemakaian.

page 4 / 4