TINJAUAN PUSTAKA sken 1

10
TINJAUAN PUSTAKA Fisiologi dan Biologi Penuaan Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan struktur serta fungsi normalnya sehinggaa tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Darmojo, 2006). Dari pernyataan tersebut, dapat disimpulan bahwa manusia secara perlahan mengalami kemunduran struktur dan fungsi organ. Kondisi ini dapat mempengaruhi kemandirian dan kesehatan lanjut usia. Umur yang dijadikan patokan sebagai lanjut usia yang berbeda-beda, umumnya berkisar antara 60-65 tahun. Menurut WHO, ada empat tahap. Yakni: a. Usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun b. Lanjut usia (elderly) 60-70 tahun c. Lanjut usia tua (old) 75-90 tahun d. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun Hingga sekarang belum ada mekanisme pasti dari penuaan. Banyak teori penuaan yang dikembangkan di masyarakat, antara lain yaitu: a. Teori genetik Teori genetic clock. Teori ini merupakan teori intrinsik yang menjelaskan bahwa di dalam tubuh terdapat jam biologis yang mengatur gen dan menentukan proses penuaan. Setiap spesies di dalam nukleusnya memiliki suatu jam genetik/jam biologis sendiri dan mempunyai batas usia yang berbeda-beda. Teori mutasi somatik. Menurut teori ini, penuaan terjadi karena adanya mutasi somatik akibat pengaruh lingkungan yang buruk. Terjadi kesalahan dalam proses transkripsi DNA atau RNA dan dalam proses translasi RNA protein/enzim. Kesalahan ini terjadi terus-menerus sehingga akhirnya terjadi penurunan fungsi organ atau perubahan sel menjadi kanker atau penyakit. b. Teori non-genetik Teori penurunan sistem imun tubuh (auto immune theory). Mutasi berulang dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh dalam mengenali diri sendiri. Jika mutasi yang merusak membran sel, akan menyebabkan sistem

description

tipuss

Transcript of TINJAUAN PUSTAKA sken 1

Page 1: TINJAUAN PUSTAKA sken 1

TINJAUAN PUSTAKA

Fisiologi dan Biologi PenuaanMenua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan struktur serta fungsi normalnya sehinggaa tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Darmojo, 2006). Dari pernyataan tersebut, dapat disimpulan bahwa manusia secara perlahan mengalami kemunduran struktur dan fungsi organ. Kondisi ini dapat mempengaruhi kemandirian dan kesehatan lanjut usia. Umur yang dijadikan patokan sebagai lanjut usia yang berbeda-beda, umumnya berkisar antara 60-65 tahun. Menurut WHO, ada empat tahap. Yakni:a. Usia pertengahan (middle age) 45-59 tahunb. Lanjut usia (elderly) 60-70 tahunc. Lanjut usia tua (old) 75-90 tahund. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun

Hingga sekarang belum ada mekanisme pasti dari penuaan. Banyak teori penuaan yang dikembangkan di masyarakat, antara lain yaitu:a. Teori genetik

Teori genetic clock. Teori ini merupakan teori intrinsik yang menjelaskan bahwa di dalam tubuh terdapat jam biologis yang mengatur gen dan menentukan proses penuaan. Setiap spesies di dalam nukleusnya memiliki suatu jam genetik/jam biologis sendiri dan mempunyai batas usia yang berbeda-beda.Teori mutasi somatik. Menurut teori ini, penuaan terjadi karena adanya mutasi somatik akibat pengaruh lingkungan yang buruk. Terjadi kesalahan dalam proses transkripsi DNA atau RNA dan dalam proses translasi RNA protein/enzim. Kesalahan ini terjadi terus-menerus sehingga akhirnya terjadi penurunan fungsi organ atau perubahan sel menjadi kanker atau penyakit.

b. Teori non-genetikTeori penurunan sistem imun tubuh (auto immune theory). Mutasi berulang dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh dalam mengenali diri sendiri. Jika mutasi yang merusak membran sel, akan menyebabkan sistem imun tidak mengenalinya sehingga merusaknya. Hal ini yang mendasari peningkatan penyakit autoimun pada lansia.

c. Teori kerusakan akibat radikal bebas. Tidak stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan organik, misalnya karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini menyebabkan sel tidak dapat beregenerasi.

d. Teori menua akibat metabolisme. Pengurangan asupan kalori ternyata bisa menghambat pertumbuhan dan memperpanjang umur, sedangkan perubahan asupan kalori yang menyebabkan kegemukan dapat memperpendek umur.

e. Teori rantai silang. Teori ini menjelaskan bahwa menua disebabkan oleh lemak, protein, karbohidarat, dan asam nukleat (molekul kolagen) bereaksi terhadap zat kimia dan radiasi, mengubah fungsi jaringan yang menyebabkan perubahan pada membran plasma, yang mengakibatkan terjadinya jaringan yang kaku, kurang elastis, dan hilangnya fungsi pada proses menua.

Page 2: TINJAUAN PUSTAKA sken 1

f. Teori fisiologis. Teori ini merupakan teori intrinsik dan ekstrinsik. Terdiri atas teori oksidasi stress dan teori dipakai-aus (wear and tear theory). Di sini terjadi kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel tubuh lelah terpakai (regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabila lingkungan normal).Telah disebutkan sebelumnya bahwa pada penuaan terjadi kemunduran struktur dan fungsi organ. Oleh karena itu, pada lansia terdapat beberapa perubahan fisik seperti:

Sistem saraf Sistem endokrin

a. Berat otak menurun 10-20%

b. Cepatnya menurun hubungan persarafan

c. Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya untuk stress

d. Mengecilnya saraf panca indera

e. Kurang sensitif terhadap sentuhan

a. Produksi semua hormon menurun

b. Menurunnya aktivitas tiroid dan BMR

c. Menurunnya produksi aldosteron

d. Menurunnya sekresi hormon kelamin, misalnya estrogen, progesteron, dan testosteron

Sistem pendengaran Sistem gastrointestinal

a. Presbiakusis (gangguan dalam pendengaran) terutama trhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi

b. Otosklerosis akibat atrofi membran timpani

c. Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkatnya keratin

d. Kehilangan gigi

e. Kemampuan indera pengecap menurun

f. Rasa lapar menurun, asam lambung menurun

g. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi

h. Daya absorbsi lemah

Sistem penglihatan Sistem kardiorespirasi

a. Timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar; lebih lambat dan susah melihat dalam cahaya gelap

b. Kornea lebih berbentuk sferis (bola)

c. Kekeruhan pada lensa menyebabkan katarak

d. Hilangnya daya akomodasi

a. Kemampuan jantung memompa darah menurun

b. Kehilangan elastisitas pembluh darah

c. Tekanan darah meninggi akibat meningkatnya resistensi pembuluh daarah perifer

d. Otot-otot pernafasan kehilangan

Page 3: TINJAUAN PUSTAKA sken 1

e. Menurunnya lapang pandang

f. Menurunnya daya membedakan warna

kekuatan dan menjadi kaku

e. Paru-paru kehilangan elastisitas, menarik nafas lebih berat, kapsitas pernafasan maksimum menurun, dan kedalaman pernafasan menurun

Sistem muskuloskeletal Sistem perkemihan

a. Tulang kehilangan density dan makin rapuh

b. Pergerakan pinggang, lutut, dan jari-jari terbatas

c. Persendian membesar dan menjadi kaku

d. Tendon mengerut dan mengalami sklerosis

e. Atrofi serabut otot tapi otot-otot polos tidak begitu berpengaruh

a. Nefron menjadi atrofi dan aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%

b. Otot-otot vesika urinaria menjadi lemah, frekuensi buang air kecil meningkat dan terkadang menyebabkan retensi urin pada pria.

Page 4: TINJAUAN PUSTAKA sken 1

Hipertensi pada usia lanjut

Usia lanjut merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi dan penyakit kardiovaskular lainnya. Pada orang lanjut usia, jenis hipertensi yang sering terjadi adalah hipertensi sistolik. Hal itu karena tekanan arah sistolik (TDS) meningkat sesuai dengan peningkatan usia. Berbeda dengan peningkatan tekanan darah sistolik (TDD) yang seiring peningkatan TDS hanya sampai usia 55 tahundan kemudian menurun karena proses kekakuan arteri akibat aterosklerosis. Sekitar usia 60 tahun, dua pertiga pasien hipertensi menderita hipertensi sistolik terisolasi (HTS) sedangkan di atas 75 tahun tiga perempat pasien mempunyai hipertensi sistolik.

HTS didefinisikan sebagai TDS ≥ 140 mHg dengan TDD ≥ 90 mmHg, diakibatkan oleh kehilangan elastisitas arteri karena proses menua. Kekakuan aorta akan meningkatkan TDS dan pengurangan volume aorta, yang pada akhirnya akan menurunkan TDD. Semakin besar perbedaan TDS dan TDD semakin besar risiko kardiovaskular. Tekanan nadi yang meningkat pada usia lanjut dengan HTS berkaitan dengan besarnya kerusakan pada organ target seperti jantung, otot, dan ginjal.

Pada usia lanjut, hasil pengobatan tidak hanya diukur oleh keberhasilan penurunan tekanan darah pada morbiditas dan mortalitas kardiovaskular, tetapi juga oleh berbagai hal seperti efek terhadap diabetes, pencegahan demensia atau penurunan kognitif, dan pengaruhnya terhadap indeks massa tubuh (IMT atau obesitas). Pasien DM mempunyai risiko kardiovaskular yang lebih besar dibandingkan tanpa DM. Sedangkan untuk masalah indeks massa tubuhm diketahui bahwa pasien hipertensi yang gemuk mempunyai prognosis baik dibandingkan yang kurus. Penurunan kognitif atau demensia bisa didapatkan pada hipertensi kronik. Keadaan ini terjadi karena penyempitan dan sklerosis arteri kecil di daerah subkortikal, yang mengakibatkan hipoperfusi, kehilangan autoregulasi, penurunan sawar otak, dan pada akhirnya terjadi proses demielinisasi, mikroinfark, dan penurunan kognitif.

Pengelolaan hipertensi pada dasarnya sama pada setiap tingkat usia kecuali adanya perbedaan seperti yang dibicarakan di atas. Direkomendasikan tekanan darah dapat mencapai kurang dari 140/90 mmHg. Pada pasien DM, sasaran tekanan darah adalah kurang dari 130/85 mmHg, sedangkan pada gagal jantung atau ginjal, sasaran yang dicapai adalah TD paling rendah yang dapat ditolerir

Page 5: TINJAUAN PUSTAKA sken 1

Osteoarthritis (OA)

Osteoarthritis adalah penyakit sendi degenarif yang berkembang lambat, progresif, dan menyebabkan kerusakan kartilago sendi (Isbagio, 200). Karakteristik penyakit ini antara lain menipisnya tulang rawan sendi secara progresif disertai pembentukan tulang baru pada trabekula subkondral dan terbentuknya tulang rawan sendi dan tulang baru pada tepi sendi (osteofit). Secara histopatologik, proses OA ditandai dengan menipisnya rawan sendi disertai pertumbuhan dan remodeling tulang di sekitarnya (bony overgrowth) diikuti dengan atrofi dan destruksi tulang di sekitarnya. Beberapa faktor risiko OA adalah:

1. Umur : jarang pada usia < 40 tahun dan tersering usia > 60 tahun

2. Jenis kelamin : wanita (khususnya mengenai banyak sendi dan sendi lutut), laki-laki (biasanya pada sendi pinggul, pergelangan tangan, dan leher) dan setelah menopause lebih sering pada wanita dibanding laki-laki

3. Suku bangsa : orang kaukasoid lebih sering terkena daripada orang asia dan kulit hitam; orang Indian lebih sering dari orang kulit putih (Soeroso et al, 2007)

Klasifikasi osteoartritis menurut etiologinya :

1. Osteoartritis primer : kausanya tidak diketahui (idiopatik)

2. Osteoartritis sekunder : pekerjaan dan olahraga (tekanan berlebih, obesitas (beban tubuh berlebih), usia lanjut (proses penuaan), gangguan endokrin (menopause), cedera sendi) (inflamasi), genetik, kelainan pertumbuhan (Isbagio, 2007).

Manifestasi klini soteoartritis antar lain nyeri sendi, hambatan gerak (keterbatasan range of motion), krepitasi (rasa gemeretak akibat gesekan kedua permukaan sendi saat digerakkan), pembengkakan sendi, perubahan gaya berjalan (Cicaherlina, 2006). Diagnosis OA dapat ditegakkan melalui anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Beberapa pemeriksaan dalam penegakkan diagnosis OA antara lain :

1. Fisik : terdapat gambaran gejala klinis seperti yang disebut di atas

2. Radiologis : terdapat gambaran penyempitan celah sendi asimetris, peningkatan densitas (sklerosis) tulang subkondral, kista tulang, osteofit pada tepi sendi, dan perubahan struktur anatomi sendi

3. Laboratorium darah : pemeriksaan darah tepi dan imunologis (ANA, faktor rematoid dan komplemen) dalam keadaan normal. Namun, jika terjadi peradangan akan terlihat penurunan viskositas, pleositosis ringan sampai sedang, peningkatan sel radang dan protein.

Gejala klinis:

Nyeri sendi, hambatan gerak (keterbatasan range of motion), krepitasi (rasa gemeretak akibat gesekan kedua permukaan sendi saat digerakkan), pembengkakan sendi, kaku

Page 6: TINJAUAN PUSTAKA sken 1

pagi, tanda-tanda radang (kalor, dolor, tumor, rubor, finctio laesa), deformitas sendi, perubahan gaya berjalan (Cichaerlina, 2006)

Patogenesis (Soeroso, et al, 2007)

Jejas mekanik pada sinovial sendi

Merangsang terbentuknya molekul abnormal

Degenerasi kartilago kompensatorikSendi+inflamasi

Aktivitas fibrinogenik regenerasi kartilago remodelling tulangAktivitas fibrinolitik

Trombus+kompleks lipid sintesis kolagen, proteoglikan, pembentukan osteofitMenyumbat pembuluh menekan enzim streptomisin, di tepi sendidarah proliferasi sel

Iskemik dan nekrosis jaringan menyebabkan penekananPeriosteum dan radiks saraf

Merangsang mediator kimiawiProstaglandi dan interleukin nyeri

Nyeri merangsang monositmenjadi osteoklas danmeresorpsi matriks kartilago

Gangguan homeostasis sendi

Perlunakan, perpecahan, dan pengelupasan lapisan tulang rawan sendi (osteoarthritis)

Penatalaksanaan OA antara lain:

1. Terapi farmakologis

a. Acetaminophen. Merupakn obat pertam yang direkomendasikan oleh dokter karena relatif aman dan efektif untuk mengurangi rasa nyeri.

Page 7: TINJAUAN PUSTAKA sken 1

b. NSAIDs. Dapat mengatasi rasa sakit dan peradangan pada sendi. Mempunyai efek samping, yaitu menyebabkan sakit perut dan gangguan fungsi ginjal.

c. Topical pain. Dalam bentuk cream atau spray yang bisa digunakan langsung pada kulit yang terasa sakit.

d. Tramadol (ultram). Tidak mempunyai efek samping seperti yang ada pada NSAIDs dan acetaminophen.

e. Milk narcotic painkillers. Mengandung analgetik seperti codein atau hydrocodone yang efektif mengurangi rasa sakit pada penderita osteoarthritis.

f. Corticosteroid. Efektif mengurangi rasa sakit.

g. Glucosamine dan chondroitin sulfate. Mengurangi pengobatan untuk pasien osteoarthritis pada lutut.

2. Terapi non farmakologis

Ada beberapa cara dalam penanganan osteoarthritis non farmakologi, diantaranya:

a. Olahraga : mengurangi rasa sakit dan dapat membantu mengontrol berat badan. Olahraga untuk osteoarthritis antara lain berenang dan jogging.

b. Menjaga sendi : mengguanakan sendi dengan hati-hati dapat mengurangi stress pada sendi.

c. Panas/dingin : panas didapat, misalnya mandi air panas. Panas dapat mengurangi rasa sakit pada sendi dan melancarkan peredaran darah. Dingin dapat mengurangi pembengkakan pada sendi dan mengurangi rasa sakit. Dapat didapat dengan mengompres daerah yang sakit dengan air dingin.

d. Viscosupplementation : merupakan perawatan dari Canada untuk orang yang terkena OA pada lutut, berupa gel

e. Pembedahan : apabila sendi sudah benar-benar rusak dan rasa sakit sudah terlalu kuat, akan dilakukan pembedahan. Dengan pembedahan, dapat memperbaiki bagian dari tulang.

f. Akupuntur : dapat mengurangi rasa sakit dan merangsang fungsi sendi.

g. Pijat : pemijatan sebaiknya dilakukan oleh orang yang ahli di bidangnya.

h. Vitamin D, C, E, dan beta karotin. Untuk mengurangi laju perkembangan osteoarthritis.