TRADISI PEMBACAAN WIRID SAKRAN Living Qur’an di ...repository.uinjambi.ac.id/3003/1/UT150195_EKA...

97
i TRADISI PEMBACAAN WIRID SAKRAN (Kajian Living Qur’an di Pondok Pesantren Irsyadul „Ibad Pemayung, Batanghari Jambi) SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Stara Satu (S1) Dalam Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Pada Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama Oleh: Eka Rahayuni (UT.150195) PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR‟AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2019

Transcript of TRADISI PEMBACAAN WIRID SAKRAN Living Qur’an di ...repository.uinjambi.ac.id/3003/1/UT150195_EKA...

  • i

    TRADISI PEMBACAAN WIRID SAKRAN

    (Kajian Living Qur’an di Pondok Pesantren Irsyadul „Ibad

    Pemayung, Batanghari Jambi)

    SKRIPSI

    Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat

    Guna Memperoleh Gelar Sarjana Stara Satu (S1)

    Dalam Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

    Pada Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama

    Oleh:

    Eka Rahayuni

    (UT.150195)

    PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR‟AN DAN TAFSIR

    FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

    2019

  • v

    MOTTO

    “Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir

    yang sebanyak-banyaknya.

    Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang.

    (QS. Al-Ahzab ayat 41-42)

  • vi

    PERSEMBAHAN

    Yang Utama Dari Segalanya...

    Ya Allah,

    Waktu yang sudah kujalani dengan jalan hidup yang sudah menjadi takdirku, sedih, bahagia,

    dan bertemu orang-orang yang memberiku sejuta pengalaman bagiku, yang telah memberi

    warna-warni kehidupanku. Kubersujud dihadapan Mu,Engkau berikan aku kesempatan

    untuk bisa sampaidi penghujung awal perjuanganku.

    Segala Puji bagi Mu ya Allah,

    Alhamdulillahirabbil „aalamiin...

    Akhirnya aku sampai ke tiik ini,

    sepercik keberhasilan yang Engkau hadiahkan padaku ya Rabb

    Tak henti-hentinya aku mengucap syukur pada_Mu

    Shalawat serta salam kepada idola ku Baginda Rasulullah SAW

    dan para sahabatnya yang mulia

    Semoga sebuah karya ini menjadi amal shaleh bagiku dan menjadi kebanggaan

    bagi keluargaku tercinta

    Teruntuk Ibunda dan Ayahanda Tercinta

    Sebagai tanda bakti, hormat, dan rasa terima kasih yang tiada terhingga kupersembahkan

    karya ini untuk belahan jiwaku bidadari surgaku yang tanpamu aku bukanlah siapa siapa di

    dunia fana ini Ibundaku tersayang (SUMINAH)

    Serta seseorang yang selalu menginjeksikan segala idealisme, prinsip, edukasi dan kasih

    sayang berlimpah dengan wajah datar menyimpan kegelisahan ataukah perjuangan yang

    tidak pernah ku ketahui,namun tenang temaram dengan penuh kesabaran dan pengertian luar

    biasa Ayahandaku tercinta (ISKANDAR)

    yang telah memberikan kasih sayang, segala dukungan, dan cinta kasih yang tiada terhingga yang tiada mungkin dapat kubalas hanya dengan selembar kertas yang bertuliskan kata cinta dan persembahan. Semoga ini menjadi langkah awal untuk membuat Ibu dan Ayah bahagia.

    Untuk Dosen Pembimbing Tugas Akhirku...

    Bapak Dr. Masiyan, M.Ag dan Ibu Sajida Putri, M.Hum, selaku dosen pembimbing tugas

    akhir saya, terima kasih banyak pak..bu.., saya sudah dibantu selama ini, sudah dinasehati,

    sudah diajari, saya tidak akan lupa atas bantuan dan kesabaran dari bapak dan ibu.

    Terima kasih banyak pak..bu.., bapak dan ibu adalah dosen favorit saya..

    Teruntuk Teman sejawat saudara seperjuangan

    "Hidupku terlalu berat untuk mengandalkan diri sendiri tanpa melibatkan bantuan Tuhan

    dan orang lain". Tak ada tempat terbaik untuk berkeluh kesah selain bersama sahabat terbaik.

    Terimakasih kuucapkan Kepada Teman sejawat Saudara seperjuangan khususnya IAT “B”

    “Tanpa kalian aku tak pernah berarti, tanpa kalian aku bukan siapa-siapa yang takkan jadi

    apa-apa”, buat saudara sekaligus sahabatku selama Berada di UIN STS JAMBI terima kasih

    telah menjadi sahabat sekaligus keluarga yang selalu memotivasi.

    .”your dreams today can be your future tomorrow”

    http://fitryannisa.blogspot.com/2013/09/halaman-persembahan-skripsi.html

  • vii

    PEDOMAN TRANSLITERASI

    A. Alfabet

    Arab Indonesia Arab Indonesia

    T ط ` ا ẓ ظ B ب ` ع T ت Gh غ Ts ث F ف J ج Q ق ḥ ح K ك Kh خ L ل D د M م Dz ذ N ن R ر W و Z ز H ه S س ؍ ء Sy ش

    Y ى ṣ ص ḍ ض

    B. Vokal dan Harkat

    Arab Indonesia Arab Indonesia Arab Indonesia

    Ī ِاى Ā اَ A اَ

    Aw ا و Á ا ى U اَ

    Ay ا ى Ū ا و I اَِ

  • viii

    C. Ta‟ Marbutah

    Transliterasi untuk ta‟ marbutah ini ada dua macam:

    1. Ta‟ Marbutah yang mati atau mendapat harakat sukun, maka transliterasinya

    adalah/h/.

    contoh:

    Arab Indonesia

    Salãh صالة Mir‟ãh مراة

    2. Ta‟Marbutah hidup atau yang mendapat harakat fathah, kasrah dan dammah,

    maka transliterasinya adalah/t/.

    Contoh:

    Arab Indonesia

    Wizãrat al-Tarbiyah وزارةَالتبيةالزمنَمراة Mir‟ãt al-zaman

    3. Ta‟ Marbutah yang berharakat tanwin maka transliterasinya adalah /tan/tin/tun.

    Contoh:

    Arab Indonesia

    Fajannatan فجئة

  • ix

    ABSTRAK

    Al-Qur‟an merupakan kitab Allah yang diturunkan untuk manusia melalui

    Malaikat Jibril dengan mengutus Nabi Muhammad SAW sebagai pedoman bagi

    manusia dalam mengarungi kehidupan. al-Qur‟an diterima masyarakat sebagai

    teks tertulis kemudian dipahami dan direspon oleh masyarakat dengan berbagai

    bentuk. Mulai dari kajian mengenai al-Qur‟an yang telah banyak dilakukan oleh

    para ulama serta sarjana muslim lainnya baik itu berupa penghapalan, penafsiran

    terhadap ayat-ayatnya, maupun kajian respon masyarakat terkait dengan al-Qur‟an

    yang dikenal dengan istilah Living Qur‟an.

    Penelitian skripsi ini membahas tentang “Tradisi Pembacaan Surah Dan

    Ayat Al-Qur‟an Dalam Tradisi Pembacaan Wirid Sakran Di Pondok Pesantren

    Irsyadul „Ibad Pemayung, Batang Hari Jambi” merupakan kegiatan rutinan santri.

    Fokus Pembahasan dari penelitian ini adalah terkait dengan dua hal, yakni

    pertama, bagaimana praktik pembacaan wirid Sakran di Pondok Pesantren

    Irsyadul „Ibad, kedua, bagaimana pemaknaan jamaah baik ustadz maupun santri

    terhadap tradisi pembacaan wirid Sakran ini. Dalam penelitian ini penulis

    menggunakan penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan fenomenologi.

    Adapun teknik pengumpulan data yang penulis lakukan yaitu melalui observasi,

    wawancara dan dokumentasi. Sedangkan mengenai analisis data yang penulis

    gunakan dalam skripsi ini adalah reduksi data, display data, dan verifikasi data.

    Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses rangkaian tradisi

    pembacaan wirid Sakran antara lain; tradisi pembacaan wirid Sakran dilaksanakan

    setelah jamaah shalat Isya‟ dan diikuti oleh seluruh santri diawali dengan bacaan

    tawasshul, membaca surah al-Fatihah, membaca Syadahat, Hasbunallah wani'mal

    wakil ni'mal maula wani'man nasir 3x, Laa haula wala quwata ila billah 3x dan

    dilanjutkan dengan pembacaan wirid Sakran dan diakhiri dengan do‟a. Sedangkan

    mengenai pemaknaan jamaah berdasarkan teori sosiologi pengetahuan yakni teori

    konstruksi sosial Peter L Berger dan Thomas Luckmann.

  • x

    KATA PENGANTAR

    بسم ميحرلا نمحرلا هللا

    Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT.

    Pemilik Kesempurnaan yang telah melimpahkan Rahmat dan Inayah-Nya serta

    Izin-Nya kepada penulis. Sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

    skripsi ini dengan lancar yang berjudul “TRADISI PEMBACAAN WIRID

    SAKRAN (Kajian Living Qur’an di Pondok Pesantren Irsyadul „Ibad

    Pemayung, Batang Hari Jambi)”. Sholawat beserta salam semoga selalu

    dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya serta

    seluruh umatnya sampai keakhir zaman.

    Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian

    munaqasyah, guna memperoleh gelar Sarjana Ushuluddin, Program Studi Ilmu

    Al-Quran dan Tafsir pada Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama di Universitas

    Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Dalam penyusunan skripsi ini,

    penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, baik dari teknik

    penyusunan maupun pemilihan diksi yang tertulis. Untuk itu, kritik dan saran

    yang membangun penulis harapkan guna perbaikan skripsi ini.

    Dalam penyelesaian skripsi ini, tentunya tidak terlepas dari bantuan,

    dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak, secara langsung maupun tidak

    langsung, baik berupa materil maupun moril, berupa saran-saran, bimbingan,

    nasehat dan sebagainya. Oleh karena itu, dengan penuh rasa hormat dan

    kerendahan serta ketulusan hati penulis menyampaikan rasa terima kasih dan

    penghargaan yang setinggi-tingginya kepada pihak yang berjasa diantaranya

    kepada:

    1. Bapak Dr. Masiyan, M.Ag. Sebagai Pembimbing I dan Ibu Sajida Putri, S. Ud. M. Hum Sebagai Pembimbing II yang telah sabar membantu dan

    membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

    2. Ibu Ermawati S, Ag M.A. Selaku ketua program studi Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama Universitas Islam Negeri

    Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

    3. Bapak Dr. H. Abdul Ghaffar, M.Ag. Sebagai Dekan Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin

    Jambi.

    4. Bapak Dr. Masiyan, M.Ag. Selaku Wakil Dekan Bidang Akademik. 5. Bapak H. Abdullah Firdaus Lc, M.A. Selaku Wakil Dekan Bidang

    Administrasi Umum.

    6. Bapak Dr. Firhat Abas, M.Ag. Selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama luar.

    7. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA. Selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

    8. Bapak Prof. Dr. H. Su‟aidi Asy‟ari MA. Ph.D. Selaku Wakil Rektor bidang akademik.

  • xii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i

    NOTA DINAS ........................................................................................................ ii

    SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ....................................... iii

    PENGESAHAN………………………………………………………………….. iv

    MOTTO ................................................................................................................. v

    PERSEMBAHAN .................................................................................................. vi

    PEDOMAN TRANSLITERASI .......................................................................... vii

    ABSTRAK ........................................................................................................... .. ix

    KATA PENGANTAR ........................................................................................... x

    DAFTAR ISI……………………………………………………………………..xiii

    DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv

    BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

    A. Latar belakang masalah .............................................................. 1

    B. Rumusan Masalah ....................................................................... 7

    C. Batasan Masalah ......................................................................... 7

    D. Tujuan dan kegunaan penelitian ................................................. 7

    E. Kajian Pustaka ........................................................................... 8

    F. Kerangka Teori ......................................................................... 11

    G. Metode Penelitian ..................................................................... 12

    H. Sistematika Penulisan ............................................................... 18

    BAB II GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN IRSYADUL

    „IBAD .......................................................................................... 19

    A. Sejarah Berdiri, Lokasi, Visi, Misi dan Tujuan Pondok

    Pesantren Irsyadul „Ibad ......................................................... 19

    B. Tata Tertib, Sistem Pembelajaran, Kegiatan dan Aktifitas Santri

    Pondok Pesantren Irsyadul „Ibad ............................................. 21

    C. Kepengurusan dan Program Pengembangan Pondok Pesantren

    Irsyadul „Ibad ............................................................................ 25

  • xiii

    BAB III PRAKTIK BACAAN AL-QUR‟AN DALAM TRADISI

    PEMBACAAN WIRID SAKRAN DI PONDOK PESANTREN

    IRSYADUL „IBAD ...................................................................... 34

    A. Definisi Wirid Secara Umum ................................................... 34

    B. Sejarah Mulainya Tradisi Pembacaan Wirid Sakrandi Pondok

    Pesantren Irsyadul „Ibad ........................................................... 44

    C. Prosesi Pembacaan Wirid Sakran di Pondok Pesantren Irsyadul

    „Ibad ......................................................................................... .45

    1. Etika Dalam Prosesi Pembacaan Wirid Sakran ................. .46

    2. Tata Cara Pelaksanaan Dalam Pembacaan Wirid Sakran .

    ........................................................................................... 46

    BAB IV PEMAKNAAN JAMAAH DALAM TRADISI PEMBACAAN

    WIRID SAKRAN DI PONDOK PESANTREN IRSYADUL

    „IBAD ............................................................................................ 51

    A. Pemahaman Santri terhadap tradisi pembacaan wirid Sakran .. 51

    B. Makna Bacaan Subjek Individual ............................................ 53

    C. Analisis Penulis ....................................................................... 57

    BAB V PENUTUP .................................................................................... 60

    A. Kesimpulan .............................................................................. 60

    B. Saran ......................................................................................... 61

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

    TABEL INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA

    DOKUMENTASI

    SURAT PERNYATAAN SELESAI RISET

    CURRICULUM VITAE

  • xiv

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1: Jadwal Kegiatan Harian Santri Pondok Pesantren Irsyadul

    „Ibad…………………………………………………………..….24

    Tabel II: Daftar Nama Pengurus Pondok Pesantren Irsyadul

    „Ibad………………………………………………………….…..26

    Tabel III: Data Jumlah Ustadz dan Ustadzah Pondok Pesantren Irsyadul

    „Ibad

    ……………………………………………………..……….…….28

    Tabel IV: Data Jumlah Santri Pondok Pesantren Irsyadul

    „Ibad………………………………………………………...……28

    Tabel V: Sarana dan Jumlah Prasarana di Pondok Pesantren Irsyadul

    „Ibad…………………………………………………………...…29

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Lembaga pesantren pada umumnya memiliki kebiasaan yang Islami

    dalam kehidupan sehari-harinya. Terutama dalam sistem belajar pembentukan

    akhlak yang menekankan pada ajaran al-Quran dan Hadis atau sunah Nabi.

    Karena pada dasarnya tujuan lembaga pesantren selain dapat mengeluarkan para

    santri yang dapat menguasai al-Quran dengan ilmu-ilmunya, juga dapat

    mengeluarkan santri yang berakhlakul karimah sesuai dengan perintah-perintah

    Allah serta sosok tuntunan umat Islam yaitu Nabi Muhammad SAW.

    Berinteraksi dengan al-Qur‟an merupakan salah satu pengalaman berharga

    seorang muslim. Pengalaman tersebut dapat berupa interaksi lisan, tulisan, maupn

    perbuatan, baik berupa perbuatan pemikiran, pengalaman, emosional maupun

    spiritual. Pengalaman berinteraksi dengan al-Quran ini meliputi berbagai macam

    kegiatan misalnya membaca al-Quran, memahami dan menafsirkan ayat al-Quran.

    Seiring perkembangan zaman, kajian mengenai al-Qur‟an mengalami

    perkembangan wilayah kajian, dari kajian teks kepada kajian sosial budaya, yang

    kemudian sering disebut dengan istilah living Quran. M. Mansur berpendapat

    bahwa living Quran bermula dari fenomena al-Quran dalam kehidupan

    masyarakat sehari-hari dengan kata lain Quran in everyday life, yakni makna dan

    fungsi al-Quran yang riil dipahami dan dialami masyarakat muslim.1Salah satunya

    datang dari Shahiron Syamsuddin yang menyatakan:

    [K]ajian living Quran, adalah “Teks al-Quran yang hidup dalam

    masyarakat ataupun komunitas tertentu itulah yang disebut living Quran”,

    sedangkan teks yang berupa pemaknaan al-Quran disebut dengan living

    tafsir. Adapun yang dimaksud dengan teks al-Quran yang hidup ialah

    pergumulan teks al-Quran dalam ranah realitas yang mendapat respon dari

    masyarakat dari hasil pemahaman dan penafsiran. Termasuk dalam

    pengertian respon masyarakat adalah resepsi mereka terhadap teks tertentu

    dan hasil penafsiran tertentu. Resepsi sosial terhadap al-Quran dapat

    1

    M. Mansur,” Living Quran Dalam Lintasan Sejarah Studi Al-Quran”, “Dalam

    Metodologi Penelitian Living Quran Dan Hadis, (Yogyakarta: Th. Press, 2007), 6-7

  • 2

    ditemui dalam kehidupan sehari-hari, seperti tradisi pembacaan surah dan

    ayat tertentu pada acara sosial keagamaan tertentu.2

    Jadi dalam pendapat di atas bahwa kegiatan wirid Sakran adalah salah satu

    contoh penerapan living Qur‟an yang hidup di masyarakat pondok pesantren

    Irsyadul „Ibad, serta mengungkap pemaknaan ataupun respon dari pelaku tradisi

    pembacaan wirid Sakran tersebut. Aktivitas wirid Sakran adalah sarat

    permohonan dan doa, yang di dalamnya terdapat surah maupun ayat al-Qur‟an.

    Dalam Islam sangat dianjurkan sekali agar selalu mengamalkan ayat-ayat al-

    Qur‟an dalam kehidupan sehari-hari.

    Interaksi atau model pembacaan masyarakat muslim terhadap al-Qur‟an

    dalam ruang-ruang sosial ternyata sangat dinamis dan variatif. Sebagai bentuk

    sosial respon umat Islam terhadap al-Qur‟an memang sangat dipengaruhi oleh

    cara berfikir, dan lingkup yang meliputi kehidupan mereka. Berbagai macam cara

    masyarakat berinteraksi dengan al-Qur‟an itulah yang dinamakan al-Qur‟an yang

    hidup di tengah masyarakat.

    Salah satu jalan menepis segala kehampaan spiritual adalah dengan

    mengembalikan manusia modern kepada jati dirinya kepada fitrah (agama)

    dengan sebuah alternatif yaitu dzikrullah. Sesuai dalam firman Allah:

    “Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama)

    Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya”.(QS.Al-Ahzab:41)3

    Pada potongan ayat di atas dijelaskan bahwa umat muslim sangat dianjurkan

    berdzikir dalam sehari-harinya. Adapun kegiatan dzikir biasa terlaksana pada

    umumnya di masyarakat ataupun di lembaga pesantren yang biasanya diamalkan

    oleh para santri secara rutin dengan maksud dan tujuan tertentu dalam

    kesehariannya.Dalam pembahasan ini yaitu salah satu penerapan living Qur‟an

    2

    Sahiron Syamsuddin, “Ranah-Ranah Dalam Penelitian Al-Quran Dan Hadis”

    (Yogyakarta: Teras 2007), 7 3Departemen Agama Ri, Al-Qur‟an Dan Terjemahnya, ( Bogor: Pt. Sygma Examedia

    Arkanleema, 2007), 423

  • 3

    dalam tradisi pembacaan wirid Sakran yang dilaksanakan di pondok pesantren

    Irsyadul „Ibad.

    Wirid Sakran adalah sebuah doa dan dzikir yang dikumpulkan dari al-

    Qur‟an dan Hadis dengan sanad yang terpercaya oleh Al-Habib Ali bin Abi Bakar

    As-Sakran. Dinamakan “Sakran” karena beliau di gelari dengan As-Sakran

    (mabuk). Julukan ini disematkan kepadanya karena beliau di kenal sangat luas

    sebagai wali yang sangat cinta kepada Allah, saking cintanya hingga mabuk cinta

    kepada Allah. Beliau adalah wali besar yang memiliki segudang karomah.

    Wirid ini biasa dibaca dan menjadi amalan wirid oleh Thariqoh Ba‟alawy.

    Wirid ini memiliki manfaat dan kegunaan, diantaranya:4

    1. Agar terlindung dari segala macam gangguan dan kejahatan musuh dari

    berbagai jenis makhluk baik jin maupun manusia.

    2. Untuk melindungi diri dan keluarga dari gannguan sihir dan kejahatan lain

    yang di timbulkan oleh jin dan sebagainya.

    Wirid Sakran ini terdapat di dalam buku wirid“Khulashoh Madad an-

    Nabawi” Di dalam wirid ini terdapat surah dan ayat-ayat al-Qur‟an, diantaranya:5

    1. Surah Al-Fatihah ayat 1-7:

    “Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha

    Penyayang,segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.Maha Pemurah lagi

    Maha Penyayang.Yang menguasai di hari Pembalasan. Hanya Engkaulah

    yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta

    pertolongan.Tunjukilah Kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang

    4Https://Pintuka‟bah.Com, Upload Filepdf, 12/10/2018

    5Imam Ad-Da‟i, Khulashoh Al-Madad An-Nabawi: Buku Wirid Serta Dzikir Sehari-hari,

  • 4

    yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang

    dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat”.6

    2. Surah Al-Baqarah ayat 255:

    ”Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup

    kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan

    tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang

    dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-

    apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak

    mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya.

    Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat

    memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar”.7

    3. Surah as-Shaffat ayat 180-182:

    ”Mahasuci Tuhanmu Yang mempunyai keperkasaan dari apa yang mereka

    katakan. Dan kesejahteraan dilimpahkan atas para rasul. Segala puji bagi

    Allah Tuhan seru sekalian alam”.8

    Di era modern-kontemporer ini dapat ditemukan beragam tradisi yang

    mulai melahirkan prilaku-prilaku yang menunjukkan resepsi social atau kelompok

    tertentu terhadap al-Quran sebagai contoh di Pemayung, tepatnya di pondok

    6Ibid, 1

    7Ibid, 42

    8Ibid, 452

  • 5

    pesantren Irsyadul „Ibad aplikasi pembacaan wirid Sakran sejak dimulai tahun

    2002 silam. Tradisi ini secara rutin dilaksanakan setelah jamaah shalat Isya‟.

    Sedangkan penggagas utama tradisi ini adalah pengasuh pondok pesantren

    Irsyadul „Ibad Ky. M. Rouyani Jamil.

    Pondok Pesantren Irsayadul „Ibad dalam aktivitasnya mengacu pada fungsi

    merubah suatu keadaan yang tidak baik menjadi keadaan yang lebih baik, dari

    kebodohan menjadi terdidik, dari ketidak mampuan menjadi kecukupan dan

    pemberian bimbingan agama Islam dalam rangka membentuk prilaku yang Islami.

    Salah satunya adalah dengan membiasakan para santri untuk selalu melakukan

    wirid khusunya wirid Sakran. Tradisi pembacaan wirid Sakran di pondok

    pesantren Irsyadul „Ibad dipimpin oleh salah satu santri kemudian jamaahnya

    mengikuti jamaahnya terdiri dari para ustadz dan santri dengan jumlah kurang

    lebih 700 santri. Kegiatan pembacaan wirid Sakran ini bersifat harus untuk para

    santri dan dilaksanakan secara rutin hingga sekarang.9

    Melihat banyaknya jamaah yang merasa dirinya tidak merasa aman dari

    gangguan didalam maupun diluar pondok pesantren baik itu dari golongan jin

    ataupun manusia dan segenap makhluk lainnya, maka pengasuh pondok

    berinisiatif agar santrinya mengamalkan wirid Sakran yang mana wirid ini adalah

    sebagai pelindung ataupun benteng diri dari serangan musuh ataupun orang yang

    ingin berniat jahat kepadanya. Sebagaimana Imam Abu Bakar as-Sakran

    membuat do‟a ini untuk mendoakan seluruh musuh-musuhnya agar tak berdaya

    mencelakai dan ketika mereka menyerang maka mereka berhadapan dengan pintu

    benteng, yaitu Nabi Muhammad saw sebagai pintu rahmat-Nya.

    Maka dari itu pengasuh pondok pesantren Irsyadul „Ibad berkeyakinan dan

    lebih menekankan agar santrinya mengamalkan wirid tersebut dengan tujuan agar

    santrinya merasa aman dari gangguan jin dan manusia yang ingin berbuat jahat

    kepadanya. Namun tidak terlepas dari wirid yang diamalkan di ponpes pada

    umunya, seperti wirdul lathif, rathibul haddad, surah waqi‟ah, surah tabarak, dan

    wirid-wirid lainya seperti di pondok pesantren Al-Baqiyatush Shalihat-Kuala

    9 Observasi,15 Juli 2018

  • 6

    Tungkal, pondok pesantren Ad-Din-Sei. Saren dan pondok pesantren Al-Hikmah-

    Hidayat Baru.

    Bagi penulis, tradisi pembacaan wirid Sakran merupakan kegiatan wirid

    yang belum pernah diketahui sebelumnya maka dari itu, penulis ingin

    mengungkap mengenai tradisi pembacaan wirid Sakran berdasarkan tata cara

    pelaksanaanya maupun pemaknaan khusus dari seseorang yang terlibat dalam

    tradisi pembacaan Wirid Sakran serta apa maksud dan tujuan mereka dalam

    mengamalkannya. Maka dari pada itu penulis kiranya sesuai akan meneliti di

    lokasi tersebut. Harapan penulis agar nantinya setelah penelitian, bukan hanya

    hasil penelitian yang diperoleh, melainkan pengetahuan, pengalaman dan harapan

    penulis sendiri agar dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

    Berawal dari sinilah penulis tertarik untuk menyusuri fenomena dibalik

    kegiatan “Tradisi Pembacaan Wirid Sakran (Kajian Living Qur’an di

    Pondok Pesantren Irsyadul „Ibad Pemayung, Batang Hari Jambi)”. Bagi

    penulis, fenomena ini menarik untuk dikaji dan diteliti sebagai model alternatif

    bagi suatu komunitas sosial dan lembaga pendidikan untuk selalu berinteraksi

    dan bergaul dengan al-Qur‟an. Sehingga al-Qur‟an menjadi hidup di dalam

    masyarakat yang disebut dengan living Qur‟an (al-Qur‟an al-Hayy), atau al-

    Qur‟an in every day life.

  • 7

    B. Rumusan masalah

    Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas dapat penulis

    khususkan, sehingga fokus permasalahan dan penelitian ini dapat terarah maka

    dibuat rumusan masalah sebagai berikut:10

    1. Bagaimana praktik dalam tradisi pembacaan wirid Sakran di pondok

    pesantren Irsyadul „Ibad ?

    2. Bagaimana pemaknaan jamaah terhadap tradisi pembacaan wirid Sakran di

    pondok pesantren Irsyadul „Ibad ?

    Pada rumusan masalah kedua, yang dimaksud dengan makna adalah

    makna praktik menurut para pelaku yang terlibat dalam tradisi pembacaan wirid

    Sakran.

    C. Batasan Masalah

    Agar pembahasan permasalahan dalam penulisan skripsi ini tidak meluas

    dan tepat pada sasaran pokok pembahasan, maka penulis membatasi pembahasan

    hanya berfokus pada tradisi pelaksanaannya dan pemaknaan ataupun respon dari

    pelaku tradisi pembacaan wirid Sakran, dengan judul “Tradisi Pembacaan Wirid

    Sakran (Kajian Living Qur‟an di Pondok Pesantren Irsyadul „Ibad Pemayung,

    Batang Hari Jambi)”

    D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    1. Tujuan Penelitian

    a. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui dan menjelaskan bagaimana

    praktik pembacaan surah dan ayat dalam tradisi pembacaan wirid Sakran di

    pondok pesantren Irsyadul „Ibad.

    b. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pemaknaan dalam

    praktik pembacaan surah dan ayat al-Qur‟an dalam tradisi pembacaan wirid

    Sakran bagi para pelaku yang terlibat, yaitu mencakup santri dan ustadz-

    ustadz pondok pesantren Irsyadul „Ibad.

    10

    Tim Penyusun, Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ushuluddin Iain

    Sts Jambi, (Muaro Jambi: Fak. Ushuluddin Iain Sts Jambi, 2016), H.39

  • 8

    2. Manfaat Penelitian

    a. Manfaat Teoritis

    Sebagai sumbangan keilmuan di bidang Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir

    khususnya dalam kajian living Qur‟andan sebagai salah satu contoh bentuk

    penelitian lapangan yang mengkaji fenomena di masyarakat atau lembaga-

    lembaga pendidikan formal maupun non formal seperti pesantren, yang

    terkait dengan respon masyarakat atau santri terhadap praktik pembacaan

    surah dan ayat al-Qur‟an yang dijadikan wirid secara rutin dalam kehidupan

    sehari-hari.

    b. Manfaat Praktis

    Penelitian ini dimaksudkan untuk membantu meningkatkan kesadaran

    masyarakat akan pentingnya membaca dan mengkaji al-Qur‟an, serta

    menjadikan motivasi bagi seluruh santri Irsyadul „Ibad dan masyarakat luas

    agar menumbuhkan rasa cinta terhadap bacaan al-Qur‟an.

    E. Tinjauan Pustaka

    Penelitian maupun karya tulis yang berkaitan dengan kajian living Qur‟an

    sejauh pengamatan penulis masih belum banyak dilakukan. Namun baru-baru ini

    banyak bermunculan dalam kalangan akademis melakukan penelitian lapangan

    terkait dengan respon masyarakat terhadap al-Qur‟an maupun Hadis dalam

    kehidupan praktik di masyarakat tertentu.

    Diantara karya ataupun buku-buku yang telah mengkaji fenomena dan

    resepsi masyarakat terhadap kehadiran al-Qur‟an dalam praktik kehidupan adalah;

    Buku “Wawasan al-Qur‟an tentang dzikir dan doa” M.Quraish

    Shihab,buku ini berisikan tentang dzikir yang di dalamnya juga terdapat

    pembahasan masalah wirid, selain itu juga membahas masalah doa dan shalawat.

    Dalam pembahasan wirid disini mencakup bilangan wirid menurut pendapat para

    ulama, disamping itu juga membahas tentang dzikir pagi dan petang. Adapun

    yang dimaksud dzikir disini ialah dzikir secara umum.11

    11

    M.Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur‟an Tentang Zikir Dan Doa (Jakarta: Lentera

    Hati, 2006)

  • 9

    Buku dengan judul “Keajaiban dan Keistimewaan al-Qur‟an” karya Ibnu

    Katsir diterjemahkan oleh Ahmad Hapid. Beliau di dalam bukunya menjelaskan

    mengenai karakteristik penulisan naskah kitab, keutamaan-keutamaan al-Qur‟an

    dengan menyebutkan Hadis. Selain itu juga disebutkan bagaimana aturan dan

    adab-adab membaca al-Qur‟an serta disebutkan juga doa Nabi untuk menghafal

    al-Qur‟an dan mencegah agar tidak lupa.12

    Wirid harian: “Sejarah, Nasehat dan Amalan-Amalanya” ditulis oleh

    Ahmad Taufik Ali Yahya, yang berisi tentang zikir dan doa dalam kehidupan

    sehari-hari disertai nasihat-nasihat yang terkandung di dalam zikir dan do‟a yang

    dibaca serta amalan-amalan yang harus dibaca kapan dan berapa kali.13

    Adapun karya dalam bentuk skripsi di antaranya adalah hasil penelitian

    Siti Mas‟ulah yang berjudul “Tradisi Pembacaan Tujuh Surat Pilihan Dalam

    Ritual Mitoni / Tujuh Bulanan”, dalam skripsi tersebut dijelaskan praktik mitoni

    di padukuhan sembego. Bahwa dalam praktik tersebut terdapat rangkaian acara

    yang sifatnya tidak baku, atau adanya perbedaan antara yang satu dengan yang

    lain, hal ini dipengaruhi oleh latar belakang ekonomi, pendidikan, kebudayaan dan

    keagamaan penyelenggara mitoni. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

    teori antropologi interpretative Clifford Gerzt. Dapat disimpulkan bahwa praktik

    tersebut adalah fenomena sosio kultural yang merupakan warisan turun temurun

    tanpa melalui pembelajaran secara tekstual.14

    Selanjutnya, penelitian living Qur‟an yang ditulis oleh Ida Qurrata A‟yun

    yang berjudul “Mujahadah ayat-ayat syifa malam jumat kliwon di pondok

    pesantren al-Hikmah I Brebes”, adalah skripsi tentang penelitian living Qur‟an

    yang di dalamnya dijelaskan mengenai praktik mujahadah. Metode yang

    digunakan dalam penelitian yaitu living Qur‟an dengan jenis penelitian deskriptif

    kualitatif, dan teknik pengumpulan data menggunakan reduksi data, display dan

    12

    Ibnu Katsir, Keajaiban&Keistimewaan Al-Qur‟an, Terj. Ahmad Hapid (Jakarta:

    Pustaka Azzam, 2012) 13

    Muhammad Taufiq Ali Yahya, Wirid Harian : Sejarah, Nasihat, Dan Amalan

    Amalannya, (Jakarta Oleh Lentera 2008) 14

    Siti Mas‟ulah, “Tradisi Pembacaan Tujuh Surat Pilihan Dalam Ritual Mitoni / Tujuh

    Bulanan”, Skripsi Fakultas Ushuluddin Dan Studi Agama dan Pemikiran Islam, Yogyakarta,

    2014)

  • 10

    penarikan kesimpulan atau verivikasi. Dalam penelitiannya menggunakan teori

    konstruksi sosial Peter L Berger dan Thomas Luckman, yaitu eksternalisasi,

    obyektivasi, internalisasi dan terakhir membahas asal usul pengetahuan santri

    terhadap mujahadah ayat-ayat syifa.15

    Selanjutnya yaitu skripsi saudari Siti Fauziah, yang berjudul “Pembacaan

    Al-Qur‟an Surat-Surat Pilihan Di Pondok Pesantren Putri Daar Al-Furqon

    Jagalan Qudus”, di dalam penelitian ini dijelaskan asal-usul pembacaan al-

    Qur‟an tersebut yang dijadikan sebagai pengganti wiridan sehabis shalat fardhu.

    Dalam penelitian lapangan dengan jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan

    pendekatan etnografi. Dalam analisis data penelitian ini menggunakan analisis

    eksplanasi. Dengan menggunakan dua teori sosialnya Emile Durkheim dan Karl

    Mannheim.16

    Skripsi yang ditulis oleh Faosiah Dwi Astuti dengan judul “Konsep Wirid

    Qur‟ani Hasan Al-Banna” Wirid yang diambil dari potongan ayat al-Qur‟an yang

    dibaca pada waktu tertentu sesuai pada waktunya baik pagi ataupun sore hari

    secara istiqomah.17

    Terakhir, skripsi dengan judul ”Pembacaan al-Qur‟an Dalam Tradisi

    Mujahadah Sabihah Jumu‟ah (Studi Living Qur‟an di Pondok Pesantren Sunan

    Pandanaran Sleman Yogyakarta)”. Dalam skripsi ini dijelaskan mengenai praktik

    dan dijelaskannya mejahadah tersebut memiliki perbedaan antara komplek satu

    dengan yang lainnya. Dalam penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif

    dengan penyajian data dengan pespektif emic, yaitu data yang dipaparkan menurut

    bahasa dan cara pandang subyek penelitian. Metode analisa data dalam penelitian

    15

    Ida Qurrata A‟yun, “Mujahadah Ayat-Ayat Syifa Malam Jum‟at Kliwon Di Pondok

    Pesantren Al-Hikmah 1 Brebes”, Skripsi Fakultas Ushuluddin Dan Studi Agama Dan Pemikiran

    Islam, (Yogyakarta, 2014) 16

    Siti Fauziah, “Pembacaan Al-Qur‟an Surat-Surat Pilihan Di Pondok Pesantren Putri

    Daar Al-Furqon Jagalan Kudus”, Skripsi Fakultas Ushuluddin Dan Studi Agama Dan Pemikiran

    Islam, (Yogyakarta, 2014) 17

    Faosiah Dwi Astuti, Konsep Wirid Qur‟ani, (Yogyakarta, 2013)

  • 11

    ini menggunakan tiga metode yaitu, reduksi, display dan verifikasi. Teori sosial

    yang digunakan menggunakan teori Max Weber dan Karl Mannheim.18

    Demikian beberapa karya tulis dan hasil penelitian yang telah membahas

    berkenaan dengan living Qur‟an. Penelitian living Quran mengenai Tradisi

    Pembacaan Wirid Sakran di Pondok Pesantren Irsyadul „Ibad Pemayung, Batang

    Hari Jambi, penulis lebih mengarahkan kajian penelitian ini pada prosesi praktik

    pembacaan wirid Sakran. Kemudian mengungkap makna dari praktik pembacaan

    wirid Sakran tersebut menurut santri secara umum dan ustadz-ustadz pondok

    pesantren Irsyadul „Ibad. Dalam penelitian lapangan dengan metode penelitian

    deskriptif kualitatif seperti yang telah di gunakan dalam penelitiannya Siti

    Fauziah. Walaupun metode dan teknik pengumpulan data sama akan tetapi proses

    analisis data, obyek serta tempat yang ditelitipun berbeda. Analisis data dalam

    penelitian ini menggunakan tiga sub yaitu, reduksi, display dan verifikasi.

    F. Kerangka Teori

    Dalam menggali makna-makna perilaku tradisi pembacaan wirid Sakran,

    penulis menggunakan teori sosial Peter L Berger dan Thomas Luckmann yang

    dikenal dengan konstruksi sosial. Teori sosial ini merupakan bagian dari teori

    sosialogi pengetahuan. Menurut Berger sosiologi pengetahuan merupakan bagian

    dari disiplin sosiologi empiris, yakni dunia kehidupan sehari-hari. Ia menekuni

    sesuatu yang dianggap pengetahuan dan pembentukan kenyataan oleh masyarakat.

    Dalam teori sosiologi yang ditawarkan oleh Berger dan Luckmann bahwa

    konstruksi sosial dibangun melalui 2 cara yaitu kenyataan dan pengetahuan.

    Berger dan Luckmann mulai menjelaskan realitas sosial dengan memisahkan

    pemahaman kenyataan dan pengetahuan. Realitas diartikan sebagai suatu kualitas

    yang terdapat didalam realitas-realitas yang diakui sebagai memiliki keberadaan

    (Being) yang tidak tergantung pada kehendak kita sendiri. Sedangkan

    pengetahuan didefinisikan sebagai kepastian bahwa realitas-realitas itu nyata dan

    18

    Vitri Nurawalin, “Pembacaan Al-Qur‟an Dalam Tradisi Mujahadah Sabihah Jumu‟ah

    (Studi Living Qur‟an Di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Sleman Yogyakarta)‟. Skripsi

    Fakultas Ushuluddin Dan Studi Agama Dan Pemikiran Islam, Yogyakarta, 2014

  • 12

    memiliki karakteristik yang spesifik. Kenyataan dibangun secara rasional dan

    sosiologi pengetahuan menganalisa proses terjadinya keadaan tersebut.19

    Berger dan Luckmann mengatakan terjadi dialektika antara individu

    menciptakan masyarakat dan masyarakat menciptakan individu. Proses dialektika

    ini terjadi melalui eksternalisasi, objektivasi dan internalisasi. Teori konstruksi

    sosial dalam gagasan Berger mengandaikan bahwa agama sebagai bagian dari

    kebudayaan, merupakan konstruksi manusia. artinya terdapat proses dialektika

    ketika melihat hubungan masyarakat dengan agama, bahwa agama merupakan

    entitas yang objektif karena berada diluar diri manusia. dengan demikian, agama

    mengalami proses objektivasi, seperti ketika agama berada dalam teks atau

    menjadi tata nilai, norma, aturan dan sebagainya. Teks atau norma tersebut

    kemudian mengalami proses internalisasi kedalam diri individu, sebab agama

    telah diinterpretasikan oleh masyarakat untuk menjadi pedomannya. Agama juga

    mengalami proses eksternalisasi karena ia menjadi acuan norma dan tata nilai

    yang berfungsi menuntun dan mengontrol tindakan masyarakat.20

    Praktik pembacaan surah dan ayat pada tradisi pembacaan wirid Sakran,

    merupakan salah satu tindakan sosial, karena dalam praktiknya tidak dilakukan

    secara individu, akan tetapi dilakukan secara bersama-sama dan dimaksudkan

    untuk orang lain juga, serta dalam pembacaan wirid ini tidak hanya untuk dirinya

    sendiri tetapi juga untuk seluruh umat Muslim.

    G. Metode Penelitian

    1. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian lapangan (field research),

    yang menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini

    adalah menggambarkan keadaan objek yang diteliti dengan menggunakan

    fakta-fakta yang tampak dan mengemukakan hubungan yang terkait antara

    satu dengan lainnya. Dalam kajian Living Qur‟an ini, pendekatan yang

    digunakan oleh penulis ialah fenomonologi yaitu mengungkap serta

    memahami suatu fenomena beserta konteksnya yang bersangkutan. Hal ini

    19

    Peter L. Berger & Thomas Lukhmann. Tafsir Sosial atas Kenyataan. (Jakarta: LP3ES,

    2012), 1-6. 20

    Peter L. Berger langit suci; agama sebagai realitas sosial. (Jakarta: LP3S, 1991), 3-5

  • 13

    dikarenakan pendekatan jenis ini lebih sesuai dengan pokok permasalahan

    dalam penelitian serta mengungkap fenomena yang terjadi dilapangan.21

    Selain itu, dalam kesempatan ini penulis meneliti praktik tersebut

    melalui kajian living Qur‟an. Fokus kajian living Qur‟an seperti yang

    dijelaskan Abdul Mustaqim terletak pada bagaimana praktik masyarakat

    dengan al-Qur‟an, apa makna dan relasi masyarakat terkait tradisi praktik

    tersebut.22

    2. Lokasi dan Subjek Penelitian

    a. Lokasi

    Adapun lokasi penelitian ini mengambil lokasi di ponpes Irsyadul

    „Ibad,Jalan Jambi Muara Bulian KM 41 RT 01 Desa Simpang Kubu

    KndangKecamatan Pemayung Kabupaten Batang Hari. Di pesantren ini

    merupakan salah satu contoh penerapkan living Qur‟an dalam kehidupan

    sehari-harinya. Seperti judul penelitian ini: Tradisi Pembacaan Wirid

    Sakran (Kajian Living Quran di Pondok Pesantren Irsyadul „Ibad

    Pemayung, Batang hari Jambi).

    Adapun yang melatarbelakangi pengambilan lokasi ini adalah karena

    sepengetahuan penulis, hanya di pondok pesantren ini yang menerapkan

    pengamalan wirid Sakran, selain itu jarak dan waktu tempuh ketempat

    lokasi tidak memakan waktu dan biaya yang banyak serta mudah di

    jangkau.

    b. Subjek penelitian

    Dalam penelitian ini, subjek penelitian yang penulis gunakan adalah

    orang-orang yang berada di lokasi pesantren dan orang terlibat langsung

    dalam pelaksanaan wirid Sakran. Mereka ini terdiri dari ustadz-ustadz dan

    santri Pondok Pesantren Irsyadul „Ibad.

    21

    Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial (Jakarta;

    Salemba, 2010), 9 22

    Abul Mustaqim, Metodologi Penelitian Al-Qur‟an Dan Tafsir, (Yogyakarta: Pondok

    Pesantren Lsq Bekerja Sama Dengan Idea Press Yogyakarta, 2014), Cet.1, 29

  • 14

    3. Sumber Data

    Dalam pengumpulan Data-data yang digunakan berdasarkan pada dua

    sumber data yaitu:

    a. Data Primer

    Yakni data-data yang diperoleh dari sumber-sumber asli yang

    memuat informasi atau data yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini data

    primernya adalah observasi di pondok pesantren Irsyadul „Ibad dan

    wawancara dengan ustad dan santri. Jikalau ada beberapa informasi terkait

    yang perlu dilacak, maka penulis akan melakukan wawancara dengan

    informan tersebut berdasarkan rekomendasi dari informan sebelumnya.

    b. Data Sekunder

    Adalah data yang diperoleh dari sumber yang bukan asli yang

    memuat informasi atau data yang dibutuhkan. Data sekunder ini diperoleh

    dari pihak-pihak lain yang tidak langsung seperti data dokumentasi dan data

    lapangan dari arsip yang dianggap penting. Sebagai data sekunder dalam

    penelitian ini adalah data dokumentasi, arsip-arsip dan data santri podok

    pesantren Irsyadul „Ibad. Begitupun buku-buku, wirid dan kitab-kitab

    tafsiryang informasinya berkaitan dengan penelitian ini, menjadi data

    tambahan yang sangat bermanfaat.

    Untuk objek material penelitian ini adalah kegiatan pembacaan surah

    dan ayat al-Qur‟an dalam tradisi pembacaan wirid Sakran yang rutin

    dilaksanakan setelah jamaah shalat Isya, yaitu meliputi praktik

    pelaksanaanya dan bentuk pembacaan surah dan ayat tersebut. Sedangkan

    objek formalnya yaitu untuk mengungkap makna praktik pembacaan surah

    dan ayat dalam tradisi pembacaan wirid Sakran di Pondok Pesantren

    Irsyadul „Ibad Pemayung, Batang Hari Jambi.

    4. Tehnik Pengumpulan Data

    Dalam penelitian living Qur‟anpenulis menggunakan beberapa teknik

    untuk pengumpulan data yang berkaitan dengan pembahasan. Adapaun teknik

    pengumpulan data tersebut adalah:

  • 15

    a. Observasi

    Kegiatan mengamati dan mendengar dalam rangka memahami,

    mencari jawab, mencari bukti terhadap fenomena sosial keagamaan selama

    beberapa waktu tanpa mempengaruhi fenomena yang diobservasi, dengan

    mencatat, merekam, memotret fenomena tersebut guna penemuan data

    analisis23

    . Dalam penelitian ini, penulis menggunakan observasi partisipan

    dan non partisipan. Adapun yang dimaksud observasi partisipan adalah

    observasi yang dilakukan terhadap objek di tempat terjadi atau

    berlangsungnya peristiwa. Sedangkan observasi non partisipan yaitu

    pengamatan yang dilakukan oleh observer tidak pada saat berlangsungnya

    suatu peristiwa yang akan diteliti.

    Observasi partisipan yang dilakukan penulis dalam penelitian ini

    berlokasi di Pondok Pesantren Irsyadul „Ibad Pemayung, Batanghari Jambi.

    Selain untuk memperoleh informasi tentang profil pesantren, pada observasi

    ini penulis lebih menekankan untuk menggali informasi terkait kegiatan-

    kegiatan keseharian santri. Dengan ikut serta dalam kehidupan keseharian

    santri, penulis bisa menggali informasi dengan mengamati prosesi

    pembacaan wirid Sakran secara mendalam.

    Adapun observasi non partisipan dalam penelitian ini, penulis akan

    melakukan pengamatan terhadap dokumen dan arsip pondok pesantren.

    Begitu juga dengan buku-buku atau kitab-kitab yang menjadi rujukan dalam

    pelaksanaan tradisi pembacaan wirid Sakran.24

    b. Wawancara

    Adalah suatu bentuk komunikasi verbal, semacam percakapan

    dengan tujuan memperoleh informasi.25

    Sebagai salah satu cara mendapatkan

    informasi terkait dengan penelitian peneliti memberikan beberapa

    pertanyaan untuk memperoleh jawaban. Dalam penelitian ini, penulis

    23

    Imam Suprayogo Dan Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial-Agama (Bandung: Pt.

    Remaja Rosdakarya, 2003), 167.

    24Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif (Jakarta: Prenada Media Group, 2007), 115.

    25Marzuki, Metodologi Riset (Yogyakarta: Bpfe, 1998), 62.

  • 16

    menggunakan wawancara metode etnografi yaitu wawancara yang

    menggambarkan sebuah percakapan persahabatan.

    Metode ini memungkinkan seorang peneliti mewancarai orang tanpa

    kesadaran orang-orang itu dengan cara sekedar melakukan percakapan

    biasa, namun memasukkan beberapa pertanyaan di dalamnya. Penulis

    mengumpulkan data-data melalui pengamatan, terlibat langsung dan

    percakapan sambil lalu, sehingga ada sebagian informan yang diwawancarai

    tanpa menyadari jika penulis sedang menggali informasi.26

    Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang tidak atau belum

    ditemukan penulis selama melakukan observasi di lapangan. Wawancara ini

    juga penulis gunakan untuk menguji ulang data-data yang ada dari hasil

    observasi, baik hasil observasi partisipan ataupun observasi non-

    partisipan.27

    c. Dokumentasi

    Dokumentasi merupakan suatu cara pengumpulan data dengan

    menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis,

    gambar maupun elektronik.28

    Penelitian living Qur‟an tentang fenomena

    ritual keagamaan yang terjadi di masyarakat akan semakin kuat jika disertai

    dengan dokumentasi. Dokumentasi yang dimaksud bisa berupa dokumen

    yang tertulis maupun dokumen file seperti, agenda kegiatan, daftar hadir

    peserta, materi kegiatan, tempat kegiatan dan sebagainya, bisa juga berupa

    foto-foto kegiatan yang berhubungan dengan penelitian. Dengan melihat

    dokumen yang ada, maka peneliti bisa melihat perkembangan kegiatan

    tersebut dari waktu ke waktu, sehingga dapat dianalisa bagaimana respon

    masyarakat dengan kegiatan ritual tersebut.

    26

    Isnani Sholehah, “Makna Pembacaan Surat-Surat Pilihan Dari Al-Qur‟an Dalam

    Tradisi Mujahadah”, Skripsi Uin Sunan Kalijaga. 27

    Ibid 28

    Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Pt. Remaja

    Rosdakarya, 2007), 221.

  • 17

    5. Teknik Analisis Data

    Penulis menggunakan analisis data menurut Miles dan Huberman, yaitu

    batasan dalam proses analisis data mencakup tiga sub proses, yaitu reduksi

    data, display data dan verifikasi data.

    a. Reduksi Data

    Proses reduksi yaitu proses pemilihan pemusatan perhatian pada

    penyederhanaan data kasar yang muncul dari catatan yang tertulis

    dilapangan (field notes). Proses reduksi berulang selama proses penelitian

    kualitatif berlangsung.29

    Reduksi data ini, dalam proses penelitian akan

    menghasilkan ringkasan catatan data dari lapangan. Proses reduksi data akan

    dapat memperpendek, mempertegas, membuat fokus, membuang hal yang

    tidak perlu.30

    b. Display Data

    Display data yaitu mengorganisasian data, mengaitkan hubungan

    antar fakta tertentu menjadi data dan mengaitkan antara data yang satu

    dengan data yang lainnya. Dalam tahap ini peneliti dapat bekerja melalui

    penggunaan bagan-bagan atau skema untuk menunjukkan hubungan-

    hubungan tersetruktur antara data satu dengan data lainnya. Proses ini akan

    menghasilkan data yang konkret, memperjelas informasi agar nantinya

    dapat lebih dipahami oleh pembaca.31

    c. Verifikasi Data

    Pada tahap ini peneliti mulai melakukan penafsiran

    (interpretasi)terhadap data, sehingga data yang telah diorganisasikannya itu

    memiliki makna. Dalam tahap ini interpretasidata dapat dilakukan dengan

    cara membandingkan, pencatatan tema-tema dan pola-pola, pengelompokan,

    melihat kasus perkasus, dan melakukan pengecekan hasil interview dengan

    informan dan observasi. Proses ini juga menghasilkan sebuah hasil analisis

    29

    Muhammad Idrus, Metode Metode Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial (Pendekatan Kualitatif

    & Kuantitatif), (Yogyakarta: Uii Press, 2007), 181 30

    Moh Soehadha, Metode Penelitian Kualitatif Untuk Studi Agama, (Yogyakarta: Suka

    Press, Uin Sunan Kalijaga, 2012), 130 31

    Ibid, 131

  • 18

    yang telah dikonsultasikan atau dikaitkan dengan asumsi-asumsi dari

    kerangka teoritis yang ada.32

    H. Sistematika Penulisan

    Untuk memberikan gambaran secara sederhana agar mempermudah

    penulisan skripsi ini, maka disusun sistematika penulisan yang terdiri dari lima

    bab dengan rincian sebagai berikut:33

    Bab pertama berisi pendahuan terdiri dari: Latar belakang masalah,

    rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan

    pustaka, kerangka teori, metodologi penelitian, dan sitematika penulisan.

    Bab kedua, Gambaran Umum Pondok Pesantren Irsyadul „Ibad

    meliputi;Sejarah Berdirinya Pesantren, Visi, Misi dan Tujuan Pondok Pesantren

    Irsyadul „Ibad, Tata Tertib, Sistem Pembelajaran, Kegiatan dan Aktifitas Santri

    pondok pesantren Irsyadul „Ibad,Kepengurusandan Program Pengembangan

    Pondok Pesantren Irsyadul „Ibad.

    Bab ketiga, Tradisi Pembacaan Surah Dan Ayat Al-Qur‟an Dalam Tradisi

    Pembacaan Wirid Sakran meliputi; Definisi Wirid Secara Umum, Sejarah

    Mulainya Tradisi Pembacaan Wirid Sakran, Prosesi Pembacaan Surah dan Ayat

    al-Qur‟an dalam Tradisi Pembacaan Wirid Sakran di Pondok Pesantren Irsyadul

    „Ibad.

    Bab keempat, Pemaknaan meliputi; Pemahaman dan Makna Tradisi

    Pembacaan Wirid Sakran, Analisa Tentang Tradisi Pembacaan Wirid Sakran di

    Pondok Pesantren Irsyadul „Ibad, Pemayung, Batang hari Jambi.

    Bab kelima,merupakan kesimpulan yang memuat jawaban dari rumusan

    masalah, saran-saran bagi penelitian selanjutnya lampiran baik berupa

    dokumentasi dan lampiran yang berhubungan dengan penelitian.

    32

    Ibid, 133 33

    Tim Penyusun, Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ushuluddin Iain

    Sts Jambi, (Muaro Jambi: Fak. Ushuluddin Iain Sts Jambi, 2016), 47

  • 19

    BAB II

    GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN IRSYADUL „IBAD

    A. Sejarah Berdiri, Lokasi, Tujuandan Visi Misi Pondok Pesantren Irsyadul

    „Ibad

    1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Irsyadul „Ibad

    Pondok Pesantren Irsyadul „Ibad didirikan oleh Bapak Kyai

    Muhammad Rouyani Jamil pada Tanggal 1 Juni 2003. Pondok Pesantren ini

    dibangun di atas tanah wakaf dari Bapak Tego dan Bapak Andrahman seluas ±

    3,9028 hektar yang berlokasi di Jalan Jambi-Muara Bulian Desa Simpang

    Kubu Kandang, Kecamatan Pemayung, Kabupaten Batang Hari. Tanah yang

    terdiri dari sesap dan sedikit payo ini diserahkan oleh Bapak Tego dan Bapak

    Andrahman untuk pendidikan agama berupa pendirian Pondok Pesantren.

    Pemilihan nama IRSYADUL „IBAD oleh Bapak Kyai M. Rouyani

    Jamil yang berarti penuntun hamba didasari oleh harapan yang sangat besar

    dari pimpinan Pondok Pesantren kepada para santri dan masyarakat yang

    antusias terhadap pondok pesantren Irsyadul „Ibad agar selalu menjadi hamba

    yang mendapat tuntunan dari Allah SWT.

    Pondok pesantren Irsyadul „Ibad saat ini memiliki jumlah santri

    sebanyak kurang lebih 400 santri putri dan 300 santri putra. Pondok Pesantren

    Irsyadul „Ibad berikhtiar untuk andil dalam menyiapkan generasi yang berilmu,

    beradab dan terampil, yang menjunjung tinggi moralitas. Ponpes ini

    menyelenggarakan pendidikan tingkat MTS dan Aliyah dengan

    mengintregasikan sistem pendidikan formal melalui kurikulum nasional dan

    kurikulum pesantren yang diterapkan secara integral baik di madrasah maupun

    di pesantren. Keduanya dipadukan dengan tetap mempertahankan adat lokal

    kepesantrenan. Kepondokan menyelenggarakan program kelas persiapan

    (Syifir) . Sedangkan madrasah Aliyah menyelenggarakan program IPS dan

    Keagamaan.34

    34

    Dokumentasi, 24 Oktober 2018

  • 2. Lokasi Pondok Pesantren Irsyadul „Ibad

    Pondok Pesantren Irsyadul „Ibad terletak di Jl. Jambi Muara Bulian

    KM.41 RT 01 Desa Simpang Kubu Kandang Kecamatan Pemayung Kabupaten

    Batang hari Jambi.35

    3. Tujuan dan Visi Misi Pondok Pesantren Irsyadul „Ibad

    a. Tujuan pondok pesantren Irsyadul „Ibad antara lain:36

    1) Tujuan Umum

    Ingin menghasilkan lulusan yang beriman dan bertaqwa kepada

    Allah. Berbudi pekerti luhur berkepribadian mandiri, tangguh,cerdas,

    kreatif, terampil, disiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab,

    sehat jasmani rohani, memiliki semangat kebangsaan, cinta tanah air,

    kesetiakawanan, sosial kesadaran akan sejarah bangsa dan sikap

    menghargai pahlawan, serta berorientasi pada masa depan . Begitu mulia

    tujuan umum pondok Pesantren Irsyadul „Ibad yang ingin menjadikan

    sosok seorang menjadi mulia dan mampu mengabdikan dirinya kepada

    agama dan juga negara.

    2) Tujuan Khusus

    Secara khusus pondok pesantren Irsyadul „Ibad bertujuan

    menghasilkan santri yang unggul dalam:

    a) Keimanan yang bertaqwa kepada Allah

    b) Memiliki disiplin dan kepribadian yang baik

    c) Mampu berkiprah dalam masyarakat sesuai dengan kemampuan dan

    pengetahuan yang dimiliki.

    d) Menciptakan nasionalisme dan solidaritas yang tinggi antar sesama.

    e) Motivasi dan komitmen yang tinggi untuk mencapai

    f) Memiliki kepribadian yang kokoh.

    Dengan demikian kehadiran pondok ditengah masyarakat

    pemayung dan sekitarnya cukup mewarnai kehidupan masyarakat serta

    merupakan nilai dalam peningkatan pengetahuan keagamaan.

    35

    Hasil Observasi, 24 Oktober 2018 36

    Dokumentasi, 24 Oktober 2018

  • 21

    b. Visi dan Misi37

    1) Visi Pondok Pesantren Irsyadul „Ibad:

    a) Mewujudkan pesantren yang mampu menghasilkan lulusan yang

    dapat menguasai disiplin ilmu keislaman serta berakhlak mulia dan

    peduli terhadap sesama.

    b) Memantapkan iman dan taqwa serta mengembangkan ilmu

    pengetahuan keislaman untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia

    dan akhirat berdasarkan al-Qur‟an dan as-Sunnah.

    2) Misi Pondok Pesantren Irsyadul „Ibad:

    a) Mempersiapkan lulusan santri dan santriwati yang beriman dan

    bertaqwa, berprestasi serta berakhlaqul karimah.

    b) Mengarahkan dan mengantarkan umat memenuhi fitrahnya sebagai

    khairu ummah dan dapat memerankan kepeloporan, kemajuan dan

    perubahansosial sehingga tercipta negara indonesia sebagai baldatun

    thoyyibatun warobbun ghofur.

    B. Tata Tertib, Sistem Pembelajaran, Kegiatan dan Aktivitas Santri Pondok

    Pesantren Irsyadul Ibad38

    1. Tata Tertib Pondok Pesantren Irsyadul „Ibad

    Adapun tata tertib yang berlaku di pondok adalah suatu tata tertib

    yang dirancang berdasarkan musyawarah antara penasehat pondok, pengurus,

    ustadz dan orang tua santri , tata tertib dirancang sedemikian rupa dengan

    komitmen bahwa tata tertib yang disusun tidak boleh bertentangan dengan

    nilai-nilai Islam, mempunyai unsur pendidikan dan bermanfaat terutama bagi

    santri sendiri. Tata tertib dan peraturan yang mengikat kepada semua

    santriwati, yaitu:

    1. Semua santri dilarang bertempat tinggal di dua tempat.

    2. Semua santri dilarang mengganggu ketenangan orang lain.

    37

    Ibid

  • 22

    3. Semua santri dilarang memiliki alat-alat elektronik semacam Radio,

    Televisi,Tape Recorder, Game Watch, Walkmen dan Hand Phone,

    MP4/3,dan lain-lain.

    4. Semua santri dilarang keluar kecuali hari Jum'at dan Selasa serta sudah

    mendapat izin dari pengasuh atau pengurus.

    5. Semua santri dilarang menonton pertunjukan (Kecuali yang diselenggarakan

    oleh pondok).

    6. Semua santri dilarang mengikuti kegiatan diluar wilayah pondok pesantren

    (kecuali ada izin tertulis dari pengasuh).

    7. Semua santri dilarang merusak atau mengambil hak milik orang lain baik

    didalam maupun diluar pondok pesantren tanpa seizin pemiliknya.

    8. Semua santri dilarang melakukan pengancaman, perkelahian atau

    penganiayaan dengan menggunakan alat-alat tajam atau tidak, baik didalam

    maupun diluar pondok pesantren.

    9. Semua santri dilarang mencemarkan nama baik Pondok Pesantren.

    10. Semua santri putra dilarang memasuki wilayah komplek atau kamar putri

    dan sebaliknya tanpa seizin pengurus.

    11. Semua santri dilarang merusak atau mengotori fasilitas yang ada di

    pondok.

    12. Semua santri dilarang memiliki atau menyimpan buku-buku, gambar-

    gambar atau foto-foto terlarang.

    13. Semua santri dilarang membohongi atau melecehkan pengasuh, pembina

    dan pengurus.

    14. Semua santri dilarang terlambat masuk atau kembali ke pondok.

    15. Semua santri dilarang melanggar kebijakan yang telah ditentukan oleh

    pengasuh, pembina dan pengurus.

    Demikian berbagai aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan yang

    berlaku di Pondok Pesantren Irsyadul „Ibad karena keadaan santriwati sangat

    majemuk, dalam arti berasal dari berbagai penjuru tanah air, untuk

    menghindari timbulnya rasa kedaerahan atau provinsialisme yang tidak sehat di

    kalangan para santriwati Pondok Pesantren, maka mereka di dalam asrama

  • 23

    dicampur atau dibaurkan dengan santriwati dari daerah lain. Mengenai

    perizinan keluar wilayah pondok, para santri hanya diperbolehkan izin pada

    hari selasa dan jum‟at,bagi santri yang hendak izin pulang harus melalui

    pengasuh langsung.

    Dengan adanya berbagai tata cara atau peraturan yang berlaku di

    dalam pondok pesantren tersebut, menuntut para santri putri agar memiliki

    akhlak yang mulia, dapat hidup teratur, bersih, disiplin, punya rasa tanggung

    jawab, suka kebersamaan dan menjauhkan dari sifat individualisme.

    Kesemuanya itu adalah merupakan salah satu usaha mendidik, membimbing,

    merealisasikan apa yang telah di peroleh santri putri Pondok Pesantren dalam

    kehidupan sehari-hari, khususnya dalam membentuk akhlakul karimah.

    2. Sistem Pembelajaran Pondok Pesantren Irsyadul „Ibad39

    Seiring dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman,

    Pondok Pesantren Irsyadul „Ibad berbenah diri sehingga akhirnya lahirlah

    sistem lembaga modern yang mengembangkan sistem pendidikan umum dan

    agama serta keterampilan yang ada di lingkungan masyarakat, dengan tidak

    mengurangi sistem yang ada pada Pondok Pesantren Irsyadul „Ibad baik ULA,

    MTs dan MA Irsyadul „Ibad dengan tujuan untuk mencetak santri yang

    berpotensi dalam segala bidang, beriman, berakhlakul karimah, unggul dalam

    berprestasi, dan maju dalam tekhnologi serta memahami dan melaksanakan

    nilai-nilai sosial berbangsa dan bernegara.

    1. Pendidikan Formal

    Seiring dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman

    Pondok Pesantren Irsyadul ‟Ibad memberikan pendidikan formalitas berupa

    MTs (Madrasah Tsanawiyah) dan MA (Madrasah Aliyah) Swasta Irsyadul

    ‟Ibad.

    2. Pendidikan Non Formal

    Untuk melaksanakan visi dan misinya, program yang ada pada

    Pondok Pesantren Irsyadul ‟Ibad sedang dilaksanakan yaitu sistem

    39

    Dokumentasi, 25 Oktober 2018

  • 24

    pendidikan nonformal dan keterampilan serta pemberian dasar keahlian

    pada santri Pondok Pesantren Irsyadul ‟Ibad melalui pelatihan dasar

    keahlian :

    a. Praktek pertanian, Seperti menanam sayur mayur, sawit dan buah-

    buahan.

    b. Praktek peternakan, Seperti penggemukan sapi dan pengembangan sapi.

    c. Praktek memelihara ayam kampung.

    Untuk menunjang kegiatan operasional dan pelayanan Pondok

    Pesantren Irsyadul ‟Ibad sedang berupaya melalui kegiatan Usaha Ekonomi

    Produktif (UEP) yaitu :

    a. Pertanian

    b. Perikanan

    c. Peternakan

    d. Program usaha seperti : Waserda, Perbengkelan motor dan depot

    airminum isi ulang.

    3. Kegiatan Dan Aktifitas Santri Pondok Pesantren Irsyadul „Ibad40

    Secara kronologis kegiatan atau aktivitas santri Pondok Pesantren

    Irsyadul „Ibad selama 24 jam dapat di lihat pada tabel berikut ini:

    Tabel I

    Jadwal Kegiatan Harian Santri

    No Jam Jenis Kegiatan Ket

    1 7.30 – 12.30 Kegiatan Belajar Dan

    MengajarSalafiyah

    Di Kelas dan

    Bandongan

    2 12.30.13.30 Ishoma Di Asrama dan

    Mushola

    3 13.30 – 16.00 Kegiatan Belajar Dan

    Mengajar Formal Di Kelas

    40

    Wawancara Dengan Santri Yang Bernama Nurul Hidayah, 25 Oktober 2018

  • 25

    4 16.00 – 16.30 Sholat Ashar Di Mushola

    5 16.30 – 17.30 Olah Raga Di Lapangan

    6 17.30 – 18.00 Persiapan Sholat Maghrib Asrama

    7 18.00 – 20.00 Sholat Maghrib Dan Pami Di Mushola dan

    Kelas

    8 20.00 – 20.30 Makan Malam Di Asrama

    9 20.30 – 22.30 Bimbingan Belajar

    Salafiyah

    Di Kelas dan

    Asrama

    10 22.30 – 04.00 Istirahat Di Asrama

    11 04.00 – 05.30 Persiapan Shubuh Dan

    Sholat Shubuh

    Di Asrama dan

    Mushola

    12 05.30 – 06.30 Pengajian Kitab Kuning Di Mushola dan

    Kelas

    13 06.30 – 07.30

    Sarapan Pagi & Persiapan

    Kegiatan Belajar Dan

    MengajarSalafiyah

    Di Asrama

    C. Kepengurusan dan Program Pengembangan Pondok Pesantren Irsyadul

    „Ibad41

    Setiap lembaga pendidikan atau lainnya harus mempunyai pemimpin

    beserta staf, ustadz (guru ), karyawan dan siswa (santri), serta aturan-aturan

    tertentu dan kewajiban yang ditentukan oleh struktur organisasi yang berlaku.

    Struktur organisasi yang sangat berperan disetiap lembaga pendidikan maupun

    lembaga non pendidikan.

    Maka menjalankan tugas kepala sekolah harus berada dibidang pendidikan

    dasar guru, yang dalam organisasi tersebut di dalamnya menggambarkan

    pemberian tugas secara merata antara personil yang di amanahkan haruslah

    memiliki kompetensi yang sesuai dengan bidangnya , serta memiliki loyalitas

    41

    Dokumentasi, 25 Oktober 2018

  • 26

    yang tinggi terhadap organisasi atau lembaga pendidikan tersebut, agar dapat

    melaksanakan tugasnya dengan penuh tanggung jawab.

    1. Kepengurusan Pondok Pesantren Irsyadul „Ibad

    Untuk kelancaran dalam menjalankan pondok pesantren , pengasuh

    beserta jajarannya membentuk kepengurusan pondok pesantren pembentukan

    susunan pengurus ini ditetapkan berdasarkan hasil rapat pengasuh, ketua

    yayasan dan majlis guru.

    Tugas dari masing-masing bagian tersebut di atas mengenai masalah

    yang sesuai dengan dibidangnya masing-masing. Pengasuh pondok pesantren

    bertanggung jawab secara keseluruhan terhadap terselenggaranya pendidikan

    di pondok pesantren bersama guru yang lainnya, memperhatikan kesejahteraan

    guru dan memberikan pengawasan terhadap santri, demi tercapainya harapan

    mereka semua.Pengurus pondok pesantren Irsyadul „Ibad Pemayun, Batang

    hari Jambi diantaranya :

    Tabel II

    Kepengurusan Pondok Pesantren Irsyadul „Ibad42

    Jabatan Pengurus

    Pelindung

    Pengawas

    Penasehat

    Pimpinan

    Wakil pimpinan / Pengasuh

    Sekretris / Kabid TU

    Bendahara

    Kepala MA

    -Camat Pemayung

    -Kades Simpang Kubu Kandang

    Ky. Munandar

    -Andrahman

    -Drs. Moh. Damiri

    Ky. M. Rouyani Jamil

    Ky. MHD. Raou.Abd. Majid, S.Pd.I

    Khabib Al-Mubarok, S.Pd.I

    R. Roro Farimah

    Drs. Supaat

    42

    Ibid

  • 27

    Kepala MTS

    Ka. Bidang Ubudiyah

    Ka. Bagian Kesehatan

    Ka. Bagian Pendidikan

    Ka. Bagian Humas

    Ka. Bidang Keamanan

    Bina Santri Putra

    Bina Santri Putri

    Bina Bakat Seni dan Keterampilan

    Bina Pramuka Putra

    Bina Pramuka Putri

    Bina Olahraga

    Karyati, S. Ag

    K. Muji Salamun

    M. Yusuf, S.Pd.I

    M. Mukri, S.Pd.I

    M. Nawawi

    Subadar

    M. Zaini

    Siska Wardani

    Nur Kholis

    Sopiyani, S.Pd.I

    Fatmawati, S.Pd.I

    Sahadat, S.Pd.I

    a. Keadaan Dewan Guru dan Santri

    Guru dan siswa (santri) subjek dan objek dalam proses

    pembelajaran, dimana keduanya terjadi timbal balik agar proses

    pembelajaran terlaksana sesuai dengan apa yang di harapkan dan apabila

    salah satu diantaranya tidak ada maka kegiatan belajar dan mengajar tidak

    akan terjadi.

    Berdasarkan observasi di pondok pesantren irsyadul ibad di desa

    pemayung kabupaten batang hari tentang tenaga pengajar berjumlah

    beberapa orang ustadz dan ustadzah yang mengajar di pondok pesantren ini.

    Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

  • 28

    Tabel III

    Data jumlah ustadz dan ustadzah Pondok Pesantren Irsyadul „Ibad43

    No Tingkatan Jumlah

    1 Wustha/Mts 22 Ustadz/Ustadzah

    2 Ulya/Ma 13 Ustadz/Ustadzah

    3 Salafiyah 23 Ustadz/Ustadzah

    Jumlah 58 Ustadz/Ustadzah

    Unsur penting lainnya dalam pendidikan dan pembelajaran adalah

    santri. Berikut mengenai daftar jumlah santri pondok pesantren Irsyadul

    „Ibad:

    Tabel IV

    Data jumlah Santri Pondok Pesantren Irsyadul „Ibad44

    No Tingkatan Jumlah

    1 Tingkat Pertama 16 Santri

    2 Wustha/Mts 336 Santri

    3 Ulya/Ma 289 Santri

    4 Hanya Ngaji/ Ngaji dan di

    Perguruan Tinggi 59 Santri

    Jumlah 700Santri

    43

    Ibid 44

    Ibid

  • 29

    b. Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Irsyadul „Ibad45

    Sejak berdirinya Pondok Pesantren Irsyadul „Ibad sampai sekarang,

    memiliki sarana dan prasarana sebagai berikut:

    Tabel V

    Sarana dan jumlah prasarana di pondok pesantren irsyadul „Ibad

    No Bangunan Jumlah Ukuran (M) Baik Rusak

    1 Kantor 1

    2 Mushola 1

    3 Aula 1

    4 Ruang Belajar 12 9x8/Ruang

    5 Asrama 17 Ruang 4 X 6 12 5

    6 Mck 8 2 X 4 6 2

    7 Sumber Air 6 1 X 5 4 2

    8 Labor Pai 1 Unit 9 X 8

    9 Perpustakaan 1 Unit 9 X 8

    10 Labor

    Komputer

    1 Unit 9 X 8

    11 Puskestren

    Klinik

    1 Unit 9 X 8

    12 Bengkel 1 Unit 9 X 8

    13 Drum Band 1 Unit

    14 Komputer 20 Unit 15 5

    15 Printer 12 9 3

    45

    Observasi, 25 Oktober 2018

  • 30

    2. Program Pengembangan Pondok Pesantren Irsyadul „Ibad46

    Di samping menjadi agen taffaqquh fiddin, Pondok Pesantren Irsyadul

    „Ibad juga menjadi agen pengembangan masyarakat.Peran serta dan kontribusi

    Pesantren dalam bidang ini tidak diragukan lagi.Sekedar menunjuk bukti,

    banyak para alumni Pesantren yang menjadi tokoh masyarakat, pejabat

    pemerintah serta profesi lainnya yang berhubungan langsung dengan

    pengembangan dan pendayagunaan masyarakat.

    Dalam hal ini Program Pengembangan Masyarakat oleh Pondok

    Pesantren Irsyadul „Ibad meliputi :

    a. Program Pengembangan Santri

    1) Dalam rangka mengupayakan peningkatan mutu keilmuan santri, Pondok

    Pesantren Irsyadul „Ibad menjalin kejasama dengan dunia pendidikan

    yang lebih tinggi jenjangnya dan lembaga pendidikan lainnya.

    2) Peningkatan profesionalisme guru dengan menjalin kerjasama dengan

    Dinas Pendidikan dan Kementerian Agama yang membidangi pendidikan

    dan Pondok Pesantren lainnya. Dengan kerjasama ini para asatidz

    memperoleh kesempatan mengikuti pelatihan-pelatihan. Para Asatidz

    juga didorong dan diberi kesempatan mengikuti seminar di berbagai

    bidang yang diselenggarakan beberapa pihak terkait.

    3) Pengembangan program prioritas adalah mendidik para santri agar

    mampu memahami dan mendalami kitab-kitab klasik (salaf) dan modern

    ('ashriyyah) serta mengaktualisasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

    Progam ini direalisasikan dengan mengadakan aktifitas kajian kitab-kitab

    salaf, aktifitas Mudzakarah, Muhafazhah dan kegiatan lain yang dinilai

    mampu merealisasikan dan menyukseskan program prioritas.

    4) Peningkatan pengetahuan santri di bidang Iptek. Sehubungan dengan itu

    Pondok Pesantren Irsyadul „Ibad mendirikan Madrasah Tsanawiyah dan

    Madrasah Aliyah dengan target santri mampu menguasai berbagai

    46

    Dokumentasi, 25 Oktober 2018

  • 31

    disiplin ilmu, baik ilmu keislaman dan Iptek sebagai bekal mereka saat

    terjun ke dalam masyarakat.

    b. Progam Pengembangan Masyarakat47

    1) Sumber Daya Manusia (SDM)

    Pondok Pesantren Irsyadul „Ibad memberikan pelatihan khusus

    dan kesempatan magang di beberapa tempat yang telah ditentukan dan

    disesuaikan dengan kepentingan pengembangan Pondok Pesantren

    Irsyadul „Ibad. Beberapa Asatidz dan santri dikirim untuk mengkuti

    beberapa pelatihan yang diadakan oleh Instansi-instansi pemerintah

    seperti dinas kesehatan, dinas pertanian, dinas peternakan dan perikanan,

    pemberdayaan SDM ini juga diwujudkan dengan menyelenggarakan

    pengajian mingguan dan bulanan untuk masyarakat sekitar yang

    langsung diasuh oleh Ky. Rouyani Jamil sebagai Pimpinan Pondok

    Pesantren Irsyadul „Ibad. Hal ini merupakan bentuk kepedulian Pondok

    Pesantren Irsyadul „Ibad kepada masyarakat sekitar lokasi

    Pesantren.Dengan begitu Pesantren berfungsi sebagai fasilitator dan

    instrumen.

    2) Sebagai Agen Perubahan (agent of social change)

    Sebagai agen perubahan sosial, Pondok Pesantren Irsyadul „Ibad

    dituntut untuk memproduksi manusia yang berakhlaqul karimah,

    beriman dan bertaqwa serta mampu menjadi embun penyejuk di atas

    kondisi dekadensi moral.

    3) Sebagai Pusat Unggulan

    Pondok Pesantren Irsyadul „Ibad diharapkan tidak hanya sekedar

    menjadi lembaga keagamaan dan pendidikan saja, tetapi juga sebagai

    lembaga pengembangan masyarakat. Dengan multifungsi seperti ini

    Pondok Pesantren Irsyadul „Ibad akan menjadi pusat unggulan, baik

    dalam hal pendidikan keislaman maupun pengembangan masyarakat.

    47

    Ibid

  • 32

    c. Program Kerja48

    1) Jangka Pendek

    Program-program kerja rutin Pondok Pesantren Irsyadul „Ibad

    yang berkaitan langsung dengan masyarakat, di antaranya:

    a) Menampung dan membiayai seluruh kebutuhan hidup serta

    pendidikan bagi anak-anak yang kurang mampu.

    b) Pembinaan dan bimbingan Rohani bagi masyarakat dan pengurus

    pondok pesantren dalam program pengajian rutin 2x seminggu.

    c) Hubungan kemitraan dengan berbagai pihak guna dapat bersama-sama

    membangun dan mengembangkan Pondok Pesantren Irsyadul „Ibad.

    2) Jangka Panjang

    Program jangka panjang Pondok Pesantren Irsyadul „Ibad yaitu :

    a) Mendirikan Pondok Pesantren Khusus Salafiah di Desa Simpang

    Kubu Kandang Kecamatan Pemayung Kabupaten BatangHari yang

    akan dibangun secara bertahap.

    b) Membangun fasilitas Pondok Pesantren secara lengkap dan terpadu.

    c) Mengadakan rencana kerja sama pengelolaan pondok pesantren

    dengan pondok pesantren dari pulau Jawa dalam mengembangkan

    sistem pendidikan Islam terpadu yang mempunyai visi dan misi yang

    sama.

    d) Membangun kerjasama lokal dengan warga muslim di propinsi lain

    demi tegaknya syiar Islam di muka bumi.

    e) Mengembangkan kawasan wisata rohani dengan kegiatan kerohanian

    bagi masyarakat muslim di Propinsi Jambi.

    f) Mendidik santriwan dan santriwati yang mandiri dan berdedikasi dan

    berguna bagi Agama, Nusa dan Bangsa.

    3) Program kerja yang telah dijalankan

    a) Pembangunan 100% Masjid "IRSYADUL „IBAD".

    b) Pembangunan beberapa Gedung Sekolah, laboratorium, perpustakaan

    dan Gedung Asrama.

    48

    Ibid

  • 33

    c) Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar formal dan non formal bagi

    santriwan/i mulai Jam 7.30 -21.30 WIB di setiap harinya kecuali hari

    libur.

    d) Pengajian rutin mingguan dan bulanan bagi masyarakat dan pengurus

    Pondok Pesantren, setiap malam Rabu dalam seminggu dan setiap

    Rabu Kliwon dalam sebulan.

    e) Perekrutan sebagian santri dari golongan anak yatim / piatu dan fakir

    miskin sesuai kapasitas, tempat, dan kemampuan yang ada melalui

    Panti Asuh Irsyadul „Ibad.

    f) Membuka Taman Pendidikan dan Baca Tulis Al-Qur'an, bagi anak-

    anak masyarakat sekitar Pondok Pesantren, yang saat ini berjumlah 20

    anak, dengan tenaga pengajar sebanyak 6 orang.

  • 34

    BAB III

    PRAKTIK PEMBACAAN SURAH DAN AYAT AL-QUR‟AN DALAM

    TRADISI PEMBACAAN WIRID SAKRAN

    A. Definisi Wirid Secara Umum

    Wirid adalah kata yang biasa diucapkan dan telah menyatu dalam

    bahasa masyarakat kita khususnya kalangan santri di pondok pesantren. Asal

    katanya "warada" artinya hadir, datang, sampai. Kemudian secara terminologi

    menjadi istilah untuk berzikir dan berdoa sesuai dengan "aurad" (jamak dari

    kata wirid) yg datang dari Nabi SAW, para sahabat, maupun para ulama49

    Menurut Muhammad Hasbi Asshidieqy zikir yaitu menyebut nama

    Allah dengan membaca tasbih, tahlil, membaca tahmid, membaca al-Qur‟an.

    Selain dari pada itu mengingat Allah dan menyebutnya dengan mengerjakan

    segala rupa taat. Wirid atau dzikir adalah suatu tindakan manusia yang beriman

    dalam rangka untuk mengingat Tuhannya dengan cara menyebut nama-Nya,

    mengingat keagungan-Nya, dan selalu beramal shaleh. Semua itu dilandasi

    dengan niat yang ikhlas semata-mata beribadah kepada Allah dan selalu

    mengharapkan ridha-Nya. Dzikir tidak melafazkan asma Allah dalam bentuk

    wirid (perbuatan yang berbentuk ibadah lahir dan bathin dan dilakukan secara

    terus menerus) saja, tetapi juga sampai pada bentuk amal shaleh dan akhlak

    yang baik seseorang yang beriman dalam kehidupannya sehari-hari.50

    Sedangkan menurut Aboe Bakar Atjeh, dalam bukunya Pengantar Ilmu

    Tarekat Uraian Tentang Mistik:

    [D]zikir adalah ucapan yang dilakukan dengan lidah, atau mengingat Allah

    dengan hati, dengan ucapan atau ingatan yang mensucikan Allah dengan

    memuji dengan puji-pujian dan sanjungan-sanjungan dengan sifat yang

    sempurna, sifat yang menunjukkan kebesaran dan kemurnian.51

    49

    Https://Rengganes-Suarahati.Blogspot.Com, 13/10/2018 50

    Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqiy, Pedoman Dzikir Dan Doa, (Jakarta: Bulan Bintang,

    1990), 36 51

    Aboe Bakar Atjeh, Pengantar Ilmu Tarekat Uraian Tentang Mistik, Cet Ke-Iiix, (Solo:

    Ramadhani, 1996), 276

  • 35

    1. Wirid Sakran

    Wirid Sakran di ambil dari nama pembuatnya, yaitu Imam Abu

    bakar Assakran bin Abdurrahman Assegaf, seorang Imam besar dan

    Ulama Jaya dimasanya, digelari assakran (mabuk) karena beliau sangat

    mencintai Allah dan seakan tergila gila dg Allah ia mabuk cinta dengan

    Allah jika sedang beribadah kepada Allah melupakan segala aktivitas

    lainnya tenggelam dalam suasana dzikir kepada Allah maka sebenarnya

    doa itu bernama doa Imam Abubakar bin Abdurrahman Assegaf, namun

    karena ia digelari assakran, maka mestinya doa Imam Abu bakar

    Assakran, namun kemudian orang menyingkatnya dengan nama itu,

    padahal doa itu tak ada sangkut pautnya dengan makna kalimat as-

    Sakran.52

    Wirid ini merupakan serangkaian ayat ayat al-Quran dan asma

    Allah serta kalimat thoyyibah yang mempunyai karomah yang tinggi, jika

    diamalkan secara istiqomah maka pengamal akan mendapatkan

    perlindungan lahir bathin secara mutlaq, juga akan melontarkan balik

    bagi siapa saja yang berniat jahat kepada pengamal, wirid ini sangat efektif

    untuk mengusir makhluq ghaib.53

    Wirid Sakran ini sangat baik diamalkan sesuai aturan yang ada.

    Terkhususuntuk para santri sering kali mengalami perkara susah

    memahami pelajaran, mengahafal dan sebagainya, maka wirid ini sangat

    besar manfaatnya untuk para santri pada umumnya serta dijadikan ajimah

    dengan mengamalkannya agar perkara bisa dengan mudah terlaksana.

    Selain itu wirid ini sangat cocok bagi para santri yang selalu memilki

    perasaan gelisah serta pikiran terasa sempit bahkan buntu. Dengan

    mengamalkan wirid ini serta maunah dari Allah SWT Insya Allah hati

    akan menjadi lapang, pikiran tenang dan tentram sehingga santri dapat

    fokus dalam menuntut ilmu.54

    52

    Ibid, Filepdf 12/10/2018 53

    Ibid 54

    Ungkapan Dari Ustad Habib Mubarak Selaku Ustadz di Pondok Pesantren Irsyadul

    „Ibad, 25/10/2018

  • 36

    Wirid Sakran ini terdapat di dalam buku wirid harian“Khulashoh

    Madad an- Nabawi”55

    . Di dalam wirid ini terdapat surah dan ayat-ayat al-

    Qur‟an, diantaranya:

    a. Surah Al-Fatihah: 1-7

    “Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha

    Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Maha Pemurah

    lagi Maha Penyayang. Yang menguasai di hari Pembalasan. Hanya

    Engkaulah yang Kami sembah dan hanya kepada Engkaulah Kami

    meminta pertolongan. Tunjukilah Kami jalan yang lurus,(yaitu) jalan

    orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka bukan (jalan)

    mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat”.56

    Surah al-Fatihah merupakan surah yang pertama dalam urutan

    surah dalam al-Quran. Surah yang disepakati mempunyai tujuh ayat, 25

    kalimat dan 113 huruf ini dibaca oleh setiap muslim di dalam solat fardhu,

    solat sunnah, wirid dan lain-lain.

    Mengenai turunnya surat al-Fatihah banyak riwayat yang

    menyebutkan. Sebagian menyebutkan bahwa surat al-Fatihah diturunkan

    di Makkah, yaitu pada permulaan disyari‟atkannya shalat, dan surat inilah

    yang pertama kali diturunkan secara lengkap tujuh ayat. Adapun rincian

    pendapat para ulama tentang tempat turunnya surah al-Fatihah sebagai

    berikut:57

    55

    Ibid, 66 56

    Ibid, 1 57

    Ibrahim Hasan, Jurnal Tentang “Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Al-Qur‟an

    (Telaah Surah Al-Fatihah)”, (Sumatra Utara: At-Tazaki, 2017), 65

  • 37

    1) Makkiyah (surah yang diturunkan di Makkah). Ini adalah pendapat

    Ibnu Abbas, Qatadah, sdan Abu al-„Aliyah.

    2) Madaniyah (surah yang diturunkan di Madinah). Ini adalah pendapat

    Abu Hurairah, Mujahid, Atha„ bin Yasar, az-Zuhri dan lainnya.

    3) Pendapat lain mengatakan separuhnya diturunkan di Makkah dan

    separuhnya lagi diturunkan di Madinah. Abu Laits As-Samarqandi

    berkata: bahwa pendapat pertamalah yang kuat dan shahih,

    berdasarkan firman Allah Swt QS. al-Hijr ayat 87:

    “Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca

    berulang-ulang dan al-Quran yang agung.” (Q.S. al-Hijr: 87).58

    Al-Fatihah berasal dari kata fataha, yaftahu, fathan yang berarti

    pembukaan yang dapat pula berarti kemenangan. Sedangkan fatihah dalam

    arti kemenangan dapat dijumpai pada nama surat yang ke-48 yang berjudul

    Al-Fath yang berarti kemenangan. Kata Fath dalam yang merupakan akar

    kata nama ini berarti menyingkirkan sesuatu yang terdapat suatu tempat

    yang akan dimasuki. Tentu saja bukan makna harfiah itu yang dimaksud.

    Penamaannya dengan al-Fatihah karenanya ia terletak pada awal al-Qur‟an

    dan kata al-Fatihah disini ialah awal al-Qur‟an.59

    Surah al-Fatihah memiliki nama yang cukup banyak dan begitu

    indah. Didalam tafsir al- Jami„ li ahkam al-Qur„an sebagaimana dikutip

    dalam buku tafsir al-Asas, misalnya Imam al-Qurthubi Rahimahullah

    menyebutkan nama-nama surah al-Fatihah sebagai berikut:

    Ash-shalah (shalat), Al-Hamdu (segala puji), Fatihatul Kitab

    (pembuka kitab), Ummul Kitab (induk kitab), Ummul Qur‟an (induk al-

    Qur„an), As-Sab‟ul Matsani (tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang), al-

    Qur‟an al-„Azhim (al-Qur„an yang agung), Asy-Syifa‟ (penawar/obat), Al-

    58

    Ibid,266 59

    Ibid, 64

  • 38

    Asas (pondasi), Ar-Ruqyah (jampi), Al-Wafiyah (penyempurna), al

    Kafiyah (yang mencukupi).

    Imam Jalaluddin as-Suyuthi Rahimahullah menyebutkan nama-

    nama surah al-Fatihah sebanyak 25 nama, sebagaimana di kutib oleh

    Mashri Sirojuddin Iqbal dalam bukunya Pengantar Ilmu Tafsir, nama-

    nama tersebut sebagai berikut:

    Fatihatul Kitab (pembuka kitab), Fatihatul Qur„An(pembuka al-

    Qur„an), Ummul Kitab (induk kitab), Ummul Qur‟an (induk al-Qur„an),

    Al-Qur‟an Al- „Azhim (al-Qur„an yang agung), As-Sab‟ul Matsani(tujuh

    ayat yang dibaca berulang-ulang), Al-Wafiyah (penyempurna), Al-Kanzu

    (perbendaharaan), Al Kafiyah (yang mencukupi), Al-Asas (pondasi), an-

    Nur (cahaya), Al-Hamdu (segala puji), Al-Syukru (ucapaan terima kasih),

    Al-Hamdu Al-Aula (pujian yang utama), Al-Hamdu Al-Qushra (pujian

    singkat), Ar-Ruqyah (jampi), Asy-Syifa‟ (obat), Asy-Syafiyah (penyembuh),

    Ash-Shalah(shalat), Suratut Thalab (permintaan), Ad-Du„a(berisi do„a),

    As-Sual (pengaduan), Ta„Limul Mas„alah(adab meminta), Al-Munajat

    (permohonan), Al-Tafwidh (menyerahkan diri dengan segala-galanya).60

    b. Surah Al-Baqarah:255

    “Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia yang

    hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak

    mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di

    bumi. tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya?

    60

    Ibid, 65

  • 39

    Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang

    mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan

    apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. dan

    Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi

    lagi Maha besar”.61

    Turunnya ayat kursi yakni pada suatu malam setelah Hijrah.

    Menurut sebuah riwayat, pada saat ayat kursi diturunkan dengan disertai

    beribu-ribu malaikat sebagai penghantarnya, hal ini kerana kebesaran dan

    kemuliaannya.Syaitan berikut Iblis menjadi gempar dan tak tenang hati

    kerana adanya suatu penunjuk yang menjadi perintah dalam perjuangan

    nya. Rasulallah Saw dengan segera memerintah kepada penulis al-Quran

    yaitu Zaid bin Thabit agar segera mungkin untuk menulis dan

    menyebarkannya.

    Sehubungan dengan perselisihan dan dan peperangan setelah rasul-

    rasul,dan kekafiran sudah datangnya bermacam-macam keterangan dan

    keimanan,maka dalam kesempatan ini datanglah ayat yang mengandung

    kaidah-kaidah tashawwur Imani. Ayat yang menyebutkan sebagian sifat

    Allah SWT, yang menetapkan makna keesaan dalam wilayah-wilayahnya

    yang sangat halus, dan sifat-sifatnya yang jelas. Ayat itu adalah ayat yang

    tinggi kedudukannya, dalam petunjuknya, dan luas cakupannya.62

    Tiap-tiap sifat dari sifat ini mengandung suatu kaidah-kaidah

    tashawwur Islami yang global, disamping al-Qur‟an periode Mekkah

    sendiri pada umumnya berperan membangun tashawur ini. Mak