Tranfusi Darah

22
BAB I PENDAHULUAN Transfusi darah ialah pemindahan darah atau komponen darah dari donor ke dalam peredaran darah resipiens atau dapat pula disebut transplantasi jaringan walaupun berupa jaringan cair. Tujuan transfusi darah pada umumnya adalah : 1. Memperbaiki kadar hemoglobin untuk meningkatkan ”oxygen carrying capacity” 2. Memperbaiki mekanisme pembekuan darah 3. Memperbaiki volume cairan dalam sirkuit 4. Sebagai penunjang pada penderita neutropenia dan trombositopenia. Walaupun tujuan tersebut sangat bermanfaat tetapi tidak jarang transfusi darah dapat menimbulkan komplikasi mulai dari yang paling ringan sampai kepada kematian penderita. Oleh sebab itu perlu pertimbangan-pertimbangan yang matang berdasarkan pada indikasi yang tepat. Cara atau teknik pemberian yang baik, pemantauan seksama selama pemberian transfusi dan melakukan pencegahan atau pengobatan yang tepat terhadap komplikasi yang timbul. Dengan pertimbangan-pertimbangan di atas maka klinikus harus dapat memutuskan pemberian trasfusi apakah perlu atau tidak. Selain itu pasien harus diberi informasi tentang resiko jangka pendek dan jangka panjang, serta keuntungan pemberian transfusi karena pasien berhak menolak transfusi. 1

description

Tranfusi Darah

Transcript of Tranfusi Darah

Page 1: Tranfusi Darah

BAB I

PENDAHULUAN

Transfusi darah ialah pemindahan darah atau komponen darah dari donor ke

dalam peredaran darah resipiens atau dapat pula disebut transplantasi jaringan walaupun

berupa jaringan cair.

Tujuan transfusi darah pada umumnya adalah :

1. Memperbaiki kadar hemoglobin untuk meningkatkan ”oxygen carrying

capacity”

2. Memperbaiki mekanisme pembekuan darah

3. Memperbaiki volume cairan dalam sirkuit

4. Sebagai penunjang pada penderita neutropenia dan trombositopenia.

Walaupun tujuan tersebut sangat bermanfaat tetapi tidak jarang transfusi darah

dapat menimbulkan komplikasi mulai dari yang paling ringan sampai kepada kematian

penderita. Oleh sebab itu perlu pertimbangan-pertimbangan yang matang berdasarkan

pada indikasi yang tepat. Cara atau teknik pemberian yang baik, pemantauan seksama

selama pemberian transfusi dan melakukan pencegahan atau pengobatan yang tepat

terhadap komplikasi yang timbul.

Dengan pertimbangan-pertimbangan di atas maka klinikus harus dapat

memutuskan pemberian trasfusi apakah perlu atau tidak. Selain itu pasien harus diberi

informasi tentang resiko jangka pendek dan jangka panjang, serta keuntungan

pemberian transfusi karena pasien berhak menolak transfusi. Penyebab anemia harus

diketahui apakah anemia sementara karena kehilangan darah akut atau menetap

misalnya pada gagal ginjal kronik dan pemberian transfusi tidak dilakukan bila

alternatif efektif lain ada, misalnya terapi defisiensi besi, anemia megaloblastik. Pada

kehilangan darah akut penggantian cairan tubuh dengan kristaloid atau koloid harus

segera dilakukan.

1

Page 2: Tranfusi Darah

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Sulit untuk memprediksi jumlah darah total yang hilang tetapi pertimbangan

kemungkinan jumlah total darah dari sirkulasi yang hilang dapat memberikan petunjuk

dalam transfusi darah.

Indikasi transfusi darah :

Transfusi darah umumnya > 50% diberikan pada saat perioperatif dengan tujuan

untuk menaikan kapasitas pengangkutan oksigen dan volume intravaskular. Untuk

menaikkan volume intravaskular saja cukup dengan koloid atau kristaloid. Maka

indikasi transfusi darah adalah :

a. Perdarahan akut sampai hb < 8 gr/dl atau Ht <30.

Pada orang tua, kelainan paru, kelainan jantung Hb < 10 gr/dl.

b. Bedah mayor kehilangan darah > 20% volume darah.

Tabel Volume darah

USIA ml/KgBB

Prematur 95

Cukup bulan 85

Anak kecil 80

Anak besar 75-80

Dewasa

Laki-laki 75

Wanita 65

Kehilangan darah

Pada bayi dan anak dengan kadar Hb normal, kehilangan darah sebanyak 10-

15% volume darah, karena tidak memberatkan kompensasi badan, maka cukup

diberikan cairan kristaloid dan koloid, sedangkan diatas 15% perlu transfusi darah,

karena ada gangguan pengangkutan oksigen. Sedangkan untuk orang dewasa dengan

kadar Hb normal, angka patokannya ialah 20%. Kehilangan darah sampai 20% ada

gangguan faktor pembekuan. Cairan kristaloid (RL, Asering,) untuk mengisi ruang

2

Page 3: Tranfusi Darah

intravaskuler diberikan sebanyak 3x lipat jumlah darah yang hilang, sedangkan koloid

diberikan dengan jumlah sama.1

Klasifikasi syok hipovolemik berdasarkan jumlah darah yang hilang2

Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV

Kehilangan Darah

=prosentase

=volume (cc)

<15

750

15-30

800-1500

30-40

1500-2000

>40

>2000

Tensi

=systole

=Distole

Tetap

Tetap

Normal

Meningkat

Turun

Turun

Sangat rendah

Sangat rendah

Nadi (x/mnt) Sedikit

Takikardi

100-120 120 halus >120 sangat

halus

Pengisian kapiler Normal Lambat (>2s) Lambat (>2s) Tidak terdeteksi

Frekuensi nafas Normal

(20x/mnt)

Normal Takipnoe Takipnoe

Urine (cc/jam) >30 20-30 10-20 0-10

Ekstremitas Normal Pucat Pucat Pucat, dingin

Warna kulit Normal Pucat Pucat Kelabu

Status mental Sadar Cemas/gelisah Cemas,

gelisah/meng

antuk

Mengantuk,

bingung, tidak

sadar

Keterangan:

- Kelas 1: Tidak perlu transfusi kecuali kehilangan darah terjadi pada pasien

yang sebelumnya anemia atau pasien tidak mampu mengkompensasi

kehilangan sejumlah darah karena penyakit jantung atau paru yang berat.

- Kelas II: perlu pemberian cairan kristaloid atau koloid. Tidak perlu tranfusi

kecuali sebelumnya pasien anemia atau cadangan kardiorespirasinya turun

atau jika perdarahan darah terus berlangsung.

- Kelas III: Penggantian volume darah yang cepat dengan kristaloid atau koloid

dan transfusi sel darah merah mungkin dibutuhkan.

3

Page 4: Tranfusi Darah

- Kelas IV: Penggantian volme darah dengan cairan dan termasuk transfusi sel

darah merah.

Keputusan transfusi atas dasar pertimbangan nilai hemoglobin. Pertimbangan

keputusan atas nilai dasar Hb harus dipertimbangkan bersamaan dengan faktor lain

seperti laju kehilangan darah :

- Tranfusi sel darah merah tidak diindikasikan bila nilai aktual atau estimasi

konsentrasi Hb > 10gr/dl kecuali bila ada indikasi tertentu, misalnya penyakit

yang membutuhkan kapasitas transport oksigen lebih tinggi (PPOK dan

jantung iskemik berat).

- Transfusi sel darah merah selalu diindikasikan bila nilai Hb<7gr/dl. Transfusi

harus diberikan dalam hubungannya dalam laju kehlangan darah. Jika pasien

stabil, 2 unit darah harus diberikan pada dewasa dan kemudian klinis dan nilai

Hb harus dinilai ulang. Transfusi dapat ditunda jika pasien asimptomatik dan

atau penyakitnya memiliki terapi spesifik lain, maka batas kadar Hb yang

lebih rendah dapat diterima.

- Bila Hb berkisar 7-10 gr/dl, strategi pemberian tranfusi kurang tepat. Para

klinisi sering memberikan transfusi walaupun bukti yang ada tidak

menyarankan. Tranfusi dapat diberikan bila ditemukan hipoksia atau

hipoksemia yang bermakna secara klinis dan laboratorium.

- Pada pasien dengan toleransi anemia yang jelek misalnya pasien usia lanjut

lebih dari 65 tahun dan pasien dengan penyakit kardiovaskuler dan respirasi,

nilai Hb yang lebih tinggi dipertimbangkan bila Hb<8 gr/dl.

4

Page 5: Tranfusi Darah

Golongan Darah

1. Sistem ABO

Darah manusia diklasifikasikan ke dalam 4 golongan darah A, B, AB dan O

berdasarkan adanya antigen A dan B ( Aglutinogen A dan B )di dalam sel darah

merah.

Golongan darah Antibodi dalam serum Insidensi

A Anti B 45 %

B Anti A 8 %

AB - 4 %

O Anti A, Anti B 43%

Sistem ABO adalah sistem pengelolaan darah yang paling sering dipakai untuk

menentukan pilihan darah yang akan ditransfusikan. Antigen di dalam sel darah merah

donor dan antibodi di dalam serum resipien merupakan faktor penting dalam penentuan

kriteria.

2. Sistem Rh

Darah manusia terbagi atas Rh positif dan Rh negatif berdasarkan reaksinya

terhadap antiRh dalam serum pada transfusi pertama penderita dengan Rh negatif

yang mendapat darah dari donor dengan Rh positif secara klinis tidak akan timbul

reaksi apa-apa. Tetapi yang terjadi hanya efek sensitasi. Antibodi akan terbentuk

dalam 8 minggu. Bila antiRh telah terbentuk maka transfusi yang kedua kalinya

akan meningkatkan titer antiRh mulai hari kedua setelah transfusi dan mencapai

puncaknya pada hari ketujuh.

Reaksi yang berat akan bertambah pada setiap transfusi dari Rh darah yang

incompatible dengan tanda-tanda dan gejala kedinginan(mengigil), demam dan

hemoglobinemia, muka merah, distensi vena-vena di leher, hipotensi dan depresi

vaskuler.

3. Sistem/Golongan lain

Yaitu MN, P, Ss, Lutheraw, Kell, Lewis, Dieffy, Kidd dan vel. Golongan atau

sistem ini tidak menimbulkan reaksi hemolitik yang jelas.

5

Page 6: Tranfusi Darah

Test Kompatibilitas ABO

Seberlum darah donor ditransfusikan kepada penderita selalu harus dilakukan

test aglutinasi atau disebut ”cross match” sebagai cek ulang untuk keamanan penderita.

Golongan

darah

Sel darah merah di test dengan Serum penderita di test dengan

Anti A Anti B Eri A Eri B

A + - - +

B - + + -

AB + + - -

O - - + +

+ = Agglutinasi - =Tidak ada agglutinasi

Bahan Pengawet

Untuk mengawetkan darah darah donor dapat digunakan larutan :

1. Sitrat Fosfat Dekstrose dengan saline adenine glucose manitol ditambahkan pada

PRC. Darah dapat bertahan 42 hari.

2. Larutan Sitrat Dekstrose-Fosfat Adenin. Untuk pengawet darah lengkap atau sel

darah merah pada suhu 40 0C dan dapat bertahan sampai 35 hari. Sekitar 70% sel

darah yang ditransfusikan akan bertahan sekitar 24 jam setelah transfusi.

3. Sitrat fosfat dekstrose dan antikoagulan Sitrat dekstrose. Larutan ini lebih baik bila

darah akan disimpan lama di bank darah.

Bahan yang ditransfusikan

1. Darah lengkap (Whole Blood)

Darah lengkap ada 2 macam, yaitu:

a. Darah segar : masa simpan 4 – 6 jam

Keuntungan : faktor pembekuan lengkap,fubgsi sel darah

merah relatif masih baik

Kerugian :Pengadaan sulit diperoleh dalam waktu yang

tepat, bisa menimbulkan sifilis,CMV

b. Darah baru : Masa simpan 3 – 4 hari.

6

Page 7: Tranfusi Darah

Keuntungan : Pengadaan tidak terlalu sulit,biasanya

tersedia di bank darah. Bahaya penularan

sifilis dan CMV tidak ada.

Kerugian : Faktor-faktor pembekuan banyak

berkurang, kemampuan pengangkutan

oksigen kurang, kadar K,ammonia dan asam

laktat meningkat.

Darah lengkap diindikasikan untuk mengatasi syok hipovolemik akibat

kehilangan darah akut (hebat)atau untuk pengantian kehilangan darah akibat

pembedahan yang melebihi 1500 ml. Dengan trasfusi darah lengkap resusitasi

defisit volume intravaskular pun ikut teratasi.Penyulit yang mungkin timbul adalah

faktor V dan VII bisa menurun demikian jumlah trombosit akibat pengenceran.

Untuk mengatasi penyulit ini sebaiknya diberikan juga trombosit atau fresh frozen

plasma.

2. Sel darah merah (SDM)

Keuntungan secara umum :

a. Sebagian besar plasma tidak ikut diberikan sehingga bebabn sirkulasi pada

penderita berkurang. Hal ini sangat menguntungkan pada usia lanjut,kelainan

jantung dan payah ginjal.

b. Hematokrit dapat diatur

c. Mengurangi penularan penyakit ,seperti hepatitis.

d. Bermanfaat pada penderita gangguan ginjal dimana diperlukan pembatasan

protein.

e. Mengurangi reaksi alergi terhadap protein plasma

f. Mengurangi kemungkinan pembekuan badan-badan penangkis ( anti

leukosit,anti trombosit)

g. Bebas dari zat anti pembekuan.

Kerugian :

a. Bahaya infeksi sekunder dapat terjadi saat pembuatan

b. Masa simpan pendek, 4 – 6 jam untuk Washed red cells dan 12 jam untuk

Packed red cells pada temperatur 2 – 6 o C.

7

Page 8: Tranfusi Darah

Jenis – jenisnya :

i. Packed red cells (PRC)

Didapat dari darah lengkap yang diambl/di[isahkan sebagian plasmanya

melalui metoda pemutaran atau sedimentasi/pengendapan. PRC yang dibuat

khusus jauh lebih baik dan relatif tahan lama dalam penyimpanan daripada

yang dibuat dengan cara sedimentasi. 1 Unit PRC berisi 240-340 ml dengan

Ht 75-80% dan Hb 24 gr/dl. Untuk menaikkan Hb 1 gram/dl diperlukan PRC

4 ml/KgBB atau 1 unit dapat menaikkan kadar Ht 3-5%.

Dengan PRC ini kita mendapatkan :

- hematokrit : 70 – 80 %

- Volume plasma : 15 – 25 ml

- Volune antikoagulan: 10 – 15 ml

Pemberian transfusi dengan PRC bertujuan untuk meningkatkan dan

memperbaiki oksigenasi jaringan dan keadaan itu tercapai bila kadar Hb

lebih besar 8 gr%.

Indikasi : Anemia kronik,Thallasemia

Keuntungan PRC :

1. Kemungkinan ”overload ciculation” berkurang.

2. Reaksi transfusi akibat plasma komponen menjadi minimal

3. Akibat samping karena volume antikoagulan yang berlebihan

menjadi minimal.

4. Meningkatkan daya guna dari pemakaina darah karena sisa plasma

dapat dibuat komponen-komponen yang lain.

ii. Washed Red Cells

Komponen ini didapat dengan mencuci PRC sebanyak 3 kali dengan

larutan garam fisiologis sama banyak. Sehingga akhirya didapat PRC yang

bersih dari plasma, tetapi masih mengandung sedikit lekosit dan trombosit.

Karna komponen ini tidak mengandung plasma maka komponen ini harus

segera ditransfusikan selambat-lambatnya tidak lebih dari 6 jam setelah

pembuatan.

8

Page 9: Tranfusi Darah

Indikasi :Keadaan anemia, penderita yang sebelumnya ada reaksi transfusi

non hemolitik, penderta yang membutuhkan transfusi berulang-

ulang, Tansfusi pada transplantasi ginjal.

Keuntungan :

1. Pembentukan antibodi terhadap lekosit maupun trombosit dapat dicegah.

2. Reaksi Ig A dari plasma donor terhadap anti IgA dari plasmapenderita

tidak terjadi.

3. Semua allo amntibodi anti A, anti B dan komplement titdak ada.

4. Kemungkinan penularan hepatitis pasca transfusi minimal.

5. Hasilnya cukup baik untuk penderita yang sebelumnya ada reaksi

transfusi non hemolitik atau penderita yang membutuhkan transfusi

berulang-ulang.

Kerugian :

Karena pembuatan komponen ini memakai proses terbuka maka

kemungkinan kontaminasi bakteri cukup besar.

3. Red Cell Suspension

i. Plasma

Komponen ini didapat dari pemisahan PRC dari darah lengkap

memalalui metode pemutaran atau sedimentasi. 1 unit plasma berisi 200 ml

diperoleh dari mengendapkan darah lengkap selama 72 jam. Semua faktor

pembekuan ada kecuali faktor V dan VIII. Pada plasma segar beku, faktor V

dan VIII tetap aktif.

Indikasi : - Untuk mengatsi keadaan syok ( sebelum darah datang )

- Memperbaiki volume intravaskuler

- Memperbaiki volume intravaskuler

- Menganti protein plasma yang hilang

- Menganti dan menambah jumlah faktor-faktor tertentu yang

hilang,misalnya fibrinogen atau albumin.

Dosis pemberian tergantung keadaan klinis, umumnya 10 – 15

ml/kg/hari. Hati-hati pada orang tua karena kemungkinan terjadinya

payah jantung atau kelebiahan volume.

9

Page 10: Tranfusi Darah

Kerugian : -Resiko hepatitis pasca transfusi besar.

-Reaksi transfusi seperti urtikaria, mengigil dan febris

dapat timbul.

Keuntungan :Tersedia dengan cepat dan dapat diberikan test

kompatibilitas.

ii. Fresh Frozen Plasma

Didapat dari pemisahan darah segar ( darah donor kurang dari 6 jam )

dengan pemutaran, kemungkinan dibekukan dan disimpan pada tempratur -30 o C.

Indikasi :- Penderita yang mengalami perdarahan dengan defisiensi faktor-

faktor pembekuan misalnya penyakit hati dengan hematemesis

melena.

- Haemophilia.

- Defisisensi protrombin komplex

- Defisiensi faktor V

Efek samping : - Reaksi allergi

- Menggigil dan demam.

- Resiko Peularn hepatitis.

iii. Cryorecipitate = AHF Concentrate.

Komponen ini didapat dengan cara pemisahan plasma segar atau fresh

frozen plasma yang dicairkan pada temperatur 4 oC melalui metoda pemutaran

dengan waktu dan kecepatan pemutaran tertentu.

Indikasi :- Haemophilia A

- von Willebrand’s disease

- Hipofibrinogenemia

- Defisiensi faktor XIII.

iv. Trombosit

Transfusi Trombosit diberikan pada penderita dengan kekurangan

trombosit baik karena primer ataupun sekunder akibat perdarahan. Pemberian

10

Page 11: Tranfusi Darah

trombosit yang berulang-ulang dapat menyebabkan terbentuknya antibodi

trombosit pada penderita.

Jenis-jenisnya :

a. Platelet Rich Plasma

b. Platelet Concentrate

v. Leukosit Concentrate

Komponen ini dibuat dari seorang donor dengan metoda pemutaran

melalui hemonetic -30.

Indikasi : - Penderita neutropenia dengan febris tinggi yang gagal dengan

antibiotika adekuat.

- Aplastik anemia dengan lekosit kurang dari 2000/ml

- Penyakit-penyakit keganasan lainnya.

Transfusi darah masif

Perdarahan masif ialah perdarahan lebih dari sepertiga volum darah dalam waktu < 30

menit. Definisi tentang transfusi darah masif masih tak jelas dan banyak versi, mosalnya

:

1. Transfusi darah sebanyak lebih dari 1-2 volum darah dalam waktu lebih dari 24

jam.

2. Transfusi darah lebih besar dari 50 % volum daah dalam waktu singlat

(misalnya, 5 unit dalam 1 jam untuk berat 70 kg).

Transfusi darah Otologus (darah sendiri)

Darah pasien sendiri diambil 3 unit beberapa hari sebelumnya, kemudian disimpan di

bank darah. Setelah tiga hari ditransfusikan kembali ke pasien. Waktu 3 hari diperlukan

untuk penyesuaian volum plasma.

Komplikasi Transfusi

A. Komplikasi Imun

11

Page 12: Tranfusi Darah

Timbul terutama akibat adanya kepekaan atau sensitasi resipien terhadap sel

darah merah, sel darah putih, trombosit atau protein plasma donor.

1. Reaksi hemolitik

Terjadi penghancuran eritrosit menghasilkan Hb bebas dalam plasma akibat

golongan darah tidak cocok. Apabila kadar Hb bebas 25% terjadi Hburia.

Reaksi Hemolitik akut

Terjadi segerra pada waktu transfusi sedang berlangsung, biasanya

disebabkan oleh hemolisin yang paten dari golongan ABO.

Gejala-gejalanya : - Panas sepanjang vena dimana infus terpasang.

- Nyeri pinggang yang khas.

- Rasa tertekan [ada dada, sesak nafas.

- Sakit kepala.

- Suhu tubuh naik,

- Mual sampai muntah.

- Ikterik.

- Gejala DIC, syok.

Pemeriksaan laboratorium : - Hburia

- Sediaan darah tepi : hemolitik

- Bilirubin darah

- Hb bebas darah

- Methemoglobin

Penanggulangan : - Transfusi dihentikan.

- Atasi syok.

- Posisi syok

- Infus plasma ekspander

- Vasopresor apabila volume darah cukup.

- Larutan Biknatrikus.

- Oksigenasi.

-lasik/ manitol

- Kortikosteroid 100 mg i.v

Reaksi hemolitik lambat

12

Page 13: Tranfusi Darah

Disebut juga hemolitik ekstravaskuler dan gejalanya ringan.

Reaksi terjadi pada beberapa jam atau 2-21 hari sesudah transfusi dan

biasanya pada botol kedua atau lebih.

2. Reaksi Non Hemolitik

a. Allergi

Terjadi akibat reaksi pengikatan antara antigen donor dengan serum

darah penerima. Serta reaksi antibodi donor terhadap penerima yang secara

pasif ikut terbawa melalui tranfusi. Pada reaksi yang berat dapat diberikan

terapai berupa pemberian antihistamin dan kortikosteroid.

b. Reaksi kontaminasi bakteri

Kontaminasi bakteri umumnya terjadi saat pengumpulan darah. Reaksi

ini dapat ditandai dengan adanya demam, sakit kepala, muntah, nyeri

lambung, diare hingga syok. Tanda-tanda ini dapat terjadi selama atau

segera setelah tranfusi berlangsung. Penanganan penderita dengan segera

menyetop pemberian tranfusi dan atasi segera syok.

c. Overload

Terjadi akibat tranfusi yang terlalu banyak dalam waktu yang singkat.

Tanda-tanda dari overload antara lain sakit kepala, nyeri prekardial, batuk-

batuk, sesak nafas, terasa berat kedua tangan, rhonki paru, dan peningkatan

tekanan vena jugularis. Penanganan pada penderita dengan overload antara

lain perlambat tetesan infus, berikan komponen darah saja dan observasi

ketat selama tranfusi.

d. Kelainan rithme jantung

Dapat terjadi pada darah yang dingin, peningkatan jumlah kalium, serta

keracunan sitrat. Penanganan denagn memperlambat tetesan infus,

hangatkan darah sesuai temperatur tubuh serta ganti segera dengan darah

segar.

e. Asidosis

f. Keracunan kalium

13

Page 14: Tranfusi Darah

Kondisi ini terjadi akibat peningkatan kadar kalium pada darah tang telah

tersimpan lebih dari 10 hari, ditandai dengan perubahan EKG dan bila

tidak segera di atasi dapat sebabkan henti jantung.

g. Keracunan sitrat

Terjadi terutama pada tranfusi masif (>2 liter) pada pasien dengan

gangguan fungsi hepar, dimana sitrat akan berikatan dengan ion kalsium.

Umumnya ditandai dengan kajang-kajang, tremor, ganguan EKG hingga

henti jantung. Terapi dengan kalsium glukonas maupun CaCl2 1 gram

setiap 1000ml tranfusi darah.

h. Gangguan perdarahan

Terutama terjadi pada tranfusi yang berlebih denagn darah simpan,

menyebabkan kekuranagn trombosit dan faktor pembekuan lainnya. Terapi

dengan 1 unit FFP ataupun cryoprecipitate untuk setiap 5 unit whole blood.

i. Emboli udara

Terjadi terutama karena kesalahan teknis dalam pemasnagn alat-alat

tranfusi.

j. Transmisi penyakit

Beberapa penyakit yang dapat ditransmisikan melalui tranfusi darah

antara lain hepatitis B dan C, Human Immunodeficiency Virus (HIV),

Human T-lymphocytotropic Virus (HTLV-1), Cytomegalovirus (CVM),

dan malaria.

Transfusi dalam praktek

A. Cara Menaksir perdarahan

1. Dengan menimbang kasa yang digunakan untuk menghapus perdarahan

(1 ml darah beratnya 1 gram)

2. Dengan kolorimeter.

3. Taksiran secara visual.

4. mengukur darah yang tertampung dalam suction apparatus.

5. Dengan menilai keadaan klinis penderita.

14

Page 15: Tranfusi Darah

B. Teknik Transfusi

1. Siapkan set infus.

2. Pemasangan set infus.

3. Persiapan botol darah.

4. Kecepatan transfusi.

Tergantung pada indikasi dan reaksi penderita. Pada keadaan perdarahan

berat dan akut dapat kita berika secepat mungkin. Pada keadaan

normovolemia, kecepatan tetesan hendaknya sama seperti pada cairan

pemeliharaan:

- Dewasa : 500ml/5-6 jam.

- Anak-anak : Terghantung berat badan dan umur.

15