Transformasi Masyarakat Menuju Kemandirian Masyarakat Teknologi
-
Upload
melda-amelia -
Category
Education
-
view
725 -
download
1
Transcript of Transformasi Masyarakat Menuju Kemandirian Masyarakat Teknologi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat adalah makhluk sosial yang cenderung selalu berubah dan
mengalami proses evolusi. Pada zaman modern ini, masyarakat dituntut untuk
bisa berubah dari masyarakat yang dulunya masih sederhana menjadi masyarakat
yang lebih modern, mandiri dan sanggup berinovasi untuk mendorong kemajuan
negara.
Dalam proses pembangunan, dibutuhkan keterlibatan teknologi agar bisa
memecahkan segala masalah dan tantangan lingkungan/zaman. Sehingga manusia
diwajibkan unttuk melek teknologi dan informasi. Dengan ini, diperlukan
pemikiran-pemikiran inovatif agar tercipta masyarakat yang bisa berpikir maju,
kritis, kreatif, mandiri dan berjiwa tangguh.
Berdasarkan uraian di atas, perkembangan masyarakat menuju masyarakat
yang lebih maju dan mandiri ini sangat menarik untuk untuk dikaji lebih lanjut.
Oleh sebab itu penulis menyusun makalah yang berjudul “Transformasi
Masyarakat Menuju Kemandirian Masyarakat Teknologi”.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Transformasi Masyarakat Menuju Kemandirian Masyarakat
Teknologi?
2. Bagaimana menciptakan Masyarakat yang mandiri dan melek IPTEK?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian Transformasi Masyarakat Menuju
Kemandirian Masyarakat Teknologi.
2. Untuk mengetahui cara menciptakan Masyarakat yang mandiri dan melek
IPTEK.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Transformasi Masyarakat Menuju Kemandirian Masyarakat
Teknologi.
Transformasi adalah perubahan rupa (bentuk, sifat, fungsi). Sehingga bila kita
cermati, pengertian dari transformasi masyarakat menuju kemandirian masyarakat
teknologi adalah perubahan rupa masyarakat, dari masyarakat yang terbelakang
menuju masyarakat yang berpikiran maju, mandiri, inovatif, kreatif dan melek
IPTEK.
Masyarakat mengalami proses evolusi. Proses evolusi ini pada dasarnya
adalah proses rekonstruksi secara berkesinambungan, yaitu yang lama secara
perlahan digantikan yang baru. Proses evolusi merupakan proses meningkatnya
kompleksitas suatu sistem. Meningkatnya kompleksitas ini diimbangi pula oleh
makin meningkatnya stabilitas sistem tersebut. Daya inovasi masyarakat
merupakan kunci terjadinya proses perubahan itu. Hanya melalui inovasi yang
terjadi secara terus menerus masyarakat memiliki kemampuan untuk mengatasi
permasalahan dan tantangan yang acapkali diciptakannya sendiri. Dalam dua abad
terakhir ini, proses kontruksi-rekontruksi sistem sosial terjadi makin cepat sebagai
akibat revolusi teknologi.
Dari berbagai literatur dalam zaman globalisasi terdapat empat ciri yang
sifatnya esensial. Pertama, economic drive merupakan pemacu perilaku
masyarakat. Kedua, monetary incentives hampir sebagai satu-satunya tolok ukur
umum. Ketiga, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai instrument
utama keunggulan suatu bangsa. Keempat, keadilan atau ketidakadilan menjadi
tolok ukur keberhasilan pembangunan. Jadi, terwujudnya masyarakat baru yang
maju, mandiri, sejahtera dan berkeadilan yang kita cita-citakan itu akan sangat
tergantung dari kemampuan masyarakat untuk dapat menyesuaikan diri dengan
ciri-ciri tersebut.
2
Proses kontruksi dan rekontruksi, atau perubahan dari lama menjadi baru,
direkayasa agar berlangsung secara sistematis dan kontinyu. Proses ini kita kenal
dengan istilah ”pembangunan”. Dalam konteks pembangunan negara kita,
formulasi tentang masyarakat baru yang kita cita-citakan itu tidak lain adalah
amanat GBHN, yaitu bahwa masyarakat baru itu adalah yang maju, mandiri,
berkeadilan, bebas dan sejahtera.
Pembangunan pada hakikatnya bukanlah sebuah proses yang semata-mata
bertujuan untuk meningkatkan tersedianya sumber daya di masyarakat. Akan
tetapi, seperti yang dikemukakan oleh Amartya Sen dalam Commodities and
Capabilties (1985), pembangunan harus dipandang sebuah proses besar yang
memperdayakan dan mengembangkan kemampuan masyarakat. Paradigma
pembangunan yang selama ini ada dan memusatkan serta megorientasikan diri
secara dominan mereduksi makna pembangunan secara mekanis dan sempit pada
commodity centered approach, pendekatan yang semata berorientasi komoditas di
mana kemajuan teknologi sering diaksentuasikan sebagai tujuan akhir dan
menafikan tujuan yang lebih tinggi dan mulia, meningkatkan kualitas dan
mencerahkan kehidupan manusia. Padahal, kualitas hidup manusia tidaklah
ditentukan oleh banyaknya komoditas yang dapat dihasilkan, tetapi seperti
dikemukakan Sen, “...what matter is what people are capable of being, or going,
with the goods to which they have access...” (Romijn, 1999). Pembangunan yang
hakiki adalah pembangunan yang berhasil menghasilkan dan mengoptimalkan
kemampuan dan kemandirian. Sebab, hanya dengan kemampuan dan
kemandirianlah maka kemerdekaan, kewenangan, dan kebebasan menjadi niscaya
dan menemukan maknanya secara mendasar.1
Pertumbuhan masyarakat maju melahirkan kelompok-kelompok masyarakat
yang mandiri. Hal ini didorong oleh sifat fitri manusia yang membutuhkan
pengakuan (recognition) atas kehadirannya di tengah-tengah masyarakat. Semakin
besar kompleksitas masyarakat akibat pembangunan, semakin kuat hasrat
memperoleh pengakuan terhadap kehadiran diri sebagai anggota masyarakat.
Apabila masyarakat diberi kebebasan sepenuhnya untuk mengaktualisasikan
1 H. Moh. Ali Aziz, Dakwah Pemberdayaan Masyarakat: Paradigma Aksi Metologi, (Yogyakarta: PT LkiS Pelangi Aksara, 2005), hlm. 176
3
dirinya dalam mewujudkan aspirasinya secara mandiri, maka timbullah kekuatan
besar dalam masyarakat untuk membangun. Karena itu, kebebasan masyarakat
untuk mengaktulisasikan diri dan mewujudkan aspirasinya merupakan prasarat
pokok bagi perkembangan masyarakat maju.2
B. Cara Menciptakan Masyarakat Yang Mandiri dan Melek IPTEK
Beberapa alternatif strategi dan upaya menciptakan manusia yang bersumber
daya unggul dapat disampaikan sebagai berikut:
1. Strategi Pemberdayaan Masyarakat
Dalam memberdayakan masyarakat terdapat tiga hal penting yang perlu
dipahami bersama, yaitu:
a. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat
yang berkembang.
b. Memperkuat potensi atau pemberdayaan (empowering) masyarakat.
c. Memberdayakan mengandung pula pengertian melindungi. Artinya dalam
proses pemberdayaan harus dicegah yang lemah menjadi bertambah
lemah.
Ketiga strategi pemberdayaan masyarakat di atas bermuara pada tiga
langkah, yaitu:
1. Secara konkret pemberdayaan masyarakat diupayakan melalui
pembanguan ekonomi rakyat.
2. Pemberdayaan masyarakat diarahkan pada terwujudnya transfomasi
struktur sosial secara bertahap.
3. Pengembangan kelembagaan, melalui pemberdayaan masyarakat, harus
diupayakan adanya pengembangan kelembagaan (institusional
development). Dalam konteks ini perlu dilakukan revitalisasi
organiasasi masyarakat bahkan perlu diupayakan reformasi dan
transfomasi organisasi masyarakat tersebut, sehingga keberadaannya
benar-benar dapat menjadi peluang yang terbuka bagi seluruh anggota
2 · Dephankam. 1999. Pembinaan Mahasiswa Dalam Rangka Kaderisasi Kepemimpinan Nasional, Lemhanas.
4
masyarakat untuk ikut serta dalam proses pembangunan.
Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pemberdayaan
masyarakat untuk maju dan mandiri:
a. Prinsip keberpihakan (mengutamakan yang terabaikan); dalam
proses pembangunan kerap kali sebagian besar masyarakat tetap
berada di pinggir arus pembangunan yang berjalan cepat.
b. Prinsip penguatan (empowering) masyarakat, dalam konteks ini
terkandung pengertian bahwa masyarakat memiliki akses (peluang
kesempatan) dan kontrol terhadap berbagai keadan yang terjadi
dalam kehidupan sekitarnya.
c. Prinsip masyarakat sebagai pelaku dan orang luar sebagai
fasilitator dan bukan guru.
d. Prinsip saling belajar dan menghargai perbedaan; diawali dari
adanya pengakuan akan pengalaman dan pengetahuan tradisonal
masyarakat.
e. Prinsip informal, upaya pemberdayaan masyarakat bersifat luwes,
terbuka dan tidak memaksa. Dengan prinsip ini akan timbul
hubungan yang akrab, karena orang luar akan berproses masuk
sebagai anggota komunitas, bukan sebagai tamu asing.
f. Prinsip mengoptimalkan hasil informasi kepada masyarakat,
artinya dalam mengumpulkan informasi tentang suatu komunitas,
orang luar harus juga menyerap pendapat masyarakat tentang
informasi yang menurut masyarakat itu lebih penting daripada
yang dirumuskan orang luar.
g. Prinsip oriental praktis, yaitu pengembangan kegiatan bersama
yang diarahkan pada pemecahan masalah komunitas dan
meningkatkan kehidupan bersama.
h. Prinsip keberlanjutan dan selang waktu; kepentingan dan masalah
masyarakat terus berkembang, bergeser menulis waktu sesuai
dengan perubahan yang dialami oleh masyarakat itu sendiri.
i. Prinsip belajar dari kesalahan; dalam kegiatan pemberdayaan
masyarakat adalah sesuatu yang wajar.
5
j. Prinsip terbuka (transparancy); setiap kegiatan harus terbuka, baik
informasi, sumber dana, maupun pengelolaannya sehingga
masyarakat ikut bertanggung jawab atas kegagalan dan ikut
menikmati atas keberhasilan.
2. Strategi Keterpaduan Penyelenggaraan Pendidikan
Sistem Pendidikan Nasional secara terbuka memberi peluang pada setiap
warga negara untuk mengikuti pendidikan tanpa membeda-bedakan jenis kelamin,
agama, suku, ras, kedudukan sosial, dan tingkat kemampuan ekonomi dengan
tetap mengindahkan kekhususan satuan pendidikan yang bersangkutan.
3. Ilmu Pengetahuan dan teknologi
a. Sejarah menunjukkan bahwa kemajuan suatu bangsa tergantung pada
kemampuannya dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan
menerapkan industrialisasi dalam kehidupan ekonominya. Industrialisasi itu
sendiri berintikan Iptek, sedangkan teknologi merupakan ilmu yang
diterapkan dalam menunjang proses kehidupan sehari-hari. Penerapan
teknologi tersebut hanya dapat dilakukan oleh sumber daya manusia yang
berkualitas.
b. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi bertujuan untuk meningkatkan tarap hidup
bangsa dengan jalan peningkatan nilai tambah sumber daya manusia.
Sebagai negara yang sedang berkembang, pembangunan Indonesia
diarahkan menuju suatu negara industri. Dalam pencapaian tujuan tersebut
oleh Menristek dikemukan empat tahapan transformasi teknologi, yaitu (i)
Pemanfaatan teknologi yang sudah ada, (ii) Integrasi teknologi untuk
memproduksi barang-barang baru dengan cara menciptakan desain baru,
(iii) Inovasi dan pengembangan teknologi baru dengan menciptakan
teknologi tahap sebelumnya, dan (iv) Penelitian ilmu-ilmu dasar.
c. Iptek akan menjadi unsur dinamis dan mempunyai peranan yang semakin
intensif dan ekstensif dalam kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia.
Upaya untuk mengoptimalkan peranan Iptek menuntut perhatian yang
sungguh-sungguh terhadap empat agenda strategi berikut ini:
6
1. Kualitas sumber daya manusia perlu ditingkatkan, khususnya dalam
menguasai, mengembangkan, dan memanfaatkan ilmu pengetahuan.
2. Kekayaan sumber daya alam yang kita miliki memerlukan pemanfaatan
dan pengelolaan secara efektif dan efisien untuk meningkatkan
kesejahteraan seluruh bangsa.
3. Penyebaran pemerataan kegiatan pembangunan sampai ke kepulauan dan
daerah terpencil, sehingga memberikan manfaat yang merata pada
seluruh rakyat.
4. Globalisasi di bidang ekonomi sebagai akibat dari perkembangan di
bidang komunikasi, transpormasi dan teknologi produksi menuntut
antisipasi melalui upaya meningkatkan daya saing produk industri dan
jasa terhadap negara-negara lain. Upaya mewujudkan keempat agenda
strategi tersebut memerlukan pemahaman yang komprehensif terhadap
berbagai karakteristik yang melekat pada teknologi. Karakteristik itu
meliputi: (1) irama perkembangan dan inovasi teknologi yang semakin
cepat, (2) terciptanya mekanisme penemuan baru, (3) sinergi antara
berbagai disiplin ilmu dan teknologi, dan (4) pendekatan multidisipliner
dalam penerapan iptek.
5. Di samping melalui jalur pendidikan sekolah, ilmu pengetahuan dan
teknologi perlu dibudayakan dalam masyarakat. Pembudayaan ini
dimaksudkan agar mereka menjadi masyarakat yang melek Iptek, yaitu
masyarakat yang menyadari bahwa Iptek merupakan uapaya rasional
untuk memahami alam sekitar mampu berkomunikasi dengan bahasa
Iptek, dan mampu mengapresiasikan kebijakan dan isu-isu di bidang
Iptek. Ada ungkapan yang menyatakan bahwa mereka yang buta Iptek
adalah orang-orang asing di tengah kebudayaan sendiri.
4. Fungsi Iman dan Taqwa
Tujuan Diknas adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan
manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia beriman dan bertaqwa terhadap
Tuhan YME dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan
(Depdikbud, 1989). Dengan demikian, iman dan taqwa akan mejiwai sekaligus
menjadi perekat dalam membina kualitas sumber daya manusia yang berwawasan
7
ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan agama. Manusia agamis, sesuai dengan
tuntutan ajaran agamanya, adalah sosok pribadi yang memiliki solidaritas sosial
tinggi, pikiran dan perilakunya berjiwa demokratis, berbuat kebajikan dan
kesalihan, santun berbudi pekerti luhur penuh kedamaian, disiplin waktu dan
beribadah yang keseluruhannya itu dilandasi iman dan taqwa. Indikator sosok
pribadi tersebut adalah selaras dengan kandungan isi tujuan Diknas. Oleh sebab
itu, keterpaduan Iptek dan Imtaq dalam mewujudkan manusia seutuhnya dalam
arti manusia yang bersumber daya unggul, telah terintegrasikan, baik konsepsi
maupun operasionalisasinya. Yang penting diperhatikan dalam era reformasi ini
adalah keterpaduan konsep dengan pelaksanaannya, keterpaduan sikap dan
perilaku, keterpaduan niat dan ucapan dengan perbuatan, dan didalam menghadapi
setiap perkembangan dinamika pembangunan selalu berkiprah mempertahankan
dan memelihara kebiasaan lama yang baik dan mengambil pemikiran yang baru
yang lebih baik.
Berdasarkan uraian strategi di atas, kualitas manusia Indonesia yang
diharapkan oleh T. Jacob adalah:
1. Kreatif dan inovatif,
2. Taqwa dan taat peraturan yang tertulis maupun yang tidak tertulis,
3. Sadar waktu, bukan hanya sadar akan waktu, melainkan sadar akan
perjalanan waktu: masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang yang
bersifat linear. Masa lalu mempengaruhi masa kini dan masa yang akan
datang. Meskipun demikian, hendaknya waktu tidak mendominasi manusia
dan waktu harus dikejar.
4. Sadar konsumsi. Dalam hal mengonsumsi, kita harus selektif, mana yang
baik dan mana yang tidak baik,
5. Berpikir jernih dan cerdas. Kecerdasan umum diperlukan untuk menghadapi
kehidupan yang semakin kompleks melalui media massa dan kursus-kursus.
Jangan hanya menjadi konsumen informasi, tetapi hatus menjadi pusat
produksi informasi,
6. Kepribadian yang kuat dan elastis. Banyaknya godaan dan bujukan harus
dihadapi oleh kepribadian yang kuat,
8
7. Sadar uang. Kesadaran akan makna uang menjadikan hemat dan
menentukan prioritas yang tepat, jangan tergoda oleh hal-hal yang mewah
dan tidak perlu,
8. Kosmopolitanisme. Tidak berarti semua orang harus bersifat kosmopolit,
namun karena globalisasi, perlu juga di antara kita bersifat demikian,
seperti, misalnya, diplomat, ilmuan, dan pakar yang dapat menyesuaikan
diri di mana saja,
9. Sehat. Manusia perlu sehat agar efisien dan dapat hidup lama dengan penuh
makna,
10. Tangguh. Berarti mempunyai ketahanan yang tinggi. Hidup keras dan
banyak tantangan dan saingan. Tidak boleh putus asa jika mengalami
kegagalan,
11. Siaga. Harus siap menghadapi segala sesuatu yang datang dengan cepat dan
mendadak. Peka dengan segala kemungkinan,
12. Adil. Sifat adil sangat diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat,
13. Sadar lingkungan. Manusia adalah bagian dari lingkungan. Segala
pencemaran akan merugikan diri sendiri, dan
14. Beradab. Peradaban membedakan manusia denga hewan. Manusia harus
memanusiakan diri sendiri dan menghormati orang lain.
Harapan akan tercapainya kualitas manusia di atas menurut T. Jacob dapat
dipenuhi melalui pendidikan, penyebaran ilmu dan teknologi melalui media
massa, dan mobilitas untuk mengurangi kepicikan wawasan. Lembaga
konsumen yang ada harus melaksanakan fungsinya secara optimal. Harus
ada penegakan hukum, lembaga-lembaga agama harus lebih berperan,
lembaga-lembaga etika harus didirikan untuk penelitian, pendidikan,, dan
pemecahan masalah. Semua yang diungkapkan T. Jacob tersebut harus
didasarkan pada moral bangsa Indonesia, yaitu Pancasila.3
3 M. Nasruddin Anshoriy Ch, Dekonstruksi Kekuasaan: Konsolidasi Semangat Kebangsaan, (Yogyakarta: PT LkiS Pelangi Aksara, 2008), hlm. 123-124.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Transformasi masyarakat menuju kemandirian masyarakat teknologi adalah
perubahan rupa masyarakat, dari masyarakat yang terbelakang menuju masyarakat
yang berpikiran maju, mandiri, inovatif, kreatif dan melek IPTEK. Pertumbuhan
masyarakat maju melahirkan kelompok-kelompok masyarakat yang mandiri.
Apabila masyarakat diberi kebebasan sepenuhnya untuk mengaktualisasikan
dirinya dalam mewujudkan aspirasinya secara mandiri, maka timbullah kekuatan
besar dalam masyarakat untuk membangun. Karena itu, kebebasan masyarakat
untuk mengaktulisasikan diri dan mewujudkan aspirasinya merupakan prasarat
pokok bagi perkembangan masyarakat maju.
Beberapa alternatif strategi dan upaya menciptakan manusia yang bersumber
daya unggul, maka tipe manusia yang ideal yang diharapkan: strategi
pemberdayaan masyarakat yang dikembangkan berdasarkan kepada beberapa
pertimbangan, prinsip dasar dan langkah-langkah pemberdayaan masyarakat,
strategi pemberdayaan masyarakat yang meliputi kebijaksanaan pendidikan
nasional dan keterpaduan pelaksanaan/operasional dan strategi keterpaduan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dan iman dan taqwa (IMTAQ).
10
DAFTAR PUSTAKA
Anshoriy Ch, M. Nasruddin. 2008. Dekonstruksi Kekuasaan: Konsolidasi
Semangat Kebangsaan. Yogyakarta: PT LkiS Pelangi Aksara.
Khambali, Imam dan H. Moh. Ali Aziz (Contributor). 2005. Dakwah
Pemberdayaan Masyarakat: Paradigma Aksi Metodologi. Yogyakarta: PT
LkiS Pelangi Aksara.
Renggani.2007.(http://renggani.blogspot.com/2007/07/strategi-menciptakan-
manusia-bersumber.html). Diakses pada 30 April 2014.
Sofyan,Reza.2011.(http://rezasofyaninfo.wordpress.com/2011/03/20/transformasi-
masyarakat-baru/). Diakses pada 27 April 2014.
11