Trauma Alkali Pada Mata Kanan

26
Trauma Alkali pada Mata Kanan Kelompok E1 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jln. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510 Abstrak Trauma akibat bahan kimia basa akan memberikan iritasi ringan pada mata apabila dilihat dari luar. Namun, apabila dilihat pada bagian dalam mata, trauma basa ini mengakibatkan suatu kegawat daruratan. Basa akan menembus kornea, camera oculi anterior, dan sampai retina dengan cepat, sehingga berakhir dengan kebutaan. Pada trauma basa akan terjadi penghancuran jaringan kolagen kornea. Bahan kimia basa bersifat koagulasi sel dan terjadi proses persabunan, disertai dengan dehidrasi Kata kunci : trauma mata, trauma alkali Abstract Trauma of alkaline chemicals will provide a mild irritation to the eyes when viewed from the outside . However , when seen on the inside of the eye , this resulted in an alkaline trauma emergencies . Bases will penetrate the cornea , anterior oculi camera , and up to retinal quickly , so it ends with blindness . At the base of trauma will occur corneal collagen tissue destruction . Coagulation chemicals are alkaline cells and the process persabunan , accompanied by dehydration. 1

description

nnnnn

Transcript of Trauma Alkali Pada Mata Kanan

Trauma Alkali pada Mata Kanan

Kelompok E1

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jln. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510

Abstrak

Trauma akibat bahan kimia basa akan memberikan iritasi ringan pada mata apabila dilihat dari luar. Namun, apabila dilihat pada bagian dalam mata, trauma basa ini mengakibatkan suatu kegawat daruratan. Basa akan menembus kornea, camera oculi anterior, dan sampai retina dengan cepat, sehingga berakhir dengan kebutaan. Pada trauma basa akan terjadi penghancuran jaringan kolagen kornea. Bahan kimia basa bersifat koagulasi sel dan terjadi proses persabunan, disertai dengan dehidrasi

Kata kunci : trauma mata, trauma alkali

Abstract

Trauma of alkaline chemicals will provide a mild irritation to the eyes when viewed from the outside . However , when seen on the inside of the eye , this resulted in an alkaline trauma emergencies . Bases will penetrate the cornea , anterior oculi camera , and up to retinal quickly , so it ends with blindness . At the base of trauma will occur corneal collagen tissue destruction . Coagulation chemicals are alkaline cells and the process persabunan , accompanied by dehydration.

Keywords: Trauma of eyes, trauma of alkaline

Pendahuluan

Mata merupakan salah satu indra dari pancaindra yang sangat penting untuk kehidupan manusia. Terlebih-lebih dengan majunya teknologi, indra penglihatan yang baik merupakan kebutuhan yang tidak dapat diabaikan. Mata merupakan bagian yang sangat peka. Walaupun mata mempunyai sistem pelindung yang cukup baik seperti rongga orbita, kelopak, dan jaringan lemak retrobulbar selain terdapatnya refleks memejam atau mengedip, mata masih sering mendapat trauma dari dunia luar. Trauma dapat mengakibatkan kerusakan pada bola mata dan kelopak, saraf mata dan rongga orbita. Kerusakan mata akan dapat mengakibatkan atau memberikan penyulit sehingga mengganggu fungsi penglihatan. Trauma pada mata memerlukan perawatan yang tepat untuk mencegah terjadinya penyulit yang lebih berat yang akan mengakibatkan kebutaan.1,2

Kemajuan mekanisasi dan teknik terlebih-lebih dengan bertambah banyaknya kawasan industri, kecelakaan akibat pekerjaan bertambah banyak pula, juga dengan bertambah ramainya lalu lintas, kecelakaan di jalan raya bertambah pula, belum terhitung kecelakaan akibat perkelahian, yang juga dapat mengenai mata.

Trauma okular adalah penyebab kebutaan yang cukup signifikan, terutama pada golongan sosioekonomi rendah dan di negara-negara berkembang. Kejadian trauma okular dialami oleh pria 3 sampai 5 kali lebih banyak daripada wanita. Trauma pada mata dapat mengenai jaringan di bawah ini secara terpisah atau menjadi gabungan trauma jaringan mata. Trauma dapat mengenai jaringan mata: palpebrae, konjungtiva, cornea, uvea, lensa, retina, papil saraf optik, dan orbita. Trauma mata merupakan keadaan gawat darurat pada mata.

Bentuk kelainan pada mata yang terkena trauma (trauma oculi) bisa hanya berupa kelainan ringan saja sampai kebutaan. Trauma oculi dapat dibedakan atas trauma tumpul, trauma akibat benda tajam/trauma tembus, ataukah trauma fisis. Kelainan yang diakibatkan oleh trauma mata sesuai dengan berat ringannya serta jenis trauma itu sendiri yang dapat menyerang semua organ struktural mata sehingga menyebabkan gangguan fisiologis yang reversibel ataupun non-ireversibel. Trauma oculi dapat menyebabkan perdarahan, adanya laserasi, perforasi, masuknya benda asing ke dalam bola mata, kelumpuhan saraf, ataukah atrofi dari struktur jaringan bola mata.2

Anamnesis dan pemeriksaan fisis oftamologi yang dilakukan secara teliti untuk mengetahui penyebab, jenis trauma yang terjadi, serta kelainan yang disebabkan yang akan menuntun kita ke arah diagnosis dan penentuan langkah selanjutnya. Selain itu dapat pula dilakukan pemeriksaan penunjang, seperti: slit lamp, oftalmoskopi direk maun indirek, tes fluoresensi, tonometri, USG, maupun CT-scan. Penatalaksanaan pada trauma mata bergantung pada berat ringannya trauma ataupun jenis trauma itu sendiri.3

Anatomi Mata

Mata merupakan organ penglihatan primer. Manusia memiliki dua buah bola mata yang terletak di dalam rongga orbita yang dikelilingi tulang-tulang yang membentuk rongga orbita. Selain itu juga terdapat jaringan adneksa mata yaitu; palpebra, sistem lakrimalis, konjungtiva, oto-otot ekstraokular, fasia, lemak orbital, pembuluh darah, dan serat saraf.

Kelopak mata atau palpebra yang terdiri atas palpebra superior dan inferior mempunyai fungsi melindungi bola mata terhadap trauma, serta mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata. Setiap kelopak terdiri dari bagian anterior (kulit, folikel rambut, m. orbikularis, dan m. levator palpebralis superior) dan bagian posterior (tarsus dan konjungtiva palpebralis). Sistem lakrimal mata terdiri dari sistem sekresi yang diperankan oleh glandula lakrimalis yang terletak di temporoanterosuperior rongga orbita dan sistem ekskresi yang dimulai dari pungtum lakrimal, kanalikuli lakrimal, duktus nasolakrimal, dan berakhir di meatus nasi inferior. Konjungtiva merupakan membran yang menutupi permukaan luar bola mta dan kelopak bagian belakang. Konjungtiva terdiri atas tiga bagian, yaitu; konjungtiva palpebra, konjungtiva bulbi, dan konjungtiva forniks.4

Bola mata berbentuk bulat yang terdiri dari 3 lapisan yaitu:4,5

1. Lapisan jaringan ikat yang terdiri dari kornea di bagian depan dan sklera di bagian belakang yang merupakan pembungkus dan pelindung isi bola mata. Kornea merupakan selaput bening mata yang bersifat transparan yang tembus cahaya yang mempunyai kelengkungan yang lebih besar dibanding sklera. Kornea teridiri dari 5 lapisan yaitu; epitel, membran Bowman, stroma, membran descement, dan endotel. Sklera merupakan bagian bola mata yang berwarna putih dengan tebal+1 mm yang mempunyai kekakuan tertentu sehingga mempengaruhi tekanan bola mata.

2. Lapisan vaskular (uvea), yang terdiri atas iris dan badan silir dibagian depan dan koroid di bagian belakang. Uvea mengandung banyak pembuluh darah yang diperdarahi oleh arteri siliaris anteror dan posterior. Persarafan uvea berasal dari ganglion siliar yang mengandung serat saraf sensoris, motorik, dan otonom.

3. Lapisan dalam (lapisan neuroreseptor/ retina), yang terdiri dari 10 lapisan yang menerima rangsangan cahaya kemudian mengubahnya dan menghantarkannya ke pusat penglihatan di lobus occipitalis.

Media refraksi bola mata dari depan ke belakang meliputi kornea, bilik mata depan, pupil, bilik mata belakang, lensa, corpus vitreus, dan retina. Otot-otot penggerak bola mata terdiri dari; m. rektus superior, m. rektus inferior, m. rektus lateralis, m. rektus medialis, m. oblik superior, dan m. oblik inferior.3

Secara klinis bola mata juga terdiri dari 2 segmen, yaitu segmen anterior yang merupakan semua struktur bola mata yang terletak di depan lensa dan segmen posterior yang merupakan struktur yang terletak dibelakang lensa.

Anamnesis

Identitas pasien untuk menilai epidemiologi dan predileksi penyakit

Dalam anamnesis pasien kita harus mengingat:

Mata merah visus tenang

Mata merah visus turun

Mata tenang visus turun mendadak

Mata tenang visus turun perlahan

Keluhan utama pasien, lalu dikelompokkan ke 4 kelompok diatas

Riwayat penyakit dahulu : hipertensi, diabetes, penggunaan obat2an dalam waktu lama (steroid, sistemik, topikal) yang dapat menyebabkan gangguan pada mata

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang teliti dan lengkap harus ditunda sampai mata yang terkena bahan kimia di irigasi dan pH nya sudah kembali netral. Setelah mata di irigasi dilakukan pemeriksaan mata yang teliti yang di titik beratkan pada kejernihan dan keutuhan kornea, derajat iskemia limbus, dan tekanan intra okuler. Supaya pasien lebih nyaman dan lebih kooperatif sewaktu pemeriksaan, dapat diberikan anastesi topikal terlebih dahulu.

Pemeriksaan Non-Invasif: nyaman, non-invasif.

Visus: koreksi

Lapang pandang

Inspeksi:1. Posisi (Ortotrofia/XT/ET)

Ortotrofia( posisi normal, refleks cahaya ada di tengah pupil. Lambangnya kalau normal: Esotrofia( bergulir keluar: 15, 30, 45, dan >45 derajat. Laporannya 15 et

Eksotrofia( 15, 30, 45, dan >45 derajat. Laporannya 15 ekst.

2. Gerakan bola mata. Mata difiksasi( 8 arah mata angin

Kalau ada OS, ada hambatan ke temporal

A. Normal:

B. OS (ada hambatan ditandai dengan sebuah garis dan tidak ada panah):

C. Ada gerakan, tetapi tidak maksimal (ada garis setelah panah)

3. Pemeriksaan dengan LUP, inspeksi:

A. Palpebra, bola mata (Ektropion, entropion, edem (+/-), spasme, ptosis, trikiasis, distrikiasis

B. Konjungtiva Bulbi dan Konjungtiva Tarsal.

Ada hipersemis, injeksi konjungtiva/siliar (dari tepi limbus ke lateral)/episkleral (lapisan lebih dalam), anemia. Yang diam konjungtiva tarsal, yang bergerak konjungtiva bulbi (karena terbentuk dari jaringan ikat longgar).

C. Kornea: infiltrate, ulkus, rupture, erosi, jernih, infiltrat/sikatriks.

Bedain sikatriks dan infiltrat: sikatriks pad amata terang ada keputihan, kalau infiltrate yang aktif dengan pewarnaan fluorescence akan +.

D.Bilik mata depan

Di senter dengan penlight dari samping, sejajar iris, dari arah 180 derajat. Normal( bilik mata depan

dalam.

Iris( Sinekia( ada perlekatan2. Ke anterior( dengan endotel kornea, ke posterior( dengan lensa.

Pupil( bulat/lonjong, reflex cahaya langsung dan tak langsung, ada sinekia, kripteiris.

E.Lensa

Pseudotest( periksa dari arah 45 derajat. Pseudotest hanya bisa dilakukan jika ada area jernih diantara iris dan area kekeruhan. Kalau seluruh lensa keruh (pada katarak), tidak dapat dilakukan pseudotest karena tidak ada tempat untuk melanjutkan cahaya dan tempat menaruh bayangan iris di kekeruhan lensa. Pada katarak imatur, pseudotest +. Jika iris menempel dengan lensa( tidak bisa pseudotest.

Memeriksa segmen anterior dengan penlight

Memeriksa segmen posterior dengan funduskopi.

F. Retina

Bisa dinilai jika vitreusnya jernih. Jika keruh sulit dinilai. Retina tidak bisa dinilai jika vitreus keruh atau kekurangan pada dokter.

Jika visus pasien bagus: misalnya 6/30, bisa dilakukan pemeriksaan funduskopi. Tetapi jika visus buruk, misalnya: 1/300 pad akatarak, dll( retina akan sulit dinilai dengan funduskopi.

Refleks cahaya positif/negative?

Yang dilaporkan pada funduskopi:

Reflex cahaya

Papil: bulat, batas tegas, tepi rata

Rasio cup/disc: 3/10 atau 0.3

Perbandingan arteri/vena= 2:3

Reflex macula

Retina( baik/perdarahan/eksudat/sikatriks?

Idealnya funduskopi sebelumnya dikasih midriasis, tapi kalau ada glaucoma sudut tertutup, jangan dikasih midriatikum.

Selain itu bisa juga pemeriksaan: tonometri schiotz dan tes kampimetri.

Perencanaan (Diagnosis, terapi, dan edukasi)

Diagnostik: kalau tidka bisa melihat segmen posterior dengan funduskopi, pakai USG mata lihat: kekeruhan vitreus, ablasio retina pada katarak monokuler. Kalau katarak senilis biasanya pada kedua mata (tidak perlu USG). Karena USG mahal sekitar 250-400rb/mata. USG juga dapat menilai perdarahan dan kekeruhan pada vitreus.

Hasil pemeriksaan fisik yang sering muncul pada kasus trauma kimia alkali :

a. Defek epitel kornea

Kerusakan epitel kornea dapat bervariasi mulai dari keratitis epitel punctata yang ringan sampai defek kornea yang menyeluruh. Apabila dicurigai adanya defek epitel namun tidak di temukan pada pemeriksaan awal, mata tersebut harus di periksa ulang setelah beberapa menit.

b. Stroma yang kabur

Kekaburan stroma bervariasi, mulai dari yang ringan sampai opasifikasi menyeluruh sehingga tidak bisa melihat KOA

c. Perforasi kornea

Perforasi kornea lebih sering dijumpai beberapa hari minggu setelah trauma kimia yang berat

d. Reaksi Inflamasi KOA

Tampak gambaran flare dan sel di KOA. Reaksi inflamasi KOA lebih sering terjadi pada trauma alkali

e. Peningkatan TIO

Terjadi peningkatan TIO tergantung kepada tingkat inflamasi segmen anterior, dan tingkat deformitas jaringan kolagen kornea. Kedua hal tersebut menyebabkan penurunan outflow uveoscleral dan peningkatan TIO.

f. Kerusakan kelopak mata

Jika kerusakan kelopak mata menyebabkan mata tidak bisa ditutup maka akan mudah iritasi

g. Inflamasi konjungtiva

Dapat terjadi hiperemi konjungtiva dan kemosis

h. Iskemia peri limbal

Iskemia perilimbal sangat mempengaruhi prognosis penyembuhan kornea

i. Penurunan ketajaman penglihatan

Terjadi karena defek epitel atau kekeruhan kornea, meningkatnya lakrimasi atau ketidaknyamanan pasien.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan dalam kasus trauma basa mata adalah pemeriksaan pH bola mata secara berkala. Irigasi pada mata harus dilakukan sampai tercapai pH netral. Pemeriksaan bagian anterior mata dengan lup atau slit lamp yang bertujuan untuk mengetahui lokasi luka. Pemeriksaan oftalmoskopi direk dan indirek juga dapat dilakukan. Selain itu dapat pula dilakukan pemeriksaan tonometri untuk mengatahui tekanan intraocular

Differential Diagnosis

Trauma Asam

Bahan asam yang dapat merusak mata terutama bahan anorganik (asetat, forniat), dan organ anhidrat (asetat). Bila bahan asam mengenai mata maka akan segera terjadi pengendapan ataupun pengumpalan protein permukaan sehingga bila konsentrai tidak tinggi maka tidak akan bersifat destruktif seperti taruma alkali. Biasanya akan terjadi kerusakan hanya pada bagian superficial saja. Bahan asam dengan konsentrasi tinggi dapat bereaksi seperti terhadap trauma basa sehingga kerusakan yang diakibatkannya akan lebih dalam.

Pengobatan dilakukan dengan irigasi jaringan yang terkena secepatnya dan selama mungkin untuk menghilangkan dan melarutkan bahan yang mengakibatkan trauma.

Biasanya trauma akibat asam akan normal kembali, sehingga tajam penglihatan tidak banyak terganggu.

Ulkus Kornea

Ulkus kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea. Terbentuknya ulkus pada kornea mungkin banyak ditemukan oleh adanya kolagenase yang dibentuk oleh sel epitel baru dan sel radang. Dikenal 2 bentuk ulkus kornea yaitu sentral dan marginal atau perifer.

Ulkus korena perifer dapat disebabkan oleh reaksi toksik alergi autoimun dan infeksi. Ulkus sentral disebabkan oleh bakteri, virus, jamur.

Ulkus kornea terjadi sesudah terdapatnya trauma ringan yang merusak epitel kornea. Ulkus kornea memberikan gejala mata merah ringan hingga berat, fotofobia, penglihatan menurun, disertai sekret. Ulkus kornea akan memberikan kekeruhan berwarna putih pada kornea dengan defek epitel yang bila diberi pewarnaan fluoresence akan berwarna hijau di tengahnya. Iris sukar dilihat karena keruhnya kornea akibat edema dan infiltrasi sel radang pada kornea.

Gejala yang dpat menyertai terdapat penipisan kornea, lipatan descemet, rekasi jaringan uvea (akibat gangguan vaskularisasi iris), berupa hipopion, hifema, dan sinekia posterior.

Pengobatan umumnya untuk ulkus kornea adalah dengan sikloplegik, antibiotika yang sesuai topikal dan subkonjunctiva, dan pasien dirawat bila mengancam perforasi, pasien tidak dapat memberi obat sendiri, tidak terdapat reaksi obat, dan perlunya obat sistemik.

Pengobatan pada ulkus kornea bertujuan menghalangi hidupnya bakteri dengan antibiotika, dan mengurangi reaksi radang dengan steroid. Secara umum ulkus diobati sebagai berikut :

Tidak boleh dibebat, karena akan menaikan suhu sehingga akan berfungsi sebagai inkubator

Sekret yang terbentuk dibersihkan 4 X 1 hari

Kemungkinan terjadinya glaukoma sekunder

Debridement sangat membantu penyembuhan

Antibiotika yang sesuai dengan kausa. Biasanya diberi lokal kecuali keadaan berat

Epidemiologi

Trauma okular, terutama yang berat dan mengakibatkan penurunan penglihatan bahkan kehilangan penglihatan. Trauma okular adalah penyebab kebutaan yang cukup signifikan, terutama pada golongan sosioekonomi rendah dan di negara-negara berkembang. Kejadian trauma okular dialami oleh pria 3 sampai 5 kali lebih banyak daripada wanita. Dari data WHO tahun 1998 trauma okular berakibat kebutaan unilateral sebanyak 19 juta orang, 2,3 juta mengalami penurunan visus bilateral, dan 1,6 juta mengalami kebutaan bilateral akibat cedera mata. Menurut United States Eye Injury Registry (USEIR), frekuensi di Amerika Serikat mencapai 16 % dan meningkat di lokasi kerja dibandingkan dengan di rumah. Lebih banyak pada laki-laki (93 %) dengan umur rata-rata 31 tahun. 80 % dari trauma kimiawi disebabkan oleh pajanan karena pekerjaan.5

Etiologi

Zat-zat basa atau alkali yang dapat menyebabkan trauma pada mata antara lain :3

Semen

Soda kuat

Amonia

NaOH

CaOH

Cairan pembersih dalam rumah tangga

Bahan alkali Amonia merupakan gas yang tidak berwarna, dipakai sebagai bahan pendingin lemari es, larutan 7% ammonia dipakai sebagai bahan pembersih. Pada konsentrasi rendah ammonia bersifat merangsang mata. Amonia larut dalam air dan lemak, hal ini dangat merugikan karena kornea mempunyai komponen epitel yang lipofilik dan stroma yang hidrofilik. Amonia mudah merusak jaringan bagian dalam mata seperti iris dan lensa. Amonia merusak stroma lebih sedikit disbanding dengan NaOH dan CaOH. pH cairan mata naik beberapa detik setelah trauma.2,3

Bahan alkali lainnya adalah NaOH dan Ca(OH)2. NaOH dikenal sebahai kausatik soda. NaOH dipakai sebagai pembersih pipa. pH cairan mata naik beberapa menit sesudah trauma akibat NaOH. Ca(OH)2 memiliki daya tembus yang kurang pada mata. Hal ini akibat terbentuknya sabun kalsium pada epitel kornea. pH cairan mata menjadi normal kembali sesudah 30 sampai 3 jam pascatrauma.

Patofisiologi

Trauma akibat bahan kimia basa akan memberikan iritasi ringan pada mata apabila dilihat dari luar. Namun, apabila dilihat pada bagian dalam mata, trauma basa ini mengakibatkan suatu kegawat daruratan. Basa akan menembus kornea, camera oculi anterior, dan sampai retina dengan cepat, sehingga berakhir dengan kebutaan. Pada trauma basa akan terjadi penghancuran jaringan kolagen kornea. Bahan kimia basa bersifat koagulasi sel dan terjadi proses persabunan, disertai dengan dehidrasi.5,6

Bahan alkali atau basa akan mengakibatkan pecah atau rusaknya sel jaringan. Pada pH yang tinggi alkali akan mengakibatkan persabunan disertai dengan disosiasi asam lemak membrane sel. Akibat persabunan membrane sel akan mempermudah penetrasi lebih lanjut dari pada alkali. Mukopolisakarida jaringan oleh basa akan menghilang dan terjadi penggumapalan sel kornea atau keratosis. Serat kolagen kornea akan bengkak dan stroma kornea akan mati. Akibat edema kornea akan terdapat serbukan sel polimorfonuklear ke dalam stroma kornea. Serbukan sel ini cenderung disertai dengan masuknya pembuluh darah baru atau neovaskularisasi. Akibat membrane sel basal epitel kornea rusak akan memudahkan sel epitel diatasnya lepas. Sel epitel yang baru terbentuk akan berhubungan langsung dengan stroma dibawahnya melalui plasminogen activator. Bersamaan dengan dilepaskan plasminogen aktivatir dilepas juga kolagenase yang akan merusak kolagen kornea. Akibatnya akan terjadi gangguan penyembuhan empitel yang berkelanjutan dengan tukak kornea dan dapat terjadi perforasi kornea. Kolagenase ini mulai dibentuk 9 jam sesudah trauma dan puncaknya terdapat pada hari ke 12-21. Biasanya tukak pada kornea mulai terbentuk 2 minggu setelah trauma kimia. Pembentukan tukak berhenti hanya bila terjadi epitelisasi lengkap atau vaskularisasi telah menutup dataran depan kornea. Bila alkali sudah masuk ke dalam bilik mata depan maka akan terjadi gangguan fungsi badan siliar. Cairan mata susunannya akan berubah, yaitu terdapat kadar glukosa dan askorbat yang berkurang. Kedua unsure ini memegang peranan penting dalam pembentukan jaringan kornea.5,6

Teori terbentuknya kolagenase :5,6,7

Pada defek epitel kornea plasminogen activator yang terbentuk merubah plasminogen menjadi plasmin.

Plasmin melaui C3a mengeluarkan faktor hemotaktik untuk leukosit polimorfonuklear (PMN)

Kolagenase laten berubah menjadi kolagenase aktif akibat terdapatnya tripsin, plasmin ketepepsin.

Kolagenase aktif dapat juga berasal dari tukak kornea.

Keratosit juga membentuk kolagenase akif melalui kolagenase laten.

Manifestasi Klinis

Perjalanan penyakit trauma alkali :5,6,7

Keadaan akut yang terjadi ada minggu pertama :

Sel membrane rusak.

Bergantung pada kuatnya alkali akan mengakibatkan hilangnya epitel, keratosit, saraf kornea dan pembuluh darah.

Terjadi kerusakan komponen vascular iris, badan siliar dan epitel lensa, trauma berat akan merusak sel goblet konjungtiva bulbi.

Tekanan intra ocular akan meninggi.

Hipotoni akan terjadi bila terjadi kerusakan pada badan siliar

Kornea keruh dalam beberapa menit.

Terjadi infiltrasi segera sel polimorfonuklear, monosit dan fibroblast

Keadaan minggu kedua dan ketiga :

Mulai terjadi regenerasi sel epitel konjugtiva dan kornea.

Masuknya neovaskularisasi ke dalam kornea diserta dengan sel radang.

Kekeruhan pada kornea akan mulai menjernih kembali,

Sel penyembuhan berbentuk invasi fibroblast memasuki kornea.

Terbentuknya kolagen.

Trauma alkali berat akan membentuk jaringan granulasi pada iris dan badan siliar sehingga terjadi fibrosis.

Keadaan pada minggu ketiga dan selanjutnya :

Terjadi vaskularisasi aktif sehingga seluruh kornea tertutup oleh pembuluh darah.

Jaringan pembuluh darah akan membawa bahan nutrisi dan bahan penyembuhan jaringan seperti protein dan fibroblast.

Akibat terdapatnya jaringan dengan vaskularisasi ini, tidak akan terjadi perforasi kornea.

Mulai terjadi pembetukan panus pada kornea.

Endotel yang tetap sakit akan mengakibatkan edema kornea.

Terdapat membaran retrokornea, iristis, dan membrane siklitik.

Dapat terjadi kerusakan permanen saraf kornea dengan gejala-gejala seperti tekanan bola mata mata dapat rendah atau tinggi.

Kelainan pada jaringan lain akibat trauma alkali :5,6,7

Kelopak Mata :

Trauma alkali akan membentuk jaringan parut pada kelopak.

Margo palpebra rusak sehingga mengakibatkan gangguan ada break up time air mata.

Lapisan air pada depan kornea atau tear film menjadi tidak normal.

Terjadinya pembentukan jaringan parut pada kelenjar asesori air mata yang mengakibatkan mata menjadi kering.

Konjungtiva :

Terjadi kerusakan pada sel goblet.

Sekresi musin konjungtiva bulbi berkurang daya basahnya pada setiap kedipan kelopak. Dapat terjadi simblefaron pada konjungtiva bulbi yang akan menarik bola mata sehingga pergerakan mata menjadi terbatas.

Akibat terjadinya simblefaron penyebaran air mata menjadi tidak merata.

Terjadi pelepasan kronik daripada epitel kornea.

Terjadi keratinisasi (pertandukan) epitel kornea akibat berkurangnya mucin.

Lensa :

Lensa keruh diakibatkan kerusakan kapsul lensa.

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada trauma mata bergantung pada berat ringannya trauma ataupun jenis trauma itu sendiri. Namun demikian ada empat tujuan utama dalam mengatasi kasus trauma okular adalah :2,5

Memperbaiki penglihatan.

Mencegah terjadinya infeksi.

Mempertahankan arsitektur mata.

Mencegah sekuele jangka panjang.

Penatalaksanaan yang dilakukan untuk menangani trauma basa pada mata adalah :2,5

1. Bila terjadi trauma basa adalah secepatnya melakukan irigasi dengan garam fisiologik selama mungkin. Irigasi dilakukan sampai pH menjadi normal, paling sedikit 2000 ml selama 30 menit. Bila dilakukan irigasi lebih lama akan lebih baik.

2. Untuk mengetahui telah terjadi netralisasi basa dapat dilakukan pemeriksaan dengan kertas lakmus. pH normal air mata 7,3.

3. Bila penyebabnya adalah CaOH, dapat diberi EDTA karena EDTA 0,05 dapat bereaksi dengan CaOH yang melekat pada jaringan.

4. Pemberian antibiotika dan debridement untuk mencegah infeksi oleh kuman oportunis.

5. Pemeberian sikloplegik untuk mengistirahatkan iris mengatasi iritis dan sinekia posterior.

6. Pemberian Anti glaukoma (beta blocker dan diamox) untuk mencegah terjadinya glaucoma sekunder.

7. Pemberian Steroid secara berhati-hati karena steroid menghambat penyembuhan. Steroid diberikan untuk menekan proses peradangan akibat denaturasi kimia dan kerusakan jaringan kornea dan konjungtiva. Steroid topical ataupun sistemik dapat diberikan pada 7 hari pertama pasca trauma. Diberikan Dexametason 0,1% setiap 2 jam. Steroid walaupun diberikan dalam dosis tinggi tidak mencegah terbentuknya fibrin dan membrane siklitik.

8. Kolagenase inhibitor seperti sistein diberikan untuk menghalangi efek kolagenase. Diberikan satu minggu sesudah trauma karena pada saat ini kolagenase mulai terbentuk.

9. Pemberian Vitamin C untuk pembentukan jaringan kolagen.

10. Selanjutnya diberikan bebat (verban) pada mata, lensa kontak lembek dan artificial tear (air mata buatan).

11. Operasi Keratoplasti dilakukan bila kekeruhan kornea sangat mengganggu penglihatan.

Komplikasi

Komplikasi dari trauma mata juga bergantung pada berat ringannya trauma, dan jenis trauma yang terjadi. Komplikasi yang dapat terjadi pada kasus trauma basa pada mata antara lain :2,5,7

1. Simblefaron

2. Kornea keruh, edema, neovaskuler

3. Katarak traumatik, merupakan katarak yang muncul sebagai akibat cedera pada mata yang dapat merupakan trauma perforasi ataupun tumpul yang terlihat sesudah beberapa hari ataupun beberapa tahun. Katarak traumatik ini dapat muncul akut, subakut, atau pun gejala sisa dari trauma mata. Trauma basa pada permukaan mata sering menyebabkan katarak, selain menyebabkan kerusakan kornea, konjungtiva, dan iris. Komponen basa yang masuk mengenai mata menyebabkan peningkatanPHcairan akuos dan menurunkan kadar glukosa dan askorbat. Hal ini dapat terjadi secara akut ataupun perlahan-lahan. Trauma kimia dapat juga disebabkan oleh zat asam, namun karena trauma asam sukar masuk ke bagian dalam mata dibandingkan basa maka jarang.

4. Phtisis bulbi

Prognosis

Trauma kimia pada mata dapat menyebabkan gangguan penglihatan berat jangka panjang dan rasa tidak enak pada mata. Prognosinya ditentukan oleh anestesi kornea dan bahan alkali penyebab trauma tersebut. Terdapat 2 klasifikasi trauma basa pada mata untuk menganalisis kerusakan dan beratnya kerusakan.5

Klasifikasi akbat luka bakar alkali:

Klasifikasi Huges5

Ringan :

Prognosis baik

Terdapat erosi epitel kornea

Pada kornea tedpaat kekeruhan yang ringan

Tidak terdapat iskemia dan nekrosis kornea ataupun konjungtiva

Sedang :

Prognosis baik

Terdapat kekeruhan kornea sehingga sulit melihat iris dan pupil secara terperinci

Terdapat iskemia dan nekrosis enteng pada kornea dan konjungtiva

Sangat berat :

Prognosis buruk

Akibat kekeruhan kornea upil tidak dapat dilihat

Konjungtiva dan sclera pucat

Klasifikasi Thoft

Menurut klasifikasi Thoft, trauma basa dapat dibedakan menjadi:

Derajat 1 : terjadi hiperemi konjungtiva disertai dengan keratitis pungtata

Derajat 2 : terjadi hiperemi konjungtiva disertai hilangnya epitel kornea

Derajat 3 : terjadi hiperemi disertai dengan nekrosis konjungtiva dan lepasnya epitel kornea

Derajat 4 : konjungtiva perilimal nekrosis sebanyak 50%

Luka bakar alkali derajat 1 dan 2 akan sembuh dengan jaringan larut tanpa terdapatnya neovaskularisasi kedalam kornea. Luka bakar alkali derajat 3 dan 4 membutuhkan waktu sembuh berbulan bulan bahkan bertahun-tahun.

Kesimpulan

Trauma pada mata dapat terjadi dalam bentuk-bentuk antara lain trauma tumpul, trauma tembus bola mata, trauma kimia, dan trauma radiasi.

Trauma kimia basa mengakibatkan suatu kegawatdaruratan. Basa akan menembus kornea, camera oculi anterior, dan sampai retina dengan cepat, sehingga berakhir dengan kebutaan.

Trauma basa adalah trauma kimia yang disebabkan zat basa dengan pH >7.

Zat-zat basa atau alkali yang dapat menyebabkan trauma pada mata antara lain Semen, Soda kuat, Amonia, dan Cairan pembersih dalam rumah tangga

Tindakan bila terjadi trauma basa adalah secepatnya melakukan irigasi dengan garam fisiologik selama mungkin. Bila mungkin irigasi dilakukan paling sedikit 60 menit setelah trauma. Penderita diberi sikloplegia, antibiotika, EDTA untuk mengikat basa. EDTA diberikan setelah 1 minggu trauma basa, diperlukan untuk menetralisir kolagenase yang terbentuk pada hari ketujuh.

Penyulit yang dapat terjadi ada trauma basa mata adalah simblefaron, kekeruhan kornea, edema, dan neovaskularisasi kornea, katarak, disertai dengan ptisis bola mata.

Pada trauma alkali biasanya prognosisnya tidak terlalu baik dan tergantung pada kerusakan yang terjadi.

Daftar Pustaka

1. Morosidi SA, Paliyama MF, Ilmu Penyakit Mata. 2011 Jakarta: Penerbit FK UKRIDA. Hal. 37-46

2. Ilyas HS, Yulianti SR, Ilmu Penyakit Mata. Cetakan keempat. 2013. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Hal. 276-78

3. Khurana AK. Ocular Injuries. Comprehensive Ophtalmology. Edisi keempat. 2007. New Delhi: New Age Internasional Limited. Hal. 414-16

4. Lang GK. Ocular Trauma. Opthalmology. A Short Textbook. 2000. New York: Thieme Stuttgat. Hal 517-22

5. Ilyas, H. Sidarta. Luka Bakar Kimia. Kegawatdaruratan dalam Ilmu Penyakit Mata. Cetakan Kedua. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Hal. 29-36

6. Kanski, JJ. Chemical Injuries. Clinical Opthalmology. Edisi keenam. 2008. Philadelphia: Elseiver Limited. Hal. 864-68

7. Riorda-Eva, P. Trauma Mata dan ORbita. Vaughan, Asbury Oftalmologi Umum, Edisi 17. 2007. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal. 372-78

2