Ukp Medikolegal Anis
-
Upload
yusrina-nur-rahma -
Category
Documents
-
view
14 -
download
3
description
Transcript of Ukp Medikolegal Anis
LAPORAN UKP
ASPEK MEDIKOLEGAL KEMATIAN MENDADAK AKIBAT PENYAKIT
( NATURAL SUDDEN DEATH)
OLEH:
dr. Anis Fuadah
PEMBIMBING :
Dr. Kemalasari
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA
2014
PENDAHULUAN
Kematian mendadak akibat penyakit seringkali mendatangkan kecurigaan baik bagi
penyidik, masyakat atau keluarga , khususnya bila yang meninggal adalah orang yang cukup
dikenal oleh masyarakat , orang yang meninggal di rumah tahanan dan ditempat-tempat
umum seperti : Hotel, cottege, terminal, cattage, motel, atau di dalam kendaraan. Kecurigaan
adanya unsur kriminal pada kasus kematian mendadak terutama disebabkan masalah
TKP (tempat kejadian perkara) yaitu bukan di rumah korban atau di rumah sakit
melainkan di tempat umum karena alasan tersebut kematian mendadak termasuk kasus
forensik walaupun hasil otopsinya menunjukan kematian diakibatkan oleh misalnya penyakit
jantung koroner, perdarahan otak atau pecahnya berry aneurisma.
Penentuan sebab kematian menjadi penting terkait dengan kepentingan hukum, perubahan
status almarhum dan keluarganya, serta hak dan kewajiban yang timbul dari meninggalnya
orang tersebut. Autopsi sebagai suatu jalan penentuan sebab kematian merupakan pilihan
solusi saat berhadapan dengan suatu kematian mendadak.
Definisi WHO untuk kematian mendadak adalah kematian yang terjadi pada 24 jam sejak
gejala-gejala timbul, namun pada kasus-kasus forensik, sebagian besar kematian terjadi
dalam hitungan menit atau bahkan detik sejak gejala pertama timbul. Kematian mendadak
tidak selalu tidak diduga, dan kematian yang tak diduga tidak selalu terjadi mendadak, namun
amat sering keduanya ada bersamaan pada suatu kasus.
Terminologi kematian mendadak dibatasi pada suatu kematian alamiah yang terjadi tanpa
diduga dan terjadi secara mendadak, mensinonimkan kematian mendadak dengan terminologi
”sudden natural unexpected death”. Kematian alamiah di sini berarti kematian hanya
disebabkan oleh penyakit bukan aibat trauma atau racun .
PREVALENSI
Kematian mendadak terjadi empat kali lebih sering pada laki-laki dibandingkan pada
perempuan. Penyakit pada jantung dan pembuluh darah menduduki urutan pertama dalam
penyebab kematian mendadak, dan sesuai dengan kecenderungan kematian kematian
mendadak pada laki-laki yang lebih besar, penyakit jantung dan pembuluh darah juga
memiliki kecenderungan serupa. Penyakit jantung dan pembuluh darah secara umum
menyerang laki-laki lebih sering dibanding perempuan dengan perbandingan 7 :1 sebelum
menopause, dan menjadi 1 : 1 setelah perempuan menopause. Di Indonesia, seperti yang
dilaporkan Badan Litbang Departemen Kesehatan RI, persentase kematian akibat penyakit ini
meningkat dari 5,9% (1975) menjadi 9,1% (1981), 16,0% (1986) dan 19,0% (1995).
Tahun 1997 -2003 di Jepang dilakukan penelitian pada 1446 kematian pada kecelakaan lalu
lintas dan dari autopsi pada korban kecelakaan lalu lintas di Dokkyo University
dikonfirmasikan bahwa 130 kasus dari 1446 kasus tadi penyebab kematiannya digolongkan
dalam kematian mendadak, bukan karena trauma akibat kecelakaan lalu lintas.
PENGGOLONGAN KEMATIAN ALAMIAH
Kematian alamiah dapat dibagi menjadi dua kategori besar yaitu:
1. Kematian yang terjadi dimana ada saksi mata dan keadaan dimana faktor fisik dan
emosi mungkin memainkan peran, juga dapat terjadi saat aktivitas fisik, dimana cara
mati dapat lebih mudah diterangkan atau kematian tersebut terjadi selama
perawatan/pengobatan yang dilakukan oleh dokter ( Attendaned Physician).
2. Keadaan dimana mayat ditemukan dalam keadaan yang lebih mencurigakan seringnya
diakibatkan TKP nya atau pada saat orang tersebut meninggal tidak dalam perawatan
atau pengobatan dokter (unattendaned physician), terdapat kemungkinan hadirnya
saksi-saksi yang mungkin ikut bertanggung jawab terhadap terjadinya kematian.
Pada kematian alamiah kategori pertama, kematian alamiah dapat dengan lebih mudah
ditegakkan, dan kepentingan dilakukannya autopsi menjadi lebih kecil. Pada kematian
alamiah kategori kedua, sebab kematian harus benar-benar ditentukan agar cara kematian
dapat ditentukan dan kematian alamiah dan tidak wajar sedapat mungkin ditentukan dengan
cara apakah kekerasan atau racun ikut berperan dalam menyebabkan kematian.
Pada kematian alamiah kategori kedua, karena keadaan yang lebih mencurigakan,
polisi akan mengadakan penyidikan dan membuat surat permintaan visum et repertum. Pada
keadaan ini hasil pemeriksaan akan dituangkan dalam visum et repertum, dan persetujuan
keluarga akan menjadi prioritas yang lebih rendah dari kepentingan penegakan hukum.
ASPEK MEDIKOLEGAL NATURAL SUDDEN DEATH
Pada tindak pidana pembunuhan, pelaku biasanya akan melakukan suatu
tindakan/usaha agar tindak kejahatan yang dilakukanya tidak diketahui baik oleh keluarga,
masyarakat dan yang pasti adalah pihak penyiidik (polisi) , salah satu modus operandus yang
bisa dilakukan adalah dengan cara membawa jenazah tersebut ke rumah sakit dengan alasan
kecelakaan atau meninggal di perjalanan ketika menuju kerumah sakit (Death On Arrival)
dimana sebelumnya almarhum mengalami serangan suatu penyakit ( natural sudden death).
Pada kondisi diatas, dokter sebagai seorang profesional yang mempunyai kewenangan untuk
memberikan surat keterangan kematian harus bersikap sangat hati-hati dalam mengeluarkan
dan menandatangani surat kematian pada kasus kematian mendadak (sudden death) karena
dikhawatirkan kematian tersebut setelah diselidiki oleh pihak penyidik merupakan kematian
yang terjadi akibat suatu tindak pidana. Kesalahan prosedur atau kecerobohan yang dokter
lakukan dapat mengakibatkan dokter yang membuat dan menandatangani surat kematian
tersebut dapat terkena sangsi hukuman pidana. Ada beberapa prinsip secara garis besar harus
diketahui oleh dokter berhubungan dengan kematian mendadak akibat penyakit yaitu:
1. Apakah pada pemeriksaan luar jenazah terdapat adanya tanda-tanda kekerasan yang
signifikan dan dapat diprediksi dapat menyebabkan kematian ?
2. Apakah pada pemeriksaan luar terdapat adanya tanda-tanda yang mengarah pada
keracunan ?
3. Apakah almarhum merupakan pasien (Contoh: Penyakit jantung koroner) yang rutin
datang berobat ke tempat praktek atau poliklinik di rumah sakit ?
4. Apakah almarhum mempunyai penyakit kronis tetapi bukan merupakan penyakit
tersering penyebab natural sudden death ?
Adanya kecurigaan atau kecenderungan pada kematian yang tidak wajar berdasarkan kriteria
tersebut, maka dokter yang bersangkutan harus melaporkan kematian tersebut kepada
penyidik (polisi) dan tidak mengeluarkan surat kematian.
LESI PENYEBAB
Lesi yang dapat menyebabkan kematian alamiah yang mendadak secara garis besar terdiri
dari 3 golongan :
1. Grup terbesar adalah lesi yang diakibatkan oleh proses penyakit yang berjalan
perlahan atau insidental berulang yang merusak organ vital tanpa menimbulkan suatu
gejala renjatan akut sampai terjadi suatu penghentian fungsi organ vital yang tiba-tiba.
Salah satu contoh yang paling baik untuk golongan ini adalah kematian mendadak
akibat penyakit jantung koroner.
2. Terjadinya ruptur pembuluh darah yang mendadak dan tak terduga, yang diikuti
dengan perdarahan yang berakibat fatal. Contoh golongan ini adalah pecahnya
aneurisma aorta dengan perdarahan ke dalam pericardial sac atau pecahnya aneurisma
pada sirkulus Willisi yang menyebabkan perdarahan subdural.
3. Golongan ketiga mencakup infeksi latent atau infeksi hebat yang perjalanan
penyakitnya berkembang tanpa menunjukkan gejala yang nyata atau bermakna
sampai terjadi kematian. Contohnya adalah endokarditis bakterial atau obstruksi
mendadak usus karena volvulus.
Pengenalan sebab kematian pada kasus kematian mendadak secara mendasar adalah proses
interpretasi yang mencakup deteksi perubahan patologis yang ditemukan secara anatomis,
patologi anatomi, bakteriologis dan kimiawi serta seleksi lesi yang ditemukan yang dianggap
mematikan bagi korban.
Menurut sistem tubuh, lesi yang menyebabkan kematian mendadak dapat dibagi atas :
1. Penyakit jantung dan pembuluh darah
a. Penyumbatan arteri koroner
b. Lesi miokard, katup jantung, endocardium dan pericardium
c. Penyakit jantung kongenital
d. Lesi aorta
2. Penyakit respirasi
a. Lesi yang menyebabkan asfiksia
b. Perdarahan dari jalan nafas
c. Pneumothorax
d. Infeksi paru
3. Penyakit otak dan lesi intrakranial lain
4. Penyakit saluran cerna dan urogenital
a. Perdarahan ke dalam saluran cerna
b. Perdarahan intra-abdomen
c. Syok
d. Infeksi peritoneum
5. Lain-lain
a. Addison disease
b. Pheochromocytoma dari medula adrenal yang menyebabkan hiperadrenalin
c. Senile marasmus
d. Diabetes melitus
e. Hemochromatosis
f. Discrasias darah
g. Status lymphaticus
h. Hipertiroid
i. Malaria
j. Deformitas berat dari spinal
k Perdarahan dari ulcus varises di kaki
l. Penyebab yang belum dapat ditentukan
6. Anak
a. Anomali kongenital
b. Penyakit infeksi
c. Konvulsi dengan asfiksia
d. Penyakit defisiensi
PENYAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH
Penyakit jantung dan pembuluh darah adalah penyebab terbanyak yang terdeteksi dalam
kematian mendadak, menyebabkan kematian 300.000 sampai 400.000 setahun di Amerika.
Penyakit Arteri Koroner
Arteri koroner adalah pembuluh darah yang memberi makan jantung, sehingga kerusakan
pada arteri koroner akan sangat mempengaruhi kinerja dan kelangsungan hidup jantung.
Stenosis dari koroner oleh ateroma sangat sering terjadi, konsekuensinya terjadi pengurangan
aliran darah ke otot jantung yang dapat menyebabkan kematian dengan berbagai cara.
1. Insufisiensi koroner akibat penyempitan lumen utama yang mengakibatkan iskemia
kronik dan hipoksia dari otot-otot jantung di bawah stenosis. Otot jantung yang
mengalami hipoksia mudah menyebabkan aritmia dan fibrilasi ventrikel, terutama
pada adanya beban stress seperti olahraga atau emosi.
2. Komplikasi dari ateroma dapat memperburuk stenosis koroner dan kematian otot
jantung yang mengikutinya. Plak ateroma ulseratif dapat pecah atau hancur, mengisi
sebagian atau seluruh pembuluh darah dengan kolesterol, lemak dan debris fibrosa.
Pecahan ini akan terbaca ke arah distal pembuluh darah dan pada percabangan
pembuluh darah menyumbat pembuluh darah dan menyebabkan multipel mini-infark.
Bagian endotel dari plak yang hancur dapat bertindak seperti katup dan menutup total
pembuluh darah. Komplikasi lain adalah perdarahan sub-intima yang terjadi pada
plak, membesarkannya secara tiba-tiba dan menutup lumen pembuluh darah.
3. Trombosis koroner
4. Miokard infark, terjadi ketika stenosis berat terjadi atau terjadi oklusi total dari
pembuluh darah, bila pembuluh darah kolateral di tempat bersangkutan tidak cukup
memberi darah pada daerah yang bersangkutan. Infark umumnya baru terjadi bila
lumen tertutup lebih dari atau sama dengan 70%.
5. Lesi pada sistem konduksi jantung. Efek dari infark yang besar adalah mengurangi
fungsi jantung karena kegagalan pompa dan otot yang mati tidak dapat berkontraksi
atau menyebabkan aritmia dan fibrilasi ventrikel. Infark yang dapat dilihat dengan
mata secara makroskopik tidak terjadi saat kematian mendadak, karena perlu
beberapa jam agar oklusi jantung menjadi jelas. Tapi efek fatal dari infark dapat
terjadi pada setiap saat setelah otot menjadi iskemik.
6. Infark miokard yang ruptur dapat menyebabkan kematian mendadak karena
hemoperkardium dan tamponade jantung. Keadaan ini umumnya terjadi pada wanita
tua, yang mempunyai miokardium yang rapuh, namun tidak menutup kemungkinan
terjadi pada semua orang. Keadaan ini cenderung terjadi dua atau tiga hari setelah
onset infark dan bagian otot yang infark menjadi lunak. Ruptur terkadang terjadi pada
septum interventrikuler, menyebabkan ”left-right shunt” pada jantung.
7. Fibrosis miokard, terjadi ketika infark miokard menyembuh karena miokardium tidak
dapat berprofilerasi. Sebuah daerah fibrosis yang besar di ventrikel kiri dapat
kemudian membengkak karena tekanan yang tinggi selama sistole membentuk
aneurisma jantung yang mengurangi fungsi jantung.
8. Ruptur otot papilaris, dapat terjadi karena infark dan nekrosis. Keadaan ini
memungkinkan katup mitral mengalami prolaps dengan gejala insufisiensi mitral dan
bahkan kematian.
DAFTAR PUSTAKA
1. Knight B. Simpson’s Forensic Medicine. Eleventh Edition. New York : Arnold,
1997 : 105 – 20.
2. Gonzales TA, Vance M, Helpern M, Umberger CJ. Legal Medicine. Pathology and
toxicology. 2nd edition. New York : Appleton century croft. 1954 :102 – 51.
3. Di Maio DJ, Di Maio VJM. Forensic Pathology. Florida : CRC Press. 2000 : 43 – 86.
4. Motozawa Y, Yokoyama T, Hitosugi M, et all. Analysis of sudden natural deaths
while driving with forensic autopsy findings. Available from : http: www-
nrd.nhtsa.dot.gov/pdf/nrd-01/esv/esv19/05-0112-W.pdf.
5. Knight B. Forensic Pathology. Second Edition. New York : Oxford University Press.
1996 : 487 – 516.
6. Bagian Kedokteran Forensik FKUI. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta : Bagian
Kedokteran Forensik FKUI.1997.