Ulumul Quran Arin
-
Upload
lia-damayanti-egc -
Category
Documents
-
view
50 -
download
0
description
Transcript of Ulumul Quran Arin
ULUM AL-QURAN
Al Quran adalah kalam Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw
sebagai petunjuk bagi manusia dan menjadi kitab suci umat islam. Al Quran adalah salah
satu dari kitab-kitab Allah yang empat yang diturunkan kepada para Rasul-Nya.
Al Quran diturunkan menggunakan bahasa Arab dalam rentang waktu 23 tahun
lebih, di dua periode, periode Mekkah dan periode Madinah. Masing-masing periode
memiliki kekhususan sendiri. Secara historis, pada waktu turunnya Al Quran masyarakat
Arab berada di puncak kesusastraan mereka. Mereka berlomba-lomba menampilkan
kemampuan dalam pembuatan syair-syair dan prosa, yang terbaik dari karya mereka
digantungkan di Ka’bah sebagai penghormatan kepada pemiliknya.
Setiap kali wahyu diturunkan, Nabi Muhammad saw menyampaikannya kepada
para sahabat r.a dan menyuruh para penulis wahyu untuk menulisnya. Para sahabatpun
langsung menghafalkannya dan mencatatnya di berbagai media. Ada yang menulis di
pelepah kurma, kulit kambing, dedaunan dan bebatuan.
Ketika Rasulullah saw wafat, Al Quran telah tersusun sebagaimana yang telah kita
temui sekarang ini, tetapi belum dalam bentuk mushhaf seperti yang kita saksikan dewasa
ini. Al uran disusun dalam bentuk mushhaf pada periode pemerintahan Abu Bakar Al
Shiddiq Khalifah pertama atas usulan Umar bin Khatbah yang kemudian menjadi Khalifah
Kedua.
Rasul pun mengajarkan bacaan Al Quran kepada para sahabat sebagaimana
dibacakan oleh malaikat Jibril, juga sekaligus mengajarkan arti dan maksud dari bacaan
tersebut, sesuai dengan tugas kerasulan Nabi Muhammad saw. Dari sini dimulai pelajaran
tafsir terhadap Al Quran yang kemudian setelah Rasul wafat disusunlah Ulum al Quran
untuk dijadikan alat dalam memahami al Quran, yang juga disebut dengan Ushul al Tafsir
dan Asas al Tafsir.
Pengertian Wahyu
Menurut bahasa Wahyu berasal dari akar kata waw, ha’, ya’ yang berarti menurut
Ibnu Faris pemberitahuan kepada orang lain dengan tersamar dan cepat, baik dengan
isyarat, lisan maupun suara.
Menurut istilah:
Menurut syeikh Muhammad Abduh
Pengetahuan yang didapatkan seseorang pada diri sendiri, disertai keyakinan bahwa
pengetahuan tersebut berasal dari Allah baik melalui perantara atau tidak. Yang
pertama (perantara) bisa melalui suara yang bisa didengar atau tanpa didahului oleh
suara.
Menurut DR. Manna’ Khalil Qathan
Kalamullah yang diturunkan kepada yang terpilih diantara hamba-hambanya yaitu
hidayah yang dikehendakiNya dengan cara yang tersembunyi dan cepat.
Dengan demikian wahyu adalah:
a. Pemberitahuan yang tersembunyi dan cepat
b. Bersumber dari Allah swt
c. Ditujukan kepada orang yang terpilih dari hamba-hamba-Nya, yaitu para Nabi
dan Rasulullah.
d. Wahyu tersebut disampaikan secara langsung dari Allah atau melalui perantara
Malaikat.
Makna wahyu dalam Al-Quran
1. Berarti ilham
2. Berarti bisikkan
3. Berarti insting/gharizah
4. Memberikan isyarat kepada orang lain
5. Berarti penyampaian informasi dari Allah kepada para nabi-Nya.
CARA-CARA ALLAH MEWAHYUKAM KALAMNYA KEPADA PARA
NABINYA
Ada tiga cara Allah menyampaikan wahyu-Nya kepada para Nabi dan RasulNya.
Ketiga cara tersebut adalah:
1. Allah memasukkan wahyuNya dengan menghunjamkan atau menghembuskan
kalamNya langsung kedalam hati Nabi, dan Nabi tidak menyangsikan lagi
bahwa sumber dari informasi itu adalah Allah swt.
2. Allah swt berkata langsung tanpa ada tabir atau penghalang kepada NabiNya.
3. Allah mengutus seorang malaikat kemudian malaikat tersebut menyampaikan
wahyu dari Allah kepada para Nabi.
SEJARAH TURUNNYA AL-QURAN
Pengertian Al-Quran
Al Quran adalah kalam Allah swt yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw
melalui malaikat Jibril secara berangsur-angsur dalam bahasa Arab. Lafazh-lafazhnya
mengandung mu’jizat dan membacanya bernila ibadah. Dimulai dari surat al Fatihah dan
diakhiri dengan surat Al Nas.
HIKMAH DITURUNKANNYA AL-QURAN BERANGSUR-ANGSUR
1. Agar mudah difahami dengan baik dan dapat diamalkan.
2. Agar dapat dihafal oleh para sahabat nabi saw.
3. Agar dapat mengikuti perkembangan hukum dalam masyarakat mulim(khusunya
bagi yang beranggapan ada asbab al nuzul ayat)
4. Bimbingan dalam tahapan dakwah islam
5. Menunjukkan adanya perkembangan hukum dalam islam (khusunya bagi yang
beranggapan adanya al Nasikh al Mansukh)
6. Agar dapat diikuti oleh kaum lain selain suku Quraish dalam qira-at.
PENULISAN AL-QURAN PADA MASA NABI SAW DAN AL KHULAFAA’
AL RASYIDUN
Penulisan al-Qur’an hanya dilakukan oleh para sahabat yang dipilih oleh Nabi saw
Alkhulafa’ al Rasyidun. Penulisan al Qur’an dilakukan diatas batu, kulit kambing, pelepah
kurma, kulit kayu, dedaunan. Pada masa nabi saw al Qur’an belum terhimpun dalam satu
mushhaf, masih berserakan, tetapi telah tersusun sesuai dengan urutan surat dan ayat seperti
yang ada sekarang. Penulisan atau penghimpunan al Qur’an dimasa nabi saw berarti
menghafalkannya dan menulisnya sekaligus, meskipun belum dalam satu mushhaf. Para
sahabat selalu minta didengar oleh Rasul saw hafalan mereka dan mereka setiap kali belajar
dari Rasul tidah melebihi sepuluh ayat al Qur’an. Mereka belajar bacaannya makna dan
hukum-hukum yang terkandung didalamnya. Penulisan atau penghimpunan al Qur’an
dimasa sahabat ra dilakukan pertama kali pada masa Khalifah Abu Bakar ra, atas prakarsa
dari Umar bin Khatthab ra. Yang melatarbelakangi perlunya penulisan al Qur’an adalah
banyaknya para penghafal al Qur’an yang gugur syahiid dalam peperangan Yarmuk.
Dengan dihimpunnya al Qur’an berdasarkan petunjuk Nabi saw dalam bentuk urutan surat
dan ayat seperti yang ada sekerang, maka al Qur’an lain yang ditulis berdasarkan urutan
turunnya surat dan ayat dimusnahkan. Penulisan atau penghimpunan al Qur’an dimasa
sahabat yang kedua adalah pada masa khalifah Utsman bin Affan ra. Keempat Mushhaf al
Qur’an itu dikirim ke Iraq, Mesir, Syam (Syiria), Mekkah, dan Mushhaf al imam.
Nama-nama al-Qur’an
1. Al Qur’an : Surat al Isra’ : 9
2. Al Kitab : Surat al Anbiya’: 10
3. Al Furqan: Surat al Furqan
4. Al Zikru: Surat al Hijr: 9
5. Al Tanzil: Surat al Syu’ara; 196
Sifat-sifat al-Quran
1. Nur (cahaya): Surat Al Nisa’: 174
2. Hudan (petunjuk): Surat Yunus: 57
3. Mubarak (berbarakah): Surat al An’am: 92
4. Mubin (Yang menjelaskan): Surat al Maidah: 15
5. Busyra (kabar gembira): Surat al Baqarah: 97
6. Aziz (Mulia): Surat al Fushilat: 41
7. Majid (Mulia): Surat al Buruj: 21
8. Basyir (Membawa kabar gembira): Surat Fushilat: 3-4
Pengertian Ulum al-Qur’an
Beberapa pengertian Ulum al Qur’an menurut para ulama
1. Menurut al Zarkasyi
Pengetahuan untuk memahami Kitabullah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad saw, dengan menjelaskan makna-maknanya, mengambil/menggali
hukum-hukumnya dan hikmah-hikmahnya.
2. Menurut al Ashfahani
Suatu ilmu yang membahas bagaimana cara mengucapkan lafazh-lafazh al Qur’an
cakupan maknanya hukum-hukum ketika dalam kalimat tunggal dan dalam kalimat
sempurna dan makna-makna yang dikandungnya ketika dalam susunan kalimat
serta segala sesuatu yang menjadi kelengkapan dari itu semua.
Cabang-cabang Ulum al-Qur’an
1. Ilmu bahasa
2. Makkiyah dan Madaniyyah
3. Asbab al Nuzul
4. Tarikh al Nuzul
5. Ilmu Rasm al Qur’an
6. Sejarah turun dan pembukuan al Qur’an
7. Tafsir, takwil dan terjemah
PERBEDAAN AL-QUR’AN DENGAN
HADITS NABAWIY DAN HADITS QUDSIY
Pengertian al-Qur’an
Menurut bahasa
Kata al Qur’an berasal dari akar kata qaaf, raa’ dan hamzah, yang berarti
bacaan. Al Qur’an adalah kata jadian (masdar) dari dalm wazn yang berarti banyak
dibaca atau selalu dibaca, karena al Qur’an juga berarti al maqru’ yang dibaca.
Dalam al Qur’an disebutkaan dalam surat al Quyamah: 18
Menurut istilah
Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw melalui
malaikat Jibril, yang dimulai dari surat al Fatihah dan diakhiri dengan surat al Naas.
Hadits Nabawiy
Adalah Segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi saw, baik dalam
perkataan, perbuatan, ketetapan atau sifat.
Hadits Qudsiy
Adalah Segala sesuatu yang rasul saw riwayatkan, disandarkan kepada Allah
swt. Artinya Rasul saw meriwayatkannya bahwa hal tersebut berasal dari Allah,
atau bahwa isinya dari Allah sedangkan redaksinya dari Rasul.
Adapun perbedaan antara al Qur’an dan Hadits nabawiy dan Qudsiy adalah:
1. Bahwa al Qur’an wahyu ilahi yang diturunkan kepada Rasulullah dengan lafazh-
lafazh dari Allah swt yang mengandung mukjizat hingga hari kiamat dan orang
Arab tidak sanggup membuat semisalnya meskipun hanya sepuluh ayat saja.
2. Al Qur’an al karim hanya dinisbatkan kepada Allah saja, yaitu Allah
berfirman……
Hadits Qudsiy, Disamping dinisbatkan kepada Nabi saw, juga kepada Allag dari
segi isinya seperti pada hadits Qudsiy.
3. Al Qur’an al karim seluruhnya diturunkan kepada Rasul saw dengan tawatur
(diriwayatkan oleh orang banyak) dan ia merupakan qat’iyatul tsubut.
4. Al Qur’an al karim berasal dari allah baik secara lafazh maupun makna.
Sedangkan Hadits qudsiy maknanya dari Allah dan lafazhnya dari Nabi sendiri,
dan hadits Nabawiy lafazh dan makna dari nabi saw.
5. Al Qur’an al karim, membacanya bernilai ibadah dan dibaca dalam shalat,
sedangkan hadits qudsiy dan nabawiy tidak bernilai ibadah dan tidak boleh
dibaca dalam shalat.
Perbedaan mushhaf
- Abu Bakar : hanya dilakukan satu ekspla, mushhaf dimasa Abu Bakar
memuat seluruh logat bahasa yang ada Safa’tu a’ruf (tujuh bahasa), dalam
mushhaf Abu Bakar bentuk penulisan hurufnya beragam/bervariasi menurut
penulis wahyu.
- Utsman : dilakukan empat ekspla, hanya memuat satu logat bahasa yaitu,
suku Quraish, dan dikumpulkan dalam satu dalam bentuk al Rasmu al
Utsmany.
AL RASMU AL USMANY
Yang dimaksud dengan al Rasmu al Utsmany adalah suatu mushaf al Quran yang
metode penulisan huruf-hurufnya sesuai dengan penulisan mushhaf di masa khalifah
Utsman bin Affan.
Para Ulama’ berbeda pendapat dalam hukum keharusan mengikuti metode
penulisan ayat-ayat al Quran pada masa khalifah Utsman tersebut.
1. Keharusan mengikuti penulisan al Rasmu al Utsmany, dengan dalil:
- Bersifat tauqifiy (berasal dari Rasul sa) sebagaimana dalam sebuah hadits
bahwa rasul saw mengajari sahabat Mu’awiyah 9saalah seorang penulis
wahyu) cara menuliskan huruf-huruf dalam ayat al Quran.
- Tulisan tersebut merupakan mukjizat sebagaimana adanya mukjizat pada al
Quran, baik penambahan maupun pengurangan huruf dalam suatu
mengandung makna yang tersembunyi dan mendalam.
- Perintah khalifah Utsman kepada para penyalin al Quran, bila terjadi
perbedaan pendapat antara Zaid bin Tsabit (penulis wahyu) dengan suku
Quraish, maka hendaklah mengikuti pendapat suku Quraish, karena al Quran
diturunkan dalam bahasa mereka.
2. Al rasmu al Utsmany bukanlah bersifat tauqify (berasal dari ketetapan Rasul
saw), akan tetapi merupakan suatu metode yang direstui oleh Khalifah Utsman,
yang dapat diterima oleh masyarakat luas. Maka wajib hukumnya mengikutinya
dan tidak boleh melanggarnya. Pendapat ini diikuti oleh sebagian besar Ulama’
seperti Imam Malik r.a.
3. Al Rasmu al Utsmany hanyalah sebuah cara (metode) disuatu masa tertentu.
Oleh karenanya tidak ada larangan adanya perbedaan penulisan al Quran dengan
al Rasmu al Utsmany yaitu menggunakan metode I m I a k yang dipakai luas
dalam masyarakat. Sebab tidak ada ketentuan khusus baik dari al Quran maupun
hadits, dan juga untuk memperoleh kemudahan dalam membacanya yang tidak
ada perbedaan penulisan sebagaimana yang telah mereka ketahui sebelumnya.
Pendapat yang lebih dapat diterima adalah pendapat yang kedua sebab:
- Untuk memelihara sejarah keaslian al Qur’an
- Setiap masa, penulisan akan mengalami perkembangan atau perubahan,
maka untuk mencegah tidak adanya perubahan dalam penulisan al Qur’an
yang berakibat akan terjadi pula perubahan isi al Qur’an.
Mushaf Utsman ditulis dengan kaidah-kaidah tertentu, para ulama
meringkas kaidah-kaidah itu menjadi enam istilah yaitu:
a. Al-Hadzt (membuang, menghilangkan atau meniadakan huruf).
b. Al-Jiyadah (penambahan)
c. Al-Hamzah
d. Badal (penggantian)
e. Washal dan Fashl (penyambungan atau pemisahan)
f. Kata yang dapat dibaca dua bunyi.
Kaitan Rasm Al-Quran dengan Qira’at
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa keberadaan mushaf Utsmani yang tidak
berharakat dan bertitik ternyata masih membuka peluang untuk membacanya dengan
berbagai qira’at (cara membaca Al-Quran). Hal itu dibuktikan dengan masih terdapatnya
keragaman cara membaca Al-Quran walaupun setelah muncul mushaf Utsmani,seperti
qira’ah tujuh, qira’ah sepuluh, dan qira’ah empat belas. Kenyataan itulah yang mengilhami
Ibn Mujahid (859-935) untuk melakukan penyeragaman cara membaca Al-Quran dengan
tujuh cara saja (qira’ah sab’ah). Tentu bukan ia saja yang amat berkepentingan dengan
langkah penyeragaman teks ini, umpamanya Malik bin Anas (w.795), Ulama besar
Madinah dan pendiri madzhab Maliki. Ia dengan tegas menyatakan bahwa shalat yang
dilaksanakan menurut bacaan Ibn Mas’ud adalah tidak sah.
MAKKIYAH DAN MADANIYYAH
Pengertian Makkiyah dan Madaniyyah
a. Dari perspektif masa turun: “Makkiyah adalah ayat-ayat yang turun sebelum
Rasulullah hijrah ke Madinah, kendatipun bukan turun di Mekah. Adapun
Madaniyyah adalah ayat-ayat yang turun sesudah Rasulullah hijrah ke Madinah,
kendatipun bukan turun di Madinah. Ayat-ayat yang turun setalah peristiwa hijrah
tersebut Madaniyyah walaupun turun di Mekah atau Arafah.”
b. Dari perspektif tempat turun: “Makkiyah adalah ayat-ayat yang turun di Mekah dan
sekitarnya seperti Mina,Arafah, dan Hudaibiyyah. Adapun Madaniyyah adalah ayat-
ayat yang turun di Madinah dan sekitarnya, seperti Uhud,Quba’, dan Sul’a.”
c. Dari perspektif objek pembicaraan: “Makkiyah adalah ayat-ayat yang menjadi kitab
bagi orang-orang Mekah, sedangkan Madaniyyah adalah ayat-ayat yang menjadi
khitab bagi orang-orang Madinah.
Sebutan-Sebutan Makkiyah dan Madaniyyah
1. Hadari Safari yaitu ayat yang turun diperjalanan ketika nabi pergi haji.
2. Nahari Laili yaitu siang dan malam.
3. Sofi’I Sita’I yaitu panas dan dingin.
4. Firasyi dan Naumi yaitu sebelum tidur masih didalam kamar.
5. Ardhi Samai yaitu ketika berada dibumi dan dilangit.
6. Musyian dan Mufkradat yaitu bersama-sama dan satu-satu.
Cara-Cara Mengetahui Makkiyah dan Madaniyyah
a. Pendekatan Transmisi (Periwayatan)
b. Pendekatan Analogi (Qiyas)
Ciri-Ciri Makkiyah dan Madaniyyah
a. Makkiyah
1. Di dalamnya terdapat ayat sajdah
2. Ayat-ayatnya dimulai dengan kata kalla
3. Dimulai dengan ungkapan “ya ayyuha an-nas”
4. Ayat-ayatnya mengandung tema kisah para nabi dan umat-umat terdahulu
5. Ayat-ayatnya berbicara tentang kisah Nabi Adam dan iblis, kecuali surat Al-
Baqarah:2
6. Ayat-ayatnya dimulai dengan huruf-huruf terpotong-potong dan pendek-
pendek.
b. Madaniyyah
1. Mengandung ketentuan-ketentuan fara’id dan had
2. Mengandung sindiran-sindiran terhadap kaum munafik, kecuali surat Al-
Ankabut:29
3. Mengandung uraian tentang perdebatan dengan Ahli Kitabin
4. Dimulai dengan ungkapan “ya ayyuha ladzi”
5. Ayat-ayatnya panjang-panjang
6. Memuat tentang syariat, hukum-hukum, warisan, dan keutamaan berjihad.
Manfaat Mengetahui Makkiyah dan Madaniyyah
1. Alat bantu memahami dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Quran member
pertolongan.
2. Pedoman bagi langkah-langkah dakwah.
3. Mengetahui ayat-ayat yang berkaitan dengan akidah dan syariah dan dapat
merasakan susunan-susunan akidah dan syariah.
4. Dapat mengetahui perilaku (kaum).
5. Dapat memgetahui gaya bahasa dalam Al-Quran.
MUNASABAH AL-QURAN
Pengertian Munasabah
a. Secara etimologi (bahasa): Al-musyakalah (keserupaan) dan Al-muqarabah
(kedekatan). Jadi munasabah adalah hubungan antara ayat yang akan ditafsirin
dengan ayat yang sebelumnya dan sesudahnya (kolerasi) atau hubungan ayat
sebelum dan sesudahnya. Contoh: surat Al Fatihah dan Al-Baqarah.
b. Secara terminology (istilah):
1. Menurut Az-Zarkasyi: “Munasabah adalah suatu hal yang dapat dipahami.
Tatkala dihadapkan pada akal, pasti akal itu akan menerimanya.”
2. Menurut Manna’ Al-Qaththan: “Munasabah adalah sisi keterikatan antara
beberapa ungkapan didalam satu ayat atau antarayat pada beberapa ayat, atau
antarsurat (didalam Al-Quran).
3. Menurut Ibn Al-‘Arabi: “Munasabah adalah keterikatan ayat-ayat Al-Quran
sehingga seolah-olah merupakan satu ungkapan yang mempunyai kesatuan
makna dan keteraturan redaksi. Munasabah merupakan ilmu yang sangat
agung.”
4. Menurut Al-Biqa’i: “Munasabah adalah suatu ilmu yang mencoba mengetahui
alasan-alasan dibalik susunan atau urutan bagian-bagian Al-Quran baim ayat
dengan ayat atau surat dengan surat.”
Macam-Macam Munasabah
a. Munasabah antarsurat dengan surat sebelumnya.
b. Munasabah antarsatu ayat sebelum dan sesudah.
c. Munasabah antarpembuka dan penutup dalam satu surat.
d. Munasabah antarpenutup dan pembuka surat sesudahnya.
e. Munasabah antarsuatu kelompok ayat dan kelompok ayat disampingnya.
f. Munasabah antarnama surat dan tujuan turunnya.
g. Munasabah antarbagian suatu ayat.
h. Munasabah antarayat yang letaknya berdampingan.
i. Munasabah antarFashilah (Pemisah) dan isi ayat.
Cara Mengetahui Munasabah
a. Harus diperhatikan tujuan pembahasan suatu surat yang menjadi objek
pencarian.
b. Memerhatikan uraian ayat-ayat yang sesuai dengan tujuan yang dibahas
dalam surat.
c. Menentukan tingkatan uraian-uraian itu, apakah ada hubungannya atau
tidak.
d. Dalam mengambil kesimpulannya, hendaknya memerhatikan ungkapan-
ungkapan bahasannya dengan benar dan tidak berlebihan.
Manfaat Mempelajari Munasabah
1. Mengetahui luasnya cakupan makna Al-Quran baik kata, kalimat
maupun surat.
2. Mengetahui kemukjizatan Al-Quran yang sangat menyentuh dan
mendalam.
3. Kokohnya susunan ayat-ayat Al-Quran.
4. Mengetahui kerapian-kerapian sistematika ayat dan surat Al-Quran.
5. Mengetahui keindahan susunan kata atau kalimat dalam Al-Quran.
ASBAB AN-NUZUL
Pengertian Asbab An-Nuzul
Ungkapan Asbab An-Nuzul merupakan bentuk idhafah dari kata ‘asbab” dan
“nuzul”. Secara etimologi, asbab An-Nuzul adalah sebab-sebab yang melatarbelakangi
terjadinya sesuatu.
Sedangkan secara terminologi menurut para ulama yaitu:
a. Menurut Az-Zarqani: “Asbab An-Nuzul adalah khusus atau sesuatu yang terjadi
serta ada hubungannya dengan turunnya ayat Al-Quran sebagai penjelas hukum
pada saat peristiwa itu terjadi.”
b. Menurut Ash-Shabuni: “Asbab An-Nuzul adalah peristiwa atau kejadian yang
menyebabkan turunnya satu atau beberapa ayat mulia yang berhubungan dengan
peristiwa dan kejadian tersebut, baik berupa pertanyaan yang diajukan kepada
Nabi atau kejadian yang berkaitan dengan urusan agama.”
c. Menurut Shubhi Shalih: “Asbab an-Nuzul adalah sesuatu yang menjadi sebab
turunnya satu atau beberapa ayat Al-Quran.”
d. Menurut Manna’ As-Qathathan: “Asbab An-Nuzul adalah peristiwa-peristiwa
yang menyebabkan turunnya As-Quran berkenaan dengannya waktu peristiwa
itu terjadi, baik berupa satu kejadian atau berupa pertanyaan yang diajukan
kepada Nabi.”
Macam-macam Asbab An-Nuzul
a. Dilihat dari sudut pandang redaksi-redaksi yang dipergunakan dalam
Riwayat Asbab An-Nuzul
1. Sharih (jelas)
2. Muhtamilah (kemungkinan)
b. Dilihat dari sudut pandang berbilangnya Asbab An-Nuzul untuk Satu ayat
atau berbilangnya Ayat untuk satu Asbab An-Nuzul
1. berbilangnya Asbab An-Nuzul untuk satu ayat
2. variasi ayat untuk Satu sebab
Cara Mengetahui Riwayat Asbab An-Nuzul
Asbab An-Nuzul adalah peristiwa yang terjadi pada zaman Rasulullah SAW. Oleh
karena itu, tidak boleh ada jalan lain untuk mengetahuinya selain berdasarkan periwayatan
(pentransmisian) yang benar dari orang-orang yang melihat dan mendengar langsung
tentang turunnya ayat Al-Quran. Riwayat sohib yang berasal dari sahabat (sahabat yang
menyaksikan turunnya Al-Quran), diketahui dari hadits Rasul, dan ayat yang diturunkan
harus bersamaan dengan kasus atau pertanyaan yang diajukan sebagai jawaban atas
permasalah yang timbul.
Manfaat Asbab An-Nuzul
a. Membantu dalam memahami sekaligus mengatasi ketidakpastian dalam menangkap
pesan ayat-ayat Al-Quran.
b. Mengetahui hikmah penetapan hukum-hukum yang berkaitan dengan Asbab An-
Nuzul guna kemaslahtan umat.
c. Untuk mengetahui identifikasi kepada siapa ayat itu diturunkan.
d. Untuk mengetahui adanya takhsis (pengkhususan) terhadap suatu ketentuan hukum.
e. Mengatasi keraguan ayat yang diduga mengandung pengertian umum.
f. Memudahkan untuk menghapal dan memahami ayat, serta untuk memantapkan
wahyu kedalam hati orang yang mendengarnya.
TUGAS ULUMUL QURAN
RESUME
Disusun Oleh:
Nama: Arini Rahayu
NIM: 13350012
DOSEN PEMBIMBING:
DRS.H.MOH. ISA ANSHARY
IAIN RADEN FATAH
PALEMBANG
FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
PSIKOLOGI ISLAM
2013/2014