umat, 23 Oktober 2009  · Web viewumat, 23 Oktober 2009. Istiqomah Hingga Akhir Hayat...!!!

34
umat, 23 Oktober 2009 Istiqomah Hingga Akhir Hayat...!!! Istiqamah Hingga Akhir Hayat oleh Sigit Indriyono Selasa, 21 Okt 2008 08:42 Yang sangat menarik dan dapat kita saksikan serta mungkin kita alami sendiri dalam bulan Ramadhan adalah peningkatan intensitas beribadah. Masjid yang biasanya sepi, mengalami peningkatan jama’ah sholat yang luar biasa. Orang berlomba-lomba menginfaqkan hartanya dalam bentuk zakat atau shadaqah. Yang biasanya jarang tadarus dan tadabbur Al Qur’an, berubah menjadikannya sebagai kegiatan rutin harian. Fenomena yang sama dapat diamati pada jama’ah haji. Sangat disayangkan, sebagian besar tidak bisa mempertahankan kondisi demikian setelah Ramadhan berlalu ataupun setelah kembali ke tanah air dari tanah suci. Terkait dengan fluktuasi ibadah dikenal suatu istilah yang mungkin jarang kita dengar, yaitu futur. Futur adalah penurunan semangat dan gairah dalam beribadah. Hal ini bisa dialami oleh siapa saja. Dalam kadar yang ringan, gejala futur ditandai dengan kemalasan dan kejenuhan dalam melakukan ibadah. Selanjutnya, timbul keengganan untuk berbuat kebaikan. Jika tidak terdeteksi secara dini dan tidak ditanggulangi dengan segera, futur akan menjadi semakin parah. Biasanya akan dibarengi dengan penurunan kualitas iman. Dampak negatif yang tidak bisa dianggap sebagai hal yang biasa. Dalam kondisi ini, seseorang akan berhenti menjalankan ibadah dan berhenti berbuat kebaikan. Selanjutnya akan timbul dorongan untuk melakukan kemaksiatan. Bahkan, dalam kondisi yang ekstrim, seseorang bisa kehilangan karunia nikmat Allah SWT yang paling utama yaitu Iman dan Islam. Suatu musibah besar dan sangat merugikan seseorang. Tidak disadari bahwa futur telah mendistorsi kehidupan, dan berakibat penyimpangan dari jalan-Nya. Jika dikaji lebih mendalam, ada beberapa hal yang menyebabkan timbulnya futur. Pertama, rendahnya kadar keikhlasan mengharap ridho Allah SWT dalam beribadah.

Transcript of umat, 23 Oktober 2009  · Web viewumat, 23 Oktober 2009. Istiqomah Hingga Akhir Hayat...!!!

Page 1: umat, 23 Oktober 2009  · Web viewumat, 23 Oktober 2009. Istiqomah Hingga Akhir Hayat...!!!

umat, 23 Oktober 2009

Istiqomah Hingga Akhir Hayat...!!!

Istiqamah Hingga Akhir Hayatoleh Sigit Indriyono Selasa, 21 Okt 2008 08:42 Yang sangat menarik dan dapat kita saksikan serta mungkin kita alami sendiri dalam bulan Ramadhan adalah peningkatan intensitas beribadah. Masjid yang biasanya sepi, mengalami peningkatan jama’ah sholat yang luar biasa.Orang berlomba-lomba menginfaqkan hartanya dalam bentuk zakat atau shadaqah. Yang biasanya jarang tadarus dan tadabbur Al Qur’an, berubah menjadikannya sebagai kegiatan rutin harian. Fenomena yang sama dapat diamati pada jama’ah haji.Sangat disayangkan, sebagian besar tidak bisa mempertahankan kondisi demikian setelah Ramadhan berlalu ataupun setelah kembali ke tanah air dari tanah suci.Terkait dengan fluktuasi ibadah dikenal suatu istilah yang mungkin jarang kita dengar, yaitu futur. Futur adalah penurunan semangat dan gairah dalam beribadah. Hal ini bisa dialami oleh siapa saja. Dalam kadar yang ringan, gejala futur ditandai dengan kemalasan dan kejenuhan dalam melakukan ibadah. Selanjutnya, timbul keengganan untuk berbuat kebaikan.Jika tidak terdeteksi secara dini dan tidak ditanggulangi dengan segera, futur akan menjadi semakin parah. Biasanya akan dibarengi dengan penurunan kualitas iman. Dampak negatif yang tidak bisa dianggap sebagai hal yang biasa. Dalam kondisi ini, seseorang akan berhenti menjalankan ibadah dan berhenti berbuat kebaikan.Selanjutnya akan timbul dorongan untuk melakukan kemaksiatan. Bahkan, dalam kondisi yang ekstrim, seseorang bisa kehilangan karunia nikmat Allah SWT yang paling utama yaitu Iman dan Islam. Suatu musibah besar dan sangat merugikan seseorang. Tidak disadari bahwa futur telah mendistorsi kehidupan, dan berakibat penyimpangan dari jalan-Nya.Jika dikaji lebih mendalam, ada beberapa hal yang menyebabkan timbulnya futur. Pertama, rendahnya kadar keikhlasan mengharap ridho Allah SWT dalam beribadah. Setitik noktah riya’ di hati akan menjadikan ibadah tidak bernilai di sisi-Nya. Kedua, tidak memahami dengan benar tuntunan syariat dalam beribadah. Sehingga diperlukan kemauan dan ketekunan untuk selalu mempelajari ilmu agama yang bersumber dari Al Qur’an dan Hadis dan menerapkan secara konsisten.Media dan cara untuk pembelajaran ilmu agama sangat beragam. Harus dilakukan pemilihan yang tepat dan sesuai untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Ketiga, terlalu membebani diri dalam beribadah sehingga menjadi rutinitas yang yang berat dan membosankan. Jika ibadah dilandasi dengan mahabbah (kecintaan), khauf (takut) dan raja’ (harap) kepada Allah, ibadah akan menjadi kebutuhan dan bukan merupakan beban yang berat.Memperhatikan dampak negatif yang ditimbulkan, futur harus diwaspadai agar tidak terus berkembang lebih jauh di dalam diri kita. Ada beberapa tuntunan yang bisa diamalkan untuk mengatasi futur.Rasulullah SAW bersabda : "Setiap aktivitas ada saat-saat semangat untuk terus-menerus melakukannya dan setiap semangat ada saat-saat lemahnya."Barangsiapa yang lemah semangatnya kemudian mengikuti sunnahku, maka sesungguhnya ia akan menang. Dan barangsiapa lemah semangatnya kemudian ia tidak mengikuti sunnahku, maka dia akan celaka." (HR Ahmad). Ini adalah resep mujarab untuk mengatasi semangat dan gairah ibadah yang berfluktuasi.

Page 2: umat, 23 Oktober 2009  · Web viewumat, 23 Oktober 2009. Istiqomah Hingga Akhir Hayat...!!!

Rasulullah SAW juga pernah ditanya tentang amal yang disukai oleh Allah SWT. Beliau menjawab : “Amal yang paling disukai oleh Allah SWT adalah amal yang dilakukan secara rutin walaupun sedikit.” (HR Bukhari & Muslim). Suatu tuntunan yang sangat jelas untuk membimbing kita agar selalu istiqamah dalam menjalankan ibadah.Dua hadis di atas secara konkrit memberikan solusi yang efektif dalam mengatasi futur. Di samping itu ada dua do’a yang perlu diamalkan. Pertama, dari Al Qur’an : "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).” (QS Ali Imran[3] : 8). Kedua, diajarkan oleh Rasulullah SAW : ” Wahai Dzat yang membolak-balikkan kalbu, tetapkanlah kalbuku atas agama-Mu. ” (HR Tirmidzi).”Dan beribadahlah untuk Tuhan-mu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).” (QS Al Hijr[15] : 99). Istiqamah dalam beribadah hingga akhir hayat adalah suatu keniscayaan yang bisa diraih. Hanya saja diibutuhkan modal keteguhan iman, sehingga timbul ketekunan dan kesabaran dalam mengahadapi halangan, rintangan dan godaan yang bisa menerpa setiap saat, sebagai ujian bagi orang beriman.Bontang, Syawal 1429 H

Pembuktian Setelah Ramadhan07-10-2008 / 10:14:43 Bulan yang kaum muslimin berpuasa di siang hari dan bertaraweh pada malam hari. Bulan yang kaum muslimin isi dengan amal-amalan ketaatan.

Belum lama berlalu, kaum muslimin berada dalam bulan yang penuh barakah. Bulan yang kaum muslimin berpuasa di siang harinya dan bertaraweh pada malam harinya. Bulan yang kaum muslimin isi dengan amal-amalan ketaatan.

Kini, bulan itu telah meninggalkan kita. Ia akan menjadi saksi dihadapan Allah swt atas segala yang telah kita perbuat pada bulan tersebut. Segala perbuatan, baik yang berupa amal ketaatan maupun kemaksiatan yang telah dilakukan. Naka sudah tidak tersisa dari bulan tersebut kecuali catatan amal yang akan diperlihatkan kepada kita pada hari akhir nanti. Firman Allah swt :

Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan dihadapkan (dimukanya), begitu (juga) kejahatan yang telah dikerjakannya; ia ingin kalau kiranya antara ia dengan hari itu ada masa yang jauh; dan Allah memperingatkan kamu terhadap siksa-Nya. dan Allah sangat Penyayang kepada hamba-hamba-Nya. (QS. Ali Imran : 30)

Ibarat seoerang pedagang yang telah selesai melakukan perniagaan, maka ia tentunya akan menghitung, berapa keuntungan atau kerugian yang ia dapatkan. Begitu pula kiranya yang harus dilakukan oleh kaum muslimin, orang-orang yang beriman kepada hari akhir selepas bulan Ramadhan.

Allah swt telah berjanji akan mengampuni dosa-dosa yang telah lalu dengan berpuasa dan sholat taraweh karena iman dan mengharapkan ganjaran darinya. Dan pada bulan tersebut, Allah swt bebaskan orang-orang yang berhak untuk disiksa sehungga ia bebas darinya. Yaitu bagi mereka yang bertaubat kepadanya dengan taubat yang

Page 3: umat, 23 Oktober 2009  · Web viewumat, 23 Oktober 2009. Istiqomah Hingga Akhir Hayat...!!!

sebenar-benarnya.

Oleh karena itu, sudah selayaknya bagi kaum yang berfikir bermuhasabah terhadap dirinya; sudahkah bulan tersebut dijadikan saat untuk bertaubat kepada-Nya? Ataukah kemaksiatan masih berlanjut pada bulan yang penuh ampunan tersebut? Jika demikian halnya ia terancam dengan sabda Rasululah saw :

“Dan rugilah orang yang bertemu dengan bulan Ramadhan namun belum mendapatkan ampunan ketika berpisah dengannya.”(HR. Ahmad dan At-Tirmidzi beliau mengatakan hadits hasan gharib)

Namun, bukan berate sudah tidak ada kesempatan untuk memperbaiki diri. Karena ampunan-Nya tidaklah di bulan Ramadhan saja. Bahkan selama ajal belum sampai ke tenggorokan, kesempatan bertaubat masih terbuka lebar. Meskipun bukan beraarti seseorang boleh menunda-nundanya. Semestinyalah ia segera melakukannya. Karena kematian bisa datang dengan tiba- tiba dalam waktu yang tidak disangka-sangka. Dan seandainya seseorang mengetahui kapan waktu kematiannya, maka haruslah difahami pula bahwa taubat adalah pertolongan dan taufiq dari Allah swt. Sehingga tidak bisa seseorang memastikan dirinya akan mampu bertaubat sebelum ajal menjalaninya.

Seperti Abu Thalib, paman Nabi saw. Ia tidak bisa bertaubat di akhir hayatnya, padahal yang mengingatkannya adalah manusia terbaik di seluruh dunia yaitu Muhammad saw. Oleh karenanya bersegeralah senantiasa bertaubat atas segala dosa yang telah dilakukan sehingga kita dibersihkan kembali oleh-Nya. Firman Allah swt :

Sesungguhnya Taubat di sisi Allah hanyalah Taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang Kemudian mereka bertaubat dengan segera, Maka mereka Itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dan tidaklah Taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan : "Sesungguhnya saya bertaubat sekarang". dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. bagi orang-orang itu Telah kami sediakan siksa yang pedih. (QS.An-Nisa : 17-18)

Adapun yang telah memanfaatkan Ramadhan dengan amal sholeh, sudah selaknyalah bersyukur kepada Allah swt dan bermohon diberikan keistiqamahan untuk melanggengkan amalan tersebut. Dan, tidak selayaknyalah kita berbangga diri atas banyaknya amalan yang telah kita lakukan bahkan merasa sebagai orang yang paling hebat. Karena kita tidak mengetahui apakah amal sholeh kita itu diterima ataukah tidak oleh Allah swt. Selain itu, tidaklah kita mampu menunaikan ibadah ketaatan kepada-Nya kecuali atas pertolongan dari-Nya.

Bahkan, apabila kita menghitung segala rahmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada kita dan merasa cukup dengan amalan-amalan kebaikan yang telah dilakukan, sungguh tidaklah setara. Selayaknyalah sebagai seorang abid berlaku tawadlu dan tidak merasa paling baik. Karena itulah sifat-sifat seorang yang beriman, yaitu ia dengan sungguh-sungguh beribadah kepada-Nya namun senantiasa merasa takut kepada Allah swt akan kekurangan dirinya dalam beramal. Firman Allah Swt :

Page 4: umat, 23 Oktober 2009  · Web viewumat, 23 Oktober 2009. Istiqomah Hingga Akhir Hayat...!!!

Dan orang-orang yang memberikan apa yang Telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) Sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka, (QS. Al-Mu’minun : 60)

Saudaraku yang semoga dirahmati Allah swt, ketahuilah bahwa Allah swt yang kita ibadahi di bulan Ramadhan adalah yang kita ibadahi pula di luar bulan tersebut. Begitu pula rahmatnya tidaklah terputus dan berhenti dengan berlalunya bulan Ramadhan. Maka, doa yang senantiasa dipanjatkan kepada-Nya di bulan Ramadhan janganlah kita tinggalkan selepasnya. Begitu pula , tilawah al-Qur’an yang senantiasa kita lakukan pada bulan Ramadhan, janganlah kita tinggalkan setelah berlalunya bulan tersebut. Bahkan ibadah puasa pun semestinya kita lakukan meskipun diluar bulan tersebut. Karena masih banyak puasa-puasa sunnah yang memiliki keutamaan yang besar bagi orang yang melaksanakannya. Begitu juga dengan sholat malam, adalah amalan yang harus kita pertahankan, meskipun hanya mampu beberapa rakaat saja. Terjaganya shalat malam adalah salah satu sifat wali-wali Allah swt. Sebagaimana firmannya:

Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka selalu berdoa kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka menafkahkan apa apa rezki yang kami berikan. (QS.As-Sajdah : 16)

Juga, bersemangatlah menjadi bagian pengemban dakwah, menyeru manusia untuk kembali kepada Islam, menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah perkara yang munkar, karena jalan itulah yang akan menjadikan kita sebagai orang yang diberikan keberuntungan oleh-Nya. Sebagaimana firmannya :

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (QS.Ali Imran : 104).

Terakhir, semoga amalan kita diterima Allah swt dan diberikan kekuatan untuk melanggengkan dan meningkatkannya di bulan-bulan yang akan datang . Dan mudah-mudahan Allah swt mengampuni segala kesalahan kita.

[Ibnu Khaldun Aljabari, Syawal,5, 1429 H]

Author : PercikanIman.ORG

Menjaga Shalat Malam

Inilah penyakit yang diderita oleh kaum muslimin setelah Ramadhan. Ketika  Ramadhan masjid terlihat penuh pada saat qiyamul lail (shalat tarawih). Namun coba kita saksikan setelah Ramadhan, amalan shalat malam ini seakan-akan hilang begitu saja. Orang-orang lebih senang tidur nyenyak di malam hari hingga shubuh atau pagi tiba, dibanding bangun untuk mengambil air wudhu dan mengerjakan shalat malam. Seolah-olah amalan shalat malam ini hanya ada pada bulan Ramadhan saja yaitu

Page 5: umat, 23 Oktober 2009  · Web viewumat, 23 Oktober 2009. Istiqomah Hingga Akhir Hayat...!!!

ketika melaksanakan shalat tarawih. Seharusnya jika dia betul-betul menjalankan ibadah shalat tarawih dengan baik pasti akan membuahkan kebaikan selanjutnya.

Sebagian salaf mengatakan,

بعدها ئة ي الس ئة ي الس جزاء من وإن بعدها، الحسنة الحسنة ثواب من إن

“Sesungguhnya di antara balasan amalan kebaikan adalah kebaikan selanjutnya. Dan di antara balasan dari amalan kejelekan adalah kejelekan selanjutnya.” (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir pada tafsir surat Al Lail)

Namun, ibadah shalat malam ini mungkin hanya ibadah musiman saja yaitu dilaksanakan hanya di bulan Ramadhan. Padahal keutamaan shalat malam ini amatlah banyak, di antaranya:

[1] Shalat malam adalah sebaik-baik shalat setelah shalat wajib. Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

صالة الفريضة بعد الصالة وأفضل م المحر ه الل شهر رمضان شهر بعد الصيام أفضليل الل

“Sebaik-baik puasa setelah puasa Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah –Muharram-. Sebaik-baik shalat setelah shalat wajib adalah shalat malam.” (HR. Muslim no. 1163)

[2] Orang yang melakukan shalat malam dijamin masuk surga dan selamat dari adzab neraka. Dari Abdullah bin Salam radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

, , , , ! نيام اس والن يل بالل وا وصل الطعام وأطعموا األرحام وصلوا الم الس أفشوا اس الن ها أي يا بسالم ة الجن تدخلوا

“Wahai manusia! Sebarkanlah salam, jalinlah tali silturahmi (dengan kerabat), berilah makan (kepada istri dan kepada orang miskin), shalatlah di waktu malam sedangkan manusia yang lain sedang tidur, tentu kalian akan masuk ke dalam surga dengan penuh keselamatan.” (HR. Tirmidzi no. 2485 dan Ibnu Majah no. 1334. Syaikh Al Albani dalam As Silsilah Ash Shohihah no. 569 mengatakan bahwa hadits ini shohih)

[3] Orang yang melakukan shalat malam akan dicatat sebagai orang yang berdzikir kepada AllahDari Abu Sa’id dan Abu Hurairah, Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

كثيرا ه الل الذاكرين من كتبا ركعتين يا فصل امرأته وأيقظ يل الل من جل الر استيقظ إذاوالذاكرات

“Apabila seseorang bangun di waktu malam, lalu dia membangunkan istrinya, kemudian keduanya mengerjakan shalat dua raka’at, maka keduanya akan dicatat sebagai pria dan wanita yang banyak berdzikir pada Allah.” (HR. Ibnu Majah no.

Page 6: umat, 23 Oktober 2009  · Web viewumat, 23 Oktober 2009. Istiqomah Hingga Akhir Hayat...!!!

1335. Syaikh Al Albani mengatakan dalam Shohih wa Dho’if Sunan Ibnu Majah bahwa hadits ini shohih). Hadits ini menunjukkan bahwa suami istri dianjurkan untuk shalat malam berjama’ah.

[4] Orang yang bangun di malam hari kemudian berwudhu dan melakukan shalat malam, dia akan bersemangat di pagi harinya.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ليل عليك عقدة كل يضرب ، عقد ثالث نام هو إذا أحدكم رأس قافية على يطان الش عقدصلى فإن ، عقدة ت انحل توضأ فإن ، عقدة انحلت ه الل فذكر استيقظ فإن ، فارقد طويل

كسالن فس الن خبيث أصبح وإال ، فس الن ب طي نشيطا فأصبح عقدة ت انحل

“Setan membuat tiga ikatan di tengkuk (leher bagian belakang) salah seorang dari kalian ketika tidur. Di setiap ikatan setan akan mengatakan, “Malam masih panjang, tidurlah!” Jika dia bangun lalu berdzikir pada Allah, lepaslah satu ikatan. Kemudian jika dia berwudhu, lepas lagi satu ikatan. Kemudian jika dia mengerjakan sholat, lepaslah ikatan terakhir. Di pagi hari dia akan bersemangat dan bergembira. Jika tidak melakukan seperti ini, dia tidak ceria dan menjadi malas.” (HR. Bukhari no. 1142 dan Muslim no. 776)

Sangat disayangkan sekali, sebagian orang lebih memilih tidur pulas di malam hari daripada bangun shalat malam. Inilah orang-orang yang mendapat celaan yaitu akan dikencingi setan sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut ini.

Dari Abu Wa’il, dari Abdullah, beliau berkata, “Ada yang mengatakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa terdapat seseorang yang tidur malam hingga shubuh (maksudnya tidak bangun malam, pen). Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas mengatakan,

أذنيه » فى بال يطان الش .« ذلك

“Demikianlah setan telah mengincingi kedua telinganya.” (HR. An Nasa’i no. 1609 dan Ibnu Majah no. 1330. Syaikh Al Albani dalam Shohih At Targib wa At Tarhib no. 640 mengatakan bahwa hadits ini shohih)

Hendaklah kita merutinkan amalan shalat malam ini di luar ramadhan sebagaimana kita rajin mengerjakannya di bulan Ramadhan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mencela orang yang dulu gemar shalat malam, namun sekarang dia meninggalkannya.

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata padaku,

يل » الل قيام فترك يل الل يقوم كان ، فالن مثل تكن ال ، الله عبد « يا

“Wahai ‘Abdullah, janganlah engkau seperti si A. Dulu dia biasa mengerjakan shalat malam, namun sekarang dia tidak mengerjakannya lagi.” (HR. Bukhari no. 1152)

Sebaik-baik orang adalah yang mau mengerjakan shalat malam jika tidak berhalangan karena kecapekan atau ingin mengulang pelajaran sebagaimana Abu Hurairah.

Page 7: umat, 23 Oktober 2009  · Web viewumat, 23 Oktober 2009. Istiqomah Hingga Akhir Hayat...!!!

يل الل من يصلى كان لو ، ه الل عبد جل الر نعم

“Sebaik-baik orang adalah Abdullah bin Umar, seandainya dia biasa mengerjakan shalat malam.” (HR. Bukhari no. 1122 dan Muslim no. 2479)

Padahal shalat malam itu mudah dikerjakan, bisa dengan hanya mengerjakan shalat tahajud 2 raka’at dan ditutup witir 1 raka’at, namun sebagian orang enggan mengerjakan shalat yang utama ini.

Amalan yang Kontinu (Ajeg), Amalan yang Paling Dicintai

Kalau memang kita gemar melakukan shalat malam atau amalan sunnah yang lainnya, maka hendaklah amalan-amalan tersebut tetap dijaga. Kalau biasa mengerjakan shalat malam 3 raka’at dan dilakukan terus menerus (walaupun jumlah raka’at yang dikerjakan sedikit), maka itu masih mending daripada tidak shalat malam sama sekali. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أدومه ه الل إلى العمل أحب وإن وا تمل ى حت يمل ال ه الل فإن تطيقون ما العمل من اكلفواقل وإن

“Bebanilah diri kalian dengan amal sesuai dengan kemampuan kalian. Karena Allah tidaklah bosan sampai kalian merasa bosan. (Ketahuilah bahwa) amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah amalan yang kontinu (ajeg) walaupun sedikit.” (HR. Abu Daud, An Nasa’i, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah. Syaikh Al Albani dalam Shohihul Jami’ no. 1228 mengatakan hadits ini shohih)

Ingatlah bahwa rajin ibadah bukanlah hanya di bulan Ramadhan saja. Ulama salaf pernah ditanya tentang sebagian orang yang rajin beribadah di bulan Ramadhan, namun jika bulan suci itu berlalu mereka pun meninggalkan ibadah-ibadah tersebut. Dia pun menjawab,

رمضان شهر في إال حقا الله يعرفون ال القوم بئس

“Alangkah buruknya tingkah mereka; mereka tidak mengenal Allah melainkan hanya di bulan Ramadhan!” (Lihat Latho’if Ma’arif, 244)

Kenalilah Allah di waktu lapang, niscaya Allah akan mengingatmu di waktu sempit. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

دة الش فى يعرفك خاء الر فى الله إلي ف تعر

“Kenalilah Allah di waktu lapang, niscaya Allah akan mengenalimu ketika susah.” (HR. Hakim. Syaikh Al Albani dalam Shohih wa Dho’if Al Jami’ Ash Shogir mengatakan bahwa hadits ini shohih)

Bid’ah di Bulan Syawal

Ada beberapa bid’ah yang sebaiknya dijauhi oleh setiap muslim di bulan Syawal:

[1] Beranggapan sial jika menikah pada bulan Syawal

Page 8: umat, 23 Oktober 2009  · Web viewumat, 23 Oktober 2009. Istiqomah Hingga Akhir Hayat...!!!

Mungkin bid’ah semacam ini jarang terjadi di tempat kita. Malah kebanyakan kaum muslimin di negeri ini melaksanakan hajatan nikah ketika Syawal karena pada saat itu adalah waktu semua kerabat berkumpul berlebaran.

Namun, inilah bid’ah yang terjadi di masa silam dulu (masa jahiliyah). Mereka enggan melaksanakan hajatan nikahan ketika bulan Syawal. Itulah i’tiqod (keyakinan) mereka. Sedangkan di negeri kita, bukan bulan Syawal yang dianggap sial, tetapi bulan Suro (Muharram). Kedua anggapan ini adalah anggapan yang salah. Mengenai anggapan sial nikah di bulan Syawal, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri telah membantah hal ini. Sebagaimana terdapat riwayat dalam Sunan Ibnu Majah (haditsnya dishohihkan oleh Syaikh Al Albani) bahwa beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahi ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha pada bulan Syawal dan keluarga beliau tetap harmonis.

Menganggap bulan Suro atau bulan Syawal sebagai bulan sial untuk melaksanakan beberapa hajatan adalah anggapan yang terlarang dalam agama ini. Beranggapan sial dengan bulan atau waktu sama saja dengan mencelanya. Dan mencela waktu itu sama saja dengan mencela yang menciptakan waktu yaitu Allah Ta’ala. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

هار والن يل الل ب أقل الدهر وأنا الدهر يسب آدم ابن يؤذينى وجل عز ه الل قال

“Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, ‘Aku disakiti oleh anak Adam. Dia mencela waktu, padahal Aku adalah (pengatur) waktu, Akulah yang membolak-balikkan malam dan siang.” (HR. Muslim no. 6000)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga telah menyatakan bahwa beranggapan sial seperti ini termasuk kesyirikan. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ل ». « » وك بالت يذهبه ه الل ولكن إال ا من وما ثالثا شرك الطيرة شرك « الطيرة

“Beranggapan sial termasuk kesyirikan, beranggapan sial termasuk kesyirikan. (Beliau menyebutnya tiga kali, lalu beliau bersabda), tidak ada di antara kita yang selamat dari beranggapan sial. Menghilangkan anggapan sial tersebut adalah dengan tawakkal (pada Allah).” (HR. Abu Daud no. 3912. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ash Shohihah no. 429. Lihat penjelasan hadits ini dalam Al Qoulul Mufid – Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah)

[2] ‘Idul Abror (’Ied pada tanggal 8 Syawal)

Ini adalah bid’ah yang terjadi di beberapa daerah di negeri kita. Entah namanya apa, tetapi maksud dari acara tersebut itu sama.

Sebelumnya mereka melaksanakan puasa di bulan Ramadhan. Lalu mereka berbuka (tidak berpuasa) pada tanggal 1 Syawal. Setelah itu –mulai tanggal 2 Syawal-, mereka melaksanakan puasa enam hari di bulan Syawal. Lalu pada hari kedelepan dari bulan Syawal, mereka merayakan ‘ied (yang di kalangan Arab dikenal dengan ‘Idul Abror).

Page 9: umat, 23 Oktober 2009  · Web viewumat, 23 Oktober 2009. Istiqomah Hingga Akhir Hayat...!!!

Abror di sini bermakna orang baik lawan dari orang fajir yang gemar berbuat maksiat. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah membantah perayaan ied semacam ini dengan mengatakan,

“Adapun melaksanakan perayaan tertentu selain dari hari raya yang disyari’atkan (yaitu idul fithri dan idul adha, pen) seperti perayaan pada sebagian malam dari bulan Rabi’ul Awwal (yang disebutkan dengan malam Maulid Nabi), perayaan pada sebagian malam Rojab, hari ke-8 Dzulhijjah, awal Jum’at dari bulan Rojab atau perayaan hari ke-8 Syawal -yang dinamakan orang yang sok pintar (alias bodoh) dengan Idul Abror-; ini semua adalah bid’ah yang tidak dianjurkan oleh para salaf (sahabat yang merupakan generasi terbaik umat ini) dan mereka juga tidak pernah melaksanakannya.” (Majmu’ Fatawa, 25/298)

Beliau rahimahullah juga mengatakan, “Adapun perayaan hari ke-8 Syawal, maka itu bukanlah ‘ied (yang disyari’atkan). Ini bukanlah ‘ied bagi abror (orang sholih/baik) atau pun orang fajir (yang gemar bermaksiat). Tidak boleh bagi seorang pun meyakini perayaan ini sebagai ‘ied. Janganlah membuat ‘ied yang baru selain ‘ied yang sudah ada dalam agama ini (yaitu Idul Fithri dan Idul Adha).” (Al Ikhtiyarot Al Fiqhiyyah, 199)

Demikian pembahasan seputar amalan yang sebaiknya dilakukan setelah Ramadhan dan perkara yang sebaiknya dijauhi oleh setiap muslim. Semoga kita termasuk orang yang selalu mendapat taufik Allah dan dimudahkan untuk istiqomah dalam agama ini.

Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kaum muslimin. Semoga Allah selalu memberikan ilmu yang bermanfaat, rizki yang thoyib, dan menjadikan amalan kita diterima di sisi-Nya. Innahu sami’un qoriibum mujibud da’awaat. Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat, wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.

Selesai disusun di Panggang, Gunung KidulMenjelang waktu zawal, 4 Syawal 1429 H (bertepatan dengan 4 Oktober 2008)

***

Me-ramadhan-kan Bulan-bulan Lainnya

Edo SegaraMon, 08 Oct 2007 03:38:30 -0700

"Betapa hina seseorang jika Ramadhan datang, kemudian pergi, sedangkan ia belum di beri ampunan."(HR. At-Tirmidzi)

TAK terasa bulan Ramadhan akan segera meninggalkan kita. Di bulan Ramadhan kita melakukan sholat dan puasa, membaca Al-Qur'an dan menunaikan Qiyamul lail, berdzikir kepada Allah dan berdoa dengan khusyuk, bershadaqoh, berbuat kebajikan dan mempererat tali silaturrahmi. Catatan amal sholih kita begitu melejit di bulan Ramadhan. Namun siapa di sangka setelah berakhirnya bulan Ramadhan, aktifitas tersebut berubah 180 derajat. Sebagian besar kita, bila

Page 10: umat, 23 Oktober 2009  · Web viewumat, 23 Oktober 2009. Istiqomah Hingga Akhir Hayat...!!!

Ramadhan usai, usai pula meninggalkan kebaikan-kebaikan yang telah ia lakukan di bulan-bulan lainnya.

Belum lagi sikap kita yang berlebih-lebihan dalam menyambut Idul Fithri yang menyebabkan kita lalai dan tidak istiqomah dalam beribadah, sehingga semangat ibadah yang kita dapatkan di bulan Ramadhan menguap begitu saja tanpa berbekas. Id terkadang dipahami sebagai hari pelepasan dari segala kekangan. Kemaksiatan yang sempat libur, kembali di lakukan oleh kebanyakan kita. Seorang pujangga Arab menggambarkan sosok orang yang memuaskan diri dengan keharaman, usai lepas dari kekangan, seperti air terjun yang turun deras menyerupai kuda-kuda yang lepas dari tali kekangnya.

Seharusnya Ramadhan menjadi barometer agar kita bisa sukses menjalani ketaatan di bulan-bulan berikutnya dengan lebih baik. Islam mengajarkan kepada kita untuk terus beramal dan beribadah pada setiap waktu, baik di bulan Ramadhan atau di bulan-bulan lainnya. Seharusnya begitu kita keluar dari bulan Ramadhan, ada semangat yang begitu besar untuk terus istiqomah dalam beribadah di bulan-bulan berikutnya, laiknya bulan Ramadhan.

Yang lebih mengkhawatirkan adalah seperti yang dikatakan oleh Rasulullah yang diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi: "Betapa hina seseorang jika Ramadhan datang, kemudian pergi, sedangkan ia belum di beri ampunan." Belum juga kita di ampuni di bulan Ramadhan, justru dibulan-bulan lainnya kita nodai dengan kemaksiatan yang lain. Naudzubillahi min dzalik.

Memang tidak mudah menjaga semangat untuk tetap istiqomah dalam menjalankan ibadah setelah bulan Ramadhan. Hal ini manusiawi dan pernah dialami oleh semua orang, sebagaimana Rasul pernah bersabda: "Iman itu bertambah dan berkurang." Namun sudah sepatutnya kita berusaha untuk istiqomah dalam kebaikan dan menjaga semangat kebaikan di Ramadhan dibulan-bulan berikutnya.

Istiqomah Beribadah & Beramal Sholih

Setelah Ramadhan, manusia terbagi menjadi dua bagian, yaitu: orang-orang yang menang dan orang-orang yang merugi. Seandainya perasaan kemengan ini ada pada kita, maka kita termasuk orang-orang yang beruntung dan patut mendapat ucapan selamat. Namun jika kita merugi, maka kecelakaanlah bagi kita dan kita patut berduka cita dan bersedih hati.

Rahmat Allah hanya diberikan kepada orang yang mau berbuat kebaikan, yang selalu taat kepada Allah serta selalu merindukan ridha-Nya sebagaimana firman Allah dalam surat Al-A'raf ayat 56: "Rahmat Allah hanya dekat kepada orang-orang yang berbuat kebaikan." Dalam sebuah riwayat, Ibnu Abas telah ditanya perihal orang yang menjalankan berpuasa di siang hari dan melakukan sholat malam, namun ia tidak pernah mengikuti shalat jum'at dan berjama'ah. Maka beliau berkata: "Dia akan masuk neraka, Allah juga akan menjauhkannya dari Rahmat-Nya. Naudzubillahi min dzalik

Maka sudah selayaknya kita terus istiqomah berbuat baik meskipun tidak lagi di bulan Ramadhan. Lebih baik sedikit amalan kita namun istimror (berkelanjutan) seperti yang dikatakan oleh Aisyah istri Rasulullah Saw: "Amalan sholih yang paling di cintai Allah adalah yang terus menerus dikerjakan sekalipun sedikit." (HR. Imam Bukhari dan Muslim)

Page 11: umat, 23 Oktober 2009  · Web viewumat, 23 Oktober 2009. Istiqomah Hingga Akhir Hayat...!!!

Bahkan Rasulullah selalu mengganti sholat malamnya yang terlewat dengan sholat dhuha disiang harinya demi sebuah keistiqomahan dalam beribadah. Ini sebuah bukti bahwa Rasulullah semata-mata ingin terus istiqomah beribadah kepada Allah. Namun juga perlu diperhatikan bahwa ibadah kita harus senantiasa di tingkatkan kualitasnya, tidak hanya sekedar rutinitas belaka. Sikap istiqomah insya Allah akan mendatangkan banyak manfaat dan keutamaannya di dunia dan akhirat.

Istiqomah dalam beribadah dan beramal sholih juga akan menjadikan kita tercegah dari hal-hal yang dilarang oleh Allah, karena jiwa kita terlatih untuk memerangi nafsu syahwat yang ada dalam diri kita. Istiqomah pula yang memberi kekuatan atas terkabulnya sebuah doa. Bagaimana tidak? Orang yang terbiasa istiqomah akan selalu mengingat Allah dimana pun ia berada.

Hal lain yang menggembirakan bagi kita yang istiqomah adalah Allah akan tetap menulis pahalanya meski ia berhalangan tak bisa mengerjakan kebiasaannya itu. Sebagaimana dalam hadits Rasulullah yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim, bahwa: "Apabila seorang hamba sakit atau sedang bepergian, akan tetap ditulis pahalanya meski ia berhalangan tidak bisa mengerjakan kebiasaannya itu." Maka berbahagialah orang-orang yang senantiasa istiqomah dalam beribadah dan beramal sholih.

Me-Ramadhan-kan Bulan Lainnya

Salah satu bukti suksesnya Ramadhan kita adalah kita bisa mengaplikasikan semangat Ramadhan di bulan-bulan lainnya. Paling tidak apa yang kita lakukan selama bulan Ramadhan juga bisa kita lakukan di bulan berikutnya. Menjaga untuk tetap dalam performa yang sama dalam beribadah seperti di bulan Ramadhan, minimal tidak terjadi penurunan kualitas Ibadah. Syukur ibadah kita bisa lebih baik lagi.

Semisal berpuasa kita bisa terus melakukan puasa dibulan-bulan berikutnya dengan puasa daud atau jika kita tidak mampu kita hanya berpuasa sunnah senin-kamis. Bulan Syawal juga bisa kita jadikan sarana untuk merefleksikan bulan Ramadhan dengan berpuasa syawal 6 hari di bulan syawal. Sebagaimana sabda Rasulullah yang diriwayatkan Imam Muslim: "Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian puasa enam hari di bulan Syawal, seolah-olah ia berpuasa satu tahun penuh."

Orang yang setelah Ramadhan berpuasa bagaikan orang yang cepat-cepat kembali dari pelariannya, yakni orang yang baru lari dari peperangan fi sabilillah lantas kembali lagi. Tidak sedikit manusia yang berbahagia dengan berlalunya Ramadhan, sebab mereka merasa berat dalam menjalankan puasa. Barangsiapa yang merasa demikian maka akan sulit baginya untuk menjalankan puasa. Padahal, orang yang menjalankan puasa setelah Idul Fithri merupakan bukti kecintaannya dengan ibadah puasa.

Membaca Al-Qur'an, dzikir dan Qiyamul lail yang biasa kita lakukan di bulan Ramadhan juga harus senantiasa kita lakukan dibulan-bulan lainnya. Membaca 1 juz dalam Al-Qur'an dalam sehari, melakukan Qiyamul lail (sholat malam) atau minimal sebelum tidur kita melakukan sholat witir, jika khawatir tidak terbangun dimalamnya. Sholat dhuha juga harus senantiasa kita lakukan. Tak lupa silaturrahim dan bershodaqoh juga harus terus kita lakukan di bulan-bulan selain Ramadhan. Dengan begitu insya Allah kita akan mampu meramadhankan bulan-bulan lainnya selain bulan Ramadhan.

Selamat tinggal wahai bulan shaum dan sholat, selamat tinggal hari-

Page 12: umat, 23 Oktober 2009  · Web viewumat, 23 Oktober 2009. Istiqomah Hingga Akhir Hayat...!!!

hari yang indah yang kami lalui dengan berdzikir dan tilawah Al-Qur'an. Kita tidak tahu, apakah amal kita diterima atau tidak. Betapa gembiranya jika amal kita diterima oleh Allah, sehingga kita bisa keluar pada hari raya dengan rasa gembira, senang, dan bersukaria. Sebaliknya, betapa sedihnya jika amal kita di tolak karena yang menyebabkan kita meninggalkan bulan ini dengan kebinasaan, kekecewaan, keletihan dan penyesalan. Naudzubillahi min dzalik

Sesungguhnya orang yang berbahagia adalah orang yang Allah bahagiakan dan tuliskan namanya di lembaran-lemabaran catatan kebahagiaan yang abadi. Semoga Allah mempertemukan kita kembali di Bulan Ramadhan selanjutnya. Amin, Allahuma amin

> "Gak Jadi lebaran...!"> begitulah celetukan yang keluar dari seorang kondektur, tepat berada disebelahku. Bus Mayasari Bakti 57 yang kutumpangi bergerak sesenti demi sesenti. MACET!. begitulah kondisi jakarta saat itu. well, sudah menjadi hal yang biasa memang... Jakarta dengan kemacetannya. namun, tentu saja menjadi kemacetan yang sangat luar biasa pada penghujung ramadhan.. yang notebenenya seluruh tempat perbelanjaan akan dipenuhi oleh lautan manusia...> > > Sabtu, 06 Oktober 2007> "Gak jadi lebaran nih...!"> "Macet...lagi! Waktu jadi nggak efektif.... hidup di Jakarta bikin tua di jalan!" umpat sang bapak kondektur.> ada nada sebal, keluhan, keputus asaan.. dan.. > > Bahkan rakyat jelata pun menginginkan efektivitas waktu. lalu, apa hubungannya antara macet dengan tidak jadi lebaran? bagi sang kondektur dan kawan-kawannya, tentu hal ini sangat berkaitan. coba bayangkan, jika lalu lintas lancar... maka, mobilitas bus secara otomatis dapat dilakukan dalam banyak putaran pada rute bus yang telah ditentukan. nah, masalahnya... jika keadaan macet, secara otomatis pula... mobilitas bus akan sangat minim. itu artinya sedikit pula penumpang yang dapat dikeruk, sehingga sedikit pula pendapatan yang mereka peroleh. sedangkan waktu terus saja berjalan dan tak pernah berubah... TETAP 24 JAM!> > MACET!!!> sudah sejak pertengahan Ramadhan kemacetan lebih dari hari-hari biasanya terjadi... terutama dipusat-pusat perbelanjaan... Fenomena yang terus saja berulang...> > Selentingan pertanyaan mendarat" Orang jakarta itu kaya atau miskin sih..??" begitu celetukan yang pernah ku dengar didalam angkutan umum, ketika kondisi macet menelusup. pasalnya, dibilang kaya.. mengapa begotu banyak warga Jakarta yang menjadi mustahik zakat? diblang miskin.. pasar ta pernah sepi, bahkan tiap orang seakan berlomba menuju pusat perelanjaan untuk lebaran. well, bisa jadi kita... atau keluarga kita pun masih 'nyemplung' kedalam golongan tersebut.> > sungguh menyedihkan... ketika dipertengahanya... ramadhan seakan telah terlupakan..> Bukankah kedatangannya amat dinanti? sebagaimana 'orang tua muda' yang sangat menginginkan kelahiran seorang anak... Lalu, mengapa separuh ramadhan dicampakkan?>

Page 13: umat, 23 Oktober 2009  · Web viewumat, 23 Oktober 2009. Istiqomah Hingga Akhir Hayat...!!!

> Kini, ramadhan tinggal beberapa hari lagi.. ehm, lebih tepatnya.. Ramadhan masih ada beberapa hari lagi...> Sungguh merugilah orang-orang yang lalai serta menyiakan ramadhan.. mereka lebih memilih demi menukarnya dengan kegembiraan sesat.. dibandingkan kamuliaan Ramadhan disetiap incinya..> > Sungguh orang-orang yang merugi. orang-orang yang memiliki kesempatan dan peluang meraih kemuliaan ramadhan namu mereka mencampakkannya.> > Pernahkan berfikir dengan orang-orang yang sakit selama Ramadhan berlangsung? Bahkan bagi para wanita, tak banyak yang tak bisa menjalani Ramadhan dengan sempurna meski tangis pilu amat menyayat menatap Ramadhan karena ketentuan yang telah ditetapkan? bagi para wanita, ada masanya berhalangan... ada masanya ketika kondisi Hamil.. menyusui.. atau bahkan kondisi Nifas setelah melahirkan. Dari segi kondisi, tentu hal seperti ini sangat membuat iri... bagaimana bisa kesempatan itu berbeda? > > Namun, Allah adalah Rabb yang maha adil... masalah hitung-hitungan Allah punya cara tersendiri...> adakah sama seorang yang menginfakkan uang 5000 dari 100.000 keseluruhan hartanya dengan seorang yang menginfakkan 1000 dari 1000 keseluruhan harta yang dimiliki? secara nominal, tentu orang pertama lebih banyak jumlahnya... namun, jika ingin dilihat secara jeli... orang yang pertama hanya menginfakkan 1/20 hartanya sedangkan orang kedua telah menginfakkan seluruh(100%) hartanya. tentu saja jawabannya tak sama...> > Hal inilah yang menyebabkan mengapa seorang yang kaya bukan jaminan masuk syurga. disisi lain, Niat adalah pondasi utama diterimanya suatu amalan.. ikhlas mengharap ridho Allah kah? atau ada bercak niat yang lain?> > Sementara itu, keistiqomahan dalam beramal adalah kunci dari kestabilan suatu amalan. > > ''GAK JADI LEBARAN...!"> > seorang yang tahu diri... adalah seorang yang senantiasa melakukan hitung-hitungan (IHTISAB terhadap dirinya. sudahkah kian lebih baik? > > sedangkan ampunan yang akan diberikan di bulan Ramadhan hanya akan dapat tercairkan dengan dua syarat. yaitu IMAN dan IHTISAB... karena Ramadhan memang bukan ajang 'penucian dosa'. mengumpulkan dosa pada waktu 11 bulan, dan mencucinya setiap sebulan dalam setahun... setelah itu.. berbuat dosa lagi hingga bulan penyudian tiba...> TIDAK! sekali-kali... ukanlah seperti itu penafsirannya..> > Syawwal adalah bulan yang dihadirkan pasca Ramadhan.. SYAWWAL = Peningkatan.> artinya.. pasca Ramadhan. seharusnya amal ibadah yang dibiasakan ketika Ramadhan terus meningkat... begitu pula pada bulan-bulan selanjutnya... sehingga keimanan itu terus brtambah..> > baterei kita diCharge dengan sempurna..> Batere yang masih bagus... hanya memerlukan waktu sekitar 2 jam untuk di Charge dengan kemampuan bertahan hingga lima hari. namun, batere yang 'somplak' meski telah di charge lebih dari lima jam... daya tahannya bisa jadi cuma dua jam!. nah, begitulah perbedaan seorang yang istiqomah dalam ibadahnya hingga bulan-bulan berikutnya.

Page 14: umat, 23 Oktober 2009  · Web viewumat, 23 Oktober 2009. Istiqomah Hingga Akhir Hayat...!!!

> > Maka, ketika ada seseorang yang sering mengeluh... melabel kan kata futur... dan lain-lain... yang perlu ditengok pertama kali adalah kondisi ibadahnya. hablumminallah... Hubungannya pada sang khalik....> > > masih.. ada beberapa hari lagi... berbahagialah bagi orang-orang yang masih diberi kesempatan menuntaskan serta mengoptimalkan ramadhan hinggan tetes terakhirnya... sungguh berntung....> > Wallah'alam Bishawwab......> > Best regard,> > dewi julita> > Salam hangat penuh persaudaraan..> Semoga hari ini penuh hikmah> Semoga Allah senantiasa memudahkan langkah-langkah kita menuju -Nya> > Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com>

CIRI UTAMA PENGIKUT RASULULLAH DAN PARA SHAHABATNYASenin, 23-Januari-2006, Penulis: Al Ustadz Abu Ilyas Su’aidi As Sidawi

بسم الله الرحمن الرحيم

1) Berpegang teguh dengan Al Quran dan As Sunnah dalam segala perkara khususnya ketika terjadi perbedaan pendapat.Allah berfirman :“Maka jika kalian berbeda pendapat dalam satu perkara, kembalikanlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kalian beriman kepada Allah dan hari akhir”( QS. An Nisa : 59 )

2) Memahami Al Quran dan As Sunnah dengan pemahaman para shahabat dan yang mengikuti mereka dengan baik dan tidak dipahami sesuai dengan hawa nafsu maupun tokoh tertentu.Allah berfirman :

Page 15: umat, 23 Oktober 2009  · Web viewumat, 23 Oktober 2009. Istiqomah Hingga Akhir Hayat...!!!

“Generasi pertama shahabat muhajirin dan anshor serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah meridloi mereka dan merekapun ridlo kepada Allah dan Allah siapkan untuk mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai mereka kekal di dalamnya itulah keberuntungan yang besar”( QS. At Taubah : 100 )

3) Tetap istiqomah di atas kebenaran Al Quran dan As Sunnah walaupun dihina dan dijauhi oleh masyarakatnya, Rasulullah bersabda :“Akan senantiasa ada sekelompok orang dari umatku yang terang-terangan di atas kebenaran, tidaklah membahayakan mereka orang-orang yang menghina mereka sampai datang perintah Allah (angin dingin yang mencabut nyawa setiap orang yang memiliki keimanan menjelang kiamat)”( HR. Imam Muslim )

4) Tidak taqlid kepada madzhab atau tokoh tertentu tetapi melihat dalil yang dipakai. Bila sesuai dengan Al Quran dan As Sunnah, diterima. Bila tidak, maka ditolak siapapun yang mengucapkannya.Imam Malik, Rahimahullah berkata :“Setiap orang bisa diambil ucapannya dan bisa ditolak kecuali Nabi ”( Minhaj Al Firqoh An Najiyah : 10 )

5) Tidak pilih-pilih syariat, semua perintah Allah dan Rasul-Nya dilaksanakan semampunya dan semua larangan ditinggalkan tanpa terkecuali.

Allah berfirman :“Apa saja yang dibawa oleh Rasul untuk kalian maka ambillah dan

Page 16: umat, 23 Oktober 2009  · Web viewumat, 23 Oktober 2009. Istiqomah Hingga Akhir Hayat...!!!

apa saja yang dilarang maka tinggalkanlah”( QS. Al Hasyr : 7 )

6) Hanya menggunakan hadits - hadits shahih dan tidak menggunakan hadits - hadits dloif ( lemah ) dan maudlu’ ( palsu ), karena yang dloif ( lemah ) dan maudlu’ ( palsu ) itu merupakan bentuk berdusta atas nama Rasulullah . Beliau bersabda :“Barang siapa berdusta atas namaku dengan sengaja maka hendaklah menempati tempat duduknya di neraka”( HR. Imam Muslim dan lainnya )

7) Menegakkan seluruh jenis tauhid dan memberantas segala jenis syirik, karena ini adalah inti dakwah para Nabi dan Rasul .Allah berfirman :“Sungguh kami telah mengutus pada setiap umat seorang rasul untuk menyeru ( kepada umatnya ) beribadahlah hanya kepada Allah ( tauhid ) dan jauhilah sesembahan selain Allah ( syirik )”( QS. An Nahl : 36 )

8) Menegakkan Sunnah ( ajaran Rasulullah ) dan memberantas segala jenis kebid’ahan, Rasulullah bersabda :“Wajib atas kalian berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah khulafaur-rasyidin yang mendapat petunjuk setelahku, gigitlah dengan gigi geraham ( pegang erat-erat dan jauhilah perkara-perkara baru yang tidak diajarkan agama, karena hal itu bid’ah dan setiap bid’ah itu sesat )”(HR. Imam Ahmad, Abu Dawud, At Tirmidzi, Ibnu Majah dishohihkan syaikh Al Albani dalam Shohihul Jami’ )

9) Mendidik generasi umat dengan pendidikan yang sesuai dengan pendidikan Rasulullah dan para shahabatnya .

10) Giat menuntut ilmu syariat. Karena mereka yakin dengan ilmu

Page 17: umat, 23 Oktober 2009  · Web viewumat, 23 Oktober 2009. Istiqomah Hingga Akhir Hayat...!!!

ini dapat mengetahui dan mencontoh seluruh ajaran Rasulullah secara terperinci.و الله أعلم بالصواب

Al Ustadz Abu Ilyas Su’aidi As Sidawi

Amalan setelah ramadhan 1

Kita hanya bisa memanjatkan puji syukur kepada Allah atas nikmat yang tak terhingga ini. Allah Yang Maha Memberi Nikmat telah memberikan kesempatan untuk merasakan sejuknya beribadah puasa. Sungguh suatu kebanggaan, kita bisa melaksanakan ibadah yang mulia ini. Janji yang pasti diperoleh oleh orang yang berpuasa jika dia menjalankan puasa dengan dasar iman kepada Allah dan mengharapkan ganjarannya telah disebutkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits berikut,

ذنبه من تقدم ما له غفر واحتسابا إيمانا رمضان صام من

“Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah maka dosanya di masa lalu pasti diampuni.” (HR. Bukhari no. 38 dan Muslim no. 760)

Sungguh sangat menyayangkan sekali orang yang meninggalkan amalan yang mulia ini. Begitu sering kami melihat orang yang mengaku muslim namun di siang hari bulan Ramadhan dia makan terang-terangan atau dia mengganggu saudaranya dengan asap rokok. Sungguh sangat merugi sekali orang yang meninggalkan ibadah ini, padahal amalan ini adalah bagian dari rukun Islam yang dapat menegakkan bangunan Islam dan para ulama sepakat tentang wajibnya melaksanakan rukun Islam yang satu ini.

Setelah kita melalui bulan Ramadhan, tentu saja kita masih perlu untuk beramal sebagai bekal kita nanti sebelum dijemput oleh malaikat maut. Pada tulisan kali ini, kami akan sedikit mengulas mengenai beberapa amalan yang sebaiknya dilakukan seorang muslim setelah menunaikan puasa Ramadhan. Semoga kita mendapatkan ilmu yang bermanfaat.

Tetap Menjaga Shalat Lima Waktu dan Shalat Jama’ah

Bulan Ramadhan sungguh sangat berbeda dengan bulan-bulan lainnya. Orang yang dulu malas ke masjid atau sering bolong mengerjakan shalat lima waktu, di bulan Ramadhan begitu terlihat bersemangat melaksanakan amalan shalat ini. Itulah di antara tanda dibukanya pintu surga dan ditutupnya pintu neraka ketika itu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ياطين الش وصفدت ار الن أبواب قت وغل ة الجن أبواب حت فت رمضان جاء إذا

Page 18: umat, 23 Oktober 2009  · Web viewumat, 23 Oktober 2009. Istiqomah Hingga Akhir Hayat...!!!

“Apabila Ramadhan tiba, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan pun dibelenggu.” (HR. Muslim no. 1079)

Namun, amalan shalat ini hendaklah tidak ditinggalkan begitu saja. Kalau memang di bulan Ramadhan, kita rutin menjaga shalat lima waktu maka hendaklah amalan tersebut tetap dijaga di luar Ramadhan, begitu pula dengan shalat jama’ah di masjid khusus untuk kaum pria.

Lihatlah salah satu keutamaan orang yang menjaga shalat lima waktu berikut. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

حافظ من ه أن عهدا عندى وعهدت صلوات خمس أمتك على افترضت وجل عز ه الل قالعندى له عهد فال عليهن يحافظ لم ومن ة الجن أدخلته لوقتهن عليهن

“Allah ‘azza wa jalla berfirman, ‘Aku wajibkan bagi umatmu shalat lima waktu. Aku berjanji pada diriku bahwa barangsiapa yang menjaganya pada waktunya, Aku akan memasukkannya ke dalam surga. Adapun orang yang tidak menjaganya, maka aku tidak memiliki janji padanya’.” (HR. Sunan Ibnu Majah no. 1403. Syaikh Al Albani dalam Shohih wa Dho’if Sunan Ibnu Majah mengatakan bahwa hadits ini hasan)

Shalat jama’ah di masjid juga memiliki keutamaan yang sangat mulia dibanding shalat sendirian. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

درجة وعشرين بسبع الفذ صالة من أفضل الجماعة صالة

“Shalat jama’ah lebih utama dari shalat sendirian sebanyak 27 derajat.” (HR. Bukhari no. 645 dan Muslim no. 650)

Namun yang sangat kami sayangkan, amalan shalat ini sering dilalaikan oleh sebagian kaum muslimin. Bahkan mulai pada hari raya ‘ied (1 Syawal) saja, sebagian orang sudah mulai meninggalkan shalat karena sibuk silaturahmi atau berekreasi. Begitu juga seringkali kita lihat sebagian saudara kita karena kebiasaan bangun kesiangan, dia meninggalkan shalat shubuh begitu saja. Padahal shalat shubuh inilah yang paling berat dikerjakan oleh orang munafik sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

ولو ألتوهما فيهما ما يعلمون ولو ، والعشاء الفجر من المنافقين على أثقل صالة ليسحبوا

“Tidak ada shalat yang paling berat dilakukan oleh orang munafik kecuali shalat Shubuh dan shalat Isya’. Seandainya mereka mengetahui keutamaan keduanya, niscaya mereka akan mendatanginya walaupun sambil merangkak.” (HR. Bukhari no. 657 dan Muslim no. 651)

Saudaraku, ingatlah ada ancaman keras dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bagi orang yang meninggalkan shalat. Dari Tsauban radhiyallahu ‘anhu -bekas budak Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam-, beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أشرك فقد تركها فإذا الصالة واإليمان الكفر وبين العبد بين

Page 19: umat, 23 Oktober 2009  · Web viewumat, 23 Oktober 2009. Istiqomah Hingga Akhir Hayat...!!!

“Pemisah antara seorang hamba dengan kekufuran dan keimanan adalah shalat. Apabila dia meninggalkannya, maka dia telah melakukan kesyirikan.” (HR. Ath Thobariy dengan sanad shohih. Syaikh Al Albani mengatakan hadits ini shohih. Lihat Shohih At Targib wa At Tarhib no. 566)

Buraidah bin Al Hushoib Al Aslamiy berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

كفر فقد تركها فمن الصالة وبينهم بيننا ذى ال العهد

“Perjanjian antara kami dan mereka (orang kafir) adalah shalat. Barangsiapa meninggalkannya maka dia telah kafir.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, An Nasa’i, Ibnu Majah. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani. Lihat Misykatul Mashobih no. 574)

Begitu pula shalat jama’ah di masjid, seharusnya setiap muslim –khususnya kaum pria- menjaga amalan ini. Shalat jama’ah mungkin kelihatan ramai di bulan Ramadhan saja. Namun, ketika bulan Ramadhan berakhir, masjid sudah kelihatan sepi seperti sedia kala. Memang dalam masalah apakah shalat jama’ah itu wajib atau sunnah mu’akkad terjadi perselisihan di antara para ulama. Namun berdasarkan dalil yang kuat, shalat jama’ah hukumnya adalah wajib (fardhu ‘ain). Di antara dalil yang menunjukkan hal ini adalah hadits dari Abu Hurairah di mana beliau radhiyallahu ‘anhu berkata,

- - قائد لى ليس ه إن ه الل رسول يا فقال أعمى رجل وسلم عليه الله صلى بى الن أتى - - . فى ى فيصل له يرخص أن وسلم عليه الله صلى ه الل رسول فسأل المسجد إلى يقودنى

» . فأجب « ». قال نعم فقال بالصالة داء الن تسمع هل فقال دعاه ى ول فلما له فرخص بيته».

“Seorang laki-laki buta mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu dia berkata, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku tidak memiliki orang yang menuntunku ke masjid’. Kemudian pria ini meminta pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam agar diberi keringanan untuk shalat di rumah. Pada mulanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi dia keringanan. Namun, tatkala dia mau berpaling, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam memanggil pria tersebut dan berkata, ‘Apakah engkau mendengar adzan ketika shalat?’ Pria buta tersebut menjawab, ‘Iya.’ Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Penuhilah panggilan tersebut’.” (HR. Muslim no. 653)

Lihatlah pria buta ini memiliki udzur (alasan) untuk tidak jama’ah di masjid, namun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak memberikannya keringanan, dia tetap diwajibkan untuk shalat jama’ah di masjid. Padahal dia adalah pria yang buta, tidak ada penuntun yang menemaninya, rumahnya juga jauh. Di Madinah juga banyak hewan buas dan banyak pepohonan yang menghalangi jalan menuju masjid. Namun, lihatlah walaupun dengan berbagai udzur ini karena pria buta ini mendengar adzan, dia tetap wajib jama’ah di masjid.

Bagaimanakah kondisi kita yang lebih sehat dan berkemampuan? Tentu lebih wajib lagi untuk berjama’ah di masjid. Itulah dalil kuat yang menunjukkan wajibnya shalat jama’ah di masjid. Jika seseorang meninggalkan shalat jama’ah dan shalat sendirian, dia berarti telah berdosa karena meninggalkan shalat jama’ah, namun shalat sendirian

Page 20: umat, 23 Oktober 2009  · Web viewumat, 23 Oktober 2009. Istiqomah Hingga Akhir Hayat...!!!

yang dia lakukan tetap sah. Sedangkan bagi wanita berdasarkan kesepakatan kaum muslimin tidak wajib bagi mereka jama’ah di masjid bahkan lebih utama bagi wanita untuk mengerjakan shalat lima waktu di rumahnya.

Memperbanyak Puasa Sunnah

Selain kita melakukan puasa wajib di bulan Ramadhan,  hendaklah kita menyempurnakannya pula dengan melakukan amalan puasa sunnah. Di antara keutamaannya adalah disebutkan dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut,

ة جن الصوم الخير أبواب على ك أدل أال

“Maukah kutunjukkan padamu pintu-pintu kebaikan?; Puasa adalah perisai, …” (HR. Tirmidzi no. 2616. Syaikh Al Albani mengatakan dalam Shohih wa Dho’if Sunan Abu Daud bahwa hadits ini shohih)

Puasa dalam hadits ini merupakan perisai bagi seorang muslim baik di dunia maupun di akhirat. Di dunia, puasa adalah perisai dari perbuatan-perbuatan maksiat, sedangkan di akhirat nanti adalah perisai dari api neraka. Keutaman lain dari puasa sunah terdapat dalam hadits Qudsi berikut.

، به يسمع الذى سمعه كنت أحببته فإذا ، ه أحب ى حت وافل بالن إلى ب يتقر عبدى يزال وماسألنى وإن ، بها يمشى تى ال ورجله بها يبطش تى ال ويده ، به يبصر الذى وبصره

ه ألعيذن استعاذنى ولئن ، ه ألعطين

“Dan senantiasa hamba-Ku mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, maka Aku akan memberi petunjuk pada pendengaran yang ia gunakan untuk mendengar, memberi petunjuk pada penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, memberi petunjuk pada tangannya yang ia gunakan untuk memegang, memberi petunjuk pada kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia memohon sesuatu kepada-Ku, pasti Aku mengabulkannya dan jika ia memohon perlindungan, pasti Aku akan melindunginya.” (HR. Bukhari no. 2506)

Itulah di antara keutamaan seseorang melakukan amalan sunnah. Dia akan mendapatkan kecintaan Allah, lalu Allah akan memberi petunjuk pada pendengaran, penglihatan, tangan dan kakinya. Allah juga akan memberikan orang seperti ini keutamaan dengan mustajabnya do’a. (Faedah dari Fathul Qowil Matin, Syaikh Abdul Muhsin bin Hamd Al Abad, www.islamspirit.com)

Banyak puasa sunnah yang dapat dilakukan oleh seorang muslim setelah Ramadhan. Di bulan Syawal, kita dapat menunaikan puasa enam hari Syawal. Juga setiap bulan Hijriyah kita dapat berpuasa tiga hari dan lebih utama jika dilakukan pada ayyamul bid yaitu pada tanggal 13, 14, dan 15. Kita juga dapat melakukan puasa Senin-Kamis, puasa Arofah (pada tanggal 9 Dzulhijah), puasa Asyura (pada tanggal 10 Muharram), dan banyak berpuasa di bulan Sya’ban sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan jika ada yang punya kemampuan boleh juga melakukan puasa Daud yaitu sehari berpuasa dan sehari tidak. Semoga Allah memudahkan kita melakukan amalan puasa sunnah ini.

Page 21: umat, 23 Oktober 2009  · Web viewumat, 23 Oktober 2009. Istiqomah Hingga Akhir Hayat...!!!

Berpuasa Enam Hari di Bulan Syawal

Hendaklah di bulan Syawal ini, setiap muslim berusaha untuk menunaikan amalan yang satu ini yaitu berpuasa enam hari di bulan Syawal. Puasa ini mempunyai keutamaan yang sangat istimewa. Hal ini dapat dilihat dari sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Abu Ayyub Al Anshoriy, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الدهر كصيام كان شوال من ا ست أتبعه ثم رمضان صام من

“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.” (HR. Muslim no. 1164)

Pada hadits ini terdapat dalil tegas tentang dianjurkannya puasa enam hari di bulan Syawal dan pendapat inilah yang dipilih oleh madzhab Syafi’i, Ahmad dan Abu Daud serta yang sependapat dengan mereka. (Lihat Syarh An Nawawi ‘ala Muslim, 8/56)

Bagaimana cara melakukan puasa ini? An Nawawi dalam Syarh Muslim, 8/56 mengatakan, “Para ulama madzhab Syafi’i mengatakan bahwa paling afdhol (utama) melakukan puasa syawal secara berturut-turut (sehari) setelah shalat ‘Idul Fithri. Namun jika tidak berurutan atau diakhirkan hingga akhir Syawal maka seseorang tetap mendapatkan keutamaan puasa syawal setelah sebelumnya melakukan puasa Ramadhan.”

Apa faedah melakukan puasa enam hari di bulan Syawal?

Ibnu Rojab rahimahullah menyebutkan beberapa faedah di antaranya:

1. Berpuasa enam hari di bulan Syawal setelah Ramadhan akan menyempurnakan ganjaran berpuasa setahun penuh.

2. Puasa Syawal dan puasa Sya’ban seperti halnya shalat rawatib qobliyah dan ba’diyah. Amalan sunnah seperti ini akan menyempurnakan kekurangan dan cacat yang ada dalam amalan wajib. Setiap orang pasti memiliki kekurangan dalam amalan wajib. Amalan sunnah inilah yang nanti akan menyempurnakannya.

3. Membiasakan berpuasa setelah puasa Ramadhan adalah tanda diterimanya amalan puasa Ramadhan. Karena Allah Ta’ala jika menerima amalan hamba, maka Dia akan memberi taufik pada amalan sholih selanjutnya. Sebagaimana sebagian salaf mengatakan, “Balasan dari amalan kebaikan adalah amalan kebaikan selanjutnya. Barangsiapa melaksanakan kebaikan lalu dia melanjutkan dengan kebaikan selanjutnya, maka itu adalah tanda diterimanya amalan yang pertama. Begitu pula orang yang melaksanakan kebaikan lalu dilanjutkan dengan melakukan kejelekan, maka ini adalah tanda tertolaknya atau tidak diterimanya amalan kebaikan yang telah dilakukan.”

4. Karena Allah telah memberi taufik dan menolong kita untuk melaksanakan puasa Ramadhan serta berjanji mengampuni dosa kita yang telah lalu,  maka hendaklah kita mensyukuri hal ini dengan melaksanakan puasa setelah Ramadhan. Sebagaimana para salaf dahulu, setelah malam harinya melaksanakan shalat malam, di siang harinya mereka berpuasa sebagai rasa

Page 22: umat, 23 Oktober 2009  · Web viewumat, 23 Oktober 2009. Istiqomah Hingga Akhir Hayat...!!!

syukur pada Allah atas taufik yang diberikan. (Disarikan dari Latho’if Al Ma’arif, 244, Asy Syamilah)

Sungguh sangat beruntung sekali jika kita dapat melaksanakan puasa enam hari di bulan Syawal. Ini sungguh keutamaan yang luar biasa, saudaraku. Marilah kita melaksanakan puasa tersebut demi mengharapkan rahmat dan ampunan Allah.

Penjelasan penting yang harus diperhatikan: Lebih baik bagi seseorang yang masih memiliki qodho’ (tanggungan) puasa Ramadhan untuk menunaikannya daripada melakukan puasa Syawal. Karena tentu saja perkara yang wajib haruslah lebih diutamakan daripada perkara yang sunnah. Alasan lainnya adalah karena dalam hadits di atas, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Barangsiapa berpuasa ramadhan”. Jadi apabila puasa ramadhannya belum sempurna karena masih ada tanggungan puasa, maka tanggungan tersebut harus ditunaikan terlebih dahulu agar mendapatkan pahala semisal puasa setahun penuh.Apabila seseorang menunaikan puasa syawal terlebih dahulu dan masih ada tanggungan puasa, maka puasanya dianggap puasa sunnah muthlaq (puasa sunnah biasa) dan tidak mendapatkan ganjaran puasa syawal karena kita kembali ke perkataan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tadi, “Barangsiapa berpuasa ramadhan.” (Lihat Syarhul Mumthi’, 3/89, 100)

-bersambung insya Allah-

***

Disusun oleh: Muhammad Abduh Tuasikal, S.T.Dimuroja’ah oleh: Ustadz Aris MunandarArtikel www.muslim.or.id

ISTIQOMAH yang GAMPANG-GAMPANG SUSAHDiposting: Senin, 19 Oktober 2009 / 10:52:41 | Oleh: annida | Kategori: Bianglala

Halaman ini diakses sebanyak: 297 kali

Rating: 0

Selama sebulan Ramadhan itulah kita dimanjakan oleh Allah, ibaratnya dikasih ujian yang soalnya mudah, jawabannya lebih mudah lagi, misalnya begini:

 

Apakah yang akan kamu lakukan ketika melihat seorang nenek tua ingin menyeberang jalan yang ramai kendaraan?

Page 23: umat, 23 Oktober 2009  · Web viewumat, 23 Oktober 2009. Istiqomah Hingga Akhir Hayat...!!!

A. Membantunya   B. Menolongnya  C. Jawaban A&B Benar  D. Membiarkannya

 

            Sudah begitu, tiap jawaban benar akan diberi poin sepuluh kali lipat, dapat hadiah pula, persis seperti ikutan kuis di TV. Enak sekali kan?

            Nah, begitu Ramadhan berakhir, kalau kita malah kembali lupa baca Qur an, lupa sedekah, lupa menahan marah, lupa menahan lidah, dan lupa-lupa ingat akan kebutuhan rohani kita yang lain, artinya kita sama saja seperti anak gede nggak tahu diri tadi itu, yang maunya disuapi dan dikeloni. Dengan kata lain, kita sebenarnya belum dewasa dan belum sadar bahwa sebenarnya Ramadhan diselenggarakan oleh Allah agar kita siap menghadapi "ujian betulan" di 11 bulan berikutnya.

Ujian yang sesungguhnya pasca Ramadhan jauh lebih berat loh, misalnya saat kita lapar betulan bukan karena puasa, tapi karena memang tanggal tua, tidak ada orang yang mengingatkan, "Woy, sabar!" yang ada malah rengekan istri sekaligus anak-anak yang minta perutnya segera diisi. Apa yang akan kita lakukan? Kalau soal ujian begini hanyalah ujian tertulis, tentu dengan gampang kita bisa mengarang jawabannya. Akan tetapi kalau ini adalah ujian praktek, dimana guru pengawasnya adalah Raqib dan Atid yang bersembunyi tak kasat mata. Apa yang kita lakukan tentu akan menunjukkan nilai keimanan kita.

Pertanyaannya adalah, apakah kita akan memilih bersabar sebagaimana ketika kita menghadapi kelaparan sebulan penuh di saat Ramadhan? Sama juga; apakah kita akan benar-benar membantu dan menolong ketika ada seorang nenek tua ingin menyeberang jalan, sebagaimana jawaban yang kita pilih ketika ujian tertulis?

Jangan-jangan... ketika Ramadhan kemarin, kita tidak sadar sedang berada dalam "pesantren kilat" yang diselenggarakan oleh Allah. Kita kira sedang diuji sebulan penuh saja, setelah itu berhari raya dengan hip hip hura, kemudian kembali ke rutinitas semula. O ow! Padahal tidak demikian, setelah Ramadhan kita seharusnya sudah berada pada "jenjang pendidikan" yang lebih tinggi, lebih menantang.

 

Pengumuman Kelulusan "Ujian" Ramadhan

Sobat Nida, ingin tahu apakah kamu "lulus uji" di Ramadhan kemarin?

Wah, kudu hati-hati! Jangan sampai menjadikan buku agenda Ramadhanmu sebagai patokan!

"Di buku Ramadhan gue bisa terlihat bahwa gue mengalami peningkatan Ramadhan kemarin, buktinya puasa gue penuh, shalat Dhuha cuma bolong 3 hari, shalat Tahajjud nggak pernah bolos, tilawah khatam 1,5 kali, sedekah tiap hari, silaturahmi hampir tiap lima hari sekali, bahkan gue berhasil hafidz juz 30!" Ckckck... subhanallah.

Akan tetapi boleh dibilang, sebenarnya checklist-checklist yang ada di agenda Ramadhan seperti itu hanyalah bentuk pendidikan Ramadhan buat para siswa SD dari

Page 24: umat, 23 Oktober 2009  · Web viewumat, 23 Oktober 2009. Istiqomah Hingga Akhir Hayat...!!!

gurunya, penting sih penting, tapi bukan itu esensinya. Maka jangan sampai kita kecele, salah anggap checklist-checklist itu sebagai "raport" yang memperlihatkan nilai Ramadhan kita di mata Allah. Itu salah besar saudara-saudara.

"Loh, jadi indikator keberhasilan Ramadhan gimana ketahuannya doong?"

 

Sobat Nida, ternyata lulus atau tidaknya kita pada "ujian Ramadhan" justru dikabarkan melalui perbuatan kita sehari-hari pada 11 bulan sesudahnya.

"Gubrak! Ah, yang bener Nid? Kalau gitu batal dong gue huya-huya?"

Yee, sok atuh kalau mau huya-huya atau "balas dendam" dengan makan ketupat plus rendang di setiap rumah yang dijajaki! Nggak ketinggalan kue putri salju dan nastar yang lezat itu, jalan-jalan putar-putar mall habisin uang salam tempel, tidak ada yang melarang kok. Hanya saja perbuatan "balas dendam" itu justru memperlihatkan jelas bahwa Ramadhanmu kemarin tak berbekas sedikit pun.

Bisa jadi perbuatan kita pada hari-hari pasca Ramadhan ini memberikan kabar buruk untuk kita, yaitu bahwa kita termasuk dalam golongan orang-orang yang tidak memperoleh apa pun dari Ramadhan melainkan sekedar lapar dan haus saja. Na udzubillahi min dzalik....